6a30514858374b86b8c9290cdfdd1e7dBAB5KeuanganDaera ... · Web viewPertumbuhan ekonomi yang mengalami...

15
Triwulan I 2009 BAB V KEUANGAN DAERAH Pada tahun anggaran 2009 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Banten adalah sebesar Rp 2,36 triliun atau meningkat 5% dari APBD 2008 sebesar Rp 2,27 triliun. Pendapatan daerah Provinsi Banten direncanakan mencapai Rp 2,2 triliun yang didukung oleh penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 1,53 triliun atau 68,73% dari APBD 2009. Anggaran pembangunan daerah yang direncanakan mencapai Rp 2,3 triliun terutama ditujukan untuk kegiatan pembangunan, bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dan pemerintah desa, serta bantuan sosial. Defisit anggaran sebesar Rp. 145,69 miliar akan dipenuhi dengan menggunakan pembiayaan berupa surplus anggaran tahun 2008 yang berjumlah Rp. 159,98 miliar. Perkembangan pembangunan di Propinsi Banten pada triwulan I 2009 menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun 2008. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingkat realisasi pendapatan APBD triwulan laporan sebesar 15,20% dari target APBD 2009, lebih rendah dari realisasi triwulan I 2008 yaitu 32,20%. Sementara itu realisasi belanja pemerintah daerah hingga akhir triwulan laporan sebesar Rp. 167,4 miliar atau 7,07% dari APBD, sedikit lebih besar dibandingkan triwulan I 2008 sebesar 6%. Belanja tersebut diwujudkan dalam kegiatan perbaikan sarana jalan, pendidikan, dan bantuan sosial. Rendahnya realisasi secara umum disebabkan oleh keterlambatan pengesahan APBD 2009 pada pertengahan Februari 2009. Realisasi pendapatan APBD triwulan laporan tertinggi sebesar Rp 241,2 miliar berasal dari PAD yang ditopang oleh pajak daerah. Pajak Daerah Banten tersebut sebagian besar berasal dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Pendapatan terbesar kedua pada triwulan laporan diperoleh melalui realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 90,29 miliar dari total DAU Banten tahun 2009 sebesar Rp 3,131.33 triliun. Kajian Ekonomi Regional Banten 87

Transcript of 6a30514858374b86b8c9290cdfdd1e7dBAB5KeuanganDaera ... · Web viewPertumbuhan ekonomi yang mengalami...

Page 1: 6a30514858374b86b8c9290cdfdd1e7dBAB5KeuanganDaera ... · Web viewPertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan di tahun 2009 diperkirakan memberikan pengaruh besar terhadap realisasi

Triwulan I 2009

BAB V KEUANGAN DAERAH

Pada tahun anggaran 2009 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Banten adalah sebesar Rp 2,36 triliun atau meningkat 5% dari APBD 2008 sebesar Rp 2,27 triliun. Pendapatan daerah Provinsi Banten direncanakan mencapai Rp 2,2 triliun yang didukung oleh penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 1,53 triliun atau 68,73% dari APBD 2009. Anggaran pembangunan daerah yang direncanakan mencapai Rp 2,3 triliun terutama ditujukan untuk kegiatan pembangunan, bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dan pemerintah desa, serta bantuan sosial. Defisit anggaran sebesar Rp. 145,69 miliar akan dipenuhi dengan menggunakan pembiayaan berupa surplus anggaran tahun 2008 yang berjumlah Rp. 159,98 miliar.Perkembangan pembangunan di Propinsi Banten pada triwulan I 2009 menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun 2008. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingkat realisasi pendapatan APBD triwulan laporan sebesar 15,20% dari target APBD 2009, lebih rendah dari realisasi triwulan I 2008 yaitu 32,20%. Sementara itu realisasi belanja pemerintah daerah hingga akhir triwulan laporan sebesar Rp. 167,4 miliar atau 7,07% dari APBD, sedikit lebih besar dibandingkan triwulan I 2008 sebesar 6%. Belanja tersebut diwujudkan dalam kegiatan perbaikan sarana jalan, pendidikan, dan bantuan sosial. Rendahnya realisasi secara umum disebabkan oleh keterlambatan pengesahan APBD 2009 pada pertengahan Februari 2009.Realisasi pendapatan APBD triwulan laporan tertinggi sebesar Rp 241,2 miliar berasal dari PAD yang ditopang oleh pajak daerah. Pajak Daerah Banten tersebut sebagian besar berasal dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Pendapatan terbesar kedua pada triwulan laporan diperoleh melalui realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 90,29 miliar dari total DAU Banten tahun 2009 sebesar Rp 3,131.33 triliun. Realisasi belanja APBD triwulan laporan mencapai 7,07%, hanya sedikit di atas realisasi belanja triwulan yang sama tahun 2008. Pada Triwulan I 2008, realisasi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung masing-masing hanya mencapai 6,86% dan 3,13%. Sementara itu Belanja Modal APBD triwulan I 2008 adalah 3,74%. Kondisi yang sama diperkirakan terjadi pada triwulan I 2009 mengingat pelaksanaan pembangunan masih dalam proses persiapan setelah pengesahan APBD Daerah Tingkat II dilaksanakan pada pertengahan triwulan laporan.

Kajian Ekonomi Regional Banten

87

Page 2: 6a30514858374b86b8c9290cdfdd1e7dBAB5KeuanganDaera ... · Web viewPertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan di tahun 2009 diperkirakan memberikan pengaruh besar terhadap realisasi

Triwulan I 2009

APBD Provinsi Banten tahun 2009 dari sisi komposisi pendapatan menunjukkan karakteristik yang sama dengan beberapa provinsi lain seperti di pulau Jawa. Sementara dari sisi komposisi belanja, APBD Banten tahun 2009 memiliki pola yang sama dengan propinsi-propinsi penghasil sumber daya alam seperti Riau, dan Kalimantan Timur. Dari sisi alokasi APBD 2009, Kabupaten dan Kota Tangerang merupakan daerah penerima pendapatan tertinggi masing-masing sebesar 27% dan 18% dari total pendapatan daerah kabupaten/kota di Banten. Namun tingginya belanja di Kabupaten dan Kota Tangerang menyebabkan defisit anggaran masing-masing sebesar Rp.406,67 miliar dan Rp 119,04 miliar.

Tabel V.1 Realisasi APBD Pemerintah Propinsi Banten Triwulan I 2009

No. Uraian APBD 2009 (Milyar Rp)

S.d. Triwulan I-09Realisasi (Milyar

Rp)Realisasi

(%)

I Pendapatan 2,221.04 337.70 15.20%

 - Pendapatan Asli Daerah

1,526.46 241.20 15.80%

  - Dana Perimbangan 690.96 96.05 13.90%

 - Lain-lain PAD yang sah

3.62 0.45 12.43%

II Belanja 2,360.00 * *

 - Belanja Tidak Langsung

1,130.00  

  - Belanja Langsung 1,230.00  

III Pembiayaan 145.69 234.64

161.05%

  - Penerimaan Daerah    

 - Pengeluaran Daerah    

  - SILPA 2008 145.69 234.64 161.05%

Sumber : DPKAD Provinsi Banten*) Data resmi realisasi Belanja APBD Banten Triwulan I-09 belum tersedia.

A. PENDAPATAN DAERAHKomposisi pendapatan daerah Banten memiliki karakteristik yang sama dengan beberapa provinsi lain di Pulau Jawa. Berdasarkan data APBD secara nasional, proporsi pendapatan Provinsi Banten tahun 2009 yang terutama berasal dari PAD (63,73%) tidak jauh berbeda dari provinsi di Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan PAD masing-masing sebesar 74,46%; 69,60%; dan 65,32% dari total pendapatan daerah.

Kajian Ekonomi Regional Banten

88

Page 3: 6a30514858374b86b8c9290cdfdd1e7dBAB5KeuanganDaera ... · Web viewPertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan di tahun 2009 diperkirakan memberikan pengaruh besar terhadap realisasi

Triwulan I 2009

Sementara pendapatan daerah provinsi penghasil sumber daya lama seperti Riau dan Kalimantan Timur didominasi oleh dana bagi hasil yang rata-rata mencapai 60% dari total pendapatan daerah.Pendapatan daerah Provinsi Banten tahun 2009 sebesar Rp 2,2 triliun mengalami penurunan sebesar 2.3% dari pendapatan daerah pada tahun 2008 yang mencapai Rp 2,6 triliun. Hal ini disebabkan oleh perkiraan turunnya PAD yang berasal dari Pajak Daerah, terutama dari BBNKB dan PBBKB masing-masing sebesar 18.86% dan 2,85% pada tahun 2009 (Grafik V.1). Pertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan di tahun 2009 diperkirakan memberikan pengaruh besar terhadap realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten tahun 2009. Penurunan pendapatan daerah dari PAD telah diperkirakan dalam penetapan APBD 2009 berdasarkan perkiraan penurunan Pajak Daerah sebagai komponen PAD yang tertinggi. Mengikuti kecenderungan penurunan BBNKB sejak tahun 2006, pada tahun 2009 Pajak Daerah dari BBNKB diperkirakan turun sekitar 10 – 20 %. PKB diperkirakan naik sekitar 2,84% berdasarkan perkiraan pertambahan kontribusi PKB KBM baru sebesar 14%. Sedangkan PBBKB diperkirakan turun sekitar 2,85% berdasarkan rata-rata bulan realisasi terendah pada tahun 2008 dan penurunan harga BBM. Sementara itu potensi pajak lainnya seperti Pajak Air Bawah Tanah (ABT) dan Pajak Air Permukaan (AP) masih belum tergali dan hanya mencapai 3,22% dari rencana pendapatan 2009.

Grafik V.1. Perkembangan Pajak Daerah Pemprov Banten 2008 - 2009

Grafik V.2. Proporsi Pajak Daerah Pemprov Banten 2009

Pada triwulan I 2009, realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten hanya mencapai 15,20%, jauh lebih rendah dari realiasi triwulan yang sama tahun 2008 yang mencapai 32,04%. Realisasi PAD yang hanya mencapai 15,80% pada triwulan laporan diperkirakan merupakan dampak dari rendahnya realisasi pendapatan BBNKB, PKB, dan PBBKB yang merupakan komponen utama Pajak Daerah. Penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun

Kajian Ekonomi Regional Banten

89

Page 4: 6a30514858374b86b8c9290cdfdd1e7dBAB5KeuanganDaera ... · Web viewPertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan di tahun 2009 diperkirakan memberikan pengaruh besar terhadap realisasi

Triwulan I 2009

2009 dan masih tingginya suku bunga kredit konsumsi menyebabkan berkurangnya pembelian kendaraan bermotor baik secara langsung (20%) maupun leasing (80%). Hal ini sejalan dengan perkiraan penurunan pasar domestik kendaraan bermotor rata-rata sebesar 26.9% dari estimasi dasar pada tahun 2009 (Grafik V.3). Penurunan Pajak Daerah dari PBBKB diperkirakan merupakan dampak dari turunnya harga BBM mengingat jumlah pendapatan dari PBBKB dihitung berdasarkan persentase tertentu terhadap harga BBM.

Sumber : DPKADGrafik V.3. Pasar Domestik Kendaraan Bermotor 1997

– 2008 dan Perkiraan 2009 - 2012 Selain rendahnya realisasi PAD, realisasi Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan yang Sah juga masih rendah meski hal ini wajar terjadi pada Triwulan I. Realisasi Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan yang Sah berturut-turut hanya mencapai 13,09% dan 12,43%, lebih rendah dari pencapaian pada triwulan yang sama tahun 2008 masing-masing sebesar 52,90% dan 19,55%. Hal ini terutama disebabkan belum siapnya dana pendampingan dari APBD sebagai bagian dari realisasi Dana Perimbangan. Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) dari Pemerintah Provinsi bagi pemerintah kabupateb/kota sebesar 25% dari target Rp 361,18 miliar pada tahun 2009 tidak diikuti oleh realisasi komponen Dana Perimbangan Lainnya.Tabel V.2 Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Banten 2009

No. Uraian APBD 2009 (Milyar Rp)

S.d. Triwulan I-09Realisasi (Milyar

Rp)Realisas

i (%)

IPENDAPATAN ASLI DAERAH 1526.46 241.20 15.80%- Pajak Daerah 1474.10 235.56 15.98%

  - Retribusi Daerah 2.95 0.41 13.90%- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 21.11 0.00 0.00%

  - Lain-lain PAD yang Sah 28.30 5.23 18.48%II DANA PERIMBANGAN 690.96 96.04 13.90%

Kajian Ekonomi Regional Banten

90

Page 5: 6a30514858374b86b8c9290cdfdd1e7dBAB5KeuanganDaera ... · Web viewPertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan di tahun 2009 diperkirakan memberikan pengaruh besar terhadap realisasi

Triwulan I 2009

- Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak 297.66 5.75 1.93%

  - Dana Alokasi Umum 361.18 90.29 25.00%- Dana Alokasi Khusus 32.12 0.00 0.00%

IIILAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 3.62 0.45 12.43%Pendapatan Hibah 3.62 0.45 12.43%

  TOTAL PENDAPATAN 2221.04 337.69 15.20%

Berdasarkan rincian realisasi pendapatan APBD Propinsi Banten pada Triwulan I 2009, terdapat beberapa pos yang telah mencapai realisasi lebih dari 25%. Pos pendapatan tersebut meliputi Retribusi Pelayanan Kesehatan (28,48%), Retribusi Izin Usaha Perikanan (30%), dan Lain-Lain PAD yang Sah dari Jasa Giro (25,16%). Realisasi Retribusi Izin Usaha Perikanan yang cukup tinggi mencerminkan iklim usaha yang positif, yaitu cuaca yang cukup baik sepanjang triwulan laporan dan permintaan hasil perikanan, terutama kepada pengusaha perikanan Cilegon yang merupakan salah satu penghasil produk perikanan terbaik di Asia untuk diekspor.

B. BELANJA DAERAHKomposisi belanja daerah Banten memiliki karakteristik yang sama dengan beberapa provinsi penghasil sumber daya alam seperti Provinsi Riau dan Kalimantan Timur. Berdasarkan data APBD secara nasional, proporsi belanja Provinsi Banten tahun 2009 yang terutama ditujukan untuk belanja langsung (52%) tidak jauh berbeda dengan provinsi Riau dan Kalimantan Timur dengan belanja langsung masing-masing sebesar 58,54% dan 50,99% dari total belanja daerah. Sebagian besar belanja langsung di Banten dialokasikan untuk belanja modal. Sementara itu belanja tidak langsung dalam APBD Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur masing-masing hanya sebesar 34,78%; 38,44%; dan 39,13% dari total belanja. Sebagian besar belanja di provinsi-provinsi tersebut dialokasikan untuk belanja tidak langsung, yaitu belanja bagi hasil dan belanja pegawai.

Tabel V.4 Proporsi Komponen Belanja APBD 2009

Provinsi Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung(Juta Rp) % APBD (Juta Rp) % APBD

Banten 1,135

,896 48.00% 1,23

0,720 52.00%

Jawa Barat 5,388

,575 65.22% 2,874,004 34.78%

Jawa Tengah 3,304

,942 61.56% 2,063,772 38.44%

Jawa Timur 3,843

,103 60.87% 2,470,953 39.13%

Riau 3,663

,103 41.46% 2,34

5,105 58.54%

Kajian Ekonomi Regional Banten

91

Page 6: 6a30514858374b86b8c9290cdfdd1e7dBAB5KeuanganDaera ... · Web viewPertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan di tahun 2009 diperkirakan memberikan pengaruh besar terhadap realisasi

Triwulan I 2009

Kalimantan Timur

5,011,283 49.01%

2,768,379 50.99%

Selain disebabkan pola realisasi yang cenderung masih rendah pada triwulan pertama, rendahnya penyerapan APBD pada triwulan I 2009 juga disebabkan oleh kelambatan pengesahan APBD Banten 2009 yang baru dilaksanakan pada pertengahan Februari 2009. Hingga akhir triwulan I 2009, hanya 7,07% anggaran belanja yang terealisasi di Provinsi Banten. Keterlambatan pengesahan APBD menyebabkan proses sinkronisasi program antara Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menghindari pelaksanaan program yang tumpang tindih menjadi tertunda dan sebagian besar realisasi belanja untuk program dibawah tujuh prioritas pembangunan wilayah Banten belum dapat dilaksanakan. Beberapa program di bidang Bina Marga telah dilaksanakan berdasarkan APBD 2008 sementara menunggu APBD 2009. Komponen belanja yang telah terealisasi merupakan Belanja Tidak Langsung yang bersifat reguler yaitu Belanja Pegawai dan sebagian Belanja Bantuan Sosial.Tabel V.5 Komponen Belanja APBD Pemprov Banten 2009

No. Komponen BelanjaAPBD 2009

(Milyar Rp)

% APBD

1 - Belanja Pegawai 226.00 9.58%

2 - Belanja Hibah 14.00 0.59%

3- Belanja Bantuan Sosial

60.00 2.54%

4- Belanja Bagi Hasil Kab/Kota

580.00 24.58%

5 - Belanja Bantuan 215.00 9.11%

  Keuangan Kab/Kota & Desa    

6- Belanja Tidak Terduga

10.00 0.42%

7 - Belanja Bantuan 15.00 0.64%

  Pilkada/Pemilu    

8 - Belanja Modal 657.04 27.84%

9- Belanja Barang dan Jasa

488.81 20.71%

Kajian Ekonomi Regional Banten

92

Page 7: 6a30514858374b86b8c9290cdfdd1e7dBAB5KeuanganDaera ... · Web viewPertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan di tahun 2009 diperkirakan memberikan pengaruh besar terhadap realisasi

Triwulan I 2009

Tingkat penyerapan APBD yang rendah pada triwulan I 2009 diharapkan akan diimbangi oleh percepatan pelaksanaan program dan kegiatan pada triwulan-triwulan berikutnya. Meski realisasi belanja APBD triwulan I 2009 masih rendah, dimulainya pelaksanaan program dan kegiatan pada awal triwulan II 2009 diharapkan akan mendorong sisi konsumsi pemerintah untuk membantu menggerakkan dunia usaha. Pada akhir triwulan laporan, sebagian besar proses pelelangan untuk program dan kegiatan mulai dilaksanakan. Pelaksanaan proyek tersebut mencakup beberapa proyek perbaikan infrastruktur, terutama yang terkait dengan pembangunan dan perbaikan jalan provinsi dan kabupaten; pembangunan instalasi listrik di Banten bagian selatan dalam rangka mewujudkan Banten Terang 2012; renovasi beberapa pasar tradisional; bantuan sosial; serta pelaksanaan program pendidikan. Sementara itu sektor pertanian diharapkan juga mampu menyerap anggaran belanja di triwulan berikutnya mengingat musim tanam yang dimulai pada bulan April 2009.Harapan peningkatan realisasi APBD 2009 pada triwulan berikutnya sejalan dengan pola posisi simpanan Pemerintah Provinsi Banten di perbankan yang baru akan mengalami pengurangan pada triwulan terakhir setiap tahunnya. Posisi simpanan Pemerintah Daerah Provinsi Banten di perbankan pada triwulan laporan adalah Rp 2,37 triliun dengan pertumbuhan 19,17% (y-o-y), sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan simpanan Pemerintah Banten pada triwulan yang sama tahun 2008 sebesar 17,33% (y-o-y). Target pendapatan bunga dari simpanan tersebut pada APBD 2009 adalah Rp 14,5 miliar dan baru terealisasi pada triwulan laporan sebesar Rp 13,76 juta atau kurang dari 1%.

Grafik V.4. Perkembangan Simpanan Pemda Propinsi Banten di Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Banten

93

Page 8: 6a30514858374b86b8c9290cdfdd1e7dBAB5KeuanganDaera ... · Web viewPertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan di tahun 2009 diperkirakan memberikan pengaruh besar terhadap realisasi

Triwulan I 2009

C. APBD KABUPATEN/KOTA DI BANTEN TAHUN 2009Pada tahun 2009, Kabupaten dan Kota Tangerang merupakan daerah dengan APBD tertinggi yang berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU). Total DAU bagi Provinsi Banten pada tahun 2009 adalah Rp 3.131,33 triliun. Kabupaten dan Kota Tangerang memperoleh pengalokasian DAU yang cukup tinggi yaitu Rp 855,24 miliar dan Rp496,31 miliar. Hal tersebut sejalan dengan kemampuan penyerapan pendapatan fiskal yang relatif besar dari dana bagi hasil yang diperoleh. Kabupaten Lebak dan Pandeglang menerima DAU masing-masing sebesar Rp576,19 miliar dan Rp 618,80 miliar. Pendapatan dari DAU merupakan komponen pendapatan terbesar dari total pendapatan kabupaten, yaitu mencapai 69,22% dan 71,59% mengingat keterbatasan kapasitas fiskal di kedua kabupaten tersebut.

Tabel V.6 Komponen Pendapatan APBD di Banten 2009

  PAD

Dana Perimbanga

n Pendapatan

Lain-lain Total

Pendapatan

Kab. Lebak 81,597

685,230

65,550

832,377

Pandeglang 50,879

737,235

76,199

864,313

Serang 110,419

699,693

51,593

861,705

Kab. Tangerang

312,578

1,194,339

156,331

1,663,248

Kota Cilegon

128,846

423,402

58,667

610,915

Kota Tangerang

151,898

754,434

194,277

1,100,609

Kota Serang 11,846

184,626

40,000

236,472

TOTAL       6,169,639

Kajian Ekonomi Regional Banten

94

Page 9: 6a30514858374b86b8c9290cdfdd1e7dBAB5KeuanganDaera ... · Web viewPertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan di tahun 2009 diperkirakan memberikan pengaruh besar terhadap realisasi

Triwulan I 2009

Dari sisi belanja APBD 2009, total belanja Kabupaten dan Kota Tangerang mencapai 49,19% dari keseluruhan belanja kabupaten/kota di Banten. Hal tersebut menyebabkan defisit anggaran tertinggi juga terjadi di Kabupaten dan Kota Tangerang masing-masing sebesar Rp 406,66 miliar dan Rp 119,04 miliar. Komponen belanja tertinggi di Tangerang, Serang, dan Cilegon adalah belanja langsung berupa belanja modal dan barang/jasa. Sementara itu belanja pegawai merupakan komponen dengan biaya belanja terbesar bagi Kabupaten Pandeglang dan Lebak.

Grafik V.5. Rincian Pendapatan Kabupaten/Kota dalam APBD Banten 2009

Grafik V.6. DAU Kabupaten /Kota di Banten 2009

Tabel V.7 Komponen Belanja APBD di Banten 2009Belanja Tidak

LangsungBelanja

LangsungTotal

Belanja

Kab. Lebak 462,266

389,297

851,563

Pandeglang 519,450

206,657

726,107

Serang 637,517

316,306

953,823

Kab. Tangerang 938,098

1,131,808

2,069,906

Kota Cilegon 281,726

347,963

629,689

Kota Tangerang 511,166

708,484

1,219,650

Kota Serang 179,525

56,947

236,472

Kajian Ekonomi Regional Banten

95

Page 10: 6a30514858374b86b8c9290cdfdd1e7dBAB5KeuanganDaera ... · Web viewPertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan di tahun 2009 diperkirakan memberikan pengaruh besar terhadap realisasi

Triwulan I 2009

TOTAL     6,687,210

Grafik V.7. Belanja Kabupaten/Kota dalam APBD 2009

Grafik V.8. Defisit/Surplus Anggaran Kabupaten/Kota di Banten 2009

D. PRIORITAS PEMBANGUNANPada tahun 2009 prioritas pembangunan Provinsi Banten terpusat pada bidang Pendidikan dan bidang Bina Marga yang memperoleh pagu Belanja Langsung tertinggi masing-masing sebesar Rp 345 miliar dan Rp 275 miliar atau 14,62% dan 11,65% dari rencana Belanja APBD 2009. Pada triwulan I 2009, penyerapan anggaran belanja di kedua bidang prioritas ini diperkirakan masih rendah. Namun percepatan realisasi APBD untuk pendidikan serta pembangunan dan rehabilitasi jalan/jembatan pada triwulan selanjutnya diharapkan dapat terlaksana.

Tabel V.8 Pagu Belanja Langsung berdasarkan Bidang Tahun 2009

No. Bidang APBD 2009 (Milyar Rp)

% thd Belanja APBD

% thd Belanja

Langsung

1 Pendidikan 34

5.00 14.62% 26.14%

  - Pendidikan Provinsi 20

5.00 8.69% 15.53%

 - Bantuan Pendidikan Kab/Kota

140.00 5.93% 10.61%

2 Kesehatan 15

0.00 6.36% 11.36%

3 KP3B 11

5.00 4.87% 8.71%

4Sumber Daya Alam dan Perkim

125.00 5.30% 9.47%

5 Bina Marga 27 11.65% 20.83%

Kajian Ekonomi Regional Banten

96

Page 11: 6a30514858374b86b8c9290cdfdd1e7dBAB5KeuanganDaera ... · Web viewPertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan di tahun 2009 diperkirakan memberikan pengaruh besar terhadap realisasi

Triwulan I 2009

5.00

6 Pertanian 4

0.00 1.69% 3.03%

7 Kelautan 2

0.00 0.85% 1.52%

8Kehutanan dan Perkebunan

20.00 0.85% 1.52%

9 Pariwisata 2

0.00 0.85% 1.52%

10 SKPD Lain 21

0.00 8.90% 15.91%

 TOTAL BELANJA LANGSUNG

1,320.00    

Pembangunan di bidang pendidikan tahun 2009 ditujukan dalam rangka memenuhi amanat UU Pendidikan Nasional melalui peningkatan saran dan prasarana sekolah yang didukung APBN 2009 berupa bantuan sosial sebesar Rp. 2,44 triliun. Belanja pembangunan di bidang pendidikan di Provinsi Banten pada tahun 2009 sebagian besar dialokasikan untuk pengembangan sarana dan prasarana SD-SMP-SMA-SMK dan sekolah luar biasa serta program pendidikan non-formal sebesar Rp 109,54 miliar (31,75% dari anggaran Belanja Langsung). Selain itu Rp. 78,78 miliar (22,83%) telah dialokasikan untuk program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Pelaksanaan pembangunan di bidang pendidikan ini dukung oleh alokasi APBN 2009 sebesar Rp. 2,44 triliun yang sebagian besar berupa bantuan sosial untuk Dinas Pendidikan Provinsi Banten dan belanja barang dan modal untuk Universitas Terbuka. Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas untuk mendukung pengembangan wilayah, program pembangunan jalan, jembatan, serta rehabilitasi dan pemeliharaan rutin jalan/jembatan merupakan program yang akan segera dilaksanakan pada triwulan berikutnya. Dari total 889,01 kilometer ruas jalan milik Provinsi Banten, 230,19 kilometer diantaranya (25,89%) saat ini dalam kondisi rusak parah. Sekitar 78,67% dari panjang ruas jalan yang rusak tersebut berlokasi di Kabupaten Pandeglang dan Lebak (Grafik V.9). Kondisi sebagian jalan dan jembatan yang dikategorikan berkondisi sedang (42,72%) saat ini berangsur memburuk dan menyebabkan kelancaran distribusi barang/jasa dan penanggulangan bencana alam serta pemerataan pembangunan wilayah terhambat.

Kajian Ekonomi Regional Banten

97

Page 12: 6a30514858374b86b8c9290cdfdd1e7dBAB5KeuanganDaera ... · Web viewPertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan di tahun 2009 diperkirakan memberikan pengaruh besar terhadap realisasi

Triwulan I 2009

Grafik V.9. Kondisi Jalan di Wilayah BantenSumber : Bina Marga

Grafik V.10. Kondisi Ruas Jalan Propinsi di Berbagai DaerahSumber : Bina Marga

Kajian Ekonomi Regional Banten

98