239659608-Portofolio-kasus-colic abd.doc

11
Kasus 2 Topik: Colic Abdomen ec Appendisitis Tanggal (kasus):11/12/2014 Presenter: dr. Puspita Tanggal presentasi:09/02/2015 Pendamping: dr. Sulastri Tempat presentasi: RSUD Pasar Rebo Objektif presentasi: Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonat us Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumi l Deskripsi: Pria, 73 tahun, sakit kepala sejak 1 hari smrs, Tujuan: menurunkan tekanan darah dan mencegah terjadinya kerukaan organ target.

Transcript of 239659608-Portofolio-kasus-colic abd.doc

Kasus 2Topik: Colic Abdomen ec Appendisitis

Tanggal (kasus):11/12/2014Presenter: dr. Puspita

Tanggal presentasi:09/02/2015Pendamping: dr. Sulastri

Tempat presentasi: RSUD Pasar Rebo

Objektif presentasi:

Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi: Pria, 73 tahun, sakit kepala sejak 1 hari smrs,

Tujuan: menurunkan tekanan darah dan mencegah terjadinya kerukaan organ target.

Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data Pasien:Nama: An. PNomor Registrasi:593030

Nama Wahana: RSUD Pasar ReboTelp: Terdaftar sejak:06/12/2013

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:

Colic Abdomen ec Appendisitis. Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 4 hari yang lalu.

2. Riwayat pengobatan:

Pasien tidak pernah mendapatkan terapi untuk nyeri perut sebelumnya.

3. Riwayat kesehatan/ penyakit:

-

4. Riwayat keluarga:

Tidak ada keluarga yang pernah menderita keluhan serupa.

5. Riwayat pekerjaan:

-

6. Lain-lain:-

Daftar Pustaka:

1. De Jong,.W., Sjamsuhidajat, R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta.

2. Mansjoer,A., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

3. Reksoprodjo, S., dkk.1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Bina Rupa Aksara. Jakarta.

Hasil Pembelajaran:

1. Definisi Appendisitis

2. Patofisiologi Appendisitis

3. Manifestasi Appendisitis

4. Diagnosis Appendisitis

5. Komplikasi appendisitis

6. Penatalaksanaan Appendisitis

Subjektif

Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala yang dialami pasien sejak 1 hari SMRS. Pasien mengakatakan sakit kepala berdenyut d seluruh kepala. Pasien mengatakan masih dapat melalukan aktifitas sehari-hari seperti biasanya. Pasien datang ke rumah sakit sendiri dengan mengendarai motor pasien.

Pasien menyangkal terdapat nyeri kepala yang sangat hebat, mual, muntah, gangguan defisit sensoris dan motorik sebelumnya. Pasien juga menyangkal ada keluhan seperti sesak nafas, nyeri dada, berdebar-debar, dan gangguan penglihatan. Hal ini dapat menyingkirkan terjadinya kerusakan organ target pada pasien. Pasien menyangkal ada riwayat sakit ginjal sebelumnya, dan riwayat sakit ginjal dalam keluarga. Pasien juga menyangkal riwayat penyakit gula dan jantung yang merupakan faktor resiko dan etiologi terjadinya hipertensi.Objektif

Keadaan umum: sakit sedang

Kesadaran: kompos mentis

Tanda vital:

Nadi: 90kali/menit, reguler Tekanan darah: 220/120 mmHg

Frekuensi nafas: 20 kali/menit

Suhu: afebris

Kepala/leher: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Thoraks: dalam batas normal

Abdomen: dalam batas normal

Pemeriksaan Lab

Hemoglobin : 13,4 gr% Leukosit : 8200 per-mm Hematrokit : 37 % Trombosit : 238.000 per-mm Asam urat : 5,0 mg/dl GDS : 159 mgdlHasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah, dan tinjauan ergonomis berdasarkan pekerjaan sehari-hari sangat mendukung diagnosis Hipertensi Urgensi. Pada kasus ini diagnosis ditegakan berdasarkan:

1. Dari anamnesis didapatkan keluhan sakit kepala.

2. Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 220/120 mmhg. .

3. Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan EKG dan pemeriksaan Labolatorium, dimana hal ini penting dilakukan untuk menyingkirkan pada tidaknya komorbilitas penyakit seperti gagal jantung atau diabetes mieletus.AssessmentHipertensi merupkan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang tinggi dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadinya kelainan organ target. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi anatara faktorfaktor resiko tertentu. Menurut JNC7 klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal , prahipertensi, hipertensi derajat 1, dan derajat 2.

Faktor resiko tersebut antara lain seperti : asupan diet, stress, obesitas, merokok, tonus simpatis, variasi diurnal, dan keseimbangna anatar modulator vasodilatasi dan vasokontriksi. Hipertensi dapat mnimbulkan kerusakan organ tubuh baik secara tidak langsung dan langsung. Kerusakan organ target yang paling sering ditemui adalah :1. Jantunga. Hipertropi ventrikel kiri

b. Angina atau infark miokardium

c. gagal jantung

2. Otak ( stroke atau TIA)

3. Penyakit ginjal kronis

4. Penyakit arteri perifer

5. retinopati

PlanDiagnosis : Berdasarkan keluhan dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosis pasien Hipertensi Urgensi.Pengobatan : Tatalaksana terhadap hipertensi secara umum dapat dibedakan menjadi tatalaksanan non farmakologis dan Farmakologis. Tatalaksana non farmakologis berupa menurunkan asupan garam, menurunkan berat badan berlebih, latihan fisik. Sedangkan terapi farmakologis pasien diberikan obat-obatan berupa antihipertensi. Penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan dalan waktu jam sampai hari. Obat obatan antihipertensi yang diberikan dan dianjurkan oleh JNC 7 dapat berupa golongan diuretik, beta bloker, CCB, ACE, dan ARB. Masing-masing antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi.

Pendidikan: dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk membantu proses penyembuhan dan pemulihan untuk itu pada tahap awal pasien dan keluarganya diminta datang untuk pengarahan secara bertahap. Memberitahukan pasien harus datang kembali untuk evaluasi lanjutan dan pengaturan dosis obat sampai target tekanan darah tercapai. Konsultasi: Dijelaskan perlunya konsultasi dengan spesialis Mata dan Jantung. Konsultasi ini merupakan upaya evaluasi identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya, menentukan ada tidaknya kerusakan target organ, dan mencari adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis. Konsultasi Spesialis Mata dapat dilakukan pemeriksaan funduskopi. Pada hipertensi berat dapat terjadi retinoapati hipertensi dimana terjadi kelainan-kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darat tinggi. Sedangkan konsultasi spesialis jantung di lakukan karena jantung merupakan salah satu kerusakan organ target yang umum ditemui pada hipertensi. Apabila ditemukan kerusakan organ target, terutama jantung dan pembuluh darah, hal ini akan memperburuk prognosis pasien.