5401409158 sosis

download 5401409158 sosis

of 157

Transcript of 5401409158 sosis

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    1/157

    i

    STUDI EKSPERIMEN NUGGET AMPAS TAHU DENGAN CAMPURAN

    JENIS PANGAN SUMBER PROTEIN DAN JENIS FILLER YANG

    BERBEDA

    SKRIPSI

    disajikan sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi S1 Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

    oleh

    Ita Yuliani

    5401409158

    JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI

    FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2013

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    2/157

    ii

    PENGESAHAN

    Telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan

    Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada:

    Hari : Kamis

    Tanggal : 16 mei 2013

    Panitia Ujian

    Ketua Sekretaris

    Dra. Wahyuningsih, M. Pd Dra. Sri Endah Wahyuningsih, M. Pd

    NIP. 196008081986012001 NIP. 196805271993032010

    Penguji

    Ir. Bambang Triatma, M.Si

    NIP. 196209061988031001

    Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

    Ir. Siti Fathonah, M.Kes Dra. Rosidah, M.Si

    NIP. 196402131988032002 NIP. 196002221988032001

    Mengetahui

    Dekan Fakultas Teknik UNNES

    Drs. Muhammad Harlanu, M. Pd

    NIP.196602151991021001

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    3/157

    iii

    ABSTRAK

    Yuliani, Ita. 2013. Studi Eksperimen Nugget Ampas Tahu dengan

    Campuran Jenis Pangan Sumber Protein dan Jenis Filler yang Berbeda.

    Skripsi, S1 PKK Konsentrasi Tata Boga, Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi,

    Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Dosen pembimbing I Ir. Siti

    Fathonah, M.Kes dan Dosen pembimbing II Dra. Rosidah, M.Si.

    Kata kunci : nugget ampas tahu, sumber protein, jenis fillerAmpas tahu merupakan limbah proses pembuatan tahu, sebagai limbah

    ampas tahu masih mengandung protein sebesar 5,00 g dan serat kasar 23,58 %,

    sehingga mempunyai potensi untuk digunakan sebagai bahan baku dalam

    pembuatan nugget. Dimana nugget ampas tahu dicampur dengan jenis pangansumber protein dan jenis filler yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah: 1)

    Untuk mengetahui pengaruh jenis pangan sumber protein dan penggunaan filler

    yang berbeda terhadap kualitas nugget ampas tahu ditinjau dari segi warna,

    aroma, tekstur dan rasa. 2) dan 3) Untuk mengetahui pengaruh jenis pangan

    sumber protein pada penggunaan jenis filler tepung tapioka dan tepung maizena

    terhadap kualitas nugget ampas tahu. 4) dan 5) Untuk mengetahui pengaruh jenis

    filler pada penggunaan jenis pangan sumber protein daging ayam dan ikan

    tenggiri terhadap kualitas nugget ampas tahu. 6) Untuk mengetahui kandungan

    lemak, protein, kadar air, serat kasar serta timbal (Pb) nugget ampas tahu

    7)Untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap nugget ampas tahu

    dengan campuran jenis pangan sumber protein dan jenis filler yang berbeda.Objek penelitian ini adalah nugget ampas tahu dengan campuran jenis

    pangan sumber protein (daging ayam dan ikan tenggiri), dan jenis filler yang

    berbeda (tepung tapioka dan tepung maizena). Desain eksperimen yang digunakan

    adalah desain faktorial 2 x 2. Metode dan alat pengumpulan data (1) penilaian

    subyektif dengan uji inderawi oleh panelis agak terlatih dan uji kesukaan oleh

    panelis tidak terlatih, (2) Penilaian obyektif untuk mengetahui kandungan protein,

    lemak, kadar air, serat kasar dan cemaran logam timbal dilaksanakan di

    Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

    Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Teknik analisis data yang digunakan adalah

    analisis faktorial untuk menguji hipotesis 1 dan uji Duncan untuk menguji

    hipotesis 2 sampai 5 serta analisis rerata untuk menguji tingkat kesukaan nugget

    ampas tahu hasil eksperimen.

    Hasil penelitian meliputi : 1) Ada pengaruh jenis pangan sumber

    protein dan penggunaan filler yang berbeda terhadap kualitas nugget ampas tahu

    ditinjau dari segi aroma ,tekstur padat dan rasa. Sedangkan untuk indikator warna

    dan tekstur kenyal tidak ada pengaruh. 2) Ada pengaruh jenis pangan sumber

    protein pada penggunaan filler tepung tapioka terhadap kualitas nugget ampas

    tahu pada semua indikator kecuali warna. 3) Ada pengaruh jenis pangan sumber

    protein pada penggunaan filler tepung maizena terhadap kualitas nugget ampas

    tahu pada semua indikator. 4) Ada pengaruh jenis filler pada penggunaan jenis

    pangan sumber protein daging ayam terhadap kualitas nugget ampas tahu pada

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    4/157

    iv

    indikator aroma, tekstur (tingkat kepadatan) dan rasa, namun tidak ada pengaruh

    pada indikator warna dan tekstur (tingkat kekenyalan). 5) Ada pengaruh jenis

    filler pada penggunaan jenis pangan sumber protein ikan tenggiri terhadapkualitas nugget ampas tahu pada indikator tekstur (tingkat kepadatan), namun

    tidak ada pengaruh pada indikator warna, aroma, tekstur (tingkat kekenyalan) dan

    rasa. 6) Hasil keempat sampel nugget ampas tahu secara analisa kandungan

    lemak, kadar air, serat kasar serta timbal (Pb) nugget ampas tahu dengan

    campuran jenis pangan sumber protein dan jenis filler yang berbeda memenuhi

    syarat mutu nugget yang terdapat didalam SNI 01-6683-2002. Kandungan lemak

    yaitu 16,0 - 18,4%, kadar air 50,4 - 51,7%, serat kasar 2,3 - 2,5%, dan tidak

    terdapat cemaran logam timbal. Namun untuk kandungan gizi protein keempat

    sampel belum memenuhi standart yaitu 9,7 - 11,8 % dengan nilai standart SNI

    min 12,0%. 7) Tingkat kesukaan masyarakat terhadap nugget ampas tahu dengan

    campuran jenis pangan sumber protein dan jenis filler yang berbeda yang dinilaisuka oleh masyarakat yaitu sampel nugget ampas tahu dengan jenis pangan

    sumber protein ikan tenggiri baik dengan filler tepung tapioka ataupun maizena.Sedangkan kedua sampel yang lain dinilai cukup suka oleh masyarakat. Saran dari

    penelitian ini adalah 1) Indikator tekstur tingkat kekenyalan hasilnya kurang

    kenyal pada semua sampel yang dikarenakan ampas tahu yang digunakan masih

    terlalu mengandung banyak air seharusnya ampas tahu diperas sampai kriterianya

    kesat. 2) Untuk meningkatkan nilai protein nugget yang dihasilkan karena masih

    dibawah nilai standart SNI perlu adanya perubahan komposisi bahan yaitu

    perbandingan antara ampas tahu dan jenis pangan sumber protein 1:1.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    5/157

    v

    PERNYATAAN

    Bahwa skripsi ini hasil karya ( penelitian ) tulisan sendiri, bukan buatan

    orang lain, dan tidak menjiplak karya orang lain, baik seluruhnya maupun

    sebagian.

    Penulis

    Ita Yuliani

    5401409158

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    6/157

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    7/157

    vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan segala rakhmat dan hidayah-Nya dalam penyusunan skripsi,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Study Eksperimen

    Nugget Ampas Tahu Dengan Campuran Jenis Pangan Sumber Protein Dan Jenis

    Filler Yang Berbeda.

    Skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya kerjasama, bantuan dan

    motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis

    mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu

    terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada yang

    terhormat:

    1. Drs. Muhammad Harlanu, M. Pd Dekan Fakultas Teknik Universitas

    Negeri Semarang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun

    skripsi.

    2. Dra. Wahyuningsih, M. Pd, Ketua Jurusan TJP yang telah memberikan ijin

    kepada penulis untuk menyusun skripsi.

    3. Ir. Siti Fathonah, M.Kes, Dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu

    untuk memberikan bimbingan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

    4. Dra. Rosidah, M.Si, Dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu

    untuk memberikan bimbingan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    8/157

    viii

    5. , Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji serta

    memberikan bimbingan, arahan dan masukan pada penulis dalam

    menyelesaikan skripsi.

    6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi

    Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu.

    7. Semua teman-teman TJP Boga angkatan 2009, yang telah memberikan

    motivasi dan bantuan selama penyelesaian skripsi.

    8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas

    bantuan dan semangatnya.

    Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan

    skripsi ini dan harapan penulis semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi

    kita semua.

    Semarang, 16 mei 2013

    Penulis

    Ita Yuliani

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    9/157

    ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL i

    LEMBAR PENGESAHAN ii

    ABSTRAK iii

    PERNYATAAN v

    MOTTO dan PERSEMBAHAN vi

    KATA PENGANTAR vii

    DAFTAR ISI ix

    DAFTAR TABEL xii

    DAFTAR GAMBAR xiii

    DAFTAR LAMPIRAN xv

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang Masalah 1

    1.2Rumusan Masalah 4

    1.3Tujuan Penelitian 6

    1.4Manfaat Penelitian 7

    1.5Penegasan Istilah 8

    1.6Sistematika Skripsi 11

    BAB 2. LANDASAN TEORI dan HIPOTESIS

    2.1Tinjauan Umum Nugget 13

    2.1.1 Bahan Pembuatan Nugget 13

    2.1.2 Proses Pembuatan Nugget 17

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    10/157

    x

    2.1.3 Kriteria Nugget 22

    2.2Tinjauan Umum Tentang Ampas Tahu 23

    2.3Penanganan ampas tahu sebelum diolah menjadi bahan pangan 25

    2.4Kemungkinan penggunaan ampas tahu sebagai bahan baku

    dalam pembuatan nugget ampas tahu

    2.4.1 Aspek Kesehatan dan Gizi 26

    2.4.2 Aspek Ketersediaan 27

    2.4.3 Penganekaragaman Produk 27

    2.5Tinjauan Umum Tentang Jenis Pangan Sumber Protein

    2.5.1 Daging Ayam 28

    2.5.2 Ikan Tenggiri 31

    2.6Tinjauan Umum Tentang Jenis Filler

    2.6.1 Tepung Tapioka 33

    2.6.2 Tepung Maizena 36

    2.7Kerangka Berfikir 39

    2.8Hipotesis 41

    BAB 3. METODE PENELITIAN

    3.1Objek dan Variabel Penelitian 43

    3.1.1 Objek Penelitian 43

    3.1.2 Variabel Penelitian 44

    3.2Metode Pendekatan Penelitian 47

    3.2.1 Metode Eksperimen 47

    3.2.2 Desain Eksperimen 48

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    11/157

    xi

    3.2.3 Prosedur pelaksanaan Eksperimen 50

    3.3Metode dan Alat Pengumpulan Data 56

    3.3.1 Metode Pengumpulan Data 56

    3.3.2 Alat pengumpulan Data 62

    3.4Teknik Analisis Data 68

    3.4.1 Analisis Faktorial 68

    3.4.2 Uji Duncan 69

    3.4.3 Analisis Uji Kesukaan 70

    BAB 4. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

    4.1Hasil Penelitian 71

    4.1.1 Hasil Penilaian Panelis 71

    4.1.2 Hasil Pengujian Hipotesis 80

    4.1.3 Hasil Uji Kesukaan Nugget Ampas Tahu 84

    4.1.4 Hasil Uji Laboratorium 86

    4.2Pembahasan 88

    BAB 5. SIMPULAN dan SARAN

    5.1Simpulan 96

    5.2Saran 97

    DAFTAR PUSTAKA 99

    LAMPIRAN 102

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    12/157

    xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Syarat Mutu Nugget (SNI 01-6683-2002) 22

    Tabel 2.2 Komposisi Zat Gizi Ampas Tahu Basah Tiap 100g 24

    Tabel 2.3 Komposisi Gizi Ayam per 100g 29

    Tabel 2.4 Komposisi Gizi Ikan Tenggiri per 100g 32

    Tabel 2.5 Komposisi GiziTapioka per 100g 35

    Tabel 2.6 Komposisi Gizi Maizena per 100g 36

    Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 49

    Tabel 3.2 Daftar Bahan Pembuatan Nugget Ampas Tahu 51

    Tabel 3.3 Rentang Rerata Skor Uji Inderawi 59

    Tabel 3.4 Rentang Rerata Uji Organoleptik 61

    Tabel 4.1 Hasil Penilaian Nugget Ampas Tahu Pada Aspek Warna 72

    Tabel 4.2 Hasil Penilaian Nugget Ampas Tahu Pada Aspek Aroma 73

    Tabel 4.3 Hasil Penilaian Nugget Ampas Tahu Pada Aspek Tekstur

    (Tingkat Kekenyalan) 75

    Tabel 4.4 Hasil Penilaian Nugget Ampas Tahu Pada Aspek Tekstur

    (Tingkat Kepadatan) 76

    Tabel 4.5 Hasil Penilaian Nugget Ampas Tahu Pada Aspek Rasa 78

    Tabel 4.6 Rerata Uji Inderawi Nugget Ampa Tahu Pada Keseluruhan

    Indikator 79

    Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Faktorian Nugget Ampas Tahu 80

    Tabel 4.8 Hasil Uji Duncan tentang pengaruh campuran jenis pangan

    sumber protein pada penggunaan jenis filler tepung tapioka

    terhadap mutu inderawi nugget ampas tahu 81

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    13/157

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    14/157

    xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Skema Pembuatan Nugget 21

    Gambar 2.2 Daging Ayam 29

    Gambar 2.3 Ikan Tenggiri 31

    Gambar 2.4 Skema Kerangka Berfikir 40

    Gambar 3.1 Skema Pembuatan Nugget Ampa Tahu 56

    Gambar 4.1 Grafik rerata skor sampel nugget ampas tahu pada indikator

    Warna 73

    Gambar 4.2 Grafik rerata skor sampel nugget ampas tahu pada indikator

    Aroma 74

    Gambar 4.3 Grafik Rerata skor sampel nugget ampas tahu pada indikator

    tekstur (tingkat kekenyalan) 76

    Gambar 4.4 Grafik Rerata skor sampel nugget ampas tahu pada indikator

    tekstur (tingkat kepadatan) 77

    Gambar 4.5 Grafik rerata skor sampel nugget ampas tahu pada indikator

    rasa 78

    Gambar 4.6 Grafik Radar Uji Kesukaan Nugget Ampas Tahu 86

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    15/157

    xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Pedoman wawancara seleksi calon panelis

    Lampiran 2. Hasil tabulasi data seleksi calon pada tahap wawancara

    Lampiran 3. Formulir penyaringan calon panelis

    Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Seleksi Calon Panelis Tahap Penyaringan

    Lampiran 5. Formulir pelatihan calon panelis

    Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Seleksi Calon Panelis Tahap Evaluasi

    Kemampuan (Reliabilitas)

    Lampiran 7. Formulir penilaian uji inderawi

    Lampiran 8 Tabulasi data hasil uji inderawi

    Lampiran 9 Hasil Frekuensi

    Lampiran 10 Hasil SPSS dan Uji Duncan

    Lampiran 11. Formulir uji kesukaan

    Lampiran 12. Tabulasi data hasil uji kesukaan

    Lampiran 13. Hasil Uji Laboratorium

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    16/157

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

    Ampas tahu merupakan limbah dari proses pembuatan tahu. Ampas

    tahu biasanya digunakan untuk membuat tempe gembus, dan biasanya

    masyarakat menggunakan ampas tahu untuk memberi pakan pada ternak-

    ternak. Di industriindustri tahu, ampas tahu dianggap limbah dan tidak

    memilliki nilai ekonomis, sehingga banyak sekali industri tahu yang

    membuang ampas tahu disembarang tempat tanpa ada pengolahan lebih

    lanjut yang dapat meningkatkan harga jual ampas tahu.Pemanfaatan ampas

    tahu oleh masyarakat masih sangat rendah. Hasil survei ke perusahaan tahu

    Surabaya di Semarang diperoleh informasi penggunaan 15 kg kedelai

    menghasilkan lebih kurang 20 kg ampas tahu basah. Angka tersebut

    merupakan potensi yang sangat besar. Suprapti (2005) mengatakan bahwa

    ampas tahu tidak berbau, tetapi bau busuk akan datang berangsur sejak

    24jam sesudah ampas tahu dihasilkan.

    Masyarakat menganggap ampas tahu sebagai bahan sisa yang tidak

    bergizi dan tidak layak konsumsi. Ampas tahu memiliki kandungan protein

    yang tinggi, karena ampas tahu dihasilkan oleh sisa pembuatan tahu yang

    berbahan dasar kedelai. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa

    kandungan ampas tahu masih cukup tinggi. Ampas tahu masih

    mengandung protein sebesar 5.00 g dan karbohidrat 8.10 g (Direktorat Gizi

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    17/157

    2

    Depkes, 1990). Disamping itu, kandungan serat kasar pada ampas tahu

    sangat tinggi 23,58 % (Sutardi, Sigit dan Tahormat 1983 dikutip Tarmidi

    2010). Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian

    terbesar tubuh sesudah air yang mempunyai fungsi khas tidak dapat

    digantikan oleh zat gizi lain, yaitu mampu membangun serta memelihara

    sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2001). Sedangkan serat kasar

    digolongkan sebagai pangan fungsional dan mampu mencegah terjadinya

    penyakit degeneratif. Pangan fungsional adalah pangan yang kandungan

    komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, diluar

    manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung didalamnya.

    Lebih lanjut Almatsier (2001) mengatakan serat makanan dapat mencegah

    kegemukan, konstipasi, hemaroid, penyakit-penyakit divertikulosis, kanker

    usus, penyakit diabetes melitus, dan jantung koroner yang berkaitan dengan

    kadar kolesterol darah tinggi.

    Berdasarkan uraian tersebut diatas diketahui bahwa ampas tahu

    sangat berlimpah di industri tahu, dan perlu dioptimalkan pemanfaatannya

    mengingat kandungan gizi yang masih cukup tinggi, terutama kandungan

    protein dan serat kasar yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu

    ampas tahu perlu dimanfaatkan menjadi lauk yang saat ini banyak diminati

    masyarakat dari golongan apapun yang siap saji dan praktis yaitu nugget.

    Nugget merupakan salah satu jenis variasi makanan lauk olahan

    siap saji, produk lauk ini terkenal dan sangat digemari semua golongan

    masyarakat, baik anak kecil, dewasa maupun orang tua. Nugget adalah jenis

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    18/157

    3

    makanan lauk pauk berkadar protein tinggi yang terbuat dari bahan dasar

    hewani dan dicampur dari bahan lain melalui proses pemaniran dan

    penggorengan (Departemen perindustrian RI, 1995). Nugget terbuat dari

    bahan dasar hewani seperti ayam, daging sapi, ikan, dan udang. Tetapi

    sekarang banyak divariasikan dengan berbagai campuran seperti nugget ikan

    nila, nugget keju, nugget tahu, nugget jamur, nugget ayam, nugget tempe,

    nugget udang, nugget lele, nugget kentang, nugget sayur bayam, nugget

    wortel, yang banyak dijual dipasaran tetapi nugget yang paling populer

    adalah nugget ayam. Setiap jenis pangan protein akan menghasilkan kualitas

    produk yang berbeda. Menurut Suprapti (2005) kualitas produk makanan

    ditentukan oleh beberapa faktor yakni proses pembuatan dan penggunaan

    peralatan yang sesuai, penggunaan bahan baku yang memenuhi syarat, dan

    komposisi bahan yang tepat.

    Dalam proses pembuatan nugget diperlukan filler (bahan pengisi)

    yang berfungsi untuk meningkatkan tekstur, mengikat air dan membentuk

    gel. Biasanya nugget menggunakan filler tepung tapioka. Jenis bahan untuk

    filler nugget ampas tahu adalah bahan yang mengandung banyak

    karbohidrat, diantaranya tepung tapioka dan tepung maizena. Kedua jenis

    tepung ini memiliki karakteristik yang berbeda, terutama dalam

    pembentukan gel. Menurut de Man (1997) tepung tapioka dapat membentuk

    gel lunak atau kurang kokoh, sedangkan tepung maizena membentuk gel

    buram yang sangat kokoh.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    19/157

    4

    Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat diketahui jenis sumber

    pangan protein dan jenis filler yang memiliki karakteristik yang berbeda.

    Jenis sumber pangan yang digunakan yaitu daging ayam dan ikan tengiri,

    sedangkan jenis filler yang digunakan yaitu tepung tapioka dan tepung

    maizena. Dua jenis pangan sumber protein dan dua jenis filler yang

    digunakan pasti akan menghasilkan kandungan gizi dan sifat sensoris yang

    berbeda pada produk olahannya, termasuk nugget. Oleh karena itu peneliti

    tertarik untuk mengangkatnya dalam penelitian dengan judul Study

    Eksperimen Nugget Ampas Tahu Dengan Campuran Jenis Pangan

    Protein dan Jenis Filler yang Berbeda.

    1.2 PERMASALAHAN

    Ampas tahu yang dianggap limbah harus lebih dimanfaatkan oleh

    masyarakat mengingat kandungan gizi ampas tahu cukup tinggi. Kandungan

    protein 5.00 g serta kandungan serat kasar pada ampas tahu sangat tinggi

    23,58 %. Kandungan protein yang tinggi sangatlah baik untuk sumber

    pangan lauk pauk, sedangkan serat kasar digolongkan sebagai pangan

    fungsional dan mampu mencegah terjadinya penyakit degeneratif. Kondisi

    tersebut, memungkinkan sekali untuk menggunakan ampas tahu sebagai

    bahan baku dalam pembuatan nugget. Terlebih minat masyarakat terhadap

    nugget sangatlah tinggi. Untuk meningkatkan nilai gizi dalam proses

    pembuatan perlu ditambahakan jenis pangan sumber protein lainnya yakni

    ayam dan ikan tengiri, serta tambahan filler untuk meningkatkan

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    20/157

    5

    tekstur,mengikat air dan membentuk gel yakni tepung tapioka dan tepung

    maizena. Dari dua jenis pangan protein dan dua jenis filler yang digunakan

    pasti akan menghasilkan kandungan gizi dan sifat sensoris yang berbeda

    pada produk olahannya, termasuk nugget.berdasarkan hal tersebut diatas,

    masalah yang akan diteliti adalah:

    1) Adakah pengaruh jenis pangan sumber protein dan penggunaan filler

    yang berbeda terhadap kualitas nugget ampas tahu ditinjau dari segi

    warna, aroma, tekstur dan rasa ?

    2) Adakah pengaruh jenis pangan sumber protein pada penggunaan jenis

    filler tepung tapioka terhadap kualitas nugget ampas tahu ?

    3) Adakah pengaruh jenis pangan sumber protein pada penggunaan jenis

    filler tepung maizena terhadap kualitas nugget ampas tahu ?

    4) Adakah pengaruh jenis filler pada penggunaan jenis pangan sumber

    protein daging ayam terhadap kualitas nugget ampas tahu ?

    5) Adakah pengaruh jenis filler pada penggunaan jenis pangan sumber

    protein ikan tenggiri terhadap kualitas nugget ampas tahu ?

    6) Berapa kandungan lemak, protein, kadar air, serat kasar serta timbal

    (Pb) nugget ampas tahu dengan campuran jenis pangan sumber protein

    dan jenis filler yang berbeda ?

    7) Bagaimana tingkat kesukaan masyarakat terhadap nugget ampas tahu

    dengan campuran jenis pangan sumber protein dan jenis filler yang

    berbeda ?

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    21/157

    6

    1.3 TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh jenis

    pangan sumber protein dan jenis filler terhadap kualitas nugget ampas tahu.

    Sedangkan tujuan khususnya, yaitu :

    1)Untuk mengetahui pengaruh jenis pangan sumber protein dan penggunaan

    filler yang berbeda terhadap kualitas nugget ampas tahu ditinjau dari segi

    warna, aroma, tekstur dan rasa.

    2)Untuk mengetahui pengaruh jenis pangan sumber protein pada

    penggunaan jenis filler tepung tapioka terhadap kualitas nugget ampas

    tahu.

    3)Untuk mengetahui pengaruh jenis pangan sumber protein pada

    penggunaan jenis filler tepung maizena terhadap kualitas nugget ampas

    tahu.

    4)Untuk mengetahui pengaruh jenis filler pada penggunaan jenis pangan

    sumber protein daging ayam terhadap kualitas nugget ampas tahu.

    5)Untuk mengetahui pengaruh jenis filler pada penggunaan jenis pangan

    sumber protein ikan tenggiri terhadap kualitas nugget ampas tahu.

    6)Untuk mengetahui kandungan lemak, protein, kadar air, serat kasar serta

    timbal (Pb) nugget ampas tahu dengan campuran jenis pangan sumber

    protein dan jenis filler yang berbeda.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    22/157

    7

    7)Untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap nugget ampas

    tahu dengan campuran jenis pangan sumber protein dan jenis filler yang

    berbeda.

    1.4 MANFAAT PENELITIAN

    Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

    1)Manfaat Bagi Mahasiswa

    Menambah pengetahuan dan membuka wawasan bagi mahasiswa

    tentang penggunaan jenis pangan sumber protein yang terdiri dari daging

    ayam dan ikan tenggiri serta jenis filler berbeda yang terdiri dari tepung

    tapioka dan tepung maizena terhadap kualitas nugget ampas tahu.

    2)Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

    Memberikan masukan dan sumbangan pikiran kepada lembaga

    pengabdian masyarakat dalam artikel ilmiah yang akan dimuat dalam

    jurnal ilmiah.

    3)Manfaat Bagi Masyarakat

    Memberikan masukan dalam menganekaragamkan pangan dan

    peningkatan gizi masyarakat. Ampas tahu masih mengandung protein

    sebesar 5.00 g dengan karbohidrat 8.1 g (Direktorat Gizi Depkes, 1990).

    Disamping itu, kandungan serat kasar pada ampas tahu sangat tinggi

    23,58 % (Sutardi, Sigit dan Tahormat 1983 dikutip Tarmidi 2010).

    Almatsier (2001) mengatakan serat makanan dapat mencegah

    kegemukan, konstipasi, hemaroid, penyakit-penyakit divertikulosis,

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    23/157

    8

    kanker usus, penyakit diabetes melitus, dan jantung koroner yang

    berkaitan dengan kadar kolesterol darah tinggi.

    1.5 PENEGASAN ISTILAH

    Penegasan istilah dimaksudkan supaya tidak terjadi pengertian

    yang menyimpang dari judul Study Eksperimen Nugget Ampas Tahu

    dengan Campuran Jenis Pangan Sumber Protein dan Jenis Filler yang

    Berbeda. Oleh karena itu peneliti memberikan penjelasan istilah yang

    digunakan dalam penelitian ini. Selain itu untuk membatasi ruang lingkup

    obyek enelitian. Penegasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut :

    1) Nugget Ampas tahu

    Nugget adalah jenis makanan lauk pauk berkadar protein tinggi

    yang terbuat dari bahan dasar hewani dan dicampur dari bahan lain melalui

    proses pemaniran dan penggorengan (Departemen Perindustrian RI, 1995).

    Sedangkan Ampas Tahu merupakan merupakan hasil sampingan dalam

    pembuatan tahu yang meliputi perendaman kedelai, penggilingan,

    pendidihan bubur kedelai dan pengepresan (Tim Fatemeta IPB, 1981). Jadi

    nugget ampas tahu yaitu suatu produk olahan dengan bahan baku ampas

    tahu atau hasil sampingan dari pembuatan tahu dengan campuran daging

    yang dicetak dan melalui proses pemaniran kemudian digoreng dan

    dibekukan.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    24/157

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    25/157

    10

    3) Jenis filler (Bahan pengisi)

    Filler (bahan pengisi) merupakan sumber pati yang ditambahkan

    dalam produk untuk menambah bobot produk dengan mensubstitusi

    sebagian daging sehingga biaya dapat ditekan (Rahayu, 2007). Dalam

    penelitian ini jenis filler yang digunakan yaitu tepung tapioka dan tepung

    maizena. Tepung tapioka merupakan pati yang diekstrak dengan air dari

    umbi singkong. Tapioka banyak digunakan sebagai bahan pengental,

    bahan pengisi, dan bahan pengikat dalam industri pangan (Astawan, 2009 :

    243). Ciri-ciri tepung tapioka warnanya putih bersih, teksturnya sangat

    halus dan apabila dimatangkan akan menjadi kenyal (TimDapur Demedia,

    2008 : 4). Sedangkan tepung maizena termasuk pati yang diperoleh dari

    jagung. Tepung maizena dipakai untuk pengental pada sup maupun saus

    (Aceng, 2009 : 17). Namun dalam penelitian ini tepung maizena digunakan

    sebagai bahan pengisi. Ciri-ciri tepung maizena berwarna putih bersih

    mempunyai tekstur kering halus dan akan mengental seperti gelatin

    apabila dicampur dan kemudian direbus dengan air pada suhu diatas 1700F

    (Suhardjito, 2006 : 76).

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    26/157

    11

    1.6 SISTEMATIKA SKRIPSI

    Sistematika penulisan skripsi ini meliputi tiga bagian, yaitu:

    1) Bagian pendahuluan, berisi: halaman judul, halaman pengesahan,

    halaman motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi,

    daftar gambar, dan daftar lampiran.

    2) Bagian isi dibagi menjadi lima bab, antara lain:

    BAB I Pendahuluan

    Berisi latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat

    penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi.

    BAB II Landasan Teori

    Berisikan tentang kajian teori-teori yang mendasari dalam penulisan

    skripsi ini, kerangka berpikir, dan hipotesa.

    BAB III Metode Penelitian.

    Berisikan metode penentuan objek, metode pengumpulan data,

    instrument (alat pengumpul data), dan metode analisis data.

    BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

    Bab ini meliputi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

    BAB V Simpulan dan Saran

    Berisikan simpulan dari hasil penelitian serta saran.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    27/157

    12

    3) Bagian akhir skripsi ini adalah daftar pustaka, tabel-tabel yang

    digunakan, dan lampiran-lampiran yang melengkapi uraian pada bagian

    isi.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    28/157

    13

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Tinjauan umum tentang nugget

    Nugget adalah jenis makanan lauk pauk berkadar protein tinggi yang

    terbuat dari bahan dasar hewani dan dicampur dari bahan lain melalui proses

    pemaniran dan penggorengan (Departemen perindustrian RI, 1995). Bahan

    dasar hewani yang biasa digunakan dalam pembuatan nugget dipasaran

    yaitu daging ayam, daging sapi, udang, dan ikan, tetapi yang paling populer

    dimasyarakat yakni nugget ayam. Menurut CCS (2011) nugget (pertama

    dari ayam) ditemukan oleh Robert C. Baker, seorang professor ilmu pangan

    dari Cornell University.

    Nugget biasanya terbuat dari daging ayam, telur, tepung tapioka,

    tepung roti sedangkan bahan tambahan dan bahan penunjang (bumbu)

    adalah garam, bawang putih, bawang bombay, lada, dan pala. Pemberian

    bumbu bertujuan untuk membangkitkan rasa, garam bersama senyawa fosfat

    akan membantu pembentukan gel protein ayam dengan baik, sehingga

    nugget yang dihasilkan teksturnya padat. Selain itu dengan penambahan

    telur dan tepung tapioka dapat sebagai bahan pengikat. (Wibowo, 2000).

    2.1.1 Bahan pembuatan nugget

    1) Daging ayam

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    29/157

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    30/157

    15

    Bawang bombay merupakan salah satu jenis bawang-bawangan

    yang bentuknya lebih besar dari bawang putih atau pun bawang merah.

    Penggunaan bawang bombay dalam pembuatan nugget berfungsi sebagai

    salah satu bumbu yang memberikan rasa lezat.

    5) Bawang putih

    Bawang putih mempunyai aroma yang sangat khas sekali dan

    merupakan salah satu bahan yang berfungsi sebagai bumbu yang

    memberikan rasa gurih dan aroma yang harum dalam pembuatan nugget.

    Bau yang khas dari bawang putih berasal dari minyak volatil yang

    mengandung komponen sulfur (Palungkun et al, 1992). Penggunaan bawang

    putih dalam pembuatan nugget dihaluskan agar bisa tercampur rata dalam

    adonan.

    6) Lada

    Lada atau merica merupakan salah satu bahan yang termasuk

    dalam bumbu mempunyai aroma yang khas dan rasa sedikit pedas. Rasa

    pedas merica disebabkan oleh adanya zat piperin dan piperanin, serta

    chavicia yang merupakan persenyawaan dari piperin dengan alkaloida

    (Rismunandar, 2003). Penggunaan lada atau merica dalam pembuatan

    nugget agar mempunyai rasa sedikit pedas.

    7) Garam

    Garam merupakan komponen bahan makanan yang ditambahkan

    dan digunakan sebagai penegas cita rasa dan bahan pengawet. Penggunaan

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    31/157

    16

    garam tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan terjadinya

    penggumpalan (salting out) dan rasa produk menjadi asin. Konsentrasi

    garam yang ditambahkan biasanya berkisar 2 sampai 3% dari berat daging

    yang digunakan (Aswar, 2005).

    8) Pala

    Pala biasanya berbentuk biji mempunyai aroma yang kuat dan

    rasa yang khas. Penggunaan pala dalam pembuatan nugget dalam bentuk

    bubuk atau biji pala yang sudah dihaluskan agar pala dapat tercampur rata

    dalam adonan nugget. Fungsi dari pala dalam pembuatan nugget yaitu untuk

    mempertajam rasa dan aroma.

    9) Tepung roti

    Tepung roti merupakan bahan yang digunakan untuk melapisi

    bagian luar dari nugget ampas tahu. Fungsi dari tepung roti yaitu untuk

    memberikan warna kuning keemasan dan tekstur renyah diluar setelah

    dilakukannya penggorengan serta bentuk nugget menjadi lebih rapi.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    32/157

    17

    2.1.2 Proses pembuatan nugget

    Proses pembuatan nugget mencakup delapan tahap, yaitu

    penimbangan bahan, penggilingan, pencampuran bahan, pencetakan,

    pengukusan, pelapisan perekat dan pelumuran tepung roti (pemaniran),

    penggorengan awal (pre-frying) dan pembekuan. Tahapan pembuatan

    nugget adalah sebagai berikut :

    1) Penimbangan bahan

    Penimbangan bahan merupakan kegiatan menimbang semua bahan

    sesuai dengan formula yang ditentukan. Semua bahan harus ditimbang

    dengan benar agar tidak terjadi keslahan dalam pembuatan nugget.

    2) Penggilingan

    Penggilingan daging diusahakan pada suhu di bawah 15C, yaitu

    dengan menambahkan es pada saat penggilingan daging (Tatono, 1994).

    Pendinginan ini bertujuan untuk mencegah denaturasi protein aktomiosin

    oleh panas. Penggilingan jenis pangan sumber protein dilakukan berfungsi

    untuk menghaluskan jenis pangan sumber protein agar mudah tercampur

    dalam adonan.

    3) Pencampuran bahan

    Pencampuran semua bahan dalam pembuatan nugget meliputi jenis

    pangan sumber protein, tepung tapioka, telur, bawang bombay, bawang

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    33/157

    18

    putih, garam, lada dan pala dilakukan dengan cara diaduk-aduk hingga

    adonan tercampur rata atau homogen.

    4) Pencetakan

    Pencetakan dalam pembuatan nugget dilakukan dengan

    membungkus adonan menggunakan plastik dan membentuknya menjadi

    bulat panjang dengan diameter 2 cm dan mengikat kedua ujungnya

    menggunakan tali atau mencetaknya dalam loyang kotak lalu dibentuk

    dengan aneka jenis bentuk cetakan nugget.

    5) Pengukusan

    Pengukusan menyebabkan terjadinya pengembangan granula

    granula pati yang disebut gelatinisasi. Gelatinisasi merupakan peristiwa

    pengembangan granula pati sehingga granula tersebut tidak dapat kembali

    seperti keadaan semula (Winarno, 1997). Mekanisasi gelatinisasi, diawali

    oleh granula pati akan menyerap air yang memecah kristal amilosa dan

    memutuskan ikatanikatan struktur heliks dari molekul tersebut.

    Penambahan air dan pemanasan akan menyebabkan amilosa berdifusi keluar

    granula, sehingga granula tersebut hanya mengandung sebagian amilopektin

    dan akan pecah membentuk suatu matriks dengan amilosa yang disebut gel

    (Winarno, 1997). Pengukusan dilakukan dengan waktu 30 menit dengan

    maksud agar adonan menjadi padat sehingga mudah dipotong.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    34/157

    19

    6) Pemaniran

    Pemaniran merupakan proses yang harus dilakukan dalam pembuatan

    nugget yang mempunyai dua tahapan yaitu pencelupan adonan nugget yang

    sudah dipotong pada putih telur dan pelumuran tepung roti. Tahapan yang

    pertama merupakan pencelupan nugget yang sudah dipotong pada putih telur

    dengan tujuan agar tepung roti dapat menempel pada nugget. Pelumuran

    tepung roti menjadi tahapan yang kedua dan merupakan bagian yang paling

    penting dalam proses pembuatan produk pangan beku dan industri pangan

    yang lain. Pelumuran tepung roti dapat membuat produk menjadi renyah,

    enak dan lezat. Nugget termasuk salah satu produk yang pembuatannya

    menggunakan proses pemaniran. Tepung roti yang digunakan sebaiknya tidak

    tengik, wadahnya masih dalam keadaan baik, memiliki bau khas tepung, dan

    waktu kadaluarsanya masih lama (Yuyun, 2007 : 7).

    7) Penggorengan

    Penggorengan merupakan proses termal yang umum dilakukan

    orang dengan menggunakan minyak atau lemak pangan. Bahan pangan yang

    digoreng mempunyai permukaan luar berwarna coklat keemasan. Warna

    yang muncul disebabkan karena reaksi pencoklatan (Maillard) (Ketaren,

    1986). ReaksiMaillard terjadi antara protein, asam amino, dan amin dengan

    gula aldehida dan keton, yang merupakan penyebab terjadinya pencoklatan

    selama pemanasan atau penyimpanan dalam waktu yang lama pada bahan

    pangan berprotein.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    35/157

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    36/157

    21

    Jenis Pangan Sumber protein :Daging Ayam

    Penggilingan

    Tepung Tapioka

    (Bahan Pengisi /Filler)

    TelurPencampuran Bahan

    Adonan

    Pencetakan

    kusan (100C, 30 menit)

    Pendinginan (3 jam) dan

    Pemotongan (1 cm)

    PemaniranPutih Telur

    Pembekuan

    Penggorengan

    (180-195C, 30 detik )

    Bumbu :

    - Bawang putih- Bawang bombay

    Lada

    - Garam- Pala

    Gambar 2.1 Skema Pembuatan Nugget

    Penimbangan

    Bahan

    Dikocok searah

    (30 detik)Tepung Roti

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    37/157

    22

    2.1.3Kriteria nugget

    Kriteria bahan atau produk pangan bersifat tampak secara fisik dan

    dapat dengan mudah dikenali, namun demikian ada beberapa sifat lain yang

    tersembunyi. Kriteria fisik meliputi warna, rasa, tekstur dan aroma.

    Sedangkan kriteria yang tersembunyi meliputi nilai gizi, keamanan mikroba,

    dan cemaran logam (Kartika, Pudji dan Wahyu 1988 : 1). Berdasarkan

    kedua persyaratan tersebut kriteria nugget dapat dilihat dari syarat mutu

    nugget yang terdapat didalam SNI 01-6683-2002.

    Tabel 2.1 Syarat mutu nugget

    Kriteria uji Satuan Persyaratan

    Keadaan :

    a. Bau - Normal, sesuai label

    b. Rasa - Normal, sesuai label

    c. Tekstur - Normal

    Benda asing - Tidak boleh adaAir % b/b Maks 60,0

    Protein % b/b Min 12,0

    Lemak % b/b Maks 20,0

    Karbohidrat % b/b Maks 25,0

    Kalsium (Ca) mg / 100 gr Maks 30.0

    Bahan tambahan makanan :

    Sesuai dengan SNI 01-0222-1995a. Pewarna

    b. Pengawet

    Cemaran logam :

    a. Timbal (Pb) mg/kg Maks 2,0

    b. Tembaga (Cu) mg/kg Maks 20,0

    c. Seng (Zn) mg/kg Maks 40,0

    d. Timah (Sn) mg/kg Maks 40,0

    e. Raksa (Hg) mg/ kg Maks 0,03

    Cemaran Arsen mg/kg Maks 0,1

    Cemaran mikroba :

    a. Angka total lempeng Koloni / gr Maks 5x 104

    b. Bakteri bentuk koli APM/gr Maks 10

    c.Eccherichia coli APM/gr < 3

    d. Salmonella Koloni / 25 gr Negative

    e. Staphilococcus aureus Koloni / gr Maks 102

    Sumber: Departemen Perindustrian RI (2002)

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    38/157

    23

    Kriteria yang tersembunyi meliputi nilai gizi, keamanan mikroba,

    dan cemaran logam diketahui dengan melakukan penelitian laboratorium

    dan harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Departemen

    Perindustrian. Berdasarkan kriteria pada tabel 2.1 Tentang syarat mutu

    nugget, kriteria nugget adalah nugget yang terbuat dari jenis pangan protein

    dengan bumbu. Tentang keadaan warna, aroma, tekstur dan rasa dalam

    keadaan normal.

    2.2 Tinjauan Umum tentang Ampas Tahu

    Ampas tahu merupakan hasil sampingan dalam pembuatan tahu

    yang meliputi perendaman kedelai, penggilingan, pendidihan bubur kedelai

    dan pengepresan (Tim Fatemeta IPB, 1981). Seiring dengan

    berkembangnya industri tahu pada saat ini maka akan semakin banyak

    ampas tahu yang dihasilkan. Masyarakat juga beranggapan bahwa ampas

    tahu kurang bermanfaat dan sudah tidak mengandung gizi serta tidak layak

    konsumsi. Jadi minat untuk memanfaatkan ampas tahu untuk menjadi suatu

    produk olahan makanan yang bergizi serta ekonomis masih sangat rendah

    sekali.

    Ampas tahu memiliki tekstur lembek dengan kadar air yang tinggi

    serta hanya mampu bertahan selama 24 jam, setelah itu ampas tahu

    berangsur-angsur akan mengeluarkan bau busuk atau membentuk unsur

    NH3. NH3ini disebabkan oleh protein yang mengalami degradasi. Degradasi

    adalah pemecahan molekul komplek yaitu pemecahan protein menjadi

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    39/157

    24

    molekul yang lebih sederhana. Degradasi membentuk gas NH3yang berbau

    busuk. Selama proses pembusukan, ampas tahu dapat memproduksi racun

    yang dikenal dengan mikotoksin. Mikotoksin merupakan zat yang

    diproduksi oleh kapang selama bahan makanan akibat proses fermentasi

    (Koswara, 1995).

    Prabowo dkk., (1983) menyatakan bahwa protein ampas tahu

    mempunyai nilai biologis lebih tinggi daripada protein biji kedelai dalam

    keadaan mentah, karena bahan ini berasal dari kedelai yang telah dimasak.

    Kandungan senyawa pada ampas tahu yang cukup berpotensi

    adalah sebagai sumber antioksidan alami. Antioksidan berfungsi sebagai

    pencegah beberapa penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular,

    kanker dan aterosklerosis (Schmildz dan Labuza, 2000). Jenis antioksidan

    yang terdapat dalam ampas tahu adalah senyawa isoflavon. Hasil penelitian

    (Wahyu, 2004), menunjukkan bahwa ampas tahu masih mengandung 0,98%

    isoflavon sedangkan pada kedelai yang merupakan bahan baku pembuatan

    tahu mengandung 5,5 % isoflavon.

    Tabel 2.2 Komposisi Zat Gizi Ampas Tahu per 100 gram Bahan Basah

    Zat Gizi Kandungan

    Energi (kkal) 67.0Protein (g) 5.0

    Lemak (g) 2.1

    Karbohidrat (g) 8.1

    Kalsium (mg) 460

    Phospor (mg) 88.0

    Besi (mg) 1.0

    Sumber: Direktorat Gizi Depkes 1990

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    40/157

    25

    Kandungan lain pada ampas tahu yaitu serat kasar yang sangat

    tinggi, yakni 23,58 %. Serat kasar tersebut berfungsi positif bagi kesehatan.

    Winarno (1997) mengatakan serat makanan adalah salah satu komponen

    aktif dalam pangan fungsional (fungsional food). Pangan fungsional adalah

    pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat

    bagi kesehatan, diluar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang

    terkandung didalamnya. Lebih lanjut Susalit (2003) mengatakan bahwa

    pangan fungsional adalah pangan yang secara alamiah maupun telah melalui

    proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian

    ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang

    bermanfaat bagi kesehatan.

    Harianto (1996) mengatakan bahwa konsumsi serat pangan

    memiliki dampak positif terhadap kesehatan. Dampak tersebut adalah

    mengurangi gejala sembelit dan diare, mencegah wasir dan kanker usus,

    mengontrol lemak darah dan penyakit jantung serta mengatur insulin dan

    gula darah. Menurut Almatsier (2003) mengatakan serat makanan dapat

    mencegah kegemukan, konstipasi, hemaroid, penyakit-penyakit

    divertikulosis, kanker usus, penyakit diabetes melitus, dan jantung koroner

    yang berkaitan dengan kadar kolesterol darah tinggi.

    2.3 Penanganan ampas tahu sebelum diolah menjadi bahan pangan

    Masyarakat mempunyai pola pikir yang rendah terhadap ampas

    tahu yang hanya dimanfaatkan dalam pembuatan gembus karena memiliki

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    41/157

    26

    bau langu. Timbulnya bau langu disebabkan karena aktifitas enzim

    lipoksigenase yang dapat mengkatalisasi oksida asam lemak tak jenuh

    menghasilkan senyawa yang menghasilkan bau langu (Sofiah dan Utami,

    1999). Bau langu dapat dihilangkan dengan pemanasan yang menggunakan

    suhu tinggi seperti pengukusan.

    Pengukusan dilakukan dengan waktu 30 sampai 60 menit untuk

    mengurangi atau menghilangkan bau langu pada ampas tahu. Hal tersebut

    dilaksanakan sebelum ampas tahu diolah menjadi suatu makanan. Selain

    menghilangkan bau langu, proses pengukusan dilakukan untuk menunda

    terjadinya proses degradasi protein pada ampas tahu yang menimbulkan bau

    busuk.

    2.4 Kemungkinan penggunaan ampas tahu sebagai bahan baku dalam

    pembuatan nugget ampas tahu

    2.4.1Aspek gizi dan kesehatan

    Ampas tahu masih belum optimal dimanfaatkan oleh masyarakat

    untuk dijadikan suatu makanan, kalau pun digunakan untuk bahan makanan

    biasanya ampas tahu dibuat menjadi gembus. Masyarakat belum mengetahui

    bahwa kandungan gizi pada ampas tahu sangat banyak, terutama kandungan

    protein dan serat kasar. Ampas tahu basah masih mengandung protein

    sebesar 5.00 g (Direktorat Gizi Depkes, 1990). Disamping itu, kandungan

    serat kasar pada ampastahu sangat 23,58 % (Sutardi, Sigit dan Tahormat

    1983 dikutip Tarmidi).

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    42/157

    27

    Tngginya zat gizi terutama protein dan serat kasar pada ampas tahu

    menjadikan ampas tahu mempunyai manfaat bagi kesehatan tubuh manusia.

    Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar

    tubuh sesudah air yang mempunyai fungsi khas tidak dapat digantikan oleh

    zat gizi lain, yaitu mampu membangun serta memelihara sel-sel dan

    jaringan tubuh. Sedangkan serat makanan menurut Almatsier (2001) dapat

    mencegah kegemukan, konstipasi, hemaroid, penyakit-penyakit

    divertikulosis, kanker usus, penyakit diabetes melitus, dan jantung koroner

    yang berkaitan dengan kadar kolesterol darah tinggi. Dengan adanya

    dampak yang positif terhadap kesehatan manusia dengan kandungan protein

    dan serat pada ampas tahu maka ampas tahu dapat dikatakan layak untuk

    dijadikan bahan makanan yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi.

    2.4.2Aspek ketersediaan

    Ampas tahu merupakan limbah padat yang didapatkan dari proses

    pembuatan tahu, biasanya limbah padat ini banyak dihasilkan oleh pabrik

    pembuatan tahu di daerah Semarang. Hasil survei ke perusahaan tahu

    Surabaya di Semarang diperoleh informasi penggunaan 15 kg kedelai

    menghasilkan lebih kurang 20 kg ampas tahu basah. Selain mudah

    didapatkan, ampas tahu juga mempunyai harga yang relatif murah yaitu Rp.

    5.000,- tiap karungnya dengan berat 25 kg.

    2.4.3Penganekaragaman produk

    Nugget merupakan makanan praktis yang biasanya dijadikan

    sebagai lauk pauk berbahan dasar hewani. Penganekaragaman produk yang

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    43/157

    28

    dilakukan yaitu nugget biasa terbuat dari bahan baku daging yang

    mempunyai harga yang cukup mahal maka ampas tahu menggantikan

    daging sebagai bahan baku dengan nilai yang lebih ekonomis dan mudah

    didapatkan serta jenis pangan sumber protein hanya dijadikan campuran.

    2.5 Tinjauan tentang jenis pangan sumber protein

    2.5.1 Daging ayam (Gallus gallus)

    Daging secara umum didefinisikan sebagai semua jaringan hewan

    yang dikonsumsi namun tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang

    mengkonsumsinya. Menurut Standar Nasional (SNI) nomor 01-3924-2009

    tahun 2009 tentang Mutu Karkas dan Daging Ayam, disebutkan karkas

    ayam pedaging adalah bagian ayam pedaging setelah dipotong, dicabuti

    bulunya, dikeluarkan jeroan dan lemak abdominalnya, dipotong kepala dan

    leher serta kedua kakinya.

    Daging ayam lebih unggul dari pada daging sapi, kambing dan babi

    karena harganya lebih ekonomis dan lebih mudah dimasak. Oleh karena itu,

    daging ayam banyak dikonsumsi oleh masyarakat dari pada daging-daging

    lainnya. Daging ayam sebagai salah satu bahan pangan yang mempunyai

    kandungan protein yang cukup tinggi sehingga menjadi pangan hewani

    sumber protein yang berwarna putih. Kandungan nilai gizi atau komposisi

    kimia daging ayam dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    44/157

    29

    Tabel 2.3 Kandungan nilai gizi daging ayam per 100 gram

    No. Zat Gizi Jumlah

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.7.

    8.

    Energi

    Lemak

    Karbohidrat

    Protein

    Fosfor

    KalsiumBesi

    Air

    298 kkal

    25 g

    0 mg

    18,2 g

    200 mg

    14 mg1,5 mg

    55,9 g

    Sumber : Mahmud (2008)

    Nilai protein dalam daging ayam yaitu 18,2 mg. Secara umum,

    protein yang terdapat didalamnya terdiri atas tiga bagian yaitu : protein yang

    terdapat di dalam miofibril, merupakan gabungan dari aktin dan miosin,

    sehingga disebut aktinmiosin; protein yang terdapat di dalam sarkoplasma,

    yaitu albumin dan globulin; dan protein yang terdapat di dalam jaringan

    ikat, yaitu kolagen dan elastin (Murtidjo, 2003).

    Gambar 2.2 Daging Ayam (http://www.ternakonline.wordpress. com)

    http://ternakonline.wordpress.com/category/promosi-harga-kambing-domba/http://ternakonline.wordpress.com/category/promosi-harga-kambing-domba/http://ternakonline.wordpress.com/category/promosi-harga-kambing-domba/
  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    45/157

    30

    Kualitas daging ayam dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik pada

    waktu hewan masih hidup maupun setelah dipotong. Pada waktu hewan

    hidup faktor penentu kualitas daging adalah cara pemeliharaan, meliputi

    pemberian pakan, tata laksana pemeliharaan, dan perawatan kesehatan,

    sedangkan setelah hewan dipotong kualitas daging dipengaruhi oleh

    perdarahan pada waktu hewan dipotong dan kontaminasi mikroba (Murtidjo

    2003). Daging ayam segar memiliki warna putih keabuan, cerah, tidak ada

    memar, atau tidak berwarna gelap. Warna kulit ayam biasanya putih

    kekuningan dan bersih. Apabila menyentuhnya, daging terasa lembap, tetapi

    tidak lengket. Ciri lain yang bisa dideteksi adalah aromanya. Daging ayam

    segar aromanya tidak menyengat, tidak berbau amis, dan tidak busuk

    (Komariah, Surajudin dan Dwi , 2005 : 14).

    Masyarakat pada umumnya mengolah daging ayam menjadi

    berbagai jenis olahan diantaranya sosis, bakso, abon, nugget serta daging

    panggang. Banyaknya variasi jenis olahan menjadikan daging ayam sangat

    familliar penggunaannya dalam berbagai jenis masakan serta masyarakat

    telah mengetahui bahwa kandungan protein ayam tinggi. Winarno (1984)

    menjelaskan bahwa sejumlah kecil protein hewani dapat meningkatkan

    mutu protein nabati dalam jumlah yang cukup besar. (Riwati, 2002 dikutip

    Widyastuti, Widati, Hanjarianto dan Avianto, 2010) menyatakan bahwa

    penggunaan bahan yang berkadar protein tinggi dapat mempertinggi kadar

    protein bahan pangan.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    46/157

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    47/157

    32

    No. Zat Gizi Jumlah

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    Energi

    Protein

    Lemak

    Karbohidrat

    Kalsium

    Fosfor

    Besi

    109 kkal

    21,5 g

    2,60 mg

    0 g

    0 mg

    0 mg

    0 mg

    Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan (2009)

    Kandungan nilai gizi protein ikan tenggiri yang cukup tinggi yaitu

    21,5 g menghasilkan kandungan asam amino yang terdapat didalamnya

    pun sangat beragam. Dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa orang

    eskimo dan masyarakat Jepang menunjukkan bahwa orang yang makan

    ikannya banyak , jarang ditemukan penyakit koroner.

    Di beberapa negara, ikan tenggiri menjadi komoditas perikanan

    laut yang paling utama karena memiliki nilai komersial tinggi. Ikan

    tenggiri biasanya dipasarkan dalam keadaan segar. Sedangkan negara maju

    lebih menyukai ikan tenggiri yang dipasarkan dalam bentuk potongan tipis

    (fillet) atau tanpa tulang (boneless). Beberapa negara maju mengolah ikan

    tenggiri untuk dikemas dalam kaleng seperti ikan sarden (Aceng, 2008).

    Ikan tenggiri pun dapat diolah menjadi bentuk makanan lain, tidak selalu

    dimakan dalam bentuk ikan utuh. Di Indonesia, ikan tenggiri biasa

    digunakan sebagai bahan dalam pembuatan empek-empek. Aroma yang

    sangat kuat dari ikan tenggiri menjadikan empek-empek mempunyai rasa

    dan aroma yang sangat khas. Ikan tenggiri juga digunakan dalam

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    48/157

    33

    pembuatan nugget ikan (fish nugget). Hasil penelitian Tatono (1994)

    menunjukkan bahwa nugget ikan tenggiri yang menggunakan bahan

    pengikat maizena dan elmusifier SPI (Soy Isolate Protein) menunjukkan

    hasil yang relatif lebih dapat diterima oleh panelis jika dibandingkan

    dengan kombinasi bahan pengikat dan elmusifier lain (tepung terigu dan

    kasein).

    2.6 Tinjauan tentang jenis filler

    2.6.1 Tepung tapioka

    Tepung tapioka merupakan pati yang diekstrak dengan air dari

    umbi singkong. Setelah disaring, bagian cairan dipisahkan dengan

    ampasnya. Cairan hasil saringan kemudian diendapkan. Bagian yang

    mengendap tersebut selanjutnya dikeringkan dan digiling hingga diperoleh

    butiranbutiran pati yang disebut tapioka. Sifat sifat tepung tapioka yang

    manis dengan amilopektin dan fungsi tepung tapioka sebagai pengikat

    formula (Winarno, 1984).

    Tepung tapioka dipasaran biasa dikenal dengan nama tepung kanji.

    Tepung tapioka atau tepung kanji warnanya putih bersih, sangat halus dan

    bila dimatangkan akan menjadi kenyal (TimDapur Demedia, 2008 : 4).

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    49/157

    34

    Persyaratan tepung tapioka yang bermutu baik yaitu :

    1. Warna tepungnya putih, bebas dari kotoran dan serpihan kayu.

    2. Kandungan air rendah.

    3. Tingkat kekentalan dan daya rekat tinggi (Murtiningsih dan Suyanti,

    2011 : 35).

    Tapioka juga banyak digunakan sebagai bahan pengental, bahan

    pengisi, dan bahan pengikat dalam industri pangan seperti dalam pembuatan

    puding, sup makanan bayi, es krim, pengolahan sosis daging, industri

    farmasi dan lain sebagainya (Astawan, 2009 : 243). Salah satu keunggulan

    tepung tapioka dibandingkan tepung terigu adalah tidak mengandung gluten.

    Pada sebagian masyarakat kecil, gluten dapat menyebabkan alergi. Tapioka

    juga mempunyai keunggulan lain yang tidak dimiliki oleh tepung lainnya.

    Penelitian oleh Profesor Monica Hughes dari Newcastle University

    menemukan bahwa tapioka berpotensi melawan sel kanker.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    50/157

    35

    Tabel 2.5 Komposisi gizi per 100 gram tapioka

    Zat Gizi Kadar

    Energi (kkal) 358

    Protein (g) 0,19

    Lemak (g) 0,02

    Karbohidrat (g) 88,69

    Serat pangan (g) 0,9

    Kalsium (mg) 20Besi (mg) 1,58

    Magnesium 1

    Fosfor (mg) 7

    Kalium (mg) 11

    Natrium (mg) 1

    Seng (mg) 0,12

    Tembaga (mg) 0,02

    Mangan (mg) 0,11

    Selenium (mg) 0,8

    Asam folat (mkg) 4

    Sumber : Astawan (2009)

    Tapioka merupakan sumber karbohidrat dan energi yang sangat

    baik. Namun, bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan anak

    menjadi kehilangan selera terhadap nafsu makanan lain yang lebih bergizi.

    Karena itu, makanan tapioka sebaiknya dikonsumsi dengan makanan lain

    yang kaya protein, vitamin, dan mineral. Pencampuran tapioka bersama

    telur dan susu (dalam pembuatan kue), atau tapioka dengan daging dan ikan

    (dalam pembuatan bakso dan empek-empek), serta tapioka dengan irisan

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    51/157

    36

    sayuran (dalam pembuatan kudapan), akan sangat bermanfaat dalam

    perbaikan komposisi gizi produk olahan tapioka (Astawan, 2009 : 246).

    2.6.2 Tepung maizena

    Tepung maizena adalah pati yang terbuat dari jagung yang

    mempunyai granula-granula yang berbentuk poligonal dan bulat. Jagung

    (Zea mays) merupakan tanaman jenis rumput-rumputan (graminae) yang

    berasal dari Mexico, Amerika tengah. Untuk memberikan nilai tambah pada

    produk jagung maka jagung diolah menjadi tepung maizena. Secara umum

    kandungan gizi jagung sangatlah baik. Berikut adalah tabel kandungan gizi

    tepung maizena.

    Tabel 2.6 Komposisi gizi per 100 gram tepung maizena

    Zat Gizi Kadar

    Energi (kkal) 343

    Protein (g) 0,3

    Lemak (g) 0

    Karbohidrat (g) 85,0

    Kalsium (mg) 20

    Fosfor (mg) 30

    Zat Besi (mg) 1,5

    Vitamin A (Sl) 0

    Vitamin B1 (mg) 0

    Vitamin C (mg) 0

    Air (g) 14

    Sumber : Astawan (2009)

    Kandungan nilai gizi tepung maizena tidak kalah dengan

    kandungan tepung terigu. Nilai karbohidrat dalam tepung maizena juga

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    52/157

    37

    cukup tinggi yaitu 85,0g. Maizena juga tidak mempunyai kandungan gluten

    karena maizena merupakan pati yang didapatkan dari jagung.

    Di Indonesia, masyarakat mengenal tepung maizena biasa

    digunakan dalam pembuatan sponge cake dan puding yang menghasilkan

    tekstur lembut dan halus, sedangkan pada kue dapat menghasilkan kue yang

    renyah. Tepung maizena juga digunakan sebagai pengental dan bahan

    pengikat atau pun bahan pengisi dalam pembuatan suatu makanan. Hasil

    penelitian Aswar (1995) menunjukkan bahwa penggunaan bahan pengikat

    maizena yang digunakan dalam pembuatan nugget ikan nila merah

    menghasilkan produk yang baik dengan tekstur yang lebih lembut dan

    warna kuning keemasan. Silvia (2008) mengatakan bahwa tepung maizena

    menghasilkan warna produk yang lebih terang, sedangkan tepung tapioka,

    tepung beras dan beras ketan menghasilkan produk yang garing dan

    gampang patah. Hasil penelitian Wellyalina (2011) menunjukkan bahwa

    perbandingan tetelan merah tuna dengan tepung maizena berpengaruh nyata

    terhadap kadar air, kadar lemak, kadar protein, kadar abu, kadar karbohidrat,

    daya serap minyak, kekerasan sebelum digoreng, warna, dan tekstur.

    Di dalam negeri sendiri pengolahan untuk memproduksi tepung

    maizena belum banyak dilakukan karena terkendala pada tingginya investasi

    untuk menyediakan mesin pengolahannya. Di dalam biji jagung terdapat

    lembaga yang mengandung minyak, sehingga apabila lembaga tersebut

    tidak dipisahkan terlebih dahulu, maka produk olahan jagung (tepung pati)

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    53/157

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    54/157

    39

    tinggi. Dengan mengetahui bahwa ampas tahu memunyai kandungan serat

    kasar yang tinggi diharapkan kandungan lemak hewani pada jenis pangan

    sumber protein berkurang dan proteinnya bertambah.

    Dari pemikiran tersebut maka ampas tahu digunakan sebagai bahan

    baku dalam pembuatan nugget ampas tahu dengan campuran jenis pangan

    sumber protein dan jenis filler yang berbeda. Dalam pembuatan nugget

    ampas tahu dengan campuran jenis pangan sumber protein dan jenis filler

    yang berbeda terdapat empat variasi sampel dengan formula berbeda jenis

    pangan sumber protein dan jenis fillernya. Sampel pertama menggunakan

    jenis pangan sumber protein daging ayam dan jenis filler tepung tapioka.

    Sampel kedua menggunakan jenis pangan sumber protein daging ayam dan

    jenis filler tepung maizena. Sampel ketiga menggunakan jenis pangan

    sumber protein ikan tenggiri dan jenis filler tepung tapioka. Sampel keempat

    menggunakan jenis pangan sumber protein ikan tenggiri dan filler tepung

    maizena. Dari keempat variasi perbedaan jenis pangan sumber protein dan

    jenis filler akan menimbulkan perbedaan hasil mutu dari pembuatan nugget.

    Namun akan dapat diketahui formula dengan kualitas baik. Untuk

    mengetahui kualitas nugget yang dihasilkan maka dilakukan penilaian uji

    inderawi, uji kesukaan dan uji laboraturium. Skema kerangka berfikir dapat

    dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    55/157

    40

    Ampas Tahu

    AlternatifDimanfaatkan untuk pembuatan nugget

    Kelemahan

    Rasanya hambar

    SolusiDiolah menjadi produk nugget dengan campuran jenis

    pangan sumber protein dan filler yang berbeda serta bumbu

    EKSPERIMEN

    NUGGET AMPAS TAHU

    Fakta positif :

    1.Mudah didapatkan2.Harganya murah3.Mempunyai kandungan gizi yang

    cukup tinggi terutama protein dan

    serat

    Fakta negatif :

    1. Masyarakat belum mengetahui kandungangizi ampas tahu2. Kurang dimanfaatkan karena dianggap

    limbah

    3. Banyak digunakan sebagai pakan ternak

    Pemilihan

    Bahan

    Ampas Tahu

    Jenis Pangan

    Sumber Protein :

    1. Ayam2. Ikan Tenggiri

    Jenis Filler :

    1. Tepung tapioka

    2. Tepung maizena

    Kualitas obyektif:

    - Protein

    - Lemak

    - Kadar Air

    - Serat kasar

    - Timbal

    pengolahan :

    -Penimbangan bahan

    Penggilingan

    -Pencampuran bahan

    -Pencetakan

    -Pengukusan

    -Pemaniran

    -Penggorengan

    -Pembekuan

    Kualitas

    organoleptik

    Mutu

    -Warna

    -Aroma

    -Tekstur

    -Rasa

    Tingkat

    kesukaan

    konsumen

    uji

    Bumbu :

    - Bawang putih- Bawang bombay- Lada- Garam- Pala

    Telur

    Gambar 2.4 Skema kerangka berfikir

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    56/157

    41

    2.8 HIPOTESIS

    Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap

    permasalahan peneliti sampai terbukti melalui data yang terkumpul

    (Arikunto, 1998). Berdasarkan teori yang diuraikan maka hipotesis

    penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1)Ada pengaruh jenis pangan sumber protein dan penggunaan filler yang

    berbeda terhadap kualitas nugget ampas tahu ditinjau dari segi warna,

    aroma, tekstur dan rasa.

    2)Ada pengaruh jenis pangan sumber protein pada penggunaan jenis filler

    tepung tapioka terhadap kualitas nugget ampas tahu.

    3)Ada pengaruh jenis pangan sumber protein pada penggunaan jenis filler

    tepung maizena terhadap kualitas nugget ampas tahu.

    4)Ada pengaruh jenis filler pada penggunaan jenis pangan sumber protein

    daging ayam terhadap kualitas nugget ampas tahu.

    5)Ada pengaruh jenis filler pada penggunaan jenis pangan sumber protein

    ikan tenggiri terhadap kualitas nugget ampas tahu.

    Selain Hipotesis Kerja (Ha), juga diajukan pertanyaan penelitian,

    yaitu :

    1)Berapa kandungan lemak, protein, kadar air, serat kasar serta timbal (Pb)

    nugget ampas tahu dengan campuran jenis pangan sumber protein dan

    jenis filler yang berbeda ?

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    57/157

    42

    2) Bagaimana tingkat kesukaan masyarakt terhadap nugget ampas tahu

    dengan campuran jenis pangan sumber protein dan jenis filler yang

    berbeda ?

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    58/157

    43

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    Metode penelitian merupakan cara atau strategi yang digunakan dalam

    kegiatan penelitian, sehingga pelaksanaan penelitian dapat dipertanggung

    jawabkan secara ilmiah. Hal-hal yang akan diuraikan dalam metode penelitian ini

    adalah objek dan variabel penelitian, pendekatan penelitian, metode pengumpulan

    data,alat pengumpulan dan teknik analisis data.

    3.1 Objek dan variabel penelitian

    3.1.1Objek penelitian

    Objek dalam penelitian ini adalah nugget ampas tahu yang terbuat dari

    ampas tahu yang diperoleh dari industri tahu di daerah perumahan Trangkil,

    Gunungpati, Semarang, jenis pangan sumber protein yang terdiri dari daging

    ayam broiler yang diperoleh dari pasar tradisonal Sampangan, Semarang, dan ikan

    tenggiri yang diperoleh dari pasar ikan Semarang, serta jenis filler yang terdiri

    dari tepung tapioka dan tepung maizena yang diperoleh dari toko bahan roti di

    daerah Semarang.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    59/157

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    60/157

    45

    3.1.2.1Variabel bebas

    Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi hasil penelitian

    atau variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat.

    Variabel bebas dalam penelitian adalah jenis pangan sumber protein yang terdiri

    dari daging ayam dan ikan tengiri sebagai campuran dengan ukuran 1 bagian

    untuk jenis pangan sumber protein dan 2 bagian untuk bahan utama yaitu ampas

    tahu, serta filler yang terdiri dari dua jenis tepung pati yaitu tepung tapioka dan

    maizena.

    3.1.2.2Variabel terikat

    Variabel terikat adalah variabel yang dapat dipengaruhi variabel bebas.

    Variabel terikat dalam penelitian ini adalah mutu inderawi nugget ampas tahu

    dengan indikator warna, aroma, tekstur dan rasa, mutu organoleptik dari nugget

    ampas tahu hasil eksperimen dengan indikator berupa tingkat kesukaan serta

    kandungan protein, kadar air, serat kasar, lemak dan kandungan timbal hasil

    eksperimen.

    3.1.2.3Variabel kontrol

    Menurut Sugiyono (2008:41), variabel kontrol adalah variabel yang

    dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap

    dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol

    yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan, asal bahan, penimbangan

    bahan, cara pembuatan, panelis serta pemeriksaan laboratorium.

    1) Peralatan

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    61/157

    46

    Peralatan yang digunakan dalam pembuatan nugget ampas tahu dengan

    campuran jenis pangan sumber protein dan filler yang berbeda diantaranya

    baskom, sendok, blender, kompor, timbangan, pisau, talenan, dan dandang.

    2) Asal Bahan

    Asal bahan pembuatan nugget ampas tahu dengan campuran jenis pangan

    sumber protein dan filler yang berbeda berasal dari industri tahu rumahan

    didaerah trangkil untuk ampas tahu, jenis pangan sumber protein diperoleh dari

    pasar sampangan untuk daging ayam dan untuk ikan tenggiri diperoleh dari pasar

    ikan Semarang, filler diperoleh dari toko bahan roti di daerah Semarang.

    3) Penimbangan bahan

    Penimbangan bahan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital

    spesifikasi angka satuan. Timbangan yang digunakan harus dalam kondisi yang

    benar atau tidak rusak.

    4) Cara pembuatan

    Cara pembuatan nugget ampas tahu dengan campuran sumber pangan jenis

    protein dan jenis filler yang berbeda dimulai dari pemilihan bahan, pencucian

    bahan, penggilingan jenis pangan sumber protein , pencampuran bahan,

    pencetakan, pengukusan, pemaniran, pembekuan dan penggorengan.

    5) Panelis

    Panelis yang digunakan adalah panelis yang agak terlatih yang telah lolos

    seleksi panelis sehingga sensitifitasnya telah terlatih.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    62/157

    47

    6) Pemeriksaan laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium untuk kandungan protein, lemak, kadar air,

    serat kasar dan timbal dilaksanakan di Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan

    Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada

    3.2 Metode Pendekatan Penelitian

    Metode pendekatan penelitian merupakan langkah-langkah yang ditempuh

    dalam melaksanakan penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah metode eksperimen. Pada sub bab ini akan dijelaskan

    mengenai metode eksperimen, desain eksperimen, dan prosedur pelaksanaan

    eksperimen.

    3.2.1Metode eksperimen

    Metode eksperimen merupakan cara atau langkah-langkah yang ditempuh

    dalam melakukan penelitian secara sistematis sehingga dapat dipertanggung

    jawabkan Penelitian ini menggunakan pendekatan studi eksperimen, karena data

    yang diperoleh menggunakan atau melalui suatu percobaan atau uji coba.

    Penelitian eksperimen adalah kegiatan percobaan, yang bertujuan untuk

    mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya

    perlakuan tertentu. Dalam penelitian ini eksperimen yang dilakukan oleh peneliti

    adalah pembuatan nugget ampas tahu dengan campuran jenis pangan sumber

    protein (daging ayam dan ikan tengiri) dan jenis filler yang berbeda (tepung

    tapioka dan tepung maizena).

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    63/157

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    64/157

    49

    dicobakan, yaitu : (A1B1), (A1B2), (A2B1), dan (A2B2) seperti pada tabel berikut

    ini.Rancangan penelitian ini dijabarkan pada Tabel 3.1 berikut.

    Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

    Jenis Filler

    (B)

    Jenis Pangan Sumber Protein (A)

    Daging Ayam (A1) Ikan Tenggiri

    (A2)

    Tepung Tapioka (B1)

    Tepung Maizena (B2)

    A1B1

    A1B2

    A2B1

    A2B2

    Keterangan :

    Faktor A : jenis pangan sumber protein

    A1 : daging ayam

    A2 : ikan tenggiri

    Faktor B : jenis filler

    B1 : tepung tapioka

    B2 : tepung maizena

    3.2.3Prosedur Pelaksanaan eksperimen

    Prosedur pelaksanaan eksperimen merupakan langkah-langkah yang telah

    ditentukan dalam melaksanakan percobaan pembuatan nugget ampas tahu dengan

    campuran jenis pangan sumber protein dan jenis filler yang berbeda. Adapun

    prosedur pelaksanaan eksperimen meliputi tempat dan waktu, bahan dan alat yang

    digunakan serta tahap-tahap eksperimen.

    3.2.3.1Tempat dan waktu

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    65/157

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    66/157

    51

    plastik, sendok, blender, kompor, timbangan, pisau, cutting board atau talenan,

    dan dandang.

    3.2.3.4 Tahap eksperimen

    Eksperimen dalam penelitian ini adalah pembuatan nugget ampas tahu

    dengan campuran jenis pangan sumber protein dan jenis filler yang berbeda

    melalui beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap

    penyelesaian.

    1) Tahap persiapan

    Tahap persiapan merupakan langkah awal dalam memulai suatu kegiatan

    untuk membuat nugget ampas tahu dengan campuran jenis pangan dan jenis filler

    yang berbeda, sehingga proses pembuatan nugget berjalan dengan baik. Tahap-

    tahap pembuatan nugget ampas tahu dengan campuran jenis pangan sumber

    protein dan jenis filler yang berbeda dapat berjalan adalah sebagai berikut :

    a) Persiapan alat

    Alat yang digunakan dibedakan menjadi 2 yaitu alat yang digunakan dalam

    proses pembuatan dan alat ukur. Alat dalam proses pembuatan : baskom plastik,

    sendok, blender, kompor, pisau, cutting board atau talenan, dan dandang. Alat

    yang digunakan harus bersih dan higienis. Alat ukur berupa timbangan digital.

    Alat tersebut harus valid yang artinya alat tersebut dapat dipakai untuk mengukur

    dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran hasilnya.

    b) Persiapan Bahan

    Bahan-bahan yang akan digunakan untuk penelitian harus berkualitas bagus

    agar nugget yang dibuat hasilnya dapat memuaskan. Semua bahan yang digunakan

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    67/157

    52

    ditimbang sesuai dengan takaran resep nugget. Penimbangan harus sangat teliti untuk

    menghindari kesalahan yang akan mempengaruhi hasil penelitian nugget ampas

    tahu.

    2) Tahap pelaksanaan

    Tahap pelaksanaan dalam pembuatan nugget ampas tahu dengan campuran

    jenis pangan sumber protein dan jenis filler yang berbeda meliputi tahap

    pencucian bahan, penggilingan, pencampuran bahan, pencetakan, pengukusan,

    batter dan breading, pembekuan, dan penggorengan.

    a) Penimbangan bahan

    Penimbangan bahan merupakan kegiatan menimbang semua bahan sesuai

    dengan formula yang ditentukan. Semua bahan harus ditimbang dengan benar

    agar tidak terjadi keslahan dalam pembuatan nugget.

    b) Penggilingan

    Tahap ini dilakukan untuk membuat tekstur daging ayam dan ikan tengiri

    menjadi lebih halus agar mudah dicampur dan dicetak dengan bahan lain.

    c) Pencampuran Bahan

    Semua bahan dicampur dan diaduk agar menjadi suatu adonan nugget

    yang homogen. Pencampuran bahan meliputi ampas tahu, jenis pangan sumber

    protein, filler, telur, bawang bombay, bawang putih, garam, lada dan pala bubuk.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    68/157

    53

    d) Pencetakan

    Adonan nugget dicetak dengan rapi, pencetakannya dilakukan dengan cara

    dibungkus dengan plastik dibentuk bulat panjang dengan diameter 2cm dan

    bagian tepinya diikat.

    e) Pengukusan

    Pada proses pengukusan harus diperhatikan yaitu lama waktu pengukusan

    agar adonan benar-benar matang dengan waktu 30 menit. Setelah proses

    pengukusan nugget didinginkan untuk memperkuat bentuk nugget dan mudah

    dipotong.

    f) Pemaniran

    Pemaniran merupakan proses yang harus dilakukan dalam pembuatan

    nugget yang mempunyai dua tahapan yaitu pencelupan adonan nugget yang sudah

    dipotong pada putih telur dan pelumuran tepung roti. Hal ini dilakukan agar

    nugget mempunyai lapisan tepung roti dan bertekstur renyah setelah digoreng.

    g) Penggorengan

    Penggorengan awal (pre-frying) adalah langkah yang terpenting dalam

    proses aplikasi pemaniran. Tujuan penggorengan awal adalah untuk menempelkan

    perekat tepung pada produk sehingga dapat diproses lebih lanjut dengan

    pembekuan.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    69/157

    54

    h) Pembekuan

    Agar tahan lama produk nugget disimpan pada suhu beku. Produk nugget

    apabila dikonsumsi dapat langsung digoreng.

    3) Tahap penyelesaian

    Nugget yang sudah digoreng dan didinginkan kemudian dikemas dengan

    plastik yang ditutup rapat menggunakan shiller kemudian diletakkan dalam

    freezer agar tidak mudah rusak.

    Skema Pembuatan Nugget Ampas Tahu dengan Campuran Jenis Pangan Sumber

    Protein dan Jenis Filler yang Berbeda

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    70/157

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    71/157

    56

    penelitian ini terdiri dari penilaian subyektif dan obyektif. Penilaian subyektif

    dilakukan dengan uji inderawi dan uji organoleptik atau uji kesukaan. Penilaian

    obyektif dilakukan untuk mengetahui kandungan protein, lemak, kadar air, serat

    kasar dan timbal pada nugget ampas tahu.

    3.3.1.1 Peni laian Subyekti f

    Penilaian subyektif merupakan cara penilaian terhadap mutu atau sifat-sifat

    suatu komoditi dengan menggunakan panelis sebagai instrument atau alat.

    1) Uji Inderawi

    Uji inderawi adalah suatu pengujiaan terhadap sifat karakteristik bahan

    pangan dengan menggunakan indera manusia termasuk indera penglihatan,

    pembau, perasa dan pendengar (Kartika, Pudji dan Wahyu, 1988:2). Dalam

    penelitian ini pengujian inderawi memerlukan instrumen sebagai alat ukur, yaitu

    panelis agak terlatih yang paham tentang cara-cara penilaian , yang meliputi

    penilaian terhadap warna, aroma, tekstur dan rasa.

    Metode pengumpulan data kualitas inderawi dalam penelitian ini

    menggunakan uji inderawi dengan skoring. Uji inderawi digunakan untuk

    menentukan kualitas inderawi nugget ampas tahu hasil penelitian, dilakukan

    dengan memberi sampel kepada panelis dan memberikan angka penilaian untuk

    pengujian. Cara penilaiannya yaitu panelis agak terlatih menilai 4 sampel nugget

    hasil penelitian berdasarkan atribut yang dinilai, sesuai dengan skala nilai yang

    disediakan pada formulir uji inderawi.

    Kriteria penilaian yang ditetapkan dengan metode skoring adalah : (a) Skor

    4 untuk kriteria baik, (b) Skor 3 untuk kriteria cukup baik, (c) Skor 2 untuk

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    72/157

    57

    kriteria kurang baik, (d) Untuk skor 1 kriteria tidak baik. (Kartika, 1988 : 3) untuk

    mengukur kualitas inderawi digunakan metode skoring dengan kriteria :

    a) Warna

    (1)Kuning keemasan 4

    (2)Kuning kecoklatan 3

    (3)Kuning 2

    (4)Kuning keputihan 1

    b) Aroma

    (1)Harum khas nugget 4

    (2)Cukup harum khas nugget 3

    (3)Kurang harum khas nugget 2

    (4)Tidak harum khas nugget 1

    c) Tekstur

    (1)Tekstur Kenyal

    a. Kenyal 4

    b. Cukup kenyal 3

    c. Kurang kenyal 2

    d. Tidak kenyal 1

    (2)Tekstur Padat

    a. Padat 4

    b. Cukup padat 3

    c. Kurang padat 2

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    73/157

    58

    d. Tidak padat 1

    d) Rasa

    (1)Gurih 4

    (2)Cukup gurih 3

    (3)Kurang gurih 2

    (4)Tidak gurih 1

    Hasil penilaian atau skoring untuk pengujian inderawi ditabulasi dan

    dijadikan rerata skor sebagai berikut :

    Tabel 3.3 Rentangan rerata skor uji inderawi

    Rerata skor

    Penilaian uji inderawi

    Warna Aroma

    Tekstur

    (tingkat

    kekenyalan)

    Tekstur

    (tingkat

    kepadatan)

    Rasa

    1,001,75Kuning

    keputihan

    Tidak harum

    khas nuggetTidak kenyal Tidak padat

    Tidak

    gurih

    1,762,50 Kuning

    Kurang

    harum khas

    nugget

    Kurang kenyal Kurang padatKurang

    gurih

    2,513,25Kuning

    kecoklatan

    Cukup harum

    khas nuggetCukup kenyal Cukup padat

    Cukup

    gurih

    3,264,00 Kuning

    keemasan

    Harum khas

    nugget Kenyal Padat Gurih

    Selanjutnya dilihat rerata tiap sampel dengan kriteria keseluruhan indikator

    sebagai berikut :

    1,001,75 = Tidak baik

    1,762,50 = Kurang baik

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    74/157

    59

    2,513,25 = Cukup baik

    3,26 4,00 = Baik

    2) Uji Organoleptik

    Uji organoleptik merupakan pengujian yang panelisnya cenderung

    melakukan penilaian berdasarkan kesukaan (Kartika, Pudji dan Wahyu, 1988:4).

    Dalam pengujian ini panelis mengemukakan responnya yang berupa suka atau

    tidak suka terhadap sifat produk hasil penelitian yang diuji yaitu nugget ampas

    tahu dengan campuran jenis pangan sumber protein dan jenis filler yang berbeda.

    Pada pegujian organoleptik ini menggunakan 5 kategori kesukaan dan diberi skor

    sebagai berikut :

    a) Sangat suka diberi skor 5

    b) Suka diberi skor 4

    c) Cukup suka diberi skor 3

    d) Kurang suka di beri skor 2

    e) Tidak suka diberi skor 1

    Selanjutnya rerata keseluruhan tiap sampel ditotal dan dilihat dengan kriteria

    sebagai berikut :

    Tabel 3.4 Rentang rerata skor uji organoleptik

    Skor Rerata Kriteria

    1,001,80

    1,812,60

    Tidak Suka

    Kurang Suka

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    75/157

    60

    2,613,40

    3,414,20

    4,215,00

    Cukup Suka

    Suka

    Sangat Suka

    3.3.1.2Peni laian Obyekti f

    Penilaian obyektif adalah penilaian yang digunakan untuk mengetahui

    kandungan senyawa-senyawa yang ada pada suatu produk/bahan. Dalam

    penelitian ini penilaian obyektif digunakan untuk mengetahui kandungan protein,

    lemak, kadar air, serat kasar dan timbal dari nugget hasil penelitian. Kandungan

    gizi kadar protein diukur dengan metode Micro Kjeld, kadar lemak dengan

    metodeEkstraksi Soxhlet dari produk hasil eksperimen (Andarwulan, 2011: 191),

    kadar air dengan metode destilasi (Apriyantono, 1989 : 7), serat kasar dengan

    metode hidrolisa asam basa, dan cemaran timbal (Pb) dengan metode AAS

    (Apriyantono, 1989 : 30). Timbal diujikan karena nugget penelitian menggunakan

    sumber protein ikan yang berasal dari laut maka untuk mengetahui kualitas nugget

    apakah terkena cemaran logam timbal atau tidak perlu diujikan ke laboratorium.

    Penilaian obyektif dilakukan di Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan

    Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

    3.3.2Alat Pengumpulan Data

    Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data pada

    uji inderawi adalah instrument panelis agak terlatih. Dan uji kesukaan adalah

    panelis tidak terlatih.

    3.3.2.1 Panelis agak terlatih

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    76/157

    61

    Panelis agak terlatih digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dari

    kualitas sampel yang dilakukan melalui uji inderawi dengan indikator rasa, warna,

    aroma, dan tektur. Panelis agak terlatih merupakan kelompok dimana anggotanya

    merupakan hasil seleksi, menjalani latihan kontinyu dan lolos pada evaluasi

    kemampuan (Kartika, Pudji dan Wahyu, 1988 : 17). Panelis agak terlatih

    digunakan untuk uji inderawi terdiri dari 15-25 orang yang dipilih berdasarkan

    ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk melakukan penilaian. Adapun

    ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi panelis agak terlaatih adalah:

    1) Ada perhatian terhadap pekerjaan penelitian organoleptik atau inderawi

    2) Bersedia dan memiliki waktu untuk melakukan penelitian

    3) Mengetahui sifat sensorik dari bahan atau sampel yang dinilai

    4) Mempunyai kepekaan dan konsistensi yang tinggi

    5) Jumlah panelis berkisar 15-25 orang (Soekarto, 1985 :49)

    Adapun syarat yang harus dimiliki oleh panelis agak terlatih harus valid dan

    reliabel, apabila panelis dapat menunjukan kepekaan dan ketelitian dalam

    menialai suatu produk pada waktu yang berbeda. Upaya yang dapat dilakukan

    untuk memperoleh instrumen yang valid dan reliabel adalah dengan menguji

    validitas dan reliabilitas instrumen.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    77/157

    62

    a) Validitas Instrumen

    Validitas instrument dapat dilihat apabila dapat mengukur sesuai dengan

    keadaan sebenarnya. Validitas instrument terdiri dari validitas internal dan

    validitas isi.

    (1) Validitas Internal

    Validitas internal adalah upaya unutk mendapatkan panelis yang valid.

    Kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan validitas internal adalah melalui

    wawancara. Wawancara dapat dilakukan secara lisan atau dengan mengisi

    kuesioner (Kartika, Pudji dan Wahyu, 1988: 20).wawancara yang digunakan

    dalam penelitian ini yaitu dengan pengisian kuesioner.

    Materi wawancara meliputi identitas (nama, usia, dan jenis kelamin),

    pengetahuan tentang jenis produk yang disajikan, kesukaan terhadap jenis produk,

    kondisi kesehatan dari calon panelis. Idealnya panelis mampu menjawab semua

    pertanyaan yang diajukan dengan benar sesuai harapan peneliti.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    78/157

    63

    Dari materi wawancara ini akan diperoleh informasi tentang klasifikasi calon :

    (a) Calon yang berpotensi untuk pengujian

    (b) Calon yang tidak berpotensi

    (c) Calon yang siap untuk melakukan tahap-tahap penyaringan atau validitas isi.

    Calon yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa TJP yang

    telah lulus mengikuti mata kuliah Analisis Mutu Pangan (AMP) sebanyak 44 orang.

    Syarat panelis agak terlatih yang lolos wawancara, apabila total skor dalam kuesioner

    75% dari ideal 100% dan tidak menolak dijadikan panelis. Syarat calon panelis yang

    lolos pada tahap ini dan bisa mengikuti tahap berikutnya (validitas isi) adalah calon

    panelis yang bersedia untuk mengikuti tes seleksi dan total pada tahap ini dengan 4 kali

    pengulangan.

    Data yang didapatkan setelah dilakukan wawancara dengan 45 orang mahasiswa

    yaitu 42 orang mahasiswa dinyatakan lolos dan 2 orang mahasiwa tidak lolos pada

    tahap ini. Mahasiwa yang tidak lolos pada tahap ini yaitu dengan no panelis 10.

    menghasilkan persentase total skor 61,90% serta no panelis 45. yang menghasilkan

    persentase skor 60,71%. Kedua persentase skor tersebut kurang dari sama dengan 75%

    sehingga dinyatakan tidak lolos pada tahap ini. Hasil data wawancara keseluruhan

    dapat dilihat pada lampiran 2.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    79/157

    64

    (2) Validitas Isi

    Validasi isi merupakan upaya untuk mendapatkan panelis yang valid. Adapun

    validasi isi ini dapat dilakukan dengan cara penyaringan. Penyaringan dalam

    penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan calon panelis dalam memberikan

    penilaian terhadap nugget dengan kualitas tingkat warna, aroma dan rasa.Penilaian

    sampel dilakukan sebanyak 4 kali dalam waktu yang berbeda. Menurut Kartika,

    Pudji dan Wahyu (1988: 24). Dalam pengambilan data pada tahap ini peneliti

    menggunakan uji ranking kemudian data hasil penelitian ini dianalisis dengan

    menggunakanRange Methodedengan ketentuan sebagai berikut :

    Jika , maka calon panelis di terima untuk mengikuti tahap

    selanjutnya

    Jika , maka calon panelis ditolak untuk mengikuti tahap

    selanjutnya (Kartika, Hastuti dan Supartono, 1988: 24)

    Penilaian tahap uji penyaringan calon panelis (validitas isi) dilakukan oleh 42

    panelis yang lolos tahap wawancara meliputi indikator warna, aroma dan rasa

    sehingga diperoleh hasil 40 orang panelis lolos pada tahap ini dan 2 orang tidak

    lolos. Hasil keseluruhan dari tahap uji penyaringan calon panelis dapat dilihat pada

    lampiran 4.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    80/157

    65

    b) Realiabelitas Instrumen

    Reliabelitas instrument atau alat ukur adalah keajegan atau ketepatan alat

    (instrumen) dalam mengukur apa yang diukurnya, dalam arti kapanpun alat tersebut

    digunakan akan memberikan hasil yang sama. Panelis akan mempunyai keajegan

    dalam meneliti produk walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Panelis yang

    lolos dalam tahap seleksi dapat mengikuti tahap selanjutnya yaitu tahap pelatihan.

    Tahap pelatihan dilakukan sebanyak empat kali dengan menggunakan uji

    ranking, kemudian data yang diperoleh dianalisi menggunakan Range Methode

    dengan rumus nilai rata-rata (X) 1 SD dengan rentangan nilai X 1 SD. Dari hasil

    penilaian tersebut, maka dapat ditentukan jumlah panelis yang akan diterima yaitu

    apabila total skor dalam range minimal 60 % dari jumlah yang ada, sedangkan

    panelis yang ditolak yaitu apabila skor rangenya 60% dari jumlah skor yang ada.

    Penilaian calon panelis tahap evaluasi kemampuan (reliabilitas) terhadap nugget

    ampas tahu jenis pangan sumber protein dan jenis filler yang berbeda dilakukan oleh

    40 orang panelis yang lolos tahap validitas isi. Hasil yang diperoleh dari tahap ini

    yaitu 35 orang panelis lolos dan 5 orang panelis tidak loos pada tahap reliabilitas ini.

    Namun 35 orang panelis yang lolos tidak semuanya digunakan sebagai panelis pada

    tahap uji inderawi, hanya 20 orang panelis yang digunakan dalam tahap uji inderawi.

    Hasil keseluruhan pada tahap penilaian calon panelis tahap evaluasi kemampuan ini

    dapat dilihat pada lampiran 6.

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    81/157

    66

    3.3.2.2Panelis tidak terlatih

    Panelis tidak terlatih digunakan untuk menilai tingkat kesukaan pada suatu

    produk ataupun menilai tingkat kemauan seseorang untuk menggunakan suatu

    produk, karena menyangkut tingkat kesukan terhadap suatu produk makanan maka

    semakin banyak jumlah anggota panelis, maka hasilnya akan semakin baik, minimal

    80orang (Kartika, Pudji dan Wahyu, 1988: 32). Dalam penelitian ini panelis yang

    digunakan sebanyak 80 orang dengan didasarkan pada golongan umur.

    Alasan penggunaan panelis berdasarkan golongan umur yaitu untuk

    mengetahui apakah hasil eksperimen ini dapat disukai oleh semua golongan

    umur.Panelis tidak terlatih yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah panelis

    yang telah mengenal nugget. Di dalam masyarakat yang mengkonsumsi nugget adalah

    mereka yang telah berusia remaja dan dewasa baik laki-laki maupun perempuan

    adalah sebagai berikut:

    1) Anak-anak (7-12 tahun) = 20 orang

    2) Remaja (15-18 tahun) = 20 orang

    3) Dewasa putri (30-55 tahun) = 20 orang

    4) Dewasa putra (30-55 tahun) = 20 orang

    3.4 Teknik analisis data

    Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

    factorial untuk mengikuti hipotesis 1, uji Duncan untuk menguji hipotesis 2 sampai

    5, dan analisis deskriptif prosentase digunakan untuk uji organoleptik atau uji

    kesukaan.

    3.4.1Analisis Faktorial

  • 8/9/2019 5401409158 sosis

    82/157

    67

    Analisis faktorial ini digunakan untuk mengetahui pengaruh kualitas keempat

    sampel meliputi warna, rasa, aroma, dan tekstur dalam pembuatan nugget ampas

    tahu dengan campuran jenis pangan sumber protein dan filler yang berbeda untuk

    menguji hipotesis 1. Dalam pengolahan data hasil pengujian indrawi untuk analisis

    factorial digunakan Software Statistic yaitu SPSS 16. Model statistic untuk

    percob