3563-11539-1-PB

10
1 PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI HIMPUNAN KELAS VII Yovita, Bambang, Halini Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email: [email protected] Abstrak: Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Problem Based Learning terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMP Santa Monika Sungai Raya pada materi himpunan. Penelitian ini berbentuk pra- eksperimental dengan rancangan one group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Santa Monika yang berjumlah 4 kelas dan sampelnya adalah siswa kelas VII D. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling. Dari hasil analisis data diperoleh skor rata-rata hasil pretest siswa sebesar 2,1 sedangkan skor rata-rata posttest siswa sebesar 5,8. Dari hasil perhitungan uji t, diperoleh t hitung > t tabel atau 10,9 > 1,70 maka terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum dan setelah perlakuan. Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil bahwa pembelajaran Problem Based Learning memberikan peningkatan skor terbesar pada siswa tingkat kemampuan menengah. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi himpunan di kelas VII SMP Santa Monika Sungai Raya Kata Kunci: Problem Based Learning, Komunikasi Matematis Abstract: This research is aimed to determine the effect of Problem Based Learning on student’s mathematical communication skills SMP Santa Monika Sungai Raya on the set’s material. The form of this research is pre-experimental with one group pretest-posttest design. The population in this research were students of class VII SMP Santa Monika which consists of 4 classes and the sample were students of class VII D. The sampling technique to be used in this research is cluster sampling. From the analysis of the data obtained, the student’s average pretest score is 2,1 while the student’s average posttest score is 5,8. From the calculation of the t-test, it is obtained the t value > t tabel or 10,9 > 1,70. This means that there are differences in mathematical communication skills of students before and after treatment. Based on the analysis of data, the result of Problem Based Learning provides in increasing the largest score of the student’s middle ability level. Based on these data, it can be concluded that the Problem based Learning has an effect on student’s mathematical communication skills on the set’s material in class VII SMP Santa Monika Sungai Raya. Keyword: Problem Based Learning, Mathematical Communication

description

1

Transcript of 3563-11539-1-PB

  • 1PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERHADAPKEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

    PADA MATERI HIMPUNAN KELAS VII

    Yovita, Bambang, HaliniProgram Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan

    Email: [email protected]

    Abstrak: Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Problem Based Learning terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMP Santa Monika Sungai Raya pada materi himpunan. Penelitian ini berbentuk pra-eksperimental dengan rancangan one group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Santa Monika yang berjumlah 4 kelas dan sampelnya adalah siswa kelas VII D. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling. Dari hasil analisis data diperoleh skor rata-rata hasil pretest siswa sebesar 2,1 sedangkan skor rata-rata posttest siswa sebesar 5,8. Dari hasil perhitungan uji t, diperoleh thitung > ttabel atau 10,9 > 1,70 maka terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum dan setelah perlakuan. Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil bahwa pembelajaran Problem Based Learning memberikan peningkatan skor terbesar pada siswa tingkat kemampuan menengah. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi himpunan di kelas VII SMP Santa Monika Sungai Raya

    Kata Kunci: Problem Based Learning, Komunikasi Matematis

    Abstract: This research is aimed to determine the effect of Problem Based Learning on students mathematical communication skills SMP Santa Monika Sungai Raya on the sets material. The form of this research is pre-experimental with one group pretest-posttest design. The population in this research were students of class VII SMP Santa Monika which consists of 4 classes and the sample were students of class VII D. The sampling technique to be used in this research is cluster sampling. From the analysis of the data obtained, the students average pretest score is 2,1 while the students average posttest score is 5,8. From the calculation of the t-test, it is obtained the tvalue > ttabel or 10,9 > 1,70. This means that there are differences in mathematical communication skills of students before and after treatment. Based on the analysis of data, the result of Problem Based Learning provides in increasing the largest score of the students middle ability level. Based on these data, it can be concluded that the Problem based Learning has an effect on students mathematical communication skills on the sets material in class VII SMP Santa Monika Sungai Raya.

    Keyword: Problem Based Learning, Mathematical Communication

  • 2alah satu standar yang harus dikembangkan oleh siswa adalah kemampuan komunikasi. Dalam pembelajaran matematika, komunikasi matematis baik

    secara lisan maupun tertulis merupakan hal yang sangat penting di samping penalaran, pembuktian, representasi matematis, dan pemecahanan masalah matematis.

    Menurut Herdian (2010), Kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubung yang terjadi di lingkungan kelas, di mana terjadi pengalihan pesan.

    Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru matematika SMP Santa Monika Sungai Raya, diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi himpunan masih sangat rendah. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil riset pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 37 siswa kelas VIII SMP Santa Monika Sungai Raya. Riset pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti berupa pemberian tes kemampuan komunikasi matematis sebagai berikut: (1) A adalah himpunan semua bilangan ganjil kurang dari 10. Dapatkah anda menyatakan himpunan tersebut ke dalam bentuk lainnya? (minimal 2 bentuk lain),(2) Terdapat kalimat matematika sebagai berikut: B = {x | 2 < x < 11, x adalah bilangan cacah}. Bagaimanakah anda membaca kalimat matematika tersebut?

    Berdasarkan riset pendahuluan tersebut diperoleh hasil:Untuk soal nomor 1: (1) Siswa yang benar dalam menyatakan himpunan dengan 2 bentuk lain, yaitu dengan cara mendaftarkan anggota-anggota himpunan A dan dengan cara menuliskan notasi himpunan, sebanyak 3 orang atau sekitar 8,11%, (2) Siswa yang benar dalam menyatakan himpunan dengan 1 bentuk lain sebanyak 6 orang atau sekitar 16,22%. Semua siswa tersebut menyatakan himpunan dengan cara mendaftarkan anggota-anggota himpunan A, (3) Sekitar 29,73% siswa keliru saat menyatakan himpunan dengan menggunakan notasi himpunan. Kekeliruan tersebut terutama dalam menuliskan notasi matematika dengan benar.

    Tidak jauh berbeda dengan soal nomor 1, siswa yang menjawab benar untuk soal nomor 2 hanya 1 orang atau sekitar 2,7%. Hampir semua siswa keliru dalam mengartikan simbol-simbol yang digunakan dalam notasi himpunan tersebut. Bahkan ada siswa yang tidak menuliskan jawabannya.

    Berdasarkan hasil riset pendahuluan tersebut, kemampuan komunikasi matematis siswa pada proses pengerjaan soal belum terungkap secara jelas. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya pemahaman siswa terhadap materi himpunan. Selain itu, siswa kadang mengabaikan arti dari simbol matematika yang sering mereka gunakan.

    Menurut National Council of Teachers of Mathematics (2000: 60),terdapat 4 standar kemampuan komunikasi matematis yang harus dimiliki siswa pra-TK sampai kelas 12, yaitu: (1) Mengorganisasikan dan menggabungkan pemikiran matematis melalui komunikasi, (2) Mengkomunikasikan pemikiran matematis siswa secara jelas kepada teman sejawat, guru, dan orang lain, (3) Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematis dan strategi yang dipakai

    S

  • 3orang lain, (4) Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara tepat.

    Dalam penelitian ini, indikator kemampuan komunikasi matematis siswa menurut NCTM tersebut dirincikan menjadi: (1) Mengkomunikasikan pemikiran matematis siswa secara jelas kepada guru, (2) Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematis orang lain, (3) Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara tepat.

    Menyikapi adanya kenyataan bahwa terdapat siswa yang lemah dalam komunikasi matematis, maka penelitian tentang cara meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, menjadi penting untuk dilakukan. Komunikasi dalam pembelajaran matematika akan lebih mudah terjadi apabila pembelajaran matematika disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik sehingga dapat merangsang siswa menjadi lebih komunikatif dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran Problem Based Learning ditawarkan sebagai alternatif. Problem Based Learning adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri (Eggen, 2012: 307). Sedangkan menurut Cindy E. Hmelo-Silverl (2004: 235), Problem Based Learningmerupakan pembelajaran yang berpusat pada masalah yang kompleks dan siswa bekerja dalam kelompok untuk mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan untuk belajar. Fase-fase dalam Problem Based Learning meliputi: Fase 1: memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa, fase 2: mengorganisasikan siswa untuk meneliti, fase 3: membantu investigasi mandiri dan kelompok, fase 4: mengembangkan dan mempresentasikan artefak atau exhibit, fase 5: menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah (Arends, 2008: 57).

    Masalah yang disajikan dalam Problem Based Learning harus memiliki ciri-ciri berikut: (1) Masalah yang disajikan sedapat mungkin merupakan cerminan masalah yang ditemui di dunia nyata, (2) Masalah yang dirancang harus membangun kembali pemahaman siswa atas pengetahuan yang telah didapat sebelumnya, (3) Masalah dalam Problem Based Learning harus dapat membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif siswa, (4) Masalah harus dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran (Amir, 2010: 31). Ciri-ciri masalah dalam Problem Based Learning diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematismereka, karena siswa biasanya akan lebih aktif dalam berkomunikasi jika membahas masalah yang dapat ditemuinya di dunia nyata

    Adapun dipilihnya materi himpunan karena konsep himpunan merupakan landasan untuk mempelajari materi berikutnya seperti menyelesaikan persamaan menggambar grafik, mempelajari peluang, dan menyelesaikan konsep-konsep atau gambar geometri. Menurut Solehuzain (2011), Dengan mempelajari himpunan, diharapkan kemampuan logika siswa akan semakin terasah untuk memperlajari himpunan. Secara tidak langsung akan memacu siswa agar dapat berpikir secara logis.

    Berdasarkan uraian tersebut, menarik untuk dilakukan penelitian mengenai pengaruh Problem Based Learning terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi himpunan di kelas VII SMP Santa Monika Sungai Raya.

  • 4METODEMetode penelitian yang digunakan adalah eksperimental. Bentuk

    penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimental dengan rancangan one group pretest-posstest design. Bagan rancangan penelitian tersebut digambarkan sebagai berikut:

    Tabel 1 Rancangan PenelitianKelompok Pretest Perlakuan Posttest

    Eksperimen T1 X T2(Subana dan Sudrajat, 2005: 99)

    Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Santa Monika Sungai Raya yang terdiri atas 4 kelas yaitu VII A, VII B, VII C, dan VII D. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling, yaitu dengan cara membagi populasi menjadi beberapa kelompok atau klaster dan secara acak klaster-klaster yang diperlukan diambil dengan proses pengacakan. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah siswa-siswi kelas VII D.

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengukuran berupa pretest-posttest dengan indikator kemampuan komunikasi matematis. Berdasarkan hasil uji validitas isi yang dilakukan oleh 3 orang validator yaitu seorang dosen pendidikan matematika dan dua orang guru matematika SMP, diperoleh hasil soal-soal tes yang dibuat peneliti memenuhi validitas isi. Berdasarkan hasil uji coba soal diperoleh hasil bahwa tingkat reliabilitas pretest tergolong sedang dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,66 dan tingkat reliabilitas posttest juga tergolong sedang dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,45.

    Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1) tahap persiapan, 2) tahap pelaksanaan, 3) penyusunan laporan penelitian.Tahap persiapanLangkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (1) Melakukan pra riset di SMP Santa Monika Sungai Raya. Pra riset dilakukan untuk memperoleh data tentang jumlah siswa kelas VII, buku paket yang digunakan, jumlah jam pelajaran, dan untuk menentukan jadwal pelaksanaan penelitian, (2) Menyiapkan instrumen penelitian berupa kisi-kisi soal, soap pretest kemampuan komunikasi matematis, soal posttest kemampuan komunikasi matematis, kunci jawaban dan pedoman penskoran, (3) Melakukan validitas perangkat dan instrumen penelitian, (4) Melakukan revisi perangkat dan instrumen penelitian berdasarkan hasil validitas, (5) Melakukan uji coba instrumen penelitian, (6) Menganalisis data hasil uji coba untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen penelitian, (7) Berdasarkan hasil uji coba, instrumen penelitian selanjutnya dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.Tahap pelaksanaanLangkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) Menentukan jadwal penelitian, (2) Menggelompokkan siswa dalam 3 tingkatan, yaitu tingkatan atas, menengah dan bawah berdasarkan hasil ulangan akhir semester ganjil siswa, (3) Memberikan pretest dengan instrumen pengukur kemampuan komunikasi matematis, (4) Melibatkan ssiswa dalam pembelajaran

  • 5Problem based Learning, (5) Memberikan posttest dengan instrumen pengukur kemampuan komunikasi matematis.Penyusunan laporan penelitianPada tahap penyusunan laporan penelitian, peneliti melakukan analisis dan pengolahan data yang diperoleh pada tahap pelaksanaan dengan perhitungn uji statistik yang sesuai dan menarik kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan penelitian.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil PenelitianBerdasarkan hasil penelitian diperoleh dua kelompok data yaitu data hasil

    pengelompokan siswa dan data hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa. Pengelompokan siswa dalam 3 tingkatan (atas, menengah, dan bawah) didasarkan pada hasil ulangan akhir siswa pada semester ganjil. Berdasarkan hasil ulangan tersebut, siswa diurut dari yang memperoleh nilai paling tinggi ke nilai rendah. Pengelompokan siswa menggunakan rumus:

    SD = Keterangan:SD = Standar DeviasiX = Rata-rata (Mean) = tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi banyak data = semua skor dijumlahkan, dibagi banyak data, kemudian dikuadratkanHasil penggelompokan siswa dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

    Tabel 2 Pengelompokan SiswaKelompok Banyak Siswa Rata-rata Atas 4 66,5Menengah 25 42,9 Bawah 6 31,3

    Secara keseluruhan, rata-rata nilai siswa pada tingkat kemampuan atas lebih tinggi dari rata-rata nilai siswa pada tingkat kemampuan menengah dan bawah, serta rata-rata nilai siswa pada tingkat kemampuan menengah lebih tinggi dari rata-rata nilai siswa pada tingkat kemampuan bawah.

    Data hasil tes kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest. Pretest dilakukan pada Selasa, 29 Januari 2013 dan diberikan selama dua jam pelajaran (70 menit). Pretestdigunakan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum pembelajaran Problem Based Learning.

    Pretest kemampuan komunikasi matematis dilakukan dengan cara memberikan beberapa soal yang berbentuk essai kepada siswa. Soal tersebut berjumlah 3 soal dan terdiri dari 3 indikator yang berbeda, yaitu

  • 6mengkomunikasikan pemikiran matematis siswa secara jelas kepada guru (soal nomor 1), menganalisis pemikiran matematika orang lain (soal nomor 2), dan menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara tepat (soal nomor 3). Setelah diperoleh data hasil pretest kemampuan komunikasi matematis, dilakukan pengolahan data hasil pretest. Hasil pretestsiswa dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

    Tabel 3 Hasil Pretest Siswa

    KelompokSkor Rata-rata Per Soal

    Total Skor 1 2 3

    Atas 2,5 1 1 4,5 Menengah 1,8 0,1 0,04 2 Bawah 1,2 0 0 1,2

    Total Skor Semua Siswa 68 6 5 74Skor Rata-rata Semua Siswa 1,8 0,2 0,1 2,1

    Posttest diberikan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki siswa setelah diberikan perlakuan. Posttest dilaksanakan pada 30 Januari 2012 dan dilakukan selama dua jam pelajaran (70 menit). Seperti halnya pretest, posttest memuat 3 soal essai dimana setiap soal memuat satu indikator kemampuan komunikasi matematis. Hasil posttest kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII D SMP Santa Monika Sungai Raya dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

    Tabel 4 Hasil Posttest Siswa

    KelompokSkor Rata-rata Per Soal

    Total Skor 1 2 3

    Atas 2,5 2,5 2,5 7,5 Menengah 1,6 2,5 1,6 5,7 Bawah 1,7 2,5 0,7 4,8

    Total Skor Semua Siswa 59 88 55 202Skor Rata-rata Semua Siswa 1,7 2,5 1,6 5,8

    PembahasanBerdasarkan data pretest diperoleh hasil rata-rata skor pretest siswa adalah

    2,1 atau 17,5% dari total skor maksimal 12. Secara rinci, untuk soal nomor 1 yang memuat indikator kemampuan komunikasi mengkomunikasikan pemikiran matematis siswa dengan jelas kepada guru, skor rata-rata pretest siswa adalah 1,8 (45% dari skor maksimal 4), untuk soal nomor 2 yang memuat indikator kemampuan komunikasi menganalisis pemikiran matematis orang lain skor rata-rata pretest siswa adalah 0,2 (5% dari skor maksimal 4), dan untuk soal nomor 3 yang memuat indikator kemampuan komunikasi mengekspresikan ide-ide matematika secara tepat skor rata-rata pretest siswa adalah 0,1 (2,5% dari skor maksimal 4). Data di atas menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum dilakukannya pembelajaran Problem Based Learning masih sangat rendah.

  • 7Jika dilihat berdasarkan tingkat kemampuan, rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis siswa untuk soal nomor 1, 2, dan 3 berbeda, di mana semakin tinggi tingkat kemampuan maka semakin tinggi pula rata-rata skornya. Ini artinya, kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok atas dalam mengkomunikasikan pemikiran matematis siswa dengan jelas kepada guru, menganalisis pemikiran matematis orang lain, dan menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara tepat, lebih baik dari siswa kelompok menengah dan bawah

    Berdasarkan hasil posttest diperoleh skor rata-rata siswa adalah 5,8 (48,3% dari total skor maksimal 12). Secara rinci, untuk soal nomor 1 yang memuat indikator kemampuan komunikasi mengkomunikasikan pemikiran matematis siswa dengan jelas kepada guru, skor rata-rata posttest siswa adalah 1,7 (42,5% dari skor maksimal 4), untuk soal nomor 2 yang memuat indikator kemampuan komunikasi menganalisis pemikiran matematis orang lain skor rata-rata posttest siswa adalah 2,5 (62,5% dari skor maksimal 4), dan untuk soal nomor 3 yang memuat indikator kemampuan komunikasi mengekspresikan ide-ide matematika secara tepat skor rata-rata posttest siswa adalah 1,6 (40% dari skor maksimal 4). Data di atas menunjukkan bahwa setelah dilakukan pembelajaran Problem Based Learning, kemampuan komunikasi matematis siswa masih tergolong rendah, terutama dalam mengkomunikasikan pemikiran matematis siswa dengan jelas kepada guru dan mengekspresikan ide-ide matematika secara tepat. Sedangkan untuk indikator kemampuan komunikasi menganalisis pemikiran matematis orang lain (soal nomor 2), skor rata-rata siswa cukup baik karena telah mencapai lebih dari 50%

    Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII D SMP Santa Monika Sungai Raya berdasarkan tingkat kemampuannya. Skor rata-rata posttest kemampuan komunikasi matematis siswa pada tingkat kemampuan atas adalah 7,5, pada tingkat kemampuan menengah adalah 5,7, dan pada tingkat kemampuan bawah adalah 4,8. Data tersebut menunjukkan bahwa setelah dilakukan pembelajaran Problem Based Learningskor rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa tingkat kemampuan atas lebih tinggi dari siswa tingkat kemampuan menengah dan bawah, serta siswa tingkat kemampuan menengah skor rata-rata posttest kemampuan komunikasi matematisnya lebih tinggi dari siswa pada tingkat kemampuan bawah

    Untuk soal nomor 1, terlihat bahwa skor rata-rata posttest siswa pada tingkat kemampuan atas adalah 2,5, skor rata-rata posttest siswa pada tingkat kemampuan menengah adalah 1,6, dan skor rata-rata posttest siswa pada tingkat kemampuan bawah adalah 1,7. Berdasarkan hasil posttest untuk soal nomor 1 dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pembelajaran, kemampuan komunikasi matematis siswa dengan indikator mengkomunikasikan pemikiran matematissiswa pada tingkat kemampuan atas lebih baik dari siswa pada tingkat kemampuan menengah dan bawah, serta kemampuan mengkomunikasikan pemikiran matematis siswa pada tingkat kemampuan menengah lebih baik dari siswa pada tingkat kemampuan bawah.

    Untuk soal nomor 2, skor rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa pada tiga tingkat kemampuan adalah sama, yaitu 2,5. Ini artinya setelah

  • 8dilakukan pembelajaran Problem Based Learning, kemampuan komunikasi matematis siswa sama baiknya dalam menganalisis pemikiran matematis orang lain.

    Untuk soal nomor 3, skor rata-rata posttest pada siswa berkemampuan atas adalah 2,5, skor rata-rata posttest siswa pada tingkat kemampuan menengah adalah 1,6, dan skor rata-rata posttest siswa pada tingkat kemampuan bawah adalah 0,7. Ini berarti, untuk soal nomor 3 yang memuat indikator menggunakan bahssa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika, skor rata-rata siswa kemampuan atas lebih tinggi dari skor rata-rata siswa kemampuan menengah dan bawah. Selain itu skor rata-rata siswa kemampuan menengah lebih tinggi dari skor rata-rata siswa kemampuan bawah.

    Berdasarkan hasil pretest dan posttest dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum dan setelah pembelajaran Problem Based Learning. Untuk mengetahui apakah perbedaan tersebut signifikan atau tidak signifikan maka dilakukan uji perbedaan rata-rata satu sampel. Namun sebelumnya dilakukan uji normalitas pada hasil pretest dan posttest tersebut. Berdasarkan uji normalitas, diperoleh bahwa data pretest dan posttest berdistribusi normal, oleh karena itu, uji rata-rata sampel yang digunakan adalah uji-t.

    Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung > ttabel atau 10,9 > 1,70, dengan demikian H0 ditolak. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran Problem Based Learning pada materi himpunan.

    Pembelajaran Problem Based Learning memberikan peningkatan skor kemampuan komunikasi matematis pada semua tingkat kemampuan. Pada siswa tingkat kemampuan atas terjadi peningkatan skor sebesar 3, pada siswa tingkat kemampuan menengah terjadi peningkatan sebesar 3,7, dan pada siswa tingkat kemampuan bawah terjadi peningkatan sebesar 3,6. Ini berarti pembelajaran Problem Based Learning memberikan peningkatan kemampuan komunikasi matematis terbesar pada siswa tingkat kemampuan menengah.

    Secara keseluruhan, pelaksanaan pembelajaran Problem Based Learningyang telah dilakukan oleh peneliti selama 2 kali pertemuan dapat dikatakan berjalan dengan baik, meskipun terdapat beberapa siswa yang tidak serius selama proses belajar mengajar berlangsung. Bahkan ada siswa yang mengatakan bahwa tes yang diberikan oleh peneliti tidak penting karena tidak akan mempengaruhi nilai mereka. Pada pertemuan pertama, jika ditinjau dari alokasi waktu yang digunakan, pelaksanaan pembelajaran yang terjadi masih kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh kondisi kelas yang ribut ketika peneliti baru memasuki kelas, sehingga peneliti memerlukan waktu untuk menenangkan siswa. Fase keempat dan kelima Problem Based Learning pada pertemuan pertama tidak dapat dilaksanakan karena jam pelajaran matematika telah selesai. Pada pertemuan kedua pembelajaran Problem Based Learning berlangsung lebih efektif. Kelima fase Problem Based Learning pada pertemuan kedua dapat terlaksana semua.

  • 9SIMPULAN DAN SARAN

    SimpulanBerdasarkan analisis data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan

    komunikasi matematis siswa, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan masalah penelitian. Secara umum, dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Problem Based Learningmemiliki pengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

    Secara lebih rinci, dapat disimpulkan bahwa: (1) Sebelum siswa dilibatkan dalam pembelajaran Problem Based Learning kemampuan komunikasi matematis siswa pada tiap tingkat kemampuan masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata pretest siswa sebesar 2,1 atau 17,5% dari total skor maksimal 12. Jika dilihat berdasarkan tingkat kemampuan, skor rata-rata pretestsiswa tingkat kemampuan atas adalah 4,5 atau 37,5% dari skor maksimal 12, skor rata-rata siswa tingkat kemampuan menengah adalah 2 atau 16,7% dan skor rata-rata siswa tingkat kemampuan bawah adalah 1,2 atau 10%, (2) Setelah siswa dilibatkan dalam pembelajaran Problem Based Learning skor rata-rata posttest siswa adalah 5,8 atau 48,3% dari skor maksimal 12. Berdasarkan hasil itu, dapat disimpulkan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah dilakukan pembelajaran Problem Based Learning masih tergolong rendah, walau terjadi peningkatan skor rata-rata. Jika dilihat berdasarkan tingkat kemampuan siswa, skor rata-rata posttest siswa tingkat kemampuan atas adalah 7,5 atau 62,5% dari skor maksimal 12, skor rata-rata siswa tingkat kemampuan menengah adalah 5,7 atau 47,5% dan pada skor rata-rata siswa tingkat kemampuan bawah adalah 4,8 atau 40%, (3) Berdasarkan hasil pretest dan posttest terdapat perbedaan skor rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yaitu 2,1 dan 5,8. Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji-t diperoleh bahwa thitung (10,9) > ttabel (1,70) dengan demikian terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum dan setelah dilakukannya pembelajaran Problem Based Learning, (4) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari selisih skor pretest dan posttest siswa. Pada tingkat kemampuan atas terjadi peningkatan skor sebesar 3, pada tingkat kemampuan menengah terjadi peningkatan skor sebesar 3,7, dan pada tingkat kemampuan bawah terjadi peningkatan skor sebasar 3,6. Data tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran Problem Based Learningmemberikan peningkatan kemampuan komunikasi matematis terbesar pada siswa dengan tingkat kemampuan menengah.

    SaranBerdasarkan kelemahan-kelemahan penelitian ini, peneliti memberikan

    saran sebagai berikut: (1) Sebelum guru memulai kegiatan belajar, sebaiknya siswa sudah dalam keadaan siap untuk menerima materi yang akan diberikan, (2) Saat pembelajaran, sebaiknya guru harus lebih tegas dalam menertibkan siswa, sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan serius, (3) Kepada guru yang ingin menerapkan pembelajaran Problem Based Learning, sebaiknya lebih bijaksana dalam mengatur alokasi waktu pembelajaran agar semua fase dalam Problem Based Learning dapat dilaksanakan dengan maksimal.

  • 10

    DAFTAR RUJUKANAmir, M. Taufiq. (2010). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning:

    Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

    Arends, Richard I (2008). Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar Edisi Ketujuh/Buku Dua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Eggen, Paul dan Don Kauchak. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir (Edisi Keenam). Jakarta: PT. Indeks.

    Herdian. (2010). Kemampuan Komunikasi Matematika. (Online). (http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-komunikasi-matematis/, dikunjungi 04 November 2012).

    Hmelo-Silver, Cindy E. (2004). Problem-Based Learning: What and How Do Students Learn?. Education Psychology Review. Vol: 16.

    National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. NCTM: Reston VA.

    Solehuzain. (2011). Pengaruh Matematika Dalam Kehidupan Kita. (Online). (http://blog.student.uny.ac.id/Solehuzain/2011/09/29/Pengaruh-matematika-dalam-kehidupan-kita/, dikunjungi 14 Agustus 2013).

    Subana, M dan Sudrajat. (2005). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV. Pusaka Setia.