252-697-1-PB

7
PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA MELALUI TERAPI MUSIK LANGGAM JAWA Junaidi 1* , Zolkhan Noor 2 1. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan Bantul, Yogyakarta 2. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta *Email: [email protected] Abstrak Lansia rentan terkena serangan kecemasan. Relaksasi dengan terapi musik dapat mencegah dan menurunkan kecemasan. Terapi musik langgam Jawa diteliti pengaruhnya terhadap penurunan tingkat kecemasan dalam penelitian kuasi eksperimen pre-post with control group ini. Sebanyak 60 sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok, 30 sampel eksperimen dan 30 sampel kontrol diambil secara acak di sebuah panti di Yogyakarta. Instrumen penelitian yang digunakan adalah modifikasi Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) dan terapi dengan kaset campur sari langgam Jawa Waljinah. Ada perbedaan bermakna pada kelompok eksperimen (p= 0,00, α = 0,05) dengan penurunan mean 8,58 atau 14,3% dan penurunan yang bermakna pada kelompok kontrol (p= 0,01, α= 0,05) dengan penurunan mean 2,04 atau 3,4%. Terapi musik langgam Jawa secara signifikan dapat menurunkan tingkat kecemasan terutama gejala kecemasan sedang dan berat pada lansia. Kata kunci: kecemasan, lansia, terapi musik Abstract Elderly people are susceptible to have anxiety. Relaxation with music therapy may avoid and reduce anxiety. The objective of this quasi experimental pre-post with control group research was to identify the influence of the Langgam Jawa music therapy in reducing anxiety. There were 60 samples taken randomly then divided into two groups, 30 samples was experimental group and 30 samples was control group. The instrument used was modified from the Hamilton Rating Scale for Anxieties (HRS-A) and Campur Sari Langgam Jawa cassette by Waljinah.There are significant differences in the experimental group (p = 0,00, α= 0,05) with decrease mean 8,58 or 14,3% and there was significant degradation in control group (p = 0,01, α = 0,05) mean degradation 2,04 or 3,4%. Langgam Jawa music therapy can significantly reduce level of anxiety especially moderate and severe anxiety in elderly. Keywords: anxiety, elderly, music therapy LEMBAR METODOLOGI Pendahuluan Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, dan tidak tenteram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan manapun sebagai gangguan penyakit (Vida, 2004). Sedangkan menurut Pietra (2001) dan Haryanto, et al. (2004) kecemasan adalah adanya reaksi yang menjadi nyata atau bayangan ancaman dan perasaan umum dari tidak aman atau rasa takut. Masalah kecemasan adalah masalah yang kompleks sehingga perlu penanganan serius. Prevalensi kecemasan di Indonesia berkisar antara 2- 5% dari populasi umum yang disebabkan oleh berbagai faktor (Rehatta, 1999). Konsep psikoneuroimunologi menjelaskan kecemasan sebagai stresor yang bisa menurunkan imun tubuh. Hal ini terjadi melalui serangkaian aksi yang diperantarai oleh aksis Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal sehingga merangsang hormon hipofisis anterior untuk meningkatkan produksi ACTH (Adrenocorticotropic hormone). Hormon ini akan merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi kortisol yang selanjutnya akan menekan sistem imun tubuh (Rehatta, 1999; Guyton & Hall, 1997). Sekitar 6% penduduk Indonesia berusia 60 tahun ke atas dan 3% berusia 65 tahun ke atas atau lebih. Yogyakarta adalah barometer lansia secara nasional seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup penduduk di Yogyakarta (Nugroho, 2008).

description

dfioief

Transcript of 252-697-1-PB

PENURUNANTINGKATKECEMASANPADALANSIAMELALUI TERAPI MUSIK LANGGAM JAWAJunaidi1*, Zolkhan Noor21. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah YogyakartaJl. Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan Bantul, Yogyakarta2. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta*Email: [email protected] rentan terkena serangan kecemasan. Relaksasi dengan terapi musik dapat mencegah dan menurunkan kecemasan. Terapimusik langgam Jawa diteliti pengaruhnya terhadap penurunan tingkat kecemasan dalam penelitian kuasi eksperimen pre-postwith control group ini. Sebanyak 60 sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok, 30 sampel eksperimen dan 30 sampelkontrol diambil secara acak di sebuah panti di Yogyakarta. Instrumen penelitian yang digunakan adalah modifikasi HamiltonRating Scale for Anxiety (HRS-A) dan terapi dengan kaset campur sari langgam Jawa Waljinah. Ada perbedaan bermakna padakelompok eksperimen (p= 0,00, = 0,05) dengan penurunan mean 8,58 atau 14,3% dan penurunan yang bermakna pada kelompokkontrol (p= 0,01, = 0,05) dengan penurunan mean 2,04 atau 3,4%. Terapi musik langgam Jawa secara signifikan dapat menurunkantingkat kecemasan terutama gejala kecemasan sedang dan berat pada lansia.Kata kunci: kecemasan, lansia, terapi musikAbstractElderly people are susceptible to have anxiety. Relaxation with music therapy may avoid and reduce anxiety. The objectiveofthis quasi experimental pre-postwith control groupresearch was to identify the influence ofthe Langgam Jawa musictherapy in reducing anxiety. There were 60 samples taken randomly then divided into two groups, 30 samples was experimentalgroup and 30 samples was control group. The instrument used was modified from the Hamilton Rating Scale for Anxieties(HRS-A) and Campur Sari Langgam Jawa cassette by Waljinah.There are significant differences in the experimental group (p= 0,00, = 0,05) with decreasemean 8,58 or 14,3%and there was significant degradation in control group (p = 0,01, =0,05)mean degradation2,04or3,4%. LanggamJawamusictherapy cansignificantlyreducelevel ofanxietyespeciallymoderate and severe anxiety in elderly.Keywords: anxiety, elderly, music therapyLEMBAR METODOLOGIPendahuluanKecemasanadalahresponsemosionalterhadappenilaian yang menggambarkan keadaan khawatir,gelisah, takut, dan tidak tenteram disertai berbagaikeluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalamberbagai situasi kehidupan manapun sebagai gangguanpenyakit (Vida, 2004). Sedangkan menurut Pietra(2001) dan Haryanto, et al. (2004) kecemasan adalahadanyareaksiyangmenjadinyataataubayanganancaman dan perasaan umum dari tidak aman ataurasa takut. Masalah kecemasan adalah masalah yangkompleks sehingga perlu penanganan serius.Prevalensi kecemasan di Indonesia berkisar antara 2-5%daripopulasiumumyangdisebabkanolehberbagaifaktor(Rehatt a,1999).Konseppsikoneuroimunologi menjelaskan kecemasan sebagaistresor yang bisa menurunkan imun tubuh. Hal ini terjadimelalui serangkaian aksi yang diperantarai oleh aksisHipotalamus-Hipofisis-Adrenal sehingga merangsanghormon hipofisis anterior untuk meningkatkan produksiACTH (Adrenocorticotropic hormone). Hormon iniakan merangsang korteks adrenal untuk meningkatkansekresi kortisol yang selanjutnya akan menekan sistemimun tubuh (Rehatta, 1999; Guyton & Hall, 1997).Sekitar 6% penduduk Indonesia berusia 60 tahun keatasdan3%berusia65tahunkeatasataulebih.Yogyakarta adalah barometer lansia secara nasionalseiring dengan meningkatnya angka harapan hiduppendudukdiYogyakarta(Nugroho,2008).Data kantor statistik Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY) pada tahun 1990 menunjukan jumlah lansiapadasensuspenduduktahun1990yaitu317.043orang (Witiarto, 2001).Kecemasan khususnya pada lansia semakin hari dapatcenderungsemakinmeningkatkarenabanyaknyafaktordaridalamt ubuhlansiayangdapatmempengaruhi kecemasan misalnya penurunan fungsiorgan. Lansia yang berada di panti dapat mengalamipeningkatan kecemasan karena faktor lingkungan dansosial dalam kehidupan sehari-hari di panti.Survei pendahuluan di sebuah panti di Yogyakartasebagai lokasi penelitian menunjukkan bahwa lebih dari80%daritotal100penghunipantimengalamikecemasan yang beragam mulai dari ringan sampaiberat. Angka kecemasan ini termasuk tinggi bahkanuntuk ukuran Yogyakarta yang dijadikan barometerlansiadiIndonesia.Halinimembuktikanbahwakecemasan menjadi salah satu masalah yang perluditangani di panti ini.Angka kecemasan yang tinggi dan faktor penyebabnyayang cukup kompleks memerlukan penanganan yangserius, salah satu pilihannya adalah dengan teknikrelaksasi (Budiarti et al., 2006). Salah satu teknikrelaksasi yang dapat digunakan adalah terapi musik(NationalSafetyCouncil,2004).Pilihanmusikmerupakan hal yang penting karena musik yang dikenalsebelumnya dipercaya lebih efektif untuk mengatasikecemasan (Salve & Prabowo, 2007; Setiadarma,2002).Olehkarenaitu,pemilihanjenismusikdisesuaikandengankulturpopulasiyaknipadapenelitian yang melibatkan populasi Jawa dan berlokasidi Yogyakarta ini digunakan terapi musik langgamJawa. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruhterapimusiklanggamjawaterhadaptingkatkecemasan pada lansia.MetodeMetode penelitian ini adalah kuasi eksperimen denganrancanganpre-posttestwithcontrolgroup.Rancanganiniberupayauntukmengungkapkanhubungan sebab akibat dengan melibatkan kelompokkontrol dan eksperimen. Pemilihan kedua kelompokini menggunakan teknik random sampling denganmembagi menjadi dua kelompok (Arikunto, 1997).Penelitian melibatkan 60 orang lansia yang mengalamikecemasan dari total 100 orang lansia yang tinggal diPanti.Sejumlahmasing-masing30sampeldipilihsecara acak untuk diberi perlakuan dan atau sebagaikelompokkontrol.DatadiambilmelaluiteknikwawancaradenganbantuanmodifikasikuesionerHamilton Rating Scale (HRS-A). Sedangkan, post-test dilakukan kepada semua partisipan penelitian baikkelompok eksperimen maupun kontrol. Semua subjekpenelitian bersuku Jawa sehingga dapat diambil sebagaiprasyarat inklusi yakni di wisma A, C, dan E.Totalenamruangan/wismayangadaditempatpenelitian yaitu sebuah Panti Werdha di Yogyakarta.Wisma A, C, E dijadikan kelompok perlakuan danwisma B, D, F sebagai kelompok kontrol. Pembagiankelompokberdasarkanwismainibertujuanagarkelompok kontrol dan perlakuan tidak tercampur.Lansia yang berada di Wisma B, D, dan F tidak diberiijin oleh pihak Panti untuk berkunjung ke ruangansampel selama proses penelitian dan saat istirahat siangdiatur sehingga warga Panti dapat berdiam di kamaruntuk istirahat.Penelitian ini berpedoman pada prinsip-prinsip etikaantara lain: tidak membahayakan sampel, menghargaikehormatansampel,danmemperlakukansampelsecara adil. Setiap sampel telah mendapat penjelasanmengenai tujuan, manfaat penelitian, serta jaminankerahasiaan informasi yang diberikan sampel kepadapeneliti. Penelitian dilakukan setelah masing-masingsampel menyetujui melaluiinformed consent.HasilRentang usia pada masing-masing kelompok sampeladalahsamayakniusia60tahunkeatas.Jumlahresponden terbanyak adalah wanita yakni 23 sampelpada kelompok kontrol dan 20 sampel pada kelompokeksperimen. Jumlah responden pria pada kelompokkontrol dan eksperimen masing-masing 7 dan 10.Status perkawinan sebagian besar adalah janda danduda. Pada kelompok eksperimen terdapat 19 orangjandadan9duda,sedangkankelompokkontrolterdapat 23 orang janda dan 7 duda (lihat tabel 1).196 JurnalKeperawatanIndonesia,Volume13,No.3,November2010;hal195-201Hanya sedikit responden yang hidup secara bersama-sama,yaknisepasangsuamiistri.Penyakityangdiderita responden sangat beragam seperti hipertensi,rheumatik, dan yang terbanyak adalah keluhan somatik.Teknikpemberianterapimusikadalahdenganmendengarkan musik langgam Jawa pada jam-jamtertentu sebagai pengantar istirahat. Jenis musik yangdigunakan antara kaset yang satu dengan yang lainnyasama, sehingga memiliki homogenitas alat uji.Hasil analisis tingkat kecemasan responden kelompokeksperimen sebelum diberi terapi musik langgam Jawamemperlihatkan bahwa responden mengalami tingkatkecemasansedang(33,33%)danberat(40%).Kemudian setelah diberikan terapi musik LanggamJawa, tingkat kecemasan berkurang yaitu menjadi3,33%sedang dan 0% berat.TingkatkecemasanrespondenkelompokkontrolsebelumdiberiterapimusiklanggamJawamenunjukkan gejala kecemasan sedang (23,33%) danberat(23,33%).Setelahenamminggu,dilakukanpengukurankembalidandidapatkanpeningkatangejala kecemasan yaitu cemas sedang (30%) dan berat(70%).Analisisinihanyadilakukanpadahasilmayoritas atau yang diakibatkan naik atau turunnyaangka pre test dan post test (lihat tabel 2).Hasil uji stastistik pada kelompok kontrol pre testdidapatkan mean sebesar 19,57, t-hitung -54,79, SD7,04 (p= 0,00, = 0,05, CI 95%). Pengukuran pretestkelompokeksperimen didapatkanhasilmeansebesar 25,33, t hitung -50,21, SD 7,05 (p= 0,00,=0,05).Sedangkan,hasilakhirposttestpadakelompok kontrol didapatkan mean 17,53, t hitung -47,42,SD8,37(p=0,00,=0,05).Hasilakhirpengukuranposttestkelompokeksperimenmenunjukkan mean 16,80, t hitung -60,47, SD 16,80(p= 0,00, = 0,05) (lihat tabel 3).PembahasanRerata usia antar kelompok sampel saling mendekatidan hampir sama. Responden berjenis kelamin wanitalebih banyak yakni sebesar 71,66%, sedang respondenberjenis kelamin pria sebesar 28,33%. Rerata lamatinggal di panti adalah tiga hingga 20 tahun, baik padakelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.Status pernikahan yaitu 90% janda dan duda, hanyasatu pasangan. Jenis penyakit yang diderita antarakelompok kontrol dan eksperimen bersifat homogen.Akan tetapi terdapat perbedaan jumlah yang signifikan,yaknipadakelompokeksperimenrepondenyangmengalami hipertensi berjumlah dua orang, mengalamikeluhan reumatik sebanyak 4 orang, dan 23 respondenmengalamikeluhansomatik.Sedangkanpadakelompok kontrol sebanyak sembilan orang mengalamihipertensi, jumlah penderita rheumatik sebanyak 13orang serta 14 yang mengalami keluhan somatik.Faktor perancu dikaji dengan pengukuran sama subjekdan beda subjek untuk mengetahui ada atau tidakperbedaanhasilpretestpadamasing-masingkelompok. Pengukuran sama subjek dan beda subjekdilakukan dengan cara berikut: hasil pre test kelompokkontrol dibanding pre test kelompok eksperimen, hasilpre test perlakuan dengan hasil pre test eksperimendan pre test kontrol dengan hasil pre test kontrol. Halini dilakukan untuk melihat penurunan awal.Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis KelaminKelompok SampelRerata Usia Jenis KelaminRerata lama tinggal Status pernikahan Penyakit yang diderita Laki-laki Perempuan Eksperimen> 60 10203 bulan-20 tahun9 duda 19 janda 1 suami-istri 2 hipertensi 4 remati k 23 keluhan somatik Kontrol >60 7233 bulan-20 tahun7 duda 23 janda 9 hipertensi 7 remati k 4 kel uhan somatik PenurunantingkatkecemasanpadalansiamelaluiterapimusikLanggamJawa(Junaidi,ZolkhanNoor)197Tingkat kecemasan yang dialami setelah pengukurankuesionerdenganteknikwawancaradidapatkanbahwa gejala kecemasan yang paling sedikit beradapada rentang antara angka satu hingga 14. Angka satuberarti tidak ada gejala kecemasan dan angka yangpalingbesarmenunjukkankecemasanberatpadakelompok eksperimen. Sedangkan pada kelompokkontrol angka yang paling besar berada pada rentangnilaisatusampaidengan14berartitidakadakecemasan.Sedangkanpadakecemasanringan,sedang, dan berat sama-sama memiliki jumlah angkatujuh, sedangkan pada kedua sampel penelitian tidakdidapatkan memiliki kecemasan berat sekali.Tingkat kecemasan pada masing-masing respondenbaikpadakelompokeksperimenmaupunpadakelompok kontrol didapatkan hasil yang beragamsetelah penghitungan nilai akhir kuesioner pada tiap-tiap pertanyaan dengan nilai yang paling sedikit beradapadatidakadanyagejalakecemasandanpalingbanyak terdapat pada kecemasan berat.Pada responden kecemasan kelompok eksperimensesudah dilakukan tindakan dengan pemberian terapimusiklanggamjawaterdapatpenurunantingkatkecemasan dari kecemasan berat 12 responden (40%)menjadi satu responden (3,33%), gejala sedang 10responden (33,33%) turun menjadi delapan responden(26,66%), dari beberapa responden antara tingkatkecemasan tanpa gejala (0 sampai nilai 14 pada hasiluji kuesioner) dan gejala ringan (15 sampai dengannilai 20 pada hasil uji kuesioner) mengalami sedikitpeningkatan diakibatkan oleh penurunan yang sangatberarti dari gejala berat dan sedang menjadi ringandan tanpa gejala yakni 23.33%, pada gejala ringanmenjadi 33.33%, dan pada tanpa gejala kecemasandari 33.33% menjadi 36.66%. Artinya, penurunansangat berarti pada gejala berat dan sedang.Sesuai dengan penelitian dari Budiarti, et al. (2006)bahwa pemberian terapi musik langgam jawa dapatmemberikanefekketenangandanberakibatpadapenurunankecemasandengancaramenurunkanekskresihormonkortisoldanpengaturandenyutjantung sehingga pembentukan imunitas akan tinggi.Hasil uji stastistik dengan uji normalitas didapatkanangka 0,20 dan 0,12 (lebih besar dari 0,05) baik padapria maupun wanita sehingga dapat diartikan bahwadata terdistribusi normal. Selanjutnya data yang didapatdiuji dengan statistik parametrik Uji Paired Simple tTest dan untuk mengetahui sebaran hasil sebelum dansesudah perlakuan sesama sampel dan lain sampelpada kelompok eksperimen dan pengukuran pre testdan post tes tanpa perlakuan pada kelompok kontroldengan One Samples t Test.Hasil penelitian uji statistik menunjukkan bahwa adapengaruhterapimusiklanggamJawaterhadappenurunan respon psikologis kecemasan pada lansia.Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kategori Tingkat Kecemasan Kelompok Eksperimen dan Kontrol Sebelum dan Sesudah IntervensiKategori Ti ngkat Kecemasan FrekuensiSebelumSesudah n%n% Eksperi men Tidak ada gej ala Gejal a ringan Gejal a sedang Gejal a berat Gejal a berat sekali 1 7 10 2 0 3.33 23.33 33.33 40 0 11 10 8 1 0 36.66 33.33 26.66 3.33 0 Kontrol Tidak ada gej ala Gejal a ringan Gejal a sedang Gejal a berat Gejal a berat sekali 9 7 7 7 0 30 23.33 23.33 23.33 0 11 6 9 21 0 36.66 20 30 70 0 198 JurnalKeperawatanIndonesia,Volume13,No.3,November2010;hal195-201Hal ini disebabkan dengan mendengarkan musik tempolamban atau sekitar 60 beat per menit yang dimilikioleh musik langgam Jawa dapat memperlambat danmenyeimbangkan gelombang otak yang menandakanketenangan. Hal ini terjadi karena dengan stimulasibinaural-beatdapatmendorongseseoranguntukkembali kedalam kesadaran (Campbell, 2002; Salve& Prabowo, 2007).Musikantara56sampai60beatperdetikdapatdigunakan untuk melatih relaksasi dan gelombang otakmenuju kekeadaan alfa (Salve &Prabowo, 2007;Chan, 1998). Dalam keadaan tenang seseorang akanmemiliki substansi yang memiliki beta karbolin, yaituantagonis GABA yang menyebabkan penurunan jumlahdown regulator receptor GABA. Penurunan ini yangakanmengurangihambatanterhadaptimbulnyakecemasan (Sholeh, 2005).Penurunanresponspsikologiskecemasanbisadisebabkan karena mendengarkan musik merupakansalah satu bentuk relaksasi yang bisa mensinkronisasiritmetubuhdengancara adanyafibrasisertabisamenstimulasi seseorang untuk merasakan ketenangan(Pratiwi, 2008). Rasa nyaman yang timbul pada saatmendengarkanmusikdapatdiakibatkankarenakelenjar hiposifis melepaskan endorfin, yang terjadiakibat aktivitas elektrik yang tersebar di regio-regiootak yang berhubungan dengan sistem limbik dan pusatkontrolotonomi(Campbell,2002;Ester,2002;McGregor, 2001). Dengan mendengarkan musik yangdisukai, maka seseorang akan merasa lebih santai yangakhirnya bisa menurunkan ketegangan dan kecemasanterhadap stresor yang dihadapi.Penurunandarigejalaringanjugadialamipadakelompok kontrol yaitu sebanyak tujuh responden(23.33%) menjadi enam responden (20%), sedangkanpada gejala yang lainya mengalami peningkatan yangsangatsignifikanyaknigejalasedangdaritujuhresponden (23.33%) menjadi sembilan (30%), gejalaberatdaritujuhresponden(23.33%)meningkatmenjadi 21 responden (70%), dan tidak ada yangmengalami gejala yang berat sekali (0%).Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaanpada kelompok kontrol tanpa pemberian perlakuan,mengalami penurunan pada gejala ringan dari 23.33%menjadi 20%, hal ini mungkin disebabkan karena pararesponden kelompok kontrol juga mengikuti kegiatansenam yang diadakan setiap pagi di PSTW. Penurunanini tidak begitu signifikan.Terjadinya peningkatan kecemasan pada kelompokkontrol dilihat dari hasil statistik memiliki angka yangsangat berarti yakni pada gejala sedang dari tujunresponden(23.33%) menjadisembilanrespondenatau sebanyak (30%), serta gejala berat dari tujuhorang responden (23.33%) meningkat menjadi 21orang responden atau naik menjadi (70%).Peningkatanpadakelompokkontrolmungkindipengaruhi oleh frustasi yang diakibatkan oleh tidaktercapainyatujuanyangdiingini,adanyakonflikdiakibatkan oleh individu tidak dapat memilih diantaradua atau lebih dari macam kebutuhan, adanya tekananyang akan menyebabkan stressor lebih serta krisis yangdialami dimana perubahan keadaan yang mendadaksehingga menimbulkan kecemasan, seperti kematianatau kehilangan yang mendadak.Kelompok SampelHasil t-Test Meant hitungSDSig. Pre t est Kontrol vsPost test Kontrol 19.57 17.53 -54.79 11.47 7.04 8.37 0.00 0.00 Pre t est Eksperimen vs Post test Eksperimen 25.33 16.80 19.67 13.87 7.05 6.63 0.00 0.00 Tabel 3.Rerata Skor Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontroldengan Perbandingan Pengukuran Sama SubjekPenurunantingkatkecemasanpadalansiamelaluiterapimusikLanggamJawa(Junaidi,ZolkhanNoor)199Hasil uji statistik sebelum dan sesudah perlakuan padakelompokeksperimendidapatkanhasilthitungsebesar 2.654 serta nilai signifikansi diperoleh p= 0,000masih jauh dari p= 0,05. Pengaruh pemberian terapimusik langgam Jawa terhadap tingkat kecemasan padalansia yakni sebesar 0,477 sehingga R square dapatdisebut koefisien determinasi, dalam hal ini berarti43.27% penurunan tingkat kecemasan dipengaruhioleh musik langgam jawa. Penurunan ini disebabkankarena pengunaan musik sebagai relaksasi, diketahuibahwarelaksasidapatmembantumeningkatkanpemahaman mengenai penurunan ketegangan otot dankecemasan dapat dibenarkan.Pada bagian otot, dengan penggunaan musik yangdikenal dan disukai sebelumnya dapat menurunkansekresi asam laktat dan zat-zat kinin sehingga rasa sakitatau nyeri yang disebabkan oleh kecemasan dapatberkurang.Sedangkanpadaderajatkecemasan,seseorang yang memilih musik yang disukainya akanterbawa ke keadaan tenang dengan perubahan moodke lebih baik, sehingga hormon endorfin dalam tubuhakankeluardanketenanganakanmeningkat(Jabrohim, 2008). Selebihnya penikmat musik ini akanmenekan pengeluaran hormon kortisol atau hormonstres sehingga lambat laun pembentukan imunitas tidakterganggu. Mendukung hasil penelitian Eder (2001)dalam Haryanto, et al., (2004) menyatakan bahwapeningkatanimunitasiniadalahdengancarameningkatkan opiat endogen (endorfin dan enkefalin)serta menurunkan katekolamin sehingga daya tahantubuh penderita meningkat. Hal ini dimungkinkankarenamekanismeterciptanyakenyamananjiwa,ketika telinga kita menangkap suara musik yang lembutdapat memperlambat detak jantung, memperhaluskerja nafas dan akhirnya menyamankan jiwa (Bullocket al., 2001).Kelompok kontrol juga mengalami penurunan, hal inididuga efek dari pengunaan terapi lainnya seperti obat-obatan dan latihan fisik (olah raga) yang selalu rutindilakukan oleh kelompok kontrol di tempat penelitiansepertisenam lansia, diketahui bahwa senam juga akanmenurunkan kecemasan (Manz, 2007). Latihan yangberulang-ulangakanmerangsangotakuntukmenghasilkan sejumlah sinyal sehingga kimia darahdapat selalu berada dalam rentang normal (Guyton&Hall, 1997; Manz, 2007).Pengukuran dengan regresi didapatkan hasil angkaberada pada rentang-rentang angka yang menunjukkanpengaruh yang signifikan atau ada hubungan antarasebab akibat, karena t hitung terletak pada Ho ditolak,makadapatdisimpulkanbahwapadakelompokeksperimenlebihsignifikanpenurunantingkatkecemasannya setelah perlakuan dengan terapi musiklanggam jawa. Berdasarkan nilai signifikansi yangdimiliki masingmasing kelompok variabel, dimanatingkat signifikansi kelompok eksperimen p= 0.000