Laporan T Obat Kelompok 4

67

Transcript of Laporan T Obat Kelompok 4

Page 1: Laporan T Obat Kelompok 4
Page 2: Laporan T Obat Kelompok 4

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan hidayah-Nya maka penulisan Laporan Praktikum Konservasi Tumbuhan

Obat ini dapat kami selesaikan.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen Mata Kuliah Konservasi

Tumbuhan Obat yang telah membimbing dalam praktek serta semua pihak yang telah

membantu praktek ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Laporan

Praktikum ini, karenanya masukan dan saran yang bersifat membangun sangat kami

harapkan demi penyempurnaan.

Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat.

Bogor, Nopember 2011

Tim Penulis

Page 3: Laporan T Obat Kelompok 4

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Tujuan ......................................................................................... 2

II. METODE KEGIATAN

A. Lokasi dan Waktu ......................................................................... 3

B. Alat dan Bahan .............................................................................. 3

C. Metodologi.................................................................................... 3

III. HASIL

A. Tumbuhan Berkhasiat Obat di PPKAB Resort Bodogol TNGGP ... 4

1. Katutungkul Polygala venenosa Juss. ex Poir. ............................ 4

2. Klaras Tulang Chloranthus officinalis Blume. ............................ 5

3.Tepus Sigung Amomum coccineum (Bl.) K. Schum. .................... 6

4. Kondang Ficus variegata Blume. ............................................... 7

5. Antanan Beurit Hydrocotyle sibthorpioides Lam. ....................... 8

6. Antanan Gede Centella asiatica (L.) Urb.. .................................. 9

7. Kasimukan Anotis hirsuta (L. f.) Boerlage . ................................ 10

8. Cecenet Physalis peruviana Linn . ............................................. 11

9. Kecubung Hutan Brugmansia suaveolens Humb & Bonpl. ........ 12

10. Paku Gunung Blechnum vulcanicum (Blume) Kuhn. ................. 13

11. Jamuju Dacrycarpus imbricatus Blume . .................................. 14

B. Tumbuhan Berkhasiat Obat di Arboretum Hutan Tropika IPB dan

Rumah Kaca Lab. Konservasi Tumbuhan Fakultas Kehutanan

IPB ............................................................................................... 16

1. Alpokat Persea americana Mill ................................................ 16

2. Angsana Pterocarpus indicus Willd ........................................... 18

3. Nangka Artocarpus integra Merr ............................................... 19

4. Salam Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. ............................ 21

5. Sambang Darah Excoecaria cochinchinensis Lour. ..................... 23

6. Sambang Colok Aerva sanguinolenta (L.) Blume. ...................... 25

7. Garut Maranta arundinaceae L. . ............................................... 26

8. Secang Caesalpia sappan L. . .................................................... 28

9. Belimbing Manis Averhoa carambola L. ................................... 30

10. Pranajiwa Euchresta horsfieldii L. Benn. ................................. 32

11. Kayu Manis Cinnamomum burmannii Blume ........................... 33

12. Mangga Mangifera indica L. ................................................... 35

13. Harendong Bulu Clidemia hirta (L.) D. Don . ........................... 36

14. Solatri Calophyllum inophyllum L. . ........................................ 37

15. Dadap Merah Erythirna variegata L. ....................................... 39

16. Pandan Wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. . ....................... 40

Page 4: Laporan T Obat Kelompok 4

iii

17. Paku Rane Selaginella doederleinii Hieron. ............................. 42

18. Sanrego Lunasia amara Blanco. ............................................... 44

19. Temu Lawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. . ............................ 45

20. Handeuleum Graptophyllum pictum (Linn) Griff. ..................... 46

21. Sambiloto Andrographis paniculata Ness. ............................... 48

22. Tabat Barito Ficus deltoidea Jack. ........................................... 50

23. Senggugu Clerodendron serratum Spreng. .. ........................... 52

24. Soka Merah Ixora coccinea L. ................................................. 54

25. Pulutan Urena lobata L. . ......................................................... 55

26. Jahe Merah Zingiber officinale var Rubra Roxb. ...................... 56

27. Kenikir Cosmos caudatus Kunth. ............................................. 58

IV. PEMBAHASAN ................................................................................. 59

V. PENUTUP .......................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 62

Page 5: Laporan T Obat Kelompok 4

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Perbandingan Jumlah Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di Resort

Bodogol dan Kampus IPB Berdasarkan Habitus ................................

59

2 Perbandingan Jumlah Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di Resort

Bodogol dan Kampus IPB Bagian yang Dimanfaatkan .......................

59

3 Perbandingan Jumlah Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat dan

Penggunaannya baik di Resort Bodogol dan Kampus IPB ..................

60

Page 6: Laporan T Obat Kelompok 4

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini penggunaan obat herbal cenderung terus meningkat, baik di negara

yang sedang berkembang maupun di negara-negara maju. Peningkatan penggunaan obat

herbal ini mempunyai dua dimensi korelatif yaitu aspek medis terkait dengan

penggunaannya yang sangat luas diseluruh dunia dan aspek ekonomi terkait dengan nilai

tambah yang mempunyai makna pada perekonomian masyarakat.

Banyak orang yang telah menyadari efek samping yang ditimbulkan obat-obat

sintetik modern, terutama bila digunakan dalam jangka waktu yang lama. Dengan tidak

terjaminnya obat-obat modern untuk bagian-bagian tubuh lain, masyarakat kembali

dengan menggunakan obat tradisional yang merupakan warisan nenek moyang dengan

kemungkinan efek samping kecil ditambah harganya lebih murah dari pada obat-obat

sintetis. Melihat fenomena “back to nature” ini kedepannya, membudidayakan tanaman

obat hingga memproduksi berbagai turunan produknya seperti jamu, bahan makanan

hingga kosmetika tradisional sangat baik dan cukup menjanjikan.

Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang telah

digunakan oleh sebagian besar masyarakat secara turun temurun. Keuntungan tanaman

sebagai obat tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah diperolehnya

bahan baku yang dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri, murah dan dapat diramu

sendiri di rumah. Hampir semua penduduk Indonesia pernah menggunakan tumbuhan

berkhasiat obat untuk mengobati penyakit. Jenis tumbuhan berkhasiat obat pada

umumnya merupakan tanaman yang tidak memerlukan perawatan khusus, tidak mudah

diserang hama penyakit, bibitnya mudah didapat, mudah tumbuh, dan tidak termasuk

tanaman terlarang.

Kegiatan identifikasi tumbuhan berkhasiat obat perlu dilakukan karena pada

kegiatan ini akan diketahui jenis dari tanaman, khasiat dari tumbuhan tersebut, bagian-

bagian yang dimanfaatkan, pengolahan dan penyajian. Pengetahuan ini penting agar

penggunaan tumbuhan berkhasiat obat ini tidak berbalik menjadi bahan yang berbahaya

bagi tubuh.

Page 7: Laporan T Obat Kelompok 4

2

B. Tujuan

Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis

tumbuhan berkhasiat obat dan manfaatnya, yang ada di Pusat Pendidikan Konservasi

Alam Badogol (PPKAB) Resort Badogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan

Arboretum Hutan Tropika IPB dan Rumah Kaca Lab. Konservasi Tumbuhan Fakultas

Kehutanan IPB.

Page 8: Laporan T Obat Kelompok 4

3

II. METODE

A. Lokasi dan Waktu

Kegiatan pratikum ini dilaksanakan di Pusat Pendidikan Konservasi Alam

Bodogol (PPKAB) Resort Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tanggal 11-

13 Nopember 2011 dan Arboretum Hutan Tropika IPB dan Rumah Kaca Lab. Konservasi

Tumbuhan Fakultas Kehutanan IPB tanggal 18 Nopember 2011.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis menulis,

buku pengenalan jenis tumbuhan obat, kamera digital.

C. Metodologi

Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan,

wawancara dengan petugas serta data berdasarkan literatur untuk pelengkap dan

pembanding informasi. Data yang telah lengkap kemudian disajikan secara deskriptif.

Page 9: Laporan T Obat Kelompok 4

4

III. HASIL

A. Tumbuhan Berkhasiat Obat di PPKAB Resort Bodogol TNGGP

1. Katutungkul

Nama Daerah : Katutungkul

Nama Botani : Polygala venenosa Juss. ex Poir. (Polygalaceae)

Nama Simplisia : -

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Penyebaran di TNGGP diseluruh kawasan, pada ketinggian

1300 m dpl – 1500 mdpl.

Habitus : Perdu.

Deskripsi Botani : Perdu tinggi sampai 3 m, daun melonjong, perbungaan

tandan, buah bertepi tebal

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan biji atau stek.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Bermanfaat untuk stamina, lemah syahwat, demam akibat

tifus.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Bunga dan kulit batang.

Kandungan Kimia : Salycylasmethylicus

Cara Penggunaan :

1. Untuk stamina, lemah syahwat segenggam bunga direbus

dengan dua gelas (belimbing) air hingga menjadi satu

gelas diminum dua kali sehari selama masih diperlukan.

2. Untuk demam akibat tifus, 3000 gr kulit batang direbus

dengan tiga gelas air menjadi satu gelas diminum dua kali

sehari (rasanya pahit)

Page 10: Laporan T Obat Kelompok 4

5

2. Klaras Tulang

Nama Daerah : Klaras tulang.

Nama Botani : Chloranthus officinalis Blume (Chloranthaceae)

Nama Simplisia : -

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Menyebar dari India, Barat Cina sampai semenanjung

Indomalaya. Penyebaran di Indonesia pada hutan-hutan

dataran rendah sampai hutan-hutan pegunungan pada

ketinggian tempat rendah sampai sedang.

Penyebaran di TNGP diseluruh kawasan TNGP, pada

ketinggian 1450 m dpl – 1900 m dpl.

Habitus : Perdu.

Deskripsi Botani : Perdu tinggi 1-2 m. Batang sedikit berkayu, permukaan

batang hijau muda. Daun tunggal, bulat telur, bergerigi,

kedudukan daun berhadapan bersilangan, permukaan daun

hijau muda. Bunga malai, warna putih kekuningan. Buah

bulat, warna hijau muda jika tua menjadi hitam.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan biji.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Sebagai pengharum badan, darah tinggi, patah tulang,

rematik, asam urat, pegal-pegal karena masuk angin, thipus,

demam, sakit gigi berlubang, bengkak gusi; obat penurun

panas, sudorific dan stimulan; memiliki bau kamper rasa

pahit dan rasa aromatic.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Bunga, akar dan daun.

Kandungan Kimia : Akar mengandung camphoraceous/kamper.

Cara Penggunaan :

1. Untuk pengharum badan, ambil satu genggam diseduh

dengan air satu gelas lalu diminum, dikonsumsi satu kali

sehari ( dibuat teh ).

2. Untuk darah tinggi, ambil satu genggam dicampur dengan

satu kepal daun beluntas, 2 biji pala, daun belimbing rujak

Page 11: Laporan T Obat Kelompok 4

6

satu kepal, 500grtimpang bangle direbus dengan air 4

gelas menjadi 2 gelas diminum selama 5 hari.

3. Untuk rheumatik, asam urat, pegal & linu karena masuk

angin

Ambil satu genggam dicampur 5 lembar daun sembung,

500gr lempuyang wangi, 100gr akar pepaya gandul

dierbus dengan air 4 gelas menjadi 2 gelas diminum 2 kali

sehari.

4. Untuk patah tulang, ambil satu genggam batang

panjangnya 20 cm ditambah pohon kiurat (Planta

gomayor), kencur (Kaempferia galanga) setengah

genggam, beras merah (Monascus pupureus) 1 sendok

makan, ditumbuk dan diborehkan pada tempat yang luka.

5. Untuk thypus dan demam, ambil satu genggam akar tanpa

campuran bahan lain direbus dengan 2 gelas air menjadi 1

gelas diminum 3 kali sehari.

6. Untuk sakit gigi, ambil setengah genggam diseduh dengan

air panas 1 gelas hangat – hangat dikumur dan ditelan 2

kali sehari.

3. Tepus Sigung

Nama Daerah : Tepus sigung

Nama Botani : Amomum coccineum (Bl.) K. Schum, sinonim : Achasma

coccineum (Blume) Valeton, Etlingera coccineum (Blume)

R.M.Sm (Zingiberaceae)

Nama Simplisia : -

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Penyebaran di TNGP diseluruh kawasan, pada ketinggian

1200 mdpl – 1600 mdpl.

Habitus : Terna.

Page 12: Laporan T Obat Kelompok 4

7

Deskripsi Botani : Terna, membentuk rumpun yang tidak rapat gemang

batangnya kurang lebih 2 cm dan tinggi 4 m, bau harum

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan rimpang.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Flu, gejala polip, sinus; bunga Achasma coccineum berkhasiat

sebagai peluruh air susu ibu, sedang rimpangnya merupakan

bahan baku kosmetika.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Bunga.

Kandungan Kimia : Bunga Achasma coccineum mengandung saponin, flavonoida

dan polrfenol

Cara Penggunaan :

Untuk flu, gejala polip dan sinus ambil satu tunas dan ambil

dalamnya dikuyah dan ditelan cukup satu tunas untuk 2 kali.

Untuk peluruh air susu ibu dipakai ± 10 gram kuncup bunga

tepus sigung, dicuci dan direbus dengan 1 gelas air selama 15

menit, setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum

sekaligus.

4. Kondang

Nama Daerah : Kondang, Gondang

Nama Botani : Ficus variegata Blume (Moraceae)

Nama Simplisia : -

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran Alami : Penyebaran di Indonesia pada hutan-hutan dataran rendah

sampai hutan-hutan pegunungan pada ketinggian tempat

rendah sampai sedang. Penyebaran di TNGGP diseluruh

kawasan, pada ketinggian 1000 mdpl – 1575 mdpl

Habitus : Pohon.

Deskripsi Botani : Pohon tinggi sampai 40 m, bergetah putih kental dalam

Page 13: Laporan T Obat Kelompok 4

8

jumlah banyak. Daun bulat telur,pangkal tumpul,ujung lancip

pendek hingga agak panjang.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan biji.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Buah kondang bermanfaat untuk obat luka bernanah, disentri,

berak darah, pektay dan eksim.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Buah.

Kandungan Kimia : Buah kondang mengandung saponin, tlavonoida dan

polifenol.

Cara Penggunaan :

1. Untuk luka bernanah, diambil getah dari batang lalu

dioleskan disekitar luka untuk melindungi infeksi atau

hinggapan lalat.

2. Untuk disentri, ambil 3-5 buah daun yang muda ditumbuk

dan diperas airnya diminum 2 kali sehari

3. Untuk berak darah, ambil secukupnya kulit batang atau

pohon dan diseduh didalam gelas

4. Untuk pektay, cukup dengan mengkonsumsi daun muda

sebagai lalap.

5. Antanan Beurit

Nama Daerah : Antanan beurit, Antanan lembut, Semanggi gunung

Nama Botani : Hydrocotyle sibthorpioides Lam., sinonim : H. rotundifolia

Roxb., H. formosana Masamune (Umbelliferae/Apiaceae)

Nama Simplisia : -

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran Alami : Penyebaran di TNGP Diseluruh kawasan TNGP, pada

ketinggian 700 mdpl – 1350 mdpl

Habitus : Terna yang menjalar.

Deskripsi Botani : Terna yang menjalar, ramping, panjang 5-50 cm, daun menjari

hingga bergerigi, berbau dengan rasa seperti agak pahit.

Bunga bongkol atau payung disepanjang batang yang

menjalar. Buah merikarpus,warna kuning sampai coklat.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan stek.

Page 14: Laporan T Obat Kelompok 4

9

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Sebagai obat plek paru- paru pada anak balita, batuk pada

anak balita, pektay.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Herba

Kandungan Kimia : Coumarin, hyperin

Cara Penggunaan :

1. Plek pada paru – paru, batuk pada anak balita, ambil 500gr

antanan dicampur dengan kayu manis 100gr ditumbuk

halus lalu diperas diambil airnya ditambah madu 1 sendok

makan diminum 2 kali sehari.

2. Untuk pektay, cukup dengan mengkonsumsi daun mudanya

sebagai lalap.

6. Antanan Gede

Nama Daerah : Antanan Gede, Pegagan, Antanan rambat

Nama Botani : Centella asiatica (L.) Urb., sinonim : Hydrocotyle asiatica L.

(Umbelliferae/Apiaceae)

Nama Simplisia : Centella Herba (Herba Antanan)

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran Alami : Penyebaran di TNGGP Di seluruh Kawasan TNGP, pada

ketinggian 800 mdpl –1400 mdpl

Habitus : Terna.

Deskripsi Botani : Terna menjalar. Rimpang pendek bergeragih dan berstolon

panjang. Daun roset, helaian daun mengginjal bundar, tepi

beringgit. Bunga paying. Daun mahkota ungu kemerahan dan

berpangkal pucat. Buah merikarpus, yang muda agak berbulu.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan stek.

Kandungan Kimia : Asam asiatica, kalium, natrium, magnesium, zat besi,

brahminoside, asam palmitic, caretenoid, glicosida,

hydrocyanix, saponim, asam stearic, asam madasiatic.

Efek Farmakologi : Untuk revitalisasi tubuh dan pembuluh darah serta mampu

memperkuat struktur jaringan tubuh, sebagai brain tonic atau

Page 15: Laporan T Obat Kelompok 4

10

/Manfaat Empiris obat antilupa bagi orang dewasa dan manula; obat penyetop

darah, luka sayat, keputihan, tekanan darah, batuk berdarah.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Herba.

Kandungan Kimia : Asam asiatica, kalium, natrium, magnesium, zat besi,

brahminoside, asam palmitic, caretenoid, glicosida,

hydrocyanix, saponim, asam stearic, asam madasiatic.

Cara Penggunaan : 1. Untuk luka sayat ambil beberapa daun kemudian diremas-

remas dan di tempelkan

2. Penyetop darah dan tensi darah ambil daun secukupnya

(20-30 lembar) ditumbuk dan ditambah air ½ gelas

disaring terus diminum 2 kali sehari selama masih

diperlukan

3. Untuk keputihan dilalap dengan nasi dilakukan secara rutin

Untuk batuk berdarah dua genggam daun dikeringkan

ditumbuk halus diseduh satu sendok tea dengan air panas

setengah gelas sehari 3 kali

7. Kasimukan

Nama Daerah : Kasimukan, kahitutan.

Nama Botani : Anotis hirsuta (L. f.) Boerlage, sinonim : Neanotis hirsuta (L.

f.) W. H. Lewis, Hedyotis hirsuta (L. f.) Smith; Hedyotis

lindleyana Hooker ex Wight & Arnott; Hedyotis lindleyana

Hooker ex Wight & Arnott var. hirsuta (L. f.) H. hara;

Hedyotis stipulata R. Brown ex Hooker f.; Oldenlandia

hirsuta L. f. (Rubiaceae)

Nama Simplisia : -

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran Alami : Penyebaran di TNGP Diseluruh kawasan TNGP, pada

Page 16: Laporan T Obat Kelompok 4

11

ketinggian 1150 m dpl – 1450 m dpl

Habitus : Terna.

Deskripsi Botani : Terna tegak,tinggi hingga 0,4m. Batang menggalah,berbulu.

Penumpu seperti seludang. Daun bulat telur atau

lonjong,pangkal bentuk pasak,ujung kancip atau agak

tumpul,permukaan berbulu balik. Bunga payung

menggarpu,putih. Buah berbulu jarang,tidak merekah.

Cara Budidaya :

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: 1. Kembung perut karena masuk angin

2. Obat maag

3. Luka usus

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Herba.

Kandungan Kimia : -

Cara Penggunaan :

1. Kembung perut, masuk angin dewasa dan anak – anak,

ambil satu genggam ditumbuk halus dan diborehkan

disekitar perut.

2. Maag dan luka usus, kasimukan dicampur dengan daun

jambu 500gr hareueus 100gr, kulit pongporang, lalu direbus

dengan air 3 gelas air menjadi 2 gelas diminum 2 kali

sehari selama seminggu

8. Cecenet

Nama Daerah : Cecenet, Ciplukan

Nama Botani : Physalis peruviana Linn., (Solanaceae)

Nama Simplisia : -

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran Alami : Berasal dari kawasan tropis Amerika Latin. Penyebaran di

TNGP Diseluruh kawasan TNGGP, pada ketinggian 1200

mdpl – 1650 mdpl

Page 17: Laporan T Obat Kelompok 4

12

Habitus : Terna.

Deskripsi Botani : Terna, tegak tidak berduri, tinggi hingga 1 m. Batang hijau

berbintik ungu. Daun bulat telur, pangkal menjantung lebar,

ujung lancip, tepi rata. Bunga diujung, kuning, berbulu. Buah

buni, warna kuning atau jingga.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan biji.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Semua jenis penyakit jantung, bersifat analgetik, peluruh air

seni, menetralkan racun (detoksifikasi), serta meredakan

batuk; memiliki rasa pahit dan sifat menyejukkan.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Akar, daun, dan buah

Kandungan Kimia : Chlorogenik acid (daun), C27H44O-H2O (kulit buah), Elaidic

acid (biji), buahnya juga mengandung asam malat, alkaloid,

tanin, kriptoxantin, vitamin C dan gula.

Cara Penggunaan :

Diambil satu sampai 2 genggam dengan dicampur daun kipiit

2 genggam (Maesa latipolia), daun lokatmala 1 genggam

(Artemisia vulgaris), direbus dengan 4 gelas menjadi 2 gelas

diminun 2 kali sehari selama satu minggu.

Sebagai obat luar, Ciplukan juga bisa digunakan untuk

menyembuhkan bisul, borok, dan peradangan kulit, setelah

direbus, didinginkan dan diborehkan langsung ke bagian yang

sakit.

9. Kecubung Hutan

Nama Daerah : Kecubung hutan, kecubung, semprong.

Nama Botani : Brugmansia suaveolens Humb & Bonpl. Ex Willd., sinonim :

Pseudodatura suaveolens van Zijp., Datura suaveolens Humb

& Bonpl. (Solanaceae)

Page 18: Laporan T Obat Kelompok 4

13

Nama Simplisia : -

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran Alami : Kecubung biasa hidup di daerah dataran rendah sampai

ketinggian tanah 800 meter di atas permukaan laut. Selain

tumbuh liar di hutan dan ladang, kecubung juga sering

ditanam di kebun atau ditanam sebagai tumbuhan hias di

pekarangan. Penyebaran di TNGP Diseluruh kawasan TNGP,

pada ketinggian 1100 mdpl – 1650 mdpl

Habitus : Perdu.

Deskripsi Botani : Perdu, cabang-cabang menyebar luas, gemuk, bengkok dan

berkayu. Daun lonjong atau bulat telur,pada mulanya berbulu

balik lebat akhirnya berbulu jarang atau gundul. Bung

adiujung,warna mula-mula kining kemudian putih. Buah buni

panjang melancip,berbulu halus pendek-pendek lebat.

Cara Budidaya : Perbanyakan tanaman ini melalui biji ataupun stek.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Bermanfaat sebagai obat asma, reumatik, sakit pinggang,

pegel linu, bisul maupun eksim, sakit gigi, ketombe, hingga

nyeri haid, pereda asma, iritasi mata, sakit gigi berlubang.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Daun, buah dan biji.

Kandungan Kimia : Alkotoida scoopollamine, hyoscymine, atropine; biji

mengandung racun berupa zat alkaloid yang mempunyai efek

halusinogen

Cara Penggunaan :

1. Rheumatik, ambil 5 lembar ditambah satu suing bawang

putih, jahe secukupnya ditumbuk hingga menjadi bubur

sebelum ditempel kebagian yang sakit dilap dulu dengan air

hangat dicampur sedikit garam kemudian ditempelkan

(menjelang tidur)

2. Pereda Asma, ambil daun / bunga dikeringkan dibikin

rokok lalu dihisap.

3. Iritasi mata, air yang ada didalam kuncup bunga diteteskan

pada mata untuk memperjernih pandangan cukup dilakukan

seminggu 2 kali

4. Sakit gigi berlubang, ambil 500gr akar ditambah 500gr jahe

ditumbuk lalu dimasukkan pada gigi yang berlubang.

10. Paku Gunung

Page 19: Laporan T Obat Kelompok 4

14

Nama Daerah : Paku Gunung

Nama Botani : Blechnum vulcanicum (Blume) Kuhn (Blechnaceae)

Nama Simplisia : -

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran Alami : Penyebaran di TNGGP di Puncak Gunung Pangrango, pada

ketinggian 3019 m dpl

Habitus : Terna

Deskripsi Botani : Terna, tinggi 50-1,5m. Batang bulat, berair. Daun majemuk,

kedudukan anak daun selang seling hampir berhadapan,

kedudukan tangkai daun selang seling memutar, permukaan

daun hijau tua, daun muda merah kekuningan. Tumbuh di

tanah yang berpasir.

Cara Budidaya : -

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: 1. Pegal linu

2. Penambah stamina

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Herba.

Kandungan Kimia -

Cara Penggunaan :

Untuk pegal linu dan penambah stamina, batang yang tua di

kupas,dirajang halus, kemudian direbus hingga air menjadi

kuning, kemudian diminum.

11. Jamuju

Nama Daerah : Jamuju, Kiputri

Nama Botani : Dacrycarpus imbricatus Blume, sinonim : Podocarpus

imbricatus Blume (Podocarpaceae)

Nama Simplisia : -

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran Alami : Pada umumnya tumbuh di daerah pegunungan-pegunungan

Sumatera, Jawa dan Kalimantan pada ketinggian 900

sampai 1.800 mdpl. Tegakan hutan alam jamuju yang lebih

kurang murni terdapat pada ketinggian 2.000 sampai 2.500

Page 20: Laporan T Obat Kelompok 4

15

mdpl. Jamuju dapat tumbuh di seluruh daerah pada

ketinggian 700 sampai 3.000 mdpl. Penyebaran di TNGP

Diseluruh kawasan TNGP, pada ketinggian diatas 1.400

mdpl.

Habitus : Pohon.

Deskripsi : pohon yang tingginya mencapai 50 m dengan diameter

batang 2 m. Pepagan keras, permukaan kasar berlentisel

disana-sini, pada pohon tua mengelupas dalam bentuk

lempengan tebal kecil-kecil memanjang vertikal

menggelendong. Daun pada tajuk utama menyirap, pada

pohon dewasa seperti sisik panjangnya kurang dari 2 mm.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan biji.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Sebagai obat rematik dan pegal linu.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Buah.

Kandungan Kimia : -

Cara Penggunaan

:

1. Untuk rematik dan pegal linu, buah disangrai sampai

hitam kemudian ditumbuk dan dicampur dengan daun

yang telah dikeringkan kemudian direbus, airnya

diminum setiap pagi dan sore

2. Buah bisa juga langsung dimakan dengan kulit-kulitnya,

rasanya manis

Page 21: Laporan T Obat Kelompok 4

16

B. Tumbuhan Berkhasiat Obat di Arboretum Hutan Tropika IPB dan Rumah Kaca Lab.

Konservasi Tumbuhan Fakultas Kehutanan IPB

1. Alpokat

Nama Daerah : Alpokat, avokat, jambu wolanda

Nama Botani : Persea americana Mill., sinonim : Persea gramatissima

Gaerin

Nama Simplisia : Persea Folium (daun alpukat), Persea Fructus (buah

mengkudu), Persea Semen (biji mengkudu)

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Tumbuh pada daerah berikilim panas pada dataran rendah

sampai ketinggian 1200 mdpl

Pohon asli dari Amerika Tengah, meski bisa tumbuh di

dataran rendah tetapi hasilnya akan memuaskan bila ditanam

pada ketinggian 200-1000 mdpl di daerah tropis dan subtropis

yang memiliki curah hujan besar.

Habitus : Pohon

Deskripsi Botani : Tinggi dapat mencapai 10 meter, batang berkayu, dan

bercabang-cabang. daun tunggal berbentuk bulat telur dan

berwarna hijau. Perbungaan berbentuk malai, tumbuh di ujung

ranting. Buah buni bentuk bulat telur, bentuk pita atau bentuk

Page 22: Laporan T Obat Kelompok 4

17

bulat. Warna buah hijau sampai ungu. Daging buah jika sudah

masak berwarna kuning atau kuning kehijauan. Akar termasuk

akar tunggang.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan biji.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Alpukat mempunyai efek digestive, emmenagogue,

antibakteri, antioksidan, antijamur, pektoral, stomachic,

anthelmintic, antiperiodik, antidiare, antidiabetes. Daun

alpukat digunakan sebagai obat batu ginjal, rematik, sakit

kepala, dan nyeri lambung. Daging buah untuk obat sariawan

dan melembabkan kulit kering. Biji yang dibuat serbuk sering

dipakai untuk meringankan sakit gigi. Minyak biji alpukat

kaya vitamin A, B1, B2, B5, E, asam amino, asam lemak

esensial, protein, dan lesitin. Minyak ini sebagai antioksidan,

melindungi dari sinar ultraviolet, dan mencegah penuaan dini.

Avocad oil juga dipercaya menghaluskan kerutan, merangsang

regenerasi kulit, melembabkan, dan bersifat antibakteri.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Daun, daging buah, biji

Kandungan Kimia : Daging buah mengandung vit A, B1, B2, protein, lemak jenuh,

dan sesqueterpenes. Daun mengandung saponin, alkaloid,

flavonoid, dan polifenol

Cara Penggunaan : 1. Untuk batu ginjal, daun alpokat segar 7 helai, air 110 ml,

dibuat infus atau diseduh, diminum sehari 2 kali, pagi dan

sore, tiap kali minum 100 ml.

2. Untuk sakit perut dan disentri, daun avokat segar 5 gram,

rimpang temu kunci segar 5 gram, rimpang kunyit segar 6

gram, rasuk angin 1/2 gram, daun pegagan segar 6 gram, air

115 ml, dibuat infus atau diseduh, diminum 1 kali sehari 100

ml.

3. Untuk darah tinggi, 3 lembar daun alpukat dicuci dan

diseduh dengan 1 gelas air panas, diminum setelah dingin.

4. Untuk sakit pinggang, 5 helai daun alpukat direbus dengan 2

gelas air hingga tersisa 1 gelas, angkat, saring, dan diamkan

semalaman, diminum 1 kali sehari dan rutin selama

seminggu.

5. Untuk kulit wajah kering: daging buah diambil kemudian

ditumbuk sampai lembek, digunakan sebagai masker,

dengan memolesnya di wajah, wajah dibersihkan setelah

lapisan masker alpukat kering.

6. Untuk sariawan, 1 buah alpukat matang diambil daging

buahnya, diberi 2 sendok makan madu murni, aduk merata,

dimakan rutin setiap hari.

7. Untuk diabetes, biji alpukat diiris tipis-tipis, irisan biji

alpukat dijemur sampai kering, irisan biji alpukat yang

sudah kering disangramai seperti membuat kopi, irisan biji

alpukat yang sudah disangramai diblender sampai lembut,

masukkan bubuk biji alpukat hasil memblender ke kulit

kapsul yang dapat dibeli di apotek, minum kapsul biji

alpukat satu kali sehari.

Page 23: Laporan T Obat Kelompok 4

18

8. Bengkak karena peradangan, bubuk dari biji dibuat

secukupnya ditambah sedikit air sampai menjadi adonan

pasta, bagian yang sakit diolesi pasta tersebut.

2. Angsana

Nama Daerah : Angsana, sono kembang, cendana merah.

Nama Botani : Pterocarpus indicus Willd., sinonim : P. wallichii Wight &

Arn, P. zollingeri Miq., P. papuanus F.v.Mueller, P. vidalinus

Rolfe., P. flavus Lour., P.pallidus Blco., keluarga Fabaceae

(Papilionoideae)

Nama Simplisia : Pterocarpus Cortex (kulit kayu angsana).

Status Kelangkaan : Vulnerable (rentan) (WCMC, 1998).

Habitat dan Sebaran

Alami

: Merupakan jenis pionir yang tumbuh baik di daerah terbuka.

Tumbuh pada berbagai macam tipe tanah, dari yang subur ke

tanah berbatu. Biasanya ditemukan sampai ketinggian 600

mdpl, namun masih bertahan hidup sampai 1.300 mdpl.

Sering menjadi tanaman hias di taman dan sepanjang

jalan.Penyebaran alami di Asia Tenggara – Pasifik, mulai

Birma Selatan menuju Asia Tenggara sampai Filipina dan

kepulauan Pasifik. Dibudidayakan luas di daerah tropis.

Sebaran pohon yang luas ditemukan di hutan primer dan

beberapa hutan sekunder dataran rendah, umumnya di

sepanjang sungai pasang surut dan pantai berbatu.

Page 24: Laporan T Obat Kelompok 4

19

Habitus : Pohon

Deskripsi Botani : Biasanya merupakan pohon meranggas, tinggi mencapai 30 –

40 m. Diameter batang 2 m, biasanya bentuk pohon jelek,

pendek, terpuntir, beralur dalam, dan berbanir. Kayu

mengeluarkan eksudat merah gelap yang disebut „kino‟ atau

darah naga. Daun majemuk dengan 5 – 11 anak daun, berbulu,

duduk bergantian. Bunga malai, panjang 6 – 13 cm di ujung

atau ketiak daun. Bunga berkelamin ganda, kuning cerah dan

harum.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan biji.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Adstringen dan diuretik. Kulit kayu digunakan sebagai obat

batu ginjal, sariawan mulut (obat kumur), daun mudanya

sebagai obat diabetes, bisul (obat luar), dan getah (Kino)

digunakan sebagai obat luka dans (obat luar).

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Kulit kayu.

Kandungan Kimia : Resin dikenal dengan nama Kino (asam kinotanat dan zat

warna merah).

Cara Penggunaan : 1. Untuk batu ginjal, bahan berupa kulit kayu angsana 3

gram daun keji beling 2 gram, daun kumis kucing 4

gram, air 115 ml, dibuat infus atau diseduh.

2. Diminum 1 kali sehari 100 ml. Bila batu telah keluar,

baik berupa kristal maupun air kencing yang keruh atau

air kencing yang berbuih maka pemberian jamu

dihentikan. Kemudian dilanjutkan minum teh daun

kumis kucing 6% dalam air yaitu 6 gram daun Kumis

kucing diseduh dengan air mendidih sebanyak 100 ml.

Diminum seperti kebiasaan minum teh

3. Nangka

Page 25: Laporan T Obat Kelompok 4

20

Nama Daerah : Nangka

Nama Botani : Artocarpus integra Merr. Thumb / Artocarpus heterophyllus

Lamk.

Nama Simplisia : Artocarpi cortex (kulit kayu), Artocarpi folium (daun),

Artocarpi lignom (kayu), Artocarpi amilum (pati)

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal

dari India dan menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia.

Di Indonesia terdapat 30 kultivar, dan di Jawa terdapat 20

kultivar. Pohon nangka dapat tumbuh dari mulai dataran

rendah sampai pada ketinggian tempat 1.300 m dpl. Namun

ketinggian terbaik untuk pertumbuhan nangka adalah pada

0 – 800 m dpl. Pohon nangka dapat dipelihara di berbagai tipe

tanah, tetapi lebih menyukai tipe aluvial, tanah liat

berpasir/liat berlempung yang dalam dan beririgasi baik.

Umumnya tanah yang disukai adalah tanah yang gembur dan

agak berpasir. Pohon ini tumbuh pada tanah tandus sampai

subur dengan kondisi reaksi tanah asam sampai alkalis.

Bahkan pada tanah gambutpun pohon ini dapat tumbuh dan

menghasilkan buah.

Habitus : Pohon.

Deskripsi Botani : Pohon nangka umumnya berukuran sedang, sampai sekitar 20

m tingginya, walaupun ada yang mencapai 30 meter. Batang

bulat silindris, sampai berdiameter sekitar 1 meter. Tajuknya

padat dan lebat, melebar dan membulat apabila di tempat

terbuka. Seluruh bagian tumbuhan mengeluarkan getah putih

pekat apabila dilukai.

Daun tunggal, tersebar, bertangkai 1-4 cm, helai daun agak

tebal seperti kulit, kaku, bertepi rata, bulat telur terbalik

sampai jorong (memanjang), 3,5-12 × 5-25 cm, dengan

pangkal menyempit sedikit demi sedikit, dan ujung pendek

runcing atau agak runcing. Daun penumpu bulat telur lancip,

panjang sampai 8 cm, mudah rontok dan meninggalkan bekas

serupa cincin.

Tumbuhan nangka berumah satu (monoecious), perbungaan

muncul pada ketiak daun pada pucuk yang pendek dan khusus,

yang tumbuh pada sisi batang atau cabang tua. Bunga jantan

dalam bongkol berbentuk gada atau gelendong, 1-3 × 3-8 cm,

dengan cincin berdaging yang jelas di pangkal bongkol, hijau

tua, dengan serbuk sari kekuningan dan berbau harum samar

apabila masak. Bunga nangka disebut babal. Setelah melewati

umur masaknya, babal akan membusuk (ditumbuhi kapang)

dan menghitam semasa masih di pohon, sebelum akhirnya

terjatuh. Bunga betina dalam bongkol tunggal atau

berpasangan, silindris atau lonjong, hijau tua.

Buah majemuk (syncarp) berbentuk gelendong memanjang,

seringkali tidak merata, panjangnya hingga 100 cm, pada sisi

luar membentuk duri pendek lunak. 'Daging buah', yang

sesungguhnya adalah perkembangan dari tenda bunga,

berwarna kuning keemasan apabila masak, berbau harum-

Page 26: Laporan T Obat Kelompok 4

21

manis yang keras, berdaging, kadang-kadang berisi cairan

(nektar) yang manis. Biji berbentuk bulat lonjong sampai

jorong agak gepeng, panjang 2-4 cm, berturut-turut tertutup

oleh kulit biji yang tipis coklat seperti kulit, endokarp yang

liat keras keputihan, dan eksokarp yang lunak. Keping bijinya

tidak setangkup.

Cara Budidaya : Umumnya dilakukan dengan cara membibitkan dari bijinya,

karena perbanyakan dengan cara cangkok atau okulasi

menghasilkan persentase jadi yang kecil.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Buah nangka sebagai anti oksidan, anti kanker, untuk

memperkuat tulang dan gigi, dan melancarkan pencernaan.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Daun, daging buah, biji, kayu, dan getah kulit kayu.

Kandungan Kimia : Kandungan kimia dalam kayu adalah morin, sianomaklurin

(zat samak), flavon, dan tanin. Selain itu, di kulit kayunya juga

terdapat senyawa flavonoid yang baru, yakni morusin, artonin

E, sikloartobilosanton, dan artonol B. Bioaktivitasnya terbukti

secara empirik sebagai antikanker, antivirus, antiinflamasi,

diuretil, dan antihipertensi.

Cara Penggunaan : Daun tanaman sebagai obat antidiabetes karena ekstrak daun

nangka memberi efek hipoglikemi.

Selain itu daun pohon nangka juga dapat digunakan sebagai

pelancar ASI, borok (obat luar), dan luka (obat luar).

Sementara biji nangka dapat digunakan sebagai obat batuk

dan tonik.

Khasiat kayu sebagai anti spasmodic dan sedative, daging

buah sebagai ekspektoran, daun sebagai laktagog.

Getah kulit kayu juga telah digunakan sebagai obat demam,

obat cacing dan sebagai antiinflamasi.

4. Salam

Page 27: Laporan T Obat Kelompok 4

22

Nama Daerah : Gowok, salam, ubar serai, manting.

Nama Botani : Syzygium polyanthum (Wight.) Walp., sinonim : Eugenia

polyantha (Wight.) Walp., E. lucidula Miq.

Nama Simplisia : Syzygium Folium (daun salam).

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Salam tumbuh liar di hutan dan pegunungan, atau ditanam di

pekarangan dan sekitar rumah. Tanaman ini dapat ditemukan

dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian

1.800 mdpl.

Habitus : Pohon.

Deskripsi Botani : Pohon bertajuk rimbun, tinggi mencapai 25 m, berakar

tunggang, batang bulat, permukaan licin. Daun tunggal, letak

berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5-1 cm. Helaian

daun bentuknya lonjong sampai elips atau bundar telur

sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata,

panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, pertulangan menyirip,

permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah

warnanya hijau muda. Daun bila diremas berbau harum.

Bunganya bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar

dari ujung ranting, warnanya putih, baunya harum. Buahnya

buah buni, bulat, diameter 8-9 mm, warnanya bila muda hijau,

setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak sepat. Biji

bulat, penampang sekitar 1 cm, warnanya coklat. Salam

ditanam untuk diambil daunnya sebagai pelengkap bumbu

dapur, kulit pohonnya dipakai sebagai bahan pewarna jala atau

anyaman bambu.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan biji.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Dalam farmakologi Cina dan pengobatan tradisional lain

disebutkan bahwa tanaman ini memiliki sifat (bagian daun)

rasa kelat (astringent, memperbaiki sirkulasi), wangi.

Antikolesterol, antidiabetes, antihipertensi, antigastritis,

antidiare

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Daun.

Kandungan Kimia : Minyak atsiri (0,05 %) mengandung sitral dan eugenol, tanin

dan flavonoida.

Cara Penggunaan : 1. Untuk obat diare, sebanyak 15 lembar daun salam segar

dicuci sampai bersih, ditambah 2 gelas air, dan direbus

sampai mendidih (selama kurang lebih 15 menit),

ditambah sedikit garam. Setelah dingin, air disaring untuk

menghilangkan ampas dan diminum langsung.

2. Untuk obat diabetes, sebanyak 7-15 lembar daun salam

segar dicuci, lalu direbus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1

gelas. Setelah dingin, air disaring untuk menghilangkan

ampas dan diminum sehari 2 kali.

3. Untuk obat asam urat, sebanyak 10 lembar daun salam

segar dicuci, lalu direbus dalam 4 gelas air hingga bersisa

2 gelas. Kemudian disaring dan diminum selagi hangat.

Page 28: Laporan T Obat Kelompok 4

23

4. Untuk menurunkan kadar kolesterol darah yang tinggi,

Cara pertama : sebanyak 10-15g daun salam segar dicuci

sampai bersih, lalu direbus dalam 3 gelas air sampai tersisa

1 gelas. Setelah dingin, air disaring untuk menghilangkan

ampas dan diminum sekaligus di malam hari, diminum

teratur setiap hari sekali.

Cara kedua : sebanyak 7 lembar daun salam segar dan 30

gram daun ceremai segar direbus dengan air 600 ml hingga

tersisa 300 ml. Hasil rebusan disaring dan diminum selagi

hangat, pagi dan sore masing-masing 150ml.

5. Untuk obat radang lambung, sebanyak 30 gram daun salam

segar dan 30 gram daun sambiloto kering direbus dengan

600 ml air hingga tersisa 300 ml air, disaring dan

ditambahkan gula batu, diminum selagi hangat masing-

masing 150 ml, dan diminum teratur pagi dan sore.

6. Untuk obat hipertensi / menurunkan tekanan darah tinggi,

sebanyak 7-10 lembar daun salam sampai bersih dicuci

lalu direbus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas.

Setelah dingin, air disaring untuk menghilangkan ampas

dan diminum sehari 2 kali masing-masing 1/2 gelas.

7. Untuk obat Sakit maag, daun salam segar sebanyak 15-20

lembar dicuci bersih dan direbus dengan 1/2 liter air

sampai mendidih selama 15 menit. Gula enau ditambahkan

secukupnya. Setelah dingin, diminum airnya sebagai teh,

dilakukan setiap hari sampai rasa perih dan penuh

dilambung hilang.

5. Sambang Darah

Page 29: Laporan T Obat Kelompok 4

24

Nama Daerah : Sambang darah, ki sambang

Nama Botani : Excoecaria cochinchinensis Lour.

Nama Simplisia : Excoecaria radix (akar), Excoecaria folium (daun).

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Tumbuh di pekarangan rumah sebagai tanaman hias pada

ketinggian 1-900 m dpl. Habitus : Perdu.

Deskripsi Botani : Tanaman perdu ini bertajuk rimbun, sehingga dapat dipakai

sebagai pengganti pagar (pagar hidup). Batang berkayu,

percabangan menggarpu, bergetah, warna hijau kecoklatan.

Daun tunggal, bulat telur, sampai lanset, permukaan atas

berwarna hijau, permukaan bawah berwarna ungu sampai

coklat. Perbungaan tumbuh di ketiak daun dan di ujung

batang. Buah kotak, bulat, berwarna merah. Keunikan

tumbuhan ini terletak pada daunnya, yang memiliki dua

warna. Hijau di bagian atas dan merah di bagian bawahnya.

Bentuknya meruncing di bagian ujung dan pangkal. Panjang

daunnya berkisar antara 4-15 cm. Sedangkan lebarnya antara

1,5-4,5 cm. Cara Budidaya : Umumnya dilakukan dengan cara stek batang atau cangkok.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Dalam farmakologi Cina tanaman ini memiliki sifat pedas,

hangat, beracun (toksik). Membunuh parasit (parasiticide),

obat gatal (anti-pruritic) dan menghentikan pendarahan.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Daun dan akar.

Kandungan Kimia : Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang

sudah diketahui, antara lain : tanin, asam behenat, triterpinoid

eksokarol, silosterol. Getah mengandung resin dan senyawaan

yang sangat beracun..

Cara Penggunaan : 1. Untuk disentri, daun 15 lembar dicuci dan digodok dengan

3 gelas air bersih sampai tersisa 2 gelas. Setelah

didinginkan, disaring, diminum 2 kali 1 gelas.

2. Untuk muntah darah dan batuk darah, daun dicuci bersih

dan ditumbuk halus, diberi sedikit garam dan setengah

cangkir air minum, setelah diaduk lalu diperas dengan

sepotong kain, diminum langsung.

3. Untuk pendarahan haid dengan meminum air rebusan

beberapa ranting sambang darah.

4. Untuk pendarahan setelah bersalin, keguguran, akar 1½

jari direbus dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas

dinginkan, saring, minum 2 x ½ gelas.

5. Untuk eksim kronis, psoriasis, neurodermatitis dan luka

berdarah, diambil daun secukupnya, setelah dicuci bersih

ditumbuk halus, lalu dibubuhkan ke tempat yang sakit dan

dibalut.

Page 30: Laporan T Obat Kelompok 4

25

6. Sambang Colok

Nama Daerah : Sambang colok

Nama Botani : Aerva sanguinolenta (L.) Blume

Nama Simplisia : Aerva folium (daun).

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Tumbuh liar di halaman dan di ladang-ladang sampai setinggi

kira-kira 1000m dari permukaan laut. Terdapat di Afrika,

Malaysia, Cina bagian selatan, Filipina, Taiwan bagian selatan

dan Indonesia. Di Indonesia penyebarannya terdapat di daerah

Jawa dan Madura. Banyak ditanam di halaman-halaman

sebagai tanaman hias. Habitus : Terna.

Deskripsi Botani : Terna tegak, tinggi 0,5-2 m, batang berbentuk bulat dengan

pangkal berkayu, beruas, berwarna merah keunguan dan

bercabang-cabang. Daunnya tunggal, merah, bertangkai,

berhadapan, helaian daun bentuk bulat, ujung terbelah, bertepi

rata, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, pada sisi atas

berkilat, berbulu pendek, panjang 2-8 cm, lebar 1-5 cm dan

tangkai daun panjang 1-6 cm. Bunga majemuk, bentuk bulir,

di ketiak daun, panjang 0,75-10 cm, berkelamin 2, tangkai sari

pangkalnya berlekatan, bentuk mangkok, kepala sari dua,

tangkai putik pendek kecil, kepala putik 1, taju 2, perhiasan

bunga 5, panjang + 2 mm, berbulu halus dan putih. Buah pipih

dan hitam. Biji kecil dengan warna hitam mengkilat. Akar

tunggang dan merah keunguan. (Backer and Bakhuizen van

den Brink, 1965).

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan stek atau biji.

Efek Farmakologi : Daun Aera sanguinolenta berkhasiat sebagai obat nyeri haid,

Page 31: Laporan T Obat Kelompok 4

26

/Manfaat Empiris peluruh air seni, dan obat radang rahim;

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Daun

Kandungan Kimia : Kandungan yang terdapat dalam daun sambang colok yaitu

mengandung senyawa alkaloid, minyak atsiri, dan flavonoid.

Cara Penggunaan : Daun sambang colok dalam pengobatan biasa digunakan

sebagai obat haid kurang teratur, obat untuk menghilangkan

rasa nyeri haid, obat kencing kurang lancar, obat kencing

nanah, obat kurang darah, obat keputihan, obat cacing dan

obat radang rahim.

7. Garut

Nama Daerah : Garut, angkrik, larut.

Nama Botani : Maranta arundinaceae L., sinonim : Maranta sylvatica

Roscoe ex J.E. Smith

Nama Simplisia : Maranta Rhizoma (rimpang garut), Marantae Amylum (pati

garut)

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Bentuk liar Maranta arundinacea tumbuh terutama di hutan-

hutan tropis monsoon atau semi-monsoon dekat paya yang

bersifat sementara dan anak sungai, meskipun demikian

kadang-kadang juga tumbuh di hutan cemara yang kering.

Jenis tersebut tumbuh paling bagus dibawah kondisi panas

Page 32: Laporan T Obat Kelompok 4

27

yang basah, pada suhu 25-30°C dan membutuhkan curah

hujan rata-rata tahunan 1500-2000 mm atau lebih, tetapi

dengan 1-2 bulan kering. Garut bertoleransi terhadap naungan

sampai dengan 50% naungan tanpa mengurangi produksi; dan

tetap hidup pada kondisi tanah yang digenangi air dan tanah

yang jenuh, tetapi tidak menghasilkan rimpang dalam tanah.

Lebih menyukai kondisi dataran rendah, tetapi dapat

dibudidayakan sampai pada ketinggian 1000 m dpl. Garut

dapat tumbuh pada berbagai macam tipre tanah, tetapi tumbuh

dengan subur pada tanah sawah, tanah terbuka, tanah liat

berpasir dengan pH 5-8. Asal usul garut secara pasti tidak

diketahui, tetapi jenis tersebut diduga asli di Amerika Tengah

dan Amerika Selatan bagian utara, Ekuador bagian barat dan

di beberapa padang rumput daratan Guyana. Saat ini, jenis

tersebut dapat ditemukan di tempat-tempat pembudidayaan di

seluruh daerah tropik, tetapi hanya dianggap penting di India

Barat. Di Asia Tenggara, jenis tersebut dibudidaya di hampir

semua tempat, terutama sebagai tanaman pertanian di kebun

rumah.

Habitus : Terna.

Deskripsi Botani : Perennial (tumbuh sepanjang tahun), tinggi 75-90 cm.

Berbatang semu, bulat, membentuk rimpang, berwarna hijau.

Daun tunggal, bulat memanjang, ujung runcing, bertulang

menyirip, panjang 10-27 cm, lebar 4-5 cm berpelepah,

berbulu, berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk tandan,

kelopak bunga hijau muda, mahkota bunga berwarna putih.

Buah kotak, bulat berwarna hijau.

Cara Budidaya : Diperbanyak secara vegetatif dari ujung rimpangnya yang

panjangnya kira-kira 2-4 ruas.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Anti radang dan meningkatkan nafsu makan.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Rimpang atau pati.

Kandungan Kimia : Zat pati dari rimpang garut mengandung flavonoid dan

saponin.

Cara Penggunaan : 1. Obat mencret, ramuan berupa tepung garut 1 sendok , gula

1 sendok makan, garam 1/4 sendok teh, daun jambu biji 7

lembar, air 100 ml, dibuat infus, diminum 3 kali sehari,

tiap kali minum 100 ml selama 3 hari.

2. Obat eksim, bagian yang terkena eksim dicuci dengan

rebusan daun Legundi kemudian dibedaki dengan tepung

garut.

3. Obat radang paru-paru, dibuat campuran tepung garut 1

sendok makan dengan serbuk kopi murni 1 sendok teh.

Campuran ini diseduh dengan air masak setengah cangkir

dan madu 1 sendok makan. Obat ini diminum 2 kali sehari.

4. Obat rachitis (penyakit rachitis biasa pada anak-anak yang

kekurangan vitamin D), ramuannya adalah 2 potong

rimpang garut yang panjangnya masing-masing 8 cm,

diparut, diremas dengan madu murni 4 sendok makan,

Page 33: Laporan T Obat Kelompok 4

28

kemudian diperas dan disaring untuk diminum 3 kali

sehari, tiap kali 2 sendok makan.

5. Untuk menambah nafsu makan, sebanyak 80 gram

rimpang garut kering ditumbuk sampai halus, direbus

bersama 2 gelas air dan asam jawa secukupnya sampai

mendidih dan menjadi bubur. Bubur dimakan sehari sekali.

8. Secang

Nama Daerah : Secang, sepang, kayu secang,

Nama Botani : Caesalpia sappan L.

Nama Simplisia : Sappan Lignum (kayu secang).

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Secang menyenangi tempat terbuka sampai ketinggian 1.000

mdpl, seperti di daerah pegunungan yang berbatu tetapi tidak

terlalu dingin. Secang tumbuh liar dan kadang ditanam

sebagai tanaman pagar atau pembatas kebun.

Habitus : Perdu.

Page 34: Laporan T Obat Kelompok 4

29

Deskripsi Botani : Tinggi pohon 5-10 m, batang dan percabangannya berduri

tempel yang bentuknya bengkok dan letaknya tersebar, batang

bulat, warnanya hijau kecoklatan. Daun majemuk menyirip

ganda, panjang 25-40 cm, jumlah anak daun 10-20 pasang

yang letaknya berhadapan. Anak daun tidak bertangkai,

bentuknya lonjong, pangkal rompang, ujung bulat, tepi rata

dan hampir sejajar, panjang 10-25 mm, lebar 3-11 mm,

warnanya hijau. Bunganya bunga majemuk berbentuk malai,

keluar dari ujung tangkai dengan panjang 10-40 cm, mahkota

bentuk tabung, warnanya kuning. Buahnya buah polong,

panjang 8-10 cm, lebar 3-4 cm, ujung seperti paruh berisi 3-4

biji, bila masak warnanya hitam. Biji bulat memanjang,

panjang 15-18 mm, lebar 8-1 1 mm, tebal 5-7 mm, warnanya

kuning kecoklatan.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan biji atau stek batang.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Mampu menghentikan perdarahan, pembersih darah, pengelat,

penawar racun dan antiseptik. Kayu Secang (Sappan Lignum)

dalam bentuk ekstrak etanol dan infusa mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap bakteri Lactobacillus acidophilus.

Obat mencret, batuk, luka, pembersih darah, radang selaput

mata. Saponin menimbulkan rasa pahit. Flavonoid sebagai

antioksidan, melindungi jaringan terhadap kerusakan oksidatif

akibat radikal bebas yang berasal dari proses-proses dalam

tubuh atau dari luar. Flavonoid memiliki hubungan sinergis

dengan vitamin C untuk meningkatkan efektivitas vitamin C.

Flavonoid juga dapat berperan langsung aebagai antibiotik

dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme virus atau

bakteri. Polifenol sebagai antioksidan. Minyak atsiri

digunakan sebagai bahan antiseptik internal dan eksternal,

bahan analgesik, haemolitik atau antizymatic, serta sebagai

sedativa dan stimulan untuk obat sakit perut. Tanin bersifat

sebagai astringent atau menciutkan dinding usus yang rusak

karena asam atau bakteri. Kadar tanin ekstrak kayu secang

diperoleh dengan perebusan selama 20 menit adalah 0,137%.

Tanin dan asam galat berperan juga untuk menghentikan

pendarahan. Brazilin merupakan senyawa antioksidan dan

antiinflamasi.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Kayu.

Kandungan Kimia : Daun : Saponin, flavonoid, polifenol, 0,16% - 0,25% minyak

atsiri. Batang : saponin, flavonoid, tanin, asam galat, resin,

resorsin, brasilin, brasilein, d-α-phellandrene, oscimene,

minyak atsiri.

Cara Penggunaan : 1. Diare /mencret, sebanyak 5 gram kayu dipotong kecil-

kecil lalu direbus dengan 2 gelas air bersih selama 15

menit. Setelah dingin disaring, dibagi menjadi 2 bagian.

Minum pagi dan sore hari.

2. Batuk darah pada TBC, sebanyak 11/2

jari kayu secang

dicuci dan dipotong-potong seperlunya, rebus dengan 4

gelas air bersih sampai tersisa 21/4

gelas, Setelah dingin

Page 35: Laporan T Obat Kelompok 4

30

disaring, minum. Sehari 3 x

gelas.

3. Radang salaput lendir mata, sebanyak 2 jari kayu secang

dicuci dan dipotong-potong seperlunya, rebus dengan 3

gelas air bersih sampai tersisa 11/2

gelas. Setelah dingin

disaring, airnya dipakai untuk merambang mata yang

sakit.

4. Berak darah, sebanyak 1 jari kayu secang dicuci dan

dipotong-potong seperlunya, rebus dengan 3 gelas air

sampai tersisa 11/2

gelas. Setelah dingin disaring lalu

diminum dengan madu seperlunya. Sehari 2 x

gelas.

9. Belimbing Manis

Nama Daerah : Belimbing manis, Belimbing manih, Belimbing legi,

Belimbing amis, Bhalimbing manes, Balirang, Belimbing.

Nama Botani : Averhoa carambola L., sinonim : Averhoa pentandra Blanco

(famili Oxabidaceae).

Nama Simplisia : Averhoa Flos (bunga belimbing), Averhoa radix (akar

belimbing)

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Tumbuh liar di halaman dan di ladang-ladang sampai setinggi

kira-kira 1000m dari permukaan laut. Terdapat di Afrika,

Malaysia, Cina bagian selatan, Filipina, Taiwan bagian selatan

dan Indonesia. Di Indonesia penyebarannya terdapat di daerah

Jawa dan Madura. Banyak ditanam di halaman-halaman

sebagai tanaman hias. Habitus : Pohon.

Deskripsi Botani : Pohon kecil, tinggi mencapai 10 m dengan batang yang tidak

begitu besar dan mempunyai garis tengah hanya sekitar 30 cm.

Ditanam sebagai pohon buah, kadang tumbuh liar dan

ditemukan dari dataran rendah sampai 500 m dpi. Pohon yang

Page 36: Laporan T Obat Kelompok 4

31

berasal dari Amerika tropis ini menghendaki tempat tumbuh

tidak ternaungi dan cukup lembab.. Cabang muda berambut

halus seperti beludru, warnanya coklat muda. Daun berupa

daun majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak

daun. Anak daun bertangkai pendek, bentuknya bulat teiur

sampai jorong, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata,

panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, warnanya hijau, permukaan

bawah hijau muda. Perbungaan berupa malai, berkelornpok,

keluar dari batang atau percabangan yang besar, bunga kecil-

kecil berbentuk bintang warnanya ungu kemerahan. Buahnya

buah buni, bentuknya bulat lonjong bersegi, panjang 4-6,5 ern,

warnanya hijau kekuningan, bila masak berair banyak, rasanya

asam. Biji bentuknya bulat telur, gepeng. Rasa buahnya asam.

Cara Budidaya : Teknologi produksi bibit unggul belimbing harus selalu

menggunakan pohon induk unggul atau pembiakan secara

vegetatif (cangkok, okulasi, enten, dan susuan). Pembiakan

secara generatif dengan biji tidak dianjurkan, karena hampir

selalu memberikan keturunan berbeda dengan induknya

(segregasi genetis). Oleh karena itu, pembiakan generatif (biji)

hanya dimaksudkan untuk menghasilkan bibit batang bawah

(onderstam) yang kelak digunakan pada perbanyakan

vegetatif.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Rasa asam, sejuk. Menghilangkan sakit (analgetik),

memperbanyak pengeluaran empedu, anti radang, peluruh

kencing, astringent

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Bunga, akar dan buah.

Kandungan Kimia : Batang: Saponin, tanin, glucoside, calsium oksalat, suifur,

asam format, peroksidase. Daun: Tanin, suifur, asam format,

peroksidase, calsium oksalat, kalium sitrat.

Cara Penggunaan : 1. Untuk obat rematik dan sakit kepala, ramuan berupa akar

belimbing manis secukupnya, rimpang kencur, tepung

beras dan air secukupnya. Bahan dicampur hingga

membentuk pasta, ditempel pada bagian yang sakit,

diulang tiap 3 jam.

2. Untuk radang lambung, ramuan berupa daun belimbing

manis 6 gram, rimpang kunyit 8 gram, rimpang temu kunci

7 gram, air 110 ml. Bahan dicampur dibuat infus atau atau

diseduh, diminum sehari sekali pada waktu pagi sekitar

100 ml.

3. Untuk batuk, sakit tenggorokan, kencing manis, kolesterol,

dan demam, yaitu mengkonsumsi buah belimbing manis

segar secukupnya. Buah tersebut dimakan langsung atau

dibuat jus. Sehari 3 sampai 9 buah tengantung besar

kecilnya buah.

Page 37: Laporan T Obat Kelompok 4

32

10. Pranajiwa

Nama Daerah : Ki jiwo, pranajiwa, pronojiwo.

Nama Botani : Euchresta horsfieldii L. Benn., famili Fabaceae.

Nama Simplisia : Euchresta horsfieldii Fructus (buah pranajiwa), Euchresta

horsfieldii Semen (biji pranajiwa).

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Umumnya tumbuh mengelompok di hutan sekunder dan

lereng gunung dengan ketinggian antara 1.000-2.000 mdpl.

Dijumpai di Asia, seperti India, Filipina, dan Indonesia. Di

Indonesia tersebar di Sumatera, Jawa

dan Bali.

Habitus : Perdu.

Deskripsi Botani : Perdu dengan tinggi sekitar 1 m, batang berkayu pada

pangkalnya, bercabang jarang. Berdaun majemuk, berbentuk

bulat telur hingga lonjong, pangkal lancip atau agak tumpul,

ujung bermukro, berdaging tipis, permukaan atas berwarna

hijau mengkilap. Bunga berupa tandan tegak, putih. Buah

polong hitam berwarna kebiruan berkilap.

Cara Budidaya : Biji untuk bahan perbanyakan sangat sulit dijumpai sehingga

perbanyakan melalui vegetatif, sedangkan perbanyakan

melalui stek sering mengalami kegagalan karena stek batang

pada Fabaceae sulit membentuk perakaran.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Biji pronojiwo berkhasiat sebagai obat batuk darah, untuk

penguat syahwat/ penambah stamina dan pelancar air seni.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Biji.

Kandungan Kimia : Alkaloid cystisine, daun dan biji mengandung saponin dan

polifenol; biji mengandung flavonoid; asam-asam lemak, baik

asam lemak jenuh (palmitik, myristik, stearik, laurik, behenik,

arachidic, dan lain-lain) maupun asam lemak tak jenuh

(linolerik) dan senyawa lainnya seperti kurkumin.

Page 38: Laporan T Obat Kelompok 4

33

Cara Penggunaan : Buah dikeringkan kemudian diseduh dan diminum seperti

kopi.

Untuk obat batuk darah dipakai ±15 gram biji pronojiwo

kering, dicuci dan ditumbuk halus lalu diseduh dengan 1 gelas

air matang panas,dinginkan. Hasil seduhan diminum

sekaligus.

11. Kayu Manis

Nama Daerah : Kayu manis, kiamis, kecingar, huru mentek, holim

Nama Botani : Cinnamomum burmannii (Nees & T. Nees) Blume, famili

Lauraceae.

Nama Simplisia : Cinnamomi Cortex Cassia Vera (kulit kayu manis)

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Indonesia dan Asia Tenggara

Habitus : Pohon

Deskripsi Botani : Pohon, tingginya 5-15 m dan berakar tunggang. Kulit batang

berwarna abu-abu tua, berbau khas, kayunya berwarna merah

coklat muda. Daun tunggal, kaku seperti kulit, panjang tangkai

daun 0,5-1,5 cm. Letak daun berseling, bentuk daun elips

memanjang, panjang 4-14 cm,lebar 1,5-6 cm, ujung runcing

dengan tepi rata. Bunga kecil-kecil berwarna hijau putih,

berkumpul dalam rangkaian berupa malai panjang tangkai

bunga 4-12 mm, berambut halus, keluar dari ketiak daun atau

ujung percabangan. Buah termasuk buah bunil, bulat

memanjang, panjangnya sekitar 1 cm, warna merah. Bijinya

kecil, bulat telur, saat muda berwarna hijau, bila tua berwarna

hitam.

Page 39: Laporan T Obat Kelompok 4

34

Cara Budidaya : Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara vegetatif dan

generatif. Perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan

setek, cangkok, cabang air, layering dan memelihara tunas

yang tumbuh pada tunggul bekas pohon yang sudah ditebang.

Perbanyakan secara generatif melalui biji yang diperoleh dari

pohon induk yang memiliki umur minimal ≥ 10 tahun dan

telah masak sempurna.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Hangat & menenangkan.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Kulit batang.

Kandungan Kimia : Tanin, zat volatil, kalsium oksalat, cinnezeylanin,

cinnzeylanol, coumarin, dan resin.

Cara Penggunaan : Obat penurun tekanan darah tinggi : Ramuan berupa 2 jari

kayu manis, 10 gram asam trengguli, 10 gram kencur, 15

gram daun sena, dan 20 gram daun saga. Semua bahan direbus

dengan 500 ml air hingga tersisa 200 ml. Rebusan disaring

dan diminum selagi hangat. Ramuan cara lainnya, 1 jari kulit

kayu manis, 10 gram asam trengguli, 60 gram rambut jagung,

dan 30 gram seledri, direbus dengan 600 ml air hingga tersisa

300 ml. Airnya kemudian disaring dan diminum hangat-

hangat.

Obat asam urat : Ramuan 1 ibujari kayu manis, 5 gram biji

pala, 5 butir kapulaga, 5 butir cengkeh, 200 gram ubi jalar

merah, 10 butir merica, 15 gram jahe merah. Semua bahan

direbus dengan 1.500 ml air hingga tersisa 500 ml. Ramuan

kemudian disaring lalu ditambahkan 200 ml air susu cair dan

diminum. Sementara ubinya yang ikut direbus dimakan.

Obat diare : Ramuan 5 gram kayu manis, 5 lembar daun jambu

biji, gula secukupnya. Semua bahan direbus dengan 600 ml air

hingga tersisa 300 ml. Air disaring dan ditambahkan gula

secukupnya, kemudian diminum 150 ml sebanyak dua kali

sehari.

Obat Maag : Ramuan kayu manis 10 gram, kulit kayu manis

direbus dengan 200 ml air hingga tersisa 100 ml, lalu disaring

dan diminum selagi hangat.

Obat Sakit Kepala : Ramuan 10 gram kayu manis, 3 butir

cengkeh, 5 gram biji pala, 5 gram merica, 10 gram jahe.

Semua bahan ditumbuk halus hingga menjadi bubuk.

Lalu diseduh dengan air panas secukupnya, disaring, dan

diminum secara teratur.

Obat Masuk Angin dan Perut Kembung : Ramuan 5 gram

kayu manis, 10 gram jahe, 5 butir cengkeh, 5 gram pulasari, 5

gram adas, 5 gram biji pala, gula aren secukupnya. Semua

bahan direbus dengan 800 ml air hingga tersisa 450 ml.

Kemudian disaring dan diminum selagi hangat sebanyak 150

ml, lakukan tiga kali sehari.

Page 40: Laporan T Obat Kelompok 4

35

12. Mangga

Nama Daerah : Mangga, pelem.

Nama Botani : Mangifera indica L.

Nama Simplisia : Fructus Mangiferae (buah mangga), Semen Mangiferae (biji

mangga)

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Mangga adalah tanaman buah asli dari India. Namun kini,

tersebar di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Tanaman Mangga dapat tumbuh dengan baik di daerah

dataran rendah dan berhawa panas. Tapi, ada juga juga yang

dapat tumbuh di daerah yang memiliki ketinggian hingga 600

meter di atas permukaan laut.

Habitus : Pohon

Deskripsi Botani : Tinggi pohon bisa mencapai 20 m, berakar tunggang,

berwarna coklat. Batang tegak, berkayu, bulat, percabangan

simpodial, coklat. Daun tunggal, berseling, lonjong, tepi rata,

ujung runcing pangkal meruncing, pertulangan menyirip,

panjang 13-28 cm, lebar 3-8 cm, hijau. Bunga majemuk,

berkelamin dua, bentuk malai, berambut kelopak lonjong,

benang sari dan tangkai putik panjang 2-3 mm, kepala sari

bentuk ginjal, putik bentuk segitiga, kuning kemerahan. Buah

buni, bulat telur, hijau atau kuning. Biji keras, tebal, berwarna

kuning muda

Cara Budidaya : Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara vegetatif dan

generatif. Perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan

setek, cangkok. Perbanyakan secara generatif melalui biji

yang diperoleh dari pohon induk yang memiliki umur minimal

10 tahun dan telah masak sempurna.

Page 41: Laporan T Obat Kelompok 4

36

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Bersifat pengelat (astringent), peluruh urine, penyegar,

penambah napsu makan, pencahar ringan, peluruh dahak dan

antioksidan.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Buah dan biji.

Kandungan Kimia : Kandungan asam galat pada mangga sangat baik untuk saluran

pencernaan. Sedangkan kandungan riboflavinnya sangat baik

untuk kesehatan mata, mulut, dan tenggorokan. Biji, daun dan

batang mengandung flavonoida, disamping itu daun dan kulit

batangnya juga mengandung saponin, serta biji dan kulit

batangnya mengandung tannin

Cara Penggunaan : Obat radang kulit, yang digunakan adalah kulit buah mangga.

Caranya sebanyak 150 gram kulit buah mangga dimasak

dengan air secukupnya hingga mendidih. Dalam kondisi

hangat, air rebusan ini dipakai untuk mencuci bagian kulit

yang mengalami sakit atau peradangan. Ramuan ini juga dapat

digunakan untuk mengatasi eksim.

Obat influenza; Caranya sebanyak 200 gram daging buah

mangga ditambah 10 gram jahe, dan dua batang daun bawang

putih. Bahan-bahan ini direbus dengan 500 cc air hingga

tersisa 250 cc. Kemudian airnya disaring dan diminum selagi

masih hangat.

Obat mabuk perjalanan, mangga yang sebelumnya

dikeringkan lalu direbus dengan air secukupnya. Setelah

hangat, tambahkan madu secukupnya dan 10 cc air jeruk nipis

lalu diaduk hingga rata. Selanjutnya ramuan ini diminum

selagi hangat.

13. Harendong Bulu

Nama Daerah : Harendong bulu

Nama Botani : Clidemia hirta (L.) D. Don, famili Melastomataceae.

Nama Simplisia : -

Page 42: Laporan T Obat Kelompok 4

37

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Terdapat di seluruh Indonesia, terutama di pinggir-pinggir

hutan, di lantai hutan yang agak terbuka, pada ketinggian

sampai 1500 mdpl.

Habitus : Semak.

Deskripsi Botani : Batang berkayu, bulat, berbuku rapat atau bersisik,

percabangan simpodial, coklat, berakat tunggang berwarna

coklat. Daun tunggal, berbentuk bulat telur, panjang 2-20 m,

lebar 1-8 cm, berhadapan, ujung dan pangkal runcing, tepi

rata, berbulu, hijau. Bunga majemuk, kelopak berlekatan,

berbulu, bagian ujung pendek dari pangkal, ujung meruncing,

daun pelindung bersisik, ungu kemerahan, benang sari delapan

sampai dua belas, panjang ±3 cm, merah muda, putik satu,

kepala putik berbintik hijau, bakal buah beruang empat sampai

enam, mahkota lima, bulat telur, ungu dan putih. Buah buni,

bulat telur, ungu dengan biji kecil berwarna ungu.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan biji.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Pencuci luka bernanah, menghentikan pendarahan pada luka

sayat.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Daun.

Kandungan Kimia : Daunnya mengandung saponin, flavonoid, dan tannin.

Cara Penggunaan : Untuk mencuci luka yang menahun, beberapa lembar daun

harendong bulu diambil kemudian diremas-remas dan diusap-

usapkan sambil mandi atau dicuci pada luka. Diulangi

beberapa kali dalam seminggu.

Harendong bulu juga dapat digunakan untuk menghilangkan

lendir ikan dan menghilangkan rasa pahit pada daun pepaya

atau pepaya muda sebelum dimakan.

14. Solatri

Page 43: Laporan T Obat Kelompok 4

38

Nama Daerah : Solatri, nyamplung, bintangur

Nama Botani : Calophyllum inophyllum L. Famili Clusiaceae

Nama Simplisia : -

Status Kelangkaan Lower risk/least concern (Stevens, 1998)

Habitat/Sebaran

Alami

: Pohon ini tumbuh mulai dari hutan di pegunungan hingga di

rawa-rawa. Tanaman nyamplung tumbuh dengan baik di

daerah pantai sampai dengan dataran tinggi (500 m dpl)

dengan struktur tanah mengandung pasir (dengan kadar

minimum s.d. maksimum) dan mengandung humus. Sebaran

cukup luas di dunia yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia

Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, dan

Amerika Selatan. Di Indonesia, nyamplung tersebar mulai dari

Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung,

Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi,

Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua.

Habitus : Pohon.

Deskripsi Botani : Tinggi nyamplung dapat mencapai 30 m dan diameternya

dapat mencapai 0,8 m. Batang berkayu, bulat, coklat atau

putih kotor. warna kayu pohon dapat bervariasi tergantung

spesies.

Daun mengkilap, tunggal, bersilang berhadapan, bulat

memanjang atau bulat telur, ujung tumpul, pangkal membulat,

tepi rata, perlulangan menyirip, panjang 10-21 cm, lebar 6-11

cm, tangkai 1,5-2,5 cm, berwarna hijau.

Bunga majemuk, bentuk tandan, di ketiak daun yang teratas,

berkelamin dua, diameter 2-3 cm, tujuh sampai tiga belas,

daun kelopak empat, tidak beraturan, benang sari banyak,

tangkai putik membengkok, kepala putik bentuk perisai, daun

mahkota empat, lonjong, putih.

Buah batu, berbentu bulat, diameter antara 2,5-3,5 cm

berwarna coklat.

Biji berbentuk bulat, tebal, keras, berwarna coklat.

Perakaran tunggang, berwarna coklat.

Cara Budidaya : Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan teknik stek batang

maupun teknik cangkok. Perbanyakan generatif dilakukan

dengan biji buah yang isemaikan ataupun dengan anakan alam

yang tumbuh di bawah tegakan nyamplung.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Menyembuhkan urus-urus, penyubur rambut, obat rematik,

jamu bagi ibu setelah melahirkan (kulit kayu nyamplung

dicampur dengan bahan lain), obat gatal dan koreng, kayunya

mengandung Calanolide A dan B sebagai senyawa anti virus

HIV, diduga dapat untuk mengobati kanker.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Biji.

Kandungan Kimia : Daun Calophyllum inophyllum mengandung saponin,

flavonoida dan tanin; takamaha, resin, minyak atsiri,

Page 44: Laporan T Obat Kelompok 4

39

kalofiloid, asam kalofilat, silosterol, lendir, gliserin, minyak

lemak, takaferol dan karetenoid. Damarnya mengandung

aneka zat seperti takamahin, asam takawahol, gumi, resin, dan

minyak terbang.

Cara Penggunaan : Untuk obat urus-urus, dipakai ±2 gram, serbuk biji

Calophyllum inophyllum, diseduh dengan ½ gelas ai matang

panas, setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum

sekaligus

15. Dadap Merah

Nama Daerah : Dadap merah, dadap blendung, dadap laut.

Nama Botani : Erythirna variegata L. var. orientalis (L.) Merr, sinonim :

Erythrina crista-galli L.

Nama Simplisia : Erythrinae variegatae Folium (daun dadap merah).

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Di pantai atau daerah belakangnya, tepi muara sungai, juga

dipelihara. Hidup sampai ketinggian 1.200 mdpl. Sebaran

tanaman di dunia ada di Afrika Timur, India, Asia Tenggara,

Kepulauan Nusantara hingga Australia.

Habitus : Pohon.

Deskripsi Botani : Batang dan ranting kebanyakan berduri tempel.

Poros daun dengan panjang tangkai 10-40 cm, tidak berduri

tempel; anak daun bulat telur terbalik, segitiga atau bentuk

belah ketupat dengan ujung tumpul, tepi rata, jarang berlekuk

sedikit; anak daun ujung yang terbesar, 9-25 kali 10-30 cm,

dan menggugurkan daun. Bunga ada dalam tandan samping,

pada ujung ranting yang gundul atau yang ada daun mudanya.

Daun pelindung cepat rontok. Bunga tiga-tiga pada tonjolan;

anak tangkai 0,5-1 cm. Kelopak akhirnya membelah dalam

Page 45: Laporan T Obat Kelompok 4

40

seperti pelepah; bendera 5,5-8 kali lebih kurang 8 cm, berkuku

pendek, tidak bergaris putih; sayap muncul di Iuar kelopak,

1,5-2,5 cm panjangnya; lunas lebih kurang sama panjang,

berdaun lepas, merah kotor. Bakal buah : berambut rapat,

bertangkai, polongan di atas sisa kelopak di atas tangkai yang

panjangnya 1,5-3 cm, menyempit di antara biji-biji, 10-25 kali

sekitar 2 cm; dinding luar dapat lepas dari dinding dalam dan

membuka tidak beraturan. Biji berjumlah 1-12, panjang

sekitar 2 cm. Cara Budidaya : Perbanyakan dengan cangkok atau biji.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Anti radang (batuk), anti demam, Haid teratur, Pelancar ASI,

sulit tidur, sakit kulit (obat luar), penyembuh patah tulang,

antimalaria.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Daun, kulit kayu, akar, dan biji

Kandungan Kimia : Alkaloid eritralina, erisotiofina, kholina, betaina, erisovina,

hepaforina, minyak lemak, resin dan senyawa alkaloid kuinin

sebagai antimalaria.

Cara Penggunaan : 1. Untuk digunakan sebagai obat sakit cacar air, sebanyak 2

genggam daun direbus dengan air 3 liter sampai mendidih,

diangkat dan ditambah air dingin secukupnya terus untuk

digunakan untuk mandi.

2. Untuk haid tidak teratur, beberapa helai daun dan beberapa

buah bunga dadap ayam, dibuat sayur. Dimakan sebagai

sayur.

3. Untuk pelancar ASI, daun dadap ayam dan santan

secukupnya, dibuat sayur yang cocok. Dimakan sebagai

sayur.

4. Untuk sulit tidur, beberapa helai daun dadap ayam dan

herba Kangkung dibuat sayur. Dimakan sebagai sayur.

5. Biji dadap ayam dipotong tipis-tipis digunakan untuk

meracuni ayam.

16. Pandan Wangi

Page 46: Laporan T Obat Kelompok 4

41

Nama Daerah : Pandan rampe, pandan harum, pandan wangi, pondan, pandan

arum.

Nama Botani : Pandanus amaryllifolius Roxb., sinonim : P. odorus Ridl., P.

latifolius Hassk., P hasskarlii Merr.

Nama Simplisia : Pandanuseae Folium (daun pandan).

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Tumbuh di daerah tropis dan banyak ditanam di halaman atau

kebun. Padan kadang tumbuh liar di tepi sungai, tepi rawa dan

di tempat-tempat yang agak lembab, tumbuh subur dari daerah

pantai sampai daerah dengan ketinggian 500 mdpl.

Habitus : Semak.

Deskripsi Botani : Semak dengan tinggi 1-2 m, batang bulat dengan bekas duduk

daun, bercabang, menjalar, akar tunjang keluar di sekitar

pangkal batang dan cabang. Daun tunggal, duduk, dengan

pangkal memeluk batang, tersusun berbaris tiga dalam garis

spiral. Helai daun berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing,

tepi rata, bertulang sejajar, panjang 40 - 80 cm, lebar 3 - 5 cm,

berduri tempel pada ibu tulang daun permukaan bawah bagian

ujung-ujungnya, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk

bongkol, warnanya putih. Buahnya buah batu, menggantung,

bentuk bola, diameter 4 - 7,5 cm, dinding buah berambut,

warnanya jingga.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan stek.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Nafsu makan, penghilang rematik dan pegal linu, penyubur

rambut, penghilang ketombe dan penghitam rambut.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Daun.

Kandungan Kimia : Daun pandan mengandung alkaloida, saponin, flavonoida,

tanin, polifenol, dan zat warna.

Cara Penggunaan : 1. Untuk obat lemah saraf : daun pandan segar sebanyak 3

lembar dicuci lalu dipotong, kecil-kecil. Direbus dengan 3

gelas air bersih sampai tersisa 2 gelas. Setelah dingin

disaring lalu diminum pagi dan sore hari, masing-masing 1

gelas.

2. Untuk obat rematik dan pegal linu :

a. Daun pandan segar sebanyak 3 lembar dicuci bersih lalu

diiris tipis-tipis. Diseduh dengan 1/2 cangkir minyak

kelapa yang telah dipanaskan sambil diaduk merata.

Setelah dingin siap digunakan untuk menggosok bagian

tubuh yang sakit.

b. Daun pandan segar sebanyak 5 lembar dan daun serai 20

lembar, dicuci Ialu ditumbuk sampai halus. Tambahkan

minyak kayu putih dan minyak gandapura masing-

masing 1 sendok makan. Aduk sambil diramas sampai

merata. Ramuan ini digunakan untuk menggosok dan

mengurut bagian tubuh yang sakit.

3. Untuk obat gelisah, daun pandan segar sebanyak 2 lembar

dicuci lalu diiris tipis-tipis. Seduh dengan segelas air

panas. Setelah -dingin disaring, minum sekaligus. Di

Page 47: Laporan T Obat Kelompok 4

42

lakukan 2 - 3 kali sehari berulang sampal tenang.

4. Untuk obat rambut rontok, sebanyak 10 lembar daun waru

muda yang segar, segenggam daun urang-aring, 5 lembar

daun mangkokan, 1 lembar daun pandan, 10 kuntum bunga

melati, dan 1 kuntum bunga mawar, setelah dicuci bersih

lalu dipotong-potong secukupnya. Bahan-bahan tersebut

dimasukkan ke dalam panci email, lalu tambahkan rninyak

wijen, minyak kelapa dan minyak kemiri masing-masing

1/2 cangkir. Dipanaskan sampai mendidih, lalu diangkat.

Setelah dingin disaring, siap untuk digunakan. Caranya,

oleskan campuran minyak tadi ke seluruh kulit kepala

sambil dipijat ringan. Lakukan malam hari sebelum tidur,

esok paginya rambut dikeramas. Dilakukan 2-3 kali

seminggu.

5. Untuk menghitamkan rambut, daun pandan wangi

sebanyak 7 lembar dicuci lalu dipotong-potong. Rebus

dengan 1 liter air sampai warnanya menjadi hijau.

Embunkan air rebusan tadi semalaman. Pagi harinya,

campurkan rebusan daun pandan tadi dengan air perasan 3

buah mengkudu masak. Air campuran tadi lalu digunakan

untuk meneuci rambut. Dilakukan 3 kali seminggu, sampai

terlihat hasilnya.

6. Untuk obat ketombe, daun pandan segar sebanyak 7

lembar dicuci bersih lalu digiling halus. Ditambahkan 1/2

cangkir air bersih sambil diremas merata. Diperas dan

disaring. Air perasan daun pandan ini lalu dioleskan ke

seluruh kulit kepala yang berketombe. Biarkan mengering,

kalau perlu olesan diulang sekali lagi. Kira-kira 1/2 - 1

jam kemudian, rambut dibilas dengan air bersih. Lakukan

setiap hari sampai sembuh. Daun pandan segar sebanyak 2

- 5 lembar diiris-iris secukupnya lalu direbus atau diseduh,

minum. Atau daun ditumbuk lalu diperas dan diminum.

Pemakaian luar, daun dicuci bersih lalu digiling halus.

Turapkan pada luka atau kulit kepala yang berketombe.

17. Paku Rane

Nama Daerah : Paku rane, cakar ayam, rumput solo, cemara kipas gunung.

Nama Botani : Selaginella doederleinii Hieron

Nama Simplisia : -

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Keluarga Selaginellales ini tumbuh pada tebing, jurang, dan

tempat-tempat teduh yang berhawa dingin.

Habitus : Semak

Deskripsi Botani : Batang tegak, tinggi 15 - 35 cm, panjang 0,5 – 1cm, lebar 2 –

5 cm, keluar akar pada percabangan. Permukaan kasar,

pertulangan sejajar hijau, tangkai silindris.

Daunnya kecil-kecil, panjang 4 - 5 mm, lebar 2 mm, bentuk

jorong, ujung meruncing, pangkal rata, warna daun bagian

Page 48: Laporan T Obat Kelompok 4

43

atas hijau tua, bagian bawah hijau muda. Daun tersusun di kiri

kanan batang induk sampai kepercabangannya, yang

menyerupai cakar ayam dengan sisik-sisiknya.

Putik silindris, panjang 8 cm, mahkota halus, lonjong, beruang

tiga, permukaan berkerut hitam serabut, membentuk umbi,

putih.

Cara Budidaya : Perbanyakan tanaman dengan menggunakan stump.

Pemeliharaan mudah, perlu cukup air dengan cara penyiraman

yang cukup, menjaga kelembaban dan pemupukan terutama

pupuk dasar.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Manis, hangat, penurun panas, antitoxic, anti kanker

(antineoplastic), menghentikan perdarahan (hemostatik), anti

bengkak (antioedem), kanker paru, bronkhitis, radang paru,

tonsilis, batuk, koreng, hepatitis, perut busung, infeksi saluran

kencing, tulang patah, reumatik.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Herba.

Kandungan Kimia : Saponin, polifenol, phytosterol dan alkaloid.

Cara Penggunaan : 1. Untuk kanker : 60 gr S. doederleinii kering direbus selama

3 - 4 jam dengan api kecil, minum setelah dingin. Ramuan

lain, 18 tablet 60 gr herba segar, diminum sehari 3 x 6 - 8

tablet. Obat Paten : Decancerlin.

2. Untuk batuk, radang paru, radang amandel (tonsilitis): 30

gr S.doederleinii direbus, minum.

3. Untuk jari tangan bengkak: dilumatkan, tempel ke tempat

yang sakit.

4. Untuk tulang patah: 15 - 30 gr S.doederleinii segar

direbus, minum. Pemakaian Luar, dilumatkan dan

ditempelkan ke tempat yang patah, bila patahnya tertutup

dan posisi tulangnya baik. Sudah dibuat infus, tablet dan

obat suntik.

Page 49: Laporan T Obat Kelompok 4

44

18. Sanrego

Nama Daerah : Sanrego, kemaitan.

Nama Botani : Lunasia amara Blanco, famili Rutaceae.

Nama Simplisia : -

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Tumbuhan asli Indonesia yang hanya tersebar di daerah

Jawa Timur, Sulawesi, Papua, Borneo, sedikit tersebar di

Filipina, dan Queensland bagian selatan, pada ketinggian di

atas 900 mdpl.

Habitus : Perdu.

Deskripsi Botani : Kemaitan memiliki daun tunggal tersebar, penuh di setiap

percabangan, tangkai bulat, kesat, bagian ujung dekat

helaian daun menonjol, panjang tangkai daun 1,5-15 cm,

bagian pangkal jelas menggembung berwarna hijau muda,

helaian daun berbentuk bulat telur terbalik memanjang,

lonjong dan lanset, ujung meruncing, tepi daun rata,

bergigi pada bagian ujung, pangkal segitiga terbalik, atau

bentuk jantung. Permukaan atas daun maitan licin dan

permukaan bawah kasap, memiliki tekstur kasar atau

seperti kertas dengan titik minyak yang tersebar,

pertulangan menyirip, tulang daun menonjol pada bagian

bawah, ukuran helaian 7-30 cm, lebar 3-12 cm, hijau,

daun penumpu tidak ada; batang berbentuk bulat.

Cara Budidaya : -

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Afrodisiak, sanrego dikenal sebagai “viagra” dari Sulawesi;

antidiabetes, antikanker.Daun dan batang tanaman anggota

famili ini dilaporkan memiliki aktivitas antiinflamasi,

antituberkulosis, antimikroba dan sitotoksik.

Page 50: Laporan T Obat Kelompok 4

45

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Daun dan kulit batang.

Kandungan Kimia : Senyawa alkaloid yang berfungsi memperlancar saluran

kencing, senyawa sitosterol yang membentuk hormone steroid

dan senyawa glikosida dapat digunakan untuk kosmetik.

Cara Penggunaan : -

19. Temu Lawak

Nama Daerah : Koneng gedeh, temu putih.

Nama Botani : Curcuma xanthorrhiza Roxb.

Nama Simplisia : Curcumae Rhizoma (rimpang temulawak).

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Kawasan Indomalaya merupakan tempat asal temulawak

hingga menyebar ke seluruh dunia.

Temu lawak ini lebih produktif pada tempat terbuka yang

terkena sinar matahari dan dapat tumbuh mulaid ari dataran

rendah sampai dataran tinggi. Akan tetapi, untuk mencapai

hasil yang maksimal, sebaiknya ditanam pada ketinggian

sekitar 200-600 mdpl. Habitus : Terna.

Page 51: Laporan T Obat Kelompok 4

46

Deskripsi Botani : Terna perennial (ada sepanjang tahun) ini tumbuh merumpun

dengan batang semu yang tumbuh dari rimpangnya. Batang

semu berasal dari pelepah-pelepah daun yang saling menutup

membentuk batang. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 2

meter. Tiap tanaman berdaun 2-9 helai, berbentuk bulat

memanjang atau lanset, panjang 31-84 cm, lebar 10-18 cm,

berwarna hijau, berwarna merah keunguan. Perbungaan

termasuk tipe exantha, yaitu jenis temu yang bunganya keluar

langsung dari rimpangnya yang panjangnya mencapai 40-60

cm. Bunga mejemuk berbentuk bulir, bulat panjang, panjang

9-23 cm, lebar 4-6 cm. Bunga muncul secara bergiliran dari

kantong-kantong daun pelindung yang besar dan beraneka

ragam dalam warna dan ukurannya. Mahkota bunga berwarna

merah. Bunga mekar pada pagi hari dan berangsur-angsur layu

di sore hari. Cara Budidaya : Perbanyakan dengan rimpang.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Kandungan curcumin dalam rimpang temulawak berkhasiat

sebagai antioksidan, antinflamasi, dan antitumor. Temulawak

juga berkhasiat menghilangkan rasa nyeri dan sakit karena

kanker. Ekstrak temulawak sangat dianjurkan untuk

dikonsumsi guna mencegah penyakit hati, termasuk hepatitis

B yang menjadi salah satu faktor risiko timbulnya kanker hati.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Rimpang.

Kandungan Kimia : Rimpang temulawak mengandung curcumin dan

monodesmetoksi curcumin.

Cara Penggunaan : Untuk antikanker, ramuan 10 gram rimpang temulawak 10

gram kunyit, 10 gram daun sambiloto kering, 10 gram

rimpang temu mangga, 10 gram ciplukan kering (seluruh

bagian tanaman), 10 gram meniran (seluruh bagian tanaman),

setelah dicuci bersih, rimpang temulawak, kunyit, temu putih,

dan temu mangga diparut halus. Parutan tersebut dicampur

dengan ciplukan, meniran, dan daun sambiloto, lalu direbus

dengan 2 gelas air putih sampai tersisa sekitar 1,5 gelas.

Setelah disaring, ramuan diminum 3 kali sehari masing-

masing 1/2 gelas. Untuk mengurangi rasa pahit, bisa

ditambahkan 1 sendok makan madu.

20. Handeleum

Nama Daerah : Handeleum, daun wungu.

Nama Botani : Graptophyllum pictum (Linn) Griff.

Nama Simplisia : -

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Tumbuh di dataran rendah, pada tempat terbuka atau sedikit

terbuka sampai pada ketinggian 1.600 mdpl.

Habitus : Perdu.

Deskripsi Botani : Perdu dengan pertumbuhan lurus, tinggi mencapai 8 m.

Ranting muda berwarna merah hati. Daun tunggal, bulat telur,

Page 52: Laporan T Obat Kelompok 4

47

kedudukan daun berhadapan bersilangan, warna permukaan

daun merah hati. Bunga malai, warna putih kemerahan. Buah

bulat kemerahan.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan stek.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Tumbuhan ini bersifat: peluruh kencing (diuretik),

mempercepat pemasakan bisul, pencahar ringan dengan jalan

menghambat absorpsiair di dalam lumen usus (mild laxative),

pelembut kulit kaki (emolien).

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Daun.

Kandungan Kimia : Saponin, flavonoid, tannin.

Cara Penggunaan : Obat ambeien dan pembengkakan anggota badan akibat

penyakit, ramuannya :

1. Sediakan lebih kurang 10 lembar daun muda atau yang

tua kemudian dikeringkan. Rebus ditambah dengan air

3 gelas hingga menjadi satu gelas setelah dingin dapat

diminum. Dapat dilakukan sehari 2 kali pagi dan sore,

hingga 3 – 5 hari. Untuk ambeien yang sudah akut

dapat ditabahkan kulit manggis (Gracinia mangostana),

akar Hareeus dan akar Jambu Klutuk direbus menjadi

satu. Ulangi hingga satu minggu, dilakukan 2-3 kali

sehari (1/2 gelas).

2. Untuk pembengkakan anggota badan sebanyak 1-2

genggam ditumbuk halus diborehkan pada bagian yang

sakit.

Page 53: Laporan T Obat Kelompok 4

48

21. Sambiloto

Nama Daerah : Empedu tanah, pepaitan, ki oray, ki peurat, ki ular, takilo,

bidara, sadilata, sambilata, takila.

Nama Botani : Andrographis paniculata Ness., famili Acanthaceae.

Nama Simplisia : Andrographidis herba (herba sambiloto)

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Tumbuh liar di tempat terbuka, seperti tepi jalan, ladang, atau

tanah kosong yang terbengkelai, juga di pekarangan. Daerah

penyebarannya dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m

di atas permukaan laut.

Habitus : Terna.

Deskripsi Botani : Terna semusim, tinggi 50 - 90 cm, batang disertai banyak

cabang berbentuk segi empat (kwadrangularis) dengan nodus

yang membesar. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak

berhadapan bersilang, bentuk lanset, pangkal runcing, ujung

meruncing, tepi rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah

hijau muda, panjang 2 - 8 cm, lebar 1 - 3 cm. Perbungaan

rasemosa yang bercabang membentuk malai, keluar dari.

ujung batang atau ketiak daun. Bunga berbibir berbentuk

tabung;kecil- kecil, warnanya putih bernoda ungu. Buah

kapsul berbentuk jorong, panj ang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5

cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan pecah

Page 54: Laporan T Obat Kelompok 4

49

mernbujur menjadi 4 keping-Biji gepeng, kecil-kecil,

warnanya cokelat muda.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan biji atau setek batang.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Herba ini rasanya pahit, dingin, masuk meridian paru,

lambung, usus besar dan usus kecil. Herba ini berkhasiat

bakteriostatik. Sifat antibiotik sambiloto sangat membantu

dalam menyembuhkan luka akibat kanker. Berdasarkan

penelitian praklinis, ekstrak sambiloto bermanfaat sebagai

antitumor dan menghancurkan inti sel kanker. Salah satu

kegunaannya untuk mengobati kanker prostat.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Herba, sebaiknya dipanen sewaktu tumbuhan ini mulai

berbunga. Setelah dicuci, dipotong-potong seperlunya lalu

dikeringkan.

Kandungan Kimia : Daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri

dari deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit),

neoandrografolid, 14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid,

dan homoandrografolid. Juga terdapat flavonoid, alkane,

keton, aldehid, mineral (kalium, kalsium, natrium), asam

kersik, dan damar. Flavonoid diisolasi terbanyak dari akar,

yaitu polimetoksiflavon, andrografin, pan.ikulin, mono-0-

metilwithin, dan apigenin-7,4- dimetileter. Zat aktif

andrografolid terbukti berkhasiat sebagai hepatoprotektor

(melindungi sel hati dari zat toksik).

Cara Penggunaan : Untuk prostat, ada 3 cara :

Cara pertama, ramuan 30 gram daun sambiloto kering, 30

gram meniran kering, 30 gram akar alang alang kering,

semuanya dicuci bersih, lalu dipotong kecil-kecil. Ramuan

direbus dalam 2,5 gelas air dalam keadaan tertutup hingga

mendidih. Setelah itu baru diangkat, tetapi tutup jangan

dibuka. Setelah dingin, disaring. Diminum 2 kali sehari 1

gelas hingga gejala penyakit yang dirasakan hilang.

Cara kedua, ramuan 50 gram daun sambiloto kering, 25 gram

kulit semangka kering, 50 gram daun pegagan kering, 50 gram

daun dewa kering, 100 gram akar alang-alang.Bahan diramu

sama seperti pada ramuan pertama.

Cara ketiga, ramuan 30 gram daun sambiloto kering, satu buah

tanaman krokot (batang, daun, dan akarnya). Setelah dicuci

bersih, bahan direbus dalam 2,5 gelas air selama seperempat

jam. Dibiarkan masih dalam keadaan tertutup sampai dingin,

lalu disaring dan minum 2 kali sehari 1 gelas hingga sembuh.

Untuk penggunaan lain, seperti hepatitis, infeksi saluran

empedu, disentri basiler, tifoid, diare, Influenza, radang

amandel (tonsilitis), abses paru, malaria, radang paru

(pneumonia), radang saluran napas (bronkhitis), radang ginjal

akut (pielonefritis), radang telinga tengah (OMA), radang usus

buntu, sakit gigi, demam, kencing nanah (gonore), kencing

Page 55: Laporan T Obat Kelompok 4

50

manis (diabetes melitus), TB paru, skrofuloderma, batuk rejan

(pertusis), sesak napas (asma), leptospirosis, darah tinggi

(hipertensi), kusta (morbus hansen/lepra), keracunan jamur,

singkong, tempe bongkrek, makanan laut, kanker:penyakit

trofoblas, kehamilan anggur (mola hidatidosa)-Trofoblas

ganas (tumor trofoblas), tumor paru; herba kering sebanyak 10

- 20 g direbus atau herba kering digiling halus menjadi bubuk

lalu diseduh, minum atau 3 - 4 kali sehari, 4 - 6 tablet. Untuk

pengobatan kanker, digunakan cairan infus, injeksi, atau

tablet. Untuk pemakaian luar, herba segar direbus lalu airnya

digunakan untuk cuci atau digiling halus dan dibubuhkan ke

tempat yang sakit, seperti digigit ular berbisa, gatal-gatal, atau

bisul.

22. Tabat Barito

Page 56: Laporan T Obat Kelompok 4

51

(Sumber : Kristina, 2007)

Nama Daerah : Tabat barito, emas cotek.

Nama Botani : Ficus deltoidea Jack., sinonim : F. diversifolia Blume, F.

lutescens Desf., F. motlevana Miq., F. diversifolia Blume var.

deltoidea (Jack.) Ridl., famili Moraceae.

Nama Simplisia : Ficus deltoidia Folium (daun tabat barito).

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Tumbuhan asli hutan hujan tropik (India, Kepulauan Malaya,

Filipina, Malaysia, dan Indonesia) yang sangat adaptif dengan

kondisi lingkungan yang lembab dan hangat. Tumbuh di

cabang atau batang pohon sebagai epifit. Tumbuh di dataran

rendah sampai pegunungan pada ketinggian 3.200 mdpl.

Cara hidupnya dari terestrial sampai epifit. Daun tersusun

berselang-seling pada cabang-cabang ramping, panjang

tangkai daun 0,1-9 cm, tebal 1-5 mm, gundul; bentuk daun

bulat telur sampai lanset panjang 8 cm, bentuk daun berbeda

tergantung kelamin. Daun yang besar dan bulat di

kelompokkan sebagai tabat barito betina dan yang lebih kecil

dan lonjong sebagai tabat barito jantan. Daunnya berwarna

hijau berkilat dan mempunyai bintik yang berwarna emas di

permukaan, di bawah permukaan daunnya berwarna kuning

keemasan dengan bintik-bintik hitam. berwarna hijau terang

kekuningan atau coklat kekuningan dengan bintik-bintik dan

mengkilap di permukaannya. Urat daun utamanya bercabang

dengan beberapa bintik coklat yang jelas di bawah poros urat

daunnya. Jenis ini memiliki daun yang sangat bervariasi

(dalam ukuran, bentuk, susunan tulang daun, keberadaan dan

penyebaran kelenjar lilin, panjang tangkai daun) dan syconium

(bentuk, warna matang, panjang dan diameter tangkai

perbungaannya). Perbungaan atau disebut syconium, rumen

Page 57: Laporan T Obat Kelompok 4

52

aksilar, berpasangan atau tunggal; tangkai 1,5 -3 cm atau

duduk; dasar perbungaan bervariasi membulat, menjorong,

membulat telur, melonjong dan hampir silinder, diameter 0,4-

0,8 cm berwarna kuning-jingga atau merah-ungu tua.

Habitus : Semak (epifit).

Deskripsi Botani : Semak tinggi 25-50 cm. Batang tegak, berkayu, bulat,

bercabang banyak, permukaan kasar, bergetah, coklat. Daun

tunggal, tersebar, bentuk solet, tepi rata, ujung bulat,

pangkal runcing, panjang 2-5 cm, bertangkai pendek,

permukaan licin, permukaan atas hijau, permukaan bawah

kuning kecoklatan. Bunga tunggal, di ketiak daun, bentuk

gasing, benang sari dan putik tersusun dalam lingkaran,

mahkota lepas, duduk di atas bakal buah, bentuk kuku,

coklat kemerahan. Buah buni, bulat, garis tengah 3-5 mm,

kuning. Biji bola, kecil, coklat. Perakaran tunggang.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan biji dan stek batang.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Antikanker dan antitumor (Darusman et al., 2003),

aphrodisiak.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Daun dan akar.

Kandungan Kimia : Daun dan buah mengandung flavonoid (antioksidan), tannin

(mengencangkan jaringan yang kendur), triterpenoids

(membantu membuang serta mengeluarkan dahak dan

membantu menyerap nutrien), phenols (antiseptik) dan

saponin; akar mengandung cyanophoric.

Cara Penggunaan : Untuk obat keputihan dipakai +15 gram daun segar tabat

barito, dicuci dan direbus dengan tiga gelas air sampai

mendidih selama 15 menit, didinginkan dan disaring. Hasil

saringan diminum dua kali sehari.

23. Senggugu

Page 58: Laporan T Obat Kelompok 4

53

Nama Daerah : Senggugu, daun senggugu,

Nama Botani : Clerodendron serratum Spreng, sinonim : Cyclonema

serratum, famili Verbenaceae.

Nama Simplisia : Clerodendron serratum Herba (herba senggugu)

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka atau agak terlindung,

bisa ditemukan di hutan sekunder, padang alang-alang, pinggir

kampung, tepi jalan atau dekat air yang tanahnya agak lembab

dari dataran rendah sampai 1.700 m dpl. Seggugu diduga

tumbuhan asli Asia tropik.

Habitus : Semak.

Deskripsi Botani : Semak tegak, tinggi 1 - 3 m, batang berrongga, berbongkol

besar, akar warnanya abu kehitaman. Daun tunggal, tebal dan

kaku, bertangkai pendek, letak berhadapan, bentuk bundar

telur sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi bergigi

tajam, pertulangan menyirip, kedua permukaan berambut

halus, panjang 8 - 30 cm, lebar 4 - 114 cm, warnanya hijau.

Perbungaan majemuk malai yang panjangnya 6 40 cm,

warnanya putih keunguan, keluar dari ujung-ujung tangkai.

Buah buni, bulat telur, masih muda hijau, setelah tua hitam.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan biji, setek batang, atau akar.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Daun senggugu pahit, pedas dan sejuk. Berkhasiat sebagai

penghilang nyeri (analgesik), sedangkan akarnya berkhasiat

sebagai peluruh kencing (diuretik) dan mengeluarkan lendir.

Infus daun senggugu secara in vitro dapat menghancurkan

batu ginjal.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Herba.

Kandungan Kimia : Daun banyak mengandung kalium, sedikit natrium, alkaloid

dan flavonoid flavon. Kulit batang mengandung senyawa

triterpenoid, asam olenat, asam queretaroat dan asam

serratogenat. Sedangkan kulit akar mengandung glikosida

fenol, manitol dan sitosterol.

Cara Penggunaan : Seluruh tumbuhan sebanyak 10 - 15 gram direbus atau

digiling menjadi bubuk dan diseduh, lalu diminum. Untuk

pemakaian luar, daun segar ditumbuk sampai lumat lalu

ditempelkan ke tempat yang sakit atau daun segar direbus,

airnya untuk mencuci muka.

Untuk menjernihkan suara, akar senggugu sebanyak 10 gram

ditumbuk halus. Tambahkan 1/2 cangkir air masak sambil

diremas merata. Peras dan saring, lalu minum sekaligus.

Untuk asma dan bronkitis, akar senggugu sebanyak 10 gram

diiris tipis-tipis lalu diseduh dengan secangkir air panas.

Setelah dingin, diminum.

Untuk borok berair, daun segar secukupnya direbus. Setelah

dingin airnya dipakai untuk mencuci borok.

Untuk rematik, daun senggugu segar ditumbuk dengan adas

pulasari atau daun senggugu muda diremas halus dengan

sedikit kapur. Bahan tersebut lalu dibalurkan di tempat yang

sakit.

Page 59: Laporan T Obat Kelompok 4

54

Untuk batuk, daun senggugu dikunyah dengan air sirih, airnya

ditelan. Atau buahnya sebanyak 2 buah dicuci bersih lalu

dikunyah perlahan-lahan, dan telan. Setelah itu, minumlah air

hangat.

Untuk perut busung dan cacingan; daun senggugu, temu lawak

dan sedikit garam diseduh dengan secangkir air panas. Setelah

dingin disaring, lalu diminum sekaligus.

24. Soka Merah

Nama Daerah : Soka merah, asoka, kembang santen merah, soka beureum.

Nama Botani : Ixora coccinea L., sinonim : Ixora montana Lour., Ixora

grandiflora Loddiges, famili Rubiaceae.

Nama Simplisia : Ixora coccinea Cortex (kulit kayu asoka), Ixora coccinea Flos

(bunga asoka).

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Penyebaran asli di India, secara luas ditanam (dikultivasi) di

Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, Kamboja, Laos dan

Thailand.

Habitus : Semak.

Deskripsi Botani : Semak dengan banyak batang, tinggi lebih dari 3 m, gundul;

daun membundar telur sampai lonjong atau membundar telur

sungsang, 3,5-10 cm x 2-5 cm, menjangat, pangkal semi

menjantung atau membulat, ujung menumpul atau sedikit

melancip, bertusuk, dengan 8-15 vena sekunder, tidak ada

tangkai atau pendek,penumpu bertugi panjang; pembungaan

duduk, berbentuk menggundung yang padat, bunga dengan

cuping kelopak yang berbentuk segitiga, panjang sekitar 3

mm, meruncing, merah, panjang tabung mahkota 3-4,5 cm,

Page 60: Laporan T Obat Kelompok 4

55

bentuk cuping melanset atau bundar telur-melanset, panjang 1-

1,5 cm, meruncing, jingga sampai merah tua atau putih,

kuning atau merah muda (kebanyakan pada tanaman yang

dikultivasi), tidak berbau, panjang tangkai putik 3-4 mm

menjulur, merah; buah membulat, ukurannya sebesar kacang

polong, kemerahan, berdaging. Ixora coccinea dikultivasi di

dataran rendah, namun juga dikultivasi di daerah ketinggian.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan stek.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Kulit dari tanaman ini digunakan sebagai astringent dan

penenang rahim (uterine sedative). Herbal ini bekerja

langsung pada serat otot rahim yang merangsang endometrium

dan jaringan ovarium. Digunakan untuk fibroid uterine atau

fibroid ovarium, menorhagia, perdarahan hemoroid (wasir),

dan disentri hemoragik

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Kulit kayu dan bunga.

Kandungan Kimia : Kulit kayu mengandung hematoksilin, tanin dan zat organik

yang mengandung besi.

Cara Penggunaan : Untuk rahim/uterine, terutama untuk menorhagia karena

fibroid rahim dan penyebab lainnya sebanyak 4 ons kulit

asoka, 4 ons susu, dan 16 ons air dicampur dan direbus

sampai air mendidih. Hasil rebusan diminum dengan susu.

Ramuan bisa diminum untuk dua hingga tiga kali selama

mengalami menorhagia.

Untuk pendarahan internal, wasir/hemoroid hemoragik, dan

disentri hemoragik, digunakan kulit pohon asoka, ditumbuk

dan dicampur dengan air dan direbus sampai mendidih.

Sedangkan bunga asoka dipakai untuk mengobati disentri

hemoragik dengan cara yang sama.

25. Pulutan

Page 61: Laporan T Obat Kelompok 4

56

Nama Daerah : Pulutan, kelulut, pungpurutan, legetan.

Nama Botani : Urena lobata L.

Nama Simplisia : Urenae lobatae Radix (akar pulutan), Urenae lobatae Herba

(herba pulutan)

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Tumbuh pada tanah sedikit cahaya matahari, tidak lembab

pada dataran rendah hingga 1750 mdpl.

Habitus : Perdu

Deskripsi Botani : Perdu, tinggi 1-2 meter, batang berkayu, berbulu lebat,

berwarna ungu. Daun tunggal, bulat telur, berbulu warna hijau

sampai ungu. Bunga tunggal, di ketiak daun, warna merah.

Buah kotak, tertutup rambut seperti sikat warna cokelat, biji,

segitiga putih.

Cara Budidaya : Perbanyakan menggunakan biji.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Pulutan mempunyai rasa manis, tawar dan bersifat sejuk;

penurun panas, anti radang dan antirematik

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Akar dan Herba.

Kandungan Kimia : Alkaloid; garam kalium; bahan kimia yang terkandung dalam

batang dan daun pulutan diantaranya zat lendir, sedangkan

bijinya mengandung lemak 3-14 %.

Cara Penggunaan : Disentri , diare, keputihan, gondok : rebus 30-60 gram akar

pulutan dengan 3 gelas sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin,

minum air rebusannya dua kali sehari masing-masing ½ gelas.

Influenza : rebus 24 gram akar pulutan dengan 3 gelas air

sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, minum air rebusannya

sekaligus satu kali sehari.

Peluruh dahak : cuci bersih 3 gram daun pulutan segar, lalu

tambahkan ¼ gram garam. Kunyah sampai rata, telan airnya

dan buang ampasnya. Lakukan 3x sehari.

Ramuan lain untuk desentri, diare atau demam, akar pulutan 2

jari tangan, epung garut 1 sendok makan, air 2 gelas, direbus

sampai mendidih, diminum sebagai pengganti minum air teh.

26. Jahe Merah

Nama Daerah : Jahe merah.

Nama Botani : Zingiber officinale var Rubra Roxb.

Nama Simplisia : Zingiberis Rhizoma (rimpang jahe merah)

Status Kelangkaan Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 mdpl. Untuk

bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500 hingga

3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembab

dengan PH 5,5 hingga 7,0 dan unsur hara tinggi. Tanah yang

digunakan untuk penanaman jahe tidak boleh tergenang

Habitus : Herba.

Deskripsi Botani : Herba semusim, tegak, tinggi 40-50 cm. Batang semu, beralur,

membentuk rimpang, warna hijau. Daun tunggal, bentuk

lanset, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, warna hijau

Page 62: Laporan T Obat Kelompok 4

57

tua. Bunga majemuk, bentuk bulir, sempit, ujung runcing,

panjang 3,5-5 cm, lebar 1,5-2 cm, mahkota bunga bentuk

corong, panjang 2-2,5 cm, warna ungu. Buah kotak, bulat

panjang, warna cokelat.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan rimpang.

Efek Farmakologi

/Manfaat Empiris

: Antihistamin, aphrodisiac, melancarkan peredaran darah,

masalah pencernaan, perut kembung, memecah gas dalam

perut, encok dan pegal linu, masuk angin, influenza, migrain,

pusing-pusing; anti depresi, sakit menstruasi, kolesterol,

infeksi jamur.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Rimpang.

Kandungan Kimia : Memiliki kandungan minyak asiri tinggi dan rasa paling pedas

dibandingkan jahe lain.

Cara Penggunaan : 1. Untuk mengobati batuk, 3 rimpang jahe merah seukuran ibu

jari, dicuci hingga bersih, kemudian direbus dalam 2 gelas

air sampai mendidih dan air yang tersisa tinggal 1 gelas. Air

hasil rebusan diminum 2 kali sehari.

2. Untuk mengatasi pegal-pegal, 2 rimpang jahe merah

seukuran ibu jari dibakar dan dikuliti, dimemarkan dan

direbus dengan 2 gelas susu. Air hasil rebusan diminum 2

kali sehari.

3. Untuk mengobati sakit kepala, 3 rimpang jahe merah,

dibakar dan dimemarkan. Kemudian dicampur dengan

sedikit madu atau gula aren dan diseduh menggunakan 1

gelas air kemudian diminum.

Page 63: Laporan T Obat Kelompok 4

58

27. Kenikir

Nama Daerah : Kenikir, ulam raja.

Nama Botani : Cosmos caudatus Kunth.

Nama Simplisia : -

Status Kelangkaan : Not Evaluated (tidak dievaluasi).

Habitat/Sebaran

Alami

: Tumbuhan tropika yang berasal dari Amerika Latin, menyebar

di Florida, Amerika Serikat, serta di Indonesia dan negara

Asia Tenggara lainnya. Kenikir tumbuh baik di dataran rendah

dengan kondisi tanah yang subur, liat, dan berdrainase baik,

sampai pegunungan kurang lebih 700 mdpl, terutama di

tempat terbuka yang mendapatkan sinar matahari penuh.

Habitus : Terna.

Deskripsi Botani : Kenikir yang berbunga putih keunguan memiliki aroma yang

cukup khas, sedikit wangi dan rasa yang agak getir.

Cara Budidaya : Perbanyakan dengan biji.

Efek Farmakologi

dan Empiris

: Daun kenikir mengandung senyawa yang memiliki daya

antioksidan yang cukup tinggi. Senyawa yang bersifat

antioksidan dapat memacu proses apoptosis melalui jalur

intrinsik (jalur mitokondria). Pemacuan apoptosis merupakan

salah satu cara penghambatan karsiogenesis atau penyebab

kanker. Senyawa radikal bebas dapat menghambat apoptosis

melalui inhibisi pelepasan sitokrom c, yaitu sitokrom c

berperan dalam aktivasi protein-protein regulator positif

apoptosis. Sifat antioksidan yang dimiliki kenikir

memungkinkan pengembangan tanaman ini sebagai agen

kemopreventif.

Bagian yang

Dimanfaatkan

: Daun.

Kandungan Kimia : Daun kenikir mengandung saponin, flavonoida polifenol, dan

minyak atsiri.

Cara Penggunaan : Dimakan sebagai lalapan.

Page 64: Laporan T Obat Kelompok 4

59

IV. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan diidentifikasi tumbuhan berkhasiat obat di Resort

Bodogol, TNGGP sebanyak 11 jenis dan 27 jenis di Kampus IPB (di Arboretum Hutan

Tropika IPB dan Rumah Kaca Lab. Konservasi Tumbuhan Fakultas Kehutanan IPB).

Jumlah jenis komposisi jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat berdasarkan habitus seperti

pada Gambar 1. Kebanyakan tanaman obat termasuk jenis tumbuhan bawah (terna) baik di

Badogol maupun di Kampus IPB.

Berdasarkan hasil pengamatan tumbuhan berkhasiat obat yang teridentifikasi

sebagian besar bagian yang digunakan sebagai bahan obat adalah daun, sedangkan bagian

batang, biji atau buah dipergunakan sama besarnya baik yang di Resort Bodogol maupun

di Kampus IPB. Gambar 2 menjelaskan prosentase penggunaan bagian jenis tumbuhan

sebagai obat.

Gambar 2. Perbandingan Jumlah Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di Resort

Bodogol dan Kampus IPB Berdasarkan Bagian yang Dimanfaatkan.

Gambar 1. Perbandingan Jumlah Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di

Resort Bodogol dan Kampus IPB Berdasarkan Habitus.

Badogol

0

5

10

15

dau

n

bu

nga

bu

ah

biji

bat

ang

kulit

her

ba

akar

geta

h

rim

pan

g

pat

i

Badogol

IPB

0

2

4

6

8

10

12

14

16

pohon perdu

semak terna

IPB

Bodogol

Page 65: Laporan T Obat Kelompok 4

60

Berdasarkan hasil pengamatan tumbuhan berkhasiat obat yang teridentifikasi

sebagian besar bagian tumbuhan digunakan sebagai bahan obat untuk penyakit saluran

pencernaan, pengobatan luka, penyakit saluran pembuangan dan penyakit saluran

pernafasan. Sebagian digunakan untuk penyakit khusus wanita, penawar racun, tonikum

atau penguat stamina, gangguan peredaran darah, penyakit otot dan persendian, serta sakit

kepala dan demam. Sebagian kecil untuk antidiabetes dan antimalaria (Gambar 3).

0 10 20 30 40 50 60

Penyakit Saluran Pencernaan

Sakit Kepala dan Demam

Penyakit Otot dan Persendian

Penyakit Gigi dan Mulut

Penyakit Saluran Pembuangan

Penyakit Jantung

Penyakit Khusus Wanita

Penyakit Malaria

macam penyakit

jumlah jenis

Gambar 3. Perbandingan Jumlah Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat dan

Penggunaannya baik di Resort Bodogol dan Kampus IPB.

Page 66: Laporan T Obat Kelompok 4

61

V. PENUTUP

Ditemukan sebanyak 38 jenis tumbuhan berkhasiat obat, 4 macam habitus, bagian

yang dimanfaatkan sebagai obat terbanyak adalah daun, dan sebagian besar dimanfaatkan

sebagai obat untuk penyakit saluran pencernaan. Pterocarpus indicus Wild (angsana)

masuk dalam daftar merah IUCN dengan kategori rentan pada penilaian tahun 1998

sedangkan kebanyakan jenis termasuk dalam kategori tidak terevaluasi.

Page 67: Laporan T Obat Kelompok 4

62

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Ungaran : Trubus Agriwidya.

Darusman LK, Iswantini D, Djauhari E, Heryanto R. 2003. Ekstrak Tabat Barito

Berkhasiat Anti Tumor: Kegunaan sebagai Jamu, Ekstrak Terstandar dan Bahan

Fitofarmaka. IPB Bogor.

Hariana A. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya : Seri 1. Jakarta : Penebar Swadaya.

Kristina, NN. 2007. Studi Keberadaan Tanaman Tabat Barito (Ficus Deltoidea) Dan

Penggunaannya Oleh Suku Dayak Di Kalimantan. Warta Penelitian Dan

Pengembangan Tanaman Industri Vol.13, April 2007. Bogor : Pusat Penelitian

dan Pengembangan Perkebunan.

Stevens, PF. 1998. Calophyllum inophyllum. In: IUCN 2011. IUCN Red List of

Threatened Species. Version 2011.2. www.iucnredlist.org [ 26 November 2011].

Tyas KN, Hadiah JT, dan Soejono. 1999. Studi Flora Berpotensi Obat di Hutan Sekitar

Desa Parang, Grogol, Kediri, Jawa Timur. Prosiding Seminar Perflipba. Jurusan

Farmasi, FMIPA, Universitas Indonesia. Jakarta.

[WCMC] World Conservation Monitoring Centre. 1998. Pterocarpus indicus. In: IUCN

2011. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2011.2.

www.iucnredlist.org [25 November 2011].