4. ANALISA DATA 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 ......Procedure (SOP). Dengan usaha keras dan...

56
47 Universitas Kristen Petra 4. ANALISA DATA 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Rich Palace Hotel Surabaya Rich Palace Hotel Surabaya merupakan salah satu hotel yang terbilang cukup baru keberadaannya di Surabaya Barat, tepatnya di Jalan H.R. Muhammad No. 269. Hotel ini mulai berdiri pada tanggal 1 Agustus 2015 dengan fasilitas dan layanan yang setara dengan klasifikasi hotel berbintang empat dan dipimpin oleh Michele Meoni sebagai General Manager. Hotel ini beroperasi di bawah pengelolaan Management SoPriMe, dengan brand Rich Palace Hotel by AllPriMe Hotels & Conventions. Dengan sumber daya yang berkualitas, serta usaha dalam mengembangkan fasilitas dan layanan yang lebih baik, hotel ini menerima klasifikasi bintang empat pada bulan Mei 2016. Setelah menerima klasifikasi bintang empat, peningkatan yang dilakukan oleh Rich Palace Hotel tidak berhenti disitu. Rich Palace Hotel mengembangkan semua fasilitas, perlengkapan peralatan hotel, serta Standard Operating Procedure (SOP). Dengan usaha keras dan dedikasi tinggi dari tim, Rich Palace Hotel berhasil mendapatkan sertifikasi bintang lima yang secara resmi diluncurkan pada bulan Januari 2017. Klasifikasi baru, citra baru, dan brand baru di bawah pengelolaan SoASIA Hospitality yang membawa sentuhan keramahan Indonesia melalui sikap dan perilaku standar tinggi dalam pelayanan hotel. Sebagai perusahaan pengelola perhotelan di Indonesia, SoASIA Hospitality memberikan layanan kepada mitra, klien dan investor. SoASIA Hospitality mengelola sejumlah hotel yang menawarkan tamu bisnis dan liburan pilihan alternatif yang mampu memenuhi kebutuhan perjalanan mereka.

Transcript of 4. ANALISA DATA 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 ......Procedure (SOP). Dengan usaha keras dan...

  • 47 Universitas Kristen Petra

    4. ANALISA DATA

    4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Rich Palace Hotel Surabaya

    Rich Palace Hotel Surabaya merupakan salah satu hotel yang terbilang

    cukup baru keberadaannya di Surabaya Barat, tepatnya di Jalan H.R. Muhammad

    No. 269. Hotel ini mulai berdiri pada tanggal 1 Agustus 2015 dengan fasilitas dan

    layanan yang setara dengan klasifikasi hotel berbintang empat dan dipimpin oleh

    Michele Meoni sebagai General Manager. Hotel ini beroperasi di bawah

    pengelolaan Management SoPriMe, dengan brand Rich Palace Hotel by AllPriMe

    Hotels & Conventions. Dengan sumber daya yang berkualitas, serta usaha dalam

    mengembangkan fasilitas dan layanan yang lebih baik, hotel ini menerima

    klasifikasi bintang empat pada bulan Mei 2016.

    Setelah menerima klasifikasi bintang empat, peningkatan yang dilakukan

    oleh Rich Palace Hotel tidak berhenti disitu. Rich Palace Hotel mengembangkan

    semua fasilitas, perlengkapan peralatan hotel, serta Standard Operating

    Procedure (SOP). Dengan usaha keras dan dedikasi tinggi dari tim, Rich Palace

    Hotel berhasil mendapatkan sertifikasi bintang lima yang secara resmi

    diluncurkan pada bulan Januari 2017. Klasifikasi baru, citra baru, dan brand baru

    di bawah pengelolaan SoASIA Hospitality yang membawa sentuhan keramahan

    Indonesia melalui sikap dan perilaku standar tinggi dalam pelayanan hotel.

    Sebagai perusahaan pengelola perhotelan di Indonesia, SoASIA

    Hospitality memberikan layanan kepada mitra, klien dan investor. SoASIA

    Hospitality mengelola sejumlah hotel yang menawarkan tamu bisnis dan liburan

    pilihan alternatif yang mampu memenuhi kebutuhan perjalanan mereka.

    http://www.petra.ac.idhttp://dewey.petra.ac.id/dgt_directory.php?display=classificationhttp://digilib.petra.ac.id/help.html

  • 48 Universitas Kristen Petra

    4.1.2. Identitas Rich Palace Hotel

    Gambar 4.1. Foto Tampak Depan

    Sumber: Rich Palace Hotel, 2017

    Nama : Rich Palace Hotel Surabaya by SoASIA Hotels & Resorts

    Alamat : Jl. H.R. Muhammad No. 269, Surabaya

    Telepon : (031) 990 20 220

    Fax. : (031) 990 20 777

    E-mail : [email protected]

    Media Sosial : Instagram & Twitter - @richpalacehotel

    Facebook - Rich Palace Hotel Surabaya

    Website : www.richpalacehotel.com

    Produk : Kamar hotel, konvensi untuk event, dan Food and Beverages

    Outlets.

    Logo :

    Rich Palace Hotel Surabaya by SoASIA Hotels & Resorts merupakan

    hotel bintang lima terbaru yang terletak di jantung kota Surabaya Barat. Hotel ini

    memiliki akses mudah ke jalan tol, 30 menit berkendara ke / dari Bandara

    Internasional Juanda dan dari kawasan bisnis, pusat kota, serta pusat perbelanjaan

    terbesar di Surabaya. Selain itu, hotel ini juga dekat dengan Convention and

    Manufacturing Centres (Margomulyo 10 menit dan Rungkut Industri 20 menit).

  • 49 Universitas Kristen Petra

    Rich Palace Hotel Surabaya memiliki jumlah sebanyak 205 kamar. Setiap

    kamar dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti AC (Air Conditioning), 24

    Hours In-Room Dining, peralatan mandi, private electronic safe deposit box, free

    mini bar set, DD telephone call, free Wi-Fi, hairdryer, tea and coffee maker,

    laundry and wet cleaning dan television with 60 channels. Berikut merupakan tipe

    dan jumlah kamar di Rich Palace Hotel Surabaya:

    Tipe Kamar Jumlah Kamar

    Deluxe Room 154

    Executive Room 43

    Diamond Executive Suites 6

    Platinum President Suites 2

    TOTAL 205

    Tabel 4.1. Tipe dan Jumlah Kamar Rich Palace Hotel

    Sumber: Rich Palace Hotel, 2017

    Ruang Bagian Luas (m2) Theatre Cabaret Class Room Buffet Cocktail

    U Shape

    Grand Palace Ballroom 768 800 550 - 1000 1000 -

    The Sky Lounge 448 450 250 225 300 600 -

    Sapphire

    All 160 200 120 100 130 260 70

    1 32 25 16 15 20 40 12

    2 64 80 40 40 50 100 30

    3 64 80 40 40 50 100 30

    Jade

    All 118.4 150 75 70 70 140 60

    1 59.2 70 35 30 35 70 30

    2 59.2 70 35 30 35 70 30

    Onyx 88.8 50 40 40 50 100 30

    Tabel 4.2. Banquet dan Konvensi Rich Palace Hotel

    Sumber: Rich Palace Hotel, 2017

    Selain itu, Rich Palace Hotel Surabaya juga memiliki food and beverages

    outlets, yaitu Emerald Restaurant dan Lobby Lounge Bar, Grand Ocean

    Restaurant, dan 24 Hours Room Service. Juga untuk fasilitas dan pelayanan

    seperti Aquamarine Swimming Pool, Energy Gym, Rich Spa, Dynasty Executive

    Lounge, Veneno Club, dan shuttle service.

  • 50 Universitas Kristen Petra

    4.1.3. Corporate Value Rich Palace Hotel Surabaya yang berada di bawah pengelolaan

    manajemen SoASIA Hospitality, mengangkat value yang dimiliki oleh SoASIA

    sebagai dasar berdirinya hotel tersebut. Dari website resmi SoASIA Hospitality,

    peneliti mendapatkan lima value, yaitu:

    1. Performance, with the right product and locations, SoASIA can match

    anyone in bottom-line generatio and payback on investment, in good

    and bad times.

    2. Partnership, Owner mindset: we understand the needs of hotel

    investors because SoASIA Hospitality and its shareholders will remain

    the largest single owners of hotels we manage.

    3. Passion, among the many brands and markets we cover, we retain a

    passion for making every owner’s property a success, through

    reputation.

    4. Exciting F&B concepts, we are striving toward innovative F&B

    concepts to ensure hotel owners return on investments. Great spas, our

    Fit & Breeze Spa Brand offer a top-level Indonesia and Asia

    experience, combining guest satisfaction with a commercial approach

    on behalf of our owners.

    5. Culture of service, our passion comes from employees who are

    handpicked, trained throughly and imbued with a spirit of warm

    hospitality and attention to details.

  • 51 Universitas Kristen Petra

    4.1.4. Struktur Organisasi

    51

    Uni

    vers

    itas

    Kris

    ten

    Petr

    a

    4.1.

    4.

    Stru

    ktur

    Org

    anis

    asi R

    ich

    Pala

    ce H

    otel

    Sur

    abay

    a

    Bag

    an 4

    .1. S

    trukt

    ur O

    rgan

    isas

    i Ric

    h Pa

    lace

    Hot

    el S

    urab

    aya

    Sum

    ber:

    Ola

    han

    Pene

    liti,

    2018

    Gen

    eral

    M

    anag

    er

    Secu

    rity

    M

    anag

    er

    Secu

    rity

    Su

    perv

    isor

    Secu

    rity

    Sta

    ff

    Chi

    ef E

    ngin

    eer

    Asst

    . Chi

    ef

    Engi

    neer

    Engi

    neer

    Su

    perv

    isor

    Engi

    neer

    Sta

    ff

    HR

    Supe

    rvis

    or

    Trai

    ning

    C

    oord

    inat

    or

    Room

    Div

    isio

    n M

    anag

    er

    Fron

    t Offi

    ce

    Man

    ager

    Fron

    t Offi

    ce

    Supe

    rvis

    or

    Fron

    t Offi

    ce

    Staf

    f

    Con

    cier

    ge S

    taff

    Dri

    ver

    Exec

    utiv

    e H

    ouse

    keep

    er

    Floo

    r Su

    perv

    isor

    Room

    Atte

    ndan

    t

    Line

    n Su

    perv

    isor

    Line

    n At

    tend

    ant

    Publ

    ic A

    rea

    Supe

    rvis

    or

    Publ

    ic A

    rea

    Atte

    ndan

    t

    Dir

    of S

    ales

    Sale

    s Man

    ager

    Sale

    s Exe

    cutiv

    e

    Sale

    s C

    oord

    inat

    or

    Rese

    rvat

    ion

    Man

    ager

    Rese

    rvat

    ion

    Staf

    f

    Fina

    ncia

    l C

    ontro

    ller

    Purc

    hasi

    ng

    Supe

    rvis

    or

    Purc

    hasi

    ng

    Rece

    ivin

    g

    Chi

    ef

    Acco

    unta

    nt

    Gen

    eral

    C

    ashi

    er

    Inco

    me

    Audi

    t

    Acco

    unt

    Rece

    ivab

    le

    Acco

    unt

    Paya

    ble

    Out

    let M

    anag

    er

    Asst

    . Out

    let

    Man

    ager

    Wai

    ter/

    Wai

    tress

    Ass

    t. Ba

    nque

    t M

    anag

    er

    Banq

    uet S

    taff

    Bar S

    uper

    viso

    r

    Bari

    sta/

    Bart

    ende

    r

    Bar W

    aite

    r/W

    aitre

    ss

    Exec

    utiv

    e C

    hef

    Sous

    Che

    f C

    hef d

    e Pa

    rtie

    D

    emi C

    hef

    Coo

    k I

    Nig

    ht C

    ook

    Coo

    k II

    Resi

    dent

    M

    anag

    er

    Exec

    utiv

    e Se

    cret

    ary

  • 52 Universitas Kristen Petra

    4.1.5. Gambaran Umum Program Employee Relations Bagi perusahaan, karyawan merupakan aset yang sangat penting. Sebuah

    perusahaan tidak akan bisa berjalan tanpa adanya karyawan. Dalam dunia Public

    Relations, hubungan dengan masyarakat internal biasa disebut employee relations,

    yaitu publik yang terdiri dari para pekerja (karyawan) menjadi bagian utama dari

    unit usaha perusahaan itu sendiri.

    Untuk itu adanya program employee relations disebuah perusahaan

    sangatlah penting untuk dilakukan. Hingga saat ini, Rich Palace Hotel Surabaya

    telah merancang dan mengimplementasikan beberapa program employee

    relations, antara lain Staff Gathering, Employee of the Month, dan Staff Outing.

    4.1.5.1. Staff Gathering Staff Gathering merupakan acara berkumpul yang bermanfaat untuk

    menggalang kebersamaan dan keakraban antara departemen satu dengan

    departemen lain, menciptakan hubungan yang baik dan erat antara pihak

    manajemen dengan karyawan di dalam perusahaan, serta memberikan update

    informasi. Dengan adanya hubungan yang baik antarkaryawan, perusahaan

    berharap dapat memberikan dampak positif pada pekerjaan mereka yang

    kemudian dapat pula meningkatkan komunikasi supaya tidak terjadi

    miscommunication.

    Tidak seperti kebanyakan hotel lain di Surabaya, program Staff

    Gathering yang dimiliki oleh Rich Palace Hotel Surabaya diadakan secara rutin,

    yaitu setiap akhir bulan. Dalam program ini, semua bagian dapat terlibat secara

    aktif, mulai dari trainee, Daily Worker (DW), dan karyawan tetap dari Rich

    Palace Hotel Surabaya. Berbagai bentuk kegiatan diadakan dalam program ini,

    seperti mini games, seminar, speech oleh General Manager, penyerahan

    penghargaan Employee of the Month, sesi hello and goodbye, dan makan bersama.

    4.1.5.2. Employee of the Month Terhadap para karyawan yang menunjukkan prestasi dalam bekerja, Rich

    Palace Hotel Surabaya memberikan hadiah atau penghargaan melalui pemilihan

    Employee of the Month. Karyawan yang mendapatkan Employee of the Month

  • 53 Universitas Kristen Petra

    akan mendapatkan sertifikat dan voucher makan di Rich Palace yang dapat

    digunakan untuk dua orang. Penyerahan penghargaan tersebut dilakukan oleh

    General Manager dan mengambil salah satu sesi dalam acara Staff Gathering.

    Melalui program ini, pihak manajemen Rich Palace Hotel Surabaya ingin

    memberikan apresiasi kepada karyawan serta berharap mereka dapat termotivasi

    dan kemudian dapat bekerja lebih baik lagi.

    4.1.5.3. Staff Outing Program Staff Outing merupakan program yang diadakan satu tahun

    sekali di luar kota oleh Rich Palace Hotel Surabaya. Program ini bertujuan untuk

    menciptakan team building yang kuat melalui permainan-permainan yang

    menyenangkan. Semua kegiatan tersebut berfungsi untuk refreshing sekaligus

    lebih mendekatkan hubungan antar sesama karyawan. Publik internal yang

    terlibat, diantaranya adalah Daily Worker (DW) yang telah bekerja lebih dari

    enam bulan dan karyawan tetap. Dalam pelaksanaan program Staff Outing, Rich

    Palace tidak hanya melibatkan pihak internal, namun juga melibatkan pihak

    eksternal seperti pemandu untuk kegiatan team building. Hal tersebut dikarenakan

    lokasi pelaksanaan yang terletak di luar kota, serta supaya semua karyawan dapat

    terlibat secara aktif dalam acara ini.

    4.2. Profil Informan Untuk memperoleh data mengenai program employee relations yang

    dijalankan, peneliti melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan enam

    informan. Selain itu peneliti juga melakukan in-depth interview terhadap dua

    informan yang tidak dapat menghadiri FGD saat itu untuk mewakili tanggapan

    dari departemen mereka yang terkait dengan kegiatan employee relations. Berikut

    merupakan kedelapan informan yang telah dipilih oleh peneliti:

    1. Nama : Stephani Swandamai

    Usia : 26 tahun

    Lama bekerja : 1 tahun 7 bulan

    Departemen : Sales & Marketing

  • 54 Universitas Kristen Petra

    Stephani Swandamai atau yang lebih dikenal dengan nama

    Damai, merupakan salah satu karyawan dari Rich Palace Hotel

    Surabaya yang menjabat sebagai Graphic Designer dari departemen

    Sales & Marketing. Perempuan kelahiran Banyuwangi ini telah

    bekerja di Rich Palace selama satu tahun tujuh bulan. Sebagai orang

    yang aktif dan ceria, Damai mengaku selama ini menikmati

    pekerjaannya dikarenakan adanya rasa kekeluargaan yang erat satu

    sama lain, serta hubungan yang harmonis antar departemen. Damai

    menjadi informan dalam penelitian ini karena telah terlibat dalam

    ketiga program employee relations yang dimiliki oleh HRD Rich

    Palace Hotel Surabaya, yaitu Staff Gathering, Staff Outing, dan

    bahkan mendapatkan penghargaan Employee of the Month pada

    Agustus 2017.

    2. Nama : Dini Nur Aini

    Usia : 33 tahun

    Lama bekerja : 3 tahun

    Departemen : FB Service

    Dini merupakan salah satu karyawan Rich Palace Hotel

    Surabaya yang dapat dikatakan loyal karena beliau telah bekerja

    selama tiga tahun, tepatnya sebelum hotel ini resmi dibuka untuk

    publik pada Agustus 2015. Sehingga, tidak heran jika beliau diberi

    kepercayaan untuk menjabat sebagai assistant outlet manager pada

    departemen FB Service. Beliau memiliki hubungan yang baik dan

    peduli dengan rekan-rekannya. Hal ini terlihat pada saat peneliti

    melakukan Focus Group Discussion (FGD), beliau dengan beberapa

    karyawan lain memiliki hubungan yang sangat akrab karena saling

    bercerita panjang lebar dan bahkan bercanda dengan luwes. Beliau

    menjadi informan dari penelitian ini karena telah terlibat dalam dua

    kegiatan employee relations, yaitu Staff Gathering dan Staff Outing.

  • 55 Universitas Kristen Petra

    3. Nama : Yuliyansah

    Usia : 28 tahun

    Lama bekerja : 2 tahun

    Departemen : Front Office

    Yuliansah atau yang akrab disapa dengan nama Anca

    merupakan salah satu karyawan Rich Palace Hotel Surabaya yang

    telah bekerja selama dua tahun. Selama ini, ia bekerja pada

    departemen Front Office. Kepribadiannya yang supel, membuat

    dirinya mudah untuk mendapatkan teman, serta menjalin hubungan

    yang baik dengan semua karyawan yang ada. Anca menjadi

    informan dalam penelitian ini karena telah terlibat dalam ketiga

    program employee relations yang dimiliki oleh HRD Rich Palace

    Hotel Surabaya, yaitu Staff Gathering, Staff Outing, serta telah

    mendapatkan penghargaan Employee of the Month pada bulan Juli

    2016.

    4. Nama : Caroline Sunyoto

    Usia : 23 tahun

    Lama bekerja : 1 tahun 2 bulan

    Departemen : Accounting

    Bila dibandingkan dengan informan lainnya, Caroline

    merupakan salah satu informan yang belum bekerja terlalu lama di

    Rich Palace Hotel Surabaya. Ia baru bekerja selama satu tahun dua

    bulan di departemen Accounting. Meski begitu, perempuan 23 tahun

    ini mengaku bahwa ia memiliki hubungan yang baik dengan

    karyawan lain, baik itu dari departemennya sendiri maupun

    departemen lain. Dalam satu tahun masa kerjanya, ia telah mengikuti

    salah satu program employee relations, yaitu staff gathering.

    Caroline merupakan informan yang tepat sehingga dapat

    memberikan pandangan dan masukan untuk evaluasi dari sudut

    pandang karyawan yang belum terlalu lama bekerja di hotel ini.

  • 56 Universitas Kristen Petra

    5. Nama : Henny Nurlaili

    Usia : 30 tahun

    Lama bekerja : 2 tahun

    Departemen : Housekeeping

    Tidak jauh beda seperti Anca, Henny juga telah bekerja di

    Rich Palace Hotel Surabaya selama dua tahun. Perempuan kelahiran

    Bojonegoro ini berasal dari departemen Housekeeping. Henny

    memiliki kepribadian yang dewasa dan rendah hati. Hal tersebut

    dapat dilihat selama proses FGD sedang berlangsung. Dalam

    beberapa kesempatan, beliau menyatakan kesenangannya dapat

    bekerja di Rich Palace. Beliau menjadi informan dari penelitian ini

    karena telah terlibat dalam dua kegiatan employee relations, yaitu

    Staff Gathering dan Staff Outing.

    6. Nama : Giovani Viona Daisy

    Usia : 23 tahun

    Lama bekerja : 3 tahun

    Departemen : FB Product

    Giovani merupakan salah satu karyawan yang bekerja cukup

    lama di Rich Palace Hotel Surabaya. Pada usia 23 tahun ini, ia telah

    bekerja selama tiga tahun di departemen FB Product, yang berarti ia

    sudah bergabung di Rich Palace sejak hotel ini resmi dibuka untuk

    publik. Bila dibandingkan dengan informan lain, Giovani bisa

    dibilang sebagai orang yang memiliki pembawaan tenang dan

    pemalu. Meski begitu, ia tetap akrab dengan karyawan lain dan

    terkadang suka untuk melontarkan candaan kepada teman-temannya

    itu. Giovani menjadi informan dalam penelitian ini karena telah

    terlibat dalam ketiga program employee relations yang dimiliki oleh

    HRD Rich Palace Hotel Surabaya, yaitu Staff Gathering, Staff

    Outing, dan bahkan telah mendapatkan penghargaan Employee of the

    Month pada September 2017.

  • 57 Universitas Kristen Petra

    7. Nama : Mochamad Zaenuri

    Usia : 38 tahun

    Lama bekerja : 1 tahun 1 bulan

    Departemen : Engineering

    Mochamad Zaenuri atau yang akrab dengan nama Zaenuri

    telah bekerja di Rich Palace Hotel Surabaya selama satu tahun satu

    bulan. Beliau memiliki kepribadian yang santai yang terlihat selama

    peneliti melakukan wawancara. Dalam menjalani pekerjaannya

    selama ini dalam departemen Engineering, beliau mengaku selama

    ini menikmati pekerjaannya. Zaenuri menjadi informan dalam

    penelitian ini karena telah terlibat dalam kedua program employee

    relations yang dimiliki oleh HRD Rich Palace Hotel Surabaya, yaitu

    Staff Gathering dan Staff Outing.

    8. Nama : Sidhi Deny Satwiko

    Usia : 39 tahun

    Lama bekerja : 3 tahun

    Departemen : Security

    Sidhi merupakan salah satu karyawan Rich Palace Hotel

    Surabaya yang dapat dikatakan loyal, karena beliau telah bergabung

    dengan Rich Palace sejak hotel ini belum resmi dibuka untuk publik.

    Hingga saat ini, beliau telah dipercaya untuk memegang tanggung

    jawab yang cukup besar sebagai Security Supervisor. Dalam

    melakukan wawancara dengan Sidhi, peneliti dapat melihat bahwa

    beliau merupakan orang yang humoris karena sempat beberapa kali

    melontarkan candaan yang mengundang tawa. Sidhi menjadi

    informan dalam penelitian ini karena telah terlibat dalam ketiga

    program employee relations yang dimiliki oleh HRD Rich Palace

    Hotel Surabaya, yaitu Staff Gathering, Staff Outing, dan bahkan

    telah mendapatkan Employee of the Month.

  • 58 Universitas Kristen Petra

    4.3. Setting Penelitian Penelitian ini bermula pada saat peneliti meminta izin kepada Clara,

    HRD Rich Palace Hotel Surabaya, untuk melakukan penelitian terkait evaluasi

    program employee relations yang telah dijalankan sepanjang tahun 2017. Tidak

    lama setelah itu, peneliti mendapatkan kabar bahwa peneliti diizinkan untuk

    melakukan penelitian di sana. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti telah

    melakukan pencarian data awal, yaitu dengan melakukan wawancara dengan

    Clara untuk mengetahui program-program employee relations apa saja yang

    dijalankan selama tahun 2017. Namun karena kesibukan yang dimiliki oleh Clara,

    peneliti hanya bisa melakukan wawancara tersebut melalui telepon pada hari

    Minggu, 28 Januari 2018.

    Selain melakukan pencarian data awal, sebelum penelitian dimulai,

    peneliti juga memberikan penjelasan kepada Clara terkait teknik pengumpulan

    data yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu melalui Focus Group Discussion

    (FGD). Dan setelah Clara mendengarnya, ia memberikan beberapa saran untuk

    dipertimbangkan, seperti hari dan jam pelaksanaan. Ia pun juga bersedia untuk

    membantu dalam mengarahkan peneliti untuk memilih peserta FGD, yang dalam

    hal ini adalah karyawan dari Rich Palace Hotel Surabaya.

    4.3.1. Focus Group Discussion (FGD) Setelah beberapa lama, akhirnya peneliti dapat melakukan Focus Group

    Discussion (FGD) dengan karyawan Rich Palace Hotel Surabaya. Mengumpulkan

    banyak orang dalam satu tempat dan waktu bukanlah hal yang mudah. Masing-

    masing peserta memiliki kesibukan yang tidak dapat disamakan. Dalam diskusi

    ini peneliti hanya dapat mengumpulkan enam karyawan, yaitu Stephani

    Swandamai (Sales & Marketing Dept.), Dini Nur Aini (FB Service Dept.),

    Yuliyansah (Front Office Dept.), Caroline Sunyoto (Accounting Dept.), Henny

    Nurlaili (Housekeeping Dept.), dan Giovani Viona Daisy (FB Product Dept.).

    Dua karyawan lain yang saat itu tidak dapat datang karena sedang ada kesibukan

    lain. Penelitian ini dilakukan di Supresso yang terletak di jalan Mayjend Yono

    Soewoyo, pada hari Senin tanggal 7 Mei 2018. Tempat ini dipilih karena peneliti

  • 59 Universitas Kristen Petra

    melakukan penelitian pada saat jam makan siang informan, serta suasana

    Supresso yang lengang sehingga nyaman untuk diadakannya diskusi.

    Sebelum menuju tempat diadakannya diskusi, peneliti memutuskan untuk

    datang ke Rich Palace dan menjemput peserta dari diskusi. Dalam melakukan

    diskusi ini, peneliti dibantu oleh dua teman peneliti untuk penulisan notulen dan

    dokumentasi. Sesampainya di sana sekitar pukul 11.45 WIB, peneliti langsung

    mencari Clara. Namun, saat itu Clara sedang ada interview dengan beberapa calon

    karyawan, dan akhirnya peneliti menunggu sebentar. Setelah interview itu selesai,

    Clara langsung membantu peneliti untuk mengumpulkan keenam peserta ke

    kantor Clara melalui telepon kantor. Ada beberapa karyawan yang saat itu

    meminta waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu, namun ada

    juga yang langsung datang dengan waktu singkat. Ketika semua peserta sudah

    terkumpul, tanpa membuang waktu peneliti pun langsung berangkat ke tempat

    diskusi.

    Kami sampai di Supresso pukul 12.30 WIB. Meja dan kursi di Supresso

    telah di set up sesuai dengan keinginan peneliti, yaitu memanjang dengan tujuan

    semua orang dapat duduk lebih dekat dan semakin mudah untuk mendengarkan

    pendapatnya. Peneliti mempersilahkan semua peserta untuk memesan makanan

    dan minuman terlebih dahulu. Setelah sudah selesai memesan, peneliti meminta

    izin untuk memulai diskusi. Diskusi ini diawali dengan peneliti yang menyapa

    dan berkenalan dengan seluruh peserta, menjelaskan maksud dan tujuan

    mengadakan diskusi ini, serta memberitahukan beberapa peraturan dasar dalam

    diskusi. Peserta pun menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa mereka

    mengerti. Tidak lama setelah itu, diskusi pun segera dimulai.

  • 60 Universitas Kristen Petra

    Gambar 4.2. Suasana Focus Group Discussion yang diadakan di Supresso

    Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2018

    Diskusi ini dibagi menjadi tiga sesi berdasarkan program employee

    relations yang dijalankan, sesi pertama yaitu Staff Gathering, sesi kedua

    Employee of the Month, dan sesi ketiga mengenai Staff Outing. Pertanyaan pada

    awal sesi biasanya dimulai dari pertanyaan yang umum dan kemudian semakin

    detail seiring dengan berjalannya diskusi. Di dalam FGD ini, peneliti berperan

    sebagai moderator yang memberikan pertanyaan kepada para peserta.

    Selama diskusi berlangsung, terdapat beberapa peserta yang aktif

    menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, tak jarang pula mereka

    saling bercanda yang kemudian mengundang tawa seluruh peserta. Hal itu yang

    membuat diskusi ini berlangsung dengan suasana menyenangkan dan santai.

    Tetapi, ada pula peserta yang dapat dikatakan masih malu-malu sehingga peneliti

    mengarahkan mereka untuk menjawab. Selain itu, dalam beberapa kesempatan

    ditemukan perbedaan pendapat yang diungkapkan oleh satu peserta dengan

    peserta lain, namun perbedaan pendapat tersebut sama sekali tidak mempersulit

    jalannya diskusi.

    Setelah peneliti menyelesaikan ketiga sesi, peneliti menutup diskusi

    dengan kesimpulan hasil diskusi dan ucapan terima kasih karena telah bersedia

    menjadi peserta dalam diskusi ini. Diskusi yang berjalan selama dua jam pun

    berjalan dengan lancar.

  • 61 Universitas Kristen Petra

    4.3.2. Wawancara Mendalam (In Depth Interview) Sedangkan untuk dua orang informan yang saat itu tidak dapat

    menghadiri diskusi, peneliti memutuskan untuk melakukan in depth interview

    dengan masing-masing departemen. Dua informan tersebut ialah Mochamad

    Zaenuri dan Sidhi Deny Satwiko. Wawancara pertama peneliti lakukan dengan

    Mochamad Zaenuri yang merupakan perwakilan dari departemen Engineering.

    Peneliti melakukan wawancara dengan Zaenuri pada hari Senin, 15 Mei 2018

    pukul 16.10 WIB di ruangan HRD Rich Palace Hotel Surabaya. Saat itu Clara

    sedang tidak ada di kantor dan ia mengarahkan peneliti untuk menggunakan

    kantornya sebagai tempat wawancara.

    Ketika peneliti melakukan wawancara dengan Zaenuri, terlihat beliau

    adalah orang yang memiliki pembawaan santai dan cukup terbuka. Selama

    wawancara berlangsung, beberapa kali beliau mengeluarkan candaan yang

    mengundang tawa sehingga suasana pun menjadi santai. Wawancara yang

    berlangsung selama 20 menit berjalan dengan lancar meskipun dalam beberapa

    kesempatan ada beberapa karyawan yang masuk ruangan untuk mencari Clara.

    Setelah wawancara dengan Zaenuri selesai, peneliti melanjutkan

    wawancara dengan Sidhi. Sidhi merupakan salah satu karyawan Rich Palace

    Hotel Surabaya yang menjadi perwakilan dari departemen Security. Beliau sudah

    bekerja di Rich Palace sejak tiga tahun yang lalu. Wawancara dengan Sidhi ini

    dimulai pukul 16.30 di ruangan yang sama seperti peneliti melakukan wawancara

    dengan Zaenuri. Saat Sidhi masuk ke ruangan dengan mengenakan seragam

    departemen Security yang berwarna hitam, beliau terlihat sedikit bingung karena

    di ruangan HRD hanya ada peneliti dan satu orang Daily Worker (DW). Peneliti

    pun menyapa dan menjelaskan mengapa saat itu Clara tidak ada. Tidak lama

    kemudian, wawancara pun dimulai.

    Selama wawancara berlangsung, beliau sangat kooperatif ketika menjawab

    pertanyaan yang diberikan. Sesekali beliau permisi untuk mengecek handphone

    karena memang pada hari itu ada issue keamanan yang sedang mengguncang

    Surabaya dan beliau yang merupakan departemen Security banyak dicari oleh

    karyawan lainnya. Meski begitu, beliau tetap menjawab semua pertanyaan peneliti

  • 62 Universitas Kristen Petra

    dengan santai sehingga wawancara yang berlangsung selama 20 menit tetap

    lancar.

    4.4. Temuan Data Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program-program employee

    relations yang diadakan oleh Rich Palace Hotel Surabaya selama tahun 2017.

    Program employee relations ini dijalankan oleh departemen Human Resources

    Development (HRD), yang dipimpin oleh Clara. Berikut merupakan temuan data

    yang dapat peneliti kategorisasi berdasarkan program employee relations yang

    ada, yaitu Staff Gathering, Employee of the Month, dan Staff Outing.

    4.4.1. Staff Gathering Sesi pertama yang peneliti lakukan dalam Focus Group Discussion

    (FGD) maupun wawancara mendalam, ialah terkait program Staff Gathering. Staff

    Gathering merupakan salah satu program employee relations yang dijalankan

    secara rutin, yaitu satu bulan sekali. Dalam memberikan pemaparan terkait

    temuan program Staff Gathering, berdasarkan pertanyaan dan jawaban informan,

    peneliti kembali membagi ke beberapa kategori, yaitu cara sosialisasi program,

    tujuan diadakannya program, bentuk kegiatan, pengaruh, kelebihan, kelemahan,

    dan saran.

    4.4.1.1. Cara Sosialisasi Program Dalam menyelenggarakan program Staff Gathering yang selalu diadakan

    secara rutin, yaitu setiap bulan, setiap staff dari Rich Palace Hotel Surabaya

    disosialisasikan melalui beberapa media.

    “Setiap bulannya sih pasti sudah diagendakan, biasanya sih di akhir bulan untuk penyelenggaraannya, jadi nanti ketika di morning briefing bakal di sounding kalau tanggal segini bakal ada Staff Gathering, nanti kepala departemen akan ngefloorkan informasi ke departemen masing-masing.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)

    “Tau dari email dulu terus kita baru share ke group.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)

  • 63 Universitas Kristen Petra

    “Biasanya dari morning briefing nanti HOD menyampaikan ke anak-anaknya, terus lewat grup WA juga.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)

    Berdasarkan kutipan wawancara dengan beberapa informan di atas, dapat

    diketahui bahwa dalam mensosialisasikan program Staff Gathering, HRD akan

    melakukan sosialisasi melalui beberapa media, yaitu melalui kepala dari masing-

    masing departemen yang sebelumnya telah mendapatkan informasi kegiatan di

    morning briefing, kemudian pihak HRD akan mengirimkan e-mail kepada staff,

    dan menyampaikan kembali ke group WA.

    4.4.1.2. Tujuan diadakannya Program Staff Gathering Setiap program employee relations yang dijalankan oleh Rich Palace

    Hotel Surabaya, tentunya masing-masing memiliki tujuan yang berbeda. Dan

    beberapa informan dari penelitian ini mengungkapkan pandangan mereka terkait

    tujuan diadakannya Staff Gathering.

    “Mempererat tali silahturahmi antar departemen supaya mengenal lebih baik.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)

    “Mempererat tali silahturahmi.” (Henny Nurlaili, Housekeeping Dept., 7 Mei 2018)

    “Setahu saya supaya keakraban antar staf, trainee, DW, dan supaya kalau HRD ada mau menyampaikan informasi-informasi atau program-program itu lebih cepat. Jadi untuk supaya kita lebih akrab dengan departemen lain dan supaya informasi, program HRD yang baru bisa jalan.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)

    “Staff gathering itu kan ada beberapa kegiatan, yang pertama, salah satunya ada yang memilih staf terbaik di bulan itu. Tujuan memilih staf terbaik itu untuk memotivasi karyawan. Kedua, kalau ada informasi yang mau disampaikan ke staf bisa disampaikan.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)

    Empat dari delapan informan peneliti menyatakan tujuan dari kegiatan

    Staff Gathering diadakan. Melalui hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan

  • 64 Universitas Kristen Petra

    bahwa mereka mengetahui inti dari tujuan diadakannya Staff Gathering, yaitu

    untuk membangun hubungan yang baik dengan departemen lain dan sebagai

    wadah untuk HRD menyampaikan segala update informasi maupun program lain

    agar karyawan dari Rich Palace Hotel Surabaya mengetahui apa yang sedang

    terjadi.

    4.4.1.3. Bentuk Kegiatan dalam Staff Gathering

    Dalam setiap program employee relations yang dijalankan, tentunya

    program tersebut memiliki bentuk kegiatan yang berbeda-beda sesuai dengan

    tujuan yang ingin dicapai dari masing-masing program. Sementara untuk Staff

    Gathering, bentuk kegiatan yang diadakan adalah:

    “Biasanya staff gathering itu dua jam, dari jam tiga sampai jam lima. Terus ada mini games, terus ada section seminar yang mungkin penambahan ilmu kek barusan yang kemarin tuh tentang kanker. Terus yang sebelumnya itu tentang kebakaran. Sama ada speech dari Pak GM juga.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)

    “Keseringan sih mini games, sekarang ada tambahan training.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)

    “Iya mini games, terus ada seminar tentang cancer, emergency kayak gempa bumi, kebakaran.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)

    Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, dapat

    diketahui bahwa di dalam program Staff Gathering yang berlangsung selama dua

    jam, biasanya akan ada kegiatan-kegiatan kecil seperti mini games, seminar yang

    terkadang dapat pula disebut training karena mengajarkan suatu hal tertentu, dan

    speech yang dilakukan oleh General Manager. Kegiatan seminar masih tergolong

    belum lama ada di Staff Gathering, salah seorang staf menyatakan bahwa seminar

    tersebut baru diadakan dua kali saja.

    “Iya tiap bulan temanya beda, tapi baru dua kali ini ya ada pembicara dari luar.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)

  • 65 Universitas Kristen Petra

    Sebelum adanya seminar, kegiatan tersebut dulunya adalah materi yang

    dibawakan oleh Training Manager dari Rich Palace yang telah resign. Dan

    hingga saat ini dalam membawakan seminar, terdapat beberapa instansi dari luar

    yang menawarkan untuk menjadi pembicara, seperti dinas kesehatan dan

    kebakaran.

    “Kalau kemarin itu ada dari dinas kebakaran dan kesehatan yang membawakan materi.” (Wawancara dengan Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)

    4.4.1.4. Pengaruh terhadap Pekerjaan Dalam poin ini, empat informan dari karyawan Rich Palace Hotel

    Surabaya menyatakan bahwa ada pengaruh dari program Staff Gathering yang

    mereka rasakan dalam pekerjaan mereka.

    “Kalau misal kerjaan di hari itu banyak ya cukup kesulitan, cuman biasanya kita udah ngatur dulu sih karena tau tanggal itu pasti staff gathering jadi uda ngatur waktu. Enak sih tapi, jadi habis kerja terus ketemu temen-temen, kita bercanda bareng.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)

    “Ada sesi hello and good bye. Sesi itu kayak buat pengumuman ke orang-orang, yang baru join siapa dan yang resign siapa.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)

    “Hmm kalo di staff gathering kan biasanya kita pasti disuruh kenalan tuh sama karyawan yang baru. Nah jadi kita dari sana tau mana anak yang baru, misalnya dia baru join di Rich Palace. Nanti kan kerja lebih enak, bisa tau satu sama lain dari sana.” (Yuliyansah, Front Office Dept., 7 Mei 2018)

    “Iya lebih kenal sama departemen lain.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)

    Keempat informan merasakan pengaruh yang berbeda-beda dalam

    pekerjaannya, seperti Damai yang senang karena dapat bertemu dengan karyawan

    lain, namun ia menambahkan bahwa jika saat itu pekerjaan sedang padat, hal

    tersebut dapat membuatnya kesulitan dalam mengatur waktu. Menurut Dini,

    pengaruh yang ditimbulkan oleh Staff Gathering dalam pekerjaannya ialah dengan

  • 66 Universitas Kristen Petra

    adanya sesi hello and good bye. Melalui sesi tersebut, ia dapat mengetahui siapa

    saja karyawan yang join maupun resign dari pekerjaannya. Sedangkan Anca

    merasakan pengaruh yang tidak jauh dirasakan oleh Dini, melalui Staff Gathering

    ini ia dapat mengetahui siapa karyawan yang baru join sehingga nantinya akan

    mempermudah dalam berkomunikasi dalam pekerjaan. Dan yang terakhir Zaenuri

    menyatakan bahwa dengan mengikuti Staff Gathering, beliau dapat lebih

    mengenal departemen lain.

    4.4.1.5. Umpan Balik Beberapa informan yang merupakan karyawan Rich Palace Hotel

    Surabaya membagikan beberapa hal yang mereka sukai dari program Staff

    Gathering yang selama ini telah mereka ikuti. Menurut Damai, hal yang ia sukai

    dengan mengikuti Staff Gathering ialah ia dapat melepaskan penat meskipun

    hanya sejenak. Ia dapat terlepas dari pekerjaan, bermain dalam kegiatan yang ada

    dalam Staff Gathering, serta bertemu teman-teman yang berasal dari departemen

    lain.

    “Nggak mikirin kerja, main games, ketemu temen, bercanda, kek gitu itu sih. Jadi melepas penat sejenak untuk beberapa jam.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)

    Begitu juga dengan Dini yang saat itu menyetujui hal yang disampaikan

    oleh Damai, menurut beliau Staff Gathering merupakan salah satu kegiatan yang

    membuatnya dapat terlepas dari pekerjaan meskipun hanya sebentar. Bagi beliau,

    dari departemen FB Service yang biasanya dapat berdiri hingga 10 jam, akhirnya

    dapat beristirahat dua jam adalah hal yang melegakan.

    “Aku hampir sama kayak Damai, cuman dari FnB biasanya bisa 10 jam berdiri, akhirnya lega bisa duduk lumayan lah dua jam.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)

    Kemudian, ada pula Anca dan Caroline yang memiliki pendapat yang

    tidak jauh berbeda terkait Staff Gathering. Mereka mengungkapkan bahwa dengan

    adanya Staff Gathering ini, mereka dapat terlepas dari komputer, sistem, serta

    bertemu sekaligus bercanda dengan teman-teman mereka yang lain. Henny pun

  • 67 Universitas Kristen Petra

    juga setuju bahwa karena program ini, dirinya dapat bersantai sementara. Selain

    itu, beliau menambahkan kalau seminar yang diadakan juga membuat dirinya

    senang karena dapat menambah ilmu.

    “Hmm ya sama sih kalo di jam segitu kita lepas dari yang namanya sistem dan lepas dari semuanya. Jadi kita bisa ngobrol apa aja gitu pokoknya tanpa mikirin sistem. Nyantai gitu lah. Bisa ngobrol apa aja sih intinya.” (Yuliyansah, Front Office Dept., 7 Mei 2018)

    “Kalo aku sih seneng soalnya bisa istirahat mata aja sih dari komputer. Soalnya capek liat komputer terus sama apalagi ya? Ketemu temen-temen enak, bisa sharing, bercanda itu udah pasti, kemudian ada hiburan di akhir acara berupa makanan” (Caroline Sunyoto, Accounting Dept., 7 Mei 2018)

    “Jadi kayak gimana yo. Kita itu biasanya capek tapi kalau ada Staff Gathering langsung santai aku. Sama nambah ilmu.” (Henny Nurlaili, Housekeeping Dept., 7 Mei 2018) Sedangkan Zaenuri memiliki pendapat berbeda, dari keseluruhan

    kegiatan Staff Gathering, beliau hanya menyukai kegiatan mini games yang ada.

    Dan yang terakhir ada Sidhi yang menyukai kegiatan seminar serta makan

    bersama dengan departemen lain.

    “Gamesnya aja.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)

    “Saya sih suka seminarnya, sama makan.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)

    Berdasarkan temuan data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian

    besar informan menyatakan bahwa hal yang paling mereka senangi dari Staff

    Gathering ini ialah mereka dapat beristirahat, baik itu istirahat mata dari

    komputer, terlepas dari sistem, maupun hanya sekedar duduk saja. Beberapa

    informan juga menambahkan bahwa bertemu dan mengobrol dengan teman-teman

    dari departemen lain juga merupakan hal yang sangat mereka sukai. Ditambah

    lagi adanya makan bersama di akhir acara yang katanya dapat menghibur mereka

    di kala bekerja.

  • 68 Universitas Kristen Petra

    Setelah semua informan memberikan pendapat mereka terkait hal yang

    paling mereka sukai dari Staff Gathering, beberapa dari mereka juga memberikan

    pandangan mereka mengenai kekurangan dari program yang selama ini mereka

    rasakan, yaitu:

    “GM kurang bisa nimbrung sama karyawannya.” (Henny Nurlaili, Housekeeping Dept., 7 Mei 2018)

    “Mungkin kalau di sini ya Staff Gathering itu kita ngumpulin karyawannya sulit banget. Selama saya di sini melihatnya seperti itu. Padahal ini kan kegiatan yang rutin, tapi saya juga nggak tahu kok sulit gitu rasanya orang-orang buat datang tepat waktu. Datangnya buat nunggu penuh itu 30 menit sampai 1 jam.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)

    “Kalau menurut saya yang kurang itu kesadaran dari pesertanya untuk datang. Dan hal yang membuat Staff Gathering itu menarik, misal katakanlah hadiah untuk games nya itu, kurang sih.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)

    Henny yang merupakan perwakilan dari departemen Housekeeping

    menyatakan bahwa General Manager kurang bisa membaur dengan karyawannya.

    Hal tersebut dikarenakan biasanya General Manager hanya datang disaat beliau

    akan speech dan menyerahkan sertifikat untuk employee of the month saja. Di

    kegiatan lain beliau biasanya meninggalkan ruangan diadakannya Staff Gathering

    tersebut. Sedangkan Zaenuri dan Sidhi memiliki pendapat terkait peserta yang

    suka datang terlambat, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat

    ruangan dari acara yang diadakan penuh. Menurut mereka, kurang adanya hal

    menarik yang bisa membuat peserta lain untuk datang.

    Selain dua hal di atas, poin umpan balik juga mencakup saran yang

    diberikan oleh informan. Saran yang diberikan oleh masing-masing informan pun

    mencakup berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan, mulai dari seminar,

    mini games, durasi, hingga keterlibatan General Manager dalam program ini.

    “Aku sih kalo saran terus diperjuangkan aja, jadi maksudnya biasa kadang kita bulan ini ada pembicaranya, bulan depan ga ada. Aku lebih seneng kalo dipertahankan untuk terus ada pembicara dari luar, jadi kita belajar ilmu baru juga, ngga

  • 69 Universitas Kristen Petra

    sekedar itu itu aja, ngga sekedar games-games yang main-main tanpa makna. Tapi kalau kita ada pembicara dari orang luar, kita info pun dapat, tapi juga main-mainnya juga dapat.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)

    “Sama sih, tapi lebih apa yaa… Istilahnya selain refresh kita untuk pikiran ya, games itu kan juga membantu buat kita dekat dengan satu departemen ke departemen yang lain. Jadi games nya itu kalo bisa yang mempererat antara departemen, team work gitu lho. Biasanya kan cuma buat fun aja tanpa ada tujuan.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)

    “Mungkin jangan terlalu lama aja ya. Soalnya kalau Accounting kan waktunya tutup buku, tumpukan kerjanya terlalu banyak gitu sih.” (Caroline Sunyoto, Accounting Dept., 7 Mei 2018)

    “Kalau aku setuju sama Kak Damai, lebih ditingkatkan lagi jadi kita tambah ilmu dan tambah fun dan GM lebih bisa berbaur sama karyawannya.” (Henny Nurlaili, Housekeeping Dept., 7 Mei 2018)

    “Kalau aku ya, Pak GM nya lebih interaksi sama kita. Biasanya kan dia datangnya cuma waktu terakhir. Paling nggak lebih berbaur juga lah sama kita. Dari sana berharap komunikasi jadi lebih lancar juga.” (Giovani Viona Daisy, FB Product Dept., 7 Mei 2018)

    “Mungkin diadakan hal yang lebih menarik, supaya antusiasmenya juga tinggi.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)

    “Ya itu lebih ditingkatkan lagi untuk seminar nya, karena terus terang kalau training itu juga hampir sama juga kayak staff gathering, orang-orang sulit untuk hadir. Dari situ momen berkumpulnya orang banyak, momen berkumpulnya semua karyawan, acaranya bisa efektif dan supaya yang hadir itu mencukupi perlu adanya hal yang menarik jadi orang-orang lebih tertarik lagi untuk hadir. Ya pokoknya perlu ditingkatkan lagi, supaya banyak karyawan yang hadir yang kemudian tujuan diadakannya seminar dalam staff gathering ini bisa tercapai.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018) Berdasarkan hasil temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal

    dari program Staff Gathering yang diberi masukan oleh beberapa informan, yaitu

  • 70 Universitas Kristen Petra

    seminar, games, durasi, dan keterlibatan General Manager. Untuk poin pertama

    yaitu seminar, Damai dan Sidhi memberi masukan supaya pembicara dari luar

    dapat dipertahankan, sehingga dapat menarik peserta untuk datang. Hal tersebut

    juga disetujui oleh Henny. Sedangkan untuk mini games, Dini berharap supaya

    mini games tidak hanya sekedar dibuat untuk bersenang-senang, tetapi juga ada

    esensi seperti mendekatkan karyawan dari departemen satu dengan karyawan dari

    departemen lain. Poin ketiga yaitu durasi, Caroline yang merupakan perwakilan

    dari departemen Accounting mengaku bahwa ia mengalami kesulitan pada jam

    diadakannya Staff Gathering karena pada jam tersebut departemen Accounting

    sedang tutup buku. Sehingga ia berharap durasi dari Staff Gathering dikurangi.

    Dan poin yang terakhir ialah keterlibatan General Manager, menurut Giovani

    sebaiknya General Manager lebih terlibat dalam program ini karena biasanya

    General Manager hanya datang pada saat beliau hendak mengadakan speech dan

    penyerahan sertifikat saja. Ia berharap komunikasi karyawan dengan General

    Manager menjadi lebih lancar jika beliau bisa lebih berbaur. Hal ini juga disetujui

    oleh Henny.

    4.4.2. Employee of the Month Employee of the Month merupakan salah satu bentuk program yang ingin

    mengapresiasi dan memotivasi karyawannya supaya dapat bekerja lebih baik.

    Program ini biasanya mengambil satu sesi dalam program Staff Gathering yang

    diadakan setiap bulan.

    4.4.2.1. Kriteria dan Reward Employee of the Month Untuk bisa menjadi Employee of the Month, tentunya tidak bisa

    sembarang karyawan mendapatkannya. Mereka harus dapat memenuhi beberapa

    kriteria tertentu untuk bisa memenangkannya. Dari delapan informan yang ada,

    hanya empat informan yang pernah mendapatkan penghargaan Employee of the

    Month, yaitu Damai, Anca, Giovani, dan Sidhi. Berikut merupakan hasil

    wawancara peneliti dengan informan terkait kriteria untuk mendapatkan Employee

    of the Month:

  • 71 Universitas Kristen Petra

    “Kriterianya sih ini kayak aktif atau tidaknya dia terus dari absensi terus lebih ke kinerja sih sebetulnya. Dari HOD masing-masing kan biasanya akan mengajukan nominasi yang akan diajukan, nanti kita voting. Voting nya di morning briefing jadi sesama HOD saja yang menentukan dia layak atau tidak, bukan dari semua karyawan dan langsung diputuskan hari itu juga.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)

    “Kinerja, loyalitas, kerja sama dengan departemen lain, tingkat permasalahannya lebih sedikit. Kalau yang bermasalah kan ngga mungkin. Pokoknya dari absen sampai kedisiplinan.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)

    Berdasarkan kutipan wawancara peneliti dengan informan, dapat

    diketahui bahwa kinerja yang baik merupakan kunci untuk bisa mendapatkan

    Employee of the Month. Sedangkan untuk reward yang diberikan kepada

    pemenang dari Employee of the Month berupa voucher FnB yang bisa untuk dua

    orang, lengkap dengan sertifikat.

    “Dapat voucher makan.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)

    “Selain dapat makan untuk dua orang, dapat sertifikat.” (Dini Nur Aini, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)

    4.4.2.2. Tujuan diadakannya Program Employee of the Month Setiap program employee relations yang dijalankan oleh HRD Rich

    Palace Hotel Surabaya, tentunya masing-masing memiliki tujuan yang berbeda.

    Dua orang informan dari penelitian ini mengungkapkan tujuan diadakannya

    Employee of the Month.

    “Biar termotivasi dan biar kita semangat kerja karena diapresiasi.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)

    “Untuk memotivasi karyawan.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)

  • 72 Universitas Kristen Petra

    4.4.2.3. Pengaruh terhadap Pekerjaan (Termotivasi atau Tidak) Employee of the Month memiliki tujuan untuk mengapresiasi dan

    memotivasi karyawan supaya mereka dapat bekerja lebih baik lagi. Namun, 3 dari

    4 informan yang telah mendapatkan Employee of the Month mengatakan bahwa

    mereka merasa biasa saja, tidak ada pengaruh atau motivasi tertentu dalam

    pekerjaan mereka yang dikarenakan mereka hanya fokus bekerja, berusaha

    memberikan yang terbaik, sehingga sama sekali tidak terpikirkan oleh mereka

    untuk bisa memenangkan program ini.

    “Biasa aja sih. Karena memang saat itu kerja lagi padat-padatnya terus aku ngga sempat dan nda kepikiran buat ngejar employee of the month cuman pikiranku ya istilahnya ‘do my best’ lah, eh tau-tau dapet nominasi terus menang.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)

    “Biasa aja. Ya kalau awalnya kan namanya kita kerja, orang yang menilai. Mungkin menurut orang kerja kita mungkin bagus, dilihat dari absensi bagus, jadi makanya dihargai. Itu kan salah satu bentuk penghargaan perusahaan untuk pegawainya kan.” (Yuliyansah, Front Office Dept., 7 Mei 2018)

    “Aku ya biasa aja. Iya soalnya kerjaan kita tuh banyak lho. Jadi kayak ngga berharap dan ngga kepikiran.” (Giovani Viona Daisy, FB Product Dept., 7 Mei 2018)

    Terlepas dari tiga informan yang tidak terpengaruh tersebut, seorang

    informan yang bernama Sidhi menyatakan bahwa beliau termotivasi dengan

    adanya program ini. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui loyalitas beliau yang

    telah bekerja sejak Rich Palace Hotel belum dibuka secara resmi untuk umum.

    Kalau saya sih terus terang termotivasi. (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)

    4.4.2.4. Umpan Balik Dalam poin ini, peneliti akan memaparkan hasil temuan data terkait

    kelemahan program yang ternyata menjadi alasan informan mengapa mereka

    tidak termotivasi. Seorang informan dari diskusi ikut memberikan pendapatnya

    ketika peneliti menanyakan jika ia mendapatkan Employee of the Month apakah

  • 73 Universitas Kristen Petra

    termotivasi atau tidak meskipun ia belum pernah mendapatkan Employee of the

    Month yang kemudian jawabannya juga disetujui oleh peserta diskusi lainnya.

    Serta, ada pula yang memberikan pernyataan bahwa kriteria untuk pemilihan

    Employee of the Month kurang detail.

    “Biasa juga seh aku, soalnya gift yang diberikan emang ngga sampai segitunya juga sih. Jadi akhirnya kita ya biasa aja.” (Caroline Sunyoto, FB Product Dept., 7 Mei 2018)

    “Hadiahnya. Employee of the month ini cuma ritual tiap bulan aja.” (Giovani Viona Daisy, FB Product Dept., 7 Mei 2018)

    “Kriteria pemilihannya kurang detail.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)

    Terdapat dua saran yang diberikan oleh dua informan untuk program

    Employee of the Month yang dijalankan oleh HRD selama ini. Saran yang pertama

    diungkapkan oleh Damai. Ia menyatakan bahwa hadiah yang ditawarkan kurang

    menarik, sehingga tidak ada yang dapat memacu untuk memenangkan hadiah

    tersebut. Ia juga menyarankan untuk membuat jangka waktu pemilih menjadi

    enam bulan sekali dengan harapan reward yang diberikan juga bisa lebih

    maksimal namun tidak memberatkan manajemen.

    “Karena maksudnya apa ya, kadang itu kita melakukan hal yang kita benar-benar udah berjuang, udah melakukan yang terbaik, terus ketika istilahnya kita dapat kayak gitu penghargaannya cuma sekedar ya makan, meskipun ngga usah menang kita bisa gitu lho. Kek ya udah. Ya bukannya ngga seneng, seneng sih dapat sertifikatnya itu yang penting, soalnya mungkin kita sewaktu-waktu pake, cuman dapat ya udah, ya udah dapet doang. Ngga ada yang oh seneng, kecuali kalau yang itu tadi menginap atau emas. Nah kan Staff Gathering kita sebulan sekali, dapat Employee of the Month ya sebulan sekali, ini bikin lah enam bulan sekali, semangat tetep. Ini bisa buat masukan sih kalau kayak gitu kan kita kerja jadi lebih semangat, ada yang dikejar.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)

    Sedangkan saran kedua diungkapkan oleh Sidhi yang merupakan

    perwakilan dari departemen Security. Beliau menyarankan supaya kriteria untuk

  • 74 Universitas Kristen Petra

    menjadi Employee of the Month bisa dibuat lebih detail. Tidak hanya berdasarkan

    kinerja saja, melainkan dinilai juga dari bagaimana hubungan karyawan tersebut

    dengan departemen lain.

    “Kalau bisa sih kriteria nya buat jadi Employee of the Month lebih detail. Detail dalam artian misal nih kalau ada nominasinya, orangnya dipanggil satu-satu terus diwawancarain perdepartemen. Kalau masalah absen, kinerja itu kan hak masing-masing kepala departemen yang menentukan, tapi kalau misal kerja sama dengan departemen lain atau lebih pengenalan ke departemen yang lain itu kan perlu ditanya. Perlu untuk mengetahui apa karyawan ini memiliki hubungan yang baik dengan departemen lain, jadi sewaktu-waktu kalau ada masalah bisa cari solusi. Kalau si karyawan itu bisa menyampaikan dengan baik, dia punya poin plus. Disamping harus digabungkan dengan yang tadi kinerja dan kedisiplinan.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)

    4.4.3. Staff Outing Staff Outing merupakan satu-satunya program yang dimiliki oleh Rich

    Palace Hotel Surabaya yang dilangsungkan di luar kota. Program ini baru

    berlangsung dua kali, hal tersebut dikarenakan Staff Outing hanya diadakan satu

    tahun sekali dan biasanya diselenggarakan pada bulan Desember. Dari delapan

    informan yang ada, satu informan yaitu Caroline, tidak mengikuti kegiatan ini

    dikarenakan sakit, sehingga ia tidak bisa memberikan pendapatnya. Berikut

    merupakan temuan data peneliti terkait program Staff Outing yang telah peneliti

    kategorisasi menjadi beberapa kategori, yaitu cara sosialisasi program, tujuan

    diadakannya program Staff Outing, bentuk kegiatan, dan umpan balik.

    4.4.3.1. Cara Sosialisasi Program Seperti program employee relations yang lain, Staff Outing yang

    diadakan setahun sekali disosialisasikan melalui beberapa media, yaitu melalui

    kepala departemen yang mengikuti morning briefing yang kemudian

    memberitahukan kepada karyawannya, lalu ditegaskan kembali oleh Clara melalui

    grup WA.

  • 75 Universitas Kristen Petra

    “Sama kayak Staff Gathering. Semua berpusat di morning briefing.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)

    “Biasanya dari jauh-jauh hari sudah diberitahu, sekitar dua minggu. Terus nanti ada pemberitahuan lagi di grup WA oleh HRD. Biasanya kan dibagi jadi dua shift, nanti diberitahukan yang shift 1 tanggal segini orangnya ini, terus shift 2 yang ikut ini.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)

    “Dari morning briefing itu kepala departemen akan menginformasikan ke departemennya, lalu ditegaskan lagi melalui grup WA.” (Mochamad Zaenurit, Engineering Dept., 14 Mei 2018)

    4.4.3.2. Tujuan diadakannya Program

    Setiap program employee relations yang dijalankan oleh Rich Palace

    Hotel Surabaya, tentunya masing-masing memiliki tujuan yang berbeda. Beberapa

    informan dari penelitian ini mengungkapkan tujuan diadakannya Staff Outing.

    “Kerja sama kayak staff gathering sih, cuma lebih ke outdoor biar ga monoton jadi ada suasana lain.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)

    “Untuk refreshing, pembentukan karakter, dan team building.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)

    “Untuk refreshing dan team building setahu saya.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)

    Berdasarkan jawaban ketiga informan di atas, dapat diketahui bahwa

    tujuan diadakannya Staff Outing ialah untuk refreshing dan team building dengan

    sistem di luar ruangan.

    4.4.3.3. Bentuk Kegiatan dalam Staff Outing Dalam setiap program employee relations yang dijalankan, tentunya

    program tersebut memiliki bentuk kegiatan yang berbeda-beda sesuai dengan

    tujuan yang ingin dicapai dari masing-masing program. Sementara untuk Staff

    Outing, bentuk kegiatan yang diadakan adalah:

  • 76 Universitas Kristen Petra

    “Pasti team building, makan, games-games. Itu sih, team building nya dikemas dalam bentuk games.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)

    “Kalau kemarin itu jeep adventure, jadi ya naik jeep, kita dikasih tahu masalah kopi, eh jenis-jenis kopi, terus ada permainan untuk team building.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)

    “Yang terakhir itu naik jeep, terus ada games buat team building.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)

    Untuk program Staff Outing, dua orang informan, yaitu Zaenuri dan

    Sidhi menyampaikan bahwa kegiatan yang diadakan berbeda setiap tahunnya.

    Pada tahun 2017 lalu, tema yang diangkat dalam Staff Outing adalah Jeep

    Adventure. Namun, kegiatan intinya tetap sama, yaitu team building yang dikemas

    dalam bentuk games dan ada makan bersama.

    4.4.3.4. Pengaruh terhadap Pekerjaan Dalam poin ini, tiga informan dari karyawan Rich Palace Hotel Surabaya

    menyatakan bahwa ada pengaruh dari program Staff Outing yang mereka rasakan

    dalam pekerjaan mereka. Informan pertama yang mengungkapkan pendapatnya

    ialah Damai. Menurut Damai, Staff Outing merupakan program yang dapat

    membuat dirinya lebih akrab dengan karyawan lain yang sebelumnya ia hanya

    sekedar tahu saja. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa program ini

    membuatnya refresh dalam satu hari.

    “Pas staff outing biasanya sama Clara itu bener-bener dicampur. Yang biasanya aku cuma tau dan kenal-kenal doang, tapi gara-gara staff outing jadi lebih akrab sampai pulang itu masih dibahas sampe ketawa-ketawa gitu. Sama jadi refresh. Refresh sih refresh tapi hanya sekedar paling kita berangkat pagi pulang malam.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)

    Sedangkan kedua informan lainnya, yaitu Zaenuri dan Sidhi, memiliki

    pendapat yang tidak jauh berbeda dengan Damai. Bagi mereka, Staff Outing dapat

    membuat refresh pula, namun hanya sedikit dan sejenak dikarenakan setelah itu

    mereka harus kembali lagi bekerja keesokan harinya.

  • 77 Universitas Kristen Petra

    “Ya ada sedikit, refreshing” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)

    “Ya setelah outing seneng, agak fresh sedikit, tapi beberapa hari setelah itu ya balik lagi.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)

    4.4.3.5. Umpan Balik Dalam melakukan FGD dan wawancara mendalam, peneliti mendapatkan

    umpan balik dari beberapa karyawan terkait program Staff Outing di tahun 2017.

    Umpan balik yang disampaikan mencakup tiga poin, yaitu hal yang mereka sukai

    dari, hal yang kurang, dan saran mereka untuk program ini. Berikut merupakan

    hal-hal yang disukai oleh enam informan dalam program Staff Outing:

    “Seneng akhirnya keluar ruangan. Soalnya kan aku kerja terus ngelihat komputer, terus akhirnya bisa refresh rame-rame. Meskipun kita outingnya ngga terlalu jauh-jauh tapi kalau rame-rame kan seneng.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)

    “Saya senang kebersamaan.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)

    “Kumpul rame-rame, teriak-teriak, nyanyi-nyanyi. Karena semua hal kalau kita teriakkan itu lepas.” (Yuliyansah, Front Office Dept., 7 Mei 2018)

    “Seneng semua, terutama kebersamaannya.” (Henny Nurlaili, Housekeeping Dept., 7 Mei 2018)

    “Team building nya saya suka, sama naik jeep nya itu juga. Bisa refreshing lihat-lihat pemandangan. Tapi kalau dari outing yang khas ya team building nya.” (Mochamad Zaenuri, Security Dept., 14 Mei 2018)

    “Kalau saya ya kebersamaan dan permainannya yang team building itu. Oh sama makan!” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)

    Jika disimpulkan dari jawaban di atas, keenam informan memiliki

    kesamaan dalam hal yang mereka sukai, yaitu kebersamaan dengan karyawan

    lain. Sedangkan Giovani memiliki pendapat yang berbeda. Menurut Giovani,

  • 78 Universitas Kristen Petra

    dengan adanya Staff Outing, ia bisa mendapatkan ekstra libur satu hari meskipun

    sepulang dari kegiatan tersebut ia mengaku badannya sakit semua.

    “Kalau aku sih seneng karena dapat ekstra libur satu hari. Kan nggak megang kerjaan jadi ya buat aku libur satu hari meskipun badanku sakit semua” (Giovani Viona Daisy, FB Product Dept., 7 Mei 2018)

    Setelah hal yang disukai oleh informan telah dibahas, temuan data

    dilanjutkan dengan hal yang dirasa oleh mereka kurang. Menurut Damai dan

    Henny, durasi diadakannya Staff Outing kurang lama. Kemudian, Damai juga

    menambahkan bahwa acara Staff Outing di tahun 2016 lebih seru dan

    menyenangkan dibanding dengan tahun 2017 kemarin.

    “Iya itu durasi kurang lama. Kalau yang kayak kemarin ini dibandingkan dengan tahun yang sebelumnya masih lebih seru yang tahun sebelumnya.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)

    “Durasinya kurang lama.” (Henny Nurlaili, Housekeeping Dept., 7 Mei 2018)

    Sedangkan Dini menjelaskan hal yang berbeda, menurut beliau tidak

    semua karyawan Rich Palace dapat mengikuti keseluruhan rangkaian kegiatan ini.

    Di tengah acara berlangsung, ada beberapa karyawan, khususnya karyawan

    operasional, yang harus kembali ke hotel untuk melanjutkan pekerjaannya.

    “Yang disayangkan itu waktu staff outing misal kadang jatahnya dia ikut, tapi dia ngga bisa ikut full day gitu lho. Nanti ketika di tengah jalannya acara, dia harus balik.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)

    Kemudian menurut Zaenuri, kegiatan ini sudah cukup baik. Hal tersebut

    dikarenakan beliau baru mengikuti kegiatan ini satu kali, sehingga beliau belum

    memiliki patokan apa yang kurang. Sementara Sidhi menyatakan bahwa Staff

    Outing kurang sering diadakan.

    “Wah saya baru pertama kali sih jadi buat saya cukup aja. Belum ada patokan.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)

  • 79 Universitas Kristen Petra

    “Kurang sering.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)

    Dan poin terakhir yang akan peneliti paparkan adalah saran yang

    diberikan oleh beberapa karyawan terkait pelaksanaan Staff Outing di tahun 2017.

    Sebagian besar informan memberikan saran terkait durasi dan frekuensi. Jika bisa,

    mereka berharap kalau Staff Outing ini dapat diadakan lebih lama, dari yang

    seharian menjadi menginap dua hingga tiga hari, serta diadakan menjadi setahun

    dua kali.

    “Setahun dua kali boleh lah. Dan lek isa nginep sih.”

    “Kalau bisa lebih dari 1 hari.” (Henny Nurlaili, Housekeeping Dept., 7 Mei 2018)

    “Setahun 2 kali boleh.” (Giovani Viona Daisy, FB Product Dept., 7 Mei 2018)

    “Kalau bisa satu tahun dua kali lah. Hmm apalagi ya, karena kita masih berjalan dua kali dan dua kali kan arah tempatnya sama, Pandaan sama Prigen. Kalau bisa lain kali lebih variatif, suasana sama jalannya di bedain, ganti-ganti gitu lho, Mba. Misal habis suasana gunung, suasana pantai. Terus arahnya dibedain, kan kemarin uda lewat sini, sekarang masa lewat sini lagi” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)

    Sedangkan Anca memberikan masukan supaya semua karyawan yang

    terlibat dapat mengikuti kegiatan itu secara penuh dari awal hingga akhir. Ia

    memberikan perumpamaan seperti apa yang terjadi di tempat ia bekerja

    sebelumnya. Jika ada satu karyawan yang mengikuti kegiatan tertentu untuk

    waktu yang cukup lama, maka akan ada karyawan lain yang siap membantu

    dengan lembur dihari tersebut dan begitu pula sebaliknya.

    “Biar semua bisa ikut full day. Kalau sistemku dulu tuh enak gini, misal ada yang mau jalan, yang satunya nanti back up dengan lembur. Gitu kan nggapapa kan saling bantu? Nanti pas dia yang jalan, kita yang lembur gitu lho.” (Yuliyansah, Front Office Dept., 7 Mei 2018)

  • 80 Universitas Kristen Petra

    4.5. Analisis dan Interpretasi Data Evaluasi merupakan keharusan manakala suatu program atau kegiatan

    sudah diselesaikan. Gregory (dalam Darjono, 2016, p. 26) mendefinisikan

    evaluasi sebagai suatu proses untuk memantau dan menguji, serta merupakan

    analisis terhadap hasil akhir dari suatu kampanye atau program. Melalui program

    atau kegiatan itulah bisa diketahui bagaimana efektivitas suatu program atau

    kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi. Bisa pula dilakukan penilaian aspek-

    aspek program atau kegiatan yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan

    (Iriantara dalam Ermawaty, 2011, p. 30).

    Rich Palace Hotel Surabaya memiliki bagian khusus yang menjalankan

    fungsi Public Relations dalam menjalin hubungan baik dengan publik internalnya,

    yang dalam hal ini merupakan karyawan. Untuk menjalin hubungan baik tersebut,

    pihak manajemen mengimplementasikan tiga program employee relations.

    Peneliti melakukan evaluasi mengenai program employee relations Rich Palace

    Hotel Surabaya selama tahun 2017 dengan menggunakan sudut pandang dari

    peserta dan melakukan triangulasi dengan pelaksana program. Hingga saat ini,

    terdapat tiga program employee relations yang dijalankan secara aktif oleh Rich

    Palace Hotel Surabaya, yaitu Staff Gathering, Employee of the Month, dan Staff

    Outing.

    Sebelumnya, latar belakang munculnya program employee relations ini

    juga dikaitkan dengan corporate value yang dimiliki oleh manajemen, yaitu

    kinerja, kemitraan, passion, konsep F&B yang menarik, dan culture of service.

    Dengan value yang ada, Rich Palace Hotel Surabaya ingin semakin meningkatkan

    keterikatan antara perusahaan dengan karyawan, dimana hal tersebut digambarkan

    melalui value kelima “culture of service”. Dalam value ini dijelaskan bahwa

    semangat manajemen berasal dari karyawan yang dipilih secara hati-hati, terlatih,

    dan dijiwai dengan semangat keramahtamahan yang hangat dan perhatian, yang

    kemudian value kelima ini berpengaruh kepada empat value lainnya. Berdasarkan

    kelima value itulah, Rich Palace Hotel Surabaya menjalankan program employee

    relations. Menurut Susanto, dkk (2008, p. 15), setiap organisasi memiliki nilai-

    nilai bersama, dimana organisasi memperoleh kekuatan dari nilai-nilai tersebut.

  • 81 Universitas Kristen Petra

    Nilai-nilai organisasi memberikan pemahaman mengenai arah bersama bagi

    seluruh karyawan serta panduan bagi perilaku keseharian mereka.

    Meskipun kelima value tersebut menjadi dasar dalam merancang

    program employee relations, peneliti melihat bahwa value belum tersosialisasikan

    dengan baik di lingkungan karyawan. Mereka tidak mengetahui nilai-nilai apa

    saja yang diangkat oleh perusahaan dari value yang dimiliki oleh pihak

    manajemen. Padahal menurut Herwin (2011), corporate value berperan penting

    sebagai nilai-nilai budaya yang akan mempersatukan atau menselaraskan semua

    nilai-nilai yang berbeda di dalam perusahaan. Nilai-nilai dan tujuan perusahaan

    yang dapat diterima dan diketahui dengan baik oleh karyawan nya, akan dapat

    memberikan pemahaman dan kesadaran bagi karyawan untuk ikut pula

    membudayakan nilai-nilai yang telah diterapkan tersebut, melalui perilaku kerja

    yang ditunjukkan (Astuti dan Sulistyaningtyas, 2013, p. 4). Namun jika nilai-nilai

    tidak dapat diterima dengan baik oleh karyawan, maka tujuan perusahaan tidak

    dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

    Terkait hal ini, sudah seharusnya Clara selaku praktisi Public Relations

    untuk melakukan sosialisasi terkait corporate value yang dimiliki oleh

    perusahaan. Sosialisasi dibutuhkan oleh setiap organisasi untuk mengenalkan

    karyawannya dengan budaya perusahaan. Sosialisasi di dalam organisasi

    merupakan sebuah proses mengadaptasikan karyawan dengan budaya perusahaan

    (Robbins, 2003, p. 269). Para karyawan perlu memahami nilai-nilai yang dianut

    oleh perusahaan, yang nantinya dapat terbentuk iklim perusahaan yang kondusif.

    Dampak dari corporate value yang membudaya di lingkungan organisasi akan

    memotivasi karyawan yang biasanya mereka akan berusaha secara maksimal

    untuk melaksanakan pekerjaan mereka dengan dedikasi dan semangat yang tinggi.

    Dengan karyawan memahami nilai-nilai perusahaan, hal tersebut

    menunjukkan bahwa praktisi Pubic Relations berhasil mengkomunikasikan

    corporate value yang dimiliki oleh perusahaan dengan baik kepada publik

    internalnya yang dalam hal ini ialah karyawan. Oleh karena itu, perlu bagi praktisi

    Public Relations untuk mensosialisasikan corporate value kepada seluruh

    karyawan dengan harapan dapat memberikan pemahaman dan kesadaran bagi

  • 82 Universitas Kristen Petra

    karyawan untuk ikut pula membudayakan nilai-nilai yang telah diterapkan

    tersebut, melalui perilaku kerja yang ditunjukkan.

    4.5.1. Staff Gathering Staff Gathering merupakan salah satu program employee relations yang

    rutin diselenggarakan, yaitu setiap bulan. Dari pelaksanaan program Staff

    Gathering selama ini, tentunya ada hal yang ingin dicapai oleh perusahaan. Staff

    Gathering diadakan dengan tujuan untuk menggalang kebersamaan dan keakraban

    antara departemen satu dengan departemen lain, menciptakan hubungan yang baik

    dan erat antara pihak manajemen dengan karyawan di dalam perusahaan, serta

    memberikan update informasi. Dengan adanya hubungan yang baik

    antarkaryawan, perusahaan berharap dapat memberikan dampak positif pada

    pekerjaan mereka yang kemudian dapat pula meningkatkan komunikasi supaya

    tidak terjadi miscommunication seperti ketidaktahuan karyawan mengenai siapa

    karyawan yang baru bergabung maupun keluar yang nantinya dapat menghambat

    proses komunikasi. Kemudian adanya miscommunication terhadap kebijakan

    yang disampaikan dan hal lainnya.

    Konsep mengenai program employee relations diungkapkan oleh Ruslan,

    menurut Ruslan Staff Gathering masuk ke dalam kategori Program Acara Khusus.

    Program Acara Khusus merupakan program khusus yang sengaja dirancang di

    luar bidang pekerjaan sehari-hari, misalnya dengan berpiknik bersama yang

    dihadiri oleh pimpinan dan semua karyawannya dengan maksud untuk

    menumbuhkan rasa keakraban diantara sesama karyawan dan pimpinan (Ruslan,

    2005, p. 273).

    Bila dibandingkan dengan teori tujuan diadakannya Program Acara

    Khusus, terdapat kesesuaian tujuan yang dilaksanakan oleh Rich Palace Hotel

    Surabaya dalam mengadakan Staff Gathering, yaitu untuk menumbuhkan rasa

    keakraban diantara karyawan. Namun, Rich Palace juga menambahkan tujuan-

    tujuan lain seperti untuk memberikan update informasi, baik itu mengenai

    kebijakan perusahaan maupun pergantian karyawan. Selain itu, melalui program

    ini Rich Palace juga ingin mengajak karyawan untuk refreshing sejenak melalui

  • 83 Universitas Kristen Petra

    mini games yang diadakan, serta diharapkan akan timbul dampak positif pada

    pekerjaan mereka yang dapat berujung pada komunikasi yang efektif.

    Sesuai temuan data yang didapatkan oleh peneliti, proses riset tidak

    tampak dilakukan oleh praktisi Public Relations. Peserta menyatakan bahwa

    mereka sama sekali tidak tahu dan terlibat dalam segala hal yang berkaitan dengan

    riset. Padahal, menurut Suhandang penelitian (research) penting dilaksanakan

    untuk memperoleh fakta dan data yang ada pada publik (Suhandang, 2004, p.

    143). Setelah dilakukan triangulasi ternyata memang benar riset tidak dilakukan

    karena menurut Clara, jika banyak karyawan yang memberikan pendapatnya,

    maka akan semakin sulit pula karena dapat membuat semakin banyak

    pertimbangan yang nantinya akan memperumit dalam mengambil keputusan.

    Karena tidak adanya riset yang dilakukan, maka tahapan pertama yang

    dilakukan oleh praktisi Public Relations Rich Palace Hotel Surabaya langsung

    pada tahap perencanaan. Meskipun tidak dilakukan riset, pihak manajemen telah

    menetapkan tujuan diadakannya program Staff Gathering dan berdasarkan tujuan

    tersebut, ia merencanakan berbagai bentuk kegiatan yang diharapkan dapat

    berguna dalam tercapainya tujuan.

    Sebelum mengimplementasikan program, langkah-langkah yang harus

    dilakukan oleh pelaksana program dalam tahap perencanaan dimulai dari

    menentukan tanggal diadakannya Staff Gathering. Biasanya program ini diadakan

    setiap akhir bulan, karena bagi kebanyakan departemen akhir bulan merupakan

    waktu dimana pekerjaan mereka sudah tidak terlalu banyak. Kemudian,

    merencanakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan, seperti menentukan mini

    games dan materi seminar. Setelah semua sudah ditetapkan, pelaksana program

    menginformasikannya kepada General Manager dan seluruh kepala departemen

    di morning briefing. Bila terdapat kendala pada tanggal tersebut, maka mereka

    akan mencari tanggal alternatif. Pada tahap perencanaan, peserta kembali tidak

    dilibatkan karena bagi pihak manajemen karyawan merupakan target dari program

    ini, sehingga mereka hanya perlu untuk mengikuti jalannya program yang telah

    dipersiapkan.

    Sesungguhnya, perencanaan merupakan suatu tahapan yang ada setelah

    seorang Public Relations menemukan fakta dan data ataupun persoalan-persoalan

  • 84 Universitas Kristen Petra

    yang dijumpai pada hasil riset (Suhandang, 2004, p. 152). Namun, pada

    kenyataannya praktisi Public Relations tidak melakukan riset dan langsung loncat

    pada tahap perencanaan ini. Suatu perencanaan yang baik hendaknya mencakup

    persoalan yang terdiri dari What (apa), Why (mengapa), Where (di mana), When

    (kapan), Who (siapa), dan How (bagaimana), atau disingkat menjadi 5W dan 1H

    (p. 153). Meski begitu, secara garis besar, perencanaan yang dilakukan oleh

    manajemen telah mencakup unsur 5W dan 1H yang ada dalam tahapan ini.

    Dengan memenuhi unsur tersebut, perencanaan yang dilakukan untuk

    mengimplementasi suatu program pun lebih matang.

    Setelah rencananya cukup matang dan disetujui oleh pihak terkait, maka

    tiba waktunya untuk mengadakan pelaksanaan kerja dalam hal ini mewujudkan

    program itu. Tentunya tahapan ini tidak terlepas dari cara mengkomunikasikan

    program kepada peserta. Seorang Public Relations dalam tahapan ini umumnya

    melakukan pendekatan terhadap publiknya untuk mengikuti program yang

    sebelumnya telah direncanakan (Suhandang, 2004, p. 157). Sesuai temuan data,

    pelaksana program mensosialisasikan program melalui tiga cara, yang pertama

    melalui kepala departemen yang nantinya mereka akan memberikan informasi

    kepada departemen masing-masing. Kemudian melalui e-mail dan mengingatkan

    kembali melalui grup WhatsApp. Selain itu, ia juga melakukan koordinasi dengan

    kepala departemen terkait untuk melakukan tugasnya dalam pelaksanaan program

    ini. Pelaksanaan kerja merupakan kegiatan operasional dalam melakukan apa

    yang telah direncanakan (p. 156).

    Tahapan terakhir yang dilakukan setelah melaksanakan program ialah

    evaluasi. Praktisi Public Relations Rich Palace Hotel Surabaya telah melakukan

    evaluasi yang dihadiri oleh seluruh kepala departemen dalam morning briefing

    dan evaluasi tersebut tidak dilakukan secara khusus dan rutin. Bagi Clara, evaluasi

    merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan, hanya saja pihak perusahaan

    masih belum mengadakan sistem yang dirancang secara khusus untuk melakukan

    evaluasi, sehingga evaluasi yang dilakukan hanya sebatas dari pandangan tim

    pelaksana saja. Padahal menurut Christopher LeClair (dalam Iriantara, 2004, p.

    157-158), dalam evaluasi perlu untuk menggunakan evaluator pihak ketiga. Pihak

    ketiga yang dimaksud adalah pihak-pihak yang tidak terlibat secara langsung

  • 85 Universitas Kristen Petra

    dalam merancang atau mengimplementasikan program yang akan dievaluasi yang

    dalam hal ini merupakan peserta dari Staff Gathering itu sendiri. Dengan adanya

    umpan balik dari pihak ketiga, maka pelaksana program dapat mendapatkan

    masukan yang berasal dari target program tersebut yang nantinya dapat digunakan

    sebagai perbaikan.

    Peneliti melihat belum adanya evaluasi khusus dan rutin yang dilakukan

    oleh perusahaan merupakan permasalahan dalam program ini. Dimana apabila

    tidak dilakukan evaluasi secara rutin, program employee relations tidak dapat

    dinilai efektivitas maupun efisiensinya. Seperti halnya yang dijelaskan Gregory

    (2004, p. 139), dengan adanya evaluasi atau pengukuran tertentu, akan membuat

    Public Relations dapat memfokuskan usaha pada hal-hal penting dan melakukan

    hal-hal sekunder dalam pengawasan. Melalui program atau kegiatan itulah bisa

    diketahui bagaimana efektivitas suatu program atau kegiatan dalam mencapai

    tujuan organisasi. Bisa pula dilakukan penilaian aspek-aspek program atau

    kegiatan yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan (Iriantara dalam

    Ermawaty, 2011, p. 30). Dalam tahapan ini, peneliti melakukan evaluasi dengan

    menggunakan sudut pandang dari peserta program Staff Gathering dengan melihat

    apakah tujuan program sudah tercapai atau belum, serta mendapatkan umpan

    balik dari peserta.

    Bila dilihat dari tujuan dari Staff Gathering, semua peserta telah

    mengetahui dan paham mengenai alasan mengapa diadakannya program, terbukti

    melalui keserasian jawaban yang diungkapkan oleh informan dengan Clara, yaitu

    untuk mengakrabkan hubungan antar departemen dan memberikan update

    informasi. Peneliti menilai bahwa tujuan dari program Staff Gathering yang

    dimiliki oleh Rich Palace Hotel Surabaya telah tersampaikan kepada target dari

    program itu sendiri. Dengan tercapainya tujuan program, maka hal itu sesuai

    dengan salah satu konsep kategori dasar yang digunakan sebagai patokan dalam

    melihat sukses atau keefektifan program atau kampanye kehumasan, yaitu goal

    achievement. Dalam evaluasi ini yang diukur adalah sejauh mana tujuan-tujuan

    yang telah ditetapkan dalam program atau kampanye kehumasan dapat tercapai

    (Kendall dalam Manik, p. 42, 2011).

  • 86 Universitas Kristen Petra

    Karyawan Rich Palace Hotel Surabaya menyatakan bahwa hal yang

    paling mereka senangi dari Staff Gathering ini ialah mereka dapat beristirahat,

    baik itu istirahat mata dari komputer, terlepas dari sistem, maupun hanya sekedar

    duduk saja. Beberapa informan juga menambahkan bahwa bertemu dan

    mengobrol dengan teman-teman dari departemen lain juga merupakan hal yang

    sangat mereka sukai. Ditambah lagi adanya makan bersama di akhir acara yang

    menurut dua informan dapat menghibur mereka di kala bekerja.

    Setelah semua informan memberikan pendapat mereka terkait hal yang

    paling mereka sukai dari Staff Gathering, beberapa dari mereka juga memberikan

    pendapat mereka mengenai kekurangan sekaligus saran dari program mereka

    rasakan yang telah peneliti temukan dan membaginya menjadi empat poin, yaitu

    keterlibatan General Manager, keterlambatan peserta, perbedaan persepsi

    mengenai durasi, dan asumsi yang dilakukan oleh pelaksana program.

    4.5.1.1. Minimnya Keterlibatan General Manager Dalam pelaksanaan Staff Gathering selama ini, terdapat dua peserta yang

    mengungkapkan bahwa General Manager kurang bisa membaur dengan

    karyawannya. Alasan mereka mengatakan hal tersebut karena selama ini General

    Manager hanya datang saat hendak melakukan speech di depan karyawannya dan

    pada saat sesi memberikan penghargaan kepada Employee of the Month,

    sedangkan dalam kegiatan lainnya General Manager sama sekali tidak terlibat.

    Melalui triangulasi yang dilakukan oleh peneliti, seharusnya porsi

    keterlibatan General Manager dalam Staff Gathering telah sesuai dengan rencana

    yang diadakan oleh pihak manajemen, hanya saja terdapat beberapa peserta yang

    menginginkan adanya interaksi lebih dengan General Manager. Namun, ternyata

    ditemukan pula hambatan lain seperti, yaitu perbedaan bahasa dan ketegangan

    karyawan. Perbedaan bahasa menjadi penyebab utama kurangnya General

    Manager untuk bisa berkomunikasi langsung dengan peserta. Hal tersebut

    dikarenakan General Manager tidak dapat berbicara bahasa Indonesia dan di sisi

    lain cukup banyak pula karyawan yang tidak dapat menggunakan bahasa Inggris,

    sehingga ditakutkan adanya salah paham yang terjadi. Seperti yang diungkapkan

    oleh Wursanto, perbedaan bahasa merupakan bagian dari hambatan semantik

  • 87 Universitas Kristen Petra

    (2005, p. 171) yang disebabkan kesalahan dalam menafsirkan, kesalahan dalam

    memberikan pengertian terhadap bahasa (kata-kata, kalimat, kode-kode) yang

    dipergunakan dalam proses komunikasi. Adanya perbedaan bahasa, jika tidak

    benar-benar diperhatikan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding)

    atau salah tafsir (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah

    komunikasi (miscommunication).

    Selain itu, yang menjadi alasan lain ialah supaya suasana yang ada di

    Staff Gathering tidak tegang karena dalam beberapa kesempatan, Clara

    menemukan beberapa peserta terlihat kurang nyaman dengan kehadiran General

    Manager di tengah-tengah mereka. Adanya ketegangan yang dirasakan oleh

    karyawan dapat dikaitkan dengan perbedaan bahasa tadi dan pola hirarki yang

    dimiliki, sehingga membuat semakin jarangnya interaksi yang terjalin. Untuk

    menyampaikan pesan ataupun informasi, biasanya General Manager akan

    memberi tahu masing-masing kepala departemen terlebih dahulu, yang nantinya

    mereka akan menyampaikan ke bagian yang berada di bawah mereka dan begitu

    pula sebaliknya. Adanya pola hirarki yang dimiliki oleh Rich Palace membuat

    semakin sulit pula untuk memungkinkan adanya interaksi langsung antara

    General Manager dengan karyawan. Dalam konsepnya, manajemen Rich Palace

    Hotel Surabaya menganut gaya komunikasi formal. Komunikasi formal terjadi

    bila pesan atau informasi dikirimkan, ditransfer, dan diterima melalui pola hirarki

    kewenangan organisasi yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi (Masmuh

    dalam Pitasari, 2015, p. 211).

    Dalam kenyataannya, program Staff Gathering telah mencapai tujuannya

    dan telah mengimplementasikan program sesuai dengan rencana yang dibuat.

    Namun, peneliti mendapatkan keluhan dari dua orang peserta yang menurut

    mereka General Manager harusnya dapat berinteraksi dan lebih berbaur dengan

    karyawannya, bukan sekedar datang dalam sesi yang dibutuhkan lalu pergi ketika

    sesi tersebut sudah selesai. Oleh karena itu, evaluasi dibutuhkan untuk

    mendapatkan feedback dengan peserta.

    Dengan adanya persoalan-persoalan di atas yang menjadi penyebab

    minimnya keterlibatan General Manager dalam Staff Gathering, peneliti merasa

    bahwa justru seharusnya program ini dapat menjadi jawaban dari permasalahan

  • 88 Universitas Kristen Petra

    tersebut. Staff Gathering dapat menjadi wadah dimana karyawan dan pimpinan

    dapat berkumpul untuk menghilangkan semua kendala itu, wadah untuk

    membangun hubungan yang lebih baik sehingga tercipta komunikasi yang efektif

    dan menghilangkan ketegangan yang terjadi dan tentunya tanpa menghilangkan

    rasa hormat terhadap pimpinan. Peneliti melihat adanya keinginan karyawan

    untuk berinteraksi langsung dengan pimpinannya yang dalam hal ini ialah

    General Manager meskipun memang ada kendala dalam bahasa. Clara sebagai

    praktisi Public Relations mengakui kondisi yang terjadi memang benar demikian,

    sehingga untuk meminimalisir kendala dan agar tujuan dapat tercapai, ia

    seharusnya menyarankan General Manager untuk belajar menggunakan bahasa

    Indonesia dan karyawan harus dapat membiasakan diri dengan menggunakan

    bahasa Inggris. Terkait hal ini, Suhandang menyebutkan bahwa kegiatan Public

    Relations ke dalam perusahaan diperlukan untuk memupuk adanya suasana yang

    menyenangkan di antara para karyawannya, komunikasi antara bawahan dan

    pimpinan atau atasan terjalin dengan akrab dan tidak kaku, serta meyakini rasa

    tanggung jawab akan kewajibannya terhadap perusahaan (Suhandang, 2004, p.

    73-74). Dengan adanya keselarasan yang tinggi antara atasan dan karyawan,

    nantinya dapat memberikan pengaruh pada kepuasan karyawan yang tinggi

    terhadap perusahaan (Robbins, 2003, p. 342).

    4.5.1.2. Keterlambatan Peserta Menurut dua orang informan, keterlambatan peserta lain merupakan hal

    yang perlu diperhatikan. Perlu adanya kesadaran dari diri masing-masing

    karyawan untuk datang tepat waktu. Staff Gathering merupakan program yang

    rutin diselenggarakan, yang seharusnya karyawan lain bisa aware akan program

    ini dengan tidak terlambat hadir. Namun, dibutuhkan waktu 30 menit hingga satu

    jam untuk menunggu ruangan penuh dengan peserta. Keterlambatan peserta dalam

    program ini pun berada pada angka yang cukup tinggi, yaitu 50%. Dengan adanya

    banyak karyawan yang datang terlambat dalam program, berarti karyawan

    tersebut tidak mengikuti alur program secara keseluruhan. Masalah keterlambatan

    sangat berkaitan dengan masalah kedisiplinan (Prasetyo, 2005, p. 1-2).

    Keterlambatan berarti masalahnya tidak mengikuti alur program secara

  • 89 Universitas Kristen Petra

    keseluruhan yang kemudian tidak menutup kemungkinan dapat menghambat

    perusahaan untuk mencapai tujuan yang dimiliki (p. 2).

    Keterlambatan peserta ternyata telah menjadi evaluasi bagi pihak

    manajamen sebelumnya. Bahkan mereka juga mengambil langkah dengan

    memberikan hukuman berupa membersihkan peralatan makan yang dipakai dalam

    kegiatan Staff Gathering. Namun, mereka menyadari bahwa kebanyakan dari

    mereka yang telat biasanya dari operasional dan disebabkan oleh pekerjaan,

    sehingga mereka memberhentikan hukuman itu, dan mereka memaklumi peserta

    yang datang terlambat, atau bahkan datang saat jam makan saja.

    Peneliti melihat bahwa sesungguhnya keterlambatan merupakan hal yang

    wajar jika benar-benar ada sesuatu yang mendadak dikerjakan. Namun dalam hal

    ini, tingkat keterlambatan berada pada titik yang tinggi karena mencapai angka

    50%, sehingga peneliti mengasumsikan ti