7. Payung Hukum PNPM Dan Turunan Perdes
-
Upload
agustoni-pujiato -
Category
Documents
-
view
17 -
download
4
Transcript of 7. Payung Hukum PNPM Dan Turunan Perdes
Bab Uraian Pasal Ayat Tentang
XI
UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pertama Umum 200 1 Pemda bentuk Pemerintahan Desa (Pemerintah dan BPD)
2 Bentuk, hapus & gabung atas usulan3 Desa dapat diusulkan jadi kelurahan
201 1 Perubahan desa ke kelurahan ditanggung pemda2 Desa berubah Kelurahan kekayaannya jadi milik Pemda
Kedua Pemerintahan Desa 202 1 Kepala Desa & Perangkat Desa disebut Pemerintah Desa2 Perangkat Desa adalah Sekdes dan Perangkat lainnya3 Sekdes adalah PNS
203 1 Kades dipilih yg diatur Perda2 Calon terpilih3 Pemilihan kades masyarakat adat ditentukan sendiri
204 Masa jabatan kades 6 tahun & dapat dipilih sekali lagi205 1,2,3 Kades ditetapkan bupati, ucap janji dan materinya206
207 Urusan pembantuan dr provinsi dan kab disertai dukungan208 Tugas & tanggung jawab kades diatur perda
Ketiga Badan Permusyawatan Desa 209 Fungsi BPD a/ tetapkan perdes & nampung & salurkan aspirasi 210 1 anggota BPD a/ perwakilan berdasar pada musyawarah
2 Pimpinan BPD dipilih anggota BPD3 Masa jabatan 6 tahun dan dapat dipilih sekali lagi4 Syarat dan tata cara pemilihan diatur Perda
Keempat Lembaga Lain 211 1 dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan dg perdes2 LK membantu pemdes & mitra pemberdayaan masyarakat
Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Urusan desa yakni asal usul, limpahan kewenangan dr pemda, Pembantuan, urusan lainnya
Bab Uraian Pasal Ayat Tentang
XI
Kelima Keuangan Desa 212 1 a/ hak & kewajiban yg dapat dinilai dg uang2 hak & kewajiban timbulkan pendapatan dan belanja desa3
4 belanja danai pemerintahan dan pemberdayaan desa5 pengelolaan keuangan oleh kades dalam APBDes o/ perdes6 Pedoman diatur Perbup
213 1 Desa dirikan BUMDes2 BUMDes berpedoman pada perundang-undagan3 BUMDes dapat meminjam
Keenam Kerja Sama Desa 214 1 Desa Dapat adakan kerjasama desa diatur keputusan bersama2 KAD & ke pihak ke3 berdasar pada kewenangannya3 Kerjasama desa dg pihak ke3 sesuai perundang2an4 Untuk pelaksanaannya di bentuk Badan Kerja Sama
215 1
2 dl kerangka kepentingan masyarakat, kewenangan dll216 1 Pengaturan lebih lanjut mengenai desa dl perda dan PP
2 Perda wajib akui & hormati hak, asal usul dan adat istiadat
sumber pendapatan PADes, bagi hasil, perimbangan, bantuan pemerintah dan hibah/sumbangan lainnya
Pemb. Kawasan perdesaan oleh pemda dan pihak 3 ikutkan pemerintahan desa
Keterangan
UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Desa
diatur perda
Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. (UUD 45, Pasal 5 Ayat 2)
Bab Uraian Pasal Ayat Tentang
PP No 72 Tahun 2005 Tentang DesaI Ketentuan Umum 1 1 - 16 Pengertian dan definisi II Pembentukan & Perubahan Status Desa
Pertama Pembentukan 2 1 - 5 Pembentukan, hapus, pemekaran, gabung dan syarat2nya3 1 - 2 Pembentukan dusun yg disesuaikan kondisi4 1 - 2 Ketentuan lebih lanjut diatur perda dan permendagri
Kedua Perubahan Status 5 1 - 5 Desa dapat berubah jadi kelurahan dan syarat2nya6 1 - 2 Kekayaan desa menjadi milik pemda dan dibiayai APBD
III Kewenangan Desa 7
8
9 1 Penyerahan kewenangan sesuai Perda dan Permendagri2 Penyerahan urusan tersebut dg pembiayaannya
10 1 - 3 Tugas pembantuan, dan desa bisa menolaknyaIV Penyelenggara Pemerintahan Desa
Kesatu Umum 11 Pemerintahan Desa terdiri dari pemerintah desa dan BPDKedua Pemerintahan Desa 12 1 Pemerintah Desa terdiri dari Kepdes dan Perangkat Desa
Paragraf 1, Pemerintah Desa 2 Perangkat Desa terdiri dari sekdes dan perangkat lainnya3 Perangkat lain itu sekretariat, pelaksana teknis, kewilayahan4 Jumlah disesuaikan dg kebutuhan dan kondisi sosbud desa5 Susunan organisasi & tata kerja ditetapkan perdes
Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Urusan pemerintahan yg jadi kewenangan desa mencakup: ada dasar hak asal usul desa, kewenangan kab/kota yang diserahkan pengaturannya ke desa, tugas pembantuan dari Pemerintah PemProv dan PemKab, urusan lainnya yg oleh peraturan perundang¬undangan diserahkan ke desa.
Urusan pemerintahan yg diserahkan ke desa dlm rangka peningkatan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat
Bab Uraian Pasal Ayat Tentang
13 1 Pedoman penyusunan organisasi & tatakerja diatur Perda2 Perda memuat tatacara, perangkat, tugas/fungsi & hub kerja
Paragraf 2, Tugas, Wewenang 14 1 Selenggarakan pemerintahan, pembangunan & kemasyarakatanKewajiban & Hak Kades 2 Kewenangan-kewenagan kades
15 1 Kewajiban-kewajiban kades2
3Laporan penyelenggaraan pemerintah ke Bupati dibuat 1 kali setahun
4Laporan penyelenggaraan pemerintah ke BPD dibuat 1 kali setahun
5
6 Laporan Pemerintah Desa dijadikan evaluasi oleh Bupati7 Laporan akhir jabatan kades ke Bupati dan BPD
16 Larangan - larangan sebagai Kepala Desa17 1
2 Alasan pemberhentian sebagai Kepala Desa3-7 Mekanisme pemberhentian Kepala desa yg diatur Perda
18 1-2
19
20 1-2 Jika tidak terbukti maka kepala desa diaktifkan kembali21
Sekretaris desa sebagai pelaksana tugas sampai ada putusan pengadilan22
kades buat lap penyelenggaraan pemerintahan ke bupati, keterangan pertanggungjawaban ke BPD, informasi laporan ke masyarakat
Laporan Penyelenggaran pemerintahan disebarkan ke masyarakat melalui media yang ada
Kepala Desa Berhenti karena (Meninggal dunia, mengundurkan diri dan diberhentikan)
Kepala desa diberhentikan karena urusan di diancam dan hukum lebih dari 5 tahun
Kepala Desa diberhentikan sementara atas usul BPD karena tersangka korupsi dll
Pemberhentian kades setelah terbukti bersalah dan Bupati menunjuk Pejabat untuk mempersiapkan pilkades 6 bulan berikut
Bab Uraian Pasal Ayat Tentang
23 1-3 Proses penyelidikan seizin bupatiParagraf 3 Perangkat Desa 24 1-2
25 1-2 Sekretaris Desa disi PNS dan diangkat oleh Sekretaris Daerah26 1-5 Bahas pengangkatan dan perekrutan aparat desa27 1-3
dan Perangkat Desa 28 1-2 Kedudukan keuangan kepala desa harus diatur PerdaKetiga Badan Permusyawaratan Desa 29 BPD berkedudukan sbg unsur penyelenggara pemerintahan desa
30 1 BPD adalah perwakilan wilayah 2
3 Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun & dapat dipilih lagi
31
II PP No 72 Tahun 20051 UU No 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional2 UU No 17 Tahun 2007 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 -20253 PerPres No 7 Tahun 2005 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004 -20094 PP No 39 Tahun 2006 Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan5 PP No 40 Tahun 2007 Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional6 Inpres No 09 Tahun 2000 Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional
III Sistem Keuangan Negara1 UU No 17 Tahun 2003 Keuangan Negara2 UU No 01 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara3 UU No 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah4 PP No 57 Tahun 2005 Hibah kepada Daerah 5 PP No 02 Tahun 2006
Aparat desa bertugas membantu dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa
Paragraf 4 Kedudukan Keuangan Kepala Desa
Pemerintah Desa mendapat penghasilan tetap sesuai kondisi keuangan dan APBDes
BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya
Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan atau Penerimaan Hibah Serta Penerusan Pinjaman dan atau Hibah Luar Negeri
Bab Uraian Pasal Ayat Tentang
6 KepPres No 80 Tahun 2003 Pedoman Pelaksanaan Barang atau Jasa Pemerintah7 PerMenPPN No 05 Thn 2006
8 PerMenKeu No 52 Thn 2006 Tata Cara Pemberian Hibah Kepada Daerah9 PerMendagri No 13 Thn 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan Usulan Serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman atau Hibah Luar Negeri
Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. (UUD 45, Pasal 5 Ayat 2)
Keterangan
PP No 72 Tahun 2005 Tentang Desa
Perda wajib akui adat
No 30 Tahun 2006
Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Keterangan
PP No 72 Tahun 2005
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Sistem Keuangan Negara
Regulasi PNPM MandiriPenanggulangan Kemiskinan
No Uraian TentangSedia
SoftI Sistem Pemerintahan
1 UU No 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah √2 PP No 72 Tahun 2005 Desa √3 PerPres No 54 Tahun 2005 Tim Penanggulangan Kemiskinan √
II Sistem Perencanaan1 UU No 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional √2 UU No 17 Tahun 2007 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 -2025 √3 PerPres No 7 Tahun 2005 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004 -2009 √4 PP No 39 Tahun 2006 Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan √5 PP No 40 Tahun 2007 Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional √6 Inpres No 09 Tahun 2000 Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional √
III Sistem Keuangan Negara1 UU No 17 Tahun 2003 Keuangan Negara √2 UU No 01 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara √3 UU No 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah √4 PP No 57 Tahun 2005 Hibah kepada Daerah √5 PP No 02 Tahun 2006
√
6 KepPres No 80 Tahun 2003 Pedoman Pelaksanaan Barang atau Jasa Pemerintah √7 PerMenPPN No 05 Thn 2006
√
8 PerMenKeu No 52 Thn 2006 Tata Cara Pemberian Hibah Kepada Daerah √9 PerMendagri No 13 Thn 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah √
Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan atau Penerimaan Hibah Serta Penerusan Pinjaman dan atau Hibah Luar Negeri
Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan Usulan Serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman atau Hibah Luar Negeri
SediaKeterangan
HardSistem Pemerintahan
Sistem Perencanaan
Sistem Keuangan Negara
No 005/MPPN/06/2006
No 52/PMK.010/2006√
Regulasi PNPM MandiriPenanggulangan Kemiskinan
No Uraian TentangSedia
Bab PasalSoft Hard
I Kerja Sama Desa1 UU No 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah √
√XI
2 PP No 72 Tahun 2005 Desa √ √ VIII 82, 833 Permendagri No 38 Tahun 2007 Kerja Sama Desa √ √4 Permendagri No 30 Tahun 2006
√ √
II Lembaga Kemasyarakatan1 UUD 1945 Undang Undang Dasar √ XI 28
2 UUD 1945 Amandemen Kedua UUD 45 √ XA 28 C3 UU No 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah √ √ XI 2114 PP No 72 Tahun 2005 Desa √
√IX
5 Permendagri No 05 Tahun 2007 Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan √ √6 Permensos No 83-HUK Tahun 2005 Pedoman Dasar Karang Taruna √7 KepMendagri No 53 Tahun 2000 √
III Pelembagaan Perencanaan Pembangunan Partisipatif1 UU No 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional √2 UU No 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah √ √3 UU No 11 Tahun 2005
√
4 UU No 10 Tahun 2004 Pembentukan Peraturan Perundang Undangan√
5 UU No 12 Tahun 2011 Pembentukan Peraturan Perundang Undangan√
6 PP No 72 Tahun 2005 Desa√ √
VI
7 PP No 08 Tahun 2008√
214, 215, 216
Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten atau Kota kepada Desa
89, 90, 91, 92, 93, 94
Gerakan Permberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
Pengesehan International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights
63, 64, 65, 66
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004 -2009
8 Permendagri No 66 Tahun 2007 Perencanaan Pembangunan Desa √ √9 Permendagri No 67 Tahun 2007
Pendataan Program Pembangunan Desa Kelurahan√
10 Permendagri No 29 Tahun 2006√ √
11 Permendagri No 30 Tahun 2006√ √
12 Permendagri No 35 Tahun 2007√
13 Permendagri No 37 Tahun 2007 Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa √14 Permendagri No 07 Tahun 2007 Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa √ √15 Permendagri No 12 Tahun 2007
√ √
16 Permendagri No 04 Tahun 2007 Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa √ √IV Pengelolaan Kekayaan Desa
1 UU No 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah √√
XI 212
2 PP No 72 Tahun 2005 Desa √√
VII 68, 69, 106
3 Permendagri No 04 Tahun 2007 Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa √ √V Pengelolaan Pasar Desa
1 UU No 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah √√
XI 212, 213
2 UU No 33 Tahun 2004 √
3 PP No 72 Tahun 2005 Desa √√
VII 68, 69, 106
4 PP No 38 Tahun 2007 √
5 Kepmendagri No 130 Tahun 2003 √
6 Permendagri No 04 Tahun 2007 Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa √ √7 Permendagri No 42 Tahun 2007 Pengelolaan Pasar Desa √
VI Badan Usaha Milik Desa
Pedoman Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa
Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten atau Kota Kepada Desa
Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa
Pedoman Penyusunan Dan Pendayagunaan Data Profil Desa Dan Kelurahan
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten
Organisasi dan Tatakerja Departemen Dalam Negeri
1 UU No 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah √√
XI 213
2 UU No 33 Tahun 2004 √
3 PP No 72 Tahun 2005 Desa √√
VII
4 Permendagri No 39 Tahun 2010 Badan Usaha Milik Desa √VII Sistem Keuangan Negara
1 UU No 17 Tahun 2003 Keuangan Negara √2 UU No 01 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara √3 UU No 33 Tahun 2004
√4 PP No 57 Tahun 2005 Hibah kepada Daerah √5 PP No 02 Tahun 2006
√
6 KepPres No 80 Tahun 2003Pedoman Pelaksanaan Barang atau Jasa Pemerintah
√
7 PerMenPPN No 05 Thn 2006√
8 PerMenKeu No 52 Thn 2006 Tata Cara Pemberian Hibah Kepada Daerah √9 PerMendagri No 13 Thn 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah √ √
10 Permendagri No 39 Tahun 2012√ √
VIII Penyerahan Kewenangan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Desa1 UU No 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah √
√XI
2 PP No 72 Tahun 2005 Desa √ √ III 7, 8, 9, 103 PP No 79 Tahun 2005 √
4 Permendagri No 30 Tahun 2006 √√
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
78, 79, 80, 81
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan atau Penerimaan Hibah Serta Penerusan Pinjaman dan atau Hibah Luar Negeri
Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan Usulan Serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman atau Hibah Luar Negeri
Perubahan Permendagri No 32 Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial
206, 207, 208
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten atau Kota kepada Desa
Keterangan
Kerja Sama Desa
Desa Bagian keenam Kerja Sama DesaKerja Sama Desa
Lembaga Kemasyarakatan
Hak Asasi ManusiaDesa Bagian keempat Lembaga LainLembaga Kemasyarakatan
Pelembagaan Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan Desa
Warga Negara, Kemerdekaan berkumpul dan berserikat
Pengelolaan Kekayaan DesaDesa Bagian kelima Keuangan Desa
Pengelolaan Pasar Desa
Badan Usaha Milik Desa
Keuangan Desa bagian kedua sumber pendapatan
Desa Bagian kelima Keuangan Desa dan BUMDes
Keuangan Desa bagian kedua sumber pendapatan
Sistem Keuangan Negara
No 005/MPPN/06/2006
No 52/PMK.010/2006
Permendagri No 32 Tahun 2011
Penyerahan Kewenangan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada DesaDesa Bagian kedua Pemerintah Desa
Kewenangan Desa
Desa Bagian kelima Keuangan Desa dan BUMDes
Keuangan Desa Bagian kelima Badan Usaha Milik Desa
Regulasi Desa Tentang Kerjasama Desa
No UraianSedia Bab Pasal
Soft Hard Uraian1 √ √ XI Desa 214 1
2
3
4
215 1
2
216 1
2
2√ √
VIII Kerja Sama Desa 82 1
2
3
83 1
UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Bagian ke enam Kerjasama Desa
PP No 72 Tahun 2005 Tentang Desa
2
84
85 1
2
8687
3 √ √ I Ketentuan Umum 1II Ruang Lingkup 2
9III Maksud & Tujuan 10
IV Pembiayaan 12V 14
VI 18
VII Tata Cara Kerjasama 22
VIII 24
IX Tenggang Waktu 27
X 29
PerMendagri No 38 Tahun 2007 Tentang Kerja Sama Desa
Tugas & Tanggung JawabBadan Kerjasama Desa
Perubahan dan Pembatalan
Penyelesaian Perselisihan
PasalKeterangan
UraianDesa dapat mengadakan kerja sama untuk kepentingan desa yang diatur dengan keputusan bersama dan dilaporkan kepada Bupati/Walikota melalui camat.
Kerja sama antar desa dan desa dengan pihak ketiga, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan sesuai dengan kewenangannya.
Kerja sama desa dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sesuai dengan peraturan perunndang-undangan.
Untuk pelaksanaan kerja sama, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat,(2), dan ayat (3) dapat dibentuk badan kerja sama.
Pembangunan kawasan perdesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Perda, dengan memperhatikan: a. kepentingan masyarakat desa; b. kewenangan desa; c. kelancaran pelaksanaan investasi; d. kelestarian lingkungan hidup; e. keserasian kepentingan antar kawasan dan kepentingan umum. Pengaturan lebih lanjut mengenai desa ditetapkan da1am Perda dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Perda, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib mengakui dan menghormati hak, asal-usul, dan adat istiadat desa.
Desa dapat mengadakan kerja sama antar desa untuk kepentingan desa masing-masing
Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang membebani masyarakat dan desa hams mendapatkan persetujuan BPD.
Kerja sama antar desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan kewenangannya.
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (2) ayat (3) berlaku juga bagi desa yang melakukan kerja sama dengan pihak ketiga.
Perselisihan antar desa difasilitasi Camat & BupatiPerselisihan desa & pihak III oleh camat & BupatiKetentuan umum
Dapat bekerja sama sesuai kewenangan
Harus persetujuan BPD dan APBDes
Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bidang : a. peningkatan perekonomian masyarakat desa; b. peningkatan pelayanan pendidikan; c. kesehatan; d. sosial budaya; e. ketentraman dan ketertiban; dan/atau f. pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
Untuk pelaksanaan kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 dan Pasal 83 dapat dibentuk Badan Kerjasama.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelaksanaan Kerja sama Antar Desa, dan Kerja sama Desa dengan Pihak Ketiga diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sekurang-kurangnya memuat : a. ruang lingkup; b. tugas dan tanggung jawab; c. pelaksanaan; d. penyelesaian perselisihan; e. tenggang waktu; f. pembiayaan.
Ruang lingkup Kerjasama Desa meliputi: a. Kerja sama Antar Desa (Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan); dan b. Kerja sama Desa dengan pihak ketiga.
PerMendagri No 30 Tahun 2006 Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten atau Kota kepada Desa
Mensejahterakan masyarakat, Mencegah Ketimpangan dan berorientasi pada aspirasi warganya
Prinsip - prinsip kerja sama dan perencanaan pembanguna partisipatif muncul pasal 14-17Boleh bentuk badan (18), Unsur pengurus (19), dibentuk atas keputusan bersama (20) dan mekanisme dan tanggung jawab BKD oleh Perdes dan kades
Rencana kerjasama harus di musyawarahkan dan untuk pihak ke tiga ada perjanjian bersama
Selain melihat pertimbangan kesepakatan bersama dan dipengaruhi beberapa hal seperti force majeur, dasar pengawasan BPD, habis masanya
Selain melihat pertimbangan kesepakatan bersama, camat bisa diminta pertimbangan
Perselisihan bisa difasilitasi oleh Camat, Bupati dan Gubernur tergantung cakupan wilayah kerjasamanya
Regulasi Desa Tentang Lembaga Kemasyarakatan
No UraianSedia Bab Pasal
Soft Hard Uraian1 UUD 45 √ XI Warga Negara 28
2 √ XA Hak Asasi Manusia 28 C 2
3 √ XI Desa 211 1
2
4 √ IX 89 12
90
91
Amandemen Kedua UUD 1945
UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Bagian keempat Lembaga Lain
PP No 72 Tahun 2005 Tentang Desa
Lembaga Kemasyarakatan
Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
92
93
94 1
2
3 √ √ I Ketentuan Umum 1II Pembentukan 2 1
III Tugas & Fungsi 3 2
Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
PerMendagri No 05 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan
IV Jenis 7
V Kepengurusan 19
VI Hubungan Kerja 21
VII Pembinaan 23VIII Pendanaan 28
IX Ketentuan Lain 30X 31Ketentuan
Penutup
PasalKeterangan
Uraian
Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan.
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dengan memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan peraturan desa dengan berpedoman pada peraturan perundang- undangan.
Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa.
Pembentukan lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1) mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa.
Tugas Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 meliputi : a. menyusun rencana pembangunan secara partisipatif; b. melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif; c. menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya masyarakat d. menumbuh kembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
Ketentuan umum
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91, lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi : a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan; b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat; d. penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian, dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif; e. penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya gotongroyong masyarakat; f. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga; dan g. pemberdayaan hak politik masyarakat;
Kegiatan lembaga kemasyarakatan ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui : a. peningkatan pelayanan masyarakat; b. peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan; c. pengembangan kemitraan; d. pemberdayaan masyarakat; dan e. pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.
Pengurus lembaga kemasyarakatan dipilih secara musyawarah dari anggota masyarakat yang mempunyai kemauan, kemampuan, dan kepedulian dalam pemberdayaan masyarakat;
Susunan dart jumlah pengurus lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kebutuhan.
Di desa dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan ditetapkan oleh Perdes yg berpedoman dan ditetaokan oleh Perda. Tertera pada ayat 1 - 4
Permensos No 83-HUK Tahun 2005 - Pedoman Dasar Karang TarunaTugas Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi: a. menyusun rencana pembangunan secara partisipatif; b. melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif; c. menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong, dan swadaya masyarakat; dand. menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
Jenis Lembaga Kemasyarakatan terdiri dari: a. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau Kelurahan (LPMD/LPMK)/ Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Kelurahan (LKMD/LKMK) atau sebutan nama lain; b. Lembaga Adat; c. Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan; d. RT/RW;e. Karang Taruna; dan f. Lembaga Kemasyarakatan lainnya.
KepMendagri No 53 Tahun 2000 - Gerakan Permberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
Prinsip - prinsip kerja sama dan perencanaan pembanguna partisipatif muncul pasal 14-17
Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Desa dengan pemerintahan desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.
Pendanaan Lembaga Kemasyarakatan Desa bersumber dari :a. swadaya masyarakat; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan/atau Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Provinsi; d. bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota; dan e. bantuan lain yang sah dan tidak mengikat.
Regulasi Desa Tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Desa
No UraianSedia Bab Pasal
Soft Hard Uraian1 √ √ XI Desa 206
a
b
c
d
207
208
2√ √
III Kewenangan Desa 7
a
b
c
d
8
9 1
2
10 1
2
3
3 √ √ I Ketentuan Umum 1 1-8
UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
PP No 72 Tahun 2005 Tentang Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
PerMendagri No 30 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Desa
II 2 1
2
III 3 1
2
3
4 1
2
3
5 1
2
3
IV Pelaksanaan Urusan 6 1
2
3
4
PerMendagri No 30 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Desa
Jenis Urusan Pemerintahan
Tata Cara Penyerahan Urusan
PasalKeterangan
UraianUrusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:
urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa;
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:
urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa;
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa;tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau
pemerintah kabupaten/kota;urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-perundangan diserahkan kepada desa.
Tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah, kabupaten/kota kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia.
Tugas dan kewajiban kepala desa dalam memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa diatur lebih lanjut dengan Perda berdasarkan Peraturan Pemerintah.
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa;tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota;
urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-perundangan diserahkan kepada desa.
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b adalah urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.
Ketentuan lebih larijut mengenai pelaksanaan penyerahan urusan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri.
Penyerahan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan pembiayaannya.
Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c wajib disertai dengan dukungan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia.
Penyelenggaraan tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berpedoman pada peraturan perundang¬undangan.
(3) Desa berhak menolak melaksanakan tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak disertai dengan pembiayaan, prasarana dan sarana, serta sumber daya manusia.
Urusan pemerintahan Kabupaten/Kota yang dapat diserahkan pengaturannya kepada Desa antara lain: (31 bidang, lihat lampiran)
Rincian urusan pemerintahan Kabupaten/Kota yang dapat diserahkan kepada Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam lampiran Peraturan ini.
Bupati/Walikota melakukan pengkajian dan evaluasi terhadap jenis urusan yang akan diserahkan kepada Desa dengan mempertimbangkan aspek letak geografis, kemampuan personil, kemampuan keuangan, efisiensi dan efektivitas.
Untuk melakukan pengkajian dan evaluasi terhadap jenis urusan yang akan diserahkan kepada Desa, Bupati/Walikota dapat membentuk Tim Pengkajian dan Evaluasi Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Desa.
Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2), di bawah koordinasi Wakil Bupati/Walikota dengan ketua pelaksana oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota yang anggotanya terdiri dari unsur dinas/badan/kantor terkait sesuai kebutuhan.
Urusan pemerintahan yang diserahkan pengaturannya kepada Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Setelah Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang Penetapan Jenis Urusan Yang Dapat Diserahkan Kepada Desa diundangkan, Pemerintah Desa bersama BPD melakukan evaluasi untuk menetapkan urusan pemerintahan yang dapat dilaksanakan di Desa yang bersangkutan.
Kesiapan pemerintahan desa untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan Kabupaten/ Kota, ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa atas persetujuan Pimpinan BPD.
Bupati/Walikota menetapkan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada masing-masing Desa.
Bupati/Walikota dalam menetapkan peraturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memperhatikan Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3).
Bupati/Walikota menyerahkan secara nyata urusan pemerintahan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Desa, dilaksanakan secara serentak yang disaksikan oleh Camat dan dihadiri oleh seluruh kepala dinas/ badan/kantor.
Pelaksanaan urusan pemerintahan Kabupaten/Kota yang diserahkan kepada desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilaksanakan oleh Pemerintah Desa.
Pemerintah Kabupaten/Kota dapat menambah penyerahan urusan pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Desa atas permintaan Pemerintah Desa.
Apabila pelaksanaan urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota yang telah diserahkan kepada Desa dalam kurun waktu 2 (dua) tahun tidak berjalan secara efektif, pemerintah Kabupaten/Kota dapat menarik sebagian atau seluruh urusan pemerintahan yang telah diserahkan.
Tata cara penambahan atau penarikan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. (10 Oktober 2006)
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang tata cara penambahan atau penarikan urusan pemerintahan sekurang-kurangnya memuat: a. kriteria pelaksanaan urusan pemerintahan; b. mekanisme penambahan urusan pemerintahan; dan c. mekanisme penarikan urusan pemerintahan.
Pelaksanaan urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota yang diserahkan kepada Desa dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota yang diserahkan kepada Desa.
Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didelegasikan kepada Camat.
Regulasi Desa Tentang Pengelolaan Kekayaan Desa
No UraianSedia Bab Pasal
Soft Hard Uraian1 √ XI Desa 212 1
2
3
4
5
6
2 √ VII Keuangan Desa 68 1
69
UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Bagian kelima Keuangan Desa
PP No 72 Tahun 2005 Tentang Desa
Bagian kedua Sumber Pendapatan
106 2
3 √ √ I Ketentuan Umum 1II Jenis Kekayaan Desa 2 1
2
3 1
2
III Pengelolaan 4 1
2
3
5
6
PerMendagri No 04 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri;
PasalKeterangan
UraianKeuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menimbulkan pendapatan, belanja dan pengelolaan keuangan desa.
Sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. pendapatan asli desa; b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota; d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota; e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
Belanja desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
Pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh kepala desa yang dituangkan dalam peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa.
Pedoman pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan berpedoman pada peraturan perudang-undangan.
Sumber pendapatan desa terdiri atas : a. pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah;
Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) huruf a terdiri atas : a. tanah kas desa; b. pasar desa; c. pasar hewan; d. tambatan perahu; e. bangunan desa; f. pelelangan ikan yang dikelola oleh desa; dan g. lain -lain kekayaan milik desa.
Ketentuan umum
Kekayaan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 menjadi milik desa.
Menteri mengatur mengenai Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Desa, Administrasi Desa, Tata Naskah Dinas di lingkungan Pemerintahan Desa, Asosiasi/Paguyuban/Forum Komunikasi Badan Permusyawaratan Desa dan Pemerintah Desa serta tanah kas desa.
Jenis kekayaan Desa terdiri atas: a. tanah Kas Desa; b. pasar Desa; c. pasar Hewan; d. tambatan Perahu; e. bangunan Desa;f. pelelangan Ikan yang dikelola oleh Desa dan; g. lain-lain kekayaan milik Desa.
lain-lain kekayaan milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain : a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa/Daerah; b. barang yang berasal dari perolehan lainnya dan atau lembaga dari pihak ketiga. c. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis; d. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan peraluran perundangan yang berlaku. e. hak Desa dari Dana Perimbangan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; f. hibah dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota; g. hibah dari pihak ke 3 (tiga) yang sah dan tidak mengikat; dan h. hasil kerjasama desa.
kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan dokumen kepemilikan yang sah atas nama desa.
Pengelolaan kekayaan desa dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas dan kepastian nilai.
Pengelolaan kekayaan desa harus berdayaguna dan berhasilguna untuk meningkatkan pendapatan desa.
Pengelolaan kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada lio/at (1) harus mendapatkan persetujuan BPD.
Biaya pengelolaan Kekayaan Desa dibebankan pada Anggaran Pendupatan dan Belanja Desa.
Kekayaan Desa dikelola oleh Pemerintah Desa dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat Desa.
Kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi milik Desa.
Pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali tanah dan bangunan.
Jangka waktu pinjam pakai paling lama 7 (tujuh) hari dan dapat diperpanjang.
Perencanaan kebutuhan kekayaan desa disusun dalam rencana kerja dan Anggaran Pendapatan dan BeJanja Desa setelah memperhatikan ketersediaan barang milik Desa yang ada.
Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diperoleh melalui: a. pembelian; b. sumbangan; c. bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah maupun pihak lain; dan d. bantuan dari pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Jenis Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa : a. sewa; b. pinjam pakai; c. kerjasama pemanfaatan; dan d. bangun serah guna dan bangun guna serah.
Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa sewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a dilakukan atas dasar: a. menguntungkan Desa; b. jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sesuai dengan jenis kekayaan desa dan dapat diperpanjang; dan c. penetapan tarif sewa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD.
sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan surat perjanjian sewa menyewa, yang sekurang-kurangnya memuat: a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;b. obyek perjanijian sewa menyewa; c. jangka waktu; d. hak dan kewajiban para pihak; e. penyelesaian perselisihan; f. keadaan di luar kemampuan para pihak (force majeure); dan g. peninjauan pelaksanaan perjanjian.
Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa pinjam pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b hanya dilakukan oleh Pemerintah Desa dengan Pemerintah Desa.
Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD.
Pinjam pakai dilakukan dengan surat perjanjian pinjam pakai yang sekurang-kurangnya memuat: a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian; b. obyek perjanijian pinjam pakai; c. jangka waktu; d. hak dan kewajiban para pihak; e. penyelesaian perselisihan; f. keadaan di luar kemampuan para pihak (force majeure); dan g. peninjauan pelaksanaan perjanjian.
Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Huruf c dilakukan atas dasar: a. mengoptimalkan daya guna dan hasil guna kekayaan Desa; b. meningkatkan pendapatan desa;
Kerjasama pemanfaatan Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap tanah dan/atau bangunan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
Kerjasama Pemanfaatan Kekayaan Desa dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBDes untuk memenuhi biaya operasional /pemeliharaan/perbaikan Kekayaan Desa; b. penetapan mitra kerjasama pemanfaatan berdasarkan musyawarah mufakat antara Kepala Desa dan BPD; c. ditetapkan oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD; d. tidak dibolehkan menggadaikan/memindahtangankan kepada pihak lain; dan e. jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sesuai dengan jenis kekayaan desa dan dapat diperpanjang;
Kerjasama pemanfaatan Kekayaan Desa dilakukan dengan surat perjanjian kerjasama sekurang-kurangnya memuat: a. Pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian. b. Obyek perjanjian pinjam pakai. c. Jangka waktu. d. Hak dan kewajiban para pihak. e. Penyelesaian perselisihan. f. Keadaan di luar kemampuan para pihak (force majeure); dan. g. Peninjauan pelaksanaan perjanjian
Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa bangun serah guna dan bangun guna serah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d dilakukan atas dasar: a. Pemerintah Desa memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan desa untuk kepentingan pelayanan umum. b. tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan Belanja Desa untuk penyediaan bangunan dan fasilitas.
Tata cara pengelolaan kekayaan desa diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota.
Hasil pemanfaatan kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 merupakan penerimaan/pendapatan Desa.
Penerimaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib seluruhnya disetorkan pada rekening Desa.
Kekayaan Desa yang berupa tanah Desa tidak diperbolehkan dilakukan pelepasan hak kepemilikan kepada pihak lain, kecuali diperlukan untuk kepentingan umum.
Pelepasan hak kepemilikan tanah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah mendapat ganti rugi sesual harga yang menguntungkan desa dengan memperhatikan harga pasar dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
Penggantian ganti rugi berupa uang harus digunakan untuk membeli tanah lain yang lebih baik dan berlokasi di Desa setempat.
Pelepasan hak kepemilikar. timah desa sebagaimjlrta dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan setelah mendapat persetujuan BPD dan mendapat ijin tertulis dari Bupati/Walikota dan Gubernur.
Kepala Desa menyampaikan laporan hasil pengelolaan kekayaan desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat setiap akhir tahun anggaran dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Laporan hasil pengelolaan kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban.
Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan Kekayaan Desa.
Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menetapkan kebijakan teknis pengelolaan dan melindungi Kekayaan Desa.
Bupati/Walikota melakukan pengawasan pengelolaan kekayaan desa melalui audit yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten/Kota.
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. (3 Januari 2007)
Kekayaan Desa sebagai akibat dari penggabungan Desa, maka Kekayaan Desa dari Desa yang digabung diserahkan menjadi milik Desa baru;
Penyerahan Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima yang ditanda tangani oleh masing-masing Kepala Desa dan BPD bersangkutan dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
Pembagian Kekayaan Desa sebagai akibat pemekaran Desa. Dilaksanakan berdasarkan musyawarah antar Desa;
Pembagian Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difasilitasi oleh Camat;
Dalam hal hasil musyawarah yang difasilitasi oleh Camat tidak tercapai, pembagalan Kekayaan Desa ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota;
Keputusan Bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat. (3) harus mempertimbangkan : a. pemerataan dan Keadilan; b. manfaat; c. transparansi; d. sosial budaya masyarakat setempat.
Dengan berlakunya peraturan ini, semua ketentuan yang mengatur mengenai kekayaan desa dan kekentuan-ketentuan lain yang bertentangan dengan peraturan ini dinyatakan tidak berlaku.
Semua ketentuan yang mengatur mengenai kekayaan desa wajib menyesuaikan dengan berpedoman pada Peraturan ini paling lambat 6 (enam) bulan sejak ditetapkan.
Regulasi Desa Tentang Peraturan Desa
No UraianSedia Bab Pasal
Soft Hard Uraian1 √ XI Desa 212 1
2
3
4
5
6
2 √ V Peraturan Desa 55 12
3
4
56
57
58
59 1
60 1
2
UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Bagian kelima Keuangan Desa
PP No 72 Tahun 2005 Tentang Desa
3
61 1
2
3
62
3 √ √ I Ketentuan Umum 1II Asas 2
3
4 1
2
3
5
III 6
7 1
2
Permendagri No 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa
Persiapan dan Pembahasan
3
8
9
10 1
2
3
11
IV 12 1
2
13
14
15 1
2
V 16
VI Penyebarluasan 17
VII 18
19 1
Pengesahan dan Penetapan
Penyampaian Peraturan Desa
Ketentuan Penutup
PasalKeterangan
Uraian
Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa bersama BPD.Peraturan Desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa dimuat dalam Berita Daerah.
Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menimbulkan pendapatan, belanja dan pengelolaan keuangan desa.
Sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. pendapatan asli desa; b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota; d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota; e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
Belanja desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
Pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh kepala desa yang dituangkan dalam peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa.
Pedoman pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan berpedoman pada peraturan perudang-undangan.
Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat.
Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Peraturan Desa dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan.
Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan Peraturan Desa.
Peraturan Desa disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat sebagai bahan pengawasan dan pembinaan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.
Untuk melaksanakan Peraturan Desa, Kepala Desa menetapkan Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala Desa.
Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilarang bertentangan dengan kepentingan umum, dan peraturan perundang¬undangan yang lebih tinggi.
Pemuatan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan oleh Sekretaris Daerah.
Ketentuan umum
Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) disebarluaskan oleh Pemerintah Desa.
Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi.
Hasil evaluasi Bupati/Walikota terhadap Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lama 20 (dua puluh) hari kepada Kepala Desa.
(3) Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melampaui batas waktu dimaksud, Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan Desa.Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman Pembentukan dan mekanisme penyusunan Peraturan Desa diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri.
Dalam membentuk Peraturan Desa harus berdasarkan pada asas pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik meliputi:a. kejelasan tujuan;b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan;d. dapat dilaksanakan;e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;f. kejelasan rumusan; dang. keterbukaan.
Jenis Peraturan Perundang-undangan pada tingkat Desa meliputi :a. Peraturan Desa; danb. Peraturan Kepala Desa.
Materi muatan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pembangunan desa, dan pemberdayaan masyarakat, serta penjabaran lebih lanjut dari ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Materi muatan Peraturan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b adalah penjabaran pelaksanaan Peraturan Desa yang bersifat pengaturan.
Materi muatan Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c adalah penjabaran pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa yang bersifat penetapan.
Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa dan dapat berasal dari usul inisiatif BPD.
Masyarakat berhak memberikan masukan baik secara tertulis maupun lisan terhadap Rancangan Peraturan Desa.
Masukan secara tertulis maupun lisan dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan dalam proses penyusunan Rancangan Peraturan Desa.
Peraturan Desa wajib mencantumkan batas waktu penetapan pelaksanaan.
Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh berlaku surut.
Mekanisme penggunaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota.
Rancangan Peraturan Desa dibahas secara bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD.
Rancangan Pperaturan Desa yang berasal dari Pemerintah Desa, dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama BPD.
Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, pungutan, dan penataan ruang yang telah disetujui bersama dengan BPD, sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi.Hasil evaluasi rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada Kepala Desa paling lama 20 (dua puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Desa tersebut diterima.
(3) Apabila Bupati/Walikota belum memberikan hasil evaluasi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) menjadi Peraturan Desa.
Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat didelegasikan kepada Camat.
Rancangan Peraturan Desa yang telah disetujui bersama oleh Kepala Desa dan BPD disampaikan oleh Pimpinan BPD kepada Kepala Desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa.
Penyampaian Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.
Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 wajib ditetapkan oleh Kepala Desa dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tersebut.
Peraturan Desa sejak ditetapkan, dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, kecuali ditentukan lain di dalam Peraturan Desa tersebut.
Peraturan Desa disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat sebagai bahan pembinaan dan pengawasan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.
Peraturan Desa dan peraturan pelaksanaannya wajib disebarluaskan kepada masyarakat oleh Pemerintah Desa.
Teknik Penyusunan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan dan mekanisme penyusunan Peraturan Desa diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. (10 Oktober 2006)
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat materi:a. asas pembentukan;b. perencanaan penyusunan;c. materi muatan;d. pembahasan dan pengesahan;e. teknik penyusunan;f. penyebarluasan; dang. partisipasi masyarakat.
Pada saat berlakunya Peraturan ini, maka Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 2002 tentang Teknik Pcnyusunan Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Regulasi Desa Tentang Pengelolaan Kekayaan Desa
No UraianSedia Bab Pasal
Soft Hard Uraian1 √ XI Desa 212 1
2
3
4
5
6
2 √ VII Keuangan Desa 68 1
69
106 2
3 √ √ I Ketentuan Umum 1II Jenis Kekayaan Desa 2 1
UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Bagian kelima Keuangan Desa
PP No 72 Tahun 2005 Tentang Desa
Bagian kedua Sumber Pendapatan
PerMendagri No 04 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa
2
3 1
2
III Pengelolaan 4 1
2
3
5
6
7
8 1
2
9
10 1
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri;
13
14 1
2
15 1
2
3
4
5
16
IV Pelaporan 17 1
2
V 18 1
2
3
VI Ketentuan Lain lain 19 1
2
20 1
Pembinaan dan Pengawasan
PasalKeterangan
Uraian
Ketentuan umum
Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menimbulkan pendapatan, belanja dan pengelolaan keuangan desa.
Sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. pendapatan asli desa; b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota; d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota; e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
Belanja desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
Pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh kepala desa yang dituangkan dalam peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa.
Pedoman pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan berpedoman pada peraturan perudang-undangan.
Sumber pendapatan desa terdiri atas : a. pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah;
Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) huruf a terdiri atas : a. tanah kas desa; b. pasar desa; c. pasar hewan; d. tambatan perahu; e. bangunan desa; f. pelelangan ikan yang dikelola oleh desa; dan g. lain -lain kekayaan milik desa.
Menteri mengatur mengenai Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Desa, Administrasi Desa, Tata Naskah Dinas di lingkungan Pemerintahan Desa, Asosiasi/Paguyuban/Forum Komunikasi Badan Permusyawaratan Desa dan Pemerintah Desa serta tanah kas desa.
Jenis kekayaan Desa terdiri atas: a. tanah Kas Desa; b. pasar Desa; c. pasar Hewan; d. tambatan Perahu; e. bangunan Desa;f. pelelangan Ikan yang dikelola oleh Desa dan; g. lain-lain kekayaan milik Desa.
Kekayaan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 menjadi milik desa.
Kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi milik Desa.
lain-lain kekayaan milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain : a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa/Daerah; b. barang yang berasal dari perolehan lainnya dan atau lembaga dari pihak ketiga. c. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis; d. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan peraluran perundangan yang berlaku. e. hak Desa dari Dana Perimbangan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; f. hibah dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota; g. hibah dari pihak ke 3 (tiga) yang sah dan tidak mengikat; dan h. hasil kerjasama desa.
kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan dokumen kepemilikan yang sah atas nama desa.
Pengelolaan kekayaan desa dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas dan kepastian nilai.
Pengelolaan kekayaan desa harus berdayaguna dan berhasilguna untuk meningkatkan pendapatan desa.
Pengelolaan kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada lio/at (1) harus mendapatkan persetujuan BPD.
Biaya pengelolaan Kekayaan Desa dibebankan pada Anggaran Pendupatan dan Belanja Desa.
Kekayaan Desa dikelola oleh Pemerintah Desa dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat Desa.
Perencanaan kebutuhan kekayaan desa disusun dalam rencana kerja dan Anggaran Pendapatan dan BeJanja Desa setelah memperhatikan ketersediaan barang milik Desa yang ada.
Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diperoleh melalui: a. pembelian; b. sumbangan; c. bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah maupun pihak lain; dan d. bantuan dari pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Jenis Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa : a. sewa; b. pinjam pakai; c. kerjasama pemanfaatan; dan d. bangun serah guna dan bangun guna serah.
Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa sewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a dilakukan atas dasar: a. menguntungkan Desa; b. jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sesuai dengan jenis kekayaan desa dan dapat diperpanjang; dan c. penetapan tarif sewa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD.
Pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali tanah dan bangunan.
Jangka waktu pinjam pakai paling lama 7 (tujuh) hari dan dapat diperpanjang.
sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan surat perjanjian sewa menyewa, yang sekurang-kurangnya memuat: a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;b. obyek perjanijian sewa menyewa; c. jangka waktu; d. hak dan kewajiban para pihak; e. penyelesaian perselisihan; f. keadaan di luar kemampuan para pihak (force majeure); dan g. peninjauan pelaksanaan perjanjian.
Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa pinjam pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b hanya dilakukan oleh Pemerintah Desa dengan Pemerintah Desa.
Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD.
Pinjam pakai dilakukan dengan surat perjanjian pinjam pakai yang sekurang-kurangnya memuat: a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian; b. obyek perjanijian pinjam pakai; c. jangka waktu; d. hak dan kewajiban para pihak; e. penyelesaian perselisihan; f. keadaan di luar kemampuan para pihak (force majeure); dan g. peninjauan pelaksanaan perjanjian.
Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Huruf c dilakukan atas dasar: a. mengoptimalkan daya guna dan hasil guna kekayaan Desa; b. meningkatkan pendapatan desa;
Kerjasama pemanfaatan Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap tanah dan/atau bangunan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
Kerjasama Pemanfaatan Kekayaan Desa dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBDes untuk memenuhi biaya operasional /pemeliharaan/perbaikan Kekayaan Desa; b. penetapan mitra kerjasama pemanfaatan berdasarkan musyawarah mufakat antara Kepala Desa dan BPD; c. ditetapkan oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD; d. tidak dibolehkan menggadaikan/memindahtangankan kepada pihak lain; dan e. jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sesuai dengan jenis kekayaan desa dan dapat diperpanjang;
Kerjasama pemanfaatan Kekayaan Desa dilakukan dengan surat perjanjian kerjasama sekurang-kurangnya memuat: a. Pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian. b. Obyek perjanjian pinjam pakai. c. Jangka waktu. d. Hak dan kewajiban para pihak. e. Penyelesaian perselisihan. f. Keadaan di luar kemampuan para pihak (force majeure); dan. g. Peninjauan pelaksanaan perjanjian
Tata cara pengelolaan kekayaan desa diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota.
Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa bangun serah guna dan bangun guna serah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d dilakukan atas dasar: a. Pemerintah Desa memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan desa untuk kepentingan pelayanan umum. b. tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan Belanja Desa untuk penyediaan bangunan dan fasilitas.
Hasil pemanfaatan kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 merupakan penerimaan/pendapatan Desa.
Penerimaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib seluruhnya disetorkan pada rekening Desa.
Kekayaan Desa yang berupa tanah Desa tidak diperbolehkan dilakukan pelepasan hak kepemilikan kepada pihak lain, kecuali diperlukan untuk kepentingan umum.
Pelepasan hak kepemilikan tanah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah mendapat ganti rugi sesual harga yang menguntungkan desa dengan memperhatikan harga pasar dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
Penggantian ganti rugi berupa uang harus digunakan untuk membeli tanah lain yang lebih baik dan berlokasi di Desa setempat.
Pelepasan hak kepemilikar. timah desa sebagaimjlrta dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan setelah mendapat persetujuan BPD dan mendapat ijin tertulis dari Bupati/Walikota dan Gubernur.
Kepala Desa menyampaikan laporan hasil pengelolaan kekayaan desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat setiap akhir tahun anggaran dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Laporan hasil pengelolaan kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban.
Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan Kekayaan Desa.
Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menetapkan kebijakan teknis pengelolaan dan melindungi Kekayaan Desa.
Bupati/Walikota melakukan pengawasan pengelolaan kekayaan desa melalui audit yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten/Kota.
Kekayaan Desa sebagai akibat dari penggabungan Desa, maka Kekayaan Desa dari Desa yang digabung diserahkan menjadi milik Desa baru;
Penyerahan Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima yang ditanda tangani oleh masing-masing Kepala Desa dan BPD bersangkutan dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
Pembagian Kekayaan Desa sebagai akibat pemekaran Desa. Dilaksanakan berdasarkan musyawarah antar Desa;
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. (3 Januari 2007)
Pembagian Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difasilitasi oleh Camat;
Dalam hal hasil musyawarah yang difasilitasi oleh Camat tidak tercapai, pembagalan Kekayaan Desa ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota;
Keputusan Bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat. (3) harus mempertimbangkan : a. pemerataan dan Keadilan; b. manfaat; c. transparansi; d. sosial budaya masyarakat setempat.
Dengan berlakunya peraturan ini, semua ketentuan yang mengatur mengenai kekayaan desa dan kekentuan-ketentuan lain yang bertentangan dengan peraturan ini dinyatakan tidak berlaku.
Semua ketentuan yang mengatur mengenai kekayaan desa wajib menyesuaikan dengan berpedoman pada Peraturan ini paling lambat 6 (enam) bulan sejak ditetapkan.
Regulasi Desa Tentang Perencanaan Pembangunan Partisipatif
No UraianSedia Bab Pasal
Soft Hard Uraian
1 √
2 √ XI Desa 212 1
2
3
4
5
6
3
4 √ VI 63 1
2
3
UU No 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Bagian kelima Keuangan Desa
UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
PP No 72 Tahun 2005 Tentang Desa
Perencanaan Pembangunan Desa
64 1
2
65 1
2
66
3 √ √ I Ketentuan Umum 1
II Jenis Kekayaan Desa 2 1
2
3 1
2
III Pengelolaan 4 1
PP No 72 Tahun 2005 Tentang Desa
PerMendagri No 04 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa
2
3
5
6
7
8 1
2
9
10 1
2
11 1
2
3
4
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri;
2
3
4
5
16
IV Pelaporan 17 1
2
V 18 1
2
3
VI Ketentuan Lain lain 19 1
2
20 1
2
3
4
Pembinaan dan Pengawasan
PasalKeterangan
Uraian
Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menimbulkan pendapatan, belanja dan pengelolaan keuangan desa.
Sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. pendapatan asli desa; b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota; d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota; e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
Belanja desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
Pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh kepala desa yang dituangkan dalam peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa.
Pedoman pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan berpedoman pada peraturan perudang-undangan.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa disusun perencanaan pembangungan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten/Kota.
Perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya.
Dalam menyusun perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa.
Ketentuan umum
Kekayaan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 menjadi milik desa.
Perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2) disusun secara berjangka meliputi; a. Rencana pembangunan jangka menengah desa yang selanjutnya disebut RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. b. Rencana kerja pembangunan desa, selanjutnya disebut RKP¬Desa, merupakan penjabaran dari RPJMD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun
RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan dengan Peraturan Desa dan RKP-Desa ditetapkan dalam Keputusan Kepala Desa berpedoman pada Peraturan Daerah.
Perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 64 ayat (1) didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup: a. penyelenggaraan pemerintahan desa; b. organisasi dan tata laksana pemerintahan desa; c. keuangan desa; d. profil desa; e. informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan desa diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Jenis kekayaan Desa terdiri atas: a. tanah Kas Desa; b. pasar Desa; c. pasar Hewan; d. tambatan Perahu; e. bangunan Desa;f. pelelangan Ikan yang dikelola oleh Desa dan; g. lain-lain kekayaan milik Desa.
lain-lain kekayaan milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain : a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa/Daerah; b. barang yang berasal dari perolehan lainnya dan atau lembaga dari pihak ketiga. c. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis; d. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan peraluran perundangan yang berlaku. e. hak Desa dari Dana Perimbangan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; f. hibah dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota; g. hibah dari pihak ke 3 (tiga) yang sah dan tidak mengikat; dan h. hasil kerjasama desa.
kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan dokumen kepemilikan yang sah atas nama desa.
Pengelolaan kekayaan desa dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas dan kepastian nilai.
Kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi milik Desa.
Pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali tanah dan bangunan.
Jangka waktu pinjam pakai paling lama 7 (tujuh) hari dan dapat diperpanjang.
Pengelolaan kekayaan desa harus berdayaguna dan berhasilguna untuk meningkatkan pendapatan desa.
Pengelolaan kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada lio/at (1) harus mendapatkan persetujuan BPD.
Biaya pengelolaan Kekayaan Desa dibebankan pada Anggaran Pendupatan dan Belanja Desa.
Kekayaan Desa dikelola oleh Pemerintah Desa dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat Desa.
Perencanaan kebutuhan kekayaan desa disusun dalam rencana kerja dan Anggaran Pendapatan dan BeJanja Desa setelah memperhatikan ketersediaan barang milik Desa yang ada.
Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diperoleh melalui: a. pembelian; b. sumbangan; c. bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah maupun pihak lain; dan d. bantuan dari pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Jenis Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa : a. sewa; b. pinjam pakai; c. kerjasama pemanfaatan; dan d. bangun serah guna dan bangun guna serah.
Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa sewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a dilakukan atas dasar: a. menguntungkan Desa; b. jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sesuai dengan jenis kekayaan desa dan dapat diperpanjang; dan c. penetapan tarif sewa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD.
sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan surat perjanjian sewa menyewa, yang sekurang-kurangnya memuat: a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;b. obyek perjanijian sewa menyewa; c. jangka waktu; d. hak dan kewajiban para pihak; e. penyelesaian perselisihan; f. keadaan di luar kemampuan para pihak (force majeure); dan g. peninjauan pelaksanaan perjanjian.
Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa pinjam pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b hanya dilakukan oleh Pemerintah Desa dengan Pemerintah Desa.
Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD.
Pinjam pakai dilakukan dengan surat perjanjian pinjam pakai yang sekurang-kurangnya memuat: a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian; b. obyek perjanijian pinjam pakai; c. jangka waktu; d. hak dan kewajiban para pihak; e. penyelesaian perselisihan; f. keadaan di luar kemampuan para pihak (force majeure); dan g. peninjauan pelaksanaan perjanjian.
Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Huruf c dilakukan atas dasar: a. mengoptimalkan daya guna dan hasil guna kekayaan Desa; b. meningkatkan pendapatan desa;
Kerjasama pemanfaatan Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap tanah dan/atau bangunan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
Kerjasama Pemanfaatan Kekayaan Desa dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBDes untuk memenuhi biaya operasional /pemeliharaan/perbaikan Kekayaan Desa; b. penetapan mitra kerjasama pemanfaatan berdasarkan musyawarah mufakat antara Kepala Desa dan BPD; c. ditetapkan oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD; d. tidak dibolehkan menggadaikan/memindahtangankan kepada pihak lain; dan e. jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sesuai dengan jenis kekayaan desa dan dapat diperpanjang;
Kerjasama pemanfaatan Kekayaan Desa dilakukan dengan surat perjanjian kerjasama sekurang-kurangnya memuat: a. Pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian. b. Obyek perjanjian pinjam pakai. c. Jangka waktu. d. Hak dan kewajiban para pihak. e. Penyelesaian perselisihan. f. Keadaan di luar kemampuan para pihak (force majeure); dan. g. Peninjauan pelaksanaan perjanjian
Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa bangun serah guna dan bangun guna serah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d dilakukan atas dasar: a. Pemerintah Desa memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan desa untuk kepentingan pelayanan umum. b. tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan Belanja Desa untuk penyediaan bangunan dan fasilitas.
Hasil pemanfaatan kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 merupakan penerimaan/pendapatan Desa.
Penerimaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib seluruhnya disetorkan pada rekening Desa.
Kekayaan Desa yang berupa tanah Desa tidak diperbolehkan dilakukan pelepasan hak kepemilikan kepada pihak lain, kecuali diperlukan untuk kepentingan umum.
Tata cara pengelolaan kekayaan desa diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota.
Pelepasan hak kepemilikan tanah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah mendapat ganti rugi sesual harga yang menguntungkan desa dengan memperhatikan harga pasar dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
Penggantian ganti rugi berupa uang harus digunakan untuk membeli tanah lain yang lebih baik dan berlokasi di Desa setempat.
Pelepasan hak kepemilikar. timah desa sebagaimjlrta dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan setelah mendapat persetujuan BPD dan mendapat ijin tertulis dari Bupati/Walikota dan Gubernur.
Kepala Desa menyampaikan laporan hasil pengelolaan kekayaan desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat setiap akhir tahun anggaran dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Laporan hasil pengelolaan kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban.
Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan Kekayaan Desa.
Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menetapkan kebijakan teknis pengelolaan dan melindungi Kekayaan Desa.
Bupati/Walikota melakukan pengawasan pengelolaan kekayaan desa melalui audit yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten/Kota.
Kekayaan Desa sebagai akibat dari penggabungan Desa, maka Kekayaan Desa dari Desa yang digabung diserahkan menjadi milik Desa baru;
Penyerahan Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima yang ditanda tangani oleh masing-masing Kepala Desa dan BPD bersangkutan dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
Pembagian Kekayaan Desa sebagai akibat pemekaran Desa. Dilaksanakan berdasarkan musyawarah antar Desa;
Pembagian Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difasilitasi oleh Camat;
Dalam hal hasil musyawarah yang difasilitasi oleh Camat tidak tercapai, pembagalan Kekayaan Desa ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota;
Keputusan Bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat. (3) harus mempertimbangkan : a. pemerataan dan Keadilan; b. manfaat; c. transparansi; d. sosial budaya masyarakat setempat.
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. (3 Januari 2007)
Dengan berlakunya peraturan ini, semua ketentuan yang mengatur mengenai kekayaan desa dan kekentuan-ketentuan lain yang bertentangan dengan peraturan ini dinyatakan tidak berlaku.
Semua ketentuan yang mengatur mengenai kekayaan desa wajib menyesuaikan dengan berpedoman pada Peraturan ini paling lambat 6 (enam) bulan sejak ditetapkan.