lp wita fix

37
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN PEKERAWATAN PADA IBU PERSALINAN NORMAL PERSALINAN NORMAL A. DEFINISI Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37-42 minggu ) lahir spontan dengan presentase belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tidak ada komplikasi baik pada ibu maupun janin (Saifuddin, 2002 ). Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008). Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006). B. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur

description

aeiifnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnfcsejnkcfvjeldsvdsvd

Transcript of lp wita fix

Page 1: lp wita fix

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN PEKERAWATAN PADA IBU PERSALINAN

NORMAL

PERSALINAN NORMAL

A DEFINISI

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan ( 37-42 minggu ) lahir spontan dengan presentase belakang kepala yang

berlangsung dalam 18 jam tidak ada komplikasi baik pada ibu maupun janin (Saifuddin

2002 )

Persalinan adalah suatu proses yang dialami peristiwa normal namun apabila tidak

dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah amp Hidayat 2008) Persalinan

adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan

disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani 2009)

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam

18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo 2006)

B PENYEBABFAKTOR PREDISPOSISI

Penyebab persalinan belum pasti diketahuinamun beberapa teori menghubungkan

dengan faktor hormonalstruktur rahimsirkulasi rahimpengaruh tekanan pada saraf dan

nutrisi (Hafifah 2011)

1 Teori penurunan hormone

1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen Fungsi

progesterone sebagai penenang otot ndashotot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan

pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun

2 Teori placenta menjadi tua

Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah

yang menimbulkan kontraksi rahim

3 Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga

mengganggu sirkulasi utero-plasenta

4 Teori iritasi mekanik

Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss) Bila ganglion ini digeser

dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus

5 Induksi partus

Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis

dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser amniotomi pemecahan ketuban) oksitosin

drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus

C PATOFISIOLOGI

D TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN

Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang

merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida Perut

kelihatan lebih melebar fundus uteri turun Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil

karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin Perasaan sakit diperut dan

dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains) Servik menjadi

lembek mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)

(Haffieva 2011)

1 Timbulnya his persalinan adalah his pembukaan sebagai berikut

a Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan

b Teratur

c Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya

d Kalau dibawa berjalan bertambah kuat

e Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaaan cervik

His Kala I

I Kontraksi bersifat simetris

II Fundal dominan

III Involunter

IV Intervalnya makin lama makin pendek

V Diikuti retraksi

VI Kontraksi menimbulkan rasa sakit pada pinggang pada daerah perut dan dapat

menjalar ke daerah paha

His Kala II

I His semakin kuat ( Durasi 2 ndash 3 menit durasi 50 ndash 100 detik )

II His menimbulkan putar paksi dalam penurunan kepala atau bagian terendah

III Menimbulkan crowning dan penipisan perinium

IV Adanya dorongan mengedan menyebabkan ekspulsi kepala

2 Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show)

Dengan pendataran dan pembukaan lendir dari kanalis cervikalis keluar disertai

dengan sedikit darah Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena penekanan pada

daerah serviks yang menyebabkan pembuluh darah disekitar serviks menjadi lecet

3 Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir

Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek Ketuban itu pecah

kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dalam hal ini keluar cairan

merupakan tanda yang lambat sekali Tetapi kadan-kadang ketuban itu pecah pada

pembukaan kecil malahan kadang-kadang selaput robek sebelum persalinan

Sebab mulainya persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab misalnya

terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang disebabkan plasenta

menjadi tua pada kehamilan tua serta juga dapat akibat terjadi iskemia otot-otot

uterus sehingga terganggunya sirkulasi uteroplasenta sehingga plasenta mengalami

degenerasi Faktor lain misalnya tekanan pada ganglion servikale dari plexus

frankenhauser yang terdapat dibelakang serviks akibatnya kontraksi uterus

dibangkitkan

4 Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks

a Perlunakan serviks

b Pendataran serviks

c Terjadi pembukaan serviks

KALA PERSALINAN

Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu

1 Kala I (kala pembukaan)

In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah servik mulai

membuka dan mendatar darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis

servikalis

Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase

a Fase laten

Pembukaan servik berlangsung lambat kurang dari 4cm dan berlangsung selama 8 Jam

b Fase aktik

Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase

1) periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm

2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung 2 jam

cepat menjadi 9 cm

3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10

cm

Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh uterus servik dan vagina menjadi saluran

yang continue selaput amnio ruptur kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik

untuk setiap kontraksi kepala janin turun ke pelvis

2 Kala II (pengeluaran janin)

His terkoordinir cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali kepala janin telah turun

dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara

reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB

dengan tanda anus membuka Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan

perineum meregang Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh

badan janin Kala II pada primi 15-2 jam pada multi 05 jam

Mekanisme persalinan

Janin dengan presentasi belakang kepala ditemukan hampir sekitar 95 dari semua

kehamilanPresentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala

diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher) Pada

kebanyakan kasus presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura

sagitalis melintang Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi

belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior

Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu sedangkan ukuran-ukuran kepala

bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul maka jelas bahwa kepala

harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul ke bidang tengah

panggul dan pada pintu bawah panggul supaya anak dapat lahir Misalnya saja jika sutura

sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul maka hal ini akan mempersulit

persalinan karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul

Sebaliknya pada pintu bawah panggul sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang

menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero

posterior

Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah

a Penurunan kepala

b Fleksi

c Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)

d Ekstensi

e Ekspulsi

f Rotasi luar ( putaran paksi luar)

Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan akan tetapi untuk lebih jelasnya akan

dibicarakan gerakan itu satu persatu

a Penurunan Kepala

Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah

terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada

permulaan persalinan Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis

melintang dan dengan fleksi yang ringan Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP)

dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir

tepat di antara simpisis dan promontorium

Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya Jika sutura sagitalis

agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium maka

dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus ada 2 jenis asinklitismus yaitu

a Asinklitismus posterior Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang

lebih rendah dari os parietal depan

b Asinklitismus anterior Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal

depan lebih rendah dari os parietal belakang

Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal tetapi kalau berat

gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal

sekalipun

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan Hal ini

disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim yang menyebabkan

tekanan langsung fundus pada bokong janin Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari

segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik Keadaan ini menyebabkan

bayi terdorong ke dalam jalan lahir Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan

intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan

anak

a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan

promontorium

b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal

depan

c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os

parietal belakang

b Fleksi

Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya

kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah

dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan

karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya

fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis

(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal

c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga

bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi

belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan

memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan

karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk

jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul

d Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah

simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir

pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan

fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul

tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya

Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran

(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi

hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi

e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar

kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena

putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu

akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul

setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa

kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul

Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan

dengan tuber ischiadikum sepihak

f Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi

hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh

badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir

Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran

yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah

mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-

10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk

atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak

terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar

3 Kala III (pengeluaran plasenta)

Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus

uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his

dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir

secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran

darah kira-kira 100-200 cc

4 Kala IV

Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu

terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan

retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat

oksitosin

E PEMERIKSAAN PENUNJANG

a USG

b Pemeriksaan Hb

F PENATALAKSANAAN

Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta

previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu

1 Kaji kondisi fisik klien

2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus

3 Menganjurkan klien istirahat

4 Mengobservasi perdarahan

5 Memeriksa tanda vital

6 Memeriksa kadar Hb

7 Berikan cairan pengganti intravena RL

8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature

PERSIAPAN PERSALINAN

1 Ibu

a Gurita 3 buah

b Baju tidur 3 buah

c Underware secukupnya

d Handuk 2 Buah

e Pembalut khusus 1 bungkus

f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar

2 Bayi

a Popok dan gurita bayi 1-2 buah

b Baju bayi 1-2 buah

c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah

d Selimuttopi dan kaos kaki bayi

e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir

3 Penolong

a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek

b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung

Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur

dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor

Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih

dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan

c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi

Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan

bebas dari tiupan angin

4 Alat

Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)

a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher

b Gunting tali pusat

c Benang tali pusat

d Kateter nelaton

e Gunting episiotomy

f Alat pemecah selaput ketuban

g 2 psang sarung tangan dtt

h Kasa atau kain kecil

i Gulungan kapas basah

j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai

k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)

l 4 kain bersih

m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi

Bahan

a Partograf

b Termometer

c Pita pengukur

d Feteskop dopler

e Jam tangan detik

f Stetoskop

g Tensi meter

h Sarung tangan bersih

5 Obat-Obatan

Ibu

a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml

b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin

c 3 botol RL

d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C

Bayi

a Salep mata tetrasiklin

b Vit K 1 mg

8 KOMPLIKASI

Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap

kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil

dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan

menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa

komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan

a Pendarahan Masa Nifas

Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan

jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan

dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni

uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir

Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh

darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat

berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah

perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada

dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah

satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan

masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus

waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi

tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan

tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau

perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke

dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya

perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh

robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah

atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak

banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan

belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter

akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir

adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau

mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi

Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan

juga anti biotik yang adekuat

b Infeksi pasca persalinan post partum

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini

ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu

enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius

dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi

infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah

infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah

persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya

infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina

berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah

persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya

perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak

enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika

bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang

jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat

c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat

keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar

pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan

dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula

menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul

adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal

jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi

keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang

banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada

pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan

bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan

darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan

yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi

berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat

ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko

terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang

ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar

d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma

perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan

kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek

Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat

Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina

Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat

tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-

otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak

Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu

besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa

minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim

Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum

yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan

demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1 KALA I (fase laten dan aktif)

a Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir

b Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi

2) Nyeri akut bd kontraksi uterus

3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut

4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Ansietas bd krisis situasi

kebutuhan tidak terpenuhi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

helliphellipdiharapkan ansietas

pasien berkurang dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

1 Orientasikan klien pada

lingkungan staf dan prosedur

2 Berikan informasi tentang

perubahan psikologis dan

fisiologis pada persalinan

3 Kaji tingkat dan penyebab

ansietas

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 2: lp wita fix

Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga

mengganggu sirkulasi utero-plasenta

4 Teori iritasi mekanik

Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss) Bila ganglion ini digeser

dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus

5 Induksi partus

Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis

dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser amniotomi pemecahan ketuban) oksitosin

drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus

C PATOFISIOLOGI

D TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN

Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang

merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida Perut

kelihatan lebih melebar fundus uteri turun Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil

karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin Perasaan sakit diperut dan

dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains) Servik menjadi

lembek mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)

(Haffieva 2011)

1 Timbulnya his persalinan adalah his pembukaan sebagai berikut

a Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan

b Teratur

c Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya

d Kalau dibawa berjalan bertambah kuat

e Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaaan cervik

His Kala I

I Kontraksi bersifat simetris

II Fundal dominan

III Involunter

IV Intervalnya makin lama makin pendek

V Diikuti retraksi

VI Kontraksi menimbulkan rasa sakit pada pinggang pada daerah perut dan dapat

menjalar ke daerah paha

His Kala II

I His semakin kuat ( Durasi 2 ndash 3 menit durasi 50 ndash 100 detik )

II His menimbulkan putar paksi dalam penurunan kepala atau bagian terendah

III Menimbulkan crowning dan penipisan perinium

IV Adanya dorongan mengedan menyebabkan ekspulsi kepala

2 Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show)

Dengan pendataran dan pembukaan lendir dari kanalis cervikalis keluar disertai

dengan sedikit darah Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena penekanan pada

daerah serviks yang menyebabkan pembuluh darah disekitar serviks menjadi lecet

3 Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir

Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek Ketuban itu pecah

kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dalam hal ini keluar cairan

merupakan tanda yang lambat sekali Tetapi kadan-kadang ketuban itu pecah pada

pembukaan kecil malahan kadang-kadang selaput robek sebelum persalinan

Sebab mulainya persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab misalnya

terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang disebabkan plasenta

menjadi tua pada kehamilan tua serta juga dapat akibat terjadi iskemia otot-otot

uterus sehingga terganggunya sirkulasi uteroplasenta sehingga plasenta mengalami

degenerasi Faktor lain misalnya tekanan pada ganglion servikale dari plexus

frankenhauser yang terdapat dibelakang serviks akibatnya kontraksi uterus

dibangkitkan

4 Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks

a Perlunakan serviks

b Pendataran serviks

c Terjadi pembukaan serviks

KALA PERSALINAN

Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu

1 Kala I (kala pembukaan)

In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah servik mulai

membuka dan mendatar darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis

servikalis

Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase

a Fase laten

Pembukaan servik berlangsung lambat kurang dari 4cm dan berlangsung selama 8 Jam

b Fase aktik

Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase

1) periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm

2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung 2 jam

cepat menjadi 9 cm

3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10

cm

Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh uterus servik dan vagina menjadi saluran

yang continue selaput amnio ruptur kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik

untuk setiap kontraksi kepala janin turun ke pelvis

2 Kala II (pengeluaran janin)

His terkoordinir cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali kepala janin telah turun

dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara

reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB

dengan tanda anus membuka Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan

perineum meregang Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh

badan janin Kala II pada primi 15-2 jam pada multi 05 jam

Mekanisme persalinan

Janin dengan presentasi belakang kepala ditemukan hampir sekitar 95 dari semua

kehamilanPresentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala

diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher) Pada

kebanyakan kasus presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura

sagitalis melintang Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi

belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior

Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu sedangkan ukuran-ukuran kepala

bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul maka jelas bahwa kepala

harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul ke bidang tengah

panggul dan pada pintu bawah panggul supaya anak dapat lahir Misalnya saja jika sutura

sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul maka hal ini akan mempersulit

persalinan karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul

Sebaliknya pada pintu bawah panggul sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang

menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero

posterior

Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah

a Penurunan kepala

b Fleksi

c Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)

d Ekstensi

e Ekspulsi

f Rotasi luar ( putaran paksi luar)

Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan akan tetapi untuk lebih jelasnya akan

dibicarakan gerakan itu satu persatu

a Penurunan Kepala

Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah

terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada

permulaan persalinan Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis

melintang dan dengan fleksi yang ringan Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP)

dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir

tepat di antara simpisis dan promontorium

Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya Jika sutura sagitalis

agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium maka

dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus ada 2 jenis asinklitismus yaitu

a Asinklitismus posterior Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang

lebih rendah dari os parietal depan

b Asinklitismus anterior Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal

depan lebih rendah dari os parietal belakang

Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal tetapi kalau berat

gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal

sekalipun

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan Hal ini

disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim yang menyebabkan

tekanan langsung fundus pada bokong janin Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari

segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik Keadaan ini menyebabkan

bayi terdorong ke dalam jalan lahir Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan

intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan

anak

a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan

promontorium

b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal

depan

c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os

parietal belakang

b Fleksi

Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya

kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah

dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan

karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya

fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis

(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal

c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga

bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi

belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan

memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan

karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk

jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul

d Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah

simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir

pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan

fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul

tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya

Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran

(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi

hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi

e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar

kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena

putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu

akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul

setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa

kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul

Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan

dengan tuber ischiadikum sepihak

f Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi

hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh

badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir

Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran

yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah

mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-

10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk

atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak

terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar

3 Kala III (pengeluaran plasenta)

Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus

uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his

dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir

secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran

darah kira-kira 100-200 cc

4 Kala IV

Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu

terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan

retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat

oksitosin

E PEMERIKSAAN PENUNJANG

a USG

b Pemeriksaan Hb

F PENATALAKSANAAN

Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta

previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu

1 Kaji kondisi fisik klien

2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus

3 Menganjurkan klien istirahat

4 Mengobservasi perdarahan

5 Memeriksa tanda vital

6 Memeriksa kadar Hb

7 Berikan cairan pengganti intravena RL

8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature

PERSIAPAN PERSALINAN

1 Ibu

a Gurita 3 buah

b Baju tidur 3 buah

c Underware secukupnya

d Handuk 2 Buah

e Pembalut khusus 1 bungkus

f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar

2 Bayi

a Popok dan gurita bayi 1-2 buah

b Baju bayi 1-2 buah

c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah

d Selimuttopi dan kaos kaki bayi

e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir

3 Penolong

a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek

b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung

Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur

dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor

Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih

dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan

c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi

Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan

bebas dari tiupan angin

4 Alat

Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)

a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher

b Gunting tali pusat

c Benang tali pusat

d Kateter nelaton

e Gunting episiotomy

f Alat pemecah selaput ketuban

g 2 psang sarung tangan dtt

h Kasa atau kain kecil

i Gulungan kapas basah

j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai

k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)

l 4 kain bersih

m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi

Bahan

a Partograf

b Termometer

c Pita pengukur

d Feteskop dopler

e Jam tangan detik

f Stetoskop

g Tensi meter

h Sarung tangan bersih

5 Obat-Obatan

Ibu

a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml

b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin

c 3 botol RL

d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C

Bayi

a Salep mata tetrasiklin

b Vit K 1 mg

8 KOMPLIKASI

Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap

kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil

dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan

menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa

komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan

a Pendarahan Masa Nifas

Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan

jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan

dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni

uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir

Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh

darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat

berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah

perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada

dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah

satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan

masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus

waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi

tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan

tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau

perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke

dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya

perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh

robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah

atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak

banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan

belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter

akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir

adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau

mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi

Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan

juga anti biotik yang adekuat

b Infeksi pasca persalinan post partum

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini

ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu

enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius

dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi

infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah

infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah

persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya

infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina

berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah

persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya

perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak

enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika

bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang

jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat

c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat

keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar

pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan

dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula

menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul

adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal

jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi

keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang

banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada

pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan

bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan

darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan

yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi

berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat

ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko

terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang

ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar

d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma

perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan

kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek

Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat

Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina

Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat

tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-

otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak

Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu

besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa

minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim

Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum

yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan

demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1 KALA I (fase laten dan aktif)

a Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir

b Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi

2) Nyeri akut bd kontraksi uterus

3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut

4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Ansietas bd krisis situasi

kebutuhan tidak terpenuhi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

helliphellipdiharapkan ansietas

pasien berkurang dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

1 Orientasikan klien pada

lingkungan staf dan prosedur

2 Berikan informasi tentang

perubahan psikologis dan

fisiologis pada persalinan

3 Kaji tingkat dan penyebab

ansietas

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 3: lp wita fix

C PATOFISIOLOGI

D TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN

Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang

merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida Perut

kelihatan lebih melebar fundus uteri turun Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil

karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin Perasaan sakit diperut dan

dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains) Servik menjadi

lembek mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)

(Haffieva 2011)

1 Timbulnya his persalinan adalah his pembukaan sebagai berikut

a Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan

b Teratur

c Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya

d Kalau dibawa berjalan bertambah kuat

e Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaaan cervik

His Kala I

I Kontraksi bersifat simetris

II Fundal dominan

III Involunter

IV Intervalnya makin lama makin pendek

V Diikuti retraksi

VI Kontraksi menimbulkan rasa sakit pada pinggang pada daerah perut dan dapat

menjalar ke daerah paha

His Kala II

I His semakin kuat ( Durasi 2 ndash 3 menit durasi 50 ndash 100 detik )

II His menimbulkan putar paksi dalam penurunan kepala atau bagian terendah

III Menimbulkan crowning dan penipisan perinium

IV Adanya dorongan mengedan menyebabkan ekspulsi kepala

2 Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show)

Dengan pendataran dan pembukaan lendir dari kanalis cervikalis keluar disertai

dengan sedikit darah Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena penekanan pada

daerah serviks yang menyebabkan pembuluh darah disekitar serviks menjadi lecet

3 Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir

Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek Ketuban itu pecah

kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dalam hal ini keluar cairan

merupakan tanda yang lambat sekali Tetapi kadan-kadang ketuban itu pecah pada

pembukaan kecil malahan kadang-kadang selaput robek sebelum persalinan

Sebab mulainya persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab misalnya

terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang disebabkan plasenta

menjadi tua pada kehamilan tua serta juga dapat akibat terjadi iskemia otot-otot

uterus sehingga terganggunya sirkulasi uteroplasenta sehingga plasenta mengalami

degenerasi Faktor lain misalnya tekanan pada ganglion servikale dari plexus

frankenhauser yang terdapat dibelakang serviks akibatnya kontraksi uterus

dibangkitkan

4 Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks

a Perlunakan serviks

b Pendataran serviks

c Terjadi pembukaan serviks

KALA PERSALINAN

Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu

1 Kala I (kala pembukaan)

In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah servik mulai

membuka dan mendatar darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis

servikalis

Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase

a Fase laten

Pembukaan servik berlangsung lambat kurang dari 4cm dan berlangsung selama 8 Jam

b Fase aktik

Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase

1) periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm

2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung 2 jam

cepat menjadi 9 cm

3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10

cm

Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh uterus servik dan vagina menjadi saluran

yang continue selaput amnio ruptur kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik

untuk setiap kontraksi kepala janin turun ke pelvis

2 Kala II (pengeluaran janin)

His terkoordinir cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali kepala janin telah turun

dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara

reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB

dengan tanda anus membuka Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan

perineum meregang Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh

badan janin Kala II pada primi 15-2 jam pada multi 05 jam

Mekanisme persalinan

Janin dengan presentasi belakang kepala ditemukan hampir sekitar 95 dari semua

kehamilanPresentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala

diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher) Pada

kebanyakan kasus presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura

sagitalis melintang Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi

belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior

Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu sedangkan ukuran-ukuran kepala

bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul maka jelas bahwa kepala

harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul ke bidang tengah

panggul dan pada pintu bawah panggul supaya anak dapat lahir Misalnya saja jika sutura

sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul maka hal ini akan mempersulit

persalinan karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul

Sebaliknya pada pintu bawah panggul sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang

menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero

posterior

Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah

a Penurunan kepala

b Fleksi

c Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)

d Ekstensi

e Ekspulsi

f Rotasi luar ( putaran paksi luar)

Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan akan tetapi untuk lebih jelasnya akan

dibicarakan gerakan itu satu persatu

a Penurunan Kepala

Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah

terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada

permulaan persalinan Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis

melintang dan dengan fleksi yang ringan Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP)

dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir

tepat di antara simpisis dan promontorium

Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya Jika sutura sagitalis

agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium maka

dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus ada 2 jenis asinklitismus yaitu

a Asinklitismus posterior Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang

lebih rendah dari os parietal depan

b Asinklitismus anterior Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal

depan lebih rendah dari os parietal belakang

Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal tetapi kalau berat

gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal

sekalipun

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan Hal ini

disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim yang menyebabkan

tekanan langsung fundus pada bokong janin Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari

segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik Keadaan ini menyebabkan

bayi terdorong ke dalam jalan lahir Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan

intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan

anak

a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan

promontorium

b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal

depan

c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os

parietal belakang

b Fleksi

Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya

kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah

dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan

karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya

fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis

(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal

c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga

bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi

belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan

memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan

karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk

jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul

d Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah

simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir

pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan

fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul

tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya

Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran

(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi

hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi

e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar

kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena

putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu

akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul

setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa

kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul

Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan

dengan tuber ischiadikum sepihak

f Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi

hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh

badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir

Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran

yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah

mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-

10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk

atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak

terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar

3 Kala III (pengeluaran plasenta)

Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus

uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his

dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir

secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran

darah kira-kira 100-200 cc

4 Kala IV

Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu

terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan

retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat

oksitosin

E PEMERIKSAAN PENUNJANG

a USG

b Pemeriksaan Hb

F PENATALAKSANAAN

Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta

previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu

1 Kaji kondisi fisik klien

2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus

3 Menganjurkan klien istirahat

4 Mengobservasi perdarahan

5 Memeriksa tanda vital

6 Memeriksa kadar Hb

7 Berikan cairan pengganti intravena RL

8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature

PERSIAPAN PERSALINAN

1 Ibu

a Gurita 3 buah

b Baju tidur 3 buah

c Underware secukupnya

d Handuk 2 Buah

e Pembalut khusus 1 bungkus

f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar

2 Bayi

a Popok dan gurita bayi 1-2 buah

b Baju bayi 1-2 buah

c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah

d Selimuttopi dan kaos kaki bayi

e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir

3 Penolong

a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek

b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung

Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur

dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor

Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih

dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan

c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi

Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan

bebas dari tiupan angin

4 Alat

Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)

a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher

b Gunting tali pusat

c Benang tali pusat

d Kateter nelaton

e Gunting episiotomy

f Alat pemecah selaput ketuban

g 2 psang sarung tangan dtt

h Kasa atau kain kecil

i Gulungan kapas basah

j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai

k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)

l 4 kain bersih

m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi

Bahan

a Partograf

b Termometer

c Pita pengukur

d Feteskop dopler

e Jam tangan detik

f Stetoskop

g Tensi meter

h Sarung tangan bersih

5 Obat-Obatan

Ibu

a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml

b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin

c 3 botol RL

d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C

Bayi

a Salep mata tetrasiklin

b Vit K 1 mg

8 KOMPLIKASI

Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap

kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil

dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan

menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa

komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan

a Pendarahan Masa Nifas

Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan

jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan

dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni

uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir

Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh

darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat

berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah

perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada

dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah

satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan

masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus

waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi

tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan

tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau

perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke

dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya

perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh

robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah

atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak

banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan

belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter

akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir

adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau

mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi

Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan

juga anti biotik yang adekuat

b Infeksi pasca persalinan post partum

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini

ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu

enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius

dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi

infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah

infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah

persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya

infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina

berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah

persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya

perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak

enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika

bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang

jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat

c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat

keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar

pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan

dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula

menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul

adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal

jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi

keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang

banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada

pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan

bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan

darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan

yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi

berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat

ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko

terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang

ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar

d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma

perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan

kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek

Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat

Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina

Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat

tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-

otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak

Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu

besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa

minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim

Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum

yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan

demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1 KALA I (fase laten dan aktif)

a Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir

b Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi

2) Nyeri akut bd kontraksi uterus

3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut

4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Ansietas bd krisis situasi

kebutuhan tidak terpenuhi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

helliphellipdiharapkan ansietas

pasien berkurang dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

1 Orientasikan klien pada

lingkungan staf dan prosedur

2 Berikan informasi tentang

perubahan psikologis dan

fisiologis pada persalinan

3 Kaji tingkat dan penyebab

ansietas

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 4: lp wita fix

D TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN

Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang

merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida Perut

kelihatan lebih melebar fundus uteri turun Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil

karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin Perasaan sakit diperut dan

dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains) Servik menjadi

lembek mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)

(Haffieva 2011)

1 Timbulnya his persalinan adalah his pembukaan sebagai berikut

a Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan

b Teratur

c Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya

d Kalau dibawa berjalan bertambah kuat

e Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaaan cervik

His Kala I

I Kontraksi bersifat simetris

II Fundal dominan

III Involunter

IV Intervalnya makin lama makin pendek

V Diikuti retraksi

VI Kontraksi menimbulkan rasa sakit pada pinggang pada daerah perut dan dapat

menjalar ke daerah paha

His Kala II

I His semakin kuat ( Durasi 2 ndash 3 menit durasi 50 ndash 100 detik )

II His menimbulkan putar paksi dalam penurunan kepala atau bagian terendah

III Menimbulkan crowning dan penipisan perinium

IV Adanya dorongan mengedan menyebabkan ekspulsi kepala

2 Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show)

Dengan pendataran dan pembukaan lendir dari kanalis cervikalis keluar disertai

dengan sedikit darah Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena penekanan pada

daerah serviks yang menyebabkan pembuluh darah disekitar serviks menjadi lecet

3 Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir

Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek Ketuban itu pecah

kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dalam hal ini keluar cairan

merupakan tanda yang lambat sekali Tetapi kadan-kadang ketuban itu pecah pada

pembukaan kecil malahan kadang-kadang selaput robek sebelum persalinan

Sebab mulainya persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab misalnya

terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang disebabkan plasenta

menjadi tua pada kehamilan tua serta juga dapat akibat terjadi iskemia otot-otot

uterus sehingga terganggunya sirkulasi uteroplasenta sehingga plasenta mengalami

degenerasi Faktor lain misalnya tekanan pada ganglion servikale dari plexus

frankenhauser yang terdapat dibelakang serviks akibatnya kontraksi uterus

dibangkitkan

4 Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks

a Perlunakan serviks

b Pendataran serviks

c Terjadi pembukaan serviks

KALA PERSALINAN

Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu

1 Kala I (kala pembukaan)

In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah servik mulai

membuka dan mendatar darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis

servikalis

Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase

a Fase laten

Pembukaan servik berlangsung lambat kurang dari 4cm dan berlangsung selama 8 Jam

b Fase aktik

Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase

1) periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm

2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung 2 jam

cepat menjadi 9 cm

3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10

cm

Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh uterus servik dan vagina menjadi saluran

yang continue selaput amnio ruptur kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik

untuk setiap kontraksi kepala janin turun ke pelvis

2 Kala II (pengeluaran janin)

His terkoordinir cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali kepala janin telah turun

dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara

reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB

dengan tanda anus membuka Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan

perineum meregang Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh

badan janin Kala II pada primi 15-2 jam pada multi 05 jam

Mekanisme persalinan

Janin dengan presentasi belakang kepala ditemukan hampir sekitar 95 dari semua

kehamilanPresentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala

diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher) Pada

kebanyakan kasus presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura

sagitalis melintang Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi

belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior

Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu sedangkan ukuran-ukuran kepala

bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul maka jelas bahwa kepala

harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul ke bidang tengah

panggul dan pada pintu bawah panggul supaya anak dapat lahir Misalnya saja jika sutura

sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul maka hal ini akan mempersulit

persalinan karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul

Sebaliknya pada pintu bawah panggul sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang

menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero

posterior

Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah

a Penurunan kepala

b Fleksi

c Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)

d Ekstensi

e Ekspulsi

f Rotasi luar ( putaran paksi luar)

Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan akan tetapi untuk lebih jelasnya akan

dibicarakan gerakan itu satu persatu

a Penurunan Kepala

Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah

terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada

permulaan persalinan Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis

melintang dan dengan fleksi yang ringan Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP)

dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir

tepat di antara simpisis dan promontorium

Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya Jika sutura sagitalis

agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium maka

dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus ada 2 jenis asinklitismus yaitu

a Asinklitismus posterior Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang

lebih rendah dari os parietal depan

b Asinklitismus anterior Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal

depan lebih rendah dari os parietal belakang

Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal tetapi kalau berat

gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal

sekalipun

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan Hal ini

disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim yang menyebabkan

tekanan langsung fundus pada bokong janin Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari

segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik Keadaan ini menyebabkan

bayi terdorong ke dalam jalan lahir Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan

intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan

anak

a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan

promontorium

b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal

depan

c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os

parietal belakang

b Fleksi

Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya

kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah

dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan

karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya

fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis

(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal

c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga

bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi

belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan

memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan

karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk

jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul

d Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah

simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir

pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan

fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul

tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya

Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran

(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi

hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi

e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar

kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena

putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu

akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul

setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa

kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul

Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan

dengan tuber ischiadikum sepihak

f Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi

hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh

badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir

Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran

yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah

mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-

10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk

atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak

terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar

3 Kala III (pengeluaran plasenta)

Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus

uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his

dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir

secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran

darah kira-kira 100-200 cc

4 Kala IV

Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu

terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan

retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat

oksitosin

E PEMERIKSAAN PENUNJANG

a USG

b Pemeriksaan Hb

F PENATALAKSANAAN

Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta

previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu

1 Kaji kondisi fisik klien

2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus

3 Menganjurkan klien istirahat

4 Mengobservasi perdarahan

5 Memeriksa tanda vital

6 Memeriksa kadar Hb

7 Berikan cairan pengganti intravena RL

8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature

PERSIAPAN PERSALINAN

1 Ibu

a Gurita 3 buah

b Baju tidur 3 buah

c Underware secukupnya

d Handuk 2 Buah

e Pembalut khusus 1 bungkus

f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar

2 Bayi

a Popok dan gurita bayi 1-2 buah

b Baju bayi 1-2 buah

c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah

d Selimuttopi dan kaos kaki bayi

e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir

3 Penolong

a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek

b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung

Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur

dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor

Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih

dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan

c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi

Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan

bebas dari tiupan angin

4 Alat

Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)

a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher

b Gunting tali pusat

c Benang tali pusat

d Kateter nelaton

e Gunting episiotomy

f Alat pemecah selaput ketuban

g 2 psang sarung tangan dtt

h Kasa atau kain kecil

i Gulungan kapas basah

j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai

k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)

l 4 kain bersih

m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi

Bahan

a Partograf

b Termometer

c Pita pengukur

d Feteskop dopler

e Jam tangan detik

f Stetoskop

g Tensi meter

h Sarung tangan bersih

5 Obat-Obatan

Ibu

a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml

b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin

c 3 botol RL

d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C

Bayi

a Salep mata tetrasiklin

b Vit K 1 mg

8 KOMPLIKASI

Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap

kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil

dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan

menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa

komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan

a Pendarahan Masa Nifas

Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan

jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan

dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni

uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir

Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh

darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat

berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah

perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada

dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah

satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan

masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus

waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi

tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan

tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau

perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke

dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya

perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh

robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah

atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak

banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan

belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter

akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir

adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau

mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi

Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan

juga anti biotik yang adekuat

b Infeksi pasca persalinan post partum

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini

ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu

enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius

dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi

infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah

infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah

persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya

infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina

berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah

persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya

perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak

enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika

bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang

jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat

c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat

keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar

pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan

dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula

menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul

adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal

jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi

keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang

banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada

pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan

bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan

darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan

yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi

berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat

ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko

terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang

ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar

d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma

perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan

kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek

Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat

Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina

Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat

tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-

otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak

Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu

besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa

minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim

Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum

yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan

demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1 KALA I (fase laten dan aktif)

a Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir

b Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi

2) Nyeri akut bd kontraksi uterus

3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut

4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Ansietas bd krisis situasi

kebutuhan tidak terpenuhi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

helliphellipdiharapkan ansietas

pasien berkurang dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

1 Orientasikan klien pada

lingkungan staf dan prosedur

2 Berikan informasi tentang

perubahan psikologis dan

fisiologis pada persalinan

3 Kaji tingkat dan penyebab

ansietas

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 5: lp wita fix

3 Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir

Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek Ketuban itu pecah

kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dalam hal ini keluar cairan

merupakan tanda yang lambat sekali Tetapi kadan-kadang ketuban itu pecah pada

pembukaan kecil malahan kadang-kadang selaput robek sebelum persalinan

Sebab mulainya persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab misalnya

terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang disebabkan plasenta

menjadi tua pada kehamilan tua serta juga dapat akibat terjadi iskemia otot-otot

uterus sehingga terganggunya sirkulasi uteroplasenta sehingga plasenta mengalami

degenerasi Faktor lain misalnya tekanan pada ganglion servikale dari plexus

frankenhauser yang terdapat dibelakang serviks akibatnya kontraksi uterus

dibangkitkan

4 Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks

a Perlunakan serviks

b Pendataran serviks

c Terjadi pembukaan serviks

KALA PERSALINAN

Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu

1 Kala I (kala pembukaan)

In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah servik mulai

membuka dan mendatar darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis

servikalis

Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase

a Fase laten

Pembukaan servik berlangsung lambat kurang dari 4cm dan berlangsung selama 8 Jam

b Fase aktik

Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase

1) periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm

2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung 2 jam

cepat menjadi 9 cm

3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10

cm

Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh uterus servik dan vagina menjadi saluran

yang continue selaput amnio ruptur kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik

untuk setiap kontraksi kepala janin turun ke pelvis

2 Kala II (pengeluaran janin)

His terkoordinir cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali kepala janin telah turun

dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara

reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB

dengan tanda anus membuka Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan

perineum meregang Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh

badan janin Kala II pada primi 15-2 jam pada multi 05 jam

Mekanisme persalinan

Janin dengan presentasi belakang kepala ditemukan hampir sekitar 95 dari semua

kehamilanPresentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala

diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher) Pada

kebanyakan kasus presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura

sagitalis melintang Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi

belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior

Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu sedangkan ukuran-ukuran kepala

bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul maka jelas bahwa kepala

harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul ke bidang tengah

panggul dan pada pintu bawah panggul supaya anak dapat lahir Misalnya saja jika sutura

sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul maka hal ini akan mempersulit

persalinan karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul

Sebaliknya pada pintu bawah panggul sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang

menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero

posterior

Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah

a Penurunan kepala

b Fleksi

c Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)

d Ekstensi

e Ekspulsi

f Rotasi luar ( putaran paksi luar)

Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan akan tetapi untuk lebih jelasnya akan

dibicarakan gerakan itu satu persatu

a Penurunan Kepala

Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah

terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada

permulaan persalinan Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis

melintang dan dengan fleksi yang ringan Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP)

dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir

tepat di antara simpisis dan promontorium

Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya Jika sutura sagitalis

agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium maka

dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus ada 2 jenis asinklitismus yaitu

a Asinklitismus posterior Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang

lebih rendah dari os parietal depan

b Asinklitismus anterior Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal

depan lebih rendah dari os parietal belakang

Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal tetapi kalau berat

gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal

sekalipun

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan Hal ini

disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim yang menyebabkan

tekanan langsung fundus pada bokong janin Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari

segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik Keadaan ini menyebabkan

bayi terdorong ke dalam jalan lahir Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan

intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan

anak

a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan

promontorium

b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal

depan

c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os

parietal belakang

b Fleksi

Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya

kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah

dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan

karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya

fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis

(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal

c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga

bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi

belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan

memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan

karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk

jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul

d Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah

simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir

pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan

fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul

tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya

Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran

(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi

hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi

e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar

kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena

putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu

akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul

setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa

kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul

Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan

dengan tuber ischiadikum sepihak

f Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi

hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh

badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir

Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran

yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah

mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-

10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk

atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak

terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar

3 Kala III (pengeluaran plasenta)

Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus

uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his

dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir

secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran

darah kira-kira 100-200 cc

4 Kala IV

Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu

terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan

retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat

oksitosin

E PEMERIKSAAN PENUNJANG

a USG

b Pemeriksaan Hb

F PENATALAKSANAAN

Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta

previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu

1 Kaji kondisi fisik klien

2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus

3 Menganjurkan klien istirahat

4 Mengobservasi perdarahan

5 Memeriksa tanda vital

6 Memeriksa kadar Hb

7 Berikan cairan pengganti intravena RL

8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature

PERSIAPAN PERSALINAN

1 Ibu

a Gurita 3 buah

b Baju tidur 3 buah

c Underware secukupnya

d Handuk 2 Buah

e Pembalut khusus 1 bungkus

f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar

2 Bayi

a Popok dan gurita bayi 1-2 buah

b Baju bayi 1-2 buah

c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah

d Selimuttopi dan kaos kaki bayi

e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir

3 Penolong

a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek

b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung

Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur

dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor

Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih

dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan

c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi

Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan

bebas dari tiupan angin

4 Alat

Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)

a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher

b Gunting tali pusat

c Benang tali pusat

d Kateter nelaton

e Gunting episiotomy

f Alat pemecah selaput ketuban

g 2 psang sarung tangan dtt

h Kasa atau kain kecil

i Gulungan kapas basah

j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai

k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)

l 4 kain bersih

m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi

Bahan

a Partograf

b Termometer

c Pita pengukur

d Feteskop dopler

e Jam tangan detik

f Stetoskop

g Tensi meter

h Sarung tangan bersih

5 Obat-Obatan

Ibu

a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml

b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin

c 3 botol RL

d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C

Bayi

a Salep mata tetrasiklin

b Vit K 1 mg

8 KOMPLIKASI

Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap

kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil

dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan

menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa

komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan

a Pendarahan Masa Nifas

Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan

jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan

dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni

uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir

Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh

darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat

berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah

perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada

dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah

satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan

masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus

waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi

tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan

tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau

perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke

dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya

perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh

robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah

atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak

banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan

belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter

akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir

adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau

mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi

Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan

juga anti biotik yang adekuat

b Infeksi pasca persalinan post partum

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini

ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu

enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius

dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi

infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah

infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah

persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya

infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina

berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah

persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya

perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak

enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika

bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang

jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat

c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat

keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar

pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan

dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula

menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul

adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal

jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi

keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang

banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada

pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan

bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan

darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan

yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi

berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat

ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko

terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang

ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar

d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma

perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan

kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek

Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat

Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina

Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat

tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-

otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak

Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu

besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa

minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim

Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum

yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan

demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1 KALA I (fase laten dan aktif)

a Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir

b Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi

2) Nyeri akut bd kontraksi uterus

3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut

4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Ansietas bd krisis situasi

kebutuhan tidak terpenuhi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

helliphellipdiharapkan ansietas

pasien berkurang dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

1 Orientasikan klien pada

lingkungan staf dan prosedur

2 Berikan informasi tentang

perubahan psikologis dan

fisiologis pada persalinan

3 Kaji tingkat dan penyebab

ansietas

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 6: lp wita fix

3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10

cm

Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh uterus servik dan vagina menjadi saluran

yang continue selaput amnio ruptur kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik

untuk setiap kontraksi kepala janin turun ke pelvis

2 Kala II (pengeluaran janin)

His terkoordinir cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali kepala janin telah turun

dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara

reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB

dengan tanda anus membuka Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan

perineum meregang Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh

badan janin Kala II pada primi 15-2 jam pada multi 05 jam

Mekanisme persalinan

Janin dengan presentasi belakang kepala ditemukan hampir sekitar 95 dari semua

kehamilanPresentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala

diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher) Pada

kebanyakan kasus presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura

sagitalis melintang Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi

belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior

Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu sedangkan ukuran-ukuran kepala

bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul maka jelas bahwa kepala

harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul ke bidang tengah

panggul dan pada pintu bawah panggul supaya anak dapat lahir Misalnya saja jika sutura

sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul maka hal ini akan mempersulit

persalinan karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul

Sebaliknya pada pintu bawah panggul sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang

menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero

posterior

Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah

a Penurunan kepala

b Fleksi

c Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)

d Ekstensi

e Ekspulsi

f Rotasi luar ( putaran paksi luar)

Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan akan tetapi untuk lebih jelasnya akan

dibicarakan gerakan itu satu persatu

a Penurunan Kepala

Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah

terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada

permulaan persalinan Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis

melintang dan dengan fleksi yang ringan Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP)

dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir

tepat di antara simpisis dan promontorium

Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya Jika sutura sagitalis

agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium maka

dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus ada 2 jenis asinklitismus yaitu

a Asinklitismus posterior Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang

lebih rendah dari os parietal depan

b Asinklitismus anterior Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal

depan lebih rendah dari os parietal belakang

Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal tetapi kalau berat

gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal

sekalipun

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan Hal ini

disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim yang menyebabkan

tekanan langsung fundus pada bokong janin Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari

segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik Keadaan ini menyebabkan

bayi terdorong ke dalam jalan lahir Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan

intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan

anak

a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan

promontorium

b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal

depan

c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os

parietal belakang

b Fleksi

Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya

kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah

dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan

karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya

fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis

(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal

c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga

bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi

belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan

memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan

karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk

jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul

d Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah

simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir

pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan

fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul

tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya

Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran

(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi

hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi

e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar

kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena

putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu

akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul

setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa

kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul

Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan

dengan tuber ischiadikum sepihak

f Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi

hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh

badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir

Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran

yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah

mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-

10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk

atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak

terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar

3 Kala III (pengeluaran plasenta)

Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus

uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his

dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir

secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran

darah kira-kira 100-200 cc

4 Kala IV

Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu

terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan

retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat

oksitosin

E PEMERIKSAAN PENUNJANG

a USG

b Pemeriksaan Hb

F PENATALAKSANAAN

Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta

previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu

1 Kaji kondisi fisik klien

2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus

3 Menganjurkan klien istirahat

4 Mengobservasi perdarahan

5 Memeriksa tanda vital

6 Memeriksa kadar Hb

7 Berikan cairan pengganti intravena RL

8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature

PERSIAPAN PERSALINAN

1 Ibu

a Gurita 3 buah

b Baju tidur 3 buah

c Underware secukupnya

d Handuk 2 Buah

e Pembalut khusus 1 bungkus

f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar

2 Bayi

a Popok dan gurita bayi 1-2 buah

b Baju bayi 1-2 buah

c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah

d Selimuttopi dan kaos kaki bayi

e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir

3 Penolong

a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek

b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung

Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur

dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor

Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih

dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan

c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi

Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan

bebas dari tiupan angin

4 Alat

Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)

a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher

b Gunting tali pusat

c Benang tali pusat

d Kateter nelaton

e Gunting episiotomy

f Alat pemecah selaput ketuban

g 2 psang sarung tangan dtt

h Kasa atau kain kecil

i Gulungan kapas basah

j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai

k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)

l 4 kain bersih

m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi

Bahan

a Partograf

b Termometer

c Pita pengukur

d Feteskop dopler

e Jam tangan detik

f Stetoskop

g Tensi meter

h Sarung tangan bersih

5 Obat-Obatan

Ibu

a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml

b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin

c 3 botol RL

d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C

Bayi

a Salep mata tetrasiklin

b Vit K 1 mg

8 KOMPLIKASI

Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap

kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil

dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan

menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa

komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan

a Pendarahan Masa Nifas

Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan

jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan

dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni

uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir

Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh

darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat

berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah

perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada

dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah

satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan

masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus

waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi

tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan

tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau

perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke

dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya

perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh

robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah

atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak

banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan

belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter

akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir

adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau

mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi

Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan

juga anti biotik yang adekuat

b Infeksi pasca persalinan post partum

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini

ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu

enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius

dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi

infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah

infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah

persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya

infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina

berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah

persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya

perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak

enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika

bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang

jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat

c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat

keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar

pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan

dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula

menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul

adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal

jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi

keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang

banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada

pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan

bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan

darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan

yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi

berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat

ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko

terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang

ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar

d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma

perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan

kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek

Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat

Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina

Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat

tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-

otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak

Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu

besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa

minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim

Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum

yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan

demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1 KALA I (fase laten dan aktif)

a Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir

b Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi

2) Nyeri akut bd kontraksi uterus

3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut

4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Ansietas bd krisis situasi

kebutuhan tidak terpenuhi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

helliphellipdiharapkan ansietas

pasien berkurang dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

1 Orientasikan klien pada

lingkungan staf dan prosedur

2 Berikan informasi tentang

perubahan psikologis dan

fisiologis pada persalinan

3 Kaji tingkat dan penyebab

ansietas

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 7: lp wita fix

a Penurunan kepala

b Fleksi

c Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)

d Ekstensi

e Ekspulsi

f Rotasi luar ( putaran paksi luar)

Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan akan tetapi untuk lebih jelasnya akan

dibicarakan gerakan itu satu persatu

a Penurunan Kepala

Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah

terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada

permulaan persalinan Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis

melintang dan dengan fleksi yang ringan Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP)

dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir

tepat di antara simpisis dan promontorium

Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya Jika sutura sagitalis

agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium maka

dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus ada 2 jenis asinklitismus yaitu

a Asinklitismus posterior Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang

lebih rendah dari os parietal depan

b Asinklitismus anterior Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal

depan lebih rendah dari os parietal belakang

Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal tetapi kalau berat

gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal

sekalipun

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan Hal ini

disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim yang menyebabkan

tekanan langsung fundus pada bokong janin Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari

segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik Keadaan ini menyebabkan

bayi terdorong ke dalam jalan lahir Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan

intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan

anak

a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan

promontorium

b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal

depan

c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os

parietal belakang

b Fleksi

Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya

kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah

dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan

karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya

fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis

(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal

c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga

bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi

belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan

memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan

karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk

jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul

d Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah

simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir

pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan

fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul

tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya

Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran

(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi

hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi

e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar

kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena

putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu

akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul

setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa

kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul

Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan

dengan tuber ischiadikum sepihak

f Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi

hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh

badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir

Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran

yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah

mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-

10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk

atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak

terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar

3 Kala III (pengeluaran plasenta)

Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus

uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his

dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir

secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran

darah kira-kira 100-200 cc

4 Kala IV

Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu

terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan

retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat

oksitosin

E PEMERIKSAAN PENUNJANG

a USG

b Pemeriksaan Hb

F PENATALAKSANAAN

Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta

previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu

1 Kaji kondisi fisik klien

2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus

3 Menganjurkan klien istirahat

4 Mengobservasi perdarahan

5 Memeriksa tanda vital

6 Memeriksa kadar Hb

7 Berikan cairan pengganti intravena RL

8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature

PERSIAPAN PERSALINAN

1 Ibu

a Gurita 3 buah

b Baju tidur 3 buah

c Underware secukupnya

d Handuk 2 Buah

e Pembalut khusus 1 bungkus

f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar

2 Bayi

a Popok dan gurita bayi 1-2 buah

b Baju bayi 1-2 buah

c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah

d Selimuttopi dan kaos kaki bayi

e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir

3 Penolong

a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek

b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung

Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur

dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor

Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih

dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan

c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi

Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan

bebas dari tiupan angin

4 Alat

Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)

a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher

b Gunting tali pusat

c Benang tali pusat

d Kateter nelaton

e Gunting episiotomy

f Alat pemecah selaput ketuban

g 2 psang sarung tangan dtt

h Kasa atau kain kecil

i Gulungan kapas basah

j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai

k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)

l 4 kain bersih

m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi

Bahan

a Partograf

b Termometer

c Pita pengukur

d Feteskop dopler

e Jam tangan detik

f Stetoskop

g Tensi meter

h Sarung tangan bersih

5 Obat-Obatan

Ibu

a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml

b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin

c 3 botol RL

d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C

Bayi

a Salep mata tetrasiklin

b Vit K 1 mg

8 KOMPLIKASI

Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap

kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil

dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan

menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa

komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan

a Pendarahan Masa Nifas

Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan

jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan

dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni

uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir

Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh

darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat

berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah

perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada

dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah

satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan

masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus

waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi

tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan

tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau

perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke

dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya

perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh

robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah

atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak

banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan

belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter

akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir

adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau

mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi

Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan

juga anti biotik yang adekuat

b Infeksi pasca persalinan post partum

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini

ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu

enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius

dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi

infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah

infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah

persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya

infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina

berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah

persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya

perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak

enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika

bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang

jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat

c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat

keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar

pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan

dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula

menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul

adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal

jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi

keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang

banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada

pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan

bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan

darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan

yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi

berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat

ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko

terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang

ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar

d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma

perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan

kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek

Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat

Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina

Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat

tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-

otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak

Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu

besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa

minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim

Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum

yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan

demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1 KALA I (fase laten dan aktif)

a Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir

b Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi

2) Nyeri akut bd kontraksi uterus

3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut

4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Ansietas bd krisis situasi

kebutuhan tidak terpenuhi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

helliphellipdiharapkan ansietas

pasien berkurang dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

1 Orientasikan klien pada

lingkungan staf dan prosedur

2 Berikan informasi tentang

perubahan psikologis dan

fisiologis pada persalinan

3 Kaji tingkat dan penyebab

ansietas

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 8: lp wita fix

intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan

anak

a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan

promontorium

b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal

depan

c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os

parietal belakang

b Fleksi

Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya

kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah

dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan

karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya

fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis

(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal

c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga

bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi

belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan

memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan

karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk

jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul

d Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah

simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir

pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan

fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul

tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya

Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran

(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi

hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi

e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar

kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena

putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu

akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul

setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa

kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul

Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan

dengan tuber ischiadikum sepihak

f Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi

hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh

badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir

Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran

yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah

mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-

10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk

atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak

terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar

3 Kala III (pengeluaran plasenta)

Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus

uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his

dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir

secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran

darah kira-kira 100-200 cc

4 Kala IV

Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu

terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan

retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat

oksitosin

E PEMERIKSAAN PENUNJANG

a USG

b Pemeriksaan Hb

F PENATALAKSANAAN

Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta

previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu

1 Kaji kondisi fisik klien

2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus

3 Menganjurkan klien istirahat

4 Mengobservasi perdarahan

5 Memeriksa tanda vital

6 Memeriksa kadar Hb

7 Berikan cairan pengganti intravena RL

8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature

PERSIAPAN PERSALINAN

1 Ibu

a Gurita 3 buah

b Baju tidur 3 buah

c Underware secukupnya

d Handuk 2 Buah

e Pembalut khusus 1 bungkus

f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar

2 Bayi

a Popok dan gurita bayi 1-2 buah

b Baju bayi 1-2 buah

c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah

d Selimuttopi dan kaos kaki bayi

e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir

3 Penolong

a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek

b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung

Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur

dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor

Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih

dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan

c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi

Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan

bebas dari tiupan angin

4 Alat

Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)

a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher

b Gunting tali pusat

c Benang tali pusat

d Kateter nelaton

e Gunting episiotomy

f Alat pemecah selaput ketuban

g 2 psang sarung tangan dtt

h Kasa atau kain kecil

i Gulungan kapas basah

j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai

k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)

l 4 kain bersih

m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi

Bahan

a Partograf

b Termometer

c Pita pengukur

d Feteskop dopler

e Jam tangan detik

f Stetoskop

g Tensi meter

h Sarung tangan bersih

5 Obat-Obatan

Ibu

a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml

b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin

c 3 botol RL

d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C

Bayi

a Salep mata tetrasiklin

b Vit K 1 mg

8 KOMPLIKASI

Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap

kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil

dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan

menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa

komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan

a Pendarahan Masa Nifas

Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan

jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan

dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni

uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir

Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh

darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat

berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah

perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada

dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah

satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan

masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus

waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi

tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan

tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau

perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke

dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya

perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh

robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah

atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak

banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan

belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter

akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir

adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau

mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi

Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan

juga anti biotik yang adekuat

b Infeksi pasca persalinan post partum

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini

ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu

enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius

dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi

infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah

infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah

persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya

infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina

berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah

persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya

perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak

enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika

bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang

jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat

c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat

keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar

pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan

dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula

menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul

adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal

jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi

keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang

banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada

pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan

bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan

darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan

yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi

berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat

ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko

terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang

ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar

d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma

perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan

kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek

Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat

Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina

Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat

tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-

otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak

Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu

besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa

minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim

Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum

yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan

demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1 KALA I (fase laten dan aktif)

a Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir

b Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi

2) Nyeri akut bd kontraksi uterus

3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut

4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Ansietas bd krisis situasi

kebutuhan tidak terpenuhi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

helliphellipdiharapkan ansietas

pasien berkurang dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

1 Orientasikan klien pada

lingkungan staf dan prosedur

2 Berikan informasi tentang

perubahan psikologis dan

fisiologis pada persalinan

3 Kaji tingkat dan penyebab

ansietas

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 9: lp wita fix

e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar

kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena

putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu

akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul

setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa

kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul

Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan

dengan tuber ischiadikum sepihak

f Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi

hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh

badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir

Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran

yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah

mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-

10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk

atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak

terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar

3 Kala III (pengeluaran plasenta)

Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus

uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his

dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir

secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran

darah kira-kira 100-200 cc

4 Kala IV

Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu

terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan

retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat

oksitosin

E PEMERIKSAAN PENUNJANG

a USG

b Pemeriksaan Hb

F PENATALAKSANAAN

Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta

previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu

1 Kaji kondisi fisik klien

2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus

3 Menganjurkan klien istirahat

4 Mengobservasi perdarahan

5 Memeriksa tanda vital

6 Memeriksa kadar Hb

7 Berikan cairan pengganti intravena RL

8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature

PERSIAPAN PERSALINAN

1 Ibu

a Gurita 3 buah

b Baju tidur 3 buah

c Underware secukupnya

d Handuk 2 Buah

e Pembalut khusus 1 bungkus

f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar

2 Bayi

a Popok dan gurita bayi 1-2 buah

b Baju bayi 1-2 buah

c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah

d Selimuttopi dan kaos kaki bayi

e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir

3 Penolong

a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek

b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung

Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur

dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor

Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih

dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan

c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi

Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan

bebas dari tiupan angin

4 Alat

Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)

a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher

b Gunting tali pusat

c Benang tali pusat

d Kateter nelaton

e Gunting episiotomy

f Alat pemecah selaput ketuban

g 2 psang sarung tangan dtt

h Kasa atau kain kecil

i Gulungan kapas basah

j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai

k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)

l 4 kain bersih

m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi

Bahan

a Partograf

b Termometer

c Pita pengukur

d Feteskop dopler

e Jam tangan detik

f Stetoskop

g Tensi meter

h Sarung tangan bersih

5 Obat-Obatan

Ibu

a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml

b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin

c 3 botol RL

d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C

Bayi

a Salep mata tetrasiklin

b Vit K 1 mg

8 KOMPLIKASI

Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap

kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil

dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan

menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa

komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan

a Pendarahan Masa Nifas

Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan

jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan

dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni

uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir

Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh

darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat

berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah

perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada

dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah

satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan

masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus

waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi

tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan

tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau

perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke

dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya

perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh

robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah

atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak

banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan

belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter

akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir

adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau

mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi

Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan

juga anti biotik yang adekuat

b Infeksi pasca persalinan post partum

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini

ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu

enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius

dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi

infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah

infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah

persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya

infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina

berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah

persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya

perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak

enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika

bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang

jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat

c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat

keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar

pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan

dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula

menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul

adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal

jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi

keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang

banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada

pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan

bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan

darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan

yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi

berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat

ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko

terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang

ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar

d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma

perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan

kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek

Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat

Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina

Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat

tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-

otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak

Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu

besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa

minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim

Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum

yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan

demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1 KALA I (fase laten dan aktif)

a Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir

b Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi

2) Nyeri akut bd kontraksi uterus

3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut

4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Ansietas bd krisis situasi

kebutuhan tidak terpenuhi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

helliphellipdiharapkan ansietas

pasien berkurang dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

1 Orientasikan klien pada

lingkungan staf dan prosedur

2 Berikan informasi tentang

perubahan psikologis dan

fisiologis pada persalinan

3 Kaji tingkat dan penyebab

ansietas

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 10: lp wita fix

retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat

oksitosin

E PEMERIKSAAN PENUNJANG

a USG

b Pemeriksaan Hb

F PENATALAKSANAAN

Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta

previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu

1 Kaji kondisi fisik klien

2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus

3 Menganjurkan klien istirahat

4 Mengobservasi perdarahan

5 Memeriksa tanda vital

6 Memeriksa kadar Hb

7 Berikan cairan pengganti intravena RL

8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature

PERSIAPAN PERSALINAN

1 Ibu

a Gurita 3 buah

b Baju tidur 3 buah

c Underware secukupnya

d Handuk 2 Buah

e Pembalut khusus 1 bungkus

f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar

2 Bayi

a Popok dan gurita bayi 1-2 buah

b Baju bayi 1-2 buah

c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah

d Selimuttopi dan kaos kaki bayi

e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir

3 Penolong

a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek

b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung

Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur

dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor

Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih

dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan

c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi

Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan

bebas dari tiupan angin

4 Alat

Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)

a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher

b Gunting tali pusat

c Benang tali pusat

d Kateter nelaton

e Gunting episiotomy

f Alat pemecah selaput ketuban

g 2 psang sarung tangan dtt

h Kasa atau kain kecil

i Gulungan kapas basah

j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai

k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)

l 4 kain bersih

m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi

Bahan

a Partograf

b Termometer

c Pita pengukur

d Feteskop dopler

e Jam tangan detik

f Stetoskop

g Tensi meter

h Sarung tangan bersih

5 Obat-Obatan

Ibu

a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml

b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin

c 3 botol RL

d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C

Bayi

a Salep mata tetrasiklin

b Vit K 1 mg

8 KOMPLIKASI

Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap

kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil

dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan

menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa

komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan

a Pendarahan Masa Nifas

Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan

jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan

dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni

uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir

Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh

darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat

berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah

perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada

dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah

satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan

masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus

waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi

tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan

tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau

perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke

dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya

perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh

robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah

atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak

banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan

belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter

akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir

adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau

mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi

Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan

juga anti biotik yang adekuat

b Infeksi pasca persalinan post partum

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini

ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu

enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius

dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi

infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah

infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah

persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya

infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina

berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah

persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya

perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak

enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika

bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang

jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat

c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat

keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar

pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan

dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula

menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul

adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal

jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi

keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang

banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada

pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan

bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan

darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan

yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi

berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat

ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko

terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang

ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar

d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma

perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan

kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek

Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat

Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina

Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat

tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-

otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak

Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu

besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa

minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim

Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum

yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan

demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1 KALA I (fase laten dan aktif)

a Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir

b Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi

2) Nyeri akut bd kontraksi uterus

3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut

4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Ansietas bd krisis situasi

kebutuhan tidak terpenuhi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

helliphellipdiharapkan ansietas

pasien berkurang dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

1 Orientasikan klien pada

lingkungan staf dan prosedur

2 Berikan informasi tentang

perubahan psikologis dan

fisiologis pada persalinan

3 Kaji tingkat dan penyebab

ansietas

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 11: lp wita fix

e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir

3 Penolong

a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek

b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung

Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur

dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor

Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih

dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan

c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi

Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan

bebas dari tiupan angin

4 Alat

Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)

a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher

b Gunting tali pusat

c Benang tali pusat

d Kateter nelaton

e Gunting episiotomy

f Alat pemecah selaput ketuban

g 2 psang sarung tangan dtt

h Kasa atau kain kecil

i Gulungan kapas basah

j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai

k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)

l 4 kain bersih

m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi

Bahan

a Partograf

b Termometer

c Pita pengukur

d Feteskop dopler

e Jam tangan detik

f Stetoskop

g Tensi meter

h Sarung tangan bersih

5 Obat-Obatan

Ibu

a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml

b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin

c 3 botol RL

d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C

Bayi

a Salep mata tetrasiklin

b Vit K 1 mg

8 KOMPLIKASI

Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap

kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil

dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan

menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa

komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan

a Pendarahan Masa Nifas

Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan

jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan

dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni

uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir

Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh

darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat

berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah

perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada

dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah

satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan

masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus

waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi

tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan

tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau

perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke

dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya

perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh

robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah

atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak

banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan

belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter

akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir

adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau

mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi

Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan

juga anti biotik yang adekuat

b Infeksi pasca persalinan post partum

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini

ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu

enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius

dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi

infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah

infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah

persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya

infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina

berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah

persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya

perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak

enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika

bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang

jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat

c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat

keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar

pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan

dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula

menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul

adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal

jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi

keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang

banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada

pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan

bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan

darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan

yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi

berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat

ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko

terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang

ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar

d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma

perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan

kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek

Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat

Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina

Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat

tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-

otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak

Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu

besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa

minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim

Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum

yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan

demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1 KALA I (fase laten dan aktif)

a Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir

b Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi

2) Nyeri akut bd kontraksi uterus

3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut

4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Ansietas bd krisis situasi

kebutuhan tidak terpenuhi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

helliphellipdiharapkan ansietas

pasien berkurang dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

1 Orientasikan klien pada

lingkungan staf dan prosedur

2 Berikan informasi tentang

perubahan psikologis dan

fisiologis pada persalinan

3 Kaji tingkat dan penyebab

ansietas

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 12: lp wita fix

c Pita pengukur

d Feteskop dopler

e Jam tangan detik

f Stetoskop

g Tensi meter

h Sarung tangan bersih

5 Obat-Obatan

Ibu

a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml

b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin

c 3 botol RL

d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C

Bayi

a Salep mata tetrasiklin

b Vit K 1 mg

8 KOMPLIKASI

Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap

kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil

dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan

menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa

komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan

a Pendarahan Masa Nifas

Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan

jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan

dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni

uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir

Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh

darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat

berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah

perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada

dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah

satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan

masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus

waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi

tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan

tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau

perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke

dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya

perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh

robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah

atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak

banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan

belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter

akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir

adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau

mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi

Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan

juga anti biotik yang adekuat

b Infeksi pasca persalinan post partum

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini

ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu

enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius

dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi

infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah

infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah

persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya

infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina

berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah

persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya

perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak

enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika

bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang

jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat

c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat

keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar

pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan

dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula

menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul

adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal

jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi

keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang

banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada

pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan

bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan

darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan

yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi

berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat

ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko

terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang

ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar

d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma

perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan

kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek

Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat

Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina

Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat

tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-

otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak

Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu

besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa

minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim

Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum

yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan

demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1 KALA I (fase laten dan aktif)

a Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir

b Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi

2) Nyeri akut bd kontraksi uterus

3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut

4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Ansietas bd krisis situasi

kebutuhan tidak terpenuhi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

helliphellipdiharapkan ansietas

pasien berkurang dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

1 Orientasikan klien pada

lingkungan staf dan prosedur

2 Berikan informasi tentang

perubahan psikologis dan

fisiologis pada persalinan

3 Kaji tingkat dan penyebab

ansietas

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 13: lp wita fix

dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah

satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan

masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus

waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi

tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan

tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau

perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke

dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya

perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh

robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah

atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak

banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan

belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter

akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir

adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau

mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi

Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan

juga anti biotik yang adekuat

b Infeksi pasca persalinan post partum

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini

ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu

enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius

dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi

infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah

infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah

persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya

infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina

berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah

persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya

perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak

enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika

bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang

jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat

c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat

keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar

pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan

dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula

menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul

adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal

jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi

keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang

banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada

pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan

bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan

darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan

yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi

berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat

ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko

terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang

ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar

d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma

perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan

kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek

Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat

Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina

Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat

tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-

otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak

Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu

besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa

minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim

Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum

yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan

demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1 KALA I (fase laten dan aktif)

a Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir

b Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi

2) Nyeri akut bd kontraksi uterus

3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut

4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Ansietas bd krisis situasi

kebutuhan tidak terpenuhi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

helliphellipdiharapkan ansietas

pasien berkurang dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

1 Orientasikan klien pada

lingkungan staf dan prosedur

2 Berikan informasi tentang

perubahan psikologis dan

fisiologis pada persalinan

3 Kaji tingkat dan penyebab

ansietas

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 14: lp wita fix

bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang

jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat

c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat

keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar

pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan

dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula

menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul

adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal

jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi

keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang

banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada

pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan

bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan

darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan

yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi

berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat

ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko

terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang

ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar

d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma

perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan

kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek

Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat

Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina

Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat

tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-

otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak

Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu

besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa

minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim

Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum

yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan

demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1 KALA I (fase laten dan aktif)

a Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir

b Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi

2) Nyeri akut bd kontraksi uterus

3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut

4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Ansietas bd krisis situasi

kebutuhan tidak terpenuhi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

helliphellipdiharapkan ansietas

pasien berkurang dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

1 Orientasikan klien pada

lingkungan staf dan prosedur

2 Berikan informasi tentang

perubahan psikologis dan

fisiologis pada persalinan

3 Kaji tingkat dan penyebab

ansietas

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 15: lp wita fix

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa

minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim

Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum

yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan

demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1 KALA I (fase laten dan aktif)

a Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir

b Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi

2) Nyeri akut bd kontraksi uterus

3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut

4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Ansietas bd krisis situasi

kebutuhan tidak terpenuhi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

helliphellipdiharapkan ansietas

pasien berkurang dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

1 Orientasikan klien pada

lingkungan staf dan prosedur

2 Berikan informasi tentang

perubahan psikologis dan

fisiologis pada persalinan

3 Kaji tingkat dan penyebab

ansietas

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 16: lp wita fix

mengungkapkan perasaan

cemasnya

o Lingkungan sekitar pasien

tenang dan kondusif

4 Pantau tekanan darah dan

nadi sesuai indikasi

5Anjurkan klien

mengungkapkan perasaannya

6 Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman untuk

pasien

2 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

nyeri terkontrol dengan

criteria hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan

kontrol nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

6 Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien berkemih

1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan yang

tenang

4 kekurangan cairan bd

masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui

pernafasan mulut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang dengan

kriterian hasil

1 Pantau masukan dan

haluaran

2 Pantau suhu setiap 4 jam

atau lebih sering bila suhu

tinggi pantau tanda-tanda

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 17: lp wita fix

o TTV dbn

o Input dan output cairan

seimbang

o Turgor kulit baik

vital DJJ sesuai indikasi

3 Kaji produksi mucus dan

turgor kulit

4Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

4 koping individu tidak efektif

bd ketidakadekuatan system

pendukung

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

koping pasien efektif

dengan criteria hasil

o Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya

1 Tentukan pemahaman dan

harapan terhadap proses

persalinan

2 Anjurkan mengungkapkan

perasaan

3 Beri anjuran kuat thd

mekanisme koping positif dan

4 Bantu relaksasi

2 KALA II

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

- Melaporkan kelelahan

- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi

- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya

4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5) Nyeri ketidaknyamanan

- Dapat merintih menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 18: lp wita fix

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit

6) Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7) Seksualitas

- Servik dilatasi penuh (10 cm)

- Peningkatan perdarahan pervagina

- Membrane mungkin rupture bila masih utuh

- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi

2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih

3) Risiko infeksi

4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan tekanan mekanik dari

bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o TTV dbn

o Pasien dapat

mendemonstrasikan kontrol

nyeri

1Kaji derajat

ketidaknyamanan secara

verbal dan nonverbal

2 Pantau dilatasi servik

3 Pantau tanda vital dan

DJJ

4 Bantu penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

5Bantu tindakan

kenyamanan spt

Gosok punggung kaki

7Anjurkan pasien

berkemih 1-2 jam

8Berikan informasi tentang

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 19: lp wita fix

ketersediaan analgesic

9 Dukung keputusan klien

menggunakan

obat-obatantidak

10 Berikan lingkungan

yang tenang

2 Perubahan eliminasi urin bd

perubahan masukan dan

kompresi mekanik kandung

kemih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

eliminasi urine pasien

normal dengan criteria

hasil

o Cairan seimbang

o Berkemih teratur

1 Palpasi di atas simpisis

pubis

2 Monitor masukan dan

haluaran

3 Anjurkan upaya

berkemih sedikitnya 1-2

jam

4 Posisikan klien tegak dan

cucurkan air hangat di atas

perineum

5 Ukur suhu dan nadi kaji

adanya peningkatan

6 Kaji kekeringan kulit dan

membrane mukosa

3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan infeksi

maternal dapat terkontrol

dengan criteria hasil

o TTV dbn

o Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

1 Kaji sekresi vagina

pantau tanda-tanda vital

2Tekankan pentingnya

mencuci tangan yang baik

3 Gunakan teknik aseptic

saat pemeriksaan vagina

4Lakukan perawatan

perineal setelah eliminasi

4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 20: lp wita fix

luka epiostomi selamahellipdiharapkan

integritas kulit terkontrol

dengan criteria hasil

o Luka perineum tertutup

(epiostomi)

pada posisi tepat

2 Bantu klien sesuai

kebutuhan

3 Kolaborasi epiostomi

garis tengah atau medic

lateral

4 Kolaborasi terhadap

pemantauan kandung kemih

dan kateterisasi

3 KALA III

a Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak senang dan keletihan

2) Sirkulasi

- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat

- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

- Nadi melambat

3) Makan dan cairan

Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml

4) Nyeri ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

- Tali pusat memanjang pada muara vagina

b Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih

2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 21: lp wita fix

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 kekurangan volume cairan

bd pengeluaran keringat

berlebih

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan

cairan seimbang denngan

criteria hasil

o TTV dbn

o Darah yang keluar plusmn 200 ndash

300 cc

1 Observasi intake cairan

2 Kaji tanda vital dan

status mukosa pasien

3 Palpasi uterus

4 Anjurkan pasien

minum yang adekuat

5 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

2 Nyeri akut bd trauma

jaringan setelah melahirkan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Instruksikan klien

untuk mendorong pada

kontraksi

2 Anjurkan tehnik

distraksi dan

relaksasi nafas

dalam

3 Kaji TTV pasien

4 Massase uterus

dengan perlahan

setelah pengeluaran

plasenta

5 Kolaborasi

perbaikan

episiotomy

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 22: lp wita fix

4 KALA IV

a Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan

2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon

terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema

kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk

kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Mulai mengenai kondisi bayi bahagia

4) Eliminasi

Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis

5) Makanancairan

Mengeluh haus lapar atau mual

6) Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeriketidaknyamanan

Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung

kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan

kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara

b Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut bd trauma jaringan

2) Kekurangan volume cairan

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 23: lp wita fix

c Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Nyeri akut bd trauma

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan nyeri

terkontrol dengan criteria

hasil

o Pasien dapat control nyeri

1 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

2 Beri informasi yang tepat

tentang perawatan selama

periode pascapartum

3 Lakukan tindakan

kenyamanan

4 Anjurkan penggunaan

teknik relaksasi

5 Beri analgesic sesuai

kemampuan

2 Kekurangan volume cairan

bd kelelahanketegangan

miometri

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan

selamahellipdiharapkan cairan

simbang dengan criteria

hasil

o TD dbn

o Jumlah dan warna lokhea

dbn

1 Tempatkan klien pada

posisi rekumben

2 Kaji hal yang

memperberat kejadian

intrapartal

3 Kaji masukan dan

haluaran

4 Kaji tekanan darah dan

nadi

6 Kaji status mukosa

pasien

7 Kaji jumlah warna dan

sifat aliran lokhea

8 Kolaborasi pemberian

cairan parentral

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
Page 24: lp wita fix

DAFTAR PUSTAKA

Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID

FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius

Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC

Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat

dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-

pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of

America Mosby

Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America

Mosby

Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC

Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana

Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP

Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal

Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-

komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015

  • c Ruptur Uteri
  • Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar