759-1864-1-PB

download 759-1864-1-PB

of 11

Transcript of 759-1864-1-PB

  • 7/22/2019 759-1864-1-PB

    1/11

    ARTIKELDEFISIENSI VITAMIN A DAN ZINC SEBAGAIFAKTORRISIKO TERJADINYA STUNTING PADA BALITA DINUSA TENGGARA BARAT

    Taufiqurrahman*, Hamam Hadi**, Madarina Julia***, Susilowati Herman***AbstractChildren of 1 - 5 years old often face nutrition problems such as undernourishment, vitamin A and zincdeficiency, anemia, stunting and low mental development index (MDI). Vitamin A deficiency can causegrowth disorder and declining zinc transport and mobilization in the heart meanwhile zinc is needed inretinol binding protein synthesis. If the deficiency lasts for long it can cause growth disorder as manifested

    in stunting incidence. To study vitamin A and zinc deficiency as risk factors for the incidence of stuntingamong underfives at Nusa Tenggara Barat. Th e study was analytic observational with cross sectionaldesign. Subject of the study were 32 7 underfives of 6 - 59 months at the Province of Nusa Tenggara Barat.Nutrition status was assessed through measurement of anthopometry, retinol serum level using HPLC, zincserum level using AAS and hemoglobin using hemoCue. Data of individual characteristics and rearingpattern were obtained through interview and nutrient intake were measured using recall 2 x 24 hours. Dataanalysis used bivariate technique for variable related to stunting, chi square test for category data,independent t-test for ratio and logistic regression test to measure risk of some variables simultaneouslyrelated to incidence of stunting. The result of bivariate analysis showed that was difference in age betweenstunted and normal underfives (p

  • 7/22/2019 759-1864-1-PB

    2/11

    kejadian kurang gizi kronis (stunting) (7). Studidi Surabaya tahun 2008, me nem ukan bahwa diantara balita yang kadar retinol tidak normal,ditemukan status gizi (TB/U) pendek sebesar33,3% dan sangat pendek 26,7%"".Prevalensi stunting pada anak balita diIndonesia menunjukkan gambaran yang statis daritahun 1990 s/d 2001 yaitu 44,5% (IndonesiaBagian Timur, 1990), 41,4% (Survey Vitamin A,1992), 45,9% (Survey Kesehatan Ibu dan Anak,1995), 45,6% (Survei NSS, 1999 f:9), lebih tinggidibandingkan dengan Philipina yangmenunjukkan prevalensi stunting 34% (1977-1988) dan pada tahun 2000 meningkat menjadi39,1%^. Survey nasional tahun 2006 ditemukanstunting sebesar 36,2%^. Sementara itu laporantahunan Provin si Nusa Tenggara Barat (NTB),dilaporkan bahwa prevalensi stunting yaitu42,43% (2005) dan 31,76% (2006)r//j.Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untukmempelajari tentang defisiensi vitamin A dan zincsebagai faktor risiko terjadinya stunting padabalita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiapakah defisiensi vitamin A dan zinc sebagaifaktor risiko kejadian stunting di Provinsi NTB.Metode PenelitianPenelitian ini merupakan bagian daripenelitian survey "Studi Masalah Gizi Mikro diIndonesia, Perhatian Khusus pada KurangVitamin A, Anemia dan Zinc" yang dilakukanoleh Puslitbang Gizi Bogor di 10 Provinsi seIndonesia termasuk Provinsi NTB pada bulanMaret s/d Desember 2006 dan Maret 2007.Kemudian sesuai dengan Surat ijin PuslitbangGizi Bogor tentang penggunaan data untukpenulisan tesis ini, maka data dengan kajiankhusus untuk wilayah NTB digunakan dalampenelitian observasional analitik ini untukmenelaah defisiensi vitamin A dan zinc sebagaifaktor risiko terjadinya stunting pada balita.Rancangan penelitian yang digunakandalam penelitian ini sama yaitu cross-sectional.Subyek penelitiannya adalah anak balita (6-59bulan) di Provinsi NTB. Namun dari 360 balitayang diperiksa darahnya pada penelitian surveytersebut, setelah diedit dan dicleaning, maka besarsampel yang digunakan dalam analisis penelitianini hanya 327 balita.Variabel penelitian ini meliputi variabeldependent : status stunting (indeks tinggi badanterhadap umur atau panjang badan terhadapumur), dan variabel independent: kadar serumretinol (ug/dL) dan kadar serum zinc (umol/L)dan variabel bebas lain yang turutdipertimbangkan dalam analisisnya adalah umur

    anak, status anemia, status menyusu dan asupanza t gizi (vitamin A, zinc dan besi).Pengumpulan data identitas balita dankarakteristik responden (orang tua), pola asuhbalita meliputi umur penyapihan, pengasuh danwaktu pemberian MP-ASI, dan status menyusudikumpulkan melalui wawancara menggunakankuesioner terstruktur. Pengukuran antropometrimenggunakan timbangan digital (merk SECA)dengan ketelitian 0,1 kg dan alat pengukurtinggi/panjang badan (microtoise/ lengthboard)dengan ketelitian 0,1 cm. Pengumpulan datastatus vitamin A, zinc dan hemoglobin secara

    biokimia, dengan cara diambil darah venasebanyak 2 cc menggunakan jarum kupu-kupudan spuit 2 ml. Darah yang telah diambil dibagidua, yaitu 0,2 cc untuk pemeriksaan hemoglobindengan hemoCue dan 0,8 cc digunakan untukpenentuan kadar serum retinol menggunakan HighPerformance Liquid Cromathografi (HPLC) dankadar zinc menggunakan Atomic AbsorbtionSpectrophometry (AAS). Pengukuran keduanyadilakukan di Puslitbang Gizi Bogor. Adapun dataasupan makanan vitamin A, zinc dan besidikumpulkan dengan menggun akan metoderecall 2 x 24 jam. Prosedur dalam penelitiansurvey tersebut, juga sama digunakan dalampenelitian ini terhadap beberapa variabel yangtelah dikumpulkan. Kemudian diolah dandicleaning sesuai dengan tujuan penelitian ini.

    Data dianalisis pada interval kepercayaan95%. Analisis bivariat dengan uji chi-square testdan Independent t-test. Untuk melihatconfounding factor dan efek modifikasi variabelumur anak, status menyusu dan status anemiaterhadap hubungan defisiensi vitamin A dan zincdengan kejadian stunting dilakukan analisisstratifikasi dengan uji chi-square mantel haenszel, sedangkan untuk menganalisis secara bersamabeberapa faktor risiko kejadian stuntingdigunakan uj i regresi logistik ganda.Hasil1. Karakteristik Subjek PenelitianPada awal pengolahan data penelitiandimulai, jum lah subyek adalah 360 anak, tetapiselama cleaning data terdapat subyek yang tidaklengkap datanya terhadap beberapa variabel yangdibutuhkan dalam penelitian sebanyak 33 anaksehingga pada akhir pengolahan data penelitian,jumlah subyek yang dianalisis adalah 327 anakyang terdiri dari 147 kelompok stunting dan 180kelompok normal. Karakteristik subyek darikedua kelompok tersebut dapat dilihat pada TabelWalaupun hampir semua balita (89,6%)sudah mendapatkan kapsul vitamin 3-4 bulan

    Media Penelit. dan Pengembang. Kesehat. Volume XIX Tahun 2009, Suplemen II S85

  • 7/22/2019 759-1864-1-PB

    3/11

    sebelum penelitian ini, tetapi masih ditemukansubyek penelitian dengan status gizi berdasarkanindeks PB/U (panjang badan terhadap umur) atauTB/U (tinggi badan terhadap umur), sebesar44,95% stunting dan 55,05% normal. Berdasarkanindeks BB/TB (berat badan terhadap tinggi badan)atau BB/PB (berat badan terhadap panjangbadan), menunjukkan bahwa di antara balita yangstunting hampir semua (95,24%) status gizinormal, sedangkan berdasarkan indeks BB/U,menunjukkan bahwa di antara balita yang stuntingditemukan gizi kurang (KEP) sebesar 52,38%,serta balita yang gizi buru k sebesar 29,93%.Dari 8 variabel yang dianalisis pada Tabel1, dapat dilihat bahwa 6 variabel pada

    karakteristik subyek, tidak menunjukkanhubungan yang bermakna (p>0,05), sedangkan 2variabel yaitu umur anak dan status menyusumenunjukkan hubungan yang bermakna (p 6 bulan 4-6 bulanTotal5 Pengasuh Ibu kandung Bukan IbukandungTotal6 Status Anemia Anemia Normal

    Total

    Stuntingn7176

    14736,7311,62

    1222514739108

    1474

    143147

    5097

    147

    %48,3051,70

    100,00

    82,9917,01100,0026,5373,47

    100,002,7297,28

    100,0034,0165,99

    100,00

    Normaln9189

    18033,2314,17

    12258

    18048132

    18011169

    18066114

    180

    % *50,56 0,77*49,44

    100,000,015**

    67,78 0,003*32,22100,0026,67 1,00*73,33

    100,006,11 0,24*93,89

    100,0036,67 0,70*63,33

    100,00Umur penyapihan (bulan) 21,25 (5,93) 20,80(7,71) 0,60**

    8 Pendidikan Ibu < 9 tahun > 9 tahunTotal

    8364147

    56,4643,54100,00

    83 46,1197 53,89180 100,00

    0,08*

    Keterangan:** Uji t-test

    S86 Media Penelit. da n Pengembang. Kesehat. VolumeXIXTahun 2009, Suplemenll

  • 7/22/2019 759-1864-1-PB

    4/11

    Tabel 2. Kecenderungan K ejadian Stunting menurut Kelompok UmurStunting Normal Jumlahn u

    1.2,3.4.5.6.

    ivaicguii u m u i< 12 bulan12 -< 18 bulan18 -< 24 bulan24 - < 30 bulan30 - < 36 bulan> 36 bulanTotal

    N1616

    193075147

    %6,6723,0843,2454,2958,8246,0144,95

    n 142021162188

    180

    %93,3376,9256,7645,7141,1853,9955,05

    n1526373551163

    327

    %100,00100,00100,00100,00100,00100,00100,00

    Tabel 3. Perbedaan Rata-Rata Kadar Serum Retinol dan Zincantara K elompok Stunting dan Normal

    No Variabel1 Kadar serum retinol(ug/dL)2 Kadar serum zinc(umol/L)

    StatusStunting(MeanSD)27,65 7,020,74 0,1 6

    Gizi Normal(MeanSD)26,52 6,500,73 0,13

    Mean Difference(IK 95%)1,13 (-0,36 ;2,62)0,00 (-0,02 ;0,04)

    P*0,130,55

    Keterangan : * Uji t-testTabel 4. Perbedaan Rata-rata Kadar Serum Retinol (ug/dL) antara Kelompok Stunting dan NormalBerdasarkan Kelompok Umur dan Status MenyusuU mur(bulan)24-59

    6-23

    Keterangan

    StatusMenyusutidak diberikan ASIlagimasih diberikanASItidak diberikan ASIlagimasih diberikanASI: * Uji t-test

    StatusStunting(MeanSD)27,447,16

    30,225,2626,195,9228,367,48

    GiziNormal(MeanSD)27,065,9729,188,4026,757,6724,456,70

    Mean Difference(IK 95%)

    0,381,04

    -0,553,91

    (1,34;2,09)(-5,65; 7,73)(-8,09; 6,98)(-0,09; 7,92)

    P*0,670,750,880,06

    2. Hubungan antara Kadar Serum Retinol danZinc dengan Kejadian StuntingUntuk mengetahui ada tidak hubunganantara masing-masing variabel kadar serumretinol dengan kejadian stunting digunakan uji t-test. Pada Tabel 3 ditunjukkan nilai mean danhasil uji hubungan masing-masing variabel.Dari variabel yang dianalisis pada Tabel 3,dapat dilihat bahwa untuk variabel kadar serumretinol diperoleh mean difference (IK 95%) yangkecil antara kedua kelompok yaitu 1,13 (-0,36;2,62) dengan nilai p=0,13 berarti pada a. =0,05, tidak terlihat ada perbedaan yang signifikanrata-rata kadar serum retinol antara balita yang

    stunting dan yang normal. Demikian juga padavariabel kadar serum zinc, diperoleh meandifference (IK 95%) yang kecil antara keduakelompok yaitu 0,00 (-0,02;0,04) dengan nilaip=0,55 berarti pada a = 0,05, m enunjuk kan tidakada perbedaan kadar serum zinc antara kelompokstunting dan normal.Apabila di lihat berdasarkan stratifikasiumur dan status menyusu, maka perbedaan kadarserum retinol antara kelompok stunting dannormal dapat di lihat pada Tabel 4.Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kadarserum retinol pada semua kelompok umur danstatus menyusu, baik yang berstatus gizi stunting

    Media Penelit. dan Pengembang. Kesehat. Volume XIX Tahun 2009, Suplemenll S87

  • 7/22/2019 759-1864-1-PB

    5/11

    maupun normal memiliki rata-rata kadar serumretinal di atas norm al (>20ug/dL).Hasil analisis statistik m enu nju kk an bahwapada umur 24-59 bulan balita dengan statusmenyusu masih diberikan ASI diperoleh nilaimean difference (IK95%) kadar serum retinollebih besar dibandingkan balita yang masihdiberikan ASI, yaitu masing-masing 1,04(-5,65;7,73) pada balita yang masih diberikan ASIdan -0,38 (1,34;2,09) pada balita yang tidakdiberikan ASI lagi.Hasil analisis statistik pada umur 6-23bulan juga menunjukkan bahwa balita dengan

    status menyusu masih diberikan ASI diperolehnilai mean difference (IK95%) kadar serumretinol lebih besar dibandingkan balita yangmasih diberikan ASI, yaitu masing-masing 3,91(-0,09;7,92) pada balita yang masih diberikan ASIdan -0,55(-8,09;6,98) pada balita yang tidakdiberikan ASI lagi.Untuk mengetahui beberapa confoundingfactor dan efek modifikasi yang mempengaruhihubungan defisiensi vitamin A dan defisiensi zincdengan kejadian stunting dapat di lihat pada Tabel5 dan 6.

    Tabel 5. Analisis Confounding Factor dan Efek ModifikasiHubungan Defisiensi Vitamin A dan Kejadian StuntingHasil Analisis Umur Status Menyusu Status Anem ia

    Crude OR(IK95%) 1,06(0,58;1,92) 1,06(0,58; 1,92) 1,06(0,58;1,92)MH OR(IK95%) 1,19(0,64;2,20) 1,12(0,61;2,07)OR(IK95%) Strata 1 1,52(0,73;3,17)' 1,48(0,72;3,04)3 1,39(0,63;3,05)5OR(IK95%) Strata 2 0,62(0,18;2,12)2 0,47(0,12;1,83)4 0,78(0,26;2,24)

    Keterangan : OR umu r 24-59 bulan2 OR um ur 6-23 bulan3 OR tidak diberikan ASI4 OR masih diberikan ASI OR anemia6 OR normal

    Tabel 6. Analisis Confounding Factor dan Efek ModifikasiHubungan DefisiensiZinc dengan Kejadian StuntingHasil Analisis Umur Status Menyusu Status Anemia

    Crude OR(IK95%) 0,78(0,50;1,21) 0,78(0,50;1,21) 0,78(0,50;1,21)MH OR(DC95%) 0,76(0,49; 1,19) 0,77(0,49; 1,20) 0,78(0,50;1,21)OR(IK95%) Strata 1 0,74(0,44; 1,23)3 1,20(0,57;2,51)5OR(IK95%) Strata 2 1,15(0,43;3,09)2 0,88(0,34;2,28y 0,61(0,35;1,07)

    Keterangan : OR umur 24-59 bulan2 OR umur 6-23 bula n OR tidak diberikan ASI4 OR masih diberikan ASI OR anemia6 OR normal

    S88 Media Penelit. da n Pengembang. Kesehat. VolumeXIXTa hun 2009, Suplemenll

  • 7/22/2019 759-1864-1-PB

    6/11

    Tabel 7. Analisis Multivariat Regresi Logistik Berganda Faktor Risiko denganKejadian Stunting di Provinsi NTB Tahun 2008Variabel p*

    Kadar serumretinal 0,17 Defisiensi NormalKadar serum zinc Defisiensi NormalUmur anak 24-59bulan 0,61 06 - 23 bulanStatus menyusu Tidak diberi ASI 0,03 Masih diberi ASI

    Model 1OR *

    (IK 95%) P0,98 (0,94 ;1,01)

    0,57

    0,99 (0,97; 0,571,02)

    2,07 (1,06; 0,034,03)

    Model IIOR

    (IK 95%)-

    0,64 (0,14;2,91)0,99 (0,97 ;1,02)

    2,06 (1,06 ;4,02)

    P*0,18

    0,64

    0,60

    0,03

    Model IIIOR

    (IK 95%)0,98 (0,95 ;1,01)

    0,70 (0,15 ;3,18)0,99 (0,97 ;1,02)

    2,06 (1,06 ;4,02)Keterangan : * Uji regresi logistik bergan da

    Pada Tabel 5 terlihat bahwa variabel umur,status menyusu dan status anemia bukanmerupakan confounding factor hubungandefisiensi vitamin A dengan kejadian stunting,karena dari nilai OR Mantel Haenszel hampirsama dengan nilai Crude Odds Ratio atauperbedaan selisih keduanya OR strata 2. Artinyabalita yang berumur 24-59 bulan dan atau tidakdiberikan ASI lagi memiliki risiko 1,5 kali lebihbesar mengalami stunting dibandingkan balitayang berumur 6-23 bulan dan atau masihdiberikan A SI pada b alita di Provinsi NTB .Pada Tabel 6 terlihat bahwa variabel umur,status menyusu dan status anemia bukanmerupakan confounding factor hubungandefisiensi zinc dengan kejadian stunting, karenadari nilai OR Mantel Haenszel hampir samadengan nilai Crude Odds Ratio atau perbedaanselisih keduanya

  • 7/22/2019 759-1864-1-PB

    7/11

    zat besi dan zinc) terhadap kejadian stunting(p>0,05), berarti pada a = 0,05 tidak terlihat adaperbedaan yang signifikan rata-rata asupan zatgizi (vitamin A, zat besi dan zinc) antara balitayang stunting dengan yang normal.Apabila dikelompokkan berdasarkan umurdan status menyusu, maka perbedaan asupanvitamin A dan zinc, antara kelompok stunting dannormal dapat di lihat pada Tabel 9 dan 10. PadaTabel 9 menunjukkan bahwa di antara balita umur6-23 bulan atau 24-59 bulan, apabila tidakdiberikan ASI lagi, maka asupan vitamin A lebihkecil (defisit) pada kelompok stuntingdibandingkan normal, yaitu masing-masing48,7544,68 % AKG dan 66,91 71,65 % AKG.Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa asupanzinc pada semua kelompok umur dan statusmenyusu, baik yang berstatus gizi stunting

    maupun normal memiliki asupan zinc defisit(

  • 7/22/2019 759-1864-1-PB

    8/11

    Tabel 10. Perbedaan Rata-rata Asupan Zinc(% AKG) antaraKelompok Stunting da n Normal berdasarkan Kelompok Umur da n Status MenyusuUmur(bulan)24-59

    6-23

    Keterangan

    Statusmenyusutidak diberikanASI lagimasih diberikanASItidak diberikanASI lagimasih diberikanASI

    : * Uji t-test

    Status GiziStunting(MeanSD)33,5316,08

    33,4619,3424,399,9625,9211,67

    Normal(MeanSD)39,2919,3729,5415,5449,2925,9120,2516,46

    Mean Difference(IK 95%)

    -5,76 (-10,41;-!,11)3,91(-11,99;19,83)-24,89 (-47,21;-2,58)5,67 (-3,27;14,61)

    P*0,010,610,030,21

    Pembahasan1. Karakteristik Subjek PenelitianDefisiensi vitamin A dan zinc sebagaifaktor risiko terjadinya kejadian stunting dalampenelitian ini juga dipengaruhi oleh beberapavariabel yang berpotensi sebagai confoundingfactor hasil penelitian. Variabel iru adalahkarakteristik yang ada pada subyek yaitu dataumur anak, status anemia, pola asuh (umurpenyapihan, pengasuh, waktu pemberian makananpendamping-ASI), dan status menyusu.Uji statistik (Tabel 1) yang dilakukan

    terhadap variable-variabel tersebut, ternyata 6variabel menunjukkan tidak ada perbedaan yangbermakna secara statistik antara kelompokstunting dan normal, sedangkan 2 variabel yaituumur anak dan status menyusu menunjukkan adaperbedaan yang bermakna secara statistik antarakelompok stunting dan normal. Berdasarkan hasiltersebut maka dapat disimpulkan bahwa 2variabel karakteristik subyek yaitu umur anak danstatus menyusu tetap harus dipertimbangkandalam setiap analisis, sedangkan variabel lainyang diidentifikasi berpotensi mengganggu hasilpenelitian ini telah dieliminasi.Kecenderungan stunting yang meningkat,seiring dengan pertambahan umur anak (Tabel 2),diduga sebagai komulatif kejadian yang terjadisejak lama, karena stunting bersifat menetap.Disamping stunting yang terjadi pada usia sejakkurang dari 2 tahun, juga terjadi pada usia lebihdari 2 tahun, sehingga persentase kejadianstunting menjadi lebih besar. Beberapa penelitianmenyebutkan bahwa 96% stunting yang terjadipada usia 2 tahun, disebabkan oleh stunting yangterjadi pada usia anak-anak^.Variabel umur penyapihan, tidak berbedaantara kelompok stunting dan normal (p>0,60)dalam penelitian ini. Hal ini berbeda denganpenelitian pada balita yang tingal di pedesaan

    Mexico, mengatakan bahwa umur penyapihanlebih dari 6 bulan meningkatkan risiko stunting2,22 kali lebih besar dibandingkan denganpenyapihan sebelum umur 6 bulan .2. Hubungan Kadar Serum Retinal da n Zincdengan Kejadian Stunting

    Data penelitian menunjukkan mayoritassubjek penelitian memiliki status vitamin Anormal, bahkan cenderung melebihi batas normal,jika mengacu dari nilai normal rata-rata kadarserum retinol subyek penelitian diatas marginallevel (>20 u.g/dL/H I5). Hal yang sama jugaditemukan pada data serum zinc dengan nilai>0.7umol/L dan perbedaan antara kelompokstunting dengan normal maupun antara kelompokumur 24-59 bulan dengan umur 6-23 bulan relatifkecil. Penyebab utama kondisi serum vitamin Adan zinc yang cenderung tinggi pada penelitian inisulit untuk dideteksi, sehingga secara fisiologismekanisme mikronutrien terhadap tingginya kadarretinol dan zinc pada kelompok stunting tidakdapat dijawab dalam penelitian ini.Jika di lihat pada data serum vitamin A,kemungkinan berhubungan faktor asupan bahanmakanan yang mengandung vitamin A, seharisebelum pengambilan sampel darah dengan kadarretinol, karena pengambilan data recall konsumsidilakukan bersamaan setelah pengambilan sampeldarah. Hal itu dapat di lihat dari tingkat asupanvitamin A lebih dari 50%AKG, baik darikelompok stunting (69,65 8,99%AKG), maupundari kelompok normal (84,65 123,48%AKG)(Tabel 8). Walaupun kedua kelompok rata-ratasudah mendapatkan kapsul vitamin A, makaadanya tambahan asupan makanan yangmengandung vitamin A pada kelompok stuntingdan normal diduga berh ubungan dengan stabilnyakadar retinol pada kedua kelompok tersebut.

    Media Penelit. dan Pengembang. Kesehat. Volume XIX Tahun 2009, Suplemenll S91

  • 7/22/2019 759-1864-1-PB

    9/11

    Fakta ini dapat diterima karena 95,42%subyek penelitian pada saat pengumpulan databerstatus gizi normal berdasarkan indeks BB/TBsebagai indikator status gizi saat ini. Status gizisubyek yang normal pada saat pengukuran kadarretinol merupakan refleksi status biokimiasubyek, sedangkan stunting adalah gambaranstatus gizi masa lalu. Artinya risiko stunting yangterjadi pada saat pengumpulan data kemungkinandapat dibuktikan apabila dilihat status biokimiasubyek pada masa lalu, sehingga disain penelitiancross-sectional pada penelitian ini tidak dapatmenjawab tujuan penelitian ini. Studi cross-sectional memiliki rancangan dimana statuspaparan dan status penyakit diukur pada satu saatyang sama^. Dengan demikian walaupun padapenelitian ini,paparan dan penyakit diukur padasatu saat yang sama, tetapi paparan yang terjaditerhadap risiko stunting sudah terjadi sejak lama.Penyebab lain adalah jarak pengambilandarah yang relatif pendek 3-4 bulan dari bulanpembagian kapsul vitamin A. Hal ini didugasebagai penyebab masih tingginya kadar serumretinol balita yang dibuktikan dengan persentasesubyek penelitian yang men erima tablet vitam in Aperiode Februari, 3-4 bulan sebelum studisebesar 89,0%. Beberapa ahli menyebutkanbahwa pemberian kapsul vitamin A dosis tinggidapat memenuhi kebutuhan vitamin A sampai 3bulan ke depan^. Akibatnya ketersediaancadangan retinol di hati pada studi ini relatifcukup dan tambahan asupan vitamin A setengahdari kebutuhan saja, maka akan dapatmeningkatkan status vitamin A.Apabila di lihat perbedaan rata-rata kadarserum retinol, setelah dikelompokkan berdasarkanumur dan status menyusu, menunjukkan bahwabalita pada umur 6-23bulan dan masih diberikanASI memiliki mean difference (IK95%) 3,91(-0,09;7,92) lebih besar dibandingkan balita padaumur yang sama tetapi tidak diberikan ASIdengan mean difference (IK95%) -0,55(-8,09;6,98) (label 4). Hal yang sama juga terjadipada kelompok umur 24-59 bulan, dimana meandifference (IK95%) lebih besar pada balita yangdiberikan ASI dibandingkan yang tidak diberikanASI. Walaupun perbedaan tidak signifikan, tetapidapat kita lihat bahwa faktor ASI memilikikontribusi yang besar dalam memenuhi kebutuhanvitamin A subyek, terutama pada kelompokstunting.3. Beberapa Confounding Factor dan EfekModifikasi yang mempengaruhi DefisiensiVitamin A dan Zinc dengan Kejadian

    Stunting

    Setelah dilakukan analisis confoundingfactor dan efek modifikasi melalui tahapanstratifikasi, ternyata hubungan antara statusvitamin A dan kejadian stunting lemah (p=0,58)karena tidak terpengaruh oleh faktor luar darivariabel yang diduga mempengaruhi hubungankeduanya. Faktor umur, status menyusu danstatus anemia setelah dilakukan stratifikasimenurut kelompok berisiko dan tidak berisiko,ternyata tidak menunjukkan pengaruhnya sebagaifaktor penggangu karena OR Mantel Haenszellebih kecil atau hampir sama dengan Crude ORnya. Variabel yang diduga menjadi variabelpengganggu ternyata hanya berupa efekmodifikasi saja. Hasil analisis (label 5),menunjukkan bahwa pada stratifikasi variabelumur OR1 > OR2 (1,52> 0,62), dan stratifikasivariabel status menyusu OR1 > OR2 (1,48>0,47).Artinya variabel umur dan status menyusumerupakan efek modifikasi saja, yaitumemperkuat atau memperlemah hubungan keduavariabel yang diteliti yaitu defisiensi vitamin Adengan kejadian stunting. Hasil ini sama denganpenelitian yang dilakukan di Purworejo yangmenyebutkan bahwa faktor umur dan statusmenyusu sebagai efek modifikasi'7^.Sama halnya dengan hubungan defisiensivitamin A dan kejadian stunting, maka hubungandefisiensi zinc dengan kejadian stunting jugadilakukan stratifikasi untuk menganalisis apakahfaktor umur, status menyusu dan status anemiamerupakan confounding factor.Hasil analisis (label 6) menunjukkanbahwa pada stratifikasi variabel umur, statusmenyusu dan status anemia tidak kuat mengganguhubungan defisiensi zinc dengan kejadianstunting, karena nilai OR Mantel Haenszel

  • 7/22/2019 759-1864-1-PB

    10/11

    bertambah baik pada tahun ke -2 dan ke -3 padaanak yang mendapat AST lebih lama daripadaanak-anak yang disapih pada tahun ke -2, atausebaliknya semakin dini balita tidak lagimendapat ASI, pertambahan panjang badan lebihrendah dibandingkan dengan yang mendapat ASI,akibatnya peluang terjadinya stunting menjadilebih besar^. Beberapa penelitian lain yang jugamendukung menyebutkan bahwa balita stunting,yang berumur 18 bulan atau kurang, dan menyusupada awal studi, setelah di follow up 18 bulanmemiliki risiko 31% (RR 0,69., IK95% 0,63;0,84)lebih kecil terjadinya stunting dibandingkan balitayang tidak menyusu'20'', dan efek positif m enyususampai lebih dari 6 bulan terhadap pertumbuhanlinier'2^. Namun berbeda dengan beberapapenelitian yang menyebutkan bahwa peluangstunting lebih besar (77%) pada bayi yang disapihlebih dari 6 bulan (22). Perbedaan yang terjadipada studi di atas disebabkan karena mereka yangstunting tersebut tidak mendapat imunisasilengkap pada tahun pertama dan tinggal/hidupdalam kemiskinan. Demikian juga studi diMexico yang mengatakan bahwa di antara subyekyang tinggal di perkotaan, menyusu lebih lama (>6 bulan) meningkatkan risiko stunting 1,71 kalilebih besar dibandingkan dengan yang menyusu

  • 7/22/2019 759-1864-1-PB

    11/11

    dan Vitamin A terhadap KemampuanAdaptasi Gelap. In PERSAGI eds. PresidingTemu Ilmiah Konggres XIII Persagi 2005:Jakarta. Pp 244-2537. Bhutta, Z.A., Ahmed, T., Black, R.E.,Cousens, S., Dewey, K., Giugliani, E., Haider,B.A., Kirkwood, B., Marris, S.S.., Sachdev,H.P.S., and Shekar, M. (2008) Mathernal andChild Undernutrition 3, What works?Interventions for Maternal and ChildUndernutrition and Survival;www.thelancet.com; [Accessed January 17,2008]8. Adhi, K.T. (2008). Perbedaan PertumbuhanLinier (TB/U), Kadar Seng dan Kadar C-reactive Protein (CRP) pada Balita denganKadar Serum Retinol Normal dan TidakNorm al. Tesis. Universitas Air lang gaSurabaya9. Depkes (2006). Gizi dalam Angka sampaiTahun 2005. Jakarta10. Guno, M.J.V. (2004). Status Gizi Ibu danAnak di Filipina. In Hardinsyah dan Puruhita,A. eds. Presiding Inovasi Pangan dan Giziuntuk Optimalisasi Tumbuh K embang Anak,Mei 10-11, 2004, Jakarta-Indonesia,American Soybean Association, pp.65-77

    11. Dinkes Prop NTB (2007a) Laporan TahunanDinas Kesehatan Propinsi NTB tahun 2006:Mataram.12. Adair, L.S and Guilkey, D.K (1997) Gage-Specific Determinants of Stunting in FilipinoChildren. The Jurnal Of Nutrition, pp 314-320 [Accessed 20 February 2009]13. Reyes, H., Cuevas, R.P., Sandoval, A.,Castillo, R., Santos., J.I., Doubova, S.V. andGutierrez, G. (2004) The Family as aDeterminant of Stunting in Children Living inConditions of Extreme Poverty: A Case-Control Study. BMC PublicHealth.http:/www.biomedcentral.com/1471-2458/4/57/prepub14. Gibson (2005). Principles of NutritionAssesment. New York. O xford University15. West, K.P., Gernand, A.D. and Sommer, A(2007) Vitamin A in Nutritional Anemia. InKraemer, K and Zimmermann, M.BNutritional Anemia (Internet). Basel,Switzerland. Sight and Life Press.www.sightandlife.org [Accessed 6 Juni 2008]

    16. Murti, B (1997) Prinsip dan Metode RisetEpidemiologi. Gadjah mada University Press:Jogjakarta.17. Muhilal dan Sulaeman, A (2004) AngkaKecukupan Vitamin Larut Lemak. InSoekirman, et al . eds. Presidin g KetahananPangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah danGlobalisasi. WNPG. 17-19 Mei 2004. Jakarta,LIPI. pp 331-342.

    18. Hadi, H., Stoltzfus, R.J., Dibley, M.J.,Moulton, L.H., West, KP., Kjolhede, J.C.Land Sadjimin, T (2000). Vitamin ASupplementation Selectively, Improves theLinear Growth of Indonesia PreschoolChildren. Am. J. Clin. Nutr. 71: pp 507-513.[Accessed 23 Maret 2009]19. Simondon, K.B., Simondon, F., Costes, R.,

    Delaunay, V. and Diallo, A. (2001) Breast-feeding is Associated With Improved Growthin Length, but not Weight, in RuralSenegalese Toddlers. Am J Clin Nutr. pp73:959-6720. Sedgh, G., Herrera, M.G., Nestel, P., Amin,A. and Fawzi, W.W (2000) Dietary VitaminA Intake and Nondietary Factors AreAssociated with Reversal Of Stunting inChildren. The Journal of Nutrition, pp 2520-2526 [Accessed 26 Nopember 2008]

    21 . Alvarado, B.E., Zunzunegui, M.V., Delisle, H.,and Osorno, J (2005) Growth TrajectoriesAre Influenced by Breast-Feeding and InfantHealth in an Afro-Colombian Cummunity.The Journal Of Nutrition, pp 2171-2178[Accessed 23 Desember 2008]22. Padmadas, S.S., Hutter, I. and Willekens, F.(2002) Weaning Initiation Patterns andSubsequent Linier Growth ProgressionAmong Children Aged 2-4 Years In India.International Journal of Epidemiology; 31; pp.855-863

    S94 Media Penelit. dan Pengembang. Kesehat. VolumeXIXTahun 2009, Suplemenll