98595294-Gtc

29
I. PENDAHULUAN Gigi yang hilang dapat terjadi dari suatu pencabutan atau memang sejak kecil tidak tumbuh. Gigi tiruan dipasang sebelum terjadi perubahan-perubahan pada gigi dan jaringan sekitarnya sehingga gigi tiruan yang dipasang benar-benar dapat menggantikan fungsi dari gigi asli yang telah hilang. Akibat-akibat yang dapat ditimbulkan karena hilangnya gigi dalam waktu lama dan tidak dibuatkan gigi tiruan adalah migrasi dan rotasi gigi, erupsi yang berlebihan dari gigi antagonisnya, penurunan efisiensi pengunyahan, gangguan pada TMJ, beban yang berlebihan pada jaringan pendukung, kebersihan mulut terganggu, kelainan bicara, jika pada rahang bawah banyak gigi yang hilang dan tidak dibuatkan gigi tiruan maka dapat berakibat lidah membesar (macroglossia). Apabila yang hilang adalah gigi anterior maka akan mengurangi estetis dan gangguan pada saat berbicara. Pada gigi posterior, kehilangan dapat menyebabkan terganggunya alat pencernaan, karena kerja gigi anterior lebih berat. Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang dan tidak dapat dilepas oleh pasiennya sendiri maupun dokter gigi karena dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan pendukung utama dari restorasi. Tujuan pembuatan GTC antara lain untuk memperbaiki fungsi organ kunyah yang berkurang daya kunyahnya

Transcript of 98595294-Gtc

I. PENDAHULUAN

Gigi yang hilang dapat terjadi dari suatu pencabutan atau memang sejak kecil

tidak tumbuh. Gigi tiruan dipasang sebelum terjadi perubahan-perubahan pada gigi

dan jaringan sekitarnya sehingga gigi tiruan yang dipasang benar-benar dapat

menggantikan fungsi dari gigi asli yang telah hilang.

Akibat-akibat yang dapat ditimbulkan karena hilangnya gigi dalam waktu

lama dan tidak dibuatkan gigi tiruan adalah migrasi dan rotasi gigi, erupsi yang

berlebihan dari gigi antagonisnya, penurunan efisiensi pengunyahan, gangguan pada

TMJ, beban yang berlebihan pada jaringan pendukung, kebersihan mulut terganggu,

kelainan bicara, jika pada rahang bawah banyak gigi yang hilang dan tidak dibuatkan

gigi tiruan maka dapat berakibat lidah membesar (macroglossia). Apabila yang hilang

adalah gigi anterior maka akan mengurangi estetis dan gangguan pada saat berbicara.

Pada gigi posterior, kehilangan dapat menyebabkan terganggunya alat pencernaan,

karena kerja gigi anterior lebih berat.

Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih

gigi yang hilang dan tidak dapat dilepas oleh pasiennya sendiri maupun dokter gigi

karena dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan pendukung

utama dari restorasi.

Tujuan pembuatan GTC antara lain untuk memperbaiki fungsi organ kunyah

yang berkurang daya kunyahnya (fungsi mastikasi), memulihkan fungsi fonetik,

memperbaiki estetika, mencegah terjadinya perpindahan tempat gigi sekitar ruangan

yang kosong karena hilangnya gigi, memelihara dan mempertahankan gusi.

Keuntungan dari pembuatan GTC adalah tidak mudah terlepas atau tertelan

dikarenakan dilekatkan pada gigi asli, dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien,

dapat dipasang kembali di dalam mulut tiap kali dilepas karena tidak mempunyai

pendekap yang dapat menyebabkan keausan pada permukaan email gigi, dan dapat

melindungi gigi terhadap stress karena mempunyai efek splint, serta menguntungkan

jaringan pendukungnya karena menyebarkan tekanan fungsi ke seluruh gigi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gigi tiruan dibedakan menurut banyaknya gigi yang hilang terdiri dari gigi

tiruan lengkap dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan sebagian dibedakan menjadi gigi

tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan sebagian cekat (GTC). Tylman (1959)

mengatakan bahwa gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi yang tidak dapat dilepas

sendiri oleh pasien maupun dokter, karena dilekatkan secara permanen pada gigi asli

atau akar gigi yang merupakan pendukung utama dari alat tersebut. Gigi tiruan cekat

disebut juga fixed bridge prosthesis atau fixed partial denture.

Menurut Ewing (1959), indikasi pembuatan GTC yakni antara lain :

1. Gigi sudah erupsi penuh, usia pasien 20-55 tahun.

2. Mempunyai struktur jaringan gigi yang sehat.

3. Oral hygiene baik.

4. Mengganti hanya beberapa gigi yang hilang (1-4 gigi).

5. Kondisi ridge dalam batas normal.

6. Processus alveolaris yang mendukung baik.

7. Gigi abutment tidak malposisi dan mampu menerima tekanan pontic, sedapat

mungkin paralel dan vital.

8. Mempunyai hubungan oklusi dan jaringan periodonsium yang baik.

9. Gigi abutment posisinya sedapat mungkin sejajar dan masih vital.

10. Pasien tidak mempunyai kebiasaan jelek.

11. Kesehatan umum dan sosial indikasi pasien baik.

12. Merupakan suatu treatment dari kasus-kasus penyakit periodontal.

Sedangkan untuk kontra indikasi GTC adalah :

1. Pasien terlalu muda atau tua

2. Struktur gigi terlalu lunak

3. Hygiene mulut jelek

4. Gigi yang harus diganti banyak

5. Kondisi daerah tak bergigi mengalami resorbsi eksisi.

6. Alveolus pendukung gigi kurang dari 2/3 akar gigi.

7. Gigi abutment abnormal dan jaringan periodonsium tidak sehat.

8. Oklusi abnormal.

9. Kesehatan umum jelek.

10. Tidak terjalin kooperatif dari pasien dan operator.

11. Mempunyai bad habit (kebiasaan buruk).

12. Gigi hipersensitif walaupun sudah dianestesi.

Pada gigi tiruan cekat (GTC), terdiri dari 4 bagian yakni gigi

abutment,retainer,pontic dan connector.

1. Penyangga (gigi abutment)

Merupakan gigi pegangan dimana suatu bridge (jembatan) dilekatkan.

Abutment harus mempunyai daerah permukaan akar yang efektif dan tulang

pendukung yang cukup. Sebagai abutment harus gigi yang sudah full erupsi

(erupsi penuh) agar retainer tidak terangkat akibatnya timbul daerah yang tidak

tertutup oleh retainer sehingga mudah terjadi karies.

Gigi abutment harus dipersiapkan agar benar-benar dapat memberi dukungan

yang kuat pada GTC. Untuk menentukan jumlah gigi yang akan digunakan

sebagai abutment, digunakan Hukum Ante : ”Luas permukaan jaringan

periodontal dari gigi abutment sama atau lebih besar dari jaringan periodontal gigi

yang akan diganti”.

2. Retainer

Merupakan bangunan logam tuang yang disemen atau dilekatkan pada gigi

penyangga untuk menahan atau membantu suatu pontic. Retainer ini

menghubungkan bridge dengan abutment. Fungsi retainer adalah untuk menjaga

agar GTC tetap pada tempatnya.

Tipe – tipe retainer antara lain:

a. Tipe dalam dentin (intra coronal retainer )

Preparasi dan badan retainer sebagian besar ada di dalam dentin atau di dalam

mahkota gigi. Contoh : tumpatan MOD

b. Tipe luar dentin (ekstra coronal retainer )

Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di luar dentin atau diluar

badan mahkota gigi. Contoh : preparasi full cast crown

c. Tipe dalam akar.

Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di dalam saluran akar. Contoh

: mahkota pasak inti.

3. Pontic/dummy

Merupakan bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang dan

memperbaiki fungsinya. Salah satu sifat yang sangat penting dari pontic adalah

reliability, yaitu ketahanan terhadap tekanan cairan di dalam mulut (suasana

dalam mulut). Facing pontic diharapkan selalu menempel pada bangunan logam

pontic. Facing pontic dapat dibuat dari akrilik atau porselin.

4. Connector/joint

Merupakan bagian dari GTC yang menghubungkan setiap unit dari GTC.

Connector dapat berupa hubungan antara retainer dengan pontic ataupun retainer

dengan retainer. Hubungan pontic dengan retainer dapat merupakan pelekatan

kaku (rigid) atau yang tidak kaku (non rigid) seperti kunci-kunci atau stress

breaker (alat penyerap daya untuk mengurangi beban yang harus dipikul

abutment).

Untuk pembuatan GTC diperlukan ronsen foto yang berguna untuk

mengetahui :

a. Keadaan tulang alveolar di daerah yang kehilangan gigi.

b. Akar yang tertinggal di alveolar.

c. Perbandingan panjang akar dan tinggi mahkota.

d. Ukuran, bentuk dan posisi akar.

e. Tebal dan kontinuitas lapisan periodontal.

f. Adanya kelainan pada apeks akar.

Pada dasarnya dikenal beberapa tipe GTC yaitu :

a. Fixed- fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid, dapat digunakan untuk

gigi posterior dan anterior.

b. Fixed movable bridge : salah satu conector bersifat rigid, dapat digunakan

untuk gigi posterior dan anterior.

c. Spring bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan lingual

bar, digunakan pada kasus diastema/space yang mengutamakan estetis.

d. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat secara kaku pada retainer

sedang ujung lainnya bebas/menggantung.

e. Compound bridge : merupakan kombinasi dua atau lebih dari bridge.

Dalam preparasi GTC dikenal empat macam finish line, antara lain:

a. Shoulderless/knife edge/tanpa pundak; bentuk ini biasanya dibuat untuk

gigi pegangan yang tipis atau pada GTC dengan retainer terbuat dari bahan

yang mempunyai kekuatan tepi yang cukup kuat.

b. Shoulder/berpundak; bentuk ini dibuat pada gigi pegangan dengan retainer

tanpa kekuatan tepi, sehingga pada tepi retainer tersebut mempunyai

ketebalan (contoh pada resin akrilik mahkota jaket).

c. Chamfer finish line; bentuk ini biasanya digunakan untuk retainer jenis

mahkota penuh (full veneer cast crown).

d. Partial shoulder/ berpundak sebagian; bentuk ini mempunyai pundak pada

bagian bukal atau labial, kemudian akan menyempit pada daerah proksimal

dan akhirnya hilang sama sekali pada daerah palatinal/lingual.

Beberapa macam bentuk pontic adalah :

a. Saddle pontic

Merupakan pontic yang paling dapat menjamin estetika, seluruh bentuk

pontic tersebut mengganti dari seluruh bentuk gigi yang hilang.

Kekurangan bentuk ini sering menyebabkan inflamasi jaringan lunak di

bawah pontic tersebut, karena menutup seluruh edentulous ridge.

b. Ridge lap pontic

Pontic ini tidak menempel edentulous ridge pada permukaan

palatinal/lingual, sedang permukaan bukal atau labialnya menempel.

Keadaan ini untuk memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi

makanan, tetapi tidak mengabaikan faktor estetik, biasanya digunakan

untuk gigi anterior.

c. Hygiene pontic

Pontic ini sama sekali tidak menempel pada edentulous ridge, sehingga self

cleansing sangat terjamin. Biasanya untuk gigi posterior bawah.

d. Conical pontic

Pontic ini hampir sama dengan hygiene pontic tetapi pada jenis ini ada

bagian yang bersinggungan dengan edentulous ridge, sering juga disebut

sebagai bullet / spheroid pontic mahkota sementara.

Alat-alat yang digunakan pada preparasi GTC terdiri atas :

1. Cylindris bur terdiri atas:

a. fissure bur

b. tappered bur

c. chamfer bur

2. Wheel bur, terdiri atas:

a. Round edge wheel bur

b. Flat discs wheel bur

3. Sand paper discs

Digunakan pada akhir preparasi agar hasil preparasi halus dan

menumpulkan sudut-sudut yang tajam .

Prosedur pembuatan GTC adalah sebagai berikut :

a. Preparasi gigi abutment, bisa dilakukan pada gigi kaninus, premolar atau

molar. Menurut Johnson (1960) pada tahap preparasi GTC dilakukan :

i. pengurangan permukaan oklusal atau sisi insisal

ii. pengurangan sisi proksimal

iii. preparasi permukaan labial, lingual, bukal

iv. pengurangan sudut aksial

v. membuat shoulder sebagai pijakan mahkota agar tidak mudah lepas.

b. Setelah gigi abutment dipreparasi harus dilindungi dengan mahkota

sementara ( Martanto, 1981 ) yang berfungsi untuk :

i. melindungi gigi dari rangsang mekanis, khemis, suhu.

ii. mencegah terjadinya elongasi dan migrasi.

iii. melindungi gusi daerah servikal.

iv. memelihara estetis.

c. Membuat model kerja.

d. Pemendaman dan penuangan logam kerangka GTC.

e. Pembuatan facing akrilik/ porselin.

f. Pemilihan jenis pontic.

III. LAPORAN KASUS

A. Identifikasi

Nama : xxx

Umur : 27 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : xxx

Tanggal Pemeriksaan : xxx

No Kartu : xxx

B. Anamnesa

1. Pemeriksaan Subyektif

Motivasi : Datang ke klinik atas keinginan sendiri untuk membuatkan gigi tiruan

pada gigi belakang kiri bawahnya.

CC : Ingin membuatkan gigi tiruan karena tidak adanya gigi membuat

tidak nyaman dan mengganggu fungsi pengunyahan.

PI : Saat ini tidak ada keluhan rasa sakit.

PDH : Pasien pernah mencabutkan gigi geraham pertama kiri bawahnya

yang berlubang tanpa komplikasi, 7 tahun yang lalu dan gigi

geraham pertama kanan bawah 1 minggu yang lalu. Pasien pernah

membuatkan mahkota jaket pada gigi anterior atas.

PMH : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik, tidak ada riwayat

alergi obat-obatan, cuaca, maupun makanan.

FH : Ayah : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik

Ibu : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.

2. Pemeriksaan Obyektif

a. Umum : Jasmani : sehat.

Rohani : kooperatif dan komunikatif.

b. Lokal : EO : Wajah : simetris, tidak ada kelainan

Pipi : simetris, tidak ada kelainan

Bibir : simetris, tidak ada kelainan

Lnn : tidak teraba.

IO : Mukosa : normal, tidak ada kelainan

Gingiva : normal, tidak ada kelainan

Lidah : normal, tidak ada kelainan

Palatum : normal, tidak ada kelainan

Frenulum : normal, tidak ada kelainan

Alveolus : normal

Gigi : 30, ukuran dan bentuk normal

OH : baik

b. Formula gigi

V IV III II I I II III IV V

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

J J K K

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

V IV III II I I II III IV V

Ket :

X : Telah dicabut K : Karies J : Jaket

C. Klasifikasi

RB: Applegate Kennedy Klas VI modifikasi 1P

D. Pemeriksaan Rontgen Foto

Tidak ada kelainan di sekitar daerah yang tidak bergigi dan tidak ada kelainan

disekitar gigi 35 dan 37 yang akan dijadikan gigi abutment. Jaringan periodontal

sehat. Luas ligamen periodontal gigi abutment lebih besar daripada gigi yang

hilang.

IV. RENCANA PERAWATAN

Kunjungan I :

1. Anamnesa serta menjelaskan kepada pasien tentang jalannya perawatan

dalam pembuatan gigi tiruan cekat.

2. Persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuat gigi tiruan cekat,

meliputi perawatan periodontal yaitu scaling.

3. Evaluasi rontgen foto untuk mengetahui kondisi gigi abutment dan jaringan

pendukungnya.

4. Indikasi dan mencetak study model RA dan RB dengan :

- Sendok cetak : perforated stock tray no. 2

- Bahan cetak : alginat (irreversible hydrocolloid)

- Metode : mukostatik

Pasien kehilangan gigi 36 karena pencabutan sehingga akan dibuatkan GTC

fixed-fixed bridge yang terbuat dari porcelain fused to metal dan terdiri dari

3 unit, yaitu pontic gigi 36 dengan menggunakan gigi 35 dan 37 sebagai

gigi abutment. Retainer pada gigi 35 dan 37 menggunakan tipe full crown

yang dipreparasi dengan menggunakan bur kecepatan tinggi (high speed

bur). Bentuk pontic yang digunakan adalah hygiene pontic, yaitu pontic

yang bagian lingual dan fasialnya tidak menempel pada edentulous ridge.

Hal ini dimaksudkan supaya self cleansing tetap terjaga baik, biasanya tipe

pontic ini digunakan pada gigi bagian posterior bawah.

Kondisi gigi sebelum dipreparasi:

Jarak mesiodistal 35 : 7,28 mm

Jarak mesiodistal 37 : 10,6 mm

Ruang pada gigi 36 : 8,56 mm

7,28 mm 8,56 mm 10,6 mm

Rencana preparasi gigi:

Pengurangan 35

Oklusal : 1,4 mm

Bukal : 1,4 mm

Lingual : 1,4 mm

Distal : 1,8 mm

Mesial : 1,4 mm

Pengurangan 37

Oklusal : 1,4 mm

Bukal : 1,4 mm

Lingual : 1,4 mm

Mesial : 1,8 mm (mesiobukal), 1,4 mm (mesiolingual)

Distal : 1,4 mm (distobukal), 1,8 mm (distolingual)

Desain Gigi Tiruan Cekat

C C

P

A A

6,88mm 9,36 mm 10,20 mm

Keterangan :

A = Gigi abutment dengan retainer full veneer cast crown

P = Pontic ( hygiene pontic)

C = Rigid Connector

5. Membuat simulasi preparasi gigi tiruan cekat 3 unit

Study model dicetak kembali kemudian diisi dengan gips stone. Setelah

cetakan jadi, dilakukan simulasi preparasi dengan crownmess sesuai desain

yang telah dibuat. Model kerja juga disiapkan untuk pembuatan mahkota

sementara gigi tiruan cekat 3 unit dari self curing acrylic yang sewarna

dengan gigi.

Kunjungan II :

Preparasi gigi dan pontic pada gigi atau GTC 3 unit memakai bur kecepatan

tinggi. Retainer yang digunakan adalah full crown. Prinsip preparasi mengikuti

kesejajaran/paralelisme dinding-dinding aksial gigi abutment yang akan dipreparasi.

1. Langkah-langkah preparasi gigi 35 adalah sebagai berikut:

a. Pengurangan bagian oklusal

1) Menggunakan round edge wheel bur atau fissure bur pendek. Bagian

oklusal dikurangi 1,4 mm menurut bentuk permukaan oklusal dan

morfologi gigi.

2) Periksa jarak gigi dengan gigi antagonisnya menggunakan sonde.

b. Pengurangan bagian mesial

1) Pengurangan bagian mesial sebanyak 1,4 mm pada sisi bukal dan lingual

menggunakan flat disc wheel bur makan sebelah untuk menghilangkan

contact point. Setelah contact point terbuka kemudian pengurangan gigi

dilanjutkan dengan menggunakan bur fissur kerucut yang kecil dan

panjang atau tapered bur.

2) Pemotongan pada bagian proksimal dibuat konvergen ke arah oklusal

sebesar 5º.

c. Pengurangan bagian distal

1) Pengurangan bagian distal sebanyak 1,8 mm pada sisi bukal dan lingual

menggunakan flat disc wheel bur makan sebelah untuk menghilangkan

contact point. Setelah contact point terbuka kemudian pengurangan gigi

dilanjutkan dengan menggunakan bur fissur kerucut yang kecil dan

panjang atau tapered fissure bur.

2) Pemotongan pada bagian proksimal dibuat konvergen ke arah oklusal

sebesar 5º.

d. Pengurangan bagian bukal

1) Pengurangan bagian bukal sebanyak 1,4 mm menggunakan cylindris

fissure bur.

2) Pengurangan meluas sampai pada garis pertemuan dengan permukaan

proksimal, jangan sampai mengenai gigi tetangganya

3) Pemotongan pada bagian bukal dibuat konvergen ke arah oklusal sebesar

5º.

e. Pengurangan bagian lingual

1) Pengurangan bagian lingual sebanyak 1,4 mm menggunakan cylindris

fissure bur.

2) Pengurangan meluas sampai pada garis pertemuan dengan permukaan

proksimal, jangan sampai mengenai gigi tetangganya

3) Pemotongan pada bagian lingual dibuat konvergen ke arah oklusal sebesar

5º.

f. Pembuatan akhiran servikal :

1) Gigi diisolasi menggunakan cotton roll kemudian gingiva dikeringkan.

2) Gingival margin diretraksi menggunakan benang yang dibasahi adrenalin

kemudian dilingkarkan pada gigi pegangan, kemudian ditekan ke arah

apikal. Benang dimasukkan ke dalam sulkus gingiva (dekat gingival

margin) dengan bantuan instrumen seperti sonde selama 10 menit.

Kemudian benang diangkat dari sulkus gingiva.

3) Akhiran servikal yang dibuat adalah bentuk chamfer dengan menggunakan

chamfer bur terletak di subgingiva.

g. Penghalusan hasil preparasi

Menghilangkan seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan

undercut-undercut untuk memperoleh hasil preparasi yang cukup halus. Sisi-

sisi yang tajam dihaluskan menggunakan sand paper disc yang dipegang

dengan mandrel.

Langkah-langkah preparasi gigi 37 adalah sebagai berikut :

a. Pengurangan bagian oklusal :

1) pengurangan dengan menggunakan round edge wheel bur, dikurangi 1,4

mm pada sisi distal dan 1,4 mm pada sisi mesial menurut bentuk

permukaan oklusal, tidak dikurangi secara rata disesuaikan dengan bentuk

morfologi gigi, dengan terlebih dahulu membuat saluran-saluran melalui

fisur oklusal dengan bur fisur sedalam 1,4 mm.

2) periksa jarak gigi dengan antagonisnya.

b. Pengurangan bagian mesial

1) Pengurangan bagian mesial dilakukan sebanyak 1,8 mm pada sisi bukal

dan 1,4 mm pada sisi lingual. Pertama-tama menggunakan flat disc wheel

bur makan sebelah untuk menghilangkan contact point dengan gigi

tetangga. Setelah contact point terbuka kemudian pengurangan gigi

dilanjutkan dengan menggunakan bur fissur kerucut yang kecil dan

panjang (tapered fissure bur).

2) Pemotongan pada bagian proksimal dibuat konvergen ke arah oklusal

sebesar 5º.

c. Pengurangan bagian distal

1) Pengurangan bagian distal sebanyak 1,4 mm pada sisi bukal dan 1,8 mm

pada sisi lingual. Pertama-tama menggunakan flat disc wheel bur makan

sebelah untuk menghilangkan contact point dengan gigi tetangga. Setelah

contact point terbuka kemudian pengurangan gigi dilanjutkan dengan

menggunakan bur fissur kerucut yang kecil dan panjang (tapered fissure

bur).

2) Pemotongan pada bagian proksimal dibuat konvergen ke arah oklusal

sebesar 5º.

d. Pengurangan bagian bukal

1) Pengurangan bagian bukal sebanyak 1,4 mm menggunakan cylindric

fissure bur.

2) Pengurangan meluas sampai pada garis pertemuan dengan permukaan

proksimal, jangan sampai mengenai gigi tetangganya

3) Pemotongan pada bagian bukal dibuat konvergen ke arah oklusal sebesar

5º.

e. Pengurangan bagian lingual

1) Pengurangan bagian lingual sebanyak 1,4 mm menggunakan cylindric

fissure bur.

2) Pengurangan meluas sampai pada garis pertemuan dengan permukaan

proksimal, jangan sampai mengenai gigi tetangganya

3) Pemotongan pada bagian lingual dibuat konvergen ke arah oklusal sebesar

5º.

f. Pembuatan akhiran servikal :

1) Gigi diisolasi menggunakan cotton roll kemudian gingiva dikeringkan.

2) Gingival margin diretraksi menggunakan benang yang dibasahi adrenalin

kemudian dilingkarkan pada gigi pegangan, kemudian ditekan ke arah

apikal. Benang dimasukkan ke dalam sulkus gingiva (dekat gingival

margin) dengan bantuan instrumen seperti sonde selama 10 menit.

Kemudian benang diangkat dari sulkus gingiva.

3) Akhiran servikal yang dibuat adalah bentuk chamfer pada bagian bukal

dan lingual dengan menggunakan chamfer bur. Letak finish line ialah di

subgingiva.

g. Penghalusan hasil preparasi

Menghilangkan seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan undercut-

undercut untuk memperoleh hasil preparasi yang cukup halus. Sisi-sisi yang

tajam dihaluskan menggunakan sand paper disc dipegang dengan mandrel.

2. Setelah dipreparasi dibuat cetakan model kerja :

Sendok cetak : perforated stock tray no. 2.

Bahan cetak :elastomer

Metode :double impression.

Cara mencetak:

Cara yang dilakukan yaitu terdiri dari bahan cetak putty yang terdiri dari base

(kuning) dan katalis (biru) dengan perbandingan 1:1 diaduk dengan tangan kemudian

setelah mencapai konsistensi tertentu, bahan cetak diletakkan dalam sendok cetak.

Bahan cetak exaflex injection yang terdiri dari base (kuning) dan katalis (merah)

dengan perbandingan 1:1 diaduk diatas glass plate. Setelah mencapai konsistensi

tertentu, bahan cetak exaflex diletakkan dalam sendok cetak yang telah diberi bahan

cetak putty sebelumnya serta dipaskan dalam mulut pasien kemudian ditekan pada

daerah gigi yang dipreparasi. Setelah bahan cetak setting sendok cetak dikeluarkan

dari mulut pasien. Hasil cetakan diisi dua kali dengan glass stone. Selanjutnya model

kerja dikirim ke laboratorium untuk pemrosesan gigi tiruan cekat. Cetakan model

kerja yang satunya digunakan untuk membuat mahkota sementara.

Sebelum pasien pulang, mahkota sementara gigi tiruan cekat 3 unit dari self

curing acrylic yang telah jadi dipasang pada pasien.

Pembuatan mahkota sementara dibuat dari self curing acrylic dengan metode indirek

sebagai berikut :

a. Gigi sebelum dipreparasi dicetak menggunakan bahan cetak elastomer (I).

b. Gigi sesudah dipreparasi dicetak menggunakan bahan cetak alginat kemudian

diisi dengan gips stone. Setelah gips stone mengeras dan dilepas dari cetakan

didapatlah model gigi setelah preparasi (II).

c. Cetakan (I) diisi dengan self curing acrylic

d. Model gigi setelah preparasi (II) dimasukkan ke hasil cetakan (I) yang telah di-

isi self curing acrylic.

e. Fiksasi sampai self curing acrylic mengeras

f. Lakukan pengurangan pada mahkota sementara tersebut dan cobakan pada

pasien

Mahkota sementara yang tidak pas dikurangi sampai benar-benar pas beroklusi

dengan gigi antagonisnya. Mahkota sementara disemen dengan semen sementara

fletcher dan larutan eugenol. Penyemenan dilakukan dengan cara:

a. Mahkota sementara gigi tiruan cekat 3 unit dibersihkan, disterilkan, lalu

dikeringkan. Gigi yang akan dipasangi gigi tiruan cekat juga dikeringkan.

b. Semen diaduk sesuai konsistensinya, kemudian dioleskan pada gigi yang

dipreparasi dan bagian dalam mahkota sementara gigi tiruan cekat 3 unit.

c. Mahkota sementara gigi tiruan cekat 3 unit dipasang dengan tekanan

maksimal, kemudian pasien disuruh menggigit beberapa menit.

d. Pemeriksaan retensi, stabilisasi, dan oklusi.

e. Pasien diinstruksikan untuk menjada kebersihan mulutnya dan diminta untuk

tidak makan atau menggigit makanan yang keras dulu. Bila ada keluhan rasa

sakit segera kembali untuk dikontrol.

Kunjungan III (Try In) :

Try in atau pengepasan GTC dengan sementasi menggunakan campuran

serbuk fletcher dan larutan eugenol selama 1 minggu. Yang harus diperhatikan adalah

kontak proksimal antara GTC dengan gigi sebelahnya, pemeriksaan pada tepi GTC

tidak boleh menekan gingiva, dan pemeriksaan kontak oklusal. Dilihat retensi dan

stabilisasinya. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika try-in adalah: retensi, stabilisasi,

oklusi, dan kenyamanan pasien.

1. Retensi

Kemampuan GTC untuk melawan gaya pemindah yang cenderung memindahkan

gigi tiruan kearah oklusal. Cara mengecek retensi gigi tiruan adalah dengan cara

memasang gigi tiruan tersebut ke dalam mulut pasien. Jika tidak mempunyai

retensi maka gigi tiruan tersebut akan terlepas setelah dipasang, namun jika tidak

terlepas berarti gigi tiruan tersebut sudah mempunyai retensi.

2. Stabilisasi

Merupakan perlawanan atau ketahanan GTC terhadap gaya yang menyebabkan

perpindahan tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan

berfungsi, misal pada mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara

menekan bagian gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh

menunjukkan pergerakan pada saat tes ini.

3. Oklusi

Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral dan anteroposterior.

Caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas dan

bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu

kertas artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan

normal terlihat warna yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila

terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka terjadi traumatik oklusi

oleh karena itu dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan

metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak terjadi

traumatik oklusi.

Kunjungan IV (Insersi) :

Satu minggu setelah pengepasan kemudian dilakukan insersi GTC dengan

sementasi menggunakan SIK tipe I. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan subjektif,

ditanyakan apakah ada keluhan dari pasien setelah GTC dipasang dan dipakai.

Pemeriksaan objektif dilihat dari keadaan jaringan lunak di sekitar daerah GTC

apakah ada peradangan atau tidak, periksa retensi dan oklusi pasien. Jika tidak ada

peradangan, retensi dan oklusi pasien baik maka dilakukan penyemenan GTC.

Penyemenan GTC:

1. GTC dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan, gigi abutment yang akan

dipasang GTC juga dikeringkan.

2. Semen diaduk untuk mendapatkan konsistensi yang baik untuk penyemenan,

kemudian dioleskan pada bagian dalam dari GTC.

3. GTC dipasang dan pasien diinstruksikan untuk dalam posisi oklusi sentrik

beberapa menit.

4. Kelebihan semen yang mengalir ke gingival diambil kemudian dibersihkan.

5. Instruksikan pada pasien untuk menjaga kebersihan mulut dan diminta untuk tidak

makan atau menggigit makanan yang keras dulu.

6. Bila ada keluhan rasa sakit segera kontrol.

Setelah dilakukan penyemenan, dicek kembali retensi, stabilisasi dan oklusi

(dengan articulating paper).

Kunjungan V (Kontrol) :

Kontrol :

- Pemeriksaan subyektif : menanyakan apakah ada keluhan dari pasien setelah

GTC dipasang dan dipakai.

- Pemeriksaan obyektif : melihat keadaan jaringan lunak disekitar daerah GTC,

apakah ada peradangan atau tidak. Memeriksa retensi,

stabilisasi, dan oklusi pasien.

V. DISKUSI

Pada kasus ini pasien mengeluhkan fungsi mastikasi yang terganggu karena

hilangnya gigi 36 akibat pencabutan. Berdasarkan hasil pemeriksaan subyektif dan

obyektif, rencana perawatan untuk kasus ini yaitu pembuatan gigi tiruan cekat. Hal ini

didukung oleh pemeriksaan penunjang yaitu untuk mengetahui keadaan gigi abutment

dan jaringan pendukungnya.

Menurut hasil rontgen, pasien ini dapat dibuatkan GTC karena keadaan

jaringan pendukung pada daerah yang tak bergigi maupun di sekitar gigi abutment

tidak menunjukkan suatu kelainan. Ruang pulpa gigi abutment tidak terlalu besar

sehingga preparasi tidak akan menyebabkan perforasi pulpa. Demikian pula pada

ujung akar tidak ada kelainan. Dipilih gigi 35 dan 37 sebagai abutment karena sesuai

dengan Hukum Ante bahwa luas jaringan periodonsium gigi abutment hendaknya

sama atau lebih besar daripada luas jaringan periodonsium gigi yang akan diganti.

Pada kasus ini dipilih pembuatan full crown dengan porcelein fused to metal

untuk gigi 35 dan 37 dikarenakan dapat mengatasi daya kunyah yang besar,

mempunyai respon yang baik terhadap gingiva (margin gingiva dan subgingiva) dan

pertimbangan faktor estetis (terlihat seperti struktur gigi asli). Bentuk preparasi

disesuaikan dengan arah pemasangan.

Bentuk pontik yang digunakan pada kasus ini adalah hygiene pontic, yaitu

pontic yang tidak menempel pada permukaan lingual maupun pada permukaan bukal.

Keadaan ini untuk memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi makanan, dan

tercapainya self cleansing yang baik, tipe hygiene pontic terutama digunakan untuk

gigi tiruan cekat bagian posterior bawah.

Gigi Tiruan Cekat pada kasus ini terdiri dari 2 retainer dan 1 pontik yang

dihubungkan secara rigid oleh konektor sehingga termasuk bridge tipe fixed-fixed

bridge. Bahan yang digunakan dalam pembuatan GTC ini adalah porcelein fused to

metal. Metal yang digunakan di sini biasanya adalah alloy nickel-chromium.

VI. PROGNOSIS

Prognosis pembuatan gigi tiruan cekat ini adalah baik, karena gigi abutment

kuat untuk mendukung GTC, jaringan pendukung sehat, kesehatan umum dan

kebersihan mulut pasien baik, serta pasien komunikatif dan kooperatif.

DAFTAR PUSTAKA