62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

download 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

of 27

Transcript of 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    1/27

    DERMATITIS KONTAK ALERGI

    I. PENDAHULUAN

    Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan

    pembatas dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa kira-kira 1,5m2

    dengan berat kurang lebih 15% berat badan. Keadaan tersebut menjadikan kulit

    menjadi organ yang esensial dan vital. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan

    sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada

    lokasi tubuh.1,2

    Fungsi utama kulit adalah proteksi, absorbsi, eksresi, persepsi, pengaturan

    suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan

    keratinisasi. Namun sama halnya dengan organ-organ tubuh manusia yang lain,

    kulit juga dapat terserang 1

    Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon

    terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan

    kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,

    skuama, likenifikasi) dan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan,

    bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan

    menjadi kronis.1

    Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi

    yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam dermatitis kontak yaitu,

    Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dan Dermatitis Kontak Alergi (DKA); keduanya

    dapat bersifat akut maupun kronis. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan

    kulit nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses

    sensitisasi. Sebaliknya, dermatitis kontak alergi terjadi pada seseorang yang telah

    mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen.2

    DKI lebih sering terjadi dibandingkan dengan DKA. DKI merupakan efek

    toksik yang lokal ketika kulit kontak dengan bahan iritan kimia seperti sabun,

    bahan pelarut, asam dan alkali. DKA merupakan reaksi hipersensitivitas tipe

    1

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    2/27

    lambat yang didapat ketika kulit kontak dengan bahan kimia pada orang yang

    sebelumnya telah tersensitasi. Respon kulit terhadap DKA dan DKI tergantung

    pada bahan kimia, durasi dan sifat dasar dari kontak dan kelemahan individu.

    Bahan kimia yang menyebabkan dermatitis kontak ditemukan pada barang

    perhiasan, produk untuk perawatan diri, tanaman, pengobatan topikal ataupun

    sistemik. Gambaran klinik antara DKA dan DKI sulit dibedakan, dibutuhkan tes

    tempel untuk membantu mengidentifikasi alergen atau meniadakan alergen yang

    dicuriga.2

    DKA dan DKI membutuhkan pemahaman dari proses perjalanan penyakit,

    kemampuan mengenali bagaimana mekanisme DKA dapat muncul, membutuhkan

    perhatian yang tajam dan ketepatan dalam menilai kemungkinan suatu alergen,

    seperti kemampuan tes tempel, dalam menginterpretasi dan edukasi pasien.2

    II. DEFINISI

    Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang

    timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi. DKA terjadi

    akibat pajanan ulang dengan bahan dari luar yang bersifat haptenik atau antigenik

    yang sama, atau mempunyai struktur kimia serupa pada kulit seseorang yang telah

    tersensitasi sebelumnya. Reaksi alergik yang terjadi adalah reaksi hipersensitivitas

    tipe lambat atau tipe IV menurut klasifikasi Coombs dan Gell dengan perantaraan

    sel limfosit T.3,4,5,6,9,12,18,21

    DKA merupakan reaksi ketika sebuah bahan kontak dengan kulit yang

    telah mengalami perubahan teraktivasi spesifik. Perubahan reaktivitas ini

    merupakan hasil dari paparan sebelumnya yang terjadi pada kulit yang didapat

    dari bahan material atau zat kimia lain yang terkait.3

    III. EPIDEMIOLOGI

    Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita

    dermatitis kontak alergi lebih sedikit karena hanya mengenai orang yang kulitnya

    2

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    3/27

    sangat peka (hipersensitif). DKA dapat mengenai semua umur dan frekuensi sama

    pada pria dan wanita.1

    Banyak data epidemologi mengenai DKA telah diperhitungkan dari

    laporan pemerintah mengenai prevalensi dan dampak ekonomi dari penyakit kulit

    akibat kerja ini. Asumsi dasar dari banyak penelitian adalah kebanyakan

    dermatitis yang terjadi karena pekerjaan memiliki tipe iritan. Akan tetapi, ada

    bukti terbaru yang menunjukkan proporsi yang lebih luar dari dermatosis alergi

    akibat pekerjaan dari yang sebelumnya dibayangkan.4

    Pada tahun 2001, 4.714 kasus dermatitis akibat pekerjaan dilaporkan pada

    Statistik Pekerja Bureau, terjadi penurunan 50% dari 9.472 kasus yang dilaporkan

    10 tahun sebelumnya. Penurunan substansial dalam dekade ini, baik dalam rata-

    rata ataupun jumlah mutlak kasus dermatitis akibat pekerjaan (dermatitis

    okupasional) mencerminkan perbaikan dari kondisi kerja dan dapat menjelaskan

    penurunan relatif dari DKI dan peningkatan proporsi DKA. Penting untuk dicatat

    bahwa prevalensi DKA dalam populasi umum sering diprediksi dari data yang

    diperoleh dari hasil penelitian dermatitis akibat kerja yang pasiennya telah diuji

    temple (Patch test).4

    Secara klinis, pada individu dengan umur > 65 tahun memiliki kecacatan

    pada fase elisitasi dari DKA. Pada penelitian reaktivitas Rush, individu yang lebih

    muda (18-25 tahun) memiliki onset dan penyembuhan dermatitis yang lebih cepat

    dibandingkan pada orang yang lebih tua. Saat fase sensitisasi mencapai batas

    standar, analisis terhadap alergen ternyata menunjukkan adanya pengaruh umur.

    Insiden penyakit ini ditemukan menurun secara signifikan pada orang yang lebih

    tua dari 70 tahun.4

    Diramalkan bahwa jumlah DKA maupun DKI makin bertambah seiring

    dengan bertambahnya jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang

    dipakai masyarakat. Namun informasi mengenai prevalensi dan insidens DKA di

    masyarakat sangat sedikit, sehingga beberapa angka yang mendekati kebenaran

    belum didapat. Dahulu diperkirakan bahwa kejadian DKI akibat kerja sebanyak

    80% dan DKA 20%, tetapi data baru dari Inggris dan Amerika Serikat

    menunjukkan bahwa dermatitis kontak akibat kerja karena alergi ternyata cukup

    3

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    4/27

    tinggi yaitu berkisar antara 50-60 %. Sedangkan dari satu penelitian ditemukan

    frekuensi DKA bukan akibat kerja tiga kali lebih sering daripada DKA akibat

    kerja.1

    IV. ETIOLOGI

    Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul

    umumnya rendah (

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    5/27

    Parahidroksibenzoic acid ester Bahan pengawet pada makanan

    Propilene glycol Bahan pengawet, kosmetik

    Prokain, benzokain Anastesi lokalSulfonamide Obat-obatan

    Turpentin Bahan pelarut, semir sepatu, tinta

    printer

    Garam merkuri Desinfektan, impregnasi

    Krom Semen, antioksidan, minyak industri,

    korek api, kulit

    Cinnamic aldehihida Wewangian, parfumTabel 1.

    10 alergen utama penyebab Dermatitis Kontak dan allergen umum lainnyaDikutip dari kepustakaan 5.

    V. PATOGENESIS

    Pada dermatitis kontak alergi terjadi reaksi tipe IV yaitu hipersensitivitas

    tipe lambat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV (delayed/ cytotoxic type cell mediated

    hypersensitivity) ini dijalankan oleh komponen imunitas seluler yaitu limfosit T.

    4,5,6,9,12,18,21 Sel T yang telah tersensitisasi oleh suatu antigen tertentu, pada

    pemajanan berikutnya dengan antigen yang sama akan teraktivasi dan

    mengeluarkan sitokin. Sitokin yang diproduksi antara lain macrophages

    chemotactic factor, macrophages inhibitory factor, interleukin 1, tumor necrosis

    factor alpha dan interpheron gamma. Sitokin ini akan berfungsi merekrut sel-sel

    radang terutama sel T dan makrofag di tempat antigen.

    5

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    6/27

    Gambar 2. Respon Hispersensitivitas type IV yang diperantarai oleh sitokin yang dilepaskan

    oleh TH1 yang dirangsang oleh pajanan antigen.16

    Patogenesisnya melalui 2 fase ialah fase induksi (fase sensitisasi) dan fase

    elisitasi. Fase induksi saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit

    mengenal dan memberi respons, memerlukan waktu 2-3 minggu. Fase elisitasi

    ialah saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai

    timbul gejala klinis.5

    Fase Sensitisasi

    Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini

    terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan

    kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka. 3,6,18

    Hapten yang masuk ke dalam epidermis melewati stratum korneum akan

    ditangkap oleh sel Langerhans dengan cara pinositosis, dan diproses secara

    kimiawi oleh enzim lisosom atau sitosol serta dikonjugasikan pada molekul HLA-

    6

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    7/27

    DR menjadi antigen lengkap. Pada awalnya sel Langerhans dalam keadaan

    istirahat, dan hanya berfungsi sebagai makrofag dengan sedikit kemampuan

    menstimulasi sel T. Tetapi setelah keratinosit terpajan oleh hapten yang juga

    mempunyai sifat iritan, akan melepaskan sitokin (IL-1) yang akan mengaktifkan

    sel Langerhans sehingga mampu menstimulasi sel T. Aktivasi tersebut akan

    mengubah fenotip sel Langerhans dan meningkatkan sekresi sitokin tertentu

    (misalnya IL-1) serta ekspresi molekul permukaan sel termasuk MHC kelas I dan

    II, ICAM-1, LFA-3, dan B7. Sitokin proinflamasi lain yang dilepaskan oleh

    keratinosit yaitu TNF , yang dapat mengaktivasi sel T, menginduksi perubahan

    molekul adesi sel dan pelepasan sitokin juga meningkatkan MHC kelas I

    dan II. 1,6

    TNF menekan produksiE-cadherin yang mengikat sel Langerhans pada

    epidermis, juga menginduksi aktivitas gelatinolisis sehingga memperlancar sel

    Langerhans melewati membran basalis bermigrasi ke kelenjar getah bening

    setempat melalui saluran limfe. Di dalam kelenjar limfe, sel Langerhans

    mempresentasikan kompleks HLA-DR-antigen kepada sel T penolong spesifik,

    yaitu yang mengekspresikan molekul CD4 yang mengenali HLA-DR sel

    Langerhans dan kompleks reseptor sel-T-CD3 yang mengenali antigen yang telah

    diproses. Ada atau tidak adanya sel T spesifik ini ditentukan secara genetik. 6

    Sel Langerhans mensekresi IL-1 yang menstimulasi sel T untuk

    mensekresi IL-2 dan mengekspresi reseptor-IL-2 (IL-2R). Sitokin ini akan

    menstimulai proliferasi sel T spesifik, sehingga menjadi lebih banyak. Turunan selini yaitu sel T-memori (sel-T teraktivasi) akan meninggalkan kelenjar getah

    bening dan beredar ke seluruh tubuh. Pada saat tersebut individu menjadi

    tersensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung 2-3 minggu. 5,15

    Menurut konsep danger signal, bahwa sinyal antigenik murni suatu

    hapten cenderung menyebabkan toleransi sedangkan sinyal iritannya

    menimbulkan sensitisasi. Dengan demikian terjadinya sensitisasi kontak

    bergantung pada adanya sinyal iritan yang dapat berasal dari alergen kontak

    7

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    8/27

    sendiri, dari ambang rangsang yang rendah terhadap respons iritan, dari bahan

    kimia inflamasi pada kulit yang meradang, atau kombinasi dari ketiganya. Jadi

    sinyal bahaya yang menyebabkan sensitisasi tidak berasal dari sinyal antigenik

    sendiri, melainkan dari iritasi yang menyertainya. Suatu tindakan mengurangi

    iritasi akan menurunkan potensi sensitisasi. 1

    Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai

    resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergik.

    Fase Elisitasi

    Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen

    yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen

    dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk

    mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1

    dan INF gamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular

    adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta

    sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk

    melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang

    meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema,

    edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis. Proses peredaan atau

    penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu proses

    skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel

    keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag

    akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T

    serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil

    juga ikut berperan dengan memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam

    paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang

    bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T

    terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.

    Fase elisitasi umumnya berlangsung antara 24-48 jam.1,5,6,15,18

    8

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    9/27

    Gambar 3. Fase Elisitasi dari Reaksi Hipersentivitas karena contact-sensitizing agent. 16

    Gambar 1. Patofisiologi dari Dermatitis Kontak Alergi 16

    9

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    10/27

    Perubahan histologik pada keadaan dermatitis terjadi pada epidermis dan

    dermis, bergantung pada stadiumnya.1

    Gambar 4. Histologi kulit 13

    Pada stadium akut kelainan di epidermis berupa spongiosis, vesikel atau

    bula, edema intrasel, dan eksositosis terutama sel mononuclear. Dermis sembab,

    pembuluh darah melebar, serbukan sel radang terutama sel mononuclear, kadang

    eosinofil juga ditemukan, bergantung pada penyebab dermatitis. 1

    Perubahan histologik pada stadium subakut hampir seperti stadium akut,

    spongiosis, jumlah vesikel berkurang, epidermis mulai menebal (akantosis

    ringan), tertutup krusta, stratum korneum mengalami parakeratosis setempat;

    eksositosis berkurang; edema di dermis berkurang, vasodilatasi masih jelas,

    serbukan sel radang masih jelas, fibroblast mulai meningkat jumlahnya. 1

    Epidermis pada stadium kronis menebal (akantosis), stratum korneum

    menebal (hiperkeratosis dan parakeratosis setempat), rete ridges memanjang,

    10

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    11/27

    kadang ditemukan spongiosis ringan, tidak lagi terlihat vesikel, eksositosis sedikit,

    pigmen melanin terutama di sel basal bertambah. Papila dermis memanjang

    (papilomatosis), dinding pembuluh darah menebal, dermis bagian atas terutama

    sekitar pembuluh darah menebal, dermis bagian atas terutama sekitar pembuluh

    darah bersebukan sel radang mononuclear, jumlah fibroblast bertambah, kolagen

    menebal. 1

    Gambar 5. Gambaran Mikroskopis Dermatitis Kontak Alergi 14

    VI. MANIFESTASI KLINIS

    Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada

    keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Durasi dari DKA bervariasi pada setiap

    orang. DKA akan bertambah parah selama alergen terus kontak dengan kulit. Ada

    beberapa tipe dari dermatitis kontak alergi:5

    1. Akut

    Eritema yang berbatas tegas dan edema, vesikel, dan/atau papul. Pada

    reaksi yang hebat dapat berupa bula, erosi dengan serum, dan krusta. 1,5,10

    Eritemapapul vesikel erosi krusta skuama

    2. Subakut

    Plak dengan eritema ringan, bersisik, kadang dengan papul yang kecil,

    merah, dan berkelompok.1,5,10

    11

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    12/27

    3. Kronik

    Plak dengan likenifikasi (penebalan epidermis dengan garis kulit yang

    mendalam dengan pola pararel atau rhomboidal), pengelupasan dengan

    papul yang kecil, padat, berkelompok, ekskoriasi, eritema, dan

    pigmentasi.5,10

    Papul skuama likenifikasi ekskoriasi

    Berbagai lokasi terjadinya Dermatitis Kontak Alergi

    Tangan dan lengan. Dermatitis pada tangan biasanya disebabkan karena

    banyak faktor, mungkin karena tangan merupakan organ tubuh yang paling

    sering digunakan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Sekitar dua pertiga

    dari seluruh kasus dermatitis kontak melibatkan tangan yang merupakan

    tempat penting untuk dermatitis kontak alergi dan iritan. Dermatitis dengan

    gambaran bergaris-garis pada jari, punggung tangan, dan lengan bawah

    biasanya disebabkan karena tanaman.6 Pada pekerjaan yang basah (kontak

    lama dengan air), misalnya memasak makanan, mencuci pakaian, pengatur

    rambut di salon, angka kejadian dermatitis tangan lebih tinggi.1 Lengan

    terkena alergen yang sama seperti tangan, tetapi biasanya belakangan. Jika

    sarung tangan digunakan saat bekerja, lengan bawah biasanya merupakan

    tempat utama dari dermatitis okupasional.6,11,18

    Gambar 2. Dermatitis kontak alergi pada di lengan tempat

    tali jam tangan karena alergi terhadap nikel. 8

    12

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    13/27

    Wajah. Wajah selalu terpapar oleh sejumah besar alergen.4 Dermatitis pada

    wajah dapat terjadi sendiri atau berhubungan dengan eksema pada tangan.6

    Semua alergen yang kontak dengan tangan dapat mengenai muka, kelopak

    mata, dan leher pada waktu menyeka keringat. Dermatitis kontak pada wajah

    dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, spons (karet), obat topikal, alergen di

    udara (aero-alergen), nikel (tangkai kacamata), dan alergen lain yang kontak

    dengan tangan.1 Dermatitis yang terjadi karena kosmetik biasanya diawali

    dengan kulit kering, kaku, dan gatal. Banyak wanita yang segera mengganti

    produk kosmetik mereka pada tahap ini dan tidak menemui dokter spesialis.6,18

    Gambar 3. Dermatitis kontak alergi akut pada bibir yang terjadi karena lipstick.

    Pasien hipersensitif terhadap eosin. 5

    Telinga. Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis

    kontak pada telinga. Penyebab lain misalnya obat topikal, tangkai kaca mata,

    cat rambut, alat bantu dengar, gagang telepon.1 Alat bantu dengar dapat

    mengandung akrilak, bahan plastik, serta bahan kimia lainnya. Anting-anting

    yang menyebabkan dermatitis pada telinga umumnya yang terbuat dari nikel

    dan jarang pada emas. Tindikan pada telinga mungkin menjadi fase sensitisasi

    pada dermatitis karena nikel yang bisa mengarah pada dermatitis kontak

    kronik.6,11,18

    13

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    14/27

    Gambar 4. Dermatitis kontak alergi subakut pada telinga dan sebagian leher.

    Akhirnya diketahui bahwa pasien alergi terhadap bahan plastik handphonenya.5

    Badan. Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh tekstil, zat warna

    kancing logam, karet (elastis, busa), plastik, deterjen, bahan pelembut atau

    pewangi pakaian.1,6,11,18

    Gambar 5. Dermatitis kontak pada perut karena pasien alergi pada karet dari celananya. 8

    Genitalia. Penyebabnya data antiseptik, obat topikal, nilon, kondom,

    pembalut wanita alergen yang berada di tangan, parfum, kontrasepsi,

    14

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    15/27

    deterjen. Bila mengenai daerah anal mungkin disebabkan oleh obat

    antihemoroid.1,6,18

    Gambar 6. Dermatitis kontak yang terjadi pada daerah vulva

    karena alergi pada cream yang mengandung neomisin. 15

    Paha dan tungkai bawah. Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh

    tekstil, dompet, kunci (nikel), kaos kaki nilon, obat topikal, semen,

    sepatu/sandal.1 Pada kaki dapat disebabkan oleh sepatu dan kaus kaki pada

    athletes foot, antiseptik, dan antiperspiran.6,11

    Gambar 7. Dermatitis kontak alergi yang terjadi karena Quaternium-15,

    bahan pengawet pada pelembab. 15

    15

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    16/27

    Generalisasi. Eritroderma yang terjadi menyeluruh dapat merupakan hasil dari

    dermatitis kontak kronis karena lanjutan paparan alergen di lingkungan, bahkan di

    rumah sakit, misalnya kontak dengan kasur yang didesinfeksi dengan

    formaldehide atau pengobatan topikal yang meresap pada sprei.6

    VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Uji tempel.6,7,13 Untuk menegakkan diagnosis dermatitis kontak alergik

    perlu dilakukan uji tempel. Tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas di

    antara 70-80 % .22 Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya di punggung.

    Untuk melakukan uji tempel diperlukan antigen, biasanya antigen standar buatan

    pabrik, misalnya Finn Chamber System Kit dan T.R.U.E. Test, keduanya buatan

    Amerika Serikat.7,22 Terdapat pula antigen standar bikinan pabrik di Eropa dan

    negara lain. Adakalanya tes dilakukan dengan antigen bukan standar, dapat berupa

    bahan kimia, dapat berupa bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran

    yang berasal dari rumah, lingkungan kerja, atau tempat rekreasi.4,17

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel: 1

    1. Dermatitis harus sudah tenang. Sebab bila masih dalam keaadan akut atau

    berat dapat terjadi reaksi angry back atau excited skin, reaksi positif palsu,

    atau dapat juga mengakibatkan penyakit yang dideritanya semakin memburuk.

    2. Tes dilakukan sekurang-kurangnya 1 minggu setelah pemakaian

    kortikosteroid (topical dan sistemik) dihentikan sebab dapat memberikan

    reaksi negatif palsu (toleransi pemakaian prednisone

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    17/27

    4. Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji tempel

    menjadi longgar karena dapat member hasil negatif palsu. Penderita juga

    dilarang mandi sekurang-kurangnya dalam 48 jam, dan menjaga agar

    punggung selalu kering setelah dibuka uji tempelnya hingga pembacaan

    selesai.

    5. Tidak melakukan uji pada penderita dengan riwayat urtikaria dadakan.

    Uji tempel dilekatkan selama 48 jam. Kemudian dilakukan pembacaan

    hasil uji tempel pada: menit 15-30, jam 72-96, >96 jam.2 Reaksi tersebut dinilai

    sebagai:

    1+ eritema.

    2+ eritema, edema, papul.

    3+ eritema, edema, papul, vesikel.

    4+ sama dengan 3+, tetapi disertai vesikel yang berkonfluensi.

    5+ sama dengan 4+, tetapi keadaan mandidans dengan atau tanpa nekrosis.3

    17

    T.R.U.E. Test(Mekos Laboratories, Hillerod, Denmark)

    patch-test.

    A. Hasil uji positif terhadap picaridin(KBR) 2,5%.

    B. Hasil uji positif terhadap methylglucose diolate (MGD) 10%.

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    18/27

    Gambar 9. Hasil Patch Tes/Uji Tempel setelah 72 jam7

    Gambar 8. Aplikasi Patch Test (Uji Tempel) pada pasien.7

    Pemeriksaan Histopalogi. Padadermatitis kontak, limfosit T yang telah

    tersensitisasi, menginvasi dermis dan epidermis serta menyebabkan edema

    dermis atau spongiosis epidermis. Perubahan-perubahan ini secara

    histologi tidak spesifik.15

    Epidermis:16

    o Hiperkeratosis, serum sering terjebak dalam stratum korneum.

    o Hiperplastik, akantosis yang luas.

    o Spongiosis, yang kadang vesikuler. Manifestasi dini ditandai

    dengan penonjol dari jembatan antar sel di lapisan spinosus.

    o Kemudian ada epidermotropism dari limfosit yang muncul normal.

    Dermis:16

    o Limfosit perivesikuler.

    o Eosinofil: bervariasi, muncul awal dan karena sebab alergi.

    o Edema.

    18

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    19/27

    Gambar 9. Dermatitis kontak alergi. Hiperkeratosis, vesikel parakeratosis subkorneal,

    spongiosis sedang dan elongasi akantosis dari pars papilare dermis yang dinyatakan lewat

    infiltrasi sel-sel radang berupa limfosit dan beberapa eosinofil, serta elongasi dari papila

    epidermis.

    VIII. DIAGNOSIS

    Diagnosis dermatitis kontak alergi dapat ditegakkan dari hasil anamnesis,

    pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pertanyaan mengenai kontaktan

    yang dicurigai didasarkan kelainan kulit yang ditemukan. Misalnya, ada kelainan

    kulit berupa lesi numular disekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi, likenifikasi,

    dengan papul dan erosi, maka perlu ditanyakan apakah penderita memakai

    kancing celana atau kepala ikat pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data

    yang berasal dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal

    yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui

    menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, serta penyakit kulit pada

    keluarganya (misalnya dermatitis atopik, psoriasis).1

    Pemeriksaan fisik sangat penting, karena dengan melihat lokalisasi dan

    pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya.

    Misalnya di ketiak oleh deodoran, dipergelangan tangan oleh jam tangan dan

    19

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    20/27

    dikedua kaki oleh sepatu. Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada seluruh

    permukaan kulit, untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-

    sebab endogen.1 Diagnosis dari DKA jelas terlihat ketika area inflamasi

    merupakan daerah yang tepat ditutupi oleh alergen. Hal yang sama mungkin

    timbul pada dermatitis pada tangan, namun banyak kasus dermatitis alergi dan

    dermatitis iritan tangan tidak dapat disingkirkan dengan hanya melihat manifestasi

    klinisnya. Inflamasi pada tangan, apapun penyebabnya, meningkat pada paparan

    lebih lanjut oleh bahan kimia, mencuci, goresan, pengobatan dan infeksi.

    Inflamasi pada bagian dorsum tangan lebih sering iritan atau atopik dibanding

    alergi.8

    Demografi dan riwayat

    pekerjaan

    Umur, jenis kelamin, ras, suku, agama, status

    pernikahan, pekerjaan, deskripsi dari pekerjaan,

    paparan berulang dari alergen yang didapat saat

    kerja, tempat bekerja, pekerjaan sebelumnya.

    Riwayat penyakit dalam

    keluarga

    Faktor genetik, predisposisi

    Riwayat penyakit

    sebelumnya

    Alergi obat, penyakit yang sedang diderita, obat-

    obat yang digunakan, tindakan bedah

    Riwayat dermatitis yang

    spesifik

    Onset, lokasi, pengobatan

    Tabel 2. Penelusuran riwayat pada DKA 4

    .

    VII. DIAGNOSA BANDING

    20

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    21/27

    Kelainan kulit DKA sering tidak menunjukkan gambaran morfologik yang

    khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis seboroik, atau psoriasis.

    Diagnosis banding yang yang terutama ialah dengan DKI.1

    Dermatitis Kontak Iritan

    Bila oleh karena iritasi, reaksi akan menurun setelah 48 jam (reaksi tipe

    decresendo), sedangkan reaksi alergi kontak makin meningkat (reaksi tipe

    cresendo).1

    DKI DKA

    Gejala Akut Perih, gatal Gatal, nyeri

    Kronik Gatal/nyeri Gatal/nyeri

    LesiAkut

    Eritem VesikelErosi

    Krusta Skuama

    Eritema papul vesikel

    erosi krusta skuama

    Kronik

    Papul, plak, fisura, skuama,

    krusta

    Papul, plak, skuama, krusta

    Batas dan

    letakAkut

    Berbatas tegas, sesuai

    pajanan allergen.

    Berbatas tegas, sesuai pajanan

    allergen tapi bisa meluas ke

    perifer; biasanya papul kecil yang

    bisa menyebar luas.

    Kronik Terbatas Terbatas, meluas

    EvolusiAkut

    Sangat cepat (beberapa jam

    setelah pajanan)

    Cepat (12 sampai 72 jam setelah

    pajanan)

    KronikPajanan yang berulang dari

    bulan sampai tahunan

    Bulanan atau lebih lama lagi,

    eksaserbasi setiap kali terpajan

    Agen

    penyebab

    Tergantung pada

    konsentrasi dari agen

    penyebab dan pertahanan

    Relatif independen dari jumlah

    yang diterapkan, biasanya cukup

    dengan konsentrasi sangat rendah

    21

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    22/27

    DKI DKA

    kulit tetapi tergantung pada tingkat

    kepekaan

    InsidenDapat terjadi pada semua

    orang

    Hanya terjadi pada orang yang

    sudah tersensitisasi

    Tabel 3. Perbedaan DKI dan DKA.5

    Gambar 10. Dermatitis kontak iritan akut pada tangan yang disebabkan oleh bahan

    industri. Tampak blister massive pada telapak tangan.5

    Dermatitis Atopik

    Pada pasien dengan lesi terlokalisir, dermatitis atopik mungkin dicurigai

    karena riwayat pribadi yang khas, sejarah keluarga, atau karena adanya stigmata

    dermatitis seperti pucat perioral, sebuah lipatan tambahan di bawah kelopak mata

    bawah (garis Dennie's), meningkatnya garis-garis pada telapak tangan, dan

    kejadian peningkatan infeksi kulit, terutama dengan Staphylococcus aureus.19

    Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan

    likenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksural).1,

    22

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    23/27

    Gambar 11. Hiperpigmentasi, likenifikasi, dan sisik di fossa antecubital

    pada pasien dengan dermatitis atopik. 17

    Gambar 10. Dermatitis atopik : infatile. Terdapat eritema, vesikel, dan krusta pada

    wajah dan lesi yang serupa pada badan dan lengan.5

    Dermatitis Seboroik

    Ditemukan pada tempat seboroik dengan kelainan khas berupa skuama

    berminyak, warna kekuningan.1,3

    23

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    24/27

    Gambar 13. Dermatitis seboroik pada wanita 36 tahun di daerah wajah dengan plak yang

    berbatas tegas dengan skuama berminyak yang berwarna kekuningan. 5

    Psoriasis

    Pada psoriasis terdapat tanda-tanda yang khas, yakni skuama kasar,

    transparan serta berlapis-lapis, fenomena tetesan lilin, dan fenomena Auspitz.3,20

    Gambar 14.

    Psoriasis pada pasien dengan kulit agak gelap dengan karakteristik hilangnya kemerahan

    pada kulit dan tampak skuama berlapis yang berwarna putih. 6

    VIII. PENATALAKSANAAN

    Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah

    upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan

    menekan kelainan kulit yang timbul. 4

    24

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    25/27

    Selain itu, beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita

    dermatitis kontak alergi adalah sebagai berikut:

    1. Menghindari pajanan

    Identifikasi dan hilangkan agen penyebab 4

    2. Terapi topikal

    Kortikosteroid topikal

    Jika lesi basah diberi kompres KMnO4 1/5000. Jika sudah

    mengering diberi kortikosteroid topikal seperti hidrokortison 1-2 %,

    triamsinolon 0,1 %, fluosinolon 0,025%, desoksimetason 2-2,5% dan

    betametason-dipropionat 0,05%. Pengobatan dengan kostikosteroid

    biasanya untuk dermatitis kontak alergi yang berlangsung singkat, efek

    samping dari pemberian glukokortikoid ini biasanya tidak berbahaya.18

    Hidrokortison sebagai obat pertama dari golongan kortikosteroid

    mempunyai khasiat yang sangat luas, yaitu : anti inflamasi, anti alergi, anti

    pruritus, anti mitotik dan vasokonstriksi. Setelah itu, dikenal

    kortikosteroid yang lebih poten daripada hidrokortison, yaitu

    kortikosteroid yang bersenyawa halogen yang dikenal sebagai fluorinated

    corticosteroid. Zat-zat ini pda konsentrasi 0,025% sampai 0,1%

    memberikan pengaruh anti inflamasi yang kuat, yang termasuk dalam

    golongan ini ialah, antara lain : betametason, betametason valerat,

    betametason benzoat, fluosinolon asetonid, dan triamsinolon asetonid. 2

    Lama pemakaian steroid topikal sebaiknya tidak lebih dari 4-6

    minggu untuk steroid potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk

    potensi kuat. 2

    Kompres dingin dengan Burrows solution

    Kompres ini dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel,

    kompres ini diganti setiap 2-3 jam. 12

    25

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    26/27

    Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari

    debris dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai. Di samping itu

    terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustula. Hasil akhir

    pengobatan ialah keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan

    menjadi besih sehingga mikroorganisme tidak dapat sembuh dan mulai

    terjadi proses epitelisasi. Pengobatan cairan berguna untuk menghilangkan

    gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, parestesi oleh bermacam-macam

    dermatosis. 2,3

    3. Terapi sistemik

    Kortikosteroid

    Indikasi kortikosteroid jika gelajanya berat (pasien tidak dapat

    melakukan aktivitas harian, tidak dapat tidur) untuk lesi eksudatif.

    Prednison awalnya diberikan 70 mg (dewasa), kemudian di tapering 5

    sampai 10 mg selama 1-2 minggu.2,18

    Efek terapeurik glukokortikoid yang paling penting adalah

    kemampuannya untuk mengurangi respons peradangan secara dramatis

    dan untuk menekan imunitas. Mekanisme yang pasti sangat kompleks.

    Namun, diketahui bahwa penurunan dan penghambatan limfosit dan

    makrofag perifer memegang peranan. Juga penghambatan fosfolipase A2

    secara tidak langsung (karena steroid diperantarai oleh peningkatan

    lipokotrin), yang menghambat pelepasan asam arakidonat, prekursor

    prostaglandin dan leukotrien, dari fosfolipid yang terikat pada membran. 19

    Immunosupressan

    26

  • 7/29/2019 62082331 Dermatitis Kontak Allergi Shah

    27/27

    Pada dermatitis kontak alergi yang melalui udara menghindari

    allergen total mungkin mustahil, Immunosupressan dengan siklosporin

    mungkin penting. 2

    Siklosporin bekerja dengan menghambat kalsineurin. Kalsineurin

    adalah enzim fosfatase dependent kalsium dan memegang peranan penting

    dalam defosforilasi (aktivasi) protein regulator di sitosol, yaitu NFATc

    (nuclear factor of activated T cell). Setelah mengalami defosforilasi,

    NFATc ini mengalami translokasi ke dalam nukleus untuk mengaktifkan

    gen yang bertanggungjawab dalam sintesis sitokin. Hambatan kalsineurin

    akan menghambat transkripsi gen-gen tersebut. 18

    IX.PROGNOSIS

    Prognosis dermatitis kontak alergi tergantung pada penyebab dan

    bagaimana caranya menghindari pajanan alergen yang berulang-ulang. Kelompok

    dermatitis iritan dan faktor konstitusional juga penting. Banyak penelitian

    menyebutkan bahwa onset umur tidak penting terhadap prognosis dermatitis yang

    berhubungan dengan pekerjaan, namun baru-baru ini UK studi memperlihatkan

    bahwa pada orang-orang dewasa yang memiliki riwayat atopik mungkin

    berkembang dan orang-orang dengan dermatitis kontak alergi kemungkinan besar

    tidak memiliki waktu untuk bekerja.8

    Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan

    kontaktannya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila

    bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis

    numularis atau psoriasis) atau pajanan dengan bahan iritan yang tidak mungkin

    dihindari.1