4b-poac

37
BAB 1 POAC 1.1 POAC Sebagai Proses Manajemen Dalam bahasan kelompok kami terdapat dua sub bab, yaitu POAC dan POSDCORBE. Hal yang perlu ditekankan dalam materi kali ini adalah, POAC merupakan sebuah proses. Sedangkan POSDCORBE adalah sebuah fungsi. Karena POAC sebuah proses, maka di dalam organisasi keberadaan POAC akan selalu berputar dan tidak akan pernah berhenti. Pendekatan membantu untuk memahami apa yang manajer lakukan, yaitu menganggap pekerjaan mereka sebagai suatu proses. Proses adalah serangkaian tindakan untuk mencapai sesuatu. Misalnya, membuat keuntungan atau menyediakan layanan. Untuk mencapai tujuan, manajer menggunakan sumber daya dan melaksanakan empat fungsi manajerial utama, yaitu POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) . POAC diterapkan dalam setiap organisasi di seluruh dunia guna mempertahankan kelanjutan organisasi. POAC adalah dasar manajemen untuk organisasi manajerial. 1

Transcript of 4b-poac

Page 1: 4b-poac

BAB 1

POAC

1.1 POAC Sebagai Proses Manajemen

Dalam bahasan kelompok kami terdapat dua sub bab, yaitu POAC dan

POSDCORBE. Hal yang perlu ditekankan dalam materi kali ini adalah, POAC

merupakan sebuah proses. Sedangkan POSDCORBE adalah sebuah fungsi. Karena

POAC sebuah proses, maka di dalam organisasi keberadaan POAC akan selalu

berputar dan tidak akan pernah berhenti.

Pendekatan membantu untuk memahami apa yang manajer lakukan, yaitu

menganggap pekerjaan mereka sebagai suatu proses. Proses adalah serangkaian

tindakan untuk mencapai sesuatu. Misalnya, membuat keuntungan atau menyediakan

layanan. Untuk mencapai tujuan, manajer menggunakan sumber daya dan

melaksanakan empat fungsi manajerial utama, yaitu POAC (Planning, Organizing,

Actuating, Controlling).

POAC diterapkan dalam setiap organisasi di seluruh dunia guna

mempertahankan kelanjutan organisasi. POAC adalah dasar manajemen untuk

organisasi manajerial. Terdapat beberapa konsep proses manajemen, misalnya saja

PDCE (Plan, Do, Check, Evaluate), dan PDCA (Plan, Do, Check, Action). Namun,

konsep POAC lebih banyak digunakan dan diterapkan karena lebih sesuai untuk

setiap tingkat manajemen.

1

Page 2: 4b-poac

1.2 Pengertian tiap Fungsi POAC

Fungsi POAC sendiri dalam suatu organisasi adalah untuk meningkatkan

efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya. Berikut adalah

pemaparan singkat tentang tiap bagian dari POAC, yang mana akan dibahas lebih

dalam di bab lain:

A. Planning

Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana

untuk mencapai tujuan tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai

fungsi utama manajemen dan meliputi segala sesuatu yang manajer kerjakan.

Di dalam planning, manajer memperhatikan masa depan, mengatakan “Ini

adalah apa yang ingin kita capai dan bagaimana kita akan melakukannya”.

Membuat keputusan biasanya menjadi bagian dari perencanaan karena

setiap pilihan dibuat berdasarkan proses penyelesaian setiap rencana.

Planning penting karena banyak berperan dalam menggerakan fungsi

manajemen yang lain. Contohnya, setiap manajer harus membuat rencana

pekerjaan yang efektif di dalam kepegawaian organisasi.

B. Organizing

Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan

fisik setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai

tujuan yang berhubungan dengan organisasi. Organizing juga meliputi

penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang

spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan

beberapa tugas.

2

Page 3: 4b-poac

Aspek utama lain dari organizing adalah pengelompokan kegiatan ke

departemen atau beberapa subdivisi lainnya. Misalnya kepegawaian, untuk

memastikan bahwa sumber daya manusia diperlukan untuk mencapai tujuan

organisasi. Memekerjakan orang untuk pekerjaan merupakan aktifitas

kepegawaian yang khas. Kepegawaian adalah suatu aktifitas utama yang

terkadang diklasifikasikan sebagai fungsi yang terpisah dari organizing.

C. Actuating

Actuating adalah peran manajer untuk mengarahkan pekerja yang

sesuai dengan tujuan organisasi. Actuating adalah implementasi rencana,

berbeda dari planning dan organizing. Actuating membuat urutan rencana

menjadi tindakan dalam dunia organisasi. Sehingga tanpa tindakan nyata,

rencana akan menjadi imajinasi atau impian yang tidak pernah menjadi

kenyataan.

D. Controlling

Controlling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini

membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan.

Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang

diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi.

Misalnya meningkatkan periklanan untuk meningkatkan penjualan.

Fungsi dari controlling adalah menentukan apakah rencana awal perlu

direvisi, melihat hasil dari kinerja selama ini. Jika dirasa butuh ada perubahan,

3

Page 4: 4b-poac

maka seorang manajer akan kembali pada proses planning. Di mana ia akan

merencanakan sesuatu yang baru, berdasarkan hasil dari controlling.

4

Page 5: 4b-poac

BAB 2

PLANNING

2.1 Pengertian Planning

Kesuksesan organisasi adalah mencapai tujuan yang telah disusun oleh

manajer pada periode awal membentuk organisasi. Planning adalah sebuah proses di

mana seorang manajer memutuskan tujuan, menetapkan aksi untuk mencapai tujuan

(strategi) itu, mengalokasikan tanggung jawab unutk menjalankan strategi kepada

orang tertentu, dan mengukur keberhasilan dengan membandingkan tujuan.

Sebelum mengetahui lebih lanjut tentang perencanaan terlebih dahulu

mengenal perbedaan visi, misi, nilai dasar, dan tujuan. Misi, visi, nilai dasar dan

tujuan adalah titik awal dari perencanaan strategi. Keempat hal ini mengatur konteks

landasan dari suatu proses dan untuk menjalankan sesuatu serta unit perencana yang

tertanam dalam suatu organisasi. Perbedaan misi menggambarkan tujuan dari suatu

organisasi sedangkan visi menggambarkan keinginan untuk masa depan, seringkali

digambarkan dengan jelas, menggugah, singkat oleh manajemer suatu organisasi.

Nilai dasar menyatakan secara filosofis komitmen yang diprioritaskan oleh

manajer, sedangkan tujuan adalah keinginan masa depan dari suatu organisasi yang di

usahakan untuk di wujudkan. Empat karakteristik tujuan :

1. Tepat dan terukur. Tujuan yang terukur dapat memberikan seorang manajer

standar pembanding terhadap hasil yang telah dilaksanakan.

5

Page 6: 4b-poac

2. Menyebutkan issue yang penting. Untuk membangun manajer harus memilih

beberapa tujuan major untuk menaksir kinerja organisasi.

3. Menantang tetapi realis. Memberikan sebuah tantangan tersendiri bagi semua

karyawan, anggota organisasi untuk mengiprovisasi kinerja dalam organisasi.

jika tujuan tidak realis atau terlalu mudah akan membuat putus asa dan bosan

pada diri karyawan atau anggota organisasi.

4. Menetapkan dalam periode waktu tertentu yang seharusnya dapat dicapai.

Tenggat waktu dapat menyuntikkan rasa urgensi dalam pencapaian tujuan dan

bertindak sebagai motivator. Namun, tidak semua tujuan memerlukan kendala

waktu.

2.2 Prinsip Perencanaan

Berikut ini adalah prinsip dari perencanaan:

A. Prinsip Kontribusi

Tujuan perencanaan adalah untuk memastikan pencapaian efektif dan efisien

tujuan organisasi, dalam kenyataannya, kriteria dasar untuk perumusan

rencana untuk mencapai Tujuan utama perusahaan. Pencapaian tujuan selalu

tergantung pada rencana dan jumlah kontribusi organisasi terhadap

perencanaan.

B. Prinsip Suara dan Konsisten Premising

Bangunan adalah asumsi mengenai kekuatan lingkungan seperti kondisi

ekonomi dan pasar, sosial, politik, aspek hukum dan budaya, tindakan

pesaing, dll Ini adalah lazim selama periode pelaksanaan rencana. Oleh karena

itu, Rencana yang dibuat atas dasar tempat sesuai, dan masa depan perusahaan

6

Page 7: 4b-poac

tergantung pada tingkat kesehatan rencana yang mereka buat sehingga untuk

menghadapi keadaan tempat.

2.3 Metode Pengambilan keputusan

A. Elementary Methods (Metode dasar)

Metode pendekatan ini sangat simpel, dan membutuhkan perhitungan untuk

mendukung analisis. Metode ini sesuai untuk keadaan di mana masalah hanya

diselesaikan oleh satu orang saja, alternatif yang terbatas dan ada karakter

yang unik di lingkungan pembuatan keputusan.

B. MAUT (Multi-Attribute Utility Theory)

Metode ini menggunakan skala prioritas antara 0-1 untuk membantu dalam

pembuatan keputusan di organisasi. Hasil dari prioritas itu dapat digunakan

sebagai pembuat keputusan.

C. SMART ( Simple Multi Attribute Rating Technique)

Metode pengambilan keputusan ini menggunakan fungsi nilai yang dihitung

secara matematis. Adanya skala penilaian yang telah diketahui oleh banyak

orang.

D. Basic Multi-Criteria Decision Analysis (MCDA)

MCDA umumnya mempunyai masalah yang memiliki salah satu dari

sejumlah alternatif. Alternatif tersebut didasarkan pada seberapa baik dalam

penilaian hal yang dipilih. Kriteria dan nilai atau skornya dibuat oleh si

pembuat keputusan. Setelah memberikan penilaian terhadap alternatif

dijumlahkan sesuai  masing-masing kriteria dan kemudian diurutkan sesuai

7

Page 8: 4b-poac

jumlah skor. Urutan hasil yang telah didapatkan oleh pembuat keputusan

adalah hasil keputusan.

E. NGT (Nominal Group Technic)

NGT adalah suatu metode untuk mencapai konsensus dalam suatu kelompok

dalam membuat keputusan. Teknik ini mengumpulkan ide-ide dari tiap peserta

atau anggota organisasi kemudian memberikan voting dan rangking terhadap

ide-ide yang mereka pilih. Ide yang dipilih adalah ide yang paling banyak

skornya, yang berarti merupakan konsensus bersama.

2.4 Metode Menentukan Prioritas

A. Metode USG (Urgent, Seriousness, and Growth)

1) Urgent

Tingkat kegawatan suatu masalah, artinya apabila masalah tidak segera

ditanggulangi akan semakin gawat.

2) Seriousness

Tingkat keseriusan sebuah masalah, apabila masalah tidak diselesaikan

akan berakibat serius pada masalah lainnya.

3) Growth

Besar atau luasnya masalah berdasarkan pertumbuhan atau perkembangan,

artinya apabila masalah tersebut tidak segera diatasi pertumbuhannya akan

berjalan terus.

8

Page 9: 4b-poac

B. Metode MCUA (Multi Criteria Utility Assesment)

MCUA adalah metode kuantitatif untuk memilih intervensi terbaik di antara

banyak pilihan kandidat yang berbeda.

C. Metode CARL (Capability, Accessability, Readiness, and Leverage)

Metode CARL merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk

menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif.

Metode ini dilakukan dengan menentukan skor atas criteria tertentu, seperti

kemampuan (capability), kemudahan (accessibility), kesiapan (readiness),

serta pengungkit (leverage). Semakin besar skor semakin besar masalahnya,

sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas. Penggunaan metode

CARL untuk menetapkan prioritas masalah dilakukan apabila pengelola

program menghadapi hambatan keterbatasan dalam menyelesaikan maslah.

Penggunaan metode ini menekankan pada kemampuan pengelola program.

D. Metode Hanlon

Metode Hanlon merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk

menentukan prioritas masalah dengan menggunakan empat kelompok kriteria,

yaitu besarnya masalah (magnitude), kegawatan masalah (emergency),

kemudahan penanggulangan masalah (causability), dan faktor yang

menentukan dapat tidaknya program dilaksanakan (PEARL factor). Tujuan

Metode Hanlon adalah meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta

dalam meningkatakan penentuan masalah.

9

Page 10: 4b-poac

2.5 Implementasi

(Koontz & Weihrich, 1990, p. 55)

A. Menyadari kesempatan.

Penting sekali bagi seorang manajer untuk mengetahui kesempatan

atau peluang di lingkungan eksternal dengan sangat baik dalam

organisasi sebagai awal perencanaan. Menjadi bagian penting

melihat terhadap kesempatan masa depan.

Manajer harus tahu di mana kondisi pasar, kompetisi antar

organisasi, permintaan konsumen atau pelanggan, kekuatan

mereka sendiri, dan kelemahan.

10

menyadari kesempatan

menetapkan tujuan

mengembangkan dasar pikiran

menentukan tindakan alternatif

mengevaluasi tindakan alterfnatif

memilih sebuah

tindakan

merumuskan rencana turunan

menghitung anggaran rencana

Page 11: 4b-poac

B. Menentukan tujuan.

Langkah kedua adalah menetukan tujuan untuk seluruh organisasi

dan setiap sub unit di dalamnya. Tujuan memberikan arahan

terhadap setiap departemen atau sub unit di dalamnya.

C. Mengembangkan dasar pikiran.

Dasar pikiran di sini adalah sebuah asumsi yang ada dalam pikiran

organisasi. Mengenal dan memahami dengan baik rencana akan

berjalan di lingkungan yang sesuai, eksternal maupun internal.

D. Menentukan tindakan alternatif.

Memikirkan tindakan alternatif jika dalam pelaksanaan

perencanaan terdapat permasalahan hambatan.

E. Mengevaluasi tindakan alternatif.

Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi tindakan alternatif

dengan menimbang dengan cermat, tindakan alternatif yang

memberikan peluang yang paling bagus tentang pencapaian tujuan,

biaya yang paling murah dan keuntungan yang paling tinggi.

F. Memilih tindakan alternatif yang telah ditentukan atau dirumuskan

dan dievaluasi.

G. Merumuskan pendukung tujuan. Saat keputusan telah dibuat,

perencanaan telah selesai, dan tujuah langkah telah dilakanakan,

maka memerlukan daftar atau hal yang diperlukan untuk

mendukung tujuan. Contoh pendukung tujuan adalah alat, bahan,

11

Page 12: 4b-poac

memperkerjakan dan melatih pegawai, dan mengembangkan

sebuah produk baru.

H. Penghitungan anggaran dana perencanaan, seperti volum dan harga

penjualan, biaya operasi perencanaan, pengeluaran untuk peralatan

dan lainnya.

12

Page 13: 4b-poac

Bab 3

Organizing

3.1 Pengertian

Organizing, atau dalam bahasa Indonesia pengorganisasian merupakan proses

menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan

didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan

lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak

dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan

organisasi.

Definisi sederhana dari pengorganisasian ialah seluruh proses pengelompokan

orang, alat, tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga

tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh

dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengorganisasian adalah penentuan pekerjaan yang harus dilakukan,

pengelompokan tugas dan membagi pekerjaan kepada setiap karyawan, penetapan

berbagai departemen serta penentuan hubungan. Tujuan pengorganisasian ini adalah

untuk menetapkan peran serta struktur dimana karyawan dapat mengetahui apa tugas

dan tujuan mereka.

3.2 Prinsip Pengorganisasian

Proses pengorganisasian dapat dilakukan secara efisien jika manajer memiliki

pedoman tertentu sehingga mereka dapat mengambil keputusan dan dapat bertindak.

13

Page 14: 4b-poac

Untuk mengatur secara efektif, prinsip-prinsip organisasi berikut dapat digunakan

oleh seorang manajer.

A. Prinsip Spesialisasi

Menurut prinsip, pekerjaan seluruh perhatian harus dibagi di antara

bawahan atas dasar kualifikasi, kemampuan dan keterampilan. Ini adalah

melalui pembagian kerja dapat dicapai yang menghasilkan organisasi yang

efektif. Pembagian kerja adalah pemecahan tugas kompleks menjadi

komponen-komponennya sehingga setiap orang bertanggung jawab untuk

beberapa aktivitas terbatas bukannya tugas secara keseluruhan.

Tidak semua orang secara fisik dan psikologi mampu melaksanakan semua

operasi yang menyusun kebanyakan tugas kompleks, bahkan dengan

anggapan seseorang dapat memperoleh semua keterampilan yang

diperlukan untuk melaksanakan tugas tadi. Sebaliknya, pembagian

pekerjaan menciptakan tugas yang lebih sederhana yang dapat dipelajari

dan diselesaikan dengan relatif cepat.

Jadi hal ini memperkuat spesialisasi, ketika setiap orang menjadi pakar

dalam pekerjaan tertentu. Karena tindakan ini menciptakan variasi

pekerjaan, orang dapat memilih atau ditugaskan pada suatu posisi yang

sesuai dengan bakat dan minat mereka.

B. Prinsip Definisi Fungsional

14

Page 15: 4b-poac

Menurut prinsip ini, semua fungsi dalam kekhawatiran harus benar dan

jelas kepada manajer dan bawahan. Hal ini dapat dilakukan dengan jelas

mendefinisikan tugas-tugas, tanggung jawab, wewenang dan hubungan

orang terhadap satu sama lain. Klarifikasi dalam otoritas-tanggung jawab

membantu dalam mencapai hubungan koordinasi dan dengan demikian

organisasi dapat berlangsung efektif. Sebagai contoh, fungsi utama dari

produksi, pemasaran dan keuangan dan hubungan tanggung jawab

wewenang dalam departemen ini harus jelas didefinisikan untuk setiap

orang agar melekat dalam pemikiran karyawan. Klarifikasi dalam hubungan

otoritas- tangggung jawab membantu dalam organisasi yang efisien.

C. Prinsip Rentang Pengendalian atau Pengawasan

Menurut prinsip ini, rentang kendali adalah rentang pengawasan yang

menggambarkan jumlah karyawan yang dapat ditangani dan dikontrol

secara efektif oleh seorang manajer tunggal. Menurut prinsip ini, seorang

manajer harus dapat menangani jumlah karyawan yang dibawahinya.

Keputusan ini dapat diambil dengan memilih baik rentang lebar atau sempit

froma. Ada dua jenis rentang kendali: -

1) Rentang kendali yang luas adalah salah satu di mana seorang

manajer dapat mengawasi dan mengendalikan secara efektif

sebuah kelompok besar orang pada satu waktu.

2) Rentang kendali yang sempit rentang ini, pekerjaan dan

wewenang dibagi antara banyak bawahan dan manajer tidak

15

Page 16: 4b-poac

mengawasi dan mengendalikan kelompok yang sangat besar dari

orang di bawah dia. Manajer sesuai dengan rentang yang sempit

mengawasi sejumlah karyawan yang dipilih pada satu waktu.

3) Prinsip Rantai Skalar

Rantai skalar adalah rantai komando atau otoritas yang mengalir

dari atas ke bawah. Otoritas dan tanggung jawab harus berjalan

dalam garis yang tegas dan tidak terputus dari eksekutif tertinggi

sampai yang paling rendah. Sebuah rantai skalar memfasilitasi alur

kerja di sebuah organisasi yang membantu dalam pencapaian hasil

yang efektif. Sebagai otoritas mengalir dari atas ke bawah, hal itu

akan menjelaskan posisi kewenangan untuk manajer di semua

tingkatan dan yang memfasilitasi organisasi yang efektif.

D. Prinsip Kesatuan Perintah

Ini menyiratkan satu bawahan-satu hubungan yang superior. Setiap

bawahan bertanggung jawab kepada satu manajer. Hal ini membantu dalam

menghindari kesenjangan komunikasi dan kesimpangan tanggung jawab.

Jika atasan yang lebih tinggi ingin memberikan perintah atau hal-hal lain

kepada para bawahan yang berada beberapa tangga di bawah dalam hierarki

organisasi, seyogianya hal itu dilakukan melalui atasan langsung orang yang

bersangkutan. Paling tidak dengan sepengetahuan atasan langsung tersebut.

3.3 Implementasi

16

Page 17: 4b-poac

Pentingnya pengorganisasian, menyebabkan timbulnya sebuah struktur

organisasi, yang dianggap sebagai sebuah kerangka sebuah kerangka yang

masih dapat menggabungkan usaha-usaha mereka dengan baik.

Dengan kata lain, salah satu bagian penting tugas pengorganisasian adalah

mengharrmonisasikan kelompok orang yang berbada, mempertemukan macam-

macam kepentingan dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan kesemuanya

kesuatu arah tertentu. (Terry 1979)

Maksud dari hal tersebut adalah dapat dihasilkannya sinergisme, yang berarti

perlu adanya tindakan-tindakan untuk mengelompokkan semua kemampuan

yang sesuai menjadi satu tempat dan memanfaaatkan kemampuan tersebut agar

dapat berguna bagi organisasi tersebut. Akan tetapi suatu pengorganisasian

tidak hanya mengelompokkan sumber daya manusia saja, akan tetapi juga

dengan sumber daya lainnya agar dapat efektif. Jadi pengorganisasian

merupakan sebuah kasus yang dapat menimbulkan efek yang sangat baik dalam

upaya menggerakan seluruh aktivitas dan potensi yang bisa diwadahi serta

sebagai pengawasan manajerial.

BAB 4

ACTUATING

17

Page 18: 4b-poac

4.1 Definisi Actuating

Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan. Maksudnya,

suatu tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk

mencapai sasaran sesuai dengan tujuan organisasi. Jadi, actuating bertujuan untuk

menggerakkan orang agar mau bekerja dengan sendirinya dan penuh dengan

kesadaran secara bersama- sama untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan

efisien. Dalam hal ini dibutuhkan kepemimpinan (leadership) yang baik.

Actuating merupakan upaya untuk merealisasikan suatu rencana. Dengan

berbagai arahan dengan memotivasi setiap karyawan untuk melaksanakan kegiatan

dalam organisasi, yang sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawab. Maka dari

itu, actuating tidak lepas dari peranan kemampuan leadership.

4.2 Leadership dan Actuating

Actuating jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan pemahaman

terhadap karakter manusia yang memiliki kecenderungan berbeda dan sifatnya

dinamis. Maka dari itu, fungsi actuating ternyata jauh lebih rumit dari kelihatannya,

karena harus melibatkan fungsi dari leadership. Premis yang terkenal pernah

diungkapkan oleh Doghlas McGregor, bahwa seorang karyawan selalu diasumsikan

negatif dan positif.

Untuk pembahasan masalah teori leadership, akan dijelaskan lebih detail dalam

bab POSDCORBE. Di dalam proses actuating ini, keberadaan leadership adalah

18

Page 19: 4b-poac

sebagai pendukung. Karena actuating sendiri memiliki tujuan sebagai penggerak,

yang nantinya akan bertujuan mengefektifkan dan mengefisienkan kerja dalam

organisasi.

4.3 Prinsip Actuating

A. Pelaksanaan dan Penugasan.

Langkah lanjutan dari penetapan program kerja pengawasan adalah

pelaksanaan pengawasan dalam bentuk pemberian tugas. Tjuan utama

penugasan adalah untuk mencapai keseimbangan antara beberapa

faktor: persyaratan dan kualifikasi personal, keseimbangan untuk

pengembangan profesi, dan lain-lain.

B. Pengawasan Pengelolaan Dana.

Pengelolaan terhadap dana atau anggaran yang digunakan oleh

organisasi penting dilakukan agar dana tidak disia-siakan.

C. Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana Pengawasan.

Pengawasan juga membutuhkan saran dan alat untuk melakukan

pengawasan, misalnya teknologi yang digunakan untuk memantau

kerja anggota organisasi atau pekerja.

D. Dokumentasi Pengawasan.

19

Page 20: 4b-poac

Hal ini diperlukan unutuk mendapatkan bukti yang nyata bila terjadi

pelanggaran, kesalahan dalam melakukan aktivitas di dalam

organisasi.

E. Supervisi Audit.

4.4 Implementasi

Hal penting yang dipertimbangkan dalam melakukan actuating adalah untuk

memotivasi seorang karyawan untuk melakukan sesuatu, misalnya saja:

A. Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan,

B. Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka sendiri,

C. Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih penting atau

mendesak,

D. Tugas yang diberikan cukup relevan,

E. Hubungan harmonis antar rekan kerja.

BAB 5

CONTROLING

20

Page 21: 4b-poac

E.1Definisi Controling

Menurut G.R Terry, pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan,

apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan,

menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga

pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.

Jelas sekali bahwa fungsi pengawasan yang diambil dari sudut pandang

definisi sangat vital dalam suatu perusahaan. Supaya proses pelaksanaan dilakukan

sesuai dengan ketentuan dari rencana. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat

penyimpangan. Hal ini dilakukan untuk pencapaian tujuan sesuai dengan rencana.

Jadi pengawasan dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah proses.

Dengan pengendalian diharapkan juga agar pemanfaatan semua unsur manajemen

menjadi efektif dan efisien.

E.2Proses dalam Controlling

Dalam controlling ada beberapa proses dan tahapan, yaitu pengawasan. Proses

pengawasan dilakukan secara bertahap dan sistematis melalui langkah sebagai

berikut:

A. Menentukan standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian.

B. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai.

C. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan

penyimpangan jika ada.

21

Page 22: 4b-poac

D. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar

pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.

E. Meninjau dan menganalisis ulang rencana, apakah sudah realistis atau tidak.

Jika ternyata belum realistis maka perlu diperbaiki.

E.3Implementasi

Beberapa cara pengendalian yang harus dilakukan oleh seorang manajer yang

meliputi pengawasan langsung, adalah pengawasan yang dilakukan sendiri secara

langsung oleh seorang manejer. Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan

untuk mengetahui apakah dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai dengan yang

dikehendakinya.

Pengawasan tidak langsung, adalah pengawasan jarak jauh, artinya dengan

melalui laporan secara tertulis maupun lisan dari karyawan tentang pelaksanaan

pekerjaan dan hasil yang dicapai. Pengawasan berdasarkan pengecualian, adalah

pengawasan yang dikhususkan untuk kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar

yang diharapkan. Pengawasan ini dilakukan dengan cara kombinasi langsung dan

tidak langsung oleh manajer.

Pengawasan juga bisa dibedakan menurut sifat dan waktunya:

A. Preventive control, adalah pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan

dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan dalam

pelaksanaannya. Pengawasan ini merupakan pengawasan terbaik karena

dilakukan sebelum terjadi kesalahan namun sifatnya prediktif.

22

Page 23: 4b-poac

B. Repressive control, adalah pengawasan yang dilakukan setelah terjadinya

kesalahan dalam pelaksanaanya. Dengan maksud agar tidak terjadi

pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.

C. Pengawasan saat proses dilakukan, sehingga dapat segera dilakukan

perbaikan.

D. Pengawasan berkala, adalah pengawasan yang dilakukan secara berkala,

misalnya perbulan, persmester, dll.

E. Pengawasan mendadak (sidak), adalah pengawasan yang dilakukan secara

mendadak untuk mengetahui apa pelaksanaannya dilakukan dengan baik atau

tidak.

F. Pengawasan Melekat (waskat), adalah pengawasan/pengendalian yang

dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah

kegiatan dilakukan.

Ada beberapa dasar proses dalam pengawasan, diantaranya adalah teknik

pengendalian dan sistem yang pada dasarnya sama untuk kas, prosedur kantor, moral,

kualitas produk atau apa pun. Bisa diasumsikan bahwa baik rencana dan struktur

organisasi yang jelas, lengkap, dan terintegrasi akan tercipta jika manajer yakin akan

tugasnya. Jika manajer tidak yakin dari tugasnya atau bawahan tidak memiliki

kekuatan atau tidak tahu bahwa dia memiliki kekuatan untuk melaksanakan tugasnya,

akan menjadi sulit untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab.

23

Page 24: 4b-poac

24

Page 25: 4b-poac

25