4519-7017-2-PB

11
Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(1) : 32 42 ISSN : 2301-784 Struktur Genetika Populasi Monyet Ekor Panjang Di Alas Kedaton Menggunakan Marka Molekul Mikrosatelit D18S536 Alda dasril lumban gaol 1 , I ketut suatha 2 , I nengah wandia 1 1) Lab Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan 2) Lab Pusat Penelitian Satwa Primata Universitas Udayana Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Jl. P.B.Sudirman Denpasar Bali tlp, 0361-223791 Email : [email protected] ABSTRAK Struktur genetika populasi adalah kondisi intrinsik (genetik) suatu populasi. Pengungkapan struktur genetika dapat memberikan gambaran apakah kehidupan suatu populasi dalam keadaan aman atau terancam. Populasi dengan struktur genetika yang tinggi akan membuat potensial evolusi yang baik terhadap faktor-faktor yang bersifat stokastik. Pada tingkat DNA dengan menggunakan marka molekul mikrosatelit struktur senetika suatu populasi dapat diungkap. Marka molekul mikrosatelit merupakan segmen langsung dari genom (DNA) sehingga variasi genetik yang ditemukan mencerminkan variasi genetik yang sebenarnya. Penelitian menggunakan lokus mikrosatelit D18S536 untuk mengkaji struktur genetika populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton yang meliputi jumlah dan jenis alel, frekuensi alel, dan heterosigositas. Sejumlah 16 sampel darah dari populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton sebagai sumber DNA. DNA diekstraksi dengan menggunakan QIAamp DNA Blood Mini Kit dari Qiagen. Lokus mikrosatelit D18S536 kemudian di PCR, sebanyak 30 siklus dengan suhu annealing 45 0 C. Selanjutnya, pada gel poliakrilamid 7% alel dipisahkan dengan elekrtoforesis dan dimunculkan dengan pewarnaan perak. Hasil penelitian mengidentifikasi 5 jenis alel pada lokus D18S536 dalam populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton dengan panjang alel berkisar antara 160- 176 pasang basa. Frekuensi alel bervariasi, alel 160 (0,31) memiliki frekuensi tertinggi di susul alel 164 (0,22), alel 168 (0,22), alel 172 (0,19) dan alel 176

description

science

Transcript of 4519-7017-2-PB

  • Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(1) : 32 42 ISSN : 2301-784

    Struktur Genetika Populasi Monyet Ekor Panjang Di Alas

    Kedaton Menggunakan Marka Molekul Mikrosatelit D18S536

    Alda dasril lumban gaol1, I ketut suatha

    2, I nengah wandia

    1

    1)Lab Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan

    2)Lab Pusat Penelitian Satwa Primata Universitas Udayana

    Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.

    Jl. P.B.Sudirman Denpasar Bali tlp, 0361-223791

    Email : [email protected]

    ABSTRAK

    Struktur genetika populasi adalah kondisi intrinsik (genetik) suatu

    populasi. Pengungkapan struktur genetika dapat memberikan gambaran apakah

    kehidupan suatu populasi dalam keadaan aman atau terancam. Populasi dengan

    struktur genetika yang tinggi akan membuat potensial evolusi yang baik terhadap

    faktor-faktor yang bersifat stokastik. Pada tingkat DNA dengan menggunakan

    marka molekul mikrosatelit struktur senetika suatu populasi dapat diungkap.

    Marka molekul mikrosatelit merupakan segmen langsung dari genom (DNA)

    sehingga variasi genetik yang ditemukan mencerminkan variasi genetik yang

    sebenarnya. Penelitian menggunakan lokus mikrosatelit D18S536 untuk mengkaji

    struktur genetika populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton yang meliputi

    jumlah dan jenis alel, frekuensi alel, dan heterosigositas. Sejumlah 16 sampel

    darah dari populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton sebagai sumber DNA.

    DNA diekstraksi dengan menggunakan QIAamp DNA Blood Mini Kit dari

    Qiagen. Lokus mikrosatelit D18S536 kemudian di PCR, sebanyak 30 siklus

    dengan suhu annealing 450 C. Selanjutnya, pada gel poliakrilamid 7% alel

    dipisahkan dengan elekrtoforesis dan dimunculkan dengan pewarnaan perak.

    Hasil penelitian mengidentifikasi 5 jenis alel pada lokus D18S536 dalam populasi

    monyet ekor panjang di Alas Kedaton dengan panjang alel berkisar antara 160-

    176 pasang basa. Frekuensi alel bervariasi, alel 160 (0,31) memiliki frekuensi

    tertinggi di susul alel 164 (0,22), alel 168 (0,22), alel 172 (0,19) dan alel 176

  • Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(1) : 32 3 ISSN : 2301-784

    33

    (0,06). Heterosigositas populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton

    menggunakan lokus D18S536 sebesar 0,79. Dari hasil penelitian dapat

    disimpulkan bahwa lokus D18S536 pada populasi monyet ekor panjang di Alas

    Kedaton bersifat polimorfik.

    Kata kata kunci : Struktur Genetika, Populasi Monyet Ekor Panjang,

    Mikrosatelit D18S536, Alas Kedataon

    PENDAHULUAN

    Negara Indonesia mempunyai keanekaragaman satwa liar yang tinggi dan

    tersebar di beberapa tipe habitat. Salah satu satwa liar yang ada di Indonesia

    adalah monyet ekor panjang. Monyet ini tersebar di Asia Tenggara antara 200LU-

    100LS dan antara 92

    0BT-128

    0BT (Wheatley, 1980 dalam Linbrung).

    Di Bali habitat monyet ekor panjang cukup luas dan tersebar di berbagai

    kawasan. Tidak kurang dari 42 populasi lokal monyet ekor panjang ditemukan di

    Pulau Bali (Pusat Penelitian Satwa Primata Universitas Udayana, 2001). Beberapa

    lokasi tersebut digunakan sebagai objek wisata antara lain Sangeh, Ubud, Alas

    Kedaton, Uluwatu, Pulaki, dan Bedugul.

    Alas Kedaton merupakan salah satu tempat wisata yang terletak di desa

    Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali. Alas Kedaton dengan luas 12 hektar

    selain merupakan hamparan hutan sekunder juga merupakan habitat monyet ekor

    panjang yang keberadaannya di lokasi ini sudah lebih 30 tahun yang lalu

    (Kawamoto et al., 1984). Alas Kedaton merupakan tempat wisata yang banyak

    dikunjungi oleh para wisatawan dalam negeri dan luar negeri. Di Alas Kedaton

    terdapat satu populasi monyet ekor panjang yang keberadaanya terisolasi dari

    populasi yang lain. Hal ini disebabkan oleh adanya fragmentasi hutan menjadi

    lahan pertanian, perumahan, dan industri.

    Populasi yang terisolasi, peluang terjadinya kawin antar keluarga

    (inbreeding) menjadi tinggi dan aliran genetiknya (gen flow) menjadi rendah.

    Keadaan yang seperti ini, jika terus terjadi akan menyebabkan variasi genetik

  • Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(1) : 32 3 ISSN : 2301-784

    34

    (heterosigositas) dalam populasi tersebut menjadi rendah, dan akan mengancam

    populasi in situ.

    Struktur genetik populasi berperan penting dalam penyusunan strategi

    konservasi. Sebelum pengambilan tindakan konservasi suatu populasi, langkah

    pertama yang dilakukan adalah penentuan status struktur populasi tersebut.

    Struktur genetik populasi sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan untuk

    menentukan apakah populasi ini dalam keadaan aman atau terancam. Berdasarkan

    hal tersebut struktur genetik populasi penting untuk diketahui agar dapat

    ditentukan apakah suatu populasi dikelola sebagai unit manajemen berbeda atau

    tidak, karena jika hal ini tidak dilakukan dapat menimbulkan dampak yang kurang

    baik pada populasi tersebut (Wandia et al., 2009)

    Struktur genetik dapat diungkap dengan materi genetik berupa protein dan

    DNA. Pada tingkat DNA struktur genetik dapat diungkap dengan mikrosatelit.

    Berbeda halnya dengan marka protein, mikrosatelit merupakan segmen langsung

    dari genom (DNA) sehingga variasi genetik yang ditemukan merupakan

    pencerminan variasi genetik yang sebenarnya. Variasi genetik mikrosatelit yang

    tinggi merupakan marka molekuler yang baik untuk kajian genetika populasi

    (Smith et al., 2000). Mikrosatelit sebagai penanda molekuler telah digunakan

    secara luas di berbagai studi genetika populasi (Rogers, 2005) karena keunggulan

    yang dimilikinya seperti kelimpahannya yang tinggi dalam genom eukariot,

    variasi genetiknya tinggi akibat mutasi, dan amplifikasinya mudah secara in vitro

    melalui Polymerase Chain Reaction (PCR).

    Penelitian monyet ekor panjang di Bali menggunakan marka mikrosatelit

    telah dilakukan oleh Wandia (2003). Penelitian menggunakan marka molekuler

    mikrosatelit D18S536 pada monyet ekor panjang di Alas Kedaton, Bali belum

    pernah dilakukan. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian struktur

    genetika populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton dengan marka molekul

    D18S536.

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan :

    Berapa jumlah alel lokus mikrosatelitD18S536 pada populasi monyet ekor

    panjang di Alas Kedaton? Berapa frekuensi alel lokus mikrosatelit D18S536 pada

  • Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(1) : 32 3 ISSN : 2301-784

    35

    populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton? Berapa nilai heterosigositas yang

    ditemukan dengan menggunakan marker mikrosatelit D18S536 pada populasi

    monyet ekor panjang di Alas Kedaton?

    Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah alel lokus

    mikrosatelit D18S536 populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton; Untuk

    mengetahui frekuensi alel lokus mikrosatelit D18S536 pada monyet ekor panjang

    di Alas Kedaton; Mengukur heterosigositas dalam populasi monyet ekor panjang

    di Alas Kedaton dengan marka mikrosatelit D18S536.

    Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pada kemajuan ilmu

    pengetahuan mengenai struktur genetik populasi monyet ekor panjang yang ada

    di Bali; Selain itu informasi yang ditemukan pada penelitian ini juga sangat

    bermanfaat pada dunia konservasi terutama pengetahuan mengenai genetika

    konservasi dan dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat strategi konservasi

    dan pengembangan (manajemen populasi) spesies ini dimasa yang akan datang.

    METODE PENELITIAN

    Bahan dan Alat

    Sejumlah 16 sampel darah monyet ekor panjang yang berasal dari Alas

    Kedaton, Bali. Perlengkapan ektraksi DNA dengan QIAamp DNA Blood Kits dari

    Qiagen, Tag DNA Polymerase, MgSO4, larutan buffer, dNTP, TAE, akrilamid,

    TBE, APS, TEMED, loading dye, marker (100-bp ladder, Invitrogen) Ketamin

    HCL, Zylasine, antikogulan EDTA, Aquadest, dan primer D18S536.

    Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sentrifugator, alat

    pendingin, tabung eppendoft besar dan kecil beserta rak, gelas ukur, pipet mikro,

    oven, tips, alat elektroforesis, ultraviolet iluminator, sarung tangan, masker,

    seperangkat alat pewarnaan perak, timbangan, alat tulis, mesin PCR (Polymerase

    Chain Reaction) dan stopwatch.

    Metode

    Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional deskriptif

    yang bersifat crossectional dengan variabel penelitian adalah : Jumlah alel,

  • Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(1) : 32 3 ISSN : 2301-784

    36

    banyaknya alel pada lokus mikrosatelit D18S536 dalam populasi monyet ekor

    panjang di Alas Kedaton. Frekuensi alel, proporsi relatif masing-masing alel

    lokus D18S536 populasi monyet ekor panjang. Heterosigositas, nilai untuk

    mencerminkan keragaman gen yang diduga menggunakan frekuensi alel.

    Populasi yang diteliti adalah populasi monyet ekor panjang di Alas

    Kedaton Kabupaten Tabanan Bali. Cara pengumpulan data menggunakan teknik

    sampling convenient. Sejumlah 16 sampel darah monyet ekor panjang yang

    berasal dari populasi Alas Kedaton, Bali. Sampling monyet ini telah dilakukan

    oleh Pusat Penelitian Satwa Primata Universitas Udayana pada tahun 2007,

    sehingga sampel telah tersedia di Laboratorium Pusat Penelitian Satwa Primata

    Universitas Udayana. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat

    Penelitian Satwa Primata Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali. Penelitian

    dilaksanakan pada bulan Mei 2011.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pita yang muncul pada gel poliakrilamid adalah suatu gel mikrosatelit.

    Keragaman alel mikrosatelit dapat dilihat dari beda jarak migrasi alel pada gel

    (Krawaczak dan Schmidtke, 1994). Pemisahan jarak migrasi alel terjadi karena

    adanya kecepatan pergerakan yang berbeda pada setiap alel yang berbeda.Lokus

    dinyatakan polimorfik apabila jumlah alel bersama dalam populasi pada lokus

    tersebut lebih dari satu dengan frekuensi alel paling umum kurang atau lebih 95%.

  • Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(1) : 32 3 ISSN : 2301-784

    37

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 M

    Gambar 3.Alel lokus D18S536.Nomor menyatakan sampel (individu).Huruf M

    menyatakan penanda (100 base pairs ladder). Genotip

    1,15,16=160/160; 3,12,13,14=160/168; 10,11=164/164; 2,7=164/172;

    9=164/176; 5=168/168; 4,6=172/172.

    Pada gel elektroforesis pita yang muncul teridentifikasi 5 alel dengan

    panjang berkisar antara 160bp hingga 176bp. Dari 16 monyet ekor panjang, 8

    individu memiliki genotip homosigot dan 8 yang lain bergenotip heterosigot

    (Tabel 1).

    Tabel 1.Genotip Monyet Ekor Panjang di Alas Kedaton dengan Lokus

    Mikrosatelit D18S536.

    No Genotip Jumlah Monyet (ekor)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    160/160

    160/168

    164/164

    164/172

    164/176

    168/168

    168/172

    172/172

    3

    4

    2

    2

    1

    1

    1

    2

    Total 8 16

    100

    300

    500

    400

    200

    160bp

    176bp

    172bp 164bp

    168bp

  • Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(1) : 32 3 ISSN : 2301-784

    38

    Terdapat 5 alel yang teridentifikasi, dimana alel 160 menunjukkan

    frekuensi tertinggi (0,31) sedangkan alel 176 memiliki frekuensi yang terrendah

    (0,06) (Tabel 2).

    Tabel 2.Frekuensi Alel Lokus Mikrosatelit D18S536 Alel Monyet Ekor Panjang

    di Alas Kedaton.

    No Jenis Alel Jumlah Alel Frekuensi Alel

    1

    2

    3

    4

    5

    160

    164

    168

    172

    176

    10

    7

    7

    6

    2

    0,31

    0,22

    0,22

    0,19

    0,06

    Total 5 32 1,0

    Untuk menghitung nilai heterosigositas maka dapat dihitung dengan

    menggunakan rumus penduga tidak bias 7,1 (Nei, 1987). Nilai heteosigositas

    monyet ekor panjang di Alas Kedaton dengan menggunakan lokus mikrosatelit

    D18S536 adalah 0,79.

    Perkembangan yang terjadi pada teknik molekuler telah banyak membantu

    dalam menghasilkan data tentang struktur genetika pada tingkat DNA. Berbagai

    penelitian eksplorasi polimorfisme lokus mikrosatelit pada satwa primata dengan

    menggunakan primer mikrosatelit manusia telah dilakukan (Kanthaswamy et al.,

    2006). Dari hasil amplifikasi DNA dengan primer pengikat yang alelnya

    dipisahkan dengan elektroforesis pada gel poliakrilamid dan dilanjutkan dengan

    teknik pewarnaan perak (silver staining) polimorfisme mikrosatelit dari genom

    dapat ditentukan. Untuk pemisahan DNA dilakukan elektroforesia pada gel

    poliakrilamid dan pewarnaan perak untuk mendeteksi DNA dengan kandungan

    lebih kecil dari 10 g/l (Allen et al., 1984). Genotip satu individu dapat

    ditentukan dan frekuensi alelnya dalam populasi dapat dihitung dengam

    mengidentifikasi pita yang timbul setelah elektroforesis (satu pita untuk

    homosigot dan dua pita untuk heterosigot pada organisme diploid), (Lessa dan

    Apllebaum, 1993).

  • Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(1) : 32 3 ISSN : 2301-784

    39

    Identifikasi alel pada populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton

    menggunakan lokus mikrosatelit D18S536 yang dikaji pada penelitian ini,

    teridentifikasi 5 jenis alel dengan frekuensi alel tertinggi (0,31) untuk alel 160,

    dan terendah (0,06) untuk alel 176 serta digolongkan sebagai polimorfik.

    Sedangkan penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh Paujiah

    (2011)(unpublished) dengan menggunakan lokus yang sama (D18S536) pada

    pupulasi monyet ekor panjang di Bedugul teridentifikasi 4 jenis alel dengan

    frekuensi tertinggi (0,45) untuk alel 168 dan terendah(0,1) untuk alel 172.

    Perbedaan jumlah alel sangat terkait dengan sejarah penyebaran dan evolusi suatu

    populasi atau spesies (Bonhomme et al., 2005).

    Alel 176 dengan nilai frekuensi 0,06 merupkan frekuensi terendah perlu

    mendapatkan perhatian. Rendahnya frekuensi alel pada populasi monyet ekor

    panjang di Alas Kedaton disebabkan sebagai akibat dari random genetik drif.

    Untuk mengukur tingkat keragaman genetik dalam populasi sebagai salah

    satu parameter adalah heterosigositas (Nozawa et al., 1996). Tingginya Nilai

    heterosigositas suatu populasi maka akan diikuti dengan tinggi kejadian

    outbreeding sehingga meningkatkan proporsi genotip heterosigot (Noor, 2000).

    Nilai heterosigositas yang rendah akan mengakibatkan keterancaman pada suatu

    populasi (Nozawa et al., 1996) karena tingginya angka inbreeding (Khan dan

    Sing, 1990). Populasi dengan tingkat heterosigositas rendah sangat sensitif

    terhadap perubahan alam karena potensi evolusi yang rendah (Frankham et al.,

    2004).

    Heterosigositas monyet ekor panjang di Alas Kedaton menggunakan lokus

    mikrosatelit D18S536 adalah 0,79. Penelitian yang dilakukan oleh Paujiah (2011)

    (unpublished) mengenai polimorfisme monyet ekor panjang di Bedugul dengan

    menggunakan lokus yang sama menunjukkan heterosigositas 0,72. Berdasarkan

    data ini tampak bahwa heterosigositas populasi monyet ekor panjang di Alas

    kedaton relatif tinggi dibandingkan populasi di Bedugul. Menurut Nazawa et al

    1996 faktor yang mempengaruhi heterosigositas diantaranya laju mutasi, jumlah

    populasi efektif, pola perkawinan (acak atau terpilih), migrasi, dan seleksi.

  • Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(1) : 32 3 ISSN : 2301-784

    40

    Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa struktur genetika

    monyet ekor panjang di Alas Kedaton dengan menggunakan marka molekul

    mikrostelit D18S536 cukup tinggi.Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk

    memastikan struktur genetika populasi tersebut dengan marka molekul yang lebih

    banyak dan dilakukan secara berkala sehingga erosi genetika populasi dapat

    diketahui sedini mungkin dan usaha pencegahan dapat dilakukan dengan tepat.

    SIMPULAN

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan: Lokus

    D18S536 pada populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton bersifat polimorfik;

    Pada lokus D18S536 dalam populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton

    terdapat 5 alel dengan frekuensi alel 160 (0,31), alel 164 (0,22), alel 168 (0,22),

    alel 172 (0,19), dan alel 176(0,06). Heterosigositas populasi monyet ekor panjang

    di Alas Kedaton menggunakan marka molekul mikroatelit D18S536 sebesar 0,79.

    SARAN

    Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan lokus-lokus yang

    berbeda untuk melengkapi data struktur genetika monyet ekor panjang di Alas

    Kedaton Tabanan Bali, sehingga dapat dipastikan apakah populasi di Alas

    Kedaton dalam status aman.

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Terimakasih kepada Bapak Dr. drh. I Nengah Wandia, MSi dan Dr. drh. I

    Ketut Suatha, MSi untuk melakukan bimbingan dalam pelaksanaan penelitian ini.

    Terimakasih juga untuk drh ana yang telah membantu dalam pengerjaan

    laboratorium. Terimakasih kepada staf laboratorium pusat penelitian satwa

    primate Universitas Udayana yang telah membantu untuk menyelesaikan

    penelitian ini.

  • Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(1) : 32 3 ISSN : 2301-784

    41

    DAFTAR PUSTAKA

    Allen R C, Saravis C A, and Maurer H R. 1984. Gel Elektrophotesis and

    Isoelectric Focusing of Protein. Walter de Gruyter. New York

    Bonhomme M, Blancher A, and Crouau-Roy B. 2005. Multiplexed Microsatellite

    for Rapid Identification and Chracterzation of Indivuduals and Population

    of Cercipithecidae. American journal of Primatology.67:385-391.

    Frankham R, Ballou J D, and Briscoe D A. 2004. A Primer of Concervation

    Genetics. Cambridge University Press. Cambridge.

    Kanthaswamy S, Von A, Dolen, Kurushima J D, Ona, Alminas, Roger J, Fergusan

    B, Lerche N W, Allen P C, and Smith D G. 2006. Mikrosatrllit Markers of

    Standardized Genetic Managemen of Captive Colonies of Reshus

    Macaques (M. mullata). American Journal of Promatology. 68:73-95.

    Kawamoto Y, Ischak T M, and Supriatna J. 1984. Genetic Variation Within and

    Between Troops of the Crab-eating Macaque (Macaca fascicularis) on

    Sumatra, Jawa, Bali, Lombok and Sumbawa, Indonesia.Primates,

    25(2):131-159.

    Khan, F and Sing A. 1990. Principles of Genetics and Animal Breedin.Jaypee

    Brother Medical Publishers. New Delhi.

    Krawaczak M, and Schmidtke J. 1994. DNA Fingerprinting. BIOS Scientific

    Publisher Limited. Oxford, UK

    Lessa E P and Apllebaum G. 1993. Screening Techniques for Detecting Allelic

    Variation in DNA Sequens. Moleculer Ecology, 2: 119-129

    Nei M. 1987. Moleculer Evolusionary Genetices.Colombia University Press. New

    Yok.:254-286.

    Noor R R. 2000. Genetik Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Nozawa K, Shotake T, Kawamoto Y and Tanade Y. 1982. Population Genetic of

    Japanese Monkeys: II. Blood protein Polymorphisme and population

    structure.Primates. 23:252-271.

    Nozawa K, Shotake T, Minezama M, Kawamoto Y, kawamoto K, and Kawamoto

    S. 1996. Population Genetik Studies of the Javanace Macaque, Macaca

    fuscata. In: Varations in the Asian Macaques, T Shotake and K wada.

    Tokai University Press. Tokyo, Japan:1-36.

  • Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(1) : 32 3 ISSN : 2301-784

    42

    Paujiah M M. 2011. Polimorfisme Lokus Mikrosatelit D18S536 pada Populasi

    Monyet Ekor Panjang di Bedugul.(Unpublished)

    Smith D G, Kanthasmwy S, Viary J, and Cody L. 2000. Additional Highly

    Polimerphic Microstellite (STR) loci For Estimating kinship in Rhesus

    Macaques (Macaca mulatta). American Journal of Primatology. 50:1-7.

    Wandia I N. 2001. Variasi Genetik Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca

    fascicularis) di Beberapa Lokasi di Bali. Tesis. Program Pasca Sarjana

    IPB: Bogor

    Wandia I N. 2003. Mikrosatelit Sebagi Penanda Molekul Untuk Mengukur

    Polimorfisme Genetic Monyet Ekor Panjang di Sangeh, Bali. J. Vet 4(3):

    93-100.

    Wandia I N, Arta Putra I G A, dan Soma I G. 2009. Polimorfisme Genetik

    Populasi Monyet Ekor Panjang (Mocaca fascicularis) di Lokasi

    Pariwisata. Bali. Laporan Penelitian Tahun Anggaran 2009 DIPA

    Universitas Udayana, Bali.

    Wheatley B P. 1980. Feeding and Ranging of East Bornean Macaca fascisularis.

    Dalam: Linburng D (ed) the macaque: studies in ecology, behavior and

    evolution. Litton educational publishing, inc. London. pp 215-246.