7. Bab IV Analisa Kasus
-
Upload
fera-mulidar -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of 7. Bab IV Analisa Kasus
BAB IVANALISA KASUS
Dari hasil autoanamnesa, pasien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan
demam. Keluhan ini sudah dialami pasien sejak 1 bulan yang lalu. Demam tidak
terlalu tinggi, hilang timbul, biasanya demam reda dengan obat penurun panas.
Demam terkadang disertai dengan menggigil. Demam dirasakan memberat 3 hari
sebelum masuk rumah sakit, kemudian pasien dibawa berobat ke salah satu rumah
sakit swasta di Bireuen. Kemudian dari rumah sakit tersebut pasien di rujuk ke
RSUDZA Banda Aceh.
Pasien juga mengalami batuk yang hilang timbul. Batuk dirasakan secara
terus menerus dan tidak reda dengan pemberian obat batuk. Keluhan ini sudah
pasien alami sejak usia pasien 1 minggu setelah lahir. Batuk disertai dahak
bewarna putih, terkadang berwarna kekuningan. Batuk darah disangkal. Batuk
dirasakan semakin lama semakin memberat. Pasien mempunyai riwayat kontak
dengan penderita demam dan batuk lama, yakni paman pasien.
Pasien juga mengalami keluhan sesak yang sudah dialami pasien 1 bulan
Sebelum Masuk Rumah Sakit. Keluhan ini semakin memberat 3 hari SMRS.
Tidak ada riwayat sesak sebelumnya. Bersin-bersin dipagi hari disangkal.
Pasien juga mengalami keluhan mencret yang sudah dialami 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Frekuensi Buang Air Besar 3-4 kali/hari. BAB yang keluar
berupa air, sedikit ampas, tidak ada lendir, tidak ada darah, volume BAB kira-kira
40 cc/x BAB.
Pasien juga mengalami keluhan muntah yang dialami sejak 3 hari yang lalu,
volume muntah lebih kurang 50 cc/x muntah. Isi muntah yang keluar berupa
makanan yang dimakan pasien.
Pasien juga mengalami keluhan munculnya benjolan di leher kiri pasien.
Keluhan ini sudah pasien alami sejak pasien berusia 6 hari. Awalnya berukuran
kecil, namun lama-kelamaan semakin membesar. Bentuk benjolan bulat dengan
diameter kira-kira 5 cm. Tidak ada keluhan nyeri pada benjolan tersebut.
Pasien mengalami penurunan berat badan yang dialami dalam 3 bulan ini.
Berat badan pasien tertinggi lebih kurang 7 kg saat usia pasien < 1 tahun,
sedangkan usia pasien saat ini adalah 2 tahun 5 bulan dengan berat badan 6,9 kg.
51
Pasien juga mengalami masalah dalam nafsu makan sehari-hari. Biasanya pasien
hanya mau makan nasi putih saja dengan jumlah yg sedikit. Tidak ada masalah
dalam hal minum. Tidak ada keluhan dalam hal buang air kecil, BAK dalam batas
normal.
Kebiasaan sehari-hari pasien bermain di dalam rumah. Pasien biasanya
hanya duduk saja dan jarang merangkak atau bergerak. Pasien lebih sering duduk
saja, jika dirangsang untuk bergerak pasien biasanya akan rewel dan menangis.
Pasein juga mengalami keterlambatan dalam hal bergerak dan berbicara
dibandingkan ke 3 kakak kandung pasien.
Pasien sudah mengalami sakit semenjak usia 5 hari, yaitu demam yang
hilang timbul. Pasien mengonsumsi obat yang diberikan oleh mantri yaitu
paracetamol sirup. Riwayat penyakit keluarga seperti hipertensi, diabetes mellitus
dan asma disangkal.
Riwayat kehamilan pasien, ibu kandung pasien teratur ANC di bidan.
Riwayat persalinan pasien merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara. Ibu pasien
mengalami pecah ketuban selama 2 hari sebelum pasien lahir. Pasien lahir secara
Pervaginam yang ditolong oleh bidan, Berat Badan Lahir 2600 gr, pasien juga
menangis kuat saat lahir. Ibu kandung pasien mempunyai 4 orang anak.
Riwayat tumbuh kembang pasien mengalami keterlambatan dalam hal
bicara dan berjalan dibandingkan ke 3 kakak kandung pasien sebelumnya. Pasien
hanya bisa bicara beberapa kata dan belum lancar berjalan. Riwayat imunisasi
pasien yang sudah diperoleh yaitu Imunisasi Polio dan Campak. Sedangkan untuk
riwayat makanan pasien sendiri, yaitu:
Usia 0 – 3 bulan : pasien mendapatkan asi dan pisang.
Usia 3 – 12 bulan : pasien masih mendapatkan asi dan nasi yang
bercampur dengan pisang.
Usia 1 tahun – sekarang: pasien masih mendapat asi dan sudah mendapat
makanan keluarga
Dari tinjauan pustaka disebutkan bahwa, Marasmus adalah keadaan gizi
buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus, iga gambang, perut cekung,
wajah seperti orang tua dan kulit keriput. Kwashiorkor adalah keadaan gizi buruk
yang ditandai dengan edema seluruh tubuh terutama di punggung kaki, wajah
52
membulat dan sembab, perut buncit, otot mengecil, pandangan mata sayu dan
rambut tipis / kemerahan. Marasmik-kwashiorkor adalah keadaan gizi buruk
dengan tanda-tanda gabungan dari marasmus dan kwashiorkor.1
Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai
cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai
dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein
dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka
kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi
protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3
SD (-2SD--3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut / ”decompensated
malnutrition”). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti oksidan.
Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan
terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat
teradaptasi sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik
(malnutrisikronik/ compensated malnutrition). Dengan demikian pada KEP dapat
terjadi : gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum,
penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai
sintesa enzim.11
Penyakit marasmus-kwashiorkor memperlihatkan gejala campuran antara
penyakit marasmus dan kwashiorkor. Makanan sehari-harinya tidak cukup
mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada
penderita demikian, di samping menurunnya berat badan di bawah 60% dari
normal, memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan
rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula. Pada KEP
terdapat perubahan nyata dari komposisi tubuhnya, seperti jumlah dan distribusi
cairan, lemak, mineral, dan protein, terutama protein otot.12,13
Kurangnya protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan berbagai
asam amino essensial yang dibutuhkan untuk sintesis albumin, sehingga terjadi
hipoalbuminemia dan edema. Anak dengan marasmus kwashiorkor juga sering
menderita infeksi multipel, seperti tuberkulosis dan gastroenteritis. Infeksi akan
mengalihakan penggunaan asam amino ke sintesis protein fase akut, yang semakin
memperparah berkurangnya sintesis albumin di hepar. Penghancuran jaringan
53
akan semakin lanjut untuk memenuhi kebutuhan energi, memungkinkan sintesis
glukosa dan metabolit essensial lainnya seperti asam amino. Kurangnya kalori
dalam diet akan meningkatkan kadar kortisol dan menurunkan kadar insulin. Ha
ini akan menyebabkan atrofi otot dan menghilangnya lemak di bawah kulit. Pada
awalnya, kelaina ini merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup,
jaringan tubuh memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang
diberikan, jika hal ini tidak terpenuhi maka harus didapat dari tubuh sendiri
sehingga cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi.
Tubuh akan mengandung lebih banyak cairan sebagai akibat menghilangnya
lemak dan otot sehingga tampak edema.12,13
Anak marasmus kwashiorkor berat memerlukan perawatan karena terdapat
berbagai komplikasi yang membahayakan hidupnya. Tindakan yang dilakukan
berdasarkan pada ada tidaknya tanda bahaya dan tanda penting, yang
dikelompokkan menjadi 5, yaitu:4
Kondisi I
Jika ditemukan: Renjatan (syok), letargis, muntah dan atau diare atau
dehidrasi.
Lakukan Rencana I, dengan tindakan segera, yaitu:4
1. Pasang O2 1-2L/menit
2. Pasang infus Ringer Laktat dan Dextrosa / Glukosa 10% dengan
perbandingan 1:1 (RLG 5%)
3. Berikan glukosa 10% intravena (IV) bolus, dosis 5ml/kgBB bersamaan
dengan
4. ReSoMal 5ml/kgBB melalui NGT
Kondisi II.
Jika ditemukan: letargis, muntah dan atau diare atau dehidrasi. Lakukan
Rencana II, dengan tindakan segera, yaitu:4
1. Berikan bolus glukosa 10 % intravena, 5ml/kgBB
2. Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT
sebanyak 50ml
3. 2 jam pertama
54
Berikan ReSoMal secara Oral/NGT setiap 30 menit, dosis :
5ml/kgBB setiap pemberian
Catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30
menit
Kondisi III.
Jika ditemukan: muntah dan atau diare atau dehidrasi. Lakukan Rencana III,
dengan tindakan segera, yaitu:4
1. Berikan 50ml glukosa atau larutan gula pasir 10% (oral/NGT)
2. 2 Jam pertama
berikan ReSoMal secara oral / NGT setiap 30 menit, dosis
5ml/kgBB setiap pemberian
catat nadi, frekuensi nafas dan beri ReSoMal setiap 30 menit
Kondisi IV.
Jika ditemukan: letargis. Lakukan Rencana IV, dengan tindakan segera,
yaitu:4
1. Berikan bolus glukosa 10% intravena, 5ml/kgBB
2. Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT
sebanyak 50ml
3. 2 jam pertama
berikan F 75 setiap 30 menit, . dari dosis untuk 2 jam sesuai
dengan berat badan (NGT)
catat nadi, frekuensi nafas
Kondisi V.
Jika tidak ditemukan: renjatan (syok), letargis, muntah dan atau diare atau
dehidrasi. Lakukan Rencana V, dengan tindakan segera, yaitu:4
1. Berikan 50ml glukosa atau larutan gula pasir 10% oral
2. Catat nadi, pernafasan dan kesadaran
Menurut Kemenkes RI pada pasien dengan gizi buruk dibagi dalam 4 faseyang
harus dilalui yaitu fase stabilisasi (Hari 1-7), fase transisi (Hari 8 – 14),
faserehabilitasi (Minggu ke 3 – 6), fase tindak lanjut (Minggu ke 7 – 26). Dimana
tindakan pelayanan terdiri dari 10 tindakan pelayanan sbb: 4
55
*) Pada fase tindak lanjut dapat dilakukan di rumah, dimana anak secara berkala (1 minggu/kali)
berobat jalan ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
Gambar 7.1. 10 Langkah Utama Tatalaksana Anak Gizi Buruk.
56