4. Laporan PL01 Kelompok 2
-
Upload
aldi-kurnia-agung-pradana -
Category
Documents
-
view
235 -
download
4
description
Transcript of 4. Laporan PL01 Kelompok 2
![Page 1: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/1.jpg)
1
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
PL I
PENGUJIAN KOMPOSISI PASIR CETAK
1.1 Pengujian Kadar Air Pasir Cetak
1.1.1 Tujuan Pengujian
Tujuan yang hendak dicapai dari pengujian ini adalah:
1. Praktikan mengetahui dan memahami persentase kadar air pasir cetak.
2. Praktikan mengetahui laju penguapan air dalam pasir cetak.
3. Praktikan mengetahui penguapan air rata-rata dari pasir cetak.
1.1.2 Dasar Teori
1.1.2.1 Definisi Dan Fungsi Kadar Air
A. Definisi
Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung di dalam pasir cetak
dan dinyatakan dalam prosentase pasir cetak (%). Standar kadar air yaitu
berkisar 1,5% - 8%.
Kadar air (%) ∶ Berat awal − Berat akhir
Berat awal × 100%
Keterangan:
Kadar air (%) : Jumlah air yang teruapkan di dalam pasir cetak yang dinyatakan
dalam presentase
Berat awal : Berat pasir cetak (basah) sebelum dipanaskan dengan
moisture analyzer terdiri dari pasir, air dan bentonit (gram)
Berat akhir : Berat pasir cetak (kering) sesudah dipanaskan dengan
moisture analyzer (gram)
Sumber : Surdia & Chijiiwa, 1996; 118
B. Fungsi Kadar Air
Fungsi kadar air adalah sebagai aktivator yaitu air befungsi sebagai
aktivator daya ikat bentonit, sehingga dapat digunakan untuk mengikat pasir
cetak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi dari air pada pasir cetak ialah
mengaktifkan daya ikat bentonit sehingga dapat digunakan untuk mengikat
pasir cetak. Akan tetapi kadar air sebagai aktifator harus pada titik optimum
![Page 2: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/2.jpg)
2
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
(takaran yang tepat) agar pasir cetak dapat teraktifasi secara sempurna.
Sebaliknya, apabila kadar air melebihi titik optimum maka akan menjadi air
bebas sehingga aktifasi pasir cetak berjalan tidak sempurna.
1.1.2.2 Macam - Macam Air
Ada dua macam air dalam pengecoran logam, yakni :
a. Air Terikat
Air terikat adalah air yang mengaktifasi pengikat sehingga dapat
mengikat antar butir pasir.
b. Air Bebas
Air bebas adalah air yang kehilangan fungsinya sebagai pengaktifasi
perekat dan akhirnya masuk ke dalam celah-celah antar butiran pasir, sehingga
tidak bisa mengikat antar butiran pasir.
1.1.2.3 Pengaruh Kadar Air Terhadap Pengujian Karakteristik Pasir Cetak
Gambar 1.1 Grafik pengaruh kadar air dan bentonit pada pasir
cetak
Sumber : Surdia dan Chijiwa ,1996 ;112
Pada gambar 1.1 grafik pengaruh kadar air dan bentonit pada pasir cetak
dapat dilihat bahwa pada kondisi kadar air yang meningkat dan kadar bentonit
yang tetap, maka permeabilitas akan meningkat sampai titik maksimum, karena
bentonit telah teraktifasi dan jika kadar air terus meningkat maka
permeabilitasnya akan cenderung menurun karena jumlah air bebas yang
![Page 3: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/3.jpg)
3
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
mengisi rongga – rongga butir pasir semakin banyak yang mengakibatkan
fluida tidak dapat keluar.
Kekuatan kering pasir cetak dalam kondisi kadar bentonit yang tetap
dan kadar air yang semakin meningkat maka permeabilitasnya cenderung
semakin bertambah.
Kekuatan basah pasir cetak pada kondisi kadar air yang meningkat dan
kadar bentonit yang tetap, maka permeabilitasnya akan meningkat sampai titik
maksimum, setelah itu permeabilitas akan cenderung menurun seiring kadar
air.
1.1.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penguapan Kadar Air
1. Waktu pemanasan
Waktu pemanasan adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
memanaskan pasir cetak sehingga ketika waktu pemanasan tinggi, maka kalor
yang diterima untuk memanaskan air semakin banyak, sehingga air yang
diuapkan semakin banyak dan kadar air pasir cetak menurun. Sebaliknya waktu
pemanasan rendah, kalor yang diterima sedikit, uap yang dihasilkan hanya
sedikit.
2. Temperatur pemanasan
Temperatur pemanasan adalah besarnya shu yang dibutuhkan untuk
menguapkan air pada pasir cetak, jika temperatur pemanasan semakin tinggi
maka penguapan yang terjadi akan semakin besar, ini disebabkan oleh
kecenderungan air untuk mengubah fase air menjadi fase gas.
3. Luas penampang permukaan butir
Bila luas penampang permukaan butir dari pasir cetak semakin besar,
maka penguapan semakin cepat.
4. Ukuran dan dimensi butir
Semakin besar ukuran pasir, celah antar butir akan semakin besar,
sehingga uap air akan mudah keluar saat pemanasan, sehingga laju
penguapannya tinggi dan bila butir pasir homogen, air akan lebih cepat
menguap dibanding butir pasir homogen, karena rongga antar butir yang
terbentuk lebih besar sehingga laju penguapannya lebih tinggi.
![Page 4: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/4.jpg)
4
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
5. Kelembaban Udara
Tingkat kelembapan udara juga berpengaruh terhadap pengujian kadar
air pasir cetak, karena pada saat pengujian dapat dipastikan terdapat udara
didalam alat moisture analyser yang dipanaskan. Semakin tinggi kelembapan
udara, semakin banyak uap air yang terkandung didalam udara lingkungan,
sehingga banyak uap air yang dipanaskan.
6. Tekanan Udara
Semakin tinggi tekanan udara maka molekul udara disekitarnya lebih
lambat, sehingga laju penguapannya lebih cepat.
1.1.3 Pelaksanaan Pengujian
1.1.3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah
1. Moisture Analyzer
Alat ini digunakan untuk mengetahui jumlah kadar air yang
terkandung didalam pasir cetrak, berikut spesifikasi dari Moisture Analyzer
yang digunakan
Merk : Saitorius
Model : MA 30
Arus : 3,3 A / 1,6 A
Frekuensi : 50-60 Hz
Gambar 1.2. Moisture Analyzer
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
![Page 5: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/5.jpg)
5
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
2. Cawan
Alat ini digunakan sebagi wadah spesimen pasir cetak yang akan
digunakan
Gambar 1.3. Cawan
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
3. Timbangan Elektrik
Alat ini digunakan untuk mengukur berat pasir cetak sebelum dan
sesudah diukur kadar airnya , Berikut spesifikasinya :
Merk : Melter
Type : PJ 3000
Frekuensi : 50-60 Hz
Voltax : 100-120 V 80 mA /200-240 V 45 mA
Gambar 1.4. Timbangan Elektrik
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya
![Page 6: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/6.jpg)
6
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
1.1.3.2 Urutan Kerja Pengujian
Urutan kerja dalam pengujian ini adalah :
1. Ambil pasir cetak kemudian timbanglah seberat 25 gram sebanyak 3 buah
sebagai spesimen.
2. Nyalakan Moisture Analyzer dengan menekan tombol ON/OFF sampai
terdengar bunyi alarm.
3. Masukkan cawan pertama ke dalam alat penentu kelembapan kemudian
panaskan pada suhu 110oC selama 10 menit.
4. Mengatur temperatur dengan menekan tombol F1 dan tekan F1 kembali untuk
menaikkan suhu sampai 110oC kemudian tekan ENTER
5. Mengatur waktu pemanasan dengan menekan tombol F2 dan tekan tombol F1
untuk mengatur waktu sampai 10 menit kemudian tekan ENTER
6. Tekan ENTER untuk menghilangkan TAR lalu letakkan specimen di dalam
cawan.
7. Tutup penutup Moisture Analyzer lalu tekan ENTER untuk mengeksekusi.
8. Catat kandungan kadar air yang terbaca pada alat pengukur tiap menitnya.
9. Setelah terdengar bunyi alarm, ukurlah berat akhir pasir cetak setelah
dikeringkan dengan menekan tombol CF.
10. Ulangi langkah 3 – 9 untuk cawan berikutnya.
1.1.4 Pengolahan Data Dan Pembahasan
1.1.4.1 Data Hasil Pengujian Kadar Air
Tabel 1.1 Data Hasil Pengujian
No. Berat Awal Spesimen
(gram)
Berat Akhir Spesimen
(gram)
Kadar Air
(%)(X)
1 28,8 25,807 11,598
2 26,35 24,999 5,404
3 25,088 23,896 4,988
∑ 80,238 74,702 21,990
![Page 7: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/7.jpg)
7
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Kadar air (%) = 100%AwalBerat
AkhirBerat -AwalBerat
Kadar air (spesimen 1) = 11,598%100%28,8
25,807-28,8
Kadar air (spesimen 2) = 5,404%100%26,35
24,999-26,35
Kadar air (spesimen 3) = 4,988%100%25,088
23,896-25,088
Tabel 1.2 Hasil Perhitungan
No. Berat Spesimen
Kadar Air (%) (x) (x-�̅�) (x-�̅�)2 Awal Akhir
1 28,8 25,807 11,598 4,268 18,212
2 26,35 24,999 5,404 -1,926 3,709
3 25,088 23,896 4,988 -2,342 5,484
∑ 80,238 74,702 21,990 0,00 27,405
Kadar air rata-rata = n
AirKadar Jumlah
Kadar air rata-rata =3
21,990
Kadar air rata-rata = 7,33 %
![Page 8: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/8.jpg)
8
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Tabel 1.3 Hubungan antara penguapan rata-rata, laju penguapan dengan waktu
pemanasan
Spesimen Waktu Pemanasan (menit)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0,03 0,25 0,88 1,93 3,13 4,15 4,84 5,22 5,44 5,55
2 0,34 1,30 2,73 3,86 4,46 4,76 4,89 4,94 5,03 5,08
3 0,37 1,39 2,86 3,67 4,25 4,54 4,65 4,65 4,69 4,70
Jumlah 0,74 2,94 6,47 9,46 11,84 13,45 14,38 14,81 15,16 15,33
Penguapan
Rata-Rata 0,25 0,98 2,16 3,15 3,95 4,48 4,79 4,94 5,05 5,11
Laju
Penguapan 0,25 0,49 0,72 0,79 0,79 0,75 0,68 0,62 0,56 0,51
Penguapan Rata-Rata = n
PenguapanJumlah
Penguapan Rata-Rata = 3
0,74
Penguapan Rata-Rata = 0,25
Laju Penguapan = Waktu
Rata-RataPenguapan
Laju Penguapan = 1
0,25
Laju Penguapan = 0,25
1.1.4.2 Perhitungan Data Hasil Pengujian Kadar Air
Kadar Air Rata-rata (x̅)
x̅ = ∑ x
n=
21,990
3= 7,33%
Simpangan Baku (δ)
δ = √∑(x − x̅)2
n − 1= √
27,405
2 = 3,701
Simpangan Baku Rata-Rata (δ̅)
𝛿̅ = 𝛿
√𝑛=
3,701
√3= 2,137
![Page 9: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/9.jpg)
9
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Kesalahan Relatif (KR)
KR = �̅�
�̅�=
2,137
7,33= 0,291
α = KR x 100%
= 0,291 x 100%
= 29,1%
Diambil kesalahan relatif 5% dengan derajat kebebasan (db) = n-1 = 3-1 =2
t (α/2 ; db) = t (0,05/2 ; db) = t(0,25 ; 2) = 4,303
Range Nilai Kesalahan
�̅� – (t(α/2 ; db)𝛿̅) ≤ �̅� ≤ (t(α/2 ; db)𝛿̅) + �̅�
7,33 – (4,303 x 3,701 ) ≤ x ≤ (4,303 x 3,701 ) + 7,33
-8,595 ≤ x ≤ 23,255
0,35 ≤ x ≤ 14,310
-8,595 23,255
Dari grafik uji T diatas terlihat bahwa daerah tolak ≤ -8,595 atau ≥ 23,255
dan daerah terimanya adalah -8,595 sampai 23,255 sehingga nilai kadar air rata-
rata 7,33% masuk pada daerah terima.
![Page 10: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/10.jpg)
10
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
1.1.4.3 Grafik Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Penguapan Rata -
Rata
Gambar 1.5 : Grafik Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Penguapan
Rata - Rata
Dari grafik diatas dapat kita ketahui bahwa pada menit ke-1 sampai menit
ke-10 penguapan rata – rata cenderung meningkat, hal ini disebabkan semakin
lama waktu pemanasan, semakin banyak kadar air yang menguap, sehingga
peguapan rata-ratanya meningkat seiring bertambahnya waktu pemanasan dengan
temperatur yang tetap.
Pada menit ke-1 sampai ke-6 cenderung mengalami kenaikan drastis, hal ini
disebabkan oleh kadar air yang terdapat dalam pasir cetak masih sangat banyak
sehingga peningkatan penguapan lebih tinggi, namun setelah menit ke-7 sampai
menit ke-10 peningkatan penguapan cenderung konstan. Hal ini dikarenakan
kadar air bebas mulai berkurang dan yang tersisa hanya air terikat, sehingga kurva
rata – rata penguapan pada menit ke-7 hingga ke-10 cenderung konstan.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pe
ngu
apan
Rat
a -
Rat
a (%
)
Waktu Pemanasan (menit)
Penguapan rata -rata
Poly. (Penguapan rata -rata)
![Page 11: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/11.jpg)
11
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
1.1.4.4 Grafik Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Penguapan Rata -
Rata Data Antar Kelompok
Gambar 1.6 : Grafik Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Penguapan
Rata - Rata Data Antar Kelompok
Dari grafik diatas dapat kita ketahui bahwa dari 3 garis grafik tersebut
cenderung meningkat. Ini disebabkan semakin lama waktu pemanasan pada
temperatur yang tetap, semakin banyak kadar air pada pasir cetak yang akan
diuapkan sehingga penguapan rata-rata semakin besar, namun setelah mencapai
titik maksimum penguapan rata-rata akan cenderung konstan, karena kadar air
yang terdapat pada pasir cetak berkurang.
Pada grafik tersebut terlihat penguapan rata-rata tertinggi cenderung pada
kadar air 5% dan terendah pada kadar air 3%. Hal tersebut disebabkan karena
jumlah kandungan air pada pasir cetak paling banyak terdapat pada kadar air 5%
sehingga nilai penguapan rata – ratanya juga semakin besar. Namun pada grafik
tersebut terjadi penyimpangan pada menit ke-1 dan ke-2 yaitu nilai penguapan
rata-rata tertinggi adalah pada kadar air 3%. Hal tersebut kemungkinan
disebabkan karena pada proses pencampuran pasir cetak kurang merata sehingga
kandungan air pada pasir cetak berbeda - beda.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pe
ngu
apan
Rat
a -
Rat
a (%
)
Waktu Pemanasan (menit)
Kadar Air 3%
Kadar Air 4%
Kadar Air 5%
Poly. (Kadar Air 3%)
Poly. (Kadar Air 4%)
Poly. (Kadar Air 5%)
![Page 12: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/12.jpg)
12
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
1.1.4.5 Grafik Hubungan Waktu Pemanasan Terhadap Laju Penguapan
Gambar 1.7 : Grafik Hubungan Waktu Pemanasan Terhadap Laju Penguapan
Laju penguapan adalah kecepatan pada spesimen untuk menguap dalam
interval waktu tertentu dimana pada grafik diatas terlihat apabila waktu
pemanasan semakin tinggi maka laju penguapan rata-rata akan semakin tinggi.
Namun pada saat mencapai titik maksimum, laju penguapan rata-rata akan
menurun , hal ini dikarenakan kadar air yang terkandung dalam pasir cetak
berangsur-angsur berkurang sehingga laju penguapan akan berkurang.
Dari grafik diatas dapat kita ketahui laju penguapan cenderung meningkat
dari menit ke-1 sampai titik tertinggi pada menit ke-4. Hal ini disebabkan karena
pada menit pertama hingga ke-4, air yang terdapat pada pasir cetak masih cukup
banyak sehingga ketika moisture analyzer mencapai suhu yang optimal, air masih
banyak yang teruapkan. Sedangkan pada menit ke-5 sampai menit ke-10 grafik
cenderung mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan kadar air yang terkandung
dalam pasir cetak berangsur-angsur berkurang sehingga laju penguapan akan
berkurang.
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Laju
Pe
ngu
apan
Waktu Pemanasan (menit)
Laju penguapan
Poly. (Laju penguapan)
![Page 13: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/13.jpg)
13
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
1.1.4.6 Grafik Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Penguapan Rata -
Rata Data Antar Kelompok
Gambar 1.8 : Grafik Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Penguapan
Rata - Rata Data Antar Kelompok
Dari grafik diatas dapat kita ketahui bahwa dari 3 garis grafik tersebut
cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan semakin tinggi waktu pemanasan maka
laju penguapan rata-rata akan semakin tinggi. Namun setelah mencapai titik
maksimum, laju penguapan rata-rata akan menurun , hal ini dikarenakan kadar air
yang terkandung dalam pasir cetak berangsur-angsur berkurang sehingga laju
penguapan akan berkurang.
Pada grafik tersebut dapat dilihat laju penguapan rata-rata tertinggi
cenderung pada kadar air 5% dan terendah pada kadar air 3%. Hal tersebut
disebabkan karena jumlah kandungan air pada pasir cetak paling banyak terdapat
pada kadar air 5% sehingga nilai laju penguapan rata – ratanya juga semakin besar.
Namun pada grafik tersebut terjadi penyimpangan pada menit ke-1 dan ke-2 yaitu
nilai laju penguapan rata-rata tertinggi adalah pada kadar air 3%. Hal tersebut
disebabkan karena nilai penguapan rata – rata pada menit ke-1 dan ke-2 nilainya
lebih tinggi dibanding nilai penguapan rata – rata kadar air 4% dan kadar air 5%
sehingga nilai laju penguapan rata – ratanya lebih tinggi.
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Laju
Pe
ngu
apan
Waktu Pemanasan (menit)
Kadar Air 3%
Kadar Air 4%
Kadar Air 5%
Poly. (Kadar Air 3%)
Poly. (Kadar Air 4%)
Poly. (Kadar Air 5%)
![Page 14: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/14.jpg)
14
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
1.1.5 Kesimpulan Dan Saran
1.1.5.1 Kesimpulan
Pada pengujian kadar air dapat disimpulkan bahwa semakin banyak kadar
air yang terkandung dalam pasir cetak maka penguapan rata-rata cenderung
meningkat sedangkan untuk laju penguapan rata - ratanya cenderung meningkat
sampai mencapai suhu optimum kemudian turun. Semakin sedikit kandungan
kadar air dalam pasir cetak cenderung lebih kecil nilai penguapan rata-rata dan
laju penguapan rata - ratanya. Hal ini dikarenakan laju penguapan dan penguapan
rata-rata dipengaruhi oleh jumlah kandungan air dalam pasir cetak.
1.1.5.2 Saran
a. Agar waktu praktikum tidak bersamaan dengan jam kuliah
b. Agar penimbang yang ada di laboratorium dikalibrasi
c. Praktikan lebih teliti saat praktikum
1.2 Pengujian Kadar Pengikat
1.2.1 Tujuan Pengujian
1. Agar praktikan mengetahui prosentase kadar pengikat yang terdapat dalam
pasir cetak.
2. Praktikan mengetahui dan mampu menganalisa pengujian kadar pengikat.
3. Praktikan mengetahui kadar pengikat
.
1.2.2 Dasar Teori
1.2.2.1 Definisi dan Fungsi Kadar Pengikat
Kadar pengikat adalah jumlah pengikat yang terkandung dalam pasir cetak
dan dinyatakan dalam prosentase. Sedangkan pengikat sendiri adalah materil yang
memiliki daya tarik yangkuat terhadap air dan juga digunakan untuk mengikat
butir – butir pasir yang biasanya berukuan kurang lebih 20 𝜇𝑚 atau 0,0008 inch.
Fungsi dari kadar pengikat adalah mengikat pasir cetak, dimana pasir
cetak mempunyai sifat mampu bentuk sehingga mudah dalam pembuatan cetakan
dengan kekuatan dan permeabilitas yang cocok.
![Page 15: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/15.jpg)
15
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Kadar lempung (%) = Berat awal−Berat akhir
Berat awal × 100% − kadar air rata − rata
Keterangan :
Berat awal : Berat pasir sebelum dilakukan pengujian (gram)
Berat akhir : Berat pasir sesudah dilakukan pengujian (gram)
Sumber : Surdia dan Chijiwa , 1996 ; 121
1.2.2.2 Macam-Macam Pengikat
Macam-macam pengikat adalah
1. Lempung/tanah liat
Tanah liat dihasilkan dari batuan yang berasal dari pelapukan kerak
bumi, yang sebagian besar tersusun oleh bantuan feldspatik, terdiri bantuan
grafit dan bantuan beku, jenis – jenis lempung.
a. Lempung primer
Lempung primer adalah lempung yang berasal dari pelapukan
bantuan feldspatik yang dipicu tenaga endrogen dan bantuan induk yang
tidak berpindah lempung ini mempunyai ciri-ciri putih dan kusan karena
lempung ini tidak pernah bersentuhan dan bercampur dengan bantuan
organik dalam tanah bantuan organik dalam tanah contohnya adalah
bentonit. Berikut adalah macam-macam bentonit
1. Western bentonie.
Adalah lempung yang dipakai pada pasir yang membutuhkan
kekuatan tekan kering yang tinggi(±80 psi)
Kandungan=90% monmorilonit, 10% kwasa, feldspar, mika, dll.
2. Southern bentonite
Adalah lempung yang digunakan pada pasir yang
membutunhkan keuatan tekan kering yang rendah (±40-80 psi)
Kandungan=85% monmorlonit , 15% kwarsa, limonit, dll.
3. Fire Clays
Adalah lempung yang dapat menghasilkan kekuatan tekan
kering sesuai dengan yang kita butuhkan kekuatannya bias mencapai
200 psi dengan campuran firevlays dan western bentonit
Kandungan=60% kaolinit, 30% illit, 10% kwarsa, dll.
![Page 16: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/16.jpg)
16
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
b. Lempung sekunder
Lempung ini berasal dari pelapukan bantuan feldspatik yang
mengalami perpindahan jauh dari batuan induknya oleh tenaga eksogen
yang dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Tanah liat tahan api (fire clay)
Gambar 1.9 Tanah liat tahan api
Sumber : Prasetio ; 2012
Lempung ini biasanya terang ke abu-abuan gelap menuju
hitam .Biasanya diperoleh dialam dalam wujud bongkohan
mengumpul dan padat. Jenis ini tahan api dengan suhu tinggi tanpa
mengubah bentuknya. Contohnya dari lempung ini adalah alumina
dan silika.
2. Tanah liat stoneware
Gambar 1.10 Tanah liat Stoneware
Sumber : Prasetio ; 2012
![Page 17: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/17.jpg)
17
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Jenis ini tidak mengalami perubahan bentuk soal pembakaran
gerabah, biasanya material ini digunakan untuk membuat benda-
benda keramik.
3. Tanah liat ball clay
Gambar 1.11 Tanah liat ball clay
Sumber : Prasetio ;2012
Jenis ini disebut tanah liat / lempung sedimen , memiliki butir-
butir yang halus dengan daya plastic tinggi, pada umumnya benwarna
abu-abu.
4. Tanah liat merah
Gambar 1.12 Tanah liat merah
Sumber : Prasetio ;2012
Tanah liat ini memiliki tingkat plastik yang sedang dan
membuatnya mudah bentuk.
![Page 18: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/18.jpg)
18
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
b. Semen
Semen adalah hasil industri dan paduan bahan baku batu kapur /
gamping sebagai bahan uttama dan lempung atau tanah liat sebagai pengganti
lainnya.
a. Semen abu/ Portland cement adalah bubuk bewarna abu-abu dibentuk
dari bahan utama batu kapur atau gamping berkadar kalsium tinggi
yang ddiolah dalan fanur uyang bersuhu dan tekanan tinggi.
b. Semen putih adalah semen yang lebih murni dari semen abu yang
digunakan untuk perkerjaan finishing.
c. Mixed and flyash adalah campuran semen abu dengan pozzolan buatan.
Flyash adalah hasil sampingan pembakaran batu bara yang
mengandung omorphus silika alumunium oksida, besi oksida dan
oksida lain. Semen ini untuk membuat beton lebih keras.
d. Oil well cement adalah semua khusus yang digunakan dalam proses
pengeboran minyak bumi.
1.2.2.3 Pengaruh Kadar Pengikat Terhadap Pengujian Pasir Cetak
A. Waktu pemanasan
Dengan semakin lama waktu pemanasan maka kadar air yang
menguap akan semakin banyak, selama waktu tertentu. Jika pemanasan terus
dilanjutkan, maka jumlah kadar air yang menguap akan menurun hingga
kadar air pada pasir cetak menguap habis.
B. Temperatur pemanasan
Semakin tinggi temperatur pemanasan, maka kadar air yang diuapkan
makin besar, hingga waktu tertentu. Jika temperatur terus ditingkatkan, maka
kadar air yang diuapkan akan menurun hingga akhirnya habis. Pada pengujian
ini digunakan temperatur 100-120 oC.
C. Luas penampang permukaan pasir cetak dalam cawan
Semakin besar luas penampang permukaan pasir maka laju penguapan
yang terjadi semakin tinggi karena bidang pasir yang terkena kalor semakin
luas. Butir besar memiliki luas penampang permukaan yang lebih besar
dibandingkan dengan butir kecil sehingga lebih cepat laju penguapannya.
![Page 19: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/19.jpg)
19
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
D. Ukuran dan dimensi butir
Butiran yang berukuran besar akan memiliki rongga yang besar pula
sehingga air yang meresap kecelah butiran berjumlah banyak. Hal ini akan
mempercepat penguapan yang terjadi
Butiran bulat memiliki bidang kontak yang lebih kecil sehingga
rongga yang terbentuk besar pula. Hal ini menyebabkan air lebih mudah
menguap sehingga laju penguapannya lebih tinggi dibandingkan dengan butir
Kristal. Butir Kristal memiliki bidang kontak yang besar, maka rongga yang
terbentuk kecil sehingga laju enguapan rendah.
E. Kelembaban
Semakin tinggi kelembaban maka jumlah kadar air yang diuapkan
semakin banyak. Hal ini dikarenakan kelembaban menunjukkan
perbandingan antara kandungan uap air dengan udara dilingkungan .maka
semakin tinggi kelaembaban kandungan uap air akan semakin tinggi sehingga
semakin banyak air yang diuapkan
F. Pengaruh Kadar Air terhadap Permeabilitas
Gambar 1.13 Grafik pengaruh kadar air dan kadar lempung pada pasir diikat
lempung
Sumber : Surdia dan Chijiwa , 1996 ;112
Dengan kadar lempung yang tetap dan kadar air meningkat maka
permeabilitas akan meningkat sampai titik maksimum,karena semua lempung
telah teraktifasi dan rongga-rongga butiran pasir telah terisi air bebas dengan
![Page 20: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/20.jpg)
20
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
sesuai ,kemudian permeabilitas akan menurun apabila kadar air bertambah
lagi .karena jumlah air bebas yang mengisi rongga butir pasir semakin banyak
sehingga permeabilitas turun
G. Pengaruh Kadar air terhadap Kekuatan
Dengan kadar lempung yang tetap dan kadar air meningkat maka
kekuatan basah akan meningkat sampai titik maksimum karena lempung telah
teraktifasi dan rongga-rongga butiran pasir telah terisi airbebas dengan sesuai
.kemudian kekuatan basah akan menurun karena airbebas yang terdapat
dicetakan pasir berlebihan sehingga lempung menjadi pasta dan daya ikat
lempung menurun.
1.2.3 Pelaksanaan Pengujian
1.2.3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian kadar pengikat adalah
sebagai berikut :
1. Timbangan elektrik
Alat ini digunakan untuk mengukur berat pasir sebelum dan sesudah
dikeringkan.
Gambar 1.14 Timbangan Elektrik
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
![Page 21: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/21.jpg)
21
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
2. Kompor listrik
Alat ini digunakan untuk mengeringkan specimen
Gambar 1.15 Kompor listrik
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
3. Panci
Digunakan sebagai wadah tempat kita akan menghilangkan lempung
pada pasir dari untuk mengeringkan pasir. Pada kompor listrik.
Gambar. 1.16 Panci
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
4. Gelas ukur
Alat ini digunakan untuk mengukur jumlah larutan yang akan
ditambahkan pada pasir cetak.
![Page 22: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/22.jpg)
22
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Gambar. 1.17. Gelas ukur
Sumber : Aliffeis, 2012
Sedangkan bahan yang digunakan untuk pengujian kadar pengikat antara lain :
Pasir Cetak
Larutan NaOH 25%
Air
1.2.3.2 Urutan Kerja Pengujian
Urutan kerja pengujian kadar lempung pasir cetak adalah :
1. Timbang pasir cetak seberat 100 gram sebagai spesimen
2. Larutan pasir didalam 950 ml air pada panci
3. Tambahkan NaOH 25% sebanyak 50ml
4. Aduk campuran tersebut dan biarkan pasir mengendap selama 5 menit
5. Buang airnya sebanyak 5/6 dari tinggi permukkaan air ingatlah jangan sampai
ada pasir yang ikut terbuang
6. Tambahkan airnya hingga seperti semula dan ulangi langkah kerja 4,5,6
sebanyak beberapa kali hingga airnya bersih.
7. Panaskan pasir cetak dalam panic dengan suhu 100-110%
8. Aduk pasir hingga kering
9. Timbang pasir cetak kering dan catat hasilnya
10. Hitung kadar lempung dengan rumus :
Kadar lempung = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 – 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙 × 100% − 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
![Page 23: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/23.jpg)
23
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
1.2.4 Pengolahan Data dan Pembahasan
1.2.4.1 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Kadar Pengikat
Tabel 1.4 Data Hasil Pengujian Kadar Lempung
No. Berat
Awal
(gram)
Berat Akhir
(gram)
Kadar
Lempung (%)
1 100,05 89,14 3,57
2 100,08 93,28 0,54
3 100,06 82,84 9,88
∑ 300,19 265,26 12,92
Tabel 1.5 Data Hasil Perhitungan
No. Berat
Awal
Berat
Akhir
Kadar
Bentonit (x)
(x-�̅�) (x-�̅�)2
1 100,05 89,14 3,57 -0,73 0,535
2 100,08 93,28 0,54 -4.84 23,442
3 100,06 82,84 9,88 5.57 31,063
∑ 300,19 265,26 12,92 0 55,04
Kadar Bentonit (%) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 – 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙 × 100% − 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
Pengujian Pertama = 100,05 – 89,14
100.05 × 100% − 7.33% = 3,57%
Pengujian Kedua = 100,08 – 93,28
100.08 × 100% − 7,33% = 0,54%
Pengujian Ketiga = 100.06 – 82,84
100.06 × 100% − 7,33% = 9,88%
1.2.4.2 Perhitungan Data Hasil Pengujian Kadar Pengikat
Kadar Bentonit Rata-rata ( X )
X = ∑ 𝑥
𝑛 =
12,92
3 = 4,3063%
![Page 24: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/24.jpg)
24
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Simpangan Baku (δ)
δ = ∑(𝑥−�̅�)2
𝑛−1
δ = √55.04
2= 5,246
Simpangan Baku Rata-rata ( )
= 𝛿
√𝑛 =
5,246
√3 = 3,0288
Kesalahan Relatif (KR)
KR = 𝛿
𝑥=
3,0288
4,3063= 0,7033
α = KR x 100%
= 0,7033 x 100%
= 70,33%
Diambil α = 5%
Derajat Kebebasan (db) = n-1 = 3-1 = 2
t (α/2 ; db) = t(0,05/2 ; 2) = t(0,025 ; 2) = 4,303
Range Nilai Kesalahan
x’ – (t(α/2 ; db)δ) ≤ x ≤ (t(α/2 ; db)δ) + x’
4,3063 – (4.303 x 3,0288) ≤ x ≤ (4,303 x 3,0288) + 4,3063
-8,7765 ≤ x ≤ 17,339
-8,7765 17,339
Pada praktikum dengan kadar bentonit rata-rata 4,3063 % telah
memenuhi dengan perhitungan interval penduga dengan kisaran -8,7765 sampai
dengan 17,339 dengan tingkat keyakinan 95%. Berarti bahwa pada nilai 4,3063
kadar bentonit rata-rata diterima.
![Page 25: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/25.jpg)
25
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
1.2.4.3 Pembahasan Data Hasil Pengujian Kadar Pengikat
Pada pengujian kadar pengikat telah ditentukan komponen pengikat pasir
cetak adalah 8% dan kadar air 5%. Pada pengujian kadar pengikat terjadi
penyimpangan antara kadar pengikat yang telah ditentukan dengan hasil
pengujian. Dari hasil pengujian didapat data pengujian 1 = 3,57 %, pengujian 2 =
0,54 %, pengujian 3 = 9,88 % dan kadar pengikat rata-rata = 4,3063 %. Hal ini
dikarenakan pada saat pencucian kadar bentonit belum benar-benar mengendap
sehingga menyebabkan kadar bentonit aktual lebih rendah daripada teoritis dan
juga pasir yang ikut terbuang oleh air, sehingga menyebabkan kadar bentonit
aktual lebih tinggi daripada teoritis.
Apabila kadar bentonit kurang maka pasir cetak akan kekuarangan daya
ikat sehingga kekuatannya berkurang dan permeabilitasnya menurun, karena ada
air bebas yang akan mengisi rongga celah butiran sehingga menyebabkan fluida
dalam hal ini udara sulit untuk keluar. Sedangkan bila kelebihan bentonit maka
permeabilitas pasir cetak akan menurun karena bentonit mengisi celah-celah
rongga antar butiran pasir.
1.2.5 Kesimpulan dan Saran
1.2.5.1 Kesimpulan
1. Pada pengujian kadar pengikat terjadi penyimpanga antara nilai kadar pengikat
teoritis 8% dengan nilai kadar pengikat actual 4,3063 %
2. Penyebab terjadinya penyimpangan tersebut karena pasir masih memiliki
kandungan bentonite dan pada saat pencucian, kadar bentonite belum benar –
benar mengendap sehingga nilai actual lebih rendah dari teoritis.
1.2.5.2. Saran
1. Sebaiknya praktikan tidak bergurau saat praktikum
2. Agar alat – alat laboratorium lebih dirawat lagi
3. Waktu praktikum tidak bersamaan dengan waktu kuliah.
![Page 26: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/26.jpg)
26
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
1.3 Pengujian Distribusi Besar Butir Pasir Cetak
1.3.1 Tujuan Pengujian
1. Praktukan Mengetahui Besar Butir Pasir Melalui Nomor Kehalusan.
2. Praktikan Mampu Menganalisa Dan Melakukan Pengujian Distribusi Besar
Butir Pasir Cetak.
3. Praktikan Mengetahui Pengaruh Distribusi Besar Butir Pasir Terhadap
Karakteristik Pasir Cetak.
1.3.2 Dasar Teori
1.3.2.1 Definisi Pasir
Pasir adalah partikel granular dari SiO2 , yang pada prinsipnya 50-95%
dari total material pada pasir cetak. Pada pasir cetakan komposisinya berbeda-
beda, bergantung pada distribusi pasir cetak, komposisi kimia refraktori dan
thermal stability (Heine, 1976:185).
Komposisi kimia pasir yang cocok sangat diperlukan pada saat melakukan
pengecoran logam. Hal ini dikarenakan pada saat butiran pasir bersentuhan
dengan logam cair terjadi peristiwa kimia dan fisika akibat tingginya temperature.
Pasir cetak yang lazim digunakan adalah pasir gunung pasir pantai dan
pasir silika yang disediakan oleh alam. Bagian-bagian utama pasir ini adalah SiO2
dimana pada table dapat dilihat presentase kadar SiO2 pasir rata-rata lebih dari
90% disamping SiO2 komponen senyawa kimia lainnya seperti AI2O3, T1O2, MgO
dan CaO juga kadang dapat ditemukan dalam kandungan pasir. Disampiing
kandungan oksida pada pasir juga ditemui, logam bebas, karbon dan senyawa
alkali lainnya.
![Page 27: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/27.jpg)
27
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Tabel 1.6 Komposisi Kimia Pasir
Sumber : Heine ,1976 ;186
1.3.2.2 Macam-Macam Pasir
Pasir cetak yang digunakan sebagai bahan cetakan secara umum dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Pasir cetak yang dapat langsung digunakan
a. Pasir Gunung
Pasir ini banyak ditemukan di Gunung yang umumnya digali dari
lapisan tua. pasir ini mengandung lempung dan kebanyakan dapat dipakai
setelah dicampur dengan air.
Gambar 1.18 Pasir Gunung
Sumber : Adiyatma ; 2012
![Page 28: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/28.jpg)
28
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
2. Pasir cetak yang tidak dapat langsung digunakan
a. Pasir Pantai
Pasir ini dapat diambil dai pantai dan pasir ini tidak dapat melekat
dengan sendirinya, sehingga dibutuhkan pengikat. Pasir ini mengandung
kotoan yang banyak seperti ikatan organik.
Gambar 1.19 Pasir Pantai
Sumber: Adiyatma ; 2012
b. Pasir Sungai
Pasir yang umumnya diambil dari sungai dan tidak dapat melekat
dengan sendirinya, sehingga dibutuhkan pengikat untuk mengikat butir-
butirannya satu sama lain.
Gambar 1.20 Pasir Sungai
Sumber : Adiyatma ; 2012
c. Pasir Silika Alami
Pasir ini dapat diambil di Pegunungan dalam keadaan alamiah dan
tidak dapat melekat dengan sendirinya, sehingga dibutuhkan pengikat untuk
mengikat butir-butirannya satu sama lain. Pasir ini mengandung unsur
utama SiO2 dan kotoran lainnya seperti mika/fosfor.
![Page 29: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/29.jpg)
29
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Gambar 1.21 Pasir Silika Alami
Sumber : Adiyatma ; 2012
d. Pasir Silika Buatan
Pasir silika buatan ini dapat diperoleh dengan cara memecah batu
kwarsa atau kuarsit. Pasir ini tetap mengandung unsur utama yaitu SiO2.
Gambar 1.22 Pasir Silika Buatan
Sumber : Adiyatma ; 2012
e. Pasir Chromit
Pasir yang mempunyai senyawa Fe2O4, Cl2O4. Ini merupakan pasir
yang bisa digunakan sebagai pasir cetak. Pasir yang berkualitas tinggi
dengan sedikit impurilis yang mempunyai ekspansi themal rendah dan
konduktivitas thermal yang tinggi. Pasir chromit ini juga memiliki refraktori
yang bagus.
Gambar 1.23 Pasir Chromit
Sumber : Adiyatma ; 2012
![Page 30: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/30.jpg)
30
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
f. Pasir Zirkon
Pasir zircon ada yang berwarna dan ada yang tidak berwarna. Pasir
yang mempunyai formula ZrO2, SiO2. Pasir zikon yang berwarna biasanya
warnanya coklat atau merah kekuning-kuningan.
Gambar 1.24 Pasir Zirkon
Sumber : Adiyatma ; 2012
1.3.2.3 Ukuran dan Dimensi Butiran Pasir Cetak
Gambar 1.25 Bentuk Butiran dari Pasir
Sumber : Heine, 1976 ;110
1. Butir Pasir Bulat (Round Grain)
Butiran bulat terbentuk karena butir butir sedang bergesekan berulang-
ulang akibat adanya angin, gelombang atau aliaran air sehingga menghasilkan
bentuk bulat. Bentuk ini dalam struktur pemadatan bersinggungan antara satu
dengan yang lain sehingga memerlukan jumlah pengikat yang sedikit tapi
permeabilitasnya tinggi. Jenis butir ini umumnya tebentuk membulatdan
hamper tidak ada yang membentuk sudut.
Kelebihan :
- Permeabilitasnya tinggi karena luas bidang kontak anta butir sedikit
sehingga rongga yang tebentuk besar
- sedikit memerluka jumlah pengikat
Kekurangan :
- kekuatannya rendah karena luas bidang kontaknya kecil sehingga banyak
tedapat rongga-rongga
![Page 31: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/31.jpg)
31
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
2. Butir Pasir Sebagian Bersudut (Sub Angular Grain)
Butiran sebagian bersudut terjadi karena butiran besudut saling begerak
dan bertumbukan sehingga sudutnya pecah dan membentuk sub angular grain.
Permeabilitas butian ini lebih rendah daripada butir pasir bulat, disebabkan
oleh lebih banyaknya luas bidang kontak sehingga ronga-rongga yang ada lebih
sempit. Namun kekuatannya lebih tinggi daripada buti pasir bulat. Hal ini
dikarenakan oleh lebih banyaknya luas bidang kontak, sehingga kerapatan
antar butir tinggi dan rongga-rongganya lebih sempit.
Kelebihan :
- kekuatannya lebih tinggi karena luas bidang kontaknya lebih besar sehingga
rongga-rongga antar butir lebih sempit
Kekurangan :
- memerlukan jumlah pengikat agak banyak
- permeabilitasnya lebih rendah, karena luas bidang kontak antar butir lebih
besar sehingga rongga-rongga antar butir lebih sempit untuk dialiri udara
3. Butir Pasir Bersudut (Angular Grain)
Bentuk butinya mayoritas bersudut, namun sudut yang terbentuk belum
terlalu runcing. Butiran bersudut terbentuk oleh dekomposisi bahan tanpa ada
gesekan. Butiran ini memiliki permeabilitas rendah disbanding dengan butir
pasir sebagian bersudut dan butir pasir bulat dikarenakan luas bidang
kontaknya lebih besar, sehingga rongga-rongga yang ada sempit. Akan tetapi,
butiran bersudut ini memberikan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan
butiran sebagian bersudut, dikarenakan luas bidang kontaknya yang lebih besar
dan rongga-rongga yang ada sempit, sehingga kerapatannya tinggi.
Kelebihan :
- kekuatannya lebih tinggi daripada butirr bulat dan butir sebagian besudut,
karena luas bidang kontaknya lebih besar dan rongga-rongga yang ada kecil,
sehingga kerapatannya tinggi
Kekurangan :
- memerlukan pengikat dalam jumlah yang banyak
- permeabilitasnya lebih rendah dibandingkan dengan buti bulat dan buti
sebagian bersudut, dikarenakan luas bidang kontaknya yang lebih besar,
sehingga rongga-rongga antar butirnya lebih sempit
![Page 32: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/32.jpg)
32
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
4. Butir Pasir Kristal (Compound Grain)
Bentuk butir dari pasir ini memiliki sudut yang kurang pada ujung-
ujungnya. Butiran ini memiliki permeabilitas yang rendah sekali dikarenakan
luas bidang kontaknya lebih besar akibat butir kristal yang pecah menjadi kecil-
kecil dan mengisi rongga-rongga. Namun memiliki kekuatan yang besar
dikarenakan luas bidang kontak yang ada lebih besar akibat butir kristal pecah
menjadi kecil-kecil dan mengisi rongga-rongga antar butir, sehingga
kerapatannya tinggi.
Kelebihan :
- kekuatannya lebih tinggi daripada lainnya dikarenakan luas bidang
kontaknya lebih besar akibat kristal yang pecah dan mengisi rongga-rongga
antar butir sehingga kerapatannya tinggi
Kekurangan :
- memerlukan pengikat yang sangat banyak
- permeabilitas lebih rendah daripada buti lainnya dikarenakan luas bidang
kontaknya lebih besar akibat butir Kristal yang pecah dan mengisi rongga-
rongga sehingga udara yang mengalir sedikit
Jenis butir pasir bulat baik sebagai pasir cetak, karena memerlukan
jumlah pengikat yang lebih sedikit untuk mendapatkan kekuatan dan
permeabilitas tertentu, serta mampu alirnya baik. Pasir butir kristal kurang baik
untuk pasir cetak sebab akan pecah menjadi butir-butir kecil pada pencampuran
serta memberikan ketahanan api dan pemeabilitas buruk pada cetakan dan
selanjutnya membutuhnkan pengikat dalam jumlah banyak.
Pasir cetak biasanya kumpulan dari butir-butir yang berukuran bermacam-
macam. Tetapi kadang-kadang terdiri dari butir-butir tesaring yang mempunyai
ukuran seagam. Besar butir yang diinginkan adalah dari tiga mesh yang
berurutan dan sisanya dari ukuran mesh berikutnya. Jadi lebih baik tidak
mempunyai besar butir yang seragam. (Tata Surdia. “Teknik Pengecoran
Logam”. Hal 111)
1.3.2.4 Distribusi Besar Butir Pasir Cetak
Distribusi besar pasir cerak adalah persebaran butiran pasir atau
prosentase butiran pada pasir cetak suatu cara ukuran besarnya butiran pasir cetak
![Page 33: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/33.jpg)
33
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
ditunjukan GFN(Grain Finnest Number) merupakan ukuran kehalusan rata-rata
butiran pasir, makin tinggi angkanya maka pasir semakin halus dan daya salur
udaranya (permebilitas) relative rendah.
Pada umumya pasir tidak terdiri dari butiran-butiran dengan ukuran sama.
Untuk mengetahui distribusi dari butir-butir yang mempunyaibesar butir yang
berbeda-beda makan dilakukan analisis ayak(sleve analysis)
Distribusi ukuran butir pasir dapat dibagi menjadi 4 jenis :
a. Distribusi ukuran butir sempit artinya susunan butir hanya terdiri dari kurang
lebih 2 fraksi saja.
b. Distribusi ukuran butir sangat sempit artinya 90% dari ukuran besar butir
terdiri dari 1 fraksi saja.
c. Distribusi ukuran butir lebar artinya susunan butiran terdiri lebih kurang 3
fraksi.
d. Distribusi ukuran sangat lebar artinya susunan-susunan ukuran butir terdiri
dari 3 fraksi
Distribusi butir sampai akan memberikan permebilitas yang lebih tinggi
dan sebaliknya distribusi ukuran butir berpengaruh juga pada kekuatan cetakan ,
beda butiran yang diinginkan adalah sedemikian sehingga 2/3 dari butiran pasir
mempunyai ukuran mesh-mesh yang berikutnya . Jadi lebih baik tidak mempunyai
besar butir yang seragam.
Tabel 1.7 Distribusi AFS Number
Sumber : Heine ,1976 ;102
![Page 34: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/34.jpg)
34
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
AFS Ne =Total Produk
Total percent retained =
∈(Wi .Mi)
∈Wi
Keterangan :
AFS Ne= Nomer kehalusan butir pasir cetak standart AFS.
ω = Berat pasir pada ayakan ke ayakan ke-1
Distribusi pasir cetak dari AFS number untuk ukuran 50±1 akan melewati
100% mesh berukuran 40, akan melewati 95% mesh berukuran 50 dan sisanya
akan melewati mesh ukuran 70 dan 100.
Mesh adalah bagian yang berukuran sama dari suatu bentuk benda
berdiameter yang lebih besar atau dapat diartikan mesh adalah element kecil dari
suatu bagian benda , dalam hal ini mesh berfungsi untuk memisahkan besar
ukuran pasit berdasearkan ukurannya berdasarkan ”American Faundymans
Society” maka mesh dikelompokan berdasarkan tabel berikut.
Tabel 1.8 Distribusi AFS Number
Sumber : Heine ,1976 ;102
Untuk butir ukuran pasir yang ukurannya sama atau lebih besar dari
ukuran mesh maka pasir tersebut tudak dapat lolos dari mesh tersebut. Sehingga
ratio antara ukuran pasit dan ukuran mesh ”American Faundrymans Society”
distandarkan berdasarkan tabel diatas makan mesh menggunakan satuan micron
per inch.
![Page 35: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/35.jpg)
35
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
1.3.2.5 Syarat Pasir Cetak
1. Mempunyai sifat mampu bentuk yang baik
Pasir cetak harus mempunyai sifat ini karena untuk menyesuaikan
pola dan cetakan yang dihasilkan harus kuat, sehingga tidak mudah usak
karena dipindah-pindahkan dan mampu menahan logam cair ketika dibuang
ke dalam cetakan.
2. Permeabilitas yang cocok
Permeabilitas adalah kemampuan suatu pasir cetak untuk dialiri
suatu fluida (yang dimaksud adalah udara). Pasir cetak harus memiliki sifat
ini agar dapat menyerap udaa yang terjebak. Permeabilitasnya harus cocok
karena jika pemeabilitasnya kurang maka kemampuan alir udara juga
kurang sehingga dapat menyebabkan udara terjebak dan jika
permeabilitasnya terlalu tinggi maka akan mengalami cacat permukaan.
3. Distribusi besar butir yang cocok
Distribusi besar butir harus cocok karena akan bepengaruh terhadap
hasil coran. Apabila distribusi besar butir kurang baik, maksudnya butir
pasir satu dengan lainnya terlalu padat, sehingga udara atau gas yang timbul
dalam rongga cetakan akan sulit keluar dan akan menimbulkan cacat.
Namun jika distribusi besar buti cocok, maka hasil coran akan baik. Karena
dalam distribusi besar butir yang baik/cocok, permeabilitas juga akan baik
sehingga berpengaruh juga pada hasil coran.
4. Tahan terhadap logam yang dituangkan (temperature tinggi)
Butir pasir dan pengikat harus mempunyai derajat tahan api tertentu
terhadap temperatur tinggi pada saat logam cair dengan tempeatu tinggi
dituangkan ke dalam cetakan. Karena logam cair dengan temperatur tinggi
mempunyai daya tumbuk yang membuat kecepatan alir tinggi, maka dari itu
pasir cetak harus tahan temperatur tinggi.
5. Komposisi yang cocok
Dalam pembuatan pasir cetak, komposisi antara air, pasir, dan
lempung harus cocok. Air sebagai activator yang dapat mengaktifkan daya
ikat pada lempung, sehingga buti pasir satu dengan lainnya akan terikat
karena lempung dapat terktivasi secara baik.
![Page 36: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/36.jpg)
36
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
6. Pasir cetak harus murah dan mudah didapat serta dapat digunakan kembali
supaya ekonomis.
1.3.2.6 Pengaruh Distribusi Besar Butir Pasir Cetak Terhadap Karakter Pasir
Cetak
A. Pengaruh Distribusi Besar Butir Pasir Cetak terhadap Permeabilitas Pasir Cetak
Distribusi besar butir pasir cetak merupakan penyebaran besaran butir
atau prosentase dari besaran pasir cetak yang akan digunakan sebagai cetakan.
- Jika butiran pasir cetak kecil maka permeabilitasnya kecil, karena luas
bidang kontaknya besar, sehingga rongga yang ada kecil.
- Jika butiran pasir cetak besar maka permeabilitasnya besar, karena luas
bidang kontaknya kecil, sehingga rongga yang ada lebar.
- Jika butian pasir cetak seragam maka permeabilitasnya besar, karena luas
bidang kontaknya kecil, sehingga rongga yang ada besar.
- Jika butian pasir cetak tidak seragam maka permeabilitasnya kecil, karena
luas bidang kontaknya besar akibat rongga-rongganya diisi oleh butir yang
lebih kecil, sehingga rongganya sempit.
- Jika butian pasir cetak berbentuk kristal maka permeabilitasnya kecil,
karena luas bidang kontaknya besar akibat butiran kristal pecah menjadi
butiran kecil, sehingga mengisi rongganya.
- Jika butian pasir cetak berbentuk bulat maka permeabilitasnya besar, karena
luas bidang kontaknya sedikit, sehingga terdapat rongga-rongga.
B. Pengaruh Distribusi Besar Butir Pasir Cetak terhadap Kekuatan Pasir Cetak
- Jika butiran pasir cetak kecil maka kekuatan pasir cetak besar, karena luas
bidang kontaknya besar, sehingga kerapatannya tinggi.
- Jika butiran pasir cetak besar maka kekuatan pasir cetak kecil, karena luas
bidang kontaknya kecil, sehingga kerapatannya rendah.
- Jika butian pasir cetak seragam maka kekuatan pasir cetak kecil, karena luas
bidang kontaknya kecil, sehingga kerapatannya rendah.
- Jika butian pasir cetak tidak seragam maka kekuatan pasir cetak besar,
karena luas bidang kontaknya besar akibat rongga rongga antar buti yang
lebih besar diisi oleh butir yang lebih kecil, sehingga kerapatannya tinggi.
![Page 37: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/37.jpg)
37
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
- Jika butian pasir cetak berbentuk kristal maka kekuatannya besar, karena
luas bidang kontaknya besar akibat butiran kristal pecah menjadi butiran
kecil, sehingga mengisi rongganya.
- Jika butian pasir cetak berbentuk bulat maka kekuatan pasir cetak kecil,
karena luas bidang kontaknya kecil, sehingga terdapat lebih banyak rongga-
rongga.
1.3.3 Pelaksanaan Pengujian
1.3.3.1 Alat dan Bahan
1. Mesin Pengguncang Rotap
Alat ini berfungsi untuk menyaring pasir.
Spesifikasi alat:
- Jenis : Rotap - Buatan : Jerman Barat
- Tipe : VS 1 - Artikel : 30 40 0010
- Merk : Retsch - No Seri : 01849038
- Volatse : 220 V - Frekuensi : 50 Hz
- Daya : 430 Watt
Gambar 1.26 Mesin Pengguncang Rotap
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya
![Page 38: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/38.jpg)
38
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
2. Timbangan Pasir Elektrik
Alat ini digunakan untuk menimbang pasir yang akan diuji.
Gambar 1.27 Timbangan Elektrik
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
3. Tempat Pasir
Alat ini digunakan untuk menampung pasir silika.
Gambar. 1.28 Tempat Pasir
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
1.3.3.2 Urutan Kerja Pengujian Distribusi Besar Butir Pasir Cetak
Urutan Kerja Pengujian Urutan pengujian distribusi pasir cetak
adalah:
1. Ambil pasir cetak seberat 50 gr sebanyak 3 sampel.
2. Susun ayakan dari bawah ke atas dengan tingkat mesh semakin ke atas
semakin besar meshnya, kemudian letakkan pada mesin pengguncang
rotap.
3. Letakkan spesimen pasir cetak pada ayakan paling atas.
![Page 39: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/39.jpg)
39
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
4. Hidupkan mesin pengguncang rotap selama 5 menit dengan frekuensi
getar 50 Hz.
5. Setelah selesai, timbang berat pasir yang berada pada masing-masing
mesh.
6. Cari harga Sn dari tiap-tiap mesh yang ada dari tabel-tabel yang terlampir.
7. Hitung besar nomor kehalusan pasir cetak dalam skala FN maupun standar
AFS.
1.3.4 Pengolahan Data dan Pembahasan
Tabel 1.9 Data hasil Pengujian
No Ukuran Mesh Berat 1
(gr)
Berat 2
(gr)
Berat3
(gr)
1 315 28,03 32,54 29,42
2 280 4,03 4,05 3,47
3 250 3,45 2,16 2,52
4 200 4,89 3,2 4,03
5 180 2,24 1,88 1,87
6 160 1,78 1,14 1,65
7 140 0,08 0,86 1,19
8 125 0,7 0,67 0,92
9 Sisa 0,22 0,44 0,91
1.3.4.1 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Besar Butir Pasir Cetak
Rumus yang digunakan untuk mencari nomor kehalusan pasir cetak
adalah :
Wn
(Wn.Sn)
FN
![Page 40: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/40.jpg)
40
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Tabel 1.10 Data perhitungan spesimen 1
No Mesh Wn1 Sn Wn1.Sn
1 315 28,03 60,36585 1692,05
2 280 4,03 68,08046 274,36
3 250 3,45 77,04598 127,70
4 200 4,89 95,065577 464,87
5 180 2,24 107,1967 240,12
6 160 1,78 119,3279 212,40
7 140 0,08 136,6369 10,93
8 125 0,7 154,3636 108,05
9 Sisa 0,22 620 136,4
Perhitungan
Tabel 1.11 Pelipat Sn untuk Perhitungan Nomor Kehalusan Butir
Sumber: Surdia dan Chijiwa, 1996 ;122
Mencari Sn untuk ukuran mesh 315 dengan menggunakan metode interpolasi
63
45
297-315
315420
x
x
63
45
18
165
x
x
105x - 6615 = 810-18x
123x = 7425
x = 60,366
menghitung fineness number
𝐹𝑁 = ∑(𝑊𝑛. 𝑆𝑛)
∑ 𝑊𝑛
![Page 41: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/41.jpg)
41
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
𝐹𝑁 = 3266,88
45,42
FN = 71,926
Tabel 1.12 Data Perhitungan Spesimen 2
No Ukuran Mesh Wn2 Sn Wn2 . Sn
1 315 32,54 60,36585 1964,30
2 280 4,05 68,08046 275,72
3 250 2,16 77,04598 79,95
4 200 3,2 95,06577 304,21
5 180 1,88 107,1467 201,15
6 160 1,14 119,3274 136,03
7 140 0,86 136,6364 117,50
8 125 0,67 154,3636 103,42
9 Sisa 0,44 620 272,8
32,54 3455,488
Perhitungan
Tabel 1.13 Pelipat Sn untuk Perhitungan Nomor Kehalusan Butir
Sumber: Surdia dan Chijiwa, 1996 ;122
Mencari Sn untuk ukuran mesh 315 dengan menggunakan metode interpolasi
63
45
297-315
315420
x
x
63
45
18
165
x
x
105x - 6615 = 810-18x
![Page 42: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/42.jpg)
42
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
123x = 7425
x = 60,366
Menghitung finess number
𝐹𝑁 = ∑(𝑊𝑛. 𝑆𝑛)
∑ 𝑊𝑛
𝐹𝑁 = 3455,488
46,94
FN = 73,61
Tabel 1.14 Data Perhitungan Spesimen 3
No Ukuran Mesh Wn3 Sn Wn3 . Sn
1 315 29,42 60,36585 1775,96
2 280 3,47 68,08046 236,27
3 250 2,52 77,04598 93,27
4 200 4,03 45,06557 283,11
5 180 1,87 107,1967 200,45
6 160 1,65 119,3279 196,89
7 140 1,19 136,6364 162,59
8 125 0,92 154,3636 142,02
9 Tan 0,91 620 564,2
29,42 3754,71
Perhitungan
Table 1.15 Pelipat Sn untuk Perhitungan Nomor Kehalusan Butir
Sumber: Surdia dan Chijiwa, 1996 ;122
![Page 43: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/43.jpg)
43
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Mencari Sn untuk ukuran mesh 315 dengan menggunakan metode interpolasi
63
45
297-315
315420
x
x
63
45
18
165
x
x
105x - 6615 = 810-18x
123x = 7425
x = 60,366
menghitung finess number
𝐹𝑁 = ∑(𝑊𝑛. 𝑆𝑛)
∑ 𝑊𝑛
𝐹𝑁 = 3754,71
45,98
FN = 81,65
Tabel 1.16 Data Perhitungan Spesimen I
No Ukuran
mesh
Us M Wn1 Wn1 . M
1 315 48,319 38,319 28,03 1074,08
2 280 53,448 41,724 4,03 168,14
3 250 60,345 45,172 3,45 155,85
4 200 73,934 52,623 4,89 257,32
5 180 83,77 59,18 2,24 132,56
6 160 93,606 65,737 1,78 117,01
7 140 166,511 74,883 0,08 5,99
8 125 120,465 85,348 0,7 59,74
9 sisa 620 300 0,22 74,8
45.42 2045,49
![Page 44: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/44.jpg)
44
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Perhitungan
Tabel 1.17 US untuk nomor kehalusan butir
Sumber : Heine, 1976 ;102
Menentukan Us dari ukuran mesh 315 μm
414 − 315
315 − 295=
40 − 𝑥
𝑥 − 50
99
20=
40 − 𝑥
𝑥 − 50
4.95(𝑥 − 50) = 40 − 𝑥
4.95𝑥 − 247.5 = 40 − 𝑥
5.95𝑥 = 287.5
𝑥 = 48,319
![Page 45: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/45.jpg)
45
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Tabel 1.18 Multiplier untuk masing-masing Us
Sumber : Heine, 1976 ;102
Menentukan M dari Us = 48,319
30
40
40 - 48,319
319,4850
x
x
30
40
8,319
681,1
x
x
1,681x -50,43 = 332 – 8,319x
10x = 383,19
M = 38,319
Mencari Finnest Number
AFS = 𝜖(𝑊𝑛 .𝑀)
∈𝑊𝑛
AFS = 2045,49
45,42
AFS = 45,03
![Page 46: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/46.jpg)
46
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Tabel 1.19 Data Perhitungan Spesimen 2
No Ukuran
mesh
Us M Wn2 Wn2 . M
1 315 48,319 38,319 32,54 1246,90
2 280 53,448 41,724 4,05 168,98
3 250 60,345 45,172 2,16 97,57
4 200 73,934 52,623 3,2 168,39
5 180 83,77 59,18 1,88 111,25
6 160 93,606 65,737 1,14 74,95
7 140 166,511 74,883 0,86 38,59
8 125 120,465 85,348 0,67 57,18
9 sisa 620 300 0,44 132
46.94 2095,8
Perhitungan
Tabel 1.20 Us untuk nomor kehalusan butir
Sumber : Heine, 1976 ;102
![Page 47: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/47.jpg)
47
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Menentukan Us dari ukuran mesh 280 μm
70
50
208-280
280295
x
x
70
50
72
15
x
x
15x – 1050 = 3600 – 72x
87x = 4650
x = 53,448
Tabel 1.21 Multiplier untuk masing-masing Us
Sumber : Heine, 1976 ;102
Menentukan M dari Us = 53,448
70
50
70-53,448
448,5370
x
x
70
50
3,448
552,16
x
x
16,552x -662,08 = 172,4 – 3,448x
20x = 834,48
M = 41,724
Mencari Finnest Number
AFS = 𝜖(𝑊𝑛 .𝑀)
∈𝑊𝑛
AFS = 2095,8
46,94
AFS = 44,64
![Page 48: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/48.jpg)
48
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Tabel 1.22 Data Perhitungan Spesimen 3
Perhitungan
Tabel 1.23 Us untuk nomor kehalusan butir
Sumber : Heine, 1976 ;102
Menentukan Us dari ukuran mesh 160 μm
100
70
147-160
160208
x
x
100
70
13
48
x
x
No Ukuran
mesh
Us M Wn2 Wn2 . M
1 315 48,319 38,319 29,42 1145.768
2 280 53,448 41,724 3,47 149.78916
3 250 60,345 45,172 2,52 130.9988
4 200 73,934 52,623 4,03 179.9202
5 180 83,77 59,18 1,87 155.0516
6 160 93,606 65,737 1,65 70.33859
7 140 166,511 74,883 1,19 102.58971
8 125 120,465 85,348 0,92 104.12456
9 sisa 620 300 0,91 327
45,98 2365.5806
![Page 49: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/49.jpg)
49
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
48x – 4800 = 910 – 13x
61x = 5710
x = 93.606
Menentukan M dari Us = 93.606
50
70
70-606.93
606.93100
x
x
50
70
23.606
394.6
x
x
6.394x – 319.7 = 1652.42 – 23.606x
30x = 1972.12
M= 65.737
Mencari Finnest Number
AFS = 𝜖(𝑊𝑛 .𝑀)
∈𝑊𝑛
AFS = 2304,5
45,98
AFS = 50,32
Perhitungan data hasil pengujian distribusi pasir butir pasir cetak
Perhitungan statistik
Tabel 1.24 Skala FN
No Spesimen FN (FN-𝑭𝑵̅̅ ̅̅ ) (FN-𝑭𝑵̅̅ ̅̅ )2
1 1 71,926 -3,802 14,45
2 2 73,61 -2,118 4,48
3 3 81,65 5,922 35,07
Jumlah 227,186 0 54
rata-rata FN = Jumlah FN = 227,86 = 75,728
n 3
Simpangan Baku ()
= (x-x)2
√n-1
![Page 50: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/50.jpg)
50
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
= 54= 5,1961
√2
Simpangan Baku rata-rata ()
= = 5,1961 = 3,0038
n 3
Kesalahan relatif (Kr)
Kr = = 3,0038 = 0,00396
x 75,728
resiko kesalahan α = 5%
= Kr x 100%
= 0,00396 x 100%
= 0,396%
Dengan mengambil =5%
Derajat Kebebasan (db)
db = n-1
= 3-1
= 2
Sehingga t (/2 ; db)
t (0,05/2 ; db )
t (0,05/2 ; 2) = 4,30265
Interval Penduga Kesalahan
X – {( t(/2 ; db) ) } ≤ x ≤ x + { t(/2 ; db) )}
X – {( 4,30265) (3,0038)} ≤ x ≤ x + { (4.30265) (3,0038)}
75,728– 12,924 ≤ x ≤ 75,728+12,924
62,804 ≤ x ≤ 88,652
62,804 88,652
![Page 51: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/51.jpg)
51
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Pada gradik uji T diatas terlihat bahwa daerah yang di terima adalah 62,804
< x < 88,652, sedangkan daerah yang ditolak adalah x < 62,804 dan x > 8,652.
Artinya bahwa daerah yang diterima menunjukkan data pengujian tidak terjadi
kesalahan untuk daerah yang ditolak menunjukkan bahwa data pengujian
mengalami kesalahan.Maka nilai FN rata-rata 75,728 masuk pada daerah terima,
hal ini menunjukkan data pengujian menunjukkan data valid atau benar
Tabel 1.25 Skala AFS
rata-rata AFS = Jumlah AFS = 139,99= 46,66
n 3
Simpangan Baku ()
= (x-x)2
√n-1
= 20,1273= 3,1273
2
Simpangan Baku rata-rata ()
= = 3,1273 = 1,8336
n 3
Kesalahan relatif (Kr)
Kr = = 1,8336 = 0,0392
x 49.18432587
Resiko kesalahan
= Kr x 100%
= 0,0392 x 100%
= 3,92%
No Spesimen AFS (AFS-𝑨𝑭𝑺̅̅ ̅̅ ̅̅ ) (AFS-𝑨𝑭𝑺̅̅ ̅̅ ̅̅ )2
1 1 45,03 -1,63 2,6569
2 2 44,64 -2,02 4,0804
3 3 50,32 3,66 13,39
139,99 0 20,1273
![Page 52: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/52.jpg)
52
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Derajat Kebebasan (db)
db = n-1
= 3-1
= 2
Sehingga t (/2 ; db)
t (0,05/2 ; db )
t (0,05/2 ; 2) = 4,30265
Interval Penduga Kesalahan
x – { (t(/2 ; db) )} ≤ x ≤ x + { (t(/2 ; db) )}
x – { (4,30265) 1,8336} ≤ x ≤ x + { (4.30265) 1,8336 }
46,66– 7,889 ≤ x ≤ 46,66– 7,889
38,775 ≤ x ≤ 54,549
38,775 54,549
Dari grafik uji T diatas menunjukkan batas-batas interval praduga
kesalahan diatas di dapat dari perhitungan. Dari grafik uji T diatas terlihat bahwa
daerah yang di terima adalah 38,775 < x <54,549, sedangkan daerah yang diluar
adalah x<38,775 dan x>54,49 dari perhitungan diatas bahwa daerah yang diterima
menunjukkan data pengujian valid atau benar, Untuk daerah yang ditolak
menunjukkan data terjadi kesalahan, maka nilai AFS rata-rata 46,66 masuk dalam
daerah yang diterima hal ini menunjukkan data pengujian valid atau benar.
![Page 53: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/53.jpg)
53
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
1.3.4.2 Pembahasan Pengujian Besar Butir Pasir Cetak
Spesimen I
Dari data tabel hasilm pengujian dapat kita lihat bahwa distribusi besar
butir pasir cetak nilai terbesar pada ukuran mesh 315µm, dengan berat 28,03
gram dan nilai terkecil pada ukuran mesh 140 µm yaitu 0.08 gram.
Pada perhitungan FN spesimen 1 maka didapatkan FN dari spesimen 1
sebesar 71,926. Setelah dilakukan perhitungan statistik FN̅̅̅̅ maka FN pada
spesimen berada didaerah terima dengan kisaran FN > 62,804 dan FN≤ 88,652.
Pada perhitungan AFS spesimen 1 di dapat AFS sebesar 95,03. Dari hasil
diperoleh dapat disimpulkan bahwa nilai AFS berada dalam daerah terima
38,771 ≤ x ≤ 54,549 dengan tingkat keyakinan 95%.
Spesimen II
Dari data tabel hasil pengujian dapat kita ketahui bahwa distribusi besar
butir pasir cetak nilai terbesarnya pada ukuran mesh 315µm dengan berat 32,54
gram dan berat terkecil terletak pada ukuran mesh sisa dengan berat 0,44 gram
Pada perhitungan FN spesimen 2 maka didapatkan FN dari spesimen 1
sebesar 73,61. Setelah dilakukan perhitungan statistik FN̅̅̅̅ maka FN pada
spesimen berada didaerah terima dengan kisaran FN > 62,804 dan FN≤ 88,652.
Pada perhitungan AFS spesimnen 2 didapatkan AFS sebesar 44,64 dari
hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa nilai AFS berada di daerah
terima 38,771 ≤ x ≤ 54,549 dengan tingkat keyakinan 95%
Spesimen III
Dari data tabel hasil pengujian dapat kita ketahiui bahwa distribusoi besar
butir pasir cetak nilai terbesarnya pada ukuran mesh 315 µm dengan berat 29,4
gram dan berat terkecil terletak pada ukuran mesh sisa dengan berat 0,91 gram
Pada perhitungan FN spesimen 3 maka didapatkan FN dari spesimen 1
sebesar 81,65. Setelah dilakukan perhitungan statistik FN̅̅̅̅ maka FN pada
spesimen berada didaerah terima dengan kisaran FN > 62,804 dan FN≤ 88,652.
Pada perhitungan AFS spesimen III didapat AFS sebesar 50,32 dari hasil
yang dipoeroleh dapat disimpulkan bahwa nilai AFS berada pada daerah terima
38,771 ≤ x ≤ 54,549 dengan tingkat keyakinan 95%
![Page 54: 4. Laporan PL01 Kelompok 2](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052402/5695d54c1a28ab9b02a4d12b/html5/thumbnails/54.jpg)
54
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Distribusi besar butir pasir cetak berpengaruh pada kekuatan. Semakin
besar nomor kehalusan butir pasir cetak maka kekuatannya akan semakin tinggi
dan semakin kecil nomor kehalusan pasir cetak maka permeabilitasnya semakin
tinggi dan semakin kecil nomor kehalusan pasir cetak maka kekuatannya akan
semakin rendah. Sehingga urutan dari kekuatan yang paling tinggi ke rendah
adalah spesimen III ( FN 81,65; AFS 50,32) > spesimen II ( FN 73,61 ; AFS
44,64) > spesien I ( FN 71,926 ; AFS 45,03).
Distribusi besar butir pasir cetak berpengaruh pada permeabilitas. Semakin
kecil nomor kehalusan pasir cetak maka permeabilitasnya semakin tinggi dan
semakin besar nomor kehalusan butir pasir cetak maka permeabilitasnya semakin
rendah. Sehingga urutan dari permeabilitasnya dari yang paling tinggi ke rendah
adalah spesimen 3 ( FN 81,65; AFS 50,32) > 1 ( FN 71,926 ; AFS 45,03) > 2 (FN
73,61 ; AFS 44,64)
1.3.5 Kesimpulan dan Saran
1.3.5.1 Kesimpulan
1. Distribusi besar butir pasir cetak adalah persebaran butir pasir / prosentase
besaran butir pasir cetak , terdiri dari bentuk butiran pasir bulat, butir pasir
sebagian bersudut dan butiran pasir kristal. Macam-macam distribusi besar
pasir cetak adalah distribusi sangat sempit, sempit, longgar dan sangat
longgar.
2. Distribusi besar pasir cetak berpengaruh pada kekuatan, semakin besar nomor
kehalusan butir pasir cetak maka kekuatannya semakin tinggi, dan semakin
kecil nomor kehalusan pasir cetak maka kekuatannya semakin rendah.
Sebaliknya pada permeabilitas, semakin kecil nomor kehalusan pasir cetak
maka permeabilitasnya semakin tinggi dan semakin besar nomor kehalusan
pasir cetak maka permeabilitasnya akan semakin rendah.
1.3.5.2 Saran
1. Praktikan sebaiknya lebih cermat dalam pengambilan data
2. Asisten sebaiknya menjelaskan mekanisme alat yang digunakan
3. Sebaiknya peralatan praktikum yang rusak dapat diperbaiki