27798620 askep-muskuloskletaal

103
Senin, 01 September 2008 dislokasi DISLOKASI 1. PENDAHULUAN Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungi beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang. Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital). 2. Definisi Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth) Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000) Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138) Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot, kontraksi cedera dan tarikan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. 3. Klasifikasia. Dislokasi Congenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan. b. Dislokasi PatologikAkibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misal nya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang. c. Dislokasi Traumatic :Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Transcript of 27798620 askep-muskuloskletaal

Page 1: 27798620 askep-muskuloskletaal

Senin, 01 September 2008

dislokasi

DISLOKASI

1. PENDAHULUANSkelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungi beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).2. DefinisiKeadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi)(Brunner & Suddarth)Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.(Arif Mansyur, dkk. 2000)Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi.( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138)Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot, kontraksi cedera dan tarikanDislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.

3. Klasifikasia. Dislokasi Congenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.b. Dislokasi PatologikAkibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misal nya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.c. Dislokasi Traumatic :Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.TERMINOLOGI TRAUMA SENDIkontusi – sprain - occult joint instability - subluksasi / dislokasi

Diposkan oleh Agustina Tri Hastuti di 22:17 

03 January 2010

Page 2: 27798620 askep-muskuloskletaal

Askep Dislokasi

Askep Dislokasi: "

DISLOKASI

PENGERTIAN

Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang

lepas dari sendi) (brunner&suddarth).

Keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang

membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000).

Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi

yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya

komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang

seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis

membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi

rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha).

Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri.

Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya,

sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

KLASIFIKASI

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Dislokasi congenital :

Page 3: 27798620 askep-muskuloskletaal

Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

2. Dislokasi patologik :

Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini

disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.

3. Dislokasi traumatic :

Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan

akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga

dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,

syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :

1) Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi.

2) Dislokasi Kronik

3) Dislokasi Berulang

Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang

minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung

tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

ETIOLOGI

Dislokasi disebabkan oleh :

1. Cedera olah raga

Page 4: 27798620 askep-muskuloskletaal

Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko

jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling

sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari

pemain lain.

2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga

Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

3. Terjatuh

Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin

4. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan

kompenen vital penghubung tulang

PATOFISIOLOGI

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan ,merobek kapsul atau

menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur.Mesti jarang

prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan

mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid).

MANIFESTASI KLINIS

Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan menerima

pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot suatu

tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Page 5: 27798620 askep-muskuloskletaal

Dengan cara pemeriksaan Sinar –X ( pemeriksaan X-Rays ) pada bagian anteroposterior akan

memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput humerus dan fossa Glenoid, Kaput biasanya

terletak di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi.

KOMPLIKASI

Dini

1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin

terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut

2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak

3) Fraktur disloksi

Komplikasi lanjut

1) Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama

pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi

abduksi

2) Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher

glenoid

3) Kelemahan otot

PENATALAKSANAAN

Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.

Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi.

Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi

Page 6: 27798620 askep-muskuloskletaal

stabil.

Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari yang berguna untuk

mengembalikan kisaran sendi

Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Identitas dan keluhan utama

Riwayat penyakit lalu

Riwayat penyakit sekarang

Riwayat masa pertumbuhan

Pemeriksaan fisik terutama masalah persendian : nyeri, deformitas, fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat

endorotasi pada dislokasi anterior bahu.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

4. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh.

Page 7: 27798620 askep-muskuloskletaal

INTERVENSI

Dx 1

Kaji skala nyeri

Berikan posisi relaks pada pasien

Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

Kolaborasi pemberian analgesic

Dx 2

Kaji tingkat mobilisasi pasien

Berikan latihan ROM

Anjurkan penggunaan alat Bantu jika diperlukan

Dx. 3

Bantu Px mengungkapkan rasa cemas atau takutnya

Kaji pengetahuan Px tentangh prosedur yang akan dijalaninya.

Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani pasien

Dx 4

Kaji konsep diri pasien

Kembangkan BHSP dengan pasien

Page 8: 27798620 askep-muskuloskletaal

Bantu pasien mengungkapkan masalahnya

Bantu pasien mengatasi masalahnya.

http://askep-askeb-kita.blogspot.com/

Read more: http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/askep-dislokasi.html#ixzz0hLvH63fa

Askep   Dislokasi

Ditulis oleh hidayat2 di/pada Maret 31, 2009

3 Votes

DISLOKASI

PENGERTIAN

Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis

(tulang lepas dari sendi) (brunner&suddarth).

Keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan

yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000).

Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai luksasi

sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya

komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat

yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya

kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya.

Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Page 9: 27798620 askep-muskuloskletaal

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul

(paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga

terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi

kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

KLASIFIKASI

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Dislokasi congenital :

Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

2. Dislokasi patologik :

Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis

tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.

3. Dislokasi traumatic :

Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian

jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma

yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga

merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang

dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :

1) Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar

sendi.

2) Dislokasi Kronik

3) Dislokasi Berulang

Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma

yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello

femoral joint.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh

berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan

tarikan.

ETIOLOGI

Dislokasi disebabkan oleh :

1. Cedera olah raga

Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang

beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain

sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja

Page 10: 27798620 askep-muskuloskletaal

menangkap bola dari pemain lain.

2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga

Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

3. Terjatuh

Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin

4. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan

kompenen vital penghubung tulang

PATOFISIOLOGI

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan ,merobek

kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral kaput

hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan

luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi

da bawah karakoid).

MANIFESTASI KLINIS

Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan menerima

pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot

suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Dengan cara pemeriksaan Sinar –X ( pemeriksaan X-Rays ) pada bagian anteroposterior akan

memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput humerus dan fossa Glenoid, Kaput

biasanya terletak di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi.

KOMPLIKASI

Dini

1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan

mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut

2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak

3) Fraktur disloksi

Komplikasi lanjut

1) Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu,

terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara

otomatis membatasi abduksi

2) Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian

Page 11: 27798620 askep-muskuloskletaal

depan leher glenoid

3) Kelemahan otot

PENATALAKSANAAN

Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi

berat.

Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi.

Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam

posisi stabil.

Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari yang

berguna untuk mengembalikan kisaran sendi

Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Identitas dan keluhan utama

Riwayat penyakit lalu

Riwayat penyakit sekarang

Riwayat masa pertumbuhan

Pemeriksaan fisik terutama masalah persendian : nyeri, deformitas, fungsiolesa misalnya: bahu

tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

4. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh.

INTERVENSI

Dx 1

Kaji skala nyeri

Berikan posisi relaks pada pasien

Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

Kolaborasi pemberian analgesic

Dx 2

Kaji tingkat mobilisasi pasien

Page 12: 27798620 askep-muskuloskletaal

Berikan latihan ROM

Anjurkan penggunaan alat Bantu jika diperlukan

Dx. 3

Bantu Px mengungkapkan rasa cemas atau takutnya

Kaji pengetahuan Px tentangh prosedur yang akan dijalaninya.

Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani pasien

Dx 4

Kaji konsep diri pasien

Kembangkan BHSP dengan pasien

Bantu pasien mengungkapkan masalahnya

Bantu pasien mengatasi masalahnya.

FRAKTUR dan DISLOKASIPosted on 14 January 2009 by eds89r

Oleh Rohman Azzam

Pengertian

Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang

mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya

lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis

dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal.

Bagaimana patah tulang itu terjadi ?

a. Trauma (benturan)

Ada dua trauma/ benturan yang dapat mengakibatkan fraktur, yaitu:

- Benturan langsung

- Benturan tidak langsung

b. Tekanan/stres yang terus menerus dan berlangsung lama

Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan fraktur (patah tulang) yang

kebanyakan pada tulang tibia, fibula (tulang-tulang pada betis) atau metatarsal pada olahragawan, militer

maupun penari.

Contoh: Seorang yang senang baris berbaris dan menghentak-hentakkan kakinya, maka mungkin terjadi

patah tulang di daerah tertentu.

c. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang dan usia

Kelemahan tulang yang abnormal karena adanya proses patologis seperti tumor maka dengan energi

kekerasan yang minimal akan mengakibatkan fraktur yang pada orang normal belum dapat menimbulkan

fraktur.

Page 13: 27798620 askep-muskuloskletaal

Bagaimana Mengetahui Adanya Patah Tulang

1. Riwayat: Setiap patah tulang umumnya mempunyai riwayat trauma yang diikuti pengurangan

kemampuan anggota gerak yang terkena. Ingat bahwa fraktur tidak selalu terjadi pada daerah yang

mengalami trauma (tekanan).

2. Pemeriksaan:

Inspeksi (Lihat) bandingkan dengan sisi yang normal, dan perhatikan hal-hal dibawah ini:

1. Adanya perubahan asimetris kanan-kiri

2. Adanya Deformitas seperti Angulasi (membentuk sudut) atau; Rotasi (memutar)dan Pemendekan

3. Jejas (tanda yang menunjukkan bekas trauma);

4. Pembengkakan

5. Terlihat adanya tulang yang keluar dari jaringan lunak;

Palpasi (Meraba dan merasakan)

Perlu dibandingkan dengan sisi yang sehat sehingga penolong dapat merasakan perbedaannya. Rabalah

dengan hati-hati !

a. Adanya nyeri tekan pada daerah cedera (tenderness);

b. Adanya crepitasi (suara dan sensasi berkeretak) pada perabaan yang sedikit kuat;

c. Adanya gerakan abnormal dengan perabaan agak kuat.

Perhatian:

Jangan lakukan pemeriksaan yang sengaja untuk mendapat bunyi crepitasi atau gerakan abnormal, misal

meraba dengan kuat sekali.

3. Gerakan

Terdapat dua gerakan yaitu :

Aktif: Adalah pemeriksaan gerakan dimana anda meminta korban menggerakkan bagian yang cedera.

Pasif: Dimana penolong melakukan gerakan pada bagian yang cedera.

Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:

§ Terdapat gerakan abnormal ketika menggeerakkan bagian yang cedera

§ Korban mengalami kehilangan fungsi pada bagian yang cedera. Apabila korban mengalami hal ini, maka

dapat disebabkan oleh dua kemungkinan yaitu akibat nyeri karena adanya fraktur atau akibat kerusakan

saraf yang mempersarafi bagian tersebut (ini diakibatkan oleh karena patahan tulang merusak saraf

tersebut).

§ Pemeriksaan Komplikasi

Periksalah di bawah daerah patah tulang, Anda akan menemukan:

1. kulit berwarna kebiruan dan pucat;

2. denyut nadi tak teraba.

3. Selain itu pada bagian yang mengalami fraktur, otot-otot disekitarnya mengalami spasme

DISLOKASI

Pengertian

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya

komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang

seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis

membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi

rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha).

Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri.

Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya,

sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

Page 14: 27798620 askep-muskuloskletaal

PEMBIDAIAN

Pertolongan Pertama pada Patah Tulang

Prinsip Pertolongan

1. mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri;

2. mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak sekitarnya

seperti: pembuluh darah, otot, saraf dan lainnya.

Penanganan Secara Umum

1. DRABC

2. Atasi perdarahan dan tutup seluruh luka

3. Korban tidak boleh menggerakkan daerah yang terluka atau fraktur

4. Imobilisasi fraktur dengan penyandang, pembalut atau bidai

5. Tangani dengan hati-hati

6. Observasi dan atasi syok bila perlu

7. Segera cari pertolongan medis

Fraktur dan dislokasi harus diimobilisasi untuk mencegah memburuknya cedera. Tetapi situasi yang

memerlukan Resusitasi baik pernafasan maupun jantung dan cedera kritis yang multipel harus ditangani

terlebih dahulu.

Prioritas dalam menangani fraktur:

1. fraktur spinal;

2. fraktur tulang kepala dan tulang rusuk;

3. fraktur extremitas

Perhatian:

Dalam menangani fraktur, jangan hanya terpaku pada frakturnya saja tetapi selalu mulai dengan DRABCH

dan lakukan monitoring secara periodik.

Dan selalu ingat jika Anda tidak terlatih dan tidak berpengalaman jangan melakukan reposisi baik pada

fraktur mapun pada dislokasi.

Pembidaian adalah proses yang digunakan untuk imobilisasi fraktur dan dislokasi. Pembidaian harus

memfixasi tulang yang patah dan persendian yang berada di atas dan dibawah tulang yang fraktur. Jika

yang cedera adalah sendi, bidai harus memfixasi sendi tersebut beserta tulang disebelah distal dan

proximalnya.

Tipe-tipe bidai:

1. Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium atau bahan lainyang keras.

2. Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut atau bahan yang lunak lainnya.

3. Bidai Traksi

Digunakan untuk imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur femur sehingga dapat terhindari kerusakan

yang lebih lanjut. Traksi merupakan aplikasi dari kekuatan yang cukup untuk menstabilkan patah tulang

yang patah, traksi bukanlah meregangkan atau menggerakkan tulang yang patah sampai ujung-ujung tulang

yang patah menyatu.

Prinsip Pembidaian

a. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera;

b. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada atau

tidaknya patah tulang;

c. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan.

Page 15: 27798620 askep-muskuloskletaal

Syarat Pembidaian

1. Bidai harus meliputi dua sendi, sebelum dipasang diukur terlebih dahulu pada anggota badan yang

tidak sakit;

2. Ikatan jangan terlalu ketat dan jangan terlalu kendor;

3. Bidai dibalut/ dilapisi sebelum digunakan;

4. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang patah;

5. Jika mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai;

6. Sepatu, cincin, gelang, jam dan alat yang mengikat tubuh lainnya perlu dilepas.

Aturan dasar yang harus diingat ketika melakukan pembidaian:

1. Jika ragu-ragu fraktur atau tidak ‘ Bidai

2. Bidai Rigid sebelum digunakan harus dilapisi dulu;

3. Ikatlah bidai dari distal ke proximal

4. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian dan perhatikan

warna kulit ditalnya;

5. Jika mungkin naikkan bagian tubuh yang mengalami patah tulang.

PEMBALUTAN

Pembalut harus dipasang cukup kuat untuk mencegah pergerakan tapi tidak terlalu kencang sehingga

mengganggu sirkulasi atau menyebabkan nyeri. Dalam usaha untuk mencegah pergesekan dan

ketidaknyamanan pada kulit, penggunaan bantalan lunak dianjurkan sebelum melakukan balutan.

Pengikatan selalu dilakukan di atas bidai atau pada sisi yang tidak cedera, kalau kedua kaki bawah

mengalami cedera, pengikatan dilakukan di depan dan diantara bagian yang cedera.

Periksa dengan interval 15 menit untuk menjamin bahwa pembalut tidak terlalu kencang akibat

pembengkakan dari jaringan yang cedera. Lewatkan pembalut pada bagian lekuk tubuh seperti leher, lutut

dan pergelangan kaki jika diperlukan.

Cara Imobilisasi Fraktur

Dengan Pembalut

Gunakan pembalut lebar bila ada;

1. Taruh pembalut dibawah bagian tubuh yang terjadi fraktur;

2. Topang lengan atau tungkai dengan bidai sampai pembalut cukup memfixasi

3. Setiap 15 menit periksa agar pembalut tudak terlalu ketat

4. Periksa pembalut supaya tidak longgar

Dengan Bidai

1. Dapat dipakai benda apa saja yang kaku dan cukup panjang melewati sendi dan ujung tulang yang

patah;

2. Pakai perban bantal diantara bidai dan bagian tubuh yang dibidai;

3. Ujung-ujung lengan/tungkai dibalut di atas dan dibawah daerah fraktur. Ikatan harus cukup kuat

pada daerah yang sehat.

Filed under: FRAKTUR dan DISLOKASI | Tagged: FRAKTUR dan DISLOKASI

asuhan keperawatan multiple frakturBy admin on January 21st, 2009

Page 16: 27798620 askep-muskuloskletaal

I. Pengertian.Adalah terputuisnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berubah trauma langsung, misalnya benturan pada

lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berubah trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.

Akibat trauma pada tulang tergantuing pada jenis trauma,kekuatan, dan arahnya.Taruma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ketulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang yang didekat sendi atau yang mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.

 

patofisiologi (klik untuk perbesar gambar)

IV. Klasifikasi patah tulang.

Patah tulang dapat dibagi menurut ada tidanya hubungan antara patahan tulang denga dunia luar, yaitu patah tulang tertutup dan patah tulang terbuka yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk kedalam luka sampai ke tulang yang patah.

Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya patah tulang.

Patang tulang juga dapat dibagi menurut garis fraktrunya misanya fisura, patah tulang sederhana, patah tulang kominutif ( pengecilan, patah tulang segmental,patah tulang impaksi ), patah tulang kompresi, impresi dan patah tulang patologis.

Derajat patah tulang terbuka terbagi atas 3 macam yaitu :

Page 17: 27798620 askep-muskuloskletaal

1. laserasi < 2 cm bentuknya sederhana, dislokasi,fragmen, minimal.

2. Laserasi > 2 cm kontusi otot diserkitarnya bentuknya dislokasi, fragmen jelas

3. Luka lebar, rusak hebat atau hilangnya jaringan disekitarnya bentuknya kominutif, segmental,fragmen tulang ada yang hilang

Jenis patah tulang dapat digolongkan menjadi :

1. Visura ( Diafisis metatarsal

2. Serong sederhana ( Diaphisis metacarpal )

3. Lintang sederhana ( diafisis tibia )

4. Kominutif ( Diafisis femur )

5. Segmental ( Diafisis tibia )

6. Dahan hijau ( diafisis radius pada anak )

7. Kompresi ( Korpus vertebral th. XII )

8. Impaksi ( epifisis radius distal,kolum femur lateral )

9. Impresi ( tulang tengkorak )

10. Patologis ( Tomur diafisi humerus,kurpus vertebral)

 

V. Komplikasi patah tulang .

Komplikasi patah tulang meliputi :

1. Komplikasi segera

Lokal :

· Kulit( abrasi l;acerasi, penetrasi)

· Pembuluh darah ( robek )

· Sistem saraf ( Sumssum tulang belakang, saraf tepi motorik dan sensorik)

· Otot

· Organ dalam ( jantung,paru,hepar, limpha(pada Fr.kosta),kandung kemih (Fr.Pelvics)

Umum :

· Ruda paksa multiple

· Syok ( hemoragik, neurogenik )

2. Komplikas Dini :

Lokal :

Page 18: 27798620 askep-muskuloskletaal

· Nekrosis kulit, gangren, sindroma kopartemen,trombosis vena, infeksi sendi,osteomelisis )

Umum :

· ARDS,emboli paru, tetanus.

3. Komplikasi lama

Lokal :

· Sendi (ankilosis fibrosa, ankilosis osal )

· Tulang ( gagal taut/lama dan salah taut,distropi reflek,osteoporosisi paskah trauma,ggn pertumbuhan,osteomelisis,patah tulang ulang)

· Otot atau tendon ( penulangan otot, ruptur tendon )

· Saraf ( kelumpuhan saraf lambat

Umum :

· Batu ginjal ( akibat mobilisasi lama ditempat tidur)

 

VI. Penatalaksanaan patah tulang.

Penatalaksanaan patah tulang mengikuti prinsip pengobatan kedokteran pada umumnya yang meliputi :

a. Jangan ciderai pasien( Primum Non Nocere).

b. Pengobatan yang tepat berdasarkanb diagnosis dan prognosisnya

c. Sesuai denga hokum alam

d. Sesuai dengan kepribadian individu

Khusus untuk patah tulang meliputi :

4. Reposisi

5. Imobilisasi

6. Mobilisasi berupa latihan seluruh system tubuh.

 

VII. Asuhan keperawatan.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Riwayat perjalanan penyakit.

2. Riwayat pengobatan sebelumnya.

3. Pertolongan pertama yang dilakukan

4. Pemeriksaan fisik :

§ Identifikasi fraktur

Page 19: 27798620 askep-muskuloskletaal

§ Inspeksi

§ Palpasi (bengkak, krepitasi, nadi, dingin)

§ Observasi spasme otot.

5. Pemeriksaan diagnostik :

§ Laboratorium (HCt, Hb, Leukosit, LED)

§ RÖ

§ CT-Scan

6. Obat-obatan : golongan antibiotika gram (+) dan gram (-)

§ Penyakit yang dapat memperberat dan mempermudah terjadinya fraktur :

a. Osteomyelitis acut

b. Osteomyelitis kronik

c. Osteomalacia

d. Osteoporosis

e. Gout

f. Rhematoid arthritis

PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

DATA SUBYEKTIF

§ Data biografi

§ Adanya nyeri, kekakuan, kram, sakit pinggang, kemerahan, pembengkakan, deformitas, ROM, gangguan sensasi.

§ Cara PQRST :

o Provikatif (penyebab)

o Quality (bagaimana rasanya, kelihatannya)

o Region/radiation (dimana dan apakah menyebar)

o Severity (apakah mengganggu aktivitas sehari-hari)

o Timing (kapan mulainya)

§ Pengkajian pada sistem lain

o Riwayat sistem muskuloskeletal, tanyakan juga tentang riwayat kesehatan masa lalu.

o Riwayat dirawat di RS

o Riwayat keluarga, diet.

o Aktivitas sehari-hari, jenis pekerjaan, jenis alas kaki yang digunakan

Page 20: 27798620 askep-muskuloskletaal

o Permasalahan dapat saja baru diketahui setelah klien ganti baju, membuka kran dll.

DATA OBYEKTIF

§ Inspeksi dan palpasi ROM dan kekuatan otot

§ Bandingakan dengan sisi lainnya.

§ Pengukuran kekuatan otot (0-5)

§ Duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontra indikasi.

§ Kyposis, scoliosis, lordosis.

PROSEDUR DIAGNOSTIK

1. X-ray dan radiography2. Arthrogram (mendiagnosa trauma pada kapsul di persendian atau

ligamen). Anestesi lokal sebelum dimasukkan cairan kontras/udara ke daerah yang akan diperiksa.

3. Lamnograph (untuk mengetahui lokasi yang mengalami destruksi atau mengevaluasi bone graf).

4. Scanograph (mengetahui panjang dari tulang panjang, sering dilakukan pada anak-anak sebelum operasi epifisis).

5. Bone scanning (cairan radioisotop dimasukkan melalui vena, sering dilakukan pada tumor ganas, osteomyelitis dan fraktur).

6. MRI7. Arthroscopy (tindakan peneropongan di daerah sendi)8. Arthrocentesis (metode pengambilan cairan sinovial)

MASALAH-MASALAH YANG UMUM TERJADI

1. Gangguan dalam melakukan ambulasi.

· Berdampak luas pada aspek psikososial klien.

· Klien membutuhkan imobilisasi → menyebabkan spasme otot dan kekakuan sendi

· Perlu dilakukan ROM untuk menguragi komplikasi :

- Kaki (fleksi, inverse, eversi, rotasi)

- Pinggul (abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi)

- Lutut (ekstensi)

- Jari-jari kaki (ektensi, fleksi)

1. Nyeri; tindakan keperawatan :

· Merubah posisi pasien

· Kompres hangat, dingin

· Pemijatan

· Menguragi penekanan dan support social

Page 21: 27798620 askep-muskuloskletaal

· Apabila nyeri di sendi, perlu dikaji :

- Kejadian sebelum terjadinya nyeri

- Derajat nyeri pada saat nyeri pertama timbul

- Penyebaran nyeri

- Lamanya nyeri

- Intensitas nyeri, apakah menyertai pergerakan

- Sumber nyeri

- Hal-hal yang dapat mengurangi nyeri.

1. Spasme otot

· Spasme otot (kram/kontraksi otot involunter)

· Spasme otot dapat disebabkan iskemi jaringan dan hipoksia.

· Tindakan keperawatan :

a. Rubah posisi

b. Letakkan guling kecil di bawah pergelangan kaki dan lutut

c. Berikan ruangan yang cukup hangat

d. Hindari pemberian obat sedasi berat → dapat menurunkan aktivitas pergerakan selama tidur

e. Beri latihan aktif dan pasif sesuai program

INTERVENSI

1. Istirahat

· Istirahat adalah intervensi utama

· Membantu proses penyembuhan dan meminimalkan inflamasi, pembengkakan dan nyeri.

· Pemasangan bidai/gips.

1. Kompres hangat

· Rendam air hangat/kantung karet hangat

· Diikuti dengan latihan pergerakan/pemijatan

· Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah :

o Perlunakan jaringan fibrosa

o Membuat relaks otot dan tubuh

o Menurunkan atau menghilangkan nyeri

o Meningkatkan suplai darah/melancarkan aliran darah.

2. Kompres dingin

Page 22: 27798620 askep-muskuloskletaal

· Metoda tidak langsung seperti cold pack

· Dampak fisiologis adalah vasokonstriksi dan penerunan metabolic

· Membantu mengontrol perdarahan dan pembengkakan karena trauma

· Nyeri dapat berkurang, dapat menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot

· Harus hati-hati, dapat menyebabkan jaringan kulit nekrosis

· Tidak sampai > 30 menit.

Categories: Asuhan Keperawatan, medikal bedah Tags: askep multiple fraktur, asuhan keperawatan multiple fraktur, frakturRelated Posts

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR MANDIBULA ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR ASUHAN KEPERAWATAN HEMATOTHORAX ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR CERVICALIS Askep pasien dengan Hemofilia

25 January 2010

FRAKTUR Dan DISLOKASIPengertian

Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang

mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya

lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis

dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal.

Bagaimana patah tulang itu terjadi ?

a. Trauma (benturan)

Ada dua trauma/ benturan yang dapat mengakibatkan fraktur, yaitu:

- Benturan langsung

- Benturan tidak langsung

b. Tekanan/stres yang terus menerus dan berlangsung lama

Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan fraktur (patah tulang) yang

kebanyakan pada tulang tibia, fibula (tulang-tulang pada betis) atau metatarsal pada olahragawan, militer

maupun penari.

Page 23: 27798620 askep-muskuloskletaal

Contoh: Seorang yang senang baris berbaris dan menghentak-hentakkan kakinya, maka mungkin terjadi

patah tulang di daerah tertentu.

c. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang dan usia

Kelemahan tulang yang abnormal karena adanya proses patologis seperti tumor maka dengan energi

kekerasan yang minimal akan mengakibatkan fraktur yang pada orang normal belum dapat menimbulkan

fraktur.

Bagaimana Mengetahui Adanya Patah Tulang

1. Riwayat: Setiap patah tulang umumnya mempunyai riwayat trauma yang diikuti pengurangan

kemampuan anggota gerak yang terkena. Ingat bahwa fraktur tidak selalu terjadi pada daerah yang

mengalami trauma (tekanan).

2. Pemeriksaan:

Inspeksi (Lihat) bandingkan dengan sisi yang normal, dan perhatikan hal-hal dibawah ini:

1. Adanya perubahan asimetris kanan-kiri

2. Adanya Deformitas seperti Angulasi (membentuk sudut) atau; Rotasi (memutar)dan Pemendekan

3. Jejas (tanda yang menunjukkan bekas trauma);

4. Pembengkakan

5. Terlihat adanya tulang yang keluar dari jaringan lunak;

Palpasi (Meraba dan merasakan)

Perlu dibandingkan dengan sisi yang sehat sehingga penolong dapat merasakan perbedaannya. Rabalah

dengan hati-hati !

a. Adanya nyeri tekan pada daerah cedera (tenderness);

b. Adanya crepitasi (suara dan sensasi berkeretak) pada perabaan yang sedikit kuat;

c. Adanya gerakan abnormal dengan perabaan agak kuat.

Perhatian:

Jangan lakukan pemeriksaan yang sengaja untuk mendapat bunyi crepitasi atau gerakan abnormal, misal

meraba dengan kuat sekali.

3. Gerakan

Terdapat dua gerakan yaitu :

Aktif: Adalah pemeriksaan gerakan dimana anda meminta korban menggerakkan bagian yang cedera.

Pasif: Dimana penolong melakukan gerakan pada bagian yang cedera.

Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:

§ Terdapat gerakan abnormal ketika menggeerakkan bagian yang cedera

Page 24: 27798620 askep-muskuloskletaal

§ Korban mengalami kehilangan fungsi pada bagian yang cedera. Apabila korban mengalami hal ini, maka

dapat disebabkan oleh dua kemungkinan yaitu akibat nyeri karena adanya fraktur atau akibat kerusakan

saraf yang mempersarafi bagian tersebut (ini diakibatkan oleh karena patahan tulang merusak saraf

tersebut).

§ Pemeriksaan Komplikasi

Periksalah di bawah daerah patah tulang, Anda akan menemukan:

1. kulit berwarna kebiruan dan pucat;

2. denyut nadi tak teraba.

3. Selain itu pada bagian yang mengalami fraktur, otot-otot disekitarnya mengalami spasme

DISLOKASI

Pengertian

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya

komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang

seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis

membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi

rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha).

Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri.

Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya,

sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

PEMBIDAIAN

Pertolongan Pertama pada Patah Tulang

Prinsip Pertolongan

1. mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri;

2. mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak sekitarnya

seperti: pembuluh darah, otot, saraf dan lainnya.

Penanganan Secara Umum

1. DRABC

2. Atasi perdarahan dan tutup seluruh luka

3. Korban tidak boleh menggerakkan daerah yang terluka atau fraktur

4. Imobilisasi fraktur dengan penyandang, pembalut atau bidai

5. Tangani dengan hati-hati

6. Observasi dan atasi syok bila perlu

Page 25: 27798620 askep-muskuloskletaal

7. Segera cari pertolongan medis

Fraktur dan dislokasi harus diimobilisasi untuk mencegah memburuknya cedera. Tetapi situasi yang

memerlukan Resusitasi baik pernafasan maupun jantung dan cedera kritis yang multipel harus ditangani

terlebih dahulu.

Prioritas dalam menangani fraktur:

1. fraktur spinal;

2. fraktur tulang kepala dan tulang rusuk;

3. fraktur extremitas

Perhatian:

Dalam menangani fraktur, jangan hanya terpaku pada frakturnya saja tetapi selalu mulai dengan DRABCH

dan lakukan monitoring secara periodik.

Dan selalu ingat jika Anda tidak terlatih dan tidak berpengalaman jangan melakukan reposisi baik pada

fraktur mapun pada dislokasi.

Pembidaian adalah proses yang digunakan untuk imobilisasi fraktur dan dislokasi. Pembidaian harus

memfixasi tulang yang patah dan persendian yang berada di atas dan dibawah tulang yang fraktur. Jika

yang cedera adalah sendi, bidai harus memfixasi sendi tersebut beserta tulang disebelah distal dan

proximalnya.

Tipe-tipe bidai:

1. Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium atau bahan lainyang keras.

2. Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut atau bahan yang lunak lainnya.

3. Bidai Traksi

Digunakan untuk imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur femur sehingga dapat terhindari kerusakan

yang lebih lanjut. Traksi merupakan aplikasi dari kekuatan yang cukup untuk menstabilkan patah tulang

yang patah, traksi bukanlah meregangkan atau menggerakkan tulang yang patah sampai ujung-ujung tulang

yang patah menyatu.

Prinsip Pembidaian

a. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera;

b. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada atau

tidaknya patah tulang;

c. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan.

Syarat Pembidaian

1. Bidai harus meliputi dua sendi, sebelum dipasang diukur terlebih dahulu pada anggota badan yang

tidak sakit;

Page 26: 27798620 askep-muskuloskletaal

2. Ikatan jangan terlalu ketat dan jangan terlalu kendor;

3. Bidai dibalut/ dilapisi sebelum digunakan;

4. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang patah;

5. Jika mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai;

6. Sepatu, cincin, gelang, jam dan alat yang mengikat tubuh lainnya perlu dilepas.

Aturan dasar yang harus diingat ketika melakukan pembidaian:

1. Jika ragu-ragu fraktur atau tidak ‘ Bidai

2. Bidai Rigid sebelum digunakan harus dilapisi dulu;

3. Ikatlah bidai dari distal ke proximal

4. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian dan perhatikan

warna kulit ditalnya;

5. Jika mungkin naikkan bagian tubuh yang mengalami patah tulang.

PEMBALUTAN

Pembalut harus dipasang cukup kuat untuk mencegah pergerakan tapi tidak terlalu kencang sehingga

mengganggu sirkulasi atau menyebabkan nyeri. Dalam usaha untuk mencegah pergesekan dan

ketidaknyamanan pada kulit, penggunaan bantalan lunak dianjurkan sebelum melakukan balutan.

Pengikatan selalu dilakukan di atas bidai atau pada sisi yang tidak cedera, kalau kedua kaki bawah

mengalami cedera, pengikatan dilakukan di depan dan diantara bagian yang cedera.

Periksa dengan interval 15 menit untuk menjamin bahwa pembalut tidak terlalu kencang akibat

pembengkakan dari jaringan yang cedera. Lewatkan pembalut pada bagian lekuk tubuh seperti leher, lutut

dan pergelangan kaki jika diperlukan.

Cara Imobilisasi Fraktur

Dengan Pembalut

Gunakan pembalut lebar bila ada;

1. Taruh pembalut dibawah bagian tubuh yang terjadi fraktur;

2. Topang lengan atau tungkai dengan bidai sampai pembalut cukup memfixasi

3. Setiap 15 menit periksa agar pembalut tudak terlalu ketat

4. Periksa pembalut supaya tidak longgar

Dengan Bidai

1. Dapat dipakai benda apa saja yang kaku dan cukup panjang melewati sendi dan ujung tulang yang

patah;

2. Pakai perban bantal diantara bidai dan bagian tubuh yang dibidai;

Page 27: 27798620 askep-muskuloskletaal

3. Ujung-ujung lengan/tungkai dibalut di atas dan dibawah daerah fraktur. Ikatan harus cukup kuat

pada daerah yang sehat.

Mata Kuliah : Keperawatan Dewasa II

Dosen : Ns. Ruslan, S.Kep

FRAKTUR & DISLOKASI

Disusun OlehKelompok III

EDY SUPARDISRI MELATISURIYANTIABD. RAHMANSUPARLANGSARTIKAMARDIANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI PINRANG

Page 28: 27798620 askep-muskuloskletaal

PRODI S1 KEPERAWATAN

2009

Page 29: 27798620 askep-muskuloskletaal

FRAKTUR & DISLOKASI

A. DEFINISI

Fraktur adalah pemisahan atau robekan pada kontinuitas

tulang yang terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan pada

tulang dan tulang tidak mampu untuk menahannya.

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau

tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 :

144).

Fraktur atau umumnya patah tulang adalah terputusnya

kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh

rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh

trauma atau tenaga fisik dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan

dari tulang itu sendiri dan jaringan lunak di sekitar tulang akan

menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap, tidak lengkap.

(Arice, 1995 : 1183)

Patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu

tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan.(Oswari,

2000 : 144)

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan

atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.

(Mansjoer, 2000 : 42).

B. ETIOLOGI

Penyebab fraktur / patah tulang menurut (Long, 1996 : 367)

adalah :

a. Benturan dan cedera (jatuh pada kecelakaan)

b. Fraktur patologik (kelemahan hilang akibat penyakit kanker,

osteophorosis)

c. Patah karena letih

Page 30: 27798620 askep-muskuloskletaal

d. Patah karena tulang tidak dapat mengabsorbsi energi karena

berjalan terlalu jauh.

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi

tiga yaitu :

a. Cedera traumatic

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang

sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya

menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit

diatasnya.

2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh

dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan

menyebabkan fraktur klavikula.

3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari

otot yang kuat.

b. Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit

dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur

dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :

1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru

yang tidak terkendali dan progresif.

2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat

infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang

progresif, lambat dan sakit nyeri.

3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh

defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan

skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi

kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin

D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

Page 31: 27798620 askep-muskuloskletaal

c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus

menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas

dikemiliteran.

Etiologi Fraktur ada dua jenis, yaitu :

1. Trauma langsung, yaitu : fraktur yang terjadi karena mendapat

rudapaksa, misalnya benturan atau pukulan yang

mengakibatkan patah tulang.

2. Trauma tidak langsung, yaitu : bila fraktur terjadi, bagian tulang

mendapat rudapaksa dan mengakibatkan fraktur lain disekitar

bagian yang mendapat rudapaksa tersebut dan juga karena

penyakit primer seperti osteoporosis dan osteosarkoma.

Dari etiologi yang dapat menyebabkan fraktur dibagi menjadi

dua yaitu fraktur tertutup dan frkatur terbuka. Pada fraktur tertutup

akan terjadi kerusakan pada kanalis havers dan jaringan lunak

diarea fraktur, akibat kerusakan jaringan tersebut akan terbentuk

bekuan darah dan benang-benang fibrin serta hematoma yang akan

membentuk jaringan nekrosis. Maka terjadilah respon informasi

informasi fibroblast dan kapiler-kapiler baru tumbuh dan

membentuk jaringan granulasi. Pada bagian ujung periosteum-

periosteum, endeosteum dan sumsum tulang akan mensuplai

osteoblast, kemudian osteoblast berproliferasi membentuk

fibrokartilago, kartilago hialin dan jaringan penunjang fibrosa.

Selanjutnya akan dibentuk fiber-fiber kartilago dan matriks tulang

yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak,

sehingga terjadi osteogenesis dengan cepat sampai terbentuknya

jaringan granulasi.

Sedangkan pada fraktur terbuka terjadi robekan pada kulit

dan pembuluh darah, maka terjadilah perdarahan, darah akan

banyak keluar dari ekstra vaskuler dan terjadilah syok hipovolemik,

yang ditandai dengan penurunan tekanan darah atau hipotensi syok

hipovolemik juga dapt menyebabkan cardiac output menurun dan

Page 32: 27798620 askep-muskuloskletaal

terjadilah hipoksia. Karena hipoksia inilah respon tubuh akan

membentuk metabolisme an aerob adalah asam laktat, maka bila

terjadi metabolisme an aerob maka asam laktat dalam tubuh akan

meningkat.

C. PATOFISIOLOGI

Fraktur / patah tulang terjadi karena benturan tubuh, jatuh / trauma (long,

1996 : 356). Baik itu karena trauma langsung, misalnya : tulang kaki terbentur

bumper mobil, karena trauma tidak langsung , misalnya : seseorang yang jatuh

dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa oleh karena trauma akibat tarikan otot

misalnya tulang patella dan dekranon, karena otot triseps dan biseps mendadak

berkontraksi. (Oswari, 2000 : 147).

Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak

terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur

terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena

perlukaan di kulit. (Mansjoer, 2000 : 346).

Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan

ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya

mengalami kerusakan. Reaksi pendarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-

sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke

tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat

patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk

melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru

umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru

mengalami remodelling untuk membentuk tulang sejati. (Corwin, 2000 : 299).

Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan

dengan pembekakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke

ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol

pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total

dan berakibat anoksia mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot.

Komplikasi ini dinamakan syndrom kompartemen. (Brunner & Suddarth, 2002 :

2287).

Page 33: 27798620 askep-muskuloskletaal

Pengobatan dari fraktur tertutup bisa konservatif atau operatif. Theraphy

konservatif meliputi proteksi saja dengan mitella atau bidai. Imobilisasi dengan

pemasangan gips dan dengan traksi. Sedangkan operatif terdiri dari reposisi terbuka,

fiksasi internal dan reposisi tertutup dengan kontrol radio logis diikuti fraksasi

internal. (Mansjoer, 2000 : 348).

Pada pemasangan bidai / gips / traksi maka dilakukan imobilisasi pada bagian

yang patah, imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas

tulang agak cepat (Price & Willsen, 1995 : 1192).

Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi

dari imobilisasi antara lain : adanya rasa tidak enak, iritasi kulit dan luka yang

disebabkan oleh penekanan, hilangnya otot (Long, 1996 : 378).

Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh diimobilisasi,

mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1999 : 346).

Pada reduksi terbuka dan fiksasi interna (OKIF) fragme-fragmen tulang

dipertahankan dengan pen, sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan meningkatkan

kemungkinan terjadi infeksi. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan

lunak dan struktur yang seluruhnya tidak mengalami cedera mungkin akan terpotong

atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi (Price & Willson, 1995 : 1192).

Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri

yang hebat (Brunner & Suddarth, 2002 : 2304).

Penyimpangan KDM

Page 34: 27798620 askep-muskuloskletaal

D. KLASIFIKASI FRAKTUR

Fraktur di klasifikasikan sebagai berikut :

1) Fraktur tertutup

Merupakan fraktur tanpa komplikasi dengan kulit tetap

utuh disekitar fraktur tidak menonjol keluar dari kulit.

2) Fraktur terbuka

Pada tipe ini, terdapat kerusakan kulit sekitar fraktur, luka

tersebut menghubungkan bagian luar kulit. Pada fraktur terbuka

biasanya potensial untuk terjadinya infeksi, luka terbuka ini

dibagi menurut gradenya.

Grade I : luka bersih, kurang dari 1 Cm.

Grade II : luka lebih luas disertai luka memar pada kulit dan otot.

Grade III : paling parah dengan perluasan kerusakan jaringan

lunak terjadi pula kerusakan pada pembuluh darah dan syaraf.

3) Fraktur komplit

Pada fraktur ini garis fraktur menonjol atau melingkari tulang

periosteum terganggu sepenuhnya.

4) Fraktur inkomplit

Garis fraktur memanjang ditengah tulang, pada keadaan

ini tulang tidak terganggu sepenuhnya.

5) Fraktur displaced

Fragmen tulang terpisah dari garis fraktur.

6) Fraktur Comminuted

Fraktur yang terjadi lebih dari satu garis fraktur, dan

fragmen tulang hancur menjadi beberapa bagian (remuk).

7) Fraktur impacted atau fraktur compressi

Tulang saling tindih satu dengan yang lainnya.

8) Fraktur Patologis

Fraktur yang terjadi karena gangguan pada tulang serta

osteoporosis atau tumor.

9) Fraktur greenstick

Page 35: 27798620 askep-muskuloskletaal

Pada fraktur ini sisi tulang fraktur dan sisi tulang lain bengkak.

E. TANDA DAN GEJALA

1. Nyeri tekan : karena adanya kerusakan syaraf dan pembuluh

darah.

2. Bengkak dikarenakan tidak lancarnya aliran darah ke jaringan.

3. Krepitus yaitu rasa gemetar ketika ujung tulang bergeser.

4. Deformitas yaitu perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi

memendek karena kuatnya tarikan otot-otot ekstremitas yang

menarik patahan tulang.

5. Gerakan abnormal, disebabkan karena bagian gerakan menjadi

tidak normal disebabkan tidak tetapnya tulang karena fraktur.

6. Fungsiolaesa/paralysis karena rusaknya syaraf serta pembuluh

darah.

7. Memar karena perdarahan subkutan.

8. Spasme otot pada daerah luka atau fraktur terjadi kontraksi pada

otot-otot involunter.

9. Gangguan sensasi (mati rasa) dapat terjadi karena kerusakan

syaraf atau tertekan oleh cedera, perdarahan atau fragmen

tulang.

10. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous

11. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah

tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang

berdekatan.

12. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

F. KOMPLIKASI

- Malunion : Fraktur sembuh dengan deformitas (angulasi,

perpendekan/rotasi)

- Delayed union : Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang

lebih dari normal.

Page 36: 27798620 askep-muskuloskletaal

- Nonunion : Fraktur yang tidak menyambung yang juga disebut

pseudoarthritis, nonunion yaitu terjadi karena penyambungan

yang tidak tepat, tulang gagal bersambung kembali.

G. PENATALAKSANAAN

a. Medis

1) Traksi

Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan

beban dengan tali pada ekstreminasi klien. Tempat tarikan

disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris

dengan sumbu tarikan tulang yang patah. Kegunaan traksi

adalah antara lain mengurangi patah tulang,

mempertahankan fragmen tulang pada posisi yang

sebenarnya selama penyembuhan, memobilisasikan tubuh

bagian jaringan lunak, memperbaiki deformitas.

Jenis traksi ada dua macam yaitu : Traksi kulit, biasanya

menggunakan plester perekat sepanjang ekstremitas yang

kemudian dibalut, ujung plester dihubungkan dengan tali

untuk ditarik. Penarikan biasanya menggunakan katrol dan

beban. Traksi skelet, biasanya dengan menggunakan pin

Steinman/kawat kirshner yang lebih halus, biasanya disebut

kawat k yang ditusukan pada tulang kemudian pin tersebut

ditarik dengan tali, katrol dan beban.

2) Reduksi

Reduksi merupakan proses manipulasi pada tulang yang

fraktur untuk memperbaiki kesejajaran dan mengurangi

penekanan serta merenggangkan saraf dan pembuluh darah.

Jenis reduksi ada dua macam, yaitu : Reduksi tertutup,

merupakan metode untuk mensejajarkan fraktur atau

meluruskan fraktur, dan Reduksi terbuka, pada reduksi ini

insisi dilakukan dan fraktur diluruskan selama pembedahan

dibawah pengawasan langsung. Pada saat pembedahan,

Page 37: 27798620 askep-muskuloskletaal

berbagai alat fiksasi internal digunakan pada tulang yang

fraktur.

b. Fisiotherapi

Alat untuk reimobilisasi mencakup exercise terapeutik,

ROM aktif dan pasif. ROM pasif mencegah kontraktur pada sendi

dan mempertahankan ROM normal pada sendi. ROM dapat

dilakukan oleh therapist, perawat atau mesin CPM (continous

pasive motion). ROM aktif untuk meningkatkan kekuatan otot.

c. Proses Penyembuhan Tulang

1) Fase formasi hematon (sampai hari ke-5)

Pada fase ini area fraktur akan mengalami kerusakan

pada kanalis havers dan jaringan lunak, pada 24 jam pertama

akan membentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk ke

area fraktur sehingga suplai darah ke area fraktur meningkat,

kemudian akan membentuk hematoma sampai berkembang

menjadi jaringan granulasi.

2) Fase proliferasi (hari ke-12)

Akibat dari hematoma pada respon inflamasi fibioflast

dan kapiler-kapiler baru tumbuh membentuk jaringan

granulasi dan osteoblast berproliferasi membentuk

fibrokartilago, kartilago hialin dan jaringan penunjang fibrosa,

akan selanjutnya terbentuk fiber-fiber kartilago dan matriks

tulang yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang

rusak sehingga terjadi osteogenesis dengan cepat.

3) Fase formasi kalius (6-10 hari, setelah cidera)

Pada fase ini akan membentuk pra prakulius dimana

jumlah prakalius nakan membesar tetapi masih bersifat

lemah, prakulius akan mencapai ukuran maksimal pada hari

ke-14 sampai dengan hari ke-21 setelah cidera.

4) Fase formasi kalius (sampai dengan minggu ke-12)

Page 38: 27798620 askep-muskuloskletaal

Pada fase ini prakalius mengalami pemadatan

(ossificasi) sehingga terbentuk kalius-kalius eksterna, interna

dan intermedialis selain itu osteoblast terus diproduksi untuk

pembentukan kalius ossificasi ini berlangsung selama 2-3

minggu. Pada minggu ke-3 sampai ke-10 kalius akan

menutupi tulang.

5) Fase konsolidasi (6-8 Bulan) dan remoding (6-12 bulan)

Pengkokohan atau persatuan tulang proporsional tulang

ini akan menjalani transformasi metaplastik untuk menjadi

lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalius tulang akan

mengalami remodering dimanaosteoblast akan membentuk

tulang baru, sementara osteoklast akan menyingkirkan

bagian yang rusak sehingga akhirnya akan terbentuk tulang

yang menyeruapai keadaan tulang yang aslinya.

H. Manifestasi Klinik

Manifestasi Klinis Fraktur adalah nyeri, hilangnya sungsi

deformitas, pemendekan ekstremitas krepitus, pembekakan lokal

dan perubahan warna.

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai frogmen

tulang diimobilisasi spasme otot yang menyertai fraktur

merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk

meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)

bukannya tetap menjadi seperti normalnya. Pergeseran fragmen

pada faktur lengan atau tungkai menyebabkan defromitas

(terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan

membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak

dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot

bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.

Page 39: 27798620 askep-muskuloskletaal

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang

sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan

bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu

sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm.

4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya

fragmen satu dengan lainnya (uji krepitus dapat kerusakan

jaringan lunak yang lebih berat).

5. Pembekakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi

sebagai akibat trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur.

Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari

setelah cedera. ( Brunner dan Suddarth, 2001 : 2358 )

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto Rontgen

- Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara

langsung

- Mengetahui tempat dan type fraktur

- Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan

selama proses penyembuhan secara periodic

2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan

mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler

4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat

( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan bermakna pada

sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)

Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah

trauma

5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah

transfusi multiple atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ).

J. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian primer

Page 40: 27798620 askep-muskuloskletaal

- Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya

penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk

- Breathing

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya

pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas

terdengar ronchi /aspirasi

- Circulation

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap

lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,

disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis

pada tahap lanjut

2. Pengkajian sekunder

Data demografi : identitas klien

Riwayat kesehatan sekarang : kejadian yang mengalami cedera.

Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat penyakit DM, TB, arthritis,

osteomielitis, dan lain-lain.

Riwayat imunisasi : Polio, Tetanus.

a. Aktivitas/istirahat

kehilangan fungsi pada bagian yang terkena

Keterbatasan mobilitas

b. Sirkulasi

Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)

Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)

Tachikardi

Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera

Cailary refil melambat

Pucat pada bagian yang terkena

Masa hematoma pada sisi cedera

c. Neurosensori

Page 41: 27798620 askep-muskuloskletaal

Kesemutan

Deformitas, krepitasi, pemendekan

kelemahan

d. Kenyamanan

nyeri tiba-tiba saat cidera

spasme/ kram otot

e. Keamanan

laserasi kulit

perdarahan

perubahan warna, pembengkakan local

f. Integumen, laserasi, perdarahan edema, perubahan warna

kulit.

g. Sistem otot : kekuatan gerak koordinasi.

h. Pemeriksaan diagnostic.

Pemeriksaan ronthgen menentukan lokasi/luasnya

fraktur/trauma.

Scan tulang, tomogram, scan ct, MRI : memperlihatkan

fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi

kerusakan jaringan lunak.

Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

Hitung darah lengkap : HT, mungkin meningkat (hemoton

sentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi

fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan

leukosit adalah respon stress normal setelah trauma

Diagnosa Keperawatan

a. tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan trauma

jalan nafas.

Tujuan yang ingin dicapai adalah bersihan jalan nafas efektif.

Intervensi : yang akan dilakukan adlah,

- tinggikan tempat tidur30 derajat,

- observasi frekuensi/irama pernafasan,

Page 42: 27798620 askep-muskuloskletaal

- observasi adanya batuk, wheezing dan edema,

- observasi tanda-tanda vital.

- Auskultasi bunyi nafas, ajarkan tekhnik nafas dalam,

- ubah posisi secara periodic,

- berikan minum2-3 liter/hari

- kolaborasi dalam pemberian oksigen.

b. resiko tinggi trauma berhubungan dengan hilangnya integritas

tulang/fraktur).

Tujuan yang akan dicapai adalah klien terhindar dari trauma.

Intervensi yang akan dilakukan adalah

- pertahanan traksi baring sesuai indikasi letakan papan dibawah

tempat tidurortopedik,

- pertahanan posisi netral pada bagian, fraktur dengan bantal,

- anjurkan klien menghindari untuk beban yang berat,

- kolaborasi dengan tim medis lain, rinthgen.

c. resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan pemasangan kawat di rahang).

Tujuan yang akan dicapai adalah gangguan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh teratasi.

Intervensi yang akan dilakukan adalah,

- timbang berat badan setiap hari,

- berikan air minum hangat bila mual,

- anjurkan klien bersandar bila makan atau minum,

- anjurkan makan dengan sedotan berikan makan sedikit tapi

sering dengan konsistensi yang sesuai,

- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet.

d. gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot

Tujuan yang akan dicapai adalah nyeri berkurang.

Intervensi yang akan dilakukan adalah

- kaji karakteritik nyeri, lokasi dan intensitas (skala 0-10).

Page 43: 27798620 askep-muskuloskletaal

- Perrtahankan mobilisasi tirah baring, tinggikan bagian

ekstremitas yang nyeri, beri kompres dingin, observasi tanda-

tanda vital (TD,N,S,RR).

- Ajarkan tekhnik relaksasi,

- kolaborasi dengan dokter dalampemberian therapy analgetik.

e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

kerangka neuromuskuler).

Tujuan yang akan dicapai adalah klien mampu bermobilisasi

secara bertahap.

Intervensi yang akan dilakukan adalah

- kaji tingkat mobilitas klien,

- bantu klien dalam mobilisasi,

- ukur TD setelah aktivitas,

- bantu klien dalam gerakan pada ekstremitas yang sakit dan

tidak sakit, anjurkan klien untuk gerakan pada ekstremitas yang

tidak nyeri,

- kolaborasi dengan tim medis lain : fisiotherapy.

f. resiko tinggi integritas kulit berhubungan dengan cidera tusuk

fraktur terbuka, bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat

dan sekrup

Tujuan yang akan dicapai adalah gangguan integritas kulit

teratasi.

Intervensi yang akan dilakukan adalah

- kaji keadaan luka (adanya tanda-tanda infeksi).

- Pertahankan tempat tidur kering dan bebas dari kerutan, rubah

posisi akan setiap 2 jam sekali,

- lakukan perawatan luka, observasi daerah yang terpasang

balutan, libatkan keluarga dalam perawatan luka.

g. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan

kawat pada rahang.

Page 44: 27798620 askep-muskuloskletaal

Tujuan yang akan dicapai adalah klien dapat berkomunikasi,

dengan baik.

Intervensi yang akan dilakukan adalah :

tentukan luasnya ketidak mampuan berkomunikasi,

berikan pilihan cara berkomunikasi, validasi upaya arti

komunikasi, antisipasi kebutuhan, tempatkan catatan didekat

klien.

h. resiko tiggi infeksi berhubungan dengan tidak ada kuatnya

pertahan primer.

Tujuan yang akan dicapai adalah infeksi tidak terjadi.

Intervensi yang akan dilakukan adalah

- kaji kulit apakah terdapat iritasi atau robekan kontinuitas

jaringan observasi tanda-tanda vital, terutama suhu,

- observasi tanda-tanda infeksi, lakukan perawatan luka secara

septic dan antiseptic, kaji balutan luka

- kolaborasi dengan tim medis lain : laboratorium dalam

pemeriksaan darah (LED dan leukosit), kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian antibiotic.

i. Anxietas berhubungan dengan krisis situasi.

Tujuan yang akan dicapai adalah klien tidak cemas lagi.

Intervensi yang akan dilakukan adalah

diskusikan tindakan keamanan, bantu mengekspresikan

ketakutan, bantu untuk mengakui kenyataan, termasuk marah,

beri penjelasan tentang peubahan wajah, berikan cermin bila

pasien menghendaki, ajarkan tekhnik manajemen stress.

j. Kurang pegetahuan tentang kondisi prognosis dan pengobatan

berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan yang akan dicapai adalah pengetahuan klien akan

bertambah.

Intervensi yang akan dilakukan adalah

Page 45: 27798620 askep-muskuloskletaal

kaji sejauh mana tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya,

beri pendidikan kesehatan tentang penyakitnya, beri

reinfoercement positif jika klien menjawab dengan cepat, pilih

berbagai strategi belajar seperti : tekhnik ceramah, tanya jawab

dan demonstrasikan dan tanyakan apa yang tidak diketahui klien.

MANAJEMEN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN POST OP

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan

secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).

Pengkajian pasien Post op frakture Olecranon (Doenges, 1999) meliputi

:

a. Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit

vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko

pembentukan trombus).

b. Integritas ego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress

multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.

Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka

rangsang ; stimulasi simpatis.

c. Makanan / cairan

Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk

hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ;

membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode

puasa pra operasi).

d. Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

e. Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan

larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan

Page 46: 27798620 askep-muskuloskletaal

penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker

terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi

anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-

obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah /

reaksi transfuse

Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

f. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic,

antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator,

diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau

tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan

rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal,

yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga

potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op

fraktur (Wilkinson, 2006) meliputi :

Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada

pasien dengan post op frakture Olecranon (Wilkinson, 2006) meliputi :

1. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak

menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan

aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti

kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas

ringan samapai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau

dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.

Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :

- Nyeri berkurang atau hilang

- Klien tampak tenang.

Intervensi dan Implementasi :

Page 47: 27798620 askep-muskuloskletaal

a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga

R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif

b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri

R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala

nyeri

c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri

R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien

tentang nyeri.

d. Observasi tanda-tanda vital.

R/ untuk mengetahui perkembangan klien

e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian

analgesic

R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik

berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.

2. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang

tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk

bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang

diinginkan.

Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.

Kriteria hasil :

- perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan

diri.

- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa

aktivitas tanpa dibantu.

- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

Intervensi dan Implementasi :

a. Rencanakan periode istirahat yang cukup.

R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi

terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar

optimal.

b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.

Page 48: 27798620 askep-muskuloskletaal

R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas

secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang

tepat, mobilisasi dini.

c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.

R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih

kembali.

d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.

R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh

sebagai akibat dari latihan.

3. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang

mengalami perubahan secara tidak diinginkan.

Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

Kriteria Hasil :

- tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi dan Implementasi :

a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka. R/

mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah

dalam melakukan tindakan yang tepat.

b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.

R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah

intervensi.

c. Pantau peningkatan suhu tubuh

R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai

adanya proses peradangan.

d. d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka

dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.

R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka

dan mencegah terjadinya infeksi.

Page 49: 27798620 askep-muskuloskletaal

e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan,

misalnya debridement.

R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak

menyebar luas pada area kulit normal lainnya.

f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.

R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung

kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.

g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme

pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.

4. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam

kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau

satu ekstremitas atau lebih.

Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil :

- penampilan yang seimbang..

- melakukan pergerakkan dan perpindahan.

- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi,

dengan karakteristik :

0 = mandiri penuh

1 = memerlukan alat Bantu.

2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan,

pengawasan, dan pengajaran.

3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.

4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi dan Implementasi :

a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan

peralatan.

R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.

Page 50: 27798620 askep-muskuloskletaal

R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas

apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.

c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.

R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.

R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan

otot.

e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan

dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

5. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur

invasif dan kerusakan kulit

Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.

Kriteria hasil :

- tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi dan Implementasi :

a. Pantau tanda-tanda vital. R/ mengidentifikasi tanda-tanda

peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.

b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.

c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus,

kateter, drainase luka, dll.

R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

d. d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan

darah, seperti Hb dan leukosit.

R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal

bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi.

e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

Page 51: 27798620 askep-muskuloskletaal

R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang

terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.

Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek

prosedur dan proses pengobatan.

Kriteria Hasil :

- melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari

suatu tindakan.

- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta

dalam regimen perawatan.

Intervensi dan Implementasi:

a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang

penyakitnya.

R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan

klien dan keluarga tentang penyakitnya.

b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan

kondisinya sekarang.

R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien

dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa

cemas.

c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan

nya.

R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses

penyembuhan.

d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi

yang telah diberikan.

R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga

serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan

Page 52: 27798620 askep-muskuloskletaal

DISLOKASI

PENGERTIAN

Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi

berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi)

(brunner&suddarth).

Keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi

merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan

segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000)

Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat

menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur

dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari

kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja

yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat

yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat

mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah

karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:

sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi

sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari

tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga

terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-

ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan

gampang dislokasi lagi.

KLASIFIKASI

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Dislokasi congenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan

pertumbuhan.

Page 53: 27798620 askep-muskuloskletaal

2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar

sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini

disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.

3. Dislokasi traumatic : Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan

saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat

anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi

karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari

jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi,

ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada

orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :

1)Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri

akut dan pembengkakan di sekitar sendi.

2)Dislokasi Kronik

3)Dislokasi Berulang

Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi

dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka

disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint

dan patello femoral joint.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang /

fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah

oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

ETIOLOGI

Dislokasi disebabkan oleh :

1. Cedera olah raga

Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah

sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya :

terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan

pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan

Page 54: 27798620 askep-muskuloskletaal

dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari

pemain lain.

2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga

Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya

menyebabkan dislokasi.

3. Terjatuh

Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang

licin

4. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang

merupakan kompenen vital penghubung tulang

Page 55: 27798620 askep-muskuloskletaal

PATOFISIOLOGI

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus

terdorong kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid

teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur.Mesti

jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan

menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini

hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid).

MANIFESTASI KLINIS

Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan

sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar

lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot suatu

tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Dengan cara pemeriksaan Sinar –X ( pemeriksaan X-Rays ) pada

bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-

tindih antara kaput humerus dan fossa Glenoid, Kaput biasanya

terletak di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi.

KOMPLIKASI

Dini

1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat

mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang

mati rasa pada otot tesebut

2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak

3) Fraktur disloksi

Komplikasi lanjut

1) Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan

kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40

tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis

membatasi abduksi

Page 56: 27798620 askep-muskuloskletaal

2) Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau

kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid

3) Kelemahan otot

PENATALAKSANAAN

- Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan

menggunakan anastesi jika dislokasi berat.

- Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan

dikembalikan ke rongga sendi.

- Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau

traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.

Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi

halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran

sendi

- Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa

penyembuhan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

- Identitas dan keluhan utama

- Riwayat penyakit lalu

- Riwayat penyakit sekarang

- Riwayat masa pertumbuhan

- Pemeriksaan fisik terutama masalah persendian : nyeri,

deformitas, fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat endorotasi

pada dislokasi anterior bahu.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas

jaringan

Intervensi

- Kaji skala nyeri

Page 57: 27798620 askep-muskuloskletaal

- Berikan posisi relaks pada pasien

- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

- Kolaborasi pemberian analgesic

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri

saat mobilisasi

Intervensi

- Kaji tingkat mobilisasi pasien

- Berikan latihan ROM

- Anjurkan penggunaan alat Bantu jika diperlukan

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakit

Intervensi

- Bantu Px mengungkapkan rasa cemas atau takutnya

- Kaji pengetahuan Px tentangh prosedur yang akan dijalaninya.

- Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan

dijalani pasien

4. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan

perubahan bentuk tubuh

Intervensi

- Kaji konsep diri pasien

- Kembangkan BHSP dengan pasien

- Bantu pasien mengungkapkan masalahnya

- Bantu pasien mengatasi masalahnya.

Page 58: 27798620 askep-muskuloskletaal

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3,

EGC, Jakarta

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.

EGC : Jakarta.

diambil dari : http://asuhan-keperawatan-patriani. blogspot.

com/2008/07/fraktur-i.html

diambil dari : http : // blog . asuhan keperawatan . com /

blog/2009/05/28/frakt u r/

diambil dari :http ://www. ilmu keperawatan. com/ asuhan_

keperawatan_fraktur.html

diambil dari http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/31/askep-

dislokasi/

 kamis, 16 april 2009

Gadar Fraktur dan Dislokasi

Page 59: 27798620 askep-muskuloskletaal

MAKALAH GAWAT DARURAT

DENGAN FRAKTUR DAN DISLOKASI

OLEH KELOMPOK

1. Mustakim NIM. PO 7220106045

2. Salman NIM. PO 7220106061

3. Sukmawati NIM. PO 7220106115

4. Wilmina Suitela NIM. PO 7220106078

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

FRAKTUR DAN DISLOKASI

A. Konsep Dasar Teori

1. Definisi

1.1 Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur

terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.

(Smelter&Bare,2002).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price, 1995).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa

fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang

patologis (Barret dan Bryant, 1990).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan,

deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges, 2000).

Fraktur adalah teputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.

1.2 Dislokasi

Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis

(tulang lepas dari sendi). (brunner&suddarth).

Page 60: 27798620 askep-muskuloskletaal

Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan

yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000).

Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di¬sertai luksasi

sendi yang disebut fraktur dis¬lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).

2. Etiologi

2.1 Etiologi Fraktur

Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

Trauma Langsung : Kecelakaan lalu lintas

Trauma tidak langsung: Jatuh dari ketinggian dengan berdiri atau duduk sehingga terjadi fraktur

tulang belakang.

Proses penyakit (osteoporosis yang menyebabkan fraktur yang patologis).

Menurut Oswari E (1993), fraktur terjadi karena adanya :

a. Kekerasan langsung Terkena pada bagian langsung trauma.

b. Kekerasan tidak langsung Terkena bukan padabagian yang terkena trauma.

c. Kekerasan akibat tarikan otot

Sedangkan MenurutBarbaraCLong(1996), fraktur terjadi karena adanya :

a. Benturan & cedera (jatuh, kecelakaan)

b. Fraktur patofisiologi (oleh karena patogen, kelainan)

c. Patah karena letih

2.2 Etiologi Dislokasi

Dislokasi terjadi saat ligarnen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari

posisinya yang normnal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau

trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya

ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

Dislokasi disebabkan oleh :

1. Cedera Olah Raga

Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola, hoki, serta olah raga yang

beresiko jauth misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain

sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari kaki karena secara tidak

sengaja menangkap bola dari pemain lain.

2. Trauma yamg tidak berhubungan dengan olah raga, benturan keras pada sendi saat kecelakaan

motor biasanya menyebabkan dislokasi

Page 61: 27798620 askep-muskuloskletaal

3. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.

4. Patologis, terjadinya ”tear” ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital

penghubung tulang.

3. Tanda dan Gejala

3.1 Fraktur

a. Look

Deformitas

- Penonjolan yang abnormal misalnya fraktur condylus lateralis humerus

- Angulasi

- Rotasi

- Pemendekan

- Odema 

- Echymosis

- Laserasi

- Fungsi laesa : Hilangnya fungsi misalnya pada fraktur cruris tidak dapat berjalan dan pada fraktur

antebrachi tidak dapat menggunakan lengan.

b. Feel

- Terdapat nyeri tekan dan nyeri sumbu

- Kejang otot

- Hilang sensasi

c. Move

Krepitasi

Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan tetapi ini bukan cara yang baik dan kurang halus. Krepitasi

timbul oleh pergeseran / beradunya ujung-ujung tulang kortikal. Pada tulang spongiosa atau tulang

rawan epifisis tidak terasa krepitasi.

Nyeri

Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif.

Gangguan Fungsi 

Gerakan yang tidak normal

Gerakan yang terjadi tidak pada sendi misalnya pertenganhan femur dapat digerakkan. Ini adalah

bukti yang paling penting adanya fraktur yang membuktikan adanya “putusnya kontuinitas tulang”

sesuai defenisi fraktur. Hal ini penting untuk membuat visum misalnya bila tidak ada fasilitas

pemeriksaan rontgen.

Page 62: 27798620 askep-muskuloskletaal

3.2 Dislokasi

a. Deformitas

Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi

anterior sendi bahu.

Pemendekan astau pemanjangan (misalnya dislokasi anterior sendi panggul)

Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul

kedudukan endorotasi, fleksi dan aduksi.

b. Nyeri

c. Functio Laesa, misalnya bahu tidak darat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.

4. Klasifikasi

4.1 Fraktur

a. Menurut jumlah garis fraktur

hanya terdapat satu garis fraktur- simple fraktur

terdapat lebih dari satu garis.- Multiple fraktur

terjadi banyak garis fraktur atau banyak fragmen kecil yang terlepas.- Camminute fraktur

b. Menurut garis fraktur

tulang tidak terpotong secara total- Fraktur inkomplit

tulang terpotong secara total.- Fraktur komplit

garis fraktur hampir tak tampak sehingga bentuk tulang tak ada perubahan.- Hair line fraktur

c. Menurut bentuk fragmen

bentuk fragmen melintang- Fraktur transversal

bentuk fragmen miring- Fraktur oblique

bentuk fragmen melingkar- Fraktur spiral

d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar.

- Fraktur terbuka : fragmen tulang sampai menembus kulit

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 (tiga) tingkat, yaitu :

1. Pecahan tulang menusuk kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan, luka < 1 cm.

2. Kerusakan jaringan sedang, potensial infeksi lebih besar, luka > 1 cm (misalnya fraktur

Komminutive).

3. Luka besar sampai lebih kurang 8 cm, kehancuran otot kerusakan neurovaskuler, kontaminasi

Page 63: 27798620 askep-muskuloskletaal

besar misalnya luka tembak.

Menurut R. Gustillo, fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat yaitu :

Derajat I

- Luka < 2 cm

- Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk

- Fraktur sederhana, transversal, oblik atau kominutif ringan

- Kontaminasi minimal

Derajat II

- Laserasi > 2 cm

- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi

- Fraktur kominutif sedang

- Kontaminasi sedang

Derajat III

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskuler serta

kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas :

• Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi

atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa

melihat besarnya ukuran luka.

• Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi masif.

• Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan

lunak. 

- Fraktur tertutup : fragmen tulang tak berhubungan dengan dunia luar.

4.2 Dislokasi

a. Dislokasi Congenital :

Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, Congenital dislocation berhubungan dengan

congenital deformities.

b. Dislokasi Patologis :

Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misal¬nya tumor, infeksi, atau osteoporosis

tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.

c. Dislokasi Traumatik :

Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian

jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma

Page 64: 27798620 askep-muskuloskletaal

yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga

merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang

dewasa.

Traumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi menjadi 3

yaitu:

1. Dislokasi akut umumnya terjadi pada shoulder, elbow dan hip.

2. Dislokasi kronik

3. Dislokasi berulang

Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma

yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello

femoral joint.

5. Patofisiologi

Page 65: 27798620 askep-muskuloskletaal

6. Tahap Dan Proses Penyembuhan Tulang 

a. Haematom : dari pembuluh darah yang pecah.

Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan terjadi hematoma di sekitar fraktur. Setelah 24 jam

suplai darah ke ujung fraktur meningkat, hematoma ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi

selama penyembuhan tapi berubah dan berkembang menjadi granulasi.

b. Proliferasi sel.

Sel sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur, di mana sel sel ini menjadi

precusor dari osteoblast, osteogenesis ini berlangsung terus, lapisan fibrosa periosteum melebihi

tulang. Setelah beberapa hari kombinasi dari periosteum yang meningkat dengan fase granulasi

membentuk collar di ujung fraktur.

c. Pembentukan callus

Enam sampai sepuluh hari setelah fraktur jaringan granulasi berubah dan memben¬tuk callus.

Sementara pembentukan cartilago dan matrik tulang diawali dari jaringan callus yang lunak. Callus

ini bertambah banyak, callus sementara meluas, menganyam massa tulang dan cartilago sehingga

diameter tulang melebihi normal. Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan

kekuatan callus sementara ini meluas melebihi garis fraktur.

d. Ossification

Callus yang menetap / apermanen menjadikan tulang kaku karena adanya penumpukan garam

garam calcium dan bersatu bersama ujung ujung tulang. Proses ossifikasi ini mulai dari callus bagian

luar kemudian bagian dalam dan terakhir bagian tengah. Proses ini terjadi selama 3 10 minggu.

e. Konsolidasi dan Remodelling.

Pada waktu yang sama pembentukan tulang yang sebenarnya callus dibentuk dari aktivitas

osteoblast dan osteoklast. Kelebihan kelebihan tulang seperti dipahat dan diabsorbsi dari callus.

Proses pembentukan lagi ditentukan oleh beban tekanan dari otot.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Page 66: 27798620 askep-muskuloskletaal

a. Rontgen

Menunjukkan lokasi / luasnya fraktur / trauma

b. Scan tulang, tonogram, CT scan / MRI

Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.

c. Arteriogram

Bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler

d. Hitung darah lengkap

Hematokrit mungkin meningkat atau menurun. Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon

stress normal terhadap trauma.

e. Kreatinin

Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

f. Profil koagulasi

Perubahan dapat terjadi pad kehilangan darah, transfusi, multipel / cedera hati.

Pada semua tipe fraktur, proses penyembuhan fraktur berhubungan dengan proses penyembuhan

tulang. Sedangkan pada dislokasi dilakukan pemeriksaan radiologi untuk memastikan arah dislokasi

dan apakah disertai dengan fraktur. 

8. Penatalaksanaan

8.1 Pengobatan pada kasus fraktur

8.1.1. Therapi konservatif

a. Proteksi saja

Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baik

b. Immobilisasi saja tanpa reposisi

Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkoplit dan fraktur dengan kedudukan baik

c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

Misalnya fraktur distal radius, immobilisasi dalam pronasi penuh dan fleksi pergelangan

d. Traksi

Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga penuh / dipasang gips setelah tidak

sakit lagi.

8.1.2. Therapi operatif

Terapi operatif dengan reposisi secara tetrtutup dengan bimbingan radiologis.

Page 67: 27798620 askep-muskuloskletaal

a. Reposisi tertutup – Fiksasi externa

Setelah reposisi baik berdasarkan kontrol radiologis intraoperatif maka dipasang alat fiksasi externa.

b. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna, misalnya reposisi tertutup

fraktur condylair humerus pada anak diikuti dengan pemasangan paralel pins. Reposisi tertutup

fraktur colum pada anak diikuti pinning dan immobilisasi gips. Cara ini sekarang terus berkembang

menjadi “Close Nailing” pada fraktur femur dan tibia yaitu pemasangan fiksasi interna intra meduller

(pen) tanpa membuka frakturnya.

Therapi operatif denganmembuka frakturnya

1. Reposisi terbuka dan fiksasi interna

ORIF (Open reduction and internal fixation)

Keuntungan cara ini adalah : reposisi anatomis dan mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.

Indikasi ORIF :

a. Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avanculair tinggi , misalnya : fraktur talus dan

fraktur collum femur

b. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup, misalnya : fraktur avulsi dan fraktur dislokasi.

c. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan, misalnya ; fraktur monteggia, fraktur

galeazzi, fraktur antebrachi, dan fraktur pergelangan kaki.

d. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yan glabih baik dengan operasi, misalnya :

fraktur femur

2. Excisional Arthrplasty

Membuang fragmen yang patah yang memnentuk sendi, misalnya : fraktur caput radii pada orang

dewasa, dan fraktur collum femur yang dilakukan operasi.

3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis

Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis / yang lainnya.

Sesuai tujuan pengobatan fraktur yaitu untuk mengembalikan fungsi maka sejak awal harus

dipertimbangkan latihan-latihan untuk menceegah atropi otot dan keakuansendi, disertai mobilisasi

dini.

8.1.3. Pengobatan Fraktur Terbuka

Fraktur terbuka aadalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan dengan segera.

Tindakan sugah harus dimulai dari fase pra - Rumah sakit :

a. Pembidaian

b. Menghentikan perdarahan dengan verban tekan

c. Mengehentikan perdarahan besar dengan klem.

Page 68: 27798620 askep-muskuloskletaal

Tiba di UGD rumah sakit harus segera periksa menyeluruh oleh karena 40% dari fraktur terbuka

merupakan kasus polytrauma. Tindakan life-saving harus segera didahulukan dalam rangka kerja

terpadu (Team – work).

8.2 Pengobatan pada kasus Dislokasi

a. Lakukan reposisi segera

b. Dislokasi sendi kecil dapat diresposisi ditempat kejadian tanpa anastesi, misalnya disloksi siku,

dislokasi jari (pada fase syok). Dislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan anastesi lokal

dan obat penenang misalnya valium.

c. Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anastesi umum.

Dalam penanganan kasus dislokasi dapat dilakukan dengan pemberian terapi medika mentosa,

reposisi dan program rehabilitasi yaitu sebagai berikut :

Reposisi

- MUA (Manipular Under General Anastesi)

- Hanging Arm Teknik

- Hipocratic Methode

- Kocher

- Eksternal Rotasi Metode :traksi pada humerus distal kemudian eksternal rotasi formarm secara

pelan-pelan.hentikan jika terjadinya nyeri.

Terapi Medika Mentosa

- Analgetik opioid diberikan untuk mengurangi nyeri dengan kualitas tinggi.

- Suntikan intrarticular dan anastetik regional teknik telah dilaporkan sukses membantu dalam

mereduksi dislokasi shoulder.

- Prosedural sedasi dan analgesi umumnya digunakan untuk memperoleh control nyeri yang

adekuat dan relaksan otot untuk reduksi.Prosedural sedasi dan analgesi {PSA}yang digunakan

Morphine dan midazolam memperlamlambat perawatan di department emergensi serta bebas

komplikasi.[emedicene]Etomidate,fentanyl/midazolam,ketamine, atau propofol umumnya digunakan

untuk PSA.

Program Rehabilitasi

a. Non operatif Rehabilatation

Penanganan rehabilitasi non operatif bertujuan untuk mengoptimalkan stabilisasi sendi bahu, sebab

komplikasi dislokasi berulang banyak terjadi.

Menghindari maneuver yang bersifat provokativ dan penguatan otot secara hati-hati merupakan

komponen penting dalam program rehabilitasi.

Page 69: 27798620 askep-muskuloskletaal

Minggu 0 – 2, Hindari provokatif posisi termasuk eksternal rotasi, Abduksi dan Distrak.

Immobilisasi tergantung umur

- Kurang dari 20 tahun 3-4 minggu.

- 20-30 tahun 2-3 minggu.

- Lebih dari 30- 10 hari sampai 2 minggu.

- Lebih dari 40 tahun 3-5 hari.

Program dilanjutkan secara bertahap untuk pemulihan fungsi sesuai prosedu rehabilitasi yang telah

ditetapkan.

b. Operatif Treatment

Tujuan utama rehabilitasi adalah :

- Memulihkan ROM fungsional secara full

- Meningkatkan stabilitas Dynamik.

- Kembali aktivitas yang tak dibatasi dan olahraga.

9. Komplikasi

9.1. Komplikasi Fraktur

Komplikasi dini

1. Lokal :

a. Vaskuler : 

• Compartemen syndrome (Volkmann`s Ischemia), 

• Trauma vaskular

b. Neurologis :

• Lesi medula spinalis atau staraf perifer

Komplikasi lanjut.

1. Kekakuan sendi / kontraktur

2. Disuse atropi otot-otot

3. Malunion

Tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.

4. Delayed union

Proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan

normal.

5. Nonunion / Infected nonunion

Tulang tidak menyambung kembali.

6. Gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis)

Page 70: 27798620 askep-muskuloskletaal

7. Osteoporosis post trauma

9.2 Komplikasi Dislokasi

a. Komplikasi Dini

Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan

mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.

Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.

b. Fraktur Dislokasi

c. Komplikasi lanjut

Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi

bahu ,terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral ,yang

secara otomatis membatasi Abduksi.

dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan

leher glenoid

kelemahan otot.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a) Pengkajian primer

Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek

batuk.

Breathing

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak

teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi.

Circulation

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung

normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap

lanjut.

Page 71: 27798620 askep-muskuloskletaal

b) Pengkajian sekunder

Aktivitas/istirahat

• kehilangan fungsi pada bagian yang terkena

• Keterbatasan mobilitas

Sirkulasi

• Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)

• Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)

• Tachikardi

• Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera

• Capilary refil melambat

• Pucat pada bagian yang terkena

• Masa hematoma pada sisi cedera

Neurosensori

• Kesemutan

• Kelemahan

• Deformitas lokal, agulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot,

terlihat kelemahan / hilang fungsi.

• Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / anxietas

Kenyamanan

• Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan

tulang, dapat berkurang deengan imobilisasi) tak ada nyeri akibat keruisakan syaraf.

• Spasme / kram otot (setelah immobilisasi).

Keamanan

• laserasi kulit

• perdarahan

• perubahan warna

• pembengkakan local

Selain pengkajian diatas, pada kasus dislokasi juga perlu dilakukan pengkajian berupa :

- Anamnesis :

• Ada trauma

• Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior

sendi bahu

• Ada rasa sendi keluar

Page 72: 27798620 askep-muskuloskletaal

• Bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekurens atau habitual

• Oedema

• Sulut/tidak dapat bergerak

- Pemeriksaan Klinis :

• Deformitas

Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya deltoid yang rata pada dislokasi bahu.

Pemendekan atau pemanjangan (misalnya dislokasi anterior sendi panggul). Kedudukan yang khas

untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan panggul endorotasi,

fleksi dan adduksi.

• Nyeri

• Funcio laesa, misalnya bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi bahu anterior.

2. Prioritas Keperawatan

a. Mencegah cedera tulang

b. Menghilangkan nyeri

c. Mencegah komplikasi

d. Memberikan informasi tentang kondisi / prognosis dan kebutuhan pengobatan.

3. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera pada

jaringan lunak, pemasangan alat / traksi.

b. Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka : bedah permukaan ;

pemasangan kawat, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksresi atau sekret / immobilisasi fisik.

c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur dan kerusakan

rangka neuromuskuler.

d. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan aliran darah; cedera

vaskuler langsung, edema berlebih, hipovolemik dan pembentukan trombus.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit dan

trauma jaringan.

f. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang

informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

4. Intervensi Keperawatan

Page 73: 27798620 askep-muskuloskletaal

Dx.1 Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera pada

jaringan lunak, pemasangan alat / traksi.

Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan.

Kriteria Hasil :

- Klien menyatakan nyeri berkurang.

- Klien menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas terapetik sesuai indikasi untuk

situasi individual.

- Edema berkurang / hilang.

- Tekanan darah normal.

- Tidak ada peningkatan nadi dan pernapasan.

Intervensi :

1.1 Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0 – 10). Perhatikan petunjuk

verbal dan non-verbal

Rasional :

Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk / keefektifan

analgesic.

1.2 Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, dan traksi.

Rasional :

Meminimalkan nyeri dan menvegah kesalahan posisi tulang / tegangan jaringan yang cedera.

1.3 Tinggikan dan sokong ekstremitas yang terkena.

Rasional :

Menurunkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan rasa nyeri

1.4 Bantu pasien dalam melakukan gerakan pasif/aktif.

Rasional :

Mempertahankan kekuatan / mobilisasi otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi otot

yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang terkena.

1.5 Berikan alternatif tindakan kenyamanan (massage, perubahan posisi).

Rasional :

Meningkatkan sirkulasi umum menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot.

1.6 Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contohnya relaksasi progresif, latihan nafas

dalam, imajinasi visualisasi dan sentuhan terapeutik.

Rasional :

Meningkatkan sirkulasi umum, mengurangi area tekanan dan kelelahan. otot.

Page 74: 27798620 askep-muskuloskletaal

1.7 Lakukan kompres dingin/es selama 24-48 jam pertama dan sesuai indikasi.

Rasional :

Menurunkan udema/ pembentukan hematoma, menurunkan sensasi nyeri.

1.8 Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik.

Rasional :

Diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.

Dx.2 Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka : bedah permukaan ;

pemasangan kawat, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksresi atau sekret / immobilisasi fisik.

Tujuan : Kerusakan integritas jaringan dapat diatasi.

Kriteria Hasil :

- Penyembuhan luka sesuai waktu.

- Tidak ada laserasi, integritas kulit baik.

Intervensi :

2. 1 Kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, perdarahan, perubahan warna.

Rasional :

Memberikan informasi gangguan sirkulasi kulit dan masalah-masalah yang mungkin disebabkan oleh

penggunaan traksi, terbentuknya edema.

2.2 Massage kulit dan tempat yang menonjol, pertahankan tempat tidur yang kering dan bebas

kerutan.

Rasional :

Menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko abrasi/kerusakan kulit.

2.3 Rubah posisi selang seling sesuai indikasi.

Rasional :

Mengurangi penekanan yang terus-menerus pada posisi tertentu.

2.4 Gunakan bed matres / air matres.

Rasional :

Mencegah perlukaan setiap anggota tubuh dan untuk anggota tubuh yang kurang gerak efektif

untuk mencegah penurunan sirkulasi.

Page 75: 27798620 askep-muskuloskletaal

Dx.3 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur dan kerusakan

rangka neuromuskuler.

Tujuan : Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang.

Kriteria Hasil :

- Klien akan meningkat/ mempertahankan mobilitas pada tingkat kenyamanan yang lebih tinggi.

- Klien mempertahankan posisi /fungsional. 

- Klien meningkatkan kekuatan /fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.

- Klien menunjukkan teknik yang mampu melakukan aktifitas.

Intervensi :

3.1 Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien

terhadap imobilisasi.

Rasional :

Mengetahui persepsi diri pasien mengenai keterbatasan fisik aktual, mendapatkan informasi dan

menentukan informasi dalam meningkatkan kemajuan kesehatan pasien.

3.2 Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi dan pertahankan rangsang lingkungan.

Rasional :

Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian,

meningkatkan rasa kontrol diri dan membantu menurunkan isolasi sosial.

3.3 Instruksikan dan bantu pasien dalam rentang gerak aktif/pasif pada ekstremitas yang sakit dan

yang tak sakit.

Rasional :

Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan

gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan respon kalsium karena tidak digunakan.

3.4 Tempatkan dalam posisi telentang secara periodik bila mungkin, bila traksi digunakan untuk

menstabilkan fraktur tungkai bawah.

Rasional :

Menurunkan resiko kontraktur fleksi panggul.

3.5 Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh mandi dan mencukur).

Rasional :

Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi dan

meningkatkan kesehatan diri langsung.

3.6 Berikan/bantu dalm mobilisasi dengan kursi roda, kruk dan tongkat sesegera mungkin.

Page 76: 27798620 askep-muskuloskletaal

Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilisasi.

Rasional :

Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring (contoh flebitis) dan meningkatkan

penyembuhan dan normalisasi fungsi organ.

3.7 Awasi TD dengan melakukan aktivitas dan perhatikan keluhan pusing.

Rasional :

Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan dapat memerlukan

intervensi khusus.

3.8 Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk/napas dalam.

Rasional :

Mencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit/pernapasan (contoh dekubitus, atelektasis dan

pneumonia).

3.9 Auskultasi bising usus.

Rasional :

Tirah baring, pengguanaan analgetik dan perubahan dalam kebiasaan diet dapat memperlambat

peristaltik dan menghasilkan konstipasi.

3.10 Dorong penigkatan masukan cairan sanpai 2000-3000 ml/hari.

Rasional :

Mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan resiko infeksi urinarius, pembentukan batu dan

konstipasi.

3.11 Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan atau rehabilitasi spesialis.

Rasional :

Berguna dalan membuat aktivitas individual/program latihan.

Dx.4 Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan aliran darah;

cedera vaskuler langsung, edema berlebih, hipovolemik dan pembentukan trombus.

Tujuan : Disfungsi neurovaskuler perifer tidak terjadi.

Kriteria Hasil :

- Mempertahankan perfusi jaringan yang ditandai dengan terabanya pulsasi.

- Kulit hangat dan kering.

- Perabaan normal.

- Tanda vital stabil.

- Urine output yang adekuat

Intervensi :

Page 77: 27798620 askep-muskuloskletaal

4.1 Kaji kembalinya kapiler, warna kulit dan kehangatan bagian distal dari fraktur.

Rasional :

Pulsasi perifer, kembalinya perifer, warna kulit dan rasa dapat normal terjadi dengan adanya

syndrome comfartemen syndrome karena sirkulasi permukaan sering kali tidak sesuai.

4.2 Kaji status neuromuskuler, catat perubahan motorik / fungsi sensorik.

Rasional :

Lemahnya rasa/kebal, meningkatnya penyebaran rasa sakit terjadi ketika sirkulasi ke saraf tidak

adekuat atau adanya trauma pada syaraf.

4.3 Kaji kemampuan dorso fleksi jari-jari kaki.

Rasional :

Panjang dan posisi syaraf peritoneal meningkatkan resiko terjadinya injuri dengan adanya fraktur di

kaki, edema/comfartemen syndrome/malposisi dari peralatan traksi.

4.4 Monitor posisi / lokasi ring penyangga bidai.

Rasional :

Peralatan traksi dapat menekan pembuluh darah/syaraf, khususnya di aksila dapat menyebabkan

iskemik dan luka permanen.

4.5 Monitor vital sign, pertahanan tanda-tanda pucat/cyanosis umum, kulit dingin, perubahan

mental.

Rasional :

In adekuat volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan.

4.6 Pertahankan elevasi dari ekstremitas yang cedera jika tidak kontraindikasidengan adanya

compartemen syndrome.

Rasional :

Mencegah aliran vena / mengurangi edema.

Dx.5 Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit dan

trauma jaringan.

Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi dan tidak menjadi actual.

Kriteria Hasil : 

- Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.

- Bebas drainase purulen, eritema dan demam.

- Tidak ada tanda-tanda infeksi.

Page 78: 27798620 askep-muskuloskletaal

Intervensi :

5.1 Inspeksi kulit untuk mengetahui adanya iritasi atau robekan kontinuitas.

Rasional :

Pen atau kawat yang dipasang masuik melalui kulit dapat memungkinkan terjadinya infeksi tulang.

5.2 Kaji sisi pen/kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri/rasa terbakar atau adanya edema,

eritema, drainase/bau tak enak.

Rasional :

Dapat mengindikasi timbulnya infeksi lokal/nekrosis jaringan dan dapat menimbulkan osteomielitis.

5.3 Berikan perawatan pen/kawat steril sesuai protokol dan latihan mencuci tangan.

Rasional :

Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi.

5.4 Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, perubahan warna kulit kecoklatan, bau

drainase yang tak enak/asam.

Rasional :

Tanda perkiraan infeksi gangren.

5.5 Kaji tonus otot, refleks tendon dalam dan kemampuan untuk berbicara.

Rasional :

Kekakuan otot, spasme tonik otot rahang dan disfagia menunjukkan terjadinya tetanus.

5.6 Selidiki nyeri tiba-tiba/keterbatasan gerakan dengan oedema lokal/eritema ektremitas cedera.

Rasional :

Dapat mengindikasikan terjadinya osteomielitis.

5.7 Lakukan prosedur isolasi.

Rasional :

Adanya drainase purulen akan memerlukan kewaspadaan luka/linen untuk mencegah kontaminasi

silang.

5.8 Berikan obat sesuai indikasi seperti antibiotik IV/topikal dan Tetanus toksoid.

Rasional :

Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaktik atau dapat ditujukan pada

mikroorganisme khusus.

Dx.6 Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang

informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan : Pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga bertambah.

Kriteria Hasil : 

Page 79: 27798620 askep-muskuloskletaal

- Menyatakan pehaman kondisi, prognosis dan pengobatan.

- Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakan.

Intervensi :

6.1 Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang.

Rasional :

Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi.

6.2 Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi dengan terapis fisik bila

diindikasikan.

Rasional :

Banyak fraktur memerlukan gips, bebat atau penjepit selama proses penyembuhan. Kerusakan

lanjut dan pelambatan penyembuhan dapat terjadi sekunder terhadap ketidaktepatan pengguanaan

alat ambulasi.

6.3 Buat daftar aktivitas dimana pasien dapat melakukannya secara mandiri dan yang memrlukan

bantuan.

Rasional :

Penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan dan yang memerlukan bantuan.

6.4 Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dab di bawah fraktur.

Rasional :

Mencegah kekakuan sendi, kontraktur dan kelelahan otot, meningkatkan kembalinya aktivitas

sehari-hari secara dini. 

6.5 Diskusikan pentingnya perjanjian evaluasi klinis.

Rasional :

Penyembuhan fraktur memerlukan waktu tahunan untuk sembuh lengkap dan kerja sama pasien

dalam program pengobatan membantu untuk penyatuan yang tepat dari tulang.

6.6 Informasikan pasien bahwa otot dapat tampak lembek dan atrofi (massa otot kurang). Anjurkan

untuk memberikan sokongan pada sendi di atas dan di bawah bagian yang sakit dan ginakan alat

bantu mobilitas, contoh verban elastis, bebat, penahan, kruk, walker atau tongkat.

Rasional :

Kekuatan otot akan menurun dan rasa sakit yang baru dan nyeri sementara sekunder terhadap

kehilangan dukungan.

Page 80: 27798620 askep-muskuloskletaal

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KALIMANTAN TIMUR

JURUSAN KEPERAWATAN

dipo PENATALAKSANAAN FRAKTUR PADA ANAKDIPOSTING OLEH ADMIN MINGGU, 14 DESEMBER 2008 

Dengan mobilitas yang tinggi disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia

sebagai salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang dapat

menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja, olah

raga dan rumah tangga.(7)

Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak, Fraktur

yang mengenai lengan bawah pada anak sekitar 82% pada daerah metafisis tulang

radius distal,dan ulna distal sedangkan fraktur pada daerah diafisis yang terjadi

sering sebagai faktur type green-stick. Daerah metafisis pada anak relatif masih

lemah sehingga fraktur banyak terjadi pada daerah ini, selebihnya dapat mengenai

suprakondiler humeri (transkondiler humeri) diafisis femur dan klavikula,

sedangkan yang lainnya jarang.(4,5)

Fraktur pada anak mempunyai keistimewaan dibanding dengan dewasa, proses

penyembuhannya dapat berlangsung lebih singkat dengan remodeling yang sangat

baik,hal ini disebabkan karena adanya perbedaan anatomi, biomekanik serta

fisiologi tulang anak yang berbeda dengan tulang orang dewasa. Selain itu proses

penyembuhan ini juga dipengaruhi oleh faktor mekanis dan faktor biologis.(6)

2.1. Definisi (7)

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang.

2.2.Anatomi dan Fisiologi (4,5,6)

Ada perbedaan yang mendasar antara fraktur pada anak dengan fraktur pada

orang dewasa, perbedaan tersebut pada anatomi, biomekanik, dan fisiologi tulang.

Pada anak-anak antara epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai

daerah pertumbuhan kongenital. Lempeng epifisis ini akan menghilang pada

dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan menyatu pada saat itulah

pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti.

Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis merupakan

bagian paling atas dari tulang panjang, metafisis merupakan bagian yang lebih

lebar dari ujung tulang panjang, yang berdekatan dengan diskus epifisialis,

sedangkan diafisis merupakan bagian tulang panjang yang di bentuk dari pusat

osifikasi primer.

Page 81: 27798620 askep-muskuloskletaal

Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang

mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses

pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai

arteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh darah inilah yang menentukan

berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang patah.

Pada anak, terdapat lempeng epifisis yang merupakan tulang rawan pertumbuhan.

Periosteum sangat tebal dan kuat dimana pada proses bone helding akan

menghasilkan kalus yang cepat dan lebih besar daripada orang dewasa.

Perbedaan di atas menjelaskan perbedaan biomekanik tulang anak-anak

dibandingkan orang dewasa, yaitu :

· Biomekanik tulang

Tulang anak-anak sangat porous, korteks berlubang-lubang dan sangat mudah

dipotong oleh karena kanalis Haversian menduduki sebagian besar tulang. Faktor

ini menyebabkan tulang anak-anak dapat menerima toleransi yang besar terhadap

deformasi tulang dibandingkan orang dewasa. Tulang orang dewasa sangat kompak

dan mudah mengalami tegangan dan tekanan sehingga tidak dapat menahan

kompresi.

· Biomekanik lempeng pertumbuhan

Lempeng pertumbuhan merupakan tulang rawan yang melekat pada metafisis yang

bagian luarnya diliputi oleh periosteum sedang bagian dalamnya oleh procesus

mamilaris. Untuk memisahkan metafisis dan epifisis diperlukan kekuatan yang

besar. Tulang rawan lempeng epifisis mempunyai konsistensi seperti karet yang

besar.

· Biomekanik periosteum

Periosteum pada anak-anak sangat kuat dan tebal dan tidak mudah mengalami

robekan dibandingkan orang dewasa.

Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodelling yang lebih

besar dibandingkan pada orang dewasa, sehingga tulang pada anak-anak

mempunyai perbedaan fisiologi, yaitu :

§ Pertumbuhan berlebihan (over growth)

Pertumbuhan diafisis tulang panjang akan memberikan stimulasi pada

pertumbuhan panjang, karena tulang rawan lempeng epifisis mengalami hiperemi

pada waktu penyambungan.

§ Deformitas yang progresif

Kerusakan permanen pada lempeng epifisis akan terjadi pemendekan atau

angulasi.

§ Fraktur total

Pada anak-anak fraktur total jarang bersifat komunitif karena tulangnya sangat

fleksibel dibandingkan orang dewasa.

Page 82: 27798620 askep-muskuloskletaal

2.3.Etiologi (7,6,8)

Fraktur dapat disebabkan karena oleh :1. Trauma2. Non Trauma3. Stress1. TraumaTrauma dapat dibagi menjadi trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma

langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu,

sedangkan trauma tidak langsung bilamana titik tumpuan benturan dengan

terjadinya fraktur bergantian.

2. Non TraumaFraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang,

non trauma ini bisa karena kelainan metabolik atau infeksi.

3. StressFraktur stress terjadi karena trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.2.4.Klasifikasi (2,6,8)

Klasifikasi fraktur pada anak dapat dikelompokkan berdasarkan radiologis,

anatomis, klinis dan fraktur yang khusus pada anak.

A. Klasifikasi Radiologi

- Fraktur Buckle atau torus

- Tulang melengkung

- Fraktur green-stick

- Fraktur total

B. Klasifikasi Anatomis

- Fraktur epifisis

- Fraktur lempeng epifisis

- Fraktur metafisis

- Fraktur diafisis

C. Klasifikasi Klinis

- Traumatik

- Patologik

- Stress

Page 83: 27798620 askep-muskuloskletaal

D. Fraktur khusus pada anak

- Fraktur akibat trauma kelahiran

Fraktur yang terjadi pada saat proses kelahiran sering terjadi pada saat melahirkan

bahu bayi, (pada persalinan sungsang). Fraktur yang terjadi biasanya disebabkan

karena tarikan yang terlalu kuat yang tidak disadari oleh penolong.

- Fraktur salter-Haris

Klasifikasi salter haris untuk patah tulang yang mengenai lempeng epifisis distal

tibia dibagi menjadi lima tipe :

Tipe 1 : Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih

utuh.

Tipe 2 : Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama

sekali dari metafisis.

Tipe 3 : Patah tulang cakram epifisis yang melalui sendi

Tipe 4 : Terdapat fragmen patah tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram

epifisis

Tipe 5 : Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan

kematian dari sebagian cakram tersebut.

Beberapa jenis fraktur khusus pada anak

Ada 2 jenis fraktur khusus pada anak yaitu di daerah epifisis dan di lempeng

epifisis. Fraktur epifisis jarang terjadi tanpa disertai dengan fraktur lempeng epifisis,

yang dibagi dalam :

1. Fraktur avulsi akibat tarikan ligamen

2. Fraktur kompresi yang bersifat komunitif

3. Fraktur osteokondral

Fraktur pada lempeng epifisis merupakan 1/3 dari seluruh fraktur pada anak-anak.

Lempeng epifisis berupa diskus tulang rawan yang terletak diantara epifisis dan

metafisis.

Banyak klasifikasi fraktur lempeng epifisis, yaitu menurut Poland, Salter-Harris,

Aitken, Weber, Rang dan Ogend. Tapi yang paling sering digunakan adalah menurut

Salter-Harris karena paling mudah, praktis dan memenuhi syarat untuk terapi dan

prognosis.

Klasifikasi menurut Salter-Harris dibagi dalam lima tipe, yaitu (6,7) :

Tipe I

Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih utuh.

Tipe II

Page 84: 27798620 askep-muskuloskletaal

Garis fraktur melalui sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan

akan membentuk suatu fragmen metafisis yang berbentuk segitiga disebut

tanda Thurston-Holland.

Tipe III

Garis fraktur mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian

sepanjang garis lempeng epifisis.

Tipe IV

Merupakan fraktur intra-intraartikuler yang melalui permukaan sendi memotong

epifisis serta seluruh lapisan lempeng epifisis dan berlanjut pada sebagian

metafisis.

Tipe V

Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian

dari sebagian cakram tersebut.

2.5.Diagnosa (2,6,7)

Diagnosis fraktur ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang yaitu radiologis. Pada anak biasanya diperoleh dengan

alloanamnesis dimana ditemukan adanya riwayat trauma dan gejala-gejala seperti

nyeri, pembengkakan, perubahan bentuk dan gangguan gerak. Pada pasien dengan

riwayat trauma yang perlu ditanyakan adalah waktu terjadinya, cara terjadinya,

posisi penderita dan lokasi trauma. Bila tidak ada riwayat trauma berarti

merupakan fraktur patologis.

Pada pemeriksaan fisik dilakukan :

· Look (Inspeksi)

- Deformitas : angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi (rotasi,

perpendekan atau perpanjangan).

- Bengkak atau kebiruan.

- Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak)

· Feel (Palpasi)

- Tenderness (nyeri tekan) pada derah fraktur.

- Krepitasi.

- Nyeri sumbu.

· Move (Gerakan)

- Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.

- Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya.

· Pemeriksan trauma di tempat lain seperti kepala, thorak, abdomen, tractus

urinarius dan pelvis.

Page 85: 27798620 askep-muskuloskletaal

· Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskular bagian distal fraktur yang

berupa pulsus arteri, warna kulit, temperatur kulit, pengembalian darah ke kapiler

(Capillary refil test), sensasi motorik dan sensorik.

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pemeriksan Radiologi. Untuk

melengkapi deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Foto rontgen

minimal harus dua proyeksi yaitu AP dan lateral.

2.6.Penyembuhan Fraktur pada Anak(2,6,7,8)

Proses penyembuhan fraktur adalah suatu proses biologis alami yang akan terjadi

pada setiap fraktur. Setiap tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa

jaringan parut.

Proses penyembuhan mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan bila

lingkungannya memadai maka bisa sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis

seperti imobilisasi sangat penting untuk penyembuhan, selain itu faktor biologis

juga sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.

Proses penyembuhan fraktur berbeda-beda pada tulang kortikal (pada tulang

panjang), tulang kanselosa (pada metafisis tulang panjang dan tulang-tulang

pendek) dan pada tulang rawan persendian.

Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal (2,6,7,8)

Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :

1. Fase hematoma

Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang

melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah

fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma

yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat

mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi

ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.

Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur

akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin

avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.

2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal

Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi

penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang

berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah

endosteum membentuk kalus interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis

medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka

penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak

berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur

ini terjadi pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi pertumbuhan

yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas.

Page 86: 27798620 askep-muskuloskletaal

Pembentukan jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan

hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan

membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan

radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah

radiolusen.

3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)

Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel

dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk

tulang rawan. Tempat osteoblast diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan

perlengketan polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang

yang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone. Pada pemeriksaan

radiologi kalus atauwoven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik

pertama terjadinya penyembuhan fraktur.

4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah

menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur

lamelar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap.

5. Fase remodeling

Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang

menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase

remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi

proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan

menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi

sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk

membentuk ruang sumsum.

Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa (3)

Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi secara cepat karena beberapa

faktor, yaitu :

1. Vaskularisasi yang cukup.

2. Terdapat permukaan yang lebih luas.

3. Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi yang cepat.

4. Hematoma memegang peranan dalam penyembuhan fraktur.

Tulang kanselosa yang berlokalisasi pada metafisis pada tulang panjang, tulang

pendek serta tulang pipih diliputi oleh korteks yang tipis. Penyembuhan fraktur

pada daerah tulang kanselosa melalui proses pembentukan kalus interna dan

endosteal. Pada anak-anak proses penyembuhan pada daerah korteks juga

memegang peranan penting. Proses osteogenik penyembuhan sel dari bagian

endosteal yang menutupi trabekula, berproliferasi untuk membentuk woven bone

primer didalam daerah fraktur yang disertai hematoma. Pembentukan kalus interna

Page 87: 27798620 askep-muskuloskletaal

mengisi ruangan pada daerah fraktur. Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa

terjadi pada daerah dimana terjadi kontak langsung diantara kedua permukaan

fraktur yang berarti satu kalus endosteal. Apabila terjadi kontak dari kedua fraktur

maka terjadi union secara klinis. Selanjutnya woven bone diganti oleh tulang

lamelar dan tulang mengalami konsolidasi.

Penyembuhan fraktur pada tulang rawan persendian (8)

Tulang rawan hialin permukaan sendi sangat terbatas kemampuannya untuk

regenerasi. Pada fraktur intraartikuler penyembuhan tidak terjadi melalui tulang

rawan hialin, tetapi terbentuk melalui fibrokartilago.

Waktu penyembuhan fraktur(2)

Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih cepat daripada orang

dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena aktifitas proses osteogenesis pada

periosteum dan endosteum dan juga berhubungan dengan proses remodelling

tulang pada anak sangat aktif dan makin berkurang apabila umur bertambah.

Selain itu fragmen tulang pada anak mempunyai vaskularisasi yang baik dan

penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Waktu penyembuhan anak secara kasar

adalah setengah kali waktu penyembuhan pada orang dewasa.

2.7.Penatalaksanaan Fraktur (2,3,7,8)

Pilihan adalah terapi konservatif atau operatif. Pilihan harus mengingat tujuan

pengobatan fraktur, yaitu : mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka

waktu sesingkat mungkin.

I. Terapi Konservatif

a. Proteksi saja

Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baik.

b. Immobilisasi saja tanpa reposisi

Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan

kedudukan baik.

c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

Misalnya fraktur supracondylair, fraktur colles, fraktur smith. Reposisi dapat dengan

anestesi umum atau anestesi lokal dengan menyuntikkan obat anestesi dalam

hematoma fraktur. Fragmen distal dikembalikan pada kedudukan semula terhadap

fragmen proksimal dan dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam gips.

Misalnya fraktur distal radius, immobilisasi dalam pronasi penuh dan fleksi

pergelangan.

d. Traksi

Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau

dipasang gips setelah tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi

Hamilton Russel/traksi Bryant).

Page 88: 27798620 askep-muskuloskletaal

Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu dan

beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi definitif, bilamana tidak

maka diteruskan dengan immobilisasi gips. Untuk orang dewasa traksi definitif

harus traksi skeletal berupa balanced traction.

II. Terapi Operatif

a. Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis

(image intensifier, C-arm) :

1. Reposisi tertutup-Fiksasi eksterna

Setelah reposisi baik berdasarkan kontrol radiologis intraoperatif maka dipasang

alat fiksasi eksterna.

2. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna

Misalnya : reposisi fraktur tertutup supra condylair pada anak diikuti dengan

pemasangan paralel pins. Reposisi tertutup fraktur collumum pada anak diikuti

pinning dan immobilisasi gips.

Cara ini sekarang terus dikembangkan menjadi “close nailing” pada fraktur femur

dan tibia, yaitu pemasangan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa membuka

frakturnya.

b. Terapi operatif dengan membuka frakturnya :

1. Reposisi terbuka dan fiksasi interna

ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)

Keuntungan cara ini adalah :

- Reposisi anatomis.

- Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.

Indikasi ORIF :

a. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya :

- Fraktur talus.

- Fraktur collum femur.

b. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya :

- Fraktur avulsi.

- Fraktur dislokasi.

c. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya :

- Fraktur Monteggia.

- Fraktur Galeazzi.

- Fraktur antebrachii.

- Fraktur pergelangan kaki.

Page 89: 27798620 askep-muskuloskletaal

d. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan

operasi, misalnya : fraktur femur.

2. Excisional Arthroplasty

Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi, misalnya :

- Fraktur caput radii pada orang dewasa.

- Fraktur collum femur yang dilakukan operasi Girdlestone.

3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis

Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore atau yang

lainnya.

Sesuai tujuan pengobatan fraktur yaitu untuk mengembalikan fungsi maka sejak

awal sudah harus diperhatikan latihan-latihan untuk mencegah disuse atropi otot

dan kekakuan sendi, disertai mobilisasi dini. Pada anak jarang dilakukan operasi

karena proses penyembuhannya yang cepat dan nyaris tanpa komplikasi yang

berarti.

III. Pengobatan Fraktur Terbuka

Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan

segera.

Tindakan sudah harus dimulai dari fase pra-rumah sakit :

-Pembidaian

-Menghentikan perdarahan dengan perban tekan

-Menghentikan perdarahan besar dengan klem

Tiba di UGD rumah sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena 40% dari

fraktur terbuka merupakan polytrauma.

Tindakan life-saving harus selalu didahulukan dalam kerangka kerja terpadu (team

work).

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley and Solomon, Fracture and Joint Injuries in Apley’s System of Orthopaedics

and Fractures, Seventh Edition, Butterwordh-Heinemann, London, 1993, pp. 499-

515.

2. Armis, Prinsip-prinsip Umur Fraktur dalam Trauma Sistema Muskuloskeletal,

FKUGM, Yogyakarta, hal : 1-32.

3. Berend ME, Harrelson JM, Feagin JA, Fractures and Dislocation in Sabiston Jr

DC, Texbook of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical Practice, Fifteenth

Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1997, pp. 1398-1400.

Page 90: 27798620 askep-muskuloskletaal

4. Carter MA, Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam Price SA, Wilson

LM, Patofisiologi Konsep-konsep Klinis Proses- proses Penyakit, Buku II, edisi 4, EGC,

Jakarta, 1994, hal 1175-80.

5. Dorland, Kamus Kedokteran, edisi 26, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,

1996, hal 523,638,1119.

6. Rasjad C, Trauma dalam Pengantar Ilmu Bedah Orthopaedi, Bintang Lamumpatue

Ujung Pandang, 1998, hal : 343-525

7. Reksoprodjo, S, Pemeriksaan Orthopaedi dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah

FKUI, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1995, hal : 453-471.

8. Sjamsuhidajat R, Sistem Muskuloskeletal dalam Syamsuhidajat R, de Jong

W, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997, hal : 1124-1286

skan oleh mustakim di 14:18