233046140 Cr Asusila Forensik Pembahasan (1)

download 233046140 Cr Asusila Forensik Pembahasan (1)

of 11

Transcript of 233046140 Cr Asusila Forensik Pembahasan (1)

docx

LAPORAN KASUSKEJAHATAN ASUSILA

Disusun Oleh :Riska Tiara Sari, S.Ked Ryan Falamy, S.KedNanang Hidayatullah, S.KedNorma Julianti, S.KedGladys Clara Dea Putri, S.KedSTASE ILMU FORENSIKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNGRUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEKBANDAR LAMPUNGJULI 2014BAB I

PENDAHULUANKekerasan seksual merupakan kejahatan yang universal. Kejahatan ini dapat ditemukan di seluruh dunia, pada tiap tingkatan masyarakat, tidak memandang usia maupun jenis kelamin. Besarnya insiden yang dilaporkan di setiap negara berbeda-beda. Sebuah penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2006 (National Violence against Women Survey/NVAWS) melaporkan bahwa 17,6% dari responden wanita dan 3% dari responden pria pernah mengalami kekerasan seksual, beberapa di antaranya bahkan lebih dari satu kali sepanjang hidup mereka. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 25% yang pernah membuat laporan polisi. Di Indonesia, menurut Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) sejak tahun 1998 sampai 2011 tercatat 93.960 kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di seluruh Indonesia. Dengan demikian rata-rata ada 20 perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual tiap harinya. Hal yang lebih mengejutkan adalah bahwa lebih dari 3/4 dari jumlah kasus tersebut (70,11%) dilakukan oleh orang yang masih memiliki hubungan dengan korban. Terdapat dugaan kuat bahwa angka-angka tersebut merupakan fenomena gunung es,yaitu jumlah kasus yang dilaporkan jauh lebih sedikit daripada jumlah kejadian sebenarnya di masyarakat. Banyak korban enggan melapor, mungkin karena malu, takut disalahkan, mengalami trauma psikis, atau karena tidak tahu harus melapor ke mana. Seiring dengan meningkatnya kesadaran hukum di Indonesia, jumlah kasus kekerasan seksual yang dilaporkan pun mengalami peningkatan.

Pelaporan tentu hanya merupakan langkah awal dari rangkaian panjang dalam mengungkap suatu kasus kekerasan seksual. Salah satu komponen penting dalam pengungkapan kasus kekerasan seksual adalah visum et repertum yang dapat memperjelas perkara dengan pemaparan dan interpretasi bukti-bukti fisik kekerasan seksual. Dokter, sebagai pihak yang dianggap ahli mengenai tubuh manusia, tentunya memiliki peran yang besar dalam pembuatan visum et repertum dan membuat terang suatu perkara bagi aparat penegak hukum. Karena itu, hendaknya setiap dokter baik yang berada di kota besar maupun di daerah terpencil, baik yang berpraktik di rumah sakit maupun di tempat praktik pribadi memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni dalam melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan korban kekerasan seksual (Atmadja, 2004).Penatalaksanaan yang baik dan sesuai prosedur terhadap korban akan sangat membantu pengungkapan kasus kekerasan seksual. Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter hendaknya sistematis, menyeluruh, dan terarah untuk menemukan bukti-bukti kekerasan seksual yang terdapat pada tubuh korban untuk dituangkan dalam visum et repertum. Dalam melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan korban kekerasan seksual, dokter harus memperhatikan aspek etika dan medikolegal agar dapat membantu korban seoptimal mungkin dalam mendapatkan keadilan, tanpa menambah penderitaan korban (WHO, 2003).BAB II

ILUSTRASI KASUS

Identitas KorbanNama

: Nn. PJenis Kelamin

: perempuanTempat, Tanggal lahir

: Bandar Lampung, 21 April 1997Kebangsaan

: IndonesiaAgama

: IslamPekerjaan

: MahasiswaAlamat :Jalan Pulau Pandan I No 17 Rt/Rw 003/002 Kel Waydadi Kec Sukarame Kota Bandar LampungRiwayatKorban datang dalam keadaan sadar, dengan keadaan umum baik. Korban mengaku telah mengalami persetubuhan dengan orang yang di kenal ( Andre ) pada tanggal dua puluh Juni tahun dua ribu empat belas sekira pukul satu waktu Indonesia barat, di perum Rajabasa Bandar Lampung.PEMERINTAH PROPINSI LAMPUNGRUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEKJl. Dr. Rivai No. 6 Telp. 0721-703312 Fax. 703952BANDAR LAMPUNG

Nomor: 357/ / 4.13 / VIII / 2013

Bandar Lampung,1 Juli 2014

Lamp:

Perihal: Hasil pemeriksaan kejahatan susila

Atas Nama Putri Triana

Binti TaufikPRO JUSTITIAVISUM ET REPERTUM Yang bertanda tangan di bawah ini Nanang Hidayatullah, dokter Spesialis Obstetri Ginekologi pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, atas permintaan tertulis dari Widodo, pangkat AIPTU. NRP. 763080359, jabatan KA SPKT, atas nama Kepala Kepolisian Sektor Sukarame, dengan suratnya nomor : R / 03 / I / 2013 / Reskrim, tertanggal dua puluh satu Juni tahun dua ribu empat belas. Maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal dua puluh Juni tahun dua ribu empat belas, bertempat di Ruang Unit Pelayanan Terpadu Perempuan Korban Tindak Kekerasan RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, telah melakukan pemeriksaan korban, dengan nomor registrasi 13 86 31, dengan identitas yang menurut surat permintaan tersebut adalah ------------------------------------------------------------------------------------------N a m a :Putri Triana binti Tuafik --------------------------------Jenis Kelamin: Perempuan-------------------------------------------------

Tempat Tgl Lahir: Bandar Lampung, 21 April 1997-----------------------A g a m a: Islam--------------------------------------------------------

Pekerjaan: Turut Orang Tua-------------------------------------------

Kewarganegaraan: Indonesia---------------------------------------------------

Alamat:Jalan Pulau Pandan I No 17 Rt/Rw 003/002 Kel Waydadi Kec Sukarame Kota Bandar Lampung---Korban datang dalam keadaan sadar, dengan keadaan umum baik. Korban mengaku telah mengalami persetubuhan dengan orang yang di kenal ( Andre ) pada tanggal dua puluh Juni tahun dua ribu empat belas sekira pukul satu waktu Indonesia barat, di perum Rajabasa Bandar Lampung -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN------------------------------------------------------------------1. Tekanan darah seratus sepuluh per tujuh puluh mili meter air raksa, frekuensi nadi tujuh puluh enam kali per menit, frekwensi pernapasan dua puluh dua kali per menit, suhu tubuh tiga puluh enam koma empat derajat selsius.--------

2. Keadaan pakaian korban : Pakaian luar dan pakaian dalam rapih.----------------

3. Penampilan korban baik dan kooperatif dalam pemeriksaan.---------------------

4. Jumlah gigi dua puluh sembilan buah------------------------------------------------

5. Air susu ( colostrum ) tidak ada-------------------------------------------------------

6. Rambut ketiak dan rambut kemaluan sudah tumbuh baik--------------------------

7. Pada pemeriksaan colok dubur otot anus normal------------------------------------

8. Daerah kemaluan bagian bawah, antara liang kemaluan dan anus ( perineum ) utuh ---------------------------------------------------------------------------------------9. Selaput dara robek lama arah jam lima, jam delapan, jam sebelas sampai dasar, arah jam satu, jam dua, jam tiga, dan jam empat tidak sampai dasar----

10. Liang kemaluan dapat dilalui dua jari tanpa sakit-----------------------------------

11. Pada pemeriksaan laboratorium uji kehamilan hasil negatif-----------------------KESIMPULAN : --------------------------------------------------------------------------

Pada pemeriksaan seorang korban perempuan berumur kurang lebih tujuh belas tahun ini ditemukan Selaput dara robek lama arah jam lima, jam delapan, jam sebelas sampai dasar, arah jam satu, jam dua, jam tiga, dan jam empat tidak sampai dasar. Liang kemaluan dapat dilalui dua jari tanpa sakit. Tanda - tanda sex sekunder telah berkembang berkembang. Pada pemeriksaan laboratorium uji kehamilan hasil negatif. -------------------------------------------------Demikian Visum Et Repertum ini dibuat dengan sebenar - benarnya dengan menggunakan keilmuan saya yang sebaik - baiknya, mengingat sumpah sesuai pada waktu menerima jabatan --------------------------------------------------------------

dokter tersebut di atas,

dr.Nanang Hidayatullah,Sp.OG

NIP. 1971 0220 200212 2 007BAB IIIPEMBAHASAN Pemeriksaan korban ini sudah sesuai dengan prosedur medikolegal yaitu dengan adanya permintaan dari penyidik dalam hal ini permintaan tertulis dari, Widodo, pangkat AIPTU. NRP. 763080359, jabatan KA SPKT, atas nama Kepala Kepolisian Sektor Sukarame kepada Kepala Rumah Sakit Umun Abdul Moeloek Provinsi Lampung, dengan identitas yang menurut surat permintaan tersebut adalah, atas korban yang merupakan korban pelecehan seksual dengan orang yang dikenal. Permintaan dilakukan secara tertulis yang sesuai dengan pasal 133 KUHAP ayat 2. Dalam hal hasil pemeriksaan pada korban ini sudah memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang diamati terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan juga dilakukan dengan baik secara sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristiknya serta ukurannya. Rincian ini terutama penting pada pemeriksaan korban mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali.

Pada pemeriksaan selaput dara sudah dilakukan dengan prosedur yang tepat dan didapatkan hasil robekan lama arah jam satu, jam tiga, jam enam, dan jam tujuh, sampai dasar yang menandakan adanya suatu benda yang masuk kedalam vagina. Pada pemeriksaan luka-luka tidak didapatkan luka-luka pada tubuh korban. Pada uji kehamilan didapatkan hasil negatif hamil. Pada swab vagina untuk pemeriksaan sperma tepat dilakukan pada kasus ini, untuk memastikan kemungkinan adanya infeksi atau penyakit menular seksual, memastikan ada atau tidaknya sperma tidak diperlukan mengingat kediannya sudah cukup lama. Pada kasus ini bisa dikatakan bahwa korban terlambat melakukan pemeriksaan, karena tanda pasti persetubuhan lainnya yaitu terdapatnya sperma pada pemeriksaan mungkin saja sudah tidak ditemukan dan bukti-bukti lain yang terhadap pada korban sudah menghilang seperti tanda kekerasan ketika korban dipaksa.Berkaitan dengan kasus ini, dilihat dari aspek hukum terdapat adanya pelanggaran yang melibatkan pelaku pemerkosaan terhadap Nn. P yang masih berumur 17 tahun. Berdasarkan pengertian pemerkosaan adalah tindakan menyetubuhi seorang wanita yang bukan istrinya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Korban mengaku telah dipaksa oleh pelaku untuk melakukan persetubuhan, padahal status pelaku dan korban bukan suami istri. Pasal berlapis juga dapat dikenakan tehadap pelaku karena melakukan pemerkosaan terhadap anak dan persetubuhan dibawah umur. Dimana dalam KUHP memberikan batasan anak di bawah umur adalah lima belas tahun, sedangkan dalam KHA memberikan batasan anak di bawah umur adalah delapan belas tahun. Jadi dalam kasus ini pelaku dapat dikenakan sanksi berupa pemerkosaan, pemerkosaan terhadap anak berdasarkan pasal 285 KUHP dan persetubuhan dibawah umur berdasarkan pasal 287 KUHP. Menurut UU RI. No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pasal 81

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 ( lima belas ) tahun dan paling singkat 3 ( tiga ) tahun dan denda paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

Pasal 82

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 ( tiga ) tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

Pada undang - undang ini menegaskan bahwa pertanggung jawaban orangtua, keluarga, masyarakat, dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus demi terlindungi hak hak anak. Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin yakni sejak janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 ( delapan belas tahun ). Sedangkan pada kasus ini pelaku sebagai ayah tiri korban bukannya melindungi anak, malah berbuat sebaliknya.

Dan menurut KUHP ( Kitab Undang Undang Hukum Pidana )

Pasal 285

Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan hukuman penjara selama lamanya 12 tahunBAB IVKESIMPULANBerdasarkan kasus tindakan asusila di atas, dapat diperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya :

1. Salah satu komponen penting dalam pengungkapan kasus kekerasan seksual adalah visum et repertum yang dapat memperjelas perkara dengan pemaparan dan interpretasi bukti-bukti fisik kekerasan seksual.

2. Dokter, sebagai pihak yang dianggap ahli mengenai tubuh manusia, memiliki peran yang besar dalam pembuatan visum et repertum dan membuat terang suatu perkara bagi aparat penegak hukum.

3. Pemerkosaan adalah tindakan menyetubuhi seorang wanita yang bukan istrinya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. 4. Pada kasus di atas dilakukan pemeriksaan selaput dara yang dilakukan dengan prosedur yang tepat dan didapatkan hasil robekan lama arah jam satu, jam tiga, jam enam, dan jam tujuh, sampai dasar yang menandakan adanya suatu benda yang masuk kedalam vagina.5. Hukum yang berlaku sesuai kasus di atas dinyatakan dalam KUHP (memberikan batasan anak di bawah umur adalah lima belas tahun) dan KHA (memberikan batasan anak di bawah umur adalah delapan belas tahun) sehingga dalam kasus ini pelaku dapat dikenakan sanksi berupa pemerkosaan, pemerkosaan terhadap anak berdasarkan pasal 285 KUHP dan persetubuhan dibawah umur berdasarkan pasal 287 KUHP.