37). Wita D

23
55 CoUoids and Surfaces, 26 (1987) 55-77 ElsevierScience Publishers B. V., Amsterdam Printed in The Netherlands The Role of Mineral Dissolution in the Adsorption of Dodecylbenzenesulfonate on Kaolinite and Alumina PAULA. SIRACUSA I and P. SOMASUNDARAN2.. 1 Union Carbide Corporation, Technical Center,P.O. Box 8361,S. Charleston, WV 25303 (U.S.A.) 2HenryKrumb Schoolof Mines, Columbia University, New York, NY 10027 (U.S.A.) (Received 5 August 1986; accepted 13 March 1987) ABSTRACT The depletion of surfactants in contact with mineral systems can be due to many phenomena suchasadsorption,precipitation with inorganics, or complexation with other chemicals. In many systems containing sparingly solubleoxide or silicates as the substrate,surfactant depletion has beenassumed in the past to be solely due to adsorption. In this study, the solubility of kaolinite and alumina is investigatedand the contribution of surfactant precipitation with dissolved min- eral species is determined. The solubility of kaolinite is studied as a function of pH, and aluminum wasobserved to occur in significant amounts under certain pH conditions. Precipitation of dodecylbenzenesulfonate with these dissolved mineral species resultsin an adsorption maximum in sulfonatemicellar solu- tions. A minimum in residual aluminum concentrationsis observed and this coincideswith the adsorption maximum. Increase of pH to the alkaline rangeresults in the disappearance of.the adsorptionmaximum. Most importantly, thermodynamic calculations showthat incongruentdis- solution of kaolinite can occur abovepH 4.7 and lead to the formation of a new gibbsite phase which strongly influencesthe surfaceproperties of the kaolinite, and in turn, the adsorption of dodecylbe nze nesulf 0na te. Tests were also conducted with alumina and the dissolution of alumina was found to produce similar effectslike kaolinite, particularly precipitation of sulfonateand micellar solubilization in the acidic region. Analysis of sulfonatedepletion at low pH resultedin almost half of the adsorp- tion being attributed to aluminum sulfonate precipitation. Adsorption, with precipitation iso- lated, shows the alumina surface to be covered with only a monolayer of the sulfonate. INTRODUCTION In investigations of mineral-surfactant interactions, surfactant depletion is usually measured from the difference in solution concentration of the surfac- tant before and after contact with the substrate and then attributed to the -To whom all correspondence should be addressed. @ 1987 Elsevier Science Publishers B.V. 0166-6622/87/$03.50

Transcript of 37). Wita D

Page 1: 37). Wita D

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

Pengamatan Penyakit Damping off padaTanaman Mentimun di Berbagai

Tanah Persemaian di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir.

Surveilance of Damping off Disease in Cucumber Plant from Various

Nursery Soil in Pemulutan District Residence of Ogan Ilir.

Wita Despalina1*

), A. Muslim2

1Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya

2Penulis untuk korespondensi : HP.+6282281652381 *)

Corresponding author: [email protected]

ABSTRACT

Surveilance of Damping off Disease in cucumber plant from various nursery soil in Pemulutan

District, OganIlir. The objective of this research is to find the damping off disease in various

nursery soil sample from Pemulutan District. This research was conducted in green house,

department of plant pest and disease Faculty of Agriculture University of

SriwijayaInderalayaOganIlir, started from May to September 2005. The method was a survey

or observation method. The technique of sample taken was done in intentionally (purposive

sampling). The surveillance consist of indication causes of attack, percentage of attack and

intencity of attack. To find the species of disease on cucumber have done diagnose of disease

with microscopic observation in Laboratory. The result showed that the highest attack

percentage pre-emergence damping off is on soil sample’s I from PelabuhanDalam village at

42,5 percent, the highest attack percentage post-emergence damping off is on soil samples’sC

PemulutanIlir village at 100 percent and the highest attack intensity on soil sample’s C at 100

percent too.

Key words: Cucumber, damping off disease, pathogen

Abstrak

Pengamatan penyakit damping off pada tanaman mentimun di berbagai tanah persemaian

Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir. Tujuan dari risetini adalah untuk mengetahui

penyebab penyakit rebah semai (damping off) pada berbagai contoh tanah persemaian di

kecamatan Pemulutan.Risetini dilaksanakan di Rumah kaca Jurusan Hama Penyakit

Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Inderalaya OganIlir, dimulai dari bulan

Mei sampai dengan bulan September 2005. Metode yang digunakan adalah metode survey

(observasi). Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Data primer

langsung didapat dari lapangan dan kemudian dilanjutkan dengan mengadakan pengamatan di

labortorium. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada berbagai contoh tanah persemaian

tanaman mentimun, di kecamatan Pemulutan, persentase serangan penyakit pre-emergence

damping off tertinggi pada contoh tanah petani I dari desa Pelabuhan Dalam sebesar

42,5persen, persentase serangan post-emergence damping off tertinggi pada contoh tanah

petani C desa Pemulutan Ilir sebesar 100 persen dan intesitas serangan tertinggi juga pada

contoh tanah petani C sebesar 100 persen.

Kata kunci: Mentimun, Penyakit damping off, Patogen

Page 2: 37). Wita D

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

PENDAHULUAN

Mentimun (Cucumissativus) adalah salah satu sayuran buah yang banyak dikonsumsi

oleh masyarakat Indonesia. Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran ini merupakan

sumber kandungan mineral dan vitamin (Sumpena, 2002). Mentimun termasuk family

Cucurbitaceae yang telah dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber pangan yang penting.

Sebagian besar spesies berasal dari wilayah tropika dengan daerah berbeda-beda, dariAfrika,

Armenia Tropika dan dari Asia Tenggara (Sumpena, 2002). Tanaman mentimun berasal dari

India yang telah ditanam selamari buan tahun.

Mentimun juga dikenal telah dibudidayakan oleh bangsa Mesir danYunani. C. sativus

var. Hardwickii, nama takson liar yang berasal dari India, dianggap sebagai tetua C.sativus,

walaupun mungkin turunan liar (Rubatzky & Yamaguchi, 1999). Salah satu kendala dalam

produksi mentimun adalah adanya serangan penyakit Damping off atau penyakit rebah semai.

Semai atau tanaman yang baru saja tumbuhan di persemaian roboh lalu busuk dan mati,

penyebabnya cendawan Phytium debaryanum Hesse (Pracaya, 2003). Menurut semangun

(2000), rebah semai sering terjadi di persemaian cabai, terong, selada dan mentimun. Biji yang

membusuk didalam tanah atau semai dapat mati sebelum muncul kepermukaan tanah.

Penyakit tersebut disebabkan oleh jamur yang umum terdapat didalam tanah terutama

Rhizoctoniasolani Kuhn dan Phyium sp.

Timbulnya penyakit rebah semai akan lebih cepat terjadi bila temperature dan

kelembaban udara cukup tinggi, kerugian karena penyakit ini cukup besar. Menurut Agrios

(1996), kelembaban seperti suhu, mempengaruhi tahap awal dan perkembangan penyakit

tumbuhan infektif dalam beberap acara yang saling berkaitan. Pada banyak penyakit yang

mempengaruhi bagian tanaman di bawah tanah seperti akar sebagai contoh pada Phytium

penyebab patah roboh dan pembusukan biji. Keganasan penyakit sebanding dengan

kelembaban tanah dan paling tinggi saat mendekati titik jenuh.

Beberapa penyebab penyakit rebah semai adalah : Aphanomyces, Rhizoctonia, Phoma,

Gloeosporium, Colletotrichum, Phytium, Fusarium, Sclerotium, Phythophthora, Thielaviopsis,

Botrytis, Sclerotiniadan lain-lain. Kadang–kadang juga nematode parasite yang sering kali

menyebabkan oleh cendawan (Pracaya, 2003).

Berdasarkan uraian diatas penyakit ini cukup besar maka perlu diketahui lebih lanjut

gejala, penyebab dan persentase serangan penyakit damping off mentimun pada asal tanah

rawa lebak dengan berbagai macam tanah persemaian. Praktek Lapangan ini bertujuan untuk

mengetahui penyakit damping off mentimun pada berbagai sampel tanah persemaian.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Fitopatologi Jurusan

Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Inderalaya.Pelaksanaan

praktek lapangan dimulai dari bulan Mei sampai bulan September 2005.Alat dan Bahan yang

digunakan pada penelitian ini adalah : 11 sampel tanah dari berbagai tanah persemaian yang

terdapat di kecamatan Pemulutan, benih mentimun, pupuk kandang, daun rumbia media PDA,

22 baki, bambu, cawan petri, Bunsen, kaca preparat, jarum preparat dan mikroskop.Riset ini

dilakukan dengan menggunakan metode survey (observasi).Data primer diambil langsung dari

lapangan dengan mengamati langsung persemaian yang terserang damping off.Tanah yang

digunakan berasal dari tanah persemaian petani yang berada dalam satu kecamatan, kemudian

diteruskan dengan mengadakan pengamatan di laboratorium.Cara kerja yaitu Ditentukan 11

Page 3: 37). Wita D

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

contoh tanah yang berasal dari beberapa desa di kecamatan Pemulutan, semua contoh tanah

dimasukkan kedalam baki, 1 baki untuk control, tanah control disterilisasi dengan cara

memanaskan tanah dengan sinar matahari selama 3 hari berturut-turut. Semua contoh tanah

dibiarkan selama 2 hari dalam kondisi lembab.Penyemaian benih dilakukan setelah benih

mentimun direndam selama 1 malam.Pengamatan dilakukan 3 hari setelah benih ditanam

sampai bibit tanaman mentimun berumur kurang lebih 15 hari.Setelah pengamatan secara

makroskopis dilanjutkan dengan pengamatan secara mikroskopis dilaboratorium. Akar

mentimun yang terserang rebah kecampah diisolasi dengan menggunakan WA, buat preparat

dari isolate yang dihasilkan. Kemudian amatidibawah mikroskop agar lebih jelas penyebab

penyakit damping off pada mentimun. Parameter pengamatan dengan melihat gejala serangan,

penyebab penyakit, persentase serangan dan intensitas serangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan gejala yang terlihat mula-mula tanaman layu.Pada

pangkal batang tanaman semai yang terinfeksi penyakit membusuk, berlekuk dan akhirnya

tanaman menjadi rebah atau roboh.Pada tanaman semai yang sakit terdapat benang-benang

yang berwarna putih kecoklatan dan menyebabkan tanaman yang terinfeksi penyakit tersebut

terikat dengan tanah.

Gambar 1.Tanaman mentimun sehat (A), tanaman mentimun yang terserang rebah

kecambah (B).

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada semai mentimun dari berbagai

tanah persemaian dalam kecamatan Pemulutan ditemukan satu macam penyakit yang

disebabkan oleh Fusarium oxysporum Schlect.Yang ditunjukkan dengan koloni cendawan

yang berwarna ungu.Cendawan Fusarium oxysporum Schlect mempunyai koloni yang

berwarna ungu, merah muda, dan berwarna kuning (Barnett, 1981).

Page 4: 37). Wita D

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

Gambar 2. Isolat jamur Fusarium oxysporum Schlecht

Gejala serangan yaitu mula-mula tanaman menjadi layu, bibit muda yang masih lunak

terserang pada bagian hipokotil atau bagian batang yang letaknya dibawah keping lembaga

yang terinfeksi akan terlihat kebasah-basahan, membusuk, dan menjadi lunak serta mengerut.

Pada akhirnya batang tidak bisa menahan beratnya keping dan batang atas sehingga tanaman

menjadi mudah rebah dan akhirnya mati.

Hasil perhitungan persentase serangan pre emergence damping off tertinggi pada sampel

tanah I yang berasal dari desa Pelabuhan Dalam sebesar 42,5 % dan sedangkan yang

persentase serangan post emergence damping off tertinggi sampai 15 hari pengamatan yaitu

pada sampel tanah C dari desa Pemulutan Ilir sebesar 100%. Intensitas serangan tertinggi juga

pada sampel tanah C sebesar 86,7%. Tingginya persentase serangan dan intensitas serangan

disebabkan oleh kondisi tanah untuk semaian kemungkinan sudah terinfestasi dengan

penyebab pathogen ini, kelembaban yang tinggi yang semakin memacu serangan rebah

kecambah.Factor lainnya juga yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit ini adalah

lokasi tanah lebak yang banyak terendam air dan bila musim hujan dating maka lahan tersebut

banjir atau terendam air, dimana air merupakan alat pengangkut bahan-bahan organic yang

sudah mengandung jamur tersebut dan bertahan hidup dalam waktu lama didalam tanah

sampai datangnya inang (Semangun, 1996).

Pengaturan jarak tanam semaian juga sangat penting, hal ini untuk mengurangi

kelembaban yang tinggi. Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan

penyakit damping off adalah pemanasan dengan oven atau dengan air panas dengan suhu 85

derajat celcius selama 4-6 jam yang telah dicampur dengan fungisida pada benih yang akan

ditanam (Agrios, 1996). Pembumbunan tanah agar terkena sinar matahari dapat mengurangi

kelembaban, serta mencabut tanaman yang sakit agar tidak menulari tanaman yang sakit.

(Pracaya, 2003).

Page 5: 37). Wita D

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

KESIMPULAN

Persentase serangan penyakit pre emergence damping off tertinggi pada sampel tanah I

sebesar 42,5% dari desa Pelabuhan Dalam, persentase serangan post emergence damping off

tertinggi pada sampel tanah C sebesar 100% dari desa Pemulutan Ilir. Rata-rata intensitas

serangan tertinggi pada sampel tanah C sebesar 86,7%. Penyebab penyakit rebah kecambah

pada tanaman mentimun adalah Fusarium oxysporum Sclecht.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Barnett, H.I. 1981. Ilustrated genera of Imperfect Fungi.Second Ed Burgess Publishing Co.

Morgantown. West Virginia. USA.

Hariyanto. 1999. Mentimum Merambah Pasar Jepang. Trubus. Jakarta

Pracaya. 2003. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University

Press.Yogyakarta.

Semangun, H. 2001. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada

University Press.Yogyakarta.