Laporan Presentasi Kelompok 4

37
LAPORAN PRESENTASI KOMUNITAS UNDERGROUND TERKAIT TRAGEDI KONSER BAND BESIDE DI ASIA AFRICA CULTURAL CENTRE 9 FEBRUARI 2008 Disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan Mata Kuliah KOMUNIKASI PEMBANGUNAN KU-4182 Oleh: Ardiansyah Handika (12104042) Pulung Adi (12104096) Risen Delta (12104055) Selvira A. (13405050) Joelian S. (13505092) Rama A. (13505040) Yanuar M. M. (13603034) Lunguk S. M. T. (13603028) Adityo N. W. (13704010) Adip (15204020) Tuppak Bobby V. S. (10204065) KELOMPOK KEAHLIAN ILMU KEMANUSIAAN FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Transcript of Laporan Presentasi Kelompok 4

Page 1: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 1/37

 

LAPORAN PRESENTASI

KOMUNITAS UNDERGROUND TERKAIT TRAGEDI KONSER BAND

BESIDE DI ASIA AFRICA CULTURAL CENTRE 9 FEBRUARI 2008

Disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan Mata Kuliah KOMUNIKASI

PEMBANGUNAN KU-4182

Oleh:

Ardiansyah Handika (12104042)

Pulung Adi (12104096)

Risen Delta (12104055)Selvira A. (13405050)

Joelian S. (13505092)

Rama A. (13505040)

Yanuar M. M. (13603034)

Lunguk S. M. T. (13603028)

Adityo N. W. (13704010)Adip (15204020)

Tuppak Bobby V. S. (10204065)

KELOMPOK KEAHLIAN ILMU KEMANUSIAAN

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Page 2: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 2/37

 

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat serta

rahmat yang telah dicurahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian

yang berjudul “Komunitas Underground terkait Tragedi Band Beside di Asia Afrika Cultural

Center 9 Februari 2008”.

Komunitas Underground merupakan komunitas yang berdiri atas dasar kesamaan ide

dan tujuan dari beberapa orang yang memprotes dan bosan dari kemapanan budaya pada saat

itu, dan kemudian berkembang menjadi sebuah subkultur. Komunitas ini lama kelamaan

berkembang dan banyak di konsumsi oleh anak-anak muda terutama yang ingin mencari

eksistensi diri. Di Indonesia konser musik-musik underground banyak diminati oleh anak-

anak muda. Hal inilah yang memicu terjadinya tragedi konser band Beside di Asia Afrika

Cultural Center 9 Februari 2008. Untuk itulah penulis mencoba untuk meneliti awal mula

subkultur komunitas underground dan terkait terjadinya tragedi tersebut agar kejadian yang

serupa tidak akan terjadi dimasa yang akan datang.

Tentunya selesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari

berbagai pihak. Untuk kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1.  Bpk. Drs. Chairil Siregar M.Si selaku dosen yang telah memberikan bimbingan,

bantuan dan kepercayaan atas selesainya laporan ini.

2.    Eng Ing Eng dan Adi Gembel selaku narasumber yang telah membantu dan

memberikan penjelasan ketika presentasi penelitian.

3.  Komunitas Underground , mahasiswa dan siswa di bandung, serta semua pihak 

yang bersedia diwawancara untuk memberikan data kepada penulis.

4.  Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebut satu

persatu.

Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, dan untuk itu kritik dan

saran sangat penulis harapkan. Meskipun demikian penulis berharap bahwa uraian

disampaikan dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya.

Bandung, 17 Mei 2008

Penulis

Page 3: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 3/37

 

iii

ABSTRAK

Kreatifitas dan budaya adalah salah satu instrument yang mempengaruhi kehidupan

bangsanya. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan kreatifitas dan budaya positif yang ada di

masyarakat dapat menaikkan kualitas hidup masyarakat suatu bangsa. Pertunjukkan musik 

maupun band performance dengan berbagai macam aliran merupakan salah satu bentuk 

kreatifitas yang dapat dijumpai di kalangan muda masyarakat Indonesia saat ini.

Terbentuknya aliran band yang ada terkait dengan selera, budaya, kreatifitas, maupun

berbagai macam faktor lainnya yang diramu dengan ciri khas anak muda. Namun, tak jarang

dapat kita jumpai adanya tragedi-tragedi yang terjadi ketika diadakannya suatu pertunjukkan

band dalam skala besar, seperti kerusuhan dan berbagai macam tindak anarkis yang

disebabkan oleh oknum-oknum tertentu sehingga bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk meneliti tentang komunitas underground terkait

tragedi konser band Beside di Asia Africa Cultural Centre 9 Februari 2008.

Penulis mencoba untuk menjabarkan komunitas underground  yang terdapat di kota

Bandung terkait dengan tragedi konser band Beside di AACC secara ilmiah berdasarkan data

primer dan sekunder yang diperoleh. Pembahasan yang dilakukan terhadap komunitas

underground yang ada di bandung berkaitan dengan asal mula berdirinya komunitas ini di

Bandung, terjadinya pergeseran budaya yang ada di dalam komunitas, dan sejarah komunitas

tersebut. Sementara penjabaran mengenai keterkaitan komunitas underground dengan tragedi

konser band beside adalah melalui pembahasan hasil wawancara dengan narasumber dan data

yang diperoleh dari kuesioner kepada 94 responden dari beberapa kalangan yang ada di

Bandung. 

Page 4: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 4/37

 

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i ABSTRAK ............................................................................................................................... iii DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1 

1.1.  Latar Belakang ............................................................................................................ 1 1.2.  Fokus Penelitian .......................................................................................................... 4 1.3.  Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4 1.4.  Tujuan Penelitian......................................................................................................... 4 1.5.  Manfaat Penelitian....................................................................................................... 4 

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................... 5 2.1.  Teori Subkultur ........................................................................................................... 5 

2.1.1.  Teori Hebdige ...................................................................................................... 5 2.2.  Teori Perubahan .......................................................................................................... 6 

2.2.1.  Teori From Attention To Action Procedure......................................................... 6 2.2.2.  Teori Perubahan Sosial (Neil Smelser) ................................................................ 7 

2.3.  Teori Komunikasi ........................................................................................................ 8 2.3.1.  Teori Hovland ...................................................................................................... 8 2.3.2.  Teori Rogers dan Schoemaker ............................................................................. 9 

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ..................................................................................... 10 3.1.  Metode Penelitian ...................................................................................................... 10 3.2.  Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 10 3.3.  Instrumen Penelitian .................................................................................................. 10 3.4.  Teknik Analisis Data ................................................................................................. 12 3.5.  Pengujian Kredibilitas Data ...................................................................................... 13 

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................................ 14 4.1.  Hasil Penelitian ......................................................................................................... 14 

4.1.1.  Hasil Kuesioner .................................................................................................. 14 4.1.2.  Hasil Wawancara dengan Pihak Penyelenggara ................................................ 18 4.1.3.  Hasil Wawancara dengan Pihak Kepolisian ...................................................... 18 

4.2.  Pembahasan ............................................................................................................... 20 

Page 5: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 5/37

 

v

4.2.1.  Pembahasan Hasil Kuesioner ............................................................................. 20 4.2.2.  Pembahasan Hasil Wawancara dengan Pihak Penyelenggara ........................... 21 4.2.3.  Pembahasan Wawancara dengan Pihak Kepolisian ........................................... 24 

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 26 5.1.  Kesimpulan................................................................................................................ 26 5.2.  Saran .......................................................................................................................... 26 

Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 28 

Page 6: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 6/37

 

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Notulensi Pertanyaan Hari – H dan Jawabannya ................................................ 29 

Page 7: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 7/37

 

vii

DAFTAR GAMBAR

Gbr 1. Siklus AA-Procedure .................................................................................................. 7 

Page 8: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 8/37

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Subkultur merupakan sekumpulan orang atau yang biasa kita sebut sebagai

komunitas yang memiliki kebudayaan tertentu. Subkultur ini lahir dari berbagai faktor

yang dapat mencirikan komunitas tersebut, seperti: ras, etnis, usia, dan/atau jenis

kelamin anggotanya (Dick Hebdige - 1981). Perkembangan subkultur dalam dunia

musik, juga mendapat perhatian dari beberapa tokoh yang akhirnya melakukan suatu

penelitian dan melahirkan beberapa teori untuk menyelidiki suatu subkultur tertentu.

Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai subkultur/komunitas underground , yang

tanpa kita sadari/ketahui mereka juga termasuk bagian dari kita, hanya saja mereka

memiliki cara yang bebeda dari kita bahkan cenderung sangat berbeda untuk mencirikan

diri mereka sehingga masyarakat awam terkadang menilai negatif tentang gaya hidup

komunitas ini, selain juga karena kehidupan mereka yang “tidak muncul di permukaan”

oleh karena mereka mengusung kebudayaan tersebut. Penulis mengharap bahwa setelah

membaca makalah penelitian ini, maka pandangan masyarakat mengenai komunitas ini

akan berangsur-angsur berubah, sehingga komunitas underground , terutama terkait

dengan tragedy konser Band Beside yang diadakan di Asia Africa Cultural Centre

(AACC) pada tanggal 9 Februari 2008.

Semenjak mulai berkembangnya musik punk-rock dan subkulturnya pada tahun

1970-an, banyak berkembang pula subkultur-subkultur lain di dunia yang dipengaruhi

oleh ideologi punk, seperti: Hardcore, Grindcore, Emo, Ska dan Metal. Subkultur-

subkultur tersebut pada umumnya berkembang sebagai bentuk protes dan kebosanan dari

kemapanan budaya yang lazim pada saat itu. Media informasi yang digunakan untuk 

menyebarkan ideologi dari subkultur tersebut tidak hanya musik, namun juga fashion,

media cetak seperti zine dan newsletter, juga melalui media internet. Bertentangan

dengan produk-produk budaya mapan yang diproduksi oleh pabrik-pabrik maupun

perusahaan media mapan, kebanyakan produk subkultur ini dibuat dengan semangat

DIY (Do It Yourself) yang disebarkan melalui Distribution Outlet (Distro). Karena

pergerakannya yang berbasiskan komunitas dan terbatas hanya pada kalangan tertentu,

subkultur ini kerap disebut sebagai “UNDERGROUND”. Dari sinilah awal mula

komunitas ini hadir di tengah-tengah komunitas masyarakat yang telah lebih dulu

ada.Komunitas ini hadir dengan mengusung suatu kebudayaan tertentu yang bagi mereka

Page 9: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 9/37

 

2

hal itu akan dapat mencirikan diri mereka, dan mereka sangat idealis terhadap

pemahaman tersebut. Secara dandanan atau  fashion dan gaya mereka, acapkali

memperlihatkan sesuatu yang terkadang orang awam akan menilai “nyeleneh”, mungkin

dari segi pakaian yang mereka pakai, dandanan rambut, atau tingkah laku mereka yang

terkesan “keras”, hal ini merupakan akar kultur dari kultur induk yang mereka usung

seperti yang telah dijelaskan di atas, terutama Hardcore dan Metal.

Dengan adanya difusi informasi, pengetahuan tentang underground dan ideologi-

ideologi tersebut pun akhirnya sampai ke negara negara asia termasuk Indonesia.

Kemudahan mengakses informasi melalui media digital (radio, televisi) dan media cetak 

maka persebaran informasi menjadi semakin mudah dan semakin banyak orang orang

yang menyukai dan menganut music-musik maupun subkultur underground  tersebut.

Hal ini dapat kita lihat melalui media televisi contohnya, ketika band musik papan atas

underground  mulai tampil, penonton seolah terhanyut dengan alunan nadanya yang

“cadas” dan gebukan drum yang bersemangat, semakin membuat tubuh para penonton

tidak akan berdiam diri mendengar alunannya, sehingga timbullah gaya-gaya yang

dinilai keras, seperti moushing, yang masing-masing individu di sana akan saling

menghantamkan tangannya dan mendorongkan tubuhnya. Hal ini yang semakin lama

semakin meluas hingga di setiap acara konser band metal maupun underground .

Sehingga tidak sedikit masyarakat yang memiliki anggapan bahwa komunitas ini

berbahaya.

Budaya yang tadinya dimaksudkan sebagai usaha untuk melawan kemapanan dari

budaya yang selama ini ada (counterculture), lama-kelamaan berkembang menjadi

sebuah budaya yang dikonsumsi terutama bagi sebagian besar anak muda yang mencari

eksistensi diri. Tanpa mencermati lebih dalam apa arti dari subkultur underground itu

sendiri, para konsumen produk produk musik dan fashion “underground ” yang

kebanyakan pemuda tersebut, akhirnya berbondong-bondong memadati pertokoan dan

konser musik underground .

Tidak lama ini, telah terjadi tragedi dalam konser musik  underground , dimana

telah dikatakan di atas bahwa aliran musik yang diusung oleh komunitas ini adalah aliran

musik “keras” atau “cadas”, sehingga membuat orang yang mendengarnya akan

terhanyut mendengarnya dengan seluruh emosi yang dapat membuat seseorang menjadi

lupa diri dengan gerakan yang mereka peragakan selama konser berlangsung. Namun,

siapa sangka gerakan-gerakan itu justru membuat orang yang ada di sekitar mereka

menjadi terluka. Itulah gerakan moushing, gerakan yang biasa komunitas ini peragakan

Page 10: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 10/37

 

3

ketika mereka menonton konser musik aliran keras tersebut, praktis aliran musik senada

dengan gerakan berbahaya ini akhirnya banyak digandrungi remaja yang sedang mencari

 jati diri.

Jika kita bertanya, apakah tragedi ini dikarenakan sikap atau ulah komunitas

underground yang cenderung anarkis? Kita masih belum tahu jawabannya selama kita

hanya menduga-duga, seperti sebuah paradigma yang telah lahir dalam masyarakat kita

yang memandang bahwa komunitas underground = komunitas keras yang tidak pantas

diikuti oleh anak-anak mereka. Padahal kalau kita perhatikan, komunitas ini hanyalah

hidup dalam kehidupan pribadi dalam komunitas mereka. Alasan komunitas ini

mengusung nama underground  bagi komunitasnya adalah karena mereka tidak 

membawa kebudayaan underground keluar dari komunitas ini. Jika kita melihat anak-

anak kita kemudian mengikuti style mereka, hal ini lebih diakibatkan mereka terbawa

gaya komunitas underground  dari video konser yang mereka beli di pasaran. Jadi,

sebenarnya bukan salah komunitas ini jika komunitasnya kemudian diperkaya oleh

remaja-remaja yang kebanyakan masih duduk di bangku sekolah menengah atas atau

bahkan masih tergolong cukup muda. Sehingga, dari sini timbulah paradigma tersebut.

Terkait hubungannya dengan tragedi konser, kultur komunitas ini tetap saja mengusung

gaya yang cadas sebagai bentuk ke-eksisan diri mereka. Jika dilihat dari segi kultur tentu

mereka tidak salah, karena itu budaya yang mereka usung ketika kali pertama komunitas

ini hadir sebagai sebuah bentuk perlawanan terhadap budaya yang mapan yang telah ada

pada saat itu. Tetapi, dari segi keamanan, tentu mereka sepenuhnya mengerti bahwa hal

yang mereka lakukan dapat membahayakan penonton yang sedang memadati arena

konser. Namun, tentu kurang ada “greget ” jika menonton konser musik keras tanpa “ber-

 pogo” ria. Disini penulis ingin meluruskan, bahwa tidak semua kesalahan ini patut

dilimpahakan atau dibebankan pada komunitas underground , karena mereka menonton

konser adalah ingin mendapatkan kesenangan dan bukan untuk menghabisi nyawa teman

mereka.

Dalam laporan ini, penulis akan mencoba menghadirkan beberapa faktor yang

menurut penilaian narasumber maupun koresponden, merupakan alasan terjadinya

tragedi konser Band Beside di Asia Africa Cultural Centre yang terjadi pada tanggal 9

Februari 2008, yang akan dibahas dalam pembahasan di bagian akhir. Juga, dihubungkan

dengan beberapa teori terkait untuk mendukung keabsahan dari laporan penulis.

Page 11: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 11/37

 

4

1.2. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada masyarakat komunitas underground , siswa SMU,

dan mahasiswa PTN serta swasta di Bandung.

1.3. Rumusan Masalah

•  Apa yang melandasi timbulnya subkultur underground ?

•  Mengapa sebagian remaja tertarik dengan komunitas underground ?

•  Adakah keterkaitan kultur komunitas underground dengan tragedi konser di AACC?

•  Bagaimana bisa sampai terjadi tragedi konser di AACC?

•  Solusi apa yang tepat untuk memecahkan masalah ini?

1.4. Tujuan Penelitian

•  Mempelajari dan menganalisis landasan timbulnya subkultur underground. 

•  Mengetahui alasan remaja tertarik dengan komunitas underground. 

•  Mempelajari kultur komunitas underground  dan mengetahui adakah keterkaitan

antara kultur komunitas ini dan terjadinya tragedi konser di AACC.

•  Mengetahui dan menganalisis penyebab-penyebab tragedi konser di AACC.

•  Mencari suatu solusi dari tragedi konser di AACC agar kejadian tidak terulang.

1.5. Manfaat Penelitian

•  Dengan mempelajari subkultur underground , kita menjadi tahu bagaimana awal mula

subkultur ini hadir di tengah-tengah komunitas besar yang telah ada.

•  Remaja yang “menggandrungi” komunitas ini adalah seseorang yang sedang mencari

  jati diri. Kekerasan bukanlah yang mencirikan jati diri mereka terutama yang

bergabung dalam komunitas ini. Diharapkan dari laporan presentasi ini, muncul di

benak kita bahwa komunitas underground memiliki kultur sendiri yang coba mereka

usung.

•  Oleh karena konser Band Beside adalah konser musik “keras” dan kebanyakan di

dalamnya adalah komunitas underground , kita menjadi tahu apakah komunitas ini

turut andil dalam terjadinya tragedi maut tersebut.

•  Kita akan mencoba untuk menghadirkan beberapa solusi mengenai komunitas

underground terkait dengan tragedi konser Band Beside di AACC.

Page 12: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 12/37

 

5

BAB II

LANDASAN TEORI

Konser AACC yang terjadi tanggal 9 Februari 2008 melibatkan 3 teori dasar yang

berkaitan satu sama lain untuk menelaah kejadian dan fenomena subkultur underground  

secara luas. Teori pertama berkaitan dengan subkultur, apa yang mendasarinya serta mengapa

terjadi subkultur sebagai bagian dari kultur yang umum ada dalam masyarakat. Teori kedua

berkaitan dengan teori perubahan yang mendasari bagaimana seseorang yang tadinya

merupakan bagian dari masyarakat umum menjadi masuk ke dalam subkultur tertentu . Teori

ketiga adalah teori komunikasi. Komunikasi komunikasi yang dialami oleh seseorang

merupakan hal yang turut mendorong seseorang mengalami perubahan.

2.1. Teori Subkultur

Subkultur adalah sekelompok orang dengan kebudayaan tertentu (yang

ditampakkan dengan jelas maupun disembunyikan) yang membedakan mereka dari

kebudayaan yang lebih besar dimana mereka tinggal. Jika sebagian subkultur dicirikan

sebagai perlawanan sistem terhadap budaya yang dominan, maka dinamakan

counterculture (kontrakultur).

2.1.1.  Teori Hebdige

Subkultur dapat timbul disebabkan oleh usia, ras, etnis, kelas, dan/atau jenis

kelamin dari anggotanya. Kualitas yang menentukan suatu perbedaan dari

subkultur dapat dilihat dari estetika, agama, politik, seksual, atau kombinasi

beberapa faktor. Beberapa anggota dari suatu subkultur biasanya menandakan diri

mereka melalui gaya, yang meliputi fashion, sikap, dan tutur kata(Dick Hebdige -

1981). Dalam Subculture: The Meaning of Style (1979) Dick Hebdige melihat gaya

sebagai sesuatu yang otonom. Ia kembali menyelidiki konsep brikolase dan

perlawanan, tapi kali ini ia memadukan pendekatan Gramsci dengan semiologi

Roland Barthes.

Hebdige menyelidiki gaya dalam tingkat keotonomiannya sebagai penanda.

Gaya adalah sebuah praktek penandaan ( signifying practice ), gaya adalah sebuah

arena penciptaan makna. Di dalam kode-kode pembeda, gaya merupakan

pembentuk identitas kelompok. Dalam subkultur remaja, barang-barang

Page 13: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 13/37

 

6

komoditas--melalui konsumsi brikolase--dijadikan alat perlawanan terhadap nilai-

nilai dominan. Gaya adalah sebuah perang gerilya semiotik.

Teori ini merupakan penyebab timbulnya suatu subkultur, yang dalam hal ini

berarti titik inti dari timbulnya komunitas underground , dan adanya suatu gaya

berpakaian atau berbicara tertentu yang membedakan satu komunitas dengan

komunitas yang lain, dan merupakan ciri dari suatu subkultur. Seperti Teori

Counterculture, bahwa komunitas ini hadir sebagai bentuk perlawanan terhadap

budaya yang telah ada.

2.2. Teori Perubahan

Underground  adalah suatu subkultur yang bukan merupakan subkultur asli dari

Indonesia. Subkultur ini berkembang di Indonesia karena terbawa oleh pengaruh media

masa dan media elektronik yang membawa musik dan ideologi Punk yang berkembang

menjadi musik dan ideology underground  pada kurun waktu 1970an. Berikut adalah

teori teori yang mendukung mengapa seseorang dapat menganut subkultur ini.

2.2.1.  Teori From Attention To Action Procedure

Dalam strategi komunikasi, peranan komunikator sangatlah penting. Dalam

hal ini ada beberapa aspek yang harus diperhatikan. Para ahli komunikasi

cenderung sependapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik 

mempergunakan pendekatan yang disebut A-A Procedure atau from Attention to

Action Procedure. AA Procedure adalah penyederhanaan dari suatu proses yang

disingkat AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decision, Action). Jadi proses

perubahan sebagai efek komunikasi melalui tahapan yang dimulai dengan

membangkitkan perhatian.

Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan

upaya menumbuhkan minat, yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari

perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi

timbulnya hasrat untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator.

Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator bukan berarti apa-

apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan, yakni keputusan untuk 

melakukan tindakan.

Page 14: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 14/37

 

7

Hal inilah yang menyebabkan seseorang bisa mengikuti gaya hidup

underground dari yang tadinya hanyalah informasi yang didapatkan melalui media

cetak dan elektronik.

2.2.2.  Teori Perubahan Sosial (Neil Smelser)

Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya,

termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara

kelompok-kelompok masyarakat. Unsur penting dari teori perubahan sosial adalah:

•  Berkaitan dengan jumlah populasi dan satu unsur sosial, seperti proporsi

dalam golongan penduduk.

•  Tingkat perilaku penduduk dalam jangka waktu tertentu.

•  Struktur Sosial atau pola-pola interaksi antar individu.

•  Pola-pola kebudayaan seperti nilai dalam masyarakat.

Dorongan untuk berubah secara bersirat berarti bahwa kondisi

menguntungkan secara struktural itu sendiri sebenarnya belum memadai dan

demikian diperlukan suatu arah untuk kemajuan. Contohnya : kekuatan dari dalam

(internal) seperti perubahan demografis. Kekuatan dari luar (eksternal) seperti

ancaman ekonomi atau militer.

Neil Smelser berjasa meningkatkan masyarakat tentang pentingnya merinci

variabel yang bersifat dependen dan independent dalam perubahan sosial. Dan

dalam karyanya “The Industrial Revolution”, Smelser menyusun faktor-faktor yang

Gbr 1. Siklus AA-Procedure 

Page 15: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 15/37

 

8

menentukan perubahan. Ia menganalisis menurut perspektif itu untuk melakukan

analisis historis dan ia melakukan pengamatan pada perubahan struktural jangka

pendek dan jangka panjang. Secara khusus Smelser meneliti diferensiasi struktural

yang menurutnya berkaitan erat dengan pertumbuhan sistem sosial.

Diferensiasi harus difahami empat syarat fungsional bagi setiap sistem sosial:

•  Adaptasi,

•  Pencapaian Tujuan,

•  Integrasi, dan

•  Pemeliharaan Pola.

Teori ini menjelaskan mengapa perubahan yang tadinya dianut hanya

satu/sebagian kecil orang kemudian dapat menjadi suatu perubahan yang diusung

oleh sebagian anggota masyarakat, yang dalam hal ini meluasnya komunitas

underground yang dulunya hanya untuk kalangan tertentu, dan sekarang menjadi

suatu komunitas yang dapat terdiri dari berbagai macam golongan/kalangan

masyarakat.

2.3. Teori Komunikasi

Komunikasi adalah proses awal dari seseorang untuk mengalami perubahan.

Pengertian dari komunikasi itu sendiri adalah suatu proses penyampaian pesan (ide,

gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara

keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan)

yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang

dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan

menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,

menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan

bahasa nonverbal.

2.3.1. 

Teori HovlandHovland (dalam Krech, 1982) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pesan

yang disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya tinggi akan lebih

banyak memberi pengaruh kepada perubahan sikap dalam penerimaan pesan

daripada jika disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya rendah.

Page 16: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 16/37

 

9

Teori ini menjelaskan bahwa pesan akan dapat diserap jauh lebih cepat jika

yang menyampaikan dapat memberikan sesuatu yang ”berkesan” bagi orang yang

memperhatikan dibandingkan hanya menyampaikan suatu pesan tanpa

meninggalkan suatu perasaan bagi komunikannya. Hal ini yang dinilai dapat

menyebabkan cepat lambatnya pergerakan dari suatu komunitas dalam

mengembangkan jumlah massa maupun informasi dari suatu komunitas tersebut.

2.3.2.  Teori Rogers dan Schoemaker

Rogers dan Schoemaker (dalam Hanafi, 1987) mengatakan bahwa saluran

interpersonal masih memegang peranan penting dibanding dengan media massa,

terlebih-lebih di negara-negara yang belum maju dimana kurang tersedianya media

massa yang dapat menjangkau khalayak terutama warga pedesaan, tingginya

tingkat buta huruf dan tidak sesuainya pesan-pesan yang disampaikan dengan

kebutuhan masyarakat.

Rogers dan Schoemaker (1977) telah mengelompokkan masyarakat

berdasarkan penerimaan terhadap inovasi, yaitu:

•  Inovator, yaitu mereka yang pada dasarnya sudah menyenangi hal-hal yang

baru dan sering melakukan percobaan.

•  Penerima dini, yaitu orang-orang yang berpengaruh di sekelilingnya dan

merupakan orang-orang yang lebih maju dibandingkan dengan orang-orang

di sekitarnya.

•  Meyoritas dini, yaitu orang-orang yang menerima suatu inovasi selangkah

lebih dahulu dari orang lain.

•  Mayoritas belakangan, yaitu orang-orang yang baru bersedia menerima

suatu inovasi apabila menurut penilaiannya semua orang di sekelilingnya

sudah menerimanya.

•  Laggards, yaitu lapisan yang paling akhir dalam menerima suatu inovasi.

Teori ini menjelaskan tentang penerimaan masyarakat terhadap suatu inovasi,ataupun suatu hal baru. Hal ini dapat diaplikasikan terhadap cara penyebaran suatu

komunitas untuk memperluas/memperbanyak daerah/massa.

Page 17: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 17/37

 

10

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian bisa diartikan sebagai langkah dan cara kerja pendekatan yang

dilakukan seseorang untuk mencari sesuatu secara sistematis dalam jangka waktu

tertentu dan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah. Secara garis besar, terdapat dua pendekatan

yang dipakai dalam penelitian kami yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan

kualitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan aktivitas pencarian informasi secara terukur

berkaitan dengan tema penelitian. Sedangkan pendekatan kualitatif merupakan aktifitas

pencarian informasi dari sumber lain yang hasilnya tidak dapat diukur secara jelas.

Pendekatan kuantitatif diwujudkan dalam metode penyebaran kuisoner kepada responden

yang penulis pilih secara acak. Sedangkan pendekatan kualitatif penulis lakukan dengan

mewawancarai orang-orang terkait dengan bahasan penelitian, yang dirasa cukup ahli di

bidangnya yang sesuai cakupan penelitian kami yaitu polisi, pihak penyelenggara acara,

dan pihak pemerhati kelompok  underground  ini dan selain itu metode pendekatan

kualitatif yang lain yang dipakai adalah studi literatur untuk mendapatkan dasar-dasar

teori yang mendukung dalam penelitian ini.

3.2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data primer kami didapatkan dari hasil kuisoner yang disebarkan kepada

komunitas luas dan komunitas penikmat musik  underground, dan hasil wawancara

dengan beberapa saksi mata, pihak kepolisian, dan pengamat kelompok masyarakat ini.

Sedangkan sumber data sekunder penulis dapatkan banyak melalui artikel-artikel di

internet ataupun media massa mengenai kejadian ini , tulisan-tulisan analisa dari

beberapa orang yang dipublish melalui media internet mengenai kejadian tragedi AACC

ini, dan juga yang paling penting adalah buku-buku tentang ilmu sosiologi yang terkait

dengan masalah ini yang nantinya menjadi dasar teori yang dipakai dalam masalah ini.

3.3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian penulis berupa lembar isian kuisoner dan daftar pertanyaan

yang penulis ajukan saat wawancara dengan pihak yang terkait.

Adapun isi kuisoner yang penulis sebarkan adalah:

Page 18: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 18/37

 

11

Keterangan : Kuesioner ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah

komunikasi pembangunan untuk melakukan penelitian terhadap penyebab terdapatnya

korban jiwa dalam konser yang diadakan di Gedung Asia Africa Cultural Centre.

1.  Apakah anda suka menonton konser musik? a.Ya b. Tidak  

2.  Jenis kelamin anda? a. L b. P 

3.  Usia?....

4.  Pendidikan Terakhir ?....

5.  Frekuensi menonton koser musik dalam satu tahun?

a. < 5 b. 5-10 c. >10

6.  Genre musik yang paling anda sukai? (boleh lebih dari satu) ………..

7.  Apakah anda memakai atribut atribut dari suatu genre/band ketika menonton

konser musik?

a. Ya b. tidak 

8.  Apakah yang anda lakukan jika menonton konser music? ………

9.  Apakah anda suka melakukan  moshing /    stage diving ketika menonton konser

musik?

a. Ya b. tidak 

10. Pendapat anda mengenai perilaku moshing dan stage diving dalam suatu konser

music?

a. Biasa b. bahaya c. menyenangkan

11. Pernahkah anda berkelahi ketika menonton konser?

a. Ya b. tidak 

12. Pernahkah anda meminum minuman beralkohol ketika menonton konser?

a. Ya b. tidak 

13. Apakah alcohol yang anda minum berpengaruh pada perubahan tindakan

anda?

a. Ya b. tidak 

14. Apakah terdapat aparat keamanan dalam konser yang anda datangi ?

a. < 10 b. 10-20 c. >20

15. Bagaimana tindakan aparat keamanan tersebut dalam konser yang anda

datangi ?

a.  berjaga-jaga b. ikut nonton konser c. tidak terlihat di tempat

16. Bagaimana kondisi gedung/tempat konser yang selama ini telah Anda datangi?

a.  baik b. sedang c. buruk 

Page 19: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 19/37

 

12

17. Bagaimana kapasitas gedung/tempat konser yang selama ini telah Anda

datangi?

a. Sangat memadai b. cukup memadai c. tidak memadai

Untuk memperoleh data kualitatif, penulis melakukan wawancara dengan pihak 

kepolisian. Berikut daftar pertanyaan yang penulis ajukan kepada pihak kepolisian:

1.  Bagaimana Prosedur Perizinan untuk mengadakan suatu konser?

2.  Bagaimana SOP untuk mengamankan suatu konser?

3.  Berapa banyak personil yang diturunkan dalam pengamanan konser

kemarin?

4.  Pukul berapa aparat datang ke konser beside?

5.  Apa yang aparat lakukan selama konser berlangsung?

6.  Bagaimana dapat terjadi chaos ketika konser berlangsung?

7.  Apa yang aparat lakukan saat terjadi chaos?

8.  Menurut anda, apa penyebab utama terdapatnya korban jiwa dalam

konser kali ini?

9.  Bagaimana tindak lanjut polisi dalam menangani peristiwa ini?

10. Pesan yang ingin diberikan?

3.4. Teknik Analisis Data

Setelah mendapatkan semua data yang dibutuhkan baik primer maupun sekunder,

kami melakukan analisis data yang telah diperoleh. Pertama-tama dilakukan terlebih

dahulu pengolahan terhadap data hasil kuisoner sehingga didapatkan angka-angka yang

representatif dari data kuisoner tersebut, lalu dari hasil wawancara penulis melakukan

penyaringan dan penyerapan jawaban-jawaban yang diberikan dari narasumber sehingga

didapatkan inti dari setiap jawaban pertanyaan yang diajukan. Dari data primer olahan

yang didapatkan dibenturkan dengan teori-teori yang dijadikan landasan teori dalam

makalah ini apakah terdapat kesesuaian atau tidak dengan teori-teori yang dipakai. Jika

ternyata sesuai, maka teori tersebut dipakai untuk menjawab rumusan masalah yang ada,

 jika tidak sesuai akan dikaji lebih dalam lagi kenapa terjadi ketidaksesuaian dengan teori

yang ada dan mencoba mencari teori pendukung lainnya untuk menjawab rumusan

masalah yang ada.

Page 20: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 20/37

 

13

3.5. Pengujian Kredibilitas Data

Pengujian kredibilitas data untuk pengisian kuisoner dan wawancara dilakukan

dengan tiga tahap, yaitu:

•  Memeriksa kebenaran cara isi kuisoner

Maksud dari memeriksa kelengkapan jawaban adalah, memeriksa apakah si pengisi

kuisoner benar-benar memahami setiap detil pertanyaan yang ada di dalam

kuisoner sehingga nantinya tidak terjadi kegagalan sampling yang diambil. Karena

setiap pertanyaan dalam kuisoner ini nantinya dipakai untuk menganalisa rumusan

masalah yang ada.

•  Memeriksa kelengkapan jawaban

Sama dengan memeriksa kebenaran cara isi kuisoner, tapi hal ini ditujukan untuk 

menguji kredibilitas data pada saat melakukan wawancara. Intinya adalah, setiap

butir pertanyaan diperiksa apakah narasumber sudah memberikan jawaban yang

sesuai dengan maksud dari pertanyaan atau tidak. Hal ini penting karena alasan

yang sama dengan di atas.

•  Menggunakan metode sampling-random

Hal ini merupakan suatu hal yang sudah sangat wajar dan lumrah dalam bidang

penelitian social karena seorang peneliti harus bisa mendapatkan sebuah

kesimpulan dari berbagai lapisan dan strata agar tidak terjadi ketimpangan pada

hasil penelitian ini. Metode ini jelas dipakai agar data yang dipunya merupakan

data keterwakilan dari semua lapisan masyarakat yang berkaitan dengan penelitian

ini, dalam hal ini masyarakat pecinta musik, baik itu musik pop, rock, ataupun

underground.

Page 21: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 21/37

 

14

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian dari laporan presentasi ini mencakup tiga hal, yaitu: hasil

kuesioner, hasil wawancara dengan polisi, dan hasil wawancara dengan pihak 

penyelenggara ( Event Organizer ).

4.1.1.  Hasil Kuesioner

Hasil perhitungan yang penulis peroleh dari kuesioner yang telah penulis

sebar bisa dilihat dari pie chart berikut ini:

1.  Kesukaan koresponden menonton konser musik

2.  Jenis kelamin

3.  Usia Koresponden

Page 22: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 22/37

 

15

4.  Pendidikan Terakhir koresponden

5.  Frekuensi korespoden menonton koser musik dalam satu tahun

6.  Genre musik yang paling koresponden sukai

7.  Apakah koresponden memakai atribut atribut dari suatu genre/band

ketika menonton konser musik

Page 23: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 23/37

 

16

8.  Perilaku korespoden ketika menonton konser musik

9.  Pernah atau tidak koresponden melakukan  moshing /   stage diving ketika

menonton konser musik keras

10. Pendapat koresponden mengenai perilaku  moshing dan   stage diving 

dalam suatu konser musik

11. Pernah atau tidak koresponden untuk berkelahi ketika menonton konser

Page 24: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 24/37

 

17

12. Pernah atau tidak koresponden meminum minuman beralkohol ketika

menonton konser

13. Berpengaruh atau tidak minuman keras pada perubahan tindakan

koresponden

14.  Jumlah aparat keamanan dalam konser yang koresponden datangi

15.  Perilaku aparat keamanan tersebut dalam konser yang didatangi

Page 25: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 25/37

 

18

16.  Kondisi gedung/tempat konser yang selama ini telah didatangi

17.  Kapasitas gedung/tempat konser yang selama ini telah didatangi

4.1.2.  Hasil Wawancara dengan Pihak Penyelenggara

Berikut ini adalah beberapa poin dari hasil wawancara dengan pemerhati

komunitas Underground :

•  Kebanyakan penikmat musik dan fashion underground yang ada kini hanya

menjadi penikmat saja, tidak mencermati ideologi dari subkultur tersebut.

•  Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang membuat zine/newsletter pada hari

hari belakangan dan semakin sedikitnya ruang publik yang ada untuk 

berdiskusi

•  Subkultur Underground telah berkembang menjadi industri kecil yang banyak 

memberi penghasilan kepada banyak orang yang bergerak dalam industri

musik dan fashion. Oleh karena itu, kejadian ini banyak mempengaruhi

kehidupan ekonomi bagi orang orang yang bergerak dalam industri tersebut.

4.1.3.  Hasil Wawancara dengan Pihak Kepolisian

Di bawah ini adalah hasil wawancara yang penulis lakukan dengan pihak 

kepolisian Bpk. AKP Rachmat Herman S.H. sebagai Wakil Tim Penyidik 

Penanganan Kasus AACC, sebagai berikut:

Page 26: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 26/37

 

19

•  Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap kegiatan dan tidak boleh

tidak adalah dimana akan diadakan acara tersebut (tempat). Segala macam

perizinan yang berhubungan dengan tempat untuk berkumpulnya suatu massa

berada pada bagian intelkam (intelejen dan keamanan).

•  Sebenarnya, kejadian atau tragedy yang terjadi di AACC adalah buah pahit

yang harus dipetik oleh karena kurangnya koordinasi yang dijalin oleh

beberapa pihak terkait, yaitu: panitia pelaksana (EO) maupun pengelola

gedung, aparat keamanan dan dari pihak kesehatan (tersedianya ambulan). Hal

ini yang menyebabkan panic ketika terjadi keributan, bahkan ketika terjadi

kemacetan, ambulan tidak dapat leluasa membawa korban meninggal maupun

korban terluka untuk dibawa ke rumah sakit. Kedatangan aparat keamanan

  juga diakui memang terjadi keterlambatan, sehingga pengaturan massa

menjadi tidak terkendali. Kemudian, dari segi tempat, alur masuk dan keluar

memang hanya terjadi pada satu pintu saja, hal ini menyebabkan penumpukan

massa sehingga terjadi saling dorong antara massa yang ingin masuk dengan

massa yang ingi keluar gedung, inilah permasalahan utama yang dihadapi pada

tragedy konser band Beside ini.

•  Factor-faktor yang mendukung terjadinya tragedy ini adalah jenis music yang

keras (aliran underground ) dan desrtai dengan pembagian minuman keras

yang dapat menyebabkan penonton terpengaruh dengan minuman keras,

sehingga aksinya dapat dinilai brutal. Selain itu, terdapat bukti bahwa

membludaknya penonton konser adalah akibat penjualan tiket yang diluar

batas yang diijinkan oleh pengelola gedung. Sehingga, banyak terjadi

tumpukan massa di dalam gedung dengan sirkulasi yang kurang baik untuk 

diadakannya konser underground .

•  Saran yang dapat disampaikan oleh pihak kepolisian terhadap permasalahan

ini adalah terciptanya suatu koordinasi yang baik antara pihak terkait sehingga

dapat terjalin kerjasama dan diharapkan peristiwa seperti ini tidak akanterulang kembali. Sebenarnya pihak kepolisian tidak menghalangi

diadakannya konser music “aliran keras” dengan syarat tetap memperhatikan

situasi dan kondisi agar tercipta suatu kenyamanan dalam menonton atau

menikmati konser music “aliran keras”.

Page 27: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 27/37

 

20

4.2. Pembahasan

Kebanyakan penikmat musik dan fashion underground  yang ada kini hanya

menjadi penikmat saja, tidak mencermati ideologi dari subkultur underground tersebut.

Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang membuat zine/newsletter pada hari hari

belakangan dan semakin sedikitnya ruang publik yang ada untuk berdiskusi . Subkultur

Underground  telah berkembang menjadi industri kecil yang banyak memberi

penghasilan kepada banyak orang yang bergerak dalam industri musik dan fashion. Oleh

karena itu, kejadian ini banyak mempengaruhi kehidupan ekonomi bagi orang orang

yang bergerak dalam industri tersebut.

Tindakan konsumerisme produk underground berlebihan tersebut tercermin dalam

Konser launching album baru grup band Beside asal kota kembang di gedung asia africa

cultural centre (AACC) yang terletak di jalan Braga Bandung. Grup tersebut

meluncurkan album yang berjudul “Against Ourselves”. Kelalaian dari beberapa pihak 

seperti Aparat Keamanan, Pengelola Gedung, Event Organizer, maupun yang terlibat

Para penonton yang diduga kurang mencermati nilai nilai subkultur ini diduga menjadi

penyebab terjadinya kejadian ini.

Pada bagian ini, penulis mencantumkan beberapa faktor yang berkaitan dengan

permasalahan yang penulis angkat, yaitu “Komunitas Underground Terkait Tragedi

Konser Band Beside yang berlangsung di AACC ”. Faktor-faktor yang berkaitan antara

lain: tempat yang tidak semestinya digunakan untuk konser, perilaku/kultur komunitas

underground yang dalam hal ini adalah penonton konser dan Band Beside itu sendiri,

panitia konser yang dalam hal ini adalah pihak event organizer dan pengelola gedung,

serta pihak lain yang terkait yaitu aparat keamanan dan dari pihak medis (kesediaan

mobil ambulan).

4.2.1.  Pembahasan Hasil Kuesioner

Kegiatan moshing adalah hal yang biasa dilakukan saat menonton konser.

Hal ini dilakukan karena moshing dapat meningkatkan kenikmatan menonton

konser itu sendiri. Tetapi, dapat kita lihat bahwa efek dari melakukan moshing

adalah sangat berbahaya bagi orang-orang/komunitas yang sedang bergerumun

dalam menonton konser. Hal ini dikarenakan, gerakannya yang dapat mengundang

suatu emosi atau amarah dari orang yang terkena imbasnya, yang berdampak saling

membalas terhadap orang lain. Kebanyakan pengunjung mengaku tidak 

mengkonsumsi minuman beralkolhol saat menonton konser dan sebagian besar

Page 28: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 28/37

 

21

pengunjung konser yang mengkonsumsi minuman beralkohol mengaku tidak 

terpengaruh oleh alkohol tersebut. Hal ini memang menimbulkan suatu tanda

tanya, bagaimana bisa seseorang yang menonton konser musik keras dan ada yang

meminum alkohol namun tidak terpengaruh terhadap minuman tersebut? Bisa

dianggap mereka yang meminum alkohol tersebut tidak merasakan, namun

sebenarnya rasa berdebar-debar dan rasa ingin terus berteriak dan melakukan

gerakan-ferakan berbahaya itu adalah efek dari minuman keras, sehingga mereka

“tidak sadar” ketika mereka melakukan itu semua dan tetap saja enjoy menikmati

goyangan musik keras yang disuguhkan.

Pengunjung konser menyatakan bahwa tempat konser yang mereka kunjungi

memiliki fasilitas yang biasa saja. Dalam hal ini, apabila gedung AACC yang

notabene memiliki kapasitas yang tidak terlalu besar sementara penonton konser

yang memadati gedung tersebut hitungannya mencapai ribuan jumlahnya, tentu

saja pintu utama tidak akan cukup untuk menampung arus keluar masuk penonton

konser. Ini juga merupakan fasilitas dari gedung tersebut, bagaimana dengan

sirkulasi udara, apakah lancar atau tidak, ini merupakan standar yang harus

dipenuhi oleh tempat yang akan digunakan terutama untuk konser musik keras

“underground ”.

Pengunjung juga mengaku melihat aparat keamanan, baik yang sedang

berjaga atau ikut menonton konser. Namun, yang perlu diperhatikan adalah

kesigapan dari aparat keamanan, bukan hanya berjaga-jaga. Karena jika tidak 

sigap, tentu saja keributan yang berbuah korban akhirnya tidak dapat dihindari.

Dalam hal ini, aparat tetap harus siaga penuh apalagi konser ini adalah konser

musik keras yang membutuhkan perhatian ekstra.

4.2.2.  Pembahasan Hasil Wawancara dengan Pihak Penyelenggara

Tragedi konser maut AACC merupakan kasus yang melibatkan banyak 

pihak. Baik panitia, pemilik gedung, penonton, polisi, bahkan Band Beside yang

tampil dalam konser malam itu turut dipersalahkan.

Beberapa kalangan underground  menganggap panitia yang

menyelenggarakan konser di AACC kurang professional, walaupun sudah

berpengalaman. Panitia yang menyelenggarakan konser dianggap tidak memakai

standar event organizer suatu pertunjukan. Panitia dianggap tidak melakukan

langkah antisipasi dalam mengadakan konser musik keras. Dalam hal ini panitia

Page 29: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 29/37

 

22

tidak mempersiapkan tim medis (misalnya Tim Medis PMI) yang biasanya sudah

menjadi standar dalam mengadakan suatu konser. Beberapa saksi melihat

koordinasi yang kurang antar panitia berkaitan dengan keluar-masuk penonton.

Panitia juga menjual tiket berlebih yang tidak sesuai dengan kapasitas gedung.

Pada saat itu, pihak yang bertindak sebagai Event Organizer adalah Eng Ing

 Eng yang sebetulnya cukup berpengalaman dan sering mengadakan acara dari

berbagai genre, tidak hanya dari genre “musik keras” saja. Sebenarnya, pihak 

panitia telah merencanakan berbagai kebutuhan untuk melaksanakan acara ini,

terutama dalam hal teknis, seperti persiapan tempat/gedung, stage equipment,

hingga system keluar-masuk gedung. Pihak   Eng Ing Eng Event Organizer juga

telah mendapatkan izin dari pihak pengelola gedung. Selain itu, pihak kepolisian

pun telah dihubungi untuk membantu keamanan saat konser berlangsung. Mereka

pun (polisi) sebenarnya sangat mendukung dan tidak membatasi kegiatan apapun

yang mengapresiasikan ekspresi dan kreativitas para pemuda Bandung.

Sebenarnya pihak penyelenggara tidak memiliki cukup personil untuk 

membantu sebagai petugas keamanan pada saat acara berlangsung. Oleh karena itu,

dalam prakteknya mereka banyak memakai Volunteer  (bantuan sukarela) untuk 

melaksanakan acara saat hari H. Diharapkan pihak keamanan dari panitia dapat

bekerjasama dengan pihak kepolisian.

Secara tidak langsung, pihak pemilik gedung juga terlibat dalam terjadinya

kasus ini. Pemilik gedung diduga terlalu mudah meminjamkan gedungnya kepada

panitia penyelenggara dengan tidak mengindahkan kapasitas gedungnya, seperti

  jumlah maksimal yang yang dapat ditampung oleh gedung, dan sirkulasi udara

didalam gedung yang kurang memadai untuk sebuah konser keras. Akibat konser

maut tersebut, Gubernur Jabar Danny Setiawan, melarang gedung itu dijadikan

pentas musik  underground , alhasil komunitas ini semakin sulit mencari tempat

untuk berekspresi.

Gedung yang digunakan berkapasitas kurang dari 10.000 orang dan tentu saja

dalam keadaan tertutup. Gedung tersebut memiliki dua gerbang masuk. Namun,

saat konser berlangsung, gerbang yang dibuka hanya satu. Artinya, pada saat

konser nanti, arus penonton yang masuk dan arus penonton yang keluar setelah

konser adalah menggunakan pintu gerbang yang sama. Alasan dari pihak panitia

adalah karena pihak pengelola gedung tidak memberikan kunci untuk membuka

pintu gerbang yang lain.

Page 30: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 30/37

 

23

Awalnya, saat konser dimulai, keadaan berjalan sangat lancar, termasuk 

penjualan tiket dan pembagian minuman berakohol di bagian depan pintu gerbang

(di bagian luar gedung). Keamanan di dalam maupun di luar gedung pun

terkendali. Namun, karena kurangnya koordinasi antar panitia, penonton yang

diizinkan masuk lebih dari 10.000 orang yang artinya telah melebihi kapasitas

gedung itu sendiri. Hal tersebut tentu saja mempengaruhi kadar oksigen yang ada

di dalam gedung (oksigen semakin berkurang akibat padatnya penonton yang

melakukan head banging, moshing, dan gerakan-gerakan lainnya) dan ventilasi

yang tersedia di gedung tersebut kurang memadai.

Saat konser telah selesai, penonton yang sedemikian padatnya menuju pintu

gerbang keluar (yang hanya terbuka satu) dengan berdesak-desakkan. Karena

oksigen yang menipis dan dalam keadaan sesak, di bagian lorong sebelum menuju

gerbang keluar ada beberapa penonton yang terjatuh pingsan dan tidak sadarkan

diri diantara para penonton lain yang juga ingin keluar gedung. Selain itu, lagi-lagi

karena kurangnya koordinasi antar panitia, banyak juga orang-orang yang masih di

luar gedung yang berpikiran bahwa konser music di dalam gedung belum selesai

dan ingin menontonnya sehingga mereka pun bergerak masuk ke dalam gedung.

Kemudian terjadilah benturan antara arus keluar dengan arus masuk yang

mengakibatkan beberapa penonton yang pingsan tadi terinjak-injak dan tentu saja

sulit untuk diselamatkan.

Pihak panitia yang terlambat mengetahui hal ini mencoba menolong keadaan

tersebut. Mereka pun telah meminta pertolongan pihak kepolisian namun pihak 

aparat tersebut sangat lambat dalam bekerja dan cenderung diam saja (tidak 

melakukan apa-apa). Pada akhirnya, keadaan berhasil ditangani, beberapa korban

tewas pun telah berjatuhan. Beberapa orang yang sekarat berusaha ditolong dengan

memanggil ambulance tetapi pada akhirnya tidak dapat tertolong karena padatnya

keadaan massa di sekitar gedung yang mengakibatkan jalanan menjadi macet. Pada

akhirnya korban yang tewas berjumlah 11 orang. Dua orang panitia penyelenggara

(salah satunya termasuk ketua) diamankan oleh pihak kepolisian karena dianggap

paling bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

Walaupun hanya memberikan minuman keras pada pengunjung barisan

terdepan, tindakan Band Besiden ini disayangkan karena bagaimanapun dalam

minuman keras dilarang dalam perizinan penyelenggaraan suatu konser.

Page 31: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 31/37

 

24

Komunitas musik underground saat ini menurun seiring diperkecilnya ruang

gerak mereka. Pecandu dan musisi hanya bisa mengekpresikan seninya di tempat

tertentu seperti di daerah Dago dan Ujungberung yang mereka sebut Ujung Bronx.

Belum lagi selama ini masih banyak warga yang mencap penggemar underground  

dengan cap yang negatif dan suka bikin onar. Bahkan banyak terlibat perkelahian

karena pengaruh alkohol atau obat terlarang. Mereka memang banyak yang

dianggap berpenampilan menakutkan dengan segala aksesorinya.

4.2.3.  Pembahasan Wawancara dengan Pihak Kepolisian

Tragedi Braga ini menjadi catatan tersendiri bagi polisi di Bandung.

Beberapa saksi menuturkan bahwa kehadiran polisi diatas panggung justru

menambah panik pengunjung konser. Setidaknya tiga perwira polisi dicopot dari

 jabatannya yakni Kasat Intelkam Polwiltabes Bandung AKBP Sony Sanjaya, Kasat

Intelkam Polresta Bandung Tengah AKP Singgih, dan Kapolsekta Sumur Bandung

AKP Ogiono.

Dari hasil wawancara, dapat kita lihat bahwa pihak kepolisian mengakui

kurangnya koordinasi yang dijalin antar pihak terkait dengan terselenggaranya

konser ini. Polisi juga menyadari bahwa aparat keamanan telat tiba di tempat

kejadian, yang kemudian kata penonton konser justru membuat ricuh suasana.

Tentu saja dengan aparat keamanan yang semakin “membabi buta” memerintahkan

para pengunjung untuk segera keluar dengan kondisi pintu yang sangat sempit

untuk ukuran arus keluar masuk, sehingga korban pun tidak terelakkan lagi.

Kesigapan dan memandang suatu persoalan dengan penuh perhitungan dan

profesionalisme, adalah hal yang dapat menjadi panutan oleh aparat keamanan

dalam menjalankan misi untuk menjaga keamanan, baik untuk musik aliran keras

maupun musik jenis lainnya, hal di atas tetap dibutuhkan.

Saran dari pihak kepolisian untuk masyarakat komunitas underground  

terutama di Bandung adalah bahwa pihak kepolisian tidak akan membatasi

kreatifitas komunitas ini, namun tentu saja hal itu bukan tanpa syarat. Mutlak 

dipenuhi adalah kenyamanan, meski ini adalah konser musik aliran keras, namun

para penonton konser yang hadir adalah untuk menikmati suasana dan bukan untuk 

menghilangkan nyawa pengunjung yang lain. Untuk itulah, tidak hanya Gubernur

Jabar, polisi juga semakin ketat memberi izin terhadap pementasan musik di Kota

Page 32: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 32/37

 

25

Kembang tersebut, apalagi musik keras yang berpotensi menyebabkan kerusuhan

bahkan kematian bagi penontonnya.

Diharapkan dari tragedi konser ini, semua pihak menjadi belajar untuk 

meningkatkan koordinasi agar tidak lagi terjadi peristiwa serupa di masa yang akan

datang.

Page 33: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 33/37

 

26

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan dari permasalahan ini, yang

telah penulis telaah dari beberapa bab sebelumnya, yaitu:

•  Timbulnya komunitas underground , didasari oleh perlawanan terhadap

kebudayaan yang saat itu telah mapan (Teori Counterculture) dan merupakan

sekumpulan orang dengan gaya dan style yang berbeda dari yang lain (Teori

 Hebdige).

•  Sebagian remaja tertarik dengan komunitas underground , karena cara penyampaian

kultur oleh komunitas ini terhadap remaja dinilai mereka menarik dan memberikan

kesan tertentu (Teori from Attention to Action Procedure).

•  Tidak semua massa dalam komunitas underground berlaku anarkis, jadi tidak ada

keterikatan masalah kultur dan tragedi yang terjadi, karena tragedi ini terjadi

karena kurang koordinasi antar pihak yang terjalin dalam pengadaan acara ini.

•  Penyebab terjadinya tragedi konser band Beside ini adalah kurangnya koordinasi

dari berbagai pihak terkait, yaitu: panitia pelaksana (EO) maupun pengelola

gedung, aparat keamanan, pihak medis (tersedianya dokter dan ambulan), serta

penonton konser itu sendiri yang tidak dapat menjaga ketertiban.

•  Untuk kedepannya, diharapkan terjalin koordinasi antara pihak terkait dalam

mengadakan suatu acara, baik itu acara yang mengandung unsur musik aliran keras

ataupun tidak, agar tidak terulang tragedi yang sama.

5.2. Saran

Beberapa saran yang dapat penulis ajukan, juga saran dari pihak keamanan sebagai

narasumber yang dapat digunakan sebagai solusi atas permasalahan ini adalah:

• Diharapkan terjalin kerjasama atau koodinasi berbagai pihak, dari panitiapelaksana bahkan hingga penonton untuk dapat menjaga ketertiban selama konser

berlangsung.

•  Tetap memperhatikan situasi dan kondisi agar tercipta suatu kenyamanan dalam

menonton atau menikmati konser music “aliran keras”, karena tujuannya adalah

untuk hiburan dan bukan menjadi ajang untuk menghsilkan korban.

Page 34: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 34/37

 

27

•  Paradigma tentang komunitas underground  sebaiknya secara perlahan dapat

dihilangkan mengenai pandangan yang negatif, karena komunitas ini menjual hasil

karya mereka kepada massanya sendiri untuk menuangkan kreatifitas mereka.

Page 35: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 35/37

 

28

Daftar Pustaka

MCDAOUGALL, W. (1908) An Introduction to Social Psychology, London. 

GOODE,  W.  J. (1978) The Celebration of Heroes: Prestige as a Social Control

System. Berkeley, CA.

Witzany, Guenther. "The Logos of the Bios 2. Bio-communication. Umweb,

 Helsinki (2007). 

Dance, Frank. "The 'concept' of communication.   Journal of Communication, 20,

201-210 (1970).

Witzany, Guenther. "The Logos of the Bios 2. Bio-communication. Umweb,

 Helsinki (2007).

http://forum.kafegaul.com/archive/index.php/t-173215.html

http://www.kunci.or.id/esai/nws/0607/remaja.htm 

Page 36: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 36/37

 

29

Lampiran

Notulensi Pertanyaan Hari – H dan Jawabannya

Rizki Habibi = Apa motif pihak penyelenggara tentang pemberian minuman

keras ? bagaimana kalau ada anak di bawah umur ?

Sebenarnya soal pembagian minuman keras itu ,umum terjadi di konser – konser

underground . Waktu di konser AACC itu sih sebenernya permintaan dari bandnya. Kan

waktu itu konser nya dalam dalam rangka launching album baru beside,ya jadi mereka

sebagai tanda terima kasih ke fansnya minta ke kita buat ada pembagian bir. Bir yang

dibagiin ng banyak ,cuman 1 krat doing,itu pun waktu terjadi kerusuhan baru sekitar 20

botol yang udah dibagiin, Kita bagiin bir nya juga ng di pintu masuk,tapi di penonton

barisan depan aja jadi ng semua penonton yang kebagian,jadi menurut kita salah kalau

anggapan bahwa minuman keras merupakan salah satu penyebab kejadian musibah ini.

Trus kalau misalkan ada anak di bawah umur,ya menurut kami sih itu balik lagi ke

pengawasan orangtua mereka dan pendidikan mereka terhadap anak-anaknya, Kita

sebagai panitia juga nggak mungkin melarang anak-anak di bawah umur tersebut. Balik 

lagi ke pernyataan di atas karena kita hanya bagiin nya ke orang-orang yang ada di

barisan depan,ya kemungkinan nya kecil aanak-anak kebagian bir tersebut

Mika = pemilihan responden kaya mana ? apakah random sampling ? atau

gimana ?

Pemilihan responden untuk pengisian kuesioner,kita usahankan untuk membagikan

kuesioner kepada orang-orang yang memang mengerti tentang music dan komunitas

underground. Karena itu sewaktu membagi-bagikan kuesioner kami menyasar kepada

orang-orang yang nongkrong di distro- distro seputaran dago dan jalan riau maupun

studio-studio musik. Kami menganggap orang-orang tersebut sebagian besar paham

tentang musik dan komunitas underground sehingga dapat memberikan hasil kuesioner

yang akurat. Kemudian sebagian kecil dari kuesioner kami bagikan juga kepada para

mahasiswa ITB. Pembagian kuesioner kepada mahasiswa ini kami lakukan dengan

tujuanuntuk mengetahui seberapa tahu para mahasiswa kepada komunitas dan musik 

underground ,dan bagaimana pendapat mereka tentang komunitas dan music tersebut. 

iya, random sampling, tetapi dipilih sesuai lokasi pemilihan sample.

Page 37: Laporan Presentasi Kelompok 4

5/7/2018 Laporan Presentasi Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-presentasi-kelompok-4 37/37

 

30

Febri = Bagaimana dengan bandnya ? Bagaimana di masa depan dengan

komunitas dan perilakunya ?

Sebenarnya kalau semua anggota komunitas underground  benar – benar

memahami makna dari underground  itu sebenarnya , ng bakal ada cap bahwa

underground itu identik dengan anarkis. Masalah yang timbul sekarang ialah banyak dari

komunitas underground ini hanya sekedar ikut-ikutan belaka ,ng paham dengan makna

dari underground itu sendiri. Kurangnya pemahaman ini banyak disebabkan ,yaitu pada

masa sekarang kurang adanya penerbitan zine-zine maupun diskusi – diskusi di kalangan

komunitas underground yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada komunitas

tersebut. Oleh karena sejak adanya kejadian AACC ini mulai digalakkan lagi penerbitan

 zine-zine maupun diskusi – diskusi. Harapannya sih komunitas underground bis a lepas

dari image anarki ini.

Febri = Bagaimana dengan bandnya ? Bagaimana di masa depan dengan

komunitas dan perilakunya ?

Kalau dari band nya sendiri beside sampai saat sekarang ini masih trauma banget

soal kejadian ini. Mereka belum mau bikin konser lagi,bahkan mereka saat ini takut kalo

ngeliat kerumunan orang banyak. Mereka menyesalkan banget adanya kejadian ini.

Mereka juga udah memberikan santunan kepada para keluarga korban.

Fandi = Bagaimana dengan standart keamanan ke depannya ?

Dari pihak enk ink enk sendiri sampai saat ini belum ada rencana buat membuat

konser lagi, Karena kejadian ini ,agak susah saat sekarang ini untuk mendapatkan izin

membuat konser-konser macam ini. Untuk standar keamanan ke depannya ,kami juga

belum tau bagaimana , tapi kami mengharapkan tindakan polisi yang lebih aktif dalam

mengamankan konser. Melihat kejadian kemarin , polisi hanya berjaga-jaga pasif di

sekitar tempat kejadian dan baru bertindak saat sudah jatuh korban, Mungkin juga kami

akan mengusahakan untuk mengadakan konser –konser di tempat outdoor .,mengingat

sedikitnya tempat untuk mengadakan konser indoor di Bandung . Menurut kami tempat

indoor  yang representatif dan terjangkau untuk mengadakan konser indoor hanya di

AACC ini. Sedangkan kalau di Sabuga ,harganya sewa tempatnya tidak terjangkau. Oleh

karena itu kami sangat berharap adanya perhatian dari pemda soal terbatas nya tempat

untuk mengadakan pertunjukan /kesenian seperti ini.