makalah geomorfologi

55
PROSES DAN GAYA GEOMORFOLOGI 1.Pengertian Proses Geomorfologi Proses-proses geomorfologi adalah semua perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat proses-proses perubahan muka bumi.Dengan mengacu teori tektonik global,hakekatnya peristiwa perubahan ini berlangsung terus menerus selama morfologi itu tersingkap.Namun dalam pengertian secara terbatas,proses geomorfologi berlangsung dalam waktu dan cakupan luasan yang tertentu. Perubahan fisik atau kimia dari morfologi ditentukan letak geografinya yang erat dengan iklimnya,dan pemicu dari proses geomorfologi itu sendiri.Perubahan fisik akan dominan terjadi pada tempat yang bukan zona tropik,dengan curah hujan yang tidak tinggi.Perubahan yang terjadi atas morfologi merupakan reaksi terhadap aksi dari sumber-sumber tenaga tertentu. 2. Sumber Penyebab Terjadinya Proses Geomorfologi 2.1 Sumber Dari Dalam (Tenaga Endogen) Tenaga endogen merupakan tenaga dari dalam bumi yang membentuk konfigurasi permukaan bumi.Tenaga ini dapat berupa tektonisme (diastropisme), volkanisme atau gempa. A. Diastropisme

Transcript of makalah geomorfologi

Page 1: makalah geomorfologi

PROSES DAN GAYA GEOMORFOLOGI

1.Pengertian Proses Geomorfologi

Proses-proses geomorfologi adalah semua perubahan fisik dan kimia yang

terjadi akibat proses-proses perubahan muka bumi.Dengan mengacu teori tektonik

global,hakekatnya peristiwa perubahan ini berlangsung terus menerus selama

morfologi itu tersingkap.Namun dalam pengertian secara terbatas,proses

geomorfologi berlangsung dalam waktu dan cakupan luasan yang tertentu.

Perubahan fisik atau kimia dari morfologi ditentukan letak geografinya

yang erat dengan iklimnya,dan pemicu dari proses geomorfologi itu

sendiri.Perubahan fisik akan dominan terjadi pada tempat yang bukan zona

tropik,dengan curah hujan yang tidak tinggi.Perubahan yang terjadi atas morfologi

merupakan reaksi terhadap aksi dari sumber-sumber tenaga tertentu.

2. Sumber Penyebab Terjadinya Proses Geomorfologi

2.1 Sumber Dari Dalam (Tenaga Endogen)

Tenaga endogen merupakan tenaga dari dalam bumi yang membentuk

konfigurasi permukaan bumi.Tenaga ini dapat berupa tektonisme

(diastropisme), volkanisme atau gempa.

A. Diastropisme

Diastropisme adalah proses pembentukan relief muka bumi oleh tenaga

endogen tanpa disertai terbentuknya magma. Diastropisme terdiri atas

epirogenesa dan orogenesa.Tenaga epirogenesa merupakan proses

pengangkatan (negatif) atau penurunan (positif) letak bumi dalam wilayah luas

dengan kecepatan relatif lambat.Contoh konfigurasi permukaan bumi sebagai

akibat epirogenesa positif adalah turunnya pulau-pulau di Indonesia Timur,dan

akibat epirogenesa negatif adalah pengangkatan benua Asia. Tenaga Orogenesa

merupakan pengangkatan pada daerah relatif sempit dalam waktu relatif

singkat.Contoh:terbentuknya pegunungan lipatan di zone utara Jawa Timur

(Pegunungan Kendeng).Tenaga ini sering disebut tenaga pembentukan

pegunungan. Bentuk-bentuk yang dihasilkan dari tenaga diastropisme berupa

pegunungan lipatan dan pegunungan patahan.

Page 2: makalah geomorfologi

Pegunungan Lipatan

Terbentuk oleh gerakan mendatar kerak bumi pada lapisan endapan yang

lentur atau elastis, maka terlipatlah lapisan tersebut ke atas. Jenis-jenis struktur

pegunungan lipatan:

a) Jalur pegunungan lipatan, yaitu rangkaian pegunungan lipatan yang

sangat panjang, melintasi beberapa benua, dan terletak berdampingan

dengan pulau di dasar laut. Jalur pegunungan lipatan dan palung

terbentuk karena tumbukan antara dua lempengan kerak bumi. Di satu

pihak adalah lempeng samudra, karena lebih berat maka subduksi

(menyusup) di bawah lempeng benua. Di pihak lain adalah lempeng

benua, yang terangkat ke atas karena lebih ringan dan didesak oleh

lempeng samudra.

b) Dome dan Basin. Dome adalah pegunungan lipatan yang membulat,

terbentuk oleh karena tekanan mendatar yang sama kuat datang pada

waktu dan arah yang sama. Contohnya Dome Sangiran di Jawa Tengah

yang terkenal sebagai tempat penemuan fosil manusia purba. Basin

adalah cekungan yang membulat, karena disekitarnya terangkat naik.

c) Lipatan tunjam, yaitu struktur pegunungan lipatan yang garis porosnya

menunjam, membentuk sudut terhadap bidang datar.

d) Lipatan kompleks, yaitu berbagai jenis lipatan terdapat pada sebuah

jalur pegunungan besar. Jalur pegunungan sebagai geoantiklin

(antiklinal besar), di atasnya terdapat antiklinal dan sinklinal kecil-kecil

dari berbagai tipe.

Patahan

Patahan Yaitu Pegunungan dengan struktur geologi patahan (sessar).

Struktur patahan terjadi karena gerakan mendatar lempeng kerak bumi

mengenai perlapisan batuan yang tidak lentur , sehingga mengalami patah-

patah. Terdapat beberapa jenis struktur patahan yaitu:

a) Patahan Normal, yaitu kedua bagian yang terpatah , bagian diatas itu

turun.

Page 3: makalah geomorfologi

b) Patahan Rebah, yaitu patahan yang terjadi sebagai akibat lanjut dari

lipatan. Jika tekanan dari salah 1 sisi lebih kuat dan terus menerus ,

sebuah struktur lipatan akan rebah , dan pada porosnya terjadi patahan.

Lapisan yang ditengah susunannya terbalik.

a) Patahan mendatar, yaitu struktur patahan yang bergeser horizontal

searang dengan garis poros . Contoh daerah yang menjadi pusat gempa

di Kalifornia , Amerika Serikat.

b) Horst dan Graben. Horst adalah bagian atau segmen dari struktur

patahan yang menonjol ke atas , sedangkan Graben adalah segmen yang

turun ke bawah

B. Vulkanisme

Vulkanisme adalah proses keluarnya magma dari dalam bumi menuju ke

permukaan bumi. Keluarnya magma ke permukaan bumi umumnya melalui

retakan batuan, patahan, dan pipa kepundan pada gunung api. Magma adalah

campuran batuan dalam keadaan cair, liat, dan sangat panas yang terdapat

dalam perut Bumi. Aktivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma

dan banyaknya gas yang terkandung di dalamnya. Adanya aktivitas ini dapat

menyebabkan retakan-retakan dan pergeseran kulit bumi. Proses terjadinya

vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang menyusup ke dalam

litosfer (kulit Bumi). Penyusupan magma ke dalam litosfer dapat dibedakan

menjadi dua sebagai berikut:

Intrusi Magma

Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara lapisan

batuan, tetapi tidak mencapai permukaan Bumi. Intrusi magma dapat

dibedakan atas sebagai berikut.

a) Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup di

antara dua lapisan batuan, mendatar, dan paralel dengan lapisan batuan

tersebut.

b) Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan Bumi paling

atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.

Page 4: makalah geomorfologi

c) Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan

membeku di sela-sela lipatan (korok).

d) Diatermis, yaitu lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan

gunung berapi. Bentuknya seperti silinder memanjang.

Intrusi magma tidak mencapai ke permukaan bumi. Mungkin hanya

sebagian kecil intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi. Namun

yang perlu diingat bahwa intrusi magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi

menjadi cembung hingga membentuk tonjolan berupa pegunungan. Secara

rinci, adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan

bermacam-macam bentuk (perhatikan gambar penampang gunung api), yaitu:

a) Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma,

sebagai akibat penurunan suhu yang sangat lambat.

b) Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang

menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai

lensa cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata.

c) Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di

antara lapisan batuan.

d) Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong

lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.

e) Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.

f) Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder,

mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi.

Page 5: makalah geomorfologi

Ekstrusi Magma

Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke

permukaan Bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan

gas cukup kuat dan ada retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan

letusan yang sangat dahsyat. Ekstrusi magma inilah yang

menyebabkanterjadinya gunung api. Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di

daratan tetapi juga bisaterjadi di lautan. Oleh karena itu gunung berapi bisa

terjadi di dasar lautan. Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam,

yaitu:

1. Ekstrusi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau

patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi.

Misalnya Gunung Api Laki di Eslandia, dan deretan gunung api di Jawa

Tengah dan Jawa Timur.

2. Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan

bumi, sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu

areal tertentu. Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat

yang luasnya mencapai 10.000 km2.

3. Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran

magma) dan membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya

Gunung Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain.

Bentuk, ukuran, dan sifat gunung api di permukaan bumi banyak sekali

macamnya. Ada gunung yang puncaknya sangat tinggi sehingga selalu

diselimuti salju, ada pula gunung yang puncaknya di bawah permukaan laut.

Ini menyebabkan gunung api memiliki banyak tipe.

Tipe Gunung Api

Bentuk gunung api dipengaruhi oleh sifat bahan, aliran lava, dan kekuatan

letusannya. Berdasarkan bentuknya, gunung api dapat dikelompokkan menjadi

empat tipe.

1. Gunung Api Perisai

Berbentuk kerucut dengan lereng landai dan aliran lava panas dari

saluran tengah.Daerah persebaran magma luas serta proses pendinginan

dan pembekuannya pelan. Frekuensi letusan umumnya sedang dan

Page 6: makalah geomorfologi

pelan dengan jumlah cairan lava cair yang banyak. Contohnya Gunung

Maona Loa dan Maona Kea di Hawaii.

2. Gunung Api Kubah

Gunung ini berbentuk kerucut cembung (konvek) dengan lereng curam.

Aliran lava yang kental dari saluran pusat mengakibatkan aliran lava

lambat dan membentuk lapisan yang tebal. Proses pendinginan dan

pembekuan lava cepat. Banyak lava yang membeku di saluran,

akibatnya saluran menjadi tertutup. Letusan yang sangat keras dapat

terjadi akibat tekanan dari dalam Bumi yang tersumbat. Seluruh bagian

puncak gunung api pun dapat hancur dan lenyap seketika. Contohnya

Gunung Pelee di Martini, Kepulauan Karibia.

3. Gunung Api Strato (Gunung Api Komposit)

Gunung ini mempunyai bentuk kerucut berlereng curam dan luas yang

terdiri atas banyak lapisan lava yang terbentuk dari aliran lava yang

berulang-ulang. Lava dapat mengalir melalui sisi kerucut. Sifat letusan

keras. Contohnya Gunung Vesuvius di Italia, Gunung Etna di Sisilia,

Gunung Fuji di Jepang, Gunung Santo Helens dan Rainier di Amerika

Serikat, serta Gunung Merapi, Merbabu, Kelud, dan Semeru di Indonesi

Page 7: makalah geomorfologi

4. Gunung Api Lava Pijar dan Abu

Bentuk kerucut simetris dengan lereng cekung (konkaf) yang landai.

Bahan atau emisi berupa asap, debu lembut, dan bau sulfur menyengat.

Sifat letusansedang. Contohnya Gunung Paracutin di Meksiko.

Keluarnya magma dari perut Bumi menyebabkan berbagai kenampakan

yang menakjubkan di permukaan Bumi. Kenampakan ini disebut

kenampakan vulkanik. Kenampakan vulkanik dibedakan menjadi dua

seperti berikut.

Material hasil erupsi

Pada waktu gunung api meletus, material yang dikeluarkan terdiri atas tiga

jenis. Ketiga jenis itu adalah material padat, material cair (lava cair) dan gas.

Material padat yang disebut piroklastika, dan dibedakan menjadi:

1. batu-batu besar disebut bom,

2. batu-batu kecil disebut lapili,

3. kerikil dan pasir,

4. debu atau abu vulkanis.

Gas-gas yang dikeluarkan oleh gunung api disebut ekshalasi. Gas-gas

tersebut dapat berujud asam sulfida (H2S), asam sulfat (H2SO4), carbon

dioksida (CO2), klorida (CL), uap air (H2O) dan sulfida (HCL).

Letusan gunung api yang sangat dahsyat dapat menghancurkan puncak

gunung, sehingga terbentuk kawah yang sangat luas dan berdinding terjal yang

disebut kaldera. Contohnya adalah : Kaldera Tengger (lebarnya 8 km), kaldera

Ijen (lebarnya 11 km) , Kaldera Iyang (17 km), kaldera Tambora (lebarnya 6

Page 8: makalah geomorfologi

km), dan kaldera Batur (lebarnya 10 km). Gunung api yang akan meletus

biasanya mengeluarkan tanda-tanda alami sebagai berikut:

1. suhu di sekitar kawah naik;

2. banyak sumber air di sekitar gunung itu mengering;

3. sering terjadi gempa (vulkanik);

4. sering terdengar suara gemuruh dari dalam gunung;

5. banyak binatang yang menuruni lereng.

Beberapa jenis hewan mampu menangkap tanda-tanda alami bahwa

gunung yang ditempatinya akan meletus. Jenis hewan itu antara lain monyet,

kelelawar dan harimau.

Gejala post vulkanik

Gunung api yang sudah kurang aktif, memiliki tandatanda yang disebut

gejala post vulkanik, atau pasca vulkanik atau setelah aktivitas vulkanik

dengan gejala-gejala sebagai berikut.

1. Sumber gas asam arang (CO2 dan CO) yang disebut mofet. Gas ini

berbahaya sebab dapat menyebabkan mati lemas bagi orang yang

menghirupnya. Contoh: Kawah Timbang dan Nila di Dieng (Jawa

Tengah), Tangkuban Perahu dan Papandayan (Jawa Barat).

2. Sumber gas belerang , disebut solfatara. Contoh : Tangkuban Parahu

(Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah) dan Rinjani (NTB).

3. Sumber gas uap air, disebut fumarol. Contoh : Dieng (Jawa Tengah) dan

Kamojang (Jawa Barat).

4. Sumber air panas. Sumber air panas yang mengandung zat belerang,

dapat digunakan untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit kulit.

5. Sumber air mineral. Sumber air mineral ini berasal dari air tanah yang

meresap bercampur dengan larutan mineral tertentu seperti: belerang,

atau mineral lain. Contoh sumber air mineral terdapat di: Ciater dan

Maribaya (Jawa Barat), dan Minahasa (Sulawesi Utara).

6. Geyser. Pancaran air panas yang berlangsung secara periodic disebut

geyser. Geyser yang terkenal terdapat di Yellow Stone National Park,

California (USA), pancaran airnya bias mencapai ketinggian 40 meter.

Page 9: makalah geomorfologi

Pancaran air semacam ini juga terdapat di Cisolok, Sukabumi, Jawa

Barat.

Keuntungan adanya gunung api

Keuntungan adanya gunung api antara lain:

1. Abu vulkanis yang dikeluarkan gunung api saat terjadi erupsi(letusan)

dapat menyuburkan tanah pertanian karena banyak mengandung unsur

hara tanaman.

2. Material yang dikeluarkan gunung api saat terjadi letusan yang

3. berupa pasir, kerikil, batu-batu besar, kesemuanya merupakan mineral

industri yang dapat digunakan untuk bahan bangunan.

4. Gunung api terbentuk dari keluarnya magma dari dalam bumi. Magma

yang menuju permukaan bumi tersebut banyak membawa mineral

logam, dan barang tambang lainnya. Oleh karena itu di daerah

pegunungan dan gunung api banyak ditemukan bahan tambang.

5. Adanya gunung api yang tinggi menyebabkan terjadinya hujan

orografis, sehingga daerah itu menjadi daerah yang banyak hujan.

6. Daerah yang bergunung api biasanya merupakan daerah tinggi,

sehingga dapat dimanfaatkan sebagai daerah hutan, perkebunan, dan

daerah pariwisata.

Kerugian adanya gunung api:

1. Gunung api pada waktu meletus mengeluarkan lava pijar dan sangat

berbahaya.

2. Gunung api yang meletus juga mengeluarkan gas yang sangat panas,

yang juga bergerak menuruni lereng. Contoh awan panas dari G.

Merapi di Jawa Tengah.

3. Pada saat terjadi letusan, lava pijar akan bercampur dengan air yang

terdapat di danau kawah, dan membentuk lahar panas, yang sangat

berbahaya. Contoh lahar panas dari G. Kelud (Jawa Timur).

4. Lava yang menumpuk di puncak gunung akan hanyut dan turun ke

bawah bersama air hujan sebagai lahar dingin. Wujud lahar dingin ini

berupa aliran batu, kerikil dan pasir yang jenuh air, meluncur ke bawah

menuruni lereng.

Page 10: makalah geomorfologi

5. Gunung api yang tinggi dan berderet dapat membentuk daerah

bayangan hujan. Daerah bayangan hujan ini curah hujannya sedikit dan

bersifat lebih kering. Contoh Lembah Palu, Sulawesi Tengah.

6. Letusan gunung api bawah laut dapat menyebabkan terjadinya

gelombang Tsunami, seperti tsunami di di Banten dan Lampung akibat

letusan Gunung Krakatau (1883).

7. Abu vulkanis di udara dari letusan gunung api dapat mengganggu

penerbangan dan dapat merusak tanaman.

Deretan Pegunungan dan Gunung api

Secara garis besar, terdapat dua deretan gunung api di dunia, yaitu deretan

atau jalur pegunungan mediteran dan deretan pegunungan (sirkum) Pasifik.

Indonesia merupakan tempat pertemuan antara deretan pegunungan medeteran

dan sirkum Pasifik. Oleh karena itu Indonesia banyak terdapat gunung api dan

sekaligus merupakan daerah gempa bumi.

Gunung api di Indonesia

Jumlah gunung api aktif di Indonesia ± 129 buah dan sejak awal abad ke

XVII, 70 buah diantaranya sering meletus. Deretan pegunungan di Indonesia

dapat diperhatikan pada Gambar di bawah ini.

Page 11: makalah geomorfologi

C. Tektonisme

perubahan letak atau kedudukan lapisan kulit bumi secara horizontal

maupun vertical. Berdasarkan kecepatan gerak dan luas daerah, tektonisme

dibedakan atas epirogenesa dan orogenesa.

1. Epirogenese

gerakan pada lapisan kulit bumi secara horizontal maupun vertical akibat

pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang terjadi sangat lambat

serta meliputi wilayah yang sangat luas. Gerakan epirogenese dibagi

menjadi dua sebagai berikut :

1. Epirogenese

positif, yaitu gerak turunnya permukaan bumi sehingga laut seolah-

olah mengalami kenaikan.

2. Epirogenese

negative, yaitu gerak naiknya permukaan bumi sehingga laut

seolah-olah mengalami penurunan.

2. Orogenese

gerakan pada lapisan kulit bumi secara horizontal maupun vertical akibat

pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang terjadi secara cepat

seperti meliputi wilayah yang sempit. Misalnya, pembentukan deretan

sirkum pasifik.

Berdasarkan bentuknya prosesnya tektonisme dibedakan atas patahan dan

lipatan.

Page 12: makalah geomorfologi

1. Lipatan, terjadi akibat tenaga endogen yang mendatar dan bersifat liat

(plastis) sehingga permukaan bumi mengalami pengerutan. Bagian yang

terlipat ke atas dinamakan punggung lipatan (anticlinal), sedangkan yang

melipat ke bawah dinamakan lembah lipatan (sinklinal). Jenis-jenis lipatan

sebagai berikut :

1. Lipatan tegak (symmetrical folds) terjadi karena pengaruh tenaga

horizontal sama atau tenaga radial sama dengan tenaga tangensial.

2. Liputan miring (asymmetrical folds), terjadi karena arah tenaga

horizontal tidak sama.

3. Lipatan menutup (recumbent folds), terjadi karena tenaga

tangensial saja yang bekerja.

4. Lipatan rebah (overturned folds), terjadi karena arah tenaga

horizontal dari satu arah.

5. Sesar sungkup (overthrust), terjadi karena ada pergerakan pada

panjang kerak bumi.

2. Patahan, terjadi akibat tenaga endogen yang relative cepat , baik secara

vertical maupun secara horizontal. Jenis-jenis patahan sebagai berikut :

1. Tanah naik(horst), yaitu dataran yang terletak lebih tinggi dari

daerah sekelilingnya, akibat dataran di sekelilingnya patah. Horst

terjadi akibat gerakan tektogenesa horizontal memusat, yaitu

tekanan dari dua arah atau lebih yang menimbulkan kerak bumi

terdorong naik.

2. Tanah turun (graben/slenk), yaitu kenampakkan dataran yang

letaknya lebih rendah dari daerah di sekelilingnya, akibat dataran

di sekelilingnya patah. Graben terjadi karena tarikan dari dua arah

yang mengakibatkan kerak bumi turun.

3. Sesar, yaitu patahan yang diakibatkan oleh gerak horizontal yang

tidak frontal dan hanya sebagian saja yang bergeser. Sesar ini

dibagi menjadi dua, yaitu dekstral dan sinistral.

Dekstral, yaitu jika kita berdiri di depan potongan sesar di depan

kita bergeser kekanan. Sinistral, yaitu jika kita berdiri di depan

potongan sesar di depan kita bergeser ke kiri.

Page 13: makalah geomorfologi

4. Blok mountain, yaitu kumpulan pegunungan yang terdiri atas

beberapa patahan, blok mountain terjadi akibat tenaga endogen

yang berbentuk retakan-retakan di suatu daerah, ada yang naik ada

yang turun da nada pula yang berbentuk miring sehingga terbentuk

komplek pegunungan patahan yang terdiri atas balok-balok

lithosfera.

D. Seisme

Gempa bumi adalah proses pergeseran permukaan bumi,baik disebabkan

oleh tektonisme,volkanisme maupun terban (tanah runtuh).Gempa bumi ini

kurang berperan dalam membentuk konfigurasi permukaan bumi dibandingkan

tenaga endogen lain.

2.2 Sumber Dari Luar Bumi

Tenaga yang berasal dari luar bumi yang membentuk relief permukaan

bumi berbeda dengan tenaga endogen yang bersifat merusak kulit bumi dengan

proses penghancuran yang dapat menyebabkan perubahan bentuk muka bumi.

Tenaga yang bekerja meliputi semua medium alami yang mampu mengikis dan

mengangkut metarial di permukaan bumi

2.2.1 Degadrasi

Degradasi adalah penurunan mutu atau kemerosotan kedudukan

(Daryanto, 1997). Sedangkan degradasi lahan adalah penurunan atau

kemerosotan mutu lahan sebagai akibat perilaku manusia atau aktivitas alam,

sehingga kondisi tahan menjadi lebih buruk dibanding dengan kondisi

sebelumnya. Dengan demikian degradasi lahan harus dicegah agar tanah tidak

mengalami kerusakan dan manusia mengalami kerugian karena tidak dapat

memanfaatkan lahan untuk menunjang kehidupannya. Lahan adalah bagian

dari bentang alam yang ada di permukaan bumi yang mencakup keseluruhan

dari fisik permukan bumi meliputi: udara, relief, tanah, hidrosfer/air, tumbuhan

serta aktivitas manusiapadanya. (Zuidam, 1979). Dengan demikian maka tanah,

sungai, danau atau waduk, tumbuhan dan jenis penggunaan tanah termasuk

Page 14: makalah geomorfologi

sebagai komponen-komponen lahan. Komponen lahan ini dapat mengalami

kerusakan atau degradasi. Degradasi lahan dapat terjadi pada aspek fisik,

kimia, dan biologi.

1. Degradasi Fisik

Degradasi fisik berarti secara fisik tanah mengalami kerusakan sehingga

tidak dapat berfungsi seperti sediakala. Beberapa contoh kerusakan fisik

yang terjadi pada tanah adalah:

a) Kepadatan Tanah

b) Tekstur Tanah

c) Struktur Tanah

d) Porositas Tanah

e) Konsistensi/Kelekatan

2. Degradasi Kimiawi

Degradasi kimiawi berarti secara kimiawi tanah mengalami perubahan ke

arah lebih buruk, sehingga tanah menjadi rusak dan tidak dapat berfungsi

seperti sediakala. Beberapa contoh kerusakan kimiawi yang terjadi pada

tanah dapat berupa:

a) Penurunan Unsur Hara Makro

b) Penurunan Unsur Hara Mikro

c) Kehilangan Ion-ion

d) Terbentuknya Senyawa Racu

3. Degradasi Biologi

Secara biologi di dalam tanah terdiri dari binatang dan tumbuhan.

Tumbuhan meliputi tumbuhan makro, meso, dan mikro.

Contoh masing-masing kelompok tumbuhan adalah:

Page 15: makalah geomorfologi

a) Tumbuhan Makro Tumbuhan di tanah yang tergolong tumbuhan makro

adalahpohon mangga, durian, dll.

b) Tumbuhan Meso: semak, perdu, rumput

c) Tumbuhan Mikro; bakteri, jamur.

Demikian juga binatang meliputi binatang makro, meso, dan mikro.

Contoh masing-masing kelompok binatang tersebut adalah: a) Binatang Makro:

gajah, harimau, sapi, dll b) Binatang Meso: tikus, kelinci, dll c) Binatang Mikro:

jazad-jazad renik dalam tanahDegradasi biologi berarti secara biologi tanah telah

mengalamikerusakan. Dalam hal ini unsur-unsur biologi seperti tumbuhan dan

binatang yang terdapat dalam tanah telah rusak dan hilang. Oleh karena kondisi

biologi dapat menciptakan sifat tanah yang ideal/subur, maka pada tanah yang

kehilangan unsur biologinya menjadi rusak dan tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya.

Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan degradasi adalah berkurang

dan hilangnya nutrisi, dan erosi tanah (IBSRAM, 1994, dalam Chen, 1998).

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya degradasi lahan/tanah meliputi faktor

yang bersifat merusak secara fisik dan faktor yang merusak secara kimiawi dan

biologi. Sebagai salah satu faktor penyebab degradasi,erosi tanah oleh air dan

angin merupakan bentuk terpenting dari degradasi (Chen, 1998). Menurut Suripin

(2001), erosi tanah merupakan suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan

permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin.

Limpasan permukaan sebagai faktor pemicu utama erosi, pada akhirnya berakibat

pada terjadinya degradasi lahan.

A. Pelapukan

Istilah lain untuk pelapukan adalah weathering, verwering. Secara umum

pelapukan adalah Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan

material tanah pada dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena

proses fisik, kimia dan/atau biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal

(source) dari batuan sedimen dan tanah (soil). Kiranya penting untuk diketahui

bahwa proses pelapukan akan menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan

Page 16: makalah geomorfologi

sebagian dari mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan

diendapkan sebagai batuan sedimen klastik. Sebagian dari mineral mungkin

larut secara menyeluruh dan membentuk mineral baru. Inilah sebabnya dalam

studi tanah atau batuan klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat

berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada

batuan induk (asal) nya, tetapi juga dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama

(duration) pelapukan dan proses jenis pembentukan tanah itu sendiri. Atau

dapat juga diartikan, pelapukan merupakan proses-proses alami yang

menghancurkan batuan.

Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Pelapukan, Diantaranya:

Jenis batuan terdiri atas kandungan meineral, retakan yang dimilikinya,

bidang pelapisan, rekahan dan patahan menyebabkan adanya variasi

tingkat resistensi terhadap pengaruh eksternal. Batuan yang resisten lebih

lambat terken proses eksternal sehingga tidak mudah lapuk. Sebaliknya

betuan tidak resisten lebih cepat terkena proses resisten sehingga mudah

lapuk.

Contoh: - Limestone, resisten pada iklim kering, tetapi tidak resisten pada

iklim basah.

- Granat, resisten pada iklim basah, tetapi tidak resisten pada

iklim kering.

Iklim, terutama temperatur dan curah hujan akan mempengaruhi tingkat

pelapukan pada jenis pelapukan di suatau tempat.

Contoh: - Iklim kering, jenis pelapukannya mekanik\fisis

- Iklim basah, jenis pelapukannya kimia

- Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik

Vegetasi, sebagai penutup sinar matahari, sehingga akan memperlambat

pelapukan mekanis. Vegetasi sebagai pemasok asam organik dan CO2 ke

dalam tanah, sehingga akan mempercepat pelapukan kimia.

Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar

matahari\arah hujan, maka akan memepercepat proses pelapukan.

Page 17: makalah geomorfologi

Jenis-Jenis Pelapukan :

1. Pelapukan Fisik\Mekanik

Pelapukan Fisik\Mekanik adalah pelapukan yang disebabkan oleh

perubahan volume batuan, dapat ditimbulkan oleh perubahan kondisi

lingkungan atau karena interupsi kedalam rongga\patahan batuan. Pada

pelapukan fisik\mekanisk terjadi disintegrasi batuan. Proses pelapukan

fisika merupakan proses perubahan batuan menjadi fragmen batuan yang

berukuran lebih kecil, tanpa merubah komposisi kimia atau mineralnya.

Proses pelapukan fisika biasanya terjadi bersama-sama dengan pelapukan

kimia, kecuali pada daerah beriklim dingin dan sangat kering.Yang

termasuk proses pelapukan fisika antara lain frost wedging, pengembangan

dan penyusutan, dan pelepasan beban pada batuan. Faktor yang

menyebabkan pelapukan fisik\mekanik adalah:

a. Perubahan kondisi lingkungan

Berkurangnya tekanan

Batuan beku yang penutupnya hilang menyebabkan volume

berkurang sehingga lingkungannya berubah, akibat selanjutnya

tekanan pada batuan itu berubah. Oleh karena tekanan berubah

maka, kemampuan memeuai\menyusut berbeda-beda pula

tekanan permukaan batuan, sehingga terjadilah retakan-retakan

sejajar yang menyebabkan pengelupasan batuan (ekfoliation).

Insolasi

Batuan yang terkena panas matahari akan memuai, tetapi

tingkat pemuaian bagian luar dan bagian dalam batuan tidak

sama. Ketidaksamaan pemuaian tersebut menyebabkan batuan

mengalami pecah.

Hidrasi

Oleh karena proses hidarsi menyebabkan air masuk ke dalam

pori-pori\bidang belah mineral. Peristiwa ini didahului oleh

pembentukan mineral baru. Masuknya air ke dalam pori\pori

bidang mineral menyebabbkan batuan menjadi lapuk.

Akar Tanaman

Page 18: makalah geomorfologi

Akar tanaman yang masuk dke dalam batuan mneyebabkan

batuan mengalami pelapukan fisik (pecah). Asam organik yang

dikeluarkan akan menyebabkan pelapukan kimiawai.

Binatang

Binatang yang menggali batuan lunak menyebabkan batuan

mengalami pelapukan fisik pad abatuan tersebut.

Hujan dan petir

Percikan air hujan dan petir menyebabkan batuan mengalami

pelapukan.

b. Interupsi ke dalam pori-pori\celah batuan.

Frost Weathering

Di daerah iklim dingin, air membeku menyebabkan volume

bertambah + 10 % dan tekanan bertambah + 1 ton\inchi. Proses

ini menyebabkan batuan pecah karena mengalami beku celah

(kryoturbasi).

Salt Weathering

Di daerah iklim kering, air menguap menyebabkan garam-

garaman, misal NaCl, MgSO4, KCL mengendap di pori-pori

batuan tersebut menekan batuan hingga pecah.

2. Pelapukan Kimiawi

Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang ditimbulakan oleh reaksi kimia

terhdapa massa batuan. Air, oksigen, dan gas asam arang mudah bereaksi

dengan mineral, sehingga membentuk mineral baru yang menyebabkan

batuan cepat pecah. Adapun faktor-faktor yang mempegaruhi intensitas

pelapukan kimiawi, diantaranya:

a. Komposisi Batuan

Ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam

arang, ada juga yang sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan

air, oksigen, dan gas asam arang akan lebih cepat lapuk dari pada

mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen, dan gas asam arang.

b. Iklim

Page 19: makalah geomorfologi

Daerah yang mempunyai iklim basah dan panas misalnya iklim hujan

tropis akan mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi

cepat lapuk.

c. Ukuran Batuan

Makin kecil ukuran batuan, makin intensiv reaksi kimia pada batuan

tersebut, berarti makin cepat pelapukannya.

d. Vegetasi dan Binatang

Dalam hidupnya, vegetasi dan binatang menghasilkan asam tertentu,

oksigen dan gas asam arang sehingga mudah bereaksi dengan batuan.

Jenis-jenis pelapukan kimiawi antaar lain:

a. Pelapukan\Pemghancuran (Solution\Dissolution)

Pelapukan kimia yang disebabkan oleh mineral yang mengalami

dekomposisi karena pelarutan oleh air.

Contoh: Kuarsa mengalami pelarutan

SiO4 + 2H2O = Si(OH)4

b. Hidrolisa

Pelapukan kimia yang disebabkan oleh air bereaksi langsung dengan

mineral penyusun batuan, terjadi penggantian kation metal seperti K+,

Na+, Ca+, Mg+, oleh ion H+.

Contoh: 4NaAlSi03O8+6H2O=Al4Si4O10(OH+8Si)2+4Na

(albit) (air) + 40H = kaolinit

c. Karbonisasi

Pelapukan yang disebabkan oleh CO2 dan air membentuk senyaa ion

bikarbonat (HCO3) yang aktif bereaksi denagn mineral-mineral yang

mengandung kation-kation Fe, Ca, Mg, Na, dan K pada proses ini

terjadi dekomposisi batuan\perubahan fisik.

Contoh: - Dekomposisi batuan gamping

- Dekomposisi batuan granit

- Dekomposisi Batuan Grabo

d. Oksidasi

Pelapukan yang disebabkan oleh reaksi oksigen terhadap mineral besi

pada batuan,terutama jika batuan dalam keadaan basah.

Page 20: makalah geomorfologi

Contoh: 4Fe+3O2= 2 Fe2O3 (hematit)

e. Hidrasi

Pelapukan kimia yang disebabkan oleh penyerapanair oleh mineral ke

dalam struktur Kristal batuan.

Contoh: 2Fe2O3+3H2O = 2Fe2O33H2O

(hematite) (air) (imonit)

Dengan demikian= volume > hematite, kristalin menjadi nonkristalin.

f. Desilikasi

Pelapukan yang disebabkan oleh hilangnya silikat pada batuan,

terutama basaltis.

3. Pelapukan Biologi

Pelapukan biologi atau organik merupakan pelapukan yang disebabkan

oleh makhluk hidup. Penyebabnya adalah proses organisme yaitu

binatang, tumbuhan, dan manusia.

a. Binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah dan

serangga

b. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik

atau kimiawi.

Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnyaakartumbuh-

tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak

tanahdisekitarnya.

Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang

dikeluarkanolehakar- akar serat makanan menghisap garam

makanan dapat merusakbatuan.

c. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan

pohon pembangunan maupun penambangan.

Bentuk topografi hasil pelapukan pada umumnya berskala kecil, di bedakan

menjadi:

1. Hasil dari Differensial Weathering:terjadi karena tingkat resistensi batuan

tidak sama, batuan resistensi lebih sulit lapuk,sedangkan yang

Page 21: makalah geomorfologi

tidakresistensi berupa torehan-torehan.

Contoh: Pinnacle (pilar-pilar batuan keras).

2. Exfoiation dome: yaitu bukit/kubah yang permukaannya terkelupas.

3. Tor adalah batu-batu bundar hasil pengelupasan yang masih terlihat pada

batuan dasar.

4. Core Stone: seperti tor, tidak melihat pada dasar karena pelapukan terjadi

di bawah permukaan.

5. Spheirodally Wethered Bouder yaitu batu-batu agak membulat kareana

pelapukan kimia dan fisik, intensif pada susut-sudut batuan.

6. Pil Hole adalah lubang-lubang kecil pada batuan, bekas mineral yang

lapuk. Misalnya, desilikasi.

B. Erosi

Pengertian Erosi

Erosi adalah suatu proses geomorfologi , yaitu proses pelepasan dan

terangkutnya material bumi oleh tenaga geomorfologis. Proses geomorfologi

tersebut tercakup dalam studi goemorfologi ,yang mempelajari bentuk lahan

(landfoem) secara genetik dan proses yang mempengaruhi bentuk lahan dan

proses-proses itu dalam susunan keruangan (Zuidam and Zuidam

Cancelado,1979).

Arsyad (1989), erosi adalah pindahnya atau terangkutnya tanah atau

bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Erosi

dapat juga disebut pengikisan atau pelongsoran, sesungguhnya merupakan

proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air atau angin,

baik yang berlangsung secarah ilmiah ataupun sebagai akibat/tindakan

perbuatan manusia(Kartasapoetra, 1991).

Penyebab Erosi

Menurut Baver(1972), bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi

tanah adalah : sifat hujan, kemiringan lereng dari jaringan aliran air, tanaman

penutup tanah, dan kemampuan tanah untuk menahan dispersi dan untuk

Page 22: makalah geomorfologi

menghisap kemudian merembeskan air ke lapisan yang lebih dalam

(Kartasapoetra,1991). Morgan (1979), menyatakan bahwa kemampuan

mengerosi, agen erosi, kepekaan erosi dari tanah, kemiringan lereng, dan

keadaan alami dari tanaman penutup tanah merupakan faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap erosi tanah.

Baver (1972) dan Morgan (1980) dalam Sahuleka (1993), menyatakan

bahwa erosi merupakan interaksi antara faktor iklim, topografi, tanah, dan

aktivitas manusia yang dinyatakan dengan formula sebagai berikut :

E = f (c. t. v. s. h )

dalam hal ini :

E = erosi c = iklim t = topografi v = vegetasi

f = fungsi s = tanah h = manusia

a) Iklim

Iklim merupakan faktor terpenting dalam masalah erosi terutama fungsinya

sebagai agen pemecahan dan transport. Faktor iklim yang berpengaruh adalah

curah hujan, angin, temperatur, kelembapan, dan penyinaran matahari (Schwab

et al., 1981; dalam Arsyad, 1989 ).Banyaknya curah hujan,intensitas dan

distribusi hujan menentukan dispersi hujan terhadap tanah,jumlah dan

kecepatan aliran permukaan,serta besarnya kerusakan erosi. Angin selain

sebagai agen transport dalam erosi di beberapa kawasan, juga bersama-sama

dengan temperatur,kelembapan dan penyinaran matahari berpengaruh terhadap

evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti

memperbesar kembali kapasitas infiltrasi tanah. Selain itu, juga mempengaruhi

kecepatan pelapukan baik bahan organik maupun anorganik yang secara tidak

langsung berpengaruh terhadap kepekaan erosi tanah (Arsyad, 1989).

b) Topografi

Kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, dan arah lereng adalah

unsur topografi yang berpengaruh trhadap erosi (Arsyad, 1989). Kemiringan

lereng diyatakan dalam derajat atau persen. Kecuraman lereng memperbesar

Page 23: makalah geomorfologi

jumlah aliran permukaan, dan memperbesar kecepatan aliran permukaan,

sehingga dengan demikian memperbesar daya angkut air. Semakin besar erosi

terjadi dengan makin curamnya lereng.

Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai

suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau dimana

kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran

berubah. Air yang mengalir dari permukaan tanah akan terkumpul diujung

lereng bawah, dengan demikian berarti lebih banyak air yang mangalir dan

makin besar kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada di bagian atas. Hal

tersebut menimbulkan tanah di bagian bawah lereng mengalami erosi lebih

besar dari pada bagian atas.

Konfigurasi lereng permukaan berbentuk cembung, planar dan cekung

mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap erosi. Berdasarkan konfigurasi

lereng, erosi lembar cenderung pada permukaan cembung dan planar,

sedangkan erosi alur dan parit cenderung terjadi pada permukaan yang cekung.

Hal ini disebabkan karena pada lereng cekung aliran permukaan cenderung

terkosentrasi. Demikian juga arah lereng yang menghadap sinar matahari

cenderung mengalami erosi lebih besar dibandingkan arah lereng yang kurang

dapat sinar matahari. Hal itu disebabkan karena sinar matahari secara langsung

dapat mengakibatkan proses penguraian bahan organik tanah berjalan lebih

intensif sehingga kandungan bahan organik lebih rendah dan tanah lebih

mudah terdispersi.

c) Vegetasi

Peranan vegetasi terhadap erosi terutama pada kemampuannya mengurangi

kecepatan jatuh dari butir hujan dan mempengaruhi aliran permukaan

(Wischmeier dan Smith, 1978; dalam Arsyad, 1989).

d) Tanah

Baver et al. (1972), menerangkan bahwa kepekaan tanah terhadap erosi

tergantung pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi,

permeabilitas, kapasitas menahan air, dan sifat-sifat tanah yang berhubungan

Page 24: makalah geomorfologi

dengan ketahanan sruktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh media

alami. Adapun sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah:

1) tekstur,

2) sruktur,

3) bahan organik,

4) kedalaman,

5) sifat lapisan tanah, dan

6) tingkat kesuburan tanah (Arsyad, 1989).

e) Manusia

Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi, tergantung

bagaimana manusia mengelolanya. Manusialah yang menentukan apakah tanah

yang diusahakanya akan rusak dan tidak produktif secara lestari. Banyak faktor

yang akan menentukan apakah manusia akan memperlakukan dan merawat

serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana, sehingga menjadi lebih baik

dan apat memberikan pendapatan yang cukup untuk jangka waktu yang tidak

terbatas (Arsyad, 1989).Berdasarkan hal tersebut mendorong morgan (1979),

untuk membuat klasifikasi bentuk erosi menjadi:

1) erosi percik (splash erosion),

2) erosi aliran permukaan (overland flow erosion),

3) erosi aliran bawah tanah (subsurface flow erosion),

4) erosi alur (rill erosion ),

5) erosi parit (gully erosion),

6) gerakan massa tanah (mass movement erosion) (Ananto, 1991).

Macam- Macam Erosi

a. Erosi Percik

Erosi percik ialah percikan partikel-partikel tanah yang halus yang

disebabkan oleh pukulan tetes air hujan terhadap tanah dalam keadaan basah

(Yunianto, 1994). Mc Intrye (1958; dalam Ananto, 1991 ) menyatakan bahwa

ada empat fase dalam erosi percik, yakni: terjadinya pembasahan yang cepat

pada permukaan tanah sehingga gaya kohesi antar partikel tanah menurun,

akibatnya laju erosi percik akan meningkat, terjadinya pemadapatan dan

pembentukan lapisan kerak tipis (crust) tipis yang akan menurunkan besarnya

Page 25: makalah geomorfologi

percikan dan meningkatnya akumulasi air, terbentuk aliran turbulensi yang

mampu menghilangkan sebagian lapisan kerak pada permukaan tanah. Erosi

percikan maksimum terjadi setelah 2-3 menit setelah hujan turun. Pada daerah

miring erosi percik ini akan terjadi hebat dibanding dengan daerah yang datar.

Pada daerah datar butir-butir hujan dengan diameter 5,9 mm mampu

memercikan partikel hingga ketinggian 0,38 m, dan terlempar 1,5 m. Pada

lahan diolah, butir hujan dengan diameter 6 mm mampu memercikkan hingga

0,3 m, dan terlempar sejauh 0,95 m (Mihara, 1952: dalam Ananto, 1991).

b. Erosi Lembar

Erosi lembar adalah erosi yang terjadi karena pengangkutan /pemindahan

lapisan tanah yang hampir merata di tanah permukaan oleh tenaga aliran

perluapan. Kekuatan jatuh tetes hujan dan aliran perluapan merupakan

penyebab utama erosi lembar (Arsyad, 1989). Oleh karena hilangnya lapisan

tanah atas adalah merata, maka bentuk erosi lembar seringkali tidak segera

tampak,dan apabila proses erosi berlangsung lebih lanjut maka baru dapat

diketahui setelah tanaman tumbuh pada lapisan tanah bawah. Erosi lembar

disebut juga sebagai erosi antar erosi alur (onterrill erosion).

c. Erosi Alur

Erosi akur terjadi karena adanya proses erosi dengan sejumlah saluran

kecil (alur), yang kedalamannya < 30 cm, dan terbentuk terutama di lahan

pertanian yang baru saja diolah. Erosi ini sebenarnya sebagai perkembangan

lebih lanjut dari erosi lembar, hanya tenaga aliran perluapan sudah mulai

terkosentrasi pada alur. Alur-alur tersebut terbentuk karena daya tahan tanah

terhadap pengaruh tenaga erosi oleh aliran perluapan tidak merata, sehingga

pada bagian yang relatif lembek akan mengalami pengikisan awal (Yunianto,

1994). Alur-alur yang terjadimasih dangkal dan dapat dihilangkan dengan

pengolahan tanah. Erosi alur biasanya terjadi pada tanah-tanah yang ditanami

dengan tanaman yang ditanam berbaris menurut lereng atau akibat pengolahan

tanah menurut lereng atau bekas tempat menarik balok-balok kayu. Erosi

lembar dan erosi alur merupakan kedua bentuk erosi yang lebih banyak dan

luas terjadinya jika dibandingkan dengan bentuk erosi lainnya.

d. Erosi Parit

Page 26: makalah geomorfologi

Proses terbentuknya erosi ini sama dengan erosi alur, akan tetapi tenaga

erosinya berupa aliran limpasan, dan alur-alur yang terbentuk sudah

sedemikian dalam sehingga sudah tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan

tanah secara biasa. Di samping itu, ukuran lebar air sudah lebih dari 50 cm, dan

kedalaman alur lebih dari 30 cm (Bergsma, 1980; dalam Yunianto, 1994).

Erosi parit dapat berbentuk V atau U, tergantung dari kepekaan erosi

substratanya. Bentuk V adalah bentuk yang umum terdapat, tetapi daerah-

daerah yang substratanya mudah lepas yang umumnya berasal dari batuan

sedimen maka akan terjadi bentuk U. Tanah-tanah yang sudah mangalami erosi

parit sangat sulit untuk dijadikan lahan pertanian: Diantara kedua bentuk

tersebut, bentuk U lebih sulit diperbaiki dari pada bentuk V (Arsyad, 1989).

Dampak Erosi

Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian

atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi

lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk

meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke

dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan

mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh

aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang

selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan

sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur pelayaran.

C. Gerakan Massa Batuan

Secara garis besar Gerak Masa Batuan (Mass Movement) dapat diartikan

sebagai perpindahan material batuan di permukaan bumi akibat gaya grafitasi

yang dimiliki bumi. Perpindahan ini dapat terjadi dalam waktu yang singkat

maupun waktu yang lama.

Tipe Mass Movement

a. Tipe Creep (Rayapan)

Rayapan merupakan gerak masa batuan yang sangat lambat, sehingga

proses rayapannya hampir tak dapat diamati. Perpindahan Masa Batuan

Page 27: makalah geomorfologi

bertipe Creep ini hanya bisa diketahui dengan gejala-gejala seperti menjadi

miringnya tiang listrik atau dengan melihat ketidakteraturan permukaan

tanah. Jika dilihat dari kecepatannya maka tipe Creep ini memiliki

kecepatan antara 1 mm hingga 10 m pertahun.

b. Tipe Luncuran (Slides)

Tipe Luncuran ini lebih sering dikenal orang awam dengan bencana tanah

lonsor. Gerakan masa batuan seperi inilah yang sering menimbulkan korban

jiwa. Secara umum luncuran batuan dapat diartikan sebagai pepindahan

material permukaan bumi menuruni lereng dengan cepat. Berdasar bidang

luncurannya maka tipe pepindahan masa batuan ini dapat dibedakan

menjadi transisional dan rotasional. Untuk luncuran yang memiliki bidang

luncur lurus disebut dengan transitional slide, sedangkan luncuran yang

memiliki bidang luncur melengkung disebut sebagai rotational slide.

d. Tipe Aliran

Gerak Masa Batuan tipe aliran ini dicirikan dengan adanya bidang geser

(shear plan). Tipe aliran ini dapat dibedakan dengan rayapan dari batas yang

tegar dan material yang terpindahkan. Menurut Vames (1978) aliran masa

batuan dapat dibedakan menjadi aliran kering, suliflaction, aliran tanah,

aliran debris, dan debris avelanche. Dari kesemua tipe tersebut tipe

suliflaction adalah gerak masa batuan tipe aliran yang paling lambat

bergerak. Hal ini terjadi karena lapisan tanah memiliki kejenuhan yang

tinggi terhadap air. Tipe suliflaction dapat berlangsung pada medan dengan

kemiringan hanya 1° dan dapat pula terjadi pada lingkungan periglas

d. Tipe Heave

Gerak masa batuan bertipe Heave ini terjadi karena adanya proses kembang

kerut tanah. Tanah yang banyak mengandung lempung smectile biasa

mengalami kembang kerut. Ketika tanah ini mengembang maka volume

akan bertambah kearah tegak lurus bidang lereng. Oleh sebab itu akan

terjadi desakan kearah lereng bawah. Tipe heave sendiri masih dapt dibagi

menjadi rayapan tanah dan rayapan talus. Tipe heave ini dikendalikan oleh

kuanitas kandungan tanah terhadp lempung jenis smectile atau illit dan

relief mikro akibat adanya proses kembang kempis.

Page 28: makalah geomorfologi

e. Tipe Jatuhan

Gerak masa batuan bertipe jatuhan ini dicirikan oleh pegerakan melalui

udara. Pada umumnya fragmen batuanlah yang seolah terbang. Didalam

kenyataannya sangat sulit menemui tip pergerakn masa batuan seperti ini.

Suatu pengecualian pada tebing sungai yang runtuh dan sering diistilahkan

dengan bank calving.

f. Tipe Runtuhan (Subsidence)

Satu ciri utama dari pergerakan masa batuan ini adalah tak kuatnya lagi

penopang batuan yang ada. Ketika penopang sudah tak kuat atau bahkan

sudah hilang maka masa batuan diatasnya akan jatuh secara cepat yang

disebut dengan runtuh.

Dari kesemua jenis gerak massa dapat diketahui tingkat resiko terhadap jenis

material yang dipengaruhi pada gambar dibawah.

Menurut AK. Lobeck terdapat tiga klasifikasi gerakan massa batuan yaitu :

1. Very Rapid Mass Movement

Page 29: makalah geomorfologi

Gerakan massa batuan yang sangat cepat, dalam hal ini air tidak

memegang peranan penting. Gerakan ini terutama disebabkan oleh grafitasi

yang dihasilkan rock fall, rock slide, debris fall, dan debris slide.

a. Rock fall

Pelapukan merupakan unsur yang mempersiapkan adanya gerakan atau

perubahan batuan. Jika terjadi hujan akan mengalami pelapukan pada

retakan – retakan itu. Tanah bagian bawah akan hilang dan massa batuan

yang resisten yang terdapat di bagian atasnya tidak tahan terhadap gaya tarik

bumi. Akibatnya massa batuan itu akan runtuh secara bebas tanpa adanya

penyangga yang disebut rock fall. Rock fall ini terjadi di daerah – daerah

yang lerengnya curam, cliff atau daerah lain yang memungkinkan.

b. Rock slide

Rock slide terjadi disebabkan oleh hal lain yang dibantu air. Lapisan

sandstone yang ada di atas lapisan shale. Setelah jenuh akan melepaskan

butir – butir batuan itu dan akhirnya lapisan sand stone meluncur ke bawah

karena terletak di atas lapisan shale yang licin. Lapisan sand stone akan

meluncur walaupun kemiringannya hanya 20˚

c. Debris fall

Pada prinsipnya sama dengan proses terjadinya rock fall tetapi materi yang

mengalami runtuhan adalah materi yang lebih kecil ukurannya. Gerakan ini

biasanya didahului oleh pelapukan mekanis yang menyebabkan gumpalan

batuan pecah – pecah menjadi lebih kecil. Ini pun sering terjdi di daerah

yang curam baik di tebing sungai maupun pada pantai cliff / jurang.

d. Debris slide

Yaitu Suatu gerakan meluncur dari pecahan batuan, proses terjadinya

seperti rock slide.

2. Rapid Mass Movement

Page 30: makalah geomorfologi

Gerakan Massa batuan ini sangat didominasi kejenuhan air dalam batuan,

sehingga alirannya cepat. Bentuk gerakan yang dihasilkan adalah earth flow,

mud flow, dan debris avalanche.

a. Earth Flow

Gerakan massa tanah ini sejenis land slides, yang terjadi jika gerakan itu

disebabkan kejenuhan yang tidak terlalu besar. Yang berarti juga lebih

lambat dari mud flow. Beberapa pegunungan yang tinggi dengan materi

lunak dapat terjadi eart flows. Contoh : Earth flow banjir lahan dingin dari

erupsi gunung merapi.

b. Mud Flow

Mud Flows (Aliran Lumpur) terjadi di daerah pegunungan pada jurang -

jurang, sungai dan anak sungai. Daerah tersebut biasanya tanahnya lunak,

lumpur itu kadang – kadang merupakan bendung – bendung berjalan karena

dorongan air, Jika pada aliran itu terbuka maka akan terjadi banjir lumpur

dan air yang menggenangi kiri dan kanan sungai. Hal ini sangat berbahaya

pada daerah vulkanis, banjir lumpur, banjir lumpur dapat menjebol

c. Debris Avalance

Merupakan gerakan massa batuan yang setengah longsor sebagai akibat

batuan plastis yang berada di atas batuan kedap air. Pada saat batuan yang

plastis tersebut jenuh air maka terjadilah longsoran yang cukup besar.

Contoh yang terjadi di daerah pegunungan Progo Barat (Naggulan) oleh

karena daerah tersebut tersusun dari batuan Limestone yang plastis yang

berada di atas batuan breksi andesit, maka pada saat musim penghujan

terjadi debris avalanche.

3. Slow Mass Movement

Pada umumnya gerakannya lambat, seingga tidak dapat diamati tetapi

hanya dapat dilihat gejala – gejalanya. Gerakan yang dihasilkan adalah soil

creep (tanah yang merayap), talus creep ( batuan endapan yang berkumpul

disatu tempat kemudian merayap), rock creep (gumpalan batuan yang

merayap), solifluction (batuan yang berada di daerah salju setengah mengalir).

a. Soil Creep

Page 31: makalah geomorfologi

Tanah yang merayap (soil creep) merupakan gejala umum yang terdapat di

permukaan bumi. Selain air, gravitasi merupakan unsure penunjang

terjadinya soil creep. Soil creep ini gerakannya lebih lambat daripada mud

flow. Unsur – unsure yang membantu yang lain adalah pemanasan dan

pembekuan, pembahasan dan pengeringan, dan pembekuan dan pencairan.

Soil creep tidak segera terlihat prosesnya karena gerakannya sangat

lambat. Yang dapat dilihat hanya tanda – tandanya, bahwa suatu daerah

mengalami soil creep yaitu adanya tumbuhan yang condong, pagar, tiang –

tiang yang condong mengikuti gerakan soil creep.

b. Talus Creep

Talus creep adalah rayapan puing-puing hasil pelapukan yang tertimbun di

suatu lereng. Terjadi karena pengaruh gravitasi, yang tertimbun di suatu

lereng. Terjadi karena pengaruh gravitasi, yang dibantu oleh air sebagai

pendorong. Rayapan puing hasil rombakan batuan (talus creep),pada

prinsipnya sama dengan soil creep, hanya bahannya saja yang berbeda.

Gejala ini banyak terjadi pada daerah-daerah yang mengalami pergantian

antara pembekuan dan pencairan kembali.

c. Rock Creep

Apabila bahan-bahan yang bergerak berupa bongkah-bongkah besar

dengan gerakannya yang perlahan-lahan.

d. Solifluction

Solifluction merupakan gerakan massa tanah dan batuan yang mengalir

secara lambat, biasanya terjadi di daerah yang beriklim dingin, yang

mengalami pembekuan dan pencairan walaupun terjadi pada lereng yang

relative tidak curam.

Untuk terjadi solifluction memerlukan syarat – syarat sebagai berikut :

1. Suplai air yang baik yang berasal dari pencairan salju dan es daratan.

2. Lereng yang sedang sampai curam yang secara relative bebas dari

vegetasi.

3. Terdapat lapisan dasar yang selallu beku di permukaan daratan.

Page 32: makalah geomorfologi

4. Produksi yang cepat dari reruntuhan batuan (debris) oleh proses

pelapukan.

Faktor – Faktor Pengontrol Mass Wasting

1. Kemiringan Lereng

Semakin besar sudut kemiringan lereng, semakin besar pula

peluang mass wasting terjadi karena gaya berat semakin besar pula.

2. Relief Lokal

Relief local yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar

memperbesar peluang mass wasting. Misalnya kubah, perbukitan punya

peluang yang besar untuk terjadi mass wasting.

3. Ketebalan Hancuran Batuan (debris) diatas batuan dasar

Makin tebal hancuran batuan yang berada di atas batuan dasar,

makin besar pula peluang untuk terjadinya mass wasting karena

permukaan yang labil makin besar pula.

4. Orientasi bidang lemah dalam bidang batuan

Pada umumnya mass wating akan mengikuti alur bidang lemah

dalam batuan, karena orientasi bidang lemah tersebut akan lapuk lebih

dahulu kemudian materi yang lapuk akan bergerak. Bidang lemah itu

berupa kekar, retakan atau diabas.

5. Iklim

Kondisi iklim di suatu daerah akan menentukan cepat / lambatnya

gerakan massa batuan. Bagi daerah yang beriklim basah cenderung

mempunyai tingkat kejenuhan air pada massa batuan tinggi, sehingga

peluang terjadinya mass wasting juga besar. Untuk daerah beriklim kering,

pelapukan fisik cukup intensif sehingga permukaan bentuk lahan menjadi

daerah yang labil karena timbunan hancuran batuan menjadi tebal. Akibat

berikutnya terjadinya mass wasting. Seperti daerah beriklim kering, daerah

beriklim dingin juga intensif mengalami pelapukan fisik sebagai akibat

proses beku celah (kroturbasi) sehingga peluang terjadinya mass wasting

juga besar.

6. Vegetasi

Page 33: makalah geomorfologi

Daerah yang tertutup oleh vegetasi / tumbuhan – tumbuhan

peluang untuk terjadi mass wasting kecil, karena vegetasi dapat menahan

laju gerakan massa batuan.

7. Gempa Bumi

Daerah yang sering mengalami gempa bumi cenderung labil,

sehingga peluang terjadinya mass wating cukup besar.

8. Tambahan Material di bagian atas Lereng

Di daerah gunung api aktif sering terjadi penambahan material di

bagian atas lereng akibat letusan, sehingga akan memperbesar peluang

terjadinya mass wasting. Contoh : Kubah lava Merapi makin lama makin

besar pada saat erupsi sehingga menyebabkan guguran lava ke lereng di

bawahnya

Cara Untuk Mencegah Gerakan Massa Batuan

1. Menanami Lereng dengan tumbuhan – tumbuhan / di hutan.

2. Membuat teras – teras pada lereng.

3. Bangunan di lereng dibuatkan beton penahan.

4. Apabila bagian bawah lereng dipotong / digali untuk keperluan tertentu,

perlu dibuatkan saluran pembuangan air di bawah tanah.

5. Apabila membangun jalan di daerah pegunungan perhatikan arah

kemiringan batuan. Bagian yang dibangun pada sisi yang stabil.

6. Menahan batuan agar tidak bergeser sepanjang bidang lemah batuan

(bidang batas lapisan, bidang retakan).

2.2.2 Agradasi

Agradasi adalah bagian dari proses eksogenetik yang mengakibatkan pertambahan elevasi/ketinggian suatu tempat di permukaan bumi, dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Bertambahnya elevasi dikarenakan adanya pengendapan massa batuan hasil proses degradasi dari lokasi di hulu/atas.

Contoh morfologi hasil agradasi, antara lain pembentukan talus scree, bentukan gumuk pasir (sand dune) oleh media angin, morena yang terbentuk oleh gletser, dan penimbunan (filling) lembah atau penambakan kawasan pantai oleh manusia untuk penyiapan lahan baru.

Page 34: makalah geomorfologi

2.3 Aktivitas manusia (man made processes)

Aktivitas yang dilakukan oleh manusia disebut pula sebagai proses antropogenik (antrophogenic processes). Proses ini dipisahkan dari proses eksogenik, dikarenakan keunikan perilaku manusia dalam memanfaatkan morfologi. Akibatkan perubahan morfologi antara tempat yang satu berbada dengan tempat lainnya, sesuai olah pikir yang diterapkan dalam pemanfaatan morfologi. Aktivitas manusia terhadap morfologi pasti merubahnya, kadang cakupan perubahan itu dirasa cukup luas, namun dalam pandangan geomorfologi masih termasuk kategori sempit.

Perubahan morfologi yang cukup luas sebagai hasil dari aktivitas manusia dapat dicontohkan antara lain pembukaan lahan untuk area penambangan (quarry area) bahan galian, untuk kawasan pemukiman (settlement) baru, alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian, dll. Dampak dari perubahan morfologi berpeluang terhadap berubahnya siklus hidrologi di sekitar lokasi, dan pasti terjadi degradasi lingkungan yang pada tingkat lanjut kemungkinan terjadi keseimbangan ekosistem akan terganggu.

2.4 Proses asal luar (extra terrestrial processes)

Proses asal luar bumi inimeliputi jatuhan meteor dan hujan kosmik. Proses ini merupakan akibat lebih lanjut dari dinamika interaksi antar penghuni semesta alam, baik bulan, planet, matahari, tata surya, galaksi, atau kumpulan galaksi. Dengan demikian proses asal luar ini hakekatnya terjadi terus-menerus, atau setiap waktu terjadi.

Kawah meteor (meteoric crater) di Arizona, Amerika Serikat, merupakan sebuah kawah bentukan akibat jatuhan meteorit (Thombury, 1969) yang cukup hebat, hal ini teramati dari ukuran diameter 4.000 feet, tinggi puncak kawah 13-160 feet di atas topografi dataran gurun di sekitar, dan kedalaman kawah berkisar 570 feet. Kawah tipe ini secara geomorfologi termasuk salah satu morfologi pseudo-volkanik (pseudo-volcanic morphology). Selain itu, di tepian sekeliling kawah dijumpai pembentukan mineral coesite yang merupakan hasil-hasil transformasi poligonal dari mineral kuarsa akibat benturan oleh meteor. Batuan yang terkena meteor di sana adalah batu gamping berumur perm, kemudian membentuk struktur “mirip kubah” dengan kemiringan keluar ke empat arah berkisar 10°-80°.

3.Potensi Kebumian dari Proses Geomorfik Sesumber (resources)

a. Morfogenesa struktural: potensial reservoar air baku, perangkap (trap) hidrokarbon

Page 35: makalah geomorfologi

b. Morfogenesa volkanik: kawasan wisata, potensial: area resapan dan luahan air, geotermal, bahan galian industri, kawasan pemukiman pilihan kedua setelah kawasan pantai, lahan pertanian yang subur dikenal sebagai kawasan green belt

c. Pelapukan: pembentukan tanah secara umum dengan kekhususan pembentukan horzon Ni-laterite pada zone saprolith, atau prospek dan mineral lempung jenis tertentu

d. Erosi: singkapan-singkapan batuan yang baru berarti pengayaan khasanah geologi

e. Gerakan massa: peluang pembentukan lahan baru yang potensial untuk lahan pertanian

f. Agradasi: potensial kawasan lahan pertanian yang subur, bagi yang mengalami penenggelaman (seperti delta yang tenggelam) potensial sebagai pengandung bahan galian tertentu

Kebencanaan (hazard)a. Morfogenesa struktural: timbulnya gerakan massa (antara lain galudu di

Sumatera Barat) akibat seringnya daerah yang intensif pembentukan struktur geologi diindikasikan terbentuk topografi dengan lereng terjal

b. Morfogenesa volkanik: lahar hujan (lahar dingin), lahar letusan (lahar panas), gerakan massa

c. Pelapukan: gerakan massad. Erosi, gerakan massa, dan agradasi mengakibatkan penguburan lahan

pemukiman dan pertanian terdahulu

Selain manusia, hewan dan tumbuhan pun dapat merubah morfologi. Sebagai contoh sejenis binatang anai-anai di Afrika mampu membuat sarang tanah hingga tingginya mncapai delapan meter. Di kepulauan Indonesia bagian timur terdapat bonggol (sarang burung Maleo) tersusun dari batu kerikil dan tanah yang mencapai ketinggian 2-3 meter dengan diameter 7 meter. Dalam cakupan geometri yang sempit (skala sentimeteran) antara lain ada temuan pembentukan morfologi yang merupakan ekskresi dari binatang cacing, dan sebaran pasir dengan pola tertentu dihasilkan oleh Molusca mengobor di pantai berpasir.

Page 36: makalah geomorfologi

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Geomorfologi Umum

yang dibina oleh Bpk. Sudarno Herlambang

Disusun oleh :

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

September 2012