3. BAB II campak
-
Upload
putri-p-ardian -
Category
Documents
-
view
238 -
download
0
Transcript of 3. BAB II campak
-
7/28/2019 3. BAB II campak
1/15
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DefinisiMorbili/Campak/Rubeola/Measles adalah penyakit akut yang sangat
menular, disebabkan oleh infeksi virus morbili yang pada umumnya menyerang
anak. Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal
sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Penyebaran infeksi terjadi
dengan perantara droplet.1
2.2 EpidemiologiCampak merupakan penyakit endemis, terutama di negara sedang
berkembang. Di Indonesia penyakit campak sudah dikenal sejak lama. Menurut
survei Kesehatan Rumah Tangga, campak menduduki tempat ke-5 dalam urutan
10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10
macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%). Angka kejadian
campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi sekitar 3000-
4000 per tahun. Demikian juga frekuensi terjadinya kejadian luar biasa tampak
meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174. Namun case fatality rate telah
dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2% dengan adanya vaksinasi.1,2
2.3 EtiologiVirus campak berada di sekret nasofaring dan didalam darah, minimal
selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbul ruam. Virus
tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetbeku, minimal 4 minggu disimpan dalam temperatur 35C, dan beberapa hari pada
suhu 0C. Virus tidak dapat aktif pada pH rendah.2
Virus campak termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan
tepi yang kasar dan bergaris tengah 140 nm dan dibungkus oleh selubung luar
yang terdiri dari lemak dan protein Didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat
lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA),
merupakan struktur helix nukleo protein dari myxovirus. Selubung luar sering
-
7/28/2019 3. BAB II campak
2/15
3
menunjukkan tonjolan pendek, suatu protein yang berada diselubung luar muncul
sebagai hemaglutinin.2
Virus morbili adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi,
apabila berada diluar tubuh manusia keberadaanya tidak kekal. Pada temperatur
kamar ia kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama 3-5 hari, pada 37C waktu
paruh umurnya 2 jam, pada 56C hanya satu jam. Dalam keadaan yang lain ia
bertahan dalam keadaan dingin. Pada media protein ia dapat hidup dengan suhu -
7c selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu 4-6C dapat
hidup selama 5 bulan apabila dimasukkan dalam media protein dan hanya dapat
hidup 2 minggu bila tanpa media protein. Tanpa media protein virus campak dapat
dihancurkan oleh sinar ultraviolet. 2
Oleh karena selubungnya terdiri dari lemak maka termasuk
mikroorganisme yang bersifat ether labile, pada suhu kamar dapat mati dalam
20% eter setelah 10 menit dan 50% aseton setelah 30 menit. Virus morbili sensitif
pada 0,01% betapropiaceton, pada suhu 37C dalam 2 jam, ia akan kehilangan
sifat infektisitasnya namun tetap memiliki antigenitas penuh. Dalam formalin
1/4000 virus ini menjadi tidak efektif setelah 5 hari, tetapi tidak kehilangan
antigenitasnya. Penambahan tripsin akan mempercepat hilangnya potensi
antigenik.2
Virus campak menunjukkan antigenesitas yang homogen, berdasarkan
penemuan laboratorik dan epidemiologik. Infeksi dengan virus campak
merangsang pembentukan neutralizing antibody, complement fixing antibody, dan
haemaglutinin inhibition antibody. Imunoglobulin kelas IgG dan IgM distimulasi
oleh infeksi campak, muncum bersama-sama diperkirakan 12 hari setelah infeksi
dan mencapai titer tertinggi setelah 21 hari. Kemudian IgM menghilang dengan
cepat sedangkan IgG tinggal tak terbatas dan jumlahnya terus terukur.Keberadaan
IgM menunjukkan pertanda baru terkena infeksi atau baru mendapatkan vaksinasi,
sedangkan IgG menunjukkan bahwa pernah terkena infeksi walaupun sudah
lama.2
-
7/28/2019 3. BAB II campak
3/15
4
2.4 PatofisiologiPenularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah
dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara
droplet melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari
setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal
dan jarang dapat di temukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik lokal, bebas
maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening
lokal. Di sini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan disitu mulailah
penyebaran ke sel jaringan limforetikuler seperti limpa. Sel mononuklear yang
terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak (Warthin),
sedangkan limfosit-T (termasuk T-suppresor dan T-helper) yang rentan terhadap
infeksi, turut aktif membelah.2
Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara
lengkap,tetapi 5-6 hari sesudah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika
virus masuk ke dalam pembuluh darah dan meyebar kepermukaan epitel
orofaring, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.2
Pada hari ke-9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, akan mengalami nekrosis pada satu sampai dua lapis sel. Pada saat
itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan
menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan
batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang
terjadi ialah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti
dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan
tampak suatu ulsera kecil di mukosa pipi yang disebut bercak Koplik yang
merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.
2
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respon delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke-
14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi pada
kulit. Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. 2
Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vasikel tampak
mikroskopis di epidermis tetapi virus tidak berhasil timbul di kulit. Penelitian
dengan imunofluoresens dan histologikmenunjukkan adanya antigen campak dan
-
7/28/2019 3. BAB II campak
4/15
-
7/28/2019 3. BAB II campak
5/15
6
Gambar 1. Konjungtivitis4
Gambar 2. Kopliks spot5
Gambar 3. Enantema (Kopliks spot)6
2. Stadium erupsiDitandai dengan timbulnya ruam makulopapular yang bertahan 5-6 hari.
Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut belakang telinga (diameter 3-8
mm), kemudian dalam 2 atau 3 hari jumlahnya meningkat dan menyebar
ke wajah, leher, dan trunkus dalam jumlah yang banyak (confluent), dan
-
7/28/2019 3. BAB II campak
6/15
7
akhirnya ke ekstremitas menjadi jarang (discrete). Demam biasanya
menetap hingga 2-3 hari setelah munculnya ruam, dan batuk dapat
menetap hingga 10 hari.1,3
Gambar 4. Perkembangan dan sistribusi ruam campak3
Gambar 5. Eksantema7
-
7/28/2019 3. BAB II campak
7/15
8
3. Stadium penyembuhan (konvalesens)Setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang sesuai dengan urutan
timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman (hiperpigmentasi) dan
mengelupas (deskuamasi) yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.1
Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasiinfeksi bakteri.1
2. Pemeriksaan untuk komplikasi1a. Ensefalopati dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar
elektrolit darah, dan analisis gas darah.
b. Enteritis: feses lengkapc. Bronkopneumonia: dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis
gas darah.
3. Pemeriksaan konfirmasi: 8a. Antibodi IgG dan IgM campak
b. Isolasi virusc. RT-PCR
Diagnosis morbili biasanya dapat dibuat atas dasar kelompok gejala klinis
yang sangat berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam
tinggi dalam beberapa hari dan diikuti ruam yang memiliki ciri khas, yaitu diawali
dari belakang telinga untuk kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan dan
kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalamihiperpigmentasi dan mengelupas.2
2.6 Diagnosis BandingDiagnosis banding campak dapat dilihat pada tabel 1-4:
-
7/28/2019 3. BAB II campak
8/15
9
Tabel 1. Diagnosis banding campak fase prodromal9
Diagnosis Keterangan
Rubella Pada anak umumnya tidak diawali oleh masa prodromal
yang spesifik. Pembesaran kelenjar getah bening yang
khas jarang terlihat pada anak. Remaja dan dewasa muda
dapat menunjukkan gejala demam ringan serta lemas
dalam 1-4 hari sebelum timbulnya kemerahan.
Demam skarlatina Kelainan kulit pada demam skarlatina biasanya timbul
dalam 12 jam pertama setelah demam, batuk, dan
muntah. Gejala prodromal ini dapat berlangsung selama 2
hari.
Staphylococcal
scalded skin
syndrome
Demam dan iritabilitas terjadi bersamaan dengan
timbulnya kemerahan pada kulit, sehingga tidak
ditemukan gejala prodromal pada penderita ini.
Staphylococcal toxicshock syndrome
Demam tinggi, nyeri kepala, batuk, muntah serta diare,dan renjatan sering mendahului atau juga terjadi
bersamaan dengan keluarnya kelainan kulit pada
penderita dengan sindrom ini.
Meningococcemia
dengan atau tanpa
meningitis
Gejala prodromal pada penyakit sangat bervariasi,
biasanya kemerahan pada kulit timbul dalam 24 jam
pertama. Gejala awal dapat berupa demam, muntah,
kelemahan umum, gelisah, dan kemungkinan adannya
kaku kuduk.
Roseola infantum Gejala demam tinggi selama 3-4 hari disertai iritabilitas
biasanya terjadi sebelum timbulnya kemerahan pada kulit
penderita roseola infantum dan diikuti dengan penurunandemam secara drastis menjadi normal.
Infeksi enterovirus Gejala demam biasanya tidak tinggi dan menghilang saat
timbulnya kemerahan, sedang pada infeksi Coxsackie
kadang-kadang juga terjadi bersamaan dengan
kemerahan.
Penyakit kawasaki Demam yang tidak spesifik disertai nyeri tenggorokan
sering mendahului kemerahan pada penyakit ini selama
2-5 hari. Sering juga ditemui konjungtivitis bilateral.
Eritema toksik Erupsi obat serta miliaria dan penyakit non-infeksi lain
dengan gambaran makulopapular biasanya tidak
memiliki gejala prodromal.
Tabel 2. Karakteristik erupsi kulit/eksantema9
Diagnosis Karakteristik eksantema
Rubella - Berwarna merah muda- mulai timbul di daerah leher dan muka menyebar ke
seluruh tubuh lebih cepat dari campak, biasanya
dalam 24-48 jam sudah menyeluruh.
- Kemerahan ini jarang bergabung sehingga terlihatsebagai bintik-bintik merah kecil.
-
7/28/2019 3. BAB II campak
9/15
10
- Pada hari ke 3 eksantema di bagian tubuh mulaimemudar dan tinggal menyisakan bagian ekstremitas
saja, menghilang tanpa deskuamasi.
Meningococcemia - Eksantema timbul mendahului timbulnya ptekie ataupurpura, yang dapat juga terjadi bersamaan
- Tidak dikenal distribusi khusus eksantema ini.Roseola infantum - Sangat mirip dengan campak.
- Eksantema bersifat diskrit makulopapular berwarnamerah tua dan biasanya timbul di daerah dada pada
awalnya yang kemudian menyebar ke muka dan
ekstremitas.
- Dalam 2 hari gambaran ini akan menghilang, dengandidahului memudarnya warna dalam beberpa jam
sesudah timbul.
- Beda utama dengan campak adalah tiadanya bercakKoplik.
- Biasanya menyerang anak usia 1-2 tahun.Infeksi enterovirus - Mirip rubella
- Ruam makulopapular, diskrit, tidak gatal, danmenyeluruh.
- Ridak terjadi deskuamasi saat menghilang- Sering terdapat ptekie.
Penyakit kawasaki - Eksantema bersifat generalisata dan makulopapular- Telapak tangan dan kaki membengkak merah dan
menghilang dalam beberapa hari sampai minggu.
- Bibir, mulut lidah sering mengering dan merah sertaditemui juga konjungtivitis non-purulen.
Erupsi obat dan
eritema toksik
- Eksantema menyerupai panyakit-penyakit lainnya,sehingga dari penampilannya sering sulit dibedakan.
Tabel 3. Tanda patognomonik9
Diagnosis Tanda patognomonik
Rubella Pembesaran kelenjar getah bening khususnya di daerah
belakang telinga dan oksipital
Demam skarlatina Lidah berwarna merah strawberry serta tonsilitis
eksudativa atau membranosa
Tabel 4. Hasil uji laboratorium9
Diagnosis Hasil uji laboratorium
Rubella Penemuan virus pada isolasi usap tenggorok serta
peningkatan kadar antibodi membantu diagnosis.
Gambaran darah tepi biasanya normal atau sedikit
leukopenia.
Demam skarlatina Menemukan Streptokokus hemolitikus grup A pada
biakan usap tenggorok memastikan diagnosis dan juga
peningkatan titer antistreprolisin-O
-
7/28/2019 3. BAB II campak
10/15
11
Meningococcemia Ditemukan kuman penyebab penyakit ini melalui
pemeriksaan dengan pewarnaan Gram pada darah, cairan
serebrospinal
Roseola infantum Belum ada pemeriksaan laboratorium untuk menunjang
penyakit ini. Gambaran darah tepi biasanya menunjukkanleukopenia saat timbul eksantema.
Infeksi virus
Coxsackie
Isolasi virus di feses, usap tenggorok, dan cairan
serebrospinal. Konfirmasi diagnosis dengan peningkatan
antibodi netralisasi terhadap virus ini.
2.7 KomplikasiKomplikasi campak berdasarkan sistem organ dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 4. Komplikasi campak berdasarkan sistem organ3
Komplikasi yang sering dijumpai adalah bronkopneumonia (75,2%),
gastroenteritis (7,1%), ensefalitis (6,7%), dan lain-lain (7,9%), diantaranya:2
1. KonjungtivitisPada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai
dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi, dan
fotofobia. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus
campak atau antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-
hari pertama sakit. Konjungtivitis dapat memburuk dengan terjadinya
hipopion dan pan-oftalmitis hingga menyebabkan kebutaan. Dapat pula
terjadi ulkus kornea.
2. Laringitis akutLaringitis akut timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran
nafas, yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya.
-
7/28/2019 3. BAB II campak
11/15
12
Ditandai dengan distres pernafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika
demam turun keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.
3. BronkopneumoniaDapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri.
Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronkhi
basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala
pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut
sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang
diharapkan dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung, dapat diduga
adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada
epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada foto toraks
dan adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang
berkembang dimana malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit
pneumonia bakteri biasa terjadi dan dapat menjadi fatal bila tidak diberi
antibiotik.
4. Kejang demamKejang demam dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak
demam saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini dapat diklasifikasikan
sebagai kejang demam.
5. EnsefalitisMerupakan penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi
pada hari ke-4 7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar
1:1000 kasus campak, dengan mortalitas antara 30 40%. Terjadinya
ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun invasi langsung
virus campak ke dalam otak. Gejala ensefalitis dapat berupa kejang,letargi, koma, dan iritabel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi nafas
meningkat, twitching, disorientasi juga dapat dditemukan. Pemeriksaan
cairan serebrospinal menunjukkan pleositosis ringan, dengan predominan
sel mononuklear, peningkatan protein ringan, sedangkan kadar glukosa
dalam batas normal.
-
7/28/2019 3. BAB II campak
12/15
13
6. SSPE (Subacue Sclerosing Panencephalitis)SSPE merupakan kelainan degeneratif susunan saraf pusat yang jarang
disebabkan oleh infeksi virus campak yang persisten. Kemungkinan untuk
menderita SSPE pada anak yang sebelumnya pernah menderita campak
adalah 0,6 2,2 per 100.000 infeksi campak. Risiko terjadi SSPE lebih
besar pada usia yang lebih muda dengan masa inkubasi rata-rata 7 tahun.
Gejala SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku dan intelektual yang
progresif, diikuti oleh inkoordinasi motorik, kejang umumnya bersifat
mioklonik. Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan
serebrospinal, antibodi terhadap campak serum (CF dan HAI) meningkat
(1:1280). Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal
antara 6-9 bulan.
7. Otitis mediaInvasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak.
Membran timpani biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium
erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang
rusakkarena invasi virus akan terjadi otitis media purulenta. Dapat pula
terjadi mastoiditis.
8. EnteritisBeberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret
pada fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa
usus.
2.8 PenatalaksanaanPasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan
cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan
pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan.
Sedangkan pada campak dengan penyulit, pasien perlu rawat inap. Di rumah sakit
pasien campak dirawat di ruang isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan
keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet makanan cukup
cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran
-
7/28/2019 3. BAB II campak
13/15
14
pasien dan ada tidaknya komplikasi. Vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu
kali, apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan dengan 1500 IU tiap hari.1,2
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi
penyulit yang timbul, yaitu:2
1. BronkopneumoniaDiberikan oksigen 2 liter/menit serta antibiotik ampisilin 100
mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena dikombinasikan dengan
kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis, sampai gejala
sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik
diberikan sampai 3 hari demam reda. Apabila dicurigai infeksi spesifik,
maka uji tuberkulin dilakukan setelah anak sehat kembali (3-4 minggu
kemudian) oleh karena uji tuberkulin biasanya negatif (anergi) pada saat
anak menderita campak.
2. EnteritisPada kedaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberisan cairan
intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan
dehidrasi.
3. Otitis mediaSeringkali disebabkan oleh infeksi sekunder, sehingga perlu diberikan
antibiotik kotrimoksazol-sulfametoksazol (TMP 4mg/kgBB/hari dibagi
dalam 2 dosis)
4. EnsefalopatiPasien diberikan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100
mg/kgBB/hari selama 7-10 hari, serta kortikosteroid deksametason 1
mg/kgBB/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5 mg/kgBB/hari dibagidalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5 hari
dilakukan tappering off. Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga
kebutuhan untuk mengurangi edema otak, di samping pemberian
kortikosteroid. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
-
7/28/2019 3. BAB II campak
14/15
15
Indikasi rawat (di ruang isolasi adalah):1
1. Hiperpireksia (suhu >39C)2. Dehidrasi3. Kejang4. Asupan oral sulit5. Adanya komplikasi
Pemantauan dan konsultasi:1
1. Pada kasus campak dengan komplikasi bronkopneumonia dan gizi kurangperlu dipantau terhadap adanya infeksi tuberkulosis (TB) laten.
2. Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk, konsultasi pada DivisiNutrisi dan Metabolik.
2.9 PencegahanPencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada
bayi berumur 9 bulan atau lebih. Program imunisasi campak secara luas baru
dikembangkan pelaksanaannya pada tahun 1982.2
Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin campak, yaitu vaksin
yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonstone B)
dan vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang
berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium). Sejak
tahun 1967 vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak
digunakan lagi karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat
menimbulkan gejala atypical measles yang hebat. Sebaliknya, vaksin campak
yang berasal dari virus hidup yang dilemahkan, dikembangkan dari Edmonstone
strain menjadi strain Schwarz (1965) dan kemudian menjadi strain Moraten(1968) dengan mengembangbiakkan virusnya dalam embrio ayam. Vaksin
Edmonstone Zagreb merupakan hasil biakan dalam human diploid cellyang dapat
digunakan secara inhalasi atau aerosol dengan hasil yang memuaskan.2
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan
adalah 1.000 TCID-50 atau sebanyak 0,5 ml. tetapi dalam hal vaksin hidup,
pemberian dengan 20 TCID-50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang
baik. Cara pemberian yang dianjurkan adalah subkutan, walaupun dari data yang
-
7/28/2019 3. BAB II campak
15/15
16
terbatas dilaporkan bahwa pemberian secara intramuskular tampaknya memiliki
efektivitas yang sama dengan subkutan. Intranasal dan inokulasi konjungtiva
sampai sekarang masih terus dilakukan penyelidikan untuk mengetahui efektivitas
pemberian vaksin Edmonstone B yang dilemahkan. Sebaliknya pada pemberian
vaksin Edmonstone Zagreb secara aerosol didapatkan respon antibodi yang baik
walaupun pada anak usia dibawah 9 bulan. Sayangnya pemberian aerosol ini sulit
dan kurang praktis.2
Jadwal imunisasi campak untuk anak di Indonesia:10
2.10 PrognosisPrognosis campak pada umumnya baik, bisa menjadi fatal bila disertai
dengan infeksi. CDC melaporkan angka kematian pada anak dengan campak di
Amerika Serikat 0,1-0,2%. Bagaimanapun, banyak komplikasi dan sekuele yang
mungkin berkembang (komplikasi) dan campak merupakan penyebab utama
kebutaan pada anak di negara berkembang.8
Komplikasi dari campak sering terjadi pada pasien berusia kurang dari 5
tahun atau lebih dari 20 tahun dan morbiditas serta mortalitas meningkat pada
gangguan imunodefisiensi, malnutrisi, defisiensi vitamin A dan vaksinasi yang
inadekuat.8