83-308-1-PB

download 83-308-1-PB

of 6

Transcript of 83-308-1-PB

  • 8/12/2019 83-308-1-PB

    1/6

    Alamat Korespondensi : Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jl. Salemba Raya 4,Jakarta 10430. Indonesia

    Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15 (1 ): 44-49 Fakultas Kedokteran Gigihttp//www.fkg.ui.edu Uni versitas I ndonesia

    ISSN 1693-9697

    KARAKTERISTIK PROFIL JARINGAN LUNAK

    PADA PENDERITA OBSTRUKSI SALURAN NAPAS ATAS

    DENGAN KEBIASAAN BERNAPAS MELALUI MULUT

    Erly Budianto*, Miesje K. Purwanegara**, Erwin Siregar***

    Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

    Abstract

    Obstruction of the upper respiratory tract (OURT) will cause

    mouth breathing that is known to influence neuromuscular

    activity. This will lead to malformation of face growth pattern andhead posture that can result in dentocraniofacial deformity. This

    research aimed to identify the differences in soft tissue profilecharacteristics in OURT patients compared to normal subjects,and to analyze the differences between boys and girls in this

    respect. An analytic descriptive study with cross sectional design

    was applied. The sample consists of 96 subjects including 64OURT patients (32 boys and 32 girls) and 32 normal subjects (11

    boys and 21 girls). The results showed that the OURT patients

    had convex profile and longer distance than the normal subjectsbetween upper or lower lip to esthetic line (p

  • 8/12/2019 83-308-1-PB

    2/6

    45 Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(1): 44-49

    maloklusi adalah herediter dan faktor yangdidapat. Faktor yang didapat diperinci menjadi

    gangguan perkembangan, trauma, faktor fisik,kebiasaan buruk, malnutrisi, dan penyakit.

    Perawatan ortodonti diharapkan dapat

    menyelesaikan masalah ketidakharmonisanposisi, hubungan gigi-geligi dan rahang.

    3

    Fungsi pernafasan melalui hidung danmulut mempengaruhi perkembangan wajah dan

    gigi-geligi. Cara bernafas menentukan posturkepala, rahang dan lidah.4 Oleh karena itu,

    pemeriksaan ada tidaknya pengurangan

    kemampuan pernafasan hidung penting untukdilakukan. Obstruksi saluran nafas atas (OSNA)diartikan sebagai suatu keadaan yang ditandai

    oleh adanya sumbatan kronis saluran nafas atas

    pada kavitas nasal, nasofaring, atau orofaring.5

    Adanya hambatan atau obstruksi salurannafas atas mengakibatkan seseorang mencarialternatif cara bernafas melalui mulut, yangdilakukan secara total atau kombinasi hidung

    dan mulut. Bernafas melalui mulut diperkirakan

    dapat mempengaruhi aktivitas otot-otot

    orofasial seperti otot bibir, lidah. Perubahanaktivitas otot-otot tersebut dapat menuntun

    terjadinya penyimpangan pola pertumbuhanwajah dan postur kepala yang dapatmengakibatkan timbulnya deformitas

    dentofasial.6

    Sampai saat ini, penelitian yang dilakukanpada umumnya berkaitan dengan analisis

    skeletal. Hal ini disebabkan adanya anggapanbahwa profil jaringan lunak berhubungan

    langsung dengan dengan profil skeletal dibawahnya. Subtelny mengatakan bahwa

    perubahan yang terjadi pada jaringan keras dan

    jaringan lunak tidak menunjukkan hubunganyang linear. Beliau melakukan pengukuranhorisontal dan vertikal, dan menemukan bahwa

    tidak semua profil jaringan lunak mengikuti

    pola skeletal. Burstone menyetujui pendapat

    Subtelny dengan memberikan alasan bahwavariasi ketebalan jaringan lunak yang menutupiskeletal menjadi penyebab ketidaksesuaianantara profil jaringan lunak dengan jaringan

    keras di bawahnya. Adapun karakteristik profil

    jaringan lunak ini dapat diketahui melaluianalisis sefalometri lateral. Ada beberapa cara

    penilaian jaringan lunak, antara lain:

    pengukuran menurut Steiner (garis S), Ricketts(garis E), Burstone, Sushner, Holdaway (garis

    H), Merrifield (sudut Z), Rakosi, dan Arnett.Kesemuanya memberikan informasi mengenai

    karakteristik profil jaringan lunak yang

    seringkali dipakai dalam perawatan ortodontidan bedah ortognati.

    1

    Case menyatakan bahwa dalammengkoreksi maloklusi, profil wajah seseorang

    menjadi penuntun yang penting dalammenyusun rencana perawatan yang tepat.1Oleh

    sebab itu, penelitian ini ditujukan untuk

    mengetahui karakteristik profil jaringan lunakpenderita obstruksi saluran nafas atas (OSNA)dengan kebiasaan bernafas melalui mulut. Besar

    harapan para ortodontis diharapkan dapat lebih

    memperhatikan cara bernafas pasien sebagai

    bagian dari pemeriksaan klinis sehinggakeberhasilan perawatan ortodonti dapat tercapai.

    Bahan dan Cara Kerja

    Populasi penelitian adalah anak ras Deuter

    omalayid dari Klinik THT RSUPN-CM FK UI,

    Klinik ortodonti RSGM-P FKG UI, SMPN 270

    Cilacap dan SMPN 76, Jakarta Pusat. Subyekpenelitian diambil dari populasi penelitiansecara konsekutif.

    Kriteria untuk subyek OSNA dengan nafasmulut yaitu adanya sumbatan kronis pada

    saluran napas atas pada kavitas nasal,

    nasofaring, atau orofaring, dengan kebiasaanburuk napas mulut. Kondisi ini didiagnosismelalui pemeriksaan fisik secara visual dan

    wawancara yang telah dilakukan oleh

    Purwanegara. Sedangkan untuk subyek normal,yaitu saluran napas atas pada kavitas nasal,

    nasofaring, atau orofaring normal tanpa

    kebiasaan buruk napas mulut. Subyek denganpenampilan dentokraniofasial normal dari sisi

    profil maupun frontal.Kriteria inklusi subyek yaitu orangIndonesia ras Deuteromalayid usia 1215

    tahun. Kriteria eksklusinya pernah atau sedang

    dirawat ortodonti, memiliki riwayat asma ataupenyakit sistemik lain, sedang batuk pilek akut,dan memiliki kebiasaan buruk oral lain, selain

    Erly Budianto, Miesje K. Purwanegara, Erwin Siregar

  • 8/12/2019 83-308-1-PB

    3/6

    46Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(1): 44-49

    bernapas melalui mulut dan tongue thrustuntuksubyek OSNA.

    Bahan dan alat yang digunakan yaitu fotosefalometri yang baik, kertas asetat 0.003,

    pinsil 3 H, dan viewer. Cara kerja dimulai

    dengan,penapakan foto lateral di atas kertasasetat 0.003 dengan bantuan viewer,penentuantitik dan garis referensi. Analisis statistikunivariat untuk mendapatkan nilai rerata dan

    simpang baku dari masing-masing variabel danbivariat untuk menguji perbedaan nilai rerata

    masing-masing variabel antara kelompok

    OSNA dan kelompok normal, pada kelompoknormal antara laki-laki dengan perempuan; serta

    pada penderita OSNA antara laki-laki dan

    perempuan dengan menggunakan t-test.

    Penilaian karakteristik profil jaringan lunak

    fasial pada penelitian ini ditentukan berdasarkanvariabel-variabel berikut.

    Sudut kecembungan fasial jaringan lunaktotal, yaitu sudut yang dibentuk oleh

    perpotongan antara garis yang ditarik dari

    nasion (N) ke pronasion (Pn) dengan garis

    yang ditarik dari pogonion (Pg) kepronasion (Pn).

    Sudut kecembungan fasial jaringan lunak,yaitu sudut yang dibentuk oleh perpotonganantara garis yang ditarik dari nasion (N) ke

    subnasion (Sn) dengan garis yang ditarikdari pogonion (Pg) ke subnasion (Sn).

    Sudut nasolabial, yaitu sudut yang dibentukoleh perpotongan antara garis yang ditarikdari pinggir bawah hidung ke subnasion

    (Sn) dan garis dari labialis superior (Ls) kesubnasion (Sn).

    Jarak bibir atasgaris estetik (E-line), yaitujarak tegak lurus antara bagian teranterior

    dari bibir atas dengan garis estetik menurut

    Ricketts (E-line) yaitu garis yang ditarik

    dari ujung hidung (Pn) ke bagian teranterior

    dari dagu (Pg). Jarak bibir bawah garis estetik (E-line),

    yaitu jarak tegak lurus antara bagian

    teranterior dari bibir bawah dengan garisestetik menurut Ricketts (E-line) yaitu garis

    yang ditarik dari ujung hidung (Pn) ke

    bagian teranterior dari dagu (Pg).

    Gambar 1. A. Kecembungan fasial jaringan lunak total menurut Subtelny. (Rakosi, 1982)7

    B.Kecembungan fasial jaringan lunak menurut Subtelny. (Rakosi, 1982)7

    C. Sudut nasolabial (Jacobson, 1995)8

    D.E-linemenurut Ricketts. (Jacobson, 1995)8

    Hasil PenelitianJumlah subyek penderita obstruksi saluran

    napas atas yang diambil sebagai sampel 64orang, terdiri atas 32 orang laki-laki dan 32

    orang perempuan. Jumlah subyek normal 32orang, terdiri atas 11 orang laki-laki dan 21orang perempuan.

    A B C D

    Karakteristik profil jaringan lunak

  • 8/12/2019 83-308-1-PB

    4/6

    47 Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(1): 44-49

    Tabel 1. Nilai sebaran dan hasil uji t-test karakteristik profil jaringan lunak fasial antara subyekpenderita OSNA dengan nafas mulut dan subyek normal, Jakarta 2003-2005.

    Kriteria Jumlah

    Subyek

    Rerata Simpangan

    BakuP

    Kecembungan fasial total

    (N-Pn-Pg)

    Normal 32 140,910 5,4800,079

    OSNA 64 138,980

    4,770

    Kecembungan fasial(N-Sn-Pg)

    Normal 32 167,340 5,6000,000*

    OSNA 64 161,130 5,520

    Sudut nasolabialNormal 32 94,780 7,350

    0,053OSNA 64 91,030 11,220

    Bibir atas terhadap E-lineNormal 32 -0,45mm 1,53 mm

    0,000*OSNA 64 3,84

    mm 1,99 mm

    Bibir bawah terhadap E-lineNormal 32 0,86 mm 1,86 mm

    0,000*OSNA 64 5,54mm 2,84 mm

    Signifikan pada p

  • 8/12/2019 83-308-1-PB

    5/6

    48Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(1): 44-49

    Tabel 3. Nilai sebaran dan hasil uji t-testpada subyek penderita OSNA dengan nafas mulut antara laki-lakidan perempuan, Jakarta 2003-2005.

    Jenis kelaminJumlahSubyek

    RerataSimpangan

    Bakup

    Kecembungan fasial total

    (N-Pn-Pg)

    laki-laki 32 138,45310 4,673810

    0,385Perempuan 32 139,50000 4,889090

    Kecembungan fasial(N-Sn-Pg)

    laki-laki 32 159,82810 5,5410600,058

    Perempuan 32 162,43750 5,254410

    Sudut nasolabiallaki-laki 32 90,96090 11,076000

    0,958Perempuan 32 91,10940 11,532380

    Bibir atas terhadap E-l inelaki-laki 32 4,4922 mm 1,52332 mm

    0,008*perempuan 32 3.1953 mm 2.20770 mm

    Bibir bawah terhadap E-l inelaki-laki 32 6.8516 mm 2.46987 mm

    0,000*perempuan 32 4.2344 mm 2.59103 mm

    Signifikan pada p

  • 8/12/2019 83-308-1-PB

    6/6

    49 Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(1): 44-49

    Hasil penelitian ini menunjukkan subyeknormal laki-laki memiliki jarak bibir atas

    terhadap E-line yang lebih besar secarabermakna dibandingkan perempuan (p=0,039).

    Hal serupa juga tampak pada subyek penderita

    OSNA dengan napas mulut, yaitu penderitaOSNA laki-laki memiliki jarak bibir atasdanjarak bibir bawah terhadap E-line yang lebih

    besar dibandingkan penderita OSNA perempuan

    (p