Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. ....

16
Vol. IV, Edisi 15, Agustus 2019 Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall Penerimaan Pajak p. 7 ISO 9001:2015 Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685 Penutupan Taman Nasional Komodo: Kerikil Bagi Sektor Pariwisata p. 11 Tantangan Pelonggaran Moneter Dalam Mendukung Kinerja Neraca Perdagangan p. 3

Transcript of Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. ....

Page 1: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

Vol. IV, Edisi 15, Agustus 2019

Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi &

Shortfall Penerimaan Pajakp. 7

ISO 9001:2015Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685

Penutupan Taman Nasional Komodo: Kerikil Bagi Sektor

Pariwisata p. 11

Tantangan Pelonggaran Moneter Dalam Mendukung Kinerja Neraca Perdagangan

p. 3

Page 2: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

2 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 15, Agustus 2019

Terbitan ini dapat diunduh di halaman website www.puskajianggaran.dpr.go.id

Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall Penerimaan Pajakp.7

PERTUMBUHAN ekonomi Indonesia hingga semester I 2019 dengan capaian 5,1 persen masih menunjukkan perlambatan. Perlambatan tersebut secara garis besar disebabkan oleh kontraksi kinerja ekspor-impor dan investasi Indonesia. Hal tersebut kemudian akan berdampak terhadap capaian penerimaan perpajakan Indonesia, yang terbukti pada semester I 2019 mengalami shortfall. Sub-sub bagian dari penerimaan perpajakan yang mengalami penurunan utamanya adalah PPh Badan serta PPN sektor tambang dan manufaktur. Shortfall penerimaan perpajakan ini tentunya akan berdampak luas dalam keseluruhan postur APBN.

Penutupan Taman Nasional Komodo: Kerikil Bagi Sektor Pariwisata p.11

PEMBANGUNAN sektor pariwisata terus dilakukan dengan mendayagunakan sumberdaya pariwisata yang ada untuk dimanfaatkan sebagai lumbung pendapatan ekonomi nasional. Destinasi wisata domestik yang sudah dikenal oleh wisatawan mancanegara seperti Pulau Bali dan Taman Nasional Komodo misalnya ditetapkan sebagai salah satu keunggulan obyek wisata nasional. Baru-baru ini wacana penutupan sementara Pulau Komodo memicu polemik terkait dampaknya terhadap kegiatan pariwisata dan juga PNBP.

Tantangan Pelonggaran Moneter Dalam Mendukung Kinerja Neraca Perdagangan p.3

Kritik/Saran

[email protected]

Dewan RedaksiRedaktur

DahiriRatna Christianingrum

Martha CarolinaRendy Alvaro

EditorAde Nurul Aida

Marihot Nasution

PELONGGARAN moneter dengan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) maupun suku bunga acuan baik simpanan dan kredit yang dilakukan BI, merupakan bentuk kebijakan moneter melalui jalur biaya modal agar dapat memengaruhi investasi dan konsumsi. Sayangnya, dalam penerapan kebijakan tersebut pemerintah masih dihadapi sejumlah tantangan. Tantangan pemerintah dari sisi investasi antara lain membangun iklim investasi yang kondusif dan peluang usaha yang lebih baik. Sedangkan dari sisi konsumsi yaitu masih konservatifnya kebijakan fiskal yang diambil untuk menstimulus konsumsi.

Penanggung JawabDr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E.,

M.Si.Pemimpin Redaksi

Dwi Resti Pratiwi

Page 3: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

3Buletin APBN Vol. IV. Ed. 15, Agustus 2019

Tantangan Pelonggaran Moneter Dalam Mendukung Kinerja Neraca Perdagangan

oleh Rastri Paramita*)

Sinyal kuat pelonggaran kebijakan moneter (dovish) yang dilakukan The Fed tahun ini, memberikan

ruang terhadap Bank Indonesia (BI) melakukan pelonggaran kebijakan moneter. Bentuk pelonggaran kebijakan moneter dimulai sejak tanggal 29 Juni 2019 dengan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah untuk Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah sebesar 50 basis poin sehingga masing-masing menjadi 6,0 persen dan 4,5 persen, dengan GWM rerata masing-masing tetap sebesar 3,0 persen, yang telah berlaku efektif sejak 1 Juli 2019.

Berdasarkan perkembangan inflasi yang rendah dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi serta dalam menghadapi ketidakpastian kondisi perekonomian global, BI kembali melakukan pelonggaran kebijakan moneter pada tanggal 18 Juli 2019. Kebijakan tersebut berupa penurunan suku bunga 7 Day Reverse Repo sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen, suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 5 persen dan suku bunga lending facility sebesar 25 basis poin

menjadi 6,5 persen. Pelonggaran kebijakan moneter ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kredit terutama bagi sektor riil yang mampu berkontribusi dapat memperbaiki kinerja neraca perdagangan Indonesia.

Kinerja neraca perdagangan periode Januari-Juni 2019 masih mengalami defisit cukup dalam dengan total defisit perdagangan mencapai USD1,93 miliar dan meningkat sebesar 60,83 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 (yoy). Kondisi ini merefleksikan tingkat produktivitas domestik baik dari sisi input dan output yang rendah. Dari sisi input, persentase impor bahan baku/penolong Januari-Juni 2019 masih mendominasi struktur impor Indonesia sebesar 74,98 persen. Meskipun nilai impor pada periode Januari-Juni 2019 mengalami penurunan sebesar 7,63 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018, namun masih belum mampu membuat neraca perdagangan menjadi surplus. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan ekspor pada periode Januari-Juni 2019 sebesar 8,98 dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Ketidakpastian eksternal,

AbstrakPelonggaran moneter dengan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM)

maupun suku bunga acuan baik simpanan dan kredit yang dilakukan BI, merupakan bentuk kebijakan moneter melalui jalur biaya modal agar dapat memengaruhi investasi dan konsumsi. Sayangnya, dalam penerapan kebijakan tersebut pemerintah masih dihadapi sejumlah tantangan. Tantangan pemerintah dari sisi investasi antara lain membangun iklim investasi yang kondusif dan peluang usaha yang lebih baik. Sedangkan dari sisi konsumsi yaitu masih konservatifnya kebijakan fiskal yang diambil untuk menstimulus konsumsi. Untuk itu, dibutuhkan perbaikan kepastian hukum dan berusaha, sistem online single submission (OSS) yang lebih komprehensif menyediakan informasi sehingga memudahkan investasi di Indonesia. Riset pasar internasional juga perlu dilakukan untuk mengoptimalkan kebermanfaatan kebijakan fiskal terhadap perbaikan kinerja perdagangan. Sedangkan untuk meningkatkan konsumsi baik swasta maupun rumah tangga dapat dilakukan melalui antara lain menentukan industri substitusi impor dan industri yang berorientasi ekspor dengan memberikan insentif fiskal dan non-fiskal serta sosialisasi penggunaan produk dalam negeri dan senantiasa memperbaiki kualitas dan pelayanannya.

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

primer

Page 4: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

4 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 15, Agustus 2019

harga komoditas, dan rendahnya permintaan akan barang ekspor masih menjadi faktor yang memengaruhi rendahnya kinerja neraca perdagangan.

Dibutuhkan waktu dan koordinasi yang baik antara pemerintah dan BI agar pelonggaran kebijakan moneter mampu menggerakkan sektor riil lebih baik lagi sehingga berdampak pada perbaikan kinerja neraca dagang. Cepat tidaknya transmisi moneter berdampak pada perbaikan neraca dagang akan tergantung bagaimana kesigapan pemerintah mengoptimalkan pelonggaran moneter dengan kebijakan fiskal yang tepat dan efektif. Dalam artikel ini mencoba menjelaskan transmisi pelonggaran moneter yang dilakukan BI terhadap perbaikan kinerja neraca perdagangan, tantangan pemerintah dalam mengoptimalkan kinerja perdagangan melalui dukungan pelonggaran moneter, dan rekomendasinya.

Transmisi Pelonggaran Kebijakan Moneter Terhadap Neraca PerdaganganPelonggaran moneter baik dengan menurunkan suku bunga maupun GWM yang dilakukan BI merupakan bentuk transmisi kebijakan moneter melalui jalur biaya modal agar dapat memengaruhi investasi dan konsumsi. Penurunan suku bunga merupakan alat kebijakan moneter untuk jangka

pendek. Sedangkan perubahan GWM merupakan alat kebijakan moneter untuk jangka menengah yang bertujuan untuk memengaruhi penyaluran kredit. Mekanisme bekerjanya perubahan suku bunga sampai memengaruhi inflasi sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijaksanaan moneter. Kecenderungan inflasi yang rendah pada tahun 2019 menjadi salah satu alasan BI melakukan kebijakan moneter ekspansif melalui penurunan suku bunga dan GWM agar dapat meningkatkan aktivitas ekonomi. Penurunan suku bunga acuan diharapkan mampu menstimulus permintaan kredit konsumsi sehingga terjadi peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. Peningkatan konsumsi diharapkan mampu mendorong sektor riil untuk memenuhi permintaan tersebut melalui peningkatan produksinya. Kredit yang murah akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi.

Dalam konteks dukungan terhadap perbaikan neraca perdagangan, BI mengharapkan pelonggaran moneter ini dapat dimanfaatkan pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya terutama pelaku industri substitusi impor maupun yang berorientasi ekspor. Dari sisi perbankan, GWM yang turun memberikan ruang untuk melakukan ekspansi kredit. Kredit yang dikucurkan diharapkan ditujukan terutama untuk mendukung perkembangan industri yang potensial dan mampu berkontribusi dalam perbaikan kinerja neraca perdagangan. Menurut Mishkin (1995), mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan proses yang kompleks yang transmisinya dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu (i) perubahan perilaku bank sentral, perbankan, dan para pelaku ekonomi dalam berbagai aktivitas ekonomi dan keuangannya; (ii) lamanya tenggat waktu (lag) sejak kebijakan moneter ditempuh sampai sasaran inflasi tercapai, serta; (iii) terjadinya perubahan pada saluran-saluran transmisi moneter itu sendiri sesuai dengan perkembangan ekonomi dan keuangan di negara bersangkutan. Saluran transmisi yang dimaksud diantaranya saluran uang, saluran kredit, saluran suku bunga, saluran nilai tukar, saluran harga aset, dan saluran ekspektasi.

Sumber: BPS, diolah. ( *Angka Sementara)

Gambar 1. Perkembangan Ekspor-Impor Periode Jan-Jun 2018 dan Jan-Jun 2019

(Juta USD)

Page 5: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

5Buletin APBN Vol. IV. Ed. 15, Agustus 2019

baik akan tercapai jika makroekonomi dalam kondisi stabil dan adanya riset pasar yang menjadi dasar informasi dalam menentukan perkembangan produk terkini dan produk apa yang bisa digarap Indonesia sebagai produk ekspor unggulan. Penentuan produk juga akan menentukan research and development (R&D) yang dibutuhkan sebelum proses produksi. Hasil R&D tersebut akan menjadi dasar penentuan kualifikasi sumber daya manusia dan jenis teknologi apa yang dibutuhkan untuk memproduksinya. Walaupun kondisi makroekonomi terkendali dengan baik, informasi mengenai peluang pasar masih belum dapat tersedia karena Indonesia belum melakukan riset pasar internasional.

Dari sisi konsumsi, pemerintah masih mengandalkan penghasilan tidak kena pajak (PTKP), pengeluaran pemerintah melalui bantuan sosial, dan pembangunan infrastruktur sebagai instrumen untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga maupun swasta. Untuk itu dibutuhkan kebijakan fiskal yang mampu menstimulus peningkatan konsumsi rumah tangga maupun swasta dalam jangka waktu yang panjang dan berkontribusi dalam memperbaiki kinerja neraca perdagangan.

Tantangan Pemerintah dalam Mengoptimalkan Pelonggaran MoneterPelonggaran moneter yang dilakukan BI harus diimbangi ekspansi fiskal pemerintah agar hasil terhadap perbaikan neraca perdagangan dapat optimal. Kebijakan fiskal ekspansif bertujuan untuk meningkatkan aktivitas perekonomian baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Kebijakan fiskal ekspansi dapat berupa stimulus fiskal yang diberikan melalui instrumen fiskal, non-fiskal, dan pengeluaran pemerintah.

Tantangan pemerintah dari sisi investasi dengan memanfaatkan pelonggaran moneter antara lain membangun iklim investasi yang kondusif dan peluang usaha yang lebih baik. Iklim investasi yang kondusif dapat terbangun dengan baik jika terdapat kepastian hukum dan berusaha, transparansi proses perijinan (terutama melalui online single submission) maupun pelaksanaan investasi, birokrasi yang efisien, mudahnya akses informasi terkait hak dan kewajiban investor serta peluang usaha yang ada di Indonesia. Namun, sayangnya semua syarat tersebut belum mampu terwujud di Indonesia. Sedangkan peluang usaha yang lebih

RekomendasiBerdasarkan tantangan yang dijabarkan di atas, terdapat rekomendasi yang dapat menjadi pengayaan pengampu kebijakan, diantaranya: pertama, kebijakan fiskal yang ekspansif dapat dimulai dengan memperbaiki law enforcement dan memberikan kepastian berusaha bagi investor melalui peraturan perundang-undangan yang selaras dan tidak tumpah tindih antara pusat dan daerah maupun antar lembaga dan kementerian. Transparansi proses perizinan melalui online single submission (OSS) sebaiknya ditingkatkan dengan menambah konten informasi mengenai peluang investasi yang ada di Indonesia, syarat yang harus dilengkapi untuk berinvestasi di setiap sektor industri, hak dan kewajiban investor beserta peraturan perundang-undangan yang mengatur serta tahapan dalam proses perizinan untuk memantau izin mereka. Konten peluang investasi dievaluasi secara periodik menyesuaikan dengan kondisi perekonomian dan target industri yang akan dijadikan unggulan atau industri yang mendukung perbaikan kinerja neraca perdagangan. Sistem OSS sebaiknya juga mengatur perizinan secara terpusat dan sudah terkait dengan daerah dan kementerian/lembaga agar dapat meringkas birokrasi perizinan yang menyebar di berbagai kementerian/lembaga serta pemerintah daerah. Kebijakan fiskal ekspansif lainnya yang dapat dilakukan antara lain pemberian subsidi bunga terhadap industri yang potensial berkontribusi memperbaiki kinerja neraca perdagangan, kemudahan kepabeanan, serta memberi ruang sedikit terhadap defisit anggaran agar dapat mengimbangi ekspansi moneter

Page 6: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

6 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 15, Agustus 2019

Daftar PustakaAdiningsih, Sri. 2012. Koordinasi dan Interaksi Kebijakan Fiskal-Moneter: Tantangan ke Depan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Adisetiawan, Repyssa. 2013. BLSM Sebagai Stimulus Fiskal Dalam Menghadapi Dampak Kenaikkan Harga BBM. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Mankiw, N, Gregory. 2009 Macroeconomics.

Mishkin, F. 1995. The Economics of Money, Banking, and Financial Markets. 4th edition, Harper Collins, New York.

Noprin. 1992. Ekonomi Moneter Buku I. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Sihono, Teguh. April, 2010. Statement Kebijaksanaan Moneter. Jurnal Ekonomi & Pendidikan. Vol.7, nomor 1. Yogyakarta.

Warjiyo, Perry. 2004. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia. Buku Seri Kebanksentralan

No. 11, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK), Bank Indonesia. Jakarta

Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan. 2011. Kajian Kebijakan Pengembangan Diversifikasi Pasar dan Produk Ekspor. Kementerian Perdagangan.

LPEM-FEUI. 2007. Ringkasan Eksekutif Survei Tahap Ketiga monitoring Iklim Investasi di Indonesia.

https://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/SP_215219.aspx. Diunduh kembali pada tanggal 29 Juli 2019.

Kompas.com. 2019. Penurunan Suku Bunga Acuan BI Bakal Turunkan Bunga Kredit Bank, Kapan? Diakses dari https://money.kompas.com/read/2019/07/19/064400626/penurunan-suku-bunga-acuan-bi-bakal-turunkan-bunga-kredit-bank-kapan-.pada tanggal 5 Agustus 2019.

yang dilakukan BI tanpa mengorbankan pengendalian inflasi. Terkait riset pasar internasional, dibutuhkan alokasi anggaran riset pasar internasional yang detail terhadap negara-negara yang berpotensi sebagai segmen pasar baru produk ekspor Indonesia. Riset pasar dilakukan secara periodik dan menjadi dasar perencanaan pembangunan industri unggulan baru yang akan menjadi primadona ekspor Indonesia. Riset pasar ini juga sebagai dasar perjanjian dagang yang akan dilakukan Indonesia baik sebagai pasar maupun sebagai mitra yang mendukung perkembangan industri substitusi impor maupun berorientasi ekspor.Kedua, kebijakan ekspansif fiskal untuk meningkatkan kontribusi konsumsi dalam perbaikan neraca perdagangan dapat dimulai dengan menentukan industri substitusi impor yang berkontribusi besar menekan impor bahan baku dan industri yang berorientasi ekspor. Untuk kedua industri tersebut dapat diberikan insentif fiskal dan non fiskal antara lain subsidi suku bunga pinjaman, keringanan pajak, memperoleh kemudahan dalam memasarkan produknya dan subsidi harga bahan bakar serta menyediakan air bersih dan bahan bakar secara kontinu. Pemberian insentif fiskal dapat diberikan secara berjenjang sesuai besaran kontribusi yang diberikan terhadap PDB. Sedangkan untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga pemerintah dapat terus gencar mempromosikan produk dalam negeri dengan terus memperbaiki kualitas dan pelayanannya agar dapat setara dengan produk luar negeri. Kebijakan fiskal ini juga harus senantiasa dilakukan evaluasi agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat maupun pelaku usaha.

Page 7: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

7Buletin APBN Vol. IV. Ed. 15, Agustus 2019

Sumber: Kementerian Keuangan, 2019

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi 2017–2019 (Persen, YoY) serta Sektor

Pembentuknya Berdasarkan Pendekatan Pengeluaran Tahun 2018-2019

Pertumbuhan Ekonomi Moderat di Angka 5 Persen

Pada kuartal I 2019, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,01 persen secara tahunan. Meski

lebih baik dibanding periode yang sama tahun lalu, angka tersebut sedikit melambat dari kuartal IV 2018 yang mencapai 5,08 persen. Berdasarkan pendekatan pengeluaran, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh empat sektor yakni: konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi serta perdagangan (ekspor–impor). Tren pertumbuhan yang mengalami perlambatan di semester I 2019 ini secara umum disumbang oleh perlambatan dua pos pengeluaran yakni investasi serta perdagangan (Gambar 1).Pada kuartal I lalu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi sebesar Rp195,1 triliun atau hanya tumbuh 5,3 persen. Padahal, di periode yang sama tahun lalu, pertumbuhannya bisa mencapai 11,8 persen secara tahunan. Perlambatan investasi juga terlihat dari data pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Pada kuartal I

lalu, PMTB hanya tumbuh 5,03 persen, melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 7,94 persen. Mengutip CNBC Indonesia, ada beberapa hal yang menyebabkan landainya pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui investasi. Dari faktor eksternal ada ketidakpastian akibat

Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall Penerimaan Pajak

oleh Robby A. Sirait*)

Mutiara Shinta Andini**)

AbstrakPertumbuhan ekonomi Indonesia hingga semester I 2019 dengan capaian 5,1

persen masih menunjukkan perlambatan. Perlambatan tersebut secara garis besar disebabkan oleh kontraksi kinerja ekspor-impor dan investasi Indonesia. Hal tersebut kemudian akan berdampak terhadap capaian penerimaan perpajakan Indonesia, yang terbukti pada semester I 2019 mengalami shortfall. Sub-sub bagian dari penerimaan perpajakan yang mengalami penurunan utamanya adalah PPh Badan serta PPN sektor tambang dan manufaktur. Shortfall penerimaan perpajakan ini tentunya akan berdampak luas dalam keseluruhan postur APBN. Oleh karena itu, dalam mengejar target-target pertumbuhan serta penerimaan perpajakan secara simultan, Pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya: revitalisasi struktur ekonomi dan mengganti produk ekspor komoditas menjadi manufaktur, realisasi penyederhanaan teknis birokratis terkait investasi dan pembayaran pajak, serta penentuan insentif fiskal yang lebih tepat guna agar dapat secara efektif dan efisien mencapai tujuan yang diharapkan.

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]**) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

sekunder

Page 8: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

8 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 15, Agustus 2019

perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan China. Hal ini menyebabkan modal asing tak mau masuk ke negara berkembang dan berbalik ke negara maju. Berdasarkan data BPS, selama periode Januari-Juni 2019, ekspor Indonesia tercatat USD80,32 miliar atau turun 8,57 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar USD87,88 miliar. Penurunan ekspor memberikan gambaran lesunya sektor-sektor terkait, terutama sektor komoditas yang merupakan penopang ekspor terbesar Indonesia dan sedang menghadapi kondisi terbatasnya permintaan dunia serta turunnya harga komoditas akibat perang dagang. Selain itu, menurunnya porsi sektor manufaktur dari PDB Indonesia turut menyebabkan kinerja ekspor barang menjadi kecil jika dibandingkan negara lain.Shortfall Penerimaan PerpajakanPerlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang utamanya disebabkan oleh kontraksi sektor perdagangan dan investasi tersebut kemudian berdampak terhadap capaian penerimaan perpajakan Indonesia, yang terbukti pada semester I 2019 mengalami shortfall. Pada semester I 2019, realisasi pajak tercatat Rp603,34 triliun atau 38,24 persen dari target APBN 2019. Jika dibandingkan periode yang sama

tahun lalu, realisasi tersebut hanya tumbuh 3,7 persen. Pemasukan dari Pajak Penghasilan (PPh), penolong terbesar setoran pajak, hanya mampu tumbuh 4,71 persen menjadi Rp376,33 triliun. Bahkan, setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) merosot 2,66 persen menjadi Rp212,32 triliun.Menurut Kementerian Keuangan, pertumbuhan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) yang cukup signifikan merupakan salah satu faktor yang menekan pertumbuhan PPN/PPnBM. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan restitusi per Mei 2019 sebesar 30,85 persen (yoy) yang diindikasikan sebagai akibat perlambatan pertumbuhan penerimaan PPN/PPnBM. Jika hal ini berlangsung terus, bukan tidak mungkin penerimaan perpajakan makin tergerus hingga target penerimaan perpajakan 2019 tidak tercapai.Tekanan restitusi PPh Badan pun cukup besar di semester I tahun 2019 yang tumbuh hingga 17,2 persen (semester I 2018: tumbuh -38,4 persen). Kontraksi profitabilitas terutama pada perusahaan pertambangan PPh Badan sektor tersebut tumbuh -11,9 persen. PPh Pasal 25/29 Badan pun terjadi perlambatan dengan nilai pertumbuhan 3,40 persen

Gambar 2. Realisasi serta Pertumbuhan Penerimaan Pajak 2018-2019

Sumber: Kementerian Keuangan, 2019

Page 9: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

9Buletin APBN Vol. IV. Ed. 15, Agustus 2019

(yoy). Perlambatan ini diakibatkan oleh pertumbuhan restitusi yang cukup tinggi mencapai 17,20 persen (yoy) serta melambatnya pertumbuhan laba korporasi dibandingkan pertumbuhan tahun lalu, yang mengakibatkan penerimaan bruto hanya tumbuh 5,56 persen (yoy), tidak setinggi tahun lalu yang mampu mencapai 10,73 persen (yoy). Dari perspektif sektoral, tekanan restitusi serta perlambatan ekonomi nasional sangat dirasakan oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pertambangan. Pertumbuhan negatif sektor manufaktur terutama disebabkan oleh tingginya restitusi (tumbuh 30,8 persen) dan moderasi aktivitas impor (tumbuh -6,2 persen). Sementara itu, sektor pertambangan juga merasakan tekanan akibat penurunan harga-harga komoditas di pasar global terlebih pada dua subsektor, yakni pertambangan batu bara dan bijih logam. Penerimaan pajak di sektor pertambangan sebesar 14 persen menjadi Rp33,43 triliun. Padahal, di periode yang sama tahun lalu, setoran pajak sektor pertambangan melesat 80,3 persen. Lesunya harga komoditas juga berimbas pada Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).Pajak-pajak atas impor mengalami pertumbuhan negatif seiring turunnya impor nasional. Nilai impor Indonesia bulan Mei 2019 turun 5,62 persen (mom) dibanding April 2019, dan 17,71 persen (yoy) dibanding bulan Mei 2018. Hal ini mengakibatkan penurunan PPN Impor dan PPnBM Impor masing-masing 2,10 persen (yoy) dan 1,90 persen (yoy). PPN Dalam Negeri merupakan jenis pajak yang paling terpengaruh oleh peningkatan restitusi dengan pertumbuhan negatif 2,90 persen (yoy).Sensitivitas Penerimaan Perpajakan Terhadap Pertumbuhan EkonomiBerdasarkan Nota Keuangan dinyatakan bahwa perubahan pada pertumbuhan ekonomi secara umum akan memberikan dampak pada postur APBN, termasuk dalam sisi pendapatan negara melalui penerimaan perpajakan. Hal ini juga sudah dibenarkan dengan hasil penelitian Hidayatullah, 2016 yang menunjukkan secara simultan

bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap realisasi penerimaan pajak. Ada korelasi yang sangat signifikan dan elastisitas lebih besar dari satu (Herman, 2007) sehingga pengaruh kenaikan PDB akan selalu diiringi oleh kenaikan penerimaan pajak khususnya PPh dan PPN dengan persentase yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kondisi Indonesia saat ini yang mengalami stagnasi di angka 5 persen sebenarnya mampu mencerminkan potensi penerimaan pajak Indonesia. Jika pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi maka kondisi penerimaan perpajakan yang dihadapi juga hampir dapat dipastikan akan menghadapi shortfall. Kondisi penerimaan yang tidak terpenuhi ini tentunya akan berdampak pada postur APBN baik melalui pengetatan belanja ataupun pelebaran defisit melalui pembiayaan. Pada kondisi yang seperti ini, tentu pemerintah perlu berhati-hati dalam memberikan kebijakan serta insentif perpajakan karena memiliki konsekuensi berkurangnya penerimaan namun tidak efektif dalam menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Kepala Riset LPEM FEB UI Febrio Kacaribu menyatakan bahwa insentif perpajakan yang diberikan pemerintah tidak sejalan dengan percepatan produksi industri yang menggenjot ekonomi dalam negeri. Idealnya, produksi naik lebih cepat daripada penurunan penerimaan pajak (akibat insentif), namun fenomena yang dihadapi menunjukkan kenyataan lain. Artinya, elastisitas dari pemberian insentif rendah.Shortfall penerimaan pajak yang terjadi hampir selalu diargumentasikan dampak dari peraturan terbaru mengenai percepatan restitusi yang diterbitkan Pemerintah. Namun, akar permasalahan selain terkait hal restitusi secara mendasar sendiri yang masih perlu dibenahi oleh pemerintah cukup banyak, salah satunya adalah aspek-aspek fundamental pertumbuhan ekonomi sendiri. Investasi, perdagangan, serta menjaga stabilitas konsumsi juga penting karena erat kaitannya dengan ketercapaian penerimaan perpajakan nasional dari sektor-sektor tersebut.

Page 10: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

10 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 15, Agustus 2019

RekomendasiDalam mengejar target pertumbuhan serta penerimaan perpajakan yang terbukti berkorelasi positif secara simultan, pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya: pertama, mendorong revitalisasi struktur ekonomi dan mengganti produk ekspor komoditas menjadi manufaktur. Dalam hal ini yang bisa dilakukan salah satunya adalah mengarahkan atau menstimulus investasi asing lebih kepada produk-produk manufaktur yang memiliki multiplier effect. Dengan begitu, pertumbuhan investasi asing bisa mengangkat kinerja ekspor seperti yang dilakukan oleh Vietnam. Kedua, penentuan insentif fiskal yang lebih tepat guna sesuai dengan kebutuhan industri agar dapat secara efektif dan efisien mencapai tujuan yang diharapkan. Selain itu, Pemerintah juga diharapkan dapat secara hati-hati dan bijaksana dalam menentukan insentif-insentif fiskal yang diberikan, dan menindaklanjuti insentif-insentif yang terbukti kurang optimal dalam menggenjot pertumbuhan ataupun investasi di Indonesia. Ketiga, Pemerintah perlu menyusun strategi optimalisasi penerapan Automatic Exchange of Information (AEoI), peningkatan kepatuhan wajib pajak, penggalian potensi pajak hingga ke tingkat internasional, ataupun perluasan basis pajak dalam antisipasi perlambatan pajak akibat kebijakan restitusi pajak. Keempat, realisasi penyederhanaan teknis birokratis terkait investasi dan pembayaran pajak. Regulasi/birokrasi yang rumit instansi yang tumpang tindih serta kurang koordinatif menjadi pemicu sulitnya aliran investasi memperlancar kegiatan ekonomi di Indonesia, begitu pula dalam proses pembayaran ataupun pelaporan pajak.

Daftar PustakaAdharsya, Taufan. 2019. Cuma Tumbuh 5,05%, Ini Biang Kerok Perlambatan Ekonomi RI. CNBC Indonesia. Diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20190805121953-4-89864/cuma-tumbuh-505-ini-biang-kerok-perlambatan-ekonomi-ri pada tanggal 1 Agustus 2019.Asokawati, Cindyrika Purnama. 2018. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Jumlah Penduduk Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Provinsi Di Indonesia Tahun 2012 – 2016. Universitas Muhammadiyah Surakarta.Herman. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap PAjak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai. Universitas Trisakti; Media Riset Akutansi, Auditing dan Informasi, Vol.7 No.1, April 2007: 83-105.Hidayatullah, Sri Rezky Wulandari. 2016. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak Di Indonesia (Penelitian Pada Badan Pusat Statistik). Universitas Widyatama: Bandung.

Kementerian Keuangan. 2019. APBN Kita Kinerja dan Fakta. Edisi Juli 2019.Kementerian Keuangan. 2019. Buku II Nota Keuangan Beserta Anggaran Pendapatan dan Belanjan Negara Tahun Anggaran 2019.Kementerian Keuangan. 2019. Realisasi Semester I Tahun 2019 dan Outlook APBN Tahun 2019, Rapat kerja Badan Anggaran DPR RI Jakarta 16 Juli 2019.Kontan. 2019. Penerimaan Pajak Lesu, Defisit Anggaran Akhir Tahun Berpotensi Membengkak. Diakses dari https://insight.kontan.co.id/news/penerimaan-pajak-lesu-defisitanggaran-akhir-tahun-berpotensi-membengkak pada 1 Agustus 2019Laucereno, Sylke Febrina. 2019. Pak Jokowi, Ini Bukti Bahwa Ekonomi RI Sedang Lesu. DetikFinance. Diakses dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4615907/pak-jokowi-ini-bukti-bahwa-ekonomi-ri-sedang-lesu pada tanggal 1 Agustus 2019

Page 11: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

11Buletin APBN Vol. IV. Ed. 15, Agustus 2019

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian di dunia dalam beberapa

dekade terakhir. Berbagai dampak positif baik terhadap pertumbuhan ekonomi maupun peningkatan pemasukan devisa negara yang diperoleh dari kegiatan pariwisata menjadikan sektor tersebut sebagai salah satu sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan pesat di dunia. Di Indonesia pembangunan sektor pariwisata terus dilakukan dengan mendayagunakan sumber daya pariwisata yang ada untuk dimanfaatkan sebagai salah satu lumbung pendapatan ekonomi nasional. Peranan sektor pariwisata nasional semakin penting sejalan dengan perkembangan dan kontribusi yang diberikan sektor tersebut melalui mekanisme tarikan dan dorongan terhadap sektor ekonomi lain yang terkait seperti hotel dan restoran, angkutan, industri kerajinan dan lain-lain sehingga menjadikan sektor pariwisata memiliki multiplier effect yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja (LPEM UI, 2018). Di samping itu neraca perdagangan dan transaksi berjalan

Indonesia yang mengalami defisit juga membuat pemerintah melakukan kebijakan untuk meningkatkan pendapatan devisa dari sektor pariwisata. Destinasi wisata domestik yang sudah dikenal oleh wisatawan mancanegara seperti Pulau Bali, Bunaken, Raja Ampat serta Taman Nasional Komodo kemudian ditetapkan sebagai salah satu keunggulan obyek wisata nasional. Wacana Penutupan Pulau KomodoSalah satu objek pariwisata yang menjadi ikon negara Indonesia adalah Taman Nasional Komodo (TNK). TNK adalah salah satu obyek wisata alam yang ditetapkan sebagai warisan alam dunia yang terdiri dari Pulau Komodo, Padar, dan Rinca. Komodo merupakan hewan endemik yang memiliki sifat homobodies dimana mereka enggan meninggalkan tempat kelahirannya (Erdmann, 2004). Kondisi ini mengakibatkan komodo hanya ada di Indonesia sehingga Kementerian Pariwisata menjadikan komodo sebagai salah satu aset penting bagi masa depan pariwisata Indonesia (Republika, 2019).Dengan mempertimbangkan popularitas Pulau Komodo yang sudah sangat mendunia, maka berdasarkan Surat

AbstrakPembangunan sektor pariwisata terus dilakukan dengan mendayagunakan

sumberdaya pariwisata yang ada untuk dimanfaatkan sebagai lumbung pendapatan ekonomi nasional. Destinasi wisata domestik yang sudah dikenal oleh wisatawan mancanegara seperti Pulau Bali dan Taman Nasional Komodo misalnya ditetapkan sebagai salah satu keunggulan obyek wisata nasional. Baru-baru ini wacana penutupan sementara Pulau Komodo memicu polemik terkait dampaknya terhadap kegiatan pariwisata dan juga PNBP. Wacana penutupan ini sebagai upaya untuk menggenjot populasi Komodo, namun otoritas Taman Nasional yang berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebut saat ini tidak terdapat darurat populasi maupun ancaman serius terhadap lingkungan.

Penutupan Taman Nasional Komodo: Kerikil Bagi Sektor Pariwisata

oleh Ratna Christianingrum*)

Nurul Azizah**)

sekunder

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]**) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

Page 12: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

12 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 15, Agustus 2019

Keputusan yang dikeluarkan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) pemerintah melakukan pembagian wilayah TNK dengan sistem zonasi untuk pemanfaatan kegiatan pariwisata. Adanya peraturan dalam SK tersebut juga menyatakan bahwa Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNPB) yang didapatkan dari hasil menjual tiket sepenuhnya akan tersalur ke pusat dan tidak ada kegiatan bagi hasil antara Pemda dan masyarakat (PHKA, 2012)Awal tahun 2019 TNK sempat menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa hal seperti perburuan rusa yang merupakan makanan pokok komodo di pulau-pulau di TNK. Selain itu adanya kebakaran padang savana di beberapa pulau di kawasan TNK juga sering terjadi. Kondisi ini diperparah saat media internasional menyoroti kasus penyelundupan 41 komodo yang berhasil digagalkan Kepolisian Jawa Timur dimana hewan tersebut berencana diekspor secara ilegal dengan harga mencapai Rp500 juta setiap ekornya.Hal ini cukup mengkhawatirkan dan menjadi fokus perhatian pemerintah mengingat sejak tahun 2014 TNK menempati urutan pertama sebagai kawasan konservasi dengan jumlah wisatawan terutama wisatawan mancanegara terbanyak di Indonesia. Artinya kawasan ini berpotensi

penyumbang devisa yang cukup tinggi untuk negara jika dapat dikembangkan dengan maksimal.Berbagai permasalahan tersebut membuat Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) mencetuskan wacana agar pengelolaan TNK yang tadinya dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) diserahkan kepada pemerintah provinsi NTT. Selain mengajukan wacana pemindahan kewenangan pengelolaan TNK, Gubernur NTT juga mengajukan penutupan Pulau Komodo untuk sementara waktu guna melakukan rehabilitasi wilayah yang dianggap membahayakan populasi komodo agar dapat didesain ulang sehingga menghasilkan pendapatan wisata yang lebih banyak.Apakah Perlu Dilakukan Penutupan?Alasan munculnya wacana penutupan Pulau Komodo adalah adanya kekhawatiran terganggunya habitat komodo akibat pemburuan liar, kebakaran padang savana, serta penyelundupan komodo untuk di ekspor ilegal ke luar negeri. Namun apakah berbagai kasus tersebut berdampak terhadap keselamatan wilayah konservasi dan pariwisata Pulau Komodo?Terkait dengan perburuan rusa secara liar, koordinator yayasan Komodo Survival Program menyatakan bahwa populasi rusa yang jadi salah satu makanan komodo tidak menurun. Selain itu data dari Balai TN Komodo menunjukkan bahwa jumlah rusa masih cukup untuk memenuhi pakan komodo.Sementara itu alasan lain berupa kebakaran padang savana juga tidak cukup dijadikan alasan penutupan pulau komodo mengingat kejadian tersebut justru terjadi di Gililawa yang merupakan kawasan wisata darat dan bahari bukan merupakan kawasan habitat komodo. Begitu pula dengan kekhawatiran terkait adanya kegiatan ekspor ilegal komodo, hasil uji DNA oleh LIPI menyimpulkan bahwa komodo yang diperdagangkan secara ilegal beberapa waktu lalu bukan merupakan komodo yang berasal dari

Gambar 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan dan PNBP Taman Nasional Komodo

Sumber: Direktorat Jenderal KSDAE , 2019 diolah

Page 13: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

13Buletin APBN Vol. IV. Ed. 15, Agustus 2019

Pulau Komodo namun berasal dari Flores Utara, artinya pengawasan terhadap komodo memang perlu ditingkatkan namun penutupan Pulau Komodo bukanlah pilihan yang tepat mengingat tidak terjadi perburuan komodo dari pulau tersebut.Berbagai penjelasan di atas menunjukkan bahwa urgensi untuk melakukan penutupan sementara Pulau Komodo terkesan tidak tepat, padahal sebagai salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia, Pulau Komodo dapat dimaksimalkan sebagai sumber daya pariwisata yang mampu menambah penerimaan negara. Dampak Terhadap Sektor PariwisataJika Pulau Komodo benar-benar ditutup, dampak pertama yang akan terlihat adalah hilangnya penerimaan negara dari PNBP Pulau Komodo. Dengan nilai PNBP yang terus meningkat setiap tahun dan popularitasnya yang terus menanjak sangat disayangkan jika Pulau Komodo harus ditutup, padahal tidak terdapat permasalahan berarti di pulau tersebut. Namun di samping itu, dampak terdekatnya akan dirasakan oleh masyarakat sekitar Pulau Komodo. Masyarakat di sekitar Pulau Komodo awalnya menyandarkan hidup pada sektor ekstraktif baik sebagai buruh, bertani dan juga nelayan, namun sejak dikeluarkannya sistem zonasi untuk pemanfaatan pariwisata di TNK masyarakat Komodo perlahan beralih menjadi masyarakat pariwisata. Keterlibatan masyarakat sekitar Pulau Komodo semakin berkembang setelah dilakukan revitalisasi fungsi TNK sebagai kawasan konservasi sehingga kian mengondisikan orang-orang di sekitar Pulau Komodo untuk bersandar pada sektor pariwisata sebagai mata pencaharian yang baru (Haryanto, 2018). Masyarakat Pulau Komodo pada intinya telah melewati sebuah proses yang sangat panjang sebelum akhirnya bergantung pada sektor pariwisata.Penutupan Pulau Komodo dapat menjadi kontradiktif terhadap rencana presiden Joko Widodo yang menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur

untuk penataan kawasan wisata di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur mengingat Labuan Bajo merupakan gerbang bagi wisatawan yang ingin meneruskan perjalanannya ke Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar. Padahal sejak pemerintah melakukan percepatan pembangunan di sekitar Labuan Bajo yang merupakan pintu masuk TNK, dampak pembangunan tersebut terlihat sangat signifikan pada kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Labuan Bajo yang pada 2017 meraih angka sebesar Rp70 miliar dan di tahun 2018 meningkat tajam hampir 100 persen hingga mencapai Rp135 miliar (Beritasatu, 2019).Kebijakan penutupan Pulau Komodo tidak bisa hanya didasarkan pada asumsi, namun juga perlu didasarkan pada kajian multi-sektoral. Kebijakan yang salah bisa jadi justru berimbas pada kehidupan ekonomi masyarakat sekitar yang sebagian besar bergantung pada sektor pariwisata. Data Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) NTT menunjukkan sektor akomodasi dan makan minum dimana sektor tersebut berkorelasi kuat dengan penyediaan ekonomi pariwisata menjadi sektor dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu sebesar 19,68 persen di 2018. Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Manggarai menyatakan bahwa jika Pulau Komodo ditutup maka pemerintah kabupaten manggarai NTT akan kehilangan Rp20 miliar dari sisi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Beritasatu, 2019).Meskipun masih dalam tahap wacana, Kementerian Pariwisata juga menyoroti rencana ini. Ketidakpastian dikarenakan adanya isu merupakan sesuatu yang sensitif dalam dunia bisnis, termasuk bisnis pada sektor pariwisata baik bagi pelaku bisnis, stakeholder maupun konsumen pariwisata itu sendiri. Pelaku usaha sejauh ini mengaku sulit memastikan penjualan paket wisata Pulau Komodo karena belum ada kepastian apakah Pulau Komodo jadi ditutup atau tidak. Sementara dari sisi wisatawan, konsumen terutama

Page 14: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

14 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 15, Agustus 2019

konsumen mancanegara membutuhkan kepastian minimal selama satu tahun ke depan ketika hendak memesan paket wisata. Artinya, meskipun hal ini baru sebatas wacana namun dampaknya terhadap kepastian bagi pelaku bisnis pariwisata di Pulau Komodo sudah terasa (Neraca, 2019).Dari sisi pengembangan sektor pariwisata, pemerintah mengharapkan TNK sebagai wilayah pariwisata unggulan yang terintegrasi antar lokasi. Oleh karena itu, sejak beberapa tahun terakhir pemerintah melakukan percepatan infrastruktur antara lain dengan mengembangkan Bandar Udara Internasional Komodo, penataan Kawasan Pelabuhan Labuan Bajo hingga

RekomendasiPemerintah perlu menghentikan wacana penutupan Pulau Komodo mengingat popularitas Pulau Komodo yang sedang berada di puncak mengakibatkan wacana penutupan Pulau Komodo telah menjadi gangguan bagi keberlangsungan pariwisata di sekitar TNK. Pemerintah pusat dapat kehilangan PNBP, pemerintah daerah dapat mengalami kerugian terhadap nilai PAD dan pelaku bisnis di sekitar Pulau Komodo merugi terkait pengelolaan pariwisata. Padahal berbagai kekhawatiran yang melandasi wacana tersebut tidak sesuai dengan fakta di lapangan dan pembangunan infrastruktur TNK dapat berjalan tanpa menggangu kegiatan konservasi dan pariwisata.

Puncak Waringin. Pembenahannya juga termasuk dermaga laut, trotoar, hingga saluran air bersih. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merencanakan pembangunan penataan kawasan wisata di sana akan dilakukan secara bertahap dari 2019 hingga 2021. Pembangunan sarana dan prasarana tersebut dinilai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah sesuai prosedur konservasi dan peta zonasi pemanfaatan kawasan wilayah dan dapat berjalan beriringan dengan kegiatan pariwisata Pulau Komodo. Artinya tanpa melakukan penutupan Pulau Komodo peningkatan atraksi, amenitas, dan aksesibilitas tetap dapat dilaksanakan.

Daftar PustakaBeritasatu. 2019. Jika Taman Nasional Komodo Ditutup, Akivitas Ekonomi Anjlok. Diakses dari https://www.beritasatu.com/nasional/536498/jika-taman-nasional-komodo ditutup-akivitas-ekonomi-anjlok pada 13 Agustus 2019.Ditjen KSDAE. 2018. Statistik Direktorat Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.Ditjen PHKA. 2012. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor SK.21/IV-SET/2012Erdmann, Arnaz Mehta, 2004. A Natural History Guide to Komodo National Park.The Nature Conservancy Indonesia Coastal and Marine Program.

Haryanto, Venansius. 2018. Mencermati Praktik Ekoturisme Masyarakat Pulau Komodo. Diakses dari http://www.floresa.co/2018/07/30/mencermati-praktik-ekoturisme- masyarakat-pulau-komodo/ pada 5 Agustus. 2019.LPEM UI, 2018. Laporan Akhir : Kajian Dampak Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Indonesia. Media Indonesia, 2019. Tidak Ada Penutupan Taman Nasional Komodo. Diakses dari https://mediaindonesia.com/read/detail/215343-tidak-ada penutupan-taman-nasional-komodo pada 7 Agustus 2019.

Page 15: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

15Buletin APBN Vol. IV. Ed. 15, Agustus 2019

Neraca. 2019. Pelaku Industri Pariwisata Minta Kepastian Waktu Penutupan Pulau Komodo. Diakses dari http://www.neraca.co.id/article/113664/pelaku-industri-pariwisata-minta-kepastian-waktu-penutupan-pulau-komodo pada 5 Agustus 2019.Republika, 2019. KLHK: TN Komodo Berdampak Pada Ekonomi Daerah. Diakses dari https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/pmwlow370/klhk-tn komodo-berdampak-pada-ekonomi-daerah pada 2 Agustus 2019.

Republika, 2019. Komodo, Aset Penting Wisata NTT dan Indonesia. Diakses dari https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/komodo-aset penting-wisata-ntt-dan-indonesia/ar-BBVmZ0F pada 2 Agustus 2019.Tempo. 2019. Menteri Pariwisata Arief Yahya Tolak Ide Penutupan Pulau Komodo. Diakses dari https://travel.tempo.co/read/1170276/menteri pariwisata-arief-yahya-tolak-ide-penutupan-pulau-komodo pada 2 Agustus 2019.

Page 16: Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi & Shortfall … · 2019-08-19 · 2 Buletin APBN ol. . Ed. 15 Agustus 2019 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Menghadapi Perlambatan

“Siap Memberikan Dukungan Fungsi Anggaran Secara Profesional”

Buletin APBNPusat Kajian AnggaranBadan Keahlian DPR RI

www.puskajianggaran.dpr.go.idTelp. 021-5715635, Fax. 021-5715635

e-mail [email protected]