76025698-makalah
-
Upload
danis-diba-sabatillah-yamin -
Category
Documents
-
view
87 -
download
3
Transcript of 76025698-makalah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam praktik kedokteran gigi, seringkali seorang dokter gigi menjumpai penyakit-
penyakit di rongga mulut yang menunjukkan gambaran klinis dan gejala-gejala yang
sama atas sekelompok penyakit yang berbeda. Seperti contoh benjolan pada rongga
mulut, dimana benjolan ini merupakan bentuk abnormalitas pada rongga mulut. Benjolan
pada rongga mulut merupakan suatu kejadian yang sering ditemukan. Hal tersebut dapat
dihubungkan dengan beberapa lesi yang dapat terjadi pada rongga mulut, antara lain:
kista, abses, tumor jinak maupun tumor ganas. Tumor merupakan pembentukan jaringan
baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol tubuh. Untuk itu, seorang dokter gigi
umum harus dapat membedakan jenis-jenis tumor pada rongga mulut, baik itu tumor
jinak jaringan lunak, tumor jinak jaringan keras, tumor ganas jaringan lunak, maupun
tumor ganas jaringan keras. Selain itu, perlu juga mengetahui etiologi-etiologi yang
dapat menyebabkan suatu benjolan yang menyerupai tumor.
Sebagai dokter gigi umum, kita harus mampu mengidentifikasi lesi-lesi tersebut
dengan anamnesa seperti riwayat lesi, pemeriksaan tanda-tanda klinis baik pemeriksaan
intra oral dan ekstra oral maupun dengan melakukan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan radiografi dan pemeriksaan histology patologi anatomi (biopsi dan sitologi)
serta melakukan perawatan sesuai dengan indikasi pada pasien.
Maka pada makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
lesi-lesi yang terjadi pada rongga mulut khususnya tumor serta cara menegakkan
diagnosis dan kemudian perawatan-perawatan yang dapat dilakukan.
B. TUJUAN INTRUKSIONAL
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan mengenai
benjolan pada rongga mulut disertai gambaran klinis dan penyebabnya.
2
b. Tujuan Instruksional Khusus
- Menyebutkan bermacam-macam jenis benjolan yang dapat terjadi dalam
rongga mulut.
- Menjelaskan perbedaan benjolan yang bersifat jinak atau ganas
- Menjelaskan penyebab terjadinya benjolan dalam rongga mulut
- Menjelaskan pathogenesis terjadinya benjolan dalam rongga mulut
- Menjelaskan cara pemerikaan intra dan ekstra oral
- Menjelakan pemeriksaan penunjang yang diperlukan
C. SKENARIO
D. KATA KUNCI
- Laki-laki umur 45 tahun
- Benjolan pada pipi kiri
- Benjolan diameter 1 cm
- Benjolan tidsak sakit
- Muncul sejak 1 tahun yang lalu
- Tidak pernah sembuh
E. PERTANYAAN PENTING
1. Jelaskan definisi benjolan ?
2. Jelaskan perbedaan benjolan yang bersifat ganas dan yang bersifat jinak?
3. Jelaskan macam-macam jenis benjolan yang terjadi pada rongga mulut ?
4. Bagaimana insidensi terjadinya bejolan pada daerah pipi ?
5. Apa saja yang menyebabkan benjolan tidak sakit dan tidak sembuh ?
6. Bagaimana cara menegakkan diagnosis ?
7. Apa diagnosis dan diferensial diagnosis pada kasus ?
8. Jelaskan penyebab terjadinya benjolan dalam rongga mulut ?
9. Bagaimana pathogenesis terjadinya benjolan pada rongga mulut ?
10. Bagaimana perawatan pada kasus ?
11. Alat dan bahan yang digunakan pada perawatan pada kasus ?
Seorang laki-laki umur 45 tahun, datang ke RSGMP Unhas dengan keluhan
benjolan pada pipi kiri. Muncul sejak 1 tahun yang lalu, gambaran klinis
tampak benjolan diameter 1 cm, tidak sakit dan tidak pernah sembuh
3
12. Obat-obatan apa yang diberikan setelah operasi ?
13. Jelaskan komplikasi pasca perawatan ?
14. Apa intruksi pada pasien pasca perawatan ?
15. Apa prognosisi pada kasus ?
16. Apa dampak bila tidak ditangani ?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI DAN JENIS-JENIS BENJOLAN
Benjolan pada rongga mulut adalah suatu lesi pada rongga mulut yang arah
perluasannya diatas permukaan jaringan yang ditempatinya. Secara umum jenis-jenis
benjolan ini adalah :
1. Papula adalah Suatu massa yang menonjol pada kulit atau mukosa berbentuk bulat
atau lonjong dgn diameter < 1 cm.
2. Plaque / Plak adalah Suatu massa yang menonjol dengan atap yang rata.
Permukaannya bisa halus, kasar atau pecah2. Ukurannya lebih besar dari papula.
3. Vesikula (Vesikel, Vesicle) adalah Suatu benjolan bulat dan bening, transparan
berisi cairan. Ukurannya < 1 cm.
4. Bula (Bulla) : Sama dengan vesikel, hanya ukurannya > 1 cm
5. Pustula : Sama seperti bula dan vesikula, tetapi pustula ini berisi pus ( purulen)
6. Nodul (Nodule) : Suatu massa yang padat dan menonjol, juga mempunyai dimensi
perluasan ke bawah. Ukurannya +/- 1 cm.
7. Tumor : Suatu massa padat yg menonjol dan juga mempunyai dimensi perluasan
kebawah. Ukurannya > 1 cm. Tumor atau (Neoplasia) adalah pembentukan
jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol oleh tubuh. Tumor
(neoplasia) terbagi menjadi 2 yaitu 1:
1. Tumor jinak ( benign neoplasma)
Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansif,
terlokalisir, berkapsul, dan tidak bermetastasis ( menyebar ).
2. Tumor ganas (malignant neoplasma)
Neoplasma ganas adalah tumor yang tumbuhya cepat, infiltrasi ke jaringan
sekitarnya dan dapat menyebar ke organ-organ lain ( metastase). Neoplasia ganas
sering disebut kanker.
B. PERBEDAAN TUMOR JINAK DAN TUMOR GANAS
Perbedaan klinis tumor jinak dan ganas:
Karakteristik Neoplasma jinak Neoplasma ganas
Kecepatan tumbuh Lambat cepat
5
Batas Jelas, berkapsul Tidak berkapsul
Pergerakan Dapat digerakkan Cekat
Pertumbuhan dalam tulang Mendesak tulang/
ekspansif
Menembus tulang/
infiltrasi
Pemukaann lesi Menegang Ulserasi
Keterlibatan saraf Tidak ada Sakit, paralise
Daerah yang terlibat Terlokalisir Luas/ metastasis
Warna jaringan Normal Berubah
Efek terhadap jaringan
tubuh
Tidak ada/ hiperfungsi Hipofungsi
TUMOR JINAK
Klaisifikasi tumor jinak odontogen ( WHO,1992 ) 1
Asal sel/ jaringan tumor Nama tumor
a. Tumor yang berasal dari
jaringan epitel
1. Ameloblstoma
2. Calcifying ephitelial odontogenic
tumor
3. Squamous odontogenic tumor
4. Clear cell odontogenic tumor
b. Tumor yang berasal dari
jaringan epitel odontogen dan
melibatkan ektomesenkim
odontogen dengan atau tanpa
pembentukan jaringan kerass
gigi
1. Ameloblastic fibroma
2. Ameloblastic fibro-odontoma
3. Tumor-tumor odontoameloblasma
4. Adenomatid odontgenic tumor
5. Complex Odotoma
6. Compound odontoma
c. Tumor yang berasal dari
ektomesnkim odontogen
dengan atau tanpa melibatkan
epitel odontogen
1. Odotogeic fibroma
2. Myxoma
3. Cementoblastoma
6
Tumor yang berasal dari jaringan epitel 1
a. Ameloblastoma1
Tumor odontogen yang berasal dari epitel enamel organ ( ameloblast) yang
merupakan sel pembentuk gigi , yang merupakan tumor secara klinis paling umum
dijumpai.Tumor ini tumbuh lambat, local invasif dan sebagian besar bersifat jinak.1
Ameloblastoma dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Solid atau multikistik
2. Unikistik
3. Periferal ( di tulang)
7
b. Calcifying ephitelial odontogenic tumor1
Gambaran Klinis, biasanya mengenai orang dewasa terutama pada usia rata-
ratasekitar 30-50 tahun.Terdapat rasa sakit yang ringan dan pembengkakan yang
lambat. Paling sering terbentuk di posterior mandibula tetapi dapat terbentuk juga di
maksila, lokal invasif tetapi tidak metastase.
Gambaran mikroskopis1
Tumor odontegenik epitel berkalsifikasi mempunyai gambaran pulau-pulau
tersendiri, beruntai, dan lapisan sel epitel polihedral di dalam stroma fibrous yang
eosinofilik.Di luar sel terdapat struktur berhialin. Struktur berkalsifikasi berkembang
di dalam massa tumor berbentuk cincin-cincin konsentrik yang dapat bergabung dan
membentuk massa yang besar dan kompleks.1
c. Tumor odontogen skuamosa1
Tumor ii berasal dari transformasi neoplastik dari sisa-sisa epitel mallasez. Keliatan
tumor ini berasal dari ligament periodontaldan dan berhubungan dengan permukaan
lateral akar gigi dan gigi tidak erupsi.
Gambaran radiografis1
Gambaran radiografi tidak menunjukkan suatu gambaran yang spesifik
Menunjukkan adanya gambaran kerusakan tulang yang berbentuk triangular di
sebelah lateral akar gigi
Kadangkala menunjukkan adanya kerusakan tulang berbentuk vertikal
Tepi lesi menunjukkan gambaran sklerosis
Diameter lebih besar dari 1,5 cm
8
d. Clear cell odotogenic tumor1
Tumor ini berasal dari odontogen, tetapi histogenisnya belum jelas.Pemeriksaan
histokimia da ultra strukjtur pada tumor ii menunjukka n sel-sel bersih yang mirip
pada ameloblas yang kaya dengan glokiogen. Tumor ini dapat melibatkan mandibula
dan maksila.
Gambaran mikroskopis
Gambaran histopatologi anatomis dari tumor ini cenderung menunjukkan
adanya sarang-sarang sel epitel dengan sitoplasma eosinofilik yang jelas.Sarang-
sarang tersebut dipisahkan oleh lapisan tipis jaringan ikat berhialin.Sel-sel perifer
menunjukkan susunan palisade.Pada beberapa kasus juga ada yang menunjukkan pola
yang mengandung pulau-pulau kecil dengan sel-sel epitel basaloid yang
hiperkromatik di dalam stroma jaringan ikat.1
9
Tumor-tumor epitel odontogen dengan melibatkan jaringan ektomesenkim
odontogen
a. Ameloblastik fibroma
Tumor ini merupakan tumor campuran jaringan epitel dan jaringan mesenkim.
Memiliki gambaran klinis sebagai berikut :1
Fibroma ameloblastik cenderung pada penderita muda decade ke dua
tetapi kadang-kadang pada penderita usia setengah baya.
Melibatkan laki-laki sedikit lebih umum dibandingkan perempuan
Lesi yang kecil asimtomatik, pada lesi yang besar menyebabkan
pembesatan rahang
70 terdapat pada posterior
Gambaran mikroskopis
Gambaran fibroma ameloblastik menunjukkan massa jaringan lunak yang
keras dengan permukaan luar yang halus. Kapsul mungkin ada atau mungkin juga
tidak ada.Secara mikroskopik mengandung jaringan mesenkim yang sangat banyak
mirip dengan dental papil yang primitif yang bercampur dengan epitel odontogen. Sel
epitel berbentuk panjang dan kecil dengan susunan yang beranastomose satu dengan
yang lainnya, tetapi hanya mengandung sekitar dua sel yang berbentuk kuboid atau
kolumnar.1
b. Ameloblstik fibro-odontoma
Tumor ini didefinisikan sebuah tumor yang gambaran umumnya adalah suatu
fibroma ameloblastik, tetap[I juga mengandung enamel dan dentin .
Tumor ini biasa ditemukan pada anak-anak, dapat melibatkan kedua rahang, tidak
ada prediksi jenis kelamin , lesi umunya asimtomatik.1
c. Odontoma
Tumor ini dipertimbangkan sebagai anomali perkembanganagak jarang disebut
sebagai anoplasma yang sesungguhnya. Pada perkembangan awal lesi ini
10
menunjukkan keadaan proliferasi epitel odontogen dan jaringan mesenkim ,
kemudian pada perkembangan selanjutnya diikuti pembentukan ename, dentin dan
variasi dari pulpa dan sementum.Tumor ini memiliki 2 tipe yaitu :1
1. Compund odontoma
Mengadung struktur seperti gigi yang kecil dan banyak.
2. Compex odontoma
Mengandung mas yang besar dari enamel dan dentin dan tidak menyerupai
gigi.
Tumor-tumor jaringan eksomesenkim odontogen dengan atau tanpa melibatkan
jaringan epitel odontogen.1
a. Fibroma Odontogen1
Melibatkan usia 9 sampai 80 tahun dengan rata-rata usia 40 tahun.
Sekitar 60% pada maksila
Sebagian besar pada regio anterior hingga regio molar pertama
Gambaran mikroskopis
Fibroma odontogen menunjukkan gambaran histologis yang bervariasi, hal ini
yang menyebabkan para penulis menjelaskan dalam dua tipe yaitu 1) fibroma
odontogen sederhana.Lesi ini mengandung fibroblas-fibroblas stellate, seringkali
tersusun dalam sebuah pola yang bergulung dengan fibril-fibril kolagen yang jelas
dan dapat dipertimbangkan sebagai bahan dasar.Sisa-sisa epitel odontogen yang
berupa fokus-fokus kecil mungkin ada atau mungkin tidak dijumpai.Kadangkala
fokus dari kalsifikasi disotropik dapat dijumpai. 2) fibroma odontogen kompleks. Lesi
ini menunjukkan jaringan ikat fibrous sellular yang jelas dengan serabut-serabut
kolagen yang tersusun dalam jalinan bundel.Epitel odontogen dalam bentuk untaian
panjang atau berbentuk sarang yang terisolasi.1
11
b. Odontogenik mixoma/ myofibroma1
Tumbuh lambat
Terlokalisir , tetapi mempunyai sifat invasive dan agresif
Berasal dari jaringan ikat dental papilla
Umumnya terjadi pada usia decade ke-2 dan ke-3
Dapat melibatkan maksila dan mandibula baik korpus maupun ramus.
12
c. Cementoblastoma1
Umumnya asimtomatik karena tidak ada tanda-tandad infeksi
Melibatkan gigi- geligi baik di rahang atas maupun di rahang bawah
anterior maupun posterior.
Apabila lesi cukup besar menunjukkan suatu ekspansi tulang sehingga
menunjukkan suatu pembengkakan rahang pada region gigi yang terlibat.
Gambar radiografi menunjukkansuaty massa radiopak yang melekat ke
apek gigi penyangga.Batas lesi denga jaringan sekitarnya dipisahkan suatu
gambaran radiolusen yang tipis.
Gambaranmikroskopis
Lesi merupakan jaringan klasifikasi mirip tulang, seluler, lesi melekat ke
apeks gigi penyebab. Batas lesi dengan tulang sekitanya dipisahkan oleh
sebuah kapsul fibrous.
Klasifikasi tumor non odontogeik
Asal sel Nama tumor
1. Tumor jinak non
odontogen yang
berasal dari
epithelium mulut
A. Papilloma skuamosa
B. Veruka vulgaris
C. Keratoakantoma
2. Tumor jinak non
odontogen yang
berasal dari jaringan
ikat mulut
A. fibroma
B. neurofibroma
C. Neurilemoma/ schawnnoma
D. Tumor sel granular
E. Lipoma
13
3. Tumor jinak non
odonntogen yang
berasal dari kelenjar
ludah
A. Pleomorphic adenoma
B. Monomorphic adenoma
C. Whartin’s tumor
TUMOR GANAS
Asal sel Nama tumor
1. Tumor ganas odontogen yang berasal
dari ektoderm Karsinoma intra-alveolar
2. Tumor ganas odontogen yang berasal
dari mesoderm Odontogenik Sarkoma
3. Tumor ganas odontogen yang berasal
dari ektoderm dan mesoderm Ameloblastoma Fibrosarkoma
4. Tumor ganas non-odontogen
A. Osteosarkoma
B. Ewing’s Sarkoma
C. Multiple Myeloma
C. INSIDENSI TERJADINYA BENJOLAN PADA RONGGA MULUT
Kanker rongga mulut menempati urutan ke-6 keganasan diseluruh dunia
dengan insiden 2% pada laki-laki dan 0,6 % pada wanita.
Dinegara berkembang seperti asia tenggara dan india kanker rongga mulut
lebih sering ditemukan sekitar 40% dari seluruh kanker organ tubuh lainnya,
Berdasarkan beberapa laporan sentral pathologi frekuensi kanker rongga mulut
diindonesia sudah mencapai 3-5% dari seluruh kanker organ tubuh lainnya.
Bagian pathologi badab registrasi kanker indonesia dibawah pengawasan
dirjen kesehatan RI melaporkan kanker RM menempati urutan ke-4 dari
keganasan indonesia.
Berdasarkan penelitian dari 300 pasien yang menderita tumor jinak
53,3 % fibroma
13,3 % papilloma
6,7 % periferal giant cell granuloma
14,7 % piogenic granuloma
3 % lipoma
8 % hemangioma
1 % limfangioma
Berdasarkan lokasi
14
33,3 % pada gingiva
20,3 % pada mukosa bukal
16,7 % pada lidah
13 % pada pallatum
11,7 % pada bibir
5,3 % pada labial comisura
3 % dibawah lidah
2,7 % dasar mulut
D. TINGKATAN ATAU STADIUM TUMOR JARINGAN REGIO MAKSILOFASIAL
a. Tingkatan / stadium pada Tumor Secara Histologi
• Tingkat I (berdiferensiasi baik/well diff); yaitu dimana tingkat diferensiasi sel
normal antara 75% - 100%, ada mutiara keratin
• Tingkat II (berdiferensiasi sedang/intermediate/moderate diff): yaitu dimana
tingkat diferensiasi sel normal antara 50% - 75% variasi dalam ukuran sel-
selnya, ukuran inti sel, hiperkromatik serta aktivitas mitosis yang lebih
menonjol
• Tingkat III (berdiferensiasi buruk/poor diff); yaitu tingkat diferensiasi sel
normal antara 25% - 50% memperlihatkan ketidakteraturan dan cenderung
memperlihatkan gambaran anaplasia yang sulit untuk dikenali lagi. Sel tumor
tumbuh secara liar ke semua arah, menginfiltrasi jaringan ikat dibawahnya,
dimana lapisan basal tidak terlihat dan sering menghilang.
• Tingkat IV (anaplastik/undiff); yaitu tingkat diferensiasi sel normal antara 0-
25%
b. Stadium Perjalanan Penyakit Kanker
I. Stadium Pra Klinik
Penyakit kanker belum diketahui dg pem.klinik baik pem.fisik dan penunjang
lainnya.
II. Stadium Klinik
1. Stadium Dini (Early stage)
2. Stadium Lanjut (Advanced stage)
3. Stadium sangat lanjut (Far advanced stage)
Penjelasan
1. Stadium Dini (Early Stage)
Tumor masih kecil
Terbatas pd organ tempat tumbuh
15
Kerusakan organ belum ada
Kemungkinan sembuh besar
2. Stadium Lanjut (Advanced Stage)
tumor tumbuh besar
m’jalar ke jaringan sekitar atau kel.limfe regional
merusak organ tempat tumbuh
Kemungkinan sembuh kecil
3. Stadium Sangat lanjut
Tumor sudah metastase ke seluruh tubuh
c. TNM sistem menurut UICC (1980), derajat tumor dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Stage 1
Tumor primer, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional, tidak ada
metastasis jauh dari tumor primer.
Stage 2
Ukuran tumor antara 2 – 4 cm, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening
regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer.
Stage 3
Ukuran tumor lebih dar 4 cm, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening
regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer.
Stage 4
Tumor telah melibatkan struktur di sekitarnya seperti tulang kortikal atau oto –
otot lidah, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional, tidak ada
metastasis jauh dari tumor primer.
E. TAHAP-TAHAP PEMERIKSAAN UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSA
Anamnesis
Riwayat pasien dibutuhkan untuk menyesuaikan keadaan masing-masing pasien
tetapi terkadang sulit untuk menemukan keluhan yang pasti.Beberapa pasien merasa
gugup, sukar berbicara, dan beberapa yang lainnya merasa bingung.Pertanyaan awal
membolehkan pasien berbicara panjang lebar dan meningkatkan kepercayaan
diri.Biasanya lebih baik dimulai dengan pertanyaan “terbuka”.Terkadang sulit
16
dihindari interupsi pasien yang mencoba menyusun rekaman medis. Teknik bertanya
adalah yang paling penting ketika berhubungan dengan riwayat sosial dan psikologis
atau berhubungan dengan riwayat medis yang memalukan.
Teknik pengambilan riwayat kesehatan pasien
Perkenalkan diri dan sambut pasien dengan menyebut namanya
Dudukkan pasien
Mulai dengan pertanyaan terbuka misalnya bagaimana rasa sakit yang dialami
pasien
Setelah itu, ajukan pertanyaan tertutup misalnya bagaimana gambaran rasa sakit
yang dialami pasien
Hindari jargon
Jelaskan kebutuhan untuk pertanyaan spesifik
Memperkirakan status mental pasien
Memperkirakan harapan pasien terhadap perawatan
Riwayat medis pasien sangat membantu diagnosis dari manifestasi rongga mulut.
Jika ditemukan masalah pada riwayat kesehatan pasien maka dokter harus
memutuskan apakah pasien dapat langsung dilakukan perawatan atau tidak.
Riwayat kesehatan gigi pasien dan pemeriksaan adalah sangat penting untuk
diagnosis nyeri gigi yang disebabkan gejala pada kepala dan leher. Hubungan gejala
dan peawatan gigi harus dicatat.
Pemeriksaan Klinis
Ekstra oral6
Pertama liat pasien, sebelum melihat ke mulut pasien.Anemia dan perawatan
kortikosteroid jangka panjang, pembengkakan parotis yang bisa mempengaruhi
tampilan wajah. Glandula parotis, sendi temporomandibular , nodus limfe
submandibular dan glandula tiroid harus dipalpasi.
Intra Oral6
Pemeriksaan kavitas oral hanya dapat dilihat dengan pencahayaan yang bagus, mirro
dan tekanan udara atau sesuatu yang dapat mengeringkan gigi.
Jaringan lunak
Jaringan pada mulut biasanya diperiksa terlebih dahulu.Periksaan dilakukan secara
17
sistematis meliputi semua area mulut. Area yang tidak normal pada mukosa harus
dipalpasi.
Gigi
Gigi yang ada harus diperiksa kesehatan jaringan mulutnya, karies, status restorasi.
Pemeriksaan gigi harus dilakukan untuk kebaikan pasien.
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografi yang dapat dilakukan yaitu CT scan (computerized
tomography), magnetic resonance imaging (MRI) dan ultrasound. Radiografi
sederhana juga bisa dilakukan walau nilainya hasilnya tidak sebaik yang lain.
Teknik Keuntungan Kerugian
Radiografi
Konvensional
Sederhana
Banyak lesi yang bisa
terdeteksi
Banyak lesi tak terduga
dapat terdeteksi
Sulit untuk
menginterpretasikan
beberapa area pada rahang
karena anatomi yang
kompleks
Menggunakan X ray
Sedikit informasi yang
didapatkan tentang lesi
jaringan lunak
CT scan Menyediakan gambaran
yang lebih jelas
Sangat berguna untuk
melihat interpretasi yang
lebih jelas dari struktur
anatomi yang kompleks
Mahal dan tidak selalu
tersedia Dosis X ray nya
lebih banyak dari
panoramic
Restorasi gigi radiopak
menyebabkan bayangan
yang tidak jelas pada
image
Lebih sedikit informasi
tentang lesi jaringan lunak
dari pada MRI
MRI Tidak ada dosis X Ray Mahal dan terbatas
18
Memproduksi gambaran
yang lebih jelas
Baik untuk lesi jaringan
lunak
Tidak memfoto tulang
Ultrasound Tidak menggunakan
dosis X Ray
Menunjukkan kumpulan
jaringan lunak dan kista
dengan baik
Berguna untuk kista
jaringan lunak, sindrom
Sjogren dan untuk
mendeteksi lesi pada
glandula tiroid dan leher
Membutuhkan keahlian
untuk menginterpretasi
Intraoral radiografi
- Periapikal
Radiografi periapikal membantu untuk melihat gigi individual dan jaringan
disekeliling akar.
Indikasi:7
o Mengetahui infeksi dan inflamasi periapikal
o Melihat kehilangan tulang periodontal dan morfologi akar
o Evaluasi dari trauma dentalveolar
o Untuk melihat gigi yang tidak erupsi dan impaksi
o Selama endodontic dan operasi periapikal
o Implantologi
Teknik:
o Teknik bisecting angle
Film diletakkan pada arah yang dimana tepi salah satu dari film pada
dataran permukaan oklusal atau insisal dari gigi. Sorotan x-ray harus
langsung pada sudut yang tepat terhadap dataran, yang mana membagi dua
sudut antara panjang sumbu gigi dan film.
19
o Teknik paralleling
Film diletakkan parallel terhadap panjang aksis gigi menggunakan film
holder yang special. Sorotan x-ray harus langsung pada sudut yang tepat
ke film.
- Oklusal radiografi
Indikasi:7
o Untuk mengetahui keparahan trauma dentoalveolar
o Untuk menentukan lokasi benda asing
o Untuk mengevaluasi gigi yang tidak erupsi, gigi impaksi, akar residual
o Untuk mengevaluasi implant
o Untuk menentukan luas dari cleft alveolar
o Menentukan luas dari kista dan tumor
Teknik:7
o Maxillary occlusal view: Film diletakkan secara horizontal di dalam mulut
dengan sisi tube menghadap ke atas dan posisi kepala pada arah oklusal
plane yang parallel terhadap lantai. Sorotan dari x-ray langsung pada sudut
70° dengan bidang film.
20
o Mandibular occlusal view: Film diletakkan dalam mulut dengan bagian
tube dari film menghadap ke bawah dan kepala dimiringkan kebelakang.
Sinar utama diarahkan langsung pada sudut yang tepat ke film.
Ekstraoral radiografi
- Radiografi panoramic
Teknik radiografi ini memproduksi gambaran dari kedua rahang dan
jaringan pendukungnya dengan dosis radiasi yang minimal
Indikasi
- Untuk mengevaluasi keadaan tulang alveolar dan seluruh gigi yang tersisa
- Untuk mengidentifikasi kelainan tulang dan fraktur mandibula
- Untuk evaluasi rutin pre- dan post- bedah
- Digunakan sebagai pedoman untuk graft tulang pada rekonstruksi rahang
- Sebagai pedoman perawatan
Limitasi
- Struktur tidak terlokalisasi pada dimensi fasial-lingual
- Struktur yang jauh dari focal tidak dapat dilihat dengan baik
- Tidak cocok untuk anak-anak dibawah 5 tahun
Histopatologi
Biopsi adalah pemeriksaan histopatologi utama dalam diagnosis untuk penyakit pada
mukosa jaringan lunak dan tulang. Terkadang biopsy tidak membantu namun tetap
dapat mengeliminasi etiologi yang mungkin.
Biopsi adalah operasi pengambilan jaringan sample dari makhluk hidup untuk
pemeriksaan mikroskopik dan diagnosis akhir.
Biopsi adalah pengambilan dan pemeriksaan jaringan dari suatu lesi.Terdapat
beberapa macam teknik biopsy.Teknik yang paling penting yaitu teknik surgical
21
biopsy. Satu-satunya kontraindikasi yang penting dalam biopsy adalah insisi biopsy
tumor glandula parotis.
Prinsip dari biopsy yang sukses:
- Pada lesi yang mencurigakan secara klinis, biopsy harus dilakukan secepat
mungkin
- Pemilihan dari teknik biopsy yang akan dilakukan ditentukan dari indikasi tiap
kasus
- Injeksi langsung dari larutan local anastesi kedalam lesi harus dihindari karena
ada kemungkinan terjadinya distorsi dari lesi
- Penggunaan dari blade electrosurgical dilarang karena meghasilkan suhu yang
tinggi yang menyebabkan koagulasi dan destruksi dari jaringan
- Spesimen jaringan tidak boleh dipegang dengan pinset. Apabila penggunaannya
diperlukan maka yang dipegang adalah bagian yang normal
- Spesimen jaringan yang diambil harus bersifat mewakili
- Langsung setelah pengambilan, specimen jaringan harus diletakkan pada wadah
dengan fixative/penahan. Jaringan specimen yang terlalu lama diluar wadah dapat
mengerigkan specimen, yang memungkinkan ada resiko jatuh atau salah
menempatkan specimen.
- Larutan fixative yang digunakna adalah formalin 10% bukan air, alcohol, atau
larutan lain yang dapat merusak jaringan
- Dianjurkan wadah yang dikirim ke laboratorium dibungkus platik utnuk
menghindari resiko kerusakan selama pengiriman dan hilangnya specimen
- Label dengan nama pasien dan tanggal harus diletakkan diluar wadah, dan bukan
diatas penutup. Cara ini untuk menghindari kemungkinan tertukarnya specimen
di laboratorium setelah dibuka.
Alat dan bahan:
Alat yang dibutuhkan untuk operasi biopsy dari jaringan lunak dan jaringan keras
adalah:
Syringe local anastesi, scalpel handle dan blade, pinset anatomi dan surgical dan
hemostat, needle holder, gunting curved, suction, periosteal elevator, kuret periapikal,
bone file, dan rongeur.
Bahan yang diperlukan untuk biopsi adalah:
22
cartridge local anastesi dan jarum untuk anastesi, alat menjahit, surgical dressing,
kasa, dan botol kecil yang berisi 10% larutan formalin untuk penempatan specimen.8
Untuk biopsy aspirasi, alat dan bahan yang dibutuhkan termasuk jarum trocar atau
jarum simple low-gauge, syringe plastic disposable, kaca mikroskop, dan bahan
fixative.
Biopsi Eksisi
Teknik ini memerlukan pengambilan dari seluruh lesi, sepanjang perbatasan dari
jaringan normal disekitar lesi. Indikasi untuk melakukan biopsy eksisi adalah:
- Lesi kecil, yang mana berkisar dari beberapa millimeter sampai satu atau dua
sentimeter
- Indikasi klinis yang spesifik yaitu lesi tersebut adalah tidak berbahaya.
- Prosedur operasi dapat dilakukan di klinik dental dengan alat yang
biasa dan jika operasinya dalam bidang praktisi umum.
Secara umum, prosedur untuk melakukan biopsy adalah sebagai berikut.Setelah
pemberian local anastesi yang mana dilakukan pada batas luar/periferal dari lesi dan
tidak secara langsung kedalam lesi, dua insisi berbentuk elliptic (bulat panjang) dibuat
pada jaringan sehat yang berada disekeliling lesi, yang dihubungkan pada sudut yang
tajam.Kemudian lesi diangkat, mukosa digali/diambil dengan gunting tumpul, batas-
batas luka diperiksa kembali, penjahitan dilakukan, dan penyembuhan didapatkan
dengan intensi utama.Apabila lesi terdapat pada gingival atau palatum, penjahitan
tidak dapat dilakukan.Pada beberapa kasus, surgical dressing diberikan dan luka dapat
sembuh dengan intense sekunder.Dianjurkan lesi diangkat dari dasarnya
menggunakan pinset atau sebuah penjahitan. Apabila lesi diangkat pada bagian tengah
dan bukan pada bagian dasar, presentasi histologinya dapat berubah dan menyebabkan
masalah dalam diagnosis.
23
Contoh lesi yang dapat dihilangkan dengan biopsy eksisi yaitu:
Fibroma traumatic, hemangioma, leukoplakia
Biopsi Insisi
Biopsi inisisional meliputi pengangkatan dari suatu bagian dari lesi yang lebih besar,
sehingga pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan dan diagnosis ditegakkan. Biopsi
jenis ini diindikasikan pada kasus dimana lesi lebih besar dari 1 atau 2 cm dan ketika
ada kecurigaan bahwa lesi tersebut adalah berbahaya/malignan. Dengan biopsy
insisional, selain mendapatkan diagnosis, karakteristik lain dari neoplasma dapat
diketahui, seperti diferensiasi, invasi, dll.
Prosedur biopsy insisional adalah sebagai berikut.Setelah anastesi local, bagian yang
kecil dari bagian yang paling mewakili dari lesi diambil, biasanya dari tepi lesi,
hingga jaringan yang sehat.Apabila lesi terdapat dalam jaringan yang lebih
dalam.jalan masuk operasi dikerjakan setelah insisi dari mukosa. Luka kemudian
dijahit.
Biopsi Aspirasi
Biopsi aspirasi diindikasi pada kasus dimana lesi tidak dapat dicapai untuk
pemeriksaan histopatologi seperti tumor pada kelenjar parotid, getah bening, kista, dll.
Biopsi ini dilakukan dengan menggunakan jarum trocar atau jarum 21 gauge sampai
23 gauge yang terpasang pada syringe yang terbuat kaca atau syringe plastic
disposible. Materasi yang teraspirasi dioleskan pada slide kaca mikroskop dan larutan
Hoffman (95% larutan etil alcohol dan 5% larutan eter) diteteskan pada materi
tersebut secara merata atau difiksasi dengan sprei rambut. Pemeriksaan sitologi
kemudian dilakukan.
24
Punch Biopsy
Punch biopsi merupakan teknik alternative dari pengangkatan jaringan yang dapat
digunakan untuk biopsy insisional dan eksisional. Teknik yang paling sering
digunakan untuk pengangkatan seluruh dari lesi kecil, tetapi juga dapat dipakai pada
pengangkatan sebagian dari abnormalitas superficial.Ini sangat berguna terutama
ketika digunakan pada jaringan tetap seperti jaringan palatal yang benar-benar
melekat, yang mana harus disembuhkan dengan intense sekunder tanpa
memperhatikan teknik.apabila digunakan pada tempat lain, bagaimanapun, akan
menghasilkan masalah, yang salah satu yang utama adalah penutupan yang baik dari
kerusakan akibat operasi.
Teknik ini relative simple.Lubang ini digunakan pada sebuah tikungan, gerakan
sirkular untuk mendapatkan tepi surgical yang jelas dan tegas untuk kedalaman yang
cukup, setelah lesi digali dengan scalpel atau gunting dan diangkat. Dampak yang
dihasilkan pada jaringan yang melekat adalah sebuah luka terbuka yang harus
disembuhkan dengan intense sekunder.
Ukuran diameter lubang dari 2 sampai 6 mm dan oleh karena itu dapat dipakai pada
myriad atau lesi oral yang kecil.7
25
BAB III
PEMBAHASAN
A. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
B. ETIOLOGI TUMOR JARINGAN REGIO MAKSILOFASIAL
Menurut Ash dan Ward, (1992) dan Gould, (1995) mengatakan penyebab pasti
dari tumor masih belum jelas, tetapi bagaimanapun banyak faktor-faktor pendukung
yang dapat merangsang terjadinya kanker. Faktor-faktor ini di golongkan kedalam
dua kategori, yaitu pertama, faktor internal (herediter dan faktor-faktor pertumbuhan);
kedua adalah faktor eksternal (bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obat-obatan, radiasi,
trauma, panas, dingin, dan diet). Kedua kategori diatas disebut bahan-bahan
karsinogen. Menurut Gould, (1995) faktor-faktor tersebut dapat berperan secara
individual atau kombinasi dengan karsinogen lainnya atau kombinasi dengan faktor-
faktor lain dimana sebenarnya faktor tersebut bukan penyebab kanker, tetapi mereka
membantu karsinogen untuk mutasi atau dengan menekan fungsi sel (ko-promotor).
a. Tembakau dan alkohol
Tujuh puluh lima persen (75%) dari seluruh tumor mulut dan faring di amerika
serikat berhubungan dengan penggunaan tembakau termasuk merokok sigaret dan
peminum alcohol juga mempunyai resiko yang tinggi terjadi tumor lidah dan mulut.
Merokok cerutu dan merokok menggunakan pipa mempunyai resiko yang lebih
tinggi mendapatkan tumor mulut dibandingkan merokok dengan sigaret. Meskipun
begitu masih terdapat keraguan tentang seberapa besar peranan dari panas yang
dihasilkan oleh tembakau dan batang pipa sehingga dapat menyebabkan tumor mulut.
Di Indian dan beberapa Negara Anerika selatan masyarakatnya mempunyai kebiasaan
yang disebut merokok terbalik, yang mananya ujung sigaret yang menyala berada
didalam rongga mulut. Resiko terjadinya tumor mulut pada masyarakat ini sangat
tinggi sebab intensitas panas dari asap tembakau didaerah pallatum dan lingual sangat
tinggi.
b. Bahan kimia
Sebagian besar bahan kimia berhubungan dengan terjadinya tumor. 70% - 90%
tum9or disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang ada dilingkungan dan yang ada
didalam makanan. Bahan-bahan yang dapat menimbulkan tumor dilingkungan seperti
coal tar, polycrylic aromatic hydrocarbons, aromatic aamines, nitrat, nitrit dan
nitrosamine. Beberapa bahan tambahan didalam makanan seperti aflatoxin yaitu
26
bahan yang berasal dari kacang berimplikasi pada terjadinya tumor usus dan tumor
hati. Loogam-logam berat seperti chromium dan berilium dapat merangsang
munculnya tumor dengan bereaksi pada asam nukleat fospat di DNA.
c. Mikroorganisme
Beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan tumor mulut adalah candida
albicans. Penekanan system pertahanan tubuh oleh obat-obatan atau HIV
menyebabkan infeksi candida meningkat. Hubungan antara candida dan penyakit
speckled leukoplakia pertama kali dikemukakan oleh jespen dan winter (1965).
Beberapa studi menunjukkan bahwa sekitar 7-39% dari leukoplakia dijumpai adanya
candida hyphae. Penyakit ini mempunyai kecenderungan untuk berubah jadi kanker.
Penyakit sifilis yang disebabkan oleh mikroorganisme treponema pallidum dengan
lesi tersier dilaporkan berhubungan juga dengan terjadinya kanker lidah.
d. Nutrisi
Defisiensi dari beberapa mikronutrisi seperti vitamin A,C,E,dan Fe dilaporkan
mempunyai hubungan dengan terjadinya tumor.Vitamin a mempunyai 2 golongan.
Pertama adalah retinol (preformed vitamin A) dan bentuk-bentuk sintesa lainnya
termasuk semua trans retinoic acid dan 13-cis-retinoid acid dan kedua adalah
carotenoids (provitamin A) yang mana carotedoids apabila dibutuhkan tubuh akan
diubah menjadi retinol. Didalam beberapa studi melaporkan bahwa retinoids
mempunyai kemampuan untuk menghambat pembentukan tumor dengan
memperbaiki keratinisasi dan menghambat efek karsinogen.
Vitamin E di dalam tubuh mempunyai efek sebagai antioksidan. Studi 0leh wald
dkk. (1984) tentang vitamin E, plasma retinol dan β-caroten menunjukkan bahwa
level vitamin E yang rendah mempunyai hubungan yang kuat dengan timbulnya
kanker payudara.level β-caroten yang rendah juga menunjukkan adanya
kecenderungan timbulnya kanker payudara, tetapi efeknya kurang jelas dan kurang
konsisten.
Defesiensi zat besi akan menyebakan anemia. Plummer-Vinson syndrome adalah
suatu penyakit yang berhubungan erat dengan anemia. Syndrome ini merupakan
faktor pencetus berkembangnya tumor mulut, yaitu neoplasma sel squamous.
e. Radiasi
Sinar ultraviolet adalah suatu bahan yangdiketahui bersifat karsiogenik.Sinar ini
menyebabkan terjadinya karsinoma sel basal pada kulit dan bibir. Radiasi dengan
27
panjang gelombang 2900-3200 Ao adalah lebih bersifat karsinogenik dibandingkan
dengan yang mempunyai panjang gelombang 3200-3400 Ao
Efek dari radiasi dijumpai meningkat pada orang-orang yang memegang
radiograf selama proses ronsen foto berlangsung. Berdasarkan penelitian belsky,dkk.
(1972) dan takeichi,dkk. (1976,1983) terhadap efek radiasi dihiroshima dan Nagasaki
jepang, melaporkan bahwa terjadi peningkatan insidensi tumor kelenjar ludah pada
orang-orang yang masih bertahan hidup pada periode antara 1957-1970 setelah
terkena radiasi bom atom. Insiden terjadinya tumor 2,6 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan yang tidak terkena radiasi.
f. Genetik
Seperti diketahui bahwa setiap orang memungkinkan berkontak dengan
karsinogen di lingkungan setiap harinya, tetapi kenyataan bahwa setiap orang
menderita tumor, kemungkinan ada faktor internal yang mempengaruhi terjadinya
tumor. Satu diantara faktor internal tersebut adalah kerentanan genetic. Contoh
adanya faktor genetic syndrome kanker endokrin multiple, yaitu penyakit herediter
yang menyebakan kanker kelenjar tiroid dan adrenal. Begitu juga kanker
adenocarsinoma pada payudara mempunyai tendensi bersifat keturunan.
Gen-gen pencetus tumor dapat menimbulkan kanker dalam bebebrapa cara,yaitu :
1. Memengaruhi metabolism prekarsinogen menjadi bentuk karsinogen yang aktif
yang dapat merusak genome cell secara langsung.
2. Memengaruhi kemampuan organism untuk memperbaiki kerusakan DNA.
3. Mengubah sistem pertahanan kekebalan tubuh sehingga tidak dapat mengenali
dan menyingkirkan tumor.
4. Memengaruhi fungsi sel dalam mengatur pertumbuhan atau proliferasi sel normal
g. Sistem Kekebalan Tubuh
Dilaporkan bahwa ada peningkatan insisdensi kanker pada pasien yang
mendapat penekanan system kekebalan tubuh, seperti pada penderita transplantasi,
AIDS, defisiensi kekebalan genetic. Konsep ini juga didukung oleh Melief dkk (1975)
yang melaporkan bahwa insidensi tumor pada pasien yang mendapat tekanan system
kekebalan tubuh sebesar 10%. Gangguan system kekebalan selain disebabkan
kerusakan genetic juga dapat disebabkan oleh penuaan, obat – obatan,infeksi virus.
28
C. PATOGENESIS TUMOR JARINGAN REGIO MAKSILOFASIAL
Jaringan-jaringan labil seperti kulit dan sumsum tulang mempunyai kemampuan
bermitosis untuk menghasilkan berjuta-juta sel baru setiap harinya.Sedangkan
jaringan lainnya seperti otot jantung dan saraf mempunyai kemampuan bermitosis
untuk beregenerasi untuk memperbaiki kerusakan. Kemampuan berproliferasi ini
diatur oleh rangkaian DNA gen pada setiap sel jaringan. Pada masing-masing sel di
samping mempunyai gen yang mengatur proliferasi sel seperti Ki-67 gene, juga
mempunyai gen yang mengatur proloferasi sel suatu waktu yang disebut repressor gen
seperti p53, krev-1/rap1 A atau Gas-1. Gen ini berfungsi sebagai kontrol. Pada
keadaan tertentu apabila repressor gen tersebut terganggu atau mengalami kerusakan,
maka sel akan berproliferasi tidak terkontrol.
Pada jaringan permanen seperti otot dan saraf represor gen terikat dengan kuat,
sehingga sangat sulit dipisahkan paa waktu sel berdiferensiasi. Sifat ini sudah
ditentukan sejak masa embrio. Pada sumsum tulang serta sel-sel labil lainnya,
represor gen sangat mudah dipengaruhi oleh stimuli dari lingkungan seperti hormon,
bahan kimia, virus radiasi ionisasi, dan panas.
Sel pada jaringan normal yang terkena stimulasi akan tumbuh dalam keadaan
terkontrol yang disebut hiperplasia. Apabila stimuli disingkirkan, maka sel akan
kembali keadaan normal. Pada kasus neoplasia kontrol proliferasi sel terganggu dan
sel tumbuh tidak terkontrol. Apabila pertumbuhannya terlokalisir dan ekspansif maka
terjadi neoplasia jinak, tetapi apabila pertumbuhan sel infiltratif ke dalam jaringan
sekitarnya, maka yang terjadi adalah neoplasia ganas.
.
D. PENATALAKSANAAN KASUS
Rujukan pada kasus:
Pada kasus ini diperlukan rujukan, karena apabila kita adalah seorang dokter gigi
umum, dan dalam perawatan nya dibutuhkan tindakan pembedahan mulut maka kita
harus merujuk kepada dokter gigi spesialis bedah mulut yang lebih berkompeten
menangani kasus ini.
Surat rujukan sebaiknya berisi:
- Nama, alamat, dan nomor telepon pengirim surat rujukan.
- Nama, alamat, nomor telepon, usia dan jenis kelamin pasien.
- Tanggal rujukan
29
- Alasan rujukan, termasuk riwayat penyakit, tanda, gejala, dan diagnosis kerja.
- Alasan mengapa harus di rujuk.
- Riwayat medis, gigi, dan social.
- Hasil pemeriksaan penunjang (termasuk radiografis)
- Rujukan tersebut meminta pendapat saja atau apakah meminta pendapat dan
perawatan selanjutnya.
Persiapan sebelum operasi
1. Sterilisasi alat8
Metode dasar yang digunakan utnuk sterilisasi instrument adalah : dry heat, weat heat
(autoclave), larutan kimia, dan sterilisasi dengan ethylene oxide.8
Sterilisasi instrument dicapai dalam penampan baja atau instrument dibungkus dengan
kain, yang mana diletakkan baik secara lagsung diautoclave atau pada wadah metal
special, yang mempunyai lubang-lubang sehingga uapnya dapat melewati lubang
tersebut saat sterilisasi. Setelah sterilisasi , lubang dari wadah ditutup, sehingga akan
tetap steril sampai alat tersebut digunakan. Alat yang dibungkus juga dapat disterilkan
dengan ethylene oxide. Metode ini sering digunakan untuk alat plastic atau metal
yang tidak tahan panas. Bungkusan yang terdapat set lengkap dari alat yang
dibutuhkan untuk prosedur operasi dianggap sangat praktis. Bungkusan instrumen
yang sudah disterilisasi ini dapat ditutup dan disimpan dalam jangka waktu yang
lama. Bungkusan yang sudah terbuka dan yang mana satu atau lebih alat dipindahkan
harus disterilisasi setidaknya sekali dalam seminggu.8
Semua instrument dan bahan yang akan digunakan untuk prosedur operasi diatur
dengan rapi diatas penampan alat dental atau penampan operasi, setelah kain steril
diletakkan untuk menutupi permukaannya.8
2. Persiapan pasien8
- Setelah pasien didudukkan pada kursi dental, asisten harus mendesinfeksi area
yang akan dioperasi. Kulit disekeliling mulut yang pertama kali disedinfeksi
dengan gauze yang diresapi dengan larutan antiseptic, dan kemudan mukosa dari
kavitas oral didesinfeksi. Pasien kemudian dilapisi dengan kain steril. Dibutuhkan
3 kain steril, kira-kira 80x80 cmn. Kain steril yang pertama diletakkan pada
bagian atas dari kursi (punggung dan sandaran kepala), dimana pasien bersandar.
Kain yang kedua dilipat membentuk segitiga dan diletakkan pada bagian atas dari
kain pertama, dimana pasien akan menyandarkan kepalanya. Dasar dari bentuk
30
segitiga harus menghadap kebawah, dimana tengkuk leher pasien, pada saat
kepala pasien bersanadar pada kursi. Bagian sudut samping dari kain segitiga
melindungi kepala dan diperkencang dengan bantuan dari jepitan handuk pada
dasar dari hidung. Sudut ketiga diangkat kedepan, diatas rambut, dan juga
dikencangkan pada dasar hidung dengan penjepit handuk yang sama. Kain yang
ketiga diletakkan diatas dada pasien, sampai di leher, dan dikencangkan pada sisi
dari kain segitiga dengan penjepit handuk, membiarkan area hidung, mulut, dan
batas inferior dari mandibula terbuka.
3. Persiapan operator
- Persiapan operator adalah penting dalam semua prosedur operasi dan termasuk
desinfeksi tangan dan pakaian yang tepat. Sebelum prosedur ini, dokter gigi harus
menggunakan penutup sepatu, topi untuk menutup rambut dan masker operasi.
- Prosedur desinfeksi mulai dengan membersihkan tangan dengan sabun. Scrubbing
harus dibatasi sampai daerah terkontaminasi. Untuk desinfeksi larutan alcohol
atau sabun desinfektan disarankan. Tergantung dari bahan pembersih, waktu total
yang anjurkan adalah 3-5menit. Tangan pertama, lengan dan siku, kemudian
tangan dan pergelangan tangan dan yang terakhir hanya tangan yang didesinfeksi.
Hal tersebut harus diperhatikan agar tidak ada daerah yang tidak steril diatas siku
yang disentuh selama prosedur.
- Setelah prosedur ini, dokter gigi menggunakan jubah steril, yang diikat oleh
asisten, dan kemudian mengenakan sarung tangan. Sarung tangan pertama
dipegang dengan tangan kanan dan diletakkan pada tangan kiri, ketika sarung
tangan kedua makan yang dipegang adalah permukaan luar dari sarung tangan dan
kemudian masukkan tangan kanan.
E. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN PADA PERAWATAN
F. PERAWATAN
G. OBAT-OBATAN YANG DIBERIKAN PASCA OPERASI
H. KOMPLIKASI PASCA PERAWATAN
I. INSTRUKI PASCA PERAWATAN
J. DAMPAK APABILA TIDAK DITANGANI
31
BAB IV
PENUTUP
Tumor adalah suatu perubahan atau transformasi kendali sel, sehingga sel melepaskan
diri dari mekanisme pengaturan pertumbuhan normal. Dasar perubahan adalah mutasi dalam
genom sel. Transformasi disebabkan oleh gagalnya kemampuan memperbaiki kerusakan
DNA (DNA repair) dan apoptosis, sehingga sel terus mengalami pertumbuhan (immortal).
Etiologi suatu tumor belum diketahui dengan jelas. Faktor genetik melalui beragam gen
terkait tumor berperan penting pada tumorigenesis. Pembagian tumor atau neoplasma adalah
Neoplasma Jinak (Benigna) dan Neoplasma ganas (Maligna)
Tanda – tanda klinis dari tumor jinak : Pertumbuhan lambat, Berbatas tegas, Tidak ada
perlekatan ke kulit/dasar tumor kapsul padat, Tdk bermetastase, Ukuran stabil tdk
mempengaruhi KU penderita, Bila Th/ operatif tdk residif. Sedangkan tanda – tanda klinis
dari tumor ganas adalah Bentuk tdk teratur, Kapsul tdk jelas/tdk ada, Batas tdk tegas,
Hipervaskularisasi/neovaskularisasi, Rapuh, mudah berdarah, Ada bagian yg nekrosis atau
menunjukkan ulserasi.
Pada kasus di skenario dapat ditentukan diagnosisnya adalah ???????????????
32
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Syafriadi M. Patologi mulut tumor neoplastik dan non neoplastik rongga mulut. Andi:
Yogyakarta. 2008. p.31-83
2. Balaji, SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier; 2008. p.
32-3, 39-40, 372-6,
3. Frasgiskos FD. Oral Surgery. 6th ed. Springer: Verlag Berlin Heidelberg. 2007. p. 31-
3.
4. Wibisono, Gunawan. Peran Prostaglandin pada Perkembangan Tumor. Jakarta: PDGI;
2002. Hal
5. Linda, Devya. Chusnul Chotimah. Ameloblastoma Yang Didiagnosis Awal Sebagai
Kista Odontogenik. Jakarta: Indonesian Journal of Oral and Maxillofacial Surgeons.
2004.
6. Linda, Devya. H. M. Loekman. Osteoma Pada Rahang Bawah. Jakarta : Jurnal Ilmiah
dan Teknologi Kedokteran Gigi Universitas Moestopo ; 2007.