DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

21
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393 Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 325 DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI YUAN TERHADAP KINERJA PERDAGANGAN PERTANIAN INDONESIA Jamilah [email protected] Bonar M. Sinaga Mangara Tambunan Dedi Budiman Hakim Institut Pertanian Bogor - Bogor ABSTRACT This study aims to analyze the impact of slowing economic growth in China and devaluation of the yuan on the performance of agricultural trade Indonesia. The research used a simultaneous equations model and estimated using the 2-SLS method. The results showed that the trade cooperation Indonesia - China has a positive impact on increasing production, price, investment, consumption, exports, imports, and Indonesia's national income post-CAFTA takes effect over the previous period. China's economic growth led to increased China's exports to Indonesia, but the increase Indonesia's exports to China relatively constant. At the time of CAFTA takes effect, slowing economic growth in China and devaluation of the yuan is expected negatively impact to the performance of the agricultural sector and trade Indonesia, because of the decline in demand for Chinese imports from Indonesia and it caused Indonesian export to China decreased, except for exports of food products, indicating that China's need for food and raw materials for industry. Indonesia's export performance drop will cause the trade of Indonesia deficit higher and destabilizing the economy of Indonesia. Key words: economic, devaluation, yuan, trade, agriculture ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan tarif impor dan pertumbuhan ekonomi China terhadap kinerja perdagangan pertanian Indonesia. Penelitian menggunakan model persamaan simultan dan diestimasi dengan metode 2-SLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerjasama perdagangan Indonesia – China berimplikasi positif terhadap peningkatan produksi, harga, investasi, konsumsi, ekspor, impor, dan pendapatan nasional Indonesia pasca CAFTA berlaku efektif dibanding periode sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi China menyebabkan ekspor China ke Indonesia meningkat, namun peningkatan ekspor Indonesia ke China relatif konstan. Pada saat CAFTA efektif diberlakukan, perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan devaluasi Yuan diprediksi akan berdampak negatif terhadap kinerja sektor pertanian dan perdagangan Indonesia, karena adanya penurunan permintaan impor China dari Indonesia dan menyebabkan ekspor Indonesia ke China menurun, kecuali ekspor produk pangan, menunjukkan bahwa China membutuhkan bahan pangan dan bahan baku bagi industrinya. Penurunan kinerja ekspor Indonesia akan menyebabkan defisit neraca perdagangan Indonesia semakin tinggi dan menganggu stabilitas perekonomian Indonesia. Kata kunci : ekonomi, devaluasi, Yuan, perdagangan, pertanian. PENDAHULUAN Kerjasama perdagangan Indonesia- China dimulai sejak tahun 1953 dan saat ini berkembang dalam bentuk kerjasama China dan negara-negara ASEAN yaitu CAFTA (China ASEAN Free Trade Area). Kerja- sama ini berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2010 setelah penandatanganan kerangka awalnya pada tanggal 4 Novem- ber 2004 dan diratifikasi oleh Pemerintah melalui KEPPRES No. 48 pada 15 Juni 2004 (Direktorat Perdagangan, Investasi dan

Transcript of DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

Page 1: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

325

DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI YUANTERHADAP KINERJA PERDAGANGAN PERTANIAN INDONESIA

[email protected]

Bonar M. SinagaMangara Tambunan

Dedi Budiman HakimInstitut Pertanian Bogor - Bogor

ABSTRACT

This study aims to analyze the impact of slowing economic growth in China and devaluation of the yuan on theperformance of agricultural trade Indonesia. The research used a simultaneous equations model and estimatedusing the 2-SLS method. The results showed that the trade cooperation Indonesia - China has a positive impacton increasing production, price, investment, consumption, exports, imports, and Indonesia's national incomepost-CAFTA takes effect over the previous period. China's economic growth led to increased China's exports toIndonesia, but the increase Indonesia's exports to China relatively constant. At the time of CAFTA takes effect,slowing economic growth in China and devaluation of the yuan is expected negatively impact to the performanceof the agricultural sector and trade Indonesia, because of the decline in demand for Chinese imports fromIndonesia and it caused Indonesian export to China decreased, except for exports of food products, indicatingthat China's need for food and raw materials for industry. Indonesia's export performance drop will cause thetrade of Indonesia deficit higher and destabilizing the economy of Indonesia.

Key words: economic, devaluation, yuan, trade, agriculture

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan tarif impor dan pertumbuhan ekonomiChina terhadap kinerja perdagangan pertanian Indonesia. Penelitian menggunakan model persamaansimultan dan diestimasi dengan metode 2-SLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerjasamaperdagangan Indonesia – China berimplikasi positif terhadap peningkatan produksi, harga, investasi,konsumsi, ekspor, impor, dan pendapatan nasional Indonesia pasca CAFTA berlaku efektif dibandingperiode sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi China menyebabkan ekspor China ke Indonesiameningkat, namun peningkatan ekspor Indonesia ke China relatif konstan. Pada saat CAFTA efektifdiberlakukan, perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan devaluasi Yuan diprediksi akanberdampak negatif terhadap kinerja sektor pertanian dan perdagangan Indonesia, karena adanyapenurunan permintaan impor China dari Indonesia dan menyebabkan ekspor Indonesia ke Chinamenurun, kecuali ekspor produk pangan, menunjukkan bahwa China membutuhkan bahan pangandan bahan baku bagi industrinya. Penurunan kinerja ekspor Indonesia akan menyebabkan defisitneraca perdagangan Indonesia semakin tinggi dan menganggu stabilitas perekonomian Indonesia.

Kata kunci : ekonomi, devaluasi, Yuan, perdagangan, pertanian.

PENDAHULUANKerjasama perdagangan Indonesia-

China dimulai sejak tahun 1953 dan saat iniberkembang dalam bentuk kerjasama Chinadan negara-negara ASEAN yaitu CAFTA(China ASEAN Free Trade Area). Kerja-

sama ini berlaku efektif sejak tanggal 1Januari 2010 setelah penandatanganankerangka awalnya pada tanggal 4 Novem-ber 2004 dan diratifikasi oleh Pemerintahmelalui KEPPRES No. 48 pada 15 Juni 2004(Direktorat Perdagangan, Investasi dan

Page 2: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

326 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

Kerjasama Ekonomi Internasional, 2011).CAFTA merupakan kesepakatan antaranegara-negara anggota ASEAN denganChina untuk mewujudkan kawasan per-dagangan bebas dengan menghilangkanatau mengurangi hambatan-hambatan per-dagangan barang baik tarif ataupun nontarif, peningkatan akses pasar jasa, per-aturan dan ketentuan investasi, sekaliguspeningkatan aspek kerjasama ekonomiuntuk mendorong kinerja perekonomiandalam rangka meningkatkan kesejahteraanmasyarakat ASEAN dan China.

Nilai perdagangan Indonesia denganbeberapa negara dalam perdagangan bila-teral seperti Jepang, India, dan Philipinaselalu mengalami surplus, kecuali China,Korea, Thailand, Malaysia dan Singapura.Meskipun China merupakan negara tujuanekspor non migas terbesar bagi produkIndonesia yang didominasi oleh produkprimer tidak sebanding dengan tingginyaimpor produk olahan China ke Indonesia.Nilai perdagangan Indonesia dengan Chinaberkisar antara US$ 48 milyar hingga US$52 milyar, namun neraca perdaganganIndonesia dengan China mengalami defisithingga US$ 13.018,3 juta dibandingkanneraca perdagangan Indonesia dengan Ko-rea, Thailand, Malaysia dan Singapura.Sepanjang tahun 2011-2014, Nilai eksportertinggi Indonesia ke beberapa negaraASEAN plus berturut-turut adalah keJepang (US$ 114 milyar), China (US$ 84,8milyar), Singapura (US$ 68,9 milyar),Korea (US$ 53,5 milyar), dan India (US$ 51,1milyar), sedangkan impor tertinggi Indo-nesia dari beberapa negara ASEAN plusberturut-turut adalah China (US$ 116,1milyar), Singapura (US$ 102,8 milyar),Jepang (US$ 78,5 milyar), Korea (US$ 48,5milyar), dan Malaysia (US$ 46,8 milyar)(Kementerian Perdagangan Republik Indo-nesia, 2016).

Pertumbuhan ekonomi China majupesat di kawasan Asia, selama lebih dari 30tahun terakhir. GDP dan produksi industriCina meningkat lebih cepat dengan lajurata-rata sebesar 10,6 dan 14,7 persen, yang

mendorong kenaikan berlipat ganda dalampermintaan komoditas. Selama periode2010-2014, kinerja ekspor Indonesia men-capai puncaknya pada tahun 2011 yaitu US$203,5 milyar. Ekspor Indonesia ke Chinaturun sebesar 23,5 persen dari tahun 2011hingga tahun 2014 karena adanya krisisekonomi global, perlambatan ekonomiChina, penurunan harga komoditi utamaekspor Indonesia, dan adanya laranganekspor bahan mineral mentah (World Bank,2015). Impor non migas tertinggi Indonesiadari China sebesar US$ 19,1 milyar (2010)meningkat menjadi US$ 29,5 milyar (2013),dengan pertumbuhan sebesar 54,78 persen.Permintaan impor non migas Indonesia dariChina, terutama didominasi oleh importekstil dan produk tekstil (TPT), hasil per-tanian, dan barang elektronik. Tingginyapermintaan impor dari China dibandingekspor Indonesia ke China menyebabkanneraca perdagangan Indonesia denganChina defisit (Bank Indonesia, 2016).

Pada awalnya, perdagangan bilateralIndonesia dengan China, neraca perdagang-an Indonesia mengalami surplus (Gambar1). Pada tahun 1996 neraca perdaganganIndonesia–China surplus sebesar US$519,2 juta, pada tahun 1998 surplus se-besar US$ 699,1 juta, dan pada tahun 1999surplus sebesar US$ 958,1 juta. Seiringdengan tingginya penetrasi produk Chinake Indonesia, sedangkan ekspor Indonesiaterutama kelompok barang mentah meng-alami penurunan akibat krisis ekonomiglobal maka neraca perdagangan Indonesia-China defisit sebesar US$ 711,7 juta (2000)dan defisit terus meningkat menjadi 6.980,7juta (2013) (UNCTAD, 2014). Ekspor Indo-nesia ke China hanya berupa bahan mentahserta energi (batubara, minyak dan gasbumi) serta bahan makanan seperti minyakgoreng dan hasil laut (Lindawati danWidyaiswara, 2013). Ekspor Indonesia keChina pada tahun 1996 senilai US$ 1.887,5juta meningkat menjadi US$ 9.420,2 juta(2013). Impor Indonesia dari China padatahun 1996 senilai US$ 1.368,3 juta me-ningkat menjadi US$ 16.400,9 juta (2013).

Page 3: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 327

Pada tahun 2013, nilai ekpor pangan (US$3.398,1 juta), pertanian non pangan (US$2.522,0 juta), dan non pertanian (US$15.681,4 juta), sedangkan nilai impor

pangan (US$ 1.488,2 juta), pertanian nonpangan (US$ 3.670,0 juta), dan nonpertanian (US$ 27.162,8 juta) (UNCTAD,2014).

Sumber: UNCTAD, 2014

Gambar 1Neraca perdagangan Indonesia - China, tahun 1996-2013

Total nilai ekspor produk pertanian keChina selama periode Januari–Desember2014 senilai Rp.3.373.894.000. Ekspor per-tanian didominasi oleh komoditas unggulanIndonesia pada sektor perkebunan senilaiRp.3.294.403.000 dengan kontribusi terting-gi pada ekspor kelapa sawit senilai Rp.2.197.108.000 atau 66,69% dari nilai eksporsub sektor perkebunan dan 65,12% dari totalnilai ekspor produk pertanian Indonesia keChina. Selanjutnya diikuti oleh karet senilaiRp.681.497.000 dan kelapa senilai Rp.192.967.000.

Ekspor tanaman pangan didominasioleh ubi kayu senilai US$ 18. 633.000,tanaman hortikultura didominasi oleh eks-por pisang senilai US$ 11.045.000, danpeternakan didominasi oleh kulit dan jangatdengan nilai ekspor sebesar 21.282. 000(BPS, 2015 dalam Kementerian Pertanian,2015). China merupakan negara emerging

market dan mendominasi permintaan impordi pasar internasional untuk memenuhibahan baku bagi industrinya Pelemahanperekonomian China sejak terjadi penurun-an indeks harga saham gabungan (IHSG)menyebabkan China melakukan revaluasinilat tukar Yuan terhadap US$. SelamaAgustus 2015, China telah mendevaluasinilai tukar Yuan hingga 3,0 persen. Hal inidilakukan China untuk meningkatkan per-tumbuhan ekspor, meningkatkan compe-titiveness produk domestiknya dan inter-nasionalisasi yuan.

Perlambatan ekonomi China dan de-valuasi Yuan diperkirakan akan berdampakterhadap penurunan permintaan imporChina dan menyebabkan penurunan ekspordi sejumlah negara berkembang termasukIndonesia dan berdampak pada penurunanbeberapa harga komoditas ekspor utamaIndonesia. Penelitian ini bertujuan untuk

Page 4: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

328 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

menganalisis dampak perlambatan ekonomiChina dan devaluasi Yuan terhadap kinerjaperdagangan pertanian Indonesia.

TINJAUAN TEORETISPengaruh Pertumbuhan Ekonomi padaPerdagangan

Todaro dan Smith (2006) mendefinisi-kan pertumbuhan ekonomi sebagai suatuproses peningkatan kapasitas produksi da-lam suatu perekonomian secara terus me-nerus atau berkesinambungan sepanjangwaktu sehingga menghasilkan tingkat pen-dapatan dan output yang semakin lamasemakin besar. Teori perdagangan inter-nasional menunjukkan bahwa tiap negaramemiliki perbedaan sumberdaya dalammemproduksi suatu barang sehingga men-ciptakan keunggulan komparatif dan spe-sialisasi pada tiap negara yang berimplikasipada perbedaan harga untuk komoditi yangsama (Krugman, 2000). Peningkatan per-dagangan internasional yang digambarkansebagai peningkatan ekspor dan imporkomoditas internasional yang diperdagangkan negara-negara di dunia akan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Dari per-spektif penawaran, perluasan ekspor dapatmeningkatkan pertumbuhan ekonomi me-lalui kenaikan dalam total factor produktivity(TFP), karena perluasan ekspor dapat me-ningkatkan spesialisasi sektor-sektor yangmemiliki keunggulan komparatif, dan me-nyebabkan realokasi sumberdaya dari sek-tor tertentu ke sektor ekspor yang lebihproduktif dan menjadi efisien. Pertumbuhan ekspor secara tidak langsung dapat mem-pengaruhi jumlah devisa yang tersedia,yang dapat dipergunakan untuk peningkat-an impor barang-barang kapital yang akanmendorong pertumbuhan output dan eks-por melalui peningkatan produktivitas danpertumbuhan ekonomi, pengetahuan danteknologi telah terkandung (embodied) da-lam alat-alat dan mesin (Riezman, 1996).

Kebijakan Nilai TukarSistem nilai tukar (kurs) mata uang

pada dasarnya dapat dibagi dalam dua

sistem, yaitu nilai tukar tetap dan nilai tukarfleksibel. Dalam sistem nilai tukar tetap,pemerintah menetapkan nilai mata uangnyasecara tetap terhadap suatu mata uangasing, sedangkan pada system nilai tukarfleksibel pemerintah menyerahkan nilaimata uangnya pada mekanisme pasar.China menganut sistem nilai tukar tetap.Devaluasi Yuan dilakukan untuk me-ningkatkan pertumbuhan ekspor China.Perubahan nilai tukar berpengaruh ter-hadap harga produk ekspor (Houck, 1992).

Pada sistem nilai tukar fleksibel, meski-pun nilai mata uang diserahkan pada meka-nisme pasar, tetapi dalam pelaksanaannyanegara melakukan intervensi dengan meng-gunakan cadangan devisa yang dimilikiuntuk menjaga agar nilai mata uangnyatidak naik (apresiasi) terlalu tinggi atauturun (depresiasi) terlalu jauh. Apresiasiyang terlalu tinggi akan mengakibatkanharga produk ekspor terlalu mahal bagi luarnegeri, yang dapat berakibat turunnyavolume ekspor dan produksi, yang dapatmendorong terjadinya pengangguran. Se-baliknya, depresiasi yang terlalu besar akanmenyebabkan harga barang-barang impormenjadi lebih tinggi/mahal, yang dapatberakibat terjadinya defisit neraca pem-bayaran. Apabila suatu pemerintah turutcampur dalam mempengaruhi permintaandan penawaran mata uangnya di pasaruang, berarti pemerintah itu menerapkansystem kurs mengambang terkendali (mana-ged float system). Sistem ini banyak diguna-kan negara di dunia, termasuk Indonesia.

Penelitian TerdahuluKontribusi perdagangan dunia dari

sektor pertanian sebesar 85 persen berasaldari perdagangan bilateral 70 negara(Vollrath et al., 2009). Free Trade Area ber-peran dalam meningkatkan perdaganganinternasional di negara-negara OECD daripada di negara-negara non-OECD (Kuri-hara, 2011). Khan et al (2013) menunjukkanbahwa potensi perdagangan Pakistan de-ngan Jepang, Turki, Malaysia, India danIran belum sepenuhnya direalisasikan. Pro-

Page 5: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 329

duk Domestik Bruto dan Produk DomestikBruto per kapita positif mempengaruhivolume perdagangan sedangkan jarak danvariabel dummy budaya menunjukkanhubungan negatif terhadap volume per-dagangan. Liberalisasi perdagangan per-tanian di ASEAN meningkatkan outputnegara-negara anggota ASEAN, namun,ketika tarif nol persen diterapkan terhadappertanian, Indonesia mengalami hampir nolpersen perubahan dalam pendapatan riil(Oktaviani et al., 2008). Faktor penyebabnyaadalah sumber daya yang dimiliki negara-negara ASEAN relatif sama, komoditi yangdiperdagangkan adalah komoditi sejenis,sehingga perdagangan di ASEAN lebih cen-derung pada intra industry trade dibanding-kan inter industry trade (Ridwan, 2009).Dampak CAFTA bagi perekonomian dansektor pertanian Indonesia tidak sepertiyang diharapkan dan diperkirakan sebelum-nya (Ferrianta, 2012). Lau dan Lee (2008)menemukan pola hubungan kausalitas di-antara negara-negara anggota CAFTA, yaituhanya tiga negara (Malaysia, Singapura danThailand) yang memperlihatkan adanya bi-directional causality dengan China. Secaraekonomi, itu berarti bahwa Malaysia, Singa-pura, Thailand dan China saling melengka-pi satu sama lain dan berpeluang besaruntuk menguatkan eksistensi ekonomi me-reka. Sementara Indonesia dan Philipinaterpisah dari kelompok tersebut. Salah satukemungkinan sebabnya adalah instabilityekonomi dan politik di kedua negaratersebut.

Dalam hal ini, Gingrich dan Garber(2010) menemukan bahwa pemberlakuankebijakan perdagangan bebas berdampakpositif bagi perdagangan Kosta Rika yaitulaju pertumbuhan ekspor lebih tinggi di-bandingkan dengan laju pertumbuhan im-por, yang berimplikasi pada surplus neracaperdagangan Kosta Rika. Lebih lanjut,Achsani (2008) menjelaskan bahwa CAFTAadalah potensi pasar yang sangat besar.Selain itu substitutability of products dalamarti sejenis tetapi tidak sama antara China

dengan ASEAN, akan meningkatkan pelu-ang untuk terjadinya trade creation. Liberalisasi perdagangan pertanian dan subsidipemerintah berdampak positif terhadapoutput (PDB) dan konsumsi real (Abi-manyu, 2000). Prediksi Chia (2004), Feri-dhanusetiawan dan Pangestu (2003) danqualitative assesment Park (2006) menunjuk-kan besarnya keuntungan ekonomi (gains ofeconomic) dari pemberlakuan CAFTA. Khanet al. (2013) menunjukkan bahwa potensiperdagangan Pakistan dengan Jepang,Turki, Malaysia, India dan Iran belum se-penuhnya direalisasikan. Produk DomestikBruto dan Produk Domestik Bruto perkapita positif mempengaruhi volume per-dagangan sedangkan jarak dan variabeldummy budaya menunjukkan hubungannegatif terhadap volume perdagangan.

Dalam kaitannya dengan sektor per-tanian, Deininger dan Olinto (2000) me-nemukan bahwa program perdagangan be-bas Zambia di awal tahun 1990 meng-akibatkan stagnasi di sektor Pertanian, ter-utama disebabkan oleh kekakuan strukturalekonomi. Sementara Hossain dan Alauddin(2005) lebih menekankan pada perdaganganbarang-barang manufaktur dan dampaknyaterhadap sektor pertanian, menyatakan bah-wa liberalisasi perdagangan di Bangladeshpada tahun 1980 berdampak terhadapproduksi dan pertumbuhan ekspor barang-barang manufaktur, sehingga menurunkanproduksi pertanian.

Dampak implementasi EHP terhadapkinerja ekonomi Indonesia dijelaskan olehPambudi dan Chandra (2006) dengan meng-gunakan model CGE, diketahui bahwapertama, pertumbuhan impor Indonesiameningkat tajam dibanding pertumbuhanekspor untuk komoditas-komoditas yangmasuk di dalam daftar EHP (yakni sayur-sayuran, buah-buahan, dan ikan), dan mem-buat defisit neraca perdagangan Indonesiauntuk komoditas-komoditas tersebut. Ke-dua, biaya produksi domestik akan me-ningkat, yang berarti akan mengurangidaya saing pertanian Indonesia. Ketiga,

Page 6: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

330 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

produk domestik bruto (PDB) riil Indonesiaakan menurun baik dalam jangka pendekmaupun jangka panjang, namun penelitianini hanya menfokuskan penghapusan tarifimpor produk Indonesia ke China dan tidaksebaliknya, sehingga dampak tarif imporChina terhadap kinerja ekonomi Indonesiatidak diketahui. Selanjutnya Hutabarat at al(2007) melakukan penelitian yang samanamun tidak hanya fokus pada EHP tetapijuga AFTA secara keseluruhan. Penelitianmenggunakan dua model analisis, yaituanalisis bilateral/regional menggunakanindeks Grubel-Lloyd dan sebuah modalCGE GTAP multi negara dan multi komo-ditas. Berbeda dengan hasil penelitian se-belumnya yang dilakukan oleh Pambudidan Chandra, penelitian ini menjelaskanbahwa, dalam kasus EHP, kesepakatantersebut memberikan surplus perdaganganIndonesia hanya untuk komoditas-komo-ditas tertentu saja, seperti karet dan minyakkelapa sawit, karena Indonesia memilikikeunggulan komparatif dalam produksikedua komoditas tersebut, tetapi, Indonesiamengalami kerugian-kerugian dalam per-dagangan dengan China untuk komoditas-komoditas lainnya terutama padi/beras,sayur-sayuran, minyak tumbuh-tumbuhan.Impor Indonesia meningkat dari negara-negara anggota ASEAN lainnya, dan diver-sifikasi pasar ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN lainnya cenderung ber-kurang, yang artinya pasar ekspor Indo-nesia di dalam blok ekonomi regionaltersebut semakin terfokus.

Kerangka KonseptualPerlambatan pertumbuhan ekonomi

global berdampak pada penurunan per-ekonomian nasional pada hampir seluruhnegara termasuk Indonesia. Perlambatanperekonomian China yang berdampak padadevaluasi nilai tukar Yuan pada bulanAgustus 2015 menyebabkan penurunan ter-hadap permintaan impor China. Sebagai-mana diketahui bahwa China merupakannegara importir terbesar selain AmerikaSerikat, untuk memenuhi kebutuhan bahan

baku bagi industrinya. Penurunan perminta-an impor China juga berimplikasi padapenurunan harga komoditas ekspor di pasarInternasional. Hal ini berdampak padapenurunan ekspor di beberapa negara ber-kembang termasuk Indonesia yang ber-dampak terhadap penurunan perekonomi-an negara tersebut. China juga merupakanpasar potensial bagi produk ekspor Ame-rika Serikat. Devaluasi Yuan dikawatirkanakan berdampaknya terjadinya “currencywar”.

Bagi Indonesia, kondisi ini menyebab-kan nilai tukar rupiah mengalami depre-siasi. Secara teori, turunnya nilai rupiah inibisa meningkatkan nilai ekspor, namunkrisis keuangan menyebabkan turunnyapermintaan komoditas dari luar negeri.Turunnya ekspor mengurangi pendapatannegara sehingga jika tidak diimbangi de-ngan turunnya pengeluaran dollar melaluipenurunan tingkat impor akan menyebab-kan defisit perdagangan. Defisit perdaga-ngan mempersulit modal masuk. Industridalam negeri yang bergantung pada produkimpor akan mengalami kesulitan untukmemenuhi bahan baku yang berdampakpada penurunan produksi dalam negeri danberakibat pengurangan pekerja atau pe-ningkatan pengangguran. Selain itu, ke-naikan impor di saat pasar ekspor stagnanakan menekan kenaikan cadangan devisadan berarti akan memunculkan ekspektasigejolak depresiasi rupiah.

Kerjasama perdagangan Indonesia–China merupakan peluang bagi keduanegara tersebut dalam upaya meningkatkanperdagangan dan pertumbuhan ekonomidan merupakan tantangan untuk men-ciptakan produk yang berkualitas dan ber-daya saing. Dalam hal ini kebijakan pe-merintah juga sangat menentukan, ter-utama berkaitan dengan regulasi di tingkatindustri, kebijakan perdagangan, kebijakanmakro ekonomi dan peningkatan investasi.

Pertumbuhan ekonomi yang cukuppesat dan tingginya jumlah penduduknegara China menyebabkan peningkatanpermintaan baik dalam bentuk bahan baku

Page 7: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 331

Gambar 2Rerangka Konseptual

industri maupun produk pangan olahan.Saat ini China juga aktif mencari peluanginvestasi dibidang pertanian untuk me-menuhi konsumsi pangan bagi penduduk-nya.

Di samping itu, ketentuan liberalisasiperdagangan yang menetapkan perdagangan terhadap produk yang berkualitasekspor merupakan tantangan bagi Indo-nesia untuk meningkatkan daya saing pro-duk. Dalam hal ini, kesiapan Indonesiadalam kerjasama perdagangan perlu men-dapat perhatian khusus terutama daripemerintah. Saat ini, ekspor Indonesia ke-China didominasi oleh produk pertanian

primer, sehingga nilai ekspor rendah.Sementara impor China ke Indonesia relatiftinggi khususnya untuk barang elektronikdan produk industri lainnya. Hal ini me-nyebabkan neraca perdagangan Indonesiake China menjadi defisit. Kondisi ini jugamenunjukkan rendahnya penetrasi produkIndonesia ke China dan tingginya penetrasiproduk China ke Indonesia.

Berbagai kemudahan diberikan olehpemerintah China untuk mendorong peng-usaha menciptakan produk yang berkua-litas dan harga produk yang relatif rendah,diantaranya penetapan suku bunga pinjam-an yang rendah, rendahnya pajak bagi

Krisiskeuangan

Global

DepresiasiRupiah

terhadap US$

EksporIndonesiamenurun

Penurunanpermintaan

impor

KerjasamaPerdagangan

Indonesia - China

KerjasamaCAFTA

GangguanTerhadap

Ekonomi Nasional

NeracaPerdagangan

Indonesia Defisit

Impor > Ekspor

AncamanPenurunan

Produksi DalamNegeri

PertumbuhanInvestasi Indonesia

relatif stagnan

Penurunan hargakomoditas di pasar

internasional

Kinerja Produksidalam negeri

menurun

PenurunanPermintaantenaga kerja

Tantangan dayasaing produk

Perlambatanpertumbuhan

EkonomiChina

Page 8: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

332 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

investor asing yang menginvestasikanmodalnya di China, penetapan nilai tukarmata Yuan yang rendah terhadap US$,pembangunan infrastruktur yang me-mudahkan investasi, mendorong kemajuanindustri kecil dan menengah, merangsangpertumbuhan ekspor, serta memperluaspangsa ekspor. Sebaliknya, berbagai ke-mudahan ini tidak ditemukan di Indonesia,sehingga harga produk Indonesia relatiflebih tinggi dan kurang berdaya saing.

Kerjasama CAFTA (China ASEAN FreeTrade Area) bertujuan untuk memperkecildan menghilangkan hambatan perdaganganuntuk meningkatkan perdagangan dan di-harapkan mampu meningkatkan efisiensidalam produksi dan konsumsi negara-negara anggota. Masalah tarif bea masukmenjadi isu penting, mengingat neracaperdagangan Indonesia telah defisit se-belum tarif bea masuk ditiadakan. Hargaproduk China yang lebih rendah dibanding-kan harga produk domestik, dikhawatirkanakan merebut pasar domestik. Atas dasarperjanjian kerjasama ASEAN (Indonesia)dengan China telah membawa kerugianyang sangat besar terhadap perekonomiannasional dan usaha rakyat. Diperkirakansebanyak 1.650 industri bangkrut dalamtahun 2006 dan 2007, dan sebanyak 145.000tenaga kerja kehilangan pekerjaan. Belumtermasuk kerugian yang diterima petanidan Usaha Kecil Menengah (UKM) yangproduknya tidak mampu bersaing denganproduk China yang relatif lebih rendah(Bagus dan Rooma, 2010 dalam Toloh,2012).

Kinerja perdagangan Indonesia–Chinayang defisit dan perlambatan pertumbuhanekonomi China serta trend penurunanharga ekspor di pasar internasional yangberdampak terhadap penurunan eksporIndonesia perlu ditelaah secara mendalam,karena diprediksi akan menganggu sta-bilitas perekonomian Indonesia. Untuk itu,akan dilakukan kajian dampak pertumbuh-an ekonomi China dan devaluasi Yuanterhadap kinerja perdagangan pertanian diIndonesia.

METODE PENELITIANJenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitianini merupakan data sekunder denganrentang waktu (time series) dari tahun 1996sampai tahun 2013 dan merupakan dataagregasi secara nasional. Sumber data da-lam penelitian ini diperoleh dari publikasiFAOSTAT-Foods and Agriculture Organi-sation FAO, World Development Indicator(WDI)-World Bank, United Nations Conferedfor Trade and Development (UNCTAD), BankIndonesia, Badan Pusat Statistik (BPS),Bank Indonesia (BI), Kementerian Perdaga-ngan dan Perindustrian, LABORSTA-Inter-national labour Organisation ILO, WorldGovernance Indicator (WGI)-World Bank, Ke-menterian Pertanian (Kementan), dan jurnalilmiah.

Model Perdagangan Pertanian Indonesiadalam Kerangka Kerjasama PerdaganganIndonesia - China

Model kinerja perdagangan pertanianIndonesia dalam kerangka kerjasama per-dagangan Indonesia–China dibangun darisistem persamaan simultan yang meng-integrasikan proses produksi, harga, inves-tasi, perdagangan dan pendapatan nasionaldi Indonesia dan China. Model dibangunatas 3 blok yaitu: (1) Blok Produksi, (2)Blok harga, dan (3) Blok perdagangan, yangterdiri dari 21 persamaan struktural dan 15persamaan identitas. Produk yang dianalisisdibagi atas kelompok pangan, non pangandan non pertanian. Pengelompokkan ter-sebut mengacu pada data UNCTAD.

Blok Kinerja ProduksiIndeks Kuantitas Produksi Pangan Indo-nesiaQFIt = a10 + a11PFIt-1 + a12KAIt-1 + a13LAIt

+ a14QFIt-1 + ε1t (1)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:a11, a12, a13 > 0, dan 1 < a14< 0.

Indeks Kuantitas Produksi Pertanian NonPangan IndonesiaQNFIt = a20 + a21PNFIt-+ a22PAIt-1 +

Page 9: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 333

a23KAIt-1 + a24LAIt-1 + a25QNFIt-1

+ ε2t (2)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:a21, a22, a23, a24 > 0, dan 1 < a25<0.

Pendapatan Nasional dari sektor pertanianIndonesiaYAIt = a30 + a31SPAIt + a32LAIt + a33SIAIt +

a34GEIIt + a35YAIt-1 + ε3t (3)Tanda parameter estimasi yang diharapkan: a31, a32, a33, a34 > 0,dan 1< a34 < 0.

Investasi Sektor Pertanian IndonesiaIAIt = a40 + a41RIt + a42SYIt + a43SKAIt +

a44FDIIt + a45LIAIt-1 + ε4t (4)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:a41 < 0, a42, a43, a44 > 0, dan 1 < a45<0

Blok HargaIndeks Harga Konsumen Makanan Indo-nesiaPFIt = b10 + b11CFIt-1 + b12XFICt-1 + b13XFIRt

+ b14MFIWt-1 + b15SPNFIt + b16PFIt-1

+ ε5 (5)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:b11, b12, b13, b15 > 0, b14 < 0, dan 1 < b16 < 0.

Indeks Harga Konsumen Non MakananIndonesiaPNFIt = b20 + b21SQNFIt + b22CNFIt +

b23XNFICt + b24XNFIRt +b25MNFICt + b26MNFIRt +b27PNFIt-1 + ε6 (6)

Tanda parameter estimasi yang diharapkan:b22, b23, b24 > 0, b21, b25, b26 < 0, dan 1 < b27 <0.

Indeks Harga Produsen Pertanian Indo-nesiaPAIt = b30 + + b31SQFIt + b32QNFIt-1 +

b33CFIt-1 + b34CNFIt + b35PAIt-1

+ ε7t (7)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:b31,b32 < 0, b33,b34 > 0, dan 1< b35 < 0.

Blok Perdagangan (Ekspor)Nilai Ekspor Pangan Indonesia ke ChinaXFICt = c10 + c11QFIt + c12PFICt + c13GIt

+ c14XFICt-1 + ε8t (8)

Tanda parameter estimasi yang diharapkan:c11, c13 > 0, c12 < 0, dan 1 < c14 < 0.

Nilai Ekspor Produk Pertanian NonPangan Indonesia ke ChinaXNFICt = c20 + c21QNFIt + c22PNFICt-1

+ c23SGIt + c24XNFICt-1

+ ε9t (9)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:c21, c23 > 0, c22 < 0, dan 1 < c24 < 0.

Nilai Ekspor Produk Pertanian Indonesiake ChinaXAICt = XFICt + XNFICt (10)

Nilai Ekspor Produk Non Pertanian Indo-nesia ke ChinaXOICt = c30 + c31SPNFIt + c32SGIt + c33ERICt +

c34XOICt-1 + ε10t (11)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:c31< 0, c32, c33 > 0, dan 1 < c34 < 0.

Total Penawaran Ekspor Indonesia keChinaXICt = XAICt +XOICt (12)

Total Penawaran Ekspor IndonesiaXIt = XICt + XNCt (13)

Nilai Ekspor Pangan China ke IndonesiaXFCIt = c40 + c41SPFCt + c42PFIt + c43SQFCt +

c44GCt-1 + c45ERCIt + c46XFCIt-1 +ε11t (14)

Tanda parameter estimasi yang diharapkan:c41< 0, c42, c43, c44, c45 > 0, dan 1< c46 < 0

Nilai Ekspor Produk Pertanian NonPangan China ke IndonesiaXNFCIt = c50 + c51SPNFCt + c52SPNFIt +

c53QNFCt + c54ERCIt + c55XFNCIt-

1 + ε12t (15)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:c51 < 0, c52, c53, c54 > 0, dan1 < c55 < 0

Nilai Ekspor Produk Pertanian China keIndonesiaXACIt = XFCIt + XNFCIt (16)

Page 10: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

334 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

Nilai Ekspor Produk Non Pertanian Chinake IndonesiaXOCIt = c60 + c61PNFCIt + c62GCt +

c63ERCIt + c64XOCIt-1

+ ε13t (17)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:c61 < 0, d62, d63 > 0, dan 1< d64 < 0

Total Penawaran Ekspor China ke Indo-nesiaXCIt = XACIt + XOCIt (18)Total Penawaran Ekspor ChinaXCt = XCIt + XCNIt (19)

Blok Perdagangan (Impor)Nilai Impor Produk Pangan Indonesia dariChinaMFICt = d10 + d11TMFICt + d12QFIt +

d13SCFIt + d14PFICt + d15YIt-1

+ d16ERICt + d17MFICt-1

+ ε14t (20)Tanda parameter estimasi yang diharap-kan : d11, d12, d16 < 0, d13, d14,d15 > 0, dan 1 < d17 < 0

Nilai Impor Produk Pertanian Non PanganIndonesia dari ChinaMNFICt = d20 +d21TMNFICt + d22TMNFIRt

+ d23QCNFIt +d24 SPNFCt +d25ERICt + d26YIt + d27MNFICt-1

+ ε15t (21)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:d21, d23, d24, d25 < 0,d22, d24 > 0, dan 1 < d27 < 0

Nilai Impor Produk Pertanian Indonesiadari ChinaMAICt = MFICt + MNFICt (22)

Nilai Impor Produk Non Pertanian Indo-nesia dari ChinaMOICt = d30 + d31 TMOICt + d32PNFICt +

d33ERIt + d34MOICt-1 + ε16t (23)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:d31, d33 < 0, d32 > 0, dan 1< d34 < 0.

Total Permintaan Impor Indonesia dariChinaMICt = MAICt + MOICt (24)

Total Permintaan Impor IndonesiaMIt = MICt + MNCt (25)

Nilai Impor Produk pangan China dariIndonesiaMFCIt = d40 + d41TMFCIt + d42PFICt +

d43ERCt + d44MFCIt-1+ ε17t (26)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:e41, e42, e43 < 0, dan 1 < e44 < 0

Nilai Impor Produk Pertanian Non PanganChina dari IndonesiaMNFCIt = d50 + d51TMNFCIt + d52 SPNFIt +

d53YCt-1 + d54MNFCIt-1

+ ε18t (27)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:e51, e52 < 0, e53 > 0 dan 1 < e54 < 0.

Nilai Impor Produk Pertanian China dariIndonesiaMACIt = MFCIt + MNFCIt (28)

Nilai Impor Produk Non Pertanian Chinadari IndonesiaMOCIt = d60 + d61TMOCIt + d62TMOCRt +

d63SPNFIt +d64SPNFCt + d65ERCt

+ d66MOCIt-1 + ε19t (29)Tanda parameter estimasi yang diharap-kan: d61, d63, d65 < 0, d62, d64 > 0, dan 1 < d66

< 0

Total Nilai Impor China dari IndonesiaMCIt = MACIt + MOCIt (30)

Total Nilai Impor ChinaMCt = MCIt + MNIt (31)

Neraca Perdagangan IndonesiaBOTICt = XICt – MICt (32)BOTIt = XIt – MIt (33)

Pendapatan Nasional (Indonesia)YIt = CIt + IIt + GEIt + (XIt – MIt) (34)

Metode Pendugaan ModelMetode pendugaan (estimasi) yang di-

gunakan adalah metode 2 Stage LeastSquares, dengan pertimbangan bahwa pe-nerapan 2 SLS menghasilkan taksiran yang

Page 11: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 335

konsisten, lebih sederhana dan lebih mu-dah. Nilai predicted berfungsi sebagaivariabel instrumental, yaitu suatu variabelyang menjelaskan variabel dependen se-demikian rupa, sehingga menyerupai varia-bel dependen yang asli namun tidak ber-korelasi dengan error term (Gujarati, 2007).

Simulasi ModelSkenario simulasi terdiri dari simulasi

historis (periode 2006-2013) dan simulasiperamalan (periode 2016–2023). Simulasihistoris dibagi atas 2 periode waktu yaituperiode 2006-2009 (CAFTA belum efektif)dan periode 2010-2013 (CAFTA berlakuefektif). Simulasi yang dilakukan adalahkebijakan penghapusan tarif impor, per-lambatan ekonomi China, dan devaluasiYuan (Yuan/US$).

ANALISIS DAN PEMBAHASANPertumbuhan Ekonomi China danDampaknya terhadap Kinerja Perdaga-ngan Pertanian Indonesia

Pertumbuhan ekonomi China merupa-kan yang tercepat di dunia. Dari tahun 1979dan setelah China menjadi anggota WTOpada tahun 2001 sampai 2007, gross domes-tic product (GDP) China tumbuh denganrata-rata di atas 9 persen per tahun de-

ngan pertumbuhan GDP riil pada tahun2007 sebesar 11,4 persen. Meskipun begitu,China tetap banyak menghadapi tantanganakibat meningkatnya kejahatan korupsi,ketergantungan pada ekspor dan per-tumbuhan investasi tetap, melebarnya dis-paritas pendapatan, serta meningkatnyainflasi. Atas hal tersebut, pemerintah Chinatelah menyatakan akan berusaha mencipta-kan masyarakat harmonis (harmonious socie-ty) dengan harapan akan menambah ke-seimbangan antara pertumbuhan ekonomidan isu-isu sosial. Pertumbuhan ekonomiChina di dominasi oleh dua hal, yaitu per-dagangan dan investasi. Dari tahun 2004sampai 2007, nilai total perdagangan ba-rang-barang China meningkat hampir duakali lipat. Pada tahun 2007, untuk pertamakalinya nilai total ekspor China sebesar1.218 miliar dolar melebihi nilai total eksporAmerika Serikat sebesar 1.162 miliar dolar.Lebih dari setengah perdagangan Chinadikuasai oleh perusahaan-perusahaan asingyang berada di China. Peningkatan nilaiekspor ini berimplikasi pada pertumbuhanekonomi China yang tertinggi selama peri-ode 2000–2013 yaitu 14,2 persen. Rata-ratapertumbuhan ekonomi China pada periodetersebut adalah 9,9 persen (Gambar 3).

Sumber: World Bank, 2014.

Gambar 3Pertumbuhan Ekonomi China

Page 12: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

336 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

Menurut Laporan Biro Administrasidan Kepabeanan China, nilai ekspor danimpor China pada tahun 2012 melampauiAmerika Serikat dengan angka mencapaiUSD 3,87 triliun, dan menurut DepartemenPerdagangan Amerika Serikat, total nilaiperdagangan Amerika Serikat sebesar USD3,82 triliun. Menilik neraca perdaganganekspor dan impor China juga surplussebesar USD 231,1 miliar, sementara Ame-rika Serikat mengalami defisit perdaganganUSD 727,9 miliar. Jim O’Neill, Econom Gold-man Sachs Group inc, mengatakan muncul-nya China sebagai negara perdagangan ter-besar dunia memberi pengaruh pada per-dagangan global. Pertumbuhan ekonomiChina rata-rata mencapai 9,9 persen pertahun sejak 1978 sampai 2012. MenurutData Bank Dunia, walaupun pada tahun2012 total perdagangan ekspor impor Chinalebih banyak, perekonomian Amerika Seri-kat mencapai dua kali lipat ukuran China.Jika pada tahun 2011 produk domestikbruto (PDB) Amerika Serikat 15 triliundollar AS, produk domestik bruto (PDB)China hanya sebesar 7,3 triliun dollarAmerika Serikat.

Pertumbuhan ekonomi China yangmembutuhkan bahan baku bagi industri-nya, akan meningkatkan permintaan ba-han baku dari negara lain termasuk Indo-nesia sehingga ekspor Indonesia meningkat.Sebaliknya perlambatan pertumbuhan eko-nomi China akibat krisis ekonomi me-nyebabkan menurunnya permintaan imporChina baik dari Indonesia maupun negalalain. World Bank (2015) menyatakan bahwadari tahun 2002 ke tahun 2012, GDPekonomi pasar berkembang (emerging) danproduksi industri masing-masing tumbuhdengan laju rata-rata sebesar 6,3 dan 7,8persen. GDP dan produksi industri Cinameningkat lebih cepat dengan laju rata-ratasebesar 10,6 dan 14,7 persen, yang men-dorong kenaikan berlipat ganda dalampermintaan komoditas. Sebagai contoh,pada tahun 2012, China mengkonsumsihampir setengah dari 91 juta ton logam

yang diproduksi di seluruh dunia, naik darihanya 15 persen pada tahun 2000.

Keberhasilan China meningkatkan eks-pornya secara signifikan ke pasar Indonesiaterutama berkat strategi harga rendah,walau dalam kenyataannya di pasar banyakproduknya yang diekspor memiliki standarkualitas yang rendah dan cepat rusak.Untuk meningkatkan penetrasinya di pasarIndonesia dan mengantisipasi keharusanmengikuti SNI di masa depan, Cina telahbergerak secara proaktif dan agresif mem-pelajari standar produk Indonesia. Tercatatper Maret 2011 Cina telah membeli danmenguasai 653 SNI dan rencananya akanmembeli 6.779 SNI lagi. Sebagian besar SNIyang dibeli Cina tersebut merupakan 15 SNIbarang elektrik (seperti SNI IEC 62115:2011untuk standar keselamatan mainan anak-anak dan SNI 04-3633-1994 untuk kabellistrik), elektronik (seperti SNI 04-1685-1989untuk peralatan elektronik dan listrik yangdigunakan rumah tangga, SNI 04-6716.1-2002 untuk resistor pada peralatan elek-tronik), mesin dan alat pertanian (sepertiSNI 7589:2011 untuk traktor pertanian danSNI 7710:2011 untuk peralatan irigasi) (BSN,2012 dalam Setiawan, 2012).

Potensi pasar Indonesia di masa depansejalan dengan pemenuhan standar domes-tik SNI sangat besar dan hal tersebut sudahdiantisipasi oleh China melalui pembelianSNI tersebut. Sekitar 30% SNI telah di-gunakan oleh perusahaan Indonesia danakan semakin besar lagi didorong olehpenerbitan Peraturan Presiden No 54 Tahun2011 tentang pengadaan barang dan jasaoleh pemerintah yang mewajibkan pem-belian barang yang sesuai dengan SNI(Setiawan, 2012). Liberalisasi CAFTA akanmeningkatkan kinerja perdagangan keduanegara, namun karena China jauh lebihsiap, maka pertumbuhan kinerja eksporChina akan jauh lebih tinggi dibandingkannegara ASEAN (Chirathivat, 2002). Lebihlanjut Park (2008), menyatakan bahwa dayasaing industri China lebih kompetitifdibandingkan ASEAN.

Page 13: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 337

Berdasarkan laporan IMF (WEO, Okto-ber 2015), pertumbuhan ekonomi globaltahun 2016 diprediksi lebih rendah dariproyeksi sebelumnya (WEO, July 2015) se-besar negatif 0,2%. Penurunan harga-hargakomoditas, pelemahan mata uang di emer-ging market, dan peningkatan volatilitas dipasar keuangan, meningkatkan risiko per-ekonomian di masa depan. Oleh karena itu,proyeksi pertumbuhan ekonomi globalmasih rendah. Beberapa negara penopangpertumbuhan dunia, seperti Amerika Seri-kat (AS) juga diprediksi lebih rendah per-baikan ekonominya yang diproyeksikanhanya sebesar 2,6%. Pertumbuhan ekonomiAS masih lemah dibandingkan prediksi,walaupun pada kuartal kedua cukup kuat.Hal ini disebabkan cuaca buruk yang cukupparah melanda Amerika Serikat yang meng-akibatkan penutupan pelabuhan. Untukzona Asia, raksasa emerging market Tiongkokdan India, pertumbuhan investasi di Tiong-kok melambat dibandingkan dengan tahunlalu dan impor terkontraksi, tetapi per-tumbuhan konsumsi tetap stabil, dan netekspor tetap positif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwaperlambatan pertumbuhan ekonomi Chinaberdampak pada penurunan ekspor Chinake Indonesia baik produk pangan, nonpangan maupun non pertanian, demikianjuga halnya ekspor Indonesia ke China padaperiode 2006-2009. Hal ini berlaku jugauntuk permintaan impor China dari Indo-nesia, kecuali permintaan impor panganyang meningkat sebesar 16,92 persen danpermintaan impor Indonesia dari Chinameningkat sebesar 43,96 persen. Peningkat-an impor China didominasi pada bahanpangan dan bahan baku untuk memenuhikebutuhan industri domestiknya.

Pada periode 2010-2013, kerjasama per-dagangan dan perlambatan pertumbuhanekonomi memberikan dampak yang signi-fikan terhadap penurunan ekspor produknon pangan China ke Indonesia sebesar 2,63persen dan ekspor produk non pertaniansebesar 15,29 persen. Hal ini menjadi salah

satu faktor yang menyebabkan pemerintahChina merevaluasi nilai tukar Yuan ter-hadap US$ hingga 3 persen pada bulanAgustus 2015.

China dikenal sebagai negara emergingmarket di Asia. Pertumbuhan ekonomiChina yang cukup pesat pada periode 1990-2013 menyebabkan permintaan bahan bakuyang cukup tinggi di beberapa negara didunia terutama Indonesia. Pelemahan per-ekonomian China berimplikasi pada pe-nurunan permintaan impor produk didunia yang berdampak pada penurunanharga komoditas tertentu di pasar inter-nasional. Hal ini menyebabkan nilai eksporpada beberapa negara berkembang me-nurun yang berdampak pada penurunanpertumbuhan ekonomi negara tersebuttermasuk Indonesia. Salah satu indikatorpenting untuk menilai dampak suatu FreeTrade Area adalah pendapatan nasional.Pendapatan nasional merupakan salah satudari tiga indikator untuk menghitung dam-pak dari suatu Free Trade Area terhadapsuatu negara dari aktivitasnya dalam per-dagangan internasional (Llyoid dan Mcla-ren, 2004).

Laporan Financial Market Update tahun2016 menjelaskan bahwa penurunan per-tumbuhan ekonomi di kelompok negaraberkembang merupakan dampak dari pe-lemahan ekonomi China. Dalam hal ini,China melakukan devaluasi pada matauang yuan terhadap dolar AS yang meng-indikasikan pelemahan yang terjadi padaperekonomian China. Mata uang Yuan di-lemahkan terhadap dolar (devaluasi Yuan)ditujukan untuk mendorong produksi da-lam negerinya dan mendorong ekspor.Harga komoditas barang mentah menjadirelatif lebih mahal, oleh karena itu, per-mintaan akan barang-barang impor me-nurun yang menyebabkan permintaankomoditas tambang, mineral, menjadi lebihsedikit, yang selanjutnya diikuti oleh me-nurunnya harga komoditas secara inter-nasional.

Page 14: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

338 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

Dampak Perlambatan Ekonomi China danDevaluasi Yuan Terhadap Kinerja Per-dagangan Pertanian Indonesia

Pada periode 2006-2009, jika kebijakanpenghapusan tarif impor diberlakukan padakondisi perlambatan perekonomian China(7%) serta devaluasi Yuan akan menyebab-kan neraca perdagangan Indonesia meng-

alami defisit hingga 17,31 persen akibatadanya pertumbuhan permintaan imporproduk pertanian Indonesia dari China,yaitu impor produk pertanian non pangansebesar 158,76 persen dan impor pangansebesar 16,60 persen, sementara eksporIndonesia ke china mengalami penurunanhingga 18,36 persen, terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1Dampak kebijakan penghapusan tarif impor, pertumbuhan ekonomi China dan

perubahan nilai tukar Yuan terhadap kinerja perdagangan pertanian di Indonesia, tahun2006–2025

Indikator Kinerja Variabel Unit 2006-2009 2010-2013 2016-2025Produksi pangan QFI 2000=100 -7.91 -0.06 -0.09Produksi non pangan QNFI 2000=100 -7.18 -0.43 -0.52Upah riil pertanian WAI US$/org/bln -10.99 0.00 -0.01Penggunaan tk perta LAI Ribu Orang -0.38 0.00 0.01Investasi Pertanian IAI US$ kt 2000 -16.31 0.14 -0.01GDP Pertanian YAI US$ kt 2000 -13.15 0.00 0.09IHK makanan PFI 2000=100 -18.07 -0.47 -0.19IHK non makanan PNFI 2000=100 -6.96 -2.00 -2.36IHP pertanian PAI 2000=100 -22.53 0.87 1.25Konsumsi makanan CFI US$ kt 2000 -16.39 0.59 0.63Konsusi non maknn CNFI US$ kt 2000 -10.22 2.86 1.87Total konsumsi Indo CI US$ kt 2000 -11.94 2.24 1.44Ekspor pngn Id-Chn XFIC US$ kt 2000 -19.72 0.40 0.08Ekspr nn pgn Id-Chn XNFIC US$ kt 2000 -13.65 -0.15 0.00Ekspr prd pert Id-Chn XAIC US$ kt 2000 -17.04 0.17 0.05Ekspr nn pert Id-Chn XOIC US$ kt 2000 -18.89 -2.06 -2.43Total ekspr Idn – Chn XIC US$ kt 2000 -18.36 -1.34 -2.00Total ekspor Idn XI US$ kt 2000 -8.73 -0.15 -0.42Ekspr pngn Chn – Idn XFCI US$ kt 2000 -94.78 -38.85 -13.02Ekspr nn pgn Chn-Ind XNFCI US$ kt 2000 -20.48 5.79 1.55Ekspr prd pert Ch-Idn XACI US$ kt 2000 -85.10 -31.57 -11.27Ekspr nn pert Chn-Idn XOCI US$ kt 2000 -33.40 -0.95 -2.11Totl ekspor Chn – Idn XCI US$ kt 2000 -36.21 -2.64 -2.64Total ekspor Chn XC US$ kt 2000 -19.10 0.00 -0.08Impor pngn Idn – Chn MFIC US$ kt 2000 16.60 10.75 4.97Impr nn pngn Idn-Chn MNFIC US$ kt 2000 158.76 54.37 171.87Impr prd perta Id-Chn MAIC US$ kt 2000 31.23 20.34 16.79Impr nn perta Idn-Chn MOIC US$ kt 2000 -21.10 3.49 3.22Total impr Idn ke Chn MIC US$ kt 2000 -17.97 4.85 3.88Total impor Idn MI US$ kt 2000 -15.90 0.74 0.79Impor pngn Chn – Idn MFCI US$ kt 2000 -1.20 11.89 -4.33Impr nn pngn Chn-Ind MNFCI US$ kt 2000 -14.02 2.41 0.12Impr prd perta Ch-Idn MACI US$ kt 2000 -7.07 7.87 -2.44Ekspr nn pert Chn-Idn MOCI US$ kt 2000 -30.17 -2.15 -4.24

Page 15: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 339

Total impr Chn ke Idn MCI US$ kt 2000 -24.24 0.60 -3.65Total impor Chn MC US$ kt 2000 -19.33 0.00 -0.06Neraca perdag Idn-Chn BOTIC US$ kt 2000 -17.31 13.27 29.02Nerca perdag Idn BOTI US$ kt 2000 -74.68 4.76 4.29GDP non pertan Idn YOI US$ kt 2000 -8.40 1.26 0.07GDP Idn YI US$ kt 2000 -10.13 0.78 0.12

Ketika CAFTA berlaku efektif, kebijak-an penghapusan tarif impor, devaluasiYuan dan perlambatan ekonomi Chinadapat meningkatkan neraca perdaganganIndonesia–China pada kisaran 13,27 persenhingga 29,02 persen, mengindikasikan per-tumbuhan ekspor Indonesia pada periode2016-2023 lebih tinggi dibanding periode2010-2013. Hal ini diduga karena adanyapertumbuhan impor pangan dari Indonesia.Artinya, meskipun pemerintah China me-lakukan devaluasi Yuan sebagai antisipasiterhadap perlambatan ekonomi China, na-mun pertumbuhan industri China yangmembutuhkan bahan baku menyebabkanpeningkatan permintaan impor panganChina dari Indonesia. Namun peningkatanekspor pangan sementara adanya penurun-an harga beberapa komoditas ekspor utamadi pasar internasional dan transmisi harga

menyebabkan harga domestik menurunbaik harga makanan maupun harga nonmakanan, yang berimplikasi pada menurun-nya produksi domestik. GDP pertanianrelatif tidak berubah (0,09 persen) padaperiode 2016-2025, karena adanya penurun-an output, upah tenaga kerja dan investasipertanian. Kinerja produksi dan perdaga-ngan Indonesia jika kebijakan penghapusantarif impor diberlakukan ketika terjadiperlambatan ekonomi China dan devaluasiYuan selama periode 2016-2025 dapat di-lihat pada Gambar 4 hingga Gambar 7.

Keberhasilan China meningkatkan eks-pornya secara signifikan ke pasar Indonesiaterutama berkat strategi harga rendah,walau dalam kenyataannya di pasar banyakproduknya yang diekspor memiliki standarkualitas yang rendah dan cepat rusak.Untuk meningkatkan penetrasinya di pasar

Gambar 4Dampak pemberlakuan kebijakan penghapusan tarif impor ketika terjadi perlambatanekonomi China dan devaluasi Yuan terhadap kinerja produksi dan harga di Indonesia

Page 16: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

340 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

Gambar 5Dampak pemberlakuan kebijakan penghapusan tarif impor ketika terjadi perlambatan

ekonomi China dan devaluasi Yuan terhadap kinerja ekspor Indonesia

Gambar 6Dampak pemberlakuan kebijakan penghapusan tarif impor ketika terjadi perlambatanekonomi China dan devaluasi Yuan terhadap kinerja perdagangan Indonesia dan China

Indonesia dan mengantisipasi keharusanmengikuti SNI di masa depan, China telahbergerak secara proaktif dan agresif mem-pelajari standar produk Indonesia. Tercatatper Maret 2011 China telah membeli danmenguasai 653 SNI dan rencananya akanmembeli 6.779 SNI lagi. Sebagian besar SNIyang dibeli China tersebut merupakan 15SNI barang elektrik (seperti SNI IEC 62115:2011 untuk standar keselamatan mainananak-anak dan SNI 04-3633-1994 untukkabel listrik), elektronik (seperti SNI 04-1685-1989 untuk peralatan elektronik dan

listrik yang digunakan rumah tangga, SNI04-6716.1-2002 untuk resistor pada per-alatan elektronik), mesin dan alat pertanian(seperti SNI 7589: 2011 untuk traktor per-tanian dan SNI 7710: 2011 untuk peralatanirigasi) (BSN, 2012 dalam Setiawan, 2012).

Potensi pasar Indonesia di masa depansejalan dengan pemenuhan standar domes-tik SNI sangat besar dan hal tersebut sudahdiantisipasi oleh China melalui pembelianSNI tersebut. Sekitar 30% SNI telah digunakan oleh perusahaan Indonesia dan akan se-makin besar lagi didorong oleh penerbitan

Page 17: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 341

Gambar 7Dampak pemberlakuan kebijakan penghapusan tarif impor ketika terjadi perlambatan

ekonomi China dan devaluasi Yuan terhadap kinerja impor Indonesia

Peraturan Presiden No 54 Tahun 2011tentang pengadaan barang dan jasa olehpemerintah yang mewajibkan pembelianbarang yang sesuai dengan SNI (Setiawan,2012).

Pada periode 2016-2023, devaluasiYuan dan pertumbuhan ekonomi China se-besar 7 persen tidak memberikan sinyalpositif terhadap perekonomian dan per-dagangan Indonesia, karena adanya pe-nurunan permintaan China dari Indonesiadan berarti penurunan terhadap eksporIndonesia ke China, mengingat China me-rupakan salah satu negara importir panganterbesar bagi Indonesia. Penurunan ter-hadap ekspor Indonesia berdampak ter-

hadap penurunan pendapatan nasionalIndonesia dan menganggu stabilitas per-ekonomian Indonesia. Perdagangan tanpadiikuti oleh pengembangan investasi danindustri akan menyebabkan pertumbuhanperdagangan yang stagnan.

Nilai investasi pertanian diprediksi jugaakan menurun sebesar 0,01 persen hingga0,14 persen. Yudhoyono, (2004) menyatakanpentingnya peningkatan investasi khusus-nya investasi pertanian. Peningkatan inves-tasi sektor pertanian tidak hanya me-ningkatkan output komoditi pertanian te-tapi juga output sektor manufaktur. Outputproduk elektronik dan tekstil masing-masing bertambah sebesar 5,85 persen dan

Page 18: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

342 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

3.27 persen. Hal ini dimungkinkan karenasektor pertanian memiliki keterkaitan (link-ages) dengan sektor lain baik di hulu mau-pun di hilir. Alokasi anggaran pemerintahuntuk pembangunan seperti infrastruktur,pendidikan dan kesehatan akan meningkat-kan investasi dan pertumbuhan ekonomi,sedangkan alokasi anggaran untuk nonpembangunan seperti pertahanan dan cicil-an hutang berpengaruh negatif terhadapkeduanya (Hussein , 2009 dan Hye, 2010).

Pertumbuhan ekonomi China yang se-makin pesat mendorong China melakukanpengembangan penanaman modal ke luarnegeri dan diprediksi akan semakin besardalam beberapa tahun mendatang. Per-ekonomian China menekankan lebih pen-tingnya investasi keluar China dibandinginvestasi yang masuk ke China, dan fokuspada bagian-bagian investasi khususnyayang memiliki nilai strategis terhadap per-tumbuhan perekonomian China. Tiga poinutama investasi China adalah memperluasjangkauan pasar dari perusahaan China,mendapatkan pengetahuan dan teknologiyang kritikal serta mengamankan sumberdaya untuk perkembangan dalam negeriChina. Pengembangan perekonomian Chinadifokuskan pada bidang energi, pengurang-an konsumsi energi, bahan mentah, bio-teknologi, pertanian, bidang jasa, manu-faktur teknologi tinggi dan teknologi ino-vatif. Total investasi asing dari Chinamencapai US$ 80.2 miliar melebihi nilaiinvestasi tahun 2012 yang mencapai US$77.2 miliar. Diantaranya, sekitar 70% di-arahkan pada Hongkong, ASEAN, UniEropa, Australia, Amerika Serikat, Rusiadan Jepang. Investasi dari perusahaan-perusahaan China bertumbuh 17,4% antartahun (Kementerian Perdagangan RRT, 2013dalam Kementerian Perdagangan R.I, 2016).

Pertumbuhan ekonomi China dankerjasama CAFTA hendaknya menjadi pe-luang besar bagi Indonesia untuk dapatmenarik investor China menginvestasikanmodalnya di sektor pertanian di Indonesiasehingga dapat mendorong peningkatkanekspor produk pertanian, namun pada

kenyataannya, Indonesia belum mampumemanfaatkan peluang tersebut. Banyakfaktor yang saat ini menjadi pertimbanganbagi investor untuk menginvestasikanmodalnya di Indonesia, yaitu suku bungapinjaman Indonesia relatif tinggi, biayaadministrasi investasi di Indonesia lebihtinggi dibanding negara lain, ketersediaaninfrastruktur, kondisi ekonomi politik dansemakin merosotnya nilai tukar Rupiahterhadap US$. Hal ini, hendaknya menjadipertimbangan bagi pemerintah Indonesiauntuk dapat meningkatkan investasi asingdi Indonesia khususnya investasi China diIndonesia.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Kerjasama perdagangan Indonesia de-ngan China dalam kerangka CAFTA yangdiwujudkan dalam penerapan kebijakanpenghapusan tarif impor antara Indonesiadengan China, dapat meningkatkan per-mintaan impor Indonesia yang berdampakmenurunnya harga dan produksi domestik.Ekspor produk pertanian meningkat, na-mun neraca perdagangan Indonesia-Chinamengalami defisit.

Jika kebijakan penghapusan tarif impordiberlakukan ketika terjadi perlambatanekonomi China dan devaluasi Yuan ber-dampak terhadap penurunan permintaanimpor China dari Indonesia, sehingga eks-por Indonesia ke China menurun kecualiekspor produk pertanian, diduga karenaChina membutuhkan bahan pangan danbahan baku untuk industrinya.

Keterbatasan PenelitianPerbandingan kinerja Indonesia dengan

China hanya dilakukan pada kinerja ekspormaupun impor mengingat adanya keter-batasan data penelitian. Analisis variabelmakro ekonomi meliputi produksi, harga,ekspor, impor, neraca perdagangan, danpendapatan nasional Indonesia, tidak di-lakukan analisis terhadap struktur ekonomiChina.

Page 19: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 343

SaranUntuk meningkatkan kinerja per-

dagangan pertanian Indonesia dalam kerja-sama CAFTA dapat diwujudkan dengankebijakan penghapusan tarif impor, namunkebijakan ini tidak dapat meningkatkankinerja produksi pertanian, sehingga perluditerapkan kebijakan yang dapat men-dorong pertumbuhan produksi seperti pe-ningkatan pengeluaran pemerintah untukbelanja modal sebesar 10 persen dan pe-nurunan suku bunga pinjaman sebesar 1poin.

Jika kebijakan penghapusan tarif imporproduk diberlakukan ketika terjadi per-lambatan ekonomi China dan devaluasiYuan sementara produk dalam negeri tidakmampu bersaing dengan produk imporChina maka diprediksi akan terjadi pe-ningkatan permintaan impor produk Chinayang berimplikasi terhadap penurunanharga domestik. Penurunan harga ini me-nyebabkan produksi dalam negeri menurunsehingga berdampak terhadap penurunanekspor. Iklim investasi juga diperkirakanakan menurun. Artinya pada kondisi ini,kinerja perdagangan pertanian Indonesiaditentukan oleh daya saing produk dalamnegeri. Peningkatan daya saing dapat di-lakukan dengan kemudahan izin danpengembangan investasi khususnya inves-tasi bidang pertanian, pengembanganteknologi untuk meningkatkan efisiensiproduksi yang dapat meminimalkan biayainput produksi, peningkatan infrastruktur,serta mengembangkan pangsa pasar ekspor.

Pertumbuhan ekonomi China dankerjasama CAFTA hendaknya menjadipeluang besar bagi Indonesia untuk dapatmenarik investor China menginvestasikanmodalnya pada sektor pertanian Indonesiasehingga dapat mendorong peningkatanekspor produk pertanian, namun padakenyataannya, Indonesia belum mampumemanfaatkan peluang tersebut. Banyakfaktor yang saat ini menjadi pertimbanganbagi investor untuk menginvestasikanmodalnya di Indonesia, yaitu suku bungapinjaman Indonesia relatif tinggi, biaya

administrasi investasi di Indonesia lebihtinggi dibanding negara lain, ketersediaaninfrastruktur, kondisi ekonomi politik, danfluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap US$.Pemerintah Indonesia perlu mengedepan-kan kebijakan yang dapat meningkatkaninvestasi asing di Indonesia khususnyainvestasi China di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKAAbimanyu, A. 2000. Impact of Agriculture

Trade and Subsidy Policy on theMacroeconomy, Distribution, andEnvironment in Indonesia: a Strategi forFuture Industrial Development. TheDeveloping Economies, 38 (4): 547-571.

Achsani, N. A. 2008. Integrasi EkonomiASEAN+3: Antara Peluang danAncaman. Indonesia Institute for PublicPolicy and Development Studies. Jakarta.

[BI] Bank Indonesia. 2016. Statistik Ekonomidan Keuangan Indonesia (SEKI). BankIndonesia. http//www.bi.go.id.

Chirathivat, S. 2002. ASEAN – China FreeTrade Area: Background, Implicationsand Future Development. Journal ofAsian Economics 13(5): 671-686.

Deininger, K. dan P. Olinto. 2000. WhyLiberalization Alone Has Net ImrovedAgricultural Productivity in ZambiaProductivity in Zambia: The Role ofAsset Ownership and Working CapitalConstraints. World Bank Policy ResearchWorking Paper 2302. Development Re-search Group. World Bank. Washington,DC.

Direktorat Perdagangan, Investasi danKerjasama Ekonomi Internasional. 2011.Pengembangan Model Analisis Per-dagangan dan Investasi. Kajian BAPPE-NAS 8(1): 124-131.

Ferrianta, Y., N. Hanani, B. Setiawan, danW. Muhaimin. 2012. Impact of TradeLiberalization Asean-China Free TradeArea (ACFTA) on the Performance ofIndonesia Maize Economy. Journal ofBasic and Applied Scientific Research 2(7):6801-6809.

Page 20: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

344 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

Feridhanusetiawan, T. dan M. Pangestu.2003. Indonesian Trade Liberalisation:Estimating the Gains. Bulletin of Indo-nesian Economic Studies 39(1): 51-74.

Gingrich, C. D. dan J. D. Garber. 2010. TradeLiberalization’s Impact on Agriculturein Low Income Coubtries: a Compa-rison of El Savador and Costa Rica. TheJournal of Developing Areas 43(2): 1-17.

Gujarati, D. 2007. Ekonometrika Dasar (Ter-jemahan). Erlangga. Jakarta.

Helpman, E. dan P. Krugman. 1985. Increas-ing Returns, Monopolistic Competition,and International Trade. Journal ofInternational Economics.

Hossain, M. A. dan Alauddin, M. 2005.Trade Liberalization in Bangladesh: TheProcess and Its Impact in MacroVariables Particularly Export Expan-sion. The Journal of Developing Areas.39(1): 123-130.

Houck, J. P. 1986. Element of AgriculturalTrade Policies. Mc, Millan PublishingCompany. New York.

Hussain, A., S. D. Mohammad, K. Akram,dan I. Lal. 2009. Effectiveness ofGovernment Expenditure Crowding-Inor Crowding-Out: Empirical Evidencein Case of Pakistan. European Journal ofEconomics, Finance and AdministrativeSciences 16: 136-142.

Hutabarat, B., Sawit, M. A, Dermoredjo, S.K. Wahida, Purba, H. J, dan Nuryanti,S. 2007. Analisis Kesepakatan Per-dagangan Bebas Indonesia-China danKerjasama AFTA serta Dampaknya Ter-hadap Perdagangan Komoditas Per-tanian Indonesia. Laporan Akhir Pe-nelitian TA 2007. Pusat Analisis SosialEkonomi dan Kebijakan Pertanian, BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian,Departemen Pertanian, Bogor.

Hye, Q. M. A., S. Malik, dan M. Mashkoor.2010. Government Expenditure, Agri-cultural Product Prices and AgriculturalGrowth: A Case of Pakistan. MiddleEastern Finance and Economics 7: 55-62.

Kementerian Perdagangan Republik Indo-nesia. 2016. Kinerja Perdagangan Indo-

nesia. FAQ. diunduh pada tanggal 8April 2016. http://www.kemendag.go.id/id/faq

Khan, S., Ul Haq, I, dan Khan, D. 2013. AnEmpirical Analysis of Pakistan’s Bila-teral Trade: A Gravity Model Appro-ach. The Romanian Economic Journal8(48): 541-549.

Krugman, P. R. dan M. Obstfeld. 2000.Ekonomi International Teori dan Ke-bijakan. Ed. Kedua. Diterjemahkan olehFaisal H. Basri PAUFEUI. PT. RajaGrafido Persada. Jakarta.

Kurihara Y. 2011. The Impact of RegionalTrade Agreements on InternationalTrade. Modern Economy 27(2): 284-289.

Lau, E. dan K. P. Lee. 2008. Interdependenceof Income Between China and ASEAN-5 Countries. Journal of Chinese Economicand Foreign Trade Studies 1(2): 148-161.

Lindawati dan Widyaiswara. 2013. Penerap-an Free Trade Agreement Di Indonesia,Permasalahan dan Antisipasinya. Pus-diklat Bea dan Cukai. Diakses padatanggal 28 Oktober 2013.

Llyoid, P. dan D. Maclaren. 2004. Gains andLosses from Regional Trading Agree-ments: A Survey. The Economic Record.80(251): 445-467.

Oktaviani, R., P. Eka dan Haryadi. 2008.“Impacts of ASEAN Agricultural TradeLiberalization on ASEAN-6 Economiesand Income Distribution in Indonesi-an”. Asia-Pacific Research and TrainingNetwork on Trade Working Paper Series.No. 51. January. UN-ESCAP Bangkok.

Pambudi, D. dan A. C. Chandra. 2006.Dampak Kesepakatan PerdaganganBebas Bilateral ASEAN-China terhadapPerekonomian Indnesia. Jakarta: Insti-tute for Global Justice.

Park, D., I. Park, dan G. Estrada, 2008.Prospects of an ASEAN–People‟sRepublic of China Free Trade Area: Aqualitative and quantitative analysis.ADB Economic Working Paper Series(130). Manila.

Ridwan. 2009. Dampak Integrasi Ekonomiterhadap Investasi di Kawasan ASEAN:

Page 21: DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 345

Analisis Model Integrasi. Jurnal Organi-sasi dan Manajemen 5(2): 95-107.

Riezman, R. G., P. M. Summers, dan C. H.Whiteman. 1996. The Engine of Growthor its Handmaiden? A Time SeriesAssesment of Export-Led-Growth.Empirical Economics Journal 4(1): 81-93.

Setiawan, S. 2012. ASEAN-CHINA FTA:Dampaknya Terhadap Ekspor Indo-nesia dan Cina. Buletin Ilmiah LitbangPerdagangan 6(2): 129-149.

Todaro, P. M. dan C. S. Stephen. 2006.Pembangunan Ekonomi. Edisi Ke-sembilan. Diterjemahkan oleh HarisMunandar dan Puji A. L. PenerbitErlangga. Jakarta.

Toloh, I. G. 2012. Dampak KesepakatanPerdagangan Bebas ASEAN-China FreeTrade Area Terhadap Sektor PertanianDi Indonesia. Program Studi IlmuHukum Kekhususan Hukum Perdaga-ngan Internasional. Universitas Indo-nesia. Thesis. Jakarta.

[UNCTAD] United Nations Conference onTrade and Development. 2014. UNC-TADstat. http//www.unctad.org/en/pages/statistics.aspx.

Vollrath, Thomas, L., dan C. B. Hallahan.2009. Economic Costs and Payoffs ofBilateral/Regional Trade Agreements.2009 Annual Meeting. July 26-28 2009.Milwaukee, Wiscousin 49375, Agri-cultural and Applied Economics Associa-tion.

World Bank. 2014. Data world bank. http://data.worldbank.org/.

__________. 2015. Indonesia EconomicQuarterly. Maret 2015. Harapan Besar.The World Bank. IBRD.IDA. WorldBank Group. Diakses pada 3 Desember2015. http://www.worldbank.org/content/dam/Worldbank/document/EAP/Indonesia/IEQ-MAR-2015-BH.pdf.

Yudhoyono, S. B. 2004. Pembangunan Per-tanian dan Pedesaan sebagai UpayaMengatasi Kemiskinan dan Pengang-guran; Analisis Ekonomi–Politik Ke-bijakan Fiskal. Disertasi. Sekolah Pascasrajana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yue, C. S. 2004. ASEAN-China Free TradeArea. Paper presentation at the AEPConference. 12-13 April 2004. Hongkong.