76025698-makalah

32
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam praktik kedokteran gigi, seringkali seorang dokter gigi menjumpai penyakit- penyakit di rongga mulut yang menunjukkan gambaran klinis dan gejala-gejala yang sama atas sekelompok penyakit yang berbeda. Seperti contoh benjolan pada rongga mulut, dimana benjolan ini merupakan bentuk abnormalitas pada rongga mulut. Benjolan pada rongga mulut merupakan suatu kejadian yang sering ditemukan. Hal tersebut dapat dihubungkan dengan beberapa lesi yang dapat terjadi pada rongga mulut, antara lain: kista, abses, tumor jinak maupun tumor ganas. Tumor merupakan pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol tubuh. Untuk itu, seorang dokter gigi umum harus dapat membedakan jenis-jenis tumor pada rongga mulut, baik itu tumor jinak jaringan lunak, tumor jinak jaringan keras, tumor ganas jaringan lunak, maupun tumor ganas jaringan keras. Selain itu, perlu juga mengetahui etiologi-etiologi yang dapat menyebabkan suatu benjolan yang menyerupai tumor. Sebagai dokter gigi umum, kita harus mampu mengidentifikasi lesi-lesi tersebut dengan anamnesa seperti riwayat lesi, pemeriksaan tanda-tanda klinis baik pemeriksaan intra oral dan ekstra oral maupun dengan melakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiografi dan pemeriksaan histology patologi anatomi (biopsi dan sitologi) serta melakukan perawatan sesuai dengan indikasi pada pasien. Maka pada makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan lesi-lesi yang terjadi pada rongga mulut khususnya tumor serta cara menegakkan diagnosis dan kemudian perawatan-perawatan yang dapat dilakukan. B. TUJUAN INTRUKSIONAL a. Tujuan Instruksional Umum Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan mengenai benjolan pada rongga mulut disertai gambaran klinis dan penyebabnya.

Transcript of 76025698-makalah

Page 1: 76025698-makalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam praktik kedokteran gigi, seringkali seorang dokter gigi menjumpai penyakit-

penyakit di rongga mulut yang menunjukkan gambaran klinis dan gejala-gejala yang

sama atas sekelompok penyakit yang berbeda. Seperti contoh benjolan pada rongga

mulut, dimana benjolan ini merupakan bentuk abnormalitas pada rongga mulut. Benjolan

pada rongga mulut merupakan suatu kejadian yang sering ditemukan. Hal tersebut dapat

dihubungkan dengan beberapa lesi yang dapat terjadi pada rongga mulut, antara lain:

kista, abses, tumor jinak maupun tumor ganas. Tumor merupakan pembentukan jaringan

baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol tubuh. Untuk itu, seorang dokter gigi

umum harus dapat membedakan jenis-jenis tumor pada rongga mulut, baik itu tumor

jinak jaringan lunak, tumor jinak jaringan keras, tumor ganas jaringan lunak, maupun

tumor ganas jaringan keras. Selain itu, perlu juga mengetahui etiologi-etiologi yang

dapat menyebabkan suatu benjolan yang menyerupai tumor.

Sebagai dokter gigi umum, kita harus mampu mengidentifikasi lesi-lesi tersebut

dengan anamnesa seperti riwayat lesi, pemeriksaan tanda-tanda klinis baik pemeriksaan

intra oral dan ekstra oral maupun dengan melakukan pemeriksaan penunjang seperti

pemeriksaan radiografi dan pemeriksaan histology patologi anatomi (biopsi dan sitologi)

serta melakukan perawatan sesuai dengan indikasi pada pasien.

Maka pada makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

lesi-lesi yang terjadi pada rongga mulut khususnya tumor serta cara menegakkan

diagnosis dan kemudian perawatan-perawatan yang dapat dilakukan.

B. TUJUAN INTRUKSIONAL

a. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan mengenai

benjolan pada rongga mulut disertai gambaran klinis dan penyebabnya.

Page 2: 76025698-makalah

2

b. Tujuan Instruksional Khusus

- Menyebutkan bermacam-macam jenis benjolan yang dapat terjadi dalam

rongga mulut.

- Menjelaskan perbedaan benjolan yang bersifat jinak atau ganas

- Menjelaskan penyebab terjadinya benjolan dalam rongga mulut

- Menjelaskan pathogenesis terjadinya benjolan dalam rongga mulut

- Menjelaskan cara pemerikaan intra dan ekstra oral

- Menjelakan pemeriksaan penunjang yang diperlukan

C. SKENARIO

D. KATA KUNCI

- Laki-laki umur 45 tahun

- Benjolan pada pipi kiri

- Benjolan diameter 1 cm

- Benjolan tidsak sakit

- Muncul sejak 1 tahun yang lalu

- Tidak pernah sembuh

E. PERTANYAAN PENTING

1. Jelaskan definisi benjolan ?

2. Jelaskan perbedaan benjolan yang bersifat ganas dan yang bersifat jinak?

3. Jelaskan macam-macam jenis benjolan yang terjadi pada rongga mulut ?

4. Bagaimana insidensi terjadinya bejolan pada daerah pipi ?

5. Apa saja yang menyebabkan benjolan tidak sakit dan tidak sembuh ?

6. Bagaimana cara menegakkan diagnosis ?

7. Apa diagnosis dan diferensial diagnosis pada kasus ?

8. Jelaskan penyebab terjadinya benjolan dalam rongga mulut ?

9. Bagaimana pathogenesis terjadinya benjolan pada rongga mulut ?

10. Bagaimana perawatan pada kasus ?

11. Alat dan bahan yang digunakan pada perawatan pada kasus ?

Seorang laki-laki umur 45 tahun, datang ke RSGMP Unhas dengan keluhan

benjolan pada pipi kiri. Muncul sejak 1 tahun yang lalu, gambaran klinis

tampak benjolan diameter 1 cm, tidak sakit dan tidak pernah sembuh

Page 3: 76025698-makalah

3

12. Obat-obatan apa yang diberikan setelah operasi ?

13. Jelaskan komplikasi pasca perawatan ?

14. Apa intruksi pada pasien pasca perawatan ?

15. Apa prognosisi pada kasus ?

16. Apa dampak bila tidak ditangani ?

Page 4: 76025698-makalah

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI DAN JENIS-JENIS BENJOLAN

Benjolan pada rongga mulut adalah suatu lesi pada rongga mulut yang arah

perluasannya diatas permukaan jaringan yang ditempatinya. Secara umum jenis-jenis

benjolan ini adalah :

1. Papula adalah Suatu massa yang menonjol pada kulit atau mukosa berbentuk bulat

atau lonjong dgn diameter < 1 cm.

2. Plaque / Plak adalah Suatu massa yang menonjol dengan atap yang rata.

Permukaannya bisa halus, kasar atau pecah2. Ukurannya lebih besar dari papula.

3. Vesikula (Vesikel, Vesicle) adalah Suatu benjolan bulat dan bening, transparan

berisi cairan. Ukurannya < 1 cm.

4. Bula (Bulla) : Sama dengan vesikel, hanya ukurannya > 1 cm

5. Pustula : Sama seperti bula dan vesikula, tetapi pustula ini berisi pus ( purulen)

6. Nodul (Nodule) : Suatu massa yang padat dan menonjol, juga mempunyai dimensi

perluasan ke bawah. Ukurannya +/- 1 cm.

7. Tumor : Suatu massa padat yg menonjol dan juga mempunyai dimensi perluasan

kebawah. Ukurannya > 1 cm. Tumor atau (Neoplasia) adalah pembentukan

jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol oleh tubuh. Tumor

(neoplasia) terbagi menjadi 2 yaitu 1:

1. Tumor jinak ( benign neoplasma)

Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansif,

terlokalisir, berkapsul, dan tidak bermetastasis ( menyebar ).

2. Tumor ganas (malignant neoplasma)

Neoplasma ganas adalah tumor yang tumbuhya cepat, infiltrasi ke jaringan

sekitarnya dan dapat menyebar ke organ-organ lain ( metastase). Neoplasia ganas

sering disebut kanker.

B. PERBEDAAN TUMOR JINAK DAN TUMOR GANAS

Perbedaan klinis tumor jinak dan ganas:

Karakteristik Neoplasma jinak Neoplasma ganas

Kecepatan tumbuh Lambat cepat

Page 5: 76025698-makalah

5

Batas Jelas, berkapsul Tidak berkapsul

Pergerakan Dapat digerakkan Cekat

Pertumbuhan dalam tulang Mendesak tulang/

ekspansif

Menembus tulang/

infiltrasi

Pemukaann lesi Menegang Ulserasi

Keterlibatan saraf Tidak ada Sakit, paralise

Daerah yang terlibat Terlokalisir Luas/ metastasis

Warna jaringan Normal Berubah

Efek terhadap jaringan

tubuh

Tidak ada/ hiperfungsi Hipofungsi

TUMOR JINAK

Klaisifikasi tumor jinak odontogen ( WHO,1992 ) 1

Asal sel/ jaringan tumor Nama tumor

a. Tumor yang berasal dari

jaringan epitel

1. Ameloblstoma

2. Calcifying ephitelial odontogenic

tumor

3. Squamous odontogenic tumor

4. Clear cell odontogenic tumor

b. Tumor yang berasal dari

jaringan epitel odontogen dan

melibatkan ektomesenkim

odontogen dengan atau tanpa

pembentukan jaringan kerass

gigi

1. Ameloblastic fibroma

2. Ameloblastic fibro-odontoma

3. Tumor-tumor odontoameloblasma

4. Adenomatid odontgenic tumor

5. Complex Odotoma

6. Compound odontoma

c. Tumor yang berasal dari

ektomesnkim odontogen

dengan atau tanpa melibatkan

epitel odontogen

1. Odotogeic fibroma

2. Myxoma

3. Cementoblastoma

Page 6: 76025698-makalah

6

Tumor yang berasal dari jaringan epitel 1

a. Ameloblastoma1

Tumor odontogen yang berasal dari epitel enamel organ ( ameloblast) yang

merupakan sel pembentuk gigi , yang merupakan tumor secara klinis paling umum

dijumpai.Tumor ini tumbuh lambat, local invasif dan sebagian besar bersifat jinak.1

Ameloblastoma dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Solid atau multikistik

2. Unikistik

3. Periferal ( di tulang)

Page 7: 76025698-makalah

7

b. Calcifying ephitelial odontogenic tumor1

Gambaran Klinis, biasanya mengenai orang dewasa terutama pada usia rata-

ratasekitar 30-50 tahun.Terdapat rasa sakit yang ringan dan pembengkakan yang

lambat. Paling sering terbentuk di posterior mandibula tetapi dapat terbentuk juga di

maksila, lokal invasif tetapi tidak metastase.

Gambaran mikroskopis1

Tumor odontegenik epitel berkalsifikasi mempunyai gambaran pulau-pulau

tersendiri, beruntai, dan lapisan sel epitel polihedral di dalam stroma fibrous yang

eosinofilik.Di luar sel terdapat struktur berhialin. Struktur berkalsifikasi berkembang

di dalam massa tumor berbentuk cincin-cincin konsentrik yang dapat bergabung dan

membentuk massa yang besar dan kompleks.1

c. Tumor odontogen skuamosa1

Tumor ii berasal dari transformasi neoplastik dari sisa-sisa epitel mallasez. Keliatan

tumor ini berasal dari ligament periodontaldan dan berhubungan dengan permukaan

lateral akar gigi dan gigi tidak erupsi.

Gambaran radiografis1

Gambaran radiografi tidak menunjukkan suatu gambaran yang spesifik

Menunjukkan adanya gambaran kerusakan tulang yang berbentuk triangular di

sebelah lateral akar gigi

Kadangkala menunjukkan adanya kerusakan tulang berbentuk vertikal

Tepi lesi menunjukkan gambaran sklerosis

Diameter lebih besar dari 1,5 cm

Page 8: 76025698-makalah

8

d. Clear cell odotogenic tumor1

Tumor ini berasal dari odontogen, tetapi histogenisnya belum jelas.Pemeriksaan

histokimia da ultra strukjtur pada tumor ii menunjukka n sel-sel bersih yang mirip

pada ameloblas yang kaya dengan glokiogen. Tumor ini dapat melibatkan mandibula

dan maksila.

Gambaran mikroskopis

Gambaran histopatologi anatomis dari tumor ini cenderung menunjukkan

adanya sarang-sarang sel epitel dengan sitoplasma eosinofilik yang jelas.Sarang-

sarang tersebut dipisahkan oleh lapisan tipis jaringan ikat berhialin.Sel-sel perifer

menunjukkan susunan palisade.Pada beberapa kasus juga ada yang menunjukkan pola

yang mengandung pulau-pulau kecil dengan sel-sel epitel basaloid yang

hiperkromatik di dalam stroma jaringan ikat.1

Page 9: 76025698-makalah

9

Tumor-tumor epitel odontogen dengan melibatkan jaringan ektomesenkim

odontogen

a. Ameloblastik fibroma

Tumor ini merupakan tumor campuran jaringan epitel dan jaringan mesenkim.

Memiliki gambaran klinis sebagai berikut :1

Fibroma ameloblastik cenderung pada penderita muda decade ke dua

tetapi kadang-kadang pada penderita usia setengah baya.

Melibatkan laki-laki sedikit lebih umum dibandingkan perempuan

Lesi yang kecil asimtomatik, pada lesi yang besar menyebabkan

pembesatan rahang

70 terdapat pada posterior

Gambaran mikroskopis

Gambaran fibroma ameloblastik menunjukkan massa jaringan lunak yang

keras dengan permukaan luar yang halus. Kapsul mungkin ada atau mungkin juga

tidak ada.Secara mikroskopik mengandung jaringan mesenkim yang sangat banyak

mirip dengan dental papil yang primitif yang bercampur dengan epitel odontogen. Sel

epitel berbentuk panjang dan kecil dengan susunan yang beranastomose satu dengan

yang lainnya, tetapi hanya mengandung sekitar dua sel yang berbentuk kuboid atau

kolumnar.1

b. Ameloblstik fibro-odontoma

Tumor ini didefinisikan sebuah tumor yang gambaran umumnya adalah suatu

fibroma ameloblastik, tetap[I juga mengandung enamel dan dentin .

Tumor ini biasa ditemukan pada anak-anak, dapat melibatkan kedua rahang, tidak

ada prediksi jenis kelamin , lesi umunya asimtomatik.1

c. Odontoma

Tumor ini dipertimbangkan sebagai anomali perkembanganagak jarang disebut

sebagai anoplasma yang sesungguhnya. Pada perkembangan awal lesi ini

Page 10: 76025698-makalah

10

menunjukkan keadaan proliferasi epitel odontogen dan jaringan mesenkim ,

kemudian pada perkembangan selanjutnya diikuti pembentukan ename, dentin dan

variasi dari pulpa dan sementum.Tumor ini memiliki 2 tipe yaitu :1

1. Compund odontoma

Mengadung struktur seperti gigi yang kecil dan banyak.

2. Compex odontoma

Mengandung mas yang besar dari enamel dan dentin dan tidak menyerupai

gigi.

Tumor-tumor jaringan eksomesenkim odontogen dengan atau tanpa melibatkan

jaringan epitel odontogen.1

a. Fibroma Odontogen1

Melibatkan usia 9 sampai 80 tahun dengan rata-rata usia 40 tahun.

Sekitar 60% pada maksila

Sebagian besar pada regio anterior hingga regio molar pertama

Gambaran mikroskopis

Fibroma odontogen menunjukkan gambaran histologis yang bervariasi, hal ini

yang menyebabkan para penulis menjelaskan dalam dua tipe yaitu 1) fibroma

odontogen sederhana.Lesi ini mengandung fibroblas-fibroblas stellate, seringkali

tersusun dalam sebuah pola yang bergulung dengan fibril-fibril kolagen yang jelas

dan dapat dipertimbangkan sebagai bahan dasar.Sisa-sisa epitel odontogen yang

berupa fokus-fokus kecil mungkin ada atau mungkin tidak dijumpai.Kadangkala

fokus dari kalsifikasi disotropik dapat dijumpai. 2) fibroma odontogen kompleks. Lesi

ini menunjukkan jaringan ikat fibrous sellular yang jelas dengan serabut-serabut

kolagen yang tersusun dalam jalinan bundel.Epitel odontogen dalam bentuk untaian

panjang atau berbentuk sarang yang terisolasi.1

Page 11: 76025698-makalah

11

b. Odontogenik mixoma/ myofibroma1

Tumbuh lambat

Terlokalisir , tetapi mempunyai sifat invasive dan agresif

Berasal dari jaringan ikat dental papilla

Umumnya terjadi pada usia decade ke-2 dan ke-3

Dapat melibatkan maksila dan mandibula baik korpus maupun ramus.

Page 12: 76025698-makalah

12

c. Cementoblastoma1

Umumnya asimtomatik karena tidak ada tanda-tandad infeksi

Melibatkan gigi- geligi baik di rahang atas maupun di rahang bawah

anterior maupun posterior.

Apabila lesi cukup besar menunjukkan suatu ekspansi tulang sehingga

menunjukkan suatu pembengkakan rahang pada region gigi yang terlibat.

Gambar radiografi menunjukkansuaty massa radiopak yang melekat ke

apek gigi penyangga.Batas lesi denga jaringan sekitarnya dipisahkan suatu

gambaran radiolusen yang tipis.

Gambaranmikroskopis

Lesi merupakan jaringan klasifikasi mirip tulang, seluler, lesi melekat ke

apeks gigi penyebab. Batas lesi dengan tulang sekitanya dipisahkan oleh

sebuah kapsul fibrous.

Klasifikasi tumor non odontogeik

Asal sel Nama tumor

1. Tumor jinak non

odontogen yang

berasal dari

epithelium mulut

A. Papilloma skuamosa

B. Veruka vulgaris

C. Keratoakantoma

2. Tumor jinak non

odontogen yang

berasal dari jaringan

ikat mulut

A. fibroma

B. neurofibroma

C. Neurilemoma/ schawnnoma

D. Tumor sel granular

E. Lipoma

Page 13: 76025698-makalah

13

3. Tumor jinak non

odonntogen yang

berasal dari kelenjar

ludah

A. Pleomorphic adenoma

B. Monomorphic adenoma

C. Whartin’s tumor

TUMOR GANAS

Asal sel Nama tumor

1. Tumor ganas odontogen yang berasal

dari ektoderm Karsinoma intra-alveolar

2. Tumor ganas odontogen yang berasal

dari mesoderm Odontogenik Sarkoma

3. Tumor ganas odontogen yang berasal

dari ektoderm dan mesoderm Ameloblastoma Fibrosarkoma

4. Tumor ganas non-odontogen

A. Osteosarkoma

B. Ewing’s Sarkoma

C. Multiple Myeloma

C. INSIDENSI TERJADINYA BENJOLAN PADA RONGGA MULUT

Kanker rongga mulut menempati urutan ke-6 keganasan diseluruh dunia

dengan insiden 2% pada laki-laki dan 0,6 % pada wanita.

Dinegara berkembang seperti asia tenggara dan india kanker rongga mulut

lebih sering ditemukan sekitar 40% dari seluruh kanker organ tubuh lainnya,

Berdasarkan beberapa laporan sentral pathologi frekuensi kanker rongga mulut

diindonesia sudah mencapai 3-5% dari seluruh kanker organ tubuh lainnya.

Bagian pathologi badab registrasi kanker indonesia dibawah pengawasan

dirjen kesehatan RI melaporkan kanker RM menempati urutan ke-4 dari

keganasan indonesia.

Berdasarkan penelitian dari 300 pasien yang menderita tumor jinak

53,3 % fibroma

13,3 % papilloma

6,7 % periferal giant cell granuloma

14,7 % piogenic granuloma

3 % lipoma

8 % hemangioma

1 % limfangioma

Berdasarkan lokasi

Page 14: 76025698-makalah

14

33,3 % pada gingiva

20,3 % pada mukosa bukal

16,7 % pada lidah

13 % pada pallatum

11,7 % pada bibir

5,3 % pada labial comisura

3 % dibawah lidah

2,7 % dasar mulut

D. TINGKATAN ATAU STADIUM TUMOR JARINGAN REGIO MAKSILOFASIAL

a. Tingkatan / stadium pada Tumor Secara Histologi

• Tingkat I (berdiferensiasi baik/well diff); yaitu dimana tingkat diferensiasi sel

normal antara 75% - 100%, ada mutiara keratin

• Tingkat II (berdiferensiasi sedang/intermediate/moderate diff): yaitu dimana

tingkat diferensiasi sel normal antara 50% - 75% variasi dalam ukuran sel-

selnya, ukuran inti sel, hiperkromatik serta aktivitas mitosis yang lebih

menonjol

• Tingkat III (berdiferensiasi buruk/poor diff); yaitu tingkat diferensiasi sel

normal antara 25% - 50% memperlihatkan ketidakteraturan dan cenderung

memperlihatkan gambaran anaplasia yang sulit untuk dikenali lagi. Sel tumor

tumbuh secara liar ke semua arah, menginfiltrasi jaringan ikat dibawahnya,

dimana lapisan basal tidak terlihat dan sering menghilang.

• Tingkat IV (anaplastik/undiff); yaitu tingkat diferensiasi sel normal antara 0-

25%

b. Stadium Perjalanan Penyakit Kanker

I. Stadium Pra Klinik

Penyakit kanker belum diketahui dg pem.klinik baik pem.fisik dan penunjang

lainnya.

II. Stadium Klinik

1. Stadium Dini (Early stage)

2. Stadium Lanjut (Advanced stage)

3. Stadium sangat lanjut (Far advanced stage)

Penjelasan

1. Stadium Dini (Early Stage)

Tumor masih kecil

Terbatas pd organ tempat tumbuh

Page 15: 76025698-makalah

15

Kerusakan organ belum ada

Kemungkinan sembuh besar

2. Stadium Lanjut (Advanced Stage)

tumor tumbuh besar

m’jalar ke jaringan sekitar atau kel.limfe regional

merusak organ tempat tumbuh

Kemungkinan sembuh kecil

3. Stadium Sangat lanjut

Tumor sudah metastase ke seluruh tubuh

c. TNM sistem menurut UICC (1980), derajat tumor dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Stage 1

Tumor primer, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional, tidak ada

metastasis jauh dari tumor primer.

Stage 2

Ukuran tumor antara 2 – 4 cm, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening

regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer.

Stage 3

Ukuran tumor lebih dar 4 cm, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening

regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer.

Stage 4

Tumor telah melibatkan struktur di sekitarnya seperti tulang kortikal atau oto –

otot lidah, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional, tidak ada

metastasis jauh dari tumor primer.

E. TAHAP-TAHAP PEMERIKSAAN UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSA

Anamnesis

Riwayat pasien dibutuhkan untuk menyesuaikan keadaan masing-masing pasien

tetapi terkadang sulit untuk menemukan keluhan yang pasti.Beberapa pasien merasa

gugup, sukar berbicara, dan beberapa yang lainnya merasa bingung.Pertanyaan awal

membolehkan pasien berbicara panjang lebar dan meningkatkan kepercayaan

diri.Biasanya lebih baik dimulai dengan pertanyaan “terbuka”.Terkadang sulit

Page 16: 76025698-makalah

16

dihindari interupsi pasien yang mencoba menyusun rekaman medis. Teknik bertanya

adalah yang paling penting ketika berhubungan dengan riwayat sosial dan psikologis

atau berhubungan dengan riwayat medis yang memalukan.

Teknik pengambilan riwayat kesehatan pasien

Perkenalkan diri dan sambut pasien dengan menyebut namanya

Dudukkan pasien

Mulai dengan pertanyaan terbuka misalnya bagaimana rasa sakit yang dialami

pasien

Setelah itu, ajukan pertanyaan tertutup misalnya bagaimana gambaran rasa sakit

yang dialami pasien

Hindari jargon

Jelaskan kebutuhan untuk pertanyaan spesifik

Memperkirakan status mental pasien

Memperkirakan harapan pasien terhadap perawatan

Riwayat medis pasien sangat membantu diagnosis dari manifestasi rongga mulut.

Jika ditemukan masalah pada riwayat kesehatan pasien maka dokter harus

memutuskan apakah pasien dapat langsung dilakukan perawatan atau tidak.

Riwayat kesehatan gigi pasien dan pemeriksaan adalah sangat penting untuk

diagnosis nyeri gigi yang disebabkan gejala pada kepala dan leher. Hubungan gejala

dan peawatan gigi harus dicatat.

Pemeriksaan Klinis

Ekstra oral6

Pertama liat pasien, sebelum melihat ke mulut pasien.Anemia dan perawatan

kortikosteroid jangka panjang, pembengkakan parotis yang bisa mempengaruhi

tampilan wajah. Glandula parotis, sendi temporomandibular , nodus limfe

submandibular dan glandula tiroid harus dipalpasi.

Intra Oral6

Pemeriksaan kavitas oral hanya dapat dilihat dengan pencahayaan yang bagus, mirro

dan tekanan udara atau sesuatu yang dapat mengeringkan gigi.

Jaringan lunak

Jaringan pada mulut biasanya diperiksa terlebih dahulu.Periksaan dilakukan secara

Page 17: 76025698-makalah

17

sistematis meliputi semua area mulut. Area yang tidak normal pada mukosa harus

dipalpasi.

Gigi

Gigi yang ada harus diperiksa kesehatan jaringan mulutnya, karies, status restorasi.

Pemeriksaan gigi harus dilakukan untuk kebaikan pasien.

Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan Radiografi

Pemeriksaan radiografi yang dapat dilakukan yaitu CT scan (computerized

tomography), magnetic resonance imaging (MRI) dan ultrasound. Radiografi

sederhana juga bisa dilakukan walau nilainya hasilnya tidak sebaik yang lain.

Teknik Keuntungan Kerugian

Radiografi

Konvensional

Sederhana

Banyak lesi yang bisa

terdeteksi

Banyak lesi tak terduga

dapat terdeteksi

Sulit untuk

menginterpretasikan

beberapa area pada rahang

karena anatomi yang

kompleks

Menggunakan X ray

Sedikit informasi yang

didapatkan tentang lesi

jaringan lunak

CT scan Menyediakan gambaran

yang lebih jelas

Sangat berguna untuk

melihat interpretasi yang

lebih jelas dari struktur

anatomi yang kompleks

Mahal dan tidak selalu

tersedia Dosis X ray nya

lebih banyak dari

panoramic

Restorasi gigi radiopak

menyebabkan bayangan

yang tidak jelas pada

image

Lebih sedikit informasi

tentang lesi jaringan lunak

dari pada MRI

MRI Tidak ada dosis X Ray Mahal dan terbatas

Page 18: 76025698-makalah

18

Memproduksi gambaran

yang lebih jelas

Baik untuk lesi jaringan

lunak

Tidak memfoto tulang

Ultrasound Tidak menggunakan

dosis X Ray

Menunjukkan kumpulan

jaringan lunak dan kista

dengan baik

Berguna untuk kista

jaringan lunak, sindrom

Sjogren dan untuk

mendeteksi lesi pada

glandula tiroid dan leher

Membutuhkan keahlian

untuk menginterpretasi

Intraoral radiografi

- Periapikal

Radiografi periapikal membantu untuk melihat gigi individual dan jaringan

disekeliling akar.

Indikasi:7

o Mengetahui infeksi dan inflamasi periapikal

o Melihat kehilangan tulang periodontal dan morfologi akar

o Evaluasi dari trauma dentalveolar

o Untuk melihat gigi yang tidak erupsi dan impaksi

o Selama endodontic dan operasi periapikal

o Implantologi

Teknik:

o Teknik bisecting angle

Film diletakkan pada arah yang dimana tepi salah satu dari film pada

dataran permukaan oklusal atau insisal dari gigi. Sorotan x-ray harus

langsung pada sudut yang tepat terhadap dataran, yang mana membagi dua

sudut antara panjang sumbu gigi dan film.

Page 19: 76025698-makalah

19

o Teknik paralleling

Film diletakkan parallel terhadap panjang aksis gigi menggunakan film

holder yang special. Sorotan x-ray harus langsung pada sudut yang tepat

ke film.

- Oklusal radiografi

Indikasi:7

o Untuk mengetahui keparahan trauma dentoalveolar

o Untuk menentukan lokasi benda asing

o Untuk mengevaluasi gigi yang tidak erupsi, gigi impaksi, akar residual

o Untuk mengevaluasi implant

o Untuk menentukan luas dari cleft alveolar

o Menentukan luas dari kista dan tumor

Teknik:7

o Maxillary occlusal view: Film diletakkan secara horizontal di dalam mulut

dengan sisi tube menghadap ke atas dan posisi kepala pada arah oklusal

plane yang parallel terhadap lantai. Sorotan dari x-ray langsung pada sudut

70° dengan bidang film.

Page 20: 76025698-makalah

20

o Mandibular occlusal view: Film diletakkan dalam mulut dengan bagian

tube dari film menghadap ke bawah dan kepala dimiringkan kebelakang.

Sinar utama diarahkan langsung pada sudut yang tepat ke film.

Ekstraoral radiografi

- Radiografi panoramic

Teknik radiografi ini memproduksi gambaran dari kedua rahang dan

jaringan pendukungnya dengan dosis radiasi yang minimal

Indikasi

- Untuk mengevaluasi keadaan tulang alveolar dan seluruh gigi yang tersisa

- Untuk mengidentifikasi kelainan tulang dan fraktur mandibula

- Untuk evaluasi rutin pre- dan post- bedah

- Digunakan sebagai pedoman untuk graft tulang pada rekonstruksi rahang

- Sebagai pedoman perawatan

Limitasi

- Struktur tidak terlokalisasi pada dimensi fasial-lingual

- Struktur yang jauh dari focal tidak dapat dilihat dengan baik

- Tidak cocok untuk anak-anak dibawah 5 tahun

Histopatologi

Biopsi adalah pemeriksaan histopatologi utama dalam diagnosis untuk penyakit pada

mukosa jaringan lunak dan tulang. Terkadang biopsy tidak membantu namun tetap

dapat mengeliminasi etiologi yang mungkin.

Biopsi adalah operasi pengambilan jaringan sample dari makhluk hidup untuk

pemeriksaan mikroskopik dan diagnosis akhir.

Biopsi adalah pengambilan dan pemeriksaan jaringan dari suatu lesi.Terdapat

beberapa macam teknik biopsy.Teknik yang paling penting yaitu teknik surgical

Page 21: 76025698-makalah

21

biopsy. Satu-satunya kontraindikasi yang penting dalam biopsy adalah insisi biopsy

tumor glandula parotis.

Prinsip dari biopsy yang sukses:

- Pada lesi yang mencurigakan secara klinis, biopsy harus dilakukan secepat

mungkin

- Pemilihan dari teknik biopsy yang akan dilakukan ditentukan dari indikasi tiap

kasus

- Injeksi langsung dari larutan local anastesi kedalam lesi harus dihindari karena

ada kemungkinan terjadinya distorsi dari lesi

- Penggunaan dari blade electrosurgical dilarang karena meghasilkan suhu yang

tinggi yang menyebabkan koagulasi dan destruksi dari jaringan

- Spesimen jaringan tidak boleh dipegang dengan pinset. Apabila penggunaannya

diperlukan maka yang dipegang adalah bagian yang normal

- Spesimen jaringan yang diambil harus bersifat mewakili

- Langsung setelah pengambilan, specimen jaringan harus diletakkan pada wadah

dengan fixative/penahan. Jaringan specimen yang terlalu lama diluar wadah dapat

mengerigkan specimen, yang memungkinkan ada resiko jatuh atau salah

menempatkan specimen.

- Larutan fixative yang digunakna adalah formalin 10% bukan air, alcohol, atau

larutan lain yang dapat merusak jaringan

- Dianjurkan wadah yang dikirim ke laboratorium dibungkus platik utnuk

menghindari resiko kerusakan selama pengiriman dan hilangnya specimen

- Label dengan nama pasien dan tanggal harus diletakkan diluar wadah, dan bukan

diatas penutup. Cara ini untuk menghindari kemungkinan tertukarnya specimen

di laboratorium setelah dibuka.

Alat dan bahan:

Alat yang dibutuhkan untuk operasi biopsy dari jaringan lunak dan jaringan keras

adalah:

Syringe local anastesi, scalpel handle dan blade, pinset anatomi dan surgical dan

hemostat, needle holder, gunting curved, suction, periosteal elevator, kuret periapikal,

bone file, dan rongeur.

Bahan yang diperlukan untuk biopsi adalah:

Page 22: 76025698-makalah

22

cartridge local anastesi dan jarum untuk anastesi, alat menjahit, surgical dressing,

kasa, dan botol kecil yang berisi 10% larutan formalin untuk penempatan specimen.8

Untuk biopsy aspirasi, alat dan bahan yang dibutuhkan termasuk jarum trocar atau

jarum simple low-gauge, syringe plastic disposable, kaca mikroskop, dan bahan

fixative.

Biopsi Eksisi

Teknik ini memerlukan pengambilan dari seluruh lesi, sepanjang perbatasan dari

jaringan normal disekitar lesi. Indikasi untuk melakukan biopsy eksisi adalah:

- Lesi kecil, yang mana berkisar dari beberapa millimeter sampai satu atau dua

sentimeter

- Indikasi klinis yang spesifik yaitu lesi tersebut adalah tidak berbahaya.

- Prosedur operasi dapat dilakukan di klinik dental dengan alat yang

biasa dan jika operasinya dalam bidang praktisi umum.

Secara umum, prosedur untuk melakukan biopsy adalah sebagai berikut.Setelah

pemberian local anastesi yang mana dilakukan pada batas luar/periferal dari lesi dan

tidak secara langsung kedalam lesi, dua insisi berbentuk elliptic (bulat panjang) dibuat

pada jaringan sehat yang berada disekeliling lesi, yang dihubungkan pada sudut yang

tajam.Kemudian lesi diangkat, mukosa digali/diambil dengan gunting tumpul, batas-

batas luka diperiksa kembali, penjahitan dilakukan, dan penyembuhan didapatkan

dengan intensi utama.Apabila lesi terdapat pada gingival atau palatum, penjahitan

tidak dapat dilakukan.Pada beberapa kasus, surgical dressing diberikan dan luka dapat

sembuh dengan intense sekunder.Dianjurkan lesi diangkat dari dasarnya

menggunakan pinset atau sebuah penjahitan. Apabila lesi diangkat pada bagian tengah

dan bukan pada bagian dasar, presentasi histologinya dapat berubah dan menyebabkan

masalah dalam diagnosis.

Page 23: 76025698-makalah

23

Contoh lesi yang dapat dihilangkan dengan biopsy eksisi yaitu:

Fibroma traumatic, hemangioma, leukoplakia

Biopsi Insisi

Biopsi inisisional meliputi pengangkatan dari suatu bagian dari lesi yang lebih besar,

sehingga pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan dan diagnosis ditegakkan. Biopsi

jenis ini diindikasikan pada kasus dimana lesi lebih besar dari 1 atau 2 cm dan ketika

ada kecurigaan bahwa lesi tersebut adalah berbahaya/malignan. Dengan biopsy

insisional, selain mendapatkan diagnosis, karakteristik lain dari neoplasma dapat

diketahui, seperti diferensiasi, invasi, dll.

Prosedur biopsy insisional adalah sebagai berikut.Setelah anastesi local, bagian yang

kecil dari bagian yang paling mewakili dari lesi diambil, biasanya dari tepi lesi,

hingga jaringan yang sehat.Apabila lesi terdapat dalam jaringan yang lebih

dalam.jalan masuk operasi dikerjakan setelah insisi dari mukosa. Luka kemudian

dijahit.

Biopsi Aspirasi

Biopsi aspirasi diindikasi pada kasus dimana lesi tidak dapat dicapai untuk

pemeriksaan histopatologi seperti tumor pada kelenjar parotid, getah bening, kista, dll.

Biopsi ini dilakukan dengan menggunakan jarum trocar atau jarum 21 gauge sampai

23 gauge yang terpasang pada syringe yang terbuat kaca atau syringe plastic

disposible. Materasi yang teraspirasi dioleskan pada slide kaca mikroskop dan larutan

Hoffman (95% larutan etil alcohol dan 5% larutan eter) diteteskan pada materi

tersebut secara merata atau difiksasi dengan sprei rambut. Pemeriksaan sitologi

kemudian dilakukan.

Page 24: 76025698-makalah

24

Punch Biopsy

Punch biopsi merupakan teknik alternative dari pengangkatan jaringan yang dapat

digunakan untuk biopsy insisional dan eksisional. Teknik yang paling sering

digunakan untuk pengangkatan seluruh dari lesi kecil, tetapi juga dapat dipakai pada

pengangkatan sebagian dari abnormalitas superficial.Ini sangat berguna terutama

ketika digunakan pada jaringan tetap seperti jaringan palatal yang benar-benar

melekat, yang mana harus disembuhkan dengan intense sekunder tanpa

memperhatikan teknik.apabila digunakan pada tempat lain, bagaimanapun, akan

menghasilkan masalah, yang salah satu yang utama adalah penutupan yang baik dari

kerusakan akibat operasi.

Teknik ini relative simple.Lubang ini digunakan pada sebuah tikungan, gerakan

sirkular untuk mendapatkan tepi surgical yang jelas dan tegas untuk kedalaman yang

cukup, setelah lesi digali dengan scalpel atau gunting dan diangkat. Dampak yang

dihasilkan pada jaringan yang melekat adalah sebuah luka terbuka yang harus

disembuhkan dengan intense sekunder.

Ukuran diameter lubang dari 2 sampai 6 mm dan oleh karena itu dapat dipakai pada

myriad atau lesi oral yang kecil.7

Page 25: 76025698-makalah

25

BAB III

PEMBAHASAN

A. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

B. ETIOLOGI TUMOR JARINGAN REGIO MAKSILOFASIAL

Menurut Ash dan Ward, (1992) dan Gould, (1995) mengatakan penyebab pasti

dari tumor masih belum jelas, tetapi bagaimanapun banyak faktor-faktor pendukung

yang dapat merangsang terjadinya kanker. Faktor-faktor ini di golongkan kedalam

dua kategori, yaitu pertama, faktor internal (herediter dan faktor-faktor pertumbuhan);

kedua adalah faktor eksternal (bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obat-obatan, radiasi,

trauma, panas, dingin, dan diet). Kedua kategori diatas disebut bahan-bahan

karsinogen. Menurut Gould, (1995) faktor-faktor tersebut dapat berperan secara

individual atau kombinasi dengan karsinogen lainnya atau kombinasi dengan faktor-

faktor lain dimana sebenarnya faktor tersebut bukan penyebab kanker, tetapi mereka

membantu karsinogen untuk mutasi atau dengan menekan fungsi sel (ko-promotor).

a. Tembakau dan alkohol

Tujuh puluh lima persen (75%) dari seluruh tumor mulut dan faring di amerika

serikat berhubungan dengan penggunaan tembakau termasuk merokok sigaret dan

peminum alcohol juga mempunyai resiko yang tinggi terjadi tumor lidah dan mulut.

Merokok cerutu dan merokok menggunakan pipa mempunyai resiko yang lebih

tinggi mendapatkan tumor mulut dibandingkan merokok dengan sigaret. Meskipun

begitu masih terdapat keraguan tentang seberapa besar peranan dari panas yang

dihasilkan oleh tembakau dan batang pipa sehingga dapat menyebabkan tumor mulut.

Di Indian dan beberapa Negara Anerika selatan masyarakatnya mempunyai kebiasaan

yang disebut merokok terbalik, yang mananya ujung sigaret yang menyala berada

didalam rongga mulut. Resiko terjadinya tumor mulut pada masyarakat ini sangat

tinggi sebab intensitas panas dari asap tembakau didaerah pallatum dan lingual sangat

tinggi.

b. Bahan kimia

Sebagian besar bahan kimia berhubungan dengan terjadinya tumor. 70% - 90%

tum9or disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang ada dilingkungan dan yang ada

didalam makanan. Bahan-bahan yang dapat menimbulkan tumor dilingkungan seperti

coal tar, polycrylic aromatic hydrocarbons, aromatic aamines, nitrat, nitrit dan

nitrosamine. Beberapa bahan tambahan didalam makanan seperti aflatoxin yaitu

Page 26: 76025698-makalah

26

bahan yang berasal dari kacang berimplikasi pada terjadinya tumor usus dan tumor

hati. Loogam-logam berat seperti chromium dan berilium dapat merangsang

munculnya tumor dengan bereaksi pada asam nukleat fospat di DNA.

c. Mikroorganisme

Beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan tumor mulut adalah candida

albicans. Penekanan system pertahanan tubuh oleh obat-obatan atau HIV

menyebabkan infeksi candida meningkat. Hubungan antara candida dan penyakit

speckled leukoplakia pertama kali dikemukakan oleh jespen dan winter (1965).

Beberapa studi menunjukkan bahwa sekitar 7-39% dari leukoplakia dijumpai adanya

candida hyphae. Penyakit ini mempunyai kecenderungan untuk berubah jadi kanker.

Penyakit sifilis yang disebabkan oleh mikroorganisme treponema pallidum dengan

lesi tersier dilaporkan berhubungan juga dengan terjadinya kanker lidah.

d. Nutrisi

Defisiensi dari beberapa mikronutrisi seperti vitamin A,C,E,dan Fe dilaporkan

mempunyai hubungan dengan terjadinya tumor.Vitamin a mempunyai 2 golongan.

Pertama adalah retinol (preformed vitamin A) dan bentuk-bentuk sintesa lainnya

termasuk semua trans retinoic acid dan 13-cis-retinoid acid dan kedua adalah

carotenoids (provitamin A) yang mana carotedoids apabila dibutuhkan tubuh akan

diubah menjadi retinol. Didalam beberapa studi melaporkan bahwa retinoids

mempunyai kemampuan untuk menghambat pembentukan tumor dengan

memperbaiki keratinisasi dan menghambat efek karsinogen.

Vitamin E di dalam tubuh mempunyai efek sebagai antioksidan. Studi 0leh wald

dkk. (1984) tentang vitamin E, plasma retinol dan β-caroten menunjukkan bahwa

level vitamin E yang rendah mempunyai hubungan yang kuat dengan timbulnya

kanker payudara.level β-caroten yang rendah juga menunjukkan adanya

kecenderungan timbulnya kanker payudara, tetapi efeknya kurang jelas dan kurang

konsisten.

Defesiensi zat besi akan menyebakan anemia. Plummer-Vinson syndrome adalah

suatu penyakit yang berhubungan erat dengan anemia. Syndrome ini merupakan

faktor pencetus berkembangnya tumor mulut, yaitu neoplasma sel squamous.

e. Radiasi

Sinar ultraviolet adalah suatu bahan yangdiketahui bersifat karsiogenik.Sinar ini

menyebabkan terjadinya karsinoma sel basal pada kulit dan bibir. Radiasi dengan

Page 27: 76025698-makalah

27

panjang gelombang 2900-3200 Ao adalah lebih bersifat karsinogenik dibandingkan

dengan yang mempunyai panjang gelombang 3200-3400 Ao

Efek dari radiasi dijumpai meningkat pada orang-orang yang memegang

radiograf selama proses ronsen foto berlangsung. Berdasarkan penelitian belsky,dkk.

(1972) dan takeichi,dkk. (1976,1983) terhadap efek radiasi dihiroshima dan Nagasaki

jepang, melaporkan bahwa terjadi peningkatan insidensi tumor kelenjar ludah pada

orang-orang yang masih bertahan hidup pada periode antara 1957-1970 setelah

terkena radiasi bom atom. Insiden terjadinya tumor 2,6 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan yang tidak terkena radiasi.

f. Genetik

Seperti diketahui bahwa setiap orang memungkinkan berkontak dengan

karsinogen di lingkungan setiap harinya, tetapi kenyataan bahwa setiap orang

menderita tumor, kemungkinan ada faktor internal yang mempengaruhi terjadinya

tumor. Satu diantara faktor internal tersebut adalah kerentanan genetic. Contoh

adanya faktor genetic syndrome kanker endokrin multiple, yaitu penyakit herediter

yang menyebakan kanker kelenjar tiroid dan adrenal. Begitu juga kanker

adenocarsinoma pada payudara mempunyai tendensi bersifat keturunan.

Gen-gen pencetus tumor dapat menimbulkan kanker dalam bebebrapa cara,yaitu :

1. Memengaruhi metabolism prekarsinogen menjadi bentuk karsinogen yang aktif

yang dapat merusak genome cell secara langsung.

2. Memengaruhi kemampuan organism untuk memperbaiki kerusakan DNA.

3. Mengubah sistem pertahanan kekebalan tubuh sehingga tidak dapat mengenali

dan menyingkirkan tumor.

4. Memengaruhi fungsi sel dalam mengatur pertumbuhan atau proliferasi sel normal

g. Sistem Kekebalan Tubuh

Dilaporkan bahwa ada peningkatan insisdensi kanker pada pasien yang

mendapat penekanan system kekebalan tubuh, seperti pada penderita transplantasi,

AIDS, defisiensi kekebalan genetic. Konsep ini juga didukung oleh Melief dkk (1975)

yang melaporkan bahwa insidensi tumor pada pasien yang mendapat tekanan system

kekebalan tubuh sebesar 10%. Gangguan system kekebalan selain disebabkan

kerusakan genetic juga dapat disebabkan oleh penuaan, obat – obatan,infeksi virus.

Page 28: 76025698-makalah

28

C. PATOGENESIS TUMOR JARINGAN REGIO MAKSILOFASIAL

Jaringan-jaringan labil seperti kulit dan sumsum tulang mempunyai kemampuan

bermitosis untuk menghasilkan berjuta-juta sel baru setiap harinya.Sedangkan

jaringan lainnya seperti otot jantung dan saraf mempunyai kemampuan bermitosis

untuk beregenerasi untuk memperbaiki kerusakan. Kemampuan berproliferasi ini

diatur oleh rangkaian DNA gen pada setiap sel jaringan. Pada masing-masing sel di

samping mempunyai gen yang mengatur proliferasi sel seperti Ki-67 gene, juga

mempunyai gen yang mengatur proloferasi sel suatu waktu yang disebut repressor gen

seperti p53, krev-1/rap1 A atau Gas-1. Gen ini berfungsi sebagai kontrol. Pada

keadaan tertentu apabila repressor gen tersebut terganggu atau mengalami kerusakan,

maka sel akan berproliferasi tidak terkontrol.

Pada jaringan permanen seperti otot dan saraf represor gen terikat dengan kuat,

sehingga sangat sulit dipisahkan paa waktu sel berdiferensiasi. Sifat ini sudah

ditentukan sejak masa embrio. Pada sumsum tulang serta sel-sel labil lainnya,

represor gen sangat mudah dipengaruhi oleh stimuli dari lingkungan seperti hormon,

bahan kimia, virus radiasi ionisasi, dan panas.

Sel pada jaringan normal yang terkena stimulasi akan tumbuh dalam keadaan

terkontrol yang disebut hiperplasia. Apabila stimuli disingkirkan, maka sel akan

kembali keadaan normal. Pada kasus neoplasia kontrol proliferasi sel terganggu dan

sel tumbuh tidak terkontrol. Apabila pertumbuhannya terlokalisir dan ekspansif maka

terjadi neoplasia jinak, tetapi apabila pertumbuhan sel infiltratif ke dalam jaringan

sekitarnya, maka yang terjadi adalah neoplasia ganas.

.

D. PENATALAKSANAAN KASUS

Rujukan pada kasus:

Pada kasus ini diperlukan rujukan, karena apabila kita adalah seorang dokter gigi

umum, dan dalam perawatan nya dibutuhkan tindakan pembedahan mulut maka kita

harus merujuk kepada dokter gigi spesialis bedah mulut yang lebih berkompeten

menangani kasus ini.

Surat rujukan sebaiknya berisi:

- Nama, alamat, dan nomor telepon pengirim surat rujukan.

- Nama, alamat, nomor telepon, usia dan jenis kelamin pasien.

- Tanggal rujukan

Page 29: 76025698-makalah

29

- Alasan rujukan, termasuk riwayat penyakit, tanda, gejala, dan diagnosis kerja.

- Alasan mengapa harus di rujuk.

- Riwayat medis, gigi, dan social.

- Hasil pemeriksaan penunjang (termasuk radiografis)

- Rujukan tersebut meminta pendapat saja atau apakah meminta pendapat dan

perawatan selanjutnya.

Persiapan sebelum operasi

1. Sterilisasi alat8

Metode dasar yang digunakan utnuk sterilisasi instrument adalah : dry heat, weat heat

(autoclave), larutan kimia, dan sterilisasi dengan ethylene oxide.8

Sterilisasi instrument dicapai dalam penampan baja atau instrument dibungkus dengan

kain, yang mana diletakkan baik secara lagsung diautoclave atau pada wadah metal

special, yang mempunyai lubang-lubang sehingga uapnya dapat melewati lubang

tersebut saat sterilisasi. Setelah sterilisasi , lubang dari wadah ditutup, sehingga akan

tetap steril sampai alat tersebut digunakan. Alat yang dibungkus juga dapat disterilkan

dengan ethylene oxide. Metode ini sering digunakan untuk alat plastic atau metal

yang tidak tahan panas. Bungkusan yang terdapat set lengkap dari alat yang

dibutuhkan untuk prosedur operasi dianggap sangat praktis. Bungkusan instrumen

yang sudah disterilisasi ini dapat ditutup dan disimpan dalam jangka waktu yang

lama. Bungkusan yang sudah terbuka dan yang mana satu atau lebih alat dipindahkan

harus disterilisasi setidaknya sekali dalam seminggu.8

Semua instrument dan bahan yang akan digunakan untuk prosedur operasi diatur

dengan rapi diatas penampan alat dental atau penampan operasi, setelah kain steril

diletakkan untuk menutupi permukaannya.8

2. Persiapan pasien8

- Setelah pasien didudukkan pada kursi dental, asisten harus mendesinfeksi area

yang akan dioperasi. Kulit disekeliling mulut yang pertama kali disedinfeksi

dengan gauze yang diresapi dengan larutan antiseptic, dan kemudan mukosa dari

kavitas oral didesinfeksi. Pasien kemudian dilapisi dengan kain steril. Dibutuhkan

3 kain steril, kira-kira 80x80 cmn. Kain steril yang pertama diletakkan pada

bagian atas dari kursi (punggung dan sandaran kepala), dimana pasien bersandar.

Kain yang kedua dilipat membentuk segitiga dan diletakkan pada bagian atas dari

kain pertama, dimana pasien akan menyandarkan kepalanya. Dasar dari bentuk

Page 30: 76025698-makalah

30

segitiga harus menghadap kebawah, dimana tengkuk leher pasien, pada saat

kepala pasien bersanadar pada kursi. Bagian sudut samping dari kain segitiga

melindungi kepala dan diperkencang dengan bantuan dari jepitan handuk pada

dasar dari hidung. Sudut ketiga diangkat kedepan, diatas rambut, dan juga

dikencangkan pada dasar hidung dengan penjepit handuk yang sama. Kain yang

ketiga diletakkan diatas dada pasien, sampai di leher, dan dikencangkan pada sisi

dari kain segitiga dengan penjepit handuk, membiarkan area hidung, mulut, dan

batas inferior dari mandibula terbuka.

3. Persiapan operator

- Persiapan operator adalah penting dalam semua prosedur operasi dan termasuk

desinfeksi tangan dan pakaian yang tepat. Sebelum prosedur ini, dokter gigi harus

menggunakan penutup sepatu, topi untuk menutup rambut dan masker operasi.

- Prosedur desinfeksi mulai dengan membersihkan tangan dengan sabun. Scrubbing

harus dibatasi sampai daerah terkontaminasi. Untuk desinfeksi larutan alcohol

atau sabun desinfektan disarankan. Tergantung dari bahan pembersih, waktu total

yang anjurkan adalah 3-5menit. Tangan pertama, lengan dan siku, kemudian

tangan dan pergelangan tangan dan yang terakhir hanya tangan yang didesinfeksi.

Hal tersebut harus diperhatikan agar tidak ada daerah yang tidak steril diatas siku

yang disentuh selama prosedur.

- Setelah prosedur ini, dokter gigi menggunakan jubah steril, yang diikat oleh

asisten, dan kemudian mengenakan sarung tangan. Sarung tangan pertama

dipegang dengan tangan kanan dan diletakkan pada tangan kiri, ketika sarung

tangan kedua makan yang dipegang adalah permukaan luar dari sarung tangan dan

kemudian masukkan tangan kanan.

E. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN PADA PERAWATAN

F. PERAWATAN

G. OBAT-OBATAN YANG DIBERIKAN PASCA OPERASI

H. KOMPLIKASI PASCA PERAWATAN

I. INSTRUKI PASCA PERAWATAN

J. DAMPAK APABILA TIDAK DITANGANI

Page 31: 76025698-makalah

31

BAB IV

PENUTUP

Tumor adalah suatu perubahan atau transformasi kendali sel, sehingga sel melepaskan

diri dari mekanisme pengaturan pertumbuhan normal. Dasar perubahan adalah mutasi dalam

genom sel. Transformasi disebabkan oleh gagalnya kemampuan memperbaiki kerusakan

DNA (DNA repair) dan apoptosis, sehingga sel terus mengalami pertumbuhan (immortal).

Etiologi suatu tumor belum diketahui dengan jelas. Faktor genetik melalui beragam gen

terkait tumor berperan penting pada tumorigenesis. Pembagian tumor atau neoplasma adalah

Neoplasma Jinak (Benigna) dan Neoplasma ganas (Maligna)

Tanda – tanda klinis dari tumor jinak : Pertumbuhan lambat, Berbatas tegas, Tidak ada

perlekatan ke kulit/dasar tumor kapsul padat, Tdk bermetastase, Ukuran stabil tdk

mempengaruhi KU penderita, Bila Th/ operatif tdk residif. Sedangkan tanda – tanda klinis

dari tumor ganas adalah Bentuk tdk teratur, Kapsul tdk jelas/tdk ada, Batas tdk tegas,

Hipervaskularisasi/neovaskularisasi, Rapuh, mudah berdarah, Ada bagian yg nekrosis atau

menunjukkan ulserasi.

Pada kasus di skenario dapat ditentukan diagnosisnya adalah ???????????????

Page 32: 76025698-makalah

32

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Syafriadi M. Patologi mulut tumor neoplastik dan non neoplastik rongga mulut. Andi:

Yogyakarta. 2008. p.31-83

2. Balaji, SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier; 2008. p.

32-3, 39-40, 372-6,

3. Frasgiskos FD. Oral Surgery. 6th ed. Springer: Verlag Berlin Heidelberg. 2007. p. 31-

3.

4. Wibisono, Gunawan. Peran Prostaglandin pada Perkembangan Tumor. Jakarta: PDGI;

2002. Hal

5. Linda, Devya. Chusnul Chotimah. Ameloblastoma Yang Didiagnosis Awal Sebagai

Kista Odontogenik. Jakarta: Indonesian Journal of Oral and Maxillofacial Surgeons.

2004.

6. Linda, Devya. H. M. Loekman. Osteoma Pada Rahang Bawah. Jakarta : Jurnal Ilmiah

dan Teknologi Kedokteran Gigi Universitas Moestopo ; 2007.