4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV...

51
115 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan Berdasarkan pendapat yang dikemukakan pada Bab II kriteria untuk mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan (diambil dari berbagai literatur), maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan arahan pengambangan komoditas perkebunan dengan kriteria, variabel dan parameter yang digunakan dalam studi ini adalah sebagai berikut : 1. Memiliki daya dukung lahan yang tinggi 2. Mempunyai tingkat produksi tinggi 3. Memiliki prospek untuk diekspor 4. Mempunyai efek pengganda yang besar 5. Mempunyai permintaan pasar yang tinggi, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri 6. Mempunyai tingkat sumber daya manusia yang tinggi 7. Memiliki infrastruktur yang mendukung (sarana dan prasarana) 4.1.1 Penentuan Variabel dan Parameter Variabel yang akan digunakan adalah : 1. Kesesuaian tanam komoditas perkebunan 2. Kontribusi nilai produksi terhadap total nilai produksi 3. Komoditas basis atau berpotensi untuk diekspor ke luar wilayah 4. Perbandingan laju pertumbuhan berbagai komoditas terhadap wilayah yang lebih luas 5. Potensi dan prospek pasar 6. Kontribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian terhadap total jumlah penduduk keseluruhan 7. Kontribusi panjang jalan per kecamatan Parameter yang digunakan adalah 1. Empat kelas kesesuaian lahan 2. Persentase terhadap nilai total produksi 3. LQ sektor lebih dari 1 (Koefisien >1), Koefisien Lokalisasi dan Spesialisasi 4. Mix And Share 5. Nilai ekspor (USD) dan Nilai Impor (USD) yang tinggi.

Transcript of 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV...

Page 1: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

115

4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan pada Bab II kriteria untuk

mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan (diambil dari berbagai

literatur), maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan arahan pengambangan

komoditas perkebunan dengan kriteria, variabel dan parameter yang digunakan

dalam studi ini adalah sebagai berikut :

1. Memiliki daya dukung lahan yang tinggi

2. Mempunyai tingkat produksi tinggi

3. Memiliki prospek untuk diekspor

4. Mempunyai efek pengganda yang besar

5. Mempunyai permintaan pasar yang tinggi, baik pasar dalam negeri maupun

luar negeri

6. Mempunyai tingkat sumber daya manusia yang tinggi

7. Memiliki infrastruktur yang mendukung (sarana dan prasarana)

4.1.1 Penentuan Variabel dan Parameter

Variabel yang akan digunakan adalah :

1. Kesesuaian tanam komoditas perkebunan

2. Kontribusi nilai produksi terhadap total nilai produksi

3. Komoditas basis atau berpotensi untuk diekspor ke luar wilayah

4. Perbandingan laju pertumbuhan berbagai komoditas terhadap wilayah yang

lebih luas

5. Potensi dan prospek pasar

6. Kontribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian terhadap total

jumlah penduduk keseluruhan

7. Kontribusi panjang jalan per kecamatan

Parameter yang digunakan adalah

1. Empat kelas kesesuaian lahan

2. Persentase terhadap nilai total produksi

3. LQ sektor lebih dari 1 (Koefisien >1), Koefisien Lokalisasi dan Spesialisasi

4. Mix And Share

5. Nilai ekspor (USD) dan Nilai Impor (USD) yang tinggi.

Page 2: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

116

6. Persentase terhadap total jumlah penduduk keseluruhan

7. Persentase panjang jalan per kecamatan.

4.1.2 Metode Pengukuran Yang Digunakan

Dalam menganalisis arahan pengembangan komoditas perkebunan

diperlukan metode pengukuran sebagai berikut :

1. Kesesuaian Lahan

Untuk menganalisis kesesuaian lahan, yang dilihat adalah daerah-daerah mana

saja yang cocok untuk ditanami komoditas perkebunan dengan kriteria-kriteria

yang telah ditetapkan di standar FAO Departemen Pertanian.

2. Persentase Terhadap Total Nilai Produksi

Untuk menentukan arahan pengembangan yang dilihat adalah melihat sebesar

besar kontribusi tiap komoditas terhadap total nilai produksi

3. Location Quetient (LQ), Koefisien Lokalisasi dan Spesialisasi

• Location Quetient (LQ)

Teori basis ekonomi atau disebut teori Location Quetient (LQ) ini dugunakan

untuk menganalis dan menentukan keragaman basis ekonomi di Kabupaten

Garut Bagian Selatan. Perhitungan dari LQ ini dibandingkan dengan

komoditas-komoditas yang sama diidentifikasi komoditas-komoditas di

wilayah pembangunan dan dari analisis LQ tersebut dapat diidentifikasi

komoditas-komoditas apa saja yang dapat dikembangkan untuk tujuan ekspor

dan tujuan mensuplai kebutuhan lokal sehingga komoditas yang dikatakan

potensial di Kabupaten Garut Bagian Selatan dapat dijadikan sektor prioritas

utama. Dalam menentukan komoditas unggulan pada analisis LQ dilihat dari

nilai LQ komoditas dengan kriteria lebih dari 1.

• Koefisien Lokalisasi

Koefisien lokalisasi dilakukan untuk melihat apakah pengusahaan komoditas

tersebut menyebar atau pengusahaan komoditas tersebut tersebar di suatu

daerah.

Page 3: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

117

• Koefisien Spesialisasi

Koefisien spesialisasi dilakukan untuk melihat apakah daerah tersebut tidak

menspesialisasikan untuk menanam komoditas tertentu atau daerah tersebut

telah menspesialisasikan untuk menanam komoditas tertentu.

4. Shift Share

Analisis ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh kontribusi

komoditas terhadap Provinsi Jawa Barat untuk pertumbuhan komoditas tersebut.

Dalam menentukan komoditas unggulan dalam analisis shift share, dilihat

komponen national share, propotional shift dan differential shift yang bernilai (+).

5. Pasar

Analisis ini bertujuan untuk melihat kondisi pasar nasional dan internasional

terhadap komoditas perkebunan yang ada (tingkat produksi).

6. Sumber Daya Manusia

Analisis ini bertujuan untuk melihat seberapa besar tingkat sumber daya

manusia yang ada dengan melihat jumlah penduduk berdasarkan mata

pencaharian (sektor pertanian) per kecamatan.

7. Infrastruktur (Jalan)

Analisis ini bertujuan untuk melihat sebesar besar pengaruh kondisi jaringan

jalan yang ada di tiap kecamatan agar dapat memberikan kemudahan didalam pola

aliran barang hasil komoditas perkebunan.

Page 4: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

118

Tabel IV.1 Kriteria, Variabel, dan Metode Analisis

Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan No Kriteria Arahan

Pengembangan Variabel Parameter Metode

1 Memiliki daya dukung lahan yang tinggi

Kesesuaian tanam komoditas perkebunan

Empat kelas kesesuaian lahan

Kesesuaian lahan komoditas perkebunan

2 Tingkat produktivitas tinggi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah

Kontribusi nilai produksi terhadap total nilai produksi perkebunan

Persentase terhadap nilai total hasil produksi perkebunan

Analisis nilai presentase kontribusi hasil produksi tiap komoditas terhadap total hasil produksi perkebunan

3 Komoditas tersebut memiliki prospek untuk diekspor

Komoditas basis LQ komoditas lebih dari >1

Location Quetions, koefisien lokalisasi, koefisien spesialisasi

4 Berspesialisasi pada komoditas yang secara nasional tumbuh cepat

Perbandingan laju pertumbuhan berbagai komoditas terhadap wilayah yang lebih luas

Komponen regional share, propotional shift dan differential shift (+)

Shift share

5 Mempunyai permintaan pasar yang tinggi, baik pasar luar negeri maupun dalam negeri

Potensi dan prospek pasar

Nilai ekspor (USD) dan nilai impor (USD) yang besar

Perbandingan nilai ekspor dan impor

6 Mempunyai tingkat sumber daya manusia yang tinggi

Kontribusi jumlah penduduk menurut mata pencaharian

Persentase terhadap total jumlah penduduk keseluruhan

Analisis nilai persentase kontribusi jumlah penduduk tiap kecamatan terhadap total jumlah penduduk keseluruhan

7 Memiliki infrastruktur yang mendukung

Kontribusi panjang jalan per kecamatan

Persentase panjang jalan per kecamatan

Analisis nilai persentase kontribusi panjang jalan tiap kecamatan terhadap total panjang jalan keseluruhan

Sumber : Dari Berbagai Literatur

Page 5: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

119

4.2 Analisis Untuk Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan Di

Wilayah Garut Bagian Selatan

4.2.1 Analisis Kesesuaian Lahan Kawasan Lindung dan Budidaya

Dalam rangka penentuan analisis kesesuaian lahan, maka kriteria yang

digunakan adalah Keppres No. 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan

Budidaya dan SK Mentri Pertanian No. 683/Kpts/Um/8/1981 dan No.

837/Kpts/Um/11/1980 berkaitan dengan penetapan kriteria kawasan hutan

produksi.

Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya.

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan

sumber daya buatan. Sedangkan Kawasan budidaya adalah kawasan yang

ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan

potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

1. Kawasan Lindung

Merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya

buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa. Yang termasuk ke dalam

kawasan lindung yaitu berupa kawasan hutan lindung, kawasan suaka alam.

Di Kabupaten Garut Bagian Selatan sebaran kawasan lindung relatif besar dan

terutama di bagian utara Garut Selatan, sehingga pengembangan kawasan

relatif terbatas..

a. Kawasan Hutan Lindung

Yaitu kawasan yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap kawasan

dibawahnya, berdasarkan analisis kemiringan, ketinggian dan curah hujan

maka kawasan hutan lindung dengan kriteria kemiringan > 40 %, dan

ketinggian > 2000 meter diatas permukaan laut. Di Kabupaten Garut Bagian

Selatan, hampir semua kecamatan memiliki ketinggian di atas 2000 m dpl,

kecuali Kecamatan Cibalong, Mekarmukti dan Pameungpeuk dengan luas

kawasan hutan lindung yaitu sebesar 70.079,39 ha .

Page 6: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

120

b. Kawasan Resapan Air

Yaitu suatu kawasan yang mempunyai kriteria kemiringan > 40 % dan curah

hujan > 2500 mm/tahun. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan tidak

mempunyai kawasan resapan air.

c. Kawasan Suaka Alam

Di Kabupaten Garut Bagian Selatan terdapat 3 kecamatan yang termasuk

didalam kawasan suaka alam meliputi Kecamatan Cibalong, Cikajang dan

Pamulihan dengan luas 3.357,76 ha.

2. Kawasan Budidaya

Merupakan kawasan yang dapat ataupun memiliki lahan yang sesuai untuk

dikembangkan, yaitu meliputi :

a. Kawasan Pertanian Lahan Kering

Kawasan budidaya pertanian di Kabupaten Garut Bagian Selatan relatif lebih

luas dan tersebar hampir di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Garut

Bagian Selatan dengan kriteria ketinggian < 1000 meter dpl, kemiringan < 40

% dan kedalaman efektif lapisan tanah > 30 cm. Kecamatan yang termasuk ke

dalam kawasan tersebut yaitu Kecamatan Bnajarwangi, Bungbulang, Caringin,

Cibalong, Cikelet, Cisewu, Cisompet, Mekarmukti, Pakenjeng, Paundeuy,

Singajaya, dan Talegong dengan luas kawasan pertanian lahan kering yaitu

18.089,90 ha.

b. Kawasan Pertanian Lahan Basah

Yaitu suatu wilayah yang mempunyai kriteria ketinggian < 1000 meter dpl,

kemiringan < 15 %, curah hujan 2000 mm/tahun, ketinggian 1000 meter dpl

kesuburan tanah baik dan kedalaman efektif tanah > 60 cm. Kawasan

pertanian lahan basah di Kabupaten Garut Bagian Selatan relatif lebih luas dan

tersebar hampir di seluruh Kabupaten Garut Bagian Selatan. Yang termasuk

kawasan pertanian lahan basah meliputi Kecamatan Bungbulang,

Caringin,Cibalong, Cikelet, Cisewu, Cisompet, Mekarmukti, Pakenjeng,

Pameungpeuk dan Pamulihan dengan luas kawasan pertanian lahan basah

yaitu 18.216,73 ha.

Page 7: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

121

c. Kawasan Hutan Produksi Terbatas

Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, kawasan yang memiliki tingkat

kesesuaian untuk kawasan hutan produksi terbatas tampaknya cukup luas dan

menyebar di hampir seluruh kecamatan dengan luas kawasan hutan produksi

terbatas yaitu 54.095,92 ha.

d. Kawasan Pertanian Tanaman Tahunan

Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, kawasan yang memiliki tingkat

kesesuaian untuk kawasan pertanian tanaman tahunan cukup luas dan

menyebar hampir seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Cisewu, Pakenjeng,

Pamulihan dan Talegong dengan luas kawasan pertanian tanaman tahunan

yaitu 16.875,74 ha.

4.2.2 Analisis Kesesuaian Lahan Pengembangan Komoditas Perkebunan

Berdasarkan Kondisi Fisik

Pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada manusia dan lingkungan

alam (lahan). Melalui bantuan manusia (memelihara, pemberian zat hara,

pencegahan terhadap hama dan lain-lain) tanaman dapat tumbuh dengan baik pada

lingkungan alam yang sesuai dengan kondisi lahan dan melalui bantuan manusia

diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman.

Suatu lahan yang ada dapat digunakan sebagai lahan pertanian tanaman

tahunan/perkebunan dan juga ada yang tidak dapat digunakan sebagai lahan

pertanian tanaman tahunan/perkebunan. Lahan yang dapat digunakan sebagai

lahan pertanian tanaman tahunan/prkebunan tergantung pada karakteristik lahan

itu sendiri, serta dibatasi oleh penggunaan lahan lainnya selain penggunaan lahan

pada pertanian tanaman tahunan/perkebunan. Setiap lahan memiliki karakteristik

lahan yang berbeda-beda tergantung pada iklim, jenis tanah dan topografi.

Berdasarkan adanya perbedaan karakteristik pada setiap lahan, maka

diperlukannya studi mengenai kesesuaian lahan bagi pengembangan pertanian

tanaman tahunan/perkebunan.

Page 8: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

122

Tabel IV.2

Kesesuaian Lahan Kawasan Garut Selatan

Page 9: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

123

Gambar 4.1

Peta Analisis Kesesuaian Lahan Kawasan Lindung dan Budidaya

Page 10: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

124

Sebagian besar lahan di Kabupaten Garut Bagian Selatan merupakan lahan

pertanian yang produktif meskipun banyak sekali lahan yang belum termanfaatkan

secara optimal. Upaya optimalisasi penggunaan lahan salah satunya adalah

melalui pengembangan pola pertanaman yang salah satunya melalui penyesuaian

pemanfaatan lahan. Analisis kesesuaian lahan berdasarkan kondisi fisik bertujuan

untuk mengarahkan penggunaan lahan yang sesuai dengan kondisi fisik dan

mengendalikan perkembangan penggunaan lahan untuk kawasan budidaya,

kesesuaian lahan dapat memberikan indikasi terhadap potensi dan kendala dalam

pengembangan kegiatan pertanian tanaman tahunan/perkebunan.

Proses analisis kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan menggunakan

teknik tumpang tindih peta-peta tematik yang menjadi kriteria dalam proses

kesesuaian lahan. Peta-peta tematik tersebut antara lain adalah peta kemiringan,

peta kedalaman efektif tanah dan peta tekstur tanah. Adapun proses analisis

overlay tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini

Gambar 4.2 Proses Analisis Tumpang Tindih Kesesuaian Lahan

Peta Kemiringan

Peta Kedalaman Efektif Tanah

Kesesuaian lahan mengahasilkan penggunaan lahan pertanian tanaman

tahunan/perkebunan Peta Tekstur Tanah

Sumber : Sitorus 1985

Kriteria yang digunakan dalam melakukan analisis overlay (tumpang

tindih) untuk menghasilkan kesesuaian lahan dapat dilihat pada Tabel II.2 sampai

dengan Tabel II.9 seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kriteria tersebut

diantaranya yaitu kemiringan lereng, kedalaman efektif tanah dan tekstur tanah.

Page 11: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

125

A. Analisis Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Berdasarkan

Kemiringan Lereng

Ketinggian terendah yang dimiliki Kabupaten Garut Bagian Selatan adalah

25 m dpl, sedangkan ketinggian tertinggi yang dimiliki adalah 1500 m dpl.

Ketinggian di suatu wilayah merupakan salah satu kriteria yang berpengaruh

terhadap tumbuhnya komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel IV.3 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kakao

Berdasarkan Kemiringan Lereng

No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S1) Tidak ada 2 8 – 16 (S2) Cibalong 3 16 – 30 (S3) Tidak ada 4 > 30 (N) Tidak ada

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas

perkebunan tanaman kakao harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% -

30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hampir di seluruh wilayah tidak sesuai

untuk ditanami tanaman lada kecuali di Kecamatan Cibalong.

Tabel IV.4 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Jambu Mete

Berdasarkan Kemiringan Lereng

No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S1) Caringin 2 8 – 16 (S2) Caringin 3 16 – 30 (S3) Pakenjeng, 4 > 30 (N) Tidak ada

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas

perkebunan tanaman jambu mete harus berada pada kemiringan lereng antara <

8% - 30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hanya sebagian wilayah yang

sesuai untuk ditanami tanaman jambu mete seperti di Kecamatan Caringin,

Mekarmukti, Pakenjeng.

Page 12: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

126

Tabel IV.5 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kapuk

Berdasarkan Kemiringan Lereng

No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S1) Caringin, Pakenjeng 2 8 – 16 (S2) Bungbulang, Caringin, 3 16 – 30 (S3) Pakenjeng, Talegong, Pamulihan 4 > 30 (N) Bungbulang

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas

perkebunan tanaman kapuk harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% -

30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hanya sebagian wilayah sesuai untuk

ditanami tanaman kapuk seperti di Kecamatan Caringin, Pakenjeng, Bungbulang,

Talegong, Pamulihan.

Tabel IV.6 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kelapa

Berdasarkan Kemiringan Lereng

No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S1) Cikelet, Pameungpeuk, Cibalong, Caringin, Pakenjeng,

Cisompet 2 8 – 16 (S2) Bungbulang, Pameungpeuk, Cisompet, Cibalong 3 16 – 30 (S3) Talegong, Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet 4 > 30 (N) Banjarwangi, Cihurip, Bungbulang

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas

perkebunan tanaman kelapa harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% -

30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hampir di seluruh wilayah sesuai untuk

ditanami tanaman kelapa seperti di Kecamatan Cikelet, Pameungpeuk, Cibalong,

Caringin, Pakenjeng, Cisompet

Tabel IV.7 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Teh

Berdasarkan Kemiringan Lereng

No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S1) Pakenjeng 2 8 – 16 (S2) Cikajang 3 16 – 30 (S3) Talegong, Pamulihan, Banjarwangi, Cikajang,

Pakenjeng 4 > 30 (N) Cikajang, Banjarwangi,

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Page 13: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

127

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas

perkebunan tanaman teh harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% - 30%.

Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hanya sebagian wilayah yang sesuai untuk

ditanami tanaman teh seperti di Kecamatan Pakenjeng.

Tabel IV.8 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Cengkeh

Berdasarkan Kemiringan Lereng

No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S1) Cikelet, Pameungpeuk, Cibalong, Caringin, Pakenjeng,

Cisompet 2 8 – 16 (S2) Bungbulang, Pameungpeuk, Cisompet, Cibalong 3 16 – 30 (S3) Talegong, Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet 4 > 30 (N) Banajarwangi, Cihurip, Bungbulang

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas

perkebunan tanaman cengkeh harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% -

30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hampir di seluruh wilayah sesuai untuk

ditanami tanaman cengkeh seperti di Kecamatan Cikelet, Pameungpeuk,

Cibalong, Caringin, Pakenjeng, Cisompet.

Tabel IV.9 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Lada

Berdasarkan Kemiringan Lereng

No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S1) Cibalong, Caringin, Cisompet 2 8 – 16 (S2) Bungbulang, Cisompet 3 16 – 30 (S3) Talegong 4 > 30 (N) Bungbulang

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas

perkebunan tanaman lada harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% -

30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hanya sebagian wilayah yang sesuai

untuk ditanami tanaman lada seperti di Kecamatan Cibalong, Caringin, Cisompet.

Page 14: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

128

B. Analisis Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Berdasarkan

Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman Efektif Tanah merupakan salah satu kriteria yang berpengaruh

terhadap tumbuhnya komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan.

Kabupaten Garut Bagian Selatan mempunyai kedalaman efektif tanah antara 0 cm

sampai dengan > 90 cm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

Tabel IV.10 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kakao

Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah

No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S1) Cikelet, Cibalong 2 75 – 100 cm (S2) Cikelet, Cibalong 3 50 – 75 cm (S3) Cikelet, Cibalong 4 < 50 cm (N) Cibalong

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi

fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai dan cukup sesuai untuk

ditanami komoditas kakao yaitu terdapat di Kecamatan Cikelet dan Cibalong.

Lahan sangat sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami komoditas

kakao tanpa ada pembatas sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Tabel IV.11 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Jambu Mete

Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah

No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S1) Caringin, Talegong 2 75 – 100 cm (S2) Caringin, Pakenjeng 3 50 – 75 cm (S3) Caringin, Pakenjeng 4 < 50 cm (N) Pakenjeng

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi

fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai dan cukup sesuai untuk

ditanami komoditas jambu mete yaitu terdapat di Kecamatan Caringin dan

Talegong. Lahan sangat sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami

Page 15: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

129

komoditas jambu mete tanpa ada pembatas sehingga dapat menghasilkan

produktivitas yang tinggi.

Tabel IV.12 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kapuk

Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah

No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S1) Talegong, Bungbulang, 2 75 – 100 cm (S2) Caringin, Bungbulang, Pakenjeng 3 50 – 75 cm (S3) Caringin, Pakenjeng, Pamulihan 4 < 50 cm (N) Pamulihan, Pakenjeng

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi

fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai untuk ditanami komoditas

kapuk yaitu terdapat di Kecamatan Talegong dan Bungbulang. Lahan sangat

sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami komoditas kapuk tanpa ada

pembatas sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Lahan yang

cukup sesuai untuk ditanami komoditas kapuk terdapat di Kecamatan Caringin

dan Pakenjeng.

Tabel IV.13 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kelapa

Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah

No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S1) Talegong, Pakenjeng, Cikelet, Cibalong, Cisompet, 2 75 – 100 cm (S2) Caringin, Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet, Cisompet,

Cibalong, Banjarwangi, Pamulihan 3 50 – 75 cm (S3) Caringin, Pakenjeng, Cikelet, Cisompet, Cibalong, 4 < 50 cm (N) Pakenjeng,

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi

fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai untuk ditanami komoditas

kelapa yaitu terdapat di Kecamatan Talegong, Pakenjeng, Cikelet, Cibalong dan

Cisompet. Lahan sangat sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami

komoditas kelapa tanpa ada pembatas sehingga dapat menghasilkan produktivitas

yang tinggi. Lahan yang cukup sesuai untuk ditanami komoditas kelapa terdapat

di Kecamatan Caringin, Bungbulang, Banjarwangi dan Pamulihan.

Page 16: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

130

Tabel IV.14 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Teh

Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah

No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S1) Talegong, Banjarwangi 2 75 – 100 cm (S2) Pakenjeng, Banjarwangi 3 50 – 75 cm (S3) Pamulihan, Cikajang 4 < 50 cm (N) Pakenjeng

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi

fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai untuk ditanami komoditas

teh yaitu terdapat di Kecamatan Talegong dan Banjarwangi. Lahan sangat sesuai

maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami komoditas teh tanpa ada pembatas

sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Lahan yang cukup sesuai

untuk ditanami komoditas teh terdapat di Kecamatan Pakenjeng dan Banjarwangi.

Tabel IV.15 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Cengkeh

Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah

No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S1) Talegong, Pakenjeng, Cikelet, Banjarwangi, 2 75 – 100 cm (S2) Caringin, Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet, Cisompet,

Cibalong, Pamulihan 3 50 – 75 cm (S3) Caringin, Pakenjeng, Cikelet, Cisompet, Cibalong 4 < 50 cm (N) Pamulihan dan Pakenjeng

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi

fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai untuk ditanami komoditas

cengkeh yaitu terdapat di Kecamatan Talegong, Pakenjeng, Cikelet dan

Banjarwangi. Lahan sangat sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami

komoditas cengkeh tanpa ada pembatas sehingga dapat menghasilkan

produktivitas yang tinggi. Lahan yang cukup sesuai untuk ditanami komoditas

cengkeh terdapat di Kecamatan Caringin, Bungbulang, Cisompet, Cibalong dan

Pamulihan.

Page 17: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

131

Tabel IV.16 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Lada

Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah

No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S1) Talegong, Cibalong, Cisompet 2 75 – 100 cm (S2) Caringin, Bungbulang, Cibalong, Cisompet 3 50 – 75 cm (S3) Caringin, Cibalong, Cisompet 4 < 50 cm (N) Cisompet

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi

fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai untuk ditanami komoditas

lada yaitu terdapat di Kecamatan Talegong, Cibalong dan Cisompet. Lahan sangat

sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami komoditas lada tanpa ada

pembatas sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Lahan yang

cukup sesuai untuk ditanami komoditas lada terdapat di Kecamatan Caringin, dan

Bungbulang.

C. Analisis Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Berdasarkan

Tekstur Tanah

Tekstur tanah merupakan salah satu kriteria yang berpengaruh terhadap

tumbuhnya komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel IV.17 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kakao

Berdasarkan Tekstur Tanah

No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S1) Cikelet, Cibalong 2 Halus, agak halus, sedang (S2) Cikelet, Cibalong 3 Agak kasar, sangat halus (S3) Cikelet, Cibalong 4 Kasar (N) Cikelet

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman

kakao berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa

kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan

Cikeletdan Cibalong.

Page 18: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

132

Tabel IV.18 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Jambu Mete

Berdasarkan Tekstur Tanah

No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S1) Caringin, Pakenjeng 2 Halus, agak halus, sedang (S2) Caringin, Pakenjeng 3 Agak kasar (S3) Talegong, Pakenjeng 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman

jambu mete berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat

bahwa kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan

Caringin dan Pakenjeng. lahan sesuai marjinal dimiliki oleh Kecamatan Talegong

dan Pakenjeng .

Tabel IV.19 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kapuk

Berdasarkan Tekstur Tanah

No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S1) Caringin, Bungbulang, Pakenjeng, Pamulihan 2 Halus, agak halus, sedang (S2) Caringin, Bungbulang, Pakenjeng, Pamulihan 3 Agak kasar (S3) Talegong, Pakenjeng 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman

kapuk berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa

kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan Caringin,

Bungbulang, Pakenjeng dan Pamulihan. Lahan sesuai marjinal dimiliki oleh

Kecamatan Talegong dan Pakenjeng.

Tabel IV.20 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kelapa

Berdasarkan Tekstur Tanah

No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S1) Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet,

Bungbulang, Caringin 2 Halus, agak halus, sedang,

agak kasar (S2) Talegong, Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet, Pakenjeng, Bungbulang, Caringin.

3 Sangat halus (S3) Pakenjeng, Pamulihan, Cibalong 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng, Cikelet

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Page 19: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

133

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman

kelapa berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa

kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan

Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet, Bungbulang dan Caringin.

Lahan sesuai marjinal dimiliki oleh Kecamatan Pakenjeng, Pamulihan dan

Cibalong.

Tabel IV.21 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Teh

Berdasarkan Tekstur Tanah

No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S1) Pakenjeng, Pamulihan, Banjarwangi, Cikajang 2 Halus, agak halus, sedang (S2) Pakenjeng, Pamulihan, Banjarwangi, Cikajang 3 Agak kasar (S3) Talegong, Pakenjeng 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman teh

berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa

kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan

Pakenjeng, Pamulihan, Banjarwangi dan Cikajang. Lahan sesuai marjinal dimiliki

oleh Kecamatan Talegong dan Pakenjeng.

Tabel IV.22 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Cengkeh

Berdasarkan Tekstur Tanah

No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S1) Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet,

Bungbulang, Caringin 2 Halus, agak halus, sedang (S2) Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet,

Bungbulang, Caringin 3 Sangat halus, Agak kasar (S3) Pakenjeng, Pamulihan, Cibalong, Talegong, Pakenjeng,

Cikelet 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng, Cikelet

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman

cengkeh berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat

bahwa kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan

Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet, Bungbulang, Caringin..

Page 20: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

134

Lahan sesuai marjinal dimiliki oleh Kecamatan Pakenjeng, Pamulihan, Cibalong,

Talegong, Pakenjeng dan Cikelet.

Tabel IV.23 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Lada

Berdasarkan Tekstur Tanah

No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S1) Caringin, Bungbulang, Cibalong, Cisompet 2 Halus, agak halus, sedang (S2) Caringin, Bungbulang, Cibalong, Cisompet 3 Sangat halus, Agak kasar (S3) Talegong, Pakenjeng 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman lada

berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa

kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan Caringin,

Bungbulang, Cibalong dan Cisompet. Lahan sesuai marjinal dimiliki oleh

Kecamatan Pakenjeng dan Talegong.

D. Analisis Kesesuaian Lahan Berdasarkan Kondisi Eksisting Komoditas

Perkebunan

Berdasarkan sumberdaya alam yang dimiliki Kabupaten Garut Bagian

Selatan, pengembangan sektor perkebunan mendapat dukungan yang relatif baik.

Dimana, hampir setiap kecamatan merupakan wilayah yang potensial dalam

pengembangan sektor perkebunan di luar kawasan lindung.

Untuk lebih jelas dalam melihat kondisi komoditas perkebunan saat ini

(eksisting) yang berhubungan dengan kesesuaian lahan, maka digunakan analisis

tumpang susun (superimpose). Dimana kesesuaian lahan merupakan kondisi yang

sesuai secara teori dapat menghasilkan produksi maksimal.

Page 21: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

135

Tabel IV.24 Komoditas Ideal Dalam Rangka Menciptakan Kualitas dan Kuantitas Maksimal Di Setiap

Kecamatan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan

No Kecamatan Komoditas Eksisting Kesesuaian Lahan Kelas Kesesuaian

Lahan

Komoditas Eksisting Yang Sesuai

1 Cisewu

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Teh 5. Cengkeh 6. Lada

1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh

S2 S2,S3 S2,S3

1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh

2 Caringin

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh 5. Lada

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh

S1,S2,S3 S1,S2

S1,S2,NS2,S3,N

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh

3 Talegong

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Teh 5. Cengkeh 6. Lada

1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh

S2 S2,S3,NS2,S3

1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh

4 Bungbulang

1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh 4. Lada

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa

S1,S2,S3,N S1,S2,S3

S1,S2,S3,N

1. Kapuk 2. Kelapa

5 Mekarmukti

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh 5. Lada

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa

S1,S3S1,S2,S3

S1,S3

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa

6 Pamulihan

1. Kapuk 2. Kelapa 3. Teh 4. Cengkeh

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Teh 4. Cengkeh 5. Lada

S2,S3,N S2,S3,N S2,S3,N S2,S3,N S2,S3,N

1. Kapuk 2. Teh 3. Cengkeh

7 Pakenjeng

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Teh 5. Cengkeh

1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada 4. Kakao

S2,S3 S2,S3,N S1,S2,S3

S1,S3

1. Kelapa 2. Cengkeh

8 Cikelet

1. Kakao 2. Kelapa 3. Cengkeh

1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh 4. Lada 5. Kakao

S2,S3S2,S3

S2,S3,N S1,S3S1,S3

1. Kelapa 2. Cengkeh

9 Pameungpeuk 1. Kelapa 2. Cengkeh

1. Kapuk 2. Kelapa

S2S2

Kelapa

10 Cibalong

1. Kakao 2. Kelapa 3. Cengkeh 4. Lada

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa

S1,S2 S1,S2S1,S2

Kelapa

11 Cisompet 1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada

1. Jambu Mete 2. Cengkeh 3. Lada 4. Kakao

S2,N S1,S2S1,S2

S1,S2,S3

1. Cengkeh 2. Lada

12 Peundeuy

1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Teh

1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada

S2 S2S2

1. Kelapa 2. Cengkeh

13 Singajaya

1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh

1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh 4. Lada 5. Kakao

S2 S2,N S2,N S2

S1,S2,S3

1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh

14 Cihurip

1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Lada

S2,N S2,S3

S2 S2

Kelapa

Page 22: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

136

No Kecamatan Komoditas Eksisting Kesesuaian Lahan Kelas Kesesuaian

Lahan

Komoditas Eksisting Yang Sesuai

5. Kakao S2

15 Cikajang Teh

1. Jambu Mete 2. Kapuk 4. Teh

S2,N S2,N S2,N

Teh

16 Banjarwangi 1. Kelapa

2. Teh 3. Cengkeh

1. Jambu Mete 2 Kelapa 3 Teh 4 Kakao

S2,N S2,N S2,N S1,S3

1 Kelapa 2 Teh

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

4.2.3 Analisis Kontribusi Hasil Produksi

Perkembangan komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan

memperlihatkan hasil-hasil yang positif. Hal ini dilihat dari peningkatan produksi

yang dicapai selama ini. Selain itu komoditas perkebunan di Kabupaten Garut

Bagian Selatan memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan pada

masa mendatang. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan terdapat 15 jenis komoditi

perkebunan. Masing-masing komoditi perkebunan pada kecamatan tertentu dapat

memberikan kontribusinya terhadap Kabupaten Garut Bagian Selatan secara

keseluruhan. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel IV.25 di bawah ini.

Tabel IV.25 Kontribusi Nilai Produksi Komoditas Perkebunan

Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2005 Komoditas Produksi

(Ton) Harga Jual

(Rp/Kg) Nilai Produksi

(Rp) Kontribusi

(%) Klasifikasi

Aren (Arenga pinnata) 8.406,14 7.500 63.046.050 53,7 Tinggi Bambu (Bambusa sp) 115.740 * * - - Cengkeh (Eugenia caryophyllata)

1.077,07 34.500 37.158.915 31,6 Sedang

Jambu Mete (Anacardium occidentale)

11,73 6.000 70.380 0,05 Rendah

Jarak (Ricinus communis) 1,80 * * - - Kakao (Theobroma cacao) 0,08 10.700 856 0,001 Rendah Kapuk (Ceiba pentandra) 51,40 18.000 925.200 0,7 Rendah Kayu Manis (Cinnamonum gardamomum)

8,58 7.525 64.564,5 0,05 Rendah

Kelapa (Cocos nucifera) 1.908,74 1.500 2.862.000 2,4 Rendah Kina (Chincona sp) 27,77 22.100 613.717 0,5 Rendah Kopi (Coffea arabica) 1.711,50 1.425 2.438.887.5 2,0 Rendah Lada (Piper nigrum) 5,31 24.000 127.440 0,1 Rendah Pala (Mantis roo) 1,05 25.000 26.250 0,02 Rendah Pinang (Arenga catechu) 0,40 3.000 1.200 0,001 Rendah Teh (Cameila sinensis) 13.319,39 750 9.989.542.5 8,5 Rendah

Jumlah 142.271,00 121.675 117.325.002,5 100 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2008 Keterangan * = tidak ada data Klasifikasi Sturgeuss Banyaknya Kelas = 3 I = 21.015.064,66 Kelas I : Nilai R = 42.031.841,32 – 63.046.050 TINGGI A = 63.046.050 Kelas II : Nilai R = 21.015.920,66 – 42.031.841,32 SEDANG B = 856 Kelas III : Nilai R = 856 – 21.015.920,66 RENDAH

Page 23: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

137

Gambar 4.3 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Kakao

Page 24: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

138

Gambar 4.4 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Jambu Mete

Page 25: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

139

Gambar 4.5 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Kapuk

Page 26: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

140

Gambar 4.6 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Kelapa

Page 27: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

141

Gambar 4.7 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Teh

Page 28: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

142

Gambar 4.8 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Cengkeh

Page 29: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

143

Gambar 4.9 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Lada

Page 30: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

144

Gambar 4.10 Peta Kesesuaian Lahan Gabungan

Page 31: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

145

Gambar 4.11 Peta Kesesuaian Tanaman Perkebunan

Kab Garut Bagian Selatan

Page 32: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

146

Berdasarkan kontribusi nilai produksi dari 15 komoditas perkebunan tetapi

data yang didapatkan hanya 13 komoditas perkebunan saja di Kabupaten Garut

Bagian Selatan, secara umum kontribusi hasil produksi didominasi oleh

komoditas aren (53,7%), kemudian komoditas cengkeh (31,6%) dan komoditas

teh (8,5%). Dilihat dari kontribusi nilai produksi komoditas yang berpotensi

menjadi komoditas unggulan adalah :

1. Aren 4. Kelapa

2. Cengkeh 5. Kopi

3. Teh

4.2.4 Analisis Location Quetient (LQ), Koefisien Lokalisasi, Koefisien

Spesialisasi

A. Analisis Location Quetient (LQ)

Berdasarkan analisis LQ, dimana komoditas yang memiliki nilai LQ lebih

dari satu merupakan sektor unggulan, dan sektor yang berpotensi untuk kegiatan

ekspor, maka di Kabupaten Garut Bagian Selatan yang memenuhi kriteria tersebut

adalah komoditas kelapa dan cengkeh.

Berdasarkan data produksi perkebunan, dapat diketahui bahwa setiap

kecamatan di Kabupaten Garut Bagian Selatan memiliki potensi sebagai wilayah

penghasil sektor perkebunan yang potensial.

Berdasarkan analisis komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten yang

menggunakan metoda LQ, maka dapat dilihat komoditas unggulan yang terdapat

di Kabupaten Garut Bagian Selatan terdapat pada komoditas kelapa hal tersebut

dikarenakan komoditas kelapa tersebar di hampir di seluruh kecamatan yang

terdapat di Kabupaten Garut Selatan. Untuk komoditas Jambu Mete hanya

terdapat di 3 Kecamatan yaitu di Kecamatan Cisewu, Caringin dan Pamulihan.

Untuk komoditas Kakao hanya terdapat pada Kecamatan Cisompet. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat hasil nilai LQ produksi perkebunan, dapat dilihat pada

Tabel IV.26 di bawah ini.

Page 33: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

147

Tabel IV.26 Nilai Locations Quetions (LQ) Produksi Perkebunan

Di Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2005 No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 1 Cisewu 0,00 5,99 0,00 1,34 0,00 2,24 3,54 2 Caringin 0,00 18,02 0,00 2,13 0,00 0,52 2,95 3 Talegong 0,00 0,00 0,00 1,15 0,57 1,16 2,46 4 Bungbulang 0,00 0,00 7,88 2,18 0,00 2,19 0,54 5 Mekarmukti 0,00 0,13 6,49 1,80 0,00 0,59 0,00 6 Pakenjeng 0,00 0,00 0,76 0,18 0,95 0,17 0,00 7 Pamulihan 0,00 1,04 5,14 1,29 2,50 1,25 0,00 8 Cikelet 0,00 0,00 0,00 214,37 0,00 342,40 0,00 9 Pameungpeuk 0,00 0,00 0,00 317,30 0,00 59,09 0,00

10 Cibalong 0,00 0,00 0,00 0,84 0,00 0,58 0,00 11 Cisompet 254,82 0,00 0,00 90,80 1,58 345,57 0,00 12 Peundeuy 0,00 0,00 0,00 0,74 2,01 0,15 0,00 13 Singajaya 0,00 0,00 0,00 0,37 3,55 0,07 0,00 14 Cihurip 0,00 0,00 0,00 0,05 0,69 0,09 0,00 15 Cikajang 0,00 0,00 0,00 0,00 13,36 0,00 0,00 16 Banjarwangi 0,00 0,00 0,00 0,08 3,68 0,16 0,00

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007 Ket : 1. Kakao 3. Kapuk 5. Teh 7. Lada 2. Jambu Mete 4. Kelapa 6. Cengkeh

B. Analisis Koefisien Lokalisasi

Koefisien lokalisasi merupakan suatu ukuran relatif konsentrasi kegiatan

tertentu di suatu daerah dibandingkan dengan daerah yang lebih luas dengan

besaran tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.27 di bawah

ini.

Tabel IV.27 Nilai Koefisien Lokalisasi Produksi Perkebunan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2005

No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 1 Cisewu -0,02 0,39 0,25 0,06 -0,02 0,13 0,26 2 Caringin -0,01 0,50 0,07 0,05 -0,01 0,01 0,09 3 Talegong -0,05 -0,01 0,03 0,01 0,00 0,04 0,21 4 Bungbulang -0,01 0,00 0,08 0,04 -0,01 0,01 0,00 5 Mekarmukti -0,02 -0,02 0,21 0,06 -0,02 0,10 0,00 6 Pakenjeng -0,07 -0,02 0,06 -0,03 0,00 -0,01 -0,07 7 Pamulihan -0,04 -0,04 -0,04 0,05 -0,02 0,16 -0,04 8 Cikelet 0,80 0,00 0,01 0,01 0,00 0,01 0,00 9 Pameungpeuk -0,01 -0,01 -0,01 0,05 -0,01 0,01 -0,01 10 Cibalong -0,01 -0,01 -0,01 0,04 -0,01 0,03 0,04 11 Cisompet -0,01 -0,01 -0,01 0,02 -0,01 0,09 -0,01 12 Peundeuy -0,03 -0,03 -0,03 0,00 0,00 -0,02 -0,03 13 Singajaya -0,14 -0,14 -0,14 -0,13 0,03 -0,14 -0,14 14 Cihurip -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 0,00 -0,01 -0,01 15 Cikajang -0,12 -0,12 -0,12 -0,12 0,03 -0,12 -0,12 16 Banjarwangi -0,13 -0,13 -0,13 -0,13 0,03 -0,13 -0,13

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007 Ket : 1. Kakao 3. Kapuk 5. Teh 7. Lada 2. Jambu Mete 4. Kelapa 6. Cengkeh

Page 34: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

148

C. Analisis Koefisien Spesialisasi

Analisis koefisien spesialisasi dilakukan untuk mengetahui apakah suatu

daerah melakukan pengkhususan untuk menanam komoditas tertentu. Untuk hasil

analisis koefisien spesialisasi di Kabupaten Garut Bagian Selatan dapat dilihat

pada Tabel IV.28 di bawah ini.

Tabel IV.28 Nilai Koefisien Spesialisasi Produksi Perkebunan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2005

No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 1 Cisewu 0,31 0,01 0,03 0,31 -0,65 0,31 0,00 2 Caringin 0,03 0,01 0,01 0,29 0,00 0,03 0,00 3 Talegong 0,22 0,00 0,01 0,35 1,71 0,22 0,00 4 Bungbulang 0,05 0,00 0,01 0,26 0,00 0,05 0,00 5 Mekarmukti 0,27 0,00 0,02 0,43 0,00 0,27 0,00 6 Pakenjeng 0,14 0,00 0,01 0,21 2,69 0,14 0,00 7 Pamulihan 0,48 0,00 0,00 0,52 0,90 0,48 0,00 8 Cikelet 0,02 0,00 0,00 0,04 0,00 0,02 0,00 9 Pameungpeuk 0,04 0,00 0,00 0,31 0,00 0,04 0,00 10 Cibalong 0,09 0,00 0,00 0,24 0,00 0,09 0,00 11 Cisompet 0,22 0,00 0,00 0,16 0,00 0,22 0,00 12 Peundeuy 0,02 0,00 0,00 0,16 1,10 0,02 0,00 13 Singajaya 0,01 0,00 0,00 0,08 6,17 0,01 0,00 14 Cihurip 0,01 0,00 0,00 0,01 0,34 0,01 0,00 15 Cikajang 0,02 0,00 0,00 0,02 5,47 0,02 0,00 16 Banjarwangi 0,00 0,00 0,00 0,00 5,94 0,00 0,00

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007 Ket : 1. Kakao 3. Kapuk 5. Teh 7. Lada 2. Jambu Mete 4. Kelapa 6. Cengkeh

4.2.5 Analisis Pergeseran (Mix And Share) Komoditas Perkebunan Tiap

Kecamatan

Analisis mix and shares dalam ilmu ekonomi wilayah (atau ekonomi

pembangunan), memiliki prinsip dan gagasan yang sama. Peran dari setiap bisnis

ditentukan oleh dua faktor yaitu industri mix dan regional share effect. Untuk

hasil mix and share dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

- Industri Mix Effect: pertumbuhan dan pergerakan industri (dalam hal ini

komoditas), dapat bergeser lebih cepat (ditunjukkan dengan nilai +) atau lebih

lambat (ditunjukkan dengan nilai -) dibandingkan dengan industri lain;

- Regional Share Effect: peranan industri dalam kekuatan pangsa pasar (pada

analisis mix and shares lebih dikenal sebagai nilai kompetitif industri).

Page 35: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

149

Gambar 4.12

Peta Komoditas Unggulan Perkebunan

Berdasarkan Analisis LQ

Page 36: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

150

Tabel IV.29 Nilai Pertumbuhan Komoditas Perkebunan

Di Kabupaten Garut Bagian Selatan No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 1 Cisewu 0 -39,55 0 8,60 0 113,89 -44,99 2 Caringin 0 -51,30 0 65,26 0 2119,02 59,70 3 Talegong 0 0 0 -6,05 431,11 124,95 -34,90 4 Bungbulang 0 0 12,88 1,36 0 142,73 -74,36 5 Mekarmukti 0 -37,50 -19,43 12,65 0 -22,51 0 6 Pakenjeng 0 0 1014,29 851,35 1203,01 2475,43 0 7 Pamulihan 0 -100 -86,60 -82,76 0 -69,87 -100 8 Cikelet 0 0 0 1,59 0 129,71 0 9 Pameungpeuk 0 0 0 0,82 0 142,25 0 10 Cibalong 0 0 0 11,34 0 139,49 0 11 Cisompet -100 0 0 8,90 0 55,91 -100 12 Peundeuy 0 0 0 5612,26 1413,32 1096,20 0 13 Singajaya 0 0 0 52,50 2443,57 556,25 0 14 Cihurip 0 0 0 -87,67 -71,01 79,49 0 15 Cikajang 0 0 0 0 341,86 0 0 16 Banjarwangi 0 0 0 77,58 510,04 301,87 0

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Ket : 1. Kakao 3. Kapuk 5. Teh 7. Lada 2. Jambu Mete 4. Kelapa 6. Cengkeh

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pertumbuhan produksi perkebunan

di Kabupaten Garut Bagian Selatan, pertumbuhannya bernilai positif (+). Hal

tersebut menandakan komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan

dapat dikembangkan sesuai dengan fungsinya.

Tabel IV.30

Nilai Regional Share Effect dan Mix Effect Komoditas Perkebunan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan

1 2 3 4 5 6 7 No

Kecamatan M R M R M R M R M R M R M R 1 Cisewu + - - + - - - - - - - - + - 2 Caringin + - - + - - - - - - - - + - 3 Talegong + - - - - - - - - + - + + - 4 Bungbulang + - - - - - - - - - - + + - 5 Mekarmukti + - - + - - - - - - - - + - 6 Pakenjeng + - - - - + - + - + - + + - 7 Pamulihan + - - - - - - - - - - - + - 8 Cikelet + - - - - - - - - - - + + - 9 Pameungpeuk + - - - - - - - - - - + + -

10 Cibalong + - - - - - - - - - - + + - 11 Cisompet + - - - - - - - - - - - + - 12 Peundeuy + - - - - - - + - + - + + - 13 Singajaya + - - - - - - + - + - + + - 14 Cihurip + - - - - - - - - + - - + - 15 Cikajang + - - - - - - - - + - - + - 16 Banjarwangi + - - - - - - + - + - + + -

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Ket : 1. Kakao 3. Kapuk 5. Teh 7. Lada 2. Jambu Mete 4. Kelapa 6. Cengkeh M= Mix Effect R = Regional Share Effect

Page 37: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

151

Gambar 4.13 Peta Komoditas Unggulan Perkebunan

Berdasarkan Analisis Shift Share

Page 38: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

152

4.2.6 Analisis Terhadap Permintaan Pasar

A. Ekspor Per Komoditas

Penilaian terhadap komoditas unggulan untuk masing-masing kriteria,

dimaksud untuk menunjukkan intensitas tiap sektor untuk tiap kriteria. Intensitas

(sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah) ditentukan dengan

mengelompokkan data sebenarnya ke dalam 3 kelas tersebut. Pengelompokkan

data sebenarnya ke dalam 3 kelompok kelas tersebut, disesuaikan dengan

perhitungan bobot kriteria yang menggunakan 3 tingkatan intensitas.

Pengelompokkan data sebenarnya ke dalam 3 kelas tersebut diperoleh

dengan menggunakan Distribusi Strugess. Distribusi Strugess merupakan cara

untuk menyusun suatu rangkaian data dengan menggolongkan besar kecilnya

angka-angka tersebut ke dalam kelas-kelas tertentu.

Secara teoritis menurut metoda ini, penentuan jumlah kelas yang akan

dipakai umumnya tergantung pada pertimbangan-pertimbangan praktis yang

masuk akal dari pengolah data.

Secara matematis, persamaan untuk menentukan jumlah kelas interval adalah

sebagai berikut :

k = 1 + 3,322 log n

k = jumlah kelas interval

n = jumlah unit analisis

Sedangkan rentang kelas diperoleh dengan rumus :

kBAi −

=

Ada beberapa komoditas perkebunan tertentu yang saat ini dibutuhkan

oleh pasar internasional dan dapat diusahakan untuk menerima pasokan dari

Kabupaten Garut Bagian Selatan, yaitu negara Inggris, Belanda, Jepang, Timur

Tengah, Australia, Belgia, Jerman, Maroko dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya

mengenai negara-negara yang menampung hasil ekspor komoditas perkebunan di

Kabupaten Garut Bagian Selatan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Page 39: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

153

Tabel IV.31 Ekspor Komoditas Perkebunan Dilihat Dari Volume dan Nilai

Di Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2006

No Komoditas Negara Tujuan Ekspor Volume (Kg)

Nilai (US$)

1 Cengkeh Thailand Singapore Malaysia Vietnam India Saudi Arabia Syrian Arab Republic Australia United States Brazil Bulgaria

6.192,00 28.800,00 1.105,00 9.438,00

48.010,00 96.000,00 12.000,00 14.520,00 45.407,00 3.716,00 6.621,00

26.127.00 8.585,00 8.532,00 4.893,00

14.592,00 309.125,00 48.000,00 44.972,00

190.464,00 17.152,00

4.321,00 Total 271.809,00 674.763,00 2 Kakao Japan

Hongkong Korea, Republic Of Taiwan China Thailand Singapore Philippines Malaysia Brunai Darussalam Maldives India Pakistan Bangladesh Sri Langka Saudi Arabia Kuwait Oman Turkey United Arab Emirates Bahrain Egypt Madagascar Kenya South Africa Mauritius Zaire Australia New Zealand Kiribati Samoa Tonga Timor Leste United States Mexico Chile Argentina Brazil Colombia Uruguay United Kingdom Netherlands France Germany Belgium Switzerland Spain Bulgaria Lithuania

263.146,00 14.886,00 57.906,00 13.361,00

1.995.375,00 904.508,00

3.227.228,00 737.550,00

18.187.960,00 11.551,00

829,00 111.526,00 58.246,00 11.297,00 18.504,00 29.502,00

5.810,00 9.727,00

34.000,00 279.567,00

816,00 32.000,00 14.021,00

7.821,00 344.000,00 31.334,00 14.000,00

900.895,00 74.000,00

158,00 731,00

3.142,00 6.635,00

3.187.918,00 48.000,00 25.000,00 20.000,00

27.373.410,00 149.000,00 79.999,00 99.600,00

1.209.000,00 1.072.506,00

479.500,00 253.000,00 15.418,00

999.880,00 123.500,00 25.000,00

717.628,00 37.330,00 81.274,00 30.643,00

2.112.202,00 921.125,00

4.333.372,00 582.642,00

22.187.919,00 28.615,00

1.191,00 108.920,00 45.900,00 19.217,00 30.853,00 45.712,00 28.090,00 23.219,00 23.375,00

991.301,00 2.333,00

123.200,00 7.979,00

15.683,00 630.000,00 18.020,00 10.500,00

2.899.501,00 173.500,00

480,00 1.522,00 7.150,00

10.450,00 7.148.678,00

36.000,00 13.750,00

9.000,00 35.941.443,00

213.070,00 29.900,00 62.412,00

3.508.936,00 3.751.641,00

847.105,00 373.662,00 19.125,00

427.914,00 44.538,00 18.750,00

Total 62.562.763,00 88.696.770,00 3 Kelapa Japan

Hong Kong Korea Taiwan China Papua New Guinea Thailand Singapore

2.255.101,00 3.600.000,00

75.820.076,00 82.404,00

202.119.556,00 33.576,00

7.803.020,00 25.191.568,00

1.048.903,00 1.584.000,00

598.299,00 48.309,00

91.775.859,00 24.235,00

309.745,00 11.712.810,00

Page 40: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

154

No Komoditas Negara Tujuan Ekspor Volume (Kg)

Nilai (US$)

Philippines Malaysia Myanmar Brunai Darussalam Vietnam Maldives India Pakistan Bangladesh Sri Langka Iran Saudi Arabia Jordan Syrian Turkey United Arab Emirates Egypt Algeria Sudan Tanzania Mozambique Equatirial Guinea Togo Ghana Angola Congo Cameroon Mauritania Benin Djibouti South Africa Comoros Mauritius Australia Vanuatu American Samoa Fiji Samoa Tuvalu Timor Leste United States Nicaragua Brazil Jamaica Dominican Republic United Kingdom Netherlands Germany Belgium Sweden Italy Spain Portugal Greece Chekoslovakia Bulgaria Ukraina Rusia

16.516.940,00 47.866.776,00 14.258.798,00

53.065,00 10.828.820,00

172.996,00 328.170.468,00 50.449.657,00 39.746.313,00 52.572.100,00 10.000.000,00 41.970.055,00

1.700.000,00 12.500.126,00 31.967.794,00

7.042.012,00 133.089.958,00 24.455.738,00

20.995,00 15.053.001,00

148.260,00 158.536,00 138.414,00

4.347.323,00 1.502.158,00

35.512,00 705.249,00 181.660,00 295.135,00 313.704,00

7.895.238,00 38.010,00 52.371,00

3.300.000,00 32.786,00

3.050,00 17.272,00 65.451,00

4.665,00 36.332,00

7.000.041,00 42.000,00

16.370.000,00 118.860,00

1,00 2.500.000,00

307.148.947,00 74.494.284,00

3.675.000,00 19.068,00

4.941.862,00 8.240.000,00 6.620.000,00 2.901.870,00 6.535.916,00

355.870,00 30.200.477,00 21.448.625,00

5.089.542,00 20.664.795,00

6.905.467,00 33.867,00

2.103.097,00 128.741,00

147.929.725,00 21.923.345,00 19.662.345,00 24.611.112,00

4.300.000,00 16.794.698,00

909.500,00 5.693.804,00

15.494.903,00 2.948.690,00

61.722.668,00 10.242.711,00

12.975,00 6.633.570,00

104.077,00 107.537,00 102.025,00

2.099.562,00 1.024.136,00

29.757,00 452.804,00 123.000,00 243.365,00 205.272,00

3.588.794,00 25.900,00 42.512,00

1.666.500,00 27.599,00

2.208,00 14.020,00 42.136,00

3.518,00 23.550,00

2.852.516,00 23.016,00

8.467.200,00 63.267,00

10,00 980.000,00

85.061.939,00 24.720.217,00

1.617.000,00 13.609,00

2.541.208,00 3.441.925,00 3.096.950,00 1.179.959,00 2.741.863,00

182.856,00 14.017.706,00

9.946.383,00 Total 1.667.224.860,00 651.783.611,00 4 Lada Japan

Hongkong Taiwan China Singapore Malaysia Vietnam India Pakistan Nigeria Australia United States Canada Netherlands France Germany Belgium Italy

118.705,00 19.450,00 79.232,00 61.425,00

549.040,00 49.000,00

289.930,00 513.000,00 14.000,00

7.761,00 30.000,00

590.670,00 16.000,00

187.500,00 69.975,00 60.000,00 15.000,00 15.000,00

432.397,00 42.359,00

167.133,00 88.388,00

1.516.725,00 145.555,00

1.097.344,00 981.183,00 13.200,00

2.100,00 126.800,00

1.409.895,00 58.904,00

552.871,00 194.090,00 185.872,00 55.500,00 44.440,00

Page 41: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

155

No Komoditas Negara Tujuan Ekspor Volume (Kg)

Nilai (US$)

Total 2.685.688,00 7.114.423,00 5 Teh Japan

Hongkong Korea Taiwan China Thailand Singapore Philippines Malaysia Vietnam India Pakistan Sri Langka Afghanistan Iran Saudi Arabia Kuwait Yemen United Emirates Arab Egypt Djibouti Australia New Zealand United States Canada Chile United Kingdom Netherlands Germany Belgium Ireland Italy Poland Kyrgyzstan Ukraina Uzbekistan Russia

46.123,00 2.021,00 1.274,00

59.895,00 29.800,00

2.983,00 69.600,00

1.897,00 569.266,00 29.724,00

125.540,00 853.737,00 39.700,00

138.900,00 31.120,00

5.251,00 10.000,00 19.000,00 92.070,00 31.200,00 39.915,00

171.129,00 65.738,00

640.079,00 20.000,00 61.680,00

1.281.605,00 356.200,00 660.485,00

160,00 21.560,00 11.526,00

216.679,00 24.480,00

191.738,00 27.030,00

888.624,00

87.961,00 3.659,00 4.581,00

109.889,00 35.277,00 16.035,00

132.537,00 15.994,00

773.381,00 141.635,00 173.976,00

1.373.260,00 60.302,00

209.372,00 44.368,00 33.070,00 13.800,00 26.980,00

119.557,00 41.502,00 23.949,00

555.855,00 105.397,00 910.540,00 17.250,00

101.637,00 1.806.827,00

472.200,00 742.700,00

320,00 35.466,00 13.627,00

285.231,00 33.048,00

247.812,00 44.329,00

1.229.721,00 Total 6.837.729,00 10.043.045,00 6 Tebu Japan

Hongkong Korea Taiwan Singapore Philippines Malaysia Vietnam Maldives Australia United States Canada

6.034.769,00 1.018,00

25.917.841,00 29.500.302,00

11,00 819,00

4.454,00 11.550.000,00

120,00 3.413,00

746,00 24.475,00

543.147,00 1.521,00

2.541.570,00 2.233.537,00

106,00 346,00

3.946,00 791.910,00

269,00 7.525,00 2.058,00

10.671,00 Total 73.037.968,00 6.136.606,00 7 Tembakau China

Singapore Philippines Malaysia Vietnam Turkey South Africa United States Honduras Nicaragua Brazil Paraguay Domonican Republic United Kingdom Netherlands Germany Belgium Denmark Poland Ukraina Latvia Rusia

21.521,00 8.642,00

466.474,00 243.428,00 69.400,00

543,00 19.800,00

356.115,00 8.850,00

62.312,00 19.077,00 40.000,00 46.811,00 19.600,00 54.352,00 72.715,00

525.623,00 39.148,00 19.800,00 79.100,00 60.000,00

705.468,00

97.616,00 14.263,00

1.460.870,00 108.675,00 229.250,00

6.524,00 15.840,00

627.877,00 49.866,00

208.568,00 85.528,00 32.000,00

564.625,00 32.966,00

182.263,00 359.727,00

1.200.785,00 124.845,00 44.550,00 19.366,00 12.000,00

292.768,00 Total 2.938.779,00 5.770.772,00

Sumber : Departemen Pertanian, Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2006

Page 42: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

156

Tabel IV.32 Klasifikasi Ekspor (Kg) Per Komoditas Perkebunan

Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2006 No Komoditas Ekspor (Kg) Klasifikasi 1 Kelapa 63.385.899,00 Rendah 2 Karet 152.431.666,00 Rendah 3 Kelapa Sawit 1.667.224.860,00 Tinggi 4 Kopi 22.336.668,00 Rendah 5 Teh Hijau 6.837.729,00 Rendah 6 Lada 2.685.688,00 Rendah 7 Tembakau 2.938.779,00 Rendah 8 Kakao 62.562.763,00 Rendah 9 Cengkeh 271.809,00 Rendah

10 Panili 50.474,00 Rendah 11 Kapas 2.926.246,00 Rendah 12 Pala 1.257.844,00 Rendah 13 Jarak 3.771,00 Rendah 14 Nilam 0,00 Rendah 15 Asam 497.924,00 Rendah 16 Tebu 73.037.968,00 Rendah 17 Pinang 12.852.502,00 Rendah 18 Melinjo 48.616,00 Rendah

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007 Keterangan : Klasifikasi Sturgeuss Banyaknya Kelas = 3 I = 555.741.620 Kelas I : Nilai R = 1.111.483.240 – 1.667.224.860 TINGGI A = 1.667.224.860 Kelas II : Nilai R = 555.741.620 – 1.111.483.240 SEDANG B = 0,00 Kelas III : Nilai R = 0 – 555.741.620 RENDAH

Berdasarkan klasifikasi ekspor (Kg) per komoditas perkebunan di

Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2006, hanya satu komoditas yang

termasuk klasifikasi “tinggi” yaitu komoditas kelapa sawit, sedangkan komoditas

lainnya termasuk klasifikasi “rendah”. Tabel IV.33

Klasifikasi Ekspor (USD) Komoditas Perkebunan Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2006

No Komoditas Ekspor (USD) Klasifikasi 1 Kelapa 23.508.271,00 Rendah 2 Karet 252.429.309,00 Sedang 3 Kelapa Sawit 651.783.611,00 Tinggi 4 Kopi 41.349.478,00 Rendah 5 Teh Hijau 10.043.045,00 Rendah 6 Lada 7.114.423,00 Rendah 7 Tembakau 5.770.772,00 Rendah 8 Kakao 88.696.770,00 Rendah 9 Cengkeh 674.763,00 Rendah

10 Panili 742.035,00 Rendah 11 Kapas 2.518.099,00 Rendah 12 Pala 4.025.003,00 Rendah 13 Jarak 14.611,00 Rendah 14 Nilam 0,00 Rendah 15 Asam 105.007,00 Rendah 16 Tebu 6.136.606,00 Rendah 17 Pinang 7.929.492,00 Rendah 18 Melinjo 49.658,00 Rendah

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007 Keterangan : Klasifikasi Sturgeuss Banyaknya Kelas = 3 I = 217.261.203 Kelas I : Nilai R = 434.552.406 – 651.783.611 TINGGI A = 651.783.611 Kelas II : Nilai R = 217.261.203 – 434.552.406 SEDANG B = 0,00 Kelas III : Nilai R = 0 – 217.261.203 RENDAH

Page 43: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

157

Berdasarkan klasifikasi ekspor (USD) per komoditas perkebunan di

Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2006, hanya satu komoditas yang

termasuk klasifikasi “tinggi” dan “sedang”. Untuk klasifkasi tinggi yaitu

komoditas kelapa sawit, untuk klasifikasi sedang yaitu komoditas karet sedangkan

komoditas lainnya termasuk klasifikasi “rendah”.

4.2.7 Analisis Terhadap Tingkat Sumber Daya Manusia

Didalam analisis ini dibahas tentang klasifikasi dari jumlah penduduk

menurut mata pencaharian (sektor pertanian) yang ada di Kabupaten Garut Bagian

Selatan dimana intensitas tersebut dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori

tinggi, sedang dan rendah.

Tabel IV.34 Klasifikasi Kontribusi Jumlah Penduduk

Menurut Mata Pencaharian (Sektor Pertanian) Di Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2005

No Kecamatan Jumlah Penduduk Menurut Mata

Pencaharian (Sektor Pertanian)

Kontribusi Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian (Sektor Pertanian)

Klasifikasi

1 Cisewu 6.154 8,2 % SEDANG 2 Caringin 1.708 2,3 % RENDAH 3 Talegong 2.141 2,9 % RENDAH 4 Bungbulang 13.349 17,8 % TINGGI 5 Mekarmukti 1.136 1,5 % RENDAH 6 Pakenjeng 8.998 12 % TINGGI 7 Pamulihan 2.033 2,7 % RENDAH 8 Cikelet 1.881 2,5 % RENDAH 9 Pameungpeuk 5.582 7,4 % SEDANG 10 Cibalong 4.351 5,8 % SEDANG 11 Cisompet 5.454 7,3 % SEDANG 12 Peundeuy 1.025 1,4 % RENDAH 13 Singajaya 9.238 12,3 % TINGGI 14 Cihurip 1.456 1,9 % RENDAH 15 Cikajang 8.401 11,2 % TINGGI 16 Banjarwangi 1.963 2,6 % RENDAH

Jumlah 74.870 100,00 Sumber : Hasil Analisis, 2008 Keterangan : Klasifikasi Sturgeuss Banyaknya Kelas = 3 I = 4.108 A = 13.349 B = 1.025 Kelas I : Nilai R = 8.217 – 13.349 TINGGI Kelas II : Nilai R = 4.109 – 8216 SEDANG Kelas III : Nilai R = 0 – 4.108 RENDAH

Page 44: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

158

Jika dilihat dari klasifikasi nilai jumlah penduduk menurut mata

pencaharian (sektor pertanian), terdapat empat kecamatan yang termasuk didalam

klasifikasi tinggi yaitu Kecamatan Bungbulang, Pakenjeng, Singajaya, Cikajang.

Sedangkan yang termasuk didalam klasifikasi rendah terdapat delapan kecamatan

yaitu Kecamatan Caringin, Talegong, Mekarmukti, Pamulihan, Cikelet,

Peundeuy, Cihurip dan Banjarwangi.

Maka dari itu ditetapkan bahwa terdapat empat kecamatan yang dinilai

memiliki potensi untuk dikembangkan dikarenakan memiliki jumlah penduduk

terbesar dalam mata pencaharian sektor pertanian, diantaranya adalah sebagai

berikut :

1. Kecamatan Bungbulang (17,8%)

2. Kecamatan Pakenjeng (12%)

3. Kecamatan Singajaya (12,3%)

4. Kecamatan Cikajang (11,2%)

4.2.8 Analisis Terhadap Ketersediaan Infrastruktur (Jaringan Jalan)

Didalam analisis ini dibahas tentang klasifikasi dari panjang jalan dari

tiap-tiap kecamatan (jalan propinsi dan jalan kabupaten) yang ada di Kabupaten

Garut Bagian Selatan dimana intensitas tersebut dibagi menjadi tiga kategori yaitu

kategori tinggi, sedang dan rendah.

Dalam PP No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Kabupaten sebagai Daerah Otonom, pada pasal 3 butir (3)

disebutkan bahwa “Daerah wajib melaksanakan pelayanan minimal”.

Dalam hal ini standar pelayanan minimal merupakan kewenangan dari

pemerintah pusat (pasal 2 ayat 4 butir b), SPM diadakan untuk menjamin

tersedianya pelayanan jalanan untuk masyarakat dalam kondisi yang paling

minimum. Penyediaan jaringan jalan sebagai salah satu public infrastructure juga

disusun SPM-nya oleh Departemen Teknis Terkait, yakni Depkimpraswil. Untuk

bidang jalan, Depkimpraswil telah mengeluarkan Standar Pelayanan Minimum

bidang jalan seperti yang disampaikan pada Tabel IV.35 Standar Pelayanan

Minimal Jalan.

Page 45: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

159

Tabel IV.35 Standar Pelayanan Minimal Jalan

Standar Pelayanan Kuantitas Bidang

Pelayanan Cakupan Konsumsi/Produksi Kualitas Keterangan

Jaringan Jalan Kepadatan Penduduk

(Jiwa/km2) Indeks

Aksesibilitas Sangat tinggi >5000 >5

Tinggi >1000 >1,5 Sedang >500 >0,5 Rendah >100 >0,15

Aspek Aksesibilitas

Seluruh Jaringan

Sangat Rendah <100 >0,05

Panjang jalan/luas (km/km2)

Sumber : Depkimpraswil

SPM di bidang jalan ini dikembangkan dalam sudut pandang masyarakat

sebagai pengguna jalan, dimana ukurannya merupakan common indicator yang

diinginkan oleh pengguna, SPM dikembangkan dari 3 keinginan dasar pengguna

jalan, yakni :

1. Kondisi jalan yang baik (tidak ada lubang)

2. Tidak macet (lancar sepanjang waktu), dan

3. Dapat digunakan sepanjang tahun (tidak banjir waktu musim hujan).

Pada dasarnya item dalam SPM jalan hampir sama dengan kriteria

kemantapan jalan dimana tujuannya adalah memelihara jalan minimal dalam

kondisi fisik yang sedang, tidak macet (VCR < 0,8), lebar cukup dan jumlah

panjang jaringan jalan yang mencukupi (aspek aksesibilitas dan mobilitas).

Utilitas SPM dalam menyusun kebutuhan pananganan jalan untuk semua

ruas jalan Kabupaten secara umum terdapat kaidah penentuannya, yakni :

1. Untuk mencapai target 100% jalan mantap kontruksi maka :

a) Ruas jalan yang saat ini berada dalam kondisi baik ditangani dengan

pemeliharaan rutin.

b) Ruas jalan yang saat ini dalam kondisi sedang ditangani dengan

pemeliharaan berkala.

c) Ruas jalan yang saat ini dalam kondisi rusak ditangani dengan peningkatan

struktur perkerasan jalan (restructuring).

Page 46: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

160

2. Untuk mencapai target 100% jalan mantap layanan lalulintas, maka ruas jalan

yang saat ini dalam kondisi macet ditangani dengan peningkatan kapasitas

atau pelebaran jalan.

3. Untuk kebutuhan pembangunan jalan baru ditentukan oleh tingkat

aksesibilitas dan mobilitas wilayah dan prediksi kebutuhan jaringan jalan

untuk pengembangan wilayah.

Hasil perhitungan yang membandingkan kondisi eksisting jaringan jalan

yang ada di Kabupaten Garut Bagian Selatan dengan Standar Pelayanan Minimal

Jalan dapat dilihat pada Tabel IV.36

Tabel IV.36 Indeks Aksesibilitas Per Kecamatan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan

Panjang Jalan (Km)

Indeks Aksesibilitas Panjang/Luas(Km2)

No Kecamatan

Jalan Propinsi

Jalan Kabupaten

Total Panjang Jalan (Km)

Luas Wilayah

(Ha)

Jumlah Pendud

uk (Jiwa)

Kepadatan

(Jiwa/Km2)

Eksisting

Minimum

+/-

1 Cisewu 23,88 8,73 32,61 9.483 31.858 3359 3,43 1,5 + 2 Caringin 18,42 15,61 34,03 17.703 27.878 1574 1,92 1,5 + 3 Talegong 14 9,48 23,48 10.874 29.689 2730 2,15 1,5 + 4 Bungbulang 9,37 11,57 20,94 17.541 57.144 3257 1,19 1,5 - 5 Mekarmukti - 28,87 28,87 2.679 14.490 5408 10,7 5 + 6 Pakenjeng 20,41 8,80 29,21 19.618 59.580 1255 1,48 1,5 - 7 Pamulihan 6,36 23,45 29,81 13.470 16.905 5408 2,21 1,5 + 8 Cikelet - 49,22 49,22 17.232 36.524 2119 2,85 1,5 + 9 Pameungpeuk 6,40 27,32 33.72 4.411 36.044 8171 7,64 5 +

10 Cibalong - 91,79 91,79 21.359 37.788 1769 4,29 1,5 + 11 Cisompet 26,47 16,27 42.74 17.225 48.277 2802 2,48 1,5 + 12 Peundeuy - 9,53 9,53 5.679 22.213 3911 1,67 1,5 + 13 Singajaya - 26,68 26,68 6.176 42.909 6947 4,31 5 - 14 Cihurip 7,48 24,85 32.33 4.635 16.679 3598 6,97 1,5 + 15 Cikajang 34,56 13,74 48.3 12.495 69.591 5569 3,86 5 - 16 Banjarwangi - 18,12 18,12 12.382 54.263 4382 1,46 1,5 -

Jumlah 167,35 384,03 551,38 192.962 601.832 62.259 58,61 38 Sumber : Hasil Analisis, 2008 (+) = diatas SPM (-) = dibawah SPM

Hasil perhitungan yang membandingkan kondisi eksisting jaringan jalan

yang ada di Kabupaten Garut Bagian Selatan dengan Standar Pelayanan Minimal

Jalan dapat dilihat pada Tabel IV.35, berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa

dari total indeks aksesibilitasnya secara keseluruhan sebesar 56,61 artinya

aksesibilitas di Kabupaten Garut Bagian Selatan sudah diatas standar pelayanan

minimal sebesar 38, namun ada satu kecamatan yang memiliki nilai aksesibilitas

Page 47: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

161

yang baik yaitu Kecamatan Pameungpeuk. Hal ini dikarenakan luas kecamatan

dan total panjang jalan kecamatan tersebut hampir dapat memenuhi pola aktivitas

pergerakan.

Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kecamatan yang berada

di Kabupaten Garut Bagian Selatan dalam segi mobilitas penduduk memiliki nilai

yang tinggi, namun dalam penyediaan pelayanan jaringan jalan sangat minim.

Oleh karena itu perlu adanya suatu penambahan jaringan jalan untuk mendukung

mobilitas penduduk. Dimana untuk lebih jelasnya mengenai penambahan jaringan

jalan baru di Kabupaten Garut Bagian Selatan dapat dilihat pada Tabel IV.37.

Tabel IV.37 Penambahan Jaringan Jalan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan No Kecamatan Panjang Jalan

Eksisting (Km) Selisih Indeks

Aksesibilitas dengan SPM

Penambahan Jaringan Jalan Baru

(Km) 1 Cisewu 32,61 -1,93 * 2 Caringin 34,03 -0,42 * 3 Talegong 23,48 -0,65 * 4 Bungbulang 20,94 0,39 8,1 5 Mekarmukti 28,87 -5,7 * 6 Pakenjeng 29,21 0,02 0,5 7 Pamulihan 29,81 -0,71 * 8 Cikelet 49,22 -1,35 * 9 Pameungpeuk 33.72 -2,64 * 10 Cibalong 91,79 -2,79 * 11 Cisompet 42.74 -0,98 * 12 Peundeuy 9,53 -0,17 * 13 Singajaya 26,68 0,69 18,40 14 Cihurip 32.33 -5,47 * 15 Cikajang 48.3 1,14 55 16 Banjarwangi 18,12 0,04 0,7

Jumlah 551,38 -9,93 224,1 Sumber : Hasil Analisis, 2007 Keterangan (*) melebihi SPM

Dari tabel tersebut maka Kecamatan Cikajang memiliki jumlah

penambahan jaringan jalan baru yang besar dimana hal ini untuk memenuhi

mobilitas penduduk sekitarnya. Untuk Kecamatan Cikajang sendiri dalam

memenuhi kebutuhan mobilitas penduduk perlu adanya penambahan jaringan

jalan baru sepanjang 55 km. Peningkatan aksesibilitas dan mobilitas ini

diharapkan agar komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu tanaman

teh di Kecamatan Cikajang dapat berkembang sehingga dapat menambah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Garut Bagian Selatan.

Page 48: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

162

4.3 Analisis Gabungan Penentuan Komoditas Perkebunan Yang Potensial

Untuk Dikembangkan di Tiap Kecamatan

Dalam analisis ini dibahas, komoditas yang akan dikembangkan di

Kabupaten Garut Bagian Selatan berdasarkan dari hasil analisis diatas, seperti

kesesuaian lahan, LQ, di Wilayah Garut Bagian Selatan.

Tabel IV.38 Analisis Gabungan Penentuan Komoditas Perkebunan Yang Potensial

Di Kabupaten Garut Bagian Selatan

No Kecamatan Kondisi Eksisting Kesesuaian Lahan

Berdasarkan Kondisi Fisik Dasar

Analisis Komoditas

Unggulan (LQ) Produksi

Komoditas Yang Potensial

Untuk Dikembangkan

1 Cisewu 1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Teh 5. Lada 6. Cengkeh

1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh

1. Jambu Mete 2. Kelapa 3. Cengkeh 4. Lada

1. Kelapa 2. Cengkeh

2 Caringin 1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh 5. Lada

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh

1. Jambu Mete 2. Kelapa 3. Lada

1. Jambu Mete 2. Kelapa

3 Talegong 1. Kapuk 2. Jambu Mete 3. Kelapa 4. Teh 5. Cengkeh 6. Lada

1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh

1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada

1. Kelapa 2. Cengkeh

4 Bungbulang 1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh 4. Lada

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa

1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh

1. Kapuk 2. Kelapa

5 Mekarmukti 1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh 5. Lada

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh 5. Lada

1. Kapuk 2. Kelapa

1. Kapuk 2. Kelapa

6 Pakenjeng 1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Teh 4. Cengkeh

1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada 4. Kakao

- -

7 Pamulihan 1. Kapuk 2. Kelapa 3. Teh 4. Cengkeh

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Teh 4. Cengkeh 5. Lada

1. Kapuk 2. Kelapa 3. Teh 4. Cengkeh

1. Kapuk 2. Teh 3. Cengkeh

8 Cikelet 1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Kakao

1. Kapuk 2. Kelapa 3. Cengkeh 4. Lada 5. Kakao

1. Kelapa 2. Cengkeh

1. Kelapa 2. Cengkeh

9 Pameungpeuk 1. Kelapa 2. Cengkeh

1. Kapuk 2. Kelapa

1. Kelapa 2. Cengkeh

Kelapa

10 Cibalong 1. Kakao 2. Kelapa 3. Cengkeh 4. Lada

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa

- -

11 Cisompet 1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada

1. Jambu Mete 2. Cengkeh 3. Lada 4. Kakao

1. Kelapa 2. Cengkeh

Cengkeh

12 Peundeuy 1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Teh

1. Kelapa 2. Cengkeh

- -

Page 49: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

163

No Kecamatan Kondisi Eksisting Kesesuaian Lahan

Berdasarkan Kondisi Fisik Dasar

Analisis Komoditas

Unggulan (LQ) Produksi

Komoditas Yang Potensial

Untuk Dikembangkan

3. Lada 13 Singajaya 1. Cengkeh

2. Teh 1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh 4. Lada 5. Kakao

Teh Teh

14 Cihurip 1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh

1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Lada 5. Kakao

- -

15 Cikajang Teh 1. Jambu Mete 2. Kapuk 3. Teh

Teh Teh

16 Banjarwangi 1. Teh 2. Cengkeh

1. Jambu Mete 2. Kelapa 3. Teh 4. Kakao

Teh Teh

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

4.4 Peluang Pengembangan Komoditas Perkebunan di Wilayah Garut

Bagian Selatan

Dengan melakukan overlay dari kedua peta yaitu peta penyebaran potensi

(kesesuaian lahan) dan peta penyebaran tanaman perkebunan eksisting,

didapatkan peta mengenai zonasi klasifikasi tanaman perkebunan. Dari peta

tersebut akan diketahui mengenai peluang pengembangan tanaman perkebunan di

Kabupaten Garut Bagian Selatan. Adapun peluang pengembangan tanaman

perkebunan tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.39 dibawah ini.

Tabel IV.39 Peluang Pengembangan Tanaman Perkebunan

Di Kabupaten Garut Bagian Selatan No Kecamatan Luas Perkebunan

Eksisting (Ha) Kesesuaian Lahan (Ha)

Peluang Lahan Yang Dapat Dikembangkan

(Ha)

Komoditas Yang Berpeluang Untuk

Dikembangkan 1 Cisewu 1.096,4 3.920 2.823,6 Kelapa dan Cengkeh 2 Caringin 512,6 932 419,4 Jambu Mete dan Kelapa 3 Talegong 939 1.496 557 Kelapa dan Cengkeh 4 Bungbulang 667,7 723 55,3 Kapuk dan Kelapa 5 Mekarmukti 463,25 498 34,75 Kapuk dan Kelapa 6 Pakenjeng 796,3 1.076 279,7 - 7 Pamulihan 228,5 279,7 51,2 Kapuk, Teh, Cengkeh 8 Cikelet 902,61 3.548 2.645,3 Kelapa dan Cengkeh 9 Pameungpeuk 427,2 188 - Kelapa 10 Cibalong 506 1.719 1.213 - 11 Cisompet 521,5 2.400 1.878,5 Cengkeh 12 Peundeuy 599,4 848 248,6 - 13 Singajaya 1.062 653 - Teh 14 Cihurip 97,5 493 395,5 - 15 Cikajang 867,40 332 - Teh 16 Banjarwangi 1.021,8 2.279 1.257,2 Teh

Sumber : Hasil Analisis, 2008

Page 50: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

164

Gambar 4.14

Peta Analisis Gabungan Penentuan Komoditas Perkebunan

Yang Potensial Untuk Dikembangkan

Page 51: 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunanrepository.unpas.ac.id/29032/3/Bab IV beres.pdf · mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan ... Kontribusi panjang jalan

165

Gambar 4.15

Peta Pengembangan Eksisting

Pada Kesesuaian Lahan S1 dan S2