BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern...

33
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 Deskripsi dan Taksonomi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculantum Mill.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin yang dibawa oleh orang Spanyol dan Portugis pada abah ke-16. Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan baik pada iklim yang berbeda dari daerah asalnya (Villareal & Moomaw, 1979). Klasifikasi botani tomat memiliki sejarah yang menarik, pertama kali tomat ditempatkan pada genus Solanum dan diidentifikasikan sebagai Solanum lycopersicon. Walaupun telah diubah menjadi Lycopersicum esculentum, hal ini memiliki arti sederhana “dapat dimakan”. Secara lengkap para ilmuwan mengklasifikasikan tanaman tomat dengan sistematik sebagai berikut : a. Kingdom : Plantae b. Subkingdom : Tracheobionia c. Divisi : Magnoliophyta d. Kelas : Magnoliopsida e. Subkelas : Asteridae f. Ordo : Solanales g. Famili : Solaneceae h. Genus : Solanum

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tomat

2.1.1 Deskripsi dan Taksonomi Tanaman

Tomat (Lycopersicum esculantum Mill.) berasal dari daerah tropis

Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali

berasal dari Amerika Latin yang dibawa oleh orang Spanyol dan Portugis pada

abah ke-16. Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh

dengan baik pada iklim yang berbeda dari daerah asalnya (Villareal & Moomaw,

1979). Klasifikasi botani tomat memiliki sejarah yang menarik, pertama kali

tomat ditempatkan pada genus Solanum dan diidentifikasikan sebagai Solanum

lycopersicon. Walaupun telah diubah menjadi Lycopersicum esculentum, hal ini

memiliki arti sederhana “dapat dimakan”. Secara lengkap para ilmuwan

mengklasifikasikan tanaman tomat dengan sistematik sebagai berikut :

a. Kingdom : Plantae

b. Subkingdom : Tracheobionia

c. Divisi : Magnoliophyta

d. Kelas : Magnoliopsida

e. Subkelas : Asteridae

f. Ordo : Solanales

g. Famili : Solaneceae

h. Genus : Solanum

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

10

i. Spesies : Lycopersicum esculentum (Jones, 2008).

Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima mahkota.

Daun tomat berwarna hijau dan berbulu. Bunga tanaman tomat berwarna kuning.

Buahnya berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat pipih, atau oval. Buah yang masih

muda berwarna hijau muda sampai hijau tua. Sementara itu, buah yang sudah tua

berwarna merah cerah atau gelap, merah kekuning-kuningan, atau merah

kehitaman. Buahnya memiliki daging buah yang lembut, lunak, dan kadang-

kadang banyak mengandung biji. Buah tomat memiliki rasa manis, asam, dan

sedikit dingin (Pratiwi, 2009).

Buah tomat memiliki beberapa varietas. Buah tomat menurut bentuknya,

dapat digolongkan menjadi: (1) Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum Mill,

var. Cerasiforme (Dun) Alef), bentuknya seperti kelengkeng; (2) Tomat Tegak

(Lycopersicon esculentum Mill, var.validim Bailey); (3) Tomat Kentang atau

Tomat Daun Lebar (Lycopersicon esculentum Mill, var.grandifolium Bailey); (4)

Tomat Apel atau Pir (Lycopersicon esculentum Mill, var.pyriforme Alef); (5)

Tomat Biasa (Lycopersicon esculentum Mill, var.commune). Jenis tomat yang

digunakan dalam penelitiaan ini adalah tomat biasa (Pratiwi, 2009).

Buah tomat merupakan produk hortikultura yang mudah diperoleh di

Indonesia. Rasa buahnya yang manis–asam digemari oleh sebagian besar

masyarakat. Buah tomat merupakan sumber vitamin C dan A, juga kaya

antioksidan. Pada umumnya tomat dikonsumsi dalam bentuk segar (Tugiyono,

2007). Tanaman tomat termasuk tanaman semusim (berumur pendek). Artinya

tanaman hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Tanaman tomat

berbentuk perdu yang tingginya dapat mencapai ± 2 meter. Ukuran buah tomat

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

11

sangat bervariasi, yang berukuran paling kecil memiliki bobot 8 gram dan yang

berukuran besar memiliki bobot 180 gram. Buah tomat yang masih muda

berwarna hijau-muda, bila sudah matang berubah menjadi merah. Buah tomat

muda memiliki rasa getir dan beraroma tidak sedap, sebab masih mengandung zat

lycopersicin yang berbentuk lendir. Aroma yang tidak sedap itu akan hilang

dengan sendirinya pada saat buah memasuki fase pematangan hingga matang.

Rasanya juga akan berubah menjadi manis agak masam yang mencirikan rasa

buah tomat. Buah tomat terdiri dari 2-12 lokul yang mengandung banyak biji

(Jones, 2008). Dalam masyarakat umum, buah tomat hanya dibuat sebagai sayur

saja tanpa adanya pemanfaatan yang lebih, sebagai tepung tomat misalnya yang

dapat dibuat sumber makanan alternatif mengingat gizi yang dikandungnya cukup

kompleks, padahal buah tomat setelah panen akan rusak antara 20% sampai 50%

setelah panen (Winarno & Aman, 1986).

2.1.2 Kandungan Kimia dan Khasiat Buah Tomat

Buah tomat mengandung gizi yang lengkap dan penting bagi manusia.

Buah tomat kaya akan vitamin C dan beberapa antioksidan, di antaranya vitamin

E dan likopen. Selain itu, buah tomat juga mengandung serat makanan alami yang

sangat baik bagi pencernaan manusia dan juga adanya protein dalam buah tomat

menjadikannya buah yang sangat sarat gizi. Dalam 180 gram buah tomat matang,

vitamin C yang terkandung sekitar 34,38 mg yang memenuhi 57,3% vitamin C

dalam sehari. Kandungan seratnya mencapai 1,98 gram dan protein sebesar 1,53

gram (Whfoods.org, 2007). Kadar likopen yang terkandung dalam tomat segar

berkisar antara 3,1 – 7,7 mg/100 gram (Tonucci et. al., 1995). Kandungan likopen

dalam tomat yang cukup tinggi dapat diekstrak untuk produk – produk kesehatan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

12

atau kosmetik mengingat kekuatan likopen setara dengan 100 kali kekuatan

vitamin E dalam menanggulangi radikal bebas (Di Mascio, et al., 1989 dalam

Fitrotin, Purnomo, Susanto).

Selain itu, dalam buah tomat juga terkandung solanin (0,007 %), saponin,

asam folat, asam malat, asam sitrat, bioflavonoid (termasuk likopen, α dan ß-

karoten), protein, lemak, vitamin, mineral dan histamin (Canene-Adam et al.,

2005). Likopen merupakan salah satu kandungan kimia paling banyak dalam

tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata mengandung likopen sebanyak 3-5 mg

(Giovannucci, 1999). Dalam beberapa penelitian menyebutkan bahwa tomat dapat

bermanfaat sebagai obat diare, serangan empedu, gangguan pencernaan serta

memulihkan fungsi liver (Fuhramn et al, 1997). Beberapa studi in vitro

menemukan bahwa likopen memiliki aktivitas antioksidan yang poten. Levy et al.

(1995) menyebutkan bahwa likopen mampu menghambat pertumbuhan kanker

endometrial, kanker payudara, dan kanker paru-paru pada kultur sel dengan

aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan α dan β-karoten. Likopen

ditemukan mampu menginaktifkan hidrogen peroksida dan nitrogen peroksida

(Bohm, dkk., 1995). Dengan penghambatan senyawa radikal bebas tersebut maka

kemungkinan terjadinya kanker dapat diturunkan.

2.1.3 Ekstraksi Buah Tomat

Buah tomat terdiri dari 5-10% berat kering tanpa air dan 1 persen kulit dan

biji. Jika buah tomat dikeringkan, sekitar 50% dari berat keringnya terdiri dari

gula-gula pereduksi (terutama glukosa dan fruktosa), sisanya asam-asam organik,

mineral, pigmen, vitamin dan lipid. Pada penelitian ekstraksi likopen pada buah

tomat digunakan bahan utama yaitu buah tomat (dalam bentuk jus), selain itu di

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

13

gunakan pelarut etanol 96 %. Sedangkan alat yang di pergunakan antara lain

beaker glass, labu takar, erlenmeyer, gelas ukur, timbangan, stirerr,

spektrofotometer, piknometer, corong pemisah, kertas saring, pipet tetes, corong

gelas. Proses pertama dilakukan dengan penanganan awal pada buah tomat yaitu

membersihkan buah tomat dari kotorannya dan menghaluskan buah tomat dengan

blender (jus).

Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu

70º C yang menghasilkan sediaan semisolid atau kental. Ekstrak ini di partisisi

dengan n hexane dan diberikan fraksi n hexane. Lapisan air kemudian dipartisi

dengan etil asetat, lapisan etil asetat dipekatkan sehingga diperoleh fraksi etila

asetat buah tomat. Solven terhadap feed pada perbandingan (Fraksi/Solven) F/S

1:4 menunjukkan kondisi perbandingan F/S yang optimal, likopen yang terekstrak

semakin banyak. Demikian juga dengan semakin tinggi suhu dan semakin

lamanya waktu ekstraksi, dan semakin besar perbandingannya dengan solven

maka likopen yang terekstrak juga akan semakin banyak. Dari hasil penelitian di

Fakultas Teknik Universitas Diponegoro menunjukkan bahwa kondisi optimum

operasi ekstraksi likopen dengan menggunakan solven campuran n-heksana,

etanol, dan aseton adalah pada perbandingan pelarut dan bahan 4 : 1 pada suhu

operasi 70˚C dan 90 menit untuk variable waktu ekstraksi. Pada kondisi ini

likopen yang terekstrak sebesar 5,14 mg/100gram atau sebesar 40,15% (Maulida

& Zulkarnaen, 2010).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

14

2.2 Luka diabetik

2.2. 1 Definisi

Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang

melibatkan gangguan pada saraf peripheral dan autonomik (Suryadi, 2004). Luka

diabetik terjadi karena adanya kelainan pada saraf, kelainan pembuluh darah dan

kemudian adanya infeksi. Bila infeksi tidak diatasi dengan baik, hal itu akan

berlanjut menjadi ulkus bahkan dapat diamputasi (Prabowo, 2007).

2.2.2 Patofisiologi dan Manisfestasi Klinis.

Penyakit neuropati dan vaskuler adalah faktor utama yang mengkontribusi

terjadinya luka. Masalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetes terkait

dengan adanya pengaruh pada saraf yang terdapat pada kaki dan biasanya dikenal

sebagai neuropati perifer. Efek sirkulasi yang menyebabkan kerusakan pada saraf.

Hal ini terkait dengan diabetik neuropati yang berdampak pada sistem saraf

autonom, yang mengontrol fungsi otot- otot halus, kelenjar dan organ visceral.

Dengan adanya gangguan pada saraf autonom pengaruhnya adalah terjadinya

perubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah. Dengan

demikian kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun pemberian antibiotik tidak

mencukupi atau tidak dapat mencapai jaringan perifer, juga tidak memenuhi

kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek pada autonomi neuropati ini

akan menyebabkan kulit menjadi kering, antihidrosis; yang memudahkan kulit

menjadi rusak dan mengkontribusi untuk terjadinya gangren. Dampak lain adalah

karena adanya neuropati perifer yang mempengaruhi kepada saraf sensori dan

sistem motor yang menyebabkan hilangnya sensasi nyeri, tekanan dan perubahan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

15

temparatur (Suriadi, 2004). Luka diabetik mengalami risiko tinggi mengalami

infeksi akibat pemajangan proses inflamasi. Tanda dan gejala dari luka yang

mengalami infeksi adalah dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 1. Tanda dan Gejala Infeksi pada Luka (Sibbald et al, 2001)

Infeksi Superfisial

(Kolonisasi Bakteri)

Infeksi Dalam Infeksi Sistemik

Tidak sembuh Nyeri Demam

Jaringan granulasi berwarna

merah cerah

Pembengkakan, Indurasi Menggigil

Jaringan granulasi tampak luas Eritema Hipotensi

Terlihat jaringan nekrosis

pada permukaan luka

Peningkatan suhu lokal pada

kulit sekitar luka

Multiple organ failure

(MOF)

Meningkatnya jumlah eksudat

dari bening menjadi purulen

Adanya jaringan nekrotik

Malodor (berbau tidak sedap) Meningkatnya luas luka dan

kedalaman luka

Undermining

2.2.3 Fase penyembuhan luka

Fase penyembuhan luka pada umumnya terdiri dari :

a. Vascular response : Beberapa detik setelah terjadinya luka pada tipe apa pun,

respon tubuh dengan penyempitan pembuluh darah (konstriksi) untuk

menghambat perdarahan dan mengurangi pajanan terhadap bakteri. Pada saat

yang sama, protein membentuk jaringan fibrosa untuk menutup luka. Ketika

trombosit bersama protein menutup luka, luka menjadi lengket dan lemb

membentuk fibrin. Setelah 10-30 menit setelah terjadinya luka, pembuluh

darah melebar karena serotonin yang dihasilkan trombosit. Plasma darah

mengaliri luka dan melawan toxin yang dihasilkan microorganisme,

membawa oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka dan

membawa agen fagosit untuk melawan bakteri maupun jaringan yang rusak.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

16

b. Inflamasi : Bagian luka akan menjadi hangat dan merah karen aprose

fagositosis. Fase inflamasi terjadi 0-6 hari setelah injury. Tujuan inflamasi

untuk membatasi efek bakteri dengan menetralkan toksin dan penyebaran

bakteri.

c. Proliferasi/resolusi : penumpukan deposit kolagen pada luka, angiogenesis

(pembentukan pembuluh darah baru), proliferasi dan pengecilan lebar luka.

Fase ini berhenti dua minggu setelah terjadinya luka, tetapi proses ini tetap

berlangsung lambat 1- 2 tahun. Fibroblast mensintesis kolagen dan

menumbuhkan sel baru. Miofibroblas menyebabkan luka menyempit, bila

tidak terjadi penyempitan akan terjadi kematian sel. Contohnya jika terjadi

scar atau kontraktur. Epitelisasi adalah perpindahan sel epitel dari area sekitar

folikel rambut ke area luka. Perpindahan tersebut terbatas 3 cm. Epitelisasi

akan lebih cepat jika luka dalam keadaan lembab.

d. Maturasi/rekontruksi : fase terakhir penyembuhan dengan remodelling scar

yang terjadi. Biasanya terjadi selam asetahun atau lebih seteleh luka tertutup.

Selama fase ini fibrin di bentuk ulang, pembuluh darah menghilang dan

jaringan memerkuat susunananya. Remodeling ini mencakup sintesis dan

pemecahan kolagen.

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena proses

penyembuhan luka adalah kegiatan bio-seluler, bio-kimia yang terjadi

berkesinambungan. Penggabungan respon vaskuler, aktivitas seluler dan

terbentuknya bahan kimia sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan

komponen yang saling terkait pada proses penyembuhan luka. Peran fibroblast

sangat besar dalam proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada persiapan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

17

menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses

konstruksi jaringan. Pada jaringan lunak yang normal tanpa perlukaan, pemaparan

sel fibroblast sangat jarang dan biasanya tersembunyi di matriks jaringan

penunjang. Sesudah terjadi luka fibroblast akan aktif bergerak dari jaringan sekitar

luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta

mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyalurounic acid, fibronectin

dan profeoglycans) yang berperan dalam membangun (rekonstruksi) jaringan

baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan

baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh

fibroblast, memberikan tanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga

fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel

pembuluh darah baru yang tertanam di dalam jaringan baru tersebut berfungsi

sebagai jaringan granulasi, sedangkan proses proliferasi fibroblas dengan aktivitas

sintetiknya disebut fibroblasia, migrasi, deposit jaringan matriks, kontraksi luka.

Angiogenesis suatu pembentukan pembuluh kapiler baru di dalam luka,

mempunyai peran penting pada tahap proliferasi proses penyembuhan luka.

Vaskularisasi yang tidak lancar, penyakit (diabetes), pengobatan (radiasi) atau

obat (preparat steroid) mengakibatkan lambatnya proses sembuh karena

terbentuknya ulkus yang kronis. Jaringan vaskuler yang melakukan invasi ke

dalam luka merupakan suatu respon untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang

cukup di daerah luka karena oksigen. Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis

merupakan proses pembentukan kolagen muda (gelatinious collagen) yang

terbentuk pada fase proliferasi dan akan berubah menjadi kolagen yang lebih

matang, yaitu lebih kuat dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling). Untuk

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

18

mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen

yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan

mengakibatkan terjadinya penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar,

sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut

dan luka akan selalu terbuka. Luka dikatakan sembuh apabila telah terjadi

kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan kulit sehingga mampu melakukan

aktivitas yang normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap

penderita, namun hasil yang dicapai sangat tergantung dari kondisi biologik

masing-masing individu, lokasi, luasnya luka, dan manajemen luka itu sendiri.

Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan

yang kurang gizi, dan yang disertai oleh penyakit sistemik (diabetes melitus)

(Tawi, 2004).

Pada penderita diabetes melitus apabila kadar glukosa darah tidak

terkendali menyebabkan abnormalitas leukosit sehingga fungsi kemotaksis di

lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurun

sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh sistem

phlagositosis-bakterisid intra selluler. Pada penderita ulkus diabetika, 50 % akan

mengalami infeksi akibat adanya glukosa darah yang tinggi, yang merupakan

media pertumbuhan bakteri yang subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus

diabetika yaitu kuman aerobik Staphylokokus atau Streptokokus serta kuman

anaerob yaitu Clostridium perfringens, Clostridium novy, dan Clostridium

septikum (Riyanto, 2007).

Pada luka kronik khususnya pasien diabetes, jangka waktu proses

proliferasi tidak dapat diprediksi. Berdasarkan penelitian Usui tahun 2008 hal ini

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

19

terjadi karena sel basal keratinosit pada luka kronik sulit di aktivasi oleh tubuh

(Usui, 2008). Selama proses proliferasi berlangsung, sel-sel akan bermigrasi ke

dalam matriks sementara dan fibroblast luka memperoleh fenotipe kontraktil yang

akan merubah menjadi miofibroblas. Tipe sel ini memainkan peran utama dalam

kontraksi luka (Werner, 2003). Selain adanya mekanisme sel yang bekerja dalam

tubuh, jangka waktu pemulihan luka juga akan dipengaruhi oleh faktor yang dapat

mengurangi efisiensi penyembuhan, seperti : area sekitar luka yang kurang

hygiene, efek samping dari medikasi, gangguan vaskularisasi pada luka berupa

kondisi yang hypoxia, kebiasaan pasien mengkonsumsi alcohol atau merokok, dan

kurangnya suplai nutrisi (Gui & DiPietro, 2010). Pemulihan luka juga dipengaruhi

oleh faktor, seperti : infeksi bakteri yang menghasilkan biofilm, kadar kalium, dan

cairan luka. Adanya biofilm pada dasar luka dapat menghambat aktivitas

fagositosis neutrofil polimorfonuklear. Biofilm ini dihasilkan oleh bakteri

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas Aeuroginosa. Manifestasi klinis akibat

adanya hambatan tersebut yaitu proses inflamasi akan berlangsung lama dan

kerusakan jaringan baru saat memasuki fase proliferasi (Guo & DiPietro, 2010).

Penelitian lain menyebutkan penurunan ion Kalium (K+) dalam sel dapat

menghambat proliferasi yang berkaitan erat dengan respon fisiologis dari sel

limfosit. Hambatan kalium juga akan menyebabkan aktivasi sel terganggu dan

akan menimbulkan efek imunosupresif (Pardo, 2004). Sementara, pada cairan

yang dihasilkan dari luka kronik sangat berisiko menghambat proses proliferasi

sel fibroblast baru karena cairan tersebut bersifat apoptosis atau mengandung

jaringan mati. Cairan yang mengandung jaringan mati ini akan menghambat

konsistensi migrasi dari hormon growth factors dan sitokinin (Seah, 2005).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

20

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka secara umum

adalah faktor intrinsik yaitu;

a. Usia. Semakin tua akan semakin lama proses penyembuhan luka

berlangsung. Hal ini dipengaruhi oleh adanya penurunan elastisitas dalam

kulit dan perbedaan penggantian kolagen yang mempengaruhi penyembuhan

luka.

b. Status penyakit dan pengobatan. Penderita yang mengalami penyakit seperti

diabetes melitus, yang dapat menyebabkan terjadinya mikroangiopati,

neuropati dan masalah khusus yang terjadi pada penderita akan mempersulit

penyembuhan.

c. Status nutrisi. Zat makanan yang masuk kedalam tubuh seperti protein sangat

dibutuhkan dalam proses neo-vaskularisasi, proliferasi fibroblast, sintesa

kolagen dan remodelling luka. Asam amino adalah komponen struktural

protein dan merupakan bagian penting dari DeoxyriboNucleic Acid (DNA)

dan RiboNucleic Acid (RNA). Ini memberikan pola untuk mitosis sel dan

enzim yuang dibutuhkan dalam pembentukan jaringan.

d. Vaskularisasi dan perfusi jaringan. Oksigen berpengaruh dalam

angiogenesis, fungsi fibroblast, epitelisasi dan resistensi terhadap infeksi.

Perfusi jaringan saling terkait dengan oksigenasi jaringan. Perfusi jaringan

yang baik merupakan hal yang esensial untuk oksigenasi. Volume darah

beredar yang adekuat membawa hemoglobin yang kaya O2 ke jaringan.

Masalah yang berkaitan dengan perfusi jaringan dan oksigenasi dapat

diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler, paru dan hipovolemia.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

21

Selain itu terdapat pula faktor ekstrinsik yaitu :

a. Teknik pembedahan yang buruk. Jika jaringan ditangani secara kasar selama

pembedahan, maka jaringan mengalami kerusakan yang luas, mengakibatkan

hematom. Hal ini dapat meningkatkan resiko infeksi akibat hematom yang

pecah. Ruang mati (dead space) mungkin juga terjadi jika jaringan tidak

diperbaiki secara tepat selama pembedahan dan memberi peluang untuk

berkembangnya infeksi luka.

b. Drug treatment. Obat juga mempengaruhi penyembuhan luka seperti

steroid, obat anti inflamasi, obat antimitotik dan terapi radiasi. Steroid

menghambat seluruh fase penyembuhan luka, menghambat fagositosis,

sintesa kolagen dan angiogenesis.

c. Manajemen luka yang tidak tepat. Penggunaan teknik pembalutan yang tidak

tepat, pemilihan dan penggunaan bahan balutan yang kurang tepat atau

penggunaan antiseptik solution yang semestinya tidak diperlukan dapat

menghambat proses penyembuhan luka.

d. Psikososial. Berbagai jenis faktor psikososial dapat memberikan efek

merugikan pada penyembuhan luka seperti: buruknya pemahaman dan

penerimaan terhadap program pengobatan atau kecemasan yang berkaitan

dengan perubahan pada pekerjaan, penghasilan, hubungan pribadi dan body

image.

e. Infeksi, dari semua faktor yang memperlambat penyembuhan luka, infeksi

adalah yang paling penting. Infeksi dapat terjadi jika selama perawatan luka

dan setelah perawatan luka tidak dilakukan dengan prinsip aseptik dan

antiseptik yang baik (Suriadi, 2004).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

22

2.2.5 Manajemen Luka Diabetik

Luka diabetik terdiri dari luka ulkus dan gangren. Tujuan perawatan luka

diabetik adalah mencegah terjadinya komplikasi dan mempercepat proses

pemulihan luka. Ulkus yang tidak dirawat dengan baik dapat mengakibatkan

timbulnya luka gangren. Gangren adalah luka yang sudah membusuk dan sudah

melebar, ditandai dengan jaringan yang mati berwarna kehitaman dan membau

disertai pembusukan oleh bakteri.

Antibiotik diberikan bila terdapat infeksi. Pilihan antibiotik berupa

golongan penisilin spektrum luas, kloksasilin/diklosasilin dan golongan aktif

seperti klindamisin atau metronidazol untuk kuman anaerob. Prinsip terapi bedah

pada kaki diabetik adalah mengeluarkan semua jaringan nekrotik dan

mengeliminasi infeksi sehingga luka dapat sembuh. Tindakan operatif pada luka

diabetes dapat berupa tindakan bedah kecil seperti insisi dan pengaliran abses,

debridement dan nekrotomi. Tindakan bedah dilakukan berdasarkan indikasi yang

tepat. Prioritas tinggi harus diberikan untuk mencegah tejadinya luka baru, jangan

membiarkan luka kecil, sekecil apapun luka tersebut dapat menjadi besar dan

akhirnya mengarah pada luka gangren yang proses penyembuhannya

membutuhkan waktu yang lama (Yumizone, 2008).

Pada gangren, tindakan debridement yang baik sangat penting untuk

mendapatkan hasil pengelolaan yang perawatan luka diabetik yang memuaskan

dengan melihat kondisi luka terlebih dahulu, apakah luka yang dialami pasien

dalam keadaan kotor atau tidak, ada pus atau ada jaringan nekrotik (mati) atau

tidak. Setelah dikaji , barulah dilakukan perawatan luka. Untuk perawatan luka

biasanya menggunakan antiseptik dan kassa steril. Jika ada jaringan nekrotik

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

23

sebaiknya dibuang daengan cara digunting sedikit demi sedikit sampai kondisi

luka mengalami granulasi (jaringan baru yang mulai tumbuh). Lihat ke dalam

luka, pada pasien diabetes dilihat apakah terdapat sinus (luka dalam yang sampai

berlubang) atau tidak. Bila terdapat sinus, sebaiknya disemprot (irigasi) dengan

NaCl 0,9 % sampai pada kedalaman luka, sebab pada sinus terdapat banyak

kuman. Lakukan pembersihan luka sehari minimal dua kali (pagi dan sore),

setelah dilakukan perawatan lakukan pengkajian apakah sudah tumbuh granulasi,

(pembersihan dilakukan dengan kassa steril yang dibasahi larutan NaCl). Setelah

luka dibersihkan lalu tutup dengan kassa basah yang diberi larutan NaCl lalu

dibalut disekitar luka, dalam penutupan dengan kassa agar jaringan luar luka

tertutup. Sebab jika jaringan luar ikut tertutup akan menimbulkan maserasi

(pembengkakan). Setelah luka ditutup dengan kassa basah bercampur NaCl, lalu

tutup kembali dengan kassa steril yang kering untuk selanjutnya dibalut (Ismayati,

2007). Jika luka sudah mengalami penumbuhan granulasi, selanjutnya akan ada

penutupan luka (skin draw). Penanganan luka diabetik, harus ekstra agresif sebab

pada luka diabetik kuman akan terus menyebar dan memperparah kondisi luka

(Hermawati, 2007).

Manifestasi komplikasi luka diabetes dapat dijumpai dalam berbagai

stadium yang masing-masing membutuhkan perawatan tersendiri, mulai dari

stadium ringan yang cukup menggunakan alat-alat sederhana sampai stadium

lebih berat yang harus mengunakan sarana prasarana dan seorang perawat khusus

diabetes. Rumah Sakit di Indonesia masih menggunakan balutan konvensional,

yaitu menggunakan kasa steril sebagai bahan utama balutan. Hasil riset

mengatakan tingkat kejadian infeksi pada perawatan luka dengan cara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

24

konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan mengguanakn balutan modern

Hutchinso dan McGukin (Lee, 2001). Penanganan luka diabetik secara efektif

dapat mencegah terjadinya amputasi pada kaki itu sendiri, sehingga beban fisik

dan psikologis pada pasien kaki diabetik dapat dikurangi. Menurut penelitian

Witanto, dkk. dengan sampel pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel

Bandung bahwa lama perawatan pasien yang dirawat dengan advanced wound

dressing berkisar antara 3-7 hari (80%), sedangkan conventional dressing > 7 hari

(50%). Terdapat studi lain yang membandingkan efektivitas conventional wound

dressing (gauze) dibandingkan dengan beberapa jenis advanced wound dressing,

ternyata diperlihatkan bahwa pemakaian advanced wound dressings memberikan

hasil yang lebih memuaskan, penyembuhan luka lebih cepat, lebih nyaman,

tingkat infeksi lebih rendah, interval penggantian dressing lebih lama, dan

perawatan di rumah sakit menjadi lebih singkat. Sehingga disimpulkan advanced

wound dressings lebih efektif baik secara klinis maupun biaya (Jones, 2006).

Dimana perawatan luka konvensional berupa kasa yang dilembabkan dengan

NaCl 0,09 %; kasa yang dilembabkan dengan povidone iodine 3 %;larutan

hemolok (feracylum);kasa yang dibasahi dengan NaCl 0,09 % dan larutan

antibiotik (neomisin/gentamisin sulfat 60 mg, 80 mg;kombinasi gentamisin sulfat

dan metronidazol infus sebanyak 5 tetes). Sedangkan advanced wound dressing

menggunakan Intra Site Gel, Cerplast cavity (bioceramic), Mebo (Radix

Scutellariae 0,87g; Phellodendri cortex 0,87g; Rhizoma coptidis 0,87g yang

dimana menerapkan konsep modern dressing (Witanto dkk., 2008). Perawatan

yang diberikan bersifat memberikan kehangatan dan lingkungan yang lembab

pada luka (Muha, 1999). Balutan yang bersifat lembab dapat memberikan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

25

lingkungan yang mendukung sel untuk melakukan proses penyembuhan luka dan

mencegah kerusakan atau trauma lebih lanjut. Balutan modern lebih dapat

memberikan lingkungan lembab dibanding balutan kasa yang cenderung cepat

kering (Torre, 2006). Kondisi yang lembab pada permukaan luka dapat

meningkatkan proses perkembangan perbaikan luka, mencegah dehidrasi jaringan

dan kematian sel. Kondisi ini juga dapat meningkatkan interaksi antara sel dan

faktor pertumbuhan.

Gel yang terbentuk pada luka mudah dibersihkan dan dapat memberikan

lingkungan yang lembab pada luka. Kondisi ini dapat meningkatkan proses

angiogenesis, proliferasi sel, granulasi dan epitelisasi. Prinsip balutan modern dan

konvensional sama yaitu menjaga kelembaban, kehangatan dan mencegah dari

trauma. Namun balutan tradisional kurang dapat menjaga kelembaban karena

NaCl akan menguap sehingga kasa menjadi kering. Kondisi kering menyebabkan

kasa lengket pada luka sehingga mudah terjadi trauma ulang. Kekurangan kasa

dalam menjaga kelembaban lingkungan luka menyebabkan masa perawatan luka

yang memanjang. Balutan modern adalah pilihan yang baik untuk meningkatkan

proses perkembangan luka. Biaya perawatan luka menggunakan balutan modern

lebih mahal dibandingkan balutan konvensional. Namun ini tidak berati balutan

modern tidak efektif dalam pembiayaan, karena efektifitas pembiayaan sendiri

adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi hasil dan biaya yang

dikeluarkan pada suatu intervensi yang didesain untuk meningkatkan status

kesehatan. Biaya perawatan yang mahal bukan berarti tidak efektif, kondisi ini

bisa dianalogikan dengan suatu luka yang dirawat dengan metode konvensional

akan memerlukan waktu yang lebih lama dalam perawatan, keadaan seperti

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

26

adanya perdarahan atau trauma ulang dapat memperlama masa Perawatan.

Sehingga efektifitas pembiayaan sangat dipengaruhi oleh status kesehatan sebagai

tujuan utama perawatan (Ismail, Irawaty, Haryati., 2009).

2.2.6 Kriteria Luka sembuh

Pada dasarnya proses penyembuhan luka sama untuk setiap cedera jaringan

lunak. Luka dikatakan mengalami proses penyembuhan jika mengalami proses

fase respon inflamasi akut terhadap cedera, fase destruktif, fase proliferatif, dan

fase maturasi sesuai waktu penyembuhan yang normal (Morison, 2004).

Kemudian disertai dengan berkurangnya luasnya luka, jumlah exudate berkurang,

jaringan luka semakin membaik (NPUAP, 1997).

2.3 Sediaan Obat Topikal

Kata topikal berasal dari bahasa Yunani topikos yang artinya berkaitan

dengan daerah permukaan tertentu. Dalam literatur lain disebutkan kata topikal

berasal dari kata topos yang berarti lokasi atau tempat. Secara luas obat topikal

didefinisikan sebagai obat yang dipakai di tempat lesi (Sharma, 2008). Obat

topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat pembawa

(vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal yang

memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari

sediaan topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif

berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa mudah dioleskan, mudah

dibersihkan, tidak mengiritasi serta menyenangkan secara kosmetik. Selain itu,

bahan aktif harus berada di dalam zat pembawa dan kemudian mudah dilepaskan

(Yenny & Yanhendri, 2012).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

27

Untuk mendapatkan sifat zat pembawa yang demikian, maka

ditambahkanlah bahan atau unsur senyawa tertentu yang berperan dalam

memaksimalkan fungsi dari zat pembawa (Strober et al, 2008). Secara umum

perjalanan sediaan topikal setelah diaplikasikan melewati tiga kompartemen yaitu:

permukaan kulit, stratum korneum, dan jaringan sehat. Stratum korneum dapat

berperan sebagai reservoir bagi vehikulum tempat sejumlah unsur pada obat

masih berkontak dengan permukaan kulit namun belum berpenetrasi tetapi tidak

dapat dihilangkan dengan cara digosok atau terhapus oleh pakaian. Unsur

vehikulum sediaan topikal dapat mengalami evaporasi, selanjutnya zat aktif

berikatan pada lapisan yang dilewati seperti pada epidermis, dermis. Pada kondisi

tertentu sediaan obat dapat membawa bahan aktif menembus hipodermis.

Sementara itu, zat aktif pada sediaan topikal akan diserap oleh vaskular kulit pada

dermis dan hipodermis (Yenny & Yanhendri, 2012).

Penetrasi transepidermal dapat secara interseluler dan intraseluler.

Penetrasi interseluler merupakan jalur yang dominan, obat akan menembus

stratum korneum melalui ruang antar sel pada lapisan lipid yang mengelilingi sel

korneosit. Difusi dapat berlangsung pada matriks lipid protein dari stratum

korneum. Setelah berhasil menembus stratum korneum obat akan menembus

lapisan epidermis sehat di bawahnya, hingga akhirnya berdifusi ke pembuluh

kapiler. Penetrasi secara intraseluler terjadi melalui difusi obat menembus dinding

stratum korneum sel korneosit yang mati dan juga melintasi matriks lipid protein

startum korneum, kemudian melewatinya menuju sel yang berada di lapisan

bawah sampai pada kapiler di bawah stratum basal epidermis dan berdifusi ke

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

28

kapiler. Saat suatu sediaan dioleskan ke kulit, absorpsinya akan melalui beberapa

fase :

a. Lag phase

Periode ini merupakan saat sediaan dioleskan dan belum melewati stratum

korneum, sehingga pada saat ini belum ditemukan bahan aktif obat dalam

pembuluh darah.

b. Rising phase

Fase ini dimulai saat sebagian sediaan menembus stratum korneum,

kemudian memasuki kapiler dermis, sehingga dapat ditemukan dalam pembuluh

darah.

c. Falling phase

Fase ini merupakan fase pelepasan bahan aktif obat dari permukaan kulit

dan dapat dibawa ke kapiler dermis.

Penyerapan sediaan topikal secara umum dipengaruhi oleh berbagai faktor

(Ansle, 1995):

a. Bahan aktif yang dicampurkan dalam pembawa tertentu harus menyatu

pada permukaan kulit dalam konsentrasi yang cukup.

b. Konsentrasi bahan aktif merupakan faktor penting, jumlah obat yang

diabsorpsi secara perkutan perunit luas permukaan setiap periode waktu,

bertambah sebanding dengan bertambahnya konsentrasi obat dalam suatu

pembawa.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

29

c. Penggunaan bahan obat pada permukaan yang lebih luas akan menambah

jumlah obat yang diabsorpsi.

d. Absorpsi bahan aktif akan meningkat jika pembawa mudah menyebar ke

permukaan kulit.

e. Ada tidaknya pembungkus dan sejenisnya saat sediaan diaplikasikan.

f. Pada umumnya, menggosokkan sediaan akan meningkatkan jumlah bahan

aktif yang diabsorpsi.

g. Absorpsi perkutan akan lebih besar bila sediaan topikal dipakai pada kulit

yang lapisan tanduknya tipis.

h. Pada umumnya, makin lama sediaan menempel pada kulit, makin banyak

kemungkinan diabsorpsi.

Salah satu bentuk sediaan topikal adalah gel. Gel merupakan sistem

semipadat yang terdiri dari suspensi partikel anorganik kecil atau molekul organik

besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Sediaan dalam bentuk gel lebih banyak

digunakan karena rasa dingin di kulit, mudah mengering membentuk lapisan film

sehingga mudah dicuci (Suardi, dkk., 2008). Penetrasi gel mampu menembus

lapisan hipodermis sehingga banyak digunakan pada kondisi yang memerlukan

penetrasi seperti sediaan gel analgetik. Cara aplikasi sediaan obat topikal pada

umumnya disesuaikan dengan lesi pada permukaan kulit. Beberapa cara aplikasi

sediaan topikal yaitu oles. Pengolesan pada lokasi lesi merupakan cara pakai

sediaan topikal yang umum dilakukan. Cara ini dilakukan untuk hampir semua

bentuk sediaan. Banyaknya sediaan yang dioleskan disesuaikan dengan luas

kelainan kulit. Penambahan cara oles sediaan dengan menggosok dan menekan

juga dilakukan pada obat topikal dengan tujuan memperluas daerah aplikasi

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

30

namun juga meningkatkan suplai darah pada area lokal, memperbesar absorpsi

sistemik. Penggosokan ini mengakibatkan efek eksfoliatif lokal yang

meningkatkan penetrasi obat (Schaefer et al, 2008). Tahap penentuan kecepatan

absorpsi perkutan melalui kulit yang utuh adalah difusi/penetrasi melintasi

stratum corneum. Kecepatan absorpsi akan meningkat bila kulit luka. Adapun

langkah-langkah absorpsi obat melalui kulit:

a. Difusi bahan aktif pada lapisan batas antara pembawa dengan kulit

(pelepasan)

b. Penetrasi melalui stratum corneum

c. Permeasi bahan obat ke dalam korium

d. Resorpsi ke dalam peredaran darah

e. Pengangkutan dan distribusi oleh darah

Absorpsi bahan dari luar kulit ke posisi di bawah kulit tercakup masuk ke

dalam aliran darah, disebut sebagai absorpsi perkutan. Kulit merupakan perintang

Suatu sediaan akan dapat memberikan efek sistemik, apabila obat yang diberikan

tersebut dapat menembus lapisan kulit dan masuk kedalam sirkulasi sistemik.

(Ansel, 1989).

2.4 Khasiat Buah Tomat (Lycopersicum esculuentum Mill.) dalam Proses

Penyembuhan Luka

Luka merupakan cedera fisik akibat disintegritas kulit. Penyembuhan luka

adalah proses yang terdiri dari tiga fase yaitu inflamasi, proliferasi, dan

maturasi/remodeling. Ketiga fase ini memiliki interaksi di antara berbagai

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

31

jaringan dan sel yang dimana terjadi pemanjangan fase apabila terdapat

komplikasi vaskuler salah satunya luka diabetik. Manifestasi patologis dari luka

adalah adanya fibrosis, formasi skar, dan ulkus. Fibrosis menghambat deposisi

matriks dan dapat menjadi hipertrofi dimana luka megalami fase inflamasi kronis

dimana normalnya terjadi dalam waktu 0-3 hari. Saat terjadinya luka, secara

umum diikuti oleh gejala klasik dari inflamasi seperti nyeri, kemerahan, dan

bengkak. Fase inflamasi terjadi segera setelah luka, diawali dengan vasokontriksi,

agregasi platelet, dan infiltrasi dari leukosit limfosit-T ke area luka. Manajemen

dari fase inflamasi adalah membuang debris, jaringan yang rusak, dan mencegah

invasi bakteri oleh neutrofil dan makrofag yang memiliki peran pertahanan

antimikrobial dan debridemen dapat merevitalisasi jaringan melalui produksi

enzim proteolitik dan Reactive Oxygen Species (ROS) atau senyawa oksigen

reaktif (Ekpo, Mbagwu, Jackson, Eno dalam Jha et al, 2012). ROS diproduksi

dalam jumlah banyak pada lokal luka sebagai mekanisme pertahanan melawan

bakteri. Namun, peningkatan neutrofil dan ROS secara terus menerus dapat

merusak substasi antiprotease yang secara normal menjaga sintesis sel matriks

ekstraseluler. Konsentrasi ROS yang tinggi dapat merangsang kerusakan jaringan

membran sel, DNA, protein, dan lemak. ROS berperan penting pada metabolisme

kolagen. Senyawa oksigen reaktif tidak saja langsung menghancurkan kolagen

interstisial tetapi juga menginduksi sekelompok enzim yang bertanggung jawab

dalam degradasi kolagen yaitu matriks metaloproteinase (MMPs), sehingga

mengakibatkan kulit kehilangan kolagen. Meningkatnya ROS inilah yang

kemudian melalui jalur MAPK (The mitogen-activated protein kinase) akan

menurunkan Extracelluler signal-regulated kinase (ERK) dan meningkatkan c-

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

32

Jun Kinase (JNK/p38), yang selanjutnya akan mengaktivasi peningkatan AP-1

(Aktivator-Protein 1). Meningkatnya AP-1 akan menyebabkan terjadinya

peningkatan MMP-1 (MatrixMetalloProteinase-1) dan MMP-3

(MatrixMetalloProteinase-3). Selanjutnya peningkatan MMP-1 dan MMP-3 ini

akan mengaktivasi penurunan pro-kolagen-1. Karena kolagen tipe-1 yang

dihasilkan menurun, maka kolagen yang diproduksi oleh sel kulit itu juga akan

mengalami penurunan.

Salah satu penyebab peningkatan ROS adalah ketidakseimbangan antara

radikal bebas yang dihasilkan dengan antioksidan yang ada. Di dalam sel yang

hidup, radikal bebas terbentuk pada membran plasma, juga ada di dalam organel-

organel sel seperti peroksisom, retikulum endoplasma, mitokondria dan sitosol

melalui reaksi enzimatis berantai yang berlangsung melalui proses metabolisme.

Radikal bebas bersifat sangat reaktif, dapat menimbulkan perubahan kimiawi dan

merusak berbagai komponen seperti karbohidrat, nukleotida, lipid, dan protein.

Dalam keadan normal radikal bebas ini bisa diredam oleh tubuh, karena secara

alami tubuh menghasilkan antioksidan, seperti katalase dan peroksidase

dismutase. Adanya penyakit metabolik salah satunya diabetes melitus

menyebabkan radikal terus meningkat sementara antioksidan alami nya tidak

mencukupi. Berdasarkan hal tersebut, peran antioksidan menjadi sangat signifikan

dalam penanganan dan manajemen luka yang terbaik. Antioksidan dapat

membuang produk dari inflamasi dengan menekan protease dan ROS dibuktikan

dengan beberapa penelitian antara kimiawi radikal bebas produksi ROS dan

antioksidan (Jha et al., 2012).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

33

Fase proliferasi identik dengan pertumbuhan dari jaringan granulasi untuk

menutup area luka secara komplit dan adanya proses angiogenesis. Fase ini

diakhiri dengan kontraksi antar tepi luka. Proses angiogenesis dapat terhambat

apabila terjadi perlambatan dari fase inflamasi. Pada angiogenesis, sel endotelial

migrasi menuju area luka dan membentuk pembuluh darah dan kapiler baru untuk

membawa oksigen dan nutrisi. Proses fibroplasia ini juga dipengaruhi oleh

angiogenesis dan aksi dari sitokin (Agyare et al., 2009). Fase remodeling

merupakan perbaikan luka melalui sistensis kolagen yaitu terjadi peningkatan

kekuatan tensil. Kolagen tipe III diganti oleh kolagen tipe I, dimana terjadi

interaksi yang dipengaruhi oleh suplai oksigen, vitamin C, dan alfa-ketoglutarat

(Jorge et al., 2008). Peran antioksidan tersebut dapat ditemukan pada beberapa

ekstrak tanaman yang telah terbukti berperan pada aktivitas penyembuhan luka.

Alam merupakan sumber dari pengobatan medis. Ayurweda merupakan

pedoman kuno penatalaksanaan kesehatan yang dipraktikan secara luas di India,

Srilanka, dan negara lainnya (Chopra & Doiphode, 2002). Antioksidan disebutkan

dalam ayurweda yang disebutkan berperan dalam menekan efek ROS. ROS terdiri

dari hydroxyl radicals (OH-), superoxide anions (O2

-), hydrogen peroxide (H2O2)

dan singlet oxygen (O2), termasuk juga peroksidasi lemak dan oksidasi enzim

serta degradasi dari protein. Antioksidan menterminasi reaksi rantai ROS dengan

menghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas. Dalam pengobatan herbal,

tanaman yang mengandung antioksidan banyak dimanfaatkan dan dikatakan tidak

bersifat toksik, efek samping minimal. Tanaman di alam umumnya memiliki

kandungan molekul scavenging radikal bebas seperti asam fenolik, flavonoid,

kuinon, coumarin, lignan, stilbenes, tannin; kandungan nitrogen seperti alkaloid,

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

34

amin, betalain; vitamin; terpenoid (termasuk karotenoid); dan beberapa metabolit

endogen (Cai, Sun, Corke, 2003). Sedangkan enzim dan non enzim yang menjadi

pertahanan dari antioksidan adalah superoxide dismutase (SOD), glutathione

reductase (GR), catalase (CAT), ascorbate peroxidase (APX), asam askorbat

(vitamin C), α-tocopherol (vitamin E), reduced glutathione (GSH), β- carotene,

vitamin A, dan likopen (Kumar et al., 2012).

Likopen atau α-carotene adalah suatu karotenoid pigmen merah terang

yang banyak ditemukan dalam buah tomat dan buah-buahan lain yang berwarna

merah. Buah tomat juga mengandung antioksidan lainnya seperti flavonoid,

vitamin C, dan asam fenolik. Dari studi yang dilakukan diketahui bahwa likopen

bisa berfungsi sebagai antioksidan yang kuat. Likopen bisa bereaksi dengan

radikal bebas agar berhenti merusak sel-sel dimana kemampuannya

mengendalikan radikal bebas 100 kali lebih efisien daripada vitamin E atau 12500

kali dari pada gluthation (Maulida & Zulkarnaen, 2010). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemberian juice buah tomat dengan dosis 7-15 g/kg BB

ternyata mampu menurunkan kadar SGOT, SGPT dan MDA hepar tikus coba

yang diinduksi dengan CCl4 (Wahyono, 2006). Dimana SGOT, SGPT dan MDA

adalah merupakan produk yang dihasilkan oleh adanya radikal bebas. Penelitian

Wahyono tahun 2008 mengemukakan bahwa pemberian ekstrak buah tomat

dengan komponen likopen, ß-karoten dan vitamin C, dapat menaikkan jumlah

kolagen tipe-1. Penelitian ini menunjukkan jumlah kolagen tipe-1 yang semakin

meningkat dengan semakin tinggi dosis ekstrak buah tomat, dimana dosis 15

mg/kg BB terlihat jumlah kolagen tipe-1 nya semakin meningkat. Kandungan

antioksidan dapat meredam radikal bebas sehingga ROS tidak terbentuk,

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

35

akibatnya ERK naik dan c-Jun Kinase turun, dan menyebabkan AP-1 turun, dan

MMP-1 juga menurun. Dengan demikian maka (kolagen tipe-1) tidak mengalami

kerusakan, sehingga kolagen yang diproduksi tidak mengalami penurunan

(Wahyono, 2008).

Buah tomat merupakan salah satu buah yang diujicobakan pada empat

isolasi bakteri yaitu Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae,

Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dari pasien yang mengalami infeksi

pada luka. Ekstraksi menggunakan etanol dapat menghambat bakteri lebih baik

dibandingkan ekstra aqueous. Ekstrak tomat memiliki aktivitas antibakteri dimana

Diameter Inhibition Zone (DIZ) 5-10 mm dalam media agar. Dimana

Staphylococcus aureus menunjukkan DIZ paling panjang 10 mm dan E. Coli

sebesar 8 mm (Unnisa et al, 2012). Studi oleh Vorob’ev A.A dkk juga

membuktikkan bahwa buah tomat juga dapat memotong strain Candida albicans,

Enterobacter, Streptococcus, dan Klebsiella. Sehingga buah tomat dapat

disimpulkan menghasilkan efek antibakteri pada mikroorganisme gram positif

maupun gram negatif bahkan fungi pada genus Candida. Sifat buah tomat ini

dapat diaplikasikan dalam perawatan luka diabetik yang rentan akan infeksi

bakteri.

Selain itu buah tomat juga mengandung kandungan lainnya seperti

polisakarida, flavonoid, vitamin C, vitamin A, dan asam fenolic. Pada proses

penyembuhan luka, vitamin A berperan meningkatkan pembentukan kolagen,

diferensiasi sel epitel, dan meningkatkan imunitas. Selain itu, vitamin A berperan

mempercepat fase inflamasi ke fase proliferasi dengan meningkatkan monosit dan

makrofag ke daerah luka (Jeffcoate et al, 2004). Makrofag berasal dari monosit

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

36

yang berfungsi untuk membersihkan bakteria dan debris dari daerah luka.

Makrofag menghasilkan faktor pertumbuhan yang diperlukan untuk fibroplasia

dan angiogenesis. Vitamin C merupakan komponen penting yang diperlukan

untuk proses hidroksilasi prolin dan lisin menjadi prokolagen, dimana bahan ini

penting untuk sintesis kolagen. Selain berperan dalam sintesis kolagen, vitamin C

juga berperan meningkatkan fungsi neutrofil dan angiogenesis (Jeffcoate et al,

2004). Flavonoid juga memiliki kemampuan imunomodulator yang dapat

mengaktivasi makrofag (Titisanti, 2005). Makrofag yang aktif berfungsi untuk

melakukan fagositosis, memproduksi TNF, perbaikan jaringan (fibroblast

stimulating factor, fibronectin, kolagenase), sitokin, dan memproduksi hormon

pertumbuhan (growth factor). Growth factor bertanggung jawab atas terjadinya

inflamasi dan proses mitogen fibroblas yang penting dalam proses penyembuhan

luka serta berperan pada reepitelisasi dan membentuk pembuluh kapiler baru atau

angiogenesis (Simatupang, 2003).

2.4 Pengaruh Pemberian Aloksan Terhadap Tikus Galur Wistar sebagai

Hewan Model Diabetes melitus

Percobaan penelitian mengenai diabetes melitus dengan menggunakan

hewan model didasarkan pada patogenesis penyakit tersebut pada manusia yang

bersifat kronis. Kondisi patologis pada hewan model bertujuan untuk melakukan

pencegahan, menetapkan diagnosa, mengetahui pathogenesis, dan terapi yang

digunakan dalam penanganan penyakit diabetes melitus. Meskipun demikian,

kondisi patologis hewan model tersebut tidak sepenuhnya menggambarkan

kondisi patologis secara nyata pada manusia.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

37

Aloksan merupakan zat kimia yang sering digunakan dalam induksi hewan

model diabetes melitus dimana zat ini secara selektif merusak sel β pankreas.

Kerusakan sel β pankreas akibat induksi aloksan diduga karena reduksi aloksan

menghasilkan radikal hidroksil yang dapat menyebabkan kematian sel β pankreas.

Hal tersebut dapat menyebabkan kondisi 'alloxan diabetes' (Lenzen, 2008). Dosis

yang digunakan melalui intravena adalah 65 mg/kgBB, sedangkan per subkutan

dan intraperitonial adalah 2-3 kalinya. Pemeriksaan gula darah dilakukan 3 hari

setelah induksi dan merupakan waktu tercepat untuk mengukur kondisi

hiperglikemi hewan coba. Hewan coba yang belum diberi makanan diambil dari

kandang, kemudian diambil sample darahnya dari bagian ekor dengan cara

ditusuk mengunakan jarum steril, darah dikeluarkan dari ekor tikus, diaplikasikan

pada glucose strip dan dilihat hasilnya pada monitor, setiap tikus dievaluasi dan

dilihat tingkat keberhasilan peningkatan gula darahnya, untuk hewan coba yang

tidak berhasil mengalami peningkatan gula darah yang diinginkan, hewan coba

diinduksi ulang (Mohapatra, 2008). Salah satu faktor penyebabnya adalah adanya

daya tahan individu tikus yang berbeda terhadap aloksan sehingga menyebabkan

kondisi awal keadaan diabetes tidak seragam (Kim et al., 2006), dengan kadar

glukosa darah 100-200 mg/dl. Menurut Szkuldelski (2001) terdapat variasi

perubahan histopatologi pulau Langerhans akibat induksi aloksan. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh cara pemberian (intravena, sub-kutan, intraperitoneal) dan

ketahanan dari masing-masing individu hewan.

Menurut penelitian Chah et al (2006), luka dibiopsi sirkuler dengan

diameter 2 cm pada hari ke-7 setelah induksi aloksan. Bahkan aloksan dikatakan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

38

telah dapat menginduksi diabetes melitus hingga 24 jam setelah administrasi dan

kondisi komplikasi kronis pada tes laboratorium telah ada setelah 7 hari.

2.6 Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Galur Wistar

2.6.1 Sistematika Hewan Percobaan

Tikus putih dalam sistematika hewan percobaan diklasifikasikan sebagai

berikut (Sugianto, 1995):

a. Filum : Chordata

b. Subfilum : Vertebrata

c. Classis : Mammalia

d. Subclassis : Placentalia

e. Ordo : Rodentia

f. Familia : Muridae

g. Genus : Rattus

h. Species : Rattus norvegicus

2.6.2 Karakteristik Hewan Percobaan

Tikus galur wistar sebagai hewan coba relatif resisten terhadap infeksi dan

sangat cerdas. Tikus tidak seperti mencit yang fotofobik dan cenderung

berkumpul dengan sesamanya. Aktivitasnya tidak terganggu oleh kehadiran

manusia (Setiawan, 2010). Ciri-ciri morfologi Rattus norvegicus yang biasanya

dijadikan hewan percobaan antara lain berumur 2-3 bulan, memiliki berat 150-600

gram, hidung tumpul dan badan besar dengan panjang 18-25 cm, kepala dan

badan lebih pendek dari ekornya, serta telinga relatif kecil dan tidak lebih dari 20-

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

39

23 mm. Tikus galur wistar jantan jarang berkelahi dibandingkan dengan mencit

jantan yang pada dasarnya sering berkelahi. Tikus galur wistar bisa tinggal

sendirian dalam kandang dan hewan ini memiliki ukuran tubuh lebih besar

dibandingkan dengan mencit, sehingga untuk percobaan di laboratorium, tikus

putih lebih menguntungkan dibandingkan mencit (Setiawan, 2010).

Wang Jinheng dalam penjelasannya mengatakan, "Sebabnya peneliti

memilih tikus galur wistar sebagai hewan percobaan karena tikus putih

mempunyai banyak keunggulan. Pertama, banyak gen tikus wistar relatif mirip

dengan manusia. Kedua, dalam binatang menyusui (mamalia), kemampuan

berkembang biak tikus galur wistar sangat tinggi, sangat cocok digunakan dalam

eksperimen massal. Selain hal tersebut, tipe bentuk badan tikus tersebut kecil,

mudah dipelihara dan obat yang digunakan di tubuhnya dapat relatif cepat

termanifestasikan, dikarenakan fisiologisnya yang mirip dengan kondisi tubuh

manusia. Tikus galur wistar memiliki organ yang lengkap sebagai mamalia

(Intanowa, 2012). Oleh karena itu, hewan ini sering dipilih sebagai makhluk

percobaan untuk obat-obatan atau makanan yang nantinya akan digunakan atau

dikonsumsi oleh manusia. Selain itu juga, penelitian menggunakan galur wistar

jantan akan menghasilkan penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi

oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus galur wistar

betina. Tikus galur wistar jantan juga memiliki kecepatan metabolisme obat lebih

cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibandingkan tikus galur wistar

betina (Setiawan, 2010).

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

40

2.6.3 Penyiapan Tikus

Setiap tikus kemudian akan diberikan penomoran sesuai dengan kelompok

sampel dan kemudian akan dimasukkan ke kandang per kelompok. Ukuran

kandang yang dianjurkan adalah 900 cm2 untuk sepasang bibit tikus dan 1.080

cm2 cukup untuk seekor induk dengan 14 anak. Pada waktu disapih, kurang lebih

10 ekor tikus dapat ditempatkan di kandang yang lebih besar. Apabila tikus sudah

mencapai dewasa, maka 4-5 ekor tikus merupakan jumlah maksimum untuk

kandang dengan ukuran tersebut. Tikus akan dibuat hidup secara alami dalam

kandang pada suhu ruangan berkisar antara 20-25oC (John dan Soesanto, 1988).

2.6.4 Persiapan Pakan dan Minum

Pakan standar yang diberikan ke tikus, pada dasarnya tidak berbeda jauh

dengan makanan mencit. Cara penyajian makanan tikus hampir sama dengan

mencit. Komposisi pakan standar pada tikus dapat sedikit bervariasi, misalnya:

protein 20-25% (tetapi hanyan 12% kalau protein itu lengkap berisi semua 20

asam amino esensial dengan konsentrasi benar); lemak 5%; pati 45-50%; serat

kasar kira-kira 5%; dan abu 4-5%. Makanan tikus harus mengandung vitamin A

(4000 IU/Kg); vitamin D (1000 IU/Kg); alfa-tokoferol (30 mg/Kg); asam linole at

(3 g/Kg); tiamin (4 mg/Kg); riboflavin (3 mg/Kg); pantotenat (8 mg/Kg); vitamin

B 12 (50 ug/Kg); biotin (10 ug/Kg); piridoksin (40-300 ug/Kg); dan kolin (1000

mg/Kg). seekor tikus dewasa makan antara 12 g sampai 20 g makanan/ hari (John

dan Soesanto, 1988). Pemberian dilakukan pada pagi atau sore hari. Minum

diberikan dengan menggunakan botol ukuran 150 cc dan diletakkan diatas

kandang. Minum yang diberikan ialah air mineral.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 2.1.1 …. BAB II.pdf · Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan ... tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata

41

2.6.5 Kandang Hewan Coba

Kandang hewan coba terbuat dari boks plastik yang bagian atasnya

ditutup dengan menggunakan kawat besi yang telah dipilin. Dilengkapi juga

dengan tempat minum. Sementara untuk makannya, diberikan secara langsung ke

tikus dengan menaburkannya ke dalam boks setiap pagi atau sore hari. Kandang

dan botol minum dibersihkan dengan menggunakan sabun, kemudian boks

kandang dijemur hingga kering dan di dalamnya diberi alas dengan

potongan/serbuk kayu. Pembersihan kandang dan penggantian potongan/serbuk

kayu dilakukan setiap seminggu sekali. Potongan/serbuk kayu yang telah kotor

tercampur kotoran tikus kemudian dibuang, boksnya dicuci dengan disinfektan

dan kemudian dikeringkan. Setelah boks kering kemudian potongan/serbuk kayu

diganti dengan yang baru.