80051025-Edema-Serebri (1)

download 80051025-Edema-Serebri (1)

of 25

Transcript of 80051025-Edema-Serebri (1)

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    1/25

    PATOFISIOLOGIEDEMA CEREBRI

    DISUSUN OLEH:Caesario Arlingga Nurul Ekayanti

    Ernawati Pradika Sangga PramanaImelda Wijayanti Prajatiya HarwokoIntan Kataliya D Puput Riana SariKukuh Prakosa Putik Kusumasari

    Muhamad Suryo N Riana Puspita SariNinik Retno Sudaryanti Sugiyarto

    Novi Dwi Afita S Tatik SugiyantiNurhayati Tri Rahmawati

    POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTAJURUSAN KEPERAWATAN

    DIV KEPERAWATAN

    2011

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    2/25

    TINJAUAN KONSEP1. PENGERTIAN

    Edema serebri atau edema otak adalah keadaan patologis

    terjadinya akumulasi cairan di dalam jaringan otak sehingga meningkatkan

    volume otak. Dapat terjadi peningkatan volume intraseluler (lebih banyak

    di daerah substansia grisea) maupuri ekstraseluler (daerah substansia

    alba), yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial.Edema serebri ialah pembengkakan otak akibat bertambahnya

    volume air dalam jaringannya (Miller, 1976).Volume air (ml/100 gr otak) pada otak normal dan edema serebri

    Substansi grisea Substansi alba TotalOtak normal 80 70 77

    Edema serebri 82 76 792. ETIOLOGI

    Edema otak dapat muncul pada kondisi neurologis dan nonneurologis:a. Kondisi neurologis : Stroke iskemik dan perdarahan

    intraserebral, trauma kepala, tumor otak, dan infeksi otak.

    b. Kondisi non neurologis : Ketoasidosis diabetikum, koma asidosis

    laktat, hipertensi maligna, ensefalopati, hiponatremia,

    ketergantungan pada opioid, gigitan reptil tertentu, atau high

    altitude cerebral edema (HACE).

    3. KLASIFIKASI

    Edema serebri dibagi atas dua bagian besar, yaitu :a. Berdasarkan lokalisasi cairan dalam jaringan otak

    1). Edema serebri ekstraseluler, bila kelebihan air terutama dalam

    substansia alba

    2). Edema serebri intraseluler, bila kelebihan air terutama dalam

    substansia grisea

    b. Berdasarkan patofisiologi

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    3/25

    1). Edema serebri vasogenikPaling sering dijumpai di klinik. Gangguan utama pada blood

    brain barrier (sawar darah-otak). Permeabilitas sel endotel kapiler

    meningkat sehingga air dan komponen yang terlarut keluar dari

    kapiler masuk ruangan ekstraseluler, sehingga cairan ekstraseluler

    bertambah. Dugaan bahwa serotonin memegang peranan penting

    pada perubahan permeabilitas sel-sel endotel masih memerlukan

    penelitian lebih lanjut. Jenis edema ini dijumpai pada trauma

    kepala, iskemia otak,tumor tak, hipertensi maligna, perdarahan otak

    dan ber-bagai penyakit yang merusak pembuluh darah otak

    2). Edema serebri sitotoksikKelainan dasar terletak pada semua unsur seluler otak

    (neuron, glia dan endotel kapiler). Pompa Na tidak berfungsi dengan

    baik, sehingga ion Na tertimbun dalam sel,mengakibatkan kenaikan

    tekanan osmotik intraseluler yangakan menarik cairan masuk ke dalam

    sel. Sel makin lamamakin membengkak dan akhirnya pecah. Akibat

    pembengkakan endotel kapiler, lumen menjadi sempit, iskemia

    otakmakin hebat karena perfusi darah terganggu.

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    4/25

    Pada binatang percobaan, pemakaian bakterisid yang luas

    pada kulit seperti heksaklorofen dan bahan yang mengandung and,

    seperti trietil tin, dapat menimbulkan edema sitotoksik.Edema serebri sitotoksik sering ditemukan pada

    hipoksia/ anoksia (cardiac arrest),iskemia otak, keracunan air

    dan intoksikasi zat-zat kimia tertentu. Juga sering bersama-

    samadengan edema serebri vasogenik, misalnya pada stroke

    obstruktif (trombosis, emboli serebri) dan meningitis

    3). Edema serebri osmotic

    Edema terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmotic

    antara plasma darah (intravaskuler) dan jaringan otak (ekstravaskuler).

    4). Edema serebri hidrostatik/interstisial

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    5/25

    Dijumpai pada hidrosefalus obstruktif. Karena sirkulasi

    terhambat, cairan srebrospinal merembes melalui dinding

    ventrikel, meningkatkan volume ruang ekstraseluler.

    Pembagian edema serebri menurut GroningenEdema Serebri Vasogenik Sitotoksik Osmotik Hidrostatik

    ProblemGangguan primer Blood brain Gangguan Obstruksi Sirkulasi

    sodium barrier pump-cell osmotikLokalisasi :Bag. Putih otak + + + +Bag. Kelabu otak + +Permeabilitas Bertambah Normal Normal NormalvaskulerUltrastruktur :Ekstraseluler

    +

    +

    +

    Infraseluler + +Komposisi cairan Filtrat plasma Plasma Hanya kadar Air + Na

    (protein) air bertambahTerapi Dexametason ? Bahan Operasi

    osmotik4. PATOFISIOLOGI DENGAN PATHWAYS

    a. Vasogenic edema

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    6/25

    Pada vasogenic edema, terdapat peningkatan volume cairan

    ekstrasel yang berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler.

    Vasogenic edema ini disebabkan oleh faktor tekanan hidrostatik,

    terutama meningkatnya tekanan darah dan aliran darah dan oleh factor

    osmotic. Ketika protein dan makromolekur lain memasuki rongga

    ekstraseluler otak karena kerusakan sawar darah otak, kadar air dan

    natrium pada rongga ekstraseluler juga meningkat.Vasogenic edema ini lebih terakumulasi pada substansia alba

    cerebral karena perbedaan compliance antara substansia abla dan

    grisea. Edema vasogenic ini juga disebut edema basah karena pada

    beberapa kasus, potongan permukaan otak nampak cairan edema.Tipe edema ini terlihat sebagai respon terhadap trauma, tumor,

    inflamasi fokal, stadium akhir dari iskemia cerebral.b. Edema Sititoksik

    Pada edema sitotoksik terdapat peningkatan volume cairan intrasel,

    yang berhubungan dengan kegagalan dari mekanisme energy yang secara

    normal tetap mencegah air memasuki sel, mencakup fungsi yang

    inadekuat dari pompa natrium dan kalium pada membrane sel glia.Neuron, glia dan sel endotelial pada substansia alba dan grisea

    menyerap air dan membengkak.Pembengkakan otak berhubungan dengan edema sititoksik yang

    berarti terdapat volume yang besar dari sel otak yang mati. Yang akan

    berakibat sangat buruk, edema sitotoksik ini sering di istilahkan dengan

    edema kering. Edema sitotoksik terjadi bila otak mengalami kerusakan

    yang berhubungan dengan hipoksia, iskemia, abnormalitas metabolic

    (uremia, ketoasidosis, metabolic), intoksikasi (dimetrofenol, triethylitin,

    hexachlrophenol, isoniazid) dan pada sindrom reye, Hipoksia Berat. c. Edema Osmotic

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    7/25

    Apabila tekanan osmotik plasma turun > 12%, akan terjadi

    edema serebri dan kenaikan TIK. Hal ini dapat dibuktikan pada

    binatang percobaan dengan infus air suling, yang menunjukkan

    kenaikan volume air. Pada edema serebri osmotik tidak ada kelainan

    pada pembuluh darah dan membran sel.d. Edema Interstitial

    Edema interstisial adalah peningkatan volume cairan ekstrasel

    yang terjadi pada substansia alba periventrikuler karena transudasi

    cairan serebrospinal melalui dinding ventrikel ketika tekanan

    intraventrikuler meningkat.

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    8/25

    PathwayNeorologis Non neorologis

    Luka tembus, Cedera primer/langsung Cedera sekunder/luka lecet tak langsung

    Kerusakan jaringan kulit Laserasi Kerusakan syaraf otakkepala

    Reflek batuk perubahan polaAliran darah ke otak menurunmenurun pernapasanRisiko tinggi infeksi

    Suplai nutrien ke otak menurun(O2,glukosa)

    Fraktur tulang tengkorak Bersihan jalan nafastidak efektifPerubahan metabolisme aerob menjadi

    anaerob

    Asam laktat meningkat Hipoksia Produksi ATP berkurang e a o sme s os sOedema Jaringan otak

    Vasodilatasi cerebral Energi berkurang Peningkatanasam laktat

    Gangguanperfusi serebralAliran darah ke otak

    Depresi sistem pernapasanbertambah TIK meningkat Lemah,lesu

    Penekanan pembuluh darah dan Gangguan mobilitasNyeri kepalajaringan cerebral fisik/intoleran aktivitas

    Pola nafastak efektif

    Kurang Perawatan DiriGangguan rasaGangguannyaman: nyeripersepsi-sensori

    Mual, muntah, nafsu Risiko kurang nutrisimakan turun dari

    kebutuhan(Doengoes,2000)(Hudak dan Gallo,1996)(Brunner dan Suddarth,2001)

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    9/25

    5. MANIFESTASI KLINIKPada kondisi terjadi peningkatan tekanan intrakranial dapat

    ditemukan tanda dan gejala berupa:a. Nyeri kepala hebat.

    b. Muntah; dapat proyektil maupun tidak.

    c. Penglihatan kabur.

    d. Bradikardi dan hipertensi; terjadi akibat iskemi dan terganggunya

    pusat vasomotor medular. Hal ini merupakan mekanisme untuk

    mempertahankan aliran darah otak tetap konstan pada keadaan

    meningkatnya resistensi serebrovaskular akibat kompresi

    pembuluh darah kapiler serebral oleh edema.

    e. Penurunan frekuensi dan dalamnya pemapasan; respirasi menjadi

    lambat dan dangkal secara progresif akibat peningkatan tekanan

    intracranial (TIK) yang menyebabkan herniasi unkal. Saat terjadi

    kompresi batang otak, timbul perubahan pola pernapasan menjadi

    pola Cheyne-Stokes, kemudian timbul hiperventilasi, diikuti dengan

    respirasi yang ireguler, apnea, dan kematian.

    f. Gambaran papiledema pada funduskopi; ditandai dengan batas

    papil yang tidak tegas, serta cup and disc ratio lebih dari 0,2.

    6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKDapat dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI otak untuk

    melihat etiologi dan luas edema serebri.Pada iskemia fokal serebri, edema dapat terlihat karena

    pengurangan radiodensitas pada jaringan pada daerah infark dan

    karena ada midline shift dan desakan serta distorsi ventrikular.7. PENATALAKSANAAN MEDIS

    a. Posisi Kepala dan Leher. Posisi kepala harus netral dan kompresi vena

    jugularis harus dihindari. Fiksasi endotracheal tube (ETT) dilakukan

    dengan menggunakan perekat yang kuat dan jika posisi kepala perlu

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    10/25

    diubah harus dilakukan dengan hati-hati dan dalam waktu

    sesingkat mungkin. Untuk mengurangi edema otak dapat dilakukan

    elevasi kepala 30.b. Analgesik, Sedasi, dan Zat Paralitik. Nyeri, kecemasan, dan agitasi

    meningkatkan kebutuhan metabolisme otak, aliran darah otak, dan

    tekanan intrakranial. Oleh karena itu, analgesik dan sedasi yang tepat

    diperlukan untuk pasien edema otak. Pasien yang menggunakan

    ventilator atau ETT harus diberi sedasi supaya tidak memperberat

    TIK. Obat sedasi yang sering digunakan untuk pasien neurologi

    diantaranya adalah opiat, benzodiazepin, dan propofol.

    c. Ventilasi dan Oksigenasi. Keadaan hipoksia dan hiperkapnia

    harusdihindari karena merupakan vasodilator serebral poten yang

    menyebabkan penambahan volume darah otak sehingga terjadi

    peningkatan TIK, terutama pada pasienm dengan pernicabilitas

    kapilcr yang abnormal. Intubasi dan ventilasi mekanik diindikasikan

    jika ventilasi atau oksigenasi pada pasien edema otak buruk.

    d. Penatalaksanaan Cairan. Osmolalitas serum yang rendah dapat

    menyebabkan edema sitotoksik sehingga harus dihindari. Keadaan

    ini dapat dicegah dengan pembatasan ketat pemberian cairan

    hipotonik (balans 200 ml).

    e. Penatalaksanaan Tekanan Darah. Tekanan darah yang ideal

    dipengaruhi oleh penyebab edema otak. Pada pasien stroke dan

    trauma, tekanan darah harus dipelihara dengan cara menghindari

    kenaikan tekanan darah tiba-tiba dan hipertensi yang sangat tinggi

    untuk menjaga perfusi tetap adekuat. Tekanan perfusi serebral

    harus tetap terjaga di atas 60-70 mmHg pascatrauma otak.

    f. Pencegahan Kejang, Demam, dan Hiperglikemi. Kejang, de-mam, dan

    hiperglikemi merupakan faktor-faktor yang dapat memperberat sehingga

    harus dicegah atau diterapi dengan baik bila sudah terjadi. Penggunaan

    antikonvulsan profilaktik seringkali diterapkan dalam praktek klinis. Suhu

    tubuh dan kadar glukosa darah kapiler harus tetap diukur.

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    11/25

    Terapi OsmotikTerapi osmotik menggunakan manitol dan salin hipertonik.a. Manitol

    b. Efek Ostnotik

    c. Efek Hemodinamik

    d. Efek Oxygen Free Radical Scavenging

    Manitol

    Dosis awal manitol 20% 1-1,5 g/kgBB IV bolus, diikuti dengan

    0,25-0,5 g/kgBB IV bolus tiap 4-6 jam. Efek mak-simum terjadi setelah

    20 menit pemberian dan durasi kerjanya 4 jam.

    Pernberian manitol ini harus disertai pemantauan kadar osmolalitas

    serum. Osmolalitas darah yang terlalu tinggi akan meningkatkan risiko gagal

    ginjal (terutama pada pasien yang sebelumnya sudah mengalami vollyrfg

    depletion). Kadar osmolalitas serum tidak boleh lebih dan 320 mOsmol/L.

    Salin Hipertonik

    Cairan salin hipertonik (NaC1 3%) juga dapat digunakan sebagai

    alternatif pengganti manitol dalam terapi edema otak. Mekanisme

    kerjanya kurang lebih sama dengan manitol, yaitu dehidrasi osmotik.

    Steroid

    Glukokortikoid efektif untuk mengatasi edema vasogenik yang menyertai

    tumor, peradangan, dan kelainan lain yang berhubungan dengan

    peningkatan permeabilitas sawar darah-otak, termasuk akibat manipulasi

    pembedahan. Namun, steroid tidak berguna untuk mengatasi edema

    sitotoksik dan berakibat buruk pada pasien iskemi otak.

    Deksametason paling disukai karena aktivitas mineralokorti-koidnya yangsangat

    rendah. Dosis awal adalah 10 mg IV atau per oral, dilanjutkan dengan 4 mg setiap

    6 jam. Dosis ini ekuivalen dengan 20 kali lipat produksi kortisol normal yang

    fisiologis. Responsnya seringkali muncul dengan cepat namun pada beberapa

    jenis tumor hasilnya kurang responsif. Dosis yang lebih tinggi, hingga 90 mg/hari,

    dapat diberikan pada kasus yang refrakter. Setelah penggunaan selama berapa

    hari, dosis steroid harus diturunkan secara bertahap

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    12/25

    (tape* off) untuk menghindari komplikasi serius yang mungkin timbul,

    yaitu edema rekuren dan supresi kelenjar adrenal.Deksametason kini direkomendasikan untuk anak > 2 bulan

    penderita meningitis bakterialis. Dosis yang dianjurkan adalah 0,15

    mg/kg IV setiap 6 jam pada 4 hari pertama pengobatan disertai dengan

    terapi antibiotik. Dosis pertama harus diberikan sebelum atau

    bersamaan dengan terapi antibiotik (lihat bab meningitis bakterialis).HiperventilasiSasaran pCO2, yang diharapkan adalah 30-35 mmHg agar menimbulkan

    vasokonstriksi serebral sehingga menurunkan volume darah serebral.BarbituratBarbiturat dapat menurunkan tekanan intrakranial secara efektif pada

    pasien cedera kepala berat dengan hemodinamik yang stabil. Terapi ini

    biasanya digunakan pada kasus yang refrakter terhadap pengobatan

    lain maupun penanganan TIK dengan pembedahan.FurosemidTerkadang dikombinasikan dengan manitol. Terapi kombinasi ini telah

    terbukti berhasil pada beberapa penelitian. Furosemid dapat meningkatkan

    efek manitol, namun harus diberikan dalam dosis tinggi, sehingga risiko

    terjadinya kontraksi volume melampaui manfaat yang diharapkan. Peranan

    asetasolamid, penghambat karbonik anhidrase yang mengurangi produksi

    CSS, terbatas pada pasien high-altitude illness dan hipertensi intrakranial

    benigna. Induksi hipotermi telah digunakan sebagai intervensi

    neuroproteksi pada pasien. dengan lesi serebral akut.8. KOMPLIKASI

    Pada edema serebri, tekanan intrakranial meningkat, yang menyebabkan

    meningkatnya morbiditas dan menurunnya cerebral blood flow (CBF).

    Peningkatan tekanan intrakranial menyebabkan tekanan tambahan pada sistem,

    memaksa aliran yang banyak untuk kebutuhan jaringan. Edema serebri dapat

    menyebabkan sakit kepala, penurunan kesadaran dan muntah, pupil

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    13/25

    edema. Herniasi dapat menyebabkan kerusakan yang berhubungan

    dengan tekanan kepada jaringan yang bersangkutan dan tanda-tanda

    dari disfungsi struktur yang tertekan.a. Fungsi Otak

    Pada edema serebri dapat terjadi gangguan fungsi otak, baik oleh

    edema serebri sendiri sehingga neuron-neuron tidak berfungsi sepenuhnya

    maupun oleh kenaikan TIK akibat edema serebri. Otak terletak dalam

    rongga tengkorak yang dibatasi oleh tulang-tulang keras; dengan adanya

    edema serebri, mudah sekali terjadi kenaikan TIK dengan akibat-akibat

    seperti herniasi, torsi dan lain-lain yang akan mengganggu fungsi otak.b. Aliran Darah ke Otak

    Berdasarkan hasil percobaan, terdapat hubungan antara TIK dan

    aliran darah yang menuju ke otak. Perfusi darah ke jaringan otak

    dipengaruhi oleh tekanan arteri (tekanan sistemik), TIK dan mekanisme

    otoregulasi otak. Perfusi darah ke jaringan otak hanya dapat berlangsung

    apabila tekanan arteri lebih besar daripada TIK. Perbedaan minimal antara

    tekanan arteri dan TIK yang masih menjamin perfusi darah ialah 40 mmHg.

    Kurang dari nilai tersebut, perfusi akan berkurang/ terhenti sama sekali.Sampai pada batas-batas tertentu perubahan tekanan arteri

    TIK dapat diimbangi oleh mekanisme otoregulasi otak, sehingga

    perfusi darah tidak terganggu dan fungsi otak dapat berlangsung

    seperti biasa. Mekanisme otoregulasi mudah mengalami kerusakan

    oleh trauma, tumor otak, perdarahan, iskemia dan hipoksia.c. Kenaikan Tekanan Intrakranial

    Karena mekanisme kompensasi ruang serebrospinalis dan

    sistem vena, maka pada awal penambahan volume cairan jaringan otak

    belum ada kenaikan TIK. Mekanisme kompensasi tersebut terbatas

    kemampuannya sehingga penambahan volume intrakranial selanjutnya

    akan segera disertai kenaikan TIK. Pertambahan volume 2% atau 10 -

    15 ml tiap hemisfer sudah menimbulkan kenaikan TIK yang hebat

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    14/25

    d. Herniasi Jaringan OtakEdema serebri yang hebat menyebabkan terjadinya herniasi

    jaringan otak terutama pada tentorium serebellum dan foramen magnum.1). Herniasi tentorium serebelum

    Akibat herniasi tentorium serebelum ialah tertekannya

    bangunan-bangunan pada daerah tersebut seperti

    mesensefalon, N. III, A. serebri posterior, lobus temporalis dan

    unkus. Yang mungkin terjadi akibat herniasi ini ialah :a) Unkus lobus temporalis tertekan ke bawah dan menekan

    bangunan pada hiatus.

    b) N. III yang mengandung serabut parasimpatis untuk

    konstriksi pupil mata tertekan sehingga pupil berdilatasi dan

    refleks cahaya negatif.

    Tekanan pada mesensefalon antara lain dapat menimbulkan

    gangguan kesadaran, sebab di sini terdapat formatio retikularis. Penderita

    menjadi somnolen, sopor atau koma. tekanan pada A. serebri posterior

    menyebabkan iskemia dan infark pada korteks oksipitalis.

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    15/25

    2). Herniasi foramen magnumPeninggian TIK terutama pada fossa posterior akan

    mendorong tonsil serebelum ke arah foramen magnum. Herniasi

    ini dapat mencapai servikal 1 dan 2 dan akan menekan medulla

    oblongata, tempatnya pusat-pusat vital. Akibatnya antara lain

    gangguan pernapasan dan kardiovaskuler.

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    16/25

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    17/25

    TINJAUAN KEPERAWATANA. Pengkajian

    1. PengkajianPengkajian pola fungsional menurut Doenges (2001) :

    a. Aktivitas/IstirahatGejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.Tanda: Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese,

    quadreplegia, ataksia cara berjalan tak tegap, masalahdalam keseimbangan,ce dera(t auma) ortopedi,

    kehilangan tonus otot, otot spastik.b. Sirkulasi

    Gejala: Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi),

    perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi

    yang diselingi dengan bradikardi, disritmia).

    c. Integritas Ego

    Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian

    (tenang atau dramatis).Tanda: Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi,

    bingung, depresi dan inpulsif.d. Eliminasi

    Gejala: Inkontinensia kandung kemih/usus ataumengalami gangguan fungsi.

    e. Makanan/CairanGejala: Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera.

    Tanda: Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan(batuk, air liur keluar, disfagia).

    f. NeurosensoriGejala: Kehilangan kesadaran sementara, amnesia

    seputar kejadian. Vertigo, sinkope, tinitus,kehilangan pendengaran, tingling, baal pada

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    18/25

    ekstermitas. Perubahan dalam penglihatan,

    seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan

    sebagian lapang pandang, fotofobia.

    Gangguan pengecapan dan juga penciuman.Tanda: Perubahan kesadaran bisa sampai koma,

    perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan,

    perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah,

    pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).

    Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri),

    deviasi pada mata, ketidakmampuan mengikuti.

    Kehilangan pengindraan, seperti: pengecapan,

    penciuman dan pendengaran. Wajah tidak simetris.

    Genggaman lemah, tidak seimbang. Reflek tendon

    dalam tidak ada atau lemah. Apraksia, hemiparase,

    quadreplegia. Postur (dekortikasi, deserebrasi),

    kejang. Sangat sensitive terhadap sentuhan dan

    gerakan. Kehilangan sensasi sebagian tubuh,

    kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.

    g. Nyeri/kenyamananGejala: Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi

    yang berbeda, biasanya lama.Tanda: Wajah menyeringai, respon menarik pada

    rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak

    bisa beristirahat, merintih.h. Pernafasan

    Tanda: Perubahan pola nafas (apnea yang diselingioleh hiperventilasi). Napas berbunyi, stridor,

    tersedak. Ronkhi, mengi positif

    (kemungkinan karena respirasi).

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    19/25

    i. KeamananGejala: Trauma baru/trauma karena kecelakaan.Tanda: Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.

    Kulit: Laserasi,abr asi, perubahan warna,sepertiraccoon eye, Tanda battle disekitar telinga(merupakan Tanda adanya trauma). Adanyaaliran cairan (drainase) dari telinga/hidung (CSS).Gangguan kognitif, gangguan rentang gerak,tonus otot hilang, kekuatan secara umummengalami paralisis. Demam, gangguan dalamregulasi suhu tubuh.

    j. Interaksi Sosial

    Tanda: Afasia motorik dan sensorik, bicara tanpaarti, bicara berulang-ulang, disartria, anomia.

    k. Penyuluhan/pembelajaranGejala: Penggunaan alkohol/obat lain

    Pertimbangan rencana pemulangan:

    Membutuhkan bantuan pada perawatan diri,

    ambulasi, transportasi, menyiapkan makan,

    belanja, perawatan, pengobatan, tugas-tugas

    rumah tangga, perubahan tata ruang, ataupenempatan fasilitas lainnya dirumah.

    B. Diagnosis Keperawatan

    1. Resiko tidak efektifnya bersihan jalan nafas dan tidak efektifnya

    pola nafas berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi,

    gangguan fungsi pergerakan, dan meningkatnya tekanan

    intracranial2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

    edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial. 3.

    Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan

    menurunnya kesadaran.

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    20/25

    4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan mual dan muntah.

    5. Resiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau

    meningkatnya tekanan intrakranial.

    6. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala.

    7. Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala.

    8. Kecemasan orang tua-anak berhubungan dengan kondisi penyakit

    akibat trauma kepala.

    9. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.

    C. Intervensi Keperawatan

    1. Resiko tidak efektifnya jalan nafas dan tidak efektifnya pola nafas

    berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan

    fungsi pergerakan, dan meningkatnya tekanan intrakranial. Tujuan :

    Pola nafas dan bersihan jalan nafas efektif yang ditandai dengan

    tidak ada sesak atau kesukaran bernafas, jalan nafas bersih, dan

    pernafasan dalam batas normal. Intervensi

    a. Kaji Airway, Breathing, Circulasi.

    b. Kaji anak, apakah ada fraktur cervical dan vertebra. Bila ada

    hindari memposisikan kepala ekstensi dan hati-hati dalam

    mengatur posisi bila ada cedera vertebra.

    c. Pastikan jalan nafas tetap terbuka dan kaji adanya sekret. Bila

    ada sekret segera lakukan pengisapan lendir.

    d. Kaji status pernafasan kedalamannya, usaha dalam bernafas.

    e. Bila tidak ada fraktur servikal berikan posisi kepala sedikit

    ekstensi dan tinggikan 1530 derajat.

    f. Pemberian oksigen sesuai program.

    2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema

    serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.

    Intervensi

    Tinggikan posisi kepala 15 30 derajat dengan posisi

    midline untuk menurunkan tekanan vena jugularis.

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    21/25

    Hindari hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan

    tekanan intrakranial: fleksi atau hiperekstensi pada leher, rotasi kepala,

    valsava meneuver, rangsangan nyeri, prosedur (peningkatan lendir atau

    suction, perkusi). tekanan pada vena leher pembalikan posisi dari

    samping ke samping (dapat menyebabkan kompresi pada vena leher).Bila akan memiringkan anak, harus menghindari adanya

    tekukan pada anggota badan, fleksi (harus bersamaan). Berikan

    pelembek tinja untuk mencegah adanya valsava maneuver.a. Hindari tangisan pada anak, ciptakan lingkungan yang tenang,

    gunakan sentuhan therapeutic, hindari percakapan yang emosional.

    b. Pemberian obat-obatan untuk mengurangi edema atau

    tekanan intrakranial sesuai program.

    c. Pemberian terapi cairan intravena dan antisipasi kelebihan

    cairan karena dapat meningkatkan edema serebral.

    d. Monitor intake dan out put.

    e. Lakukan kateterisasi bila ada indikasi.

    f. Lakukan pemasangan NGT bila indikasi untuk mencegah

    aspirasi dan pemenuhan nutrisi.

    g. Libatkan orang tua dalam perawatan anak dan jelaskan hal-

    hal yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial.

    3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan

    menurunnya kesadaran. Tujuan : Kebutuhan sehari-hari anak terpenuhi

    yang ditandai dengan berat badan stabil atau tidak menunjukkan

    penurunan berat badan, tempat tidur bersih, tubuh anak bersih, tidak ada

    iritasi pada kulit, buang air besar dan kecil dapat

    dibantu. Intervensi :a. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan aktivitas, makan

    minum, mengenakan pakaian, BAK dan BAB, membersihkan

    tempat tidur, dan kebersihan perseorangan.

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    22/25

    b. Berikanmakanan viaparenteral bila ada indikasi. Perawatan kateter bila terpasang.

    c. Kaji adanyakonstipasi, bila perlu pemakaian pelembek tinja untuk memudahkanBAB.d. Libatkan orang tuadalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan

    demonstrasikan, seperti bagaimana cara memandikan anak.4. Resiko kurangnnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.

    Tujuan : Tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan volume cayran atau

    dehidrasi yang ditandai dengan membran mukosa lembab, integritas kulit

    baik, dan nilai elektrolit dalam batas normal. Intervensi : Kaji intake dan out

    put. Kaji tanda-tanda dehidrasi: turgor kulit, membran mukosa,

    dan ubun-ubun atau mata cekung dan out put urine. Berikan

    cairan intra vena sesuai program.5. Resiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau

    meningkatnya tekanan intrakranial.

    Tujuan : Anak terbebas dari injuri. Intervensi : Kaji status neurologis

    anak: perubahan kesadaran, kurangnya respon terhadap nyeri,

    menurunnya refleks, perubahan pupil, aktivitas pergerakan menurun, dan

    kejang. Kaji tingkat kesadaran dengan GCSMonitor tanda-tanda vital

    anak setiap jam atau sesuai dengan protokol. Berikan istirahat antara

    intervensi atau pengobatan. Berikan analgetik sesuai program.

    6. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala Tujuan : Anak akan merasa

    nyaman yang ditandai dengan anak tidak mengeluh nyeri, dan tanda-

    tanda vital dalam batas normal. Intervensi : Kaji keluhan nyeri dengan

    menggunakan skala nyeri, catat lokasi nyeri, lamanya, serangannya,

    peningkatan nadi, nafas cepat atau lambat, berkeringat dingin.

    Mengatur posisi sesuai kebutuhan anak untuk mengurangi nyeri.

    Kurangi rangsangan. Pemberian obat analgetik sesuai dengan program.

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    23/25

    Ciptakan lingkungan yang nyaman termasuk tempat tidur.

    Berikan sentuhan terapeutik, lakukan distraksi dan relaksasi.7. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya injuri. Tujuan : Anak akan

    terbebas dari infeksi yang ditandai dengan tidak ditemukan tanda-tanda

    infeksi: suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada pus dari luka, leukosit

    dalam batas normal. Intervensi : Kaji adanya drainage pada area luka.

    Monitor tanda-tanda vital: suhu tubuh. Lakukan perawatan luka

    dengan steril dan hati-hati. Kaji tanda dan gejala adanya meningitis,

    termasuk kaku kuduk, iritabel, sakit kepala, demam, muntah dan kenjang.

    8. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit akibat

    trauma kepala. Tujuan : Anak dan orang tua akan menunjukkan rasa

    cemas berkurang yang ditandai dengan tidak gelisah dan orang tua dapat

    mengekspresikan perasaan tentang kondisi dan aktif dalam perawatan

    anak. Intervensi : Jelaskan pada anak dan orang tua tentang

    prosedur yang akan dilakukan, dan tujuannya. Anjurkan orang tua

    untuk selalu berada di samping anak. Ajarkan anak dan orang tuauntuk mengekspresikan perasaan. Gunakan komunikasi terapeutik.

    9. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.

    Tujuan : Tidak ditemukan tanda-tanda gangguan integritas kulit yang

    ditandai dengan kulit tetap utuh. Intervensi : Lakukan latihan

    pergerakan (ROM). Pertahankan posisi postur tubuh yang sesuai.

    Rubah Kaji area kulit: adanya lecet. Lakukan back rub

    setelah mandi di area yang potensial menimbulkan lecet dan pelan-

    pelan agar tidak menimbulkan nyeri.

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    24/25

    DAFTAR PUSTAKA

    Benyamin Chandra.1979. Diagnostik dan Penanggulangan Penderita

    dalam Coma Cermin KedokteranBerkow R. Talbott JH. 1977. The Merck Manual of Diagnosis and

    Therapy 13th ed. New York: Merck & Co RahwayBrunner & Suddart, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Volume 1, Jakarta : EGCBrunner & Suddart, 2001, Keperawatan Medikel Bedah Volume 2, Jakarta : EGCCarpenito LJ, 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik,

    Edisi6, Jakarata: EGCDoenges M.E., 2001, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

    Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi

    3 ,Jakarta: EGC.Fisman R. 1984. Steroid in the Treatment of Brain Edema (Abstract)

    Medical CurrentsKrupp MA, Chatton MJ. 1976. Current Medical Diagnosis and Treatment,

    13th ed., Los Altos, California: Lange Medical Publications..Lumbantobing SM. 1981. Edema Otak dalam Kedaruratan dan

    Kegawatan Medik Editor: Arjatmo Tjokronegoro dan H. Ahmad

    Husen Markum FK-UI Jakarta.Mansjoer A, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid II, Jakarta:

    Media Aesculapis FKUIMarkam, S.(1999). Cedera tertutup kepala. Jakarta : FKUIMenkes JH. 1980.Texbook of Child Neurology 2nd ed., Philadelphia:

    Lea & Febiger.Miller JD. 1976.Cerebral Oedema Rassegna Medics, LIII.

  • 7/22/2019 80051025-Edema-Serebri (1)

    25/25

    Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan

    SistemPersarafan. Salemba Medika : JakartaNur Jannah, Intansari. 2005. Aplikasi Proses Keperawatan. Mocomedia :

    YogyakartaRosjidi, Cholik Harun dan Saiful Nurhidayat. 2009. Buku Ajar Perawatan

    Cedera Kepala dan Stroke untuk Mahasiswa D III

    Keperawatan. Yogyakarta :Ardana Media.Shirkey HC. 1972.Pediatric Therapy 4th ed. Saint Louis: CV Mosby Co,.Wilkinson, Juditth M. , 2006, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta: EGC.........2007. DIAGNOSA NANDA NIC NOC.Panduan Praktis Diagnosis dan tata Laksana Penyakit Saraf Oleh dr.

    George Dewanto, SpS, dr. Wita J. Suwono, SpS, dr. Budi

    Riyanto, SpS, & dr. Yuda Turana, SpS