229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

50
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam tahap pertumbuhan gigi dan perkembangan oklusi, khususnya periode transisi pergantian gigi sulung menjadi gigi permanen terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan lengkung gigi. Kebiasaan merupakan faktor penting yang menjadi penyebab dan berkembangnya penyakit dalam rongga mulut. Seringkali, kebiasaan dilakukan tanpa disadari yang ternyata dapat merusak atau membahayakan bagian rongga mulutnya. 1 Orang tua menemukan banyak kebiasaan dan perilaku anak- anak mereka yang mengganggu. Bila orangtua tidak mengambil sikap berlebihan, maka si anak akhirnya akan menghentikan kebiasaannya tersebut dengan sendirinya. Umumnya kebiasaan anak akan menghilang ketika anak mencapai usia sekolah, namun dampak dari kebiasaan buruk ini akan berpengaruh pada perkembangan rongga mulut, seperti pada jaringan keras (gigi dan tulang alveolar), jaringan pendukung gigi (gingival dan ligamentum periodontal) maupun mukosa mulut lainnya (lidah, bibir, pipi, palatum, dan lain-lain). 2,3 1

Transcript of 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

Page 1: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam tahap pertumbuhan gigi dan perkembangan oklusi, khususnya periode transisi

pergantian gigi sulung menjadi gigi permanen terdapat banyak faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan lengkung gigi. Kebiasaan merupakan faktor penting yang menjadi penyebab

dan berkembangnya penyakit dalam rongga mulut. Seringkali, kebiasaan dilakukan tanpa

disadari yang ternyata dapat merusak atau membahayakan bagian rongga mulutnya.1

Orang tua menemukan banyak kebiasaan dan perilaku anak-anak mereka yang

mengganggu. Bila orangtua tidak mengambil sikap berlebihan, maka si anak akhirnya akan

menghentikan kebiasaannya tersebut dengan sendirinya. Umumnya kebiasaan anak akan

menghilang ketika anak mencapai usia sekolah, namun dampak dari kebiasaan buruk ini akan

berpengaruh pada perkembangan rongga mulut, seperti pada jaringan keras (gigi dan tulang

alveolar), jaringan pendukung gigi (gingival dan ligamentum periodontal) maupun mukosa

mulut lainnya (lidah, bibir, pipi, palatum, dan lain-lain).2,3

Kebiasaan anak muncul dalam berbagai kondisi. Dalam kondisi ringan, beberapa

perilaku tidak mengganggu aktivitas normal sehari-hari dan karenanya bukan merupakan

gangguan kejiwaan. Namun, kondisi ringan dari perilaku tersebut dapat berkembang untuk

menyebabkan melemahnya fungsi fisik atau psikologis.4

Kebiasaan dapat timbul sebagai suatu cara bagi anak untuk tetap menyibukkan diri

bila merasakan sesuatu yang kurang menyenangkan baginya. Tetapi pada sebagian besar

anak, kebiasaan tersebut biasanya dilakukan untuk menenangkan diri ketika ia merasa

tertekan, sedang stres, bosan, lelah, frustasi dan tidak nyaman ataupun saat ia sedang tertidur

lelap.5

1

Page 2: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

Dalam perkembangan dan pertumbuhannya, banyak anak memiliki kebiasaan tertentu

dalam berperilaku. Ada kebiasaan yang bersifat sementara, tetapi ada juga kebiasaan yang

tidak mudah dihilangkan. Beberapa kebiasaan anak harus tetap diperhatikan karena dapat

bertahan lama bila tidak ditangani segera, bahkan akan mengganggu fungsi optimal anak,

dimana dapat mengakibatkan interaksi sosial negatif misalnya dihindari oleh teman-teman

dan anggota keluarga. Kebiasaan buruk yang bertahan selama perkembangan anak,

menyebabkan gangguan pada perkembangan struktur mulut seperti maloklusi. Maloklusi

bukan penyakit, melainkan keadaan morfologi yang menyimpang dari oklusi normal dan

standar estetika pada kelompok etnik tertentu.4,5,6

Kebiasaan abnormal dapat mempengaruhi pertumbuhan yang normal dari rahang,

mengganggu pertumbuhan cranial, dan fisiologi oklusi. Pola kebiasaan dapat mengganggu

otot yang terkait dengan pertumbuhan tulang yang salah, gigi malposisi, cara bernafas yang

salah, gangguan berbicara, gangguan otot-otot wajah dan psikologis. Kebiasaan seperti

mengisap ibu jari, menggigit bibir, menjulurkan lidah di antara gigi-gigi, bernafas melalui

mulut, dan bruxism merupakan kebiasaan yang dapat menimbulkan terjadinya anomali letak

gigi dan hubungan rahang. Kebiasaan ini harus segera dihentikan apabila gigi permanen

pertama sudah nampak erupsi di mulut. Aktivitas orofasial yang abnormal merupakan

penyebab maloklusi yang paling sering ditemui.1,6

I.2. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang timbul sebagai berikut:

1. Apakah sajakah macam-macam kebiasaan buruk pada anak?

2. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi kebiasaan buruk pada anak?

3. Bagaimana pencegahan dan penanganan kebiasaan buruk pada anak?

2

Page 3: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

I.3 Tujuan

1. Memberi pemaparan mengenai berbagai macam kebiasaan buruk dan dampaknya dalam

rongga mulut anak.

2. Menguraikan berbagai faktor yang mempengaruhi kebiasaan buruk dalam rongga mulut

anak.

3. Memberi uraian mengenai penanganan kebiasaan buruk dalam rongga mulut anak, baik

pada jaringan lunak maupun jaringan keras rongga mulut.

3

Page 4: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kebiasaan Buruk Pada Anak

II.1.1 Pengertian Oral Habit

Dalam Kamus Dorland kebiasaan didefenisikan sebagai sesuatu bersifat permanen

dan konstan yang menunjukkan aktifitas berulang secara otomatis disebabkan oleh proses

alami yang kompleks dimana melibatkan kontraksi otot yang dapat berefek pada fungsi

mastikasi, respirasi, fonetik, dan estetik.4,5

Kebiasaan normal menyebabkan konstruksi fungsi dentofasial dan memegang peranan

penting dalam perkembangan wajah normal dan fisiologi oklusal. Sebaliknya, kebiasaan

buruk dapat menyebabkan gangguan dalam pola perkembangan dentofasial. Setiap kebiasaan

dapat menyebabkan tekanan abnormal pada struktur dentofasial yang menyebabkan

malformasi pada struktur dan hubungan interstruktural.3

II.1.2 Perkembangan Oral habit

Oral habit sering kali ditemukan pada anak-anak sejak berusia satu bulan. Hal ini

tidak akan menyebabkan masalah yang berarti dalam rongga mulut saat itu, karena pada

dasarnya tubuh dapat memberikan respon terhadap rangsangan dari luar sejak masih dalam

kandungan. Respon tersebut merupakan pertanda bahwa perkembangan psikologis anak

sudah dimulai, terlihat dari tingkah laku spontan atau reaksi berulang. Permasalahan akan

muncul ketika kebiasaan tersebut terus berlanjut hingga anak mulai memasuki usia sekolah

dimana kebiasaan ini terus dilakukan karena orang tua kurang memperhatikan anaknya. Jika

kebiasaan tersebut dihentikan sebelum masa erupsi gigi permanen, hal tersebut tidak akan

4

Page 5: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

memberikan efek jangka panjang. Namun jika kebiasaan tersebut berkelanjutan maka dapat

terjadi keadaan openbite anterior, posterior crossbites, dan maloklusi lainnya.1,5,7

Menurut Christensen dan Fields, oral habit dideteksi pada usia 3-6 tahun melalui

pemeriksaan klinis yang merupakan masalah penting karena pada usia ini oral habit dianggap

abnormal. 1

Perkembangan oral habit terbagi menjadi 3 periode yaitu periode mengisap, periode

menggigit, dan periode multiple transfer. Periode mengisap berkembang sejak bayi masih

trimester ketiga dalam kandungan ibu. Kebiasaan ini dilakukan berkembang untuk melatih

sistem neuromuskular dimana merupakan perkembangan sistem sempurna yang ditemukan

sejak lahir sehingga fase mulut pada bayi yang baru lahir terpenuhi dengan baik. Keahlian

mengisap jari ini dimulai sejak minggu ke-19 karena otak bayi telah mencapai jutaan saraf

motorik sehingga ia mampu membuat gerakan sadar tersebut. Masa transisi dari periode

mengisap ke periode menggigit terjadi dalam periode yang singkat dan disebut sebagai

periode transisi. Periode menggigit berkembang sejak usia pra-sekolah (4-5 tahun) dan

berakhir pada usia sekolah (6-12 tahun).3,4,5

II.1.3 Macam-macam Oral habit Pada Anak

Ada beberapa macam kebiasaan buruk pada anak, di antaranya adalah mengisap ibu

jari atau jari tangan (thumb or finger sucking), mengisap bibir atau menggigit bibir (lip

sucking or lip biting), mengisap botol susu (bottle sucking), menjulurkan lidah (tongue

thrusting), bernafas melalui mulut (mouth breathing), dan bruksisme (bruxism).3,4,7

II.1.3.1 Kebiasaan mengisap ibu jari (Thumb or finger sucking)

A. Gambaran Umum Thumb/Finger Sucking

5

Page 6: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

Oral habit telah berkembang sejak bayi masih dalam kandungan ibunya yaitu refleks

mengisap ibu jari, dimana lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan yang menyenangkan

baginya karena merasa sangat nyaman sehingga dapat membuatnya tertidur. Apabila

kebiasaan ini tetap bertahan hingga tumbuhnya gigi permanen maka akan dapat menimbulkan

masalah dengan lengkung gigi dan pertumbuhannya dalam mulut.5,6

Thumb/finger sucking adalah sebuah kebiasaan dimana anak menempatkan jari atau

ibu jarinya di belakang gigi, kontak dengan bagian atas mulut, mengisap dengan bibir, dan

gigi tertutup rapat.5,6

Gambar 1. Kebiasaan thumb and finger sucking.Sumber : http://travel.okezone.com/read/2009/12/29/196/289072/ayo-cegah-anak-mengisap-jempol. Accessed

Jul 2013

Kebiasan mengisap ibu jari merupakan satu-satunya gerakan yang dilakukan pada saat

bayi baru lahir untuk mendapatkan makanan. Mengisap ibu jari pada tahun-tahun pertama

haruslah dipandang sebagai hal yang normal dan belum perlu untuk dicegah. Karena kalau

dicegah, akan menyebabkan kekacauan perkembangan psikologi anak, sedangkan akibat

yang ditimbulkan terhadap gigi dan rahang belum dapat dipastikan.1,6

Mengisap ibu jari merupakan sebuah perilaku, bukan sebuah gangguan. Seiring

pertambahan usia, diharapkan kebiasaan buruk tersebut akan hilang dengan sendirinya.

Kebiasaan ini sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan bisa dianggap normal pada

masa bayi dan akan menjadi tidak normal jika berlanjut sampai masa akhir anak-anak . Hal ini

6

Page 7: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

sering terjadi dalam masa pertumbuhan, sebanyak 25-50% pada anak-anak yang berusia 2

tahun dan hanya 15-20% pada anak-anak yang berusia 5-6 tahun.(4,5,6)

B. Etiologi Thumb/Finger Sucking

Kebiasaan mengisap jari dapat disebabkan oleh hal-hal berikut : Orangtua terlambat

memberi minum susu pada anak yang sudah berusia 1-2 tahun sehingga anak mencari benda-

benda lain untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. Kurang eratnya jalinan kasih sayang antara

orang tua dengan anaknya sehingga anak mencari perhatian dengan melakukan hal-hal yang

tidak disukai orang tuanya. Anak mengalami gangguan emosi, misalnya merasa sedih dan

kesepian sehingga mencari ketenangan dengan cara mengisap jarinya.6

Bayi kurang puas mengisap susu dari ibu. Hal ini mungkin terjadi karena hanya sedikit

ASI yang keluar akibat adanya gangguan kesehatan pada ibu, sehingga tidak mencukupi

kebutuhan si anak. Mungkin ibu terlalu sibuk bekerja di luar rumah. Selain itu ada juga ibu

yang memang tidak ingin menyusui bayinya karena takut bentuk buah dadanya menjadi jelek.

Sebagai gantinya bayi diberi susu botol dengan bentuk puting susu ibu, sehingga gerak

fisiologis otot-otot bibir, lidah dan pipi tidak normal. Pada saat bayi mengisap susu ibunya,

bibir akan menempel pada susu ibu dan tumbuh perasaan nyaman. Tetapi jika bayi mengisap

susu dari dot yang tidak sesuai maka perasaan tersebut sama sekali tidak ada. Apalagi kalau

lubang dot terlalu besar maka kebiasaan mengisap dari mulut bayi sama sekali berkurang

sehingga mencari kepuasan dan kenikmatan dengan mengisap sesuatu, dimana yang paling

mudah yaitu ibu jari. 4

Hampir 80% bayi mempunyai kebiasaan mengisap ibu jari atau jari lainnya. Biasanya

keadaan ini terjadi sampai bayi berusia sekitar 18 bulan. Akan tetapi, kadang-kadang masih

dijumpai pada anak usia prasekolah bahkan sampai berumur 4 tahun ke atas. Secara alami ia

mulai menggunakan otot bibir dan mulut. Ketidakpuasan mengisap ASI dapat membuat anak

7

Page 8: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

suka mengisap jari tangannya sendiri. Jika kebiasaan ini berlanjut dapat berakibat

pertumbuhan gigi berubah posisi.6

C. Akibat Thumb/Finger Sucking

Kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu yang berkepanjangan

dapat menyebabkan maloklusi. Dari faktor-faktor penyebab maloklusi, yang paling

menentukan tingkat keparahan adalah intensitas, frekuensi, dan durasi pengisapan. Maloklusi

yang terjadi juga ditentukan oleh jari mana yang diisap, dan bagaimana meletakkan jarinya

pada waktu mengisap yang menimbulkan adanya tekanan ke arah atas gigi depan, dan bagian

bawah jari akan menekan lidah sehingga mendorong gigi bawah dan bibir sedangkan dagu

terdesak ke dalam. Akibatnya anak dapat memiliki profil muka yang cembung akibat gigi

depan yang maju. Anak yang terbiasa menghisap jempol atau menghisap dot umumnya lebih

besar kemungkinan untuk memiliki wajah yang kurang proporsional saat remaja hingga

dewasa, dibandingkan dengan anak yang diberi ASI dalam periode waktu yang cukup lama

dan tidak pernah memiliki kebiasaan menghisap jari atau dot.4,5

Gambar 2. Kebiasaan mengisap ibu jari menyebabkan openbite anteriorSumber : http://apotek-tunas.blogspot.com/2008/11/rapikan-gigi-sejak-dini.html.

Accessed on Jul 2013D. Penanganan Thumb/Finger Sucking

Perawatan psikologis 2,7

8

Page 9: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

Bila kebiasaan ini menetap setelah anak berumur 4 tahun, maka orang tua disarankan

untuk mulai melakukan pendekatan kepada anak agar dapat menghilangkan kebiasaan

buruknya tersebut, antara lain28 :

a) Mengetahui penyebab. Ketahui kebiasaan anak sehari-hari termasuk cara anak

beradaptasi terhadap lingkungan sekitar. Faktor emosional dan psikologis dapat menjadi

faktor pencetus kebiasaan mengisap ibu jari.

b) Menguatkan anak. Menumbuhkan rasa ketertarikan pada anak untuk menghentikan

kebiasaan tersebut. Orang tua diingatkan untuk tidak memberikan hukuman pada anak

karena anak akan makin menolak untuk menghentikan kebiasaan ini.

c) Mengingatkan anak. Buat semacam agenda atau kalender yang mencatat keberhasilan

anak untuk tidak mengisap ibu jari.

d) Berikan penghargaan. Orang tua dapat memberikan pujian dan hadiah yang disenangi si

anak, bila anak sudah berhasil menghilangkan kebiasaannya.

Perawatan eksta oral 2,7

Perawatan ekstra oral yang dapat dilakukan pada anak yang memiliki kebiasaan

mengisap ibu jari atau jari tangan lainnya, antara lain17,20 :

a) Ibu jari atau jari diolesi bahan yang tidak enak (pahit) dan tidak berbahaya, misalnya

betadine. Ini diberikan pada waktu-waktu anak sering memulai kebiasaannya mengisap

ibu jari.

b) Ibu jari diberi satu atau dua plester anti air.

II.1.3.2. Mengisap Bibir/Menggigit Bibir (Lip Sucking/Lip Biting)

A. Gambaran Umum Lip Sucking/Lip Biting

9

Page 10: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

Kebiasaan buruk pada anak-anak

sering dihubungkan dengan keadaan

psikologis penderitanya. Kebiasaan yang sering

dilakukan pada anak usia 4-6 tahun ini, dapat merubah kedudukan gigi depan atas ke arah

depan, sedang gigi depan bawah ke arah dalam. Gigi yang protrusi akibat dari kebiasaan

mengisap bibir bawah sejak kecil menyebabkan anak sering menjadi bahan pembicaraan

teman-temannya, sehingga secara psikologis anak merasa kurang percaya diri. Oleh sebab itu,

intensitas mengisap bibir bawah juga semakin

meningkat. 3,5

Gambar 5. Kebiasaan lip sucking/lip bitingSumber : Palmer, B. The importance of breastfeeding as it relates to the total health

section B Missouri J. 2002

B. Etiologi Lip Sucking/Lip Biting

Beberapa faktor penyebab yang menjadi etiologi dari kebiasaan mengisap bibir atau

menggigit bibir adalah 2,7 :

a) Stress : Cobalah untuk mencari tahu apa yang mungkin membuat anak stress dan bantu

mereka untuk menghadapinya. Dalam hal ini orang tua harus berperan aktif mencari tahu

tentang sebab-sebab kebiasaan mengisap bibir pada anaknya. Berikan kesempatan anak

untuk berbicara mengenai hal-hal yang mungkin mengkhawatirkan mereka, melakukan

kontak mata, dan aktif mendengarkan.

10

Page 11: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

b) Variasi atau sebagai pengganti dari kebiasaan mengisap ibu jari atau jari. Hal ini

dilakukan untuk memuaskan insting mengisap si anak karena mengisap memiliki efek

menyenangkan, menenangkan, dan sering membantu anak untuk bisa tertidur.

C. Akibat Lip Sucking/Lip Biting

Kebiasaan mengisap atau menggigit bibir bawah akan mengakibatkan hipertonicity

otot-otot mentalis. Kebiasaan buruk dapat menjadi faktor utama atau merupakan faktor yang

kedua. Kebiasaan mengisap bibir yang menjadi faktor utama akan terdapat overjet yang besar

dengan gigi anterior rahang atas condong ke labial dan gigi anterior rahang bawah condong

ke lingual diikuti perbedaan skeletal yang ringan. Kebiasaan mengisap bibir mengakibatkan

overjet normal. Kebiasaan mengisap bibir sebagai faktor kedua biasanya terjadi disebabkan

oleh perbedaan sagital, seperti retrognatik mandibula. Inklinasi gigi incisivus rahang atas bisa

normal dan jarak antara gigi rahang atas dan rahang bawah terjadi setelah proses adaptasi.3,6

D. Penanganan Lip Sucking/ Lip Biting

Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan mengisap bibir

atau menggigit bibir pada anak-anak antara lain2.3 :

a) Myotherapi (latihan bibir)

Memanjangkan bibir atas menutupi incisivus rahang atas dan menumpangkan bibir

bawah dengan tekanan di atas bibir atas

Memainkan alat tiup

b) Orang tua harus berperan aktif mencari tahu tentang sebab-sebab yang membuat anak

stress. Konsultasi dengan seorang psikiater merupakan salah satu hal yang dapat

membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini.

II.1.3.3 Menjulurkan Lidah (Tongue thrusting)

11

Page 12: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

A. Gambaran Umum Tongue thrusting

Sejak tahun 1958, istilah tongue thrust atau menyodorkan lidah telah dijelaskan dan

dibahas dalam pembicaraan dan diskusi dalam bidang kedokteran gigi serta dipublikasikan

oleh banyak penulis. Telah dicatat bahwa sejumlah besar anak-anak pada usia sekolah

memiliki kebiasaan menyodorkan lidah. Menurut literatur baru-baru ini, sebanyak 67-95%

dari anak-anak yang berusia 5-8 tahun melakukan kebiasaan tongue thrust dalam jangka

waktu yang lama akan berhubungan dengan masalah orthodontik atau gangguan pengucapan.

Pada satu negara, kira-kira 20-80% pasien orthodontik memiliki beberapa bentuk kasus

tongue thrust.3,7

Kebiasaan mendorong lidah sebetulnya bukan merupakan kebiasaan tetapi lebih

berupa adaptasi terhadap adanya gigitan terbuka misalnya karena mengisap jari. Kebiasaan

menjulurkan lidah biasanya dilakukan pada saat menelan. Pola menelan yang normal adalah

gigi pada posisi oklusi, bibir tertutup, dan lidah berkontak dengan palatum. Ada 2 bentuk

penelanan dengan menjulurkan lidah, yaitu1,3,7 :

a) Penelanan dengan menjulurkan lidah sederhana, biasanya berhubungan dengan

kebiasaan mengisap jari.

b) Menjulurkan lidah kompleks, berhubungan dengan gangguan pernafasan kronis, bernafas

melalui mulut, tonsillitis atau faringitis.

Kebiasaan tongue thrusting, yaitu suatu kebiasaan menjulurkan lidah ke depan dan

menekan gigi-gigi seri pada waktu istirahat, selama berbicara atau menelan. Adanya

kebiasaan menjulurkan lidah ke depan ini memungkinkan terjadinya ketidakseimbangan otot-

otot di sekitar lengkung gigi dan otot-otot mulut, sehingga dapat mempengaruhi posisi gigi.

Gigi depan atas akan maju ke depan dan terjadi gigitan terbuka. Dan apabila menekan lidah

ke pipi sambil menggigitnya maka dapat menyebabkan gigi belakang menjadi miring ke arah

dalam. Terjadi penyimpangan pola menelan dan berbicara yang tidak normal.

12

Page 13: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

Pada umumnya penderita tongue thrust menampilkan ciri tertentu pada ekspresi wajah

pada saat menelan, yaitu bibir menutup dan otot-otot sekeliling mulut tegang pada posisi

istirahat kedua bibir dan lidah menutupi permukaan gigi-gigi bawah atau lidah menjulur ke

depan, bernapas melalui mulut, dan mengisap ibu jari. Kebiasaan menjulurkan lidah ini

biasanya timbul karena adanya pembesaran amandel atau tonsil, lengkung gigi atas yang

menyempit, lidah yang besar, atau karena aspek psikologis.1,7

B. Etiologi Tongue thrusting

Sebenarnya, tidak ada penyebab spesifik dari masalah tongue thrust ini. Namun

diduga hal-hal yang dapat menyebabkan tongue thrust tersebut antara lain yaitu3,5,6 :

1. Jenis puting susu buatan yang diberikan pada bayi.

2. Kebiasaan mengisap ibu jari. Walaupun mengisap jari tidak dilakukan lagi, akan tetapi

telah terbentuk openbite maka lidah sering terjulur ke depan untuk mempertahankan

penutupan bagian depan selama proses penelanan.

3. Alergi, hidung tersumbat, atau obstruksi pernapasan sehingga bernafas melalui mulut

yang menyebabkan posisi lidah turun di dasar mulut.

4. Tonsil yang besar, adenoid, atau infeksi tenggorokan yang menyebabkan kesulitan pada

saat menelan. Pangkal lidah membesar ketika tonsil mengalami inflamasi, sehingga

untuk mengatasinya mandibula secara refleks turun ke bawah, memisahkan gigi, dan

menyediakan ruangan yang lebih untuk lidah dapat terjulur ke depan selama menelan,

agar didapat posisi yang lebih nyaman.

5. Ukuran lidah yang abnormal atau macroglossia, dapat mengubah keseimbangan tekanan

lidah dengan bibir dan pipi sehingga incisivus bergerak ke labial.

6. Faktor keturunan, misalnya sudut garis rahang.

7. Kelainan neurologis dan muskular serta kelainan fisiologis lainnya.

8. Frenulum lingual yang pendek (tongue tied).

13

Page 14: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

C. Akibat Tongue thrusting

Kebiasaan menjulurkan lidah ke depan, memungkinkan terjadinya ketidakseimbangan

otot-otot di sekitar lengkung gigi dan otot-otot mulut, sehingga dapat mempengaruhi posisi

gigi. Gerakan menelan dengan posisi lidah menjulur akan menimbulkan maloklusi pada gigi

anak seperti gigi-gigi seri atas dan bawah terdorong ke arah bibir (protrusi) dan terjadi gigitan

terbuka (open bite).4

Jika anak biasa menjulurkan lidah, bibir akan menjadi sedemikian kencang, tetapi

tidak dapat melakukan prosedur penelanan mekanis sampai bibir-bibir membuka rongga

mulut. Dalam mekanisme penelanan yang normal, lidah berada di atap mulut dan ketika anak

menelan, maka lidah akan melebar dan ikut memberi gaya ekspansi transversal pada segmen-

segmen bukal. Tongue thrust merupakan akibat lanjut dari anak yang mempunyai kebiasaan

mengisap ibu jari, meski tidak semua anak yang mengisap ibu jari melakukan tongue thrust.

Diagnosa tongue thrust dapat diketahui oleh dokter gigi dengan alat khusus untuk memeriksa

tongue thrust, yaitu dengan alat Linguometer yang dimasukkan ke dalam mulut pasien.5

Beberapa masalah yang ditimbulkan akibat tongue thrust, antara lain 2,3 :

a) Anterior openbite merupakan kasus yang paling umum terjadi akibat tongue thrust.

Dalam kasus ini, bibir depan tidak menutup dan anak sering membiarkan mulutnya

terbuka dengan posisi lidah lebih maju daripada bibir. Secara umum, lidah yang

berukuran besar biasanya disertai menjulurkan lidah. Openbite anterior pada umumnya

mengakibatkan gangguan estetik, pengunyahan maupun gangguan dalam pengucapan

kata-kata yang mengandung huruf “s”, “z”, dan “sh”.

b) Anterior thrust. Gigi incisivus atas sangat menonjol dan gigi incisivus bawah tertarik ke

dalam oleh bibir bawah. Jenis ini paling sering terjadi disertai dengan dorongan

M.mentalis yang kuat.

14

Page 15: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

c) Unilateral thrust. Secara karakteristik, ada gigitan terbuka pada satu sisi.

d) Bilateral thrust. Gigitan anterior tertutup namun gigi posterior dari premolar pertama ke

molar dapat terbuka pada kedua sisinya. Kasus seperti ini pada umumnya sangat sulit

untuk dikoreksi.

e) Bilateral anterior openbite, dimana hanya gigi molar yang berkontak. Pada kasus ini

ukuran lidah yang besar juga mempengaruhi.

f) Closed bite thrust menunjukkan protrusi ganda yang berarti gigi-gigi rahang atas maupun

rahang bawah mengalami gigitan yang terbuka lebar.

Gambar 6. Kebiasaan tongue thrustSumber : Palmer, B. The importance of breastfeeding as it relates to the total health section B Missouri J. 2002

D. Penanganan Tongue thrusting

Penanganan yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan menyodorkan lidah

pada anak-anak adalah 1,2 :

a) Terapi bicara

b) Latihan myofunctional

Menarik bibir bawah pasien. Sementara bibir menjauh dari gigi, pasien diminta untuk

menelan. Jika pasien biasa menyodorkan lidahnya, bibir akan menjadi sedemikian kencang

seolah berusaha untuk menarik jari-jari yang menarik bibir pada saat pasien berusaha

menelan. Pasien yang menyodorkan lidah tidak dapat melakukan prosedur penelanan

mekanis sampai bibir-bibir membuka rongga mulut.

15

Page 16: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

c) Latihan lidah

Berlatih meletakkan posisi lidah yang benar saat menelan. Pasien harus belajar

melakukan “klik”. Prosedur ini mengharuskan pasien meletakkan ujung lidah pada atap mulut

dan menghentakkannya lepas dari palatum untuk membuat suara klik. Posisi lidah pada

palatum selama aktivitas ini kira-kira seperti posisi jika menelan dengan tepat. Pasien juga

diminta membuat suara gumaman dimana pasien akan mengisap udara ke dalam atap

mulutnya di sekeliling lidah. Selama latihan ini, lidah secara alamiah meletakkan dirinya ke

atap anterior palatum. Selanjutnya pasien akan meletakkan ujung lidah di posisi ini dan

menelan. Latihan ini dilakukan terus-menerus sampai gerakan otot-otot menjadi lebih mudah

dan lebih alamiah.

II.1.3.4 Bernapas melalui mulut (Mouth breathing)

A. Gambaran Umum Mouth breathing

Kebiasaan bernapas melalui mulut dapat diamati pada orang-orang yang juga

melakukan kebiasaan menjulurkan lidah (mendorong gigi dengan lidah sehingga

menyebabkan terjadinya gigitan terbuka di anterior. Gingivitis juga dapat terlihat pada orang

dengan kebiasaan ini. Perubahan-perubahan pada gingiva, meliputi eritema, edema,

pembesaran gingiva, dan mengkilatnya permukaan gingiva di daerah yang cenderung

menjadi kering. Regio maksila anterior adalah daerah yang sering terlibat. Efek merusak pada

kebiasaan ini biasanya karena iritasi pada daerah yang mengalami kekeringan atau dehidrasi

pada permukaannya. 1

Anak yang bernapas melalui mulut biasanya berwajah sempit, gigi depan atas maju ke

arah labial, serta bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisivus atas.

Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih

pada kaninus dan daerah molar oleh otot orbicularis oris dan buccinator, maka segmen bukal

16

Page 17: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

dari rahang atas berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal tinggi.

Sehingga anak dengan kebiasaan ini biasanya berwajah panjang dan sempit.6

B. Etiologi Mouth breathing

Kebiasaan bernapas melalui mulut ini dipicu oleh tersumbatnya hidung sebagai

saluran pernapasan normal. Hal ini dapat terjadi karena adanya kelainan anatomi hidung atau

penyakit-penyakit hidung, antara lain polip hidung, sinusitis, rhinitis kronis dan pembesaran

tonsil di belakang hidung. Pada beberapa orang, kebiasaan ini biasanya disertai lemahnya

tonus bibir atas.2,5

Pernapasan mulut terjadi karena seseorang tidak mampu untuk bernafas melalui

hidung akibat adanya obstruksi pada saluran pernafasan atas. Kebiasaan ini disebabkan oleh

penyumbatan rongga hidung, yang dapat mengganggu pertumbuhan tulang di sekitar mulut

dan rahang, wajah menjadi sempit dan panjang, dan gigi bisa jadi “tonggos”. Pernafasan

mulut menghasilkan suatu model aktivitas otot wajah dan otot lidah yang abnormal. Bernafas

melalui mulut menyebabkan mulut sering terbuka sehingga terdapat ruang untuk lidah berada

di antara rahang dan terbentuklah openbite anterior. 2,3

Kegagalan hidung untuk berfungsi sebagai saluran pernafasan utama, akan

menyebabkan tubuh secara otomatis beradaptasi dengan menggunakan mulut sebagai saluran

untuk bernafas. Kegagalan ini biasanya disebabkan oleh karena adanya hambatan atau

obstruksi pada saluran pernafasan atas. Obstruksi pada saluran pernafasan atas dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu 1,7 :

1. Faktor psikologis, meliputi anak-anak yang mengalami kecemasan, rasa sakit dan

frustasi, anak-anak dengan retardasi mental, anak-anak yang mengalami trauma

kecelakaan.

2. Faktor lokal, merupakan penyebab terjadinya pernafasan mulut yang disebabkan oleh

keadaan dari gigi dan mulut, meliputi : pencabutan gigi sulung yang terlalu cepat,

17

Page 18: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

kehilangan gigi permanen, adanya gangguan oklusal, seperti kontak prematur antara gigi

atas dan bawah, adanya mahkota atau tumpatan yang tinggi.

3. Faktor sistemik, meliputi 1,7 :

a. Gangguan endokrin (merupakan penyebab secara tidak langsung). Kelainan endokrin

pascalahir dapat menyebabkan percepatan atau hambatan pertumbuhan muka,

mempengaruhi derajat pematangan tulang, penutupan sutura, resorpsi akar gigi

sulung, dan erupsi gigi permanen.

b. Defisiensi nutrisi, akibat konsumsi nutrisi yang tidak adekuat atau konsumsi nutrisi

yang tidak efisien. Nutrisi yang baik ikut menentukan kesehatan seorang anak, nutrisi

yang kurang baik mempunyai dampak yang menyerupai penyakit kronis. Penyakit

kronis pada anak-anak dapat mengubah keseimbangan energi yang diperlukan untuk

pertumbuhan. Pada anak yang menderita penyakit kronis hampir semua energi yang

didapatkan kadang-kadang kurang mencukupi untuk beraktivitas dan bertumbuh.

c. Gangguan temporomandibular.

d. Infeksi, meliputi : hiperplasia adenoid dan tonsil. Hiperplasia adenoid dan tonsil

biasanya disebabkan oleh karena paparan yang rekuren terhadap infeksi tonsil

(tonsillitis). Tipe infeksi bisa virus seperti influenza, parainfluenza, dan rhinovirus,

maupun bakteri seperti betahemolitik, streptococcus, staphylococcus, pneumococcus,

dan hemophilococcus.

4. Rhinitis alergi merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Salah satu

penyebab obstruksi jalan nafas hidung pada anak adalah alergi rhinitis, yaitu mukosa

hidung akan mengalami pembengkakan dan selanjutnya menutup aliran udara.

Kebanyakan rhinitis alergi dapat disebabkan oleh adanya partikel-partikel di udara,

rokok, makanan, dan binatang.7

18

Page 19: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

C. Akibat Mouth Breathing

Kebiasaan bernafas melalui mulut dapat menyebabkan udara yang masuk kemulut

menjadikan vasokonstriksi (pengecilan pembuluh darah) dari pembuluh kapiler di oral

mukosa sehingga memudahkan terkenanya infeksi dan dapat menyebabkan gingivitis

(peradangan gusi). Selain itu juga menyebabkan bau mulut pada orang yang bernafas melalui

mulut karena adanya plak yang melekat pada gigi dan lidah. Akibat lain yang ditimbulkan

yaitu rahang atas sempit, gigi belakang atas miring ke arah dalam, gigi depan atas tonggos

(protrusif) dan terjadi gigitan depan terbuka (openbite).1,5,6

Gambar 7. Akibat mouth breathingtSumber: http://atlantagentledental.com/articles/airway/. Accessed on Agustus 2013

Pembesaran jaringan adenoid nasofaring pada anak-anak merupakan faktor yang

sering berperan dalam obstruksi nasal. Jaringan adenoid telah ada setelah umur 6-12 bulan

yang kemudian akan membesar dan kemudian pada umur 2-3 tahun, hampir separuh

nasofaring ditempati oleh jaringan adenoid. Sebelum pubertas, jaringan adenoid akan mulai

mengecil secara perlahan-lahan. Biasanya, pertumbuhan fasial (dengan meningkatnya jarak

antara basis krani dan palatum) cukup untuk memenuhi jalannya udara pernafasan. Jika

ekspansi terjadi, apakah dengan adanya pembesaran abnormal jaringan adenoid, reduksi laju

pertumbuhan tinggi wajah posterior, atau dengan adanya kombinasi kedua hal tersebut, maka

jalan nafas akan menjadi inadekuat. Anak dengan keadaan seperti ini akan bernafas melalui

mulut.6,7

19

Page 20: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

Anak-anak yang secara alami disusui pada bulan pertama kelahiran kemungkinan

besar bernafas dari hidung, begitupun berkurangnya menyusui ASI merupakan salah satu

faktor yang memberi kontribusi terjadinya pernafasan oral atau oronasal. Penelitian yang

dilakukan oleh Leite et al yang menganalisis 100 anak-anak berusia antara 2 dan 11 tahun

membuktikan bahwa botol susu merupakan salah satu penyebab pernafasan oral sebesar 40%.

Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan oleh kebiasaan bernafas melalui mulut pada

anak-anak antara lain 2,3 :

a) Bibir rahang atas dan rahang bawah tidak menutup sempurna

Pada bibir penderita pernafasan mulut nampak agak terbuka untuk memungkinkannya

bernafas. Adaptasi mulut untuk pernafasan mulut yang kronis dapat terjadi perubahan dimana

bibir atas dan bibir bawah berada dalam posisi terbuka, akibatnya penderita akan mengalami

kesulitan dalam menelan makanan yang masuk ke dalam mulut.

b) Adenoid facies

Hal ini ditandai dengan penyempitan lengkung rahang atas, hipertrofi dan keringnya

bibir bawah, hipotonus bibir atas dan tampak memendek, tampak adanya overbite yang nyata.

Dikarenakan adanya fungsi yang abnormal, penderita pernafasan mulut memiliki

karakteristik seperti postur mulut terbuka, lubang hidung mengecil dan kurang berkembang,

arkus faring tinggi dan pasien tampak seperti orang bodoh.

Gambar 8. Anak dengan wajah adenoid. Ciri khas anak yang bernafas melalui mulutSumber : http://www.entkent.com/tonsils-adenoids.html. Accessed on Agustus 2013

20

Page 21: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

Akibat dari fungsi yang abnormal ini, anak-anak yang bernafas dengan mulut beresiko

mengembangkan suatu tipe perkembangan wajah yang disebut “wajah adenoid” atau sindrom

muka panjang. Individu ini dapat ditandai dengan posisi mulut yang terbuka, nostril yang

kecil dan kurang berkembang, bibir atas yang pendek, “gummy smile”, ketinggian muka

vertikal yang meningkat pada 1/3 wajah bagian bawah, ketinggian dentoalveolar yang

berlebihan, dan palatum yang dalam. Selain itu terjadi gingivitis marginal anterior di sekitar

gigi anterior.

c) Maloklusi

d) Gigitan terbuka (openbite)

Pada pernafasan mulut, posisi mandibula lebih ke distal mengakibatkan gigi incisivus

bawah beroklusi dengan rugae palatum. Ketidakteraturan gigi geligi juga dapat ditemui pada

maksila yang kurang berkembang, utamanya pada segmen anteromaksiler serta lengkung

basal yang sempit.

D. Perawatan Mouth Breathing

Orangtua harus segera mencari penyebabnya dan membawa si anak ke poliklinik

telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) untuk mengetahui ada tidaknya kelainan saluran

pernapasan seperti terjadinya sumbatan hidung, alergi, adenoid membesar, tonsil membesar,

polip hidung, septum bengkok. Apabila tidak ditemukan kelainan atau kelainan tersebut dapat

disembuhkan, tetapi kebiasaan buruk masih tetap dilakukan, tahap selanjutnya orangtua perlu

bekerjasama dengan dokter gigi. Dokter gigi akan membuat alat ortodonti untuk menutup

jalan napas melalui mulut. Lambat-laun si anak akan berusaha bernapas melalui hidungnya

kembali.2,4

Perawatan untuk menghentikan pernafasan mulut pada anak dilakukan sesuai dengan

penyebab terjadinya obstruksi pernafasan atas. Penyebab obstruksi nasal pada anak dapat

21

Page 22: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

ditentukan melalui pemeriksaan riwayat menyeluruh dan fisik, yang meliputi Rhinoscopy

anterior dan Nasopharingoscopy. Sebagian pasien mendapat pemeriksaan PA dan

Sepalometri lateral untuk melihat obstruksi pernafasan atas. Prosedur seperti tonsilektomi,

adenoidektomi, dan perawatan alergi dapat membantu mengembalikan pola pertumbuhan

yang normal dan postur lidah lebih ke belakang sehingga erupsi gigi geligi anterior tidak

terganggu. Pilihan perawatan yang dapat dilakukan untuk penanganan kebiasaan bernafas

melalui antara lain 3,4,7:

a) Adenoidektomi merupakan perawatan yang paling umum untuk obstruksi nasal akibat

pembesaran adenoid. Adenoidektomi merupakan suatu operasi pengambilan adenoid

yang mengalami pembesaran untuk mendapatkan ukuran yang normal.

b) Medikasi antibiotik dan steroid topikal diindikasi bila obstruksi tersebut disebabkan oleh

karena infeksi, misalnya pada rinosinusitis kronis. Antibiotik juga bisa digunakan pada

pembesararan adenoid untuk menurunkan inflamasi lokal. Kortikosteroid yang

digunakan biasanya deksametasone 0,6 mg/kg untuk menurunkan gejala pada infeksi

bakteri. Antibiotik parenteral yakni ceftriakxone 100 mg/kg perhari untuk jangka 8-10

hari.

c) Rhinitis alergi dapat dirawat dengan antihistamin, antihistamin non-sedatif, semprotan

nasal anti-inflamasi, semprotan nasal steroid, dekongestan nasal topical dan dekongestan.

Antihistamin yang sering digunakan adalah etanolamin, etilendiamin, alkilamin,

fenotiazin, dan agen lain seperti siproheptadin, hidroksizin, dan piperazin. Efek samping

antihistamin yang sering terlihat adalah rasa ngantuk, kehilangan nafsu makan,

konstipasi, efek antikolinergik seperti kekeringan membran mukosa dan kesulitan

berkemih.

22

Page 23: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

Keterlibatan ahli ortodontik diperlukan bila terjadi perkembangan wajah yang

abnormal atau pernafasan mulut telah mengakibatkan wajah adenoid, dimana terjadi

crossbite, dan malposisi gigi yang haru dikoreksi dengan tindakan orthodontik.

II.1.3.5 Bruksisme (Bruxism)

A. Gambaran Umum Bruxism

Bruksisme atau yang paling sering dikenal dengan istilah kerot (tooth grinding) adalah

mengatupkan rahang atas dan rahang bawah yang disertai dengan grinding (mengunyahkan)

gigi-gigi atas dengan gigi-gigi bawah. Bruksisme adalah kebiasaan bawah sadar (sering tidak

disadari) walaupun ada juga yang melakukannya ketika tidak tidur. Bruksisme dapat

dilakukan dengan tekanan keras sehingga menimbulkan suara yang keras, tapi dapat juga

tanpa suara yang berarti. Jika bruksisme dilakukan dengan tekanan kerot yang keras, akan

terjadi keausan gigi yang parah dan berlangsung dalam waktu cepat.1

Bruksisme biasa terjadi pada anak. Kebiasaan ini biasanya muncul pada malam hari,

dan berlangsung dalam periode waktu yang lama, sehingga dapat menyebabkan gigi sulung

dan gigi permanen abrasi. Kebiasaan ini timbul pada masa gigi-geligi sedang tumbuh. Dan

jika bertahan hingga anak dewasa biasanya disertai dengan adanya stres emosional,

parasomnia, trauma cedera otak, ataupun cacat neurologis, dengan komplikasi erosi gigi,

sakit kepala, disfungsi sendi temporomandibular, dan nyeri pada otot-otot pengunyahan. 3,7

Bruxism adalah kebiasaan buruk berupa menggesek-gesek gigi-gigi rahang atas dan

rahang bawah, bisa timbul pada masa anak-anak maupun dewasa. Bruxism didefinisikan

sebagai gerakan mengerat dan gerakan grinding dari gigi yang bersifat non-fungsional. Istilah

ini dalam literatur sering disebut dengan beberapa istilah yang lain, yaitu neuralgia

traumatic, occlusal habit neurosis, dan parafungsional. Pasien yang mengalami bruxism

(bruxer), biasanya tidak menyadari kebiasaan buruk yang dimilikinya tersebut, walaupun

23

Page 24: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

bruxism kadang-kadang diikuti dengan suara yang mengganggu, namun pasien yang

bersangkutan seringkali baru mengetahui kebiasaan yang dimilikinya itu dari orang tua atau

teman tidurnya. Bruxism dapat juga terjadi pada siang hari, misalnya pada saat individu yang

bersangkutan mengalami stress, namun bruxism yang paling parah adalah bruxism yang

terjadi pada malam hari.5.6

Bruxism pada malam hari terjadi selama tidur dan anak biasanya tidak menyadari

masalah ini. Kejadian ini biasanya singkat, berlangsung 8-9 detik, dengan terdengar suara

grinding. Bruxism pada siang hari terutama terkait dengan mengepalkan dari gigi dan

umumnya tidak menghasilkan suara terdengar.

Gambar 9. Akibat bruxismSumber:http:// www.nidcr.nih.gov/OralHealth/

OralHealthInformation/ ChildrensOralHealth/

OralConditionsChildrenSpecialNeeds.htm. Accessed on Jul 2013

Berdasarkan tipe gerakannya, ada bruxism yang memperlihatkan gerakan grinding

dan ada juga yang memperlihatkan gerakan static clenching, lebih banyak pada perempuan

daripada laki-laki yang menggrinding giginya, tetapi laki-laki dan perempuan yang

melakukan clenching jumlahnya sama.

B. Etiologi Bruxism

Pada beberapa individu kebiasaan bruksisme bersifat herediter. Anak-anak yang

memiliki orangtua dengan kebiasaan bruksisme lebih cenderung melakukan kerot daripada

anak-anak yang orang tuanya tidak mengerot. 1

Hubungan antara kondisi emosional dan tegangan otot sepertinya lebih mudah untuk

dipahami. Peningkatan tegangan otot masseter berhubungan langsung dengan kondisi stres

24

Page 25: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

harian. Pada anak-anak, kadang kebiasaan ini timbul pada masa gigi-geligi sedang tumbuh.

Berikut adalah empat penyebab terjadinya bruxism, antara lain2,7 :

1. Faktor psikologis

Etiologi dari bruxism termasuk kebiasaan, stress emosional (misalnya respon terhadap

kecemasan, ketegangan, kemarahan, atau rasa sakit), parasomnia (gangguan tidur yang

muncul pada ambang batas antara saat terjaga dan tidur, misalnya gangguan mimpi buruk dan

gangguan berjalan sambil tidur). Menurut beberapa penelitian yang dianggap berkaitan

dengan manifestasi dari bruxism, antara lain gangguan kepribadian, meningkatnya stress,

adanya depresi, dan kepekaaan terhadap stress.

2. Faktor morfologi

Oklusi gigi geligi dan anatomi skeletal orofasial dianggap terkait dalam penyebab dari

bruxism. Perbedaan oklusal, gangguan oklusal yang bentuknya dapat berupa trauma oklusal

ataupun tonjol yang tajam, gigi yang maloklusi secara historis dianggap sebagai penyebab

paling umum dari bruxism. Disharmoni lokal antara bagian-bagian sistem alat kunyah yang

berdampak pada peningkatan tonus otot di region tersebut juga dipandang sebagai salah satu

etiologi yang hingga saat ini masih dapat diterima banyak kalangan.

3. Faktor patofisiologis

Bruxism kemungkinan terjadi akibat kelainan neurologis yaitu ketidakmatangan

sistem neuromuskular mastikasi, perubahan kimia otak, alkohol, trauma, penyakit, dan obat-

obatan. Hal ini berpotensi sistemik menyebabkan aktivitas parafunctional melalui alergi

makanan, kekurangan gizi, dan disfungsi endokrin. Penyelidikan efek gangguan gizi dan

endokrin bersama dengan parasit pencernaan pada fungsi otot mastikasi, serat kepekaan

terhadap trigeminal sampai potensi alergi kemungkinan berguna untuk penelitian di masa

depan baik temporomandibular disorders dan hiperaktivitas otot mastikasi.

25

Page 26: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

Faktor neurokimia tertentu, yaitu obat-obatan. Efek samping dari obat yang akan

menimbulkan bruxism adalah Amfetamin yang digunakan dalam mengatasi gangguan

attention-deficit/hyperactivity (ADHD) seperti methylphenidate dan pemakaian jangka

panjang Serotonin. Selain itu, bruxism ditemukan lebih sering pada pecandu narkoba berat

serta perokok.

4. Temporomandibular Disorders (TMD)

Penderita TMD cenderung memiliki insiden bruxism yang lebih tinggi dari gangguan

psikologis seperti stress, kecemasan, dan depresi. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan

kebiasaan parafunctional. Gabungan dari dua atau lebih faktor etiologi yang diperlukan untuk

menyebabkan terjadinya bruxism, tetapi besarnya faktor-faktor tidak penting dalam kaitannya

dengan besarnya bruxism.

C. Akibat Bruxism

Bruxism dapat menyebabkan aus permukaan gigi-gigi pada rahang atas dan rahang

bawah, baik itu gigi susu maupun gigi permanen. Lapisan email yang melindungi permukaan

atas gigi hilang, sehingga dapat timbul rasa ngilu pada gigi-gigi tersebut. Bila kebiasaan ini

berlanjut terus dan berlangsung dalam waktu lama, dapat menyebabkan kerusakan pada

jaringan periodontal, terjadi pada pasien dengan bentuk tonjol yang curam, luka pada

periodonsium, pulpitis, kadang-kadang disertai peningkatan derajat mobilitas gigi yang

terlibat, maloklusi, patahnya gigi akibat tekanan yang berlebihan, dan kelainan pada sendi

temporomandibular joint.2,3

Bruksisme dapat mengakibatkan hal-hal seperti: (1) sakit pada otot pengunyahan,

sakit kepala, dan sakit pada telinga; (2) gangguan bentuk gigi, karena bruksisme

menyebabkan mahkota gigi menjadi pendek dan hilang nilai estetikanya. Email menipis

akibat aktivitas grinding sehingga dentin menjadi terbuka; (3) Kadang terlihat adanya jejas

26

Page 27: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

atau tanda yang tidak rata pada tepi lidah; (4) gigi menjadi lebih sensitif dan terasa ngilu

terhadap dingin, tekanan, dan stimulus lainnya; (5) fraktur gigi dan tambalan. Tekanan besar

yang dihasilkan oleh aktivitas bruksisme dapat menyebabkan patahnya gigi dan pecahnya

tambalannya; (6) terjadi kegoyangan gigi; (7) ketidaknyamanan dan nyeri pada sendi TMJ

yang biasanya dirasakan ketika mengunyah atau berbicara. 2,3

D. Penanganan Bruxism

Ada 3 macam pendekatan untuk menanggulangi pasien dengan bruksisme.

Pendekatan perilaku biasanya diawali oleh dokter giginya melalui penjelasan dan

menyadarkan pasien akan kebiasaan yang dilakukannya. Dapat pula dianjurkan pada pasien

untuk mendapatkan terapi perilaku yang spesifik, seperti hipnosis, biofeedback, dan

semacamnya. Pendekatan secara emosional dapat diawali dengan cara bimbingan psikologi.

Hal ini bertujuan agar pasien dapat mengelola stresnya. Pendekatan interseptif meliputi

menawarkan peralatan night guard atau bite guard (splin stabilisasi maksila) untuk

melindungi permukaan gigi dan untuk mengurangi atau untuk menyebarkan tekanan yang

terbentuk di sistem muskuloskeletal akibat bruksisme. Ada beberapa kenyataan bahwa

peralatan tersebut secara signifikan menurunkan kebiasaan bruksisme pada beberapa

individu. Terapi dengan menggunakan splin gigitan (night guard) secara signifikan

mengurangi tingkat bruksisme ketika splin tersebut dipakai, tapi jika splin dilepas, bruksisme

kembali terjadi. Pada penerapannya, night guard dipakai lebih banyak untuk bruksisme yang

dilakukan malam hari dibanding dengan kebiasaan parafungsi siang hari. Dari hasil suatu

penelitian disebutkan bahwa tekanan kunyah pada saat tidur 6 kali lebih besar daripada

tekanan kunyah pada saat terjaga. Penelitian-penelitian selanjutnya membuktikan bahwa

respons pasien-pasien bruksisme terhadap terapi oklusal dengan alat splin sangat

bervariasi.1,5,7

27

Page 28: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

Biasanya kasus-kasus bruxism terlambat didiagnosa karena penderita tidak menyadari

bahwa mereka memiliki kebiasaan tersebut. Untuk perawatan kasus ini dokter gigi akan

membuatkan alat tertentu yang didesain dan dibuat khusus sesuai dengan susunan gigi-geligi

pasien, alat ini disebut night-guard dan digunakan saat tidur pada malam hari. Alat ini akan

membentuk batas antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah sehingga tidak akan saling

beradu. Pemakaian alat ini akan mencegah kerusakan yang lebih jauh pada gigi-geligi dan

membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan buruknya. Bila penyebab utama dari

bruxism adalah stres, maka melakukan konsultasi dengan psikolog merupakan salah satu hal

yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini.4,6

Penyesuaian oklusal berperan penting dalam perawatan bruksisme jika terdapat

kontak prematur, khususnya jika oklusal prematur tersebut berkaitan dengan restorasi gigi

yang kurang baik. Terapi oklusal, bahkan setelah digabungkan dengan bimbingan psikologis

dan terapi perilaku, mungkin tidak efektif pada sebagian pasien. Pada pasien yang tidak

berespons terhadap perawatan di atas, pemakaian night guard hanya bermanfaat untuk

menanggulangi efek destruksi bruksisme. 1

Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan bruxism pada

anak-anak adalah4.6,7 :

a) Penggunaan Night-guard

Perawatan untuk kasus ini dokter gigi akan membuatkan alat tertentu yang didesain

dan dibuat khusus sesuai dengan susunan gigi-geligi pasien, alat ini disebut night-guard dan

digunakan saat tidur pada malam hari. Alat ini akan membentuk batas antara gigi-gigi rahang

atas dan rahang bawah sehingga tidak akan saling beradu. Pemakaian alat ini akan mencegah

kerusakan yang lebih jauh pada gigi-geligi dan membantu pasien dalam menghentikan

kebiasaan buruknya.

28

Page 29: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

Gambar 10. Night-guardSumber : http://www.majdalani-dental-lab.com/4-3.html. Accessed on 30th Jan 2011

b) Bila penyebab utama dari bruxism adalah stress. Cobalah untuk mencari tahu apa yang

mungkin membuat anak stress dan membantu mereka menghadapinya. Konsultasi dengan

psikolog merupakan salah satu hal yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan

buruk ini.

II.1.3.6 Nail Biting

A. Etiologi Nail Biting

Nail biting atau kebiasaan menggigit-gigit kuku. Kebiasaan menggigit kuku

merupakan salah satu kebiasaan yang sering dilakukan. Selain menggigit-gigit kuku, pasien

biasanya juga menggigit jaringan di sekitar kuku dan menimbulkan luka oleh karena itu

kebiasaan ini digolongkan dalam kebiasaan masokistik. Kebiasaan menggigit kuku dapat

terjadi karena tekanan emosional yang terjadi pada pasien. Jika tidak dihentikan kebiasaan ini

dapat menimbulkan beberapa kelainan, baik kelainan ortodontik maupun kelainan yang

lainnya.

B. Gambaran umum nail bitting

Beberapa tanda klinis yang terlihat pada pasien dengan kebiasaan menggigit kuku

adalah rotasi gigi, atrisi pada ujung incisal gigi, dan protrusi incisivus maksila. Kelainan

ortodontik tersebut dapat terjadi karena tekanan yang disebabkan oleh kebiasaan menggigit

kuku (Tanaka et al., 2008).

C. Akibat Nail bitting

29

Page 30: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

Kebiasaan mengigit kuku dapat mengganggu perkembangan gigi-geligi dan

menyebabkan kelainan ortodontik. Selain itu kebiasaan menggigit kuku juga dapat

menyebabkan resorbsi akar bagian apikal jika seseorang sedang melakukan perawatan

ortodonsia. Hal ini dapat terjadi karena gaya yang didapat dari proses menggigit kuku akan

diteruskan oleh kawat ortodontik ke gigi-gigi lain dan menekan jaringan pendukung gigi.

Kerusakan periodonsium juga dapat terjadi walaupun orang yang melakukan kebiasaan

menggigit kuku tidak sedang melakukan perawatan ortodonsi. Gaya yang diakibatkan oleh 20

kebiasaan menggigit kuku juga dapat membuat gigi menjadi rotasi dan malposisi (Tanaka

dkk., 2008).

D. Perawatan

Kunci penghentian kebiasaan ini adalah motivasi pasien. Beberapa hal dapat

dilakukan untuk dapat menghilangkan kebiasaan menggigit kuku adalah memberikan perasa

tertentu pada kuku (misal rasa asam), memakai sarung tangan dan kaus kaki, melakukan

kesibukan tertentu sehingga kebiasaan tersebut dapat terlupakan (misalnya olahraga), dan

memotong kuku secara berkala (Tanaka dkk., 2008).

DAFTAR PUSTAKA

1. Ratna Sri. Pemakaian lip Bumper pada anak dengan kebiasaan jelek menggigit

bibir bawah dan menghisap ibu jari. Dental Journal Kedokteran Gigi FKG-UHT

Vol 1 No 2 Februari 2007.

2. Dunia Anak. “Menghentikan Kebiasaan Buruk Anak”. Available from:

http://duniaanak.rawins.com. Accessed: 2013 Juli.

3. Ilmu Kesehatan Gigi. “Kebiasaan-kebiasaan buruk anak terhadap gigi anak”.

Available from: http://ilmukesehatangigi.com. Accessed: 2013 Juli.

30

Page 31: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

4. Prevention Indonesia. “Menyelamatkan si kecil dari kebiasaan buruk yang

merusak gigi”. Available from: http://preventionindonesia.com. Accessed: 2013

Agustus.

5. Heriyanto, Eddy. “Kebiasaan Buruk dan gigi berjejal”. Available from:

http://kedokterangigiuniversitashasanuddinmakassar.com. Accessed: 2013 Juli.

6. Dentist. Dampak kebiasaan anak menghisap ibu jari dan perawatan

ortodontiknya. Available from: gadisdentist.blogspot.com/2012/09/dampak-

kebiasaan-anak-menghisap-ibu.html. Accessed : 2013 Agustus.

7. Kebiasaan Buruk dan Penatalaksanaannya. Available from:

http://id.scribd.com/doc/109049806/kebiasaan-buruk. Accessed: 2013 Agustus.

REFERAT PEDODONSIA

KEBIASAAN BURUK PADA ANAK-ANAK

31

Page 32: 229756196-Kebiasaan-Buruk-pada-gigi-anak.doc

DISUSUN OLEH :

Yuan Cahya Mei (2012-16-010)

Albert Ariyanto (2012-16-011)

Algiri Alan (2012-16-012)

PEMBIMBING : drg. LANNY SETIABUDI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA

2014

32