3792-1823-1-PB

7
9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang. E-mail: [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) bentuk tuturan imperatif bahasa Indonesia dalam interaksi guru-siswa di SMP Negeri 1 Sumenep, (2) jenis-jenis tuturan imperatif bahasa Indonesia dalam interaksi guru-siswa di SMP Negeri 1 Sumenep, (3) pesan tuturan imperatif bahasa Indonesia dalam interaksi guru-siswa di SMP Negeri 1 Sumenep. Data penelitian ini adalah wujud verbal bentuk tuturan imperatif yang digunakan guru-siswa dalam berinteraksi di sekolah. Data dikumpulkan dengan perekaman, observasi, catatan lapangan, dan wawancara yang ditata dalam bentuk transkripsi data. Hasil penelitian adalah: (1) bentuk tuturan imperatif formal dan nonformal bahasa Indonesia interaksi guru-siswa di sekolah, (2) jenis tuturan imperatif langsung dan jenis tuturan imperatif tidak langsung bahasa Indonesia interaksi guru-siswa di sekolah, dan (3) tiga belas pesan tuturan imperatif bahasa Indonesia interaksi guru-siswa di sekolah. Kata kunci: tuturan imperatif, bahasa guru, makna pragmatik imperatif Istilah imperatif merupakan istilah yang telah lama dikenal dalam dunia linguistik. Para pakar yang memberikan uraian imperatif, antara lain: Alisjahbana (1978), Keraf (1991), dan Ramlan (1996). Alisjahba- na (1978:3) dengan kalimat perintah menyatakan, ka- limat perintah merupakan ucapan yang isinya meme- rintah, memaksa, menyuruh, mengajak, meminta agar orang yang diperintah melakukan apa yang dimaksud- kan dalam perintah itu. Ramlan (1996:39) dengan menggunakan istilah kalimat suruh menjelaskan bahwa berdasarkan fung- sinya dalam hubungan situasi, kalimat suruh mengha- rapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak bicara. Keraf (1991:158) menjelaskan bahwa kalimat perintah adalah kalimat yang mengan- dung perintah atau permintaan agar orang lain mela- kukan sesuatu, sebagaimana yang diinginkan oleh orang yang memerintah. Berdasarkan pandangan pa- kar linguistik tersebut, tuturan imperatif lebih banyak dinyatakan dengan kontruksi imperatif yang didasar- kan struktur formal. Praktik komunikasi interpersonal, sesungguhnya makna imperatif bahasa Indonesia ti- dak hanya diungkapkan dengan konstruksi imperatif (suruh), melainkan dapat diungkapkan dengan kon- struksi yang lain. Konstruksi dimaksud adalah kon- struksi interogatif (pertanyaan) dan deklaratif (per- nyataan). Makna pragmatik imperatif sebuah tuturan tidak selalu sejalan dengan wujud konstruksinya me- lainkan ditentukan oleh konteks situasi tutur yang me- nyertai, melingkupi, dan melatarinya. Dalam konteks situasi tutur tertentu, seorang penutur dapat menentu- kan menggunakan tuturan deklaratif atau interogatif untuk menyatakan makna pragmatik imperatif ter- tentu. Menurut Firt kajian bahasa tidak dapat dipisah- kan tanpa mempertimbangkan konteks situasi yang meliputi partisipan, tindakan partisipan (baik tindak verbal maupun nonverbal), ciri-ciri situasi lain yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung, dan dampak-dampak tindak tutur yang diwujudkan de- ngan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan partisipan (dalam Wijana, 1996:5). Secara khusus, penelitian ini berusaha menyingkap bentuk- bentuk pemakaian tuturan imperatif dalam kegiatan bertutur di sekolah. Bentuk-bentuk tuturan imperatif di lingkungan sekolah merupakan fenomena yang menarik diteliti. Penelitian berjudul “Bentuk Tuturan Imperatif Baha- sa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep” diangkat karena guru-siswa di sekolah memiliki latar belakang bahasa ibu (pertama) yang bervariasi. Bervariasinya bahasa ibu dapat me-

description

skripsi

Transcript of 3792-1823-1-PB

Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia ... 99999

9

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam InteraksiGuru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

AndriyantoBahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Jl. Semarang 5 Malang. E-mail: [email protected]

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) bentuk tuturan imperatif bahasa Indonesiadalam interaksi guru-siswa di SMP Negeri 1 Sumenep, (2) jenis-jenis tuturan imperatif bahasa Indonesiadalam interaksi guru-siswa di SMP Negeri 1 Sumenep, (3) pesan tuturan imperatif bahasa Indonesiadalam interaksi guru-siswa di SMP Negeri 1 Sumenep. Data penelitian ini adalah wujud verbal bentuktuturan imperatif yang digunakan guru-siswa dalam berinteraksi di sekolah. Data dikumpulkan denganperekaman, observasi, catatan lapangan, dan wawancara yang ditata dalam bentuk transkripsi data.Hasil penelitian adalah: (1) bentuk tuturan imperatif formal dan nonformal bahasa Indonesia interaksiguru-siswa di sekolah, (2) jenis tuturan imperatif langsung dan jenis tuturan imperatif tidak langsungbahasa Indonesia interaksi guru-siswa di sekolah, dan (3) tiga belas pesan tuturan imperatif bahasaIndonesia interaksi guru-siswa di sekolah.

Kata kunci: tuturan imperatif, bahasa guru, makna pragmatik imperatif

Istilah imperatif merupakan istilah yang telahlama dikenal dalam dunia linguistik. Para pakar yangmemberikan uraian imperatif, antara lain: Alisjahbana(1978), Keraf (1991), dan Ramlan (1996). Alisjahba-na (1978:3) dengan kalimat perintah menyatakan, ka-limat perintah merupakan ucapan yang isinya meme-rintah, memaksa, menyuruh, mengajak, meminta agarorang yang diperintah melakukan apa yang dimaksud-kan dalam perintah itu.

Ramlan (1996:39) dengan menggunakan istilahkalimat suruh menjelaskan bahwa berdasarkan fung-sinya dalam hubungan situasi, kalimat suruh mengha-rapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orangyang diajak bicara. Keraf (1991:158) menjelaskanbahwa kalimat perintah adalah kalimat yang mengan-dung perintah atau permintaan agar orang lain mela-kukan sesuatu, sebagaimana yang diinginkan olehorang yang memerintah. Berdasarkan pandangan pa-kar linguistik tersebut, tuturan imperatif lebih banyakdinyatakan dengan kontruksi imperatif yang didasar-kan struktur formal. Praktik komunikasi interpersonal,sesungguhnya makna imperatif bahasa Indonesia ti-dak hanya diungkapkan dengan konstruksi imperatif(suruh), melainkan dapat diungkapkan dengan kon-struksi yang lain. Konstruksi dimaksud adalah kon-struksi interogatif (pertanyaan) dan deklaratif (per-

nyataan). Makna pragmatik imperatif sebuah tuturantidak selalu sejalan dengan wujud konstruksinya me-lainkan ditentukan oleh konteks situasi tutur yang me-nyertai, melingkupi, dan melatarinya. Dalam kontekssituasi tutur tertentu, seorang penutur dapat menentu-kan menggunakan tuturan deklaratif atau interogatifuntuk menyatakan makna pragmatik imperatif ter-tentu.

Menurut Firt kajian bahasa tidak dapat dipisah-kan tanpa mempertimbangkan konteks situasi yangmeliputi partisipan, tindakan partisipan (baik tindakverbal maupun nonverbal), ciri-ciri situasi lain yangrelevan dengan hal yang sedang berlangsung, dandampak-dampak tindak tutur yang diwujudkan de-ngan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibattindakan partisipan (dalam Wijana, 1996:5). Secarakhusus, penelitian ini berusaha menyingkap bentuk-bentuk pemakaian tuturan imperatif dalam kegiatanbertutur di sekolah.

Bentuk-bentuk tuturan imperatif di lingkungansekolah merupakan fenomena yang menarik diteliti.Penelitian berjudul “Bentuk Tuturan Imperatif Baha-sa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMPNegeri 1 Sumenep” diangkat karena guru-siswa disekolah memiliki latar belakang bahasa ibu (pertama)yang bervariasi. Bervariasinya bahasa ibu dapat me-

1010101010 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 9-15

Volume 1, Nomor 1, Maret 2013Volume 1, Nomor 1, Maret 2013Volume 1, Nomor 1, Maret 2013Volume 1, Nomor 1, Maret 2013Volume 1, Nomor 1, Maret 2013

mengaruhi cara guru-siswa berkomunikasi atau ber-interaksi dengan menggunakan kalimat imperatif.

Interaksi sehari-hari seperti praktik bertutur, pe-makaian satuan kalimat imperatif dinyatakan dalamwujud tindak tutur. Tindak tutur pada dasarnya meru-pakan perwujudan konkret fungsi-fungsi bahasa.Fungsi komunikatif imperatif terwujud dalam bentuktindak tutur. Tuturan imperatif erat hubungannya de-ngan jenis-jenis tindak tutur. Tindak tutur yang dimak-sud seperti yang dikemukakan Nadar (2009:17-18)yaitu tindak lokusioner, ilokusioner, dan perlokusioner.

Hubungan tuturan imperatif dengan tindak tuturadalah: (1) sebagai tindak lokusioner, tuturan imperatifmerupakan pernyataan makna dasar konstruksi impe-ratif, (2) sebagai tindak ilokusioner makna imperatifpada dasarnya merupakan maksud yang disampaikanpenutur dalam menyampaikan tuturan imperatif, dan(3) sebagai tindak perlokusioner sosok imperatif ber-kaitan dengan dampak yang timbul sebagai akibattindak tutur.

METODE

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptifkualitatif yang berorientasi pada teori pragmatik. Me-nempatkan tuturan imperatif dalam ruang lingkuppragmatik, maka penelitian ini menggunakan teoripragmatik untuk menelaah tuturan imperatif guru-siswa yang bervariasi.

Sumber data penelitian ini adalah wujud verbaltuturan imperatif interaksi guru-siswa di SMP Negeri1 Sumenep. Bentuk-bentuk tuturan imperatif yangdigunakan guru-siswa dalam interaksi di sekolah dia-mati dengan teliti.

Data penelitian ini adalah tuturan imperatif. Datatersebut diperoleh dengan menggunakan teknik ob-servasi dan wawancara. Selain itu, dalam prosespengambilan data peneliti dilengkapi oleh alat rekamyang berupa recorder.

Analisis data penelitian ini menggunakan modelinteraktif sebagaimana dikemukakan oleh Mills danHuberman (1992:20) yang mendasarkan pada prinsipbahwa analisis data dilakukan selama pengumpulandata dan setelah pengumpulan data. Oleh karena ituanalisis data dalam penelitian ini melalui beberapatahap, yakni: (a) tahap pengumpulan data, denganmelakukan kegiatan perekaman, observasi, catatanlapangan, dan wawancara; (b) melakukan pereduksi-an data dengan kegiatan identifikasi data, deskripsidata, dan klasifikasi data; (c) penyajian data dengan

kegiatan pengkodean data, dan pembuatan tabel; (d)melakukan penyimpulan dan verifikasi data sesuaidengan masalah; (e) temuan penelitian tentang ben-tuk tuturan imperatif interaksi guru-siswa di sekolah.

HASIL

Hasil penelitian diperoleh bentuk tuturan impera-tif bahasa Indonesia interaksi guru-siswa di SMP Ne-geri 1 Sumenep terdiri dari dua bentuk. Pertama, ben-tuk tuturan imperatif bahasa Indonesia interaksi guru-siswa di sekolah dilihat dari struktur formal bahasaIndonesia. Kedua, bentuk tuturan imperatif bahasaIndonesia nonformal. Imperatif secara formal dibagimenjadi beberapa struktur formal. Pertama, bentuktuturan imperatif bahasa Indonesia interaksi guru-siswa di sekolah berdasarkan struktur imperatif aktif.Tuturan imperatif aktif guru-siswa di sekolah digo-longkan menjadi dua macam, imperatif aktif yangbercirikan transitif dan imperatif aktif yang bercirikanintransitif. Kedua adalah imperatif pasif. Ketiga, ben-tuk tuturan imperatif yang tegas. Keempat, bentuktuturan imperatif biasa. Bentuk tuturan imperatifyang kelima adalah tuturan imperatif halus. Bentukimperatif yang keenam adalah penggunaan kalimatlarangan. Bentuk tuturan imperatif nonformal adadua. Pertama tuturan deklaratif yang bermakna prag-matik imperatif dan yang kedua tuturan introgatif yangbermakna pragmatik imperatif. Bentuk tuturan impe-ratif ini dibangun dari kontruksi deklaratif ataupunintrogatif yang memiliki makna pragmatik imperatif.

PEMBAHASAN

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesiadalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1

Sumenep

Bentuk tuturan imperatif terbagi menjadi dua,yaitu bentuk formal tuturan imperatif guru-siswa danbentuk nonformal tuturan imperatif guru-siswa. Ben-tuk formal tuturan imperatif adalah realisasi maksudimperatif jika dihubungkan dengan ciri formal atauciri struktural. Bentuk formal imperatif adalah kalimatyang isinya menyuruh orang lain untuk melakukansesuatu yang kita hendaki. Secara formal bentuk im-peratif ditandai dengan tanda titik (.) atau tanda seru(!), penggunaan partikel seru seperti -lah (Putrayasa,2009: 31).

Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia ... 1111111111

Struktur Formal Imperatif Bahasa Indonesia

Tuturan imperatif formal dikelompokkan menja-di (1) tuturan imperatif aktif, (2) tuturan imperatifpasif, (3) tuturan imperatif tegas, (4) tuturan imperatifbiasa, (5) tuturan imperatif halus, dan (6) kalimat la-rangan.

Imperatif formal yang berupa tuturan imperatifaktif transitif dan aktif intransitif dituturkan guru-sis-wa dalam segala kondisi. Pada situasi santai, ketikajam istirahat berlangsung, tuturan imperatif aktif tran-sitif terjadi dalam interaksi guru-siswa. Situasi yangsantai, secara tidak langsung memunculkan keakrab-an antara penutur dan mitra tutur sehingga hampirtidak ada jarak sosial diantara peserta tutur. Pada si-tuasi ini muncul bentuk tuturan imperatif aktif transitifyang dituturkan guru kepada guru, guru kepada siswa,siswa kepada guru, dan siswa kepada siswa denganditandai penggunaan verba dasar pada tuturan impe-ratifnya. Penggunaan verba dasar pada tuturan impe-ratif merupakan ciri dari tuturan imperatif aktif transi-tif. Ini sesuai dengan pendapat Rahardi (2005:90)yang mengatakan tuturan imperatif aktif transitif ver-banya harus dibentuk tanpa berawalan -meN-.

Situasi resmi seperti pembelajaran, memuncul-kan tuturan imperatif aktif transitif interaksi guru-siswa. Verba imperatif yang digunakan adalah verbadasar. Salah satu ciri tuturan imperatif aktif transitifadalah penggunaan verba dasar pada tuturannya. Se-lain itu, tuturan imperatif aktif transitif dalam interaksiguru-siswa dipengaruhi oleh faktor dekat atau akrabpeserta tutur.

Pada tuturan imperatif aktif transitif interaksiguru-siswa ditemukan adanya pelesapan pada salahsatu fungsi kalimat. Menurut Samsuri (1982:278), pe-lesapan salah satu fungsi kalimat pada percakapanlisan biasa terjadi. Dalam suatu percakapan pelesap-an salah satu fungsi kalimat tertentu dapat ditafsirkanpengertiannya dengan baik oleh pemakai bahasa.

Tuturan imperatif aktif intransitif interaksi guru-siswa terjadi dalam segala situasi tuturan. Tuturanimperatif aktif intransitif yang dituturkan guru-siswadalam situasi santai terjadi saat jam istirahat berlang-sung. Data tuturan tersebut dikatakan tuturan impera-tif aktif intransitif karena ditandai dengan penggunaanpreposisi di depan verba imperatif. Situasi nonresmimemunculkan bentuk tuturan imperatif aktif intransitifyang dituturkan guru kepada guru, guru kepada siswa,siswa kepada guru, dan siswa kepada siswa saatjam isitirahat berlangsung. Tuturan imperatif aktif in-

transitif ditandai dengan penggunaan verba yang tidakperlu diikuti oleh fungsi objek.

Konteks situasi resmi memunculkan tuturan im-peratif aktif intransitif interaksi guru-siswa. Tuturanimperatif aktif intransitif ditandai dengan penggunaanawalan ber- pada verbanya. Tuturan imperatif aktifintransitif dalam konteks resmi juga terjadi pada saatpembelajaran berlangsung. Hal ini ditandai denganpenggunaan frasa preposisi di awal verbanya. Selainitu, berdasarkan temuan penelitian terdapat tuturanimperatif aktif intransitif dalam situasi resmi sepertipembelajaran yang ditandai dengan penggunaan ver-ba yang tidak perlu diikuti objek.

Bentuk tuturan imperatif pasif interaksi guru-siswa segala konteks tuturan. Berdasarkan ciri struk-tural, data tuturan tersebut ditandai dengan pengguna-an awalan -di- pada verba imperatifnya. Selain itu,maksud tuturan imperatif tersebut tidak langsung ter-tuju pada mitra tutur namun, seolah-olah orang ketigayang diperintah. Tuturan imperatif pasif terjadi padatuturan guru kepada guru, guru kepada siswa, siswakepada guru, dan siswa kepada siswa. Konteks situa-si tuturan nonresmi memunculkan bentuk tuturan im-peratif pasif dengan penanda berupa penggunaan a-walan di- pada verba imperatifnya.

Konteks resmi seperti pembelajaran di kelas ti-dak luput dari penggunaan tuturan imperatif pasif yangdituturkan guru kepada siswa. Tuturan imperatif pasifyang dituturkan guru kepada siswa saat proses bela-jar-mengajar berlangsung yang ditandai dengan peng-gunaan awalan di- pada verba imperatifnya. Situasiresmi seperti pembelajaran, ditemukan juga bentuktuturan imperatif pasif yang dituturkan siswa kepadaguru.

Kalimat perintah tegas dibentuk dari sebuahklausa tidak lengkap, biasanya berupa kata kerja da-sar yang disertai dengan intonasi kalimat perintah.Dalam bahasa tulis, intonasi ini ditandai dengan tandaseru (!). Dari segi verba dapat pula dilengkapi denganobjek atau keterangan agar tidak menimbulkan salahpaham (Chaer, 2008:197). Bentuk tuturan imperatiftegas guru-siswa di SMP Negeri 1 Sumenep terjadipada situasi tutur yang resmi dan situasi santai ataunonresmi.

Konteks situasi nonresmi memunculkan bentuktuturan imperatif tegas yang tejadi pada tuturan gurukepada guru dan siswa kepada siswa. Tuturan ini di-tandai dengan penggunaan penanda yang berupaklausa tidak lengkap dan penggunaan kata dasar padaverba imperatif yang diikuti dengan intonasi tinggi

1212121212 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 9-15

Volume 1, Nomor 1, Maret 2013Volume 1, Nomor 1, Maret 2013Volume 1, Nomor 1, Maret 2013Volume 1, Nomor 1, Maret 2013Volume 1, Nomor 1, Maret 2013

saat diucapkan. Selain konteks nonresmi, tuturan inijuga dituturkan guru-siswa dalam situasi resmi sepertipembelajaran di kelas. Bentuk tuturan imperatif te-gas yang dituturkan guru kepada siswa merupakanbentuk tuturan imperatif tegas yang ditandai denganpenggunaan frasa tidak lengkap atau penutur hanyamenggunakan kata dasar saja untuk menyatakanmaksud imperatif. Situasi yang sudah diketahui olehpartisipan tutur, penutur cendrung menggunakan ben-tuk tuturan tegas hanya dengan menyebutkan namamitra tutur atau dengan menyebut menggunakan kataganti orang.

Bentuk tuturan imperatif tegas juga terjadi padatuturan siswa kepada guru ketika proses belajar-mengajar berlangsung. Bentuk tuturan imperatif initerjadi karena guru memposisikan sebagai teman sis-wa, sehingga terjadi keakraban antara partisipan tuturyang memunculkan bentuk tuturan imperatif tegasdari siswa kepada guru. Bentuk tuturan imperatif te-gas terjadi juga pada tuturan siswa kepada siswa.

Bentuk tuturan imperatif biasa menurut Chaer(2008:197) dibentuk dari sebuah klausa berpredikatverba yang diberi partikel-lah dan menanggalkansubjeknya. Selain itu tuturan imperatif biasa terjadidalam segala kondisi tuturan, jika tuturan imperatifitu betujuan untuk memerintah orang tertentu, makasubjek pada tuturan imperatif tersebut harus ditampil-kan.

Konteks situasi tuturan nonresmi seperti saatjam istirahat berlangsung memunculkan bentuk tutur-an imperatif biasa. Selain itu, situasi resmi memuncul-kan bentuk tuturan imperatif biasa yang terjadi padatuturan guru kepada guru seperti rapat persekolahan.Proses belajar-mengajar memunculkan bentuk tutur-an imperatif biasa yang dituturkan guru kepada siswatuturan ini ditandai dengan menggunakan partikel -lah pada klausa berpredikat verba pada tuturan guru.

Secara struktural Imperatif halus dibentuk de-ngan menggunakan kata-kata yang menunjukkantingkat kesopanannya. Kata-kata tersebut adalahmohon, harap, minta, silahkan, sebaiknya, danhendaknya (Chaer, 2008:198). Selain itu, Ramlan(1996:42) dan Hasan dkk (2003:355) mengatakan,bahwa penambahan kata tolong, coba, sudilah, dankiranya. pada kalimat dapat memperhalus tuturanimperatif. Imperatif halus dengan kadar suruhan sa-ngat halus biasanya berisi permintaan.

Konteks situasi resmi memunculkan bentuk tu-turan imperatif yang dituturkan guru kepada guru se-perti rapat persekolahan, tuturan guru kepada siswa

dan tuturan siswa kepada guru seperti pembelajarandi kelas, serta tuturan siswa kepada siswa sepertisaat rapat anggota OSIS. Konteks nonresmi sepertiketika di luar kelas, memunculkan tuturan imperatifyang dituturkan guru kepada guru. Tuturan yang ditu-turkan guru kepada guru saat jam istirahat berlang-sung ditandai dengan penggunaan frasa dimohon pa-da tuturan imperatif guru.

Secara formal Ramlan (1996:43) dan Hasan dkk(2003:357), menandai tuturan imperatif larangan de-ngan menggunakan kata jangan (lah). Kalimat la-rangan menggunakan kata-kata pencegahan sepertijangan, dilarang, tidak boleh, dan gabungan katasebaiknya....tidak, sebaiknya....jangan, hendak-nya....tidak, dan mohon....tidak.

Situasi santai saat jam istirahat berlangsung in-teraksi guru dengan siswa atau sebaliknya sering ter-jadi. Pada tuturan tersebut guru melarang siswa un-tuk melakukan sesuatu yang merugikan orang lainyang ditandai dengan kata jangan pada tuturan impe-ratif guru. Bentuk tuturan imperatif larangan terjadipada tuturan siswa kepada siswa yang cenderunglebih langsung. Hal ini terjadi karena kedekatan dankeakraban partisipan tutur sehingga bentuk tuturanimperatif larangan akan semakin langsung dan tegas.Konteks situasi yang resmi seperti pembelajaran disekolah memunculkan bentuk tuturan imperatif la-rangan yang disampaikan guru kepada siswa. Kon-teks terjadinya tuturan disini adalah melarang siswauntuk mengacungkan tangan. Tuturan imperatif la-rangan guru ditandai dengan penggunaan kata ja-ngan pada tuturan imperatifnya.

Struktur Nonformal Imperatif BahasaIndonesia

Struktur nonformal imperatif adalah kontruksiselain imperatif. Kontruksi ini dapat berupa kalimatdeklaratif ataupun kalimat introgatif. Rahardi(2005:93) dan Chaer (2010:90) menyatakan untukmaksud “memerintah” orang lain, penutur dapatmengungkapkannya dengan kalimat imperatif, kali-mat deklaratif, dan bahkan dengan kalimat interogatif.Makna pragmatik imperatif tidak hanya diwujudkandengan kontruksi tuturan imperatif, melainkan dengantuturan nonimperatif atau kontruksi-kontruksi lain.

Tuturan dengan kontruksi deklaratif banyak di-gunakan untuk menyatakan makna pragmatik impe-ratif perintah, dengan menggunakan tuturan kontruksideklaratif muka si mitra tutur dapat terselamatkan.

Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia ... 1313131313

Kontruksi imperatif seperti ini, dapat dianggap seba-gai alat penyelamat muka karena maksud imperatiftidak tertuju secara langsung kepada si mitra tutur.Tuturan dengan kontruksi deklaratif untuk menyata-kan makna pragmatik imperatif terjadi pada (1) tutur-an guru kepada guru, (2) tuturan guru kepada siswa,(3) tuturan siswa kepada siswa, dan (4) siswa kepadasiswa dalam segala konteks situasi tuturan.

Bentuk tuturan interogatif merupakan pilihanpenutur dalam menyampaikan maksud imperatif ke-pada pendengar atau mitra tutur di SMP Negeri 1Sumenep. Bentuk tuturan introgatif yang bermaknapragmatik imperatif sering dituturkan oleh guru atau-pun siswa ketika berinteraksi sehari-hari. Bentuk tu-turan introgatif yang bermakna pragmatik imperatifterjadi pada situasi resmi seperti pembelajaran sertadalam situasi nonresmi seperti interaksi guru-siswasaat jam istirahat berlangsung. Bentuk tuturan impera-tif seperti ini digunakan guru kepada guru, guru kepa-da siswa, siswa kepada guru, dan siswa kepada siswadalam segala situasi tuturan.

Jenis-jenis Tuturan Imperatif BahasaIndonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di

SMP Negeri 1 Sumenep

Jenis tuturan imperatif yang digunakan guru-sis-wa ketika berinteraksi sehari-hari di SMP Negeri 1Sumenep ada dua. Imperatif langsung dan imperatiftidak langsung. Blum-Kulka (1987:83) menjelaskan,tindak tutur langsung merupakan pengekspresian tu-tur menggunakan wujud verbal berupa tuturan yangmodus dan maknanya sama antara kata-kata denganmaksud pengutaraannya. Nadar (2009:19) mengata-kan, jenis tindak tutur tidak langsung adalah tuturanyang berbeda dengan modus kalimatnya, maka mak-sud dari tuturan tidak langsung bergantung pada kon-teksnya.

Penggunaan jenis tuturan langsung dan jenis tu-turan tidak langsung oleh guru-siswa di sekolah dise-babkan konteks tuturan yang berbeda-beda. Konteksyang dimaksud adalah segala latar belakang yangmenyertai munculnya tuturan imperatif guru-siswadi sekolah. Penggunaan jenis tuturan langsung dantidak langsung pada dasarnya merupakan cara yangdilakukan penutur dalam menyampaikan maksudtuturannya agar dipahami oleh pendengar atau mitratutur.

Penggunaan jenis tuturan imperatif langsung se-ring dituturkan guru kepada siswa ketika interaksi didalam kelas. Hal ini dilakukan guru, karena proses

pembelajaran merupakan sesuatu yang penting danmendesak sehingga pemilihan jenis tuturan imperatiflangsung merupakan hal yang tepat. Pemilihan jenistuturan imperatif langsung juga terjadi pada interaksisiswa kepada guru di dalam kelas. Pemilihan jenisimperatif langsung oleh siswa kepada guru karenaguru memilki faktor kedekatan dengan siswa. Gurudianggap sebagai teman, sehingga jarak sosial dianta-ra keduanya semakin sempit.

Pemilihan jenis tuturan imperatif tidak langsungdalam interaksi guru-siswa di sekolah khususnya didalam kelas terjadi pada tuturan siswa kepada guru.Selain itu ditemukan, jenis imperatif tidak langsungyang dituturkan guru kepada siswa saat proses bela-jar-mengajar berlangsung. Hal ini dilakukan guru un-tuk menyegarkan suasana pembelajaran. Pada dasar-nya jenis imperatif tidak langsung dituturkan siswakepada guru dalam konteks tuturan resmi dan santai.

Jenis Pesan Tuturan Imperatif BahasaIndonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di

SMP Negeri 1 Sumenep

Jenis pesan tuturan imperatif berhubungan de-ngan makna yang terkandung dalam tuturan. Maknayang dimaksud dikaitkan dengan konteks situasi tuturyang melatarbelakanginya. Terdapat tiga belas mak-na tuturan imperatif bahasa Indonesia dalam interaksiguru-siswa di SMP Negeri 1 Sumenep di antaranya:(1) makna perintah, (2) makna suruhan, (3) maknapermintaan, (4) makna permohonan, (5) makna de-sakan, (6) makna bujukan, (7) makna imbauan, (8)makna persilaan, (9) makna ajakan, (10) makna per-mintaan izin, (11) makna larangan, (12) makna harap-an, dan (13) makna anjuran.

Makna Perintah

Tuturan imperatif yang bermakna perintah da-lam interaksi guru-siswa di sekolah terjadi dalam se-gala kondisi tuturan. Penggunaan tuturan imperatifyang bermakna perintah terjadi pada situasi yang res-mi yaitu pembelajaran di kelas dan situasi yang santaiatau saat jam istirahat berlangsung. Tuturan imperatifyang bermakna perintah ditandai dengan penggunaankata dasar lengkap pada tuturannya.

Makna Suruhan

Jenis pesan imperatif yang bermakna suruhanditandai dengan penggunaan kata coba pada tuturan-nya. Jenis pesan ini, terjadi pada tuturan guru kepadaguru, guru kepada siswa, siswa kepada guru, dan

1414141414 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 9-15

Volume 1, Nomor 1, Maret 2013Volume 1, Nomor 1, Maret 2013Volume 1, Nomor 1, Maret 2013Volume 1, Nomor 1, Maret 2013Volume 1, Nomor 1, Maret 2013

siswa kepada siswa dalam segala konteks situasi tu-turan. Tuturan imperatif yang bermakna suruhan yangdituturkan guru kepada guru dalam situasi santai yaitusaat jam istirahat berlangsung, dengan penanda katacoba tuturannya.

Makna Permintaan

Penggunaan tuturan imperatif yang bermaknapermintaan ditandai dengan penanda kata tolong,minta, dan mohon. Penggunaan tuturan imperatifyang bermakna permintaan terjadi pada tuturan gurukepada siswa dan siswa kepada siswa. Pada datatuturan 164, 165, dan 166 merupakan tuturan impera-tif yang bermakna permintaan dengan penanda katamintalah, minta tolong, dan tolong. Tuturan ini ditu-turkan guru kepada siswa ketika proses belajar-meng-ajar berlangsung. Pada tuturan tersebut, guru memin-ta siswa agar belajar dengan siswa lain yang lebihpandai.

Makna Permohonan

Tuturan imperatif yang bermakna permohonanditandai dengan penggunaan penanda kata mohondan penggunaan partikel -lah pada tuturannya. Tutur-an imperatif yang bermakna permohonan terjadi pa-da tuturan guru kepada guru dalam konteks situasituturan yang santai. Penanda pada tuturan ini berupakata dimohon pada tuturannya.

Makna Desakan

Jenis tuturan imperatif yang bermakna desakanditandai dengan pengunaan kata ayo dan mari sebagaipemarkah makna. Tuturan imperatif yang bermaknadesakan dituturkan guru kepada siswa saat prosesbelajar-mengajar berlangsung. Guru menggunakanpenanda ayo pada tuturannya. Tuturan imperatif yangbermakna desakan juga dituturkan guru kepada gurudalam situasi santai.

Makna Bujukan

Jenis tuturan imperatif yang bermakna bujukanditandai dengan penggunan penanda kata berupa ayo,mari, dan tolong pada setiap tuturannya.Tuturan im-peratif yang bermakna bujukan terjadi pada tuturanguru kepada siswa, siswa kepada guru, dan siswakepada siswa dalam segala konteks tuturan. Tuturanguru kepada siswa terjadi dalam konteks resmi yaitusaat proses belajar-mengajar berlangsung. Guru da-lam tuturannya menggunakan penanda ayo pada tu-turannya. Tuturan siswa kepada guru dan tuturansiswa kepada siswa terjadi dalam situasi nonresmiyaitu tepatnya saat jam istirahat berlangsung. Penan-

da ayo yang bermakna desakan digunakan siswadalam tuturannya.

Makna Imbauan

Jenis pesan imperatif yang bermakna imbauanditandai dengan penggunaan partikel -lah denganpenanda harap dan mohon. Tuturan imperatif yangbermakna imbauan terjadi pada tuturan guru kepadasiswa dalam situasi resmi seperti pembelajaran dikelas. Guru dalam tuturannya menggunakan partikel-lah sebagai penanda tuturan bermakna imbauan.

Makna Persilaan

Jenis pesan pada tuturan imperatif yang bermak-na persilaan dapat ditandai dengan pengunaan frasasilahkan dan dipersilahkan. Imperatif yang ber-makna persilaan dalam interaksi sehari-hari di sekolahterjadi pada tuturan guru kepada siswa dalam segalakonteks tuturan. Konteks situasi yang resmi sepertipembelajaran, tuturan imperatif yang bermakna persi-laan dituturkan guru kepada siswa dengan penandatuturan berupa kata silahkan.

Makna Ajakan

Imperatif yang bermakna ajakan ditandai denganpenggunaan frasa mari dan ayo. Tuturan imperatifyang bermakna ajakan terjadi pada tuturan guru kepa-da siswa dan tuturan siswa kepada siswa. Tuturanimperatif ajakan yang dituturkan guru kepada siswaterjadi ketika proses belajar-mengajar berlangsung.Guru ketika bertutur kepada siswa menggunakan ka-ta ayo yang menandakan tuturan guru bermaknaajakan. Tuturan yang bermakna ajakan terjadi jugapada tuturan siswa kepada siswa dalam situasi yangsantai yaitu saat jam istirahat berlangsung.

Makna Permintaan Izin

Jenis pesan tuturan imperatif yang bermaknapermintaan izin ditandai dengan penggunaan penandaberupa kata mari dan boleh. Tuturan imperatif yangbermakna ini dituturkan siswa kepada guru dalamkonteks situasi yang resmi, yaitu saat proses belajar-mengajar berlangsung. Siswa menggunakan penandaboleh kepada guru dalam tuturan imperatifnya yangmenandakan tuturan imperatif tersebut bermaknapermintaan izin.

Makna Larangan

Jenis pesan tuturan imperatif yang bermaknalarangan ditandai dengan penggunaan penanda beru-pa kata jangan dan awas. Penggunaan imperatifyang bermakna larangan terjadi pada tuturan guru

Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia ... 1515151515

kepada siswa, guru kepada guru, dan siswa kepadasiswa. Tuturan imperatif yang bermakna laranganterjadi dalam segala konteks tuturan.

Makna Harapan

Jenis pesan pada tuturan imperatif yang bermak-na harapan ditandai dengan penggunaan penandaberupa kata harap dan semoga. Tuturan imperatifyang bermakna harapan terjadi pada tuturan gurukepada guru, siswa kepada siswa, dan guru kepadasiswa dalam segala konteks tuturan. Penutur padatuturan ini menggunakan penanda tuturan berupa katadiharapkan dan harap yang bermakna harapan.

Makna Anjuran

Penggunaan tuturan imperatif yang mengandungpesan anjuran dalam interaksi guru-siswa di sekolahterjadi pada interaksi guru kepada guru, siswa kepa-da siswa, dan guru kepada siswa pada segala kontekssituasi tuturan. Jenis pesan tuturan imperatif bahasaIndonesia yang bermakna anjuran ditandai pengguna-an penanda berupa frasa hendakanya dan sebaik-nya. Konteks tuturan imperatif ini yang dituturkanguru kepada guru terjadi pada situasi santai yaitu saatjam istirahat berlangsung.

SIMPULAN & SARAN

Simpulan

Bertolak dari temuan penelitian dan pembahas-an, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.Terdapat variasi bentuk tuturan imperatif bahasa Indo-nesia yaitu bentuk formal dan nonformal. Bentuk for-mal di antaranya terdiri atas imperatif aktif, pasif,tegas, biasa, halus, dan larangan. Bentuk nonformalterdapat dua yaitu tuturan deklaratif dan tuturan inte-rogatif yang bermakna pragmatik imperatif. Jenis tu-turan imperatif langsung dan tidak langsung menjadipilihan penutur dalam interaksi guru-siswa di sekolah.Terdapat tiga belas pesan tuturan imperatif yang mun-cul dalam interaksi guru-siswa di sekolah di antaranyaadalah perintah, suruhan, permintaan, permohonan,desakan, bujukan, imbauan, persilaan, ajakan, permin-taan izin, larangan, harapan, dan anjuran.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, saran yang diaju-kan sebagai berikut. Bagi guru khususnya guru baha-sa Indonesia, hasil penelitian ini dapat dijadikan variandalam memilih bentuk tuturan imperatif yang sesuaidengan konteks tuturan. Pemilihan bentuk tuturanimperatif yang cocok dengan konteksnya termasukdalam kompetensi sosial yang harus dimiliki guru.Bagipeneliti berikutnya yang sejalan dengan substansi pe-nelitian ini, temuan penelitian ini dapat dijadikan bahanpertimbangan dalam merancang penelitan yang dila-kukan.

DAFTAR RUJUKAN

Alisjahbana, ST. 1978. Tata Bahasa Baru Bahasa Indone-sia. Jakarta: Dian Rakyat.

Blum-Kulka, S. 1987. Indirectnees and Politenees Re-quest: Some or Defferent? dalam Journal of Prag-matics II.

Chaer, A. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Ri-neka Cipta.

Chaer, A. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: RinekaCipta.

Alwi, H., Dardjowidjojo, S., Lapoliwa, H., Moeliono, AM.2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakar-ta: Balai Pustaka.

Keraf, G. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesiauntuk Tingkat Pendidikan Menengah. Jakarta:Grasindo.

Miles, M.B., & A.M. Huberman. 1992. Analisis Data Kua-litatif. Jakarta: Universita Indonesia Press.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Putrayasa, I.B. 2009. Jenis Kalimat dalam Bahasa Indone-sia. Bandung: PT. Refika Aditama.

Rahardi, K. 2005. Pragmatik. (Kesantunan Imperatif Baha-sa Indonesia). Jakarta: Erlangga.

Ramlan, M. 1996. Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.Samsuri. 1985. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Malang:

Sastra Hudaya.Wijana, I.D.P. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta:

Penerbit Andi.