(4) Manajer Dan Lingkungan Eksternal(4)

download (4) Manajer Dan Lingkungan Eksternal(4)

of 26

Transcript of (4) Manajer Dan Lingkungan Eksternal(4)

MANAJER dan LINGKUNGAN EKSTERNALKuliah ke-4

MANAJER?

TINGKATAN MANAJEMEN?

MENGAPA HARUS MEMPERTIMBANGKAN LINGKUNGAN EKSTERNAL?

Kesempatan Risiko Ancaman

PERUSAHAAN

Lingkungan Eksternal?Unsur-unsur di luar organisasi yang sebagian besar tak dapat dikendalikan dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh manajer.Mikro Lingkungan Eksternal Makro

Faktor-faktor lingkungan eksternal1. Lingkungan eksternal mikro Pesaing (competitor) Langganan (customer) Pasar tenaga kerja (labor supply) Lembaga keuangan Supplier (penyedia sarana produksi) Perwakilan-perwakilan pemerintah

2. Lingkungan eksternal makro Perkembangan teknologi Variabel-variabel ekonomi (harga yang berubah, kebijakan moneter, bunga bank, kebijakan fiskal, dsb) Lingkungan sosial kebudayaan Variabel Politik-hukum Dimensi internasional (resesi/recovery perekonomian dunia, persaingan global, perdagangan internasional, import-eksport, dsb)

Penjualan Terus Melorot, Nokia Kamis, 7 Juli 2011 09:43:38 WIB Pangkas Harga Terus merosotnya penjualan dan takut kehilangan di pangsa pasar Eropa, Nokia perusahaan ponsel asal Finlandia itu memangkas harga ponselnya sehingga meningkatkan kemungkinan untuk dapat bersaing dalam pasar ponsel. Seperti dilansir Reuters, ponsel pintar Nokia dengan cepat kehilangan pangsa pasarnya karena kalah bersaing dengan ponsel pintar yang berjalan pada platform Google Android dan Nokia diprediksi melaporkan kerugian pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini. Saham Nokia jatuh lebih dari 40 persen pada tahun ini di tengah kekhawatiran perpindahan Nokia dari perangkat lunak Symbian ke Microsoft Windows yang tidak dapat membantu bersaing lebih baik dengan rival seperti iPhone Apple Inc. Salah satu sumber yang paham langsung tentang harga Nokia mengatakan Nokia melakukan pemotongan besar sekitar 15 persen pada pengiriman Nokia N8, ponsel multimedia C7 dan ponsel bisnis E6. Potongan harga lainnya jauh lebih kecil, menurut kedua sumber tersebut. "Untuk setiap model tidak dikenakan pemotongan harga yang besar, tapi skala seluruh portofolio - belum terlihat untuk waktu yang sangat lama," kata salah satu sumber yang bekerja pada operator telekomunikasi Eropa. Namun seorang juru bicara Nokia menolak mengomentari pemotongan harga tersebut dan menganggap hal itu merupakan hal biasa di dunia bisnis. Atas langkah yang diambil Nokia ini, Analis Strategy Analytics Neil Mawston menyatakan langkah Nokia itu dapat memicu perang harga sekaligus memukul vendor seperti Motorola, Sony Ericsson dan LG Electronics.

"Konsumen dan operator akan mendapat manfaat besar perang harga ponsel pintar murah, namun vendor dengan margin keuntungan yang kecil bisa diperas," kata Mawston. CEO Nokia Stephen Elop menaruh harapan yang sangat besar pada sistem operasi Windows Phone tahun ini, tetapi beberapa analis mengatakan Nokia akan kehilangan pangsa pasar yang begitu banyak dan mungkin tidak akan pernah kembali bangkit. "Pada bulan Mei, sebagian besar operator Eropa menolak Nokia model baru, khususnya E6 dan C7," kata Tero Kuittinen, analis MKM Partners. Samsung Electronics Co Ltd akan menjadi pembuat ponsel pintar terbesar di dunia pada kuartal ini, Nomura mengatakan Samsung, bulan lalu, menyalip Nokia yang telah mempelopori pasar ponsel pintar sejak 1996 dengan peluncuran model Communicator. "Nokia akan datang dengan di bawah tekanan dari para pesaing, terutama Samsung yang juga bergerak agresif dalam segmen harga untuk mencuri pangsa pasar," kata analis Canalys Pete Cunningham. Saham Nokia dalam pasar ponsel pintar global turun menjadi 25,5 persen pada kuartal pertama dari 39 persen pada tahun sebelumnya. Perusahaan riset Gartner dan banyak analis memprediksi saham Nokia akan jauh terperosok selama 2011. (ant/jo)

PHK 7.000 Karyawannya, Nokia akan Dibeli Samsung?

Jumat, 10 Juni 2011 08:08:00 WIB

Raksasa telepon seluler dunia Nokia, dikabarkan akan dibeli oleh salah satu perusahaan elektronik terbesar dunia yaitu Samsung. Kabar ini berhembus setelah Nokia memberhentikan sekitar 7.000 stafnya beberapa waktu lalu demi alasan efisiensi. Kabar akan diakuisisinya Nokia oleh Samsung dikeluarkan oleh Eldar Murtazin lewat Twitter-nya. Eldar Murtazin adalah pengamat dunia gadget asal Rusia yang aktif di mobile-review.com. Sebelumnya ia telah banyak meramalkan langkah-langkah bisnis yang dilakukan Nokia. Nokia melihat bahwa beberapa prediksi Murtazin memang ada benarnya. Untuk membuktikan apakah itu gosip atau fakta, Wall Street Journal berusaha mencari keterangan resmi dari kedua pihak, namun belum berhasil. Sepertinya pihak Nokia enggan menanggapi rumor tersebut, pasalnya Nokia saat ini tengah berkonsentrasi menyiapkan produk Windows Phone yang akan keluar sekitar September mendatang. Tapi ramalan Murtazin yang menyebutkan bahwa Nokia akan dibeli Microsoft pada Mei lalu, nyata tidak terbukti. Banyak pihak terutama pecinta Nokia menganggap bahwa Murtazin meramalkan ini-itu hanya untuk mencari popularitas semata. (ini/jos)

Ponsel Branded Makin Agresif, Ponsel Cina Diujung Tanduk?

Selasa, 04 Januari 2011 09:12 WIB

JAKARTA--Makin keras saja persaingan ponsel Cina --populer dengan sebutan ponsel merek lokal-- memperebutkan ceruk pasar. Tak hanya bersaing dengan sesama merek lokal--yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 200 merek--, ponsel lokal juga harus bersaing dengan ponsel branded murah, baik produk Asia maupun Eropa. Samsung dan LG, misalnya. Dua vendor Korea Selatan ini belakangan gencar merilis ponsel Qwerty dengan harga sekitar Rp 1 jutaan. Respon terhadap ponsel merek lokal yang tinggi--yang berujung pada peningkatan pangsa pasar ponsel merek lokal--, rupanya mengusik LG dan Samsung. Bahkan Samsung untuk meningkatkan penetrasi pasar--menyusul sukses Corby--, Samsung merilis ponsel dual simcard berdesain Qwerty. Samsung Chat--dengan sebutan ponsel ini, dilepas dengan harga Rp 999. Ponsel dual simcard dengan harga dibawah satu juta, telah menyedot perhatian publik Indonesia dalam dua tahun terakhir ini. Pangsa pasar ponsel Cina yang sebelumnya sekitar 5 persen, meroket menjadi 10 persen pada tahun 2009 dan diperkirakan naik lagi menjadi 12-15 persen pada tahun 2010. Penyumbang peningkatan pangsa pasar, apalagi kalau bukan ponsel Qwerty dual simcard.

Pasar Qwerty murah makin bergairah menyusul masuknya Nokia C3. Dipasarkan pertengahan tahun 2010, dalam waktu kurang dari enam bulan, C3 mencatat angka penjualan 1 juta unit. Pada penjualan perdana, Nokia memberikan diskon hingga Rp 300 ribu,atau sekitar 25 persen dari harga resminya Rp 1,2 juta. Nokia Indonesia membukukan sukses. Tak berhenti pada C3, Nokia Indonesia melepas X2-01 pada 26 Desember 2010 di sepuluh kota. Seperti C3, pada penjualan perdana x2-01, Nokia Indonesia memberikan diskon sekitar 20 persen menjadi Rp 699 ribu dari harga perdana Rp 899 ribu. Sama seperti C3, X2-01 laris manis. Dalam waktu kurang dari empat jam, seluruh stok digerai penjualan ludes. Andrea Facchini, Head of Marketing Nokia Indonesia mengaku gembira dengan antusiasme konsumen dalam menyambut penjualan perdana Nokia X2-01 yang telah berlangsung tanggal 26 Desember yang lalu di 10 kota. '' Sambutan hangat dari masyarakat Indonesia ini merupakan bukti nyata komitmen Nokia untuk terus menghubungkan pengguna melalui beragam solusi terbaik yang kami tawarkan. kata Andrea Facchini, Head of Marketing Nokia Indonesia. Belum diketahui berapa unit ponsel yang disediakan Nokia Indonesia pada penjualan perdana. Berbagai rumor menyebutkan bahwa untuk masing-masing kota, alokasi ponsel yang dijual sangat bervariasi. Diperkirakan penjualan perdana X2-01 berhasil melepas sekitar 15 ribu hingga 25 ribu unit X3-01.

Kehadiran X2-01, tak urung menjadikan pasar ponsel Qwerty kategori low high end makin memanas. Praktis X2-01 akan berbenturan dengan ponsel merek lokal yang belakangan 'didesain' sebagai ponsel musik. Untuk memperkuat brand mereka, ponsel merek lokal menggaet para pemusik papan atas sebagai brand ambasador. Jangan kaget jika ada ponsel ST-12, Ponsel Slank, Ponsel Ungu atau Ponsel Nidji. Musik, rupanya, menjadi selling point baru untuk ponsel mereka lokal. Diluar musik, Qwerty non musik ditingkatkan selling pointnya dengan menambah simcard. Berbagai ponsel merek lokal menawarkan ponsel dengan dual simcard GSM dan satu RUIM CDMA. Ponsel dengan tiga kartu perdana, tampaknya menjadi sebuah selling point baru. Ponsel merek lokal yang menawarkan tiga simcard, antara lain, ditawarkan oleh Nexian, Cross, HT, dan CSL. Kehadiran Qwerty musik atau Qwerty dengan tiga simcard, rupanya menjadi strategi ponsel merek lokal menghadapi kompetisi yang semakin sengit. Banjir pasokan yang tidak seimbang dengan demand telah memaksa ponsel merek lokal menurunkan harga jual. Semakin agresifnya ponsel branded seperti Nokia, Samsung atau LG menggelontor pasar dengan ponsel Qwerty murah, menjadikan ponsel merek lokal makin tersudut. Mau tak mau, mereka menurunkan harga untuk bisa bertahan pada kompetisi yang semakin keras. Persaingan yang semakin tajam, memang berdampak pada harga jual ponsel merek lokal. Bila di awal kelahirannya ponsel Qwerty full fitur laku dilepas dengan harga sekitar Rp 1 jutaan, belakangan harganya turun menjadi Rp 700-an ribu. Pertengahan tahun 2010 harga ponsel merek lokal dengan fitur lengkap masih berkisar antara Rp 600 ribu hingga Rp 800 ribu.

Rupanya, kehadiran ponsel Qwerty branded dengan harga Rp 1 jutaan kembali memukul ponsel merek lokal. Produk dengan fitur yang setara, belakangan dilepas dengan harga antara Rp 400 ribu hingga Rp 600 ribu. Kehadiran X2-01, boleh jadi akan diikuti Samsung dan LG--juga ponsel branded yang lain--, ini tentu saja akan menjadi pukulan baru bagi ponsel merek lokal. Tidak tertutup kemungkinan mereka akan menurunkan harga lagi. Tren penurunan harga ponsel merek lokal, bukan sesuatu yang aneh lagi. Banyaknya pasokan ponsel ini, tak urung, memaksa pemegang merek ponsel lokal menyesuaikan diri. Mereka juga harus kreatif mensikapi pasar. Cross, misalnya, menawarkan modem terintegrasi untuk meningkatkan selling point, disamping mengusung standar Eropa. Pendekatan ini diklaim,Direktur Marketing PT Aries Indo Global, Teddy Tjan. Ia kemudian menunjuk pangsa pasar di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang berkisar antara 30-35 persen. Sementara untuk tingkat nasional. diklaim sekitar 20-an persen. Sukses dengan Cross CB 38 AT yang dijual dengan harga Rp 400 ribuan, Cross membidik angka penjualan 400 ribu unit per bulan--untuk semua tipe-pada semester pertama tahun 2011 dan 1 juta unit per bulan pada semester kedua tahun 2011. Mampukah Cross yang notabene pendatang baru mampu memenuhi ambisinya? Inilah pekerjaan rumah Cross, juga pemegang merek ponsel lokal yang lain. Pasalnya, tahun 2011 persaingan akan semakin keras dan tajam. Apalagi ponsel branded akan semakin 'gila' menggarap pasar mass market seperti segmen low high end, setelah sukses dengan produk Qwerty Rp 1 jutaan.

Melihat optimisme Cross, tampaknya masih banyak selling point yang akan digelontorkan ponsel merek lokal. Termasuk diantaranya menghadirkan ponsel dengan sistem operasi Android dengan harga dibawah Rp 1 juta, untuk menghadapi kompetisi yang semakin panas. Masalahnya sekarang, dengan harga jual Rp 400 ribu apakah ponsel merek lokal masih akan mendapatkan margin yang memadai. Apalagi untuk menghadapi kompetisi, mereka harus menyiapkan biaya promosi yang besar. Ujung persoalannya, barangkali, adalah unit yang terjual. Kabarnya, dengan angka penjualan 50 ribu hingga 100 ribu untuk satu tipe, ponsel merek lokal masih bisa menikmati margin yang lumayan. Persentase margin, masih lebih besar ketimbang merek branded. Lantas, diantara 200-an ponsel merek lokal tadi, siapa yang mampu menjual setiap tipe ponsel antara 50 ribu hingga 100 ribu? Karena pangsa pasar yang semakin sempit, sementara jumlah pengguna ponsel baru juga mengalami penurunan karena terjadi kejenuhan pada pasar telekomunikasi. Dapat dipastikan bahwa merek lokal yang mampu mencapai target 50 ribu hingga 100 ribu untuk setiap tipe, jumlahnya tak sampai 5 persen dari total merek lokal yang ada. Bahkan merek lokal yang belakangan ini 'menguasai' pasar, boleh jadi akan berkurang pangsa pasarnya, karena ponsel branded tengah merebut kembali pangsa pasarnya. Perlu satu terobosan baru bagi ponsel merek lokal agar mampu bertahan menghadapi kompetisi yang semakin panas. Beralih ke Android, barangkali sebuah langkah strategis. Mumpung ponsel Android masih mahal, Android merek lokal dengan harga dibawah Rp 1 juta tentu saja lebih menarik, ketimbang menjual Qwerty dengan harga murah.

Ekspor Udang ke Uni Eropa Bakal Turun 11 Persen

TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), Thomas Darmawan, mengatakan ekspor udang ke Uni Eropa dari Indonesia tahun 2011, diperkirakan bakal turun sekitar 10-11 persen. "Padahal, tahun lalu ekspor udang ke Uni eropa hanya mencapai 12.191 ton ," kata Thomas Darmawan ketika dihubungi, Minggu, 15 Mei 2011. Menurut Thomas, nilai ekspor udang pada tahun 2010 pun sudah turun 12,3 persen dari tahun sebelumnya. Penyebab menurunnya ekspor, kata Thomas, selain karena produksi yang rendah, ada pula hambatan akibat kebijakan yang diterapkan Uni Eropa terhadap perdagangan ikan budidaya termasuk udang asal Indonesia. Sejak Mei 2010, ekspor ikan budidaya asal Indonesia diwajibkan untuk melewati pemeriksaan kandungan residu antibiotik. Kebijakan itu diterapkan berdasarkan hasil peninjauan tim pemeriksa perikanan Uni Eropa di Indonesia. Tim pemeriksa menemukan adanya toko yang menjual pakan ikan dan ayam yang berlokasi di sekitar tempat budidaya perikanan Indonesia. Padahal, pakan ikan harus bebas antibiotik, sedangkan pakan ayam mengandung antibiotik. Kewajiban pemeriksaan tersebut, kata Thomas pula, memberatkan pengusaha karena harus membayar biaya tambahan.

Sampel yang diperiksa diambil 20 persen dari total volume ikan yang diekspor. Maka, jika ada lima kontainer ikan budidaya, maka satu kontainer harus diperiksa. "Satu kontainer biayanya mencapai 3.500 Euro," ujar Thomas. Akibatnya, pengusaha harus menanggung beban dengan mengurangi margin keuntungan. Selain itu, opsi lain yang bisa dilakukan dengan menaikkan harga ikan ekspor di pasar Eropa sekitar 1-2 persen. "Namun, kenaikan harga hampir tidak mungkin dilakukan karena akan sulit bersaing dengan produk perikanan Thailand dan Vietnam," papar Thomas. Apalagi produk perikanan dari kedua negara itu tidak dikenai kewajiban pemeriksaan residu antibiotik. Pengusaha perikanan meminta pemerintah untuk bernegosiasi dengan Uni Eropa untuk meninjau ulang kebijakan tersebut. Thomas mengatakan selama tahun 2011 tidak ada temuan ikan budidaya asal Indonesia yang mengandung antibiotik atau bakteri lainnya. "Dihitung sejak diberlakukan Mei 2011, sudah tepat setahun kebijakan itu dilaksanakan. Maka sudah saatnya ditinjau ulang," ucap Thomas.

Hambatan akibat pemeriksaan kandungan residu antibiotik, kata Thomas, bukan yang pertama. Sebelumnya, ekspor ikan tangkap Indonesia pernah diduga mengandung logam sehingga harus melewati pemeriksaan yang ketat. Thomas bersama asosiasi mempersiapkan antisipasi jika Uni Eropa kembali melakukan kebijakan yang menghambat perdagangan. Antisipasi tersebut berupa surat atau sertifikat yang diberikan pada anggota asosiasi. Surat atau sertifikasi itu juga dinotifikasi kepada asosiasi dan otoritas Uni Eropa. "Surat itu menjadi semacam fast track bagi anggota kami agar bisa masuk pasar Uni Eropa tanpa pemeriksaan ketat yang menyebabkan tambahan biaya," tutur Thomas. Sementara itu, pemerintah juga sedang mengupayakan agar tindakan kontrol yang dilakukan Uni Eropa pada ekspor perikanan dihentikan. Kami tanyakan kepada Uni Eropa apa yang harus dilakukan. Apakah tidak boleh ada produk mengandung antibiotik di sekitar tambak, atau seperti apa, kata Atase Perdagangan Indonesia di Brussels, Oke Nurwan.

Pengusaha Tolak Larangan Ekspor Rumput Laut

Rabu, 07 September 2011 | 14:33 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Eksportir rumput laut meminta pemerintah memberi kejelasan pasar dalam negeri yang bisa menyerap produksi petani lokal. "Harus ada road map. Misalnya berapa kebutuhan rumput laut untuk produksi dodol?" kata Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia, Safari Aziz, ketika dihubungi, Rabu, 7 September 2011. Pernyataan tersebut terkait rencana Kementerian Kelautan dan Perikanan melarang ekspor rumput laut tahun depan. Pengusaha tidak melihat keuntungan dari rencana pelarangan ekspor ini. "Setiap tahun diekspor 100 ribu ton rumput laut kering," kata Safari. Volume ekspor rumput laut itu mencapai 80 persen dari produksi rumput laut, sedangkan 20 persen sisa produksinya digunakan di dalam negeri. Namun, data berbeda datang dari versi pemerintah yang menyebutkan produksi rumput laut basah mencapai 3 juta ton atau setara dengan 300 ribu ton rumput laut kering. Dengan data ini plus kinerja ekspor, sisa produksi di dalam negeri masih sangat berlimpah. Untuk membahas masalah ini, pengusaha lalu menemui Wakil Menteri Perdagangan dua hari lalu. "Kementerian Perdagangan menyatakan kalau larangan ekspor bahan baku tidak sesuai dengan aturan Organisasi perdagangan dunia (WTO)," kata Safari. Kementerian Perdagangan berjanji membicarakan masalah ini dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Setelah wacana larangan ekspor ini bergulir, kata Safari, petani merugi karena harga rumput laut anjlok. Dari yang biasanya rumput laut kering dihargai Rp 11 ribu per kilogram kini hanya Rp 7 ribu. Mereka terpaksa menjual rumput laut dengan harga rendah karena khawatir pasar ekspor menghilang. Pasalnya, simpang siurnya kebijakan larangan ekspor membuat importir melihat ada ketidakpastian kebijakan di Indonesia sehingga beralih mencari sumber rumput laut dari negara lain. Beberapa negara produsen rumput laut lainnya adalah Filipina dan negara-negara kepulauan di Laut Pasifik. Brasil, India dan Afrika juga mengembangkan produksi rumput laut. Karena itu, Safari berharap pemerintah dan pengusaha segera menemukan jalan keluar dari masalah ini. "Kami akan berkomunikasi terus dengan Kementerian Perdagangan dan berencana bertemu dengan Kementerian Koordinator Perekonomian.

Ekspor ikan dan udang pada Agustus 2011 turun 7,6%

Rabu, 05 Oktober 2011 | 18:47

JAKARTA. Ekspor ikan dan udang dari Indonesia pada Agustus 2011 tercatat turun 7,6% dibandingkan dengan ekspor Juli 2011.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor pada Agustus 2011 hanya US$ 192,73 juta padahal pada Juli 2011 ekspor mencapai US$ 208,594 juta. Direktur Pemasaran Luar Negeri Kementerian Kelautan dan Perikanan, Saut Hutagalung, mengatakan, penurunan ekspor ini disebabkan oleh penurunan produksi ikan laut. Saat ini masih lebih dari separuh ekspor ikan adalah hasil tangkapan laut, terutama ikan tuna. Produksi ikan menurun karena anomali cuaca yang menyebabkan ikan tak berproduksi meskipun sudah memasuki musim panen ikan. Musim panen ikan yang biasanya mencapai 3 bulan hingga 4 bulan kini jauh lebih pendek, sekitar 1 hingga 2 pekan sehingga produksi melorot. "Agustus sampai September seharusnya musim tuna sirip biru, tetapi untuk menangkap perlu cumi sebagai umpan. Tetapi cumi juga tidak ada sehingga sulit mau menangkap," kata Saut.

Penurunan ekspor ini bukan disebabkan oleh krisis ekonomi global yang sedang melanda Eropa dan Amerika Serikat karena menurutnya permintaan masih tinggi. Ekspor udang ke AS pada periode Januari hingga Juli 2011 menurutnya masih naik 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Kami sudah sekitar 6 tahun meneliti budidaya ikan tuna, tetapi memang belum ada hasil. Agak sulit untuk jenis ikan yang biasa bermigrasi jarak jauh kemudian dikungkung, sehingga tidak mau kawin," kata Saut. Meskipun secara bulanan terjadi penurunan ekspor, secara tahunan ekspor ikan tetap naik. Pada periode Januari hingga Agustus 2011 nilai ekspor ikan dan udang tercatat sebesar US$ 1,482 miliar, naik 15,13% dari ekspor pada periode yang sama 2010 sebesar US$ 1,287 miliar.

Ekspor Ikan Tuna ke Jepang Kembali Normal

Rabu, 30 Maret 2011 | 17:54 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Ekspor ikan tuna Indonesia ke Jepang mulai kembali normal. Namun menurut Victor Nikijuluw, Dirjen pemasaran produk dan hasil perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jepang selaku importir memangkas harga komoditas tersebut hingga 30 persen. Pemangkasan harga ikan tuna akibat belum normalnya perekonomian di Negeri Sakura tersebut. "Secara volume pasar, ekspor kita telah rebound, namun harga turun karena permintaan lokal yang tidak kompetitif seperti pada sebelum tsunami," kata Victor,di Jakarta, Rabu (30/3). Kepastian mengenai volume ekspor yang sudah kembali normal ini diketahui setelah Victor bertemu dengan Asosiasi Tuna Long Line Indonesia (ATLI) dan kunjungan kerja ke Denpasar, hari ini. Dia melanjutkan, sebelum tsunami Jepang melanda, ekspor mencapai sekitar rata-rata 400 ton tuna segar per minggu, namun sempat turun hingga 50 persen.

Harga ikan di pasar lelang Jepang mengalami penurunan sekitar 30 persen, dari US$ 8 per kilogram menjadi sekitar $ 5-6 per kilogram. Penurunan permintaan ini juga dikarenakan adanya 300 ribu orang di Tokyo dan sekitarnya yang menjadi pengungsi karena bencana. Padahal, mereka juga merupakan konsumen tuna sashimi dengan jenis big-eye-tuna (BET). "Di Benoa, terdapat 45 perusahaan yang fokus pada tuna segar dan melakukan ekspor rutin ke Tokyo, Osaka, dan Nagoya," ungkapnya. Victor menambahkan, Jepang adalah konsumen utama tuna segar (fresh tuna) Indonesia dengan sharing 80 persen. Secara keseluruhan, Jepang merupakan negara terbesar kedua pengimpor ikan dari Indonesia setelah Amerika Serikat dengan komoditas utama ialah udang dan tuna.

Ekspor Ikan Dialihkan ke Kawasan Teluk Kamis, 31 Maret 2011 18:21 WIB JAKARTA--MICOM: Turunnya harga ikan ekspor Indonesia di Jepang, terutama tuna, membuat pemerintah mengalihkan pasar ekspor. Ikan-ikan segar yang tadinya banyak diekspor ke Jepang akan dialihkan ke negara-negara Teluk, China, dan Afrika. "Pemerintah akan memaksimalkan pasar ekspor substitusi pasar Jepang seperti Iran dan Uni Emirat Arab di kawasan Teluk dan Mesir di Afrika Utara. Juga negaranegara Asia dengan tingkat konsumsi ikan tinggi seperti China dan Korea," kata Direktur Jenderal Pemasaran dan Pengolahan Hasil Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan Victor Nikijuluw ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (31/3). Selain ke negara-negara tersebut, pemerintah juga akan mengintensifkan kerja sama ekspor ke dua kawasan utama tujuan ekspor Indonesia, yaitu Amerika Serikat dan Uni Eropa. Hal ini dilakukan setelah mulai melemahnya harga ikan di pasar lelang Jepang. Pekan ini, harga ikan tuna segar di pasar lelang Tokyo turun hingga 30% menjadi US$5-US$6 per kilogram dari US$8 per kilogram sebelum tsunami. Hal tersebut terjadi karena terdapat sekurangnya 300 ribu konsumen di Tokyo dan sekitarnya yang mengurangi konsumsi ikan tuna segar di tempat pengungsian. Pengurangan ini cukup berdampak pada volume konsumsi konsumen tuna segar berupa sashimi, terutama jenis big-eye-tuna (BET).

Meski volume ekspor sudah kembali normal, nilainya dipastikan tidak sebesar sebelumnya sehingga dikhawatirkan membuat target ekspor ikan Indonesia 2011 sebesar US$3,2 miliar tidak tercapai. Untuk menjaga target ini tetap tercapai, KKP juga meminta para pelaku industri mendiversifikasi produksi sesuai selera konsumen pasar tujuan ekspor. Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah menaikan target ekspor komoditas ikan hingga US$3,2 miliar dari realisasi 2010 senilai US$2,89 miliar. Dari total target tersebut, ekspor ikan ke Jepang diharapkan berkontribusi sekurangnya 25% dari total target ekspor. Sebagian besar komoditas ikan yang diekspor ke negara ini berupa ikan tuna segar dan udang. "Harapan kita, 25% pasokan ekspor Jepang yang berpotensi melemah itu bisa terkompensasi oleh pasar lain. Kita akan gunakan strategi rerouting, di mana kalau pasar satu tidak bisa, kita gunakan pasar yang lain," imbuhnya. Agar pasar-pasar ekspor potensial ini bisa menerima ikan dan produk ikan Indonesia, sambungnya, diharapkan para pelaku usaha sektor perikanan mendiversifikasi jenis produknya. Berbeda dengan Jepang yang banyak meminta tuna segar dan AS serta Eropa dengan tuna beku, konsumen di pasar-pasar potensial seperti Iran dan Uni Emirat Arab lebih menyukai jenis ikan kaleng. "Hanya risikonya, harganya memang tidak sebagus tuna segar. Tuna beku dan kaleng bisa hanya US$4-US$5 per kilogram," tukas Victor. (HA/OL-3)