95689995 Pelapukan Batuan Docx Sedimen Artikel
-
Upload
illank-bae -
Category
Documents
-
view
66 -
download
0
Transcript of 95689995 Pelapukan Batuan Docx Sedimen Artikel
Pelapukan Batuan BY ADMIN ON 1 APRIL IN ARTIKEL, GEOLOGI UMUM
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena pengaruh
cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan
dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air.
Pelapukan dibagi dalam tiga macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.
1. Pelapukan Mekanis
Pelapukan mekanis atau sering disebut pelapukan fisis adalah penghancuran batuan secara fisik tanpa
mengalami perubahan kimiawi. Penghancuran batuan ini bisa disebabkan oleh akibat pemuaian,
pembekuan air, perubahan suhu tiba-tiba, atau perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan
malam. Untuk lebih jelasnya bagaimana perubahan itu, perhatikan baik-baik berikut ini:
a. Akibat pemuaian
b. Akibat Pembekuan Air
c. Akibat perubahan Suhu tiba-tiba
d. Perbedaan Suhu yang besar antara Siang dan Malam
2. Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya yang menjadi perantara
air, terutama air hujan. Tentunya Anda masih ingat bahwa air hujan atau air tanah selain senyawa H2O,
juga mengandung CO2 dari udara. Oleh karena itu mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar,
apalagi jika air itu mengenai batuan kapur atau karst.
Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada permukaan batuan
kapur selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di daerah karst biasa
menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.
3. Pelapukan Biologis
Mungkin Anda pernah melihat orang sedang memecahkan batu. Batu yang besar itu dihantam dengan palu
menjadi kerikil-kerikil kecil yang digunakan untuk bahan bangunan. Atau mungkin Anda pernah melihat
burung atau binatang lainnya membuat sarang pada batuan cadas, lama kelamaan batuan cadas itu
menjadi lapuk. Dua ilustrasi ini merupakan contoh pelapukan biologis.
Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat proses organis. Pelakunya adalah
mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan bertambah
panjang dapat menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan.
Bakteri merupakan media penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi
permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut
Pelapukan Kimiawi Penyebab : Reaksi kimia menyebabkan perubahan komposisikimia batuanReaksi kimia: oksidaasi, hidrasi, karbonatisasi O k s i d a s i - - - - - - - - v o l u m e b a t u a n m e n g e m b a n g & B J m e n g e c i l
Hidrasi -----------perubahan volume pada tiap molekul batuan karenamasuknya air, akibatnyabatuan mengelupasmenghasilkan keratan-keratan yang tipis K a r b o n a s i - - - - - - t e r b e n t u k k a r b o n a t s e b a a g a i h a s i l r e a k s i asam karbonat dengan mineral pada batuanH i d r o l i s i s - - - - - - - P e n g u r a i a n m o l e k u l a i r
roses Pelapukan Batuan
Rombakan batuan oleh proses pelapukan merupakan bagian terpenting dari siklus pembentukan
sedimen dan batuan sedimen. Proses pelapukan dapat berupa proses fisika, kimia dan biologi. Ke tiga
macam proses pelapukan tersebut sangat sulit dibedakan di lapangan, karena ketiganya kadang
terjadi bersama-sama pada suatu batuan. Meskipun demikian proses kimia merupakan proses yang
terpenting. Pembentukan soil merupakan hasil dari proses pelapukan kimia dan biologi atau sering
disebut proses pelapukan biokimia. Hasil dari proses pelapukan merupakan sumber utama material
pembentuk batuan sedimen. Proses Pelapukan Batuan
Proses Pelapukan Fisika
Proses pelapukan fisika merupakan proses perubahan batuan menjadi fragmen batuan yang
berukuran lebih kecil, tanpa merubah komposisi kimia atau mineralnya. Proses pelapukan fisika
biasanya terjadi bersama-sama dengan pelapukan kimia, kecuali pada daerah beriklim dingin dan
sangat kering.Yang termasuk proses pelapukan fisika antara lain frost wedging, pengembangan dan
penyusutan, dan pelepasan beban pada batuan.
Frost Wedging, disebabkan oleh pembekuan air di dalam rekahan batuan. Proses ini merupakan
proses pelapukan fisika yang terpenting pada daerah yang iklimnya memungkinkan adanya proses
pencairan dan pembekuan batuan yang berulang-ulang. Volume air akan meningkat sekitar 9%
apabila mengalami pembekuan. Peningkatan volume ini memungkinkan untuk menjadikan rekahan
batuan menjadi lebih besar.
Pengembangan dan penyusutan, Proses ini sering terjadi pada daerah yang perbedaan temperatur
antara siang dan malam relatif besar. Pada siang hari, karena panas, batuan akan mengembang,
sedang pada malam hari temperatur turun dan batuan mengalami penyusutan. Proses pengembangan
dan penyusutan yang terjadi berulang kali menyebabkan batuan akan pecah.
Pelepasan beban. Proses ini terjadi karena adanya pengikisan lapisan penutup batuan (overburden).
Pelepasan beban ini menyebabkan terjadi rekahan pada batuan yang sejajar dengan topografi. Proses
ini akan membentuk rekahan batuan seperti perlapisan, sehingga sering disebut sheeting. Proses ini
sering terjadi pada batuan yang homogen seperti granit.
Proses pelapukan kimia
Proses pelapukan kimia adalah proses pelapukan yang dapat merubah komposisi kimia dan mineral
dari batuan. Mineral penyusun batuan akan mengalami perubahan karena persentuhannya dengan air,
oksigen dan karbon dioksida yang terdapat dalam atmosfer. Beberapa unsur penyusun mineral akan
bereaksi dan berubah menjadi larutan. Larutan tersebut dapat mengkristal kembali dan membentuk
mineral sekunder.
Hidrolisis, merupakan reaksi kimia yang penting antara mineral silikat dengan air yang
menyebabkan terlepasnya kation logam dan silikat. Mineral yang mengandung aluminium akan
menghasilkan mineral lempung selain ion logam dan silikat. Mineral ortoklas akan menghasilkan
kaolinit, sedang albit akan menghasilkan mineral kaolinit atau montmorilonit.
Hidrasi, adalah proses penambahan molekul air pada mineral untuk membentuk mineral baru.
Contohnya adalah penambahan molekul air pada hematit yang membentuk gutit, atau pada anhidrit
yang membentuk gipsum.
Oksidasi, terutama terjadi pada mineral silikat yang mengandung bes seperti biotit dan piroksin.
Proses ini akan membentuk mineral oksida besi.
Pelarutan, Proses ini terutama terjadi pada mineral yang mudah larut oleh air yang mengandung
CO2 seperti kalsit, dolomit, dan gipsum.
Pertukaran ion, Proses pelapukan ini sangat penting pada perubahan jenis mineral lempung menjadi
jenis yang berbeda. Proses ini merupakan pertukaran antara ion-ion di dalam mineral. Contohnya
adalah pertukaran antara ion Na dan Ca yang terdapat dalam mineral.
Chelation, merupakan pengabungan ion logam dengan molekul organik yang mempunyai struktur
cincin.
Kecepatan Proses Pelapukan Kimia
Kecepatan pelapukan kimia sangat tergantung pada iklim dan komposisi mineral dan ukuran butir
batuan. Proses pelapukan lebih cepat terjadi pada daerah yang beriklim panas dan basah daripada
daerah yang beriklim dingin dan kering. Macam soil yang terbentuk akibat proses pelapukan kimia
juga tergantung pada letaknya terhadap katulistiwa (Gambar 2.3)
Hasil proses pelapukan
Fragmen batuan. Soil yang immature, hasil pelapukan batuan beku, mengandung fragmen batuan,
dan mineral yang tidak stabil seperti biotit, piroksin, hornblende, dan Ca-plagioklas. Saedang soil yang
dewasa (mature), akan mengandung mineral-mineral yang sangat stabil seperti kuarsa, muskovit dan
kemungkinan ortoklas (Tabel 2.3). Stabilitas mineral terhadap proses pelapukan kimia merupakan
kebalikan dari Bowen’s Reaction Series.
Mineral sekunder. Mineral sekunder yang terbentuk oleh proses pelapukan adalah mineral lempung,
oksida atau hidroksida besi, dan aluminium hidroksida. Mineral lempung yang terbentuk pada proses
pelapukan kimia tingkat sedang adalah ilit dan smektit. Sedang pada pelapukan kimia yang intensif
akan terbentuk aluminium hidroksida seperti gibsit. Mineral ini sering sebagai mineral bijih aluminium
(aluminium ores). Mineral sekunder yang mengandung besi pada umumnya adalah mineral gutit,
hematit, dan limonit.
Proses Terjadinya Pelapukan Batuan Posted: February 11, 2012 in CATATAN KECIL KU, Pengelolaan Sumber Daya Lahan & Lingkungan
0
3
0
Rate This
Proses pelapukan batuan terjadi akibat tiga mekanisme, yaitu:
(1) proses pelapukan fisik,
(2) proses pelapukan kimia, dan
(3) proses pelapukan biologi.
Ketiga proses ini saling terintegrasi satu sama lain sehingga mempercepat proses pelapukan batuan. Proses pelapukan fisik
merupakan proses mekanik yang menyebabkan bebatuan masif pecah dan hancur serta terfragmentasi menjadi partikel-partikel
kecil tanpa ada perubahan sifat kimia. Proses ini terjadi akibat dari:
(1) perubahan suhu yang drastis seperti sangat dingin atau sangat panas,
(2) hantaman air hujan,
(3) penetrasi akar, dan
(4) aktivitas makhluk hidup lainnya.
Perbedaan kecepatan proses pelapukan fisik dipengaruhi:
(1) tingkat kontraksi dan ekspansi dari komponen penyusun batuan, sehingga memicu proses pecah dan hancurnya bebatuan,
(2) tingkat kekasaran permukaan bebatuan, makin kasar permukaan bebatuan akan mengalami proses pelapukan yang lebih cepat,
dan
(3) warna gelap dan terangnya bebatuan, makin gelap warna bebatuan akan memiliki daya menyerap cahaya yang lebih banyak
dan mempercepat proses pemuaian atau kontraksi dan ekspansi, sehingga mempercepat proses pelapukan.
Proses pelapukan kimia merupakan proses pelapukan yang diikuti terjadinya perubahan sifat kimia. Beberapa proses kimia dari
pelapukan adalah:
(1) pelarutan atau solubilitas,
(2) hidrasi atau proses pengikatan molekul air, sehingga volume meningkat dan kekuatan melemah serta menjadi mudah
mengalami proses pelapukan,
(3) hidrolisis atau proses pergantian kation-kation dengan ion hidrogen dan saat terjadi ionisasi menyebabkan kondisi melemah,
sehingga mudah mengalami proses pelapukan,
(4) oksidasi atau terjadinya penambahan muatan positif, seoperti perubahan besi dalam batuan dari bentuk ferro menjadi bentuk
ferri dan ukurannya bertambah, sehingga mudah mengalami proses pelapukan, dan
(5) reduksi atau peristiwa penurunan muatan positif,
(6) karbonatasi atau proses yang menyebabkan bereaksinya asam karbonat dengan basa-basa membentuk basa karbonat, dan
(7) asidifikasi atau proses pengasaman bebatuan, sehingga mempercepat proses pelapukan, seperti: pengasaman akibat asam
nitrat yang terkandung dalam air hujan, dan pengasaman akibat asam sulfat hasil dekomposisi protein, kedua asam ini
mempercepat proses pelapukan.
Proses pelapukan biologi dapat diakibatkan oleh aktivitas kehidupan:
(1) mikroorganisme tanah,
(2) akar tumbuhan, dan
(3) hewan.
Proses pelapukan biologi senantiasa mengiringi dari kedua proses sebelumnya.
Sebagai contoh: bebatuan yang mengalami proses suhu ektrim (sangat panas atau sangat dingin) sehingga mulai terjadi retakan-
retakan. Selanjutnya saat terjadi hujan maka air hujan akan masuk ke dalam retakan-retakan tersebut dan makin mempercepat
proses pelapukan, selain itu biasanya diiringi juga dengan mulai tumbuhnya tanaman tingkat rendah dan mulai berkembangnya
mikroorganisme tanah sehingga lebih mempercepat proses pelapukan. Makin hari tanah yang terbentuk makin dalam dan selalu
diikuti dengan perubahan vegetrasi yang tumbuh diatasnya yang dikenal dengan istilah suksesi vegetasi, yaitu dari vegetasi yang
berakar dangkal sampai ke vegetasi berakar dalam. Tiga proses pelapukan tersebut satu sama lain saling terintegrasi secara utuh
dan saling berintekasi dalam mempercepat proses pelapukan bebatuan menjadi tanah.
Gambar proses pelapukan fisik batuan disajikan dalam Gambar 11. Sketsa proses pelapukan bahan induk tanah sampai menjadi
mineral liat, oksida besi, oksida aluminium, dan ion hara disajikan dalam Gambar 12.
Proses Pelapukan di Kulit Bumi
Proses Pelapukan di Kulit Bumi
Kerak bumi membungkus lapisan mantel yang memiliki ketebalan 2865 km. Bagian ini
bersama kerak bumi membentuk lapisan yang disebut litosfer. Litosfer adalah bagian kulit
bumi yang berada di bagian atas yang terdiri dari bebatuan. Proses-proses di litosfer yang
berkaitan dengan pelapukan yaitu:
1. Pelapukan: memecahkan batuan dan mungkin mengubah susunan kimia batuan
padat atau di dekat permukaan bumi.
2. Mass wasting: memindahkan material batuan yang sudah melapuk menuruni lereng
di bawah pengaruh gravitasi.
3. Erosi: mengangkut material batuan baik yang sudah melapuk ataupun belum melalui
agen yang bergerak, seperti air, angin atau es.
Pelapukan pada Kerak bumi adalah salah satu aktivitas yang disebabkan oleh tenaga dari
luar (eksogen). Pelapukan yang terjadi yaitu:
pelapukan mekanik.
pelapukan kimiawi.
pelapukan organik.
1. Pelapukan mekanik
Pelapukan mekanik adalah proses pemecahan batuan besar menjadi batuan lebih kecil
tanpa ada perubahan kimia pada mineral penyusunnya. Pelapukan mekanik dapat terjadi
akibat dari air, angin, dan aktivitas makhluk hidup. Air sungai yang mengalir dari
pegunungan menuju laut melalui lintasan bebatuan yang tidak teratur bentuknya dan
adanya air terjun menunjukkan bahwa adanya pelapukan bebatuan yang disebabkan oleh
pengikisan air. Gelombang air laut yang bertemu dengan daerah laut yang dangkal atau
menabrak pantai dapat memindahkan kerikil dan pasir.
Pelapukan mekanik yang diakibatkan oleh aktivitas tumbuhan diantaranya masuknya akar
tumbuhan ke dalam tanah melalui retakan-retakan batuan. Retakan batuan akan melebar
seiring dengan membesarnya akar tumbuhan. Pelapukan batuan secara mekanik dapat juga
diakibatkan oleh aktivitas binatang seperti musang, tikus, kelinci, dan binatang-binatang
lain yang lebih kecil seperti kumbang yang membuat sarangnya di daerah bebatuan.
2. Pelapukan kimiawi
Pelapukan kimiawi yaitu pelapukan yang terjadi akibat proses kimiawi pada molekul-
molekul penyusun batuan tersebut. Zat-zat yang tertanam di dalam kerak bumi (litosfer)
pada dasarnya bersifat stabil, tetapi batuan di lapisan paling luar yang bersinggungan
dengan atmosfer secara kimiawi lebih tidak stabil. Atmosfer yang banyak mengandung
oksigen dan lembab menyebabkan batuan lebih mudah mengalami perubahan atau
pelapukan kimia.
Pelapukan terjadi pada batuan yang bersifat kimiawi, misalnya air hujan yang turun ke bumi
mengandung zat kimia yang dapat bereaksi dengan zat kimia yang ada di batuan sehingga
terjadi pelapukan. Proses pelapukan terjadi lebih cepat jika terjadi hujan asam jika
dibanding dengan hujan biasa. Uap air yang menjadi hujan asam mengandung zat-zat asam
(mengandung unsur Nitrogen dan Belerang), air hujan yang turun bersifat asam. Zat-zat
asam (NO dan SO2) yang terbawa air hujan akan bereaksi secara kimia dengan zat-zat
yang terkandung di dalam batuan lebih cepat.
3. Pelapukan Organik
Pelapukan organik yaitu pelapukan yang diakibatkan oleh pengaruh zat organik atau
makhluk hidup. Zat-zat organik tersebut misalnya berasal dari mikroorganisme, sisa-sisa
binatang dan tumbuhan yang membusuk. Jasad renik, lumut, jamur, cacing, dan siput
termasuk yang dapat menyebabkan pelapukan organik.
Proses pelapukan
Proses pelapukan batuan terjadi akibat tiga mekanisme, yaitu: - Proses pelapukan fisik
- Proses pelapukan kimia
- Proses pelapukan biologi
Ketiga proses ini saling terintegrasi satu sama lain sehingga mempercepat proses pelapukan batuan.
Proses pelapukan fisik merupan proses mekanik yang menyebabkan bebatuan massif pecah dan hancur serta terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil tanpa ada perubahan sifat kimia. Proses ini terjadi akibat dari:
- Perubahn suhu yang drastic, seperti sangat dingin ataupun sangat panas, - Hantaman air hujan, - Penetrasi akar, dan
- Aktifitas makhluk hidup lainnya.
Perbedaan kecepatan proses pelapukan fisik dipengaruhi: - Tingkat kontaksi dan ekspansi dari komponen penyusun batuan, sehingga memicu
proses pecah dan hancurnya bebatuan, - Tingkat kekasaran permukaan bebatuan, makin kasar permukaan bebatuan akan
mengalami proses pelapukan yang lebih cepat, - Warna gelap dan terangnya bebatuan, makin gelap warna bebatuan akan memiliki daya
menyerap cahaya yang lebih banyak dan mempercepat proses pelapukan.
Proses pelapukan kimia merupak proses pelapukan yang diikuti terjadinya perubahan sifat kimia. Beberapa proses kimia dalam pelapukan adalah:
- Pelarutan atau solubilitas, - Hidrasi atau proses pengikatan molekul air, sehingga volume meningkat dan kekuatan
melemah serta menjadi mudah mengalami proses pelapukan, - Hidrolisis atau proses pergantian kation-kation dengan ion hydrogen dan saat terjadi
ionisasi menyebabkan kondisi melemah, sehingga mudah mengalami proses pelapukan,
- Oksidasi atau terjadinya penambahan muatan positif, seperti perubahan besi dalam batuan dari bentuk ferro menjadi bentuk ferri dan ukurannya bertambah, sehingga mudah terjadi proses pelapukan,
- Reduksi atau peristiwa turunnya muatan positif, - Karbonatasi atau proses yang menyebabkan bereaksinya asam karbonat dengan basa-
basamembentuk basa karbonat, - Asidifikasi atau proses pengasaman bebatuan, sehingga mempercepat proses
pelapukan batuan, seperti: pengasaman akibat asam nitrat yang terkandung dalam air hujan, dan pengasaman akibat asam sulfat hasil dekomposisi protein, kedua asam ini mempercepat proses pelapukan.
Prose pelapukan biologi dapat diakibatkan oleh kehidupan
- Mikroorganisme tanah, - Akar tumbuhan, dan
- Hewan.
Proses pelapukan biologi senantiasa mengiringi dari dua proses sebelumnya. Sebagai contoh: bebatuan yang mengalami proses suhu ekstrim (sangat panas atau sangat dingin) sehingga mulai terjadi retakan-retakan tersebut dan makin mempercepat proses pelapukan, selain itu biayasanya diiringi juga dengan mulai tumbuhnya tanaman tinggi rendah dan mulai berkembangnya mikroorganisme tanah sehingga lebih mempercepat proses pelapukan. Makin hari tanah yang terbentuk makin dalam dan selalu diikuti dengan perubahan vegetasi yang tumbuh di atasnya yang dikenal dengan isitilah suksesi vegetasi, yaitu dari vegetasi yang berakar dangkal sampai ke vegetasi berakar dalam. Tiga proses tersebut satu sama lain saling terintergrasi secara utuh dan saling berinteraksi dalam mempercepat proses pelapukan bebaaatuan menjadi tanah.
Proses Pelapukan Mekanik dan Kimiawi Batuan
by BUDAIRI on Selasa 21 Feb 2012 09:53 PM
1. Pelapukan Fisik / Mekanik biasanya disebabkan oleh terjadinya fluktuasi suhu. Pada saat dingin batuan akan mengkerut sedangkan ketika panas akan mengembang, apabila hal ini terjadi berulang kali lama- kelamaan batuan ini akan mengalami lapuk sedikit demi sedikit.
2. Pelapukan Kimiawi terjadi karena adanya perubahan struktur kimiawi batuan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang disbabkan oleh beberapa factor diantaranya air hujan misalnya seperti besi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berkarat karena air hujan.
3. Pelapukan biologis, melalui bantuan organism misalnya akar tanaman artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mampu memecah batuan atau hewan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mampu melubangi batuan.
Perbedaan relief akan menyebabkan perbedaan waktu dalam proses pembntukan tanah. Tebing
artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang landai akan lebih mudah pembentukan
tanahnya daripada tebing artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang curam, karena di
tebing curam tanah artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang akan terbentuk selalu
tererosi ketika artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada hujan artikel ini disalin dari
website http://blog.tp.ac.id yang intensitasnya cukup besar, tetapi hujan artikel ini disalin dari
website http://blog.tp.ac.id yang berlebih apabila terjadipada batuan artikel ini disalin dari
website http://blog.tp.ac.id yang berrelief datar juga akan menghambat proses pembentukan
tanahnya, karena genangan air diatas batuan tersebut akan menjadi isolator artikel ini disalin dari
website http://blog.tp.ac.id yang akan mennyetabilkan suhu batuan tersebut, sehingga batuan
tersebut suhunya akan tetap dingin meskipun diatas genangan air tersebut panas.
Bahan Induk Batuan
1. Bahan Induk Residual adalah batuan sisa pelapukan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang masih di tempat artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mengalami pelapukan lagi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id dan menjadi tanah di tempat artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id itu juga.
2. Bahan Induk Angkutan adalah hasil pelapukan batuan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tersedimentasi di tempat lain kemudian menjadi batuan sedimentasi setelah artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id itu lapuk artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id dan menjadi tanah.
Berdasarkan tenaga artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang membawa materi
sedimen bahan induk dibedakan menjadi,
1. Tenaga air dinamakan bahan induk alluvium menjadi tanah alluvial. 2. Tenaga angin dinamakan Loes, pasir. 3. Es/ Gletser dinamakan morena, till. 4. Gravitasi dinamakan culuvium. 5. Bahan induk Comulose berasal dari tumbuhan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id
yang selalu tergnang oleh air. Dinamakan batuan peat apabila sisa tumbuhan masih dikenali, dinamakan batuan muck apabila sisa tumbuhan sudah tidak dapat dikenali.