82821211-Anestetik-Lokal

download 82821211-Anestetik-Lokal

of 18

Transcript of 82821211-Anestetik-Lokal

Anestetik Lokal Anestetik lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara local pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Sebagai contoh, bila anestetik local dikenakan pada korteks motoric, impuls yang dialirkan dari daerah tersebut terhenti. Paralisis saraf anestetik local bersifat reversible, tanpa merusak serabut atau sel saraf. 1 Anestetik lokal ialah obat yang menghasilkan blockade konduksi atau blockade lorong natrium sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer.2 Obat anestetika lokal yang pertama dikenal adalah kokain yang diperoleh dari Erythroxylon coca yang dapat memberikan rasa nyaman dan mempertinggi daya tahan tubuh. Karena kemampuannya untuk merintangi transmisi ke batang otak kemudian dipakai sebagai anestesi blokade saraf pada pembedahan maupun dalam anestesi spinal/umum dan kemudian dibuat anestetika lokal sintetis seperti prokain dan derivatnya seperti lidokain, prilokain dan bupivikain. Sifat anestesi lokal yang ideal a. Tidak merusak dan mengiritasi jaringan saraf secara permanen. b. Batas keamanan harus lebar, sebab anestesi local akan diserap dari tempat suntikan. c. Onset cepat dan durasi lambat sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan operasi. d. Larut air dengan menghasilkan larutan yang stabil dan tahan pemanasan (proses sterilisasi) e. Stabil dalam bentuk larutan f. Tidak rusak karena proses penyaringan Mekanisme kerja1 Anestesi local mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf. Sebagaimana yang diketahui, potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat permeabilitas membran terhadap ion Na+ akibat depolarisasi ringan pada membrane. Proses inilah yang dihambat oleh obat anestesi local yang bekerja dengan melakukan interaksi langsung antara zat anestesi local dengan kanal Na+ yang peka terhadap perubahan voltase muatan listrik.

1

Dengan semakin bertambahnya efek anestetik local di dalam saraf maka ambang rangsangan membrane akan meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat dan faktor pengaman konduksi saraf menurun. Anestetik local juga mengurangi permeabilitas membrane K+ dan Na+ dalam keadaan istirahat sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak perubahan pada potensial istirahat. Dapat dikatakan bahwa cara kerja utama obat anestetik local adalah bergabung dengan reseptor spesifik yang terdapat pada kanal Na+ sehingga terjadi blokde pada kanal dan hambatan gerakan ion melalui membrane. Farmakokinetik : Struktur obat anestetika lokal mempunyai efek langsung pada efek terapeutiknya. Semuanya mempunyai gugus hidrofobik (gugus aromatik) yang berhubungan melalui rantai alkil ke gugus yang relatif hidrofilik (amina tertier). Pemberian vasokonstriktor (epinefrin) + anestetika lokal dapat menurunkan aliran darah lokal dan mengurangi absorpsi sistemik. Vasokonstriktor tidak boleh digunakan pada daerah dengan sirkulasi kolateral yang sedikit dan pada jari tangan atau kaki dan penis. Golongan ester (prokain, tetrakain) dihidrolisis cepat menjadi produk yang tidak aktif oleh kolinesterase plasma dan esterase hati. Bupivakain terikat secara ekstensif pada protein plasma.1 Kecepatan onset anestetika lokal ditentukan oleh: a. kadar obat dan potensinya b. jumlah pengikatan obat oleh protein dan pengikatan obat ke jaringan lokal c. kecepatan metabolisme d. perfusi jaringan tempat penyuntikan obat. Absorbsi sistemik dipengaruhi oleh:2 1. Tempat suntikan: kecepatan absorbs sisteik sebanding dengan ramainya vaskularisasi tempat suntikan (IV) 2. Penambahan vasokonstriktor:pemberian adrenalin dapat memperlambat absorpsi sampai 50%2

3. Karakteristik obatnya: anestesi lokal terikat kuat pada jaringan absorbsinya lambat. Distrubasi dipengaruhi oleh ambilan organ dan ditentukan oleh faktor-faktor: 1. Perfusi jaringan 2. Koefisien partisi jaringan/darah: Ikatan kuat dengan protein plasma obat lebih lama di darah. Kelarutan dalam lemak tinggi meningkatkan ambilan jaringan 3. Massa jaringan otot merupakan tempat reservoir bagi anestetik lokal. Metabolisme dan ekskresi 1. Golongan ester metabolisme oleh enzim pseudo-kolinesterase. Hidrolisa ester sangat cepat dan kemudian metabolit diekskresikan melalui urin. 2. Golongan amida metabolisme terutama oleh enzim microsomal di hati. Metabolismenya lebih lambat dari hidrolisa ester. Metabolit diekskresikan melalui urin dan sebagian kecil dalam bentuk utuh. Farmakodinamik :1 Selain menghalangi hantaran sistem saraf tepi, anestesi local juga mempunyai efek penting pada SSP, ganglia otonom, sambungan saraf otot dan semua jenis serabut otot. Pada SSP, anestetik local merangsang SSP dan menyebabkan kegelisahan dan tremor yang mungkin berubah menjadi kejang klonik. Perangsangan ini akan diikuti dengan depresi dan kematian biasanya terjadi karena kelumpuhan nafas sehingga perlu memperbaiki jalan nafas dan menggunakan hipnotik untuk mencegah dan mengobati kejang. Diazepam IV juga sangat berguna dalam pengobatan kejang Pada sambungan saraf otot dan ganglion, anestesi local dapat mempengaruhi transmisi di sambungan saraf otot yaitu menyebabkan berkurangnya respons otot atas rangsangan saraf. Pada sistem kardiovaskular, yaitu dapat menyebabkan penurunan eksitabilitas, kecepatan konduksi dan kekuatan kontraksi. Anestesi local juga dapat menyebabkan vasodilatasi arteriol.

3

Penggolongan2 Secara kimiawi anestetika lokal dibagi 3 kelompok, yaitu : y y Senyawa ester, contohnya kokain, prokain, benzokain, buvakain, tetrakain, kloroprokain Senyawa amida, contohnya lidokain, prilokain, mepivikain, bupivikain, cinchokain dll

Obat baru pada dasarnya adalah obat lama dengan mengganti, mengurangi atau menambah bagian kepala, badan dan ekor. Di Indonesia yang paling banyak digunakan adalah lidokain dan bupivakin. A. Kokain1 Anestesi local yang ditemukan dialam tanpa buatan manusia adalah kokain. Kokain atau benzolimetilekgonin didapat dari daun Erythroxylon coca dan spesies Erythroxylon lain yaitu pohon yang tumbuh di Peru dan Bolivia. y Farmakodinamik Efek kokain yang paling penting yaitu menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara local. Efek sistemiknya yang paling mencolok adalah rangsangan SSP. Pada SSP, kokain merupakan perangsang korteks yang paling kuat. Efek perangsangannya berdasarkan depresi neuron penghambat seperti pada batang otak, akan terjadi peningkatan frekuensi pernafasan dan juga pusat vasomotor dan pusat muntah akan terangsang. Efek euphoria terjadi karena penghambatan uptake dopamine di sinaps susunan saraf pusat. Pemberian kokain IV dosis besar akan menyebabkan kematian mendadak karena payah jantung sebagai akibat efek toksik langsung pada otot jantung. Efek lokal kokain terpenting adalah kemampuannya untuk memblokade konduksi saraf. y Farmakonetik Walaupun vasokonstriktor lokal menghambat absorbsi kokain, kecepatan absorbsi masih melebihi kecepatan detoksikasi dan ekskresinya sehingga kokain sangat toksik. Kokain diabsorbsi dari segala tempat, termasuk selaput lendir. Sebagian besar kokain mengalami detoksikasi pada hati dan sebagian kecil diekskresikan bersama urin. Intoksikasi kokain bisa4

terjadi dengan menggunakan dosis 1,2 gram. Gejala keracunan berhubungan dengan perangsangan SSP. Pasien mudah terangsang,gelisah, banyak bicara, cemas dan bingung, sakit kepala, ndai cepat, nafas tidak teratur. Pengobatan spesifiknya adalah pemberian diazepam atau barbiturate kerja singkat IV. ANESTETIK LOKAL SINTETIK B. Prokain Prokain disintesis dan diperkenalkan tahun 1905 dengan nama dagang novokain. Prokain merupakan obat yang dipilih untuk anestesi lokal suntikan tetapi sekarang sudah kalah dengan lidokain. Sebagai anestetik lokal, Prokain pernah digunakan untuk anestesia infiltrasi, anestesia blok saraf (nerve block anesthesia), anestesia spial, epidural dan kaudal. Namun karena potensinya rendah, mula kerja lambat serta massa kerjanya pendek, maka penggunaannya sekarang ini hanya terbatas untuk anestesia infiltrasi dan kadang-kadang untuk anestesia blok saraf. Di dalam tubuh, prokain akan dihidrolisis menjadi PABA, yang dapat menghambat kerja obat seperti sulfonamide.1 Dosis: 15 mg/kgBB dengan lama kerja 30-60 menit.2 C. Lidokain1 o Farmakodinamik Lidokain (xilokain) adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topical dan suntikan. Lidokain merupakan aminoetilamid prototip dari anestetik lokal golongan amida. Pada larutan 0,5% toksisitasnya sama, tetapi pada larutan 2 % lebih toksik. Anestesi ini lebih efektif digunakan tanpa vasokonstriktor, tetapi kecepatan absorpsi dan toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya lebih pendek. Sediaan berupa larutan 0,5-5% dengan atau tanpa epinefrin 1:50.000 sampai 1:200.000). o Farmakokinetik : Lidokain mudah diserap dari tempat suntikan dan dapat melewati sawar darah otak. Kadarnya dalam plasenta fetus dapat mencapai 60% kadar dalam darah ibu. Di dalam hati, lidokain mengalami dealkilasi oleh enzim oksidase fungsi ganda membentuk5

monoetilglisin dan xilidid lalu diekskresikan bersama urin dalam bentuk metabolit akhir, 4 hdiroksi-2-6-dimetil-anilin. o Efek samping : Biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP (mengantuk, pusing, parastesia, gangguan mental, koma dan seizure). Dosis berlebih dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi vebtrikel atau oleh henti jantung. o Indikasi: Lidokain sering digunakan secara suntikan untuk anetesi infiltrasi, blockade saraf, anesthesia spinal, anestetsia epidural ataupun anesthesia caudal, dan secara setempat untuk anesthesia selaput lendir. Untuk anestesia infiltrasi, biasanya digunakan larutan 0,25-0,50 % dengan atau tanpa epinefrin. Untuk blokade saraf digunakan 1-2 ml. Untuk anestesia permukaan pada anestesia rongga mulut, kerongkongan dan saluran cerna bagian atas, digunakan larutan 1-4% dengan dosis maksimal 1 gram sehari dibagi dalam beberapa dosis. Untuk anestesia sebelum dilakukan tindakan seperti sistoskopi atau kateterisasi uretra digunakan lidokain gel 2% dan sebelum dilakukan bronkoskopi atau pemasangan pipa endotrakeal, biasanya digunakan semprotan dengan kadar 2-4%. Lidokain juga dapat menurunkan iritabilitas jantung karena itu juga digunakan berbagai antiaritmia. D. Bupivakain Strukturnya mirip dengan lidokain kecuali gugus yang mengandung amin adalah butil piperidin. Bupivakain merupakan anestetik lokal yang memiliki massa kerja yang panjang, dengan efek blokade terhadap sensorik yang lebih besar daripada motorik. Karena adanya efek ini obat ini digunakan untuk memperpanjang analgesia selama persalinan dan masa pascapembedahan. Secara kimia dan farmakologis mirip lidokain. Lidokain dan bupivakain keduanya menghambat saluran Na+ jantung selama sistolik. Toksisitas jantung yang disebabkan oleh bupivakain sulit diatasi dan bertambah berat dengan adanya asidosis, hiperkarbia dan hipoksemia.1

6

Larutan bupivakain hidroklorida tersedia dalam konsentrasi 0,25% untuk anesthesia infiltrasi dan 0,5% untuk suntikan paravertebral. Tanpa epinefrin , dosis maksimum untuk anesthesia infiltrasi adalah sekitar 2 mg/kgBB.2 ANESTETIK LOKAL SINTETIK LAIN1 Anestesi Lokal yang diberikan secara suntikan E. Dibukain Dibukain merupakan derivat kuinolin, anestetik lokal yang paling kuat, paling toksik, dan mempunyai masa kerja panjang. Sebagai preparat suntik, dibukain sudah tidak digunakan kecuali anestesi spinal di beberapa negara di luar Amerika, tetapi umumnya tersedia dalam bentuk krim 0,5% atau salep 1%. F. Mepivakain HCl Obat ini merupakan anestetik lokal golongan amida dengan sifat farmakologik mirip lidokain dan sering digunakan untuk anestesia infiltrasi, blokade saraf regional dan anestesia spinal. Sediaan untuk suntikan berupa larutan 1:1,5 dan 2%. Mepivakain lebih toksik terhadap neonatus sehingga tidak digunakan dalam anestesia obstetric. Mungkin ada hubungannya dengan pH darah neonatus yang rendah menyebabkan ion obat tersebut terperangkap dan memperlambat metabolismenya. Mepivakain tidak efektif sebagai anestetik topikal. G. Tetrakain Tetrakain merupakan derivat asam paraaminobenzoat. Pada pemberian secara IV, zat ini 10 kali lebih aktif dan lebih toksik daripada prokain. Digunakan untuk segala macam anestesia, misal untuk pemakaian di mata digunakan larutan tetrakain 0,5% ,untuk hidung dan tenggorok larutan 2%, dan pada anestesia spinal dosis total adalah 10-20mg. Namun, sejak ditemukannya bupivakain, tetrakain jarang digunakan untuk blokade saraf perifer sebab diperlukan dosis yang besar dan mula kerjanya lambat, serta dimetabolisme lambat sehinggga berpotensi toksik. Namun bila diperlukan masa kerja yang panjang pada anesthesia spinal, digunakan tetrakain.

7

Anestesi lokal yang diberikan secara topical1 Benzokain diberikan secara topikal (karena toksik untuk diberikan secara injeksi), dapat diberikan pada mata, selaput lendir dan kulit, misalnya langsung pada luka dengan ulserasi dan menimbulkan anestesia yang cukup lama. Absorpsinya lambat karena sukar larut dalam air sehingga relatif tidak toksik. Diberikan sebagai anestesi permukaan. Tersedia dalam bentuk salep dan suposituria serta bedak. Penggunaan Anestesi Lokal1 Anestetika lokal umumnya digunakan secara parenteral misalnya pembedahan kecil dimana pemakaian anestetika umum tidak dibutuhkan. Anestetika lokal dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : y Anestetika permukaan, digunakan secara lokal untuk melawan rasa nyeri dan gatal, misalnya larutan atau tablet hisap untuk menghilangkan rasa nyeri di mulut atau leher, tetes mata untuk mengukur tekanan okuler mata atau mengeluarkan benda asing di mata, salep untuk menghilangkan rasa nyeri akibat luka bakar dan suppositoria untuk penderita ambeien/wasir y Anestetika filtrasi, yaitu suntikan yang diberikan ditempat yang dibius ujung-ujung sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan gusi (pencabutan gigi) y Anestetika blok atau penyaluran saraf, yaitu dengan penyuntikan di suatu tempat dimana banyak saraf terkumpul sehingga mencapai daerah anestesi yang luas, misalnya pada pergelangan tangan atau kaki. o Anestesi spinal: Anestesi spinal (Blockade subaraknoid atau intratektal) merupakan anestesi blok yang luas. Setelah penyuntikan intratektal dilakukan yang terpengaruhi lebih dahulu adalah saraf simpatis dan parasimpatis diikuti dengan saraf untuk rasa dingin, panas, raba, dab tekan serta yang terkahir mengalami blockade adalah serabut motoric, rasa getar, dan propioseptif. Lamanya anesthesia tergantung dari kecepatan obat meninggalkan cairan serebrospinal misalnya prokain (60 menit), tetrakain (120 menit), dan dibukain (1808

menit). Pada operasi daerah atas misalnya gaster dan kolisistektomi dipilih disuntikkan daerah L3-L4 karena jika diatas lagi maka akan mengenai medulla spinalis. Pada operasi bagian tengah seperti SC, appendiks dan hernia disuntikkan di daerah L4-L5 dan jika operasi bagian bawah seperti hemoroid, kista vagina disuntikkan pada daerah L5-S1. Anestesi spinal dapat menyebabkan vasodilatasi arteriol di daerah tempat serabut eferen simpatis mengalami blockade. Curah jantung dan isi sekuncup juga berkurang dan tekanan darah menurun. Adanya reflex kompensasi menyebabkan vasokonstriksi dari pembuluh darah yang tidak terkena anestesi. Bila pasien mengalami hipotensi arterial, pertama kali yang harus dilakukan posisi kepala agak lebih rendah dan diberikan oksigen. Vasopressor juga dapat diberikan secara IV dengan dosis kecil. Vasopressor (mefentermin dan efedrin) yang menguntungkan adalah yang memiliki efek menurunkan kapasitas vena. Saat ini gangguan neurologic akibat penggunaan anestesi spinal jarang terjadi. Gangguan neurologic akibat anestesi spinal dapat terjadi dalam 2 bentuk yaitu segera atau timbul lambat beberapa hari/minggu sesudah tindakan anestesi. o Anestesi epidural Merupakan suatu anestesi blok yang luas yang diperoleh dengan jalan menyuntikkan zat anestetik lokal ke dalam ruang epidural. Dengan teknik ini anesthesia bagian sensorik dapat diperluas sampai setinggi dagu. Suntikan dilakukan di bawah L2 karena ruang epidural yang paling luas. Untuk blockade simpatis digunakan larutan lidokain 0,5-1%, blockade sensorik lidokain 1-1,5% dan blockade motoric dengan larutan 2%.. Jika operasi berlangsung lama digunakan bupivakain, operasi dengan jangka waktu sedang digunakan lidokain dan operasi yang singkat diberikan kloroprokain. Tempat kerja obat anestetik yang dimasukkan ke dalam ruang epidural belum seluruhnya diketahui tetapi mungkin pada : 1. Saraf campuran di dalam ruang paravertebral, 2. Radiks saraf yang terbungkus dura di dalam ruang epidural, 3. Radiks saraf di ruang subaraknoid sesudah obat mengadakan difusi melalui dura, 4. Akson saraf sendiri. Untuk mendapatkan anestesi yang lengkap diperlukan waktu antara 15-30 menit.9

o Anestesi Kaudal Merupakan bentuk anesthesia epidural yang larutan anestesinya disuntikkan ke dalam kanalis sakralis melalui hiatus sakralis. Biasanya digunakan bupivakain 0,125-0,25% sebanyak 0,5-1 ml/kgBB atau lidokain dan kloroprokain Untuk memperpanjang daya kerja obat anestesi lokal ditambahkan suatu vasokontriktor yang dapat menciutkan pembuluh darah sehingga absorbsi akan diperlambat, toksisitas berkurang, mula kerja dipercepat dengan khasiat yang lebih ampuh dan lokasi pembedahan praktis tidak berdarah, contohnya adrenalin. Tetapi kombinasi ini tidak boleh digunakan pada jari-jari tangan karena dapat menyebabkan gangrene. Obat-obat anestetika lokal umumnya yang dipakai adalah garam kloridanya yang mudah larut dalam air. Efek Samping Efek samping penggunaan anestetika lokal terjadi akibat khasiat dari kardio depresifnya (menekan fungsi jantung), mengakibatkan hipersensitasi berupa dermatitis alergi Spesialit obat-obat anestetika lokal NO 1 GENERIK Lidokain Hidroklorida (Lidocaini Hydrochloridum) DAGANG Pehacain Extracain Xylocain 2 Prokain Hidroklorida (Procaini Hydrochloridum) Prokain HCl PABRIK Phapros Ethica Zenecca Ethica

10

FARMAKOLOGI OBAT RESUSITASI ATROPIN1 Atropin merupakan golongan antagonis muskarinik penghambat reseptor muskarinik atau anti muskarinik. Anti muskarinik dapat digunakan untuk: o Mendapatkan efek perifer tanpa efek sentral seperti antispasmodic, o Penggunaan lokal midriatik pada mata, o Memperoleh efek sentral seperti dalam penatalaksanaan pernyakit Parkinson o Bronkodilatasi o Memperoleh efek hambatan pada sekresi lambung dan gerakan saluran cerna. Farmakodinamik Atropin merupakan protipe anti muskarinik yang dapat berkerja di banyak organ. Hambatan dari atrofin bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolinesterase. Atropin memblok asetilkolin endogen dan eksogen tetapi jauh lebih kuat terhadap eksogen. Kepekaan reseptor muskarinik berbeda antar organ, pada dosis kecil (0,25mg) hanya menekan sekresi air liur, mucus bronkus dan keringat, pada dosis lebih besar (0.5-1mg) dapat terjadi dilatasi pupil, gangguan akomodasi dan penghambatan n.vagus sehingga terlihat takikardia. Penghambatan pada reseptor muskarinik ini mirip denervasi serabut pasca ganglonik kolinergik sehingga efek adrenergic lebih nyata. Farmakodinamik dalam organ 1. Sistem Saraf Pusat Atropin pada dosis kecil dapat memperlihatkan efek merangsang SSP dan dosis toksik memperlihatkan efek depreesi. Atropin merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak. Dalam dosis 0,5 mg atropin menghambat N.vagus sehingga frekuensi denyut jantung berkurang. Dosis yang sangat besar mengakibatkan depresi nafas, eksitasi, disorientasi, delirium, dan halusinasi. 2. Kardiovaskular

11

Pengaruh atrofin terhadap jantung bersifat bifasik. Dengan dosis 0,25-0,5 mg yang biasa digunakan, frekuensi jantung berkurang dan mungkin disebabkan oleh perangsanan pusat vagus. 3. Mata Atropin menghambat M.constrictor pupillae dan M.cilliaris lensa mata sehingga menyebabkan midriasis dan sikloplegia (paralisis mekanisme akomodasi). Midriasi terjadi jika pemberian dosis (>1 mg) selama 7-12 hari. 4. Saluran nafas Atropin dapat mengurangi secret hidung, mulut, faring dan bronkus. Penggunaannya pada premedikasi anesthesia mengurangi sekresi lendir jalan nafas untuk mengurangi aspirasi. Atropin lemah untuk bronkodilator dibanding epinefrin. 5. Saluran Cerna Karena bersifat menghambat peristalsis usus dan lambung, atropin berkerja sebagai antispasmodic. Atropin juga menyebabkan berkurangnya sekresi liur dan sekresi lambung. Farmakokinetik Atropin mudah diserap di semua tempat, kecuali kulit. Pemberian pada obat tetes mata dapat menyebabkan absorbs dalam jumlah yang cukup banyak lewat mukosa nasal sehingga menyebabkan efek sistemik dan keracunan. Dalam sirkulasi darah, atropin cepat masuk ke jaringan dan separuhnya mengalami hidrolisis enzimatik di hepar, sebagian di sekresi di ginjal dalam bentuk asal. Waktu paruh atrofin selama 4 jam. Indikasi Atropin dapat banyak manfaat dan indikasinya tergantung organ yang dituju antara lain y Saluran cerna: Sebagai anti spasmodic untuk menghambat motilitas lambung dan usus. Biasanya digunakan pada kasus ulkus peptikum dan untuk pengobatan sistemik. Dosis yang digunakan pada dewasa sekitar 0,25-1 mg y Saluran nafas : untuk mengurangi sekresi lendir hidung dan saluran nafas misalnya pada rhinitis akut

12

y

Mata: Untuk menghilangkan daya akomodasi dalam pemeriksaan funduskopi dan refraksi serta untuk midriasis.

y

Kardiovaskular: Atropin menghambat N.vagus sehingga frekuensi denyut jantung bertambah menjadi takikardi selama 3-5 menit dalam dosis kecil 0,5 mg

y

Pra anesthesia : Atropin berguna untuk mengurangi sekresi lendir jalan nafas pada anesthesia terutama anesthesia dengan gas inhalasi. Kelenjar yang dihambat ialah kelenjar ludah dan kelenjar keringat. Atropin berguna juga untuk menghambat n.vagus pada bradikardi atau sinkop dengan reflex sinus karotis yang hiperaktif.

Efek samping Efek sampingnya seperti mulut kering, gangguan miksi, Peningkatan tekanan intraokular, sikloplegia, midriasis, pandangan kabur, kemerahan pada wajah dan leher, retensi urin, takikardi, konstipasi/sukar buang air besar, peningkatan suhu tubuh, dada berdebar, peningkatan rangsang susunan saraf pusat, ruam kulit, muntah, dan fotofobia. Intoksikasi Dapat menyebabkan keracunan terutama pada anak-anak dalam kesalahan menghitung dosis, dikontraindikasikan pada anak dibawah umur 4 tahun. Gejala keracunan timbul dalam 1520 menit dimulai dengan pusing, mulut kering, tidak dapat menelan, sukar berbicara, dan perasaan haus karena air liur tidak keluar. Dosis 500-1000mg belum merupakan dosis fatal pada dewasa namun pada anak-anak dosis 10 mg mungkin menyebabkan kematian. Antidotum yang diajurkan ialah fisostigmin salisilat 2-4 mg pemberian subkutan. EPINEFRIN1 Epinefrin yang merupakan protipe obat kelompok adrenergik berkerja di semua reseptor adrenergik1, 2, 1

dan

2. Norepinefrin 2.

yang memiliki cara kerja sama seperti epinefrin, namun

tidak berkerja di reseptor Farmakodinamik

Epinefrin memiliki efek yang serupa dengan stimulasi saraf adenergik, perbedaannya hanya terletak padaneurotransmitter pada saraf adenergik adalah NE. Epinefrin bekerja sebagai13

vasokonstriktor dan bronkodilator sehingga kegunaannya untuk hipersensitivitas seperti syok anafilaksis. Selain itu, epinefrin dapat digunakan untuk memperpanjang anestetik lokal dan merangsang jantung pada pasien dengan henti jantung juga digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler. Farmakodinamik dalam organ 1. Pembuluh Darah Pada arteriol kecil, sfingter prekapiler, vena dan arteri besar mengalami efek vaskular dari epinefrin. Tersedianya reseptor dominan menyebabkan konstriksi pada pembuluh

darah kulit, mukosa dan ginjal. Pada dosis rendah, pembuluh darah otot rangka yang memiliki afinitas reseptor teraktivasinya reseptor2 2

lebih besar dibandingkan reseptor

yang membuat

sehingga menyebabkan dilatasi. Pada dosis tinggi, epinefrin

mempengaruhi kedua reseptor tersebut. Peningkatan tekanan darah terjadi akibat dominasi reseptor yang menyebabkan

terjadinya peningkatan resistensi perifer. Epinefrin dosis rendah dapat menyebabkan terjadinya hipotensi sekunder akibat reseptor sudah diberikan reseptor2.

Jika pada pemberian epinefrin sebelumnya

maka epinefrin akan bersifat vasodilator dan penurunan tekanan

darah yang disebut gejala epinefrin reversal. Dosis yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya edema paru yang berakhir pada kematian. 2. Arteri Koroner Epinefrin dapat meningkatkan tekanan darah aorta, relatif menyebabkan perpanjangan waktu diastolik pada denyut jantung yang cepat, mensekresi adenosin yang bersifat vasodilator akibat peningkatan kontraksi jantung serta konsumsi oksigen miokard. 3. Jantung Epinefrin menyebabkan akitivasi reseptor1

pada otot jantung, jaringan konduksi serta

pacemaker, juga mempercepat depolarisasi lambat sewaktu diastol dari nodus SA oleh sebab itu mempercepat firing rate pacu jantung. Epinefrin dapat pula mempercepat konduksi sepanjang jaringan konduksi dari atrium ke AV sepanjang berkas HIS dan purkinje hingga ventrikel. Epinefrin mengurangi blok AV dan memperpendek periode refrakter nodus AV, serta memperkuat kontraksi dan mempercepat relaksasi sehingga memperpendek waktu

14

sistolik tanpa mengurangi waktu diastolik sehingga menyebabkan curah jantung bertambah namunpemakaian oksigen juga bertambah sehingga efisiensi jantung berkurang. 4. Saluran cerna Pada saluran cerna, efek dari pemberian epinefrin adalah relaksasi otot polos saluran cerna sehingga tonus, motilitas usus serta lambung berkurang yang diakibatkan adanya reseptor2 1 1

dan

2

di membran sel otot polos.

5.

Uterus Saat kehamilan partus, epinefrin menyebabkan penghambatan tonus dan kontraksi uterus melalui reseptor1dan 2. 2,

hal tersebut dikarenakan otot polos pada uterus memiliki reseptor

6.

Kandung kemih Epinefrin pada kandung kemih melalui reseptor2 menyebabkan

relaksasi otot destrusor dan

kontraksi otot sfingter, trigon, serta otot polos dari prostat yang menyebabkan kesulitan dalam berkemih. 7. Saluran Nafas Epinefrin menyebabkan relaksasi otot bronkus melalui reseptor2

sehingga pada pasien

asma, syok anafilaksis menyebabkan vasodilatasi dari bronkus. Selain itu, pada orang asma, terjadi penghambatan sel-sel mediator inflamasi dari sel mast serta mengurangi sekresi bronkus dan kongesti mukosa dari reseptor 8. Metabolik Melalui reseptor2, 1.

epinefrin menstimulasi glikogenolisis di sel hati dan otot rangka

sehingga terjadi penghambatan sekresi insulin. Hal tersebut dikarenakan dominasi aktivitas reseptor Reseptor2 2

yang menghambat aktivasi reseptor

2

yang berfungsi mensekresi insulin.

meningkatkan sekresi glukagon pada pankreas dan mengurangi ambilan glukosa

perifer, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa dan laktat dalam darah dan penurunan kadar glikogen pada hati dan otot. Epinefrin juga meningkatkan aktivitas lipase TAG yang mampu mempercepat pemecahan trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Dengan pemeberian epinefrin, terjadi peningkatan pemakaian oksigen 20-30% akibat katabolisme lemak (efek kalorigenik). 9. Lain-lain

15

Pemberian epinefrin berefek pada mata yaitu penurunan tekanan intraokuler yang normal maupun glaukoma sudut lebar. Selain itu, epinefrin juga meningkatkan perlepasan neurotransmitter asetilkolin dari ujung saraf somatik pada otot rangka sehingga terjadi peningkatan tremor fisiologik, juga dapat menyebabkan hipokalemia akibat stimulasi ambilan K+ ke dalam sel.

Farmakokinetik Pada pemberian melalui oral, dosis terapai tidak dapat tercapai. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar dirusak enzim COMT dan MAO dalam usus dan hati. Pada pemberian secara inhalasi, hanya menimbulkan efek di saluran pernafasan. Pemberian melalui subkutan, menyebabkan perlambatan absorbsi akibat vasokonstriksi lokal. Absorbsi cepat bila pemberian melalui intra muskular. Degradasi dari epinefrin terutama terjadi dalam hati yang banyak enzim COMT dan MAO. Kemudian terjadi oksidasi hingga bentuk konjugasi glukuronat dan sulfat. Ekskresi terjadi mealui ginjal dalam urin. Intoksikasi, Efek Samping dan Kontra Indikasi Efek samping pemberian epinefrin dapat berupa: y y y y y y gejala seperti gelisah nyeri kepala berdenyut tremor palpitasi yang dapat mereda setelah istirahat Memperparah gejala pada pasien psikotik Dosis epinefrin yang besar dapat menyebabkan terjadinya perdarahan otak dikarenakan peningkatan tekanan darah yang cepat dan hebat. y Menimbulkan aritmia ventrikel, fibrilasi ventrikel pada pasien penyakit jantung organik.

Kontraindikasi pemberian epinefrin :

16

y

Pada pasien yang mendapatkan -bloker nonselektif karena kerjanya tidak terimbangi pada reseptor otak.1pembuluh

darah dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan

Sediaan y y y y y Suntikan subkutan : 1 mg/ml epinefrin HCl dalam air untuk syok anafilaktik Intravena : Dosis dewasa 0,2-0,5mg Pada henti jantung dosis yang digunakan 0,5 mg diberikan tiap 5 menit. Penyuntikan intrakardial dalam resusitasi ialah 0,3-0,5mg. Inhalasi epinefrin 1% epinefrin HCl atau 2% epinefrin bitartat dalam air untuk inhalasi oral. DOPAMIN1 Dopamin termasuk obat adrenergic yang laim yang bekerja langsung pada reseptor dopaminergic dan adrenergic, dan juga melepaskan NE endogen. Farmakodinamik Dopamin berkerja dalam reseptor dopaminergik D1 pembuluh darah terutama di ginjal, mesenterium dan pembuluh darah koroner dengan kadar yang rendah. Stimulasi tersebut mengakibatkan vasodilatasi melalui aktivitas adenilsiklase. Pada kadar sedikit lebih tinggi, dopamine akan meningkatkan kontraktilitas miokard melalui aktivitas adrenoreseptor Dopamin juga melepaskan NE endogen yang menambah efeknya ke jantung. Pada dosis rendah hingga sedang, resistensi perifer total tidak berubah dopamin meningkatkan tekanan sistolik dan tekanan nadi tanpa mengubah tekanan diastolik akibatnya berguna untuk curah jantung rendah dengan gangguan fungsi ginjal seperti syok kardiogenik dan gagal jantung berat. Pada kadar yang tinggi dapat menyebabkan vasokontriksi maka dari itu untuk penatalaksanaan syok tekanan darah dan fungsi ginjal harus dimonitor.171,

Farmakokinetik Dopamin sebagai katekolamin tidak efektif pada pemberian oral. NE tidak diabsorbsi dengan baik dalam pemberian subkutan. Dimetabolisme di hati dan diekresikan dari ginjal. Intoksikasi, efek samping dan kontraindikasi Sebelum dopamine diberikan pada pasien dengan syok, hipovolemia harus dikoreksi terlebih dahulu. Dosis berlebih dapat menyebabkan efek adrenergik yang berlebihan. Selama infus dopamine dapat terjadi mual, muntah, takikardi, aritmia, nyeri dada, nyeri kepala, hipertensi dan peningkatan tekanan diastolik. Ekstravasasi dopamin dalam jumlah besar selama infus dapat menyebabkan nekrosis iskemik dan kulit terkelupas. Dopamin harus dihindarkan dari pasien yang diobati dengan penghambat MAO dan dosis disesuaikan pada pasien yang mendapat antidepresi trisiklik. DAFPUS 1. buku farmako 2. buku anestesiology

18