Gtc Jembatan Porselen Docx

36
Tugas Pemicu Dental Material PEMBUATAN DAN PEREKATAN GIGI TIRUAN CEKAT JEMBATAN DENGAN PORSELEN Oleh: Nidya Prettysia Sembiring (127160002) Ari Onasis (127160004) Veronica Angelia (127160006) Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan 2012

description

gtc

Transcript of Gtc Jembatan Porselen Docx

Page 1: Gtc Jembatan Porselen Docx

Tugas Pemicu Dental Material

PEMBUATAN DAN PEREKATAN GIGI TIRUAN

CEKAT JEMBATAN DENGAN PORSELEN

Oleh:

Nidya Prettysia Sembiring (127160002)

Ari Onasis (127160004)

Veronica Angelia (127160006)

Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

Medan

2012

Page 2: Gtc Jembatan Porselen Docx

Pemicu 4Nama Pemicu : Pembuatan dan Perekatan Gigi Tiruan Cekat Jembatan dengan

PorselenPenyusun : Sumadhi S. drg. PhDHari/Tanggal : Rabu, 14 November 2012Jam : 10.00-11.40 wibPasien wanita, Ice, 35 tahun datang ke praktek dengan tidak mempunyai gigi 11 dan

21 lagi. Beliau ingin dibuatkan gigitiruan yang tidak perlu dibukanya selama

pemakaian. Dokter berkesimpulan bahwa pasien ini harus dibuatkan gigitiruan cekat

jembatan dengan bagian depannya berbahan porselen.Ruang lingkup pembelajaran : Bahan cetak, cetakan, bahan die, bahan-bahan

metal fused to porcelain, dental cement.Produk :

Diskusikan kasus pemicu 4 tersebut dan buat laporan kelompok mengenai :

1. Penentuan bahan-bahan yang harus dipergunakan pada kasus ini

2. Pertimbangan penentuan bahan-bahan yang dipergunakan tersebut

3. Teknik-teknik yang dipergunakan dalam pembuatan gigi tiruan tersebut.Sidang Pleno :

- Sidang pleno akan dilaksanakan pada hari Rabu 21 November 2012 (atau

ditentukan kemudian), jam 10.00-11.40

- Peserta mempresentasikan hasil diskusi pemicu 4 (10-15 menit)

- Pada akhir sidang pleno akan ada umpan balik dari nara sumber (10-15 menit)

- Hasil diskusi dalam sidang pleno dibuat penyempurnaan oleh peserta dan

dikumpulkan paling lambat 3 (tiga) hari setelah jadwal diskusi yaitu tanggal 24

November 2012 Sumber pembelajaran :

1. Ferracane JL : Materials in Dentistry, Principles and Applications, 2nd ed.

Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia, 2001.

2. Anusavice KJ. Phillips’ Science of Dental Materials, 7th ed, WB Saunders Co,

Philadelphia, 2003.

3. Van Noort : Introduction To Dental Materials, 3rd ed. Mosby Elsevier,

Edinburgh, 2007.

4. Paper d.l.lLearning issue

Page 3: Gtc Jembatan Porselen Docx

1. Pengertian bahan yang dipergunakan

2. Tujuan penggunaan bahan

3. Perkembangan bahan yang dipergunakan

4. Penggunaan bahan dengan baik dan benar

5. Penentuan keberhasilan bahan yang dipergunakan

Page 4: Gtc Jembatan Porselen Docx

Pembahasan

Pasien wanita tidak mempunyai gigi 11 dan 21

Ingin dibuatkan gigitiruan yang tidak perlu dibukanya selama pemakaian

Kesimpulan kasus tersebut bahwa pasien ini harus dibuatkan gigitiruan cekat

jembatan dengan bagian depannya berbahan porselen.

Setelah dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif, dokter gigi perlu

membuat tiruan dari jaringan intra oral pasien. Membuat cor atau model adalah tahap

penting dalam sejumlah prosedur. Berbagai jenis cor dan model dapat dibuat dari

produk gips dengan menggunakan cetakan atau reproduksi negatif sebagai tempat

dari gips. Pada cetakan gipsum inilah dokter gigi merancang dan membuat kontruksi

untuk protesa cekat. Jadi, hasil cor harus secara akurat mewakili struktur mulut.

Karakteristik Bahan Cetak

Untuk menghasilkan cetakan yang akurat, bahan yang digunakan untuk

membuat tiruan dari jaringan oral dan ekstraoral harus memenuhi beberapa kriteria,

yaitu (1) bahan tersebut dapat beradaptasi dengan jaringan mulut serta cukup kental

untuk tetap berada dalam sendok cetak yang menghantar bahan cetak ke dalam mulut,

(2) bahan tersebut harus berubah atau mengeras menjadi padat menyerupai karet

dalam waktu tertentu selama di dalam mulut, dan (3) cetakan yang mengeras harus

tidak berubah atau robek ketika dikeluarkan dari mulut.1

Page 5: Gtc Jembatan Porselen Docx

Klasifikasi Bahan Cetak

Tabel 1. Klasifikasi bahan cetak

Berdasarkan mekanisme

pengerasan

Berdasarkan aplikasi atau sifat mekanisKaku atau non elastis

(linggir tanpa gigi)

Elastis (bentuk gigi)

Reaksi kimia

(irreversibel)

Plaster of paris

Oksida seng eugenol

Hidrokoloid alginat

Elastomer tanpa air

-polisulfit

-polieter

-silikon kondensasi

-silikon adisiPerubahan temperatur

(reversibel)

Kompoun (cetakan awal) Agar hidrokoloid

Bahan cetak dalam kedokteran gigi digunakan untuk membuat replika stuktur

oral yang ketika digunakan untuk mencetak harus dalam bentuk plastis. Berdasarkan

cara mengerasnya, bahan cetak dapat dikelompokkan menjadi ireversibel atau

reversibel. Ireversibel berarti bahan tersebut tidak dapat kembali ke bentuk semula

karena telah terjadi reaksi kimia, sedangkan reversibel berarti bahan tersebut dapat

melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena tidak terjadi

perubahan kimia. Menurut perubahan fisik, reaksi kimia, atau perubahan

polimerisasi, bahan cetak dibedakan menjadi elastis atau non-elastis. Bahan cetak

elastis dapat secara akurat mereproduksi struktur keras dan lunak rongga mulut,

sedangkan bahan cetak non-elastis harus dipatahkan atau diubah bentuknya terlebih

dahulu untuk kemudian dikeluarkan melalui undercut.1

A. Bahan Cetak Non-Elastis

1. Plaster of paris

Sekarang Gips Paris jarang digunakan sebagai bahan cetak sejak bahan elastomer

telah tersedia, tetapi dapat digunakan sebagai bahan untuk membersihkan cetakan

edentulous. Gips cetak bersifat rigid dan lebih mudah patah daripada bengkok. Bahan

ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil, dan karena itu paling cocok

Page 6: Gtc Jembatan Porselen Docx

digunakan bila tidak ada undercut tulang. Gips ini harus disimpan dalam kantung

kedap udara karena akan menyerap air dari udara dan akan mempengaruhi waktu

pengerasan.

2. Oksida Seng Eugenol (OSE)

Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil. Karena itu bahan ini

lebih disukai dibandingkan dengan alginat pada semua kasus yang tidak mempunyai

undercut tulang. Pemakaian OSE terutama adalah sebagai bahan cetak untuk

gigitiruan pada lingir edentulous dengan undercut kecil atau tanpa undercut. OSE

juga dapat digunakan sebagai cetakan pembersih di atas kompound pada sendok

cetak atau pada sendok cetak individual akrilik.6

3. Kompound

Ini merupakan suatu bahan termoplastik yang akan melunak jika dipanaskan

dalam uap air dengan suhu 55-700C.Terdapat dua jenis kompound yang ditentukan

oleh ADA. Tipe I digunakan untuk mencetak dan tipe II digunakan untuk preparasi

sendok cetak. Walaupun jarang digunakan, kompound dapat dipakai untuk

pencetakan mahkota penuh (tipe I), cetakan rahang edentulous sebagian atau

seluruhnya (tipe I), dan membuat cetakan pada sendok cetak di mana cetakan akhir

dibuat dengan menggunakan bahan lainnya (tipe II). Kompound tidak dapat

digunakan untuk mencetak undercut karena tidak bersifat elastic.1

B. Bahan Cetak Elastis

1. Hidrokoloid Reversible (Agar)

Hidrokoloid reversible adalah bahan cetak yang paling akurat. Bahan ini memiliki

riwayat keberhasilan yang cukup panjang untuk pembuatan gigi tiruan tunggal dan

gigi tiruan cekat sebagian karena akurasinya yang tinggi.1

2. Hidrokoloid Irreversible (Alginat)

Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran

gigi. Bahan ini dipakai untuk membuat cetakan untuk gigi tiruan sebagian lepasan,

Page 7: Gtc Jembatan Porselen Docx

cetakan pendahuluan untuk gigitiruan penuh, ortodontik, dan model studi. Bahan ini

tidak cukup akurat untuk cetakan gigitiruan sebagian cekat.1

3. Elastomer

Elastomer meliputi bahan cetak polisulfid, polieter, silikon kondensasi, dan

silikon adisi. Bahan-bahan ini elatis dan mudah kembali ke bentuk semula dengan

baik, dan stabil dimensinya, tetapi relatif mahal terutama silikon yang berpolimerisasi

dengan penambahan. Kekentalannya bermacam-macam, mulai dari pasta yang sangat

padat sampai yang sangat encer, menghasilkan kelompok bahan cetak yang cocok

untuk berbagai penerapan klinis. Bahan-bahan ini bersih dan mudah penggunaannya,

serta memiliki rentang waktu yang cukup untuk bekerja dan mengeras, sehingga

cocok untuk hampir semua teknik.

Dalam kasus ini bahan cetak dapat digunakan yaitu alginat sebagai bahan cetak

anatomis dan silikon adisi (vinyl polysiloxane-putty wash) sebagai bahan cetak

fisiologis.

Hidrokoloid Irreversible (Alginat)

1. Penggunaan Alginat dalam Kedokteran Gigi

Garam asam alginat yang diperoleh dari rumput laut jika dicampur dengan air

dalam proporsi yang tepat akan membentuk hidrokoloid ireversibel, yakni suatu gel

yang dipergunakan dalam pencetakan gigi-geligi.1

Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran

gigi. Hal ini dikarenakan kemudahan penggunaannya, harga yang relatif murah,

proses pengerasan yang cepat, serta keakuratan yang memuaskan.

Alginat dipakai menurut viskositasnya. Pada pembuatan geligitiruan lengkap,

jenis kekentalan tinggi dianjurkan untuk pembuatan cetakan pendahuluan karena

derajat kecermatan model yang dihasilkan tidak dituntut setinggi seperti yang

diperlukan bagi model kerja yang akan digunakan untuk membuat geligitiruan atau

sewaktu membuat cetakan akhir yang bertujuan untuk mencatat seakurat mungkin

bentuk mukosa sekaligus sulkus secara fungsional. Selain itu alginat juga dipakai

untuk pencetakan pada pembuatan geligitiruan sebagian lepasan, alat ortodontik, dan

Page 8: Gtc Jembatan Porselen Docx

model studi. Akan tetapi, alginat tidak cukup akurat untuk pembuatan mahkota dan

jembatan.

2. Komposisi Alginat

Komposisi bahan cetak alginat, fungsi, dan persentase berat dari masing-masing

komponen ditunjukkan pada tabel yang diberikan berikut ini.

TABEL 2. Formula komponen bubuk bahan cetak alginat

Komponen FungsiPersentase Berat

Sodium atau potassium alginate Reaktan 12-15

Kalsium sulfat dihidrat Reaktan 8-12

Sodium fosfat Retarder 2

Partikel pengisi, misalnya tanah diatoma

Partikel pengisi untuk mengontrol pengerasan gel

70

Potassium sulfat atau alkali zinc fluoride

Membuat permukaan model gipsum yang baik

~10

Pewarna dan perasa Estetik Sedikit

Sumber: Joseph WO, editor. Dental materials and their selection 3rd ed. Chicago: Quintessence Publishing Co, Inc.; 2002: 90, 96.

3. Proses Gelasi

Bubuk alginat yang dicampur dengan air akan menghasilkan bentuk pasta.

Dua reaksi utama terjadi ketika bubuk bereaksi dengan air selama proses setting.

Tahap pertama, sodium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat yang menyediakan

waktu pengerjaan yang adekuat.

2Na3PO4 + 3CaSO4 Ca3 (PO4)2 + 3Na2SO4

Tahap kedua, setelah sodium fosfat telah bereaksi, sisa kalsium sulfat bereaksi

dengan sodium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut, yang dengan air

akan membentuk gel:

H2O

Page 9: Gtc Jembatan Porselen Docx

Na alginat + CaSO4 Ca alginat + Na2SO4

(bubuk) (gel)

Menurut kecepatan proses gelasinya, alginat dibedakan menjadi dua jenis,

yakni:

1. Quick Setting Alginate, mengeras dalam 1 menit dan digunakan untuk

mencetak rahang anak-anak atau penderita yang mudah mual.

2. Regular Setting Alginate, mengeras dalam 3 menit dan dipakai untuk

pemakaian rutin.

Gelasi alginat yang normal tercapai dalam 3 menit. Gerakan pada waktu

gelasi berlangsung, misalnya pasien batuk, bergerak, muntah, atau menelan akan

menyebabkan stres internal pada alginat

4. Penyimpanan

Temperatur penyimpanan dan kontaminasi kelembaban udara merupakan

faktor utama yang mempengaruhi lama penyimpanan bahan cetak alginat. Bahan

yang sudah disimpan selama satu bulan pada 650C tidak dapat digunakan dalam

perawatan gigi, karena bahan tersebut tidak dapat mengeras sama sekali atau

mengeras terlalu cepat. Simpan persediaan alginat pada lingkungan yang dingin dan

kering.

Bahan cetak alginat dikemas dalam kantung tertutup secara individual dengan

berat bubuk yang sudah ditakar untuk membuat satu cetakan, atau dalam jumlah

besar di kaleng. Bubuk yang dibungkus per kantung lebih disukai karena mengurangi

kontaminasi selama penyimpanan dan perbandingan air dengan bubuk lebih terjamin

karena dilengkapi dengan takaran plastik untuk mengukur banyaknya air.

5. Stabilitas Dimensi

5.1 Manipulasi

Suhu air mempengaruhi waktu pengerasan alginat. Penambahan air dingin

meningkatkan waktu kerja dan waktu setting.

Rasio bubuk-air dan waktu pengadukan dengan sendirinya mempengaruhi

hasil adonan alginat. Perbandingan bubuk dan air yang kurang akan meningkatkan

Page 10: Gtc Jembatan Porselen Docx

kekuatan, mengurangi waktu kerja, waktu setting, dan fleksibilitas. Pengadukan yang

tidak adekuat tidak mencetak secara detail dan menghasilkan campuran yang berbutir

karena tidak tercampur dengan sempurna sehingga reaksi kimia berlangsung secara

tidak seragam di massa adukan. Pada penempatan alginat ke dalam sendok cetak,

usahakan jangan sampai ada udara terjebak, semua bagian sendok terisi dengan baik,

dan perforasi sendok cetak terisi semua. Bila tidak, alginat dapat terlepas pada saat

sendok dikeluarkan dari mulut.

Bahan cetak terlalu tipis menyebabkan cetakan mudah robek dan berubah

bentuk, sedangkan terjebaknya udara atau cairan pada permukaan gigi atau jaringan

akan menyebabkan cetakan jadi porus. Bahan cetak yang terlalu banyak pada sendok

cetak akan menyebabkan menyulitkan pengeluaran atau pada rahang atas akan

menyebabkan bahan cetak mengalir ke belakang.

5.2 Pencetakan

Pencetakan dianjurkan untuk tidak langsung dilakukan setelah pekerjaan

profilaksis, karena bila masih ada perdarahan pada gusi, pengerasan alginat akan

terpengaruh.

Alginat tidak melekat pada permukaan sendok cetak sehingga retensi harus

dipersiapkan dengan menggunakan suatu sendok cetak berlubang atau suatu bahan

perekat. Lubang-lubang tersebut juga memungkinkan alginat mengalir keluar.

Sendok cetak dikeluarkan dari mulut dengan gerakan sejajar sumbu panjang

gigi. Kadang-kadang sendok harus dikeluarkan dengan cara melepas penutupan tepi

pada sisi kiri atau kanan, tetapi hendaknya hal ini dilakukan dengan sangat hati-hati

untuk mencegah terjadinya distorsi.

Hidrokoloid adalah bahan yang bergantung pada kecepatan dan regangan.

Jadi, ketahanan terhadap sobekan akan meningkat bila cetakan dikeluarkan dengan

sentakan tiba-tiba. Jika cetakan dilepas perlahan-lahan, kerusakan alginat cenderung

akan terjadi.

5.3 Pembersihan Cetakan Alginat

Page 11: Gtc Jembatan Porselen Docx

Setelah dikeluarkan dari mulut, saliva harus dibersihkan dari permukaan

cetakan dengan mencuci cetakan di bawah aliran air. Kelebihan air dibuang dengan

mengibaskan cetakan atau dikeringkan dengan tiupan udara.

Bila ada saliva berlendir dan tidak dapat dibersihkan dengan air, cetakan dapat

ditaburi bubuk atau adonan gips yang sangat encer. Sesudah itu bersihkan dengan

aliran air sampai semua lendir terbawa.

5.4 Disinfeksi Cetakan

Disinfeksi adalah penghancuran bakteri-bakteri patogenik dengan cara

pemberian langsung bahan-bahan kimia atau fisik, sedangkan disinfektan adalah

bahan-bahan kimia yang dapat membunuh organisme patogen bila diaplikasikan pada

obyek mati.

Sebuah survei yang dilakukan di Hong Kong menunjukkan bahwa sodium

hipoklorit merupakan larutan disinfeksi bahan cetak yang paling banyak digunakan

dokter gigi swasta (73%), diikuti oleh glutaraldehid (15%), alkohol (8%), hidrogen

peroksida (4%), dan selebihnya menggunakan produk bermerk (8%).

Salah satu disinfektan yang tidak mahal namun efektif adalah sodium

hipoklorit, yang selama ini dikenal sebagai bahan pemutih. Hipoklorit telah terdaftar

oleh ADA sebagai disinfektan bahan cetakan. Selain itu sodium hipoklorit aman

digunakan dan bersifat bakterisid. Disinfektan ini dipakai dengan cara perendaman

selama 10 menit.

Sodium hipoklorit termasuk golongan halogenated yang oxygenating.

Larutan ini merupakan disinfektan derajat tinggi karena sangat aktif pada semua

bakteri, virus, jamur, parasit, dan beberapa spora. Bahan tersebut bekerja cepat,

sangat efektif melawan HBV dan HIV.

5.5 Pemeliharaan Cetakan Alginat

Keburukan utama dari alginat adalah dimensinya tidak stabil waktu mengeras.

Cetakan alginat harus segera diisi dengan dental gipsum sesegera mungkin dan tidak

lebih dari 30 menit atau bila tidak cetakan akan menjadi tidak akurat dan perlu

dilakukan pencetakan ulang karena dimensi yang tepat telah hilang Jika masih ada

sisa air di permukaan cetakan atau cetakan terlalu lama direndam di dalam cairan

Page 12: Gtc Jembatan Porselen Docx

yang mengandung air selama lebih dari 10 menit, maka akan terjadi imbibisi yang

akan menyebabkan alginat mengembang. Sebaliknya, jika cetakan dibiarkan kering di

udara terbuka, akan terjadi penguapan air dengan akibat mengerutnya alginat. Untuk

mencegah hal-hal tersebut, letakkan cetakan dalam udara lembab, bungkus dengan

kain basah atau paling aman masukkan ke dalam humidor yang mempunyai

kelembaban atmosfir 100%.

Cetakan alginat ditutup secepat mungkin dengan kain lembab dan dimasukkan

ke dalam kantong plastik. Cetakan harus dicor dalam waktu 10 menit setelah cetakan

selesai. Selama cetakan menunggu untuk diisi, hendaknya tidak diletakkan bersandar

pada kelebihan alginat yang mengalir ke luar di tepi posterior sendok cetak karena

dapat menyebabkan perubahan bentuk.

6.Pengecoran

Dalam proses pengecoran, rasio antara bubuk gipsum dan air harus sesuai

dengan petunjuk pabriknya. Adonan terlalu encer akan menghasilkan model yang

rapuh. Sebaliknya, adonan yang terlalu kental akan menyebabkan ketidaktepatan

model karena distorsi alginat begitu gipsum dituang ke dalam cetakan. Penggetaran

berlebih juga dapat menyebabkan distorsi alginat.

Adanya eksudat mukus pada permukaan cetakan akan memperlambat reaksi

kimia pada model dan menghasilkan permukaan kasar pada model. Hal ini dapat

dihindarkan dengan penggunaan larutan pengeras K2SO4 2%. Larutan ini berguna

mendapatkan permukaan halus dari model, mempercepat pengerasan bahan gipsum,

dan memperoleh konsistensi permukaan model yang lebih padat. Alginat masa kini

biasanya tidak perlu lagi direndam dalam larutan seperti ini.

Waktu penyimpanan cetakan alginat sampai diisi oleh gips tidak boleh lebih

dari 30 menit. Setelah cetakan diisi, sendok cetak harus diletakkan pada supporting

jig atau sendok bagian posterior diberi alas gulungan kapas supaya tidak terjadi

penekanan pada ujung alginat pada sendok.

7. Melepas Model dari Cetakan

Cara melepas model dari cetakan tergantung dari bahan cetak yang digunakan

karena tiap jenis bahan membutuhkan perlakuan khusus. Untuk alginat, segera setelah

Page 13: Gtc Jembatan Porselen Docx

gipsum mengeras, kurang lebih 30-60 menit, model harus segera dilepas dari cetakan

sehingga permukaan model akan tetap halus. Bila cetakan dibiarkan dan baru

besoknya dilepas, alginat biasanya mengerut dan keras, sehingga bagian-bagian halus

model bisa patah.

Karakteristik bahan cetak elastomerik

Bahan cetak

Bahan cetak Keuntungan KerugianPolisulfid -waktu kerja lama

-ketahanan sobek tinggi

-tepi-tepi mudah dibaca

-diisi dalam 1 jam

-memerlukan sendok cetak

perorangan

-peregangan menyebabkan

distorsi

-hidrofobikPolieter -cepat mengeras

-memiliki rasa

-hidrofobik terendah

-tepi-tepi mudah terbaca

-kestabilan baik

-pengisian dapat ditunda

-waktu penyimpanan 2

tahun

- keras

-modulus elastisiti tinggi

-menyerap air

-komponen dapat

mengelupas

-harga mahal

Silikon kondensasi -Bahan putty untuk sendok

cetak perorangan

-waktu kerja baik

-tepi-tepi mudah terbaca

-harga sedang

-pengerutan polimerisasi

tinggi

-produk samping menguap

-kekuatan sobek rendah

-hidrofobik

-harus segera diisiSilikon adisi

(vinyl polysiloxane-putty

wash)

-Bahan putty untuk sendok

cetak perorangan

-pengadukan otomatis

-stabil

-pengisian dapat ditunda

-hidrofobik

-putty dapat mendorong

bahan wash

-bahan wash memiliki

daya sobek rendah

Page 14: Gtc Jembatan Porselen Docx

-tepinya mudah dilihat -putty terlalu keras

-putty dan wash terpisah

-harga mahal

BAHAN DIE

1. Pengertian Bahan yang digunakan

Gypsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia, yang

merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Secara kimiawi, gypsum

yangdihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4.

2H2O) murni.

Berbagai jenis plaster digunakan untuk membuat cetakan dan model dimana prothesa

dan restorasi kedokteran gigi dibuat. Bila plaster di aduk dengan silika, dikenal

sebagai bahan tanam gigi. Bahan tanam gigi tersebut digunakan untuk membentuk

mold guna mengecor restorasi gigi dengan logam yang dicairkan. Gypsum sendiri

dapat dibagi menjadi dua jenis secara umum sebelum diklasifikasikan yaitu : Plaster

dan dental stone. Kandungan utama plaster dan stone gigi adalah kalsium sulfat

hemihidrat (CaSO4)2. H2O atau CaSO4. H2O. Dental stone digunakan sebagai bahan

untuk membuat die atau studi model.

2. Tujuan Penggunaan Bahan

Produk gypsum digunakan dalam di kedokteran gigi untuk membuat model studi dari

rongga mulut serta struktur maxilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan

laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan prothesa.

Penggunaaan gypsum dalam kedokteran gigi telah meluas, Penggunaan bahan

tersebut dapat diperlihatkan dalam membuat model untuk gigi tiruan. Penggunaan

bahan tersebut dapat digunakan dalam membuat model untuk gigi tiruan, yang

terdapat campuran plaster di dalam kandungannya, plaster jenis lain yang dikenal

sebagai stone gigi, diaduk dengan air,dituang ke dalam cetakan, dan dibiarkan

mengeras, cetakan plaster yang mengeras tersebut berfungsi sebagai mold untuk

membentuk model positif, atau model master. Pada model inilah gigi tiruan dibuat

tanpa diperlukan kehadiran pasien.

Page 15: Gtc Jembatan Porselen Docx

3. Perkembangan Bahan yang Digunakan

Berbagai jenis gypsum yang terdaftar oleh spesifikasi ADA No. 25, dan sifat-sifat

yang dihasilkannya.

a) Plaster cetak tipe I

Bahan cetak ini terdiri dari plaster of paris yang ditambahkan zat tambahan untuk

mengatur waktu pengerasan dan expansi pengerasan. Plaster cetak jarang digunakan

lagi untuk mencetak dalam kedokteran gigi, Karena telah digantikan dengan bahan

yang kurang kaku seperti hidrokoloid dan elastomer.

b) Plaster Model tipe II

Plaster laboratorium tipe II sekarang digunakan untuk mengisi kuvet dalam

pembuatan prothesa bila expansi pengerasan tidaklah penting dan kekuatan cukup,

sesuai batasan yang disebutkan dalam spesifikasi.

c) Dental stone tipe III

Yang juga biasa disebut sebagai stone kelas I atau Hydrocal memiliki nilai minimum

kekuatan tekan 20,7 Mpa (3000 psi) (tabel 1.1), tapi tidak melebihi 34,5 Mpa (5000

psi). Bahan ini digunakan untuk membuat model dalam proses pembuatan gigi tiruan

sebagian atau penuh yang cocok dengan jaringan lunak karena stone memiliki

kekerasan permukaan yang melebihi dental plaster juga kekuatan yang cukup

memadai untuk pembuatan gigi tiruan dan gigi tiruan akan lebih mudah dilepaskan

setelah diproses.

d) Dental stone tipe IV

Yang juga biasa disebut sebagai stone kelas II, densite,improved stone atau modified

α-hemihidrat. Dental stone tipe IV utamanya digunakan untuk membuat model atau

die dalam pembuatan mahkota, jembatan dan inlay. Bahan ini digunakan karena

memiliki kekuatan yang tinggi dan kekerasan permukaan yang merupakan hal wajib

selama proses pembuatan die. Permukaan yang keras adalah hal yang penting untuk

dental stone yang digunakan pada pembuatan die, karena ruangan hasil preparasi

akan diisi dengan malam dan setelah itu di ukir sama rata dengan tepi dari die.

Digunakan alat yang tajam pada proses pengukiran; oleh karena itu stone harus tahan

Page 16: Gtc Jembatan Porselen Docx

terhadap abrasi. Dengan permukaan yang mengering lebih cepat, kekerasan

permukaan pun lebih meningkat dibandingkan dengan kekuatan tekan. Ini merupakan

keuntungan karena permukaan tahan terhadap abrasi, mengingat inti dari die adalah

kuat dan jarang rusak secara kebetulan.

e) Dental stone tipe V

Merupakan salah satu produk gipsum yang memiliki kekuatan tekan yang sangat

tinggi dibandingkan dengan dental stone tipe IV. Karena memiliki ekspansi setting

yang cukup tinggi sehingga penggunaannya lebih dikhususkan pada pembuatan inlay

logam, onlay, mahkota, dan gigi tiruan jembatan logam.

Tambahan dalam klasifikasi ADA untuk material ini berkembang atas respon untuk

memenuhi kebutuhan akan kekuatan dan ekspansi gips yang lebih tinggi dibanding

dental stone. Material ini berwarna biru atau hijau dan paling banyak membutuhkan

biaya dibandingkan semua produk gips. (Hatrick dkk, 2003)

Page 17: Gtc Jembatan Porselen Docx

Tabel 1: Tabel perbandingan lima tipe gipsum. Sumber : Anusavice KJ.

Phillips Science Of Dental Material. Ed, 2003; hal 273.

4. Penggunaan Bahan dengan Baik dan Benar

Kriteria pemilihan produk gypsum tergantung pada penggunaannya serta sifat fisik

tertentu untuk penggunaan tertentu.

Tahap – tahap pencampuran bubuk dental stone dengan air :

a. Menakar. Air dan bubuk harus diukur dengan benar dengan menggunakan

pengukur silinder untuk volume air dan timbangan untuk bubuk. Bubuk tidak

boleh diukur dengan menggunakan sendok takar, karena bentuk bubuk

bervariasi dari produk satu dengan produk lainnya dan tidak dibungkus

seragam. Bubuk akan menjadi lebih keras begitu kemasan tersisa tidak

digunakan. Bila kemasan dikocok, volume akan meningkat sebagai akibat

terjebaknya udara.

b. Pengadukan. Bila mengaduk dengan menggunakan tangan, rubber bowl harus

berbentuk parabolik, halus, dan tahan terhadap abrasi. Spatula harus memiliki

bilah yang kaku serta pegangan yang nyaman dipegang. Terjebaknya udara

dalam adukan harus dihindari untuk mencegah poros yang dapat

menyebabkan kelemahan dan ketidakakuratan permukaan. Penggunaan

vibarator otomatis, dengan frekuensi tinggi dan amplitudo rendah akan

membantu. Air yang sudah diukur ditempatkan dalam rubber bowl, dan bubuk

yang sudah diukur ditaburkan ke dalam rubber bowl. Adukan kemudian

dengan cepat diputar, dengan secara periodik menyapu spatula ke dalam

rubber bowl untuk menjamin pembahasan semua bubuk serta memecahkan

endapan, atau gumpalan. Pengadukan harus terus berlangsung sampai

Page 18: Gtc Jembatan Porselen Docx

diperoleh asukan yang halus, biasanya dalam 1 menit. Semakin lama waktu

pengadukan berarti mengurangi waktu kerja. Kebiasaan menambahkan air dan

bubuk berulang – ulang untuk mencapai konsistensi yang tepat haruslah

dihindari. Hal tersebut menyebabkan ketidakseragaman pengerasan dalam

massa adukan, menghasilkan kekuatan yang rendah dan distorsi, satu

penyebab utama ketidakakuratan dalam menggunakan produk gipsum.

Metode yang paling disukai adalah menambahkan air yang sudah diukur

terlebih dahulu, diikuti dengan penambahan bertahap bubuk yang telah

ditimbang. Bubuk diaduk selama kurang lebih 15 menit dengan spatula,

diikuti pengadukan mekanik hampa udara selama 20 – 30 detik dengan mixer.

Dengan cara ini stone yang diaduk dengan tepat akan menghasilkan model

yang padat. Kekuatan dan kekerasan yang diperoleh dengan pengadukan

mekanik hampa udara biasanya melebihi dari pengadukan tangan selama 1

menit.

c. Penanganan Model. Model seharusnya mereproduksi secara akurat jaringan

mulut, dan adanya penyimpangan dari keakuratan yang diharapkan akan

menyebabkan prothesa yang tidak tepat posisinya, oleh karena itu model

harus ditangani dengan cermat. Setelah reaksi pengerasan dari model telah

sempurna, dimensinya akan relatif konstan.

5. Penentuan keberhasilan bahan yang dipergunakan

Campuran dental stone memerlukan waktu tertentu untuk setting yang sempurna.

Bubuk dicampur dengan air, dan waktu antara mulai pengadukan sampai bahan

mengeras dikenal sebagai waktu setting.

Waktu setting dental stone juga dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :

a. Ketidakmurnian. Bila proses kristalisasi tidak sempurna sehingga tetap

terdapat partikel gipsum, atau bila pabrik menambahkan gipsum, waktu

pengerasan akan diperpendek karena peningkatan dalam potensi nukleus

kristalisasi. Bila ortombik anhidrit juga ada, periode induksi akan

ditingkatkan; proses tersebut dapat berkurang bila terdapat heksagonal

anhidrat.

Page 19: Gtc Jembatan Porselen Docx

b. Kehalusan. Semakin halus ukuran partikel hemihidrat, semakin cepat adukan

mengeras; khususnya bila produk tersebut telah digiling selama proses

pembuatan. Tidak hanya kecepatan kelarutan hemihidrat menjadi meningkat,

tetapi juga nukleus gipsum lebih banyak, karena itu kecepatan kristalisasi

terjadi lebih cepat.

c. Perbandingan antara air dan bubuk dental stone. Penggunaan air yang

berlebihan dapat menyebabkan inti kristalisasi menjadi lebih sedikit sehingga

waktu setting menjadi lebih lama.

d. Pencampuran. Kristal dari gipsum akan terbentuk dengan segera sesaat setelah

bercampur dengan air. Saat pencampuran dimulai, pembetukan kristal akan

meningkat. Jadi waktu setting menurun.

Pencampuran Secara manual :

Air dimasukkan terlebih dahulu ke dalam Rubber atau plastic bowl kurang

lebih hingga 130mm.

Setelah itu, masukkan bubuk gypsum ke dalam nya secara perlahan

Diamkan selama 20 detik

Aduklah dengan spatula berbentuk round-edge yanglebarnya sekitar 20-25mm

dan panjangnya 100mm

Aduklah selama 1 menit (2 putaran/detik) hingga halus,homogen, dan

permukaan nya mengkilap

Jika hasil porus, dapat ditanggulangi dengan menggunakanvibrasi yang

gunanya membantu mengalirkan adonan kedalam cetakan dan mengeluarkan

gelembung udara

e. Suhu. Efek suhu terhadap waktu setting tidak menentu dan berubah-ubah dari

satu dental stone dengan yang lain, perubahan kecil yang terjadi antara 0° C

(32° F) dan 50° C (120° F). Jika suhu air pada pencampuran dengan dental

stone melebihi 50° C, secara berangsur – angsur akan melambat. Jika suhu

mendekati 100° C (212° F), tidak ada reaksi yang terjadi. Pada kisaran suhu

tertinggi (50° C - 100° C), reaksi 2 yang terjadi adalah kebalikannya, dengan

kecenderungan kristal gipsum yang terbentuk berubah kembali menjadi

hemihidrat.

Page 20: Gtc Jembatan Porselen Docx

f. Retarder dan akselerator. Hal paling efektif dalam mengontrol waktu setting

dental stone adalah dengan memberikan bahan kimia pada pencampuran

dental stone. Jika bahan kimia yang ditambahkan menurunkan waktu setting,

itu disebut akselerator, jika meningkatkan waktu setting maka itu disebut

retarder. Retarder umumnya bekerja dengan membentuk lapisan penyerap

hemihidrat untuk mengurangi kelarutan dan menghambat pertumbuhan

Kristal-kristal gypsum yang ada.

Setting time adalah waktu yang diperlukan stone untuk menjadi keras dan dihitung

sejak stone kontak dengan air.

Setting time terdapat dua tahap sebagai berikut:

Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu

campuran gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke

dalam cetakan. secara visual ditandai dengan loss of gloss (hilangnya

kemengkilatan/ timbulnya kemuraman). Keadaan dimana gips tidak

dapat hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau.

Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi

secara lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi

dehidrasinya belum selesai. Tandanya antara lain adalah kekerasan

belum maksimum, kekuatannya belum maksimum dan dapat dilepas

dari cetakan tanpa distorsi atau patah.

Menurut Craig dkk (1987) dental stone mempunyai sifat mekanis, antara lain :

Compressive strength (kekuatan tekan hancur)

kekuatan stone berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa stone. Partikel

dental stone lenih halus, maka air air yang diperlukan untuk mencampur lebih sedikit

jika dibanding dengan air yang dibutuhkan untuk pencampuran plaster of paris.

Tensile strength (daya rentang)

Daya rentang dari gips sangat penting pada saat stone dikeluarkan dari bahan cetak.

Karena tidak adanya sifat lentur pada stone, model akan cenderung patah. Daya

Page 21: Gtc Jembatan Porselen Docx

rentang dental stone dua kali lebih besar dari pada plaster of paris baik dalam keadaan

basah maupun kering.

Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan permukaan dan

daya tahan abrasi).

Kekerasan permukaan stone berhubungan dengan kekuatan tekan hancur. daya tahan

abrasi meningkat dan meningkatnya kekuatan tekan hancur. Daya tahan terhadap

abrasi maksimal didapat pada saat gips mencapai daya strength. Dental stone

merupakan stone yang memiliki daya tahan abrasi tinggi.

GIGI TIRUAN CEKAT JEMBATAN DENGAN PORSELEN

Melapisi logam dengan bahan keramik merupakan suatu pekerjaan yang sudah

dilakukan sejak zaman dulu. Penerapan teknik pelapisan logam dengan porselen

dalam kedokteran gigi sudah dimulai sejak tahun 1887. Bahkan dewasa ini ada

kecenderungan untuk memilih restorasi tersebut untuk hampir semua kasus. Pilihan

tersebut di atas dapat dimengerti oleh karena preparasinya sederhana, pencetakan

yang mudah, dan hasil estetik yang begitu memuaskan pemakai jika dibuat dengan

baik.

A. DEFINISI MAHKOTA LOGAM BERLAPIS PORSELEN

Mahkota berlapis adalah suatu mahkota penuh dari logam yang bagian bukal atau

labialnya dan sedikit proksimal dilapisi dengan bahan yang menyamai jaringan

gigi. Mahkota logam yang di lapisi porselen untuk keperluan estetik, merupakan

suatu restorasi gigi yang memadukan kekuatan dan ketepatan dari mahkota logam

coran dengan estetika yang diperoleh dari bahan poerselen.

Mahkota logam yang dilapisi porselen atau Porcelain fused to metals (PFM)

dalam literasi yang lain disebut sebagai metals bonded restorations. PFM adalah

bangunan prostetik yang mampu mengikat keramik dengan ikatan kimiawi dari

hasil difusi lapisan tipis oksida antara logam paduan dengan keramik. Tujuan

utama menggunakan PFM adalah estetika. PFM terdiri dari 3 substansi yang

saling berikatan secara kimiawi yaitu logam, lapisan tipis oksida, dan keramik

atau porcelain.

Page 22: Gtc Jembatan Porselen Docx

PFM merupakan suatu alloy yang dilakukan coating dengan porcelain. Alloy

merupakan bahan yang digunakan untuk bangunan prostetik yang mampu

mengikat ceramic dengan ikatan kimia dari lapisan tipis antara alloy dengan

ceramic. Kemampuan ikatan antara alloy dengan ceramic dapat menghasilkan

teknologi restorasi untuk membuat mahkota, gigi tiruan cekat, dan protesa.

B. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

• INDIKASI

1. Cetakan single anterior dan posterior crown

2. Jembatan antar gigi anterior dan posterior (panjang dan pendek)

3. Pada gigi vital yang memerlukan pemahkotaan lapisan estetik, asal saja

setelah di preparasi masih tertinggal lapisan dentin yang cukup tebal untuk

melindungi pulapa.

4. Pada gigi non vital yang akarnya masih cukup kuat untuk dibuat pasak berikut

intinya.

5. Memerlukan retensi maksimal

6. Harus tahan daya dan kikisan kunyah

7. Memenuhi syarat – syarat estetik

• KONTRAINDIKASI

1. Pada gigi yang tipis dan kecil, oleh karena bahan porselen

memerlukan ketebalan untuk kekuatannya. Ketebalan yang diperlukan

tersebut biasanya tidak dapat diberikan oleh gigi-gigi yang tipis dalam ukuran

labio lingual, tanpa membahayakan vitalitas pulpa.

2. Pada gigi – gigi yang mahkota klinisnya pendek, mahkota ini

merupakan kontraindikasi, karena gigi tersebut tidak dapat memberikan

dukungan kepada mahkota di bagian incisal dan lingual.

Page 23: Gtc Jembatan Porselen Docx

3. Pada gigi yang beroklusi edge to edge atau dimana gigi lawan (bawah)

menggigit mahkotanya pada daerah linguo-servikal

C. BAHAN PORSELEN

Bahan porselen sejak lama telah dikenal sebagai bahan yang dapat dipakai

sebagai pengganti gigi.

• KELEBIHAN PORSELEN

1. Nilai estetis sangat baik

2. Tidak mempunyai pengaruh buruk terhadap jaringan lunak di mulut

3. Warna stabil dalam cairan mulut

4. Sesuai untuk membuat mahkota jaket dan lapisan estetik, untuk mahkota

berlapis dan pontik-pontik jembatan

• KEKURANGAN PORSELEN

1. Merupakan bahan yang sangat rapuh

• KOMPOSISI PORSELEN

Porselen tersedia dalam bentuk bubuk porselen yang halus. Bubuk porselen terdiri

dari :

1. Feldspar

Sejenis mineral yang mengandung unsur-unsur Kalium, Natrium,

Alumunium, dan Silikat. Jika Feldspar dibakar akan meleleh menjadi bahan

bening membentuk matriks bagi Kaolin dan Quartz.

2. Pigmen

Bahan ini ditambahkan kepada bubukan untuk member warna pada porselen

supaya sesuai dengan warna gigi.

Page 24: Gtc Jembatan Porselen Docx

3. Flux

Penambahan ini untuk menambah kelelehan/kecairan, merendahkan suhu

leleh, menyerap bahan-bahan pencemar yang tidak dikehendaki.

• PEMBAGIAN PORSELEN MENURUT PENGGUNAANNYA

Menurut penggunaanya terdapat tiga macam porselen yaitu :

1. Porselen yang dipakai untuk membuat gigi tiruan (gigi protesa)

2. Porselen untuk membuat mahkota jaket

3. Porselen untuk melapisi logam

D. JENIS-JENIS PFM ( porcelains fused to metals )

Banyak macam alloy yang mengandung logam mulia (noble metal ) maupun yang

terdiri dari logam –logam tidak mulia (base metal ) telah dipakai untuk membuat

restorasi gabungan logam porselen.

1. High noble alloy

Terdiri dari 60% logam mulia (merupakan kombinasi dari emas, paladium dan

perak) dengan berat emas minimal 40%. High noble alloy mengandung sejumlah

timah, indium dan besi yang biasanya digunakan untuk pembentukan lapisan

oksida agar bisa berikatan kimia dengan porselin. High noble alloy biasanya

berwarna kuning atau putih, memiliki kekakuan yang rendah. High noble alloy di

bagi menjadi tiga bagian :

a. Gold Platinum alloy

Gold Platinum alloy dapat digunakan untuk casting penuh serta logam-

keramik restorasi. Lebih rentan terhadap kendur, mereka harus terbatas pada

jembatan rentang pendek. Komposisi dari Gold Platinum alloy adalah Emas

85%; Platinum 12%; Seng 1%; perak untuk menyesuaikan sifat ekspansi

(dalam beberapa merek).

Page 25: Gtc Jembatan Porselen Docx

b. Gold-Palladium alloy

Dapat digunakan untuk casting penuh atau logam-keramik restorasi. Gold-

Paladium memiliki suhu leleh tinggi. Komposisi dari gold-paladium

mengurangi kecenderungan casting meleleh selama pembakaran porselen.

Gold-palladium biasanya mengandung indium, timah atau galium untuk

pembentuk lapisan oksida. Komposisinya adalah Emas 52%; Palladium 38%;

indium 8,5%; Perak untuk menyesuaikan sifat ekspansi (dalam beberapa

merek).

c. Gold-copper-silver-palladium alloy

Gold-copper-silver-palladium alloy memiliki titik lebur yang rendah dan tidak

digunakan untuk aplikasi logam-keramik. Gold-copper-silver-palladium alloy

mengandung perak yang dapat menyebabkan penampilan hijau di porselen

dan tembaga yang cenderung penyebab melelehnya selama pemrosesan

porselen. Komposisinya adalah Emas 72%; Tembaga 10%; Perak 14%;

Palladium 3%.

2. Noble alloy mengandung setidaknya 25% berat logam mulia. Terdiri dari

emas, paladium atau perak. Noble alloy adalah kelompok yang paling

beragam. Noble alloy memiliki kekuatan, daya tahan serta kekerasan yang

relatif tinggi. Noble alloy berwarna kuning atau berwarna putih.

a. Gold-copper-silver-palladium alloy

Gold-copper-silver-palladium alloy termasuk dalam kategori mulia tinggi.

Gold-copper-silver-palladium alloy memiliki titik leleh yang cukup rendah.

Gold-copper-silver-palladium alloy lebih sering digunakan untuk restorasi

cor penuh ketimbang aplikasi PFM. Komposisinya adalah emas 45%;

Tembaga 15%; Perak 25%; Palladium 5%.

b. Palladium-copper-gallium alloy

Page 26: Gtc Jembatan Porselen Docx

Palladium-copper-gallium alloy mengandung tembaga dan kadang-kadang

cenderung kendur selama pembakaran porselen. Galium ditambahkan untuk

mengurangi suhu leleh dari Palladium-copper-gallium alloy secara

keseluruhan. Komposisinya adalah Palladium 79%; Tembaga 7%; Gallium

6%.

c. Palladium-Silver and Silver-Palladium alloy

Palladium-Silver and Silver-Palladium alloy lebih rentan terhadap korosi. Di

sisi lain, mereka memiliki resistensi yang tinggi terhadap kendur selama

pembakaran porselen dan sangat kaku, sehingga baik untuk bentang

panjang.Palladium-Silver and Silver-Palladium juga lebih castable, lebih

mudah untuk solder dan mudah untuk bekerja dengan dari paduan logam

dasar.Komposisinya meliputi Palladium 61%; perak 24%, Timah (dalam

beberapa formula). Komposisi pendukung adalah Perak 66%; Palladium

23%.

3. Base metal alloy

Telah ada sejak tahun 1970-an. Base metal alloy mengandung logam mulia

kurang dari 25%, tetapi dalam kenyataannya sebagian besar tidak mengandung

logam mulia sama sekali. Base metal alloy dapat digunakan untuk casting penuh

atau restorasi PFM serta untuk kerangka gigi tiruan sebagian. Base metal alloy

jauh lebih keras, kuat. Base metal alloy memiliki ketahanan yang sangat baik.

Nikel dan Berilium merupakan unsur yang paling umum digunakan untuk

logam dasar ini dapat menyebabkan reaksi alergi ketika kontak dengan gingiva.

Karena banyak perempuan (dan sekarang laki-laki) telah peka terhadap logam ini

dengan mengenakan perhiasan menusuk kulit murah, mahkota dan jembatan

yang terbuat dari paduan ini telah diketahui menyebabkan perubahan warna

gingiva, pembengkakan dan kemerahan pada individu. Namun reaksi alergi

hanya berefek pada gusi tidak untuk sistemik atau menyeluruh. Reaksi alergi

tampaknya terbatas untuk peralatan tetap (mahkota dan jembatan). Logam nikel

Page 27: Gtc Jembatan Porselen Docx

jarang dapat menyebabkan dermatitis apabila hanya digunakan untuk kerangka

gigi tiruan lepasan sebagian. Asupan nikel dan berilium yang sangat tinggi

bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Base metal alloy dibagi menjadi dua

bagian, yaitu :

a. Nickel-chromium alloy

60% adalah nikel 0,1 % karbon sebagai pengeras. Cobalt-chromium alloy

biasanya digunakan sebagai kerangka gigi tiruan sebagian lepasan.

b. Cobalt-kromium alloy

Cobalt-chromium alloy dapat digunakan untuk fabrikasi Kerangka PFM.

Masalah utama adalah sulitnya bekerja dengan cobalt-chromium terutama

pada titik leleh yang tinggi yang menyebabkan harusnya menggunakan

peralatan yang khusus. Kekerasannya yang rendah menyulitkan kita pada

saat memoles.

Logam – logam paduan untuk keperluan pembuatan mahkota berlapis

porselen sekarang lazim disebut alloy porselen ( porcelain alloys ). Alloy

poselen yang mengandung emas ternyata mengadakan kaitan (bond ) yang

lebih kuat dengan porselen dibandingkan dengan alloy porselen yang tidak

mengandung logam mulia seperti alloy chrom. Hampir semua mahkota

berlapis porselen dibuat dari alloy porselen yang tidak mengandung logam

mulia oleh karena harganya yang jauh lebih murah, yaitu ½ dari harga alloy

porselen yang mengandung emas.

D. SYARAT PORCELAIN FUSED TO METAL (PFM)

1. Melting temperature alloy harus lebih tinggi daripada firing temperature

porselin. Serta memiliki fusion temperature yang tinggi.

2. Metal memiliki koefisien ekspansi termal (CTE) yang kompatibel dengan

porselin.

Page 28: Gtc Jembatan Porselen Docx

3. Metal mampu menahan deformasi saat porcelin mencapai firing temperature

(jika tidak kemungkinan akan menyebabkan fraktur).

4. Memiliki stiffness atau tingkat kekakuan yang tinggi (adanya flexing dari alloy

dapat menyebabkan porselin fraktur).

5. Metal berpotensi untuk mengikat porselin dengan kuat.

6. Tidak boleh ter-discoloration

7. Bahan-bahan yang digunakan dalam Porcelain Fused to Metal (PFM) harus

biokompatibel dengan jaringan rongga mulut.

PFM dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan komposisi logam campur, yaitu

a. High-Noble Alloy

b. Noble Alloy

c. Base Metal Alloy

Dari ketiga jenis alloy tersebut, masing-masing jenis memiliki karakteristik masing-

masing, yaitu:

High-Noble Alloy Noble Alloy Base Metal Alloy

Warna

Dari putih ke keemasan tergantung pada kandungan emas.

Putih Putih

Melting Range 1149-1304 derajat C 1155 – 1304 derajat C1155 – 1304 derajat celcius

Density 13,5 – 18,3 gr/cm3 10,5 – 11,5 gr/cm3 7,8 – 8,4 gr/cm3

Castability Mudah untuk di castTidak semudah high noble alloy

Sensistif pada teknik yang ekstrem

Hardness 182 – 220 VHN 189 – 270 VHN 175 – 360 VHN

Yield Strength 450 – 572 Mpa 462 – 685 Mpa 310 -828 Mpa

Percent elongation 5 – 20 % 10 – 34 % 10 – 28 %

Porcelain bonding Lapisan oksida membantu

Membantu perlekatan dengan porcelin

Membentuk lapisan oksida adekuat yang

Page 29: Gtc Jembatan Porselen Docx

pembentukan ikatan kimia.

bersama dengan unsur base metal alloy (Sn, In, dll)

merupakan kunci perlekatan porcelain

Sag resistanceTahan hingga suhu lebih dari 950 derajat celsius

Tahan hingga suhu lebih dari 950 derajat Celsius

Sangat tidak stabil pada firing temperature dari porcelain

Tarnish and corrosion

Adaftif terhadap rongga mulut, sehingga tidak mudah mengalami tarnish

Adaftif terhadap rongga mulut, sehingga tidak mudah mengalami tarnish

Sangat tahan terhadap tarnish dan korosi

BiocompatibilityAman bagi lingkungan rongga mulut

Sangat aman dan biokompatible dengan lingkungan rongga mulut.

Nikel yang terkandung dalam base metal alloy dapat memicu reaksi alergi pada beberapa orang.

Scrap value Baik. Baik Buruk

E. MEKANISME PERLEKATAN

Sifat dasar yang dimiliki oleh porselen yang memungkinkan terbentuknya restorasi

PFM adalah adanya ikatan antara porselen dan logam. Tanpa ikatan ini , porselen

akan cepat rusak didalam mulut karna rapuh. Sehingga ikatan yang baik antara

porselen dan logam adalah sangat di perlukan. Beberapa faktor yang mengontrol

perikatan metal-keramik adalah: pembentukan ikatan kimia yang kuat, mekanik

interlocking antara dua bahan, dan tegangan sisa.

Teori ikatan logam-keramik dahulunya dibagi menjadi dua kelompok:

1. Ikatan kimia melalui permukaan logam-porselen.

Antara permukaan porselen dan metal terdapat pelekat berupa lapisan oksida yang

penting untuk menghasilkan ikatan yang baik. Pada base metal melalui choramic

oxide sedangkan pada nobel metal melalui tin oxide dan iridium oxside.

Page 30: Gtc Jembatan Porselen Docx

2. Penguncian mekanis antara porselen dan logam.

Antara permukaan porselin dan metal terdapat nodul-nodul.

Walaupun ikatan kimia umumnya dianggap berperan pada perlekatan logam-

porselen, bukti yang ada menunjukan bahwa untuk sebagian sistem kecil, mekanis

interlocking memberikan ikatan utama.

Pembentukan oksida pada permukaan logam berperan pada pembentukan ikatan

yang kuat. Logam mulia yang tahan terhadap oksidasi harus di tambahkan elemen-

elemen yang mudah teroksidasi seperti irdium dan timah. Logam paduan dasar

mengandung unsur-unsur seperti nikel, krom dan berilium yang mudah

membentuk oksida selama degassing sehingga harus diperhatikan untuk

menghindari pembentukan oksida yang terlalu tebal.

Secara teoritis dan praktis, kekasaran, atau topography dari permukaan keramik-

metal mempunyai peranan penting dalam perikatan. Ceramik menembus

kepermukaan logam kasar sehingga dapat terjadi mekanik interlocking dengan

logam yang meningkatkan perikatan. Perluasan daerah dengan permukaan kasar

juga menyediakan lebih banyak ruang untuk terbentuknya ikatan kimia. Namun

permukaan kasar juga dapat mengurangi perikatan jika keramik tidak menembus

sampai permukaan dan terdapat ronggapada permukaan.

Sisa tegangan tinggi antara logam dan seramik dapat menyebabkan kegagalan.

Jika logam dan keramik memiliki koefisien ekspansi termal yang berbeda, kedua

bahan akan kontrak pada tingkat yang berbeda selama pendinginan dan akan

terbentuk tegangan sisa yang kuat diseluruh permukaan. Jika tegangan cukup kuat

keramik pada restorasi akan retak atau terpisah dari logam. Bahkan jika tekanan

Page 31: Gtc Jembatan Porselen Docx

kurang kuat dan tidak menyebabkan kegagalan langsung, masih dapat

melemahkan ikatan.

Untuk menghindari masalah ini keramik dan logam diformulasikan untuk

memiliki koefisien ekspansi termal yang cocok. Kebanyakan porselin memiliki

koefisien ekspansi termal antara 13,0 dan 14,0 x 10-6oC, logam memiliki koefisien

termal antara 13,5 dan 14,5 x 10-6oC. Perbedaan 0,5 x 10-6oC dalam ekspansi termal

antara logam dan keramik menyebabkan logam lebih sedikit berkontak dengan

keramik selama pendinginan setelah firing.

F. KOMPOSISI

Sampel presentase komposisi dari porcelain powder for metal ceramics

Kandungan Dentin porcelain Enamel porcelain

Silica (SiO2) 59.2 63.5

Alumina (Al2O2) 18.5 18.9

Soda (Na2O) 4.8 5.0

Potash (K2O) 11.8 2.3

Page 32: Gtc Jembatan Porselen Docx

Boric oxide (B2O3) 4.6 0.12

Zinc oxide (ZnO) 0.58 0.11

Zirconium oxide (ZrO2) 0.39 0.13

G. TEKNIK DALAM PEMBUATAN GIGITIRUAN MAHKOTA LOGAM

BERLAPIS PORSELEN

1. Setelah mendapatkan metal coping, diberi lapisan tipis opaque porcelain.

2. Dentin powder dicampur mengunakan air yang terdestilasi, dicampur

menggunakan spatula kaca. Sebagian besar dari gigi terbentuk oleh dentin.

Bagian dari dentin, daerah incisal, dikurangi kemudian ditambahkan dengan

enamel porcelain. Setelah terbentuk dan reaksi kondensasi berakhir, cetakan

dari dentin dan enamel siap untuk dilebur

3. Drying

Restorasi diletakkan di dalam preheated porcelain furnace terbuka selama 5 – 8

menit.

4. Pembakaran/Firing/Sintering

Proses dari sintering dan penggabungan dari partikel dari massa kondensasi

disebut sebagai firing. Bubuk partikel mengalir dan mengalami fusi selama

proses firing. Membuat restorasi menjadi padat dan kuat. Proses firing berakhir

di tungku pembakaran porselin. Hal-hal yang berkaitan dengan firing antara lain:

• Tungku pembakaran porselin tempat berlangsungnya proses firing. Banyak

perusahaan yang memproduksi tungku pembakaran ini. Tungku pembakaran

modern dikendalikan oleh komputer yang dilengkapi dengan sekumpulan

program yang berfungsi untuk mengontrol siklus firing.

• Siklus firing Keseluran tahapan yang terlibat dalam firing disebutt siklus

firing.

Page 33: Gtc Jembatan Porselen Docx

• Preheating Massa yang terkondensasi tidak boleh diletakkan berdekatan

dengan tungku pembakaran.

• Vacuum firing Selama proses firing pada porselin berlangsung, sebuah alat

vakum dengan tekanan negatif diletakkan pada tungku pembakaran. Alat

vakum berfungsi untuk menurunkan porositas pada keramik.

5. Glazing

Sebelum glazing final, restorasi dicobakan ke mulut pasien oleh dokter gigi.

Bagian oklusi di diperiksa dan sisesuaikan dengan menggunakan metode

grinding. Perubahan atau penyesuaian akhir dilakukan oleh dokter gigi untuk

membentuk restorasi.

Restorasi yang telah dibentuk, siap untuk tahap akhir, yaitu glazing. Glazing

adalah sebuah proses dimana restorasi dibakar pada suhu tinggi untuk memberi

permukaan yang halus dan berkilau.

Beberapa tujuan dari glazing antara lain:

• Meningkatkan aspek estetika

• Meningkatkan aspek higienitas

• Meningkatkan kekuatan restorasi. Porcelain atau restorasi yang mengalami

proses glazing jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan ceramic yang tidak

mengalami proses glazing. Proses glazing juga mencegah kemungkinan

terjadinya keretakan.

6. Cooling/pendinginan

Proses pendinginan dari porselin yang telah dibakar harus dikontrol. Proses

pendinginan yang terlalu cepat dapat menyebabkan keretakan pada restorasi atau

dapat memicu tekanan di dalam restorasi yang akan melemahkan restorasi

tersebut.

H. Bahan Semen Porcelain Fused to Metal

Page 34: Gtc Jembatan Porselen Docx

Dalam proses perawatan, GTC perlu dilekatkan ke gigi penyangga di sebelah-

menyebelahnya secara tetap dengan bantuan semen. Dalam proses penyemenan suatu

GTC terhadap gigi penyangga, perlekatan terjadi antara bahan semen dengan

permukaan jaringan dentin dari gigi penyangga dan permukaan lapisan logam dari

konstruksi GTC. Menyadari bahwa semen merupakan bagian yang paling lemah

dalam konstruksi GTC, maka secara klinis manipulasinya harus dilakukan dengan

teliti dan rapi sesuai dengan aturan pakai. Semen untuk GTC yang sering

digunakan adalah semen dari bahan glass ionomer. Semen glass ionomer dapat dibagi

menjadi dua tipe yaitu tipe 1, digunakan sebagai perekat bahan restorasi (luting

semen) dan tipe 2 sebagai bahan restorasi. Perlekatan semen glass ionomer

didasarkan pada kemampuannya untuk berikatan secara adhesi terhadap dentin,

enamel, dan logam. Mekanisme perlekatan semen glass ionomer pada gigi yaitu oleh

karena adanya pertukaran ion kalsium dalam dentin gigi dengan ion karboksilat

dalam semen. Selain berlekatan dengan dentin, dalam sebuah konstruksi GTC semen

juga berlekatan dengan logam yang merupakan bagian dari GTC tersebut. Perlekatan

antara semen dengan logam ini lebih merupakan suatu perlekatan mekanik yang

diperoleh dari kekasaran permukaan dalam GTC. Saat ini, di pasaran terdapat semen

glass ionomer yang berbentuk dua buah pasta disamping semen glass ionomer yang

berbentuk bubuk-cairan.

I. Teknik Penyemenan GTC Pocelain Fused to Metal

Setelah dilakukan pemeriksaan pada pasien apakah mempunyai keluhan, apabila

tidak ada maka dapat dilakukan penyemenan permanen dengan semen glass ionomer

tipe I.

A. GTC dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan, gigi yang akan

dipasang GTC juga dikeringkan

B. Semen diaduk untuk mendapatkan konsistensi yang baik untuk

penyemenan, kemudian dioleskan pada gigi yang dipreparasi dan pada

bagian dalam dari GTC

Page 35: Gtc Jembatan Porselen Docx

C. GTC dipasang dengan tekanan yang maksimal, gulungan kapas

diletakkan di atas GTC dan pasien disuruh menggigit beberapa menit

D. Dilakukan pemeriksaan oklusi dan estetis

E. Instruksikan kepada pasien untuk menjaga kebersihan mulut dan

diminta untuk tidak makan dan menggigit makanan yang keras dahulu.

Bila ada keluhan rasa sakit segera control ke dokter gigi.

Page 36: Gtc Jembatan Porselen Docx

DAFTAR RUJUKAN

1. drg. P. Martanto. Ilmu Mahkota dan Jembatan. Jilid II. Penerbit Alumni.

1982.

2. DN Allan. PC Foreman, Crown and Bridge Prostodontics An Illustrated

Handbook. 1986.

3. Prof. drg. H.R. Prajitno. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan. EGC, 1991.