69109724 SAP Manajemen Nyeri

27
KONSEP LUKA DAN PERAWATAN LUKA 1. Pengertian Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan (Mansjoer, 2000:396). Menurut InETNA, luka adalah sebuah injuri pada jaringan yang mengganggu proses selular normal, luka dapat juga dijabarkan dengan adanya kerusakan pada kuntinuitas/kesatuan jaringan tubuh yang biasanya disertai dengan kehilangan substansi jaringan. 2. Klasifikasi Luka Luka dibedakan berdasarkan : 1) Berdasarkan penyebab a) Ekskoriasi atau luka lecet b) Vulnus scisum atau luka sayat c) Vulnus laseratum atau luka robek d) Vulnus punctum atau luka tusuk 9

description

69109724 SAP Manajemen Nyeri

Transcript of 69109724 SAP Manajemen Nyeri

Page 1: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

KONSEP LUKA DAN PERAWATAN LUKA

1. Pengertian

Luka adalah keadaan hilang/terputusnya

kontinuitas jaringan (Mansjoer, 2000:396). Menurut

InETNA, luka adalah sebuah injuri pada jaringan yang

mengganggu proses selular normal, luka dapat juga

dijabarkan dengan adanya kerusakan pada

kuntinuitas/kesatuan jaringan tubuh yang biasanya

disertai dengan kehilangan substansi jaringan.

2. Klasifikasi Luka

Luka dibedakan berdasarkan :

1) Berdasarkan penyebab

a) Ekskoriasi atau luka lecet

b) Vulnus scisum atau luka sayat

c) Vulnus laseratum atau luka robek

d) Vulnus punctum atau luka tusuk

e) Vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang

f) Vulnus combotio atau luka bakar

2) Berdasarkan ada/tidaknya kehilangan jaringan

a) Ekskoriasi

9

Page 2: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

b) Skin avulsion

c) Skin loss

3) Berdasarkan derajat kontaminasi

a) Luka bersih

a) Luka sayat elektif

b) Steril, potensial terinfeksi

c) Tidak ada kontak dengan orofaring, traktus

respiratorius,traktus elimentarius, traktus

genitourinarius.

b) Luka bersih tercemar

a) Luka sayat elektif

b) Potensi terinfeksi : spillage minimal, flora

normal

c) Kontak dengan orofaring, respiratorius,

elimentarius dan genitourinarius

d) Proses penyembuhan lebih lama

c) Luka tercemar

a) Potensi terinfeksi: spillage dari traktus

elimentarius, kandung empedu, traktus genito

urinarius, urine

b) Luka trauma baru : laserasi, fraktur terbuka,

luka penetrasi.

10

Page 3: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

d) Luka kotor

a) Akibat proses pembedahan yang sangat

terkontaminasi

b) Perforasi visera, abses, trauma lama.

3. Tipe Penyembuhan luka

Terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana

pembagian ini dikarakteristikkan dengan jumlah

jaringan yang hilang.

1) Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer)

yaitu penyembuhan yang terjadi segera setelah

diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan

jahitan.

2) Secondary Intention Healing (penyembuhan luka

sekunder) yaitu luka yang tidak mengalami

penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan

oleh adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan

dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi

lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini

biasanya tetap terbuka.

3) Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka

tertier) yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama

11

Page 4: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah

diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari).

Luka ini merupakan tipe penyembuhan luka yang

terakhir (Mansjoer,2000:397 ; InETNA, 2004:4).

4. Fase Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu

fase inflamasi, proliferasi dan maturasi. Antara satu

fase dengan fase yang lain merupakan suatu

kesinambungan yang tidak dapat dipisahkan.

1) Fase Inflamasi

Tahap ini muncul segera setelah injuri dan

dapat berlanjut sampai 5 hari. Inflamasi berfungsi

untuk mengontrol perdarahan, mencegah invasi

bakteri, menghilangkan debris dari jaringan yang

luka dan mempersiapkan proses penyembuhan lanjutan.

2) Fase Proliferasi

Tahap ini berlangsung dari hari ke 6 sampai

dengan 3 minggu. Fibroblast (sel jaringan

penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase

proliferasi.

3) Fase Maturasi

12

Page 5: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21

dan dapat berlangsung sampai berbulan-bulan dan

berakhir bila tanda radang sudah hilang. Dalam fase

ini terdapat remodeling luka yang merupakan hasil

dari peningkatan jaringan kolagen, pemecahan

kolagen yang berlebih dan regresi vaskularitas luka

(Mansjoer,2000:397 ; InETNA, 2004:1).

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang

kompleks dan dinamis karena merupakan suatu kegiatan

bioseluler dan biokimia yang terjadi saling

berkesinambungan. Proses penyembuhan luka tidak hanya

terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal

saja pada luka, namun dipengaruhi pula oleh faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik (InETNA,2004:13).

1) Faktor Instrinsik adalah faktor dari penderita yang

dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan meliputi

: usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan

perfusi jaringan, status imunologi, dan penyakit

penyerta (hipertensi, DM, Arthereosclerosis).

13

Page 6: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

2) Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari

luar penderita yang dapat berpengaruh dalam proses

penyembuhan luka, meliputi : pengobatan, radiasi,

stres psikologis, infeksi, iskemia dan trauma

jaringan (InETNA,2004:13).

6. Komplikasi Penyembuhan Luka

Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam

manifestasi yang berbeda-beda. Komplikasi yang luas

timbul dari pembersihan luka yang tidak adekuat,

keterlambatan pembentukan jaringan granulasi, tidak

adanya reepitalisasi dan juga akibat komplikasi post

operatif dan adanya infeksi.

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah

: hematoma, nekrosis jaringan lunak, dehiscence,

keloids, formasi hipertropik scar dan juga infeksi

luka (InETNA,2004:6).

7. Penatalaksanaan/Perawatan Luka

Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa

tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan

14

Page 7: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka,

penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan

pengangkatan jahitan.

a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan

fisik (lokasi dan eksplorasi).

b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan

kulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka

biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik

seperti:

1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat

(efektif dalam 2 menit).

2) Halogen dan senyawanya

a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat,

berspektrum luas dan dalam konsentrasi 2%

membunuh spora dalam 2-3 jam

b) Povidon Yodium (Betadine, septadine dan

isodine), merupakan kompleks yodium dengan

polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang,

mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil

karena tidak menguap.

15

Page 8: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

c) Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan

biasanya untuk antiseptik borok.

d) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane),

merupakan senyawa biguanid dengan sifat

bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah

larut dalam air, tidak merangsang kulit dam

mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung.

3) Oksidansia

a) Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan

funngisida agak lemah berdasarkan sifat

oksidator.

b) Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat

untuk mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan

membunuh kuman anaerob.

4) Logam berat dan garamnya

a) Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat

menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.

b) Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%.

Sifatnya bakteriostatik lemah, mempercepat

keringnya luka dengan cara merangsang

timbulnya kerak (korts)

16

Page 9: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

5) Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah

(konsentrasi 3%).

6) Derivat fenol

a) Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya

sebagai antiseptik wajah dan genitalia

eksterna sebelum operasi dan luka bakar.

b) Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk

mencuci tangan.

2) Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin

(rivanol), merupakan turunan aridin dan berupa

serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%.

Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah,

kompres dan irigasi luka terinfeksi (Mansjoer,

2000:390).

Dalam proses pencucian/pembersihan luka

yang perlu diperhatikan adalah pemilihan cairan

pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan

cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat

pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu

rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan

cairan dalam pencucian luka harus cairan yang

efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan

17

Page 10: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada

cairan pencuci luka lain yang saat ini sering

digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau

disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan

cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan

tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai

komposisi natrium klorida 9,0 g dengan

osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na+

154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l (InETNA,2004:16 ; ISO

Indonesia,2000:18).

c. Pembersihan Luka

Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah

meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses

penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi;

membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA,

2004:16).

Beberapa langkah yang harus diperhatikan

dalam pembersihan luka yaitu :

3) Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan

untuk membuang jaringan mati dan benda asing.

18

Page 11: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

4) Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua

jaringan mati.

5) Berikan antiseptik

6) Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan

dengan pemberian anastesi lokal

7) Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000:

398;400)

d. Penjahitan luka

Luka bersih dan diyakini tidak mengalami

infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh

dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi

berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya

dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.

e. Penutupan Luka

Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang

baik pada luka sehingga proses penyembuhan

berlangsung optimal.

f. Pembalutan

19

Page 12: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka

sangat tergantung pada penilaian kondisi luka.

Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap

penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang

baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai

fiksasi dan efek penekanan yang mencegah

berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan

hematom.

g. Pemberian Antibiotik

Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu

diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi

atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.

h. Pengangkatan Jahitan

Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak

diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan

tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi,

jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap

penderita dan adanya infeksi (Mansjoer,2000:398 ;

Walton, 1990:44)..

Tabel 1. Waktu Pengangkatan Jahitan

20

Page 13: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

No Lokasi Waktu

1 Kelopak mata 3 hari

2 Pipi 3-5 hari

3 Hidung, dahi, leher 5 hari

4 Telinga,kulit kepala 5-7 hari

5 Lengan, tungkai, tangan,kaki 7-10+ hari

6 Dada, punggung, abdomen 7-10+ hari

Sumber. Walton, 1990:44

DAFTAR PUSTAKA

Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association (InETNA) & Tim Perawatan Luka dan Stoma Rumah Sakit Dharmais. 2004,Perawatan Luka, Makalah Mandiri, Jakarta

Mansjoer.Arif, dkk. Eds.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda, Alih bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC.

21

Page 14: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

LAPORAN PENDAHULUAN

VULNUS

Definisi

Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan,

 

Klasifikasi Luka

Dibedakan macam luka berdasarkan:

A. Berdasarkan penyebab, berhubungan dsngan kepentingan forensik, antara

lain:

1. Ekskoriasi atau luka lecet atau gores adalah cedera pada permukaan

epidermis akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau

runcing.

2. Vulnus scissum adalah luka sayat atau luka iris yang ditandai dengan tepi

luka berupa garis lurus dan beraturan.

3. Vulnus laceratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak

beraturan atau compang-camping biasanya karena tarikan atau goresan

benda tumpul.

4. Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing

yang biasanya kedalaman luka lebih daripada lebarnya.

5. Vulnus morsum adalah luka karena gigitan binatang.

6. Vulnus combutio atau luka bakar

B. Berdasarkan ada/tidaknya kehilangan jaringan:

1. Ekskoriasi

2. Skin avulsion, degloving injury

22

Page 15: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

3. Skin loss

C. Berdasarkan derajat kontaminasi:

1. Luka bersih

o Luka sayat elektif

o Steril, potensial terinfeksi

o Tidak ada kontak dengan orofaring, traktus respiratorius, traktus

alimentarius, traktur genitourinarius

2. Luka bersih tercemar

o Luka sayat elektif

o Potensi terinfeksi: spillage minimal, flora normal

o Kontak dengan orofaring, traktus respiratorius, traktus alimentarius, traktur

genitourinarius

o Proses penyembuhan lebih lama

o Contoh: apendektomi, operasi vaginal, dsb.

3. Luka tercemar

o Potensi terinfeksi: spillage dari traktus alimentarius, kandung empedu,

traktus genitourinarius, urin

o Luka trauma baru: laserasi, fraktur terbuka, luka penetrasi

4. Luka kotor

o Akibat pembedahan yang sangat terkontaminasi

23

Page 16: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

o Perforasi visera, abses, trauma lama

 

Proses Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka dapat terjadi secara:

1. Per primam yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan

bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.

2. Per sekundam yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per primam.

Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Lukajenis ini

biasanya tetap terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan

jaringan, terkontaminasi/terinfeksi. Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam

dengan pembentukan jaringan granulasi.

3. Per tertiam atau per primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka

selama beberapa hari setelah tindakan debridemen. Setelah diyakini bersih,

tepi luka dipertautkan (4 – 7 hari).

 

Proses penyembuhan luka yang alami:

1. Fase inflamasi atau lag phase. Berlangsung sampai hari ke-5.

Akibat luka terjadi perdarahan. Ikut keluar trombosit dan sel-sel radang.

Trombosit mengeluarkan prostaglandin, tromboksan, bahan kimia tertentu

dan asam amino tertentu yang mempengaruhi pembekuan darah, mengatur

tonus dinding pembuluh darah dan kemotaksis terhadap leukosit.

 

Terjadi vasokonstriksi dan proses penghentian perdarahan. Sel radang keluar

dari pembuluh darah secara diapedesis dan menuju daerah luka secara

kemotaksis. Sel mast mengeluarkan serotonin dan histamin yang

meninggikan permeabilitas kapiler, terjadi eksudasi cairan edema. Dengan

24

Page 17: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

demikian timbul tanda-tanda radang. Leukosit, limfosit dan monosit

menghancurkan dan memakan kotoran dan kuman.

 

Pertautan pada fase ini hanya oleh fibrin, belum ada kekuatan pertautan luka

sehingga disebut fase tertinggal (lag phase).

2. Fase proliferasi atau fibroplasi. Berlangsung dari hari ke-6 sampai dengan 3

minggu. Terjadi proses proliferasi dan pembentukan fibroblas yang berasal

dari sel-sel mesenkim.

 

Fibroblas menghasilkan mukopolisakarida dan serat kolagen yang terdiri dari

asam -asam amino glisin, prolin dan hidroksiprolin. Mukopolisakarid mengatur

deposisi serat- serat kolagen yang akan mempertautkan tepi luka.

 

Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut, yang tak diperlukan

dihancurkan, dengan demikian luka mengkerut/mengecil.

 

Pada fase ini luka diisi oleh sel-sel radang, fibroblas, serai-serta kolagen,

kapiler- kapiler baru; membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tak

rata disebut jaringan granulasi.

 

Epitel sel basal di tepi luka lepas dari dasarnya dan pindah menutupi dasar

luka, tempatnya diisi hasil mitosis sel lain. Proses migrasi epitel hanya

25

Page 18: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

berjalan ke permukaan yang rata atau lebih rendah, tak dapat naik.

Pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka

tertutup epitel dan mulailah proses pendewasaan penyembuhan luka:

pengaturan kembali, penyerapan yang berlebih.

 

3. Fase remodeling atau fase resorpsi. Dapat bertangsung berbulan-bulan dan

berakhir bila tanda radang sudah hilang. Parut dan sekitarnya berwarna

pucat, tipis, lemas, tak ada rasa sakit maupun gatal.

 

Penatalaksanaan

Evaluasi Luka

1. Anamnesis

Penting untuk menentukan cara penanganan dengan menanyakan

bagaimana, di mana, dan kapan luka terjadi. Hal ini dilakukan untuk

memperkirakan kemungkinan terjadinya kontaminasi dan menentukan

apakah luka akan ditutup secara primer atau dibiarkan terbuka.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Lokasi. Penting sebagai petunjuk kemungkinan adanya cedera pada

struktur yang lebih dalam.

b. Eksplorasi. Dikerjakan untuk menyingkirkan kemungkinan cedera pada

struktur yang lebih dalam, menemukan benda asing yang mungkin tertinggal

pada luka serta menentukan adanya jaringan yang telah mati.

Tindakan Antisepsis

Daerah yang disucihamakan harus lebih besar dari ukuran luka. Prinsip saat

mensucihamakan kulit adalah mulai dari tengah dan bekerja ke arah luar

dengan pengusapan secara spiral, di mana daerah yang telah dibersihkan

tidak boleh diusap lagi menggunakan kasa yang telah digunakan tersebut.

26

Page 19: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

Larutan antiseptik yang dianjurkan adalah povidone iodine 10%

atau klorheksidine glukonat 0,5%.

Pembersihan Luka

o Irigasi sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati

dan benda asing (debridement) sehingga akan mempercepat penyembuhan.

Irigasi dilakukan dengan menggunakan cairan garam fisiologis atau air bersih.

Lakukan secara sistematis dari lapisan superfisial ke lapisan yang lebih

dalam.

o Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati. Tepi yang

compang- camping sebaiknya dibuang.

o Berikan antiseptik.

o Bila perlu tindakan ini dilakukan dengan pemberian anestesi lokal.

 

Penjahitan Luka

Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8

jam boleh dijahit primer. Sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan/atau

tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per secundam atau per

tertiam.

 

Jenis-jenis jahitan:

1. Jahitan kulit

a. Jahitan interrupted:

i. Jahitan simple interrupted (jahitan satu demi satu). Merupakan jenis jahitan

yang paling dikenal dan paling banyak digunakan. Jarak antar jahitan

sebaiknya 5-7 mm dan batas jahitan dari tepi luka sebaiknya 1-2 mm.

27

Page 20: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

Semakin dekat jarak antara tiap jahitan, semakin baik bekas luka setelah

penyembuhan.

ii. Jahitan matras:

o Jahitan matras vertikal. Jahitan jenis ini digunakan jika eversi tepi luka tidak

bisa dicapai hanya dengan menggunakan jahitan satu demi satu, misalnya

didaerah yang tipis lemak subkutisnya dan tepi luka cenderung masuk ke

dalam.

o Jahitan matras horizontal. Jahitan ini digunakan untuk menautkan fasia dan

aponeurosis. Jahitan ini tidak boleh digunakan untuk menjahit lemak subkutis

karena membuat kulit di atasnya terlihat bergelombang.

b. Jahitan continous:

i. Running suture, simple continuous, continuous over & over, atau jelujur.

Jahitan jelujur lebih cepat dibuat, lebih kuat dan pembagian tekanannya lebih

rata bila dibandingkan dengan jahitan terputus. Kelemahannya jika benang

putus atau simpul terurai seluruh tepi luka akan terbuka. Jangan digunakan

untuk menjahit luka terinfeksi karena dapat menghambat pengeluaran pus

atau darah.

ii. Jahitan interlocking, feston

iii. yang khas: jahitan kantung tembakau (tabac sac)

c. Jahitan dengan stepler (skin steples)

2. Jahitan subkutis

a. Jahitan continuous: Jahitan terusan subkutikuler atau intradermal.

Digunakan jika ingin dihasilkan hasil kosmetika yang baik setelah luka

sembuh. Selain itu digunakan juga untuk menurunkan tegangan pada luka

yang lebar sebelum dilakukan penjahitan satu demi satu.

b. Jahitan interrupted dermal stitch

3. Jahitan dalam

 

28

Page 21: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

Pada luka infeksi misalnya insisi abses, dipasang dren. Dren dapat dibuat

dari guntingan sarung tangan. Fungsi dren adalah mengalirkan cairan keluar

(darah atau senun) pada dead space (jika terbentuk).

Penutupan Luka

Prinsip dalam menutup luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang

baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal. Fungsi

kulit adalah sebagai sarana pengatur penguapan cairan tubuh dan sebagai

barier terhadap invasi bakteri patogen. Pada luka fungsi ini menurun oleh

karena proses inflamasi atau bahkan hilang sama sekali (misalnya pada

kehilangan kulit akibat luka bakar) sehingga untuk membantu

mengembalikan fungsi ini, perlu dilakukan penutupan luka. Penutupan luka

yang terbaik adalah dengan kulit (skin graft, flap). Bila tidak memungkinkan

maka sebagai alternatif digunakan kassa (sampai luka menutup atau

dilakukan penutupan dengan kulit)

 

Pembalutan

Fungsi balutan antara lain:

1. Sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi

2. Mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses

penyembuban: menciptakan kelembaban, sebagai kompres, menyerap

eksudat/produk lisis jaringan (adsorben)

3. Sebagai fiksasi, mengurangi pergerakan tepi-tepi luka sampai pertautan

terjadi

4. Efek penekanan (pressure): mencegah berkumpulnya rembesan darah

yang menyebabkan hematom

Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada

penilaian kondisi luka. Luka sayat, bersih, ukuran kecil yang dapat mengalami

proses penyembuhan per primam tidak memerlukan penutup/pembalut.

Sebaliknya pada luka luas dengan kehilangan kulit atau disertai eksudasi dan

produk lisis jaringan memerlukan penggantian balutan sampai 5-6 kali sehari.

29

Page 22: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

 

Pemberian Antibiotik dan ATS/Toksoid

Prinsipnya adalah pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada

luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik. Luka-luka

yang merupakan me dia yang baik bagi berkembang biaknya bakteri-bakteri

anaerob (misalnya luka tusuk, luka menggaung, terkontaminasi bahan-bahan

yang merupakan media yang baik dalam berkembangnya kuman-kuman

anaerob seperti karat, kotoran kuda) memerlukan pemberian ATS/toksoid.

 

Pengangkatan Jahitan

Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Sebagaimana

diketahui fungsi jahitan adalah mempertautkan tepi-tepi luka. Bila pertautan

tepi-tepi luka sudah cukup kuat, di mana terjadi perlekatan tepi-tepi luka

dengan adanya serat-serat fibrin (jaring-jaring fibrin, fibrin mesh) yang secara

klinis tampak luka sudah menutup, maka fungsi jahitan sudah tidak

diperlukan lagi.

Hal ini tergantung pada beberapa faktor:

1. Vaskularisasi. Umumnya daerah yang memiliki vaskularisasi baik (misalnya

muka) proses penyembuhan berlangsung cepat, sementara daerah/jaringan

yang memiliki vaskularisasi kurang baik (misalnya tungkai, tendon) proses

penyembuhan membutuhkan waktu lebih lama.

2. Pergerakan. Daerah-daerah yang relatif sering bergerak (misalnya sendi)

proses penyembuhan terjadi lebih lama. Oleh karenanya proses

penyembuhan luka pada sendi/ persendian diupayakan dengan:

§ mengistirahatkan sendi bersangkutan (mengurangi pergerakan) dengan

pemasangan bidai atau perban elastik

§ mempertahankan jahitan lebih lama (dibandingkan tempat-tempat lain,

misalnya sampai 2-3 minggu)

30

Page 23: 69109724 SAP Manajemen Nyeri

3. Ketegangan tepi-tepi luka. Pada daerah-daerah yang loose maka jahitan

bisa lebih cepat diangkat, namun pada daerah yang tight (tegang) lebih lama.

4. Teknik penjahitan. Yang dimaksud dengan teknik penjahitan dalam hal ini

adalah jahitan yang dilakukan pada lapisan-lapisan jaringan (misalnya jahitan

otot, jahitan fasia, jahitan subkutis, dan jahitan intradermal menggunakan

benang yang tidak diserap) sebelum menjahit kulit.

- See more at: http://wikimed.blogbeken.com/penangangan-

luka#sthash.5kR7egLo.dpuf

31