3

11
LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN I. Konsep Medis A. Pengertian Sedangkan (Yosep, 2!" #erpendapat Peri$ak% kekerasan ada$a& s%at% keadaa di'ana seseorang 'e$ak%kan tindakan ang dapat 'e'#a&a akan se)ara *isik, #aik k diri sendiri 'a%p%n orang $ain. Sering dise#%t +%ga gad%& ge$isa& ata% a'%k di' seseorang 'ara& #erespon ter&adap s%at% stressor dengan gerakan 'otorik ang tid terkontro$. S%at% keadaan ketika indi id% 'enga$a'i peri$ak% ang se)ara *isik dapat 'e'#a&a akan #agi diri sendiri ata% p%n orang $ain (S&ei$a L. -ide#e)k, 2 ". /. Etio$ogi 0. 1aktor Predisposisi 1aktor penga$a'an ang dia$a'i tiap orang ang 'er%pakan *a)tor predisposisi, ar '%ngkin ter+adi '%ngkin tidak ter+adi peri$ak% kekerasan +ika *aktor #erik%t di indi id%3 a. Psiko$ogis, kegaga$an ang dia$a'i dapat 'eni'#%$kan *r%stasi ang ke'%dian dapa agresi* ata% a'%k. 4asa kanak5kanak ang tidak 'en enangkan ait% perasaan dito$ di&ina, diania a ata% sanksi pengania aan. #. Peri$ak%, rein*or)e'ent ang diteri'a pada saat 'e$ak%kan kekerasan, sering 'eng kekerasan di r%'a& ata% di $%ar r%'a&, se'%a aspek ini 'ensti'%$asi indi id% 'e peri$ak% kekerasan. ). Sosia$ #%da a, #%da a tert%t%p dan 'e'#a$as se)ara dia' (pasi* agresi*" dan kont ang tidak pasti ter&adap pe$ak% kekerasan akan 'en)iptakan seo$a&5o$a& peri$ak% ang diteri'a (per'issi e". d. /ione%ro$ogis, #an ak #a&6a ker%sakan siste' $i'#ik, $o#%s *ronta$, $o#%s te'por ketidaksei'#angan ne%rotrans'itter t%r%t #erperan da$a' ter+adin a peri$ak% keke 2. 1aktor Prespitasi 1aktor prespitasi dapat #ers%'#er dari k$ien, $ingk%ngan ata% interaksi de $ain. Kondisi k$ien seperti ke$e'a&an *isik (pen akit *isik", kep%t%san, ketidak per)a a diri ang k%rang dapat 'en+adi pen e#a# peri$ak% kekerasan. De'ikian p%$ sit%asi $ingk%ngan ang ri#%t, padat, kritikan ang 'engara& pada peng&inaan, ke orang ang di)intai peker+aan dan kekerasan 'er%pakan *aktor pen e#a# ang $ain sosia$ ang pro okati* dan kon*$ik dapat p%$a 'e'i)% peri$ak% kekerasan.

description

jiwa

Transcript of 3

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

I. Konsep MedisA. Pengertian

Sedangkan (Yosep, 2009) berpendapat Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.

Suatu keadaan ketika individu mengalami perilaku yang secara fisik dapat membahayakan bagi diri sendiri atau pun orang lain (Sheila L. Videbeck, 2008).

B. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:

a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.

b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).

d. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

2. Faktor Prespitasi

Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

C. TANDA DAN GEJALA (Menurut Fitria, 2010)

1. Pengkajian awal : Alasan utama klien dibawa ke RS adalah PK dirumah.

2. Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat, klien sering memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

3. Fisik : Mata melotot / pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.

4. Verbal: Mengancam, mengupat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar.

5. Perilaku: Menyerang orang lain, melukai diri sendiri, orang lain, merusak lingkungan, amuk/ agresif.

6. Emosi: Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

7. Intelektual: Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada kasar.

8. Spritual: Merasa diri berkuasa, merasa diri paling benar, keragu-raguan, tidak bermoral.

9. Sosial: Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.

10. Perhatian: Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.

Sedangkan tanda-tanda adanya perilaku kekerasan yamg mengancam menurut (Santoso , 2007) adalah :

1. Kata-kata keras/ kasar atau ancaman akan kekerasan

2. Adanya perilaku agitatif

3. Membawa benda-benda tajam atau senjata

4. Adanya pikiran dan perilaku paranoid

5. Adanya penyalah gunaan zat/ intoksikasi alkohol

6. Adanya halusinasi dengar yang memerintahkan untuk melakukan tindak kekerasan

7. Kegelisahan katatonik

8. Adanya penyakit di otak (terutama dilobus frontal)

Hal hal yang perlu diperhatikan untuk menduga adanya resiko bunuh diri (Santoso, 2007).

1. Adanya ide bunuh diri atau percobaan bunuh diri sebelumya

2. Adanya kecemasan yang tinggi, depresi yang dalam dan kelelahan

3. Adanya ide bunuh diri yang diucapkan

4. Ketersediaanya alat atau cara bunuh diri

5. Mempersiapkan warisan terutama klien depresi

6. Adanya krisis dalam kehidupan baik fisik maupun mental

7. Adanya riwayat keluarga yang melakukan bunuh diri

8. Adanya keputus asaan yang mendalam

D. PROSES TERJADINYA

Banyak hal yang dapat menimbulkan stress, marah, cemas, dan HDR pada individu. Agresif dapat menimbulkan kecemasan sehingga dapat menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan. Kecemasan dapat diungkapkan melalui 3 cara:

1. Mengungkapkan marah secara verbal

2. Menekan/ mengingkari rasa marah

3. Menentang perasaan marah

Dengan cara tersebut akan menimbulkan perasaan bermusuhan. Bila cara ini berlangsung terus menerus maka dapat terjadi penyerangan dengan kekerasan disertai tindakan melempar yang menimbulkan perasaan marah tersebut.

Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal berupa perilaku dekruktif maupun agresif . Sedangkan secara internal dapat berupa perilaku yang merusak diri.

Mengekspresikan marah dapat dengan perilaku destruktif dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan direspon tanpa menyakiti orang lain, serta memberikan perasaan lega.

E. Rentan Respon

Menurut Iyus Yosep, 2007 bahwa respons kemarahan berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif.Skema 1.1. Rentang Respon KemarahanRespon adaptif Respons maladaptif I-------------------I------------------I----------------------I-------------------IAsertif frustasi pasif agresif kekerasan(Sumber Iyus Yosep, 2007)

1. Perilaku asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau meyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu

2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.

3. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk engungkapkan perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu tuntunan nyata.4. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan / panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.5. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman, melukai pada tingkat ringan sampa pada yang paling berat. Klien tidak mampu mengendalikan diri.F. MEKANISME KOPING

Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:

1. Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain.

2. Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/ keinginan tidak baik.

3. Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebihkan sikap/ perilaku yang berlawanan.

4. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebihkan sikap perilaku yang berlawanan.

5. Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan bermusuhan pada objek yang berbahaya.

Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari seseorang karna ditinggal oleh orang yang dianggap berpangaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang harga diri rendah (HDR), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain tidak dapat diatasi maka akan muncul halusinasi berupa suara-suara atau bayang-bayangan yang meminta klien untuk melakukan kekerasan. Hal ini data berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan).

Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik dalam mengahadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif). Hal ini yang menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen terapeutik inefektif).

G. Perilaku

1. Menyerang orang

2. Melukai diri sendiri/orang lain

3. Merusak lingkungan

4. Amuk/agresi

H. Penatalaksanaan

Adapun penalaksanaan medik menurut MIF Baihaqi, dkk, 2005 sebagai berikut :1. SomatoterapiDengan tujuan memberikan pengaruh-pengaruh langsung berkaitan dengan badan, biasanya dilakukan dengan :a. Medikasi psikotropikMedikasi psikotropik berarti terapi langsung dengan obat psikotropik atau psikofarma yaitu obat-obat yang mempunyai efek terapeutik langsung pada proses mental pasien karena efek obat tersebut pada otak.1) Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)

2) Obat anti depresi, amitriptyline

3) Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam

4) Obat anti insomnia, phneobarbital

b. Terapi Elektrokonvulsi (ECT)Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh penderita menerima aliran listrik yang terputus-putus.c. Somatoterapi yang lain1) Terapi konvulsi kardiasol, dengan menyuntikkan larutan kardiazol 10% sehingga timbul konvulsi2) Terapi koma insulin, dengan menyuntikkan insulin sehingga pasien menjadi koma, kemusian dibiarkan 1-2 jam, kemudian dibangunkan dengan suntikan gluk2. PsikoterapiPsikoterapi adalah salah satu pengobatan atau penyembuhan terhadap suatu gangguan atau penyakit, yang pada umumnya dilakukan melalui wawancara terapi atau melalui metode-metode tertentu misalnya : relaksasi, bermain dan sebagainya. Dapat dilakukan secara individu atau kelompok, tujuan utamanya adalah untuk menguatkan daya tahan mental penderita, mengembankan mekanisme pertahanan diri yang baru dan lebih baik serta untuk mengembalikan keseimbangan adaptifnya.3. Manipulasi lingkunganManipulasi llingkunagan adalah upaya untuk mempengaruhi lingkungan pasien, sehingga bisa membantu dalam proses penyembuhannya. Teknis ini terutama diberikan atau diterapkan kepada lingkungan penderita, khususnya keluarga.Tujuan utamanya untuk mengembangkan atau merubah/menciptakan situasi baru yang lebih kondusif terhadap lngkungan. Misalnya dengan mengalihkan penderita kepada lingkunmgan baru yang dipandang lebih baik dan kondusif, yang mampu mendukung proses penyembuhan yang dilakukan.II. Konsep KeperawatanA. Pengkajian

Beberapa faktor yang perlu dikaji pada klien perilaku kekerasan menurt Budi Anna Keliat, 2006 adalah sebagai berikut :1. Klien dibawa ke rumah sakit jiwa dengan alasan amuk, membanting barang-barang, gelisah, tidak bia tidur, berendam dikamar mandi selama berjam-jam.2. Klien biasanya amuk karena ditegur atas kesalahannya3. Klien mengatakan mudah kesal dan jengkel4. Merasa semua barang tidak ada harganya5. Klien kelihatan sangat bersemangat, wajah tegang6. Muka merah tidak menceritakan masalahnya7. Klien merasa minder bila berada dilingkungan keluarga8. Klien mudah marah dan cepat tersinggung9. Klien selalu merusak lingkungan10. Klien nampak kotor, rambut kusut dan kotor, gigi kotor dan kuning11. Kuku panjang dan kotor, kulit banyak daki dan kering12. Klien mengatakan malas mandi13. Klien tidak mau mandi bila tidak disuruh dan mandi kalau perlu saja14. Sehabis mandi klien masih tampak kotor.B. Masalah Keperawatan

Menurut Kelait BA, 2006 masalah keperawatan yangs sering terjadi pada klien perilaku kekerasan adalah :1. Resiko perilaku mencederai diri sendiri, orang lain dan linkungan 2. Perilaku kekerasan3. Ganguan konsep diri harga diri rendah4. Gangguan pemeliharaan kesehatan5. Defisit perawatan diri, mandi dan berhias6. Ketidakefektifan koping keluarga ; ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah7. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutikC. Pohon Masalah

Resiko mencederai orang lain/lingkungan

Perilaku Kekerasan

Gangguan Harga Diri : HDR

D. Diagnosa Keperawatan

Perilaku Kekerasan

Read more: Laporan Pendahuluan (askep) Perilaku Kekerasan http://nandarnurse.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-askep-perilaku.html#ixzz3YGeILEGM Under Creative Commons License: Attribution Follow us: nHandar on FacebookLAPORAN PENDAHULUANA. Masalah Utama: Perilaku kekerasan.B. Proses Terjadinya Masalah1. PengertianPerilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Towsend,1998).Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain (Carpenito, 2000)Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan melalui pengkajian meliputi : Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang diserasakan oleh klien. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.Tanda dan gejala:Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat, memaksakan kehendak, memukul dan mengamuk.2. PenyebabPerilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan konsep diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.Tanda dan gejala: Perasaan malu terhadap diri sendiri Rasa bersalah terhadap diri sendiri Merendahkan martabat Gangguan hubungan sosial Percaya diri kurang Mencederai diri3. AkibatKlien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.Tanda dan gejala:Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan melalui pengkajian meliputi : Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang diserasakan oleh klien. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.C. Pohon Masalah

Core Problem

Gangguan Harga Diri : Harga Diri RendahKoping individu tidak efektifD. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji1. Masalah keperawatan:a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkunganb. Perilaku kekerasan / amukc. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasana. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkunganData Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.Data Objektif : Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barangbarang.b. Perilaku kekerasan / amukData Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.Data Obyektif Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barangbarang.c. Gangguan harga diri : harga diri rendahData subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.Data obyektif:Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.E. Diagnosa Keperawatan1. Perilaku kekerasan 2. Gangguan konsep diri : harga diri rendahDAFTAR PUSTAKA1. Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC2. Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book3. Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.4. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 19995. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 19996. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 20037. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000