3b-Laporan FGK Bandung - Aspek Makro

download 3b-Laporan FGK Bandung - Aspek Makro

of 5

Transcript of 3b-Laporan FGK Bandung - Aspek Makro

Forum Gelar Kota 25 Agustus 2001 Perumahan dan Permukiman di kota Bandung Disarikan oleh Gunawan Tanuwidjaja ST. MSc. +62 812 212 208 42 [email protected], [email protected], http://greenimpactindo.wordpress.com/.

Permasalahan Umum Perumahan Permukiman di Kota Bandung.Latar BelakangBandung merupakan kota yang berkembang secara cepat dalam 50 tahun terakhir karena perkembangan Bandung sebagai kota pendidikan, kota industri dan kota pariwisata. Walaupun dalam ukurannya Bandung masih kalah dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia tetapi keadaan Bandung juga sangat tidak teratur.

PermasalahanMengingat kecepatan perkembangan Bandung maka dirasakan perkembangan Bandung yang tidak teratur ini akan membawa permasalahan yang lebih besar di masa depan. Permasalahan Kota Bandung secara umum seperti yang kami amati ialah : 1. Perkembangan kota Bandung yang tidak terencana secara baik dan terpadu sehingga pada akhirnya tidak terintegrasi dengan sarana dan prasarana umum. 2. Permukiman kumuh dan tidak teratur yang disebabkan oleh pengaturan tata kota yang tidak berjalan seperti Cibangkong, Taman Sari, Sadang Serang. 3. Transportasi yang sangat padat terutama pada jalan-jalan kolektor dan protokol yaitu Dago, Kopo, Soekarno Hatta, Kiara Condong. Penyebab ,masalah ini ialah pola transportasi yang tidak efisien dan kurangnya penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum. 4. Buruknya kualitas pelayanan umum seperti listrik, air ledeng, pembuangan air kotor dan limbah, telepon, dan pembuangan sampah. Permasalahan ini diperoleh dari berbagai keluhan masyarakat yang tidak puas akan pelayanan sedangkan harga yang harus dibayar semakin membengkak. Jika kita cari akar permasalahan di atas maka kita akan menemui penyebab-penyebab dalam aspek-aspek sebagai berikut :

PolitikDari segi politik kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah ternyata menimbulkan permasalahan-permasalahan yang serius pada perkembangan Kota Bandung. Visi pembangunan Kota Bandung yang awalnya tidak jelas dan belum tersosialisikan telah mengakibatkan tidak terintegrasikannya perkembangan kota dalam suatu kerangka yang baik. Hal ini diperoleh dari contoh di lapangan ketika seorang camat ditanyakan mengenai RDTRK didapat bahwa camat tersebut tidak memiliki salinan RDTRK tersebut. Di lain pihak sebuah proposal pembangunan diusulkan dari kecamatan dan kelurahan. Bagaimana pembangunan dapat berjalan seperti yang diharapkan. Dari berbagai struktur organisasi dalam Pemda Kota dan Pemerintah Pusat terlihat beberapa permaslahan yang terjadi dengan struktur yang saling tumpang tindih dalam pengaturan pembangunan. Selain itu juga terlihat dalam beberapa kebijakan terjadi inkoordinasi pada kebijakan

Forum Gelar Kota 25 Agustus 2001 Perumahan dan Permukiman di kota Bandung Disarikan oleh Gunawan Tanuwidjaja ST. MSc. +62 812 212 208 42 [email protected], [email protected], http://greenimpactindo.wordpress.com/. yang ada. Pengaturan perumahan yang berkaitan dengan dinas-dinas dalam Pemda Kota yaitu Dinas Tata Kota, Dinas Pertanahan, Dinas Bangunan nampak tidak terkoordinasi satu sama lain. Sekalipun di atas kertas koordinasi terjadi tetapi dari berbagai survei lapangan diperoleh koordinasi pengaturan nampak tidak efisien. Pada beberapa kawasan Bandung ternyata didapati bahwa Rencana Detail Tata Ruang Kota yang menjelaskan kriteria detail tata kota belum tersedia. Hal ini sangat memperkuat hipotesa bahwa aturan detail pembangunan kota Bandung memang tidak mampu disiapkan oleh Pemda. Di samping itu tidak tersedianya data statistik dan peta perencanaan akurat menyebabkan berkurangnya ketajaman kebijakan pemerintah dalam pengaturan kota. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan terlihat merupakan salah satu permasalahan di Kota Bandung. Sebagai contoh dalam proyek Paspati ternyata terdapat aspirasi masyarakat yang tidak ingin dipindahkan, hal ini kurang diperhatikan oleh Pemerintah kota. Berbagai proyek pembangunan yang menguntungkan pihak pemerintah nampaknya diproritaskan, sebaliknya kebutuhan-kebutuhan vital seperti prasarana air bersih, air kotor dan limbah, listrik dan telpon untuk kawasan kumuh seperti Cibangkong, Taman Sari dan Sadang Serang tidak mendapat perhatian. Hal ini juga menjelaskan betapa Pemerintah Kota tidak memiliki prioritas yang jelas dalam pemilihan program pembangunan Kota Bandung. Masalah intern Pemerintah Kota yang mengurangi keberhasilan pengaturan Kota Bandung di antaranya ialah : inefisiensi kerja instansi, kekurangan dana operasional dan fasilitas komputer, dan ketidakjelasan birokrasi perijinan dari segi waktu dan biayanya dan lemahnya pengawasan terhadap pemerintah dalam kinerja atau antikorupsi. Permasalahan ini dapat

dirasakan dari aktivitas-aktivitas yang tidak efisien dari pegawai Pemerintah Kota saat ini. Permasalahan pengaturan kepemilikan tanah pada berbagai instansi pemerintah Kota Bandung ternyata menyebabkan terbukanya kesempatan terjadinya permukiman liar pada tanah-tanah tersebut. Hal ini terlihat pada tanah-tanah yang dimiliki PENKA di Cibangkong dan Ciroyom. Selain itu lemahnya manajemen pertanahan seperti tidak dilakukannya pembatasan kepemilikan lahan maksimum menyebabkan terjadinya spekulasi dan penguasaan lahan oleh kalangan masyarakat ekonomi menengah dan kuat. Kondisi ini menyebabkan terpinggirkannya masyarakat berpenghasilan rendah ke permukiman kumuh atau pinggiran kota.

EkonomiPerkembangan ekonomi di dalam Kota Bandung sangat terlihat didominasi pihak swasta. Hal ini tidak diimbangi dengan perkembangan ekonomi koperasi maupun perkembangan kemampuan pemerintah untuk membiayai aparat pemerintah. Sehingga seringkali pengaturan perkembangan kota dengan mudah dilanggar semata-mata untuk kepentingan ekonomi. Hal ini terlihat pada permasalahan pembangunan Bandung Utara menjadi perumahan elit sementara daerah tersebut

Forum Gelar Kota 25 Agustus 2001 Perumahan dan Permukiman di kota Bandung Disarikan oleh Gunawan Tanuwidjaja ST. MSc. +62 812 212 208 42 [email protected], [email protected], http://greenimpactindo.wordpress.com/. seharusnya merupakan daerah resapan air Bandung. Pemerintah seharusnya dapat mengatur dan mengendalikan pembangunan yang dilakukan oleh swasta untuk mengembangkan asas keberlanjutan permukiman dan lingkungannya bagi seluruh lapisan masyarakat. Pemilikan lahan dan rumah yang tidak dibatasi ternyata telah menyebabkan sebagian besar lahan dan rumah telah menjadi investasi dan alat spekulasi. Hal ini sangat tidak berkeadilan bila meninjau kebutuhan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang sangat tinggi. Sehingga sangat sulit untuk mengadakan perumahan dengan harga yang terjangkau. Orientasi swasta untuk membangun perumahan bagi masyarakat golongan ekonomi kuat sangat terlihat dalam pengembangan daerah strategis Kota Bandung. Secara ekonomi memang hal ini wajar untuk dilakukan tetapi ternyata keadaan ini tidak diimbangi dengan penyediaan perumahan sangat sederhana di daerah tersebut juga. Sehingga akhirnya perbandingan 1 : 3 : 6 itu tidak terjadi. Pengadaan perumahan juga semakin sulit saja setelah terjadinya kesulitan pengucuran KPR. Kenaikan harga bahan bangunan dan peniadaan subsidi bunga telah menaikkan harga jual rumah sederhana. Subsidi yang dilakukan hanya memampukan masyarakat untuk mendapat

perumahan (subsidi tidak tepat sasaran), hal ini tetap tidak menyelesaikan permasalahan masyarakat lemah/kurang mampu. Subsidi yang mulai dibangun saat ini bukan lagi merupakan subsidi suku bunga tetapi subsidi langsung kepada masyarakat ekonomi lemah. Masalah yang timbul kemudian ialah pengawasan terhadap pemberian subsidi ini belum dipikirkan secara serius oleh pemerintah, swasta, LSM dan masyarakat. Prosedur dan Persyaratan perkreditan yang menunjang pengadaan perumahan ternyata pada kenyataannya mempersulit akses masyarakat ekonomi lemah pada perumahan tersebut. Hal ini disebakan karena uang muka kredit rumah terlalu tinggi atau jaminan yang tidak dapat dimiliki oleh masyarakat yang berprofesi dalam sektor informal. Lemahnya kemauan dan kesadaran masyarakat untuk mengembalikan dana juga merupakan salah satu penyebab sulitnya perguliran KPR BTN bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Masalah finansial Pemerintah Kota yaitu kekurangan dana operasional juga disebabkan antara lain karena berkurangnya kemauan dan kesadaran masyarakat untuk membayar iuran dan pajak. Hal ini sangat berpengaruh pada kinerja pemerintah terutama dalam pelayanan umum. Sedangkan masalah yang dihadapi BUMN kepentingan umum. ialah dualisme orientasi yaitu antara profit dan

Sosial BudayaPola hidup yang ingin mengambil keuntungan sebesar-besarnya tanpa suatu tanggungjawab sangat terlihat dari perkembangan masyarakat saat ini. Hal ini terlihat dari berkurangnya kesadaran masyarakat terhadap kewajiban membayar pajak dan kepatuhan pada aturan. Dari data yang diperoleh pajak yang diperoleh (tabel?)

Forum Gelar Kota 25 Agustus 2001 Perumahan dan Permukiman di kota Bandung Disarikan oleh Gunawan Tanuwidjaja ST. MSc. +62 812 212 208 42 [email protected], [email protected], http://greenimpactindo.wordpress.com/. Bahkan terkesan muncul sikap tidak peduli terhadap masalah (kota) baik pada masyarakat ekonomi lemah maupun kuat. Bagi masyarakat berpenghasilan rendah permasalahan seringkali merupakan hal yang biasa karena terbiasa tidak dapat memecahkan masalah itu sendiri..Sedangkan bagi masyarakat ekonomi kuat masalah permukiman kumuh seringkali tidak menjadi perhatian karena rendahnya kepedulian terhadap masyarakat ekonomi lemah.

Fisik dan LingkunganDalam segi fisik kawasan Bandung yang terbentuk oleh kawasan teratur (direncanakan khusus untuk perumahan) dan tidak teratur (terjadi secara informal) mengalami berbagai permasalahan yang serius. Pada kawasan permukiman yang tidak teratur nampak sekali bahwa pelayanan umum sangat sulit didapatkan karena kurangnya perhatian berbagai pelayanan umum terhadap kebutuhan dasar masyarakat ekonomi lemah. Kepadatan yang tinggi juga merupakan permasalahan yang serius pada beberapa kawasan seperti Cibangkong, Taman Sari, Sadang Serang. Kepadatan ini di antaranya menyebabkan terjadinya kurangnya ruang hijau terbuka dan sulitnya akses masuk ke dalam permukiman pada keadaaan tertentu seperti kebakaran, transportasi penduduk yang sakit dan lain-lain. Berbagai pembangunan perumahan nampaknya sangat meminggirkan masyarakat berpenghasilan rendah dengan meletakkan masyarakat berpenghasilan rendah pada kawasan pinggiran kota yang letaknya jauh dan sulit dijangkau. Keadaan ini selain disebabkan karena keterbatasan pemerintah untuk mensubsidi pengadaan tanah juga disebabkan oleh berbagai motif ekonomi dari berbagai pihak untuk berinvestasi pada tanah. Penerapan konsep aturan pengadaan perumahan rasio 1:3:6 bagi rumah mewah, rumah sederhana dan rumah sangat sederhana tidak berjalan dengan baik dan semakin tidak didasarkan pada kebutuhan yang ada di masyarakat. Pada kawasan-kawasan yang strategis secara ekonomis pengembang lebih mengutamakan untuk membangun perumahan mewah. Sedangkan pada kawasan pinggiran yang tidak terlayani dengan baik pengembang membangun perumahan murah. Letak perumahan-perumahan baru yang jauh dari letak dari pusat kota yang merupakan tempat kerja dan berdagang menyebakan tingginya arus lalu lintas dan peningkatan polusi akibat lalu lintas tersebut. Selain itu efektivitas kerja di instansi pemerintah dan swasta yang tidak baik sehingga pada jam kerja banyak karyawan yang berjalan-jalan menggunakan kendaraan dan memenuhi jalur-jalur transportasi tersebut. Hal ini terlihat pada jalan-jalan arteri dan kolektor seperti Kiara Condong, Buah Batu dan Cicaheum yang sangat padat pada jam-jam pergi dan pulang kerja. Berbagai data mengenai peningkatan polusi di Kota Bandung juga menunjukkan bahwa perencanaan transportasi tidak terencana dengan baik. Kelebihan jumlah angkutan umum dan tidak dipersiapkannya sarana transportasi masal yang efisien telah menyebabkan tingginya kebutuhan penduduk Bandung pada kendaraan pribadi dan mobil angkutan umum.

Forum Gelar Kota 25 Agustus 2001 Perumahan dan Permukiman di kota Bandung Disarikan oleh Gunawan Tanuwidjaja ST. MSc. +62 812 212 208 42 [email protected], [email protected], http://greenimpactindo.wordpress.com/. Pelayanan umum seperi pengadaan air bersih dan pengangkutan sampah juga semakin hari semakin menurun kualitasnya. Hal ini disebabkan oleh tidak transparannya pengelolaan pelayanan dan menurunnya pemasukkan dari iuran masyarakat. Masalah yang paling kritis bagi lingkungan hidup di Kota Bandung ialah tidak terkontrolnya penggunaan sumber daya alam seperti air tanah dan pembuangan limbah sehingga kualitas lingkungan mengalami penurunan secara perlahan tetapi pasti. Berbagai permasalahan tersebut membutuhkan sebuah solusi serius dari berbagai pihak agar tidak berkembang dan menimbulkan kehancuran lebih serius. Semoga paparan ini dapat menggambarkan secara sederhana permasalahan yang ada.