3.10 Modul SPIP Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya Dan Pencatatannya

35

Click here to load reader

description

Modul SPIPUnsur 3: Kegiatan PengendalianSub Unsur 10: Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya Dan Pencatatannya

Transcript of 3.10 Modul SPIP Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya Dan Pencatatannya

  • BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

    PEDOMAN TEKNIS

    PENYELENGGARAAN SPIP

    SUB UNSUR

    AKUNTABILITAS TERHADAP SUMBER

    DAYA DAN PENCATATANNYA

    (3.10)

    NOMOR : PER-1326/K/LB/2009

    TANGGAL : 7 DESEMBER 2009

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya i

    KATA PENGANTAR

    Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern

    Pemerintah (SPIP) merupakan tanggung jawab Badan Pengawasan

    Keuangan dan Pembangunan (BPKP), sesuai dengan

    pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang

    Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pembinaan ini merupakan

    salah satu cara untuk memperkuat dan menunjang efektivitas

    sistem pengendalian intern, yang menjadi tanggung jawab

    menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota, sebagai

    penyelenggara sistem pengendalian intern di lingkungan masing-

    masing.

    Pembinaan penyelenggaraan SPIP yang menjadi tugas dan

    tanggung jawab BPKP tersebut meliputi:

    1. penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP;

    2. sosialisasi SPIP;

    3. pendidikan dan pelatihan SPIP;

    4. pembimbingan dan konsultasi SPIP; dan

    5. peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern

    pemerintah.

    Kelima kegiatan dimaksud diarahkan dalam rangka penerapan

    unsur-unsur SPIP, yaitu:

    1. lingkungan pengendalian;

    2. penilaian risiko;

    3. kegiatan pengendalian;

    4. informasi dan komunikasi; dan

    5. pemantauan pengendalian intern.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya ii

    Untuk memenuhi kebutuhan pedoman penyelenggaraan SPIP,

    BPKP telah menyusun Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan

    SPIP. Pedoman tersebut merupakan pedoman tentang hal-hal apa

    saja yang perlu dibangun dan dilaksanakan dalam rangka

    penyelenggaraan SPIP. Selanjutnya, pedoman tersebut dijabarkan

    ke dalam pedoman teknis penyelenggaraan masing-masing sub

    unsur pengendalian. Pedoman teknis sub unsur ini merupakan

    acuan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam

    penyelenggaraan sub unsur SPIP.

    Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP Sub Unsur

    Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya pada

    unsur Kegiatan Pengendalian merupakan acuan yang memberikan

    arah bagi instansi pemerintah pusat dan daerah dalam

    menyelenggarakan sub unsur tersebut, dan hendaknya disesuaikan

    dengan karakteristik masing-masing instansi, yang meliputi fungsi,

    sifat, tujuan, dan kompleksitas instansi tersebut.

    Pedoman ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

    masukan dan saran perbaikan dari pengguna pedoman ini, sangat

    diharapkan sebagai bahan penyempurnaan.

    Jakarta, Desember 2009

    Plt. Kepala,

    Kuswono Soeseno

    NIP 19500910 197511 1 001

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................. i

    DAFTAR ISI ............................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .......................................................... 1

    B. Sistematika Pedoman ............................................... 3

    BAB II GAMBARAN UMUM

    A. Pengertian ................................................................. 5

    B. Tujuan dan Manfaat .................................................. 7

    C. Peraturan Perundang-undangan Terkait .................. 8

    D. Parameter Penerapan .............................................. 9

    BAB III LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN

    A. Tahap Persiapan ....................................................... 13

    B. Tahap Pelaksanaan .................................................. 16

    C. Tahap Pelaporan ...................................................... 22

    BAB IV PENUTUP

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya iv

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

    2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP),

    para menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota

    diwajibkan melakukan pengendalian atas penyelenggaraan

    kegiatan pemerintahan. Pengendalian atas penyelenggaraan

    kegiatan pemerintahan tersebut dilaksanakan dengan

    berpedoman kepada sistem pengendalian intern pemerintah

    sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah tersebut.

    Agar sistem pengendalian intern dapat terselenggara

    dengan baik, diperlukan Pedoman Teknis Penyelenggaraan

    SPIP. Sesuai dengan amanah Peraturan Pemerintah Nomor 60

    Tahun 2008, BPKP menyusun pedoman teknis dimaksud.

    Pedoman tersebut memberikan arahan tentang hal-hal apa saja

    yang harus dibangun dan dilaksanakan dalam rangka

    penyelenggaraan SPIP. Pedoman teknis tersebut lebih lanjut

    dijabarkan ke dalam pedoman teknis penyelenggaraan masing-

    masing sub unsur pengendalian.

    SPIP terdiri dari lima unsur, yaitu:

    1. lingkungan pengendalian;

    2. penilaian risiko;

    3. kegiatan pengendalian;

    4. informasi dan komunikasi; dan

    5. pemantauan pengendalian intern.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 2

    Kegiatan pengendalian merupakan salah satu unsur dari

    SPIP. Kegiatan pengendalian merupakan penetapan dan

    pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang diperlukan untuk

    mengatasi risiko, untuk membantu meyakinkan bahwa tindakan-

    tindakan yang diidentifikasi oleh manajemen diperlukan untuk

    pencapaian tujuan secara efektif. Salah satu sub unsur, yang

    sekaligus merupakan salah satu bentuk kegiatan pengendalian

    adalah Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan

    Pencatatannya.

    Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya

    merupakan pengendalian yang penting, sebagai perwujudan

    pertanggungjawaban seseorang atau unit organisasi dalam

    mengelola sumber daya yang diberikan/dikuasakan kepadanya

    dalam rangka pencapaian tujuan. Dengan penyelenggaraan sub

    unsur pengendalian intern tersebut, diharapkan terwujudnya

    pertanggungjawaban atas sumber daya serta adanya umpan

    balik bagi perbaikan instansi pemerintah.

    Pedoman ini disusun dengan tujuan agar tersedia standar

    acuan yang memberi arah bagi instansi pemerintah pusat dan

    daerah dalam penyelenggaraan sistem pengendalian intern pada

    sub unsur Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan

    Pencatatannya. Ruang lingkup penggunaan pedoman ini

    meliputi instansi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

    Pedoman teknis sub unsur Akuntabilitas terhadap Sumber

    Daya dan Pencatatannya pada unsur Kegiatan Pengendalian ini

    merupakan penjabaran Pedoman Teknis Umum

    Penyelenggaraan SPIP.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 3

    B. Sistematika Pedoman

    Sistematika penyajian pedoman teknis sub unsur

    Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya adalah

    sebagai berikut:

    Bab I Pendahuluan

    Bab ini menguraikan latar belakang perlunya pedoman,

    hubungan dengan pedoman sebelumnya, tujuan dan

    ruang lingkup pedoman, serta sistematika pedoman.

    Bab II Gambaran Umum

    Bab ini menguraikan pengertian, maksud, tujuan dan

    manfaat, peraturan terkait yang berlaku, serta

    parameter penerapannya.

    Bab III Langkah-langkah Penyelenggaraan

    Bab ini menguraikan langkah-langkah yang perlu

    dilaksanakan dalam menerapkan sub unsur

    Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan

    Pencatatannya, yang terdiri dari tahap persiapan,

    pelaksanaan, dan pelaporan.

    Bab IV Penutup

    Bab ini merupakan penutup yang berisi penekanan

    kembali hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan

    penjelasan atas penggunaan pedoman ini.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 4

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 5

    BAB II

    GAMBARAN UMUM

    A. Pengertian

    Kegiatan Pengendalian adalah tindakan yang diperlukan

    untuk mengatasi risiko, serta penetapan dan pelaksanaan

    kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan

    mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Kebijakan

    dan prosedur harus ditetapkan, serta dilaksanakan untuk

    membantu meyakinkan bahwa tindakan-tindakan yang

    diidentifikasi oleh manajemen diperlukan untuk pencapaian

    tujuan secara efektif. Sebagai salah satu sub unsur dari kegiatan

    pengendalian, maka Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan

    Pencatatannya juga merupakan penetapan serta pelaksanaan

    kebijakan dan prosedur, dalam rangka mengatasi risiko guna

    membantu meyakinkan manajemen dalam pencapaian tujuan

    secara efektif.

    Secara sempit, akuntabilitas dapat diartikan sebagai

    kemampuan untuk memberi jawaban kepada otoritas lebih tinggi

    atas tindakan seseorang atau sekelompok orang, sedangkan

    pengertian sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna

    dan bernilai. Dalam konteks bernegara, sumber daya umumnya

    berupa sumber daya manusia (aparatur pemerintah), sumber

    daya alam, sarana dan prasarana, dana, serta metode kerja.

    Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya dapat

    diartikan sebagai perwujudan pertanggungjawaban seseorang

    atau unit organisasi dalam mengelola sumber daya yang telah

    diberikan dan dikuasai dalam rangka pencapaian tujuan, melalui

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 6

    suatu media berupa laporan akuntabilitas secara periodik.

    Pembahasan selanjutnya dalam pedoman ini, akuntabilitas

    sumber daya manusia dikecualikan mengingat segala sesuatu

    yang terkait dengan hal tersebut dibahas dalam pedoman teknis

    sub unsur tersendiri.

    Penyelenggaraan kegiatan pengendalian berupa

    Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya, perlu

    memerhatikan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut:

    1. diutamakan pada kegiatan pokok instansi pemerintah;

    2. harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko;

    3. disesuaikan dengan sifat khusus instansi pemerintah;

    4. ditetapkan dalam kebijakan dan prosedur secara tertulis;

    5. prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai

    dengan yang ditetapkan secara tertulis;

    6. dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan

    tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan.

    Dalam menyelenggarakan kegiatan pengendalian berupa

    Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya, harus

    memertimbangkan kecukupan pengendalian tersebut

    dihubungkan dengan proses penilaian risiko. Risiko yang umum

    timbul terkait dengan sumber daya, antara lain penyalahgunaan

    dan penggunaan sumber daya yang tidak tepat.

    Penyelenggaraan akuntabilitas tersebut sedapat mungkin

    meliputi pengendalian yang bersifat preventif dan detektif.

    Setelah terdeteksi adanya penyimpangan atau kelemahan, harus

    dilakukan tindakan pengendalian yang bersifat korektif untuk

    memeroleh keyakinan yang memadai bahwa tujuan organisasi

    dapat tercapai.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 7

    Namun demikian, harus diperhatikan bahwa

    penyelenggaraan akuntabilitas harus mencapai keseimbangan

    yang tepat antara kecukupan pengendalian atas risiko yang

    dihadapi dengan kelancaran kegiatan instansi pemerintah yang

    mungkin terganggu karena adanya pengendalian yang berlebih.

    Dalam pelaksanaannya, penyelenggaraan kegiatan

    pengendalian yang terkait dengan Akuntabilitas terhadap

    Sumber Daya dan Pencatatannya dapat bersinggungan dengan

    sub unsur kegiatan pengendalian lainnya. Suatu bentuk

    pengendalian yang dibangun suatu instansi pemerintah mungkin

    dapat meliputi lebih dari satu penyelenggaraan sub unsur

    kegiatan pengendalian. Sub unsur kegiatan pengendalian yang

    sangat erat kaitannya dengan sub unsur Akuntabilitas terhadap

    Sumber Daya dan Pencatatannya adalah sub unsur Pembatasan

    Akses atas Sumber Daya dan Pencatatannya.

    B. Tujuan dan Manfaat

    Penyelenggaraan SPIP bertujuan untuk memberikan

    keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi, melalui

    kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan

    keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap

    peraturan perundang-undangan. Setiap unsur dan sub unsur

    pengendalian harus ditujukan untuk keempat hal tersebut.

    Efektivitas penyelenggaraan unsur dan sub unsur pengendalian

    ikut menentukan efektivitas pencapaian tujuan organisasi.

    Tujuan antara yang ingin dicapai dan manfaat yang dapat

    diperoleh dari penyelenggaraan sub unsur Akuntabilitas

    terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya adalah:

    1. terwujudnya pertanggungjawaban atas sumber daya;

    2. tersedianya umpan balik bagi perbaikan.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 8

    Tujuan antara tersebut dapat dicapai melalui pencapaian

    sasaran sebagai berikut:

    1. terselenggaranya kebijakan dan prosedur dalam rangka

    pelaksanaan kegiatan pengendalian, yang dilakukan oleh

    pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan

    sumber daya dan pencatatannya;

    2. terselenggaranya kebijakan dan prosedur dalam rangka

    pelaksanaan reviu atas kegiatan pengendalian tersebut

    di atas secara berkala.

    C. Peraturan Perundang-undangan Terkait

    Penetapan kebijakan dan prosedur dalam rangka

    penyelenggaraan Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan

    Pencatatannya harus mengacu, mempertimbangkan, dan tidak

    boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku. Beberapa peraturan perundang-undangan yang

    dapat dijadikan bahan referensi antara lain sebagai berikut:

    1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

    Negara;

    2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

    Perbendaharaan Negara;

    3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang

    Standar Akuntansi Pemerintah;

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang

    Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang

    Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006

    tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 9

    6. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

    Kinerja Instansi Pemerintah;

    7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor-18/KMK.018/1999

    tentang Klasifikasi dan Kodifikasi Barang Inventaris

    Milik/Kekayaan Negara;

    8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor-01/KMK.12/2001

    tentang Pedoman Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan Negara

    dalam Sistem Akuntansi Pemerintah;

    9. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor-

    25/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum

    Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan

    Instansi Pemerintah;

    10.Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor-

    26/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi

    dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik;

    11.Peraturan Menteri Keuangan Nomor-59/PMK.6/2005 tentang

    Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah

    Pusat;

    12.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007

    tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;

    13.Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor-

    239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan

    Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

    D. Parameter Penerapan

    Parameter penerapan sub unsur Akuntabilitas terhadap

    Sumber Daya dan Pencatatannya sebagai cerminan bahwa sub

    unsur tersebut telah diselenggarakan adalah Pimpinan Instansi

    Pemerintah menugaskan pegawai yang bertanggung jawab

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 10

    terhadap penyimpanan sumber daya dan pencatatannya serta

    melakukan reviu atas penugasan tersebut secara berkala. Hal-

    hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

    1. Pertanggungjawaban atas penyimpanan, penggunaan, dan

    pencatatan sumber daya ditugaskan pegawai khusus.

    2. Penetapan pertanggungjawaban akses untuk penyimpanan

    sumber daya secara periodik direviu dan dipelihara.

    3. Pembandingan berkala antara sumber daya dengan

    pencatatan akuntabilitas dilakukan untuk menentukan

    kesesuaiannya dan, jika tidak sesuai, dilakukan audit.

    4. Pimpinan Instansi Pemerintah menginformasikan dan

    mengomunikasikan tanggung jawab atas akuntabilitas

    sumber daya dan catatan kepada pegawai dalam organisasi

    dan meyakinkan bahwa petugas tersebut memahami

    tanggung jawabnya.

    Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa penerapan

    parameter dimaksud harus sejalan dengan risiko yang ingin

    dikendalikan.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 11

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 12

    BAB III

    LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN

    Penyelenggaraan SPIP pada suatu instansi pemerintah

    ditempuh melalui tahapan sebagai berikut:

    1. Tahap Persiapan, merupakan tahap awal implementasi yang

    ditujukan untuk menyiapkan peraturan/kebijakan, sumber daya

    manusia, dan rencana penyelenggaraan, memberikan

    pemahaman atau kesadaran yang lebih baik, serta pemetaan

    kebutuhan penerapan.

    2. Tahap Pelaksanaan, merupakan langkah tindak lanjut atas hasil

    pemetaan, yang meliputi pembangunan infrastruktur dan

    internalisasi, serta upaya pengembangan berkelanjutan.

    3. Tahap Pelaporan, merupakan proses pendokumentasian atas

    langkah-langkah yang telah dilakukan dan hasil yang telah

    diperoleh dari penyelenggaraan pengendalian sub unsur terkait,

    dalam rangka mendukung pelaporan kegiatan penyelenggaraan

    SPIP secara keseluruhan.

    Dalam pelaksanaannya, tahapan berikut langkah-langkah

    di atas dapat dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan

    penyelenggaraan unsur/sub unsur lainnya.

    Berikut ini merupakan langkah-langkah nyata yang perlu

    dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan Akuntabilitas terhadap

    Sumber Daya dan Pencatatannya di setiap tahapan.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 13

    A. Tahap Persiapan

    1. Penyiapan Peraturan/Kebijakan, Sumber Daya Manusia,

    dan Rencana Penyelenggaraan

    Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan

    peraturan/kebijakan yang mendasari pelaksanaan

    penyelenggaraan SPIP di setiap kementerian, lembaga, dan

    pemerintah daerah. Berdasarkan peraturan penyelenggaraan

    SPIP, selanjutnya instansi pemerintah membuat rencana

    penyelenggaraan, yang antara lain memuat:

    a. Jadwal pelaksanaan kegiatan;

    b. Waktu yang dibutuhkan;

    c. Dana yang dibutuhkan;

    d. Pihak-pihak yang terlibat.

    Berdasarkan peraturan tersebut, perlu dibentuk Satuan

    Tugas (Satgas) Penyelenggaraan SPIP, yang ditugaskan

    untuk mengawal pelaksanaan penerapan seluruh unsur dan

    sub unsur pengendalian, termasuk penerapan kebijakan dan

    praktik akuntabilitas terhadap sumber daya dan

    pencatatannya. Satgas tersebut terlebih dahulu diberi

    pelatihan mengenai SPIP, khususnya sub unsur terkait.

    2. Pemahaman (Knowing)

    Tahapan pemahaman dan penyamaan persepsi,

    minimal meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Pemberian pemahaman dan penyamaan persepsi kepada

    seluruh pegawai mengenai Peraturan Pemerintah Nomor

    60 Tahun 2008 secara umum serta mengenai SPIP

    secara mendalam. Pada tahapan ini perlu dibangun

    kesadaran mengenai manfaat dan peran penting sub

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 14

    unsur Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan

    Pencatatannya, sebagai bentuk kegiatan pengendalian

    atas risiko yang dihadapi. Tahapan ini bertujuan untuk

    memberikan pemahaman kepada seluruh individu dalam

    organisasi mengenai peran dan tanggung jawab mereka

    dalam proses pengendalian.

    Pemberian pemahaman dan penyamaan persepsi dapat

    dilakukan melalui metode, antara lain:

    1) tatap muka;

    2) penggunaan situs jaringan (website) penyampaian

    informasi;

    3) penyampaian dengan menggunakan multimedia

    interaktif;

    4) penyampaian yang menggunakan majalah atau buku

    saku;

    5) penyampaian dengan penggunaan saluran komunikasi

    yang umum; dan

    6) pemberian akses ke jaringan informasi (network),

    dengan menggunakan password.

    Sosialisasi dilaksanakan oleh instansi pemerintah

    pembina penyelenggaraan SPIP atau oleh instansi

    lainnya yang berkompeten setelah berkoordinasi dengan

    instansi pemerintah pembina penyelenggaraan SPIP.

    b. Pemberian pemahaman kepada para pegawai mengenai

    langkah-langkah yang akan dilaksanakan Tim Satuan

    Tugas Penyelenggaraan SPIP (pada instansi

    pemerintah), yang diberi tugas menjadi koordinator dalam

    pelaksanaan penyelenggaraan Akuntabilitas terhadap

    Sumber Daya dan Pencatatannya.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 15

    3. Pemetaan (Mapping)

    Setelah terbentuk pemahaman yang utuh, instansi

    pemerintah perlu melakukan pemetaan sistem pengendalian

    intern yang ada. Dengan pemetaan ini akan diketahui kondisi

    apa saja yang memerlukan perbaikan (areas of improvement)

    agar SPIP yang diharapkan dapat terbangun secara utuh.

    Pemetaan atas penyelenggaraan sub unsur

    Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya,

    yang merupakan bagian dari pemetaan atas SPIP, dilakukan

    untuk mengetahui antara lain:

    1) kebijakan dan prosedur yang melandasi Akuntabilitas

    terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya telah dimiliki

    oleh instansi pemerintah;

    2) peraturan/kebijakan yang ada tersebut, telah sesuai

    dengan peraturan/kebijakan yang lebih tinggi;

    3) instansi pemerintah memiliki prosedur operasi baku atau

    standard operating procedure (SOP) untuk mejalankan

    peraturan/kebijakan dimaksud;

    4) SOP atau pedoman dimaksud, telah sesuai dengan

    peraturan yang ada dan atau yang akan dibangun;

    5) SOP atau pedoman tersebut telah dipraktikan dan

    didokumentasikan dengan baik.

    Hasil pemetaan tentunya dapat untuk mengetahui

    infrastruktur apa saja yang masih perlu dibangun atau

    diperbaiki (area of improvement). Pembangunan infrastruktur

    dilaksanakan berdasarkan hasil pemetaan, dengan

    menyusun kebijakan dan prosedur yang harus dilaksanakan,

    untuk memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan instansi

    pemerintah guna mengurangi risiko, yang telah teridentifikasi

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 16

    selama proses penilaian risiko. Langkah-langkah

    pelaksanaan pemetaan tertuang dalam pedoman teknis

    tersendiri yaitu dalam Pedoman Pemetaan/Diagnostic

    Assessment.

    B. Tahap Pelaksanaan

    Setelah tahap persiapan dilaksanakan, tahap berikutnya

    adalah tahap pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan ini,

    termasuk di dalamnya adalah tahap membangun

    fondasi/infrastruktur (norming), tahap internalisasi (forming), dan

    tahap pengembangan berkelanjutan (performing).

    Tahap pelaksanaan sangat ditentukan oleh hasil

    pemetaan. Apabila berdasarkan hasil pemetaan ternyata

    kegiatan pengendalian telah dibangun dan berjalan efektif sesuai

    dengan kebutuhan, maka langkah pelaksanaan dapat langsung

    kepada tahap pengembangan berkelanjutan. Namun, apabila

    masih terdapat kegiatan pengendalian yang belum dibangun,

    maka keseluruhan langkah dalam tahap pelaksanaan ini harus

    ditempuh. Berikut ini adalah langkah pelaksanaan minimal yang

    harus ada dalam menerapkan kegiatan pengendalian sub unsur

    Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya.

    1. Pembangunan Infrastruktur (Norming)

    Penentuan infrastruktur kegiatan pengendalian apa saja

    yang perlu dibangun (areas of improvement), didasarkan

    kepada hasil pemetaan, parameter penerapan yang perlu

    ada, dan peraturan terkait, serta harus disesuaikan dengan

    kebutuhan sebagaimana hasil penilaian risiko instansi

    tersebut. Pembangunan infrastruktur dilaksanakan melalui

    penyusunan kebijakan dan prosedur. Kebijakan yang dibuat

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 17

    harus mampu mengarahkan apa yang seharusnya dikerjakan

    dan berfungsi sebagai dasar bagi penyusunan prosedur.

    Prosedur merupakan rangkaian urut-urutan tindakan, yang

    harus dilakukan oleh satu atau beberapa orang dengan

    peralatan dan waktu tertentu dalam melaksanakan kegiatan

    tertentu. Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara

    tertulis dan ditetapkan oleh manajemen sebagai dasar

    pelaksanaan kegiatan pengendalian.

    Kegiatan pengendalian, selain berupa kebijakan dan

    prosedur, juga mencakup teknik dan mekanisme. Teknik

    menjelaskan prosedur secara lebih rinci, dan mekanisme

    menjelaskan siapa dan bagaimana teknik tersebut dilakukan.

    Langkah penyusunan kebijakan dan prosedur minimal

    yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan

    Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya

    adalah sebagai berikut:

    a. Menetapkan kebijakan/prosedur rekrutmen petugas yang

    ditunjuk untuk mengemban tanggung jawab atas

    akuntabilitas sumber daya dan pencatatannya.

    Kebijakan/prosedur tersebut harus dapat menjamin bahwa

    petugas yang diberi tanggung jawab atas akuntabilitas

    sumber daya dan pencatatannya telah memenuhi

    kompetensi yang telah ditetapkan.

    b. Menetapkan kebijakan masa pengenalan/orientasi

    penugasan pada setiap pengangkatan petugas baru yang

    diberi wewenang untuk menyimpan, menggunakan, dan

    mengadministrasikan sumber daya dan pencatatannya.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 18

    c. Menetapkan kebijakan penyediaan sarana dan prasarana

    yang memadai untuk keperluan penyimpanan sumber

    daya dan pencatatannya sehingga dapat menjamin

    efektivitas pekerjaan penyimpanan.

    d. Menyusun dan menetapkan SOP untuk penyimpanan,

    penggunaan, dan pencatatan sumber daya. SOP tersebut

    harus mengatur prosedur tetap untuk menentukan tingkat

    tanggung jawab setiap tingkat manajemen dalam hal

    terdapat ketidaksesuaian antara sumber daya dan dengan

    catatannya pada saat dilakukan rekonsiliasi.

    e. Prosedur baku untuk penyimpanan, penggunaan, dan

    pencatatan sumber daya, serta pemutakhiran

    pencatatannya secara berkala.

    f. Menetapkan kebijakan tentang kewajiban penyusunan

    laporan pertanggungjawaban penyimpanan sumber daya

    dan pencatatannya, termasuk kebijakan pelaksanaan

    reviu atas laporan tersebut.

    g. Menetapkan kebijakan pelaksanaan pembandingan

    berkala (inventarisasi dan rekonsiliasi) antara sumber

    daya dan pencatatannya, yang mencakup kebijakan

    prosedur pelaksanaan audit dalam hal terdapat

    ketidaksesuaian antara sumber daya dengan

    pencatatannya.

    2. Internalisasi (Forming)

    Tahap internalisasi adalah suatu proses untuk

    mewujudkan infrastruktur menjadi bagian dari kegiatan

    operasional sehari-hari. Langkah-langkah internalisasi

    minimal yang harus dilakukan dalam rangka

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 19

    penyelenggaraan Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan

    Pencatatannya ke dalam kegiatan operasional sehari-hari

    adalah sebagai berikut:

    a. Pelaksanaan proses rekrutmen petugas yang akan

    diserahi tanggung jawab atas akuntabilitas sumber daya

    dan pencatatannya.

    b. Penerbitan surat keputusan penetapan petugas yang

    bertanggung jawab untuk penyimpanan, penggunaan, dan

    pencatatan sumber daya.

    c. Pelaksanaan kegiatan penyampaian informasi dan

    pengomunikasian tanggung jawab atas akuntabilitas

    sumber daya dan pencatatannya kepada pegawai yang

    ditunjuk dalam rangka memberikan keyakinan bahwa

    pegawai yang ditunjuk tersebut telah memahami tugas

    dan tanggung jawabnya.

    d. Pelaksanaan sosialisasi SOP pengelolaan sumber daya

    dan pencatatannya yang mencakup penyimpanan,

    penggunaan, dan pencatatan sumber daya, kepada

    seluruh anggota organisasi, disertai arahan agar seluruh

    anggota organisasi dapat melaksanakan SOP tersebut

    dengan penuh tanggung jawab.

    e. Penerapan SOP penyimpanan, penggunaan, dan

    pencatatan sumber daya dalam aktivitas instansi sehari-

    hari, serta aktivitas monitoring atas penyelenggaraan SOP

    tersebut.

    f. Penyusunan dan penyampaian laporan

    pertanggungjawaban penyimpanan sumber daya

    pencatatannya secara periodik oleh petugas yang

    bertanggungjawab.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 20

    g. Pelaksanaan reviu periodik atas penetapan petugas yang

    bertanggung jawab dalam tugas penyimpanan sumber

    daya dan pencatatannya. Kegiatan ini ditindaklanjuti

    dengan proses pemutakhiran yang diperlukan dalam hal

    terdapat ketidaksesuaian antara kondisi dengan kriteria

    yang telah ditetapkan sebelumnya.

    h. Pelaksanaan pembandingan berkala (rekonsiliasi) antara

    sumber daya dengan catatannya untuk menentukan

    kesesuaiannya. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara

    sumber daya dengan catatannya, agar dilakukan audit

    untuk memperoleh kejelasan tentang hal tersebut, antara

    lain menyangkut berapa jumlah dan nilai ketidaksesuaian,

    kapan dan bagaimana terjadinya selisih, apa

    penyebabnya, siapa yang melakukan, siapa yang

    bertangung jawab dan bagaimana penyelesaian

    permasalahan tersebut yang seharusnya ditempuh,

    termasuk upaya pencegahannya di kemudian hari.

    3. Pengembangan Berkelanjutan (Performing)

    Penyelenggaraan pengendalian intern perlu selalu

    dipantau dan dievaluasi secara terus menerus untuk dapat

    mengetahui apakah pengendalian intern tersebut telah

    terselenggara dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan

    atau masih memerlukan perbaikan. Pemantauan dibutuhkan

    karena lingkungan internal maupun eksternal organisasi

    selalu berubah, sehingga pengendalian intern pun perlu

    selalu disesuaikan dengan perubahan. Dengan demikian,

    sistem pengendalian intern akan memerlukan

    pengembangan yang berkelanjutan.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 21

    Demikian pula halnya dengan kegiatan pengendalian

    sub unsur Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan

    Pencatatannya. Bentuk kegiatan pengendalian ini juga

    memerlukan pengembangan yang berkelanjutan.

    Pada tahap awal penyelenggaraan SPIP, pemantauan

    penyelenggaraan kegiatan pengendalian dilaksanakan oleh

    Satuan Tugas Penyelenggaraan SPIP. Pada periode di saat

    penyelenggaraan SPIP telah berjalan dengan baik,

    pemantauan menjadi bagian yang integral dari sistem

    pengendalian intern.

    Langkah-langkah yang diperlukan dalam

    pengembangan berkelanjutan atas penyelenggaraan

    kegiatan pengendalian sub unsur Akuntabilitas terhadap

    Sumber Daya dan Pencatatannya minimal sebagai berikut:

    a. Setiap langkah dalam pembangunan/penyelenggaraan

    kegiatan pengendalian didokumentasikan untuk

    memudahkan penelusuran kembali;

    b. Penerapan kegiatan pengendalian dipantau secara terus

    menerus;

    c. Secara periodik, efektivitas penerapan kegiatan

    pengendalian dievaluasi;

    d. Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi, area-area

    yang memerlukan perbaikan diidentifikasi dan dijadikan

    umpan balik bagi pengembangan dan peningkatan

    kegiatan pengendalian lebih lanjut.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 22

    C. Tahap Pelaporan

    Setelah tahap pelaksanaan selesai, seluruh kegiatan

    penyelenggaraan sub unsur perlu didokumentasikan.

    Pendokumentasian ini merupakan satu kesatuan (bagian yang

    tidak terpisahkan) dari kegiatan pelaporan berkala dan tahunan

    penyelenggaraan SPIP. Pendokumentasian dimaksud meliputi:

    1. Pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari:

    a. Kegiatan pemahaman, yang antara lain mencakup:

    1) kegiatan sosialisasi (ceramah, diskusi, seminar, rapat

    kerja, dan kelompok diskusi terfokus) mengenai

    pentingnya penerapan Akuntabilitas terhadap Sumber

    Daya dan Pencatatannya;

    2) kegiatan penyampaian pemahaman melalui website,

    multimedia, literatur, dan media lainnya.

    b. Kegiatan pemetaan keberadaan dan penerapan

    infrastruktur, yang antara lain mencakup:

    1) persepsi menurut pegawai atas pentingnya penerapan

    dan pelaksanaan akuntabilitas terhadap sumber daya

    dan pencatatannya;

    2) persiapan penyusunan kebijakan, prosedur, dan

    mekanisme akuntabilitas terhadap sumber daya, serta

    pencatatannya;

    3) masukan atas rencana tindak yang tepat untuk

    internalisasi penerapan akuntabilitas terhadap sumber

    daya dan pencatatannya.

    c. Kegiatan pembangunan infrastruktur, yang mencakup

    penyusunan kebijakan, prosedur, dan mekanisme

    akuntabilitas terhadap sumber daya, serta pencatatannya.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 23

    d. Kegiatan internalisasi, yang mencakup kegiatan dalam

    rangka pemantapan penyelenggaraan sistem

    pengendalian intern sub unsur Akuntabilitas terhadap

    Sumber Daya dan Pencatatannya, dalam kegiatan

    operasional sehari-hari di lingkungan instansi pemerintah

    masing-masing. Dalam internalisasi, kegiatannya antara

    lain sosialisasi kebijakan dan prosedur dalam rangka

    memastikan bahwa pegawai yang ditunjuk telah

    menerima informasi dan memahami kebijakan dan

    prosedur, serta pelaksanaan kebijakan dan prosedur itu

    sendiri.

    e. Kegiatan pengembangan berkelanjutan yang mencakup

    kegiatan pemantauan dan upaya meningkatkan efektivitas

    akuntabilitas terhadap sumber daya serta pencatatannya.

    2. Hambatan kegiatan

    Apabila ditemukan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan

    kegiatan yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan

    kegiatan tersebut, penyebabnya dijelaskan penyebab

    terjadinya hambatan.

    3. Saran

    Saran diberikan berkaitan dengan adanya hambatan

    pelaksanaan kegiatan yang memerlukan pemecahan

    masalah agar kejadian serupa tidak berulang dan guna

    peningkatan pencapaian tujuan. Saran yang diberikan agar

    realistis dan benar-benar dapat dilaksanakan.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 24

    4. Tindak lanjut atas saran periode sebelumnya

    Bagian ini mengungkapkan tindak lanjut yang telah dilakukan

    atas saran yang telah diberikan pada kegiatan periode

    sebelumnya.

    Dokumentasi ini merupakan bahan dukungan bagi

    penyusunan laporan berkala dan tahunan (penjelasan

    penyusunan laporan dapat dilihat pada Pedoman Teknis Umum

    Penyelenggaraan SPIP). Kegiatan pendokumentasian menjadi

    tanggung jawab pelaksana kegiatan, yang hasilnya disampaikan

    kepada pimpinan instansi pemerintah sebagai bentuk

    akuntabilitas, melalui Satuan Tugas Penyelenggaraan SPIP

    di instansi pemerintah terkait.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 25

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 26

    BAB IV

    PENUTUP

    Penyelenggaraan Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan

    Pencatatananya merupakan bagian dari penyelenggaraan SPIP

    yang dilaksanakan oleh manajemen instansi pemerintah sebagai

    bentuk kegiatan pengendalian atas risiko yang dihadapi.

    Penyelenggaraan Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan

    Pencatatannya diawali dengan pemahaman bersama.

    Pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan untuk

    menyelenggarakan kegiatan pengendalian didasarkan pada hasil

    pemetaan setelah mempertimbangkan hasil penilaian risiko. Setelah

    infrastruktur dibangun, selanjutnya adalah bagaimana kegiatan

    pengendalian dijalankan. Pelaksanaan kegiatan pengendalian

    secara konsisten harus menjadi suatu komitmen bersama seluruh

    jajaran di instansi pemerintah terkait. Selanjutnya, agar

    penyelenggaraan Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan

    Pencatatannya dapat selalu sesuai dengan kebutuhan, perlu

    dilakukan pengembangan berkelanjutan.

    Pedoman ini disusun untuk memberikan acuan praktis bagi

    pimpinan instansi pemerintah dalam membangun dan

    menyelenggarakan Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan

    Pencatatannya di lingkungan instansi yang dipimpinnya. Hal-hal

    yang dicakup dalam pedoman teknis ini adalah acuan mendasar

    yang berlaku secara umum bagi seluruh instansi pemerintah, yang

    minimal harus dipenuhi dalam penyelenggaraan Akuntabilitas

    terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya. Instansi pemerintah

    hendaknya dapat mengembangkan lebih jauh langkah-langkah yang

    perlu diambil, sesuai dengan kebutuhan organisasi, dengan tetap

    mengacu dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

  • 3.10 Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya 27

    Sesuai dengan perkembangan teori dan praktik-praktik sistem

    pengendalian intern, pedoman ini akan disesuaikan secara terus

    menerus.