Design Lean-Rich Amine Exchanger.docx
-
Upload
cahaya-selamat-harris -
Category
Documents
-
view
80 -
download
17
Transcript of Design Lean-Rich Amine Exchanger.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penulisan Tugas Akhir
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta era
perdagangan bebas menyebabkan dunia kerja menuntut para tenaga kerja yang
ahli dan berkompotensi menghadapi dunia kerja yang nyata. Oleh karena itu
setiap institusi khususnya STT Migas Balikpapan mengharuskan mahasiswa dan
mahasiswinya agar dapat menyelesaikan Tugas Akhir sebagai syarat untuk
mendapatkan gelar “Ahli Madya”.
Dengan adanya program mata kuliah Tugas Akhir ini diharapkan
mahasiswa STT Migas Balikpapan dapat mengembangkan karyanya yang hanya
berupa teori di perkuliahan untuk dunia minyak dan gas bumi pada khususnya.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka judul dalam penyusunan tugas akhir ini
adalah “ Design Lean-Rich Amine Exchanger pada CO2 Removal Plant”.
1.2. Batasan Masalah Tugas Akhir
Saat ini pada CO2 Removal Plant Lean-Rich Amine Exchanger yang
digunakan adalah Heat Exchanger dengan tipe Plate Heat Exchanger. Pada
penulisan Tugas Akhir kali ini, penulis akan mencoba melakukan perhitungan
thermal design Lean-Rich Amine Exchanger dengan tugas yang sama tetapi
dengan tipe Shell and Tube.
1.3. Tujuan Penulisan Tugas Akhir
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1. Untuk mendapatkan design Lean-Rich Amine Exchanger dengan tipe Shell
and Tube.
2. Untuk mendapatkan gelar Ahli Madya pada Jurusan Teknik Pengolahan
Migas.
NIM 0703028 1
1.4. Manfaat Penulisan Tugas Akhir
Bagi Mahasiswa dan Mahasiswi
1. Mengetahui prinsip dasar tentang perpindahan panas dan contoh
peralatannya, khususnya heat exchanger.
2. Memahami proses dan langkah-langkah dalam melakukan perhitungan
design thermal pada shell and tube heat exchanger.
3. Dapat melakukan perhitungan design thermal pada Shell and Tube Heat
Exchanger.
4. Dapat mendesign heat exchanger yang sesuai dengan kebutuhan suatu
proses.
Bagi Akademik
1. Sebagai pandangan akademik terhadap suatu standar kesuksesan yang
dicapai oleh mahasiswadan mahasiswi yang diwujudkan ke dalam
bentuk visual.
2. Sebagai bahan penilaian untuk memberikan gelar Ahli Madya kepada
mahasiswa dan mahasiswi.
NIM 0703028 2
BAB II
TEORI DASAR
2.1. Perpindahan Panas
2.1.1. Perpindahan Panas Secara Konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas antara
molekul-molekul yang saling berdekatan antara satu dengan yang lain dan tidak
diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisis.
2.1.2. Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas dimana
panas berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan disertai gerakan
partikel secara fisis.
2.1.3. Perpindahan Panas Secara Radiasi.
Perpindahan panas secara radiasi adalah pancaran yang berbentuk
gelombang elektromagnetik dari semua permukaan benda panas ke benda dingin
melalui suatu media udara ataupun hampa udara.
2.2. Pengertian Heat Exchanger
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat yang lain, tetapi tidak dapat dimusnahkan sama sekali. Akibat-
akibat yang ditimbulkan oleh panas didalam suatu proses antara lain, kenaikan
temperatur benda, perubahan dimensi, perubahan tekanan, perubahan fase, dan
lain-lain. Heat Exchanger (alat penukar panas) atau alat perpindahan panas adalah
salah satu alat yang dapat dipakai untuk memindahkan panas antara dua fluida,
yaitu fluida panas yang akan didinginkan dan fluida dingin yang akan dipanaskan
dengan memanfaatkan panas tersebut sebagai pemanas awal di dalam suatu
industri, terutama di dalam pengolahan minyak dan gas bumi.
Mekanisme perpindahan panas dapat berlangsung dengan berbagai macam
cara, yaitu :
NIM 0703028 3
- Perpindahan panas secara konduksi.
- Perpindahan panas secara konveksi.
- Perpindahan panas secara radiasi.
Dalam banyak hal untuk menentukan pemilihan alat penukar panas yang
optimum adalah dengan melakukan perancangan secara utuh dengan
memperhitungkan berbagai alternatif pilihan bentuk bangun (geometric). Namun
sebelum perancangan secara utuh tersebut dilakukan, ada beberapa hal yang
harus ditentukan terlebih dahulu dengan menggunakan standard TEMA (Tubular
Exchanger Manufacturers Association) yaitu :
Front end stationary head types “A” : dipilih karena pada saat
pembersihan (cleaning tube) lebih praktis (simple) tidak perlu
melepaskan semua bagian seperti pada type “B”(Bonnet) cukup hanya
melepas cover saja.
Shell types “H” : dipilih karena lebih ekonomis, Faktor koreksi (F)
LMTD lebih besar bila dibandingkan dengan type “E”, dikarenakan
mempunyai Faktor koreksi (F) > 0,7 sehingga kerugian panasnya lebih
kecil, demikian juga tidak dipilihnya type “K” Kettle karena tidak
memerlukan ruangan (volume) penguapan pada shell yang terlalu besar
sehingga tidak perlu dibuat bentuk yang khusus.
Rear end head types “S” : dipilih karena kemampuan ekspansi yang
berbeda dapat diatasi dengan adanya floating head, sedangkan pada type
“L”,”M” dan “N” digunakan expantion joint pada shell sehingga kurang
ekonomis.
NIM 0703028 4
Gambar 2.1 Bagian-bagian Heat Exchanger Standard TEMA
Tabel 2.1 Karakteristik Bagian-bagian Heat Exchanger
TYPE FRONT END STATIONARY HEAD
A
Digunakan sebagai standard pada Petroleum Refinery karena
dilengkapai dengan Channel Cover untuk mempermudah test
kebocoran, pemeriksaan atau saat pembersihan Tube Side
B Tidak dilengkapi dengan Channel Cover sehingga pada saat test
kebocoran, pemeriksaan atau saat pembersihan Tube Side
NIM 0703028 5
seluruh bagian (Bonnet) harus dilepas
CTube sheet menyatu dengan Front end sehingga pada saat
pemeriksaan harus melepas Tube Bundle tidak praktis
DTube sheet menyatu dengan Front end sehingga pada saat
pemeriksaan harus melepas Tube Bundle tidak praktis
TYPE SHELL
ELebih ekonomis tetapi untuk pertimbangan Pressure drop tipe
“J” lebih baik
FAda kekuawatiran terjadi kebocoran antara Longitudinal Baffle
dan Shell
G Faktor Koreksi F untuk LMTD lebih rendah dari tipe “J”
H
Faktor Koreksi F untuk LMTD lebih rendah dari tipe “J”, tetapi
tipe “H” ini dispesifikasikan untuk Thermosyphone Reboiler
(Literatur Gama Spektra Mandiri , Consultan and Training
Specialist & Heat Exchanger)
J Pressure drop lebih besar bila dibandingkan tipe “G” dan “H”
K
● Shell dibentuk khusus tidak mempunyai Shell Cover sehingga
pada saat mengeluarkan Tube Bundle hanya melalui satu sisi.
● Kurang ekonomis bila digunakan untuk proses penguapan
fluida yang kecil karena ruangan (volume) penguapan terlalu
besar.
TYPE REAR END HEAD
L Mengatasi Ekspansi pada Shell menggunakan Expantion joint
M Mengatasi Ekspansi pada Shell menggunakan Expantion joint
N Mengatasi Ekspansi pada Shell menggunakan Expantion joint
P Mengatasi Ekspansi menggunakan Floating Head
S Mengatasi Ekspansi menggunakan Floating Head
T Mengatasi Ekspansi menggunakan Floating Head
U Setiap Tube bebas berekspansi
W Mengatasi Ekspansi menggunakan Floating Head
2.3. Bagian – Bagian dari Heat Exchanger
NIM 0703028 6
2.3.1. Tube
Tube adalah komponen utama yang memegang peranan penting dalam
perpindahan panas yang terjadi dalam shell side dan tube side. Tube berfungsi
untuk pembatas sekaligus penghantar panas dalam exchanger. Tube yang
digunakan dalam exchanger dan condenser berbeda dengan pipa pada umumnya.
Diameter dari tube merupakan diameter luarnya, sedangkan ketebalan tube
tergantung nomor BWG (Birmingham Wire Gage). Bahan tube terbuat dari baja,
tembaga, admiralty, logam muth, 70 – 30 tembaga – nichel, alumunium –
perunggu, dan stainless steel. Diameter tube banyak digunakan dari 3/8 – 1 inchi.
Untuk fluida yag kotor dapat digunakan tube dengan diameter 1 ¼ inchi. Panjang
tube berkisar antara 8 – 20 ft, tetapi yang paling banyak digunakan adalah 16 ft.
macam - macam tube yang digunakan pada heat exchanger meliputi:
- Tube polos ( Bare Tube atau Plain Tube )
Tube yang paling banyak digunakan dalam exchanger.
- Tube bersirip ( Finned Tube )
Tube yang pada bagian luarnya diberi sirip dengan tujuan auntuk
menambah luas perpindahan panas. Tube tipe ini terbagi menjadi dua
macam yaitu: Circular dan Longitudinal type.
Gambar 2.2. Longitudinal Tube
Tube – tube dalam exchanger diatur dengan jarak dan jenis susunan
tertentu. Jarak terdekat antara pusat tube dengan pusat tube lainnya disebut tube
pitch. Tube yang dipasang pada tube sheet mempunyai susunan tertentu,
diantaranya:
- Square pitch (bujur sangkar), baik untuk pressure drop yang rendah tetapi
mempunyai koefisien perpindahan panas yang kecil.
NIM 0703028 7
- Triangular pitch “non fouling atau fouling service”, mempunyai pressure
drop sedang sampai tinggi dengan koefisien perpindahan panas yang lebih
baik dibandingkan square pitch.
- Triangular pitch horizontal (segitiga horizontal), mempunyai koefisien
perpindahan panas yang tidak begitu besar, tetapi lebih baik daripada
square pitch, baik untuk kondisi fouling dan mempunyai pressure drop
sedang sampai tinggi.
- Diamond square pitch (belah ketupat), mempunyai koefisien perpindahan
panas yang lebih baik dan pressure dropnya rendah, tetapi tidah serendah
square picth.
Untuk square picth biasanya digunakan diameter tube (OD) ¾ inchi dengan
jarak 1 inchi, dan diameter tube (OD) 1 inchi dengan jarak 1 ¼ inchi. Sedang
untuk triangular pitch diameter tube (OD) ¾ inchi dengan jarak 15/16 inchi,
diameter tube (OD) ¾ inchi dengan jarak 1 inchi dengan jarak 1 ¼ inchi.
Gambar 2.3. Tata letak Tube Heat Exchanger
2.3.2. Shell
Shell berfungsi sebagai tempat mengalirnya salah satu fluida pada suatu
heat exchanger, yang juga merupakan tempat terjadinya transfer panas serta untuk
menahan tekanan kerja suatu fluida. Disamping itu juga untuk menempatkan dan
mengikat tube sheet dan shell side baffle sehingga kokoh dalam shell. Sebagai
penyangga, shell harus mempunyai ketebalan yang cukup, agar kuat menerima
NIM 0703028 8
beban karena bebannya sendiri, getaran akibat getaran fluida, dan tekanan serta
korosifitas dari aliran fluida.
Shell dibuat dari pipa baja dengan diameter nominal IPS (Iron Pipe
Standart) minimum 12 ft. Pipa diameter 12 -24 ft sebenarnya mempunyai
diameter luar sama dengan diameter nominalnya, dengan tebal pipa 3/8 ft yang
mampu menahan tekanan operasi diatas 300 psi. shell yang lebih tebal digunakan
untuk exchanger yang mempunyai tekanan operasi yang lebih tinggi. Shell yang
diameter lebih dari 24 ft dibuat dengan mengerol plat baja. Pada bagian shell ini
terdapat lubang masukan dan keluaran guna mengalirnya fluida dalam shell.
Gambar 2.4. Shell Type
2.3.3. Baffle
Baffle berfungsi sebagai penyangga terhadap tube, menjaga jarak antara
masing-masing tube, menahan vibrasi yang ditimbulkan oleh aliran fluida.
Disamping itu pengaturan arah aliran fluida pada shell side, karena jika aliran
semakin turbulen berarti penyerapan panas akan semakin sempurna atau
NIM 0703028 9
perpindahan panas akan semakin relative. Untuk membuat aliran yang turbulen
tersebut dapat dengan cara memasang perinting (baffle) di sebelah luar tube atau
di dalam “return head” dan “return end” dari exchanger. Sehingga aliran fluida
berbelok – belok searah dengan tube.
Gambar 2.5. Baffle Arrangement
Jarak antara baffle satu dengan baffle lainnya disebut baffle pitch atau
baffle spacing. Baffle spacing biasanya relative lebih kecil dari diameter dalam
shell dan lebih besar dari setengah diameter dalam shell. Kelonggaran (clerance)
antara tube pada baffle adalah 1/32 ft untuk jarak antar baffle lebih kecil dari 36 ft
dan 1/64 ft untuk jarak antar baffle lebih besar dari 36 ft.
Macam-macam baffle yang digunakan dalam heat exchanger, diantaranya:
- Segmental Baffle
NIM 0703028 10
Baffle ini paling banyak digunakan dan sangat popular, karena
dapat berupa vertical segmental cut, horizontal segmental cut, dan rorated
segmental cut. Baffle ini dibuat dari plat baja yang dilubangi dan
mempunyai tinggi 75% dari diameter shell.
Baffle ini juga disebut 25% cut baffle, karena yang terpotong 25%
dari diameter shell. Horizontal segmental cut baffle biasanya hanya
digunakan untuk fluida gas atau cairan saja, karena jika campuran antara
gas dan cairan akan memberikan akumulasi gas dan cairan yang akan
menghambat perpindahan panas. Demikian juga kotoran – kotorang akan
mengendap pada bagian bawah yang akan menutup bagian luar tube dan
bagian dalam shell. Untuk fluida – fluida yang membawa kotoran atau
mudah membentuk fouling lebih baik digunakan vertical cut segmental cut
baffle.
- Disc & Doughnuts Baffle
Aliran dalam shell untuk jenis baffle ini adalah seragam di
sepanjang peralatan exchanger. Walaupun aliran satu fase, baffle tipe ini
dapat sama efektifnya dengan baffle segmental, akan tetapi pada
kenyataannya tidak banyak digunakan karena fluida yang digunakan harus
bersih, jika tidak maka akan terbentuk sedimen disekitar doughnut.
Kotoran akan cenderung mengumpul di bagian belakang baffle dan akan
mengurangi laju perpindahan panas.
- Orifice Baffle
Baffle jenis ini hanya untuk keperluan atau rancangan khusus,
dimana fluida harus benar – benar bersih. Pressure drop yang terjadi lebih
besar dibandingkan dengan baffle jenis lain. Aliran turbulen dicapai lewat
annulus yang diameternya ± 1/16 ft lebih besar dari tubenya.
- Longitudinal Baffle
Baffle jenis ini digunakan untuk membagi aliran dalam shell
menjadi dua bagian atau lebih, yang akan memberikan kecepatan lebih
tinggi untuk perpindahan panas yang lebih baik. Baffle ini harus dipasang
cukup rapat menempel pada shell.
NIM 0703028 11
- Impingment Baffle
Adalah Plate yang ditempatkan di depan Inlet Shell Side, gunanya
untuk melindungi tube dari aliran fluida yang masuk dengan kecepatan
tinggi, sehingga vibrasi dan erosi pada tube dapat dihindari.
2.3.4. Tie Rod dan Spacer
Tie rod dan spacer dipergunakan untuk mengikat system baffle plate
menjadi satu dan tetap pada posisinya. Material untuk tie rod dan spacer harus
sama dengan material baffle plate. Jumlah dan besarnya tie rod ditentukan dengan
standar. Secara umum fungsi daripada tie rod yaitu:
- Mempertahankan panjang tube antara kedua tube sheet
- Mempertahankan jarak antar baffle plate
- Menjaga dan mempertahankan sambungan tube, agar tidak mengalami
perubahan bentuk sewaktu diadakan pengangkatan atau pengeluaran tube
bundle untuk perbaikan.
Gambar 2.6. Tie Rod
NIM 0703028 12
Tabel 2.2
2.3.5. Tube Sheet
Berfungsi sebagai dudukan Tube Bundle pada Shell.
Gambar 2.7. Tube Sheet
2.3.6. Channel
Berfungsi sebagai tempat masuk atau keluarnya fluida pada bagian tube.
2.3.7. Pass
Pass dalam shell dan tube exchanger berfungsi menentukan atau mengatur
arah aliran dan kecepatan fluida. Dengan dipasangnya pass dan channel, maka
arah aliran dalam tube tidak melewati seluruh lubang tube, tetapi akan melewati
sebagian tergantung jumlah pass yang ada. Disamping banyaknya pass yang
dipasang pada heat exchanger semakin tinggi kecepatannya dan akan semakin
NIM 0703028 13
besar pula pressure dropnya dan semakin jauh penyimpangan aliran counter
current, sehingga semakin kecil koreksi temperaturnya.
Dengan semakin banyaknya pass berarti semakin berat tube bundle, dan
apabila terjadi kebocoran sulit untuk memindahkannya. Untuk mendapatkan aliran
counter current yang sempurna, dibutuhkan single pass exchanger. Bila beban
panas yang dibutuhkan besar dilakukan pemasangan secara parallel, tetapi hal ini
kurang menguntungkan. Ditinjau dari segi operainya, single pass exchanger
mempunyai keuntungan sebagai berikut:
- Terjadi aliran berlawanan arah.
- Pembersihan atau perbaikan dapat dikerjakan sewaktu – waktu dengan
menghentikan operasi, tanpa banyak berpengaruh pada kondisi operasi di
plant, karena beban terbagi merata pada exchanger lainnya.
- Tube bundle mudah diambil dan dibersihkan, karena tidak terlalu besar.
Ketebalan plate pass pada channel atau bonnet pada diameter kurang dari
24 ft, tebalnya 3/8 ft untuk carbon steel dan ¼ ft untuk alloy material. Untuk
diameter lebih dari 24 ft, tebal ½ ft untuk carbon steel dan 3/8 ft untuk alloy
material.
2.3.8. Shell Cover dan Channel Cover
Berfungsi sebagai penutup Shell dan Channel, yang dapat dibuka pada
waktu dilakukan perbaikan atau pembersihan Tube dan dinding dalam Shell.
Gambar 2.8. Cover Heat Exchanger
NIM 0703028 14
2.4. Korelasi antara Tugas dan Kemampuan pada Heat Exchanger
Tugas HE adalah, berapa panas yang harus dipindahkan (cal/jam, btu/jam)
untuk merubah temperatur suatu fluida. Misalnya untuk mendinginkan kerosin
200 ton / jam dari suhu 300- 150 °F. Sedangkan kemampuan HE adalah keadaan
nyata dari panas yang berhasil dipindahkan.
Grafik 2.1. Korelasi antara Tugas dan Kemampuan pada Heat Exchanger
Tugas suatu HE selalu sama dalam suatu sistem yang tetap, tetapi
kemampuan suatu HE selalu menurun dari waktu kewaktu karena disebabkan oleh
adanya deposit pada HE.
2.5. Deposit atau Penurunan Kemampuan pada Heat Exchanger
Deposit yang terbentuk akan memperbesar tahanan daya hantar panas
(Resistance) yang akan mengakibatkan penurunan kemampuan Heat Exchanger.
Kecepatan terbentuknya endapan / kerak pada Heat Exchanger dipengaruhi oleh :
- Jenis fluida
- Kecepatan aliran fluida
- Suhu fluida
NIM 0703028 15
Agar perpindahan panas dapat berlangsung dengan baik seperti semula,
maka pada interval waktu tertentu atau secara periodik Heat Exchanger tersebut
perlu dibersihkan. Adapun berbagai macam deposit itu adalah sebagai berikut :
- Hard Deposit
Yang termasuk hard deposit misalnya : Corrosion Scale, karat, dan coke.Cara
pembersihannya :
Dry Sand Blasting
Chemicals Methods of Cleaning
Brushes
- Porous Deposit
Deposit-deposit ini sering terdapat material-material yang sama yang dapat
membentuk hard deposit, endapan biasanya porous. Cara pembersihannya :
Wet Sand Blasting
Chemicals Methods of Cleaning
Thermal Shock Treatments
- Loose Deposit
Yang termasuk loose deposit seperti: Endapan lumpur, ganggang, daun-
daunan. Cara pembersihannya:
Wet Sand Blasting
Blowing dengan Steam Flushing dengan Hot Water
2.6. Meningkatkan Kemampuan Heat Exchanger
Untuk meningkatkan/menambah kemampuan Heat Exchanger ada
beberapa cara, antara lain :
Memperluas perpindahan panas.
Mengatur arah aliran dari kedua fluida.
Membuat aliran dari kedua fluida turbulen.
NIM 0703028 16
2.6.1. Memperluas Permukaan Perpindahan Panas
Untuk memperluas permukaan perpindahan panas dapat dilakukan dengan
cara memilih jenis plate yang digunakan sesuai dengan fluida yang akan
didinginkan ataupun dipanaskan, selain itu material penyusun plate juga harus
dipilih sesuai dengan kondisi operasi.
2.6.2. Mengatur Arah Aliran Dari Kedua Fluida
Ada beberapa macam arah aliran dalam Heat Exchanger antara lain:
- Counter Flow (aliran berlawanan arah).
Bila dua fluida bergerak dalam arah berlawanan sepanjang alat penukar panas
- Paralel Flow (aliran searah).
Bila dua fluida bergerak dalam arah yang sama sepanjang alat penukar panas
- Cross Flow (aliran silang)
Untuk mengatur arah aliran maka pemilihan plate yang sesuai untuk fluida
yang digunakan sangatlah penting. Aliran berlawanan arah memberikan
perpindahan panas yang lebih baik dibandingkan dengan aliran searah. Di dalam
kenyataannya tidak mungkin membuat aliran berlawanan arah murni, yang ada
adalah aliran campuran, tetapi dalam perhitungan kemampuan Heat Exchanger
selalu dianggap aliran berlawanan arah, kemudian dikoreksi.
1.1. Langkah-langkah Perhitungan Thermal Design Shell and Tube Heat
Exchanger
Adapun langkah-langkah perhitungan thermal design pada shell and tube
heat exchanger adalah sebagai berikut :
A. Heat Balance
Dalam setiap heat exchanger diharapkan tidak terjadi heat loss atau hilangnya
panas. Sehingga pada setiap heat exchanger diharapkan jumlah panas yang
dilepas oleh fluida panas akan sama dengan jumlah panas yang diserap oleh
fluida dingin, atau jika dituangkan dalam sebuah persamaan :
NIM 0703028 17
Qhot=Q cold
Dimana :
Qhot = Panas yang dilepaskan oleh fluida panas, Btu/hr
Qcold= Panas yang diserap oleh fluida dingin, Btu/hr
B. True Temperaturte Difference (∆Tm), °F
True temperature difference ini menyatakan nilai perbedaan temperatur
sebenarnya antara fluida panas dengan fluida dingin. Dalam nilai ∆Tm, ada
beberapa langkah yang harus dilakukan seperti yang dijelaskan dibawah ini :
Menentukan nilai Log Mean Temperature Difference (LMTD), °F
Adapun persamaan yang dapat digunakan dalam menentukan LMTD
adalah sebagai berikut :
LMTD=(T 1−t 2 )−(T2−t1)
¿(T1−t2)(T2−t1)
Dimana :
T1 = Temperatur inlet fluida panas, °F
T2 = Temperatur outlet fluida panas, °F
t1 = Temperatur inlet fluida dingin, °F
t2 = Temperatur outlet fluida dingin, °F
Menentukan nilai Temperature Difference Factor (FT)
Factor perbedaan temperatur didapat dari penarikan grafik pada lampiran 4
(sesuai jumlah pass), dimana sebelumnya harus dicari terlebih dahulu nilai
R dan S. Adapun persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai R
dan S adalah sebagai berikut :
R=(T 1−T 2 )(t 2−t 1 )
S=(t2−t1 )(T 1−t 1 )
Setelah nilai LMTD dan FT telah diketahui, maka nilai True Temperature
Difference adalah :
NIM 0703028 18
∆ Tm=LMTD × FT
C. Temperature Caloric, °F
Temperatur kalorik pada fluida panas dan fluida dingin didapatkan dengan
mengikuti langkah-langkah dibawah ini :
Menentukan nilai ∆tc/∆Th
Untuk menentukan nilai ∆tc/∆Th dapat menggunakan persamaan seperti
dibawah ini :
∆ tc
∆ T h
=( t2−t1 )
(T1−T 2)
Menentukan nilai KC
Nilai KC didapatkan dari penarikkan garis pada lampiran 5, dimana nilai
°API suatu fluida ditarik garis lurus sehingga berpotongan dengan garis (T1-
T2).
Menentukan nilai FC
Nilai FC dapat diketahui dengan menarik garis lurus nilai ∆tc/∆Th pada
lampiran 5, sehingga berpotongan dengan garis yang menunjukan nilai KC
yang didapat dari langkah sebelumnya.
Setelah didapatkan nilai ∆tc/∆Th dan FC menggunakan langkah-langkah diatas,
barulah dapat diketahui nilai temperatur kalorik kedua fluida dengan
menggunakan persamaan dibawah ini :
- Temperature kalorik fluida panas (Th)
T h=T 2+FC (T1−T2 ) ° F
- Temperature kalorik fluida dingin (tc)
t c=t1+FC ( t2−t 1 ) ° F
Dimana :
Th = Temperatur kalorik fluida panas, °F
tc = Temperatur kalorik fluida dingin, °F
D. Menentukan total area heat transfer (A) berdasarkan UD asumsi
NIM 0703028 19
Untuk mengetahui nilai A, maka di asumsikan nilai UD berdasarkan data tabel
UD asumsi yang mencantumkan nilai UD asumsi untuk setiap jenis fluida
seperti tabel dibawah ini :
Tabel 2.3. Asumsi UD untuk Setiap Jenis Fluida
Setelah ditentukan nilai asumsi UD berdasarkan jenis fluida yang akan
mengaliri kedua sisi Heat Exchanger maka dapat diketahui besar area heat
transfer dengan menggunakan persamaan :
A= QU D × ∆ Tm
Dimana :
A = Total area heat transfer berdasarkan asumsi UD, ft2
Q = Panas yang ditransferkan pada heat exchanger, Btu/hr
UD = Koefisien perpindahan panas design asumsi (dari tabel 2.3), Btu/°F ft2 hr
E. Jumlah Tube (NT) yang dibutuhkan
NIM 0703028 20
Data-data yang diperlukan untuk menentukan jumlah tube yang dibutuhkan
dapat diambil dari lampiran 6 antara lain sebagai berikut :
- BWG = Birmingham Wire Gage
- OD = Outside diameter tube, inch
- ID = Inside diameter tube, inch
- L = Panjang tube, ft
- a" = Surface per lin, ft2/lin ft
- at” = Flow area per tube, in2
Dari data-data diatas dapat dicari jumlah tube (NT) yang dibutuhkan dengan
menggunakan persamaan :
NT=A
(L−0.5 ) ×a ¿
Nilai NT yang didapat, kemudian dicocokkan dengan lampiran 7 sesuai ukuran
tube yang digunakan dengan mengambil jumlah tube yang paling mendekati
dengan jumlah tube yang dibutuhkan.
F. Flow area
Menentukan flow area pada tube (at), ft2
Flow area pada tube dapat dicari menggunakan persamaan seperti dibawah
ini :
a t=N t× at } over {144 n ¿
Dimana :
n = Jumlah pass
144 = Konversi dari in2 ke ft2
Menentukan flow area pada shell (as), ft2
Data yang diperlukan untuk mencari flow area pada shell dapat dilihat dari
lampiran 7, yaitu :
IDS = Inside diameter shell, inch
C = Baffle cuts/clearance, inchi
PT = Tube pitch, inchi
NIM 0703028 21
B = Jarak antar baffle, inchi
Flow area pada shell dapat dicari menggunakan persamaan seperti dibawah
ini :
as=IDs xC x B
144 x PT
G. Linear Velocity (V), ft/sec
Linear velocity atau kecepatan aliran perdetik pada tube dan shell didapatkan
dari persamaan dibawah ini :
V= Wρ a
Dimana :
W = Kecepatan massa fluida, lb/hr
ρ = Densitas fluida, lb/ft3
a = Flow area, ft2
H. Mass Velocity (G), lb/hr ft2
Mass velocity pada tube dan shell dapat dicari menggunakan persamaan :
G=Wa
I. Reynold Number (Re)
Reynold number merupakan nilai yang menyatakan jenis aliran suatu fluida.
Adapun persamaan untuk menentukan nilai Re suatu fluida adalah dengan
menggunakan persamaan dibawah ini :
- Reynold Number pada Tube Side (Ret)
ℜt=Di×Gt
μ
Dimana :
Di = Diameter inside tube, ft
Gt = Mass velocity tube side, lb/hr ft2
µ = Viscositas fluida pada temperatur kalorik, lb/ ft hr
NIM 0703028 22
- Reynold Number pada Shell Side (Res)
ℜs=De× Gs
μ
Dimana :
De = Diameter eqivalen, ft
Gs = Mass velocity shell side, lb/hr ft2
J. Koefisien Perpindahan Panas, Btu/hr ft2 ℉Untuk menghitung koefisien perpindahan panas dilakukan dengan beberapa
langkah seperti dibawah ini :
- Mencari Faktor Perpindahan Panas (JH) pada Tube dan Shell
Nilai JH dapat diambil dari lampiran 10 untuk tube side dan lampiran 9
untuk shell side, dimana nilai JH untuk tube side diambil dari penarikan
garis lurus pada nilai Reynold number yang berpotongan dengan garis
yang menyatakan nilai L/Di.
- Menghitung nilai ( Cp× μk )
1 /3
pada Tube dan Shell
Dimana :
Cp = Specific heat fluida pada temperatur kalorik masing-masing fluida,
Btu/lb °F
µ = Viscositas fluida pada temperatur kalorik masing-masing fluida,
lb/ft hr
k = Thermal Conductivity masing-masing fluida, Btu/hr ft °F
- Menghitung nilai hi/Φt, Btu/hr ft2 ℉hi
Φt
=JH ( kDi )(Cp × μ
k )13
- Menghitung nilai hio/Φt, Btu/hr ft2 ℉hioΦt
= hiΦt
×DiDo
NIM 0703028 23
- Menghitung nilai ho/Φs, Btu/hr ft2 ℉ho
Φs
=JH ( kDe )(Cp × μ
k )13
Dimana :
hi = Koefisien heat transfer inside tube, Btu/hr ft2 °F
hio = Koefisien heat transfer outside tube, Btu/ hr ft2 °F
ho = Koefisien heat transfer shell, Btu/ hr ft2 °F
Di = Inside diameter tube, in
Do = Outside diameter tube, in
- Menghitung Temperatur Wall (TW), °F
Adapun cara menentukan temperatur wall adalah sebagai berikut :
T W=t c+hio /Φt
hio /Φt+ho /Φs(T h−tc ) ° F
- Menentukan Nilai Φt
ɸΦt=( μμw )
0.14
Dimana :
µw = Viscositas fluida pada temperatur kalorik masing-masing fluida, cP
- Menentukan nilai koefisien perpindahan panas pada tube (hio), Btu/ hr ft2
°F
hio= hioɸΦt
× ɸΦt
- Menentukan nilai Φs
ɸΦs=( μμw )
0.14
Dimana :
Φs = Viscositas rasio zat alir didalam shell
µ = Viscositas fluida didalam tube pada temperatur Tc, (cP)
NIM 0703028 24
µw = Viscositas fluida didalam tube pada suhu dinding tube, (cP)
- Menentukan nilai koefisien perpindahan panas pada shell (ho), Btu/ hr ft2
°F
ho= hoɸΦs
× Φs
K. Clean Overall Coefficient Heat Transfer (UC), Btu/hr ft2 °F
UC menunjukan nilai koefisien perpindahan panas tiap satuan luas dan tiap °F
pada setiap jam pada saat HE masih bersih. Dimana nilai UC adalah sebagai
berikut :
U c=hio ×hohio+ho
Dimana :
ho = Koefisien transfer panas pada shell, Btu/jam ft2 °F/ft
hio = Koefisien transfer panas pada tube, Btu/jam ft2 °F/ft
L. Dirty Overall Coefficient Heat Transfer (UD), Btu/hr ft2 °F
UD menunjukan nilai koefisien perpindahan panas suatu HE saat kondisi HE
kotor. Dimana nilai UD ini dipengaruhi oleh dirt factor atau fouiling resisitance
suatu fluida. Dari lampiran 12 didapatkan nilai dirt factor untuk masing-masing
jenis fluida.
Maka nilai UD dapat dicari menggunakan persamaan dibawah ini :
1UD
= 1UC
+Rdi+Rdo
Dimana :
Rdi = Dirt factor / Fouling resistence untuk fluida pada inside diameter tube,
hr ft2 °F/Btu
Rdo = Dirt factor / Fouling resistence untuk fluida pada outside diameter tube,
hr ft2 °F/Btu
Uc = Koefisien clean overall, Btu/hr ft2 °F
NIM 0703028 25
M.Ketahanan Terhadap Kotoran (Rd), hr ft2℉/Btu
Biasanya dalam merancang HE kita harus menentukan dulu Rd min yang
dimiliki oleh suatu bahan (data ini bisa dilihat di buku Heat Transfer, karangan
D.Q KERN). Rd min ini adalah suatu batasan minimum yang ditetapkan pada
rancangan HE kita, jika Rd hasil perhitungan lebih kecil dari Rd min maka
laju pembentukan pengotor akan cepat sehingga alat akan cepat kotor dan
mengakibatkan biaya maintenance besar, sedangkan jika Rd perhitungan
terlalu besar maka alatnya akan berukuran sangat besar mengakibatkan biaya
investasi untuk satu alat tersebut besar/mahal.
Pada dasarnya fouling factor/Rd itu tidak ada batasan maksimal yang
pasti, yang ada dibuku buku dan literatur yang ada hanya menyatakan mininum
fouling factor/Rd ketika kita design awal sebuah heat exchanger. Karena pada
prinsipnya fouling factor hampir sama dengan factor design terhadap suatu
rancangan alat, jika kita ambil fouling factor yang besar maka ukuran HE yang
kita rancang pun juga semakin besar atau dengan kata lain safety factor nya
besar. Jadi ketika kita mengambil faouling factor yang mendekati harga
minimal maka itu merupakan ukuran HE terkecil yg paling diijinkan.
Untuk menentukan jumlah maksimal kotoran yang diijinkan dibutuhkan
simulasi antara ukuran HE (mengacu pada efek harga) dengan harga / biaya
design suatu HE. Fluida yang banyak kotorannya tentunya akan menyebabkan
fouling factor bertambah maka harga HE akan naik karena akan butuh A yg
makin besar. Jadi bebas mau berapa fouling factor itu karena memang tidak
ada batasan yang baku dan mutlak.
Jadi, jika dibuat suatu korelasi Rd itu akan berhubungan dengan Ud dan
Luas Permukaan Transfer Panas, jika Rd semakin besar maka Ud nya kecil
dan luas permukaan akan besar begitu pula sebaliknya. Sehingga nilai Rd pada
design Lean-Rich Amine Exchanger ini adalah sebagai berikut :
Rd=UC−U D
UC× U D
NIM 0703028 26
N. Surface Area (A)
Luas area perpindahan panas (surface area) yang tersedia pada HE haruslah
lebih besar dari pada luas area yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan agar pada
saat HE telah mencapai nilai Rd 0.004, perpindahan panas yang terjadi tertap
dapat memenuhi tugasnya. Sehingga tidak mengganggu jalannya proses secara
keseluruhan, namun pada saat Rd telah mencapai 0.004 maka harus segera
dilakukan cleaning.
- Surface Area yang Dibutuhkan
A= QU D × ∆ Tm
- Surface Area yang Tersedia
AAviable=NT × L ×a
Dimana :
NT = Jumlah Tube
L = Panjang Tube, ft
a" = Surface per lin, ft/lin ft2
Nilai surface area yang tersedia diijinkan jika nilai perbandingan antara surface
area yang tersedia dengan surface area yangdibutuhkan lebih dari 100%.
O. Menghitung Pressure Drop (ΔP)
Menghitung Number of courses (N+1)
N+1 = 12 L/B
Keterangan :
N = Jumlah baffle
L = Panjang tube, ft
B = Jarak baffle, in
NIM 0703028 27
Pressure Drop Shell side (ΔPs)
Untuk menentukan nilai pressure drop pada shell side dapat menggunakan
persamaan dibawah ini :
ΔPs=f × GS2 × DS × {(N+1)×2 }5,22 x 1010× De × s× ɸs
Nilai Pressure Drop yang diijinkan pada shell dapat dilihat dari viscositas suatu
fluida, ataupun mengacu pada kondisi design suatu proses.
Pressure Drop Tube Side (ΔPT)
Adapun nilai pressure drop pada tube side dapat diketahui dengan cara :
- Menghitung ΔPt, psi
ΔPt=f × Gt2 × L × (n ×2 )
5,22 ×1010× Di× s ×Φt
- Menghitung Return Loss (ΔPr), psi
∆ Pr= 4 ns
×V 22g '
Dimana dari lampiran 15 didapatkan nilai V 2
2g ' = 0.058
- ∆ P Tube Total, psi
∆ PT = ∆Pt + ∆Pr
Dimana :
Gs = Kecepatan mass flow melalui shell, Ib / hr ft2
Gt = Kecepatan mass flow melalui tube, lb/hr ft2
De = Diameter equivalent untuk perpindahan panas dan pressure drop, ft
Ds = Inside diameter untuk perpindahan panas dan pressure drop, ft
s = Specific gravity fluida pada shell
f = Faktor friksi dapat dicari dari lampiran 13 untuk tube side dan pada
lampiran 14 pada shell side
NIM 0703028 28
BAB III
Design Lean-Rich Amine Exchanger
3.1. Sistem Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam hal pengambilan data sehubungan dengan
perhitungan pada laporan tugas khusus ini antara lain:
Data-data yang digunakan dalam perhitungan Design Lean-Rich Amine
Exchanger ini didapatkan dari berbagai sumber, salah satunya adalah juga
menyesuaikan dengan kondisi proses pada CO2 Removal Plant, dan data
design Lean-Rich Amine Exchanger E-3000.
Studi literatur dari buku-buku yang berhubungan dengan Perpindahan
Panas dan Heat Exchanger
3.2. Uraian Proses CO2 Removal Plant
CO2 Removal Plant merupakan unit yang mengolah acid gas dari off-shore
untuk mengurangi kadar CO2 yang terkandung dalam gas sehingga sesuai dengan
spesifikasi yang diminta oleh pembeli (custumer). Penurunan kadar CO2
menggunakan larutan DEA (Diethanol Amine) untuk menyerap CO2 hingga
mencapai komposisi yang dipersyaratkan pembeli, yaitu kurang dari 8%wt. Unit
CO2 removal merupakan unit yang baru beroperasi. Sebagian umpan gas yang
datang dari sumur ke unit ini dan sebagaian di by-pass langsung ke dehydration
unit. Karena DEA yang digunakan berupa larutan dalam air, maka gas yang keluar
dari unit CO2 removal memiliki kadar air yang lebih tinggi daripada gas umpan.
Fasilitas utama dari CO2 Removal Plant terdiri dari :
Inlet Gas filter Separator
Berfungsi untuk menyaring 99% droplet solid dan cairan Hidrokarbon dengan
ukuran >5 mikron yang terkandung pada gas yang masuk dari offshore.
Amine Contactor
Berfungsi untuk mengontakkan gas dengan larutan DEA agar terjadi proses
absorbsi CO2.
Outlet Gas Scrubber
NIM 0703028 29
Berfungsi untuk meminimalisir terjadinya loss Amine.
Amine Regeneration unit
Berfungsi untuk meregenerasi larutan DEA agar bisa digunakan kembali
untuk menyerap CO2.
Amine Regeneration Unit terdiri dari :
Amine Flash Tank
Berfungsi untuk memisahkan cairan hidrokarbon yang terbawa oleh larutan
DEA yang akan diregenerasi.
Still Striping Colomn
Berfungsi untuk melucuti CO2 yang terkandung pada larutan DEA.
Still Amine Reboiler
Berfungsi untuk memanaskan larutan DEA agar terpisah dari CO2.
Still Overhead Condensing/Reflux System
Berfungsi untuk mengkondensasikan steam yang tadinya telah digunakan
untuk memanaskan larutan DEA, yang nantinya akan dijadikan sebagai
reflux.
Lean-Rich Amine Exchanger
Berfungsi untuk meringankan beban Lean Amine Cooler, dengan
mendinginkan lean amine yang keluar dari Still Striping Coloumn. Dan juga
berfungsi untuk memanaskan rich amine yang menuju ke Still Striping
Coloumn. Serta sebagai alat konservasi energi pada CO2 Removal Plant.
Amine Booster Pumps
Berfungsi untuk memompakan lean amine dari Lean-Rich Amine Exchanger
menuju ke Lean Amine Cooler.
Amine Filters
Berfungsi untuk menyaring arang dan droplet solid yang terkandung pada
lean amine dari Lean Amine Cooler yang nantinya akan menuju Amine
Contactor.
Amine Circulation Pumps
Berfungsi untuk memompakan Lean Amine dari Amine Filters menuju ke
Amine Contactor.
NIM 0703028 30
Sedangkan untuk fasilitas baru yang tersedia saat ini terdiri dari :
Amine Recovery System
Chemical Injection System
Flare Header System
Steam Generation System
Untuk steam generation system terdiri dari fasilitas berikut :
Steam Boiler
Boiler Feedwater pumps
Condensate Surge / Deaerator Drum
Untuk itu ada beberapa hal-hal yang menyakut tentang spesifikasi yang harus
diperhatikan, antara lain adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Spesifikasi Feed Gas pada CO2 Removal Plant
ContentTotal Gas minimum Total Gas maximum Gas Specific gravity Operating PressureOperating Temperature Kandungan CO2
% mol CO2 % mol N2 % mol C1 % mol C2 % mol C3 % mol C4 % mol nC4 % mol iC5 % mol nC5 % mol C5+
Instrumen Air Supply Jenis gas yang masukTekanan
30 MMSCFD50 MMSCFD0.806300-500 psig65 oF15 %mol12.4800.03276.3965.2403.5410.6540.7800.2250.1400.51280-100 psigGas Alam180 psig
Seperti yang telah disebutkan pada penjelasan diatas, pada CO2 Removal
Plant berlangsung juga proses regenerasi Diethanol Amine (DEA). DEA
merupakan larutan yang digunakan untuk menyerap CO2 yang terkandung dalam
gas. Dalam unit regenarasi amine ini, salah satu alat yang digunakan adalah Lean-
NIM 0703028 31
Rich Amine Exchanger. Lean-Rich Amine Exchanger ini berfungsi sebagai
berikut:
a. Pemanas awal Rich Amine dari Amine Contactor yang akan masuk ke Still
Striping Coloumn, dari 151.7°F menjadi 210°F sehingga terjadi penguapan
awal untuk memisahkan larutan amine dengan CO2 yang sebelumnya terserap
oleh larutan Amine tersebut.
b. Mendinginkan Lean Amine dari Still Striping Coloumn yang akan masuk ke
Amine Cooler, dari 248.5°F menjadi 183.3°F sehingga meringankan beban
Amine Cooler tersebut.
c. Menyesuaikan temperature fluida yang mengalir melewati alat ini, sehingga
temperaturnya sesuai dengan batasan temperature pada kondisi operasi alat
yang akan dituju oleh fluida tersebut selanjutnya.
d. Sebagai Alat konservasi energi pada CO2 Removal Plant.
Lean-Rich Amine Exchanger ini merupakan heat exchanger dengan tipe
Plate and Frame Gasketed Heat Exchanger dengan data-data seperti yang
tercantum pada table 3.2. Sedangkan pada Tugas Akhir ini penulis akan
mendesign Lean-Rich Amine Exchanger dengan tugas yang sama namun
menggunakan tipe Shell and Tube.
NIM 0703028 32
Tabel 3.2. Data Sheet PHE E-3000 (Lean-Rich Amine Exchanger)
Data SheetTag No. : E-3000No. of Exchanger : 1
Performance of Unit
ContentHot Side Cold Side
IN OUT IN OUTFluid Name Lean Amine Rich AmineFluid Quantity, Total (lb/hr) 505525 533794Vapor (lb/hr) 0 2382
Liquid (lb/hr) 505525 50552553379
4531412
Liquid Evaporated (lb/hr) 2382Vapor Condesed (lb/hr) Noncondesable (lb/hr) Temperature (°F) 248.5 183.3 151.7 210Density, Vapor (lb/ft3) 0.368Density, Liquid (lb/ft3) 60.4 62.2 65.5 63.7Viscosity, Vapor (cP) 0.017Viscosity, Liquid (cP) 0.388 0.687 0.863 0.483Molecular Weight, Vapor 38.376Molecular Weight, Liquid 24.0 24.0 24.6 24.6Spec. Heat, Vapor (Btu/lb °F) 0.248Spec. Heat, Liquid (Btu/lb °F) 0.931 0.912 0.928 0.941Thermal Cond, Vapor (Btu/hr ft °F) 0.013Thermal Cond, Liquid (Btu/hr ft °F) 0.28 0.275 0.254 0.259Latent Heat (Btu/lb) 771.2 716.1Inlet Pressure (psig) 12.25 60.3Velocity (ft/sec) Pressure Drop, Allow/Calc (psi) 5.00/5.00 7.00/6.00Fouling Factor (hr ft2 °F/Btu) - -Design/Test Pressure (psig) 175/225 175/225Design Temperature (°F) 300 300Heat Exchanged (Btu/hr) 30347143 30347143LMTD (°F) 34.9Transfer Rate, Serv/Clean/Calc (Btu/hr ft2 °F)
829/-/-
Flow Configuration Plate Information
Flow in First Group in
Type No. 1
Type No. 2
No. of Channels
Pass No.Plate Type
Plate Type LS LDHot Cold Chevron Angel
55 11 44 LSPlate Thickness (in)
0.020 0.020
123 78 45 LD No. of Plates 55 123 Materials Plate Type No. 1 SS 316 Plate Type No. 2 SS 316 Gaskets EPDM
Nozzles : 316 L
Frame
A516 Grade 60
Bolts : SA 193 Gr.B7 Tie
NIM 0703028 33
Bars
NIM 0703028 34
3.3. Data Fluida
Data fluida sangat penting dalam perhitungan design Lean- Rich Amine
Exchanger, karena dengan data fluida yang lengkap dan akurat maka perhitungan
design yang didapatkan juga akan lebih akurat dan sesuai dengan yang diinginkan.
Data mengenai fluida ini didapat dari data design Lean-Rich Amine Exchanger E-
3000 pada table 3.2, karena kondisi operasi untuk Lean-Rich Amine Exchanger
dengan type Shell and Tube Heat Exchanger ini diinginkan sama dengan kondisi
operasi pada design awal Lean-Rich Amine Exchanger dengan type Plate Heat
Exchanger.
Hot fluid atau Lean Amine, ditempatkan pada tube side agar transfer panas
antara kedua fluida berlangsung optimal, selain itu hal ini disebabkan oleh nilai
specific gravity kedua fluida yang tidak terlalu berbeada jauh.
3.3.1. Fluida Panas pada Tube Side (Lean Amine)
Pada tube side dialiri oleh fluida panas yang berupa Lean Amine yang
akan didinginkan. Adapun data-data Lean Amine yang dibutuhkan dalam
perhitungan design Lean-Rich Amine Exchanger adalah sebagai berikut :
a. Flow Rate (Wh), lb/hr
Wh = 505,525 lb/hr
b. Temperatur (T), °F
- Temperatur Inlet, T1 = 248.5 °F
- Temperatur Outlet, T2 = 183.3 °F
c. Specific Heat (Cp), Btu/lb °F
Dari data design E-3000 Plate Heat Exchanger pada table 3.2. dan
mengacu pada lampiran 2 diperoleh nilai specific heat :
- Specific Heat Inlet Lean Amine pada temperatur 248.5 °F = 0.931
Btu/lb °F
- Specific Heat Outlet Lean Amine pada temperatur 183.3 °F = 0.912
Btu/lb °F
d. Viscositas (µh), lb/ft hr
- Viscositas inlet Lean Amine :
NIM 0703028 35
Dari table 3.2. dan mengacu pada lampiran 1 didapat nilai viscositas
inlet Lean Amine pada konsentrasi 30% wt pada temperatur 248.5 °F =
0.388 cP
- Viscositas outlet Lean Amine :
Dari table 3.2. dan mengacu pada lampiran 1 didapat nilai viscositas
outlet Lean Amine pada konsentrasi 30% wt pada temperatur 183.3 °F
= 0.687 cP
e. Densitas (ρ), lb/ft3
Densitas Inlet Lean Amine = 60.4 lb/ft3.
Densitas Outlet Lean Amine = 62.2 lb/ft3.
f. Specific Gravity (s)
Specific Gravity Lean Rich Amine Exchanger :
s=ρLean Amine
ρWater
=60.4 lb / ft3
62.4 lb / ft3 =0.9679
3.3.2. Fluida Dingin pada Shell Side (Rich Amine)
Pada shell side dialiri oleh fluida dingin yang berupa Rich Amine, yang
akan dipanaskan. Adapun data-data Rich Amine yang dibutuhkan dalam
perhitungan design Lean-Rich Amine Exchanger adalah sebagai berikut :
a. Flow Rate (Wc), lb/hr
Wc = 533,794 lb/hr
b. Temperatur (t), °F
- Temperatur Inlet, t1 = 151.7 °F
- Temperatur Outlet, t2 = 210 °F
c. Specific Heat (Cp), Btu/lb °F
Dari tabel 3.2. dan mengacu pada lampiran 2 diperoleh nilai :
- Specific Heat Rich Amine pada temperatur 151.7 °F = 0.928 Btu/lb °F
- Specific Heat Rich Amine pada temperatur 210 °F = 0.941 Btu/lb °F
d. Viscositas (µc), lb/ft H
Dari table 3.2. dan mengacu pada lampiran 1 diperoleh nilai :
NIM 0703028 36
- Viscositas Rich Amine pada temperatur 151.7 °F = 0.863 cP
- Viscositas Rich Amine pada temperatur 210 °F = 0.483 cP
e. Densitas (ρ), lb/ft3
- Densitas Inlet Rich Amine = 65.5 lb/ft3.
- Densitas Outlet Rich Amine = 63.7 lb/ft3.
f. Specific Gravity (s)
Specific Gravity Lean Rich Amine Exchanger :
s=ρRich Amine
ρWater
=65.5 lb / ft3
62.4 lb / ft3 =1.0497
Tabel 3.3. Data Fluida
Content Lean Amine Rich AmineoAPI 15.8344 19.6106Mass flow (lb/hr) total 505,525 533,794Mass flow (lb/hr) liquid in 505,525 533,794Mass flow (lb/hr) liquid out 505,525 531,271.395Mass flow (lb/hr) vapor in - 0Mass flow (lb/hr) vapor out - 2,522.60526
T in (oF) 248.5 151.7
T out (oF) 183.3 210Densitas (lb/ft3) 60.4 65.5µ (cP) in 0.388 0.863µ (cP) out 0.687 0.483
Cp (Btu/lb oF) Inlet 0.931 0.928
Cp (Btu/lb oF) Outlet 0.912 0.941Spec. Gravity 0.9679 1.0497dT 65.2 58.3Enthalpy @ T in (Btu/lb) - 771.2Enthalpy @ T out (Btu/lb) - 716.1k 0.28 0.254
NIM 0703028 37
3.4. Perhitungan Design Lean-Rich Amine Exchanger
Perhitungan design Lean-Rich Amine Exchanger ini dilakukan
berdasarkan Metode Trial Error dari literature dan data-data penunjang yang ada.
Sehingga diharapkan hasil yang didapatkan ini dapat mencapai titik optimal.
Selain itu didalam pemilihan material, baik untuk tube maupun shell
mengacu pada ketersediaan material tersebut dipasaran, dan juga sesuai dengan
data yang ada pada literature yang digunakan. Adapun perhitungan design Lean-
Rich Amine Exchanger adalah sebagai berikut.
3.4.1. Heat Balance
Pada setiap alat pertukaran panas (Heat Exchanger), diharapkan tidak
terjadi heat loss. Sehingga bila dituliskan kedalam suatu persamaan, maka :
QHot Fluid = QCold Fluid
Qsensibel = W × Cp × ∆T
Qlaten = W × enthalpy
Dimana :
QHot Fluid = Panas yang dilepaskan oleh fluida
QCold Fluid = Panas yang diserap oleh fluida
Qsensibel = Panas yang digunakan untuk merubah temperatur suatu fluida
Qlaten = Panas yang digunakan untuk merubah fase suatu fluida
a. Hot Side (Lean Amine)
Pada hot side, panas yang dilepas adalah panas sensible. Sehingga nilai
panas yang dilepas oleh Lean Amine adalah sebagai berikut :
Diketahui : Wh = 505,525 lb/hr
Cp = 0.931 Btu/lb oF
T1 = 248.5 oF
T2 = 183.3 oF
Maka didapatkan :
NIM 0703028 38
Qh = Wh × Cp × (T1-T2)
= 505,525 lb/hr × 0.931 Btu/lb oF × (248.5-183.3) oF
= 30,685,974.13 Btu/hr
Jadi, panas yang dilepaskan oleh Lean Amine untuk menurunkan
temperatur dari 248.5 oF menjadi 183.3 oF adalah sebesar 30,685,974.13 Btu/hr.
b. Cold Side (Rich Amine)
Pada cold side terdapat 2 jenis panas, yaitu panas sensible dan panas laten.
Karena, setelah melalui Lean-Rich Amine Exchanger ini diharapkan 2,382 lb/hr
CO2 yang terkandung pada Rich Amine akan menguap.
Diketahui : Wc = 533,794 lb/hr
Cp = 0.928 Btu/lb oF
t1 = 151.7 oF
t2 = 210 oF
Enthalpy = 716.1 Btu/lb (Rich Amine @ 210 °F
Maka didapatkan panas yang diserap untuk menaikan temperatur dari 151.7 oF
menjadi 210 oF sebagai berikut :
Qsensibel = Wc × Cp × (t2-t1)
= 533.794 lb/hr × 0.928 Btu/lb °F × (210-151.7) °F
= 28,879,536.51 Btu/hr
Sedangkan panas laten pada Lean-Rich Amine Exchanger adalah sebagai
berikut :
Qlaten = Qtotal - Qsensibel
= 30,685,974.13 Btu/hr - 28,879,536.51 Btu/hr
= 1,806,437.62 Btu/hr
Dari nilai panas laten ini, maka dapat diketahui massa vapor yang terbentuk
seperti pada perhitungan dibawah ini :
Qlaten = Wvapor × Enthalpi
1,806,437.62 Btu/hr = Wvapor × 716.1 Btu/lb
Wvapor = 1,806,437.62 Btu/hr / 716.1 Btu/lb
= 2,522.61 lb
NIM 0703028 39
Jadi, panas total yang diserap pada cold side adalah sebagai berikut :
Qc = Qsensibel + Qlaten
= 28,879,536.51 Btu/hr + 1,806,437.62 Btu/hr
= 30,685,974.13 Btu/hr
3.4.2. True Temperature Difference (ΔTm)
Lean-Rich Amine Exchanger secara garis besar bertugas untuk
memanaskan Rich Amine dan mendinginkan Lean Amine sebagai berikut :
Tabel 3.4. Temperatur Fluida
TemperaturLean Amine (Tube Side),
°FRich Amine (Shell Side), °F
Inlet (T1) 248.5 151.7
Outlet (T2) 183.3 210.0
T1 T2120
140
160
180
200
220
240
Grafik 3.1. Perbedaan Temperatur
Lean Amine
Rich Amine
Tem
per
atu
r °F
a. Log Mean Temperature Difference (LMTD)
LMTD=(T 1−t 2 )−(T2−t1)
¿(T1−t2)(T2−t1)
¿(248.5° F – 210° F ) – (183.3° F – 151.7 ° F )
¿(248.5 ° F−210 ° F)
(183.3 ° F−151.7 ° F)¿34.9365 ° F
NIM 0703028 40
NIM 0703028 41
b. Temperature Difference Factor (Factor Perbedaan Suhu), FT
R=(T 1−T 2 )(t 2−t 1 )
=(248.5 ° F−183.3° F )
(210 ° F−151.7 ° F )=1.1184° F
S=(t 2−t 1)(T1−t1)
=(210° F−151.7 ° F )
(248.5° F−151.7 ° F )=0.6023° F
Didapatkan harga R = 1.1184 dan harga S = 0,6023 maka :
- Dari fig. 18 tidak ditemukan nilai FT.
- Dari fig. 19 (lampiran 4) diperoleh harga FT = 0.8426.
Karena FT = 0.8426 > 0.8 maka didapatkan jenis Lean-Rich Amine
Exchanger yaitu dengan 2 pass pada shell dan 4 pass atau lebih pada tube. Jadi
nilai true temperature difference adalah :
Gambar 3.1. HE 2-4 pass.
Jadi, nilai ΔTm adalah :
ΔTm = LMTD × FT
∆Tm = 34.9365 °F × 0.8426 = 29.4389 °F
3.4.3. Temperatur kalorik fluida panas (Th) dan fluida dingin (tc)
Adapun langkah-langkah untuk menentukan temperatur kalorik fluida
adalah sebagai berikut :
Menentukan nilai ∆tc/∆Th.
Nilai ∆tc/∆Th dapat dicari menggunakan persamaan dibawah ini
∆ tc
∆ T h
=( t2−t1 )
(T1−T 2)=
(210° F−151.7 ° F )(248.5° F−183.3 ° F)
=0.8942
NIM 0703028 42
Menentukan nilai Fc.
Dari lampiran 5 pada °API = 15.8344, diperoleh harga Kc = 0.5118. Setelah
didapatkan nilai Kc, maka didapatkan juga nilai Fc = 0.4543
Setelah itu barulah dapat ditemukan nilai temperatur kalorik masing-masing
fluida, seperti dibawah ini :
- Temperature kalorik fluida panas (Th)
T h=T 2+FC (T1−T2 ) ° F
¿183.3 ° F+0.4543 (248.5−183.3 )° F
¿212.9204 ° F
- Temperature kalorik fluida dingin (tc)
t c=t1+FC ( t2−t 1 ) ° F
¿151.7 ° F+0.4543 (210−151.7 ) ° F
¿178.1857 ° F
Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Temperatur Kalorik Lean-Rich Amine
Exchanger
Calorific Temperature∆tc/∆th 0.8942Kc (Lampiran 5) 0.5118Fc (Lampiran 5) 0.4543Th (oF) 212.9204tc (oF) 178.1857
3.4.4. Total Area (A)
Untuk mengetahui nilai A, maka di asumsikan nilai UD dari lampiran 11
adalah 150 Btu/hr ft2 °F. Karena pada data tube layout yang digunakan tidak ada
data tentang jumlah tube pada shell dengan diameter inside yang melebihi 39 in
(lampiran 7). maka Lean-Rich Amine ini akan diubah menjadi 2 buah HE 1-2
yang disusun seri (E-3000 A/B). Sehingga nilai A adalah :
UD = 150 Btu/hr ft2 °F (asumsi dari lampiran 11)
NIM 0703028 43
Gambar 3.2. HE 1-2 yang Disusun Seri
A= QU D × ∆ Tm
¿ 30,685,974.13 Btu / H
150 Btu /H ft2℉ ×29.4389℉
¿6,949.0759 ft 2
Karena nilai A terlalu besar dikhawatirkan ukuran HE menjadi besar, maka :
A2
=6,949.0759 ft2
2=3,474.5380 ft2
Jadi, total area perpindahan panas yang dibutuhkan (menggunakan asumsi UD)
untuk 1 buah HE 1-2 pass = 3,474.5380 ft2.
3.4.5. Tube Side
a. Jumlah Tube
Setelah melakukan beberapa kali trial error, maka dari lampiran 6
didapatkan dimensi HE yang paling optimal, yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.6. Data Tube
Content CountOD tube, inBWGPanjang tube (L), ftSurface per lin (a”) ft2/lin ftFlow area per tube (at”), in2
ID tube, inPitch (Triangular), in
3/41320
0.19030.24700.56015/16
NIM 0703028 44
Maka jumlah tube yang akan digunakan adalah :
NT=A
(L−0.5 ) ×a ¿
¿ 3,474.5380 ft2
(20 ft−0.5 )× 0.1903 ft 2/ lin ft
¿936.3186=936
Nilai jumlah tube yang dibutuhkan sejumlah 936, dari lampiran 7 diambil jumlah
tube yang paling mendekati, jadi jumlah tube yang digunakan adalah :
NT = 938
Jumlah pass tube (n) = 2
Gambar 3.3. Jumlah Tube
Tabel 3.7. Hasil Perhitungan Heating Surface Berdasrkan UD Asumsi
Overall Desaign Coefisient AsumsiUD (Btu/hr ft2 oF) 150Heating Surface (A) ft2 3474.537972Jumlah Tube (yang dibutuhkan) 936.3186256
b. Flow area tube (at)
Flow area pada tube, dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
a t=N t× at } over {144 n ¿
NIM 0703028 45
¿ 938 ×0.2470¿2
144 ×2
¿0.8045 ft2
Jadi, didapatkan nilai flow area tube untuk sebuah buah HE 1-2 adalah sebesar
0.8045 ft2.
c. Linear Velocity (Vt)
Linear velocity atau kecepatan aliran perdetik pada tube side didapatkan
dari persamaan dibawah ini :
V t=W t
ρ at
¿ 505.525lb /hr
60.4 lb / ft3 ×3600 ×0.8045 ft2=2.8900 ft / s
d. Mass Velocity (Gt)
Mass Velocity didapatkan dari persamaan :
Gt=W t
at
¿ 505,525lb /hr
0.8045 ft2=628,398.7811 lb /hr ft2
Dari persamaan diatas didapatkan nilai Gt = 628,398.7811 lb/hr ft2. Setelah
itu dapat dilanjutkan ke langkah selanjutnya yaitu menghitung nilai Reynold
number fluida pada tube side (Ret).
e. Reynold Number (Ret)
Untuk menghitung Re pada tube, terlebih dahulu dicari viscositas pada
temperature Th = 212.9204 °F. Dari table 3.3. telah didapatkan nilai viscositas
Lean Amine pada temperatur 183.3 °F = 0.687 cP dan pada temperatur 248.5 °F =
0.388 cP. Maka dapat diketahui nilai viscositas Lean Amine pada Th dengan cara
melakukan interpolasi seperti dibawah ini :
NIM 0703028 46
μ@Th=
(0.388−0.687 )cP × (212.9204−183.3 )℉(248.5−183.3 )℉
+0.687 cP=0.5512 cP
ID = 0.56 in = 0.0467 ft
Jadi, dapat dihitung nilai Re dengan menggunakan persamaan berikut :
ℜt=Di×Gt
μ
¿ 0.0467 ft ×628,398.7811 lb /hr ft2
(0.5512cP × 2.42 )lb / ft hr=53,202.6060
f. Koefisien Perpindahan Panas
Untuk menghitung koefisien perpindahan panas dilakukan dengan
beberapa langkah seperti dibawah ini :
- Mencari Faktor Perpindahan Panas (JH)
Dengan nilai L/Di = 428.5714, diperoleh nilai JH dari lampiran 10 adalah 150
- Menghitung nilai ( Cp× μk )
1 /3
Dari data sebelumnya didapatkan nilai Cp Lean Amine pada temperatur 183.3 °F
= 0.912 Btu/lb °F, dan Cp Lean Amine pada temperatur 248.5 °F = 0.931 Btu/lb
°F. Maka dapat diketahui nilai Cp Lean Amine pada th (212.9204 °F) dengan cara
interpolasi seperti dibawah ini :
Cp@Th=
(0.931−0.912 ) Btu /lb℉× (212.9204−183.3 )℉(248.5−183.3 )℉
+0.912 Btu/ lb℉
¿0.9206 Btu/ lb℉
Dan nilai k = 0.280 Btu/hr ft °F (dari table 3.1.) Maka :
(Cp× μk )
1 /3
=( 0.9206 Btu / lb℉ × (0.5512 cP ×2.42 ) lb / ft hr0.280 Btu /hr ft℉ )
1/3
=1.6361
- Koefisien Perpindahan Panas Inside Tube (hi)
hi
Φt
=JH ( kDi )(Cp × μ
k )13
NIM 0703028 47
¿150 ×( 0.280 Btu /hr ft℉0.0467 ft )× 1.6361=1,472.4515 Btu/hr ft 2℉
- Koefisien Perpindahan Panas Outside Tube (hio)
hioΦt
=hiΦt
×DiDo
=1,472.4515 Btu/hr ft2 ×℉ 0.56 in0.75 in
=1,099.4305 Btu/hr ft2 ℉
Dimana :
hio = Koefisien heat transfer outside tube, Btu/ H ft2 °F
Di = Inside diameter tube, in
Do = Outside diameter tube, in
Selanjutnya untuk menentukan koefisien perpindahan panas pada tube
side, harus diketahui dulu nilai temperatur wall. Dimana untuk mendapatkan nilai
temperatur wall, perhitungan harus dilanjutkan terlebih dahulu dengan
menghitung keadaan pada shell side.
Tabel 3.8. Hasil Perhitungan Tube Side Lean-Rich Amine Exchanger
Tube Sideat (flow area) ft2 0.80447Linier velocity (ft/sec) 2.88999Mass Velocity ( lb/H ft2) 628398.78111Reynold Number 53202.60604Di (ft) 0.04667L/Di 428.57143(Cp µ /k)1/3 1.63606hi/Φt 1472.45151hio/Φt 1099.43046Di (in) 0.56000Do (in) 0.75000Φt 0.98476Hio 1082.67636
3.4.6. Shell Side
a. Flow Area Shell
NIM 0703028 48
Dari lampiran 6 dan 7, didapatkan :
Tabel 3.9. Data Shell
Content Count (inchi)
IDS/Inside diameter shell
C/baffle cuts/clearance
PT/Tube pitch
B/Jarak antar baffle
33
0.25
0.9375
24.75
Maka nilai flow area pada shell side adalah :
as=IDs xC x B
144 x PT
¿ 33inchi x 0.25 inch x24.75 inch
144 ft2 x0.9375 inch=1.5125 ft2
b. Mass Velocity (Gs)
Gs=W s
as
¿ 533,794 lb /hr
1.5125 ft2=352,921.65 lb /hr ft2
Dimana :
Gs = Kecepatan aliran masa, (lb/jam ft2)
Ws = Kecepatan masa pada shell side, (lb/jam)
as = Luas penampang shell side, (ft2)
144 = Konversi dari in2 ke ft2
NIM 0703028 49
c. Reynold Number (Res)
Dari table 3.3. didapatkan nilai viscositas Rich Amine pada temperatur
151.7 °F = 0.863 cP sedangkan pada temperatur 210 °F viscositas Rich Amine =
0.483. Jadi, untuk nilai viscositas Rich Amine pada tc = 178.1857 °F dapat dicari
dengan melakukan interpolasi sebagai berikut :
µ@tc=
(0.483−0.863 ) cP × (178.1857−151.7 )℉(210−151.7 )℉
+0.863 cP
¿0.6904 cP
Dari lampiran 9 didapat De untuk tube dengan OD = 0.75 in, PT = 0.9375 adalah
0.55 in
De = 0.55 in = 0.0458 ft
ℜs=De× Gs
μ
¿ 0.0458 ft ×352,921.65 lb /hr ft2
(0.6904 cP ×2.42 )lb / ft hr=9,681.5212
d. Koefisien Perpindahan Panas (ho)
Adapun langkah-langkah untuk menentukan koefisien perpindahan panas
pada shell side adalah sebagai berikut :
- Mencari Parameter Perpindahan Panas (JH)
Diperoleh nilai JH dari lampiran 10 = 55
- Menghitung ( Cp× μk )
1 /3
Dari table 3.3. diketahui nilai Cp (specific heat) Rich Amine pada
temperatur 151.7 °F = 0.928 Btu/lb °F hr dan Cp Rich Amine pada temperatur
210 °F = 0.941 Btu/lb °F hr. Maka Cp Rich Amine pada temperatur tc = 178.1857
°F dapat diketahui dengan melakukan interpolasi seperti dibawah ini :
Cp@tc=(0.941−0.928 ) Btu / lb℉ × (178.1857−151.7 )℉
(210−151.7 )℉+0.928 Btu/ lb℉
¿0.9339 Btu/ lb℉
NIM 0703028 50
(Cp× μk )
1 /3
=( 0.9339 Btu / lb℉× (0.6904 cP× 2.42 )lb / ft H0.254 lb / ft hr )
1/3
¿1.8303
Jadi, koefisien perpindahan panas pada shell side adalah :
ho
Φs
=JH ( kDe )(Cp × μ
k )13
¿55 ×( 0.254 Btu /hr ft2℉0.0458 ft )×1.8303
¿557.8873 Btu /hr ft2℉
Tabel 3.10. Hasil Perhitungan Shell Side Lean-Rich Amine Exchanger
Shell Side
Flow area, as (ft2) 1.5125
linier Velocity 1.4967
Mass Velosity (lb/H ft2) 352921.6529
Reynolt Number 9681.5212
De (ft)= 0.55 (fig. 28) 0.0458(Cp µ /k)1/3 1.8303ho/Φs 557.8873Φs 1.0311Correted coeficient (ho) 575.2299
3.4.7. Temperatur Wall (TW)
Adapun cara menentukan temperatur wall adalah sebagai berikut :
T W=t c+hio /Φt
hio /Φt+ho /Φs(T h−tc ) ° F
¿178.1857℉+( 1,099.43051,099.4305+557.8873 )× (212.9204−178.1857 )℉
¿198.9849℉
Dari table 3.3. dapat diketahui nilai viscositas Lean Amine pada temperatur
wall 198.9849 °F dengan melakukan interpolasi seperti dibawah ini :
µwLean Amine=(0.388−0.687 ) cP × (198.9849−183.3 )℉
(248.5−183.3 )℉+0.687 cP
NIM 0703028 51
¿0.6151 cP
Jadi, nilai dari Φt dapat dicari melalui persamaan berikut :
ɸΦt=( μμw )
0.14
¿( 0.55120.6151 )
0.14
¿0.9848
Setelah temperatur wall diketahui, maka dapat diketahui nilai hio atau
koefisien perpindahan panas pada tube side dengan menggunakan perhitungan
sebagai berikut :
hio= hioɸΦt
× ɸΦt
¿1,099.4305 Btu /hr ft2℉× 0.9848
¿1,082.6764 Btu/hr ft2℉
Dari table 3.3. dapat diketahui viscositas Rich Amine pada tw = 198.9849 °F
dengan melakukan interpolasi seperti dibawah ini :
µwRich Amine=(0.483−0.863 ) cP × (198.9849−151.7 )℉
(210−151.7 )℉+0.863 cP
¿0.5548cP
Dari nilai viscositas diatas didapatkan :
ɸΦs=( μμw )
0.14
¿( 0.69040.5548 )
0.14
¿1.0311
NIM 0703028 52
Keterangan :
Φs = Viscositas rasio zat alir didalam shell
µ = Viscositas fluida didalam tube pada temperatur Tc, (cP)
µw = Viscositas fluida didalam tube pada suhu dinding tube, (cP)
Jadi, nilai koefisien perpindahan panas pada shell adalah :
ho= hoɸΦs
× Φs
¿557.8873 Btu /hr ft2℉× 1.0311
¿575.2299 Btu /hr ft2℉
3.4.8. Clean Overall Coefficient Heat Transfer (UC)
UC menunjukan nilai koefisien perpindahan panas tiap satuan luas dan tiap
°F pada setiap jam pada saat HE masih bersih. Dimana nilai UC adalah sebagai
berikut :
U c=hio ×hohio+ho
¿ 1,082.6764 Btu /hr ft2℉× 575.2299 Btu /hr ft2℉1,082.6764 Btu /hr ft2℉+575.2299 Btu/hr ft2℉
¿375.6472 Btu /hr ft2℉
Keterangan :
ho = Koefisien transfer panas bagian luar tube (dlm shell), (Btu/jam ft2 °F/ft)
hio = Koefisien transfer panas bagian dalam tube (dlm shell), (Btu/jam ft2 °F/ft)
3.4.9. Dirty Overall Coefficient Heat Transfer (UD)
UD menunjukan nilai koefisien perpindahan panas suatu HE saat kondisi HE
kotor. Dimana nilai UD ini dipengaruhi oleh dirt factor atau fouiling resisitance
suatu fluida. Dari lampiran 12 didapatkan nilai dirt factor untuk Lean-Rich Amine
adalah :
NIM 0703028 53
Rdi = 0.002 hr ft2 °F/Btu
Rdo = 0.002 hr ft2 °F/Btu
Maka nilai UD adalah :
1UD
= 1UC
+Rdi+Rdo= 1
375.6472 Btu/hr ft 2℉+0.002+0.002
U D=150.1034 Btu /hr ft2℉
Dimana :
Rdi = Dirt factor / Fouling resistence untuk fluida pada inside diameter tube, hr
ft2 °F/Btu
Rdo = Dirt factor / Fouling resistence untuk fluida pada outside diameter tube, hr
ft2 °F/Btu
Uc = Koefisien clean overall, Btu/hr ft2 °F
3.4.10. Ketahanan Terhadap Kotoran (Rd)
Nilai Rd, merupakan acuan yang sangat akurat untuk menentukan suatu HE
sudah perlu untuk dilakukan cleaning atau tidak. Karena nilai Rd ini berdasarkan
jenis dan kondisi fluida yang mengaliri HE tersebut. Untuk menghitung Rd
digunakan persamaan seperti dibawah ini :
Rd=UC−U D
UC× U D
¿ 375.6472 Btu /hr ft2℉−150.1034 Btu/hr ft2℉375.6472 Btu/hr ft2℉ ×150.1034 Btu /hr ft2℉
¿0.004 hr ft2℉ /Btu
3.4.11. Surface Area (A)
Luas area perpindahan panas (surface area) yang tersedia pada HE
haruslah lebih besar dari pada luas area yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan agar
pada saat HE telah mencapai nilai Rd 0.004, perpindahan panas yang terjadi tertap
dapat memenuhi tugasnya. Sehingga tidak mengganggu jalannya proses secara
keseluruhan, namun pada saat Rd telah mencapai 0.004 maka harus segera
dilakukan cleaning.
NIM 0703028 54
- Surface Area yang Dibutuhkan
A= QU D × ∆ Tm
¿ 30,685,974.13 Btu /hr
150.1034 Btu /hr ft2℉× 29.4389℉
¿6,944.2871 ft2
Karena Lean-Rich Amine Exchanger ini merupakan 2 buah HE 1-2 yang disusun
seri, maka luas area yang dibutuhkan adalah :
A = 6,944.2871 ft2/2
= 3,472.1436 ft2
- Surface Area yang Tersedia
AAviable=NT × L ×a
¿938 ×20 ft ×0.1903 ft /lin ft2
¿3,480.7773 ft 2
Keterangan :
NT = Jumlah Tube
L = Panjang Tube
a" = Surface per lin
Jadi, A yang tersedia jika dibandingkan dengan A yang dibutuhkan =
3,480.7773 ft2/3,472.1436 ft2 × 100% = 100.2487 % (lebih besar 100% maka
dinyatakan allowable).
Tabel 3.11. Hasil Hitungan Heat Transfered
Heat Transfered
Clean Overall Coeficient Heat Transfer (Uc) 375.6471766
Desain/Dirty Overall Coefisient Heat Transfer (UD) 150.1034411
Rdi 0.002
Rdo 0.002
RD 0.004Surface Area Yang Dibutuhkan,A (ft2) 3472.143555Surface Area Yang Tersedia 3480.7773% A 100.2487 (OK > 100%)
3.4.12. Menghitung Pressure Drop (ΔP)
NIM 0703028 55
Menghitung Number of courses (N+1)
N+1 = 12 L/B= 12 × 20/24.75= 9.6970 = 10
N = 9
Dimana :
N = Jumlah baffle
L = Panjang tube, ft
B = Jarak baffle, in
Pressure Drop Shell side (ΔPs)
Jadi, nilai pressure drop pada Lean-Rich Amine Exchanger ini dapat
dihitung menggunakan persamaan seperti dibawah ini :
ΔPs=f × GS2 × DS × {(N+1)×2 }5,22 x 1010× De × s× ɸs
¿0.0021× (352,921.65 lb /hr ft2 )2× 2.750 ft × (10 × 2 )
5,22 x1010×0.0458 ft ×1.0497 ×1.0311
¿5.3873 psi
Kondisi operasi pada CO2 Removal Plant menyatakan nilai Pressure Drop
yang diijinkan pada shell side tidak boleh lebih dari 7 psi. Maka nilai Pressure
Drop dari hasil perhitungan diatas memenuhi ketentuan.
Tabel 3.12. Hasil Perhitungan Shell Side’s Pressure Drop
Shell Side Pressure DropF 0.0021(N+1) = 10 9.6970N 9Ds (ft) 2.7500∆Ps (Psi) 5.3873
NIM 0703028 56
Pressure Drop Tube Side (ΔPT)
Adapun nilai pressure drop pada tube side dapat diketahui dengan cara :
- Menghitung ΔPt
ΔPt=f × Gt2 × L × (n ×2 )
5,22 ×1010× Di× s ×Φt
¿0.00017 × (628,398.7811 lb /hr ft2)2
×20 ft ×2 ×2
5,22 x 1010× 0.0467 ft ×0.9679 × 0.9848=0.1927 psi
- Menghitung Return Loss (ΔPr)
∆ Pr=2× ( 4 n )
s×
V 22g '
¿ 2× 4 × 20.9679
× (0.058 )=0.9587 psi
Dimana dari lampiran 15 didapatkan nilai V 2
2g ' = 0.058
- ∆ P Tube Total
∆ PT = ∆Pt + ∆Pr = (0.1927 +0.9587) psi = 1.1515 psi
Kondisi operasi pada CO2 Removal Plant menyatakan nilai Pressure Drop
yang diijinkan pada tube side tidak boleh lebih dari 5 psi. Maka nilai Pressure
Drop dari hasil perhitungan diatas memenuhi ketentuan.
Tabel 3.13. Hasil Perhitungan Tube Side’s Pressure Drop
Tube Pressure Dropf (ft2/in2) 0.0002∆Pt (Psi) 0.1927V2/2g' 0.0580∆Pr (Psi) 0.9587∆P tube (psi) 1.1515
NIM 0703028 57
3.5. Lean-Rich Amine Exchanger Data Sheet
Tabel 3.14. Data Sheet Lean-Rich Amine Exchanger E-3000 A/B
Data SheetTag No. : E-3000 A/BNo. of Exchanger : 2 (connection in series)
Performance of Unit
ContentHot Side (Tube) Cold Side (Shell)IN OUT IN OUT
Fluid Name Lean Amine Rich AmineFluid Quantity, Total (lb/hr) 505,525.00 533,794.00Vapor (lb/hr) - - 0 2,522.61Liquid (lb/hr) 505,525 505,525 533,794 531,271.4Liquid Evaporated (lb/hr) - 2,522.61Vapor Condesed (lb/hr) - -Noncondesable (lb/hr) - -Temperature (°F) 248.5 183.3 151.7 210Density, Vapor (lb/ft3) - - - 0.368Density, Liquid (lb/ft3) 60.4 62.2 65.5 63.7Viscosity, Vapor (cP) - - - 0.017Viscosity, Liquid (cP) 0.388 0.687 0.863 0.483Molecular Weight, Vapor - - - 38.376Molecular Weight, Liquid 24.0 24.0 24.6 24.6Spec. Heat, Vapor (Btu/lb °F) - - - 0.248Spec. Heat, Liquid (Btu/lb °F) 0.931 0.912 0.928 0.941Thermal Cond, Vapor (Btu/hr ft °F) - - - 0.013Thermal Cond, Liquid (Btu/hr ft °F) 0.28 0.275 0.254 0.259Latent Heat (Btu/lb) - - 771.2 716.1Inlet Pressure (psig) 12.25 60.3Velocity (ft/sec) 2.8900 1.4967Pressure Drop, Allow/Calc (psi) 5.00 / 1.1515 7.00 / 5.3873Fouling Factor (hr ft2 °F/Btu) 0.002 0.002Design/Test Pressure (psig) 175 / 225 175 / 225Design Temperature (°F) 300 300Heat Exchanged (Btu/hr) 30,685,974.13 30,685,974.13LMTD (°F) 34.9365Transfer Rate, Serv/Clean/Dirt (Btu/hr ft2 °F) 829 / 906.027 / 322.181Resistance of Dirty (hr ft2 °F/Btu) 0.004
Construction Pitch, Triangular (in) 0.9375 -OD (in) 0.75 -BWG 13 -Length (ft) 20 -No. of Pass 2 1Baffle Space (in) - 24.75Baffle cut (in) - 0.25ID (in) 0.56 33No. of Tube 938 -at" (in) 0.247 -Surface per lin ft/ft2 0.1903 -No. of Baffle 9
NIM 0703028 58
Dari perhitungan design Lean-Rich Amine Exchanger pada pembahasan
sebelumnya didapatkan hasil design seperti yang tertera pada table 3.14. seperti
data fluida dan konfigurasi Heat Exchanger. Lean-Rich Amine Exchanger ini
berupa 2 buah HE 1-2 yang disusun secara seri. Dimana seluruh spec yang
digunakan pada konfigurasinya menyesuaikan dengan kebutuhan agar dapat
melakukan tugasnya. Namun design ini juga mengacu pada sisi keekonomisan,
sehingga didapatkan HE dengan dimensi yang tidak terlalu besar namun dapat
menjalankan tugasnya dengan maksimal.
NIM 0703028 59
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari perhitungan design Lean-Rich Amine Exchanger yang telah dibahas
pada Bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Lean-Rich Amine Exchanger dengan tipe shell and tube Heat Exchanger yang
dapat digunakan untuk keperluan pada CO2 Removal Plant adalah HE 2-4
pass, namun setelah dilakukan perhitungan, maka didapatkan design yang
paling optimal yaitu 2 buah HE 1-2 pass yang disusun seri dengan konfigurasi
seperti pada tabel 3.3.
2. Lean-Rich Amine Exchanger dapat bekerja maksimal pada flowrate fluida
panas (Lean Amine) maksimal sebesar 505,525 lb/hr dan fluida dingin (Rich
Amine) maksimal sebesar 533,794 lb/hr. Dan dapat bertugas sesuai
fungsinya, yaitu sebagai pemanasan awal Rich Amine. Sehingga kandungan
CO2 pada Rich Amine bias distrip secara optimal.
3. Lean-Rich Amine Exchanger dapat bekerja secara maksimal asalkan saat
dilakukan evaluasi nila Rd tidak lebih dari 0.004 hr ft °F/Btu, apabila saat
dilakukan evaluasi didapatkan nilai Rd telah melampaui batasan maka harus
dilakukan pembersihan agar Lean-Rich Amine Exchanger E-3000 A/B dapat
bekerja secara optimal lagi.
4.2. Saran
Pemilihan material untuk Lean-Rich Amine Exchanger ini harus
memperhatikan nilai ekonomis dan kebutuhan pada proses. Sehingga Lean-Rich
Amine Exchanger yang didesign ini dapat memenuhi tugasnya secara optimal
dengan biaya maintanace dan biaya pembuatan yang ekonomis.
NIM 0703028 60