58095099-Hasil-Diskusi (1)
-
Upload
dena-paramita-rustandi -
Category
Documents
-
view
40 -
download
2
Transcript of 58095099-Hasil-Diskusi (1)
HASIL DISKUSI MODUL 2
TUTORIAL BLOK ENDOKRIN,
METABOLISME, DAN NUTRISI
KELOMPOK 5
Modul 2
SCENARIO KASUS
KENAPA ANAKKU KURUS ?
Seorang ibu muda datang ke rumah tetangganya, Ahmad, yang merupakan
mahasiswa fakultas kedokteran semester empat, sambil membawa anaknya yang
berusia satu tahun dengan keluhan anak perempuannya yang selalu rewel dan
tidak mau makan. Si ibu bertanya apakah mungkin anaknya ini kekurangan
vitamin. Ahmad kemudian mencoba memeriksa anak itu, diperhatiannya anak
tampak rewel, berat anak 7,5 kg dengan tinggi badan 65 cm, muncul warna
kemerahan dan mengelupas pada kedua kaki, pantat nampak menggelambir dan
kedua kaki nampak bengkak. Ia teringat kemarin mendapat kuliah mengenai
malnutrisi seperti marasmus dan kwashiorkor tapi Ahmad hanya ingat sebagian
karena ia mengantuk saat mengikuti kuliah. Karena bingung, Ahmad
menyarankan tetangganya itu segera memeriksakan anaknya ke puskesmas.
1
STEP 1 - 7
A. STEP I
Klasifikasi Terminologi yang Tidak Diketahui
Marasmus adalah bentuk mal nutrisi protein kalori yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis, terutama terjadi selama tahun pertama
kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan dan mengurusnya lemak bawah kulit
dan otot.
Kwashiorkor adalah bentuk mal nutrisi berenergi protein yang disebabkan oleh
defisiensi protein yang berat; asupan kalori yang biasanya juga mengalami
defisiensi gejala termasuk retardasi pertumbuhan.
Mal nutrisi adalah ketidak seimbangan gizi dalam tubuh manusia baik
kekurangan maupun kelebihan.
2
B. STEP II
Definisi Masalah
Setelah mempelajari skenario, peserta tutorial mendefinisikan masalah yang harus
dibahas adalah sebagai berikut:
1. Mal nutrisi
2. KKP dan Perubahan organ pada KKP
3. Etiologi marasmus dan kwashiorkor
4. Pathogenesis dan patofisiologi marasmus dan kwashiorkor
5. Gejala klinis marasmus dan kwashiorkor
6. Komplikasi Marasmus dan Kwashiorkor
7. Epidemiologi
8. Faktor resiko marasmus dan kwashiorkor
9. Pemeriksaan dan diagnosis marasmus dan kwashiorkor
10. Penatalaksanaan dan pencegahan marasmus dan kwashiorkor
11. Defisiensi vitamin
12. Penilaian status gizi (BB dan TB normal)
13. Metabolisme lemak dan protein
3
C. STEP III
Curah Pendapat
1. Mal nutrisi
Malnutrisi adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang
disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali
disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi,
buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya
juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh makan
berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke dalam tubuh.
Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas
nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup
lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan,
penyakit, dan infeksi.
2. KKP dan Perubahan organ pada KKP
Diantara kelaparan yang berat dan nutrisi yang cukup, terdapat tingkatan yang
bervariasi dari nutrisi yang tidak memadai, seperti Kurang Kalori Protein
(KKP), yang merupakan penyebab kematian pada anak-anak di negara-negara
berkembang.
Pertumbuhan yang cepat, adanya infeksi, cedera atau penyakit menahun, dapat
meningkatkan kebutuhan akan zat-zat gizi, terutama pada bayi dan anak-anak
yang sebelumnya telah menderita malnutrisi.
Kurang kalori protein disebabkan oleh konsumsi kalori yang tidak memadai, yang
mengakibatkan kekurangn protein dan mikronutrisi (zat gizi yang diperlukan
dalam jumlah sedikit, misalnya vitamin dan mineral).
Terdapat tiga jenis KKP, yaitu:
4
1. KKP Kering : jika seseorang tampak kurus dan mengalami dehidrasi
2. KKP Basah : jika seseorang tampak membengkak karena tertahannya
cairan
3. KKP Menengah : jika seseorang berada dalam kondisi diantara KKP
kering dan KKP basah.
Beberapa organ yang dipengaruhi oleh KKP adalah:
- System pencernaan
- System kardiovaskuler
- System pernafasan
- System reproduksi
- System saraf
- System muskuler(otot)
- System hematologis(darah)
- System metabolic
- System kekebalan
3. Etiologi marasmus dan kwashiorkor
Marasmus
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang
hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau
malformasi kongenital. (Nelson,1999).
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada
bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau
sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain
seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi,
gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf
pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).
Kwashiorkor
5
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain:
1. Pola makan
2. Factor social
3. Factor ekonomi
4. Factor infeksi dan penyakit lain
4. Pathogenesis dan patofisiologi marasmus dan kwashiorkor
Patofisiologi Marasmus
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet.
Patogenesis Marasmus
Pada keadaan ini yang mencolok adalah pertumbuhan yang kurang atau terhenti
disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak dibawah kulit.
Patofisiologi Kwashiorkor
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya.
Patogenesis kwashiorkor
Pada kwashiorkor yang klasik, terjadi edema dan perlemakan hati disebabkan
gangguan metabolik dan perubahan sel.
5. Gejala klinis marasmus dan kwashiorkor
GEJALA KLINIS MARASMUS
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6
6. Jaingan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis
GEJALA KLINIS KWASHIORKOR
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein berat-
Kwashiorkor, antara lain:
* Gagal untuk menambah berat badan
* Pertumbuhan linear terhenti.
* Edema gerenal (muka sembab, punggung kaki, perut yang membuncit)
* Diare yang tidak membaik
* Dermatitis, perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan vitiligo).
* Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut.
* Penurunan masa otot
* Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis dapat terjadi.
* Perubahan lain yang dapat terjadi adala perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal,
dan anemia.
* Pada keadaan berat/ akhir (final stages) dapat mengakibatkan shock, coma dan
berakhir dengan kematian.
6. Komplikasi Marasmus dan Kwashiorkor
KOMPLIKASI MARASMUS
Defisiensi Vitamin A
Dermatosis
Kecacingan
diare kronis
tuberkulosis
KOMPLIKASI KWASHIORKOR
7
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan
lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh
tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti
secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal
kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara permanen.
• Komplikasi jangka pendek
- hipoglikemia
- hipotermia
- dehidrasi
- gangguan fungsi vital
- gangguan keseimbangan
elektrolit asam basa
- infeksi berat
- hambatan penyembuhan penyakit
penyerta.
• Komplikasi jangka panjang:
- stunting (tubuh pendek)
- berkurangnya potensi
tumbuh kembang
7. Epidemiologi
MARASMUS
Pada umumnya masyarakat indonesia telah mampu mengkonsumsi makanan yang
cukup secara kuantitatif. Namun dari segi kualitatif masih cukup banyak yang
belum mampu mencukupi kebutuhan gizi minimum.
Departemen Kesehatan juga telah melakukan pemetaan, dan hasilnya menunjukan
bahwa penderita gizi kurang ditemukan di 72% kabupatendi Indonesia.
Indikasinya 2 – 4 dari 10 balita di Indonesia menderita gizi kurang.
Sesuai dengan survai di lapangan, insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak
balita yang dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi. Rani di RSU Dr.
Pirngadi Medan mendapat 935 (38%) penderita malnutrisi dari 2453 anak balita
8
yang dirawat. Mereka terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk.
Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif di
RS. Dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan Barus di RS Dr. Pirngadi Medan
sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan
dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah
perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di
ludonesia.
KWASHIORKOR
Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas,
dan tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-
negara miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan
Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan
kasus yang langka (4).
Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang
dan 8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-
kwashiorkor) (5).
8. Faktor resiko marasmus dan kwashiorkor
Bayi dan anak-anak merupakan resiko terbesar untuk mengalami kekurangan gizi
karena mereka membutuhkan sejumlah besar kalori dan zat gizi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya.
Mereka bisa mengalami kekurangan zat besi, asam folat, vitamin C dan tembaga
karena makanan yang tidak memadai.
Kekurangan asupan protein, kalori dan zat gizi lainnya bisa menyebabkan
terjadinya kekurangan kalori protein (KKP), yang merupakan suatu bentuk dari
malnutrisi yang berat, yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan.
Kecenderungan untuk mengalami perdarahan pada bayi baru lahir (penyakit
hemoragik pada bayi baru lahir), disebabkan oleh kekurangan vitamin K, dan bisa
berakibat fatal.
9
9. Pemeriksaan dan diagnosis marasmus dan kwashiorkor
Untuk menegakkan diagnosis maka dilakukan anamnesis,pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
10. Penatalaksanaan dan pencegahan marasmus dan kwashiorkor
Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak.
Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume
darah dan mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam
bentuk karbohidrat, gula sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua
sumber kalori lain telah dapat menberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral
dapat juga diberikan.
Dikarenan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang
lama, memberikan makanan per oral dapat menimbulkan masalah, khususnya
apabila pemberian makanan dengan densitas kalori yang tinggi. Makanan harus
diberikan secara bertahap/ perlahan. Banyak dari anak penderita malnutrisi
menjadi intoleran terhadap susu (lactose intolerance) dan diperlukan untuk
memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase.
Penatalaksaan gizi buruk menurut standar pelayanan medis kesehatan anak –
IDAI (ikatan dokter anak Indonesia) :
Prognosis
Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil yang
baik. Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status
kesehatan anak secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang
permanen dan gangguan intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak
dilakukan penanganan atau penanganannya yang terlambat, akan memberikan
akibta yang fatal.
11. Defisiensi vitamin
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita selalu lalai dalam memenuhi kecukupan
gizi untuk tubuh kita sendiri. Salah satunya adalah pemenuhan Vitamin Dan
mineral yang sangat dibutuhkan tubuh untuk melakukan proses metabolisme dan
perbaikan sel-sel di dalam tubuh kita. Dibawah ini ada beberapa vitamin dan
10
mineral yang harus kita perhatikan kecukupannya di dalam tubuh kita agar tidak
timbul beberapa penyakit.
Vitamin Dan Mineral Yang Dibutuhkan Dan Akibat Yang Ditimbulkan Bila
Kekurangan :
1. Vitamin B12 : Menyebabkan anemia megaloblastik
2. Fe :Menyebabkan anemia defisiensi Fe
3. Vitamin D dan KALSIUM : Menyebabka osteomalasia disertai nyeri tekan
pada tulang dan kelemahan otot. Bisa timbul tetani,pada anak - anak bisa timbul
rakitis
4. VITAMIN B kompleks : Glositis dan stomatitis angularis
5. Vitamin K : Kurangnya pembentukan protrombin
menyebabkan memar dan epistaksis
6. Gangguan terkait pada
Absrpsi Asam amin : Bisa menyebabkan hipoproteinemia dan edema
7. Kalium : Bisa menyebabkan kelemaham
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral ini maka kita dituntut untun
mengksumsi bahan makanan 4 sehat 5 sempurna.
12. Penilaian status gizi (BB dan TB normal)
Untuk menilai status gizi seseorang, ditanyakan tentang makanan dan masalah
kesehatan, dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium tertentu.
Pada pemeriksaan darah dilakukan pengukuran kadar zat gizi dan bahan-bahan
yang tergantung kepada kadar zat gizi (misalnya hemoglogbin, hormon tiroid dan
transferin).
Untuk menentukan riwayat makan seseorang, ditanyakan makanan apa yang
dimakan dalam 24 jam terakhir dan jenis makanan seperti apa yang biasanya
dimakan. Dibuat catatan tentang daftar makanan yang dimakan selama 3 hari.
Selama pemeriksaan fisik, diamati penampilan secara keseluruhan dan tingkah
lakunya, juga distribusi lemak tubuh serta fungsi organ tubuhnya.
11
13. Metabolisme lemak dan protein
12
D. STEP IV
Analisis Masalah
1. Malnutrisi dapat terjadi oleh karena kekurangan gizi (undernutrisi)
maupun karena kelebihan gizi (overnutrisi).
Keduanya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dan
asupan zat gizi esensial.
Perkembangan malnutrisi melalui 4 tahapan:
1. Perubahan kadar zat gizi dalam darah dan jaringan
2. Perubahan kadar enzim
3. Kelainan fungsi pada organ dan jaringan tubuh
4. Timbulnya gejala-gejala penyakit dan kematian.
Kebutuhan tubuh akan zat gizi bertambah pada beberapa tahapan kehidupan
tertentu, yaitu:
- pada masa bayi, awal masa kanak-kanak, remaja
- selama kehamilan
- selama menyusui.
Pada usia yang lebih tua, kebutuhan akan zat gizi lebih rendah, tetapi kemampuan
untuk menyerap zat gizipun sering menurun. Oleh karena itu, resiko kekurangan
gizi pada masa ini adalah lebih besar dan juga pada masyarakat dengan tingkat
ekonomi rendah.
Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta
memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut
kerangka konseptual UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung
13
(immediate cause), penyebab tidak langsung (underlying cause) dan penyebab
dasar (basic cause).
Kurangnya asupan makanan dan adanya penyakit merupakan penyebab langsung
malnutrisi yang paling penting. Penyakit, terutama penyakit infeksi,
mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah
makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara
pemberian makanan yang salah.
14
Di Indonesia, angka kebutuhan energi untuk kelompok umur 0-6 bulan adalah 550
kkal/hari, kelompok umur 7-12 bulan 650 kkal/hari, kelompok umur 1-3 tahun
1000 kkal/hari, dan kelompok umur 4-6 tahun 1550 kkal/hari.
Pemberian makanan tambahan sebagai pendamping ASI dimulai saat anak
berusia 6 bulan dengan tetap memberikan ASI. Pemberian makanan tambahan
ASI dinaikkan bertahap dari segi jumlah, frekuensi pemberian, dan jenis dan
konsistensi makanan yang diberikan. Untuk anak yang mendapatkan ASI, rata-
rata makanan tambahan yang harus diberikan 2-3 kali/hari untuk usia 6-8 bulan,
3-4 kali/hari untuk usia 9-11 bulan dan 4-5 kali/hari usia 12-24 bulan. Jika
densitas dalam makanan rendah atau anak tidak lagi mendapatkan ASI mungkin
diperlukan frekuensi makan yang lebih sering. Variasi makanan diberikan untuk
memenuhi kebutuhan nutrien. Daging, ayam, ikan atau telur harus diberikan
setiap hari atau sesering mungkin. Demikian pula buah dan sayuran, sebaiknya
diberikan setiap hari. Kegagalan untuk menyediakan asupan makanan sesuai
angka kebutuhan ini secara terus-menerus akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
Cara pemberian makanan yang salah dapat dapat disebabkan karena ibu tidak
memiliki pengetahuan yang cukup, misalnya mengenai pemberian ASI eksklusif
maupun cara pemberian makanan pendamping ASI. Ibu seharusnya mendapatkan
informasi yang lengkap dan obyektif mengenai cara pemberian makanan yang
bebas dari pengaruh komersial. Mereka perlu mengetahui masa pemberian ASI
yang dianjurkan; waktu dimulainya pemberian makanan tambahan; jenis makanan
apa yang harus diberikan, berapa banyak dan berapa sering makanan diberikan,
dan bagaimana cara memberikan makanan dengan aman.
Kematian akibat penyakit dapat disebabkan salah satu atau kombinasi dari
berbagai penyebab lain seperti rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan,
kurangnya suplai air bersih dan fasilitas sanitasi, kurangnya kebersihan makanan
serta pengasuhan anak yang tidak memadai. Pengasuhan anak yang tidak
memadai sendiri dapat dikarenakan ibu bekerja sehingga ibu juga memiliki lebih
sedikit waktu untuk memberi makan anaknya.
15
Penyebab tidak langsung yang dapat menyebabkan malnutrisi adalah
kurangnya ketahanan pangan keluarga, kualitas perawatan ibu dan anak,
pelayanan kesehatan serta sanitasi lingkungan. Ketahanan pangan dapat
dijabarkan sebagai kemampuan keluarga untuk menghasilkan atau mendapatkan
makanan. Sebagai tambahan, perlu diperhatikan pengaruh produksi bahan
makanan keluarga terhadap beban kerja ibu dan distribusi makanan untuk anggota
keluarga. Sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan, produksi serta
persiapan makanan untuk dikonsumsi serta kebersihan. Pelayanan kesehatan
bukan hanya harus tersedia, namun juga harus dapat diakses dengan mudah oleh
ibu dan anak. Status pendidikan dan ekonomi perempuan yang rendah
menyebabkan kurangnya kemampuan untuk memperbaiki status gizi keluarga.
Adapun penyebab dasar berupa kondisi sosial, politik dan ekonomi negara.
Malnutrisi, yang dapat berupa gizi kurang atau gizi buruk, dapat bermanifestasi
bukan hanya di tingkat individual namun juga di tingkat rumah tangga,
masyarakat, nasional dan internasional sehingga upaya untuk mengatasinya perlu
dilaksanakan secara berkesinambungan di berbagai tingkatan dengan melibatkan
berbagai sektor. Dengan demikian, penting untuk mengenali penyebab gizi kurang
dan gizi buruk di tingkat individu, masyarakat, maupun negara agar selanjutnya
dapat dilakukan tindakan yang sesuai untuk mengatasinya.
UNICEF memperkenalkan pendekatan “Assessment, Analysis and Action” dalam
penanganan malnutrisi. Setelah adanya penilaian (assessment) mengenai adanya
malnutrisi, selanjutnya perlu dilakukan analisis mengenai penyebabnya.
Berdasarkan analisis penyebab dan penilaian sumber daya yang tersedia, tindakan
(action) dirancang dan dilaksanakan untuk mengatasi masalah. Malnutrisi
merupakan manifestasi dari serangkaian penyebab yang saling berkaitan. Namun
demikian, identifikasi penyebab langsung malnutrisi pada kasus-kasus individual
ataupun pada masyarakat dengan prevalensi malnutrisi yang tinggi tetap relevan
untuk dilakukan agar dapat dilakukan penanganan yang sesuai konteks kasus
maupun masyarakat.
16
Secara klinis, malnutrisi dinyatakan sebagai gizi kurang dan gizi buruk. Gizi
kurang belum menunjukkan gejala khas, belum ada kelainan biokimia, hanya
dijumpai gangguan pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam
waktu singkat dan dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama. Gangguan
pertumbuhan dalam waktu yang singkat sering terjadi pada perubahan berat badan
sebagai akibat menurunnya nafsu makan, sakit seperti diare dan ISPA, atau karena
kurang cukupnya makanan yang dikonsumsi. Sedangkan gangguan pertumbuhan
yang berlangsung lama dapat terlihat pada hambatan pertambahan panjang badan.
Pada gizi buruk disamping gejala klinis didapatkan pula kelainan biokimia yang
khas sesuai bentuk klinis. Pada gizi buruk didapatkan 3 bentuk klinis yaitu
kwashiorkor, marasmus,dan marasmus kwashiorkor. Kwashiorkor adalah
gangguan gizi karena kekurangan protein biasa sering disebut busung lapar.
Gejala yang timbul diantaranya adalah edema di seluruh tubuh terutama punggung
kaki, wajah membulat dan sembab, perubahan status mental: rewel kadang apatis,
menolak segala jenis makanan (anoreksia), pembesaran jaringan hati, rambut
kusam dan mudah dicabut, gangguan kulit yang disebut crazy
pavement,pandangan mata tampak sayu. Pada umumnya penderita sering rewel
dan banyak menangis. Pada stadium lanjut anak tampak apatis atau kesadaran
yang menurun.
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang
timbul diantaranya tampak sangat kurus (tinggal tulang terbungkus kulit), muka
seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit, perut
cekung, kulit keriput, rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan pencernaan
(sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan
banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Pada
stadium lanjut yang lebih berat anak tampak apatis atau kesadaran yang menurun.
Untuk menentukan status gizi menggunakan beberapa langkah. Langkah pertama
adalah dengan melihat berat badan dan umur anak disesuaikan dengan grafik
KMS (Kartu Menuju Sehat). Bila dijumpai berat badan di bawah garis merah
(BGM) maka dilanjutkan dengan langkah menentukan status gizi balita dengan
17
menghitung berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) berdasarkan standar
WHO-NCHS. Dinyatakan gizi buruk bila BB/TB <-3 SD standar WHO-NCHS.
Malnutrisi:
Suatu keadaan yang disebabkan :
1. Kekurangan atau kelebihan secara
relatif atau absolut
2. Satu atau beberapa zat gizi esensial
3. Dalam waktu yg cukup lama untuk
me- nimbulkan keadaan patologik
4 bentuk umum malnutrition :
1) Undernutrition
Kekurangan dalam jumlah kalori
Starvation, marasmus
2) Defisiensi spesifik
Kekurangan satu jenis zat gizi
Contoh : kwashiorkor, xeroftalmia, beri2, dll.
3) Imbalans
Ketidakseimbangan antara berbagai zat gizi
Contoh : protein dengan vit.A, kalori dengan vit. B kompleks
4) Overnutrition
Kelebihan dalam jumlah kalori Obesitas.
Secara singkat 3 jenis malnutrisi, yaitu:
a.Malnutrisi mikronutrien, yang terpenting adalah kekurangan vitamin
A, kekurangan yodium dan kekurangan zat besi.
b. Kekurangan gizi
c. Kelebihan gizi (obesitas)
18
2. KKP dan Perubahan organ pada KKP
KURANG KALORI PROTEIN
Diantara kelaparan yang berat dan nutrisi yang cukup, terdapat tingkatan yang
bervariasi dari nutrisi yang tidak memadai, seperti Kurang Kalori Protein (KKP),
yang merupakan penyebab kematian pada anak-anak di negara-negara
berkembang.
Pertumbuhan yang cepat, adanya infeksi, cedera atau penyakit menahun, dapat
meningkatkan kebutuhan akan zat-zat gizi, terutama pada bayi dan anak-anak
yang sebelumnya telah menderita malnutrisi.
Kurang kalori protein disebabkan oleh konsumsi kalori yang tidak memadai, yang
mengakibatkan kekurangn protein dan mikronutrisi (zat gizi yang diperlukan
dalam jumlah sedikit, misalnya vitamin dan mineral).
Terdapat tiga jenis KKP, yaitu:
1. KKP Kering : jika seseorang tampak kurus dan mengalami dehidrasi
2. KKP Basah : jika seseorang tampak membengkak karena tertahannya
cairan
3. KKP Menengah : jika seseorang berada dalam kondisi diantara KKP
kering dan KKP basah.
KKP kering disebut marasmus, merupakan akibat dari kelaparan yang hampir
menyeluruh.
Seorang anak yang mengalami marasmus, mendapatkan sangat sedikit makanan,
sering disebabkan karena ibu tidak dapat memberikan ASI.
Badannya sangat kurus akibat hilangnya otot dan lemak tubuh.
19
Hampir selalu disertai terjadinya infeksi.
Jika anak mengalami cedera atau infeksi yang meluas, prognosanya buruk dan
bisa berakibat fatal.
KKP basah disebut kwashiorkor, yang dalam bahasa Afrika berarti 'anak
pertama-anak kedua'.
Istilah tersebut berdasarkan pengamatan bahwa anak pertama menderita
kwashiorkor ketika anak kedua lahir dan menggeser anak pertama dari pemberian
ASI ibunya. Anak pertama yang telah disapih tersebut mendapatkan makanan
yang jumlah zat gizinya lebih sedikit bila dibandingkan dengan ASI, sehingga
tidak tumbuh dan berkembang.
Kekurangan protein pada kwashiorkor biasanya lebih jelas dibandingkan dengan
kekurangan kalori, yang mengakibatkan:
- tertahannya cairan (edema)
- penyakit kulit
- perubahan warna rambut.
Anak yang menderita kwashiorkor biasanya telah menjalani penyapihan, sehingga
usianya lebih besar daripada anak yang menderita marasmus.
KKP menengah disebut marasmik-kwashiorkor.
Anak-anak yang menderita KKP ini menahan beberapa cairan dan memiliki lebih
banyak lemak tubuh dibandingkan dengan penderita marasmus.
Kwashiorkor lebih jarang ditemukan dan biasanya terjadi dalam bentuk
marasmik-kwashiorkor.
Kwashiorkor cenderung terjadi di negara-negara dimana serat dan makanan
digunakan untuk menyapih bayi (misalnya umbi jalar, singkong, beras, kentang
dan pisang), yang sedikit mengandung protein dan sangat banyak mengandung zat
tepung; yaitu di pedesaan Afrika, Karibia, kepulauan Pasifik dan Asia Tenggara.
Pada marasmus, sebagaimana yang terjadi pada kelaparan, tubuh
menghancurkan/memecahkan jaringannya sendiri untuk digunakan sebagai kalori:
20
Cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati habis terpakai
Protein di otot dipecah untuk menghasilkan protein baru
Cadangan lemak dipecah untuk menghasilkan kalori.
Sebagai akibatnya seluruh tubuh mengalami penyusutan.
Pada kwashiorkor, tubuh hanya mampu menghasilkan sedikit protein baru.
Akibatnya kadar protein dalam darah menjadi berkurang, menyebabkan cairan
terkumpul di lengan dan tungkai sebagai edema.
Kadar kolesterol juga menurun dan terjadi perlemakan pada hati yang membesar
(pengumpulan lemak yang berlebihan di dalam sel-sel hati).
Kekurangan protein akan menganggu:
- pertumbuhan badan
- sistem kekebalan
- kemampuan untuk memperbaiki kerusakan jaringan
- produksi enzim dan hormon.
Pada marasmus dan kwashiorkor sering terjadi diare.
Perkembangan tingkah laku pada anak yang menderita malnutrisi berat sangat
lambat dan bisa terjadi keterbelakangan mental.
Biasanya anak yang menderita marasmus tampak lebih sakit daripada anak yang
lebih tua yang menderita kwashiorkor.
Seorang bayi yang menderita KKP biasanya mendapatkan makanannya melalui
infus selama 24-48 jam pertama di rumah sakit.
Antibiotik biasanya diberikan melalui cairan intravena, pada bayi-bayi yang
mengalami infeksi berat.
Bila sudah memungkinkan, susu formula diberikan lewat mulut.
21
Jumlah kalori yang diberikan ditingkatkan secara bertahap, sehingga bayi yang
pada saat masuk rumah sakit memiliki berat 6,5-7 kg, akan menunjukkan
pertambahan berat sebesar 3,5 kg dalam 12 minggu.
PROGNOSIS
Lebih dari 40% anak-anak yang menderita KKP meninggal.
Kematian yang terjadi pada hari pertama pengobatan biasanya disebabkan oleh:
- gangguan elektrolit
- infeksi
- hipotermia (suhu tubuh yang sangat rendah)
- kegagalan jantung.
Keadaan setengah sadar (stupor), jaundice (sakit kuning), pendarahan kulit,
rendahnya kadar natrium darah dan diare yang menetap merupakan pertanda
buruk.
Pertanda yang baik adalah hilangnya apati, edema dan bertambahnya nafsu
makan.
Penyembuhan pada kwashiorkor berlangsung lebih cepat.
Efek jangka panjang dari malnutrisi pada masa kanak-kanak tidak diketahui.
Jika anak-anak diobati dengan tepat, sistem kekebalan dan hati akan sembuh
sempurna. Tetapi pada beberapa anak, penyerapan zat gizi di usus tetap
mengalami gangguan.
Beratnya gangguan mental yang dialami berhubungan dengan lamanya anak
menderita malnutrisi, beratnya malnutrisi dan usia anak pada saat menderita
malnutrisi.
Keterbelakangan mental yang bersifat ringan bisa menetap sampai anak mencapai
usia sekolah dan mungkin lebih.
22
PENYEBAB
Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan zat-zat gizi
ensensial, yang bisa disebabkan oleh:
Asupan yang kurang karena makanan yang jelek atau penyerapan yang buruk
dari usus (malabsorbsi)
Penggunaan berlebihan dari zat-zat gizi oleh tubuh
Kehilangan zat-zat gizi yang abnormal melalui diare, pendarahan, gagal ginjal
atau keringat yang berlebihan.
Kelebihan gizi adalah suatu keadaan dimana terdapat kelebihan dari zat-zat gizi
esensial.
Hal ini dapat terjadi karena:
1. Kelebihan makan
2. Penggunaan vitamin atau suplemen makanan lainnya yang berlebihan
3. Kurang melakukan aktivitas.
Kurang energy protein digolongkan menjadi 2 yaitu KKP primer dan
sekunder. Ketiadaan pangan melatarbelakangi KKp primer yang
mengakibatkan kurangnya asupan. Penyakit yang mengakibatkan
pengurangan asupan,gangguan serapan dan utilisasi pangan serta
eningkatan kebutuhan akan zat gizi, dikategorikan sebagai KKP sekunder.
PENGARUH KKP TERHADAP BEBERAPA ORGAN
- Saluran Pencernaan
Malnutrisi berat menurunkan sekresi asam dan melambatkan gerak
lambung.lapisan mukosa terlihat disepanjang edema.mukosa usus
halus mengalami atrofi.Villi pada mukosa usus
lenyap,permukaannya lebih menjadi datar dan diinfiltrasi oleh sel-
sel limfosit.pembaruan sel-sel epitel, indeks mitosis,kegiatan
disakarida berkurang.pada hewan percobaan,kemampuan untuk
mempertahankan kandungan normalmucin dalam mukosa
terganggu dan laju penyerapan asam amino serta lemak berkurang.
23
- Pankreas
Malnutrisi menyebabkan atrofi dan fibrosis sel-sel asinar yang
akan mengganggu fungsi pancreas sebagai kelenjar
eksokrin.gangguan fungsi pancreas bersama-sama dengan
intoleransi disakarida akan menimbulkan sindrom malabsorbsi,
yang selanjutnya berlanjut sebagai diare.
- Hati
Pengaruh malnutrisi pada hati bergantung pada lama serta jenis zat
gizi yan berkurang.Glikogen pada penderita marasmus cepat sekali
terkuras sehingga zat lemak kemudian tertumpuk dalam sel-sel
hati. Manakala kelaparan terus berlanjut, hati mengerut sementara
kandungan lemak menyusut dan protein habis meskipun jumlah
hepatosit relative tidak berubah.
Ukurn hati penderita kwashiorkor membesar serta banyak
mengandung glikogen. Infiltrasi lemak merupakan gambaran
menonjol yang terutama disebabkan oleh penumpukan trigliserida.
- Ginjal
Penelitian di Minnesota membuktikan bahwa keadaan semi
kelaparan dapat mengakibatkan poli uri ( tampak jelas setelah 6
minggu kelaparan) dan nokturia.
- Sistem hematologic
Perubahan pada system hematologic meliputi
anemia,leucopenia,trombositopenia,pembentukan akantosit, serta
hipoplasia sel-sel sumsum tulang yang berkaitan dengan
transformasi substansi dasar,tempat nekrosis sering terlihat.
- System kariovaskuler
Kondisi semikelaparan akan menyusutkan berat badan sebanyak
24%, mengerutkan volume jantung hingga 17% disamping
menyebabkan brakikardia,hipotensi arterial ringan,penuruna
24
tekanan vena,konsumsi oksigen,stroke volume,dan penurunan
curah jantung
- System pernafasan
Hasil otopsi penderita malnutrisi menunjukkan tanda-tanda yang
menyiratkan bahwa selama hidup mereka pernah terserang
bronchitis, tuberculosis, serta pneumonia.
KELAPARAN
Kelaparan bisa merupakan akibat dari:
Puasa
Anoreksia nervosa
Penyakit saluran pencernaan yang berat
Stroke
Koma,
Tubuh melawan kelaparan dengan memecahkan jaringannya sendiri dan
menggunakannya sebagai sumber kalori. Sebagai akibatnya, organ-organ
dalam dan otot mengalami kerusakan yang progresif dan lemak tubuh (jaringan
adiposa) semakin menipis.
Seorang dewasa dapat kehilangan separuh dari berat badannya dan anak-anak
lebih dari separuh berat badannya.
Kehilangan berat yang sebanding paling banyak terjadi di hati dan usus, lalu di
jantung dan ginjal, dan paling sedikit di sistem saraf.
Tanda yang paling jelas dari berkurangnya berat badan adalah berkurangnya
lemak di bagian tubuh yang dalam keadaan normal menyimpan lemak,
berkurangnya ukuran otot dan menonjolnya tulang-tulang.
Kulit menjadi tipis, kering, tidak elastis, pucat dan dingin.
25
Rambut menjadi kering, jarang/tipis dan mudah rontok.
Sebagian besar sistem tubuh akan terkena akibatnya dan kelaparan total akan
berakibat fatal dalam 8-12 minggu.
Bagaimana Kelaparan Mempengaruhi Sistem Tubuh.
Sistem Efek
Sistem Pencernaan Menurunkan produksi asam lambung
Diare yg sering & bisa berakibat fatal
Sistem
Kardiovaskuler
(Jantung &
Pembuluh Darah)
Mengurangi ukuran jantung & jumlah darah yg
dipompa, memperlambat denyut jantung &
menurunkan tekanan darah
Pada akhirnya menyebabkan kegagalan jantung
Sistem Pernafasan
Memperlambat pernafasan, mengurangi
kapasitas paru-paru
Pada akhirnya menyebabkan kegagalan
pernafasan
Sistem Reproduksi
Mengurangi ukuran indung telur (pada wanita)
& buah zakar (pada laki-laki)
Kehilangan gairah seksual (libido)
Terhentinya siklus menstruasi
Sistem SarafApati & mudah tersinggung, meskipun intelektual
tidak terganggu
Sistem Muskuler
(Otot)
Kesanggupan yang rendah untuk melakukan
latihan atau kerja, karena berkurangnya ukuran &
kekuatan otot
Sistem
Hematologis
Anemia
26
(Darah)
Sistem Metabolik
Suhu tubuh yg rendah (hipotermia), sering
menyebabkan kematian
Pengumpulan cairan di kulit, terutama
disebabkan oleh hilangnya lemak dibawah kulit
Sistem KekebalanTerganggunya kemampuan untuk melawan infeksi
& penyembuhan luka
3. Etiologi marasmus dan kwashiorkor
Marasmus
• Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun
pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.
(Dorland, 1998:649).
• Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori
protein. (Suriadi, 2001:196).
• Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan
makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan
pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi
protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
• Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh
tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi
dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan
air. (Arisman, 2004:157).
• Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses
katabolisme zat gizi yang tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari
energi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.
• Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping
membantu pengaturan metabolisme protein. Protein dalam darah
mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi tubuh untuk :
1. Mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma
27
protein.
2. Sebagai cadangan protein tubuh.
3. Mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen).
4. Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.
5. Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin.
Dalam darah ada 3 fraksi protein, yaitu : Albumin, globulin, fibrinogen.
ETIOLOGI
• Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat
terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat
seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan
metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
• Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering
dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi
makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat
terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik,
penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin,
1990:116).
Marasmus sering dijumpai pada anak berusia 0 - 2 tahun dengan gambaran sbb:
berat badan kurang dari 60% berat badan sesuai dengan usianya, suhu tubuh bisa
rendah karena lapisan penahan panas hilang, dinding perut hipotonus dan kulitnya
melonggar hingga hanya tampak bagai tulang terbungkus kulit, tulang rusuk
tampak lebih jelas atau tulang rusuk terlihat menonjol, anak menjadi berwajah
lonjong dan tampak lebih tua (old man face)), Otot-otot melemah, atropi, bentuk
kulit berkeriput bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan, perut cekung sering
disertai diare kronik (terus menerus) atau susah buang air kecil.
Kwashiorkor
28
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain
(5):
1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh
dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup,
tidak semua makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi
yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan
ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain
(susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan (6). Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap
terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti
ASI (2).
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial
dan politik tidak stabil (7), ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang
menyebabkan terjadinya kwashiorkor (5).
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana
ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya (2).
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi.
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP,
walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosio-ekonomi-budaya yang berperan
terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang
negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein,
hilangnya protein melalui air kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun,
luka bakar, penyakit hati.
29
4. Pathogenesis dan patofisiologi marasmus dan kwashiorkor
PATOFISIOLOGI MARASMUS
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Dalam keadaan kekurangan makanan,
tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan
pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein
dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,
karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan
bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit,
sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme
protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang
segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak
dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri
jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari
tubuh.
PATOGENESIS MARASMUS
Pada keadaan ini yang mencolok adalah pertumbuhan yang kurang atau terhenti
disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak dibawah kulit. Pada mulanya
keadaan tersebut adalah proses fisiologis untuk kelangsungan hidup jaringan,
30
ubuh memerlukan energi yang tidak dapat dipenuhi oleh makanan yang masuk,
sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan
juga untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut.
PATOFISIOLOGI KWASHIORKOR
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel
yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam
diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya
yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya
asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin
oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya odema. Perlemakan hati terjadi
karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati
ke depot terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.
Patogenesis Kwashiorkor
Pada kwashiorkor yang klasik, terjadi edema dan perlemakan hati disebabkan
gangguan metabolik dan perubahan sel. Kelainan ini merupakan gejala yang
menyolok. Pada penderita defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan
yang berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang
cukup dalam dietnya. Namun, kekurangan protein dalam dietnya akan
menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk
sintesis. Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi
insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya
sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam
serum merupakan penyebabnya kurang pembentukan albumin oleh hepar,
sehingga kemudian timbul edema. Perlemakan hati disebabkan gangguan
pembentukan lipoproteinbeta sehingga transportasi lemak dari hati ke depot lemak
juga terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam hepar.
31
5. Gejala klinis marasmus dan kwashiorkor
KWASHIORKOR
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada
ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada
tanda moon face dari akibat terjadinya edema.
Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi
badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
Perubahan Mental
32
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut
bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif.
Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat.
Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia,
gangguan dinding kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH (2).
Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun
warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang
mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan
tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering
bulu mata menjadi panjang.
Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada
sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit
kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak
putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang
sering mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai
kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa politea, lutut,
buku kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai
dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan
berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan
bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih
hitam oleh hiperpigmentasi.
Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan
hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita (2).
Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang
hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan
tanda fibrosis, nekrosis, da infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi
33
akibat defisiensi faktor lipotropik.
Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai
penyakit lain, terutama infestasi parasit ( ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat
dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang
penting untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat,
B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang
disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga
menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi
defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.
Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus
halus terjadi perlemakan.
Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan
hipokalemi dan hipmagnesemia.
Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang
demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan
hanya dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar
penderita (5,6). Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau
infestasi usus, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa
disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam
empedu, konyugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus
halus.
Dermatitis juga lazim ditemukan.Penggelapan kulit terjadi pada tempat-tempat
yang mengalami iritasi,namun tidak pada daerah-daerah yang terkena sinar
matahari.. Rambutnya biasanya jarang dan halu-halus serta kehilangan
elastisitasnya. Pada anak-anak yang berambut gelap dapat terlihat jalur-jalur
34
rambut berwarna merah atau abu-abu.Otot-otonya tampak lemah dan atrofi,tetapi
sesekali dapat ditemukan lemak dibawah kulit yang berlebihan.
6. Komplikasi Marasmus dan Kwashiorkor (sudah jelas)
7. Epidemiologi (sudah jelas)
8. Faktor resiko marasmus dan kwashiorkor
Orang-orang yang memiliki resiko mengalami kekurangan gizi:
1. Bayi dan anak kecil yang nafsu makannya jelek
2. Remaja dalam masa pertumbuhan yang pesat
3. Wanita hamil dan wanita menyusui
4. Orang tua
5. Penderita penyakit menahun pada saluran pencernaan, hati atau ginjal,
terutama jika terjadi penurunan berat badan sampai 10-15%
6. Orang yang menjalani diet untuk jangka panjang
7. Vegetarian
8. Penderita ketergantungan obat atau alkohol yang tidak cukup makan
9. Penderita AIDS
10. Pemakaian obat yang mempengaruhi nafsu makan, penyerapan atau
pengeluaran zat gizi
11. Penderita anoreksia nervosa
12. Penderita demam lama, hipertiroid, luka bakar atau kanker.
FAKTOR RESIKO
Bayi dan anak-anak merupakan resiko terbesar untuk mengalami kekurangan gizi
karena mereka membutuhkan sejumlah besar kalori dan zat gizi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya.
Mereka bisa mengalami kekurangan zat besi, asam folat, vitamin C dan tembaga
karena makanan yang tidak memadai.
Kekurangan asupan protein, kalori dan zat gizi lainnya bisa menyebabkan
35
terjadinya kekurangan kalori protein (KKP), yang merupakan suatu bentuk dari
malnutrisi yang berat, yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan.
Kecenderungan untuk mengalami perdarahan pada bayi baru lahir (penyakit
hemoragik pada bayi baru lahir), disebabkan oleh kekurangan vitamin K, dan bisa
berakibat fatal.
Sejalan dengan pertumbuhannya, kebutuhan makanan anak-anak akan bertambah,
karena laju pertumbuhan mereka juga bertambah.
Pada wanita hamil atau wanita menyusui, kebutuhan zat gizi meningkat untuk
mencegah malnutrisi pada bayi dan dirinya sendiri.
Asam folat diberikan selama kehamilan untuk menurunkan resiko gangguan
perkembangan otak atau tulang belakang (spina bifida) pada bayi.
Meskipun pada wanita-wanita pemakai pil KB lebih mungkin untuk menderita
kekurangan asam folat, tidak ada bukti bahwa bayinya akan menderita defisiensi
asam folat.
Bayi yang berasal dari ibu peminum alkohol akan mengalami gangguan
keseimbangan fisik dan mental (sindroma alkohol pada janin), karena
penyalahgunaan alkohol dan malnutrisi yang disebabkannya, bisa mempengaruhi
pertumbuhan janin.
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, bisa mengalami kekurangan vitamin B12,
jika ibunya adalah seorang vegetarian.
Pada orang tua dapat terjadi malnutrisi karena:
- merasa kesepian
- fisik dan mental yang mulai menurun
- kurang bergerak
- penyakit kronik.
Kemampuan penyerapan zat gizi pada orang tuapun sudah menurun,
36
memungkinkan terjadi berbagai masalah seperti anemia karena kekurangan zat
besi, osteoporosis dan osteomalasia.
Proses penuaan disertai dengan kehilangan sejumlah massa otot yang tidak ada
hubungannya dengan penyakit atau kekurangan makanan. Berkurangnya massa
otot ini sekitar 11 kg untuk laki-laki dan 5,5 kg untuk wanita.
Perhitungan tersebut berdasarkan:
- berkurangnya kecepatan proses metabolisme
- berkurangnya berat badan total dan
- bertambahnya lemak tubuh sekitar 20-30% pada laki-laki dan 27-40% pada
wanita.
Karena perubahan-perubahan tersebut dan karena berkurangnya aktivitas fisik,
orang tua memerlukan lebih sedikit kalori dan protein.
Pada orang-orang yang mempunyai penyakit kronik yang menyebabkan
malabsorbsi, cenderung memiliki kesulitan dalam menyerap vitamin yang larut
dalam lemak (A, D, E dan K), vitamin B12, kalsium dan zat besi.
Penyakit hati mengganggu penyimpanan vitamin A dan B12, dan mempengaruhi
metabolisme protein dan glukosa (sejenis gula).
Penderita penyakit ginjal cenderung mengalami kekurangan protein, zat besi dan
vitamin D.
Sebagian besar vegetarian merupakan vegetarian ovo-lakto, yaitu mereka tidak
mengkonsumsi daging dan ikan, tapi mengkonsumsi telur dan produk olahan susu.
Satu-satunya resiko dari diet semacam ini adalah kekurangan zat besi.
Vegetarian ovo-lakto cenderung berumur lebih panjang dan memiliki resiko yang
lebih kecil untuk menderita penyakit kronik dibandingkan orang yang
mengkonsumsi daging.
Tetapi kesehatan mereka yang lebih baik, juga merupakan hasil dari menghindari
pemakaian alkohol dan tembakau, dan mereka cenderung berolah raga secara
teratur.
Vegetarian yang tidak mengkonsumsi produk hewan (vegan), memiliki resiko
37
untuk menderita kekurangan vitamin B12. Makanan bergaya oriental dan
makanan yang difermentasi lainnya (misalnya minyak ikan), bisa memenuhi
kebutuhan akan vitamin B12.
Banyak makanan yang dinyatakan dapat meningkatkan kesehatan atau
menurunkan berat badan. Tetapi pembatasan makanan yang sangat ketat,
berdasarkan ilmu gizi adalah tidak sehat, karena dapat menyebabkan:
Kekurangan vitamin, mineral dan protein
Gangguan jantung, ginjal dan metabolisme
Kematian .
Asupan kalori yang sangat rendah (kurang dari 400 kalori/hari) tidak dapat
mempertahankan kesehatan dalam waktu yang lama.
Ketagihan alkohol atau obat-obatan bisa merusak gaya hidup seseorang
sehingga asupan makanan yang cukup tidak terpenuhi, dan terdapat
gangguan pada penyerapan dan metabolisme zat-zat gizi.
Alkoholisme adalah bentuk ketagihan obat yang paling sering ditemukan,
yang memberikan efek serius terhadap status gizi seseorang. Pemakaian
alkohol dalam jumlah yang sangat besar merupakan racun yang akan
merusak jaringan, terutama pada saluran pencernaan, hati, pankreas dan
sistem saraf (termasuk otak).
Alkoholisme merupakan penyebab paling sering dari kekurangan vitamin
B1 (tiamin) di USA dan juga menyebabkan kekurangan magnesium, zat
besi dan vitamin lainnya.
9. Pemeriksaan dan diagnosis marasmus dan kwashiorkor
Diagnosis ditegakkan dengan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
1. Anamesis
Keluhan yanga sering ditemukan adalah pertumbuhan anak yang kurang,
seperti berat badan yang kurang dibandingkan anak lain (yang sehat). Bisa
juga didapatkan keluhan anak yang tidak mau makan (anoreksia), anak
38
tampak lemas serta menjadi lebih pendiam, dan sering menderita sakit yang
berulang (5).
2. Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik antara lain (5):
Perubahan mental sampai apatis
* Edema (terutama pada muka, punggung kaki dan perut)
Atrofi otot
* Ganguan sistem gastrointestinal
* Perubahan rambut (warna menjadi kemerahan dan mudah dicabut)
* Perubahan kulit (perubahan pigmentasi kulit)
* Pembesaran hati
* Tanda-tanda anemia
. Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap, urin lengkap, feses lengkap, protein serum (albumin, globulin),
elektrolit serum, transferin, feritin, profil lemak. Foto thorak, dan EKG (5).
Untuk menegakkan diagnosis kwashiorkor ini bias kita lihat melalui pemeriksaan
fisis dan pemeriksaan laboratorium. Dari pemeriksaan fisis yang pertama adalah
inspeksi, dapat kita lihat fisik penderita secara umum seperti yang telah dijelaskan
diatas antara lain edema dan kurus, pucat,moon face, kelainan kulit misalnya
hiperpigmentasi, crazy pavement dermatosis. Pada palpasi ditemukan
hepatomegali.
Sementara untuk pemeriksaan laboratorium ada beberapa hal yang penting
diperhatikan berupa :
tes darah (Hb, glukosa, protein serum, albumin)
kadar enzim pencernaan
biopsi hati
pem. tinja & urin
perubahan yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin dalam serum.
Ketonuria lazim ditemukan pada tingkat awal karena kekurangan makanan,tetapi
sering kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut. Kadar glukosa darah
yang rendah,pengeluaran hidrosiprolin melalui urin,kadar asam amino dalam
39
plasma dapat menurun,jika dibandingkan dengan asam-asam amino yang tidak
essensial dan dapat pula ditemukan aminoasiduria meningkat. Kerap kali juga
ditemukan kekurangan kalium dan magnesium.Terdapat juga penurunan aktifitas
enzim-enzim dari pancreas dan xantin oksidase,tetapi kadarnya akan kembali
menjadi normal segera setelah pongobatan dimulai.
Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui beberapa cara, yaitu:
1. Mengukur tinggi badan dan berat badan, lalu membandingkannya dengan
tabel standar.
2. Menghitung indeks massa tubuh (BMI, Body Mass Index), yaitu berat
badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter).
Indeks massa tubuh antara 20-50 dianggap normal untuk pria dan wanita.
3. Mengukur ketebalan lipatan kulit.
Lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur,
biasanya dengan menggunakan jangka lengkung (kaliper).
Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh.
Lipatan lemak normal adalah sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5
cm pada wanita.
40
4. Status gizi juga bisa diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (Lean Body Mass, massa
tubuh yang tidak berlemak).
Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan dari
jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan yang
disebabkan oleh malnutrisi.
Pada malnutrisi yang berat, dilakukan pemeriksaan hitung jenis sel darah lengkap
serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk mengukur kadar vitamin, mineral
dan limbah metabolit seperti urea.
Pemeriksaan kulit juga bisa dilakukan untuk menilai jenis-jenis tertentu dari
kekebalan.
10. Penatalaksanaan dan pencegahan marasmus dan kwashiorkor
PEMBERIAN MAKANAN
Jika zat makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, bisa diberikan
melalui sebuah selang yang dimasukkan kedalam saluran pencernaan
(nutrisi enteral) atau secara intravena (nutrisi parenteral).
Kedua cara tersebut bisa digunakan untuk memberikan makanan kepada
orang-orang yang tidak mau atau tidak dapat makan, atau tidak dapat
mencerna dan menyerap zat makanan.
Pemberian Makanan Melalui Selang
Penberian makanan melalui selang digunakan pada berbagai keadaan,
termasuk pada penyembuhan luka bakar dan penyakit peradangan saluran
pencernaan.
Sebuah selang plastik tipis (pipa nasogastrik) dimasukkan melalui hidung,
menyusuri kerongkongan sampai mencapai lambung atau usus halus.
41
Jika selang ini harus digunakan untuk waktu yang lama, bisa secara
langsung dimasukkan melalui sayatan kecil di dinding perut, ke dalam
lambung atau usus halus.
Cairan yang dimasukkan melalui selang ini mengandung zat-zat gizi yang
dibutuhkan seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. 2-45%
dari kebutuhan kalori total, berasal dari lemak.
Masalah yang timbul dari pemberian makanan lewat selang ini sangat
jarang dan tidak terlalu serius:
- Pada beberapa penderita terjadi diare dan gangguan perut
- Kerongkongan bisa mengalami iritasi dan peradangan
- Makanan bisa terhirup ke dalam paru-paru. Merupakan komplikasi yang
serius, tapi jarang terjadi. Bisa dicegah dengan menempatkan kepala pada
posisi yang lebih tinggi untuk mengurangi regurgitasi atau dengan
memasukkan cairan secara perlahan.
Pemberian Makanan Secara Intravena
Pemberian makanan secara intravena digunakan jika penderita tidak dapat
menerima sejumlah makanan yang cukup melalui pipa nasogastrik.
Penderita yang mendapatkan makanan melalui intravena adalah:
- Penderita yang mengalami malnutrisi yang sangat berat dan akan
menjalani pembedahan, terapi penyinaran atau kemoterapi
- Penderita luka bakar berat
- Kelumpuhan saluran pencernaan
- Diare atau muntah yang menetap.
Pemberian makanan melalui selang infus ini dapat memasok sebagian dari
zat makanan yang dibutuhkan penderita atau seluruhnya (nutrisi parenteral
total). Tersedia sejumlah cairan yang bisa diberikan dan dapat dimodifikasi
untuk penderita penyakit ginjal atau hati.
42
Nutrisi parenteral total memerlukan selang intravena yang lebih besar
(kateter). Karena itu digunakan pembuluh balik (vena) yang lebih besar,
misalnya vena subklavia.
Seseorang yang menjalani nutrisi parenteral total dipantau secara ketat
terhadap perubahan berat badan, pengeluaran air kemih dan tanda-tanda
infeksi.
Bila kadar gula darahnya menjadi terlalu tinggi, bisa ditambahkan insulin
ke dalam cairan yang diberikan.
Infeksi merupakan resiko karena kateter biasanya digunakan untuk waktu
yang lama dan cairan yang mengalir di dalamnya memiliki kadar gula yang
tinggi, dimana bakteri bisa tumbuh dengan mudah.
Nutrisi parenteral total bisa menyebabkan komplikasi lainnya:
- Jika terlalu banyak kalori, terutama lemak, hati bisa membesar.
- Lemak yang berlebihan di dalam vena bisa menyebabkan sakit punggung,
demam, menggigil, mual dan berkurangnya jumlah trombosit. Tetapi hal ini
terjadi pada kurang dari 3% penderita.
- Penggunaan jangka panjang bisa menyebabkan nyeri tulang.
Pengembalian asupan makanan seperti sedia kala membutuhkan waktu
tergantung pada berapa lama orang tersebut mengalami kelaparan dan
seberapa parah organ tubuh yang terkena akibat kelaparan tersebut.
Saluran pencernaan menyusut selama kelaparan, dan tidak dapat berfungsi
langsung saat pertama kali. Cairan seperti jus, susu dan sup sangat
disarankan bagi pasien yang dapat makan lewat mulut untuk pertama kali
makan.
Setelah beberapa hari makanan cair tersebut dapat diganti dengan makanan
yang lebih padat dan kalorinya dinaikkan secara bertahap mulai dari 500
kalori/hari.
43
Biasanya makanan padat yang dihancurkan diberikan dalam porsi kecil
pada beberapa waktu untuk menghindari diare.
Penderita harus bertambah 3 atau 4 pond seminggu sampai berat badan
normal tercapai.
Pada awalnya beberapa penderita harus mendapatkan makanannya lewat
pipa nasogastrik.
Pemberian makanan lewat infus diperlukan bila penderita mengalami
malabsorpsi dan diare persisten.
TATALAKSANA (10 LANGKAH) M E P BERAT
1. ATASI/CEGAH HIPOGLIKEMIA
2. ATASI/CEGAH HIPOTERMI
3. ATASI/CEGAH DEHIDRASI
4. KOREKSI GGN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT
5. OBATI/CEGAH INFEKSI
6. KOREKSI DEFISIENSI MIKRONUTRIEN
7. MULAI PEMBERIAN MAKANAN
8. FASILITASI TUMBUH KEJAR
9. LAKUKAN STIMULASI DAN DUKUNGAN MENTAL
10. SIAPKAN/RENCANAKAN TINDAK LANJUT
PENATALAKSANAAN
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang
kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan,
pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil
laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
44
Penanganan KKP berat
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan
awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang
mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan
keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
- Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.
- Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
- Pengobatan infeksi
- Pemberian makanan
- Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin,
anemia berat dan payah jantung.
Menurut Arisman, 2004:105
- Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB
biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.
- Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam
pertama peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.
- Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.
- Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena
diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
- Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut
sebagai F-75 dan F-100.
Menurut Nuchsan Lubis
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa
tahap, yaitu :
1. Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan
untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau
asidosis dengan pemberian cairan IV.
o cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer
Laktat Dextrose 5%.
45
o Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
o Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
o Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.
2. Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan
o Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-
60 kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan
protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
o Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175
kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
o Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih
kurang 7-10 hari.
11. Defisiensi vitamin
Vitamin A bukan hanya berguna untuk mencegah kebutaan, tapi sanggup memicu
pertumbuhan balita dan sebagai menangkal radikal bebas.
Vitamin A juga penting untuk pemeliharaan rambut dan kulit serta berguna
membantu hormon yang berperan dalam proses reproduksi.
Dulu orang menduga bahwa untuk mencapai gizi normal, tubuh hanya
memerlukan protein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Pendapat itu berlangsung
terus, sampai akhirnya di awal abad ke-20, seorang ahli membuktikan bahwa
orang tidak dapat hidup normal hanya dengan zat-zat gizi tersebut.
Pada tahun 1911 diusulkan suatu zat pelengkap yang disebut vitamin. Vitamin
adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat sedikit, tapi sangat
dibutuhkan dalam usaha mempertahankan gizi normal.
Semua mahkluk hidup membutuhkan vitamin untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Tumbuh-tumbuhan dapat mensintesis sendiri vitamin untuk memenuhi
kebutuhannya, sedangkan manusia dan hewan mendapatkan hampir semuanya
dari makanan.
Dalam beberapa hal, tubuh manusia dapat membuat vitamin, misalnya dari
provitamin A (karoten) yang diubah menjadi vitamin A. Ada juga beberapa
vitamin yang dapat disintesis dengan pertolongan bakteri yang terdapat di dalam
usus manusia.
46
Vitamin dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu yang larut di dalam
air dan lemak. Contoh vitamin yang larut di dalam air adalah B kompleks dan C,
sedangkan yang larut lemak vitamin A, D, E, dan K. Dari semua vitamin tersebut,
vitamin A paling banyak menimbulkan masalah.
Salah satu dari empat masalah gizi yang dihadapi penduduk Indonesia dewasa ini
adalah kekurangan vitamin A (KVA). Vitamin A merupakan vitamin yang paling
tua dipelajari, terutama dalam hubungannya dengan masalah kebutaan.
Multimanfaat
Secara garis besar, manfaat vitamin A adalah sebagai berikut:
1. Proses penglihatan. Vitamin A dalam bentuk retinal akan bergabung
dengan opsin (suatu protein) membentuk rhodopsin, yang merupakan
pigmen penglihatan. Adanya rhodopsin itulah yang memungkinkan kita
dapat melihat. Rendahnya konsumsi menyebabkan menurunnya simpanan
vitamin A di dalam hati dan kadarnya di dalam darah. Akibat lebih lanjut
adalah berkurangnya vitamin A yang tersedia untuk retina.
2. Mengatur sistem kekebalan tubuh (imunitas). Sistem kekebalan membantu
mencegah atau melawan infeksi dengan cara membuat sel darah putih
yang dapat menghancurkan berbagai bakteri dan virus berbahaya. Vitamin
A dapat membantu limposit (salah satu tipe sel darah putih) untuk
berfungsi lebih efektif dalam melawan infeksi.
3. Mencegah kebutaan. Defisiensi vitamin A menyebabkan kelenjar tidak
mampu mengeluarkan air mata, sehingga film yang menutupi kornea
mengering. Selanjutnya kornea mengalami keratinisasi dan pengelupasan,
sehingga menjadi pecah. Infeksi tersebut menyebabkan mata
mengeluarkan nanah dan darah. Dampak lebih lanjut adalah munculnya
titik bitot (putih pada bagian hitam mata) serta terjadi gangguan yang
disebut xerosis conjunctiva, xerophthalmia, dan buta permanen.
4. Menangkal radikal bebas. Vitamin A dan betakaroten terbukti merupakan
antioksidan yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas untuk
mencegah timbulnya berbagai penyakit kronis, seperti jantung dan kanker.
47
5. Memicu pertumbuhan. Defisiensi vitamin A menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan karena gangguan pada sintesis protein. Gejala ini sering
tampak pada anak balita. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan
bahwa proses pertumbuhan akan terhenti jika kebutuhan vitamin A tidak
terpenuhi.
6. Memelihara kesehatan sel-sel epitel pada saluran pernapasan. Defisiensi
atau kekurangan vitamin A menyebabkan sel-sel epitel tidak mampu
mengeluarkan mucus (lendir) dan membentuk cilia (semacam rambut)
untuk mencegah akumulasi bahan asing pada permukaan sel. Karena itu,
defisiensi vitamin A dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan
bagian atas (ISPA).
7. Membentuk dan memelihara pertumbuhan tulang dan gigi. Defisiensi
vitamin A terbukti dapat menghambat pemanjangan tulang dan
terbentuknya gigi yang sehat. Karena itu, kecukupan konsumsi vitamin A
sangat penting diperhatikan untuk anak-anak yang sedang mengalami
proses pertumbuhan dan perkembangan.
8. Memelihara kesehatan kulit dan rambut. Defisiensi vitamin A dapat
menyebabkan kulit dan rambut menjadi kasar dan kering.
9. Mendukung proses reproduksi. Vitamin A diperlukan dalam produktivitas
hormon steroid (hormon seks) dan proses spermatogenesis (pembentukan
sel sperma) yang sangat vital dalam proses pembuahan sel telur untuk
menghasilkan keturunan. Karena itu, defisiensi vitamin A menyebabkan
kemandulan.
Penyakit Infeksi
Gejala awal dari defisiensi vitamin A adalah anak tidak lagi dapat melihat dengan
jelas di sore hari, disebut sebagai buta senja. Tahapan selanjutnya jika defisiensi
vitamin A terus berlanjut adalah xerosis konjungtiva (bagian putih mata kering,
kusam, tidak bersinar), bercak bitot (bercak seperti busa sabun), xerosis kornea
(bagian hitam mata kering, kusam, dan tidak bersinar), keratomalasia (sebagian
dari hitam mata melunak seperti bubur), ulserasi kornea (seluruh bagian hitam
48
mata melunak seperti bubur), xeroftalmia scars (bola mata mengecil atau
mengempis), dan akhirnya menjurus buta permanen
Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebutaan kedua terbesar setelah
katarak. Defisiensi vitamin A tingkat sedang dapat menghambat pertumbuhan dan
menurunkan sistem imunitas (kekebalan) terhadap serangan penyakit infeksi.
Di dunia, sekarang ini sekitar 40 juta anak-anak menderita defisiensi vitamin A
dan 13 juta anak menunjukkan gejala klinis gangguan pada mata. Sekitar sepertiga
kematian anak-anak juga disebabkan oleh kekurangan vitamin A.
Di Indonesia, sekitar separuh anak balita menunjukkan defisiensi vitamin A
subklinis (Malaspina, 1998). Selain itu, paling sedikit tiga juta anak di seluruh
dunia menderita xeropthalmia yang dapat merusak kornea mata, dan 250.000
sampai 500.000 menderita buta setiap tahunnya akibat defisiensi vitamin A.
Kebanyakan penderita tinggal di negara-negara sedang berkembang. Dari
berbagai studi terungkap bahwa kekurangan vitamin A menyebabkan seperempat
dari kematian anak di negara berkembang.
Di dunia, tidak kurang dari dua juta anak meninggal setiap tahun karena
kekurangan vitamin A. Hal tersebut terjadi karena selain menyebabkan kebutaan,
kekurangan vitamin A juga menurunkan daya pertahanan tubuh.
Dengan kondisi seperti itu, anak-anak akan mudah terserang penyakit infeksi,
seperti campak, diare, dan tuberkulosa paru. Padahal, konsumsi vitamin A yang
cukup akan meningkatkan sistem imun tubuh, sehingga terhindar dari penyakit
tersebut.
Penyebab utama defisiensi vitamin A adalah konsumsi yang kurang pada
makanan sehari-hari. Penyebab lainnya adalah meningkatnya kebutuhan yang
tidak dapat dipenuhi pada kondisi fisiologis tertentu (seperti ketika sedang hamil
dan menyusui), terganggunya proses penyerapan (malabsorpsi), atau diare dan
penyakit liver kronis.
Sumber Vitamin A
Sumber vitamin A dapat dibedakan atas preformed vitamin A (vitamin A bentuk
jadi) dan provitamin A (bahan baku vitamin A). Vitamin A bentuk jadi atau
retinol bersumber dari pangan hewani, seperti daging, susu dan olahannya
49
(mentega dan keju), kuning telur, hati ternak dan ikan, minyak ikan (cod, halibut,
hiu).
Provitamin A atau korotenoid umumnya bersumber pada sayuran berdaun hijau
gelap (bayam, singkong, sawi hijau), wortel, waluh (labu parang), ubi jalar kuning
atau merah, buah-buahan berwarna kuning (pepaya, mangga, apricot, peach), serta
minyak sawit merah. Sayangnya, pada proses pengolahan lebih lanjut, banyak
betakaroten yang hilang, sehingga kadarnya hanya tinggal sedikit pada minyak
goreng.
Betakaroten merupakan provitamin A yang paling efektif diubah oleh tubuh
menjadi retinol (bentuk aktif vitamin A). Karotenoid lainnya, seperti lycopene
(tomat dan semangka), xanthopyl (kuning telur dan jagung), zeaxanthin (jagung),
serta lutein, walaupun memiliki aktivitas untuk peningkatan kesehatan, bukan
merupakan sumber vitamin A.
Tergantung Lemak
Tingkat penyerapan vitamin A oleh tubuh, antara lain dipengaruhi oleh konsumsi
lemak dan sumber bahan pangannya. Dalam kondisi konsumsi lemak yang tepat,
tingkat penyerapan vitamin A asal hewani dapat mencapai sekitar 80 persen.
Kemampuan penyerapan karotenoid sangat tergantung pada keberadaan garam
empedu, umumnya mencapai sekitar separuh dari penyerapan vitamin A asal
hewani. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sumber vitamin A hewani
jauh lebih baik daripada nabati.
Mengingat tingkat penyerapan vitamin A sangat tergantung pada kecukupan
konsumsi lemak, upaya pengolahan sayuran menjadi sayur bersantan (sayur bobor
atau lodeh) dan yang ditumis dengan sedikit minyak (oseng-oseng) akan jauh
lebih baik dibandingkan dengan sayur bening atau lalap. Diet rendah lemak yang
terlalu ketat, karena alasan takut kegemukan atau untuk menghindari penyakit
jantung, perlu ditinjau ulang.
Kehadiran lemak dalam makanan sehari-hari tetap diperlukan untuk menjaga
kesehatan tubuh. Yang perlu diperhatikan adalah jenis dan jumlah lemak dalam
menu harian. Lemak dengan kandungan asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA),
50
lebih bermanfaat bagi kesehatan daripada lemak dengan kandungan asam lemak
jenuh tinggi.
VITAMIN DAN DEFISIENSI VITAMIN
Viitamin merupakan bahan makanan organik yang dalam jumlah kecil diperlukan
untuk pertumbuhan normal dan kesehatan tubuh. Jumlah yang diperlukan sehari-
hari demikian kecilnya, sehingga dapat diperkirakan bahwa vitamin bekerja
sebagai katalisator. Telah dapat dibuktikan bahwa beberapa vitamin merupakan
bahan esensial pada sistem oksidasi karbohidrat, protein dan lemak. Tubuh tidak
dapat membuat vitamin akan tetapi harus memilikinya. Terutama organ yang
sedang tumbuh sangat rentan akan defisiensi vitamin. Oleh karena itu gejala
defisiensi suatu vitamin sangat penting dalam Ilmu Kesehatan Anak. Lebih
penting pula ialah mengetahui bentuk laten dan bentuk dini dari penyakitnya.
Kecurigaan akan hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaaan biokimia.
Anamnesis makanan yang cermat dapat menolong dugaan kemungkinan penyakit
defisiensi. Sebaliknya dengan munculnya banyak pabrik farmasi yang
menyodorkan bermacam-macam vitamin kepada rakyat, maka kemungkinan
timbulnya hipervitaminosis tidak dapat diabaikan pula.
Biasanya vitamin digolongkan dalam 2 golongan, yaitu:
1. Golongan yang larut dalam air, misal: vitamin B kompleks dan vitamin C
2. Golongan yang larut dalam lemak, misal: vitamin A, D, E dan K.
Defisiensi vitamin A (Xeroftalmia)
Defisiensi vitamin A dalam diet seseorang yang berlangsung lama akan
menimbulkan penyakit yang disebut defisiensi vitamin A atau xeroftalmia.
Bersama-sama dengan penyakit Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit
tersebut merupakan penyakit yang sangat penting di antara penyakit gangguan
gizi di Indonesia dan di banyak negeri yang sedang berkembang. Ia mempunyai
peranan yang penting sebagai penyebab kebutaan.
Faktor etiologis
Gejala defisiensi vitamin A akan timbul bilamana:
51
1. Dalam jangka waktu yang lama dalam diet terdapat kekurangan vitamin A
atau provitamin A.
2. Terdapat gangguan resorpsi vitamin A atau provitamin A.
3. Terdapat gangguan konversi provitamin A menjadi vitamin A.
4. Kerusakan hati.
5. Kelainan kelenjar tiroidea.
Peranan vitamin A pada fungsi penglihatan
Telah dapat ditentukan bahwa retina mata yang normal mengandung pigmen yang
dikenal sebagai rodopsinatau visual puple. Pigmen tersebut mengandung vitamin
A yang terikat pada protein. Jika mata menerima cahaya maka akan terjadi
konversi rodopsin menjadi visual yellow dan kemudian visual white. Pada
konversi demikian akan menghilang sebagai vitamin A. Regenerasi visual purple
hanya akan terjadi bila tersedia vitamin A. Tanpa regenerasi maka penglihatan
pada cahaya remang setelah mata menerima cahaya yang terang akan terganggu.
Patologi
Pada defisiensi vitamin A, kelainan yang dapt timbul pada manusia ialah:
1. Buta senja.
Kelainan sebagai akibat dari gangguan regenerasi rodopsin. Merupakan
gejala pertama defisiensi vitamin A dan timbul sebelum gejala lainnya
tampak.
2. Xeroftalmia
Dimulai dengan timbulnya perubahan pada jaringan epitel yang menjadi
kering dan keras. Kadang-kadang terlihat bercak Bitot yang merupakan
bercak putih berbuih dan berbentuk segitiga, terdapat di daerah nasal atau
temporal dari kornea mata. Fotofobia dan konjungtivitis timbul lebih
dahulu disusul oleh pigmentasi coklat muda dari konjungtiva. Perubahan
jaringan epitel konjungtiva dapat menjalar ke kornea dan disusul oleh
ulserasi, perforasi dan destruksi total mata (keratomalasia). Kerusakan
demikian dapat timbul dengan cepat, sehingga diagnosis dini dari tanda-
tanda defisiensi tersebut sangat penting.
3. Kelainan kulit
52
Dapat ditemukan kelainan berupa hiperkeratosis folikularis dan biasanya
terdapat pada bagian lateral dari lengan, tungkai bawah dan bokong.
4. Metaplasia jaringan epitel di bagian tubuh lain seperti di trakea, pelvis
renalis, kelenjar ludah, ureter dan sebagainya.
5. Konsentrasi vitamin A dan karotin dalam plasma rendah (normal 30-50
mikrogram per-100 ml untuk vitamin A dan 60-240 gama untuk karotin).
Kebutuhan akan vitamin A.
Oleh Food and Nutrition Board of te National Research Council of the United
States of America dianjurkan pemberian vitamin A dalam diet sebagai berikut:
Bayi : 1.500 SI
Umur 1 – 3 tahun : 2.000 SI
Umur 4 – 6 tahun : 2.500 SI
Umur 7 – 9 tahun : 3.500 SI
Umur 10 – 12 tahun : 4.500 SI
Umur 13 – 19 tahun : 5.000 SI
Defisiensi vitamin B1 (Atiaminosis)
Faktor etiologis.
Defisiensi tiamin menyebabkan penyakit beri-beri. Bilamana diet wanita yang
sedang mengandung tidak cukup mengandung vitamin B1, maka anak yang
dilahirkan dapat menderita beri-beri kongenital atau gejala beri-beri akan timbul
pada bayi yang sedang disusui.
Penyakit ini dapat pula timbul pada anak dengan penyakit gastrointestinal yang
menahun, misalnya diare kronis dan sindrom seliak. Gejala penyakit beri-beri
pada bayi dan anak umumnya sama dengan gejala yang terjadi pada orang
dewasa. Manifestasi penting ialah kelainan saraf, mental dan jantung. Kadang-
kadang ditemukan kasus beri-beri bawaan, akan tetapi sebagian besar terdapat
dalam triwulan pertama.
Gejala antiaminosis.
1. Beri-beri infantil.
53
Umumnya ditemukan dalam keadaan akut. Gejala prodormal ringan saja
atau tidak tampak sama sekali. Anak yang tampaknya sehat selama 1-2
minggu tidak menunjukkan bertambahnya berat badan, kadang-kadang
tampak gelisah, menderita pilek atau diare. Perubahan jantung datang tiba-
tiba dengan takikardia dan dispne yang dapat mengakibatkan kematian
mendadak. Pada pemeriksaan ditemukan jantung yang membesar terutama
bagian kanan. Paru menunjukkan tanda kongesti, kadang-kadang terdapat
edema, yang disertai oliguria sampai anuria.
Pada kasus yang lebih menahun terdapat edema yang jelas, sering
ditemukan efusi perikardial dan kadang-kadang asites. Muntah merupakan
gejala yang sering ditemukan. Sistem urat saraf tidak mengalami banyak
perubahan, hanya mungkin ditemukan atonia, refleks lutut mungkin
negatif, meninggi atau berubah. Kadang-kadang terdapat kejang.
2. Kasus menahun sering ditemukan pada anak yang lebih besar (late infancy
dan childhood). Penderita demikian umumnya lebih kecil dibandingkan
anak yang sehat, keadaan gizinya kurang dan tedapat edema. Sering gejala
yang menarik perhatian ialah atonia yang disebabkan oleh edema pita
suara. Kadang-kadang perutnya membuncit karena meteorismus. Paralisis
seperti yang tampak pada orang dewasa jarang terlihat pada anak,
walaupun atonia tampak jelas dan refleks lutut berkurang atau menghilang.
Pencegahan.
Diet anak yang baik umumnya mengandung cukup tiamin. Pemberian vitamin B1
tambahan diperlukan untuk para ibu yang sedang mengandung atau menyusui.
Dianjurkan untuk memberikan 1,8 mg vitamin B1 setiap hari pada para ibu yang
sedang mengandung dan 2,3 mg vitamin B1 pada ibu yang sedang menyusui, 0,4
mg untuk bayi dan 0,6-2 mg pada anak yang lebih besar. Anak dengan penyakit
gastrointestinal menahun atau yang sedang mendapat makanan parenteral, harus
diberi tiamin tambahan.
Pengobatan.
Bayi : 5-10 mg/hari
Anak : 10-20 mg/hari
54
Pengobatan diberikan untuk beberapa minggu lamanya. Bilamana penderita
mengalami diare atau muntah yang lama, maka vitamin tersebut harus diberikan
secara intramuskulus atau intravena. Pada penderita yang masih mendapat ASI,
maka ibunya harus pula diberi vitamin B1 tambahan.
Defisiensi vitamin B2 (Ariboflavinosis)
Faktor etiologis.
Gejala defisiensi vitamin B2 akan tampak bilamana:
1. Stomatitis angularis.
Pada sudut mulut terdapat maserasi dan retak-retak (fisura) yang
memancar ke arah pipi. Kadang-kadang luka sudut mulut tersebut tertutup
keropeng. Bilamana luka demikian berulang-ulang timbul pada akhirnya
akan menimbulkan jaringan parut.
2. Glositis.
Lidah akan tampak merah jambu dan licin karena struktur papil hilang.
3. Kelainan kulit.
Perubahan pada kulit berupa luka seboroik pada lipatan nasolabial, alae
nasi, telinga dan kelopak mata. Kadang-kadang ditemukan juga dermatitis
pada tangan, sekitar vulva, anus dan perineum.
4. Kelainan mata.
Dapat timbul fotofobia, lakrimasi, perasaan panas. Pada pemeriksaan
dengan slitlamp akan tampak vaskularisasi kornea dan keratitis
interstitialis.
Pencegahan dan pengobatan.
Ariboflavinosis dapat dicegah dengan diet yang mengandung cukup susu, telur,
sayur-mayur dan daging. Dianjurkan pemberian sehari-hari 0,6 mg untuk bayi, 1-
2 mg untuk anak dan 2-3 mg untuk dewasa.
Pada anak dengan tanda-tanda ariboflavinosis dapat diberikan 10 mg/hari vitamin
B2 untuk beberapa minggu lamanya.
Defisiensi asam follat
55
Patofisiologis.
Bayi yang baru dilahirkan mempunyai persediaan asam folat yang cukup akan
tetapi persediaan tersebut lambat laun menurun oleh sebab tambahan dari susu
tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tanda defisiensi asam folat dapat timbul
pada bayi yang tumbuh cepat, terutama bayi prematur atau anak dengan kelainan
resorpsi.
Gejala
Gejala terpenting adalah timbulnya anemia makrositik, megaloblastik yang
disebabkan kelainan sintesis asam nukleat. Dapat timbul pula granulositopenia
dan trombositopenia. Gejala lainnya ialah perubahan selaput lendir
gastrointestinal yang menimbulkan kelainan resoprsi dan diare sehingga penderita
jadi kurus.
Defisiensi niasin (Pelagra)
Gejala
Terutama dermatitis kadang-kadang disertai kelainan saraf dan psikis.
Pengobatan
Dapat diberikan niasin 0,02 g/kgbb/hari, peroral, subkutan atau intramuskular.
Defisiensi vitamin B6
Gejala
Gejala defisiensi piridoksin ialah cengeng, mudah kaget, kejang (tonik-klonik).
Pemberian INH yang lama pada orang dewasa tanpa tambahan vitamin B6 dapat
menimbulkan polineuritis. Ada yang berpendapat bahwa vitamin B6 dapat
menyembuhkan dermatitis seberoik.
Kebutuhan akan vitamin B6
Bayi: 0,2 – 0,5 mg/hari. Anak yang lebih besar 1,5 – 2 mg/hari. Banyak vitamin
B6 yang diperlukan bertalian dengan banyaknya pemberian protein, sehingga
makin besar anak makin banyak vitamin B6 yang diperlukan. Adakalanya terdapat
gejala defisiensi vitamin B6 pada seorang penderita, walaupun makanannya
mengandung cukup vitamin B6
56
Defisiensi vitamin B12
Fisiologi
Vitamin B12 dianggap sebagai komponen antianemia dalam faktor ekstrinsik.
Getah lambung orang normal mengandung substansi yang disebut faktor intrinsik
yang bereaksi dengan faktor ekstrinsik yang terdapat dalam daging, susu atau
bahan makanan lain untuk membuat substansi antianemia. Faktor antianemia
tersebut diserap dan disimpan dalam hati. Pada anemia pernisiosa biasanya faktor
intrinsik tidak terdapat dalam getah lambung.
Walaupun daging mengandung vitamin B12, namun tidak dapat digunakan oleh
penderita anemia pernisiosa, karena faktor intrinsik tidak ada. Vitamin B12 terikat
pada protein dan hanya dapat dileaskan oleh faktor intrinsik untuk kemudian
diserap.
Patologi
Defisiensi vitamin B12 dapat timbul bila:
a. Terdapat kekurangan vitamin B12 dalam diet (seperti orang vegetarian)
b. Tidak terdapat faktor intrinsik seperti pada penderita anemia pernisiosa.
c. Terdapat gangguan resorpsi vitamin B12.
Gejala
Defisiensi vitamin B12 menimbulkan anemia dengan gejala lidah yang halus dan
mengkilap, tidak terdapat asam hidroklorida dalam asam lambung (pada penderita
anemia pernisiosa), perubahan saraf, anemia makrositik hiperkromik. Sel darah
membesar dan berkurang jumlahnya. Hal ini disebabkan oleh gangguan
pembentukan atau proses pematangan sel darah merah.
Kebutuhan: 1 – 2 gama/hari.
Pengobatan
Pemberian vitamin B12 pada penderita anemia pernisiosa akan merangsang
sumsum tulang membuat sel darah merah. Pada anemia makrosistik lain, vitamin
B12 akan memberikan perbaikan seperti halnya dengan asam folat. Vitamin B12
digunakan pula masa rekovalensi penyakit berat sebagai perangsang metabolisme.
Defisiensi vitamin E
Gejala
57
Vitamin E digunakan sebagai pencegahan abortus habitual, partus prematur
habitual, juga pada sklerodermia, penyakit neuromuskulus dan muskulus terutama
distrofia muskulorum progresiva. Adakalanya vitamin E digunakan pada
penderita hipoproteinemia karena vitamin E mempunyai daya anabolik pada
metabolisme protein.
MINERAL
Tubuh hewan memerlukan 7 elemen dalam jumlah besar, yaitu kalsium, klorida,
magnesium, kalsium, fosfor, natrium dan sulfur serta sedikit-dikitnya 7 elemen
dalam jumlah kecil (trace elements) seperti kobalt, tembanga, iodium, besi,
mangan, selenium dan seng. Di samping itu krom, fluor dan molibden berperan
penting dalam metabolisme manusia. Keperluan optimum akan berbagai elemen
tersebut belum diketahui. Walaupun trace elements terdapat dimana-mana,
defisiensi elemen tersebut baik pada manusia maupun pada hewan dapat timbul.
Sebaliknya gejala-gejala toksis pada pemberian mineral yang berlebihan juga
pernah dilaporkan.
Magnesium.
Seperti halnya dengan fosfor, mineral ini diperlukan untuk pembentukan tulang
dan terdapat pula pada jaringan lunak. Magnesium merupakan bahan esensial dari
cairan sel. Keperluan akan magnesium tidak diketahui, akan tetapi susu ibu
mengandung cukup magnesium untuk kebutuhan bayi.
Kalsium dan magnesium adakalanya bekerja antagonis akan tetapi kadang-kadang
dapat saling menggantikan. Pemberian kalsium dapat menghilangkan depresi
pernafasan akibat magnesium, tetapi kedua mineral tersebut dapat menghilangkan
gejala tetani.
Besi
Semua sel mengandung besi, akan tetapi hemoglobin darah dan otot mempunyai
konsentrasi yang tertinggi. Kebutuhan besi bagi bayi relatif tinggi yaitu karena
pertumbuhan yang cepat dari jaringan yang baru. Diet bayi umumnya tidak
mengandung cukup besi untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber utama besi
untuk bayi adalah ialah ekses hemoglobin waktu lahir. Tekanan O2 yang rendah
dari sirkulasi plasenta menyebabkan konsentrasi hemoglobin yang tinggi dalam
58
sel darah merah fetus. Setelah bayi lahir, paru-paru akan mengembang dan
berfungsi sehingga konsentrasi hemoglobin yang tinggi tidak diperlukan lagi.
Hemoglobin yang berlebihan dihancurkan, akan tetapi besinya akan disimpan
dalam hati untuk dipakai kemudian bila diperlukan. Tambahan besi diperlukan
jika bayi berumur 5 bulan.
Bayi prematur lebih cepat menjadi anemis dibandingkan dengan bayi yang
dilahirkan cukup bulan. Bayi kurang bulan tersebut, umumnya lebih kecil
sehingga dengan sendirinya juga mengandung lebih sedikit darah. Oleh karena itu
jumlah besi yang dapat disimpan juga tidak begitu banyak. Pertumbuhan bayi
prematur yang cepat akan menghabiskan persediaan besi dengan cepat pula
sehingga lebih cepat pula menjadi anemis. Baik ASI maupun susu sapi tidak
mengandung cukup besi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga
makanan tambahan berupa buah dan sayur harus diberikan dalam makanan bayi
sebelum persediaan besi habis terpakai. Biasanya pemberian makanan tambahan
demikian sudah harus dimulai pada umur 3 bulan. Untuk bayi prematur
hendaknya diberikan tambahan preparat besi peroral atau parenteral. Biasanya
sulfas ferous dan sitras amonium sering digunakan untuk tambahan tersebut.
Tembaga.
Mineral ini diperlukan pada utilitas besi simpanan dan besi yang diperoleh dari
makanan pada konversi menjadi hemoglobin. Jumlah yang dibutuhkan tidak
banyak. Perbandingan tembaga dan besi 1 : 10 dianggap optimum untuk
menaikkan kadar hemoglobin. Tembaga sudah terdapat pada hati bayi baru lahir.
Umumnya makanan bayi mengandung cukup tembaga untuk kebutuhannya.
Selenium
Selenium merupakan mineral yang tergolong pada trace mineral, karena
keberadaannya dalam tubuh sangat sedikit (jarang). Namun demikian mineral ini
terdapat dimana-mana diseluruh jaringan tubuh seperti tulang, otot dan darah
walaupun kandungannya sangat rendah. Kadar Se yang rendah dalam darah
merupakan salah satu indikator yang baik untuk menentukan status mineral dalam
tubuh.
Clark et,al. (1998) mengemukakan bahwa Selenium merupakan mineral jarang
esensial yang dapat meningkatkan fungsi imun pada ternak, memperbesar
59
neuropsykologic pada manusia dan memperbaiki kondisi penyakit spesifik pada
manusia dan ternak. Keuntungan dari segi kesehatan ini beberapa penelitian telah
dilakukan dengan menggunakan mineral Se untuk melihat total insiden penyakit
kanker dengan pengurangan secara spesifik dari resiko kanker paru-paru, prostat
dan colorectal.
Dasar percobaan di atas maka telah dilaporkan pula bahwa kontributor utama
terjadinya penyakit kanker pada manusia bersumber dari makanan yang
dikonsumsi, karena sebagian besar sumber selenium dalam makanan berasal dari
tanaman dan makanan yang dikonsumsi rendah mineral selenium.
Seng
Zinc adalah trace element yang merupakan komponen penting bagi ratusan
metalloenzim, termasuk alkalin pospat, karboksipeptidase, timidin kinase, dan
DNA-RNA polimerase. Zinc merupakan komponen penting pada struktur dan
fungsi membran sel, berfungsi sebagai antioksidan, dan melindungi dari serangan
peroksidae lipid. Peranan zinc pada sintesis protein dan transkripsi protein,
dimana zinc berperan penting pada regulasi gen. Defisiensi zinc dikaitkan dengan
perubahan fungsi sistem immun, seperti menurunnya fungsi sel B dan T,
menurunnya reaksi hipersensitivitas, menurunnya fagositosis dan menurunnya
produksi cytokine.
ASAM AMINO
L-Glutamin
Glutamin merupakan prekursor untuk sintesis nukleotida, sebagai substrat hepatik
glukoneogenesis dan merupakan nutrisi yang penting dalam penanganan amonia
renal. Glutamin juga merupakan sumber bahan bakar bagi sel yang mengalami
pembelahan sangat cepat seperti epitel saluran pencernaan, limfosit, fibroblas dan
retikulosit.
PERAN MIKRONUTRIEN PADA RESPONS IMUN
Peran beberapa mikronutrien pada respons imun telah dibuktikan pada berbagai
penelitian. Defisiensi mikronutrien tersendiri jarang ditemukan kecuali defisiensi
besi, vitamin A dan zinc. Defisiensi mikronutrien sering sebagai komponen
60
malnutrisi energi protein dan banyak penyakit sistemik. Lebih jauh, malnutrisi
pada manusia biasanya menyertai defisiensi nutrien yang multipel.
Menurut Chandra (1990) ada 5 konsep umum mengenai peran beberapa vitamin
dan trace element dalam kompetensi imun :
1. Perubahan respons imun terjadi dini pada asupan mikronutrien yang
rendah/ kurang.
2. Perluasan gangguan imunologik bergantung dari tipe nutrien yang
bersangkutan, interaksi dengan nutrien esensial, beratnya defisiensi serta
adanya infeksi yang menyertai dan usia pasien.
3. Kelainan imunologik meramalkan risiko infeksi dan mortalitas.
4. Pada kasus banyak jenis mikronutrien, asupan yang berlebihan dapat
menimbulkan gangguan respons imun.
5. Uji kompetensi imun berguna untuk titrasi kebutuhan fisiologis dan
pengukuran batas keamanan terendah dan tertinggi asupan mikronutrien.
Vitamin dan respons imun
Vitamin A
Vitamin A dikenal sebagai vitamin antiinfeksi dan defisiensi vitamin A dapat
menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Karotenoid mempunyai
fungsi imunoregulator limfosit T dan limfosit B, sel Natural Killer dan makrofag.
Vitamin A merupakan mikronutrien penting yang diperlukan untuk fungsi
kekebalan tubuh spesifik maupun nonspesifik. Defisiensi vitamin A dilaporkan
dapat menyebabkan gangguan kekebalan humoral serta selular. Efek antioksidan
karenoid ini secara tidak langsung dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh
dengan jalan menurunkan konsentrasi partikel bebas beserta produknya yang
bersifat imunosupresif. Dengan pencegahan oksidasi leukosit, dapat menurunkan
kadar prostaglandin yang bersifat imunosupresif. Peningkatan asupan diet
antioksidan dapat menurunkan konsentrasi peroksidase lipid, konsentrasi
prostaglandin yang diproduksi oleh makrofag yang selanjutnya meningkatkan
respons hipersensitivitas tipe lambat dan proliferasi limfosit.
Vitamin A juga bersifat sebagai ajuvan dengan jalan merusak membran lisosom
yang dapat merangsang pembelahan sel pada saat antigen berada dalam sel.
61
Lisosom ini mempunyai peranan dalam memulai terjadinya pembelahan sel.
Kerusakan lisosom ini akan merangsang sistim imun. Pembelahan sel akibat
pemberian ajuvan terjadi hanya sebatas pada sel imunokompeten yang dirangsang
oleh ajuvan. Vitamin A berperan pada proses epitelisasi. Dengan peningkatan
proses ini, maka akan terjadi perbaikan fungsi pertahanan fisik nonspesifik
terhadap antigen yang masuk ke dalam tubuh.
Defisiensi vitamin A mengakibatkan berat kelenjar timus sedikit berkurang,
respons proliferasi limfosit terhadap mitogen menurun, produksi antibodi spesifik
dan proliferasi limfosit T invitro juga menurun serta peningkatan aderen bakteri
pada sel epitel saluran napas.
Vitamin B6
Defisiensi vitamin B6 dapat mempengaruhi respons imun pada binatang
percobaan. Kelenjar timus mengecil dan aktivitas hormon timus menurun.
Gangguan imunitas selular dibuktikan dengan adanya kegagalan reaksi
hipersensitivitas tipe lambat, penurunan sitotoksisitas sel limfosit T dan rejeksi
lambat alograft. Terdapat penurunan respons limfosit terhadap mitogen dan
antigen. Pembentukan antibodi setelah imunisasi primer dan sekunder juga
menurun. Defisiensi vitamin B6 sebagai penyakit tersendiri jarang ditemukan.
Vitamin E
Defisiensi vitamin E yang berat dapat menyebabkan gangguan CMI dan sintesis
antibodi.
Zinc
Defisiensi zinc, baik didapat atau diturunkan dihubungkan dengan atrofi limfoid,
penurunan respons hipersensitivitas tipe lambat dan rejeksi homograft serta
aktivitas hormon timus. Contoh yang paling baik adalah pasien akrodermatitis
enteropatika yang menunjukkan gangguan respons limfosit terhadap
fitohemaglutinin, penurunan aktivitas timulin serta menurunnya reaksi kulit
hipersensitivitas tipe lambat.
Defisiensi zinc dapat menyebabkan gangguan penghancuran mikroba (ingestion)
dan fagositosis. Nutrien ini diduga berperan pada stimuli nicotinamide adenine
dinucleotide phosphate (NADPH) oksidase, sebagai kofaktor untuk fosfolipase
A2 dan atau fosfolipase C. Zinc dapat menstabilkan 20 : 4 asam arakidonat
62
terhadap oksidasi oleh kompleks besi. Zinc dapat bereaksi dengan oksigen
membentuk zat toksik terhadap patogen yang ditelan oleh sel.
Defisiensi zinc juga dapat menghambat penyembuhan luka. Defisiensi zinc
dibuktikan meningkatkan angka kejadian investasi parasit cacing nematoda.
Cuprum (Tembaga)
Defisiensi cuprum dibuktikan dapat menyebabkan gangguan respons imun.
Fungsi sistim retikulo endotelial tertekan dan aktivitas mikrobisidal sel fagosit
terganggu. Hal ini berhubungan dengan peran cuprum dalam sistim superoksid
dismutase dan enzim sitokrom oksidase. Juga didapatkan penurunan respons
antibodi terhadap antigen sel T dependen.
Ferum (Besi)
Defisiensi besi merupakan masalah komponen nutrisi yang paling utama di
seluruh dunia,bahkan juga di negara industri/ maju. Di satu sisi, besi bebas
diperlukan untuk pertumbuhan bakteri.Pengikatan besi melalui pemberian
laktoferin atau chelating agent lain dapat mengurangi multiplikasi bakteri,
terutama dengan adanya antibodi spesifik. Di sisi lain besi diperlukan oleh sel
Natural killer, neutrofil dan limfosit untuk berfungsi secara optimal. Oleh karena
itu pada defisiensi besi, kapasitas bakterisidal akan menurun. Hal ini mungkin
disebabkan enzim mieloperoksidase dan sitokin yang bergantung besi.
Selain itu juga terdapat gangguan proliferasi limfosit terhadap mitogen dan
antigen, penurunan respons terhadap antigen toksoid tetanus dan Herpes simplex
dan terdapat perbaikan nyata setelah pengobatan dengan besi. Gangguan
proliferasi limfosit pada defisiensi besi melalui defisiensi ribonukleotidil
reduktase yang diperlukan untuk proliferasi sel.
Apakah pemberian suplementasi besi dapat meningkatkan risiko infeksi? Hal ini
ternyata dibuktikan pada penelitian invitro, tetapi data klinis tidak ada yang
menunjang hipotesis tersebut.
Asam Amino
Asam amino memodulasi respons imun melalui berbagai cara. Defisiensi
beberapa jenis asam amino dapat menurunkan respons antibodi. Didapatkan juga
penurunan klirens makromolekul oleh sel fagosit dari darah. Bukti akhir
63
menunjukkan efek imunostimulan dan antiinfeksi yang diperani oleh asam amino
glutamin dan arginin.
Lipid
Banyak bukti menunjukkan bahwa lipid mempunyai peran imunoregulator.
Mekanismenya melalui modulasi sistem eikosanoid, perubahan membran sel,
perubahan jumlah dan kepadatan reseptor, perubahan jumlah dan fungsi beberapa
subpopulasi sel serta produksi dan kinerja sitokin. Defisiensi asam lemak esensial
akan menurunkan berbagai respons imun. Sebaliknya, kelebihan lipid misalnya
pada obesitas juga dapat menyebabkan gangguan respons imun.
12. Penilaian status gizi (BB dan TB normal)
PENILAIAN STATUS GIZI
a. Penilaian secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat
penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun
penilaian dari masing-masing adalah sebagai berikut (Supariasa, dkk,
2001):
a.1. Antropometri
Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
a.2. Klinis
Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat
dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral
atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid.
a.3. Biokimia
64
Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris
yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain: urine, tinja, darah, beberapa jaringan tubuh lain
seperti hati dan otot.
a.4. Biofisik
Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan
melihat perubahan struktur jaringan.
b. Penilaian secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu: survey
konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2001).
Adapun uraian dari ketiga hal tersebut adalah:
b.1. Survey konsumsi makanan
Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
b.2. Statistik vital
Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik kesehatan
seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian
akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
b.3. Ekologi
Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi
merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,
biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat
tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll.
Untuk menilai status gizi seseorang, ditanyakan tentang makanan dan masalah
kesehatan, dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium tertentu.
Pada pemeriksaan darah dilakukan pengukuran kadar zat gizi dan bahan-bahan
65
yang tergantung kepada kadar zat gizi (misalnya hemoglogbin, hormon tiroid dan
transferin).
Untuk menentukan riwayat makan seseorang, ditanyakan makanan apa yang
dimakan dalam 24 jam terakhir dan jenis makanan seperti apa yang biasanya
dimakan. Dibuat catatan tentang daftar makanan yang dimakan selama 3 hari.
Selama pemeriksaan fisik, diamati penampilan secara keseluruhan dan tingkah
lakunya, juga distribusi lemak tubuh serta fungsi organ tubuhnya.
Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Misalnya,
perdarahan lambung dapat menyebabkan anemia karena kekurangan zat besi.
Seseorang yang telah diobati dengan vitamin A dosis tinggi karena berjerawat,
bisa mengalami sakit kepala dan penglihatan ganda sebagai akibat keracunan
vitamin A.
Berbagai sistem tubuh bisa dipengaruhi oleh kelainan gizi:
1. Sistem saraf bisa terkena oleh kekurangan niasin (pelagra), beri-beri,
kekurangan atau kelebihan vitamin B6 (piridoksin) dan kekurangan
vitamin B12
2. Pengecapan dan pembauan bisa dipengaruhi kekurangan seng
3. Sistem pembuluh darah jantung bisa dipengaruhi oleh :
- beri-beri
- kegemukan (obesitas)
- makanan tinggi lemak menyebabkan hiperkolesterolemi dan penyakit
jantung koroner
- makanan kaya garam bisa menyebabkan tekanan darah tinggi
4. Saluran pencernaan dipengaruhi oleh pelagra, kekurangan asam folat dan
banyak minum alkohol
5. Mulut (lidah, bibir, gusi dan membran mukosa) dipengaruhi oleh
kekurangan vitamin B dan vitamin C
6. Pembesaran kelenjar tiroid terjadi akibat kekurangan iodium
66
7. Kecenderungan mengalami perdarahan dan gejala pada kulit seperti ruam
kemerahan, kulit kering dan pembengkakan karena penimbunan cairan
(edema) bisa terjadi pada kekurangan vitamin K, kekurangan vitamin C,
kekurangan vitamin A dan beri-beri
8. Tulang dan sendi dapat terkena ricketsia, osteomalasia, osteoporosis dan
kekurangan vitamin C.
13. Metabolisme lemak dan protein
METABOLISME LEMAK
Lemak merupakan kelompok senyawa heterogen yang berkaitan dengan asam
lemak, baik secara aktual maupun potensial. Sifat umum lemak yaitu relative tidak
larut dalam air dan larut dalam pelarut non polar seperti eter, kloroform, alcohol
dan benzena. Lipid diklasifikasikan menjadi:
1. Lipid sederhana adalah ester asam lemak dengan berbagai alkohol. Misalnya:
lilin dan minyak.
2. Lipid majemuk adalah ester asam lemak yang mengandung gugus lain selain
alkohol dan asam lemak yang terikatpada alkoholnya. Misalnya: fosfolipid,
glikolipid, solfolipid, amino lipid dan lipoprotein.
3. Derivate lipid, misalnya: alkohol, asam lemak, gliserol,steroid, lemak-lemak
aldehid dan vitamin A, D, E, dan K.
Fungsi dari lemak adalah sebagai energy cadangan, pembentukan membrane sel,
bahan bakar tubuh, bersama protein sebagai alat angkut, penggerak hormone, agen
pengemulsi, isolator panas memelihara organ tubuh, melindungi organ tubuh dll.
Pemecahan lemak menjadi asam lemak, monogliserida, kolin dan sebagainya,
terjadi hampi semuanyasecara eksklusif dalam duodenum dan jejunum, melalui
kerja sama antara gara-garam empedu dan lipase pancreas, dalam lingkungan pH
yang lebih tinggi yang disebabkan oleh sekresi bikarbonat.
Asam-asam lemak, monogliserida, fosfat, kolesterol bebas dan bahan penyusun
lain dari lemak yang terbenuk olah proses pencernaan, diserapke dalam sel
67
mukosa intestine. Penyerapan terjadi dengan jalan difusi pasif, terutama dalam
setengah bagian atas usus kecil. Garam-garam empedu yang disekresi untuk
menolong pencernaan dan penyerapan akan diserap kembali dalam saluran
pencernaan bagian bawah.
Setelah masuk ke dalam mukosa intestin, trigliserida, fosfolipid dan ester
kolesterol disintesis kembali, di bungkus dengan sedikit protein kemudian
disekresikan ke dalam kilomikron ke dalam ruang ekstraselular, memasuki lacteal
system limfe.
Bagian terbesar dari lemak makanan yang telah memasuki system limfe secara
perlahan memasuki aliran darah (sebagai kiomikron) melalui ductus turachicus
jadi mencegah perubahan besar kadar lemak darah permukaan. Masuknya darah
ke dalam darah dari limfe terus selama berjam-jam setelah makan banyak lemak.
Kilomikron dan VLDL terutama diproses oleh sel-sel adipose dan urat daging.
Apoprotein di permukaan mengaktifkan lipase lipoprotein (LPL) yang terikat
pada permukaan pembuluh darah kecil dan kapiler dalam jaringan-jaringan
tersebut. Ini menyebabkan pembebasan secara local asam lemak bebas yang
secara cepat diserap an digunakan untuk energy atau diinkoporasikan kembali
menjadi trigliserida untuk digunakan kemudian. Kelebihan fosfolipid permukaan
dan beberapa kolesterol dan protein dipindahkan ke HDL. Sisa trigliserida yang
terdeplesi dalam kilomikron, dengan ester kolesterol memasuki hati melalui
reseptor khusus..
Di dalam hati, ester kolesterol akan mendapat proses esterifikasi dan bersama
asam-asam lemak memasuki pool hati yang ada. Kolesterol diekskresikan ke
dalam empedu atau diesterifikasi dan diinkoporasikan ke dalam VLDL untuk
nanti diangkut lebih lanjut. Asam-asam lemak terbentuk terutama dari kelebihan
karbohidrat yang tidak dibutuhkan secara local untuk enegi atau membrane sel
diinkorporasikan kembali ke dalam trigliserida. Dan bersama fosfolipid, koleserol
dan protein dikemas dalambentuk VLDL hati memasuki aliran darah dan melalui
lintasan yang sama dengan VLDL-intestin.yaitu khilangan komponen trigliserida
68
sampai lipase lipoprotein. Tetapi umumnya, lebih lama dalam plasma daripada
kilomikron.
Hampir semua asam lemak memasuki jaringan lemak atau urat daging untuk
disimpan dalam bentuk trigliserida. Lipoprotein yang tinggal itu menjadi LDL
atas pertolongan HDL dan Lechithin-Cholsterol Acyl Transferase (LCAT) yang
mengesterifikasi kolesterol dengan asam lemak poli tidak jenuh dari posisi 2 pada
lesitin. LDL yang pada prinsipnya terdiri dari inti ester kolesterol, protein dan
fosfolipid permukaan kemudian diambil oleh hampir semua jaringan permukaan.
Pengambilan LDL secara normal juga tergantung ikatannya pada reseptor
terutama pada membrane sel. Reseptor-reseptor tesebut bisa tidak mempunyai
atau mengandung secara tidak sempurna salah satu atau lebih bentuk-bentuk
hiperkolesterolemia yang sehubungan. Kalau LDL plasma meningkat, peningkata
katabolisme terjadi atas pertolongan makrofag-makrofag retikuloendotelial atau
peningkatan pengambilan yang tidak spesifik.
Jaringan lemak melepas asam lemak bebas dan gliserol ke dalam darah, dimana
asam lemak tersebut diangkut dengan albumin ke hamper semua organ. Di lain
pihak, gliserol berjalan terutama ke dalam hati dan sedikit ke dalam ginjal, hanya
jaringan-jaringan ini tempatnya dapat digunakan. Langkah pertama memerlukan
proses fosforilasi oleh asam alfa gliserol kinasne, yang tidak didapatkan dalam
jaringan lain. Tidak adanya enzim ini dalam jaringan lemak mungkin dapat
menolong mencegah agar sikus pembentukan dan pemecahan trigliserida dalam
tubuh tidak sia-sia, karena pembentukan alfa gliserol fosfat dalam jaringan lemak
akan menyebabkan tersintesisnya kembali trigliserida. Sintesis trigliserida dalam
jaringan lemak tergantung pada pembentukan alfa gliserol fosfat dari glukose dan
dalam kondisi dimana lemak dibutuhkan untuk energy dengan glucose tidak
tersedia untuk proses ini.
METABOLISME PROTEIN
Meliputi:
69
Degradasi protein (makanan dan protein intraseluler) mjd asam
amino
Oksidasi asam amino
Biosintesis asam amino
Biosintesis protein
70
Metabolisme protein dan juga asam nukleat berbeda dengan metabolisme
karbohidrat dan lipid
Karbohidrat dan lipid dapat disimpan dan digunakan jika dibutuhkan
ketika membutuhkan energi atau untuk biosintesis
71
Bbrp tanaman mampu menyimpan senyawa N
(Asparagine pd Asparagus)
Bbrp insect mempunyai protein simpanan di dalam darah mereka
Tidak mewakili bentuk simpanan N
Hewan harus selalu menyediakan suplai N yg cukup melalui makanan
mengganti N yg hilang karena katabolisme
Setiap asam amino mengandung plg tidak 1 gugus amino. Sehingga
membutuhkan mekanisme khusus untuk memecah gugus amino dengan
kerangka C –nya
Kerangka C dr asam amino oksidasi mjd CO2 dan H2O
menyumbangkan senyawa 3 / 4 C
yang dapat diubah mjd glukosa
Seberapa besar kemampuan suatu organisme menggunakan asam amino sbg
sumber energi jenis organismenya
Carnivora 90% energi yang dibutuhkan berasal oksidasi asam amino
(setelah makan)
72
Pada umumnya organisme tidak mempunyai polimer senyawa
nitrogen untuk disimpan
Herbivora hanya sedikit memperoleh energi dari oksidasi asam amino.
sebagian bsr energi berasal dr karbohidrat
katabolisme asam amino hanya untuk menyuplai
biosintesis senyawa lain
Hewan melakukan degradasi oksidatif jika dalam kondisi :
Selama sintesis normal dan degradasi protein seluler (protein turnover)
as. Amino yg dilepas dr pemecahan protein tidak digunakan untuk sintesa
protein baru.
Asupan makanan kaya akan protein as. Amino yg masuk melebihi
kebutuhan tubuh utk sintesis protein.
Kelaparan atau diabetes militus. Karbohidrat tidak cukup atau tidak
dapat digunakan. protein tubuh digunakan sbg sumber energi
Pada Vertebrata :
Asam amino dr Makanan sebagian besar dimetabolisme di hati
Ammonia yg dihasilkan :
- digunakan kembali untuk proses biosintesis
- kelebihan ada yg di keluarkan dr tubuh dlm bentuk urea, asam
urat, atau ammonia
Ammonia dr jaringan yg lain di bawa ke hati diubah mjd bentuk lain dan
diekskresikan
73
I. Degradasi Protein menjadi Asam amino
74
Degradasi protein dr makanan asam amino : tjd di saluran pencernaan
Saluran pencernaan (usus halus)
Lam
bu
ng
PROTEIN
Stimulate mukosa lambung hormone
gastrin
Stimulate sekresi HCl oleh sel parietal & pepsinogen oleh chief cell
pH rendah antiseptic& protein mengalami degradasi mudah dipecah oleh enzim2
pepsinogen pepsin oleh aktifitas pepsin sendiri diputus 42 aa pd N
terminal
Pepsin menghidrolisis iktn peptide pd N terminal dkt Tyr, Phe and Trp
Pan
kreas
Kondisi asam sekresi hormone sekretin
Sekresi bikarbonatMenetralisir
pH ± 7
Masuknya as. Amino : stimulate sekresi hormone cholecystokinin
Sekresi bbrp enzim: trypsinogen,
chymotrypsinogen, procarboxypeptidase
Kondisi pH Zymogen mjd aktif:Tripsinogen Trypsin, (oleh enteropeptidase)Trypsin activate chymotrypsin, carboxypeptidase
Secret aminopeptidase
Asam Amino Bebas
Kenapa enzim diproduksi oleh pankreas dlm kondisi non aktif?
- Melindungi pankreas dr aktifitas proteolisis dr enzim2 tsbt
Untuk melindungi diri pankreas jg mensekresi inhibitor pankreatik tripsin
(Pancreatic trypsin inhibitor)
Trypsin, chymotrypsin dan carboxypeptidase mempunyai aktifitas
katalitik yg spesifik satu dng yg lain
- Trypsin memecah ikatan peptida yg karbonil nya berasal dr Lys dan
Arg
- Chymotrypsin memecah iktn peptida pada karboksi terminal dr
Phe, Tyr, dan Trp
Degradasi oligopeptida disempurnakan oleh peptidase yg lain
- Carboxypeptidase memecah karboksi terminal scr berurutan
- Aminopeptidase memecah N-terminal
Asam amino bebas ditransport melewati sel epithelial usus halus.
Masuk kapiler darah yg tdpt di pili dan ditranspor ke hati
75
Protein makanan telah diubah mjd asam amino !
II. Oksidasi Asam Amino
Pada umumnya, degradasi asam amino dimulai dengan pelepasan gugus
amino menghasilkan kerangka C diubah mjd senyawa antara
metabolisme utama tubuh
Metabolisme asam amino pada umumnya terjadi di hati
Kelebihan di luar liver dibawa ke hati diekskresikan
Ammonia digunakan kembali utk proses biosintesis
diekskresi scr langsung atau diubah terlebih dahulu mjd
asam urat / urea
Vertebrata terestrial urea ureotelic
Burung & reptil asam urat uricotelic
Binatang di air ammonia ammonotelic
76
Hepatocyte / cytosol sel liver
Ditranspor ke mitokondria
Proses transaminasi : proses yang mana suatu gugus amino dipindahkan,
biasanya dari Glu suatu α – keto acid dan reaksi ini menghasilkan asam
amino yg terkait plus α-ketoglutarat
o Reaksi transaminasi dikatalis oleh enzim transaminase
(aminotransferase)
o Reaksi transaminasi membutuhkan koenzim piridoxal phosphat
(PLP) yang berasal dari vitamin B6
o Aminotranferase mengkatalisis
Glutamate α – KG
Aspartate OAA
Alanine pyruvate
Degradasi asam amino berlanjut dengan pelepasan gugus amino
diekskresi
o Di dalam mitokondria reaksi deaminasi oxidative dikatalisis
oleh L-glutamate dehydrogenase (enzim terdapat dlm matrik
mitokondria)
o Reaksi kombinasi dr aminotransferase dan glutamate DH
trandeaminasi
77
Melibatkan α – KG Glu
o Glu DH enzim allosterik komplek.
Positive modulator ADP
Negative modulator GTP TCA
Serin dan Threonin dapat langsung dideaminasi !
Karena mempunyai gugus hidroksil (-OH) pada atom C β maka asam
amino ini dapat langsung di ubah menjadi ammonia
Reaksi dikatalisis serin dehidratase dan threonin dehidratase.
Memerlukan PLP sebagai cofactor
Serin pyruvat + NH4+
Threonin α ketobutyrate + NH4+
Transport ammonia ke hati
Ammonia bersifat toksik bagi jaringan hewan.
Pengubahan ammonia menjadi urea terjadi di dalam hati
Ammonia menjadi glutamin transport ke hati
Glutamin tidak toksik, bersifat netral dan dapat lewat melalui sel
membran secara langsung.
merupakan bentuk utama utk transpor ammonia
shg tdpt di dlm darah lebih tinggi dr a. Amino yg lain
jg berfungsi untuk sumber gugus amino pada berbagai
reaksi biosintesis
78
79
Mengapa bukan glutamate?
Ammonia diubah menjadi UreaUrea Urea Cycle
Ditemukan oleh Hans Krebs dan Kurt Henseleit (5thn sblm TCA)
80
Di Otot
Alanin penting dlm transport gugus amino ke liver glucose-alanin cycle
Di otot & jaringan lain yg mampu menggunakan protein sbg sumber tenaga
Gugus amino di transfer ke pyruvat (produk dr glikolisis)alanin aminotranferase
alanin netral pd pH ± 7 melalui darah dibawa ke hati
Penggunaan alanin mrpkn intrinsic economic dr organisme
Urea
Prekursor urea arginin dgn enzim arginase urea & ornithine
Pembentukan Carbamoyl phosphat simpel molekul tp komplek biosintesisnya
CO2 + NH4+ +2 ATP + H2O Carbamoyl phosphat + 2 ADP + Pi + 3H+
Cp synthetase
Stoickhimotry dr sintesis urea
CO2 + NH4+ + 3 ATP + Aspartat + 2 H2O Urea + 2 ADP + 2 Pi + AMP + PPi+
fumarate
secara energetic high cost
81
Nitrogen dr asam amino aspartate dan dr NH4
+
Atom C CO2
82
UREA cycle
PPi langsung di hidrolisis shg urea cycle 4 phosphat
Fumarat menghubungkan dengan TCA cycle
Fumarat malate OAA
OAA mempunyai beberapa alternatife pathway
Transaminasi mjd aspartate
Diubah mjd glukosa dengan glukoneogenesis pathway
Berkondensasi dgn acetyl co A citrate
Diubah mjd pyruvate
Sintesa urea jalur utama utk pelepasan Ammonia
Gangguan pada salah satu tahap dr urea cycle sngt berbahaya karena tidak
ada alternatif jalur yg lain
83
Hyperammonemia
Koma, mutah2 mati
Arginosuccinase defiesiensi diet surplus arg dan low protein diet
Atom C hasil degradasi Asam amino senyawa intermediet metabolisme
utama tubuh
Strategi degradasi asam amino mengubah kerangka C nya menjadi
senyawa intermediete dr metabolisme primer yang kemudian dpt diubah
menjadi glukosa atau dioksidasi oleh TCA
84
Kerangka karbon menjadi 7 senyawa :
α –KG OAA
asetil Ko A Suksinil Ko A Piruvat
Asetoasetil Ko A fumarat
85
Ketogenik Glukogenik
LeusinLysine Ile, Phe, Trp, Tyr The rest of A.A
TCA = tri carboxylic acid Citric acid cycle Krebs cycle
86
Glycolisis !!
87
Siklus Nitrogen
Nitrogen adalah elemen yang esensial untuk biomolekul spt as, amino,
nukleotida
88
Glukoneo-genesis
Semua organisme mampu mengubah ammonia (NH3) menjadi substansi
atau senyawa organik yang mengandung N
Reduksi N2 NH3 hanya dapat dilakukan oleh mikroorganisme baik
bebas atau yang memerlukan simbiose dengan tumbuhan
proses ini disebut fiksasi nitrogen secara biologis
Reduksi NO3- NH3 : banyak ditemukan pada mikroorganisme dan
tumbuhan
Di biosfer harus selalu dipelihara keseimbangan antara N inorganik dan
N organik
Konversi nitrogen inorganik nitrogen organik : fiksasi nitrogen dan
reduksi nitrogen
Nitrogen organik nitrogen inorganik : katabolisme, dan denitrifikasi
Nitrosomonas mengoksidasi ammonia nitrit
Nitrobacter mengoksidasi nitrit menjadi nitrat
Fiksasi Nitrogen
89
Merupakan reaksi reduksi nitrogen (N2) menjadi ammonia (NH3)
Beberapa organisme yg mampu melakukan fiksasi nitrogen scr biologis:
Kleibsella dan Azotobacter, cyanobacteria
Rhizobium yang bersiombiosis dengan tumbuhan
leguminous
Rhizobium akan menginfeksi akar tanaman legum terdapat di dalam sel
tumbuhan yang terinfeksi bakteroid
Fiksasi nitrogen melibatkan 2 sistem enzim :
o Nitrogenase (komponen I atau protein komplek molibdenum-besi)
mengkatalisis reduksi N2
o Nitrogenase reduktase (Komponen II atau protein besi)
mengkatalisis transfer elektron dari feredoksin / flavodoksin ke
nitrogenase
Enzim-enzim yang terlibat sangat sensitif thdp O2
Di dalam akar tanaman lingkungan anaerobik diperoleh dgn adanya
protein leghemoglobin yang mengikat O2
Reaksi keseluruhan pada Kleibsella pneumoniae
N2 + 8e- + 16ATP + 16H2O -> 2NH3 + H2 + 16ADP + 16 Pi + 8 H+
90
Siklus Nitrogen
91
Biosintesis asam amino :
Semua asam amino berasal dari senyawa intermediet
Glikolisis, siklus asam sitrat, dan pentose phosphat pathway
Nitrogen masuk ke dalam metabolisme melalui
Glutamat dan Glutamin
Kemampuan organisme utk mensintesis asam amino berbeda-beda
o Bakteri dan tumbuhan pada umumnya mampu mensintesis
semua asam amino
o Mammal hanya separo dari total asam amino
Asam amino esensial Asam amino non esensial
Val, Leu, Phe, Trp, His, Met, Thr, Ile,
Lys dan Arg
(utk Arg manusia hanya mampu
mensintesis 2/3 dr kebutuhan
Ala, Cys, Gly, Tyr, Asp, Glu, Gln, Pro,
Ser, Asn
Asam amino esensial harus diperoleh dari makanan
Berdasarkan prekursor nya, biosintesis asam amino dibagi menjadi 5 famili:
- α – ketoglutarat - piruvat
- 3-phosphogliserat - fosfoenolpiruvat dan eritrose -4P
- Oksaloasetat - Ribosa 5-P
Reaksi Transaminasi telah menghasilkan
- Glutamat
- Glutamin
- Aspartat
- Asparagin
- Alanin
92
E. STEP V
Tujuan Pembelajaran (Menentukan LO)
1. Defisiensi vitamin
2. Metabolism lemak
3. Perbedaan marasmus dan kwashiorkor
4. Marasmic-kwashiorkor
93
F. STEP VI
Belajar Mandiri
Soetjiningsih, dr. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Arisman, Dr. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.
Nelson. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Behrman Kliegman Aevin : EGC.
Staf Pengajar IKA FK UI. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FK
UI.
Murray, K. Robert. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta: EGC.
http://medicastore.com/metabolisme-lemak
94
G. STEP VII
Laporan Hasil Belajar Mandiri
1. Defisiensi vitamin
VITAMIN
I. Pendahuluan
Vitamin merupakan nutrien organic yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk
berbagai fungsi biokimiawi dan yang umumnya tidak disintesis oleh tubuh
sehingga harus dipasok dari makanan.Vitamin yang pertama kali ditemukan
adalah vitamin A dan B , dan ternyata masing-masing larut dalam lemak dan larut
dalam air.Kemudian ditemukan lagi vitamin-vitamin yang lain yang juga bersifat
larut dalam lemak atau larut dalam air.Sifat larut dalam lemak atau larut dalam air
dipakai sebagai dasar klassifikasi vitamin.Vitamin yang larut dalam
air ,seluruhnya diberi symbol anggota B kompleks ( kecuali vitamin C ) dan
vitamin larut dalam lemak yang baru ditemukan diberi symbol menurut abjad
(vitamin A,D,E,K ).Vitamin yang larut dalam air tidak pernah dalam keadaan
toksisitas di didalam tubuh karena kelebihan vitamin ini akan dikeluarkan melalui
urin.
II. Vitamin yang larut di dalam air
Fungsinya dalam biomedis.
Tidak adanya vitamin atau defisiensi relatif vitamin dalam diet akan menimbulkan
berbagai keadaan defisiensi dan penyakit yang khas.Defisiensi vitamin tunggal
dari kelompok B kompleks jarang terjadi ,karena diet yang jelek paling sering
disertai dengan keadaan defisiensi multiple.Diantara vitamin-vitamin yang larut
dalam air ,dikenali keadaan defisiensi berikut ini :
- penyakit beri-beri (defisiensi tiamin ).
- Keilosis, glositis,sebore, dan fotofobia (defisiensi riboflavin)
- Pellagra (defisiensi niasin).
95
- Neuritis perifer (defisiensi piridoksin).
- Anemia megaloblastik,asiduria metilmalonat dan anemia pernisiosa
(defisiensi kobalamin).
- Anemia megaloblastik (defisiensi asam folat).
- Penyakit skorbut / skurvi (defisiensi asam askorbat).
Defisiensi vitamin dihindari dengan mengkomsumsi berbagai jenis makanan
dalam jumlah yang memadai.
Vitamin yang larut di dalam air kelompok dari vitamin B kompleks
merupakan kofaktor dalam berbagai reaksi enzimatik yang terdapat di dalam
tubuh kita. Vitamin B yang penting bagi nutrisi manusia adalah :
-Tiamin ( vitamin B 1 ).
-Riboflavin ( vitamin B2 ).
-Niasin (asam nikotinat ,nikotinamida, vitamin B3 )
-Asam pantotenat ( vitamin B5 ).
-Vitamin B6 ( piridoksin ,pridoksal ,piridoksamin ).
-Biotin.
-Vitamin B12 (kobalamin ).
-Asam folat.
Karena kelarutannya dalam air ,kelebihan vitamin ini akan diekskresikan ke
dalam urin dan dengan demikian jarang tertimbun dalam konsentrasi yang
toksik.Penyimpanan vitamin B kompleks bersifat terbatas (kecuali kobalamin)
sebagai akibatnya vitamin B kompleks harus dikomsumsi secara teratur.
II.1.Tiamin
Tiamin tersusun dari pirimidin tersubsitusi yang dihubungkan oleh jembatan
metilen dengan tiazol tersubsitusi.
96
Bentuk aktif dari tiamin adalah tiamin difosfat ,di mana reaksi
konversi tiamin menjadi tiamin difosfat tergantung oleh enzim tiamin
difosfotransferase dan ATP yang terdapat di dalam otak dan hati.Tiamin
difosfat berfungsi sebagai koenzim dalam sejumlah reaksi enzimatik dengan
mengalihkan unit aldehid yang telah diaktifkan yaitu pada reaksi :
1. Dekarboksilasi oksidatif asam-asam α - keto ( misalnya α- ketoglutarat,
piruvat, dan analog α - keto dari leusin isoleusin serta valin).
2. Reaksi transketolase (misalnya dalam lintasan pentosa fosfat).
Semua reaksi ini dihambat pada defisiensi tiamin .Dalam setiap
keadaan tiamin. Difosfat menghasilkan karbon reaktif pada tiazol yang
membentuk karbanion, yang kemudian ditambahkan dengan bebas kepada
gugus karbonil,misalnya piruvat.Senyawa adisi kemudian mengalami
dekarboksilasi dengan membebaskan CO2.Reaksi ini terjadi dalam suatu
kompleks multienzim yang dikenal sebagai kompleks piruvat
dehidrogenase.Dekarboksilasi oksidatif α - ketoglutarat menjadi suksinil ko-A
dan CO2 dikatalisis oleh suatu kompleks enzim yang strukturnya sangat
serupa dengan struktur kompleks piruvat dehidrogenase.
Defisiensi tiamin
Pada manusia yang mengalami defisiensi tiamin mengakibatkan reaksi yang
tergantung pada tiamin difosfat akan dicegah atau sangat dibatasi ,sehingga
menimbulkan penumpukan substrat untuk reaksi tersebut,misalnya
piruvat ,gula pento dan derivat α- ketoglutarat dari asam amino rantai
bercabang leusin, isoleusin serta valin .Tiamin didapati hampir pada semua
tanaman dan jaringan tubuh hewan yang lazim digunakan sebagai makanan ,
tetapi kandungannya biasanya kecil .Biji-bijian yang tidak digiling sempurna
dan daging merupakan sumber tiamin yang baik. Penyakit beri-beri
disebabkan oleh diet kaya karbohidrat rendah tiamin,misalnya beras giling
atau makanan yang sangat dimurnikan seperti gula pasir dan tepung terigu
berwarna putih yang digunakan sebagai sumber makanan pokok.
97
Gejala dini defisiensi tiamin berupa neuropati perifer, keluhan mudah capai,
dan anoreksia yang menimbulkan edema dan degenerasi kardiovaskuler,
neurologis serta muskuler. Encefalopati Wernicke merupakan suatu keadaan
yang berhubungan dengan defisiensi tiamin yangsering ditemukan diantara
para peminum alcohol kronis yang mengkomsumsi hanya sedikit makanan
lainnya.Ikan mentah tertentu mengandung suatu enzim (tiaminase ) yang labil
terhadap panas,enzim ini merusak tiamin tetapi tidak dianggap sebagai
masalahyang penting dalam nutrisi manusia.
II.2. Riboflavin
Riboflavin terdiri atas sebuah cincin isoaloksazin heterosiklik yang terikat
dengan gula alcohol,ribitol.Jenis vitamin ini berupa pigmen fluoresen
berwarnayang relatif stabilterhadap panas tetapi terurai dengan cahaya yang
visible.
Bentuk aktif riboflavin adalah flavin mononukleatida ( FMN ) dan flavin
adenin dinukleotida ( FAD ).FMN dibentuk oleh reaksi fosforilasi riboflavin
yang tergantung pada ATP sedangkan FAD disintesis oleh reaksi selanjutnya
dengan ATP dimana bagian AMP dalam ATP dialihkan kepada FMN.
FMN dan FAD berfungsi sebagai gugus prostetik enzim oksidoreduktase,di
mana gugus prostetiknya terikat erat tetapi nonkovalen dengan
apoproteinnya.Enzim-enzim ini dikenal sebagai flavoprotein .Banyak enzim
flavoprotein mengandung satu atau lebih unsur metal seperti molibneum serta
besi sebagai kofaktor esensial dan dikenal sebagai metaloflavoprotein.
Enzim-enzim flavoprotein tersebar luas dan diwakili oleh beberapa
enzim oksidoreduktase yang penting dalam metabolisma mamalia,misalnya
oksidase asam α amino dalam reaksi deaminasi asam amino , santin oksidase
dalam penguraian purin ,aldehid dehidrogenase,gliserol 3 fosfat dehidrogenase
mitokondria dalam proses pengangkutan sejumlah ekuivalen pereduksi dari
sitosol ke dalam mitokondria,suksinat dehidrogenase dalam siklus asam sitrat,
Asil ko A dehidrogenase,serta flavoprotein pengalih electron dalam oksidsi
asam lemak dan dihidrolipoil dehidrogenase dalam reaksi dekarboksilasi
oksidatif piruvat serta α- ketoglutarat, NADH dehidrogenase merupakan
98
komponen utama rantai respiratorikdalam mitokondria.Semua system enzim
ini akan terganggu pada defisiensi riboflavin.
Dalam peranannya sebagai koenzim, flavoprotein mengalami reduksi
reversible cincin isoaloksazin hingga menghasilkan bentuk FMNH2 dan
FADH2.
Defisiensi Riboflavin.
Bila ditinjau dari fungsi metaboliknya yang luas ,kita heran melihat defisiensi
riboflavin tidak menimbulkan keadaan yang bisa membawa kematian. Namun
demikian kalau terjadi defisiensi tiamin, berbagai gejala seperti stomatitis
angularis, keilosis,glositis,sebore dan fotofobia.
Riboflavin disintesis dalam tanaman dan mikroorganisme, namun tidak dibuat
dalam tubuh mamalia. Ragi, hati dan ginjal merupakan sumber riboflavin yang
baik dan vitamin ini diabsorbsi dalam intestinum lewat rangkaian
reaksifosforilasi – defosforilasi di dalam mukosa . Berbagai hormon
( misalnya hormon tiroid dan ACTH ), obat-obatan (misalnya
klorpromazin,suatu inhihibitor kompetitif ) dan factor-faktor nutrisi
mempengari\uhi konversi riboflavin menjadi bentuk-bentuk kofaktornya .
Karena sensitivitasnya terhadap cahaya,defisiensi riboflavin dapat terjadi pada
bayi yang baru lahir dengan hiperbilirubinemiayang mendapat fototerapi.
II.3.Niasin
Niasin merupakan nama generik untuk asam nikotinat dan nikotinamida yang
berfungsi sebagai sumber vitamin tersebut dalam makanan .Asam nikotinat
merupakan derivat asam monokarboksilat dari piridin.
Bentuk aktif sari niasin adalah Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NAD+)
dan Nikotinamida Adenin Dinukleotida Fosfat ( NADP+).
Nikotinat merupakan bentuk niasin yang diperlukan untuk sintesis NAD+ dan
NADP+ oleh enzim-enzim yangterdapat pada sitosol sebagian besar
sel.Karena itu,setiap nikotinamida dalam makanan, mula-mula mengalami
deamidasi menjadi nikotinat. Dalam sitosol nikotinat diubah menjadidesamido
99
NAD+ melalui reaksi yang mula-mula dengan 5- fosforibosil –1-pirofosfat
( PRPP ) dan kemudian melalui
100
adenilasi dengan ATP.Gugus amido pada glutamin akan turut membentuk
koenzim NAD +. Koenzim ini bisa mengalami fosforilasi lebih lanjut
sehingga terbentuk NADP+.
Fungsi Niasin
Nukleotida nikotinmida mempunyai peranan yang luas sebagai koenzim pada
banyak enzim dehidrogenase yang terdapat di dalam sitosol ataupun
mitokondria .Dengan demikian vitamin niasin merupakan komponen kunci
pada banyak lintasan metabolic yang mengenai metabolisme karbohidrat ,liid
serta asam amino.NAD+ dan NADP+ merupakan koenzim pada banyak enzim
oksidorduktase. Enzim-enzim dehidrogenase yang terikat dengan NAD
mengkatalisis reaksi oksidoreduksi dalam lintasan oksidatif misalnya siklus
asam sitrat,sedangkan enzim-enzim dehidrogenase yang terikat dengan NADP
ditemukan dalam lintasan yang berhubungan dengan sintesis reduktif misalnya
lintasan pentosa fosfat.
Defisiensi Niasin
Kekurangan niasin menimbulkan sindroma defisiensi
pellagra,gejalanya ,encakup penurunan BB,berbagai kelainan
pencernaan,dermatitis, depresi dan demensia.
Niasin ditemukan secara luas dalam sebagian besar makanan hewani dan
nabati. Asam amino essensial triptofan dapat diubah menjadi niasin (NAD+)
dimana setiap 60 mg triptofan dapat dihasilkan 1 mg niasin. Terjadinya
defisiensi niasin apabila kandungan makanan kurang mengandung niasin dan
triptofan . Tetapi makanan dengan kandungan leusin yang tinggi dapat
menimbulkan defisiensi niasin karena kadar leusin yang tinggi dalam diet
dapat menghambat kuinolinat fosforibosi transferase yaitu suatu enzim kunci
dalam proses konversi triptofa menjadi NAD+. Piridoksal fosfat yang
merupakan bentuk aktif dari vitamin B6 juga terlibat sebagai kofaktor dalam
sintesis NAD+ dari triptofan .Sehingga defisiensi vitamin B6 dapat
mendorong timbulnya defisiensi niasin.
101
II.4.Asam Pantotenat
Asam pantotenat dibentuk melalui penggabungan asam pantoat dengan
alanin.Asam pantoneat aktif adalah Koenzim A (Ko A ) dan Protein Pembawa
Asil (ACP). Asam pantoneat dapat diabsorbsi dengan mudah dalam intestinum
dan selanjutnya mengalami fosforilasi oleh ATP hingga terbentuk 4'-
fosfopantoneat . penambahan sistein dan pengeluaran gugus karboksilnya
mengakibatkan penambahan netto tiotanolamina sehingga menghasilkan 4' –
fosfopantein, yakni gugus prostetik pada ko A dan ACP . Ko A mengandung
nukleotida adenin . Dengan demikian 4' –fosfopantein akan mengalami
adenilasi oleh ATP hingga terbentuk defosfo koA . Fosforilasi akhir terjadi
pada ATP dengan menambahkan gugus fosfat pada gugus 3 – hidroksil dalam
moitas ribose untuk menghasilkan ko A.
Defisiensi Asam pantoneat
Kekurangan asam pantoneat jarang terjadi karena asam pantoneat terdapat
secara lluas dalam makanan,khususnya dalam jumlah yang berlimpah dalam
jaringan hewan,sereal utuh dan kacang-kacangan. Namun demikian ,burning
foot syndrom pernah terjadi diantara para tawanan perang akibat defisiensi
asam pantoneat dan berhubungan dengan menurunnya kemampuan asetilasi.
II.5.Vitamin B6
Vitamin B6 terdiri atas derivat piridin yang berhubungan erat yaitu piridoksin,
piridoksal serta piridoksamin dan derivat fosfatnya yang bersesuaian.
Bentuk aktif dari vitamin B6 adalah piridoksal fosfat, di mana semua bentuk
vitamin B6 diabsorbsi dari dalam intestinum , tetapi hidrolisis tertentu
senyawa-senyawa ester fosfat terjadi selama proses pencernaan .Piridksal
fosfat merupakan bentuk utama yang diangkut dalam plasma . Sebagian besar
jaringan mengandung piridoksal kinase yang dapat mengkatalisis reaksi
fosforilasi oleh ATP terhadap bentuk vitamin yang belum terfosforilasi
menjadi masing- masing derivat ester fosfatnya . Piridoksal fosfat merupakan
koenzim pada beberapa enzim dalam metabolisme asam aimno pada proses
transaminasi, dekarboksilasi atau aktivitas aldolase. Piridoksal fosfat juga
102
terlibat dalam proses glikogenolisis yaitu pada enzim yang memperantarai
proses pemecahan glikogen.
Defisiensi Vitamin B6.
Kekurangan vitamin B6 jarang terjadi dan setiap defisiensi yang terjadi
merupakan bagian dari defisiensi menyeluruh vitamin B kompleks. Namun
defisiensi vitamin B6 dapat terjadi selama masa laktasi , pada alkoholik dan
juga selama terapi isoniazid.
Hati, ikan mackerl, alpukat, pisang, daging, sayuran dan telur merupakan
sumber vitamin B6 yang terbaik.
II.6.Biotin
Biotin merupakan derivat imidazol yang tersebar luas dalam berbagai
makanan alami. Karena sebagian besar kebutuhan manusia akan biotin
dipenuhi oleh sintesis dari bakteri intestinal, defisiensi biotin tidak disebabkan
oleh defisiensi dietarik biasa tetapi oleh cacat dalam penggunaan. Biotin
merupakan koenzim pada berbagai enzim karboksilase.
Defisiensi biotin
Gejala defisiensi biotin adalah depresi, halusinasi, nyeri otot dan dermatitis.
Putih telur mengandung suatu protein yang labil terhadap panas yakni avidin.
Protein ini akan bergabung kuat dengan biotin sehingga mencegah
penyerapannya dan menimbulkan defisiensi biotin. Komsumsi telur mentah
dapat menyebabkan defisiensi biotin.Tidak adanaya enzim holokarboksilase
sintase yang melekatkan biotin pada residu lisin apoenzim karboksilat, juga
menyebabkan gejala defisiensi biotin, termasuk akumulasi substratdari enzim-
enzim yang tergantung pada biotin (piruvat karboksilase, asetyl ko A
karboksilase, propionil ko A karboksilase dan ß – metilkrotonil ko A ). Pada
sebagian kasus , anak-anak dengan defisiensi ini juga menderita penyakit
defisiesi kekebalan.
103
II.7. Vitamin B12
Vitamin B12 (kobalamin) mempunyai struktur cincin yang kompleks (cincin
corrin) dan serupa dengan cincin porfirin, yang pada cincin ini ditambahkan
ion kobalt di bagian tengahnya. Vitamin B12 disintesis secara eksklusif oleh
mikroorganisme. Dengan demikian, vitamin B12 tidak terdapat dalam
tanaman kecuali bila tanaman tersebut terkontaminasi vitamin B12 tetapi
tersimpan pada binatang di dalam hati temapat vitamin B12 ditemukan dalam
bentuk metilkobalamin,adenosilkobalamin, dan hidroksikobalamin.
Absorbsi intestinal vitamin B12 terjadi dengan perantaraan tempat-tempat
reseptor dalam ileum yang memerlukan pengikatan vitamin B12, suatu
glikoprotein yang sangat spesifik yaitu faktor intrinsik yang disekresi sel-sel
parietal pada mukosa lambung.. Setelah diserap vitamin B12 terikat dengan
protein plasma, transkobalamin II untuk pengangkutan ke dalam jaringan.
Vitamin B12 disimpan dalam hati terikat dengan transkobalamin I.
Koenzim vitamin B12 yang aktif adalah metilkobalamin dan
deoksiadenosilkobalamin.
Metilkobalamin merupakan koenzim dalam konversi Homosistein menjadi
metionin dan juga konversi Metiltetrahidrofolat menjadi tetrafidrofolat.
Deoksiadenosilkobalamin adalah koenzim untuk konversi metilmalonil Ko A
menjadi suksinil Ko A.
Kekurangan atau defisiensi vitamin B12 menyebabkan anemia
megaloblastik. Karena defisiensi vitamin B12 akan mengganggu reaksi
metionin sintase . anemia terjadi akibat terganggunya sintesis DNA yang
mempengaruhi pembentukan nukleus pada ertrosit yang baru . Keadaan ini
disebabkan oleh gangguan sintesis purin dan pirimidin yang terjadi akibat
defisiensi tetrahidrofolat. Homosistinuria dan metilmalonat asiduria juga
terjadi .Kelainan neurologik yang berhubungan dengan defisiensi vitamin B12
dapat terjadi sekunder akibat defisiensi relatif metionin.
II.8.Asam Folat
Nama generiknya adalah folasin . Asam folat ini terdiri dari basa pteridin yang
terikat dengan satu molekul masing-masing asam P- aminobenzoat acid
104
(PABA ) dan asam glutamat. Tetrahidrofolat merupakan bentuk asam folat
yang aktif. Makanan yang mengandung asam folat akan dipecah oleh enzim-
enzim usus spesifik menjadi monoglutamil folat agar bisa diabsorbsi .
kemudian oleh adanya enzim folat reduktase sebagian besar derivat folat akan
direduksi menjadi tetrahidrofolat dala sel intestinal yang menggunakan
NADPH sebagai donor ekuivalen pereduksi.
Tetrahidrofolat ini merupakan pembawa unit-unit satu karbon yang aktif
dalam berbagai reaksi oksidasi yaitu metil, metilen, metenil, formil dan
formimino.Semuanya bisa dikonversikan.
Serin merupakan sumber utama unit satu karbon dalam bentuk gugus metilen
yang secara reversible beralih kepada tetrahidrofolat hingga terbentuk glisin
dan N5, N10 – metilen – H4folat yang mempunyai peranan sentral dalam
metabolisme unit satu karbon. Senyawa di atas dapat direduksi menjadi N5 –
metil – H4folat yang memiliki peranan penting dalam metilasi homosistein
menjadi metionin dengan melibatkan metilkobalamin sebagai kofaktor.
Defisiensi atau kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia
megaloblastik karena terganggunya sintesis DNA dan pembentukan eritrosit.
II.9. Asam Askorbat
Bentuk aktif vitamin C adalah asam askorbat itu sendiri dimana fungsinya
sebagai donor ekuivalen pereduksi dalam sejumlah reaksi penting tertentu.
Asam askorbat dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat ,yang dengan
sendirinya dapat bertindak sebagai sumber vitamin tersebut. Asam askorbat
merupakan zat pereduksi dengan potensial hydrogen sebesar +0,008 V,
sehingga membuatnya mampu untuk mereduksi senyawa-senyawa seperti
oksigen molekuler, nitrat, dan sitokrom a serta c. Mekanisme kerja asam
askorbat dalam banyak aktivitasnya masih belum jelas, tetapi proses di bawah
ini membutuhkan asam askorbat :
- Hidroksilasi prolin dalam sintesis kolagen.
- Proses penguraian tirosin, oksodasi P-hidroksi –fenilpiruvat menjadi
homogentisat memerlukan vitamin C yang bisa mempertahankan
105
keadaan tereduksi pada ion tembaga yang diperlukan untuk
memberikan aktivitas maksimal.
- Sintesis epinefrin dari tirosin pada tahap dopamine-hidroksilase.
- Pembentukan asam empedu pada tahap awal 7 alfa – hidroksilase.
- Korteks adrenal mengandung sejumlah besar vitamin C yang dengan
cepat akan terpakai habis kalau kelenja tersebut dirrangsang ole
hormon adrenokortikotropik.
- Penyerapan besi digalakkan secara bermakna oleh adanya vitamin C.
- Asam askorbat dapat bertindak sebagai antioksidan umum yang larut
dalam air dan dapat menghambat pembentukan nitrosamin dalam
proses pencernaan.
Defisiensi atau kekurangan asam askorbat menyebabkan penyakit skorbut,
penyakit ini berhubungan dengan gangguan sintesis kolagen yang
diperlihatkan dalam bentuk perdarahan subkutan serta perdarahan lainnya ,
kelemahan otot, gusi yang bengkak dan menjadi lunak dan tanggalnya gigi,
penyakit skorbut dapat disembuhkan dengan memakan buah dan sayur-
sayuran yang segar. Cadangan normal vitamin C cukup untuk 34 bulan
sebelum tanda-tanda penyakit skorbut muncul.
III. Vitamin yang larut di dalam lemak
Vitamin yang larut dalam lemak merupakan molrkul hidrofobik apolar, yang
semua nya adalah derivat isoprene.Molekul-molekul ini tidak disintesis tubuh
dalam jumlah yang memadai sehingga harus disuplai dari
makanan.Pemasokan vitamin- vitamin yang larut dalam lemak ini
memerlukan absorbsi lemak yang normal agar vitamin tersebut dapat
diabsorbsi secara efisien. Begitu diabsorbsi molekul vitamin tersebut harus
diangkut dalam darah yaitu oleh lipoprotein atau protein pengikat yang
spesifik.Yang merupakan vitamin yang larut di dalam lemak adalah vitamin
A, D, E, dan K.
106
Fungsi dalam biomedis
Keadaan yang mempengaruhi proses pencernaan dan penyerapan seperti
steatore dan kelainan system biliaris dapat mempengaruhi proses penyerapan
vitamin- vitamin yang larut dalam lemak, sehingga dapat menimbulkan
keadaan defisiensi. Defisiensi gizi akan mempengaruhi fungsi vitamin-
vitamin tersebut.
III.1.Vitamin A
Vitamin A atau retinal merupakan senyawa poliisoprenoid yang mengandung
cincin sikloheksenil. Vitamin A . Vitamin A merupakan istilah generik untuk
semua senyawa dari sumber hewani yang memperlihatkan aktivitas biologik
vitamin A. senyawa-senyawa twersebut adalah retinal, asam retinoat dan
retinal.Hanya retinol yang memiliki aktivitas penuh vitamin A, yang lainnya
hanya mempunyai sebagian fungsi vitamin A.
Vitamin A mempunyai provitamin yaitu karoten.Pada sayuran vitamin A
terdapat sebagai provitamindalam bentuk pigmen berwarna kuning ß karoten,
yang terdiri atas dua molekul retinal yang dihubungkan pada ujung aldehid
rantai karbonnya.Tetapi karena ß karoten tidak mengalami metabolisme yang
efisien ,maka ß karoten mempunyai efektifitas sebagai sumber vitamin A
hanya seper sepuluh retinal.
Ester retinal yang terlarut dalam lemak makanan akan terdispersi di dalam
getah empedu dan dihidrolisis di dalam lumen intestinum diikuti oleh
penyerapan langsung ke dalam epitel intestinal. ß – Karoten yang dikomsumsi
mungkin dipecah lewat reaksi oksidasi oleh enzim ß – karoten dioksigenase .
Pemecahan ini menggunakan oksigen molekuler, digalakkan dengan adanya
garam-garam empedu dan menghasilkan 2 molekul retinaldehid ( retinal ).
Demikian pula ,di dalam mukosa intestinal ,retinal direduksi menjadi retinal
oleh enzim spesifik retinaldehid reduktase dengan menggunakan NADPH.
Retinal dalam frahsi yang kecil teroksidasi menjadi asam retinoat . Sebagian
besar retinal mengalami esterifikasi dengan asam-asam lemak dan menyatu ke
dalam kilomikron limfe yang masuk ke dalam aliran darah.Bentuk ini
107
kemudian diubah menjadi fragmen kilomikron yang diambil oleh hati
bersama-sama dengan kandungan retinolnya .
Di dalam hati, vitamin A disimpan dalam bentuk ester di dalam liposit, yang
mungkin sebagai suatu kompleks lipoglikoprotein.Untuk pengngkutan ke
jaringan, vitamin A dihidrolisis dan retinal yang terbentuk terikat dengan
protein pengikat aporetinol ( RBP ).Holo- RBP yang dihasilkan diproses
dalam apparatus golgi dan disekresikan ke dalam plasma .Asam retinoat
diangkut dalam plasma dalam keadaan terikat dengan albumin.Begitu di
dalam sel-sel ekstrahepatik , retinal terikat dengan protein pengikat retinol
seluler (CRBP) .Toksisitaas vitamin A terjadi setelah kapasitas RBP dilampaui
dan sel-sel tersebut terpapar pada retinal yang terikat.
Retinal dan retinal mengalami interkonversi dengan adanya enzim-enzim
dehidrogenase atau reduktase yang memerlukan NAD atau NADP di dalam
banyak jaringan. Namun demikian, begitu terbentuk dari retinal, asam retinoat
tidak dapat diubah kembali menjadi retinal atau menjadi retinal.Asam retinoat
dapat mendukung pertumbuhan dan differensiasi, tetapi tidak dapat
menggantikan retinal dalam peranannya pada penglihatan atau pun retinal
dalam dukungannya pada system reproduksi.
Retinol setelah diambil oleh CRBP diangkut ke dalam sel dan terikat dengan
protein nucleus,di dalam nucleus inilah retinal terlibat dalam pengendalian
ekspresi gen-gen tertentu, sehingga retinal bekerja menyerupai hormon
steroid.
Retinal merupakan kompoenen pigmen visual rodopsin,yang mana rodopsin
terdapat dalam sel-sel batang retina yang bertanggung jawab atas penglihatan
pada saat cahaya kurang terang. 11 – sis – Retinal yaitu isomer all –
transretinal,terikat secara spesifik pada protein visual opsin hingga terbentuk
rodopsin.Ketika terkena cahaya, rodopsin akan terurai serta mambentuk all-
trans retinal dan opsin. Reaksi ini disertai dengan perubahan bentuk yang
menimbulkan saluran ion kalsium dalam membran sel batang. Aliran masuk
ion-ion kalsium yang cepat akan memicu impuls syaraf sehingga memungkin
cahaya masuk ke otak
108
Asam retinoat turut serta dalam sintesis glikoprotein. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa asam retinoat bekerja dalam menggalakkan pertumbuhan dan
differensiasi jaringan.
Retinoid dan karotenoid memiliki aktivitas antikanker.Banyak penyakit
kanker pada manusia timbul dalam jaringan epitel yang tergantung pada
retinoid untuk berdifferensiasi seluler yang normal .ß–karoten merupakan zat
antioksidan dan mungkin mempunyai peranan dalam menangkap radikal
bebas peroksi di dalam jaringan dengan tekanan parsial oksigen yang rendah.
Kemampuan ß–karoten bertindak sebagai antioksidan disebabkan oleh
stabilisasi radikal bebas peroksida di dalam struktur alkilnya yang
terkonjugasi. Karena ß – karoten efektif pada konsentrasi oksigen yang
rendah, zat provitamin ini melengkapi sifat-sifat antioksidan yang dimiliki
vitamin E yang efektif dengan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi.
Kekurangan atau defisiensi vitamin A disebabkan oleh malfungsi berbagai
mekanisme seluler yang di dalamnya turut berperan senyawa- senyawa
retinoid. Defisiensi vitamin A terjadi gangguan kemampuan penglihatan pada
senja hari (buta senja). Ini terjadi karena ketika simpanan vitamin A dalam
hati hampir habis. Deplesi selanjutnya menimbulkan keratinisasi jaringan
epitel mata, paru-paru, traktus gastrointestinal dan genitourinarius, yang
ditambah lagi dengan pengurangan sekresi mucus. Kerusakan jaringan mata,
yaitu seroftalmia akan menimbulkan kebutaan. Defisiensi vitamin A terjadi
terutama dengan dasar diet yang jelekdengan kekurangan komsumsi sayuran,
buah yang menjadi sumber provitami A.
III.2.Vitamin D
Vitamin D merupakan prohormon steroid.Vitamin ini diwakili oleh
sekelompok senyawa steroid yang terutama terdapat pada hewan, tetapi juga
terdapat dalam tanaman serta ragi. Melalui berbagai proses metabolic,vitamin
D dapat menghasilkan suatu hormon yaitu Kalsitriol, yang mempun yai
peranan sentral dalam metabolisme kalsium dan fosfat..
Vitamin D dihasilkan dari provitamin ergosterol dan 7- dehidrokolesterol.
Ergosterol terdapat dalam tanaman dan 7–dehidrokolesterol dalam tubuh
109
hewan. Ergokalsiferol (vitamin D2) terbentuk dalam tanaman, sedangkan di
dalama tubuh hewan akan terbentuk kolekalsiferol (vitamin D3) pada kulit
yang terpapar cahaya.Kedua bentuk vitamin tersebut mempunyai potensi yang
sama ,yaitu masing-masing dapat menghasilkan kalsitriol D2 dan D3.
Vitamin D3 ataupun D2 dari makanan diekstraksi dari dalam darah ( dalam
keadaan terikat dengan globulin spesifik), setelah absorbsi dari misel dalam
intestinum. Vitamin tersebut mengalami hidroksilasi pada posisi –25 oleh
enzim vitamin D3 – 25 hidroksikolekalsiferol,yaitu suatu enzim pada retikulum
endoplasmic yang dianggap membatasi kecepatan reaksi. 25- hidroksi D3
merupakan bentuk utama vitamin D dalam sirkulasi darah dan bentuk
cadangan yang utama dalam hati.
Dalam tubulus ginjal, tulang dan plasenta, 25–hidroksiD3 selanjutnya
mengalami hidroksilasi dalam posisi 1 oleh enzim 25–hidroksiD3 1-
hidroksilase, yakni suatu enzim mitokondria. Hasilnya adalah 1,25–dihidroksi
D3 ( kalsitriol ), yaitu metabolit vitamin D yang paling poten. Produksi hasil
ini diatur oleh konsentrasinya sendiri, hormon paratiroid dan fosfat dalam
serum.
Defisiensi atau kekurangan vitamin D menyebabkan penyakit rakitis
terdapat pada anak-anak dan osteomalasia pada orang dewasa. Kelainan
disebabkan oleh pelunakan tulang yang terjadi akibat kekurangan kalsium dan
fosfat. Ikan berlemak, kuning telur dan hati merupakan sumber vitaqmin D
yang baik.
III.3.Vitamin E ( Tokoferol )
Ada beberapa jenis tokoferol dalam bentuk alami .Semuanya merupakan 6-
hidroksikromana atau tokol yang tersubsitusi isoprenoid.
Penyerapan aktif lemak meningkatkan absorbsi vitamin E. Gangguan
penyerapan lemak dapat menimbulkan defisiensi vitamin E. Vitamin E di
dalam darah diangkut oleh lipoprotein, pertama- tama lewat penyatuan ke
dalam kilomikron yang mendistribusikan vitamin ke jaringan yang
mengandung lipoprotein lipase serta ke hati dalam fragmen sisa kilomikron,
110
dan kedua, lewat pengeluaran dari dalam hati dalam lipoprotein berdensitas
sangat rendah ( VLDL ). Vitamin E disimpan dalam jaringan adiposa
Vitamin E (tokoferol) bertindak sebagai antioksidan dengan
memutuskan berbagai reaksi rantai radikal bebas sebagai akibat
kemampuannya untuk memindahkan hydrogen fenolat kepada radikal bebas
perksil dari asam lemak tak jenuh ganda yang telah mengalami peroksidasi .
Radikal bebas fenoksi yang terbentuk kemudian bereaksi dengan radikal bebas
peroksil selanjutnya. Dengan demikian α – tokoferol tidak mudah terikat
dalam reaksi oksidasi yang reversible, cincin kromana dan rantai samping
akan teroksidasi menjadi produk non radikal bebas.
Defisiensi atau kekurangan vitamin E dapat menimbulkan anemia pada bayi
yang baru lahir. Kebutuhan akan vitamin E meningkat bersamaan dengan
semakin besarnya masukan lemak tak- jenuh ganda. Asupan minyak mineral,
keterpaparan terhadap oksigen (seperti dalam tenda oksigen ) atau berbagai
penyakit yang menyebabkan tidak efisiennya penyerapan lemak akan
menimbulkan defisiensi vitamin E yang menimbulkan gejala neurology.
Vitamin E dirusak oleh pemasakan dan pengolahan makanan yang bersifat
komersial,termasuk pembekuan. Benih gandum, minyak biji bunga matahari
serta biji sfflower, dan minyak jagung serta kedelai, semuanya merupakan
sumber vitamin E yang baik.
III.4.Vitamin K
Vitamin yang tergolong ke dalam kelompok vitamin K adalah naftokuinon
tersubsitusi – poliisoprenoid. Menadion ( K3 ), yaitu senyawa induk seri
vitamin K, tidak ditemukan dalam bentuk alami tetapi jika diberikan, secara in
vivosenyawa ini akan mengalami alkilasi menjadi salah satu menakuinon ( K2
). Filokuinon ( K1 ) merupakan bentuk utama vitamin K yang ada dalam
tanaman. Menakuinon – 7 merupakan salah satu dari rangkaian bentuk tak
jenuh polirenoid dari vitamin K yang ditemukan dalam jaringan binatang dan
disintesis oleh bakteri dalam intestinum.
Penyerapan vitamin K memerlukan penyerapan lemak yang normal.
Malabsorbsi lemak merupakan penyebab paling sering timbulnya defisiensi
111
vitamin K. derivat vitamin K dalam bentuk alami hanya diserap bila ada
garam-garam empedu, seperti lipid lainnya, dan didistribusikan dalam aliran
darah lewat system limfatik dalam kilomikron. Menadion, yang larut dalam air
, diserap bahkan dalam keadaan tanpa adanya garam-garam empedu, dengan
melintas langsung ke dalam vena porta hati .
Vitamin K ternyata terlibat dalam pemeliharaan kadar normal factor
pembekuan darah II, VII, IX dan X, yang semuanya disintesis di dalam hati
mula-mula sebagai precursor inaktif.
Vitamin K bekerja sebagai kofaktor enzim karboksilase yang membentu
residu γ – karboksiglutamat dalam protein precursor. Reaksi karboksilase yang
tergantung vitamin K terjadi dalam retikulum endoplasmic banyak jaringan
dan memerlukan oksigen molekuler, karbondioksida serta hidrokuinon
( tereduksi ) vitamin K dan di dalam siklus ini, produk 2,3 epoksida dari reaksi
karboksilase diubah oleh enzim 2,3 epoksida reduktase menjadi bentuk kuinon
vitamin K dengan menggunakan zat pereduksi ditiol yang masih belum
teridentifikasi.Reduksi selanjutnya bentuk kuinon menjadi hidrokuinon oleh
NADH melengkapi siklus vitamin K untuk menghasilkan kembali bentuk aktif
vitamin tersebut.
Defisiensi atau kekurangan vitamin K dapat menyebabkan terjadinya
penyakit hemoragik pada bayi baru lahir.Hal ini disebabkan karena plasenta
tidak meneruskan vitamin K secara efisien.
Vitamin K tersebar luas dalam jaringan tanaman dan hewan yang digunakan
sebagai bahan makanan dan produksi vitamin K oleh mikroflora intestinal
pada hakekatnya menjamin tidak terjadinya defisiensi vitamin K.
Defisiensi vitamin K dapat terjadi oleh malabsorbsi lemak yang mungkin
menyertai disfungsi pancreas, penyakit biliaris, atrofi mukosa intestinal atau
penyebab steatore lainnya.Di samping itu, sterilisasi usus besar oleh antibiotik
juga dapat mengakibatkan defisiensi vitamin K.
112
2. Metabolism lemak
Metabolisme Lemak
Degradasi Lipid Oksidasi asam lemak
Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak
b-oksidasi asam lemak
Biosintesis Lipid
Biosintesis asam lemak
Biosintesis triasilgliserol
Biosintesis fosfolipid
Biosintesis kolesterol dan steroid
113
Pencernaan, penyerapan, & transport lemak
Sumber lemak :
Makanan
Biosintesis de novo
Simpanan tubuh adiposit
Masalah utama sifatnya yang tidak larut dalam air.
Lemak diemulsi oleh garam empedu – disintesis oleh liver & disimpan
dlm empedu mudah dicerna & diserap
Transportasi membentuk kompleks dg protein lipoprotein
114
Penyerapan oleh sel mukosa usus halus
Asam lemak yg diserap disintesis kembali mjd lemak dalam badan
golgi dan retikulum endoplasma sel mukosa usus halus
TAG masuk ke sistem limfa membentuk kompleks dgn protein
chylomicrons
115
Gliserol hasil hidrolisis TAG : dirubah mjd DHAP oleh ensim :
1 Glycerol Kinase
2 Glycerol Phosphate Dehydrogenase.
Masuk ke dalam daur Glikolisis
Chylomicron kmdn membawa TAG dari sel mukosa usus halus ke organ
lain seperti jantung, otot, dan jaringan lemak.
untuk TAG yg disintesis dr hati, akan dibawa oleh VLDL ke organ lain
setelah mencapai organ target di kapiler TAG akan dihidrolisis
menjadi gliserol dan asam lemak
Asam lemak bebas diserap, sisanya dibawa oleh serum albumin ke sel
lain
Asam lemak yg telah masuk ke dalam sel
Diubah menjadi energi
Diubah menjadi TAG untuk disimpan di adiposa
116
β oksidasi
Oksidasi LCFA à jalur metabolisme penghasil energi utama pada hewan,
bbrp protista, dan beberapa bakteri
Elektron dr proses oksidasi FA à melewati rantai respirasi mitokondria à
menghasilkan ATP
(asetil ko A hasil oksidasi FA à dioksidasi sempurna menjadi CO2 mll
TCA à ATP sintesis)
Pada bbrp vertebrata à Asetil ko A hsl β oksidasi à diubah menjadi badan
keton di hati (larut dlm air) dan di transpor ke otak dan jaringan lain pd
saat gula tidak tersedia
Pada tumbuhan asetil koA berfungsi utama sebagai prekursor
biosintesis
3 tahapan reaksi oksidasi FA dlm mitokondria :
Oksidasi LCFA molekul 2 C : asetil koA
Oksidasi asetil Ko A CO2 dg TCA
Transfer elektron karier elektron yg tereduksi ke rantai respirasi
mitokondrial.
setelah memasuki sel FA masuk ke matriks mitokondria degradasi lebih
lanjut.
FA diaktivasi dgn ensim fatty acyl – CoA ligase atau Acyl CoA synthase /
thiokinase
Ensim ini spesifik utk tiap jenis asam lemak (MCFA, SCFA beda dgn LCFA)
117
118
Untuk masuk ke dalam matrik mitokondria, asam lemak yg sudah diaktivasi
memerlukan karier karnitin
- Karnitin asiltransferase I : membran luar
- Karnitin asiltransferase II : membran dalam
- LCFA membutuhkan garam empedu untuk penyerapan MCFA dan SCFA
memasuki pembuluh darah dan diikat oleh serum albumin untuk di transport
ke hati.
β oksidasi
- Terdiri dari 4 proses utama:
- Dehidrogenasi
- Hidratasi
- Dehidrogenasi
- Thiolisis
Step 1 : dehidrogenasi / oksidasi
119
Step2 : Hidratasi
Step 3 : dehidrogenasi
120
Step 4 : thiolisis
121
Lemak (lipid) adalah sumber energi penting pada tubuh. Tubuh menyimpan lemak
secara konstan diuraikan dan dibentuk kembali untuk menyeimbangkan
kebutuhan energi tubuh dengan persediaan makanan. Kelompok enzim khusus
membantu tubuh menguraikan dan memproses lemak. Beberapa ketidaknormalan
pada enzim ini bisa menyebabkan bertambahnya zat-zat lemak yang secara
normal akan diuraikan oleh enzim. Sepanjang waktu, penumpukan bahan-bahan
ini bisa membahayakan banyak organ tubuh. gangguan disebabkan oleh
penumpukan lemak disebut lipidoses. Kelainan enzim lain dihasilkan di tubuh
menjadi tidak dapat mengkonversi lemak menjadi energi dengan baik. Kelainan
ini disebut gangguan oksidasi asam lemak.
122
Penyakit Gaucher's
Pada penyakit gaucher, glucocerebroside, yang menghasilkan metabolisme lemak,
menumpuk di jaringan. Penyakit gaucher adalah lipidosis yang paling sering
terjadi. Penyakit tersebut paling umum pada orang-orang yahudi Ashkenazi (eropa
timur). Penyakit gaucher menyebabkan pembesaran hati dan limpa dan pewarnaan
coklat pada kulit. Penumpukan glucocerebroside pada mata menyebabkan bercak
kuning yang disebut pingueculae akan terlihat. Penumpukan pada tulang rawan
bisa menyebabkan nyeri dan menghancurkan tulang.
Kebanyakan orang mengalamu penyakit gaucher jenis 1, bentuk kronis, yang
menghasilkan pembesaran hati dan limpa dan kelainan tulang. Kebanyakan adalah
orang dewasa, tetapi anak-anak juga bisa mengalami jenis 1. Jenis 2, bentuk
infantile, terbentuk pada masa bayi, bayi dengan penyakit ini mengalami
pembesaran limpa dan kelainan sistem syaraf berat dan biasanya meninggal dalam
waktu setahun. Jenis 3, bentuk juvenile, bisa dimulai kapan saja selama masa
kanak-kanak. Anak dengan penyakit ini mengalami pembesaran hati dan limpa,
kelainan tulang, dan kelainan sistem syaraf yang berkembang dengan lambat.
Anak yang bertahan hidup sampai remaja bisa hidup untuk beberapa tahun.
Kebanyakan orang dengan penyakit gaucher bisa diobati dengan terapi
penggantian enzim, dimana enzim diberikan dengan cara infus, biasanya setiap 2
minggu. Terapi penggantian enzim lebih efektif untuk orang yang tidak
mengalami komplikasi sistem syaraf.
Penyakit Tay-Sachs
Pada penyakit tay-sach, ganglioside, yang menghasilkan metabolisme lemak,
menumpuk pada jaringan. Penyakit tersebut paling sering terjadi asli yahudi di
eropa timur. Pada usia yang sangat dini, anak dengan penyakit ini menjadi
semakin lambat dan tampak mengalami sifat otot yang terkulai. Terbentuk kejang
diikuti kelumpuhan, dementia, dan kebutaan. Anak ini biasanya meninggal di usia
3 atau 4 tahun. Penyakit tay-sachs bisa diidentifikasikan pada janin dengan contoh
123
chorionic villus atau amniocentesis. Penyakit tersebut tidak dapat diobati atau
disembuhkan.
Penyakit Niemann-Pick
Pada penyakit Niemann-Pick, kekurangan enzim khusus mengakibatkan
penumpukan sphingomyelin (produk metabolisme lemak) atau kolesterol.
Penyakit Niemann-Pick mempunya beberapa bentuk, bergantung pada beratnya
enzim yang berkurang dan dengan demikian penumpukan sphingomyelin atau
kolesterol. Bentuk yang paling berat cenderung terjadi pada orang yahudi. Bentuk
yang lebih ringan terjadi pada semua kelompok etnis.
Pada bentuk berat yang sering terjadi (jenis A), anak gagal untuk bertumbuh
dengan baik dan mengalami masalah multiple neurologic. Anak ini biasanya
meninggal di usia 3 tahun. Anak dengan penyakit jenis B mengalami
pertumbuhan lemak di kulit, daerah berpigmen gelap, dan pembesaran hati, limpa,
dan batang limpa; mereka kemungkinan lambat secara mental. Anak dengan
penyakit jenis C mengalami gejala-gejala di masa kanak-kanak, dengan serangan
dan kerusakan syaraf.
Beberapa bentuk penyakit Niemann-Pick bisa didiagnosa pada janin dengan
contoh chrionic villus atau amniocentesis. Setelah lahir, diagnosa bisa dibuat
dengan biopsi hati (pengangkatan contoh jaringan untuk diteliti di bawah
mikroskop). Tidak satupun jenis pada penyakit Niemann-Pick ini bisa
disembuhkan, dan anak cenderung meninggal karena infeksi atau gangguan
progresif pada sistem syaraf pusat.
Penyakit Fabry
Pada penyakit Fabry, glycolipid, yang merupakan hasil metabolisme lemak,
menumpuk pada jaringan. Karena gen tidak sempurna untuk gangguan langka ini
dibawa pada kromosom X, penyakit full-blown terjadi hanya pada pria.
Penumpukan glycolipid menyebabkan pertumbuhan pada kulit yang tidak bersifat
kanker (angiokeratomas) untuk terbentuk di sepanjang bagian bawah tubuh.
124
Kornea menjadi berawan, mengakibatkan pandangan buruk. Rasa terbakar bisa
terjadi pada lengan dan kaki, dan orang tersebut bisa mengalami peristiwa demam.
Orang dengan penyakit fabry segera mengalami gagal ginjal dan penyakit jantung,
meskipun seringkali mereka hidup ke dalam masa dewasa. Gagal ginjal bisa
menyebabkan tekanan darah tinggi, yang bisa mengakibatkan stroke.
Penyakit Fabry bisa didiagnosa di dalam janin dengan contoh chorionic villus atau
amniocentesis. Penyakit Fabry tidak dapat disembuhkan atau bahkan diobati
secara lsngsung, tetapi peneliti menginvestigasikan sebuah pengobatan dimana
kekurangan enzim digantikan dengan transfusi. Pengobatan terdiri dari
penggunaan analgesik untuk membantu menghilangkan rasa sakit dan demam,
orang dengan kerusakan ginjal bisa memerlukan pencangkokan ginjal.
Gangguan oksidasi asam lemak
Beberapa enzim membantu menguraikan lemak sehingga mereka kemungkinan
dirubah menjadi energi. Kelainan menurun atau kekurangan salah satu enzim ini
membuat tubuh kekurangan energi dan membiarkan tubuh kekurangan energi dan
membiarkan produk diuraikan, seperti acyl-CoA, menumpuk. Enzim tersebu
paling sering kekurangan rantai medium acyl-CoA dehydrogenase (MCAD).
Kekurangan MCAD adalah salah satu gangguan turunan pada metabolisme yang
paling umum, terutama pada orang keturunan eropa utara.
Gejala biasanya terjadi antara kelahiran dan usia 3 tahun. Anak lebih mungkin
mengalami gejala-gejala jika mereka tidak makan untuk jangka waktu tertentu
(yang menghabiskan sumber energi lainnya) atau yang kebutuhan kalorinya
meningkat karena olahraga atau sedang sakit. Kadar gula di dalam darah menurun
secara signifikan, menyebabkan pusing atau koma. Anak tersebut menjadi lemah
dan bisa mengalami muntah atau serangan. Melebihi jangka waktu yang lama,
anak mengalami penundaan perkembangan mental dan fisik, hati yang bengkak,
otot jantung yang lemah, dan detak jantung yang tidak beraturan. Kematian tiba-
tiba bisa terjadi.
125
Beberapa negara menskrining bayi yang baru lahir untuk kekurangan MCAD
dengan tes darah. Pengobatan darurat adalah dengan infus glukosa. Untuk
pengobatan jangka panjang, anak harus seringkali makan, jangan pernah
melewatkan makan, dan mengkonsumsi makanan tinggi karbohidat dan rendah
lemak. Tambahan asam amino carnitine kemungkinan sangat membantu. Hasil
jangka panjang biasanya baik.
Gangguan menurun langka lainnya pada metabolisma lemak
Penyakit Wolman adalah gangguan yang dihasilkan ketika jenis spesifik pada
kolesterol dan gliserida menumpuk di jaringan, gangguan ini disebabkan
pembesaran limpa dan hati. Penyimpanan kalsium pada kelenjar adrenalin
membuat mereka lebih keras, dan diare lemak (steatorrhea) juga terjadi. Bayi
dengan penyakit Wolman biasanya meninggal dalam usia 6 bulan.
Cerebrotendinous xanthomatosis terjadi ketika cholestanol, produk pada
metabolisme kolesterol, menumpuk pada jaringan. Gangguan ini segera
megakibatkan gerakan yang tidak terkoordinasi, dementia, katarak, dan
perkembangan lemak (xanthomas) pada tendon. Gejala-gejala kelumpuhan sering
muncul setelah usia 30 tahun. Jika mulai lebih awal, obat chenodiol membantu
mencegah perkembangan penyakit ini, tetapi tidak dapat membatalkan kerusakan
apapun yang terjadi.
Pada sitosterolemia, lemak dari buah-buahan dan sayuran menumpuk di darah
dan jaringan. Pembentukan lemak menyebabkan atherosclerosis, sel darah merah
yang tidak normal, dan penyimpanan lemak pada tendon (xanthomas).
Pengobatan terdiri dari pengurangan asupan makanan yang kaya akan lemak
tumbuhan, seperti minyak sayur, dan menggunakan resin cholestyramine.
Pada penyakit Refsun, asam phytanic, yang menghasilkan metabolisme lemak,
menumpuk di jaringan. Pembentukan asam phytanic menyebabkan kerusakan
syaraf dan retina, gerakan kejang, dan perubahan pada tulang dan kulit.
Pengobatan meliputi menghindari makan buah-buahan hijau dan sayuran yang
126
mengandung klorofil. Plasmapheresis, dimana asam phytanic diangkat dari darah,
kemungkinan sangat membantu.
3. Perbedaan marasmus dan kwashiorkor (Tabel)
127
M E P BERAT
4. Marasmic-kwashiorkor
Gambaran yang utama adalah kwasiorkor edema dengan atau tanpa lesi kulit,
pengecilan otot, dan pengurangan lemak di bawah kulit seperti pada marasmus.
Gambaran marasmus dan kwasiorkor muncul secara bersamaan dan didominasi
oleh kekurangan protein yang parah.
- BB/U < 60% DENGAN EDEMA
- GEJALA KLINIK à CAMPURAN DARI
GEJALA KLINIK KWASHIORKOR
MARASMUS.
128
KESIMPULAN
Malnutrisi:
Suatu keadaan yang disebabkan :
1. Kekurangan atau kelebihan secara relatif atau absolut
2. Satu atau beberapa zat gizi esensial
3. Dalam waktu yg cukup lama untuk menimbulkan keadaan patologik
4 bentuk umum malnutrition :
1) Undernutrition
Kekurangan dalam jumlah kalori
Starvation, marasmus
2) Defisiensi spesifik
Kekurangan satu jenis zat gizi
Malnutrisi mikronutrient
Contoh : kwashiorkor, xeroftalmia, beri2, dll.
3) Imbalans
Ketidakseimbangan antara berbagai zat gizi
Contoh : protein dengan vit.A, kalori dengan vit. B kompleks
4) Overnutrition
Kelebihan dalam jumlah kalori Obesitas.
Marasmus adalah bentuk mal nutrisi protein kalori yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis, terutama terjadi selama tahun pertama
kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan dan mengurusnya lemak bawah kulit
dan otot.
Kwashiorkor adalah bentuk mal nutrisi berenergi protein yang disebabkan oleh
defisiensi protein yang berat; asupan kalori yang biasanya juga mengalami
defisiensi gejala termasuk retardasi pertumbuhan (tanda utama :edema).
Marasmic-kwashiorkor adalah campuran dari gejala klinik kwashiorkor
marasmus (BB/U < 60% DENGAN EDEMA).
129
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih, dr. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Arisman, Dr. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.
Nelson. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Behrman Kliegman Aevin : EGC.
Staf Pengajar IKA FK UI. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FK
UI.
Murray, K. Robert. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta: EGC.
http://medicastore.com/metabolisme-lemak
http://contoh-askep.blogspot.com/2008/07/askep-anak-dengan-marasmus.html
http://klikharry.wordpress.com/2009/05/01/art-of-family-medicine-gizi-anak-
penyakit-penyebab-gangguan-gizi-dan-malnutrisi/
http://almawaddah.wordpress.com/2009/02/07/cara-mendeteksi-gizi-buruk-pada-
balita/
http://dokterblog.wordpress.com/2009/05/19/malnutrisi/
http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/03/malnutrisi-energi-protein-mep-
kwashiorkor/
http://medicastore.com/malnutrisi
130
131