36099255-jurnaL-geoMorfologi

download 36099255-jurnaL-geoMorfologi

If you can't read please download the document

Transcript of 36099255-jurnaL-geoMorfologi

KEPUSTAKAAN Permukaan bumi selalu mengalami perubahan bentuk dari waktu ke waktu sebagai aki bat proses geomorfologi, baik tenaga endogen maupun tenaga eksogen. Proses endog en termasuk kegiatan kegunungapian dan proses-proses pembentukan perbukitan dan pegunungan, yang akan mengakibatkan perubahan bentuk permukaan bumi karena aktif itas gunung api, tektonik, maupun gempa bumi sehingga menghasilkan struktur geol ogi maupun geomorfologi. Struktur geologi merupakan faktor penontrol yang domina n di dalam evolusi bentuk lahan dan sturktur geologi dicerminkan oleh bentuk lah annya. Dalam mempelajari suatu geomorfologis, harus mempelajari sejarah perkemba ngannya saat tersier hingga pleistosen dengan memperhatikan perubahan-perubahan iklim dan geologi. Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang membicarak an tentang bentuk lahan yang mengukir permukaan bumi baik di atas maupun di bawa h permukaan air laut, menekankan cara pembentukannya serta konteks ke lingkungan nya. Di dalam mempelajari geomorfologis yang sangat penting adalah aspek utama g eomorfologi, antara lain: a. Aspek Morfologi mencakup morfometri yaitu aspek uku ran dan bentuk unsur-unsur penyusun bentuk lahan serta morfografi yang merupakan susunan dan objek alami yang ada di permukaan bumi sesuai dengan proses pembent ukannya. b. Aspek Morfogenesa yaitu asal usul pembentukan bentuk lahan dan perke mbangannya sehingga menghasilkan konfigurasi permukaan bumi yang berbeda-beda. c . Aspek Morfokronologi merupakan urutan bentuk lahan yang ada di permukaan bumi sebagai hasil proses geomorfologis sehingga menyebabkan terjadinya perbedan urut an umur bentuk lahan. d. Aspek Morfo Asosiasi merupakan kaitan antara bentuk lah an satu dengan yang lain dalam susunan keruangan/sebarannya di permukaan bumi. I ni sangat penting karena pembentukan lahandi permukaan bumi ditentukan oleh berbagai faktor seperti topografi, bahan, ikli m, organisme, vegatasi, dan waktu. Klasifikasi bentuk lahan yang didasarkan pada genesis, proses, dan batuan, dikemukakan oleh Versteppen (1985) terdapat 9 bent uk lahan, antara lain: a. Bentuk lahan asal Volkanis b. Bentuk lahan asal Strutu ral c. Bentuk lahan asal Denudasional d. Bentuk lahan asal Fluvial e. Bentuk lah an asal Marine f. Bentuk lahan asal Eoalian g. Bentuk lahan asal Pelarutan h. Be ntuk lahan asal Glasial i. Bentuk lahan asal Aktivitas Oraganisme Sedangkan bent uk lahan pada daerah sekitar Parangtritis diklasifikasikan menjadi 5 bentuk laha n, antara lain: a. Bentuklahan Asal Struktural Bentuklahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen yaitu proses tektonik atau diastropisme yang melipu ti pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kerak bumi sehingga terbentuk struktur geologi yaitu lipatan dan patahan. Selain itu, terdapat pula struktur horizonta l, yang mana dengan adanya tenaga endogen maka terjadi deformasi sikap perlapisa n batuan (dip dan strike) yang menjadi miring atau bahkan tegak dan membentuk li patan. Selain itu juga, disebabkan tekanan dari lapisan yang ada di atasnya teba l ke arah vertikal (bawah) sehingga massa sedimen yang lemah dan lunak di bawahn ya tertekan. Beberapa contoh Bentuklahan asal struktural antara lain: a. perbuki tan antiklinal b. perbukitan sinklinal c. perbukitan monoklinal d. pegunungan an tiklinal e. pegunungan sinklinal f. pegunungan monoklinal g. cuestah. hogback flatiron i. perbukitan /pegunungan dome dan k. gawir l. igir, sinklinal m. igir antiklinal n. graben o. sembul lembah lembah p. nyaris dataran / peneplain q. perbukitan monoklinal r. pegunungan monoklinal j. perbukitan/pegun ungan blok b. Bentuklahan Asal Karst Syarat untuk berkembangnya topografi karst sebagai ber ikut: terdapat batuan yang mudah larut batu gamping dengan kemurnian tinggi memp unyai lapisan batuan yang tebal terdapat banyak retakan pada daerah tropis basah vegetasi penutup yang lebat Kenampakan topografi karst sangat spesifik, baik ya ng ada di permukaan maupun yang ada di bawah permukaan tanah. Batuan yang memben tuk daerah karst sangatlah medah larut di dalam air. Tektonisme menjadi faktor p enentu pula, fault, dan joint menjadi faktor utama. Menurut Faniran dan Jeje (19 83), kekar-kekar yang terdapat pada batuan itu memnerikan regangan mekanik sehin gga memudahkan gerakan air melalui batuan itu. Adanya kekas maupun sesar ini mem udahkan perkembangan pelarutan di dalam batuan. Adanya karstifikasi yang merupak an proses kerja oleh air terutama secara kimiawi, meskipun secara mekanik juga, yang menghasilkan kenampakan-kenampakan topografi karst (Ritter, 1979). Bentuk l ahan karst dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu Bentuk lahan negatif, yai tu bentuk lahan yang berada di bawah rata-rata permukaan setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan, maupun terban. Bentuk lahan tersebut antara lain: d oline, uvala, polye, cockpit, dan blindvalley.Bentuk lahan positif Pada prinsipnya ada 2 macam bentuklahan karst positif yaitu Kygelkarst merupakan satu bentuk lahan karst tropik yang dicirikan oleh sejumla h bukit berbentuk kerucut, yang kadang-kadang dipisahkan oleh cockpit. Turmkarst merupakan istilah yang berpadanan dengan menara karst, mogotewill, pepinohill, atau pinacle karst. Turmkarst terdiri dari perbukitan berlereng curan atau verti kal yang menjulang tersendiri diantara dataran aluvial c. Bentuklahan Asal Fluvial Bentuklahan yang terbentuk karena adanya proses Eros i Transportasi Deposisi/Sedimentasi Ketiga proses ini tidak dapat terpisahkan sehingga dikenal dengan istilah Three P hases O Single Activity dengan tenaga geomorfologis yang utama adalah air. Berbag ai contoh bentuklahan asal fluvial adalah sebagai berikut: 1. dataran aluvial 2. dasar sungai 3. rawa belakang 4. dataran banjir 5. tanggul alam 6. lakustrin 7. ledok fluvial 8. gosong lengkung dalam (ponit bar) 9. teras fluvial 10. kipas a lluvial 11. crevasse splaye 12. delta tipenya 13. igir fluvial dengan berbagai d. Bentuklahan Asal Aeolian Bentang lahan daerah kering terjadi oleh bentukan ya ng asalnya karena proses angin (aeolian) dan gabungan pelapukan dengan aliran ai r. Adapun ciri-ciri alam yang bisa menyebabkan terbentuknya daerah aride/aeolian : 1 Curah hujan rendah, aride 250 mm/tahun, semi aride = 250-500 mm/tahun.2 3 4 5 Fluktuasi temperatur harian besar (10 400C) Langit cerah, sehingga terjadi perio de kering yang panjang. Penguapan tinggi, yang menyebabkan terjadinya pelapukan mekanik di daerah bayngan hujan. Vegetasi jarang, sehingga gerakan angin tidak t erhalang oleh vegetasi. Daerah sekitar 300 LU/LS. Di tempat ini udara turun di g aris balik utara dan selatan menekan lapisan udara di bawahnya sehingga makin pa nas. Daerah bayangan hujan, udara panas di balik pegunungan karena angin turun d ari lereng depan sudah tidak mengandung uap air (proses diabatis kering) Daerah pedalaman benua, angin sudah kering karena kehabisan uap air dari laut Daerah pa ntai yang berdekatan dengan arus laut dingin, angin bertiup ke darat sehingga ud ara menjadi semakin panas. Letak geografis daerah kering (daerah aride) di dunia: Syarat Terbentuknya Lahan Asal Aeolian 1. Tersedianya material berukuran pasir h alus-kasar dalam jumlah banyak 2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas 3 . Adanya angin yang mampu mengangkat dan mengendapkan bahan pasir tersebut 4. Ge rakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi/objek lain Adapun bentuk-bentuk hasil pengendapan oleh angin ialah: Loess, merupakan endapan oleh angin berupa debu, padsa umumnya berwarna kekuningan, tersusun dari berbagai mineral tidak be rlapis-lapis tetapi cukup kuat terikat Endapan pasir Gumuk pasir (dunes) dibagi antara lain; Gumuk pasir sabit cenderung pada daerah yang vegetasinya berbatas d engan sedikit vegetasi. Ketinggian 5-15 meter, maksimum 30 m. a. Gumuk Pasir Sabit (Barchan)b. Gumuk Pasir Melintang (Transversal Dunes) Gumuk pasir melintang cenderung ter bentuk pada daerah yang banyak cadangan pasirnya dan sedikit tumbuhan. Gumuk ini sering meliputi daerah luas dan berkembang berbentuk seperti ombak dengan pungg ung melengkung dan melintang tegak lurus terhadap arah angin yang umum. Ketinggi an pada umumnya antara 5-15 meter, maksimum sekitar 100 meter. c. Gumuk Pasir Parabolic (Parabolic Dunes) Gumuk pasir parabolic dapat terbentuk karena blow out.d. Gumuk Pasir Memanjang (Longitudinal Dunes/Seif) berupa gundukan pasir yang ha mpir lurus sejajar arah angin. Terjadi karena pengaruh angin yang kuat terkumpul dan berhembus dengan arah tetap. Penampang gumuk simetris, ukuran lebar beberap a kali ketinggian. e. Whaleback Dunes adalah Gumuk pasir longitudinal yang sangat besar, puncaknya datar dan di atasnya dapat berbentuk Barchan dan Seif kecil-kecil. Salah satu co ntoh Gumuk Pasir yang terdapat di Indonesia adalah Gumuk Pasir yang terdapat di Parangtritis. Wisata alam berupa pemandangan alam pantai dengan gelombang besar dan latar belakang perbukitan batugamping dan gumuk pasir. Gumuk pasir yang bany ak dijumpai di Parangtritis, dekat muara Kali Opak ini merupakan satusatunya fen omena di Indonesia bahkan di daerah tropis basah (humid). Proses terjadinya gumu k-gumuk pasir yang terdapat di Parangtritis ini terjadi dari dengan proses, yait u : 1. Pasir yang terbawa ke laut oleh Kali Opak dari material vulkanik hasil le tusan Gunungapi Merapi. 2. Pasir tersebut terendapkan di muka muara sungai terut ama pada saat musim hujan. 3. Dengan bantuan arus laut sepanjang pantai (longsho re current) pasir ini tersebarkan di sepanjang pantai dan membentuk gisik (beach ). 4. Pasir yang sudah berada di gisik ini dengan bantuan angin yang pada musim kemarau dimana angin datang dari arah tenggara bergerak ke arah darat dan akhirn ya membentuk gumuk pasir.Gumuk pasir yang terbentuk ini meluas ke arah barat daya sepanjang pantai selata n Yogyakarta hingga di wilayah kepesisiran Kulonprogo yang material hasil aktivi tas volkannya dibawa oleh aliran Sungai Progo dan Bogowonto. Seperti disebutkan di atas bahwa vegetasi juga mempengaruhi terhadap pembentukan gumuk pasir. Ini t erbukti apabila tiupan angin pembawa pasir ini terhalang oleh vegetasi kecil mak a akan terjadi pengendapan butir pasir dibagian teduh angin. Ini mengakibatkan a kan terbentuknya gumuk pasir yang disebut dengan Gumuk lidah. Tetapi apabila veg etasi tidak menghalangi tiupan angin yang membawa material penyusun tersebut mak a akan terbentuk gumuk yang disebut dengan Gumuk Pasir Sabit (Barchan). Barchan biasanya hanya terbentuk di daerah gurun (arid) dan ternyata hanya satu-satunya di daerah tropis dapat terbentuk gumuk pasir barchan yaitu di Parangtritis. Gumuk Pasir di Parangkusumo Pembentukan gumuk pasir di Parangtritis juga dipenga ruhi oleh Gelombang laut. Gelombang laut yang terjadi di Parangtritis tersebut m empunyai karakteristik yang khusus, yaitu adanya rip current. Fenomena rip curre nt tersebut terbentuk oleh adanya gelombang di tengah lautan dengan gerakan air turun naik membentuk puncak dan lembah gelombang. Jarak puncak gelombang yang sa tu ke puncak gelombang yang lain disebut panjang gelombang (L). Jika kedalaman l aut kurang dari setengah panjang gelombang maka gelombang akanpecah dan jatuh ke arah pantai, maka terjadilah breaker yang nampak sebagai buih sepanjang pantai. Setelah gelombang pecah kemudian bergerak ke arah pantai yang sering disebut surf. Surf yang telah mencapai daratan akan bergerak diatas pasi r sebagai swash yang kemudian mengalir kembali ke arah laut sebagai back swash. Kalau proses ini terjadi di bagian pantai yang cekung maka back swash akan mengu mpul dan membentuk arus ke arah laut yang bergerak sangat cepat yang disebut rip current (arus yang membelah jalur breaker). Hal ini menunjukkan bahwa dimana ad a rip current justru disana tidak akan kelihatan ada breaker, tetapi ada arus me nuju laut dengan kecepatan tinggi. Arus inilah yang biasa menghanyutkan orang ya ng mandi di bagian pantai itu. Swash dan back swash dalam gerakannya akan membaw a pasir dan batu pantai dengan cara bergeser sehingga pasir atau batu pantai ber bentuk pipih. Pasir yang digeser oleh swash dan back swash sepanjang pantai, dib agian muara-muara sungai di sepanjang pantai selatan ini akan tertimbun di bagia n tepi timur yang menyebabkan sungai-sungai di sepanjang pantai selatan ini dipa ksa membelok ke barat. Selain itu, pembentukan gumuk pasir juga dipengaruhi adan ya cliff di sebelah timur Parangtritis. Dinding terjal (cliff) ini terbentuk aki bat hempasan gelombang ke dinding batugamping. Di depan cliff terbentuk rataan y ang disebut flat form ke arah darat. Ini dapat diperhatikan dengan adanya sesar engsel. Sehingga cliff dan sesar engsel mempunyai pengaruh yang sangat penting d alam pembentukan gumuk pasir di daerah Parangtritis tersebut. Dengan adanya clif f dan sesar engsel di sebelah timur Parangtritis ini menyebabkan angin yang bert iup dari tenggara pada musim kemarau terkumpul di daerah Parangtritis dengan kec epatan tinggi dan memungkinkan terbentuknya gumuk pasir. e. Bentuklahan asal Pantai dan Laut sebagian Indonesia khususnya di pesisir sela tan Jawa Tengah, proses Marine yang terbentuk ini merupakan hasil dari kombinasi dengan proses aeolian. Medan yang terbentuk dari kombinasi ini mempunyai sifat lahan yang karakteristik.Terdapat enam tipe pantai di Indonesia : 1. Wave Erosion Coast Pantai dengan tip ologi Wave Erosion Coast merupakan pantai yang umumnya terbentuk akibat aktivita s erosi gelombang. Karakteristik fisik (abiotik) ditandai dengan bentuk morfolog i pantai yang terjal (cliff), lereng berteras dan berbukit. Pantai dengan tipolo gi Wave Erosion Coast dapat dijumpai di Pura Uluwatu yang berbukit terjal 2. Coast Built by Organism Tipe pantai ini dibentuk oleh organisme laut, sehingg a terlihat dataran pantai yang relatif luas, berwarna keputihan, dan diselang-se ling oleh bongkahan organisme laut yang sudah membatu. Tanaman bakau relatif ban yak ditemui. Tipe pantai ini dapat dijumpai di Tanjung Panto, wilayah Kecamatan Malingping, Propinsi Jawa Barat. 3. Volcanic Coast Tipologi pantai Volcanic Coast merupakan pesisir yang terbentu k sebagai akibat proses volkanik. Tipe pantai seperti ini biasanya platform-nya landai dan memungkinkan tumbuhnya karang, sehingga lautnya cukup jernih seperti dijumpai di Pantai Pasir Putih, Situbondo. Air laut relatif tenang dengan keters edian airtanah yang cukup baik dan tidak asin. 4. Marine Deposition Coast Tipologi pantai Marine Deposition Coast adalah pantai atau pesisir yang dibentuk oleh proses deposisi material sedimen marin. Termasu k dalam kategori ini adalah pesisir berpenghalang (barrier coast), seperti barri er beaches, barrier island, barrier spits and bays, cuspate foreland, beach plai ns, coastal sand plains tanpa lagoon, dan rataan lumpur (mud flat) atau rawa gar am (salt marsh). 5. Structurally Shaped Coast Tipologi structurally shaped coast yaitu pesisir ya ng terbentuk akibat proses patahan, lipatan, atau intrusi batuan sedimen, sepert i kubah garam atau kubah lumpurdangkal (salt domes atau mud lumps). Karakteristik fisik tipe pantai structurall y shaped coast, ditandai dengan bentuk morfologi pantai yang tidak teratur dan t erjal. Tipologi pantai ini dapat dijumpai di Probolinggo (Gunung Bentar) 6. Sub-aerial deposition Coast Pantai dengan tipologi sub-aerial depositon coast , merupakan pantai yang umumnya terbentuk akibat akumulasi bahan-bahan sedimen s ungai yang membentuk delta dengan rataan pasang surut (tidal flat). Berdasarkan bentang alamnya tersebut serta pemahaman mengenai geomorfologi pantai menurut Vi lles & Spencer (1995, dengan modifikasi), maka lingkungan fisik wilayah Pantai P arangtritis dan sekitarnya, dapat diklasifikasikan menjadi 4 subbentang alam geo logi pantai (coastal geological landscape) antara lain: 1 2 3 4 Tectonic cliffts coastal geological landscape Coastal wateshed floodplain geological landscape C oastal marine geological landscape Coastal sanddune geological landscapePEMBAHASAN Dalam jurnal yang berjudul Kondisi Geologi Untuk Penanganan Permasalahan Lingkuna gn Fisik Pantai Parangtritis, Yogyakarta yang ditulis dengan 1. Agus Hendratno, M ahasiswa Program Studi Teknik Geologi Pascasarjana UGM 2. Sukandarrumidi, Guru B esar Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM 3. Dwikorita Karnawati, Staf Pe ngajar Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM ABSTRAK Pada bagian abstrak, penulis telah memaparkan secara jelas dan detail da ri isi jurnal tersebut sehingga pembaca dapat memahami isi jurnal tersebut secar a garis besar. PENGANTAR Dalam bagian pengantar, penulis menjelaskan tentang latar belakang pen elitian tersebut beserta tujuan dan harapan dari penelitian tersebut sehingga da pat dirasakan manfaat penelitian tersebut nantinya baik mahasiswa, penulis, inst ansi yang terkait, pemerintah ataupun universitas itu sendiri. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Secara deskripsi, penulis telah berhasil menjabarkan waktu dan lokasi penelitian, tetapi untuk lebih baiknya penulis melampirkan pet a lokasi penelitian secara rinci dengan skala yang sesuai disertai dengan titik lokasi penelitian secara rinci. Ini bertujuan agar pembaca mengerti tentang loka si penelitian tersebut secara jelas. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bagian ini, penulis telah mendeskripsikan secara jelas ba ik secara geologi maupun geomorfologis Pantai Parangtritis sehingga nantinya dap at dikaji untuk pengembangan lingkungan fisik. Tetapi tinjauan pustaka yang ditu lis penulis kuranglengkap sehingga masih diperlukan referensi-referensi lainnya mengenai penelitia n tersebut. Sehingga pembaca dapat mengetahui tentang dasar penelitian yang terd apat di jurnal tersebut sehingga nantinya dalam pembahasan ataupun hasil penelit ian di jurnal tersebut dapat dengan mudah dimengerti. HIPOTESIS Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini telah sesuai dengan perma salahan yang diangkat dalam judul penelitian dalam jurnal ini. CARA PENELITIAN Cara penelitian dalam jurnal tersebut telah dideskripsikan denga n jelas hingga analisis penelitian juga telah lengkap dijabarkan secara terperin ci. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang telah ditulis oleh tiga penulis tersebut telah menjawab dan menjelaskan tentang permasalahan yang diteliti dalam peneliti an tersebut baik secara kondisi geologis dan geomorfologis serta pengembagan wil ayah/lokasi penelitian tersebut. Dalam penelitian juga telah memberikan hasil pe nelitian tentang kondisi geologis dan geomorfologis tentang bentang alam maupun bentuk lahan Pantai Parangtritis serta pengembangan Pantai Parangtritis tersebut . Selain itu juga telah dijelaskan tentang ciri-ciri/karakteristik subbentang al am geologi Pantai Parangtritis, dasar klasifikasi dan penamaan karakteristik geo morfologi wilayah pantai sekitar Pantai Parangtritis, Yogyakarta, profil Pantai Parangtritis meliputi arus gelombang pantai dan litologi pantai, serta manajemen pantai yang dibahas secara mendetail sesuai dengan kondisi geologi Pantai Paran gtritis. Dari itulah semua, maka permasalahan yang diangkat peneliti yaitu tenta ng permasalahan lingkungan fisik di sekitar wilayah Pantai Parangtritis dapat di ketahui solusi atau alternatif penanganan dari berbagai macam permasalahan yang timbul. Sehingga nantinya dapat dijadikan rekomendasi untuk pengembangan wilayah daerah tersebut baik untuk pemerintah maupun instansi yang terkait dengan hak t ersebut.KESIMPULAN Dengan adanya kesimpulan maka dapat diketahui secara jelas mulai dari awal hingga akhir penelitian tersebut sehingga dapat membantu pembaca dalam mem ahami dan mengetahui hasil akhir dari penelitian ini. SARAN TINDAK LANJUT Dengan adanya bagian daran tindak lanjut, maka pembaca dapat mengetahui harapan penulis untuk merekomendasikan hasil penelitian tersebut den gan dijadikan salah satu referensi dalam pembangunan dan pengelolaan pantai di D aerah Istimewa Yogyakarta. KEPUSTAKAAN Daftar pustaka yang diambil untuk mendukung dalam penulisan peneliti an tentang jurnal tersebut sangatlah lengkap sehingga dapat membantu dengan muda h, cepat, dan lengkap secara detail. Dengan adanya daftar pustaka trsebut nantin ya dapat dijadikan salah satu pilihan referensi untuk berbagai macam penulisan y ang berkaitan dengan bidang ini.PENUTUP Kesimpulan Dalam jurnal yang berjudul Kondisi Geologi Untuk Penanganan Permasalah an Lingkungan Fisik Pantai Parangtritis, Yogyakarta yang ditulis dengan 4. Agus H endratno, Mahasiswa Program Studi Teknik Geologi Pascasarjana UGM 5. Sukandarrum idi, Guru Besar Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM 6. Dwikorita Karnawa ti, Staf Pengajar Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM Pembaca dapat meng etahui dengan lengkap, kronologis, komunikatif tentang pembahasan dalam peneliti an tersebut. Pembaca juga dapat menambah pengetahuan tentang bentang alam maupun bentuklahan dalam Pantai Parangtritis, Yogyakarta serta pengembangan fisik Pant ai Parangtritis tersebut. Dari penelitian tersebut, banyak manfaat yang dapat di peroleh untuk berbagai pihak khususnya dalam pengembangan fisik Pantai Parangtri tis. Saran Dan Kritik 1. Agar para penulis ataupun peneliti dapat melampirkan peta lo kasi penelitian serta titik - titik lokasi yang diteliti sehingga dapat mempermu dah dalam memahami jurnal tersebut. 2. Agar penulis untuk lebih melengkapi kajia n pustaka dalam jurnal tersebut.DAFTAR PUSTAKA Dibyosaputro, Suprapto, Drs, M.Sc. 1998. Geomorfologi Dasar. Yogyakarta: Fakulta s Geografi Universitas Gadjah Mada. Herlambang, Sudarno. 1995. Dasar Dasar Geomo rfologi Bagian I. Malang: Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Malang. Herlamba ng, Sudarno. 2006. Geomorofologi Umum. Malang: UM Press.