3.2 Pembahasan Umum.fixxXd Sds Ds d

7
3.2 Pembahasan umum 3.2.1 keberlanjutan sistem pertanian di lokasi pengamatan Indikator keberhasilan Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Produksi VVVV VVV VVV VVV Air VVV VVV VVV VVV Karbon VVVV VVV V V Arthropoda dan penyakit VVVV VVVV VV V Gulma V VVV VV V Keterangan: V : kurang VV : sedang VVV : baik VVVV : sangat baik Wilayah yang kelas kami kunjungi adalah desa Tulungrejo dengan transek Tulungrejo II. Pada transek ini kami mengunjungi 4 plot dengan masing-masing plot kami analisis tiap-tiap indikator antara lain produksi, air, karbon, hama dan gulma. Setiap indikator akan diberi penilaian yaitu kurang, sedang, baik atau sangat baik. Dari segi produksi tanaman kopi pada plot 1 milik Papak Muslimin dengan luas 0,5 ha menghasilkan 3000 Kg atau 3 ton. Hal ini dapat dikatakan sangat baik, karena pada umumnya produksi tanaman kopi di indonesia antara 2-5 ton/ha. Sedangkan produksi milik Bapak Muslimin sebanyak 3 ton dengan lahan 0,5 ha. Hal ini dapat mengakibatkan pemasukan yang cukup banyak untuk Bapak Muslimin dalam memenuhi kebutuhan budidayanya dan kehidupan sehari-hari keluarganya. Tapi hal ini kurang di dukung dengan hasil penjualan yang masih dikatakan rendah. Tetapi Bapak Muslimin sendiri memiliki jumlah pengeluaran yang paling sedikit di banding petani pada plot yang lain sehingga dapat dikatakan bahwa dari segi sosial ekonomi sistem pertanian milik Bapak Muslimin dikatakan masih memenuhi indikator pertanian berlanjut. . Indikator karbon pada plot ini menempati nilai

description

pembahasan pb

Transcript of 3.2 Pembahasan Umum.fixxXd Sds Ds d

Page 1: 3.2 Pembahasan Umum.fixxXd Sds Ds d

3.2 Pembahasan umum3.2.1 keberlanjutan sistem pertanian di lokasi pengamatan

Indikator keberhasilan Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4Produksi VVVV VVV VVV VVV

Air VVV VVV VVV VVVKarbon VVVV VVV V V

Arthropoda dan penyakit VVVV VVVV VV VGulma V VVV VV V

Keterangan: V : kurangVV : sedangVVV : baikVVVV : sangat baik

Wilayah yang kelas kami kunjungi adalah desa Tulungrejo dengan transek

Tulungrejo II. Pada transek ini kami mengunjungi 4 plot dengan masing-masing

plot kami analisis tiap-tiap indikator antara lain produksi, air, karbon, hama dan

gulma. Setiap indikator akan diberi penilaian yaitu kurang, sedang, baik atau

sangat baik.

Dari segi produksi tanaman kopi pada plot 1 milik Papak Muslimin dengan luas 0,5 ha menghasilkan 3000 Kg atau 3 ton. Hal ini dapat dikatakan sangat baik, karena pada umumnya produksi tanaman kopi di indonesia antara 2-5 ton/ha. Sedangkan produksi milik Bapak Muslimin sebanyak 3 ton dengan lahan 0,5 ha. Hal ini dapat mengakibatkan pemasukan yang cukup banyak untuk Bapak Muslimin dalam memenuhi kebutuhan budidayanya dan kehidupan sehari-hari keluarganya. Tapi hal ini kurang di dukung dengan hasil penjualan yang masih dikatakan rendah. Tetapi Bapak Muslimin sendiri memiliki jumlah pengeluaran yang paling sedikit di banding petani pada plot yang lain sehingga dapat dikatakan bahwa dari segi sosial ekonomi sistem pertanian milik Bapak Muslimin dikatakan masih memenuhi indikator pertanian berlanjut. . Indikator karbon pada plot ini menempati nilai sangat baik karena C-Stock pada plot 1 termasuk hutan dengan kerapatan pohon tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya stok karbon adalah kandungan biomassa . Hasil dari penelitian ini sesuai dengan pendapat Hairiah dan Rahayu (2007) dalam Imiliyana et al. (2013) yang menyatakan bahwa potensi stok karbon dapat dilihat dari biomassa tegakan yang ada. Besarnya stok karbon tiap bagian pohon dipengaruhi oleh biomassa. Oleh karena itu setiap peningkatan terhadap biomassa akandiikuti oleh peningkatan stok karbon. Hal ini menunjukkan besarnya biomassa berpengaruh terhadap stok karbon. Untuk Indikator keragaman Arthropoda, menempati nilai yang sangat baik. Hal ini dikarenakan OPT (organisme pengganggu tanaman) yang ditemukan sedikit. Pada indikator Hama dan penyakit, Hal yang harus dicapai adalah keseimbangan yang fungsional antara Hama, penyakit dan musuh alami. Menurut Subagiya (2013) hubungan fungsional antara hama dan musuh alaminya akan berlangsung dengan baik apabila memenuhi beberapa persyaratan yaitu: 1) Musuh alami dapat menemukan inang/mangsa, 2) Jumlah minimal populasi musuh alami mampu membunuh inang/mangsa, 3) Sinkronisasi dan fenologi antara musuh

Page 2: 3.2 Pembahasan Umum.fixxXd Sds Ds d

alami dengan inang/mangsa, dan 4) Selalu tersedia pakan bagi agens hayati untuk dapat bertahan hidup. Pada indikator gulma tingkat biodiversitas gulma tergolong sedang, dengan kelebatan gulma sangat lebat. Jumlah populasi gulma yang berada pada plot 1 cukup tinggi. Hal ini semua dikarenakan gulma berada di daerah hutan produksi. Keberagaman gulma dikarenakan tidak adanya interaksi manusia untuk menyiangi/mengendalikan gulma itu sendiri. Keberadaan gulma dilahan hutan produksi sangat merugikan tanaman dikarenakan adanya persaingan unsur hara, menurunkan kualitas kayu. Gulma juga mengeluarkan zat allelopati yang dapat meracuni tanaman. Menurut Wardoyo (1981) kerugian yang ditimbulkan oleh adanya gulma di hutan tanaman sbb: menghambat pertumbuhan tanaman pokok, karena gulma menjadi pesaing tanaman pokok untuk unsur-unsur hara, air, ruang tumbuh dan cahaya, menurunkan kualitas kayu karena pertumbuhan yang terganggu, gulma dijadikan inang bagi jasad lain, menyebabkan keracunan atau alelopati bagi tanaman pokok, mengganggu pekerjaan misalnya kegiatan pemupukan karena terhalang gulma.

Dari hasil produksi milik Bapak Nurhadi pada plot 2 dengan luas lahan 0,5 ha dengan sistem tumppang sari kopi dengan cengkeh menghasilkan 500 kg kopi dengan 100 kg cengkeh dapat di katakan baik karena pada umumnya produksi tanaman kopi di indonesia antara 2-5 ton/ha dan cengkeh di indonesia antar 500-6oo kg/ha. Meskipun jika dilihat dari luas lahan dan jumlah produksi tidak memenuhi hasil pada umumnya, karena sitem tumangsari yang digunakan Bapak Nurhadi dapat mempengaruhi karena apabila sistem tumpangsari digunakan maka bisa terjadi persaingan hara, naungan dan faktor lainnya. Menurut Bapak Nurhadi sendiri, dengan hasil budidaya kopi dan cengakeh pada lahannya mampu memenuhi kebutuhan hidup dan biaya proses budidayanya. Hal ini disbabkan nilai jual kopi yang tinggi sehingga penghasilan Bapak Nurhadi melimpah dan dapat dikatakan usahataninya mampu memenuhi indikator pertanian berlanjut darii aspek sosial ekonomi. Indikator C-stok pada plot 2 dikatakan baik. Hasil ini karena kerapatan pohon yang tinggi. Selain itu tanaman yang ditanamkan memiliki kemampuan C-stok yang tinggi. Untuk indikator Keragaman Arthropoda, pada lahan tersebut dapat dikatakan sangat baik. Karena ditemukan musuh alami dan serangga lain yang lebih banyak dibandingkan dengan hama yang ditemukan. Pada plot 2 (agroforestry) terdapat tanaman kopi, pisang, lamtoro, dan kelapa. Keberadaan biodiversitas tanaman pada lahan ini cukup tinggi. Pada plot ini terdapat 7 gulma dengan kelebatan jarang-agak lebat. Keberadaan gulma tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman dilahan agroforestry karena populasi gulma yang rendah.

Pada plot 3 milik Bapak Suin didapatkan informasi bahwa hasil produksi dari Bapak suin sendiri sekitar 13000 Kg atau 13 ton dengan luas lahan 0,5 ha. Pada umumnya hasil produksi tanaman kubis diindonesia antara 25 ton/ha. Dengan hasil sebesar 13 ton, Bapak Suin dapa menjual dengan baik. Hal ini menyebabkan pemasukan bagi Bapak Suin dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan budidayanya. Sehingga tidak terjadi kekurangan pemasukan. Hal ini dibuktikan dengan data penerimaan Bapak Suin yang paling tinggi dibandingkan petani lainnya. Sehigga dapat disimpulan bahwa sistem pertanian milik Bapak Suin memenuhi kriteria pertanian berlanjut dari aspek sosial ekonomi. Indikator karbon pada plot ini menempati nilai sedang karena C-Stock pada plot 3 termasuk tanaman semusim. Tanam yang ditanam mayoritas tanaman semusim dimana tanaman semusim memiliki C-stok yang rendah. Hairiah dan Rahayu (2007) dalam Natalia et al. (2014) mengatakan, tanaman atau pohon berumur panjang yang tumbuh di hutan maupun di kebun campuran (agroforestri)

Page 3: 3.2 Pembahasan Umum.fixxXd Sds Ds d

merupakan tempat penimbunan atau penyimpanan C (rosot C = C sink) yang jauh lebih besar daripada tanaman semusim. Pada plot 3 (tanaman semusim) terdapat tanaman jagung dan 3 spesies gulma yaitu rumput teki (Cyperus rotundus), krokot (Portulaca oleracea L.), dan genjoran (Digitaria sanguinalis). keanekaragaman gulma pada plot 3 tergolong sedang dan dengan kelebatan jarang. keberadaan gulma pada plot ini tidak mengganggu karena jumlah gulma yang tergolong rendah.

Pada plot 4 yaitu lahan milik bapak Supardi dengan komoditas kentang dapat menghasilkan produksi sebesar 1000 kg dengan luasan lahan 0,06 ha dapat dikaatakan baik. Pada umumnya produksi tanaman kentang di indonesia sekitar 21-32 ton/ha. Dengan hasil sebesar itu Bapak Supardi dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan proses budidayanya. Dari semua petani di masing-masing plot, Bapak Supardi memiliki peghasilan yang paling sedikit di banding petani lain. Hal ini disebabkan luasan lahan yang kecil sehingga produksi milik Bapak Supardi terbatas. Dengan ini usaha milik Bapak Supardi dapat dikatakan memenuhi indikator pertanian berlanjut. Jika ditinjau C-stok, pada plot ini memiliki C-stok yang rendah. Hal ini karena sebagian besar, tanaman yang ditanam merupakan tanaman semusim, di mana memiliki c-stok yang rendah dibandingkan dengan tanaman tahunan. C-stok ini berfungsi sebagai penyimpan karbon. Hairiah dan Rahayu (2007) dalam Natalia et al. (2014) mengatakan, tanaman atau pohon berumur panjang yang tumbuh di hutan maupun di kebun campuran (agroforestri) merupakan tempat penimbunan atau penyimpanan C (rosot C = C sink)yang jauh lebih besar daripada tanaman semusim. Indikator Arthropoda pada plot 4 dinilai rendah. Hal ini karena tidak ada keseimbangan fungsional antara OPT terhadap serangga lain ataupun musuh alami pada plot tersebut. Pada plot 4 (tanaman semusim) terdapat tanaman jagung dan 3 spesies gulma, yaitu rumput teki (Cyperus rotundus ) , grinting (Cynodon dactylon ), krokot (Portulaca Oleracea L ) dengan keragaman rendah. populasi gulma yang terdapat pada plot ini tergolong tinggi. gulma yang tumbuh pada plot ini dapat memberikan dampak negatif pada tanaman jagung. gulma dapat menjadi pesaing pada tanaman utama dalam perebutan unsur hara, cahaya matahari, gulma juga mempunyai zat allelopati yang dapat meracuni tanaman utama. pada lahan tanaman semusim ini dibutuhkan pengendalian pada gulma agar tidak terjadinya penurunan produksi pada tanaman jagung.

Page 4: 3.2 Pembahasan Umum.fixxXd Sds Ds d

DAPUS

Nataliya et al. 2014. Potensi Penyerapan Karbon Pada Sistem Agroforestri di

DesaPesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin KabupatenPesawaran Provinsi

Lampung. Jurnal Sylva Lestari. Vol. 2. No. 1. p 11-20.

Subagiya. 2013. Kajian Efektifitas Pengendalian Hama Padi Secara Alami Dengan Semut

Predator yang Bersarang di Tanah (Solenopsis geminata (F)). Jurnal Ilmu Tanah

dan Agroklimatologi. Vol. 10. No.1. p 1-7.

Imiliyana et al. 2013. Estimasi Stok Karbon pada Tegakan Pohon Rhizophora stylosa

diPantai Camplong, Sampang-Madura. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Wardoyo, S.T.H., 1981, Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan,

Makalah Training AMDAL, Kerjasama PPLH-UNDEP-PUSDL¬PSL, 19-31, Januari,

1981, Bogor.

Page 5: 3.2 Pembahasan Umum.fixxXd Sds Ds d