ANALISIS EKONOMI USAHATANI TOMAT … · Web viewPertumbuhan tanaman tomat di dataran tinggi lebih...

48
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dan banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian (Mubyarto, 1994). Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan sektor ekonomi yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat dan taraf hidup yang kurang baik menjadi lebih baik. Hal ini terlihat dari peranan sektor pertanian terhadap penyediaan pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor dan lain sebagainya (Soekartawi, 1994). Menurut Rahardi, dkk (1997), kegiatan agribisnis dimulai dari perencanaan usaha, penyediaan sarana dan prasarana, budidaya tanaman, penanganan hasil produksi sampai distribusi produk. Oleh karena itu diperlukan suatu manajemen (pengelolaan) yang dapat mengelola faktor alam, modal, tenaga kerja dan teknologi dengan faktor sarana prasarana agar dapat saling menunjang. Salah satu tujuan utama pembangunan pertanian tanaman pangan adalah swasembada pangan. Kebijaksanaan 1

Transcript of ANALISIS EKONOMI USAHATANI TOMAT … · Web viewPertumbuhan tanaman tomat di dataran tinggi lebih...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat

ditunjukkan dan banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan bekerja

pada sektor pertanian (Mubyarto, 1994).

Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi

pertumbuhan sektor ekonomi yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan

masyarakat dan taraf hidup yang kurang baik menjadi lebih baik. Hal ini terlihat

dari peranan sektor pertanian terhadap penyediaan pangan, penyumbang devisa

negara melalui ekspor dan lain sebagainya (Soekartawi, 1994).

Menurut Rahardi, dkk (1997), kegiatan agribisnis dimulai dari

perencanaan usaha, penyediaan sarana dan prasarana, budidaya tanaman,

penanganan hasil produksi sampai distribusi produk. Oleh karena itu diperlukan

suatu manajemen (pengelolaan) yang dapat mengelola faktor alam, modal, tenaga

kerja dan teknologi dengan faktor sarana prasarana agar dapat saling menunjang.

Salah satu tujuan utama pembangunan pertanian tanaman pangan adalah

swasembada pangan. Kebijaksanaan swasembada pangan diperluas, tidak hanya

bertumpu pada komoditas beras saja tetapi juga pada komoditas lain yang

mengandung karbohidrat, protein, mineral dan vitamin seperti buah-buahan,

sayur-sayuran dan bunga-bungaan, seperti halnya komoditas tomat (Soekartawi,

1994).

Buah tomat sebagai salah satu komoditas sayuran mempunyai prospek

pemasaran yang cerah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya buah tomat yang

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya adalah sebagai sumber vitamin.

Buah tomat sangat baik untuk mencegah dan mengobati berbagai macam

penyakit, seperti sariawan karena mengandung vitamin C. Selain sebagai buah

1

segar yang langsung dapat konsumsi, buah tomat juga dapat digunakan sebagai

bahan penyedap berbagai macam masakan seperti sop, gado-gado, sambal, dan

juga dapat dijadikan bahan industri untuk dikonsumsi dalam bentuk olahan,

misalnya untuk minuman sari buah tomat, es juice tomat, dan konsentrat.

Berbagai macam kegunaan tersebut dapat memberikan keuntungan, baik bagi

konsumen, produsen, maupun masyarakat pada umumnya.

Potensi pasar buah tomat juga dapat dilihat dari segi harga yang

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga membuka peluang yang

lebih besar terhadap serapan pasar (Cahyono,1998).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara (2009),

produksi tomat pada tahun 2011 sebanyak 3.009 ton dengan luas panen seluas 40

ha, sementara untuk Desa Lapandewa pada  tahun 2011 produksi tanaman tomat

sebanyak 93,58 ton dengan luas panen sekitar 10,56 ha.

Menurut Soeharjo dan Patong (1994), pada beberapa daerah di Indonesia,

petani belum mampu mengambil keputusan ekonomis yang menguntungkan. yang

dimaksud adalah kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisasikan dan

mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif mungkin agar

produksi pertaniannya memberikan fungsi yang lebih baik dan lebih

menguntungkan.

Desa Lapandewa sebagian besar penduduknya bermata pencaharian

sebagai petani, selain ubi, jenis tanaman yang diusahakan oleh petani adalah

komoditas tomat, yang hasilnya dijual sebagai sumber pendapatan keluarga.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang yang akan dibahas

dalam makalah ini adalah berapa besar biaya produksi dan pendapatan dalam

usahatani tomat di Desa Lapandewa Kabupaten Buton.

C. Tujuan

Adapun tujuan dan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya

produksi dan pendapatan usahatani tomat Desa Lapandewa Kabupaten Buton.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Produksi dan Biaya Produksi

Pada umumnya, produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi material-

material dan kekuatan-kekuatan (input, sumber daya, atau jasa-jasa produksi)

dalam pengolahan suatu barang atau jasa (Beattie-Taylor, 1994).  Faktor produksi

adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut

mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Diberbagai literatur, faktor

produksi ini dikenal pula dengan istilah input, production factor, dan korbanan

produksi (Soekartawi, 2001)

Sukirno (2002), mendefinisikan biaya produksi sebagai pengeluaran yang

dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi atau biaya-

biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai

maupun tidak tunai. Menurut Soekartawi (1993), faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi dapat dibedakan menjadi kelompok, yaitu :

1. Faktor teknis, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat

kesuburannya, bibit, varietas, pupuk dan pestisida.

2. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, resiko ketidakpastian, kelembagaan,

tersedianya kredit dan sebagainya.

Menurut Soedarsono (1995), untuk memperoleh tingkat produksi optimal

agar tercapai tingkat penerimaan yang optimal, produsen haruslah

memperhitungkan jumlah produksi, di mana pada jumlah tersebut diharapkan

penggunaan yang berlebihan akan menurunkan hasil sehingga optimalisasi

penerimaan tidak tercapai. Tingkat optimalisasi penerimaan akan tercapai bila

penggunaan faktor-faktor produksi telah efisien dan harga yang berlaku dapat

menjamin keadaan tersebut, sehingga produksi yang diperoleh mencerminkan

tingkat efisien dan keadaan usahatani tersebut. Menurut Mubyarto (1994) dalam

3

kegiatan produksi tidak hanya memperhitungkan jumlah produksi fisik saja, tetapi

juga memperhitungkan faktor -faktor produksi yang digunakan sehingga tercapai

produksi yang optimal. Tingkat produksi optimal diperoleh pada saat keuntungan

maksimal, yang terdapat pada tingkat produksi yang memberikan selisih besar

antara penerimaan dengan biaya produksi.

Menurut Hernanto (1996), tujuan berusahatani adalah mendapatkan

keuntungan yang sebesar-besarnya dan pemilihan penggunaan faktor produksi.

Ditambahkan Soekartawi (2003), keuntungan dapat ditingkatkan dengan cara

meminimumkan biaya dengan mempertahankan tingkat penerimaan yang di

peroleh dan meningkatkan total penerimaan dengan mempertahankan total biaya

tetap.

B. Harga

Harga merupakan nilai yang dinyatakan dalam satuan mata uang atau alat

tukar yang lain dengan satu barang tertentu. Harga merupakan elemen pokok

dalam pemesanan karena langsung berhubungan dengan permintaan hasil total

dimana dalam penetapan harga ini dapat berbeda-beda dari tempat satu ke tempat

yang lain (Winardi, 1990). Sedangkan menurut Saladin (1991), harga adalah

sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk dan jasa. Mubyarto

(1994), mengemukakan bahwa suatu barang mempunyai harga karena barang

tersebut berguna dan jumlahnya terbatas. Harga ditetapkan oleh interaksi kekuatan

permintaan dan penawaran didalam suatu pasar yang karakteristiknya persaingan

sempurna yaitu banyaknya konsumen dan produsen yang bersaing satu sama

lainnya didalam situasi di mana tidak satupun diantara mereka secara individual

cukup penting bisa mempengaruhi salah satu harga yang dibayar atau kuantitas

yang diminta dan ditawarkan (Todaro, 1997).

C. Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan usahatani adalah hasil penjualan dan sejumlah produksi

tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang pada pihak lain

(Boediono, 1992). Di lain pihak, Soedarsono (1992) menyatakan bahwa jumlah

4

penerimaan total didefinisikan sebagai penerimaan dan penjualan barang tertentu

dikalikan dengan harga jual satuan. Setelah petani menjual hasil produksinya,

maka petani akan menerima sejumlah uang. Penerimaan dirumuskan dengan :

TR = P.Q

Dimana    :     TR     = Total Revenue (Penerimaan Total)

                      P        = Price (Harga)

                      Q       = Quantity (Jumlah Produksi)

Pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang akan diterima oleh

seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Pendapatan terdiri dan

upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dan kekayaan seperti sewa, bunga

serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah tunjangan sosial

(Samuelson dan Nordhaus, 2003).

Sementara itu, Kadariah (1983), menyatakan bahwa pendapatan adalah

hasil berupa uang atau hasil material lainnya yang berasal dan pemakaian

kekayaan atau dan jasa-jasa manusia yang bebas. Pendapatan umumnya adalah

penerimaan-penerimaan individu atau perusahaan.

Ada dua jenis pendapatan, yaitu:

1. Pendapatan kotor (gross income) adalah penerimaan seseorang atau suatu

badan usaha selama periode tertentu sebelum dikurangi dengan pengeluaran-

pengeluaran usaha.

2. Pendapatan bersih (net income) adalah sisa penghasilan dan laba setelah

dikurangi semua biaya, pengeluaran dan penyisihan untuk depresiasi serta

kerugian-kerugian yang bisa timbul.

Lebih lanjut Soekartawi (1986) menyebutkan bahwa pendapatan ada 2

macam :

1. Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diperoleh dengan

mempertimbangkan biaya tenaga kerja keluarga.

2. Pendapatan keluarga adalah pendapatan yang diperoleh petani dan keluarga

tanpa dikurangi dengan biaya tenaga kerja.

5

Soedarsono (1992), menyatakan pendapatan yang diterima petani dan hasil

produksi adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan

dalam proses produksi, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

I = TR – TC

Dimana      :   I      = Income (Pendapatan)

                      TR   = Total Revenue (penerimaan Total)

                      TC   = Total Cost (Biaya Total)

R/C rasio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan

total biaya. Sehingga RJC rasio dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana      :   TR   = Total Revenue (penerimaan total)

                      TC   = Total Cost (Biaya total)

D. Tinjauan Umum Tanaman Tomat

Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill), berasal dari daerah Peru

dan Ekuador, kemudian menyebar ke seluruh Amerika, terutama ke wilayah yang

beriklim tropik. Bangsa Eropa dan Asia mengenal tanaman tomat pada tahun

1523. Namun pada waktu itu tanaman tomat dianggap sebagai tanaman beracun.

dan hanya ditanam sebagai tanaman hias dan obat kanker. Tanaman tomat di

tanam di Indonesia sesudah kedatangan orang Belanda, hal ini menandakan

bahwa tanaman tomat sudah tersebar di seluruh dunia, baik di daerah tropik

maupun subtropik (Cahyono, 1998).

Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur pendek, artinya

umur tanaman hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Tomat sangat

bermanfaat bagi tubuh manusia, karena mengandung vitamin dan mineral yang

diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Dalam buah tomat juga terdapat zat

pembangun jaringan tubuh dan zat yang dapat meningkatkan energi. Tanaman

tomat sangat dikenal masyarakat dan digemari karena rasanya yang manis-manis

asam dapat memberikan kesegaran pada tubuh dan cita rasanya yang berbeda

dengan buah-buahan lainnya. Bahkan kelezatan rasa buah tomat mi juga dapat

6

menambah cita rasa dan kelezatan berbagai macam masakan. Kegunaannya

sebagai penyedap masakan hanya sedikit, namun ketersediaannya tetap di

dambakan sepanjang masa.

Taksonomi tanaman Tomat adalah: Kingdom: Plantea, Divisio:

Spermathopyta, Kelas: Diccotylledon, Ordo: tubiflorae, Family Solanaceae,

Genus: Lycopersicum, Spesies: Lycopersicum esculenturn mill.

1.      Syarat Tumbuh Tanaman Tomat

Menurut Rukmana (1994), syarat tumbuh tanaman tomat sebagai berikut :

a. Keadaan iklim

1)      Suhu

Tanaman tomat tumbuh secara baik bila udaranya sejuk, yaitu suhu pada

malam hari antara 10- 20oC dan pada siang hari antara 18- 29°C.

2)      Curah hujan

Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 750 - 1250

mm/th. Keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi

tanaman, terutama di daerah yang tidak beririgasi teknis.

3)      Sinar matahari

Cahaya matahari sangat dibutuhkan dalam proses fisiologi tanaman untuk

membentuk bagian vegetatif tanaman (batang, cabang, dan daun) dan bagian

generatif tanaman (bunga, buah dan biji). Intensitas cahaya matahari yang

diperlukan oleh tanaman tergantung pada fase atau tingkatan pertumbuhan

tanaman. Kebutuhan cahaya matahari sebagai sumber energi fotosintesis juga

tergantung lamanya penyinaran. Penyinaran matahari untuk mendapatkan

hasil yang baik adalah sepanjang hari di tempat yang terbuka (sekitar 8 jam

perhari).

4)      Ketinggian tempat

Pertumbuhan tanaman tomat di dataran tinggi lebih baik daripada di dataran

rendah, karena tanaman menerima sinar matahari lebih banyak tetapi suhu

rendah.

7

b. Keadaan tanah

Tanaman tomat dapat tumbuh di segala jenis tanah. Tanah yang ideal adalah

tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan

organik serta unsur hara, pH 6,0 - 7,0 dan draenase baik.

2.      Budidaya tanaman tomat

Menurut Cahyono (1998), budidaya tanaman tomat yaitu:

a. Persiapan bahan tanaman

Pengadaan benih tomat dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan cara

membeli bibit yang sudah siap tanam atau dengan membuat benih sendiri.

Apabila pengadaan bibit dengan cara membeli, hendaknya membeli pada toko

pertanian yang terpercaya menyediakan benih-benih yang bermutu baik dan

telah bersertifikat

b. Pengolahan tanah

Tomat dapat hidup subur bila tanahnya gembur. Oleh karena itu, tanah harus

dicangkul, ditraktor atau dibajak lebih dahulu sebelum tomat di tanam. Setelah

itu dibuat bedengan dengan ukuran 100 - 200 cm untuk media tanaman tomat

c. Pemasangan mulsa plastik hitam perak

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan mulsa adalah,

sebelum pemasangan, bedeng-bedeng yang telah terbentuk sebaiknya diairi

terlebih dahulu sehingga kondisinya lembab. Pemasangan mulsa sebaiknya

dilakukan sekitar pukul 09.00-14.00 agar mulsa plastik dapat terpancang kuat,

karena pada saat itu plastik mengalami pemuaian akibat teriknya matahari

langsung.

d. Penanaman

Bibit tomat yang telah berumur kurang lebih 2-3 minggu dan berdaun 3 - 4

helai dapat ditanam pada lahan yang telah disiapkan. Jarak tanam sebaiknya

60 x 40 cm, 60 x 60 cm atau 50 x 50 cm. Dalam satu hektar dapat ditanami

sekitar 21 ribu rumpun.

e. Pemeliharaan

8

1)      Penyiraman

Penyiraman untuk tanaman tomat sebaiknya diberikan sesuai dengan

kebutuhan hidup sehingga tanaman dapat hidup dan berproduksi secara

optimal.

2)      Penyiangan

Penyiangan adalah kegiatan membersihkan atau memberantas rumput-rumput

dan jenis tanaman lain yang mengganggu tanaman yang di budidayakan

Gulma yang tumbuh di areal tanaman tomat harus disiangi agar tidak menjadi

pesaing tanaman.

3)      Pemberian air

Pada umur 21 hari sejak penanaman di kebun, atau kira-kira sudah setinggi 25

cm, tanaman tomat harus diberi air untuk menopang tegaknya tanaman dan

menopang buah. Sebab, tanaman tomat memiliki batang yang kurang kuat

sehingga apabila tidak diberi air akan roboh.

4)      Penyulaman

Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati atau masak. Penyalaman

hendaknya dilakukan seminggu setelah tanaman.

5)      Pemupukan

Jenis pupuk yang dapat digunakan untuk tanaman tomat adalah pupuk organik

(pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau) atau pupuk buatan (pupuk nitrogen

(N), Pospor (P), dan Kalium (K). Pemupukan yang berwawasan lingkungan

adalah pemupukan yang dilakukan dengan memperhatikan waktu, dosis, dan

cara penempatannya. Dengan memperhatikan tiga hal tersebut, maka dapat

menghindari pemupukan yang berlebihan.

6)      Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit yang perlu diterapkan adalah pengendalian

secara terpadu yaitu pengendalian yang memadukan cara biologis, mekanis,

dan iklim.

9

Penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir untuk memberantas hama

dan penyakit.

3.      Pemanenan

Pemetikan buah tomat dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 60 -

100 hari setelah tanam atau tergantung varietasnya. Saat pemetikan buah

tomat yang baik adalah pada pagi atau sore hari dan keadaan cuaca cerah.

Cara memetik buah tomat yang sudah matang cukup dilakukan dengan

memutar buah satu per satu.

10

BAB III

PEMBAHASAN

A. Budidaya Tomat

Tanaman tomat di Desa Lapandewa ditanam secara intensif artinya bahwa

tomat diusahakan secara sungguh-sungguh hal ini juga dipengaruhi oleh faktor resiko

yang cukup besar dan iklim yang sudah tidak bisa dibaca secara pasti. Adapun cara-

cara budidaya tanaman tomat yang dilakukan petani di Desa Lapandewa adalah

sebagai berikut:

1. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dilakukan dengan cara dicangkul atau dibajak secara

merata kemudian lahan dibiarkan selama satu minggu untuk mematangkan tanah, satu

minggu setelah pengolahan lahan, dibuatlah bedengan-bedengan untuk media tanam

dengan ukuran lebar bedeng antara 120-130 cm sedangkan panjang bedengan

disesuaikan dengan kondisi lahan.  Untuk penggunaan ukuran lebar bedengan

tersebut digunakan oleh seluruh petani yang ada di lokasi penelitian.

2.      Penyemaian

Untuk memudahkan perawatan, biji yang sudah mendapat perlakuan

fungisida, disemaikan dalam wadah yang terbuat dari kotak kayu, polibag, pot bunga

dan sebagainya.  Biji disebar merata diatas pesemaian berupa tanah yang bersih yang

sudah diayak dan dicampur dengan pasir bersih serta pupuk kandang (perbandingan

1:1:1).  Kemudian ditutup dengan tanah yang dilewatkan melalui sebuah ayakan,

tidak tebal tetapi asal dapat menutup media.  Media untuk pesemaian ini dipilih yang

mempunyai aerasi baik, subur dan gembur, maka akar akan tumbuh lurus dan

memudahkasn pemindahan bibit ke polibag pembesaran.

3. Pemupukan Dasar

Pemupukan dasar dilakukan setelah bedengan telah siap. Pupuk dasar yang

digunakan antara lain, kapur, pupuk kandang, ponska, dan KCL. Pupuk

diberikan secara bersamaan sebelum dilakukan pemasangan rnulsa, untuk luas lahan

11

0,4 ha kapur, pupuk kandang, ponska, dan KCL. Pemupukan dilakukan dengan cara

ditabur secara merata di atas bedengan yang kemudian dicangkul kembali dengan

halus agar pupuk yang ditabur dapat tercampur dengan sempurna.  Semua responden

di lokasi penelitian menggunakan pupuk kandang, KCl, kapur dan Mutiara,

sedangkan pada pupuk Ponska hanya digunakan 11 responden dan pada pupuk Tensil

Organik  hanya digunakan 8 responden.

Cara pemupukan di lokasi penelitian dilakukan secara terus menerus dan

takaran pupuk disesuaikan dengan usia tanamannya.  Sebelum menabur pupuk

terlebih dahulu dibuat tanaman itu dengan batang tanaman sebagai pusat lingkaran. 

Garis tengah lingkaran selalu berubah-ubah mengikuti pertumbuhan tajuk tanaman. 

Dengan demikian, makin bertambahnya usia tanaman maka makin lebar tajuknya,

maka makin besar pula lingkaran yang mengelilingi tanaman itu untuk menabur

pupuk.  Sesudah pupuk ditabur merata di dalam rorakan selanjutnya ditutup kembali

dengan tanah.

Mengenai dosis/takaran pemupukan belum ada ketentuannya.  Kebanykan

petani scukup melakukan pemupukan secara umum saja, yaitu sekedar memberi

pupuk organik (pupuk kandang) atau pupuk hijau (yang kebetulan tumbuh di sekitar

kebun).  Sampai kini, berapa banyak takaran pupuk dan apa yang dibutuhkan belum

ada kepastiannya.

4. Pemasangan Mulsa

Sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi budidaya tanaman, telah

diperkenalkan dengan teknik kultur sistem mulsa plastik, terutama MPHP. 

Berdasarkan hasil-hasil penelitian di lapangan, sistem pemulsaan ini berpengaruh

baik terhadap peningkatan kuantitas dan kualitas hasil tomat.  Penggunaan mulsa

plastik hitam perak sebagai mulsa lebih praktis dibanding dengan penggunaan sisa-

sisa tanaman yang telah mati atau jerami.  Penggunaan mulsa plastik dibanding lebih

praktis, karena mudah didapat, mudah penggunaannya sehingga lebih menghemat

biaya pada musim tanam berikutnya. Pemasangan mulsa dilakukan pada saat

bedengan benar-benar sempurna, mulsa yang digunakan adalah jenis mulsa plastik

12

hitam perak, pemasangan mulsa bertujuan untuk menjaga tingkat kelembaban media

tanam, menekan pertumbuhan gulma, mengurangi tingkat serangan hama dari

penyakit tanaman. Semua responden yang ada di lokasi penelitian melakukan

pemasangan mulsa.

5. Pembuatan lubang tanam

Setelah persiapan lahan pertanaman rampung/selesai pekerjaan selanjutnya

pada areal pertanaman adalah mempersiapkan lubang tanam.  Pembuatan lubang

tanam dilakukan satu minggu sebelum penanaman bibit.

Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan yaitu

60 cm X 80 cm dan alat yang digunakan untuk membuat lubang tanam ada berbagai

jenis. Misalnya kaleng silinder, ataupun alat yng dibuat secara khusus untuk membut

lubang tanam.  Jarak tanam harus diatur dengan baik dan jangan terlalu rapat, karena

dapat mengurangi penerimaan sinar matahari.  Tanaman tomat yang kurang

menerima sinar matahari akan mengakibatkan proses fotosintesis tidak dapat

berlangsung dengan baik.  Jarak yang terlalu rapat dapat mengakibatkan tingkat

kelembaban menjadi tinggi dan persaingan dalam penyerapan air dan unsur hara pun

terjadi.  Ukuran ini juga digunakan oleh seluruh responden di lokasi penelitian.

6. Penanaman

Bibit seharusnya sudah diseleksi pada temat pembibitan sebelumnya

diangkut ke lahan pertanaman.  Bibit tomat adapat dipindahkan ke lahan pertanaman

apabila telah berumur antara 30 – 45 hari di pesemaian.  Bibit yang terpilih sebaiknya

yang berpenampilan sehat, tumbuh subur dan tegak serta daunnya tidak ada yang

rusak.

Bibit dirawat agar terhindar dari serangan hama dan penyakit.  Kesehatan

bibit yang sudah terjamin baik dapat diperhastikan dari petumbuhannya yang normal

dan tanaman tampak subur.

Bibit tanaman tomat di tempat pembibitan itu biasanya dinaungi atau tidak

mendapat sinar matahari secara langsung.  Jadi sebelum ditanam di areal pertanaman,

13

bibit itu harus cukup terbiasa mendapat sinar matahari langsung karena pada areal

pertanaman tidak ada lagi yang dapat menaunginya.

Saat yang terbaik untuk menanam sayuran tomat adalah tiga hari sesudah

lubang tanam dipersiapkan dan diusahakan pada pagi atau sore hari.  Pada saat pagid

an sore hari, keadaan cuaca belum panas sehingga tanaman dapat terhindar dari

kelayuan.  Kelayuan dapat terjadi karena tidak adanya keseimbangan antara jumlah

air yang diserap oleh akar tanaman adengan proses transpirasi (penguapan) yang

terjadi pada tanaman itu sendiri. Penanaman tomat pada umumnya ditanam dengan

jarak 60 cm X 80 cm dengan jumlah rumpun satu rumpun setiap lubang tanam. 

Penanaman dengan jarak ini digunakan oleh seluruh responden yang ada di lokasi

penelitian.

7. Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak atau

yang pertumbuhannya tidak normal.  Penyulaman tanaman biasanya dilakukan antara

4-7 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati atau

tumbuh secara abnormal dan bibit yang digunakan untuk menyulam haruslah berasal

dari bibit yang sama dengan harapan tanaman yang ada tumbuh secara seragam. 

Untuk perlakuan penyulaman ada yang 4-7 hari setelah tanam ada juga yang 3 hari

karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang pertumbuhannya tidak

normal.  Pertumbuhan yang tidak normal itu dapat terjadi disebabkan oleh kesalahan

pada saat penanaman.

Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sengaja disisakan

atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan.  Bibibt yang

digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sama umurnya dengan tanaman yang

tidak disulam, sehingga pertumbuhan semua tanaman seragam.

8. Pemasangan ajir/turus

Pemasangan turus berguna untuk menegakkan tanaman tumbuh.  Tanaman

tomat yang tingginya kira-kira 25 cm atau sekitar 21 hari sejak ditanam harus diberi

ajir/turus atau penunjang.  Tanaman tomat yang memiliki batang yang kurang kuat

14

untuk menopang pertumbuhannya harus dipasang turus untuk membantu menopang

buah.  Selain itu, pemberian turus juga dapat menjadi tempat tanaman merambat

vertikal ke atas dan tanaman mendapatkan pernyinaran sinar matahari yang lebih baik

dibandingkan bila tanaman itu menjalar horizontal diatas tanah.

Turus/ajir atau alat penopang pertumbuhan tomat ini dapat dibuat dari bahan

bambu yang ditancapkan tegak diatas tanah dekat pada batang tanaman.  Untuk

menguatkan turus tetap tertancap tegak, maka setiap turus diikat pada bambu yang

dibuat melintang.  Konstruksi turus dapat dibentuk dengan palang segitiga, yaitu

posisi turus pada setiap tanaman dipasang miring sehingga ujung turus dapat

disatukan dengan ujung turus yang berada di depan atau disebelahnya.   Konstruksi

bangun ini seperti sangat sesuai bila sistem penanaman dilakukan dengan pola barisan

berganda.

9. Pengikatan dan perempelan

Pengikatan tanaman bertujuan supaya tanaman dapat tumbuh dengan baik,

pengikatan menggunakan tali rafia. Perempelan tunas-tunas yang tumbuh berlebih

penting dilakukan agar tanaman kurang mendapatkan persaingan unsur hara yang

dibutuhkan, dan alat yang digunakan untuk merempel adalah gunting.

10. Pemupukan susulan

Pemupukan susulan dilakukan dengan metode kocor. Pupuk yang digunakan

adalah jenis pupuk mutiara, pemupukan sistem kocor dilakukan dengan cara

melarutkan pupuk mutiara dengan air dengan dosis yang telah ditentukan kemudian

dikocorkan pada tanaman. Pemupukan diberikan sejak umur tanaman l5 - 60 HST.

11. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tomat

Kerusakan pada suatu tanaman biasa disebabkan oleh faktor biotis, seperti

sbangsa jamur, bakteri, insekta, virus dan gulma.  Untuk memberantas jamur

digunakan fungisida, memberantas bakteri digunakan bakterisida dan memberantas

insekta digunakan insektisida.  Untuk memberantas virus umumnya masih dilakukan

dengan pencabutan kemudian dimusnahkan, sedangkan untuk memberantas gulma

digunakan herbisida.

15

Hama adalah hewan yang merusak tanaman atau hasil tanaman karena

aktivitas hidupnya, terutana aktivitas untuk memperoleh makanan.  Hama tanaman

memiliki kemampuan merusak yang sangat hebat.  Akibatnya tanamana dapat rusak

atau bahkan tidak dapat menghasilkan sama sekali.

Hama pada tanaman terdiri dari atas hewan mamalia, serangga dan burung. 

Hama tanaman berupa hewan mamalia terdiri dari tikus, babi hutan dan kera.  Hama

tanaman berupa burung terdiri dari burung gelatik dan burung pipit.  Hama tanaman

berupa serangga misalnya wereng, kutu daun, walang sangit, belalang, berbagai ulat

dan berbagai kumbang.  Diantara hama-hama tersebut yang paling menimbulkan

kerugian besar pada tanaman adalah kelompok serangga.

a)      Hama Gurem

Hama Gurem (Thrips atau Myten) biasanya menyerang daun, bunga dan buah

pada tanaman sayuran tomat.  Untuk mengatasi hama gurem ini dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu pembibitan/pesemaian disemprotkan dengan obat Dieldrin dan

pada areal yang tetap atau lahan pertanaman dapat disemprotkan dengan antara

copper fungisida dan Dieldrin.

b)      Ulat Tanah

Ulat Tanah (Agrotis ipsilon) ini menyerang tanaman sayuran tomat pada

bagian batangnya.  Warna ulatnya hitam mengkilat.  Untuk pemberantasan hama ulat

tanah ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1)      Memasang umpan dengan perbandingan bahan campuran 1000 gr dedak : 100 gr

gula dan paris green, dicampur dengan air secukupnya.

2)      Dilakukan penyemprotan seminggu sekali

3)      Secara preventif yaitu menaman jenis tanaman tomat yang resisten serta tepat pada

waktunya.

c)      Hama Cacing

Hama Cacing (Melodogyna sp.) ini menyerang tanamans ayuran tomat pada

bagian akar, baik itu di lahan pesemaian maupun pada lahan pertanaman. 

Pemberantasan hama cacing ini dapat dilakukan dengan menggunakan Nematisida.

16

d)     Siput atau Bekicot

Siput atau bekicot (Achatina fulica) menyerang pada waktu malam hari den

menyerang pada daun tanaman.  Cara pemberantasannya dilakukan dengan cara:

1)      Cara mekanik : mencari siput yang menyerang daun kemudian langsung

dibasmi/dibunuh.

2)      Cara kuratif : memberi umpan, yang merupakan campuran antara Metadex dan

bekatul.

3)      Cara preventif : membuat got keliling, dan got tersebut harus ada airnya.

e)      Hama Kutu Pucuk

Jenis kutu ini ada yang berwarna hitam ada juga yang berwarna putih.  Kedua

jenis ini menyerang menghisap sari-sari makanan lewat pucuk tanaman secara

bergerombol.  Untuk memberantas hama kutu pucuk ini dapat dilakukan dengan cara-

cara penyemprotan dengan Folidol dan  Dieldrin, serta mengadakan rotasi tanaman

secara sempurna.

Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh

mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut adalah virus, bakteri, protozoa, jamur dan

cacang nematode.  Mikroorganisme itu dapat menyerang organ tumbuhan seperti

pada akar, batang, daun atau buah.

a)      Penyakit Jamur Phythophthora infestans

Penyakit busuk daun pada tanaman sayuran tomat yang disebabkan oleh

jamur Phythophthora infestans biasanya berjangkit pada musim hujan dan dapat

menyerang semua stadia pertumbuhan tanaman tomat sehingga perlindungannya

harus dimulai sejak pindah pada lahan pertanaman.

Kebiasaan petani penyemprot pestisida secara serampangan menyebabkan

timbulnya strain baru dari Phythophthora infestans yang ditunjukkan adanya

kekebalan jamaur Phythophthora infestans terhadap fungisida tertentu atau dosis

efektif. 

Fungisida yang dapat dianjurkan sebagai elternatif untuk mengendalikan

jamur Phythophthora infestans pada tomat antara lain:

17

1)      Fungisida protektan Kocide 54WDG

2)      Fungisida sistemik Starmyl 25WP

Fungisida Kocide 54 WDG dan Starmyl 25WP dalam pemakaiannya dapat dipakai

secara bergantian maupun secara bersama-sama (dicampur), karena kedua fungisida

ini sudah teruji efektivitasnya dan tidak terjadi reaksi yang bersifat saling

melemahkan.

b)      Penyakit Layu

Penyakit layu pada tanaman sayuran tomat disebabkan oleh jamur Fusarium

oxysporium.  Penyakit layu ini bisa menular melalui luka.  Untuk menanggulangi

penyakit layu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1)      Tanaman diusahakan agar jangan sampai terjadi luka.

2)      Benih tanaman didesinfektan dengan air panas bersuhu 550 C selama   10 – 17 menit.

3)      Tanaman yang terserang dicabut kemudian dimusnahkan dengan cara membakarnya.

c)      Penyakit Akar

Penyakit akar pada tanaman sayuran tomat disebabkan oleh bakteri, yaitu

Bacterium solanacearum.  Bakteri ini biasanya meneyrang tanaman tanaman yang

ditanam di lahan pertanaman yang berwarna merah.  Penanggulangan penyakit akar

yang sudah terserang dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1)      Perlu diadakan rotasi tanam dengan tanaman lain dengan teratur.

2)      Perlu diperhatikan bahwa adajuga tanaman lain yang mudah terserang oleh penyakit

ini misalnya terong, kentang dan lombok.

3)      Bila ada tanaman yang sudah terserang segera cabut dan dimusnahkan dengan cara

membakarnya.

d)     Penyakit Virus Mozaik

Penyakit mosaic pada tanaman sayuran tomat disebabkan virus.  Penyakit ini

menyerang daun tanaman.  Untuk mencegah tanaman terserang penyakit virus ini

adalah dengan cara menanam tanaman tomat tidak pada musim penghujan.  Bila

18

tanaman sudah sempat terserang penyakit virus ini, segeralah dicabut kemudian

dimusnahkan dengan cara membakarnya.

e)      Penyakit Bakteri Xanthomonas solanacearum

Penyakit bakteri yang menyerang tanaman sayuran tomat adalah

Xanthomonas solanacearum.  Tanaman sayuran tomat yang sudah sempat terserang

penyakit bakteri ini dapat ditanggulangi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1)      Mengadakan rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan merupakan familinya.

2)      Dianjurkan untuk menanam jenis yang resisten.

3)      Tanaman yang sakit segera dicabut dan dimusnahkan.

f)       Penyakit Bengkak Akar

Penyakit bengkak akar pada tanaman sayuran tomat disebabkan oleh

nematoda Meloidogynesp.  Kebanyakan nematode hidup didalam tanah dikelilingi

oleh jamur, bakteri atau virus yang banyak diantara jenisnya dapat menyebabkan

penyakit pada tumbuhan.

Pengendalian secara kimiawi masih diperlukan untuk melindungi tanaman

tomat dari serabngan nematoda bengkak akar, terutama bila metode pengendalian

yang lain kurang efektif menekan populasi nematoda.  Salah satu jenis nematoda

yang efektif menurunkan keganasan serangan nematoda parasitik ini adalah

corbofuran.

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemakaian nematisida, maka

perlu dilakukan optimalisasi kondisi lingkungan tanah yang mendukung aksi kerja

bahan aktif nematisida.  Caranya adalah dengan pengaturan pengairan.

g)      Busuk Ujung Buah Tomat

Sistem pertanian intensif yang disertai pemupukan tidak berimbang sering

menyebabkan gejala penyakit fisiologis akibat kekurangan unsur hara tertentu.  Salah

satu diantaranya yang sering ditemukan pada tanaman tomat adalah busuk ujung

buah.  Penyakit ini sangat merugikan petani tomat karena dapat menggagalkan

panen.  Kalaupun bisa, kualitas buah akan sangat menurun, sehingga sulit dipasarkan.

19

Untuk mengatasi serangan penyakit fisiologis ini dianjurkan memilih varietas

tomat yang tahan, misalnya saja tomat hibrida varietas kada.  Namun akan lebih baik

lagi bila anjuran-anjuran berikut ini dapat dilakukan:

1)      Lakukan pengapuran tanah pada saat pengolahan tanah, terutama lahan yang mudah

kekurangan Ca atau pH-nya rendah.

2)      Lakukan pemupukan berimbang sesuai anjuran (rekomendasi) setempat.  Hindari

pemupukan nitrogen dan kalium yang berlebihan, karena dapat mempengaruhi

penyerapan unsur Ca.

3)      Pengairan (penyiraman) harus merata, jangan membiarkan tanah terlalu basah atau

kekeringan.

4)      Bila ditemukan ada gejala awal kurang Ca, segera semprot dengan CaCl2 pada

seluruh permukaan daun 5 – 7 hari sekali secara berulang-ulang sampai sembuh.

5)      Buah tomat yang terserang segera dikumpulkan dan dibuang.

Dalam dunia pertanian, nama lain dengan istilah yang populer untuk rumput

pengganggu tanaman budidaya adalah gulma.  Di sawah, ladang, huma, kebun atau

lahan pertanaman lainnya banyak sekali jenis rumput yang mengganggu tanaman

pokok.  Jadi, gulma adalah tanaman liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman

yang diusahakan manusia sehingga manusia berusaha untuk mengatasi.

Gulma perlu diberantas karena sangat mengganggu tanaman adan mengambil

makan (zat hara) dari dalam tanah yang mengakibatkan penderitaan pada tumbuhan

pokok dan juga mengakibatkan turunnya hasil pertanian yang dibudidayakan.  Selain

itu juga dapat merugikan manusia karena sebagian gulma ada yang mengandung

racun.

Penyiangan pertama sebaiknya dilakukan pada saat tanamn sayuran tomat

berumur 2 minggu.  Penyiangan ini dapat dilakukan dua kali.  Tujuannya adalah

menghilangkan gulma-gulma yang menjadi saingan dalam mencari zat makanan dari

dalam tanah.  Selain itu juga bertujuan menggemburkan tanah.  Penyiangan

selanjutnya dapat dilakukan pada saat umur tanaman sudah sekitar 5 minggu.

20

12. Panen

Penentuan panen sangat mempengaruhi mutu dan harga tomat saat di

pasarkan.  Pemanenan secara periodik dilakukan 2 atau 3 kali sepekan bergantung

pada keadaan buah yang matang. 

Adapun ciri buah tomat dalam proses perubahan warna buah tomat: 

Panen Tomat Warna Hijau : Panen dilakukan pada saat seluruh permukaan

buah berwarna hijau, mungkin hijau cerah atau hijau pekat.  Di sekitar biji terdapat

lendir dan jika buah dipotong bijinya menyamping atau dengan kata lain tidak

terpotong.

Panen Tomat Warna Gading : Panen dilakukan pada saat tomat berwarna

gading mulai muncul di ujung buah.  Perubahan warna tidak lebih dari 10%. 

Permukaan buah berubah kekuningan, jingga atau merah dan selebihnya hijau.

Panen Tomat Warna Kuning : Panen dilakukan pada saat warna tomat mulai

berubah dari warna hijau menjadi kuning, oranye atau merah.

Panen Tomat Merah Muda : Panen dilakukaan pada saat buah berwarna merah

muda atau setengah masak.  Warna hijau pada tomat hampir sama dengan kuning,

oranye atau merah.

Panen Tomat Merah : Panen dilakukan pada saat buah berwarna merah atau

buah masak, permukaan buah lebih banyak berwarna kuning, oranye, jingga atau

merah.  Warna hijau berangsur berkurang hanya sekilas.

Bersamaan dengan proses pematangan tersebut, kandungan klorofil, vitamin

C dan kekerasan menurun.  Sebaliknya kandungan lycopene dan etilen jstru

meningkat.  Perubahan kimia selama proses kematangan buah meliputi warna dari

hijau jke merah, karbiohidrat dari pati menjadi gula dan asam organik yang kian

menurun.  Disamping itu, protein dan pembebasan asam amino meningkat diikuti

kerusakan jaringan sel serta perubahan aroma.

Pemanenan tomat dilakukan mulai tanaman berumur 70 HST panen pertama

sampai panen ke 9 dengan selang panen 3-4 hari setelah panen. Tanaman tomat pada

21

umumnya mempunyai masa panen antara 8-9 kali setelah itu terjadi penurunan hasil

secara drastis.

12. Pemasaran hasil

Penanganan hasil panen adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari

pengumpulan hasil panen sampai pada tahap siap untuk dipasarkan.  Penanganan

hasil panen harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati karena sangat menentukan

mutu akhir buah.  Pemasaran hasil tanaman tomat di Desa Lapandewa pada

umumnya petani menjual langsung ke tengkulak yang kemudian tengkulak

membawa dan menjualnya di pasar-pasar terdekat yang ada.

B. Faktor Produksi dan Produksi Tomat

1. Penggunaan Faktor Produksi

Faktor produksi adalah sesuatu yang ditambahkan dalam proses produksi

atau segala sesuatu yang dipergunakan untuk produksi (Rosyidi, 2001). Adapun

faktor-faktor produksi yang diperhitungkan dalam penelitian ini yaitu: sarana

produksi (benih, pupuk, pestisida) dan tenaga kerja.

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan

dalam kegiatan usahatani tomat yang terdiri dari biaya variabel yaitu biaya sarana

produksi untuk benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja, sedangkan biaya tetap

adalah biaya penyusutan.

2. Biaya sarana produksi (Biaya Variabel)

Biaya sarana produksi terdiri dari biaya benih, pupuk, dan pestisida.

a. Benih

Benih yang digunakan oleh petani responden di Desa Lapandewa adalah jenis

Benih Lentana. Jumlah benih yang digunakan oleh 15 responden adalah sebanyak

363,00 grammt-1dengan rata-rata jumlah benih per responden adalah sebanyak 24,20

grammt-1 dengan rata-rata harga gram-1 yaitu Rp 20.000,00 . Jadi jumlah biaya benih

yang digunakan 15 responden adalah Rp 7.260.000 mt-1dengan rata-rata - rata per

22

responden Rp 484.000 mt-1 responden-1 dan jumlah biaya benih            Rp

32.351.282,05 ha-1 dengan rata-rata per responden Rp 2.156.752,14 (Lampiran 3).

b. Pupuk

Pupuk yang digunakan petani tomat adalah Pupuk kandang, KCl,  Ponska,

Kapur, Mutiara dan Tensil Organik. Dalam penelitian ini, tidak semua jenis pupuk

digunakan oleh petani responden dalam kegiatan usaha taninya.

Jumlah Pupuk kandang yang digunakan oleh 15 responden adalah 12.400 kg

mt-1 dengan rata-rata per responden 826,67 kg mt-1 responden-1 dengan harga rata-rata

Rp 500 kg-1 dan jumlah biaya pupuk kandang adalah Rp 6.200.000 mt-1 dengan rata-

rata per responden Rp 413.333,33 mt-1.

Jumlah Pupuk KCl yang digunakan oleh 15 reponden adalah 1.260 kg mt -1 

dengan rata-rata per responden 84,00 kg mt-1 responden-1  dengan harga rata-rata Rp.

4.000 kg-1 mt-1  dan jumlah biaya pupuk KCL adalah Rp 5.040.000 mt-1  dengan rata-

rata per responden Rp 336.000,00 mt-1.

Jumlah Pupuk Phonska yang digunakan oleh 15 reponden adalah         2.480

kg mt-1  dengan rata-rata per responden 165,33 kg mt-1 responden-1  dengan harga

rata-rata Rp 1.750 kg-1mt-1 dan jumlah biaya pupuk urea adalah                    Rp

4.340.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 394.545,45 mt -1.

Jumlah Kapur yang digunakan oleh 15 responden adalah   6.260 kg mt-1

dengan rata-rata per responden 417,33 kg mt -1responden-1 dengan harga rata-rata Rp

600 kg-1mt-1 dan jumlah biaya pupuk kapur adalah Rp 3.756.000 mt -1 dengan rata-

rata per responden Rp 250.400 mt-1.

Jumlah Pupuk Mutiara yang digunakan oleh 15 responden adalah 1.240 kg

mt-1 dengan rata-rata per responden  82,67 kg mt-1responden-1 dengan harga rata-rata

Rp 10.000 sak-1mt-1 dan jumlah biaya pupuk mutiara adalah           Rp 12.400.000

mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 826.666,67 mt -1.

Jumlah Pupuk Tensil Organik yang digunakan oleh 15 responden adalah 64

Lmt-1 dengan rata-rata per responden 8 Lmt -1responden-1 dengan harga rata-rata Rp

23

90.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pupuk Tensil Organik adalah Rp.5.760.000 mt -1

dengan rata-rata per responden Rp 384.000 mt -1.

Total biaya pupuk adalah Rp 15.580.000 mt -1 dengan rata-rata per responden

adalah Rp 1.038.666,67 mt-1 dan total biaya pupuk per hektar adalah

Rp.70.926.549,15 dan rata-rata per responden adalah Rp 4.72.436,61. (Lampiran 4

dan 5).

c. Pestisida

Pestisida yang digunakan petani tomat adalah Agrinek, Gramoxon, Antracol,

Biotonik dan Furadan. Dalam penelitian ini, tidak semua jenis pestisida digunakan

oleh petani responden dalam kegiatan usahataninya.

Jumlah Agrinek yang digunakan oleh 15 responden adalah 5,96 Lmt -1

dengan rata-rata per responden 0,40 Lmt-1responden-1 dengan harga rata-rata

Rp.140.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Agrinek adalah Rp 834.400 mt -1

dengan rata-rata per responden Rp 55.626,67 mt -1.

Jumlah Gramoxol yang digunakan oleh 15 responden adalah 13,50 Lmt -1

dengan rata-rata per responden 0,90 Lmt-1responden-1 dengan harga rata-rata

Rp.50.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Gramoxon adalah Rp 675.000 mt -1

dengan rata-rata per responden Rp 75.000 mt -1.

Jumlah Antracol yang digunakan oleh 15 responden adalah 13 Lmt -1 dengan

rata-rata per responden 0,87 Lmt-1responden-1 dengan harga rata-rata Rp.90.000 L -

1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Antracol adalah Rp 1.170.000 mt -1 dengan rata-rata

per responden Rp 90.000 mt-1.

Jumlah Biotonik yang digunakan oleh 15 responden adalah 16,50 Lmt -1

dengan rata-rata per responden 1,10 Lmt-1responden-1 dengan harga rata-rata

Rp.40.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Biotonik adalah Rp 660.000 mt -1

dengan rata-rata per responden Rp 73.333,33 mt -1.

Jumlah Furadan yang digunakan oleh 15 responden adalah 275 kgmt -1

dengan rata-rata per responden 68,75 kg mt-1responden-1 dengan harga rata-rata Rp

24

1.200 kg-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Furadan adalah Rp 330.000 mt -1 dengan

rata-rata per responden Rp 82.500 mt-1.

Total biaya pestisida adalah Rp 3.669.400,00 mt -1 dengan rata-rata per

responden adalah Rp 244.626,67,00 mt -1 dan total biaya pestisida per hektar adalah

Rp 16.411.581,20 dan rata-rata per responden adalah Rp 1.094.105,41 (Lampiran 6

dan 7).

d. Tenaga Kerja

Tenaga Kerja yang digunakan petani tomat adalah untuk pengolahan lahan,

persemaian, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemasangan ajir, pengendalian

HPT dan panen. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja pria dan wanita

dalam usia produktif (15 - 64 tahun).

Jumlah tenaga kerja pada proses pengolahan lahan yang digunakan oleh 15

reponden adalah 205 HOK dengan rata-rata per responden 13,67 HOKmt-1 dengan

upah rata-rata Rp 50.000 HOK-1mt-1.

Jumlah tenaga kerja pada proses persemaian yang digunakan oleh 15

reponden adalah 15,50 HOK dengan rata-rata per responden 1,03 HOKmt -1dengan

upah rata-rata Rp 50.000 HOK-1.

Jumlah tenaga kerja pada proses penanaman yang digunakan oleh 15

reponden adalah 35 HOK dengan rata-rata per responden 2,33 HOKmt -1  dengan

upah rata-rata Rp 50.000 HOK-1mt-1.

Jumlah tenaga kerja pada proses pemupukan yang digunakan oleh 15

reponden adalah 93 HOK dengan rata-rata per responden 6,20 HOKmt -1 dengan

upah rata-rata Rp 50.000 HOK-1mt-1.

Jumlah tenaga kerja pada proses pemasangan ajir yang digunakan oleh 15

reponden adalah 59 HOK dengan rata-rata per responden 3,93 HOKmt -1 dengan

upah rata-rata Rp 50.000 HOK-1mt-1.

Jumlah tenaga kerja.pada proses pengendalian HPT yang digunakan oleh 15

reponden adalah 94 HOK dengan rata-rata per responden 6,27 HOKmt -1 dengan

upah rata-rata Rp 50.000 HOK-1mt-1.

25

Jumlah tenaga kerja pada proses panen yang digunakan oleh 15 reponden

adalah 117 HOK dengan rata-rata per responden 7,80 HOKmt -1dengan upah rata-

rata Rp 50.000 HOK-1mt-1.

Total biaya tenaga kerja adalah Rp 39.625.000 mt -1 dengan rata-rata per

responden adalah Rp 2.641.666,67 mt -1 dan total biaya tenaga kerja per hektar

adalah Rp 222.740.811,97 dan rata-rata per responden adalah Rp 14.849.387,46

( Lampiran 8 dan 9).

e. Penyusutan Alat

Alat-alat pertanian yang digunakan petani tomat adalah cangkul, arit,

handsprayer, parang, gembor dan mulsa.

Jumlah cangkul yang digunakan oleh 15 responden adalah 36 buah dengan

rata-rata penggunaan per responden 2,40 buah dengan rata-rata umur teknis 3,93

tahun dan rata-rata harga cangkul Rp 65.000 . Jumlah biaya penyusutan alat cangkul

adalah Rp 659.500 mt-1 dengan rata-rata per responden adalah Rp 43.966,67.

Jumlah arit yang digunakan oleh 15 reponden adalah 35 buah dengan rata--

rata penggunaan per responden 2,33 buah dengan rata-rata umur teknis 2,40 tahun

dan rata-rata harga arit Rp 45.000. Jumlah biaya penyusutan alat arit adalah Rp

725.833,33 mt-1 dengan rata-rata per responden adalah Rp 48.388,89.

Jumlah handsprayer yang digunakan oleh 15 reponden adalah 25 buah

dengan rata-rata penggunaan per responden 1,67 buah dengan rata-rata umur teknis

5,27 tahun dan rata-rata harga handsprayer Rp 213.800. Jumlah biaya penyusutan

alat handsprayer adalah Rp 1.058.500 mt -1 dengan rata-rata per responden adalah Rp

70.566,67.

Jumlah parang yang digunakan oleh 15 reponden adalah 22 buah dengan

rata-rata penggunaan per responden 1,47 buah dengan rata-rata umur teknis 2,67

tahun dan rata-rata harga parang Rp 34.667,67. Jumlah biaya penyusutan alat

parang adalah Rp 351.166,67 mt-1 dengan rata-rata per responden adalah Rp

23.411,11..

26

Jumlah gembor yang digunakan oleh 15 reponden adalah 10 buah dengan

rata-rata penggunaan per responden 1,11 buah dengan rata-rata umur teknis 4,67

tahun dan rata-rata harga gembor Rp 35.000. Jumlah biaya penyusutan alat gembor

adalah Rp 75.250 mt-1 dengan rata-rata per responden adalah Rp 8.361,11.

Jumlah mulsa yang digunakan oleh 15 reponden adalah 36 rol dengan rata-

rata penggunaan per responden 2,40 rol dengan rata-rata umur teknis 1,50 tahun dan

rata-rata harga mulsa Rp 400.000 rol-1 . Jumlah biaya penyusutan alat parang adalah

Rp 9.600.000 mt-1 dengan rata-rata per responden adalah Rp 640.000.

Total biaya penyusutan alat adalah Rp 12.470.250  mt-1 dengan rata-rata per

responden adalah Rp 831.350  mt-1 dan total biaya penyusutan alat per hektar adalah

Rp 60.614.730,77 dan rata-rata per responden adalah Rp 4.040.982,05.

f. Biaya Lain-lain

Biaya lain-lain disini meliputi biaya sewa traktor, biaya sewa lahan, biaya

ajir dan biaya tali ikat. Jumlah biaya sewa traktor yang hanya digunakan 1

responden adalah Rp 1.100.000 ha-1 dan biaya sewa traktor per musim tanam adalah

Rp 550.000,00 dengan rata-rata per responden Rp 550.000,00. Jumlah biaya ajir

yang digunakan 15 responden adalah Rp 55.726.923,08 ha -1 dengan rata- rata per

responden Rp 3.715.128,21 ha-1 dan biaya ajir per musim tanam adalah Rp

12.100.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 806.666,67 mt -1. Jumlah biaya

tali ikat yang digunakan 15 responden adalah Rp 4.356.581,20 ha -1 dengan rata- rata

per responden Rp 290.438 ha-1 dan biaya tali ikat per musim tanam adalah Rp

960.000 mt-1 dengan rata-rata per responde Rp. 64.000 mt -1 Jumlah biaya sewa lahan

yang digunakan 15 responden adalah Rp 4.511.111,11 ha -1 dengan rata-rata per

responden Rp 300.740,74 ha-1 dan biaya sewa lahan per musim tanam adalah Rp

1.050.000 mta-1 dengan rata-rata per responden Rp 70.000 mt-1.

Total biaya lain-lain adalah Rp. 65.694.615,38 ha-1 dengan rata-rata per

responden adalah Rp. 4.379.641,03 dan total biaya lain-lain per musim tanam adalah

Rp.14.660.000 dengan rata-rata per responden Rp 977.333,33. (Lampiran 12).

27

Jadi total biaya produksi yang dikeluarkan 15 responden selama musim

tanam adalah Rp 93.264.651,25 dengan rata-rata per responden adalah

Rp.6.217.643,42 dan biaya produksi yang dikeluarkan per hektar adalah

Rp.468.739.575,51 dengan rata-rata per responden adalah Rp 31.249.305,03.

(Lampiran 13).

3. Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 15 Responden diperoleh produksi

tomat untuk satu musim tanam berkisar antara 36.850 kg, dengan rata-rata 2.456,67

kg-1responden-1. Harga penjualan Rp 6.000 kg.

Penerimaan yang diperoleh 15 responden adalah Rp 221.100.000 mt -1

dengan rata-rata sebesar Rp 14.740.000 responden -1 mt-1 atau Rp. 1.004.687.179,49

ha-1 dengan rata-rata per responden Rp 66.979.145,30 ha -1.

Sedangkan pendapatan yang diterima oleh 15 responden adalah Rp.

127.835.348,75 dengan rata-rata sebesar Rp 8.522,356,58  responden-1mt-1 atau Rp

535.947.603,97 ha-1 dengan rata-rata Rp 35.729.840,26 responden -1 ha-1 secara rinci

dapat dilihat pada Tabel 8 dan lebih rinci pada Lampiran 14.

RC ratio yang didapat berkisar antara 1,26 sampai dengan 2,93 yang

menunjukkan bahwa RC ratio bernilai lebih besar daripada 1 maka dapat dikatakan

bahwa usahatani yang dilakukan di Desa Lapandewa tersebut adalah

menguntungkan.

28

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Diketahui bahwa jumlah biaya produksi usahatani tomat per musim tanam di

Desa Lapandewa adalah Rp 93.264.651,25 dengan rata-rata per petani Rp

6.217.643,42 dan jumlah biaya produksi per musim tanam per hektar adalah

Rp 468.739.575,51 dengan rata-rata per petani Rp 31.249.350,03.   Biaya

produksi terdiri dari rata-rata biaya benih per petani Rp 484.000,00, rata-rata

biaya pupuk per petani Rp 1.038.666,67, rata-rata biaya pestisida per petani

Rp 244.754,67, rata-rata biaya tenaga kerja Rp 2.641.666,67, rata-rata biaya

penyusutan alat per petani Rp 831.350,00 dan rata-rata biaya lain-lain per

petani Rp 977.333,33.

2. Diketahui bahwa rata-rata produksi per petani petani tomat di Desa

Lapandewa adaIah 2.456,67 kgmt-1, dengan harga jual rata-rata Rp  6.000kg-

1, penerimaan rata-rata per petani per musim tanam adalah Rp. 14.740.000

dan penerimaan rata-rata per hektar adalah Rp 66.979.145,49 serta

pendapatan rata-rata per petani per musim tanam Rp 8.522.356,58  dengan

rata-rata pendapatan per petani per hektar Rp 35.729.840,26.

3. Diketahui bahwa nilai R/C yang telah dianalisis didapat nilai R/C yang lebih

besar dari nilai 1 maka berarti bahwa usahatani tomat yang diusahakan di

Desa Lapandewa tersebut adalah menguntungkan.

B. Saran

1. Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dapat lebih memperhatikan petani

dalam mendapatkan benih dan pupuk yang berkualitas tinggi supaya bisa

mendapatkan hasil yang lebih besar.

29

2. Prasarana jalan yang rusak yang selalu menghambat perjalanan hasil

produksi menjadi lambat supaya bisa diperbaiki dengan begitu pemasaran

tomat ke sentra pemasaran dapat sampai dengan tepat waktu, karena tomat

adalah tanaman buah yang cepat busuk.

30

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 1998. Tomat Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.

Kadariah. 1983. Teori Ekonomi Mikro. Fakultas Ekonomi, UI.

Rahardi, F. Y. H. Indriani dan Haryono. 1997. Agribisnis Tanam Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Muhyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi 3. LP3ES, Jakarta.

Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry. Kanisius, Jakarta.

Samuelson, P. A dan W. D Nordhaus. 2003. Ekonomi Mikro. Edisi 14. Erlangga, Jakarta.

Soedarsono. 1992. Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi Perisi. LP3ES, Jakarta.

31

TUGAS

MAKALAH

RENCANA USAHA TANI TOMAT DI DESA LAPANDEWA

Taruh logo disini

OLEH :

WA ODE NURSIAH1209010286

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

BAU-BAU2012

32