repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur...

151
ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL SKRIPSI Dewi Susilawati 1112092000036 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M/1438 H

Transcript of repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur...

Page 1: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTORYANGMEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR LADA

INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

SKRIPSI

Dewi Susilawati1112092000036

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA2017 M1438 H

ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTORYANGMEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR LADA

INDONESIADI PASAR INTERNASIONAL

Dewi Susilawati1112092000036

SkripsiDiajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Agribisnis pada Program Studi AgribisnisFakultas Sains dan Teknologi

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA2017 M 1438 H

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGAMANAPUN

Jakarta 6 Januari 2017

Dewi SusilawatiNIM 1112092000036

DAFTAR RIWAYATHIDUP

Nama Dewi Susilawati

Jenis Kelamin Perempuan

Tempat Tangal Lahir Tangerang 3 April 1994

Agama Islam

Alamat Kp Pasir Gaok RTRW 003003 Desa Palasari

Kec Legok Kab Tangerang 15820

No Hp 089680674938085285647162

Email ddewcleopatragmailcom

Formal

2012 - 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2009 - 2012 MAN Cipasung

2008 - 2005 MTs Cipasung

1999 - 2005 SDN Palasari IV

Non Formal

2008 - 2012 Pondok Pesantren Cipasung

2012 - 2014 Mahad Al-Jamirsquoah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2006 - 2007 Bendahara OSIS MTs Cipasung

2010 - 2011 Pengurus Asrama Raudlatul Banat 1 Bidang Pendidikan

2013 - 2014 Anggota Bidang Kerumah Tanggaan Organisasi Mahasantri

Mahad (OMM)

Data Diri

Riwayat Pendidikan

Pengalaman Organisasi

2013 - 2014 Anggota Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMABI) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2014 - 2015 Bendahara Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis

2015 Bakso Sehat Bakso Atom

2013 Mentor Agricam Angkatan 2013

2013 Panitia Bidikmisi Ambassador 2014

2014 Panitia AGRIrsquoS EVENT 2014

2015 Panitia AGRIrsquoS EVENT 2015

2015 Volunteer Santunan 1000 Anak Yatim Nasional

2016 Committee in The International Conference on Science and

Technology (ICOSAT)

2011 Juara 2 Cerdas Cermat Bahasa Arab Pagelaran Seni Bahasa dan

Budaya Arab (PERSADA) 2011 Tingkat Jawa Barat Keluarga

Mahasiswa Bahasa Arab (KEMABA) Universitas Pendidikan

Indonesia

2015 Essay terbaik COINS - Ekonomi Islam

Pengalaman Kerja

Prestasi

Pengalaman Lainnya

RINGKASAN

Dewi Susilawati Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang MempengaruhiVolume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional Di bawah bimbingan IwanAminudin dan Puspi Eko Wiranthi

Lada merupakan salah satu komoditi unggulan ekspor IndonesiaBerdasarkan data International Pepper Community (2013) Indonesia merupakanprodusen dan eksportir kedua lada dunia setelah Vietnam Dalam kurun waktusepuluh tahun yaitu tahun 2004-2013 neraca perdagangan lada Indonesia adalahpositif dan produktivitasnya tinggi Hal ini sejalan dengan permintaan lada duniayang juga meningkat sebesar 2962 Besarnya pertumbuhan permintaan ladadunia mendorong negara-negara eksportir untuk meningkatkan ekspor ladanyaAdapun negara-negara eksportir lada yang mejadi pesaing utama lada Indonesiaadalah Vietnam dan Brazil

Berdasarkan data UN Comtrade (2016) terdapat sembilan belas negara yangmenjadi tujuan ekspor lada Indonesia secara kontinu dari tahun 2004-2013 yaituAmerika Serikat Australia Belanda Belgia Bulgaria Hongkong India InggrisItalia Jepang Jerman Kanada Korea Selatan Malaysia Pakistan PerancisRusia Singapura dan Vietnam Dayasaing lada Indonesia di negara-negaratersebut secara umum secara komparatif telah berdayasaing kuat kecuali diKorea Selatan Malaysia dan Pakistan Sedangkan secara kompetitif Indonesiaberada pada posisi Rising Star di Belanda India Italia Jepang dan JermanPosisi Falling Star di Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia PosisiLost Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan SingapuraSerta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Secara umumIndonesia juga cenderung menjadi negara ekportir lada di negera-negara tujuanekspornya dengan pertumbuhan perdagangan tahap kematangan danpertumbuhan

Selain dayasaing penelitian ini menggunakan teori Gravity Model untukmengetahui faktor-faktor yang diduga mempengaruhi volume ekspor ladaIndonesia di pasar internasional yaitu rata-rata PDB per kapita Jarak EkonomiHarga Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen Berdasarkan metoderegresi data panel dengan data time series tahun 2004-2013 dan data cross sectionsembilan belas negara diperoleh model Random Efffect dengan nilai koefisiendeterminasi (R2) sebesar 0155065 Hal ini menunjukkan bahwa seluruh variabelbebas sebesar 1551 dapat menjelaskan variabel terikatnya yaitu VolumeEkspor Lada Sisanya yaitu 8449 dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luarpenelitian Adapun faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap volumeekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapitaJarak Ekonomi Harga dan Populasi Sedangkan Kurs Riil dan Indeks HargaKonsumen tidak berpengaruh signifikan

Kata Kunci Ekspor Lada Dayasaing RCA EPD ISP dan Gravity Model

KATA PENGANTAR

Assalamursquoalaikum Wr Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ldquoAnalisis Dayasaing

dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada Indonesia di

Pasar Internasionalrdquo Penulisan skripsi ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selama proses penyelesaian sampai selesainya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan banyak

terimakasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan dukungan baik

secara moril dan materil secara langsung maupun tidak langsung sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini Penulis mengucapkan terimakasih

kepada

1 Kedua orang tua Ibu Aswati dan Bapak Supandi serta seluruh keluarga atas

semua doa nasihat kasih sayang pengorbanan cinta serta dukungan baik

secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis Penyelesaian

skripsi ini merupakan salah satu bakti serta wujud cinta dan kasih sayang

penulis kepada Ibu Bapak dan seluruh keluarga yang sudah memberikan

segala yang terbaik dalam hidup kepada penulis

2 Bapak Dr Ir Iwan Aminudin MSi dan Ibu Puspi Eko Wiranthi SE MSi

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan tenaga energi

waktu pikiran serta memberikan ilmu arahan dan dukungannya secara

viii

tulus demi terselesaikannya skripsi ini

3 Bapak Ir Junaidi MSi dan Bapak Akhmad Mahbubi SP MM selaku dosen

penguji skripsi yang telah memberikan ilmu arahan serta dukungan yang

besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Bapak Dr Agus Salim MSi selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta para Wakil Dekan I II

dan III beserta staf TU Akademik dan karyawan FST lainnya

5 Bapak Dr Ir Edmon Daris MS dan Bapak Dr Ir Iwan Aminudin MSi selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan

kesempatan dan dukungan untuk menimba ilmu pengetahuan serta membantu

dalam proses akademis

6 Bapak Mudatsir Najamuddin MMA selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan bimbingan motivasi serta dukungan kepada penulis

selama perkuliahan

7 Seluruh dosen Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan wawasan

dan pengalaman kepada penulis hingga mendapatkan gelar Sarjana Agribisnis

8 Sahabat Kosan Badayy (Fitri Aldita Rihlah Zelda dan Weni) yang selalu

memberikan dukungan motivasi cinta dan kasih sayang selayaknya

keluarga serta menjadi tempat kembali penulis ketika suka dan duka

9 Sahabat Jalan Jalan Men (Meike Putri dan Lulu) yang sudah memberikan

warna baru dalam hidup penulis dan menjadi tempat di mana penulis tidak

perlu merasa malu menjadi diri sendiri setelah sahabat kosan badayy

ix

10 Sahabat Rumpii ( Febi Icha Iffah dan Dena) yang sudah menemani penulis

sejak awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini

11 Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2012 yang selalu saling mendukung

berbagi ilmu dan pengalaman serta menjadi teman tumbuh dan

berkembangnya penulis selama masa kuliah

12 HMJ Agribisnis yang telah memberikan tempat kesempatan dan

pengalaman berorganisasi sehingga penulis bisa mendapatkan

pelajaran-pelajaran baru

13 Keluarga Mahad Puteri dan BIDIKMISI UIN Jakarta dan yang telah

memberikan penulis kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat

sehingga penulis bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman-pengalaman baru

yang memotivasi untuk selalu bisa melakukan yang terbaik

14 Teman-teman KKN Gelas Kaca 2015 yang sudah memberikan pelajaran dan

kesempatan penulis untuk lebih bisa berpikir terbuka mengenal dan

mencoba hal-hal yang benar-benar baru bagi penulis memotivasi untuk lebih

berani lugas dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi

Terimakasih atas warna-warni baru yang telah diberikan baik secara langsung

maupun tidak langsung dan menjadikan penulis untuk selalu ingin tumbuh

dan berkembang

15 Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

menyelesaikan skripsi ini

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

x

penulis dan pembaca Akhirnya hanya kepada Allah semua hal diserahkan

Semoga amal baik kita diterima oleh Allah SWT Aamiin Yaa Rabbal lsquoAalamiin

Wassalamursquoalaikum WrWb

Jakarta 6 Januari 2017

Dewi Susilawati

xvii

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP iv

RINGKASAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 8

13 Tujuan Penelitian 8

14 Manfaat Penelitian 9

15 Ruang Lingkup Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

21 Perdagangan Internasional 10

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional 12

221 Teori Merkantilisme 12

222 Teori Keunggulan Absolut 13

223 Teori Keunggulan Komparatif 14

224 Teori Heckscher Ohlin 15

225 Teori Keunggulan Kompetitif 16

23 Dayasaing Global 17

231 Revealed Comparative Advantage (RCA) 17

232 Export Product Dynamic (EPD) 18

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 19

24 Gravity Model 21

241 Produk Domestik Bruto (PDB) 23

xii

242 Jarak Ekonomi 24

243 Harga 25

244 Nilai Tukar Rupiah 25

245 Populasi 27

246 Indeks Harga Konsumen 28

25 Penelitian Terdahulu 29

26 Kerangka Pemikiran 36

27 Hipotesis 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38

31 Lokasi dan Waktu Penelitian 38

32 Jenis dan Sumber Data 38

33 Populasi dan Sampel 39

34 Metode Analisis Data 39

341 Revealed Comparative Advantage (RCA) 40

342 Export Product Dynamic (EPD) 41

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 42

344 Regresi Data Panel 42

345 Uji Kesesuaian Model 43

346 Uji Normalitas 46

347 Uji Asumsi Klasik 47

348 Uji Signifikansi 49

35 Definisi Operasional 50

BAB IV GAMBARAN UMUM 53

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia 53

42 Lada Indonesia 55

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia 55

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia 57

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia 59

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia 61

43 Lada Dunia 62

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia 62

432 Perkembangan Produksi Lada Dunia 64

433 Perkembangan Harga Lada Dunia 66

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia 69

xiii

106

107

109

106

114

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 71

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif 71

511 Keunggulan Komparatif 71

512 Keunggulan Kompetitif 73

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 92

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel 93

522 Uji Normalitas 94

523 Uji Asumsi Klasik 95

524 Uji Signifikansi 96

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia 2

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 18

Tabel 3 Penelitian Terdahulu 30

Tabel 4 Sumber Data dan Data 38

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson 49

Tabel 6 Definisi Operasional 51

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia 55

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia 58

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA) 71

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD) 74

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia 77

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 91

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model 93

Tabel 14 Uji Multikolinearitas 95

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas 95

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia 3

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia 4

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia 5

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia 6

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional 7

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional 11

Gambar 7 Kurva Permintaan 25

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian 36

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 42

Gambar 10 Histogram Normalitas 47

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia 57

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia 59

Gamabr 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia 63

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia 64

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia 66

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia 68

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia 69

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat 78

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada 79

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan 81

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia 82

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura 83

xvi

103

104

105

101

100

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia 85

Gambar 24 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris 86

Gambar 25 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria 87

Gambar 26 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam 89

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia 90

Gambar 28 Uji Normalitas 94

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

114

120

120

121

121

122

122

123

124

125

126

127

130

132

DAFTAR LAMPIRAN

1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

2 Uji Chow

3 Uji Hausman

4 Random Effect Model

5 Normalitas

6 Multikolinearitas

7 Heteroskedastisitas

8 Hasil RCA

9 Hasil EPD

10 Hasil Indeks ISP

11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost Opportunity

13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Badan Pusat Statistik (2016) menyatakan bahwa salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara adalah dengan

mengukur Produk Domestik Bruto (PDB) Besarnya PDB salah satunya diperoleh

melalui kegiatan ekspor Nilai ekspor Indonesia selama tahun 2004-2013

berfluktuasi Penurunan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar

1497 dengan nilai ekspor mencapai US$ 116510000000 Disusul tahun 2012

dan 2013 dengan penurunan sebesar 662 dan 393 dengan masing-masing

nilai ekspor mencapai US$ 190020300000 dan US$ 182551800000

Penurunan ekspor pada tahun 2012 dan 2013 juga diperburuk dengan

meningkatnya nilai impor pada tahun yang sama yaitu mencapai US$

191689500000 dan US$ 186628700000 Hal ini mengakibatkan Indonesia

mengalami neraca perdagangan negatif sebesar -US$ 1669200000 dan -US$

4076900000

Neraca perdagangan yang negatif menunjukkan bahwa Indonesia lebih

banyak mengkonsumsi produk-produk dari luar negeri daripada menjual produk-

produknya sendiri ke luar negeri sehingga negara-negara lain relatif lebih untung

dari produk-produk yang telah diekspornya Sedangkan Indonesia merugi karena

terjadi defisit Oleh sebab itu untuk menjaga kestabilan neraca perdagangan

Indonesia perlu meningkatkan kinerja ekspornya Salah satu cara untuk

meningkatkan kinerja ekspor adalah dengan memperbanyak ekspor komoditi-

2

komoditi unggulan Salah satu komoditi unggulan ekspor Indonesia adalah lada

Lada (Piper ningrum) atau juga dikenal sebagai King of Spice (raja rempah)

merupakan komoditi rempah Indonesia yang kedudukannya cukup penting karena

merupakan komoditi ekspor terbanyak ke-enam setelah karet kelapa sawit

kakao kopi dan kelapa Lada Indonesia sudah cukup dikenal di pasar

internasional dengan nama Lampung Black Pepper yang berasal dari Provinsi

Lampung dan Muntok White Pepper yang berasal dari Provinsi Kepulauan

Bangka (Rivaie dan Pasandaran 2014 341)

Lada merupakan komoditi ekspor dengan neraca perdagangan positif Hal

ini terlihat dari besarnya nilai ekspor lada dibandingkan nilai impornya Menurut

data UN Comtrade (2016) neraca perdagangan lada Indonesia adalah sebagai

berikut

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia

Tahun Ekspor (US$) Impor (US$) Neraca (US$)

2004 56710078 3344670 53365408

2005 59210135 4026437 55183698

2006 79077213 8158312 70918901

2007 133971835 9837453 124134382

2008 186672492 12958930 173713562

2009 142126076 13660784 128465292

2010 252084684 17263407 234821277

2011 223404956 27457906 195947050

2012 435257055 29440508 405816547

2013 354712065 27510971 327201094

Sumber UN Comtrade (2016)

Indonesia memiliki neraca perdagangan lada yang positif Namun

Indonesia masih mengimpor lada dari eksportir-eksportir lada dunia lainnya

Alasan Indonesia mengimpor lada adalah dikarenakan laju produksi lada dalam

3

negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia yang menyentuh angka

rata-rata 3 per tahun (International Pepper Community 2016) Sedangkan laju

produksi lada Indonesia hanya 15 per tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan

2014 3) Namun secara keseluruhan lada merupakan komoditas ekspor yang

memiliki potensi positif karena neraca perdagangannya positif

Meskipun laju pertumbuhan produksi lada Indonesia tidak secepat

pertumbuhan permintaan lada dunia namun produktivitas lada Indonesia terus

meningkat setiap tahunnya Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

luas lahan lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 terus menurun namun

produksinya terus meningkat Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas lada

Indonesia tinggi Adapun produktivitas lada Indonesia adalah sebagaimana

Gambar 1 berikut

0

01

02

03

04

05

06

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

03820408 0403 0392

0439 04450467

0491 0494053

Tahun

(To

nH

a)

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Peningkatan produktivitas lada yang tinggi seiring dengan permintaan

lada dunia yang terus meningkat Permintaan lada dunia menurut data

International Pepper Community (2016) berfluktuasi cenderung meningkat

Permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

4

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2016)

Pertumbuhan permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 mencapai

2962 Permintaan tertinggi lada terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak

359904 ton Sedangkan permintaan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu

sebanyak 285306 ton Permintaan lada yang tinggi merupakan peluang bagi

negara-negara eksportir untuk saling bersaing meningkatkan ekspornya di pasar

internasional

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional bersaing dengan

beberapa negara seperti Brazil India Malaysia Sri Lanka Vietnam Cina

Thailand Madagaskar Ekuador dan negara-negara lainnya International Pepper

Community (2013 7) menyatakan bahwa Vietnam adalah eksportir utama lada

dunia Hal ini didasarkan pada banyaknya lada yang telah diekspor Vietnam

Adapun Kontribusi lada negara-negara eksportir di pasar internasional adalah

sebagai berikut

5

1503

922

1958

609185

4719

049007009038

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Kontribusi lada Vietnam di pasar internasional hampir mencapai 50

dari total lada dunia yaitu 4719 Kontribusi ini menjadikan Vietnam sebagai

eksportir utama lada dunia Sedangkan Indonesia berada di posisi kedua dengan

kontribusi sebesar 1958 Disusul Brazil di posisi ketiga dengan kontribusi

sebesar 1503 Berdasarkan kontribusi tersebut meskipun menjadi eksportir

kedua lada dunia Indonesia memiliki selisih ekspor yang besar dengan Vietnam

yaitu sebesar 2761 Sedangkan selisih ekspor Indonesia dengan Brazil yang

berada di posisi ketiga hanya 455 Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki kesulitan untuk mengungguli Vietnam Namun Indonesia sangat mudah

untuk diungguli oleh Brazil karena selisihnya yang sedikit Adapun kontribusi

1958 lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004 - 2013

ditunjukkan dengan berfluktuasinya ekspor lada Indonesia sebagaimana Gambar

4 berikut

6

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Ekspor tertinggi lada Indonesia terjadi pada tahun 2012 yaitu sebanyak

62608 ton Angka ini naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya yaitu

sebanyak 36487 ton Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348

pada tahun 2013 dengan total ekspor sebanyak 47908 ton Meskipun menurun

cukup jauh penurunan terbesar ekspor lada Indonesia terjadi pada tahun 2011

yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor sebanyak 36487 ton Sedangkan total

ekspor lada terkecil terjadi pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton yang juga turun

2067 dari tahun sebelumnya

Fluktuasi cenderung menurunnya ekspor lada Indonesia di pasar

internasional berbanding terbalik dengan harga lada Indonesia yang tinggi

Perkembangan harga lada Indonesia menurut International Pepper Community

(2013 54) berfluktuasi cenderung meningkat Adapun harga lada Indonesia di

pasar internasional berdasarkan harga Free on Board (FOB) adalah sebagai

berikut

7

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

20

05

2006

2007

2008

20

09

2010

2011

20

12

20

13

1487 14512029

3278 3517

2719

3677

6392 6558 6850

2317 22192924

44104972

4342

5662

88559367 9613

Tahun

(US

$T

on

)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional Sumber International Pepper Community (2013 54)

Berdasarkan Gambar 5 di atas peningkatan harga lada hitam dan putih

tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu mencapai 7384 dan 5639 Menurut

Ginting (2014) harga lada putih dan lada hitam dunia merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap volume perdagangan lada putih Indonesia terhadap lada

putih dunia Begitupun menurut Permatasari (2015) harga ekspor lada Indonesia

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor lada

Indonesia Naik dan turunnya harga lada akan mempengaruhi naik dan turunnya

volume ekspor lada

Berdasarkan keadaan permasalahan dan penelitian terdahulu yang sudah

dikemukakan maka diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui keadaan lada

Indonesia di pasar internasional Adapun yang perlu diketahui adalah bagimana

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Hasil

analisis ini diharapkan mampu menjadi informasi yang dapat berguna bagi

pemerintah dan pihak-pihak terkait

8

12 Rumusan Masalah

Lada merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia dengan

menempati urutan ke-enam komoditi ekspor terbanyak Indonesia dengan neraca

perdagangan positif Selama tahun 2004 - 2013 produktivitas lada Indonesia

meningkat Peningkatan ini seiring dengan permintaan lada dunia yang juga

meningkat sebesar 2962 Namun dalam periode yang sama volume ekspor

lada Indonesia berfluktuasi dan hanya mampu berada di posisi kedua di pasar

internasional dengan selisih ekspor yang besar dengan Vietnam yaitu 2761

Sementara dengan Brazil hanya berselisih 455 Menurut Ginting (2014) dan

Permatasari (2015) harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perdagangan lada

Berdasarkan penjabaran di atas maka diperoleh beberapa rumusan

masalah sebagai berikut

1 Bagaimana dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia

di pasar internasional

13 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah

1 Mengetahui dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

9

14 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

diantaranya

1 Mampu memberikan dan menambah pengetahuan bagi penulis mengenai

perdagangan internasional Indonesia khususnya komoditi lada di negara-

negara tujuan ekspornya

2 Sebagai bahan referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian

selanjutnya di bidang yang sama

3 Sebagai informasi bagi pemerintah tentang dayasaing lada Indonesia

sehingga dapat memperhatikan strategi dan kebijakan-kebijakan yang

berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar

internasional

15 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup lada dalam penelitian ini adalah lada dengan kode HS

1996 empat digit yaitu 0904 di UN Comtrade Selanjutnya pemilihan variabel-

variabel yang diduga berpengaruh terhadap volume ekspor lada Indonesia di

pasar internasional didasarkan pada teori Gravity Model

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Perdagangan Internasional

Tidak ada satu negara pun yang sepenuhnya dapat mengisolasikan diri

dari interaksi luar negeri Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

membuat batas-batas negara menjadi kabur Setiap negara tidak akan dapat

memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri Sekalipun dipaksakan pasti biaya yang

ditanggung akan sangat besar Melalui perdagangan dengan negara-negara lain

setiap negara bisa mencapai economies of scale dan selanjutnya dapat

menyalurkan kelebihan produksi yang tidak dapat diserap oleh konsumen dalam

negeri melalui ekspor Devisa yang diperoleh melalui ekspor dapat digunakan

untuk membiayai impor sehingga dapat memenuhi berbagai kebutuhannya tanpa

harus memproduksi seluruh yang dibutuhkan Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perdagangan internasional terjadi karena dua alasan yaitu adanya perbedaan

antara satu negara dengan negara yang lain dan tujuan untuk mencapai skala

ekonomi dalam produksi (Basri dan Munandar 2010 32)

Kegiatan perdagangan internasional terjadi karena adanya penawaran dan

permintaan suatu negara terhadap produk tertentu Secara teoritis suatu negara

(negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misal pakaian) ke negara lain

(negara B) apabila harga domestik negara A (sebelum terjadi perdagangan

internasional) relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga domestik negara B

Struktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah karena produksi

domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya sehingga di negara A

11

SB DB

SA A DA

PB

ES

X

P

B

M

PA

QB Q O O O QA

ED

telah terjadi excess supply (kelebihan produksi) Dengan demikian negara A

mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain Di sisi

lain negara B terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya lebih

besar daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang

terjadi di negara B lebih tinggi Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk

membeli pakaian dari negara lain yang relatif lebih murah Jika kemudian terjadi

konsumsi antara negara A dengan negara B maka akan terjadi perdagangan

antara keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama

(Kementerian Perdagangan 2011 7)

Negara A (ekspor) Perdagangan Internasional Negara B (impor)

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional Sumber Salvatore (1997 84)

Keterangan

PA Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan

internasional

OQA Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A tanpa

perdagangan internasional perdagangan internasional

A Kelebihan penawaran di negara A tanpa perdagangan internasional

X Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A

PB Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan

internasional

OQB Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B tanpa

perdagangan internasional

12

B Kelebihan permintaan di negara B tanpa perdagangan internasional

M Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B

P Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan

internasional

OQ Keseimbangan penawaran dan permintaan antara kedua negara

dimana jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor

(M)

Sebelum terjadi perdagangan internasional harga di negara A adalah

sebesar PA dan di negara B adalah PB Penawaran pasar internasional akan terjadi

jika harga internasional lebih tinggi dari PA sedangkan permintaan di pasar

internasional akan tinggi jika harga internasional lebih rendah dari PB Pada saat

harga internasional (P) sama dengan PA maka negara B akan terjadi excess

demand (ED) sebesar B Jika harga internasional sama dengan PB maka di negara

A akan terjadi excess supply (ES) sebesar A Dari A dan B akan terbentuk kurva

ES dan ED yang akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional

sebesar P Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan

mengekspor komoditi (pakaian) sebesar M dimana di pasar internasional sebesar

X sama dengan M yaitu Q (Kementerian Perdagangan 2011 8)

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional

221 Teori Merkantilisme

Penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara sebuah

negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan memperbanyak ekspor dan

mengurangi impor Surplus yang dihasilkan ekspor selanjutnya dibentuk dalam

aliran emas atau logam-logam mulia khususnya emas dan perak Semakin

banyak emas dan perak yang dimiliki sebuah negara maka semakin kaya dan

kuatlah negara tersebut

13

Kaum merkantilisme mengukur kekayaan dengan cadangan logam mulia

yang dimiliki Sebaliknya saat ini kekayaan sebuah negara diukur dengan

cadangan sumber daya manusia hasil produksi manusia serta kekayaan alam

yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa Semakin besar cadangan

tersebut maka semakin besar pula arus barang dan jasa untuk memenuhi

keinginan manusia dan dengan demikian akan semakin besar pula standar hidup

masyarakat negara tersebut (Salvatore 1997 23)

222 Teori Keunggulan Absolut

Adam Smith berpendapat bahwa sebuah negara akan melakukan

perdagangan secara sukarela jika keduanya memperoleh keuntungan

Perdagangan antar dua negara didasarkan pada keunggulan absolut yaitu

keunggulan negara dalam memproduksi sebuah komoditi namun kurang efisien

dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya maka negara

tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan

spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan

menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut Melalui

proses ini sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang efisien

Output kedua komoditi yang diproduksi akan meningkat Peningkatan output

akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang

melakukan perdagangan

Berbeda dengan kaum merkantilisme yang percaya bahwa sebuah negara

hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lainnya serta

menyarankan pengendalian pemerintah secara ketat pada semua aktivitas

14

ekonomi dan perdagangan Adam Smith justru percaya bahwa semua negara

dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dan dengan tegas menyarankan

untuk menjalankan kebijakan yang dinamakan laissez-faire yaitu suatu kebijakan

yang menyarankan sesedikit mungkin intervensi pemerintah terhadap

perekonomian Melalui perdagangan sumber daya manusia dapat didayagunakan

secara efisien dan dapat memaksimumkan kesejahteraan dunia Dalam laissez-

faire terdapat pengecualian yang paling penting adalah proteksi terhadap berbagai

industri penting sebagai pertahanan negara (Salvatore 1997 25)

223 Teori Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif yang digagas oleh David Ricardo

menyatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain

dalam memproduksi komoditi namun masih tetap terdapat dasar untuk

melakukan perdagangan kedua belah pihak Negara pertama harus melakukan

spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki

kerugian absolut kecil dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut

lebih besar (Salvatore 1997 27) Hukum keunggulan komparatif memiliki satu

pengecualian meskipun jarang terjadi Pengecualian terjadi jika keunggulan

absolut yang dimiliki suatu negara pada kedua komoditi sama besarnya

(Salvatore 1997 29)

Hukum keunggulan komparatif memiliki keunggulan dalam nilai uang

dengan mengabaikan pengecualian yang sudah disebutkan Meskipun salah satu

negara memiliki kerugian absolut dalam produksi kedua komoditi dibanding

negara ke-dua namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan

15

yang menguntungkan yaitu dengan melihat upah di negara ke-satu lebih rendah

dibandingkan negara ke-dua sehingga memungkinkan harga komoditi tersebut

lebih rendah pula dan harga komoditi yang memiliki keunggulan absolut di

negara ke-dua tersebut lebih rendah ketika kedua komoditi tersebut dinyatakan

dalam satuan mata uang masing-masing negara (Salvatore 1997 30)

Hukum keunggulan komparatif terkadang juga disebut hukum biaya

komparatif Menurut teori biaya komparatif biaya sebuah komoditi adalah

jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya

yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditi pertama Dalam

teori ini tidak dibuat asumsi bahwa tenaga kerja hanya satu-satunya faktor

produksi atau tenaga kerja bersifat homogen dan biaya atau harga sebuah

komoditi satu-satunya tergantung dari jumlah tenaga kerja Oleh sebab itu negara

yang memiliki biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi komoditi akan

memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut (Salvatore 1997 33)

Selain itu asumsi bahwa harga sama dengan biaya produksi maka biaya

oportunitas sama dengan harga relatif merupakan refleksi dari keunggulan

komparatif (Salvatore 1997 35)

224 Teori Heckscher-Ohlin

Intisari teorema H-O adalah sebuah negara akan mengekspor komoditi

yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah

dan murah di negara tersebut dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan

mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif

langka dan mahal di negara tersebut Model H-O juga sering disebut sebagai teori

16

kelimpahan faktor Teori tersebut menyatakan bahwa setiap negara akan

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang banyak

menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dalam jumlah banyak dan

berharga relatif murah serta mengimpor komoditi yang banyak menyerap faktor

produksi yang di negara tersebut relatif langka dan mahal (Salvatore 1997 129)

225 Teori Keunggulan Kompetitif

Tambunan (2004 107) menyatakan bahwa keunggulan kompetitif adalah

keunggulan yang harus diciptakan atau dikembangkan Inti dari paradigma

keunggulan kompetitif adalah suatu negara dalam persaingan global selain

ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif juga sangat ditentukan oleh

faktor-faktor keunggulan kompetitif yang dikembangkan Dari hasil studi Porter

menyimpulkan bahwa suatu negara berhasil dalam industri tertentu karena

lingkungan dasarnya bersifat mempunyai pandangan ke depan dinamis dan

menantang

Secara spesifik terdapat empat variabel domestik penting yang secara

individual mempengaruhi kinerja dan dayasaing global di suatu negara yaitu

kondisi faktor (factor condition) kondisi permintaan (demand condition) industri

terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting industry)

serta kondisi struktur persaingan dan strategi industri (firm strategy structure

and rivalry) Selain keempat faktor utama di atas terdapat dua faktor yang

mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan

(chance event) dan faktor pemerintah (government) Faktor-faktor ini membentuk

sistem dalam peningkatan keunggulan dayasaing yang disebut Porterrsquos Diamond

17

23 Dayasaing Global

Kotabe dan Helsen (2010 39) menyatakan bahwa konsep dayasaing

mengacu pada produktivitas Dayasaing suatu negara merupakan kapasitas

produksi dalam negeri dan luar negeri yang mengacu pada manusia alam dan

sumber daya modal Keberhasilan perdagangan internasional suatu negara dapat

dilihat dari dayasaingnya Dayasaing merupakan konsep umum yang digunakan

untuk merujuk pada komitmen persaingan pasar terhadap keberhasilan suatu

negara dalam persaingan internasional (Bustami dan Hidayat 2013 56)

Dayasaing merupakan posisi relatif suatu organisasi atau negara dibandingkan

dengan yang lain Negara memiliki peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan dayasaing dengan membuat kebijakan ekonomi atau politik yang

menguntungkan (Aprilia dkk 2015 2)

231 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Tambunan (2004 110) mendefinisikan RCA sebagai suatu persentase dari

jumlah ekspor manufaktur dari suatu negara lebih tinggi daripada pangsa dari

barang yang sama di dalam jumlah ekspor dunia maka negara tersebut memiliki

keunggulan komparatif atas produksi dan ekspor dari barang tersebut Nilai

indeks RCA lebih besar dari 1 berarti negara tersebut berdayasaing Sedangkan

jika lebih kecil dari 1 maka dayasaingnya buruk Indeks RCA bisa digunakan

untuk mengukur apakah Indonesia memproduksi dan mengekspor barang-barang

yang pasar luar negerinya sedang berkembang pesat atau sedang mengalami

stagnansi (Tambunan 2004 118)

18

232 Export Product Dynamic (EPD)

EPD merupakan indikator yang mengukur posisi pasar dari produk suatu

negara untuk tujuan pasar tertentu Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk

membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia dan

mengetahui dinamis atau tidaknya performa suatu produk Sebuah matriks EPD

terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis Daya tarik pasar

dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan

pasar tertentu dimana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan

pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan

pasar tertentu Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini

menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat

kategori yaitu Rising Star Falling Star Lost Opppotunity dan Retreat

(Kementerian Perdagangan 2011 21) Adapun matriks EPD adalah sebagai

berikut

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD

Share of Countryrsquos

Export in World Trade

Share of Countryrsquos Export in World Trade

Rising

(Dynamic)

Falling

(Stagnant)

Rising (Competitive) Rising Star Falling Star

Falling (Non-

competitive) Lost Opportunity Retreat

Sumber Estherhuizen dalam Kementerian Perdagangan (2011 21)

Posisi pasar yang ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tertinggi

pada ekspornya sebagai Rising Star yang menunjukkan bahwa negara tersebut

memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat

(fast-growing products) Lost Opportunity terkait dengan penurunan pangsa

pasar pada produk-produk yang dinamis adalah posisi yang paling tidak

19

diinginkan Falling Star juga tidak disukai meskipun masih lebih baik jika

dibandingkan dengan Lost Opportunity karena pangsa pasarnya tetap meningkat

Sementara itu Retreat biasanya tidak diinginkan tetapi pada beberapa kasus

tertentu mungkin diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk-produk yang

stagnan dan menuju produk-produk yang dinamis (Bappenas 2009)

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Nilai indeks ISP adalah

antara -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu negara cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi yang bersangkutan Jika nilainya negatif

maka suatu negara cenderung menjadi negara importir terhadap komoditi yang

bersangkutan

ISP juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan

suatu komoditi dalam perdagangan Menurut kementerian Perdagangan (2008)

tingkat pertumbuah perdagangan dibagi lima tahap yaitu

1 Tahap pengenalan

Ketika suatu industri (forerunner) di suatu negara A mengekspor produk-

produk baru dan industri pendatang belakangan (latecomer) di negara B impor

produk-produk tersebut Dalam tahap ini nilai indeks ISP dari industri latecomer

adalah -100 sampai -050

20

2 Tahap subtitusi impor

Pada tahap ini industri di negara B menunjukkan dayasaing yang sangat

rendah dikarenakan tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala

ekonomi Industri tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang

kurang bagus dan produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan

dalam negeri Adapun nilai indeks ISP pada tahap ini yaitu naik antara -051

sampai 000

3 Tahap pertumbuhan

Pada tahap ini industri di negara B melakukan produksi dalam skala besar

dan mulai meningkatkan ekspornya Di pasar domestik penawaran untuk

komoditi tersebut lebih besar daripada permintaan Tahap ini mempunyai nilai

indeks ISP antara 001 sampai 080

4 Tahap Kematangan

Pada tahap ini produk yang bersangkutan sudah memasuki tahap

standarisasi menyangkut teknologi yang dikandungnya Pada tahap ini juga

negara B merupakan negara eksportir Adapun nilai indeks ISP tahap ini berada

pada kisaran 081 sampai 100

5 Tahap kembali mengimpor

Pada tahap ini industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya

dengan industri dari negara A dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari

permintaan dalam negeri Tahap ini ditunjukkan dengan nilai indeks ISP yang

kembali menurun antara 100 sampai 000

21

24 Gravity Model

Gravity Model merupakan model perdagangan yang mengadopsi model

gravitasi Newton tentang kekuatan gaya tarik menarik dari dua buah objek yang

dipengaruhi secara langsung oleh massa dari kedua obyek tersebut dan secara

tidak langsung oleh jarak diantara dua objek tersebut Persamaan gravitasi

dinyatakan sebagai berikut

Fij = G MiMj D2ij

Dimana

Fij Kekuatan gaya tarik menarik

Mi dan Mj Massa

D2ij Jarak antara dua objek

G Konstanta gravitasi

Jan Timbergen pada tahun 1962 menggunakan analogi tersebut untuk

menganalisis perdagangan internasional Tarik menarik dalam konteks

perdagangan internasional adalah ekspor dan impor oleh negara-negara ldquoMassardquo

dari negara-negara tersebut adalah ukuran ekonomi atau Produk Domestik bruto

(PDB) yang dianggap dapat menghasilkan aliran-aliran potensi perdagangan

internasional Semakin besar PDB negara partner maka semakin besar pula

aliran perdagangan dari negara tersebut Namun jarak menjadi hambatan dalam

perdagangan internasional Jarak yang semakin jauh mengakibatkan biaya

transportasi dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pengiriman barang

menjadi besar Sehingga mengakibatkan kecilnya kemungkinan perdagangan

bilateral (Sarwoko 2009 3-4)

Dilanchiev (2012 75) menyatakan bahwa Gravity Model merupakan

salah satu model untuk memperkirakan perdagangan bilateral antar negara dan

22

potensi perdagangan suatu negara Keuntungan utama dalam menggunakan

Gravity Model adalah dapat menjelaskan pola perdagangan internasional dengan

kondisi jumlah data dan validitas latar belakang ekonomi yang sedikit seperti

Georgia Adapun model persamaan Gravity Model adalah

Trade ij = α PDBi PDBj

Distanceij

Keterangan

Trade Volume perdagangan antara negara i dan j

PDBi Pendapatan nasional negara i

PDBj Pendapatan nasional negara j

Distance Jarak bilateral kedua negara

α Konstanta

Bergstrand (1985 480) menyatakan bahwa Gravity Model banyak

dipengaruhi oleh pendapatan Oleh sebab itu harga dan nilai tukar menjadi

variabel yang memiliki efek signifikan dalam aliran perdagangan internasional

Sementara Zarzoso dan Lehman (2003 298) menggunakan Gravity Model untuk

menganalisis data panel pada tahun 1988-1996 dengan 20 sampel negara di Uni

Eropa Adapun persamaan Gravity Model yang digunakan oleh Zarzoso dan

Lehman adalah sebagai berikut

lXijt = αij + β1lYit + β2lYjt + β3lNit + β4lNjt + β5lDij + β6lIi + β7lIj + β8ydifij

+ β9IRERij + sumYhPijh + eijt

Dimana

αij konstanta

β1lYit Pendapatan eksportir

β2lYjt Pendapatan importir

β3lNit Populasi eksportir

β4lNjt Populasi importir

β5lDij Jarak

β6lIi Infrastruktur eksportir

β7lIj Infrastruktur importir

β8ydifij Pendapatan perkapita

23

β9IRERij Nilai tukar

Eijt eror

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan eksportir pendapatan

importir populasi importir jarak pendapatan perkapita nilai tukar dan

infrastruktur eksportir berpengaruh signifikan terhadap aliran dagang Uni Eropa

Sedangkan variabel infrastruktur importir tidak signifikan terhadap aliran dagang

Uni Eropa

Sedangkan Pradipta dan Firdaus (2014 140-141) menambahkan Indeks

Harga Konsumen (IHK) sebagai variabel kontrol yang digunakan dalam

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa IHK berpengaruh signifikan terhadap

ekspor buah Indonesia di pasar internasional Peningkatan IHK akan menurunkan

volume ekspor ke negara tujuan

241 Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir

yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi

yang berlokasi dalam suatu negara (Salvatore 1997 21) Sedangkan menurut

Case amp Fair (2002 23) PDB adalah nilai barang dan jasa akhir berdasarkan

harga pasar yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode

dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam perekonomian

tersebut

PDB merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan

beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB

merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

24

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara Ketiga PDB merupakan

gambaran awal tentang masalah-masalah mendasar yang dihadapi suatu

perekonomian Jika sebagian besar PDB dinikmati oleh sebagian penduduk maka

perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya

(Rahardja dan Manurung 2008 223)

242 Jarak Ekonomi

Jarak ekonomi adalah jarak antara kedua negara berdasarkan jarak

bilateral antara kota besar kedua negara Jarak ini digunakan untuk gambaran

biaya transportasi yang dibutuhkan untuk melakukan ekspor dan impor (Mayer

dan Zignago 2011 11) Li dkk (2008 8) menggunakan variabel jarak ekonomi

dalam penelitiannya yang berjudul Component Trade and Chinarsquos Global

Economic Integration sebagai gambaran biaya transportasi Cina ke negara-negara

tujuan ekspornya Adapun rumus jarak ekonomi adalah sebagai berikut

Jarak ekonomi = Jarak geografis x PDB negara tujuan ekspor

PDB seluruh negara yang dianalisis

Jarak ekonomi memiliki dua pengaruh yaitu negatif dan positif Menurut

penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009) Dilanchiev (2012)

serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak ekonomi

berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan Namun menurut Lawless

25

dan Whelan (2007) pengaruh positif jarak ekonomi terjadi di Amerika Serikat

Untuk bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan biaya transportasi maka

perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat akan menaikkan volume dan nilai

perdagangannya

243 Harga

Harga adalah jumlah yang harus ditagihkan untuk suatu produk atau jasa

(Kotler dan Keller 2009 18) Harga merupakan penentu utama pilihan pembeli

(Kotler dan Keller 2009 79) Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan

adalah harga barang itu sendiri Jika harga suatu barang semakin murah maka

permintaan terhadap barang tersebut bertambah Begitu juga sebaliknya Hal ini

sesuai dengan hukum permintaan yaitu bila harga suatu barang naik ceteris

paribus maka jumlah barang yang diminta akan berkurang Begitu juga

sebaliknya Jika harga suatu barang turun ceteris paribus maka jumlah barang

yang diminta akan bertambah (Rahardja dan Manurung 2008 24)

Harga

Qd = 100 ndash 10P

Kuantitas

Gambar 7 Kurva Permintaan Sumber Rahardja dan Manurung (2008 29)

244 Nilai Tukar Rupiah

Perdagangan internasional melibatkan beberapa negara dengan mata uang

uang yang berbeda-beda Untuk dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi maka

80 40 60

2

4

6

8

10

0

20 100

26

mata uang yang dipergunakan mempunyai harga tertentu dalam mata uang negara

lain Nilai tukar rupiah adalah harga atau berapa banyak suatu mata uang harus

dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain Bila dikatakan nilai

tukar rupiah adalah Rp 10000US$ maka untuk memperoleh satu unit US$ harus

disediakan sebanyak 10000 unit rupiah Jika harga satu unit komputer seharga

US$ 600 per unit maka rupiah yang harus disediakan adalah 6 juta unit

Sederhananya harga komputer per unit adalah Rp 6 juta (Rahardja dan

Manurung 2008 307)

Nilai tukar didasari dua konsep Pertama adalah konsep nominal

merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang

menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna

memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain Kedua adalah konsep riil yang

dipergunakan untuk mengukur dayasaing komoditi ekspor suatu negara di

pasaran internasional (Halwani 2002 186)

Mankiw (2012 193) menyatakan bahwa nilai tukar nominal (nominal

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan mata

uang suatu negara dengan mata uang negara lain Sedangkan nilai tukar riil (real

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang

dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain Secara umum

rumus nilai tukar riil adalah

Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal x Harga barang domestik

Harga barang luar negeri

Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan

tingkat harga di kedua negara Jika nilai tukar riil adalah tinggi berarti harga

27

barang-barang luar negeri relatif murah dan harga barang-barang domestik relatif

mahal Sebaliknya jika nilai tukar riil rendah berarti harga barang-barang luar

negeri relatif mahal dan harga barang-barang domestik relatif murah (Rahardja

dan Manurung 2008 308)

245 Populasi

Populasi menurut World Bank (2016) adalah seluruh penduduk yang

tinggal di sebuah negara tanpa menghiraukan status legal atau kewarganegaraan

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara

menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga relatif

rendah Misalnya walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih

rendah daripada penduduk Singapura tetapi secara absolut tingkat pengeluaran

konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura karena jumlah penduduk

Indonesia 51 kali lipat penduduk Singapura (Rahardja dan Manurung 2008 267)

Sitorus (2009 41) menyatakan bahwa pertambahan populasi pada negara

importir dapat berada pada sisi penawaran maupun permintaan Pada sisi

penawaran pertambahan populasi akan meningkatkan produksi dalam negeri

dalam hal kuantitas maupun diversifikasi produk negara importir Kondisi ini

akan mengakibatkan penurunan permintaan komoditi ekspor oleh negara

importir Pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar

28

246 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat

harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu

Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama

yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu Masing-masing harga

barang dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya Barang

dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling besar (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perhitungan IHK ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari

sekelompok tetap barang atau jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi)

atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang atau jasa kebutuhan rumah tangga

sehari-hari (Badan Pusat Statistik 2016) Adapun perhitungan inflasi dari IHK

adalah sebagai berikut

Inflasi = (IHK ndash IHK -1) x 100

IHK -1

Rahardja dan Manurung (2008 368) menyatakan bahwa dilihat dari

cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang mencerminkan tingkat inflasi

yang sebenarnya Tetapi IHK sangat berguna karena menggambarkan besarnya

kenaikan biaya hidup bagi konsumen sebab IHK memasukkan komoditas-

komoditas yang relevan (pokok) yang dikonsumsi masyarakat

Inflasi dalam tingkat tertentu dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan

penawaran agregat karena kenaikan harga akan memacu produsen untuk

meningkatkan output-nya Namun terdapat beberapa masalah sosial yang muncul

29

dari inflasi yang tinggi (ge 10 per tahun) Pertama menurunnya tingkat

kesejahteraan rakyat yang diukur dengan tingkat daya beli pendapatan Inflasi

menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah khususnya bagi masyarakat

yang berpenghasilan rendah Kedua memburuknya distribusi pendapatan Ketiga

terganggunya stabilitas ekonomi Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan

merusak perkiraan tentang masa depan para pelaku ekonomi Inflasi yang kronis

menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa akan terus naik

Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak

dari yang seharusnya Tujuannya untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi

Akibatnya permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat sedangkan bagi

produsen perkiraan akan naiknya barang dan jasa mendorong mereka untuk

menunda penjualan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar Penawaran

barang dan jasa menjadi berkurang Akibatnya kelebihan permintaan dapat

mempercepat dan memperbesar laju inflasi sehingga kondisi ekonomi akan

semakin memburuk (Rahardja dan Manurung 2008 371-372) Inflasi yang

memburuk mengakibatkan harga-harga dalam negeri meningkat dan cenderung

akan melakukan impor untuk meredakan harga dalam negeri

25 Penelitian Terdahulu

Dayasaing dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perdagangan

internasional merupakan tema penelitian yang sebelumnya telah banyak diteliti

baik di Indonesia maupun di luar negeri Terdapat tujuh penelitian terdahulu yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam pemilihan metode analisis

30

dan variabel-variabel yang dipilih Adapun penelitian terdahulu dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut

Tabel 3 Penelitian Terdahulu

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

1 Posisi

Dayasaing dan

Spesialisasi

Perdagangan

Lada Indonesia

dalam

Menghadapi

Globalisasi

(Studi Pada

Ekspor Lada

Indonesia

Tahun 2009-

2013)

(Feira Aprilia

R Zainul

Arifin dan

Sunarti 2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Indeks

Spesialisasi

Perdagangan

(ISP)

1 Lada Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif dalam

perdagangan

dunia Dibuktikan

dengan

perhitungan RCA

pada tahun 2013

RCA Indonesia

1726 berada di

atas Brazil 770

India 360 dan

Malaysia 313

namun di bawah

Vietnam 4477

2 Berdasarkan

perhitungan ISP

dapat diketahui

bahwa Indonesia

merupakan

negarara eksportir

lada dan

merupakan

negara eksportir

lada kedua

setelah Vietnam

Persamaan

Menggunakan

metode

analisis RCA

dan ISP

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis EPD

dan Gravity

Model dengan

fokus analisis

pada

dayasaing

ekspor lada di

negara tujuan

ekspor bukan

pada sesama

negara

eksportir lada

di dunia

31

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

2 Analisis

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Lada

Indonesia ke

Negara Tujuan

Ekspor (Nadia

Permatasari

2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

1 Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif yang

kuat ke negara

tujuan

2 Rising star

Singapura dan

Inggris Falling

star Australia dan

Vietnam Lost

Opportunity AS

Jerman dan India

Retreat Jepang

3 Variabel yang

berpengaruh

signifikan adalah

GDP perkapita

negara tujuan

harga ekspor lada

Indonesia

populasi dan

produksi lada

Indonesia

Variabel tidak

berpengaruh

signifikan adalah

nilai tukar rupiah

Persamaan

menggunkaan

metode analisis

RCA EPD

dan regresi

data panel

Perbedaan

Penelitian

Nadia (2015)

tidak

menggunkana

ISP konsep

dalam

penentuan

variabel bukan

berdasarkan

teori Gravity

Model jumlah

tahun dan

negara yang

diteliti lebih

sedikit dan

menggunakan

nilai ekspor

bukan volume

ekspor untuk

variabel Y

dalam analisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

volume ekspor

lada

32

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

3 Analisis Posisi

Lada Putih

Indonesia di

Pasar Lada

Putih Dunia

(Kristiawan

Hadinata

Ginting 2014)

1 Regresi

Linear

Berganda

Logaritmatik

2 Almost Ideal

Demand

System

(AIDS)

1 faktor-faktor yang

berpengaruh

terhadap volume

perdagangan lada

putih Indonesia

terhadap lada

putih dunia adalah

harga lada putih

dunia harga lada

hitam dunia dan

GDP per kapita

dunia Sedangkan

populasi tidak

berpengaruh

2 Lada putih

Indonesia

memiliki

dayasaing di pasar

lada putih dunia

yang lebih baik

dibandingkan lada

putih Vietnam

Lada putih

Indonesia juga

memiliki prospek

yang baik dilihat

dari potensi pasar

lada putih dunia

itu sendiri Pasar

lada putih dunia

masih memiliki

potensi untuk

dimasuki

walaupun terdapat

desakan lada

hitam yang dapat

diolah lebih lanjut

menjadi lada

putih

Persamaan

menganalisis

faktor-faktor

dan dayasaing

lada

Perbedaan

Penelitian ini

menggunakan

regresi data

panel

meneliti lada

secara umum

dengan kode

HS 0904 di

UN

Comtrade

dan

menambahkan

variabel IHK

jarak

ekonomi dan

kurs riil

Dayasaing

dalam

penelitian ini

juga

menggunakan

metode RCA

EPD dan ISP

33

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

4 Empirical

Analysis of

Georgian

Trade Pattern

Gravity Model

(Azer

Dilanchiev

2012)

Regresi data

panel tahun

2000 - 2011

1GDP perkapita jarak

ekonomi dan FDI

berpengaruh

terhadap

perdagangan

Georgia

2Nilai tukar populasi

Georgia dan

populasi negara lain

tidak berpengaruh

signifikan

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel

Perbedaan

Penelitian ini

tidak

menggunkana

variabel

populasi

negara

eksportir dan

variabel

dummy

namun

menambahkan

variabel IHK

5 Perdagangan

Bilateral

Antara

Indonesia

dengan

Negara-Negara

Patner Dagang

Utama dengan Menggunakan Model

Gravitasi

(Sarwoko

2009)

Regresi OLS 1Perdagangan

Indonesia secara

positif dipengaruhi

oleh ukuran-ukuran

ekonomi PDB dan

PDB perkapita

negara importir dan

secara negatif

dipengaruhi oleh

jarak geografis

antara Indonesia

dengan negara-

negara partner

dagang utama

tersebut Sedangkan

PDB serta PDB

perkapita Indonesia

tidak berpengaruh

Persamaan

Menggunakan

Gravity

Model

Perbedaan

Pelitian ini

menambahkan

variabel lain

seperti

populasi

harga indeks

harga

konsumen

dan nilai

tukar

34

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

6 Peningkatan

Ekspor CPO

dan Kakao Di

Bawah

Pengaruh

Liberalisasi

Perdagangan

(Suatu

Pendekatan

Model

Gravitasi

(Maria Sitorus

2009)

Regresi data

panel

1 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

eskpor kakao

adalah GDP dan

populasi

eksportir nilai

tukar dan jarak

Sedangkan

variabel GDP dan

Populasi importir

tidak berpengaruh

signifikan

2 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

ekspor CPO

adalah GDP

eksportir dan

importir populasi

eksportir dan

importir serta

jarak Sedangkan

variabel nilai

tukar tidak

berpengaruh

nyata

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel dan

variabel-

variabel

Gravity

Model kecuali

IHK dan

populasi

eksportir

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

analisis

dayasaing

35

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

7 Posisi

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Buah-

Buahan

Indonesia

(Amalia

Pradipta dan

Muhammad

Firdaus 2014)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

Gravity

Model

1 EPD dan RCA

menunjukkan

bahwa buah yang

memiliki

keunggulan

komparatif dan

kompetitif

tertinggi di negara

tujuan dan dunia

adalah buah

manggis mangga

dan jambu

2 Faktor yang

mempengaruhi

aliran ekspor

buah Indonesia

meliputi harga

ekspor populasi

jarak ekonomi

GDP riil dan per

kapita nilai tukar

riil Indeks harga

konsumen

Indonesia dan

variabel dummy

krisis yang terjadi

di Eropa

Persamaan

Menggunakan

metode RCA

dan EPD

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis ISP

36

26 Kerangka Pemikiran

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis Dayasaing Komoditi Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Keunggulan

Komparatif

Analisi Faktor-Faktor

yang mempengaruhi

Volume Ekspor Lada

Indonesia

Kekuatan dan Peluang Lada Indonesia

1 Produksi Produksi meningkat

meskipun lahan berkurang

2 Produktivitas Produktivitas tinggi

3 Harga meningkat Harga yang

meningkat dari tahun ke tahun

menjadi peluang bagi eksportir untuk

meningkatkan volume ekspor karena

keuntungan lebih tinggi

4 Neraca perdagangan lada positif

5 Permintaan lada dunia meningkat

Masalah yang Dihadapi

Indonesia

1 Luas lahan berkurang

2 Fluktuasi ekspor

3 Pesaing utama (Vietnam

dan Brazil)

Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per kapita

2 Jarak ekonomi

3 Harga

4 Kurs riil

5 Populasi

6 Indeks harga

konsumen

Keunggulan

Kompetitif

Hasil dan Interpretasi

Regresi Data

Panel

Gravity

Model

EPD

dan ISP

RCA

37

27 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah

1 Nilai RCA Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional lebih dari 1

artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif sehingga komoditi

tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Nilai EPD Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional berada di sumbu

positif artinya Indonesia memiliki pangsa pasar lada yang kuat

3 Nilai ISP Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional adalah antara -1

sampai +1 Jika nilanya positif artinya Indonesia cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi lada

4 Variabel rata-rata PDB per Kapita berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

5 Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

6 Variabel Harga berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

7 Variabel Kurs Riil berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

8 Variabel Populasi berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

9 Variabel Indeks Harga Konsumen berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengakses website yang berkaitan dengan

judul penelitian Website yang diakses terdiri dari website UN Comtrade UN

CTAD World Bank dan CEPII Adapun waktu penelitian ini dimulai dari bulan

April - November tahun 2016

32 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif cross-sectional

menggunakan data panel yaitu time series 2004-2013 dan cross section sembilan

belas negara yang diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 9 dan microsoft

excel Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

beberapa sumber sebagai berikut

Tabel 4 Sumber Data dan Data

No Sumber Data

1 UN Comtrade

1 Nilai ekspor lada Indonesia ke negara importir

2 Nilai ekspor lada dunia ke negara importir

3 Total nilai ekspor Indonesia ke negara importir

4 Total nilai ekspor dunia ke negara importir

5 Nilai impor lada Indonesia dari negara importir

6 Harga lada Indonesia di pasar internasional

2 UN CTAD

Nilai tukar Rupiah

3 World Bank 1 PDB per Kapita

2 Populasi negara tujuan

3 Indeks harga konsumen

4 CEPII Jarak Ekonomi

39

33 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh negara yang menjadi tujuan

ekspor lada Indonesia Tahun 2004 - 2013 yaitu sebanyak 80 negara Penentuan

sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan

metode purposive sampling yaitu sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono 2011 68) Sampel dalam penelitian ini adalah negara-negara tujuan

ekspor lada Indonesia yang melakukan impor lada dari Indonesia secara kontinu

dari tahun 2004 - 2013 yang terdiri dari Amerika Serikat Australia Belanda

Belgia Bulgaria Hongkong India Inggris Italia Jepang Jerman Kanada

Korea Selatan Malaysia Pakistan Perancis Rusia Singapura dan Vietnam

34 Metode Analisis Data

Penelitian ini dianalisis menggunakan Revealed Comparative Advantage

(RCA) untuk mengetahui dayasaing lada secara komparatif Export Product

Dynamic (EPD) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk mengetahui

dayasaing lada secara kompetitif serta data panel untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

Data panel adalah data yang berstruktur urut waktu (time series) dan data

beberapa objek pada satu waktu (cross section) Data panel memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan data time series maupun cross section yang terdiri dari

(Suliyanto 2011 229)

1 Memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi Hal ini karena data

tersebut melibatkan beberapa individu dalam beberapa waktu

40

2 Mampu memberikan data yang lebih informatif bervariasi serta memiliki

tingkat kolinearitas yang rendah Hal ini karena menggabungkan data time

series dan cross section

3 Cocok untuk studi perubahan dinamis karena data panel pada dasarnya

adalah data cross section yang diulang-ulang (series)

4 Mampu mendeteksi dan mengukur pengaruh yang tidak dapat diobservasi

dengan data time series murni atau data cross section murni

5 Mampu mempelajari model perilaku yang lebih kompleks Misalnya

fenomena perubahan teknologi

341 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Analisis RCA merupakan salah satu metode analisis untuk mengukur

kekuatan dayasaing Adapun rumus analisis RCA adalah sebagai berikut

Keterangan

RCA

Xik

Xim

Xwk

Xwm

Keunggulan komparatif Indonesia

Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai dayasaing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan yaitu

1 Jika nilai RCA gt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Jika nilai RCA lt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki dayasaing lemah

RCA = Xik Xim

X wk Xwm 31

41

n

t=1 t

n

t=1 t-1

t=1 t t=1 t-1

n n

342 Export Product Dynamic (EPD)

Salah satu indikator dayasaing lainnya adalah Export Product Dynamic

Metode ini digunakan untuk mengukur posisi pasar suatu negara di negara tujuan

ekspornya dan mengukur dinamis atau tidaknya suatu produk di pasar

menggunakan empat kuadran yang terdiri dari Rising star Falling Star Lost

Opportunity dan Retreat Adapun rumus Export Product Dynamic (EPD) adalah

sebagai berikut

Pangsa Pasar Indonesia (Sumbu X)

sum (Xi Wi) x 100 - sum (Xi Wi) x 100

T

Pangsa Pasar Produk (Sumbu Y)

sum (Xt Wt) x 100 - sum (Xt Wt) x 100

T

Keterangan

Xi Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Xt Nilai total ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wi Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wt Nilai total ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

t Tahun analisis

t-1 Tahun analisis sebelumnya

T Total tahun analisis

32

33

42

SP = (Xia ndash Mia) (Xia + Mia)

+ +

- +

- +

- -

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan metode EPD

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Indeks ISP dapat

dirumuskan sebagai berikut

Keterangan

Xia Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Mia Nilai impor lada Indonesia dari negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai indeks ISP adalah anata -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu

negara cenderung menjadi negara eksportir terhadap komoditi yang

bersangkutan Jika nilainya negatif maka maka suatu negara cenderung menjadi

negara importir terhadap komoditi yang bersangkutan

344 Regresi Data Panel

Gravity Model merupakan sebuah model untuk mengukur volume ekspor

yang dipengaruhi oleh pendapatan negara jarak dan variabel lain yang

berhubungan dengan perdagangan internasional Faktor-faktor yang digunakan

34

Lost Opportunity

Retrat Falling Star

Rising Star

43

dalam penelitian ini adalah rata-rata Produk Domestik Bruto per kapita Jarak

Ekonomi Harga lada Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen

Persamaan Gravity Model menggunakan ln (logaritma natural) agar memenuhi

uji asumsi klasik dan menghindari model dari bias Perumusan Gravity Model

dalam penelitian ini adalah

LnVEL= β0 + β1LnPDBC + β2LnJE + β3LnHRG+ β4LnKR + β5LnPOP

+ β6IHK + e

Keterangan

LnVEL Volume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional

(ton) dalam persen

LnPDBC Rata-rata PDB per Kapita

LnJE Jarak Ekonomi (KM) dalam persen

LnHRG Harga Lada (US$ per ton) dalam persen

LnKR Kurs Riil (RpUS$) dalam persen

LnPOP Populasi (jiwa) dalam persen

IHK Indeks Harga Konsumen dalam persen

β0 Konstanta

β1-β7 Koefisien Regresi

e eror

345 Uji Kesesuaian Model

Widarjono (2009 231-237) menyatakan bahwa secara umum data panel

akan menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap negara

dan setiap periode waktu Oleh karena itu pengestimasian persamaan data panel

akan sangat tergantung dari asumsi yang dibuat tentang intersep koefisien slope

dan variabel pengganggunya Dengan demikian terdapat beberapa metode yang

biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel yaitu

35

44

1 Common Effect Model (CEM)

Model CEM merupakn model dengan koefisien tetap antara waktu dan

individu Model CEM hanya mengkombinasikan data time series dan

cross section Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi

individu maupun waktu Sehingga diasumsikan bahwa perilaku data

antara individu sama dalam berbagai kurun waktu

2 Fixed Effect Model (FEM)

Model FEM merupakan model dengan slope konstan tetapi intersep

berbeda antara individu Model FEM juga menggunakan variabel dummy

untuk menangkap adanya perbedaan intersep Regresi data panel dengan

model FEM diduga mengandung masalah heteroskedastisitas Oleh sebab

itu permasalahan heteroskedastisitas dalam model ini dapat diatasi

dengan menggunakan metode GLS

3 Random Effect Model (REM)

Model REM merupakan model mempunyai variabel gangguan berbeda

antara individu tetapi tetap antara waktu Model random merupakan

model yang akan mengestimasi data panel di mana variabel gangguan

mungkin saling berhubungan antara waktu dan individu Oleh sebab itu

metode yang tepat digunakan untuk mengestimasi model REM adalah

Generalized Least Squares (GLS)

Setelah diketahui macam-macam model data panel tahap selanjutnya

adalah memilih model mana yang paling tepat untuk untuk mengestimasi model

45

data panel Adapun uji-uji yang dilakukan untuk memilih model yang tepat

adalah sebagai berikut

1 Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk mengetahui apakah FEM lebih baik

daripada CEM atau sebaliknya hal tersebut dapat dilihat dari signifikansi

FEM dan uji F statistik jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak

dan H1 diterima Begitu juga sebaliknya apabila F hitung lebih kecil dari F

tabel maka H0 diterima (Widarjono 2009 238) Berikut hipotesis uji Chow

H0 Common Effect Model

H1 Fixed Effect Model

2 Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk memilih apakah model FEM lebih baik

dari REM atau sebaliknya Uji Hausman didasarkan pada LSDV pada FEM

dan GLS pada REM Uji ini mengikuti statistika chi square dengan degree of

freedom sebanyak k (jumlah variabel independen) Jika nilai statistik

Hausman lebih besar daripada nilai kritisnya maka H0 ditolak Sebaliknya

apabila nilai statistik Hausman lebih kecil daripada nilai kritisnya maka H0

diterima (Widarjono 2009 240-241) Berikut hipotesis uji Hausman

H0 Random Effect Model

H1 Fixed Effect Model

3 Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui apakah model

REM atau CEM yang paling tepat digunakan Uji signifikansi REM ini

46

dikembangkan oleh Breusch Pagan Metode Breusch Pagan untuk uji

signifikansi REM didasarkan pada nilai residual dari metode OLS

(Widarjono 2009 239) Hipotesis yang digunakan adalah

H0 Common Effect Model

H1 Random Effect Model

Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-squares dengan degree of

freedom sebesar jumlah variabel independen Jika nilai LM statistik gt nilai

kritis statistik chi-squares maka kita menolak H0 yang artinya estimasi yang

tepat untuk model regresi data panel adalah metode REM daripada metode

CEM Sebaliknya jika nilai LM lt kecil dari nilai statistik chi-squares sebagai

nilai kritis maka hipotesis nul diterima yang artinya estimasi yang digunakan

dalam regresi data panel adalah metode CEM bukan metode REM

346 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengaanggu atau residual memiliki distribusi normal Seperti diketahui

bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel yang kecil (Ghozali 2006 147)

1 Uji Normalitas dengan Analisis Grafik

Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik merupakan

metode yang termudah Analisis grafik dilakukan dengan menggunakan

histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal

sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal

47

Jika Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti

lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal

Normal

Gambar 10 Histogram Normalitas Sumber Ghozali (2009 34)

2 Uji Normalitas dengan Jarque-Bera (JB Test)

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik Jarque-Bera (JB)

dengan nilai Chi-Square (χ2) table dengan tingkat signifikansi 5 dan df (2)

Pengambilan keputusan dalam uji JB adalah jika nilai Jarque-Bera (JB) le χ2 tabel

maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal Sedangkan jika nilai

Jarque-Bera (JB) gt χ2 tabel maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi tidak

normal (Widarjono 2009 49)

347 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghazali

2006 95-96)

Pendeteksian ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis

korelasi berpasangan yang tinggi diantara variabel-variabel independen Jika

antar variabel independen terdapat koefisien korelasi yang tinggi (di atas 085)

maka dapat disimpulkan bahwa dalam model terdapat multikolinearitas Jika

48

koefisien korelasi lebih rendah dari 085 maka model tidak mengandung

multikolinearitas (Widarjono 2009106)

2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali 2006 125) Pengujian

heteroskedastisitas bisa dilakukan dengan metode Glejser Metode ini melakukan

regresi nilai absolut residual dengan variabel independennya (Widarjono 2009

120)

3 Uji Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota

observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu Oleh karena itu data

runtut waktu diduga seringkali mengandung unsur autokorelasi Sedangkan data

cross-section diduga jarang ditemui adanya unsur autokorelasi Salah satu metode

yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah Durbin-Watson Jika nilai

d adalah 2 maka tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif (Widarjono

2009 142-145) Adapun tabel pengujian Durbin-Watson adalah sebagai berikut

49

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

Nilai statistik d Hasil

0 lt d lt dL Ada autokorelasi positif

dL le d le dU Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

dU lt d lt 4 ndash dU Tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

4 ndash dU le d le 4ndashdL Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

4 ndash dL lt d lt 4 Ada autokorelasi negatif Sumber Widarjono (2009 146)

348 Uji signifikansi

1 Uji Signifikan Simultan (F)

Uji statistik F menurut Ghazali (2006 88) pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

terikat Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut

1 Bila nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat

kepercayaan 5 yang menyatakan bahwa semua variabel independen

secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen

2 Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F tabel Bila F-

hitung gt F tabel maka H0 ditolak dan menerima H1

2 Uji Signifikan Parsial (t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut

1 Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat

kepercayaan sebesar 005 maka H0 dapat diterima dan apabila lebih dari 005

maka H0 ditolak bila nilai t lebih dari 2 (nilai absolut)

50

2 Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel Apabila

t hitung gt t tabel maka variabel independen secara parsial mempengaruhi

variabel dependen (Ghazali 2006 88 - 89)

3 Koefisien Determinan (Rsup2)

Koefisien Determinan (Rsup2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu Nilai Rsup2 yang kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

amat terbatas Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen Jika nilai Rsup2 sama dengan satu maka pendekatan tersebut terdapat

kecocokan sempurna dan jika Rsup2 sama dengan nol maka tidak ada kecocokan

pendekatan (Ghozali 2006 87)

35 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati

secara langsung (Azwar 2013 74) Terdapat enam variabel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu variabel rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi

Harga Kurs Rill Populasi dan IHK Adapun definisi operasional variabel-

variabel tersebut adalah sebagai berikut

51

Tabel 6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnVEL Volume penjualan adalah

ukuran yang menunjukkan

banyaknya atau besarnya

jumlah barang atau jasa yang

terjual (Daryanto 2011 187)

Ekspor adalah kegiatan

mengeluarkan barang dari

Daerah Pabean (Menteri

Perdagangan 2012 5)

Banyaknya jumlah lada yang di

ekspor ke negara importir pada

tahun 2004-2013

LnPDBC PDB adalah nilai barang dan

jasa akhir berdasarkan harga

pasar yang diproduksi oleh

sebuah perekonomian dalam

satu periode dengan

menggunakan faktor-faktor

produksi yang berada dalam

perekonomian tersebut (Case

dan Fair 2002 23)

Rata-rata nilai pasar semua

barang dan jasa akhir Indonesia

dan negara importir yang

dihasilkan oleh faktor-faktor

produksi pada tahun 2004-2013

yang dibagi dengan jumlah

penduduk dalam satuan Dollar

Amerika (US$) dengan rumus

Rata-Rata PDB per Kapita =

(PDB per kapita Indonesia +

PDB per kapita importir)2

LnJE Jarak ekonomi adalah jarak

antara kedua negara

berdasarkan jarak bilateral

antara kota besar kedua negara

Jarak ini digunakan untuk

gambaran biaya transportasi

yang dibutuhkan untuk

melakukan ekspor dan impor

(Mayer dan Zignago 2011

11)

Jarak antar Indonesia dengan

negara tujuan secara riil dan

ekonomi yang digunakan sebagai

proxy untuk biaya transportasi

dan komunikasi serta waktu

pengiriman yang dibutuhkan

dalam kegiatan ekspor dan impor

dalam satuan KM dengan rumus

Jarak Ekonomi = Jarakij x (PDB

importirTotal PDB seluruh

negara yang dianalisis)

LnHRG Harga adalah jumlah yang

harus ditagihkan untuk suatu

produk atau jasa (Kotler dan

Keller 2009 18)

Jumlah uang yang ditukarkan

oleh negara-negara importir

dengan lada Indonesia pada

tahun 2004 - 2013 dalam satuan

Dolar (US$Ton)

LnKR Kurs riil (real exchange rate)

adalah nilai yang digunakan

seseorang saat menukarkan

barang dan jasa dari suatu

negara dengan barang dan jasa

dari negara lain (Mankiw

2012 193)

Kurs riil antara Indonesia dengan

negara importir yang ditukarkan

pada lada Indonesia dalam

satuan RpUS$ dengan rumus

KR= Kurs nominal x (IHK

IndonesiaIHK importir)

52

Tabel 6 Definisi Operasional (Lanjutan)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnPOP Semua warga negara di suatu

negara tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali

pencari suaka (World Bank

2016)

Semua warga negara di negara

tujuan ekspor tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali pencari

suaka pada tahun 2004 - 2013

yang dihitung dalam satuan jiwa

IHK Indeks harga konsumen adalah

angka indeks yang

menunjukkan tingkat harga

barang dan jasa yang harus

dibeli konsumen dalam satu

periode tertentu (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perubahan harga dari suatu

paket barang dan jasa yang

dikonsumsi oleh rumah tangga di

negara tujuan dalam satuan ()

pada tahun 2004-2013 dengan

tahun dasar 2010=100

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia

Para ahli memperkirakan bahwa lada merupakan tanaman asli Asia

selatan khususnya India Habitat asli lada adalah hutan-hutan yang lembab dan

hangat dengan tanah datar Pada abad ke-enam SM lada dibawa masuk oleh

saudagar-saudagar Hindu dari India ke Nusantara melalui Selat Sunda Di pesisir

Selat Sunda terutama Banten dan sekitarnya tanaman lada banyak

dibudidayakan Selain di Banten lada kemudian dibudidayakan secara intensif di

Lampung Hal ini ditunjukkan oleh sebuah piagam kuno yang bernama Piagam

Bojong tahun 1500 M yang menunjukkan kejayaan Lampung sebagai produsen

lada yang diperdagangkan secara luas ke seluruh dunia (Sutarno dan Andoko

2005 4) Adapun klasifikasi lada adalah sebagai berikut

Klasifikasi Lada

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas Magnoliopsida (berkeping dua dikotil)

Sub Kelas Magnoliidae

Ordo Piperales

Famili Piperaceae (suku sirih-sirihan)

Genus Piper

Spesies Piper nigrum L

Lada pala dan cengkih merupakan rempah-rempah yang menjadi

komoditas penting dari zaman dahulu hingga sekarang Diantara rempah-rempah

54

lainnya lada mendapatkan julukan sebagai ldquoraja rempah-rempahrdquo (the king of

spice) Lada mempunyai khasiat sebagai penghangat badan sehingga

keberadaannya sangat diperlukan oleh masyarakat di negara-negara subtropis

yang suhunya relatif dingin Begitu berharganya lada dipergunakan sebagai alat

tukar seperti halnya uang di Jerman pada abad XIV Lada juga menjadi komoditi

yang mendorong beberapa negara di Eropa seperti Portugis dan Belanda berlayar

sampai ke Indonesia Belanda (VOC) berhasil menguasai perdagangan lada dunia

berkat lada yang diperoleh dari nusantara dan mengakibatkan penjajahan selama

kurang lebih 350 tahun Pada abad pertengahan tersebut Indonesia terutama

Lampung merupakan sentra produksi lada yang tidak bisa diabaikan Dari

Lampunglah Belanda memasok sebagian besar ladanya yang diperdagangkan di

pasar dunia Pada tahun 1682 Belanda berhasil memasarkan sekitar 75 ton lada

hitam asal Lampung ke pasar dunia (Sutarno dan Andoko 2005 2)

Hingga tahun 2000 Indonesia merupakan salah satu produsen lada yang

diperhitungkan di pasar dunia dengan tingkat produksi 77500 ton Namun pada

tahun-tahun selanjutnya produktivitas lada terus menurun dan pada tahun 2003

menjadi 67000 ton Pada tahun tersebut posisi Indonesia tergeser oleh Vietman

dengan produksi 85000 ton atau sekitar 26 dari total produksi lada dunia

(Sutarno dan Andoko 2005 2-3)

Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama lada

dan mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada dunia Pasokan lada

Indonesia dalam perdagangan dunia dipenuhi dari Provinsi Bangka Belitung yaitu

lada putih dengan sebutan Muntok White Pepper dan Provinsi Lampung yaitu

55

lada hitam dengan sebutan Lampung Black Pepper yang sudah dikenal sejak

sebelum Perang Dunia ke-II (Wahyu 2014)

42 Lada Indonesia

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia

Lahan merupakan unsur pokok dalam bercocok tanam yang berfungsi

sebagai media tanam tanaman untuk tumbuh Pertumbuhan luas lahan menjadi

salah satu pendorong produktivitas yang tinggi Saat ini luas lahan pertanian

semakin berkurang seiring gencarnya alih fungsi lahan menjadi lahan non

pertanian seperti pabrik perumahan perkantoran jalan dan lain sebagainya

Adapun luas lahan lada dari tahun 2004-2013 adalah sebagaimana berikut

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia

Tahun Perkebunan

Rakyat (Ha)

Perkebunan

Negara (Ha)

Perkebunan

Swasta (Ha)

Total

(Ha)

2004 201248 - 236 201484

2005 191801 - 191 191992

2006 192572 - 32 192604

2007 189050 - 4 189054

2008 183078 - 4 183082

2009 185937 - 4 185941

2010 179314 - 4 179318

2011 177486 - 4 177490

2012 177783 - 4 177787

2013 171916 - 4 171920 Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (20143)

Luas areal lahan lada di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir

didominasi oleh perkebunan rakyat Sementara perkebunan swasta hanya

berkontribusi sangat sedikit dan terus mengalami penurunan hingga pada tahun

2007-2013 hanya tersisa luas lahan seluas 4 Ha Secara keseluruhan total luas

areal lada terus mengalami penurunan Hingga pada tahun 2013 luas areal lada

56

hanya sebesar 171920 Ha Penurunan terbanyak terjadi pada tahun 2005 dengan

penurunan sebesar 471 dari tahun 2004

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) terdapat empat faktor dominan

yang menjadi penyebab penurunan areal lada yaitu pertama fluktuasi harga lada

Lada merupakan komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar

internasional berpengaruh langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika

harga lada di tingkat petani rendah banyak petani lada tidak mampu merawat

tanaman secara baik sehingga produktivitasnya menurun Bahkan sebagian

petani tidak lagi menanam lada atau mengurangi luas areal lada dengan beralih ke

usaha tani komoditas lain (Manohara et al Vietnam Pepper Association dan

Irawati dalam Daras dan Pranowo 2009 2) Kedua gangguan organisme

pengganggu tanaman Mulia et al dalam Daras dan Pranowo (2009 3)

menyatakan bahwa areal pertanaman lada yang tersebar pada lima belas

kecamatan di Pulau Bangka rusak akibat serangan hama dan penyakit dengan

intensitas serangga rendah (3-7 ) sedang (10-22 ) dan tinggi (31-35 )

Ketiga dampak penambangan timah ilegal Sejak reformasi bergulir pada tahun

19971998 Pemerintah Pusat dan Daerah sedikit melonggarkan peraturan atau

ketentuan tentang penambangan timah Kondisi ini mendorong masyarakat Babel

dan sekitarnya melakukan penambangan timah secara tradisional karena kegiatan

ini mampu memberikan pendapatan secara cepat Akibatnya sebagian petani lada

beralih ke usaha penambangan timah sehingga usaha tani lada hanya sebagai

usaha sampingan (Irawati et al dalam Daras dan Pranowo 2009 3) Keempat

pengembangan komoditas lain Selain lada terdapat komoditas lain yang

57

dikembangkan di Babel seperti karet kelapa kelapa sawit kopi kakao cengkih

jambu mete dan nilam (Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Bangka

Belitung dalam Daras dan Pranowo 2009 4) Kelapa sawit merupakan

komoditas yang memperlihatkan perkembangan luas areal tanam paling pesat

sehingga mengurangi luas areal tanam lada (Daras dan Pranowo 2009 4)

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia

Berdasarkan sejarah Indonesia pernah menguasai pasar internasional lada

hingga tahun 2003 Produksi lada yang melimpah membuat Indonesia mampu

melakukan ekspor lebih banyak Laporan statistik perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3) menunjukkan bahwa produksi lada

Indonesia terus mengalami peningkatan sebagaimana Gambar 11 berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia

Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Produksi lada Indonesia terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun

2007 yang mengalami penurunan sebesar 439 sekaligus menjadi tahun dengan

produksi paling rendah dibanding tahun-tahun lainnya Sementara produksi

paling tinggi terjadi pada tahun 2013 dengan total produksi sebanyak 91039 ton

58

Adapun secara rinci total produksi lada Indonesia adalah 77008 ton pada tahun

2004 78328 ton pada tahun 2005 77533 pada tahun 2006 74131 ton pada

tahun 2007 80420 pada tahun 2008 82834 ton pada tahun 2009 83663 pada

tahun 2010 87089 pada tahun 2011 87841 ton pada tahun 2012 dan 91039 ton

pada tahun 2013

Peningkatan produksi lada di Indonesia seharusnya dapat mendorong

ekspor lada Indonesia Namun menurut data Statistik Perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 4) terjadi penurunan ekspor yang besar

pada tahun 2011 dan 2013 Adapun hubungan antara produksi dengan ekspor lada

Indonesia adalah sebagai berikut

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia

Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Hubungan

2004 77008 34302 +

2005 78328 34556 +

2006 77533 36953 +

2007 74131 38447 +

2008 80420 52407 +

2009 82834 50642 +

2010 83663 62599 +

2011 87089 36487 -

2012 87841 62605 +

2013 91039 47908 - Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3-4)

Secara umum dalam kurun waktu 2004 - 2013 produksi lada Indonesia

memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia Artinya

produksi lada memberikan dampak yang positif karena setiap kenaikan produksi

lada di Indonesia akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia Namun

terjadi hubungan yang negatif pada tahun 2011 dan 2013 yang dapat dilihat

dengan menurunnya volume ekspor lada Indonesia pada tahun tersebut Produksi

59

lada pada tahun 2011 meningkat sebesar 41 namun terjadi penurunan ekspor

sebesar 4171 Begitupun pada tahun 2013 produksi lada meningkat sebesar

364 namun ekspor lada menurun sebesar 2348 Hal ini dikarenakan

konsumsi lada dalam negeri pada tahun tersebut mencapai 3489 dan 2835

dari total produksi

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia

Besaran harga lada merupakan salah satu faktor yang dapat memicu naik

dan turunnya penjualan lada Harga lada domestik Indonesia menurut

International Pepper Community (2013 53) menunjukkan peningkatan yang

cukup tinggi Harga rata-rata lada hitam dan putih memiliki perbedaan yang

cukup besar yaitu hampir mencapai 50 Perbedaan harga ini disebabkan oleh

proses pengolahan lada putih yang lebih rumit dibandingkan lada hitam Adapun

perkembangan rata-rata lada adalah sebagai berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Rp

Kg)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia Sumber International Pepper Community (2013 53)

Harga rata-rata lada hitam dan lada putih dalam negeri bergerak secara

beriringan secara fluktuatif namun cenderung meningkat Peningkatan harga rata-

rata lada hitam tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan peningkatan sebesar

60

751 dari tahun sebelumya yaitu dari Rp 27899Kg menjadi Rp 48850Kg dan

sempat mengalami penurunan sebesar 1884 pada tahun 2009 menjadi Rp

22142Kg dari Rp 27281Kg Adapun harga rata-rata lada hitam per kilogram

adalah Rp 9489 pada tahun 2004 Rp 10089 pada tahun 2005 Rp 15238 pada

tahun 2006 Rp 25284 pada tahun 2007 Rp 27281 pada tahun 2008 Rp 22142

pada tahun 2009 Rp 27899 pada tahun 2010 Rp 48850 pada tahun 2011 Rp

52409 pada tahun 2012 dan Rp 62430 pada tahun 2013

Sama halnya dengan lada hitam harga rata-rata lada putih mengalami

peningkatan yang tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 5291 dan menurun

pada tahun 2009 sebesar 239 Adapun harga rata-rata lada putih per kilogram

adalah Rp 18284 pada tahun 2004 Rp 18968 pada tahun 2005 Rp 24036 pada

tahun 2006 Rp 36043 pada tahun 2007 Rp 40938 pada tahun 2008 Rp 39961

pada tahun 2009 Rp 45925 pada tahun 2010 Rp 70223 pada tahun 2011 Rp

77907 pada tahun 2012 dan Rp 90083 pada tahun 2013 Tingginya harga lada

putih disebabkan adanya perbedaan proses pengolahan pada lada Proses

pembuatan lada putih lebih rumit daripada lada hitam Lada putih dipilih dari

buah yang matang kemudian direndam dalam air selama beberapa hari Dari satu

kilogram lada yang direndam hanya dapat menghasilkan lada putih paling

banyak empat ons Sedangkan proses pembuatan lada hitam lebih mudah yaitu

dengan cara mengeringkan lada hijau kemudian dibersihkan tangkainya

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) fluktuasi harga lada merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penurunan luas areal tanam lada

yang juga akan berpengaruh terhadap jumlah produksi lada Lada merupakan

61

komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar internasional berpengaruh

langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika harga lada di tingkat petani

rendah banyak petani lada tidak mampu merawat tanaman secara baik sehingga

produktivitasnya menurun Bahkan sebagian petani tidak lagi menanam lada atau

mengurangi luas areal lada dengan beralih ke usaha tani komoditas lain

Sebaliknya jika harga lada dalam negeri meningkat maka petani cenderung akan

mempertahankan lahannya untuk terus memproduksi lada karena besarnya

keuntungan yang akan didapatkan Hal ini sejalan dengan cenderung

meningkatnya produksi dalam negeri dalam kurun waktu 2004 - 2013 (Direktorat

Jenderal Perkebunan 2014 3) Namun meningkatnya harga domestik lada

berdampak kurang baik terhadap ekspor lada Hal ini terlihat dari menurunnya

ekspor lada pada tahun 2011 dan 2013 dimana pada tahun yang sama harga lada

domestik baik hitam maupun putih mengalami peningkatan yang signifikan Hal

ini menunjukkan bahwa petani cenderung menjual ladanya pada konsumen dalam

negeri dibandingkan luar negeri karena keuntungan yang didapat akan lebih besar

dengan meningkatnya harga domestik lada tersebut

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia

Perkembangan ekspor lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 fluktuatif

Sebagaimana Gambar 4 bahwa volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2012

yaitu sebanyak 62608 ton dan terendah pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton

Ekspor lada Indonesia fluktuatif dengan total eskpor terbanyak terjadi

pada tahun 2012 yaitu 62608 ton naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya

Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348 pada tahun 2013 dengan

62

total ekspor sebanyak 47908 ton Sedangkan penurunan terbesar ekspor lada

Indonesia terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor

sebanyak 36487 ton

Penurunan ekspor tertinggi pada tahun 2011 diiringi oleh peningkatan

harga domestik lada tertinggi pada tahun yang sama Pada tahun tersebut harga

lada mencapai Rp 48850Kg naik sebesar 751 untuk lada hitam dan Rp

70223Kg naik sebesar 5291 untuk lada putih Begitupun pada tahun 2013 di

mana harga domestik lada hitam mencapai Rp 62430Kg naik sebesar 1912

dan lada putih Rp 90083Kg naik sebesar 1563 (International Pepper

Community 2013 53)

43 Lada Dunia

Indonesia merupakan salah satu negara yang berkontribusi dalam

penyediaan lada dunia Selain Indonesia terdapat negara lain yang berperan aktif

dalam penyediaan lada dunia diantaranya Brazil Cina India Madagaskar

Malaysia Sri Lanka Thailand dan Vietnam Dalam kurun waktu 2004 - 2013

Vietnam dan Brazil merupakan pesaing terdekat lada Indonesia di pasar

internasional

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia

Permintaan lada dunia yang terus meningkat perlu didukung oleh luasnya

areal tanam yang besar Lahan yang luas akan mendukung produksi lada yang

tinggi Adapun ketersediaan lahan lada di dunia adalah sebagai berikut

63

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ha)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailnd

Vietnam

Lainnya

Gambar 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia Sumber International Pepper Community (2013 3)

Menurut data International Pepper Community (2013 3) India

merupakan negara dengan luas areal lahan lada terbesar hingga mencapai

253730 Ha pada tahun 2006 Meskipun juga mengalami penurunan luas lahan

pada tahun-tahun selanjutnya India masih menempati posisi pertama sebagai

negara dengan luas lahan lada terbesar di dunia dengan luas areal lahan sebesar

19700 Ha pada tahun 2013 Sedangkan Vietnam yang merupakan eksportir lada

pertama di dunia hanya memiliki luas areal lahan lada sebesar 56500 Ha pada

tahun 2013 Luas lahan ini lebih kecil dibandingkan Indonesia pada tahun yang

sama yaitu 113000 Ha Sementara Brazil yang merupakan negara ketiga

eksportir lada dunia hanya memiliki luas lahan sebesar 20000 Ha pada tahun

2013

Meskipun memiliki luas lahan yang tidak lebih luas dari Indonesia dan

India Vietnam mempunyai manajemen lahan yang baik sehingga mampu

menjadi produsen dan ekportir utama lada dunia Adapun manajemen lahan yang

dilakukan Vietnam adalah dengan cara membuat drainase yang baik saat musim

64

hujan dan membuat irigasi yang dapat meminimalisir penyebaran dan

kontaminasi penyakit Hal inilah yang menyebabkan produktivitas lada Vietnam

lebih tinggi daripada Indonesia maupun India (Ton dan Buu 2011 18)

432 Produksi Lada Dunia

Produksi lada dunia didominasi oleh negara-negara dengan luas lahan

yang luas seperti India Indonesia Brazil dan Vietnam Produksi ini merupakan

hal penting yang dapat mempengaruhi volum ekspor Adapun total produksi

produsen lada dunia dari tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

Total Produksi

(Ton

)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailand

Vietnam

Lainnya

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 5)

Areal lahan yang luas tidak secara langsung mampu mempengaruhi

produksi lada di suatu negara Hal ini terlihat dalam Gambar 14 yang

menunjukkan bahwa dalam waktu sepuluh tahun dari tahun 2004-2013 meskipun

bukan sebagai negara dengan kepemilikan lahan terluas Vietnam merupakan

negara dengan tingkat produksi paling tinggi mengalahkan India yang

merupakan negara dengan kepemilikan luas areal lahan lada paling luas Total

produksi lada Vietnam mencapai 32 dari keseluruhan total produksi lada dunia

yaitu sebanyak 1110750 ton Sementara Indonesia hanya mampu memproduksi

lada sebanyak 17 dari total produksi lada dunia dengan total produksi sebanyak

65

578000 ton Sedangkan India yang merupakan negara dengan luas areal lahan

terluas di dunia hanya mampu memproduksi lada sebesar 15 dari total produksi

lada dunia yaitu 536150 ton

Ketidak selarasan antara luas areal lahan dan total produksi di masing-

masing negara bisa jadi sebabkan oleh beberapa hal Meskipun menjadi negara

dengan luas areal tanam lada terluas produksi lada India masih berada di bawah

Vietnam dan Indonesia Menurut International Pepper Community (2016)

penurunan produksi lada di India disebabkan oleh hama dan penyakit serta

adanya tanaman yang sudah tua dan tidak produktif Begitu juga menurut Yogesh

dan Mokshapathy (2013 38) yang menyatakan bahwa penurunan produksi lada

di India dikarenakan produksi lada India yang menurun akibat penyakit dan umur

tanaman lada yang sudah tua sehingga India perlu melakukan penanaman pohon

lada baru yang berdampak pada lambatnya pertumbuhan produksi Faktor cuaca

yang tidak menentu di India juga menjadi penyebab selanjutnya penuruan

produksi lada di India yang pada akhirnya perdampak pada ekspor (Yogesh dan

Mokshapathy 201338) Faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi lada di

India menurut Ganesan dalam Soepanto (2006 57) adalah faktor kemiskinan

petani Petani dan buruh tani di India termasuk diantara orang-orang paling

miskin di dunia Upaya pemerintah India untuk membantu petani melalui subsidi

mendapat hambatan dari negara-negara maju yang menganggap hal tersebut

dapat mendistorsi perdagangan Akibatnya petani di India masih mengalami

kesulitan dan lebih memilih untuk beralih profesi bahkan dampak paling buruk

66

adalah memilih untuk bunuh diri Hal ini lah yang menyebabkan produktivitas

pertanian di India menurun salah satunya lada

433 Perkembangan Harga Lada Dunia

Pergerakan harga merupakan salah satu penentu pembelian oleh

konsumen terhadap suatu barang Perkembangan harga lada di pasar internasional

berdasarkan harga Free on Board (FOB) dari beberapa negara eksportir menjadi

salah satu acuan importir untuk melakukan pembelian Perkembangan harga lada

dari beberapa produsen lada dunia mengalami fluktuasi cenderung meningkat

setiap tahunnya sebagaimana data International Pepper Community (2013) yang

tertera pada Gambar 15 dan Gambar 16 berikut

A Harga Lada Hitam

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(US

$To

n)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Pergerakan harga lada hitam diantara negara-negara eksportir relatif

sama yaitu berfluktutaif cenderung meningkat Harga tertinggi lada hitam

dunia ditempati oleh Malaysia Sedangkan harga terendah lada hitam dunia

ditempati oleh Vietnam Adapun posisi harga lada hitam Indonesia adalah

pertengahan di antar negara-negara lainnya Harga tertinggi lada terjadi pada

67

tahun 2013 yaitu US$ 6338ton untuk Brazil US$ 6927ton untuk India

US$ 6850ton untuk Indonesia US$ 7359ton untuk Malaysia dan US$

6549ton untuk Vietnam

Produksi lada yang tinggi di Vietnam membuat harga lada Vietnam

menjadi lebih murah Sedangkan Malaysia merupakan negara dengan

produksi lada hitam terendah diantara negara-negara tersebut Oleh karenanya

harga lada hitam Malaysia menjadi lebih mahal dibanding negara-negara

lainnya Selain Vietnam harga lada hitam Brazil merupakan yang termurah

ke dua di dunia Menurut International Pepper Community (2013) produksi

lada hitam Brazil lebih sedikit dari India Namun konsumsi lada hitam di

India lebih besar daripada Brazil Oleh karenanya persediaan lada hitam

Brazil untuk ekspor lebih banyak dibandingkan India Hal ini juga yang dapat

menyebabkan harga lada hitam India merupakan harga termahal kedua

setelah Malaysia Sementara harga lada hitam Indonesia masih lebih mahal

daripada Brazil meskipun produksi lada hitam Indonesia lebih tinggi daripada

Brazil Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada hitam di Indonesia lebih

tinggi daripada Brazil sehingga persediaan lada Brazil untuk ekspor masih

lebih banyak dibandingkan Indonesia

B Harga Lada Putih

Sejalan dengan harga lada hitam perkembangan lada putih dunia dari

masing-masing eksportir berfluktuasi cenderung meningkat Untuk lada putih

Malaysia masih menjadi negara dengan harga lada putih termahal Begitupun

dengan Vietnam yang mempunyai harga lada putih paling murah

68

dibandingkan negara eksportir yang lainnya Sedangkan harga lada putih

Indonesia masih lebih tinggi dari Brazil yang merupakan pesaing terdekat

lada Indonesia Pada tahun 2013 masing-masing harga lada putih adalah US$

9716ton untuk Brazil US$ 9367ton untuk Indonesia US$ 9887ton untuk

Malaysia dan US$ 9111ton untuk Vietnam Adapun grafik perkembangan

harga lada putih dunia adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

2005

2006

20

07

2008

20

09

20

10

2011

20

12

2013

Tahun

(US

$T

on

) Brazil

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Penyebab perbedaan harga lada putih sama dengan lada hitam sebelumya

yaitu tingkat persediaan lada untuk diekspor setelah dikurangi konsumsi Menurut

International Pepper Community (2013) Indonesia merupakan produsen tertinggi

lada putih di dunia selama tahun 2004-2013 Namun harga lada putih Indonesia

tidak lebih murah dari Vietnam yang merupakan produsen kedua lada putih

dunia Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada putih Indonesia lebih tinggi dari

Vietnam Oleh karenannya Vietnam memiliki persediaan lada putih lebih banyak

dari Indonesia Begitupun dengan Malaysia yang memiliki harga lada putih

paling tinggi di dunia selama kurun waktu 2004-2013 Produksi lada putih

Malaysia lebih rendah dibandingkan Vietnam Indonesia dan Brazil Sedangkan

69

untuk Indonesia dan Brazil meskipun produksi lada putih Indonesia jauh di atas

Brazil namun harga lada putih Indonesia lebih mahal daripada Brazil Hal ini

dapat disebabkan oleh meningkatnya harga lada putih Indonesia di dalam negeri

sehingga berdampak pada tingginya harga lada putih Indonesia di pasar

internasional

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia

Ekspor lada dunia sangat berkaitan dengan jumlah produksi lada dunia

Negara yang mampu memproduksi lada lebih banyak cenderung mampu

melakukan ekspor lebih banyak juga Adapun perkembangan ekspor lada dunia

dari tahun 2004-2013 menurut data International Pepper Community (2013 7)

adalah sebagaimana grafik berikut

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ton

)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Berdasarkan Gambar 17 terlihat bahwa ekspor lada di pasar internasional

selama tahun 2004-2013 didominasi oleh lada Vietnam Sementara lada

Indonesia sendiri hanya mampu berada di posisi kedua namun dengan selisih

volume ekspor yang besar Rata-rata selisih jumlah volume ekspor Indonesia

dengan Vietnam adalah sebanyak 656954 tontahun Selisih terbesar terjadi pada

tahun 2011 sebanyak 87374 ton dan selisih terkecil terjadi pada tahun 2008

70

sebenyak 37908 ton Selanjutnya posisi ketiga ekspor lada di pasar internasional

ditempati oleh Brazil Berbeda dengan Vietnam selisih volume ekspor lada

Indonesia dengan Brazil relatif kecil Bahkan pada tahun 2005-2007 Brazil

mampu mengungguli ekspor lada Indonesia dengan total ekspor lada sebanyak

38416 ton 42187 ton dan 38665 ton Hingga kemudian Indonesia mampu

mengungguli kembali Brazil pada tahun 2008-2013 dengan selisih sebesar 15822

ton 14057 ton 31838 ton 3792 ton 33479 ton dan 17303 ton Adapun rata-

rata selisih ekspor lada Indonesia dengan Brazil adalah sebanyak 10738

tontahun Eksportir lada seanjutnya adalah India India merupakan negara

dengan luas lahan terbesar di dunia namun tidak mampu menjadi eksportir utama

dunia Menurut Yogesh dan Mokshapathy (2013 39) penyebab tidak menjadinya

India sebagai eksportir utama lada dunia disebabkan oleh rendahnya

produktivitas dan tingginya konsumsi di India Tingginya konsumsi domestik

lada India digunakan untuk kuliner ekstraksi minyak dan oleoresin industri

farmasi dan lain-lain

71

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

511 Keunggulan Komparatif

1 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang beragam di setiap

negara Keunggulan komparatif ini dapat dilihat melalui nilai RCA Adapun nilai

RCA lada Indonesia di negara-negara tujuan ekspor adalah sebagai berikut

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 21754 2175

Australia 4458 446

Belanda 16796 1680

Belgia 15061 1506

Bulgaria 22014 2201

Hongkong 19695 1970

India 7228 723

Inggris 3243 324

Italia 7142 714

Jepang 1763 176

Jerman 21839 2184

Kanada 7753 775

Korea 804 080

Malaysia 531 053

Pakistan 282 028

Perancis 24621 2462

Rusia 40220 4022

Singapura 8140 814

Vietnam 25090 2509 Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Ekspor lada Indonesia ke sembilan belas negara tujuan secara umum

memiliki dayasaing yang kuat secara komparatif karena memiliki nilai RCA lebih

72

dari 1 Namun tidak di tiga negara yaitu Korea Malaysia dan Pakistan Hal ini

dikarena nilai RCA Indonesia di tiga negara tersebut kurang dari 1 yaitu 080

053 dan 028

Tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Korea Malaysia dan Pakistan

disebabkan oleh adanya negara lain yang menjadi eksportir utama lada di negara-

negara tersebut Eksportir utama lada di Korea yang memiliki keunggulan

komparatif tinggi adalah Vietnam dengan nilai RCA sebesar 22 Sri Lanka

dengan nilai RCA sebesar 12 Malaysia dengan nilai RCA sebesar 6 Cina dengan

nilai RCA sebesar 3 dan India dengan nilai RCA sebesar 1 Begitu juga di

Pakistan eksportir utama lada Pakistan adalah Vietnam dengan nilai RCA

sebesar 179 Disusul Sri Lanka dengan nilai RCA sebesar 33 Brazil dengan nilai

RCA sebesar 7 dan India dengan nilai RCA sebesar 4 Sedangkan di Malaysia

dayasaing komparatif lada Indonesia kalah oleh India dengan nilai RCA sebesar

32 Disusul Vietnam dan Cina dengan nilai RCA sebesar 329 dan 318

Meskipun begitu secara komparatif lada Indonesia sangat berdayasaing di Rusia

dan beberapa negara lainnya

Rusia adalah peluang pasar lada tertinggi Indonesia karena memiliki rata-

rata nilai RCA tinggi yaitu 4022 Disusul Vietnam dengan nilai RCA sebesar

2509 Meskipun berstatus sebagai eksportir nomor satu lada dunia Vietnam

masih melakukan impor lada dari Indonesia dengan rata-rata nilai ekspor lada

Indonesia ke Vietnam sebesar US$ 31249188

Menurut Vietnam Pepper Association industri lada di Vietnam terus

berkembang hingga mencapai 10-20 per tahun Pertumbuhan ini menimbulkan

73

banyak resiko dari sisi teknis dan kondisi alam Selain itu harga lada dalam

negeri Vietnam juga mengalami peningkatan yang tinggi Oleh karenanya

banyak petani yang menggunakan pupuk dan pestisida yang berlebihan untuk

meningkatkan produktivitas Namun hal inilah yang menyebabkan kualitas lada

Vietnam tidak memenuhi permintaan pasar dan banyak mendapatkan peringatan

tentang residu yang dihasilkan dari Amerika dan Kanada Oleh karena hal itu

Vietnam harus melakukan impor lada berkualitas tinggi dari negara lain salah

satunya dari Indonesia (Horizon Pasific 2016)

Posisi selanjutnya adalah Perancis dengan nilai RCA sebesar 2462

Disusul Bulgaria sebesar 2201 dan Jerman sebesar 2184 Sedangkan Amerika

Serikat yang merupakan negara tujuan ekspor utama lada Indonesia hanya

menempati posisi keenam dengan nilai RCA sebesar 2175 Eksportir lada utama

dan memiliki keunggulan komparatif paling tinggi di Amerika serikat adalah

Peru dan Vietnam dengan nilai RCA sebesar 3290 dan 2254

512 Keunggulan Kompetitif

1 Export Product Dynamic (EPD)

Dayasaing lada Indonesia selanjutnya ditentukan oleh keunggulan

kompetitifnya Keunggulan kompetitif ini dapat dilihat melalui nilai EPD yang

digunakan untuk menentukan posisi pasar lada Indonesia di masing-masing

negara Berikut adalah hasil perhitungan EPD lada Indonesia di negara-negara

tujuan ekspornya

74

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD)

Negara

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor Indonesia

()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar Lada

()

Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional berada di empat posisi

yaitu Rising Star Falling Star Lost Opportunity dan Retreat Posisi Rising Star

terjadi pada perdagangan lada antara Indonesia dengan Belanda India Italia

Jepang Jerman dan Malaysia Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia

memiliki pertumbuhan pangsa ekspor lada yang bernilai posistif serta lada

merupakan komoditi yang berdayasaing dan dinamis di negara-negara tersebut

karena memiliki pertumbuhan daya tarik pasar yang positif Secara keseluruhan

posisi lada Indonesia di pasar internasional adalah sebagai berikut

75

1) Posisi Rising Star

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik

sebesar 0684 dan 0012 di Belanda Begitu pula di India pertumbuhan

pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik sebesar 0131 dan

0088 Sedangkan di Italia Jepang Jerman Malaysia dan Pakistan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia masing-masing meningkat sebesar

0126 0416 0177 dan 0605 Begitu juga pertumbuhan pangsa pasar

ladanya yang masing-masing meningkat sebesar 0015 0006 0001 dan

0207 Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa secara kompetitif

Indonesia sangat berdayasaing di negara-negara tersebut

2) Posisi Falling Star

Posisi selanjutnya adalah Falling Star yang terjadi di negara Belgia

Hongkong Korea dan Perancis Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia di

negara-negara tersebut mengalami penurunan daya tarik namun pangsa pasar

lada masih mengalami peningkatan karena perbandingan nilai ekspor lada

Indonesia mampu bersaing dengan nilai ekspor lada dunia di negara-negara

tersebut Posisi ini merupakan posisi yang masih menguntungkan bagi Indonesia

karena setidaknya Indonesia masih memiliki pangsa pangsa pasar lada di negara

tersebut

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia di Belgia meningkat sebesar

1301 Namun pangsa pasar lada menurun sebesar 0011 Pangsa pasar

ekspor Indonesia juga tumbuh sebesar 0900 di Hongkong Hanya saja

pertumbuhan pangsa pasar lada menurun sebesar 0016 Begitu juga di Korea

76

Selatan pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia meningkat sebesar 0123

Namun pertumbuhan pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0023

Sedangkan di Perancis pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia tumbuh

sebesar 0612 namun pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0001

3) Posisi Lost Opportunity

Posisi lainnya yaitu Lost Opportunity Posisi ini terjadi di Amerika

Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Pangsa pasar ini menunjukkan

bahwa terjadinya penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis

sehingga posisinya adalah yang paling tidak diinginkan karena Indonesia tidak

dapat merebut pangsa pasar lada di negara-negara tersebut meski permintaanya

mengalami peningkatan Hal ini terjadi karena lada Indonesia kurang

berdayasaing dibandingkan total lada dunia di negara-negara tersebut

Indonesia mengalami penurunan pangsa pasar ekspor sebesar 0025 di

saat permintaan lada meningkat sebesar 0014 di Amerika Serikat Begitupun

di Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Penurunan pangsa pasar ekspor di

Kanada mencapai 0140 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar

0001 Sedangkan di Pakistan penurunan pangsa pasar mencapai 0065 di

saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0155 Selanjutnya di Rusia

dan Singapura penurunan pangsa pangsa ekspor menurun sebesar 1212 dan

3724 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0014 dan 0053

Menurunnya pangsa pasar ekspor Indonesia di negara-negara tersebut

dikarenakan adanya pesaing utama Indonesia yang lebih mampu menguasai

77

pasar Adapun pesaing-pesaing Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah sebagai berikut

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia

Negara Pesaing RCA

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor ()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Lada ()

Posisi

AS Peru 3290 0240 0017 Rising Star

Vietnam 2254 1684 0082 Rising Star

Kanada Vietnam 4056 0789 0028 Rising Star

Pakistan India 415 0045 0440 Rising Star

Rusia Polandia 404 1004 0140 Rising Star

Cina 017 0177 0745 Rising Star

Singapura Vietnam 2994 2966 -0005 Falling Star

Sri Lanka 2469 0661 -0002 Falling Star

India 206 0416 0302 Rising Star Keterangan AS (Amerika Serikat)

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Amerika Serikat

Pesaing utama lada Indonesia di Amerika Serikat adalah Peru dan

Vietnam Nilai RCA kedua negara tersebut aadalah 3290 dan 2254 Nilai

tersebut lebih besar dari nilai RCA Indonesia yaitu 2175 Artinya dayasaing

lada Indonesia secara komparatif kalah dari Peru dan Vietnam Begitu juga secara

kompetitif dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut karena

kedua negara tersebut berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa

pasar ekspor mencapai 0240 untuk Peru dan 1684 untuk Vietnam Begitu

juga pertumbuhan pangsa pasar ladanya yang meningkat sebesar 0017 dan

0082

Salah satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Amerika

Serikat adalah harga Harga lada Peru dan Vietnam lebih murah dibandingkan

78

Indonesia Adapun pergerakan harga lada ketiga negara tersebut di Amerika

Serikat adalah sebagai berikut

000

100

200

300

400

500

600

700

800

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Peru

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Berdasarkan Gambar 18 harga lada Peru merupakan yang termurah

dibandingkan Vietnam dan Indonesia Hal ini menyebabkan permintaan lada Peru

lebih bayak dibandingkan Vietnam dan Indonesia yang kemudian berpengaruh

terhadap peningkatan nilai ekspor lada Peru Peningkatan ini menjadikan Peru

mampu berdayasaing kuat secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Amerika Serikat Sedangkan harga lada Vietnam dan Indonesia relatif sama

Namun harga lada Vietnam sedikit lebih murah dari Indonesia dengan rata-rata

harga sebesar US$ 308Kg Sedangkan rata-rata harga lada Indonesia adalah US$

371Kg Hal ini menyebabkan volume dan nilai ekpor lada Vietnam lebih banyak

dan menjadikan Vietnam mampu berdayasaing lebih kuat secara komparatif dan

kompetitif dibandingkan Indonesia di pasar lada Amerika Serikat

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Kanada

Pesaing utama lada Indonesia di Kanada adalah Vietnam Hal ini

ditunjukkan dengan Nilai RCA Vietnam yang lebih besar dari Indonesia yaitu

79

4056 Sedangkan nilai RCA Indonesia adalah 775 Selain nilai RCA yang lebih

besar Vietnam juga mampu berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor sebesar 0789 dan pertumbuhan pangsa pasar produk

sebesar 0028 Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Vietnam sangat

berdayasaing secara komparatif dan kompetitif di pasar lada Kanada

dibandingkan Indonesia

Dayasaing kuat lada Vietnam di Kanada dikarenakan nilai ekspor lada

Vietnam yang tinggi Tingginya nilai ekspor ini diperoleh dari banyaknanya lada

yang telah diekspor Vietnam ke Kanada Banyaknya ekspor lada Vietnam ke

Kanada bukan dikarenakan harganya yang lebih murah dari Indonesia Karena

selama tahun 2004-2013 harga lada Indonesia lebih murah dari Vietnam

sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 19 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(KgU

S$)

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Gambar 19 menunjukkan bahwa harga lada Vietnam lebih tinggi daripada

Indonesia Namun tingginya harga lada Vietnam tidak berpengaruh terhadap

permintaan lada dari Kanada Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lada yang

diekspor Vietnam ke Kanada dibandingkan Indonesia Adapun total ekspor lada

80

Vietnam dari tahun 2004-2013 adalah 6917024 ton Sedangkan total ekspor lada

Indonesia adalah 1527629 ton Banyaknya lada yang diekspor oleh Vietnam ke

Kanada dikarenakan Vietnam mampu memproduksi lada dalam jumlah yang

lebih banyak dibandingkan Indonesia Menurut data International Pepper

Community (2013 5) total produksi lada Vietnam dari tahun 2004 - 2013 adalah

1110750 ton Sedangkan dalam kurun waktu yang sama Indonesia hanya

mampu memproduksi lada sebanyak 578000 ton Oleh sebab itu meskipun

memiliki harga yang lebih mahal Vietnam lebih mampu mengekspor lada lebih

banyak daripada Indonesia Hal ini menyebabkan nilai ekspor lada yang

diperoleh Vietnam lebih tinggi dari Indonesia dan menjadikan lada Vietnam lebih

berdayasaing dari Indonesia secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Kanada

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Pakistan

Pesaing utama lada Indonesia di Pakistan adalah India Hal ini

ditunjukkan dengan nilai RCA India yang lebih besar yaitu 415 Sedangkan

Indonesia hanya memiliki nilai RCA sebesar 028 yang artinya secara komparatif

lada Indonesia tidak berdayasaing di pasar lada Pakistan Selain itu Indonesia

juga kalah berdayasaing secara kompetitif dari India Hal ini dikarenakan India

berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar

0045 dan pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0440

Kuatnya dayasaing India di Pakistan disebabkan oleh besarnya nilai

ekspor lada yang diperoleh oleh India dibandingkan Indonesia Nilai ekspor ini

berkaitan dengan permintaan lada India yang lebih banyak daripada Indonesia

81

Faktor yang menyebabkan tingginya permintaan lada India adalah harga lada

India yang lebih murah daripada harga lada Indonesia sebagaimana data UN

Comtrade (2016) adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

India

Indonesia

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan

Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Rusia

Polandia dan Cina adalah pesaing utama lada Indonesia di Rusia Secara

komparatif Indonesia mampu berdayasaing lebih kuat dibandingkan kedua negara

tersebut Hal ini dikarenakan nilai RCA Indonesia lebih tinggi yaitu 4022

Sedangkan nilai RCA Polandia adalah 404 Bahkan secara komparatif Cina tidak

memiliki dayasaing di pasar Rusia karena memiliki nilai RCA kurang dari satu

yaitu 017 Dayasaing yang kuat ini disebabkan oleh perbandingan nilai ekspor

lada Indonesia dari total ekspor Indonesia lebih besar dari perbandingan nilai

ekspor lada dunia dari total ekspor dunia ke Rusia

Meskipun secara komparatif lada Indonesia mampu berdayasaing kuat

dibandingkan Polandia dan Cina di pasar Rusia namun secara kompetitif

dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut Hal ini ditujukkan

dengan posisi Rising Star Polandia dan Cina di Rusia Pertumbuhan pangsa pasar

ekspor lada kedua negara tersebut mencapai 1004 dan 0177 Begitu juga

82

pertumbuhan pangsa pasar produk yang mencapai 0140 dan 0745 Salah

satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia adalah faktor harga Adapun

harga lada masing-masing negara tersebut adalah sebagai berikut

0

2

4

6

8

10

12

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Polandia

Cina

Indonesia

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada Cina adalah yang termurah di Rusia Rata-rata harga lada

Cina di Rusia adalah US$ 194Kg yang merupakan harga lada termurah

dibandingkan Polandia dan Indonesia Murahnya harga lada Cina menyebabkan

meningkatnya volume ekpor ladanya ke Rusia Hal ini juga menyebabkan

meningkatnya nilai ekspor lada Cina yang akhirnya berpengaruh terhadap

dayasaing Cina di Rusia Sedangkan meningkatnya dayasaing lada Polandia di

Rusia dikarenakan tingginya rata-rata harga lada Poalndia di Rusia yaitu US$

724Kg yang akhirnya juga meningkatkan nilai ekspor dan dayasaing ladanya di

Rusia

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Singapura

India Vietnam dan Sri Lanka merupakan pesaing utama lada Indonesia

di Singapura Secara komparatif dayasaing lada Indonesia kalah saing

dibandingkan Vietnam dan Sri Lanka karena nilai RCA Indonesia lebih kecil dari

83

kedua negara tersebut yaitu 814 Sedangkan nilai RCA Vietnam dan Sri Lanka

adalah 2994 dan 2469 Namun dayasaing komparatif Indonesia di Singapura

masih lebih unggul jika dibandingkan dengan India karena nilai RCA India lebih

kecil dari Indonesia yaitu 206 Meskipun begitu India merupakan negara

dengan keunggulan kompetitif paling kuat karena berada di poisi Rising Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar produk sebesar 0416

dan 0302 Sedangkan Vietnam dan Sri Lanka berada di posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2966 dan 0661 Namun

pertumbuhan pangsa pasar produknya menurun sebesar 0005 dan 0002

Posisi Falling Star Vietnam dan Sri Lanka masih lebih baik jika dibandingkan

dengan Indonesia yang berada di posisi Lost Opportunity

Harga merupakan salah satu penyebab kurang berdayasaingnya lada

Indonesia di Singapura Harga lada Indonesia merupakan yang paling mahal di

singapura Sedangkan harga lada India merupakan yang paling murah di

Singapura Adapun perkembangan harga lada Indonesia dan pesaingnya di

Singapura adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Sri Lanka

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

84

Harga lada Indonesia lebih mahal daripada Vietnam India dan Sri Lanka

Hal ini menyebabkan konsumen di Singapura lebih memilih lada dari negara lain

yang harganya lebih murah yaitu India Oleh karenanya permintaan lada India

meningkat dan meningkatkan nilai ekspor ladanya yang kemudian menjadikan

India sebagai negara dengan dayasaing yang kuat di Singapura

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa salah satu penyebab

tidak berdayasaingnnya lada Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah harga yang tinggi dan persediaan lada untuk

diekspor Oleh sebab itu Indonesia harus meningkatkan produksi ladanya

sehingga jumlah lada untuk diekspor juga meningkat dan dapat menurunkan

harga Sebagaimana teori economic of scale Krugman (2008) yang menyatakan

bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya produksi akan semakin

rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh terhadap harga yang lebih

murah

4 Posisi Retreat

Retreat adalah posisi yang kurang baik karena ekspor lada Indonesia

sudah tidak diinginkan lagi di negara-negara tersebut Posisi ini terjadi di

Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Penyebab tidak berdayasaingnya lada

Indonesia di Australia adalah karena India Vietnam dan Spanyol mampu

menguasai pasar lada di Australia yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang lebih

tinggi dari Indonesia yaitu 32 112 dan 961

Selain itu ketiga negara tersebut juga mampu berdayasaing secara

kompetitif dengan berada pada posisi Rising Star dan Falling Star India dan

85

Spanyol berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor

sebesar 0067 dan 0353 serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0043 dan 0071 Sedangkan Vietnam berada pada posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2329 namun pertumbuhan

pangsa pasar produkuknya menurun sebesar 0014 Penyebab tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Australia adalah faktor harga yang lebih mahal

dibandingkan negara lainnya sebagaimana Gambar 23 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Vietnam

Spanyol

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Gambar 23 menunjukkan bahwa harga lada Indonesia cenderung

meningkat dan lebih mahal dibanding India Vietnam dan Spanyol Rata-rata

harga lada Indonesia adalah US$ 437Kg Sementaar rata-rata harga India

Vietnam dan Spanyol adalah US$ 267Kg US$ 388Kg dan US$ 288Kg

Lada Indonesia juga tidak berdayasaing sama sekali di Inggris Hal ini

dikarenakan pasar lada negara tersebut dikuasai oleh Vietnam dan India Nilai

RCA kedua negara tersbeut adalah 4947 dan 1796 Nilai tersebut menunjukkan

bahwa Vietnam dan India berdayasaing kuat secara komparatif Selain itu secara

86

kompetitif kedua negara tersebut juga berada di posisi yang lebih baik dari

Indonesia yaitu Rising Star Vietnam dan India mengalami peningkatan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 2624 dan 0555 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0037 dan 009 Kuatnya

dayasaing lada Vietnam dan India disebabkan oleh harga ladanya yang lebih

murah dibandingkan Indonesia sebagaimana Gambar 24 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

Vietnam

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 24 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada India merupakan yang termurah dibandingkan negara lainnya

Harga rata-rata lada India selama tahun 2004-2013 adalah US$ 24Kg Murahnya

harga lada India membuat volume ekspor lada India meningkat dan menghasilkan

nilai rata-rata ekspor lada yang tinggi yaitu US$ 13190004 Sehingga India

mampu menjadi salah satu negara yang menguasai pasar lada di Inggris Begitu

pula dengan Vietnam yang memiliki harga lada yang bersaing dengan Indonesia

Rata-rata harga lada Vietnam adalah US$ 42Kg Dengan harga tersebut

Vietnam mampu meningkatkan volume ekspor dan mendapatkan rata-rata nilai

87

ekspor lada sebesar US$ 12335811 sehingga mampu menjadi negara yang

menguasai pasar lada di Inggris seperti India

Sama halnya dengan Australia dan Inggris pasar lada Indonesia di

Bulgaria harus bersaing dengan Vietnam Spanyol dan Cina Secara komparatif

Vietnam merupakan negara pesaing terberat Indonesia karena nilai RCA Vietnam

jauh lebih besar dari Indonesia yaitu 35178 Sementara nilai RCA Indonesia di

Bulgaria adalah 2201 Sedangkan nilai RCA Spanyol dan Cina adalah 565 dan

282 Namun secara kompetitif Indonesia tidak mampu berdayasaing dengan

ketiga negara tersebut karena Indonesia berada di posisi Retreat Sedangkan

Vietnam Spanyol dan Cina berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor lada sebesar 0255 0870 dan 1933 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0007 0366 dan 0188 Tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Bulgaria disebabkan oleh harga yang tinggi

sebagaimana Gambar 25 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Spanyol

Cina

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 25 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

88

Besarnya nilai RCA Vietnam di Bulgaria menunjukkan bahwa lada

merupakan salah satu komoditi unggulan Vietnam untuk diekspor ke Bulgaria

Vietnam juga merupakan market leader lada di Bulgaria karena mampu

menguasai 39 lada di Bulgaria Sehinggga meskipun harga lada Vietnam terus

naik total volume ekspor lada Vietnam tetap menjadi yang terbanyak yaitu

405402 Ton serta menghasilkan rata-rata nilai ekspor paling besar yaitu US$

1555314 Sedangkan secara kompetitif stabilnya harga lada Cina dan Spanyol

di Bulgaria berpengaruh pada meningkatnya volume ekspor lada kedua negara

tersebut Sehingga nilai ekspor kedua negara tersebut lebih besar dibandingkan

Indonesia yaitu US$ 591459 untuk Cina dan US$ 430878 Sedangkan harga

lada Indonesia yang berfluktuasi dan cenderung lebih mahal dari Cina dan

Spanyol berpengaruh pada penurunan volume dan nilai ekspor lada Indonesia

Rata-rata nilai ekspor lada Indonesia adalah US$ 141231 lebih kecil dari Cina

dan Spanyol Hal inilah yang menyebabkan lada Indonesia tidak dapat

berdayasaing di Bulgaria

Selanjutnya lada Indonesia juga tidak berdayasaing di Vietnam

Meskipun berstatus negara eksportir lada nomor satu dunia Vietnam masih

melakukan impor lada dari beberapa negara seperti India dan Brazil yang menjadi

eksportir utama lada di sana Dayasaing lada Indonesia di Vietnam secara

komparatif masih lebih unggul dibandingkan India dan Brazil Karena Indonesia

memiliki nilai RCA yang lebih besar yaitu 2509 Sementara nilai RCA India dan

Brazil adalah 716 dan 750 Namun secara kompetitif kedua negara tersebut

mampu berdayasaing kuat dibandingkan Indonesia karena berada pada posisi

89

Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 3047 untuk

India dan 0347 untuk Brazil serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0217 untuk India dan 0065 untuk Brazil

Harga lada India adalah yang termurah diantara ketiga negara tersebut

Sedangkan harga lada Indonesia dan Brazil saling bersaing Adapun pergerakan

harga negara-negara tersebut di Vietnam adalah sebagi berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Brazil

Indonesia

Gambar 26 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Murahnya harga lada India di Vietnam menyebabkan permintaan lada

India menjadi meningkat di Vietnam Permintaan yang meningkat menyebakan

volume dan nilai ekspor lada meningkat Hal inilah yang menyebabkan India

secara kompetitif berdayasaing kuat di Vietnam Sedangkan harga lada Brazil dan

Indonesia saling bersaing di Vietnam Namun secara keseluruhan selama tahun

2004 - 2013 harga lada Brazil cenderung lebih murah Oleh karenanya lada

Brazil lebih mampu berdayasaing dibandingkan Indonesia di Vietnam Adapun

secara keseluruhan gambaran dayasaing lada Indonesia secara kompetitif di

negera-negara tujuan selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

90

-3

-2

-1

0

1

2

3

-3 -2 -1 0 1 2 3

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Kurang berdayasaingnya lada Indonesia di beberapa negara khususnya di

Rusia dan Vietnam yang memiliki keunggulan komparatif tinggi dibanding

negara lainnya namun masuk ke dalam posisi Lost Opportunity dan Retreat

menunjukkan bahwa Indonesia perlu meningkatkan produksi ladanya sehingga

harganya menjadi lebih murah sebagaimana teori economic of scale Krugman

(2008) yang menyatakan bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya

produksi akan semakin rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh

terhadap harga yang lebih murah

Sedangkan posisi perdagangan lada di Australia Bulgaria Inggris dan

Vietnam yang masuk ke dalam posisi Retreat menunjukkan bahwa Indonesia

perlu mencari alternatif negara lain sebagai negara tujuan ekspornya atau

memaksimalkan ekspor ke negara importir yang sudah menjadi partner dagang

lada Indonesia dengan harga yang lebih murah dan stabil Dengan begitu volume

dan nilai ekspor lada Indonesia akan lebih meningkat dan berdayasaing

Rising Star Lost Opportunity

Amerika Serikat Kanada

Pakistan Rusia dan

Singapura

Belanda India Italia

Jepang dan Jerman

Australia Bulgaria

Inggris dan Vietnam

Belgia Hongkong

Perancis Korea dan

Malaysia

Falling Star Retreat

91

2 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Keunggulan kompetitif lainnya dapat dilihat melalui nilai ISP Nilai ISP

berfungsi untuk mengetahui apakah Indonesia layak menjadi eksportir lada atau

tidak di negara tujuan ekspornya Berikut adalah hasil perhitungan ISP lada

Indonesia

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 9985 0999

Australia 9536 0954

Belanda 9963 0996

Belgia 10000 1000

Bulgaria 10000 1000

Hongkong 8320 0832

India 3327 0333

Inggris 10000 1000

Italia 9978 0998

Jepang 9965 0997

Jerman 9868 0987

Kanada 10000 1000

Korea 7662 0766

Malaysia 1938 0194

Pakistan 9653 0965

Perancis 9988 0999

Rusia 10000 1000

Singapura 9891 0989

Vietnam 8994 0899

Sumber UN Comtrade (Diolah)

Ekspor lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004-2013

secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata ISP positif antara 0 hingga 1 Nilai

positif ini menunjukkan bahwa Indonesia cenderung untuk menjadi eksportir lada

di negara-negara tujuan ekspornya Diantara kesembilan belas negara tersebut

92

Malaysia dan India menjadi negara dengan nilai ISP terendah Hal ini

dikarenakan Indonesia juga melakukan impor lada dalam jumlah yang cukup

besar dari Malaysia dan India Impor lada dari kedua negara tersebut dikarenakan

laju produksi lada dalam negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia

yang menyentuh angka rata-rata 3 per tahun Sedangkan laju produksi lada

Indonesia hanya 15 per tahun Oleh sebab itu Indonesia harus lebih berupaya

untuk mengekspor lada lebih banyak ke dua negara tersebut untuk terus

meningkatkan neraca perdagangan dan dayasaing secara kompetitifnya di

Malaysia dan India

Secara keseluruhan sebagian besar lada Indonesia sudah masuk pada

tahap pertumbuhan perdagangan yang matang karena memiliki nilai ISP antara

081 sampai 100 Nilai ini menunjukkan standarisasi teknologi yang digunkaan

Artinya Indonesia memiliki kualitas lada yang baik karena sudah menggunakan

teknologi yang terstandarisasi Sedangkan di Korea India dan Malaysia

pertumbuhan perdagangan lada Indonesia baru memasuki tahap pertumbuhan

Hal ini ditunjukkan dengan nilai ISP antara 001 sampai 080 Artinya Indonesia

mulai memproduksi lada dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional pada tahun 2004-

2013 berdasarkan teori Gravity Model diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu Produk Domestik Bruto per Kapita (LnPDBC) dan Jarak Ekonomi (LnJE)

93

Serta faktor-faktor lain yang terdiri dari Harga (LnHRG) Kurs Riil (LnKR)

Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga Konsumen (IHK)

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel

Hasil uji Chow menunjukkan F-statistik lebih besar dari F-tabel dengan

taraf nyata lima persen (3534 gt 167) dan nilai probabilitas lebih kecil dari taraf

nyata lima persen (000 lt 005) Dengan demikian model yang terpilih adah

Fixed Effect Model Selanjutnya hasil uji Hausman menunjukkan nilai

probabilitas lebih besar dari taraf nyata lima persen (0408 gt 005) dan nilai chi-

square statistik lebih kecil dari nilai chi square tabel (614 lt 1259) Dengan

demikian maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random

Effect Model Hasil estimasi Random Effect Model adalah sebagaimana Tabel 13

berikut

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model

Variabel Dependen LnVEL

Variabel Koefisien Prob

LnPDBC 1746167 00057

LnJE -0875098 00185

LnHRG -0369590 00493

LnKR 0470691 02770

LnPOP 1494300 00020

IHK 0003891 06231

C -3370401 00024

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Sum squared resid 7836682

Prob(F-statistic) 0000024 Durbin-Watson stat 1281398

Keterangan Signifikan terhadap taraf nyata 5 ()

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di

negara tujuan ekspor adalah PDB perkapita (LnPDBC) Jarak Ekonomi (LnJE)

94

Harga (Ln HRG) Kurs Riil (LnKR) Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga

Konsumen (IHK) Persamaan hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah

LnVEL = -3370401 + 1746167 LnPDBC - 0875098 LnJE - 0369590 LnHRG +

0470691 LnKR + 1494300 LnPOP + 0003891 IHK

Keterangan

LnVEL Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional (persen)

LnPDBC Rata-rata PDB per kapita (persen)

LnJE Jarak ekonomi (persen)

LnHRG Harga lada (persen)

LnKR Kurs riil (persen)

LnPOP Populasi (persen)

IHK Indeks Harga Konsumen (persen)

522 Uji Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

Gambar 28 Uji Normalitas

Sumber Output Eviews

Berdasarkan Gambar 28 nilai stattistik Jarque-Bera lebih kecil dari nilai

chi-square (0659385 lt 59915) Sebaliknya nilai probabilitas lebih besar dari

taraf nyata lima persen (0719145 gt 005) Hasil ini menunjukkan bahwa nilai

residual terdistribusi dengan normal

95

523 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Tabel 14 Uji Multikolinearitas

LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

LnPDBC 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

LnJE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

LnHRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

LnKR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

LnPOP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000 Sumber Output Eviews

Berdasarkan correlation matrix nilai korelasi seluruh variabel bebas

kurang dari 085 Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara variabel

bebas Widarjono (2009 229) menyatakan bahwa data panel dapat mengatasai

masalah multikolinearitas sehingga permasalahan multikolinearitas dapat diatasi

2 Uji Heteroskedastisitas

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas

Metode Glejser

Variabel Koefisien Prob

C 4930401 04847

LnPDBC -0085616 08301

LnJE 0042988 08378

LnHRG -0206352 01878

LnKR -0300695 04211

LnPOP -0006353 09816

IHK 0013324 00302

Sumber Output Eviews

Berdasarkan tabel di atas seluruh nilai probabilitas variabel independen

lebih dari taraf nyata lima persen kecuali variabel IHK Nilai probabilitas IHK

lebih kecil dari taraf nayata lima persen (00302 lt 005) Namun Widarjono

(2009 130) menyatakan bahwa masalah heteroskedastisitas bisa diatasi dengan

96

Generalized Least Squares (GLS) Karena yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Random Effect Model yang sudah menggunakan pembobotan GLS maka

permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi

3 Uji Autokorelasi

Nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini adalah 1281398 Jika

mengikuti uji Durbin Watson penelitian ini mengandung masalah autokorelasi

karena 18280 gt 1281398 lt 2172 Namun permasalahan autokorelasi dapat

diatasi karena Random Effect Model telah menggunakan pembobotan

Generalized Least Squares (GLS) sehingga model telah terbebas dari masalah

autokorelasi (Widarjono 2009 151)

524 Uji Signifikansi

1 Uji F

Berdasarkan estimasi Random Effect Model nilai probabilitas F-statistik

lebih kecil dari taraf nyata lima persen (0000024 lt 005) Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yang terdiri dari rata-rata PDB per Kapita Jarak

Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap Volume Ekspor Lada Indonesia

2 Uji t

Signifikansi variabel ditunjukkan oleh nilai t-hitung yang lebih besar dari

t-tabel dan nilai probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen Nilai t-

tabel dalam penelitian ini adalah 1653 yang diperoleh dari df 183 (190-7)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model terdapat empat variabel signifikan

yaitu rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi

97

Nilai t-hitung dan probabilitas variabel rata-rata PDB per Kapita adalah

2797 gt 1653 dan 00057 lt 005 variabel Jarak Ekonomi adalah 2376 gt 1653

dan 00185 lt 005 variabel Harga adalah 1979 gt 1653 dan 00493 lt 005 serta

variabel Populasi adalah 3129 gt 1653 dan 00020 lt 005 Artinya variabel rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi berpengaruh signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Sedangkan nilai t-

hitung dan probabilitas variabel Kurs Riil adalah 1090 lt 1653 dan 0277 gt 005

serta variabel IHK adalah 0492 lt 1653 dan 06231 gt 005 Artinya variabel Kurs

Riil dan IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

3 Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model diperoleh nilai R Square

sebesar 0155065 Nilai ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK

mampu menjelaskan variabel dependen Volume Ekspor Lada sebesar 1551

sedangkan sisanya sebesar 8449 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam model persamaan penelitian ini

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per Kapita

Variabel rata-rata PDB per Kapita memiliki nilai probabilitas dan

koefisien sebesar 00057 dan 1746167 Artinya rata-rata PDB per kapita

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume ekspor lada Dengan

98

asumsi variabel lain konstan peningkatan satu persen rata-rata PDB per kapita

akan meningkatkan 1746167 persen volume ekspor lada Indonesia PDB

merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan beberapa hal

penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB merupakan

gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara (Rahardja dan Manurung

2008 223)

Pengaruh positif dan signifikan rata-rata PDB per kapita terhadap volume

ekspor lada sejalan dengan penelitian Dilanchiev (2012) yang menyatakan bahwa

rata-rata PDB per kapita antara Goergia dan negara tujuan ekspornya

berpengaruh positif terhadap volume perdagangan Georgia Pradipta dan Firdaus

(2014) juga menyatakan bahwa PDB per kapita suatu negara menggambarkan

kemampuan secara keseluruhan negara tersebut Semakin tinggi pendapatan

secara keseluruhan suatu negara maka semakin tinggi kemampuan negara

tersebut untuk melakukan ekspor dan impor Pada komoditi lada Ginting (2014)

menyatakan bahwa PDB per kapita berpengaruh terhadap perdagangan lada putih

dunia Begitu juga Permatasari (2015) menyatakan bahwa semakin besar GDP

per kapita riil suatu negara menunjukkan bahwa tingkat pendapatan negara

tersebut semakin besar yang akan mengakibatkan konsumsi yang semakin

99

meningkat Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan PDB per

kapita riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor lada

Amerika Serikat merupakan importir terbesar lada Indonesia Adapun

total ekspor lada Indonesia ke Amerikas Serikat selama kurun waktu 2004-2013

adalah sebanyak 185480 ton Dengan rata-rata PDB perkapita antara Indonesia

dan Amerika Serikat sebesar US$ 25139tahun telah meningkatkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia sebanyak 18548 tontahun Artinya rata-rata PDB

perkapita berpengaruh positif terhadap perdagangan lada Indonesia

2 Jarak Ekonomi

Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Nilai probabilitas dan koefisien jarak ekonomi adalah 00185 dan

-0875098 Dengan asumsi varaiabel lain konstan peningkatan satu persen Jarak

Ekonomi akan menurunkan 0875098 persen volume ekspor lada Indonesia Hasil

ini sesuai dengan penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009)

Dilanchiev (2012) serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak

ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan

Semakin jauh jarak ekonomi Indonesia dengan negara importir akan

menyebabkan semakin tinggi biaya transportasi yang dikeluarkan bagi kedua

negara Hal ini menyebabkan harga lada semakin mahal seiring dengan adanya

peningkatan biaya produksi yang diakibatkan semakin tingginya biaya

transportasi yang dibayarkan Kondisi ini akan menyebabkan turunnya daya beli

negara importir yang berdampak pada turunnya jumlah permintaan ekspor lada

100

Indonesia Adapun rata-rata jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara

importir lada Indonesia adalah sebagai berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000A

S

Aust

ralia

Be

land

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

Ind

ia

Ing

gri

s

Italia

Jepang

Jerm

an

Ka

nad

a

Ko

rsel

Mala

ysia

Pa

kist

an

Pera

nci

s

Ru

sia

Sin

gap

ura

Vie

tnam

(KM

)

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Sumber CEPII dan World Bank (2016) (Diolah)

Gambar 29 menujukkan bahwa jarak ekonomi terjauh Indonesia adalah

Amerika Serikat dengan rata-rata jarak ekonomi sebesar 585551 KM

Sedangkan jarak ekonomi terdekat Indonesia adalah Singapura dengan rata-rata

jarak ekonomi sebesar 523 KM Meskipun Amerika Serikat merupakan importir

terbesar lada Indonesia namun volume ekspor lada ke Amerika Serikat hanya

tiga kali volume ekspor lada ke Singapura Rata-rata volume ekspor lada

Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun sedangkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Singapura adalah 5902 tontahun Hal ini

menunjukkan bahwa semakin jauh jarak ekonomi akan menurunkan volume

ekspor Sebaliknya semakin dekat jarak ekonomi akan meningkatkan volume

ekspor

101

3 Harga

Variabel Harga memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar 00493

dan -0369590 Variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Artinya kenaikan satu persen harga akan menurunkan volume

ekspor sebesar 0369590 persen Hasil ini sesuai dengan hukum permintaan yaitu

semakin murah harga suatu barang maka permintaan akan bertambah

Sebaliknya semakin mahal harga suatu barang maka permintaan akan menurun

dengan asumsi ceteris paribus (Rahardja dan Manurung 2008 24) Selain itu

hasil negatif dan signifikannya harga terhadap volume ekspor lada juga sejalan

dengan hasil penelitian Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa

meningkatnya harga ekspor mangga berpengaruh terhadap penurunan volume

eskpor mangga Begitu juga hasil penelitian Ginting (2014) yang menyatakan

bahwa kenaikan dan penurunan harga lada hitam dan putih dunia berpengaruh

terhadap kenaikan dan penurunan volume ekspor lada putih Adapun rata-rata

harga lada Indonesia di negara-negara importir adalah sebagi berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

AS

Aust

ralia

Bela

nda

Be

lgia

Bulg

aria

Ho

ng

kon

g

India

Inggris

Ita

lia

Jep

an

g

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysi

a

Paki

stan

Pera

nci

s

Rusi

a

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(US

$T

on

)

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

102

Gambar 30 menunjukkan bahwa rata-rata harga lada tertinggi adalah di

Jepang yaitu US$ 4974Ton Tingginya harga lada di Jepang menyebabkan

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang lebih kecil daripada ke Amerika Serikat

yang mempunyai rata-rata harga lebih murah yaitu US$ 3710Ton Rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang adalah 1448 tontahun sedangkan rata-

rata volume ekspor lada Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun

4 Populasi

Nilai probabilitas dan koefisien varibel Populasi adalah signifikan positif

yaitu 00020 dan 1494300 Artinya kenaikan satu persen populasi negara

importir akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia ke negara importir

sebesar 1494300 persen Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Sitorus

(2009) dan Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa populasi negara

importir berpengaruh positif signifikan terhadap volume ekspor

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi

secara menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga

relatif rendah (Rahardja dan Manurung 2008 267) Sitorus (2009 41) juga

menyatakan bahwa pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar Oleh sebab itu meningkatnya

populasi negara importir akan meningkatkan kebutuhan dan konsumsinya

Terlebih jika produksi dalam negeri negara importir tidak mencukupi maka

ekspor merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan penduduknya

103

Pertumbuhan penduduk dunia dalam kurun waktu 2004-2013 terus

mengalami peningkatan Hal ini juga terjadi pada negara-negara importir lada

Indonesia yang selanjutnya berpengaruh terhadap banyaknya volume impor lada

dari Indonesia Adapun populasi negara importir adalah sebagai berikut

0

200000000

400000000

600000000

800000000

1000000000

1200000000

1400000000

AS

Au

str

alia

Be

lan

da

Be

lgia

Bu

lga

ria

Ho

ng

ko

ng

Ind

ia

Ing

gris

Ita

lia

Je

pa

ng

Jerm

an

Ka

na

da

Ko

rse

l

Ma

laysia

Pakis

tan

Pe

ran

cis

Rusia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

(Jiw

a)

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

India merupakan negara dengan jumlah terbanyak kedua di dunia setelah

Cina Dalam perdagangan lada Indonesia India menempati urutan pertama

dengan rata-rata jumlah penduduk sebanyak 1204529087 jiwa Disusul

Amerika serikat dengan jumlah penduduk sebanyak 305039425 jiwa Dengan

banyaknya jumlah penduduk di kedua negara tersebut Indonesia mengekspor

rata-rata lada sebanyak 4676 tontahun ke India dan 18548 tontahun ke

Amerika Serikat India mengimpor lada lebih sedikit dari Amerika Serikat karena

India merupakan salah satu negara produsen lada terbanyak ketiga di dunia

sehingga India mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan penduduknya

sendiri

104

5 Kurs Riil

Variabel Kurs Riil memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar

02770 dan 0470691 Artinya kurs riil tidak berpengaruh signifikan terhadap

volume ekspor lada Adapun kurs riil Indonesia dengan negara-negara importir

adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

AS

Austr

alia

Bela

nda

Belg

ia

Bulg

aria

Hongkong

India

Inggris

Italia

Jepang

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysia

Pakis

tan

Pera

ncis

Rusia

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(Rp

US

$)

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Berdasarkan Gambar 32 kurs riil Indonesia dengan negara-negara

importir murah dan relatif stabil sehingga tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia Pengaruh signifikan nilai tukar riil

terhadap ekspor terjadi saat rupiah terdepresiasi Hal ini akan menyebabkan harga

barang-barang ekspor menjadi lebih murah dan meningkatkan volume ekspor

6 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Selanjutnya yang tidak berpengaruh signifikan adalah variabel IHK Nilai

probabilitas dan koefisien sebesar 06231 dan 0003891 yang berarti variabel

105

IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada Hal ini

dikarenakan IHK negara importir tidak mengalami peningkatan yang signifikan

Adapun IHK negara importir selama tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

75

80

85

90

95

100

105

AS

Aust

ralia

Bela

nd

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

India

Inggris

Italia

Jep

an

g

Jerm

an

Ka

na

da

Kors

el

Ma

lays

ia

Paki

sta

n

Pe

ran

cis

Ru

sia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

IHK

(

)

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Rata-rata IHK negara importir kurang dari seratus persen kecuali Jepang

yaitu 100475 Artinya harga dalam negeri negara importir relatif stabil

Sehingga daya beli konsumen dalam negeri negara importir menjadi stabil dan

tidak berpengaruh terhadap permitaan lada Indonesia

106

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian dengan judul

ldquoAnalisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasionalrdquo selama tahun 2004-2013 dapat

disimpulkan beberapa hal berikut

1 Lada Indonesia secara komparatif telah berdayasaing kuat di Rusia

Vietnam Perancis Jerman Hongkong Amerika Serikat Bulgaria

Belanda Belgia India Singapura Kanada Italia Australia Inggris dan

Jepang Namun tidak berdayasaing di Korea Malaysia dan Pakistan

Selanjutnya secara kompetitif lada Indonesia berada pada posisi Rising

Star di Belanda India Italia Jepang dan Jerman Posisi Falling Star di

Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia Posisi Lost

Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura

Serta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Selain

itu Indonesia juga sudah layak menjadi eksportir lada dunia dengan

tingkat pertumbuhan tahap pertumbuhan dan kematangan

2 Faktor-faktor yang berpengruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapita jarak

ekonomi harga dan populasi Sedangkan kurs riil dan IHK tidak

berpengaruh signifikan

107

62 Saran

Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa saran untuk meningkatkan

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional diantaranya adalah meningkatkan

produktivitas lada nasional Produktivitas lada yang tinggi akan menambah

persediaan lada nasional Sehingga selain konsumsi dalam negeri terpenuhi

persediaan untuk ekspor juga menjadi lebih banyak Selain itu produktivitas lada

yang tinggi akan membuat harga lada Indonesia menjadi lebih murah karena

terjadi economic of scale

Selanjutnya yaitu meninggalkan negara-negara yang berada pada posisi

retreat dan mencari negara tujuan ekspor lada lain Dengan begitu Indonesia

diharapkan mampu membuka peluang untuk menjadi eksportir utama lada di

negara-negara lainnya Sehingga nilai ekspor lada Indonesia akan meningkat dan

memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia

Jarak ekonomi merupakan hambatan yang berpengaruh nyata terhadap

volume ekspor lada Oleh sebab itu maka pemerintah perlu meningkatkan

efisiensi sarana transportasi Dengan sarana transportasi yang lebih efisien maka

biaya yang dikeluarkan untuk proses distribusi lada akan lebih murah Sehingga

harga lada juga akan menjadi lebih murah

Selain jarak ekonomi populasi adalah salah satu faktor yang berpengaruh

nyata dan cukup besar terhadap volume ekspor lada Oleh sebab itu Indonesia

harus meningkatkan volume ekspor ladanya ke negara-negara yang berpopulasi

tinggi Hal ini dikarenakan populasi yang tinggi diindikasikan memiliki tingkat

konsumsi yang tinggi pula

108

Terakhir yaitu menambahkan variabel-variabel lain untuk penelitian-

penelitian lada selanjutnya Adapun variabel-variabel yang dipilih adalah

variabel-variabel yang berkaitan dan diduga berpengaruh terhadap perdagangan

internasional Sehingga mampu memberikan informasi yang lebih banyak lagi

bagi pihak-pihak yang berkepentingan

109

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Feira dkk 2015 Posisi Dayasaing Dan Spesialisasi Perdagangan Lada

Indonesia Dalam Menghadapi Globalisasi (Studi Pada Ekspor Lada

Indonesia Tahun 2009-2013 Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 27(2) 1-7

Azwar Saifuddin 2013 Metode Penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik 2016 Ekspor dan Impor Diakses dari

httpswwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid1002 pada tanggal 16 Mei

2016

2016 Produk Domestik Bruto (Lapangan Usaha)

Diakses dari

httpswwwbpsgoidSubjekviewid11subjekViewTab1|accordion-

daftar-subjek2 pada tanggal 16 Mei 2016

Bappenas 2009 Trade and Investment in Indonesia A Note on Competitiveness

and Future challenge Jakarta Bappenas

Basri Munandar dan Munandar Haris 2010 Dasar-Dasar Ekonomi

Internasional Jakarta Prenada Media Group

Bergstrand Jeffrey H 1985 The Gravity Equation in International Trade Some

Microeconomic Foundations and Empirical Evidance JSTOR 67(3) 474-

481

Bustami Budi Ramanda dan Hidayat Paidi 2013 Analisis Dayasaing Produk

Ekspor Provinsi Sumatera Utara Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1(2) 56-

71

Case Karl E dan Fair Ray C 2002 Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro Jakarta

PT Prenhallindo

CEPII 2016 GeoDist Diakses dari

httpwwwcepiifrCEPIIenbdd_modelepresentationaspid=6 pada

tanggal 16 Mei 2016

Daras Usma dan Pranowo D 2009 Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung

dan Alternatif Pemulihannya Jurnal Litbang Pertanian 28(1) 1-6

Daryanto 2011 Sari Kuliah Manajemen Pemasaran Bandung PT Sarana

Tutorial Nurani Sejahtera

110

Dilanchiev Azer 2012 Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern Gravity

Model Jurnal of Social Sciences 1(1) 75-78

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 Statistik

Perkebunan Indonesia Komoditas Lada Ditjen Perkebunan Jakarta

Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian

Ginting Kristiawan Hadinata 2014 Analisis Posisi Lada Putih Indonesia di

Pasar Lada Putih Dunia Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor

Ghozali Imam 2006 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

2009 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Edisi Keempat Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

Halwani R Hendra 2002 Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi

Jakarta Ghalia Indonesia

Horizon Pacific 2016 Vietnam Has To Import High Quality Pepper for Export

Diakses dari httpbvtvhpcomenagricultural-newsvietnam-has-to-

import-high-quality-pepper-for-exporthtml pada tanggal 1 November

2016

International Pepper Community 2013 Pepper Statictical Yearbook 2013

International Pepper Community Jakarta IPC

2016 Statistik Jakarta IPC

Kementerian Perdagangan 2008 ISP (Index Spesialisasi Perdagangan) Diakses

dari httpwwwkemendaggoidaddonisp pada tanggal 12 Desember

2016

2011 Kajian Kebijakan Pengembangan Diversifikasi

Pasar dan Produk Ekspor Jakarta Pusat Kebijakan Perdagangan luar

Negeri Badan pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Kotabe Masaaki dan Helsen Kristian 2010 Global Marketing Management (5th

Edition) United Satates of America Wiley

Kotler Philip dan Keller Kevin Lane 2009 Manajemen Pemasaran Edisi Ke

Dua Belas Jakarta PT Indeks

Krugman Paul 2008 Trade and Geography-Economies of Scale Differentiated

Products and Transport Cost The Prize in Economic Sciences 2008 The

111

Royal Swedish Academy of Sciences KUNGL

VETENSKAPSAKADEMIEN

Lawless Martina dan Whelan Karl 2007 Anote on Trade Costs and Distance

Working Paprer Series Universuty College Dublin

Li Kunwang Song Ligang dan Xingjun Zhao 2008 Component Trade and

Chinas Global Economic Integration World Institute for Development

Economics Research 101(2) 1-25

Mankiw N Gregory Euston Quah dan Peter Wilson 2012 Pengantar Ekonomi

Makro Jakarta Salemba Empat

Mayer Thierry dan Soledad Zignago 2011 Notes on CEPIIrsquoS distance

measures The GeoDist database CEPII WP 25(1) 1-47

Menteri Perdagangan Republik Indonesia 2012 Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 13M-DAGPER32012

Jakarta Kementerian Perdagangan

Permatasari Nadia 2015 Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ekspor Lada Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Skripsi

S1 Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Pradipta Amalia dan Firdaus Muhammad 2014 Posisi Dayasaing dan Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia Jurnal

Manajemen amp Agribisnis 11(2) 129-143

Rahardja Prathama dan Manurung Mandala 2008 Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikroekonomi amp Makroekonomi) Jakarta Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonommi Universitas Indonesia

Rivaie Arivin dan Pasandaran Effendi 2014 Dukungan Teknologi dan

Kelembagaan untuk Memperkuat Dayasaing Komoditas Lada Diakses

dari

httpwwwlitbangpertaniangoidbukumemperkuat_dayasaing_produk_

peBAB-III-12pdf pada tanggal 19 Mei 2016

Salvatore Dominick 1997 Ekonomi Internasional Jakarta Erlangga

Sarwoko 2009 Perdagangan Bilateral antara Indonesia dengan Negara-Negara

Patner Dagang Utama dengan Menggunakan Model Gravitasi Jurnal

Ilmiah MTG 2(1) 1-12

112

Sitorus Maria 2009 Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao Di Bawah Pengaruh

Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi) Skripsi

S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Soepanto Achmad 2006 Petani dan Kemiskinan di India dan Negara Lainnya

Artikel Pangan 46(15) 56-62

Sugiyono 2011 Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RampD Bandung

Alfabeta

Suliyanto 2011 Ekonometrika Terapan Teori amp Aplikasi dengan SPSS

Yogyakarta CV ANDI OFFSET

Sutarno dan Agus Andoko 2015 Budidaya Lada Si Raja Rempah-Rempah

Tangerang AgroMedia Pustaka

Tambunan Tulus TH 2004 Globalisasi dan Perdagangan Internasional

Bogor Ghalia Indonesia

Ton Nguyen tang dan Buu Bui chi 2011 How to Prevent The Most Serious

Diseases of Black Paper (Piper Ningrum L) A Case Study of Vietnam

Vietnam IAS

UN Comtrade 2016 International Trade in Goods based on UN

Comtrade data Diakses dari httpcomtradeunorglabsBIS-

trade-in-goodsreporter=826ampyear=2014ampflow=2 pada tanggal

16 Mei 2016

UN CTAD 2016 Currency Exchange Rates Annual 1970-2015 Diakses dari

httpunctadstatunctadorgwdsTableViewertableViewaspxReportId=

117 pada 16 Agustus 2016

Wahyu Kukuh 2014 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia Diakses dari

httpcybexpertaniangoidmateripenyuluhandetail9004sejarah-

tanaman-lada-di-indonesia pada tanggal 3 September 2016

Widarjono Agus 2009 Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga

Yogyakarta EKONISIA

World Bank 2016 Data Indicators Diakses dari

httpdataworldbankorgindicator pada tanggal 16 Mei 2016

Yogesh MS dan Mokshapathy S 2013 Production and Export Performance of

Black Paper International Jurnal of Humanities and social science

invention 2(4) 36-44

113

Zarzoso Inmaculada Martinez dan Lehmann Felicitas Nowak 2003 Augmented

Gravity Model An Empirical Application To Mercosur-Europen Union

Trade Flows Journal of Applied Economics 6(2) 291-316

114

Lampiran 1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 AS 9374 9977 8715 7325 8767 19495 86622

2005 AS 9489 10034 8724 7229 8915 19504 89561

2006 AS 9633 10086 8725 7518 8949 19514 92450

2007 AS 9744 10125 8679 8070 8981 19523 95087

2008 AS 10143 10138 8643 8088 9095 19533 98737

2009 AS 10119 10112 8678 7846 9215 19542 98386

2010 AS 10131 10156 8655 8238 9115 19550 100000

2011 AS 9635 10193 8613 8615 9100 19558 103157

2012 AS 10040 10224 8643 8830 9190 19565 105292

2013 AS 9592 10245 8668 8885 9346 19573 106834

2004 Australia 6112 9667 4600 7302 8796 16818 84125

2005 Australia 6533 9777 4667 7391 8951 16831 86370

2006 Australia 5903 9844 4686 7776 8982 16846 89426

2007 Australia 5613 9972 4729 8224 9019 16852 91512

2008 Australia 6218 10162 4888 8354 9129 16872 95495

2009 Australia 6305 10021 4815 8034 9227 16892 97233

2010 Australia 6835 10221 4964 8367 9115 16908 100000

2011 Australia 6009 10402 5082 8751 9099 16922 103304

2012 Australia 5975 10482 5173 9027 9191 16939 105125

2013 Australia 5386 10481 5184 9009 9337 16956 107700

2004 Belanda 7316 9931 5463 7550 8716 16606 91093

2005 Belanda 7573 9972 5450 7608 8881 16608 92618

2006 Belanda 7379 10044 5463 7772 8935 16609 93699

2007 Belanda 7932 10187 5517 8321 8979 16612 95212

2008 Belanda 7877 10294 5573 8398 9107 16616 97579

2009 Belanda 7483 10207 5542 8275 9211 16621 98741

2010 Belanda 7847 10194 5456 8475 9115 16626 100000

2011 Belanda 7262 10261 5445 8927 9108 16631 102341

2012 Belanda 7587 10188 5359 9046 9194 16634 104854

2013 Belanda 7891 10223 5395 9054 9340 16637 107483

115

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Belgia 5347 9818 4908 7690 8751 16159 87958

2005 Belgia 5631 9858 4896 7643 8906 16165 90407

2006 Belgia 5018 9914 4897 8006 8953 16171 92026

2007 Belgia 5542 10049 4948 8220 8995 16179 93703

2008 Belgia 5682 10138 4989 8423 9104 16187 97910

2009 Belgia 5313 10068 4978 8161 9220 16195 97858

2010 Belgia 5517 10076 4915 8325 9115 16204 100000

2011 Belgia 4906 10153 4923 8736 9097 16218 103532

2012 Belgia 5413 10095 4856 8944 9178 16225 106472

2013 Belgia 6126 10132 4896 9088 9338 16230 107658

2004 Bulgaria 3525 7720 2106 6918 8991 15867 69237

2005 Bulgaria 2708 7847 2184 7661 9123 15862 72726

2006 Bulgaria 4064 8014 2269 6787 9118 15857 78007

2007 Bulgaria 3219 8268 2445 8139 9098 15836 84561

2008 Bulgaria 3911 8462 2591 7979 9134 15829 95003

2009 Bulgaria 4567 8436 2594 7647 9223 15823 97619

2010 Bulgaria 4754 8505 2497 7904 9115 15816 100000

2011 Bulgaria 4365 8648 2550 7797 9090 15810 104220

2012 Bulgaria 3985 8616 2479 8512 9171 15804 107299

2013 Bulgaria 3466 8638 2510 7919 9332 15799 108254

2004 Hongkong 5333 9476 2839 7305 8742 15730 88753

2005 Hongkong 5236 9544 2854 6925 8916 15734 89487

2006 Hongkong 4626 9610 2863 7614 8961 15741 91320

2007 Hongkong 5062 9694 2862 8255 9001 15749 93154

2008 Hongkong 4967 9732 2845 8303 9111 15755 97188

2009 Hongkong 5029 9710 2877 8064 9221 15758 97800

2010 Hongkong 4937 9789 2882 8386 9115 15765 100000

2011 Hongkong 4738 9873 2887 8767 9080 15772 105257

2012 Hongkong 5085 9914 2933 8991 9150 15783 109535

2013 Hongkong 4963 9952 2975 9027 9278 15788 114303

116

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 India 7997 6797 4659 7046 9083 20842 63147

2005 India 7786 6904 4748 7072 9223 20858 65828

2006 India 8219 7093 4822 7321 9229 20873 69874

2007 India 8178 7283 4998 7864 9227 20889 74325

2008 India 8709 7375 4933 8058 9299 20903 80532

2009 India 9036 7435 5099 7656 9312 20917 89292

2010 India 8607 7722 5262 8052 9115 20931 100000

2011 India 8388 7844 5245 8567 9046 20944 108858

2012 India 8707 7853 5240 8823 9067 20957 118995

2013 India 8229 7841 5255 8756 9134 20970 131975

2004 Inggris 5883 9890 6762 7702 8779 17910 85594

2005 Inggris 5375 9936 6758 7690 8940 17917 87348

2006 Inggris 4796 10002 6770 7695 8982 17924 89386

2007 Inggris 3401 10132 6817 8438 9019 17932 91461

2008 Inggris 4990 10072 6703 8093 9136 17940 94766

2009 Inggris 4331 9889 6571 8296 9231 17947 96819

2010 Inggris 4094 9938 6548 8570 9115 17955 100000

2011 Inggris 2459 10014 6547 8540 9087 17963 104484

2012 Inggris 5386 10021 6550 8825 9169 17970 107432

2013 Inggris 4487 10042 6575 9140 9315 17976 110177

2004 Italia 3401 9690 6440 7437 8737 17871 89201

2005 Italia 5088 9718 6415 6761 8899 17875 90984

2006 Italia 4663 9770 6407 7972 8944 17878 92867

2007 Italia 3401 9892 6442 7818 8986 17883 94559

2008 Italia 4956 9971 6471 8231 9105 17890 97750

2009 Italia 5308 9884 6437 8123 9214 17895 98483

2010 Italia 5760 9878 6349 8218 9115 17898 100000

2011 Italia 5209 9952 6340 8498 9104 17899 102741

2012 Italia 6091 9866 6236 8850 9184 17902 105866

2013 Italia 5084 9878 6257 9004 9343 17914 107158

117

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Jepang 7082 9841 6704 7842 8616 18666 100692

2005 Jepang 7233 9827 6630 7708 8801 18666 100417

2006 Jepang 7254 9789 6527 7697 8863 18666 100658

2007 Jepang 7292 9795 6436 8324 8923 18668 100717

2008 Jepang 7554 9904 6491 8447 9062 18668 102100

2009 Jepang 7220 9942 6585 8266 9191 18668 100725

2010 Jepang 7297 10045 6612 8497 9115 18668 100000

2011 Jepang 7213 10124 6606 8982 9134 18666 99717

2012 Jepang 7199 10135 6604 9078 9244 18664 99683

2013 Jepang 7361 9957 6404 9045 9411 18662 100042

2004 Jerman 7549 9779 6902 7640 8717 18229 91049

2005 Jerman 7364 9797 6861 7573 8883 18228 92458

2006 Jerman 7632 9853 6854 7860 8933 18227 93916

2007 Jerman 7822 9991 6899 8342 8970 18225 96075

2008 Jerman 7757 10083 6933 8335 9097 18224 98600

2009 Jerman 7646 9999 6896 8274 9209 18221 98908

2010 Jerman 7713 10019 6835 8560 9115 18220 100000

2011 Jerman 7186 10118 6853 9004 9111 18220 102075

2012 Jerman 7725 10080 6783 8971 9201 18203 104125

2013 Jerman 7671 10111 6833 9033 9356 18224 105692

2004 Kanada 4623 9715 6192 7335 8730 17281 89861

2005 Kanada 3930 9838 6270 7491 8890 17291 91850

2006 Kanada 4557 9952 6332 7476 8935 17299 93689

2007 Kanada 5509 10052 6350 8161 8974 17309 95693

2008 Kanada 5555 10102 6353 8316 9103 17319 97961

2009 Kanada 5621 9977 6287 7930 9216 17331 98254

2010 Kanada 5106 10138 6389 8177 9115 17342 100000

2011 Kanada 4829 10235 6415 8685 9103 17352 102912

2012 Kanada 5090 10243 6424 8879 9197 17364 104472

2013 Kanada 3817 10238 6425 8796 9359 17375 105452

118

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 KorSel 4673 9052 4822 6878 8799 17688 83830

2005 KorSel 5456 9206 4927 6738 8954 17690 86139

2006 KorSel 3022 9328 4991 7649 8997 17694 88070

2007 KorSel 6080 9432 5005 7866 9032 17699 90302

2008 KorSel 6001 9334 4838 8167 9139 17706 94523

2009 KorSel 6174 9240 4789 7981 9228 17711 97129

2010 KorSel 6226 9444 4922 8398 9115 17716 100000

2011 KorSel 5660 9540 4938 8897 9092 17723 104000

2012 KorSel 5580 9552 4945 8850 9180 17728 106280

2013 KorSel 4805 9603 5004 8994 9338 17732 107670

2004 Malaysia 3991 8019 1651 7391 8784 17048 85175

2005 Malaysia 4488 8136 1735 7163 8936 17066 87697

2006 Malaysia 6006 8267 1805 7663 8966 17084 90863

2007 Malaysia 6425 8423 1889 8235 9006 17101 92705

2008 Malaysia 6079 8581 2012 8426 9105 17119 97749

2009 Malaysia 6420 8474 1936 8181 9215 17136 98319

2010 Malaysia 7311 8716 2107 8104 9115 17152 100000

2011 Malaysia 6870 8859 2185 8844 9100 17168 103200

2012 Malaysia 6836 8891 2229 9050 9193 17184 104908

2013 Malaysia 6553 8896 2250 9115 9343 17199 107117

2004 Pakistan 3508 6804 2856 6668 9302 18828 50720

2005 Pakistan 4538 6896 2912 6567 9397 18848 55317

2006 Pakistan 4776 7118 3082 6883 9386 18869 59699

2007 Pakistan 5656 7249 3097 7436 9373 18889 64235

2008 Pakistan 5542 7381 3153 7525 9341 18910 77266

2009 Pakistan 4654 7400 3198 7253 9329 18931 87811

2010 Pakistan 5227 7642 3191 7528 9115 18952 100000

2011 Pakistan 4333 7799 3300 8257 9019 18973 111917

2012 Pakistan 4641 7817 3339 8531 9036 18994 122756

2013 Pakistan 4936 7805 3362 7644 9133 19015 132195

119

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Perancis 4750 9771 6667 7166 8716 17954 91166

2005 Perancis 4628 9802 6648 7407 8880 17961 92748

2006 Perancis 5893 9856 6646 7994 8929 17968 94310

2007 Perancis 5547 9986 6692 8482 8974 17975 95713

2008 Perancis 6881 10077 6732 8356 9099 17980 98407

2009 Perancis 6200 9996 6707 8345 9214 17985 98493

2010 Perancis 6727 9995 6628 8373 9115 17990 100000

2011 Perancis 6403 10074 6629 8882 9110 17995 102117

2012 Perancis 6312 10011 6553 8943 9201 18000 104115

2013 Perancis 6888 10048 6594 8971 9363 18005 105014

2004 Rusia 6762 7873 5102 7127 9230 18786 54527

2005 Rusia 6998 8100 5303 7095 9292 18782 61443

2006 Rusia 5878 8356 5506 7434 9265 18779 67395

2007 Rusia 6120 8609 5689 8005 9239 18777 73454

2008 Rusia 6303 8840 5881 8007 9259 18777 83820

2009 Rusia 6994 8597 5631 7847 9265 18777 93602

2010 Rusia 7581 8839 5791 8182 9115 18777 100000

2011 Rusia 5323 9097 6000 8613 9050 18778 108428

2012 Rusia 7414 9151 6056 8758 9111 18780 113934

2013 Rusia 6330 9168 6077 8762 9216 18782 121655

2004 Singapura 9148 9566 1307 7612 8755 15243 87641

2005 Singapura 9221 9653 1361 7679 8932 15266 88014

2006 Singapura 9121 9775 1454 7802 8988 15297 88912

2007 Singapura 8540 9930 1561 8281 9027 15339 90775

2008 Singapura 8408 9950 1574 8316 9116 15392 96693

2009 Singapura 7928 9924 1631 8168 9226 15422 97276

2010 Singapura 8448 10121 1777 8458 9115 15440 100000

2011 Singapura 8288 10253 1851 8704 9080 15461 105253

2012 Singapura 8132 10278 1890 8855 9146 15486 110019

2013 Singapura 8692 10296 1922 8949 9293 15502 112636

2004 Vietnam 5937 6778 1258 7736 9215 18215 55343

2005 Vietnam 5799 6889 1356 7075 9317 18227 59926

2006 Vietnam 7098 7085 1441 7770 9311 18238 64352

2007 Vietnam 7699 7237 1505 8059 9291 18249 69695

2008 Vietnam 8356 7418 1699 8200 9236 18260 85806

2009 Vietnam 8536 7466 1823 7895 9283 18270 91860

2010 Vietnam 9549 7709 1852 8269 9115 18281 100000

2011 Vietnam 8468 7861 1930 8811 8960 18291 118677

2012 Vietnam 9754 7911 2059 8718 8983 18302 129470

2013 Vietnam 9394 7926 2148 8807 9090 18313 138005

120

Lampiran 2 Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests

Equation MFE

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic df Prob

Cross-section F 35344282 (18165) 00000

Cross-section Chi-square 300230681 18 00000

Lampiran 3 Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation MRE

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq Statistic Chi-Sq df Prob

Cross-section random 6135526 6 04082

121

Lampiran 4 Random Effect Model

Dependent Variable VEL

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2240

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

PDB 1746167 0624211 2797399 00057

JE -0875098 0368245 -2376400 00185

HRG -0369590 0186750 -1979056 00493

KR 0470691 0431727 1090252 02770

POP 1494300 0477598 3128784 00020

IHK 0003891 0007904 0492247 06231

C -3370401 1093813 -3081331 00024

Effects Specification

SD Rho

Cross-section random 1406328 08221

Idiosyncratic random 0654154 01779

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Mean dependent var 0925488

Adjusted R-squared 0127363 SD dependent var 0700525

SE of regression 0654396 Sum squared resid 7836682

F-statistic 5597464 Durbin-Watson stat 1281398

Prob(F-statistic) 0000024

Lampiran 5 Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

122

Lampiran 6 Multikolinearitas

PDB JE HRG KR POP IHK

PDB 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

JE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

HRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

KR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

POP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000

Lampiran 7 Heteroskedastisitas

Dependent Variable RESABS

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2241

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

C 4930401 7042199 0700122 04847

PDB -0085616 0398468 -0214862 08301

JE 0042988 0209647 0205052 08378

HRG -0206352 0156089 -1322014 01878

KR -0300695 0372917 -0806332 04211

POP -0006353 0274805 -0023117 09816

IHK 0013324 0006101 2183942 00302

123

Lampiran 8 Hasil RCA

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 1361 1282 1635 2501 2944 2460 2858 1526 3246 1941 21754 2175

Australia 411 572 335 306 528 408 835 354 438 272 4458 446

Belanda 1003 1219 1025 2719 2199 1427 2040 1024 1723 2417 16796 1680

Belgia 988 1265 800 1222 1647 962 1380 823 1669 4305 15061 1506

Bulgaria 951 1218 2756 2278 865 3504 4003 2079 3257 1103 22014 2201

Hongkong 1185 1061 976 2617 2310 1995 2245 1361 3045 2899 19695 1970

India 446 377 631 717 1240 970 756 644 939 508 7228 723

Inggris 869 490 252 111 345 162 151 024 544 294 3243 324

Italia 156 443 829 143 719 835 1101 450 1703 764 7142 714

Jepang 150 143 126 157 239 155 168 169 215 243 1763 176

Jerman 1877 1356 2080 2560 2892 1960 2383 1698 2374 2657 21839 2184

Kanada 445 256 362 1547 1430 1180 740 588 961 244 7753 775

KorSel 010 022 005 125 140 140 145 074 071 072 804 080

Malaysia 005 005 030 049 041 034 060 072 098 135 531 053

Pakistan 008 038 036 051 032 030 033 013 022 019 282 028

Perancis 282 354 1772 1704 4756 2210 3133 2650 2886 4875 24621 2462

Rusia 5821 3967 1540 3056 4117 4924 7174 824 6709 2087 40220 4022

Singapura 1249 1336 1047 824 725 508 838 528 496 588 8140 814

Vietnam 2751 2511 1874 1388 2519 2359 3096 2020 3049 3523 25090 2509

124

Lampiran 9 Hasil EPD

Negara X () Y () Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea Selatan 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat

125

Lampiran 10 Hasil Indeks ISP

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 0999 0997 1000 1000 0999 0998 0998 0999 0998 0997 9985 0999

Australia 0951 0994 0880 0984 0981 0965 0981 0942 0943 0915 9536 0954

Belanda 1000 1000 0999 0999 0999 0995 0993 0992 0993 0993 9963 0996

Belgia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Bulgaria 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Hongkong 0741 0720 0848 0936 0550 0997 1000 0530 0999 0999 8320 0832

India 0387 0330 0185 0183 0422 0446 0336 0390 0506 0145 3327 0333

Inggris 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Italia 1000 1000 1000 0979 0999 1000 1000 1000 1000 1000 9978 0998

Jepang 0998 1000 0999 0999 1000 1000 1000 0988 0982 1000 9965 0997

Jerman 0998 0997 0995 0987 0976 0991 0982 0976 0986 0981 9868 0987

Kanada 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

KorSel 0439 0723 0080 0977 0948 0976 0910 0849 0876 0884 7662 0766

Malaysia 0213 -0460 0212 0619 0338 0185 0255 0033 0043 0501 1938 0194

Pakistan 1000 1000 0653 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 9653 0965

Perancis 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 0998 0991 0999 9988 0999

Rusia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Singapura 0991 0984 0987 0999 0989 0959 0989 1000 0995 0999 9891 0989

Vietnam 0642 0911 0981 0990 0997 0842 0952 0772 0941 0965 8994 0899

126

Lampiran 11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

1 Pesaing di Korea

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Malaysia Cina India

2004 7 1 3 5 0

2005 22 1 4 4 0

2006 31 39 6 3 1

2007 27 25 5 3 2

2008 26 15 6 3 1

2009 24 7 5 3 0

2010 22 12 7 3 0

2011 16 8 6 3 5

2012 19 7 6 2 1

2013 25 2 9 1 1

Rata-Rata 22 12 6 3 1

2 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Brazil India

2004 351 0 3 2

2005 388 8 0 1

2006 323 9 2 0

2007 217 38 1 2

2008 67 9 1 11

2009 167 30 7 1

2010 59 26 6 7

2011 77 1 18 9

2012 64 45 10 8

2013 78 170 18 0

Rata-Rata 179 33 7 4

127

3 Malaysia

Tahun RCA

India Vietnam Cina

2004 30 4 7

2005 29 4 6

2006 42 5 4

2007 51 2 2

2008 25 3 3

2009 21 4 2

2010 32 3 2

2011 32 2 2

2012 36 2 1

2013 23 3 1

Rata-Rata 32 329 318

Lampiran 12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost

Opportunity

1 Pesaing di Amerika Serikat

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Peru Vietnam Peru Vietnam

2004 3029 3638 0426 0007 0457 0003

2005 4499 3433 0726 0007 -0004 0002

2006 4304 2518 -0130 -0001 -0191 0007

2007 3908 1100 -0203 -0002 -0524 0011

2008 4726 1822 0230 -0001 0520 0006

2009 3542 1625 -0304 0002 0163 0018

2010 2487 1749 -0275 0003 0120 0001

2011 2487 2552 -0087 -0004 0755 0004

2012 2220 1891 -0061 0001 -0360 0011

2013 1693 2215 -0081 0005 0748 0020

Rata-

Rata 3290 2254 0240 0017 1684 0082

128

2 Pesaing di Kanada

Tahun RCA

EPD

X Y

()

Vietnam Vietnam

2004 4943 -0032 0003

2005 6182 0231 0002

2006 4667 -0122 0001

2007 2499 -0247 0002

2008 2776 0105 0002

2009 3611 0264 0003

2010 3149 -0071 0001

2011 4053 0258 0002

2012 4846 0350 0003

2013 3830 0063 0009

Rata-

Rata 4056 0798 0028

3 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

EPD

X Y

()

India India

2004 206 0640 0159

2005 052 -0511 -0028

2006 014 -0082 0222

2007 244 1394 0084

2008 1133 5315 -0002

2009 053 -6476 -0024

2010 747 5203 0163

2011 910 -0910 -0232

2012 779 -0807 -0018

2013 012 -3721 0118

Rata-

Rata 415 0045 0440

129

4 Pesaing di Rusia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Polandia Cina Polandia Cina

2004 376 008 0656 0082 -0071 0091

2005 448 001 0341 0031 -0056 0143

2006 348 001 -0386 -0021 -0008 -0064

2007 439 016 0237 -0006 0200 0284

2008 519 016 0373 0028 -0018 -0101

2009 390 029 -0404 -0001 0129 -0070

2010 383 015 -0068 -0012 -0108 0251

2011 394 026 -0023 -0014 0130 -0039

2012 331 037 -0081 0029 0184 0100

2013 415 021 0359 0023 -0204 0151

Rata-

Rata 404 017 1004 0140 0177 0745

5 Pesaing di Singapura

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Sri

Lanka

India Vietnam Sri Lanka India

2004 1805 002 101 0589 0017 0000 0001 0148 0096

2005 958 027 118 -0791 0013 0001 -0001 0151 0093

2006 2467 221 137 1029 -0032 0007 -0001 0045 -0014

2007 2022 1966 456 -0058 0017 0066 0000 0924 -0026

2008 2556 002 259 0645 0003 -0074 -0001 -0455 0053

2009 3348 248 249 0667 -0006 0011 0001 -0075 -0016

2010 1848 613 236 -1873 -0018 0035 0003 0011 0024

2011 3765 062 200 1164 -0012 -0037 0006 0200 0165

2012 6148 858 189 2027 0005 0020 -0010 -0216 -0084

2013 5023 20694 114 -0433 0009 0632 0000 -0317 0011

Rata-

Rata 2994 2469 206 2966 -0005 0661 -0002 0416 0302

130

Lampiran 13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

1 Pesaing di Australia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() India Vietnam Spanyol India Vietnam Spanyol

2004 2923 881 765 0234 -0002 0106 0015 -0057 0015

2005 2790 420 1154 0118 0007 -0661 0055 0230 -0013

2006 4343 357 995 1033 -0003 0030 0052 -0208 -0007

2007 5156 317 682 0763 0003 -0229 -0035 -0091 0022

2008 3717 721 1115 -1005 0002 0970 -0014 0313 -0010

2009 3359 1111 1036 0436 0021 0051 -0084 -0138 -0007

2010 2467 1075 1375 -0956 -0003 -0171 -0010 0338 0004

2011 3339 1827 934 0938 0003 0555 -0034 -0238 0015

2012 2300 2124 797 -0613 0018 0787 0020 0064 0025

2013 1607 2390 754 -0880 -0004 0891 0021 0138 0026

Rata-

Rata 32 1122 961 0067 0043 2329 -0014 0353 0071

2 Pesaing di Bulgaria

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Spanyol Cina Vietnam Spanyol Cina

2004 66607 330 000 -0529 -0001 0444 -0033 0000 0081

2005 75167 763 000 1252 0001 0660 -0022 0000 0013

2006 25653 1183 042 -2783 0003 0390 -0027 0346 0541

2007 18728 1189 291 0111 0004 -0100 -0009 0598 -0496

2008 21814 620 385 2344 0009 -0746 0002 0378 0019

2009 14271 503 640 -2201 -0003 0392 0109 0489 -0060

2010 21838 474 388 0571 -0004 -0113 -0009 -0739 -0007

2011 40094 177 310 0220 -0006 -0130 0321 -0031 0059

2012 32244 230 248 0302 0003 0033 -0114 -0188 0009

2013 35369 179 518 0969 0002 0040 0148 1080 0029

Rata-

Rata 35178 565 282 0255 0007 0870 0366 1933 0188

131

3 Pesaing di Inggris

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Vietnam India Vietnam India

2004 2582 2162 0413 0003 0321 0004

2005 3584 2051 0188 -0001 0508 0029

2006 4787 2008 0294 0001 -0108 -0003

2007 4587 2190 0014 0001 0224 0002

2008 5680 2143 0282 0000 -0116 -0003

2009 4542 1550 -0164 0002 -0137 0029

2010 6570 1610 0754 0003 -0171 -0015

2011 6474 1467 0411 0007 0153 0021

2012 5749 1627 0253 0009 -0005 -0014

2013 4915 1147 0177 0011 -0114 0041

Rata-

Rata 4947 1796 2624 0037 0555 0090

4 Pesaing di Vietnam

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

India Brazil India Brazil

2004 037 000 0066 0014 0000 0002

2005 005 000 -0056 0007 0000 0005

2006 537 299 1108 0021 0092 0013

2007 1844 480 2732 0001 0083 0006

2008 776 1370 -1972 0033 0437 0008

2009 714 2330 -0041 0015 0515 0004

2010 510 968 -0463 0012 -0639 0002

2011 701 1494 0723 0030 0536 0018

2012 1240 104 1512 -0008 -0955 -0003

2013 798 456 -0562 0091 0279 0011

Rata-

Rata 716 750 3047 0217 0347 0065

132

Lampiran 14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

1 Algeria

2 Afghanistan

3 Argentina

4 Australia

5 Austria

6 Bahrain

7 Bangladesh

8 Belgia

9 Bulgaria

10 Canada

11 Cina

12 Columbia

13 Cook Isds

14 Cote drsquolvoire

15 Croatia

16 Denmark

17 Benin

18 Elsavador

19 Finland

20 France

21 Frm Sudan

22 Germany

23 Greece

24 Hongkong

25 Hungary

26 Ireland

27 Italy

28 Japan

29 Jordan

30 Dem Peoplersquos Rep Of Korea

31 Rep Of Korea

32 Malaysia

33 Other Asia nes

34 Nepal

35 Netherland

36 Nigeria

37 Pakistan

38 Philippine

39 Poland

40 Portugal

41 Timor Leste

42 Russia Federation

43 Senegal

44 India

45 Singapore

46 Sri Lanka

47 Vietnam

48 Turkey

49 Ukraine

50 United Kingdom

51 United State of Amerika

52 Dominica

53 Saudi Arabia

54 Sweden

55 Egypt

56 Myanmar

57 Domonica Rep

58 Rumania

59 Haiti

60 Kuwait

61 Marocco

62 Thailand

63 Jamaica

64 Mexico

65 Israel

66 Lithuaria

67 Mauritius

68 Togo

69 Venezuela

70 Yemen

71 Lebanon

72 Latvia

73 Mauritania

74 Slovenia

75 South Africa

76 Spain

77 Switzerland

78 Syiria

79 Uni Emirat Arab

80 Tunisia

133

Page 2: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTORYANGMEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR LADA

INDONESIADI PASAR INTERNASIONAL

Dewi Susilawati1112092000036

SkripsiDiajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Agribisnis pada Program Studi AgribisnisFakultas Sains dan Teknologi

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA2017 M 1438 H

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGAMANAPUN

Jakarta 6 Januari 2017

Dewi SusilawatiNIM 1112092000036

DAFTAR RIWAYATHIDUP

Nama Dewi Susilawati

Jenis Kelamin Perempuan

Tempat Tangal Lahir Tangerang 3 April 1994

Agama Islam

Alamat Kp Pasir Gaok RTRW 003003 Desa Palasari

Kec Legok Kab Tangerang 15820

No Hp 089680674938085285647162

Email ddewcleopatragmailcom

Formal

2012 - 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2009 - 2012 MAN Cipasung

2008 - 2005 MTs Cipasung

1999 - 2005 SDN Palasari IV

Non Formal

2008 - 2012 Pondok Pesantren Cipasung

2012 - 2014 Mahad Al-Jamirsquoah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2006 - 2007 Bendahara OSIS MTs Cipasung

2010 - 2011 Pengurus Asrama Raudlatul Banat 1 Bidang Pendidikan

2013 - 2014 Anggota Bidang Kerumah Tanggaan Organisasi Mahasantri

Mahad (OMM)

Data Diri

Riwayat Pendidikan

Pengalaman Organisasi

2013 - 2014 Anggota Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMABI) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2014 - 2015 Bendahara Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis

2015 Bakso Sehat Bakso Atom

2013 Mentor Agricam Angkatan 2013

2013 Panitia Bidikmisi Ambassador 2014

2014 Panitia AGRIrsquoS EVENT 2014

2015 Panitia AGRIrsquoS EVENT 2015

2015 Volunteer Santunan 1000 Anak Yatim Nasional

2016 Committee in The International Conference on Science and

Technology (ICOSAT)

2011 Juara 2 Cerdas Cermat Bahasa Arab Pagelaran Seni Bahasa dan

Budaya Arab (PERSADA) 2011 Tingkat Jawa Barat Keluarga

Mahasiswa Bahasa Arab (KEMABA) Universitas Pendidikan

Indonesia

2015 Essay terbaik COINS - Ekonomi Islam

Pengalaman Kerja

Prestasi

Pengalaman Lainnya

RINGKASAN

Dewi Susilawati Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang MempengaruhiVolume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional Di bawah bimbingan IwanAminudin dan Puspi Eko Wiranthi

Lada merupakan salah satu komoditi unggulan ekspor IndonesiaBerdasarkan data International Pepper Community (2013) Indonesia merupakanprodusen dan eksportir kedua lada dunia setelah Vietnam Dalam kurun waktusepuluh tahun yaitu tahun 2004-2013 neraca perdagangan lada Indonesia adalahpositif dan produktivitasnya tinggi Hal ini sejalan dengan permintaan lada duniayang juga meningkat sebesar 2962 Besarnya pertumbuhan permintaan ladadunia mendorong negara-negara eksportir untuk meningkatkan ekspor ladanyaAdapun negara-negara eksportir lada yang mejadi pesaing utama lada Indonesiaadalah Vietnam dan Brazil

Berdasarkan data UN Comtrade (2016) terdapat sembilan belas negara yangmenjadi tujuan ekspor lada Indonesia secara kontinu dari tahun 2004-2013 yaituAmerika Serikat Australia Belanda Belgia Bulgaria Hongkong India InggrisItalia Jepang Jerman Kanada Korea Selatan Malaysia Pakistan PerancisRusia Singapura dan Vietnam Dayasaing lada Indonesia di negara-negaratersebut secara umum secara komparatif telah berdayasaing kuat kecuali diKorea Selatan Malaysia dan Pakistan Sedangkan secara kompetitif Indonesiaberada pada posisi Rising Star di Belanda India Italia Jepang dan JermanPosisi Falling Star di Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia PosisiLost Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan SingapuraSerta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Secara umumIndonesia juga cenderung menjadi negara ekportir lada di negera-negara tujuanekspornya dengan pertumbuhan perdagangan tahap kematangan danpertumbuhan

Selain dayasaing penelitian ini menggunakan teori Gravity Model untukmengetahui faktor-faktor yang diduga mempengaruhi volume ekspor ladaIndonesia di pasar internasional yaitu rata-rata PDB per kapita Jarak EkonomiHarga Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen Berdasarkan metoderegresi data panel dengan data time series tahun 2004-2013 dan data cross sectionsembilan belas negara diperoleh model Random Efffect dengan nilai koefisiendeterminasi (R2) sebesar 0155065 Hal ini menunjukkan bahwa seluruh variabelbebas sebesar 1551 dapat menjelaskan variabel terikatnya yaitu VolumeEkspor Lada Sisanya yaitu 8449 dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luarpenelitian Adapun faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap volumeekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapitaJarak Ekonomi Harga dan Populasi Sedangkan Kurs Riil dan Indeks HargaKonsumen tidak berpengaruh signifikan

Kata Kunci Ekspor Lada Dayasaing RCA EPD ISP dan Gravity Model

KATA PENGANTAR

Assalamursquoalaikum Wr Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ldquoAnalisis Dayasaing

dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada Indonesia di

Pasar Internasionalrdquo Penulisan skripsi ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selama proses penyelesaian sampai selesainya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan banyak

terimakasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan dukungan baik

secara moril dan materil secara langsung maupun tidak langsung sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini Penulis mengucapkan terimakasih

kepada

1 Kedua orang tua Ibu Aswati dan Bapak Supandi serta seluruh keluarga atas

semua doa nasihat kasih sayang pengorbanan cinta serta dukungan baik

secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis Penyelesaian

skripsi ini merupakan salah satu bakti serta wujud cinta dan kasih sayang

penulis kepada Ibu Bapak dan seluruh keluarga yang sudah memberikan

segala yang terbaik dalam hidup kepada penulis

2 Bapak Dr Ir Iwan Aminudin MSi dan Ibu Puspi Eko Wiranthi SE MSi

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan tenaga energi

waktu pikiran serta memberikan ilmu arahan dan dukungannya secara

viii

tulus demi terselesaikannya skripsi ini

3 Bapak Ir Junaidi MSi dan Bapak Akhmad Mahbubi SP MM selaku dosen

penguji skripsi yang telah memberikan ilmu arahan serta dukungan yang

besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Bapak Dr Agus Salim MSi selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta para Wakil Dekan I II

dan III beserta staf TU Akademik dan karyawan FST lainnya

5 Bapak Dr Ir Edmon Daris MS dan Bapak Dr Ir Iwan Aminudin MSi selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan

kesempatan dan dukungan untuk menimba ilmu pengetahuan serta membantu

dalam proses akademis

6 Bapak Mudatsir Najamuddin MMA selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan bimbingan motivasi serta dukungan kepada penulis

selama perkuliahan

7 Seluruh dosen Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan wawasan

dan pengalaman kepada penulis hingga mendapatkan gelar Sarjana Agribisnis

8 Sahabat Kosan Badayy (Fitri Aldita Rihlah Zelda dan Weni) yang selalu

memberikan dukungan motivasi cinta dan kasih sayang selayaknya

keluarga serta menjadi tempat kembali penulis ketika suka dan duka

9 Sahabat Jalan Jalan Men (Meike Putri dan Lulu) yang sudah memberikan

warna baru dalam hidup penulis dan menjadi tempat di mana penulis tidak

perlu merasa malu menjadi diri sendiri setelah sahabat kosan badayy

ix

10 Sahabat Rumpii ( Febi Icha Iffah dan Dena) yang sudah menemani penulis

sejak awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini

11 Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2012 yang selalu saling mendukung

berbagi ilmu dan pengalaman serta menjadi teman tumbuh dan

berkembangnya penulis selama masa kuliah

12 HMJ Agribisnis yang telah memberikan tempat kesempatan dan

pengalaman berorganisasi sehingga penulis bisa mendapatkan

pelajaran-pelajaran baru

13 Keluarga Mahad Puteri dan BIDIKMISI UIN Jakarta dan yang telah

memberikan penulis kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat

sehingga penulis bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman-pengalaman baru

yang memotivasi untuk selalu bisa melakukan yang terbaik

14 Teman-teman KKN Gelas Kaca 2015 yang sudah memberikan pelajaran dan

kesempatan penulis untuk lebih bisa berpikir terbuka mengenal dan

mencoba hal-hal yang benar-benar baru bagi penulis memotivasi untuk lebih

berani lugas dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi

Terimakasih atas warna-warni baru yang telah diberikan baik secara langsung

maupun tidak langsung dan menjadikan penulis untuk selalu ingin tumbuh

dan berkembang

15 Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

menyelesaikan skripsi ini

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

x

penulis dan pembaca Akhirnya hanya kepada Allah semua hal diserahkan

Semoga amal baik kita diterima oleh Allah SWT Aamiin Yaa Rabbal lsquoAalamiin

Wassalamursquoalaikum WrWb

Jakarta 6 Januari 2017

Dewi Susilawati

xvii

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP iv

RINGKASAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 8

13 Tujuan Penelitian 8

14 Manfaat Penelitian 9

15 Ruang Lingkup Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

21 Perdagangan Internasional 10

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional 12

221 Teori Merkantilisme 12

222 Teori Keunggulan Absolut 13

223 Teori Keunggulan Komparatif 14

224 Teori Heckscher Ohlin 15

225 Teori Keunggulan Kompetitif 16

23 Dayasaing Global 17

231 Revealed Comparative Advantage (RCA) 17

232 Export Product Dynamic (EPD) 18

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 19

24 Gravity Model 21

241 Produk Domestik Bruto (PDB) 23

xii

242 Jarak Ekonomi 24

243 Harga 25

244 Nilai Tukar Rupiah 25

245 Populasi 27

246 Indeks Harga Konsumen 28

25 Penelitian Terdahulu 29

26 Kerangka Pemikiran 36

27 Hipotesis 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38

31 Lokasi dan Waktu Penelitian 38

32 Jenis dan Sumber Data 38

33 Populasi dan Sampel 39

34 Metode Analisis Data 39

341 Revealed Comparative Advantage (RCA) 40

342 Export Product Dynamic (EPD) 41

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 42

344 Regresi Data Panel 42

345 Uji Kesesuaian Model 43

346 Uji Normalitas 46

347 Uji Asumsi Klasik 47

348 Uji Signifikansi 49

35 Definisi Operasional 50

BAB IV GAMBARAN UMUM 53

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia 53

42 Lada Indonesia 55

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia 55

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia 57

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia 59

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia 61

43 Lada Dunia 62

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia 62

432 Perkembangan Produksi Lada Dunia 64

433 Perkembangan Harga Lada Dunia 66

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia 69

xiii

106

107

109

106

114

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 71

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif 71

511 Keunggulan Komparatif 71

512 Keunggulan Kompetitif 73

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 92

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel 93

522 Uji Normalitas 94

523 Uji Asumsi Klasik 95

524 Uji Signifikansi 96

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia 2

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 18

Tabel 3 Penelitian Terdahulu 30

Tabel 4 Sumber Data dan Data 38

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson 49

Tabel 6 Definisi Operasional 51

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia 55

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia 58

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA) 71

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD) 74

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia 77

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 91

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model 93

Tabel 14 Uji Multikolinearitas 95

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas 95

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia 3

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia 4

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia 5

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia 6

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional 7

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional 11

Gambar 7 Kurva Permintaan 25

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian 36

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 42

Gambar 10 Histogram Normalitas 47

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia 57

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia 59

Gamabr 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia 63

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia 64

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia 66

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia 68

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia 69

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat 78

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada 79

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan 81

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia 82

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura 83

xvi

103

104

105

101

100

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia 85

Gambar 24 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris 86

Gambar 25 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria 87

Gambar 26 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam 89

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia 90

Gambar 28 Uji Normalitas 94

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

114

120

120

121

121

122

122

123

124

125

126

127

130

132

DAFTAR LAMPIRAN

1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

2 Uji Chow

3 Uji Hausman

4 Random Effect Model

5 Normalitas

6 Multikolinearitas

7 Heteroskedastisitas

8 Hasil RCA

9 Hasil EPD

10 Hasil Indeks ISP

11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost Opportunity

13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Badan Pusat Statistik (2016) menyatakan bahwa salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara adalah dengan

mengukur Produk Domestik Bruto (PDB) Besarnya PDB salah satunya diperoleh

melalui kegiatan ekspor Nilai ekspor Indonesia selama tahun 2004-2013

berfluktuasi Penurunan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar

1497 dengan nilai ekspor mencapai US$ 116510000000 Disusul tahun 2012

dan 2013 dengan penurunan sebesar 662 dan 393 dengan masing-masing

nilai ekspor mencapai US$ 190020300000 dan US$ 182551800000

Penurunan ekspor pada tahun 2012 dan 2013 juga diperburuk dengan

meningkatnya nilai impor pada tahun yang sama yaitu mencapai US$

191689500000 dan US$ 186628700000 Hal ini mengakibatkan Indonesia

mengalami neraca perdagangan negatif sebesar -US$ 1669200000 dan -US$

4076900000

Neraca perdagangan yang negatif menunjukkan bahwa Indonesia lebih

banyak mengkonsumsi produk-produk dari luar negeri daripada menjual produk-

produknya sendiri ke luar negeri sehingga negara-negara lain relatif lebih untung

dari produk-produk yang telah diekspornya Sedangkan Indonesia merugi karena

terjadi defisit Oleh sebab itu untuk menjaga kestabilan neraca perdagangan

Indonesia perlu meningkatkan kinerja ekspornya Salah satu cara untuk

meningkatkan kinerja ekspor adalah dengan memperbanyak ekspor komoditi-

2

komoditi unggulan Salah satu komoditi unggulan ekspor Indonesia adalah lada

Lada (Piper ningrum) atau juga dikenal sebagai King of Spice (raja rempah)

merupakan komoditi rempah Indonesia yang kedudukannya cukup penting karena

merupakan komoditi ekspor terbanyak ke-enam setelah karet kelapa sawit

kakao kopi dan kelapa Lada Indonesia sudah cukup dikenal di pasar

internasional dengan nama Lampung Black Pepper yang berasal dari Provinsi

Lampung dan Muntok White Pepper yang berasal dari Provinsi Kepulauan

Bangka (Rivaie dan Pasandaran 2014 341)

Lada merupakan komoditi ekspor dengan neraca perdagangan positif Hal

ini terlihat dari besarnya nilai ekspor lada dibandingkan nilai impornya Menurut

data UN Comtrade (2016) neraca perdagangan lada Indonesia adalah sebagai

berikut

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia

Tahun Ekspor (US$) Impor (US$) Neraca (US$)

2004 56710078 3344670 53365408

2005 59210135 4026437 55183698

2006 79077213 8158312 70918901

2007 133971835 9837453 124134382

2008 186672492 12958930 173713562

2009 142126076 13660784 128465292

2010 252084684 17263407 234821277

2011 223404956 27457906 195947050

2012 435257055 29440508 405816547

2013 354712065 27510971 327201094

Sumber UN Comtrade (2016)

Indonesia memiliki neraca perdagangan lada yang positif Namun

Indonesia masih mengimpor lada dari eksportir-eksportir lada dunia lainnya

Alasan Indonesia mengimpor lada adalah dikarenakan laju produksi lada dalam

3

negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia yang menyentuh angka

rata-rata 3 per tahun (International Pepper Community 2016) Sedangkan laju

produksi lada Indonesia hanya 15 per tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan

2014 3) Namun secara keseluruhan lada merupakan komoditas ekspor yang

memiliki potensi positif karena neraca perdagangannya positif

Meskipun laju pertumbuhan produksi lada Indonesia tidak secepat

pertumbuhan permintaan lada dunia namun produktivitas lada Indonesia terus

meningkat setiap tahunnya Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

luas lahan lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 terus menurun namun

produksinya terus meningkat Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas lada

Indonesia tinggi Adapun produktivitas lada Indonesia adalah sebagaimana

Gambar 1 berikut

0

01

02

03

04

05

06

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

03820408 0403 0392

0439 04450467

0491 0494053

Tahun

(To

nH

a)

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Peningkatan produktivitas lada yang tinggi seiring dengan permintaan

lada dunia yang terus meningkat Permintaan lada dunia menurut data

International Pepper Community (2016) berfluktuasi cenderung meningkat

Permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

4

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2016)

Pertumbuhan permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 mencapai

2962 Permintaan tertinggi lada terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak

359904 ton Sedangkan permintaan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu

sebanyak 285306 ton Permintaan lada yang tinggi merupakan peluang bagi

negara-negara eksportir untuk saling bersaing meningkatkan ekspornya di pasar

internasional

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional bersaing dengan

beberapa negara seperti Brazil India Malaysia Sri Lanka Vietnam Cina

Thailand Madagaskar Ekuador dan negara-negara lainnya International Pepper

Community (2013 7) menyatakan bahwa Vietnam adalah eksportir utama lada

dunia Hal ini didasarkan pada banyaknya lada yang telah diekspor Vietnam

Adapun Kontribusi lada negara-negara eksportir di pasar internasional adalah

sebagai berikut

5

1503

922

1958

609185

4719

049007009038

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Kontribusi lada Vietnam di pasar internasional hampir mencapai 50

dari total lada dunia yaitu 4719 Kontribusi ini menjadikan Vietnam sebagai

eksportir utama lada dunia Sedangkan Indonesia berada di posisi kedua dengan

kontribusi sebesar 1958 Disusul Brazil di posisi ketiga dengan kontribusi

sebesar 1503 Berdasarkan kontribusi tersebut meskipun menjadi eksportir

kedua lada dunia Indonesia memiliki selisih ekspor yang besar dengan Vietnam

yaitu sebesar 2761 Sedangkan selisih ekspor Indonesia dengan Brazil yang

berada di posisi ketiga hanya 455 Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki kesulitan untuk mengungguli Vietnam Namun Indonesia sangat mudah

untuk diungguli oleh Brazil karena selisihnya yang sedikit Adapun kontribusi

1958 lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004 - 2013

ditunjukkan dengan berfluktuasinya ekspor lada Indonesia sebagaimana Gambar

4 berikut

6

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Ekspor tertinggi lada Indonesia terjadi pada tahun 2012 yaitu sebanyak

62608 ton Angka ini naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya yaitu

sebanyak 36487 ton Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348

pada tahun 2013 dengan total ekspor sebanyak 47908 ton Meskipun menurun

cukup jauh penurunan terbesar ekspor lada Indonesia terjadi pada tahun 2011

yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor sebanyak 36487 ton Sedangkan total

ekspor lada terkecil terjadi pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton yang juga turun

2067 dari tahun sebelumnya

Fluktuasi cenderung menurunnya ekspor lada Indonesia di pasar

internasional berbanding terbalik dengan harga lada Indonesia yang tinggi

Perkembangan harga lada Indonesia menurut International Pepper Community

(2013 54) berfluktuasi cenderung meningkat Adapun harga lada Indonesia di

pasar internasional berdasarkan harga Free on Board (FOB) adalah sebagai

berikut

7

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

20

05

2006

2007

2008

20

09

2010

2011

20

12

20

13

1487 14512029

3278 3517

2719

3677

6392 6558 6850

2317 22192924

44104972

4342

5662

88559367 9613

Tahun

(US

$T

on

)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional Sumber International Pepper Community (2013 54)

Berdasarkan Gambar 5 di atas peningkatan harga lada hitam dan putih

tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu mencapai 7384 dan 5639 Menurut

Ginting (2014) harga lada putih dan lada hitam dunia merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap volume perdagangan lada putih Indonesia terhadap lada

putih dunia Begitupun menurut Permatasari (2015) harga ekspor lada Indonesia

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor lada

Indonesia Naik dan turunnya harga lada akan mempengaruhi naik dan turunnya

volume ekspor lada

Berdasarkan keadaan permasalahan dan penelitian terdahulu yang sudah

dikemukakan maka diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui keadaan lada

Indonesia di pasar internasional Adapun yang perlu diketahui adalah bagimana

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Hasil

analisis ini diharapkan mampu menjadi informasi yang dapat berguna bagi

pemerintah dan pihak-pihak terkait

8

12 Rumusan Masalah

Lada merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia dengan

menempati urutan ke-enam komoditi ekspor terbanyak Indonesia dengan neraca

perdagangan positif Selama tahun 2004 - 2013 produktivitas lada Indonesia

meningkat Peningkatan ini seiring dengan permintaan lada dunia yang juga

meningkat sebesar 2962 Namun dalam periode yang sama volume ekspor

lada Indonesia berfluktuasi dan hanya mampu berada di posisi kedua di pasar

internasional dengan selisih ekspor yang besar dengan Vietnam yaitu 2761

Sementara dengan Brazil hanya berselisih 455 Menurut Ginting (2014) dan

Permatasari (2015) harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perdagangan lada

Berdasarkan penjabaran di atas maka diperoleh beberapa rumusan

masalah sebagai berikut

1 Bagaimana dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia

di pasar internasional

13 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah

1 Mengetahui dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

9

14 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

diantaranya

1 Mampu memberikan dan menambah pengetahuan bagi penulis mengenai

perdagangan internasional Indonesia khususnya komoditi lada di negara-

negara tujuan ekspornya

2 Sebagai bahan referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian

selanjutnya di bidang yang sama

3 Sebagai informasi bagi pemerintah tentang dayasaing lada Indonesia

sehingga dapat memperhatikan strategi dan kebijakan-kebijakan yang

berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar

internasional

15 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup lada dalam penelitian ini adalah lada dengan kode HS

1996 empat digit yaitu 0904 di UN Comtrade Selanjutnya pemilihan variabel-

variabel yang diduga berpengaruh terhadap volume ekspor lada Indonesia di

pasar internasional didasarkan pada teori Gravity Model

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Perdagangan Internasional

Tidak ada satu negara pun yang sepenuhnya dapat mengisolasikan diri

dari interaksi luar negeri Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

membuat batas-batas negara menjadi kabur Setiap negara tidak akan dapat

memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri Sekalipun dipaksakan pasti biaya yang

ditanggung akan sangat besar Melalui perdagangan dengan negara-negara lain

setiap negara bisa mencapai economies of scale dan selanjutnya dapat

menyalurkan kelebihan produksi yang tidak dapat diserap oleh konsumen dalam

negeri melalui ekspor Devisa yang diperoleh melalui ekspor dapat digunakan

untuk membiayai impor sehingga dapat memenuhi berbagai kebutuhannya tanpa

harus memproduksi seluruh yang dibutuhkan Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perdagangan internasional terjadi karena dua alasan yaitu adanya perbedaan

antara satu negara dengan negara yang lain dan tujuan untuk mencapai skala

ekonomi dalam produksi (Basri dan Munandar 2010 32)

Kegiatan perdagangan internasional terjadi karena adanya penawaran dan

permintaan suatu negara terhadap produk tertentu Secara teoritis suatu negara

(negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misal pakaian) ke negara lain

(negara B) apabila harga domestik negara A (sebelum terjadi perdagangan

internasional) relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga domestik negara B

Struktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah karena produksi

domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya sehingga di negara A

11

SB DB

SA A DA

PB

ES

X

P

B

M

PA

QB Q O O O QA

ED

telah terjadi excess supply (kelebihan produksi) Dengan demikian negara A

mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain Di sisi

lain negara B terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya lebih

besar daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang

terjadi di negara B lebih tinggi Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk

membeli pakaian dari negara lain yang relatif lebih murah Jika kemudian terjadi

konsumsi antara negara A dengan negara B maka akan terjadi perdagangan

antara keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama

(Kementerian Perdagangan 2011 7)

Negara A (ekspor) Perdagangan Internasional Negara B (impor)

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional Sumber Salvatore (1997 84)

Keterangan

PA Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan

internasional

OQA Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A tanpa

perdagangan internasional perdagangan internasional

A Kelebihan penawaran di negara A tanpa perdagangan internasional

X Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A

PB Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan

internasional

OQB Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B tanpa

perdagangan internasional

12

B Kelebihan permintaan di negara B tanpa perdagangan internasional

M Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B

P Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan

internasional

OQ Keseimbangan penawaran dan permintaan antara kedua negara

dimana jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor

(M)

Sebelum terjadi perdagangan internasional harga di negara A adalah

sebesar PA dan di negara B adalah PB Penawaran pasar internasional akan terjadi

jika harga internasional lebih tinggi dari PA sedangkan permintaan di pasar

internasional akan tinggi jika harga internasional lebih rendah dari PB Pada saat

harga internasional (P) sama dengan PA maka negara B akan terjadi excess

demand (ED) sebesar B Jika harga internasional sama dengan PB maka di negara

A akan terjadi excess supply (ES) sebesar A Dari A dan B akan terbentuk kurva

ES dan ED yang akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional

sebesar P Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan

mengekspor komoditi (pakaian) sebesar M dimana di pasar internasional sebesar

X sama dengan M yaitu Q (Kementerian Perdagangan 2011 8)

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional

221 Teori Merkantilisme

Penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara sebuah

negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan memperbanyak ekspor dan

mengurangi impor Surplus yang dihasilkan ekspor selanjutnya dibentuk dalam

aliran emas atau logam-logam mulia khususnya emas dan perak Semakin

banyak emas dan perak yang dimiliki sebuah negara maka semakin kaya dan

kuatlah negara tersebut

13

Kaum merkantilisme mengukur kekayaan dengan cadangan logam mulia

yang dimiliki Sebaliknya saat ini kekayaan sebuah negara diukur dengan

cadangan sumber daya manusia hasil produksi manusia serta kekayaan alam

yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa Semakin besar cadangan

tersebut maka semakin besar pula arus barang dan jasa untuk memenuhi

keinginan manusia dan dengan demikian akan semakin besar pula standar hidup

masyarakat negara tersebut (Salvatore 1997 23)

222 Teori Keunggulan Absolut

Adam Smith berpendapat bahwa sebuah negara akan melakukan

perdagangan secara sukarela jika keduanya memperoleh keuntungan

Perdagangan antar dua negara didasarkan pada keunggulan absolut yaitu

keunggulan negara dalam memproduksi sebuah komoditi namun kurang efisien

dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya maka negara

tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan

spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan

menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut Melalui

proses ini sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang efisien

Output kedua komoditi yang diproduksi akan meningkat Peningkatan output

akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang

melakukan perdagangan

Berbeda dengan kaum merkantilisme yang percaya bahwa sebuah negara

hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lainnya serta

menyarankan pengendalian pemerintah secara ketat pada semua aktivitas

14

ekonomi dan perdagangan Adam Smith justru percaya bahwa semua negara

dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dan dengan tegas menyarankan

untuk menjalankan kebijakan yang dinamakan laissez-faire yaitu suatu kebijakan

yang menyarankan sesedikit mungkin intervensi pemerintah terhadap

perekonomian Melalui perdagangan sumber daya manusia dapat didayagunakan

secara efisien dan dapat memaksimumkan kesejahteraan dunia Dalam laissez-

faire terdapat pengecualian yang paling penting adalah proteksi terhadap berbagai

industri penting sebagai pertahanan negara (Salvatore 1997 25)

223 Teori Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif yang digagas oleh David Ricardo

menyatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain

dalam memproduksi komoditi namun masih tetap terdapat dasar untuk

melakukan perdagangan kedua belah pihak Negara pertama harus melakukan

spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki

kerugian absolut kecil dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut

lebih besar (Salvatore 1997 27) Hukum keunggulan komparatif memiliki satu

pengecualian meskipun jarang terjadi Pengecualian terjadi jika keunggulan

absolut yang dimiliki suatu negara pada kedua komoditi sama besarnya

(Salvatore 1997 29)

Hukum keunggulan komparatif memiliki keunggulan dalam nilai uang

dengan mengabaikan pengecualian yang sudah disebutkan Meskipun salah satu

negara memiliki kerugian absolut dalam produksi kedua komoditi dibanding

negara ke-dua namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan

15

yang menguntungkan yaitu dengan melihat upah di negara ke-satu lebih rendah

dibandingkan negara ke-dua sehingga memungkinkan harga komoditi tersebut

lebih rendah pula dan harga komoditi yang memiliki keunggulan absolut di

negara ke-dua tersebut lebih rendah ketika kedua komoditi tersebut dinyatakan

dalam satuan mata uang masing-masing negara (Salvatore 1997 30)

Hukum keunggulan komparatif terkadang juga disebut hukum biaya

komparatif Menurut teori biaya komparatif biaya sebuah komoditi adalah

jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya

yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditi pertama Dalam

teori ini tidak dibuat asumsi bahwa tenaga kerja hanya satu-satunya faktor

produksi atau tenaga kerja bersifat homogen dan biaya atau harga sebuah

komoditi satu-satunya tergantung dari jumlah tenaga kerja Oleh sebab itu negara

yang memiliki biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi komoditi akan

memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut (Salvatore 1997 33)

Selain itu asumsi bahwa harga sama dengan biaya produksi maka biaya

oportunitas sama dengan harga relatif merupakan refleksi dari keunggulan

komparatif (Salvatore 1997 35)

224 Teori Heckscher-Ohlin

Intisari teorema H-O adalah sebuah negara akan mengekspor komoditi

yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah

dan murah di negara tersebut dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan

mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif

langka dan mahal di negara tersebut Model H-O juga sering disebut sebagai teori

16

kelimpahan faktor Teori tersebut menyatakan bahwa setiap negara akan

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang banyak

menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dalam jumlah banyak dan

berharga relatif murah serta mengimpor komoditi yang banyak menyerap faktor

produksi yang di negara tersebut relatif langka dan mahal (Salvatore 1997 129)

225 Teori Keunggulan Kompetitif

Tambunan (2004 107) menyatakan bahwa keunggulan kompetitif adalah

keunggulan yang harus diciptakan atau dikembangkan Inti dari paradigma

keunggulan kompetitif adalah suatu negara dalam persaingan global selain

ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif juga sangat ditentukan oleh

faktor-faktor keunggulan kompetitif yang dikembangkan Dari hasil studi Porter

menyimpulkan bahwa suatu negara berhasil dalam industri tertentu karena

lingkungan dasarnya bersifat mempunyai pandangan ke depan dinamis dan

menantang

Secara spesifik terdapat empat variabel domestik penting yang secara

individual mempengaruhi kinerja dan dayasaing global di suatu negara yaitu

kondisi faktor (factor condition) kondisi permintaan (demand condition) industri

terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting industry)

serta kondisi struktur persaingan dan strategi industri (firm strategy structure

and rivalry) Selain keempat faktor utama di atas terdapat dua faktor yang

mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan

(chance event) dan faktor pemerintah (government) Faktor-faktor ini membentuk

sistem dalam peningkatan keunggulan dayasaing yang disebut Porterrsquos Diamond

17

23 Dayasaing Global

Kotabe dan Helsen (2010 39) menyatakan bahwa konsep dayasaing

mengacu pada produktivitas Dayasaing suatu negara merupakan kapasitas

produksi dalam negeri dan luar negeri yang mengacu pada manusia alam dan

sumber daya modal Keberhasilan perdagangan internasional suatu negara dapat

dilihat dari dayasaingnya Dayasaing merupakan konsep umum yang digunakan

untuk merujuk pada komitmen persaingan pasar terhadap keberhasilan suatu

negara dalam persaingan internasional (Bustami dan Hidayat 2013 56)

Dayasaing merupakan posisi relatif suatu organisasi atau negara dibandingkan

dengan yang lain Negara memiliki peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan dayasaing dengan membuat kebijakan ekonomi atau politik yang

menguntungkan (Aprilia dkk 2015 2)

231 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Tambunan (2004 110) mendefinisikan RCA sebagai suatu persentase dari

jumlah ekspor manufaktur dari suatu negara lebih tinggi daripada pangsa dari

barang yang sama di dalam jumlah ekspor dunia maka negara tersebut memiliki

keunggulan komparatif atas produksi dan ekspor dari barang tersebut Nilai

indeks RCA lebih besar dari 1 berarti negara tersebut berdayasaing Sedangkan

jika lebih kecil dari 1 maka dayasaingnya buruk Indeks RCA bisa digunakan

untuk mengukur apakah Indonesia memproduksi dan mengekspor barang-barang

yang pasar luar negerinya sedang berkembang pesat atau sedang mengalami

stagnansi (Tambunan 2004 118)

18

232 Export Product Dynamic (EPD)

EPD merupakan indikator yang mengukur posisi pasar dari produk suatu

negara untuk tujuan pasar tertentu Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk

membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia dan

mengetahui dinamis atau tidaknya performa suatu produk Sebuah matriks EPD

terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis Daya tarik pasar

dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan

pasar tertentu dimana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan

pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan

pasar tertentu Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini

menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat

kategori yaitu Rising Star Falling Star Lost Opppotunity dan Retreat

(Kementerian Perdagangan 2011 21) Adapun matriks EPD adalah sebagai

berikut

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD

Share of Countryrsquos

Export in World Trade

Share of Countryrsquos Export in World Trade

Rising

(Dynamic)

Falling

(Stagnant)

Rising (Competitive) Rising Star Falling Star

Falling (Non-

competitive) Lost Opportunity Retreat

Sumber Estherhuizen dalam Kementerian Perdagangan (2011 21)

Posisi pasar yang ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tertinggi

pada ekspornya sebagai Rising Star yang menunjukkan bahwa negara tersebut

memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat

(fast-growing products) Lost Opportunity terkait dengan penurunan pangsa

pasar pada produk-produk yang dinamis adalah posisi yang paling tidak

19

diinginkan Falling Star juga tidak disukai meskipun masih lebih baik jika

dibandingkan dengan Lost Opportunity karena pangsa pasarnya tetap meningkat

Sementara itu Retreat biasanya tidak diinginkan tetapi pada beberapa kasus

tertentu mungkin diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk-produk yang

stagnan dan menuju produk-produk yang dinamis (Bappenas 2009)

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Nilai indeks ISP adalah

antara -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu negara cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi yang bersangkutan Jika nilainya negatif

maka suatu negara cenderung menjadi negara importir terhadap komoditi yang

bersangkutan

ISP juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan

suatu komoditi dalam perdagangan Menurut kementerian Perdagangan (2008)

tingkat pertumbuah perdagangan dibagi lima tahap yaitu

1 Tahap pengenalan

Ketika suatu industri (forerunner) di suatu negara A mengekspor produk-

produk baru dan industri pendatang belakangan (latecomer) di negara B impor

produk-produk tersebut Dalam tahap ini nilai indeks ISP dari industri latecomer

adalah -100 sampai -050

20

2 Tahap subtitusi impor

Pada tahap ini industri di negara B menunjukkan dayasaing yang sangat

rendah dikarenakan tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala

ekonomi Industri tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang

kurang bagus dan produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan

dalam negeri Adapun nilai indeks ISP pada tahap ini yaitu naik antara -051

sampai 000

3 Tahap pertumbuhan

Pada tahap ini industri di negara B melakukan produksi dalam skala besar

dan mulai meningkatkan ekspornya Di pasar domestik penawaran untuk

komoditi tersebut lebih besar daripada permintaan Tahap ini mempunyai nilai

indeks ISP antara 001 sampai 080

4 Tahap Kematangan

Pada tahap ini produk yang bersangkutan sudah memasuki tahap

standarisasi menyangkut teknologi yang dikandungnya Pada tahap ini juga

negara B merupakan negara eksportir Adapun nilai indeks ISP tahap ini berada

pada kisaran 081 sampai 100

5 Tahap kembali mengimpor

Pada tahap ini industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya

dengan industri dari negara A dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari

permintaan dalam negeri Tahap ini ditunjukkan dengan nilai indeks ISP yang

kembali menurun antara 100 sampai 000

21

24 Gravity Model

Gravity Model merupakan model perdagangan yang mengadopsi model

gravitasi Newton tentang kekuatan gaya tarik menarik dari dua buah objek yang

dipengaruhi secara langsung oleh massa dari kedua obyek tersebut dan secara

tidak langsung oleh jarak diantara dua objek tersebut Persamaan gravitasi

dinyatakan sebagai berikut

Fij = G MiMj D2ij

Dimana

Fij Kekuatan gaya tarik menarik

Mi dan Mj Massa

D2ij Jarak antara dua objek

G Konstanta gravitasi

Jan Timbergen pada tahun 1962 menggunakan analogi tersebut untuk

menganalisis perdagangan internasional Tarik menarik dalam konteks

perdagangan internasional adalah ekspor dan impor oleh negara-negara ldquoMassardquo

dari negara-negara tersebut adalah ukuran ekonomi atau Produk Domestik bruto

(PDB) yang dianggap dapat menghasilkan aliran-aliran potensi perdagangan

internasional Semakin besar PDB negara partner maka semakin besar pula

aliran perdagangan dari negara tersebut Namun jarak menjadi hambatan dalam

perdagangan internasional Jarak yang semakin jauh mengakibatkan biaya

transportasi dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pengiriman barang

menjadi besar Sehingga mengakibatkan kecilnya kemungkinan perdagangan

bilateral (Sarwoko 2009 3-4)

Dilanchiev (2012 75) menyatakan bahwa Gravity Model merupakan

salah satu model untuk memperkirakan perdagangan bilateral antar negara dan

22

potensi perdagangan suatu negara Keuntungan utama dalam menggunakan

Gravity Model adalah dapat menjelaskan pola perdagangan internasional dengan

kondisi jumlah data dan validitas latar belakang ekonomi yang sedikit seperti

Georgia Adapun model persamaan Gravity Model adalah

Trade ij = α PDBi PDBj

Distanceij

Keterangan

Trade Volume perdagangan antara negara i dan j

PDBi Pendapatan nasional negara i

PDBj Pendapatan nasional negara j

Distance Jarak bilateral kedua negara

α Konstanta

Bergstrand (1985 480) menyatakan bahwa Gravity Model banyak

dipengaruhi oleh pendapatan Oleh sebab itu harga dan nilai tukar menjadi

variabel yang memiliki efek signifikan dalam aliran perdagangan internasional

Sementara Zarzoso dan Lehman (2003 298) menggunakan Gravity Model untuk

menganalisis data panel pada tahun 1988-1996 dengan 20 sampel negara di Uni

Eropa Adapun persamaan Gravity Model yang digunakan oleh Zarzoso dan

Lehman adalah sebagai berikut

lXijt = αij + β1lYit + β2lYjt + β3lNit + β4lNjt + β5lDij + β6lIi + β7lIj + β8ydifij

+ β9IRERij + sumYhPijh + eijt

Dimana

αij konstanta

β1lYit Pendapatan eksportir

β2lYjt Pendapatan importir

β3lNit Populasi eksportir

β4lNjt Populasi importir

β5lDij Jarak

β6lIi Infrastruktur eksportir

β7lIj Infrastruktur importir

β8ydifij Pendapatan perkapita

23

β9IRERij Nilai tukar

Eijt eror

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan eksportir pendapatan

importir populasi importir jarak pendapatan perkapita nilai tukar dan

infrastruktur eksportir berpengaruh signifikan terhadap aliran dagang Uni Eropa

Sedangkan variabel infrastruktur importir tidak signifikan terhadap aliran dagang

Uni Eropa

Sedangkan Pradipta dan Firdaus (2014 140-141) menambahkan Indeks

Harga Konsumen (IHK) sebagai variabel kontrol yang digunakan dalam

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa IHK berpengaruh signifikan terhadap

ekspor buah Indonesia di pasar internasional Peningkatan IHK akan menurunkan

volume ekspor ke negara tujuan

241 Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir

yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi

yang berlokasi dalam suatu negara (Salvatore 1997 21) Sedangkan menurut

Case amp Fair (2002 23) PDB adalah nilai barang dan jasa akhir berdasarkan

harga pasar yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode

dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam perekonomian

tersebut

PDB merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan

beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB

merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

24

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara Ketiga PDB merupakan

gambaran awal tentang masalah-masalah mendasar yang dihadapi suatu

perekonomian Jika sebagian besar PDB dinikmati oleh sebagian penduduk maka

perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya

(Rahardja dan Manurung 2008 223)

242 Jarak Ekonomi

Jarak ekonomi adalah jarak antara kedua negara berdasarkan jarak

bilateral antara kota besar kedua negara Jarak ini digunakan untuk gambaran

biaya transportasi yang dibutuhkan untuk melakukan ekspor dan impor (Mayer

dan Zignago 2011 11) Li dkk (2008 8) menggunakan variabel jarak ekonomi

dalam penelitiannya yang berjudul Component Trade and Chinarsquos Global

Economic Integration sebagai gambaran biaya transportasi Cina ke negara-negara

tujuan ekspornya Adapun rumus jarak ekonomi adalah sebagai berikut

Jarak ekonomi = Jarak geografis x PDB negara tujuan ekspor

PDB seluruh negara yang dianalisis

Jarak ekonomi memiliki dua pengaruh yaitu negatif dan positif Menurut

penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009) Dilanchiev (2012)

serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak ekonomi

berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan Namun menurut Lawless

25

dan Whelan (2007) pengaruh positif jarak ekonomi terjadi di Amerika Serikat

Untuk bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan biaya transportasi maka

perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat akan menaikkan volume dan nilai

perdagangannya

243 Harga

Harga adalah jumlah yang harus ditagihkan untuk suatu produk atau jasa

(Kotler dan Keller 2009 18) Harga merupakan penentu utama pilihan pembeli

(Kotler dan Keller 2009 79) Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan

adalah harga barang itu sendiri Jika harga suatu barang semakin murah maka

permintaan terhadap barang tersebut bertambah Begitu juga sebaliknya Hal ini

sesuai dengan hukum permintaan yaitu bila harga suatu barang naik ceteris

paribus maka jumlah barang yang diminta akan berkurang Begitu juga

sebaliknya Jika harga suatu barang turun ceteris paribus maka jumlah barang

yang diminta akan bertambah (Rahardja dan Manurung 2008 24)

Harga

Qd = 100 ndash 10P

Kuantitas

Gambar 7 Kurva Permintaan Sumber Rahardja dan Manurung (2008 29)

244 Nilai Tukar Rupiah

Perdagangan internasional melibatkan beberapa negara dengan mata uang

uang yang berbeda-beda Untuk dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi maka

80 40 60

2

4

6

8

10

0

20 100

26

mata uang yang dipergunakan mempunyai harga tertentu dalam mata uang negara

lain Nilai tukar rupiah adalah harga atau berapa banyak suatu mata uang harus

dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain Bila dikatakan nilai

tukar rupiah adalah Rp 10000US$ maka untuk memperoleh satu unit US$ harus

disediakan sebanyak 10000 unit rupiah Jika harga satu unit komputer seharga

US$ 600 per unit maka rupiah yang harus disediakan adalah 6 juta unit

Sederhananya harga komputer per unit adalah Rp 6 juta (Rahardja dan

Manurung 2008 307)

Nilai tukar didasari dua konsep Pertama adalah konsep nominal

merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang

menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna

memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain Kedua adalah konsep riil yang

dipergunakan untuk mengukur dayasaing komoditi ekspor suatu negara di

pasaran internasional (Halwani 2002 186)

Mankiw (2012 193) menyatakan bahwa nilai tukar nominal (nominal

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan mata

uang suatu negara dengan mata uang negara lain Sedangkan nilai tukar riil (real

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang

dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain Secara umum

rumus nilai tukar riil adalah

Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal x Harga barang domestik

Harga barang luar negeri

Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan

tingkat harga di kedua negara Jika nilai tukar riil adalah tinggi berarti harga

27

barang-barang luar negeri relatif murah dan harga barang-barang domestik relatif

mahal Sebaliknya jika nilai tukar riil rendah berarti harga barang-barang luar

negeri relatif mahal dan harga barang-barang domestik relatif murah (Rahardja

dan Manurung 2008 308)

245 Populasi

Populasi menurut World Bank (2016) adalah seluruh penduduk yang

tinggal di sebuah negara tanpa menghiraukan status legal atau kewarganegaraan

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara

menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga relatif

rendah Misalnya walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih

rendah daripada penduduk Singapura tetapi secara absolut tingkat pengeluaran

konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura karena jumlah penduduk

Indonesia 51 kali lipat penduduk Singapura (Rahardja dan Manurung 2008 267)

Sitorus (2009 41) menyatakan bahwa pertambahan populasi pada negara

importir dapat berada pada sisi penawaran maupun permintaan Pada sisi

penawaran pertambahan populasi akan meningkatkan produksi dalam negeri

dalam hal kuantitas maupun diversifikasi produk negara importir Kondisi ini

akan mengakibatkan penurunan permintaan komoditi ekspor oleh negara

importir Pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar

28

246 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat

harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu

Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama

yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu Masing-masing harga

barang dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya Barang

dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling besar (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perhitungan IHK ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari

sekelompok tetap barang atau jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi)

atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang atau jasa kebutuhan rumah tangga

sehari-hari (Badan Pusat Statistik 2016) Adapun perhitungan inflasi dari IHK

adalah sebagai berikut

Inflasi = (IHK ndash IHK -1) x 100

IHK -1

Rahardja dan Manurung (2008 368) menyatakan bahwa dilihat dari

cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang mencerminkan tingkat inflasi

yang sebenarnya Tetapi IHK sangat berguna karena menggambarkan besarnya

kenaikan biaya hidup bagi konsumen sebab IHK memasukkan komoditas-

komoditas yang relevan (pokok) yang dikonsumsi masyarakat

Inflasi dalam tingkat tertentu dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan

penawaran agregat karena kenaikan harga akan memacu produsen untuk

meningkatkan output-nya Namun terdapat beberapa masalah sosial yang muncul

29

dari inflasi yang tinggi (ge 10 per tahun) Pertama menurunnya tingkat

kesejahteraan rakyat yang diukur dengan tingkat daya beli pendapatan Inflasi

menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah khususnya bagi masyarakat

yang berpenghasilan rendah Kedua memburuknya distribusi pendapatan Ketiga

terganggunya stabilitas ekonomi Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan

merusak perkiraan tentang masa depan para pelaku ekonomi Inflasi yang kronis

menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa akan terus naik

Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak

dari yang seharusnya Tujuannya untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi

Akibatnya permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat sedangkan bagi

produsen perkiraan akan naiknya barang dan jasa mendorong mereka untuk

menunda penjualan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar Penawaran

barang dan jasa menjadi berkurang Akibatnya kelebihan permintaan dapat

mempercepat dan memperbesar laju inflasi sehingga kondisi ekonomi akan

semakin memburuk (Rahardja dan Manurung 2008 371-372) Inflasi yang

memburuk mengakibatkan harga-harga dalam negeri meningkat dan cenderung

akan melakukan impor untuk meredakan harga dalam negeri

25 Penelitian Terdahulu

Dayasaing dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perdagangan

internasional merupakan tema penelitian yang sebelumnya telah banyak diteliti

baik di Indonesia maupun di luar negeri Terdapat tujuh penelitian terdahulu yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam pemilihan metode analisis

30

dan variabel-variabel yang dipilih Adapun penelitian terdahulu dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut

Tabel 3 Penelitian Terdahulu

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

1 Posisi

Dayasaing dan

Spesialisasi

Perdagangan

Lada Indonesia

dalam

Menghadapi

Globalisasi

(Studi Pada

Ekspor Lada

Indonesia

Tahun 2009-

2013)

(Feira Aprilia

R Zainul

Arifin dan

Sunarti 2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Indeks

Spesialisasi

Perdagangan

(ISP)

1 Lada Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif dalam

perdagangan

dunia Dibuktikan

dengan

perhitungan RCA

pada tahun 2013

RCA Indonesia

1726 berada di

atas Brazil 770

India 360 dan

Malaysia 313

namun di bawah

Vietnam 4477

2 Berdasarkan

perhitungan ISP

dapat diketahui

bahwa Indonesia

merupakan

negarara eksportir

lada dan

merupakan

negara eksportir

lada kedua

setelah Vietnam

Persamaan

Menggunakan

metode

analisis RCA

dan ISP

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis EPD

dan Gravity

Model dengan

fokus analisis

pada

dayasaing

ekspor lada di

negara tujuan

ekspor bukan

pada sesama

negara

eksportir lada

di dunia

31

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

2 Analisis

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Lada

Indonesia ke

Negara Tujuan

Ekspor (Nadia

Permatasari

2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

1 Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif yang

kuat ke negara

tujuan

2 Rising star

Singapura dan

Inggris Falling

star Australia dan

Vietnam Lost

Opportunity AS

Jerman dan India

Retreat Jepang

3 Variabel yang

berpengaruh

signifikan adalah

GDP perkapita

negara tujuan

harga ekspor lada

Indonesia

populasi dan

produksi lada

Indonesia

Variabel tidak

berpengaruh

signifikan adalah

nilai tukar rupiah

Persamaan

menggunkaan

metode analisis

RCA EPD

dan regresi

data panel

Perbedaan

Penelitian

Nadia (2015)

tidak

menggunkana

ISP konsep

dalam

penentuan

variabel bukan

berdasarkan

teori Gravity

Model jumlah

tahun dan

negara yang

diteliti lebih

sedikit dan

menggunakan

nilai ekspor

bukan volume

ekspor untuk

variabel Y

dalam analisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

volume ekspor

lada

32

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

3 Analisis Posisi

Lada Putih

Indonesia di

Pasar Lada

Putih Dunia

(Kristiawan

Hadinata

Ginting 2014)

1 Regresi

Linear

Berganda

Logaritmatik

2 Almost Ideal

Demand

System

(AIDS)

1 faktor-faktor yang

berpengaruh

terhadap volume

perdagangan lada

putih Indonesia

terhadap lada

putih dunia adalah

harga lada putih

dunia harga lada

hitam dunia dan

GDP per kapita

dunia Sedangkan

populasi tidak

berpengaruh

2 Lada putih

Indonesia

memiliki

dayasaing di pasar

lada putih dunia

yang lebih baik

dibandingkan lada

putih Vietnam

Lada putih

Indonesia juga

memiliki prospek

yang baik dilihat

dari potensi pasar

lada putih dunia

itu sendiri Pasar

lada putih dunia

masih memiliki

potensi untuk

dimasuki

walaupun terdapat

desakan lada

hitam yang dapat

diolah lebih lanjut

menjadi lada

putih

Persamaan

menganalisis

faktor-faktor

dan dayasaing

lada

Perbedaan

Penelitian ini

menggunakan

regresi data

panel

meneliti lada

secara umum

dengan kode

HS 0904 di

UN

Comtrade

dan

menambahkan

variabel IHK

jarak

ekonomi dan

kurs riil

Dayasaing

dalam

penelitian ini

juga

menggunakan

metode RCA

EPD dan ISP

33

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

4 Empirical

Analysis of

Georgian

Trade Pattern

Gravity Model

(Azer

Dilanchiev

2012)

Regresi data

panel tahun

2000 - 2011

1GDP perkapita jarak

ekonomi dan FDI

berpengaruh

terhadap

perdagangan

Georgia

2Nilai tukar populasi

Georgia dan

populasi negara lain

tidak berpengaruh

signifikan

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel

Perbedaan

Penelitian ini

tidak

menggunkana

variabel

populasi

negara

eksportir dan

variabel

dummy

namun

menambahkan

variabel IHK

5 Perdagangan

Bilateral

Antara

Indonesia

dengan

Negara-Negara

Patner Dagang

Utama dengan Menggunakan Model

Gravitasi

(Sarwoko

2009)

Regresi OLS 1Perdagangan

Indonesia secara

positif dipengaruhi

oleh ukuran-ukuran

ekonomi PDB dan

PDB perkapita

negara importir dan

secara negatif

dipengaruhi oleh

jarak geografis

antara Indonesia

dengan negara-

negara partner

dagang utama

tersebut Sedangkan

PDB serta PDB

perkapita Indonesia

tidak berpengaruh

Persamaan

Menggunakan

Gravity

Model

Perbedaan

Pelitian ini

menambahkan

variabel lain

seperti

populasi

harga indeks

harga

konsumen

dan nilai

tukar

34

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

6 Peningkatan

Ekspor CPO

dan Kakao Di

Bawah

Pengaruh

Liberalisasi

Perdagangan

(Suatu

Pendekatan

Model

Gravitasi

(Maria Sitorus

2009)

Regresi data

panel

1 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

eskpor kakao

adalah GDP dan

populasi

eksportir nilai

tukar dan jarak

Sedangkan

variabel GDP dan

Populasi importir

tidak berpengaruh

signifikan

2 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

ekspor CPO

adalah GDP

eksportir dan

importir populasi

eksportir dan

importir serta

jarak Sedangkan

variabel nilai

tukar tidak

berpengaruh

nyata

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel dan

variabel-

variabel

Gravity

Model kecuali

IHK dan

populasi

eksportir

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

analisis

dayasaing

35

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

7 Posisi

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Buah-

Buahan

Indonesia

(Amalia

Pradipta dan

Muhammad

Firdaus 2014)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

Gravity

Model

1 EPD dan RCA

menunjukkan

bahwa buah yang

memiliki

keunggulan

komparatif dan

kompetitif

tertinggi di negara

tujuan dan dunia

adalah buah

manggis mangga

dan jambu

2 Faktor yang

mempengaruhi

aliran ekspor

buah Indonesia

meliputi harga

ekspor populasi

jarak ekonomi

GDP riil dan per

kapita nilai tukar

riil Indeks harga

konsumen

Indonesia dan

variabel dummy

krisis yang terjadi

di Eropa

Persamaan

Menggunakan

metode RCA

dan EPD

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis ISP

36

26 Kerangka Pemikiran

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis Dayasaing Komoditi Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Keunggulan

Komparatif

Analisi Faktor-Faktor

yang mempengaruhi

Volume Ekspor Lada

Indonesia

Kekuatan dan Peluang Lada Indonesia

1 Produksi Produksi meningkat

meskipun lahan berkurang

2 Produktivitas Produktivitas tinggi

3 Harga meningkat Harga yang

meningkat dari tahun ke tahun

menjadi peluang bagi eksportir untuk

meningkatkan volume ekspor karena

keuntungan lebih tinggi

4 Neraca perdagangan lada positif

5 Permintaan lada dunia meningkat

Masalah yang Dihadapi

Indonesia

1 Luas lahan berkurang

2 Fluktuasi ekspor

3 Pesaing utama (Vietnam

dan Brazil)

Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per kapita

2 Jarak ekonomi

3 Harga

4 Kurs riil

5 Populasi

6 Indeks harga

konsumen

Keunggulan

Kompetitif

Hasil dan Interpretasi

Regresi Data

Panel

Gravity

Model

EPD

dan ISP

RCA

37

27 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah

1 Nilai RCA Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional lebih dari 1

artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif sehingga komoditi

tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Nilai EPD Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional berada di sumbu

positif artinya Indonesia memiliki pangsa pasar lada yang kuat

3 Nilai ISP Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional adalah antara -1

sampai +1 Jika nilanya positif artinya Indonesia cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi lada

4 Variabel rata-rata PDB per Kapita berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

5 Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

6 Variabel Harga berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

7 Variabel Kurs Riil berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

8 Variabel Populasi berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

9 Variabel Indeks Harga Konsumen berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengakses website yang berkaitan dengan

judul penelitian Website yang diakses terdiri dari website UN Comtrade UN

CTAD World Bank dan CEPII Adapun waktu penelitian ini dimulai dari bulan

April - November tahun 2016

32 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif cross-sectional

menggunakan data panel yaitu time series 2004-2013 dan cross section sembilan

belas negara yang diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 9 dan microsoft

excel Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

beberapa sumber sebagai berikut

Tabel 4 Sumber Data dan Data

No Sumber Data

1 UN Comtrade

1 Nilai ekspor lada Indonesia ke negara importir

2 Nilai ekspor lada dunia ke negara importir

3 Total nilai ekspor Indonesia ke negara importir

4 Total nilai ekspor dunia ke negara importir

5 Nilai impor lada Indonesia dari negara importir

6 Harga lada Indonesia di pasar internasional

2 UN CTAD

Nilai tukar Rupiah

3 World Bank 1 PDB per Kapita

2 Populasi negara tujuan

3 Indeks harga konsumen

4 CEPII Jarak Ekonomi

39

33 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh negara yang menjadi tujuan

ekspor lada Indonesia Tahun 2004 - 2013 yaitu sebanyak 80 negara Penentuan

sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan

metode purposive sampling yaitu sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono 2011 68) Sampel dalam penelitian ini adalah negara-negara tujuan

ekspor lada Indonesia yang melakukan impor lada dari Indonesia secara kontinu

dari tahun 2004 - 2013 yang terdiri dari Amerika Serikat Australia Belanda

Belgia Bulgaria Hongkong India Inggris Italia Jepang Jerman Kanada

Korea Selatan Malaysia Pakistan Perancis Rusia Singapura dan Vietnam

34 Metode Analisis Data

Penelitian ini dianalisis menggunakan Revealed Comparative Advantage

(RCA) untuk mengetahui dayasaing lada secara komparatif Export Product

Dynamic (EPD) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk mengetahui

dayasaing lada secara kompetitif serta data panel untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

Data panel adalah data yang berstruktur urut waktu (time series) dan data

beberapa objek pada satu waktu (cross section) Data panel memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan data time series maupun cross section yang terdiri dari

(Suliyanto 2011 229)

1 Memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi Hal ini karena data

tersebut melibatkan beberapa individu dalam beberapa waktu

40

2 Mampu memberikan data yang lebih informatif bervariasi serta memiliki

tingkat kolinearitas yang rendah Hal ini karena menggabungkan data time

series dan cross section

3 Cocok untuk studi perubahan dinamis karena data panel pada dasarnya

adalah data cross section yang diulang-ulang (series)

4 Mampu mendeteksi dan mengukur pengaruh yang tidak dapat diobservasi

dengan data time series murni atau data cross section murni

5 Mampu mempelajari model perilaku yang lebih kompleks Misalnya

fenomena perubahan teknologi

341 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Analisis RCA merupakan salah satu metode analisis untuk mengukur

kekuatan dayasaing Adapun rumus analisis RCA adalah sebagai berikut

Keterangan

RCA

Xik

Xim

Xwk

Xwm

Keunggulan komparatif Indonesia

Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai dayasaing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan yaitu

1 Jika nilai RCA gt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Jika nilai RCA lt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki dayasaing lemah

RCA = Xik Xim

X wk Xwm 31

41

n

t=1 t

n

t=1 t-1

t=1 t t=1 t-1

n n

342 Export Product Dynamic (EPD)

Salah satu indikator dayasaing lainnya adalah Export Product Dynamic

Metode ini digunakan untuk mengukur posisi pasar suatu negara di negara tujuan

ekspornya dan mengukur dinamis atau tidaknya suatu produk di pasar

menggunakan empat kuadran yang terdiri dari Rising star Falling Star Lost

Opportunity dan Retreat Adapun rumus Export Product Dynamic (EPD) adalah

sebagai berikut

Pangsa Pasar Indonesia (Sumbu X)

sum (Xi Wi) x 100 - sum (Xi Wi) x 100

T

Pangsa Pasar Produk (Sumbu Y)

sum (Xt Wt) x 100 - sum (Xt Wt) x 100

T

Keterangan

Xi Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Xt Nilai total ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wi Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wt Nilai total ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

t Tahun analisis

t-1 Tahun analisis sebelumnya

T Total tahun analisis

32

33

42

SP = (Xia ndash Mia) (Xia + Mia)

+ +

- +

- +

- -

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan metode EPD

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Indeks ISP dapat

dirumuskan sebagai berikut

Keterangan

Xia Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Mia Nilai impor lada Indonesia dari negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai indeks ISP adalah anata -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu

negara cenderung menjadi negara eksportir terhadap komoditi yang

bersangkutan Jika nilainya negatif maka maka suatu negara cenderung menjadi

negara importir terhadap komoditi yang bersangkutan

344 Regresi Data Panel

Gravity Model merupakan sebuah model untuk mengukur volume ekspor

yang dipengaruhi oleh pendapatan negara jarak dan variabel lain yang

berhubungan dengan perdagangan internasional Faktor-faktor yang digunakan

34

Lost Opportunity

Retrat Falling Star

Rising Star

43

dalam penelitian ini adalah rata-rata Produk Domestik Bruto per kapita Jarak

Ekonomi Harga lada Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen

Persamaan Gravity Model menggunakan ln (logaritma natural) agar memenuhi

uji asumsi klasik dan menghindari model dari bias Perumusan Gravity Model

dalam penelitian ini adalah

LnVEL= β0 + β1LnPDBC + β2LnJE + β3LnHRG+ β4LnKR + β5LnPOP

+ β6IHK + e

Keterangan

LnVEL Volume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional

(ton) dalam persen

LnPDBC Rata-rata PDB per Kapita

LnJE Jarak Ekonomi (KM) dalam persen

LnHRG Harga Lada (US$ per ton) dalam persen

LnKR Kurs Riil (RpUS$) dalam persen

LnPOP Populasi (jiwa) dalam persen

IHK Indeks Harga Konsumen dalam persen

β0 Konstanta

β1-β7 Koefisien Regresi

e eror

345 Uji Kesesuaian Model

Widarjono (2009 231-237) menyatakan bahwa secara umum data panel

akan menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap negara

dan setiap periode waktu Oleh karena itu pengestimasian persamaan data panel

akan sangat tergantung dari asumsi yang dibuat tentang intersep koefisien slope

dan variabel pengganggunya Dengan demikian terdapat beberapa metode yang

biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel yaitu

35

44

1 Common Effect Model (CEM)

Model CEM merupakn model dengan koefisien tetap antara waktu dan

individu Model CEM hanya mengkombinasikan data time series dan

cross section Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi

individu maupun waktu Sehingga diasumsikan bahwa perilaku data

antara individu sama dalam berbagai kurun waktu

2 Fixed Effect Model (FEM)

Model FEM merupakan model dengan slope konstan tetapi intersep

berbeda antara individu Model FEM juga menggunakan variabel dummy

untuk menangkap adanya perbedaan intersep Regresi data panel dengan

model FEM diduga mengandung masalah heteroskedastisitas Oleh sebab

itu permasalahan heteroskedastisitas dalam model ini dapat diatasi

dengan menggunakan metode GLS

3 Random Effect Model (REM)

Model REM merupakan model mempunyai variabel gangguan berbeda

antara individu tetapi tetap antara waktu Model random merupakan

model yang akan mengestimasi data panel di mana variabel gangguan

mungkin saling berhubungan antara waktu dan individu Oleh sebab itu

metode yang tepat digunakan untuk mengestimasi model REM adalah

Generalized Least Squares (GLS)

Setelah diketahui macam-macam model data panel tahap selanjutnya

adalah memilih model mana yang paling tepat untuk untuk mengestimasi model

45

data panel Adapun uji-uji yang dilakukan untuk memilih model yang tepat

adalah sebagai berikut

1 Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk mengetahui apakah FEM lebih baik

daripada CEM atau sebaliknya hal tersebut dapat dilihat dari signifikansi

FEM dan uji F statistik jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak

dan H1 diterima Begitu juga sebaliknya apabila F hitung lebih kecil dari F

tabel maka H0 diterima (Widarjono 2009 238) Berikut hipotesis uji Chow

H0 Common Effect Model

H1 Fixed Effect Model

2 Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk memilih apakah model FEM lebih baik

dari REM atau sebaliknya Uji Hausman didasarkan pada LSDV pada FEM

dan GLS pada REM Uji ini mengikuti statistika chi square dengan degree of

freedom sebanyak k (jumlah variabel independen) Jika nilai statistik

Hausman lebih besar daripada nilai kritisnya maka H0 ditolak Sebaliknya

apabila nilai statistik Hausman lebih kecil daripada nilai kritisnya maka H0

diterima (Widarjono 2009 240-241) Berikut hipotesis uji Hausman

H0 Random Effect Model

H1 Fixed Effect Model

3 Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui apakah model

REM atau CEM yang paling tepat digunakan Uji signifikansi REM ini

46

dikembangkan oleh Breusch Pagan Metode Breusch Pagan untuk uji

signifikansi REM didasarkan pada nilai residual dari metode OLS

(Widarjono 2009 239) Hipotesis yang digunakan adalah

H0 Common Effect Model

H1 Random Effect Model

Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-squares dengan degree of

freedom sebesar jumlah variabel independen Jika nilai LM statistik gt nilai

kritis statistik chi-squares maka kita menolak H0 yang artinya estimasi yang

tepat untuk model regresi data panel adalah metode REM daripada metode

CEM Sebaliknya jika nilai LM lt kecil dari nilai statistik chi-squares sebagai

nilai kritis maka hipotesis nul diterima yang artinya estimasi yang digunakan

dalam regresi data panel adalah metode CEM bukan metode REM

346 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengaanggu atau residual memiliki distribusi normal Seperti diketahui

bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel yang kecil (Ghozali 2006 147)

1 Uji Normalitas dengan Analisis Grafik

Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik merupakan

metode yang termudah Analisis grafik dilakukan dengan menggunakan

histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal

sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal

47

Jika Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti

lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal

Normal

Gambar 10 Histogram Normalitas Sumber Ghozali (2009 34)

2 Uji Normalitas dengan Jarque-Bera (JB Test)

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik Jarque-Bera (JB)

dengan nilai Chi-Square (χ2) table dengan tingkat signifikansi 5 dan df (2)

Pengambilan keputusan dalam uji JB adalah jika nilai Jarque-Bera (JB) le χ2 tabel

maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal Sedangkan jika nilai

Jarque-Bera (JB) gt χ2 tabel maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi tidak

normal (Widarjono 2009 49)

347 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghazali

2006 95-96)

Pendeteksian ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis

korelasi berpasangan yang tinggi diantara variabel-variabel independen Jika

antar variabel independen terdapat koefisien korelasi yang tinggi (di atas 085)

maka dapat disimpulkan bahwa dalam model terdapat multikolinearitas Jika

48

koefisien korelasi lebih rendah dari 085 maka model tidak mengandung

multikolinearitas (Widarjono 2009106)

2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali 2006 125) Pengujian

heteroskedastisitas bisa dilakukan dengan metode Glejser Metode ini melakukan

regresi nilai absolut residual dengan variabel independennya (Widarjono 2009

120)

3 Uji Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota

observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu Oleh karena itu data

runtut waktu diduga seringkali mengandung unsur autokorelasi Sedangkan data

cross-section diduga jarang ditemui adanya unsur autokorelasi Salah satu metode

yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah Durbin-Watson Jika nilai

d adalah 2 maka tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif (Widarjono

2009 142-145) Adapun tabel pengujian Durbin-Watson adalah sebagai berikut

49

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

Nilai statistik d Hasil

0 lt d lt dL Ada autokorelasi positif

dL le d le dU Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

dU lt d lt 4 ndash dU Tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

4 ndash dU le d le 4ndashdL Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

4 ndash dL lt d lt 4 Ada autokorelasi negatif Sumber Widarjono (2009 146)

348 Uji signifikansi

1 Uji Signifikan Simultan (F)

Uji statistik F menurut Ghazali (2006 88) pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

terikat Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut

1 Bila nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat

kepercayaan 5 yang menyatakan bahwa semua variabel independen

secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen

2 Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F tabel Bila F-

hitung gt F tabel maka H0 ditolak dan menerima H1

2 Uji Signifikan Parsial (t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut

1 Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat

kepercayaan sebesar 005 maka H0 dapat diterima dan apabila lebih dari 005

maka H0 ditolak bila nilai t lebih dari 2 (nilai absolut)

50

2 Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel Apabila

t hitung gt t tabel maka variabel independen secara parsial mempengaruhi

variabel dependen (Ghazali 2006 88 - 89)

3 Koefisien Determinan (Rsup2)

Koefisien Determinan (Rsup2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu Nilai Rsup2 yang kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

amat terbatas Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen Jika nilai Rsup2 sama dengan satu maka pendekatan tersebut terdapat

kecocokan sempurna dan jika Rsup2 sama dengan nol maka tidak ada kecocokan

pendekatan (Ghozali 2006 87)

35 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati

secara langsung (Azwar 2013 74) Terdapat enam variabel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu variabel rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi

Harga Kurs Rill Populasi dan IHK Adapun definisi operasional variabel-

variabel tersebut adalah sebagai berikut

51

Tabel 6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnVEL Volume penjualan adalah

ukuran yang menunjukkan

banyaknya atau besarnya

jumlah barang atau jasa yang

terjual (Daryanto 2011 187)

Ekspor adalah kegiatan

mengeluarkan barang dari

Daerah Pabean (Menteri

Perdagangan 2012 5)

Banyaknya jumlah lada yang di

ekspor ke negara importir pada

tahun 2004-2013

LnPDBC PDB adalah nilai barang dan

jasa akhir berdasarkan harga

pasar yang diproduksi oleh

sebuah perekonomian dalam

satu periode dengan

menggunakan faktor-faktor

produksi yang berada dalam

perekonomian tersebut (Case

dan Fair 2002 23)

Rata-rata nilai pasar semua

barang dan jasa akhir Indonesia

dan negara importir yang

dihasilkan oleh faktor-faktor

produksi pada tahun 2004-2013

yang dibagi dengan jumlah

penduduk dalam satuan Dollar

Amerika (US$) dengan rumus

Rata-Rata PDB per Kapita =

(PDB per kapita Indonesia +

PDB per kapita importir)2

LnJE Jarak ekonomi adalah jarak

antara kedua negara

berdasarkan jarak bilateral

antara kota besar kedua negara

Jarak ini digunakan untuk

gambaran biaya transportasi

yang dibutuhkan untuk

melakukan ekspor dan impor

(Mayer dan Zignago 2011

11)

Jarak antar Indonesia dengan

negara tujuan secara riil dan

ekonomi yang digunakan sebagai

proxy untuk biaya transportasi

dan komunikasi serta waktu

pengiriman yang dibutuhkan

dalam kegiatan ekspor dan impor

dalam satuan KM dengan rumus

Jarak Ekonomi = Jarakij x (PDB

importirTotal PDB seluruh

negara yang dianalisis)

LnHRG Harga adalah jumlah yang

harus ditagihkan untuk suatu

produk atau jasa (Kotler dan

Keller 2009 18)

Jumlah uang yang ditukarkan

oleh negara-negara importir

dengan lada Indonesia pada

tahun 2004 - 2013 dalam satuan

Dolar (US$Ton)

LnKR Kurs riil (real exchange rate)

adalah nilai yang digunakan

seseorang saat menukarkan

barang dan jasa dari suatu

negara dengan barang dan jasa

dari negara lain (Mankiw

2012 193)

Kurs riil antara Indonesia dengan

negara importir yang ditukarkan

pada lada Indonesia dalam

satuan RpUS$ dengan rumus

KR= Kurs nominal x (IHK

IndonesiaIHK importir)

52

Tabel 6 Definisi Operasional (Lanjutan)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnPOP Semua warga negara di suatu

negara tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali

pencari suaka (World Bank

2016)

Semua warga negara di negara

tujuan ekspor tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali pencari

suaka pada tahun 2004 - 2013

yang dihitung dalam satuan jiwa

IHK Indeks harga konsumen adalah

angka indeks yang

menunjukkan tingkat harga

barang dan jasa yang harus

dibeli konsumen dalam satu

periode tertentu (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perubahan harga dari suatu

paket barang dan jasa yang

dikonsumsi oleh rumah tangga di

negara tujuan dalam satuan ()

pada tahun 2004-2013 dengan

tahun dasar 2010=100

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia

Para ahli memperkirakan bahwa lada merupakan tanaman asli Asia

selatan khususnya India Habitat asli lada adalah hutan-hutan yang lembab dan

hangat dengan tanah datar Pada abad ke-enam SM lada dibawa masuk oleh

saudagar-saudagar Hindu dari India ke Nusantara melalui Selat Sunda Di pesisir

Selat Sunda terutama Banten dan sekitarnya tanaman lada banyak

dibudidayakan Selain di Banten lada kemudian dibudidayakan secara intensif di

Lampung Hal ini ditunjukkan oleh sebuah piagam kuno yang bernama Piagam

Bojong tahun 1500 M yang menunjukkan kejayaan Lampung sebagai produsen

lada yang diperdagangkan secara luas ke seluruh dunia (Sutarno dan Andoko

2005 4) Adapun klasifikasi lada adalah sebagai berikut

Klasifikasi Lada

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas Magnoliopsida (berkeping dua dikotil)

Sub Kelas Magnoliidae

Ordo Piperales

Famili Piperaceae (suku sirih-sirihan)

Genus Piper

Spesies Piper nigrum L

Lada pala dan cengkih merupakan rempah-rempah yang menjadi

komoditas penting dari zaman dahulu hingga sekarang Diantara rempah-rempah

54

lainnya lada mendapatkan julukan sebagai ldquoraja rempah-rempahrdquo (the king of

spice) Lada mempunyai khasiat sebagai penghangat badan sehingga

keberadaannya sangat diperlukan oleh masyarakat di negara-negara subtropis

yang suhunya relatif dingin Begitu berharganya lada dipergunakan sebagai alat

tukar seperti halnya uang di Jerman pada abad XIV Lada juga menjadi komoditi

yang mendorong beberapa negara di Eropa seperti Portugis dan Belanda berlayar

sampai ke Indonesia Belanda (VOC) berhasil menguasai perdagangan lada dunia

berkat lada yang diperoleh dari nusantara dan mengakibatkan penjajahan selama

kurang lebih 350 tahun Pada abad pertengahan tersebut Indonesia terutama

Lampung merupakan sentra produksi lada yang tidak bisa diabaikan Dari

Lampunglah Belanda memasok sebagian besar ladanya yang diperdagangkan di

pasar dunia Pada tahun 1682 Belanda berhasil memasarkan sekitar 75 ton lada

hitam asal Lampung ke pasar dunia (Sutarno dan Andoko 2005 2)

Hingga tahun 2000 Indonesia merupakan salah satu produsen lada yang

diperhitungkan di pasar dunia dengan tingkat produksi 77500 ton Namun pada

tahun-tahun selanjutnya produktivitas lada terus menurun dan pada tahun 2003

menjadi 67000 ton Pada tahun tersebut posisi Indonesia tergeser oleh Vietman

dengan produksi 85000 ton atau sekitar 26 dari total produksi lada dunia

(Sutarno dan Andoko 2005 2-3)

Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama lada

dan mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada dunia Pasokan lada

Indonesia dalam perdagangan dunia dipenuhi dari Provinsi Bangka Belitung yaitu

lada putih dengan sebutan Muntok White Pepper dan Provinsi Lampung yaitu

55

lada hitam dengan sebutan Lampung Black Pepper yang sudah dikenal sejak

sebelum Perang Dunia ke-II (Wahyu 2014)

42 Lada Indonesia

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia

Lahan merupakan unsur pokok dalam bercocok tanam yang berfungsi

sebagai media tanam tanaman untuk tumbuh Pertumbuhan luas lahan menjadi

salah satu pendorong produktivitas yang tinggi Saat ini luas lahan pertanian

semakin berkurang seiring gencarnya alih fungsi lahan menjadi lahan non

pertanian seperti pabrik perumahan perkantoran jalan dan lain sebagainya

Adapun luas lahan lada dari tahun 2004-2013 adalah sebagaimana berikut

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia

Tahun Perkebunan

Rakyat (Ha)

Perkebunan

Negara (Ha)

Perkebunan

Swasta (Ha)

Total

(Ha)

2004 201248 - 236 201484

2005 191801 - 191 191992

2006 192572 - 32 192604

2007 189050 - 4 189054

2008 183078 - 4 183082

2009 185937 - 4 185941

2010 179314 - 4 179318

2011 177486 - 4 177490

2012 177783 - 4 177787

2013 171916 - 4 171920 Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (20143)

Luas areal lahan lada di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir

didominasi oleh perkebunan rakyat Sementara perkebunan swasta hanya

berkontribusi sangat sedikit dan terus mengalami penurunan hingga pada tahun

2007-2013 hanya tersisa luas lahan seluas 4 Ha Secara keseluruhan total luas

areal lada terus mengalami penurunan Hingga pada tahun 2013 luas areal lada

56

hanya sebesar 171920 Ha Penurunan terbanyak terjadi pada tahun 2005 dengan

penurunan sebesar 471 dari tahun 2004

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) terdapat empat faktor dominan

yang menjadi penyebab penurunan areal lada yaitu pertama fluktuasi harga lada

Lada merupakan komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar

internasional berpengaruh langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika

harga lada di tingkat petani rendah banyak petani lada tidak mampu merawat

tanaman secara baik sehingga produktivitasnya menurun Bahkan sebagian

petani tidak lagi menanam lada atau mengurangi luas areal lada dengan beralih ke

usaha tani komoditas lain (Manohara et al Vietnam Pepper Association dan

Irawati dalam Daras dan Pranowo 2009 2) Kedua gangguan organisme

pengganggu tanaman Mulia et al dalam Daras dan Pranowo (2009 3)

menyatakan bahwa areal pertanaman lada yang tersebar pada lima belas

kecamatan di Pulau Bangka rusak akibat serangan hama dan penyakit dengan

intensitas serangga rendah (3-7 ) sedang (10-22 ) dan tinggi (31-35 )

Ketiga dampak penambangan timah ilegal Sejak reformasi bergulir pada tahun

19971998 Pemerintah Pusat dan Daerah sedikit melonggarkan peraturan atau

ketentuan tentang penambangan timah Kondisi ini mendorong masyarakat Babel

dan sekitarnya melakukan penambangan timah secara tradisional karena kegiatan

ini mampu memberikan pendapatan secara cepat Akibatnya sebagian petani lada

beralih ke usaha penambangan timah sehingga usaha tani lada hanya sebagai

usaha sampingan (Irawati et al dalam Daras dan Pranowo 2009 3) Keempat

pengembangan komoditas lain Selain lada terdapat komoditas lain yang

57

dikembangkan di Babel seperti karet kelapa kelapa sawit kopi kakao cengkih

jambu mete dan nilam (Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Bangka

Belitung dalam Daras dan Pranowo 2009 4) Kelapa sawit merupakan

komoditas yang memperlihatkan perkembangan luas areal tanam paling pesat

sehingga mengurangi luas areal tanam lada (Daras dan Pranowo 2009 4)

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia

Berdasarkan sejarah Indonesia pernah menguasai pasar internasional lada

hingga tahun 2003 Produksi lada yang melimpah membuat Indonesia mampu

melakukan ekspor lebih banyak Laporan statistik perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3) menunjukkan bahwa produksi lada

Indonesia terus mengalami peningkatan sebagaimana Gambar 11 berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia

Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Produksi lada Indonesia terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun

2007 yang mengalami penurunan sebesar 439 sekaligus menjadi tahun dengan

produksi paling rendah dibanding tahun-tahun lainnya Sementara produksi

paling tinggi terjadi pada tahun 2013 dengan total produksi sebanyak 91039 ton

58

Adapun secara rinci total produksi lada Indonesia adalah 77008 ton pada tahun

2004 78328 ton pada tahun 2005 77533 pada tahun 2006 74131 ton pada

tahun 2007 80420 pada tahun 2008 82834 ton pada tahun 2009 83663 pada

tahun 2010 87089 pada tahun 2011 87841 ton pada tahun 2012 dan 91039 ton

pada tahun 2013

Peningkatan produksi lada di Indonesia seharusnya dapat mendorong

ekspor lada Indonesia Namun menurut data Statistik Perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 4) terjadi penurunan ekspor yang besar

pada tahun 2011 dan 2013 Adapun hubungan antara produksi dengan ekspor lada

Indonesia adalah sebagai berikut

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia

Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Hubungan

2004 77008 34302 +

2005 78328 34556 +

2006 77533 36953 +

2007 74131 38447 +

2008 80420 52407 +

2009 82834 50642 +

2010 83663 62599 +

2011 87089 36487 -

2012 87841 62605 +

2013 91039 47908 - Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3-4)

Secara umum dalam kurun waktu 2004 - 2013 produksi lada Indonesia

memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia Artinya

produksi lada memberikan dampak yang positif karena setiap kenaikan produksi

lada di Indonesia akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia Namun

terjadi hubungan yang negatif pada tahun 2011 dan 2013 yang dapat dilihat

dengan menurunnya volume ekspor lada Indonesia pada tahun tersebut Produksi

59

lada pada tahun 2011 meningkat sebesar 41 namun terjadi penurunan ekspor

sebesar 4171 Begitupun pada tahun 2013 produksi lada meningkat sebesar

364 namun ekspor lada menurun sebesar 2348 Hal ini dikarenakan

konsumsi lada dalam negeri pada tahun tersebut mencapai 3489 dan 2835

dari total produksi

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia

Besaran harga lada merupakan salah satu faktor yang dapat memicu naik

dan turunnya penjualan lada Harga lada domestik Indonesia menurut

International Pepper Community (2013 53) menunjukkan peningkatan yang

cukup tinggi Harga rata-rata lada hitam dan putih memiliki perbedaan yang

cukup besar yaitu hampir mencapai 50 Perbedaan harga ini disebabkan oleh

proses pengolahan lada putih yang lebih rumit dibandingkan lada hitam Adapun

perkembangan rata-rata lada adalah sebagai berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Rp

Kg)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia Sumber International Pepper Community (2013 53)

Harga rata-rata lada hitam dan lada putih dalam negeri bergerak secara

beriringan secara fluktuatif namun cenderung meningkat Peningkatan harga rata-

rata lada hitam tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan peningkatan sebesar

60

751 dari tahun sebelumya yaitu dari Rp 27899Kg menjadi Rp 48850Kg dan

sempat mengalami penurunan sebesar 1884 pada tahun 2009 menjadi Rp

22142Kg dari Rp 27281Kg Adapun harga rata-rata lada hitam per kilogram

adalah Rp 9489 pada tahun 2004 Rp 10089 pada tahun 2005 Rp 15238 pada

tahun 2006 Rp 25284 pada tahun 2007 Rp 27281 pada tahun 2008 Rp 22142

pada tahun 2009 Rp 27899 pada tahun 2010 Rp 48850 pada tahun 2011 Rp

52409 pada tahun 2012 dan Rp 62430 pada tahun 2013

Sama halnya dengan lada hitam harga rata-rata lada putih mengalami

peningkatan yang tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 5291 dan menurun

pada tahun 2009 sebesar 239 Adapun harga rata-rata lada putih per kilogram

adalah Rp 18284 pada tahun 2004 Rp 18968 pada tahun 2005 Rp 24036 pada

tahun 2006 Rp 36043 pada tahun 2007 Rp 40938 pada tahun 2008 Rp 39961

pada tahun 2009 Rp 45925 pada tahun 2010 Rp 70223 pada tahun 2011 Rp

77907 pada tahun 2012 dan Rp 90083 pada tahun 2013 Tingginya harga lada

putih disebabkan adanya perbedaan proses pengolahan pada lada Proses

pembuatan lada putih lebih rumit daripada lada hitam Lada putih dipilih dari

buah yang matang kemudian direndam dalam air selama beberapa hari Dari satu

kilogram lada yang direndam hanya dapat menghasilkan lada putih paling

banyak empat ons Sedangkan proses pembuatan lada hitam lebih mudah yaitu

dengan cara mengeringkan lada hijau kemudian dibersihkan tangkainya

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) fluktuasi harga lada merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penurunan luas areal tanam lada

yang juga akan berpengaruh terhadap jumlah produksi lada Lada merupakan

61

komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar internasional berpengaruh

langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika harga lada di tingkat petani

rendah banyak petani lada tidak mampu merawat tanaman secara baik sehingga

produktivitasnya menurun Bahkan sebagian petani tidak lagi menanam lada atau

mengurangi luas areal lada dengan beralih ke usaha tani komoditas lain

Sebaliknya jika harga lada dalam negeri meningkat maka petani cenderung akan

mempertahankan lahannya untuk terus memproduksi lada karena besarnya

keuntungan yang akan didapatkan Hal ini sejalan dengan cenderung

meningkatnya produksi dalam negeri dalam kurun waktu 2004 - 2013 (Direktorat

Jenderal Perkebunan 2014 3) Namun meningkatnya harga domestik lada

berdampak kurang baik terhadap ekspor lada Hal ini terlihat dari menurunnya

ekspor lada pada tahun 2011 dan 2013 dimana pada tahun yang sama harga lada

domestik baik hitam maupun putih mengalami peningkatan yang signifikan Hal

ini menunjukkan bahwa petani cenderung menjual ladanya pada konsumen dalam

negeri dibandingkan luar negeri karena keuntungan yang didapat akan lebih besar

dengan meningkatnya harga domestik lada tersebut

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia

Perkembangan ekspor lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 fluktuatif

Sebagaimana Gambar 4 bahwa volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2012

yaitu sebanyak 62608 ton dan terendah pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton

Ekspor lada Indonesia fluktuatif dengan total eskpor terbanyak terjadi

pada tahun 2012 yaitu 62608 ton naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya

Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348 pada tahun 2013 dengan

62

total ekspor sebanyak 47908 ton Sedangkan penurunan terbesar ekspor lada

Indonesia terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor

sebanyak 36487 ton

Penurunan ekspor tertinggi pada tahun 2011 diiringi oleh peningkatan

harga domestik lada tertinggi pada tahun yang sama Pada tahun tersebut harga

lada mencapai Rp 48850Kg naik sebesar 751 untuk lada hitam dan Rp

70223Kg naik sebesar 5291 untuk lada putih Begitupun pada tahun 2013 di

mana harga domestik lada hitam mencapai Rp 62430Kg naik sebesar 1912

dan lada putih Rp 90083Kg naik sebesar 1563 (International Pepper

Community 2013 53)

43 Lada Dunia

Indonesia merupakan salah satu negara yang berkontribusi dalam

penyediaan lada dunia Selain Indonesia terdapat negara lain yang berperan aktif

dalam penyediaan lada dunia diantaranya Brazil Cina India Madagaskar

Malaysia Sri Lanka Thailand dan Vietnam Dalam kurun waktu 2004 - 2013

Vietnam dan Brazil merupakan pesaing terdekat lada Indonesia di pasar

internasional

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia

Permintaan lada dunia yang terus meningkat perlu didukung oleh luasnya

areal tanam yang besar Lahan yang luas akan mendukung produksi lada yang

tinggi Adapun ketersediaan lahan lada di dunia adalah sebagai berikut

63

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ha)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailnd

Vietnam

Lainnya

Gambar 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia Sumber International Pepper Community (2013 3)

Menurut data International Pepper Community (2013 3) India

merupakan negara dengan luas areal lahan lada terbesar hingga mencapai

253730 Ha pada tahun 2006 Meskipun juga mengalami penurunan luas lahan

pada tahun-tahun selanjutnya India masih menempati posisi pertama sebagai

negara dengan luas lahan lada terbesar di dunia dengan luas areal lahan sebesar

19700 Ha pada tahun 2013 Sedangkan Vietnam yang merupakan eksportir lada

pertama di dunia hanya memiliki luas areal lahan lada sebesar 56500 Ha pada

tahun 2013 Luas lahan ini lebih kecil dibandingkan Indonesia pada tahun yang

sama yaitu 113000 Ha Sementara Brazil yang merupakan negara ketiga

eksportir lada dunia hanya memiliki luas lahan sebesar 20000 Ha pada tahun

2013

Meskipun memiliki luas lahan yang tidak lebih luas dari Indonesia dan

India Vietnam mempunyai manajemen lahan yang baik sehingga mampu

menjadi produsen dan ekportir utama lada dunia Adapun manajemen lahan yang

dilakukan Vietnam adalah dengan cara membuat drainase yang baik saat musim

64

hujan dan membuat irigasi yang dapat meminimalisir penyebaran dan

kontaminasi penyakit Hal inilah yang menyebabkan produktivitas lada Vietnam

lebih tinggi daripada Indonesia maupun India (Ton dan Buu 2011 18)

432 Produksi Lada Dunia

Produksi lada dunia didominasi oleh negara-negara dengan luas lahan

yang luas seperti India Indonesia Brazil dan Vietnam Produksi ini merupakan

hal penting yang dapat mempengaruhi volum ekspor Adapun total produksi

produsen lada dunia dari tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

Total Produksi

(Ton

)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailand

Vietnam

Lainnya

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 5)

Areal lahan yang luas tidak secara langsung mampu mempengaruhi

produksi lada di suatu negara Hal ini terlihat dalam Gambar 14 yang

menunjukkan bahwa dalam waktu sepuluh tahun dari tahun 2004-2013 meskipun

bukan sebagai negara dengan kepemilikan lahan terluas Vietnam merupakan

negara dengan tingkat produksi paling tinggi mengalahkan India yang

merupakan negara dengan kepemilikan luas areal lahan lada paling luas Total

produksi lada Vietnam mencapai 32 dari keseluruhan total produksi lada dunia

yaitu sebanyak 1110750 ton Sementara Indonesia hanya mampu memproduksi

lada sebanyak 17 dari total produksi lada dunia dengan total produksi sebanyak

65

578000 ton Sedangkan India yang merupakan negara dengan luas areal lahan

terluas di dunia hanya mampu memproduksi lada sebesar 15 dari total produksi

lada dunia yaitu 536150 ton

Ketidak selarasan antara luas areal lahan dan total produksi di masing-

masing negara bisa jadi sebabkan oleh beberapa hal Meskipun menjadi negara

dengan luas areal tanam lada terluas produksi lada India masih berada di bawah

Vietnam dan Indonesia Menurut International Pepper Community (2016)

penurunan produksi lada di India disebabkan oleh hama dan penyakit serta

adanya tanaman yang sudah tua dan tidak produktif Begitu juga menurut Yogesh

dan Mokshapathy (2013 38) yang menyatakan bahwa penurunan produksi lada

di India dikarenakan produksi lada India yang menurun akibat penyakit dan umur

tanaman lada yang sudah tua sehingga India perlu melakukan penanaman pohon

lada baru yang berdampak pada lambatnya pertumbuhan produksi Faktor cuaca

yang tidak menentu di India juga menjadi penyebab selanjutnya penuruan

produksi lada di India yang pada akhirnya perdampak pada ekspor (Yogesh dan

Mokshapathy 201338) Faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi lada di

India menurut Ganesan dalam Soepanto (2006 57) adalah faktor kemiskinan

petani Petani dan buruh tani di India termasuk diantara orang-orang paling

miskin di dunia Upaya pemerintah India untuk membantu petani melalui subsidi

mendapat hambatan dari negara-negara maju yang menganggap hal tersebut

dapat mendistorsi perdagangan Akibatnya petani di India masih mengalami

kesulitan dan lebih memilih untuk beralih profesi bahkan dampak paling buruk

66

adalah memilih untuk bunuh diri Hal ini lah yang menyebabkan produktivitas

pertanian di India menurun salah satunya lada

433 Perkembangan Harga Lada Dunia

Pergerakan harga merupakan salah satu penentu pembelian oleh

konsumen terhadap suatu barang Perkembangan harga lada di pasar internasional

berdasarkan harga Free on Board (FOB) dari beberapa negara eksportir menjadi

salah satu acuan importir untuk melakukan pembelian Perkembangan harga lada

dari beberapa produsen lada dunia mengalami fluktuasi cenderung meningkat

setiap tahunnya sebagaimana data International Pepper Community (2013) yang

tertera pada Gambar 15 dan Gambar 16 berikut

A Harga Lada Hitam

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(US

$To

n)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Pergerakan harga lada hitam diantara negara-negara eksportir relatif

sama yaitu berfluktutaif cenderung meningkat Harga tertinggi lada hitam

dunia ditempati oleh Malaysia Sedangkan harga terendah lada hitam dunia

ditempati oleh Vietnam Adapun posisi harga lada hitam Indonesia adalah

pertengahan di antar negara-negara lainnya Harga tertinggi lada terjadi pada

67

tahun 2013 yaitu US$ 6338ton untuk Brazil US$ 6927ton untuk India

US$ 6850ton untuk Indonesia US$ 7359ton untuk Malaysia dan US$

6549ton untuk Vietnam

Produksi lada yang tinggi di Vietnam membuat harga lada Vietnam

menjadi lebih murah Sedangkan Malaysia merupakan negara dengan

produksi lada hitam terendah diantara negara-negara tersebut Oleh karenanya

harga lada hitam Malaysia menjadi lebih mahal dibanding negara-negara

lainnya Selain Vietnam harga lada hitam Brazil merupakan yang termurah

ke dua di dunia Menurut International Pepper Community (2013) produksi

lada hitam Brazil lebih sedikit dari India Namun konsumsi lada hitam di

India lebih besar daripada Brazil Oleh karenanya persediaan lada hitam

Brazil untuk ekspor lebih banyak dibandingkan India Hal ini juga yang dapat

menyebabkan harga lada hitam India merupakan harga termahal kedua

setelah Malaysia Sementara harga lada hitam Indonesia masih lebih mahal

daripada Brazil meskipun produksi lada hitam Indonesia lebih tinggi daripada

Brazil Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada hitam di Indonesia lebih

tinggi daripada Brazil sehingga persediaan lada Brazil untuk ekspor masih

lebih banyak dibandingkan Indonesia

B Harga Lada Putih

Sejalan dengan harga lada hitam perkembangan lada putih dunia dari

masing-masing eksportir berfluktuasi cenderung meningkat Untuk lada putih

Malaysia masih menjadi negara dengan harga lada putih termahal Begitupun

dengan Vietnam yang mempunyai harga lada putih paling murah

68

dibandingkan negara eksportir yang lainnya Sedangkan harga lada putih

Indonesia masih lebih tinggi dari Brazil yang merupakan pesaing terdekat

lada Indonesia Pada tahun 2013 masing-masing harga lada putih adalah US$

9716ton untuk Brazil US$ 9367ton untuk Indonesia US$ 9887ton untuk

Malaysia dan US$ 9111ton untuk Vietnam Adapun grafik perkembangan

harga lada putih dunia adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

2005

2006

20

07

2008

20

09

20

10

2011

20

12

2013

Tahun

(US

$T

on

) Brazil

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Penyebab perbedaan harga lada putih sama dengan lada hitam sebelumya

yaitu tingkat persediaan lada untuk diekspor setelah dikurangi konsumsi Menurut

International Pepper Community (2013) Indonesia merupakan produsen tertinggi

lada putih di dunia selama tahun 2004-2013 Namun harga lada putih Indonesia

tidak lebih murah dari Vietnam yang merupakan produsen kedua lada putih

dunia Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada putih Indonesia lebih tinggi dari

Vietnam Oleh karenannya Vietnam memiliki persediaan lada putih lebih banyak

dari Indonesia Begitupun dengan Malaysia yang memiliki harga lada putih

paling tinggi di dunia selama kurun waktu 2004-2013 Produksi lada putih

Malaysia lebih rendah dibandingkan Vietnam Indonesia dan Brazil Sedangkan

69

untuk Indonesia dan Brazil meskipun produksi lada putih Indonesia jauh di atas

Brazil namun harga lada putih Indonesia lebih mahal daripada Brazil Hal ini

dapat disebabkan oleh meningkatnya harga lada putih Indonesia di dalam negeri

sehingga berdampak pada tingginya harga lada putih Indonesia di pasar

internasional

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia

Ekspor lada dunia sangat berkaitan dengan jumlah produksi lada dunia

Negara yang mampu memproduksi lada lebih banyak cenderung mampu

melakukan ekspor lebih banyak juga Adapun perkembangan ekspor lada dunia

dari tahun 2004-2013 menurut data International Pepper Community (2013 7)

adalah sebagaimana grafik berikut

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ton

)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Berdasarkan Gambar 17 terlihat bahwa ekspor lada di pasar internasional

selama tahun 2004-2013 didominasi oleh lada Vietnam Sementara lada

Indonesia sendiri hanya mampu berada di posisi kedua namun dengan selisih

volume ekspor yang besar Rata-rata selisih jumlah volume ekspor Indonesia

dengan Vietnam adalah sebanyak 656954 tontahun Selisih terbesar terjadi pada

tahun 2011 sebanyak 87374 ton dan selisih terkecil terjadi pada tahun 2008

70

sebenyak 37908 ton Selanjutnya posisi ketiga ekspor lada di pasar internasional

ditempati oleh Brazil Berbeda dengan Vietnam selisih volume ekspor lada

Indonesia dengan Brazil relatif kecil Bahkan pada tahun 2005-2007 Brazil

mampu mengungguli ekspor lada Indonesia dengan total ekspor lada sebanyak

38416 ton 42187 ton dan 38665 ton Hingga kemudian Indonesia mampu

mengungguli kembali Brazil pada tahun 2008-2013 dengan selisih sebesar 15822

ton 14057 ton 31838 ton 3792 ton 33479 ton dan 17303 ton Adapun rata-

rata selisih ekspor lada Indonesia dengan Brazil adalah sebanyak 10738

tontahun Eksportir lada seanjutnya adalah India India merupakan negara

dengan luas lahan terbesar di dunia namun tidak mampu menjadi eksportir utama

dunia Menurut Yogesh dan Mokshapathy (2013 39) penyebab tidak menjadinya

India sebagai eksportir utama lada dunia disebabkan oleh rendahnya

produktivitas dan tingginya konsumsi di India Tingginya konsumsi domestik

lada India digunakan untuk kuliner ekstraksi minyak dan oleoresin industri

farmasi dan lain-lain

71

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

511 Keunggulan Komparatif

1 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang beragam di setiap

negara Keunggulan komparatif ini dapat dilihat melalui nilai RCA Adapun nilai

RCA lada Indonesia di negara-negara tujuan ekspor adalah sebagai berikut

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 21754 2175

Australia 4458 446

Belanda 16796 1680

Belgia 15061 1506

Bulgaria 22014 2201

Hongkong 19695 1970

India 7228 723

Inggris 3243 324

Italia 7142 714

Jepang 1763 176

Jerman 21839 2184

Kanada 7753 775

Korea 804 080

Malaysia 531 053

Pakistan 282 028

Perancis 24621 2462

Rusia 40220 4022

Singapura 8140 814

Vietnam 25090 2509 Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Ekspor lada Indonesia ke sembilan belas negara tujuan secara umum

memiliki dayasaing yang kuat secara komparatif karena memiliki nilai RCA lebih

72

dari 1 Namun tidak di tiga negara yaitu Korea Malaysia dan Pakistan Hal ini

dikarena nilai RCA Indonesia di tiga negara tersebut kurang dari 1 yaitu 080

053 dan 028

Tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Korea Malaysia dan Pakistan

disebabkan oleh adanya negara lain yang menjadi eksportir utama lada di negara-

negara tersebut Eksportir utama lada di Korea yang memiliki keunggulan

komparatif tinggi adalah Vietnam dengan nilai RCA sebesar 22 Sri Lanka

dengan nilai RCA sebesar 12 Malaysia dengan nilai RCA sebesar 6 Cina dengan

nilai RCA sebesar 3 dan India dengan nilai RCA sebesar 1 Begitu juga di

Pakistan eksportir utama lada Pakistan adalah Vietnam dengan nilai RCA

sebesar 179 Disusul Sri Lanka dengan nilai RCA sebesar 33 Brazil dengan nilai

RCA sebesar 7 dan India dengan nilai RCA sebesar 4 Sedangkan di Malaysia

dayasaing komparatif lada Indonesia kalah oleh India dengan nilai RCA sebesar

32 Disusul Vietnam dan Cina dengan nilai RCA sebesar 329 dan 318

Meskipun begitu secara komparatif lada Indonesia sangat berdayasaing di Rusia

dan beberapa negara lainnya

Rusia adalah peluang pasar lada tertinggi Indonesia karena memiliki rata-

rata nilai RCA tinggi yaitu 4022 Disusul Vietnam dengan nilai RCA sebesar

2509 Meskipun berstatus sebagai eksportir nomor satu lada dunia Vietnam

masih melakukan impor lada dari Indonesia dengan rata-rata nilai ekspor lada

Indonesia ke Vietnam sebesar US$ 31249188

Menurut Vietnam Pepper Association industri lada di Vietnam terus

berkembang hingga mencapai 10-20 per tahun Pertumbuhan ini menimbulkan

73

banyak resiko dari sisi teknis dan kondisi alam Selain itu harga lada dalam

negeri Vietnam juga mengalami peningkatan yang tinggi Oleh karenanya

banyak petani yang menggunakan pupuk dan pestisida yang berlebihan untuk

meningkatkan produktivitas Namun hal inilah yang menyebabkan kualitas lada

Vietnam tidak memenuhi permintaan pasar dan banyak mendapatkan peringatan

tentang residu yang dihasilkan dari Amerika dan Kanada Oleh karena hal itu

Vietnam harus melakukan impor lada berkualitas tinggi dari negara lain salah

satunya dari Indonesia (Horizon Pasific 2016)

Posisi selanjutnya adalah Perancis dengan nilai RCA sebesar 2462

Disusul Bulgaria sebesar 2201 dan Jerman sebesar 2184 Sedangkan Amerika

Serikat yang merupakan negara tujuan ekspor utama lada Indonesia hanya

menempati posisi keenam dengan nilai RCA sebesar 2175 Eksportir lada utama

dan memiliki keunggulan komparatif paling tinggi di Amerika serikat adalah

Peru dan Vietnam dengan nilai RCA sebesar 3290 dan 2254

512 Keunggulan Kompetitif

1 Export Product Dynamic (EPD)

Dayasaing lada Indonesia selanjutnya ditentukan oleh keunggulan

kompetitifnya Keunggulan kompetitif ini dapat dilihat melalui nilai EPD yang

digunakan untuk menentukan posisi pasar lada Indonesia di masing-masing

negara Berikut adalah hasil perhitungan EPD lada Indonesia di negara-negara

tujuan ekspornya

74

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD)

Negara

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor Indonesia

()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar Lada

()

Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional berada di empat posisi

yaitu Rising Star Falling Star Lost Opportunity dan Retreat Posisi Rising Star

terjadi pada perdagangan lada antara Indonesia dengan Belanda India Italia

Jepang Jerman dan Malaysia Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia

memiliki pertumbuhan pangsa ekspor lada yang bernilai posistif serta lada

merupakan komoditi yang berdayasaing dan dinamis di negara-negara tersebut

karena memiliki pertumbuhan daya tarik pasar yang positif Secara keseluruhan

posisi lada Indonesia di pasar internasional adalah sebagai berikut

75

1) Posisi Rising Star

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik

sebesar 0684 dan 0012 di Belanda Begitu pula di India pertumbuhan

pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik sebesar 0131 dan

0088 Sedangkan di Italia Jepang Jerman Malaysia dan Pakistan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia masing-masing meningkat sebesar

0126 0416 0177 dan 0605 Begitu juga pertumbuhan pangsa pasar

ladanya yang masing-masing meningkat sebesar 0015 0006 0001 dan

0207 Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa secara kompetitif

Indonesia sangat berdayasaing di negara-negara tersebut

2) Posisi Falling Star

Posisi selanjutnya adalah Falling Star yang terjadi di negara Belgia

Hongkong Korea dan Perancis Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia di

negara-negara tersebut mengalami penurunan daya tarik namun pangsa pasar

lada masih mengalami peningkatan karena perbandingan nilai ekspor lada

Indonesia mampu bersaing dengan nilai ekspor lada dunia di negara-negara

tersebut Posisi ini merupakan posisi yang masih menguntungkan bagi Indonesia

karena setidaknya Indonesia masih memiliki pangsa pangsa pasar lada di negara

tersebut

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia di Belgia meningkat sebesar

1301 Namun pangsa pasar lada menurun sebesar 0011 Pangsa pasar

ekspor Indonesia juga tumbuh sebesar 0900 di Hongkong Hanya saja

pertumbuhan pangsa pasar lada menurun sebesar 0016 Begitu juga di Korea

76

Selatan pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia meningkat sebesar 0123

Namun pertumbuhan pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0023

Sedangkan di Perancis pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia tumbuh

sebesar 0612 namun pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0001

3) Posisi Lost Opportunity

Posisi lainnya yaitu Lost Opportunity Posisi ini terjadi di Amerika

Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Pangsa pasar ini menunjukkan

bahwa terjadinya penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis

sehingga posisinya adalah yang paling tidak diinginkan karena Indonesia tidak

dapat merebut pangsa pasar lada di negara-negara tersebut meski permintaanya

mengalami peningkatan Hal ini terjadi karena lada Indonesia kurang

berdayasaing dibandingkan total lada dunia di negara-negara tersebut

Indonesia mengalami penurunan pangsa pasar ekspor sebesar 0025 di

saat permintaan lada meningkat sebesar 0014 di Amerika Serikat Begitupun

di Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Penurunan pangsa pasar ekspor di

Kanada mencapai 0140 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar

0001 Sedangkan di Pakistan penurunan pangsa pasar mencapai 0065 di

saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0155 Selanjutnya di Rusia

dan Singapura penurunan pangsa pangsa ekspor menurun sebesar 1212 dan

3724 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0014 dan 0053

Menurunnya pangsa pasar ekspor Indonesia di negara-negara tersebut

dikarenakan adanya pesaing utama Indonesia yang lebih mampu menguasai

77

pasar Adapun pesaing-pesaing Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah sebagai berikut

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia

Negara Pesaing RCA

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor ()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Lada ()

Posisi

AS Peru 3290 0240 0017 Rising Star

Vietnam 2254 1684 0082 Rising Star

Kanada Vietnam 4056 0789 0028 Rising Star

Pakistan India 415 0045 0440 Rising Star

Rusia Polandia 404 1004 0140 Rising Star

Cina 017 0177 0745 Rising Star

Singapura Vietnam 2994 2966 -0005 Falling Star

Sri Lanka 2469 0661 -0002 Falling Star

India 206 0416 0302 Rising Star Keterangan AS (Amerika Serikat)

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Amerika Serikat

Pesaing utama lada Indonesia di Amerika Serikat adalah Peru dan

Vietnam Nilai RCA kedua negara tersebut aadalah 3290 dan 2254 Nilai

tersebut lebih besar dari nilai RCA Indonesia yaitu 2175 Artinya dayasaing

lada Indonesia secara komparatif kalah dari Peru dan Vietnam Begitu juga secara

kompetitif dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut karena

kedua negara tersebut berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa

pasar ekspor mencapai 0240 untuk Peru dan 1684 untuk Vietnam Begitu

juga pertumbuhan pangsa pasar ladanya yang meningkat sebesar 0017 dan

0082

Salah satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Amerika

Serikat adalah harga Harga lada Peru dan Vietnam lebih murah dibandingkan

78

Indonesia Adapun pergerakan harga lada ketiga negara tersebut di Amerika

Serikat adalah sebagai berikut

000

100

200

300

400

500

600

700

800

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Peru

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Berdasarkan Gambar 18 harga lada Peru merupakan yang termurah

dibandingkan Vietnam dan Indonesia Hal ini menyebabkan permintaan lada Peru

lebih bayak dibandingkan Vietnam dan Indonesia yang kemudian berpengaruh

terhadap peningkatan nilai ekspor lada Peru Peningkatan ini menjadikan Peru

mampu berdayasaing kuat secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Amerika Serikat Sedangkan harga lada Vietnam dan Indonesia relatif sama

Namun harga lada Vietnam sedikit lebih murah dari Indonesia dengan rata-rata

harga sebesar US$ 308Kg Sedangkan rata-rata harga lada Indonesia adalah US$

371Kg Hal ini menyebabkan volume dan nilai ekpor lada Vietnam lebih banyak

dan menjadikan Vietnam mampu berdayasaing lebih kuat secara komparatif dan

kompetitif dibandingkan Indonesia di pasar lada Amerika Serikat

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Kanada

Pesaing utama lada Indonesia di Kanada adalah Vietnam Hal ini

ditunjukkan dengan Nilai RCA Vietnam yang lebih besar dari Indonesia yaitu

79

4056 Sedangkan nilai RCA Indonesia adalah 775 Selain nilai RCA yang lebih

besar Vietnam juga mampu berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor sebesar 0789 dan pertumbuhan pangsa pasar produk

sebesar 0028 Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Vietnam sangat

berdayasaing secara komparatif dan kompetitif di pasar lada Kanada

dibandingkan Indonesia

Dayasaing kuat lada Vietnam di Kanada dikarenakan nilai ekspor lada

Vietnam yang tinggi Tingginya nilai ekspor ini diperoleh dari banyaknanya lada

yang telah diekspor Vietnam ke Kanada Banyaknya ekspor lada Vietnam ke

Kanada bukan dikarenakan harganya yang lebih murah dari Indonesia Karena

selama tahun 2004-2013 harga lada Indonesia lebih murah dari Vietnam

sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 19 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(KgU

S$)

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Gambar 19 menunjukkan bahwa harga lada Vietnam lebih tinggi daripada

Indonesia Namun tingginya harga lada Vietnam tidak berpengaruh terhadap

permintaan lada dari Kanada Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lada yang

diekspor Vietnam ke Kanada dibandingkan Indonesia Adapun total ekspor lada

80

Vietnam dari tahun 2004-2013 adalah 6917024 ton Sedangkan total ekspor lada

Indonesia adalah 1527629 ton Banyaknya lada yang diekspor oleh Vietnam ke

Kanada dikarenakan Vietnam mampu memproduksi lada dalam jumlah yang

lebih banyak dibandingkan Indonesia Menurut data International Pepper

Community (2013 5) total produksi lada Vietnam dari tahun 2004 - 2013 adalah

1110750 ton Sedangkan dalam kurun waktu yang sama Indonesia hanya

mampu memproduksi lada sebanyak 578000 ton Oleh sebab itu meskipun

memiliki harga yang lebih mahal Vietnam lebih mampu mengekspor lada lebih

banyak daripada Indonesia Hal ini menyebabkan nilai ekspor lada yang

diperoleh Vietnam lebih tinggi dari Indonesia dan menjadikan lada Vietnam lebih

berdayasaing dari Indonesia secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Kanada

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Pakistan

Pesaing utama lada Indonesia di Pakistan adalah India Hal ini

ditunjukkan dengan nilai RCA India yang lebih besar yaitu 415 Sedangkan

Indonesia hanya memiliki nilai RCA sebesar 028 yang artinya secara komparatif

lada Indonesia tidak berdayasaing di pasar lada Pakistan Selain itu Indonesia

juga kalah berdayasaing secara kompetitif dari India Hal ini dikarenakan India

berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar

0045 dan pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0440

Kuatnya dayasaing India di Pakistan disebabkan oleh besarnya nilai

ekspor lada yang diperoleh oleh India dibandingkan Indonesia Nilai ekspor ini

berkaitan dengan permintaan lada India yang lebih banyak daripada Indonesia

81

Faktor yang menyebabkan tingginya permintaan lada India adalah harga lada

India yang lebih murah daripada harga lada Indonesia sebagaimana data UN

Comtrade (2016) adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

India

Indonesia

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan

Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Rusia

Polandia dan Cina adalah pesaing utama lada Indonesia di Rusia Secara

komparatif Indonesia mampu berdayasaing lebih kuat dibandingkan kedua negara

tersebut Hal ini dikarenakan nilai RCA Indonesia lebih tinggi yaitu 4022

Sedangkan nilai RCA Polandia adalah 404 Bahkan secara komparatif Cina tidak

memiliki dayasaing di pasar Rusia karena memiliki nilai RCA kurang dari satu

yaitu 017 Dayasaing yang kuat ini disebabkan oleh perbandingan nilai ekspor

lada Indonesia dari total ekspor Indonesia lebih besar dari perbandingan nilai

ekspor lada dunia dari total ekspor dunia ke Rusia

Meskipun secara komparatif lada Indonesia mampu berdayasaing kuat

dibandingkan Polandia dan Cina di pasar Rusia namun secara kompetitif

dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut Hal ini ditujukkan

dengan posisi Rising Star Polandia dan Cina di Rusia Pertumbuhan pangsa pasar

ekspor lada kedua negara tersebut mencapai 1004 dan 0177 Begitu juga

82

pertumbuhan pangsa pasar produk yang mencapai 0140 dan 0745 Salah

satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia adalah faktor harga Adapun

harga lada masing-masing negara tersebut adalah sebagai berikut

0

2

4

6

8

10

12

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Polandia

Cina

Indonesia

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada Cina adalah yang termurah di Rusia Rata-rata harga lada

Cina di Rusia adalah US$ 194Kg yang merupakan harga lada termurah

dibandingkan Polandia dan Indonesia Murahnya harga lada Cina menyebabkan

meningkatnya volume ekpor ladanya ke Rusia Hal ini juga menyebabkan

meningkatnya nilai ekspor lada Cina yang akhirnya berpengaruh terhadap

dayasaing Cina di Rusia Sedangkan meningkatnya dayasaing lada Polandia di

Rusia dikarenakan tingginya rata-rata harga lada Poalndia di Rusia yaitu US$

724Kg yang akhirnya juga meningkatkan nilai ekspor dan dayasaing ladanya di

Rusia

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Singapura

India Vietnam dan Sri Lanka merupakan pesaing utama lada Indonesia

di Singapura Secara komparatif dayasaing lada Indonesia kalah saing

dibandingkan Vietnam dan Sri Lanka karena nilai RCA Indonesia lebih kecil dari

83

kedua negara tersebut yaitu 814 Sedangkan nilai RCA Vietnam dan Sri Lanka

adalah 2994 dan 2469 Namun dayasaing komparatif Indonesia di Singapura

masih lebih unggul jika dibandingkan dengan India karena nilai RCA India lebih

kecil dari Indonesia yaitu 206 Meskipun begitu India merupakan negara

dengan keunggulan kompetitif paling kuat karena berada di poisi Rising Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar produk sebesar 0416

dan 0302 Sedangkan Vietnam dan Sri Lanka berada di posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2966 dan 0661 Namun

pertumbuhan pangsa pasar produknya menurun sebesar 0005 dan 0002

Posisi Falling Star Vietnam dan Sri Lanka masih lebih baik jika dibandingkan

dengan Indonesia yang berada di posisi Lost Opportunity

Harga merupakan salah satu penyebab kurang berdayasaingnya lada

Indonesia di Singapura Harga lada Indonesia merupakan yang paling mahal di

singapura Sedangkan harga lada India merupakan yang paling murah di

Singapura Adapun perkembangan harga lada Indonesia dan pesaingnya di

Singapura adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Sri Lanka

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

84

Harga lada Indonesia lebih mahal daripada Vietnam India dan Sri Lanka

Hal ini menyebabkan konsumen di Singapura lebih memilih lada dari negara lain

yang harganya lebih murah yaitu India Oleh karenanya permintaan lada India

meningkat dan meningkatkan nilai ekspor ladanya yang kemudian menjadikan

India sebagai negara dengan dayasaing yang kuat di Singapura

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa salah satu penyebab

tidak berdayasaingnnya lada Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah harga yang tinggi dan persediaan lada untuk

diekspor Oleh sebab itu Indonesia harus meningkatkan produksi ladanya

sehingga jumlah lada untuk diekspor juga meningkat dan dapat menurunkan

harga Sebagaimana teori economic of scale Krugman (2008) yang menyatakan

bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya produksi akan semakin

rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh terhadap harga yang lebih

murah

4 Posisi Retreat

Retreat adalah posisi yang kurang baik karena ekspor lada Indonesia

sudah tidak diinginkan lagi di negara-negara tersebut Posisi ini terjadi di

Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Penyebab tidak berdayasaingnya lada

Indonesia di Australia adalah karena India Vietnam dan Spanyol mampu

menguasai pasar lada di Australia yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang lebih

tinggi dari Indonesia yaitu 32 112 dan 961

Selain itu ketiga negara tersebut juga mampu berdayasaing secara

kompetitif dengan berada pada posisi Rising Star dan Falling Star India dan

85

Spanyol berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor

sebesar 0067 dan 0353 serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0043 dan 0071 Sedangkan Vietnam berada pada posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2329 namun pertumbuhan

pangsa pasar produkuknya menurun sebesar 0014 Penyebab tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Australia adalah faktor harga yang lebih mahal

dibandingkan negara lainnya sebagaimana Gambar 23 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Vietnam

Spanyol

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Gambar 23 menunjukkan bahwa harga lada Indonesia cenderung

meningkat dan lebih mahal dibanding India Vietnam dan Spanyol Rata-rata

harga lada Indonesia adalah US$ 437Kg Sementaar rata-rata harga India

Vietnam dan Spanyol adalah US$ 267Kg US$ 388Kg dan US$ 288Kg

Lada Indonesia juga tidak berdayasaing sama sekali di Inggris Hal ini

dikarenakan pasar lada negara tersebut dikuasai oleh Vietnam dan India Nilai

RCA kedua negara tersbeut adalah 4947 dan 1796 Nilai tersebut menunjukkan

bahwa Vietnam dan India berdayasaing kuat secara komparatif Selain itu secara

86

kompetitif kedua negara tersebut juga berada di posisi yang lebih baik dari

Indonesia yaitu Rising Star Vietnam dan India mengalami peningkatan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 2624 dan 0555 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0037 dan 009 Kuatnya

dayasaing lada Vietnam dan India disebabkan oleh harga ladanya yang lebih

murah dibandingkan Indonesia sebagaimana Gambar 24 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

Vietnam

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 24 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada India merupakan yang termurah dibandingkan negara lainnya

Harga rata-rata lada India selama tahun 2004-2013 adalah US$ 24Kg Murahnya

harga lada India membuat volume ekspor lada India meningkat dan menghasilkan

nilai rata-rata ekspor lada yang tinggi yaitu US$ 13190004 Sehingga India

mampu menjadi salah satu negara yang menguasai pasar lada di Inggris Begitu

pula dengan Vietnam yang memiliki harga lada yang bersaing dengan Indonesia

Rata-rata harga lada Vietnam adalah US$ 42Kg Dengan harga tersebut

Vietnam mampu meningkatkan volume ekspor dan mendapatkan rata-rata nilai

87

ekspor lada sebesar US$ 12335811 sehingga mampu menjadi negara yang

menguasai pasar lada di Inggris seperti India

Sama halnya dengan Australia dan Inggris pasar lada Indonesia di

Bulgaria harus bersaing dengan Vietnam Spanyol dan Cina Secara komparatif

Vietnam merupakan negara pesaing terberat Indonesia karena nilai RCA Vietnam

jauh lebih besar dari Indonesia yaitu 35178 Sementara nilai RCA Indonesia di

Bulgaria adalah 2201 Sedangkan nilai RCA Spanyol dan Cina adalah 565 dan

282 Namun secara kompetitif Indonesia tidak mampu berdayasaing dengan

ketiga negara tersebut karena Indonesia berada di posisi Retreat Sedangkan

Vietnam Spanyol dan Cina berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor lada sebesar 0255 0870 dan 1933 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0007 0366 dan 0188 Tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Bulgaria disebabkan oleh harga yang tinggi

sebagaimana Gambar 25 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Spanyol

Cina

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 25 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

88

Besarnya nilai RCA Vietnam di Bulgaria menunjukkan bahwa lada

merupakan salah satu komoditi unggulan Vietnam untuk diekspor ke Bulgaria

Vietnam juga merupakan market leader lada di Bulgaria karena mampu

menguasai 39 lada di Bulgaria Sehinggga meskipun harga lada Vietnam terus

naik total volume ekspor lada Vietnam tetap menjadi yang terbanyak yaitu

405402 Ton serta menghasilkan rata-rata nilai ekspor paling besar yaitu US$

1555314 Sedangkan secara kompetitif stabilnya harga lada Cina dan Spanyol

di Bulgaria berpengaruh pada meningkatnya volume ekspor lada kedua negara

tersebut Sehingga nilai ekspor kedua negara tersebut lebih besar dibandingkan

Indonesia yaitu US$ 591459 untuk Cina dan US$ 430878 Sedangkan harga

lada Indonesia yang berfluktuasi dan cenderung lebih mahal dari Cina dan

Spanyol berpengaruh pada penurunan volume dan nilai ekspor lada Indonesia

Rata-rata nilai ekspor lada Indonesia adalah US$ 141231 lebih kecil dari Cina

dan Spanyol Hal inilah yang menyebabkan lada Indonesia tidak dapat

berdayasaing di Bulgaria

Selanjutnya lada Indonesia juga tidak berdayasaing di Vietnam

Meskipun berstatus negara eksportir lada nomor satu dunia Vietnam masih

melakukan impor lada dari beberapa negara seperti India dan Brazil yang menjadi

eksportir utama lada di sana Dayasaing lada Indonesia di Vietnam secara

komparatif masih lebih unggul dibandingkan India dan Brazil Karena Indonesia

memiliki nilai RCA yang lebih besar yaitu 2509 Sementara nilai RCA India dan

Brazil adalah 716 dan 750 Namun secara kompetitif kedua negara tersebut

mampu berdayasaing kuat dibandingkan Indonesia karena berada pada posisi

89

Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 3047 untuk

India dan 0347 untuk Brazil serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0217 untuk India dan 0065 untuk Brazil

Harga lada India adalah yang termurah diantara ketiga negara tersebut

Sedangkan harga lada Indonesia dan Brazil saling bersaing Adapun pergerakan

harga negara-negara tersebut di Vietnam adalah sebagi berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Brazil

Indonesia

Gambar 26 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Murahnya harga lada India di Vietnam menyebabkan permintaan lada

India menjadi meningkat di Vietnam Permintaan yang meningkat menyebakan

volume dan nilai ekspor lada meningkat Hal inilah yang menyebabkan India

secara kompetitif berdayasaing kuat di Vietnam Sedangkan harga lada Brazil dan

Indonesia saling bersaing di Vietnam Namun secara keseluruhan selama tahun

2004 - 2013 harga lada Brazil cenderung lebih murah Oleh karenanya lada

Brazil lebih mampu berdayasaing dibandingkan Indonesia di Vietnam Adapun

secara keseluruhan gambaran dayasaing lada Indonesia secara kompetitif di

negera-negara tujuan selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

90

-3

-2

-1

0

1

2

3

-3 -2 -1 0 1 2 3

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Kurang berdayasaingnya lada Indonesia di beberapa negara khususnya di

Rusia dan Vietnam yang memiliki keunggulan komparatif tinggi dibanding

negara lainnya namun masuk ke dalam posisi Lost Opportunity dan Retreat

menunjukkan bahwa Indonesia perlu meningkatkan produksi ladanya sehingga

harganya menjadi lebih murah sebagaimana teori economic of scale Krugman

(2008) yang menyatakan bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya

produksi akan semakin rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh

terhadap harga yang lebih murah

Sedangkan posisi perdagangan lada di Australia Bulgaria Inggris dan

Vietnam yang masuk ke dalam posisi Retreat menunjukkan bahwa Indonesia

perlu mencari alternatif negara lain sebagai negara tujuan ekspornya atau

memaksimalkan ekspor ke negara importir yang sudah menjadi partner dagang

lada Indonesia dengan harga yang lebih murah dan stabil Dengan begitu volume

dan nilai ekspor lada Indonesia akan lebih meningkat dan berdayasaing

Rising Star Lost Opportunity

Amerika Serikat Kanada

Pakistan Rusia dan

Singapura

Belanda India Italia

Jepang dan Jerman

Australia Bulgaria

Inggris dan Vietnam

Belgia Hongkong

Perancis Korea dan

Malaysia

Falling Star Retreat

91

2 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Keunggulan kompetitif lainnya dapat dilihat melalui nilai ISP Nilai ISP

berfungsi untuk mengetahui apakah Indonesia layak menjadi eksportir lada atau

tidak di negara tujuan ekspornya Berikut adalah hasil perhitungan ISP lada

Indonesia

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 9985 0999

Australia 9536 0954

Belanda 9963 0996

Belgia 10000 1000

Bulgaria 10000 1000

Hongkong 8320 0832

India 3327 0333

Inggris 10000 1000

Italia 9978 0998

Jepang 9965 0997

Jerman 9868 0987

Kanada 10000 1000

Korea 7662 0766

Malaysia 1938 0194

Pakistan 9653 0965

Perancis 9988 0999

Rusia 10000 1000

Singapura 9891 0989

Vietnam 8994 0899

Sumber UN Comtrade (Diolah)

Ekspor lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004-2013

secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata ISP positif antara 0 hingga 1 Nilai

positif ini menunjukkan bahwa Indonesia cenderung untuk menjadi eksportir lada

di negara-negara tujuan ekspornya Diantara kesembilan belas negara tersebut

92

Malaysia dan India menjadi negara dengan nilai ISP terendah Hal ini

dikarenakan Indonesia juga melakukan impor lada dalam jumlah yang cukup

besar dari Malaysia dan India Impor lada dari kedua negara tersebut dikarenakan

laju produksi lada dalam negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia

yang menyentuh angka rata-rata 3 per tahun Sedangkan laju produksi lada

Indonesia hanya 15 per tahun Oleh sebab itu Indonesia harus lebih berupaya

untuk mengekspor lada lebih banyak ke dua negara tersebut untuk terus

meningkatkan neraca perdagangan dan dayasaing secara kompetitifnya di

Malaysia dan India

Secara keseluruhan sebagian besar lada Indonesia sudah masuk pada

tahap pertumbuhan perdagangan yang matang karena memiliki nilai ISP antara

081 sampai 100 Nilai ini menunjukkan standarisasi teknologi yang digunkaan

Artinya Indonesia memiliki kualitas lada yang baik karena sudah menggunakan

teknologi yang terstandarisasi Sedangkan di Korea India dan Malaysia

pertumbuhan perdagangan lada Indonesia baru memasuki tahap pertumbuhan

Hal ini ditunjukkan dengan nilai ISP antara 001 sampai 080 Artinya Indonesia

mulai memproduksi lada dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional pada tahun 2004-

2013 berdasarkan teori Gravity Model diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu Produk Domestik Bruto per Kapita (LnPDBC) dan Jarak Ekonomi (LnJE)

93

Serta faktor-faktor lain yang terdiri dari Harga (LnHRG) Kurs Riil (LnKR)

Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga Konsumen (IHK)

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel

Hasil uji Chow menunjukkan F-statistik lebih besar dari F-tabel dengan

taraf nyata lima persen (3534 gt 167) dan nilai probabilitas lebih kecil dari taraf

nyata lima persen (000 lt 005) Dengan demikian model yang terpilih adah

Fixed Effect Model Selanjutnya hasil uji Hausman menunjukkan nilai

probabilitas lebih besar dari taraf nyata lima persen (0408 gt 005) dan nilai chi-

square statistik lebih kecil dari nilai chi square tabel (614 lt 1259) Dengan

demikian maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random

Effect Model Hasil estimasi Random Effect Model adalah sebagaimana Tabel 13

berikut

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model

Variabel Dependen LnVEL

Variabel Koefisien Prob

LnPDBC 1746167 00057

LnJE -0875098 00185

LnHRG -0369590 00493

LnKR 0470691 02770

LnPOP 1494300 00020

IHK 0003891 06231

C -3370401 00024

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Sum squared resid 7836682

Prob(F-statistic) 0000024 Durbin-Watson stat 1281398

Keterangan Signifikan terhadap taraf nyata 5 ()

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di

negara tujuan ekspor adalah PDB perkapita (LnPDBC) Jarak Ekonomi (LnJE)

94

Harga (Ln HRG) Kurs Riil (LnKR) Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga

Konsumen (IHK) Persamaan hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah

LnVEL = -3370401 + 1746167 LnPDBC - 0875098 LnJE - 0369590 LnHRG +

0470691 LnKR + 1494300 LnPOP + 0003891 IHK

Keterangan

LnVEL Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional (persen)

LnPDBC Rata-rata PDB per kapita (persen)

LnJE Jarak ekonomi (persen)

LnHRG Harga lada (persen)

LnKR Kurs riil (persen)

LnPOP Populasi (persen)

IHK Indeks Harga Konsumen (persen)

522 Uji Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

Gambar 28 Uji Normalitas

Sumber Output Eviews

Berdasarkan Gambar 28 nilai stattistik Jarque-Bera lebih kecil dari nilai

chi-square (0659385 lt 59915) Sebaliknya nilai probabilitas lebih besar dari

taraf nyata lima persen (0719145 gt 005) Hasil ini menunjukkan bahwa nilai

residual terdistribusi dengan normal

95

523 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Tabel 14 Uji Multikolinearitas

LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

LnPDBC 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

LnJE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

LnHRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

LnKR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

LnPOP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000 Sumber Output Eviews

Berdasarkan correlation matrix nilai korelasi seluruh variabel bebas

kurang dari 085 Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara variabel

bebas Widarjono (2009 229) menyatakan bahwa data panel dapat mengatasai

masalah multikolinearitas sehingga permasalahan multikolinearitas dapat diatasi

2 Uji Heteroskedastisitas

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas

Metode Glejser

Variabel Koefisien Prob

C 4930401 04847

LnPDBC -0085616 08301

LnJE 0042988 08378

LnHRG -0206352 01878

LnKR -0300695 04211

LnPOP -0006353 09816

IHK 0013324 00302

Sumber Output Eviews

Berdasarkan tabel di atas seluruh nilai probabilitas variabel independen

lebih dari taraf nyata lima persen kecuali variabel IHK Nilai probabilitas IHK

lebih kecil dari taraf nayata lima persen (00302 lt 005) Namun Widarjono

(2009 130) menyatakan bahwa masalah heteroskedastisitas bisa diatasi dengan

96

Generalized Least Squares (GLS) Karena yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Random Effect Model yang sudah menggunakan pembobotan GLS maka

permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi

3 Uji Autokorelasi

Nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini adalah 1281398 Jika

mengikuti uji Durbin Watson penelitian ini mengandung masalah autokorelasi

karena 18280 gt 1281398 lt 2172 Namun permasalahan autokorelasi dapat

diatasi karena Random Effect Model telah menggunakan pembobotan

Generalized Least Squares (GLS) sehingga model telah terbebas dari masalah

autokorelasi (Widarjono 2009 151)

524 Uji Signifikansi

1 Uji F

Berdasarkan estimasi Random Effect Model nilai probabilitas F-statistik

lebih kecil dari taraf nyata lima persen (0000024 lt 005) Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yang terdiri dari rata-rata PDB per Kapita Jarak

Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap Volume Ekspor Lada Indonesia

2 Uji t

Signifikansi variabel ditunjukkan oleh nilai t-hitung yang lebih besar dari

t-tabel dan nilai probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen Nilai t-

tabel dalam penelitian ini adalah 1653 yang diperoleh dari df 183 (190-7)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model terdapat empat variabel signifikan

yaitu rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi

97

Nilai t-hitung dan probabilitas variabel rata-rata PDB per Kapita adalah

2797 gt 1653 dan 00057 lt 005 variabel Jarak Ekonomi adalah 2376 gt 1653

dan 00185 lt 005 variabel Harga adalah 1979 gt 1653 dan 00493 lt 005 serta

variabel Populasi adalah 3129 gt 1653 dan 00020 lt 005 Artinya variabel rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi berpengaruh signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Sedangkan nilai t-

hitung dan probabilitas variabel Kurs Riil adalah 1090 lt 1653 dan 0277 gt 005

serta variabel IHK adalah 0492 lt 1653 dan 06231 gt 005 Artinya variabel Kurs

Riil dan IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

3 Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model diperoleh nilai R Square

sebesar 0155065 Nilai ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK

mampu menjelaskan variabel dependen Volume Ekspor Lada sebesar 1551

sedangkan sisanya sebesar 8449 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam model persamaan penelitian ini

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per Kapita

Variabel rata-rata PDB per Kapita memiliki nilai probabilitas dan

koefisien sebesar 00057 dan 1746167 Artinya rata-rata PDB per kapita

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume ekspor lada Dengan

98

asumsi variabel lain konstan peningkatan satu persen rata-rata PDB per kapita

akan meningkatkan 1746167 persen volume ekspor lada Indonesia PDB

merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan beberapa hal

penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB merupakan

gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara (Rahardja dan Manurung

2008 223)

Pengaruh positif dan signifikan rata-rata PDB per kapita terhadap volume

ekspor lada sejalan dengan penelitian Dilanchiev (2012) yang menyatakan bahwa

rata-rata PDB per kapita antara Goergia dan negara tujuan ekspornya

berpengaruh positif terhadap volume perdagangan Georgia Pradipta dan Firdaus

(2014) juga menyatakan bahwa PDB per kapita suatu negara menggambarkan

kemampuan secara keseluruhan negara tersebut Semakin tinggi pendapatan

secara keseluruhan suatu negara maka semakin tinggi kemampuan negara

tersebut untuk melakukan ekspor dan impor Pada komoditi lada Ginting (2014)

menyatakan bahwa PDB per kapita berpengaruh terhadap perdagangan lada putih

dunia Begitu juga Permatasari (2015) menyatakan bahwa semakin besar GDP

per kapita riil suatu negara menunjukkan bahwa tingkat pendapatan negara

tersebut semakin besar yang akan mengakibatkan konsumsi yang semakin

99

meningkat Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan PDB per

kapita riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor lada

Amerika Serikat merupakan importir terbesar lada Indonesia Adapun

total ekspor lada Indonesia ke Amerikas Serikat selama kurun waktu 2004-2013

adalah sebanyak 185480 ton Dengan rata-rata PDB perkapita antara Indonesia

dan Amerika Serikat sebesar US$ 25139tahun telah meningkatkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia sebanyak 18548 tontahun Artinya rata-rata PDB

perkapita berpengaruh positif terhadap perdagangan lada Indonesia

2 Jarak Ekonomi

Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Nilai probabilitas dan koefisien jarak ekonomi adalah 00185 dan

-0875098 Dengan asumsi varaiabel lain konstan peningkatan satu persen Jarak

Ekonomi akan menurunkan 0875098 persen volume ekspor lada Indonesia Hasil

ini sesuai dengan penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009)

Dilanchiev (2012) serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak

ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan

Semakin jauh jarak ekonomi Indonesia dengan negara importir akan

menyebabkan semakin tinggi biaya transportasi yang dikeluarkan bagi kedua

negara Hal ini menyebabkan harga lada semakin mahal seiring dengan adanya

peningkatan biaya produksi yang diakibatkan semakin tingginya biaya

transportasi yang dibayarkan Kondisi ini akan menyebabkan turunnya daya beli

negara importir yang berdampak pada turunnya jumlah permintaan ekspor lada

100

Indonesia Adapun rata-rata jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara

importir lada Indonesia adalah sebagai berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000A

S

Aust

ralia

Be

land

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

Ind

ia

Ing

gri

s

Italia

Jepang

Jerm

an

Ka

nad

a

Ko

rsel

Mala

ysia

Pa

kist

an

Pera

nci

s

Ru

sia

Sin

gap

ura

Vie

tnam

(KM

)

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Sumber CEPII dan World Bank (2016) (Diolah)

Gambar 29 menujukkan bahwa jarak ekonomi terjauh Indonesia adalah

Amerika Serikat dengan rata-rata jarak ekonomi sebesar 585551 KM

Sedangkan jarak ekonomi terdekat Indonesia adalah Singapura dengan rata-rata

jarak ekonomi sebesar 523 KM Meskipun Amerika Serikat merupakan importir

terbesar lada Indonesia namun volume ekspor lada ke Amerika Serikat hanya

tiga kali volume ekspor lada ke Singapura Rata-rata volume ekspor lada

Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun sedangkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Singapura adalah 5902 tontahun Hal ini

menunjukkan bahwa semakin jauh jarak ekonomi akan menurunkan volume

ekspor Sebaliknya semakin dekat jarak ekonomi akan meningkatkan volume

ekspor

101

3 Harga

Variabel Harga memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar 00493

dan -0369590 Variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Artinya kenaikan satu persen harga akan menurunkan volume

ekspor sebesar 0369590 persen Hasil ini sesuai dengan hukum permintaan yaitu

semakin murah harga suatu barang maka permintaan akan bertambah

Sebaliknya semakin mahal harga suatu barang maka permintaan akan menurun

dengan asumsi ceteris paribus (Rahardja dan Manurung 2008 24) Selain itu

hasil negatif dan signifikannya harga terhadap volume ekspor lada juga sejalan

dengan hasil penelitian Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa

meningkatnya harga ekspor mangga berpengaruh terhadap penurunan volume

eskpor mangga Begitu juga hasil penelitian Ginting (2014) yang menyatakan

bahwa kenaikan dan penurunan harga lada hitam dan putih dunia berpengaruh

terhadap kenaikan dan penurunan volume ekspor lada putih Adapun rata-rata

harga lada Indonesia di negara-negara importir adalah sebagi berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

AS

Aust

ralia

Bela

nda

Be

lgia

Bulg

aria

Ho

ng

kon

g

India

Inggris

Ita

lia

Jep

an

g

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysi

a

Paki

stan

Pera

nci

s

Rusi

a

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(US

$T

on

)

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

102

Gambar 30 menunjukkan bahwa rata-rata harga lada tertinggi adalah di

Jepang yaitu US$ 4974Ton Tingginya harga lada di Jepang menyebabkan

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang lebih kecil daripada ke Amerika Serikat

yang mempunyai rata-rata harga lebih murah yaitu US$ 3710Ton Rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang adalah 1448 tontahun sedangkan rata-

rata volume ekspor lada Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun

4 Populasi

Nilai probabilitas dan koefisien varibel Populasi adalah signifikan positif

yaitu 00020 dan 1494300 Artinya kenaikan satu persen populasi negara

importir akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia ke negara importir

sebesar 1494300 persen Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Sitorus

(2009) dan Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa populasi negara

importir berpengaruh positif signifikan terhadap volume ekspor

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi

secara menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga

relatif rendah (Rahardja dan Manurung 2008 267) Sitorus (2009 41) juga

menyatakan bahwa pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar Oleh sebab itu meningkatnya

populasi negara importir akan meningkatkan kebutuhan dan konsumsinya

Terlebih jika produksi dalam negeri negara importir tidak mencukupi maka

ekspor merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan penduduknya

103

Pertumbuhan penduduk dunia dalam kurun waktu 2004-2013 terus

mengalami peningkatan Hal ini juga terjadi pada negara-negara importir lada

Indonesia yang selanjutnya berpengaruh terhadap banyaknya volume impor lada

dari Indonesia Adapun populasi negara importir adalah sebagai berikut

0

200000000

400000000

600000000

800000000

1000000000

1200000000

1400000000

AS

Au

str

alia

Be

lan

da

Be

lgia

Bu

lga

ria

Ho

ng

ko

ng

Ind

ia

Ing

gris

Ita

lia

Je

pa

ng

Jerm

an

Ka

na

da

Ko

rse

l

Ma

laysia

Pakis

tan

Pe

ran

cis

Rusia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

(Jiw

a)

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

India merupakan negara dengan jumlah terbanyak kedua di dunia setelah

Cina Dalam perdagangan lada Indonesia India menempati urutan pertama

dengan rata-rata jumlah penduduk sebanyak 1204529087 jiwa Disusul

Amerika serikat dengan jumlah penduduk sebanyak 305039425 jiwa Dengan

banyaknya jumlah penduduk di kedua negara tersebut Indonesia mengekspor

rata-rata lada sebanyak 4676 tontahun ke India dan 18548 tontahun ke

Amerika Serikat India mengimpor lada lebih sedikit dari Amerika Serikat karena

India merupakan salah satu negara produsen lada terbanyak ketiga di dunia

sehingga India mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan penduduknya

sendiri

104

5 Kurs Riil

Variabel Kurs Riil memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar

02770 dan 0470691 Artinya kurs riil tidak berpengaruh signifikan terhadap

volume ekspor lada Adapun kurs riil Indonesia dengan negara-negara importir

adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

AS

Austr

alia

Bela

nda

Belg

ia

Bulg

aria

Hongkong

India

Inggris

Italia

Jepang

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysia

Pakis

tan

Pera

ncis

Rusia

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(Rp

US

$)

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Berdasarkan Gambar 32 kurs riil Indonesia dengan negara-negara

importir murah dan relatif stabil sehingga tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia Pengaruh signifikan nilai tukar riil

terhadap ekspor terjadi saat rupiah terdepresiasi Hal ini akan menyebabkan harga

barang-barang ekspor menjadi lebih murah dan meningkatkan volume ekspor

6 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Selanjutnya yang tidak berpengaruh signifikan adalah variabel IHK Nilai

probabilitas dan koefisien sebesar 06231 dan 0003891 yang berarti variabel

105

IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada Hal ini

dikarenakan IHK negara importir tidak mengalami peningkatan yang signifikan

Adapun IHK negara importir selama tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

75

80

85

90

95

100

105

AS

Aust

ralia

Bela

nd

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

India

Inggris

Italia

Jep

an

g

Jerm

an

Ka

na

da

Kors

el

Ma

lays

ia

Paki

sta

n

Pe

ran

cis

Ru

sia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

IHK

(

)

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Rata-rata IHK negara importir kurang dari seratus persen kecuali Jepang

yaitu 100475 Artinya harga dalam negeri negara importir relatif stabil

Sehingga daya beli konsumen dalam negeri negara importir menjadi stabil dan

tidak berpengaruh terhadap permitaan lada Indonesia

106

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian dengan judul

ldquoAnalisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasionalrdquo selama tahun 2004-2013 dapat

disimpulkan beberapa hal berikut

1 Lada Indonesia secara komparatif telah berdayasaing kuat di Rusia

Vietnam Perancis Jerman Hongkong Amerika Serikat Bulgaria

Belanda Belgia India Singapura Kanada Italia Australia Inggris dan

Jepang Namun tidak berdayasaing di Korea Malaysia dan Pakistan

Selanjutnya secara kompetitif lada Indonesia berada pada posisi Rising

Star di Belanda India Italia Jepang dan Jerman Posisi Falling Star di

Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia Posisi Lost

Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura

Serta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Selain

itu Indonesia juga sudah layak menjadi eksportir lada dunia dengan

tingkat pertumbuhan tahap pertumbuhan dan kematangan

2 Faktor-faktor yang berpengruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapita jarak

ekonomi harga dan populasi Sedangkan kurs riil dan IHK tidak

berpengaruh signifikan

107

62 Saran

Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa saran untuk meningkatkan

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional diantaranya adalah meningkatkan

produktivitas lada nasional Produktivitas lada yang tinggi akan menambah

persediaan lada nasional Sehingga selain konsumsi dalam negeri terpenuhi

persediaan untuk ekspor juga menjadi lebih banyak Selain itu produktivitas lada

yang tinggi akan membuat harga lada Indonesia menjadi lebih murah karena

terjadi economic of scale

Selanjutnya yaitu meninggalkan negara-negara yang berada pada posisi

retreat dan mencari negara tujuan ekspor lada lain Dengan begitu Indonesia

diharapkan mampu membuka peluang untuk menjadi eksportir utama lada di

negara-negara lainnya Sehingga nilai ekspor lada Indonesia akan meningkat dan

memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia

Jarak ekonomi merupakan hambatan yang berpengaruh nyata terhadap

volume ekspor lada Oleh sebab itu maka pemerintah perlu meningkatkan

efisiensi sarana transportasi Dengan sarana transportasi yang lebih efisien maka

biaya yang dikeluarkan untuk proses distribusi lada akan lebih murah Sehingga

harga lada juga akan menjadi lebih murah

Selain jarak ekonomi populasi adalah salah satu faktor yang berpengaruh

nyata dan cukup besar terhadap volume ekspor lada Oleh sebab itu Indonesia

harus meningkatkan volume ekspor ladanya ke negara-negara yang berpopulasi

tinggi Hal ini dikarenakan populasi yang tinggi diindikasikan memiliki tingkat

konsumsi yang tinggi pula

108

Terakhir yaitu menambahkan variabel-variabel lain untuk penelitian-

penelitian lada selanjutnya Adapun variabel-variabel yang dipilih adalah

variabel-variabel yang berkaitan dan diduga berpengaruh terhadap perdagangan

internasional Sehingga mampu memberikan informasi yang lebih banyak lagi

bagi pihak-pihak yang berkepentingan

109

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Feira dkk 2015 Posisi Dayasaing Dan Spesialisasi Perdagangan Lada

Indonesia Dalam Menghadapi Globalisasi (Studi Pada Ekspor Lada

Indonesia Tahun 2009-2013 Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 27(2) 1-7

Azwar Saifuddin 2013 Metode Penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik 2016 Ekspor dan Impor Diakses dari

httpswwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid1002 pada tanggal 16 Mei

2016

2016 Produk Domestik Bruto (Lapangan Usaha)

Diakses dari

httpswwwbpsgoidSubjekviewid11subjekViewTab1|accordion-

daftar-subjek2 pada tanggal 16 Mei 2016

Bappenas 2009 Trade and Investment in Indonesia A Note on Competitiveness

and Future challenge Jakarta Bappenas

Basri Munandar dan Munandar Haris 2010 Dasar-Dasar Ekonomi

Internasional Jakarta Prenada Media Group

Bergstrand Jeffrey H 1985 The Gravity Equation in International Trade Some

Microeconomic Foundations and Empirical Evidance JSTOR 67(3) 474-

481

Bustami Budi Ramanda dan Hidayat Paidi 2013 Analisis Dayasaing Produk

Ekspor Provinsi Sumatera Utara Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1(2) 56-

71

Case Karl E dan Fair Ray C 2002 Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro Jakarta

PT Prenhallindo

CEPII 2016 GeoDist Diakses dari

httpwwwcepiifrCEPIIenbdd_modelepresentationaspid=6 pada

tanggal 16 Mei 2016

Daras Usma dan Pranowo D 2009 Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung

dan Alternatif Pemulihannya Jurnal Litbang Pertanian 28(1) 1-6

Daryanto 2011 Sari Kuliah Manajemen Pemasaran Bandung PT Sarana

Tutorial Nurani Sejahtera

110

Dilanchiev Azer 2012 Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern Gravity

Model Jurnal of Social Sciences 1(1) 75-78

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 Statistik

Perkebunan Indonesia Komoditas Lada Ditjen Perkebunan Jakarta

Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian

Ginting Kristiawan Hadinata 2014 Analisis Posisi Lada Putih Indonesia di

Pasar Lada Putih Dunia Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor

Ghozali Imam 2006 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

2009 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Edisi Keempat Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

Halwani R Hendra 2002 Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi

Jakarta Ghalia Indonesia

Horizon Pacific 2016 Vietnam Has To Import High Quality Pepper for Export

Diakses dari httpbvtvhpcomenagricultural-newsvietnam-has-to-

import-high-quality-pepper-for-exporthtml pada tanggal 1 November

2016

International Pepper Community 2013 Pepper Statictical Yearbook 2013

International Pepper Community Jakarta IPC

2016 Statistik Jakarta IPC

Kementerian Perdagangan 2008 ISP (Index Spesialisasi Perdagangan) Diakses

dari httpwwwkemendaggoidaddonisp pada tanggal 12 Desember

2016

2011 Kajian Kebijakan Pengembangan Diversifikasi

Pasar dan Produk Ekspor Jakarta Pusat Kebijakan Perdagangan luar

Negeri Badan pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Kotabe Masaaki dan Helsen Kristian 2010 Global Marketing Management (5th

Edition) United Satates of America Wiley

Kotler Philip dan Keller Kevin Lane 2009 Manajemen Pemasaran Edisi Ke

Dua Belas Jakarta PT Indeks

Krugman Paul 2008 Trade and Geography-Economies of Scale Differentiated

Products and Transport Cost The Prize in Economic Sciences 2008 The

111

Royal Swedish Academy of Sciences KUNGL

VETENSKAPSAKADEMIEN

Lawless Martina dan Whelan Karl 2007 Anote on Trade Costs and Distance

Working Paprer Series Universuty College Dublin

Li Kunwang Song Ligang dan Xingjun Zhao 2008 Component Trade and

Chinas Global Economic Integration World Institute for Development

Economics Research 101(2) 1-25

Mankiw N Gregory Euston Quah dan Peter Wilson 2012 Pengantar Ekonomi

Makro Jakarta Salemba Empat

Mayer Thierry dan Soledad Zignago 2011 Notes on CEPIIrsquoS distance

measures The GeoDist database CEPII WP 25(1) 1-47

Menteri Perdagangan Republik Indonesia 2012 Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 13M-DAGPER32012

Jakarta Kementerian Perdagangan

Permatasari Nadia 2015 Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ekspor Lada Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Skripsi

S1 Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Pradipta Amalia dan Firdaus Muhammad 2014 Posisi Dayasaing dan Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia Jurnal

Manajemen amp Agribisnis 11(2) 129-143

Rahardja Prathama dan Manurung Mandala 2008 Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikroekonomi amp Makroekonomi) Jakarta Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonommi Universitas Indonesia

Rivaie Arivin dan Pasandaran Effendi 2014 Dukungan Teknologi dan

Kelembagaan untuk Memperkuat Dayasaing Komoditas Lada Diakses

dari

httpwwwlitbangpertaniangoidbukumemperkuat_dayasaing_produk_

peBAB-III-12pdf pada tanggal 19 Mei 2016

Salvatore Dominick 1997 Ekonomi Internasional Jakarta Erlangga

Sarwoko 2009 Perdagangan Bilateral antara Indonesia dengan Negara-Negara

Patner Dagang Utama dengan Menggunakan Model Gravitasi Jurnal

Ilmiah MTG 2(1) 1-12

112

Sitorus Maria 2009 Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao Di Bawah Pengaruh

Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi) Skripsi

S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Soepanto Achmad 2006 Petani dan Kemiskinan di India dan Negara Lainnya

Artikel Pangan 46(15) 56-62

Sugiyono 2011 Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RampD Bandung

Alfabeta

Suliyanto 2011 Ekonometrika Terapan Teori amp Aplikasi dengan SPSS

Yogyakarta CV ANDI OFFSET

Sutarno dan Agus Andoko 2015 Budidaya Lada Si Raja Rempah-Rempah

Tangerang AgroMedia Pustaka

Tambunan Tulus TH 2004 Globalisasi dan Perdagangan Internasional

Bogor Ghalia Indonesia

Ton Nguyen tang dan Buu Bui chi 2011 How to Prevent The Most Serious

Diseases of Black Paper (Piper Ningrum L) A Case Study of Vietnam

Vietnam IAS

UN Comtrade 2016 International Trade in Goods based on UN

Comtrade data Diakses dari httpcomtradeunorglabsBIS-

trade-in-goodsreporter=826ampyear=2014ampflow=2 pada tanggal

16 Mei 2016

UN CTAD 2016 Currency Exchange Rates Annual 1970-2015 Diakses dari

httpunctadstatunctadorgwdsTableViewertableViewaspxReportId=

117 pada 16 Agustus 2016

Wahyu Kukuh 2014 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia Diakses dari

httpcybexpertaniangoidmateripenyuluhandetail9004sejarah-

tanaman-lada-di-indonesia pada tanggal 3 September 2016

Widarjono Agus 2009 Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga

Yogyakarta EKONISIA

World Bank 2016 Data Indicators Diakses dari

httpdataworldbankorgindicator pada tanggal 16 Mei 2016

Yogesh MS dan Mokshapathy S 2013 Production and Export Performance of

Black Paper International Jurnal of Humanities and social science

invention 2(4) 36-44

113

Zarzoso Inmaculada Martinez dan Lehmann Felicitas Nowak 2003 Augmented

Gravity Model An Empirical Application To Mercosur-Europen Union

Trade Flows Journal of Applied Economics 6(2) 291-316

114

Lampiran 1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 AS 9374 9977 8715 7325 8767 19495 86622

2005 AS 9489 10034 8724 7229 8915 19504 89561

2006 AS 9633 10086 8725 7518 8949 19514 92450

2007 AS 9744 10125 8679 8070 8981 19523 95087

2008 AS 10143 10138 8643 8088 9095 19533 98737

2009 AS 10119 10112 8678 7846 9215 19542 98386

2010 AS 10131 10156 8655 8238 9115 19550 100000

2011 AS 9635 10193 8613 8615 9100 19558 103157

2012 AS 10040 10224 8643 8830 9190 19565 105292

2013 AS 9592 10245 8668 8885 9346 19573 106834

2004 Australia 6112 9667 4600 7302 8796 16818 84125

2005 Australia 6533 9777 4667 7391 8951 16831 86370

2006 Australia 5903 9844 4686 7776 8982 16846 89426

2007 Australia 5613 9972 4729 8224 9019 16852 91512

2008 Australia 6218 10162 4888 8354 9129 16872 95495

2009 Australia 6305 10021 4815 8034 9227 16892 97233

2010 Australia 6835 10221 4964 8367 9115 16908 100000

2011 Australia 6009 10402 5082 8751 9099 16922 103304

2012 Australia 5975 10482 5173 9027 9191 16939 105125

2013 Australia 5386 10481 5184 9009 9337 16956 107700

2004 Belanda 7316 9931 5463 7550 8716 16606 91093

2005 Belanda 7573 9972 5450 7608 8881 16608 92618

2006 Belanda 7379 10044 5463 7772 8935 16609 93699

2007 Belanda 7932 10187 5517 8321 8979 16612 95212

2008 Belanda 7877 10294 5573 8398 9107 16616 97579

2009 Belanda 7483 10207 5542 8275 9211 16621 98741

2010 Belanda 7847 10194 5456 8475 9115 16626 100000

2011 Belanda 7262 10261 5445 8927 9108 16631 102341

2012 Belanda 7587 10188 5359 9046 9194 16634 104854

2013 Belanda 7891 10223 5395 9054 9340 16637 107483

115

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Belgia 5347 9818 4908 7690 8751 16159 87958

2005 Belgia 5631 9858 4896 7643 8906 16165 90407

2006 Belgia 5018 9914 4897 8006 8953 16171 92026

2007 Belgia 5542 10049 4948 8220 8995 16179 93703

2008 Belgia 5682 10138 4989 8423 9104 16187 97910

2009 Belgia 5313 10068 4978 8161 9220 16195 97858

2010 Belgia 5517 10076 4915 8325 9115 16204 100000

2011 Belgia 4906 10153 4923 8736 9097 16218 103532

2012 Belgia 5413 10095 4856 8944 9178 16225 106472

2013 Belgia 6126 10132 4896 9088 9338 16230 107658

2004 Bulgaria 3525 7720 2106 6918 8991 15867 69237

2005 Bulgaria 2708 7847 2184 7661 9123 15862 72726

2006 Bulgaria 4064 8014 2269 6787 9118 15857 78007

2007 Bulgaria 3219 8268 2445 8139 9098 15836 84561

2008 Bulgaria 3911 8462 2591 7979 9134 15829 95003

2009 Bulgaria 4567 8436 2594 7647 9223 15823 97619

2010 Bulgaria 4754 8505 2497 7904 9115 15816 100000

2011 Bulgaria 4365 8648 2550 7797 9090 15810 104220

2012 Bulgaria 3985 8616 2479 8512 9171 15804 107299

2013 Bulgaria 3466 8638 2510 7919 9332 15799 108254

2004 Hongkong 5333 9476 2839 7305 8742 15730 88753

2005 Hongkong 5236 9544 2854 6925 8916 15734 89487

2006 Hongkong 4626 9610 2863 7614 8961 15741 91320

2007 Hongkong 5062 9694 2862 8255 9001 15749 93154

2008 Hongkong 4967 9732 2845 8303 9111 15755 97188

2009 Hongkong 5029 9710 2877 8064 9221 15758 97800

2010 Hongkong 4937 9789 2882 8386 9115 15765 100000

2011 Hongkong 4738 9873 2887 8767 9080 15772 105257

2012 Hongkong 5085 9914 2933 8991 9150 15783 109535

2013 Hongkong 4963 9952 2975 9027 9278 15788 114303

116

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 India 7997 6797 4659 7046 9083 20842 63147

2005 India 7786 6904 4748 7072 9223 20858 65828

2006 India 8219 7093 4822 7321 9229 20873 69874

2007 India 8178 7283 4998 7864 9227 20889 74325

2008 India 8709 7375 4933 8058 9299 20903 80532

2009 India 9036 7435 5099 7656 9312 20917 89292

2010 India 8607 7722 5262 8052 9115 20931 100000

2011 India 8388 7844 5245 8567 9046 20944 108858

2012 India 8707 7853 5240 8823 9067 20957 118995

2013 India 8229 7841 5255 8756 9134 20970 131975

2004 Inggris 5883 9890 6762 7702 8779 17910 85594

2005 Inggris 5375 9936 6758 7690 8940 17917 87348

2006 Inggris 4796 10002 6770 7695 8982 17924 89386

2007 Inggris 3401 10132 6817 8438 9019 17932 91461

2008 Inggris 4990 10072 6703 8093 9136 17940 94766

2009 Inggris 4331 9889 6571 8296 9231 17947 96819

2010 Inggris 4094 9938 6548 8570 9115 17955 100000

2011 Inggris 2459 10014 6547 8540 9087 17963 104484

2012 Inggris 5386 10021 6550 8825 9169 17970 107432

2013 Inggris 4487 10042 6575 9140 9315 17976 110177

2004 Italia 3401 9690 6440 7437 8737 17871 89201

2005 Italia 5088 9718 6415 6761 8899 17875 90984

2006 Italia 4663 9770 6407 7972 8944 17878 92867

2007 Italia 3401 9892 6442 7818 8986 17883 94559

2008 Italia 4956 9971 6471 8231 9105 17890 97750

2009 Italia 5308 9884 6437 8123 9214 17895 98483

2010 Italia 5760 9878 6349 8218 9115 17898 100000

2011 Italia 5209 9952 6340 8498 9104 17899 102741

2012 Italia 6091 9866 6236 8850 9184 17902 105866

2013 Italia 5084 9878 6257 9004 9343 17914 107158

117

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Jepang 7082 9841 6704 7842 8616 18666 100692

2005 Jepang 7233 9827 6630 7708 8801 18666 100417

2006 Jepang 7254 9789 6527 7697 8863 18666 100658

2007 Jepang 7292 9795 6436 8324 8923 18668 100717

2008 Jepang 7554 9904 6491 8447 9062 18668 102100

2009 Jepang 7220 9942 6585 8266 9191 18668 100725

2010 Jepang 7297 10045 6612 8497 9115 18668 100000

2011 Jepang 7213 10124 6606 8982 9134 18666 99717

2012 Jepang 7199 10135 6604 9078 9244 18664 99683

2013 Jepang 7361 9957 6404 9045 9411 18662 100042

2004 Jerman 7549 9779 6902 7640 8717 18229 91049

2005 Jerman 7364 9797 6861 7573 8883 18228 92458

2006 Jerman 7632 9853 6854 7860 8933 18227 93916

2007 Jerman 7822 9991 6899 8342 8970 18225 96075

2008 Jerman 7757 10083 6933 8335 9097 18224 98600

2009 Jerman 7646 9999 6896 8274 9209 18221 98908

2010 Jerman 7713 10019 6835 8560 9115 18220 100000

2011 Jerman 7186 10118 6853 9004 9111 18220 102075

2012 Jerman 7725 10080 6783 8971 9201 18203 104125

2013 Jerman 7671 10111 6833 9033 9356 18224 105692

2004 Kanada 4623 9715 6192 7335 8730 17281 89861

2005 Kanada 3930 9838 6270 7491 8890 17291 91850

2006 Kanada 4557 9952 6332 7476 8935 17299 93689

2007 Kanada 5509 10052 6350 8161 8974 17309 95693

2008 Kanada 5555 10102 6353 8316 9103 17319 97961

2009 Kanada 5621 9977 6287 7930 9216 17331 98254

2010 Kanada 5106 10138 6389 8177 9115 17342 100000

2011 Kanada 4829 10235 6415 8685 9103 17352 102912

2012 Kanada 5090 10243 6424 8879 9197 17364 104472

2013 Kanada 3817 10238 6425 8796 9359 17375 105452

118

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 KorSel 4673 9052 4822 6878 8799 17688 83830

2005 KorSel 5456 9206 4927 6738 8954 17690 86139

2006 KorSel 3022 9328 4991 7649 8997 17694 88070

2007 KorSel 6080 9432 5005 7866 9032 17699 90302

2008 KorSel 6001 9334 4838 8167 9139 17706 94523

2009 KorSel 6174 9240 4789 7981 9228 17711 97129

2010 KorSel 6226 9444 4922 8398 9115 17716 100000

2011 KorSel 5660 9540 4938 8897 9092 17723 104000

2012 KorSel 5580 9552 4945 8850 9180 17728 106280

2013 KorSel 4805 9603 5004 8994 9338 17732 107670

2004 Malaysia 3991 8019 1651 7391 8784 17048 85175

2005 Malaysia 4488 8136 1735 7163 8936 17066 87697

2006 Malaysia 6006 8267 1805 7663 8966 17084 90863

2007 Malaysia 6425 8423 1889 8235 9006 17101 92705

2008 Malaysia 6079 8581 2012 8426 9105 17119 97749

2009 Malaysia 6420 8474 1936 8181 9215 17136 98319

2010 Malaysia 7311 8716 2107 8104 9115 17152 100000

2011 Malaysia 6870 8859 2185 8844 9100 17168 103200

2012 Malaysia 6836 8891 2229 9050 9193 17184 104908

2013 Malaysia 6553 8896 2250 9115 9343 17199 107117

2004 Pakistan 3508 6804 2856 6668 9302 18828 50720

2005 Pakistan 4538 6896 2912 6567 9397 18848 55317

2006 Pakistan 4776 7118 3082 6883 9386 18869 59699

2007 Pakistan 5656 7249 3097 7436 9373 18889 64235

2008 Pakistan 5542 7381 3153 7525 9341 18910 77266

2009 Pakistan 4654 7400 3198 7253 9329 18931 87811

2010 Pakistan 5227 7642 3191 7528 9115 18952 100000

2011 Pakistan 4333 7799 3300 8257 9019 18973 111917

2012 Pakistan 4641 7817 3339 8531 9036 18994 122756

2013 Pakistan 4936 7805 3362 7644 9133 19015 132195

119

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Perancis 4750 9771 6667 7166 8716 17954 91166

2005 Perancis 4628 9802 6648 7407 8880 17961 92748

2006 Perancis 5893 9856 6646 7994 8929 17968 94310

2007 Perancis 5547 9986 6692 8482 8974 17975 95713

2008 Perancis 6881 10077 6732 8356 9099 17980 98407

2009 Perancis 6200 9996 6707 8345 9214 17985 98493

2010 Perancis 6727 9995 6628 8373 9115 17990 100000

2011 Perancis 6403 10074 6629 8882 9110 17995 102117

2012 Perancis 6312 10011 6553 8943 9201 18000 104115

2013 Perancis 6888 10048 6594 8971 9363 18005 105014

2004 Rusia 6762 7873 5102 7127 9230 18786 54527

2005 Rusia 6998 8100 5303 7095 9292 18782 61443

2006 Rusia 5878 8356 5506 7434 9265 18779 67395

2007 Rusia 6120 8609 5689 8005 9239 18777 73454

2008 Rusia 6303 8840 5881 8007 9259 18777 83820

2009 Rusia 6994 8597 5631 7847 9265 18777 93602

2010 Rusia 7581 8839 5791 8182 9115 18777 100000

2011 Rusia 5323 9097 6000 8613 9050 18778 108428

2012 Rusia 7414 9151 6056 8758 9111 18780 113934

2013 Rusia 6330 9168 6077 8762 9216 18782 121655

2004 Singapura 9148 9566 1307 7612 8755 15243 87641

2005 Singapura 9221 9653 1361 7679 8932 15266 88014

2006 Singapura 9121 9775 1454 7802 8988 15297 88912

2007 Singapura 8540 9930 1561 8281 9027 15339 90775

2008 Singapura 8408 9950 1574 8316 9116 15392 96693

2009 Singapura 7928 9924 1631 8168 9226 15422 97276

2010 Singapura 8448 10121 1777 8458 9115 15440 100000

2011 Singapura 8288 10253 1851 8704 9080 15461 105253

2012 Singapura 8132 10278 1890 8855 9146 15486 110019

2013 Singapura 8692 10296 1922 8949 9293 15502 112636

2004 Vietnam 5937 6778 1258 7736 9215 18215 55343

2005 Vietnam 5799 6889 1356 7075 9317 18227 59926

2006 Vietnam 7098 7085 1441 7770 9311 18238 64352

2007 Vietnam 7699 7237 1505 8059 9291 18249 69695

2008 Vietnam 8356 7418 1699 8200 9236 18260 85806

2009 Vietnam 8536 7466 1823 7895 9283 18270 91860

2010 Vietnam 9549 7709 1852 8269 9115 18281 100000

2011 Vietnam 8468 7861 1930 8811 8960 18291 118677

2012 Vietnam 9754 7911 2059 8718 8983 18302 129470

2013 Vietnam 9394 7926 2148 8807 9090 18313 138005

120

Lampiran 2 Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests

Equation MFE

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic df Prob

Cross-section F 35344282 (18165) 00000

Cross-section Chi-square 300230681 18 00000

Lampiran 3 Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation MRE

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq Statistic Chi-Sq df Prob

Cross-section random 6135526 6 04082

121

Lampiran 4 Random Effect Model

Dependent Variable VEL

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2240

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

PDB 1746167 0624211 2797399 00057

JE -0875098 0368245 -2376400 00185

HRG -0369590 0186750 -1979056 00493

KR 0470691 0431727 1090252 02770

POP 1494300 0477598 3128784 00020

IHK 0003891 0007904 0492247 06231

C -3370401 1093813 -3081331 00024

Effects Specification

SD Rho

Cross-section random 1406328 08221

Idiosyncratic random 0654154 01779

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Mean dependent var 0925488

Adjusted R-squared 0127363 SD dependent var 0700525

SE of regression 0654396 Sum squared resid 7836682

F-statistic 5597464 Durbin-Watson stat 1281398

Prob(F-statistic) 0000024

Lampiran 5 Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

122

Lampiran 6 Multikolinearitas

PDB JE HRG KR POP IHK

PDB 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

JE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

HRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

KR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

POP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000

Lampiran 7 Heteroskedastisitas

Dependent Variable RESABS

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2241

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

C 4930401 7042199 0700122 04847

PDB -0085616 0398468 -0214862 08301

JE 0042988 0209647 0205052 08378

HRG -0206352 0156089 -1322014 01878

KR -0300695 0372917 -0806332 04211

POP -0006353 0274805 -0023117 09816

IHK 0013324 0006101 2183942 00302

123

Lampiran 8 Hasil RCA

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 1361 1282 1635 2501 2944 2460 2858 1526 3246 1941 21754 2175

Australia 411 572 335 306 528 408 835 354 438 272 4458 446

Belanda 1003 1219 1025 2719 2199 1427 2040 1024 1723 2417 16796 1680

Belgia 988 1265 800 1222 1647 962 1380 823 1669 4305 15061 1506

Bulgaria 951 1218 2756 2278 865 3504 4003 2079 3257 1103 22014 2201

Hongkong 1185 1061 976 2617 2310 1995 2245 1361 3045 2899 19695 1970

India 446 377 631 717 1240 970 756 644 939 508 7228 723

Inggris 869 490 252 111 345 162 151 024 544 294 3243 324

Italia 156 443 829 143 719 835 1101 450 1703 764 7142 714

Jepang 150 143 126 157 239 155 168 169 215 243 1763 176

Jerman 1877 1356 2080 2560 2892 1960 2383 1698 2374 2657 21839 2184

Kanada 445 256 362 1547 1430 1180 740 588 961 244 7753 775

KorSel 010 022 005 125 140 140 145 074 071 072 804 080

Malaysia 005 005 030 049 041 034 060 072 098 135 531 053

Pakistan 008 038 036 051 032 030 033 013 022 019 282 028

Perancis 282 354 1772 1704 4756 2210 3133 2650 2886 4875 24621 2462

Rusia 5821 3967 1540 3056 4117 4924 7174 824 6709 2087 40220 4022

Singapura 1249 1336 1047 824 725 508 838 528 496 588 8140 814

Vietnam 2751 2511 1874 1388 2519 2359 3096 2020 3049 3523 25090 2509

124

Lampiran 9 Hasil EPD

Negara X () Y () Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea Selatan 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat

125

Lampiran 10 Hasil Indeks ISP

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 0999 0997 1000 1000 0999 0998 0998 0999 0998 0997 9985 0999

Australia 0951 0994 0880 0984 0981 0965 0981 0942 0943 0915 9536 0954

Belanda 1000 1000 0999 0999 0999 0995 0993 0992 0993 0993 9963 0996

Belgia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Bulgaria 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Hongkong 0741 0720 0848 0936 0550 0997 1000 0530 0999 0999 8320 0832

India 0387 0330 0185 0183 0422 0446 0336 0390 0506 0145 3327 0333

Inggris 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Italia 1000 1000 1000 0979 0999 1000 1000 1000 1000 1000 9978 0998

Jepang 0998 1000 0999 0999 1000 1000 1000 0988 0982 1000 9965 0997

Jerman 0998 0997 0995 0987 0976 0991 0982 0976 0986 0981 9868 0987

Kanada 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

KorSel 0439 0723 0080 0977 0948 0976 0910 0849 0876 0884 7662 0766

Malaysia 0213 -0460 0212 0619 0338 0185 0255 0033 0043 0501 1938 0194

Pakistan 1000 1000 0653 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 9653 0965

Perancis 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 0998 0991 0999 9988 0999

Rusia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Singapura 0991 0984 0987 0999 0989 0959 0989 1000 0995 0999 9891 0989

Vietnam 0642 0911 0981 0990 0997 0842 0952 0772 0941 0965 8994 0899

126

Lampiran 11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

1 Pesaing di Korea

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Malaysia Cina India

2004 7 1 3 5 0

2005 22 1 4 4 0

2006 31 39 6 3 1

2007 27 25 5 3 2

2008 26 15 6 3 1

2009 24 7 5 3 0

2010 22 12 7 3 0

2011 16 8 6 3 5

2012 19 7 6 2 1

2013 25 2 9 1 1

Rata-Rata 22 12 6 3 1

2 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Brazil India

2004 351 0 3 2

2005 388 8 0 1

2006 323 9 2 0

2007 217 38 1 2

2008 67 9 1 11

2009 167 30 7 1

2010 59 26 6 7

2011 77 1 18 9

2012 64 45 10 8

2013 78 170 18 0

Rata-Rata 179 33 7 4

127

3 Malaysia

Tahun RCA

India Vietnam Cina

2004 30 4 7

2005 29 4 6

2006 42 5 4

2007 51 2 2

2008 25 3 3

2009 21 4 2

2010 32 3 2

2011 32 2 2

2012 36 2 1

2013 23 3 1

Rata-Rata 32 329 318

Lampiran 12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost

Opportunity

1 Pesaing di Amerika Serikat

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Peru Vietnam Peru Vietnam

2004 3029 3638 0426 0007 0457 0003

2005 4499 3433 0726 0007 -0004 0002

2006 4304 2518 -0130 -0001 -0191 0007

2007 3908 1100 -0203 -0002 -0524 0011

2008 4726 1822 0230 -0001 0520 0006

2009 3542 1625 -0304 0002 0163 0018

2010 2487 1749 -0275 0003 0120 0001

2011 2487 2552 -0087 -0004 0755 0004

2012 2220 1891 -0061 0001 -0360 0011

2013 1693 2215 -0081 0005 0748 0020

Rata-

Rata 3290 2254 0240 0017 1684 0082

128

2 Pesaing di Kanada

Tahun RCA

EPD

X Y

()

Vietnam Vietnam

2004 4943 -0032 0003

2005 6182 0231 0002

2006 4667 -0122 0001

2007 2499 -0247 0002

2008 2776 0105 0002

2009 3611 0264 0003

2010 3149 -0071 0001

2011 4053 0258 0002

2012 4846 0350 0003

2013 3830 0063 0009

Rata-

Rata 4056 0798 0028

3 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

EPD

X Y

()

India India

2004 206 0640 0159

2005 052 -0511 -0028

2006 014 -0082 0222

2007 244 1394 0084

2008 1133 5315 -0002

2009 053 -6476 -0024

2010 747 5203 0163

2011 910 -0910 -0232

2012 779 -0807 -0018

2013 012 -3721 0118

Rata-

Rata 415 0045 0440

129

4 Pesaing di Rusia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Polandia Cina Polandia Cina

2004 376 008 0656 0082 -0071 0091

2005 448 001 0341 0031 -0056 0143

2006 348 001 -0386 -0021 -0008 -0064

2007 439 016 0237 -0006 0200 0284

2008 519 016 0373 0028 -0018 -0101

2009 390 029 -0404 -0001 0129 -0070

2010 383 015 -0068 -0012 -0108 0251

2011 394 026 -0023 -0014 0130 -0039

2012 331 037 -0081 0029 0184 0100

2013 415 021 0359 0023 -0204 0151

Rata-

Rata 404 017 1004 0140 0177 0745

5 Pesaing di Singapura

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Sri

Lanka

India Vietnam Sri Lanka India

2004 1805 002 101 0589 0017 0000 0001 0148 0096

2005 958 027 118 -0791 0013 0001 -0001 0151 0093

2006 2467 221 137 1029 -0032 0007 -0001 0045 -0014

2007 2022 1966 456 -0058 0017 0066 0000 0924 -0026

2008 2556 002 259 0645 0003 -0074 -0001 -0455 0053

2009 3348 248 249 0667 -0006 0011 0001 -0075 -0016

2010 1848 613 236 -1873 -0018 0035 0003 0011 0024

2011 3765 062 200 1164 -0012 -0037 0006 0200 0165

2012 6148 858 189 2027 0005 0020 -0010 -0216 -0084

2013 5023 20694 114 -0433 0009 0632 0000 -0317 0011

Rata-

Rata 2994 2469 206 2966 -0005 0661 -0002 0416 0302

130

Lampiran 13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

1 Pesaing di Australia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() India Vietnam Spanyol India Vietnam Spanyol

2004 2923 881 765 0234 -0002 0106 0015 -0057 0015

2005 2790 420 1154 0118 0007 -0661 0055 0230 -0013

2006 4343 357 995 1033 -0003 0030 0052 -0208 -0007

2007 5156 317 682 0763 0003 -0229 -0035 -0091 0022

2008 3717 721 1115 -1005 0002 0970 -0014 0313 -0010

2009 3359 1111 1036 0436 0021 0051 -0084 -0138 -0007

2010 2467 1075 1375 -0956 -0003 -0171 -0010 0338 0004

2011 3339 1827 934 0938 0003 0555 -0034 -0238 0015

2012 2300 2124 797 -0613 0018 0787 0020 0064 0025

2013 1607 2390 754 -0880 -0004 0891 0021 0138 0026

Rata-

Rata 32 1122 961 0067 0043 2329 -0014 0353 0071

2 Pesaing di Bulgaria

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Spanyol Cina Vietnam Spanyol Cina

2004 66607 330 000 -0529 -0001 0444 -0033 0000 0081

2005 75167 763 000 1252 0001 0660 -0022 0000 0013

2006 25653 1183 042 -2783 0003 0390 -0027 0346 0541

2007 18728 1189 291 0111 0004 -0100 -0009 0598 -0496

2008 21814 620 385 2344 0009 -0746 0002 0378 0019

2009 14271 503 640 -2201 -0003 0392 0109 0489 -0060

2010 21838 474 388 0571 -0004 -0113 -0009 -0739 -0007

2011 40094 177 310 0220 -0006 -0130 0321 -0031 0059

2012 32244 230 248 0302 0003 0033 -0114 -0188 0009

2013 35369 179 518 0969 0002 0040 0148 1080 0029

Rata-

Rata 35178 565 282 0255 0007 0870 0366 1933 0188

131

3 Pesaing di Inggris

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Vietnam India Vietnam India

2004 2582 2162 0413 0003 0321 0004

2005 3584 2051 0188 -0001 0508 0029

2006 4787 2008 0294 0001 -0108 -0003

2007 4587 2190 0014 0001 0224 0002

2008 5680 2143 0282 0000 -0116 -0003

2009 4542 1550 -0164 0002 -0137 0029

2010 6570 1610 0754 0003 -0171 -0015

2011 6474 1467 0411 0007 0153 0021

2012 5749 1627 0253 0009 -0005 -0014

2013 4915 1147 0177 0011 -0114 0041

Rata-

Rata 4947 1796 2624 0037 0555 0090

4 Pesaing di Vietnam

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

India Brazil India Brazil

2004 037 000 0066 0014 0000 0002

2005 005 000 -0056 0007 0000 0005

2006 537 299 1108 0021 0092 0013

2007 1844 480 2732 0001 0083 0006

2008 776 1370 -1972 0033 0437 0008

2009 714 2330 -0041 0015 0515 0004

2010 510 968 -0463 0012 -0639 0002

2011 701 1494 0723 0030 0536 0018

2012 1240 104 1512 -0008 -0955 -0003

2013 798 456 -0562 0091 0279 0011

Rata-

Rata 716 750 3047 0217 0347 0065

132

Lampiran 14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

1 Algeria

2 Afghanistan

3 Argentina

4 Australia

5 Austria

6 Bahrain

7 Bangladesh

8 Belgia

9 Bulgaria

10 Canada

11 Cina

12 Columbia

13 Cook Isds

14 Cote drsquolvoire

15 Croatia

16 Denmark

17 Benin

18 Elsavador

19 Finland

20 France

21 Frm Sudan

22 Germany

23 Greece

24 Hongkong

25 Hungary

26 Ireland

27 Italy

28 Japan

29 Jordan

30 Dem Peoplersquos Rep Of Korea

31 Rep Of Korea

32 Malaysia

33 Other Asia nes

34 Nepal

35 Netherland

36 Nigeria

37 Pakistan

38 Philippine

39 Poland

40 Portugal

41 Timor Leste

42 Russia Federation

43 Senegal

44 India

45 Singapore

46 Sri Lanka

47 Vietnam

48 Turkey

49 Ukraine

50 United Kingdom

51 United State of Amerika

52 Dominica

53 Saudi Arabia

54 Sweden

55 Egypt

56 Myanmar

57 Domonica Rep

58 Rumania

59 Haiti

60 Kuwait

61 Marocco

62 Thailand

63 Jamaica

64 Mexico

65 Israel

66 Lithuaria

67 Mauritius

68 Togo

69 Venezuela

70 Yemen

71 Lebanon

72 Latvia

73 Mauritania

74 Slovenia

75 South Africa

76 Spain

77 Switzerland

78 Syiria

79 Uni Emirat Arab

80 Tunisia

133

Page 3: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGAMANAPUN

Jakarta 6 Januari 2017

Dewi SusilawatiNIM 1112092000036

DAFTAR RIWAYATHIDUP

Nama Dewi Susilawati

Jenis Kelamin Perempuan

Tempat Tangal Lahir Tangerang 3 April 1994

Agama Islam

Alamat Kp Pasir Gaok RTRW 003003 Desa Palasari

Kec Legok Kab Tangerang 15820

No Hp 089680674938085285647162

Email ddewcleopatragmailcom

Formal

2012 - 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2009 - 2012 MAN Cipasung

2008 - 2005 MTs Cipasung

1999 - 2005 SDN Palasari IV

Non Formal

2008 - 2012 Pondok Pesantren Cipasung

2012 - 2014 Mahad Al-Jamirsquoah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2006 - 2007 Bendahara OSIS MTs Cipasung

2010 - 2011 Pengurus Asrama Raudlatul Banat 1 Bidang Pendidikan

2013 - 2014 Anggota Bidang Kerumah Tanggaan Organisasi Mahasantri

Mahad (OMM)

Data Diri

Riwayat Pendidikan

Pengalaman Organisasi

2013 - 2014 Anggota Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMABI) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2014 - 2015 Bendahara Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis

2015 Bakso Sehat Bakso Atom

2013 Mentor Agricam Angkatan 2013

2013 Panitia Bidikmisi Ambassador 2014

2014 Panitia AGRIrsquoS EVENT 2014

2015 Panitia AGRIrsquoS EVENT 2015

2015 Volunteer Santunan 1000 Anak Yatim Nasional

2016 Committee in The International Conference on Science and

Technology (ICOSAT)

2011 Juara 2 Cerdas Cermat Bahasa Arab Pagelaran Seni Bahasa dan

Budaya Arab (PERSADA) 2011 Tingkat Jawa Barat Keluarga

Mahasiswa Bahasa Arab (KEMABA) Universitas Pendidikan

Indonesia

2015 Essay terbaik COINS - Ekonomi Islam

Pengalaman Kerja

Prestasi

Pengalaman Lainnya

RINGKASAN

Dewi Susilawati Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang MempengaruhiVolume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional Di bawah bimbingan IwanAminudin dan Puspi Eko Wiranthi

Lada merupakan salah satu komoditi unggulan ekspor IndonesiaBerdasarkan data International Pepper Community (2013) Indonesia merupakanprodusen dan eksportir kedua lada dunia setelah Vietnam Dalam kurun waktusepuluh tahun yaitu tahun 2004-2013 neraca perdagangan lada Indonesia adalahpositif dan produktivitasnya tinggi Hal ini sejalan dengan permintaan lada duniayang juga meningkat sebesar 2962 Besarnya pertumbuhan permintaan ladadunia mendorong negara-negara eksportir untuk meningkatkan ekspor ladanyaAdapun negara-negara eksportir lada yang mejadi pesaing utama lada Indonesiaadalah Vietnam dan Brazil

Berdasarkan data UN Comtrade (2016) terdapat sembilan belas negara yangmenjadi tujuan ekspor lada Indonesia secara kontinu dari tahun 2004-2013 yaituAmerika Serikat Australia Belanda Belgia Bulgaria Hongkong India InggrisItalia Jepang Jerman Kanada Korea Selatan Malaysia Pakistan PerancisRusia Singapura dan Vietnam Dayasaing lada Indonesia di negara-negaratersebut secara umum secara komparatif telah berdayasaing kuat kecuali diKorea Selatan Malaysia dan Pakistan Sedangkan secara kompetitif Indonesiaberada pada posisi Rising Star di Belanda India Italia Jepang dan JermanPosisi Falling Star di Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia PosisiLost Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan SingapuraSerta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Secara umumIndonesia juga cenderung menjadi negara ekportir lada di negera-negara tujuanekspornya dengan pertumbuhan perdagangan tahap kematangan danpertumbuhan

Selain dayasaing penelitian ini menggunakan teori Gravity Model untukmengetahui faktor-faktor yang diduga mempengaruhi volume ekspor ladaIndonesia di pasar internasional yaitu rata-rata PDB per kapita Jarak EkonomiHarga Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen Berdasarkan metoderegresi data panel dengan data time series tahun 2004-2013 dan data cross sectionsembilan belas negara diperoleh model Random Efffect dengan nilai koefisiendeterminasi (R2) sebesar 0155065 Hal ini menunjukkan bahwa seluruh variabelbebas sebesar 1551 dapat menjelaskan variabel terikatnya yaitu VolumeEkspor Lada Sisanya yaitu 8449 dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luarpenelitian Adapun faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap volumeekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapitaJarak Ekonomi Harga dan Populasi Sedangkan Kurs Riil dan Indeks HargaKonsumen tidak berpengaruh signifikan

Kata Kunci Ekspor Lada Dayasaing RCA EPD ISP dan Gravity Model

KATA PENGANTAR

Assalamursquoalaikum Wr Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ldquoAnalisis Dayasaing

dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada Indonesia di

Pasar Internasionalrdquo Penulisan skripsi ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selama proses penyelesaian sampai selesainya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan banyak

terimakasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan dukungan baik

secara moril dan materil secara langsung maupun tidak langsung sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini Penulis mengucapkan terimakasih

kepada

1 Kedua orang tua Ibu Aswati dan Bapak Supandi serta seluruh keluarga atas

semua doa nasihat kasih sayang pengorbanan cinta serta dukungan baik

secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis Penyelesaian

skripsi ini merupakan salah satu bakti serta wujud cinta dan kasih sayang

penulis kepada Ibu Bapak dan seluruh keluarga yang sudah memberikan

segala yang terbaik dalam hidup kepada penulis

2 Bapak Dr Ir Iwan Aminudin MSi dan Ibu Puspi Eko Wiranthi SE MSi

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan tenaga energi

waktu pikiran serta memberikan ilmu arahan dan dukungannya secara

viii

tulus demi terselesaikannya skripsi ini

3 Bapak Ir Junaidi MSi dan Bapak Akhmad Mahbubi SP MM selaku dosen

penguji skripsi yang telah memberikan ilmu arahan serta dukungan yang

besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Bapak Dr Agus Salim MSi selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta para Wakil Dekan I II

dan III beserta staf TU Akademik dan karyawan FST lainnya

5 Bapak Dr Ir Edmon Daris MS dan Bapak Dr Ir Iwan Aminudin MSi selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan

kesempatan dan dukungan untuk menimba ilmu pengetahuan serta membantu

dalam proses akademis

6 Bapak Mudatsir Najamuddin MMA selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan bimbingan motivasi serta dukungan kepada penulis

selama perkuliahan

7 Seluruh dosen Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan wawasan

dan pengalaman kepada penulis hingga mendapatkan gelar Sarjana Agribisnis

8 Sahabat Kosan Badayy (Fitri Aldita Rihlah Zelda dan Weni) yang selalu

memberikan dukungan motivasi cinta dan kasih sayang selayaknya

keluarga serta menjadi tempat kembali penulis ketika suka dan duka

9 Sahabat Jalan Jalan Men (Meike Putri dan Lulu) yang sudah memberikan

warna baru dalam hidup penulis dan menjadi tempat di mana penulis tidak

perlu merasa malu menjadi diri sendiri setelah sahabat kosan badayy

ix

10 Sahabat Rumpii ( Febi Icha Iffah dan Dena) yang sudah menemani penulis

sejak awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini

11 Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2012 yang selalu saling mendukung

berbagi ilmu dan pengalaman serta menjadi teman tumbuh dan

berkembangnya penulis selama masa kuliah

12 HMJ Agribisnis yang telah memberikan tempat kesempatan dan

pengalaman berorganisasi sehingga penulis bisa mendapatkan

pelajaran-pelajaran baru

13 Keluarga Mahad Puteri dan BIDIKMISI UIN Jakarta dan yang telah

memberikan penulis kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat

sehingga penulis bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman-pengalaman baru

yang memotivasi untuk selalu bisa melakukan yang terbaik

14 Teman-teman KKN Gelas Kaca 2015 yang sudah memberikan pelajaran dan

kesempatan penulis untuk lebih bisa berpikir terbuka mengenal dan

mencoba hal-hal yang benar-benar baru bagi penulis memotivasi untuk lebih

berani lugas dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi

Terimakasih atas warna-warni baru yang telah diberikan baik secara langsung

maupun tidak langsung dan menjadikan penulis untuk selalu ingin tumbuh

dan berkembang

15 Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

menyelesaikan skripsi ini

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

x

penulis dan pembaca Akhirnya hanya kepada Allah semua hal diserahkan

Semoga amal baik kita diterima oleh Allah SWT Aamiin Yaa Rabbal lsquoAalamiin

Wassalamursquoalaikum WrWb

Jakarta 6 Januari 2017

Dewi Susilawati

xvii

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP iv

RINGKASAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 8

13 Tujuan Penelitian 8

14 Manfaat Penelitian 9

15 Ruang Lingkup Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

21 Perdagangan Internasional 10

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional 12

221 Teori Merkantilisme 12

222 Teori Keunggulan Absolut 13

223 Teori Keunggulan Komparatif 14

224 Teori Heckscher Ohlin 15

225 Teori Keunggulan Kompetitif 16

23 Dayasaing Global 17

231 Revealed Comparative Advantage (RCA) 17

232 Export Product Dynamic (EPD) 18

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 19

24 Gravity Model 21

241 Produk Domestik Bruto (PDB) 23

xii

242 Jarak Ekonomi 24

243 Harga 25

244 Nilai Tukar Rupiah 25

245 Populasi 27

246 Indeks Harga Konsumen 28

25 Penelitian Terdahulu 29

26 Kerangka Pemikiran 36

27 Hipotesis 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38

31 Lokasi dan Waktu Penelitian 38

32 Jenis dan Sumber Data 38

33 Populasi dan Sampel 39

34 Metode Analisis Data 39

341 Revealed Comparative Advantage (RCA) 40

342 Export Product Dynamic (EPD) 41

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 42

344 Regresi Data Panel 42

345 Uji Kesesuaian Model 43

346 Uji Normalitas 46

347 Uji Asumsi Klasik 47

348 Uji Signifikansi 49

35 Definisi Operasional 50

BAB IV GAMBARAN UMUM 53

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia 53

42 Lada Indonesia 55

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia 55

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia 57

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia 59

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia 61

43 Lada Dunia 62

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia 62

432 Perkembangan Produksi Lada Dunia 64

433 Perkembangan Harga Lada Dunia 66

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia 69

xiii

106

107

109

106

114

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 71

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif 71

511 Keunggulan Komparatif 71

512 Keunggulan Kompetitif 73

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 92

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel 93

522 Uji Normalitas 94

523 Uji Asumsi Klasik 95

524 Uji Signifikansi 96

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia 2

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 18

Tabel 3 Penelitian Terdahulu 30

Tabel 4 Sumber Data dan Data 38

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson 49

Tabel 6 Definisi Operasional 51

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia 55

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia 58

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA) 71

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD) 74

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia 77

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 91

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model 93

Tabel 14 Uji Multikolinearitas 95

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas 95

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia 3

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia 4

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia 5

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia 6

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional 7

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional 11

Gambar 7 Kurva Permintaan 25

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian 36

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 42

Gambar 10 Histogram Normalitas 47

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia 57

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia 59

Gamabr 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia 63

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia 64

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia 66

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia 68

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia 69

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat 78

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada 79

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan 81

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia 82

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura 83

xvi

103

104

105

101

100

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia 85

Gambar 24 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris 86

Gambar 25 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria 87

Gambar 26 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam 89

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia 90

Gambar 28 Uji Normalitas 94

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

114

120

120

121

121

122

122

123

124

125

126

127

130

132

DAFTAR LAMPIRAN

1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

2 Uji Chow

3 Uji Hausman

4 Random Effect Model

5 Normalitas

6 Multikolinearitas

7 Heteroskedastisitas

8 Hasil RCA

9 Hasil EPD

10 Hasil Indeks ISP

11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost Opportunity

13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Badan Pusat Statistik (2016) menyatakan bahwa salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara adalah dengan

mengukur Produk Domestik Bruto (PDB) Besarnya PDB salah satunya diperoleh

melalui kegiatan ekspor Nilai ekspor Indonesia selama tahun 2004-2013

berfluktuasi Penurunan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar

1497 dengan nilai ekspor mencapai US$ 116510000000 Disusul tahun 2012

dan 2013 dengan penurunan sebesar 662 dan 393 dengan masing-masing

nilai ekspor mencapai US$ 190020300000 dan US$ 182551800000

Penurunan ekspor pada tahun 2012 dan 2013 juga diperburuk dengan

meningkatnya nilai impor pada tahun yang sama yaitu mencapai US$

191689500000 dan US$ 186628700000 Hal ini mengakibatkan Indonesia

mengalami neraca perdagangan negatif sebesar -US$ 1669200000 dan -US$

4076900000

Neraca perdagangan yang negatif menunjukkan bahwa Indonesia lebih

banyak mengkonsumsi produk-produk dari luar negeri daripada menjual produk-

produknya sendiri ke luar negeri sehingga negara-negara lain relatif lebih untung

dari produk-produk yang telah diekspornya Sedangkan Indonesia merugi karena

terjadi defisit Oleh sebab itu untuk menjaga kestabilan neraca perdagangan

Indonesia perlu meningkatkan kinerja ekspornya Salah satu cara untuk

meningkatkan kinerja ekspor adalah dengan memperbanyak ekspor komoditi-

2

komoditi unggulan Salah satu komoditi unggulan ekspor Indonesia adalah lada

Lada (Piper ningrum) atau juga dikenal sebagai King of Spice (raja rempah)

merupakan komoditi rempah Indonesia yang kedudukannya cukup penting karena

merupakan komoditi ekspor terbanyak ke-enam setelah karet kelapa sawit

kakao kopi dan kelapa Lada Indonesia sudah cukup dikenal di pasar

internasional dengan nama Lampung Black Pepper yang berasal dari Provinsi

Lampung dan Muntok White Pepper yang berasal dari Provinsi Kepulauan

Bangka (Rivaie dan Pasandaran 2014 341)

Lada merupakan komoditi ekspor dengan neraca perdagangan positif Hal

ini terlihat dari besarnya nilai ekspor lada dibandingkan nilai impornya Menurut

data UN Comtrade (2016) neraca perdagangan lada Indonesia adalah sebagai

berikut

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia

Tahun Ekspor (US$) Impor (US$) Neraca (US$)

2004 56710078 3344670 53365408

2005 59210135 4026437 55183698

2006 79077213 8158312 70918901

2007 133971835 9837453 124134382

2008 186672492 12958930 173713562

2009 142126076 13660784 128465292

2010 252084684 17263407 234821277

2011 223404956 27457906 195947050

2012 435257055 29440508 405816547

2013 354712065 27510971 327201094

Sumber UN Comtrade (2016)

Indonesia memiliki neraca perdagangan lada yang positif Namun

Indonesia masih mengimpor lada dari eksportir-eksportir lada dunia lainnya

Alasan Indonesia mengimpor lada adalah dikarenakan laju produksi lada dalam

3

negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia yang menyentuh angka

rata-rata 3 per tahun (International Pepper Community 2016) Sedangkan laju

produksi lada Indonesia hanya 15 per tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan

2014 3) Namun secara keseluruhan lada merupakan komoditas ekspor yang

memiliki potensi positif karena neraca perdagangannya positif

Meskipun laju pertumbuhan produksi lada Indonesia tidak secepat

pertumbuhan permintaan lada dunia namun produktivitas lada Indonesia terus

meningkat setiap tahunnya Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

luas lahan lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 terus menurun namun

produksinya terus meningkat Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas lada

Indonesia tinggi Adapun produktivitas lada Indonesia adalah sebagaimana

Gambar 1 berikut

0

01

02

03

04

05

06

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

03820408 0403 0392

0439 04450467

0491 0494053

Tahun

(To

nH

a)

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Peningkatan produktivitas lada yang tinggi seiring dengan permintaan

lada dunia yang terus meningkat Permintaan lada dunia menurut data

International Pepper Community (2016) berfluktuasi cenderung meningkat

Permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

4

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2016)

Pertumbuhan permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 mencapai

2962 Permintaan tertinggi lada terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak

359904 ton Sedangkan permintaan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu

sebanyak 285306 ton Permintaan lada yang tinggi merupakan peluang bagi

negara-negara eksportir untuk saling bersaing meningkatkan ekspornya di pasar

internasional

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional bersaing dengan

beberapa negara seperti Brazil India Malaysia Sri Lanka Vietnam Cina

Thailand Madagaskar Ekuador dan negara-negara lainnya International Pepper

Community (2013 7) menyatakan bahwa Vietnam adalah eksportir utama lada

dunia Hal ini didasarkan pada banyaknya lada yang telah diekspor Vietnam

Adapun Kontribusi lada negara-negara eksportir di pasar internasional adalah

sebagai berikut

5

1503

922

1958

609185

4719

049007009038

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Kontribusi lada Vietnam di pasar internasional hampir mencapai 50

dari total lada dunia yaitu 4719 Kontribusi ini menjadikan Vietnam sebagai

eksportir utama lada dunia Sedangkan Indonesia berada di posisi kedua dengan

kontribusi sebesar 1958 Disusul Brazil di posisi ketiga dengan kontribusi

sebesar 1503 Berdasarkan kontribusi tersebut meskipun menjadi eksportir

kedua lada dunia Indonesia memiliki selisih ekspor yang besar dengan Vietnam

yaitu sebesar 2761 Sedangkan selisih ekspor Indonesia dengan Brazil yang

berada di posisi ketiga hanya 455 Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki kesulitan untuk mengungguli Vietnam Namun Indonesia sangat mudah

untuk diungguli oleh Brazil karena selisihnya yang sedikit Adapun kontribusi

1958 lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004 - 2013

ditunjukkan dengan berfluktuasinya ekspor lada Indonesia sebagaimana Gambar

4 berikut

6

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Ekspor tertinggi lada Indonesia terjadi pada tahun 2012 yaitu sebanyak

62608 ton Angka ini naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya yaitu

sebanyak 36487 ton Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348

pada tahun 2013 dengan total ekspor sebanyak 47908 ton Meskipun menurun

cukup jauh penurunan terbesar ekspor lada Indonesia terjadi pada tahun 2011

yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor sebanyak 36487 ton Sedangkan total

ekspor lada terkecil terjadi pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton yang juga turun

2067 dari tahun sebelumnya

Fluktuasi cenderung menurunnya ekspor lada Indonesia di pasar

internasional berbanding terbalik dengan harga lada Indonesia yang tinggi

Perkembangan harga lada Indonesia menurut International Pepper Community

(2013 54) berfluktuasi cenderung meningkat Adapun harga lada Indonesia di

pasar internasional berdasarkan harga Free on Board (FOB) adalah sebagai

berikut

7

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

20

05

2006

2007

2008

20

09

2010

2011

20

12

20

13

1487 14512029

3278 3517

2719

3677

6392 6558 6850

2317 22192924

44104972

4342

5662

88559367 9613

Tahun

(US

$T

on

)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional Sumber International Pepper Community (2013 54)

Berdasarkan Gambar 5 di atas peningkatan harga lada hitam dan putih

tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu mencapai 7384 dan 5639 Menurut

Ginting (2014) harga lada putih dan lada hitam dunia merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap volume perdagangan lada putih Indonesia terhadap lada

putih dunia Begitupun menurut Permatasari (2015) harga ekspor lada Indonesia

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor lada

Indonesia Naik dan turunnya harga lada akan mempengaruhi naik dan turunnya

volume ekspor lada

Berdasarkan keadaan permasalahan dan penelitian terdahulu yang sudah

dikemukakan maka diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui keadaan lada

Indonesia di pasar internasional Adapun yang perlu diketahui adalah bagimana

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Hasil

analisis ini diharapkan mampu menjadi informasi yang dapat berguna bagi

pemerintah dan pihak-pihak terkait

8

12 Rumusan Masalah

Lada merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia dengan

menempati urutan ke-enam komoditi ekspor terbanyak Indonesia dengan neraca

perdagangan positif Selama tahun 2004 - 2013 produktivitas lada Indonesia

meningkat Peningkatan ini seiring dengan permintaan lada dunia yang juga

meningkat sebesar 2962 Namun dalam periode yang sama volume ekspor

lada Indonesia berfluktuasi dan hanya mampu berada di posisi kedua di pasar

internasional dengan selisih ekspor yang besar dengan Vietnam yaitu 2761

Sementara dengan Brazil hanya berselisih 455 Menurut Ginting (2014) dan

Permatasari (2015) harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perdagangan lada

Berdasarkan penjabaran di atas maka diperoleh beberapa rumusan

masalah sebagai berikut

1 Bagaimana dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia

di pasar internasional

13 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah

1 Mengetahui dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

9

14 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

diantaranya

1 Mampu memberikan dan menambah pengetahuan bagi penulis mengenai

perdagangan internasional Indonesia khususnya komoditi lada di negara-

negara tujuan ekspornya

2 Sebagai bahan referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian

selanjutnya di bidang yang sama

3 Sebagai informasi bagi pemerintah tentang dayasaing lada Indonesia

sehingga dapat memperhatikan strategi dan kebijakan-kebijakan yang

berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar

internasional

15 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup lada dalam penelitian ini adalah lada dengan kode HS

1996 empat digit yaitu 0904 di UN Comtrade Selanjutnya pemilihan variabel-

variabel yang diduga berpengaruh terhadap volume ekspor lada Indonesia di

pasar internasional didasarkan pada teori Gravity Model

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Perdagangan Internasional

Tidak ada satu negara pun yang sepenuhnya dapat mengisolasikan diri

dari interaksi luar negeri Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

membuat batas-batas negara menjadi kabur Setiap negara tidak akan dapat

memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri Sekalipun dipaksakan pasti biaya yang

ditanggung akan sangat besar Melalui perdagangan dengan negara-negara lain

setiap negara bisa mencapai economies of scale dan selanjutnya dapat

menyalurkan kelebihan produksi yang tidak dapat diserap oleh konsumen dalam

negeri melalui ekspor Devisa yang diperoleh melalui ekspor dapat digunakan

untuk membiayai impor sehingga dapat memenuhi berbagai kebutuhannya tanpa

harus memproduksi seluruh yang dibutuhkan Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perdagangan internasional terjadi karena dua alasan yaitu adanya perbedaan

antara satu negara dengan negara yang lain dan tujuan untuk mencapai skala

ekonomi dalam produksi (Basri dan Munandar 2010 32)

Kegiatan perdagangan internasional terjadi karena adanya penawaran dan

permintaan suatu negara terhadap produk tertentu Secara teoritis suatu negara

(negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misal pakaian) ke negara lain

(negara B) apabila harga domestik negara A (sebelum terjadi perdagangan

internasional) relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga domestik negara B

Struktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah karena produksi

domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya sehingga di negara A

11

SB DB

SA A DA

PB

ES

X

P

B

M

PA

QB Q O O O QA

ED

telah terjadi excess supply (kelebihan produksi) Dengan demikian negara A

mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain Di sisi

lain negara B terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya lebih

besar daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang

terjadi di negara B lebih tinggi Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk

membeli pakaian dari negara lain yang relatif lebih murah Jika kemudian terjadi

konsumsi antara negara A dengan negara B maka akan terjadi perdagangan

antara keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama

(Kementerian Perdagangan 2011 7)

Negara A (ekspor) Perdagangan Internasional Negara B (impor)

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional Sumber Salvatore (1997 84)

Keterangan

PA Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan

internasional

OQA Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A tanpa

perdagangan internasional perdagangan internasional

A Kelebihan penawaran di negara A tanpa perdagangan internasional

X Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A

PB Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan

internasional

OQB Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B tanpa

perdagangan internasional

12

B Kelebihan permintaan di negara B tanpa perdagangan internasional

M Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B

P Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan

internasional

OQ Keseimbangan penawaran dan permintaan antara kedua negara

dimana jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor

(M)

Sebelum terjadi perdagangan internasional harga di negara A adalah

sebesar PA dan di negara B adalah PB Penawaran pasar internasional akan terjadi

jika harga internasional lebih tinggi dari PA sedangkan permintaan di pasar

internasional akan tinggi jika harga internasional lebih rendah dari PB Pada saat

harga internasional (P) sama dengan PA maka negara B akan terjadi excess

demand (ED) sebesar B Jika harga internasional sama dengan PB maka di negara

A akan terjadi excess supply (ES) sebesar A Dari A dan B akan terbentuk kurva

ES dan ED yang akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional

sebesar P Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan

mengekspor komoditi (pakaian) sebesar M dimana di pasar internasional sebesar

X sama dengan M yaitu Q (Kementerian Perdagangan 2011 8)

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional

221 Teori Merkantilisme

Penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara sebuah

negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan memperbanyak ekspor dan

mengurangi impor Surplus yang dihasilkan ekspor selanjutnya dibentuk dalam

aliran emas atau logam-logam mulia khususnya emas dan perak Semakin

banyak emas dan perak yang dimiliki sebuah negara maka semakin kaya dan

kuatlah negara tersebut

13

Kaum merkantilisme mengukur kekayaan dengan cadangan logam mulia

yang dimiliki Sebaliknya saat ini kekayaan sebuah negara diukur dengan

cadangan sumber daya manusia hasil produksi manusia serta kekayaan alam

yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa Semakin besar cadangan

tersebut maka semakin besar pula arus barang dan jasa untuk memenuhi

keinginan manusia dan dengan demikian akan semakin besar pula standar hidup

masyarakat negara tersebut (Salvatore 1997 23)

222 Teori Keunggulan Absolut

Adam Smith berpendapat bahwa sebuah negara akan melakukan

perdagangan secara sukarela jika keduanya memperoleh keuntungan

Perdagangan antar dua negara didasarkan pada keunggulan absolut yaitu

keunggulan negara dalam memproduksi sebuah komoditi namun kurang efisien

dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya maka negara

tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan

spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan

menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut Melalui

proses ini sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang efisien

Output kedua komoditi yang diproduksi akan meningkat Peningkatan output

akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang

melakukan perdagangan

Berbeda dengan kaum merkantilisme yang percaya bahwa sebuah negara

hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lainnya serta

menyarankan pengendalian pemerintah secara ketat pada semua aktivitas

14

ekonomi dan perdagangan Adam Smith justru percaya bahwa semua negara

dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dan dengan tegas menyarankan

untuk menjalankan kebijakan yang dinamakan laissez-faire yaitu suatu kebijakan

yang menyarankan sesedikit mungkin intervensi pemerintah terhadap

perekonomian Melalui perdagangan sumber daya manusia dapat didayagunakan

secara efisien dan dapat memaksimumkan kesejahteraan dunia Dalam laissez-

faire terdapat pengecualian yang paling penting adalah proteksi terhadap berbagai

industri penting sebagai pertahanan negara (Salvatore 1997 25)

223 Teori Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif yang digagas oleh David Ricardo

menyatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain

dalam memproduksi komoditi namun masih tetap terdapat dasar untuk

melakukan perdagangan kedua belah pihak Negara pertama harus melakukan

spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki

kerugian absolut kecil dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut

lebih besar (Salvatore 1997 27) Hukum keunggulan komparatif memiliki satu

pengecualian meskipun jarang terjadi Pengecualian terjadi jika keunggulan

absolut yang dimiliki suatu negara pada kedua komoditi sama besarnya

(Salvatore 1997 29)

Hukum keunggulan komparatif memiliki keunggulan dalam nilai uang

dengan mengabaikan pengecualian yang sudah disebutkan Meskipun salah satu

negara memiliki kerugian absolut dalam produksi kedua komoditi dibanding

negara ke-dua namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan

15

yang menguntungkan yaitu dengan melihat upah di negara ke-satu lebih rendah

dibandingkan negara ke-dua sehingga memungkinkan harga komoditi tersebut

lebih rendah pula dan harga komoditi yang memiliki keunggulan absolut di

negara ke-dua tersebut lebih rendah ketika kedua komoditi tersebut dinyatakan

dalam satuan mata uang masing-masing negara (Salvatore 1997 30)

Hukum keunggulan komparatif terkadang juga disebut hukum biaya

komparatif Menurut teori biaya komparatif biaya sebuah komoditi adalah

jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya

yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditi pertama Dalam

teori ini tidak dibuat asumsi bahwa tenaga kerja hanya satu-satunya faktor

produksi atau tenaga kerja bersifat homogen dan biaya atau harga sebuah

komoditi satu-satunya tergantung dari jumlah tenaga kerja Oleh sebab itu negara

yang memiliki biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi komoditi akan

memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut (Salvatore 1997 33)

Selain itu asumsi bahwa harga sama dengan biaya produksi maka biaya

oportunitas sama dengan harga relatif merupakan refleksi dari keunggulan

komparatif (Salvatore 1997 35)

224 Teori Heckscher-Ohlin

Intisari teorema H-O adalah sebuah negara akan mengekspor komoditi

yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah

dan murah di negara tersebut dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan

mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif

langka dan mahal di negara tersebut Model H-O juga sering disebut sebagai teori

16

kelimpahan faktor Teori tersebut menyatakan bahwa setiap negara akan

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang banyak

menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dalam jumlah banyak dan

berharga relatif murah serta mengimpor komoditi yang banyak menyerap faktor

produksi yang di negara tersebut relatif langka dan mahal (Salvatore 1997 129)

225 Teori Keunggulan Kompetitif

Tambunan (2004 107) menyatakan bahwa keunggulan kompetitif adalah

keunggulan yang harus diciptakan atau dikembangkan Inti dari paradigma

keunggulan kompetitif adalah suatu negara dalam persaingan global selain

ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif juga sangat ditentukan oleh

faktor-faktor keunggulan kompetitif yang dikembangkan Dari hasil studi Porter

menyimpulkan bahwa suatu negara berhasil dalam industri tertentu karena

lingkungan dasarnya bersifat mempunyai pandangan ke depan dinamis dan

menantang

Secara spesifik terdapat empat variabel domestik penting yang secara

individual mempengaruhi kinerja dan dayasaing global di suatu negara yaitu

kondisi faktor (factor condition) kondisi permintaan (demand condition) industri

terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting industry)

serta kondisi struktur persaingan dan strategi industri (firm strategy structure

and rivalry) Selain keempat faktor utama di atas terdapat dua faktor yang

mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan

(chance event) dan faktor pemerintah (government) Faktor-faktor ini membentuk

sistem dalam peningkatan keunggulan dayasaing yang disebut Porterrsquos Diamond

17

23 Dayasaing Global

Kotabe dan Helsen (2010 39) menyatakan bahwa konsep dayasaing

mengacu pada produktivitas Dayasaing suatu negara merupakan kapasitas

produksi dalam negeri dan luar negeri yang mengacu pada manusia alam dan

sumber daya modal Keberhasilan perdagangan internasional suatu negara dapat

dilihat dari dayasaingnya Dayasaing merupakan konsep umum yang digunakan

untuk merujuk pada komitmen persaingan pasar terhadap keberhasilan suatu

negara dalam persaingan internasional (Bustami dan Hidayat 2013 56)

Dayasaing merupakan posisi relatif suatu organisasi atau negara dibandingkan

dengan yang lain Negara memiliki peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan dayasaing dengan membuat kebijakan ekonomi atau politik yang

menguntungkan (Aprilia dkk 2015 2)

231 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Tambunan (2004 110) mendefinisikan RCA sebagai suatu persentase dari

jumlah ekspor manufaktur dari suatu negara lebih tinggi daripada pangsa dari

barang yang sama di dalam jumlah ekspor dunia maka negara tersebut memiliki

keunggulan komparatif atas produksi dan ekspor dari barang tersebut Nilai

indeks RCA lebih besar dari 1 berarti negara tersebut berdayasaing Sedangkan

jika lebih kecil dari 1 maka dayasaingnya buruk Indeks RCA bisa digunakan

untuk mengukur apakah Indonesia memproduksi dan mengekspor barang-barang

yang pasar luar negerinya sedang berkembang pesat atau sedang mengalami

stagnansi (Tambunan 2004 118)

18

232 Export Product Dynamic (EPD)

EPD merupakan indikator yang mengukur posisi pasar dari produk suatu

negara untuk tujuan pasar tertentu Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk

membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia dan

mengetahui dinamis atau tidaknya performa suatu produk Sebuah matriks EPD

terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis Daya tarik pasar

dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan

pasar tertentu dimana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan

pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan

pasar tertentu Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini

menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat

kategori yaitu Rising Star Falling Star Lost Opppotunity dan Retreat

(Kementerian Perdagangan 2011 21) Adapun matriks EPD adalah sebagai

berikut

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD

Share of Countryrsquos

Export in World Trade

Share of Countryrsquos Export in World Trade

Rising

(Dynamic)

Falling

(Stagnant)

Rising (Competitive) Rising Star Falling Star

Falling (Non-

competitive) Lost Opportunity Retreat

Sumber Estherhuizen dalam Kementerian Perdagangan (2011 21)

Posisi pasar yang ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tertinggi

pada ekspornya sebagai Rising Star yang menunjukkan bahwa negara tersebut

memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat

(fast-growing products) Lost Opportunity terkait dengan penurunan pangsa

pasar pada produk-produk yang dinamis adalah posisi yang paling tidak

19

diinginkan Falling Star juga tidak disukai meskipun masih lebih baik jika

dibandingkan dengan Lost Opportunity karena pangsa pasarnya tetap meningkat

Sementara itu Retreat biasanya tidak diinginkan tetapi pada beberapa kasus

tertentu mungkin diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk-produk yang

stagnan dan menuju produk-produk yang dinamis (Bappenas 2009)

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Nilai indeks ISP adalah

antara -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu negara cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi yang bersangkutan Jika nilainya negatif

maka suatu negara cenderung menjadi negara importir terhadap komoditi yang

bersangkutan

ISP juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan

suatu komoditi dalam perdagangan Menurut kementerian Perdagangan (2008)

tingkat pertumbuah perdagangan dibagi lima tahap yaitu

1 Tahap pengenalan

Ketika suatu industri (forerunner) di suatu negara A mengekspor produk-

produk baru dan industri pendatang belakangan (latecomer) di negara B impor

produk-produk tersebut Dalam tahap ini nilai indeks ISP dari industri latecomer

adalah -100 sampai -050

20

2 Tahap subtitusi impor

Pada tahap ini industri di negara B menunjukkan dayasaing yang sangat

rendah dikarenakan tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala

ekonomi Industri tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang

kurang bagus dan produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan

dalam negeri Adapun nilai indeks ISP pada tahap ini yaitu naik antara -051

sampai 000

3 Tahap pertumbuhan

Pada tahap ini industri di negara B melakukan produksi dalam skala besar

dan mulai meningkatkan ekspornya Di pasar domestik penawaran untuk

komoditi tersebut lebih besar daripada permintaan Tahap ini mempunyai nilai

indeks ISP antara 001 sampai 080

4 Tahap Kematangan

Pada tahap ini produk yang bersangkutan sudah memasuki tahap

standarisasi menyangkut teknologi yang dikandungnya Pada tahap ini juga

negara B merupakan negara eksportir Adapun nilai indeks ISP tahap ini berada

pada kisaran 081 sampai 100

5 Tahap kembali mengimpor

Pada tahap ini industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya

dengan industri dari negara A dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari

permintaan dalam negeri Tahap ini ditunjukkan dengan nilai indeks ISP yang

kembali menurun antara 100 sampai 000

21

24 Gravity Model

Gravity Model merupakan model perdagangan yang mengadopsi model

gravitasi Newton tentang kekuatan gaya tarik menarik dari dua buah objek yang

dipengaruhi secara langsung oleh massa dari kedua obyek tersebut dan secara

tidak langsung oleh jarak diantara dua objek tersebut Persamaan gravitasi

dinyatakan sebagai berikut

Fij = G MiMj D2ij

Dimana

Fij Kekuatan gaya tarik menarik

Mi dan Mj Massa

D2ij Jarak antara dua objek

G Konstanta gravitasi

Jan Timbergen pada tahun 1962 menggunakan analogi tersebut untuk

menganalisis perdagangan internasional Tarik menarik dalam konteks

perdagangan internasional adalah ekspor dan impor oleh negara-negara ldquoMassardquo

dari negara-negara tersebut adalah ukuran ekonomi atau Produk Domestik bruto

(PDB) yang dianggap dapat menghasilkan aliran-aliran potensi perdagangan

internasional Semakin besar PDB negara partner maka semakin besar pula

aliran perdagangan dari negara tersebut Namun jarak menjadi hambatan dalam

perdagangan internasional Jarak yang semakin jauh mengakibatkan biaya

transportasi dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pengiriman barang

menjadi besar Sehingga mengakibatkan kecilnya kemungkinan perdagangan

bilateral (Sarwoko 2009 3-4)

Dilanchiev (2012 75) menyatakan bahwa Gravity Model merupakan

salah satu model untuk memperkirakan perdagangan bilateral antar negara dan

22

potensi perdagangan suatu negara Keuntungan utama dalam menggunakan

Gravity Model adalah dapat menjelaskan pola perdagangan internasional dengan

kondisi jumlah data dan validitas latar belakang ekonomi yang sedikit seperti

Georgia Adapun model persamaan Gravity Model adalah

Trade ij = α PDBi PDBj

Distanceij

Keterangan

Trade Volume perdagangan antara negara i dan j

PDBi Pendapatan nasional negara i

PDBj Pendapatan nasional negara j

Distance Jarak bilateral kedua negara

α Konstanta

Bergstrand (1985 480) menyatakan bahwa Gravity Model banyak

dipengaruhi oleh pendapatan Oleh sebab itu harga dan nilai tukar menjadi

variabel yang memiliki efek signifikan dalam aliran perdagangan internasional

Sementara Zarzoso dan Lehman (2003 298) menggunakan Gravity Model untuk

menganalisis data panel pada tahun 1988-1996 dengan 20 sampel negara di Uni

Eropa Adapun persamaan Gravity Model yang digunakan oleh Zarzoso dan

Lehman adalah sebagai berikut

lXijt = αij + β1lYit + β2lYjt + β3lNit + β4lNjt + β5lDij + β6lIi + β7lIj + β8ydifij

+ β9IRERij + sumYhPijh + eijt

Dimana

αij konstanta

β1lYit Pendapatan eksportir

β2lYjt Pendapatan importir

β3lNit Populasi eksportir

β4lNjt Populasi importir

β5lDij Jarak

β6lIi Infrastruktur eksportir

β7lIj Infrastruktur importir

β8ydifij Pendapatan perkapita

23

β9IRERij Nilai tukar

Eijt eror

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan eksportir pendapatan

importir populasi importir jarak pendapatan perkapita nilai tukar dan

infrastruktur eksportir berpengaruh signifikan terhadap aliran dagang Uni Eropa

Sedangkan variabel infrastruktur importir tidak signifikan terhadap aliran dagang

Uni Eropa

Sedangkan Pradipta dan Firdaus (2014 140-141) menambahkan Indeks

Harga Konsumen (IHK) sebagai variabel kontrol yang digunakan dalam

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa IHK berpengaruh signifikan terhadap

ekspor buah Indonesia di pasar internasional Peningkatan IHK akan menurunkan

volume ekspor ke negara tujuan

241 Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir

yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi

yang berlokasi dalam suatu negara (Salvatore 1997 21) Sedangkan menurut

Case amp Fair (2002 23) PDB adalah nilai barang dan jasa akhir berdasarkan

harga pasar yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode

dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam perekonomian

tersebut

PDB merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan

beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB

merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

24

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara Ketiga PDB merupakan

gambaran awal tentang masalah-masalah mendasar yang dihadapi suatu

perekonomian Jika sebagian besar PDB dinikmati oleh sebagian penduduk maka

perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya

(Rahardja dan Manurung 2008 223)

242 Jarak Ekonomi

Jarak ekonomi adalah jarak antara kedua negara berdasarkan jarak

bilateral antara kota besar kedua negara Jarak ini digunakan untuk gambaran

biaya transportasi yang dibutuhkan untuk melakukan ekspor dan impor (Mayer

dan Zignago 2011 11) Li dkk (2008 8) menggunakan variabel jarak ekonomi

dalam penelitiannya yang berjudul Component Trade and Chinarsquos Global

Economic Integration sebagai gambaran biaya transportasi Cina ke negara-negara

tujuan ekspornya Adapun rumus jarak ekonomi adalah sebagai berikut

Jarak ekonomi = Jarak geografis x PDB negara tujuan ekspor

PDB seluruh negara yang dianalisis

Jarak ekonomi memiliki dua pengaruh yaitu negatif dan positif Menurut

penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009) Dilanchiev (2012)

serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak ekonomi

berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan Namun menurut Lawless

25

dan Whelan (2007) pengaruh positif jarak ekonomi terjadi di Amerika Serikat

Untuk bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan biaya transportasi maka

perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat akan menaikkan volume dan nilai

perdagangannya

243 Harga

Harga adalah jumlah yang harus ditagihkan untuk suatu produk atau jasa

(Kotler dan Keller 2009 18) Harga merupakan penentu utama pilihan pembeli

(Kotler dan Keller 2009 79) Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan

adalah harga barang itu sendiri Jika harga suatu barang semakin murah maka

permintaan terhadap barang tersebut bertambah Begitu juga sebaliknya Hal ini

sesuai dengan hukum permintaan yaitu bila harga suatu barang naik ceteris

paribus maka jumlah barang yang diminta akan berkurang Begitu juga

sebaliknya Jika harga suatu barang turun ceteris paribus maka jumlah barang

yang diminta akan bertambah (Rahardja dan Manurung 2008 24)

Harga

Qd = 100 ndash 10P

Kuantitas

Gambar 7 Kurva Permintaan Sumber Rahardja dan Manurung (2008 29)

244 Nilai Tukar Rupiah

Perdagangan internasional melibatkan beberapa negara dengan mata uang

uang yang berbeda-beda Untuk dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi maka

80 40 60

2

4

6

8

10

0

20 100

26

mata uang yang dipergunakan mempunyai harga tertentu dalam mata uang negara

lain Nilai tukar rupiah adalah harga atau berapa banyak suatu mata uang harus

dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain Bila dikatakan nilai

tukar rupiah adalah Rp 10000US$ maka untuk memperoleh satu unit US$ harus

disediakan sebanyak 10000 unit rupiah Jika harga satu unit komputer seharga

US$ 600 per unit maka rupiah yang harus disediakan adalah 6 juta unit

Sederhananya harga komputer per unit adalah Rp 6 juta (Rahardja dan

Manurung 2008 307)

Nilai tukar didasari dua konsep Pertama adalah konsep nominal

merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang

menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna

memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain Kedua adalah konsep riil yang

dipergunakan untuk mengukur dayasaing komoditi ekspor suatu negara di

pasaran internasional (Halwani 2002 186)

Mankiw (2012 193) menyatakan bahwa nilai tukar nominal (nominal

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan mata

uang suatu negara dengan mata uang negara lain Sedangkan nilai tukar riil (real

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang

dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain Secara umum

rumus nilai tukar riil adalah

Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal x Harga barang domestik

Harga barang luar negeri

Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan

tingkat harga di kedua negara Jika nilai tukar riil adalah tinggi berarti harga

27

barang-barang luar negeri relatif murah dan harga barang-barang domestik relatif

mahal Sebaliknya jika nilai tukar riil rendah berarti harga barang-barang luar

negeri relatif mahal dan harga barang-barang domestik relatif murah (Rahardja

dan Manurung 2008 308)

245 Populasi

Populasi menurut World Bank (2016) adalah seluruh penduduk yang

tinggal di sebuah negara tanpa menghiraukan status legal atau kewarganegaraan

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara

menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga relatif

rendah Misalnya walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih

rendah daripada penduduk Singapura tetapi secara absolut tingkat pengeluaran

konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura karena jumlah penduduk

Indonesia 51 kali lipat penduduk Singapura (Rahardja dan Manurung 2008 267)

Sitorus (2009 41) menyatakan bahwa pertambahan populasi pada negara

importir dapat berada pada sisi penawaran maupun permintaan Pada sisi

penawaran pertambahan populasi akan meningkatkan produksi dalam negeri

dalam hal kuantitas maupun diversifikasi produk negara importir Kondisi ini

akan mengakibatkan penurunan permintaan komoditi ekspor oleh negara

importir Pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar

28

246 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat

harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu

Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama

yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu Masing-masing harga

barang dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya Barang

dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling besar (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perhitungan IHK ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari

sekelompok tetap barang atau jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi)

atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang atau jasa kebutuhan rumah tangga

sehari-hari (Badan Pusat Statistik 2016) Adapun perhitungan inflasi dari IHK

adalah sebagai berikut

Inflasi = (IHK ndash IHK -1) x 100

IHK -1

Rahardja dan Manurung (2008 368) menyatakan bahwa dilihat dari

cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang mencerminkan tingkat inflasi

yang sebenarnya Tetapi IHK sangat berguna karena menggambarkan besarnya

kenaikan biaya hidup bagi konsumen sebab IHK memasukkan komoditas-

komoditas yang relevan (pokok) yang dikonsumsi masyarakat

Inflasi dalam tingkat tertentu dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan

penawaran agregat karena kenaikan harga akan memacu produsen untuk

meningkatkan output-nya Namun terdapat beberapa masalah sosial yang muncul

29

dari inflasi yang tinggi (ge 10 per tahun) Pertama menurunnya tingkat

kesejahteraan rakyat yang diukur dengan tingkat daya beli pendapatan Inflasi

menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah khususnya bagi masyarakat

yang berpenghasilan rendah Kedua memburuknya distribusi pendapatan Ketiga

terganggunya stabilitas ekonomi Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan

merusak perkiraan tentang masa depan para pelaku ekonomi Inflasi yang kronis

menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa akan terus naik

Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak

dari yang seharusnya Tujuannya untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi

Akibatnya permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat sedangkan bagi

produsen perkiraan akan naiknya barang dan jasa mendorong mereka untuk

menunda penjualan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar Penawaran

barang dan jasa menjadi berkurang Akibatnya kelebihan permintaan dapat

mempercepat dan memperbesar laju inflasi sehingga kondisi ekonomi akan

semakin memburuk (Rahardja dan Manurung 2008 371-372) Inflasi yang

memburuk mengakibatkan harga-harga dalam negeri meningkat dan cenderung

akan melakukan impor untuk meredakan harga dalam negeri

25 Penelitian Terdahulu

Dayasaing dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perdagangan

internasional merupakan tema penelitian yang sebelumnya telah banyak diteliti

baik di Indonesia maupun di luar negeri Terdapat tujuh penelitian terdahulu yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam pemilihan metode analisis

30

dan variabel-variabel yang dipilih Adapun penelitian terdahulu dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut

Tabel 3 Penelitian Terdahulu

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

1 Posisi

Dayasaing dan

Spesialisasi

Perdagangan

Lada Indonesia

dalam

Menghadapi

Globalisasi

(Studi Pada

Ekspor Lada

Indonesia

Tahun 2009-

2013)

(Feira Aprilia

R Zainul

Arifin dan

Sunarti 2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Indeks

Spesialisasi

Perdagangan

(ISP)

1 Lada Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif dalam

perdagangan

dunia Dibuktikan

dengan

perhitungan RCA

pada tahun 2013

RCA Indonesia

1726 berada di

atas Brazil 770

India 360 dan

Malaysia 313

namun di bawah

Vietnam 4477

2 Berdasarkan

perhitungan ISP

dapat diketahui

bahwa Indonesia

merupakan

negarara eksportir

lada dan

merupakan

negara eksportir

lada kedua

setelah Vietnam

Persamaan

Menggunakan

metode

analisis RCA

dan ISP

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis EPD

dan Gravity

Model dengan

fokus analisis

pada

dayasaing

ekspor lada di

negara tujuan

ekspor bukan

pada sesama

negara

eksportir lada

di dunia

31

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

2 Analisis

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Lada

Indonesia ke

Negara Tujuan

Ekspor (Nadia

Permatasari

2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

1 Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif yang

kuat ke negara

tujuan

2 Rising star

Singapura dan

Inggris Falling

star Australia dan

Vietnam Lost

Opportunity AS

Jerman dan India

Retreat Jepang

3 Variabel yang

berpengaruh

signifikan adalah

GDP perkapita

negara tujuan

harga ekspor lada

Indonesia

populasi dan

produksi lada

Indonesia

Variabel tidak

berpengaruh

signifikan adalah

nilai tukar rupiah

Persamaan

menggunkaan

metode analisis

RCA EPD

dan regresi

data panel

Perbedaan

Penelitian

Nadia (2015)

tidak

menggunkana

ISP konsep

dalam

penentuan

variabel bukan

berdasarkan

teori Gravity

Model jumlah

tahun dan

negara yang

diteliti lebih

sedikit dan

menggunakan

nilai ekspor

bukan volume

ekspor untuk

variabel Y

dalam analisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

volume ekspor

lada

32

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

3 Analisis Posisi

Lada Putih

Indonesia di

Pasar Lada

Putih Dunia

(Kristiawan

Hadinata

Ginting 2014)

1 Regresi

Linear

Berganda

Logaritmatik

2 Almost Ideal

Demand

System

(AIDS)

1 faktor-faktor yang

berpengaruh

terhadap volume

perdagangan lada

putih Indonesia

terhadap lada

putih dunia adalah

harga lada putih

dunia harga lada

hitam dunia dan

GDP per kapita

dunia Sedangkan

populasi tidak

berpengaruh

2 Lada putih

Indonesia

memiliki

dayasaing di pasar

lada putih dunia

yang lebih baik

dibandingkan lada

putih Vietnam

Lada putih

Indonesia juga

memiliki prospek

yang baik dilihat

dari potensi pasar

lada putih dunia

itu sendiri Pasar

lada putih dunia

masih memiliki

potensi untuk

dimasuki

walaupun terdapat

desakan lada

hitam yang dapat

diolah lebih lanjut

menjadi lada

putih

Persamaan

menganalisis

faktor-faktor

dan dayasaing

lada

Perbedaan

Penelitian ini

menggunakan

regresi data

panel

meneliti lada

secara umum

dengan kode

HS 0904 di

UN

Comtrade

dan

menambahkan

variabel IHK

jarak

ekonomi dan

kurs riil

Dayasaing

dalam

penelitian ini

juga

menggunakan

metode RCA

EPD dan ISP

33

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

4 Empirical

Analysis of

Georgian

Trade Pattern

Gravity Model

(Azer

Dilanchiev

2012)

Regresi data

panel tahun

2000 - 2011

1GDP perkapita jarak

ekonomi dan FDI

berpengaruh

terhadap

perdagangan

Georgia

2Nilai tukar populasi

Georgia dan

populasi negara lain

tidak berpengaruh

signifikan

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel

Perbedaan

Penelitian ini

tidak

menggunkana

variabel

populasi

negara

eksportir dan

variabel

dummy

namun

menambahkan

variabel IHK

5 Perdagangan

Bilateral

Antara

Indonesia

dengan

Negara-Negara

Patner Dagang

Utama dengan Menggunakan Model

Gravitasi

(Sarwoko

2009)

Regresi OLS 1Perdagangan

Indonesia secara

positif dipengaruhi

oleh ukuran-ukuran

ekonomi PDB dan

PDB perkapita

negara importir dan

secara negatif

dipengaruhi oleh

jarak geografis

antara Indonesia

dengan negara-

negara partner

dagang utama

tersebut Sedangkan

PDB serta PDB

perkapita Indonesia

tidak berpengaruh

Persamaan

Menggunakan

Gravity

Model

Perbedaan

Pelitian ini

menambahkan

variabel lain

seperti

populasi

harga indeks

harga

konsumen

dan nilai

tukar

34

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

6 Peningkatan

Ekspor CPO

dan Kakao Di

Bawah

Pengaruh

Liberalisasi

Perdagangan

(Suatu

Pendekatan

Model

Gravitasi

(Maria Sitorus

2009)

Regresi data

panel

1 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

eskpor kakao

adalah GDP dan

populasi

eksportir nilai

tukar dan jarak

Sedangkan

variabel GDP dan

Populasi importir

tidak berpengaruh

signifikan

2 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

ekspor CPO

adalah GDP

eksportir dan

importir populasi

eksportir dan

importir serta

jarak Sedangkan

variabel nilai

tukar tidak

berpengaruh

nyata

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel dan

variabel-

variabel

Gravity

Model kecuali

IHK dan

populasi

eksportir

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

analisis

dayasaing

35

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

7 Posisi

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Buah-

Buahan

Indonesia

(Amalia

Pradipta dan

Muhammad

Firdaus 2014)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

Gravity

Model

1 EPD dan RCA

menunjukkan

bahwa buah yang

memiliki

keunggulan

komparatif dan

kompetitif

tertinggi di negara

tujuan dan dunia

adalah buah

manggis mangga

dan jambu

2 Faktor yang

mempengaruhi

aliran ekspor

buah Indonesia

meliputi harga

ekspor populasi

jarak ekonomi

GDP riil dan per

kapita nilai tukar

riil Indeks harga

konsumen

Indonesia dan

variabel dummy

krisis yang terjadi

di Eropa

Persamaan

Menggunakan

metode RCA

dan EPD

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis ISP

36

26 Kerangka Pemikiran

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis Dayasaing Komoditi Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Keunggulan

Komparatif

Analisi Faktor-Faktor

yang mempengaruhi

Volume Ekspor Lada

Indonesia

Kekuatan dan Peluang Lada Indonesia

1 Produksi Produksi meningkat

meskipun lahan berkurang

2 Produktivitas Produktivitas tinggi

3 Harga meningkat Harga yang

meningkat dari tahun ke tahun

menjadi peluang bagi eksportir untuk

meningkatkan volume ekspor karena

keuntungan lebih tinggi

4 Neraca perdagangan lada positif

5 Permintaan lada dunia meningkat

Masalah yang Dihadapi

Indonesia

1 Luas lahan berkurang

2 Fluktuasi ekspor

3 Pesaing utama (Vietnam

dan Brazil)

Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per kapita

2 Jarak ekonomi

3 Harga

4 Kurs riil

5 Populasi

6 Indeks harga

konsumen

Keunggulan

Kompetitif

Hasil dan Interpretasi

Regresi Data

Panel

Gravity

Model

EPD

dan ISP

RCA

37

27 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah

1 Nilai RCA Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional lebih dari 1

artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif sehingga komoditi

tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Nilai EPD Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional berada di sumbu

positif artinya Indonesia memiliki pangsa pasar lada yang kuat

3 Nilai ISP Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional adalah antara -1

sampai +1 Jika nilanya positif artinya Indonesia cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi lada

4 Variabel rata-rata PDB per Kapita berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

5 Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

6 Variabel Harga berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

7 Variabel Kurs Riil berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

8 Variabel Populasi berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

9 Variabel Indeks Harga Konsumen berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengakses website yang berkaitan dengan

judul penelitian Website yang diakses terdiri dari website UN Comtrade UN

CTAD World Bank dan CEPII Adapun waktu penelitian ini dimulai dari bulan

April - November tahun 2016

32 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif cross-sectional

menggunakan data panel yaitu time series 2004-2013 dan cross section sembilan

belas negara yang diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 9 dan microsoft

excel Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

beberapa sumber sebagai berikut

Tabel 4 Sumber Data dan Data

No Sumber Data

1 UN Comtrade

1 Nilai ekspor lada Indonesia ke negara importir

2 Nilai ekspor lada dunia ke negara importir

3 Total nilai ekspor Indonesia ke negara importir

4 Total nilai ekspor dunia ke negara importir

5 Nilai impor lada Indonesia dari negara importir

6 Harga lada Indonesia di pasar internasional

2 UN CTAD

Nilai tukar Rupiah

3 World Bank 1 PDB per Kapita

2 Populasi negara tujuan

3 Indeks harga konsumen

4 CEPII Jarak Ekonomi

39

33 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh negara yang menjadi tujuan

ekspor lada Indonesia Tahun 2004 - 2013 yaitu sebanyak 80 negara Penentuan

sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan

metode purposive sampling yaitu sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono 2011 68) Sampel dalam penelitian ini adalah negara-negara tujuan

ekspor lada Indonesia yang melakukan impor lada dari Indonesia secara kontinu

dari tahun 2004 - 2013 yang terdiri dari Amerika Serikat Australia Belanda

Belgia Bulgaria Hongkong India Inggris Italia Jepang Jerman Kanada

Korea Selatan Malaysia Pakistan Perancis Rusia Singapura dan Vietnam

34 Metode Analisis Data

Penelitian ini dianalisis menggunakan Revealed Comparative Advantage

(RCA) untuk mengetahui dayasaing lada secara komparatif Export Product

Dynamic (EPD) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk mengetahui

dayasaing lada secara kompetitif serta data panel untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

Data panel adalah data yang berstruktur urut waktu (time series) dan data

beberapa objek pada satu waktu (cross section) Data panel memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan data time series maupun cross section yang terdiri dari

(Suliyanto 2011 229)

1 Memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi Hal ini karena data

tersebut melibatkan beberapa individu dalam beberapa waktu

40

2 Mampu memberikan data yang lebih informatif bervariasi serta memiliki

tingkat kolinearitas yang rendah Hal ini karena menggabungkan data time

series dan cross section

3 Cocok untuk studi perubahan dinamis karena data panel pada dasarnya

adalah data cross section yang diulang-ulang (series)

4 Mampu mendeteksi dan mengukur pengaruh yang tidak dapat diobservasi

dengan data time series murni atau data cross section murni

5 Mampu mempelajari model perilaku yang lebih kompleks Misalnya

fenomena perubahan teknologi

341 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Analisis RCA merupakan salah satu metode analisis untuk mengukur

kekuatan dayasaing Adapun rumus analisis RCA adalah sebagai berikut

Keterangan

RCA

Xik

Xim

Xwk

Xwm

Keunggulan komparatif Indonesia

Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai dayasaing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan yaitu

1 Jika nilai RCA gt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Jika nilai RCA lt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki dayasaing lemah

RCA = Xik Xim

X wk Xwm 31

41

n

t=1 t

n

t=1 t-1

t=1 t t=1 t-1

n n

342 Export Product Dynamic (EPD)

Salah satu indikator dayasaing lainnya adalah Export Product Dynamic

Metode ini digunakan untuk mengukur posisi pasar suatu negara di negara tujuan

ekspornya dan mengukur dinamis atau tidaknya suatu produk di pasar

menggunakan empat kuadran yang terdiri dari Rising star Falling Star Lost

Opportunity dan Retreat Adapun rumus Export Product Dynamic (EPD) adalah

sebagai berikut

Pangsa Pasar Indonesia (Sumbu X)

sum (Xi Wi) x 100 - sum (Xi Wi) x 100

T

Pangsa Pasar Produk (Sumbu Y)

sum (Xt Wt) x 100 - sum (Xt Wt) x 100

T

Keterangan

Xi Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Xt Nilai total ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wi Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wt Nilai total ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

t Tahun analisis

t-1 Tahun analisis sebelumnya

T Total tahun analisis

32

33

42

SP = (Xia ndash Mia) (Xia + Mia)

+ +

- +

- +

- -

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan metode EPD

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Indeks ISP dapat

dirumuskan sebagai berikut

Keterangan

Xia Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Mia Nilai impor lada Indonesia dari negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai indeks ISP adalah anata -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu

negara cenderung menjadi negara eksportir terhadap komoditi yang

bersangkutan Jika nilainya negatif maka maka suatu negara cenderung menjadi

negara importir terhadap komoditi yang bersangkutan

344 Regresi Data Panel

Gravity Model merupakan sebuah model untuk mengukur volume ekspor

yang dipengaruhi oleh pendapatan negara jarak dan variabel lain yang

berhubungan dengan perdagangan internasional Faktor-faktor yang digunakan

34

Lost Opportunity

Retrat Falling Star

Rising Star

43

dalam penelitian ini adalah rata-rata Produk Domestik Bruto per kapita Jarak

Ekonomi Harga lada Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen

Persamaan Gravity Model menggunakan ln (logaritma natural) agar memenuhi

uji asumsi klasik dan menghindari model dari bias Perumusan Gravity Model

dalam penelitian ini adalah

LnVEL= β0 + β1LnPDBC + β2LnJE + β3LnHRG+ β4LnKR + β5LnPOP

+ β6IHK + e

Keterangan

LnVEL Volume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional

(ton) dalam persen

LnPDBC Rata-rata PDB per Kapita

LnJE Jarak Ekonomi (KM) dalam persen

LnHRG Harga Lada (US$ per ton) dalam persen

LnKR Kurs Riil (RpUS$) dalam persen

LnPOP Populasi (jiwa) dalam persen

IHK Indeks Harga Konsumen dalam persen

β0 Konstanta

β1-β7 Koefisien Regresi

e eror

345 Uji Kesesuaian Model

Widarjono (2009 231-237) menyatakan bahwa secara umum data panel

akan menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap negara

dan setiap periode waktu Oleh karena itu pengestimasian persamaan data panel

akan sangat tergantung dari asumsi yang dibuat tentang intersep koefisien slope

dan variabel pengganggunya Dengan demikian terdapat beberapa metode yang

biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel yaitu

35

44

1 Common Effect Model (CEM)

Model CEM merupakn model dengan koefisien tetap antara waktu dan

individu Model CEM hanya mengkombinasikan data time series dan

cross section Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi

individu maupun waktu Sehingga diasumsikan bahwa perilaku data

antara individu sama dalam berbagai kurun waktu

2 Fixed Effect Model (FEM)

Model FEM merupakan model dengan slope konstan tetapi intersep

berbeda antara individu Model FEM juga menggunakan variabel dummy

untuk menangkap adanya perbedaan intersep Regresi data panel dengan

model FEM diduga mengandung masalah heteroskedastisitas Oleh sebab

itu permasalahan heteroskedastisitas dalam model ini dapat diatasi

dengan menggunakan metode GLS

3 Random Effect Model (REM)

Model REM merupakan model mempunyai variabel gangguan berbeda

antara individu tetapi tetap antara waktu Model random merupakan

model yang akan mengestimasi data panel di mana variabel gangguan

mungkin saling berhubungan antara waktu dan individu Oleh sebab itu

metode yang tepat digunakan untuk mengestimasi model REM adalah

Generalized Least Squares (GLS)

Setelah diketahui macam-macam model data panel tahap selanjutnya

adalah memilih model mana yang paling tepat untuk untuk mengestimasi model

45

data panel Adapun uji-uji yang dilakukan untuk memilih model yang tepat

adalah sebagai berikut

1 Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk mengetahui apakah FEM lebih baik

daripada CEM atau sebaliknya hal tersebut dapat dilihat dari signifikansi

FEM dan uji F statistik jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak

dan H1 diterima Begitu juga sebaliknya apabila F hitung lebih kecil dari F

tabel maka H0 diterima (Widarjono 2009 238) Berikut hipotesis uji Chow

H0 Common Effect Model

H1 Fixed Effect Model

2 Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk memilih apakah model FEM lebih baik

dari REM atau sebaliknya Uji Hausman didasarkan pada LSDV pada FEM

dan GLS pada REM Uji ini mengikuti statistika chi square dengan degree of

freedom sebanyak k (jumlah variabel independen) Jika nilai statistik

Hausman lebih besar daripada nilai kritisnya maka H0 ditolak Sebaliknya

apabila nilai statistik Hausman lebih kecil daripada nilai kritisnya maka H0

diterima (Widarjono 2009 240-241) Berikut hipotesis uji Hausman

H0 Random Effect Model

H1 Fixed Effect Model

3 Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui apakah model

REM atau CEM yang paling tepat digunakan Uji signifikansi REM ini

46

dikembangkan oleh Breusch Pagan Metode Breusch Pagan untuk uji

signifikansi REM didasarkan pada nilai residual dari metode OLS

(Widarjono 2009 239) Hipotesis yang digunakan adalah

H0 Common Effect Model

H1 Random Effect Model

Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-squares dengan degree of

freedom sebesar jumlah variabel independen Jika nilai LM statistik gt nilai

kritis statistik chi-squares maka kita menolak H0 yang artinya estimasi yang

tepat untuk model regresi data panel adalah metode REM daripada metode

CEM Sebaliknya jika nilai LM lt kecil dari nilai statistik chi-squares sebagai

nilai kritis maka hipotesis nul diterima yang artinya estimasi yang digunakan

dalam regresi data panel adalah metode CEM bukan metode REM

346 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengaanggu atau residual memiliki distribusi normal Seperti diketahui

bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel yang kecil (Ghozali 2006 147)

1 Uji Normalitas dengan Analisis Grafik

Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik merupakan

metode yang termudah Analisis grafik dilakukan dengan menggunakan

histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal

sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal

47

Jika Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti

lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal

Normal

Gambar 10 Histogram Normalitas Sumber Ghozali (2009 34)

2 Uji Normalitas dengan Jarque-Bera (JB Test)

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik Jarque-Bera (JB)

dengan nilai Chi-Square (χ2) table dengan tingkat signifikansi 5 dan df (2)

Pengambilan keputusan dalam uji JB adalah jika nilai Jarque-Bera (JB) le χ2 tabel

maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal Sedangkan jika nilai

Jarque-Bera (JB) gt χ2 tabel maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi tidak

normal (Widarjono 2009 49)

347 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghazali

2006 95-96)

Pendeteksian ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis

korelasi berpasangan yang tinggi diantara variabel-variabel independen Jika

antar variabel independen terdapat koefisien korelasi yang tinggi (di atas 085)

maka dapat disimpulkan bahwa dalam model terdapat multikolinearitas Jika

48

koefisien korelasi lebih rendah dari 085 maka model tidak mengandung

multikolinearitas (Widarjono 2009106)

2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali 2006 125) Pengujian

heteroskedastisitas bisa dilakukan dengan metode Glejser Metode ini melakukan

regresi nilai absolut residual dengan variabel independennya (Widarjono 2009

120)

3 Uji Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota

observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu Oleh karena itu data

runtut waktu diduga seringkali mengandung unsur autokorelasi Sedangkan data

cross-section diduga jarang ditemui adanya unsur autokorelasi Salah satu metode

yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah Durbin-Watson Jika nilai

d adalah 2 maka tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif (Widarjono

2009 142-145) Adapun tabel pengujian Durbin-Watson adalah sebagai berikut

49

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

Nilai statistik d Hasil

0 lt d lt dL Ada autokorelasi positif

dL le d le dU Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

dU lt d lt 4 ndash dU Tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

4 ndash dU le d le 4ndashdL Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

4 ndash dL lt d lt 4 Ada autokorelasi negatif Sumber Widarjono (2009 146)

348 Uji signifikansi

1 Uji Signifikan Simultan (F)

Uji statistik F menurut Ghazali (2006 88) pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

terikat Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut

1 Bila nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat

kepercayaan 5 yang menyatakan bahwa semua variabel independen

secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen

2 Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F tabel Bila F-

hitung gt F tabel maka H0 ditolak dan menerima H1

2 Uji Signifikan Parsial (t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut

1 Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat

kepercayaan sebesar 005 maka H0 dapat diterima dan apabila lebih dari 005

maka H0 ditolak bila nilai t lebih dari 2 (nilai absolut)

50

2 Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel Apabila

t hitung gt t tabel maka variabel independen secara parsial mempengaruhi

variabel dependen (Ghazali 2006 88 - 89)

3 Koefisien Determinan (Rsup2)

Koefisien Determinan (Rsup2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu Nilai Rsup2 yang kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

amat terbatas Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen Jika nilai Rsup2 sama dengan satu maka pendekatan tersebut terdapat

kecocokan sempurna dan jika Rsup2 sama dengan nol maka tidak ada kecocokan

pendekatan (Ghozali 2006 87)

35 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati

secara langsung (Azwar 2013 74) Terdapat enam variabel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu variabel rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi

Harga Kurs Rill Populasi dan IHK Adapun definisi operasional variabel-

variabel tersebut adalah sebagai berikut

51

Tabel 6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnVEL Volume penjualan adalah

ukuran yang menunjukkan

banyaknya atau besarnya

jumlah barang atau jasa yang

terjual (Daryanto 2011 187)

Ekspor adalah kegiatan

mengeluarkan barang dari

Daerah Pabean (Menteri

Perdagangan 2012 5)

Banyaknya jumlah lada yang di

ekspor ke negara importir pada

tahun 2004-2013

LnPDBC PDB adalah nilai barang dan

jasa akhir berdasarkan harga

pasar yang diproduksi oleh

sebuah perekonomian dalam

satu periode dengan

menggunakan faktor-faktor

produksi yang berada dalam

perekonomian tersebut (Case

dan Fair 2002 23)

Rata-rata nilai pasar semua

barang dan jasa akhir Indonesia

dan negara importir yang

dihasilkan oleh faktor-faktor

produksi pada tahun 2004-2013

yang dibagi dengan jumlah

penduduk dalam satuan Dollar

Amerika (US$) dengan rumus

Rata-Rata PDB per Kapita =

(PDB per kapita Indonesia +

PDB per kapita importir)2

LnJE Jarak ekonomi adalah jarak

antara kedua negara

berdasarkan jarak bilateral

antara kota besar kedua negara

Jarak ini digunakan untuk

gambaran biaya transportasi

yang dibutuhkan untuk

melakukan ekspor dan impor

(Mayer dan Zignago 2011

11)

Jarak antar Indonesia dengan

negara tujuan secara riil dan

ekonomi yang digunakan sebagai

proxy untuk biaya transportasi

dan komunikasi serta waktu

pengiriman yang dibutuhkan

dalam kegiatan ekspor dan impor

dalam satuan KM dengan rumus

Jarak Ekonomi = Jarakij x (PDB

importirTotal PDB seluruh

negara yang dianalisis)

LnHRG Harga adalah jumlah yang

harus ditagihkan untuk suatu

produk atau jasa (Kotler dan

Keller 2009 18)

Jumlah uang yang ditukarkan

oleh negara-negara importir

dengan lada Indonesia pada

tahun 2004 - 2013 dalam satuan

Dolar (US$Ton)

LnKR Kurs riil (real exchange rate)

adalah nilai yang digunakan

seseorang saat menukarkan

barang dan jasa dari suatu

negara dengan barang dan jasa

dari negara lain (Mankiw

2012 193)

Kurs riil antara Indonesia dengan

negara importir yang ditukarkan

pada lada Indonesia dalam

satuan RpUS$ dengan rumus

KR= Kurs nominal x (IHK

IndonesiaIHK importir)

52

Tabel 6 Definisi Operasional (Lanjutan)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnPOP Semua warga negara di suatu

negara tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali

pencari suaka (World Bank

2016)

Semua warga negara di negara

tujuan ekspor tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali pencari

suaka pada tahun 2004 - 2013

yang dihitung dalam satuan jiwa

IHK Indeks harga konsumen adalah

angka indeks yang

menunjukkan tingkat harga

barang dan jasa yang harus

dibeli konsumen dalam satu

periode tertentu (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perubahan harga dari suatu

paket barang dan jasa yang

dikonsumsi oleh rumah tangga di

negara tujuan dalam satuan ()

pada tahun 2004-2013 dengan

tahun dasar 2010=100

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia

Para ahli memperkirakan bahwa lada merupakan tanaman asli Asia

selatan khususnya India Habitat asli lada adalah hutan-hutan yang lembab dan

hangat dengan tanah datar Pada abad ke-enam SM lada dibawa masuk oleh

saudagar-saudagar Hindu dari India ke Nusantara melalui Selat Sunda Di pesisir

Selat Sunda terutama Banten dan sekitarnya tanaman lada banyak

dibudidayakan Selain di Banten lada kemudian dibudidayakan secara intensif di

Lampung Hal ini ditunjukkan oleh sebuah piagam kuno yang bernama Piagam

Bojong tahun 1500 M yang menunjukkan kejayaan Lampung sebagai produsen

lada yang diperdagangkan secara luas ke seluruh dunia (Sutarno dan Andoko

2005 4) Adapun klasifikasi lada adalah sebagai berikut

Klasifikasi Lada

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas Magnoliopsida (berkeping dua dikotil)

Sub Kelas Magnoliidae

Ordo Piperales

Famili Piperaceae (suku sirih-sirihan)

Genus Piper

Spesies Piper nigrum L

Lada pala dan cengkih merupakan rempah-rempah yang menjadi

komoditas penting dari zaman dahulu hingga sekarang Diantara rempah-rempah

54

lainnya lada mendapatkan julukan sebagai ldquoraja rempah-rempahrdquo (the king of

spice) Lada mempunyai khasiat sebagai penghangat badan sehingga

keberadaannya sangat diperlukan oleh masyarakat di negara-negara subtropis

yang suhunya relatif dingin Begitu berharganya lada dipergunakan sebagai alat

tukar seperti halnya uang di Jerman pada abad XIV Lada juga menjadi komoditi

yang mendorong beberapa negara di Eropa seperti Portugis dan Belanda berlayar

sampai ke Indonesia Belanda (VOC) berhasil menguasai perdagangan lada dunia

berkat lada yang diperoleh dari nusantara dan mengakibatkan penjajahan selama

kurang lebih 350 tahun Pada abad pertengahan tersebut Indonesia terutama

Lampung merupakan sentra produksi lada yang tidak bisa diabaikan Dari

Lampunglah Belanda memasok sebagian besar ladanya yang diperdagangkan di

pasar dunia Pada tahun 1682 Belanda berhasil memasarkan sekitar 75 ton lada

hitam asal Lampung ke pasar dunia (Sutarno dan Andoko 2005 2)

Hingga tahun 2000 Indonesia merupakan salah satu produsen lada yang

diperhitungkan di pasar dunia dengan tingkat produksi 77500 ton Namun pada

tahun-tahun selanjutnya produktivitas lada terus menurun dan pada tahun 2003

menjadi 67000 ton Pada tahun tersebut posisi Indonesia tergeser oleh Vietman

dengan produksi 85000 ton atau sekitar 26 dari total produksi lada dunia

(Sutarno dan Andoko 2005 2-3)

Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama lada

dan mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada dunia Pasokan lada

Indonesia dalam perdagangan dunia dipenuhi dari Provinsi Bangka Belitung yaitu

lada putih dengan sebutan Muntok White Pepper dan Provinsi Lampung yaitu

55

lada hitam dengan sebutan Lampung Black Pepper yang sudah dikenal sejak

sebelum Perang Dunia ke-II (Wahyu 2014)

42 Lada Indonesia

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia

Lahan merupakan unsur pokok dalam bercocok tanam yang berfungsi

sebagai media tanam tanaman untuk tumbuh Pertumbuhan luas lahan menjadi

salah satu pendorong produktivitas yang tinggi Saat ini luas lahan pertanian

semakin berkurang seiring gencarnya alih fungsi lahan menjadi lahan non

pertanian seperti pabrik perumahan perkantoran jalan dan lain sebagainya

Adapun luas lahan lada dari tahun 2004-2013 adalah sebagaimana berikut

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia

Tahun Perkebunan

Rakyat (Ha)

Perkebunan

Negara (Ha)

Perkebunan

Swasta (Ha)

Total

(Ha)

2004 201248 - 236 201484

2005 191801 - 191 191992

2006 192572 - 32 192604

2007 189050 - 4 189054

2008 183078 - 4 183082

2009 185937 - 4 185941

2010 179314 - 4 179318

2011 177486 - 4 177490

2012 177783 - 4 177787

2013 171916 - 4 171920 Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (20143)

Luas areal lahan lada di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir

didominasi oleh perkebunan rakyat Sementara perkebunan swasta hanya

berkontribusi sangat sedikit dan terus mengalami penurunan hingga pada tahun

2007-2013 hanya tersisa luas lahan seluas 4 Ha Secara keseluruhan total luas

areal lada terus mengalami penurunan Hingga pada tahun 2013 luas areal lada

56

hanya sebesar 171920 Ha Penurunan terbanyak terjadi pada tahun 2005 dengan

penurunan sebesar 471 dari tahun 2004

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) terdapat empat faktor dominan

yang menjadi penyebab penurunan areal lada yaitu pertama fluktuasi harga lada

Lada merupakan komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar

internasional berpengaruh langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika

harga lada di tingkat petani rendah banyak petani lada tidak mampu merawat

tanaman secara baik sehingga produktivitasnya menurun Bahkan sebagian

petani tidak lagi menanam lada atau mengurangi luas areal lada dengan beralih ke

usaha tani komoditas lain (Manohara et al Vietnam Pepper Association dan

Irawati dalam Daras dan Pranowo 2009 2) Kedua gangguan organisme

pengganggu tanaman Mulia et al dalam Daras dan Pranowo (2009 3)

menyatakan bahwa areal pertanaman lada yang tersebar pada lima belas

kecamatan di Pulau Bangka rusak akibat serangan hama dan penyakit dengan

intensitas serangga rendah (3-7 ) sedang (10-22 ) dan tinggi (31-35 )

Ketiga dampak penambangan timah ilegal Sejak reformasi bergulir pada tahun

19971998 Pemerintah Pusat dan Daerah sedikit melonggarkan peraturan atau

ketentuan tentang penambangan timah Kondisi ini mendorong masyarakat Babel

dan sekitarnya melakukan penambangan timah secara tradisional karena kegiatan

ini mampu memberikan pendapatan secara cepat Akibatnya sebagian petani lada

beralih ke usaha penambangan timah sehingga usaha tani lada hanya sebagai

usaha sampingan (Irawati et al dalam Daras dan Pranowo 2009 3) Keempat

pengembangan komoditas lain Selain lada terdapat komoditas lain yang

57

dikembangkan di Babel seperti karet kelapa kelapa sawit kopi kakao cengkih

jambu mete dan nilam (Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Bangka

Belitung dalam Daras dan Pranowo 2009 4) Kelapa sawit merupakan

komoditas yang memperlihatkan perkembangan luas areal tanam paling pesat

sehingga mengurangi luas areal tanam lada (Daras dan Pranowo 2009 4)

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia

Berdasarkan sejarah Indonesia pernah menguasai pasar internasional lada

hingga tahun 2003 Produksi lada yang melimpah membuat Indonesia mampu

melakukan ekspor lebih banyak Laporan statistik perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3) menunjukkan bahwa produksi lada

Indonesia terus mengalami peningkatan sebagaimana Gambar 11 berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia

Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Produksi lada Indonesia terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun

2007 yang mengalami penurunan sebesar 439 sekaligus menjadi tahun dengan

produksi paling rendah dibanding tahun-tahun lainnya Sementara produksi

paling tinggi terjadi pada tahun 2013 dengan total produksi sebanyak 91039 ton

58

Adapun secara rinci total produksi lada Indonesia adalah 77008 ton pada tahun

2004 78328 ton pada tahun 2005 77533 pada tahun 2006 74131 ton pada

tahun 2007 80420 pada tahun 2008 82834 ton pada tahun 2009 83663 pada

tahun 2010 87089 pada tahun 2011 87841 ton pada tahun 2012 dan 91039 ton

pada tahun 2013

Peningkatan produksi lada di Indonesia seharusnya dapat mendorong

ekspor lada Indonesia Namun menurut data Statistik Perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 4) terjadi penurunan ekspor yang besar

pada tahun 2011 dan 2013 Adapun hubungan antara produksi dengan ekspor lada

Indonesia adalah sebagai berikut

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia

Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Hubungan

2004 77008 34302 +

2005 78328 34556 +

2006 77533 36953 +

2007 74131 38447 +

2008 80420 52407 +

2009 82834 50642 +

2010 83663 62599 +

2011 87089 36487 -

2012 87841 62605 +

2013 91039 47908 - Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3-4)

Secara umum dalam kurun waktu 2004 - 2013 produksi lada Indonesia

memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia Artinya

produksi lada memberikan dampak yang positif karena setiap kenaikan produksi

lada di Indonesia akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia Namun

terjadi hubungan yang negatif pada tahun 2011 dan 2013 yang dapat dilihat

dengan menurunnya volume ekspor lada Indonesia pada tahun tersebut Produksi

59

lada pada tahun 2011 meningkat sebesar 41 namun terjadi penurunan ekspor

sebesar 4171 Begitupun pada tahun 2013 produksi lada meningkat sebesar

364 namun ekspor lada menurun sebesar 2348 Hal ini dikarenakan

konsumsi lada dalam negeri pada tahun tersebut mencapai 3489 dan 2835

dari total produksi

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia

Besaran harga lada merupakan salah satu faktor yang dapat memicu naik

dan turunnya penjualan lada Harga lada domestik Indonesia menurut

International Pepper Community (2013 53) menunjukkan peningkatan yang

cukup tinggi Harga rata-rata lada hitam dan putih memiliki perbedaan yang

cukup besar yaitu hampir mencapai 50 Perbedaan harga ini disebabkan oleh

proses pengolahan lada putih yang lebih rumit dibandingkan lada hitam Adapun

perkembangan rata-rata lada adalah sebagai berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Rp

Kg)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia Sumber International Pepper Community (2013 53)

Harga rata-rata lada hitam dan lada putih dalam negeri bergerak secara

beriringan secara fluktuatif namun cenderung meningkat Peningkatan harga rata-

rata lada hitam tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan peningkatan sebesar

60

751 dari tahun sebelumya yaitu dari Rp 27899Kg menjadi Rp 48850Kg dan

sempat mengalami penurunan sebesar 1884 pada tahun 2009 menjadi Rp

22142Kg dari Rp 27281Kg Adapun harga rata-rata lada hitam per kilogram

adalah Rp 9489 pada tahun 2004 Rp 10089 pada tahun 2005 Rp 15238 pada

tahun 2006 Rp 25284 pada tahun 2007 Rp 27281 pada tahun 2008 Rp 22142

pada tahun 2009 Rp 27899 pada tahun 2010 Rp 48850 pada tahun 2011 Rp

52409 pada tahun 2012 dan Rp 62430 pada tahun 2013

Sama halnya dengan lada hitam harga rata-rata lada putih mengalami

peningkatan yang tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 5291 dan menurun

pada tahun 2009 sebesar 239 Adapun harga rata-rata lada putih per kilogram

adalah Rp 18284 pada tahun 2004 Rp 18968 pada tahun 2005 Rp 24036 pada

tahun 2006 Rp 36043 pada tahun 2007 Rp 40938 pada tahun 2008 Rp 39961

pada tahun 2009 Rp 45925 pada tahun 2010 Rp 70223 pada tahun 2011 Rp

77907 pada tahun 2012 dan Rp 90083 pada tahun 2013 Tingginya harga lada

putih disebabkan adanya perbedaan proses pengolahan pada lada Proses

pembuatan lada putih lebih rumit daripada lada hitam Lada putih dipilih dari

buah yang matang kemudian direndam dalam air selama beberapa hari Dari satu

kilogram lada yang direndam hanya dapat menghasilkan lada putih paling

banyak empat ons Sedangkan proses pembuatan lada hitam lebih mudah yaitu

dengan cara mengeringkan lada hijau kemudian dibersihkan tangkainya

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) fluktuasi harga lada merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penurunan luas areal tanam lada

yang juga akan berpengaruh terhadap jumlah produksi lada Lada merupakan

61

komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar internasional berpengaruh

langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika harga lada di tingkat petani

rendah banyak petani lada tidak mampu merawat tanaman secara baik sehingga

produktivitasnya menurun Bahkan sebagian petani tidak lagi menanam lada atau

mengurangi luas areal lada dengan beralih ke usaha tani komoditas lain

Sebaliknya jika harga lada dalam negeri meningkat maka petani cenderung akan

mempertahankan lahannya untuk terus memproduksi lada karena besarnya

keuntungan yang akan didapatkan Hal ini sejalan dengan cenderung

meningkatnya produksi dalam negeri dalam kurun waktu 2004 - 2013 (Direktorat

Jenderal Perkebunan 2014 3) Namun meningkatnya harga domestik lada

berdampak kurang baik terhadap ekspor lada Hal ini terlihat dari menurunnya

ekspor lada pada tahun 2011 dan 2013 dimana pada tahun yang sama harga lada

domestik baik hitam maupun putih mengalami peningkatan yang signifikan Hal

ini menunjukkan bahwa petani cenderung menjual ladanya pada konsumen dalam

negeri dibandingkan luar negeri karena keuntungan yang didapat akan lebih besar

dengan meningkatnya harga domestik lada tersebut

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia

Perkembangan ekspor lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 fluktuatif

Sebagaimana Gambar 4 bahwa volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2012

yaitu sebanyak 62608 ton dan terendah pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton

Ekspor lada Indonesia fluktuatif dengan total eskpor terbanyak terjadi

pada tahun 2012 yaitu 62608 ton naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya

Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348 pada tahun 2013 dengan

62

total ekspor sebanyak 47908 ton Sedangkan penurunan terbesar ekspor lada

Indonesia terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor

sebanyak 36487 ton

Penurunan ekspor tertinggi pada tahun 2011 diiringi oleh peningkatan

harga domestik lada tertinggi pada tahun yang sama Pada tahun tersebut harga

lada mencapai Rp 48850Kg naik sebesar 751 untuk lada hitam dan Rp

70223Kg naik sebesar 5291 untuk lada putih Begitupun pada tahun 2013 di

mana harga domestik lada hitam mencapai Rp 62430Kg naik sebesar 1912

dan lada putih Rp 90083Kg naik sebesar 1563 (International Pepper

Community 2013 53)

43 Lada Dunia

Indonesia merupakan salah satu negara yang berkontribusi dalam

penyediaan lada dunia Selain Indonesia terdapat negara lain yang berperan aktif

dalam penyediaan lada dunia diantaranya Brazil Cina India Madagaskar

Malaysia Sri Lanka Thailand dan Vietnam Dalam kurun waktu 2004 - 2013

Vietnam dan Brazil merupakan pesaing terdekat lada Indonesia di pasar

internasional

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia

Permintaan lada dunia yang terus meningkat perlu didukung oleh luasnya

areal tanam yang besar Lahan yang luas akan mendukung produksi lada yang

tinggi Adapun ketersediaan lahan lada di dunia adalah sebagai berikut

63

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ha)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailnd

Vietnam

Lainnya

Gambar 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia Sumber International Pepper Community (2013 3)

Menurut data International Pepper Community (2013 3) India

merupakan negara dengan luas areal lahan lada terbesar hingga mencapai

253730 Ha pada tahun 2006 Meskipun juga mengalami penurunan luas lahan

pada tahun-tahun selanjutnya India masih menempati posisi pertama sebagai

negara dengan luas lahan lada terbesar di dunia dengan luas areal lahan sebesar

19700 Ha pada tahun 2013 Sedangkan Vietnam yang merupakan eksportir lada

pertama di dunia hanya memiliki luas areal lahan lada sebesar 56500 Ha pada

tahun 2013 Luas lahan ini lebih kecil dibandingkan Indonesia pada tahun yang

sama yaitu 113000 Ha Sementara Brazil yang merupakan negara ketiga

eksportir lada dunia hanya memiliki luas lahan sebesar 20000 Ha pada tahun

2013

Meskipun memiliki luas lahan yang tidak lebih luas dari Indonesia dan

India Vietnam mempunyai manajemen lahan yang baik sehingga mampu

menjadi produsen dan ekportir utama lada dunia Adapun manajemen lahan yang

dilakukan Vietnam adalah dengan cara membuat drainase yang baik saat musim

64

hujan dan membuat irigasi yang dapat meminimalisir penyebaran dan

kontaminasi penyakit Hal inilah yang menyebabkan produktivitas lada Vietnam

lebih tinggi daripada Indonesia maupun India (Ton dan Buu 2011 18)

432 Produksi Lada Dunia

Produksi lada dunia didominasi oleh negara-negara dengan luas lahan

yang luas seperti India Indonesia Brazil dan Vietnam Produksi ini merupakan

hal penting yang dapat mempengaruhi volum ekspor Adapun total produksi

produsen lada dunia dari tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

Total Produksi

(Ton

)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailand

Vietnam

Lainnya

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 5)

Areal lahan yang luas tidak secara langsung mampu mempengaruhi

produksi lada di suatu negara Hal ini terlihat dalam Gambar 14 yang

menunjukkan bahwa dalam waktu sepuluh tahun dari tahun 2004-2013 meskipun

bukan sebagai negara dengan kepemilikan lahan terluas Vietnam merupakan

negara dengan tingkat produksi paling tinggi mengalahkan India yang

merupakan negara dengan kepemilikan luas areal lahan lada paling luas Total

produksi lada Vietnam mencapai 32 dari keseluruhan total produksi lada dunia

yaitu sebanyak 1110750 ton Sementara Indonesia hanya mampu memproduksi

lada sebanyak 17 dari total produksi lada dunia dengan total produksi sebanyak

65

578000 ton Sedangkan India yang merupakan negara dengan luas areal lahan

terluas di dunia hanya mampu memproduksi lada sebesar 15 dari total produksi

lada dunia yaitu 536150 ton

Ketidak selarasan antara luas areal lahan dan total produksi di masing-

masing negara bisa jadi sebabkan oleh beberapa hal Meskipun menjadi negara

dengan luas areal tanam lada terluas produksi lada India masih berada di bawah

Vietnam dan Indonesia Menurut International Pepper Community (2016)

penurunan produksi lada di India disebabkan oleh hama dan penyakit serta

adanya tanaman yang sudah tua dan tidak produktif Begitu juga menurut Yogesh

dan Mokshapathy (2013 38) yang menyatakan bahwa penurunan produksi lada

di India dikarenakan produksi lada India yang menurun akibat penyakit dan umur

tanaman lada yang sudah tua sehingga India perlu melakukan penanaman pohon

lada baru yang berdampak pada lambatnya pertumbuhan produksi Faktor cuaca

yang tidak menentu di India juga menjadi penyebab selanjutnya penuruan

produksi lada di India yang pada akhirnya perdampak pada ekspor (Yogesh dan

Mokshapathy 201338) Faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi lada di

India menurut Ganesan dalam Soepanto (2006 57) adalah faktor kemiskinan

petani Petani dan buruh tani di India termasuk diantara orang-orang paling

miskin di dunia Upaya pemerintah India untuk membantu petani melalui subsidi

mendapat hambatan dari negara-negara maju yang menganggap hal tersebut

dapat mendistorsi perdagangan Akibatnya petani di India masih mengalami

kesulitan dan lebih memilih untuk beralih profesi bahkan dampak paling buruk

66

adalah memilih untuk bunuh diri Hal ini lah yang menyebabkan produktivitas

pertanian di India menurun salah satunya lada

433 Perkembangan Harga Lada Dunia

Pergerakan harga merupakan salah satu penentu pembelian oleh

konsumen terhadap suatu barang Perkembangan harga lada di pasar internasional

berdasarkan harga Free on Board (FOB) dari beberapa negara eksportir menjadi

salah satu acuan importir untuk melakukan pembelian Perkembangan harga lada

dari beberapa produsen lada dunia mengalami fluktuasi cenderung meningkat

setiap tahunnya sebagaimana data International Pepper Community (2013) yang

tertera pada Gambar 15 dan Gambar 16 berikut

A Harga Lada Hitam

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(US

$To

n)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Pergerakan harga lada hitam diantara negara-negara eksportir relatif

sama yaitu berfluktutaif cenderung meningkat Harga tertinggi lada hitam

dunia ditempati oleh Malaysia Sedangkan harga terendah lada hitam dunia

ditempati oleh Vietnam Adapun posisi harga lada hitam Indonesia adalah

pertengahan di antar negara-negara lainnya Harga tertinggi lada terjadi pada

67

tahun 2013 yaitu US$ 6338ton untuk Brazil US$ 6927ton untuk India

US$ 6850ton untuk Indonesia US$ 7359ton untuk Malaysia dan US$

6549ton untuk Vietnam

Produksi lada yang tinggi di Vietnam membuat harga lada Vietnam

menjadi lebih murah Sedangkan Malaysia merupakan negara dengan

produksi lada hitam terendah diantara negara-negara tersebut Oleh karenanya

harga lada hitam Malaysia menjadi lebih mahal dibanding negara-negara

lainnya Selain Vietnam harga lada hitam Brazil merupakan yang termurah

ke dua di dunia Menurut International Pepper Community (2013) produksi

lada hitam Brazil lebih sedikit dari India Namun konsumsi lada hitam di

India lebih besar daripada Brazil Oleh karenanya persediaan lada hitam

Brazil untuk ekspor lebih banyak dibandingkan India Hal ini juga yang dapat

menyebabkan harga lada hitam India merupakan harga termahal kedua

setelah Malaysia Sementara harga lada hitam Indonesia masih lebih mahal

daripada Brazil meskipun produksi lada hitam Indonesia lebih tinggi daripada

Brazil Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada hitam di Indonesia lebih

tinggi daripada Brazil sehingga persediaan lada Brazil untuk ekspor masih

lebih banyak dibandingkan Indonesia

B Harga Lada Putih

Sejalan dengan harga lada hitam perkembangan lada putih dunia dari

masing-masing eksportir berfluktuasi cenderung meningkat Untuk lada putih

Malaysia masih menjadi negara dengan harga lada putih termahal Begitupun

dengan Vietnam yang mempunyai harga lada putih paling murah

68

dibandingkan negara eksportir yang lainnya Sedangkan harga lada putih

Indonesia masih lebih tinggi dari Brazil yang merupakan pesaing terdekat

lada Indonesia Pada tahun 2013 masing-masing harga lada putih adalah US$

9716ton untuk Brazil US$ 9367ton untuk Indonesia US$ 9887ton untuk

Malaysia dan US$ 9111ton untuk Vietnam Adapun grafik perkembangan

harga lada putih dunia adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

2005

2006

20

07

2008

20

09

20

10

2011

20

12

2013

Tahun

(US

$T

on

) Brazil

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Penyebab perbedaan harga lada putih sama dengan lada hitam sebelumya

yaitu tingkat persediaan lada untuk diekspor setelah dikurangi konsumsi Menurut

International Pepper Community (2013) Indonesia merupakan produsen tertinggi

lada putih di dunia selama tahun 2004-2013 Namun harga lada putih Indonesia

tidak lebih murah dari Vietnam yang merupakan produsen kedua lada putih

dunia Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada putih Indonesia lebih tinggi dari

Vietnam Oleh karenannya Vietnam memiliki persediaan lada putih lebih banyak

dari Indonesia Begitupun dengan Malaysia yang memiliki harga lada putih

paling tinggi di dunia selama kurun waktu 2004-2013 Produksi lada putih

Malaysia lebih rendah dibandingkan Vietnam Indonesia dan Brazil Sedangkan

69

untuk Indonesia dan Brazil meskipun produksi lada putih Indonesia jauh di atas

Brazil namun harga lada putih Indonesia lebih mahal daripada Brazil Hal ini

dapat disebabkan oleh meningkatnya harga lada putih Indonesia di dalam negeri

sehingga berdampak pada tingginya harga lada putih Indonesia di pasar

internasional

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia

Ekspor lada dunia sangat berkaitan dengan jumlah produksi lada dunia

Negara yang mampu memproduksi lada lebih banyak cenderung mampu

melakukan ekspor lebih banyak juga Adapun perkembangan ekspor lada dunia

dari tahun 2004-2013 menurut data International Pepper Community (2013 7)

adalah sebagaimana grafik berikut

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ton

)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Berdasarkan Gambar 17 terlihat bahwa ekspor lada di pasar internasional

selama tahun 2004-2013 didominasi oleh lada Vietnam Sementara lada

Indonesia sendiri hanya mampu berada di posisi kedua namun dengan selisih

volume ekspor yang besar Rata-rata selisih jumlah volume ekspor Indonesia

dengan Vietnam adalah sebanyak 656954 tontahun Selisih terbesar terjadi pada

tahun 2011 sebanyak 87374 ton dan selisih terkecil terjadi pada tahun 2008

70

sebenyak 37908 ton Selanjutnya posisi ketiga ekspor lada di pasar internasional

ditempati oleh Brazil Berbeda dengan Vietnam selisih volume ekspor lada

Indonesia dengan Brazil relatif kecil Bahkan pada tahun 2005-2007 Brazil

mampu mengungguli ekspor lada Indonesia dengan total ekspor lada sebanyak

38416 ton 42187 ton dan 38665 ton Hingga kemudian Indonesia mampu

mengungguli kembali Brazil pada tahun 2008-2013 dengan selisih sebesar 15822

ton 14057 ton 31838 ton 3792 ton 33479 ton dan 17303 ton Adapun rata-

rata selisih ekspor lada Indonesia dengan Brazil adalah sebanyak 10738

tontahun Eksportir lada seanjutnya adalah India India merupakan negara

dengan luas lahan terbesar di dunia namun tidak mampu menjadi eksportir utama

dunia Menurut Yogesh dan Mokshapathy (2013 39) penyebab tidak menjadinya

India sebagai eksportir utama lada dunia disebabkan oleh rendahnya

produktivitas dan tingginya konsumsi di India Tingginya konsumsi domestik

lada India digunakan untuk kuliner ekstraksi minyak dan oleoresin industri

farmasi dan lain-lain

71

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

511 Keunggulan Komparatif

1 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang beragam di setiap

negara Keunggulan komparatif ini dapat dilihat melalui nilai RCA Adapun nilai

RCA lada Indonesia di negara-negara tujuan ekspor adalah sebagai berikut

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 21754 2175

Australia 4458 446

Belanda 16796 1680

Belgia 15061 1506

Bulgaria 22014 2201

Hongkong 19695 1970

India 7228 723

Inggris 3243 324

Italia 7142 714

Jepang 1763 176

Jerman 21839 2184

Kanada 7753 775

Korea 804 080

Malaysia 531 053

Pakistan 282 028

Perancis 24621 2462

Rusia 40220 4022

Singapura 8140 814

Vietnam 25090 2509 Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Ekspor lada Indonesia ke sembilan belas negara tujuan secara umum

memiliki dayasaing yang kuat secara komparatif karena memiliki nilai RCA lebih

72

dari 1 Namun tidak di tiga negara yaitu Korea Malaysia dan Pakistan Hal ini

dikarena nilai RCA Indonesia di tiga negara tersebut kurang dari 1 yaitu 080

053 dan 028

Tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Korea Malaysia dan Pakistan

disebabkan oleh adanya negara lain yang menjadi eksportir utama lada di negara-

negara tersebut Eksportir utama lada di Korea yang memiliki keunggulan

komparatif tinggi adalah Vietnam dengan nilai RCA sebesar 22 Sri Lanka

dengan nilai RCA sebesar 12 Malaysia dengan nilai RCA sebesar 6 Cina dengan

nilai RCA sebesar 3 dan India dengan nilai RCA sebesar 1 Begitu juga di

Pakistan eksportir utama lada Pakistan adalah Vietnam dengan nilai RCA

sebesar 179 Disusul Sri Lanka dengan nilai RCA sebesar 33 Brazil dengan nilai

RCA sebesar 7 dan India dengan nilai RCA sebesar 4 Sedangkan di Malaysia

dayasaing komparatif lada Indonesia kalah oleh India dengan nilai RCA sebesar

32 Disusul Vietnam dan Cina dengan nilai RCA sebesar 329 dan 318

Meskipun begitu secara komparatif lada Indonesia sangat berdayasaing di Rusia

dan beberapa negara lainnya

Rusia adalah peluang pasar lada tertinggi Indonesia karena memiliki rata-

rata nilai RCA tinggi yaitu 4022 Disusul Vietnam dengan nilai RCA sebesar

2509 Meskipun berstatus sebagai eksportir nomor satu lada dunia Vietnam

masih melakukan impor lada dari Indonesia dengan rata-rata nilai ekspor lada

Indonesia ke Vietnam sebesar US$ 31249188

Menurut Vietnam Pepper Association industri lada di Vietnam terus

berkembang hingga mencapai 10-20 per tahun Pertumbuhan ini menimbulkan

73

banyak resiko dari sisi teknis dan kondisi alam Selain itu harga lada dalam

negeri Vietnam juga mengalami peningkatan yang tinggi Oleh karenanya

banyak petani yang menggunakan pupuk dan pestisida yang berlebihan untuk

meningkatkan produktivitas Namun hal inilah yang menyebabkan kualitas lada

Vietnam tidak memenuhi permintaan pasar dan banyak mendapatkan peringatan

tentang residu yang dihasilkan dari Amerika dan Kanada Oleh karena hal itu

Vietnam harus melakukan impor lada berkualitas tinggi dari negara lain salah

satunya dari Indonesia (Horizon Pasific 2016)

Posisi selanjutnya adalah Perancis dengan nilai RCA sebesar 2462

Disusul Bulgaria sebesar 2201 dan Jerman sebesar 2184 Sedangkan Amerika

Serikat yang merupakan negara tujuan ekspor utama lada Indonesia hanya

menempati posisi keenam dengan nilai RCA sebesar 2175 Eksportir lada utama

dan memiliki keunggulan komparatif paling tinggi di Amerika serikat adalah

Peru dan Vietnam dengan nilai RCA sebesar 3290 dan 2254

512 Keunggulan Kompetitif

1 Export Product Dynamic (EPD)

Dayasaing lada Indonesia selanjutnya ditentukan oleh keunggulan

kompetitifnya Keunggulan kompetitif ini dapat dilihat melalui nilai EPD yang

digunakan untuk menentukan posisi pasar lada Indonesia di masing-masing

negara Berikut adalah hasil perhitungan EPD lada Indonesia di negara-negara

tujuan ekspornya

74

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD)

Negara

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor Indonesia

()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar Lada

()

Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional berada di empat posisi

yaitu Rising Star Falling Star Lost Opportunity dan Retreat Posisi Rising Star

terjadi pada perdagangan lada antara Indonesia dengan Belanda India Italia

Jepang Jerman dan Malaysia Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia

memiliki pertumbuhan pangsa ekspor lada yang bernilai posistif serta lada

merupakan komoditi yang berdayasaing dan dinamis di negara-negara tersebut

karena memiliki pertumbuhan daya tarik pasar yang positif Secara keseluruhan

posisi lada Indonesia di pasar internasional adalah sebagai berikut

75

1) Posisi Rising Star

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik

sebesar 0684 dan 0012 di Belanda Begitu pula di India pertumbuhan

pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik sebesar 0131 dan

0088 Sedangkan di Italia Jepang Jerman Malaysia dan Pakistan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia masing-masing meningkat sebesar

0126 0416 0177 dan 0605 Begitu juga pertumbuhan pangsa pasar

ladanya yang masing-masing meningkat sebesar 0015 0006 0001 dan

0207 Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa secara kompetitif

Indonesia sangat berdayasaing di negara-negara tersebut

2) Posisi Falling Star

Posisi selanjutnya adalah Falling Star yang terjadi di negara Belgia

Hongkong Korea dan Perancis Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia di

negara-negara tersebut mengalami penurunan daya tarik namun pangsa pasar

lada masih mengalami peningkatan karena perbandingan nilai ekspor lada

Indonesia mampu bersaing dengan nilai ekspor lada dunia di negara-negara

tersebut Posisi ini merupakan posisi yang masih menguntungkan bagi Indonesia

karena setidaknya Indonesia masih memiliki pangsa pangsa pasar lada di negara

tersebut

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia di Belgia meningkat sebesar

1301 Namun pangsa pasar lada menurun sebesar 0011 Pangsa pasar

ekspor Indonesia juga tumbuh sebesar 0900 di Hongkong Hanya saja

pertumbuhan pangsa pasar lada menurun sebesar 0016 Begitu juga di Korea

76

Selatan pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia meningkat sebesar 0123

Namun pertumbuhan pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0023

Sedangkan di Perancis pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia tumbuh

sebesar 0612 namun pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0001

3) Posisi Lost Opportunity

Posisi lainnya yaitu Lost Opportunity Posisi ini terjadi di Amerika

Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Pangsa pasar ini menunjukkan

bahwa terjadinya penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis

sehingga posisinya adalah yang paling tidak diinginkan karena Indonesia tidak

dapat merebut pangsa pasar lada di negara-negara tersebut meski permintaanya

mengalami peningkatan Hal ini terjadi karena lada Indonesia kurang

berdayasaing dibandingkan total lada dunia di negara-negara tersebut

Indonesia mengalami penurunan pangsa pasar ekspor sebesar 0025 di

saat permintaan lada meningkat sebesar 0014 di Amerika Serikat Begitupun

di Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Penurunan pangsa pasar ekspor di

Kanada mencapai 0140 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar

0001 Sedangkan di Pakistan penurunan pangsa pasar mencapai 0065 di

saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0155 Selanjutnya di Rusia

dan Singapura penurunan pangsa pangsa ekspor menurun sebesar 1212 dan

3724 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0014 dan 0053

Menurunnya pangsa pasar ekspor Indonesia di negara-negara tersebut

dikarenakan adanya pesaing utama Indonesia yang lebih mampu menguasai

77

pasar Adapun pesaing-pesaing Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah sebagai berikut

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia

Negara Pesaing RCA

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor ()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Lada ()

Posisi

AS Peru 3290 0240 0017 Rising Star

Vietnam 2254 1684 0082 Rising Star

Kanada Vietnam 4056 0789 0028 Rising Star

Pakistan India 415 0045 0440 Rising Star

Rusia Polandia 404 1004 0140 Rising Star

Cina 017 0177 0745 Rising Star

Singapura Vietnam 2994 2966 -0005 Falling Star

Sri Lanka 2469 0661 -0002 Falling Star

India 206 0416 0302 Rising Star Keterangan AS (Amerika Serikat)

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Amerika Serikat

Pesaing utama lada Indonesia di Amerika Serikat adalah Peru dan

Vietnam Nilai RCA kedua negara tersebut aadalah 3290 dan 2254 Nilai

tersebut lebih besar dari nilai RCA Indonesia yaitu 2175 Artinya dayasaing

lada Indonesia secara komparatif kalah dari Peru dan Vietnam Begitu juga secara

kompetitif dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut karena

kedua negara tersebut berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa

pasar ekspor mencapai 0240 untuk Peru dan 1684 untuk Vietnam Begitu

juga pertumbuhan pangsa pasar ladanya yang meningkat sebesar 0017 dan

0082

Salah satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Amerika

Serikat adalah harga Harga lada Peru dan Vietnam lebih murah dibandingkan

78

Indonesia Adapun pergerakan harga lada ketiga negara tersebut di Amerika

Serikat adalah sebagai berikut

000

100

200

300

400

500

600

700

800

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Peru

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Berdasarkan Gambar 18 harga lada Peru merupakan yang termurah

dibandingkan Vietnam dan Indonesia Hal ini menyebabkan permintaan lada Peru

lebih bayak dibandingkan Vietnam dan Indonesia yang kemudian berpengaruh

terhadap peningkatan nilai ekspor lada Peru Peningkatan ini menjadikan Peru

mampu berdayasaing kuat secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Amerika Serikat Sedangkan harga lada Vietnam dan Indonesia relatif sama

Namun harga lada Vietnam sedikit lebih murah dari Indonesia dengan rata-rata

harga sebesar US$ 308Kg Sedangkan rata-rata harga lada Indonesia adalah US$

371Kg Hal ini menyebabkan volume dan nilai ekpor lada Vietnam lebih banyak

dan menjadikan Vietnam mampu berdayasaing lebih kuat secara komparatif dan

kompetitif dibandingkan Indonesia di pasar lada Amerika Serikat

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Kanada

Pesaing utama lada Indonesia di Kanada adalah Vietnam Hal ini

ditunjukkan dengan Nilai RCA Vietnam yang lebih besar dari Indonesia yaitu

79

4056 Sedangkan nilai RCA Indonesia adalah 775 Selain nilai RCA yang lebih

besar Vietnam juga mampu berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor sebesar 0789 dan pertumbuhan pangsa pasar produk

sebesar 0028 Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Vietnam sangat

berdayasaing secara komparatif dan kompetitif di pasar lada Kanada

dibandingkan Indonesia

Dayasaing kuat lada Vietnam di Kanada dikarenakan nilai ekspor lada

Vietnam yang tinggi Tingginya nilai ekspor ini diperoleh dari banyaknanya lada

yang telah diekspor Vietnam ke Kanada Banyaknya ekspor lada Vietnam ke

Kanada bukan dikarenakan harganya yang lebih murah dari Indonesia Karena

selama tahun 2004-2013 harga lada Indonesia lebih murah dari Vietnam

sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 19 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(KgU

S$)

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Gambar 19 menunjukkan bahwa harga lada Vietnam lebih tinggi daripada

Indonesia Namun tingginya harga lada Vietnam tidak berpengaruh terhadap

permintaan lada dari Kanada Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lada yang

diekspor Vietnam ke Kanada dibandingkan Indonesia Adapun total ekspor lada

80

Vietnam dari tahun 2004-2013 adalah 6917024 ton Sedangkan total ekspor lada

Indonesia adalah 1527629 ton Banyaknya lada yang diekspor oleh Vietnam ke

Kanada dikarenakan Vietnam mampu memproduksi lada dalam jumlah yang

lebih banyak dibandingkan Indonesia Menurut data International Pepper

Community (2013 5) total produksi lada Vietnam dari tahun 2004 - 2013 adalah

1110750 ton Sedangkan dalam kurun waktu yang sama Indonesia hanya

mampu memproduksi lada sebanyak 578000 ton Oleh sebab itu meskipun

memiliki harga yang lebih mahal Vietnam lebih mampu mengekspor lada lebih

banyak daripada Indonesia Hal ini menyebabkan nilai ekspor lada yang

diperoleh Vietnam lebih tinggi dari Indonesia dan menjadikan lada Vietnam lebih

berdayasaing dari Indonesia secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Kanada

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Pakistan

Pesaing utama lada Indonesia di Pakistan adalah India Hal ini

ditunjukkan dengan nilai RCA India yang lebih besar yaitu 415 Sedangkan

Indonesia hanya memiliki nilai RCA sebesar 028 yang artinya secara komparatif

lada Indonesia tidak berdayasaing di pasar lada Pakistan Selain itu Indonesia

juga kalah berdayasaing secara kompetitif dari India Hal ini dikarenakan India

berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar

0045 dan pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0440

Kuatnya dayasaing India di Pakistan disebabkan oleh besarnya nilai

ekspor lada yang diperoleh oleh India dibandingkan Indonesia Nilai ekspor ini

berkaitan dengan permintaan lada India yang lebih banyak daripada Indonesia

81

Faktor yang menyebabkan tingginya permintaan lada India adalah harga lada

India yang lebih murah daripada harga lada Indonesia sebagaimana data UN

Comtrade (2016) adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

India

Indonesia

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan

Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Rusia

Polandia dan Cina adalah pesaing utama lada Indonesia di Rusia Secara

komparatif Indonesia mampu berdayasaing lebih kuat dibandingkan kedua negara

tersebut Hal ini dikarenakan nilai RCA Indonesia lebih tinggi yaitu 4022

Sedangkan nilai RCA Polandia adalah 404 Bahkan secara komparatif Cina tidak

memiliki dayasaing di pasar Rusia karena memiliki nilai RCA kurang dari satu

yaitu 017 Dayasaing yang kuat ini disebabkan oleh perbandingan nilai ekspor

lada Indonesia dari total ekspor Indonesia lebih besar dari perbandingan nilai

ekspor lada dunia dari total ekspor dunia ke Rusia

Meskipun secara komparatif lada Indonesia mampu berdayasaing kuat

dibandingkan Polandia dan Cina di pasar Rusia namun secara kompetitif

dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut Hal ini ditujukkan

dengan posisi Rising Star Polandia dan Cina di Rusia Pertumbuhan pangsa pasar

ekspor lada kedua negara tersebut mencapai 1004 dan 0177 Begitu juga

82

pertumbuhan pangsa pasar produk yang mencapai 0140 dan 0745 Salah

satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia adalah faktor harga Adapun

harga lada masing-masing negara tersebut adalah sebagai berikut

0

2

4

6

8

10

12

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Polandia

Cina

Indonesia

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada Cina adalah yang termurah di Rusia Rata-rata harga lada

Cina di Rusia adalah US$ 194Kg yang merupakan harga lada termurah

dibandingkan Polandia dan Indonesia Murahnya harga lada Cina menyebabkan

meningkatnya volume ekpor ladanya ke Rusia Hal ini juga menyebabkan

meningkatnya nilai ekspor lada Cina yang akhirnya berpengaruh terhadap

dayasaing Cina di Rusia Sedangkan meningkatnya dayasaing lada Polandia di

Rusia dikarenakan tingginya rata-rata harga lada Poalndia di Rusia yaitu US$

724Kg yang akhirnya juga meningkatkan nilai ekspor dan dayasaing ladanya di

Rusia

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Singapura

India Vietnam dan Sri Lanka merupakan pesaing utama lada Indonesia

di Singapura Secara komparatif dayasaing lada Indonesia kalah saing

dibandingkan Vietnam dan Sri Lanka karena nilai RCA Indonesia lebih kecil dari

83

kedua negara tersebut yaitu 814 Sedangkan nilai RCA Vietnam dan Sri Lanka

adalah 2994 dan 2469 Namun dayasaing komparatif Indonesia di Singapura

masih lebih unggul jika dibandingkan dengan India karena nilai RCA India lebih

kecil dari Indonesia yaitu 206 Meskipun begitu India merupakan negara

dengan keunggulan kompetitif paling kuat karena berada di poisi Rising Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar produk sebesar 0416

dan 0302 Sedangkan Vietnam dan Sri Lanka berada di posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2966 dan 0661 Namun

pertumbuhan pangsa pasar produknya menurun sebesar 0005 dan 0002

Posisi Falling Star Vietnam dan Sri Lanka masih lebih baik jika dibandingkan

dengan Indonesia yang berada di posisi Lost Opportunity

Harga merupakan salah satu penyebab kurang berdayasaingnya lada

Indonesia di Singapura Harga lada Indonesia merupakan yang paling mahal di

singapura Sedangkan harga lada India merupakan yang paling murah di

Singapura Adapun perkembangan harga lada Indonesia dan pesaingnya di

Singapura adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Sri Lanka

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

84

Harga lada Indonesia lebih mahal daripada Vietnam India dan Sri Lanka

Hal ini menyebabkan konsumen di Singapura lebih memilih lada dari negara lain

yang harganya lebih murah yaitu India Oleh karenanya permintaan lada India

meningkat dan meningkatkan nilai ekspor ladanya yang kemudian menjadikan

India sebagai negara dengan dayasaing yang kuat di Singapura

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa salah satu penyebab

tidak berdayasaingnnya lada Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah harga yang tinggi dan persediaan lada untuk

diekspor Oleh sebab itu Indonesia harus meningkatkan produksi ladanya

sehingga jumlah lada untuk diekspor juga meningkat dan dapat menurunkan

harga Sebagaimana teori economic of scale Krugman (2008) yang menyatakan

bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya produksi akan semakin

rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh terhadap harga yang lebih

murah

4 Posisi Retreat

Retreat adalah posisi yang kurang baik karena ekspor lada Indonesia

sudah tidak diinginkan lagi di negara-negara tersebut Posisi ini terjadi di

Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Penyebab tidak berdayasaingnya lada

Indonesia di Australia adalah karena India Vietnam dan Spanyol mampu

menguasai pasar lada di Australia yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang lebih

tinggi dari Indonesia yaitu 32 112 dan 961

Selain itu ketiga negara tersebut juga mampu berdayasaing secara

kompetitif dengan berada pada posisi Rising Star dan Falling Star India dan

85

Spanyol berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor

sebesar 0067 dan 0353 serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0043 dan 0071 Sedangkan Vietnam berada pada posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2329 namun pertumbuhan

pangsa pasar produkuknya menurun sebesar 0014 Penyebab tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Australia adalah faktor harga yang lebih mahal

dibandingkan negara lainnya sebagaimana Gambar 23 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Vietnam

Spanyol

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Gambar 23 menunjukkan bahwa harga lada Indonesia cenderung

meningkat dan lebih mahal dibanding India Vietnam dan Spanyol Rata-rata

harga lada Indonesia adalah US$ 437Kg Sementaar rata-rata harga India

Vietnam dan Spanyol adalah US$ 267Kg US$ 388Kg dan US$ 288Kg

Lada Indonesia juga tidak berdayasaing sama sekali di Inggris Hal ini

dikarenakan pasar lada negara tersebut dikuasai oleh Vietnam dan India Nilai

RCA kedua negara tersbeut adalah 4947 dan 1796 Nilai tersebut menunjukkan

bahwa Vietnam dan India berdayasaing kuat secara komparatif Selain itu secara

86

kompetitif kedua negara tersebut juga berada di posisi yang lebih baik dari

Indonesia yaitu Rising Star Vietnam dan India mengalami peningkatan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 2624 dan 0555 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0037 dan 009 Kuatnya

dayasaing lada Vietnam dan India disebabkan oleh harga ladanya yang lebih

murah dibandingkan Indonesia sebagaimana Gambar 24 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

Vietnam

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 24 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada India merupakan yang termurah dibandingkan negara lainnya

Harga rata-rata lada India selama tahun 2004-2013 adalah US$ 24Kg Murahnya

harga lada India membuat volume ekspor lada India meningkat dan menghasilkan

nilai rata-rata ekspor lada yang tinggi yaitu US$ 13190004 Sehingga India

mampu menjadi salah satu negara yang menguasai pasar lada di Inggris Begitu

pula dengan Vietnam yang memiliki harga lada yang bersaing dengan Indonesia

Rata-rata harga lada Vietnam adalah US$ 42Kg Dengan harga tersebut

Vietnam mampu meningkatkan volume ekspor dan mendapatkan rata-rata nilai

87

ekspor lada sebesar US$ 12335811 sehingga mampu menjadi negara yang

menguasai pasar lada di Inggris seperti India

Sama halnya dengan Australia dan Inggris pasar lada Indonesia di

Bulgaria harus bersaing dengan Vietnam Spanyol dan Cina Secara komparatif

Vietnam merupakan negara pesaing terberat Indonesia karena nilai RCA Vietnam

jauh lebih besar dari Indonesia yaitu 35178 Sementara nilai RCA Indonesia di

Bulgaria adalah 2201 Sedangkan nilai RCA Spanyol dan Cina adalah 565 dan

282 Namun secara kompetitif Indonesia tidak mampu berdayasaing dengan

ketiga negara tersebut karena Indonesia berada di posisi Retreat Sedangkan

Vietnam Spanyol dan Cina berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor lada sebesar 0255 0870 dan 1933 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0007 0366 dan 0188 Tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Bulgaria disebabkan oleh harga yang tinggi

sebagaimana Gambar 25 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Spanyol

Cina

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 25 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

88

Besarnya nilai RCA Vietnam di Bulgaria menunjukkan bahwa lada

merupakan salah satu komoditi unggulan Vietnam untuk diekspor ke Bulgaria

Vietnam juga merupakan market leader lada di Bulgaria karena mampu

menguasai 39 lada di Bulgaria Sehinggga meskipun harga lada Vietnam terus

naik total volume ekspor lada Vietnam tetap menjadi yang terbanyak yaitu

405402 Ton serta menghasilkan rata-rata nilai ekspor paling besar yaitu US$

1555314 Sedangkan secara kompetitif stabilnya harga lada Cina dan Spanyol

di Bulgaria berpengaruh pada meningkatnya volume ekspor lada kedua negara

tersebut Sehingga nilai ekspor kedua negara tersebut lebih besar dibandingkan

Indonesia yaitu US$ 591459 untuk Cina dan US$ 430878 Sedangkan harga

lada Indonesia yang berfluktuasi dan cenderung lebih mahal dari Cina dan

Spanyol berpengaruh pada penurunan volume dan nilai ekspor lada Indonesia

Rata-rata nilai ekspor lada Indonesia adalah US$ 141231 lebih kecil dari Cina

dan Spanyol Hal inilah yang menyebabkan lada Indonesia tidak dapat

berdayasaing di Bulgaria

Selanjutnya lada Indonesia juga tidak berdayasaing di Vietnam

Meskipun berstatus negara eksportir lada nomor satu dunia Vietnam masih

melakukan impor lada dari beberapa negara seperti India dan Brazil yang menjadi

eksportir utama lada di sana Dayasaing lada Indonesia di Vietnam secara

komparatif masih lebih unggul dibandingkan India dan Brazil Karena Indonesia

memiliki nilai RCA yang lebih besar yaitu 2509 Sementara nilai RCA India dan

Brazil adalah 716 dan 750 Namun secara kompetitif kedua negara tersebut

mampu berdayasaing kuat dibandingkan Indonesia karena berada pada posisi

89

Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 3047 untuk

India dan 0347 untuk Brazil serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0217 untuk India dan 0065 untuk Brazil

Harga lada India adalah yang termurah diantara ketiga negara tersebut

Sedangkan harga lada Indonesia dan Brazil saling bersaing Adapun pergerakan

harga negara-negara tersebut di Vietnam adalah sebagi berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Brazil

Indonesia

Gambar 26 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Murahnya harga lada India di Vietnam menyebabkan permintaan lada

India menjadi meningkat di Vietnam Permintaan yang meningkat menyebakan

volume dan nilai ekspor lada meningkat Hal inilah yang menyebabkan India

secara kompetitif berdayasaing kuat di Vietnam Sedangkan harga lada Brazil dan

Indonesia saling bersaing di Vietnam Namun secara keseluruhan selama tahun

2004 - 2013 harga lada Brazil cenderung lebih murah Oleh karenanya lada

Brazil lebih mampu berdayasaing dibandingkan Indonesia di Vietnam Adapun

secara keseluruhan gambaran dayasaing lada Indonesia secara kompetitif di

negera-negara tujuan selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

90

-3

-2

-1

0

1

2

3

-3 -2 -1 0 1 2 3

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Kurang berdayasaingnya lada Indonesia di beberapa negara khususnya di

Rusia dan Vietnam yang memiliki keunggulan komparatif tinggi dibanding

negara lainnya namun masuk ke dalam posisi Lost Opportunity dan Retreat

menunjukkan bahwa Indonesia perlu meningkatkan produksi ladanya sehingga

harganya menjadi lebih murah sebagaimana teori economic of scale Krugman

(2008) yang menyatakan bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya

produksi akan semakin rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh

terhadap harga yang lebih murah

Sedangkan posisi perdagangan lada di Australia Bulgaria Inggris dan

Vietnam yang masuk ke dalam posisi Retreat menunjukkan bahwa Indonesia

perlu mencari alternatif negara lain sebagai negara tujuan ekspornya atau

memaksimalkan ekspor ke negara importir yang sudah menjadi partner dagang

lada Indonesia dengan harga yang lebih murah dan stabil Dengan begitu volume

dan nilai ekspor lada Indonesia akan lebih meningkat dan berdayasaing

Rising Star Lost Opportunity

Amerika Serikat Kanada

Pakistan Rusia dan

Singapura

Belanda India Italia

Jepang dan Jerman

Australia Bulgaria

Inggris dan Vietnam

Belgia Hongkong

Perancis Korea dan

Malaysia

Falling Star Retreat

91

2 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Keunggulan kompetitif lainnya dapat dilihat melalui nilai ISP Nilai ISP

berfungsi untuk mengetahui apakah Indonesia layak menjadi eksportir lada atau

tidak di negara tujuan ekspornya Berikut adalah hasil perhitungan ISP lada

Indonesia

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 9985 0999

Australia 9536 0954

Belanda 9963 0996

Belgia 10000 1000

Bulgaria 10000 1000

Hongkong 8320 0832

India 3327 0333

Inggris 10000 1000

Italia 9978 0998

Jepang 9965 0997

Jerman 9868 0987

Kanada 10000 1000

Korea 7662 0766

Malaysia 1938 0194

Pakistan 9653 0965

Perancis 9988 0999

Rusia 10000 1000

Singapura 9891 0989

Vietnam 8994 0899

Sumber UN Comtrade (Diolah)

Ekspor lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004-2013

secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata ISP positif antara 0 hingga 1 Nilai

positif ini menunjukkan bahwa Indonesia cenderung untuk menjadi eksportir lada

di negara-negara tujuan ekspornya Diantara kesembilan belas negara tersebut

92

Malaysia dan India menjadi negara dengan nilai ISP terendah Hal ini

dikarenakan Indonesia juga melakukan impor lada dalam jumlah yang cukup

besar dari Malaysia dan India Impor lada dari kedua negara tersebut dikarenakan

laju produksi lada dalam negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia

yang menyentuh angka rata-rata 3 per tahun Sedangkan laju produksi lada

Indonesia hanya 15 per tahun Oleh sebab itu Indonesia harus lebih berupaya

untuk mengekspor lada lebih banyak ke dua negara tersebut untuk terus

meningkatkan neraca perdagangan dan dayasaing secara kompetitifnya di

Malaysia dan India

Secara keseluruhan sebagian besar lada Indonesia sudah masuk pada

tahap pertumbuhan perdagangan yang matang karena memiliki nilai ISP antara

081 sampai 100 Nilai ini menunjukkan standarisasi teknologi yang digunkaan

Artinya Indonesia memiliki kualitas lada yang baik karena sudah menggunakan

teknologi yang terstandarisasi Sedangkan di Korea India dan Malaysia

pertumbuhan perdagangan lada Indonesia baru memasuki tahap pertumbuhan

Hal ini ditunjukkan dengan nilai ISP antara 001 sampai 080 Artinya Indonesia

mulai memproduksi lada dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional pada tahun 2004-

2013 berdasarkan teori Gravity Model diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu Produk Domestik Bruto per Kapita (LnPDBC) dan Jarak Ekonomi (LnJE)

93

Serta faktor-faktor lain yang terdiri dari Harga (LnHRG) Kurs Riil (LnKR)

Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga Konsumen (IHK)

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel

Hasil uji Chow menunjukkan F-statistik lebih besar dari F-tabel dengan

taraf nyata lima persen (3534 gt 167) dan nilai probabilitas lebih kecil dari taraf

nyata lima persen (000 lt 005) Dengan demikian model yang terpilih adah

Fixed Effect Model Selanjutnya hasil uji Hausman menunjukkan nilai

probabilitas lebih besar dari taraf nyata lima persen (0408 gt 005) dan nilai chi-

square statistik lebih kecil dari nilai chi square tabel (614 lt 1259) Dengan

demikian maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random

Effect Model Hasil estimasi Random Effect Model adalah sebagaimana Tabel 13

berikut

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model

Variabel Dependen LnVEL

Variabel Koefisien Prob

LnPDBC 1746167 00057

LnJE -0875098 00185

LnHRG -0369590 00493

LnKR 0470691 02770

LnPOP 1494300 00020

IHK 0003891 06231

C -3370401 00024

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Sum squared resid 7836682

Prob(F-statistic) 0000024 Durbin-Watson stat 1281398

Keterangan Signifikan terhadap taraf nyata 5 ()

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di

negara tujuan ekspor adalah PDB perkapita (LnPDBC) Jarak Ekonomi (LnJE)

94

Harga (Ln HRG) Kurs Riil (LnKR) Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga

Konsumen (IHK) Persamaan hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah

LnVEL = -3370401 + 1746167 LnPDBC - 0875098 LnJE - 0369590 LnHRG +

0470691 LnKR + 1494300 LnPOP + 0003891 IHK

Keterangan

LnVEL Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional (persen)

LnPDBC Rata-rata PDB per kapita (persen)

LnJE Jarak ekonomi (persen)

LnHRG Harga lada (persen)

LnKR Kurs riil (persen)

LnPOP Populasi (persen)

IHK Indeks Harga Konsumen (persen)

522 Uji Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

Gambar 28 Uji Normalitas

Sumber Output Eviews

Berdasarkan Gambar 28 nilai stattistik Jarque-Bera lebih kecil dari nilai

chi-square (0659385 lt 59915) Sebaliknya nilai probabilitas lebih besar dari

taraf nyata lima persen (0719145 gt 005) Hasil ini menunjukkan bahwa nilai

residual terdistribusi dengan normal

95

523 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Tabel 14 Uji Multikolinearitas

LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

LnPDBC 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

LnJE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

LnHRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

LnKR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

LnPOP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000 Sumber Output Eviews

Berdasarkan correlation matrix nilai korelasi seluruh variabel bebas

kurang dari 085 Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara variabel

bebas Widarjono (2009 229) menyatakan bahwa data panel dapat mengatasai

masalah multikolinearitas sehingga permasalahan multikolinearitas dapat diatasi

2 Uji Heteroskedastisitas

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas

Metode Glejser

Variabel Koefisien Prob

C 4930401 04847

LnPDBC -0085616 08301

LnJE 0042988 08378

LnHRG -0206352 01878

LnKR -0300695 04211

LnPOP -0006353 09816

IHK 0013324 00302

Sumber Output Eviews

Berdasarkan tabel di atas seluruh nilai probabilitas variabel independen

lebih dari taraf nyata lima persen kecuali variabel IHK Nilai probabilitas IHK

lebih kecil dari taraf nayata lima persen (00302 lt 005) Namun Widarjono

(2009 130) menyatakan bahwa masalah heteroskedastisitas bisa diatasi dengan

96

Generalized Least Squares (GLS) Karena yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Random Effect Model yang sudah menggunakan pembobotan GLS maka

permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi

3 Uji Autokorelasi

Nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini adalah 1281398 Jika

mengikuti uji Durbin Watson penelitian ini mengandung masalah autokorelasi

karena 18280 gt 1281398 lt 2172 Namun permasalahan autokorelasi dapat

diatasi karena Random Effect Model telah menggunakan pembobotan

Generalized Least Squares (GLS) sehingga model telah terbebas dari masalah

autokorelasi (Widarjono 2009 151)

524 Uji Signifikansi

1 Uji F

Berdasarkan estimasi Random Effect Model nilai probabilitas F-statistik

lebih kecil dari taraf nyata lima persen (0000024 lt 005) Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yang terdiri dari rata-rata PDB per Kapita Jarak

Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap Volume Ekspor Lada Indonesia

2 Uji t

Signifikansi variabel ditunjukkan oleh nilai t-hitung yang lebih besar dari

t-tabel dan nilai probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen Nilai t-

tabel dalam penelitian ini adalah 1653 yang diperoleh dari df 183 (190-7)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model terdapat empat variabel signifikan

yaitu rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi

97

Nilai t-hitung dan probabilitas variabel rata-rata PDB per Kapita adalah

2797 gt 1653 dan 00057 lt 005 variabel Jarak Ekonomi adalah 2376 gt 1653

dan 00185 lt 005 variabel Harga adalah 1979 gt 1653 dan 00493 lt 005 serta

variabel Populasi adalah 3129 gt 1653 dan 00020 lt 005 Artinya variabel rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi berpengaruh signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Sedangkan nilai t-

hitung dan probabilitas variabel Kurs Riil adalah 1090 lt 1653 dan 0277 gt 005

serta variabel IHK adalah 0492 lt 1653 dan 06231 gt 005 Artinya variabel Kurs

Riil dan IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

3 Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model diperoleh nilai R Square

sebesar 0155065 Nilai ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK

mampu menjelaskan variabel dependen Volume Ekspor Lada sebesar 1551

sedangkan sisanya sebesar 8449 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam model persamaan penelitian ini

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per Kapita

Variabel rata-rata PDB per Kapita memiliki nilai probabilitas dan

koefisien sebesar 00057 dan 1746167 Artinya rata-rata PDB per kapita

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume ekspor lada Dengan

98

asumsi variabel lain konstan peningkatan satu persen rata-rata PDB per kapita

akan meningkatkan 1746167 persen volume ekspor lada Indonesia PDB

merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan beberapa hal

penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB merupakan

gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara (Rahardja dan Manurung

2008 223)

Pengaruh positif dan signifikan rata-rata PDB per kapita terhadap volume

ekspor lada sejalan dengan penelitian Dilanchiev (2012) yang menyatakan bahwa

rata-rata PDB per kapita antara Goergia dan negara tujuan ekspornya

berpengaruh positif terhadap volume perdagangan Georgia Pradipta dan Firdaus

(2014) juga menyatakan bahwa PDB per kapita suatu negara menggambarkan

kemampuan secara keseluruhan negara tersebut Semakin tinggi pendapatan

secara keseluruhan suatu negara maka semakin tinggi kemampuan negara

tersebut untuk melakukan ekspor dan impor Pada komoditi lada Ginting (2014)

menyatakan bahwa PDB per kapita berpengaruh terhadap perdagangan lada putih

dunia Begitu juga Permatasari (2015) menyatakan bahwa semakin besar GDP

per kapita riil suatu negara menunjukkan bahwa tingkat pendapatan negara

tersebut semakin besar yang akan mengakibatkan konsumsi yang semakin

99

meningkat Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan PDB per

kapita riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor lada

Amerika Serikat merupakan importir terbesar lada Indonesia Adapun

total ekspor lada Indonesia ke Amerikas Serikat selama kurun waktu 2004-2013

adalah sebanyak 185480 ton Dengan rata-rata PDB perkapita antara Indonesia

dan Amerika Serikat sebesar US$ 25139tahun telah meningkatkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia sebanyak 18548 tontahun Artinya rata-rata PDB

perkapita berpengaruh positif terhadap perdagangan lada Indonesia

2 Jarak Ekonomi

Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Nilai probabilitas dan koefisien jarak ekonomi adalah 00185 dan

-0875098 Dengan asumsi varaiabel lain konstan peningkatan satu persen Jarak

Ekonomi akan menurunkan 0875098 persen volume ekspor lada Indonesia Hasil

ini sesuai dengan penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009)

Dilanchiev (2012) serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak

ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan

Semakin jauh jarak ekonomi Indonesia dengan negara importir akan

menyebabkan semakin tinggi biaya transportasi yang dikeluarkan bagi kedua

negara Hal ini menyebabkan harga lada semakin mahal seiring dengan adanya

peningkatan biaya produksi yang diakibatkan semakin tingginya biaya

transportasi yang dibayarkan Kondisi ini akan menyebabkan turunnya daya beli

negara importir yang berdampak pada turunnya jumlah permintaan ekspor lada

100

Indonesia Adapun rata-rata jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara

importir lada Indonesia adalah sebagai berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000A

S

Aust

ralia

Be

land

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

Ind

ia

Ing

gri

s

Italia

Jepang

Jerm

an

Ka

nad

a

Ko

rsel

Mala

ysia

Pa

kist

an

Pera

nci

s

Ru

sia

Sin

gap

ura

Vie

tnam

(KM

)

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Sumber CEPII dan World Bank (2016) (Diolah)

Gambar 29 menujukkan bahwa jarak ekonomi terjauh Indonesia adalah

Amerika Serikat dengan rata-rata jarak ekonomi sebesar 585551 KM

Sedangkan jarak ekonomi terdekat Indonesia adalah Singapura dengan rata-rata

jarak ekonomi sebesar 523 KM Meskipun Amerika Serikat merupakan importir

terbesar lada Indonesia namun volume ekspor lada ke Amerika Serikat hanya

tiga kali volume ekspor lada ke Singapura Rata-rata volume ekspor lada

Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun sedangkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Singapura adalah 5902 tontahun Hal ini

menunjukkan bahwa semakin jauh jarak ekonomi akan menurunkan volume

ekspor Sebaliknya semakin dekat jarak ekonomi akan meningkatkan volume

ekspor

101

3 Harga

Variabel Harga memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar 00493

dan -0369590 Variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Artinya kenaikan satu persen harga akan menurunkan volume

ekspor sebesar 0369590 persen Hasil ini sesuai dengan hukum permintaan yaitu

semakin murah harga suatu barang maka permintaan akan bertambah

Sebaliknya semakin mahal harga suatu barang maka permintaan akan menurun

dengan asumsi ceteris paribus (Rahardja dan Manurung 2008 24) Selain itu

hasil negatif dan signifikannya harga terhadap volume ekspor lada juga sejalan

dengan hasil penelitian Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa

meningkatnya harga ekspor mangga berpengaruh terhadap penurunan volume

eskpor mangga Begitu juga hasil penelitian Ginting (2014) yang menyatakan

bahwa kenaikan dan penurunan harga lada hitam dan putih dunia berpengaruh

terhadap kenaikan dan penurunan volume ekspor lada putih Adapun rata-rata

harga lada Indonesia di negara-negara importir adalah sebagi berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

AS

Aust

ralia

Bela

nda

Be

lgia

Bulg

aria

Ho

ng

kon

g

India

Inggris

Ita

lia

Jep

an

g

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysi

a

Paki

stan

Pera

nci

s

Rusi

a

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(US

$T

on

)

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

102

Gambar 30 menunjukkan bahwa rata-rata harga lada tertinggi adalah di

Jepang yaitu US$ 4974Ton Tingginya harga lada di Jepang menyebabkan

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang lebih kecil daripada ke Amerika Serikat

yang mempunyai rata-rata harga lebih murah yaitu US$ 3710Ton Rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang adalah 1448 tontahun sedangkan rata-

rata volume ekspor lada Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun

4 Populasi

Nilai probabilitas dan koefisien varibel Populasi adalah signifikan positif

yaitu 00020 dan 1494300 Artinya kenaikan satu persen populasi negara

importir akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia ke negara importir

sebesar 1494300 persen Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Sitorus

(2009) dan Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa populasi negara

importir berpengaruh positif signifikan terhadap volume ekspor

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi

secara menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga

relatif rendah (Rahardja dan Manurung 2008 267) Sitorus (2009 41) juga

menyatakan bahwa pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar Oleh sebab itu meningkatnya

populasi negara importir akan meningkatkan kebutuhan dan konsumsinya

Terlebih jika produksi dalam negeri negara importir tidak mencukupi maka

ekspor merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan penduduknya

103

Pertumbuhan penduduk dunia dalam kurun waktu 2004-2013 terus

mengalami peningkatan Hal ini juga terjadi pada negara-negara importir lada

Indonesia yang selanjutnya berpengaruh terhadap banyaknya volume impor lada

dari Indonesia Adapun populasi negara importir adalah sebagai berikut

0

200000000

400000000

600000000

800000000

1000000000

1200000000

1400000000

AS

Au

str

alia

Be

lan

da

Be

lgia

Bu

lga

ria

Ho

ng

ko

ng

Ind

ia

Ing

gris

Ita

lia

Je

pa

ng

Jerm

an

Ka

na

da

Ko

rse

l

Ma

laysia

Pakis

tan

Pe

ran

cis

Rusia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

(Jiw

a)

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

India merupakan negara dengan jumlah terbanyak kedua di dunia setelah

Cina Dalam perdagangan lada Indonesia India menempati urutan pertama

dengan rata-rata jumlah penduduk sebanyak 1204529087 jiwa Disusul

Amerika serikat dengan jumlah penduduk sebanyak 305039425 jiwa Dengan

banyaknya jumlah penduduk di kedua negara tersebut Indonesia mengekspor

rata-rata lada sebanyak 4676 tontahun ke India dan 18548 tontahun ke

Amerika Serikat India mengimpor lada lebih sedikit dari Amerika Serikat karena

India merupakan salah satu negara produsen lada terbanyak ketiga di dunia

sehingga India mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan penduduknya

sendiri

104

5 Kurs Riil

Variabel Kurs Riil memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar

02770 dan 0470691 Artinya kurs riil tidak berpengaruh signifikan terhadap

volume ekspor lada Adapun kurs riil Indonesia dengan negara-negara importir

adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

AS

Austr

alia

Bela

nda

Belg

ia

Bulg

aria

Hongkong

India

Inggris

Italia

Jepang

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysia

Pakis

tan

Pera

ncis

Rusia

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(Rp

US

$)

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Berdasarkan Gambar 32 kurs riil Indonesia dengan negara-negara

importir murah dan relatif stabil sehingga tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia Pengaruh signifikan nilai tukar riil

terhadap ekspor terjadi saat rupiah terdepresiasi Hal ini akan menyebabkan harga

barang-barang ekspor menjadi lebih murah dan meningkatkan volume ekspor

6 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Selanjutnya yang tidak berpengaruh signifikan adalah variabel IHK Nilai

probabilitas dan koefisien sebesar 06231 dan 0003891 yang berarti variabel

105

IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada Hal ini

dikarenakan IHK negara importir tidak mengalami peningkatan yang signifikan

Adapun IHK negara importir selama tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

75

80

85

90

95

100

105

AS

Aust

ralia

Bela

nd

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

India

Inggris

Italia

Jep

an

g

Jerm

an

Ka

na

da

Kors

el

Ma

lays

ia

Paki

sta

n

Pe

ran

cis

Ru

sia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

IHK

(

)

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Rata-rata IHK negara importir kurang dari seratus persen kecuali Jepang

yaitu 100475 Artinya harga dalam negeri negara importir relatif stabil

Sehingga daya beli konsumen dalam negeri negara importir menjadi stabil dan

tidak berpengaruh terhadap permitaan lada Indonesia

106

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian dengan judul

ldquoAnalisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasionalrdquo selama tahun 2004-2013 dapat

disimpulkan beberapa hal berikut

1 Lada Indonesia secara komparatif telah berdayasaing kuat di Rusia

Vietnam Perancis Jerman Hongkong Amerika Serikat Bulgaria

Belanda Belgia India Singapura Kanada Italia Australia Inggris dan

Jepang Namun tidak berdayasaing di Korea Malaysia dan Pakistan

Selanjutnya secara kompetitif lada Indonesia berada pada posisi Rising

Star di Belanda India Italia Jepang dan Jerman Posisi Falling Star di

Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia Posisi Lost

Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura

Serta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Selain

itu Indonesia juga sudah layak menjadi eksportir lada dunia dengan

tingkat pertumbuhan tahap pertumbuhan dan kematangan

2 Faktor-faktor yang berpengruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapita jarak

ekonomi harga dan populasi Sedangkan kurs riil dan IHK tidak

berpengaruh signifikan

107

62 Saran

Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa saran untuk meningkatkan

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional diantaranya adalah meningkatkan

produktivitas lada nasional Produktivitas lada yang tinggi akan menambah

persediaan lada nasional Sehingga selain konsumsi dalam negeri terpenuhi

persediaan untuk ekspor juga menjadi lebih banyak Selain itu produktivitas lada

yang tinggi akan membuat harga lada Indonesia menjadi lebih murah karena

terjadi economic of scale

Selanjutnya yaitu meninggalkan negara-negara yang berada pada posisi

retreat dan mencari negara tujuan ekspor lada lain Dengan begitu Indonesia

diharapkan mampu membuka peluang untuk menjadi eksportir utama lada di

negara-negara lainnya Sehingga nilai ekspor lada Indonesia akan meningkat dan

memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia

Jarak ekonomi merupakan hambatan yang berpengaruh nyata terhadap

volume ekspor lada Oleh sebab itu maka pemerintah perlu meningkatkan

efisiensi sarana transportasi Dengan sarana transportasi yang lebih efisien maka

biaya yang dikeluarkan untuk proses distribusi lada akan lebih murah Sehingga

harga lada juga akan menjadi lebih murah

Selain jarak ekonomi populasi adalah salah satu faktor yang berpengaruh

nyata dan cukup besar terhadap volume ekspor lada Oleh sebab itu Indonesia

harus meningkatkan volume ekspor ladanya ke negara-negara yang berpopulasi

tinggi Hal ini dikarenakan populasi yang tinggi diindikasikan memiliki tingkat

konsumsi yang tinggi pula

108

Terakhir yaitu menambahkan variabel-variabel lain untuk penelitian-

penelitian lada selanjutnya Adapun variabel-variabel yang dipilih adalah

variabel-variabel yang berkaitan dan diduga berpengaruh terhadap perdagangan

internasional Sehingga mampu memberikan informasi yang lebih banyak lagi

bagi pihak-pihak yang berkepentingan

109

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Feira dkk 2015 Posisi Dayasaing Dan Spesialisasi Perdagangan Lada

Indonesia Dalam Menghadapi Globalisasi (Studi Pada Ekspor Lada

Indonesia Tahun 2009-2013 Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 27(2) 1-7

Azwar Saifuddin 2013 Metode Penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik 2016 Ekspor dan Impor Diakses dari

httpswwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid1002 pada tanggal 16 Mei

2016

2016 Produk Domestik Bruto (Lapangan Usaha)

Diakses dari

httpswwwbpsgoidSubjekviewid11subjekViewTab1|accordion-

daftar-subjek2 pada tanggal 16 Mei 2016

Bappenas 2009 Trade and Investment in Indonesia A Note on Competitiveness

and Future challenge Jakarta Bappenas

Basri Munandar dan Munandar Haris 2010 Dasar-Dasar Ekonomi

Internasional Jakarta Prenada Media Group

Bergstrand Jeffrey H 1985 The Gravity Equation in International Trade Some

Microeconomic Foundations and Empirical Evidance JSTOR 67(3) 474-

481

Bustami Budi Ramanda dan Hidayat Paidi 2013 Analisis Dayasaing Produk

Ekspor Provinsi Sumatera Utara Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1(2) 56-

71

Case Karl E dan Fair Ray C 2002 Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro Jakarta

PT Prenhallindo

CEPII 2016 GeoDist Diakses dari

httpwwwcepiifrCEPIIenbdd_modelepresentationaspid=6 pada

tanggal 16 Mei 2016

Daras Usma dan Pranowo D 2009 Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung

dan Alternatif Pemulihannya Jurnal Litbang Pertanian 28(1) 1-6

Daryanto 2011 Sari Kuliah Manajemen Pemasaran Bandung PT Sarana

Tutorial Nurani Sejahtera

110

Dilanchiev Azer 2012 Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern Gravity

Model Jurnal of Social Sciences 1(1) 75-78

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 Statistik

Perkebunan Indonesia Komoditas Lada Ditjen Perkebunan Jakarta

Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian

Ginting Kristiawan Hadinata 2014 Analisis Posisi Lada Putih Indonesia di

Pasar Lada Putih Dunia Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor

Ghozali Imam 2006 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

2009 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Edisi Keempat Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

Halwani R Hendra 2002 Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi

Jakarta Ghalia Indonesia

Horizon Pacific 2016 Vietnam Has To Import High Quality Pepper for Export

Diakses dari httpbvtvhpcomenagricultural-newsvietnam-has-to-

import-high-quality-pepper-for-exporthtml pada tanggal 1 November

2016

International Pepper Community 2013 Pepper Statictical Yearbook 2013

International Pepper Community Jakarta IPC

2016 Statistik Jakarta IPC

Kementerian Perdagangan 2008 ISP (Index Spesialisasi Perdagangan) Diakses

dari httpwwwkemendaggoidaddonisp pada tanggal 12 Desember

2016

2011 Kajian Kebijakan Pengembangan Diversifikasi

Pasar dan Produk Ekspor Jakarta Pusat Kebijakan Perdagangan luar

Negeri Badan pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Kotabe Masaaki dan Helsen Kristian 2010 Global Marketing Management (5th

Edition) United Satates of America Wiley

Kotler Philip dan Keller Kevin Lane 2009 Manajemen Pemasaran Edisi Ke

Dua Belas Jakarta PT Indeks

Krugman Paul 2008 Trade and Geography-Economies of Scale Differentiated

Products and Transport Cost The Prize in Economic Sciences 2008 The

111

Royal Swedish Academy of Sciences KUNGL

VETENSKAPSAKADEMIEN

Lawless Martina dan Whelan Karl 2007 Anote on Trade Costs and Distance

Working Paprer Series Universuty College Dublin

Li Kunwang Song Ligang dan Xingjun Zhao 2008 Component Trade and

Chinas Global Economic Integration World Institute for Development

Economics Research 101(2) 1-25

Mankiw N Gregory Euston Quah dan Peter Wilson 2012 Pengantar Ekonomi

Makro Jakarta Salemba Empat

Mayer Thierry dan Soledad Zignago 2011 Notes on CEPIIrsquoS distance

measures The GeoDist database CEPII WP 25(1) 1-47

Menteri Perdagangan Republik Indonesia 2012 Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 13M-DAGPER32012

Jakarta Kementerian Perdagangan

Permatasari Nadia 2015 Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ekspor Lada Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Skripsi

S1 Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Pradipta Amalia dan Firdaus Muhammad 2014 Posisi Dayasaing dan Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia Jurnal

Manajemen amp Agribisnis 11(2) 129-143

Rahardja Prathama dan Manurung Mandala 2008 Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikroekonomi amp Makroekonomi) Jakarta Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonommi Universitas Indonesia

Rivaie Arivin dan Pasandaran Effendi 2014 Dukungan Teknologi dan

Kelembagaan untuk Memperkuat Dayasaing Komoditas Lada Diakses

dari

httpwwwlitbangpertaniangoidbukumemperkuat_dayasaing_produk_

peBAB-III-12pdf pada tanggal 19 Mei 2016

Salvatore Dominick 1997 Ekonomi Internasional Jakarta Erlangga

Sarwoko 2009 Perdagangan Bilateral antara Indonesia dengan Negara-Negara

Patner Dagang Utama dengan Menggunakan Model Gravitasi Jurnal

Ilmiah MTG 2(1) 1-12

112

Sitorus Maria 2009 Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao Di Bawah Pengaruh

Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi) Skripsi

S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Soepanto Achmad 2006 Petani dan Kemiskinan di India dan Negara Lainnya

Artikel Pangan 46(15) 56-62

Sugiyono 2011 Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RampD Bandung

Alfabeta

Suliyanto 2011 Ekonometrika Terapan Teori amp Aplikasi dengan SPSS

Yogyakarta CV ANDI OFFSET

Sutarno dan Agus Andoko 2015 Budidaya Lada Si Raja Rempah-Rempah

Tangerang AgroMedia Pustaka

Tambunan Tulus TH 2004 Globalisasi dan Perdagangan Internasional

Bogor Ghalia Indonesia

Ton Nguyen tang dan Buu Bui chi 2011 How to Prevent The Most Serious

Diseases of Black Paper (Piper Ningrum L) A Case Study of Vietnam

Vietnam IAS

UN Comtrade 2016 International Trade in Goods based on UN

Comtrade data Diakses dari httpcomtradeunorglabsBIS-

trade-in-goodsreporter=826ampyear=2014ampflow=2 pada tanggal

16 Mei 2016

UN CTAD 2016 Currency Exchange Rates Annual 1970-2015 Diakses dari

httpunctadstatunctadorgwdsTableViewertableViewaspxReportId=

117 pada 16 Agustus 2016

Wahyu Kukuh 2014 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia Diakses dari

httpcybexpertaniangoidmateripenyuluhandetail9004sejarah-

tanaman-lada-di-indonesia pada tanggal 3 September 2016

Widarjono Agus 2009 Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga

Yogyakarta EKONISIA

World Bank 2016 Data Indicators Diakses dari

httpdataworldbankorgindicator pada tanggal 16 Mei 2016

Yogesh MS dan Mokshapathy S 2013 Production and Export Performance of

Black Paper International Jurnal of Humanities and social science

invention 2(4) 36-44

113

Zarzoso Inmaculada Martinez dan Lehmann Felicitas Nowak 2003 Augmented

Gravity Model An Empirical Application To Mercosur-Europen Union

Trade Flows Journal of Applied Economics 6(2) 291-316

114

Lampiran 1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 AS 9374 9977 8715 7325 8767 19495 86622

2005 AS 9489 10034 8724 7229 8915 19504 89561

2006 AS 9633 10086 8725 7518 8949 19514 92450

2007 AS 9744 10125 8679 8070 8981 19523 95087

2008 AS 10143 10138 8643 8088 9095 19533 98737

2009 AS 10119 10112 8678 7846 9215 19542 98386

2010 AS 10131 10156 8655 8238 9115 19550 100000

2011 AS 9635 10193 8613 8615 9100 19558 103157

2012 AS 10040 10224 8643 8830 9190 19565 105292

2013 AS 9592 10245 8668 8885 9346 19573 106834

2004 Australia 6112 9667 4600 7302 8796 16818 84125

2005 Australia 6533 9777 4667 7391 8951 16831 86370

2006 Australia 5903 9844 4686 7776 8982 16846 89426

2007 Australia 5613 9972 4729 8224 9019 16852 91512

2008 Australia 6218 10162 4888 8354 9129 16872 95495

2009 Australia 6305 10021 4815 8034 9227 16892 97233

2010 Australia 6835 10221 4964 8367 9115 16908 100000

2011 Australia 6009 10402 5082 8751 9099 16922 103304

2012 Australia 5975 10482 5173 9027 9191 16939 105125

2013 Australia 5386 10481 5184 9009 9337 16956 107700

2004 Belanda 7316 9931 5463 7550 8716 16606 91093

2005 Belanda 7573 9972 5450 7608 8881 16608 92618

2006 Belanda 7379 10044 5463 7772 8935 16609 93699

2007 Belanda 7932 10187 5517 8321 8979 16612 95212

2008 Belanda 7877 10294 5573 8398 9107 16616 97579

2009 Belanda 7483 10207 5542 8275 9211 16621 98741

2010 Belanda 7847 10194 5456 8475 9115 16626 100000

2011 Belanda 7262 10261 5445 8927 9108 16631 102341

2012 Belanda 7587 10188 5359 9046 9194 16634 104854

2013 Belanda 7891 10223 5395 9054 9340 16637 107483

115

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Belgia 5347 9818 4908 7690 8751 16159 87958

2005 Belgia 5631 9858 4896 7643 8906 16165 90407

2006 Belgia 5018 9914 4897 8006 8953 16171 92026

2007 Belgia 5542 10049 4948 8220 8995 16179 93703

2008 Belgia 5682 10138 4989 8423 9104 16187 97910

2009 Belgia 5313 10068 4978 8161 9220 16195 97858

2010 Belgia 5517 10076 4915 8325 9115 16204 100000

2011 Belgia 4906 10153 4923 8736 9097 16218 103532

2012 Belgia 5413 10095 4856 8944 9178 16225 106472

2013 Belgia 6126 10132 4896 9088 9338 16230 107658

2004 Bulgaria 3525 7720 2106 6918 8991 15867 69237

2005 Bulgaria 2708 7847 2184 7661 9123 15862 72726

2006 Bulgaria 4064 8014 2269 6787 9118 15857 78007

2007 Bulgaria 3219 8268 2445 8139 9098 15836 84561

2008 Bulgaria 3911 8462 2591 7979 9134 15829 95003

2009 Bulgaria 4567 8436 2594 7647 9223 15823 97619

2010 Bulgaria 4754 8505 2497 7904 9115 15816 100000

2011 Bulgaria 4365 8648 2550 7797 9090 15810 104220

2012 Bulgaria 3985 8616 2479 8512 9171 15804 107299

2013 Bulgaria 3466 8638 2510 7919 9332 15799 108254

2004 Hongkong 5333 9476 2839 7305 8742 15730 88753

2005 Hongkong 5236 9544 2854 6925 8916 15734 89487

2006 Hongkong 4626 9610 2863 7614 8961 15741 91320

2007 Hongkong 5062 9694 2862 8255 9001 15749 93154

2008 Hongkong 4967 9732 2845 8303 9111 15755 97188

2009 Hongkong 5029 9710 2877 8064 9221 15758 97800

2010 Hongkong 4937 9789 2882 8386 9115 15765 100000

2011 Hongkong 4738 9873 2887 8767 9080 15772 105257

2012 Hongkong 5085 9914 2933 8991 9150 15783 109535

2013 Hongkong 4963 9952 2975 9027 9278 15788 114303

116

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 India 7997 6797 4659 7046 9083 20842 63147

2005 India 7786 6904 4748 7072 9223 20858 65828

2006 India 8219 7093 4822 7321 9229 20873 69874

2007 India 8178 7283 4998 7864 9227 20889 74325

2008 India 8709 7375 4933 8058 9299 20903 80532

2009 India 9036 7435 5099 7656 9312 20917 89292

2010 India 8607 7722 5262 8052 9115 20931 100000

2011 India 8388 7844 5245 8567 9046 20944 108858

2012 India 8707 7853 5240 8823 9067 20957 118995

2013 India 8229 7841 5255 8756 9134 20970 131975

2004 Inggris 5883 9890 6762 7702 8779 17910 85594

2005 Inggris 5375 9936 6758 7690 8940 17917 87348

2006 Inggris 4796 10002 6770 7695 8982 17924 89386

2007 Inggris 3401 10132 6817 8438 9019 17932 91461

2008 Inggris 4990 10072 6703 8093 9136 17940 94766

2009 Inggris 4331 9889 6571 8296 9231 17947 96819

2010 Inggris 4094 9938 6548 8570 9115 17955 100000

2011 Inggris 2459 10014 6547 8540 9087 17963 104484

2012 Inggris 5386 10021 6550 8825 9169 17970 107432

2013 Inggris 4487 10042 6575 9140 9315 17976 110177

2004 Italia 3401 9690 6440 7437 8737 17871 89201

2005 Italia 5088 9718 6415 6761 8899 17875 90984

2006 Italia 4663 9770 6407 7972 8944 17878 92867

2007 Italia 3401 9892 6442 7818 8986 17883 94559

2008 Italia 4956 9971 6471 8231 9105 17890 97750

2009 Italia 5308 9884 6437 8123 9214 17895 98483

2010 Italia 5760 9878 6349 8218 9115 17898 100000

2011 Italia 5209 9952 6340 8498 9104 17899 102741

2012 Italia 6091 9866 6236 8850 9184 17902 105866

2013 Italia 5084 9878 6257 9004 9343 17914 107158

117

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Jepang 7082 9841 6704 7842 8616 18666 100692

2005 Jepang 7233 9827 6630 7708 8801 18666 100417

2006 Jepang 7254 9789 6527 7697 8863 18666 100658

2007 Jepang 7292 9795 6436 8324 8923 18668 100717

2008 Jepang 7554 9904 6491 8447 9062 18668 102100

2009 Jepang 7220 9942 6585 8266 9191 18668 100725

2010 Jepang 7297 10045 6612 8497 9115 18668 100000

2011 Jepang 7213 10124 6606 8982 9134 18666 99717

2012 Jepang 7199 10135 6604 9078 9244 18664 99683

2013 Jepang 7361 9957 6404 9045 9411 18662 100042

2004 Jerman 7549 9779 6902 7640 8717 18229 91049

2005 Jerman 7364 9797 6861 7573 8883 18228 92458

2006 Jerman 7632 9853 6854 7860 8933 18227 93916

2007 Jerman 7822 9991 6899 8342 8970 18225 96075

2008 Jerman 7757 10083 6933 8335 9097 18224 98600

2009 Jerman 7646 9999 6896 8274 9209 18221 98908

2010 Jerman 7713 10019 6835 8560 9115 18220 100000

2011 Jerman 7186 10118 6853 9004 9111 18220 102075

2012 Jerman 7725 10080 6783 8971 9201 18203 104125

2013 Jerman 7671 10111 6833 9033 9356 18224 105692

2004 Kanada 4623 9715 6192 7335 8730 17281 89861

2005 Kanada 3930 9838 6270 7491 8890 17291 91850

2006 Kanada 4557 9952 6332 7476 8935 17299 93689

2007 Kanada 5509 10052 6350 8161 8974 17309 95693

2008 Kanada 5555 10102 6353 8316 9103 17319 97961

2009 Kanada 5621 9977 6287 7930 9216 17331 98254

2010 Kanada 5106 10138 6389 8177 9115 17342 100000

2011 Kanada 4829 10235 6415 8685 9103 17352 102912

2012 Kanada 5090 10243 6424 8879 9197 17364 104472

2013 Kanada 3817 10238 6425 8796 9359 17375 105452

118

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 KorSel 4673 9052 4822 6878 8799 17688 83830

2005 KorSel 5456 9206 4927 6738 8954 17690 86139

2006 KorSel 3022 9328 4991 7649 8997 17694 88070

2007 KorSel 6080 9432 5005 7866 9032 17699 90302

2008 KorSel 6001 9334 4838 8167 9139 17706 94523

2009 KorSel 6174 9240 4789 7981 9228 17711 97129

2010 KorSel 6226 9444 4922 8398 9115 17716 100000

2011 KorSel 5660 9540 4938 8897 9092 17723 104000

2012 KorSel 5580 9552 4945 8850 9180 17728 106280

2013 KorSel 4805 9603 5004 8994 9338 17732 107670

2004 Malaysia 3991 8019 1651 7391 8784 17048 85175

2005 Malaysia 4488 8136 1735 7163 8936 17066 87697

2006 Malaysia 6006 8267 1805 7663 8966 17084 90863

2007 Malaysia 6425 8423 1889 8235 9006 17101 92705

2008 Malaysia 6079 8581 2012 8426 9105 17119 97749

2009 Malaysia 6420 8474 1936 8181 9215 17136 98319

2010 Malaysia 7311 8716 2107 8104 9115 17152 100000

2011 Malaysia 6870 8859 2185 8844 9100 17168 103200

2012 Malaysia 6836 8891 2229 9050 9193 17184 104908

2013 Malaysia 6553 8896 2250 9115 9343 17199 107117

2004 Pakistan 3508 6804 2856 6668 9302 18828 50720

2005 Pakistan 4538 6896 2912 6567 9397 18848 55317

2006 Pakistan 4776 7118 3082 6883 9386 18869 59699

2007 Pakistan 5656 7249 3097 7436 9373 18889 64235

2008 Pakistan 5542 7381 3153 7525 9341 18910 77266

2009 Pakistan 4654 7400 3198 7253 9329 18931 87811

2010 Pakistan 5227 7642 3191 7528 9115 18952 100000

2011 Pakistan 4333 7799 3300 8257 9019 18973 111917

2012 Pakistan 4641 7817 3339 8531 9036 18994 122756

2013 Pakistan 4936 7805 3362 7644 9133 19015 132195

119

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Perancis 4750 9771 6667 7166 8716 17954 91166

2005 Perancis 4628 9802 6648 7407 8880 17961 92748

2006 Perancis 5893 9856 6646 7994 8929 17968 94310

2007 Perancis 5547 9986 6692 8482 8974 17975 95713

2008 Perancis 6881 10077 6732 8356 9099 17980 98407

2009 Perancis 6200 9996 6707 8345 9214 17985 98493

2010 Perancis 6727 9995 6628 8373 9115 17990 100000

2011 Perancis 6403 10074 6629 8882 9110 17995 102117

2012 Perancis 6312 10011 6553 8943 9201 18000 104115

2013 Perancis 6888 10048 6594 8971 9363 18005 105014

2004 Rusia 6762 7873 5102 7127 9230 18786 54527

2005 Rusia 6998 8100 5303 7095 9292 18782 61443

2006 Rusia 5878 8356 5506 7434 9265 18779 67395

2007 Rusia 6120 8609 5689 8005 9239 18777 73454

2008 Rusia 6303 8840 5881 8007 9259 18777 83820

2009 Rusia 6994 8597 5631 7847 9265 18777 93602

2010 Rusia 7581 8839 5791 8182 9115 18777 100000

2011 Rusia 5323 9097 6000 8613 9050 18778 108428

2012 Rusia 7414 9151 6056 8758 9111 18780 113934

2013 Rusia 6330 9168 6077 8762 9216 18782 121655

2004 Singapura 9148 9566 1307 7612 8755 15243 87641

2005 Singapura 9221 9653 1361 7679 8932 15266 88014

2006 Singapura 9121 9775 1454 7802 8988 15297 88912

2007 Singapura 8540 9930 1561 8281 9027 15339 90775

2008 Singapura 8408 9950 1574 8316 9116 15392 96693

2009 Singapura 7928 9924 1631 8168 9226 15422 97276

2010 Singapura 8448 10121 1777 8458 9115 15440 100000

2011 Singapura 8288 10253 1851 8704 9080 15461 105253

2012 Singapura 8132 10278 1890 8855 9146 15486 110019

2013 Singapura 8692 10296 1922 8949 9293 15502 112636

2004 Vietnam 5937 6778 1258 7736 9215 18215 55343

2005 Vietnam 5799 6889 1356 7075 9317 18227 59926

2006 Vietnam 7098 7085 1441 7770 9311 18238 64352

2007 Vietnam 7699 7237 1505 8059 9291 18249 69695

2008 Vietnam 8356 7418 1699 8200 9236 18260 85806

2009 Vietnam 8536 7466 1823 7895 9283 18270 91860

2010 Vietnam 9549 7709 1852 8269 9115 18281 100000

2011 Vietnam 8468 7861 1930 8811 8960 18291 118677

2012 Vietnam 9754 7911 2059 8718 8983 18302 129470

2013 Vietnam 9394 7926 2148 8807 9090 18313 138005

120

Lampiran 2 Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests

Equation MFE

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic df Prob

Cross-section F 35344282 (18165) 00000

Cross-section Chi-square 300230681 18 00000

Lampiran 3 Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation MRE

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq Statistic Chi-Sq df Prob

Cross-section random 6135526 6 04082

121

Lampiran 4 Random Effect Model

Dependent Variable VEL

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2240

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

PDB 1746167 0624211 2797399 00057

JE -0875098 0368245 -2376400 00185

HRG -0369590 0186750 -1979056 00493

KR 0470691 0431727 1090252 02770

POP 1494300 0477598 3128784 00020

IHK 0003891 0007904 0492247 06231

C -3370401 1093813 -3081331 00024

Effects Specification

SD Rho

Cross-section random 1406328 08221

Idiosyncratic random 0654154 01779

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Mean dependent var 0925488

Adjusted R-squared 0127363 SD dependent var 0700525

SE of regression 0654396 Sum squared resid 7836682

F-statistic 5597464 Durbin-Watson stat 1281398

Prob(F-statistic) 0000024

Lampiran 5 Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

122

Lampiran 6 Multikolinearitas

PDB JE HRG KR POP IHK

PDB 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

JE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

HRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

KR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

POP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000

Lampiran 7 Heteroskedastisitas

Dependent Variable RESABS

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2241

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

C 4930401 7042199 0700122 04847

PDB -0085616 0398468 -0214862 08301

JE 0042988 0209647 0205052 08378

HRG -0206352 0156089 -1322014 01878

KR -0300695 0372917 -0806332 04211

POP -0006353 0274805 -0023117 09816

IHK 0013324 0006101 2183942 00302

123

Lampiran 8 Hasil RCA

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 1361 1282 1635 2501 2944 2460 2858 1526 3246 1941 21754 2175

Australia 411 572 335 306 528 408 835 354 438 272 4458 446

Belanda 1003 1219 1025 2719 2199 1427 2040 1024 1723 2417 16796 1680

Belgia 988 1265 800 1222 1647 962 1380 823 1669 4305 15061 1506

Bulgaria 951 1218 2756 2278 865 3504 4003 2079 3257 1103 22014 2201

Hongkong 1185 1061 976 2617 2310 1995 2245 1361 3045 2899 19695 1970

India 446 377 631 717 1240 970 756 644 939 508 7228 723

Inggris 869 490 252 111 345 162 151 024 544 294 3243 324

Italia 156 443 829 143 719 835 1101 450 1703 764 7142 714

Jepang 150 143 126 157 239 155 168 169 215 243 1763 176

Jerman 1877 1356 2080 2560 2892 1960 2383 1698 2374 2657 21839 2184

Kanada 445 256 362 1547 1430 1180 740 588 961 244 7753 775

KorSel 010 022 005 125 140 140 145 074 071 072 804 080

Malaysia 005 005 030 049 041 034 060 072 098 135 531 053

Pakistan 008 038 036 051 032 030 033 013 022 019 282 028

Perancis 282 354 1772 1704 4756 2210 3133 2650 2886 4875 24621 2462

Rusia 5821 3967 1540 3056 4117 4924 7174 824 6709 2087 40220 4022

Singapura 1249 1336 1047 824 725 508 838 528 496 588 8140 814

Vietnam 2751 2511 1874 1388 2519 2359 3096 2020 3049 3523 25090 2509

124

Lampiran 9 Hasil EPD

Negara X () Y () Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea Selatan 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat

125

Lampiran 10 Hasil Indeks ISP

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 0999 0997 1000 1000 0999 0998 0998 0999 0998 0997 9985 0999

Australia 0951 0994 0880 0984 0981 0965 0981 0942 0943 0915 9536 0954

Belanda 1000 1000 0999 0999 0999 0995 0993 0992 0993 0993 9963 0996

Belgia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Bulgaria 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Hongkong 0741 0720 0848 0936 0550 0997 1000 0530 0999 0999 8320 0832

India 0387 0330 0185 0183 0422 0446 0336 0390 0506 0145 3327 0333

Inggris 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Italia 1000 1000 1000 0979 0999 1000 1000 1000 1000 1000 9978 0998

Jepang 0998 1000 0999 0999 1000 1000 1000 0988 0982 1000 9965 0997

Jerman 0998 0997 0995 0987 0976 0991 0982 0976 0986 0981 9868 0987

Kanada 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

KorSel 0439 0723 0080 0977 0948 0976 0910 0849 0876 0884 7662 0766

Malaysia 0213 -0460 0212 0619 0338 0185 0255 0033 0043 0501 1938 0194

Pakistan 1000 1000 0653 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 9653 0965

Perancis 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 0998 0991 0999 9988 0999

Rusia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Singapura 0991 0984 0987 0999 0989 0959 0989 1000 0995 0999 9891 0989

Vietnam 0642 0911 0981 0990 0997 0842 0952 0772 0941 0965 8994 0899

126

Lampiran 11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

1 Pesaing di Korea

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Malaysia Cina India

2004 7 1 3 5 0

2005 22 1 4 4 0

2006 31 39 6 3 1

2007 27 25 5 3 2

2008 26 15 6 3 1

2009 24 7 5 3 0

2010 22 12 7 3 0

2011 16 8 6 3 5

2012 19 7 6 2 1

2013 25 2 9 1 1

Rata-Rata 22 12 6 3 1

2 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Brazil India

2004 351 0 3 2

2005 388 8 0 1

2006 323 9 2 0

2007 217 38 1 2

2008 67 9 1 11

2009 167 30 7 1

2010 59 26 6 7

2011 77 1 18 9

2012 64 45 10 8

2013 78 170 18 0

Rata-Rata 179 33 7 4

127

3 Malaysia

Tahun RCA

India Vietnam Cina

2004 30 4 7

2005 29 4 6

2006 42 5 4

2007 51 2 2

2008 25 3 3

2009 21 4 2

2010 32 3 2

2011 32 2 2

2012 36 2 1

2013 23 3 1

Rata-Rata 32 329 318

Lampiran 12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost

Opportunity

1 Pesaing di Amerika Serikat

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Peru Vietnam Peru Vietnam

2004 3029 3638 0426 0007 0457 0003

2005 4499 3433 0726 0007 -0004 0002

2006 4304 2518 -0130 -0001 -0191 0007

2007 3908 1100 -0203 -0002 -0524 0011

2008 4726 1822 0230 -0001 0520 0006

2009 3542 1625 -0304 0002 0163 0018

2010 2487 1749 -0275 0003 0120 0001

2011 2487 2552 -0087 -0004 0755 0004

2012 2220 1891 -0061 0001 -0360 0011

2013 1693 2215 -0081 0005 0748 0020

Rata-

Rata 3290 2254 0240 0017 1684 0082

128

2 Pesaing di Kanada

Tahun RCA

EPD

X Y

()

Vietnam Vietnam

2004 4943 -0032 0003

2005 6182 0231 0002

2006 4667 -0122 0001

2007 2499 -0247 0002

2008 2776 0105 0002

2009 3611 0264 0003

2010 3149 -0071 0001

2011 4053 0258 0002

2012 4846 0350 0003

2013 3830 0063 0009

Rata-

Rata 4056 0798 0028

3 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

EPD

X Y

()

India India

2004 206 0640 0159

2005 052 -0511 -0028

2006 014 -0082 0222

2007 244 1394 0084

2008 1133 5315 -0002

2009 053 -6476 -0024

2010 747 5203 0163

2011 910 -0910 -0232

2012 779 -0807 -0018

2013 012 -3721 0118

Rata-

Rata 415 0045 0440

129

4 Pesaing di Rusia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Polandia Cina Polandia Cina

2004 376 008 0656 0082 -0071 0091

2005 448 001 0341 0031 -0056 0143

2006 348 001 -0386 -0021 -0008 -0064

2007 439 016 0237 -0006 0200 0284

2008 519 016 0373 0028 -0018 -0101

2009 390 029 -0404 -0001 0129 -0070

2010 383 015 -0068 -0012 -0108 0251

2011 394 026 -0023 -0014 0130 -0039

2012 331 037 -0081 0029 0184 0100

2013 415 021 0359 0023 -0204 0151

Rata-

Rata 404 017 1004 0140 0177 0745

5 Pesaing di Singapura

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Sri

Lanka

India Vietnam Sri Lanka India

2004 1805 002 101 0589 0017 0000 0001 0148 0096

2005 958 027 118 -0791 0013 0001 -0001 0151 0093

2006 2467 221 137 1029 -0032 0007 -0001 0045 -0014

2007 2022 1966 456 -0058 0017 0066 0000 0924 -0026

2008 2556 002 259 0645 0003 -0074 -0001 -0455 0053

2009 3348 248 249 0667 -0006 0011 0001 -0075 -0016

2010 1848 613 236 -1873 -0018 0035 0003 0011 0024

2011 3765 062 200 1164 -0012 -0037 0006 0200 0165

2012 6148 858 189 2027 0005 0020 -0010 -0216 -0084

2013 5023 20694 114 -0433 0009 0632 0000 -0317 0011

Rata-

Rata 2994 2469 206 2966 -0005 0661 -0002 0416 0302

130

Lampiran 13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

1 Pesaing di Australia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() India Vietnam Spanyol India Vietnam Spanyol

2004 2923 881 765 0234 -0002 0106 0015 -0057 0015

2005 2790 420 1154 0118 0007 -0661 0055 0230 -0013

2006 4343 357 995 1033 -0003 0030 0052 -0208 -0007

2007 5156 317 682 0763 0003 -0229 -0035 -0091 0022

2008 3717 721 1115 -1005 0002 0970 -0014 0313 -0010

2009 3359 1111 1036 0436 0021 0051 -0084 -0138 -0007

2010 2467 1075 1375 -0956 -0003 -0171 -0010 0338 0004

2011 3339 1827 934 0938 0003 0555 -0034 -0238 0015

2012 2300 2124 797 -0613 0018 0787 0020 0064 0025

2013 1607 2390 754 -0880 -0004 0891 0021 0138 0026

Rata-

Rata 32 1122 961 0067 0043 2329 -0014 0353 0071

2 Pesaing di Bulgaria

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Spanyol Cina Vietnam Spanyol Cina

2004 66607 330 000 -0529 -0001 0444 -0033 0000 0081

2005 75167 763 000 1252 0001 0660 -0022 0000 0013

2006 25653 1183 042 -2783 0003 0390 -0027 0346 0541

2007 18728 1189 291 0111 0004 -0100 -0009 0598 -0496

2008 21814 620 385 2344 0009 -0746 0002 0378 0019

2009 14271 503 640 -2201 -0003 0392 0109 0489 -0060

2010 21838 474 388 0571 -0004 -0113 -0009 -0739 -0007

2011 40094 177 310 0220 -0006 -0130 0321 -0031 0059

2012 32244 230 248 0302 0003 0033 -0114 -0188 0009

2013 35369 179 518 0969 0002 0040 0148 1080 0029

Rata-

Rata 35178 565 282 0255 0007 0870 0366 1933 0188

131

3 Pesaing di Inggris

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Vietnam India Vietnam India

2004 2582 2162 0413 0003 0321 0004

2005 3584 2051 0188 -0001 0508 0029

2006 4787 2008 0294 0001 -0108 -0003

2007 4587 2190 0014 0001 0224 0002

2008 5680 2143 0282 0000 -0116 -0003

2009 4542 1550 -0164 0002 -0137 0029

2010 6570 1610 0754 0003 -0171 -0015

2011 6474 1467 0411 0007 0153 0021

2012 5749 1627 0253 0009 -0005 -0014

2013 4915 1147 0177 0011 -0114 0041

Rata-

Rata 4947 1796 2624 0037 0555 0090

4 Pesaing di Vietnam

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

India Brazil India Brazil

2004 037 000 0066 0014 0000 0002

2005 005 000 -0056 0007 0000 0005

2006 537 299 1108 0021 0092 0013

2007 1844 480 2732 0001 0083 0006

2008 776 1370 -1972 0033 0437 0008

2009 714 2330 -0041 0015 0515 0004

2010 510 968 -0463 0012 -0639 0002

2011 701 1494 0723 0030 0536 0018

2012 1240 104 1512 -0008 -0955 -0003

2013 798 456 -0562 0091 0279 0011

Rata-

Rata 716 750 3047 0217 0347 0065

132

Lampiran 14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

1 Algeria

2 Afghanistan

3 Argentina

4 Australia

5 Austria

6 Bahrain

7 Bangladesh

8 Belgia

9 Bulgaria

10 Canada

11 Cina

12 Columbia

13 Cook Isds

14 Cote drsquolvoire

15 Croatia

16 Denmark

17 Benin

18 Elsavador

19 Finland

20 France

21 Frm Sudan

22 Germany

23 Greece

24 Hongkong

25 Hungary

26 Ireland

27 Italy

28 Japan

29 Jordan

30 Dem Peoplersquos Rep Of Korea

31 Rep Of Korea

32 Malaysia

33 Other Asia nes

34 Nepal

35 Netherland

36 Nigeria

37 Pakistan

38 Philippine

39 Poland

40 Portugal

41 Timor Leste

42 Russia Federation

43 Senegal

44 India

45 Singapore

46 Sri Lanka

47 Vietnam

48 Turkey

49 Ukraine

50 United Kingdom

51 United State of Amerika

52 Dominica

53 Saudi Arabia

54 Sweden

55 Egypt

56 Myanmar

57 Domonica Rep

58 Rumania

59 Haiti

60 Kuwait

61 Marocco

62 Thailand

63 Jamaica

64 Mexico

65 Israel

66 Lithuaria

67 Mauritius

68 Togo

69 Venezuela

70 Yemen

71 Lebanon

72 Latvia

73 Mauritania

74 Slovenia

75 South Africa

76 Spain

77 Switzerland

78 Syiria

79 Uni Emirat Arab

80 Tunisia

133

Page 4: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

DAFTAR RIWAYATHIDUP

Nama Dewi Susilawati

Jenis Kelamin Perempuan

Tempat Tangal Lahir Tangerang 3 April 1994

Agama Islam

Alamat Kp Pasir Gaok RTRW 003003 Desa Palasari

Kec Legok Kab Tangerang 15820

No Hp 089680674938085285647162

Email ddewcleopatragmailcom

Formal

2012 - 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2009 - 2012 MAN Cipasung

2008 - 2005 MTs Cipasung

1999 - 2005 SDN Palasari IV

Non Formal

2008 - 2012 Pondok Pesantren Cipasung

2012 - 2014 Mahad Al-Jamirsquoah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2006 - 2007 Bendahara OSIS MTs Cipasung

2010 - 2011 Pengurus Asrama Raudlatul Banat 1 Bidang Pendidikan

2013 - 2014 Anggota Bidang Kerumah Tanggaan Organisasi Mahasantri

Mahad (OMM)

Data Diri

Riwayat Pendidikan

Pengalaman Organisasi

2013 - 2014 Anggota Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMABI) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2014 - 2015 Bendahara Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis

2015 Bakso Sehat Bakso Atom

2013 Mentor Agricam Angkatan 2013

2013 Panitia Bidikmisi Ambassador 2014

2014 Panitia AGRIrsquoS EVENT 2014

2015 Panitia AGRIrsquoS EVENT 2015

2015 Volunteer Santunan 1000 Anak Yatim Nasional

2016 Committee in The International Conference on Science and

Technology (ICOSAT)

2011 Juara 2 Cerdas Cermat Bahasa Arab Pagelaran Seni Bahasa dan

Budaya Arab (PERSADA) 2011 Tingkat Jawa Barat Keluarga

Mahasiswa Bahasa Arab (KEMABA) Universitas Pendidikan

Indonesia

2015 Essay terbaik COINS - Ekonomi Islam

Pengalaman Kerja

Prestasi

Pengalaman Lainnya

RINGKASAN

Dewi Susilawati Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang MempengaruhiVolume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional Di bawah bimbingan IwanAminudin dan Puspi Eko Wiranthi

Lada merupakan salah satu komoditi unggulan ekspor IndonesiaBerdasarkan data International Pepper Community (2013) Indonesia merupakanprodusen dan eksportir kedua lada dunia setelah Vietnam Dalam kurun waktusepuluh tahun yaitu tahun 2004-2013 neraca perdagangan lada Indonesia adalahpositif dan produktivitasnya tinggi Hal ini sejalan dengan permintaan lada duniayang juga meningkat sebesar 2962 Besarnya pertumbuhan permintaan ladadunia mendorong negara-negara eksportir untuk meningkatkan ekspor ladanyaAdapun negara-negara eksportir lada yang mejadi pesaing utama lada Indonesiaadalah Vietnam dan Brazil

Berdasarkan data UN Comtrade (2016) terdapat sembilan belas negara yangmenjadi tujuan ekspor lada Indonesia secara kontinu dari tahun 2004-2013 yaituAmerika Serikat Australia Belanda Belgia Bulgaria Hongkong India InggrisItalia Jepang Jerman Kanada Korea Selatan Malaysia Pakistan PerancisRusia Singapura dan Vietnam Dayasaing lada Indonesia di negara-negaratersebut secara umum secara komparatif telah berdayasaing kuat kecuali diKorea Selatan Malaysia dan Pakistan Sedangkan secara kompetitif Indonesiaberada pada posisi Rising Star di Belanda India Italia Jepang dan JermanPosisi Falling Star di Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia PosisiLost Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan SingapuraSerta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Secara umumIndonesia juga cenderung menjadi negara ekportir lada di negera-negara tujuanekspornya dengan pertumbuhan perdagangan tahap kematangan danpertumbuhan

Selain dayasaing penelitian ini menggunakan teori Gravity Model untukmengetahui faktor-faktor yang diduga mempengaruhi volume ekspor ladaIndonesia di pasar internasional yaitu rata-rata PDB per kapita Jarak EkonomiHarga Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen Berdasarkan metoderegresi data panel dengan data time series tahun 2004-2013 dan data cross sectionsembilan belas negara diperoleh model Random Efffect dengan nilai koefisiendeterminasi (R2) sebesar 0155065 Hal ini menunjukkan bahwa seluruh variabelbebas sebesar 1551 dapat menjelaskan variabel terikatnya yaitu VolumeEkspor Lada Sisanya yaitu 8449 dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luarpenelitian Adapun faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap volumeekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapitaJarak Ekonomi Harga dan Populasi Sedangkan Kurs Riil dan Indeks HargaKonsumen tidak berpengaruh signifikan

Kata Kunci Ekspor Lada Dayasaing RCA EPD ISP dan Gravity Model

KATA PENGANTAR

Assalamursquoalaikum Wr Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ldquoAnalisis Dayasaing

dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada Indonesia di

Pasar Internasionalrdquo Penulisan skripsi ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selama proses penyelesaian sampai selesainya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan banyak

terimakasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan dukungan baik

secara moril dan materil secara langsung maupun tidak langsung sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini Penulis mengucapkan terimakasih

kepada

1 Kedua orang tua Ibu Aswati dan Bapak Supandi serta seluruh keluarga atas

semua doa nasihat kasih sayang pengorbanan cinta serta dukungan baik

secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis Penyelesaian

skripsi ini merupakan salah satu bakti serta wujud cinta dan kasih sayang

penulis kepada Ibu Bapak dan seluruh keluarga yang sudah memberikan

segala yang terbaik dalam hidup kepada penulis

2 Bapak Dr Ir Iwan Aminudin MSi dan Ibu Puspi Eko Wiranthi SE MSi

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan tenaga energi

waktu pikiran serta memberikan ilmu arahan dan dukungannya secara

viii

tulus demi terselesaikannya skripsi ini

3 Bapak Ir Junaidi MSi dan Bapak Akhmad Mahbubi SP MM selaku dosen

penguji skripsi yang telah memberikan ilmu arahan serta dukungan yang

besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Bapak Dr Agus Salim MSi selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta para Wakil Dekan I II

dan III beserta staf TU Akademik dan karyawan FST lainnya

5 Bapak Dr Ir Edmon Daris MS dan Bapak Dr Ir Iwan Aminudin MSi selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan

kesempatan dan dukungan untuk menimba ilmu pengetahuan serta membantu

dalam proses akademis

6 Bapak Mudatsir Najamuddin MMA selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan bimbingan motivasi serta dukungan kepada penulis

selama perkuliahan

7 Seluruh dosen Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan wawasan

dan pengalaman kepada penulis hingga mendapatkan gelar Sarjana Agribisnis

8 Sahabat Kosan Badayy (Fitri Aldita Rihlah Zelda dan Weni) yang selalu

memberikan dukungan motivasi cinta dan kasih sayang selayaknya

keluarga serta menjadi tempat kembali penulis ketika suka dan duka

9 Sahabat Jalan Jalan Men (Meike Putri dan Lulu) yang sudah memberikan

warna baru dalam hidup penulis dan menjadi tempat di mana penulis tidak

perlu merasa malu menjadi diri sendiri setelah sahabat kosan badayy

ix

10 Sahabat Rumpii ( Febi Icha Iffah dan Dena) yang sudah menemani penulis

sejak awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini

11 Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2012 yang selalu saling mendukung

berbagi ilmu dan pengalaman serta menjadi teman tumbuh dan

berkembangnya penulis selama masa kuliah

12 HMJ Agribisnis yang telah memberikan tempat kesempatan dan

pengalaman berorganisasi sehingga penulis bisa mendapatkan

pelajaran-pelajaran baru

13 Keluarga Mahad Puteri dan BIDIKMISI UIN Jakarta dan yang telah

memberikan penulis kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat

sehingga penulis bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman-pengalaman baru

yang memotivasi untuk selalu bisa melakukan yang terbaik

14 Teman-teman KKN Gelas Kaca 2015 yang sudah memberikan pelajaran dan

kesempatan penulis untuk lebih bisa berpikir terbuka mengenal dan

mencoba hal-hal yang benar-benar baru bagi penulis memotivasi untuk lebih

berani lugas dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi

Terimakasih atas warna-warni baru yang telah diberikan baik secara langsung

maupun tidak langsung dan menjadikan penulis untuk selalu ingin tumbuh

dan berkembang

15 Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

menyelesaikan skripsi ini

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

x

penulis dan pembaca Akhirnya hanya kepada Allah semua hal diserahkan

Semoga amal baik kita diterima oleh Allah SWT Aamiin Yaa Rabbal lsquoAalamiin

Wassalamursquoalaikum WrWb

Jakarta 6 Januari 2017

Dewi Susilawati

xvii

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP iv

RINGKASAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 8

13 Tujuan Penelitian 8

14 Manfaat Penelitian 9

15 Ruang Lingkup Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

21 Perdagangan Internasional 10

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional 12

221 Teori Merkantilisme 12

222 Teori Keunggulan Absolut 13

223 Teori Keunggulan Komparatif 14

224 Teori Heckscher Ohlin 15

225 Teori Keunggulan Kompetitif 16

23 Dayasaing Global 17

231 Revealed Comparative Advantage (RCA) 17

232 Export Product Dynamic (EPD) 18

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 19

24 Gravity Model 21

241 Produk Domestik Bruto (PDB) 23

xii

242 Jarak Ekonomi 24

243 Harga 25

244 Nilai Tukar Rupiah 25

245 Populasi 27

246 Indeks Harga Konsumen 28

25 Penelitian Terdahulu 29

26 Kerangka Pemikiran 36

27 Hipotesis 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38

31 Lokasi dan Waktu Penelitian 38

32 Jenis dan Sumber Data 38

33 Populasi dan Sampel 39

34 Metode Analisis Data 39

341 Revealed Comparative Advantage (RCA) 40

342 Export Product Dynamic (EPD) 41

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 42

344 Regresi Data Panel 42

345 Uji Kesesuaian Model 43

346 Uji Normalitas 46

347 Uji Asumsi Klasik 47

348 Uji Signifikansi 49

35 Definisi Operasional 50

BAB IV GAMBARAN UMUM 53

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia 53

42 Lada Indonesia 55

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia 55

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia 57

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia 59

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia 61

43 Lada Dunia 62

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia 62

432 Perkembangan Produksi Lada Dunia 64

433 Perkembangan Harga Lada Dunia 66

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia 69

xiii

106

107

109

106

114

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 71

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif 71

511 Keunggulan Komparatif 71

512 Keunggulan Kompetitif 73

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 92

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel 93

522 Uji Normalitas 94

523 Uji Asumsi Klasik 95

524 Uji Signifikansi 96

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia 2

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 18

Tabel 3 Penelitian Terdahulu 30

Tabel 4 Sumber Data dan Data 38

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson 49

Tabel 6 Definisi Operasional 51

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia 55

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia 58

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA) 71

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD) 74

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia 77

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 91

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model 93

Tabel 14 Uji Multikolinearitas 95

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas 95

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia 3

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia 4

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia 5

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia 6

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional 7

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional 11

Gambar 7 Kurva Permintaan 25

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian 36

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 42

Gambar 10 Histogram Normalitas 47

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia 57

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia 59

Gamabr 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia 63

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia 64

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia 66

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia 68

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia 69

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat 78

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada 79

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan 81

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia 82

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura 83

xvi

103

104

105

101

100

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia 85

Gambar 24 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris 86

Gambar 25 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria 87

Gambar 26 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam 89

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia 90

Gambar 28 Uji Normalitas 94

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

114

120

120

121

121

122

122

123

124

125

126

127

130

132

DAFTAR LAMPIRAN

1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

2 Uji Chow

3 Uji Hausman

4 Random Effect Model

5 Normalitas

6 Multikolinearitas

7 Heteroskedastisitas

8 Hasil RCA

9 Hasil EPD

10 Hasil Indeks ISP

11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost Opportunity

13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Badan Pusat Statistik (2016) menyatakan bahwa salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara adalah dengan

mengukur Produk Domestik Bruto (PDB) Besarnya PDB salah satunya diperoleh

melalui kegiatan ekspor Nilai ekspor Indonesia selama tahun 2004-2013

berfluktuasi Penurunan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar

1497 dengan nilai ekspor mencapai US$ 116510000000 Disusul tahun 2012

dan 2013 dengan penurunan sebesar 662 dan 393 dengan masing-masing

nilai ekspor mencapai US$ 190020300000 dan US$ 182551800000

Penurunan ekspor pada tahun 2012 dan 2013 juga diperburuk dengan

meningkatnya nilai impor pada tahun yang sama yaitu mencapai US$

191689500000 dan US$ 186628700000 Hal ini mengakibatkan Indonesia

mengalami neraca perdagangan negatif sebesar -US$ 1669200000 dan -US$

4076900000

Neraca perdagangan yang negatif menunjukkan bahwa Indonesia lebih

banyak mengkonsumsi produk-produk dari luar negeri daripada menjual produk-

produknya sendiri ke luar negeri sehingga negara-negara lain relatif lebih untung

dari produk-produk yang telah diekspornya Sedangkan Indonesia merugi karena

terjadi defisit Oleh sebab itu untuk menjaga kestabilan neraca perdagangan

Indonesia perlu meningkatkan kinerja ekspornya Salah satu cara untuk

meningkatkan kinerja ekspor adalah dengan memperbanyak ekspor komoditi-

2

komoditi unggulan Salah satu komoditi unggulan ekspor Indonesia adalah lada

Lada (Piper ningrum) atau juga dikenal sebagai King of Spice (raja rempah)

merupakan komoditi rempah Indonesia yang kedudukannya cukup penting karena

merupakan komoditi ekspor terbanyak ke-enam setelah karet kelapa sawit

kakao kopi dan kelapa Lada Indonesia sudah cukup dikenal di pasar

internasional dengan nama Lampung Black Pepper yang berasal dari Provinsi

Lampung dan Muntok White Pepper yang berasal dari Provinsi Kepulauan

Bangka (Rivaie dan Pasandaran 2014 341)

Lada merupakan komoditi ekspor dengan neraca perdagangan positif Hal

ini terlihat dari besarnya nilai ekspor lada dibandingkan nilai impornya Menurut

data UN Comtrade (2016) neraca perdagangan lada Indonesia adalah sebagai

berikut

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia

Tahun Ekspor (US$) Impor (US$) Neraca (US$)

2004 56710078 3344670 53365408

2005 59210135 4026437 55183698

2006 79077213 8158312 70918901

2007 133971835 9837453 124134382

2008 186672492 12958930 173713562

2009 142126076 13660784 128465292

2010 252084684 17263407 234821277

2011 223404956 27457906 195947050

2012 435257055 29440508 405816547

2013 354712065 27510971 327201094

Sumber UN Comtrade (2016)

Indonesia memiliki neraca perdagangan lada yang positif Namun

Indonesia masih mengimpor lada dari eksportir-eksportir lada dunia lainnya

Alasan Indonesia mengimpor lada adalah dikarenakan laju produksi lada dalam

3

negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia yang menyentuh angka

rata-rata 3 per tahun (International Pepper Community 2016) Sedangkan laju

produksi lada Indonesia hanya 15 per tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan

2014 3) Namun secara keseluruhan lada merupakan komoditas ekspor yang

memiliki potensi positif karena neraca perdagangannya positif

Meskipun laju pertumbuhan produksi lada Indonesia tidak secepat

pertumbuhan permintaan lada dunia namun produktivitas lada Indonesia terus

meningkat setiap tahunnya Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

luas lahan lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 terus menurun namun

produksinya terus meningkat Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas lada

Indonesia tinggi Adapun produktivitas lada Indonesia adalah sebagaimana

Gambar 1 berikut

0

01

02

03

04

05

06

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

03820408 0403 0392

0439 04450467

0491 0494053

Tahun

(To

nH

a)

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Peningkatan produktivitas lada yang tinggi seiring dengan permintaan

lada dunia yang terus meningkat Permintaan lada dunia menurut data

International Pepper Community (2016) berfluktuasi cenderung meningkat

Permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

4

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2016)

Pertumbuhan permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 mencapai

2962 Permintaan tertinggi lada terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak

359904 ton Sedangkan permintaan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu

sebanyak 285306 ton Permintaan lada yang tinggi merupakan peluang bagi

negara-negara eksportir untuk saling bersaing meningkatkan ekspornya di pasar

internasional

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional bersaing dengan

beberapa negara seperti Brazil India Malaysia Sri Lanka Vietnam Cina

Thailand Madagaskar Ekuador dan negara-negara lainnya International Pepper

Community (2013 7) menyatakan bahwa Vietnam adalah eksportir utama lada

dunia Hal ini didasarkan pada banyaknya lada yang telah diekspor Vietnam

Adapun Kontribusi lada negara-negara eksportir di pasar internasional adalah

sebagai berikut

5

1503

922

1958

609185

4719

049007009038

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Kontribusi lada Vietnam di pasar internasional hampir mencapai 50

dari total lada dunia yaitu 4719 Kontribusi ini menjadikan Vietnam sebagai

eksportir utama lada dunia Sedangkan Indonesia berada di posisi kedua dengan

kontribusi sebesar 1958 Disusul Brazil di posisi ketiga dengan kontribusi

sebesar 1503 Berdasarkan kontribusi tersebut meskipun menjadi eksportir

kedua lada dunia Indonesia memiliki selisih ekspor yang besar dengan Vietnam

yaitu sebesar 2761 Sedangkan selisih ekspor Indonesia dengan Brazil yang

berada di posisi ketiga hanya 455 Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki kesulitan untuk mengungguli Vietnam Namun Indonesia sangat mudah

untuk diungguli oleh Brazil karena selisihnya yang sedikit Adapun kontribusi

1958 lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004 - 2013

ditunjukkan dengan berfluktuasinya ekspor lada Indonesia sebagaimana Gambar

4 berikut

6

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Ekspor tertinggi lada Indonesia terjadi pada tahun 2012 yaitu sebanyak

62608 ton Angka ini naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya yaitu

sebanyak 36487 ton Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348

pada tahun 2013 dengan total ekspor sebanyak 47908 ton Meskipun menurun

cukup jauh penurunan terbesar ekspor lada Indonesia terjadi pada tahun 2011

yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor sebanyak 36487 ton Sedangkan total

ekspor lada terkecil terjadi pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton yang juga turun

2067 dari tahun sebelumnya

Fluktuasi cenderung menurunnya ekspor lada Indonesia di pasar

internasional berbanding terbalik dengan harga lada Indonesia yang tinggi

Perkembangan harga lada Indonesia menurut International Pepper Community

(2013 54) berfluktuasi cenderung meningkat Adapun harga lada Indonesia di

pasar internasional berdasarkan harga Free on Board (FOB) adalah sebagai

berikut

7

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

20

05

2006

2007

2008

20

09

2010

2011

20

12

20

13

1487 14512029

3278 3517

2719

3677

6392 6558 6850

2317 22192924

44104972

4342

5662

88559367 9613

Tahun

(US

$T

on

)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional Sumber International Pepper Community (2013 54)

Berdasarkan Gambar 5 di atas peningkatan harga lada hitam dan putih

tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu mencapai 7384 dan 5639 Menurut

Ginting (2014) harga lada putih dan lada hitam dunia merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap volume perdagangan lada putih Indonesia terhadap lada

putih dunia Begitupun menurut Permatasari (2015) harga ekspor lada Indonesia

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor lada

Indonesia Naik dan turunnya harga lada akan mempengaruhi naik dan turunnya

volume ekspor lada

Berdasarkan keadaan permasalahan dan penelitian terdahulu yang sudah

dikemukakan maka diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui keadaan lada

Indonesia di pasar internasional Adapun yang perlu diketahui adalah bagimana

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Hasil

analisis ini diharapkan mampu menjadi informasi yang dapat berguna bagi

pemerintah dan pihak-pihak terkait

8

12 Rumusan Masalah

Lada merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia dengan

menempati urutan ke-enam komoditi ekspor terbanyak Indonesia dengan neraca

perdagangan positif Selama tahun 2004 - 2013 produktivitas lada Indonesia

meningkat Peningkatan ini seiring dengan permintaan lada dunia yang juga

meningkat sebesar 2962 Namun dalam periode yang sama volume ekspor

lada Indonesia berfluktuasi dan hanya mampu berada di posisi kedua di pasar

internasional dengan selisih ekspor yang besar dengan Vietnam yaitu 2761

Sementara dengan Brazil hanya berselisih 455 Menurut Ginting (2014) dan

Permatasari (2015) harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perdagangan lada

Berdasarkan penjabaran di atas maka diperoleh beberapa rumusan

masalah sebagai berikut

1 Bagaimana dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia

di pasar internasional

13 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah

1 Mengetahui dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

9

14 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

diantaranya

1 Mampu memberikan dan menambah pengetahuan bagi penulis mengenai

perdagangan internasional Indonesia khususnya komoditi lada di negara-

negara tujuan ekspornya

2 Sebagai bahan referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian

selanjutnya di bidang yang sama

3 Sebagai informasi bagi pemerintah tentang dayasaing lada Indonesia

sehingga dapat memperhatikan strategi dan kebijakan-kebijakan yang

berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar

internasional

15 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup lada dalam penelitian ini adalah lada dengan kode HS

1996 empat digit yaitu 0904 di UN Comtrade Selanjutnya pemilihan variabel-

variabel yang diduga berpengaruh terhadap volume ekspor lada Indonesia di

pasar internasional didasarkan pada teori Gravity Model

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Perdagangan Internasional

Tidak ada satu negara pun yang sepenuhnya dapat mengisolasikan diri

dari interaksi luar negeri Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

membuat batas-batas negara menjadi kabur Setiap negara tidak akan dapat

memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri Sekalipun dipaksakan pasti biaya yang

ditanggung akan sangat besar Melalui perdagangan dengan negara-negara lain

setiap negara bisa mencapai economies of scale dan selanjutnya dapat

menyalurkan kelebihan produksi yang tidak dapat diserap oleh konsumen dalam

negeri melalui ekspor Devisa yang diperoleh melalui ekspor dapat digunakan

untuk membiayai impor sehingga dapat memenuhi berbagai kebutuhannya tanpa

harus memproduksi seluruh yang dibutuhkan Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perdagangan internasional terjadi karena dua alasan yaitu adanya perbedaan

antara satu negara dengan negara yang lain dan tujuan untuk mencapai skala

ekonomi dalam produksi (Basri dan Munandar 2010 32)

Kegiatan perdagangan internasional terjadi karena adanya penawaran dan

permintaan suatu negara terhadap produk tertentu Secara teoritis suatu negara

(negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misal pakaian) ke negara lain

(negara B) apabila harga domestik negara A (sebelum terjadi perdagangan

internasional) relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga domestik negara B

Struktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah karena produksi

domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya sehingga di negara A

11

SB DB

SA A DA

PB

ES

X

P

B

M

PA

QB Q O O O QA

ED

telah terjadi excess supply (kelebihan produksi) Dengan demikian negara A

mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain Di sisi

lain negara B terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya lebih

besar daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang

terjadi di negara B lebih tinggi Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk

membeli pakaian dari negara lain yang relatif lebih murah Jika kemudian terjadi

konsumsi antara negara A dengan negara B maka akan terjadi perdagangan

antara keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama

(Kementerian Perdagangan 2011 7)

Negara A (ekspor) Perdagangan Internasional Negara B (impor)

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional Sumber Salvatore (1997 84)

Keterangan

PA Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan

internasional

OQA Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A tanpa

perdagangan internasional perdagangan internasional

A Kelebihan penawaran di negara A tanpa perdagangan internasional

X Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A

PB Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan

internasional

OQB Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B tanpa

perdagangan internasional

12

B Kelebihan permintaan di negara B tanpa perdagangan internasional

M Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B

P Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan

internasional

OQ Keseimbangan penawaran dan permintaan antara kedua negara

dimana jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor

(M)

Sebelum terjadi perdagangan internasional harga di negara A adalah

sebesar PA dan di negara B adalah PB Penawaran pasar internasional akan terjadi

jika harga internasional lebih tinggi dari PA sedangkan permintaan di pasar

internasional akan tinggi jika harga internasional lebih rendah dari PB Pada saat

harga internasional (P) sama dengan PA maka negara B akan terjadi excess

demand (ED) sebesar B Jika harga internasional sama dengan PB maka di negara

A akan terjadi excess supply (ES) sebesar A Dari A dan B akan terbentuk kurva

ES dan ED yang akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional

sebesar P Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan

mengekspor komoditi (pakaian) sebesar M dimana di pasar internasional sebesar

X sama dengan M yaitu Q (Kementerian Perdagangan 2011 8)

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional

221 Teori Merkantilisme

Penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara sebuah

negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan memperbanyak ekspor dan

mengurangi impor Surplus yang dihasilkan ekspor selanjutnya dibentuk dalam

aliran emas atau logam-logam mulia khususnya emas dan perak Semakin

banyak emas dan perak yang dimiliki sebuah negara maka semakin kaya dan

kuatlah negara tersebut

13

Kaum merkantilisme mengukur kekayaan dengan cadangan logam mulia

yang dimiliki Sebaliknya saat ini kekayaan sebuah negara diukur dengan

cadangan sumber daya manusia hasil produksi manusia serta kekayaan alam

yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa Semakin besar cadangan

tersebut maka semakin besar pula arus barang dan jasa untuk memenuhi

keinginan manusia dan dengan demikian akan semakin besar pula standar hidup

masyarakat negara tersebut (Salvatore 1997 23)

222 Teori Keunggulan Absolut

Adam Smith berpendapat bahwa sebuah negara akan melakukan

perdagangan secara sukarela jika keduanya memperoleh keuntungan

Perdagangan antar dua negara didasarkan pada keunggulan absolut yaitu

keunggulan negara dalam memproduksi sebuah komoditi namun kurang efisien

dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya maka negara

tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan

spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan

menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut Melalui

proses ini sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang efisien

Output kedua komoditi yang diproduksi akan meningkat Peningkatan output

akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang

melakukan perdagangan

Berbeda dengan kaum merkantilisme yang percaya bahwa sebuah negara

hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lainnya serta

menyarankan pengendalian pemerintah secara ketat pada semua aktivitas

14

ekonomi dan perdagangan Adam Smith justru percaya bahwa semua negara

dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dan dengan tegas menyarankan

untuk menjalankan kebijakan yang dinamakan laissez-faire yaitu suatu kebijakan

yang menyarankan sesedikit mungkin intervensi pemerintah terhadap

perekonomian Melalui perdagangan sumber daya manusia dapat didayagunakan

secara efisien dan dapat memaksimumkan kesejahteraan dunia Dalam laissez-

faire terdapat pengecualian yang paling penting adalah proteksi terhadap berbagai

industri penting sebagai pertahanan negara (Salvatore 1997 25)

223 Teori Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif yang digagas oleh David Ricardo

menyatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain

dalam memproduksi komoditi namun masih tetap terdapat dasar untuk

melakukan perdagangan kedua belah pihak Negara pertama harus melakukan

spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki

kerugian absolut kecil dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut

lebih besar (Salvatore 1997 27) Hukum keunggulan komparatif memiliki satu

pengecualian meskipun jarang terjadi Pengecualian terjadi jika keunggulan

absolut yang dimiliki suatu negara pada kedua komoditi sama besarnya

(Salvatore 1997 29)

Hukum keunggulan komparatif memiliki keunggulan dalam nilai uang

dengan mengabaikan pengecualian yang sudah disebutkan Meskipun salah satu

negara memiliki kerugian absolut dalam produksi kedua komoditi dibanding

negara ke-dua namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan

15

yang menguntungkan yaitu dengan melihat upah di negara ke-satu lebih rendah

dibandingkan negara ke-dua sehingga memungkinkan harga komoditi tersebut

lebih rendah pula dan harga komoditi yang memiliki keunggulan absolut di

negara ke-dua tersebut lebih rendah ketika kedua komoditi tersebut dinyatakan

dalam satuan mata uang masing-masing negara (Salvatore 1997 30)

Hukum keunggulan komparatif terkadang juga disebut hukum biaya

komparatif Menurut teori biaya komparatif biaya sebuah komoditi adalah

jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya

yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditi pertama Dalam

teori ini tidak dibuat asumsi bahwa tenaga kerja hanya satu-satunya faktor

produksi atau tenaga kerja bersifat homogen dan biaya atau harga sebuah

komoditi satu-satunya tergantung dari jumlah tenaga kerja Oleh sebab itu negara

yang memiliki biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi komoditi akan

memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut (Salvatore 1997 33)

Selain itu asumsi bahwa harga sama dengan biaya produksi maka biaya

oportunitas sama dengan harga relatif merupakan refleksi dari keunggulan

komparatif (Salvatore 1997 35)

224 Teori Heckscher-Ohlin

Intisari teorema H-O adalah sebuah negara akan mengekspor komoditi

yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah

dan murah di negara tersebut dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan

mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif

langka dan mahal di negara tersebut Model H-O juga sering disebut sebagai teori

16

kelimpahan faktor Teori tersebut menyatakan bahwa setiap negara akan

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang banyak

menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dalam jumlah banyak dan

berharga relatif murah serta mengimpor komoditi yang banyak menyerap faktor

produksi yang di negara tersebut relatif langka dan mahal (Salvatore 1997 129)

225 Teori Keunggulan Kompetitif

Tambunan (2004 107) menyatakan bahwa keunggulan kompetitif adalah

keunggulan yang harus diciptakan atau dikembangkan Inti dari paradigma

keunggulan kompetitif adalah suatu negara dalam persaingan global selain

ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif juga sangat ditentukan oleh

faktor-faktor keunggulan kompetitif yang dikembangkan Dari hasil studi Porter

menyimpulkan bahwa suatu negara berhasil dalam industri tertentu karena

lingkungan dasarnya bersifat mempunyai pandangan ke depan dinamis dan

menantang

Secara spesifik terdapat empat variabel domestik penting yang secara

individual mempengaruhi kinerja dan dayasaing global di suatu negara yaitu

kondisi faktor (factor condition) kondisi permintaan (demand condition) industri

terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting industry)

serta kondisi struktur persaingan dan strategi industri (firm strategy structure

and rivalry) Selain keempat faktor utama di atas terdapat dua faktor yang

mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan

(chance event) dan faktor pemerintah (government) Faktor-faktor ini membentuk

sistem dalam peningkatan keunggulan dayasaing yang disebut Porterrsquos Diamond

17

23 Dayasaing Global

Kotabe dan Helsen (2010 39) menyatakan bahwa konsep dayasaing

mengacu pada produktivitas Dayasaing suatu negara merupakan kapasitas

produksi dalam negeri dan luar negeri yang mengacu pada manusia alam dan

sumber daya modal Keberhasilan perdagangan internasional suatu negara dapat

dilihat dari dayasaingnya Dayasaing merupakan konsep umum yang digunakan

untuk merujuk pada komitmen persaingan pasar terhadap keberhasilan suatu

negara dalam persaingan internasional (Bustami dan Hidayat 2013 56)

Dayasaing merupakan posisi relatif suatu organisasi atau negara dibandingkan

dengan yang lain Negara memiliki peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan dayasaing dengan membuat kebijakan ekonomi atau politik yang

menguntungkan (Aprilia dkk 2015 2)

231 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Tambunan (2004 110) mendefinisikan RCA sebagai suatu persentase dari

jumlah ekspor manufaktur dari suatu negara lebih tinggi daripada pangsa dari

barang yang sama di dalam jumlah ekspor dunia maka negara tersebut memiliki

keunggulan komparatif atas produksi dan ekspor dari barang tersebut Nilai

indeks RCA lebih besar dari 1 berarti negara tersebut berdayasaing Sedangkan

jika lebih kecil dari 1 maka dayasaingnya buruk Indeks RCA bisa digunakan

untuk mengukur apakah Indonesia memproduksi dan mengekspor barang-barang

yang pasar luar negerinya sedang berkembang pesat atau sedang mengalami

stagnansi (Tambunan 2004 118)

18

232 Export Product Dynamic (EPD)

EPD merupakan indikator yang mengukur posisi pasar dari produk suatu

negara untuk tujuan pasar tertentu Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk

membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia dan

mengetahui dinamis atau tidaknya performa suatu produk Sebuah matriks EPD

terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis Daya tarik pasar

dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan

pasar tertentu dimana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan

pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan

pasar tertentu Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini

menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat

kategori yaitu Rising Star Falling Star Lost Opppotunity dan Retreat

(Kementerian Perdagangan 2011 21) Adapun matriks EPD adalah sebagai

berikut

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD

Share of Countryrsquos

Export in World Trade

Share of Countryrsquos Export in World Trade

Rising

(Dynamic)

Falling

(Stagnant)

Rising (Competitive) Rising Star Falling Star

Falling (Non-

competitive) Lost Opportunity Retreat

Sumber Estherhuizen dalam Kementerian Perdagangan (2011 21)

Posisi pasar yang ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tertinggi

pada ekspornya sebagai Rising Star yang menunjukkan bahwa negara tersebut

memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat

(fast-growing products) Lost Opportunity terkait dengan penurunan pangsa

pasar pada produk-produk yang dinamis adalah posisi yang paling tidak

19

diinginkan Falling Star juga tidak disukai meskipun masih lebih baik jika

dibandingkan dengan Lost Opportunity karena pangsa pasarnya tetap meningkat

Sementara itu Retreat biasanya tidak diinginkan tetapi pada beberapa kasus

tertentu mungkin diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk-produk yang

stagnan dan menuju produk-produk yang dinamis (Bappenas 2009)

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Nilai indeks ISP adalah

antara -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu negara cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi yang bersangkutan Jika nilainya negatif

maka suatu negara cenderung menjadi negara importir terhadap komoditi yang

bersangkutan

ISP juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan

suatu komoditi dalam perdagangan Menurut kementerian Perdagangan (2008)

tingkat pertumbuah perdagangan dibagi lima tahap yaitu

1 Tahap pengenalan

Ketika suatu industri (forerunner) di suatu negara A mengekspor produk-

produk baru dan industri pendatang belakangan (latecomer) di negara B impor

produk-produk tersebut Dalam tahap ini nilai indeks ISP dari industri latecomer

adalah -100 sampai -050

20

2 Tahap subtitusi impor

Pada tahap ini industri di negara B menunjukkan dayasaing yang sangat

rendah dikarenakan tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala

ekonomi Industri tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang

kurang bagus dan produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan

dalam negeri Adapun nilai indeks ISP pada tahap ini yaitu naik antara -051

sampai 000

3 Tahap pertumbuhan

Pada tahap ini industri di negara B melakukan produksi dalam skala besar

dan mulai meningkatkan ekspornya Di pasar domestik penawaran untuk

komoditi tersebut lebih besar daripada permintaan Tahap ini mempunyai nilai

indeks ISP antara 001 sampai 080

4 Tahap Kematangan

Pada tahap ini produk yang bersangkutan sudah memasuki tahap

standarisasi menyangkut teknologi yang dikandungnya Pada tahap ini juga

negara B merupakan negara eksportir Adapun nilai indeks ISP tahap ini berada

pada kisaran 081 sampai 100

5 Tahap kembali mengimpor

Pada tahap ini industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya

dengan industri dari negara A dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari

permintaan dalam negeri Tahap ini ditunjukkan dengan nilai indeks ISP yang

kembali menurun antara 100 sampai 000

21

24 Gravity Model

Gravity Model merupakan model perdagangan yang mengadopsi model

gravitasi Newton tentang kekuatan gaya tarik menarik dari dua buah objek yang

dipengaruhi secara langsung oleh massa dari kedua obyek tersebut dan secara

tidak langsung oleh jarak diantara dua objek tersebut Persamaan gravitasi

dinyatakan sebagai berikut

Fij = G MiMj D2ij

Dimana

Fij Kekuatan gaya tarik menarik

Mi dan Mj Massa

D2ij Jarak antara dua objek

G Konstanta gravitasi

Jan Timbergen pada tahun 1962 menggunakan analogi tersebut untuk

menganalisis perdagangan internasional Tarik menarik dalam konteks

perdagangan internasional adalah ekspor dan impor oleh negara-negara ldquoMassardquo

dari negara-negara tersebut adalah ukuran ekonomi atau Produk Domestik bruto

(PDB) yang dianggap dapat menghasilkan aliran-aliran potensi perdagangan

internasional Semakin besar PDB negara partner maka semakin besar pula

aliran perdagangan dari negara tersebut Namun jarak menjadi hambatan dalam

perdagangan internasional Jarak yang semakin jauh mengakibatkan biaya

transportasi dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pengiriman barang

menjadi besar Sehingga mengakibatkan kecilnya kemungkinan perdagangan

bilateral (Sarwoko 2009 3-4)

Dilanchiev (2012 75) menyatakan bahwa Gravity Model merupakan

salah satu model untuk memperkirakan perdagangan bilateral antar negara dan

22

potensi perdagangan suatu negara Keuntungan utama dalam menggunakan

Gravity Model adalah dapat menjelaskan pola perdagangan internasional dengan

kondisi jumlah data dan validitas latar belakang ekonomi yang sedikit seperti

Georgia Adapun model persamaan Gravity Model adalah

Trade ij = α PDBi PDBj

Distanceij

Keterangan

Trade Volume perdagangan antara negara i dan j

PDBi Pendapatan nasional negara i

PDBj Pendapatan nasional negara j

Distance Jarak bilateral kedua negara

α Konstanta

Bergstrand (1985 480) menyatakan bahwa Gravity Model banyak

dipengaruhi oleh pendapatan Oleh sebab itu harga dan nilai tukar menjadi

variabel yang memiliki efek signifikan dalam aliran perdagangan internasional

Sementara Zarzoso dan Lehman (2003 298) menggunakan Gravity Model untuk

menganalisis data panel pada tahun 1988-1996 dengan 20 sampel negara di Uni

Eropa Adapun persamaan Gravity Model yang digunakan oleh Zarzoso dan

Lehman adalah sebagai berikut

lXijt = αij + β1lYit + β2lYjt + β3lNit + β4lNjt + β5lDij + β6lIi + β7lIj + β8ydifij

+ β9IRERij + sumYhPijh + eijt

Dimana

αij konstanta

β1lYit Pendapatan eksportir

β2lYjt Pendapatan importir

β3lNit Populasi eksportir

β4lNjt Populasi importir

β5lDij Jarak

β6lIi Infrastruktur eksportir

β7lIj Infrastruktur importir

β8ydifij Pendapatan perkapita

23

β9IRERij Nilai tukar

Eijt eror

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan eksportir pendapatan

importir populasi importir jarak pendapatan perkapita nilai tukar dan

infrastruktur eksportir berpengaruh signifikan terhadap aliran dagang Uni Eropa

Sedangkan variabel infrastruktur importir tidak signifikan terhadap aliran dagang

Uni Eropa

Sedangkan Pradipta dan Firdaus (2014 140-141) menambahkan Indeks

Harga Konsumen (IHK) sebagai variabel kontrol yang digunakan dalam

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa IHK berpengaruh signifikan terhadap

ekspor buah Indonesia di pasar internasional Peningkatan IHK akan menurunkan

volume ekspor ke negara tujuan

241 Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir

yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi

yang berlokasi dalam suatu negara (Salvatore 1997 21) Sedangkan menurut

Case amp Fair (2002 23) PDB adalah nilai barang dan jasa akhir berdasarkan

harga pasar yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode

dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam perekonomian

tersebut

PDB merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan

beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB

merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

24

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara Ketiga PDB merupakan

gambaran awal tentang masalah-masalah mendasar yang dihadapi suatu

perekonomian Jika sebagian besar PDB dinikmati oleh sebagian penduduk maka

perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya

(Rahardja dan Manurung 2008 223)

242 Jarak Ekonomi

Jarak ekonomi adalah jarak antara kedua negara berdasarkan jarak

bilateral antara kota besar kedua negara Jarak ini digunakan untuk gambaran

biaya transportasi yang dibutuhkan untuk melakukan ekspor dan impor (Mayer

dan Zignago 2011 11) Li dkk (2008 8) menggunakan variabel jarak ekonomi

dalam penelitiannya yang berjudul Component Trade and Chinarsquos Global

Economic Integration sebagai gambaran biaya transportasi Cina ke negara-negara

tujuan ekspornya Adapun rumus jarak ekonomi adalah sebagai berikut

Jarak ekonomi = Jarak geografis x PDB negara tujuan ekspor

PDB seluruh negara yang dianalisis

Jarak ekonomi memiliki dua pengaruh yaitu negatif dan positif Menurut

penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009) Dilanchiev (2012)

serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak ekonomi

berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan Namun menurut Lawless

25

dan Whelan (2007) pengaruh positif jarak ekonomi terjadi di Amerika Serikat

Untuk bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan biaya transportasi maka

perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat akan menaikkan volume dan nilai

perdagangannya

243 Harga

Harga adalah jumlah yang harus ditagihkan untuk suatu produk atau jasa

(Kotler dan Keller 2009 18) Harga merupakan penentu utama pilihan pembeli

(Kotler dan Keller 2009 79) Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan

adalah harga barang itu sendiri Jika harga suatu barang semakin murah maka

permintaan terhadap barang tersebut bertambah Begitu juga sebaliknya Hal ini

sesuai dengan hukum permintaan yaitu bila harga suatu barang naik ceteris

paribus maka jumlah barang yang diminta akan berkurang Begitu juga

sebaliknya Jika harga suatu barang turun ceteris paribus maka jumlah barang

yang diminta akan bertambah (Rahardja dan Manurung 2008 24)

Harga

Qd = 100 ndash 10P

Kuantitas

Gambar 7 Kurva Permintaan Sumber Rahardja dan Manurung (2008 29)

244 Nilai Tukar Rupiah

Perdagangan internasional melibatkan beberapa negara dengan mata uang

uang yang berbeda-beda Untuk dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi maka

80 40 60

2

4

6

8

10

0

20 100

26

mata uang yang dipergunakan mempunyai harga tertentu dalam mata uang negara

lain Nilai tukar rupiah adalah harga atau berapa banyak suatu mata uang harus

dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain Bila dikatakan nilai

tukar rupiah adalah Rp 10000US$ maka untuk memperoleh satu unit US$ harus

disediakan sebanyak 10000 unit rupiah Jika harga satu unit komputer seharga

US$ 600 per unit maka rupiah yang harus disediakan adalah 6 juta unit

Sederhananya harga komputer per unit adalah Rp 6 juta (Rahardja dan

Manurung 2008 307)

Nilai tukar didasari dua konsep Pertama adalah konsep nominal

merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang

menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna

memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain Kedua adalah konsep riil yang

dipergunakan untuk mengukur dayasaing komoditi ekspor suatu negara di

pasaran internasional (Halwani 2002 186)

Mankiw (2012 193) menyatakan bahwa nilai tukar nominal (nominal

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan mata

uang suatu negara dengan mata uang negara lain Sedangkan nilai tukar riil (real

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang

dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain Secara umum

rumus nilai tukar riil adalah

Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal x Harga barang domestik

Harga barang luar negeri

Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan

tingkat harga di kedua negara Jika nilai tukar riil adalah tinggi berarti harga

27

barang-barang luar negeri relatif murah dan harga barang-barang domestik relatif

mahal Sebaliknya jika nilai tukar riil rendah berarti harga barang-barang luar

negeri relatif mahal dan harga barang-barang domestik relatif murah (Rahardja

dan Manurung 2008 308)

245 Populasi

Populasi menurut World Bank (2016) adalah seluruh penduduk yang

tinggal di sebuah negara tanpa menghiraukan status legal atau kewarganegaraan

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara

menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga relatif

rendah Misalnya walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih

rendah daripada penduduk Singapura tetapi secara absolut tingkat pengeluaran

konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura karena jumlah penduduk

Indonesia 51 kali lipat penduduk Singapura (Rahardja dan Manurung 2008 267)

Sitorus (2009 41) menyatakan bahwa pertambahan populasi pada negara

importir dapat berada pada sisi penawaran maupun permintaan Pada sisi

penawaran pertambahan populasi akan meningkatkan produksi dalam negeri

dalam hal kuantitas maupun diversifikasi produk negara importir Kondisi ini

akan mengakibatkan penurunan permintaan komoditi ekspor oleh negara

importir Pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar

28

246 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat

harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu

Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama

yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu Masing-masing harga

barang dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya Barang

dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling besar (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perhitungan IHK ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari

sekelompok tetap barang atau jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi)

atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang atau jasa kebutuhan rumah tangga

sehari-hari (Badan Pusat Statistik 2016) Adapun perhitungan inflasi dari IHK

adalah sebagai berikut

Inflasi = (IHK ndash IHK -1) x 100

IHK -1

Rahardja dan Manurung (2008 368) menyatakan bahwa dilihat dari

cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang mencerminkan tingkat inflasi

yang sebenarnya Tetapi IHK sangat berguna karena menggambarkan besarnya

kenaikan biaya hidup bagi konsumen sebab IHK memasukkan komoditas-

komoditas yang relevan (pokok) yang dikonsumsi masyarakat

Inflasi dalam tingkat tertentu dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan

penawaran agregat karena kenaikan harga akan memacu produsen untuk

meningkatkan output-nya Namun terdapat beberapa masalah sosial yang muncul

29

dari inflasi yang tinggi (ge 10 per tahun) Pertama menurunnya tingkat

kesejahteraan rakyat yang diukur dengan tingkat daya beli pendapatan Inflasi

menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah khususnya bagi masyarakat

yang berpenghasilan rendah Kedua memburuknya distribusi pendapatan Ketiga

terganggunya stabilitas ekonomi Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan

merusak perkiraan tentang masa depan para pelaku ekonomi Inflasi yang kronis

menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa akan terus naik

Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak

dari yang seharusnya Tujuannya untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi

Akibatnya permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat sedangkan bagi

produsen perkiraan akan naiknya barang dan jasa mendorong mereka untuk

menunda penjualan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar Penawaran

barang dan jasa menjadi berkurang Akibatnya kelebihan permintaan dapat

mempercepat dan memperbesar laju inflasi sehingga kondisi ekonomi akan

semakin memburuk (Rahardja dan Manurung 2008 371-372) Inflasi yang

memburuk mengakibatkan harga-harga dalam negeri meningkat dan cenderung

akan melakukan impor untuk meredakan harga dalam negeri

25 Penelitian Terdahulu

Dayasaing dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perdagangan

internasional merupakan tema penelitian yang sebelumnya telah banyak diteliti

baik di Indonesia maupun di luar negeri Terdapat tujuh penelitian terdahulu yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam pemilihan metode analisis

30

dan variabel-variabel yang dipilih Adapun penelitian terdahulu dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut

Tabel 3 Penelitian Terdahulu

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

1 Posisi

Dayasaing dan

Spesialisasi

Perdagangan

Lada Indonesia

dalam

Menghadapi

Globalisasi

(Studi Pada

Ekspor Lada

Indonesia

Tahun 2009-

2013)

(Feira Aprilia

R Zainul

Arifin dan

Sunarti 2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Indeks

Spesialisasi

Perdagangan

(ISP)

1 Lada Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif dalam

perdagangan

dunia Dibuktikan

dengan

perhitungan RCA

pada tahun 2013

RCA Indonesia

1726 berada di

atas Brazil 770

India 360 dan

Malaysia 313

namun di bawah

Vietnam 4477

2 Berdasarkan

perhitungan ISP

dapat diketahui

bahwa Indonesia

merupakan

negarara eksportir

lada dan

merupakan

negara eksportir

lada kedua

setelah Vietnam

Persamaan

Menggunakan

metode

analisis RCA

dan ISP

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis EPD

dan Gravity

Model dengan

fokus analisis

pada

dayasaing

ekspor lada di

negara tujuan

ekspor bukan

pada sesama

negara

eksportir lada

di dunia

31

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

2 Analisis

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Lada

Indonesia ke

Negara Tujuan

Ekspor (Nadia

Permatasari

2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

1 Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif yang

kuat ke negara

tujuan

2 Rising star

Singapura dan

Inggris Falling

star Australia dan

Vietnam Lost

Opportunity AS

Jerman dan India

Retreat Jepang

3 Variabel yang

berpengaruh

signifikan adalah

GDP perkapita

negara tujuan

harga ekspor lada

Indonesia

populasi dan

produksi lada

Indonesia

Variabel tidak

berpengaruh

signifikan adalah

nilai tukar rupiah

Persamaan

menggunkaan

metode analisis

RCA EPD

dan regresi

data panel

Perbedaan

Penelitian

Nadia (2015)

tidak

menggunkana

ISP konsep

dalam

penentuan

variabel bukan

berdasarkan

teori Gravity

Model jumlah

tahun dan

negara yang

diteliti lebih

sedikit dan

menggunakan

nilai ekspor

bukan volume

ekspor untuk

variabel Y

dalam analisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

volume ekspor

lada

32

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

3 Analisis Posisi

Lada Putih

Indonesia di

Pasar Lada

Putih Dunia

(Kristiawan

Hadinata

Ginting 2014)

1 Regresi

Linear

Berganda

Logaritmatik

2 Almost Ideal

Demand

System

(AIDS)

1 faktor-faktor yang

berpengaruh

terhadap volume

perdagangan lada

putih Indonesia

terhadap lada

putih dunia adalah

harga lada putih

dunia harga lada

hitam dunia dan

GDP per kapita

dunia Sedangkan

populasi tidak

berpengaruh

2 Lada putih

Indonesia

memiliki

dayasaing di pasar

lada putih dunia

yang lebih baik

dibandingkan lada

putih Vietnam

Lada putih

Indonesia juga

memiliki prospek

yang baik dilihat

dari potensi pasar

lada putih dunia

itu sendiri Pasar

lada putih dunia

masih memiliki

potensi untuk

dimasuki

walaupun terdapat

desakan lada

hitam yang dapat

diolah lebih lanjut

menjadi lada

putih

Persamaan

menganalisis

faktor-faktor

dan dayasaing

lada

Perbedaan

Penelitian ini

menggunakan

regresi data

panel

meneliti lada

secara umum

dengan kode

HS 0904 di

UN

Comtrade

dan

menambahkan

variabel IHK

jarak

ekonomi dan

kurs riil

Dayasaing

dalam

penelitian ini

juga

menggunakan

metode RCA

EPD dan ISP

33

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

4 Empirical

Analysis of

Georgian

Trade Pattern

Gravity Model

(Azer

Dilanchiev

2012)

Regresi data

panel tahun

2000 - 2011

1GDP perkapita jarak

ekonomi dan FDI

berpengaruh

terhadap

perdagangan

Georgia

2Nilai tukar populasi

Georgia dan

populasi negara lain

tidak berpengaruh

signifikan

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel

Perbedaan

Penelitian ini

tidak

menggunkana

variabel

populasi

negara

eksportir dan

variabel

dummy

namun

menambahkan

variabel IHK

5 Perdagangan

Bilateral

Antara

Indonesia

dengan

Negara-Negara

Patner Dagang

Utama dengan Menggunakan Model

Gravitasi

(Sarwoko

2009)

Regresi OLS 1Perdagangan

Indonesia secara

positif dipengaruhi

oleh ukuran-ukuran

ekonomi PDB dan

PDB perkapita

negara importir dan

secara negatif

dipengaruhi oleh

jarak geografis

antara Indonesia

dengan negara-

negara partner

dagang utama

tersebut Sedangkan

PDB serta PDB

perkapita Indonesia

tidak berpengaruh

Persamaan

Menggunakan

Gravity

Model

Perbedaan

Pelitian ini

menambahkan

variabel lain

seperti

populasi

harga indeks

harga

konsumen

dan nilai

tukar

34

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

6 Peningkatan

Ekspor CPO

dan Kakao Di

Bawah

Pengaruh

Liberalisasi

Perdagangan

(Suatu

Pendekatan

Model

Gravitasi

(Maria Sitorus

2009)

Regresi data

panel

1 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

eskpor kakao

adalah GDP dan

populasi

eksportir nilai

tukar dan jarak

Sedangkan

variabel GDP dan

Populasi importir

tidak berpengaruh

signifikan

2 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

ekspor CPO

adalah GDP

eksportir dan

importir populasi

eksportir dan

importir serta

jarak Sedangkan

variabel nilai

tukar tidak

berpengaruh

nyata

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel dan

variabel-

variabel

Gravity

Model kecuali

IHK dan

populasi

eksportir

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

analisis

dayasaing

35

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

7 Posisi

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Buah-

Buahan

Indonesia

(Amalia

Pradipta dan

Muhammad

Firdaus 2014)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

Gravity

Model

1 EPD dan RCA

menunjukkan

bahwa buah yang

memiliki

keunggulan

komparatif dan

kompetitif

tertinggi di negara

tujuan dan dunia

adalah buah

manggis mangga

dan jambu

2 Faktor yang

mempengaruhi

aliran ekspor

buah Indonesia

meliputi harga

ekspor populasi

jarak ekonomi

GDP riil dan per

kapita nilai tukar

riil Indeks harga

konsumen

Indonesia dan

variabel dummy

krisis yang terjadi

di Eropa

Persamaan

Menggunakan

metode RCA

dan EPD

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis ISP

36

26 Kerangka Pemikiran

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis Dayasaing Komoditi Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Keunggulan

Komparatif

Analisi Faktor-Faktor

yang mempengaruhi

Volume Ekspor Lada

Indonesia

Kekuatan dan Peluang Lada Indonesia

1 Produksi Produksi meningkat

meskipun lahan berkurang

2 Produktivitas Produktivitas tinggi

3 Harga meningkat Harga yang

meningkat dari tahun ke tahun

menjadi peluang bagi eksportir untuk

meningkatkan volume ekspor karena

keuntungan lebih tinggi

4 Neraca perdagangan lada positif

5 Permintaan lada dunia meningkat

Masalah yang Dihadapi

Indonesia

1 Luas lahan berkurang

2 Fluktuasi ekspor

3 Pesaing utama (Vietnam

dan Brazil)

Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per kapita

2 Jarak ekonomi

3 Harga

4 Kurs riil

5 Populasi

6 Indeks harga

konsumen

Keunggulan

Kompetitif

Hasil dan Interpretasi

Regresi Data

Panel

Gravity

Model

EPD

dan ISP

RCA

37

27 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah

1 Nilai RCA Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional lebih dari 1

artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif sehingga komoditi

tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Nilai EPD Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional berada di sumbu

positif artinya Indonesia memiliki pangsa pasar lada yang kuat

3 Nilai ISP Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional adalah antara -1

sampai +1 Jika nilanya positif artinya Indonesia cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi lada

4 Variabel rata-rata PDB per Kapita berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

5 Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

6 Variabel Harga berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

7 Variabel Kurs Riil berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

8 Variabel Populasi berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

9 Variabel Indeks Harga Konsumen berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengakses website yang berkaitan dengan

judul penelitian Website yang diakses terdiri dari website UN Comtrade UN

CTAD World Bank dan CEPII Adapun waktu penelitian ini dimulai dari bulan

April - November tahun 2016

32 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif cross-sectional

menggunakan data panel yaitu time series 2004-2013 dan cross section sembilan

belas negara yang diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 9 dan microsoft

excel Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

beberapa sumber sebagai berikut

Tabel 4 Sumber Data dan Data

No Sumber Data

1 UN Comtrade

1 Nilai ekspor lada Indonesia ke negara importir

2 Nilai ekspor lada dunia ke negara importir

3 Total nilai ekspor Indonesia ke negara importir

4 Total nilai ekspor dunia ke negara importir

5 Nilai impor lada Indonesia dari negara importir

6 Harga lada Indonesia di pasar internasional

2 UN CTAD

Nilai tukar Rupiah

3 World Bank 1 PDB per Kapita

2 Populasi negara tujuan

3 Indeks harga konsumen

4 CEPII Jarak Ekonomi

39

33 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh negara yang menjadi tujuan

ekspor lada Indonesia Tahun 2004 - 2013 yaitu sebanyak 80 negara Penentuan

sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan

metode purposive sampling yaitu sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono 2011 68) Sampel dalam penelitian ini adalah negara-negara tujuan

ekspor lada Indonesia yang melakukan impor lada dari Indonesia secara kontinu

dari tahun 2004 - 2013 yang terdiri dari Amerika Serikat Australia Belanda

Belgia Bulgaria Hongkong India Inggris Italia Jepang Jerman Kanada

Korea Selatan Malaysia Pakistan Perancis Rusia Singapura dan Vietnam

34 Metode Analisis Data

Penelitian ini dianalisis menggunakan Revealed Comparative Advantage

(RCA) untuk mengetahui dayasaing lada secara komparatif Export Product

Dynamic (EPD) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk mengetahui

dayasaing lada secara kompetitif serta data panel untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

Data panel adalah data yang berstruktur urut waktu (time series) dan data

beberapa objek pada satu waktu (cross section) Data panel memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan data time series maupun cross section yang terdiri dari

(Suliyanto 2011 229)

1 Memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi Hal ini karena data

tersebut melibatkan beberapa individu dalam beberapa waktu

40

2 Mampu memberikan data yang lebih informatif bervariasi serta memiliki

tingkat kolinearitas yang rendah Hal ini karena menggabungkan data time

series dan cross section

3 Cocok untuk studi perubahan dinamis karena data panel pada dasarnya

adalah data cross section yang diulang-ulang (series)

4 Mampu mendeteksi dan mengukur pengaruh yang tidak dapat diobservasi

dengan data time series murni atau data cross section murni

5 Mampu mempelajari model perilaku yang lebih kompleks Misalnya

fenomena perubahan teknologi

341 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Analisis RCA merupakan salah satu metode analisis untuk mengukur

kekuatan dayasaing Adapun rumus analisis RCA adalah sebagai berikut

Keterangan

RCA

Xik

Xim

Xwk

Xwm

Keunggulan komparatif Indonesia

Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai dayasaing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan yaitu

1 Jika nilai RCA gt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Jika nilai RCA lt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki dayasaing lemah

RCA = Xik Xim

X wk Xwm 31

41

n

t=1 t

n

t=1 t-1

t=1 t t=1 t-1

n n

342 Export Product Dynamic (EPD)

Salah satu indikator dayasaing lainnya adalah Export Product Dynamic

Metode ini digunakan untuk mengukur posisi pasar suatu negara di negara tujuan

ekspornya dan mengukur dinamis atau tidaknya suatu produk di pasar

menggunakan empat kuadran yang terdiri dari Rising star Falling Star Lost

Opportunity dan Retreat Adapun rumus Export Product Dynamic (EPD) adalah

sebagai berikut

Pangsa Pasar Indonesia (Sumbu X)

sum (Xi Wi) x 100 - sum (Xi Wi) x 100

T

Pangsa Pasar Produk (Sumbu Y)

sum (Xt Wt) x 100 - sum (Xt Wt) x 100

T

Keterangan

Xi Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Xt Nilai total ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wi Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wt Nilai total ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

t Tahun analisis

t-1 Tahun analisis sebelumnya

T Total tahun analisis

32

33

42

SP = (Xia ndash Mia) (Xia + Mia)

+ +

- +

- +

- -

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan metode EPD

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Indeks ISP dapat

dirumuskan sebagai berikut

Keterangan

Xia Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Mia Nilai impor lada Indonesia dari negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai indeks ISP adalah anata -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu

negara cenderung menjadi negara eksportir terhadap komoditi yang

bersangkutan Jika nilainya negatif maka maka suatu negara cenderung menjadi

negara importir terhadap komoditi yang bersangkutan

344 Regresi Data Panel

Gravity Model merupakan sebuah model untuk mengukur volume ekspor

yang dipengaruhi oleh pendapatan negara jarak dan variabel lain yang

berhubungan dengan perdagangan internasional Faktor-faktor yang digunakan

34

Lost Opportunity

Retrat Falling Star

Rising Star

43

dalam penelitian ini adalah rata-rata Produk Domestik Bruto per kapita Jarak

Ekonomi Harga lada Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen

Persamaan Gravity Model menggunakan ln (logaritma natural) agar memenuhi

uji asumsi klasik dan menghindari model dari bias Perumusan Gravity Model

dalam penelitian ini adalah

LnVEL= β0 + β1LnPDBC + β2LnJE + β3LnHRG+ β4LnKR + β5LnPOP

+ β6IHK + e

Keterangan

LnVEL Volume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional

(ton) dalam persen

LnPDBC Rata-rata PDB per Kapita

LnJE Jarak Ekonomi (KM) dalam persen

LnHRG Harga Lada (US$ per ton) dalam persen

LnKR Kurs Riil (RpUS$) dalam persen

LnPOP Populasi (jiwa) dalam persen

IHK Indeks Harga Konsumen dalam persen

β0 Konstanta

β1-β7 Koefisien Regresi

e eror

345 Uji Kesesuaian Model

Widarjono (2009 231-237) menyatakan bahwa secara umum data panel

akan menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap negara

dan setiap periode waktu Oleh karena itu pengestimasian persamaan data panel

akan sangat tergantung dari asumsi yang dibuat tentang intersep koefisien slope

dan variabel pengganggunya Dengan demikian terdapat beberapa metode yang

biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel yaitu

35

44

1 Common Effect Model (CEM)

Model CEM merupakn model dengan koefisien tetap antara waktu dan

individu Model CEM hanya mengkombinasikan data time series dan

cross section Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi

individu maupun waktu Sehingga diasumsikan bahwa perilaku data

antara individu sama dalam berbagai kurun waktu

2 Fixed Effect Model (FEM)

Model FEM merupakan model dengan slope konstan tetapi intersep

berbeda antara individu Model FEM juga menggunakan variabel dummy

untuk menangkap adanya perbedaan intersep Regresi data panel dengan

model FEM diduga mengandung masalah heteroskedastisitas Oleh sebab

itu permasalahan heteroskedastisitas dalam model ini dapat diatasi

dengan menggunakan metode GLS

3 Random Effect Model (REM)

Model REM merupakan model mempunyai variabel gangguan berbeda

antara individu tetapi tetap antara waktu Model random merupakan

model yang akan mengestimasi data panel di mana variabel gangguan

mungkin saling berhubungan antara waktu dan individu Oleh sebab itu

metode yang tepat digunakan untuk mengestimasi model REM adalah

Generalized Least Squares (GLS)

Setelah diketahui macam-macam model data panel tahap selanjutnya

adalah memilih model mana yang paling tepat untuk untuk mengestimasi model

45

data panel Adapun uji-uji yang dilakukan untuk memilih model yang tepat

adalah sebagai berikut

1 Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk mengetahui apakah FEM lebih baik

daripada CEM atau sebaliknya hal tersebut dapat dilihat dari signifikansi

FEM dan uji F statistik jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak

dan H1 diterima Begitu juga sebaliknya apabila F hitung lebih kecil dari F

tabel maka H0 diterima (Widarjono 2009 238) Berikut hipotesis uji Chow

H0 Common Effect Model

H1 Fixed Effect Model

2 Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk memilih apakah model FEM lebih baik

dari REM atau sebaliknya Uji Hausman didasarkan pada LSDV pada FEM

dan GLS pada REM Uji ini mengikuti statistika chi square dengan degree of

freedom sebanyak k (jumlah variabel independen) Jika nilai statistik

Hausman lebih besar daripada nilai kritisnya maka H0 ditolak Sebaliknya

apabila nilai statistik Hausman lebih kecil daripada nilai kritisnya maka H0

diterima (Widarjono 2009 240-241) Berikut hipotesis uji Hausman

H0 Random Effect Model

H1 Fixed Effect Model

3 Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui apakah model

REM atau CEM yang paling tepat digunakan Uji signifikansi REM ini

46

dikembangkan oleh Breusch Pagan Metode Breusch Pagan untuk uji

signifikansi REM didasarkan pada nilai residual dari metode OLS

(Widarjono 2009 239) Hipotesis yang digunakan adalah

H0 Common Effect Model

H1 Random Effect Model

Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-squares dengan degree of

freedom sebesar jumlah variabel independen Jika nilai LM statistik gt nilai

kritis statistik chi-squares maka kita menolak H0 yang artinya estimasi yang

tepat untuk model regresi data panel adalah metode REM daripada metode

CEM Sebaliknya jika nilai LM lt kecil dari nilai statistik chi-squares sebagai

nilai kritis maka hipotesis nul diterima yang artinya estimasi yang digunakan

dalam regresi data panel adalah metode CEM bukan metode REM

346 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengaanggu atau residual memiliki distribusi normal Seperti diketahui

bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel yang kecil (Ghozali 2006 147)

1 Uji Normalitas dengan Analisis Grafik

Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik merupakan

metode yang termudah Analisis grafik dilakukan dengan menggunakan

histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal

sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal

47

Jika Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti

lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal

Normal

Gambar 10 Histogram Normalitas Sumber Ghozali (2009 34)

2 Uji Normalitas dengan Jarque-Bera (JB Test)

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik Jarque-Bera (JB)

dengan nilai Chi-Square (χ2) table dengan tingkat signifikansi 5 dan df (2)

Pengambilan keputusan dalam uji JB adalah jika nilai Jarque-Bera (JB) le χ2 tabel

maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal Sedangkan jika nilai

Jarque-Bera (JB) gt χ2 tabel maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi tidak

normal (Widarjono 2009 49)

347 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghazali

2006 95-96)

Pendeteksian ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis

korelasi berpasangan yang tinggi diantara variabel-variabel independen Jika

antar variabel independen terdapat koefisien korelasi yang tinggi (di atas 085)

maka dapat disimpulkan bahwa dalam model terdapat multikolinearitas Jika

48

koefisien korelasi lebih rendah dari 085 maka model tidak mengandung

multikolinearitas (Widarjono 2009106)

2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali 2006 125) Pengujian

heteroskedastisitas bisa dilakukan dengan metode Glejser Metode ini melakukan

regresi nilai absolut residual dengan variabel independennya (Widarjono 2009

120)

3 Uji Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota

observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu Oleh karena itu data

runtut waktu diduga seringkali mengandung unsur autokorelasi Sedangkan data

cross-section diduga jarang ditemui adanya unsur autokorelasi Salah satu metode

yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah Durbin-Watson Jika nilai

d adalah 2 maka tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif (Widarjono

2009 142-145) Adapun tabel pengujian Durbin-Watson adalah sebagai berikut

49

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

Nilai statistik d Hasil

0 lt d lt dL Ada autokorelasi positif

dL le d le dU Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

dU lt d lt 4 ndash dU Tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

4 ndash dU le d le 4ndashdL Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

4 ndash dL lt d lt 4 Ada autokorelasi negatif Sumber Widarjono (2009 146)

348 Uji signifikansi

1 Uji Signifikan Simultan (F)

Uji statistik F menurut Ghazali (2006 88) pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

terikat Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut

1 Bila nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat

kepercayaan 5 yang menyatakan bahwa semua variabel independen

secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen

2 Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F tabel Bila F-

hitung gt F tabel maka H0 ditolak dan menerima H1

2 Uji Signifikan Parsial (t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut

1 Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat

kepercayaan sebesar 005 maka H0 dapat diterima dan apabila lebih dari 005

maka H0 ditolak bila nilai t lebih dari 2 (nilai absolut)

50

2 Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel Apabila

t hitung gt t tabel maka variabel independen secara parsial mempengaruhi

variabel dependen (Ghazali 2006 88 - 89)

3 Koefisien Determinan (Rsup2)

Koefisien Determinan (Rsup2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu Nilai Rsup2 yang kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

amat terbatas Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen Jika nilai Rsup2 sama dengan satu maka pendekatan tersebut terdapat

kecocokan sempurna dan jika Rsup2 sama dengan nol maka tidak ada kecocokan

pendekatan (Ghozali 2006 87)

35 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati

secara langsung (Azwar 2013 74) Terdapat enam variabel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu variabel rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi

Harga Kurs Rill Populasi dan IHK Adapun definisi operasional variabel-

variabel tersebut adalah sebagai berikut

51

Tabel 6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnVEL Volume penjualan adalah

ukuran yang menunjukkan

banyaknya atau besarnya

jumlah barang atau jasa yang

terjual (Daryanto 2011 187)

Ekspor adalah kegiatan

mengeluarkan barang dari

Daerah Pabean (Menteri

Perdagangan 2012 5)

Banyaknya jumlah lada yang di

ekspor ke negara importir pada

tahun 2004-2013

LnPDBC PDB adalah nilai barang dan

jasa akhir berdasarkan harga

pasar yang diproduksi oleh

sebuah perekonomian dalam

satu periode dengan

menggunakan faktor-faktor

produksi yang berada dalam

perekonomian tersebut (Case

dan Fair 2002 23)

Rata-rata nilai pasar semua

barang dan jasa akhir Indonesia

dan negara importir yang

dihasilkan oleh faktor-faktor

produksi pada tahun 2004-2013

yang dibagi dengan jumlah

penduduk dalam satuan Dollar

Amerika (US$) dengan rumus

Rata-Rata PDB per Kapita =

(PDB per kapita Indonesia +

PDB per kapita importir)2

LnJE Jarak ekonomi adalah jarak

antara kedua negara

berdasarkan jarak bilateral

antara kota besar kedua negara

Jarak ini digunakan untuk

gambaran biaya transportasi

yang dibutuhkan untuk

melakukan ekspor dan impor

(Mayer dan Zignago 2011

11)

Jarak antar Indonesia dengan

negara tujuan secara riil dan

ekonomi yang digunakan sebagai

proxy untuk biaya transportasi

dan komunikasi serta waktu

pengiriman yang dibutuhkan

dalam kegiatan ekspor dan impor

dalam satuan KM dengan rumus

Jarak Ekonomi = Jarakij x (PDB

importirTotal PDB seluruh

negara yang dianalisis)

LnHRG Harga adalah jumlah yang

harus ditagihkan untuk suatu

produk atau jasa (Kotler dan

Keller 2009 18)

Jumlah uang yang ditukarkan

oleh negara-negara importir

dengan lada Indonesia pada

tahun 2004 - 2013 dalam satuan

Dolar (US$Ton)

LnKR Kurs riil (real exchange rate)

adalah nilai yang digunakan

seseorang saat menukarkan

barang dan jasa dari suatu

negara dengan barang dan jasa

dari negara lain (Mankiw

2012 193)

Kurs riil antara Indonesia dengan

negara importir yang ditukarkan

pada lada Indonesia dalam

satuan RpUS$ dengan rumus

KR= Kurs nominal x (IHK

IndonesiaIHK importir)

52

Tabel 6 Definisi Operasional (Lanjutan)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnPOP Semua warga negara di suatu

negara tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali

pencari suaka (World Bank

2016)

Semua warga negara di negara

tujuan ekspor tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali pencari

suaka pada tahun 2004 - 2013

yang dihitung dalam satuan jiwa

IHK Indeks harga konsumen adalah

angka indeks yang

menunjukkan tingkat harga

barang dan jasa yang harus

dibeli konsumen dalam satu

periode tertentu (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perubahan harga dari suatu

paket barang dan jasa yang

dikonsumsi oleh rumah tangga di

negara tujuan dalam satuan ()

pada tahun 2004-2013 dengan

tahun dasar 2010=100

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia

Para ahli memperkirakan bahwa lada merupakan tanaman asli Asia

selatan khususnya India Habitat asli lada adalah hutan-hutan yang lembab dan

hangat dengan tanah datar Pada abad ke-enam SM lada dibawa masuk oleh

saudagar-saudagar Hindu dari India ke Nusantara melalui Selat Sunda Di pesisir

Selat Sunda terutama Banten dan sekitarnya tanaman lada banyak

dibudidayakan Selain di Banten lada kemudian dibudidayakan secara intensif di

Lampung Hal ini ditunjukkan oleh sebuah piagam kuno yang bernama Piagam

Bojong tahun 1500 M yang menunjukkan kejayaan Lampung sebagai produsen

lada yang diperdagangkan secara luas ke seluruh dunia (Sutarno dan Andoko

2005 4) Adapun klasifikasi lada adalah sebagai berikut

Klasifikasi Lada

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas Magnoliopsida (berkeping dua dikotil)

Sub Kelas Magnoliidae

Ordo Piperales

Famili Piperaceae (suku sirih-sirihan)

Genus Piper

Spesies Piper nigrum L

Lada pala dan cengkih merupakan rempah-rempah yang menjadi

komoditas penting dari zaman dahulu hingga sekarang Diantara rempah-rempah

54

lainnya lada mendapatkan julukan sebagai ldquoraja rempah-rempahrdquo (the king of

spice) Lada mempunyai khasiat sebagai penghangat badan sehingga

keberadaannya sangat diperlukan oleh masyarakat di negara-negara subtropis

yang suhunya relatif dingin Begitu berharganya lada dipergunakan sebagai alat

tukar seperti halnya uang di Jerman pada abad XIV Lada juga menjadi komoditi

yang mendorong beberapa negara di Eropa seperti Portugis dan Belanda berlayar

sampai ke Indonesia Belanda (VOC) berhasil menguasai perdagangan lada dunia

berkat lada yang diperoleh dari nusantara dan mengakibatkan penjajahan selama

kurang lebih 350 tahun Pada abad pertengahan tersebut Indonesia terutama

Lampung merupakan sentra produksi lada yang tidak bisa diabaikan Dari

Lampunglah Belanda memasok sebagian besar ladanya yang diperdagangkan di

pasar dunia Pada tahun 1682 Belanda berhasil memasarkan sekitar 75 ton lada

hitam asal Lampung ke pasar dunia (Sutarno dan Andoko 2005 2)

Hingga tahun 2000 Indonesia merupakan salah satu produsen lada yang

diperhitungkan di pasar dunia dengan tingkat produksi 77500 ton Namun pada

tahun-tahun selanjutnya produktivitas lada terus menurun dan pada tahun 2003

menjadi 67000 ton Pada tahun tersebut posisi Indonesia tergeser oleh Vietman

dengan produksi 85000 ton atau sekitar 26 dari total produksi lada dunia

(Sutarno dan Andoko 2005 2-3)

Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama lada

dan mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada dunia Pasokan lada

Indonesia dalam perdagangan dunia dipenuhi dari Provinsi Bangka Belitung yaitu

lada putih dengan sebutan Muntok White Pepper dan Provinsi Lampung yaitu

55

lada hitam dengan sebutan Lampung Black Pepper yang sudah dikenal sejak

sebelum Perang Dunia ke-II (Wahyu 2014)

42 Lada Indonesia

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia

Lahan merupakan unsur pokok dalam bercocok tanam yang berfungsi

sebagai media tanam tanaman untuk tumbuh Pertumbuhan luas lahan menjadi

salah satu pendorong produktivitas yang tinggi Saat ini luas lahan pertanian

semakin berkurang seiring gencarnya alih fungsi lahan menjadi lahan non

pertanian seperti pabrik perumahan perkantoran jalan dan lain sebagainya

Adapun luas lahan lada dari tahun 2004-2013 adalah sebagaimana berikut

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia

Tahun Perkebunan

Rakyat (Ha)

Perkebunan

Negara (Ha)

Perkebunan

Swasta (Ha)

Total

(Ha)

2004 201248 - 236 201484

2005 191801 - 191 191992

2006 192572 - 32 192604

2007 189050 - 4 189054

2008 183078 - 4 183082

2009 185937 - 4 185941

2010 179314 - 4 179318

2011 177486 - 4 177490

2012 177783 - 4 177787

2013 171916 - 4 171920 Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (20143)

Luas areal lahan lada di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir

didominasi oleh perkebunan rakyat Sementara perkebunan swasta hanya

berkontribusi sangat sedikit dan terus mengalami penurunan hingga pada tahun

2007-2013 hanya tersisa luas lahan seluas 4 Ha Secara keseluruhan total luas

areal lada terus mengalami penurunan Hingga pada tahun 2013 luas areal lada

56

hanya sebesar 171920 Ha Penurunan terbanyak terjadi pada tahun 2005 dengan

penurunan sebesar 471 dari tahun 2004

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) terdapat empat faktor dominan

yang menjadi penyebab penurunan areal lada yaitu pertama fluktuasi harga lada

Lada merupakan komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar

internasional berpengaruh langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika

harga lada di tingkat petani rendah banyak petani lada tidak mampu merawat

tanaman secara baik sehingga produktivitasnya menurun Bahkan sebagian

petani tidak lagi menanam lada atau mengurangi luas areal lada dengan beralih ke

usaha tani komoditas lain (Manohara et al Vietnam Pepper Association dan

Irawati dalam Daras dan Pranowo 2009 2) Kedua gangguan organisme

pengganggu tanaman Mulia et al dalam Daras dan Pranowo (2009 3)

menyatakan bahwa areal pertanaman lada yang tersebar pada lima belas

kecamatan di Pulau Bangka rusak akibat serangan hama dan penyakit dengan

intensitas serangga rendah (3-7 ) sedang (10-22 ) dan tinggi (31-35 )

Ketiga dampak penambangan timah ilegal Sejak reformasi bergulir pada tahun

19971998 Pemerintah Pusat dan Daerah sedikit melonggarkan peraturan atau

ketentuan tentang penambangan timah Kondisi ini mendorong masyarakat Babel

dan sekitarnya melakukan penambangan timah secara tradisional karena kegiatan

ini mampu memberikan pendapatan secara cepat Akibatnya sebagian petani lada

beralih ke usaha penambangan timah sehingga usaha tani lada hanya sebagai

usaha sampingan (Irawati et al dalam Daras dan Pranowo 2009 3) Keempat

pengembangan komoditas lain Selain lada terdapat komoditas lain yang

57

dikembangkan di Babel seperti karet kelapa kelapa sawit kopi kakao cengkih

jambu mete dan nilam (Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Bangka

Belitung dalam Daras dan Pranowo 2009 4) Kelapa sawit merupakan

komoditas yang memperlihatkan perkembangan luas areal tanam paling pesat

sehingga mengurangi luas areal tanam lada (Daras dan Pranowo 2009 4)

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia

Berdasarkan sejarah Indonesia pernah menguasai pasar internasional lada

hingga tahun 2003 Produksi lada yang melimpah membuat Indonesia mampu

melakukan ekspor lebih banyak Laporan statistik perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3) menunjukkan bahwa produksi lada

Indonesia terus mengalami peningkatan sebagaimana Gambar 11 berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia

Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Produksi lada Indonesia terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun

2007 yang mengalami penurunan sebesar 439 sekaligus menjadi tahun dengan

produksi paling rendah dibanding tahun-tahun lainnya Sementara produksi

paling tinggi terjadi pada tahun 2013 dengan total produksi sebanyak 91039 ton

58

Adapun secara rinci total produksi lada Indonesia adalah 77008 ton pada tahun

2004 78328 ton pada tahun 2005 77533 pada tahun 2006 74131 ton pada

tahun 2007 80420 pada tahun 2008 82834 ton pada tahun 2009 83663 pada

tahun 2010 87089 pada tahun 2011 87841 ton pada tahun 2012 dan 91039 ton

pada tahun 2013

Peningkatan produksi lada di Indonesia seharusnya dapat mendorong

ekspor lada Indonesia Namun menurut data Statistik Perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 4) terjadi penurunan ekspor yang besar

pada tahun 2011 dan 2013 Adapun hubungan antara produksi dengan ekspor lada

Indonesia adalah sebagai berikut

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia

Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Hubungan

2004 77008 34302 +

2005 78328 34556 +

2006 77533 36953 +

2007 74131 38447 +

2008 80420 52407 +

2009 82834 50642 +

2010 83663 62599 +

2011 87089 36487 -

2012 87841 62605 +

2013 91039 47908 - Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3-4)

Secara umum dalam kurun waktu 2004 - 2013 produksi lada Indonesia

memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia Artinya

produksi lada memberikan dampak yang positif karena setiap kenaikan produksi

lada di Indonesia akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia Namun

terjadi hubungan yang negatif pada tahun 2011 dan 2013 yang dapat dilihat

dengan menurunnya volume ekspor lada Indonesia pada tahun tersebut Produksi

59

lada pada tahun 2011 meningkat sebesar 41 namun terjadi penurunan ekspor

sebesar 4171 Begitupun pada tahun 2013 produksi lada meningkat sebesar

364 namun ekspor lada menurun sebesar 2348 Hal ini dikarenakan

konsumsi lada dalam negeri pada tahun tersebut mencapai 3489 dan 2835

dari total produksi

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia

Besaran harga lada merupakan salah satu faktor yang dapat memicu naik

dan turunnya penjualan lada Harga lada domestik Indonesia menurut

International Pepper Community (2013 53) menunjukkan peningkatan yang

cukup tinggi Harga rata-rata lada hitam dan putih memiliki perbedaan yang

cukup besar yaitu hampir mencapai 50 Perbedaan harga ini disebabkan oleh

proses pengolahan lada putih yang lebih rumit dibandingkan lada hitam Adapun

perkembangan rata-rata lada adalah sebagai berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Rp

Kg)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia Sumber International Pepper Community (2013 53)

Harga rata-rata lada hitam dan lada putih dalam negeri bergerak secara

beriringan secara fluktuatif namun cenderung meningkat Peningkatan harga rata-

rata lada hitam tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan peningkatan sebesar

60

751 dari tahun sebelumya yaitu dari Rp 27899Kg menjadi Rp 48850Kg dan

sempat mengalami penurunan sebesar 1884 pada tahun 2009 menjadi Rp

22142Kg dari Rp 27281Kg Adapun harga rata-rata lada hitam per kilogram

adalah Rp 9489 pada tahun 2004 Rp 10089 pada tahun 2005 Rp 15238 pada

tahun 2006 Rp 25284 pada tahun 2007 Rp 27281 pada tahun 2008 Rp 22142

pada tahun 2009 Rp 27899 pada tahun 2010 Rp 48850 pada tahun 2011 Rp

52409 pada tahun 2012 dan Rp 62430 pada tahun 2013

Sama halnya dengan lada hitam harga rata-rata lada putih mengalami

peningkatan yang tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 5291 dan menurun

pada tahun 2009 sebesar 239 Adapun harga rata-rata lada putih per kilogram

adalah Rp 18284 pada tahun 2004 Rp 18968 pada tahun 2005 Rp 24036 pada

tahun 2006 Rp 36043 pada tahun 2007 Rp 40938 pada tahun 2008 Rp 39961

pada tahun 2009 Rp 45925 pada tahun 2010 Rp 70223 pada tahun 2011 Rp

77907 pada tahun 2012 dan Rp 90083 pada tahun 2013 Tingginya harga lada

putih disebabkan adanya perbedaan proses pengolahan pada lada Proses

pembuatan lada putih lebih rumit daripada lada hitam Lada putih dipilih dari

buah yang matang kemudian direndam dalam air selama beberapa hari Dari satu

kilogram lada yang direndam hanya dapat menghasilkan lada putih paling

banyak empat ons Sedangkan proses pembuatan lada hitam lebih mudah yaitu

dengan cara mengeringkan lada hijau kemudian dibersihkan tangkainya

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) fluktuasi harga lada merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penurunan luas areal tanam lada

yang juga akan berpengaruh terhadap jumlah produksi lada Lada merupakan

61

komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar internasional berpengaruh

langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika harga lada di tingkat petani

rendah banyak petani lada tidak mampu merawat tanaman secara baik sehingga

produktivitasnya menurun Bahkan sebagian petani tidak lagi menanam lada atau

mengurangi luas areal lada dengan beralih ke usaha tani komoditas lain

Sebaliknya jika harga lada dalam negeri meningkat maka petani cenderung akan

mempertahankan lahannya untuk terus memproduksi lada karena besarnya

keuntungan yang akan didapatkan Hal ini sejalan dengan cenderung

meningkatnya produksi dalam negeri dalam kurun waktu 2004 - 2013 (Direktorat

Jenderal Perkebunan 2014 3) Namun meningkatnya harga domestik lada

berdampak kurang baik terhadap ekspor lada Hal ini terlihat dari menurunnya

ekspor lada pada tahun 2011 dan 2013 dimana pada tahun yang sama harga lada

domestik baik hitam maupun putih mengalami peningkatan yang signifikan Hal

ini menunjukkan bahwa petani cenderung menjual ladanya pada konsumen dalam

negeri dibandingkan luar negeri karena keuntungan yang didapat akan lebih besar

dengan meningkatnya harga domestik lada tersebut

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia

Perkembangan ekspor lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 fluktuatif

Sebagaimana Gambar 4 bahwa volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2012

yaitu sebanyak 62608 ton dan terendah pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton

Ekspor lada Indonesia fluktuatif dengan total eskpor terbanyak terjadi

pada tahun 2012 yaitu 62608 ton naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya

Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348 pada tahun 2013 dengan

62

total ekspor sebanyak 47908 ton Sedangkan penurunan terbesar ekspor lada

Indonesia terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor

sebanyak 36487 ton

Penurunan ekspor tertinggi pada tahun 2011 diiringi oleh peningkatan

harga domestik lada tertinggi pada tahun yang sama Pada tahun tersebut harga

lada mencapai Rp 48850Kg naik sebesar 751 untuk lada hitam dan Rp

70223Kg naik sebesar 5291 untuk lada putih Begitupun pada tahun 2013 di

mana harga domestik lada hitam mencapai Rp 62430Kg naik sebesar 1912

dan lada putih Rp 90083Kg naik sebesar 1563 (International Pepper

Community 2013 53)

43 Lada Dunia

Indonesia merupakan salah satu negara yang berkontribusi dalam

penyediaan lada dunia Selain Indonesia terdapat negara lain yang berperan aktif

dalam penyediaan lada dunia diantaranya Brazil Cina India Madagaskar

Malaysia Sri Lanka Thailand dan Vietnam Dalam kurun waktu 2004 - 2013

Vietnam dan Brazil merupakan pesaing terdekat lada Indonesia di pasar

internasional

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia

Permintaan lada dunia yang terus meningkat perlu didukung oleh luasnya

areal tanam yang besar Lahan yang luas akan mendukung produksi lada yang

tinggi Adapun ketersediaan lahan lada di dunia adalah sebagai berikut

63

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ha)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailnd

Vietnam

Lainnya

Gambar 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia Sumber International Pepper Community (2013 3)

Menurut data International Pepper Community (2013 3) India

merupakan negara dengan luas areal lahan lada terbesar hingga mencapai

253730 Ha pada tahun 2006 Meskipun juga mengalami penurunan luas lahan

pada tahun-tahun selanjutnya India masih menempati posisi pertama sebagai

negara dengan luas lahan lada terbesar di dunia dengan luas areal lahan sebesar

19700 Ha pada tahun 2013 Sedangkan Vietnam yang merupakan eksportir lada

pertama di dunia hanya memiliki luas areal lahan lada sebesar 56500 Ha pada

tahun 2013 Luas lahan ini lebih kecil dibandingkan Indonesia pada tahun yang

sama yaitu 113000 Ha Sementara Brazil yang merupakan negara ketiga

eksportir lada dunia hanya memiliki luas lahan sebesar 20000 Ha pada tahun

2013

Meskipun memiliki luas lahan yang tidak lebih luas dari Indonesia dan

India Vietnam mempunyai manajemen lahan yang baik sehingga mampu

menjadi produsen dan ekportir utama lada dunia Adapun manajemen lahan yang

dilakukan Vietnam adalah dengan cara membuat drainase yang baik saat musim

64

hujan dan membuat irigasi yang dapat meminimalisir penyebaran dan

kontaminasi penyakit Hal inilah yang menyebabkan produktivitas lada Vietnam

lebih tinggi daripada Indonesia maupun India (Ton dan Buu 2011 18)

432 Produksi Lada Dunia

Produksi lada dunia didominasi oleh negara-negara dengan luas lahan

yang luas seperti India Indonesia Brazil dan Vietnam Produksi ini merupakan

hal penting yang dapat mempengaruhi volum ekspor Adapun total produksi

produsen lada dunia dari tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

Total Produksi

(Ton

)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailand

Vietnam

Lainnya

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 5)

Areal lahan yang luas tidak secara langsung mampu mempengaruhi

produksi lada di suatu negara Hal ini terlihat dalam Gambar 14 yang

menunjukkan bahwa dalam waktu sepuluh tahun dari tahun 2004-2013 meskipun

bukan sebagai negara dengan kepemilikan lahan terluas Vietnam merupakan

negara dengan tingkat produksi paling tinggi mengalahkan India yang

merupakan negara dengan kepemilikan luas areal lahan lada paling luas Total

produksi lada Vietnam mencapai 32 dari keseluruhan total produksi lada dunia

yaitu sebanyak 1110750 ton Sementara Indonesia hanya mampu memproduksi

lada sebanyak 17 dari total produksi lada dunia dengan total produksi sebanyak

65

578000 ton Sedangkan India yang merupakan negara dengan luas areal lahan

terluas di dunia hanya mampu memproduksi lada sebesar 15 dari total produksi

lada dunia yaitu 536150 ton

Ketidak selarasan antara luas areal lahan dan total produksi di masing-

masing negara bisa jadi sebabkan oleh beberapa hal Meskipun menjadi negara

dengan luas areal tanam lada terluas produksi lada India masih berada di bawah

Vietnam dan Indonesia Menurut International Pepper Community (2016)

penurunan produksi lada di India disebabkan oleh hama dan penyakit serta

adanya tanaman yang sudah tua dan tidak produktif Begitu juga menurut Yogesh

dan Mokshapathy (2013 38) yang menyatakan bahwa penurunan produksi lada

di India dikarenakan produksi lada India yang menurun akibat penyakit dan umur

tanaman lada yang sudah tua sehingga India perlu melakukan penanaman pohon

lada baru yang berdampak pada lambatnya pertumbuhan produksi Faktor cuaca

yang tidak menentu di India juga menjadi penyebab selanjutnya penuruan

produksi lada di India yang pada akhirnya perdampak pada ekspor (Yogesh dan

Mokshapathy 201338) Faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi lada di

India menurut Ganesan dalam Soepanto (2006 57) adalah faktor kemiskinan

petani Petani dan buruh tani di India termasuk diantara orang-orang paling

miskin di dunia Upaya pemerintah India untuk membantu petani melalui subsidi

mendapat hambatan dari negara-negara maju yang menganggap hal tersebut

dapat mendistorsi perdagangan Akibatnya petani di India masih mengalami

kesulitan dan lebih memilih untuk beralih profesi bahkan dampak paling buruk

66

adalah memilih untuk bunuh diri Hal ini lah yang menyebabkan produktivitas

pertanian di India menurun salah satunya lada

433 Perkembangan Harga Lada Dunia

Pergerakan harga merupakan salah satu penentu pembelian oleh

konsumen terhadap suatu barang Perkembangan harga lada di pasar internasional

berdasarkan harga Free on Board (FOB) dari beberapa negara eksportir menjadi

salah satu acuan importir untuk melakukan pembelian Perkembangan harga lada

dari beberapa produsen lada dunia mengalami fluktuasi cenderung meningkat

setiap tahunnya sebagaimana data International Pepper Community (2013) yang

tertera pada Gambar 15 dan Gambar 16 berikut

A Harga Lada Hitam

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(US

$To

n)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Pergerakan harga lada hitam diantara negara-negara eksportir relatif

sama yaitu berfluktutaif cenderung meningkat Harga tertinggi lada hitam

dunia ditempati oleh Malaysia Sedangkan harga terendah lada hitam dunia

ditempati oleh Vietnam Adapun posisi harga lada hitam Indonesia adalah

pertengahan di antar negara-negara lainnya Harga tertinggi lada terjadi pada

67

tahun 2013 yaitu US$ 6338ton untuk Brazil US$ 6927ton untuk India

US$ 6850ton untuk Indonesia US$ 7359ton untuk Malaysia dan US$

6549ton untuk Vietnam

Produksi lada yang tinggi di Vietnam membuat harga lada Vietnam

menjadi lebih murah Sedangkan Malaysia merupakan negara dengan

produksi lada hitam terendah diantara negara-negara tersebut Oleh karenanya

harga lada hitam Malaysia menjadi lebih mahal dibanding negara-negara

lainnya Selain Vietnam harga lada hitam Brazil merupakan yang termurah

ke dua di dunia Menurut International Pepper Community (2013) produksi

lada hitam Brazil lebih sedikit dari India Namun konsumsi lada hitam di

India lebih besar daripada Brazil Oleh karenanya persediaan lada hitam

Brazil untuk ekspor lebih banyak dibandingkan India Hal ini juga yang dapat

menyebabkan harga lada hitam India merupakan harga termahal kedua

setelah Malaysia Sementara harga lada hitam Indonesia masih lebih mahal

daripada Brazil meskipun produksi lada hitam Indonesia lebih tinggi daripada

Brazil Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada hitam di Indonesia lebih

tinggi daripada Brazil sehingga persediaan lada Brazil untuk ekspor masih

lebih banyak dibandingkan Indonesia

B Harga Lada Putih

Sejalan dengan harga lada hitam perkembangan lada putih dunia dari

masing-masing eksportir berfluktuasi cenderung meningkat Untuk lada putih

Malaysia masih menjadi negara dengan harga lada putih termahal Begitupun

dengan Vietnam yang mempunyai harga lada putih paling murah

68

dibandingkan negara eksportir yang lainnya Sedangkan harga lada putih

Indonesia masih lebih tinggi dari Brazil yang merupakan pesaing terdekat

lada Indonesia Pada tahun 2013 masing-masing harga lada putih adalah US$

9716ton untuk Brazil US$ 9367ton untuk Indonesia US$ 9887ton untuk

Malaysia dan US$ 9111ton untuk Vietnam Adapun grafik perkembangan

harga lada putih dunia adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

2005

2006

20

07

2008

20

09

20

10

2011

20

12

2013

Tahun

(US

$T

on

) Brazil

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Penyebab perbedaan harga lada putih sama dengan lada hitam sebelumya

yaitu tingkat persediaan lada untuk diekspor setelah dikurangi konsumsi Menurut

International Pepper Community (2013) Indonesia merupakan produsen tertinggi

lada putih di dunia selama tahun 2004-2013 Namun harga lada putih Indonesia

tidak lebih murah dari Vietnam yang merupakan produsen kedua lada putih

dunia Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada putih Indonesia lebih tinggi dari

Vietnam Oleh karenannya Vietnam memiliki persediaan lada putih lebih banyak

dari Indonesia Begitupun dengan Malaysia yang memiliki harga lada putih

paling tinggi di dunia selama kurun waktu 2004-2013 Produksi lada putih

Malaysia lebih rendah dibandingkan Vietnam Indonesia dan Brazil Sedangkan

69

untuk Indonesia dan Brazil meskipun produksi lada putih Indonesia jauh di atas

Brazil namun harga lada putih Indonesia lebih mahal daripada Brazil Hal ini

dapat disebabkan oleh meningkatnya harga lada putih Indonesia di dalam negeri

sehingga berdampak pada tingginya harga lada putih Indonesia di pasar

internasional

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia

Ekspor lada dunia sangat berkaitan dengan jumlah produksi lada dunia

Negara yang mampu memproduksi lada lebih banyak cenderung mampu

melakukan ekspor lebih banyak juga Adapun perkembangan ekspor lada dunia

dari tahun 2004-2013 menurut data International Pepper Community (2013 7)

adalah sebagaimana grafik berikut

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ton

)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Berdasarkan Gambar 17 terlihat bahwa ekspor lada di pasar internasional

selama tahun 2004-2013 didominasi oleh lada Vietnam Sementara lada

Indonesia sendiri hanya mampu berada di posisi kedua namun dengan selisih

volume ekspor yang besar Rata-rata selisih jumlah volume ekspor Indonesia

dengan Vietnam adalah sebanyak 656954 tontahun Selisih terbesar terjadi pada

tahun 2011 sebanyak 87374 ton dan selisih terkecil terjadi pada tahun 2008

70

sebenyak 37908 ton Selanjutnya posisi ketiga ekspor lada di pasar internasional

ditempati oleh Brazil Berbeda dengan Vietnam selisih volume ekspor lada

Indonesia dengan Brazil relatif kecil Bahkan pada tahun 2005-2007 Brazil

mampu mengungguli ekspor lada Indonesia dengan total ekspor lada sebanyak

38416 ton 42187 ton dan 38665 ton Hingga kemudian Indonesia mampu

mengungguli kembali Brazil pada tahun 2008-2013 dengan selisih sebesar 15822

ton 14057 ton 31838 ton 3792 ton 33479 ton dan 17303 ton Adapun rata-

rata selisih ekspor lada Indonesia dengan Brazil adalah sebanyak 10738

tontahun Eksportir lada seanjutnya adalah India India merupakan negara

dengan luas lahan terbesar di dunia namun tidak mampu menjadi eksportir utama

dunia Menurut Yogesh dan Mokshapathy (2013 39) penyebab tidak menjadinya

India sebagai eksportir utama lada dunia disebabkan oleh rendahnya

produktivitas dan tingginya konsumsi di India Tingginya konsumsi domestik

lada India digunakan untuk kuliner ekstraksi minyak dan oleoresin industri

farmasi dan lain-lain

71

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

511 Keunggulan Komparatif

1 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang beragam di setiap

negara Keunggulan komparatif ini dapat dilihat melalui nilai RCA Adapun nilai

RCA lada Indonesia di negara-negara tujuan ekspor adalah sebagai berikut

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 21754 2175

Australia 4458 446

Belanda 16796 1680

Belgia 15061 1506

Bulgaria 22014 2201

Hongkong 19695 1970

India 7228 723

Inggris 3243 324

Italia 7142 714

Jepang 1763 176

Jerman 21839 2184

Kanada 7753 775

Korea 804 080

Malaysia 531 053

Pakistan 282 028

Perancis 24621 2462

Rusia 40220 4022

Singapura 8140 814

Vietnam 25090 2509 Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Ekspor lada Indonesia ke sembilan belas negara tujuan secara umum

memiliki dayasaing yang kuat secara komparatif karena memiliki nilai RCA lebih

72

dari 1 Namun tidak di tiga negara yaitu Korea Malaysia dan Pakistan Hal ini

dikarena nilai RCA Indonesia di tiga negara tersebut kurang dari 1 yaitu 080

053 dan 028

Tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Korea Malaysia dan Pakistan

disebabkan oleh adanya negara lain yang menjadi eksportir utama lada di negara-

negara tersebut Eksportir utama lada di Korea yang memiliki keunggulan

komparatif tinggi adalah Vietnam dengan nilai RCA sebesar 22 Sri Lanka

dengan nilai RCA sebesar 12 Malaysia dengan nilai RCA sebesar 6 Cina dengan

nilai RCA sebesar 3 dan India dengan nilai RCA sebesar 1 Begitu juga di

Pakistan eksportir utama lada Pakistan adalah Vietnam dengan nilai RCA

sebesar 179 Disusul Sri Lanka dengan nilai RCA sebesar 33 Brazil dengan nilai

RCA sebesar 7 dan India dengan nilai RCA sebesar 4 Sedangkan di Malaysia

dayasaing komparatif lada Indonesia kalah oleh India dengan nilai RCA sebesar

32 Disusul Vietnam dan Cina dengan nilai RCA sebesar 329 dan 318

Meskipun begitu secara komparatif lada Indonesia sangat berdayasaing di Rusia

dan beberapa negara lainnya

Rusia adalah peluang pasar lada tertinggi Indonesia karena memiliki rata-

rata nilai RCA tinggi yaitu 4022 Disusul Vietnam dengan nilai RCA sebesar

2509 Meskipun berstatus sebagai eksportir nomor satu lada dunia Vietnam

masih melakukan impor lada dari Indonesia dengan rata-rata nilai ekspor lada

Indonesia ke Vietnam sebesar US$ 31249188

Menurut Vietnam Pepper Association industri lada di Vietnam terus

berkembang hingga mencapai 10-20 per tahun Pertumbuhan ini menimbulkan

73

banyak resiko dari sisi teknis dan kondisi alam Selain itu harga lada dalam

negeri Vietnam juga mengalami peningkatan yang tinggi Oleh karenanya

banyak petani yang menggunakan pupuk dan pestisida yang berlebihan untuk

meningkatkan produktivitas Namun hal inilah yang menyebabkan kualitas lada

Vietnam tidak memenuhi permintaan pasar dan banyak mendapatkan peringatan

tentang residu yang dihasilkan dari Amerika dan Kanada Oleh karena hal itu

Vietnam harus melakukan impor lada berkualitas tinggi dari negara lain salah

satunya dari Indonesia (Horizon Pasific 2016)

Posisi selanjutnya adalah Perancis dengan nilai RCA sebesar 2462

Disusul Bulgaria sebesar 2201 dan Jerman sebesar 2184 Sedangkan Amerika

Serikat yang merupakan negara tujuan ekspor utama lada Indonesia hanya

menempati posisi keenam dengan nilai RCA sebesar 2175 Eksportir lada utama

dan memiliki keunggulan komparatif paling tinggi di Amerika serikat adalah

Peru dan Vietnam dengan nilai RCA sebesar 3290 dan 2254

512 Keunggulan Kompetitif

1 Export Product Dynamic (EPD)

Dayasaing lada Indonesia selanjutnya ditentukan oleh keunggulan

kompetitifnya Keunggulan kompetitif ini dapat dilihat melalui nilai EPD yang

digunakan untuk menentukan posisi pasar lada Indonesia di masing-masing

negara Berikut adalah hasil perhitungan EPD lada Indonesia di negara-negara

tujuan ekspornya

74

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD)

Negara

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor Indonesia

()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar Lada

()

Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional berada di empat posisi

yaitu Rising Star Falling Star Lost Opportunity dan Retreat Posisi Rising Star

terjadi pada perdagangan lada antara Indonesia dengan Belanda India Italia

Jepang Jerman dan Malaysia Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia

memiliki pertumbuhan pangsa ekspor lada yang bernilai posistif serta lada

merupakan komoditi yang berdayasaing dan dinamis di negara-negara tersebut

karena memiliki pertumbuhan daya tarik pasar yang positif Secara keseluruhan

posisi lada Indonesia di pasar internasional adalah sebagai berikut

75

1) Posisi Rising Star

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik

sebesar 0684 dan 0012 di Belanda Begitu pula di India pertumbuhan

pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik sebesar 0131 dan

0088 Sedangkan di Italia Jepang Jerman Malaysia dan Pakistan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia masing-masing meningkat sebesar

0126 0416 0177 dan 0605 Begitu juga pertumbuhan pangsa pasar

ladanya yang masing-masing meningkat sebesar 0015 0006 0001 dan

0207 Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa secara kompetitif

Indonesia sangat berdayasaing di negara-negara tersebut

2) Posisi Falling Star

Posisi selanjutnya adalah Falling Star yang terjadi di negara Belgia

Hongkong Korea dan Perancis Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia di

negara-negara tersebut mengalami penurunan daya tarik namun pangsa pasar

lada masih mengalami peningkatan karena perbandingan nilai ekspor lada

Indonesia mampu bersaing dengan nilai ekspor lada dunia di negara-negara

tersebut Posisi ini merupakan posisi yang masih menguntungkan bagi Indonesia

karena setidaknya Indonesia masih memiliki pangsa pangsa pasar lada di negara

tersebut

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia di Belgia meningkat sebesar

1301 Namun pangsa pasar lada menurun sebesar 0011 Pangsa pasar

ekspor Indonesia juga tumbuh sebesar 0900 di Hongkong Hanya saja

pertumbuhan pangsa pasar lada menurun sebesar 0016 Begitu juga di Korea

76

Selatan pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia meningkat sebesar 0123

Namun pertumbuhan pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0023

Sedangkan di Perancis pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia tumbuh

sebesar 0612 namun pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0001

3) Posisi Lost Opportunity

Posisi lainnya yaitu Lost Opportunity Posisi ini terjadi di Amerika

Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Pangsa pasar ini menunjukkan

bahwa terjadinya penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis

sehingga posisinya adalah yang paling tidak diinginkan karena Indonesia tidak

dapat merebut pangsa pasar lada di negara-negara tersebut meski permintaanya

mengalami peningkatan Hal ini terjadi karena lada Indonesia kurang

berdayasaing dibandingkan total lada dunia di negara-negara tersebut

Indonesia mengalami penurunan pangsa pasar ekspor sebesar 0025 di

saat permintaan lada meningkat sebesar 0014 di Amerika Serikat Begitupun

di Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Penurunan pangsa pasar ekspor di

Kanada mencapai 0140 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar

0001 Sedangkan di Pakistan penurunan pangsa pasar mencapai 0065 di

saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0155 Selanjutnya di Rusia

dan Singapura penurunan pangsa pangsa ekspor menurun sebesar 1212 dan

3724 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0014 dan 0053

Menurunnya pangsa pasar ekspor Indonesia di negara-negara tersebut

dikarenakan adanya pesaing utama Indonesia yang lebih mampu menguasai

77

pasar Adapun pesaing-pesaing Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah sebagai berikut

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia

Negara Pesaing RCA

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor ()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Lada ()

Posisi

AS Peru 3290 0240 0017 Rising Star

Vietnam 2254 1684 0082 Rising Star

Kanada Vietnam 4056 0789 0028 Rising Star

Pakistan India 415 0045 0440 Rising Star

Rusia Polandia 404 1004 0140 Rising Star

Cina 017 0177 0745 Rising Star

Singapura Vietnam 2994 2966 -0005 Falling Star

Sri Lanka 2469 0661 -0002 Falling Star

India 206 0416 0302 Rising Star Keterangan AS (Amerika Serikat)

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Amerika Serikat

Pesaing utama lada Indonesia di Amerika Serikat adalah Peru dan

Vietnam Nilai RCA kedua negara tersebut aadalah 3290 dan 2254 Nilai

tersebut lebih besar dari nilai RCA Indonesia yaitu 2175 Artinya dayasaing

lada Indonesia secara komparatif kalah dari Peru dan Vietnam Begitu juga secara

kompetitif dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut karena

kedua negara tersebut berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa

pasar ekspor mencapai 0240 untuk Peru dan 1684 untuk Vietnam Begitu

juga pertumbuhan pangsa pasar ladanya yang meningkat sebesar 0017 dan

0082

Salah satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Amerika

Serikat adalah harga Harga lada Peru dan Vietnam lebih murah dibandingkan

78

Indonesia Adapun pergerakan harga lada ketiga negara tersebut di Amerika

Serikat adalah sebagai berikut

000

100

200

300

400

500

600

700

800

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Peru

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Berdasarkan Gambar 18 harga lada Peru merupakan yang termurah

dibandingkan Vietnam dan Indonesia Hal ini menyebabkan permintaan lada Peru

lebih bayak dibandingkan Vietnam dan Indonesia yang kemudian berpengaruh

terhadap peningkatan nilai ekspor lada Peru Peningkatan ini menjadikan Peru

mampu berdayasaing kuat secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Amerika Serikat Sedangkan harga lada Vietnam dan Indonesia relatif sama

Namun harga lada Vietnam sedikit lebih murah dari Indonesia dengan rata-rata

harga sebesar US$ 308Kg Sedangkan rata-rata harga lada Indonesia adalah US$

371Kg Hal ini menyebabkan volume dan nilai ekpor lada Vietnam lebih banyak

dan menjadikan Vietnam mampu berdayasaing lebih kuat secara komparatif dan

kompetitif dibandingkan Indonesia di pasar lada Amerika Serikat

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Kanada

Pesaing utama lada Indonesia di Kanada adalah Vietnam Hal ini

ditunjukkan dengan Nilai RCA Vietnam yang lebih besar dari Indonesia yaitu

79

4056 Sedangkan nilai RCA Indonesia adalah 775 Selain nilai RCA yang lebih

besar Vietnam juga mampu berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor sebesar 0789 dan pertumbuhan pangsa pasar produk

sebesar 0028 Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Vietnam sangat

berdayasaing secara komparatif dan kompetitif di pasar lada Kanada

dibandingkan Indonesia

Dayasaing kuat lada Vietnam di Kanada dikarenakan nilai ekspor lada

Vietnam yang tinggi Tingginya nilai ekspor ini diperoleh dari banyaknanya lada

yang telah diekspor Vietnam ke Kanada Banyaknya ekspor lada Vietnam ke

Kanada bukan dikarenakan harganya yang lebih murah dari Indonesia Karena

selama tahun 2004-2013 harga lada Indonesia lebih murah dari Vietnam

sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 19 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(KgU

S$)

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Gambar 19 menunjukkan bahwa harga lada Vietnam lebih tinggi daripada

Indonesia Namun tingginya harga lada Vietnam tidak berpengaruh terhadap

permintaan lada dari Kanada Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lada yang

diekspor Vietnam ke Kanada dibandingkan Indonesia Adapun total ekspor lada

80

Vietnam dari tahun 2004-2013 adalah 6917024 ton Sedangkan total ekspor lada

Indonesia adalah 1527629 ton Banyaknya lada yang diekspor oleh Vietnam ke

Kanada dikarenakan Vietnam mampu memproduksi lada dalam jumlah yang

lebih banyak dibandingkan Indonesia Menurut data International Pepper

Community (2013 5) total produksi lada Vietnam dari tahun 2004 - 2013 adalah

1110750 ton Sedangkan dalam kurun waktu yang sama Indonesia hanya

mampu memproduksi lada sebanyak 578000 ton Oleh sebab itu meskipun

memiliki harga yang lebih mahal Vietnam lebih mampu mengekspor lada lebih

banyak daripada Indonesia Hal ini menyebabkan nilai ekspor lada yang

diperoleh Vietnam lebih tinggi dari Indonesia dan menjadikan lada Vietnam lebih

berdayasaing dari Indonesia secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Kanada

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Pakistan

Pesaing utama lada Indonesia di Pakistan adalah India Hal ini

ditunjukkan dengan nilai RCA India yang lebih besar yaitu 415 Sedangkan

Indonesia hanya memiliki nilai RCA sebesar 028 yang artinya secara komparatif

lada Indonesia tidak berdayasaing di pasar lada Pakistan Selain itu Indonesia

juga kalah berdayasaing secara kompetitif dari India Hal ini dikarenakan India

berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar

0045 dan pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0440

Kuatnya dayasaing India di Pakistan disebabkan oleh besarnya nilai

ekspor lada yang diperoleh oleh India dibandingkan Indonesia Nilai ekspor ini

berkaitan dengan permintaan lada India yang lebih banyak daripada Indonesia

81

Faktor yang menyebabkan tingginya permintaan lada India adalah harga lada

India yang lebih murah daripada harga lada Indonesia sebagaimana data UN

Comtrade (2016) adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

India

Indonesia

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan

Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Rusia

Polandia dan Cina adalah pesaing utama lada Indonesia di Rusia Secara

komparatif Indonesia mampu berdayasaing lebih kuat dibandingkan kedua negara

tersebut Hal ini dikarenakan nilai RCA Indonesia lebih tinggi yaitu 4022

Sedangkan nilai RCA Polandia adalah 404 Bahkan secara komparatif Cina tidak

memiliki dayasaing di pasar Rusia karena memiliki nilai RCA kurang dari satu

yaitu 017 Dayasaing yang kuat ini disebabkan oleh perbandingan nilai ekspor

lada Indonesia dari total ekspor Indonesia lebih besar dari perbandingan nilai

ekspor lada dunia dari total ekspor dunia ke Rusia

Meskipun secara komparatif lada Indonesia mampu berdayasaing kuat

dibandingkan Polandia dan Cina di pasar Rusia namun secara kompetitif

dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut Hal ini ditujukkan

dengan posisi Rising Star Polandia dan Cina di Rusia Pertumbuhan pangsa pasar

ekspor lada kedua negara tersebut mencapai 1004 dan 0177 Begitu juga

82

pertumbuhan pangsa pasar produk yang mencapai 0140 dan 0745 Salah

satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia adalah faktor harga Adapun

harga lada masing-masing negara tersebut adalah sebagai berikut

0

2

4

6

8

10

12

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Polandia

Cina

Indonesia

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada Cina adalah yang termurah di Rusia Rata-rata harga lada

Cina di Rusia adalah US$ 194Kg yang merupakan harga lada termurah

dibandingkan Polandia dan Indonesia Murahnya harga lada Cina menyebabkan

meningkatnya volume ekpor ladanya ke Rusia Hal ini juga menyebabkan

meningkatnya nilai ekspor lada Cina yang akhirnya berpengaruh terhadap

dayasaing Cina di Rusia Sedangkan meningkatnya dayasaing lada Polandia di

Rusia dikarenakan tingginya rata-rata harga lada Poalndia di Rusia yaitu US$

724Kg yang akhirnya juga meningkatkan nilai ekspor dan dayasaing ladanya di

Rusia

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Singapura

India Vietnam dan Sri Lanka merupakan pesaing utama lada Indonesia

di Singapura Secara komparatif dayasaing lada Indonesia kalah saing

dibandingkan Vietnam dan Sri Lanka karena nilai RCA Indonesia lebih kecil dari

83

kedua negara tersebut yaitu 814 Sedangkan nilai RCA Vietnam dan Sri Lanka

adalah 2994 dan 2469 Namun dayasaing komparatif Indonesia di Singapura

masih lebih unggul jika dibandingkan dengan India karena nilai RCA India lebih

kecil dari Indonesia yaitu 206 Meskipun begitu India merupakan negara

dengan keunggulan kompetitif paling kuat karena berada di poisi Rising Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar produk sebesar 0416

dan 0302 Sedangkan Vietnam dan Sri Lanka berada di posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2966 dan 0661 Namun

pertumbuhan pangsa pasar produknya menurun sebesar 0005 dan 0002

Posisi Falling Star Vietnam dan Sri Lanka masih lebih baik jika dibandingkan

dengan Indonesia yang berada di posisi Lost Opportunity

Harga merupakan salah satu penyebab kurang berdayasaingnya lada

Indonesia di Singapura Harga lada Indonesia merupakan yang paling mahal di

singapura Sedangkan harga lada India merupakan yang paling murah di

Singapura Adapun perkembangan harga lada Indonesia dan pesaingnya di

Singapura adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Sri Lanka

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

84

Harga lada Indonesia lebih mahal daripada Vietnam India dan Sri Lanka

Hal ini menyebabkan konsumen di Singapura lebih memilih lada dari negara lain

yang harganya lebih murah yaitu India Oleh karenanya permintaan lada India

meningkat dan meningkatkan nilai ekspor ladanya yang kemudian menjadikan

India sebagai negara dengan dayasaing yang kuat di Singapura

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa salah satu penyebab

tidak berdayasaingnnya lada Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah harga yang tinggi dan persediaan lada untuk

diekspor Oleh sebab itu Indonesia harus meningkatkan produksi ladanya

sehingga jumlah lada untuk diekspor juga meningkat dan dapat menurunkan

harga Sebagaimana teori economic of scale Krugman (2008) yang menyatakan

bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya produksi akan semakin

rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh terhadap harga yang lebih

murah

4 Posisi Retreat

Retreat adalah posisi yang kurang baik karena ekspor lada Indonesia

sudah tidak diinginkan lagi di negara-negara tersebut Posisi ini terjadi di

Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Penyebab tidak berdayasaingnya lada

Indonesia di Australia adalah karena India Vietnam dan Spanyol mampu

menguasai pasar lada di Australia yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang lebih

tinggi dari Indonesia yaitu 32 112 dan 961

Selain itu ketiga negara tersebut juga mampu berdayasaing secara

kompetitif dengan berada pada posisi Rising Star dan Falling Star India dan

85

Spanyol berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor

sebesar 0067 dan 0353 serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0043 dan 0071 Sedangkan Vietnam berada pada posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2329 namun pertumbuhan

pangsa pasar produkuknya menurun sebesar 0014 Penyebab tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Australia adalah faktor harga yang lebih mahal

dibandingkan negara lainnya sebagaimana Gambar 23 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Vietnam

Spanyol

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Gambar 23 menunjukkan bahwa harga lada Indonesia cenderung

meningkat dan lebih mahal dibanding India Vietnam dan Spanyol Rata-rata

harga lada Indonesia adalah US$ 437Kg Sementaar rata-rata harga India

Vietnam dan Spanyol adalah US$ 267Kg US$ 388Kg dan US$ 288Kg

Lada Indonesia juga tidak berdayasaing sama sekali di Inggris Hal ini

dikarenakan pasar lada negara tersebut dikuasai oleh Vietnam dan India Nilai

RCA kedua negara tersbeut adalah 4947 dan 1796 Nilai tersebut menunjukkan

bahwa Vietnam dan India berdayasaing kuat secara komparatif Selain itu secara

86

kompetitif kedua negara tersebut juga berada di posisi yang lebih baik dari

Indonesia yaitu Rising Star Vietnam dan India mengalami peningkatan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 2624 dan 0555 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0037 dan 009 Kuatnya

dayasaing lada Vietnam dan India disebabkan oleh harga ladanya yang lebih

murah dibandingkan Indonesia sebagaimana Gambar 24 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

Vietnam

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 24 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada India merupakan yang termurah dibandingkan negara lainnya

Harga rata-rata lada India selama tahun 2004-2013 adalah US$ 24Kg Murahnya

harga lada India membuat volume ekspor lada India meningkat dan menghasilkan

nilai rata-rata ekspor lada yang tinggi yaitu US$ 13190004 Sehingga India

mampu menjadi salah satu negara yang menguasai pasar lada di Inggris Begitu

pula dengan Vietnam yang memiliki harga lada yang bersaing dengan Indonesia

Rata-rata harga lada Vietnam adalah US$ 42Kg Dengan harga tersebut

Vietnam mampu meningkatkan volume ekspor dan mendapatkan rata-rata nilai

87

ekspor lada sebesar US$ 12335811 sehingga mampu menjadi negara yang

menguasai pasar lada di Inggris seperti India

Sama halnya dengan Australia dan Inggris pasar lada Indonesia di

Bulgaria harus bersaing dengan Vietnam Spanyol dan Cina Secara komparatif

Vietnam merupakan negara pesaing terberat Indonesia karena nilai RCA Vietnam

jauh lebih besar dari Indonesia yaitu 35178 Sementara nilai RCA Indonesia di

Bulgaria adalah 2201 Sedangkan nilai RCA Spanyol dan Cina adalah 565 dan

282 Namun secara kompetitif Indonesia tidak mampu berdayasaing dengan

ketiga negara tersebut karena Indonesia berada di posisi Retreat Sedangkan

Vietnam Spanyol dan Cina berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor lada sebesar 0255 0870 dan 1933 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0007 0366 dan 0188 Tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Bulgaria disebabkan oleh harga yang tinggi

sebagaimana Gambar 25 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Spanyol

Cina

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 25 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

88

Besarnya nilai RCA Vietnam di Bulgaria menunjukkan bahwa lada

merupakan salah satu komoditi unggulan Vietnam untuk diekspor ke Bulgaria

Vietnam juga merupakan market leader lada di Bulgaria karena mampu

menguasai 39 lada di Bulgaria Sehinggga meskipun harga lada Vietnam terus

naik total volume ekspor lada Vietnam tetap menjadi yang terbanyak yaitu

405402 Ton serta menghasilkan rata-rata nilai ekspor paling besar yaitu US$

1555314 Sedangkan secara kompetitif stabilnya harga lada Cina dan Spanyol

di Bulgaria berpengaruh pada meningkatnya volume ekspor lada kedua negara

tersebut Sehingga nilai ekspor kedua negara tersebut lebih besar dibandingkan

Indonesia yaitu US$ 591459 untuk Cina dan US$ 430878 Sedangkan harga

lada Indonesia yang berfluktuasi dan cenderung lebih mahal dari Cina dan

Spanyol berpengaruh pada penurunan volume dan nilai ekspor lada Indonesia

Rata-rata nilai ekspor lada Indonesia adalah US$ 141231 lebih kecil dari Cina

dan Spanyol Hal inilah yang menyebabkan lada Indonesia tidak dapat

berdayasaing di Bulgaria

Selanjutnya lada Indonesia juga tidak berdayasaing di Vietnam

Meskipun berstatus negara eksportir lada nomor satu dunia Vietnam masih

melakukan impor lada dari beberapa negara seperti India dan Brazil yang menjadi

eksportir utama lada di sana Dayasaing lada Indonesia di Vietnam secara

komparatif masih lebih unggul dibandingkan India dan Brazil Karena Indonesia

memiliki nilai RCA yang lebih besar yaitu 2509 Sementara nilai RCA India dan

Brazil adalah 716 dan 750 Namun secara kompetitif kedua negara tersebut

mampu berdayasaing kuat dibandingkan Indonesia karena berada pada posisi

89

Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 3047 untuk

India dan 0347 untuk Brazil serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0217 untuk India dan 0065 untuk Brazil

Harga lada India adalah yang termurah diantara ketiga negara tersebut

Sedangkan harga lada Indonesia dan Brazil saling bersaing Adapun pergerakan

harga negara-negara tersebut di Vietnam adalah sebagi berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Brazil

Indonesia

Gambar 26 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Murahnya harga lada India di Vietnam menyebabkan permintaan lada

India menjadi meningkat di Vietnam Permintaan yang meningkat menyebakan

volume dan nilai ekspor lada meningkat Hal inilah yang menyebabkan India

secara kompetitif berdayasaing kuat di Vietnam Sedangkan harga lada Brazil dan

Indonesia saling bersaing di Vietnam Namun secara keseluruhan selama tahun

2004 - 2013 harga lada Brazil cenderung lebih murah Oleh karenanya lada

Brazil lebih mampu berdayasaing dibandingkan Indonesia di Vietnam Adapun

secara keseluruhan gambaran dayasaing lada Indonesia secara kompetitif di

negera-negara tujuan selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

90

-3

-2

-1

0

1

2

3

-3 -2 -1 0 1 2 3

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Kurang berdayasaingnya lada Indonesia di beberapa negara khususnya di

Rusia dan Vietnam yang memiliki keunggulan komparatif tinggi dibanding

negara lainnya namun masuk ke dalam posisi Lost Opportunity dan Retreat

menunjukkan bahwa Indonesia perlu meningkatkan produksi ladanya sehingga

harganya menjadi lebih murah sebagaimana teori economic of scale Krugman

(2008) yang menyatakan bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya

produksi akan semakin rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh

terhadap harga yang lebih murah

Sedangkan posisi perdagangan lada di Australia Bulgaria Inggris dan

Vietnam yang masuk ke dalam posisi Retreat menunjukkan bahwa Indonesia

perlu mencari alternatif negara lain sebagai negara tujuan ekspornya atau

memaksimalkan ekspor ke negara importir yang sudah menjadi partner dagang

lada Indonesia dengan harga yang lebih murah dan stabil Dengan begitu volume

dan nilai ekspor lada Indonesia akan lebih meningkat dan berdayasaing

Rising Star Lost Opportunity

Amerika Serikat Kanada

Pakistan Rusia dan

Singapura

Belanda India Italia

Jepang dan Jerman

Australia Bulgaria

Inggris dan Vietnam

Belgia Hongkong

Perancis Korea dan

Malaysia

Falling Star Retreat

91

2 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Keunggulan kompetitif lainnya dapat dilihat melalui nilai ISP Nilai ISP

berfungsi untuk mengetahui apakah Indonesia layak menjadi eksportir lada atau

tidak di negara tujuan ekspornya Berikut adalah hasil perhitungan ISP lada

Indonesia

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 9985 0999

Australia 9536 0954

Belanda 9963 0996

Belgia 10000 1000

Bulgaria 10000 1000

Hongkong 8320 0832

India 3327 0333

Inggris 10000 1000

Italia 9978 0998

Jepang 9965 0997

Jerman 9868 0987

Kanada 10000 1000

Korea 7662 0766

Malaysia 1938 0194

Pakistan 9653 0965

Perancis 9988 0999

Rusia 10000 1000

Singapura 9891 0989

Vietnam 8994 0899

Sumber UN Comtrade (Diolah)

Ekspor lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004-2013

secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata ISP positif antara 0 hingga 1 Nilai

positif ini menunjukkan bahwa Indonesia cenderung untuk menjadi eksportir lada

di negara-negara tujuan ekspornya Diantara kesembilan belas negara tersebut

92

Malaysia dan India menjadi negara dengan nilai ISP terendah Hal ini

dikarenakan Indonesia juga melakukan impor lada dalam jumlah yang cukup

besar dari Malaysia dan India Impor lada dari kedua negara tersebut dikarenakan

laju produksi lada dalam negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia

yang menyentuh angka rata-rata 3 per tahun Sedangkan laju produksi lada

Indonesia hanya 15 per tahun Oleh sebab itu Indonesia harus lebih berupaya

untuk mengekspor lada lebih banyak ke dua negara tersebut untuk terus

meningkatkan neraca perdagangan dan dayasaing secara kompetitifnya di

Malaysia dan India

Secara keseluruhan sebagian besar lada Indonesia sudah masuk pada

tahap pertumbuhan perdagangan yang matang karena memiliki nilai ISP antara

081 sampai 100 Nilai ini menunjukkan standarisasi teknologi yang digunkaan

Artinya Indonesia memiliki kualitas lada yang baik karena sudah menggunakan

teknologi yang terstandarisasi Sedangkan di Korea India dan Malaysia

pertumbuhan perdagangan lada Indonesia baru memasuki tahap pertumbuhan

Hal ini ditunjukkan dengan nilai ISP antara 001 sampai 080 Artinya Indonesia

mulai memproduksi lada dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional pada tahun 2004-

2013 berdasarkan teori Gravity Model diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu Produk Domestik Bruto per Kapita (LnPDBC) dan Jarak Ekonomi (LnJE)

93

Serta faktor-faktor lain yang terdiri dari Harga (LnHRG) Kurs Riil (LnKR)

Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga Konsumen (IHK)

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel

Hasil uji Chow menunjukkan F-statistik lebih besar dari F-tabel dengan

taraf nyata lima persen (3534 gt 167) dan nilai probabilitas lebih kecil dari taraf

nyata lima persen (000 lt 005) Dengan demikian model yang terpilih adah

Fixed Effect Model Selanjutnya hasil uji Hausman menunjukkan nilai

probabilitas lebih besar dari taraf nyata lima persen (0408 gt 005) dan nilai chi-

square statistik lebih kecil dari nilai chi square tabel (614 lt 1259) Dengan

demikian maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random

Effect Model Hasil estimasi Random Effect Model adalah sebagaimana Tabel 13

berikut

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model

Variabel Dependen LnVEL

Variabel Koefisien Prob

LnPDBC 1746167 00057

LnJE -0875098 00185

LnHRG -0369590 00493

LnKR 0470691 02770

LnPOP 1494300 00020

IHK 0003891 06231

C -3370401 00024

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Sum squared resid 7836682

Prob(F-statistic) 0000024 Durbin-Watson stat 1281398

Keterangan Signifikan terhadap taraf nyata 5 ()

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di

negara tujuan ekspor adalah PDB perkapita (LnPDBC) Jarak Ekonomi (LnJE)

94

Harga (Ln HRG) Kurs Riil (LnKR) Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga

Konsumen (IHK) Persamaan hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah

LnVEL = -3370401 + 1746167 LnPDBC - 0875098 LnJE - 0369590 LnHRG +

0470691 LnKR + 1494300 LnPOP + 0003891 IHK

Keterangan

LnVEL Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional (persen)

LnPDBC Rata-rata PDB per kapita (persen)

LnJE Jarak ekonomi (persen)

LnHRG Harga lada (persen)

LnKR Kurs riil (persen)

LnPOP Populasi (persen)

IHK Indeks Harga Konsumen (persen)

522 Uji Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

Gambar 28 Uji Normalitas

Sumber Output Eviews

Berdasarkan Gambar 28 nilai stattistik Jarque-Bera lebih kecil dari nilai

chi-square (0659385 lt 59915) Sebaliknya nilai probabilitas lebih besar dari

taraf nyata lima persen (0719145 gt 005) Hasil ini menunjukkan bahwa nilai

residual terdistribusi dengan normal

95

523 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Tabel 14 Uji Multikolinearitas

LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

LnPDBC 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

LnJE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

LnHRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

LnKR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

LnPOP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000 Sumber Output Eviews

Berdasarkan correlation matrix nilai korelasi seluruh variabel bebas

kurang dari 085 Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara variabel

bebas Widarjono (2009 229) menyatakan bahwa data panel dapat mengatasai

masalah multikolinearitas sehingga permasalahan multikolinearitas dapat diatasi

2 Uji Heteroskedastisitas

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas

Metode Glejser

Variabel Koefisien Prob

C 4930401 04847

LnPDBC -0085616 08301

LnJE 0042988 08378

LnHRG -0206352 01878

LnKR -0300695 04211

LnPOP -0006353 09816

IHK 0013324 00302

Sumber Output Eviews

Berdasarkan tabel di atas seluruh nilai probabilitas variabel independen

lebih dari taraf nyata lima persen kecuali variabel IHK Nilai probabilitas IHK

lebih kecil dari taraf nayata lima persen (00302 lt 005) Namun Widarjono

(2009 130) menyatakan bahwa masalah heteroskedastisitas bisa diatasi dengan

96

Generalized Least Squares (GLS) Karena yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Random Effect Model yang sudah menggunakan pembobotan GLS maka

permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi

3 Uji Autokorelasi

Nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini adalah 1281398 Jika

mengikuti uji Durbin Watson penelitian ini mengandung masalah autokorelasi

karena 18280 gt 1281398 lt 2172 Namun permasalahan autokorelasi dapat

diatasi karena Random Effect Model telah menggunakan pembobotan

Generalized Least Squares (GLS) sehingga model telah terbebas dari masalah

autokorelasi (Widarjono 2009 151)

524 Uji Signifikansi

1 Uji F

Berdasarkan estimasi Random Effect Model nilai probabilitas F-statistik

lebih kecil dari taraf nyata lima persen (0000024 lt 005) Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yang terdiri dari rata-rata PDB per Kapita Jarak

Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap Volume Ekspor Lada Indonesia

2 Uji t

Signifikansi variabel ditunjukkan oleh nilai t-hitung yang lebih besar dari

t-tabel dan nilai probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen Nilai t-

tabel dalam penelitian ini adalah 1653 yang diperoleh dari df 183 (190-7)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model terdapat empat variabel signifikan

yaitu rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi

97

Nilai t-hitung dan probabilitas variabel rata-rata PDB per Kapita adalah

2797 gt 1653 dan 00057 lt 005 variabel Jarak Ekonomi adalah 2376 gt 1653

dan 00185 lt 005 variabel Harga adalah 1979 gt 1653 dan 00493 lt 005 serta

variabel Populasi adalah 3129 gt 1653 dan 00020 lt 005 Artinya variabel rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi berpengaruh signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Sedangkan nilai t-

hitung dan probabilitas variabel Kurs Riil adalah 1090 lt 1653 dan 0277 gt 005

serta variabel IHK adalah 0492 lt 1653 dan 06231 gt 005 Artinya variabel Kurs

Riil dan IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

3 Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model diperoleh nilai R Square

sebesar 0155065 Nilai ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK

mampu menjelaskan variabel dependen Volume Ekspor Lada sebesar 1551

sedangkan sisanya sebesar 8449 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam model persamaan penelitian ini

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per Kapita

Variabel rata-rata PDB per Kapita memiliki nilai probabilitas dan

koefisien sebesar 00057 dan 1746167 Artinya rata-rata PDB per kapita

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume ekspor lada Dengan

98

asumsi variabel lain konstan peningkatan satu persen rata-rata PDB per kapita

akan meningkatkan 1746167 persen volume ekspor lada Indonesia PDB

merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan beberapa hal

penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB merupakan

gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara (Rahardja dan Manurung

2008 223)

Pengaruh positif dan signifikan rata-rata PDB per kapita terhadap volume

ekspor lada sejalan dengan penelitian Dilanchiev (2012) yang menyatakan bahwa

rata-rata PDB per kapita antara Goergia dan negara tujuan ekspornya

berpengaruh positif terhadap volume perdagangan Georgia Pradipta dan Firdaus

(2014) juga menyatakan bahwa PDB per kapita suatu negara menggambarkan

kemampuan secara keseluruhan negara tersebut Semakin tinggi pendapatan

secara keseluruhan suatu negara maka semakin tinggi kemampuan negara

tersebut untuk melakukan ekspor dan impor Pada komoditi lada Ginting (2014)

menyatakan bahwa PDB per kapita berpengaruh terhadap perdagangan lada putih

dunia Begitu juga Permatasari (2015) menyatakan bahwa semakin besar GDP

per kapita riil suatu negara menunjukkan bahwa tingkat pendapatan negara

tersebut semakin besar yang akan mengakibatkan konsumsi yang semakin

99

meningkat Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan PDB per

kapita riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor lada

Amerika Serikat merupakan importir terbesar lada Indonesia Adapun

total ekspor lada Indonesia ke Amerikas Serikat selama kurun waktu 2004-2013

adalah sebanyak 185480 ton Dengan rata-rata PDB perkapita antara Indonesia

dan Amerika Serikat sebesar US$ 25139tahun telah meningkatkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia sebanyak 18548 tontahun Artinya rata-rata PDB

perkapita berpengaruh positif terhadap perdagangan lada Indonesia

2 Jarak Ekonomi

Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Nilai probabilitas dan koefisien jarak ekonomi adalah 00185 dan

-0875098 Dengan asumsi varaiabel lain konstan peningkatan satu persen Jarak

Ekonomi akan menurunkan 0875098 persen volume ekspor lada Indonesia Hasil

ini sesuai dengan penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009)

Dilanchiev (2012) serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak

ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan

Semakin jauh jarak ekonomi Indonesia dengan negara importir akan

menyebabkan semakin tinggi biaya transportasi yang dikeluarkan bagi kedua

negara Hal ini menyebabkan harga lada semakin mahal seiring dengan adanya

peningkatan biaya produksi yang diakibatkan semakin tingginya biaya

transportasi yang dibayarkan Kondisi ini akan menyebabkan turunnya daya beli

negara importir yang berdampak pada turunnya jumlah permintaan ekspor lada

100

Indonesia Adapun rata-rata jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara

importir lada Indonesia adalah sebagai berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000A

S

Aust

ralia

Be

land

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

Ind

ia

Ing

gri

s

Italia

Jepang

Jerm

an

Ka

nad

a

Ko

rsel

Mala

ysia

Pa

kist

an

Pera

nci

s

Ru

sia

Sin

gap

ura

Vie

tnam

(KM

)

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Sumber CEPII dan World Bank (2016) (Diolah)

Gambar 29 menujukkan bahwa jarak ekonomi terjauh Indonesia adalah

Amerika Serikat dengan rata-rata jarak ekonomi sebesar 585551 KM

Sedangkan jarak ekonomi terdekat Indonesia adalah Singapura dengan rata-rata

jarak ekonomi sebesar 523 KM Meskipun Amerika Serikat merupakan importir

terbesar lada Indonesia namun volume ekspor lada ke Amerika Serikat hanya

tiga kali volume ekspor lada ke Singapura Rata-rata volume ekspor lada

Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun sedangkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Singapura adalah 5902 tontahun Hal ini

menunjukkan bahwa semakin jauh jarak ekonomi akan menurunkan volume

ekspor Sebaliknya semakin dekat jarak ekonomi akan meningkatkan volume

ekspor

101

3 Harga

Variabel Harga memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar 00493

dan -0369590 Variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Artinya kenaikan satu persen harga akan menurunkan volume

ekspor sebesar 0369590 persen Hasil ini sesuai dengan hukum permintaan yaitu

semakin murah harga suatu barang maka permintaan akan bertambah

Sebaliknya semakin mahal harga suatu barang maka permintaan akan menurun

dengan asumsi ceteris paribus (Rahardja dan Manurung 2008 24) Selain itu

hasil negatif dan signifikannya harga terhadap volume ekspor lada juga sejalan

dengan hasil penelitian Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa

meningkatnya harga ekspor mangga berpengaruh terhadap penurunan volume

eskpor mangga Begitu juga hasil penelitian Ginting (2014) yang menyatakan

bahwa kenaikan dan penurunan harga lada hitam dan putih dunia berpengaruh

terhadap kenaikan dan penurunan volume ekspor lada putih Adapun rata-rata

harga lada Indonesia di negara-negara importir adalah sebagi berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

AS

Aust

ralia

Bela

nda

Be

lgia

Bulg

aria

Ho

ng

kon

g

India

Inggris

Ita

lia

Jep

an

g

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysi

a

Paki

stan

Pera

nci

s

Rusi

a

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(US

$T

on

)

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

102

Gambar 30 menunjukkan bahwa rata-rata harga lada tertinggi adalah di

Jepang yaitu US$ 4974Ton Tingginya harga lada di Jepang menyebabkan

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang lebih kecil daripada ke Amerika Serikat

yang mempunyai rata-rata harga lebih murah yaitu US$ 3710Ton Rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang adalah 1448 tontahun sedangkan rata-

rata volume ekspor lada Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun

4 Populasi

Nilai probabilitas dan koefisien varibel Populasi adalah signifikan positif

yaitu 00020 dan 1494300 Artinya kenaikan satu persen populasi negara

importir akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia ke negara importir

sebesar 1494300 persen Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Sitorus

(2009) dan Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa populasi negara

importir berpengaruh positif signifikan terhadap volume ekspor

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi

secara menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga

relatif rendah (Rahardja dan Manurung 2008 267) Sitorus (2009 41) juga

menyatakan bahwa pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar Oleh sebab itu meningkatnya

populasi negara importir akan meningkatkan kebutuhan dan konsumsinya

Terlebih jika produksi dalam negeri negara importir tidak mencukupi maka

ekspor merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan penduduknya

103

Pertumbuhan penduduk dunia dalam kurun waktu 2004-2013 terus

mengalami peningkatan Hal ini juga terjadi pada negara-negara importir lada

Indonesia yang selanjutnya berpengaruh terhadap banyaknya volume impor lada

dari Indonesia Adapun populasi negara importir adalah sebagai berikut

0

200000000

400000000

600000000

800000000

1000000000

1200000000

1400000000

AS

Au

str

alia

Be

lan

da

Be

lgia

Bu

lga

ria

Ho

ng

ko

ng

Ind

ia

Ing

gris

Ita

lia

Je

pa

ng

Jerm

an

Ka

na

da

Ko

rse

l

Ma

laysia

Pakis

tan

Pe

ran

cis

Rusia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

(Jiw

a)

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

India merupakan negara dengan jumlah terbanyak kedua di dunia setelah

Cina Dalam perdagangan lada Indonesia India menempati urutan pertama

dengan rata-rata jumlah penduduk sebanyak 1204529087 jiwa Disusul

Amerika serikat dengan jumlah penduduk sebanyak 305039425 jiwa Dengan

banyaknya jumlah penduduk di kedua negara tersebut Indonesia mengekspor

rata-rata lada sebanyak 4676 tontahun ke India dan 18548 tontahun ke

Amerika Serikat India mengimpor lada lebih sedikit dari Amerika Serikat karena

India merupakan salah satu negara produsen lada terbanyak ketiga di dunia

sehingga India mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan penduduknya

sendiri

104

5 Kurs Riil

Variabel Kurs Riil memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar

02770 dan 0470691 Artinya kurs riil tidak berpengaruh signifikan terhadap

volume ekspor lada Adapun kurs riil Indonesia dengan negara-negara importir

adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

AS

Austr

alia

Bela

nda

Belg

ia

Bulg

aria

Hongkong

India

Inggris

Italia

Jepang

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysia

Pakis

tan

Pera

ncis

Rusia

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(Rp

US

$)

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Berdasarkan Gambar 32 kurs riil Indonesia dengan negara-negara

importir murah dan relatif stabil sehingga tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia Pengaruh signifikan nilai tukar riil

terhadap ekspor terjadi saat rupiah terdepresiasi Hal ini akan menyebabkan harga

barang-barang ekspor menjadi lebih murah dan meningkatkan volume ekspor

6 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Selanjutnya yang tidak berpengaruh signifikan adalah variabel IHK Nilai

probabilitas dan koefisien sebesar 06231 dan 0003891 yang berarti variabel

105

IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada Hal ini

dikarenakan IHK negara importir tidak mengalami peningkatan yang signifikan

Adapun IHK negara importir selama tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

75

80

85

90

95

100

105

AS

Aust

ralia

Bela

nd

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

India

Inggris

Italia

Jep

an

g

Jerm

an

Ka

na

da

Kors

el

Ma

lays

ia

Paki

sta

n

Pe

ran

cis

Ru

sia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

IHK

(

)

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Rata-rata IHK negara importir kurang dari seratus persen kecuali Jepang

yaitu 100475 Artinya harga dalam negeri negara importir relatif stabil

Sehingga daya beli konsumen dalam negeri negara importir menjadi stabil dan

tidak berpengaruh terhadap permitaan lada Indonesia

106

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian dengan judul

ldquoAnalisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasionalrdquo selama tahun 2004-2013 dapat

disimpulkan beberapa hal berikut

1 Lada Indonesia secara komparatif telah berdayasaing kuat di Rusia

Vietnam Perancis Jerman Hongkong Amerika Serikat Bulgaria

Belanda Belgia India Singapura Kanada Italia Australia Inggris dan

Jepang Namun tidak berdayasaing di Korea Malaysia dan Pakistan

Selanjutnya secara kompetitif lada Indonesia berada pada posisi Rising

Star di Belanda India Italia Jepang dan Jerman Posisi Falling Star di

Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia Posisi Lost

Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura

Serta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Selain

itu Indonesia juga sudah layak menjadi eksportir lada dunia dengan

tingkat pertumbuhan tahap pertumbuhan dan kematangan

2 Faktor-faktor yang berpengruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapita jarak

ekonomi harga dan populasi Sedangkan kurs riil dan IHK tidak

berpengaruh signifikan

107

62 Saran

Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa saran untuk meningkatkan

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional diantaranya adalah meningkatkan

produktivitas lada nasional Produktivitas lada yang tinggi akan menambah

persediaan lada nasional Sehingga selain konsumsi dalam negeri terpenuhi

persediaan untuk ekspor juga menjadi lebih banyak Selain itu produktivitas lada

yang tinggi akan membuat harga lada Indonesia menjadi lebih murah karena

terjadi economic of scale

Selanjutnya yaitu meninggalkan negara-negara yang berada pada posisi

retreat dan mencari negara tujuan ekspor lada lain Dengan begitu Indonesia

diharapkan mampu membuka peluang untuk menjadi eksportir utama lada di

negara-negara lainnya Sehingga nilai ekspor lada Indonesia akan meningkat dan

memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia

Jarak ekonomi merupakan hambatan yang berpengaruh nyata terhadap

volume ekspor lada Oleh sebab itu maka pemerintah perlu meningkatkan

efisiensi sarana transportasi Dengan sarana transportasi yang lebih efisien maka

biaya yang dikeluarkan untuk proses distribusi lada akan lebih murah Sehingga

harga lada juga akan menjadi lebih murah

Selain jarak ekonomi populasi adalah salah satu faktor yang berpengaruh

nyata dan cukup besar terhadap volume ekspor lada Oleh sebab itu Indonesia

harus meningkatkan volume ekspor ladanya ke negara-negara yang berpopulasi

tinggi Hal ini dikarenakan populasi yang tinggi diindikasikan memiliki tingkat

konsumsi yang tinggi pula

108

Terakhir yaitu menambahkan variabel-variabel lain untuk penelitian-

penelitian lada selanjutnya Adapun variabel-variabel yang dipilih adalah

variabel-variabel yang berkaitan dan diduga berpengaruh terhadap perdagangan

internasional Sehingga mampu memberikan informasi yang lebih banyak lagi

bagi pihak-pihak yang berkepentingan

109

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Feira dkk 2015 Posisi Dayasaing Dan Spesialisasi Perdagangan Lada

Indonesia Dalam Menghadapi Globalisasi (Studi Pada Ekspor Lada

Indonesia Tahun 2009-2013 Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 27(2) 1-7

Azwar Saifuddin 2013 Metode Penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik 2016 Ekspor dan Impor Diakses dari

httpswwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid1002 pada tanggal 16 Mei

2016

2016 Produk Domestik Bruto (Lapangan Usaha)

Diakses dari

httpswwwbpsgoidSubjekviewid11subjekViewTab1|accordion-

daftar-subjek2 pada tanggal 16 Mei 2016

Bappenas 2009 Trade and Investment in Indonesia A Note on Competitiveness

and Future challenge Jakarta Bappenas

Basri Munandar dan Munandar Haris 2010 Dasar-Dasar Ekonomi

Internasional Jakarta Prenada Media Group

Bergstrand Jeffrey H 1985 The Gravity Equation in International Trade Some

Microeconomic Foundations and Empirical Evidance JSTOR 67(3) 474-

481

Bustami Budi Ramanda dan Hidayat Paidi 2013 Analisis Dayasaing Produk

Ekspor Provinsi Sumatera Utara Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1(2) 56-

71

Case Karl E dan Fair Ray C 2002 Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro Jakarta

PT Prenhallindo

CEPII 2016 GeoDist Diakses dari

httpwwwcepiifrCEPIIenbdd_modelepresentationaspid=6 pada

tanggal 16 Mei 2016

Daras Usma dan Pranowo D 2009 Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung

dan Alternatif Pemulihannya Jurnal Litbang Pertanian 28(1) 1-6

Daryanto 2011 Sari Kuliah Manajemen Pemasaran Bandung PT Sarana

Tutorial Nurani Sejahtera

110

Dilanchiev Azer 2012 Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern Gravity

Model Jurnal of Social Sciences 1(1) 75-78

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 Statistik

Perkebunan Indonesia Komoditas Lada Ditjen Perkebunan Jakarta

Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian

Ginting Kristiawan Hadinata 2014 Analisis Posisi Lada Putih Indonesia di

Pasar Lada Putih Dunia Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor

Ghozali Imam 2006 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

2009 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Edisi Keempat Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

Halwani R Hendra 2002 Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi

Jakarta Ghalia Indonesia

Horizon Pacific 2016 Vietnam Has To Import High Quality Pepper for Export

Diakses dari httpbvtvhpcomenagricultural-newsvietnam-has-to-

import-high-quality-pepper-for-exporthtml pada tanggal 1 November

2016

International Pepper Community 2013 Pepper Statictical Yearbook 2013

International Pepper Community Jakarta IPC

2016 Statistik Jakarta IPC

Kementerian Perdagangan 2008 ISP (Index Spesialisasi Perdagangan) Diakses

dari httpwwwkemendaggoidaddonisp pada tanggal 12 Desember

2016

2011 Kajian Kebijakan Pengembangan Diversifikasi

Pasar dan Produk Ekspor Jakarta Pusat Kebijakan Perdagangan luar

Negeri Badan pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Kotabe Masaaki dan Helsen Kristian 2010 Global Marketing Management (5th

Edition) United Satates of America Wiley

Kotler Philip dan Keller Kevin Lane 2009 Manajemen Pemasaran Edisi Ke

Dua Belas Jakarta PT Indeks

Krugman Paul 2008 Trade and Geography-Economies of Scale Differentiated

Products and Transport Cost The Prize in Economic Sciences 2008 The

111

Royal Swedish Academy of Sciences KUNGL

VETENSKAPSAKADEMIEN

Lawless Martina dan Whelan Karl 2007 Anote on Trade Costs and Distance

Working Paprer Series Universuty College Dublin

Li Kunwang Song Ligang dan Xingjun Zhao 2008 Component Trade and

Chinas Global Economic Integration World Institute for Development

Economics Research 101(2) 1-25

Mankiw N Gregory Euston Quah dan Peter Wilson 2012 Pengantar Ekonomi

Makro Jakarta Salemba Empat

Mayer Thierry dan Soledad Zignago 2011 Notes on CEPIIrsquoS distance

measures The GeoDist database CEPII WP 25(1) 1-47

Menteri Perdagangan Republik Indonesia 2012 Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 13M-DAGPER32012

Jakarta Kementerian Perdagangan

Permatasari Nadia 2015 Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ekspor Lada Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Skripsi

S1 Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Pradipta Amalia dan Firdaus Muhammad 2014 Posisi Dayasaing dan Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia Jurnal

Manajemen amp Agribisnis 11(2) 129-143

Rahardja Prathama dan Manurung Mandala 2008 Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikroekonomi amp Makroekonomi) Jakarta Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonommi Universitas Indonesia

Rivaie Arivin dan Pasandaran Effendi 2014 Dukungan Teknologi dan

Kelembagaan untuk Memperkuat Dayasaing Komoditas Lada Diakses

dari

httpwwwlitbangpertaniangoidbukumemperkuat_dayasaing_produk_

peBAB-III-12pdf pada tanggal 19 Mei 2016

Salvatore Dominick 1997 Ekonomi Internasional Jakarta Erlangga

Sarwoko 2009 Perdagangan Bilateral antara Indonesia dengan Negara-Negara

Patner Dagang Utama dengan Menggunakan Model Gravitasi Jurnal

Ilmiah MTG 2(1) 1-12

112

Sitorus Maria 2009 Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao Di Bawah Pengaruh

Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi) Skripsi

S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Soepanto Achmad 2006 Petani dan Kemiskinan di India dan Negara Lainnya

Artikel Pangan 46(15) 56-62

Sugiyono 2011 Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RampD Bandung

Alfabeta

Suliyanto 2011 Ekonometrika Terapan Teori amp Aplikasi dengan SPSS

Yogyakarta CV ANDI OFFSET

Sutarno dan Agus Andoko 2015 Budidaya Lada Si Raja Rempah-Rempah

Tangerang AgroMedia Pustaka

Tambunan Tulus TH 2004 Globalisasi dan Perdagangan Internasional

Bogor Ghalia Indonesia

Ton Nguyen tang dan Buu Bui chi 2011 How to Prevent The Most Serious

Diseases of Black Paper (Piper Ningrum L) A Case Study of Vietnam

Vietnam IAS

UN Comtrade 2016 International Trade in Goods based on UN

Comtrade data Diakses dari httpcomtradeunorglabsBIS-

trade-in-goodsreporter=826ampyear=2014ampflow=2 pada tanggal

16 Mei 2016

UN CTAD 2016 Currency Exchange Rates Annual 1970-2015 Diakses dari

httpunctadstatunctadorgwdsTableViewertableViewaspxReportId=

117 pada 16 Agustus 2016

Wahyu Kukuh 2014 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia Diakses dari

httpcybexpertaniangoidmateripenyuluhandetail9004sejarah-

tanaman-lada-di-indonesia pada tanggal 3 September 2016

Widarjono Agus 2009 Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga

Yogyakarta EKONISIA

World Bank 2016 Data Indicators Diakses dari

httpdataworldbankorgindicator pada tanggal 16 Mei 2016

Yogesh MS dan Mokshapathy S 2013 Production and Export Performance of

Black Paper International Jurnal of Humanities and social science

invention 2(4) 36-44

113

Zarzoso Inmaculada Martinez dan Lehmann Felicitas Nowak 2003 Augmented

Gravity Model An Empirical Application To Mercosur-Europen Union

Trade Flows Journal of Applied Economics 6(2) 291-316

114

Lampiran 1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 AS 9374 9977 8715 7325 8767 19495 86622

2005 AS 9489 10034 8724 7229 8915 19504 89561

2006 AS 9633 10086 8725 7518 8949 19514 92450

2007 AS 9744 10125 8679 8070 8981 19523 95087

2008 AS 10143 10138 8643 8088 9095 19533 98737

2009 AS 10119 10112 8678 7846 9215 19542 98386

2010 AS 10131 10156 8655 8238 9115 19550 100000

2011 AS 9635 10193 8613 8615 9100 19558 103157

2012 AS 10040 10224 8643 8830 9190 19565 105292

2013 AS 9592 10245 8668 8885 9346 19573 106834

2004 Australia 6112 9667 4600 7302 8796 16818 84125

2005 Australia 6533 9777 4667 7391 8951 16831 86370

2006 Australia 5903 9844 4686 7776 8982 16846 89426

2007 Australia 5613 9972 4729 8224 9019 16852 91512

2008 Australia 6218 10162 4888 8354 9129 16872 95495

2009 Australia 6305 10021 4815 8034 9227 16892 97233

2010 Australia 6835 10221 4964 8367 9115 16908 100000

2011 Australia 6009 10402 5082 8751 9099 16922 103304

2012 Australia 5975 10482 5173 9027 9191 16939 105125

2013 Australia 5386 10481 5184 9009 9337 16956 107700

2004 Belanda 7316 9931 5463 7550 8716 16606 91093

2005 Belanda 7573 9972 5450 7608 8881 16608 92618

2006 Belanda 7379 10044 5463 7772 8935 16609 93699

2007 Belanda 7932 10187 5517 8321 8979 16612 95212

2008 Belanda 7877 10294 5573 8398 9107 16616 97579

2009 Belanda 7483 10207 5542 8275 9211 16621 98741

2010 Belanda 7847 10194 5456 8475 9115 16626 100000

2011 Belanda 7262 10261 5445 8927 9108 16631 102341

2012 Belanda 7587 10188 5359 9046 9194 16634 104854

2013 Belanda 7891 10223 5395 9054 9340 16637 107483

115

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Belgia 5347 9818 4908 7690 8751 16159 87958

2005 Belgia 5631 9858 4896 7643 8906 16165 90407

2006 Belgia 5018 9914 4897 8006 8953 16171 92026

2007 Belgia 5542 10049 4948 8220 8995 16179 93703

2008 Belgia 5682 10138 4989 8423 9104 16187 97910

2009 Belgia 5313 10068 4978 8161 9220 16195 97858

2010 Belgia 5517 10076 4915 8325 9115 16204 100000

2011 Belgia 4906 10153 4923 8736 9097 16218 103532

2012 Belgia 5413 10095 4856 8944 9178 16225 106472

2013 Belgia 6126 10132 4896 9088 9338 16230 107658

2004 Bulgaria 3525 7720 2106 6918 8991 15867 69237

2005 Bulgaria 2708 7847 2184 7661 9123 15862 72726

2006 Bulgaria 4064 8014 2269 6787 9118 15857 78007

2007 Bulgaria 3219 8268 2445 8139 9098 15836 84561

2008 Bulgaria 3911 8462 2591 7979 9134 15829 95003

2009 Bulgaria 4567 8436 2594 7647 9223 15823 97619

2010 Bulgaria 4754 8505 2497 7904 9115 15816 100000

2011 Bulgaria 4365 8648 2550 7797 9090 15810 104220

2012 Bulgaria 3985 8616 2479 8512 9171 15804 107299

2013 Bulgaria 3466 8638 2510 7919 9332 15799 108254

2004 Hongkong 5333 9476 2839 7305 8742 15730 88753

2005 Hongkong 5236 9544 2854 6925 8916 15734 89487

2006 Hongkong 4626 9610 2863 7614 8961 15741 91320

2007 Hongkong 5062 9694 2862 8255 9001 15749 93154

2008 Hongkong 4967 9732 2845 8303 9111 15755 97188

2009 Hongkong 5029 9710 2877 8064 9221 15758 97800

2010 Hongkong 4937 9789 2882 8386 9115 15765 100000

2011 Hongkong 4738 9873 2887 8767 9080 15772 105257

2012 Hongkong 5085 9914 2933 8991 9150 15783 109535

2013 Hongkong 4963 9952 2975 9027 9278 15788 114303

116

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 India 7997 6797 4659 7046 9083 20842 63147

2005 India 7786 6904 4748 7072 9223 20858 65828

2006 India 8219 7093 4822 7321 9229 20873 69874

2007 India 8178 7283 4998 7864 9227 20889 74325

2008 India 8709 7375 4933 8058 9299 20903 80532

2009 India 9036 7435 5099 7656 9312 20917 89292

2010 India 8607 7722 5262 8052 9115 20931 100000

2011 India 8388 7844 5245 8567 9046 20944 108858

2012 India 8707 7853 5240 8823 9067 20957 118995

2013 India 8229 7841 5255 8756 9134 20970 131975

2004 Inggris 5883 9890 6762 7702 8779 17910 85594

2005 Inggris 5375 9936 6758 7690 8940 17917 87348

2006 Inggris 4796 10002 6770 7695 8982 17924 89386

2007 Inggris 3401 10132 6817 8438 9019 17932 91461

2008 Inggris 4990 10072 6703 8093 9136 17940 94766

2009 Inggris 4331 9889 6571 8296 9231 17947 96819

2010 Inggris 4094 9938 6548 8570 9115 17955 100000

2011 Inggris 2459 10014 6547 8540 9087 17963 104484

2012 Inggris 5386 10021 6550 8825 9169 17970 107432

2013 Inggris 4487 10042 6575 9140 9315 17976 110177

2004 Italia 3401 9690 6440 7437 8737 17871 89201

2005 Italia 5088 9718 6415 6761 8899 17875 90984

2006 Italia 4663 9770 6407 7972 8944 17878 92867

2007 Italia 3401 9892 6442 7818 8986 17883 94559

2008 Italia 4956 9971 6471 8231 9105 17890 97750

2009 Italia 5308 9884 6437 8123 9214 17895 98483

2010 Italia 5760 9878 6349 8218 9115 17898 100000

2011 Italia 5209 9952 6340 8498 9104 17899 102741

2012 Italia 6091 9866 6236 8850 9184 17902 105866

2013 Italia 5084 9878 6257 9004 9343 17914 107158

117

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Jepang 7082 9841 6704 7842 8616 18666 100692

2005 Jepang 7233 9827 6630 7708 8801 18666 100417

2006 Jepang 7254 9789 6527 7697 8863 18666 100658

2007 Jepang 7292 9795 6436 8324 8923 18668 100717

2008 Jepang 7554 9904 6491 8447 9062 18668 102100

2009 Jepang 7220 9942 6585 8266 9191 18668 100725

2010 Jepang 7297 10045 6612 8497 9115 18668 100000

2011 Jepang 7213 10124 6606 8982 9134 18666 99717

2012 Jepang 7199 10135 6604 9078 9244 18664 99683

2013 Jepang 7361 9957 6404 9045 9411 18662 100042

2004 Jerman 7549 9779 6902 7640 8717 18229 91049

2005 Jerman 7364 9797 6861 7573 8883 18228 92458

2006 Jerman 7632 9853 6854 7860 8933 18227 93916

2007 Jerman 7822 9991 6899 8342 8970 18225 96075

2008 Jerman 7757 10083 6933 8335 9097 18224 98600

2009 Jerman 7646 9999 6896 8274 9209 18221 98908

2010 Jerman 7713 10019 6835 8560 9115 18220 100000

2011 Jerman 7186 10118 6853 9004 9111 18220 102075

2012 Jerman 7725 10080 6783 8971 9201 18203 104125

2013 Jerman 7671 10111 6833 9033 9356 18224 105692

2004 Kanada 4623 9715 6192 7335 8730 17281 89861

2005 Kanada 3930 9838 6270 7491 8890 17291 91850

2006 Kanada 4557 9952 6332 7476 8935 17299 93689

2007 Kanada 5509 10052 6350 8161 8974 17309 95693

2008 Kanada 5555 10102 6353 8316 9103 17319 97961

2009 Kanada 5621 9977 6287 7930 9216 17331 98254

2010 Kanada 5106 10138 6389 8177 9115 17342 100000

2011 Kanada 4829 10235 6415 8685 9103 17352 102912

2012 Kanada 5090 10243 6424 8879 9197 17364 104472

2013 Kanada 3817 10238 6425 8796 9359 17375 105452

118

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 KorSel 4673 9052 4822 6878 8799 17688 83830

2005 KorSel 5456 9206 4927 6738 8954 17690 86139

2006 KorSel 3022 9328 4991 7649 8997 17694 88070

2007 KorSel 6080 9432 5005 7866 9032 17699 90302

2008 KorSel 6001 9334 4838 8167 9139 17706 94523

2009 KorSel 6174 9240 4789 7981 9228 17711 97129

2010 KorSel 6226 9444 4922 8398 9115 17716 100000

2011 KorSel 5660 9540 4938 8897 9092 17723 104000

2012 KorSel 5580 9552 4945 8850 9180 17728 106280

2013 KorSel 4805 9603 5004 8994 9338 17732 107670

2004 Malaysia 3991 8019 1651 7391 8784 17048 85175

2005 Malaysia 4488 8136 1735 7163 8936 17066 87697

2006 Malaysia 6006 8267 1805 7663 8966 17084 90863

2007 Malaysia 6425 8423 1889 8235 9006 17101 92705

2008 Malaysia 6079 8581 2012 8426 9105 17119 97749

2009 Malaysia 6420 8474 1936 8181 9215 17136 98319

2010 Malaysia 7311 8716 2107 8104 9115 17152 100000

2011 Malaysia 6870 8859 2185 8844 9100 17168 103200

2012 Malaysia 6836 8891 2229 9050 9193 17184 104908

2013 Malaysia 6553 8896 2250 9115 9343 17199 107117

2004 Pakistan 3508 6804 2856 6668 9302 18828 50720

2005 Pakistan 4538 6896 2912 6567 9397 18848 55317

2006 Pakistan 4776 7118 3082 6883 9386 18869 59699

2007 Pakistan 5656 7249 3097 7436 9373 18889 64235

2008 Pakistan 5542 7381 3153 7525 9341 18910 77266

2009 Pakistan 4654 7400 3198 7253 9329 18931 87811

2010 Pakistan 5227 7642 3191 7528 9115 18952 100000

2011 Pakistan 4333 7799 3300 8257 9019 18973 111917

2012 Pakistan 4641 7817 3339 8531 9036 18994 122756

2013 Pakistan 4936 7805 3362 7644 9133 19015 132195

119

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Perancis 4750 9771 6667 7166 8716 17954 91166

2005 Perancis 4628 9802 6648 7407 8880 17961 92748

2006 Perancis 5893 9856 6646 7994 8929 17968 94310

2007 Perancis 5547 9986 6692 8482 8974 17975 95713

2008 Perancis 6881 10077 6732 8356 9099 17980 98407

2009 Perancis 6200 9996 6707 8345 9214 17985 98493

2010 Perancis 6727 9995 6628 8373 9115 17990 100000

2011 Perancis 6403 10074 6629 8882 9110 17995 102117

2012 Perancis 6312 10011 6553 8943 9201 18000 104115

2013 Perancis 6888 10048 6594 8971 9363 18005 105014

2004 Rusia 6762 7873 5102 7127 9230 18786 54527

2005 Rusia 6998 8100 5303 7095 9292 18782 61443

2006 Rusia 5878 8356 5506 7434 9265 18779 67395

2007 Rusia 6120 8609 5689 8005 9239 18777 73454

2008 Rusia 6303 8840 5881 8007 9259 18777 83820

2009 Rusia 6994 8597 5631 7847 9265 18777 93602

2010 Rusia 7581 8839 5791 8182 9115 18777 100000

2011 Rusia 5323 9097 6000 8613 9050 18778 108428

2012 Rusia 7414 9151 6056 8758 9111 18780 113934

2013 Rusia 6330 9168 6077 8762 9216 18782 121655

2004 Singapura 9148 9566 1307 7612 8755 15243 87641

2005 Singapura 9221 9653 1361 7679 8932 15266 88014

2006 Singapura 9121 9775 1454 7802 8988 15297 88912

2007 Singapura 8540 9930 1561 8281 9027 15339 90775

2008 Singapura 8408 9950 1574 8316 9116 15392 96693

2009 Singapura 7928 9924 1631 8168 9226 15422 97276

2010 Singapura 8448 10121 1777 8458 9115 15440 100000

2011 Singapura 8288 10253 1851 8704 9080 15461 105253

2012 Singapura 8132 10278 1890 8855 9146 15486 110019

2013 Singapura 8692 10296 1922 8949 9293 15502 112636

2004 Vietnam 5937 6778 1258 7736 9215 18215 55343

2005 Vietnam 5799 6889 1356 7075 9317 18227 59926

2006 Vietnam 7098 7085 1441 7770 9311 18238 64352

2007 Vietnam 7699 7237 1505 8059 9291 18249 69695

2008 Vietnam 8356 7418 1699 8200 9236 18260 85806

2009 Vietnam 8536 7466 1823 7895 9283 18270 91860

2010 Vietnam 9549 7709 1852 8269 9115 18281 100000

2011 Vietnam 8468 7861 1930 8811 8960 18291 118677

2012 Vietnam 9754 7911 2059 8718 8983 18302 129470

2013 Vietnam 9394 7926 2148 8807 9090 18313 138005

120

Lampiran 2 Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests

Equation MFE

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic df Prob

Cross-section F 35344282 (18165) 00000

Cross-section Chi-square 300230681 18 00000

Lampiran 3 Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation MRE

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq Statistic Chi-Sq df Prob

Cross-section random 6135526 6 04082

121

Lampiran 4 Random Effect Model

Dependent Variable VEL

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2240

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

PDB 1746167 0624211 2797399 00057

JE -0875098 0368245 -2376400 00185

HRG -0369590 0186750 -1979056 00493

KR 0470691 0431727 1090252 02770

POP 1494300 0477598 3128784 00020

IHK 0003891 0007904 0492247 06231

C -3370401 1093813 -3081331 00024

Effects Specification

SD Rho

Cross-section random 1406328 08221

Idiosyncratic random 0654154 01779

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Mean dependent var 0925488

Adjusted R-squared 0127363 SD dependent var 0700525

SE of regression 0654396 Sum squared resid 7836682

F-statistic 5597464 Durbin-Watson stat 1281398

Prob(F-statistic) 0000024

Lampiran 5 Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

122

Lampiran 6 Multikolinearitas

PDB JE HRG KR POP IHK

PDB 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

JE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

HRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

KR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

POP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000

Lampiran 7 Heteroskedastisitas

Dependent Variable RESABS

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2241

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

C 4930401 7042199 0700122 04847

PDB -0085616 0398468 -0214862 08301

JE 0042988 0209647 0205052 08378

HRG -0206352 0156089 -1322014 01878

KR -0300695 0372917 -0806332 04211

POP -0006353 0274805 -0023117 09816

IHK 0013324 0006101 2183942 00302

123

Lampiran 8 Hasil RCA

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 1361 1282 1635 2501 2944 2460 2858 1526 3246 1941 21754 2175

Australia 411 572 335 306 528 408 835 354 438 272 4458 446

Belanda 1003 1219 1025 2719 2199 1427 2040 1024 1723 2417 16796 1680

Belgia 988 1265 800 1222 1647 962 1380 823 1669 4305 15061 1506

Bulgaria 951 1218 2756 2278 865 3504 4003 2079 3257 1103 22014 2201

Hongkong 1185 1061 976 2617 2310 1995 2245 1361 3045 2899 19695 1970

India 446 377 631 717 1240 970 756 644 939 508 7228 723

Inggris 869 490 252 111 345 162 151 024 544 294 3243 324

Italia 156 443 829 143 719 835 1101 450 1703 764 7142 714

Jepang 150 143 126 157 239 155 168 169 215 243 1763 176

Jerman 1877 1356 2080 2560 2892 1960 2383 1698 2374 2657 21839 2184

Kanada 445 256 362 1547 1430 1180 740 588 961 244 7753 775

KorSel 010 022 005 125 140 140 145 074 071 072 804 080

Malaysia 005 005 030 049 041 034 060 072 098 135 531 053

Pakistan 008 038 036 051 032 030 033 013 022 019 282 028

Perancis 282 354 1772 1704 4756 2210 3133 2650 2886 4875 24621 2462

Rusia 5821 3967 1540 3056 4117 4924 7174 824 6709 2087 40220 4022

Singapura 1249 1336 1047 824 725 508 838 528 496 588 8140 814

Vietnam 2751 2511 1874 1388 2519 2359 3096 2020 3049 3523 25090 2509

124

Lampiran 9 Hasil EPD

Negara X () Y () Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea Selatan 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat

125

Lampiran 10 Hasil Indeks ISP

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 0999 0997 1000 1000 0999 0998 0998 0999 0998 0997 9985 0999

Australia 0951 0994 0880 0984 0981 0965 0981 0942 0943 0915 9536 0954

Belanda 1000 1000 0999 0999 0999 0995 0993 0992 0993 0993 9963 0996

Belgia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Bulgaria 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Hongkong 0741 0720 0848 0936 0550 0997 1000 0530 0999 0999 8320 0832

India 0387 0330 0185 0183 0422 0446 0336 0390 0506 0145 3327 0333

Inggris 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Italia 1000 1000 1000 0979 0999 1000 1000 1000 1000 1000 9978 0998

Jepang 0998 1000 0999 0999 1000 1000 1000 0988 0982 1000 9965 0997

Jerman 0998 0997 0995 0987 0976 0991 0982 0976 0986 0981 9868 0987

Kanada 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

KorSel 0439 0723 0080 0977 0948 0976 0910 0849 0876 0884 7662 0766

Malaysia 0213 -0460 0212 0619 0338 0185 0255 0033 0043 0501 1938 0194

Pakistan 1000 1000 0653 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 9653 0965

Perancis 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 0998 0991 0999 9988 0999

Rusia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Singapura 0991 0984 0987 0999 0989 0959 0989 1000 0995 0999 9891 0989

Vietnam 0642 0911 0981 0990 0997 0842 0952 0772 0941 0965 8994 0899

126

Lampiran 11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

1 Pesaing di Korea

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Malaysia Cina India

2004 7 1 3 5 0

2005 22 1 4 4 0

2006 31 39 6 3 1

2007 27 25 5 3 2

2008 26 15 6 3 1

2009 24 7 5 3 0

2010 22 12 7 3 0

2011 16 8 6 3 5

2012 19 7 6 2 1

2013 25 2 9 1 1

Rata-Rata 22 12 6 3 1

2 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Brazil India

2004 351 0 3 2

2005 388 8 0 1

2006 323 9 2 0

2007 217 38 1 2

2008 67 9 1 11

2009 167 30 7 1

2010 59 26 6 7

2011 77 1 18 9

2012 64 45 10 8

2013 78 170 18 0

Rata-Rata 179 33 7 4

127

3 Malaysia

Tahun RCA

India Vietnam Cina

2004 30 4 7

2005 29 4 6

2006 42 5 4

2007 51 2 2

2008 25 3 3

2009 21 4 2

2010 32 3 2

2011 32 2 2

2012 36 2 1

2013 23 3 1

Rata-Rata 32 329 318

Lampiran 12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost

Opportunity

1 Pesaing di Amerika Serikat

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Peru Vietnam Peru Vietnam

2004 3029 3638 0426 0007 0457 0003

2005 4499 3433 0726 0007 -0004 0002

2006 4304 2518 -0130 -0001 -0191 0007

2007 3908 1100 -0203 -0002 -0524 0011

2008 4726 1822 0230 -0001 0520 0006

2009 3542 1625 -0304 0002 0163 0018

2010 2487 1749 -0275 0003 0120 0001

2011 2487 2552 -0087 -0004 0755 0004

2012 2220 1891 -0061 0001 -0360 0011

2013 1693 2215 -0081 0005 0748 0020

Rata-

Rata 3290 2254 0240 0017 1684 0082

128

2 Pesaing di Kanada

Tahun RCA

EPD

X Y

()

Vietnam Vietnam

2004 4943 -0032 0003

2005 6182 0231 0002

2006 4667 -0122 0001

2007 2499 -0247 0002

2008 2776 0105 0002

2009 3611 0264 0003

2010 3149 -0071 0001

2011 4053 0258 0002

2012 4846 0350 0003

2013 3830 0063 0009

Rata-

Rata 4056 0798 0028

3 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

EPD

X Y

()

India India

2004 206 0640 0159

2005 052 -0511 -0028

2006 014 -0082 0222

2007 244 1394 0084

2008 1133 5315 -0002

2009 053 -6476 -0024

2010 747 5203 0163

2011 910 -0910 -0232

2012 779 -0807 -0018

2013 012 -3721 0118

Rata-

Rata 415 0045 0440

129

4 Pesaing di Rusia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Polandia Cina Polandia Cina

2004 376 008 0656 0082 -0071 0091

2005 448 001 0341 0031 -0056 0143

2006 348 001 -0386 -0021 -0008 -0064

2007 439 016 0237 -0006 0200 0284

2008 519 016 0373 0028 -0018 -0101

2009 390 029 -0404 -0001 0129 -0070

2010 383 015 -0068 -0012 -0108 0251

2011 394 026 -0023 -0014 0130 -0039

2012 331 037 -0081 0029 0184 0100

2013 415 021 0359 0023 -0204 0151

Rata-

Rata 404 017 1004 0140 0177 0745

5 Pesaing di Singapura

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Sri

Lanka

India Vietnam Sri Lanka India

2004 1805 002 101 0589 0017 0000 0001 0148 0096

2005 958 027 118 -0791 0013 0001 -0001 0151 0093

2006 2467 221 137 1029 -0032 0007 -0001 0045 -0014

2007 2022 1966 456 -0058 0017 0066 0000 0924 -0026

2008 2556 002 259 0645 0003 -0074 -0001 -0455 0053

2009 3348 248 249 0667 -0006 0011 0001 -0075 -0016

2010 1848 613 236 -1873 -0018 0035 0003 0011 0024

2011 3765 062 200 1164 -0012 -0037 0006 0200 0165

2012 6148 858 189 2027 0005 0020 -0010 -0216 -0084

2013 5023 20694 114 -0433 0009 0632 0000 -0317 0011

Rata-

Rata 2994 2469 206 2966 -0005 0661 -0002 0416 0302

130

Lampiran 13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

1 Pesaing di Australia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() India Vietnam Spanyol India Vietnam Spanyol

2004 2923 881 765 0234 -0002 0106 0015 -0057 0015

2005 2790 420 1154 0118 0007 -0661 0055 0230 -0013

2006 4343 357 995 1033 -0003 0030 0052 -0208 -0007

2007 5156 317 682 0763 0003 -0229 -0035 -0091 0022

2008 3717 721 1115 -1005 0002 0970 -0014 0313 -0010

2009 3359 1111 1036 0436 0021 0051 -0084 -0138 -0007

2010 2467 1075 1375 -0956 -0003 -0171 -0010 0338 0004

2011 3339 1827 934 0938 0003 0555 -0034 -0238 0015

2012 2300 2124 797 -0613 0018 0787 0020 0064 0025

2013 1607 2390 754 -0880 -0004 0891 0021 0138 0026

Rata-

Rata 32 1122 961 0067 0043 2329 -0014 0353 0071

2 Pesaing di Bulgaria

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Spanyol Cina Vietnam Spanyol Cina

2004 66607 330 000 -0529 -0001 0444 -0033 0000 0081

2005 75167 763 000 1252 0001 0660 -0022 0000 0013

2006 25653 1183 042 -2783 0003 0390 -0027 0346 0541

2007 18728 1189 291 0111 0004 -0100 -0009 0598 -0496

2008 21814 620 385 2344 0009 -0746 0002 0378 0019

2009 14271 503 640 -2201 -0003 0392 0109 0489 -0060

2010 21838 474 388 0571 -0004 -0113 -0009 -0739 -0007

2011 40094 177 310 0220 -0006 -0130 0321 -0031 0059

2012 32244 230 248 0302 0003 0033 -0114 -0188 0009

2013 35369 179 518 0969 0002 0040 0148 1080 0029

Rata-

Rata 35178 565 282 0255 0007 0870 0366 1933 0188

131

3 Pesaing di Inggris

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Vietnam India Vietnam India

2004 2582 2162 0413 0003 0321 0004

2005 3584 2051 0188 -0001 0508 0029

2006 4787 2008 0294 0001 -0108 -0003

2007 4587 2190 0014 0001 0224 0002

2008 5680 2143 0282 0000 -0116 -0003

2009 4542 1550 -0164 0002 -0137 0029

2010 6570 1610 0754 0003 -0171 -0015

2011 6474 1467 0411 0007 0153 0021

2012 5749 1627 0253 0009 -0005 -0014

2013 4915 1147 0177 0011 -0114 0041

Rata-

Rata 4947 1796 2624 0037 0555 0090

4 Pesaing di Vietnam

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

India Brazil India Brazil

2004 037 000 0066 0014 0000 0002

2005 005 000 -0056 0007 0000 0005

2006 537 299 1108 0021 0092 0013

2007 1844 480 2732 0001 0083 0006

2008 776 1370 -1972 0033 0437 0008

2009 714 2330 -0041 0015 0515 0004

2010 510 968 -0463 0012 -0639 0002

2011 701 1494 0723 0030 0536 0018

2012 1240 104 1512 -0008 -0955 -0003

2013 798 456 -0562 0091 0279 0011

Rata-

Rata 716 750 3047 0217 0347 0065

132

Lampiran 14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

1 Algeria

2 Afghanistan

3 Argentina

4 Australia

5 Austria

6 Bahrain

7 Bangladesh

8 Belgia

9 Bulgaria

10 Canada

11 Cina

12 Columbia

13 Cook Isds

14 Cote drsquolvoire

15 Croatia

16 Denmark

17 Benin

18 Elsavador

19 Finland

20 France

21 Frm Sudan

22 Germany

23 Greece

24 Hongkong

25 Hungary

26 Ireland

27 Italy

28 Japan

29 Jordan

30 Dem Peoplersquos Rep Of Korea

31 Rep Of Korea

32 Malaysia

33 Other Asia nes

34 Nepal

35 Netherland

36 Nigeria

37 Pakistan

38 Philippine

39 Poland

40 Portugal

41 Timor Leste

42 Russia Federation

43 Senegal

44 India

45 Singapore

46 Sri Lanka

47 Vietnam

48 Turkey

49 Ukraine

50 United Kingdom

51 United State of Amerika

52 Dominica

53 Saudi Arabia

54 Sweden

55 Egypt

56 Myanmar

57 Domonica Rep

58 Rumania

59 Haiti

60 Kuwait

61 Marocco

62 Thailand

63 Jamaica

64 Mexico

65 Israel

66 Lithuaria

67 Mauritius

68 Togo

69 Venezuela

70 Yemen

71 Lebanon

72 Latvia

73 Mauritania

74 Slovenia

75 South Africa

76 Spain

77 Switzerland

78 Syiria

79 Uni Emirat Arab

80 Tunisia

133

Page 5: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

2013 - 2014 Anggota Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMABI) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2014 - 2015 Bendahara Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis

2015 Bakso Sehat Bakso Atom

2013 Mentor Agricam Angkatan 2013

2013 Panitia Bidikmisi Ambassador 2014

2014 Panitia AGRIrsquoS EVENT 2014

2015 Panitia AGRIrsquoS EVENT 2015

2015 Volunteer Santunan 1000 Anak Yatim Nasional

2016 Committee in The International Conference on Science and

Technology (ICOSAT)

2011 Juara 2 Cerdas Cermat Bahasa Arab Pagelaran Seni Bahasa dan

Budaya Arab (PERSADA) 2011 Tingkat Jawa Barat Keluarga

Mahasiswa Bahasa Arab (KEMABA) Universitas Pendidikan

Indonesia

2015 Essay terbaik COINS - Ekonomi Islam

Pengalaman Kerja

Prestasi

Pengalaman Lainnya

RINGKASAN

Dewi Susilawati Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang MempengaruhiVolume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional Di bawah bimbingan IwanAminudin dan Puspi Eko Wiranthi

Lada merupakan salah satu komoditi unggulan ekspor IndonesiaBerdasarkan data International Pepper Community (2013) Indonesia merupakanprodusen dan eksportir kedua lada dunia setelah Vietnam Dalam kurun waktusepuluh tahun yaitu tahun 2004-2013 neraca perdagangan lada Indonesia adalahpositif dan produktivitasnya tinggi Hal ini sejalan dengan permintaan lada duniayang juga meningkat sebesar 2962 Besarnya pertumbuhan permintaan ladadunia mendorong negara-negara eksportir untuk meningkatkan ekspor ladanyaAdapun negara-negara eksportir lada yang mejadi pesaing utama lada Indonesiaadalah Vietnam dan Brazil

Berdasarkan data UN Comtrade (2016) terdapat sembilan belas negara yangmenjadi tujuan ekspor lada Indonesia secara kontinu dari tahun 2004-2013 yaituAmerika Serikat Australia Belanda Belgia Bulgaria Hongkong India InggrisItalia Jepang Jerman Kanada Korea Selatan Malaysia Pakistan PerancisRusia Singapura dan Vietnam Dayasaing lada Indonesia di negara-negaratersebut secara umum secara komparatif telah berdayasaing kuat kecuali diKorea Selatan Malaysia dan Pakistan Sedangkan secara kompetitif Indonesiaberada pada posisi Rising Star di Belanda India Italia Jepang dan JermanPosisi Falling Star di Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia PosisiLost Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan SingapuraSerta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Secara umumIndonesia juga cenderung menjadi negara ekportir lada di negera-negara tujuanekspornya dengan pertumbuhan perdagangan tahap kematangan danpertumbuhan

Selain dayasaing penelitian ini menggunakan teori Gravity Model untukmengetahui faktor-faktor yang diduga mempengaruhi volume ekspor ladaIndonesia di pasar internasional yaitu rata-rata PDB per kapita Jarak EkonomiHarga Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen Berdasarkan metoderegresi data panel dengan data time series tahun 2004-2013 dan data cross sectionsembilan belas negara diperoleh model Random Efffect dengan nilai koefisiendeterminasi (R2) sebesar 0155065 Hal ini menunjukkan bahwa seluruh variabelbebas sebesar 1551 dapat menjelaskan variabel terikatnya yaitu VolumeEkspor Lada Sisanya yaitu 8449 dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luarpenelitian Adapun faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap volumeekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapitaJarak Ekonomi Harga dan Populasi Sedangkan Kurs Riil dan Indeks HargaKonsumen tidak berpengaruh signifikan

Kata Kunci Ekspor Lada Dayasaing RCA EPD ISP dan Gravity Model

KATA PENGANTAR

Assalamursquoalaikum Wr Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ldquoAnalisis Dayasaing

dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada Indonesia di

Pasar Internasionalrdquo Penulisan skripsi ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selama proses penyelesaian sampai selesainya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan banyak

terimakasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan dukungan baik

secara moril dan materil secara langsung maupun tidak langsung sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini Penulis mengucapkan terimakasih

kepada

1 Kedua orang tua Ibu Aswati dan Bapak Supandi serta seluruh keluarga atas

semua doa nasihat kasih sayang pengorbanan cinta serta dukungan baik

secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis Penyelesaian

skripsi ini merupakan salah satu bakti serta wujud cinta dan kasih sayang

penulis kepada Ibu Bapak dan seluruh keluarga yang sudah memberikan

segala yang terbaik dalam hidup kepada penulis

2 Bapak Dr Ir Iwan Aminudin MSi dan Ibu Puspi Eko Wiranthi SE MSi

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan tenaga energi

waktu pikiran serta memberikan ilmu arahan dan dukungannya secara

viii

tulus demi terselesaikannya skripsi ini

3 Bapak Ir Junaidi MSi dan Bapak Akhmad Mahbubi SP MM selaku dosen

penguji skripsi yang telah memberikan ilmu arahan serta dukungan yang

besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Bapak Dr Agus Salim MSi selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta para Wakil Dekan I II

dan III beserta staf TU Akademik dan karyawan FST lainnya

5 Bapak Dr Ir Edmon Daris MS dan Bapak Dr Ir Iwan Aminudin MSi selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan

kesempatan dan dukungan untuk menimba ilmu pengetahuan serta membantu

dalam proses akademis

6 Bapak Mudatsir Najamuddin MMA selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan bimbingan motivasi serta dukungan kepada penulis

selama perkuliahan

7 Seluruh dosen Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan wawasan

dan pengalaman kepada penulis hingga mendapatkan gelar Sarjana Agribisnis

8 Sahabat Kosan Badayy (Fitri Aldita Rihlah Zelda dan Weni) yang selalu

memberikan dukungan motivasi cinta dan kasih sayang selayaknya

keluarga serta menjadi tempat kembali penulis ketika suka dan duka

9 Sahabat Jalan Jalan Men (Meike Putri dan Lulu) yang sudah memberikan

warna baru dalam hidup penulis dan menjadi tempat di mana penulis tidak

perlu merasa malu menjadi diri sendiri setelah sahabat kosan badayy

ix

10 Sahabat Rumpii ( Febi Icha Iffah dan Dena) yang sudah menemani penulis

sejak awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini

11 Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2012 yang selalu saling mendukung

berbagi ilmu dan pengalaman serta menjadi teman tumbuh dan

berkembangnya penulis selama masa kuliah

12 HMJ Agribisnis yang telah memberikan tempat kesempatan dan

pengalaman berorganisasi sehingga penulis bisa mendapatkan

pelajaran-pelajaran baru

13 Keluarga Mahad Puteri dan BIDIKMISI UIN Jakarta dan yang telah

memberikan penulis kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat

sehingga penulis bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman-pengalaman baru

yang memotivasi untuk selalu bisa melakukan yang terbaik

14 Teman-teman KKN Gelas Kaca 2015 yang sudah memberikan pelajaran dan

kesempatan penulis untuk lebih bisa berpikir terbuka mengenal dan

mencoba hal-hal yang benar-benar baru bagi penulis memotivasi untuk lebih

berani lugas dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi

Terimakasih atas warna-warni baru yang telah diberikan baik secara langsung

maupun tidak langsung dan menjadikan penulis untuk selalu ingin tumbuh

dan berkembang

15 Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

menyelesaikan skripsi ini

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

x

penulis dan pembaca Akhirnya hanya kepada Allah semua hal diserahkan

Semoga amal baik kita diterima oleh Allah SWT Aamiin Yaa Rabbal lsquoAalamiin

Wassalamursquoalaikum WrWb

Jakarta 6 Januari 2017

Dewi Susilawati

xvii

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP iv

RINGKASAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 8

13 Tujuan Penelitian 8

14 Manfaat Penelitian 9

15 Ruang Lingkup Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

21 Perdagangan Internasional 10

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional 12

221 Teori Merkantilisme 12

222 Teori Keunggulan Absolut 13

223 Teori Keunggulan Komparatif 14

224 Teori Heckscher Ohlin 15

225 Teori Keunggulan Kompetitif 16

23 Dayasaing Global 17

231 Revealed Comparative Advantage (RCA) 17

232 Export Product Dynamic (EPD) 18

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 19

24 Gravity Model 21

241 Produk Domestik Bruto (PDB) 23

xii

242 Jarak Ekonomi 24

243 Harga 25

244 Nilai Tukar Rupiah 25

245 Populasi 27

246 Indeks Harga Konsumen 28

25 Penelitian Terdahulu 29

26 Kerangka Pemikiran 36

27 Hipotesis 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38

31 Lokasi dan Waktu Penelitian 38

32 Jenis dan Sumber Data 38

33 Populasi dan Sampel 39

34 Metode Analisis Data 39

341 Revealed Comparative Advantage (RCA) 40

342 Export Product Dynamic (EPD) 41

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 42

344 Regresi Data Panel 42

345 Uji Kesesuaian Model 43

346 Uji Normalitas 46

347 Uji Asumsi Klasik 47

348 Uji Signifikansi 49

35 Definisi Operasional 50

BAB IV GAMBARAN UMUM 53

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia 53

42 Lada Indonesia 55

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia 55

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia 57

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia 59

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia 61

43 Lada Dunia 62

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia 62

432 Perkembangan Produksi Lada Dunia 64

433 Perkembangan Harga Lada Dunia 66

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia 69

xiii

106

107

109

106

114

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 71

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif 71

511 Keunggulan Komparatif 71

512 Keunggulan Kompetitif 73

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 92

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel 93

522 Uji Normalitas 94

523 Uji Asumsi Klasik 95

524 Uji Signifikansi 96

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia 2

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 18

Tabel 3 Penelitian Terdahulu 30

Tabel 4 Sumber Data dan Data 38

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson 49

Tabel 6 Definisi Operasional 51

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia 55

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia 58

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA) 71

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD) 74

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia 77

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 91

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model 93

Tabel 14 Uji Multikolinearitas 95

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas 95

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia 3

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia 4

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia 5

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia 6

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional 7

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional 11

Gambar 7 Kurva Permintaan 25

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian 36

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 42

Gambar 10 Histogram Normalitas 47

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia 57

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia 59

Gamabr 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia 63

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia 64

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia 66

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia 68

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia 69

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat 78

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada 79

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan 81

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia 82

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura 83

xvi

103

104

105

101

100

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia 85

Gambar 24 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris 86

Gambar 25 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria 87

Gambar 26 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam 89

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia 90

Gambar 28 Uji Normalitas 94

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

114

120

120

121

121

122

122

123

124

125

126

127

130

132

DAFTAR LAMPIRAN

1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

2 Uji Chow

3 Uji Hausman

4 Random Effect Model

5 Normalitas

6 Multikolinearitas

7 Heteroskedastisitas

8 Hasil RCA

9 Hasil EPD

10 Hasil Indeks ISP

11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost Opportunity

13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Badan Pusat Statistik (2016) menyatakan bahwa salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara adalah dengan

mengukur Produk Domestik Bruto (PDB) Besarnya PDB salah satunya diperoleh

melalui kegiatan ekspor Nilai ekspor Indonesia selama tahun 2004-2013

berfluktuasi Penurunan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar

1497 dengan nilai ekspor mencapai US$ 116510000000 Disusul tahun 2012

dan 2013 dengan penurunan sebesar 662 dan 393 dengan masing-masing

nilai ekspor mencapai US$ 190020300000 dan US$ 182551800000

Penurunan ekspor pada tahun 2012 dan 2013 juga diperburuk dengan

meningkatnya nilai impor pada tahun yang sama yaitu mencapai US$

191689500000 dan US$ 186628700000 Hal ini mengakibatkan Indonesia

mengalami neraca perdagangan negatif sebesar -US$ 1669200000 dan -US$

4076900000

Neraca perdagangan yang negatif menunjukkan bahwa Indonesia lebih

banyak mengkonsumsi produk-produk dari luar negeri daripada menjual produk-

produknya sendiri ke luar negeri sehingga negara-negara lain relatif lebih untung

dari produk-produk yang telah diekspornya Sedangkan Indonesia merugi karena

terjadi defisit Oleh sebab itu untuk menjaga kestabilan neraca perdagangan

Indonesia perlu meningkatkan kinerja ekspornya Salah satu cara untuk

meningkatkan kinerja ekspor adalah dengan memperbanyak ekspor komoditi-

2

komoditi unggulan Salah satu komoditi unggulan ekspor Indonesia adalah lada

Lada (Piper ningrum) atau juga dikenal sebagai King of Spice (raja rempah)

merupakan komoditi rempah Indonesia yang kedudukannya cukup penting karena

merupakan komoditi ekspor terbanyak ke-enam setelah karet kelapa sawit

kakao kopi dan kelapa Lada Indonesia sudah cukup dikenal di pasar

internasional dengan nama Lampung Black Pepper yang berasal dari Provinsi

Lampung dan Muntok White Pepper yang berasal dari Provinsi Kepulauan

Bangka (Rivaie dan Pasandaran 2014 341)

Lada merupakan komoditi ekspor dengan neraca perdagangan positif Hal

ini terlihat dari besarnya nilai ekspor lada dibandingkan nilai impornya Menurut

data UN Comtrade (2016) neraca perdagangan lada Indonesia adalah sebagai

berikut

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia

Tahun Ekspor (US$) Impor (US$) Neraca (US$)

2004 56710078 3344670 53365408

2005 59210135 4026437 55183698

2006 79077213 8158312 70918901

2007 133971835 9837453 124134382

2008 186672492 12958930 173713562

2009 142126076 13660784 128465292

2010 252084684 17263407 234821277

2011 223404956 27457906 195947050

2012 435257055 29440508 405816547

2013 354712065 27510971 327201094

Sumber UN Comtrade (2016)

Indonesia memiliki neraca perdagangan lada yang positif Namun

Indonesia masih mengimpor lada dari eksportir-eksportir lada dunia lainnya

Alasan Indonesia mengimpor lada adalah dikarenakan laju produksi lada dalam

3

negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia yang menyentuh angka

rata-rata 3 per tahun (International Pepper Community 2016) Sedangkan laju

produksi lada Indonesia hanya 15 per tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan

2014 3) Namun secara keseluruhan lada merupakan komoditas ekspor yang

memiliki potensi positif karena neraca perdagangannya positif

Meskipun laju pertumbuhan produksi lada Indonesia tidak secepat

pertumbuhan permintaan lada dunia namun produktivitas lada Indonesia terus

meningkat setiap tahunnya Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

luas lahan lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 terus menurun namun

produksinya terus meningkat Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas lada

Indonesia tinggi Adapun produktivitas lada Indonesia adalah sebagaimana

Gambar 1 berikut

0

01

02

03

04

05

06

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

03820408 0403 0392

0439 04450467

0491 0494053

Tahun

(To

nH

a)

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Peningkatan produktivitas lada yang tinggi seiring dengan permintaan

lada dunia yang terus meningkat Permintaan lada dunia menurut data

International Pepper Community (2016) berfluktuasi cenderung meningkat

Permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

4

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2016)

Pertumbuhan permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 mencapai

2962 Permintaan tertinggi lada terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak

359904 ton Sedangkan permintaan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu

sebanyak 285306 ton Permintaan lada yang tinggi merupakan peluang bagi

negara-negara eksportir untuk saling bersaing meningkatkan ekspornya di pasar

internasional

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional bersaing dengan

beberapa negara seperti Brazil India Malaysia Sri Lanka Vietnam Cina

Thailand Madagaskar Ekuador dan negara-negara lainnya International Pepper

Community (2013 7) menyatakan bahwa Vietnam adalah eksportir utama lada

dunia Hal ini didasarkan pada banyaknya lada yang telah diekspor Vietnam

Adapun Kontribusi lada negara-negara eksportir di pasar internasional adalah

sebagai berikut

5

1503

922

1958

609185

4719

049007009038

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Kontribusi lada Vietnam di pasar internasional hampir mencapai 50

dari total lada dunia yaitu 4719 Kontribusi ini menjadikan Vietnam sebagai

eksportir utama lada dunia Sedangkan Indonesia berada di posisi kedua dengan

kontribusi sebesar 1958 Disusul Brazil di posisi ketiga dengan kontribusi

sebesar 1503 Berdasarkan kontribusi tersebut meskipun menjadi eksportir

kedua lada dunia Indonesia memiliki selisih ekspor yang besar dengan Vietnam

yaitu sebesar 2761 Sedangkan selisih ekspor Indonesia dengan Brazil yang

berada di posisi ketiga hanya 455 Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki kesulitan untuk mengungguli Vietnam Namun Indonesia sangat mudah

untuk diungguli oleh Brazil karena selisihnya yang sedikit Adapun kontribusi

1958 lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004 - 2013

ditunjukkan dengan berfluktuasinya ekspor lada Indonesia sebagaimana Gambar

4 berikut

6

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Ekspor tertinggi lada Indonesia terjadi pada tahun 2012 yaitu sebanyak

62608 ton Angka ini naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya yaitu

sebanyak 36487 ton Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348

pada tahun 2013 dengan total ekspor sebanyak 47908 ton Meskipun menurun

cukup jauh penurunan terbesar ekspor lada Indonesia terjadi pada tahun 2011

yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor sebanyak 36487 ton Sedangkan total

ekspor lada terkecil terjadi pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton yang juga turun

2067 dari tahun sebelumnya

Fluktuasi cenderung menurunnya ekspor lada Indonesia di pasar

internasional berbanding terbalik dengan harga lada Indonesia yang tinggi

Perkembangan harga lada Indonesia menurut International Pepper Community

(2013 54) berfluktuasi cenderung meningkat Adapun harga lada Indonesia di

pasar internasional berdasarkan harga Free on Board (FOB) adalah sebagai

berikut

7

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

20

05

2006

2007

2008

20

09

2010

2011

20

12

20

13

1487 14512029

3278 3517

2719

3677

6392 6558 6850

2317 22192924

44104972

4342

5662

88559367 9613

Tahun

(US

$T

on

)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional Sumber International Pepper Community (2013 54)

Berdasarkan Gambar 5 di atas peningkatan harga lada hitam dan putih

tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu mencapai 7384 dan 5639 Menurut

Ginting (2014) harga lada putih dan lada hitam dunia merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap volume perdagangan lada putih Indonesia terhadap lada

putih dunia Begitupun menurut Permatasari (2015) harga ekspor lada Indonesia

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor lada

Indonesia Naik dan turunnya harga lada akan mempengaruhi naik dan turunnya

volume ekspor lada

Berdasarkan keadaan permasalahan dan penelitian terdahulu yang sudah

dikemukakan maka diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui keadaan lada

Indonesia di pasar internasional Adapun yang perlu diketahui adalah bagimana

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Hasil

analisis ini diharapkan mampu menjadi informasi yang dapat berguna bagi

pemerintah dan pihak-pihak terkait

8

12 Rumusan Masalah

Lada merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia dengan

menempati urutan ke-enam komoditi ekspor terbanyak Indonesia dengan neraca

perdagangan positif Selama tahun 2004 - 2013 produktivitas lada Indonesia

meningkat Peningkatan ini seiring dengan permintaan lada dunia yang juga

meningkat sebesar 2962 Namun dalam periode yang sama volume ekspor

lada Indonesia berfluktuasi dan hanya mampu berada di posisi kedua di pasar

internasional dengan selisih ekspor yang besar dengan Vietnam yaitu 2761

Sementara dengan Brazil hanya berselisih 455 Menurut Ginting (2014) dan

Permatasari (2015) harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perdagangan lada

Berdasarkan penjabaran di atas maka diperoleh beberapa rumusan

masalah sebagai berikut

1 Bagaimana dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia

di pasar internasional

13 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah

1 Mengetahui dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

9

14 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

diantaranya

1 Mampu memberikan dan menambah pengetahuan bagi penulis mengenai

perdagangan internasional Indonesia khususnya komoditi lada di negara-

negara tujuan ekspornya

2 Sebagai bahan referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian

selanjutnya di bidang yang sama

3 Sebagai informasi bagi pemerintah tentang dayasaing lada Indonesia

sehingga dapat memperhatikan strategi dan kebijakan-kebijakan yang

berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar

internasional

15 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup lada dalam penelitian ini adalah lada dengan kode HS

1996 empat digit yaitu 0904 di UN Comtrade Selanjutnya pemilihan variabel-

variabel yang diduga berpengaruh terhadap volume ekspor lada Indonesia di

pasar internasional didasarkan pada teori Gravity Model

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Perdagangan Internasional

Tidak ada satu negara pun yang sepenuhnya dapat mengisolasikan diri

dari interaksi luar negeri Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

membuat batas-batas negara menjadi kabur Setiap negara tidak akan dapat

memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri Sekalipun dipaksakan pasti biaya yang

ditanggung akan sangat besar Melalui perdagangan dengan negara-negara lain

setiap negara bisa mencapai economies of scale dan selanjutnya dapat

menyalurkan kelebihan produksi yang tidak dapat diserap oleh konsumen dalam

negeri melalui ekspor Devisa yang diperoleh melalui ekspor dapat digunakan

untuk membiayai impor sehingga dapat memenuhi berbagai kebutuhannya tanpa

harus memproduksi seluruh yang dibutuhkan Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perdagangan internasional terjadi karena dua alasan yaitu adanya perbedaan

antara satu negara dengan negara yang lain dan tujuan untuk mencapai skala

ekonomi dalam produksi (Basri dan Munandar 2010 32)

Kegiatan perdagangan internasional terjadi karena adanya penawaran dan

permintaan suatu negara terhadap produk tertentu Secara teoritis suatu negara

(negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misal pakaian) ke negara lain

(negara B) apabila harga domestik negara A (sebelum terjadi perdagangan

internasional) relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga domestik negara B

Struktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah karena produksi

domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya sehingga di negara A

11

SB DB

SA A DA

PB

ES

X

P

B

M

PA

QB Q O O O QA

ED

telah terjadi excess supply (kelebihan produksi) Dengan demikian negara A

mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain Di sisi

lain negara B terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya lebih

besar daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang

terjadi di negara B lebih tinggi Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk

membeli pakaian dari negara lain yang relatif lebih murah Jika kemudian terjadi

konsumsi antara negara A dengan negara B maka akan terjadi perdagangan

antara keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama

(Kementerian Perdagangan 2011 7)

Negara A (ekspor) Perdagangan Internasional Negara B (impor)

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional Sumber Salvatore (1997 84)

Keterangan

PA Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan

internasional

OQA Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A tanpa

perdagangan internasional perdagangan internasional

A Kelebihan penawaran di negara A tanpa perdagangan internasional

X Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A

PB Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan

internasional

OQB Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B tanpa

perdagangan internasional

12

B Kelebihan permintaan di negara B tanpa perdagangan internasional

M Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B

P Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan

internasional

OQ Keseimbangan penawaran dan permintaan antara kedua negara

dimana jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor

(M)

Sebelum terjadi perdagangan internasional harga di negara A adalah

sebesar PA dan di negara B adalah PB Penawaran pasar internasional akan terjadi

jika harga internasional lebih tinggi dari PA sedangkan permintaan di pasar

internasional akan tinggi jika harga internasional lebih rendah dari PB Pada saat

harga internasional (P) sama dengan PA maka negara B akan terjadi excess

demand (ED) sebesar B Jika harga internasional sama dengan PB maka di negara

A akan terjadi excess supply (ES) sebesar A Dari A dan B akan terbentuk kurva

ES dan ED yang akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional

sebesar P Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan

mengekspor komoditi (pakaian) sebesar M dimana di pasar internasional sebesar

X sama dengan M yaitu Q (Kementerian Perdagangan 2011 8)

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional

221 Teori Merkantilisme

Penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara sebuah

negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan memperbanyak ekspor dan

mengurangi impor Surplus yang dihasilkan ekspor selanjutnya dibentuk dalam

aliran emas atau logam-logam mulia khususnya emas dan perak Semakin

banyak emas dan perak yang dimiliki sebuah negara maka semakin kaya dan

kuatlah negara tersebut

13

Kaum merkantilisme mengukur kekayaan dengan cadangan logam mulia

yang dimiliki Sebaliknya saat ini kekayaan sebuah negara diukur dengan

cadangan sumber daya manusia hasil produksi manusia serta kekayaan alam

yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa Semakin besar cadangan

tersebut maka semakin besar pula arus barang dan jasa untuk memenuhi

keinginan manusia dan dengan demikian akan semakin besar pula standar hidup

masyarakat negara tersebut (Salvatore 1997 23)

222 Teori Keunggulan Absolut

Adam Smith berpendapat bahwa sebuah negara akan melakukan

perdagangan secara sukarela jika keduanya memperoleh keuntungan

Perdagangan antar dua negara didasarkan pada keunggulan absolut yaitu

keunggulan negara dalam memproduksi sebuah komoditi namun kurang efisien

dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya maka negara

tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan

spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan

menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut Melalui

proses ini sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang efisien

Output kedua komoditi yang diproduksi akan meningkat Peningkatan output

akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang

melakukan perdagangan

Berbeda dengan kaum merkantilisme yang percaya bahwa sebuah negara

hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lainnya serta

menyarankan pengendalian pemerintah secara ketat pada semua aktivitas

14

ekonomi dan perdagangan Adam Smith justru percaya bahwa semua negara

dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dan dengan tegas menyarankan

untuk menjalankan kebijakan yang dinamakan laissez-faire yaitu suatu kebijakan

yang menyarankan sesedikit mungkin intervensi pemerintah terhadap

perekonomian Melalui perdagangan sumber daya manusia dapat didayagunakan

secara efisien dan dapat memaksimumkan kesejahteraan dunia Dalam laissez-

faire terdapat pengecualian yang paling penting adalah proteksi terhadap berbagai

industri penting sebagai pertahanan negara (Salvatore 1997 25)

223 Teori Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif yang digagas oleh David Ricardo

menyatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain

dalam memproduksi komoditi namun masih tetap terdapat dasar untuk

melakukan perdagangan kedua belah pihak Negara pertama harus melakukan

spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki

kerugian absolut kecil dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut

lebih besar (Salvatore 1997 27) Hukum keunggulan komparatif memiliki satu

pengecualian meskipun jarang terjadi Pengecualian terjadi jika keunggulan

absolut yang dimiliki suatu negara pada kedua komoditi sama besarnya

(Salvatore 1997 29)

Hukum keunggulan komparatif memiliki keunggulan dalam nilai uang

dengan mengabaikan pengecualian yang sudah disebutkan Meskipun salah satu

negara memiliki kerugian absolut dalam produksi kedua komoditi dibanding

negara ke-dua namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan

15

yang menguntungkan yaitu dengan melihat upah di negara ke-satu lebih rendah

dibandingkan negara ke-dua sehingga memungkinkan harga komoditi tersebut

lebih rendah pula dan harga komoditi yang memiliki keunggulan absolut di

negara ke-dua tersebut lebih rendah ketika kedua komoditi tersebut dinyatakan

dalam satuan mata uang masing-masing negara (Salvatore 1997 30)

Hukum keunggulan komparatif terkadang juga disebut hukum biaya

komparatif Menurut teori biaya komparatif biaya sebuah komoditi adalah

jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya

yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditi pertama Dalam

teori ini tidak dibuat asumsi bahwa tenaga kerja hanya satu-satunya faktor

produksi atau tenaga kerja bersifat homogen dan biaya atau harga sebuah

komoditi satu-satunya tergantung dari jumlah tenaga kerja Oleh sebab itu negara

yang memiliki biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi komoditi akan

memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut (Salvatore 1997 33)

Selain itu asumsi bahwa harga sama dengan biaya produksi maka biaya

oportunitas sama dengan harga relatif merupakan refleksi dari keunggulan

komparatif (Salvatore 1997 35)

224 Teori Heckscher-Ohlin

Intisari teorema H-O adalah sebuah negara akan mengekspor komoditi

yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah

dan murah di negara tersebut dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan

mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif

langka dan mahal di negara tersebut Model H-O juga sering disebut sebagai teori

16

kelimpahan faktor Teori tersebut menyatakan bahwa setiap negara akan

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang banyak

menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dalam jumlah banyak dan

berharga relatif murah serta mengimpor komoditi yang banyak menyerap faktor

produksi yang di negara tersebut relatif langka dan mahal (Salvatore 1997 129)

225 Teori Keunggulan Kompetitif

Tambunan (2004 107) menyatakan bahwa keunggulan kompetitif adalah

keunggulan yang harus diciptakan atau dikembangkan Inti dari paradigma

keunggulan kompetitif adalah suatu negara dalam persaingan global selain

ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif juga sangat ditentukan oleh

faktor-faktor keunggulan kompetitif yang dikembangkan Dari hasil studi Porter

menyimpulkan bahwa suatu negara berhasil dalam industri tertentu karena

lingkungan dasarnya bersifat mempunyai pandangan ke depan dinamis dan

menantang

Secara spesifik terdapat empat variabel domestik penting yang secara

individual mempengaruhi kinerja dan dayasaing global di suatu negara yaitu

kondisi faktor (factor condition) kondisi permintaan (demand condition) industri

terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting industry)

serta kondisi struktur persaingan dan strategi industri (firm strategy structure

and rivalry) Selain keempat faktor utama di atas terdapat dua faktor yang

mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan

(chance event) dan faktor pemerintah (government) Faktor-faktor ini membentuk

sistem dalam peningkatan keunggulan dayasaing yang disebut Porterrsquos Diamond

17

23 Dayasaing Global

Kotabe dan Helsen (2010 39) menyatakan bahwa konsep dayasaing

mengacu pada produktivitas Dayasaing suatu negara merupakan kapasitas

produksi dalam negeri dan luar negeri yang mengacu pada manusia alam dan

sumber daya modal Keberhasilan perdagangan internasional suatu negara dapat

dilihat dari dayasaingnya Dayasaing merupakan konsep umum yang digunakan

untuk merujuk pada komitmen persaingan pasar terhadap keberhasilan suatu

negara dalam persaingan internasional (Bustami dan Hidayat 2013 56)

Dayasaing merupakan posisi relatif suatu organisasi atau negara dibandingkan

dengan yang lain Negara memiliki peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan dayasaing dengan membuat kebijakan ekonomi atau politik yang

menguntungkan (Aprilia dkk 2015 2)

231 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Tambunan (2004 110) mendefinisikan RCA sebagai suatu persentase dari

jumlah ekspor manufaktur dari suatu negara lebih tinggi daripada pangsa dari

barang yang sama di dalam jumlah ekspor dunia maka negara tersebut memiliki

keunggulan komparatif atas produksi dan ekspor dari barang tersebut Nilai

indeks RCA lebih besar dari 1 berarti negara tersebut berdayasaing Sedangkan

jika lebih kecil dari 1 maka dayasaingnya buruk Indeks RCA bisa digunakan

untuk mengukur apakah Indonesia memproduksi dan mengekspor barang-barang

yang pasar luar negerinya sedang berkembang pesat atau sedang mengalami

stagnansi (Tambunan 2004 118)

18

232 Export Product Dynamic (EPD)

EPD merupakan indikator yang mengukur posisi pasar dari produk suatu

negara untuk tujuan pasar tertentu Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk

membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia dan

mengetahui dinamis atau tidaknya performa suatu produk Sebuah matriks EPD

terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis Daya tarik pasar

dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan

pasar tertentu dimana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan

pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan

pasar tertentu Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini

menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat

kategori yaitu Rising Star Falling Star Lost Opppotunity dan Retreat

(Kementerian Perdagangan 2011 21) Adapun matriks EPD adalah sebagai

berikut

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD

Share of Countryrsquos

Export in World Trade

Share of Countryrsquos Export in World Trade

Rising

(Dynamic)

Falling

(Stagnant)

Rising (Competitive) Rising Star Falling Star

Falling (Non-

competitive) Lost Opportunity Retreat

Sumber Estherhuizen dalam Kementerian Perdagangan (2011 21)

Posisi pasar yang ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tertinggi

pada ekspornya sebagai Rising Star yang menunjukkan bahwa negara tersebut

memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat

(fast-growing products) Lost Opportunity terkait dengan penurunan pangsa

pasar pada produk-produk yang dinamis adalah posisi yang paling tidak

19

diinginkan Falling Star juga tidak disukai meskipun masih lebih baik jika

dibandingkan dengan Lost Opportunity karena pangsa pasarnya tetap meningkat

Sementara itu Retreat biasanya tidak diinginkan tetapi pada beberapa kasus

tertentu mungkin diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk-produk yang

stagnan dan menuju produk-produk yang dinamis (Bappenas 2009)

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Nilai indeks ISP adalah

antara -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu negara cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi yang bersangkutan Jika nilainya negatif

maka suatu negara cenderung menjadi negara importir terhadap komoditi yang

bersangkutan

ISP juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan

suatu komoditi dalam perdagangan Menurut kementerian Perdagangan (2008)

tingkat pertumbuah perdagangan dibagi lima tahap yaitu

1 Tahap pengenalan

Ketika suatu industri (forerunner) di suatu negara A mengekspor produk-

produk baru dan industri pendatang belakangan (latecomer) di negara B impor

produk-produk tersebut Dalam tahap ini nilai indeks ISP dari industri latecomer

adalah -100 sampai -050

20

2 Tahap subtitusi impor

Pada tahap ini industri di negara B menunjukkan dayasaing yang sangat

rendah dikarenakan tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala

ekonomi Industri tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang

kurang bagus dan produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan

dalam negeri Adapun nilai indeks ISP pada tahap ini yaitu naik antara -051

sampai 000

3 Tahap pertumbuhan

Pada tahap ini industri di negara B melakukan produksi dalam skala besar

dan mulai meningkatkan ekspornya Di pasar domestik penawaran untuk

komoditi tersebut lebih besar daripada permintaan Tahap ini mempunyai nilai

indeks ISP antara 001 sampai 080

4 Tahap Kematangan

Pada tahap ini produk yang bersangkutan sudah memasuki tahap

standarisasi menyangkut teknologi yang dikandungnya Pada tahap ini juga

negara B merupakan negara eksportir Adapun nilai indeks ISP tahap ini berada

pada kisaran 081 sampai 100

5 Tahap kembali mengimpor

Pada tahap ini industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya

dengan industri dari negara A dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari

permintaan dalam negeri Tahap ini ditunjukkan dengan nilai indeks ISP yang

kembali menurun antara 100 sampai 000

21

24 Gravity Model

Gravity Model merupakan model perdagangan yang mengadopsi model

gravitasi Newton tentang kekuatan gaya tarik menarik dari dua buah objek yang

dipengaruhi secara langsung oleh massa dari kedua obyek tersebut dan secara

tidak langsung oleh jarak diantara dua objek tersebut Persamaan gravitasi

dinyatakan sebagai berikut

Fij = G MiMj D2ij

Dimana

Fij Kekuatan gaya tarik menarik

Mi dan Mj Massa

D2ij Jarak antara dua objek

G Konstanta gravitasi

Jan Timbergen pada tahun 1962 menggunakan analogi tersebut untuk

menganalisis perdagangan internasional Tarik menarik dalam konteks

perdagangan internasional adalah ekspor dan impor oleh negara-negara ldquoMassardquo

dari negara-negara tersebut adalah ukuran ekonomi atau Produk Domestik bruto

(PDB) yang dianggap dapat menghasilkan aliran-aliran potensi perdagangan

internasional Semakin besar PDB negara partner maka semakin besar pula

aliran perdagangan dari negara tersebut Namun jarak menjadi hambatan dalam

perdagangan internasional Jarak yang semakin jauh mengakibatkan biaya

transportasi dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pengiriman barang

menjadi besar Sehingga mengakibatkan kecilnya kemungkinan perdagangan

bilateral (Sarwoko 2009 3-4)

Dilanchiev (2012 75) menyatakan bahwa Gravity Model merupakan

salah satu model untuk memperkirakan perdagangan bilateral antar negara dan

22

potensi perdagangan suatu negara Keuntungan utama dalam menggunakan

Gravity Model adalah dapat menjelaskan pola perdagangan internasional dengan

kondisi jumlah data dan validitas latar belakang ekonomi yang sedikit seperti

Georgia Adapun model persamaan Gravity Model adalah

Trade ij = α PDBi PDBj

Distanceij

Keterangan

Trade Volume perdagangan antara negara i dan j

PDBi Pendapatan nasional negara i

PDBj Pendapatan nasional negara j

Distance Jarak bilateral kedua negara

α Konstanta

Bergstrand (1985 480) menyatakan bahwa Gravity Model banyak

dipengaruhi oleh pendapatan Oleh sebab itu harga dan nilai tukar menjadi

variabel yang memiliki efek signifikan dalam aliran perdagangan internasional

Sementara Zarzoso dan Lehman (2003 298) menggunakan Gravity Model untuk

menganalisis data panel pada tahun 1988-1996 dengan 20 sampel negara di Uni

Eropa Adapun persamaan Gravity Model yang digunakan oleh Zarzoso dan

Lehman adalah sebagai berikut

lXijt = αij + β1lYit + β2lYjt + β3lNit + β4lNjt + β5lDij + β6lIi + β7lIj + β8ydifij

+ β9IRERij + sumYhPijh + eijt

Dimana

αij konstanta

β1lYit Pendapatan eksportir

β2lYjt Pendapatan importir

β3lNit Populasi eksportir

β4lNjt Populasi importir

β5lDij Jarak

β6lIi Infrastruktur eksportir

β7lIj Infrastruktur importir

β8ydifij Pendapatan perkapita

23

β9IRERij Nilai tukar

Eijt eror

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan eksportir pendapatan

importir populasi importir jarak pendapatan perkapita nilai tukar dan

infrastruktur eksportir berpengaruh signifikan terhadap aliran dagang Uni Eropa

Sedangkan variabel infrastruktur importir tidak signifikan terhadap aliran dagang

Uni Eropa

Sedangkan Pradipta dan Firdaus (2014 140-141) menambahkan Indeks

Harga Konsumen (IHK) sebagai variabel kontrol yang digunakan dalam

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa IHK berpengaruh signifikan terhadap

ekspor buah Indonesia di pasar internasional Peningkatan IHK akan menurunkan

volume ekspor ke negara tujuan

241 Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir

yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi

yang berlokasi dalam suatu negara (Salvatore 1997 21) Sedangkan menurut

Case amp Fair (2002 23) PDB adalah nilai barang dan jasa akhir berdasarkan

harga pasar yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode

dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam perekonomian

tersebut

PDB merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan

beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB

merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

24

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara Ketiga PDB merupakan

gambaran awal tentang masalah-masalah mendasar yang dihadapi suatu

perekonomian Jika sebagian besar PDB dinikmati oleh sebagian penduduk maka

perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya

(Rahardja dan Manurung 2008 223)

242 Jarak Ekonomi

Jarak ekonomi adalah jarak antara kedua negara berdasarkan jarak

bilateral antara kota besar kedua negara Jarak ini digunakan untuk gambaran

biaya transportasi yang dibutuhkan untuk melakukan ekspor dan impor (Mayer

dan Zignago 2011 11) Li dkk (2008 8) menggunakan variabel jarak ekonomi

dalam penelitiannya yang berjudul Component Trade and Chinarsquos Global

Economic Integration sebagai gambaran biaya transportasi Cina ke negara-negara

tujuan ekspornya Adapun rumus jarak ekonomi adalah sebagai berikut

Jarak ekonomi = Jarak geografis x PDB negara tujuan ekspor

PDB seluruh negara yang dianalisis

Jarak ekonomi memiliki dua pengaruh yaitu negatif dan positif Menurut

penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009) Dilanchiev (2012)

serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak ekonomi

berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan Namun menurut Lawless

25

dan Whelan (2007) pengaruh positif jarak ekonomi terjadi di Amerika Serikat

Untuk bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan biaya transportasi maka

perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat akan menaikkan volume dan nilai

perdagangannya

243 Harga

Harga adalah jumlah yang harus ditagihkan untuk suatu produk atau jasa

(Kotler dan Keller 2009 18) Harga merupakan penentu utama pilihan pembeli

(Kotler dan Keller 2009 79) Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan

adalah harga barang itu sendiri Jika harga suatu barang semakin murah maka

permintaan terhadap barang tersebut bertambah Begitu juga sebaliknya Hal ini

sesuai dengan hukum permintaan yaitu bila harga suatu barang naik ceteris

paribus maka jumlah barang yang diminta akan berkurang Begitu juga

sebaliknya Jika harga suatu barang turun ceteris paribus maka jumlah barang

yang diminta akan bertambah (Rahardja dan Manurung 2008 24)

Harga

Qd = 100 ndash 10P

Kuantitas

Gambar 7 Kurva Permintaan Sumber Rahardja dan Manurung (2008 29)

244 Nilai Tukar Rupiah

Perdagangan internasional melibatkan beberapa negara dengan mata uang

uang yang berbeda-beda Untuk dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi maka

80 40 60

2

4

6

8

10

0

20 100

26

mata uang yang dipergunakan mempunyai harga tertentu dalam mata uang negara

lain Nilai tukar rupiah adalah harga atau berapa banyak suatu mata uang harus

dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain Bila dikatakan nilai

tukar rupiah adalah Rp 10000US$ maka untuk memperoleh satu unit US$ harus

disediakan sebanyak 10000 unit rupiah Jika harga satu unit komputer seharga

US$ 600 per unit maka rupiah yang harus disediakan adalah 6 juta unit

Sederhananya harga komputer per unit adalah Rp 6 juta (Rahardja dan

Manurung 2008 307)

Nilai tukar didasari dua konsep Pertama adalah konsep nominal

merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang

menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna

memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain Kedua adalah konsep riil yang

dipergunakan untuk mengukur dayasaing komoditi ekspor suatu negara di

pasaran internasional (Halwani 2002 186)

Mankiw (2012 193) menyatakan bahwa nilai tukar nominal (nominal

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan mata

uang suatu negara dengan mata uang negara lain Sedangkan nilai tukar riil (real

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang

dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain Secara umum

rumus nilai tukar riil adalah

Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal x Harga barang domestik

Harga barang luar negeri

Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan

tingkat harga di kedua negara Jika nilai tukar riil adalah tinggi berarti harga

27

barang-barang luar negeri relatif murah dan harga barang-barang domestik relatif

mahal Sebaliknya jika nilai tukar riil rendah berarti harga barang-barang luar

negeri relatif mahal dan harga barang-barang domestik relatif murah (Rahardja

dan Manurung 2008 308)

245 Populasi

Populasi menurut World Bank (2016) adalah seluruh penduduk yang

tinggal di sebuah negara tanpa menghiraukan status legal atau kewarganegaraan

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara

menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga relatif

rendah Misalnya walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih

rendah daripada penduduk Singapura tetapi secara absolut tingkat pengeluaran

konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura karena jumlah penduduk

Indonesia 51 kali lipat penduduk Singapura (Rahardja dan Manurung 2008 267)

Sitorus (2009 41) menyatakan bahwa pertambahan populasi pada negara

importir dapat berada pada sisi penawaran maupun permintaan Pada sisi

penawaran pertambahan populasi akan meningkatkan produksi dalam negeri

dalam hal kuantitas maupun diversifikasi produk negara importir Kondisi ini

akan mengakibatkan penurunan permintaan komoditi ekspor oleh negara

importir Pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar

28

246 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat

harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu

Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama

yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu Masing-masing harga

barang dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya Barang

dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling besar (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perhitungan IHK ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari

sekelompok tetap barang atau jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi)

atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang atau jasa kebutuhan rumah tangga

sehari-hari (Badan Pusat Statistik 2016) Adapun perhitungan inflasi dari IHK

adalah sebagai berikut

Inflasi = (IHK ndash IHK -1) x 100

IHK -1

Rahardja dan Manurung (2008 368) menyatakan bahwa dilihat dari

cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang mencerminkan tingkat inflasi

yang sebenarnya Tetapi IHK sangat berguna karena menggambarkan besarnya

kenaikan biaya hidup bagi konsumen sebab IHK memasukkan komoditas-

komoditas yang relevan (pokok) yang dikonsumsi masyarakat

Inflasi dalam tingkat tertentu dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan

penawaran agregat karena kenaikan harga akan memacu produsen untuk

meningkatkan output-nya Namun terdapat beberapa masalah sosial yang muncul

29

dari inflasi yang tinggi (ge 10 per tahun) Pertama menurunnya tingkat

kesejahteraan rakyat yang diukur dengan tingkat daya beli pendapatan Inflasi

menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah khususnya bagi masyarakat

yang berpenghasilan rendah Kedua memburuknya distribusi pendapatan Ketiga

terganggunya stabilitas ekonomi Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan

merusak perkiraan tentang masa depan para pelaku ekonomi Inflasi yang kronis

menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa akan terus naik

Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak

dari yang seharusnya Tujuannya untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi

Akibatnya permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat sedangkan bagi

produsen perkiraan akan naiknya barang dan jasa mendorong mereka untuk

menunda penjualan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar Penawaran

barang dan jasa menjadi berkurang Akibatnya kelebihan permintaan dapat

mempercepat dan memperbesar laju inflasi sehingga kondisi ekonomi akan

semakin memburuk (Rahardja dan Manurung 2008 371-372) Inflasi yang

memburuk mengakibatkan harga-harga dalam negeri meningkat dan cenderung

akan melakukan impor untuk meredakan harga dalam negeri

25 Penelitian Terdahulu

Dayasaing dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perdagangan

internasional merupakan tema penelitian yang sebelumnya telah banyak diteliti

baik di Indonesia maupun di luar negeri Terdapat tujuh penelitian terdahulu yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam pemilihan metode analisis

30

dan variabel-variabel yang dipilih Adapun penelitian terdahulu dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut

Tabel 3 Penelitian Terdahulu

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

1 Posisi

Dayasaing dan

Spesialisasi

Perdagangan

Lada Indonesia

dalam

Menghadapi

Globalisasi

(Studi Pada

Ekspor Lada

Indonesia

Tahun 2009-

2013)

(Feira Aprilia

R Zainul

Arifin dan

Sunarti 2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Indeks

Spesialisasi

Perdagangan

(ISP)

1 Lada Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif dalam

perdagangan

dunia Dibuktikan

dengan

perhitungan RCA

pada tahun 2013

RCA Indonesia

1726 berada di

atas Brazil 770

India 360 dan

Malaysia 313

namun di bawah

Vietnam 4477

2 Berdasarkan

perhitungan ISP

dapat diketahui

bahwa Indonesia

merupakan

negarara eksportir

lada dan

merupakan

negara eksportir

lada kedua

setelah Vietnam

Persamaan

Menggunakan

metode

analisis RCA

dan ISP

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis EPD

dan Gravity

Model dengan

fokus analisis

pada

dayasaing

ekspor lada di

negara tujuan

ekspor bukan

pada sesama

negara

eksportir lada

di dunia

31

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

2 Analisis

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Lada

Indonesia ke

Negara Tujuan

Ekspor (Nadia

Permatasari

2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

1 Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif yang

kuat ke negara

tujuan

2 Rising star

Singapura dan

Inggris Falling

star Australia dan

Vietnam Lost

Opportunity AS

Jerman dan India

Retreat Jepang

3 Variabel yang

berpengaruh

signifikan adalah

GDP perkapita

negara tujuan

harga ekspor lada

Indonesia

populasi dan

produksi lada

Indonesia

Variabel tidak

berpengaruh

signifikan adalah

nilai tukar rupiah

Persamaan

menggunkaan

metode analisis

RCA EPD

dan regresi

data panel

Perbedaan

Penelitian

Nadia (2015)

tidak

menggunkana

ISP konsep

dalam

penentuan

variabel bukan

berdasarkan

teori Gravity

Model jumlah

tahun dan

negara yang

diteliti lebih

sedikit dan

menggunakan

nilai ekspor

bukan volume

ekspor untuk

variabel Y

dalam analisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

volume ekspor

lada

32

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

3 Analisis Posisi

Lada Putih

Indonesia di

Pasar Lada

Putih Dunia

(Kristiawan

Hadinata

Ginting 2014)

1 Regresi

Linear

Berganda

Logaritmatik

2 Almost Ideal

Demand

System

(AIDS)

1 faktor-faktor yang

berpengaruh

terhadap volume

perdagangan lada

putih Indonesia

terhadap lada

putih dunia adalah

harga lada putih

dunia harga lada

hitam dunia dan

GDP per kapita

dunia Sedangkan

populasi tidak

berpengaruh

2 Lada putih

Indonesia

memiliki

dayasaing di pasar

lada putih dunia

yang lebih baik

dibandingkan lada

putih Vietnam

Lada putih

Indonesia juga

memiliki prospek

yang baik dilihat

dari potensi pasar

lada putih dunia

itu sendiri Pasar

lada putih dunia

masih memiliki

potensi untuk

dimasuki

walaupun terdapat

desakan lada

hitam yang dapat

diolah lebih lanjut

menjadi lada

putih

Persamaan

menganalisis

faktor-faktor

dan dayasaing

lada

Perbedaan

Penelitian ini

menggunakan

regresi data

panel

meneliti lada

secara umum

dengan kode

HS 0904 di

UN

Comtrade

dan

menambahkan

variabel IHK

jarak

ekonomi dan

kurs riil

Dayasaing

dalam

penelitian ini

juga

menggunakan

metode RCA

EPD dan ISP

33

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

4 Empirical

Analysis of

Georgian

Trade Pattern

Gravity Model

(Azer

Dilanchiev

2012)

Regresi data

panel tahun

2000 - 2011

1GDP perkapita jarak

ekonomi dan FDI

berpengaruh

terhadap

perdagangan

Georgia

2Nilai tukar populasi

Georgia dan

populasi negara lain

tidak berpengaruh

signifikan

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel

Perbedaan

Penelitian ini

tidak

menggunkana

variabel

populasi

negara

eksportir dan

variabel

dummy

namun

menambahkan

variabel IHK

5 Perdagangan

Bilateral

Antara

Indonesia

dengan

Negara-Negara

Patner Dagang

Utama dengan Menggunakan Model

Gravitasi

(Sarwoko

2009)

Regresi OLS 1Perdagangan

Indonesia secara

positif dipengaruhi

oleh ukuran-ukuran

ekonomi PDB dan

PDB perkapita

negara importir dan

secara negatif

dipengaruhi oleh

jarak geografis

antara Indonesia

dengan negara-

negara partner

dagang utama

tersebut Sedangkan

PDB serta PDB

perkapita Indonesia

tidak berpengaruh

Persamaan

Menggunakan

Gravity

Model

Perbedaan

Pelitian ini

menambahkan

variabel lain

seperti

populasi

harga indeks

harga

konsumen

dan nilai

tukar

34

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

6 Peningkatan

Ekspor CPO

dan Kakao Di

Bawah

Pengaruh

Liberalisasi

Perdagangan

(Suatu

Pendekatan

Model

Gravitasi

(Maria Sitorus

2009)

Regresi data

panel

1 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

eskpor kakao

adalah GDP dan

populasi

eksportir nilai

tukar dan jarak

Sedangkan

variabel GDP dan

Populasi importir

tidak berpengaruh

signifikan

2 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

ekspor CPO

adalah GDP

eksportir dan

importir populasi

eksportir dan

importir serta

jarak Sedangkan

variabel nilai

tukar tidak

berpengaruh

nyata

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel dan

variabel-

variabel

Gravity

Model kecuali

IHK dan

populasi

eksportir

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

analisis

dayasaing

35

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

7 Posisi

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Buah-

Buahan

Indonesia

(Amalia

Pradipta dan

Muhammad

Firdaus 2014)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

Gravity

Model

1 EPD dan RCA

menunjukkan

bahwa buah yang

memiliki

keunggulan

komparatif dan

kompetitif

tertinggi di negara

tujuan dan dunia

adalah buah

manggis mangga

dan jambu

2 Faktor yang

mempengaruhi

aliran ekspor

buah Indonesia

meliputi harga

ekspor populasi

jarak ekonomi

GDP riil dan per

kapita nilai tukar

riil Indeks harga

konsumen

Indonesia dan

variabel dummy

krisis yang terjadi

di Eropa

Persamaan

Menggunakan

metode RCA

dan EPD

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis ISP

36

26 Kerangka Pemikiran

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis Dayasaing Komoditi Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Keunggulan

Komparatif

Analisi Faktor-Faktor

yang mempengaruhi

Volume Ekspor Lada

Indonesia

Kekuatan dan Peluang Lada Indonesia

1 Produksi Produksi meningkat

meskipun lahan berkurang

2 Produktivitas Produktivitas tinggi

3 Harga meningkat Harga yang

meningkat dari tahun ke tahun

menjadi peluang bagi eksportir untuk

meningkatkan volume ekspor karena

keuntungan lebih tinggi

4 Neraca perdagangan lada positif

5 Permintaan lada dunia meningkat

Masalah yang Dihadapi

Indonesia

1 Luas lahan berkurang

2 Fluktuasi ekspor

3 Pesaing utama (Vietnam

dan Brazil)

Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per kapita

2 Jarak ekonomi

3 Harga

4 Kurs riil

5 Populasi

6 Indeks harga

konsumen

Keunggulan

Kompetitif

Hasil dan Interpretasi

Regresi Data

Panel

Gravity

Model

EPD

dan ISP

RCA

37

27 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah

1 Nilai RCA Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional lebih dari 1

artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif sehingga komoditi

tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Nilai EPD Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional berada di sumbu

positif artinya Indonesia memiliki pangsa pasar lada yang kuat

3 Nilai ISP Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional adalah antara -1

sampai +1 Jika nilanya positif artinya Indonesia cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi lada

4 Variabel rata-rata PDB per Kapita berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

5 Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

6 Variabel Harga berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

7 Variabel Kurs Riil berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

8 Variabel Populasi berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

9 Variabel Indeks Harga Konsumen berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengakses website yang berkaitan dengan

judul penelitian Website yang diakses terdiri dari website UN Comtrade UN

CTAD World Bank dan CEPII Adapun waktu penelitian ini dimulai dari bulan

April - November tahun 2016

32 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif cross-sectional

menggunakan data panel yaitu time series 2004-2013 dan cross section sembilan

belas negara yang diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 9 dan microsoft

excel Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

beberapa sumber sebagai berikut

Tabel 4 Sumber Data dan Data

No Sumber Data

1 UN Comtrade

1 Nilai ekspor lada Indonesia ke negara importir

2 Nilai ekspor lada dunia ke negara importir

3 Total nilai ekspor Indonesia ke negara importir

4 Total nilai ekspor dunia ke negara importir

5 Nilai impor lada Indonesia dari negara importir

6 Harga lada Indonesia di pasar internasional

2 UN CTAD

Nilai tukar Rupiah

3 World Bank 1 PDB per Kapita

2 Populasi negara tujuan

3 Indeks harga konsumen

4 CEPII Jarak Ekonomi

39

33 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh negara yang menjadi tujuan

ekspor lada Indonesia Tahun 2004 - 2013 yaitu sebanyak 80 negara Penentuan

sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan

metode purposive sampling yaitu sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono 2011 68) Sampel dalam penelitian ini adalah negara-negara tujuan

ekspor lada Indonesia yang melakukan impor lada dari Indonesia secara kontinu

dari tahun 2004 - 2013 yang terdiri dari Amerika Serikat Australia Belanda

Belgia Bulgaria Hongkong India Inggris Italia Jepang Jerman Kanada

Korea Selatan Malaysia Pakistan Perancis Rusia Singapura dan Vietnam

34 Metode Analisis Data

Penelitian ini dianalisis menggunakan Revealed Comparative Advantage

(RCA) untuk mengetahui dayasaing lada secara komparatif Export Product

Dynamic (EPD) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk mengetahui

dayasaing lada secara kompetitif serta data panel untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

Data panel adalah data yang berstruktur urut waktu (time series) dan data

beberapa objek pada satu waktu (cross section) Data panel memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan data time series maupun cross section yang terdiri dari

(Suliyanto 2011 229)

1 Memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi Hal ini karena data

tersebut melibatkan beberapa individu dalam beberapa waktu

40

2 Mampu memberikan data yang lebih informatif bervariasi serta memiliki

tingkat kolinearitas yang rendah Hal ini karena menggabungkan data time

series dan cross section

3 Cocok untuk studi perubahan dinamis karena data panel pada dasarnya

adalah data cross section yang diulang-ulang (series)

4 Mampu mendeteksi dan mengukur pengaruh yang tidak dapat diobservasi

dengan data time series murni atau data cross section murni

5 Mampu mempelajari model perilaku yang lebih kompleks Misalnya

fenomena perubahan teknologi

341 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Analisis RCA merupakan salah satu metode analisis untuk mengukur

kekuatan dayasaing Adapun rumus analisis RCA adalah sebagai berikut

Keterangan

RCA

Xik

Xim

Xwk

Xwm

Keunggulan komparatif Indonesia

Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai dayasaing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan yaitu

1 Jika nilai RCA gt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Jika nilai RCA lt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki dayasaing lemah

RCA = Xik Xim

X wk Xwm 31

41

n

t=1 t

n

t=1 t-1

t=1 t t=1 t-1

n n

342 Export Product Dynamic (EPD)

Salah satu indikator dayasaing lainnya adalah Export Product Dynamic

Metode ini digunakan untuk mengukur posisi pasar suatu negara di negara tujuan

ekspornya dan mengukur dinamis atau tidaknya suatu produk di pasar

menggunakan empat kuadran yang terdiri dari Rising star Falling Star Lost

Opportunity dan Retreat Adapun rumus Export Product Dynamic (EPD) adalah

sebagai berikut

Pangsa Pasar Indonesia (Sumbu X)

sum (Xi Wi) x 100 - sum (Xi Wi) x 100

T

Pangsa Pasar Produk (Sumbu Y)

sum (Xt Wt) x 100 - sum (Xt Wt) x 100

T

Keterangan

Xi Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Xt Nilai total ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wi Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wt Nilai total ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

t Tahun analisis

t-1 Tahun analisis sebelumnya

T Total tahun analisis

32

33

42

SP = (Xia ndash Mia) (Xia + Mia)

+ +

- +

- +

- -

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan metode EPD

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Indeks ISP dapat

dirumuskan sebagai berikut

Keterangan

Xia Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Mia Nilai impor lada Indonesia dari negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai indeks ISP adalah anata -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu

negara cenderung menjadi negara eksportir terhadap komoditi yang

bersangkutan Jika nilainya negatif maka maka suatu negara cenderung menjadi

negara importir terhadap komoditi yang bersangkutan

344 Regresi Data Panel

Gravity Model merupakan sebuah model untuk mengukur volume ekspor

yang dipengaruhi oleh pendapatan negara jarak dan variabel lain yang

berhubungan dengan perdagangan internasional Faktor-faktor yang digunakan

34

Lost Opportunity

Retrat Falling Star

Rising Star

43

dalam penelitian ini adalah rata-rata Produk Domestik Bruto per kapita Jarak

Ekonomi Harga lada Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen

Persamaan Gravity Model menggunakan ln (logaritma natural) agar memenuhi

uji asumsi klasik dan menghindari model dari bias Perumusan Gravity Model

dalam penelitian ini adalah

LnVEL= β0 + β1LnPDBC + β2LnJE + β3LnHRG+ β4LnKR + β5LnPOP

+ β6IHK + e

Keterangan

LnVEL Volume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional

(ton) dalam persen

LnPDBC Rata-rata PDB per Kapita

LnJE Jarak Ekonomi (KM) dalam persen

LnHRG Harga Lada (US$ per ton) dalam persen

LnKR Kurs Riil (RpUS$) dalam persen

LnPOP Populasi (jiwa) dalam persen

IHK Indeks Harga Konsumen dalam persen

β0 Konstanta

β1-β7 Koefisien Regresi

e eror

345 Uji Kesesuaian Model

Widarjono (2009 231-237) menyatakan bahwa secara umum data panel

akan menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap negara

dan setiap periode waktu Oleh karena itu pengestimasian persamaan data panel

akan sangat tergantung dari asumsi yang dibuat tentang intersep koefisien slope

dan variabel pengganggunya Dengan demikian terdapat beberapa metode yang

biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel yaitu

35

44

1 Common Effect Model (CEM)

Model CEM merupakn model dengan koefisien tetap antara waktu dan

individu Model CEM hanya mengkombinasikan data time series dan

cross section Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi

individu maupun waktu Sehingga diasumsikan bahwa perilaku data

antara individu sama dalam berbagai kurun waktu

2 Fixed Effect Model (FEM)

Model FEM merupakan model dengan slope konstan tetapi intersep

berbeda antara individu Model FEM juga menggunakan variabel dummy

untuk menangkap adanya perbedaan intersep Regresi data panel dengan

model FEM diduga mengandung masalah heteroskedastisitas Oleh sebab

itu permasalahan heteroskedastisitas dalam model ini dapat diatasi

dengan menggunakan metode GLS

3 Random Effect Model (REM)

Model REM merupakan model mempunyai variabel gangguan berbeda

antara individu tetapi tetap antara waktu Model random merupakan

model yang akan mengestimasi data panel di mana variabel gangguan

mungkin saling berhubungan antara waktu dan individu Oleh sebab itu

metode yang tepat digunakan untuk mengestimasi model REM adalah

Generalized Least Squares (GLS)

Setelah diketahui macam-macam model data panel tahap selanjutnya

adalah memilih model mana yang paling tepat untuk untuk mengestimasi model

45

data panel Adapun uji-uji yang dilakukan untuk memilih model yang tepat

adalah sebagai berikut

1 Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk mengetahui apakah FEM lebih baik

daripada CEM atau sebaliknya hal tersebut dapat dilihat dari signifikansi

FEM dan uji F statistik jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak

dan H1 diterima Begitu juga sebaliknya apabila F hitung lebih kecil dari F

tabel maka H0 diterima (Widarjono 2009 238) Berikut hipotesis uji Chow

H0 Common Effect Model

H1 Fixed Effect Model

2 Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk memilih apakah model FEM lebih baik

dari REM atau sebaliknya Uji Hausman didasarkan pada LSDV pada FEM

dan GLS pada REM Uji ini mengikuti statistika chi square dengan degree of

freedom sebanyak k (jumlah variabel independen) Jika nilai statistik

Hausman lebih besar daripada nilai kritisnya maka H0 ditolak Sebaliknya

apabila nilai statistik Hausman lebih kecil daripada nilai kritisnya maka H0

diterima (Widarjono 2009 240-241) Berikut hipotesis uji Hausman

H0 Random Effect Model

H1 Fixed Effect Model

3 Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui apakah model

REM atau CEM yang paling tepat digunakan Uji signifikansi REM ini

46

dikembangkan oleh Breusch Pagan Metode Breusch Pagan untuk uji

signifikansi REM didasarkan pada nilai residual dari metode OLS

(Widarjono 2009 239) Hipotesis yang digunakan adalah

H0 Common Effect Model

H1 Random Effect Model

Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-squares dengan degree of

freedom sebesar jumlah variabel independen Jika nilai LM statistik gt nilai

kritis statistik chi-squares maka kita menolak H0 yang artinya estimasi yang

tepat untuk model regresi data panel adalah metode REM daripada metode

CEM Sebaliknya jika nilai LM lt kecil dari nilai statistik chi-squares sebagai

nilai kritis maka hipotesis nul diterima yang artinya estimasi yang digunakan

dalam regresi data panel adalah metode CEM bukan metode REM

346 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengaanggu atau residual memiliki distribusi normal Seperti diketahui

bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel yang kecil (Ghozali 2006 147)

1 Uji Normalitas dengan Analisis Grafik

Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik merupakan

metode yang termudah Analisis grafik dilakukan dengan menggunakan

histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal

sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal

47

Jika Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti

lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal

Normal

Gambar 10 Histogram Normalitas Sumber Ghozali (2009 34)

2 Uji Normalitas dengan Jarque-Bera (JB Test)

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik Jarque-Bera (JB)

dengan nilai Chi-Square (χ2) table dengan tingkat signifikansi 5 dan df (2)

Pengambilan keputusan dalam uji JB adalah jika nilai Jarque-Bera (JB) le χ2 tabel

maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal Sedangkan jika nilai

Jarque-Bera (JB) gt χ2 tabel maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi tidak

normal (Widarjono 2009 49)

347 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghazali

2006 95-96)

Pendeteksian ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis

korelasi berpasangan yang tinggi diantara variabel-variabel independen Jika

antar variabel independen terdapat koefisien korelasi yang tinggi (di atas 085)

maka dapat disimpulkan bahwa dalam model terdapat multikolinearitas Jika

48

koefisien korelasi lebih rendah dari 085 maka model tidak mengandung

multikolinearitas (Widarjono 2009106)

2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali 2006 125) Pengujian

heteroskedastisitas bisa dilakukan dengan metode Glejser Metode ini melakukan

regresi nilai absolut residual dengan variabel independennya (Widarjono 2009

120)

3 Uji Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota

observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu Oleh karena itu data

runtut waktu diduga seringkali mengandung unsur autokorelasi Sedangkan data

cross-section diduga jarang ditemui adanya unsur autokorelasi Salah satu metode

yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah Durbin-Watson Jika nilai

d adalah 2 maka tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif (Widarjono

2009 142-145) Adapun tabel pengujian Durbin-Watson adalah sebagai berikut

49

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

Nilai statistik d Hasil

0 lt d lt dL Ada autokorelasi positif

dL le d le dU Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

dU lt d lt 4 ndash dU Tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

4 ndash dU le d le 4ndashdL Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

4 ndash dL lt d lt 4 Ada autokorelasi negatif Sumber Widarjono (2009 146)

348 Uji signifikansi

1 Uji Signifikan Simultan (F)

Uji statistik F menurut Ghazali (2006 88) pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

terikat Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut

1 Bila nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat

kepercayaan 5 yang menyatakan bahwa semua variabel independen

secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen

2 Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F tabel Bila F-

hitung gt F tabel maka H0 ditolak dan menerima H1

2 Uji Signifikan Parsial (t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut

1 Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat

kepercayaan sebesar 005 maka H0 dapat diterima dan apabila lebih dari 005

maka H0 ditolak bila nilai t lebih dari 2 (nilai absolut)

50

2 Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel Apabila

t hitung gt t tabel maka variabel independen secara parsial mempengaruhi

variabel dependen (Ghazali 2006 88 - 89)

3 Koefisien Determinan (Rsup2)

Koefisien Determinan (Rsup2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu Nilai Rsup2 yang kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

amat terbatas Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen Jika nilai Rsup2 sama dengan satu maka pendekatan tersebut terdapat

kecocokan sempurna dan jika Rsup2 sama dengan nol maka tidak ada kecocokan

pendekatan (Ghozali 2006 87)

35 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati

secara langsung (Azwar 2013 74) Terdapat enam variabel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu variabel rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi

Harga Kurs Rill Populasi dan IHK Adapun definisi operasional variabel-

variabel tersebut adalah sebagai berikut

51

Tabel 6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnVEL Volume penjualan adalah

ukuran yang menunjukkan

banyaknya atau besarnya

jumlah barang atau jasa yang

terjual (Daryanto 2011 187)

Ekspor adalah kegiatan

mengeluarkan barang dari

Daerah Pabean (Menteri

Perdagangan 2012 5)

Banyaknya jumlah lada yang di

ekspor ke negara importir pada

tahun 2004-2013

LnPDBC PDB adalah nilai barang dan

jasa akhir berdasarkan harga

pasar yang diproduksi oleh

sebuah perekonomian dalam

satu periode dengan

menggunakan faktor-faktor

produksi yang berada dalam

perekonomian tersebut (Case

dan Fair 2002 23)

Rata-rata nilai pasar semua

barang dan jasa akhir Indonesia

dan negara importir yang

dihasilkan oleh faktor-faktor

produksi pada tahun 2004-2013

yang dibagi dengan jumlah

penduduk dalam satuan Dollar

Amerika (US$) dengan rumus

Rata-Rata PDB per Kapita =

(PDB per kapita Indonesia +

PDB per kapita importir)2

LnJE Jarak ekonomi adalah jarak

antara kedua negara

berdasarkan jarak bilateral

antara kota besar kedua negara

Jarak ini digunakan untuk

gambaran biaya transportasi

yang dibutuhkan untuk

melakukan ekspor dan impor

(Mayer dan Zignago 2011

11)

Jarak antar Indonesia dengan

negara tujuan secara riil dan

ekonomi yang digunakan sebagai

proxy untuk biaya transportasi

dan komunikasi serta waktu

pengiriman yang dibutuhkan

dalam kegiatan ekspor dan impor

dalam satuan KM dengan rumus

Jarak Ekonomi = Jarakij x (PDB

importirTotal PDB seluruh

negara yang dianalisis)

LnHRG Harga adalah jumlah yang

harus ditagihkan untuk suatu

produk atau jasa (Kotler dan

Keller 2009 18)

Jumlah uang yang ditukarkan

oleh negara-negara importir

dengan lada Indonesia pada

tahun 2004 - 2013 dalam satuan

Dolar (US$Ton)

LnKR Kurs riil (real exchange rate)

adalah nilai yang digunakan

seseorang saat menukarkan

barang dan jasa dari suatu

negara dengan barang dan jasa

dari negara lain (Mankiw

2012 193)

Kurs riil antara Indonesia dengan

negara importir yang ditukarkan

pada lada Indonesia dalam

satuan RpUS$ dengan rumus

KR= Kurs nominal x (IHK

IndonesiaIHK importir)

52

Tabel 6 Definisi Operasional (Lanjutan)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnPOP Semua warga negara di suatu

negara tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali

pencari suaka (World Bank

2016)

Semua warga negara di negara

tujuan ekspor tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali pencari

suaka pada tahun 2004 - 2013

yang dihitung dalam satuan jiwa

IHK Indeks harga konsumen adalah

angka indeks yang

menunjukkan tingkat harga

barang dan jasa yang harus

dibeli konsumen dalam satu

periode tertentu (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perubahan harga dari suatu

paket barang dan jasa yang

dikonsumsi oleh rumah tangga di

negara tujuan dalam satuan ()

pada tahun 2004-2013 dengan

tahun dasar 2010=100

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia

Para ahli memperkirakan bahwa lada merupakan tanaman asli Asia

selatan khususnya India Habitat asli lada adalah hutan-hutan yang lembab dan

hangat dengan tanah datar Pada abad ke-enam SM lada dibawa masuk oleh

saudagar-saudagar Hindu dari India ke Nusantara melalui Selat Sunda Di pesisir

Selat Sunda terutama Banten dan sekitarnya tanaman lada banyak

dibudidayakan Selain di Banten lada kemudian dibudidayakan secara intensif di

Lampung Hal ini ditunjukkan oleh sebuah piagam kuno yang bernama Piagam

Bojong tahun 1500 M yang menunjukkan kejayaan Lampung sebagai produsen

lada yang diperdagangkan secara luas ke seluruh dunia (Sutarno dan Andoko

2005 4) Adapun klasifikasi lada adalah sebagai berikut

Klasifikasi Lada

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas Magnoliopsida (berkeping dua dikotil)

Sub Kelas Magnoliidae

Ordo Piperales

Famili Piperaceae (suku sirih-sirihan)

Genus Piper

Spesies Piper nigrum L

Lada pala dan cengkih merupakan rempah-rempah yang menjadi

komoditas penting dari zaman dahulu hingga sekarang Diantara rempah-rempah

54

lainnya lada mendapatkan julukan sebagai ldquoraja rempah-rempahrdquo (the king of

spice) Lada mempunyai khasiat sebagai penghangat badan sehingga

keberadaannya sangat diperlukan oleh masyarakat di negara-negara subtropis

yang suhunya relatif dingin Begitu berharganya lada dipergunakan sebagai alat

tukar seperti halnya uang di Jerman pada abad XIV Lada juga menjadi komoditi

yang mendorong beberapa negara di Eropa seperti Portugis dan Belanda berlayar

sampai ke Indonesia Belanda (VOC) berhasil menguasai perdagangan lada dunia

berkat lada yang diperoleh dari nusantara dan mengakibatkan penjajahan selama

kurang lebih 350 tahun Pada abad pertengahan tersebut Indonesia terutama

Lampung merupakan sentra produksi lada yang tidak bisa diabaikan Dari

Lampunglah Belanda memasok sebagian besar ladanya yang diperdagangkan di

pasar dunia Pada tahun 1682 Belanda berhasil memasarkan sekitar 75 ton lada

hitam asal Lampung ke pasar dunia (Sutarno dan Andoko 2005 2)

Hingga tahun 2000 Indonesia merupakan salah satu produsen lada yang

diperhitungkan di pasar dunia dengan tingkat produksi 77500 ton Namun pada

tahun-tahun selanjutnya produktivitas lada terus menurun dan pada tahun 2003

menjadi 67000 ton Pada tahun tersebut posisi Indonesia tergeser oleh Vietman

dengan produksi 85000 ton atau sekitar 26 dari total produksi lada dunia

(Sutarno dan Andoko 2005 2-3)

Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama lada

dan mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada dunia Pasokan lada

Indonesia dalam perdagangan dunia dipenuhi dari Provinsi Bangka Belitung yaitu

lada putih dengan sebutan Muntok White Pepper dan Provinsi Lampung yaitu

55

lada hitam dengan sebutan Lampung Black Pepper yang sudah dikenal sejak

sebelum Perang Dunia ke-II (Wahyu 2014)

42 Lada Indonesia

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia

Lahan merupakan unsur pokok dalam bercocok tanam yang berfungsi

sebagai media tanam tanaman untuk tumbuh Pertumbuhan luas lahan menjadi

salah satu pendorong produktivitas yang tinggi Saat ini luas lahan pertanian

semakin berkurang seiring gencarnya alih fungsi lahan menjadi lahan non

pertanian seperti pabrik perumahan perkantoran jalan dan lain sebagainya

Adapun luas lahan lada dari tahun 2004-2013 adalah sebagaimana berikut

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia

Tahun Perkebunan

Rakyat (Ha)

Perkebunan

Negara (Ha)

Perkebunan

Swasta (Ha)

Total

(Ha)

2004 201248 - 236 201484

2005 191801 - 191 191992

2006 192572 - 32 192604

2007 189050 - 4 189054

2008 183078 - 4 183082

2009 185937 - 4 185941

2010 179314 - 4 179318

2011 177486 - 4 177490

2012 177783 - 4 177787

2013 171916 - 4 171920 Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (20143)

Luas areal lahan lada di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir

didominasi oleh perkebunan rakyat Sementara perkebunan swasta hanya

berkontribusi sangat sedikit dan terus mengalami penurunan hingga pada tahun

2007-2013 hanya tersisa luas lahan seluas 4 Ha Secara keseluruhan total luas

areal lada terus mengalami penurunan Hingga pada tahun 2013 luas areal lada

56

hanya sebesar 171920 Ha Penurunan terbanyak terjadi pada tahun 2005 dengan

penurunan sebesar 471 dari tahun 2004

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) terdapat empat faktor dominan

yang menjadi penyebab penurunan areal lada yaitu pertama fluktuasi harga lada

Lada merupakan komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar

internasional berpengaruh langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika

harga lada di tingkat petani rendah banyak petani lada tidak mampu merawat

tanaman secara baik sehingga produktivitasnya menurun Bahkan sebagian

petani tidak lagi menanam lada atau mengurangi luas areal lada dengan beralih ke

usaha tani komoditas lain (Manohara et al Vietnam Pepper Association dan

Irawati dalam Daras dan Pranowo 2009 2) Kedua gangguan organisme

pengganggu tanaman Mulia et al dalam Daras dan Pranowo (2009 3)

menyatakan bahwa areal pertanaman lada yang tersebar pada lima belas

kecamatan di Pulau Bangka rusak akibat serangan hama dan penyakit dengan

intensitas serangga rendah (3-7 ) sedang (10-22 ) dan tinggi (31-35 )

Ketiga dampak penambangan timah ilegal Sejak reformasi bergulir pada tahun

19971998 Pemerintah Pusat dan Daerah sedikit melonggarkan peraturan atau

ketentuan tentang penambangan timah Kondisi ini mendorong masyarakat Babel

dan sekitarnya melakukan penambangan timah secara tradisional karena kegiatan

ini mampu memberikan pendapatan secara cepat Akibatnya sebagian petani lada

beralih ke usaha penambangan timah sehingga usaha tani lada hanya sebagai

usaha sampingan (Irawati et al dalam Daras dan Pranowo 2009 3) Keempat

pengembangan komoditas lain Selain lada terdapat komoditas lain yang

57

dikembangkan di Babel seperti karet kelapa kelapa sawit kopi kakao cengkih

jambu mete dan nilam (Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Bangka

Belitung dalam Daras dan Pranowo 2009 4) Kelapa sawit merupakan

komoditas yang memperlihatkan perkembangan luas areal tanam paling pesat

sehingga mengurangi luas areal tanam lada (Daras dan Pranowo 2009 4)

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia

Berdasarkan sejarah Indonesia pernah menguasai pasar internasional lada

hingga tahun 2003 Produksi lada yang melimpah membuat Indonesia mampu

melakukan ekspor lebih banyak Laporan statistik perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3) menunjukkan bahwa produksi lada

Indonesia terus mengalami peningkatan sebagaimana Gambar 11 berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia

Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Produksi lada Indonesia terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun

2007 yang mengalami penurunan sebesar 439 sekaligus menjadi tahun dengan

produksi paling rendah dibanding tahun-tahun lainnya Sementara produksi

paling tinggi terjadi pada tahun 2013 dengan total produksi sebanyak 91039 ton

58

Adapun secara rinci total produksi lada Indonesia adalah 77008 ton pada tahun

2004 78328 ton pada tahun 2005 77533 pada tahun 2006 74131 ton pada

tahun 2007 80420 pada tahun 2008 82834 ton pada tahun 2009 83663 pada

tahun 2010 87089 pada tahun 2011 87841 ton pada tahun 2012 dan 91039 ton

pada tahun 2013

Peningkatan produksi lada di Indonesia seharusnya dapat mendorong

ekspor lada Indonesia Namun menurut data Statistik Perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 4) terjadi penurunan ekspor yang besar

pada tahun 2011 dan 2013 Adapun hubungan antara produksi dengan ekspor lada

Indonesia adalah sebagai berikut

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia

Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Hubungan

2004 77008 34302 +

2005 78328 34556 +

2006 77533 36953 +

2007 74131 38447 +

2008 80420 52407 +

2009 82834 50642 +

2010 83663 62599 +

2011 87089 36487 -

2012 87841 62605 +

2013 91039 47908 - Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3-4)

Secara umum dalam kurun waktu 2004 - 2013 produksi lada Indonesia

memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia Artinya

produksi lada memberikan dampak yang positif karena setiap kenaikan produksi

lada di Indonesia akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia Namun

terjadi hubungan yang negatif pada tahun 2011 dan 2013 yang dapat dilihat

dengan menurunnya volume ekspor lada Indonesia pada tahun tersebut Produksi

59

lada pada tahun 2011 meningkat sebesar 41 namun terjadi penurunan ekspor

sebesar 4171 Begitupun pada tahun 2013 produksi lada meningkat sebesar

364 namun ekspor lada menurun sebesar 2348 Hal ini dikarenakan

konsumsi lada dalam negeri pada tahun tersebut mencapai 3489 dan 2835

dari total produksi

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia

Besaran harga lada merupakan salah satu faktor yang dapat memicu naik

dan turunnya penjualan lada Harga lada domestik Indonesia menurut

International Pepper Community (2013 53) menunjukkan peningkatan yang

cukup tinggi Harga rata-rata lada hitam dan putih memiliki perbedaan yang

cukup besar yaitu hampir mencapai 50 Perbedaan harga ini disebabkan oleh

proses pengolahan lada putih yang lebih rumit dibandingkan lada hitam Adapun

perkembangan rata-rata lada adalah sebagai berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Rp

Kg)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia Sumber International Pepper Community (2013 53)

Harga rata-rata lada hitam dan lada putih dalam negeri bergerak secara

beriringan secara fluktuatif namun cenderung meningkat Peningkatan harga rata-

rata lada hitam tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan peningkatan sebesar

60

751 dari tahun sebelumya yaitu dari Rp 27899Kg menjadi Rp 48850Kg dan

sempat mengalami penurunan sebesar 1884 pada tahun 2009 menjadi Rp

22142Kg dari Rp 27281Kg Adapun harga rata-rata lada hitam per kilogram

adalah Rp 9489 pada tahun 2004 Rp 10089 pada tahun 2005 Rp 15238 pada

tahun 2006 Rp 25284 pada tahun 2007 Rp 27281 pada tahun 2008 Rp 22142

pada tahun 2009 Rp 27899 pada tahun 2010 Rp 48850 pada tahun 2011 Rp

52409 pada tahun 2012 dan Rp 62430 pada tahun 2013

Sama halnya dengan lada hitam harga rata-rata lada putih mengalami

peningkatan yang tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 5291 dan menurun

pada tahun 2009 sebesar 239 Adapun harga rata-rata lada putih per kilogram

adalah Rp 18284 pada tahun 2004 Rp 18968 pada tahun 2005 Rp 24036 pada

tahun 2006 Rp 36043 pada tahun 2007 Rp 40938 pada tahun 2008 Rp 39961

pada tahun 2009 Rp 45925 pada tahun 2010 Rp 70223 pada tahun 2011 Rp

77907 pada tahun 2012 dan Rp 90083 pada tahun 2013 Tingginya harga lada

putih disebabkan adanya perbedaan proses pengolahan pada lada Proses

pembuatan lada putih lebih rumit daripada lada hitam Lada putih dipilih dari

buah yang matang kemudian direndam dalam air selama beberapa hari Dari satu

kilogram lada yang direndam hanya dapat menghasilkan lada putih paling

banyak empat ons Sedangkan proses pembuatan lada hitam lebih mudah yaitu

dengan cara mengeringkan lada hijau kemudian dibersihkan tangkainya

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) fluktuasi harga lada merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penurunan luas areal tanam lada

yang juga akan berpengaruh terhadap jumlah produksi lada Lada merupakan

61

komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar internasional berpengaruh

langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika harga lada di tingkat petani

rendah banyak petani lada tidak mampu merawat tanaman secara baik sehingga

produktivitasnya menurun Bahkan sebagian petani tidak lagi menanam lada atau

mengurangi luas areal lada dengan beralih ke usaha tani komoditas lain

Sebaliknya jika harga lada dalam negeri meningkat maka petani cenderung akan

mempertahankan lahannya untuk terus memproduksi lada karena besarnya

keuntungan yang akan didapatkan Hal ini sejalan dengan cenderung

meningkatnya produksi dalam negeri dalam kurun waktu 2004 - 2013 (Direktorat

Jenderal Perkebunan 2014 3) Namun meningkatnya harga domestik lada

berdampak kurang baik terhadap ekspor lada Hal ini terlihat dari menurunnya

ekspor lada pada tahun 2011 dan 2013 dimana pada tahun yang sama harga lada

domestik baik hitam maupun putih mengalami peningkatan yang signifikan Hal

ini menunjukkan bahwa petani cenderung menjual ladanya pada konsumen dalam

negeri dibandingkan luar negeri karena keuntungan yang didapat akan lebih besar

dengan meningkatnya harga domestik lada tersebut

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia

Perkembangan ekspor lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 fluktuatif

Sebagaimana Gambar 4 bahwa volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2012

yaitu sebanyak 62608 ton dan terendah pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton

Ekspor lada Indonesia fluktuatif dengan total eskpor terbanyak terjadi

pada tahun 2012 yaitu 62608 ton naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya

Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348 pada tahun 2013 dengan

62

total ekspor sebanyak 47908 ton Sedangkan penurunan terbesar ekspor lada

Indonesia terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor

sebanyak 36487 ton

Penurunan ekspor tertinggi pada tahun 2011 diiringi oleh peningkatan

harga domestik lada tertinggi pada tahun yang sama Pada tahun tersebut harga

lada mencapai Rp 48850Kg naik sebesar 751 untuk lada hitam dan Rp

70223Kg naik sebesar 5291 untuk lada putih Begitupun pada tahun 2013 di

mana harga domestik lada hitam mencapai Rp 62430Kg naik sebesar 1912

dan lada putih Rp 90083Kg naik sebesar 1563 (International Pepper

Community 2013 53)

43 Lada Dunia

Indonesia merupakan salah satu negara yang berkontribusi dalam

penyediaan lada dunia Selain Indonesia terdapat negara lain yang berperan aktif

dalam penyediaan lada dunia diantaranya Brazil Cina India Madagaskar

Malaysia Sri Lanka Thailand dan Vietnam Dalam kurun waktu 2004 - 2013

Vietnam dan Brazil merupakan pesaing terdekat lada Indonesia di pasar

internasional

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia

Permintaan lada dunia yang terus meningkat perlu didukung oleh luasnya

areal tanam yang besar Lahan yang luas akan mendukung produksi lada yang

tinggi Adapun ketersediaan lahan lada di dunia adalah sebagai berikut

63

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ha)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailnd

Vietnam

Lainnya

Gambar 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia Sumber International Pepper Community (2013 3)

Menurut data International Pepper Community (2013 3) India

merupakan negara dengan luas areal lahan lada terbesar hingga mencapai

253730 Ha pada tahun 2006 Meskipun juga mengalami penurunan luas lahan

pada tahun-tahun selanjutnya India masih menempati posisi pertama sebagai

negara dengan luas lahan lada terbesar di dunia dengan luas areal lahan sebesar

19700 Ha pada tahun 2013 Sedangkan Vietnam yang merupakan eksportir lada

pertama di dunia hanya memiliki luas areal lahan lada sebesar 56500 Ha pada

tahun 2013 Luas lahan ini lebih kecil dibandingkan Indonesia pada tahun yang

sama yaitu 113000 Ha Sementara Brazil yang merupakan negara ketiga

eksportir lada dunia hanya memiliki luas lahan sebesar 20000 Ha pada tahun

2013

Meskipun memiliki luas lahan yang tidak lebih luas dari Indonesia dan

India Vietnam mempunyai manajemen lahan yang baik sehingga mampu

menjadi produsen dan ekportir utama lada dunia Adapun manajemen lahan yang

dilakukan Vietnam adalah dengan cara membuat drainase yang baik saat musim

64

hujan dan membuat irigasi yang dapat meminimalisir penyebaran dan

kontaminasi penyakit Hal inilah yang menyebabkan produktivitas lada Vietnam

lebih tinggi daripada Indonesia maupun India (Ton dan Buu 2011 18)

432 Produksi Lada Dunia

Produksi lada dunia didominasi oleh negara-negara dengan luas lahan

yang luas seperti India Indonesia Brazil dan Vietnam Produksi ini merupakan

hal penting yang dapat mempengaruhi volum ekspor Adapun total produksi

produsen lada dunia dari tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

Total Produksi

(Ton

)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailand

Vietnam

Lainnya

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 5)

Areal lahan yang luas tidak secara langsung mampu mempengaruhi

produksi lada di suatu negara Hal ini terlihat dalam Gambar 14 yang

menunjukkan bahwa dalam waktu sepuluh tahun dari tahun 2004-2013 meskipun

bukan sebagai negara dengan kepemilikan lahan terluas Vietnam merupakan

negara dengan tingkat produksi paling tinggi mengalahkan India yang

merupakan negara dengan kepemilikan luas areal lahan lada paling luas Total

produksi lada Vietnam mencapai 32 dari keseluruhan total produksi lada dunia

yaitu sebanyak 1110750 ton Sementara Indonesia hanya mampu memproduksi

lada sebanyak 17 dari total produksi lada dunia dengan total produksi sebanyak

65

578000 ton Sedangkan India yang merupakan negara dengan luas areal lahan

terluas di dunia hanya mampu memproduksi lada sebesar 15 dari total produksi

lada dunia yaitu 536150 ton

Ketidak selarasan antara luas areal lahan dan total produksi di masing-

masing negara bisa jadi sebabkan oleh beberapa hal Meskipun menjadi negara

dengan luas areal tanam lada terluas produksi lada India masih berada di bawah

Vietnam dan Indonesia Menurut International Pepper Community (2016)

penurunan produksi lada di India disebabkan oleh hama dan penyakit serta

adanya tanaman yang sudah tua dan tidak produktif Begitu juga menurut Yogesh

dan Mokshapathy (2013 38) yang menyatakan bahwa penurunan produksi lada

di India dikarenakan produksi lada India yang menurun akibat penyakit dan umur

tanaman lada yang sudah tua sehingga India perlu melakukan penanaman pohon

lada baru yang berdampak pada lambatnya pertumbuhan produksi Faktor cuaca

yang tidak menentu di India juga menjadi penyebab selanjutnya penuruan

produksi lada di India yang pada akhirnya perdampak pada ekspor (Yogesh dan

Mokshapathy 201338) Faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi lada di

India menurut Ganesan dalam Soepanto (2006 57) adalah faktor kemiskinan

petani Petani dan buruh tani di India termasuk diantara orang-orang paling

miskin di dunia Upaya pemerintah India untuk membantu petani melalui subsidi

mendapat hambatan dari negara-negara maju yang menganggap hal tersebut

dapat mendistorsi perdagangan Akibatnya petani di India masih mengalami

kesulitan dan lebih memilih untuk beralih profesi bahkan dampak paling buruk

66

adalah memilih untuk bunuh diri Hal ini lah yang menyebabkan produktivitas

pertanian di India menurun salah satunya lada

433 Perkembangan Harga Lada Dunia

Pergerakan harga merupakan salah satu penentu pembelian oleh

konsumen terhadap suatu barang Perkembangan harga lada di pasar internasional

berdasarkan harga Free on Board (FOB) dari beberapa negara eksportir menjadi

salah satu acuan importir untuk melakukan pembelian Perkembangan harga lada

dari beberapa produsen lada dunia mengalami fluktuasi cenderung meningkat

setiap tahunnya sebagaimana data International Pepper Community (2013) yang

tertera pada Gambar 15 dan Gambar 16 berikut

A Harga Lada Hitam

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(US

$To

n)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Pergerakan harga lada hitam diantara negara-negara eksportir relatif

sama yaitu berfluktutaif cenderung meningkat Harga tertinggi lada hitam

dunia ditempati oleh Malaysia Sedangkan harga terendah lada hitam dunia

ditempati oleh Vietnam Adapun posisi harga lada hitam Indonesia adalah

pertengahan di antar negara-negara lainnya Harga tertinggi lada terjadi pada

67

tahun 2013 yaitu US$ 6338ton untuk Brazil US$ 6927ton untuk India

US$ 6850ton untuk Indonesia US$ 7359ton untuk Malaysia dan US$

6549ton untuk Vietnam

Produksi lada yang tinggi di Vietnam membuat harga lada Vietnam

menjadi lebih murah Sedangkan Malaysia merupakan negara dengan

produksi lada hitam terendah diantara negara-negara tersebut Oleh karenanya

harga lada hitam Malaysia menjadi lebih mahal dibanding negara-negara

lainnya Selain Vietnam harga lada hitam Brazil merupakan yang termurah

ke dua di dunia Menurut International Pepper Community (2013) produksi

lada hitam Brazil lebih sedikit dari India Namun konsumsi lada hitam di

India lebih besar daripada Brazil Oleh karenanya persediaan lada hitam

Brazil untuk ekspor lebih banyak dibandingkan India Hal ini juga yang dapat

menyebabkan harga lada hitam India merupakan harga termahal kedua

setelah Malaysia Sementara harga lada hitam Indonesia masih lebih mahal

daripada Brazil meskipun produksi lada hitam Indonesia lebih tinggi daripada

Brazil Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada hitam di Indonesia lebih

tinggi daripada Brazil sehingga persediaan lada Brazil untuk ekspor masih

lebih banyak dibandingkan Indonesia

B Harga Lada Putih

Sejalan dengan harga lada hitam perkembangan lada putih dunia dari

masing-masing eksportir berfluktuasi cenderung meningkat Untuk lada putih

Malaysia masih menjadi negara dengan harga lada putih termahal Begitupun

dengan Vietnam yang mempunyai harga lada putih paling murah

68

dibandingkan negara eksportir yang lainnya Sedangkan harga lada putih

Indonesia masih lebih tinggi dari Brazil yang merupakan pesaing terdekat

lada Indonesia Pada tahun 2013 masing-masing harga lada putih adalah US$

9716ton untuk Brazil US$ 9367ton untuk Indonesia US$ 9887ton untuk

Malaysia dan US$ 9111ton untuk Vietnam Adapun grafik perkembangan

harga lada putih dunia adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

2005

2006

20

07

2008

20

09

20

10

2011

20

12

2013

Tahun

(US

$T

on

) Brazil

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Penyebab perbedaan harga lada putih sama dengan lada hitam sebelumya

yaitu tingkat persediaan lada untuk diekspor setelah dikurangi konsumsi Menurut

International Pepper Community (2013) Indonesia merupakan produsen tertinggi

lada putih di dunia selama tahun 2004-2013 Namun harga lada putih Indonesia

tidak lebih murah dari Vietnam yang merupakan produsen kedua lada putih

dunia Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada putih Indonesia lebih tinggi dari

Vietnam Oleh karenannya Vietnam memiliki persediaan lada putih lebih banyak

dari Indonesia Begitupun dengan Malaysia yang memiliki harga lada putih

paling tinggi di dunia selama kurun waktu 2004-2013 Produksi lada putih

Malaysia lebih rendah dibandingkan Vietnam Indonesia dan Brazil Sedangkan

69

untuk Indonesia dan Brazil meskipun produksi lada putih Indonesia jauh di atas

Brazil namun harga lada putih Indonesia lebih mahal daripada Brazil Hal ini

dapat disebabkan oleh meningkatnya harga lada putih Indonesia di dalam negeri

sehingga berdampak pada tingginya harga lada putih Indonesia di pasar

internasional

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia

Ekspor lada dunia sangat berkaitan dengan jumlah produksi lada dunia

Negara yang mampu memproduksi lada lebih banyak cenderung mampu

melakukan ekspor lebih banyak juga Adapun perkembangan ekspor lada dunia

dari tahun 2004-2013 menurut data International Pepper Community (2013 7)

adalah sebagaimana grafik berikut

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ton

)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Berdasarkan Gambar 17 terlihat bahwa ekspor lada di pasar internasional

selama tahun 2004-2013 didominasi oleh lada Vietnam Sementara lada

Indonesia sendiri hanya mampu berada di posisi kedua namun dengan selisih

volume ekspor yang besar Rata-rata selisih jumlah volume ekspor Indonesia

dengan Vietnam adalah sebanyak 656954 tontahun Selisih terbesar terjadi pada

tahun 2011 sebanyak 87374 ton dan selisih terkecil terjadi pada tahun 2008

70

sebenyak 37908 ton Selanjutnya posisi ketiga ekspor lada di pasar internasional

ditempati oleh Brazil Berbeda dengan Vietnam selisih volume ekspor lada

Indonesia dengan Brazil relatif kecil Bahkan pada tahun 2005-2007 Brazil

mampu mengungguli ekspor lada Indonesia dengan total ekspor lada sebanyak

38416 ton 42187 ton dan 38665 ton Hingga kemudian Indonesia mampu

mengungguli kembali Brazil pada tahun 2008-2013 dengan selisih sebesar 15822

ton 14057 ton 31838 ton 3792 ton 33479 ton dan 17303 ton Adapun rata-

rata selisih ekspor lada Indonesia dengan Brazil adalah sebanyak 10738

tontahun Eksportir lada seanjutnya adalah India India merupakan negara

dengan luas lahan terbesar di dunia namun tidak mampu menjadi eksportir utama

dunia Menurut Yogesh dan Mokshapathy (2013 39) penyebab tidak menjadinya

India sebagai eksportir utama lada dunia disebabkan oleh rendahnya

produktivitas dan tingginya konsumsi di India Tingginya konsumsi domestik

lada India digunakan untuk kuliner ekstraksi minyak dan oleoresin industri

farmasi dan lain-lain

71

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

511 Keunggulan Komparatif

1 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang beragam di setiap

negara Keunggulan komparatif ini dapat dilihat melalui nilai RCA Adapun nilai

RCA lada Indonesia di negara-negara tujuan ekspor adalah sebagai berikut

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 21754 2175

Australia 4458 446

Belanda 16796 1680

Belgia 15061 1506

Bulgaria 22014 2201

Hongkong 19695 1970

India 7228 723

Inggris 3243 324

Italia 7142 714

Jepang 1763 176

Jerman 21839 2184

Kanada 7753 775

Korea 804 080

Malaysia 531 053

Pakistan 282 028

Perancis 24621 2462

Rusia 40220 4022

Singapura 8140 814

Vietnam 25090 2509 Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Ekspor lada Indonesia ke sembilan belas negara tujuan secara umum

memiliki dayasaing yang kuat secara komparatif karena memiliki nilai RCA lebih

72

dari 1 Namun tidak di tiga negara yaitu Korea Malaysia dan Pakistan Hal ini

dikarena nilai RCA Indonesia di tiga negara tersebut kurang dari 1 yaitu 080

053 dan 028

Tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Korea Malaysia dan Pakistan

disebabkan oleh adanya negara lain yang menjadi eksportir utama lada di negara-

negara tersebut Eksportir utama lada di Korea yang memiliki keunggulan

komparatif tinggi adalah Vietnam dengan nilai RCA sebesar 22 Sri Lanka

dengan nilai RCA sebesar 12 Malaysia dengan nilai RCA sebesar 6 Cina dengan

nilai RCA sebesar 3 dan India dengan nilai RCA sebesar 1 Begitu juga di

Pakistan eksportir utama lada Pakistan adalah Vietnam dengan nilai RCA

sebesar 179 Disusul Sri Lanka dengan nilai RCA sebesar 33 Brazil dengan nilai

RCA sebesar 7 dan India dengan nilai RCA sebesar 4 Sedangkan di Malaysia

dayasaing komparatif lada Indonesia kalah oleh India dengan nilai RCA sebesar

32 Disusul Vietnam dan Cina dengan nilai RCA sebesar 329 dan 318

Meskipun begitu secara komparatif lada Indonesia sangat berdayasaing di Rusia

dan beberapa negara lainnya

Rusia adalah peluang pasar lada tertinggi Indonesia karena memiliki rata-

rata nilai RCA tinggi yaitu 4022 Disusul Vietnam dengan nilai RCA sebesar

2509 Meskipun berstatus sebagai eksportir nomor satu lada dunia Vietnam

masih melakukan impor lada dari Indonesia dengan rata-rata nilai ekspor lada

Indonesia ke Vietnam sebesar US$ 31249188

Menurut Vietnam Pepper Association industri lada di Vietnam terus

berkembang hingga mencapai 10-20 per tahun Pertumbuhan ini menimbulkan

73

banyak resiko dari sisi teknis dan kondisi alam Selain itu harga lada dalam

negeri Vietnam juga mengalami peningkatan yang tinggi Oleh karenanya

banyak petani yang menggunakan pupuk dan pestisida yang berlebihan untuk

meningkatkan produktivitas Namun hal inilah yang menyebabkan kualitas lada

Vietnam tidak memenuhi permintaan pasar dan banyak mendapatkan peringatan

tentang residu yang dihasilkan dari Amerika dan Kanada Oleh karena hal itu

Vietnam harus melakukan impor lada berkualitas tinggi dari negara lain salah

satunya dari Indonesia (Horizon Pasific 2016)

Posisi selanjutnya adalah Perancis dengan nilai RCA sebesar 2462

Disusul Bulgaria sebesar 2201 dan Jerman sebesar 2184 Sedangkan Amerika

Serikat yang merupakan negara tujuan ekspor utama lada Indonesia hanya

menempati posisi keenam dengan nilai RCA sebesar 2175 Eksportir lada utama

dan memiliki keunggulan komparatif paling tinggi di Amerika serikat adalah

Peru dan Vietnam dengan nilai RCA sebesar 3290 dan 2254

512 Keunggulan Kompetitif

1 Export Product Dynamic (EPD)

Dayasaing lada Indonesia selanjutnya ditentukan oleh keunggulan

kompetitifnya Keunggulan kompetitif ini dapat dilihat melalui nilai EPD yang

digunakan untuk menentukan posisi pasar lada Indonesia di masing-masing

negara Berikut adalah hasil perhitungan EPD lada Indonesia di negara-negara

tujuan ekspornya

74

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD)

Negara

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor Indonesia

()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar Lada

()

Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional berada di empat posisi

yaitu Rising Star Falling Star Lost Opportunity dan Retreat Posisi Rising Star

terjadi pada perdagangan lada antara Indonesia dengan Belanda India Italia

Jepang Jerman dan Malaysia Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia

memiliki pertumbuhan pangsa ekspor lada yang bernilai posistif serta lada

merupakan komoditi yang berdayasaing dan dinamis di negara-negara tersebut

karena memiliki pertumbuhan daya tarik pasar yang positif Secara keseluruhan

posisi lada Indonesia di pasar internasional adalah sebagai berikut

75

1) Posisi Rising Star

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik

sebesar 0684 dan 0012 di Belanda Begitu pula di India pertumbuhan

pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik sebesar 0131 dan

0088 Sedangkan di Italia Jepang Jerman Malaysia dan Pakistan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia masing-masing meningkat sebesar

0126 0416 0177 dan 0605 Begitu juga pertumbuhan pangsa pasar

ladanya yang masing-masing meningkat sebesar 0015 0006 0001 dan

0207 Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa secara kompetitif

Indonesia sangat berdayasaing di negara-negara tersebut

2) Posisi Falling Star

Posisi selanjutnya adalah Falling Star yang terjadi di negara Belgia

Hongkong Korea dan Perancis Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia di

negara-negara tersebut mengalami penurunan daya tarik namun pangsa pasar

lada masih mengalami peningkatan karena perbandingan nilai ekspor lada

Indonesia mampu bersaing dengan nilai ekspor lada dunia di negara-negara

tersebut Posisi ini merupakan posisi yang masih menguntungkan bagi Indonesia

karena setidaknya Indonesia masih memiliki pangsa pangsa pasar lada di negara

tersebut

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia di Belgia meningkat sebesar

1301 Namun pangsa pasar lada menurun sebesar 0011 Pangsa pasar

ekspor Indonesia juga tumbuh sebesar 0900 di Hongkong Hanya saja

pertumbuhan pangsa pasar lada menurun sebesar 0016 Begitu juga di Korea

76

Selatan pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia meningkat sebesar 0123

Namun pertumbuhan pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0023

Sedangkan di Perancis pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia tumbuh

sebesar 0612 namun pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0001

3) Posisi Lost Opportunity

Posisi lainnya yaitu Lost Opportunity Posisi ini terjadi di Amerika

Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Pangsa pasar ini menunjukkan

bahwa terjadinya penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis

sehingga posisinya adalah yang paling tidak diinginkan karena Indonesia tidak

dapat merebut pangsa pasar lada di negara-negara tersebut meski permintaanya

mengalami peningkatan Hal ini terjadi karena lada Indonesia kurang

berdayasaing dibandingkan total lada dunia di negara-negara tersebut

Indonesia mengalami penurunan pangsa pasar ekspor sebesar 0025 di

saat permintaan lada meningkat sebesar 0014 di Amerika Serikat Begitupun

di Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Penurunan pangsa pasar ekspor di

Kanada mencapai 0140 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar

0001 Sedangkan di Pakistan penurunan pangsa pasar mencapai 0065 di

saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0155 Selanjutnya di Rusia

dan Singapura penurunan pangsa pangsa ekspor menurun sebesar 1212 dan

3724 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0014 dan 0053

Menurunnya pangsa pasar ekspor Indonesia di negara-negara tersebut

dikarenakan adanya pesaing utama Indonesia yang lebih mampu menguasai

77

pasar Adapun pesaing-pesaing Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah sebagai berikut

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia

Negara Pesaing RCA

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor ()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Lada ()

Posisi

AS Peru 3290 0240 0017 Rising Star

Vietnam 2254 1684 0082 Rising Star

Kanada Vietnam 4056 0789 0028 Rising Star

Pakistan India 415 0045 0440 Rising Star

Rusia Polandia 404 1004 0140 Rising Star

Cina 017 0177 0745 Rising Star

Singapura Vietnam 2994 2966 -0005 Falling Star

Sri Lanka 2469 0661 -0002 Falling Star

India 206 0416 0302 Rising Star Keterangan AS (Amerika Serikat)

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Amerika Serikat

Pesaing utama lada Indonesia di Amerika Serikat adalah Peru dan

Vietnam Nilai RCA kedua negara tersebut aadalah 3290 dan 2254 Nilai

tersebut lebih besar dari nilai RCA Indonesia yaitu 2175 Artinya dayasaing

lada Indonesia secara komparatif kalah dari Peru dan Vietnam Begitu juga secara

kompetitif dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut karena

kedua negara tersebut berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa

pasar ekspor mencapai 0240 untuk Peru dan 1684 untuk Vietnam Begitu

juga pertumbuhan pangsa pasar ladanya yang meningkat sebesar 0017 dan

0082

Salah satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Amerika

Serikat adalah harga Harga lada Peru dan Vietnam lebih murah dibandingkan

78

Indonesia Adapun pergerakan harga lada ketiga negara tersebut di Amerika

Serikat adalah sebagai berikut

000

100

200

300

400

500

600

700

800

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Peru

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Berdasarkan Gambar 18 harga lada Peru merupakan yang termurah

dibandingkan Vietnam dan Indonesia Hal ini menyebabkan permintaan lada Peru

lebih bayak dibandingkan Vietnam dan Indonesia yang kemudian berpengaruh

terhadap peningkatan nilai ekspor lada Peru Peningkatan ini menjadikan Peru

mampu berdayasaing kuat secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Amerika Serikat Sedangkan harga lada Vietnam dan Indonesia relatif sama

Namun harga lada Vietnam sedikit lebih murah dari Indonesia dengan rata-rata

harga sebesar US$ 308Kg Sedangkan rata-rata harga lada Indonesia adalah US$

371Kg Hal ini menyebabkan volume dan nilai ekpor lada Vietnam lebih banyak

dan menjadikan Vietnam mampu berdayasaing lebih kuat secara komparatif dan

kompetitif dibandingkan Indonesia di pasar lada Amerika Serikat

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Kanada

Pesaing utama lada Indonesia di Kanada adalah Vietnam Hal ini

ditunjukkan dengan Nilai RCA Vietnam yang lebih besar dari Indonesia yaitu

79

4056 Sedangkan nilai RCA Indonesia adalah 775 Selain nilai RCA yang lebih

besar Vietnam juga mampu berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor sebesar 0789 dan pertumbuhan pangsa pasar produk

sebesar 0028 Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Vietnam sangat

berdayasaing secara komparatif dan kompetitif di pasar lada Kanada

dibandingkan Indonesia

Dayasaing kuat lada Vietnam di Kanada dikarenakan nilai ekspor lada

Vietnam yang tinggi Tingginya nilai ekspor ini diperoleh dari banyaknanya lada

yang telah diekspor Vietnam ke Kanada Banyaknya ekspor lada Vietnam ke

Kanada bukan dikarenakan harganya yang lebih murah dari Indonesia Karena

selama tahun 2004-2013 harga lada Indonesia lebih murah dari Vietnam

sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 19 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(KgU

S$)

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Gambar 19 menunjukkan bahwa harga lada Vietnam lebih tinggi daripada

Indonesia Namun tingginya harga lada Vietnam tidak berpengaruh terhadap

permintaan lada dari Kanada Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lada yang

diekspor Vietnam ke Kanada dibandingkan Indonesia Adapun total ekspor lada

80

Vietnam dari tahun 2004-2013 adalah 6917024 ton Sedangkan total ekspor lada

Indonesia adalah 1527629 ton Banyaknya lada yang diekspor oleh Vietnam ke

Kanada dikarenakan Vietnam mampu memproduksi lada dalam jumlah yang

lebih banyak dibandingkan Indonesia Menurut data International Pepper

Community (2013 5) total produksi lada Vietnam dari tahun 2004 - 2013 adalah

1110750 ton Sedangkan dalam kurun waktu yang sama Indonesia hanya

mampu memproduksi lada sebanyak 578000 ton Oleh sebab itu meskipun

memiliki harga yang lebih mahal Vietnam lebih mampu mengekspor lada lebih

banyak daripada Indonesia Hal ini menyebabkan nilai ekspor lada yang

diperoleh Vietnam lebih tinggi dari Indonesia dan menjadikan lada Vietnam lebih

berdayasaing dari Indonesia secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Kanada

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Pakistan

Pesaing utama lada Indonesia di Pakistan adalah India Hal ini

ditunjukkan dengan nilai RCA India yang lebih besar yaitu 415 Sedangkan

Indonesia hanya memiliki nilai RCA sebesar 028 yang artinya secara komparatif

lada Indonesia tidak berdayasaing di pasar lada Pakistan Selain itu Indonesia

juga kalah berdayasaing secara kompetitif dari India Hal ini dikarenakan India

berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar

0045 dan pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0440

Kuatnya dayasaing India di Pakistan disebabkan oleh besarnya nilai

ekspor lada yang diperoleh oleh India dibandingkan Indonesia Nilai ekspor ini

berkaitan dengan permintaan lada India yang lebih banyak daripada Indonesia

81

Faktor yang menyebabkan tingginya permintaan lada India adalah harga lada

India yang lebih murah daripada harga lada Indonesia sebagaimana data UN

Comtrade (2016) adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

India

Indonesia

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan

Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Rusia

Polandia dan Cina adalah pesaing utama lada Indonesia di Rusia Secara

komparatif Indonesia mampu berdayasaing lebih kuat dibandingkan kedua negara

tersebut Hal ini dikarenakan nilai RCA Indonesia lebih tinggi yaitu 4022

Sedangkan nilai RCA Polandia adalah 404 Bahkan secara komparatif Cina tidak

memiliki dayasaing di pasar Rusia karena memiliki nilai RCA kurang dari satu

yaitu 017 Dayasaing yang kuat ini disebabkan oleh perbandingan nilai ekspor

lada Indonesia dari total ekspor Indonesia lebih besar dari perbandingan nilai

ekspor lada dunia dari total ekspor dunia ke Rusia

Meskipun secara komparatif lada Indonesia mampu berdayasaing kuat

dibandingkan Polandia dan Cina di pasar Rusia namun secara kompetitif

dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut Hal ini ditujukkan

dengan posisi Rising Star Polandia dan Cina di Rusia Pertumbuhan pangsa pasar

ekspor lada kedua negara tersebut mencapai 1004 dan 0177 Begitu juga

82

pertumbuhan pangsa pasar produk yang mencapai 0140 dan 0745 Salah

satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia adalah faktor harga Adapun

harga lada masing-masing negara tersebut adalah sebagai berikut

0

2

4

6

8

10

12

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Polandia

Cina

Indonesia

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada Cina adalah yang termurah di Rusia Rata-rata harga lada

Cina di Rusia adalah US$ 194Kg yang merupakan harga lada termurah

dibandingkan Polandia dan Indonesia Murahnya harga lada Cina menyebabkan

meningkatnya volume ekpor ladanya ke Rusia Hal ini juga menyebabkan

meningkatnya nilai ekspor lada Cina yang akhirnya berpengaruh terhadap

dayasaing Cina di Rusia Sedangkan meningkatnya dayasaing lada Polandia di

Rusia dikarenakan tingginya rata-rata harga lada Poalndia di Rusia yaitu US$

724Kg yang akhirnya juga meningkatkan nilai ekspor dan dayasaing ladanya di

Rusia

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Singapura

India Vietnam dan Sri Lanka merupakan pesaing utama lada Indonesia

di Singapura Secara komparatif dayasaing lada Indonesia kalah saing

dibandingkan Vietnam dan Sri Lanka karena nilai RCA Indonesia lebih kecil dari

83

kedua negara tersebut yaitu 814 Sedangkan nilai RCA Vietnam dan Sri Lanka

adalah 2994 dan 2469 Namun dayasaing komparatif Indonesia di Singapura

masih lebih unggul jika dibandingkan dengan India karena nilai RCA India lebih

kecil dari Indonesia yaitu 206 Meskipun begitu India merupakan negara

dengan keunggulan kompetitif paling kuat karena berada di poisi Rising Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar produk sebesar 0416

dan 0302 Sedangkan Vietnam dan Sri Lanka berada di posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2966 dan 0661 Namun

pertumbuhan pangsa pasar produknya menurun sebesar 0005 dan 0002

Posisi Falling Star Vietnam dan Sri Lanka masih lebih baik jika dibandingkan

dengan Indonesia yang berada di posisi Lost Opportunity

Harga merupakan salah satu penyebab kurang berdayasaingnya lada

Indonesia di Singapura Harga lada Indonesia merupakan yang paling mahal di

singapura Sedangkan harga lada India merupakan yang paling murah di

Singapura Adapun perkembangan harga lada Indonesia dan pesaingnya di

Singapura adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Sri Lanka

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

84

Harga lada Indonesia lebih mahal daripada Vietnam India dan Sri Lanka

Hal ini menyebabkan konsumen di Singapura lebih memilih lada dari negara lain

yang harganya lebih murah yaitu India Oleh karenanya permintaan lada India

meningkat dan meningkatkan nilai ekspor ladanya yang kemudian menjadikan

India sebagai negara dengan dayasaing yang kuat di Singapura

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa salah satu penyebab

tidak berdayasaingnnya lada Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah harga yang tinggi dan persediaan lada untuk

diekspor Oleh sebab itu Indonesia harus meningkatkan produksi ladanya

sehingga jumlah lada untuk diekspor juga meningkat dan dapat menurunkan

harga Sebagaimana teori economic of scale Krugman (2008) yang menyatakan

bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya produksi akan semakin

rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh terhadap harga yang lebih

murah

4 Posisi Retreat

Retreat adalah posisi yang kurang baik karena ekspor lada Indonesia

sudah tidak diinginkan lagi di negara-negara tersebut Posisi ini terjadi di

Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Penyebab tidak berdayasaingnya lada

Indonesia di Australia adalah karena India Vietnam dan Spanyol mampu

menguasai pasar lada di Australia yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang lebih

tinggi dari Indonesia yaitu 32 112 dan 961

Selain itu ketiga negara tersebut juga mampu berdayasaing secara

kompetitif dengan berada pada posisi Rising Star dan Falling Star India dan

85

Spanyol berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor

sebesar 0067 dan 0353 serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0043 dan 0071 Sedangkan Vietnam berada pada posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2329 namun pertumbuhan

pangsa pasar produkuknya menurun sebesar 0014 Penyebab tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Australia adalah faktor harga yang lebih mahal

dibandingkan negara lainnya sebagaimana Gambar 23 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Vietnam

Spanyol

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Gambar 23 menunjukkan bahwa harga lada Indonesia cenderung

meningkat dan lebih mahal dibanding India Vietnam dan Spanyol Rata-rata

harga lada Indonesia adalah US$ 437Kg Sementaar rata-rata harga India

Vietnam dan Spanyol adalah US$ 267Kg US$ 388Kg dan US$ 288Kg

Lada Indonesia juga tidak berdayasaing sama sekali di Inggris Hal ini

dikarenakan pasar lada negara tersebut dikuasai oleh Vietnam dan India Nilai

RCA kedua negara tersbeut adalah 4947 dan 1796 Nilai tersebut menunjukkan

bahwa Vietnam dan India berdayasaing kuat secara komparatif Selain itu secara

86

kompetitif kedua negara tersebut juga berada di posisi yang lebih baik dari

Indonesia yaitu Rising Star Vietnam dan India mengalami peningkatan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 2624 dan 0555 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0037 dan 009 Kuatnya

dayasaing lada Vietnam dan India disebabkan oleh harga ladanya yang lebih

murah dibandingkan Indonesia sebagaimana Gambar 24 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

Vietnam

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 24 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada India merupakan yang termurah dibandingkan negara lainnya

Harga rata-rata lada India selama tahun 2004-2013 adalah US$ 24Kg Murahnya

harga lada India membuat volume ekspor lada India meningkat dan menghasilkan

nilai rata-rata ekspor lada yang tinggi yaitu US$ 13190004 Sehingga India

mampu menjadi salah satu negara yang menguasai pasar lada di Inggris Begitu

pula dengan Vietnam yang memiliki harga lada yang bersaing dengan Indonesia

Rata-rata harga lada Vietnam adalah US$ 42Kg Dengan harga tersebut

Vietnam mampu meningkatkan volume ekspor dan mendapatkan rata-rata nilai

87

ekspor lada sebesar US$ 12335811 sehingga mampu menjadi negara yang

menguasai pasar lada di Inggris seperti India

Sama halnya dengan Australia dan Inggris pasar lada Indonesia di

Bulgaria harus bersaing dengan Vietnam Spanyol dan Cina Secara komparatif

Vietnam merupakan negara pesaing terberat Indonesia karena nilai RCA Vietnam

jauh lebih besar dari Indonesia yaitu 35178 Sementara nilai RCA Indonesia di

Bulgaria adalah 2201 Sedangkan nilai RCA Spanyol dan Cina adalah 565 dan

282 Namun secara kompetitif Indonesia tidak mampu berdayasaing dengan

ketiga negara tersebut karena Indonesia berada di posisi Retreat Sedangkan

Vietnam Spanyol dan Cina berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor lada sebesar 0255 0870 dan 1933 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0007 0366 dan 0188 Tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Bulgaria disebabkan oleh harga yang tinggi

sebagaimana Gambar 25 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Spanyol

Cina

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 25 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

88

Besarnya nilai RCA Vietnam di Bulgaria menunjukkan bahwa lada

merupakan salah satu komoditi unggulan Vietnam untuk diekspor ke Bulgaria

Vietnam juga merupakan market leader lada di Bulgaria karena mampu

menguasai 39 lada di Bulgaria Sehinggga meskipun harga lada Vietnam terus

naik total volume ekspor lada Vietnam tetap menjadi yang terbanyak yaitu

405402 Ton serta menghasilkan rata-rata nilai ekspor paling besar yaitu US$

1555314 Sedangkan secara kompetitif stabilnya harga lada Cina dan Spanyol

di Bulgaria berpengaruh pada meningkatnya volume ekspor lada kedua negara

tersebut Sehingga nilai ekspor kedua negara tersebut lebih besar dibandingkan

Indonesia yaitu US$ 591459 untuk Cina dan US$ 430878 Sedangkan harga

lada Indonesia yang berfluktuasi dan cenderung lebih mahal dari Cina dan

Spanyol berpengaruh pada penurunan volume dan nilai ekspor lada Indonesia

Rata-rata nilai ekspor lada Indonesia adalah US$ 141231 lebih kecil dari Cina

dan Spanyol Hal inilah yang menyebabkan lada Indonesia tidak dapat

berdayasaing di Bulgaria

Selanjutnya lada Indonesia juga tidak berdayasaing di Vietnam

Meskipun berstatus negara eksportir lada nomor satu dunia Vietnam masih

melakukan impor lada dari beberapa negara seperti India dan Brazil yang menjadi

eksportir utama lada di sana Dayasaing lada Indonesia di Vietnam secara

komparatif masih lebih unggul dibandingkan India dan Brazil Karena Indonesia

memiliki nilai RCA yang lebih besar yaitu 2509 Sementara nilai RCA India dan

Brazil adalah 716 dan 750 Namun secara kompetitif kedua negara tersebut

mampu berdayasaing kuat dibandingkan Indonesia karena berada pada posisi

89

Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 3047 untuk

India dan 0347 untuk Brazil serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0217 untuk India dan 0065 untuk Brazil

Harga lada India adalah yang termurah diantara ketiga negara tersebut

Sedangkan harga lada Indonesia dan Brazil saling bersaing Adapun pergerakan

harga negara-negara tersebut di Vietnam adalah sebagi berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Brazil

Indonesia

Gambar 26 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Murahnya harga lada India di Vietnam menyebabkan permintaan lada

India menjadi meningkat di Vietnam Permintaan yang meningkat menyebakan

volume dan nilai ekspor lada meningkat Hal inilah yang menyebabkan India

secara kompetitif berdayasaing kuat di Vietnam Sedangkan harga lada Brazil dan

Indonesia saling bersaing di Vietnam Namun secara keseluruhan selama tahun

2004 - 2013 harga lada Brazil cenderung lebih murah Oleh karenanya lada

Brazil lebih mampu berdayasaing dibandingkan Indonesia di Vietnam Adapun

secara keseluruhan gambaran dayasaing lada Indonesia secara kompetitif di

negera-negara tujuan selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

90

-3

-2

-1

0

1

2

3

-3 -2 -1 0 1 2 3

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Kurang berdayasaingnya lada Indonesia di beberapa negara khususnya di

Rusia dan Vietnam yang memiliki keunggulan komparatif tinggi dibanding

negara lainnya namun masuk ke dalam posisi Lost Opportunity dan Retreat

menunjukkan bahwa Indonesia perlu meningkatkan produksi ladanya sehingga

harganya menjadi lebih murah sebagaimana teori economic of scale Krugman

(2008) yang menyatakan bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya

produksi akan semakin rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh

terhadap harga yang lebih murah

Sedangkan posisi perdagangan lada di Australia Bulgaria Inggris dan

Vietnam yang masuk ke dalam posisi Retreat menunjukkan bahwa Indonesia

perlu mencari alternatif negara lain sebagai negara tujuan ekspornya atau

memaksimalkan ekspor ke negara importir yang sudah menjadi partner dagang

lada Indonesia dengan harga yang lebih murah dan stabil Dengan begitu volume

dan nilai ekspor lada Indonesia akan lebih meningkat dan berdayasaing

Rising Star Lost Opportunity

Amerika Serikat Kanada

Pakistan Rusia dan

Singapura

Belanda India Italia

Jepang dan Jerman

Australia Bulgaria

Inggris dan Vietnam

Belgia Hongkong

Perancis Korea dan

Malaysia

Falling Star Retreat

91

2 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Keunggulan kompetitif lainnya dapat dilihat melalui nilai ISP Nilai ISP

berfungsi untuk mengetahui apakah Indonesia layak menjadi eksportir lada atau

tidak di negara tujuan ekspornya Berikut adalah hasil perhitungan ISP lada

Indonesia

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 9985 0999

Australia 9536 0954

Belanda 9963 0996

Belgia 10000 1000

Bulgaria 10000 1000

Hongkong 8320 0832

India 3327 0333

Inggris 10000 1000

Italia 9978 0998

Jepang 9965 0997

Jerman 9868 0987

Kanada 10000 1000

Korea 7662 0766

Malaysia 1938 0194

Pakistan 9653 0965

Perancis 9988 0999

Rusia 10000 1000

Singapura 9891 0989

Vietnam 8994 0899

Sumber UN Comtrade (Diolah)

Ekspor lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004-2013

secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata ISP positif antara 0 hingga 1 Nilai

positif ini menunjukkan bahwa Indonesia cenderung untuk menjadi eksportir lada

di negara-negara tujuan ekspornya Diantara kesembilan belas negara tersebut

92

Malaysia dan India menjadi negara dengan nilai ISP terendah Hal ini

dikarenakan Indonesia juga melakukan impor lada dalam jumlah yang cukup

besar dari Malaysia dan India Impor lada dari kedua negara tersebut dikarenakan

laju produksi lada dalam negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia

yang menyentuh angka rata-rata 3 per tahun Sedangkan laju produksi lada

Indonesia hanya 15 per tahun Oleh sebab itu Indonesia harus lebih berupaya

untuk mengekspor lada lebih banyak ke dua negara tersebut untuk terus

meningkatkan neraca perdagangan dan dayasaing secara kompetitifnya di

Malaysia dan India

Secara keseluruhan sebagian besar lada Indonesia sudah masuk pada

tahap pertumbuhan perdagangan yang matang karena memiliki nilai ISP antara

081 sampai 100 Nilai ini menunjukkan standarisasi teknologi yang digunkaan

Artinya Indonesia memiliki kualitas lada yang baik karena sudah menggunakan

teknologi yang terstandarisasi Sedangkan di Korea India dan Malaysia

pertumbuhan perdagangan lada Indonesia baru memasuki tahap pertumbuhan

Hal ini ditunjukkan dengan nilai ISP antara 001 sampai 080 Artinya Indonesia

mulai memproduksi lada dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional pada tahun 2004-

2013 berdasarkan teori Gravity Model diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu Produk Domestik Bruto per Kapita (LnPDBC) dan Jarak Ekonomi (LnJE)

93

Serta faktor-faktor lain yang terdiri dari Harga (LnHRG) Kurs Riil (LnKR)

Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga Konsumen (IHK)

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel

Hasil uji Chow menunjukkan F-statistik lebih besar dari F-tabel dengan

taraf nyata lima persen (3534 gt 167) dan nilai probabilitas lebih kecil dari taraf

nyata lima persen (000 lt 005) Dengan demikian model yang terpilih adah

Fixed Effect Model Selanjutnya hasil uji Hausman menunjukkan nilai

probabilitas lebih besar dari taraf nyata lima persen (0408 gt 005) dan nilai chi-

square statistik lebih kecil dari nilai chi square tabel (614 lt 1259) Dengan

demikian maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random

Effect Model Hasil estimasi Random Effect Model adalah sebagaimana Tabel 13

berikut

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model

Variabel Dependen LnVEL

Variabel Koefisien Prob

LnPDBC 1746167 00057

LnJE -0875098 00185

LnHRG -0369590 00493

LnKR 0470691 02770

LnPOP 1494300 00020

IHK 0003891 06231

C -3370401 00024

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Sum squared resid 7836682

Prob(F-statistic) 0000024 Durbin-Watson stat 1281398

Keterangan Signifikan terhadap taraf nyata 5 ()

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di

negara tujuan ekspor adalah PDB perkapita (LnPDBC) Jarak Ekonomi (LnJE)

94

Harga (Ln HRG) Kurs Riil (LnKR) Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga

Konsumen (IHK) Persamaan hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah

LnVEL = -3370401 + 1746167 LnPDBC - 0875098 LnJE - 0369590 LnHRG +

0470691 LnKR + 1494300 LnPOP + 0003891 IHK

Keterangan

LnVEL Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional (persen)

LnPDBC Rata-rata PDB per kapita (persen)

LnJE Jarak ekonomi (persen)

LnHRG Harga lada (persen)

LnKR Kurs riil (persen)

LnPOP Populasi (persen)

IHK Indeks Harga Konsumen (persen)

522 Uji Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

Gambar 28 Uji Normalitas

Sumber Output Eviews

Berdasarkan Gambar 28 nilai stattistik Jarque-Bera lebih kecil dari nilai

chi-square (0659385 lt 59915) Sebaliknya nilai probabilitas lebih besar dari

taraf nyata lima persen (0719145 gt 005) Hasil ini menunjukkan bahwa nilai

residual terdistribusi dengan normal

95

523 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Tabel 14 Uji Multikolinearitas

LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

LnPDBC 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

LnJE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

LnHRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

LnKR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

LnPOP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000 Sumber Output Eviews

Berdasarkan correlation matrix nilai korelasi seluruh variabel bebas

kurang dari 085 Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara variabel

bebas Widarjono (2009 229) menyatakan bahwa data panel dapat mengatasai

masalah multikolinearitas sehingga permasalahan multikolinearitas dapat diatasi

2 Uji Heteroskedastisitas

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas

Metode Glejser

Variabel Koefisien Prob

C 4930401 04847

LnPDBC -0085616 08301

LnJE 0042988 08378

LnHRG -0206352 01878

LnKR -0300695 04211

LnPOP -0006353 09816

IHK 0013324 00302

Sumber Output Eviews

Berdasarkan tabel di atas seluruh nilai probabilitas variabel independen

lebih dari taraf nyata lima persen kecuali variabel IHK Nilai probabilitas IHK

lebih kecil dari taraf nayata lima persen (00302 lt 005) Namun Widarjono

(2009 130) menyatakan bahwa masalah heteroskedastisitas bisa diatasi dengan

96

Generalized Least Squares (GLS) Karena yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Random Effect Model yang sudah menggunakan pembobotan GLS maka

permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi

3 Uji Autokorelasi

Nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini adalah 1281398 Jika

mengikuti uji Durbin Watson penelitian ini mengandung masalah autokorelasi

karena 18280 gt 1281398 lt 2172 Namun permasalahan autokorelasi dapat

diatasi karena Random Effect Model telah menggunakan pembobotan

Generalized Least Squares (GLS) sehingga model telah terbebas dari masalah

autokorelasi (Widarjono 2009 151)

524 Uji Signifikansi

1 Uji F

Berdasarkan estimasi Random Effect Model nilai probabilitas F-statistik

lebih kecil dari taraf nyata lima persen (0000024 lt 005) Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yang terdiri dari rata-rata PDB per Kapita Jarak

Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap Volume Ekspor Lada Indonesia

2 Uji t

Signifikansi variabel ditunjukkan oleh nilai t-hitung yang lebih besar dari

t-tabel dan nilai probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen Nilai t-

tabel dalam penelitian ini adalah 1653 yang diperoleh dari df 183 (190-7)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model terdapat empat variabel signifikan

yaitu rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi

97

Nilai t-hitung dan probabilitas variabel rata-rata PDB per Kapita adalah

2797 gt 1653 dan 00057 lt 005 variabel Jarak Ekonomi adalah 2376 gt 1653

dan 00185 lt 005 variabel Harga adalah 1979 gt 1653 dan 00493 lt 005 serta

variabel Populasi adalah 3129 gt 1653 dan 00020 lt 005 Artinya variabel rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi berpengaruh signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Sedangkan nilai t-

hitung dan probabilitas variabel Kurs Riil adalah 1090 lt 1653 dan 0277 gt 005

serta variabel IHK adalah 0492 lt 1653 dan 06231 gt 005 Artinya variabel Kurs

Riil dan IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

3 Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model diperoleh nilai R Square

sebesar 0155065 Nilai ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK

mampu menjelaskan variabel dependen Volume Ekspor Lada sebesar 1551

sedangkan sisanya sebesar 8449 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam model persamaan penelitian ini

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per Kapita

Variabel rata-rata PDB per Kapita memiliki nilai probabilitas dan

koefisien sebesar 00057 dan 1746167 Artinya rata-rata PDB per kapita

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume ekspor lada Dengan

98

asumsi variabel lain konstan peningkatan satu persen rata-rata PDB per kapita

akan meningkatkan 1746167 persen volume ekspor lada Indonesia PDB

merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan beberapa hal

penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB merupakan

gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara (Rahardja dan Manurung

2008 223)

Pengaruh positif dan signifikan rata-rata PDB per kapita terhadap volume

ekspor lada sejalan dengan penelitian Dilanchiev (2012) yang menyatakan bahwa

rata-rata PDB per kapita antara Goergia dan negara tujuan ekspornya

berpengaruh positif terhadap volume perdagangan Georgia Pradipta dan Firdaus

(2014) juga menyatakan bahwa PDB per kapita suatu negara menggambarkan

kemampuan secara keseluruhan negara tersebut Semakin tinggi pendapatan

secara keseluruhan suatu negara maka semakin tinggi kemampuan negara

tersebut untuk melakukan ekspor dan impor Pada komoditi lada Ginting (2014)

menyatakan bahwa PDB per kapita berpengaruh terhadap perdagangan lada putih

dunia Begitu juga Permatasari (2015) menyatakan bahwa semakin besar GDP

per kapita riil suatu negara menunjukkan bahwa tingkat pendapatan negara

tersebut semakin besar yang akan mengakibatkan konsumsi yang semakin

99

meningkat Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan PDB per

kapita riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor lada

Amerika Serikat merupakan importir terbesar lada Indonesia Adapun

total ekspor lada Indonesia ke Amerikas Serikat selama kurun waktu 2004-2013

adalah sebanyak 185480 ton Dengan rata-rata PDB perkapita antara Indonesia

dan Amerika Serikat sebesar US$ 25139tahun telah meningkatkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia sebanyak 18548 tontahun Artinya rata-rata PDB

perkapita berpengaruh positif terhadap perdagangan lada Indonesia

2 Jarak Ekonomi

Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Nilai probabilitas dan koefisien jarak ekonomi adalah 00185 dan

-0875098 Dengan asumsi varaiabel lain konstan peningkatan satu persen Jarak

Ekonomi akan menurunkan 0875098 persen volume ekspor lada Indonesia Hasil

ini sesuai dengan penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009)

Dilanchiev (2012) serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak

ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan

Semakin jauh jarak ekonomi Indonesia dengan negara importir akan

menyebabkan semakin tinggi biaya transportasi yang dikeluarkan bagi kedua

negara Hal ini menyebabkan harga lada semakin mahal seiring dengan adanya

peningkatan biaya produksi yang diakibatkan semakin tingginya biaya

transportasi yang dibayarkan Kondisi ini akan menyebabkan turunnya daya beli

negara importir yang berdampak pada turunnya jumlah permintaan ekspor lada

100

Indonesia Adapun rata-rata jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara

importir lada Indonesia adalah sebagai berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000A

S

Aust

ralia

Be

land

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

Ind

ia

Ing

gri

s

Italia

Jepang

Jerm

an

Ka

nad

a

Ko

rsel

Mala

ysia

Pa

kist

an

Pera

nci

s

Ru

sia

Sin

gap

ura

Vie

tnam

(KM

)

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Sumber CEPII dan World Bank (2016) (Diolah)

Gambar 29 menujukkan bahwa jarak ekonomi terjauh Indonesia adalah

Amerika Serikat dengan rata-rata jarak ekonomi sebesar 585551 KM

Sedangkan jarak ekonomi terdekat Indonesia adalah Singapura dengan rata-rata

jarak ekonomi sebesar 523 KM Meskipun Amerika Serikat merupakan importir

terbesar lada Indonesia namun volume ekspor lada ke Amerika Serikat hanya

tiga kali volume ekspor lada ke Singapura Rata-rata volume ekspor lada

Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun sedangkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Singapura adalah 5902 tontahun Hal ini

menunjukkan bahwa semakin jauh jarak ekonomi akan menurunkan volume

ekspor Sebaliknya semakin dekat jarak ekonomi akan meningkatkan volume

ekspor

101

3 Harga

Variabel Harga memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar 00493

dan -0369590 Variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Artinya kenaikan satu persen harga akan menurunkan volume

ekspor sebesar 0369590 persen Hasil ini sesuai dengan hukum permintaan yaitu

semakin murah harga suatu barang maka permintaan akan bertambah

Sebaliknya semakin mahal harga suatu barang maka permintaan akan menurun

dengan asumsi ceteris paribus (Rahardja dan Manurung 2008 24) Selain itu

hasil negatif dan signifikannya harga terhadap volume ekspor lada juga sejalan

dengan hasil penelitian Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa

meningkatnya harga ekspor mangga berpengaruh terhadap penurunan volume

eskpor mangga Begitu juga hasil penelitian Ginting (2014) yang menyatakan

bahwa kenaikan dan penurunan harga lada hitam dan putih dunia berpengaruh

terhadap kenaikan dan penurunan volume ekspor lada putih Adapun rata-rata

harga lada Indonesia di negara-negara importir adalah sebagi berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

AS

Aust

ralia

Bela

nda

Be

lgia

Bulg

aria

Ho

ng

kon

g

India

Inggris

Ita

lia

Jep

an

g

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysi

a

Paki

stan

Pera

nci

s

Rusi

a

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(US

$T

on

)

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

102

Gambar 30 menunjukkan bahwa rata-rata harga lada tertinggi adalah di

Jepang yaitu US$ 4974Ton Tingginya harga lada di Jepang menyebabkan

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang lebih kecil daripada ke Amerika Serikat

yang mempunyai rata-rata harga lebih murah yaitu US$ 3710Ton Rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang adalah 1448 tontahun sedangkan rata-

rata volume ekspor lada Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun

4 Populasi

Nilai probabilitas dan koefisien varibel Populasi adalah signifikan positif

yaitu 00020 dan 1494300 Artinya kenaikan satu persen populasi negara

importir akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia ke negara importir

sebesar 1494300 persen Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Sitorus

(2009) dan Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa populasi negara

importir berpengaruh positif signifikan terhadap volume ekspor

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi

secara menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga

relatif rendah (Rahardja dan Manurung 2008 267) Sitorus (2009 41) juga

menyatakan bahwa pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar Oleh sebab itu meningkatnya

populasi negara importir akan meningkatkan kebutuhan dan konsumsinya

Terlebih jika produksi dalam negeri negara importir tidak mencukupi maka

ekspor merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan penduduknya

103

Pertumbuhan penduduk dunia dalam kurun waktu 2004-2013 terus

mengalami peningkatan Hal ini juga terjadi pada negara-negara importir lada

Indonesia yang selanjutnya berpengaruh terhadap banyaknya volume impor lada

dari Indonesia Adapun populasi negara importir adalah sebagai berikut

0

200000000

400000000

600000000

800000000

1000000000

1200000000

1400000000

AS

Au

str

alia

Be

lan

da

Be

lgia

Bu

lga

ria

Ho

ng

ko

ng

Ind

ia

Ing

gris

Ita

lia

Je

pa

ng

Jerm

an

Ka

na

da

Ko

rse

l

Ma

laysia

Pakis

tan

Pe

ran

cis

Rusia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

(Jiw

a)

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

India merupakan negara dengan jumlah terbanyak kedua di dunia setelah

Cina Dalam perdagangan lada Indonesia India menempati urutan pertama

dengan rata-rata jumlah penduduk sebanyak 1204529087 jiwa Disusul

Amerika serikat dengan jumlah penduduk sebanyak 305039425 jiwa Dengan

banyaknya jumlah penduduk di kedua negara tersebut Indonesia mengekspor

rata-rata lada sebanyak 4676 tontahun ke India dan 18548 tontahun ke

Amerika Serikat India mengimpor lada lebih sedikit dari Amerika Serikat karena

India merupakan salah satu negara produsen lada terbanyak ketiga di dunia

sehingga India mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan penduduknya

sendiri

104

5 Kurs Riil

Variabel Kurs Riil memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar

02770 dan 0470691 Artinya kurs riil tidak berpengaruh signifikan terhadap

volume ekspor lada Adapun kurs riil Indonesia dengan negara-negara importir

adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

AS

Austr

alia

Bela

nda

Belg

ia

Bulg

aria

Hongkong

India

Inggris

Italia

Jepang

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysia

Pakis

tan

Pera

ncis

Rusia

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(Rp

US

$)

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Berdasarkan Gambar 32 kurs riil Indonesia dengan negara-negara

importir murah dan relatif stabil sehingga tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia Pengaruh signifikan nilai tukar riil

terhadap ekspor terjadi saat rupiah terdepresiasi Hal ini akan menyebabkan harga

barang-barang ekspor menjadi lebih murah dan meningkatkan volume ekspor

6 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Selanjutnya yang tidak berpengaruh signifikan adalah variabel IHK Nilai

probabilitas dan koefisien sebesar 06231 dan 0003891 yang berarti variabel

105

IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada Hal ini

dikarenakan IHK negara importir tidak mengalami peningkatan yang signifikan

Adapun IHK negara importir selama tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

75

80

85

90

95

100

105

AS

Aust

ralia

Bela

nd

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

India

Inggris

Italia

Jep

an

g

Jerm

an

Ka

na

da

Kors

el

Ma

lays

ia

Paki

sta

n

Pe

ran

cis

Ru

sia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

IHK

(

)

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Rata-rata IHK negara importir kurang dari seratus persen kecuali Jepang

yaitu 100475 Artinya harga dalam negeri negara importir relatif stabil

Sehingga daya beli konsumen dalam negeri negara importir menjadi stabil dan

tidak berpengaruh terhadap permitaan lada Indonesia

106

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian dengan judul

ldquoAnalisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasionalrdquo selama tahun 2004-2013 dapat

disimpulkan beberapa hal berikut

1 Lada Indonesia secara komparatif telah berdayasaing kuat di Rusia

Vietnam Perancis Jerman Hongkong Amerika Serikat Bulgaria

Belanda Belgia India Singapura Kanada Italia Australia Inggris dan

Jepang Namun tidak berdayasaing di Korea Malaysia dan Pakistan

Selanjutnya secara kompetitif lada Indonesia berada pada posisi Rising

Star di Belanda India Italia Jepang dan Jerman Posisi Falling Star di

Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia Posisi Lost

Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura

Serta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Selain

itu Indonesia juga sudah layak menjadi eksportir lada dunia dengan

tingkat pertumbuhan tahap pertumbuhan dan kematangan

2 Faktor-faktor yang berpengruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapita jarak

ekonomi harga dan populasi Sedangkan kurs riil dan IHK tidak

berpengaruh signifikan

107

62 Saran

Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa saran untuk meningkatkan

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional diantaranya adalah meningkatkan

produktivitas lada nasional Produktivitas lada yang tinggi akan menambah

persediaan lada nasional Sehingga selain konsumsi dalam negeri terpenuhi

persediaan untuk ekspor juga menjadi lebih banyak Selain itu produktivitas lada

yang tinggi akan membuat harga lada Indonesia menjadi lebih murah karena

terjadi economic of scale

Selanjutnya yaitu meninggalkan negara-negara yang berada pada posisi

retreat dan mencari negara tujuan ekspor lada lain Dengan begitu Indonesia

diharapkan mampu membuka peluang untuk menjadi eksportir utama lada di

negara-negara lainnya Sehingga nilai ekspor lada Indonesia akan meningkat dan

memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia

Jarak ekonomi merupakan hambatan yang berpengaruh nyata terhadap

volume ekspor lada Oleh sebab itu maka pemerintah perlu meningkatkan

efisiensi sarana transportasi Dengan sarana transportasi yang lebih efisien maka

biaya yang dikeluarkan untuk proses distribusi lada akan lebih murah Sehingga

harga lada juga akan menjadi lebih murah

Selain jarak ekonomi populasi adalah salah satu faktor yang berpengaruh

nyata dan cukup besar terhadap volume ekspor lada Oleh sebab itu Indonesia

harus meningkatkan volume ekspor ladanya ke negara-negara yang berpopulasi

tinggi Hal ini dikarenakan populasi yang tinggi diindikasikan memiliki tingkat

konsumsi yang tinggi pula

108

Terakhir yaitu menambahkan variabel-variabel lain untuk penelitian-

penelitian lada selanjutnya Adapun variabel-variabel yang dipilih adalah

variabel-variabel yang berkaitan dan diduga berpengaruh terhadap perdagangan

internasional Sehingga mampu memberikan informasi yang lebih banyak lagi

bagi pihak-pihak yang berkepentingan

109

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Feira dkk 2015 Posisi Dayasaing Dan Spesialisasi Perdagangan Lada

Indonesia Dalam Menghadapi Globalisasi (Studi Pada Ekspor Lada

Indonesia Tahun 2009-2013 Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 27(2) 1-7

Azwar Saifuddin 2013 Metode Penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik 2016 Ekspor dan Impor Diakses dari

httpswwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid1002 pada tanggal 16 Mei

2016

2016 Produk Domestik Bruto (Lapangan Usaha)

Diakses dari

httpswwwbpsgoidSubjekviewid11subjekViewTab1|accordion-

daftar-subjek2 pada tanggal 16 Mei 2016

Bappenas 2009 Trade and Investment in Indonesia A Note on Competitiveness

and Future challenge Jakarta Bappenas

Basri Munandar dan Munandar Haris 2010 Dasar-Dasar Ekonomi

Internasional Jakarta Prenada Media Group

Bergstrand Jeffrey H 1985 The Gravity Equation in International Trade Some

Microeconomic Foundations and Empirical Evidance JSTOR 67(3) 474-

481

Bustami Budi Ramanda dan Hidayat Paidi 2013 Analisis Dayasaing Produk

Ekspor Provinsi Sumatera Utara Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1(2) 56-

71

Case Karl E dan Fair Ray C 2002 Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro Jakarta

PT Prenhallindo

CEPII 2016 GeoDist Diakses dari

httpwwwcepiifrCEPIIenbdd_modelepresentationaspid=6 pada

tanggal 16 Mei 2016

Daras Usma dan Pranowo D 2009 Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung

dan Alternatif Pemulihannya Jurnal Litbang Pertanian 28(1) 1-6

Daryanto 2011 Sari Kuliah Manajemen Pemasaran Bandung PT Sarana

Tutorial Nurani Sejahtera

110

Dilanchiev Azer 2012 Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern Gravity

Model Jurnal of Social Sciences 1(1) 75-78

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 Statistik

Perkebunan Indonesia Komoditas Lada Ditjen Perkebunan Jakarta

Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian

Ginting Kristiawan Hadinata 2014 Analisis Posisi Lada Putih Indonesia di

Pasar Lada Putih Dunia Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor

Ghozali Imam 2006 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

2009 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Edisi Keempat Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

Halwani R Hendra 2002 Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi

Jakarta Ghalia Indonesia

Horizon Pacific 2016 Vietnam Has To Import High Quality Pepper for Export

Diakses dari httpbvtvhpcomenagricultural-newsvietnam-has-to-

import-high-quality-pepper-for-exporthtml pada tanggal 1 November

2016

International Pepper Community 2013 Pepper Statictical Yearbook 2013

International Pepper Community Jakarta IPC

2016 Statistik Jakarta IPC

Kementerian Perdagangan 2008 ISP (Index Spesialisasi Perdagangan) Diakses

dari httpwwwkemendaggoidaddonisp pada tanggal 12 Desember

2016

2011 Kajian Kebijakan Pengembangan Diversifikasi

Pasar dan Produk Ekspor Jakarta Pusat Kebijakan Perdagangan luar

Negeri Badan pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Kotabe Masaaki dan Helsen Kristian 2010 Global Marketing Management (5th

Edition) United Satates of America Wiley

Kotler Philip dan Keller Kevin Lane 2009 Manajemen Pemasaran Edisi Ke

Dua Belas Jakarta PT Indeks

Krugman Paul 2008 Trade and Geography-Economies of Scale Differentiated

Products and Transport Cost The Prize in Economic Sciences 2008 The

111

Royal Swedish Academy of Sciences KUNGL

VETENSKAPSAKADEMIEN

Lawless Martina dan Whelan Karl 2007 Anote on Trade Costs and Distance

Working Paprer Series Universuty College Dublin

Li Kunwang Song Ligang dan Xingjun Zhao 2008 Component Trade and

Chinas Global Economic Integration World Institute for Development

Economics Research 101(2) 1-25

Mankiw N Gregory Euston Quah dan Peter Wilson 2012 Pengantar Ekonomi

Makro Jakarta Salemba Empat

Mayer Thierry dan Soledad Zignago 2011 Notes on CEPIIrsquoS distance

measures The GeoDist database CEPII WP 25(1) 1-47

Menteri Perdagangan Republik Indonesia 2012 Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 13M-DAGPER32012

Jakarta Kementerian Perdagangan

Permatasari Nadia 2015 Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ekspor Lada Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Skripsi

S1 Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Pradipta Amalia dan Firdaus Muhammad 2014 Posisi Dayasaing dan Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia Jurnal

Manajemen amp Agribisnis 11(2) 129-143

Rahardja Prathama dan Manurung Mandala 2008 Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikroekonomi amp Makroekonomi) Jakarta Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonommi Universitas Indonesia

Rivaie Arivin dan Pasandaran Effendi 2014 Dukungan Teknologi dan

Kelembagaan untuk Memperkuat Dayasaing Komoditas Lada Diakses

dari

httpwwwlitbangpertaniangoidbukumemperkuat_dayasaing_produk_

peBAB-III-12pdf pada tanggal 19 Mei 2016

Salvatore Dominick 1997 Ekonomi Internasional Jakarta Erlangga

Sarwoko 2009 Perdagangan Bilateral antara Indonesia dengan Negara-Negara

Patner Dagang Utama dengan Menggunakan Model Gravitasi Jurnal

Ilmiah MTG 2(1) 1-12

112

Sitorus Maria 2009 Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao Di Bawah Pengaruh

Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi) Skripsi

S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Soepanto Achmad 2006 Petani dan Kemiskinan di India dan Negara Lainnya

Artikel Pangan 46(15) 56-62

Sugiyono 2011 Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RampD Bandung

Alfabeta

Suliyanto 2011 Ekonometrika Terapan Teori amp Aplikasi dengan SPSS

Yogyakarta CV ANDI OFFSET

Sutarno dan Agus Andoko 2015 Budidaya Lada Si Raja Rempah-Rempah

Tangerang AgroMedia Pustaka

Tambunan Tulus TH 2004 Globalisasi dan Perdagangan Internasional

Bogor Ghalia Indonesia

Ton Nguyen tang dan Buu Bui chi 2011 How to Prevent The Most Serious

Diseases of Black Paper (Piper Ningrum L) A Case Study of Vietnam

Vietnam IAS

UN Comtrade 2016 International Trade in Goods based on UN

Comtrade data Diakses dari httpcomtradeunorglabsBIS-

trade-in-goodsreporter=826ampyear=2014ampflow=2 pada tanggal

16 Mei 2016

UN CTAD 2016 Currency Exchange Rates Annual 1970-2015 Diakses dari

httpunctadstatunctadorgwdsTableViewertableViewaspxReportId=

117 pada 16 Agustus 2016

Wahyu Kukuh 2014 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia Diakses dari

httpcybexpertaniangoidmateripenyuluhandetail9004sejarah-

tanaman-lada-di-indonesia pada tanggal 3 September 2016

Widarjono Agus 2009 Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga

Yogyakarta EKONISIA

World Bank 2016 Data Indicators Diakses dari

httpdataworldbankorgindicator pada tanggal 16 Mei 2016

Yogesh MS dan Mokshapathy S 2013 Production and Export Performance of

Black Paper International Jurnal of Humanities and social science

invention 2(4) 36-44

113

Zarzoso Inmaculada Martinez dan Lehmann Felicitas Nowak 2003 Augmented

Gravity Model An Empirical Application To Mercosur-Europen Union

Trade Flows Journal of Applied Economics 6(2) 291-316

114

Lampiran 1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 AS 9374 9977 8715 7325 8767 19495 86622

2005 AS 9489 10034 8724 7229 8915 19504 89561

2006 AS 9633 10086 8725 7518 8949 19514 92450

2007 AS 9744 10125 8679 8070 8981 19523 95087

2008 AS 10143 10138 8643 8088 9095 19533 98737

2009 AS 10119 10112 8678 7846 9215 19542 98386

2010 AS 10131 10156 8655 8238 9115 19550 100000

2011 AS 9635 10193 8613 8615 9100 19558 103157

2012 AS 10040 10224 8643 8830 9190 19565 105292

2013 AS 9592 10245 8668 8885 9346 19573 106834

2004 Australia 6112 9667 4600 7302 8796 16818 84125

2005 Australia 6533 9777 4667 7391 8951 16831 86370

2006 Australia 5903 9844 4686 7776 8982 16846 89426

2007 Australia 5613 9972 4729 8224 9019 16852 91512

2008 Australia 6218 10162 4888 8354 9129 16872 95495

2009 Australia 6305 10021 4815 8034 9227 16892 97233

2010 Australia 6835 10221 4964 8367 9115 16908 100000

2011 Australia 6009 10402 5082 8751 9099 16922 103304

2012 Australia 5975 10482 5173 9027 9191 16939 105125

2013 Australia 5386 10481 5184 9009 9337 16956 107700

2004 Belanda 7316 9931 5463 7550 8716 16606 91093

2005 Belanda 7573 9972 5450 7608 8881 16608 92618

2006 Belanda 7379 10044 5463 7772 8935 16609 93699

2007 Belanda 7932 10187 5517 8321 8979 16612 95212

2008 Belanda 7877 10294 5573 8398 9107 16616 97579

2009 Belanda 7483 10207 5542 8275 9211 16621 98741

2010 Belanda 7847 10194 5456 8475 9115 16626 100000

2011 Belanda 7262 10261 5445 8927 9108 16631 102341

2012 Belanda 7587 10188 5359 9046 9194 16634 104854

2013 Belanda 7891 10223 5395 9054 9340 16637 107483

115

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Belgia 5347 9818 4908 7690 8751 16159 87958

2005 Belgia 5631 9858 4896 7643 8906 16165 90407

2006 Belgia 5018 9914 4897 8006 8953 16171 92026

2007 Belgia 5542 10049 4948 8220 8995 16179 93703

2008 Belgia 5682 10138 4989 8423 9104 16187 97910

2009 Belgia 5313 10068 4978 8161 9220 16195 97858

2010 Belgia 5517 10076 4915 8325 9115 16204 100000

2011 Belgia 4906 10153 4923 8736 9097 16218 103532

2012 Belgia 5413 10095 4856 8944 9178 16225 106472

2013 Belgia 6126 10132 4896 9088 9338 16230 107658

2004 Bulgaria 3525 7720 2106 6918 8991 15867 69237

2005 Bulgaria 2708 7847 2184 7661 9123 15862 72726

2006 Bulgaria 4064 8014 2269 6787 9118 15857 78007

2007 Bulgaria 3219 8268 2445 8139 9098 15836 84561

2008 Bulgaria 3911 8462 2591 7979 9134 15829 95003

2009 Bulgaria 4567 8436 2594 7647 9223 15823 97619

2010 Bulgaria 4754 8505 2497 7904 9115 15816 100000

2011 Bulgaria 4365 8648 2550 7797 9090 15810 104220

2012 Bulgaria 3985 8616 2479 8512 9171 15804 107299

2013 Bulgaria 3466 8638 2510 7919 9332 15799 108254

2004 Hongkong 5333 9476 2839 7305 8742 15730 88753

2005 Hongkong 5236 9544 2854 6925 8916 15734 89487

2006 Hongkong 4626 9610 2863 7614 8961 15741 91320

2007 Hongkong 5062 9694 2862 8255 9001 15749 93154

2008 Hongkong 4967 9732 2845 8303 9111 15755 97188

2009 Hongkong 5029 9710 2877 8064 9221 15758 97800

2010 Hongkong 4937 9789 2882 8386 9115 15765 100000

2011 Hongkong 4738 9873 2887 8767 9080 15772 105257

2012 Hongkong 5085 9914 2933 8991 9150 15783 109535

2013 Hongkong 4963 9952 2975 9027 9278 15788 114303

116

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 India 7997 6797 4659 7046 9083 20842 63147

2005 India 7786 6904 4748 7072 9223 20858 65828

2006 India 8219 7093 4822 7321 9229 20873 69874

2007 India 8178 7283 4998 7864 9227 20889 74325

2008 India 8709 7375 4933 8058 9299 20903 80532

2009 India 9036 7435 5099 7656 9312 20917 89292

2010 India 8607 7722 5262 8052 9115 20931 100000

2011 India 8388 7844 5245 8567 9046 20944 108858

2012 India 8707 7853 5240 8823 9067 20957 118995

2013 India 8229 7841 5255 8756 9134 20970 131975

2004 Inggris 5883 9890 6762 7702 8779 17910 85594

2005 Inggris 5375 9936 6758 7690 8940 17917 87348

2006 Inggris 4796 10002 6770 7695 8982 17924 89386

2007 Inggris 3401 10132 6817 8438 9019 17932 91461

2008 Inggris 4990 10072 6703 8093 9136 17940 94766

2009 Inggris 4331 9889 6571 8296 9231 17947 96819

2010 Inggris 4094 9938 6548 8570 9115 17955 100000

2011 Inggris 2459 10014 6547 8540 9087 17963 104484

2012 Inggris 5386 10021 6550 8825 9169 17970 107432

2013 Inggris 4487 10042 6575 9140 9315 17976 110177

2004 Italia 3401 9690 6440 7437 8737 17871 89201

2005 Italia 5088 9718 6415 6761 8899 17875 90984

2006 Italia 4663 9770 6407 7972 8944 17878 92867

2007 Italia 3401 9892 6442 7818 8986 17883 94559

2008 Italia 4956 9971 6471 8231 9105 17890 97750

2009 Italia 5308 9884 6437 8123 9214 17895 98483

2010 Italia 5760 9878 6349 8218 9115 17898 100000

2011 Italia 5209 9952 6340 8498 9104 17899 102741

2012 Italia 6091 9866 6236 8850 9184 17902 105866

2013 Italia 5084 9878 6257 9004 9343 17914 107158

117

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Jepang 7082 9841 6704 7842 8616 18666 100692

2005 Jepang 7233 9827 6630 7708 8801 18666 100417

2006 Jepang 7254 9789 6527 7697 8863 18666 100658

2007 Jepang 7292 9795 6436 8324 8923 18668 100717

2008 Jepang 7554 9904 6491 8447 9062 18668 102100

2009 Jepang 7220 9942 6585 8266 9191 18668 100725

2010 Jepang 7297 10045 6612 8497 9115 18668 100000

2011 Jepang 7213 10124 6606 8982 9134 18666 99717

2012 Jepang 7199 10135 6604 9078 9244 18664 99683

2013 Jepang 7361 9957 6404 9045 9411 18662 100042

2004 Jerman 7549 9779 6902 7640 8717 18229 91049

2005 Jerman 7364 9797 6861 7573 8883 18228 92458

2006 Jerman 7632 9853 6854 7860 8933 18227 93916

2007 Jerman 7822 9991 6899 8342 8970 18225 96075

2008 Jerman 7757 10083 6933 8335 9097 18224 98600

2009 Jerman 7646 9999 6896 8274 9209 18221 98908

2010 Jerman 7713 10019 6835 8560 9115 18220 100000

2011 Jerman 7186 10118 6853 9004 9111 18220 102075

2012 Jerman 7725 10080 6783 8971 9201 18203 104125

2013 Jerman 7671 10111 6833 9033 9356 18224 105692

2004 Kanada 4623 9715 6192 7335 8730 17281 89861

2005 Kanada 3930 9838 6270 7491 8890 17291 91850

2006 Kanada 4557 9952 6332 7476 8935 17299 93689

2007 Kanada 5509 10052 6350 8161 8974 17309 95693

2008 Kanada 5555 10102 6353 8316 9103 17319 97961

2009 Kanada 5621 9977 6287 7930 9216 17331 98254

2010 Kanada 5106 10138 6389 8177 9115 17342 100000

2011 Kanada 4829 10235 6415 8685 9103 17352 102912

2012 Kanada 5090 10243 6424 8879 9197 17364 104472

2013 Kanada 3817 10238 6425 8796 9359 17375 105452

118

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 KorSel 4673 9052 4822 6878 8799 17688 83830

2005 KorSel 5456 9206 4927 6738 8954 17690 86139

2006 KorSel 3022 9328 4991 7649 8997 17694 88070

2007 KorSel 6080 9432 5005 7866 9032 17699 90302

2008 KorSel 6001 9334 4838 8167 9139 17706 94523

2009 KorSel 6174 9240 4789 7981 9228 17711 97129

2010 KorSel 6226 9444 4922 8398 9115 17716 100000

2011 KorSel 5660 9540 4938 8897 9092 17723 104000

2012 KorSel 5580 9552 4945 8850 9180 17728 106280

2013 KorSel 4805 9603 5004 8994 9338 17732 107670

2004 Malaysia 3991 8019 1651 7391 8784 17048 85175

2005 Malaysia 4488 8136 1735 7163 8936 17066 87697

2006 Malaysia 6006 8267 1805 7663 8966 17084 90863

2007 Malaysia 6425 8423 1889 8235 9006 17101 92705

2008 Malaysia 6079 8581 2012 8426 9105 17119 97749

2009 Malaysia 6420 8474 1936 8181 9215 17136 98319

2010 Malaysia 7311 8716 2107 8104 9115 17152 100000

2011 Malaysia 6870 8859 2185 8844 9100 17168 103200

2012 Malaysia 6836 8891 2229 9050 9193 17184 104908

2013 Malaysia 6553 8896 2250 9115 9343 17199 107117

2004 Pakistan 3508 6804 2856 6668 9302 18828 50720

2005 Pakistan 4538 6896 2912 6567 9397 18848 55317

2006 Pakistan 4776 7118 3082 6883 9386 18869 59699

2007 Pakistan 5656 7249 3097 7436 9373 18889 64235

2008 Pakistan 5542 7381 3153 7525 9341 18910 77266

2009 Pakistan 4654 7400 3198 7253 9329 18931 87811

2010 Pakistan 5227 7642 3191 7528 9115 18952 100000

2011 Pakistan 4333 7799 3300 8257 9019 18973 111917

2012 Pakistan 4641 7817 3339 8531 9036 18994 122756

2013 Pakistan 4936 7805 3362 7644 9133 19015 132195

119

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Perancis 4750 9771 6667 7166 8716 17954 91166

2005 Perancis 4628 9802 6648 7407 8880 17961 92748

2006 Perancis 5893 9856 6646 7994 8929 17968 94310

2007 Perancis 5547 9986 6692 8482 8974 17975 95713

2008 Perancis 6881 10077 6732 8356 9099 17980 98407

2009 Perancis 6200 9996 6707 8345 9214 17985 98493

2010 Perancis 6727 9995 6628 8373 9115 17990 100000

2011 Perancis 6403 10074 6629 8882 9110 17995 102117

2012 Perancis 6312 10011 6553 8943 9201 18000 104115

2013 Perancis 6888 10048 6594 8971 9363 18005 105014

2004 Rusia 6762 7873 5102 7127 9230 18786 54527

2005 Rusia 6998 8100 5303 7095 9292 18782 61443

2006 Rusia 5878 8356 5506 7434 9265 18779 67395

2007 Rusia 6120 8609 5689 8005 9239 18777 73454

2008 Rusia 6303 8840 5881 8007 9259 18777 83820

2009 Rusia 6994 8597 5631 7847 9265 18777 93602

2010 Rusia 7581 8839 5791 8182 9115 18777 100000

2011 Rusia 5323 9097 6000 8613 9050 18778 108428

2012 Rusia 7414 9151 6056 8758 9111 18780 113934

2013 Rusia 6330 9168 6077 8762 9216 18782 121655

2004 Singapura 9148 9566 1307 7612 8755 15243 87641

2005 Singapura 9221 9653 1361 7679 8932 15266 88014

2006 Singapura 9121 9775 1454 7802 8988 15297 88912

2007 Singapura 8540 9930 1561 8281 9027 15339 90775

2008 Singapura 8408 9950 1574 8316 9116 15392 96693

2009 Singapura 7928 9924 1631 8168 9226 15422 97276

2010 Singapura 8448 10121 1777 8458 9115 15440 100000

2011 Singapura 8288 10253 1851 8704 9080 15461 105253

2012 Singapura 8132 10278 1890 8855 9146 15486 110019

2013 Singapura 8692 10296 1922 8949 9293 15502 112636

2004 Vietnam 5937 6778 1258 7736 9215 18215 55343

2005 Vietnam 5799 6889 1356 7075 9317 18227 59926

2006 Vietnam 7098 7085 1441 7770 9311 18238 64352

2007 Vietnam 7699 7237 1505 8059 9291 18249 69695

2008 Vietnam 8356 7418 1699 8200 9236 18260 85806

2009 Vietnam 8536 7466 1823 7895 9283 18270 91860

2010 Vietnam 9549 7709 1852 8269 9115 18281 100000

2011 Vietnam 8468 7861 1930 8811 8960 18291 118677

2012 Vietnam 9754 7911 2059 8718 8983 18302 129470

2013 Vietnam 9394 7926 2148 8807 9090 18313 138005

120

Lampiran 2 Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests

Equation MFE

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic df Prob

Cross-section F 35344282 (18165) 00000

Cross-section Chi-square 300230681 18 00000

Lampiran 3 Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation MRE

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq Statistic Chi-Sq df Prob

Cross-section random 6135526 6 04082

121

Lampiran 4 Random Effect Model

Dependent Variable VEL

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2240

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

PDB 1746167 0624211 2797399 00057

JE -0875098 0368245 -2376400 00185

HRG -0369590 0186750 -1979056 00493

KR 0470691 0431727 1090252 02770

POP 1494300 0477598 3128784 00020

IHK 0003891 0007904 0492247 06231

C -3370401 1093813 -3081331 00024

Effects Specification

SD Rho

Cross-section random 1406328 08221

Idiosyncratic random 0654154 01779

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Mean dependent var 0925488

Adjusted R-squared 0127363 SD dependent var 0700525

SE of regression 0654396 Sum squared resid 7836682

F-statistic 5597464 Durbin-Watson stat 1281398

Prob(F-statistic) 0000024

Lampiran 5 Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

122

Lampiran 6 Multikolinearitas

PDB JE HRG KR POP IHK

PDB 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

JE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

HRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

KR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

POP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000

Lampiran 7 Heteroskedastisitas

Dependent Variable RESABS

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2241

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

C 4930401 7042199 0700122 04847

PDB -0085616 0398468 -0214862 08301

JE 0042988 0209647 0205052 08378

HRG -0206352 0156089 -1322014 01878

KR -0300695 0372917 -0806332 04211

POP -0006353 0274805 -0023117 09816

IHK 0013324 0006101 2183942 00302

123

Lampiran 8 Hasil RCA

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 1361 1282 1635 2501 2944 2460 2858 1526 3246 1941 21754 2175

Australia 411 572 335 306 528 408 835 354 438 272 4458 446

Belanda 1003 1219 1025 2719 2199 1427 2040 1024 1723 2417 16796 1680

Belgia 988 1265 800 1222 1647 962 1380 823 1669 4305 15061 1506

Bulgaria 951 1218 2756 2278 865 3504 4003 2079 3257 1103 22014 2201

Hongkong 1185 1061 976 2617 2310 1995 2245 1361 3045 2899 19695 1970

India 446 377 631 717 1240 970 756 644 939 508 7228 723

Inggris 869 490 252 111 345 162 151 024 544 294 3243 324

Italia 156 443 829 143 719 835 1101 450 1703 764 7142 714

Jepang 150 143 126 157 239 155 168 169 215 243 1763 176

Jerman 1877 1356 2080 2560 2892 1960 2383 1698 2374 2657 21839 2184

Kanada 445 256 362 1547 1430 1180 740 588 961 244 7753 775

KorSel 010 022 005 125 140 140 145 074 071 072 804 080

Malaysia 005 005 030 049 041 034 060 072 098 135 531 053

Pakistan 008 038 036 051 032 030 033 013 022 019 282 028

Perancis 282 354 1772 1704 4756 2210 3133 2650 2886 4875 24621 2462

Rusia 5821 3967 1540 3056 4117 4924 7174 824 6709 2087 40220 4022

Singapura 1249 1336 1047 824 725 508 838 528 496 588 8140 814

Vietnam 2751 2511 1874 1388 2519 2359 3096 2020 3049 3523 25090 2509

124

Lampiran 9 Hasil EPD

Negara X () Y () Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea Selatan 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat

125

Lampiran 10 Hasil Indeks ISP

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 0999 0997 1000 1000 0999 0998 0998 0999 0998 0997 9985 0999

Australia 0951 0994 0880 0984 0981 0965 0981 0942 0943 0915 9536 0954

Belanda 1000 1000 0999 0999 0999 0995 0993 0992 0993 0993 9963 0996

Belgia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Bulgaria 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Hongkong 0741 0720 0848 0936 0550 0997 1000 0530 0999 0999 8320 0832

India 0387 0330 0185 0183 0422 0446 0336 0390 0506 0145 3327 0333

Inggris 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Italia 1000 1000 1000 0979 0999 1000 1000 1000 1000 1000 9978 0998

Jepang 0998 1000 0999 0999 1000 1000 1000 0988 0982 1000 9965 0997

Jerman 0998 0997 0995 0987 0976 0991 0982 0976 0986 0981 9868 0987

Kanada 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

KorSel 0439 0723 0080 0977 0948 0976 0910 0849 0876 0884 7662 0766

Malaysia 0213 -0460 0212 0619 0338 0185 0255 0033 0043 0501 1938 0194

Pakistan 1000 1000 0653 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 9653 0965

Perancis 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 0998 0991 0999 9988 0999

Rusia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Singapura 0991 0984 0987 0999 0989 0959 0989 1000 0995 0999 9891 0989

Vietnam 0642 0911 0981 0990 0997 0842 0952 0772 0941 0965 8994 0899

126

Lampiran 11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

1 Pesaing di Korea

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Malaysia Cina India

2004 7 1 3 5 0

2005 22 1 4 4 0

2006 31 39 6 3 1

2007 27 25 5 3 2

2008 26 15 6 3 1

2009 24 7 5 3 0

2010 22 12 7 3 0

2011 16 8 6 3 5

2012 19 7 6 2 1

2013 25 2 9 1 1

Rata-Rata 22 12 6 3 1

2 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Brazil India

2004 351 0 3 2

2005 388 8 0 1

2006 323 9 2 0

2007 217 38 1 2

2008 67 9 1 11

2009 167 30 7 1

2010 59 26 6 7

2011 77 1 18 9

2012 64 45 10 8

2013 78 170 18 0

Rata-Rata 179 33 7 4

127

3 Malaysia

Tahun RCA

India Vietnam Cina

2004 30 4 7

2005 29 4 6

2006 42 5 4

2007 51 2 2

2008 25 3 3

2009 21 4 2

2010 32 3 2

2011 32 2 2

2012 36 2 1

2013 23 3 1

Rata-Rata 32 329 318

Lampiran 12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost

Opportunity

1 Pesaing di Amerika Serikat

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Peru Vietnam Peru Vietnam

2004 3029 3638 0426 0007 0457 0003

2005 4499 3433 0726 0007 -0004 0002

2006 4304 2518 -0130 -0001 -0191 0007

2007 3908 1100 -0203 -0002 -0524 0011

2008 4726 1822 0230 -0001 0520 0006

2009 3542 1625 -0304 0002 0163 0018

2010 2487 1749 -0275 0003 0120 0001

2011 2487 2552 -0087 -0004 0755 0004

2012 2220 1891 -0061 0001 -0360 0011

2013 1693 2215 -0081 0005 0748 0020

Rata-

Rata 3290 2254 0240 0017 1684 0082

128

2 Pesaing di Kanada

Tahun RCA

EPD

X Y

()

Vietnam Vietnam

2004 4943 -0032 0003

2005 6182 0231 0002

2006 4667 -0122 0001

2007 2499 -0247 0002

2008 2776 0105 0002

2009 3611 0264 0003

2010 3149 -0071 0001

2011 4053 0258 0002

2012 4846 0350 0003

2013 3830 0063 0009

Rata-

Rata 4056 0798 0028

3 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

EPD

X Y

()

India India

2004 206 0640 0159

2005 052 -0511 -0028

2006 014 -0082 0222

2007 244 1394 0084

2008 1133 5315 -0002

2009 053 -6476 -0024

2010 747 5203 0163

2011 910 -0910 -0232

2012 779 -0807 -0018

2013 012 -3721 0118

Rata-

Rata 415 0045 0440

129

4 Pesaing di Rusia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Polandia Cina Polandia Cina

2004 376 008 0656 0082 -0071 0091

2005 448 001 0341 0031 -0056 0143

2006 348 001 -0386 -0021 -0008 -0064

2007 439 016 0237 -0006 0200 0284

2008 519 016 0373 0028 -0018 -0101

2009 390 029 -0404 -0001 0129 -0070

2010 383 015 -0068 -0012 -0108 0251

2011 394 026 -0023 -0014 0130 -0039

2012 331 037 -0081 0029 0184 0100

2013 415 021 0359 0023 -0204 0151

Rata-

Rata 404 017 1004 0140 0177 0745

5 Pesaing di Singapura

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Sri

Lanka

India Vietnam Sri Lanka India

2004 1805 002 101 0589 0017 0000 0001 0148 0096

2005 958 027 118 -0791 0013 0001 -0001 0151 0093

2006 2467 221 137 1029 -0032 0007 -0001 0045 -0014

2007 2022 1966 456 -0058 0017 0066 0000 0924 -0026

2008 2556 002 259 0645 0003 -0074 -0001 -0455 0053

2009 3348 248 249 0667 -0006 0011 0001 -0075 -0016

2010 1848 613 236 -1873 -0018 0035 0003 0011 0024

2011 3765 062 200 1164 -0012 -0037 0006 0200 0165

2012 6148 858 189 2027 0005 0020 -0010 -0216 -0084

2013 5023 20694 114 -0433 0009 0632 0000 -0317 0011

Rata-

Rata 2994 2469 206 2966 -0005 0661 -0002 0416 0302

130

Lampiran 13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

1 Pesaing di Australia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() India Vietnam Spanyol India Vietnam Spanyol

2004 2923 881 765 0234 -0002 0106 0015 -0057 0015

2005 2790 420 1154 0118 0007 -0661 0055 0230 -0013

2006 4343 357 995 1033 -0003 0030 0052 -0208 -0007

2007 5156 317 682 0763 0003 -0229 -0035 -0091 0022

2008 3717 721 1115 -1005 0002 0970 -0014 0313 -0010

2009 3359 1111 1036 0436 0021 0051 -0084 -0138 -0007

2010 2467 1075 1375 -0956 -0003 -0171 -0010 0338 0004

2011 3339 1827 934 0938 0003 0555 -0034 -0238 0015

2012 2300 2124 797 -0613 0018 0787 0020 0064 0025

2013 1607 2390 754 -0880 -0004 0891 0021 0138 0026

Rata-

Rata 32 1122 961 0067 0043 2329 -0014 0353 0071

2 Pesaing di Bulgaria

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Spanyol Cina Vietnam Spanyol Cina

2004 66607 330 000 -0529 -0001 0444 -0033 0000 0081

2005 75167 763 000 1252 0001 0660 -0022 0000 0013

2006 25653 1183 042 -2783 0003 0390 -0027 0346 0541

2007 18728 1189 291 0111 0004 -0100 -0009 0598 -0496

2008 21814 620 385 2344 0009 -0746 0002 0378 0019

2009 14271 503 640 -2201 -0003 0392 0109 0489 -0060

2010 21838 474 388 0571 -0004 -0113 -0009 -0739 -0007

2011 40094 177 310 0220 -0006 -0130 0321 -0031 0059

2012 32244 230 248 0302 0003 0033 -0114 -0188 0009

2013 35369 179 518 0969 0002 0040 0148 1080 0029

Rata-

Rata 35178 565 282 0255 0007 0870 0366 1933 0188

131

3 Pesaing di Inggris

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Vietnam India Vietnam India

2004 2582 2162 0413 0003 0321 0004

2005 3584 2051 0188 -0001 0508 0029

2006 4787 2008 0294 0001 -0108 -0003

2007 4587 2190 0014 0001 0224 0002

2008 5680 2143 0282 0000 -0116 -0003

2009 4542 1550 -0164 0002 -0137 0029

2010 6570 1610 0754 0003 -0171 -0015

2011 6474 1467 0411 0007 0153 0021

2012 5749 1627 0253 0009 -0005 -0014

2013 4915 1147 0177 0011 -0114 0041

Rata-

Rata 4947 1796 2624 0037 0555 0090

4 Pesaing di Vietnam

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

India Brazil India Brazil

2004 037 000 0066 0014 0000 0002

2005 005 000 -0056 0007 0000 0005

2006 537 299 1108 0021 0092 0013

2007 1844 480 2732 0001 0083 0006

2008 776 1370 -1972 0033 0437 0008

2009 714 2330 -0041 0015 0515 0004

2010 510 968 -0463 0012 -0639 0002

2011 701 1494 0723 0030 0536 0018

2012 1240 104 1512 -0008 -0955 -0003

2013 798 456 -0562 0091 0279 0011

Rata-

Rata 716 750 3047 0217 0347 0065

132

Lampiran 14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

1 Algeria

2 Afghanistan

3 Argentina

4 Australia

5 Austria

6 Bahrain

7 Bangladesh

8 Belgia

9 Bulgaria

10 Canada

11 Cina

12 Columbia

13 Cook Isds

14 Cote drsquolvoire

15 Croatia

16 Denmark

17 Benin

18 Elsavador

19 Finland

20 France

21 Frm Sudan

22 Germany

23 Greece

24 Hongkong

25 Hungary

26 Ireland

27 Italy

28 Japan

29 Jordan

30 Dem Peoplersquos Rep Of Korea

31 Rep Of Korea

32 Malaysia

33 Other Asia nes

34 Nepal

35 Netherland

36 Nigeria

37 Pakistan

38 Philippine

39 Poland

40 Portugal

41 Timor Leste

42 Russia Federation

43 Senegal

44 India

45 Singapore

46 Sri Lanka

47 Vietnam

48 Turkey

49 Ukraine

50 United Kingdom

51 United State of Amerika

52 Dominica

53 Saudi Arabia

54 Sweden

55 Egypt

56 Myanmar

57 Domonica Rep

58 Rumania

59 Haiti

60 Kuwait

61 Marocco

62 Thailand

63 Jamaica

64 Mexico

65 Israel

66 Lithuaria

67 Mauritius

68 Togo

69 Venezuela

70 Yemen

71 Lebanon

72 Latvia

73 Mauritania

74 Slovenia

75 South Africa

76 Spain

77 Switzerland

78 Syiria

79 Uni Emirat Arab

80 Tunisia

133

Page 6: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

RINGKASAN

Dewi Susilawati Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang MempengaruhiVolume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional Di bawah bimbingan IwanAminudin dan Puspi Eko Wiranthi

Lada merupakan salah satu komoditi unggulan ekspor IndonesiaBerdasarkan data International Pepper Community (2013) Indonesia merupakanprodusen dan eksportir kedua lada dunia setelah Vietnam Dalam kurun waktusepuluh tahun yaitu tahun 2004-2013 neraca perdagangan lada Indonesia adalahpositif dan produktivitasnya tinggi Hal ini sejalan dengan permintaan lada duniayang juga meningkat sebesar 2962 Besarnya pertumbuhan permintaan ladadunia mendorong negara-negara eksportir untuk meningkatkan ekspor ladanyaAdapun negara-negara eksportir lada yang mejadi pesaing utama lada Indonesiaadalah Vietnam dan Brazil

Berdasarkan data UN Comtrade (2016) terdapat sembilan belas negara yangmenjadi tujuan ekspor lada Indonesia secara kontinu dari tahun 2004-2013 yaituAmerika Serikat Australia Belanda Belgia Bulgaria Hongkong India InggrisItalia Jepang Jerman Kanada Korea Selatan Malaysia Pakistan PerancisRusia Singapura dan Vietnam Dayasaing lada Indonesia di negara-negaratersebut secara umum secara komparatif telah berdayasaing kuat kecuali diKorea Selatan Malaysia dan Pakistan Sedangkan secara kompetitif Indonesiaberada pada posisi Rising Star di Belanda India Italia Jepang dan JermanPosisi Falling Star di Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia PosisiLost Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan SingapuraSerta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Secara umumIndonesia juga cenderung menjadi negara ekportir lada di negera-negara tujuanekspornya dengan pertumbuhan perdagangan tahap kematangan danpertumbuhan

Selain dayasaing penelitian ini menggunakan teori Gravity Model untukmengetahui faktor-faktor yang diduga mempengaruhi volume ekspor ladaIndonesia di pasar internasional yaitu rata-rata PDB per kapita Jarak EkonomiHarga Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen Berdasarkan metoderegresi data panel dengan data time series tahun 2004-2013 dan data cross sectionsembilan belas negara diperoleh model Random Efffect dengan nilai koefisiendeterminasi (R2) sebesar 0155065 Hal ini menunjukkan bahwa seluruh variabelbebas sebesar 1551 dapat menjelaskan variabel terikatnya yaitu VolumeEkspor Lada Sisanya yaitu 8449 dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luarpenelitian Adapun faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap volumeekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapitaJarak Ekonomi Harga dan Populasi Sedangkan Kurs Riil dan Indeks HargaKonsumen tidak berpengaruh signifikan

Kata Kunci Ekspor Lada Dayasaing RCA EPD ISP dan Gravity Model

KATA PENGANTAR

Assalamursquoalaikum Wr Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ldquoAnalisis Dayasaing

dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada Indonesia di

Pasar Internasionalrdquo Penulisan skripsi ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selama proses penyelesaian sampai selesainya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan banyak

terimakasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan dukungan baik

secara moril dan materil secara langsung maupun tidak langsung sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini Penulis mengucapkan terimakasih

kepada

1 Kedua orang tua Ibu Aswati dan Bapak Supandi serta seluruh keluarga atas

semua doa nasihat kasih sayang pengorbanan cinta serta dukungan baik

secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis Penyelesaian

skripsi ini merupakan salah satu bakti serta wujud cinta dan kasih sayang

penulis kepada Ibu Bapak dan seluruh keluarga yang sudah memberikan

segala yang terbaik dalam hidup kepada penulis

2 Bapak Dr Ir Iwan Aminudin MSi dan Ibu Puspi Eko Wiranthi SE MSi

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan tenaga energi

waktu pikiran serta memberikan ilmu arahan dan dukungannya secara

viii

tulus demi terselesaikannya skripsi ini

3 Bapak Ir Junaidi MSi dan Bapak Akhmad Mahbubi SP MM selaku dosen

penguji skripsi yang telah memberikan ilmu arahan serta dukungan yang

besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Bapak Dr Agus Salim MSi selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta para Wakil Dekan I II

dan III beserta staf TU Akademik dan karyawan FST lainnya

5 Bapak Dr Ir Edmon Daris MS dan Bapak Dr Ir Iwan Aminudin MSi selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan

kesempatan dan dukungan untuk menimba ilmu pengetahuan serta membantu

dalam proses akademis

6 Bapak Mudatsir Najamuddin MMA selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan bimbingan motivasi serta dukungan kepada penulis

selama perkuliahan

7 Seluruh dosen Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan wawasan

dan pengalaman kepada penulis hingga mendapatkan gelar Sarjana Agribisnis

8 Sahabat Kosan Badayy (Fitri Aldita Rihlah Zelda dan Weni) yang selalu

memberikan dukungan motivasi cinta dan kasih sayang selayaknya

keluarga serta menjadi tempat kembali penulis ketika suka dan duka

9 Sahabat Jalan Jalan Men (Meike Putri dan Lulu) yang sudah memberikan

warna baru dalam hidup penulis dan menjadi tempat di mana penulis tidak

perlu merasa malu menjadi diri sendiri setelah sahabat kosan badayy

ix

10 Sahabat Rumpii ( Febi Icha Iffah dan Dena) yang sudah menemani penulis

sejak awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini

11 Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2012 yang selalu saling mendukung

berbagi ilmu dan pengalaman serta menjadi teman tumbuh dan

berkembangnya penulis selama masa kuliah

12 HMJ Agribisnis yang telah memberikan tempat kesempatan dan

pengalaman berorganisasi sehingga penulis bisa mendapatkan

pelajaran-pelajaran baru

13 Keluarga Mahad Puteri dan BIDIKMISI UIN Jakarta dan yang telah

memberikan penulis kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat

sehingga penulis bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman-pengalaman baru

yang memotivasi untuk selalu bisa melakukan yang terbaik

14 Teman-teman KKN Gelas Kaca 2015 yang sudah memberikan pelajaran dan

kesempatan penulis untuk lebih bisa berpikir terbuka mengenal dan

mencoba hal-hal yang benar-benar baru bagi penulis memotivasi untuk lebih

berani lugas dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi

Terimakasih atas warna-warni baru yang telah diberikan baik secara langsung

maupun tidak langsung dan menjadikan penulis untuk selalu ingin tumbuh

dan berkembang

15 Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

menyelesaikan skripsi ini

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

x

penulis dan pembaca Akhirnya hanya kepada Allah semua hal diserahkan

Semoga amal baik kita diterima oleh Allah SWT Aamiin Yaa Rabbal lsquoAalamiin

Wassalamursquoalaikum WrWb

Jakarta 6 Januari 2017

Dewi Susilawati

xvii

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP iv

RINGKASAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 8

13 Tujuan Penelitian 8

14 Manfaat Penelitian 9

15 Ruang Lingkup Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

21 Perdagangan Internasional 10

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional 12

221 Teori Merkantilisme 12

222 Teori Keunggulan Absolut 13

223 Teori Keunggulan Komparatif 14

224 Teori Heckscher Ohlin 15

225 Teori Keunggulan Kompetitif 16

23 Dayasaing Global 17

231 Revealed Comparative Advantage (RCA) 17

232 Export Product Dynamic (EPD) 18

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 19

24 Gravity Model 21

241 Produk Domestik Bruto (PDB) 23

xii

242 Jarak Ekonomi 24

243 Harga 25

244 Nilai Tukar Rupiah 25

245 Populasi 27

246 Indeks Harga Konsumen 28

25 Penelitian Terdahulu 29

26 Kerangka Pemikiran 36

27 Hipotesis 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38

31 Lokasi dan Waktu Penelitian 38

32 Jenis dan Sumber Data 38

33 Populasi dan Sampel 39

34 Metode Analisis Data 39

341 Revealed Comparative Advantage (RCA) 40

342 Export Product Dynamic (EPD) 41

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 42

344 Regresi Data Panel 42

345 Uji Kesesuaian Model 43

346 Uji Normalitas 46

347 Uji Asumsi Klasik 47

348 Uji Signifikansi 49

35 Definisi Operasional 50

BAB IV GAMBARAN UMUM 53

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia 53

42 Lada Indonesia 55

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia 55

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia 57

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia 59

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia 61

43 Lada Dunia 62

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia 62

432 Perkembangan Produksi Lada Dunia 64

433 Perkembangan Harga Lada Dunia 66

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia 69

xiii

106

107

109

106

114

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 71

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif 71

511 Keunggulan Komparatif 71

512 Keunggulan Kompetitif 73

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 92

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel 93

522 Uji Normalitas 94

523 Uji Asumsi Klasik 95

524 Uji Signifikansi 96

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia 2

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 18

Tabel 3 Penelitian Terdahulu 30

Tabel 4 Sumber Data dan Data 38

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson 49

Tabel 6 Definisi Operasional 51

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia 55

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia 58

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA) 71

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD) 74

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia 77

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 91

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model 93

Tabel 14 Uji Multikolinearitas 95

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas 95

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia 3

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia 4

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia 5

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia 6

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional 7

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional 11

Gambar 7 Kurva Permintaan 25

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian 36

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 42

Gambar 10 Histogram Normalitas 47

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia 57

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia 59

Gamabr 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia 63

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia 64

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia 66

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia 68

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia 69

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat 78

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada 79

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan 81

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia 82

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura 83

xvi

103

104

105

101

100

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia 85

Gambar 24 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris 86

Gambar 25 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria 87

Gambar 26 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam 89

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia 90

Gambar 28 Uji Normalitas 94

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

114

120

120

121

121

122

122

123

124

125

126

127

130

132

DAFTAR LAMPIRAN

1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

2 Uji Chow

3 Uji Hausman

4 Random Effect Model

5 Normalitas

6 Multikolinearitas

7 Heteroskedastisitas

8 Hasil RCA

9 Hasil EPD

10 Hasil Indeks ISP

11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost Opportunity

13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Badan Pusat Statistik (2016) menyatakan bahwa salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara adalah dengan

mengukur Produk Domestik Bruto (PDB) Besarnya PDB salah satunya diperoleh

melalui kegiatan ekspor Nilai ekspor Indonesia selama tahun 2004-2013

berfluktuasi Penurunan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar

1497 dengan nilai ekspor mencapai US$ 116510000000 Disusul tahun 2012

dan 2013 dengan penurunan sebesar 662 dan 393 dengan masing-masing

nilai ekspor mencapai US$ 190020300000 dan US$ 182551800000

Penurunan ekspor pada tahun 2012 dan 2013 juga diperburuk dengan

meningkatnya nilai impor pada tahun yang sama yaitu mencapai US$

191689500000 dan US$ 186628700000 Hal ini mengakibatkan Indonesia

mengalami neraca perdagangan negatif sebesar -US$ 1669200000 dan -US$

4076900000

Neraca perdagangan yang negatif menunjukkan bahwa Indonesia lebih

banyak mengkonsumsi produk-produk dari luar negeri daripada menjual produk-

produknya sendiri ke luar negeri sehingga negara-negara lain relatif lebih untung

dari produk-produk yang telah diekspornya Sedangkan Indonesia merugi karena

terjadi defisit Oleh sebab itu untuk menjaga kestabilan neraca perdagangan

Indonesia perlu meningkatkan kinerja ekspornya Salah satu cara untuk

meningkatkan kinerja ekspor adalah dengan memperbanyak ekspor komoditi-

2

komoditi unggulan Salah satu komoditi unggulan ekspor Indonesia adalah lada

Lada (Piper ningrum) atau juga dikenal sebagai King of Spice (raja rempah)

merupakan komoditi rempah Indonesia yang kedudukannya cukup penting karena

merupakan komoditi ekspor terbanyak ke-enam setelah karet kelapa sawit

kakao kopi dan kelapa Lada Indonesia sudah cukup dikenal di pasar

internasional dengan nama Lampung Black Pepper yang berasal dari Provinsi

Lampung dan Muntok White Pepper yang berasal dari Provinsi Kepulauan

Bangka (Rivaie dan Pasandaran 2014 341)

Lada merupakan komoditi ekspor dengan neraca perdagangan positif Hal

ini terlihat dari besarnya nilai ekspor lada dibandingkan nilai impornya Menurut

data UN Comtrade (2016) neraca perdagangan lada Indonesia adalah sebagai

berikut

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia

Tahun Ekspor (US$) Impor (US$) Neraca (US$)

2004 56710078 3344670 53365408

2005 59210135 4026437 55183698

2006 79077213 8158312 70918901

2007 133971835 9837453 124134382

2008 186672492 12958930 173713562

2009 142126076 13660784 128465292

2010 252084684 17263407 234821277

2011 223404956 27457906 195947050

2012 435257055 29440508 405816547

2013 354712065 27510971 327201094

Sumber UN Comtrade (2016)

Indonesia memiliki neraca perdagangan lada yang positif Namun

Indonesia masih mengimpor lada dari eksportir-eksportir lada dunia lainnya

Alasan Indonesia mengimpor lada adalah dikarenakan laju produksi lada dalam

3

negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia yang menyentuh angka

rata-rata 3 per tahun (International Pepper Community 2016) Sedangkan laju

produksi lada Indonesia hanya 15 per tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan

2014 3) Namun secara keseluruhan lada merupakan komoditas ekspor yang

memiliki potensi positif karena neraca perdagangannya positif

Meskipun laju pertumbuhan produksi lada Indonesia tidak secepat

pertumbuhan permintaan lada dunia namun produktivitas lada Indonesia terus

meningkat setiap tahunnya Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

luas lahan lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 terus menurun namun

produksinya terus meningkat Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas lada

Indonesia tinggi Adapun produktivitas lada Indonesia adalah sebagaimana

Gambar 1 berikut

0

01

02

03

04

05

06

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

03820408 0403 0392

0439 04450467

0491 0494053

Tahun

(To

nH

a)

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Peningkatan produktivitas lada yang tinggi seiring dengan permintaan

lada dunia yang terus meningkat Permintaan lada dunia menurut data

International Pepper Community (2016) berfluktuasi cenderung meningkat

Permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

4

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2016)

Pertumbuhan permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 mencapai

2962 Permintaan tertinggi lada terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak

359904 ton Sedangkan permintaan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu

sebanyak 285306 ton Permintaan lada yang tinggi merupakan peluang bagi

negara-negara eksportir untuk saling bersaing meningkatkan ekspornya di pasar

internasional

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional bersaing dengan

beberapa negara seperti Brazil India Malaysia Sri Lanka Vietnam Cina

Thailand Madagaskar Ekuador dan negara-negara lainnya International Pepper

Community (2013 7) menyatakan bahwa Vietnam adalah eksportir utama lada

dunia Hal ini didasarkan pada banyaknya lada yang telah diekspor Vietnam

Adapun Kontribusi lada negara-negara eksportir di pasar internasional adalah

sebagai berikut

5

1503

922

1958

609185

4719

049007009038

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Kontribusi lada Vietnam di pasar internasional hampir mencapai 50

dari total lada dunia yaitu 4719 Kontribusi ini menjadikan Vietnam sebagai

eksportir utama lada dunia Sedangkan Indonesia berada di posisi kedua dengan

kontribusi sebesar 1958 Disusul Brazil di posisi ketiga dengan kontribusi

sebesar 1503 Berdasarkan kontribusi tersebut meskipun menjadi eksportir

kedua lada dunia Indonesia memiliki selisih ekspor yang besar dengan Vietnam

yaitu sebesar 2761 Sedangkan selisih ekspor Indonesia dengan Brazil yang

berada di posisi ketiga hanya 455 Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki kesulitan untuk mengungguli Vietnam Namun Indonesia sangat mudah

untuk diungguli oleh Brazil karena selisihnya yang sedikit Adapun kontribusi

1958 lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004 - 2013

ditunjukkan dengan berfluktuasinya ekspor lada Indonesia sebagaimana Gambar

4 berikut

6

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Ekspor tertinggi lada Indonesia terjadi pada tahun 2012 yaitu sebanyak

62608 ton Angka ini naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya yaitu

sebanyak 36487 ton Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348

pada tahun 2013 dengan total ekspor sebanyak 47908 ton Meskipun menurun

cukup jauh penurunan terbesar ekspor lada Indonesia terjadi pada tahun 2011

yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor sebanyak 36487 ton Sedangkan total

ekspor lada terkecil terjadi pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton yang juga turun

2067 dari tahun sebelumnya

Fluktuasi cenderung menurunnya ekspor lada Indonesia di pasar

internasional berbanding terbalik dengan harga lada Indonesia yang tinggi

Perkembangan harga lada Indonesia menurut International Pepper Community

(2013 54) berfluktuasi cenderung meningkat Adapun harga lada Indonesia di

pasar internasional berdasarkan harga Free on Board (FOB) adalah sebagai

berikut

7

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

20

05

2006

2007

2008

20

09

2010

2011

20

12

20

13

1487 14512029

3278 3517

2719

3677

6392 6558 6850

2317 22192924

44104972

4342

5662

88559367 9613

Tahun

(US

$T

on

)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional Sumber International Pepper Community (2013 54)

Berdasarkan Gambar 5 di atas peningkatan harga lada hitam dan putih

tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu mencapai 7384 dan 5639 Menurut

Ginting (2014) harga lada putih dan lada hitam dunia merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap volume perdagangan lada putih Indonesia terhadap lada

putih dunia Begitupun menurut Permatasari (2015) harga ekspor lada Indonesia

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor lada

Indonesia Naik dan turunnya harga lada akan mempengaruhi naik dan turunnya

volume ekspor lada

Berdasarkan keadaan permasalahan dan penelitian terdahulu yang sudah

dikemukakan maka diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui keadaan lada

Indonesia di pasar internasional Adapun yang perlu diketahui adalah bagimana

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Hasil

analisis ini diharapkan mampu menjadi informasi yang dapat berguna bagi

pemerintah dan pihak-pihak terkait

8

12 Rumusan Masalah

Lada merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia dengan

menempati urutan ke-enam komoditi ekspor terbanyak Indonesia dengan neraca

perdagangan positif Selama tahun 2004 - 2013 produktivitas lada Indonesia

meningkat Peningkatan ini seiring dengan permintaan lada dunia yang juga

meningkat sebesar 2962 Namun dalam periode yang sama volume ekspor

lada Indonesia berfluktuasi dan hanya mampu berada di posisi kedua di pasar

internasional dengan selisih ekspor yang besar dengan Vietnam yaitu 2761

Sementara dengan Brazil hanya berselisih 455 Menurut Ginting (2014) dan

Permatasari (2015) harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perdagangan lada

Berdasarkan penjabaran di atas maka diperoleh beberapa rumusan

masalah sebagai berikut

1 Bagaimana dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia

di pasar internasional

13 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah

1 Mengetahui dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

9

14 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

diantaranya

1 Mampu memberikan dan menambah pengetahuan bagi penulis mengenai

perdagangan internasional Indonesia khususnya komoditi lada di negara-

negara tujuan ekspornya

2 Sebagai bahan referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian

selanjutnya di bidang yang sama

3 Sebagai informasi bagi pemerintah tentang dayasaing lada Indonesia

sehingga dapat memperhatikan strategi dan kebijakan-kebijakan yang

berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar

internasional

15 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup lada dalam penelitian ini adalah lada dengan kode HS

1996 empat digit yaitu 0904 di UN Comtrade Selanjutnya pemilihan variabel-

variabel yang diduga berpengaruh terhadap volume ekspor lada Indonesia di

pasar internasional didasarkan pada teori Gravity Model

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Perdagangan Internasional

Tidak ada satu negara pun yang sepenuhnya dapat mengisolasikan diri

dari interaksi luar negeri Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

membuat batas-batas negara menjadi kabur Setiap negara tidak akan dapat

memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri Sekalipun dipaksakan pasti biaya yang

ditanggung akan sangat besar Melalui perdagangan dengan negara-negara lain

setiap negara bisa mencapai economies of scale dan selanjutnya dapat

menyalurkan kelebihan produksi yang tidak dapat diserap oleh konsumen dalam

negeri melalui ekspor Devisa yang diperoleh melalui ekspor dapat digunakan

untuk membiayai impor sehingga dapat memenuhi berbagai kebutuhannya tanpa

harus memproduksi seluruh yang dibutuhkan Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perdagangan internasional terjadi karena dua alasan yaitu adanya perbedaan

antara satu negara dengan negara yang lain dan tujuan untuk mencapai skala

ekonomi dalam produksi (Basri dan Munandar 2010 32)

Kegiatan perdagangan internasional terjadi karena adanya penawaran dan

permintaan suatu negara terhadap produk tertentu Secara teoritis suatu negara

(negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misal pakaian) ke negara lain

(negara B) apabila harga domestik negara A (sebelum terjadi perdagangan

internasional) relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga domestik negara B

Struktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah karena produksi

domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya sehingga di negara A

11

SB DB

SA A DA

PB

ES

X

P

B

M

PA

QB Q O O O QA

ED

telah terjadi excess supply (kelebihan produksi) Dengan demikian negara A

mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain Di sisi

lain negara B terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya lebih

besar daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang

terjadi di negara B lebih tinggi Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk

membeli pakaian dari negara lain yang relatif lebih murah Jika kemudian terjadi

konsumsi antara negara A dengan negara B maka akan terjadi perdagangan

antara keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama

(Kementerian Perdagangan 2011 7)

Negara A (ekspor) Perdagangan Internasional Negara B (impor)

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional Sumber Salvatore (1997 84)

Keterangan

PA Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan

internasional

OQA Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A tanpa

perdagangan internasional perdagangan internasional

A Kelebihan penawaran di negara A tanpa perdagangan internasional

X Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A

PB Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan

internasional

OQB Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B tanpa

perdagangan internasional

12

B Kelebihan permintaan di negara B tanpa perdagangan internasional

M Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B

P Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan

internasional

OQ Keseimbangan penawaran dan permintaan antara kedua negara

dimana jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor

(M)

Sebelum terjadi perdagangan internasional harga di negara A adalah

sebesar PA dan di negara B adalah PB Penawaran pasar internasional akan terjadi

jika harga internasional lebih tinggi dari PA sedangkan permintaan di pasar

internasional akan tinggi jika harga internasional lebih rendah dari PB Pada saat

harga internasional (P) sama dengan PA maka negara B akan terjadi excess

demand (ED) sebesar B Jika harga internasional sama dengan PB maka di negara

A akan terjadi excess supply (ES) sebesar A Dari A dan B akan terbentuk kurva

ES dan ED yang akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional

sebesar P Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan

mengekspor komoditi (pakaian) sebesar M dimana di pasar internasional sebesar

X sama dengan M yaitu Q (Kementerian Perdagangan 2011 8)

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional

221 Teori Merkantilisme

Penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara sebuah

negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan memperbanyak ekspor dan

mengurangi impor Surplus yang dihasilkan ekspor selanjutnya dibentuk dalam

aliran emas atau logam-logam mulia khususnya emas dan perak Semakin

banyak emas dan perak yang dimiliki sebuah negara maka semakin kaya dan

kuatlah negara tersebut

13

Kaum merkantilisme mengukur kekayaan dengan cadangan logam mulia

yang dimiliki Sebaliknya saat ini kekayaan sebuah negara diukur dengan

cadangan sumber daya manusia hasil produksi manusia serta kekayaan alam

yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa Semakin besar cadangan

tersebut maka semakin besar pula arus barang dan jasa untuk memenuhi

keinginan manusia dan dengan demikian akan semakin besar pula standar hidup

masyarakat negara tersebut (Salvatore 1997 23)

222 Teori Keunggulan Absolut

Adam Smith berpendapat bahwa sebuah negara akan melakukan

perdagangan secara sukarela jika keduanya memperoleh keuntungan

Perdagangan antar dua negara didasarkan pada keunggulan absolut yaitu

keunggulan negara dalam memproduksi sebuah komoditi namun kurang efisien

dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya maka negara

tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan

spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan

menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut Melalui

proses ini sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang efisien

Output kedua komoditi yang diproduksi akan meningkat Peningkatan output

akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang

melakukan perdagangan

Berbeda dengan kaum merkantilisme yang percaya bahwa sebuah negara

hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lainnya serta

menyarankan pengendalian pemerintah secara ketat pada semua aktivitas

14

ekonomi dan perdagangan Adam Smith justru percaya bahwa semua negara

dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dan dengan tegas menyarankan

untuk menjalankan kebijakan yang dinamakan laissez-faire yaitu suatu kebijakan

yang menyarankan sesedikit mungkin intervensi pemerintah terhadap

perekonomian Melalui perdagangan sumber daya manusia dapat didayagunakan

secara efisien dan dapat memaksimumkan kesejahteraan dunia Dalam laissez-

faire terdapat pengecualian yang paling penting adalah proteksi terhadap berbagai

industri penting sebagai pertahanan negara (Salvatore 1997 25)

223 Teori Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif yang digagas oleh David Ricardo

menyatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain

dalam memproduksi komoditi namun masih tetap terdapat dasar untuk

melakukan perdagangan kedua belah pihak Negara pertama harus melakukan

spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki

kerugian absolut kecil dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut

lebih besar (Salvatore 1997 27) Hukum keunggulan komparatif memiliki satu

pengecualian meskipun jarang terjadi Pengecualian terjadi jika keunggulan

absolut yang dimiliki suatu negara pada kedua komoditi sama besarnya

(Salvatore 1997 29)

Hukum keunggulan komparatif memiliki keunggulan dalam nilai uang

dengan mengabaikan pengecualian yang sudah disebutkan Meskipun salah satu

negara memiliki kerugian absolut dalam produksi kedua komoditi dibanding

negara ke-dua namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan

15

yang menguntungkan yaitu dengan melihat upah di negara ke-satu lebih rendah

dibandingkan negara ke-dua sehingga memungkinkan harga komoditi tersebut

lebih rendah pula dan harga komoditi yang memiliki keunggulan absolut di

negara ke-dua tersebut lebih rendah ketika kedua komoditi tersebut dinyatakan

dalam satuan mata uang masing-masing negara (Salvatore 1997 30)

Hukum keunggulan komparatif terkadang juga disebut hukum biaya

komparatif Menurut teori biaya komparatif biaya sebuah komoditi adalah

jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya

yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditi pertama Dalam

teori ini tidak dibuat asumsi bahwa tenaga kerja hanya satu-satunya faktor

produksi atau tenaga kerja bersifat homogen dan biaya atau harga sebuah

komoditi satu-satunya tergantung dari jumlah tenaga kerja Oleh sebab itu negara

yang memiliki biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi komoditi akan

memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut (Salvatore 1997 33)

Selain itu asumsi bahwa harga sama dengan biaya produksi maka biaya

oportunitas sama dengan harga relatif merupakan refleksi dari keunggulan

komparatif (Salvatore 1997 35)

224 Teori Heckscher-Ohlin

Intisari teorema H-O adalah sebuah negara akan mengekspor komoditi

yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah

dan murah di negara tersebut dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan

mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif

langka dan mahal di negara tersebut Model H-O juga sering disebut sebagai teori

16

kelimpahan faktor Teori tersebut menyatakan bahwa setiap negara akan

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang banyak

menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dalam jumlah banyak dan

berharga relatif murah serta mengimpor komoditi yang banyak menyerap faktor

produksi yang di negara tersebut relatif langka dan mahal (Salvatore 1997 129)

225 Teori Keunggulan Kompetitif

Tambunan (2004 107) menyatakan bahwa keunggulan kompetitif adalah

keunggulan yang harus diciptakan atau dikembangkan Inti dari paradigma

keunggulan kompetitif adalah suatu negara dalam persaingan global selain

ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif juga sangat ditentukan oleh

faktor-faktor keunggulan kompetitif yang dikembangkan Dari hasil studi Porter

menyimpulkan bahwa suatu negara berhasil dalam industri tertentu karena

lingkungan dasarnya bersifat mempunyai pandangan ke depan dinamis dan

menantang

Secara spesifik terdapat empat variabel domestik penting yang secara

individual mempengaruhi kinerja dan dayasaing global di suatu negara yaitu

kondisi faktor (factor condition) kondisi permintaan (demand condition) industri

terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting industry)

serta kondisi struktur persaingan dan strategi industri (firm strategy structure

and rivalry) Selain keempat faktor utama di atas terdapat dua faktor yang

mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan

(chance event) dan faktor pemerintah (government) Faktor-faktor ini membentuk

sistem dalam peningkatan keunggulan dayasaing yang disebut Porterrsquos Diamond

17

23 Dayasaing Global

Kotabe dan Helsen (2010 39) menyatakan bahwa konsep dayasaing

mengacu pada produktivitas Dayasaing suatu negara merupakan kapasitas

produksi dalam negeri dan luar negeri yang mengacu pada manusia alam dan

sumber daya modal Keberhasilan perdagangan internasional suatu negara dapat

dilihat dari dayasaingnya Dayasaing merupakan konsep umum yang digunakan

untuk merujuk pada komitmen persaingan pasar terhadap keberhasilan suatu

negara dalam persaingan internasional (Bustami dan Hidayat 2013 56)

Dayasaing merupakan posisi relatif suatu organisasi atau negara dibandingkan

dengan yang lain Negara memiliki peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan dayasaing dengan membuat kebijakan ekonomi atau politik yang

menguntungkan (Aprilia dkk 2015 2)

231 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Tambunan (2004 110) mendefinisikan RCA sebagai suatu persentase dari

jumlah ekspor manufaktur dari suatu negara lebih tinggi daripada pangsa dari

barang yang sama di dalam jumlah ekspor dunia maka negara tersebut memiliki

keunggulan komparatif atas produksi dan ekspor dari barang tersebut Nilai

indeks RCA lebih besar dari 1 berarti negara tersebut berdayasaing Sedangkan

jika lebih kecil dari 1 maka dayasaingnya buruk Indeks RCA bisa digunakan

untuk mengukur apakah Indonesia memproduksi dan mengekspor barang-barang

yang pasar luar negerinya sedang berkembang pesat atau sedang mengalami

stagnansi (Tambunan 2004 118)

18

232 Export Product Dynamic (EPD)

EPD merupakan indikator yang mengukur posisi pasar dari produk suatu

negara untuk tujuan pasar tertentu Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk

membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia dan

mengetahui dinamis atau tidaknya performa suatu produk Sebuah matriks EPD

terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis Daya tarik pasar

dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan

pasar tertentu dimana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan

pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan

pasar tertentu Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini

menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat

kategori yaitu Rising Star Falling Star Lost Opppotunity dan Retreat

(Kementerian Perdagangan 2011 21) Adapun matriks EPD adalah sebagai

berikut

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD

Share of Countryrsquos

Export in World Trade

Share of Countryrsquos Export in World Trade

Rising

(Dynamic)

Falling

(Stagnant)

Rising (Competitive) Rising Star Falling Star

Falling (Non-

competitive) Lost Opportunity Retreat

Sumber Estherhuizen dalam Kementerian Perdagangan (2011 21)

Posisi pasar yang ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tertinggi

pada ekspornya sebagai Rising Star yang menunjukkan bahwa negara tersebut

memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat

(fast-growing products) Lost Opportunity terkait dengan penurunan pangsa

pasar pada produk-produk yang dinamis adalah posisi yang paling tidak

19

diinginkan Falling Star juga tidak disukai meskipun masih lebih baik jika

dibandingkan dengan Lost Opportunity karena pangsa pasarnya tetap meningkat

Sementara itu Retreat biasanya tidak diinginkan tetapi pada beberapa kasus

tertentu mungkin diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk-produk yang

stagnan dan menuju produk-produk yang dinamis (Bappenas 2009)

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Nilai indeks ISP adalah

antara -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu negara cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi yang bersangkutan Jika nilainya negatif

maka suatu negara cenderung menjadi negara importir terhadap komoditi yang

bersangkutan

ISP juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan

suatu komoditi dalam perdagangan Menurut kementerian Perdagangan (2008)

tingkat pertumbuah perdagangan dibagi lima tahap yaitu

1 Tahap pengenalan

Ketika suatu industri (forerunner) di suatu negara A mengekspor produk-

produk baru dan industri pendatang belakangan (latecomer) di negara B impor

produk-produk tersebut Dalam tahap ini nilai indeks ISP dari industri latecomer

adalah -100 sampai -050

20

2 Tahap subtitusi impor

Pada tahap ini industri di negara B menunjukkan dayasaing yang sangat

rendah dikarenakan tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala

ekonomi Industri tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang

kurang bagus dan produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan

dalam negeri Adapun nilai indeks ISP pada tahap ini yaitu naik antara -051

sampai 000

3 Tahap pertumbuhan

Pada tahap ini industri di negara B melakukan produksi dalam skala besar

dan mulai meningkatkan ekspornya Di pasar domestik penawaran untuk

komoditi tersebut lebih besar daripada permintaan Tahap ini mempunyai nilai

indeks ISP antara 001 sampai 080

4 Tahap Kematangan

Pada tahap ini produk yang bersangkutan sudah memasuki tahap

standarisasi menyangkut teknologi yang dikandungnya Pada tahap ini juga

negara B merupakan negara eksportir Adapun nilai indeks ISP tahap ini berada

pada kisaran 081 sampai 100

5 Tahap kembali mengimpor

Pada tahap ini industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya

dengan industri dari negara A dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari

permintaan dalam negeri Tahap ini ditunjukkan dengan nilai indeks ISP yang

kembali menurun antara 100 sampai 000

21

24 Gravity Model

Gravity Model merupakan model perdagangan yang mengadopsi model

gravitasi Newton tentang kekuatan gaya tarik menarik dari dua buah objek yang

dipengaruhi secara langsung oleh massa dari kedua obyek tersebut dan secara

tidak langsung oleh jarak diantara dua objek tersebut Persamaan gravitasi

dinyatakan sebagai berikut

Fij = G MiMj D2ij

Dimana

Fij Kekuatan gaya tarik menarik

Mi dan Mj Massa

D2ij Jarak antara dua objek

G Konstanta gravitasi

Jan Timbergen pada tahun 1962 menggunakan analogi tersebut untuk

menganalisis perdagangan internasional Tarik menarik dalam konteks

perdagangan internasional adalah ekspor dan impor oleh negara-negara ldquoMassardquo

dari negara-negara tersebut adalah ukuran ekonomi atau Produk Domestik bruto

(PDB) yang dianggap dapat menghasilkan aliran-aliran potensi perdagangan

internasional Semakin besar PDB negara partner maka semakin besar pula

aliran perdagangan dari negara tersebut Namun jarak menjadi hambatan dalam

perdagangan internasional Jarak yang semakin jauh mengakibatkan biaya

transportasi dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pengiriman barang

menjadi besar Sehingga mengakibatkan kecilnya kemungkinan perdagangan

bilateral (Sarwoko 2009 3-4)

Dilanchiev (2012 75) menyatakan bahwa Gravity Model merupakan

salah satu model untuk memperkirakan perdagangan bilateral antar negara dan

22

potensi perdagangan suatu negara Keuntungan utama dalam menggunakan

Gravity Model adalah dapat menjelaskan pola perdagangan internasional dengan

kondisi jumlah data dan validitas latar belakang ekonomi yang sedikit seperti

Georgia Adapun model persamaan Gravity Model adalah

Trade ij = α PDBi PDBj

Distanceij

Keterangan

Trade Volume perdagangan antara negara i dan j

PDBi Pendapatan nasional negara i

PDBj Pendapatan nasional negara j

Distance Jarak bilateral kedua negara

α Konstanta

Bergstrand (1985 480) menyatakan bahwa Gravity Model banyak

dipengaruhi oleh pendapatan Oleh sebab itu harga dan nilai tukar menjadi

variabel yang memiliki efek signifikan dalam aliran perdagangan internasional

Sementara Zarzoso dan Lehman (2003 298) menggunakan Gravity Model untuk

menganalisis data panel pada tahun 1988-1996 dengan 20 sampel negara di Uni

Eropa Adapun persamaan Gravity Model yang digunakan oleh Zarzoso dan

Lehman adalah sebagai berikut

lXijt = αij + β1lYit + β2lYjt + β3lNit + β4lNjt + β5lDij + β6lIi + β7lIj + β8ydifij

+ β9IRERij + sumYhPijh + eijt

Dimana

αij konstanta

β1lYit Pendapatan eksportir

β2lYjt Pendapatan importir

β3lNit Populasi eksportir

β4lNjt Populasi importir

β5lDij Jarak

β6lIi Infrastruktur eksportir

β7lIj Infrastruktur importir

β8ydifij Pendapatan perkapita

23

β9IRERij Nilai tukar

Eijt eror

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan eksportir pendapatan

importir populasi importir jarak pendapatan perkapita nilai tukar dan

infrastruktur eksportir berpengaruh signifikan terhadap aliran dagang Uni Eropa

Sedangkan variabel infrastruktur importir tidak signifikan terhadap aliran dagang

Uni Eropa

Sedangkan Pradipta dan Firdaus (2014 140-141) menambahkan Indeks

Harga Konsumen (IHK) sebagai variabel kontrol yang digunakan dalam

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa IHK berpengaruh signifikan terhadap

ekspor buah Indonesia di pasar internasional Peningkatan IHK akan menurunkan

volume ekspor ke negara tujuan

241 Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir

yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi

yang berlokasi dalam suatu negara (Salvatore 1997 21) Sedangkan menurut

Case amp Fair (2002 23) PDB adalah nilai barang dan jasa akhir berdasarkan

harga pasar yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode

dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam perekonomian

tersebut

PDB merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan

beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB

merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

24

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara Ketiga PDB merupakan

gambaran awal tentang masalah-masalah mendasar yang dihadapi suatu

perekonomian Jika sebagian besar PDB dinikmati oleh sebagian penduduk maka

perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya

(Rahardja dan Manurung 2008 223)

242 Jarak Ekonomi

Jarak ekonomi adalah jarak antara kedua negara berdasarkan jarak

bilateral antara kota besar kedua negara Jarak ini digunakan untuk gambaran

biaya transportasi yang dibutuhkan untuk melakukan ekspor dan impor (Mayer

dan Zignago 2011 11) Li dkk (2008 8) menggunakan variabel jarak ekonomi

dalam penelitiannya yang berjudul Component Trade and Chinarsquos Global

Economic Integration sebagai gambaran biaya transportasi Cina ke negara-negara

tujuan ekspornya Adapun rumus jarak ekonomi adalah sebagai berikut

Jarak ekonomi = Jarak geografis x PDB negara tujuan ekspor

PDB seluruh negara yang dianalisis

Jarak ekonomi memiliki dua pengaruh yaitu negatif dan positif Menurut

penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009) Dilanchiev (2012)

serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak ekonomi

berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan Namun menurut Lawless

25

dan Whelan (2007) pengaruh positif jarak ekonomi terjadi di Amerika Serikat

Untuk bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan biaya transportasi maka

perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat akan menaikkan volume dan nilai

perdagangannya

243 Harga

Harga adalah jumlah yang harus ditagihkan untuk suatu produk atau jasa

(Kotler dan Keller 2009 18) Harga merupakan penentu utama pilihan pembeli

(Kotler dan Keller 2009 79) Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan

adalah harga barang itu sendiri Jika harga suatu barang semakin murah maka

permintaan terhadap barang tersebut bertambah Begitu juga sebaliknya Hal ini

sesuai dengan hukum permintaan yaitu bila harga suatu barang naik ceteris

paribus maka jumlah barang yang diminta akan berkurang Begitu juga

sebaliknya Jika harga suatu barang turun ceteris paribus maka jumlah barang

yang diminta akan bertambah (Rahardja dan Manurung 2008 24)

Harga

Qd = 100 ndash 10P

Kuantitas

Gambar 7 Kurva Permintaan Sumber Rahardja dan Manurung (2008 29)

244 Nilai Tukar Rupiah

Perdagangan internasional melibatkan beberapa negara dengan mata uang

uang yang berbeda-beda Untuk dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi maka

80 40 60

2

4

6

8

10

0

20 100

26

mata uang yang dipergunakan mempunyai harga tertentu dalam mata uang negara

lain Nilai tukar rupiah adalah harga atau berapa banyak suatu mata uang harus

dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain Bila dikatakan nilai

tukar rupiah adalah Rp 10000US$ maka untuk memperoleh satu unit US$ harus

disediakan sebanyak 10000 unit rupiah Jika harga satu unit komputer seharga

US$ 600 per unit maka rupiah yang harus disediakan adalah 6 juta unit

Sederhananya harga komputer per unit adalah Rp 6 juta (Rahardja dan

Manurung 2008 307)

Nilai tukar didasari dua konsep Pertama adalah konsep nominal

merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang

menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna

memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain Kedua adalah konsep riil yang

dipergunakan untuk mengukur dayasaing komoditi ekspor suatu negara di

pasaran internasional (Halwani 2002 186)

Mankiw (2012 193) menyatakan bahwa nilai tukar nominal (nominal

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan mata

uang suatu negara dengan mata uang negara lain Sedangkan nilai tukar riil (real

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang

dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain Secara umum

rumus nilai tukar riil adalah

Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal x Harga barang domestik

Harga barang luar negeri

Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan

tingkat harga di kedua negara Jika nilai tukar riil adalah tinggi berarti harga

27

barang-barang luar negeri relatif murah dan harga barang-barang domestik relatif

mahal Sebaliknya jika nilai tukar riil rendah berarti harga barang-barang luar

negeri relatif mahal dan harga barang-barang domestik relatif murah (Rahardja

dan Manurung 2008 308)

245 Populasi

Populasi menurut World Bank (2016) adalah seluruh penduduk yang

tinggal di sebuah negara tanpa menghiraukan status legal atau kewarganegaraan

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara

menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga relatif

rendah Misalnya walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih

rendah daripada penduduk Singapura tetapi secara absolut tingkat pengeluaran

konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura karena jumlah penduduk

Indonesia 51 kali lipat penduduk Singapura (Rahardja dan Manurung 2008 267)

Sitorus (2009 41) menyatakan bahwa pertambahan populasi pada negara

importir dapat berada pada sisi penawaran maupun permintaan Pada sisi

penawaran pertambahan populasi akan meningkatkan produksi dalam negeri

dalam hal kuantitas maupun diversifikasi produk negara importir Kondisi ini

akan mengakibatkan penurunan permintaan komoditi ekspor oleh negara

importir Pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar

28

246 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat

harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu

Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama

yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu Masing-masing harga

barang dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya Barang

dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling besar (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perhitungan IHK ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari

sekelompok tetap barang atau jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi)

atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang atau jasa kebutuhan rumah tangga

sehari-hari (Badan Pusat Statistik 2016) Adapun perhitungan inflasi dari IHK

adalah sebagai berikut

Inflasi = (IHK ndash IHK -1) x 100

IHK -1

Rahardja dan Manurung (2008 368) menyatakan bahwa dilihat dari

cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang mencerminkan tingkat inflasi

yang sebenarnya Tetapi IHK sangat berguna karena menggambarkan besarnya

kenaikan biaya hidup bagi konsumen sebab IHK memasukkan komoditas-

komoditas yang relevan (pokok) yang dikonsumsi masyarakat

Inflasi dalam tingkat tertentu dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan

penawaran agregat karena kenaikan harga akan memacu produsen untuk

meningkatkan output-nya Namun terdapat beberapa masalah sosial yang muncul

29

dari inflasi yang tinggi (ge 10 per tahun) Pertama menurunnya tingkat

kesejahteraan rakyat yang diukur dengan tingkat daya beli pendapatan Inflasi

menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah khususnya bagi masyarakat

yang berpenghasilan rendah Kedua memburuknya distribusi pendapatan Ketiga

terganggunya stabilitas ekonomi Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan

merusak perkiraan tentang masa depan para pelaku ekonomi Inflasi yang kronis

menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa akan terus naik

Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak

dari yang seharusnya Tujuannya untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi

Akibatnya permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat sedangkan bagi

produsen perkiraan akan naiknya barang dan jasa mendorong mereka untuk

menunda penjualan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar Penawaran

barang dan jasa menjadi berkurang Akibatnya kelebihan permintaan dapat

mempercepat dan memperbesar laju inflasi sehingga kondisi ekonomi akan

semakin memburuk (Rahardja dan Manurung 2008 371-372) Inflasi yang

memburuk mengakibatkan harga-harga dalam negeri meningkat dan cenderung

akan melakukan impor untuk meredakan harga dalam negeri

25 Penelitian Terdahulu

Dayasaing dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perdagangan

internasional merupakan tema penelitian yang sebelumnya telah banyak diteliti

baik di Indonesia maupun di luar negeri Terdapat tujuh penelitian terdahulu yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam pemilihan metode analisis

30

dan variabel-variabel yang dipilih Adapun penelitian terdahulu dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut

Tabel 3 Penelitian Terdahulu

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

1 Posisi

Dayasaing dan

Spesialisasi

Perdagangan

Lada Indonesia

dalam

Menghadapi

Globalisasi

(Studi Pada

Ekspor Lada

Indonesia

Tahun 2009-

2013)

(Feira Aprilia

R Zainul

Arifin dan

Sunarti 2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Indeks

Spesialisasi

Perdagangan

(ISP)

1 Lada Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif dalam

perdagangan

dunia Dibuktikan

dengan

perhitungan RCA

pada tahun 2013

RCA Indonesia

1726 berada di

atas Brazil 770

India 360 dan

Malaysia 313

namun di bawah

Vietnam 4477

2 Berdasarkan

perhitungan ISP

dapat diketahui

bahwa Indonesia

merupakan

negarara eksportir

lada dan

merupakan

negara eksportir

lada kedua

setelah Vietnam

Persamaan

Menggunakan

metode

analisis RCA

dan ISP

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis EPD

dan Gravity

Model dengan

fokus analisis

pada

dayasaing

ekspor lada di

negara tujuan

ekspor bukan

pada sesama

negara

eksportir lada

di dunia

31

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

2 Analisis

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Lada

Indonesia ke

Negara Tujuan

Ekspor (Nadia

Permatasari

2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

1 Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif yang

kuat ke negara

tujuan

2 Rising star

Singapura dan

Inggris Falling

star Australia dan

Vietnam Lost

Opportunity AS

Jerman dan India

Retreat Jepang

3 Variabel yang

berpengaruh

signifikan adalah

GDP perkapita

negara tujuan

harga ekspor lada

Indonesia

populasi dan

produksi lada

Indonesia

Variabel tidak

berpengaruh

signifikan adalah

nilai tukar rupiah

Persamaan

menggunkaan

metode analisis

RCA EPD

dan regresi

data panel

Perbedaan

Penelitian

Nadia (2015)

tidak

menggunkana

ISP konsep

dalam

penentuan

variabel bukan

berdasarkan

teori Gravity

Model jumlah

tahun dan

negara yang

diteliti lebih

sedikit dan

menggunakan

nilai ekspor

bukan volume

ekspor untuk

variabel Y

dalam analisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

volume ekspor

lada

32

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

3 Analisis Posisi

Lada Putih

Indonesia di

Pasar Lada

Putih Dunia

(Kristiawan

Hadinata

Ginting 2014)

1 Regresi

Linear

Berganda

Logaritmatik

2 Almost Ideal

Demand

System

(AIDS)

1 faktor-faktor yang

berpengaruh

terhadap volume

perdagangan lada

putih Indonesia

terhadap lada

putih dunia adalah

harga lada putih

dunia harga lada

hitam dunia dan

GDP per kapita

dunia Sedangkan

populasi tidak

berpengaruh

2 Lada putih

Indonesia

memiliki

dayasaing di pasar

lada putih dunia

yang lebih baik

dibandingkan lada

putih Vietnam

Lada putih

Indonesia juga

memiliki prospek

yang baik dilihat

dari potensi pasar

lada putih dunia

itu sendiri Pasar

lada putih dunia

masih memiliki

potensi untuk

dimasuki

walaupun terdapat

desakan lada

hitam yang dapat

diolah lebih lanjut

menjadi lada

putih

Persamaan

menganalisis

faktor-faktor

dan dayasaing

lada

Perbedaan

Penelitian ini

menggunakan

regresi data

panel

meneliti lada

secara umum

dengan kode

HS 0904 di

UN

Comtrade

dan

menambahkan

variabel IHK

jarak

ekonomi dan

kurs riil

Dayasaing

dalam

penelitian ini

juga

menggunakan

metode RCA

EPD dan ISP

33

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

4 Empirical

Analysis of

Georgian

Trade Pattern

Gravity Model

(Azer

Dilanchiev

2012)

Regresi data

panel tahun

2000 - 2011

1GDP perkapita jarak

ekonomi dan FDI

berpengaruh

terhadap

perdagangan

Georgia

2Nilai tukar populasi

Georgia dan

populasi negara lain

tidak berpengaruh

signifikan

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel

Perbedaan

Penelitian ini

tidak

menggunkana

variabel

populasi

negara

eksportir dan

variabel

dummy

namun

menambahkan

variabel IHK

5 Perdagangan

Bilateral

Antara

Indonesia

dengan

Negara-Negara

Patner Dagang

Utama dengan Menggunakan Model

Gravitasi

(Sarwoko

2009)

Regresi OLS 1Perdagangan

Indonesia secara

positif dipengaruhi

oleh ukuran-ukuran

ekonomi PDB dan

PDB perkapita

negara importir dan

secara negatif

dipengaruhi oleh

jarak geografis

antara Indonesia

dengan negara-

negara partner

dagang utama

tersebut Sedangkan

PDB serta PDB

perkapita Indonesia

tidak berpengaruh

Persamaan

Menggunakan

Gravity

Model

Perbedaan

Pelitian ini

menambahkan

variabel lain

seperti

populasi

harga indeks

harga

konsumen

dan nilai

tukar

34

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

6 Peningkatan

Ekspor CPO

dan Kakao Di

Bawah

Pengaruh

Liberalisasi

Perdagangan

(Suatu

Pendekatan

Model

Gravitasi

(Maria Sitorus

2009)

Regresi data

panel

1 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

eskpor kakao

adalah GDP dan

populasi

eksportir nilai

tukar dan jarak

Sedangkan

variabel GDP dan

Populasi importir

tidak berpengaruh

signifikan

2 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

ekspor CPO

adalah GDP

eksportir dan

importir populasi

eksportir dan

importir serta

jarak Sedangkan

variabel nilai

tukar tidak

berpengaruh

nyata

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel dan

variabel-

variabel

Gravity

Model kecuali

IHK dan

populasi

eksportir

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

analisis

dayasaing

35

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

7 Posisi

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Buah-

Buahan

Indonesia

(Amalia

Pradipta dan

Muhammad

Firdaus 2014)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

Gravity

Model

1 EPD dan RCA

menunjukkan

bahwa buah yang

memiliki

keunggulan

komparatif dan

kompetitif

tertinggi di negara

tujuan dan dunia

adalah buah

manggis mangga

dan jambu

2 Faktor yang

mempengaruhi

aliran ekspor

buah Indonesia

meliputi harga

ekspor populasi

jarak ekonomi

GDP riil dan per

kapita nilai tukar

riil Indeks harga

konsumen

Indonesia dan

variabel dummy

krisis yang terjadi

di Eropa

Persamaan

Menggunakan

metode RCA

dan EPD

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis ISP

36

26 Kerangka Pemikiran

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis Dayasaing Komoditi Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Keunggulan

Komparatif

Analisi Faktor-Faktor

yang mempengaruhi

Volume Ekspor Lada

Indonesia

Kekuatan dan Peluang Lada Indonesia

1 Produksi Produksi meningkat

meskipun lahan berkurang

2 Produktivitas Produktivitas tinggi

3 Harga meningkat Harga yang

meningkat dari tahun ke tahun

menjadi peluang bagi eksportir untuk

meningkatkan volume ekspor karena

keuntungan lebih tinggi

4 Neraca perdagangan lada positif

5 Permintaan lada dunia meningkat

Masalah yang Dihadapi

Indonesia

1 Luas lahan berkurang

2 Fluktuasi ekspor

3 Pesaing utama (Vietnam

dan Brazil)

Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per kapita

2 Jarak ekonomi

3 Harga

4 Kurs riil

5 Populasi

6 Indeks harga

konsumen

Keunggulan

Kompetitif

Hasil dan Interpretasi

Regresi Data

Panel

Gravity

Model

EPD

dan ISP

RCA

37

27 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah

1 Nilai RCA Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional lebih dari 1

artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif sehingga komoditi

tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Nilai EPD Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional berada di sumbu

positif artinya Indonesia memiliki pangsa pasar lada yang kuat

3 Nilai ISP Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional adalah antara -1

sampai +1 Jika nilanya positif artinya Indonesia cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi lada

4 Variabel rata-rata PDB per Kapita berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

5 Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

6 Variabel Harga berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

7 Variabel Kurs Riil berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

8 Variabel Populasi berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

9 Variabel Indeks Harga Konsumen berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengakses website yang berkaitan dengan

judul penelitian Website yang diakses terdiri dari website UN Comtrade UN

CTAD World Bank dan CEPII Adapun waktu penelitian ini dimulai dari bulan

April - November tahun 2016

32 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif cross-sectional

menggunakan data panel yaitu time series 2004-2013 dan cross section sembilan

belas negara yang diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 9 dan microsoft

excel Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

beberapa sumber sebagai berikut

Tabel 4 Sumber Data dan Data

No Sumber Data

1 UN Comtrade

1 Nilai ekspor lada Indonesia ke negara importir

2 Nilai ekspor lada dunia ke negara importir

3 Total nilai ekspor Indonesia ke negara importir

4 Total nilai ekspor dunia ke negara importir

5 Nilai impor lada Indonesia dari negara importir

6 Harga lada Indonesia di pasar internasional

2 UN CTAD

Nilai tukar Rupiah

3 World Bank 1 PDB per Kapita

2 Populasi negara tujuan

3 Indeks harga konsumen

4 CEPII Jarak Ekonomi

39

33 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh negara yang menjadi tujuan

ekspor lada Indonesia Tahun 2004 - 2013 yaitu sebanyak 80 negara Penentuan

sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan

metode purposive sampling yaitu sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono 2011 68) Sampel dalam penelitian ini adalah negara-negara tujuan

ekspor lada Indonesia yang melakukan impor lada dari Indonesia secara kontinu

dari tahun 2004 - 2013 yang terdiri dari Amerika Serikat Australia Belanda

Belgia Bulgaria Hongkong India Inggris Italia Jepang Jerman Kanada

Korea Selatan Malaysia Pakistan Perancis Rusia Singapura dan Vietnam

34 Metode Analisis Data

Penelitian ini dianalisis menggunakan Revealed Comparative Advantage

(RCA) untuk mengetahui dayasaing lada secara komparatif Export Product

Dynamic (EPD) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk mengetahui

dayasaing lada secara kompetitif serta data panel untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

Data panel adalah data yang berstruktur urut waktu (time series) dan data

beberapa objek pada satu waktu (cross section) Data panel memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan data time series maupun cross section yang terdiri dari

(Suliyanto 2011 229)

1 Memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi Hal ini karena data

tersebut melibatkan beberapa individu dalam beberapa waktu

40

2 Mampu memberikan data yang lebih informatif bervariasi serta memiliki

tingkat kolinearitas yang rendah Hal ini karena menggabungkan data time

series dan cross section

3 Cocok untuk studi perubahan dinamis karena data panel pada dasarnya

adalah data cross section yang diulang-ulang (series)

4 Mampu mendeteksi dan mengukur pengaruh yang tidak dapat diobservasi

dengan data time series murni atau data cross section murni

5 Mampu mempelajari model perilaku yang lebih kompleks Misalnya

fenomena perubahan teknologi

341 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Analisis RCA merupakan salah satu metode analisis untuk mengukur

kekuatan dayasaing Adapun rumus analisis RCA adalah sebagai berikut

Keterangan

RCA

Xik

Xim

Xwk

Xwm

Keunggulan komparatif Indonesia

Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai dayasaing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan yaitu

1 Jika nilai RCA gt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Jika nilai RCA lt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki dayasaing lemah

RCA = Xik Xim

X wk Xwm 31

41

n

t=1 t

n

t=1 t-1

t=1 t t=1 t-1

n n

342 Export Product Dynamic (EPD)

Salah satu indikator dayasaing lainnya adalah Export Product Dynamic

Metode ini digunakan untuk mengukur posisi pasar suatu negara di negara tujuan

ekspornya dan mengukur dinamis atau tidaknya suatu produk di pasar

menggunakan empat kuadran yang terdiri dari Rising star Falling Star Lost

Opportunity dan Retreat Adapun rumus Export Product Dynamic (EPD) adalah

sebagai berikut

Pangsa Pasar Indonesia (Sumbu X)

sum (Xi Wi) x 100 - sum (Xi Wi) x 100

T

Pangsa Pasar Produk (Sumbu Y)

sum (Xt Wt) x 100 - sum (Xt Wt) x 100

T

Keterangan

Xi Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Xt Nilai total ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wi Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wt Nilai total ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

t Tahun analisis

t-1 Tahun analisis sebelumnya

T Total tahun analisis

32

33

42

SP = (Xia ndash Mia) (Xia + Mia)

+ +

- +

- +

- -

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan metode EPD

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Indeks ISP dapat

dirumuskan sebagai berikut

Keterangan

Xia Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Mia Nilai impor lada Indonesia dari negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai indeks ISP adalah anata -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu

negara cenderung menjadi negara eksportir terhadap komoditi yang

bersangkutan Jika nilainya negatif maka maka suatu negara cenderung menjadi

negara importir terhadap komoditi yang bersangkutan

344 Regresi Data Panel

Gravity Model merupakan sebuah model untuk mengukur volume ekspor

yang dipengaruhi oleh pendapatan negara jarak dan variabel lain yang

berhubungan dengan perdagangan internasional Faktor-faktor yang digunakan

34

Lost Opportunity

Retrat Falling Star

Rising Star

43

dalam penelitian ini adalah rata-rata Produk Domestik Bruto per kapita Jarak

Ekonomi Harga lada Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen

Persamaan Gravity Model menggunakan ln (logaritma natural) agar memenuhi

uji asumsi klasik dan menghindari model dari bias Perumusan Gravity Model

dalam penelitian ini adalah

LnVEL= β0 + β1LnPDBC + β2LnJE + β3LnHRG+ β4LnKR + β5LnPOP

+ β6IHK + e

Keterangan

LnVEL Volume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional

(ton) dalam persen

LnPDBC Rata-rata PDB per Kapita

LnJE Jarak Ekonomi (KM) dalam persen

LnHRG Harga Lada (US$ per ton) dalam persen

LnKR Kurs Riil (RpUS$) dalam persen

LnPOP Populasi (jiwa) dalam persen

IHK Indeks Harga Konsumen dalam persen

β0 Konstanta

β1-β7 Koefisien Regresi

e eror

345 Uji Kesesuaian Model

Widarjono (2009 231-237) menyatakan bahwa secara umum data panel

akan menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap negara

dan setiap periode waktu Oleh karena itu pengestimasian persamaan data panel

akan sangat tergantung dari asumsi yang dibuat tentang intersep koefisien slope

dan variabel pengganggunya Dengan demikian terdapat beberapa metode yang

biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel yaitu

35

44

1 Common Effect Model (CEM)

Model CEM merupakn model dengan koefisien tetap antara waktu dan

individu Model CEM hanya mengkombinasikan data time series dan

cross section Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi

individu maupun waktu Sehingga diasumsikan bahwa perilaku data

antara individu sama dalam berbagai kurun waktu

2 Fixed Effect Model (FEM)

Model FEM merupakan model dengan slope konstan tetapi intersep

berbeda antara individu Model FEM juga menggunakan variabel dummy

untuk menangkap adanya perbedaan intersep Regresi data panel dengan

model FEM diduga mengandung masalah heteroskedastisitas Oleh sebab

itu permasalahan heteroskedastisitas dalam model ini dapat diatasi

dengan menggunakan metode GLS

3 Random Effect Model (REM)

Model REM merupakan model mempunyai variabel gangguan berbeda

antara individu tetapi tetap antara waktu Model random merupakan

model yang akan mengestimasi data panel di mana variabel gangguan

mungkin saling berhubungan antara waktu dan individu Oleh sebab itu

metode yang tepat digunakan untuk mengestimasi model REM adalah

Generalized Least Squares (GLS)

Setelah diketahui macam-macam model data panel tahap selanjutnya

adalah memilih model mana yang paling tepat untuk untuk mengestimasi model

45

data panel Adapun uji-uji yang dilakukan untuk memilih model yang tepat

adalah sebagai berikut

1 Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk mengetahui apakah FEM lebih baik

daripada CEM atau sebaliknya hal tersebut dapat dilihat dari signifikansi

FEM dan uji F statistik jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak

dan H1 diterima Begitu juga sebaliknya apabila F hitung lebih kecil dari F

tabel maka H0 diterima (Widarjono 2009 238) Berikut hipotesis uji Chow

H0 Common Effect Model

H1 Fixed Effect Model

2 Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk memilih apakah model FEM lebih baik

dari REM atau sebaliknya Uji Hausman didasarkan pada LSDV pada FEM

dan GLS pada REM Uji ini mengikuti statistika chi square dengan degree of

freedom sebanyak k (jumlah variabel independen) Jika nilai statistik

Hausman lebih besar daripada nilai kritisnya maka H0 ditolak Sebaliknya

apabila nilai statistik Hausman lebih kecil daripada nilai kritisnya maka H0

diterima (Widarjono 2009 240-241) Berikut hipotesis uji Hausman

H0 Random Effect Model

H1 Fixed Effect Model

3 Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui apakah model

REM atau CEM yang paling tepat digunakan Uji signifikansi REM ini

46

dikembangkan oleh Breusch Pagan Metode Breusch Pagan untuk uji

signifikansi REM didasarkan pada nilai residual dari metode OLS

(Widarjono 2009 239) Hipotesis yang digunakan adalah

H0 Common Effect Model

H1 Random Effect Model

Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-squares dengan degree of

freedom sebesar jumlah variabel independen Jika nilai LM statistik gt nilai

kritis statistik chi-squares maka kita menolak H0 yang artinya estimasi yang

tepat untuk model regresi data panel adalah metode REM daripada metode

CEM Sebaliknya jika nilai LM lt kecil dari nilai statistik chi-squares sebagai

nilai kritis maka hipotesis nul diterima yang artinya estimasi yang digunakan

dalam regresi data panel adalah metode CEM bukan metode REM

346 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengaanggu atau residual memiliki distribusi normal Seperti diketahui

bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel yang kecil (Ghozali 2006 147)

1 Uji Normalitas dengan Analisis Grafik

Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik merupakan

metode yang termudah Analisis grafik dilakukan dengan menggunakan

histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal

sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal

47

Jika Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti

lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal

Normal

Gambar 10 Histogram Normalitas Sumber Ghozali (2009 34)

2 Uji Normalitas dengan Jarque-Bera (JB Test)

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik Jarque-Bera (JB)

dengan nilai Chi-Square (χ2) table dengan tingkat signifikansi 5 dan df (2)

Pengambilan keputusan dalam uji JB adalah jika nilai Jarque-Bera (JB) le χ2 tabel

maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal Sedangkan jika nilai

Jarque-Bera (JB) gt χ2 tabel maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi tidak

normal (Widarjono 2009 49)

347 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghazali

2006 95-96)

Pendeteksian ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis

korelasi berpasangan yang tinggi diantara variabel-variabel independen Jika

antar variabel independen terdapat koefisien korelasi yang tinggi (di atas 085)

maka dapat disimpulkan bahwa dalam model terdapat multikolinearitas Jika

48

koefisien korelasi lebih rendah dari 085 maka model tidak mengandung

multikolinearitas (Widarjono 2009106)

2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali 2006 125) Pengujian

heteroskedastisitas bisa dilakukan dengan metode Glejser Metode ini melakukan

regresi nilai absolut residual dengan variabel independennya (Widarjono 2009

120)

3 Uji Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota

observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu Oleh karena itu data

runtut waktu diduga seringkali mengandung unsur autokorelasi Sedangkan data

cross-section diduga jarang ditemui adanya unsur autokorelasi Salah satu metode

yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah Durbin-Watson Jika nilai

d adalah 2 maka tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif (Widarjono

2009 142-145) Adapun tabel pengujian Durbin-Watson adalah sebagai berikut

49

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

Nilai statistik d Hasil

0 lt d lt dL Ada autokorelasi positif

dL le d le dU Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

dU lt d lt 4 ndash dU Tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

4 ndash dU le d le 4ndashdL Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

4 ndash dL lt d lt 4 Ada autokorelasi negatif Sumber Widarjono (2009 146)

348 Uji signifikansi

1 Uji Signifikan Simultan (F)

Uji statistik F menurut Ghazali (2006 88) pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

terikat Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut

1 Bila nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat

kepercayaan 5 yang menyatakan bahwa semua variabel independen

secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen

2 Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F tabel Bila F-

hitung gt F tabel maka H0 ditolak dan menerima H1

2 Uji Signifikan Parsial (t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut

1 Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat

kepercayaan sebesar 005 maka H0 dapat diterima dan apabila lebih dari 005

maka H0 ditolak bila nilai t lebih dari 2 (nilai absolut)

50

2 Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel Apabila

t hitung gt t tabel maka variabel independen secara parsial mempengaruhi

variabel dependen (Ghazali 2006 88 - 89)

3 Koefisien Determinan (Rsup2)

Koefisien Determinan (Rsup2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu Nilai Rsup2 yang kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

amat terbatas Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen Jika nilai Rsup2 sama dengan satu maka pendekatan tersebut terdapat

kecocokan sempurna dan jika Rsup2 sama dengan nol maka tidak ada kecocokan

pendekatan (Ghozali 2006 87)

35 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati

secara langsung (Azwar 2013 74) Terdapat enam variabel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu variabel rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi

Harga Kurs Rill Populasi dan IHK Adapun definisi operasional variabel-

variabel tersebut adalah sebagai berikut

51

Tabel 6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnVEL Volume penjualan adalah

ukuran yang menunjukkan

banyaknya atau besarnya

jumlah barang atau jasa yang

terjual (Daryanto 2011 187)

Ekspor adalah kegiatan

mengeluarkan barang dari

Daerah Pabean (Menteri

Perdagangan 2012 5)

Banyaknya jumlah lada yang di

ekspor ke negara importir pada

tahun 2004-2013

LnPDBC PDB adalah nilai barang dan

jasa akhir berdasarkan harga

pasar yang diproduksi oleh

sebuah perekonomian dalam

satu periode dengan

menggunakan faktor-faktor

produksi yang berada dalam

perekonomian tersebut (Case

dan Fair 2002 23)

Rata-rata nilai pasar semua

barang dan jasa akhir Indonesia

dan negara importir yang

dihasilkan oleh faktor-faktor

produksi pada tahun 2004-2013

yang dibagi dengan jumlah

penduduk dalam satuan Dollar

Amerika (US$) dengan rumus

Rata-Rata PDB per Kapita =

(PDB per kapita Indonesia +

PDB per kapita importir)2

LnJE Jarak ekonomi adalah jarak

antara kedua negara

berdasarkan jarak bilateral

antara kota besar kedua negara

Jarak ini digunakan untuk

gambaran biaya transportasi

yang dibutuhkan untuk

melakukan ekspor dan impor

(Mayer dan Zignago 2011

11)

Jarak antar Indonesia dengan

negara tujuan secara riil dan

ekonomi yang digunakan sebagai

proxy untuk biaya transportasi

dan komunikasi serta waktu

pengiriman yang dibutuhkan

dalam kegiatan ekspor dan impor

dalam satuan KM dengan rumus

Jarak Ekonomi = Jarakij x (PDB

importirTotal PDB seluruh

negara yang dianalisis)

LnHRG Harga adalah jumlah yang

harus ditagihkan untuk suatu

produk atau jasa (Kotler dan

Keller 2009 18)

Jumlah uang yang ditukarkan

oleh negara-negara importir

dengan lada Indonesia pada

tahun 2004 - 2013 dalam satuan

Dolar (US$Ton)

LnKR Kurs riil (real exchange rate)

adalah nilai yang digunakan

seseorang saat menukarkan

barang dan jasa dari suatu

negara dengan barang dan jasa

dari negara lain (Mankiw

2012 193)

Kurs riil antara Indonesia dengan

negara importir yang ditukarkan

pada lada Indonesia dalam

satuan RpUS$ dengan rumus

KR= Kurs nominal x (IHK

IndonesiaIHK importir)

52

Tabel 6 Definisi Operasional (Lanjutan)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnPOP Semua warga negara di suatu

negara tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali

pencari suaka (World Bank

2016)

Semua warga negara di negara

tujuan ekspor tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali pencari

suaka pada tahun 2004 - 2013

yang dihitung dalam satuan jiwa

IHK Indeks harga konsumen adalah

angka indeks yang

menunjukkan tingkat harga

barang dan jasa yang harus

dibeli konsumen dalam satu

periode tertentu (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perubahan harga dari suatu

paket barang dan jasa yang

dikonsumsi oleh rumah tangga di

negara tujuan dalam satuan ()

pada tahun 2004-2013 dengan

tahun dasar 2010=100

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia

Para ahli memperkirakan bahwa lada merupakan tanaman asli Asia

selatan khususnya India Habitat asli lada adalah hutan-hutan yang lembab dan

hangat dengan tanah datar Pada abad ke-enam SM lada dibawa masuk oleh

saudagar-saudagar Hindu dari India ke Nusantara melalui Selat Sunda Di pesisir

Selat Sunda terutama Banten dan sekitarnya tanaman lada banyak

dibudidayakan Selain di Banten lada kemudian dibudidayakan secara intensif di

Lampung Hal ini ditunjukkan oleh sebuah piagam kuno yang bernama Piagam

Bojong tahun 1500 M yang menunjukkan kejayaan Lampung sebagai produsen

lada yang diperdagangkan secara luas ke seluruh dunia (Sutarno dan Andoko

2005 4) Adapun klasifikasi lada adalah sebagai berikut

Klasifikasi Lada

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas Magnoliopsida (berkeping dua dikotil)

Sub Kelas Magnoliidae

Ordo Piperales

Famili Piperaceae (suku sirih-sirihan)

Genus Piper

Spesies Piper nigrum L

Lada pala dan cengkih merupakan rempah-rempah yang menjadi

komoditas penting dari zaman dahulu hingga sekarang Diantara rempah-rempah

54

lainnya lada mendapatkan julukan sebagai ldquoraja rempah-rempahrdquo (the king of

spice) Lada mempunyai khasiat sebagai penghangat badan sehingga

keberadaannya sangat diperlukan oleh masyarakat di negara-negara subtropis

yang suhunya relatif dingin Begitu berharganya lada dipergunakan sebagai alat

tukar seperti halnya uang di Jerman pada abad XIV Lada juga menjadi komoditi

yang mendorong beberapa negara di Eropa seperti Portugis dan Belanda berlayar

sampai ke Indonesia Belanda (VOC) berhasil menguasai perdagangan lada dunia

berkat lada yang diperoleh dari nusantara dan mengakibatkan penjajahan selama

kurang lebih 350 tahun Pada abad pertengahan tersebut Indonesia terutama

Lampung merupakan sentra produksi lada yang tidak bisa diabaikan Dari

Lampunglah Belanda memasok sebagian besar ladanya yang diperdagangkan di

pasar dunia Pada tahun 1682 Belanda berhasil memasarkan sekitar 75 ton lada

hitam asal Lampung ke pasar dunia (Sutarno dan Andoko 2005 2)

Hingga tahun 2000 Indonesia merupakan salah satu produsen lada yang

diperhitungkan di pasar dunia dengan tingkat produksi 77500 ton Namun pada

tahun-tahun selanjutnya produktivitas lada terus menurun dan pada tahun 2003

menjadi 67000 ton Pada tahun tersebut posisi Indonesia tergeser oleh Vietman

dengan produksi 85000 ton atau sekitar 26 dari total produksi lada dunia

(Sutarno dan Andoko 2005 2-3)

Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama lada

dan mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada dunia Pasokan lada

Indonesia dalam perdagangan dunia dipenuhi dari Provinsi Bangka Belitung yaitu

lada putih dengan sebutan Muntok White Pepper dan Provinsi Lampung yaitu

55

lada hitam dengan sebutan Lampung Black Pepper yang sudah dikenal sejak

sebelum Perang Dunia ke-II (Wahyu 2014)

42 Lada Indonesia

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia

Lahan merupakan unsur pokok dalam bercocok tanam yang berfungsi

sebagai media tanam tanaman untuk tumbuh Pertumbuhan luas lahan menjadi

salah satu pendorong produktivitas yang tinggi Saat ini luas lahan pertanian

semakin berkurang seiring gencarnya alih fungsi lahan menjadi lahan non

pertanian seperti pabrik perumahan perkantoran jalan dan lain sebagainya

Adapun luas lahan lada dari tahun 2004-2013 adalah sebagaimana berikut

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia

Tahun Perkebunan

Rakyat (Ha)

Perkebunan

Negara (Ha)

Perkebunan

Swasta (Ha)

Total

(Ha)

2004 201248 - 236 201484

2005 191801 - 191 191992

2006 192572 - 32 192604

2007 189050 - 4 189054

2008 183078 - 4 183082

2009 185937 - 4 185941

2010 179314 - 4 179318

2011 177486 - 4 177490

2012 177783 - 4 177787

2013 171916 - 4 171920 Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (20143)

Luas areal lahan lada di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir

didominasi oleh perkebunan rakyat Sementara perkebunan swasta hanya

berkontribusi sangat sedikit dan terus mengalami penurunan hingga pada tahun

2007-2013 hanya tersisa luas lahan seluas 4 Ha Secara keseluruhan total luas

areal lada terus mengalami penurunan Hingga pada tahun 2013 luas areal lada

56

hanya sebesar 171920 Ha Penurunan terbanyak terjadi pada tahun 2005 dengan

penurunan sebesar 471 dari tahun 2004

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) terdapat empat faktor dominan

yang menjadi penyebab penurunan areal lada yaitu pertama fluktuasi harga lada

Lada merupakan komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar

internasional berpengaruh langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika

harga lada di tingkat petani rendah banyak petani lada tidak mampu merawat

tanaman secara baik sehingga produktivitasnya menurun Bahkan sebagian

petani tidak lagi menanam lada atau mengurangi luas areal lada dengan beralih ke

usaha tani komoditas lain (Manohara et al Vietnam Pepper Association dan

Irawati dalam Daras dan Pranowo 2009 2) Kedua gangguan organisme

pengganggu tanaman Mulia et al dalam Daras dan Pranowo (2009 3)

menyatakan bahwa areal pertanaman lada yang tersebar pada lima belas

kecamatan di Pulau Bangka rusak akibat serangan hama dan penyakit dengan

intensitas serangga rendah (3-7 ) sedang (10-22 ) dan tinggi (31-35 )

Ketiga dampak penambangan timah ilegal Sejak reformasi bergulir pada tahun

19971998 Pemerintah Pusat dan Daerah sedikit melonggarkan peraturan atau

ketentuan tentang penambangan timah Kondisi ini mendorong masyarakat Babel

dan sekitarnya melakukan penambangan timah secara tradisional karena kegiatan

ini mampu memberikan pendapatan secara cepat Akibatnya sebagian petani lada

beralih ke usaha penambangan timah sehingga usaha tani lada hanya sebagai

usaha sampingan (Irawati et al dalam Daras dan Pranowo 2009 3) Keempat

pengembangan komoditas lain Selain lada terdapat komoditas lain yang

57

dikembangkan di Babel seperti karet kelapa kelapa sawit kopi kakao cengkih

jambu mete dan nilam (Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Bangka

Belitung dalam Daras dan Pranowo 2009 4) Kelapa sawit merupakan

komoditas yang memperlihatkan perkembangan luas areal tanam paling pesat

sehingga mengurangi luas areal tanam lada (Daras dan Pranowo 2009 4)

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia

Berdasarkan sejarah Indonesia pernah menguasai pasar internasional lada

hingga tahun 2003 Produksi lada yang melimpah membuat Indonesia mampu

melakukan ekspor lebih banyak Laporan statistik perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3) menunjukkan bahwa produksi lada

Indonesia terus mengalami peningkatan sebagaimana Gambar 11 berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia

Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Produksi lada Indonesia terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun

2007 yang mengalami penurunan sebesar 439 sekaligus menjadi tahun dengan

produksi paling rendah dibanding tahun-tahun lainnya Sementara produksi

paling tinggi terjadi pada tahun 2013 dengan total produksi sebanyak 91039 ton

58

Adapun secara rinci total produksi lada Indonesia adalah 77008 ton pada tahun

2004 78328 ton pada tahun 2005 77533 pada tahun 2006 74131 ton pada

tahun 2007 80420 pada tahun 2008 82834 ton pada tahun 2009 83663 pada

tahun 2010 87089 pada tahun 2011 87841 ton pada tahun 2012 dan 91039 ton

pada tahun 2013

Peningkatan produksi lada di Indonesia seharusnya dapat mendorong

ekspor lada Indonesia Namun menurut data Statistik Perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 4) terjadi penurunan ekspor yang besar

pada tahun 2011 dan 2013 Adapun hubungan antara produksi dengan ekspor lada

Indonesia adalah sebagai berikut

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia

Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Hubungan

2004 77008 34302 +

2005 78328 34556 +

2006 77533 36953 +

2007 74131 38447 +

2008 80420 52407 +

2009 82834 50642 +

2010 83663 62599 +

2011 87089 36487 -

2012 87841 62605 +

2013 91039 47908 - Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3-4)

Secara umum dalam kurun waktu 2004 - 2013 produksi lada Indonesia

memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia Artinya

produksi lada memberikan dampak yang positif karena setiap kenaikan produksi

lada di Indonesia akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia Namun

terjadi hubungan yang negatif pada tahun 2011 dan 2013 yang dapat dilihat

dengan menurunnya volume ekspor lada Indonesia pada tahun tersebut Produksi

59

lada pada tahun 2011 meningkat sebesar 41 namun terjadi penurunan ekspor

sebesar 4171 Begitupun pada tahun 2013 produksi lada meningkat sebesar

364 namun ekspor lada menurun sebesar 2348 Hal ini dikarenakan

konsumsi lada dalam negeri pada tahun tersebut mencapai 3489 dan 2835

dari total produksi

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia

Besaran harga lada merupakan salah satu faktor yang dapat memicu naik

dan turunnya penjualan lada Harga lada domestik Indonesia menurut

International Pepper Community (2013 53) menunjukkan peningkatan yang

cukup tinggi Harga rata-rata lada hitam dan putih memiliki perbedaan yang

cukup besar yaitu hampir mencapai 50 Perbedaan harga ini disebabkan oleh

proses pengolahan lada putih yang lebih rumit dibandingkan lada hitam Adapun

perkembangan rata-rata lada adalah sebagai berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Rp

Kg)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia Sumber International Pepper Community (2013 53)

Harga rata-rata lada hitam dan lada putih dalam negeri bergerak secara

beriringan secara fluktuatif namun cenderung meningkat Peningkatan harga rata-

rata lada hitam tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan peningkatan sebesar

60

751 dari tahun sebelumya yaitu dari Rp 27899Kg menjadi Rp 48850Kg dan

sempat mengalami penurunan sebesar 1884 pada tahun 2009 menjadi Rp

22142Kg dari Rp 27281Kg Adapun harga rata-rata lada hitam per kilogram

adalah Rp 9489 pada tahun 2004 Rp 10089 pada tahun 2005 Rp 15238 pada

tahun 2006 Rp 25284 pada tahun 2007 Rp 27281 pada tahun 2008 Rp 22142

pada tahun 2009 Rp 27899 pada tahun 2010 Rp 48850 pada tahun 2011 Rp

52409 pada tahun 2012 dan Rp 62430 pada tahun 2013

Sama halnya dengan lada hitam harga rata-rata lada putih mengalami

peningkatan yang tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 5291 dan menurun

pada tahun 2009 sebesar 239 Adapun harga rata-rata lada putih per kilogram

adalah Rp 18284 pada tahun 2004 Rp 18968 pada tahun 2005 Rp 24036 pada

tahun 2006 Rp 36043 pada tahun 2007 Rp 40938 pada tahun 2008 Rp 39961

pada tahun 2009 Rp 45925 pada tahun 2010 Rp 70223 pada tahun 2011 Rp

77907 pada tahun 2012 dan Rp 90083 pada tahun 2013 Tingginya harga lada

putih disebabkan adanya perbedaan proses pengolahan pada lada Proses

pembuatan lada putih lebih rumit daripada lada hitam Lada putih dipilih dari

buah yang matang kemudian direndam dalam air selama beberapa hari Dari satu

kilogram lada yang direndam hanya dapat menghasilkan lada putih paling

banyak empat ons Sedangkan proses pembuatan lada hitam lebih mudah yaitu

dengan cara mengeringkan lada hijau kemudian dibersihkan tangkainya

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) fluktuasi harga lada merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penurunan luas areal tanam lada

yang juga akan berpengaruh terhadap jumlah produksi lada Lada merupakan

61

komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar internasional berpengaruh

langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika harga lada di tingkat petani

rendah banyak petani lada tidak mampu merawat tanaman secara baik sehingga

produktivitasnya menurun Bahkan sebagian petani tidak lagi menanam lada atau

mengurangi luas areal lada dengan beralih ke usaha tani komoditas lain

Sebaliknya jika harga lada dalam negeri meningkat maka petani cenderung akan

mempertahankan lahannya untuk terus memproduksi lada karena besarnya

keuntungan yang akan didapatkan Hal ini sejalan dengan cenderung

meningkatnya produksi dalam negeri dalam kurun waktu 2004 - 2013 (Direktorat

Jenderal Perkebunan 2014 3) Namun meningkatnya harga domestik lada

berdampak kurang baik terhadap ekspor lada Hal ini terlihat dari menurunnya

ekspor lada pada tahun 2011 dan 2013 dimana pada tahun yang sama harga lada

domestik baik hitam maupun putih mengalami peningkatan yang signifikan Hal

ini menunjukkan bahwa petani cenderung menjual ladanya pada konsumen dalam

negeri dibandingkan luar negeri karena keuntungan yang didapat akan lebih besar

dengan meningkatnya harga domestik lada tersebut

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia

Perkembangan ekspor lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 fluktuatif

Sebagaimana Gambar 4 bahwa volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2012

yaitu sebanyak 62608 ton dan terendah pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton

Ekspor lada Indonesia fluktuatif dengan total eskpor terbanyak terjadi

pada tahun 2012 yaitu 62608 ton naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya

Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348 pada tahun 2013 dengan

62

total ekspor sebanyak 47908 ton Sedangkan penurunan terbesar ekspor lada

Indonesia terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor

sebanyak 36487 ton

Penurunan ekspor tertinggi pada tahun 2011 diiringi oleh peningkatan

harga domestik lada tertinggi pada tahun yang sama Pada tahun tersebut harga

lada mencapai Rp 48850Kg naik sebesar 751 untuk lada hitam dan Rp

70223Kg naik sebesar 5291 untuk lada putih Begitupun pada tahun 2013 di

mana harga domestik lada hitam mencapai Rp 62430Kg naik sebesar 1912

dan lada putih Rp 90083Kg naik sebesar 1563 (International Pepper

Community 2013 53)

43 Lada Dunia

Indonesia merupakan salah satu negara yang berkontribusi dalam

penyediaan lada dunia Selain Indonesia terdapat negara lain yang berperan aktif

dalam penyediaan lada dunia diantaranya Brazil Cina India Madagaskar

Malaysia Sri Lanka Thailand dan Vietnam Dalam kurun waktu 2004 - 2013

Vietnam dan Brazil merupakan pesaing terdekat lada Indonesia di pasar

internasional

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia

Permintaan lada dunia yang terus meningkat perlu didukung oleh luasnya

areal tanam yang besar Lahan yang luas akan mendukung produksi lada yang

tinggi Adapun ketersediaan lahan lada di dunia adalah sebagai berikut

63

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ha)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailnd

Vietnam

Lainnya

Gambar 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia Sumber International Pepper Community (2013 3)

Menurut data International Pepper Community (2013 3) India

merupakan negara dengan luas areal lahan lada terbesar hingga mencapai

253730 Ha pada tahun 2006 Meskipun juga mengalami penurunan luas lahan

pada tahun-tahun selanjutnya India masih menempati posisi pertama sebagai

negara dengan luas lahan lada terbesar di dunia dengan luas areal lahan sebesar

19700 Ha pada tahun 2013 Sedangkan Vietnam yang merupakan eksportir lada

pertama di dunia hanya memiliki luas areal lahan lada sebesar 56500 Ha pada

tahun 2013 Luas lahan ini lebih kecil dibandingkan Indonesia pada tahun yang

sama yaitu 113000 Ha Sementara Brazil yang merupakan negara ketiga

eksportir lada dunia hanya memiliki luas lahan sebesar 20000 Ha pada tahun

2013

Meskipun memiliki luas lahan yang tidak lebih luas dari Indonesia dan

India Vietnam mempunyai manajemen lahan yang baik sehingga mampu

menjadi produsen dan ekportir utama lada dunia Adapun manajemen lahan yang

dilakukan Vietnam adalah dengan cara membuat drainase yang baik saat musim

64

hujan dan membuat irigasi yang dapat meminimalisir penyebaran dan

kontaminasi penyakit Hal inilah yang menyebabkan produktivitas lada Vietnam

lebih tinggi daripada Indonesia maupun India (Ton dan Buu 2011 18)

432 Produksi Lada Dunia

Produksi lada dunia didominasi oleh negara-negara dengan luas lahan

yang luas seperti India Indonesia Brazil dan Vietnam Produksi ini merupakan

hal penting yang dapat mempengaruhi volum ekspor Adapun total produksi

produsen lada dunia dari tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

Total Produksi

(Ton

)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailand

Vietnam

Lainnya

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 5)

Areal lahan yang luas tidak secara langsung mampu mempengaruhi

produksi lada di suatu negara Hal ini terlihat dalam Gambar 14 yang

menunjukkan bahwa dalam waktu sepuluh tahun dari tahun 2004-2013 meskipun

bukan sebagai negara dengan kepemilikan lahan terluas Vietnam merupakan

negara dengan tingkat produksi paling tinggi mengalahkan India yang

merupakan negara dengan kepemilikan luas areal lahan lada paling luas Total

produksi lada Vietnam mencapai 32 dari keseluruhan total produksi lada dunia

yaitu sebanyak 1110750 ton Sementara Indonesia hanya mampu memproduksi

lada sebanyak 17 dari total produksi lada dunia dengan total produksi sebanyak

65

578000 ton Sedangkan India yang merupakan negara dengan luas areal lahan

terluas di dunia hanya mampu memproduksi lada sebesar 15 dari total produksi

lada dunia yaitu 536150 ton

Ketidak selarasan antara luas areal lahan dan total produksi di masing-

masing negara bisa jadi sebabkan oleh beberapa hal Meskipun menjadi negara

dengan luas areal tanam lada terluas produksi lada India masih berada di bawah

Vietnam dan Indonesia Menurut International Pepper Community (2016)

penurunan produksi lada di India disebabkan oleh hama dan penyakit serta

adanya tanaman yang sudah tua dan tidak produktif Begitu juga menurut Yogesh

dan Mokshapathy (2013 38) yang menyatakan bahwa penurunan produksi lada

di India dikarenakan produksi lada India yang menurun akibat penyakit dan umur

tanaman lada yang sudah tua sehingga India perlu melakukan penanaman pohon

lada baru yang berdampak pada lambatnya pertumbuhan produksi Faktor cuaca

yang tidak menentu di India juga menjadi penyebab selanjutnya penuruan

produksi lada di India yang pada akhirnya perdampak pada ekspor (Yogesh dan

Mokshapathy 201338) Faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi lada di

India menurut Ganesan dalam Soepanto (2006 57) adalah faktor kemiskinan

petani Petani dan buruh tani di India termasuk diantara orang-orang paling

miskin di dunia Upaya pemerintah India untuk membantu petani melalui subsidi

mendapat hambatan dari negara-negara maju yang menganggap hal tersebut

dapat mendistorsi perdagangan Akibatnya petani di India masih mengalami

kesulitan dan lebih memilih untuk beralih profesi bahkan dampak paling buruk

66

adalah memilih untuk bunuh diri Hal ini lah yang menyebabkan produktivitas

pertanian di India menurun salah satunya lada

433 Perkembangan Harga Lada Dunia

Pergerakan harga merupakan salah satu penentu pembelian oleh

konsumen terhadap suatu barang Perkembangan harga lada di pasar internasional

berdasarkan harga Free on Board (FOB) dari beberapa negara eksportir menjadi

salah satu acuan importir untuk melakukan pembelian Perkembangan harga lada

dari beberapa produsen lada dunia mengalami fluktuasi cenderung meningkat

setiap tahunnya sebagaimana data International Pepper Community (2013) yang

tertera pada Gambar 15 dan Gambar 16 berikut

A Harga Lada Hitam

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(US

$To

n)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Pergerakan harga lada hitam diantara negara-negara eksportir relatif

sama yaitu berfluktutaif cenderung meningkat Harga tertinggi lada hitam

dunia ditempati oleh Malaysia Sedangkan harga terendah lada hitam dunia

ditempati oleh Vietnam Adapun posisi harga lada hitam Indonesia adalah

pertengahan di antar negara-negara lainnya Harga tertinggi lada terjadi pada

67

tahun 2013 yaitu US$ 6338ton untuk Brazil US$ 6927ton untuk India

US$ 6850ton untuk Indonesia US$ 7359ton untuk Malaysia dan US$

6549ton untuk Vietnam

Produksi lada yang tinggi di Vietnam membuat harga lada Vietnam

menjadi lebih murah Sedangkan Malaysia merupakan negara dengan

produksi lada hitam terendah diantara negara-negara tersebut Oleh karenanya

harga lada hitam Malaysia menjadi lebih mahal dibanding negara-negara

lainnya Selain Vietnam harga lada hitam Brazil merupakan yang termurah

ke dua di dunia Menurut International Pepper Community (2013) produksi

lada hitam Brazil lebih sedikit dari India Namun konsumsi lada hitam di

India lebih besar daripada Brazil Oleh karenanya persediaan lada hitam

Brazil untuk ekspor lebih banyak dibandingkan India Hal ini juga yang dapat

menyebabkan harga lada hitam India merupakan harga termahal kedua

setelah Malaysia Sementara harga lada hitam Indonesia masih lebih mahal

daripada Brazil meskipun produksi lada hitam Indonesia lebih tinggi daripada

Brazil Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada hitam di Indonesia lebih

tinggi daripada Brazil sehingga persediaan lada Brazil untuk ekspor masih

lebih banyak dibandingkan Indonesia

B Harga Lada Putih

Sejalan dengan harga lada hitam perkembangan lada putih dunia dari

masing-masing eksportir berfluktuasi cenderung meningkat Untuk lada putih

Malaysia masih menjadi negara dengan harga lada putih termahal Begitupun

dengan Vietnam yang mempunyai harga lada putih paling murah

68

dibandingkan negara eksportir yang lainnya Sedangkan harga lada putih

Indonesia masih lebih tinggi dari Brazil yang merupakan pesaing terdekat

lada Indonesia Pada tahun 2013 masing-masing harga lada putih adalah US$

9716ton untuk Brazil US$ 9367ton untuk Indonesia US$ 9887ton untuk

Malaysia dan US$ 9111ton untuk Vietnam Adapun grafik perkembangan

harga lada putih dunia adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

2005

2006

20

07

2008

20

09

20

10

2011

20

12

2013

Tahun

(US

$T

on

) Brazil

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Penyebab perbedaan harga lada putih sama dengan lada hitam sebelumya

yaitu tingkat persediaan lada untuk diekspor setelah dikurangi konsumsi Menurut

International Pepper Community (2013) Indonesia merupakan produsen tertinggi

lada putih di dunia selama tahun 2004-2013 Namun harga lada putih Indonesia

tidak lebih murah dari Vietnam yang merupakan produsen kedua lada putih

dunia Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada putih Indonesia lebih tinggi dari

Vietnam Oleh karenannya Vietnam memiliki persediaan lada putih lebih banyak

dari Indonesia Begitupun dengan Malaysia yang memiliki harga lada putih

paling tinggi di dunia selama kurun waktu 2004-2013 Produksi lada putih

Malaysia lebih rendah dibandingkan Vietnam Indonesia dan Brazil Sedangkan

69

untuk Indonesia dan Brazil meskipun produksi lada putih Indonesia jauh di atas

Brazil namun harga lada putih Indonesia lebih mahal daripada Brazil Hal ini

dapat disebabkan oleh meningkatnya harga lada putih Indonesia di dalam negeri

sehingga berdampak pada tingginya harga lada putih Indonesia di pasar

internasional

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia

Ekspor lada dunia sangat berkaitan dengan jumlah produksi lada dunia

Negara yang mampu memproduksi lada lebih banyak cenderung mampu

melakukan ekspor lebih banyak juga Adapun perkembangan ekspor lada dunia

dari tahun 2004-2013 menurut data International Pepper Community (2013 7)

adalah sebagaimana grafik berikut

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ton

)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Berdasarkan Gambar 17 terlihat bahwa ekspor lada di pasar internasional

selama tahun 2004-2013 didominasi oleh lada Vietnam Sementara lada

Indonesia sendiri hanya mampu berada di posisi kedua namun dengan selisih

volume ekspor yang besar Rata-rata selisih jumlah volume ekspor Indonesia

dengan Vietnam adalah sebanyak 656954 tontahun Selisih terbesar terjadi pada

tahun 2011 sebanyak 87374 ton dan selisih terkecil terjadi pada tahun 2008

70

sebenyak 37908 ton Selanjutnya posisi ketiga ekspor lada di pasar internasional

ditempati oleh Brazil Berbeda dengan Vietnam selisih volume ekspor lada

Indonesia dengan Brazil relatif kecil Bahkan pada tahun 2005-2007 Brazil

mampu mengungguli ekspor lada Indonesia dengan total ekspor lada sebanyak

38416 ton 42187 ton dan 38665 ton Hingga kemudian Indonesia mampu

mengungguli kembali Brazil pada tahun 2008-2013 dengan selisih sebesar 15822

ton 14057 ton 31838 ton 3792 ton 33479 ton dan 17303 ton Adapun rata-

rata selisih ekspor lada Indonesia dengan Brazil adalah sebanyak 10738

tontahun Eksportir lada seanjutnya adalah India India merupakan negara

dengan luas lahan terbesar di dunia namun tidak mampu menjadi eksportir utama

dunia Menurut Yogesh dan Mokshapathy (2013 39) penyebab tidak menjadinya

India sebagai eksportir utama lada dunia disebabkan oleh rendahnya

produktivitas dan tingginya konsumsi di India Tingginya konsumsi domestik

lada India digunakan untuk kuliner ekstraksi minyak dan oleoresin industri

farmasi dan lain-lain

71

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

511 Keunggulan Komparatif

1 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang beragam di setiap

negara Keunggulan komparatif ini dapat dilihat melalui nilai RCA Adapun nilai

RCA lada Indonesia di negara-negara tujuan ekspor adalah sebagai berikut

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 21754 2175

Australia 4458 446

Belanda 16796 1680

Belgia 15061 1506

Bulgaria 22014 2201

Hongkong 19695 1970

India 7228 723

Inggris 3243 324

Italia 7142 714

Jepang 1763 176

Jerman 21839 2184

Kanada 7753 775

Korea 804 080

Malaysia 531 053

Pakistan 282 028

Perancis 24621 2462

Rusia 40220 4022

Singapura 8140 814

Vietnam 25090 2509 Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Ekspor lada Indonesia ke sembilan belas negara tujuan secara umum

memiliki dayasaing yang kuat secara komparatif karena memiliki nilai RCA lebih

72

dari 1 Namun tidak di tiga negara yaitu Korea Malaysia dan Pakistan Hal ini

dikarena nilai RCA Indonesia di tiga negara tersebut kurang dari 1 yaitu 080

053 dan 028

Tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Korea Malaysia dan Pakistan

disebabkan oleh adanya negara lain yang menjadi eksportir utama lada di negara-

negara tersebut Eksportir utama lada di Korea yang memiliki keunggulan

komparatif tinggi adalah Vietnam dengan nilai RCA sebesar 22 Sri Lanka

dengan nilai RCA sebesar 12 Malaysia dengan nilai RCA sebesar 6 Cina dengan

nilai RCA sebesar 3 dan India dengan nilai RCA sebesar 1 Begitu juga di

Pakistan eksportir utama lada Pakistan adalah Vietnam dengan nilai RCA

sebesar 179 Disusul Sri Lanka dengan nilai RCA sebesar 33 Brazil dengan nilai

RCA sebesar 7 dan India dengan nilai RCA sebesar 4 Sedangkan di Malaysia

dayasaing komparatif lada Indonesia kalah oleh India dengan nilai RCA sebesar

32 Disusul Vietnam dan Cina dengan nilai RCA sebesar 329 dan 318

Meskipun begitu secara komparatif lada Indonesia sangat berdayasaing di Rusia

dan beberapa negara lainnya

Rusia adalah peluang pasar lada tertinggi Indonesia karena memiliki rata-

rata nilai RCA tinggi yaitu 4022 Disusul Vietnam dengan nilai RCA sebesar

2509 Meskipun berstatus sebagai eksportir nomor satu lada dunia Vietnam

masih melakukan impor lada dari Indonesia dengan rata-rata nilai ekspor lada

Indonesia ke Vietnam sebesar US$ 31249188

Menurut Vietnam Pepper Association industri lada di Vietnam terus

berkembang hingga mencapai 10-20 per tahun Pertumbuhan ini menimbulkan

73

banyak resiko dari sisi teknis dan kondisi alam Selain itu harga lada dalam

negeri Vietnam juga mengalami peningkatan yang tinggi Oleh karenanya

banyak petani yang menggunakan pupuk dan pestisida yang berlebihan untuk

meningkatkan produktivitas Namun hal inilah yang menyebabkan kualitas lada

Vietnam tidak memenuhi permintaan pasar dan banyak mendapatkan peringatan

tentang residu yang dihasilkan dari Amerika dan Kanada Oleh karena hal itu

Vietnam harus melakukan impor lada berkualitas tinggi dari negara lain salah

satunya dari Indonesia (Horizon Pasific 2016)

Posisi selanjutnya adalah Perancis dengan nilai RCA sebesar 2462

Disusul Bulgaria sebesar 2201 dan Jerman sebesar 2184 Sedangkan Amerika

Serikat yang merupakan negara tujuan ekspor utama lada Indonesia hanya

menempati posisi keenam dengan nilai RCA sebesar 2175 Eksportir lada utama

dan memiliki keunggulan komparatif paling tinggi di Amerika serikat adalah

Peru dan Vietnam dengan nilai RCA sebesar 3290 dan 2254

512 Keunggulan Kompetitif

1 Export Product Dynamic (EPD)

Dayasaing lada Indonesia selanjutnya ditentukan oleh keunggulan

kompetitifnya Keunggulan kompetitif ini dapat dilihat melalui nilai EPD yang

digunakan untuk menentukan posisi pasar lada Indonesia di masing-masing

negara Berikut adalah hasil perhitungan EPD lada Indonesia di negara-negara

tujuan ekspornya

74

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD)

Negara

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor Indonesia

()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar Lada

()

Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional berada di empat posisi

yaitu Rising Star Falling Star Lost Opportunity dan Retreat Posisi Rising Star

terjadi pada perdagangan lada antara Indonesia dengan Belanda India Italia

Jepang Jerman dan Malaysia Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia

memiliki pertumbuhan pangsa ekspor lada yang bernilai posistif serta lada

merupakan komoditi yang berdayasaing dan dinamis di negara-negara tersebut

karena memiliki pertumbuhan daya tarik pasar yang positif Secara keseluruhan

posisi lada Indonesia di pasar internasional adalah sebagai berikut

75

1) Posisi Rising Star

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik

sebesar 0684 dan 0012 di Belanda Begitu pula di India pertumbuhan

pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik sebesar 0131 dan

0088 Sedangkan di Italia Jepang Jerman Malaysia dan Pakistan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia masing-masing meningkat sebesar

0126 0416 0177 dan 0605 Begitu juga pertumbuhan pangsa pasar

ladanya yang masing-masing meningkat sebesar 0015 0006 0001 dan

0207 Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa secara kompetitif

Indonesia sangat berdayasaing di negara-negara tersebut

2) Posisi Falling Star

Posisi selanjutnya adalah Falling Star yang terjadi di negara Belgia

Hongkong Korea dan Perancis Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia di

negara-negara tersebut mengalami penurunan daya tarik namun pangsa pasar

lada masih mengalami peningkatan karena perbandingan nilai ekspor lada

Indonesia mampu bersaing dengan nilai ekspor lada dunia di negara-negara

tersebut Posisi ini merupakan posisi yang masih menguntungkan bagi Indonesia

karena setidaknya Indonesia masih memiliki pangsa pangsa pasar lada di negara

tersebut

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia di Belgia meningkat sebesar

1301 Namun pangsa pasar lada menurun sebesar 0011 Pangsa pasar

ekspor Indonesia juga tumbuh sebesar 0900 di Hongkong Hanya saja

pertumbuhan pangsa pasar lada menurun sebesar 0016 Begitu juga di Korea

76

Selatan pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia meningkat sebesar 0123

Namun pertumbuhan pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0023

Sedangkan di Perancis pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia tumbuh

sebesar 0612 namun pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0001

3) Posisi Lost Opportunity

Posisi lainnya yaitu Lost Opportunity Posisi ini terjadi di Amerika

Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Pangsa pasar ini menunjukkan

bahwa terjadinya penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis

sehingga posisinya adalah yang paling tidak diinginkan karena Indonesia tidak

dapat merebut pangsa pasar lada di negara-negara tersebut meski permintaanya

mengalami peningkatan Hal ini terjadi karena lada Indonesia kurang

berdayasaing dibandingkan total lada dunia di negara-negara tersebut

Indonesia mengalami penurunan pangsa pasar ekspor sebesar 0025 di

saat permintaan lada meningkat sebesar 0014 di Amerika Serikat Begitupun

di Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Penurunan pangsa pasar ekspor di

Kanada mencapai 0140 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar

0001 Sedangkan di Pakistan penurunan pangsa pasar mencapai 0065 di

saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0155 Selanjutnya di Rusia

dan Singapura penurunan pangsa pangsa ekspor menurun sebesar 1212 dan

3724 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0014 dan 0053

Menurunnya pangsa pasar ekspor Indonesia di negara-negara tersebut

dikarenakan adanya pesaing utama Indonesia yang lebih mampu menguasai

77

pasar Adapun pesaing-pesaing Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah sebagai berikut

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia

Negara Pesaing RCA

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor ()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Lada ()

Posisi

AS Peru 3290 0240 0017 Rising Star

Vietnam 2254 1684 0082 Rising Star

Kanada Vietnam 4056 0789 0028 Rising Star

Pakistan India 415 0045 0440 Rising Star

Rusia Polandia 404 1004 0140 Rising Star

Cina 017 0177 0745 Rising Star

Singapura Vietnam 2994 2966 -0005 Falling Star

Sri Lanka 2469 0661 -0002 Falling Star

India 206 0416 0302 Rising Star Keterangan AS (Amerika Serikat)

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Amerika Serikat

Pesaing utama lada Indonesia di Amerika Serikat adalah Peru dan

Vietnam Nilai RCA kedua negara tersebut aadalah 3290 dan 2254 Nilai

tersebut lebih besar dari nilai RCA Indonesia yaitu 2175 Artinya dayasaing

lada Indonesia secara komparatif kalah dari Peru dan Vietnam Begitu juga secara

kompetitif dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut karena

kedua negara tersebut berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa

pasar ekspor mencapai 0240 untuk Peru dan 1684 untuk Vietnam Begitu

juga pertumbuhan pangsa pasar ladanya yang meningkat sebesar 0017 dan

0082

Salah satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Amerika

Serikat adalah harga Harga lada Peru dan Vietnam lebih murah dibandingkan

78

Indonesia Adapun pergerakan harga lada ketiga negara tersebut di Amerika

Serikat adalah sebagai berikut

000

100

200

300

400

500

600

700

800

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Peru

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Berdasarkan Gambar 18 harga lada Peru merupakan yang termurah

dibandingkan Vietnam dan Indonesia Hal ini menyebabkan permintaan lada Peru

lebih bayak dibandingkan Vietnam dan Indonesia yang kemudian berpengaruh

terhadap peningkatan nilai ekspor lada Peru Peningkatan ini menjadikan Peru

mampu berdayasaing kuat secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Amerika Serikat Sedangkan harga lada Vietnam dan Indonesia relatif sama

Namun harga lada Vietnam sedikit lebih murah dari Indonesia dengan rata-rata

harga sebesar US$ 308Kg Sedangkan rata-rata harga lada Indonesia adalah US$

371Kg Hal ini menyebabkan volume dan nilai ekpor lada Vietnam lebih banyak

dan menjadikan Vietnam mampu berdayasaing lebih kuat secara komparatif dan

kompetitif dibandingkan Indonesia di pasar lada Amerika Serikat

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Kanada

Pesaing utama lada Indonesia di Kanada adalah Vietnam Hal ini

ditunjukkan dengan Nilai RCA Vietnam yang lebih besar dari Indonesia yaitu

79

4056 Sedangkan nilai RCA Indonesia adalah 775 Selain nilai RCA yang lebih

besar Vietnam juga mampu berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor sebesar 0789 dan pertumbuhan pangsa pasar produk

sebesar 0028 Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Vietnam sangat

berdayasaing secara komparatif dan kompetitif di pasar lada Kanada

dibandingkan Indonesia

Dayasaing kuat lada Vietnam di Kanada dikarenakan nilai ekspor lada

Vietnam yang tinggi Tingginya nilai ekspor ini diperoleh dari banyaknanya lada

yang telah diekspor Vietnam ke Kanada Banyaknya ekspor lada Vietnam ke

Kanada bukan dikarenakan harganya yang lebih murah dari Indonesia Karena

selama tahun 2004-2013 harga lada Indonesia lebih murah dari Vietnam

sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 19 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(KgU

S$)

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Gambar 19 menunjukkan bahwa harga lada Vietnam lebih tinggi daripada

Indonesia Namun tingginya harga lada Vietnam tidak berpengaruh terhadap

permintaan lada dari Kanada Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lada yang

diekspor Vietnam ke Kanada dibandingkan Indonesia Adapun total ekspor lada

80

Vietnam dari tahun 2004-2013 adalah 6917024 ton Sedangkan total ekspor lada

Indonesia adalah 1527629 ton Banyaknya lada yang diekspor oleh Vietnam ke

Kanada dikarenakan Vietnam mampu memproduksi lada dalam jumlah yang

lebih banyak dibandingkan Indonesia Menurut data International Pepper

Community (2013 5) total produksi lada Vietnam dari tahun 2004 - 2013 adalah

1110750 ton Sedangkan dalam kurun waktu yang sama Indonesia hanya

mampu memproduksi lada sebanyak 578000 ton Oleh sebab itu meskipun

memiliki harga yang lebih mahal Vietnam lebih mampu mengekspor lada lebih

banyak daripada Indonesia Hal ini menyebabkan nilai ekspor lada yang

diperoleh Vietnam lebih tinggi dari Indonesia dan menjadikan lada Vietnam lebih

berdayasaing dari Indonesia secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Kanada

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Pakistan

Pesaing utama lada Indonesia di Pakistan adalah India Hal ini

ditunjukkan dengan nilai RCA India yang lebih besar yaitu 415 Sedangkan

Indonesia hanya memiliki nilai RCA sebesar 028 yang artinya secara komparatif

lada Indonesia tidak berdayasaing di pasar lada Pakistan Selain itu Indonesia

juga kalah berdayasaing secara kompetitif dari India Hal ini dikarenakan India

berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar

0045 dan pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0440

Kuatnya dayasaing India di Pakistan disebabkan oleh besarnya nilai

ekspor lada yang diperoleh oleh India dibandingkan Indonesia Nilai ekspor ini

berkaitan dengan permintaan lada India yang lebih banyak daripada Indonesia

81

Faktor yang menyebabkan tingginya permintaan lada India adalah harga lada

India yang lebih murah daripada harga lada Indonesia sebagaimana data UN

Comtrade (2016) adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

India

Indonesia

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan

Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Rusia

Polandia dan Cina adalah pesaing utama lada Indonesia di Rusia Secara

komparatif Indonesia mampu berdayasaing lebih kuat dibandingkan kedua negara

tersebut Hal ini dikarenakan nilai RCA Indonesia lebih tinggi yaitu 4022

Sedangkan nilai RCA Polandia adalah 404 Bahkan secara komparatif Cina tidak

memiliki dayasaing di pasar Rusia karena memiliki nilai RCA kurang dari satu

yaitu 017 Dayasaing yang kuat ini disebabkan oleh perbandingan nilai ekspor

lada Indonesia dari total ekspor Indonesia lebih besar dari perbandingan nilai

ekspor lada dunia dari total ekspor dunia ke Rusia

Meskipun secara komparatif lada Indonesia mampu berdayasaing kuat

dibandingkan Polandia dan Cina di pasar Rusia namun secara kompetitif

dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut Hal ini ditujukkan

dengan posisi Rising Star Polandia dan Cina di Rusia Pertumbuhan pangsa pasar

ekspor lada kedua negara tersebut mencapai 1004 dan 0177 Begitu juga

82

pertumbuhan pangsa pasar produk yang mencapai 0140 dan 0745 Salah

satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia adalah faktor harga Adapun

harga lada masing-masing negara tersebut adalah sebagai berikut

0

2

4

6

8

10

12

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Polandia

Cina

Indonesia

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada Cina adalah yang termurah di Rusia Rata-rata harga lada

Cina di Rusia adalah US$ 194Kg yang merupakan harga lada termurah

dibandingkan Polandia dan Indonesia Murahnya harga lada Cina menyebabkan

meningkatnya volume ekpor ladanya ke Rusia Hal ini juga menyebabkan

meningkatnya nilai ekspor lada Cina yang akhirnya berpengaruh terhadap

dayasaing Cina di Rusia Sedangkan meningkatnya dayasaing lada Polandia di

Rusia dikarenakan tingginya rata-rata harga lada Poalndia di Rusia yaitu US$

724Kg yang akhirnya juga meningkatkan nilai ekspor dan dayasaing ladanya di

Rusia

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Singapura

India Vietnam dan Sri Lanka merupakan pesaing utama lada Indonesia

di Singapura Secara komparatif dayasaing lada Indonesia kalah saing

dibandingkan Vietnam dan Sri Lanka karena nilai RCA Indonesia lebih kecil dari

83

kedua negara tersebut yaitu 814 Sedangkan nilai RCA Vietnam dan Sri Lanka

adalah 2994 dan 2469 Namun dayasaing komparatif Indonesia di Singapura

masih lebih unggul jika dibandingkan dengan India karena nilai RCA India lebih

kecil dari Indonesia yaitu 206 Meskipun begitu India merupakan negara

dengan keunggulan kompetitif paling kuat karena berada di poisi Rising Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar produk sebesar 0416

dan 0302 Sedangkan Vietnam dan Sri Lanka berada di posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2966 dan 0661 Namun

pertumbuhan pangsa pasar produknya menurun sebesar 0005 dan 0002

Posisi Falling Star Vietnam dan Sri Lanka masih lebih baik jika dibandingkan

dengan Indonesia yang berada di posisi Lost Opportunity

Harga merupakan salah satu penyebab kurang berdayasaingnya lada

Indonesia di Singapura Harga lada Indonesia merupakan yang paling mahal di

singapura Sedangkan harga lada India merupakan yang paling murah di

Singapura Adapun perkembangan harga lada Indonesia dan pesaingnya di

Singapura adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Sri Lanka

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

84

Harga lada Indonesia lebih mahal daripada Vietnam India dan Sri Lanka

Hal ini menyebabkan konsumen di Singapura lebih memilih lada dari negara lain

yang harganya lebih murah yaitu India Oleh karenanya permintaan lada India

meningkat dan meningkatkan nilai ekspor ladanya yang kemudian menjadikan

India sebagai negara dengan dayasaing yang kuat di Singapura

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa salah satu penyebab

tidak berdayasaingnnya lada Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah harga yang tinggi dan persediaan lada untuk

diekspor Oleh sebab itu Indonesia harus meningkatkan produksi ladanya

sehingga jumlah lada untuk diekspor juga meningkat dan dapat menurunkan

harga Sebagaimana teori economic of scale Krugman (2008) yang menyatakan

bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya produksi akan semakin

rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh terhadap harga yang lebih

murah

4 Posisi Retreat

Retreat adalah posisi yang kurang baik karena ekspor lada Indonesia

sudah tidak diinginkan lagi di negara-negara tersebut Posisi ini terjadi di

Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Penyebab tidak berdayasaingnya lada

Indonesia di Australia adalah karena India Vietnam dan Spanyol mampu

menguasai pasar lada di Australia yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang lebih

tinggi dari Indonesia yaitu 32 112 dan 961

Selain itu ketiga negara tersebut juga mampu berdayasaing secara

kompetitif dengan berada pada posisi Rising Star dan Falling Star India dan

85

Spanyol berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor

sebesar 0067 dan 0353 serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0043 dan 0071 Sedangkan Vietnam berada pada posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2329 namun pertumbuhan

pangsa pasar produkuknya menurun sebesar 0014 Penyebab tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Australia adalah faktor harga yang lebih mahal

dibandingkan negara lainnya sebagaimana Gambar 23 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Vietnam

Spanyol

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Gambar 23 menunjukkan bahwa harga lada Indonesia cenderung

meningkat dan lebih mahal dibanding India Vietnam dan Spanyol Rata-rata

harga lada Indonesia adalah US$ 437Kg Sementaar rata-rata harga India

Vietnam dan Spanyol adalah US$ 267Kg US$ 388Kg dan US$ 288Kg

Lada Indonesia juga tidak berdayasaing sama sekali di Inggris Hal ini

dikarenakan pasar lada negara tersebut dikuasai oleh Vietnam dan India Nilai

RCA kedua negara tersbeut adalah 4947 dan 1796 Nilai tersebut menunjukkan

bahwa Vietnam dan India berdayasaing kuat secara komparatif Selain itu secara

86

kompetitif kedua negara tersebut juga berada di posisi yang lebih baik dari

Indonesia yaitu Rising Star Vietnam dan India mengalami peningkatan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 2624 dan 0555 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0037 dan 009 Kuatnya

dayasaing lada Vietnam dan India disebabkan oleh harga ladanya yang lebih

murah dibandingkan Indonesia sebagaimana Gambar 24 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

Vietnam

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 24 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada India merupakan yang termurah dibandingkan negara lainnya

Harga rata-rata lada India selama tahun 2004-2013 adalah US$ 24Kg Murahnya

harga lada India membuat volume ekspor lada India meningkat dan menghasilkan

nilai rata-rata ekspor lada yang tinggi yaitu US$ 13190004 Sehingga India

mampu menjadi salah satu negara yang menguasai pasar lada di Inggris Begitu

pula dengan Vietnam yang memiliki harga lada yang bersaing dengan Indonesia

Rata-rata harga lada Vietnam adalah US$ 42Kg Dengan harga tersebut

Vietnam mampu meningkatkan volume ekspor dan mendapatkan rata-rata nilai

87

ekspor lada sebesar US$ 12335811 sehingga mampu menjadi negara yang

menguasai pasar lada di Inggris seperti India

Sama halnya dengan Australia dan Inggris pasar lada Indonesia di

Bulgaria harus bersaing dengan Vietnam Spanyol dan Cina Secara komparatif

Vietnam merupakan negara pesaing terberat Indonesia karena nilai RCA Vietnam

jauh lebih besar dari Indonesia yaitu 35178 Sementara nilai RCA Indonesia di

Bulgaria adalah 2201 Sedangkan nilai RCA Spanyol dan Cina adalah 565 dan

282 Namun secara kompetitif Indonesia tidak mampu berdayasaing dengan

ketiga negara tersebut karena Indonesia berada di posisi Retreat Sedangkan

Vietnam Spanyol dan Cina berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor lada sebesar 0255 0870 dan 1933 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0007 0366 dan 0188 Tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Bulgaria disebabkan oleh harga yang tinggi

sebagaimana Gambar 25 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Spanyol

Cina

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 25 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

88

Besarnya nilai RCA Vietnam di Bulgaria menunjukkan bahwa lada

merupakan salah satu komoditi unggulan Vietnam untuk diekspor ke Bulgaria

Vietnam juga merupakan market leader lada di Bulgaria karena mampu

menguasai 39 lada di Bulgaria Sehinggga meskipun harga lada Vietnam terus

naik total volume ekspor lada Vietnam tetap menjadi yang terbanyak yaitu

405402 Ton serta menghasilkan rata-rata nilai ekspor paling besar yaitu US$

1555314 Sedangkan secara kompetitif stabilnya harga lada Cina dan Spanyol

di Bulgaria berpengaruh pada meningkatnya volume ekspor lada kedua negara

tersebut Sehingga nilai ekspor kedua negara tersebut lebih besar dibandingkan

Indonesia yaitu US$ 591459 untuk Cina dan US$ 430878 Sedangkan harga

lada Indonesia yang berfluktuasi dan cenderung lebih mahal dari Cina dan

Spanyol berpengaruh pada penurunan volume dan nilai ekspor lada Indonesia

Rata-rata nilai ekspor lada Indonesia adalah US$ 141231 lebih kecil dari Cina

dan Spanyol Hal inilah yang menyebabkan lada Indonesia tidak dapat

berdayasaing di Bulgaria

Selanjutnya lada Indonesia juga tidak berdayasaing di Vietnam

Meskipun berstatus negara eksportir lada nomor satu dunia Vietnam masih

melakukan impor lada dari beberapa negara seperti India dan Brazil yang menjadi

eksportir utama lada di sana Dayasaing lada Indonesia di Vietnam secara

komparatif masih lebih unggul dibandingkan India dan Brazil Karena Indonesia

memiliki nilai RCA yang lebih besar yaitu 2509 Sementara nilai RCA India dan

Brazil adalah 716 dan 750 Namun secara kompetitif kedua negara tersebut

mampu berdayasaing kuat dibandingkan Indonesia karena berada pada posisi

89

Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 3047 untuk

India dan 0347 untuk Brazil serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0217 untuk India dan 0065 untuk Brazil

Harga lada India adalah yang termurah diantara ketiga negara tersebut

Sedangkan harga lada Indonesia dan Brazil saling bersaing Adapun pergerakan

harga negara-negara tersebut di Vietnam adalah sebagi berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Brazil

Indonesia

Gambar 26 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Murahnya harga lada India di Vietnam menyebabkan permintaan lada

India menjadi meningkat di Vietnam Permintaan yang meningkat menyebakan

volume dan nilai ekspor lada meningkat Hal inilah yang menyebabkan India

secara kompetitif berdayasaing kuat di Vietnam Sedangkan harga lada Brazil dan

Indonesia saling bersaing di Vietnam Namun secara keseluruhan selama tahun

2004 - 2013 harga lada Brazil cenderung lebih murah Oleh karenanya lada

Brazil lebih mampu berdayasaing dibandingkan Indonesia di Vietnam Adapun

secara keseluruhan gambaran dayasaing lada Indonesia secara kompetitif di

negera-negara tujuan selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

90

-3

-2

-1

0

1

2

3

-3 -2 -1 0 1 2 3

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Kurang berdayasaingnya lada Indonesia di beberapa negara khususnya di

Rusia dan Vietnam yang memiliki keunggulan komparatif tinggi dibanding

negara lainnya namun masuk ke dalam posisi Lost Opportunity dan Retreat

menunjukkan bahwa Indonesia perlu meningkatkan produksi ladanya sehingga

harganya menjadi lebih murah sebagaimana teori economic of scale Krugman

(2008) yang menyatakan bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya

produksi akan semakin rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh

terhadap harga yang lebih murah

Sedangkan posisi perdagangan lada di Australia Bulgaria Inggris dan

Vietnam yang masuk ke dalam posisi Retreat menunjukkan bahwa Indonesia

perlu mencari alternatif negara lain sebagai negara tujuan ekspornya atau

memaksimalkan ekspor ke negara importir yang sudah menjadi partner dagang

lada Indonesia dengan harga yang lebih murah dan stabil Dengan begitu volume

dan nilai ekspor lada Indonesia akan lebih meningkat dan berdayasaing

Rising Star Lost Opportunity

Amerika Serikat Kanada

Pakistan Rusia dan

Singapura

Belanda India Italia

Jepang dan Jerman

Australia Bulgaria

Inggris dan Vietnam

Belgia Hongkong

Perancis Korea dan

Malaysia

Falling Star Retreat

91

2 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Keunggulan kompetitif lainnya dapat dilihat melalui nilai ISP Nilai ISP

berfungsi untuk mengetahui apakah Indonesia layak menjadi eksportir lada atau

tidak di negara tujuan ekspornya Berikut adalah hasil perhitungan ISP lada

Indonesia

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 9985 0999

Australia 9536 0954

Belanda 9963 0996

Belgia 10000 1000

Bulgaria 10000 1000

Hongkong 8320 0832

India 3327 0333

Inggris 10000 1000

Italia 9978 0998

Jepang 9965 0997

Jerman 9868 0987

Kanada 10000 1000

Korea 7662 0766

Malaysia 1938 0194

Pakistan 9653 0965

Perancis 9988 0999

Rusia 10000 1000

Singapura 9891 0989

Vietnam 8994 0899

Sumber UN Comtrade (Diolah)

Ekspor lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004-2013

secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata ISP positif antara 0 hingga 1 Nilai

positif ini menunjukkan bahwa Indonesia cenderung untuk menjadi eksportir lada

di negara-negara tujuan ekspornya Diantara kesembilan belas negara tersebut

92

Malaysia dan India menjadi negara dengan nilai ISP terendah Hal ini

dikarenakan Indonesia juga melakukan impor lada dalam jumlah yang cukup

besar dari Malaysia dan India Impor lada dari kedua negara tersebut dikarenakan

laju produksi lada dalam negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia

yang menyentuh angka rata-rata 3 per tahun Sedangkan laju produksi lada

Indonesia hanya 15 per tahun Oleh sebab itu Indonesia harus lebih berupaya

untuk mengekspor lada lebih banyak ke dua negara tersebut untuk terus

meningkatkan neraca perdagangan dan dayasaing secara kompetitifnya di

Malaysia dan India

Secara keseluruhan sebagian besar lada Indonesia sudah masuk pada

tahap pertumbuhan perdagangan yang matang karena memiliki nilai ISP antara

081 sampai 100 Nilai ini menunjukkan standarisasi teknologi yang digunkaan

Artinya Indonesia memiliki kualitas lada yang baik karena sudah menggunakan

teknologi yang terstandarisasi Sedangkan di Korea India dan Malaysia

pertumbuhan perdagangan lada Indonesia baru memasuki tahap pertumbuhan

Hal ini ditunjukkan dengan nilai ISP antara 001 sampai 080 Artinya Indonesia

mulai memproduksi lada dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional pada tahun 2004-

2013 berdasarkan teori Gravity Model diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu Produk Domestik Bruto per Kapita (LnPDBC) dan Jarak Ekonomi (LnJE)

93

Serta faktor-faktor lain yang terdiri dari Harga (LnHRG) Kurs Riil (LnKR)

Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga Konsumen (IHK)

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel

Hasil uji Chow menunjukkan F-statistik lebih besar dari F-tabel dengan

taraf nyata lima persen (3534 gt 167) dan nilai probabilitas lebih kecil dari taraf

nyata lima persen (000 lt 005) Dengan demikian model yang terpilih adah

Fixed Effect Model Selanjutnya hasil uji Hausman menunjukkan nilai

probabilitas lebih besar dari taraf nyata lima persen (0408 gt 005) dan nilai chi-

square statistik lebih kecil dari nilai chi square tabel (614 lt 1259) Dengan

demikian maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random

Effect Model Hasil estimasi Random Effect Model adalah sebagaimana Tabel 13

berikut

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model

Variabel Dependen LnVEL

Variabel Koefisien Prob

LnPDBC 1746167 00057

LnJE -0875098 00185

LnHRG -0369590 00493

LnKR 0470691 02770

LnPOP 1494300 00020

IHK 0003891 06231

C -3370401 00024

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Sum squared resid 7836682

Prob(F-statistic) 0000024 Durbin-Watson stat 1281398

Keterangan Signifikan terhadap taraf nyata 5 ()

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di

negara tujuan ekspor adalah PDB perkapita (LnPDBC) Jarak Ekonomi (LnJE)

94

Harga (Ln HRG) Kurs Riil (LnKR) Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga

Konsumen (IHK) Persamaan hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah

LnVEL = -3370401 + 1746167 LnPDBC - 0875098 LnJE - 0369590 LnHRG +

0470691 LnKR + 1494300 LnPOP + 0003891 IHK

Keterangan

LnVEL Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional (persen)

LnPDBC Rata-rata PDB per kapita (persen)

LnJE Jarak ekonomi (persen)

LnHRG Harga lada (persen)

LnKR Kurs riil (persen)

LnPOP Populasi (persen)

IHK Indeks Harga Konsumen (persen)

522 Uji Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

Gambar 28 Uji Normalitas

Sumber Output Eviews

Berdasarkan Gambar 28 nilai stattistik Jarque-Bera lebih kecil dari nilai

chi-square (0659385 lt 59915) Sebaliknya nilai probabilitas lebih besar dari

taraf nyata lima persen (0719145 gt 005) Hasil ini menunjukkan bahwa nilai

residual terdistribusi dengan normal

95

523 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Tabel 14 Uji Multikolinearitas

LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

LnPDBC 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

LnJE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

LnHRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

LnKR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

LnPOP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000 Sumber Output Eviews

Berdasarkan correlation matrix nilai korelasi seluruh variabel bebas

kurang dari 085 Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara variabel

bebas Widarjono (2009 229) menyatakan bahwa data panel dapat mengatasai

masalah multikolinearitas sehingga permasalahan multikolinearitas dapat diatasi

2 Uji Heteroskedastisitas

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas

Metode Glejser

Variabel Koefisien Prob

C 4930401 04847

LnPDBC -0085616 08301

LnJE 0042988 08378

LnHRG -0206352 01878

LnKR -0300695 04211

LnPOP -0006353 09816

IHK 0013324 00302

Sumber Output Eviews

Berdasarkan tabel di atas seluruh nilai probabilitas variabel independen

lebih dari taraf nyata lima persen kecuali variabel IHK Nilai probabilitas IHK

lebih kecil dari taraf nayata lima persen (00302 lt 005) Namun Widarjono

(2009 130) menyatakan bahwa masalah heteroskedastisitas bisa diatasi dengan

96

Generalized Least Squares (GLS) Karena yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Random Effect Model yang sudah menggunakan pembobotan GLS maka

permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi

3 Uji Autokorelasi

Nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini adalah 1281398 Jika

mengikuti uji Durbin Watson penelitian ini mengandung masalah autokorelasi

karena 18280 gt 1281398 lt 2172 Namun permasalahan autokorelasi dapat

diatasi karena Random Effect Model telah menggunakan pembobotan

Generalized Least Squares (GLS) sehingga model telah terbebas dari masalah

autokorelasi (Widarjono 2009 151)

524 Uji Signifikansi

1 Uji F

Berdasarkan estimasi Random Effect Model nilai probabilitas F-statistik

lebih kecil dari taraf nyata lima persen (0000024 lt 005) Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yang terdiri dari rata-rata PDB per Kapita Jarak

Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap Volume Ekspor Lada Indonesia

2 Uji t

Signifikansi variabel ditunjukkan oleh nilai t-hitung yang lebih besar dari

t-tabel dan nilai probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen Nilai t-

tabel dalam penelitian ini adalah 1653 yang diperoleh dari df 183 (190-7)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model terdapat empat variabel signifikan

yaitu rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi

97

Nilai t-hitung dan probabilitas variabel rata-rata PDB per Kapita adalah

2797 gt 1653 dan 00057 lt 005 variabel Jarak Ekonomi adalah 2376 gt 1653

dan 00185 lt 005 variabel Harga adalah 1979 gt 1653 dan 00493 lt 005 serta

variabel Populasi adalah 3129 gt 1653 dan 00020 lt 005 Artinya variabel rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi berpengaruh signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Sedangkan nilai t-

hitung dan probabilitas variabel Kurs Riil adalah 1090 lt 1653 dan 0277 gt 005

serta variabel IHK adalah 0492 lt 1653 dan 06231 gt 005 Artinya variabel Kurs

Riil dan IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

3 Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model diperoleh nilai R Square

sebesar 0155065 Nilai ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK

mampu menjelaskan variabel dependen Volume Ekspor Lada sebesar 1551

sedangkan sisanya sebesar 8449 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam model persamaan penelitian ini

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per Kapita

Variabel rata-rata PDB per Kapita memiliki nilai probabilitas dan

koefisien sebesar 00057 dan 1746167 Artinya rata-rata PDB per kapita

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume ekspor lada Dengan

98

asumsi variabel lain konstan peningkatan satu persen rata-rata PDB per kapita

akan meningkatkan 1746167 persen volume ekspor lada Indonesia PDB

merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan beberapa hal

penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB merupakan

gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara (Rahardja dan Manurung

2008 223)

Pengaruh positif dan signifikan rata-rata PDB per kapita terhadap volume

ekspor lada sejalan dengan penelitian Dilanchiev (2012) yang menyatakan bahwa

rata-rata PDB per kapita antara Goergia dan negara tujuan ekspornya

berpengaruh positif terhadap volume perdagangan Georgia Pradipta dan Firdaus

(2014) juga menyatakan bahwa PDB per kapita suatu negara menggambarkan

kemampuan secara keseluruhan negara tersebut Semakin tinggi pendapatan

secara keseluruhan suatu negara maka semakin tinggi kemampuan negara

tersebut untuk melakukan ekspor dan impor Pada komoditi lada Ginting (2014)

menyatakan bahwa PDB per kapita berpengaruh terhadap perdagangan lada putih

dunia Begitu juga Permatasari (2015) menyatakan bahwa semakin besar GDP

per kapita riil suatu negara menunjukkan bahwa tingkat pendapatan negara

tersebut semakin besar yang akan mengakibatkan konsumsi yang semakin

99

meningkat Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan PDB per

kapita riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor lada

Amerika Serikat merupakan importir terbesar lada Indonesia Adapun

total ekspor lada Indonesia ke Amerikas Serikat selama kurun waktu 2004-2013

adalah sebanyak 185480 ton Dengan rata-rata PDB perkapita antara Indonesia

dan Amerika Serikat sebesar US$ 25139tahun telah meningkatkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia sebanyak 18548 tontahun Artinya rata-rata PDB

perkapita berpengaruh positif terhadap perdagangan lada Indonesia

2 Jarak Ekonomi

Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Nilai probabilitas dan koefisien jarak ekonomi adalah 00185 dan

-0875098 Dengan asumsi varaiabel lain konstan peningkatan satu persen Jarak

Ekonomi akan menurunkan 0875098 persen volume ekspor lada Indonesia Hasil

ini sesuai dengan penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009)

Dilanchiev (2012) serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak

ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan

Semakin jauh jarak ekonomi Indonesia dengan negara importir akan

menyebabkan semakin tinggi biaya transportasi yang dikeluarkan bagi kedua

negara Hal ini menyebabkan harga lada semakin mahal seiring dengan adanya

peningkatan biaya produksi yang diakibatkan semakin tingginya biaya

transportasi yang dibayarkan Kondisi ini akan menyebabkan turunnya daya beli

negara importir yang berdampak pada turunnya jumlah permintaan ekspor lada

100

Indonesia Adapun rata-rata jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara

importir lada Indonesia adalah sebagai berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000A

S

Aust

ralia

Be

land

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

Ind

ia

Ing

gri

s

Italia

Jepang

Jerm

an

Ka

nad

a

Ko

rsel

Mala

ysia

Pa

kist

an

Pera

nci

s

Ru

sia

Sin

gap

ura

Vie

tnam

(KM

)

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Sumber CEPII dan World Bank (2016) (Diolah)

Gambar 29 menujukkan bahwa jarak ekonomi terjauh Indonesia adalah

Amerika Serikat dengan rata-rata jarak ekonomi sebesar 585551 KM

Sedangkan jarak ekonomi terdekat Indonesia adalah Singapura dengan rata-rata

jarak ekonomi sebesar 523 KM Meskipun Amerika Serikat merupakan importir

terbesar lada Indonesia namun volume ekspor lada ke Amerika Serikat hanya

tiga kali volume ekspor lada ke Singapura Rata-rata volume ekspor lada

Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun sedangkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Singapura adalah 5902 tontahun Hal ini

menunjukkan bahwa semakin jauh jarak ekonomi akan menurunkan volume

ekspor Sebaliknya semakin dekat jarak ekonomi akan meningkatkan volume

ekspor

101

3 Harga

Variabel Harga memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar 00493

dan -0369590 Variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Artinya kenaikan satu persen harga akan menurunkan volume

ekspor sebesar 0369590 persen Hasil ini sesuai dengan hukum permintaan yaitu

semakin murah harga suatu barang maka permintaan akan bertambah

Sebaliknya semakin mahal harga suatu barang maka permintaan akan menurun

dengan asumsi ceteris paribus (Rahardja dan Manurung 2008 24) Selain itu

hasil negatif dan signifikannya harga terhadap volume ekspor lada juga sejalan

dengan hasil penelitian Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa

meningkatnya harga ekspor mangga berpengaruh terhadap penurunan volume

eskpor mangga Begitu juga hasil penelitian Ginting (2014) yang menyatakan

bahwa kenaikan dan penurunan harga lada hitam dan putih dunia berpengaruh

terhadap kenaikan dan penurunan volume ekspor lada putih Adapun rata-rata

harga lada Indonesia di negara-negara importir adalah sebagi berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

AS

Aust

ralia

Bela

nda

Be

lgia

Bulg

aria

Ho

ng

kon

g

India

Inggris

Ita

lia

Jep

an

g

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysi

a

Paki

stan

Pera

nci

s

Rusi

a

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(US

$T

on

)

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

102

Gambar 30 menunjukkan bahwa rata-rata harga lada tertinggi adalah di

Jepang yaitu US$ 4974Ton Tingginya harga lada di Jepang menyebabkan

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang lebih kecil daripada ke Amerika Serikat

yang mempunyai rata-rata harga lebih murah yaitu US$ 3710Ton Rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang adalah 1448 tontahun sedangkan rata-

rata volume ekspor lada Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun

4 Populasi

Nilai probabilitas dan koefisien varibel Populasi adalah signifikan positif

yaitu 00020 dan 1494300 Artinya kenaikan satu persen populasi negara

importir akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia ke negara importir

sebesar 1494300 persen Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Sitorus

(2009) dan Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa populasi negara

importir berpengaruh positif signifikan terhadap volume ekspor

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi

secara menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga

relatif rendah (Rahardja dan Manurung 2008 267) Sitorus (2009 41) juga

menyatakan bahwa pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar Oleh sebab itu meningkatnya

populasi negara importir akan meningkatkan kebutuhan dan konsumsinya

Terlebih jika produksi dalam negeri negara importir tidak mencukupi maka

ekspor merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan penduduknya

103

Pertumbuhan penduduk dunia dalam kurun waktu 2004-2013 terus

mengalami peningkatan Hal ini juga terjadi pada negara-negara importir lada

Indonesia yang selanjutnya berpengaruh terhadap banyaknya volume impor lada

dari Indonesia Adapun populasi negara importir adalah sebagai berikut

0

200000000

400000000

600000000

800000000

1000000000

1200000000

1400000000

AS

Au

str

alia

Be

lan

da

Be

lgia

Bu

lga

ria

Ho

ng

ko

ng

Ind

ia

Ing

gris

Ita

lia

Je

pa

ng

Jerm

an

Ka

na

da

Ko

rse

l

Ma

laysia

Pakis

tan

Pe

ran

cis

Rusia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

(Jiw

a)

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

India merupakan negara dengan jumlah terbanyak kedua di dunia setelah

Cina Dalam perdagangan lada Indonesia India menempati urutan pertama

dengan rata-rata jumlah penduduk sebanyak 1204529087 jiwa Disusul

Amerika serikat dengan jumlah penduduk sebanyak 305039425 jiwa Dengan

banyaknya jumlah penduduk di kedua negara tersebut Indonesia mengekspor

rata-rata lada sebanyak 4676 tontahun ke India dan 18548 tontahun ke

Amerika Serikat India mengimpor lada lebih sedikit dari Amerika Serikat karena

India merupakan salah satu negara produsen lada terbanyak ketiga di dunia

sehingga India mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan penduduknya

sendiri

104

5 Kurs Riil

Variabel Kurs Riil memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar

02770 dan 0470691 Artinya kurs riil tidak berpengaruh signifikan terhadap

volume ekspor lada Adapun kurs riil Indonesia dengan negara-negara importir

adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

AS

Austr

alia

Bela

nda

Belg

ia

Bulg

aria

Hongkong

India

Inggris

Italia

Jepang

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysia

Pakis

tan

Pera

ncis

Rusia

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(Rp

US

$)

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Berdasarkan Gambar 32 kurs riil Indonesia dengan negara-negara

importir murah dan relatif stabil sehingga tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia Pengaruh signifikan nilai tukar riil

terhadap ekspor terjadi saat rupiah terdepresiasi Hal ini akan menyebabkan harga

barang-barang ekspor menjadi lebih murah dan meningkatkan volume ekspor

6 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Selanjutnya yang tidak berpengaruh signifikan adalah variabel IHK Nilai

probabilitas dan koefisien sebesar 06231 dan 0003891 yang berarti variabel

105

IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada Hal ini

dikarenakan IHK negara importir tidak mengalami peningkatan yang signifikan

Adapun IHK negara importir selama tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

75

80

85

90

95

100

105

AS

Aust

ralia

Bela

nd

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

India

Inggris

Italia

Jep

an

g

Jerm

an

Ka

na

da

Kors

el

Ma

lays

ia

Paki

sta

n

Pe

ran

cis

Ru

sia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

IHK

(

)

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Rata-rata IHK negara importir kurang dari seratus persen kecuali Jepang

yaitu 100475 Artinya harga dalam negeri negara importir relatif stabil

Sehingga daya beli konsumen dalam negeri negara importir menjadi stabil dan

tidak berpengaruh terhadap permitaan lada Indonesia

106

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian dengan judul

ldquoAnalisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasionalrdquo selama tahun 2004-2013 dapat

disimpulkan beberapa hal berikut

1 Lada Indonesia secara komparatif telah berdayasaing kuat di Rusia

Vietnam Perancis Jerman Hongkong Amerika Serikat Bulgaria

Belanda Belgia India Singapura Kanada Italia Australia Inggris dan

Jepang Namun tidak berdayasaing di Korea Malaysia dan Pakistan

Selanjutnya secara kompetitif lada Indonesia berada pada posisi Rising

Star di Belanda India Italia Jepang dan Jerman Posisi Falling Star di

Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia Posisi Lost

Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura

Serta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Selain

itu Indonesia juga sudah layak menjadi eksportir lada dunia dengan

tingkat pertumbuhan tahap pertumbuhan dan kematangan

2 Faktor-faktor yang berpengruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapita jarak

ekonomi harga dan populasi Sedangkan kurs riil dan IHK tidak

berpengaruh signifikan

107

62 Saran

Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa saran untuk meningkatkan

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional diantaranya adalah meningkatkan

produktivitas lada nasional Produktivitas lada yang tinggi akan menambah

persediaan lada nasional Sehingga selain konsumsi dalam negeri terpenuhi

persediaan untuk ekspor juga menjadi lebih banyak Selain itu produktivitas lada

yang tinggi akan membuat harga lada Indonesia menjadi lebih murah karena

terjadi economic of scale

Selanjutnya yaitu meninggalkan negara-negara yang berada pada posisi

retreat dan mencari negara tujuan ekspor lada lain Dengan begitu Indonesia

diharapkan mampu membuka peluang untuk menjadi eksportir utama lada di

negara-negara lainnya Sehingga nilai ekspor lada Indonesia akan meningkat dan

memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia

Jarak ekonomi merupakan hambatan yang berpengaruh nyata terhadap

volume ekspor lada Oleh sebab itu maka pemerintah perlu meningkatkan

efisiensi sarana transportasi Dengan sarana transportasi yang lebih efisien maka

biaya yang dikeluarkan untuk proses distribusi lada akan lebih murah Sehingga

harga lada juga akan menjadi lebih murah

Selain jarak ekonomi populasi adalah salah satu faktor yang berpengaruh

nyata dan cukup besar terhadap volume ekspor lada Oleh sebab itu Indonesia

harus meningkatkan volume ekspor ladanya ke negara-negara yang berpopulasi

tinggi Hal ini dikarenakan populasi yang tinggi diindikasikan memiliki tingkat

konsumsi yang tinggi pula

108

Terakhir yaitu menambahkan variabel-variabel lain untuk penelitian-

penelitian lada selanjutnya Adapun variabel-variabel yang dipilih adalah

variabel-variabel yang berkaitan dan diduga berpengaruh terhadap perdagangan

internasional Sehingga mampu memberikan informasi yang lebih banyak lagi

bagi pihak-pihak yang berkepentingan

109

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Feira dkk 2015 Posisi Dayasaing Dan Spesialisasi Perdagangan Lada

Indonesia Dalam Menghadapi Globalisasi (Studi Pada Ekspor Lada

Indonesia Tahun 2009-2013 Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 27(2) 1-7

Azwar Saifuddin 2013 Metode Penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik 2016 Ekspor dan Impor Diakses dari

httpswwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid1002 pada tanggal 16 Mei

2016

2016 Produk Domestik Bruto (Lapangan Usaha)

Diakses dari

httpswwwbpsgoidSubjekviewid11subjekViewTab1|accordion-

daftar-subjek2 pada tanggal 16 Mei 2016

Bappenas 2009 Trade and Investment in Indonesia A Note on Competitiveness

and Future challenge Jakarta Bappenas

Basri Munandar dan Munandar Haris 2010 Dasar-Dasar Ekonomi

Internasional Jakarta Prenada Media Group

Bergstrand Jeffrey H 1985 The Gravity Equation in International Trade Some

Microeconomic Foundations and Empirical Evidance JSTOR 67(3) 474-

481

Bustami Budi Ramanda dan Hidayat Paidi 2013 Analisis Dayasaing Produk

Ekspor Provinsi Sumatera Utara Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1(2) 56-

71

Case Karl E dan Fair Ray C 2002 Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro Jakarta

PT Prenhallindo

CEPII 2016 GeoDist Diakses dari

httpwwwcepiifrCEPIIenbdd_modelepresentationaspid=6 pada

tanggal 16 Mei 2016

Daras Usma dan Pranowo D 2009 Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung

dan Alternatif Pemulihannya Jurnal Litbang Pertanian 28(1) 1-6

Daryanto 2011 Sari Kuliah Manajemen Pemasaran Bandung PT Sarana

Tutorial Nurani Sejahtera

110

Dilanchiev Azer 2012 Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern Gravity

Model Jurnal of Social Sciences 1(1) 75-78

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 Statistik

Perkebunan Indonesia Komoditas Lada Ditjen Perkebunan Jakarta

Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian

Ginting Kristiawan Hadinata 2014 Analisis Posisi Lada Putih Indonesia di

Pasar Lada Putih Dunia Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor

Ghozali Imam 2006 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

2009 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Edisi Keempat Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

Halwani R Hendra 2002 Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi

Jakarta Ghalia Indonesia

Horizon Pacific 2016 Vietnam Has To Import High Quality Pepper for Export

Diakses dari httpbvtvhpcomenagricultural-newsvietnam-has-to-

import-high-quality-pepper-for-exporthtml pada tanggal 1 November

2016

International Pepper Community 2013 Pepper Statictical Yearbook 2013

International Pepper Community Jakarta IPC

2016 Statistik Jakarta IPC

Kementerian Perdagangan 2008 ISP (Index Spesialisasi Perdagangan) Diakses

dari httpwwwkemendaggoidaddonisp pada tanggal 12 Desember

2016

2011 Kajian Kebijakan Pengembangan Diversifikasi

Pasar dan Produk Ekspor Jakarta Pusat Kebijakan Perdagangan luar

Negeri Badan pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Kotabe Masaaki dan Helsen Kristian 2010 Global Marketing Management (5th

Edition) United Satates of America Wiley

Kotler Philip dan Keller Kevin Lane 2009 Manajemen Pemasaran Edisi Ke

Dua Belas Jakarta PT Indeks

Krugman Paul 2008 Trade and Geography-Economies of Scale Differentiated

Products and Transport Cost The Prize in Economic Sciences 2008 The

111

Royal Swedish Academy of Sciences KUNGL

VETENSKAPSAKADEMIEN

Lawless Martina dan Whelan Karl 2007 Anote on Trade Costs and Distance

Working Paprer Series Universuty College Dublin

Li Kunwang Song Ligang dan Xingjun Zhao 2008 Component Trade and

Chinas Global Economic Integration World Institute for Development

Economics Research 101(2) 1-25

Mankiw N Gregory Euston Quah dan Peter Wilson 2012 Pengantar Ekonomi

Makro Jakarta Salemba Empat

Mayer Thierry dan Soledad Zignago 2011 Notes on CEPIIrsquoS distance

measures The GeoDist database CEPII WP 25(1) 1-47

Menteri Perdagangan Republik Indonesia 2012 Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 13M-DAGPER32012

Jakarta Kementerian Perdagangan

Permatasari Nadia 2015 Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ekspor Lada Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Skripsi

S1 Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Pradipta Amalia dan Firdaus Muhammad 2014 Posisi Dayasaing dan Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia Jurnal

Manajemen amp Agribisnis 11(2) 129-143

Rahardja Prathama dan Manurung Mandala 2008 Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikroekonomi amp Makroekonomi) Jakarta Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonommi Universitas Indonesia

Rivaie Arivin dan Pasandaran Effendi 2014 Dukungan Teknologi dan

Kelembagaan untuk Memperkuat Dayasaing Komoditas Lada Diakses

dari

httpwwwlitbangpertaniangoidbukumemperkuat_dayasaing_produk_

peBAB-III-12pdf pada tanggal 19 Mei 2016

Salvatore Dominick 1997 Ekonomi Internasional Jakarta Erlangga

Sarwoko 2009 Perdagangan Bilateral antara Indonesia dengan Negara-Negara

Patner Dagang Utama dengan Menggunakan Model Gravitasi Jurnal

Ilmiah MTG 2(1) 1-12

112

Sitorus Maria 2009 Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao Di Bawah Pengaruh

Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi) Skripsi

S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Soepanto Achmad 2006 Petani dan Kemiskinan di India dan Negara Lainnya

Artikel Pangan 46(15) 56-62

Sugiyono 2011 Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RampD Bandung

Alfabeta

Suliyanto 2011 Ekonometrika Terapan Teori amp Aplikasi dengan SPSS

Yogyakarta CV ANDI OFFSET

Sutarno dan Agus Andoko 2015 Budidaya Lada Si Raja Rempah-Rempah

Tangerang AgroMedia Pustaka

Tambunan Tulus TH 2004 Globalisasi dan Perdagangan Internasional

Bogor Ghalia Indonesia

Ton Nguyen tang dan Buu Bui chi 2011 How to Prevent The Most Serious

Diseases of Black Paper (Piper Ningrum L) A Case Study of Vietnam

Vietnam IAS

UN Comtrade 2016 International Trade in Goods based on UN

Comtrade data Diakses dari httpcomtradeunorglabsBIS-

trade-in-goodsreporter=826ampyear=2014ampflow=2 pada tanggal

16 Mei 2016

UN CTAD 2016 Currency Exchange Rates Annual 1970-2015 Diakses dari

httpunctadstatunctadorgwdsTableViewertableViewaspxReportId=

117 pada 16 Agustus 2016

Wahyu Kukuh 2014 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia Diakses dari

httpcybexpertaniangoidmateripenyuluhandetail9004sejarah-

tanaman-lada-di-indonesia pada tanggal 3 September 2016

Widarjono Agus 2009 Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga

Yogyakarta EKONISIA

World Bank 2016 Data Indicators Diakses dari

httpdataworldbankorgindicator pada tanggal 16 Mei 2016

Yogesh MS dan Mokshapathy S 2013 Production and Export Performance of

Black Paper International Jurnal of Humanities and social science

invention 2(4) 36-44

113

Zarzoso Inmaculada Martinez dan Lehmann Felicitas Nowak 2003 Augmented

Gravity Model An Empirical Application To Mercosur-Europen Union

Trade Flows Journal of Applied Economics 6(2) 291-316

114

Lampiran 1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 AS 9374 9977 8715 7325 8767 19495 86622

2005 AS 9489 10034 8724 7229 8915 19504 89561

2006 AS 9633 10086 8725 7518 8949 19514 92450

2007 AS 9744 10125 8679 8070 8981 19523 95087

2008 AS 10143 10138 8643 8088 9095 19533 98737

2009 AS 10119 10112 8678 7846 9215 19542 98386

2010 AS 10131 10156 8655 8238 9115 19550 100000

2011 AS 9635 10193 8613 8615 9100 19558 103157

2012 AS 10040 10224 8643 8830 9190 19565 105292

2013 AS 9592 10245 8668 8885 9346 19573 106834

2004 Australia 6112 9667 4600 7302 8796 16818 84125

2005 Australia 6533 9777 4667 7391 8951 16831 86370

2006 Australia 5903 9844 4686 7776 8982 16846 89426

2007 Australia 5613 9972 4729 8224 9019 16852 91512

2008 Australia 6218 10162 4888 8354 9129 16872 95495

2009 Australia 6305 10021 4815 8034 9227 16892 97233

2010 Australia 6835 10221 4964 8367 9115 16908 100000

2011 Australia 6009 10402 5082 8751 9099 16922 103304

2012 Australia 5975 10482 5173 9027 9191 16939 105125

2013 Australia 5386 10481 5184 9009 9337 16956 107700

2004 Belanda 7316 9931 5463 7550 8716 16606 91093

2005 Belanda 7573 9972 5450 7608 8881 16608 92618

2006 Belanda 7379 10044 5463 7772 8935 16609 93699

2007 Belanda 7932 10187 5517 8321 8979 16612 95212

2008 Belanda 7877 10294 5573 8398 9107 16616 97579

2009 Belanda 7483 10207 5542 8275 9211 16621 98741

2010 Belanda 7847 10194 5456 8475 9115 16626 100000

2011 Belanda 7262 10261 5445 8927 9108 16631 102341

2012 Belanda 7587 10188 5359 9046 9194 16634 104854

2013 Belanda 7891 10223 5395 9054 9340 16637 107483

115

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Belgia 5347 9818 4908 7690 8751 16159 87958

2005 Belgia 5631 9858 4896 7643 8906 16165 90407

2006 Belgia 5018 9914 4897 8006 8953 16171 92026

2007 Belgia 5542 10049 4948 8220 8995 16179 93703

2008 Belgia 5682 10138 4989 8423 9104 16187 97910

2009 Belgia 5313 10068 4978 8161 9220 16195 97858

2010 Belgia 5517 10076 4915 8325 9115 16204 100000

2011 Belgia 4906 10153 4923 8736 9097 16218 103532

2012 Belgia 5413 10095 4856 8944 9178 16225 106472

2013 Belgia 6126 10132 4896 9088 9338 16230 107658

2004 Bulgaria 3525 7720 2106 6918 8991 15867 69237

2005 Bulgaria 2708 7847 2184 7661 9123 15862 72726

2006 Bulgaria 4064 8014 2269 6787 9118 15857 78007

2007 Bulgaria 3219 8268 2445 8139 9098 15836 84561

2008 Bulgaria 3911 8462 2591 7979 9134 15829 95003

2009 Bulgaria 4567 8436 2594 7647 9223 15823 97619

2010 Bulgaria 4754 8505 2497 7904 9115 15816 100000

2011 Bulgaria 4365 8648 2550 7797 9090 15810 104220

2012 Bulgaria 3985 8616 2479 8512 9171 15804 107299

2013 Bulgaria 3466 8638 2510 7919 9332 15799 108254

2004 Hongkong 5333 9476 2839 7305 8742 15730 88753

2005 Hongkong 5236 9544 2854 6925 8916 15734 89487

2006 Hongkong 4626 9610 2863 7614 8961 15741 91320

2007 Hongkong 5062 9694 2862 8255 9001 15749 93154

2008 Hongkong 4967 9732 2845 8303 9111 15755 97188

2009 Hongkong 5029 9710 2877 8064 9221 15758 97800

2010 Hongkong 4937 9789 2882 8386 9115 15765 100000

2011 Hongkong 4738 9873 2887 8767 9080 15772 105257

2012 Hongkong 5085 9914 2933 8991 9150 15783 109535

2013 Hongkong 4963 9952 2975 9027 9278 15788 114303

116

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 India 7997 6797 4659 7046 9083 20842 63147

2005 India 7786 6904 4748 7072 9223 20858 65828

2006 India 8219 7093 4822 7321 9229 20873 69874

2007 India 8178 7283 4998 7864 9227 20889 74325

2008 India 8709 7375 4933 8058 9299 20903 80532

2009 India 9036 7435 5099 7656 9312 20917 89292

2010 India 8607 7722 5262 8052 9115 20931 100000

2011 India 8388 7844 5245 8567 9046 20944 108858

2012 India 8707 7853 5240 8823 9067 20957 118995

2013 India 8229 7841 5255 8756 9134 20970 131975

2004 Inggris 5883 9890 6762 7702 8779 17910 85594

2005 Inggris 5375 9936 6758 7690 8940 17917 87348

2006 Inggris 4796 10002 6770 7695 8982 17924 89386

2007 Inggris 3401 10132 6817 8438 9019 17932 91461

2008 Inggris 4990 10072 6703 8093 9136 17940 94766

2009 Inggris 4331 9889 6571 8296 9231 17947 96819

2010 Inggris 4094 9938 6548 8570 9115 17955 100000

2011 Inggris 2459 10014 6547 8540 9087 17963 104484

2012 Inggris 5386 10021 6550 8825 9169 17970 107432

2013 Inggris 4487 10042 6575 9140 9315 17976 110177

2004 Italia 3401 9690 6440 7437 8737 17871 89201

2005 Italia 5088 9718 6415 6761 8899 17875 90984

2006 Italia 4663 9770 6407 7972 8944 17878 92867

2007 Italia 3401 9892 6442 7818 8986 17883 94559

2008 Italia 4956 9971 6471 8231 9105 17890 97750

2009 Italia 5308 9884 6437 8123 9214 17895 98483

2010 Italia 5760 9878 6349 8218 9115 17898 100000

2011 Italia 5209 9952 6340 8498 9104 17899 102741

2012 Italia 6091 9866 6236 8850 9184 17902 105866

2013 Italia 5084 9878 6257 9004 9343 17914 107158

117

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Jepang 7082 9841 6704 7842 8616 18666 100692

2005 Jepang 7233 9827 6630 7708 8801 18666 100417

2006 Jepang 7254 9789 6527 7697 8863 18666 100658

2007 Jepang 7292 9795 6436 8324 8923 18668 100717

2008 Jepang 7554 9904 6491 8447 9062 18668 102100

2009 Jepang 7220 9942 6585 8266 9191 18668 100725

2010 Jepang 7297 10045 6612 8497 9115 18668 100000

2011 Jepang 7213 10124 6606 8982 9134 18666 99717

2012 Jepang 7199 10135 6604 9078 9244 18664 99683

2013 Jepang 7361 9957 6404 9045 9411 18662 100042

2004 Jerman 7549 9779 6902 7640 8717 18229 91049

2005 Jerman 7364 9797 6861 7573 8883 18228 92458

2006 Jerman 7632 9853 6854 7860 8933 18227 93916

2007 Jerman 7822 9991 6899 8342 8970 18225 96075

2008 Jerman 7757 10083 6933 8335 9097 18224 98600

2009 Jerman 7646 9999 6896 8274 9209 18221 98908

2010 Jerman 7713 10019 6835 8560 9115 18220 100000

2011 Jerman 7186 10118 6853 9004 9111 18220 102075

2012 Jerman 7725 10080 6783 8971 9201 18203 104125

2013 Jerman 7671 10111 6833 9033 9356 18224 105692

2004 Kanada 4623 9715 6192 7335 8730 17281 89861

2005 Kanada 3930 9838 6270 7491 8890 17291 91850

2006 Kanada 4557 9952 6332 7476 8935 17299 93689

2007 Kanada 5509 10052 6350 8161 8974 17309 95693

2008 Kanada 5555 10102 6353 8316 9103 17319 97961

2009 Kanada 5621 9977 6287 7930 9216 17331 98254

2010 Kanada 5106 10138 6389 8177 9115 17342 100000

2011 Kanada 4829 10235 6415 8685 9103 17352 102912

2012 Kanada 5090 10243 6424 8879 9197 17364 104472

2013 Kanada 3817 10238 6425 8796 9359 17375 105452

118

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 KorSel 4673 9052 4822 6878 8799 17688 83830

2005 KorSel 5456 9206 4927 6738 8954 17690 86139

2006 KorSel 3022 9328 4991 7649 8997 17694 88070

2007 KorSel 6080 9432 5005 7866 9032 17699 90302

2008 KorSel 6001 9334 4838 8167 9139 17706 94523

2009 KorSel 6174 9240 4789 7981 9228 17711 97129

2010 KorSel 6226 9444 4922 8398 9115 17716 100000

2011 KorSel 5660 9540 4938 8897 9092 17723 104000

2012 KorSel 5580 9552 4945 8850 9180 17728 106280

2013 KorSel 4805 9603 5004 8994 9338 17732 107670

2004 Malaysia 3991 8019 1651 7391 8784 17048 85175

2005 Malaysia 4488 8136 1735 7163 8936 17066 87697

2006 Malaysia 6006 8267 1805 7663 8966 17084 90863

2007 Malaysia 6425 8423 1889 8235 9006 17101 92705

2008 Malaysia 6079 8581 2012 8426 9105 17119 97749

2009 Malaysia 6420 8474 1936 8181 9215 17136 98319

2010 Malaysia 7311 8716 2107 8104 9115 17152 100000

2011 Malaysia 6870 8859 2185 8844 9100 17168 103200

2012 Malaysia 6836 8891 2229 9050 9193 17184 104908

2013 Malaysia 6553 8896 2250 9115 9343 17199 107117

2004 Pakistan 3508 6804 2856 6668 9302 18828 50720

2005 Pakistan 4538 6896 2912 6567 9397 18848 55317

2006 Pakistan 4776 7118 3082 6883 9386 18869 59699

2007 Pakistan 5656 7249 3097 7436 9373 18889 64235

2008 Pakistan 5542 7381 3153 7525 9341 18910 77266

2009 Pakistan 4654 7400 3198 7253 9329 18931 87811

2010 Pakistan 5227 7642 3191 7528 9115 18952 100000

2011 Pakistan 4333 7799 3300 8257 9019 18973 111917

2012 Pakistan 4641 7817 3339 8531 9036 18994 122756

2013 Pakistan 4936 7805 3362 7644 9133 19015 132195

119

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Perancis 4750 9771 6667 7166 8716 17954 91166

2005 Perancis 4628 9802 6648 7407 8880 17961 92748

2006 Perancis 5893 9856 6646 7994 8929 17968 94310

2007 Perancis 5547 9986 6692 8482 8974 17975 95713

2008 Perancis 6881 10077 6732 8356 9099 17980 98407

2009 Perancis 6200 9996 6707 8345 9214 17985 98493

2010 Perancis 6727 9995 6628 8373 9115 17990 100000

2011 Perancis 6403 10074 6629 8882 9110 17995 102117

2012 Perancis 6312 10011 6553 8943 9201 18000 104115

2013 Perancis 6888 10048 6594 8971 9363 18005 105014

2004 Rusia 6762 7873 5102 7127 9230 18786 54527

2005 Rusia 6998 8100 5303 7095 9292 18782 61443

2006 Rusia 5878 8356 5506 7434 9265 18779 67395

2007 Rusia 6120 8609 5689 8005 9239 18777 73454

2008 Rusia 6303 8840 5881 8007 9259 18777 83820

2009 Rusia 6994 8597 5631 7847 9265 18777 93602

2010 Rusia 7581 8839 5791 8182 9115 18777 100000

2011 Rusia 5323 9097 6000 8613 9050 18778 108428

2012 Rusia 7414 9151 6056 8758 9111 18780 113934

2013 Rusia 6330 9168 6077 8762 9216 18782 121655

2004 Singapura 9148 9566 1307 7612 8755 15243 87641

2005 Singapura 9221 9653 1361 7679 8932 15266 88014

2006 Singapura 9121 9775 1454 7802 8988 15297 88912

2007 Singapura 8540 9930 1561 8281 9027 15339 90775

2008 Singapura 8408 9950 1574 8316 9116 15392 96693

2009 Singapura 7928 9924 1631 8168 9226 15422 97276

2010 Singapura 8448 10121 1777 8458 9115 15440 100000

2011 Singapura 8288 10253 1851 8704 9080 15461 105253

2012 Singapura 8132 10278 1890 8855 9146 15486 110019

2013 Singapura 8692 10296 1922 8949 9293 15502 112636

2004 Vietnam 5937 6778 1258 7736 9215 18215 55343

2005 Vietnam 5799 6889 1356 7075 9317 18227 59926

2006 Vietnam 7098 7085 1441 7770 9311 18238 64352

2007 Vietnam 7699 7237 1505 8059 9291 18249 69695

2008 Vietnam 8356 7418 1699 8200 9236 18260 85806

2009 Vietnam 8536 7466 1823 7895 9283 18270 91860

2010 Vietnam 9549 7709 1852 8269 9115 18281 100000

2011 Vietnam 8468 7861 1930 8811 8960 18291 118677

2012 Vietnam 9754 7911 2059 8718 8983 18302 129470

2013 Vietnam 9394 7926 2148 8807 9090 18313 138005

120

Lampiran 2 Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests

Equation MFE

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic df Prob

Cross-section F 35344282 (18165) 00000

Cross-section Chi-square 300230681 18 00000

Lampiran 3 Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation MRE

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq Statistic Chi-Sq df Prob

Cross-section random 6135526 6 04082

121

Lampiran 4 Random Effect Model

Dependent Variable VEL

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2240

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

PDB 1746167 0624211 2797399 00057

JE -0875098 0368245 -2376400 00185

HRG -0369590 0186750 -1979056 00493

KR 0470691 0431727 1090252 02770

POP 1494300 0477598 3128784 00020

IHK 0003891 0007904 0492247 06231

C -3370401 1093813 -3081331 00024

Effects Specification

SD Rho

Cross-section random 1406328 08221

Idiosyncratic random 0654154 01779

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Mean dependent var 0925488

Adjusted R-squared 0127363 SD dependent var 0700525

SE of regression 0654396 Sum squared resid 7836682

F-statistic 5597464 Durbin-Watson stat 1281398

Prob(F-statistic) 0000024

Lampiran 5 Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

122

Lampiran 6 Multikolinearitas

PDB JE HRG KR POP IHK

PDB 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

JE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

HRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

KR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

POP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000

Lampiran 7 Heteroskedastisitas

Dependent Variable RESABS

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2241

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

C 4930401 7042199 0700122 04847

PDB -0085616 0398468 -0214862 08301

JE 0042988 0209647 0205052 08378

HRG -0206352 0156089 -1322014 01878

KR -0300695 0372917 -0806332 04211

POP -0006353 0274805 -0023117 09816

IHK 0013324 0006101 2183942 00302

123

Lampiran 8 Hasil RCA

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 1361 1282 1635 2501 2944 2460 2858 1526 3246 1941 21754 2175

Australia 411 572 335 306 528 408 835 354 438 272 4458 446

Belanda 1003 1219 1025 2719 2199 1427 2040 1024 1723 2417 16796 1680

Belgia 988 1265 800 1222 1647 962 1380 823 1669 4305 15061 1506

Bulgaria 951 1218 2756 2278 865 3504 4003 2079 3257 1103 22014 2201

Hongkong 1185 1061 976 2617 2310 1995 2245 1361 3045 2899 19695 1970

India 446 377 631 717 1240 970 756 644 939 508 7228 723

Inggris 869 490 252 111 345 162 151 024 544 294 3243 324

Italia 156 443 829 143 719 835 1101 450 1703 764 7142 714

Jepang 150 143 126 157 239 155 168 169 215 243 1763 176

Jerman 1877 1356 2080 2560 2892 1960 2383 1698 2374 2657 21839 2184

Kanada 445 256 362 1547 1430 1180 740 588 961 244 7753 775

KorSel 010 022 005 125 140 140 145 074 071 072 804 080

Malaysia 005 005 030 049 041 034 060 072 098 135 531 053

Pakistan 008 038 036 051 032 030 033 013 022 019 282 028

Perancis 282 354 1772 1704 4756 2210 3133 2650 2886 4875 24621 2462

Rusia 5821 3967 1540 3056 4117 4924 7174 824 6709 2087 40220 4022

Singapura 1249 1336 1047 824 725 508 838 528 496 588 8140 814

Vietnam 2751 2511 1874 1388 2519 2359 3096 2020 3049 3523 25090 2509

124

Lampiran 9 Hasil EPD

Negara X () Y () Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea Selatan 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat

125

Lampiran 10 Hasil Indeks ISP

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 0999 0997 1000 1000 0999 0998 0998 0999 0998 0997 9985 0999

Australia 0951 0994 0880 0984 0981 0965 0981 0942 0943 0915 9536 0954

Belanda 1000 1000 0999 0999 0999 0995 0993 0992 0993 0993 9963 0996

Belgia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Bulgaria 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Hongkong 0741 0720 0848 0936 0550 0997 1000 0530 0999 0999 8320 0832

India 0387 0330 0185 0183 0422 0446 0336 0390 0506 0145 3327 0333

Inggris 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Italia 1000 1000 1000 0979 0999 1000 1000 1000 1000 1000 9978 0998

Jepang 0998 1000 0999 0999 1000 1000 1000 0988 0982 1000 9965 0997

Jerman 0998 0997 0995 0987 0976 0991 0982 0976 0986 0981 9868 0987

Kanada 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

KorSel 0439 0723 0080 0977 0948 0976 0910 0849 0876 0884 7662 0766

Malaysia 0213 -0460 0212 0619 0338 0185 0255 0033 0043 0501 1938 0194

Pakistan 1000 1000 0653 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 9653 0965

Perancis 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 0998 0991 0999 9988 0999

Rusia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Singapura 0991 0984 0987 0999 0989 0959 0989 1000 0995 0999 9891 0989

Vietnam 0642 0911 0981 0990 0997 0842 0952 0772 0941 0965 8994 0899

126

Lampiran 11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

1 Pesaing di Korea

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Malaysia Cina India

2004 7 1 3 5 0

2005 22 1 4 4 0

2006 31 39 6 3 1

2007 27 25 5 3 2

2008 26 15 6 3 1

2009 24 7 5 3 0

2010 22 12 7 3 0

2011 16 8 6 3 5

2012 19 7 6 2 1

2013 25 2 9 1 1

Rata-Rata 22 12 6 3 1

2 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Brazil India

2004 351 0 3 2

2005 388 8 0 1

2006 323 9 2 0

2007 217 38 1 2

2008 67 9 1 11

2009 167 30 7 1

2010 59 26 6 7

2011 77 1 18 9

2012 64 45 10 8

2013 78 170 18 0

Rata-Rata 179 33 7 4

127

3 Malaysia

Tahun RCA

India Vietnam Cina

2004 30 4 7

2005 29 4 6

2006 42 5 4

2007 51 2 2

2008 25 3 3

2009 21 4 2

2010 32 3 2

2011 32 2 2

2012 36 2 1

2013 23 3 1

Rata-Rata 32 329 318

Lampiran 12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost

Opportunity

1 Pesaing di Amerika Serikat

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Peru Vietnam Peru Vietnam

2004 3029 3638 0426 0007 0457 0003

2005 4499 3433 0726 0007 -0004 0002

2006 4304 2518 -0130 -0001 -0191 0007

2007 3908 1100 -0203 -0002 -0524 0011

2008 4726 1822 0230 -0001 0520 0006

2009 3542 1625 -0304 0002 0163 0018

2010 2487 1749 -0275 0003 0120 0001

2011 2487 2552 -0087 -0004 0755 0004

2012 2220 1891 -0061 0001 -0360 0011

2013 1693 2215 -0081 0005 0748 0020

Rata-

Rata 3290 2254 0240 0017 1684 0082

128

2 Pesaing di Kanada

Tahun RCA

EPD

X Y

()

Vietnam Vietnam

2004 4943 -0032 0003

2005 6182 0231 0002

2006 4667 -0122 0001

2007 2499 -0247 0002

2008 2776 0105 0002

2009 3611 0264 0003

2010 3149 -0071 0001

2011 4053 0258 0002

2012 4846 0350 0003

2013 3830 0063 0009

Rata-

Rata 4056 0798 0028

3 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

EPD

X Y

()

India India

2004 206 0640 0159

2005 052 -0511 -0028

2006 014 -0082 0222

2007 244 1394 0084

2008 1133 5315 -0002

2009 053 -6476 -0024

2010 747 5203 0163

2011 910 -0910 -0232

2012 779 -0807 -0018

2013 012 -3721 0118

Rata-

Rata 415 0045 0440

129

4 Pesaing di Rusia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Polandia Cina Polandia Cina

2004 376 008 0656 0082 -0071 0091

2005 448 001 0341 0031 -0056 0143

2006 348 001 -0386 -0021 -0008 -0064

2007 439 016 0237 -0006 0200 0284

2008 519 016 0373 0028 -0018 -0101

2009 390 029 -0404 -0001 0129 -0070

2010 383 015 -0068 -0012 -0108 0251

2011 394 026 -0023 -0014 0130 -0039

2012 331 037 -0081 0029 0184 0100

2013 415 021 0359 0023 -0204 0151

Rata-

Rata 404 017 1004 0140 0177 0745

5 Pesaing di Singapura

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Sri

Lanka

India Vietnam Sri Lanka India

2004 1805 002 101 0589 0017 0000 0001 0148 0096

2005 958 027 118 -0791 0013 0001 -0001 0151 0093

2006 2467 221 137 1029 -0032 0007 -0001 0045 -0014

2007 2022 1966 456 -0058 0017 0066 0000 0924 -0026

2008 2556 002 259 0645 0003 -0074 -0001 -0455 0053

2009 3348 248 249 0667 -0006 0011 0001 -0075 -0016

2010 1848 613 236 -1873 -0018 0035 0003 0011 0024

2011 3765 062 200 1164 -0012 -0037 0006 0200 0165

2012 6148 858 189 2027 0005 0020 -0010 -0216 -0084

2013 5023 20694 114 -0433 0009 0632 0000 -0317 0011

Rata-

Rata 2994 2469 206 2966 -0005 0661 -0002 0416 0302

130

Lampiran 13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

1 Pesaing di Australia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() India Vietnam Spanyol India Vietnam Spanyol

2004 2923 881 765 0234 -0002 0106 0015 -0057 0015

2005 2790 420 1154 0118 0007 -0661 0055 0230 -0013

2006 4343 357 995 1033 -0003 0030 0052 -0208 -0007

2007 5156 317 682 0763 0003 -0229 -0035 -0091 0022

2008 3717 721 1115 -1005 0002 0970 -0014 0313 -0010

2009 3359 1111 1036 0436 0021 0051 -0084 -0138 -0007

2010 2467 1075 1375 -0956 -0003 -0171 -0010 0338 0004

2011 3339 1827 934 0938 0003 0555 -0034 -0238 0015

2012 2300 2124 797 -0613 0018 0787 0020 0064 0025

2013 1607 2390 754 -0880 -0004 0891 0021 0138 0026

Rata-

Rata 32 1122 961 0067 0043 2329 -0014 0353 0071

2 Pesaing di Bulgaria

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Spanyol Cina Vietnam Spanyol Cina

2004 66607 330 000 -0529 -0001 0444 -0033 0000 0081

2005 75167 763 000 1252 0001 0660 -0022 0000 0013

2006 25653 1183 042 -2783 0003 0390 -0027 0346 0541

2007 18728 1189 291 0111 0004 -0100 -0009 0598 -0496

2008 21814 620 385 2344 0009 -0746 0002 0378 0019

2009 14271 503 640 -2201 -0003 0392 0109 0489 -0060

2010 21838 474 388 0571 -0004 -0113 -0009 -0739 -0007

2011 40094 177 310 0220 -0006 -0130 0321 -0031 0059

2012 32244 230 248 0302 0003 0033 -0114 -0188 0009

2013 35369 179 518 0969 0002 0040 0148 1080 0029

Rata-

Rata 35178 565 282 0255 0007 0870 0366 1933 0188

131

3 Pesaing di Inggris

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Vietnam India Vietnam India

2004 2582 2162 0413 0003 0321 0004

2005 3584 2051 0188 -0001 0508 0029

2006 4787 2008 0294 0001 -0108 -0003

2007 4587 2190 0014 0001 0224 0002

2008 5680 2143 0282 0000 -0116 -0003

2009 4542 1550 -0164 0002 -0137 0029

2010 6570 1610 0754 0003 -0171 -0015

2011 6474 1467 0411 0007 0153 0021

2012 5749 1627 0253 0009 -0005 -0014

2013 4915 1147 0177 0011 -0114 0041

Rata-

Rata 4947 1796 2624 0037 0555 0090

4 Pesaing di Vietnam

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

India Brazil India Brazil

2004 037 000 0066 0014 0000 0002

2005 005 000 -0056 0007 0000 0005

2006 537 299 1108 0021 0092 0013

2007 1844 480 2732 0001 0083 0006

2008 776 1370 -1972 0033 0437 0008

2009 714 2330 -0041 0015 0515 0004

2010 510 968 -0463 0012 -0639 0002

2011 701 1494 0723 0030 0536 0018

2012 1240 104 1512 -0008 -0955 -0003

2013 798 456 -0562 0091 0279 0011

Rata-

Rata 716 750 3047 0217 0347 0065

132

Lampiran 14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

1 Algeria

2 Afghanistan

3 Argentina

4 Australia

5 Austria

6 Bahrain

7 Bangladesh

8 Belgia

9 Bulgaria

10 Canada

11 Cina

12 Columbia

13 Cook Isds

14 Cote drsquolvoire

15 Croatia

16 Denmark

17 Benin

18 Elsavador

19 Finland

20 France

21 Frm Sudan

22 Germany

23 Greece

24 Hongkong

25 Hungary

26 Ireland

27 Italy

28 Japan

29 Jordan

30 Dem Peoplersquos Rep Of Korea

31 Rep Of Korea

32 Malaysia

33 Other Asia nes

34 Nepal

35 Netherland

36 Nigeria

37 Pakistan

38 Philippine

39 Poland

40 Portugal

41 Timor Leste

42 Russia Federation

43 Senegal

44 India

45 Singapore

46 Sri Lanka

47 Vietnam

48 Turkey

49 Ukraine

50 United Kingdom

51 United State of Amerika

52 Dominica

53 Saudi Arabia

54 Sweden

55 Egypt

56 Myanmar

57 Domonica Rep

58 Rumania

59 Haiti

60 Kuwait

61 Marocco

62 Thailand

63 Jamaica

64 Mexico

65 Israel

66 Lithuaria

67 Mauritius

68 Togo

69 Venezuela

70 Yemen

71 Lebanon

72 Latvia

73 Mauritania

74 Slovenia

75 South Africa

76 Spain

77 Switzerland

78 Syiria

79 Uni Emirat Arab

80 Tunisia

133

Page 7: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

KATA PENGANTAR

Assalamursquoalaikum Wr Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ldquoAnalisis Dayasaing

dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada Indonesia di

Pasar Internasionalrdquo Penulisan skripsi ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selama proses penyelesaian sampai selesainya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan banyak

terimakasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan dukungan baik

secara moril dan materil secara langsung maupun tidak langsung sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini Penulis mengucapkan terimakasih

kepada

1 Kedua orang tua Ibu Aswati dan Bapak Supandi serta seluruh keluarga atas

semua doa nasihat kasih sayang pengorbanan cinta serta dukungan baik

secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis Penyelesaian

skripsi ini merupakan salah satu bakti serta wujud cinta dan kasih sayang

penulis kepada Ibu Bapak dan seluruh keluarga yang sudah memberikan

segala yang terbaik dalam hidup kepada penulis

2 Bapak Dr Ir Iwan Aminudin MSi dan Ibu Puspi Eko Wiranthi SE MSi

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan tenaga energi

waktu pikiran serta memberikan ilmu arahan dan dukungannya secara

viii

tulus demi terselesaikannya skripsi ini

3 Bapak Ir Junaidi MSi dan Bapak Akhmad Mahbubi SP MM selaku dosen

penguji skripsi yang telah memberikan ilmu arahan serta dukungan yang

besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Bapak Dr Agus Salim MSi selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta para Wakil Dekan I II

dan III beserta staf TU Akademik dan karyawan FST lainnya

5 Bapak Dr Ir Edmon Daris MS dan Bapak Dr Ir Iwan Aminudin MSi selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan

kesempatan dan dukungan untuk menimba ilmu pengetahuan serta membantu

dalam proses akademis

6 Bapak Mudatsir Najamuddin MMA selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan bimbingan motivasi serta dukungan kepada penulis

selama perkuliahan

7 Seluruh dosen Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan wawasan

dan pengalaman kepada penulis hingga mendapatkan gelar Sarjana Agribisnis

8 Sahabat Kosan Badayy (Fitri Aldita Rihlah Zelda dan Weni) yang selalu

memberikan dukungan motivasi cinta dan kasih sayang selayaknya

keluarga serta menjadi tempat kembali penulis ketika suka dan duka

9 Sahabat Jalan Jalan Men (Meike Putri dan Lulu) yang sudah memberikan

warna baru dalam hidup penulis dan menjadi tempat di mana penulis tidak

perlu merasa malu menjadi diri sendiri setelah sahabat kosan badayy

ix

10 Sahabat Rumpii ( Febi Icha Iffah dan Dena) yang sudah menemani penulis

sejak awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini

11 Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2012 yang selalu saling mendukung

berbagi ilmu dan pengalaman serta menjadi teman tumbuh dan

berkembangnya penulis selama masa kuliah

12 HMJ Agribisnis yang telah memberikan tempat kesempatan dan

pengalaman berorganisasi sehingga penulis bisa mendapatkan

pelajaran-pelajaran baru

13 Keluarga Mahad Puteri dan BIDIKMISI UIN Jakarta dan yang telah

memberikan penulis kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat

sehingga penulis bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman-pengalaman baru

yang memotivasi untuk selalu bisa melakukan yang terbaik

14 Teman-teman KKN Gelas Kaca 2015 yang sudah memberikan pelajaran dan

kesempatan penulis untuk lebih bisa berpikir terbuka mengenal dan

mencoba hal-hal yang benar-benar baru bagi penulis memotivasi untuk lebih

berani lugas dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi

Terimakasih atas warna-warni baru yang telah diberikan baik secara langsung

maupun tidak langsung dan menjadikan penulis untuk selalu ingin tumbuh

dan berkembang

15 Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

menyelesaikan skripsi ini

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

x

penulis dan pembaca Akhirnya hanya kepada Allah semua hal diserahkan

Semoga amal baik kita diterima oleh Allah SWT Aamiin Yaa Rabbal lsquoAalamiin

Wassalamursquoalaikum WrWb

Jakarta 6 Januari 2017

Dewi Susilawati

xvii

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP iv

RINGKASAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 8

13 Tujuan Penelitian 8

14 Manfaat Penelitian 9

15 Ruang Lingkup Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

21 Perdagangan Internasional 10

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional 12

221 Teori Merkantilisme 12

222 Teori Keunggulan Absolut 13

223 Teori Keunggulan Komparatif 14

224 Teori Heckscher Ohlin 15

225 Teori Keunggulan Kompetitif 16

23 Dayasaing Global 17

231 Revealed Comparative Advantage (RCA) 17

232 Export Product Dynamic (EPD) 18

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 19

24 Gravity Model 21

241 Produk Domestik Bruto (PDB) 23

xii

242 Jarak Ekonomi 24

243 Harga 25

244 Nilai Tukar Rupiah 25

245 Populasi 27

246 Indeks Harga Konsumen 28

25 Penelitian Terdahulu 29

26 Kerangka Pemikiran 36

27 Hipotesis 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38

31 Lokasi dan Waktu Penelitian 38

32 Jenis dan Sumber Data 38

33 Populasi dan Sampel 39

34 Metode Analisis Data 39

341 Revealed Comparative Advantage (RCA) 40

342 Export Product Dynamic (EPD) 41

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 42

344 Regresi Data Panel 42

345 Uji Kesesuaian Model 43

346 Uji Normalitas 46

347 Uji Asumsi Klasik 47

348 Uji Signifikansi 49

35 Definisi Operasional 50

BAB IV GAMBARAN UMUM 53

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia 53

42 Lada Indonesia 55

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia 55

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia 57

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia 59

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia 61

43 Lada Dunia 62

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia 62

432 Perkembangan Produksi Lada Dunia 64

433 Perkembangan Harga Lada Dunia 66

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia 69

xiii

106

107

109

106

114

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 71

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif 71

511 Keunggulan Komparatif 71

512 Keunggulan Kompetitif 73

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 92

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel 93

522 Uji Normalitas 94

523 Uji Asumsi Klasik 95

524 Uji Signifikansi 96

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia 2

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 18

Tabel 3 Penelitian Terdahulu 30

Tabel 4 Sumber Data dan Data 38

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson 49

Tabel 6 Definisi Operasional 51

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia 55

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia 58

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA) 71

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD) 74

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia 77

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 91

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model 93

Tabel 14 Uji Multikolinearitas 95

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas 95

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia 3

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia 4

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia 5

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia 6

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional 7

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional 11

Gambar 7 Kurva Permintaan 25

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian 36

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 42

Gambar 10 Histogram Normalitas 47

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia 57

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia 59

Gamabr 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia 63

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia 64

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia 66

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia 68

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia 69

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat 78

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada 79

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan 81

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia 82

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura 83

xvi

103

104

105

101

100

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia 85

Gambar 24 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris 86

Gambar 25 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria 87

Gambar 26 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam 89

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia 90

Gambar 28 Uji Normalitas 94

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

114

120

120

121

121

122

122

123

124

125

126

127

130

132

DAFTAR LAMPIRAN

1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

2 Uji Chow

3 Uji Hausman

4 Random Effect Model

5 Normalitas

6 Multikolinearitas

7 Heteroskedastisitas

8 Hasil RCA

9 Hasil EPD

10 Hasil Indeks ISP

11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost Opportunity

13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Badan Pusat Statistik (2016) menyatakan bahwa salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara adalah dengan

mengukur Produk Domestik Bruto (PDB) Besarnya PDB salah satunya diperoleh

melalui kegiatan ekspor Nilai ekspor Indonesia selama tahun 2004-2013

berfluktuasi Penurunan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar

1497 dengan nilai ekspor mencapai US$ 116510000000 Disusul tahun 2012

dan 2013 dengan penurunan sebesar 662 dan 393 dengan masing-masing

nilai ekspor mencapai US$ 190020300000 dan US$ 182551800000

Penurunan ekspor pada tahun 2012 dan 2013 juga diperburuk dengan

meningkatnya nilai impor pada tahun yang sama yaitu mencapai US$

191689500000 dan US$ 186628700000 Hal ini mengakibatkan Indonesia

mengalami neraca perdagangan negatif sebesar -US$ 1669200000 dan -US$

4076900000

Neraca perdagangan yang negatif menunjukkan bahwa Indonesia lebih

banyak mengkonsumsi produk-produk dari luar negeri daripada menjual produk-

produknya sendiri ke luar negeri sehingga negara-negara lain relatif lebih untung

dari produk-produk yang telah diekspornya Sedangkan Indonesia merugi karena

terjadi defisit Oleh sebab itu untuk menjaga kestabilan neraca perdagangan

Indonesia perlu meningkatkan kinerja ekspornya Salah satu cara untuk

meningkatkan kinerja ekspor adalah dengan memperbanyak ekspor komoditi-

2

komoditi unggulan Salah satu komoditi unggulan ekspor Indonesia adalah lada

Lada (Piper ningrum) atau juga dikenal sebagai King of Spice (raja rempah)

merupakan komoditi rempah Indonesia yang kedudukannya cukup penting karena

merupakan komoditi ekspor terbanyak ke-enam setelah karet kelapa sawit

kakao kopi dan kelapa Lada Indonesia sudah cukup dikenal di pasar

internasional dengan nama Lampung Black Pepper yang berasal dari Provinsi

Lampung dan Muntok White Pepper yang berasal dari Provinsi Kepulauan

Bangka (Rivaie dan Pasandaran 2014 341)

Lada merupakan komoditi ekspor dengan neraca perdagangan positif Hal

ini terlihat dari besarnya nilai ekspor lada dibandingkan nilai impornya Menurut

data UN Comtrade (2016) neraca perdagangan lada Indonesia adalah sebagai

berikut

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia

Tahun Ekspor (US$) Impor (US$) Neraca (US$)

2004 56710078 3344670 53365408

2005 59210135 4026437 55183698

2006 79077213 8158312 70918901

2007 133971835 9837453 124134382

2008 186672492 12958930 173713562

2009 142126076 13660784 128465292

2010 252084684 17263407 234821277

2011 223404956 27457906 195947050

2012 435257055 29440508 405816547

2013 354712065 27510971 327201094

Sumber UN Comtrade (2016)

Indonesia memiliki neraca perdagangan lada yang positif Namun

Indonesia masih mengimpor lada dari eksportir-eksportir lada dunia lainnya

Alasan Indonesia mengimpor lada adalah dikarenakan laju produksi lada dalam

3

negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia yang menyentuh angka

rata-rata 3 per tahun (International Pepper Community 2016) Sedangkan laju

produksi lada Indonesia hanya 15 per tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan

2014 3) Namun secara keseluruhan lada merupakan komoditas ekspor yang

memiliki potensi positif karena neraca perdagangannya positif

Meskipun laju pertumbuhan produksi lada Indonesia tidak secepat

pertumbuhan permintaan lada dunia namun produktivitas lada Indonesia terus

meningkat setiap tahunnya Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

luas lahan lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 terus menurun namun

produksinya terus meningkat Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas lada

Indonesia tinggi Adapun produktivitas lada Indonesia adalah sebagaimana

Gambar 1 berikut

0

01

02

03

04

05

06

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

03820408 0403 0392

0439 04450467

0491 0494053

Tahun

(To

nH

a)

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Peningkatan produktivitas lada yang tinggi seiring dengan permintaan

lada dunia yang terus meningkat Permintaan lada dunia menurut data

International Pepper Community (2016) berfluktuasi cenderung meningkat

Permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

4

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2016)

Pertumbuhan permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 mencapai

2962 Permintaan tertinggi lada terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak

359904 ton Sedangkan permintaan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu

sebanyak 285306 ton Permintaan lada yang tinggi merupakan peluang bagi

negara-negara eksportir untuk saling bersaing meningkatkan ekspornya di pasar

internasional

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional bersaing dengan

beberapa negara seperti Brazil India Malaysia Sri Lanka Vietnam Cina

Thailand Madagaskar Ekuador dan negara-negara lainnya International Pepper

Community (2013 7) menyatakan bahwa Vietnam adalah eksportir utama lada

dunia Hal ini didasarkan pada banyaknya lada yang telah diekspor Vietnam

Adapun Kontribusi lada negara-negara eksportir di pasar internasional adalah

sebagai berikut

5

1503

922

1958

609185

4719

049007009038

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Kontribusi lada Vietnam di pasar internasional hampir mencapai 50

dari total lada dunia yaitu 4719 Kontribusi ini menjadikan Vietnam sebagai

eksportir utama lada dunia Sedangkan Indonesia berada di posisi kedua dengan

kontribusi sebesar 1958 Disusul Brazil di posisi ketiga dengan kontribusi

sebesar 1503 Berdasarkan kontribusi tersebut meskipun menjadi eksportir

kedua lada dunia Indonesia memiliki selisih ekspor yang besar dengan Vietnam

yaitu sebesar 2761 Sedangkan selisih ekspor Indonesia dengan Brazil yang

berada di posisi ketiga hanya 455 Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki kesulitan untuk mengungguli Vietnam Namun Indonesia sangat mudah

untuk diungguli oleh Brazil karena selisihnya yang sedikit Adapun kontribusi

1958 lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004 - 2013

ditunjukkan dengan berfluktuasinya ekspor lada Indonesia sebagaimana Gambar

4 berikut

6

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Ekspor tertinggi lada Indonesia terjadi pada tahun 2012 yaitu sebanyak

62608 ton Angka ini naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya yaitu

sebanyak 36487 ton Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348

pada tahun 2013 dengan total ekspor sebanyak 47908 ton Meskipun menurun

cukup jauh penurunan terbesar ekspor lada Indonesia terjadi pada tahun 2011

yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor sebanyak 36487 ton Sedangkan total

ekspor lada terkecil terjadi pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton yang juga turun

2067 dari tahun sebelumnya

Fluktuasi cenderung menurunnya ekspor lada Indonesia di pasar

internasional berbanding terbalik dengan harga lada Indonesia yang tinggi

Perkembangan harga lada Indonesia menurut International Pepper Community

(2013 54) berfluktuasi cenderung meningkat Adapun harga lada Indonesia di

pasar internasional berdasarkan harga Free on Board (FOB) adalah sebagai

berikut

7

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

20

05

2006

2007

2008

20

09

2010

2011

20

12

20

13

1487 14512029

3278 3517

2719

3677

6392 6558 6850

2317 22192924

44104972

4342

5662

88559367 9613

Tahun

(US

$T

on

)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional Sumber International Pepper Community (2013 54)

Berdasarkan Gambar 5 di atas peningkatan harga lada hitam dan putih

tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu mencapai 7384 dan 5639 Menurut

Ginting (2014) harga lada putih dan lada hitam dunia merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap volume perdagangan lada putih Indonesia terhadap lada

putih dunia Begitupun menurut Permatasari (2015) harga ekspor lada Indonesia

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor lada

Indonesia Naik dan turunnya harga lada akan mempengaruhi naik dan turunnya

volume ekspor lada

Berdasarkan keadaan permasalahan dan penelitian terdahulu yang sudah

dikemukakan maka diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui keadaan lada

Indonesia di pasar internasional Adapun yang perlu diketahui adalah bagimana

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Hasil

analisis ini diharapkan mampu menjadi informasi yang dapat berguna bagi

pemerintah dan pihak-pihak terkait

8

12 Rumusan Masalah

Lada merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia dengan

menempati urutan ke-enam komoditi ekspor terbanyak Indonesia dengan neraca

perdagangan positif Selama tahun 2004 - 2013 produktivitas lada Indonesia

meningkat Peningkatan ini seiring dengan permintaan lada dunia yang juga

meningkat sebesar 2962 Namun dalam periode yang sama volume ekspor

lada Indonesia berfluktuasi dan hanya mampu berada di posisi kedua di pasar

internasional dengan selisih ekspor yang besar dengan Vietnam yaitu 2761

Sementara dengan Brazil hanya berselisih 455 Menurut Ginting (2014) dan

Permatasari (2015) harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perdagangan lada

Berdasarkan penjabaran di atas maka diperoleh beberapa rumusan

masalah sebagai berikut

1 Bagaimana dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia

di pasar internasional

13 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah

1 Mengetahui dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

9

14 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

diantaranya

1 Mampu memberikan dan menambah pengetahuan bagi penulis mengenai

perdagangan internasional Indonesia khususnya komoditi lada di negara-

negara tujuan ekspornya

2 Sebagai bahan referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian

selanjutnya di bidang yang sama

3 Sebagai informasi bagi pemerintah tentang dayasaing lada Indonesia

sehingga dapat memperhatikan strategi dan kebijakan-kebijakan yang

berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar

internasional

15 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup lada dalam penelitian ini adalah lada dengan kode HS

1996 empat digit yaitu 0904 di UN Comtrade Selanjutnya pemilihan variabel-

variabel yang diduga berpengaruh terhadap volume ekspor lada Indonesia di

pasar internasional didasarkan pada teori Gravity Model

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Perdagangan Internasional

Tidak ada satu negara pun yang sepenuhnya dapat mengisolasikan diri

dari interaksi luar negeri Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

membuat batas-batas negara menjadi kabur Setiap negara tidak akan dapat

memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri Sekalipun dipaksakan pasti biaya yang

ditanggung akan sangat besar Melalui perdagangan dengan negara-negara lain

setiap negara bisa mencapai economies of scale dan selanjutnya dapat

menyalurkan kelebihan produksi yang tidak dapat diserap oleh konsumen dalam

negeri melalui ekspor Devisa yang diperoleh melalui ekspor dapat digunakan

untuk membiayai impor sehingga dapat memenuhi berbagai kebutuhannya tanpa

harus memproduksi seluruh yang dibutuhkan Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perdagangan internasional terjadi karena dua alasan yaitu adanya perbedaan

antara satu negara dengan negara yang lain dan tujuan untuk mencapai skala

ekonomi dalam produksi (Basri dan Munandar 2010 32)

Kegiatan perdagangan internasional terjadi karena adanya penawaran dan

permintaan suatu negara terhadap produk tertentu Secara teoritis suatu negara

(negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misal pakaian) ke negara lain

(negara B) apabila harga domestik negara A (sebelum terjadi perdagangan

internasional) relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga domestik negara B

Struktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah karena produksi

domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya sehingga di negara A

11

SB DB

SA A DA

PB

ES

X

P

B

M

PA

QB Q O O O QA

ED

telah terjadi excess supply (kelebihan produksi) Dengan demikian negara A

mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain Di sisi

lain negara B terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya lebih

besar daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang

terjadi di negara B lebih tinggi Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk

membeli pakaian dari negara lain yang relatif lebih murah Jika kemudian terjadi

konsumsi antara negara A dengan negara B maka akan terjadi perdagangan

antara keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama

(Kementerian Perdagangan 2011 7)

Negara A (ekspor) Perdagangan Internasional Negara B (impor)

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional Sumber Salvatore (1997 84)

Keterangan

PA Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan

internasional

OQA Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A tanpa

perdagangan internasional perdagangan internasional

A Kelebihan penawaran di negara A tanpa perdagangan internasional

X Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A

PB Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan

internasional

OQB Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B tanpa

perdagangan internasional

12

B Kelebihan permintaan di negara B tanpa perdagangan internasional

M Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B

P Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan

internasional

OQ Keseimbangan penawaran dan permintaan antara kedua negara

dimana jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor

(M)

Sebelum terjadi perdagangan internasional harga di negara A adalah

sebesar PA dan di negara B adalah PB Penawaran pasar internasional akan terjadi

jika harga internasional lebih tinggi dari PA sedangkan permintaan di pasar

internasional akan tinggi jika harga internasional lebih rendah dari PB Pada saat

harga internasional (P) sama dengan PA maka negara B akan terjadi excess

demand (ED) sebesar B Jika harga internasional sama dengan PB maka di negara

A akan terjadi excess supply (ES) sebesar A Dari A dan B akan terbentuk kurva

ES dan ED yang akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional

sebesar P Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan

mengekspor komoditi (pakaian) sebesar M dimana di pasar internasional sebesar

X sama dengan M yaitu Q (Kementerian Perdagangan 2011 8)

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional

221 Teori Merkantilisme

Penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara sebuah

negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan memperbanyak ekspor dan

mengurangi impor Surplus yang dihasilkan ekspor selanjutnya dibentuk dalam

aliran emas atau logam-logam mulia khususnya emas dan perak Semakin

banyak emas dan perak yang dimiliki sebuah negara maka semakin kaya dan

kuatlah negara tersebut

13

Kaum merkantilisme mengukur kekayaan dengan cadangan logam mulia

yang dimiliki Sebaliknya saat ini kekayaan sebuah negara diukur dengan

cadangan sumber daya manusia hasil produksi manusia serta kekayaan alam

yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa Semakin besar cadangan

tersebut maka semakin besar pula arus barang dan jasa untuk memenuhi

keinginan manusia dan dengan demikian akan semakin besar pula standar hidup

masyarakat negara tersebut (Salvatore 1997 23)

222 Teori Keunggulan Absolut

Adam Smith berpendapat bahwa sebuah negara akan melakukan

perdagangan secara sukarela jika keduanya memperoleh keuntungan

Perdagangan antar dua negara didasarkan pada keunggulan absolut yaitu

keunggulan negara dalam memproduksi sebuah komoditi namun kurang efisien

dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya maka negara

tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan

spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan

menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut Melalui

proses ini sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang efisien

Output kedua komoditi yang diproduksi akan meningkat Peningkatan output

akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang

melakukan perdagangan

Berbeda dengan kaum merkantilisme yang percaya bahwa sebuah negara

hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lainnya serta

menyarankan pengendalian pemerintah secara ketat pada semua aktivitas

14

ekonomi dan perdagangan Adam Smith justru percaya bahwa semua negara

dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dan dengan tegas menyarankan

untuk menjalankan kebijakan yang dinamakan laissez-faire yaitu suatu kebijakan

yang menyarankan sesedikit mungkin intervensi pemerintah terhadap

perekonomian Melalui perdagangan sumber daya manusia dapat didayagunakan

secara efisien dan dapat memaksimumkan kesejahteraan dunia Dalam laissez-

faire terdapat pengecualian yang paling penting adalah proteksi terhadap berbagai

industri penting sebagai pertahanan negara (Salvatore 1997 25)

223 Teori Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif yang digagas oleh David Ricardo

menyatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain

dalam memproduksi komoditi namun masih tetap terdapat dasar untuk

melakukan perdagangan kedua belah pihak Negara pertama harus melakukan

spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki

kerugian absolut kecil dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut

lebih besar (Salvatore 1997 27) Hukum keunggulan komparatif memiliki satu

pengecualian meskipun jarang terjadi Pengecualian terjadi jika keunggulan

absolut yang dimiliki suatu negara pada kedua komoditi sama besarnya

(Salvatore 1997 29)

Hukum keunggulan komparatif memiliki keunggulan dalam nilai uang

dengan mengabaikan pengecualian yang sudah disebutkan Meskipun salah satu

negara memiliki kerugian absolut dalam produksi kedua komoditi dibanding

negara ke-dua namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan

15

yang menguntungkan yaitu dengan melihat upah di negara ke-satu lebih rendah

dibandingkan negara ke-dua sehingga memungkinkan harga komoditi tersebut

lebih rendah pula dan harga komoditi yang memiliki keunggulan absolut di

negara ke-dua tersebut lebih rendah ketika kedua komoditi tersebut dinyatakan

dalam satuan mata uang masing-masing negara (Salvatore 1997 30)

Hukum keunggulan komparatif terkadang juga disebut hukum biaya

komparatif Menurut teori biaya komparatif biaya sebuah komoditi adalah

jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya

yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditi pertama Dalam

teori ini tidak dibuat asumsi bahwa tenaga kerja hanya satu-satunya faktor

produksi atau tenaga kerja bersifat homogen dan biaya atau harga sebuah

komoditi satu-satunya tergantung dari jumlah tenaga kerja Oleh sebab itu negara

yang memiliki biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi komoditi akan

memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut (Salvatore 1997 33)

Selain itu asumsi bahwa harga sama dengan biaya produksi maka biaya

oportunitas sama dengan harga relatif merupakan refleksi dari keunggulan

komparatif (Salvatore 1997 35)

224 Teori Heckscher-Ohlin

Intisari teorema H-O adalah sebuah negara akan mengekspor komoditi

yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah

dan murah di negara tersebut dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan

mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif

langka dan mahal di negara tersebut Model H-O juga sering disebut sebagai teori

16

kelimpahan faktor Teori tersebut menyatakan bahwa setiap negara akan

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang banyak

menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dalam jumlah banyak dan

berharga relatif murah serta mengimpor komoditi yang banyak menyerap faktor

produksi yang di negara tersebut relatif langka dan mahal (Salvatore 1997 129)

225 Teori Keunggulan Kompetitif

Tambunan (2004 107) menyatakan bahwa keunggulan kompetitif adalah

keunggulan yang harus diciptakan atau dikembangkan Inti dari paradigma

keunggulan kompetitif adalah suatu negara dalam persaingan global selain

ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif juga sangat ditentukan oleh

faktor-faktor keunggulan kompetitif yang dikembangkan Dari hasil studi Porter

menyimpulkan bahwa suatu negara berhasil dalam industri tertentu karena

lingkungan dasarnya bersifat mempunyai pandangan ke depan dinamis dan

menantang

Secara spesifik terdapat empat variabel domestik penting yang secara

individual mempengaruhi kinerja dan dayasaing global di suatu negara yaitu

kondisi faktor (factor condition) kondisi permintaan (demand condition) industri

terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting industry)

serta kondisi struktur persaingan dan strategi industri (firm strategy structure

and rivalry) Selain keempat faktor utama di atas terdapat dua faktor yang

mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan

(chance event) dan faktor pemerintah (government) Faktor-faktor ini membentuk

sistem dalam peningkatan keunggulan dayasaing yang disebut Porterrsquos Diamond

17

23 Dayasaing Global

Kotabe dan Helsen (2010 39) menyatakan bahwa konsep dayasaing

mengacu pada produktivitas Dayasaing suatu negara merupakan kapasitas

produksi dalam negeri dan luar negeri yang mengacu pada manusia alam dan

sumber daya modal Keberhasilan perdagangan internasional suatu negara dapat

dilihat dari dayasaingnya Dayasaing merupakan konsep umum yang digunakan

untuk merujuk pada komitmen persaingan pasar terhadap keberhasilan suatu

negara dalam persaingan internasional (Bustami dan Hidayat 2013 56)

Dayasaing merupakan posisi relatif suatu organisasi atau negara dibandingkan

dengan yang lain Negara memiliki peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan dayasaing dengan membuat kebijakan ekonomi atau politik yang

menguntungkan (Aprilia dkk 2015 2)

231 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Tambunan (2004 110) mendefinisikan RCA sebagai suatu persentase dari

jumlah ekspor manufaktur dari suatu negara lebih tinggi daripada pangsa dari

barang yang sama di dalam jumlah ekspor dunia maka negara tersebut memiliki

keunggulan komparatif atas produksi dan ekspor dari barang tersebut Nilai

indeks RCA lebih besar dari 1 berarti negara tersebut berdayasaing Sedangkan

jika lebih kecil dari 1 maka dayasaingnya buruk Indeks RCA bisa digunakan

untuk mengukur apakah Indonesia memproduksi dan mengekspor barang-barang

yang pasar luar negerinya sedang berkembang pesat atau sedang mengalami

stagnansi (Tambunan 2004 118)

18

232 Export Product Dynamic (EPD)

EPD merupakan indikator yang mengukur posisi pasar dari produk suatu

negara untuk tujuan pasar tertentu Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk

membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia dan

mengetahui dinamis atau tidaknya performa suatu produk Sebuah matriks EPD

terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis Daya tarik pasar

dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan

pasar tertentu dimana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan

pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan

pasar tertentu Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini

menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat

kategori yaitu Rising Star Falling Star Lost Opppotunity dan Retreat

(Kementerian Perdagangan 2011 21) Adapun matriks EPD adalah sebagai

berikut

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD

Share of Countryrsquos

Export in World Trade

Share of Countryrsquos Export in World Trade

Rising

(Dynamic)

Falling

(Stagnant)

Rising (Competitive) Rising Star Falling Star

Falling (Non-

competitive) Lost Opportunity Retreat

Sumber Estherhuizen dalam Kementerian Perdagangan (2011 21)

Posisi pasar yang ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tertinggi

pada ekspornya sebagai Rising Star yang menunjukkan bahwa negara tersebut

memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat

(fast-growing products) Lost Opportunity terkait dengan penurunan pangsa

pasar pada produk-produk yang dinamis adalah posisi yang paling tidak

19

diinginkan Falling Star juga tidak disukai meskipun masih lebih baik jika

dibandingkan dengan Lost Opportunity karena pangsa pasarnya tetap meningkat

Sementara itu Retreat biasanya tidak diinginkan tetapi pada beberapa kasus

tertentu mungkin diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk-produk yang

stagnan dan menuju produk-produk yang dinamis (Bappenas 2009)

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Nilai indeks ISP adalah

antara -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu negara cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi yang bersangkutan Jika nilainya negatif

maka suatu negara cenderung menjadi negara importir terhadap komoditi yang

bersangkutan

ISP juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan

suatu komoditi dalam perdagangan Menurut kementerian Perdagangan (2008)

tingkat pertumbuah perdagangan dibagi lima tahap yaitu

1 Tahap pengenalan

Ketika suatu industri (forerunner) di suatu negara A mengekspor produk-

produk baru dan industri pendatang belakangan (latecomer) di negara B impor

produk-produk tersebut Dalam tahap ini nilai indeks ISP dari industri latecomer

adalah -100 sampai -050

20

2 Tahap subtitusi impor

Pada tahap ini industri di negara B menunjukkan dayasaing yang sangat

rendah dikarenakan tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala

ekonomi Industri tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang

kurang bagus dan produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan

dalam negeri Adapun nilai indeks ISP pada tahap ini yaitu naik antara -051

sampai 000

3 Tahap pertumbuhan

Pada tahap ini industri di negara B melakukan produksi dalam skala besar

dan mulai meningkatkan ekspornya Di pasar domestik penawaran untuk

komoditi tersebut lebih besar daripada permintaan Tahap ini mempunyai nilai

indeks ISP antara 001 sampai 080

4 Tahap Kematangan

Pada tahap ini produk yang bersangkutan sudah memasuki tahap

standarisasi menyangkut teknologi yang dikandungnya Pada tahap ini juga

negara B merupakan negara eksportir Adapun nilai indeks ISP tahap ini berada

pada kisaran 081 sampai 100

5 Tahap kembali mengimpor

Pada tahap ini industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya

dengan industri dari negara A dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari

permintaan dalam negeri Tahap ini ditunjukkan dengan nilai indeks ISP yang

kembali menurun antara 100 sampai 000

21

24 Gravity Model

Gravity Model merupakan model perdagangan yang mengadopsi model

gravitasi Newton tentang kekuatan gaya tarik menarik dari dua buah objek yang

dipengaruhi secara langsung oleh massa dari kedua obyek tersebut dan secara

tidak langsung oleh jarak diantara dua objek tersebut Persamaan gravitasi

dinyatakan sebagai berikut

Fij = G MiMj D2ij

Dimana

Fij Kekuatan gaya tarik menarik

Mi dan Mj Massa

D2ij Jarak antara dua objek

G Konstanta gravitasi

Jan Timbergen pada tahun 1962 menggunakan analogi tersebut untuk

menganalisis perdagangan internasional Tarik menarik dalam konteks

perdagangan internasional adalah ekspor dan impor oleh negara-negara ldquoMassardquo

dari negara-negara tersebut adalah ukuran ekonomi atau Produk Domestik bruto

(PDB) yang dianggap dapat menghasilkan aliran-aliran potensi perdagangan

internasional Semakin besar PDB negara partner maka semakin besar pula

aliran perdagangan dari negara tersebut Namun jarak menjadi hambatan dalam

perdagangan internasional Jarak yang semakin jauh mengakibatkan biaya

transportasi dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pengiriman barang

menjadi besar Sehingga mengakibatkan kecilnya kemungkinan perdagangan

bilateral (Sarwoko 2009 3-4)

Dilanchiev (2012 75) menyatakan bahwa Gravity Model merupakan

salah satu model untuk memperkirakan perdagangan bilateral antar negara dan

22

potensi perdagangan suatu negara Keuntungan utama dalam menggunakan

Gravity Model adalah dapat menjelaskan pola perdagangan internasional dengan

kondisi jumlah data dan validitas latar belakang ekonomi yang sedikit seperti

Georgia Adapun model persamaan Gravity Model adalah

Trade ij = α PDBi PDBj

Distanceij

Keterangan

Trade Volume perdagangan antara negara i dan j

PDBi Pendapatan nasional negara i

PDBj Pendapatan nasional negara j

Distance Jarak bilateral kedua negara

α Konstanta

Bergstrand (1985 480) menyatakan bahwa Gravity Model banyak

dipengaruhi oleh pendapatan Oleh sebab itu harga dan nilai tukar menjadi

variabel yang memiliki efek signifikan dalam aliran perdagangan internasional

Sementara Zarzoso dan Lehman (2003 298) menggunakan Gravity Model untuk

menganalisis data panel pada tahun 1988-1996 dengan 20 sampel negara di Uni

Eropa Adapun persamaan Gravity Model yang digunakan oleh Zarzoso dan

Lehman adalah sebagai berikut

lXijt = αij + β1lYit + β2lYjt + β3lNit + β4lNjt + β5lDij + β6lIi + β7lIj + β8ydifij

+ β9IRERij + sumYhPijh + eijt

Dimana

αij konstanta

β1lYit Pendapatan eksportir

β2lYjt Pendapatan importir

β3lNit Populasi eksportir

β4lNjt Populasi importir

β5lDij Jarak

β6lIi Infrastruktur eksportir

β7lIj Infrastruktur importir

β8ydifij Pendapatan perkapita

23

β9IRERij Nilai tukar

Eijt eror

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan eksportir pendapatan

importir populasi importir jarak pendapatan perkapita nilai tukar dan

infrastruktur eksportir berpengaruh signifikan terhadap aliran dagang Uni Eropa

Sedangkan variabel infrastruktur importir tidak signifikan terhadap aliran dagang

Uni Eropa

Sedangkan Pradipta dan Firdaus (2014 140-141) menambahkan Indeks

Harga Konsumen (IHK) sebagai variabel kontrol yang digunakan dalam

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa IHK berpengaruh signifikan terhadap

ekspor buah Indonesia di pasar internasional Peningkatan IHK akan menurunkan

volume ekspor ke negara tujuan

241 Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir

yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi

yang berlokasi dalam suatu negara (Salvatore 1997 21) Sedangkan menurut

Case amp Fair (2002 23) PDB adalah nilai barang dan jasa akhir berdasarkan

harga pasar yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode

dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam perekonomian

tersebut

PDB merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan

beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB

merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

24

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara Ketiga PDB merupakan

gambaran awal tentang masalah-masalah mendasar yang dihadapi suatu

perekonomian Jika sebagian besar PDB dinikmati oleh sebagian penduduk maka

perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya

(Rahardja dan Manurung 2008 223)

242 Jarak Ekonomi

Jarak ekonomi adalah jarak antara kedua negara berdasarkan jarak

bilateral antara kota besar kedua negara Jarak ini digunakan untuk gambaran

biaya transportasi yang dibutuhkan untuk melakukan ekspor dan impor (Mayer

dan Zignago 2011 11) Li dkk (2008 8) menggunakan variabel jarak ekonomi

dalam penelitiannya yang berjudul Component Trade and Chinarsquos Global

Economic Integration sebagai gambaran biaya transportasi Cina ke negara-negara

tujuan ekspornya Adapun rumus jarak ekonomi adalah sebagai berikut

Jarak ekonomi = Jarak geografis x PDB negara tujuan ekspor

PDB seluruh negara yang dianalisis

Jarak ekonomi memiliki dua pengaruh yaitu negatif dan positif Menurut

penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009) Dilanchiev (2012)

serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak ekonomi

berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan Namun menurut Lawless

25

dan Whelan (2007) pengaruh positif jarak ekonomi terjadi di Amerika Serikat

Untuk bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan biaya transportasi maka

perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat akan menaikkan volume dan nilai

perdagangannya

243 Harga

Harga adalah jumlah yang harus ditagihkan untuk suatu produk atau jasa

(Kotler dan Keller 2009 18) Harga merupakan penentu utama pilihan pembeli

(Kotler dan Keller 2009 79) Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan

adalah harga barang itu sendiri Jika harga suatu barang semakin murah maka

permintaan terhadap barang tersebut bertambah Begitu juga sebaliknya Hal ini

sesuai dengan hukum permintaan yaitu bila harga suatu barang naik ceteris

paribus maka jumlah barang yang diminta akan berkurang Begitu juga

sebaliknya Jika harga suatu barang turun ceteris paribus maka jumlah barang

yang diminta akan bertambah (Rahardja dan Manurung 2008 24)

Harga

Qd = 100 ndash 10P

Kuantitas

Gambar 7 Kurva Permintaan Sumber Rahardja dan Manurung (2008 29)

244 Nilai Tukar Rupiah

Perdagangan internasional melibatkan beberapa negara dengan mata uang

uang yang berbeda-beda Untuk dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi maka

80 40 60

2

4

6

8

10

0

20 100

26

mata uang yang dipergunakan mempunyai harga tertentu dalam mata uang negara

lain Nilai tukar rupiah adalah harga atau berapa banyak suatu mata uang harus

dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain Bila dikatakan nilai

tukar rupiah adalah Rp 10000US$ maka untuk memperoleh satu unit US$ harus

disediakan sebanyak 10000 unit rupiah Jika harga satu unit komputer seharga

US$ 600 per unit maka rupiah yang harus disediakan adalah 6 juta unit

Sederhananya harga komputer per unit adalah Rp 6 juta (Rahardja dan

Manurung 2008 307)

Nilai tukar didasari dua konsep Pertama adalah konsep nominal

merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang

menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna

memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain Kedua adalah konsep riil yang

dipergunakan untuk mengukur dayasaing komoditi ekspor suatu negara di

pasaran internasional (Halwani 2002 186)

Mankiw (2012 193) menyatakan bahwa nilai tukar nominal (nominal

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan mata

uang suatu negara dengan mata uang negara lain Sedangkan nilai tukar riil (real

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang

dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain Secara umum

rumus nilai tukar riil adalah

Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal x Harga barang domestik

Harga barang luar negeri

Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan

tingkat harga di kedua negara Jika nilai tukar riil adalah tinggi berarti harga

27

barang-barang luar negeri relatif murah dan harga barang-barang domestik relatif

mahal Sebaliknya jika nilai tukar riil rendah berarti harga barang-barang luar

negeri relatif mahal dan harga barang-barang domestik relatif murah (Rahardja

dan Manurung 2008 308)

245 Populasi

Populasi menurut World Bank (2016) adalah seluruh penduduk yang

tinggal di sebuah negara tanpa menghiraukan status legal atau kewarganegaraan

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara

menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga relatif

rendah Misalnya walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih

rendah daripada penduduk Singapura tetapi secara absolut tingkat pengeluaran

konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura karena jumlah penduduk

Indonesia 51 kali lipat penduduk Singapura (Rahardja dan Manurung 2008 267)

Sitorus (2009 41) menyatakan bahwa pertambahan populasi pada negara

importir dapat berada pada sisi penawaran maupun permintaan Pada sisi

penawaran pertambahan populasi akan meningkatkan produksi dalam negeri

dalam hal kuantitas maupun diversifikasi produk negara importir Kondisi ini

akan mengakibatkan penurunan permintaan komoditi ekspor oleh negara

importir Pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar

28

246 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat

harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu

Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama

yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu Masing-masing harga

barang dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya Barang

dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling besar (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perhitungan IHK ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari

sekelompok tetap barang atau jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi)

atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang atau jasa kebutuhan rumah tangga

sehari-hari (Badan Pusat Statistik 2016) Adapun perhitungan inflasi dari IHK

adalah sebagai berikut

Inflasi = (IHK ndash IHK -1) x 100

IHK -1

Rahardja dan Manurung (2008 368) menyatakan bahwa dilihat dari

cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang mencerminkan tingkat inflasi

yang sebenarnya Tetapi IHK sangat berguna karena menggambarkan besarnya

kenaikan biaya hidup bagi konsumen sebab IHK memasukkan komoditas-

komoditas yang relevan (pokok) yang dikonsumsi masyarakat

Inflasi dalam tingkat tertentu dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan

penawaran agregat karena kenaikan harga akan memacu produsen untuk

meningkatkan output-nya Namun terdapat beberapa masalah sosial yang muncul

29

dari inflasi yang tinggi (ge 10 per tahun) Pertama menurunnya tingkat

kesejahteraan rakyat yang diukur dengan tingkat daya beli pendapatan Inflasi

menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah khususnya bagi masyarakat

yang berpenghasilan rendah Kedua memburuknya distribusi pendapatan Ketiga

terganggunya stabilitas ekonomi Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan

merusak perkiraan tentang masa depan para pelaku ekonomi Inflasi yang kronis

menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa akan terus naik

Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak

dari yang seharusnya Tujuannya untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi

Akibatnya permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat sedangkan bagi

produsen perkiraan akan naiknya barang dan jasa mendorong mereka untuk

menunda penjualan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar Penawaran

barang dan jasa menjadi berkurang Akibatnya kelebihan permintaan dapat

mempercepat dan memperbesar laju inflasi sehingga kondisi ekonomi akan

semakin memburuk (Rahardja dan Manurung 2008 371-372) Inflasi yang

memburuk mengakibatkan harga-harga dalam negeri meningkat dan cenderung

akan melakukan impor untuk meredakan harga dalam negeri

25 Penelitian Terdahulu

Dayasaing dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perdagangan

internasional merupakan tema penelitian yang sebelumnya telah banyak diteliti

baik di Indonesia maupun di luar negeri Terdapat tujuh penelitian terdahulu yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam pemilihan metode analisis

30

dan variabel-variabel yang dipilih Adapun penelitian terdahulu dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut

Tabel 3 Penelitian Terdahulu

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

1 Posisi

Dayasaing dan

Spesialisasi

Perdagangan

Lada Indonesia

dalam

Menghadapi

Globalisasi

(Studi Pada

Ekspor Lada

Indonesia

Tahun 2009-

2013)

(Feira Aprilia

R Zainul

Arifin dan

Sunarti 2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Indeks

Spesialisasi

Perdagangan

(ISP)

1 Lada Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif dalam

perdagangan

dunia Dibuktikan

dengan

perhitungan RCA

pada tahun 2013

RCA Indonesia

1726 berada di

atas Brazil 770

India 360 dan

Malaysia 313

namun di bawah

Vietnam 4477

2 Berdasarkan

perhitungan ISP

dapat diketahui

bahwa Indonesia

merupakan

negarara eksportir

lada dan

merupakan

negara eksportir

lada kedua

setelah Vietnam

Persamaan

Menggunakan

metode

analisis RCA

dan ISP

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis EPD

dan Gravity

Model dengan

fokus analisis

pada

dayasaing

ekspor lada di

negara tujuan

ekspor bukan

pada sesama

negara

eksportir lada

di dunia

31

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

2 Analisis

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Lada

Indonesia ke

Negara Tujuan

Ekspor (Nadia

Permatasari

2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

1 Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif yang

kuat ke negara

tujuan

2 Rising star

Singapura dan

Inggris Falling

star Australia dan

Vietnam Lost

Opportunity AS

Jerman dan India

Retreat Jepang

3 Variabel yang

berpengaruh

signifikan adalah

GDP perkapita

negara tujuan

harga ekspor lada

Indonesia

populasi dan

produksi lada

Indonesia

Variabel tidak

berpengaruh

signifikan adalah

nilai tukar rupiah

Persamaan

menggunkaan

metode analisis

RCA EPD

dan regresi

data panel

Perbedaan

Penelitian

Nadia (2015)

tidak

menggunkana

ISP konsep

dalam

penentuan

variabel bukan

berdasarkan

teori Gravity

Model jumlah

tahun dan

negara yang

diteliti lebih

sedikit dan

menggunakan

nilai ekspor

bukan volume

ekspor untuk

variabel Y

dalam analisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

volume ekspor

lada

32

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

3 Analisis Posisi

Lada Putih

Indonesia di

Pasar Lada

Putih Dunia

(Kristiawan

Hadinata

Ginting 2014)

1 Regresi

Linear

Berganda

Logaritmatik

2 Almost Ideal

Demand

System

(AIDS)

1 faktor-faktor yang

berpengaruh

terhadap volume

perdagangan lada

putih Indonesia

terhadap lada

putih dunia adalah

harga lada putih

dunia harga lada

hitam dunia dan

GDP per kapita

dunia Sedangkan

populasi tidak

berpengaruh

2 Lada putih

Indonesia

memiliki

dayasaing di pasar

lada putih dunia

yang lebih baik

dibandingkan lada

putih Vietnam

Lada putih

Indonesia juga

memiliki prospek

yang baik dilihat

dari potensi pasar

lada putih dunia

itu sendiri Pasar

lada putih dunia

masih memiliki

potensi untuk

dimasuki

walaupun terdapat

desakan lada

hitam yang dapat

diolah lebih lanjut

menjadi lada

putih

Persamaan

menganalisis

faktor-faktor

dan dayasaing

lada

Perbedaan

Penelitian ini

menggunakan

regresi data

panel

meneliti lada

secara umum

dengan kode

HS 0904 di

UN

Comtrade

dan

menambahkan

variabel IHK

jarak

ekonomi dan

kurs riil

Dayasaing

dalam

penelitian ini

juga

menggunakan

metode RCA

EPD dan ISP

33

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

4 Empirical

Analysis of

Georgian

Trade Pattern

Gravity Model

(Azer

Dilanchiev

2012)

Regresi data

panel tahun

2000 - 2011

1GDP perkapita jarak

ekonomi dan FDI

berpengaruh

terhadap

perdagangan

Georgia

2Nilai tukar populasi

Georgia dan

populasi negara lain

tidak berpengaruh

signifikan

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel

Perbedaan

Penelitian ini

tidak

menggunkana

variabel

populasi

negara

eksportir dan

variabel

dummy

namun

menambahkan

variabel IHK

5 Perdagangan

Bilateral

Antara

Indonesia

dengan

Negara-Negara

Patner Dagang

Utama dengan Menggunakan Model

Gravitasi

(Sarwoko

2009)

Regresi OLS 1Perdagangan

Indonesia secara

positif dipengaruhi

oleh ukuran-ukuran

ekonomi PDB dan

PDB perkapita

negara importir dan

secara negatif

dipengaruhi oleh

jarak geografis

antara Indonesia

dengan negara-

negara partner

dagang utama

tersebut Sedangkan

PDB serta PDB

perkapita Indonesia

tidak berpengaruh

Persamaan

Menggunakan

Gravity

Model

Perbedaan

Pelitian ini

menambahkan

variabel lain

seperti

populasi

harga indeks

harga

konsumen

dan nilai

tukar

34

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

6 Peningkatan

Ekspor CPO

dan Kakao Di

Bawah

Pengaruh

Liberalisasi

Perdagangan

(Suatu

Pendekatan

Model

Gravitasi

(Maria Sitorus

2009)

Regresi data

panel

1 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

eskpor kakao

adalah GDP dan

populasi

eksportir nilai

tukar dan jarak

Sedangkan

variabel GDP dan

Populasi importir

tidak berpengaruh

signifikan

2 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

ekspor CPO

adalah GDP

eksportir dan

importir populasi

eksportir dan

importir serta

jarak Sedangkan

variabel nilai

tukar tidak

berpengaruh

nyata

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel dan

variabel-

variabel

Gravity

Model kecuali

IHK dan

populasi

eksportir

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

analisis

dayasaing

35

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

7 Posisi

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Buah-

Buahan

Indonesia

(Amalia

Pradipta dan

Muhammad

Firdaus 2014)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

Gravity

Model

1 EPD dan RCA

menunjukkan

bahwa buah yang

memiliki

keunggulan

komparatif dan

kompetitif

tertinggi di negara

tujuan dan dunia

adalah buah

manggis mangga

dan jambu

2 Faktor yang

mempengaruhi

aliran ekspor

buah Indonesia

meliputi harga

ekspor populasi

jarak ekonomi

GDP riil dan per

kapita nilai tukar

riil Indeks harga

konsumen

Indonesia dan

variabel dummy

krisis yang terjadi

di Eropa

Persamaan

Menggunakan

metode RCA

dan EPD

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis ISP

36

26 Kerangka Pemikiran

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis Dayasaing Komoditi Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Keunggulan

Komparatif

Analisi Faktor-Faktor

yang mempengaruhi

Volume Ekspor Lada

Indonesia

Kekuatan dan Peluang Lada Indonesia

1 Produksi Produksi meningkat

meskipun lahan berkurang

2 Produktivitas Produktivitas tinggi

3 Harga meningkat Harga yang

meningkat dari tahun ke tahun

menjadi peluang bagi eksportir untuk

meningkatkan volume ekspor karena

keuntungan lebih tinggi

4 Neraca perdagangan lada positif

5 Permintaan lada dunia meningkat

Masalah yang Dihadapi

Indonesia

1 Luas lahan berkurang

2 Fluktuasi ekspor

3 Pesaing utama (Vietnam

dan Brazil)

Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per kapita

2 Jarak ekonomi

3 Harga

4 Kurs riil

5 Populasi

6 Indeks harga

konsumen

Keunggulan

Kompetitif

Hasil dan Interpretasi

Regresi Data

Panel

Gravity

Model

EPD

dan ISP

RCA

37

27 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah

1 Nilai RCA Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional lebih dari 1

artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif sehingga komoditi

tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Nilai EPD Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional berada di sumbu

positif artinya Indonesia memiliki pangsa pasar lada yang kuat

3 Nilai ISP Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional adalah antara -1

sampai +1 Jika nilanya positif artinya Indonesia cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi lada

4 Variabel rata-rata PDB per Kapita berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

5 Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

6 Variabel Harga berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

7 Variabel Kurs Riil berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

8 Variabel Populasi berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

9 Variabel Indeks Harga Konsumen berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengakses website yang berkaitan dengan

judul penelitian Website yang diakses terdiri dari website UN Comtrade UN

CTAD World Bank dan CEPII Adapun waktu penelitian ini dimulai dari bulan

April - November tahun 2016

32 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif cross-sectional

menggunakan data panel yaitu time series 2004-2013 dan cross section sembilan

belas negara yang diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 9 dan microsoft

excel Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

beberapa sumber sebagai berikut

Tabel 4 Sumber Data dan Data

No Sumber Data

1 UN Comtrade

1 Nilai ekspor lada Indonesia ke negara importir

2 Nilai ekspor lada dunia ke negara importir

3 Total nilai ekspor Indonesia ke negara importir

4 Total nilai ekspor dunia ke negara importir

5 Nilai impor lada Indonesia dari negara importir

6 Harga lada Indonesia di pasar internasional

2 UN CTAD

Nilai tukar Rupiah

3 World Bank 1 PDB per Kapita

2 Populasi negara tujuan

3 Indeks harga konsumen

4 CEPII Jarak Ekonomi

39

33 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh negara yang menjadi tujuan

ekspor lada Indonesia Tahun 2004 - 2013 yaitu sebanyak 80 negara Penentuan

sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan

metode purposive sampling yaitu sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono 2011 68) Sampel dalam penelitian ini adalah negara-negara tujuan

ekspor lada Indonesia yang melakukan impor lada dari Indonesia secara kontinu

dari tahun 2004 - 2013 yang terdiri dari Amerika Serikat Australia Belanda

Belgia Bulgaria Hongkong India Inggris Italia Jepang Jerman Kanada

Korea Selatan Malaysia Pakistan Perancis Rusia Singapura dan Vietnam

34 Metode Analisis Data

Penelitian ini dianalisis menggunakan Revealed Comparative Advantage

(RCA) untuk mengetahui dayasaing lada secara komparatif Export Product

Dynamic (EPD) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk mengetahui

dayasaing lada secara kompetitif serta data panel untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

Data panel adalah data yang berstruktur urut waktu (time series) dan data

beberapa objek pada satu waktu (cross section) Data panel memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan data time series maupun cross section yang terdiri dari

(Suliyanto 2011 229)

1 Memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi Hal ini karena data

tersebut melibatkan beberapa individu dalam beberapa waktu

40

2 Mampu memberikan data yang lebih informatif bervariasi serta memiliki

tingkat kolinearitas yang rendah Hal ini karena menggabungkan data time

series dan cross section

3 Cocok untuk studi perubahan dinamis karena data panel pada dasarnya

adalah data cross section yang diulang-ulang (series)

4 Mampu mendeteksi dan mengukur pengaruh yang tidak dapat diobservasi

dengan data time series murni atau data cross section murni

5 Mampu mempelajari model perilaku yang lebih kompleks Misalnya

fenomena perubahan teknologi

341 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Analisis RCA merupakan salah satu metode analisis untuk mengukur

kekuatan dayasaing Adapun rumus analisis RCA adalah sebagai berikut

Keterangan

RCA

Xik

Xim

Xwk

Xwm

Keunggulan komparatif Indonesia

Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai dayasaing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan yaitu

1 Jika nilai RCA gt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Jika nilai RCA lt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki dayasaing lemah

RCA = Xik Xim

X wk Xwm 31

41

n

t=1 t

n

t=1 t-1

t=1 t t=1 t-1

n n

342 Export Product Dynamic (EPD)

Salah satu indikator dayasaing lainnya adalah Export Product Dynamic

Metode ini digunakan untuk mengukur posisi pasar suatu negara di negara tujuan

ekspornya dan mengukur dinamis atau tidaknya suatu produk di pasar

menggunakan empat kuadran yang terdiri dari Rising star Falling Star Lost

Opportunity dan Retreat Adapun rumus Export Product Dynamic (EPD) adalah

sebagai berikut

Pangsa Pasar Indonesia (Sumbu X)

sum (Xi Wi) x 100 - sum (Xi Wi) x 100

T

Pangsa Pasar Produk (Sumbu Y)

sum (Xt Wt) x 100 - sum (Xt Wt) x 100

T

Keterangan

Xi Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Xt Nilai total ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wi Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wt Nilai total ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

t Tahun analisis

t-1 Tahun analisis sebelumnya

T Total tahun analisis

32

33

42

SP = (Xia ndash Mia) (Xia + Mia)

+ +

- +

- +

- -

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan metode EPD

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Indeks ISP dapat

dirumuskan sebagai berikut

Keterangan

Xia Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Mia Nilai impor lada Indonesia dari negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai indeks ISP adalah anata -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu

negara cenderung menjadi negara eksportir terhadap komoditi yang

bersangkutan Jika nilainya negatif maka maka suatu negara cenderung menjadi

negara importir terhadap komoditi yang bersangkutan

344 Regresi Data Panel

Gravity Model merupakan sebuah model untuk mengukur volume ekspor

yang dipengaruhi oleh pendapatan negara jarak dan variabel lain yang

berhubungan dengan perdagangan internasional Faktor-faktor yang digunakan

34

Lost Opportunity

Retrat Falling Star

Rising Star

43

dalam penelitian ini adalah rata-rata Produk Domestik Bruto per kapita Jarak

Ekonomi Harga lada Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen

Persamaan Gravity Model menggunakan ln (logaritma natural) agar memenuhi

uji asumsi klasik dan menghindari model dari bias Perumusan Gravity Model

dalam penelitian ini adalah

LnVEL= β0 + β1LnPDBC + β2LnJE + β3LnHRG+ β4LnKR + β5LnPOP

+ β6IHK + e

Keterangan

LnVEL Volume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional

(ton) dalam persen

LnPDBC Rata-rata PDB per Kapita

LnJE Jarak Ekonomi (KM) dalam persen

LnHRG Harga Lada (US$ per ton) dalam persen

LnKR Kurs Riil (RpUS$) dalam persen

LnPOP Populasi (jiwa) dalam persen

IHK Indeks Harga Konsumen dalam persen

β0 Konstanta

β1-β7 Koefisien Regresi

e eror

345 Uji Kesesuaian Model

Widarjono (2009 231-237) menyatakan bahwa secara umum data panel

akan menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap negara

dan setiap periode waktu Oleh karena itu pengestimasian persamaan data panel

akan sangat tergantung dari asumsi yang dibuat tentang intersep koefisien slope

dan variabel pengganggunya Dengan demikian terdapat beberapa metode yang

biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel yaitu

35

44

1 Common Effect Model (CEM)

Model CEM merupakn model dengan koefisien tetap antara waktu dan

individu Model CEM hanya mengkombinasikan data time series dan

cross section Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi

individu maupun waktu Sehingga diasumsikan bahwa perilaku data

antara individu sama dalam berbagai kurun waktu

2 Fixed Effect Model (FEM)

Model FEM merupakan model dengan slope konstan tetapi intersep

berbeda antara individu Model FEM juga menggunakan variabel dummy

untuk menangkap adanya perbedaan intersep Regresi data panel dengan

model FEM diduga mengandung masalah heteroskedastisitas Oleh sebab

itu permasalahan heteroskedastisitas dalam model ini dapat diatasi

dengan menggunakan metode GLS

3 Random Effect Model (REM)

Model REM merupakan model mempunyai variabel gangguan berbeda

antara individu tetapi tetap antara waktu Model random merupakan

model yang akan mengestimasi data panel di mana variabel gangguan

mungkin saling berhubungan antara waktu dan individu Oleh sebab itu

metode yang tepat digunakan untuk mengestimasi model REM adalah

Generalized Least Squares (GLS)

Setelah diketahui macam-macam model data panel tahap selanjutnya

adalah memilih model mana yang paling tepat untuk untuk mengestimasi model

45

data panel Adapun uji-uji yang dilakukan untuk memilih model yang tepat

adalah sebagai berikut

1 Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk mengetahui apakah FEM lebih baik

daripada CEM atau sebaliknya hal tersebut dapat dilihat dari signifikansi

FEM dan uji F statistik jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak

dan H1 diterima Begitu juga sebaliknya apabila F hitung lebih kecil dari F

tabel maka H0 diterima (Widarjono 2009 238) Berikut hipotesis uji Chow

H0 Common Effect Model

H1 Fixed Effect Model

2 Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk memilih apakah model FEM lebih baik

dari REM atau sebaliknya Uji Hausman didasarkan pada LSDV pada FEM

dan GLS pada REM Uji ini mengikuti statistika chi square dengan degree of

freedom sebanyak k (jumlah variabel independen) Jika nilai statistik

Hausman lebih besar daripada nilai kritisnya maka H0 ditolak Sebaliknya

apabila nilai statistik Hausman lebih kecil daripada nilai kritisnya maka H0

diterima (Widarjono 2009 240-241) Berikut hipotesis uji Hausman

H0 Random Effect Model

H1 Fixed Effect Model

3 Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui apakah model

REM atau CEM yang paling tepat digunakan Uji signifikansi REM ini

46

dikembangkan oleh Breusch Pagan Metode Breusch Pagan untuk uji

signifikansi REM didasarkan pada nilai residual dari metode OLS

(Widarjono 2009 239) Hipotesis yang digunakan adalah

H0 Common Effect Model

H1 Random Effect Model

Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-squares dengan degree of

freedom sebesar jumlah variabel independen Jika nilai LM statistik gt nilai

kritis statistik chi-squares maka kita menolak H0 yang artinya estimasi yang

tepat untuk model regresi data panel adalah metode REM daripada metode

CEM Sebaliknya jika nilai LM lt kecil dari nilai statistik chi-squares sebagai

nilai kritis maka hipotesis nul diterima yang artinya estimasi yang digunakan

dalam regresi data panel adalah metode CEM bukan metode REM

346 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengaanggu atau residual memiliki distribusi normal Seperti diketahui

bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel yang kecil (Ghozali 2006 147)

1 Uji Normalitas dengan Analisis Grafik

Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik merupakan

metode yang termudah Analisis grafik dilakukan dengan menggunakan

histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal

sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal

47

Jika Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti

lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal

Normal

Gambar 10 Histogram Normalitas Sumber Ghozali (2009 34)

2 Uji Normalitas dengan Jarque-Bera (JB Test)

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik Jarque-Bera (JB)

dengan nilai Chi-Square (χ2) table dengan tingkat signifikansi 5 dan df (2)

Pengambilan keputusan dalam uji JB adalah jika nilai Jarque-Bera (JB) le χ2 tabel

maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal Sedangkan jika nilai

Jarque-Bera (JB) gt χ2 tabel maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi tidak

normal (Widarjono 2009 49)

347 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghazali

2006 95-96)

Pendeteksian ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis

korelasi berpasangan yang tinggi diantara variabel-variabel independen Jika

antar variabel independen terdapat koefisien korelasi yang tinggi (di atas 085)

maka dapat disimpulkan bahwa dalam model terdapat multikolinearitas Jika

48

koefisien korelasi lebih rendah dari 085 maka model tidak mengandung

multikolinearitas (Widarjono 2009106)

2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali 2006 125) Pengujian

heteroskedastisitas bisa dilakukan dengan metode Glejser Metode ini melakukan

regresi nilai absolut residual dengan variabel independennya (Widarjono 2009

120)

3 Uji Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota

observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu Oleh karena itu data

runtut waktu diduga seringkali mengandung unsur autokorelasi Sedangkan data

cross-section diduga jarang ditemui adanya unsur autokorelasi Salah satu metode

yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah Durbin-Watson Jika nilai

d adalah 2 maka tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif (Widarjono

2009 142-145) Adapun tabel pengujian Durbin-Watson adalah sebagai berikut

49

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

Nilai statistik d Hasil

0 lt d lt dL Ada autokorelasi positif

dL le d le dU Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

dU lt d lt 4 ndash dU Tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

4 ndash dU le d le 4ndashdL Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

4 ndash dL lt d lt 4 Ada autokorelasi negatif Sumber Widarjono (2009 146)

348 Uji signifikansi

1 Uji Signifikan Simultan (F)

Uji statistik F menurut Ghazali (2006 88) pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

terikat Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut

1 Bila nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat

kepercayaan 5 yang menyatakan bahwa semua variabel independen

secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen

2 Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F tabel Bila F-

hitung gt F tabel maka H0 ditolak dan menerima H1

2 Uji Signifikan Parsial (t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut

1 Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat

kepercayaan sebesar 005 maka H0 dapat diterima dan apabila lebih dari 005

maka H0 ditolak bila nilai t lebih dari 2 (nilai absolut)

50

2 Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel Apabila

t hitung gt t tabel maka variabel independen secara parsial mempengaruhi

variabel dependen (Ghazali 2006 88 - 89)

3 Koefisien Determinan (Rsup2)

Koefisien Determinan (Rsup2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu Nilai Rsup2 yang kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

amat terbatas Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen Jika nilai Rsup2 sama dengan satu maka pendekatan tersebut terdapat

kecocokan sempurna dan jika Rsup2 sama dengan nol maka tidak ada kecocokan

pendekatan (Ghozali 2006 87)

35 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati

secara langsung (Azwar 2013 74) Terdapat enam variabel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu variabel rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi

Harga Kurs Rill Populasi dan IHK Adapun definisi operasional variabel-

variabel tersebut adalah sebagai berikut

51

Tabel 6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnVEL Volume penjualan adalah

ukuran yang menunjukkan

banyaknya atau besarnya

jumlah barang atau jasa yang

terjual (Daryanto 2011 187)

Ekspor adalah kegiatan

mengeluarkan barang dari

Daerah Pabean (Menteri

Perdagangan 2012 5)

Banyaknya jumlah lada yang di

ekspor ke negara importir pada

tahun 2004-2013

LnPDBC PDB adalah nilai barang dan

jasa akhir berdasarkan harga

pasar yang diproduksi oleh

sebuah perekonomian dalam

satu periode dengan

menggunakan faktor-faktor

produksi yang berada dalam

perekonomian tersebut (Case

dan Fair 2002 23)

Rata-rata nilai pasar semua

barang dan jasa akhir Indonesia

dan negara importir yang

dihasilkan oleh faktor-faktor

produksi pada tahun 2004-2013

yang dibagi dengan jumlah

penduduk dalam satuan Dollar

Amerika (US$) dengan rumus

Rata-Rata PDB per Kapita =

(PDB per kapita Indonesia +

PDB per kapita importir)2

LnJE Jarak ekonomi adalah jarak

antara kedua negara

berdasarkan jarak bilateral

antara kota besar kedua negara

Jarak ini digunakan untuk

gambaran biaya transportasi

yang dibutuhkan untuk

melakukan ekspor dan impor

(Mayer dan Zignago 2011

11)

Jarak antar Indonesia dengan

negara tujuan secara riil dan

ekonomi yang digunakan sebagai

proxy untuk biaya transportasi

dan komunikasi serta waktu

pengiriman yang dibutuhkan

dalam kegiatan ekspor dan impor

dalam satuan KM dengan rumus

Jarak Ekonomi = Jarakij x (PDB

importirTotal PDB seluruh

negara yang dianalisis)

LnHRG Harga adalah jumlah yang

harus ditagihkan untuk suatu

produk atau jasa (Kotler dan

Keller 2009 18)

Jumlah uang yang ditukarkan

oleh negara-negara importir

dengan lada Indonesia pada

tahun 2004 - 2013 dalam satuan

Dolar (US$Ton)

LnKR Kurs riil (real exchange rate)

adalah nilai yang digunakan

seseorang saat menukarkan

barang dan jasa dari suatu

negara dengan barang dan jasa

dari negara lain (Mankiw

2012 193)

Kurs riil antara Indonesia dengan

negara importir yang ditukarkan

pada lada Indonesia dalam

satuan RpUS$ dengan rumus

KR= Kurs nominal x (IHK

IndonesiaIHK importir)

52

Tabel 6 Definisi Operasional (Lanjutan)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnPOP Semua warga negara di suatu

negara tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali

pencari suaka (World Bank

2016)

Semua warga negara di negara

tujuan ekspor tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali pencari

suaka pada tahun 2004 - 2013

yang dihitung dalam satuan jiwa

IHK Indeks harga konsumen adalah

angka indeks yang

menunjukkan tingkat harga

barang dan jasa yang harus

dibeli konsumen dalam satu

periode tertentu (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perubahan harga dari suatu

paket barang dan jasa yang

dikonsumsi oleh rumah tangga di

negara tujuan dalam satuan ()

pada tahun 2004-2013 dengan

tahun dasar 2010=100

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia

Para ahli memperkirakan bahwa lada merupakan tanaman asli Asia

selatan khususnya India Habitat asli lada adalah hutan-hutan yang lembab dan

hangat dengan tanah datar Pada abad ke-enam SM lada dibawa masuk oleh

saudagar-saudagar Hindu dari India ke Nusantara melalui Selat Sunda Di pesisir

Selat Sunda terutama Banten dan sekitarnya tanaman lada banyak

dibudidayakan Selain di Banten lada kemudian dibudidayakan secara intensif di

Lampung Hal ini ditunjukkan oleh sebuah piagam kuno yang bernama Piagam

Bojong tahun 1500 M yang menunjukkan kejayaan Lampung sebagai produsen

lada yang diperdagangkan secara luas ke seluruh dunia (Sutarno dan Andoko

2005 4) Adapun klasifikasi lada adalah sebagai berikut

Klasifikasi Lada

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas Magnoliopsida (berkeping dua dikotil)

Sub Kelas Magnoliidae

Ordo Piperales

Famili Piperaceae (suku sirih-sirihan)

Genus Piper

Spesies Piper nigrum L

Lada pala dan cengkih merupakan rempah-rempah yang menjadi

komoditas penting dari zaman dahulu hingga sekarang Diantara rempah-rempah

54

lainnya lada mendapatkan julukan sebagai ldquoraja rempah-rempahrdquo (the king of

spice) Lada mempunyai khasiat sebagai penghangat badan sehingga

keberadaannya sangat diperlukan oleh masyarakat di negara-negara subtropis

yang suhunya relatif dingin Begitu berharganya lada dipergunakan sebagai alat

tukar seperti halnya uang di Jerman pada abad XIV Lada juga menjadi komoditi

yang mendorong beberapa negara di Eropa seperti Portugis dan Belanda berlayar

sampai ke Indonesia Belanda (VOC) berhasil menguasai perdagangan lada dunia

berkat lada yang diperoleh dari nusantara dan mengakibatkan penjajahan selama

kurang lebih 350 tahun Pada abad pertengahan tersebut Indonesia terutama

Lampung merupakan sentra produksi lada yang tidak bisa diabaikan Dari

Lampunglah Belanda memasok sebagian besar ladanya yang diperdagangkan di

pasar dunia Pada tahun 1682 Belanda berhasil memasarkan sekitar 75 ton lada

hitam asal Lampung ke pasar dunia (Sutarno dan Andoko 2005 2)

Hingga tahun 2000 Indonesia merupakan salah satu produsen lada yang

diperhitungkan di pasar dunia dengan tingkat produksi 77500 ton Namun pada

tahun-tahun selanjutnya produktivitas lada terus menurun dan pada tahun 2003

menjadi 67000 ton Pada tahun tersebut posisi Indonesia tergeser oleh Vietman

dengan produksi 85000 ton atau sekitar 26 dari total produksi lada dunia

(Sutarno dan Andoko 2005 2-3)

Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama lada

dan mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada dunia Pasokan lada

Indonesia dalam perdagangan dunia dipenuhi dari Provinsi Bangka Belitung yaitu

lada putih dengan sebutan Muntok White Pepper dan Provinsi Lampung yaitu

55

lada hitam dengan sebutan Lampung Black Pepper yang sudah dikenal sejak

sebelum Perang Dunia ke-II (Wahyu 2014)

42 Lada Indonesia

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia

Lahan merupakan unsur pokok dalam bercocok tanam yang berfungsi

sebagai media tanam tanaman untuk tumbuh Pertumbuhan luas lahan menjadi

salah satu pendorong produktivitas yang tinggi Saat ini luas lahan pertanian

semakin berkurang seiring gencarnya alih fungsi lahan menjadi lahan non

pertanian seperti pabrik perumahan perkantoran jalan dan lain sebagainya

Adapun luas lahan lada dari tahun 2004-2013 adalah sebagaimana berikut

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia

Tahun Perkebunan

Rakyat (Ha)

Perkebunan

Negara (Ha)

Perkebunan

Swasta (Ha)

Total

(Ha)

2004 201248 - 236 201484

2005 191801 - 191 191992

2006 192572 - 32 192604

2007 189050 - 4 189054

2008 183078 - 4 183082

2009 185937 - 4 185941

2010 179314 - 4 179318

2011 177486 - 4 177490

2012 177783 - 4 177787

2013 171916 - 4 171920 Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (20143)

Luas areal lahan lada di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir

didominasi oleh perkebunan rakyat Sementara perkebunan swasta hanya

berkontribusi sangat sedikit dan terus mengalami penurunan hingga pada tahun

2007-2013 hanya tersisa luas lahan seluas 4 Ha Secara keseluruhan total luas

areal lada terus mengalami penurunan Hingga pada tahun 2013 luas areal lada

56

hanya sebesar 171920 Ha Penurunan terbanyak terjadi pada tahun 2005 dengan

penurunan sebesar 471 dari tahun 2004

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) terdapat empat faktor dominan

yang menjadi penyebab penurunan areal lada yaitu pertama fluktuasi harga lada

Lada merupakan komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar

internasional berpengaruh langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika

harga lada di tingkat petani rendah banyak petani lada tidak mampu merawat

tanaman secara baik sehingga produktivitasnya menurun Bahkan sebagian

petani tidak lagi menanam lada atau mengurangi luas areal lada dengan beralih ke

usaha tani komoditas lain (Manohara et al Vietnam Pepper Association dan

Irawati dalam Daras dan Pranowo 2009 2) Kedua gangguan organisme

pengganggu tanaman Mulia et al dalam Daras dan Pranowo (2009 3)

menyatakan bahwa areal pertanaman lada yang tersebar pada lima belas

kecamatan di Pulau Bangka rusak akibat serangan hama dan penyakit dengan

intensitas serangga rendah (3-7 ) sedang (10-22 ) dan tinggi (31-35 )

Ketiga dampak penambangan timah ilegal Sejak reformasi bergulir pada tahun

19971998 Pemerintah Pusat dan Daerah sedikit melonggarkan peraturan atau

ketentuan tentang penambangan timah Kondisi ini mendorong masyarakat Babel

dan sekitarnya melakukan penambangan timah secara tradisional karena kegiatan

ini mampu memberikan pendapatan secara cepat Akibatnya sebagian petani lada

beralih ke usaha penambangan timah sehingga usaha tani lada hanya sebagai

usaha sampingan (Irawati et al dalam Daras dan Pranowo 2009 3) Keempat

pengembangan komoditas lain Selain lada terdapat komoditas lain yang

57

dikembangkan di Babel seperti karet kelapa kelapa sawit kopi kakao cengkih

jambu mete dan nilam (Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Bangka

Belitung dalam Daras dan Pranowo 2009 4) Kelapa sawit merupakan

komoditas yang memperlihatkan perkembangan luas areal tanam paling pesat

sehingga mengurangi luas areal tanam lada (Daras dan Pranowo 2009 4)

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia

Berdasarkan sejarah Indonesia pernah menguasai pasar internasional lada

hingga tahun 2003 Produksi lada yang melimpah membuat Indonesia mampu

melakukan ekspor lebih banyak Laporan statistik perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3) menunjukkan bahwa produksi lada

Indonesia terus mengalami peningkatan sebagaimana Gambar 11 berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia

Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Produksi lada Indonesia terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun

2007 yang mengalami penurunan sebesar 439 sekaligus menjadi tahun dengan

produksi paling rendah dibanding tahun-tahun lainnya Sementara produksi

paling tinggi terjadi pada tahun 2013 dengan total produksi sebanyak 91039 ton

58

Adapun secara rinci total produksi lada Indonesia adalah 77008 ton pada tahun

2004 78328 ton pada tahun 2005 77533 pada tahun 2006 74131 ton pada

tahun 2007 80420 pada tahun 2008 82834 ton pada tahun 2009 83663 pada

tahun 2010 87089 pada tahun 2011 87841 ton pada tahun 2012 dan 91039 ton

pada tahun 2013

Peningkatan produksi lada di Indonesia seharusnya dapat mendorong

ekspor lada Indonesia Namun menurut data Statistik Perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 4) terjadi penurunan ekspor yang besar

pada tahun 2011 dan 2013 Adapun hubungan antara produksi dengan ekspor lada

Indonesia adalah sebagai berikut

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia

Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Hubungan

2004 77008 34302 +

2005 78328 34556 +

2006 77533 36953 +

2007 74131 38447 +

2008 80420 52407 +

2009 82834 50642 +

2010 83663 62599 +

2011 87089 36487 -

2012 87841 62605 +

2013 91039 47908 - Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3-4)

Secara umum dalam kurun waktu 2004 - 2013 produksi lada Indonesia

memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia Artinya

produksi lada memberikan dampak yang positif karena setiap kenaikan produksi

lada di Indonesia akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia Namun

terjadi hubungan yang negatif pada tahun 2011 dan 2013 yang dapat dilihat

dengan menurunnya volume ekspor lada Indonesia pada tahun tersebut Produksi

59

lada pada tahun 2011 meningkat sebesar 41 namun terjadi penurunan ekspor

sebesar 4171 Begitupun pada tahun 2013 produksi lada meningkat sebesar

364 namun ekspor lada menurun sebesar 2348 Hal ini dikarenakan

konsumsi lada dalam negeri pada tahun tersebut mencapai 3489 dan 2835

dari total produksi

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia

Besaran harga lada merupakan salah satu faktor yang dapat memicu naik

dan turunnya penjualan lada Harga lada domestik Indonesia menurut

International Pepper Community (2013 53) menunjukkan peningkatan yang

cukup tinggi Harga rata-rata lada hitam dan putih memiliki perbedaan yang

cukup besar yaitu hampir mencapai 50 Perbedaan harga ini disebabkan oleh

proses pengolahan lada putih yang lebih rumit dibandingkan lada hitam Adapun

perkembangan rata-rata lada adalah sebagai berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Rp

Kg)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia Sumber International Pepper Community (2013 53)

Harga rata-rata lada hitam dan lada putih dalam negeri bergerak secara

beriringan secara fluktuatif namun cenderung meningkat Peningkatan harga rata-

rata lada hitam tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan peningkatan sebesar

60

751 dari tahun sebelumya yaitu dari Rp 27899Kg menjadi Rp 48850Kg dan

sempat mengalami penurunan sebesar 1884 pada tahun 2009 menjadi Rp

22142Kg dari Rp 27281Kg Adapun harga rata-rata lada hitam per kilogram

adalah Rp 9489 pada tahun 2004 Rp 10089 pada tahun 2005 Rp 15238 pada

tahun 2006 Rp 25284 pada tahun 2007 Rp 27281 pada tahun 2008 Rp 22142

pada tahun 2009 Rp 27899 pada tahun 2010 Rp 48850 pada tahun 2011 Rp

52409 pada tahun 2012 dan Rp 62430 pada tahun 2013

Sama halnya dengan lada hitam harga rata-rata lada putih mengalami

peningkatan yang tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 5291 dan menurun

pada tahun 2009 sebesar 239 Adapun harga rata-rata lada putih per kilogram

adalah Rp 18284 pada tahun 2004 Rp 18968 pada tahun 2005 Rp 24036 pada

tahun 2006 Rp 36043 pada tahun 2007 Rp 40938 pada tahun 2008 Rp 39961

pada tahun 2009 Rp 45925 pada tahun 2010 Rp 70223 pada tahun 2011 Rp

77907 pada tahun 2012 dan Rp 90083 pada tahun 2013 Tingginya harga lada

putih disebabkan adanya perbedaan proses pengolahan pada lada Proses

pembuatan lada putih lebih rumit daripada lada hitam Lada putih dipilih dari

buah yang matang kemudian direndam dalam air selama beberapa hari Dari satu

kilogram lada yang direndam hanya dapat menghasilkan lada putih paling

banyak empat ons Sedangkan proses pembuatan lada hitam lebih mudah yaitu

dengan cara mengeringkan lada hijau kemudian dibersihkan tangkainya

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) fluktuasi harga lada merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penurunan luas areal tanam lada

yang juga akan berpengaruh terhadap jumlah produksi lada Lada merupakan

61

komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar internasional berpengaruh

langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika harga lada di tingkat petani

rendah banyak petani lada tidak mampu merawat tanaman secara baik sehingga

produktivitasnya menurun Bahkan sebagian petani tidak lagi menanam lada atau

mengurangi luas areal lada dengan beralih ke usaha tani komoditas lain

Sebaliknya jika harga lada dalam negeri meningkat maka petani cenderung akan

mempertahankan lahannya untuk terus memproduksi lada karena besarnya

keuntungan yang akan didapatkan Hal ini sejalan dengan cenderung

meningkatnya produksi dalam negeri dalam kurun waktu 2004 - 2013 (Direktorat

Jenderal Perkebunan 2014 3) Namun meningkatnya harga domestik lada

berdampak kurang baik terhadap ekspor lada Hal ini terlihat dari menurunnya

ekspor lada pada tahun 2011 dan 2013 dimana pada tahun yang sama harga lada

domestik baik hitam maupun putih mengalami peningkatan yang signifikan Hal

ini menunjukkan bahwa petani cenderung menjual ladanya pada konsumen dalam

negeri dibandingkan luar negeri karena keuntungan yang didapat akan lebih besar

dengan meningkatnya harga domestik lada tersebut

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia

Perkembangan ekspor lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 fluktuatif

Sebagaimana Gambar 4 bahwa volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2012

yaitu sebanyak 62608 ton dan terendah pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton

Ekspor lada Indonesia fluktuatif dengan total eskpor terbanyak terjadi

pada tahun 2012 yaitu 62608 ton naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya

Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348 pada tahun 2013 dengan

62

total ekspor sebanyak 47908 ton Sedangkan penurunan terbesar ekspor lada

Indonesia terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor

sebanyak 36487 ton

Penurunan ekspor tertinggi pada tahun 2011 diiringi oleh peningkatan

harga domestik lada tertinggi pada tahun yang sama Pada tahun tersebut harga

lada mencapai Rp 48850Kg naik sebesar 751 untuk lada hitam dan Rp

70223Kg naik sebesar 5291 untuk lada putih Begitupun pada tahun 2013 di

mana harga domestik lada hitam mencapai Rp 62430Kg naik sebesar 1912

dan lada putih Rp 90083Kg naik sebesar 1563 (International Pepper

Community 2013 53)

43 Lada Dunia

Indonesia merupakan salah satu negara yang berkontribusi dalam

penyediaan lada dunia Selain Indonesia terdapat negara lain yang berperan aktif

dalam penyediaan lada dunia diantaranya Brazil Cina India Madagaskar

Malaysia Sri Lanka Thailand dan Vietnam Dalam kurun waktu 2004 - 2013

Vietnam dan Brazil merupakan pesaing terdekat lada Indonesia di pasar

internasional

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia

Permintaan lada dunia yang terus meningkat perlu didukung oleh luasnya

areal tanam yang besar Lahan yang luas akan mendukung produksi lada yang

tinggi Adapun ketersediaan lahan lada di dunia adalah sebagai berikut

63

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ha)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailnd

Vietnam

Lainnya

Gambar 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia Sumber International Pepper Community (2013 3)

Menurut data International Pepper Community (2013 3) India

merupakan negara dengan luas areal lahan lada terbesar hingga mencapai

253730 Ha pada tahun 2006 Meskipun juga mengalami penurunan luas lahan

pada tahun-tahun selanjutnya India masih menempati posisi pertama sebagai

negara dengan luas lahan lada terbesar di dunia dengan luas areal lahan sebesar

19700 Ha pada tahun 2013 Sedangkan Vietnam yang merupakan eksportir lada

pertama di dunia hanya memiliki luas areal lahan lada sebesar 56500 Ha pada

tahun 2013 Luas lahan ini lebih kecil dibandingkan Indonesia pada tahun yang

sama yaitu 113000 Ha Sementara Brazil yang merupakan negara ketiga

eksportir lada dunia hanya memiliki luas lahan sebesar 20000 Ha pada tahun

2013

Meskipun memiliki luas lahan yang tidak lebih luas dari Indonesia dan

India Vietnam mempunyai manajemen lahan yang baik sehingga mampu

menjadi produsen dan ekportir utama lada dunia Adapun manajemen lahan yang

dilakukan Vietnam adalah dengan cara membuat drainase yang baik saat musim

64

hujan dan membuat irigasi yang dapat meminimalisir penyebaran dan

kontaminasi penyakit Hal inilah yang menyebabkan produktivitas lada Vietnam

lebih tinggi daripada Indonesia maupun India (Ton dan Buu 2011 18)

432 Produksi Lada Dunia

Produksi lada dunia didominasi oleh negara-negara dengan luas lahan

yang luas seperti India Indonesia Brazil dan Vietnam Produksi ini merupakan

hal penting yang dapat mempengaruhi volum ekspor Adapun total produksi

produsen lada dunia dari tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

Total Produksi

(Ton

)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailand

Vietnam

Lainnya

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 5)

Areal lahan yang luas tidak secara langsung mampu mempengaruhi

produksi lada di suatu negara Hal ini terlihat dalam Gambar 14 yang

menunjukkan bahwa dalam waktu sepuluh tahun dari tahun 2004-2013 meskipun

bukan sebagai negara dengan kepemilikan lahan terluas Vietnam merupakan

negara dengan tingkat produksi paling tinggi mengalahkan India yang

merupakan negara dengan kepemilikan luas areal lahan lada paling luas Total

produksi lada Vietnam mencapai 32 dari keseluruhan total produksi lada dunia

yaitu sebanyak 1110750 ton Sementara Indonesia hanya mampu memproduksi

lada sebanyak 17 dari total produksi lada dunia dengan total produksi sebanyak

65

578000 ton Sedangkan India yang merupakan negara dengan luas areal lahan

terluas di dunia hanya mampu memproduksi lada sebesar 15 dari total produksi

lada dunia yaitu 536150 ton

Ketidak selarasan antara luas areal lahan dan total produksi di masing-

masing negara bisa jadi sebabkan oleh beberapa hal Meskipun menjadi negara

dengan luas areal tanam lada terluas produksi lada India masih berada di bawah

Vietnam dan Indonesia Menurut International Pepper Community (2016)

penurunan produksi lada di India disebabkan oleh hama dan penyakit serta

adanya tanaman yang sudah tua dan tidak produktif Begitu juga menurut Yogesh

dan Mokshapathy (2013 38) yang menyatakan bahwa penurunan produksi lada

di India dikarenakan produksi lada India yang menurun akibat penyakit dan umur

tanaman lada yang sudah tua sehingga India perlu melakukan penanaman pohon

lada baru yang berdampak pada lambatnya pertumbuhan produksi Faktor cuaca

yang tidak menentu di India juga menjadi penyebab selanjutnya penuruan

produksi lada di India yang pada akhirnya perdampak pada ekspor (Yogesh dan

Mokshapathy 201338) Faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi lada di

India menurut Ganesan dalam Soepanto (2006 57) adalah faktor kemiskinan

petani Petani dan buruh tani di India termasuk diantara orang-orang paling

miskin di dunia Upaya pemerintah India untuk membantu petani melalui subsidi

mendapat hambatan dari negara-negara maju yang menganggap hal tersebut

dapat mendistorsi perdagangan Akibatnya petani di India masih mengalami

kesulitan dan lebih memilih untuk beralih profesi bahkan dampak paling buruk

66

adalah memilih untuk bunuh diri Hal ini lah yang menyebabkan produktivitas

pertanian di India menurun salah satunya lada

433 Perkembangan Harga Lada Dunia

Pergerakan harga merupakan salah satu penentu pembelian oleh

konsumen terhadap suatu barang Perkembangan harga lada di pasar internasional

berdasarkan harga Free on Board (FOB) dari beberapa negara eksportir menjadi

salah satu acuan importir untuk melakukan pembelian Perkembangan harga lada

dari beberapa produsen lada dunia mengalami fluktuasi cenderung meningkat

setiap tahunnya sebagaimana data International Pepper Community (2013) yang

tertera pada Gambar 15 dan Gambar 16 berikut

A Harga Lada Hitam

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(US

$To

n)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Pergerakan harga lada hitam diantara negara-negara eksportir relatif

sama yaitu berfluktutaif cenderung meningkat Harga tertinggi lada hitam

dunia ditempati oleh Malaysia Sedangkan harga terendah lada hitam dunia

ditempati oleh Vietnam Adapun posisi harga lada hitam Indonesia adalah

pertengahan di antar negara-negara lainnya Harga tertinggi lada terjadi pada

67

tahun 2013 yaitu US$ 6338ton untuk Brazil US$ 6927ton untuk India

US$ 6850ton untuk Indonesia US$ 7359ton untuk Malaysia dan US$

6549ton untuk Vietnam

Produksi lada yang tinggi di Vietnam membuat harga lada Vietnam

menjadi lebih murah Sedangkan Malaysia merupakan negara dengan

produksi lada hitam terendah diantara negara-negara tersebut Oleh karenanya

harga lada hitam Malaysia menjadi lebih mahal dibanding negara-negara

lainnya Selain Vietnam harga lada hitam Brazil merupakan yang termurah

ke dua di dunia Menurut International Pepper Community (2013) produksi

lada hitam Brazil lebih sedikit dari India Namun konsumsi lada hitam di

India lebih besar daripada Brazil Oleh karenanya persediaan lada hitam

Brazil untuk ekspor lebih banyak dibandingkan India Hal ini juga yang dapat

menyebabkan harga lada hitam India merupakan harga termahal kedua

setelah Malaysia Sementara harga lada hitam Indonesia masih lebih mahal

daripada Brazil meskipun produksi lada hitam Indonesia lebih tinggi daripada

Brazil Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada hitam di Indonesia lebih

tinggi daripada Brazil sehingga persediaan lada Brazil untuk ekspor masih

lebih banyak dibandingkan Indonesia

B Harga Lada Putih

Sejalan dengan harga lada hitam perkembangan lada putih dunia dari

masing-masing eksportir berfluktuasi cenderung meningkat Untuk lada putih

Malaysia masih menjadi negara dengan harga lada putih termahal Begitupun

dengan Vietnam yang mempunyai harga lada putih paling murah

68

dibandingkan negara eksportir yang lainnya Sedangkan harga lada putih

Indonesia masih lebih tinggi dari Brazil yang merupakan pesaing terdekat

lada Indonesia Pada tahun 2013 masing-masing harga lada putih adalah US$

9716ton untuk Brazil US$ 9367ton untuk Indonesia US$ 9887ton untuk

Malaysia dan US$ 9111ton untuk Vietnam Adapun grafik perkembangan

harga lada putih dunia adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

2005

2006

20

07

2008

20

09

20

10

2011

20

12

2013

Tahun

(US

$T

on

) Brazil

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Penyebab perbedaan harga lada putih sama dengan lada hitam sebelumya

yaitu tingkat persediaan lada untuk diekspor setelah dikurangi konsumsi Menurut

International Pepper Community (2013) Indonesia merupakan produsen tertinggi

lada putih di dunia selama tahun 2004-2013 Namun harga lada putih Indonesia

tidak lebih murah dari Vietnam yang merupakan produsen kedua lada putih

dunia Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada putih Indonesia lebih tinggi dari

Vietnam Oleh karenannya Vietnam memiliki persediaan lada putih lebih banyak

dari Indonesia Begitupun dengan Malaysia yang memiliki harga lada putih

paling tinggi di dunia selama kurun waktu 2004-2013 Produksi lada putih

Malaysia lebih rendah dibandingkan Vietnam Indonesia dan Brazil Sedangkan

69

untuk Indonesia dan Brazil meskipun produksi lada putih Indonesia jauh di atas

Brazil namun harga lada putih Indonesia lebih mahal daripada Brazil Hal ini

dapat disebabkan oleh meningkatnya harga lada putih Indonesia di dalam negeri

sehingga berdampak pada tingginya harga lada putih Indonesia di pasar

internasional

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia

Ekspor lada dunia sangat berkaitan dengan jumlah produksi lada dunia

Negara yang mampu memproduksi lada lebih banyak cenderung mampu

melakukan ekspor lebih banyak juga Adapun perkembangan ekspor lada dunia

dari tahun 2004-2013 menurut data International Pepper Community (2013 7)

adalah sebagaimana grafik berikut

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ton

)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Berdasarkan Gambar 17 terlihat bahwa ekspor lada di pasar internasional

selama tahun 2004-2013 didominasi oleh lada Vietnam Sementara lada

Indonesia sendiri hanya mampu berada di posisi kedua namun dengan selisih

volume ekspor yang besar Rata-rata selisih jumlah volume ekspor Indonesia

dengan Vietnam adalah sebanyak 656954 tontahun Selisih terbesar terjadi pada

tahun 2011 sebanyak 87374 ton dan selisih terkecil terjadi pada tahun 2008

70

sebenyak 37908 ton Selanjutnya posisi ketiga ekspor lada di pasar internasional

ditempati oleh Brazil Berbeda dengan Vietnam selisih volume ekspor lada

Indonesia dengan Brazil relatif kecil Bahkan pada tahun 2005-2007 Brazil

mampu mengungguli ekspor lada Indonesia dengan total ekspor lada sebanyak

38416 ton 42187 ton dan 38665 ton Hingga kemudian Indonesia mampu

mengungguli kembali Brazil pada tahun 2008-2013 dengan selisih sebesar 15822

ton 14057 ton 31838 ton 3792 ton 33479 ton dan 17303 ton Adapun rata-

rata selisih ekspor lada Indonesia dengan Brazil adalah sebanyak 10738

tontahun Eksportir lada seanjutnya adalah India India merupakan negara

dengan luas lahan terbesar di dunia namun tidak mampu menjadi eksportir utama

dunia Menurut Yogesh dan Mokshapathy (2013 39) penyebab tidak menjadinya

India sebagai eksportir utama lada dunia disebabkan oleh rendahnya

produktivitas dan tingginya konsumsi di India Tingginya konsumsi domestik

lada India digunakan untuk kuliner ekstraksi minyak dan oleoresin industri

farmasi dan lain-lain

71

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

511 Keunggulan Komparatif

1 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang beragam di setiap

negara Keunggulan komparatif ini dapat dilihat melalui nilai RCA Adapun nilai

RCA lada Indonesia di negara-negara tujuan ekspor adalah sebagai berikut

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 21754 2175

Australia 4458 446

Belanda 16796 1680

Belgia 15061 1506

Bulgaria 22014 2201

Hongkong 19695 1970

India 7228 723

Inggris 3243 324

Italia 7142 714

Jepang 1763 176

Jerman 21839 2184

Kanada 7753 775

Korea 804 080

Malaysia 531 053

Pakistan 282 028

Perancis 24621 2462

Rusia 40220 4022

Singapura 8140 814

Vietnam 25090 2509 Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Ekspor lada Indonesia ke sembilan belas negara tujuan secara umum

memiliki dayasaing yang kuat secara komparatif karena memiliki nilai RCA lebih

72

dari 1 Namun tidak di tiga negara yaitu Korea Malaysia dan Pakistan Hal ini

dikarena nilai RCA Indonesia di tiga negara tersebut kurang dari 1 yaitu 080

053 dan 028

Tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Korea Malaysia dan Pakistan

disebabkan oleh adanya negara lain yang menjadi eksportir utama lada di negara-

negara tersebut Eksportir utama lada di Korea yang memiliki keunggulan

komparatif tinggi adalah Vietnam dengan nilai RCA sebesar 22 Sri Lanka

dengan nilai RCA sebesar 12 Malaysia dengan nilai RCA sebesar 6 Cina dengan

nilai RCA sebesar 3 dan India dengan nilai RCA sebesar 1 Begitu juga di

Pakistan eksportir utama lada Pakistan adalah Vietnam dengan nilai RCA

sebesar 179 Disusul Sri Lanka dengan nilai RCA sebesar 33 Brazil dengan nilai

RCA sebesar 7 dan India dengan nilai RCA sebesar 4 Sedangkan di Malaysia

dayasaing komparatif lada Indonesia kalah oleh India dengan nilai RCA sebesar

32 Disusul Vietnam dan Cina dengan nilai RCA sebesar 329 dan 318

Meskipun begitu secara komparatif lada Indonesia sangat berdayasaing di Rusia

dan beberapa negara lainnya

Rusia adalah peluang pasar lada tertinggi Indonesia karena memiliki rata-

rata nilai RCA tinggi yaitu 4022 Disusul Vietnam dengan nilai RCA sebesar

2509 Meskipun berstatus sebagai eksportir nomor satu lada dunia Vietnam

masih melakukan impor lada dari Indonesia dengan rata-rata nilai ekspor lada

Indonesia ke Vietnam sebesar US$ 31249188

Menurut Vietnam Pepper Association industri lada di Vietnam terus

berkembang hingga mencapai 10-20 per tahun Pertumbuhan ini menimbulkan

73

banyak resiko dari sisi teknis dan kondisi alam Selain itu harga lada dalam

negeri Vietnam juga mengalami peningkatan yang tinggi Oleh karenanya

banyak petani yang menggunakan pupuk dan pestisida yang berlebihan untuk

meningkatkan produktivitas Namun hal inilah yang menyebabkan kualitas lada

Vietnam tidak memenuhi permintaan pasar dan banyak mendapatkan peringatan

tentang residu yang dihasilkan dari Amerika dan Kanada Oleh karena hal itu

Vietnam harus melakukan impor lada berkualitas tinggi dari negara lain salah

satunya dari Indonesia (Horizon Pasific 2016)

Posisi selanjutnya adalah Perancis dengan nilai RCA sebesar 2462

Disusul Bulgaria sebesar 2201 dan Jerman sebesar 2184 Sedangkan Amerika

Serikat yang merupakan negara tujuan ekspor utama lada Indonesia hanya

menempati posisi keenam dengan nilai RCA sebesar 2175 Eksportir lada utama

dan memiliki keunggulan komparatif paling tinggi di Amerika serikat adalah

Peru dan Vietnam dengan nilai RCA sebesar 3290 dan 2254

512 Keunggulan Kompetitif

1 Export Product Dynamic (EPD)

Dayasaing lada Indonesia selanjutnya ditentukan oleh keunggulan

kompetitifnya Keunggulan kompetitif ini dapat dilihat melalui nilai EPD yang

digunakan untuk menentukan posisi pasar lada Indonesia di masing-masing

negara Berikut adalah hasil perhitungan EPD lada Indonesia di negara-negara

tujuan ekspornya

74

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD)

Negara

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor Indonesia

()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar Lada

()

Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional berada di empat posisi

yaitu Rising Star Falling Star Lost Opportunity dan Retreat Posisi Rising Star

terjadi pada perdagangan lada antara Indonesia dengan Belanda India Italia

Jepang Jerman dan Malaysia Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia

memiliki pertumbuhan pangsa ekspor lada yang bernilai posistif serta lada

merupakan komoditi yang berdayasaing dan dinamis di negara-negara tersebut

karena memiliki pertumbuhan daya tarik pasar yang positif Secara keseluruhan

posisi lada Indonesia di pasar internasional adalah sebagai berikut

75

1) Posisi Rising Star

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik

sebesar 0684 dan 0012 di Belanda Begitu pula di India pertumbuhan

pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik sebesar 0131 dan

0088 Sedangkan di Italia Jepang Jerman Malaysia dan Pakistan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia masing-masing meningkat sebesar

0126 0416 0177 dan 0605 Begitu juga pertumbuhan pangsa pasar

ladanya yang masing-masing meningkat sebesar 0015 0006 0001 dan

0207 Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa secara kompetitif

Indonesia sangat berdayasaing di negara-negara tersebut

2) Posisi Falling Star

Posisi selanjutnya adalah Falling Star yang terjadi di negara Belgia

Hongkong Korea dan Perancis Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia di

negara-negara tersebut mengalami penurunan daya tarik namun pangsa pasar

lada masih mengalami peningkatan karena perbandingan nilai ekspor lada

Indonesia mampu bersaing dengan nilai ekspor lada dunia di negara-negara

tersebut Posisi ini merupakan posisi yang masih menguntungkan bagi Indonesia

karena setidaknya Indonesia masih memiliki pangsa pangsa pasar lada di negara

tersebut

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia di Belgia meningkat sebesar

1301 Namun pangsa pasar lada menurun sebesar 0011 Pangsa pasar

ekspor Indonesia juga tumbuh sebesar 0900 di Hongkong Hanya saja

pertumbuhan pangsa pasar lada menurun sebesar 0016 Begitu juga di Korea

76

Selatan pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia meningkat sebesar 0123

Namun pertumbuhan pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0023

Sedangkan di Perancis pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia tumbuh

sebesar 0612 namun pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0001

3) Posisi Lost Opportunity

Posisi lainnya yaitu Lost Opportunity Posisi ini terjadi di Amerika

Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Pangsa pasar ini menunjukkan

bahwa terjadinya penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis

sehingga posisinya adalah yang paling tidak diinginkan karena Indonesia tidak

dapat merebut pangsa pasar lada di negara-negara tersebut meski permintaanya

mengalami peningkatan Hal ini terjadi karena lada Indonesia kurang

berdayasaing dibandingkan total lada dunia di negara-negara tersebut

Indonesia mengalami penurunan pangsa pasar ekspor sebesar 0025 di

saat permintaan lada meningkat sebesar 0014 di Amerika Serikat Begitupun

di Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Penurunan pangsa pasar ekspor di

Kanada mencapai 0140 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar

0001 Sedangkan di Pakistan penurunan pangsa pasar mencapai 0065 di

saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0155 Selanjutnya di Rusia

dan Singapura penurunan pangsa pangsa ekspor menurun sebesar 1212 dan

3724 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0014 dan 0053

Menurunnya pangsa pasar ekspor Indonesia di negara-negara tersebut

dikarenakan adanya pesaing utama Indonesia yang lebih mampu menguasai

77

pasar Adapun pesaing-pesaing Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah sebagai berikut

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia

Negara Pesaing RCA

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor ()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Lada ()

Posisi

AS Peru 3290 0240 0017 Rising Star

Vietnam 2254 1684 0082 Rising Star

Kanada Vietnam 4056 0789 0028 Rising Star

Pakistan India 415 0045 0440 Rising Star

Rusia Polandia 404 1004 0140 Rising Star

Cina 017 0177 0745 Rising Star

Singapura Vietnam 2994 2966 -0005 Falling Star

Sri Lanka 2469 0661 -0002 Falling Star

India 206 0416 0302 Rising Star Keterangan AS (Amerika Serikat)

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Amerika Serikat

Pesaing utama lada Indonesia di Amerika Serikat adalah Peru dan

Vietnam Nilai RCA kedua negara tersebut aadalah 3290 dan 2254 Nilai

tersebut lebih besar dari nilai RCA Indonesia yaitu 2175 Artinya dayasaing

lada Indonesia secara komparatif kalah dari Peru dan Vietnam Begitu juga secara

kompetitif dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut karena

kedua negara tersebut berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa

pasar ekspor mencapai 0240 untuk Peru dan 1684 untuk Vietnam Begitu

juga pertumbuhan pangsa pasar ladanya yang meningkat sebesar 0017 dan

0082

Salah satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Amerika

Serikat adalah harga Harga lada Peru dan Vietnam lebih murah dibandingkan

78

Indonesia Adapun pergerakan harga lada ketiga negara tersebut di Amerika

Serikat adalah sebagai berikut

000

100

200

300

400

500

600

700

800

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Peru

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Berdasarkan Gambar 18 harga lada Peru merupakan yang termurah

dibandingkan Vietnam dan Indonesia Hal ini menyebabkan permintaan lada Peru

lebih bayak dibandingkan Vietnam dan Indonesia yang kemudian berpengaruh

terhadap peningkatan nilai ekspor lada Peru Peningkatan ini menjadikan Peru

mampu berdayasaing kuat secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Amerika Serikat Sedangkan harga lada Vietnam dan Indonesia relatif sama

Namun harga lada Vietnam sedikit lebih murah dari Indonesia dengan rata-rata

harga sebesar US$ 308Kg Sedangkan rata-rata harga lada Indonesia adalah US$

371Kg Hal ini menyebabkan volume dan nilai ekpor lada Vietnam lebih banyak

dan menjadikan Vietnam mampu berdayasaing lebih kuat secara komparatif dan

kompetitif dibandingkan Indonesia di pasar lada Amerika Serikat

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Kanada

Pesaing utama lada Indonesia di Kanada adalah Vietnam Hal ini

ditunjukkan dengan Nilai RCA Vietnam yang lebih besar dari Indonesia yaitu

79

4056 Sedangkan nilai RCA Indonesia adalah 775 Selain nilai RCA yang lebih

besar Vietnam juga mampu berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor sebesar 0789 dan pertumbuhan pangsa pasar produk

sebesar 0028 Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Vietnam sangat

berdayasaing secara komparatif dan kompetitif di pasar lada Kanada

dibandingkan Indonesia

Dayasaing kuat lada Vietnam di Kanada dikarenakan nilai ekspor lada

Vietnam yang tinggi Tingginya nilai ekspor ini diperoleh dari banyaknanya lada

yang telah diekspor Vietnam ke Kanada Banyaknya ekspor lada Vietnam ke

Kanada bukan dikarenakan harganya yang lebih murah dari Indonesia Karena

selama tahun 2004-2013 harga lada Indonesia lebih murah dari Vietnam

sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 19 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(KgU

S$)

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Gambar 19 menunjukkan bahwa harga lada Vietnam lebih tinggi daripada

Indonesia Namun tingginya harga lada Vietnam tidak berpengaruh terhadap

permintaan lada dari Kanada Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lada yang

diekspor Vietnam ke Kanada dibandingkan Indonesia Adapun total ekspor lada

80

Vietnam dari tahun 2004-2013 adalah 6917024 ton Sedangkan total ekspor lada

Indonesia adalah 1527629 ton Banyaknya lada yang diekspor oleh Vietnam ke

Kanada dikarenakan Vietnam mampu memproduksi lada dalam jumlah yang

lebih banyak dibandingkan Indonesia Menurut data International Pepper

Community (2013 5) total produksi lada Vietnam dari tahun 2004 - 2013 adalah

1110750 ton Sedangkan dalam kurun waktu yang sama Indonesia hanya

mampu memproduksi lada sebanyak 578000 ton Oleh sebab itu meskipun

memiliki harga yang lebih mahal Vietnam lebih mampu mengekspor lada lebih

banyak daripada Indonesia Hal ini menyebabkan nilai ekspor lada yang

diperoleh Vietnam lebih tinggi dari Indonesia dan menjadikan lada Vietnam lebih

berdayasaing dari Indonesia secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Kanada

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Pakistan

Pesaing utama lada Indonesia di Pakistan adalah India Hal ini

ditunjukkan dengan nilai RCA India yang lebih besar yaitu 415 Sedangkan

Indonesia hanya memiliki nilai RCA sebesar 028 yang artinya secara komparatif

lada Indonesia tidak berdayasaing di pasar lada Pakistan Selain itu Indonesia

juga kalah berdayasaing secara kompetitif dari India Hal ini dikarenakan India

berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar

0045 dan pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0440

Kuatnya dayasaing India di Pakistan disebabkan oleh besarnya nilai

ekspor lada yang diperoleh oleh India dibandingkan Indonesia Nilai ekspor ini

berkaitan dengan permintaan lada India yang lebih banyak daripada Indonesia

81

Faktor yang menyebabkan tingginya permintaan lada India adalah harga lada

India yang lebih murah daripada harga lada Indonesia sebagaimana data UN

Comtrade (2016) adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

India

Indonesia

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan

Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Rusia

Polandia dan Cina adalah pesaing utama lada Indonesia di Rusia Secara

komparatif Indonesia mampu berdayasaing lebih kuat dibandingkan kedua negara

tersebut Hal ini dikarenakan nilai RCA Indonesia lebih tinggi yaitu 4022

Sedangkan nilai RCA Polandia adalah 404 Bahkan secara komparatif Cina tidak

memiliki dayasaing di pasar Rusia karena memiliki nilai RCA kurang dari satu

yaitu 017 Dayasaing yang kuat ini disebabkan oleh perbandingan nilai ekspor

lada Indonesia dari total ekspor Indonesia lebih besar dari perbandingan nilai

ekspor lada dunia dari total ekspor dunia ke Rusia

Meskipun secara komparatif lada Indonesia mampu berdayasaing kuat

dibandingkan Polandia dan Cina di pasar Rusia namun secara kompetitif

dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut Hal ini ditujukkan

dengan posisi Rising Star Polandia dan Cina di Rusia Pertumbuhan pangsa pasar

ekspor lada kedua negara tersebut mencapai 1004 dan 0177 Begitu juga

82

pertumbuhan pangsa pasar produk yang mencapai 0140 dan 0745 Salah

satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia adalah faktor harga Adapun

harga lada masing-masing negara tersebut adalah sebagai berikut

0

2

4

6

8

10

12

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Polandia

Cina

Indonesia

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada Cina adalah yang termurah di Rusia Rata-rata harga lada

Cina di Rusia adalah US$ 194Kg yang merupakan harga lada termurah

dibandingkan Polandia dan Indonesia Murahnya harga lada Cina menyebabkan

meningkatnya volume ekpor ladanya ke Rusia Hal ini juga menyebabkan

meningkatnya nilai ekspor lada Cina yang akhirnya berpengaruh terhadap

dayasaing Cina di Rusia Sedangkan meningkatnya dayasaing lada Polandia di

Rusia dikarenakan tingginya rata-rata harga lada Poalndia di Rusia yaitu US$

724Kg yang akhirnya juga meningkatkan nilai ekspor dan dayasaing ladanya di

Rusia

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Singapura

India Vietnam dan Sri Lanka merupakan pesaing utama lada Indonesia

di Singapura Secara komparatif dayasaing lada Indonesia kalah saing

dibandingkan Vietnam dan Sri Lanka karena nilai RCA Indonesia lebih kecil dari

83

kedua negara tersebut yaitu 814 Sedangkan nilai RCA Vietnam dan Sri Lanka

adalah 2994 dan 2469 Namun dayasaing komparatif Indonesia di Singapura

masih lebih unggul jika dibandingkan dengan India karena nilai RCA India lebih

kecil dari Indonesia yaitu 206 Meskipun begitu India merupakan negara

dengan keunggulan kompetitif paling kuat karena berada di poisi Rising Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar produk sebesar 0416

dan 0302 Sedangkan Vietnam dan Sri Lanka berada di posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2966 dan 0661 Namun

pertumbuhan pangsa pasar produknya menurun sebesar 0005 dan 0002

Posisi Falling Star Vietnam dan Sri Lanka masih lebih baik jika dibandingkan

dengan Indonesia yang berada di posisi Lost Opportunity

Harga merupakan salah satu penyebab kurang berdayasaingnya lada

Indonesia di Singapura Harga lada Indonesia merupakan yang paling mahal di

singapura Sedangkan harga lada India merupakan yang paling murah di

Singapura Adapun perkembangan harga lada Indonesia dan pesaingnya di

Singapura adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Sri Lanka

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

84

Harga lada Indonesia lebih mahal daripada Vietnam India dan Sri Lanka

Hal ini menyebabkan konsumen di Singapura lebih memilih lada dari negara lain

yang harganya lebih murah yaitu India Oleh karenanya permintaan lada India

meningkat dan meningkatkan nilai ekspor ladanya yang kemudian menjadikan

India sebagai negara dengan dayasaing yang kuat di Singapura

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa salah satu penyebab

tidak berdayasaingnnya lada Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah harga yang tinggi dan persediaan lada untuk

diekspor Oleh sebab itu Indonesia harus meningkatkan produksi ladanya

sehingga jumlah lada untuk diekspor juga meningkat dan dapat menurunkan

harga Sebagaimana teori economic of scale Krugman (2008) yang menyatakan

bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya produksi akan semakin

rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh terhadap harga yang lebih

murah

4 Posisi Retreat

Retreat adalah posisi yang kurang baik karena ekspor lada Indonesia

sudah tidak diinginkan lagi di negara-negara tersebut Posisi ini terjadi di

Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Penyebab tidak berdayasaingnya lada

Indonesia di Australia adalah karena India Vietnam dan Spanyol mampu

menguasai pasar lada di Australia yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang lebih

tinggi dari Indonesia yaitu 32 112 dan 961

Selain itu ketiga negara tersebut juga mampu berdayasaing secara

kompetitif dengan berada pada posisi Rising Star dan Falling Star India dan

85

Spanyol berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor

sebesar 0067 dan 0353 serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0043 dan 0071 Sedangkan Vietnam berada pada posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2329 namun pertumbuhan

pangsa pasar produkuknya menurun sebesar 0014 Penyebab tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Australia adalah faktor harga yang lebih mahal

dibandingkan negara lainnya sebagaimana Gambar 23 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Vietnam

Spanyol

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Gambar 23 menunjukkan bahwa harga lada Indonesia cenderung

meningkat dan lebih mahal dibanding India Vietnam dan Spanyol Rata-rata

harga lada Indonesia adalah US$ 437Kg Sementaar rata-rata harga India

Vietnam dan Spanyol adalah US$ 267Kg US$ 388Kg dan US$ 288Kg

Lada Indonesia juga tidak berdayasaing sama sekali di Inggris Hal ini

dikarenakan pasar lada negara tersebut dikuasai oleh Vietnam dan India Nilai

RCA kedua negara tersbeut adalah 4947 dan 1796 Nilai tersebut menunjukkan

bahwa Vietnam dan India berdayasaing kuat secara komparatif Selain itu secara

86

kompetitif kedua negara tersebut juga berada di posisi yang lebih baik dari

Indonesia yaitu Rising Star Vietnam dan India mengalami peningkatan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 2624 dan 0555 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0037 dan 009 Kuatnya

dayasaing lada Vietnam dan India disebabkan oleh harga ladanya yang lebih

murah dibandingkan Indonesia sebagaimana Gambar 24 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

Vietnam

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 24 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada India merupakan yang termurah dibandingkan negara lainnya

Harga rata-rata lada India selama tahun 2004-2013 adalah US$ 24Kg Murahnya

harga lada India membuat volume ekspor lada India meningkat dan menghasilkan

nilai rata-rata ekspor lada yang tinggi yaitu US$ 13190004 Sehingga India

mampu menjadi salah satu negara yang menguasai pasar lada di Inggris Begitu

pula dengan Vietnam yang memiliki harga lada yang bersaing dengan Indonesia

Rata-rata harga lada Vietnam adalah US$ 42Kg Dengan harga tersebut

Vietnam mampu meningkatkan volume ekspor dan mendapatkan rata-rata nilai

87

ekspor lada sebesar US$ 12335811 sehingga mampu menjadi negara yang

menguasai pasar lada di Inggris seperti India

Sama halnya dengan Australia dan Inggris pasar lada Indonesia di

Bulgaria harus bersaing dengan Vietnam Spanyol dan Cina Secara komparatif

Vietnam merupakan negara pesaing terberat Indonesia karena nilai RCA Vietnam

jauh lebih besar dari Indonesia yaitu 35178 Sementara nilai RCA Indonesia di

Bulgaria adalah 2201 Sedangkan nilai RCA Spanyol dan Cina adalah 565 dan

282 Namun secara kompetitif Indonesia tidak mampu berdayasaing dengan

ketiga negara tersebut karena Indonesia berada di posisi Retreat Sedangkan

Vietnam Spanyol dan Cina berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor lada sebesar 0255 0870 dan 1933 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0007 0366 dan 0188 Tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Bulgaria disebabkan oleh harga yang tinggi

sebagaimana Gambar 25 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Spanyol

Cina

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 25 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

88

Besarnya nilai RCA Vietnam di Bulgaria menunjukkan bahwa lada

merupakan salah satu komoditi unggulan Vietnam untuk diekspor ke Bulgaria

Vietnam juga merupakan market leader lada di Bulgaria karena mampu

menguasai 39 lada di Bulgaria Sehinggga meskipun harga lada Vietnam terus

naik total volume ekspor lada Vietnam tetap menjadi yang terbanyak yaitu

405402 Ton serta menghasilkan rata-rata nilai ekspor paling besar yaitu US$

1555314 Sedangkan secara kompetitif stabilnya harga lada Cina dan Spanyol

di Bulgaria berpengaruh pada meningkatnya volume ekspor lada kedua negara

tersebut Sehingga nilai ekspor kedua negara tersebut lebih besar dibandingkan

Indonesia yaitu US$ 591459 untuk Cina dan US$ 430878 Sedangkan harga

lada Indonesia yang berfluktuasi dan cenderung lebih mahal dari Cina dan

Spanyol berpengaruh pada penurunan volume dan nilai ekspor lada Indonesia

Rata-rata nilai ekspor lada Indonesia adalah US$ 141231 lebih kecil dari Cina

dan Spanyol Hal inilah yang menyebabkan lada Indonesia tidak dapat

berdayasaing di Bulgaria

Selanjutnya lada Indonesia juga tidak berdayasaing di Vietnam

Meskipun berstatus negara eksportir lada nomor satu dunia Vietnam masih

melakukan impor lada dari beberapa negara seperti India dan Brazil yang menjadi

eksportir utama lada di sana Dayasaing lada Indonesia di Vietnam secara

komparatif masih lebih unggul dibandingkan India dan Brazil Karena Indonesia

memiliki nilai RCA yang lebih besar yaitu 2509 Sementara nilai RCA India dan

Brazil adalah 716 dan 750 Namun secara kompetitif kedua negara tersebut

mampu berdayasaing kuat dibandingkan Indonesia karena berada pada posisi

89

Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 3047 untuk

India dan 0347 untuk Brazil serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0217 untuk India dan 0065 untuk Brazil

Harga lada India adalah yang termurah diantara ketiga negara tersebut

Sedangkan harga lada Indonesia dan Brazil saling bersaing Adapun pergerakan

harga negara-negara tersebut di Vietnam adalah sebagi berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Brazil

Indonesia

Gambar 26 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Murahnya harga lada India di Vietnam menyebabkan permintaan lada

India menjadi meningkat di Vietnam Permintaan yang meningkat menyebakan

volume dan nilai ekspor lada meningkat Hal inilah yang menyebabkan India

secara kompetitif berdayasaing kuat di Vietnam Sedangkan harga lada Brazil dan

Indonesia saling bersaing di Vietnam Namun secara keseluruhan selama tahun

2004 - 2013 harga lada Brazil cenderung lebih murah Oleh karenanya lada

Brazil lebih mampu berdayasaing dibandingkan Indonesia di Vietnam Adapun

secara keseluruhan gambaran dayasaing lada Indonesia secara kompetitif di

negera-negara tujuan selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

90

-3

-2

-1

0

1

2

3

-3 -2 -1 0 1 2 3

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Kurang berdayasaingnya lada Indonesia di beberapa negara khususnya di

Rusia dan Vietnam yang memiliki keunggulan komparatif tinggi dibanding

negara lainnya namun masuk ke dalam posisi Lost Opportunity dan Retreat

menunjukkan bahwa Indonesia perlu meningkatkan produksi ladanya sehingga

harganya menjadi lebih murah sebagaimana teori economic of scale Krugman

(2008) yang menyatakan bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya

produksi akan semakin rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh

terhadap harga yang lebih murah

Sedangkan posisi perdagangan lada di Australia Bulgaria Inggris dan

Vietnam yang masuk ke dalam posisi Retreat menunjukkan bahwa Indonesia

perlu mencari alternatif negara lain sebagai negara tujuan ekspornya atau

memaksimalkan ekspor ke negara importir yang sudah menjadi partner dagang

lada Indonesia dengan harga yang lebih murah dan stabil Dengan begitu volume

dan nilai ekspor lada Indonesia akan lebih meningkat dan berdayasaing

Rising Star Lost Opportunity

Amerika Serikat Kanada

Pakistan Rusia dan

Singapura

Belanda India Italia

Jepang dan Jerman

Australia Bulgaria

Inggris dan Vietnam

Belgia Hongkong

Perancis Korea dan

Malaysia

Falling Star Retreat

91

2 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Keunggulan kompetitif lainnya dapat dilihat melalui nilai ISP Nilai ISP

berfungsi untuk mengetahui apakah Indonesia layak menjadi eksportir lada atau

tidak di negara tujuan ekspornya Berikut adalah hasil perhitungan ISP lada

Indonesia

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 9985 0999

Australia 9536 0954

Belanda 9963 0996

Belgia 10000 1000

Bulgaria 10000 1000

Hongkong 8320 0832

India 3327 0333

Inggris 10000 1000

Italia 9978 0998

Jepang 9965 0997

Jerman 9868 0987

Kanada 10000 1000

Korea 7662 0766

Malaysia 1938 0194

Pakistan 9653 0965

Perancis 9988 0999

Rusia 10000 1000

Singapura 9891 0989

Vietnam 8994 0899

Sumber UN Comtrade (Diolah)

Ekspor lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004-2013

secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata ISP positif antara 0 hingga 1 Nilai

positif ini menunjukkan bahwa Indonesia cenderung untuk menjadi eksportir lada

di negara-negara tujuan ekspornya Diantara kesembilan belas negara tersebut

92

Malaysia dan India menjadi negara dengan nilai ISP terendah Hal ini

dikarenakan Indonesia juga melakukan impor lada dalam jumlah yang cukup

besar dari Malaysia dan India Impor lada dari kedua negara tersebut dikarenakan

laju produksi lada dalam negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia

yang menyentuh angka rata-rata 3 per tahun Sedangkan laju produksi lada

Indonesia hanya 15 per tahun Oleh sebab itu Indonesia harus lebih berupaya

untuk mengekspor lada lebih banyak ke dua negara tersebut untuk terus

meningkatkan neraca perdagangan dan dayasaing secara kompetitifnya di

Malaysia dan India

Secara keseluruhan sebagian besar lada Indonesia sudah masuk pada

tahap pertumbuhan perdagangan yang matang karena memiliki nilai ISP antara

081 sampai 100 Nilai ini menunjukkan standarisasi teknologi yang digunkaan

Artinya Indonesia memiliki kualitas lada yang baik karena sudah menggunakan

teknologi yang terstandarisasi Sedangkan di Korea India dan Malaysia

pertumbuhan perdagangan lada Indonesia baru memasuki tahap pertumbuhan

Hal ini ditunjukkan dengan nilai ISP antara 001 sampai 080 Artinya Indonesia

mulai memproduksi lada dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional pada tahun 2004-

2013 berdasarkan teori Gravity Model diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu Produk Domestik Bruto per Kapita (LnPDBC) dan Jarak Ekonomi (LnJE)

93

Serta faktor-faktor lain yang terdiri dari Harga (LnHRG) Kurs Riil (LnKR)

Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga Konsumen (IHK)

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel

Hasil uji Chow menunjukkan F-statistik lebih besar dari F-tabel dengan

taraf nyata lima persen (3534 gt 167) dan nilai probabilitas lebih kecil dari taraf

nyata lima persen (000 lt 005) Dengan demikian model yang terpilih adah

Fixed Effect Model Selanjutnya hasil uji Hausman menunjukkan nilai

probabilitas lebih besar dari taraf nyata lima persen (0408 gt 005) dan nilai chi-

square statistik lebih kecil dari nilai chi square tabel (614 lt 1259) Dengan

demikian maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random

Effect Model Hasil estimasi Random Effect Model adalah sebagaimana Tabel 13

berikut

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model

Variabel Dependen LnVEL

Variabel Koefisien Prob

LnPDBC 1746167 00057

LnJE -0875098 00185

LnHRG -0369590 00493

LnKR 0470691 02770

LnPOP 1494300 00020

IHK 0003891 06231

C -3370401 00024

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Sum squared resid 7836682

Prob(F-statistic) 0000024 Durbin-Watson stat 1281398

Keterangan Signifikan terhadap taraf nyata 5 ()

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di

negara tujuan ekspor adalah PDB perkapita (LnPDBC) Jarak Ekonomi (LnJE)

94

Harga (Ln HRG) Kurs Riil (LnKR) Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga

Konsumen (IHK) Persamaan hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah

LnVEL = -3370401 + 1746167 LnPDBC - 0875098 LnJE - 0369590 LnHRG +

0470691 LnKR + 1494300 LnPOP + 0003891 IHK

Keterangan

LnVEL Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional (persen)

LnPDBC Rata-rata PDB per kapita (persen)

LnJE Jarak ekonomi (persen)

LnHRG Harga lada (persen)

LnKR Kurs riil (persen)

LnPOP Populasi (persen)

IHK Indeks Harga Konsumen (persen)

522 Uji Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

Gambar 28 Uji Normalitas

Sumber Output Eviews

Berdasarkan Gambar 28 nilai stattistik Jarque-Bera lebih kecil dari nilai

chi-square (0659385 lt 59915) Sebaliknya nilai probabilitas lebih besar dari

taraf nyata lima persen (0719145 gt 005) Hasil ini menunjukkan bahwa nilai

residual terdistribusi dengan normal

95

523 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Tabel 14 Uji Multikolinearitas

LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

LnPDBC 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

LnJE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

LnHRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

LnKR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

LnPOP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000 Sumber Output Eviews

Berdasarkan correlation matrix nilai korelasi seluruh variabel bebas

kurang dari 085 Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara variabel

bebas Widarjono (2009 229) menyatakan bahwa data panel dapat mengatasai

masalah multikolinearitas sehingga permasalahan multikolinearitas dapat diatasi

2 Uji Heteroskedastisitas

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas

Metode Glejser

Variabel Koefisien Prob

C 4930401 04847

LnPDBC -0085616 08301

LnJE 0042988 08378

LnHRG -0206352 01878

LnKR -0300695 04211

LnPOP -0006353 09816

IHK 0013324 00302

Sumber Output Eviews

Berdasarkan tabel di atas seluruh nilai probabilitas variabel independen

lebih dari taraf nyata lima persen kecuali variabel IHK Nilai probabilitas IHK

lebih kecil dari taraf nayata lima persen (00302 lt 005) Namun Widarjono

(2009 130) menyatakan bahwa masalah heteroskedastisitas bisa diatasi dengan

96

Generalized Least Squares (GLS) Karena yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Random Effect Model yang sudah menggunakan pembobotan GLS maka

permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi

3 Uji Autokorelasi

Nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini adalah 1281398 Jika

mengikuti uji Durbin Watson penelitian ini mengandung masalah autokorelasi

karena 18280 gt 1281398 lt 2172 Namun permasalahan autokorelasi dapat

diatasi karena Random Effect Model telah menggunakan pembobotan

Generalized Least Squares (GLS) sehingga model telah terbebas dari masalah

autokorelasi (Widarjono 2009 151)

524 Uji Signifikansi

1 Uji F

Berdasarkan estimasi Random Effect Model nilai probabilitas F-statistik

lebih kecil dari taraf nyata lima persen (0000024 lt 005) Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yang terdiri dari rata-rata PDB per Kapita Jarak

Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap Volume Ekspor Lada Indonesia

2 Uji t

Signifikansi variabel ditunjukkan oleh nilai t-hitung yang lebih besar dari

t-tabel dan nilai probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen Nilai t-

tabel dalam penelitian ini adalah 1653 yang diperoleh dari df 183 (190-7)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model terdapat empat variabel signifikan

yaitu rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi

97

Nilai t-hitung dan probabilitas variabel rata-rata PDB per Kapita adalah

2797 gt 1653 dan 00057 lt 005 variabel Jarak Ekonomi adalah 2376 gt 1653

dan 00185 lt 005 variabel Harga adalah 1979 gt 1653 dan 00493 lt 005 serta

variabel Populasi adalah 3129 gt 1653 dan 00020 lt 005 Artinya variabel rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi berpengaruh signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Sedangkan nilai t-

hitung dan probabilitas variabel Kurs Riil adalah 1090 lt 1653 dan 0277 gt 005

serta variabel IHK adalah 0492 lt 1653 dan 06231 gt 005 Artinya variabel Kurs

Riil dan IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

3 Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model diperoleh nilai R Square

sebesar 0155065 Nilai ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK

mampu menjelaskan variabel dependen Volume Ekspor Lada sebesar 1551

sedangkan sisanya sebesar 8449 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam model persamaan penelitian ini

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per Kapita

Variabel rata-rata PDB per Kapita memiliki nilai probabilitas dan

koefisien sebesar 00057 dan 1746167 Artinya rata-rata PDB per kapita

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume ekspor lada Dengan

98

asumsi variabel lain konstan peningkatan satu persen rata-rata PDB per kapita

akan meningkatkan 1746167 persen volume ekspor lada Indonesia PDB

merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan beberapa hal

penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB merupakan

gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara (Rahardja dan Manurung

2008 223)

Pengaruh positif dan signifikan rata-rata PDB per kapita terhadap volume

ekspor lada sejalan dengan penelitian Dilanchiev (2012) yang menyatakan bahwa

rata-rata PDB per kapita antara Goergia dan negara tujuan ekspornya

berpengaruh positif terhadap volume perdagangan Georgia Pradipta dan Firdaus

(2014) juga menyatakan bahwa PDB per kapita suatu negara menggambarkan

kemampuan secara keseluruhan negara tersebut Semakin tinggi pendapatan

secara keseluruhan suatu negara maka semakin tinggi kemampuan negara

tersebut untuk melakukan ekspor dan impor Pada komoditi lada Ginting (2014)

menyatakan bahwa PDB per kapita berpengaruh terhadap perdagangan lada putih

dunia Begitu juga Permatasari (2015) menyatakan bahwa semakin besar GDP

per kapita riil suatu negara menunjukkan bahwa tingkat pendapatan negara

tersebut semakin besar yang akan mengakibatkan konsumsi yang semakin

99

meningkat Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan PDB per

kapita riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor lada

Amerika Serikat merupakan importir terbesar lada Indonesia Adapun

total ekspor lada Indonesia ke Amerikas Serikat selama kurun waktu 2004-2013

adalah sebanyak 185480 ton Dengan rata-rata PDB perkapita antara Indonesia

dan Amerika Serikat sebesar US$ 25139tahun telah meningkatkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia sebanyak 18548 tontahun Artinya rata-rata PDB

perkapita berpengaruh positif terhadap perdagangan lada Indonesia

2 Jarak Ekonomi

Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Nilai probabilitas dan koefisien jarak ekonomi adalah 00185 dan

-0875098 Dengan asumsi varaiabel lain konstan peningkatan satu persen Jarak

Ekonomi akan menurunkan 0875098 persen volume ekspor lada Indonesia Hasil

ini sesuai dengan penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009)

Dilanchiev (2012) serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak

ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan

Semakin jauh jarak ekonomi Indonesia dengan negara importir akan

menyebabkan semakin tinggi biaya transportasi yang dikeluarkan bagi kedua

negara Hal ini menyebabkan harga lada semakin mahal seiring dengan adanya

peningkatan biaya produksi yang diakibatkan semakin tingginya biaya

transportasi yang dibayarkan Kondisi ini akan menyebabkan turunnya daya beli

negara importir yang berdampak pada turunnya jumlah permintaan ekspor lada

100

Indonesia Adapun rata-rata jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara

importir lada Indonesia adalah sebagai berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000A

S

Aust

ralia

Be

land

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

Ind

ia

Ing

gri

s

Italia

Jepang

Jerm

an

Ka

nad

a

Ko

rsel

Mala

ysia

Pa

kist

an

Pera

nci

s

Ru

sia

Sin

gap

ura

Vie

tnam

(KM

)

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Sumber CEPII dan World Bank (2016) (Diolah)

Gambar 29 menujukkan bahwa jarak ekonomi terjauh Indonesia adalah

Amerika Serikat dengan rata-rata jarak ekonomi sebesar 585551 KM

Sedangkan jarak ekonomi terdekat Indonesia adalah Singapura dengan rata-rata

jarak ekonomi sebesar 523 KM Meskipun Amerika Serikat merupakan importir

terbesar lada Indonesia namun volume ekspor lada ke Amerika Serikat hanya

tiga kali volume ekspor lada ke Singapura Rata-rata volume ekspor lada

Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun sedangkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Singapura adalah 5902 tontahun Hal ini

menunjukkan bahwa semakin jauh jarak ekonomi akan menurunkan volume

ekspor Sebaliknya semakin dekat jarak ekonomi akan meningkatkan volume

ekspor

101

3 Harga

Variabel Harga memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar 00493

dan -0369590 Variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Artinya kenaikan satu persen harga akan menurunkan volume

ekspor sebesar 0369590 persen Hasil ini sesuai dengan hukum permintaan yaitu

semakin murah harga suatu barang maka permintaan akan bertambah

Sebaliknya semakin mahal harga suatu barang maka permintaan akan menurun

dengan asumsi ceteris paribus (Rahardja dan Manurung 2008 24) Selain itu

hasil negatif dan signifikannya harga terhadap volume ekspor lada juga sejalan

dengan hasil penelitian Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa

meningkatnya harga ekspor mangga berpengaruh terhadap penurunan volume

eskpor mangga Begitu juga hasil penelitian Ginting (2014) yang menyatakan

bahwa kenaikan dan penurunan harga lada hitam dan putih dunia berpengaruh

terhadap kenaikan dan penurunan volume ekspor lada putih Adapun rata-rata

harga lada Indonesia di negara-negara importir adalah sebagi berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

AS

Aust

ralia

Bela

nda

Be

lgia

Bulg

aria

Ho

ng

kon

g

India

Inggris

Ita

lia

Jep

an

g

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysi

a

Paki

stan

Pera

nci

s

Rusi

a

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(US

$T

on

)

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

102

Gambar 30 menunjukkan bahwa rata-rata harga lada tertinggi adalah di

Jepang yaitu US$ 4974Ton Tingginya harga lada di Jepang menyebabkan

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang lebih kecil daripada ke Amerika Serikat

yang mempunyai rata-rata harga lebih murah yaitu US$ 3710Ton Rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang adalah 1448 tontahun sedangkan rata-

rata volume ekspor lada Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun

4 Populasi

Nilai probabilitas dan koefisien varibel Populasi adalah signifikan positif

yaitu 00020 dan 1494300 Artinya kenaikan satu persen populasi negara

importir akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia ke negara importir

sebesar 1494300 persen Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Sitorus

(2009) dan Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa populasi negara

importir berpengaruh positif signifikan terhadap volume ekspor

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi

secara menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga

relatif rendah (Rahardja dan Manurung 2008 267) Sitorus (2009 41) juga

menyatakan bahwa pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar Oleh sebab itu meningkatnya

populasi negara importir akan meningkatkan kebutuhan dan konsumsinya

Terlebih jika produksi dalam negeri negara importir tidak mencukupi maka

ekspor merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan penduduknya

103

Pertumbuhan penduduk dunia dalam kurun waktu 2004-2013 terus

mengalami peningkatan Hal ini juga terjadi pada negara-negara importir lada

Indonesia yang selanjutnya berpengaruh terhadap banyaknya volume impor lada

dari Indonesia Adapun populasi negara importir adalah sebagai berikut

0

200000000

400000000

600000000

800000000

1000000000

1200000000

1400000000

AS

Au

str

alia

Be

lan

da

Be

lgia

Bu

lga

ria

Ho

ng

ko

ng

Ind

ia

Ing

gris

Ita

lia

Je

pa

ng

Jerm

an

Ka

na

da

Ko

rse

l

Ma

laysia

Pakis

tan

Pe

ran

cis

Rusia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

(Jiw

a)

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

India merupakan negara dengan jumlah terbanyak kedua di dunia setelah

Cina Dalam perdagangan lada Indonesia India menempati urutan pertama

dengan rata-rata jumlah penduduk sebanyak 1204529087 jiwa Disusul

Amerika serikat dengan jumlah penduduk sebanyak 305039425 jiwa Dengan

banyaknya jumlah penduduk di kedua negara tersebut Indonesia mengekspor

rata-rata lada sebanyak 4676 tontahun ke India dan 18548 tontahun ke

Amerika Serikat India mengimpor lada lebih sedikit dari Amerika Serikat karena

India merupakan salah satu negara produsen lada terbanyak ketiga di dunia

sehingga India mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan penduduknya

sendiri

104

5 Kurs Riil

Variabel Kurs Riil memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar

02770 dan 0470691 Artinya kurs riil tidak berpengaruh signifikan terhadap

volume ekspor lada Adapun kurs riil Indonesia dengan negara-negara importir

adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

AS

Austr

alia

Bela

nda

Belg

ia

Bulg

aria

Hongkong

India

Inggris

Italia

Jepang

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysia

Pakis

tan

Pera

ncis

Rusia

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(Rp

US

$)

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Berdasarkan Gambar 32 kurs riil Indonesia dengan negara-negara

importir murah dan relatif stabil sehingga tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia Pengaruh signifikan nilai tukar riil

terhadap ekspor terjadi saat rupiah terdepresiasi Hal ini akan menyebabkan harga

barang-barang ekspor menjadi lebih murah dan meningkatkan volume ekspor

6 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Selanjutnya yang tidak berpengaruh signifikan adalah variabel IHK Nilai

probabilitas dan koefisien sebesar 06231 dan 0003891 yang berarti variabel

105

IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada Hal ini

dikarenakan IHK negara importir tidak mengalami peningkatan yang signifikan

Adapun IHK negara importir selama tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

75

80

85

90

95

100

105

AS

Aust

ralia

Bela

nd

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

India

Inggris

Italia

Jep

an

g

Jerm

an

Ka

na

da

Kors

el

Ma

lays

ia

Paki

sta

n

Pe

ran

cis

Ru

sia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

IHK

(

)

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Rata-rata IHK negara importir kurang dari seratus persen kecuali Jepang

yaitu 100475 Artinya harga dalam negeri negara importir relatif stabil

Sehingga daya beli konsumen dalam negeri negara importir menjadi stabil dan

tidak berpengaruh terhadap permitaan lada Indonesia

106

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian dengan judul

ldquoAnalisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasionalrdquo selama tahun 2004-2013 dapat

disimpulkan beberapa hal berikut

1 Lada Indonesia secara komparatif telah berdayasaing kuat di Rusia

Vietnam Perancis Jerman Hongkong Amerika Serikat Bulgaria

Belanda Belgia India Singapura Kanada Italia Australia Inggris dan

Jepang Namun tidak berdayasaing di Korea Malaysia dan Pakistan

Selanjutnya secara kompetitif lada Indonesia berada pada posisi Rising

Star di Belanda India Italia Jepang dan Jerman Posisi Falling Star di

Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia Posisi Lost

Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura

Serta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Selain

itu Indonesia juga sudah layak menjadi eksportir lada dunia dengan

tingkat pertumbuhan tahap pertumbuhan dan kematangan

2 Faktor-faktor yang berpengruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapita jarak

ekonomi harga dan populasi Sedangkan kurs riil dan IHK tidak

berpengaruh signifikan

107

62 Saran

Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa saran untuk meningkatkan

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional diantaranya adalah meningkatkan

produktivitas lada nasional Produktivitas lada yang tinggi akan menambah

persediaan lada nasional Sehingga selain konsumsi dalam negeri terpenuhi

persediaan untuk ekspor juga menjadi lebih banyak Selain itu produktivitas lada

yang tinggi akan membuat harga lada Indonesia menjadi lebih murah karena

terjadi economic of scale

Selanjutnya yaitu meninggalkan negara-negara yang berada pada posisi

retreat dan mencari negara tujuan ekspor lada lain Dengan begitu Indonesia

diharapkan mampu membuka peluang untuk menjadi eksportir utama lada di

negara-negara lainnya Sehingga nilai ekspor lada Indonesia akan meningkat dan

memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia

Jarak ekonomi merupakan hambatan yang berpengaruh nyata terhadap

volume ekspor lada Oleh sebab itu maka pemerintah perlu meningkatkan

efisiensi sarana transportasi Dengan sarana transportasi yang lebih efisien maka

biaya yang dikeluarkan untuk proses distribusi lada akan lebih murah Sehingga

harga lada juga akan menjadi lebih murah

Selain jarak ekonomi populasi adalah salah satu faktor yang berpengaruh

nyata dan cukup besar terhadap volume ekspor lada Oleh sebab itu Indonesia

harus meningkatkan volume ekspor ladanya ke negara-negara yang berpopulasi

tinggi Hal ini dikarenakan populasi yang tinggi diindikasikan memiliki tingkat

konsumsi yang tinggi pula

108

Terakhir yaitu menambahkan variabel-variabel lain untuk penelitian-

penelitian lada selanjutnya Adapun variabel-variabel yang dipilih adalah

variabel-variabel yang berkaitan dan diduga berpengaruh terhadap perdagangan

internasional Sehingga mampu memberikan informasi yang lebih banyak lagi

bagi pihak-pihak yang berkepentingan

109

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Feira dkk 2015 Posisi Dayasaing Dan Spesialisasi Perdagangan Lada

Indonesia Dalam Menghadapi Globalisasi (Studi Pada Ekspor Lada

Indonesia Tahun 2009-2013 Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 27(2) 1-7

Azwar Saifuddin 2013 Metode Penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik 2016 Ekspor dan Impor Diakses dari

httpswwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid1002 pada tanggal 16 Mei

2016

2016 Produk Domestik Bruto (Lapangan Usaha)

Diakses dari

httpswwwbpsgoidSubjekviewid11subjekViewTab1|accordion-

daftar-subjek2 pada tanggal 16 Mei 2016

Bappenas 2009 Trade and Investment in Indonesia A Note on Competitiveness

and Future challenge Jakarta Bappenas

Basri Munandar dan Munandar Haris 2010 Dasar-Dasar Ekonomi

Internasional Jakarta Prenada Media Group

Bergstrand Jeffrey H 1985 The Gravity Equation in International Trade Some

Microeconomic Foundations and Empirical Evidance JSTOR 67(3) 474-

481

Bustami Budi Ramanda dan Hidayat Paidi 2013 Analisis Dayasaing Produk

Ekspor Provinsi Sumatera Utara Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1(2) 56-

71

Case Karl E dan Fair Ray C 2002 Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro Jakarta

PT Prenhallindo

CEPII 2016 GeoDist Diakses dari

httpwwwcepiifrCEPIIenbdd_modelepresentationaspid=6 pada

tanggal 16 Mei 2016

Daras Usma dan Pranowo D 2009 Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung

dan Alternatif Pemulihannya Jurnal Litbang Pertanian 28(1) 1-6

Daryanto 2011 Sari Kuliah Manajemen Pemasaran Bandung PT Sarana

Tutorial Nurani Sejahtera

110

Dilanchiev Azer 2012 Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern Gravity

Model Jurnal of Social Sciences 1(1) 75-78

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 Statistik

Perkebunan Indonesia Komoditas Lada Ditjen Perkebunan Jakarta

Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian

Ginting Kristiawan Hadinata 2014 Analisis Posisi Lada Putih Indonesia di

Pasar Lada Putih Dunia Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor

Ghozali Imam 2006 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

2009 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Edisi Keempat Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

Halwani R Hendra 2002 Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi

Jakarta Ghalia Indonesia

Horizon Pacific 2016 Vietnam Has To Import High Quality Pepper for Export

Diakses dari httpbvtvhpcomenagricultural-newsvietnam-has-to-

import-high-quality-pepper-for-exporthtml pada tanggal 1 November

2016

International Pepper Community 2013 Pepper Statictical Yearbook 2013

International Pepper Community Jakarta IPC

2016 Statistik Jakarta IPC

Kementerian Perdagangan 2008 ISP (Index Spesialisasi Perdagangan) Diakses

dari httpwwwkemendaggoidaddonisp pada tanggal 12 Desember

2016

2011 Kajian Kebijakan Pengembangan Diversifikasi

Pasar dan Produk Ekspor Jakarta Pusat Kebijakan Perdagangan luar

Negeri Badan pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Kotabe Masaaki dan Helsen Kristian 2010 Global Marketing Management (5th

Edition) United Satates of America Wiley

Kotler Philip dan Keller Kevin Lane 2009 Manajemen Pemasaran Edisi Ke

Dua Belas Jakarta PT Indeks

Krugman Paul 2008 Trade and Geography-Economies of Scale Differentiated

Products and Transport Cost The Prize in Economic Sciences 2008 The

111

Royal Swedish Academy of Sciences KUNGL

VETENSKAPSAKADEMIEN

Lawless Martina dan Whelan Karl 2007 Anote on Trade Costs and Distance

Working Paprer Series Universuty College Dublin

Li Kunwang Song Ligang dan Xingjun Zhao 2008 Component Trade and

Chinas Global Economic Integration World Institute for Development

Economics Research 101(2) 1-25

Mankiw N Gregory Euston Quah dan Peter Wilson 2012 Pengantar Ekonomi

Makro Jakarta Salemba Empat

Mayer Thierry dan Soledad Zignago 2011 Notes on CEPIIrsquoS distance

measures The GeoDist database CEPII WP 25(1) 1-47

Menteri Perdagangan Republik Indonesia 2012 Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 13M-DAGPER32012

Jakarta Kementerian Perdagangan

Permatasari Nadia 2015 Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ekspor Lada Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Skripsi

S1 Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Pradipta Amalia dan Firdaus Muhammad 2014 Posisi Dayasaing dan Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia Jurnal

Manajemen amp Agribisnis 11(2) 129-143

Rahardja Prathama dan Manurung Mandala 2008 Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikroekonomi amp Makroekonomi) Jakarta Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonommi Universitas Indonesia

Rivaie Arivin dan Pasandaran Effendi 2014 Dukungan Teknologi dan

Kelembagaan untuk Memperkuat Dayasaing Komoditas Lada Diakses

dari

httpwwwlitbangpertaniangoidbukumemperkuat_dayasaing_produk_

peBAB-III-12pdf pada tanggal 19 Mei 2016

Salvatore Dominick 1997 Ekonomi Internasional Jakarta Erlangga

Sarwoko 2009 Perdagangan Bilateral antara Indonesia dengan Negara-Negara

Patner Dagang Utama dengan Menggunakan Model Gravitasi Jurnal

Ilmiah MTG 2(1) 1-12

112

Sitorus Maria 2009 Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao Di Bawah Pengaruh

Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi) Skripsi

S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Soepanto Achmad 2006 Petani dan Kemiskinan di India dan Negara Lainnya

Artikel Pangan 46(15) 56-62

Sugiyono 2011 Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RampD Bandung

Alfabeta

Suliyanto 2011 Ekonometrika Terapan Teori amp Aplikasi dengan SPSS

Yogyakarta CV ANDI OFFSET

Sutarno dan Agus Andoko 2015 Budidaya Lada Si Raja Rempah-Rempah

Tangerang AgroMedia Pustaka

Tambunan Tulus TH 2004 Globalisasi dan Perdagangan Internasional

Bogor Ghalia Indonesia

Ton Nguyen tang dan Buu Bui chi 2011 How to Prevent The Most Serious

Diseases of Black Paper (Piper Ningrum L) A Case Study of Vietnam

Vietnam IAS

UN Comtrade 2016 International Trade in Goods based on UN

Comtrade data Diakses dari httpcomtradeunorglabsBIS-

trade-in-goodsreporter=826ampyear=2014ampflow=2 pada tanggal

16 Mei 2016

UN CTAD 2016 Currency Exchange Rates Annual 1970-2015 Diakses dari

httpunctadstatunctadorgwdsTableViewertableViewaspxReportId=

117 pada 16 Agustus 2016

Wahyu Kukuh 2014 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia Diakses dari

httpcybexpertaniangoidmateripenyuluhandetail9004sejarah-

tanaman-lada-di-indonesia pada tanggal 3 September 2016

Widarjono Agus 2009 Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga

Yogyakarta EKONISIA

World Bank 2016 Data Indicators Diakses dari

httpdataworldbankorgindicator pada tanggal 16 Mei 2016

Yogesh MS dan Mokshapathy S 2013 Production and Export Performance of

Black Paper International Jurnal of Humanities and social science

invention 2(4) 36-44

113

Zarzoso Inmaculada Martinez dan Lehmann Felicitas Nowak 2003 Augmented

Gravity Model An Empirical Application To Mercosur-Europen Union

Trade Flows Journal of Applied Economics 6(2) 291-316

114

Lampiran 1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 AS 9374 9977 8715 7325 8767 19495 86622

2005 AS 9489 10034 8724 7229 8915 19504 89561

2006 AS 9633 10086 8725 7518 8949 19514 92450

2007 AS 9744 10125 8679 8070 8981 19523 95087

2008 AS 10143 10138 8643 8088 9095 19533 98737

2009 AS 10119 10112 8678 7846 9215 19542 98386

2010 AS 10131 10156 8655 8238 9115 19550 100000

2011 AS 9635 10193 8613 8615 9100 19558 103157

2012 AS 10040 10224 8643 8830 9190 19565 105292

2013 AS 9592 10245 8668 8885 9346 19573 106834

2004 Australia 6112 9667 4600 7302 8796 16818 84125

2005 Australia 6533 9777 4667 7391 8951 16831 86370

2006 Australia 5903 9844 4686 7776 8982 16846 89426

2007 Australia 5613 9972 4729 8224 9019 16852 91512

2008 Australia 6218 10162 4888 8354 9129 16872 95495

2009 Australia 6305 10021 4815 8034 9227 16892 97233

2010 Australia 6835 10221 4964 8367 9115 16908 100000

2011 Australia 6009 10402 5082 8751 9099 16922 103304

2012 Australia 5975 10482 5173 9027 9191 16939 105125

2013 Australia 5386 10481 5184 9009 9337 16956 107700

2004 Belanda 7316 9931 5463 7550 8716 16606 91093

2005 Belanda 7573 9972 5450 7608 8881 16608 92618

2006 Belanda 7379 10044 5463 7772 8935 16609 93699

2007 Belanda 7932 10187 5517 8321 8979 16612 95212

2008 Belanda 7877 10294 5573 8398 9107 16616 97579

2009 Belanda 7483 10207 5542 8275 9211 16621 98741

2010 Belanda 7847 10194 5456 8475 9115 16626 100000

2011 Belanda 7262 10261 5445 8927 9108 16631 102341

2012 Belanda 7587 10188 5359 9046 9194 16634 104854

2013 Belanda 7891 10223 5395 9054 9340 16637 107483

115

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Belgia 5347 9818 4908 7690 8751 16159 87958

2005 Belgia 5631 9858 4896 7643 8906 16165 90407

2006 Belgia 5018 9914 4897 8006 8953 16171 92026

2007 Belgia 5542 10049 4948 8220 8995 16179 93703

2008 Belgia 5682 10138 4989 8423 9104 16187 97910

2009 Belgia 5313 10068 4978 8161 9220 16195 97858

2010 Belgia 5517 10076 4915 8325 9115 16204 100000

2011 Belgia 4906 10153 4923 8736 9097 16218 103532

2012 Belgia 5413 10095 4856 8944 9178 16225 106472

2013 Belgia 6126 10132 4896 9088 9338 16230 107658

2004 Bulgaria 3525 7720 2106 6918 8991 15867 69237

2005 Bulgaria 2708 7847 2184 7661 9123 15862 72726

2006 Bulgaria 4064 8014 2269 6787 9118 15857 78007

2007 Bulgaria 3219 8268 2445 8139 9098 15836 84561

2008 Bulgaria 3911 8462 2591 7979 9134 15829 95003

2009 Bulgaria 4567 8436 2594 7647 9223 15823 97619

2010 Bulgaria 4754 8505 2497 7904 9115 15816 100000

2011 Bulgaria 4365 8648 2550 7797 9090 15810 104220

2012 Bulgaria 3985 8616 2479 8512 9171 15804 107299

2013 Bulgaria 3466 8638 2510 7919 9332 15799 108254

2004 Hongkong 5333 9476 2839 7305 8742 15730 88753

2005 Hongkong 5236 9544 2854 6925 8916 15734 89487

2006 Hongkong 4626 9610 2863 7614 8961 15741 91320

2007 Hongkong 5062 9694 2862 8255 9001 15749 93154

2008 Hongkong 4967 9732 2845 8303 9111 15755 97188

2009 Hongkong 5029 9710 2877 8064 9221 15758 97800

2010 Hongkong 4937 9789 2882 8386 9115 15765 100000

2011 Hongkong 4738 9873 2887 8767 9080 15772 105257

2012 Hongkong 5085 9914 2933 8991 9150 15783 109535

2013 Hongkong 4963 9952 2975 9027 9278 15788 114303

116

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 India 7997 6797 4659 7046 9083 20842 63147

2005 India 7786 6904 4748 7072 9223 20858 65828

2006 India 8219 7093 4822 7321 9229 20873 69874

2007 India 8178 7283 4998 7864 9227 20889 74325

2008 India 8709 7375 4933 8058 9299 20903 80532

2009 India 9036 7435 5099 7656 9312 20917 89292

2010 India 8607 7722 5262 8052 9115 20931 100000

2011 India 8388 7844 5245 8567 9046 20944 108858

2012 India 8707 7853 5240 8823 9067 20957 118995

2013 India 8229 7841 5255 8756 9134 20970 131975

2004 Inggris 5883 9890 6762 7702 8779 17910 85594

2005 Inggris 5375 9936 6758 7690 8940 17917 87348

2006 Inggris 4796 10002 6770 7695 8982 17924 89386

2007 Inggris 3401 10132 6817 8438 9019 17932 91461

2008 Inggris 4990 10072 6703 8093 9136 17940 94766

2009 Inggris 4331 9889 6571 8296 9231 17947 96819

2010 Inggris 4094 9938 6548 8570 9115 17955 100000

2011 Inggris 2459 10014 6547 8540 9087 17963 104484

2012 Inggris 5386 10021 6550 8825 9169 17970 107432

2013 Inggris 4487 10042 6575 9140 9315 17976 110177

2004 Italia 3401 9690 6440 7437 8737 17871 89201

2005 Italia 5088 9718 6415 6761 8899 17875 90984

2006 Italia 4663 9770 6407 7972 8944 17878 92867

2007 Italia 3401 9892 6442 7818 8986 17883 94559

2008 Italia 4956 9971 6471 8231 9105 17890 97750

2009 Italia 5308 9884 6437 8123 9214 17895 98483

2010 Italia 5760 9878 6349 8218 9115 17898 100000

2011 Italia 5209 9952 6340 8498 9104 17899 102741

2012 Italia 6091 9866 6236 8850 9184 17902 105866

2013 Italia 5084 9878 6257 9004 9343 17914 107158

117

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Jepang 7082 9841 6704 7842 8616 18666 100692

2005 Jepang 7233 9827 6630 7708 8801 18666 100417

2006 Jepang 7254 9789 6527 7697 8863 18666 100658

2007 Jepang 7292 9795 6436 8324 8923 18668 100717

2008 Jepang 7554 9904 6491 8447 9062 18668 102100

2009 Jepang 7220 9942 6585 8266 9191 18668 100725

2010 Jepang 7297 10045 6612 8497 9115 18668 100000

2011 Jepang 7213 10124 6606 8982 9134 18666 99717

2012 Jepang 7199 10135 6604 9078 9244 18664 99683

2013 Jepang 7361 9957 6404 9045 9411 18662 100042

2004 Jerman 7549 9779 6902 7640 8717 18229 91049

2005 Jerman 7364 9797 6861 7573 8883 18228 92458

2006 Jerman 7632 9853 6854 7860 8933 18227 93916

2007 Jerman 7822 9991 6899 8342 8970 18225 96075

2008 Jerman 7757 10083 6933 8335 9097 18224 98600

2009 Jerman 7646 9999 6896 8274 9209 18221 98908

2010 Jerman 7713 10019 6835 8560 9115 18220 100000

2011 Jerman 7186 10118 6853 9004 9111 18220 102075

2012 Jerman 7725 10080 6783 8971 9201 18203 104125

2013 Jerman 7671 10111 6833 9033 9356 18224 105692

2004 Kanada 4623 9715 6192 7335 8730 17281 89861

2005 Kanada 3930 9838 6270 7491 8890 17291 91850

2006 Kanada 4557 9952 6332 7476 8935 17299 93689

2007 Kanada 5509 10052 6350 8161 8974 17309 95693

2008 Kanada 5555 10102 6353 8316 9103 17319 97961

2009 Kanada 5621 9977 6287 7930 9216 17331 98254

2010 Kanada 5106 10138 6389 8177 9115 17342 100000

2011 Kanada 4829 10235 6415 8685 9103 17352 102912

2012 Kanada 5090 10243 6424 8879 9197 17364 104472

2013 Kanada 3817 10238 6425 8796 9359 17375 105452

118

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 KorSel 4673 9052 4822 6878 8799 17688 83830

2005 KorSel 5456 9206 4927 6738 8954 17690 86139

2006 KorSel 3022 9328 4991 7649 8997 17694 88070

2007 KorSel 6080 9432 5005 7866 9032 17699 90302

2008 KorSel 6001 9334 4838 8167 9139 17706 94523

2009 KorSel 6174 9240 4789 7981 9228 17711 97129

2010 KorSel 6226 9444 4922 8398 9115 17716 100000

2011 KorSel 5660 9540 4938 8897 9092 17723 104000

2012 KorSel 5580 9552 4945 8850 9180 17728 106280

2013 KorSel 4805 9603 5004 8994 9338 17732 107670

2004 Malaysia 3991 8019 1651 7391 8784 17048 85175

2005 Malaysia 4488 8136 1735 7163 8936 17066 87697

2006 Malaysia 6006 8267 1805 7663 8966 17084 90863

2007 Malaysia 6425 8423 1889 8235 9006 17101 92705

2008 Malaysia 6079 8581 2012 8426 9105 17119 97749

2009 Malaysia 6420 8474 1936 8181 9215 17136 98319

2010 Malaysia 7311 8716 2107 8104 9115 17152 100000

2011 Malaysia 6870 8859 2185 8844 9100 17168 103200

2012 Malaysia 6836 8891 2229 9050 9193 17184 104908

2013 Malaysia 6553 8896 2250 9115 9343 17199 107117

2004 Pakistan 3508 6804 2856 6668 9302 18828 50720

2005 Pakistan 4538 6896 2912 6567 9397 18848 55317

2006 Pakistan 4776 7118 3082 6883 9386 18869 59699

2007 Pakistan 5656 7249 3097 7436 9373 18889 64235

2008 Pakistan 5542 7381 3153 7525 9341 18910 77266

2009 Pakistan 4654 7400 3198 7253 9329 18931 87811

2010 Pakistan 5227 7642 3191 7528 9115 18952 100000

2011 Pakistan 4333 7799 3300 8257 9019 18973 111917

2012 Pakistan 4641 7817 3339 8531 9036 18994 122756

2013 Pakistan 4936 7805 3362 7644 9133 19015 132195

119

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Perancis 4750 9771 6667 7166 8716 17954 91166

2005 Perancis 4628 9802 6648 7407 8880 17961 92748

2006 Perancis 5893 9856 6646 7994 8929 17968 94310

2007 Perancis 5547 9986 6692 8482 8974 17975 95713

2008 Perancis 6881 10077 6732 8356 9099 17980 98407

2009 Perancis 6200 9996 6707 8345 9214 17985 98493

2010 Perancis 6727 9995 6628 8373 9115 17990 100000

2011 Perancis 6403 10074 6629 8882 9110 17995 102117

2012 Perancis 6312 10011 6553 8943 9201 18000 104115

2013 Perancis 6888 10048 6594 8971 9363 18005 105014

2004 Rusia 6762 7873 5102 7127 9230 18786 54527

2005 Rusia 6998 8100 5303 7095 9292 18782 61443

2006 Rusia 5878 8356 5506 7434 9265 18779 67395

2007 Rusia 6120 8609 5689 8005 9239 18777 73454

2008 Rusia 6303 8840 5881 8007 9259 18777 83820

2009 Rusia 6994 8597 5631 7847 9265 18777 93602

2010 Rusia 7581 8839 5791 8182 9115 18777 100000

2011 Rusia 5323 9097 6000 8613 9050 18778 108428

2012 Rusia 7414 9151 6056 8758 9111 18780 113934

2013 Rusia 6330 9168 6077 8762 9216 18782 121655

2004 Singapura 9148 9566 1307 7612 8755 15243 87641

2005 Singapura 9221 9653 1361 7679 8932 15266 88014

2006 Singapura 9121 9775 1454 7802 8988 15297 88912

2007 Singapura 8540 9930 1561 8281 9027 15339 90775

2008 Singapura 8408 9950 1574 8316 9116 15392 96693

2009 Singapura 7928 9924 1631 8168 9226 15422 97276

2010 Singapura 8448 10121 1777 8458 9115 15440 100000

2011 Singapura 8288 10253 1851 8704 9080 15461 105253

2012 Singapura 8132 10278 1890 8855 9146 15486 110019

2013 Singapura 8692 10296 1922 8949 9293 15502 112636

2004 Vietnam 5937 6778 1258 7736 9215 18215 55343

2005 Vietnam 5799 6889 1356 7075 9317 18227 59926

2006 Vietnam 7098 7085 1441 7770 9311 18238 64352

2007 Vietnam 7699 7237 1505 8059 9291 18249 69695

2008 Vietnam 8356 7418 1699 8200 9236 18260 85806

2009 Vietnam 8536 7466 1823 7895 9283 18270 91860

2010 Vietnam 9549 7709 1852 8269 9115 18281 100000

2011 Vietnam 8468 7861 1930 8811 8960 18291 118677

2012 Vietnam 9754 7911 2059 8718 8983 18302 129470

2013 Vietnam 9394 7926 2148 8807 9090 18313 138005

120

Lampiran 2 Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests

Equation MFE

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic df Prob

Cross-section F 35344282 (18165) 00000

Cross-section Chi-square 300230681 18 00000

Lampiran 3 Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation MRE

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq Statistic Chi-Sq df Prob

Cross-section random 6135526 6 04082

121

Lampiran 4 Random Effect Model

Dependent Variable VEL

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2240

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

PDB 1746167 0624211 2797399 00057

JE -0875098 0368245 -2376400 00185

HRG -0369590 0186750 -1979056 00493

KR 0470691 0431727 1090252 02770

POP 1494300 0477598 3128784 00020

IHK 0003891 0007904 0492247 06231

C -3370401 1093813 -3081331 00024

Effects Specification

SD Rho

Cross-section random 1406328 08221

Idiosyncratic random 0654154 01779

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Mean dependent var 0925488

Adjusted R-squared 0127363 SD dependent var 0700525

SE of regression 0654396 Sum squared resid 7836682

F-statistic 5597464 Durbin-Watson stat 1281398

Prob(F-statistic) 0000024

Lampiran 5 Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

122

Lampiran 6 Multikolinearitas

PDB JE HRG KR POP IHK

PDB 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

JE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

HRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

KR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

POP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000

Lampiran 7 Heteroskedastisitas

Dependent Variable RESABS

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2241

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

C 4930401 7042199 0700122 04847

PDB -0085616 0398468 -0214862 08301

JE 0042988 0209647 0205052 08378

HRG -0206352 0156089 -1322014 01878

KR -0300695 0372917 -0806332 04211

POP -0006353 0274805 -0023117 09816

IHK 0013324 0006101 2183942 00302

123

Lampiran 8 Hasil RCA

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 1361 1282 1635 2501 2944 2460 2858 1526 3246 1941 21754 2175

Australia 411 572 335 306 528 408 835 354 438 272 4458 446

Belanda 1003 1219 1025 2719 2199 1427 2040 1024 1723 2417 16796 1680

Belgia 988 1265 800 1222 1647 962 1380 823 1669 4305 15061 1506

Bulgaria 951 1218 2756 2278 865 3504 4003 2079 3257 1103 22014 2201

Hongkong 1185 1061 976 2617 2310 1995 2245 1361 3045 2899 19695 1970

India 446 377 631 717 1240 970 756 644 939 508 7228 723

Inggris 869 490 252 111 345 162 151 024 544 294 3243 324

Italia 156 443 829 143 719 835 1101 450 1703 764 7142 714

Jepang 150 143 126 157 239 155 168 169 215 243 1763 176

Jerman 1877 1356 2080 2560 2892 1960 2383 1698 2374 2657 21839 2184

Kanada 445 256 362 1547 1430 1180 740 588 961 244 7753 775

KorSel 010 022 005 125 140 140 145 074 071 072 804 080

Malaysia 005 005 030 049 041 034 060 072 098 135 531 053

Pakistan 008 038 036 051 032 030 033 013 022 019 282 028

Perancis 282 354 1772 1704 4756 2210 3133 2650 2886 4875 24621 2462

Rusia 5821 3967 1540 3056 4117 4924 7174 824 6709 2087 40220 4022

Singapura 1249 1336 1047 824 725 508 838 528 496 588 8140 814

Vietnam 2751 2511 1874 1388 2519 2359 3096 2020 3049 3523 25090 2509

124

Lampiran 9 Hasil EPD

Negara X () Y () Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea Selatan 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat

125

Lampiran 10 Hasil Indeks ISP

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 0999 0997 1000 1000 0999 0998 0998 0999 0998 0997 9985 0999

Australia 0951 0994 0880 0984 0981 0965 0981 0942 0943 0915 9536 0954

Belanda 1000 1000 0999 0999 0999 0995 0993 0992 0993 0993 9963 0996

Belgia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Bulgaria 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Hongkong 0741 0720 0848 0936 0550 0997 1000 0530 0999 0999 8320 0832

India 0387 0330 0185 0183 0422 0446 0336 0390 0506 0145 3327 0333

Inggris 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Italia 1000 1000 1000 0979 0999 1000 1000 1000 1000 1000 9978 0998

Jepang 0998 1000 0999 0999 1000 1000 1000 0988 0982 1000 9965 0997

Jerman 0998 0997 0995 0987 0976 0991 0982 0976 0986 0981 9868 0987

Kanada 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

KorSel 0439 0723 0080 0977 0948 0976 0910 0849 0876 0884 7662 0766

Malaysia 0213 -0460 0212 0619 0338 0185 0255 0033 0043 0501 1938 0194

Pakistan 1000 1000 0653 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 9653 0965

Perancis 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 0998 0991 0999 9988 0999

Rusia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Singapura 0991 0984 0987 0999 0989 0959 0989 1000 0995 0999 9891 0989

Vietnam 0642 0911 0981 0990 0997 0842 0952 0772 0941 0965 8994 0899

126

Lampiran 11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

1 Pesaing di Korea

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Malaysia Cina India

2004 7 1 3 5 0

2005 22 1 4 4 0

2006 31 39 6 3 1

2007 27 25 5 3 2

2008 26 15 6 3 1

2009 24 7 5 3 0

2010 22 12 7 3 0

2011 16 8 6 3 5

2012 19 7 6 2 1

2013 25 2 9 1 1

Rata-Rata 22 12 6 3 1

2 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Brazil India

2004 351 0 3 2

2005 388 8 0 1

2006 323 9 2 0

2007 217 38 1 2

2008 67 9 1 11

2009 167 30 7 1

2010 59 26 6 7

2011 77 1 18 9

2012 64 45 10 8

2013 78 170 18 0

Rata-Rata 179 33 7 4

127

3 Malaysia

Tahun RCA

India Vietnam Cina

2004 30 4 7

2005 29 4 6

2006 42 5 4

2007 51 2 2

2008 25 3 3

2009 21 4 2

2010 32 3 2

2011 32 2 2

2012 36 2 1

2013 23 3 1

Rata-Rata 32 329 318

Lampiran 12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost

Opportunity

1 Pesaing di Amerika Serikat

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Peru Vietnam Peru Vietnam

2004 3029 3638 0426 0007 0457 0003

2005 4499 3433 0726 0007 -0004 0002

2006 4304 2518 -0130 -0001 -0191 0007

2007 3908 1100 -0203 -0002 -0524 0011

2008 4726 1822 0230 -0001 0520 0006

2009 3542 1625 -0304 0002 0163 0018

2010 2487 1749 -0275 0003 0120 0001

2011 2487 2552 -0087 -0004 0755 0004

2012 2220 1891 -0061 0001 -0360 0011

2013 1693 2215 -0081 0005 0748 0020

Rata-

Rata 3290 2254 0240 0017 1684 0082

128

2 Pesaing di Kanada

Tahun RCA

EPD

X Y

()

Vietnam Vietnam

2004 4943 -0032 0003

2005 6182 0231 0002

2006 4667 -0122 0001

2007 2499 -0247 0002

2008 2776 0105 0002

2009 3611 0264 0003

2010 3149 -0071 0001

2011 4053 0258 0002

2012 4846 0350 0003

2013 3830 0063 0009

Rata-

Rata 4056 0798 0028

3 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

EPD

X Y

()

India India

2004 206 0640 0159

2005 052 -0511 -0028

2006 014 -0082 0222

2007 244 1394 0084

2008 1133 5315 -0002

2009 053 -6476 -0024

2010 747 5203 0163

2011 910 -0910 -0232

2012 779 -0807 -0018

2013 012 -3721 0118

Rata-

Rata 415 0045 0440

129

4 Pesaing di Rusia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Polandia Cina Polandia Cina

2004 376 008 0656 0082 -0071 0091

2005 448 001 0341 0031 -0056 0143

2006 348 001 -0386 -0021 -0008 -0064

2007 439 016 0237 -0006 0200 0284

2008 519 016 0373 0028 -0018 -0101

2009 390 029 -0404 -0001 0129 -0070

2010 383 015 -0068 -0012 -0108 0251

2011 394 026 -0023 -0014 0130 -0039

2012 331 037 -0081 0029 0184 0100

2013 415 021 0359 0023 -0204 0151

Rata-

Rata 404 017 1004 0140 0177 0745

5 Pesaing di Singapura

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Sri

Lanka

India Vietnam Sri Lanka India

2004 1805 002 101 0589 0017 0000 0001 0148 0096

2005 958 027 118 -0791 0013 0001 -0001 0151 0093

2006 2467 221 137 1029 -0032 0007 -0001 0045 -0014

2007 2022 1966 456 -0058 0017 0066 0000 0924 -0026

2008 2556 002 259 0645 0003 -0074 -0001 -0455 0053

2009 3348 248 249 0667 -0006 0011 0001 -0075 -0016

2010 1848 613 236 -1873 -0018 0035 0003 0011 0024

2011 3765 062 200 1164 -0012 -0037 0006 0200 0165

2012 6148 858 189 2027 0005 0020 -0010 -0216 -0084

2013 5023 20694 114 -0433 0009 0632 0000 -0317 0011

Rata-

Rata 2994 2469 206 2966 -0005 0661 -0002 0416 0302

130

Lampiran 13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

1 Pesaing di Australia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() India Vietnam Spanyol India Vietnam Spanyol

2004 2923 881 765 0234 -0002 0106 0015 -0057 0015

2005 2790 420 1154 0118 0007 -0661 0055 0230 -0013

2006 4343 357 995 1033 -0003 0030 0052 -0208 -0007

2007 5156 317 682 0763 0003 -0229 -0035 -0091 0022

2008 3717 721 1115 -1005 0002 0970 -0014 0313 -0010

2009 3359 1111 1036 0436 0021 0051 -0084 -0138 -0007

2010 2467 1075 1375 -0956 -0003 -0171 -0010 0338 0004

2011 3339 1827 934 0938 0003 0555 -0034 -0238 0015

2012 2300 2124 797 -0613 0018 0787 0020 0064 0025

2013 1607 2390 754 -0880 -0004 0891 0021 0138 0026

Rata-

Rata 32 1122 961 0067 0043 2329 -0014 0353 0071

2 Pesaing di Bulgaria

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Spanyol Cina Vietnam Spanyol Cina

2004 66607 330 000 -0529 -0001 0444 -0033 0000 0081

2005 75167 763 000 1252 0001 0660 -0022 0000 0013

2006 25653 1183 042 -2783 0003 0390 -0027 0346 0541

2007 18728 1189 291 0111 0004 -0100 -0009 0598 -0496

2008 21814 620 385 2344 0009 -0746 0002 0378 0019

2009 14271 503 640 -2201 -0003 0392 0109 0489 -0060

2010 21838 474 388 0571 -0004 -0113 -0009 -0739 -0007

2011 40094 177 310 0220 -0006 -0130 0321 -0031 0059

2012 32244 230 248 0302 0003 0033 -0114 -0188 0009

2013 35369 179 518 0969 0002 0040 0148 1080 0029

Rata-

Rata 35178 565 282 0255 0007 0870 0366 1933 0188

131

3 Pesaing di Inggris

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Vietnam India Vietnam India

2004 2582 2162 0413 0003 0321 0004

2005 3584 2051 0188 -0001 0508 0029

2006 4787 2008 0294 0001 -0108 -0003

2007 4587 2190 0014 0001 0224 0002

2008 5680 2143 0282 0000 -0116 -0003

2009 4542 1550 -0164 0002 -0137 0029

2010 6570 1610 0754 0003 -0171 -0015

2011 6474 1467 0411 0007 0153 0021

2012 5749 1627 0253 0009 -0005 -0014

2013 4915 1147 0177 0011 -0114 0041

Rata-

Rata 4947 1796 2624 0037 0555 0090

4 Pesaing di Vietnam

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

India Brazil India Brazil

2004 037 000 0066 0014 0000 0002

2005 005 000 -0056 0007 0000 0005

2006 537 299 1108 0021 0092 0013

2007 1844 480 2732 0001 0083 0006

2008 776 1370 -1972 0033 0437 0008

2009 714 2330 -0041 0015 0515 0004

2010 510 968 -0463 0012 -0639 0002

2011 701 1494 0723 0030 0536 0018

2012 1240 104 1512 -0008 -0955 -0003

2013 798 456 -0562 0091 0279 0011

Rata-

Rata 716 750 3047 0217 0347 0065

132

Lampiran 14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

1 Algeria

2 Afghanistan

3 Argentina

4 Australia

5 Austria

6 Bahrain

7 Bangladesh

8 Belgia

9 Bulgaria

10 Canada

11 Cina

12 Columbia

13 Cook Isds

14 Cote drsquolvoire

15 Croatia

16 Denmark

17 Benin

18 Elsavador

19 Finland

20 France

21 Frm Sudan

22 Germany

23 Greece

24 Hongkong

25 Hungary

26 Ireland

27 Italy

28 Japan

29 Jordan

30 Dem Peoplersquos Rep Of Korea

31 Rep Of Korea

32 Malaysia

33 Other Asia nes

34 Nepal

35 Netherland

36 Nigeria

37 Pakistan

38 Philippine

39 Poland

40 Portugal

41 Timor Leste

42 Russia Federation

43 Senegal

44 India

45 Singapore

46 Sri Lanka

47 Vietnam

48 Turkey

49 Ukraine

50 United Kingdom

51 United State of Amerika

52 Dominica

53 Saudi Arabia

54 Sweden

55 Egypt

56 Myanmar

57 Domonica Rep

58 Rumania

59 Haiti

60 Kuwait

61 Marocco

62 Thailand

63 Jamaica

64 Mexico

65 Israel

66 Lithuaria

67 Mauritius

68 Togo

69 Venezuela

70 Yemen

71 Lebanon

72 Latvia

73 Mauritania

74 Slovenia

75 South Africa

76 Spain

77 Switzerland

78 Syiria

79 Uni Emirat Arab

80 Tunisia

133

Page 8: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

viii

tulus demi terselesaikannya skripsi ini

3 Bapak Ir Junaidi MSi dan Bapak Akhmad Mahbubi SP MM selaku dosen

penguji skripsi yang telah memberikan ilmu arahan serta dukungan yang

besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Bapak Dr Agus Salim MSi selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta para Wakil Dekan I II

dan III beserta staf TU Akademik dan karyawan FST lainnya

5 Bapak Dr Ir Edmon Daris MS dan Bapak Dr Ir Iwan Aminudin MSi selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan

kesempatan dan dukungan untuk menimba ilmu pengetahuan serta membantu

dalam proses akademis

6 Bapak Mudatsir Najamuddin MMA selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan bimbingan motivasi serta dukungan kepada penulis

selama perkuliahan

7 Seluruh dosen Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan wawasan

dan pengalaman kepada penulis hingga mendapatkan gelar Sarjana Agribisnis

8 Sahabat Kosan Badayy (Fitri Aldita Rihlah Zelda dan Weni) yang selalu

memberikan dukungan motivasi cinta dan kasih sayang selayaknya

keluarga serta menjadi tempat kembali penulis ketika suka dan duka

9 Sahabat Jalan Jalan Men (Meike Putri dan Lulu) yang sudah memberikan

warna baru dalam hidup penulis dan menjadi tempat di mana penulis tidak

perlu merasa malu menjadi diri sendiri setelah sahabat kosan badayy

ix

10 Sahabat Rumpii ( Febi Icha Iffah dan Dena) yang sudah menemani penulis

sejak awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini

11 Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2012 yang selalu saling mendukung

berbagi ilmu dan pengalaman serta menjadi teman tumbuh dan

berkembangnya penulis selama masa kuliah

12 HMJ Agribisnis yang telah memberikan tempat kesempatan dan

pengalaman berorganisasi sehingga penulis bisa mendapatkan

pelajaran-pelajaran baru

13 Keluarga Mahad Puteri dan BIDIKMISI UIN Jakarta dan yang telah

memberikan penulis kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat

sehingga penulis bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman-pengalaman baru

yang memotivasi untuk selalu bisa melakukan yang terbaik

14 Teman-teman KKN Gelas Kaca 2015 yang sudah memberikan pelajaran dan

kesempatan penulis untuk lebih bisa berpikir terbuka mengenal dan

mencoba hal-hal yang benar-benar baru bagi penulis memotivasi untuk lebih

berani lugas dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi

Terimakasih atas warna-warni baru yang telah diberikan baik secara langsung

maupun tidak langsung dan menjadikan penulis untuk selalu ingin tumbuh

dan berkembang

15 Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

menyelesaikan skripsi ini

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

x

penulis dan pembaca Akhirnya hanya kepada Allah semua hal diserahkan

Semoga amal baik kita diterima oleh Allah SWT Aamiin Yaa Rabbal lsquoAalamiin

Wassalamursquoalaikum WrWb

Jakarta 6 Januari 2017

Dewi Susilawati

xvii

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP iv

RINGKASAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 8

13 Tujuan Penelitian 8

14 Manfaat Penelitian 9

15 Ruang Lingkup Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

21 Perdagangan Internasional 10

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional 12

221 Teori Merkantilisme 12

222 Teori Keunggulan Absolut 13

223 Teori Keunggulan Komparatif 14

224 Teori Heckscher Ohlin 15

225 Teori Keunggulan Kompetitif 16

23 Dayasaing Global 17

231 Revealed Comparative Advantage (RCA) 17

232 Export Product Dynamic (EPD) 18

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 19

24 Gravity Model 21

241 Produk Domestik Bruto (PDB) 23

xii

242 Jarak Ekonomi 24

243 Harga 25

244 Nilai Tukar Rupiah 25

245 Populasi 27

246 Indeks Harga Konsumen 28

25 Penelitian Terdahulu 29

26 Kerangka Pemikiran 36

27 Hipotesis 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38

31 Lokasi dan Waktu Penelitian 38

32 Jenis dan Sumber Data 38

33 Populasi dan Sampel 39

34 Metode Analisis Data 39

341 Revealed Comparative Advantage (RCA) 40

342 Export Product Dynamic (EPD) 41

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 42

344 Regresi Data Panel 42

345 Uji Kesesuaian Model 43

346 Uji Normalitas 46

347 Uji Asumsi Klasik 47

348 Uji Signifikansi 49

35 Definisi Operasional 50

BAB IV GAMBARAN UMUM 53

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia 53

42 Lada Indonesia 55

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia 55

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia 57

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia 59

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia 61

43 Lada Dunia 62

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia 62

432 Perkembangan Produksi Lada Dunia 64

433 Perkembangan Harga Lada Dunia 66

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia 69

xiii

106

107

109

106

114

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 71

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif 71

511 Keunggulan Komparatif 71

512 Keunggulan Kompetitif 73

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 92

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel 93

522 Uji Normalitas 94

523 Uji Asumsi Klasik 95

524 Uji Signifikansi 96

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia 2

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 18

Tabel 3 Penelitian Terdahulu 30

Tabel 4 Sumber Data dan Data 38

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson 49

Tabel 6 Definisi Operasional 51

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia 55

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia 58

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA) 71

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD) 74

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia 77

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 91

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model 93

Tabel 14 Uji Multikolinearitas 95

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas 95

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia 3

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia 4

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia 5

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia 6

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional 7

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional 11

Gambar 7 Kurva Permintaan 25

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian 36

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 42

Gambar 10 Histogram Normalitas 47

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia 57

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia 59

Gamabr 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia 63

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia 64

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia 66

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia 68

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia 69

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat 78

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada 79

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan 81

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia 82

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura 83

xvi

103

104

105

101

100

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia 85

Gambar 24 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris 86

Gambar 25 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria 87

Gambar 26 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam 89

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia 90

Gambar 28 Uji Normalitas 94

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

114

120

120

121

121

122

122

123

124

125

126

127

130

132

DAFTAR LAMPIRAN

1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

2 Uji Chow

3 Uji Hausman

4 Random Effect Model

5 Normalitas

6 Multikolinearitas

7 Heteroskedastisitas

8 Hasil RCA

9 Hasil EPD

10 Hasil Indeks ISP

11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost Opportunity

13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Badan Pusat Statistik (2016) menyatakan bahwa salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara adalah dengan

mengukur Produk Domestik Bruto (PDB) Besarnya PDB salah satunya diperoleh

melalui kegiatan ekspor Nilai ekspor Indonesia selama tahun 2004-2013

berfluktuasi Penurunan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar

1497 dengan nilai ekspor mencapai US$ 116510000000 Disusul tahun 2012

dan 2013 dengan penurunan sebesar 662 dan 393 dengan masing-masing

nilai ekspor mencapai US$ 190020300000 dan US$ 182551800000

Penurunan ekspor pada tahun 2012 dan 2013 juga diperburuk dengan

meningkatnya nilai impor pada tahun yang sama yaitu mencapai US$

191689500000 dan US$ 186628700000 Hal ini mengakibatkan Indonesia

mengalami neraca perdagangan negatif sebesar -US$ 1669200000 dan -US$

4076900000

Neraca perdagangan yang negatif menunjukkan bahwa Indonesia lebih

banyak mengkonsumsi produk-produk dari luar negeri daripada menjual produk-

produknya sendiri ke luar negeri sehingga negara-negara lain relatif lebih untung

dari produk-produk yang telah diekspornya Sedangkan Indonesia merugi karena

terjadi defisit Oleh sebab itu untuk menjaga kestabilan neraca perdagangan

Indonesia perlu meningkatkan kinerja ekspornya Salah satu cara untuk

meningkatkan kinerja ekspor adalah dengan memperbanyak ekspor komoditi-

2

komoditi unggulan Salah satu komoditi unggulan ekspor Indonesia adalah lada

Lada (Piper ningrum) atau juga dikenal sebagai King of Spice (raja rempah)

merupakan komoditi rempah Indonesia yang kedudukannya cukup penting karena

merupakan komoditi ekspor terbanyak ke-enam setelah karet kelapa sawit

kakao kopi dan kelapa Lada Indonesia sudah cukup dikenal di pasar

internasional dengan nama Lampung Black Pepper yang berasal dari Provinsi

Lampung dan Muntok White Pepper yang berasal dari Provinsi Kepulauan

Bangka (Rivaie dan Pasandaran 2014 341)

Lada merupakan komoditi ekspor dengan neraca perdagangan positif Hal

ini terlihat dari besarnya nilai ekspor lada dibandingkan nilai impornya Menurut

data UN Comtrade (2016) neraca perdagangan lada Indonesia adalah sebagai

berikut

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia

Tahun Ekspor (US$) Impor (US$) Neraca (US$)

2004 56710078 3344670 53365408

2005 59210135 4026437 55183698

2006 79077213 8158312 70918901

2007 133971835 9837453 124134382

2008 186672492 12958930 173713562

2009 142126076 13660784 128465292

2010 252084684 17263407 234821277

2011 223404956 27457906 195947050

2012 435257055 29440508 405816547

2013 354712065 27510971 327201094

Sumber UN Comtrade (2016)

Indonesia memiliki neraca perdagangan lada yang positif Namun

Indonesia masih mengimpor lada dari eksportir-eksportir lada dunia lainnya

Alasan Indonesia mengimpor lada adalah dikarenakan laju produksi lada dalam

3

negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia yang menyentuh angka

rata-rata 3 per tahun (International Pepper Community 2016) Sedangkan laju

produksi lada Indonesia hanya 15 per tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan

2014 3) Namun secara keseluruhan lada merupakan komoditas ekspor yang

memiliki potensi positif karena neraca perdagangannya positif

Meskipun laju pertumbuhan produksi lada Indonesia tidak secepat

pertumbuhan permintaan lada dunia namun produktivitas lada Indonesia terus

meningkat setiap tahunnya Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

luas lahan lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 terus menurun namun

produksinya terus meningkat Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas lada

Indonesia tinggi Adapun produktivitas lada Indonesia adalah sebagaimana

Gambar 1 berikut

0

01

02

03

04

05

06

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

03820408 0403 0392

0439 04450467

0491 0494053

Tahun

(To

nH

a)

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Peningkatan produktivitas lada yang tinggi seiring dengan permintaan

lada dunia yang terus meningkat Permintaan lada dunia menurut data

International Pepper Community (2016) berfluktuasi cenderung meningkat

Permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

4

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2016)

Pertumbuhan permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 mencapai

2962 Permintaan tertinggi lada terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak

359904 ton Sedangkan permintaan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu

sebanyak 285306 ton Permintaan lada yang tinggi merupakan peluang bagi

negara-negara eksportir untuk saling bersaing meningkatkan ekspornya di pasar

internasional

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional bersaing dengan

beberapa negara seperti Brazil India Malaysia Sri Lanka Vietnam Cina

Thailand Madagaskar Ekuador dan negara-negara lainnya International Pepper

Community (2013 7) menyatakan bahwa Vietnam adalah eksportir utama lada

dunia Hal ini didasarkan pada banyaknya lada yang telah diekspor Vietnam

Adapun Kontribusi lada negara-negara eksportir di pasar internasional adalah

sebagai berikut

5

1503

922

1958

609185

4719

049007009038

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Kontribusi lada Vietnam di pasar internasional hampir mencapai 50

dari total lada dunia yaitu 4719 Kontribusi ini menjadikan Vietnam sebagai

eksportir utama lada dunia Sedangkan Indonesia berada di posisi kedua dengan

kontribusi sebesar 1958 Disusul Brazil di posisi ketiga dengan kontribusi

sebesar 1503 Berdasarkan kontribusi tersebut meskipun menjadi eksportir

kedua lada dunia Indonesia memiliki selisih ekspor yang besar dengan Vietnam

yaitu sebesar 2761 Sedangkan selisih ekspor Indonesia dengan Brazil yang

berada di posisi ketiga hanya 455 Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki kesulitan untuk mengungguli Vietnam Namun Indonesia sangat mudah

untuk diungguli oleh Brazil karena selisihnya yang sedikit Adapun kontribusi

1958 lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004 - 2013

ditunjukkan dengan berfluktuasinya ekspor lada Indonesia sebagaimana Gambar

4 berikut

6

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Ekspor tertinggi lada Indonesia terjadi pada tahun 2012 yaitu sebanyak

62608 ton Angka ini naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya yaitu

sebanyak 36487 ton Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348

pada tahun 2013 dengan total ekspor sebanyak 47908 ton Meskipun menurun

cukup jauh penurunan terbesar ekspor lada Indonesia terjadi pada tahun 2011

yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor sebanyak 36487 ton Sedangkan total

ekspor lada terkecil terjadi pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton yang juga turun

2067 dari tahun sebelumnya

Fluktuasi cenderung menurunnya ekspor lada Indonesia di pasar

internasional berbanding terbalik dengan harga lada Indonesia yang tinggi

Perkembangan harga lada Indonesia menurut International Pepper Community

(2013 54) berfluktuasi cenderung meningkat Adapun harga lada Indonesia di

pasar internasional berdasarkan harga Free on Board (FOB) adalah sebagai

berikut

7

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

20

05

2006

2007

2008

20

09

2010

2011

20

12

20

13

1487 14512029

3278 3517

2719

3677

6392 6558 6850

2317 22192924

44104972

4342

5662

88559367 9613

Tahun

(US

$T

on

)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional Sumber International Pepper Community (2013 54)

Berdasarkan Gambar 5 di atas peningkatan harga lada hitam dan putih

tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu mencapai 7384 dan 5639 Menurut

Ginting (2014) harga lada putih dan lada hitam dunia merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap volume perdagangan lada putih Indonesia terhadap lada

putih dunia Begitupun menurut Permatasari (2015) harga ekspor lada Indonesia

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor lada

Indonesia Naik dan turunnya harga lada akan mempengaruhi naik dan turunnya

volume ekspor lada

Berdasarkan keadaan permasalahan dan penelitian terdahulu yang sudah

dikemukakan maka diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui keadaan lada

Indonesia di pasar internasional Adapun yang perlu diketahui adalah bagimana

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Hasil

analisis ini diharapkan mampu menjadi informasi yang dapat berguna bagi

pemerintah dan pihak-pihak terkait

8

12 Rumusan Masalah

Lada merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia dengan

menempati urutan ke-enam komoditi ekspor terbanyak Indonesia dengan neraca

perdagangan positif Selama tahun 2004 - 2013 produktivitas lada Indonesia

meningkat Peningkatan ini seiring dengan permintaan lada dunia yang juga

meningkat sebesar 2962 Namun dalam periode yang sama volume ekspor

lada Indonesia berfluktuasi dan hanya mampu berada di posisi kedua di pasar

internasional dengan selisih ekspor yang besar dengan Vietnam yaitu 2761

Sementara dengan Brazil hanya berselisih 455 Menurut Ginting (2014) dan

Permatasari (2015) harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perdagangan lada

Berdasarkan penjabaran di atas maka diperoleh beberapa rumusan

masalah sebagai berikut

1 Bagaimana dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia

di pasar internasional

13 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah

1 Mengetahui dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

9

14 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

diantaranya

1 Mampu memberikan dan menambah pengetahuan bagi penulis mengenai

perdagangan internasional Indonesia khususnya komoditi lada di negara-

negara tujuan ekspornya

2 Sebagai bahan referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian

selanjutnya di bidang yang sama

3 Sebagai informasi bagi pemerintah tentang dayasaing lada Indonesia

sehingga dapat memperhatikan strategi dan kebijakan-kebijakan yang

berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar

internasional

15 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup lada dalam penelitian ini adalah lada dengan kode HS

1996 empat digit yaitu 0904 di UN Comtrade Selanjutnya pemilihan variabel-

variabel yang diduga berpengaruh terhadap volume ekspor lada Indonesia di

pasar internasional didasarkan pada teori Gravity Model

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Perdagangan Internasional

Tidak ada satu negara pun yang sepenuhnya dapat mengisolasikan diri

dari interaksi luar negeri Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

membuat batas-batas negara menjadi kabur Setiap negara tidak akan dapat

memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri Sekalipun dipaksakan pasti biaya yang

ditanggung akan sangat besar Melalui perdagangan dengan negara-negara lain

setiap negara bisa mencapai economies of scale dan selanjutnya dapat

menyalurkan kelebihan produksi yang tidak dapat diserap oleh konsumen dalam

negeri melalui ekspor Devisa yang diperoleh melalui ekspor dapat digunakan

untuk membiayai impor sehingga dapat memenuhi berbagai kebutuhannya tanpa

harus memproduksi seluruh yang dibutuhkan Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perdagangan internasional terjadi karena dua alasan yaitu adanya perbedaan

antara satu negara dengan negara yang lain dan tujuan untuk mencapai skala

ekonomi dalam produksi (Basri dan Munandar 2010 32)

Kegiatan perdagangan internasional terjadi karena adanya penawaran dan

permintaan suatu negara terhadap produk tertentu Secara teoritis suatu negara

(negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misal pakaian) ke negara lain

(negara B) apabila harga domestik negara A (sebelum terjadi perdagangan

internasional) relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga domestik negara B

Struktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah karena produksi

domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya sehingga di negara A

11

SB DB

SA A DA

PB

ES

X

P

B

M

PA

QB Q O O O QA

ED

telah terjadi excess supply (kelebihan produksi) Dengan demikian negara A

mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain Di sisi

lain negara B terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya lebih

besar daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang

terjadi di negara B lebih tinggi Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk

membeli pakaian dari negara lain yang relatif lebih murah Jika kemudian terjadi

konsumsi antara negara A dengan negara B maka akan terjadi perdagangan

antara keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama

(Kementerian Perdagangan 2011 7)

Negara A (ekspor) Perdagangan Internasional Negara B (impor)

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional Sumber Salvatore (1997 84)

Keterangan

PA Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan

internasional

OQA Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A tanpa

perdagangan internasional perdagangan internasional

A Kelebihan penawaran di negara A tanpa perdagangan internasional

X Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A

PB Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan

internasional

OQB Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B tanpa

perdagangan internasional

12

B Kelebihan permintaan di negara B tanpa perdagangan internasional

M Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B

P Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan

internasional

OQ Keseimbangan penawaran dan permintaan antara kedua negara

dimana jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor

(M)

Sebelum terjadi perdagangan internasional harga di negara A adalah

sebesar PA dan di negara B adalah PB Penawaran pasar internasional akan terjadi

jika harga internasional lebih tinggi dari PA sedangkan permintaan di pasar

internasional akan tinggi jika harga internasional lebih rendah dari PB Pada saat

harga internasional (P) sama dengan PA maka negara B akan terjadi excess

demand (ED) sebesar B Jika harga internasional sama dengan PB maka di negara

A akan terjadi excess supply (ES) sebesar A Dari A dan B akan terbentuk kurva

ES dan ED yang akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional

sebesar P Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan

mengekspor komoditi (pakaian) sebesar M dimana di pasar internasional sebesar

X sama dengan M yaitu Q (Kementerian Perdagangan 2011 8)

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional

221 Teori Merkantilisme

Penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara sebuah

negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan memperbanyak ekspor dan

mengurangi impor Surplus yang dihasilkan ekspor selanjutnya dibentuk dalam

aliran emas atau logam-logam mulia khususnya emas dan perak Semakin

banyak emas dan perak yang dimiliki sebuah negara maka semakin kaya dan

kuatlah negara tersebut

13

Kaum merkantilisme mengukur kekayaan dengan cadangan logam mulia

yang dimiliki Sebaliknya saat ini kekayaan sebuah negara diukur dengan

cadangan sumber daya manusia hasil produksi manusia serta kekayaan alam

yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa Semakin besar cadangan

tersebut maka semakin besar pula arus barang dan jasa untuk memenuhi

keinginan manusia dan dengan demikian akan semakin besar pula standar hidup

masyarakat negara tersebut (Salvatore 1997 23)

222 Teori Keunggulan Absolut

Adam Smith berpendapat bahwa sebuah negara akan melakukan

perdagangan secara sukarela jika keduanya memperoleh keuntungan

Perdagangan antar dua negara didasarkan pada keunggulan absolut yaitu

keunggulan negara dalam memproduksi sebuah komoditi namun kurang efisien

dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya maka negara

tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan

spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan

menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut Melalui

proses ini sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang efisien

Output kedua komoditi yang diproduksi akan meningkat Peningkatan output

akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang

melakukan perdagangan

Berbeda dengan kaum merkantilisme yang percaya bahwa sebuah negara

hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lainnya serta

menyarankan pengendalian pemerintah secara ketat pada semua aktivitas

14

ekonomi dan perdagangan Adam Smith justru percaya bahwa semua negara

dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dan dengan tegas menyarankan

untuk menjalankan kebijakan yang dinamakan laissez-faire yaitu suatu kebijakan

yang menyarankan sesedikit mungkin intervensi pemerintah terhadap

perekonomian Melalui perdagangan sumber daya manusia dapat didayagunakan

secara efisien dan dapat memaksimumkan kesejahteraan dunia Dalam laissez-

faire terdapat pengecualian yang paling penting adalah proteksi terhadap berbagai

industri penting sebagai pertahanan negara (Salvatore 1997 25)

223 Teori Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif yang digagas oleh David Ricardo

menyatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain

dalam memproduksi komoditi namun masih tetap terdapat dasar untuk

melakukan perdagangan kedua belah pihak Negara pertama harus melakukan

spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki

kerugian absolut kecil dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut

lebih besar (Salvatore 1997 27) Hukum keunggulan komparatif memiliki satu

pengecualian meskipun jarang terjadi Pengecualian terjadi jika keunggulan

absolut yang dimiliki suatu negara pada kedua komoditi sama besarnya

(Salvatore 1997 29)

Hukum keunggulan komparatif memiliki keunggulan dalam nilai uang

dengan mengabaikan pengecualian yang sudah disebutkan Meskipun salah satu

negara memiliki kerugian absolut dalam produksi kedua komoditi dibanding

negara ke-dua namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan

15

yang menguntungkan yaitu dengan melihat upah di negara ke-satu lebih rendah

dibandingkan negara ke-dua sehingga memungkinkan harga komoditi tersebut

lebih rendah pula dan harga komoditi yang memiliki keunggulan absolut di

negara ke-dua tersebut lebih rendah ketika kedua komoditi tersebut dinyatakan

dalam satuan mata uang masing-masing negara (Salvatore 1997 30)

Hukum keunggulan komparatif terkadang juga disebut hukum biaya

komparatif Menurut teori biaya komparatif biaya sebuah komoditi adalah

jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya

yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditi pertama Dalam

teori ini tidak dibuat asumsi bahwa tenaga kerja hanya satu-satunya faktor

produksi atau tenaga kerja bersifat homogen dan biaya atau harga sebuah

komoditi satu-satunya tergantung dari jumlah tenaga kerja Oleh sebab itu negara

yang memiliki biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi komoditi akan

memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut (Salvatore 1997 33)

Selain itu asumsi bahwa harga sama dengan biaya produksi maka biaya

oportunitas sama dengan harga relatif merupakan refleksi dari keunggulan

komparatif (Salvatore 1997 35)

224 Teori Heckscher-Ohlin

Intisari teorema H-O adalah sebuah negara akan mengekspor komoditi

yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah

dan murah di negara tersebut dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan

mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif

langka dan mahal di negara tersebut Model H-O juga sering disebut sebagai teori

16

kelimpahan faktor Teori tersebut menyatakan bahwa setiap negara akan

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang banyak

menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dalam jumlah banyak dan

berharga relatif murah serta mengimpor komoditi yang banyak menyerap faktor

produksi yang di negara tersebut relatif langka dan mahal (Salvatore 1997 129)

225 Teori Keunggulan Kompetitif

Tambunan (2004 107) menyatakan bahwa keunggulan kompetitif adalah

keunggulan yang harus diciptakan atau dikembangkan Inti dari paradigma

keunggulan kompetitif adalah suatu negara dalam persaingan global selain

ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif juga sangat ditentukan oleh

faktor-faktor keunggulan kompetitif yang dikembangkan Dari hasil studi Porter

menyimpulkan bahwa suatu negara berhasil dalam industri tertentu karena

lingkungan dasarnya bersifat mempunyai pandangan ke depan dinamis dan

menantang

Secara spesifik terdapat empat variabel domestik penting yang secara

individual mempengaruhi kinerja dan dayasaing global di suatu negara yaitu

kondisi faktor (factor condition) kondisi permintaan (demand condition) industri

terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting industry)

serta kondisi struktur persaingan dan strategi industri (firm strategy structure

and rivalry) Selain keempat faktor utama di atas terdapat dua faktor yang

mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan

(chance event) dan faktor pemerintah (government) Faktor-faktor ini membentuk

sistem dalam peningkatan keunggulan dayasaing yang disebut Porterrsquos Diamond

17

23 Dayasaing Global

Kotabe dan Helsen (2010 39) menyatakan bahwa konsep dayasaing

mengacu pada produktivitas Dayasaing suatu negara merupakan kapasitas

produksi dalam negeri dan luar negeri yang mengacu pada manusia alam dan

sumber daya modal Keberhasilan perdagangan internasional suatu negara dapat

dilihat dari dayasaingnya Dayasaing merupakan konsep umum yang digunakan

untuk merujuk pada komitmen persaingan pasar terhadap keberhasilan suatu

negara dalam persaingan internasional (Bustami dan Hidayat 2013 56)

Dayasaing merupakan posisi relatif suatu organisasi atau negara dibandingkan

dengan yang lain Negara memiliki peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan dayasaing dengan membuat kebijakan ekonomi atau politik yang

menguntungkan (Aprilia dkk 2015 2)

231 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Tambunan (2004 110) mendefinisikan RCA sebagai suatu persentase dari

jumlah ekspor manufaktur dari suatu negara lebih tinggi daripada pangsa dari

barang yang sama di dalam jumlah ekspor dunia maka negara tersebut memiliki

keunggulan komparatif atas produksi dan ekspor dari barang tersebut Nilai

indeks RCA lebih besar dari 1 berarti negara tersebut berdayasaing Sedangkan

jika lebih kecil dari 1 maka dayasaingnya buruk Indeks RCA bisa digunakan

untuk mengukur apakah Indonesia memproduksi dan mengekspor barang-barang

yang pasar luar negerinya sedang berkembang pesat atau sedang mengalami

stagnansi (Tambunan 2004 118)

18

232 Export Product Dynamic (EPD)

EPD merupakan indikator yang mengukur posisi pasar dari produk suatu

negara untuk tujuan pasar tertentu Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk

membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia dan

mengetahui dinamis atau tidaknya performa suatu produk Sebuah matriks EPD

terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis Daya tarik pasar

dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan

pasar tertentu dimana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan

pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan

pasar tertentu Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini

menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat

kategori yaitu Rising Star Falling Star Lost Opppotunity dan Retreat

(Kementerian Perdagangan 2011 21) Adapun matriks EPD adalah sebagai

berikut

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD

Share of Countryrsquos

Export in World Trade

Share of Countryrsquos Export in World Trade

Rising

(Dynamic)

Falling

(Stagnant)

Rising (Competitive) Rising Star Falling Star

Falling (Non-

competitive) Lost Opportunity Retreat

Sumber Estherhuizen dalam Kementerian Perdagangan (2011 21)

Posisi pasar yang ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tertinggi

pada ekspornya sebagai Rising Star yang menunjukkan bahwa negara tersebut

memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat

(fast-growing products) Lost Opportunity terkait dengan penurunan pangsa

pasar pada produk-produk yang dinamis adalah posisi yang paling tidak

19

diinginkan Falling Star juga tidak disukai meskipun masih lebih baik jika

dibandingkan dengan Lost Opportunity karena pangsa pasarnya tetap meningkat

Sementara itu Retreat biasanya tidak diinginkan tetapi pada beberapa kasus

tertentu mungkin diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk-produk yang

stagnan dan menuju produk-produk yang dinamis (Bappenas 2009)

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Nilai indeks ISP adalah

antara -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu negara cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi yang bersangkutan Jika nilainya negatif

maka suatu negara cenderung menjadi negara importir terhadap komoditi yang

bersangkutan

ISP juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan

suatu komoditi dalam perdagangan Menurut kementerian Perdagangan (2008)

tingkat pertumbuah perdagangan dibagi lima tahap yaitu

1 Tahap pengenalan

Ketika suatu industri (forerunner) di suatu negara A mengekspor produk-

produk baru dan industri pendatang belakangan (latecomer) di negara B impor

produk-produk tersebut Dalam tahap ini nilai indeks ISP dari industri latecomer

adalah -100 sampai -050

20

2 Tahap subtitusi impor

Pada tahap ini industri di negara B menunjukkan dayasaing yang sangat

rendah dikarenakan tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala

ekonomi Industri tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang

kurang bagus dan produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan

dalam negeri Adapun nilai indeks ISP pada tahap ini yaitu naik antara -051

sampai 000

3 Tahap pertumbuhan

Pada tahap ini industri di negara B melakukan produksi dalam skala besar

dan mulai meningkatkan ekspornya Di pasar domestik penawaran untuk

komoditi tersebut lebih besar daripada permintaan Tahap ini mempunyai nilai

indeks ISP antara 001 sampai 080

4 Tahap Kematangan

Pada tahap ini produk yang bersangkutan sudah memasuki tahap

standarisasi menyangkut teknologi yang dikandungnya Pada tahap ini juga

negara B merupakan negara eksportir Adapun nilai indeks ISP tahap ini berada

pada kisaran 081 sampai 100

5 Tahap kembali mengimpor

Pada tahap ini industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya

dengan industri dari negara A dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari

permintaan dalam negeri Tahap ini ditunjukkan dengan nilai indeks ISP yang

kembali menurun antara 100 sampai 000

21

24 Gravity Model

Gravity Model merupakan model perdagangan yang mengadopsi model

gravitasi Newton tentang kekuatan gaya tarik menarik dari dua buah objek yang

dipengaruhi secara langsung oleh massa dari kedua obyek tersebut dan secara

tidak langsung oleh jarak diantara dua objek tersebut Persamaan gravitasi

dinyatakan sebagai berikut

Fij = G MiMj D2ij

Dimana

Fij Kekuatan gaya tarik menarik

Mi dan Mj Massa

D2ij Jarak antara dua objek

G Konstanta gravitasi

Jan Timbergen pada tahun 1962 menggunakan analogi tersebut untuk

menganalisis perdagangan internasional Tarik menarik dalam konteks

perdagangan internasional adalah ekspor dan impor oleh negara-negara ldquoMassardquo

dari negara-negara tersebut adalah ukuran ekonomi atau Produk Domestik bruto

(PDB) yang dianggap dapat menghasilkan aliran-aliran potensi perdagangan

internasional Semakin besar PDB negara partner maka semakin besar pula

aliran perdagangan dari negara tersebut Namun jarak menjadi hambatan dalam

perdagangan internasional Jarak yang semakin jauh mengakibatkan biaya

transportasi dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pengiriman barang

menjadi besar Sehingga mengakibatkan kecilnya kemungkinan perdagangan

bilateral (Sarwoko 2009 3-4)

Dilanchiev (2012 75) menyatakan bahwa Gravity Model merupakan

salah satu model untuk memperkirakan perdagangan bilateral antar negara dan

22

potensi perdagangan suatu negara Keuntungan utama dalam menggunakan

Gravity Model adalah dapat menjelaskan pola perdagangan internasional dengan

kondisi jumlah data dan validitas latar belakang ekonomi yang sedikit seperti

Georgia Adapun model persamaan Gravity Model adalah

Trade ij = α PDBi PDBj

Distanceij

Keterangan

Trade Volume perdagangan antara negara i dan j

PDBi Pendapatan nasional negara i

PDBj Pendapatan nasional negara j

Distance Jarak bilateral kedua negara

α Konstanta

Bergstrand (1985 480) menyatakan bahwa Gravity Model banyak

dipengaruhi oleh pendapatan Oleh sebab itu harga dan nilai tukar menjadi

variabel yang memiliki efek signifikan dalam aliran perdagangan internasional

Sementara Zarzoso dan Lehman (2003 298) menggunakan Gravity Model untuk

menganalisis data panel pada tahun 1988-1996 dengan 20 sampel negara di Uni

Eropa Adapun persamaan Gravity Model yang digunakan oleh Zarzoso dan

Lehman adalah sebagai berikut

lXijt = αij + β1lYit + β2lYjt + β3lNit + β4lNjt + β5lDij + β6lIi + β7lIj + β8ydifij

+ β9IRERij + sumYhPijh + eijt

Dimana

αij konstanta

β1lYit Pendapatan eksportir

β2lYjt Pendapatan importir

β3lNit Populasi eksportir

β4lNjt Populasi importir

β5lDij Jarak

β6lIi Infrastruktur eksportir

β7lIj Infrastruktur importir

β8ydifij Pendapatan perkapita

23

β9IRERij Nilai tukar

Eijt eror

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan eksportir pendapatan

importir populasi importir jarak pendapatan perkapita nilai tukar dan

infrastruktur eksportir berpengaruh signifikan terhadap aliran dagang Uni Eropa

Sedangkan variabel infrastruktur importir tidak signifikan terhadap aliran dagang

Uni Eropa

Sedangkan Pradipta dan Firdaus (2014 140-141) menambahkan Indeks

Harga Konsumen (IHK) sebagai variabel kontrol yang digunakan dalam

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa IHK berpengaruh signifikan terhadap

ekspor buah Indonesia di pasar internasional Peningkatan IHK akan menurunkan

volume ekspor ke negara tujuan

241 Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir

yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi

yang berlokasi dalam suatu negara (Salvatore 1997 21) Sedangkan menurut

Case amp Fair (2002 23) PDB adalah nilai barang dan jasa akhir berdasarkan

harga pasar yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode

dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam perekonomian

tersebut

PDB merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan

beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB

merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

24

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara Ketiga PDB merupakan

gambaran awal tentang masalah-masalah mendasar yang dihadapi suatu

perekonomian Jika sebagian besar PDB dinikmati oleh sebagian penduduk maka

perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya

(Rahardja dan Manurung 2008 223)

242 Jarak Ekonomi

Jarak ekonomi adalah jarak antara kedua negara berdasarkan jarak

bilateral antara kota besar kedua negara Jarak ini digunakan untuk gambaran

biaya transportasi yang dibutuhkan untuk melakukan ekspor dan impor (Mayer

dan Zignago 2011 11) Li dkk (2008 8) menggunakan variabel jarak ekonomi

dalam penelitiannya yang berjudul Component Trade and Chinarsquos Global

Economic Integration sebagai gambaran biaya transportasi Cina ke negara-negara

tujuan ekspornya Adapun rumus jarak ekonomi adalah sebagai berikut

Jarak ekonomi = Jarak geografis x PDB negara tujuan ekspor

PDB seluruh negara yang dianalisis

Jarak ekonomi memiliki dua pengaruh yaitu negatif dan positif Menurut

penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009) Dilanchiev (2012)

serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak ekonomi

berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan Namun menurut Lawless

25

dan Whelan (2007) pengaruh positif jarak ekonomi terjadi di Amerika Serikat

Untuk bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan biaya transportasi maka

perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat akan menaikkan volume dan nilai

perdagangannya

243 Harga

Harga adalah jumlah yang harus ditagihkan untuk suatu produk atau jasa

(Kotler dan Keller 2009 18) Harga merupakan penentu utama pilihan pembeli

(Kotler dan Keller 2009 79) Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan

adalah harga barang itu sendiri Jika harga suatu barang semakin murah maka

permintaan terhadap barang tersebut bertambah Begitu juga sebaliknya Hal ini

sesuai dengan hukum permintaan yaitu bila harga suatu barang naik ceteris

paribus maka jumlah barang yang diminta akan berkurang Begitu juga

sebaliknya Jika harga suatu barang turun ceteris paribus maka jumlah barang

yang diminta akan bertambah (Rahardja dan Manurung 2008 24)

Harga

Qd = 100 ndash 10P

Kuantitas

Gambar 7 Kurva Permintaan Sumber Rahardja dan Manurung (2008 29)

244 Nilai Tukar Rupiah

Perdagangan internasional melibatkan beberapa negara dengan mata uang

uang yang berbeda-beda Untuk dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi maka

80 40 60

2

4

6

8

10

0

20 100

26

mata uang yang dipergunakan mempunyai harga tertentu dalam mata uang negara

lain Nilai tukar rupiah adalah harga atau berapa banyak suatu mata uang harus

dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain Bila dikatakan nilai

tukar rupiah adalah Rp 10000US$ maka untuk memperoleh satu unit US$ harus

disediakan sebanyak 10000 unit rupiah Jika harga satu unit komputer seharga

US$ 600 per unit maka rupiah yang harus disediakan adalah 6 juta unit

Sederhananya harga komputer per unit adalah Rp 6 juta (Rahardja dan

Manurung 2008 307)

Nilai tukar didasari dua konsep Pertama adalah konsep nominal

merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang

menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna

memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain Kedua adalah konsep riil yang

dipergunakan untuk mengukur dayasaing komoditi ekspor suatu negara di

pasaran internasional (Halwani 2002 186)

Mankiw (2012 193) menyatakan bahwa nilai tukar nominal (nominal

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan mata

uang suatu negara dengan mata uang negara lain Sedangkan nilai tukar riil (real

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang

dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain Secara umum

rumus nilai tukar riil adalah

Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal x Harga barang domestik

Harga barang luar negeri

Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan

tingkat harga di kedua negara Jika nilai tukar riil adalah tinggi berarti harga

27

barang-barang luar negeri relatif murah dan harga barang-barang domestik relatif

mahal Sebaliknya jika nilai tukar riil rendah berarti harga barang-barang luar

negeri relatif mahal dan harga barang-barang domestik relatif murah (Rahardja

dan Manurung 2008 308)

245 Populasi

Populasi menurut World Bank (2016) adalah seluruh penduduk yang

tinggal di sebuah negara tanpa menghiraukan status legal atau kewarganegaraan

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara

menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga relatif

rendah Misalnya walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih

rendah daripada penduduk Singapura tetapi secara absolut tingkat pengeluaran

konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura karena jumlah penduduk

Indonesia 51 kali lipat penduduk Singapura (Rahardja dan Manurung 2008 267)

Sitorus (2009 41) menyatakan bahwa pertambahan populasi pada negara

importir dapat berada pada sisi penawaran maupun permintaan Pada sisi

penawaran pertambahan populasi akan meningkatkan produksi dalam negeri

dalam hal kuantitas maupun diversifikasi produk negara importir Kondisi ini

akan mengakibatkan penurunan permintaan komoditi ekspor oleh negara

importir Pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar

28

246 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat

harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu

Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama

yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu Masing-masing harga

barang dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya Barang

dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling besar (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perhitungan IHK ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari

sekelompok tetap barang atau jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi)

atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang atau jasa kebutuhan rumah tangga

sehari-hari (Badan Pusat Statistik 2016) Adapun perhitungan inflasi dari IHK

adalah sebagai berikut

Inflasi = (IHK ndash IHK -1) x 100

IHK -1

Rahardja dan Manurung (2008 368) menyatakan bahwa dilihat dari

cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang mencerminkan tingkat inflasi

yang sebenarnya Tetapi IHK sangat berguna karena menggambarkan besarnya

kenaikan biaya hidup bagi konsumen sebab IHK memasukkan komoditas-

komoditas yang relevan (pokok) yang dikonsumsi masyarakat

Inflasi dalam tingkat tertentu dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan

penawaran agregat karena kenaikan harga akan memacu produsen untuk

meningkatkan output-nya Namun terdapat beberapa masalah sosial yang muncul

29

dari inflasi yang tinggi (ge 10 per tahun) Pertama menurunnya tingkat

kesejahteraan rakyat yang diukur dengan tingkat daya beli pendapatan Inflasi

menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah khususnya bagi masyarakat

yang berpenghasilan rendah Kedua memburuknya distribusi pendapatan Ketiga

terganggunya stabilitas ekonomi Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan

merusak perkiraan tentang masa depan para pelaku ekonomi Inflasi yang kronis

menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa akan terus naik

Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak

dari yang seharusnya Tujuannya untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi

Akibatnya permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat sedangkan bagi

produsen perkiraan akan naiknya barang dan jasa mendorong mereka untuk

menunda penjualan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar Penawaran

barang dan jasa menjadi berkurang Akibatnya kelebihan permintaan dapat

mempercepat dan memperbesar laju inflasi sehingga kondisi ekonomi akan

semakin memburuk (Rahardja dan Manurung 2008 371-372) Inflasi yang

memburuk mengakibatkan harga-harga dalam negeri meningkat dan cenderung

akan melakukan impor untuk meredakan harga dalam negeri

25 Penelitian Terdahulu

Dayasaing dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perdagangan

internasional merupakan tema penelitian yang sebelumnya telah banyak diteliti

baik di Indonesia maupun di luar negeri Terdapat tujuh penelitian terdahulu yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam pemilihan metode analisis

30

dan variabel-variabel yang dipilih Adapun penelitian terdahulu dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut

Tabel 3 Penelitian Terdahulu

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

1 Posisi

Dayasaing dan

Spesialisasi

Perdagangan

Lada Indonesia

dalam

Menghadapi

Globalisasi

(Studi Pada

Ekspor Lada

Indonesia

Tahun 2009-

2013)

(Feira Aprilia

R Zainul

Arifin dan

Sunarti 2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Indeks

Spesialisasi

Perdagangan

(ISP)

1 Lada Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif dalam

perdagangan

dunia Dibuktikan

dengan

perhitungan RCA

pada tahun 2013

RCA Indonesia

1726 berada di

atas Brazil 770

India 360 dan

Malaysia 313

namun di bawah

Vietnam 4477

2 Berdasarkan

perhitungan ISP

dapat diketahui

bahwa Indonesia

merupakan

negarara eksportir

lada dan

merupakan

negara eksportir

lada kedua

setelah Vietnam

Persamaan

Menggunakan

metode

analisis RCA

dan ISP

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis EPD

dan Gravity

Model dengan

fokus analisis

pada

dayasaing

ekspor lada di

negara tujuan

ekspor bukan

pada sesama

negara

eksportir lada

di dunia

31

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

2 Analisis

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Lada

Indonesia ke

Negara Tujuan

Ekspor (Nadia

Permatasari

2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

1 Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif yang

kuat ke negara

tujuan

2 Rising star

Singapura dan

Inggris Falling

star Australia dan

Vietnam Lost

Opportunity AS

Jerman dan India

Retreat Jepang

3 Variabel yang

berpengaruh

signifikan adalah

GDP perkapita

negara tujuan

harga ekspor lada

Indonesia

populasi dan

produksi lada

Indonesia

Variabel tidak

berpengaruh

signifikan adalah

nilai tukar rupiah

Persamaan

menggunkaan

metode analisis

RCA EPD

dan regresi

data panel

Perbedaan

Penelitian

Nadia (2015)

tidak

menggunkana

ISP konsep

dalam

penentuan

variabel bukan

berdasarkan

teori Gravity

Model jumlah

tahun dan

negara yang

diteliti lebih

sedikit dan

menggunakan

nilai ekspor

bukan volume

ekspor untuk

variabel Y

dalam analisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

volume ekspor

lada

32

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

3 Analisis Posisi

Lada Putih

Indonesia di

Pasar Lada

Putih Dunia

(Kristiawan

Hadinata

Ginting 2014)

1 Regresi

Linear

Berganda

Logaritmatik

2 Almost Ideal

Demand

System

(AIDS)

1 faktor-faktor yang

berpengaruh

terhadap volume

perdagangan lada

putih Indonesia

terhadap lada

putih dunia adalah

harga lada putih

dunia harga lada

hitam dunia dan

GDP per kapita

dunia Sedangkan

populasi tidak

berpengaruh

2 Lada putih

Indonesia

memiliki

dayasaing di pasar

lada putih dunia

yang lebih baik

dibandingkan lada

putih Vietnam

Lada putih

Indonesia juga

memiliki prospek

yang baik dilihat

dari potensi pasar

lada putih dunia

itu sendiri Pasar

lada putih dunia

masih memiliki

potensi untuk

dimasuki

walaupun terdapat

desakan lada

hitam yang dapat

diolah lebih lanjut

menjadi lada

putih

Persamaan

menganalisis

faktor-faktor

dan dayasaing

lada

Perbedaan

Penelitian ini

menggunakan

regresi data

panel

meneliti lada

secara umum

dengan kode

HS 0904 di

UN

Comtrade

dan

menambahkan

variabel IHK

jarak

ekonomi dan

kurs riil

Dayasaing

dalam

penelitian ini

juga

menggunakan

metode RCA

EPD dan ISP

33

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

4 Empirical

Analysis of

Georgian

Trade Pattern

Gravity Model

(Azer

Dilanchiev

2012)

Regresi data

panel tahun

2000 - 2011

1GDP perkapita jarak

ekonomi dan FDI

berpengaruh

terhadap

perdagangan

Georgia

2Nilai tukar populasi

Georgia dan

populasi negara lain

tidak berpengaruh

signifikan

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel

Perbedaan

Penelitian ini

tidak

menggunkana

variabel

populasi

negara

eksportir dan

variabel

dummy

namun

menambahkan

variabel IHK

5 Perdagangan

Bilateral

Antara

Indonesia

dengan

Negara-Negara

Patner Dagang

Utama dengan Menggunakan Model

Gravitasi

(Sarwoko

2009)

Regresi OLS 1Perdagangan

Indonesia secara

positif dipengaruhi

oleh ukuran-ukuran

ekonomi PDB dan

PDB perkapita

negara importir dan

secara negatif

dipengaruhi oleh

jarak geografis

antara Indonesia

dengan negara-

negara partner

dagang utama

tersebut Sedangkan

PDB serta PDB

perkapita Indonesia

tidak berpengaruh

Persamaan

Menggunakan

Gravity

Model

Perbedaan

Pelitian ini

menambahkan

variabel lain

seperti

populasi

harga indeks

harga

konsumen

dan nilai

tukar

34

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

6 Peningkatan

Ekspor CPO

dan Kakao Di

Bawah

Pengaruh

Liberalisasi

Perdagangan

(Suatu

Pendekatan

Model

Gravitasi

(Maria Sitorus

2009)

Regresi data

panel

1 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

eskpor kakao

adalah GDP dan

populasi

eksportir nilai

tukar dan jarak

Sedangkan

variabel GDP dan

Populasi importir

tidak berpengaruh

signifikan

2 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

ekspor CPO

adalah GDP

eksportir dan

importir populasi

eksportir dan

importir serta

jarak Sedangkan

variabel nilai

tukar tidak

berpengaruh

nyata

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel dan

variabel-

variabel

Gravity

Model kecuali

IHK dan

populasi

eksportir

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

analisis

dayasaing

35

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

7 Posisi

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Buah-

Buahan

Indonesia

(Amalia

Pradipta dan

Muhammad

Firdaus 2014)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

Gravity

Model

1 EPD dan RCA

menunjukkan

bahwa buah yang

memiliki

keunggulan

komparatif dan

kompetitif

tertinggi di negara

tujuan dan dunia

adalah buah

manggis mangga

dan jambu

2 Faktor yang

mempengaruhi

aliran ekspor

buah Indonesia

meliputi harga

ekspor populasi

jarak ekonomi

GDP riil dan per

kapita nilai tukar

riil Indeks harga

konsumen

Indonesia dan

variabel dummy

krisis yang terjadi

di Eropa

Persamaan

Menggunakan

metode RCA

dan EPD

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis ISP

36

26 Kerangka Pemikiran

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis Dayasaing Komoditi Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Keunggulan

Komparatif

Analisi Faktor-Faktor

yang mempengaruhi

Volume Ekspor Lada

Indonesia

Kekuatan dan Peluang Lada Indonesia

1 Produksi Produksi meningkat

meskipun lahan berkurang

2 Produktivitas Produktivitas tinggi

3 Harga meningkat Harga yang

meningkat dari tahun ke tahun

menjadi peluang bagi eksportir untuk

meningkatkan volume ekspor karena

keuntungan lebih tinggi

4 Neraca perdagangan lada positif

5 Permintaan lada dunia meningkat

Masalah yang Dihadapi

Indonesia

1 Luas lahan berkurang

2 Fluktuasi ekspor

3 Pesaing utama (Vietnam

dan Brazil)

Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per kapita

2 Jarak ekonomi

3 Harga

4 Kurs riil

5 Populasi

6 Indeks harga

konsumen

Keunggulan

Kompetitif

Hasil dan Interpretasi

Regresi Data

Panel

Gravity

Model

EPD

dan ISP

RCA

37

27 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah

1 Nilai RCA Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional lebih dari 1

artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif sehingga komoditi

tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Nilai EPD Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional berada di sumbu

positif artinya Indonesia memiliki pangsa pasar lada yang kuat

3 Nilai ISP Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional adalah antara -1

sampai +1 Jika nilanya positif artinya Indonesia cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi lada

4 Variabel rata-rata PDB per Kapita berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

5 Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

6 Variabel Harga berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

7 Variabel Kurs Riil berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

8 Variabel Populasi berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

9 Variabel Indeks Harga Konsumen berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengakses website yang berkaitan dengan

judul penelitian Website yang diakses terdiri dari website UN Comtrade UN

CTAD World Bank dan CEPII Adapun waktu penelitian ini dimulai dari bulan

April - November tahun 2016

32 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif cross-sectional

menggunakan data panel yaitu time series 2004-2013 dan cross section sembilan

belas negara yang diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 9 dan microsoft

excel Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

beberapa sumber sebagai berikut

Tabel 4 Sumber Data dan Data

No Sumber Data

1 UN Comtrade

1 Nilai ekspor lada Indonesia ke negara importir

2 Nilai ekspor lada dunia ke negara importir

3 Total nilai ekspor Indonesia ke negara importir

4 Total nilai ekspor dunia ke negara importir

5 Nilai impor lada Indonesia dari negara importir

6 Harga lada Indonesia di pasar internasional

2 UN CTAD

Nilai tukar Rupiah

3 World Bank 1 PDB per Kapita

2 Populasi negara tujuan

3 Indeks harga konsumen

4 CEPII Jarak Ekonomi

39

33 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh negara yang menjadi tujuan

ekspor lada Indonesia Tahun 2004 - 2013 yaitu sebanyak 80 negara Penentuan

sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan

metode purposive sampling yaitu sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono 2011 68) Sampel dalam penelitian ini adalah negara-negara tujuan

ekspor lada Indonesia yang melakukan impor lada dari Indonesia secara kontinu

dari tahun 2004 - 2013 yang terdiri dari Amerika Serikat Australia Belanda

Belgia Bulgaria Hongkong India Inggris Italia Jepang Jerman Kanada

Korea Selatan Malaysia Pakistan Perancis Rusia Singapura dan Vietnam

34 Metode Analisis Data

Penelitian ini dianalisis menggunakan Revealed Comparative Advantage

(RCA) untuk mengetahui dayasaing lada secara komparatif Export Product

Dynamic (EPD) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk mengetahui

dayasaing lada secara kompetitif serta data panel untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

Data panel adalah data yang berstruktur urut waktu (time series) dan data

beberapa objek pada satu waktu (cross section) Data panel memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan data time series maupun cross section yang terdiri dari

(Suliyanto 2011 229)

1 Memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi Hal ini karena data

tersebut melibatkan beberapa individu dalam beberapa waktu

40

2 Mampu memberikan data yang lebih informatif bervariasi serta memiliki

tingkat kolinearitas yang rendah Hal ini karena menggabungkan data time

series dan cross section

3 Cocok untuk studi perubahan dinamis karena data panel pada dasarnya

adalah data cross section yang diulang-ulang (series)

4 Mampu mendeteksi dan mengukur pengaruh yang tidak dapat diobservasi

dengan data time series murni atau data cross section murni

5 Mampu mempelajari model perilaku yang lebih kompleks Misalnya

fenomena perubahan teknologi

341 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Analisis RCA merupakan salah satu metode analisis untuk mengukur

kekuatan dayasaing Adapun rumus analisis RCA adalah sebagai berikut

Keterangan

RCA

Xik

Xim

Xwk

Xwm

Keunggulan komparatif Indonesia

Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai dayasaing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan yaitu

1 Jika nilai RCA gt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Jika nilai RCA lt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki dayasaing lemah

RCA = Xik Xim

X wk Xwm 31

41

n

t=1 t

n

t=1 t-1

t=1 t t=1 t-1

n n

342 Export Product Dynamic (EPD)

Salah satu indikator dayasaing lainnya adalah Export Product Dynamic

Metode ini digunakan untuk mengukur posisi pasar suatu negara di negara tujuan

ekspornya dan mengukur dinamis atau tidaknya suatu produk di pasar

menggunakan empat kuadran yang terdiri dari Rising star Falling Star Lost

Opportunity dan Retreat Adapun rumus Export Product Dynamic (EPD) adalah

sebagai berikut

Pangsa Pasar Indonesia (Sumbu X)

sum (Xi Wi) x 100 - sum (Xi Wi) x 100

T

Pangsa Pasar Produk (Sumbu Y)

sum (Xt Wt) x 100 - sum (Xt Wt) x 100

T

Keterangan

Xi Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Xt Nilai total ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wi Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wt Nilai total ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

t Tahun analisis

t-1 Tahun analisis sebelumnya

T Total tahun analisis

32

33

42

SP = (Xia ndash Mia) (Xia + Mia)

+ +

- +

- +

- -

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan metode EPD

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Indeks ISP dapat

dirumuskan sebagai berikut

Keterangan

Xia Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Mia Nilai impor lada Indonesia dari negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai indeks ISP adalah anata -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu

negara cenderung menjadi negara eksportir terhadap komoditi yang

bersangkutan Jika nilainya negatif maka maka suatu negara cenderung menjadi

negara importir terhadap komoditi yang bersangkutan

344 Regresi Data Panel

Gravity Model merupakan sebuah model untuk mengukur volume ekspor

yang dipengaruhi oleh pendapatan negara jarak dan variabel lain yang

berhubungan dengan perdagangan internasional Faktor-faktor yang digunakan

34

Lost Opportunity

Retrat Falling Star

Rising Star

43

dalam penelitian ini adalah rata-rata Produk Domestik Bruto per kapita Jarak

Ekonomi Harga lada Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen

Persamaan Gravity Model menggunakan ln (logaritma natural) agar memenuhi

uji asumsi klasik dan menghindari model dari bias Perumusan Gravity Model

dalam penelitian ini adalah

LnVEL= β0 + β1LnPDBC + β2LnJE + β3LnHRG+ β4LnKR + β5LnPOP

+ β6IHK + e

Keterangan

LnVEL Volume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional

(ton) dalam persen

LnPDBC Rata-rata PDB per Kapita

LnJE Jarak Ekonomi (KM) dalam persen

LnHRG Harga Lada (US$ per ton) dalam persen

LnKR Kurs Riil (RpUS$) dalam persen

LnPOP Populasi (jiwa) dalam persen

IHK Indeks Harga Konsumen dalam persen

β0 Konstanta

β1-β7 Koefisien Regresi

e eror

345 Uji Kesesuaian Model

Widarjono (2009 231-237) menyatakan bahwa secara umum data panel

akan menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap negara

dan setiap periode waktu Oleh karena itu pengestimasian persamaan data panel

akan sangat tergantung dari asumsi yang dibuat tentang intersep koefisien slope

dan variabel pengganggunya Dengan demikian terdapat beberapa metode yang

biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel yaitu

35

44

1 Common Effect Model (CEM)

Model CEM merupakn model dengan koefisien tetap antara waktu dan

individu Model CEM hanya mengkombinasikan data time series dan

cross section Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi

individu maupun waktu Sehingga diasumsikan bahwa perilaku data

antara individu sama dalam berbagai kurun waktu

2 Fixed Effect Model (FEM)

Model FEM merupakan model dengan slope konstan tetapi intersep

berbeda antara individu Model FEM juga menggunakan variabel dummy

untuk menangkap adanya perbedaan intersep Regresi data panel dengan

model FEM diduga mengandung masalah heteroskedastisitas Oleh sebab

itu permasalahan heteroskedastisitas dalam model ini dapat diatasi

dengan menggunakan metode GLS

3 Random Effect Model (REM)

Model REM merupakan model mempunyai variabel gangguan berbeda

antara individu tetapi tetap antara waktu Model random merupakan

model yang akan mengestimasi data panel di mana variabel gangguan

mungkin saling berhubungan antara waktu dan individu Oleh sebab itu

metode yang tepat digunakan untuk mengestimasi model REM adalah

Generalized Least Squares (GLS)

Setelah diketahui macam-macam model data panel tahap selanjutnya

adalah memilih model mana yang paling tepat untuk untuk mengestimasi model

45

data panel Adapun uji-uji yang dilakukan untuk memilih model yang tepat

adalah sebagai berikut

1 Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk mengetahui apakah FEM lebih baik

daripada CEM atau sebaliknya hal tersebut dapat dilihat dari signifikansi

FEM dan uji F statistik jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak

dan H1 diterima Begitu juga sebaliknya apabila F hitung lebih kecil dari F

tabel maka H0 diterima (Widarjono 2009 238) Berikut hipotesis uji Chow

H0 Common Effect Model

H1 Fixed Effect Model

2 Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk memilih apakah model FEM lebih baik

dari REM atau sebaliknya Uji Hausman didasarkan pada LSDV pada FEM

dan GLS pada REM Uji ini mengikuti statistika chi square dengan degree of

freedom sebanyak k (jumlah variabel independen) Jika nilai statistik

Hausman lebih besar daripada nilai kritisnya maka H0 ditolak Sebaliknya

apabila nilai statistik Hausman lebih kecil daripada nilai kritisnya maka H0

diterima (Widarjono 2009 240-241) Berikut hipotesis uji Hausman

H0 Random Effect Model

H1 Fixed Effect Model

3 Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui apakah model

REM atau CEM yang paling tepat digunakan Uji signifikansi REM ini

46

dikembangkan oleh Breusch Pagan Metode Breusch Pagan untuk uji

signifikansi REM didasarkan pada nilai residual dari metode OLS

(Widarjono 2009 239) Hipotesis yang digunakan adalah

H0 Common Effect Model

H1 Random Effect Model

Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-squares dengan degree of

freedom sebesar jumlah variabel independen Jika nilai LM statistik gt nilai

kritis statistik chi-squares maka kita menolak H0 yang artinya estimasi yang

tepat untuk model regresi data panel adalah metode REM daripada metode

CEM Sebaliknya jika nilai LM lt kecil dari nilai statistik chi-squares sebagai

nilai kritis maka hipotesis nul diterima yang artinya estimasi yang digunakan

dalam regresi data panel adalah metode CEM bukan metode REM

346 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengaanggu atau residual memiliki distribusi normal Seperti diketahui

bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel yang kecil (Ghozali 2006 147)

1 Uji Normalitas dengan Analisis Grafik

Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik merupakan

metode yang termudah Analisis grafik dilakukan dengan menggunakan

histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal

sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal

47

Jika Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti

lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal

Normal

Gambar 10 Histogram Normalitas Sumber Ghozali (2009 34)

2 Uji Normalitas dengan Jarque-Bera (JB Test)

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik Jarque-Bera (JB)

dengan nilai Chi-Square (χ2) table dengan tingkat signifikansi 5 dan df (2)

Pengambilan keputusan dalam uji JB adalah jika nilai Jarque-Bera (JB) le χ2 tabel

maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal Sedangkan jika nilai

Jarque-Bera (JB) gt χ2 tabel maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi tidak

normal (Widarjono 2009 49)

347 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghazali

2006 95-96)

Pendeteksian ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis

korelasi berpasangan yang tinggi diantara variabel-variabel independen Jika

antar variabel independen terdapat koefisien korelasi yang tinggi (di atas 085)

maka dapat disimpulkan bahwa dalam model terdapat multikolinearitas Jika

48

koefisien korelasi lebih rendah dari 085 maka model tidak mengandung

multikolinearitas (Widarjono 2009106)

2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali 2006 125) Pengujian

heteroskedastisitas bisa dilakukan dengan metode Glejser Metode ini melakukan

regresi nilai absolut residual dengan variabel independennya (Widarjono 2009

120)

3 Uji Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota

observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu Oleh karena itu data

runtut waktu diduga seringkali mengandung unsur autokorelasi Sedangkan data

cross-section diduga jarang ditemui adanya unsur autokorelasi Salah satu metode

yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah Durbin-Watson Jika nilai

d adalah 2 maka tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif (Widarjono

2009 142-145) Adapun tabel pengujian Durbin-Watson adalah sebagai berikut

49

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

Nilai statistik d Hasil

0 lt d lt dL Ada autokorelasi positif

dL le d le dU Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

dU lt d lt 4 ndash dU Tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

4 ndash dU le d le 4ndashdL Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

4 ndash dL lt d lt 4 Ada autokorelasi negatif Sumber Widarjono (2009 146)

348 Uji signifikansi

1 Uji Signifikan Simultan (F)

Uji statistik F menurut Ghazali (2006 88) pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

terikat Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut

1 Bila nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat

kepercayaan 5 yang menyatakan bahwa semua variabel independen

secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen

2 Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F tabel Bila F-

hitung gt F tabel maka H0 ditolak dan menerima H1

2 Uji Signifikan Parsial (t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut

1 Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat

kepercayaan sebesar 005 maka H0 dapat diterima dan apabila lebih dari 005

maka H0 ditolak bila nilai t lebih dari 2 (nilai absolut)

50

2 Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel Apabila

t hitung gt t tabel maka variabel independen secara parsial mempengaruhi

variabel dependen (Ghazali 2006 88 - 89)

3 Koefisien Determinan (Rsup2)

Koefisien Determinan (Rsup2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu Nilai Rsup2 yang kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

amat terbatas Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen Jika nilai Rsup2 sama dengan satu maka pendekatan tersebut terdapat

kecocokan sempurna dan jika Rsup2 sama dengan nol maka tidak ada kecocokan

pendekatan (Ghozali 2006 87)

35 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati

secara langsung (Azwar 2013 74) Terdapat enam variabel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu variabel rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi

Harga Kurs Rill Populasi dan IHK Adapun definisi operasional variabel-

variabel tersebut adalah sebagai berikut

51

Tabel 6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnVEL Volume penjualan adalah

ukuran yang menunjukkan

banyaknya atau besarnya

jumlah barang atau jasa yang

terjual (Daryanto 2011 187)

Ekspor adalah kegiatan

mengeluarkan barang dari

Daerah Pabean (Menteri

Perdagangan 2012 5)

Banyaknya jumlah lada yang di

ekspor ke negara importir pada

tahun 2004-2013

LnPDBC PDB adalah nilai barang dan

jasa akhir berdasarkan harga

pasar yang diproduksi oleh

sebuah perekonomian dalam

satu periode dengan

menggunakan faktor-faktor

produksi yang berada dalam

perekonomian tersebut (Case

dan Fair 2002 23)

Rata-rata nilai pasar semua

barang dan jasa akhir Indonesia

dan negara importir yang

dihasilkan oleh faktor-faktor

produksi pada tahun 2004-2013

yang dibagi dengan jumlah

penduduk dalam satuan Dollar

Amerika (US$) dengan rumus

Rata-Rata PDB per Kapita =

(PDB per kapita Indonesia +

PDB per kapita importir)2

LnJE Jarak ekonomi adalah jarak

antara kedua negara

berdasarkan jarak bilateral

antara kota besar kedua negara

Jarak ini digunakan untuk

gambaran biaya transportasi

yang dibutuhkan untuk

melakukan ekspor dan impor

(Mayer dan Zignago 2011

11)

Jarak antar Indonesia dengan

negara tujuan secara riil dan

ekonomi yang digunakan sebagai

proxy untuk biaya transportasi

dan komunikasi serta waktu

pengiriman yang dibutuhkan

dalam kegiatan ekspor dan impor

dalam satuan KM dengan rumus

Jarak Ekonomi = Jarakij x (PDB

importirTotal PDB seluruh

negara yang dianalisis)

LnHRG Harga adalah jumlah yang

harus ditagihkan untuk suatu

produk atau jasa (Kotler dan

Keller 2009 18)

Jumlah uang yang ditukarkan

oleh negara-negara importir

dengan lada Indonesia pada

tahun 2004 - 2013 dalam satuan

Dolar (US$Ton)

LnKR Kurs riil (real exchange rate)

adalah nilai yang digunakan

seseorang saat menukarkan

barang dan jasa dari suatu

negara dengan barang dan jasa

dari negara lain (Mankiw

2012 193)

Kurs riil antara Indonesia dengan

negara importir yang ditukarkan

pada lada Indonesia dalam

satuan RpUS$ dengan rumus

KR= Kurs nominal x (IHK

IndonesiaIHK importir)

52

Tabel 6 Definisi Operasional (Lanjutan)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnPOP Semua warga negara di suatu

negara tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali

pencari suaka (World Bank

2016)

Semua warga negara di negara

tujuan ekspor tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali pencari

suaka pada tahun 2004 - 2013

yang dihitung dalam satuan jiwa

IHK Indeks harga konsumen adalah

angka indeks yang

menunjukkan tingkat harga

barang dan jasa yang harus

dibeli konsumen dalam satu

periode tertentu (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perubahan harga dari suatu

paket barang dan jasa yang

dikonsumsi oleh rumah tangga di

negara tujuan dalam satuan ()

pada tahun 2004-2013 dengan

tahun dasar 2010=100

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia

Para ahli memperkirakan bahwa lada merupakan tanaman asli Asia

selatan khususnya India Habitat asli lada adalah hutan-hutan yang lembab dan

hangat dengan tanah datar Pada abad ke-enam SM lada dibawa masuk oleh

saudagar-saudagar Hindu dari India ke Nusantara melalui Selat Sunda Di pesisir

Selat Sunda terutama Banten dan sekitarnya tanaman lada banyak

dibudidayakan Selain di Banten lada kemudian dibudidayakan secara intensif di

Lampung Hal ini ditunjukkan oleh sebuah piagam kuno yang bernama Piagam

Bojong tahun 1500 M yang menunjukkan kejayaan Lampung sebagai produsen

lada yang diperdagangkan secara luas ke seluruh dunia (Sutarno dan Andoko

2005 4) Adapun klasifikasi lada adalah sebagai berikut

Klasifikasi Lada

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas Magnoliopsida (berkeping dua dikotil)

Sub Kelas Magnoliidae

Ordo Piperales

Famili Piperaceae (suku sirih-sirihan)

Genus Piper

Spesies Piper nigrum L

Lada pala dan cengkih merupakan rempah-rempah yang menjadi

komoditas penting dari zaman dahulu hingga sekarang Diantara rempah-rempah

54

lainnya lada mendapatkan julukan sebagai ldquoraja rempah-rempahrdquo (the king of

spice) Lada mempunyai khasiat sebagai penghangat badan sehingga

keberadaannya sangat diperlukan oleh masyarakat di negara-negara subtropis

yang suhunya relatif dingin Begitu berharganya lada dipergunakan sebagai alat

tukar seperti halnya uang di Jerman pada abad XIV Lada juga menjadi komoditi

yang mendorong beberapa negara di Eropa seperti Portugis dan Belanda berlayar

sampai ke Indonesia Belanda (VOC) berhasil menguasai perdagangan lada dunia

berkat lada yang diperoleh dari nusantara dan mengakibatkan penjajahan selama

kurang lebih 350 tahun Pada abad pertengahan tersebut Indonesia terutama

Lampung merupakan sentra produksi lada yang tidak bisa diabaikan Dari

Lampunglah Belanda memasok sebagian besar ladanya yang diperdagangkan di

pasar dunia Pada tahun 1682 Belanda berhasil memasarkan sekitar 75 ton lada

hitam asal Lampung ke pasar dunia (Sutarno dan Andoko 2005 2)

Hingga tahun 2000 Indonesia merupakan salah satu produsen lada yang

diperhitungkan di pasar dunia dengan tingkat produksi 77500 ton Namun pada

tahun-tahun selanjutnya produktivitas lada terus menurun dan pada tahun 2003

menjadi 67000 ton Pada tahun tersebut posisi Indonesia tergeser oleh Vietman

dengan produksi 85000 ton atau sekitar 26 dari total produksi lada dunia

(Sutarno dan Andoko 2005 2-3)

Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama lada

dan mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada dunia Pasokan lada

Indonesia dalam perdagangan dunia dipenuhi dari Provinsi Bangka Belitung yaitu

lada putih dengan sebutan Muntok White Pepper dan Provinsi Lampung yaitu

55

lada hitam dengan sebutan Lampung Black Pepper yang sudah dikenal sejak

sebelum Perang Dunia ke-II (Wahyu 2014)

42 Lada Indonesia

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia

Lahan merupakan unsur pokok dalam bercocok tanam yang berfungsi

sebagai media tanam tanaman untuk tumbuh Pertumbuhan luas lahan menjadi

salah satu pendorong produktivitas yang tinggi Saat ini luas lahan pertanian

semakin berkurang seiring gencarnya alih fungsi lahan menjadi lahan non

pertanian seperti pabrik perumahan perkantoran jalan dan lain sebagainya

Adapun luas lahan lada dari tahun 2004-2013 adalah sebagaimana berikut

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia

Tahun Perkebunan

Rakyat (Ha)

Perkebunan

Negara (Ha)

Perkebunan

Swasta (Ha)

Total

(Ha)

2004 201248 - 236 201484

2005 191801 - 191 191992

2006 192572 - 32 192604

2007 189050 - 4 189054

2008 183078 - 4 183082

2009 185937 - 4 185941

2010 179314 - 4 179318

2011 177486 - 4 177490

2012 177783 - 4 177787

2013 171916 - 4 171920 Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (20143)

Luas areal lahan lada di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir

didominasi oleh perkebunan rakyat Sementara perkebunan swasta hanya

berkontribusi sangat sedikit dan terus mengalami penurunan hingga pada tahun

2007-2013 hanya tersisa luas lahan seluas 4 Ha Secara keseluruhan total luas

areal lada terus mengalami penurunan Hingga pada tahun 2013 luas areal lada

56

hanya sebesar 171920 Ha Penurunan terbanyak terjadi pada tahun 2005 dengan

penurunan sebesar 471 dari tahun 2004

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) terdapat empat faktor dominan

yang menjadi penyebab penurunan areal lada yaitu pertama fluktuasi harga lada

Lada merupakan komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar

internasional berpengaruh langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika

harga lada di tingkat petani rendah banyak petani lada tidak mampu merawat

tanaman secara baik sehingga produktivitasnya menurun Bahkan sebagian

petani tidak lagi menanam lada atau mengurangi luas areal lada dengan beralih ke

usaha tani komoditas lain (Manohara et al Vietnam Pepper Association dan

Irawati dalam Daras dan Pranowo 2009 2) Kedua gangguan organisme

pengganggu tanaman Mulia et al dalam Daras dan Pranowo (2009 3)

menyatakan bahwa areal pertanaman lada yang tersebar pada lima belas

kecamatan di Pulau Bangka rusak akibat serangan hama dan penyakit dengan

intensitas serangga rendah (3-7 ) sedang (10-22 ) dan tinggi (31-35 )

Ketiga dampak penambangan timah ilegal Sejak reformasi bergulir pada tahun

19971998 Pemerintah Pusat dan Daerah sedikit melonggarkan peraturan atau

ketentuan tentang penambangan timah Kondisi ini mendorong masyarakat Babel

dan sekitarnya melakukan penambangan timah secara tradisional karena kegiatan

ini mampu memberikan pendapatan secara cepat Akibatnya sebagian petani lada

beralih ke usaha penambangan timah sehingga usaha tani lada hanya sebagai

usaha sampingan (Irawati et al dalam Daras dan Pranowo 2009 3) Keempat

pengembangan komoditas lain Selain lada terdapat komoditas lain yang

57

dikembangkan di Babel seperti karet kelapa kelapa sawit kopi kakao cengkih

jambu mete dan nilam (Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Bangka

Belitung dalam Daras dan Pranowo 2009 4) Kelapa sawit merupakan

komoditas yang memperlihatkan perkembangan luas areal tanam paling pesat

sehingga mengurangi luas areal tanam lada (Daras dan Pranowo 2009 4)

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia

Berdasarkan sejarah Indonesia pernah menguasai pasar internasional lada

hingga tahun 2003 Produksi lada yang melimpah membuat Indonesia mampu

melakukan ekspor lebih banyak Laporan statistik perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3) menunjukkan bahwa produksi lada

Indonesia terus mengalami peningkatan sebagaimana Gambar 11 berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia

Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Produksi lada Indonesia terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun

2007 yang mengalami penurunan sebesar 439 sekaligus menjadi tahun dengan

produksi paling rendah dibanding tahun-tahun lainnya Sementara produksi

paling tinggi terjadi pada tahun 2013 dengan total produksi sebanyak 91039 ton

58

Adapun secara rinci total produksi lada Indonesia adalah 77008 ton pada tahun

2004 78328 ton pada tahun 2005 77533 pada tahun 2006 74131 ton pada

tahun 2007 80420 pada tahun 2008 82834 ton pada tahun 2009 83663 pada

tahun 2010 87089 pada tahun 2011 87841 ton pada tahun 2012 dan 91039 ton

pada tahun 2013

Peningkatan produksi lada di Indonesia seharusnya dapat mendorong

ekspor lada Indonesia Namun menurut data Statistik Perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 4) terjadi penurunan ekspor yang besar

pada tahun 2011 dan 2013 Adapun hubungan antara produksi dengan ekspor lada

Indonesia adalah sebagai berikut

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia

Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Hubungan

2004 77008 34302 +

2005 78328 34556 +

2006 77533 36953 +

2007 74131 38447 +

2008 80420 52407 +

2009 82834 50642 +

2010 83663 62599 +

2011 87089 36487 -

2012 87841 62605 +

2013 91039 47908 - Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3-4)

Secara umum dalam kurun waktu 2004 - 2013 produksi lada Indonesia

memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia Artinya

produksi lada memberikan dampak yang positif karena setiap kenaikan produksi

lada di Indonesia akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia Namun

terjadi hubungan yang negatif pada tahun 2011 dan 2013 yang dapat dilihat

dengan menurunnya volume ekspor lada Indonesia pada tahun tersebut Produksi

59

lada pada tahun 2011 meningkat sebesar 41 namun terjadi penurunan ekspor

sebesar 4171 Begitupun pada tahun 2013 produksi lada meningkat sebesar

364 namun ekspor lada menurun sebesar 2348 Hal ini dikarenakan

konsumsi lada dalam negeri pada tahun tersebut mencapai 3489 dan 2835

dari total produksi

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia

Besaran harga lada merupakan salah satu faktor yang dapat memicu naik

dan turunnya penjualan lada Harga lada domestik Indonesia menurut

International Pepper Community (2013 53) menunjukkan peningkatan yang

cukup tinggi Harga rata-rata lada hitam dan putih memiliki perbedaan yang

cukup besar yaitu hampir mencapai 50 Perbedaan harga ini disebabkan oleh

proses pengolahan lada putih yang lebih rumit dibandingkan lada hitam Adapun

perkembangan rata-rata lada adalah sebagai berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Rp

Kg)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia Sumber International Pepper Community (2013 53)

Harga rata-rata lada hitam dan lada putih dalam negeri bergerak secara

beriringan secara fluktuatif namun cenderung meningkat Peningkatan harga rata-

rata lada hitam tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan peningkatan sebesar

60

751 dari tahun sebelumya yaitu dari Rp 27899Kg menjadi Rp 48850Kg dan

sempat mengalami penurunan sebesar 1884 pada tahun 2009 menjadi Rp

22142Kg dari Rp 27281Kg Adapun harga rata-rata lada hitam per kilogram

adalah Rp 9489 pada tahun 2004 Rp 10089 pada tahun 2005 Rp 15238 pada

tahun 2006 Rp 25284 pada tahun 2007 Rp 27281 pada tahun 2008 Rp 22142

pada tahun 2009 Rp 27899 pada tahun 2010 Rp 48850 pada tahun 2011 Rp

52409 pada tahun 2012 dan Rp 62430 pada tahun 2013

Sama halnya dengan lada hitam harga rata-rata lada putih mengalami

peningkatan yang tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 5291 dan menurun

pada tahun 2009 sebesar 239 Adapun harga rata-rata lada putih per kilogram

adalah Rp 18284 pada tahun 2004 Rp 18968 pada tahun 2005 Rp 24036 pada

tahun 2006 Rp 36043 pada tahun 2007 Rp 40938 pada tahun 2008 Rp 39961

pada tahun 2009 Rp 45925 pada tahun 2010 Rp 70223 pada tahun 2011 Rp

77907 pada tahun 2012 dan Rp 90083 pada tahun 2013 Tingginya harga lada

putih disebabkan adanya perbedaan proses pengolahan pada lada Proses

pembuatan lada putih lebih rumit daripada lada hitam Lada putih dipilih dari

buah yang matang kemudian direndam dalam air selama beberapa hari Dari satu

kilogram lada yang direndam hanya dapat menghasilkan lada putih paling

banyak empat ons Sedangkan proses pembuatan lada hitam lebih mudah yaitu

dengan cara mengeringkan lada hijau kemudian dibersihkan tangkainya

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) fluktuasi harga lada merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penurunan luas areal tanam lada

yang juga akan berpengaruh terhadap jumlah produksi lada Lada merupakan

61

komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar internasional berpengaruh

langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika harga lada di tingkat petani

rendah banyak petani lada tidak mampu merawat tanaman secara baik sehingga

produktivitasnya menurun Bahkan sebagian petani tidak lagi menanam lada atau

mengurangi luas areal lada dengan beralih ke usaha tani komoditas lain

Sebaliknya jika harga lada dalam negeri meningkat maka petani cenderung akan

mempertahankan lahannya untuk terus memproduksi lada karena besarnya

keuntungan yang akan didapatkan Hal ini sejalan dengan cenderung

meningkatnya produksi dalam negeri dalam kurun waktu 2004 - 2013 (Direktorat

Jenderal Perkebunan 2014 3) Namun meningkatnya harga domestik lada

berdampak kurang baik terhadap ekspor lada Hal ini terlihat dari menurunnya

ekspor lada pada tahun 2011 dan 2013 dimana pada tahun yang sama harga lada

domestik baik hitam maupun putih mengalami peningkatan yang signifikan Hal

ini menunjukkan bahwa petani cenderung menjual ladanya pada konsumen dalam

negeri dibandingkan luar negeri karena keuntungan yang didapat akan lebih besar

dengan meningkatnya harga domestik lada tersebut

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia

Perkembangan ekspor lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 fluktuatif

Sebagaimana Gambar 4 bahwa volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2012

yaitu sebanyak 62608 ton dan terendah pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton

Ekspor lada Indonesia fluktuatif dengan total eskpor terbanyak terjadi

pada tahun 2012 yaitu 62608 ton naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya

Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348 pada tahun 2013 dengan

62

total ekspor sebanyak 47908 ton Sedangkan penurunan terbesar ekspor lada

Indonesia terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor

sebanyak 36487 ton

Penurunan ekspor tertinggi pada tahun 2011 diiringi oleh peningkatan

harga domestik lada tertinggi pada tahun yang sama Pada tahun tersebut harga

lada mencapai Rp 48850Kg naik sebesar 751 untuk lada hitam dan Rp

70223Kg naik sebesar 5291 untuk lada putih Begitupun pada tahun 2013 di

mana harga domestik lada hitam mencapai Rp 62430Kg naik sebesar 1912

dan lada putih Rp 90083Kg naik sebesar 1563 (International Pepper

Community 2013 53)

43 Lada Dunia

Indonesia merupakan salah satu negara yang berkontribusi dalam

penyediaan lada dunia Selain Indonesia terdapat negara lain yang berperan aktif

dalam penyediaan lada dunia diantaranya Brazil Cina India Madagaskar

Malaysia Sri Lanka Thailand dan Vietnam Dalam kurun waktu 2004 - 2013

Vietnam dan Brazil merupakan pesaing terdekat lada Indonesia di pasar

internasional

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia

Permintaan lada dunia yang terus meningkat perlu didukung oleh luasnya

areal tanam yang besar Lahan yang luas akan mendukung produksi lada yang

tinggi Adapun ketersediaan lahan lada di dunia adalah sebagai berikut

63

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ha)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailnd

Vietnam

Lainnya

Gambar 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia Sumber International Pepper Community (2013 3)

Menurut data International Pepper Community (2013 3) India

merupakan negara dengan luas areal lahan lada terbesar hingga mencapai

253730 Ha pada tahun 2006 Meskipun juga mengalami penurunan luas lahan

pada tahun-tahun selanjutnya India masih menempati posisi pertama sebagai

negara dengan luas lahan lada terbesar di dunia dengan luas areal lahan sebesar

19700 Ha pada tahun 2013 Sedangkan Vietnam yang merupakan eksportir lada

pertama di dunia hanya memiliki luas areal lahan lada sebesar 56500 Ha pada

tahun 2013 Luas lahan ini lebih kecil dibandingkan Indonesia pada tahun yang

sama yaitu 113000 Ha Sementara Brazil yang merupakan negara ketiga

eksportir lada dunia hanya memiliki luas lahan sebesar 20000 Ha pada tahun

2013

Meskipun memiliki luas lahan yang tidak lebih luas dari Indonesia dan

India Vietnam mempunyai manajemen lahan yang baik sehingga mampu

menjadi produsen dan ekportir utama lada dunia Adapun manajemen lahan yang

dilakukan Vietnam adalah dengan cara membuat drainase yang baik saat musim

64

hujan dan membuat irigasi yang dapat meminimalisir penyebaran dan

kontaminasi penyakit Hal inilah yang menyebabkan produktivitas lada Vietnam

lebih tinggi daripada Indonesia maupun India (Ton dan Buu 2011 18)

432 Produksi Lada Dunia

Produksi lada dunia didominasi oleh negara-negara dengan luas lahan

yang luas seperti India Indonesia Brazil dan Vietnam Produksi ini merupakan

hal penting yang dapat mempengaruhi volum ekspor Adapun total produksi

produsen lada dunia dari tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

Total Produksi

(Ton

)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailand

Vietnam

Lainnya

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 5)

Areal lahan yang luas tidak secara langsung mampu mempengaruhi

produksi lada di suatu negara Hal ini terlihat dalam Gambar 14 yang

menunjukkan bahwa dalam waktu sepuluh tahun dari tahun 2004-2013 meskipun

bukan sebagai negara dengan kepemilikan lahan terluas Vietnam merupakan

negara dengan tingkat produksi paling tinggi mengalahkan India yang

merupakan negara dengan kepemilikan luas areal lahan lada paling luas Total

produksi lada Vietnam mencapai 32 dari keseluruhan total produksi lada dunia

yaitu sebanyak 1110750 ton Sementara Indonesia hanya mampu memproduksi

lada sebanyak 17 dari total produksi lada dunia dengan total produksi sebanyak

65

578000 ton Sedangkan India yang merupakan negara dengan luas areal lahan

terluas di dunia hanya mampu memproduksi lada sebesar 15 dari total produksi

lada dunia yaitu 536150 ton

Ketidak selarasan antara luas areal lahan dan total produksi di masing-

masing negara bisa jadi sebabkan oleh beberapa hal Meskipun menjadi negara

dengan luas areal tanam lada terluas produksi lada India masih berada di bawah

Vietnam dan Indonesia Menurut International Pepper Community (2016)

penurunan produksi lada di India disebabkan oleh hama dan penyakit serta

adanya tanaman yang sudah tua dan tidak produktif Begitu juga menurut Yogesh

dan Mokshapathy (2013 38) yang menyatakan bahwa penurunan produksi lada

di India dikarenakan produksi lada India yang menurun akibat penyakit dan umur

tanaman lada yang sudah tua sehingga India perlu melakukan penanaman pohon

lada baru yang berdampak pada lambatnya pertumbuhan produksi Faktor cuaca

yang tidak menentu di India juga menjadi penyebab selanjutnya penuruan

produksi lada di India yang pada akhirnya perdampak pada ekspor (Yogesh dan

Mokshapathy 201338) Faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi lada di

India menurut Ganesan dalam Soepanto (2006 57) adalah faktor kemiskinan

petani Petani dan buruh tani di India termasuk diantara orang-orang paling

miskin di dunia Upaya pemerintah India untuk membantu petani melalui subsidi

mendapat hambatan dari negara-negara maju yang menganggap hal tersebut

dapat mendistorsi perdagangan Akibatnya petani di India masih mengalami

kesulitan dan lebih memilih untuk beralih profesi bahkan dampak paling buruk

66

adalah memilih untuk bunuh diri Hal ini lah yang menyebabkan produktivitas

pertanian di India menurun salah satunya lada

433 Perkembangan Harga Lada Dunia

Pergerakan harga merupakan salah satu penentu pembelian oleh

konsumen terhadap suatu barang Perkembangan harga lada di pasar internasional

berdasarkan harga Free on Board (FOB) dari beberapa negara eksportir menjadi

salah satu acuan importir untuk melakukan pembelian Perkembangan harga lada

dari beberapa produsen lada dunia mengalami fluktuasi cenderung meningkat

setiap tahunnya sebagaimana data International Pepper Community (2013) yang

tertera pada Gambar 15 dan Gambar 16 berikut

A Harga Lada Hitam

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(US

$To

n)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Pergerakan harga lada hitam diantara negara-negara eksportir relatif

sama yaitu berfluktutaif cenderung meningkat Harga tertinggi lada hitam

dunia ditempati oleh Malaysia Sedangkan harga terendah lada hitam dunia

ditempati oleh Vietnam Adapun posisi harga lada hitam Indonesia adalah

pertengahan di antar negara-negara lainnya Harga tertinggi lada terjadi pada

67

tahun 2013 yaitu US$ 6338ton untuk Brazil US$ 6927ton untuk India

US$ 6850ton untuk Indonesia US$ 7359ton untuk Malaysia dan US$

6549ton untuk Vietnam

Produksi lada yang tinggi di Vietnam membuat harga lada Vietnam

menjadi lebih murah Sedangkan Malaysia merupakan negara dengan

produksi lada hitam terendah diantara negara-negara tersebut Oleh karenanya

harga lada hitam Malaysia menjadi lebih mahal dibanding negara-negara

lainnya Selain Vietnam harga lada hitam Brazil merupakan yang termurah

ke dua di dunia Menurut International Pepper Community (2013) produksi

lada hitam Brazil lebih sedikit dari India Namun konsumsi lada hitam di

India lebih besar daripada Brazil Oleh karenanya persediaan lada hitam

Brazil untuk ekspor lebih banyak dibandingkan India Hal ini juga yang dapat

menyebabkan harga lada hitam India merupakan harga termahal kedua

setelah Malaysia Sementara harga lada hitam Indonesia masih lebih mahal

daripada Brazil meskipun produksi lada hitam Indonesia lebih tinggi daripada

Brazil Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada hitam di Indonesia lebih

tinggi daripada Brazil sehingga persediaan lada Brazil untuk ekspor masih

lebih banyak dibandingkan Indonesia

B Harga Lada Putih

Sejalan dengan harga lada hitam perkembangan lada putih dunia dari

masing-masing eksportir berfluktuasi cenderung meningkat Untuk lada putih

Malaysia masih menjadi negara dengan harga lada putih termahal Begitupun

dengan Vietnam yang mempunyai harga lada putih paling murah

68

dibandingkan negara eksportir yang lainnya Sedangkan harga lada putih

Indonesia masih lebih tinggi dari Brazil yang merupakan pesaing terdekat

lada Indonesia Pada tahun 2013 masing-masing harga lada putih adalah US$

9716ton untuk Brazil US$ 9367ton untuk Indonesia US$ 9887ton untuk

Malaysia dan US$ 9111ton untuk Vietnam Adapun grafik perkembangan

harga lada putih dunia adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

2005

2006

20

07

2008

20

09

20

10

2011

20

12

2013

Tahun

(US

$T

on

) Brazil

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Penyebab perbedaan harga lada putih sama dengan lada hitam sebelumya

yaitu tingkat persediaan lada untuk diekspor setelah dikurangi konsumsi Menurut

International Pepper Community (2013) Indonesia merupakan produsen tertinggi

lada putih di dunia selama tahun 2004-2013 Namun harga lada putih Indonesia

tidak lebih murah dari Vietnam yang merupakan produsen kedua lada putih

dunia Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada putih Indonesia lebih tinggi dari

Vietnam Oleh karenannya Vietnam memiliki persediaan lada putih lebih banyak

dari Indonesia Begitupun dengan Malaysia yang memiliki harga lada putih

paling tinggi di dunia selama kurun waktu 2004-2013 Produksi lada putih

Malaysia lebih rendah dibandingkan Vietnam Indonesia dan Brazil Sedangkan

69

untuk Indonesia dan Brazil meskipun produksi lada putih Indonesia jauh di atas

Brazil namun harga lada putih Indonesia lebih mahal daripada Brazil Hal ini

dapat disebabkan oleh meningkatnya harga lada putih Indonesia di dalam negeri

sehingga berdampak pada tingginya harga lada putih Indonesia di pasar

internasional

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia

Ekspor lada dunia sangat berkaitan dengan jumlah produksi lada dunia

Negara yang mampu memproduksi lada lebih banyak cenderung mampu

melakukan ekspor lebih banyak juga Adapun perkembangan ekspor lada dunia

dari tahun 2004-2013 menurut data International Pepper Community (2013 7)

adalah sebagaimana grafik berikut

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ton

)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Berdasarkan Gambar 17 terlihat bahwa ekspor lada di pasar internasional

selama tahun 2004-2013 didominasi oleh lada Vietnam Sementara lada

Indonesia sendiri hanya mampu berada di posisi kedua namun dengan selisih

volume ekspor yang besar Rata-rata selisih jumlah volume ekspor Indonesia

dengan Vietnam adalah sebanyak 656954 tontahun Selisih terbesar terjadi pada

tahun 2011 sebanyak 87374 ton dan selisih terkecil terjadi pada tahun 2008

70

sebenyak 37908 ton Selanjutnya posisi ketiga ekspor lada di pasar internasional

ditempati oleh Brazil Berbeda dengan Vietnam selisih volume ekspor lada

Indonesia dengan Brazil relatif kecil Bahkan pada tahun 2005-2007 Brazil

mampu mengungguli ekspor lada Indonesia dengan total ekspor lada sebanyak

38416 ton 42187 ton dan 38665 ton Hingga kemudian Indonesia mampu

mengungguli kembali Brazil pada tahun 2008-2013 dengan selisih sebesar 15822

ton 14057 ton 31838 ton 3792 ton 33479 ton dan 17303 ton Adapun rata-

rata selisih ekspor lada Indonesia dengan Brazil adalah sebanyak 10738

tontahun Eksportir lada seanjutnya adalah India India merupakan negara

dengan luas lahan terbesar di dunia namun tidak mampu menjadi eksportir utama

dunia Menurut Yogesh dan Mokshapathy (2013 39) penyebab tidak menjadinya

India sebagai eksportir utama lada dunia disebabkan oleh rendahnya

produktivitas dan tingginya konsumsi di India Tingginya konsumsi domestik

lada India digunakan untuk kuliner ekstraksi minyak dan oleoresin industri

farmasi dan lain-lain

71

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

511 Keunggulan Komparatif

1 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang beragam di setiap

negara Keunggulan komparatif ini dapat dilihat melalui nilai RCA Adapun nilai

RCA lada Indonesia di negara-negara tujuan ekspor adalah sebagai berikut

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 21754 2175

Australia 4458 446

Belanda 16796 1680

Belgia 15061 1506

Bulgaria 22014 2201

Hongkong 19695 1970

India 7228 723

Inggris 3243 324

Italia 7142 714

Jepang 1763 176

Jerman 21839 2184

Kanada 7753 775

Korea 804 080

Malaysia 531 053

Pakistan 282 028

Perancis 24621 2462

Rusia 40220 4022

Singapura 8140 814

Vietnam 25090 2509 Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Ekspor lada Indonesia ke sembilan belas negara tujuan secara umum

memiliki dayasaing yang kuat secara komparatif karena memiliki nilai RCA lebih

72

dari 1 Namun tidak di tiga negara yaitu Korea Malaysia dan Pakistan Hal ini

dikarena nilai RCA Indonesia di tiga negara tersebut kurang dari 1 yaitu 080

053 dan 028

Tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Korea Malaysia dan Pakistan

disebabkan oleh adanya negara lain yang menjadi eksportir utama lada di negara-

negara tersebut Eksportir utama lada di Korea yang memiliki keunggulan

komparatif tinggi adalah Vietnam dengan nilai RCA sebesar 22 Sri Lanka

dengan nilai RCA sebesar 12 Malaysia dengan nilai RCA sebesar 6 Cina dengan

nilai RCA sebesar 3 dan India dengan nilai RCA sebesar 1 Begitu juga di

Pakistan eksportir utama lada Pakistan adalah Vietnam dengan nilai RCA

sebesar 179 Disusul Sri Lanka dengan nilai RCA sebesar 33 Brazil dengan nilai

RCA sebesar 7 dan India dengan nilai RCA sebesar 4 Sedangkan di Malaysia

dayasaing komparatif lada Indonesia kalah oleh India dengan nilai RCA sebesar

32 Disusul Vietnam dan Cina dengan nilai RCA sebesar 329 dan 318

Meskipun begitu secara komparatif lada Indonesia sangat berdayasaing di Rusia

dan beberapa negara lainnya

Rusia adalah peluang pasar lada tertinggi Indonesia karena memiliki rata-

rata nilai RCA tinggi yaitu 4022 Disusul Vietnam dengan nilai RCA sebesar

2509 Meskipun berstatus sebagai eksportir nomor satu lada dunia Vietnam

masih melakukan impor lada dari Indonesia dengan rata-rata nilai ekspor lada

Indonesia ke Vietnam sebesar US$ 31249188

Menurut Vietnam Pepper Association industri lada di Vietnam terus

berkembang hingga mencapai 10-20 per tahun Pertumbuhan ini menimbulkan

73

banyak resiko dari sisi teknis dan kondisi alam Selain itu harga lada dalam

negeri Vietnam juga mengalami peningkatan yang tinggi Oleh karenanya

banyak petani yang menggunakan pupuk dan pestisida yang berlebihan untuk

meningkatkan produktivitas Namun hal inilah yang menyebabkan kualitas lada

Vietnam tidak memenuhi permintaan pasar dan banyak mendapatkan peringatan

tentang residu yang dihasilkan dari Amerika dan Kanada Oleh karena hal itu

Vietnam harus melakukan impor lada berkualitas tinggi dari negara lain salah

satunya dari Indonesia (Horizon Pasific 2016)

Posisi selanjutnya adalah Perancis dengan nilai RCA sebesar 2462

Disusul Bulgaria sebesar 2201 dan Jerman sebesar 2184 Sedangkan Amerika

Serikat yang merupakan negara tujuan ekspor utama lada Indonesia hanya

menempati posisi keenam dengan nilai RCA sebesar 2175 Eksportir lada utama

dan memiliki keunggulan komparatif paling tinggi di Amerika serikat adalah

Peru dan Vietnam dengan nilai RCA sebesar 3290 dan 2254

512 Keunggulan Kompetitif

1 Export Product Dynamic (EPD)

Dayasaing lada Indonesia selanjutnya ditentukan oleh keunggulan

kompetitifnya Keunggulan kompetitif ini dapat dilihat melalui nilai EPD yang

digunakan untuk menentukan posisi pasar lada Indonesia di masing-masing

negara Berikut adalah hasil perhitungan EPD lada Indonesia di negara-negara

tujuan ekspornya

74

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD)

Negara

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor Indonesia

()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar Lada

()

Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional berada di empat posisi

yaitu Rising Star Falling Star Lost Opportunity dan Retreat Posisi Rising Star

terjadi pada perdagangan lada antara Indonesia dengan Belanda India Italia

Jepang Jerman dan Malaysia Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia

memiliki pertumbuhan pangsa ekspor lada yang bernilai posistif serta lada

merupakan komoditi yang berdayasaing dan dinamis di negara-negara tersebut

karena memiliki pertumbuhan daya tarik pasar yang positif Secara keseluruhan

posisi lada Indonesia di pasar internasional adalah sebagai berikut

75

1) Posisi Rising Star

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik

sebesar 0684 dan 0012 di Belanda Begitu pula di India pertumbuhan

pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik sebesar 0131 dan

0088 Sedangkan di Italia Jepang Jerman Malaysia dan Pakistan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia masing-masing meningkat sebesar

0126 0416 0177 dan 0605 Begitu juga pertumbuhan pangsa pasar

ladanya yang masing-masing meningkat sebesar 0015 0006 0001 dan

0207 Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa secara kompetitif

Indonesia sangat berdayasaing di negara-negara tersebut

2) Posisi Falling Star

Posisi selanjutnya adalah Falling Star yang terjadi di negara Belgia

Hongkong Korea dan Perancis Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia di

negara-negara tersebut mengalami penurunan daya tarik namun pangsa pasar

lada masih mengalami peningkatan karena perbandingan nilai ekspor lada

Indonesia mampu bersaing dengan nilai ekspor lada dunia di negara-negara

tersebut Posisi ini merupakan posisi yang masih menguntungkan bagi Indonesia

karena setidaknya Indonesia masih memiliki pangsa pangsa pasar lada di negara

tersebut

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia di Belgia meningkat sebesar

1301 Namun pangsa pasar lada menurun sebesar 0011 Pangsa pasar

ekspor Indonesia juga tumbuh sebesar 0900 di Hongkong Hanya saja

pertumbuhan pangsa pasar lada menurun sebesar 0016 Begitu juga di Korea

76

Selatan pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia meningkat sebesar 0123

Namun pertumbuhan pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0023

Sedangkan di Perancis pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia tumbuh

sebesar 0612 namun pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0001

3) Posisi Lost Opportunity

Posisi lainnya yaitu Lost Opportunity Posisi ini terjadi di Amerika

Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Pangsa pasar ini menunjukkan

bahwa terjadinya penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis

sehingga posisinya adalah yang paling tidak diinginkan karena Indonesia tidak

dapat merebut pangsa pasar lada di negara-negara tersebut meski permintaanya

mengalami peningkatan Hal ini terjadi karena lada Indonesia kurang

berdayasaing dibandingkan total lada dunia di negara-negara tersebut

Indonesia mengalami penurunan pangsa pasar ekspor sebesar 0025 di

saat permintaan lada meningkat sebesar 0014 di Amerika Serikat Begitupun

di Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Penurunan pangsa pasar ekspor di

Kanada mencapai 0140 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar

0001 Sedangkan di Pakistan penurunan pangsa pasar mencapai 0065 di

saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0155 Selanjutnya di Rusia

dan Singapura penurunan pangsa pangsa ekspor menurun sebesar 1212 dan

3724 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0014 dan 0053

Menurunnya pangsa pasar ekspor Indonesia di negara-negara tersebut

dikarenakan adanya pesaing utama Indonesia yang lebih mampu menguasai

77

pasar Adapun pesaing-pesaing Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah sebagai berikut

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia

Negara Pesaing RCA

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor ()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Lada ()

Posisi

AS Peru 3290 0240 0017 Rising Star

Vietnam 2254 1684 0082 Rising Star

Kanada Vietnam 4056 0789 0028 Rising Star

Pakistan India 415 0045 0440 Rising Star

Rusia Polandia 404 1004 0140 Rising Star

Cina 017 0177 0745 Rising Star

Singapura Vietnam 2994 2966 -0005 Falling Star

Sri Lanka 2469 0661 -0002 Falling Star

India 206 0416 0302 Rising Star Keterangan AS (Amerika Serikat)

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Amerika Serikat

Pesaing utama lada Indonesia di Amerika Serikat adalah Peru dan

Vietnam Nilai RCA kedua negara tersebut aadalah 3290 dan 2254 Nilai

tersebut lebih besar dari nilai RCA Indonesia yaitu 2175 Artinya dayasaing

lada Indonesia secara komparatif kalah dari Peru dan Vietnam Begitu juga secara

kompetitif dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut karena

kedua negara tersebut berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa

pasar ekspor mencapai 0240 untuk Peru dan 1684 untuk Vietnam Begitu

juga pertumbuhan pangsa pasar ladanya yang meningkat sebesar 0017 dan

0082

Salah satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Amerika

Serikat adalah harga Harga lada Peru dan Vietnam lebih murah dibandingkan

78

Indonesia Adapun pergerakan harga lada ketiga negara tersebut di Amerika

Serikat adalah sebagai berikut

000

100

200

300

400

500

600

700

800

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Peru

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Berdasarkan Gambar 18 harga lada Peru merupakan yang termurah

dibandingkan Vietnam dan Indonesia Hal ini menyebabkan permintaan lada Peru

lebih bayak dibandingkan Vietnam dan Indonesia yang kemudian berpengaruh

terhadap peningkatan nilai ekspor lada Peru Peningkatan ini menjadikan Peru

mampu berdayasaing kuat secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Amerika Serikat Sedangkan harga lada Vietnam dan Indonesia relatif sama

Namun harga lada Vietnam sedikit lebih murah dari Indonesia dengan rata-rata

harga sebesar US$ 308Kg Sedangkan rata-rata harga lada Indonesia adalah US$

371Kg Hal ini menyebabkan volume dan nilai ekpor lada Vietnam lebih banyak

dan menjadikan Vietnam mampu berdayasaing lebih kuat secara komparatif dan

kompetitif dibandingkan Indonesia di pasar lada Amerika Serikat

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Kanada

Pesaing utama lada Indonesia di Kanada adalah Vietnam Hal ini

ditunjukkan dengan Nilai RCA Vietnam yang lebih besar dari Indonesia yaitu

79

4056 Sedangkan nilai RCA Indonesia adalah 775 Selain nilai RCA yang lebih

besar Vietnam juga mampu berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor sebesar 0789 dan pertumbuhan pangsa pasar produk

sebesar 0028 Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Vietnam sangat

berdayasaing secara komparatif dan kompetitif di pasar lada Kanada

dibandingkan Indonesia

Dayasaing kuat lada Vietnam di Kanada dikarenakan nilai ekspor lada

Vietnam yang tinggi Tingginya nilai ekspor ini diperoleh dari banyaknanya lada

yang telah diekspor Vietnam ke Kanada Banyaknya ekspor lada Vietnam ke

Kanada bukan dikarenakan harganya yang lebih murah dari Indonesia Karena

selama tahun 2004-2013 harga lada Indonesia lebih murah dari Vietnam

sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 19 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(KgU

S$)

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Gambar 19 menunjukkan bahwa harga lada Vietnam lebih tinggi daripada

Indonesia Namun tingginya harga lada Vietnam tidak berpengaruh terhadap

permintaan lada dari Kanada Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lada yang

diekspor Vietnam ke Kanada dibandingkan Indonesia Adapun total ekspor lada

80

Vietnam dari tahun 2004-2013 adalah 6917024 ton Sedangkan total ekspor lada

Indonesia adalah 1527629 ton Banyaknya lada yang diekspor oleh Vietnam ke

Kanada dikarenakan Vietnam mampu memproduksi lada dalam jumlah yang

lebih banyak dibandingkan Indonesia Menurut data International Pepper

Community (2013 5) total produksi lada Vietnam dari tahun 2004 - 2013 adalah

1110750 ton Sedangkan dalam kurun waktu yang sama Indonesia hanya

mampu memproduksi lada sebanyak 578000 ton Oleh sebab itu meskipun

memiliki harga yang lebih mahal Vietnam lebih mampu mengekspor lada lebih

banyak daripada Indonesia Hal ini menyebabkan nilai ekspor lada yang

diperoleh Vietnam lebih tinggi dari Indonesia dan menjadikan lada Vietnam lebih

berdayasaing dari Indonesia secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Kanada

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Pakistan

Pesaing utama lada Indonesia di Pakistan adalah India Hal ini

ditunjukkan dengan nilai RCA India yang lebih besar yaitu 415 Sedangkan

Indonesia hanya memiliki nilai RCA sebesar 028 yang artinya secara komparatif

lada Indonesia tidak berdayasaing di pasar lada Pakistan Selain itu Indonesia

juga kalah berdayasaing secara kompetitif dari India Hal ini dikarenakan India

berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar

0045 dan pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0440

Kuatnya dayasaing India di Pakistan disebabkan oleh besarnya nilai

ekspor lada yang diperoleh oleh India dibandingkan Indonesia Nilai ekspor ini

berkaitan dengan permintaan lada India yang lebih banyak daripada Indonesia

81

Faktor yang menyebabkan tingginya permintaan lada India adalah harga lada

India yang lebih murah daripada harga lada Indonesia sebagaimana data UN

Comtrade (2016) adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

India

Indonesia

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan

Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Rusia

Polandia dan Cina adalah pesaing utama lada Indonesia di Rusia Secara

komparatif Indonesia mampu berdayasaing lebih kuat dibandingkan kedua negara

tersebut Hal ini dikarenakan nilai RCA Indonesia lebih tinggi yaitu 4022

Sedangkan nilai RCA Polandia adalah 404 Bahkan secara komparatif Cina tidak

memiliki dayasaing di pasar Rusia karena memiliki nilai RCA kurang dari satu

yaitu 017 Dayasaing yang kuat ini disebabkan oleh perbandingan nilai ekspor

lada Indonesia dari total ekspor Indonesia lebih besar dari perbandingan nilai

ekspor lada dunia dari total ekspor dunia ke Rusia

Meskipun secara komparatif lada Indonesia mampu berdayasaing kuat

dibandingkan Polandia dan Cina di pasar Rusia namun secara kompetitif

dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut Hal ini ditujukkan

dengan posisi Rising Star Polandia dan Cina di Rusia Pertumbuhan pangsa pasar

ekspor lada kedua negara tersebut mencapai 1004 dan 0177 Begitu juga

82

pertumbuhan pangsa pasar produk yang mencapai 0140 dan 0745 Salah

satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia adalah faktor harga Adapun

harga lada masing-masing negara tersebut adalah sebagai berikut

0

2

4

6

8

10

12

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Polandia

Cina

Indonesia

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada Cina adalah yang termurah di Rusia Rata-rata harga lada

Cina di Rusia adalah US$ 194Kg yang merupakan harga lada termurah

dibandingkan Polandia dan Indonesia Murahnya harga lada Cina menyebabkan

meningkatnya volume ekpor ladanya ke Rusia Hal ini juga menyebabkan

meningkatnya nilai ekspor lada Cina yang akhirnya berpengaruh terhadap

dayasaing Cina di Rusia Sedangkan meningkatnya dayasaing lada Polandia di

Rusia dikarenakan tingginya rata-rata harga lada Poalndia di Rusia yaitu US$

724Kg yang akhirnya juga meningkatkan nilai ekspor dan dayasaing ladanya di

Rusia

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Singapura

India Vietnam dan Sri Lanka merupakan pesaing utama lada Indonesia

di Singapura Secara komparatif dayasaing lada Indonesia kalah saing

dibandingkan Vietnam dan Sri Lanka karena nilai RCA Indonesia lebih kecil dari

83

kedua negara tersebut yaitu 814 Sedangkan nilai RCA Vietnam dan Sri Lanka

adalah 2994 dan 2469 Namun dayasaing komparatif Indonesia di Singapura

masih lebih unggul jika dibandingkan dengan India karena nilai RCA India lebih

kecil dari Indonesia yaitu 206 Meskipun begitu India merupakan negara

dengan keunggulan kompetitif paling kuat karena berada di poisi Rising Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar produk sebesar 0416

dan 0302 Sedangkan Vietnam dan Sri Lanka berada di posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2966 dan 0661 Namun

pertumbuhan pangsa pasar produknya menurun sebesar 0005 dan 0002

Posisi Falling Star Vietnam dan Sri Lanka masih lebih baik jika dibandingkan

dengan Indonesia yang berada di posisi Lost Opportunity

Harga merupakan salah satu penyebab kurang berdayasaingnya lada

Indonesia di Singapura Harga lada Indonesia merupakan yang paling mahal di

singapura Sedangkan harga lada India merupakan yang paling murah di

Singapura Adapun perkembangan harga lada Indonesia dan pesaingnya di

Singapura adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Sri Lanka

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

84

Harga lada Indonesia lebih mahal daripada Vietnam India dan Sri Lanka

Hal ini menyebabkan konsumen di Singapura lebih memilih lada dari negara lain

yang harganya lebih murah yaitu India Oleh karenanya permintaan lada India

meningkat dan meningkatkan nilai ekspor ladanya yang kemudian menjadikan

India sebagai negara dengan dayasaing yang kuat di Singapura

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa salah satu penyebab

tidak berdayasaingnnya lada Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah harga yang tinggi dan persediaan lada untuk

diekspor Oleh sebab itu Indonesia harus meningkatkan produksi ladanya

sehingga jumlah lada untuk diekspor juga meningkat dan dapat menurunkan

harga Sebagaimana teori economic of scale Krugman (2008) yang menyatakan

bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya produksi akan semakin

rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh terhadap harga yang lebih

murah

4 Posisi Retreat

Retreat adalah posisi yang kurang baik karena ekspor lada Indonesia

sudah tidak diinginkan lagi di negara-negara tersebut Posisi ini terjadi di

Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Penyebab tidak berdayasaingnya lada

Indonesia di Australia adalah karena India Vietnam dan Spanyol mampu

menguasai pasar lada di Australia yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang lebih

tinggi dari Indonesia yaitu 32 112 dan 961

Selain itu ketiga negara tersebut juga mampu berdayasaing secara

kompetitif dengan berada pada posisi Rising Star dan Falling Star India dan

85

Spanyol berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor

sebesar 0067 dan 0353 serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0043 dan 0071 Sedangkan Vietnam berada pada posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2329 namun pertumbuhan

pangsa pasar produkuknya menurun sebesar 0014 Penyebab tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Australia adalah faktor harga yang lebih mahal

dibandingkan negara lainnya sebagaimana Gambar 23 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Vietnam

Spanyol

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Gambar 23 menunjukkan bahwa harga lada Indonesia cenderung

meningkat dan lebih mahal dibanding India Vietnam dan Spanyol Rata-rata

harga lada Indonesia adalah US$ 437Kg Sementaar rata-rata harga India

Vietnam dan Spanyol adalah US$ 267Kg US$ 388Kg dan US$ 288Kg

Lada Indonesia juga tidak berdayasaing sama sekali di Inggris Hal ini

dikarenakan pasar lada negara tersebut dikuasai oleh Vietnam dan India Nilai

RCA kedua negara tersbeut adalah 4947 dan 1796 Nilai tersebut menunjukkan

bahwa Vietnam dan India berdayasaing kuat secara komparatif Selain itu secara

86

kompetitif kedua negara tersebut juga berada di posisi yang lebih baik dari

Indonesia yaitu Rising Star Vietnam dan India mengalami peningkatan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 2624 dan 0555 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0037 dan 009 Kuatnya

dayasaing lada Vietnam dan India disebabkan oleh harga ladanya yang lebih

murah dibandingkan Indonesia sebagaimana Gambar 24 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

Vietnam

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 24 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada India merupakan yang termurah dibandingkan negara lainnya

Harga rata-rata lada India selama tahun 2004-2013 adalah US$ 24Kg Murahnya

harga lada India membuat volume ekspor lada India meningkat dan menghasilkan

nilai rata-rata ekspor lada yang tinggi yaitu US$ 13190004 Sehingga India

mampu menjadi salah satu negara yang menguasai pasar lada di Inggris Begitu

pula dengan Vietnam yang memiliki harga lada yang bersaing dengan Indonesia

Rata-rata harga lada Vietnam adalah US$ 42Kg Dengan harga tersebut

Vietnam mampu meningkatkan volume ekspor dan mendapatkan rata-rata nilai

87

ekspor lada sebesar US$ 12335811 sehingga mampu menjadi negara yang

menguasai pasar lada di Inggris seperti India

Sama halnya dengan Australia dan Inggris pasar lada Indonesia di

Bulgaria harus bersaing dengan Vietnam Spanyol dan Cina Secara komparatif

Vietnam merupakan negara pesaing terberat Indonesia karena nilai RCA Vietnam

jauh lebih besar dari Indonesia yaitu 35178 Sementara nilai RCA Indonesia di

Bulgaria adalah 2201 Sedangkan nilai RCA Spanyol dan Cina adalah 565 dan

282 Namun secara kompetitif Indonesia tidak mampu berdayasaing dengan

ketiga negara tersebut karena Indonesia berada di posisi Retreat Sedangkan

Vietnam Spanyol dan Cina berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor lada sebesar 0255 0870 dan 1933 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0007 0366 dan 0188 Tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Bulgaria disebabkan oleh harga yang tinggi

sebagaimana Gambar 25 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Spanyol

Cina

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 25 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

88

Besarnya nilai RCA Vietnam di Bulgaria menunjukkan bahwa lada

merupakan salah satu komoditi unggulan Vietnam untuk diekspor ke Bulgaria

Vietnam juga merupakan market leader lada di Bulgaria karena mampu

menguasai 39 lada di Bulgaria Sehinggga meskipun harga lada Vietnam terus

naik total volume ekspor lada Vietnam tetap menjadi yang terbanyak yaitu

405402 Ton serta menghasilkan rata-rata nilai ekspor paling besar yaitu US$

1555314 Sedangkan secara kompetitif stabilnya harga lada Cina dan Spanyol

di Bulgaria berpengaruh pada meningkatnya volume ekspor lada kedua negara

tersebut Sehingga nilai ekspor kedua negara tersebut lebih besar dibandingkan

Indonesia yaitu US$ 591459 untuk Cina dan US$ 430878 Sedangkan harga

lada Indonesia yang berfluktuasi dan cenderung lebih mahal dari Cina dan

Spanyol berpengaruh pada penurunan volume dan nilai ekspor lada Indonesia

Rata-rata nilai ekspor lada Indonesia adalah US$ 141231 lebih kecil dari Cina

dan Spanyol Hal inilah yang menyebabkan lada Indonesia tidak dapat

berdayasaing di Bulgaria

Selanjutnya lada Indonesia juga tidak berdayasaing di Vietnam

Meskipun berstatus negara eksportir lada nomor satu dunia Vietnam masih

melakukan impor lada dari beberapa negara seperti India dan Brazil yang menjadi

eksportir utama lada di sana Dayasaing lada Indonesia di Vietnam secara

komparatif masih lebih unggul dibandingkan India dan Brazil Karena Indonesia

memiliki nilai RCA yang lebih besar yaitu 2509 Sementara nilai RCA India dan

Brazil adalah 716 dan 750 Namun secara kompetitif kedua negara tersebut

mampu berdayasaing kuat dibandingkan Indonesia karena berada pada posisi

89

Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 3047 untuk

India dan 0347 untuk Brazil serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0217 untuk India dan 0065 untuk Brazil

Harga lada India adalah yang termurah diantara ketiga negara tersebut

Sedangkan harga lada Indonesia dan Brazil saling bersaing Adapun pergerakan

harga negara-negara tersebut di Vietnam adalah sebagi berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Brazil

Indonesia

Gambar 26 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Murahnya harga lada India di Vietnam menyebabkan permintaan lada

India menjadi meningkat di Vietnam Permintaan yang meningkat menyebakan

volume dan nilai ekspor lada meningkat Hal inilah yang menyebabkan India

secara kompetitif berdayasaing kuat di Vietnam Sedangkan harga lada Brazil dan

Indonesia saling bersaing di Vietnam Namun secara keseluruhan selama tahun

2004 - 2013 harga lada Brazil cenderung lebih murah Oleh karenanya lada

Brazil lebih mampu berdayasaing dibandingkan Indonesia di Vietnam Adapun

secara keseluruhan gambaran dayasaing lada Indonesia secara kompetitif di

negera-negara tujuan selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

90

-3

-2

-1

0

1

2

3

-3 -2 -1 0 1 2 3

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Kurang berdayasaingnya lada Indonesia di beberapa negara khususnya di

Rusia dan Vietnam yang memiliki keunggulan komparatif tinggi dibanding

negara lainnya namun masuk ke dalam posisi Lost Opportunity dan Retreat

menunjukkan bahwa Indonesia perlu meningkatkan produksi ladanya sehingga

harganya menjadi lebih murah sebagaimana teori economic of scale Krugman

(2008) yang menyatakan bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya

produksi akan semakin rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh

terhadap harga yang lebih murah

Sedangkan posisi perdagangan lada di Australia Bulgaria Inggris dan

Vietnam yang masuk ke dalam posisi Retreat menunjukkan bahwa Indonesia

perlu mencari alternatif negara lain sebagai negara tujuan ekspornya atau

memaksimalkan ekspor ke negara importir yang sudah menjadi partner dagang

lada Indonesia dengan harga yang lebih murah dan stabil Dengan begitu volume

dan nilai ekspor lada Indonesia akan lebih meningkat dan berdayasaing

Rising Star Lost Opportunity

Amerika Serikat Kanada

Pakistan Rusia dan

Singapura

Belanda India Italia

Jepang dan Jerman

Australia Bulgaria

Inggris dan Vietnam

Belgia Hongkong

Perancis Korea dan

Malaysia

Falling Star Retreat

91

2 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Keunggulan kompetitif lainnya dapat dilihat melalui nilai ISP Nilai ISP

berfungsi untuk mengetahui apakah Indonesia layak menjadi eksportir lada atau

tidak di negara tujuan ekspornya Berikut adalah hasil perhitungan ISP lada

Indonesia

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 9985 0999

Australia 9536 0954

Belanda 9963 0996

Belgia 10000 1000

Bulgaria 10000 1000

Hongkong 8320 0832

India 3327 0333

Inggris 10000 1000

Italia 9978 0998

Jepang 9965 0997

Jerman 9868 0987

Kanada 10000 1000

Korea 7662 0766

Malaysia 1938 0194

Pakistan 9653 0965

Perancis 9988 0999

Rusia 10000 1000

Singapura 9891 0989

Vietnam 8994 0899

Sumber UN Comtrade (Diolah)

Ekspor lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004-2013

secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata ISP positif antara 0 hingga 1 Nilai

positif ini menunjukkan bahwa Indonesia cenderung untuk menjadi eksportir lada

di negara-negara tujuan ekspornya Diantara kesembilan belas negara tersebut

92

Malaysia dan India menjadi negara dengan nilai ISP terendah Hal ini

dikarenakan Indonesia juga melakukan impor lada dalam jumlah yang cukup

besar dari Malaysia dan India Impor lada dari kedua negara tersebut dikarenakan

laju produksi lada dalam negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia

yang menyentuh angka rata-rata 3 per tahun Sedangkan laju produksi lada

Indonesia hanya 15 per tahun Oleh sebab itu Indonesia harus lebih berupaya

untuk mengekspor lada lebih banyak ke dua negara tersebut untuk terus

meningkatkan neraca perdagangan dan dayasaing secara kompetitifnya di

Malaysia dan India

Secara keseluruhan sebagian besar lada Indonesia sudah masuk pada

tahap pertumbuhan perdagangan yang matang karena memiliki nilai ISP antara

081 sampai 100 Nilai ini menunjukkan standarisasi teknologi yang digunkaan

Artinya Indonesia memiliki kualitas lada yang baik karena sudah menggunakan

teknologi yang terstandarisasi Sedangkan di Korea India dan Malaysia

pertumbuhan perdagangan lada Indonesia baru memasuki tahap pertumbuhan

Hal ini ditunjukkan dengan nilai ISP antara 001 sampai 080 Artinya Indonesia

mulai memproduksi lada dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional pada tahun 2004-

2013 berdasarkan teori Gravity Model diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu Produk Domestik Bruto per Kapita (LnPDBC) dan Jarak Ekonomi (LnJE)

93

Serta faktor-faktor lain yang terdiri dari Harga (LnHRG) Kurs Riil (LnKR)

Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga Konsumen (IHK)

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel

Hasil uji Chow menunjukkan F-statistik lebih besar dari F-tabel dengan

taraf nyata lima persen (3534 gt 167) dan nilai probabilitas lebih kecil dari taraf

nyata lima persen (000 lt 005) Dengan demikian model yang terpilih adah

Fixed Effect Model Selanjutnya hasil uji Hausman menunjukkan nilai

probabilitas lebih besar dari taraf nyata lima persen (0408 gt 005) dan nilai chi-

square statistik lebih kecil dari nilai chi square tabel (614 lt 1259) Dengan

demikian maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random

Effect Model Hasil estimasi Random Effect Model adalah sebagaimana Tabel 13

berikut

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model

Variabel Dependen LnVEL

Variabel Koefisien Prob

LnPDBC 1746167 00057

LnJE -0875098 00185

LnHRG -0369590 00493

LnKR 0470691 02770

LnPOP 1494300 00020

IHK 0003891 06231

C -3370401 00024

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Sum squared resid 7836682

Prob(F-statistic) 0000024 Durbin-Watson stat 1281398

Keterangan Signifikan terhadap taraf nyata 5 ()

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di

negara tujuan ekspor adalah PDB perkapita (LnPDBC) Jarak Ekonomi (LnJE)

94

Harga (Ln HRG) Kurs Riil (LnKR) Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga

Konsumen (IHK) Persamaan hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah

LnVEL = -3370401 + 1746167 LnPDBC - 0875098 LnJE - 0369590 LnHRG +

0470691 LnKR + 1494300 LnPOP + 0003891 IHK

Keterangan

LnVEL Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional (persen)

LnPDBC Rata-rata PDB per kapita (persen)

LnJE Jarak ekonomi (persen)

LnHRG Harga lada (persen)

LnKR Kurs riil (persen)

LnPOP Populasi (persen)

IHK Indeks Harga Konsumen (persen)

522 Uji Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

Gambar 28 Uji Normalitas

Sumber Output Eviews

Berdasarkan Gambar 28 nilai stattistik Jarque-Bera lebih kecil dari nilai

chi-square (0659385 lt 59915) Sebaliknya nilai probabilitas lebih besar dari

taraf nyata lima persen (0719145 gt 005) Hasil ini menunjukkan bahwa nilai

residual terdistribusi dengan normal

95

523 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Tabel 14 Uji Multikolinearitas

LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

LnPDBC 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

LnJE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

LnHRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

LnKR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

LnPOP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000 Sumber Output Eviews

Berdasarkan correlation matrix nilai korelasi seluruh variabel bebas

kurang dari 085 Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara variabel

bebas Widarjono (2009 229) menyatakan bahwa data panel dapat mengatasai

masalah multikolinearitas sehingga permasalahan multikolinearitas dapat diatasi

2 Uji Heteroskedastisitas

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas

Metode Glejser

Variabel Koefisien Prob

C 4930401 04847

LnPDBC -0085616 08301

LnJE 0042988 08378

LnHRG -0206352 01878

LnKR -0300695 04211

LnPOP -0006353 09816

IHK 0013324 00302

Sumber Output Eviews

Berdasarkan tabel di atas seluruh nilai probabilitas variabel independen

lebih dari taraf nyata lima persen kecuali variabel IHK Nilai probabilitas IHK

lebih kecil dari taraf nayata lima persen (00302 lt 005) Namun Widarjono

(2009 130) menyatakan bahwa masalah heteroskedastisitas bisa diatasi dengan

96

Generalized Least Squares (GLS) Karena yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Random Effect Model yang sudah menggunakan pembobotan GLS maka

permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi

3 Uji Autokorelasi

Nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini adalah 1281398 Jika

mengikuti uji Durbin Watson penelitian ini mengandung masalah autokorelasi

karena 18280 gt 1281398 lt 2172 Namun permasalahan autokorelasi dapat

diatasi karena Random Effect Model telah menggunakan pembobotan

Generalized Least Squares (GLS) sehingga model telah terbebas dari masalah

autokorelasi (Widarjono 2009 151)

524 Uji Signifikansi

1 Uji F

Berdasarkan estimasi Random Effect Model nilai probabilitas F-statistik

lebih kecil dari taraf nyata lima persen (0000024 lt 005) Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yang terdiri dari rata-rata PDB per Kapita Jarak

Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap Volume Ekspor Lada Indonesia

2 Uji t

Signifikansi variabel ditunjukkan oleh nilai t-hitung yang lebih besar dari

t-tabel dan nilai probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen Nilai t-

tabel dalam penelitian ini adalah 1653 yang diperoleh dari df 183 (190-7)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model terdapat empat variabel signifikan

yaitu rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi

97

Nilai t-hitung dan probabilitas variabel rata-rata PDB per Kapita adalah

2797 gt 1653 dan 00057 lt 005 variabel Jarak Ekonomi adalah 2376 gt 1653

dan 00185 lt 005 variabel Harga adalah 1979 gt 1653 dan 00493 lt 005 serta

variabel Populasi adalah 3129 gt 1653 dan 00020 lt 005 Artinya variabel rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi berpengaruh signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Sedangkan nilai t-

hitung dan probabilitas variabel Kurs Riil adalah 1090 lt 1653 dan 0277 gt 005

serta variabel IHK adalah 0492 lt 1653 dan 06231 gt 005 Artinya variabel Kurs

Riil dan IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

3 Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model diperoleh nilai R Square

sebesar 0155065 Nilai ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK

mampu menjelaskan variabel dependen Volume Ekspor Lada sebesar 1551

sedangkan sisanya sebesar 8449 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam model persamaan penelitian ini

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per Kapita

Variabel rata-rata PDB per Kapita memiliki nilai probabilitas dan

koefisien sebesar 00057 dan 1746167 Artinya rata-rata PDB per kapita

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume ekspor lada Dengan

98

asumsi variabel lain konstan peningkatan satu persen rata-rata PDB per kapita

akan meningkatkan 1746167 persen volume ekspor lada Indonesia PDB

merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan beberapa hal

penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB merupakan

gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara (Rahardja dan Manurung

2008 223)

Pengaruh positif dan signifikan rata-rata PDB per kapita terhadap volume

ekspor lada sejalan dengan penelitian Dilanchiev (2012) yang menyatakan bahwa

rata-rata PDB per kapita antara Goergia dan negara tujuan ekspornya

berpengaruh positif terhadap volume perdagangan Georgia Pradipta dan Firdaus

(2014) juga menyatakan bahwa PDB per kapita suatu negara menggambarkan

kemampuan secara keseluruhan negara tersebut Semakin tinggi pendapatan

secara keseluruhan suatu negara maka semakin tinggi kemampuan negara

tersebut untuk melakukan ekspor dan impor Pada komoditi lada Ginting (2014)

menyatakan bahwa PDB per kapita berpengaruh terhadap perdagangan lada putih

dunia Begitu juga Permatasari (2015) menyatakan bahwa semakin besar GDP

per kapita riil suatu negara menunjukkan bahwa tingkat pendapatan negara

tersebut semakin besar yang akan mengakibatkan konsumsi yang semakin

99

meningkat Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan PDB per

kapita riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor lada

Amerika Serikat merupakan importir terbesar lada Indonesia Adapun

total ekspor lada Indonesia ke Amerikas Serikat selama kurun waktu 2004-2013

adalah sebanyak 185480 ton Dengan rata-rata PDB perkapita antara Indonesia

dan Amerika Serikat sebesar US$ 25139tahun telah meningkatkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia sebanyak 18548 tontahun Artinya rata-rata PDB

perkapita berpengaruh positif terhadap perdagangan lada Indonesia

2 Jarak Ekonomi

Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Nilai probabilitas dan koefisien jarak ekonomi adalah 00185 dan

-0875098 Dengan asumsi varaiabel lain konstan peningkatan satu persen Jarak

Ekonomi akan menurunkan 0875098 persen volume ekspor lada Indonesia Hasil

ini sesuai dengan penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009)

Dilanchiev (2012) serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak

ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan

Semakin jauh jarak ekonomi Indonesia dengan negara importir akan

menyebabkan semakin tinggi biaya transportasi yang dikeluarkan bagi kedua

negara Hal ini menyebabkan harga lada semakin mahal seiring dengan adanya

peningkatan biaya produksi yang diakibatkan semakin tingginya biaya

transportasi yang dibayarkan Kondisi ini akan menyebabkan turunnya daya beli

negara importir yang berdampak pada turunnya jumlah permintaan ekspor lada

100

Indonesia Adapun rata-rata jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara

importir lada Indonesia adalah sebagai berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000A

S

Aust

ralia

Be

land

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

Ind

ia

Ing

gri

s

Italia

Jepang

Jerm

an

Ka

nad

a

Ko

rsel

Mala

ysia

Pa

kist

an

Pera

nci

s

Ru

sia

Sin

gap

ura

Vie

tnam

(KM

)

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Sumber CEPII dan World Bank (2016) (Diolah)

Gambar 29 menujukkan bahwa jarak ekonomi terjauh Indonesia adalah

Amerika Serikat dengan rata-rata jarak ekonomi sebesar 585551 KM

Sedangkan jarak ekonomi terdekat Indonesia adalah Singapura dengan rata-rata

jarak ekonomi sebesar 523 KM Meskipun Amerika Serikat merupakan importir

terbesar lada Indonesia namun volume ekspor lada ke Amerika Serikat hanya

tiga kali volume ekspor lada ke Singapura Rata-rata volume ekspor lada

Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun sedangkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Singapura adalah 5902 tontahun Hal ini

menunjukkan bahwa semakin jauh jarak ekonomi akan menurunkan volume

ekspor Sebaliknya semakin dekat jarak ekonomi akan meningkatkan volume

ekspor

101

3 Harga

Variabel Harga memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar 00493

dan -0369590 Variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Artinya kenaikan satu persen harga akan menurunkan volume

ekspor sebesar 0369590 persen Hasil ini sesuai dengan hukum permintaan yaitu

semakin murah harga suatu barang maka permintaan akan bertambah

Sebaliknya semakin mahal harga suatu barang maka permintaan akan menurun

dengan asumsi ceteris paribus (Rahardja dan Manurung 2008 24) Selain itu

hasil negatif dan signifikannya harga terhadap volume ekspor lada juga sejalan

dengan hasil penelitian Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa

meningkatnya harga ekspor mangga berpengaruh terhadap penurunan volume

eskpor mangga Begitu juga hasil penelitian Ginting (2014) yang menyatakan

bahwa kenaikan dan penurunan harga lada hitam dan putih dunia berpengaruh

terhadap kenaikan dan penurunan volume ekspor lada putih Adapun rata-rata

harga lada Indonesia di negara-negara importir adalah sebagi berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

AS

Aust

ralia

Bela

nda

Be

lgia

Bulg

aria

Ho

ng

kon

g

India

Inggris

Ita

lia

Jep

an

g

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysi

a

Paki

stan

Pera

nci

s

Rusi

a

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(US

$T

on

)

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

102

Gambar 30 menunjukkan bahwa rata-rata harga lada tertinggi adalah di

Jepang yaitu US$ 4974Ton Tingginya harga lada di Jepang menyebabkan

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang lebih kecil daripada ke Amerika Serikat

yang mempunyai rata-rata harga lebih murah yaitu US$ 3710Ton Rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang adalah 1448 tontahun sedangkan rata-

rata volume ekspor lada Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun

4 Populasi

Nilai probabilitas dan koefisien varibel Populasi adalah signifikan positif

yaitu 00020 dan 1494300 Artinya kenaikan satu persen populasi negara

importir akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia ke negara importir

sebesar 1494300 persen Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Sitorus

(2009) dan Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa populasi negara

importir berpengaruh positif signifikan terhadap volume ekspor

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi

secara menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga

relatif rendah (Rahardja dan Manurung 2008 267) Sitorus (2009 41) juga

menyatakan bahwa pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar Oleh sebab itu meningkatnya

populasi negara importir akan meningkatkan kebutuhan dan konsumsinya

Terlebih jika produksi dalam negeri negara importir tidak mencukupi maka

ekspor merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan penduduknya

103

Pertumbuhan penduduk dunia dalam kurun waktu 2004-2013 terus

mengalami peningkatan Hal ini juga terjadi pada negara-negara importir lada

Indonesia yang selanjutnya berpengaruh terhadap banyaknya volume impor lada

dari Indonesia Adapun populasi negara importir adalah sebagai berikut

0

200000000

400000000

600000000

800000000

1000000000

1200000000

1400000000

AS

Au

str

alia

Be

lan

da

Be

lgia

Bu

lga

ria

Ho

ng

ko

ng

Ind

ia

Ing

gris

Ita

lia

Je

pa

ng

Jerm

an

Ka

na

da

Ko

rse

l

Ma

laysia

Pakis

tan

Pe

ran

cis

Rusia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

(Jiw

a)

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

India merupakan negara dengan jumlah terbanyak kedua di dunia setelah

Cina Dalam perdagangan lada Indonesia India menempati urutan pertama

dengan rata-rata jumlah penduduk sebanyak 1204529087 jiwa Disusul

Amerika serikat dengan jumlah penduduk sebanyak 305039425 jiwa Dengan

banyaknya jumlah penduduk di kedua negara tersebut Indonesia mengekspor

rata-rata lada sebanyak 4676 tontahun ke India dan 18548 tontahun ke

Amerika Serikat India mengimpor lada lebih sedikit dari Amerika Serikat karena

India merupakan salah satu negara produsen lada terbanyak ketiga di dunia

sehingga India mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan penduduknya

sendiri

104

5 Kurs Riil

Variabel Kurs Riil memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar

02770 dan 0470691 Artinya kurs riil tidak berpengaruh signifikan terhadap

volume ekspor lada Adapun kurs riil Indonesia dengan negara-negara importir

adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

AS

Austr

alia

Bela

nda

Belg

ia

Bulg

aria

Hongkong

India

Inggris

Italia

Jepang

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysia

Pakis

tan

Pera

ncis

Rusia

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(Rp

US

$)

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Berdasarkan Gambar 32 kurs riil Indonesia dengan negara-negara

importir murah dan relatif stabil sehingga tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia Pengaruh signifikan nilai tukar riil

terhadap ekspor terjadi saat rupiah terdepresiasi Hal ini akan menyebabkan harga

barang-barang ekspor menjadi lebih murah dan meningkatkan volume ekspor

6 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Selanjutnya yang tidak berpengaruh signifikan adalah variabel IHK Nilai

probabilitas dan koefisien sebesar 06231 dan 0003891 yang berarti variabel

105

IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada Hal ini

dikarenakan IHK negara importir tidak mengalami peningkatan yang signifikan

Adapun IHK negara importir selama tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

75

80

85

90

95

100

105

AS

Aust

ralia

Bela

nd

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

India

Inggris

Italia

Jep

an

g

Jerm

an

Ka

na

da

Kors

el

Ma

lays

ia

Paki

sta

n

Pe

ran

cis

Ru

sia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

IHK

(

)

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Rata-rata IHK negara importir kurang dari seratus persen kecuali Jepang

yaitu 100475 Artinya harga dalam negeri negara importir relatif stabil

Sehingga daya beli konsumen dalam negeri negara importir menjadi stabil dan

tidak berpengaruh terhadap permitaan lada Indonesia

106

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian dengan judul

ldquoAnalisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasionalrdquo selama tahun 2004-2013 dapat

disimpulkan beberapa hal berikut

1 Lada Indonesia secara komparatif telah berdayasaing kuat di Rusia

Vietnam Perancis Jerman Hongkong Amerika Serikat Bulgaria

Belanda Belgia India Singapura Kanada Italia Australia Inggris dan

Jepang Namun tidak berdayasaing di Korea Malaysia dan Pakistan

Selanjutnya secara kompetitif lada Indonesia berada pada posisi Rising

Star di Belanda India Italia Jepang dan Jerman Posisi Falling Star di

Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia Posisi Lost

Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura

Serta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Selain

itu Indonesia juga sudah layak menjadi eksportir lada dunia dengan

tingkat pertumbuhan tahap pertumbuhan dan kematangan

2 Faktor-faktor yang berpengruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapita jarak

ekonomi harga dan populasi Sedangkan kurs riil dan IHK tidak

berpengaruh signifikan

107

62 Saran

Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa saran untuk meningkatkan

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional diantaranya adalah meningkatkan

produktivitas lada nasional Produktivitas lada yang tinggi akan menambah

persediaan lada nasional Sehingga selain konsumsi dalam negeri terpenuhi

persediaan untuk ekspor juga menjadi lebih banyak Selain itu produktivitas lada

yang tinggi akan membuat harga lada Indonesia menjadi lebih murah karena

terjadi economic of scale

Selanjutnya yaitu meninggalkan negara-negara yang berada pada posisi

retreat dan mencari negara tujuan ekspor lada lain Dengan begitu Indonesia

diharapkan mampu membuka peluang untuk menjadi eksportir utama lada di

negara-negara lainnya Sehingga nilai ekspor lada Indonesia akan meningkat dan

memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia

Jarak ekonomi merupakan hambatan yang berpengaruh nyata terhadap

volume ekspor lada Oleh sebab itu maka pemerintah perlu meningkatkan

efisiensi sarana transportasi Dengan sarana transportasi yang lebih efisien maka

biaya yang dikeluarkan untuk proses distribusi lada akan lebih murah Sehingga

harga lada juga akan menjadi lebih murah

Selain jarak ekonomi populasi adalah salah satu faktor yang berpengaruh

nyata dan cukup besar terhadap volume ekspor lada Oleh sebab itu Indonesia

harus meningkatkan volume ekspor ladanya ke negara-negara yang berpopulasi

tinggi Hal ini dikarenakan populasi yang tinggi diindikasikan memiliki tingkat

konsumsi yang tinggi pula

108

Terakhir yaitu menambahkan variabel-variabel lain untuk penelitian-

penelitian lada selanjutnya Adapun variabel-variabel yang dipilih adalah

variabel-variabel yang berkaitan dan diduga berpengaruh terhadap perdagangan

internasional Sehingga mampu memberikan informasi yang lebih banyak lagi

bagi pihak-pihak yang berkepentingan

109

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Feira dkk 2015 Posisi Dayasaing Dan Spesialisasi Perdagangan Lada

Indonesia Dalam Menghadapi Globalisasi (Studi Pada Ekspor Lada

Indonesia Tahun 2009-2013 Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 27(2) 1-7

Azwar Saifuddin 2013 Metode Penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik 2016 Ekspor dan Impor Diakses dari

httpswwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid1002 pada tanggal 16 Mei

2016

2016 Produk Domestik Bruto (Lapangan Usaha)

Diakses dari

httpswwwbpsgoidSubjekviewid11subjekViewTab1|accordion-

daftar-subjek2 pada tanggal 16 Mei 2016

Bappenas 2009 Trade and Investment in Indonesia A Note on Competitiveness

and Future challenge Jakarta Bappenas

Basri Munandar dan Munandar Haris 2010 Dasar-Dasar Ekonomi

Internasional Jakarta Prenada Media Group

Bergstrand Jeffrey H 1985 The Gravity Equation in International Trade Some

Microeconomic Foundations and Empirical Evidance JSTOR 67(3) 474-

481

Bustami Budi Ramanda dan Hidayat Paidi 2013 Analisis Dayasaing Produk

Ekspor Provinsi Sumatera Utara Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1(2) 56-

71

Case Karl E dan Fair Ray C 2002 Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro Jakarta

PT Prenhallindo

CEPII 2016 GeoDist Diakses dari

httpwwwcepiifrCEPIIenbdd_modelepresentationaspid=6 pada

tanggal 16 Mei 2016

Daras Usma dan Pranowo D 2009 Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung

dan Alternatif Pemulihannya Jurnal Litbang Pertanian 28(1) 1-6

Daryanto 2011 Sari Kuliah Manajemen Pemasaran Bandung PT Sarana

Tutorial Nurani Sejahtera

110

Dilanchiev Azer 2012 Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern Gravity

Model Jurnal of Social Sciences 1(1) 75-78

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 Statistik

Perkebunan Indonesia Komoditas Lada Ditjen Perkebunan Jakarta

Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian

Ginting Kristiawan Hadinata 2014 Analisis Posisi Lada Putih Indonesia di

Pasar Lada Putih Dunia Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor

Ghozali Imam 2006 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

2009 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Edisi Keempat Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

Halwani R Hendra 2002 Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi

Jakarta Ghalia Indonesia

Horizon Pacific 2016 Vietnam Has To Import High Quality Pepper for Export

Diakses dari httpbvtvhpcomenagricultural-newsvietnam-has-to-

import-high-quality-pepper-for-exporthtml pada tanggal 1 November

2016

International Pepper Community 2013 Pepper Statictical Yearbook 2013

International Pepper Community Jakarta IPC

2016 Statistik Jakarta IPC

Kementerian Perdagangan 2008 ISP (Index Spesialisasi Perdagangan) Diakses

dari httpwwwkemendaggoidaddonisp pada tanggal 12 Desember

2016

2011 Kajian Kebijakan Pengembangan Diversifikasi

Pasar dan Produk Ekspor Jakarta Pusat Kebijakan Perdagangan luar

Negeri Badan pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Kotabe Masaaki dan Helsen Kristian 2010 Global Marketing Management (5th

Edition) United Satates of America Wiley

Kotler Philip dan Keller Kevin Lane 2009 Manajemen Pemasaran Edisi Ke

Dua Belas Jakarta PT Indeks

Krugman Paul 2008 Trade and Geography-Economies of Scale Differentiated

Products and Transport Cost The Prize in Economic Sciences 2008 The

111

Royal Swedish Academy of Sciences KUNGL

VETENSKAPSAKADEMIEN

Lawless Martina dan Whelan Karl 2007 Anote on Trade Costs and Distance

Working Paprer Series Universuty College Dublin

Li Kunwang Song Ligang dan Xingjun Zhao 2008 Component Trade and

Chinas Global Economic Integration World Institute for Development

Economics Research 101(2) 1-25

Mankiw N Gregory Euston Quah dan Peter Wilson 2012 Pengantar Ekonomi

Makro Jakarta Salemba Empat

Mayer Thierry dan Soledad Zignago 2011 Notes on CEPIIrsquoS distance

measures The GeoDist database CEPII WP 25(1) 1-47

Menteri Perdagangan Republik Indonesia 2012 Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 13M-DAGPER32012

Jakarta Kementerian Perdagangan

Permatasari Nadia 2015 Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ekspor Lada Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Skripsi

S1 Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Pradipta Amalia dan Firdaus Muhammad 2014 Posisi Dayasaing dan Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia Jurnal

Manajemen amp Agribisnis 11(2) 129-143

Rahardja Prathama dan Manurung Mandala 2008 Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikroekonomi amp Makroekonomi) Jakarta Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonommi Universitas Indonesia

Rivaie Arivin dan Pasandaran Effendi 2014 Dukungan Teknologi dan

Kelembagaan untuk Memperkuat Dayasaing Komoditas Lada Diakses

dari

httpwwwlitbangpertaniangoidbukumemperkuat_dayasaing_produk_

peBAB-III-12pdf pada tanggal 19 Mei 2016

Salvatore Dominick 1997 Ekonomi Internasional Jakarta Erlangga

Sarwoko 2009 Perdagangan Bilateral antara Indonesia dengan Negara-Negara

Patner Dagang Utama dengan Menggunakan Model Gravitasi Jurnal

Ilmiah MTG 2(1) 1-12

112

Sitorus Maria 2009 Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao Di Bawah Pengaruh

Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi) Skripsi

S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Soepanto Achmad 2006 Petani dan Kemiskinan di India dan Negara Lainnya

Artikel Pangan 46(15) 56-62

Sugiyono 2011 Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RampD Bandung

Alfabeta

Suliyanto 2011 Ekonometrika Terapan Teori amp Aplikasi dengan SPSS

Yogyakarta CV ANDI OFFSET

Sutarno dan Agus Andoko 2015 Budidaya Lada Si Raja Rempah-Rempah

Tangerang AgroMedia Pustaka

Tambunan Tulus TH 2004 Globalisasi dan Perdagangan Internasional

Bogor Ghalia Indonesia

Ton Nguyen tang dan Buu Bui chi 2011 How to Prevent The Most Serious

Diseases of Black Paper (Piper Ningrum L) A Case Study of Vietnam

Vietnam IAS

UN Comtrade 2016 International Trade in Goods based on UN

Comtrade data Diakses dari httpcomtradeunorglabsBIS-

trade-in-goodsreporter=826ampyear=2014ampflow=2 pada tanggal

16 Mei 2016

UN CTAD 2016 Currency Exchange Rates Annual 1970-2015 Diakses dari

httpunctadstatunctadorgwdsTableViewertableViewaspxReportId=

117 pada 16 Agustus 2016

Wahyu Kukuh 2014 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia Diakses dari

httpcybexpertaniangoidmateripenyuluhandetail9004sejarah-

tanaman-lada-di-indonesia pada tanggal 3 September 2016

Widarjono Agus 2009 Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga

Yogyakarta EKONISIA

World Bank 2016 Data Indicators Diakses dari

httpdataworldbankorgindicator pada tanggal 16 Mei 2016

Yogesh MS dan Mokshapathy S 2013 Production and Export Performance of

Black Paper International Jurnal of Humanities and social science

invention 2(4) 36-44

113

Zarzoso Inmaculada Martinez dan Lehmann Felicitas Nowak 2003 Augmented

Gravity Model An Empirical Application To Mercosur-Europen Union

Trade Flows Journal of Applied Economics 6(2) 291-316

114

Lampiran 1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 AS 9374 9977 8715 7325 8767 19495 86622

2005 AS 9489 10034 8724 7229 8915 19504 89561

2006 AS 9633 10086 8725 7518 8949 19514 92450

2007 AS 9744 10125 8679 8070 8981 19523 95087

2008 AS 10143 10138 8643 8088 9095 19533 98737

2009 AS 10119 10112 8678 7846 9215 19542 98386

2010 AS 10131 10156 8655 8238 9115 19550 100000

2011 AS 9635 10193 8613 8615 9100 19558 103157

2012 AS 10040 10224 8643 8830 9190 19565 105292

2013 AS 9592 10245 8668 8885 9346 19573 106834

2004 Australia 6112 9667 4600 7302 8796 16818 84125

2005 Australia 6533 9777 4667 7391 8951 16831 86370

2006 Australia 5903 9844 4686 7776 8982 16846 89426

2007 Australia 5613 9972 4729 8224 9019 16852 91512

2008 Australia 6218 10162 4888 8354 9129 16872 95495

2009 Australia 6305 10021 4815 8034 9227 16892 97233

2010 Australia 6835 10221 4964 8367 9115 16908 100000

2011 Australia 6009 10402 5082 8751 9099 16922 103304

2012 Australia 5975 10482 5173 9027 9191 16939 105125

2013 Australia 5386 10481 5184 9009 9337 16956 107700

2004 Belanda 7316 9931 5463 7550 8716 16606 91093

2005 Belanda 7573 9972 5450 7608 8881 16608 92618

2006 Belanda 7379 10044 5463 7772 8935 16609 93699

2007 Belanda 7932 10187 5517 8321 8979 16612 95212

2008 Belanda 7877 10294 5573 8398 9107 16616 97579

2009 Belanda 7483 10207 5542 8275 9211 16621 98741

2010 Belanda 7847 10194 5456 8475 9115 16626 100000

2011 Belanda 7262 10261 5445 8927 9108 16631 102341

2012 Belanda 7587 10188 5359 9046 9194 16634 104854

2013 Belanda 7891 10223 5395 9054 9340 16637 107483

115

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Belgia 5347 9818 4908 7690 8751 16159 87958

2005 Belgia 5631 9858 4896 7643 8906 16165 90407

2006 Belgia 5018 9914 4897 8006 8953 16171 92026

2007 Belgia 5542 10049 4948 8220 8995 16179 93703

2008 Belgia 5682 10138 4989 8423 9104 16187 97910

2009 Belgia 5313 10068 4978 8161 9220 16195 97858

2010 Belgia 5517 10076 4915 8325 9115 16204 100000

2011 Belgia 4906 10153 4923 8736 9097 16218 103532

2012 Belgia 5413 10095 4856 8944 9178 16225 106472

2013 Belgia 6126 10132 4896 9088 9338 16230 107658

2004 Bulgaria 3525 7720 2106 6918 8991 15867 69237

2005 Bulgaria 2708 7847 2184 7661 9123 15862 72726

2006 Bulgaria 4064 8014 2269 6787 9118 15857 78007

2007 Bulgaria 3219 8268 2445 8139 9098 15836 84561

2008 Bulgaria 3911 8462 2591 7979 9134 15829 95003

2009 Bulgaria 4567 8436 2594 7647 9223 15823 97619

2010 Bulgaria 4754 8505 2497 7904 9115 15816 100000

2011 Bulgaria 4365 8648 2550 7797 9090 15810 104220

2012 Bulgaria 3985 8616 2479 8512 9171 15804 107299

2013 Bulgaria 3466 8638 2510 7919 9332 15799 108254

2004 Hongkong 5333 9476 2839 7305 8742 15730 88753

2005 Hongkong 5236 9544 2854 6925 8916 15734 89487

2006 Hongkong 4626 9610 2863 7614 8961 15741 91320

2007 Hongkong 5062 9694 2862 8255 9001 15749 93154

2008 Hongkong 4967 9732 2845 8303 9111 15755 97188

2009 Hongkong 5029 9710 2877 8064 9221 15758 97800

2010 Hongkong 4937 9789 2882 8386 9115 15765 100000

2011 Hongkong 4738 9873 2887 8767 9080 15772 105257

2012 Hongkong 5085 9914 2933 8991 9150 15783 109535

2013 Hongkong 4963 9952 2975 9027 9278 15788 114303

116

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 India 7997 6797 4659 7046 9083 20842 63147

2005 India 7786 6904 4748 7072 9223 20858 65828

2006 India 8219 7093 4822 7321 9229 20873 69874

2007 India 8178 7283 4998 7864 9227 20889 74325

2008 India 8709 7375 4933 8058 9299 20903 80532

2009 India 9036 7435 5099 7656 9312 20917 89292

2010 India 8607 7722 5262 8052 9115 20931 100000

2011 India 8388 7844 5245 8567 9046 20944 108858

2012 India 8707 7853 5240 8823 9067 20957 118995

2013 India 8229 7841 5255 8756 9134 20970 131975

2004 Inggris 5883 9890 6762 7702 8779 17910 85594

2005 Inggris 5375 9936 6758 7690 8940 17917 87348

2006 Inggris 4796 10002 6770 7695 8982 17924 89386

2007 Inggris 3401 10132 6817 8438 9019 17932 91461

2008 Inggris 4990 10072 6703 8093 9136 17940 94766

2009 Inggris 4331 9889 6571 8296 9231 17947 96819

2010 Inggris 4094 9938 6548 8570 9115 17955 100000

2011 Inggris 2459 10014 6547 8540 9087 17963 104484

2012 Inggris 5386 10021 6550 8825 9169 17970 107432

2013 Inggris 4487 10042 6575 9140 9315 17976 110177

2004 Italia 3401 9690 6440 7437 8737 17871 89201

2005 Italia 5088 9718 6415 6761 8899 17875 90984

2006 Italia 4663 9770 6407 7972 8944 17878 92867

2007 Italia 3401 9892 6442 7818 8986 17883 94559

2008 Italia 4956 9971 6471 8231 9105 17890 97750

2009 Italia 5308 9884 6437 8123 9214 17895 98483

2010 Italia 5760 9878 6349 8218 9115 17898 100000

2011 Italia 5209 9952 6340 8498 9104 17899 102741

2012 Italia 6091 9866 6236 8850 9184 17902 105866

2013 Italia 5084 9878 6257 9004 9343 17914 107158

117

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Jepang 7082 9841 6704 7842 8616 18666 100692

2005 Jepang 7233 9827 6630 7708 8801 18666 100417

2006 Jepang 7254 9789 6527 7697 8863 18666 100658

2007 Jepang 7292 9795 6436 8324 8923 18668 100717

2008 Jepang 7554 9904 6491 8447 9062 18668 102100

2009 Jepang 7220 9942 6585 8266 9191 18668 100725

2010 Jepang 7297 10045 6612 8497 9115 18668 100000

2011 Jepang 7213 10124 6606 8982 9134 18666 99717

2012 Jepang 7199 10135 6604 9078 9244 18664 99683

2013 Jepang 7361 9957 6404 9045 9411 18662 100042

2004 Jerman 7549 9779 6902 7640 8717 18229 91049

2005 Jerman 7364 9797 6861 7573 8883 18228 92458

2006 Jerman 7632 9853 6854 7860 8933 18227 93916

2007 Jerman 7822 9991 6899 8342 8970 18225 96075

2008 Jerman 7757 10083 6933 8335 9097 18224 98600

2009 Jerman 7646 9999 6896 8274 9209 18221 98908

2010 Jerman 7713 10019 6835 8560 9115 18220 100000

2011 Jerman 7186 10118 6853 9004 9111 18220 102075

2012 Jerman 7725 10080 6783 8971 9201 18203 104125

2013 Jerman 7671 10111 6833 9033 9356 18224 105692

2004 Kanada 4623 9715 6192 7335 8730 17281 89861

2005 Kanada 3930 9838 6270 7491 8890 17291 91850

2006 Kanada 4557 9952 6332 7476 8935 17299 93689

2007 Kanada 5509 10052 6350 8161 8974 17309 95693

2008 Kanada 5555 10102 6353 8316 9103 17319 97961

2009 Kanada 5621 9977 6287 7930 9216 17331 98254

2010 Kanada 5106 10138 6389 8177 9115 17342 100000

2011 Kanada 4829 10235 6415 8685 9103 17352 102912

2012 Kanada 5090 10243 6424 8879 9197 17364 104472

2013 Kanada 3817 10238 6425 8796 9359 17375 105452

118

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 KorSel 4673 9052 4822 6878 8799 17688 83830

2005 KorSel 5456 9206 4927 6738 8954 17690 86139

2006 KorSel 3022 9328 4991 7649 8997 17694 88070

2007 KorSel 6080 9432 5005 7866 9032 17699 90302

2008 KorSel 6001 9334 4838 8167 9139 17706 94523

2009 KorSel 6174 9240 4789 7981 9228 17711 97129

2010 KorSel 6226 9444 4922 8398 9115 17716 100000

2011 KorSel 5660 9540 4938 8897 9092 17723 104000

2012 KorSel 5580 9552 4945 8850 9180 17728 106280

2013 KorSel 4805 9603 5004 8994 9338 17732 107670

2004 Malaysia 3991 8019 1651 7391 8784 17048 85175

2005 Malaysia 4488 8136 1735 7163 8936 17066 87697

2006 Malaysia 6006 8267 1805 7663 8966 17084 90863

2007 Malaysia 6425 8423 1889 8235 9006 17101 92705

2008 Malaysia 6079 8581 2012 8426 9105 17119 97749

2009 Malaysia 6420 8474 1936 8181 9215 17136 98319

2010 Malaysia 7311 8716 2107 8104 9115 17152 100000

2011 Malaysia 6870 8859 2185 8844 9100 17168 103200

2012 Malaysia 6836 8891 2229 9050 9193 17184 104908

2013 Malaysia 6553 8896 2250 9115 9343 17199 107117

2004 Pakistan 3508 6804 2856 6668 9302 18828 50720

2005 Pakistan 4538 6896 2912 6567 9397 18848 55317

2006 Pakistan 4776 7118 3082 6883 9386 18869 59699

2007 Pakistan 5656 7249 3097 7436 9373 18889 64235

2008 Pakistan 5542 7381 3153 7525 9341 18910 77266

2009 Pakistan 4654 7400 3198 7253 9329 18931 87811

2010 Pakistan 5227 7642 3191 7528 9115 18952 100000

2011 Pakistan 4333 7799 3300 8257 9019 18973 111917

2012 Pakistan 4641 7817 3339 8531 9036 18994 122756

2013 Pakistan 4936 7805 3362 7644 9133 19015 132195

119

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Perancis 4750 9771 6667 7166 8716 17954 91166

2005 Perancis 4628 9802 6648 7407 8880 17961 92748

2006 Perancis 5893 9856 6646 7994 8929 17968 94310

2007 Perancis 5547 9986 6692 8482 8974 17975 95713

2008 Perancis 6881 10077 6732 8356 9099 17980 98407

2009 Perancis 6200 9996 6707 8345 9214 17985 98493

2010 Perancis 6727 9995 6628 8373 9115 17990 100000

2011 Perancis 6403 10074 6629 8882 9110 17995 102117

2012 Perancis 6312 10011 6553 8943 9201 18000 104115

2013 Perancis 6888 10048 6594 8971 9363 18005 105014

2004 Rusia 6762 7873 5102 7127 9230 18786 54527

2005 Rusia 6998 8100 5303 7095 9292 18782 61443

2006 Rusia 5878 8356 5506 7434 9265 18779 67395

2007 Rusia 6120 8609 5689 8005 9239 18777 73454

2008 Rusia 6303 8840 5881 8007 9259 18777 83820

2009 Rusia 6994 8597 5631 7847 9265 18777 93602

2010 Rusia 7581 8839 5791 8182 9115 18777 100000

2011 Rusia 5323 9097 6000 8613 9050 18778 108428

2012 Rusia 7414 9151 6056 8758 9111 18780 113934

2013 Rusia 6330 9168 6077 8762 9216 18782 121655

2004 Singapura 9148 9566 1307 7612 8755 15243 87641

2005 Singapura 9221 9653 1361 7679 8932 15266 88014

2006 Singapura 9121 9775 1454 7802 8988 15297 88912

2007 Singapura 8540 9930 1561 8281 9027 15339 90775

2008 Singapura 8408 9950 1574 8316 9116 15392 96693

2009 Singapura 7928 9924 1631 8168 9226 15422 97276

2010 Singapura 8448 10121 1777 8458 9115 15440 100000

2011 Singapura 8288 10253 1851 8704 9080 15461 105253

2012 Singapura 8132 10278 1890 8855 9146 15486 110019

2013 Singapura 8692 10296 1922 8949 9293 15502 112636

2004 Vietnam 5937 6778 1258 7736 9215 18215 55343

2005 Vietnam 5799 6889 1356 7075 9317 18227 59926

2006 Vietnam 7098 7085 1441 7770 9311 18238 64352

2007 Vietnam 7699 7237 1505 8059 9291 18249 69695

2008 Vietnam 8356 7418 1699 8200 9236 18260 85806

2009 Vietnam 8536 7466 1823 7895 9283 18270 91860

2010 Vietnam 9549 7709 1852 8269 9115 18281 100000

2011 Vietnam 8468 7861 1930 8811 8960 18291 118677

2012 Vietnam 9754 7911 2059 8718 8983 18302 129470

2013 Vietnam 9394 7926 2148 8807 9090 18313 138005

120

Lampiran 2 Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests

Equation MFE

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic df Prob

Cross-section F 35344282 (18165) 00000

Cross-section Chi-square 300230681 18 00000

Lampiran 3 Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation MRE

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq Statistic Chi-Sq df Prob

Cross-section random 6135526 6 04082

121

Lampiran 4 Random Effect Model

Dependent Variable VEL

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2240

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

PDB 1746167 0624211 2797399 00057

JE -0875098 0368245 -2376400 00185

HRG -0369590 0186750 -1979056 00493

KR 0470691 0431727 1090252 02770

POP 1494300 0477598 3128784 00020

IHK 0003891 0007904 0492247 06231

C -3370401 1093813 -3081331 00024

Effects Specification

SD Rho

Cross-section random 1406328 08221

Idiosyncratic random 0654154 01779

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Mean dependent var 0925488

Adjusted R-squared 0127363 SD dependent var 0700525

SE of regression 0654396 Sum squared resid 7836682

F-statistic 5597464 Durbin-Watson stat 1281398

Prob(F-statistic) 0000024

Lampiran 5 Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

122

Lampiran 6 Multikolinearitas

PDB JE HRG KR POP IHK

PDB 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

JE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

HRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

KR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

POP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000

Lampiran 7 Heteroskedastisitas

Dependent Variable RESABS

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2241

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

C 4930401 7042199 0700122 04847

PDB -0085616 0398468 -0214862 08301

JE 0042988 0209647 0205052 08378

HRG -0206352 0156089 -1322014 01878

KR -0300695 0372917 -0806332 04211

POP -0006353 0274805 -0023117 09816

IHK 0013324 0006101 2183942 00302

123

Lampiran 8 Hasil RCA

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 1361 1282 1635 2501 2944 2460 2858 1526 3246 1941 21754 2175

Australia 411 572 335 306 528 408 835 354 438 272 4458 446

Belanda 1003 1219 1025 2719 2199 1427 2040 1024 1723 2417 16796 1680

Belgia 988 1265 800 1222 1647 962 1380 823 1669 4305 15061 1506

Bulgaria 951 1218 2756 2278 865 3504 4003 2079 3257 1103 22014 2201

Hongkong 1185 1061 976 2617 2310 1995 2245 1361 3045 2899 19695 1970

India 446 377 631 717 1240 970 756 644 939 508 7228 723

Inggris 869 490 252 111 345 162 151 024 544 294 3243 324

Italia 156 443 829 143 719 835 1101 450 1703 764 7142 714

Jepang 150 143 126 157 239 155 168 169 215 243 1763 176

Jerman 1877 1356 2080 2560 2892 1960 2383 1698 2374 2657 21839 2184

Kanada 445 256 362 1547 1430 1180 740 588 961 244 7753 775

KorSel 010 022 005 125 140 140 145 074 071 072 804 080

Malaysia 005 005 030 049 041 034 060 072 098 135 531 053

Pakistan 008 038 036 051 032 030 033 013 022 019 282 028

Perancis 282 354 1772 1704 4756 2210 3133 2650 2886 4875 24621 2462

Rusia 5821 3967 1540 3056 4117 4924 7174 824 6709 2087 40220 4022

Singapura 1249 1336 1047 824 725 508 838 528 496 588 8140 814

Vietnam 2751 2511 1874 1388 2519 2359 3096 2020 3049 3523 25090 2509

124

Lampiran 9 Hasil EPD

Negara X () Y () Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea Selatan 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat

125

Lampiran 10 Hasil Indeks ISP

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 0999 0997 1000 1000 0999 0998 0998 0999 0998 0997 9985 0999

Australia 0951 0994 0880 0984 0981 0965 0981 0942 0943 0915 9536 0954

Belanda 1000 1000 0999 0999 0999 0995 0993 0992 0993 0993 9963 0996

Belgia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Bulgaria 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Hongkong 0741 0720 0848 0936 0550 0997 1000 0530 0999 0999 8320 0832

India 0387 0330 0185 0183 0422 0446 0336 0390 0506 0145 3327 0333

Inggris 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Italia 1000 1000 1000 0979 0999 1000 1000 1000 1000 1000 9978 0998

Jepang 0998 1000 0999 0999 1000 1000 1000 0988 0982 1000 9965 0997

Jerman 0998 0997 0995 0987 0976 0991 0982 0976 0986 0981 9868 0987

Kanada 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

KorSel 0439 0723 0080 0977 0948 0976 0910 0849 0876 0884 7662 0766

Malaysia 0213 -0460 0212 0619 0338 0185 0255 0033 0043 0501 1938 0194

Pakistan 1000 1000 0653 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 9653 0965

Perancis 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 0998 0991 0999 9988 0999

Rusia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Singapura 0991 0984 0987 0999 0989 0959 0989 1000 0995 0999 9891 0989

Vietnam 0642 0911 0981 0990 0997 0842 0952 0772 0941 0965 8994 0899

126

Lampiran 11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

1 Pesaing di Korea

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Malaysia Cina India

2004 7 1 3 5 0

2005 22 1 4 4 0

2006 31 39 6 3 1

2007 27 25 5 3 2

2008 26 15 6 3 1

2009 24 7 5 3 0

2010 22 12 7 3 0

2011 16 8 6 3 5

2012 19 7 6 2 1

2013 25 2 9 1 1

Rata-Rata 22 12 6 3 1

2 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Brazil India

2004 351 0 3 2

2005 388 8 0 1

2006 323 9 2 0

2007 217 38 1 2

2008 67 9 1 11

2009 167 30 7 1

2010 59 26 6 7

2011 77 1 18 9

2012 64 45 10 8

2013 78 170 18 0

Rata-Rata 179 33 7 4

127

3 Malaysia

Tahun RCA

India Vietnam Cina

2004 30 4 7

2005 29 4 6

2006 42 5 4

2007 51 2 2

2008 25 3 3

2009 21 4 2

2010 32 3 2

2011 32 2 2

2012 36 2 1

2013 23 3 1

Rata-Rata 32 329 318

Lampiran 12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost

Opportunity

1 Pesaing di Amerika Serikat

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Peru Vietnam Peru Vietnam

2004 3029 3638 0426 0007 0457 0003

2005 4499 3433 0726 0007 -0004 0002

2006 4304 2518 -0130 -0001 -0191 0007

2007 3908 1100 -0203 -0002 -0524 0011

2008 4726 1822 0230 -0001 0520 0006

2009 3542 1625 -0304 0002 0163 0018

2010 2487 1749 -0275 0003 0120 0001

2011 2487 2552 -0087 -0004 0755 0004

2012 2220 1891 -0061 0001 -0360 0011

2013 1693 2215 -0081 0005 0748 0020

Rata-

Rata 3290 2254 0240 0017 1684 0082

128

2 Pesaing di Kanada

Tahun RCA

EPD

X Y

()

Vietnam Vietnam

2004 4943 -0032 0003

2005 6182 0231 0002

2006 4667 -0122 0001

2007 2499 -0247 0002

2008 2776 0105 0002

2009 3611 0264 0003

2010 3149 -0071 0001

2011 4053 0258 0002

2012 4846 0350 0003

2013 3830 0063 0009

Rata-

Rata 4056 0798 0028

3 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

EPD

X Y

()

India India

2004 206 0640 0159

2005 052 -0511 -0028

2006 014 -0082 0222

2007 244 1394 0084

2008 1133 5315 -0002

2009 053 -6476 -0024

2010 747 5203 0163

2011 910 -0910 -0232

2012 779 -0807 -0018

2013 012 -3721 0118

Rata-

Rata 415 0045 0440

129

4 Pesaing di Rusia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Polandia Cina Polandia Cina

2004 376 008 0656 0082 -0071 0091

2005 448 001 0341 0031 -0056 0143

2006 348 001 -0386 -0021 -0008 -0064

2007 439 016 0237 -0006 0200 0284

2008 519 016 0373 0028 -0018 -0101

2009 390 029 -0404 -0001 0129 -0070

2010 383 015 -0068 -0012 -0108 0251

2011 394 026 -0023 -0014 0130 -0039

2012 331 037 -0081 0029 0184 0100

2013 415 021 0359 0023 -0204 0151

Rata-

Rata 404 017 1004 0140 0177 0745

5 Pesaing di Singapura

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Sri

Lanka

India Vietnam Sri Lanka India

2004 1805 002 101 0589 0017 0000 0001 0148 0096

2005 958 027 118 -0791 0013 0001 -0001 0151 0093

2006 2467 221 137 1029 -0032 0007 -0001 0045 -0014

2007 2022 1966 456 -0058 0017 0066 0000 0924 -0026

2008 2556 002 259 0645 0003 -0074 -0001 -0455 0053

2009 3348 248 249 0667 -0006 0011 0001 -0075 -0016

2010 1848 613 236 -1873 -0018 0035 0003 0011 0024

2011 3765 062 200 1164 -0012 -0037 0006 0200 0165

2012 6148 858 189 2027 0005 0020 -0010 -0216 -0084

2013 5023 20694 114 -0433 0009 0632 0000 -0317 0011

Rata-

Rata 2994 2469 206 2966 -0005 0661 -0002 0416 0302

130

Lampiran 13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

1 Pesaing di Australia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() India Vietnam Spanyol India Vietnam Spanyol

2004 2923 881 765 0234 -0002 0106 0015 -0057 0015

2005 2790 420 1154 0118 0007 -0661 0055 0230 -0013

2006 4343 357 995 1033 -0003 0030 0052 -0208 -0007

2007 5156 317 682 0763 0003 -0229 -0035 -0091 0022

2008 3717 721 1115 -1005 0002 0970 -0014 0313 -0010

2009 3359 1111 1036 0436 0021 0051 -0084 -0138 -0007

2010 2467 1075 1375 -0956 -0003 -0171 -0010 0338 0004

2011 3339 1827 934 0938 0003 0555 -0034 -0238 0015

2012 2300 2124 797 -0613 0018 0787 0020 0064 0025

2013 1607 2390 754 -0880 -0004 0891 0021 0138 0026

Rata-

Rata 32 1122 961 0067 0043 2329 -0014 0353 0071

2 Pesaing di Bulgaria

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Spanyol Cina Vietnam Spanyol Cina

2004 66607 330 000 -0529 -0001 0444 -0033 0000 0081

2005 75167 763 000 1252 0001 0660 -0022 0000 0013

2006 25653 1183 042 -2783 0003 0390 -0027 0346 0541

2007 18728 1189 291 0111 0004 -0100 -0009 0598 -0496

2008 21814 620 385 2344 0009 -0746 0002 0378 0019

2009 14271 503 640 -2201 -0003 0392 0109 0489 -0060

2010 21838 474 388 0571 -0004 -0113 -0009 -0739 -0007

2011 40094 177 310 0220 -0006 -0130 0321 -0031 0059

2012 32244 230 248 0302 0003 0033 -0114 -0188 0009

2013 35369 179 518 0969 0002 0040 0148 1080 0029

Rata-

Rata 35178 565 282 0255 0007 0870 0366 1933 0188

131

3 Pesaing di Inggris

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Vietnam India Vietnam India

2004 2582 2162 0413 0003 0321 0004

2005 3584 2051 0188 -0001 0508 0029

2006 4787 2008 0294 0001 -0108 -0003

2007 4587 2190 0014 0001 0224 0002

2008 5680 2143 0282 0000 -0116 -0003

2009 4542 1550 -0164 0002 -0137 0029

2010 6570 1610 0754 0003 -0171 -0015

2011 6474 1467 0411 0007 0153 0021

2012 5749 1627 0253 0009 -0005 -0014

2013 4915 1147 0177 0011 -0114 0041

Rata-

Rata 4947 1796 2624 0037 0555 0090

4 Pesaing di Vietnam

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

India Brazil India Brazil

2004 037 000 0066 0014 0000 0002

2005 005 000 -0056 0007 0000 0005

2006 537 299 1108 0021 0092 0013

2007 1844 480 2732 0001 0083 0006

2008 776 1370 -1972 0033 0437 0008

2009 714 2330 -0041 0015 0515 0004

2010 510 968 -0463 0012 -0639 0002

2011 701 1494 0723 0030 0536 0018

2012 1240 104 1512 -0008 -0955 -0003

2013 798 456 -0562 0091 0279 0011

Rata-

Rata 716 750 3047 0217 0347 0065

132

Lampiran 14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

1 Algeria

2 Afghanistan

3 Argentina

4 Australia

5 Austria

6 Bahrain

7 Bangladesh

8 Belgia

9 Bulgaria

10 Canada

11 Cina

12 Columbia

13 Cook Isds

14 Cote drsquolvoire

15 Croatia

16 Denmark

17 Benin

18 Elsavador

19 Finland

20 France

21 Frm Sudan

22 Germany

23 Greece

24 Hongkong

25 Hungary

26 Ireland

27 Italy

28 Japan

29 Jordan

30 Dem Peoplersquos Rep Of Korea

31 Rep Of Korea

32 Malaysia

33 Other Asia nes

34 Nepal

35 Netherland

36 Nigeria

37 Pakistan

38 Philippine

39 Poland

40 Portugal

41 Timor Leste

42 Russia Federation

43 Senegal

44 India

45 Singapore

46 Sri Lanka

47 Vietnam

48 Turkey

49 Ukraine

50 United Kingdom

51 United State of Amerika

52 Dominica

53 Saudi Arabia

54 Sweden

55 Egypt

56 Myanmar

57 Domonica Rep

58 Rumania

59 Haiti

60 Kuwait

61 Marocco

62 Thailand

63 Jamaica

64 Mexico

65 Israel

66 Lithuaria

67 Mauritius

68 Togo

69 Venezuela

70 Yemen

71 Lebanon

72 Latvia

73 Mauritania

74 Slovenia

75 South Africa

76 Spain

77 Switzerland

78 Syiria

79 Uni Emirat Arab

80 Tunisia

133

Page 9: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

ix

10 Sahabat Rumpii ( Febi Icha Iffah dan Dena) yang sudah menemani penulis

sejak awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini

11 Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2012 yang selalu saling mendukung

berbagi ilmu dan pengalaman serta menjadi teman tumbuh dan

berkembangnya penulis selama masa kuliah

12 HMJ Agribisnis yang telah memberikan tempat kesempatan dan

pengalaman berorganisasi sehingga penulis bisa mendapatkan

pelajaran-pelajaran baru

13 Keluarga Mahad Puteri dan BIDIKMISI UIN Jakarta dan yang telah

memberikan penulis kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat

sehingga penulis bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman-pengalaman baru

yang memotivasi untuk selalu bisa melakukan yang terbaik

14 Teman-teman KKN Gelas Kaca 2015 yang sudah memberikan pelajaran dan

kesempatan penulis untuk lebih bisa berpikir terbuka mengenal dan

mencoba hal-hal yang benar-benar baru bagi penulis memotivasi untuk lebih

berani lugas dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi

Terimakasih atas warna-warni baru yang telah diberikan baik secara langsung

maupun tidak langsung dan menjadikan penulis untuk selalu ingin tumbuh

dan berkembang

15 Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

menyelesaikan skripsi ini

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

x

penulis dan pembaca Akhirnya hanya kepada Allah semua hal diserahkan

Semoga amal baik kita diterima oleh Allah SWT Aamiin Yaa Rabbal lsquoAalamiin

Wassalamursquoalaikum WrWb

Jakarta 6 Januari 2017

Dewi Susilawati

xvii

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP iv

RINGKASAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 8

13 Tujuan Penelitian 8

14 Manfaat Penelitian 9

15 Ruang Lingkup Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

21 Perdagangan Internasional 10

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional 12

221 Teori Merkantilisme 12

222 Teori Keunggulan Absolut 13

223 Teori Keunggulan Komparatif 14

224 Teori Heckscher Ohlin 15

225 Teori Keunggulan Kompetitif 16

23 Dayasaing Global 17

231 Revealed Comparative Advantage (RCA) 17

232 Export Product Dynamic (EPD) 18

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 19

24 Gravity Model 21

241 Produk Domestik Bruto (PDB) 23

xii

242 Jarak Ekonomi 24

243 Harga 25

244 Nilai Tukar Rupiah 25

245 Populasi 27

246 Indeks Harga Konsumen 28

25 Penelitian Terdahulu 29

26 Kerangka Pemikiran 36

27 Hipotesis 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38

31 Lokasi dan Waktu Penelitian 38

32 Jenis dan Sumber Data 38

33 Populasi dan Sampel 39

34 Metode Analisis Data 39

341 Revealed Comparative Advantage (RCA) 40

342 Export Product Dynamic (EPD) 41

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 42

344 Regresi Data Panel 42

345 Uji Kesesuaian Model 43

346 Uji Normalitas 46

347 Uji Asumsi Klasik 47

348 Uji Signifikansi 49

35 Definisi Operasional 50

BAB IV GAMBARAN UMUM 53

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia 53

42 Lada Indonesia 55

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia 55

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia 57

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia 59

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia 61

43 Lada Dunia 62

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia 62

432 Perkembangan Produksi Lada Dunia 64

433 Perkembangan Harga Lada Dunia 66

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia 69

xiii

106

107

109

106

114

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 71

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif 71

511 Keunggulan Komparatif 71

512 Keunggulan Kompetitif 73

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 92

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel 93

522 Uji Normalitas 94

523 Uji Asumsi Klasik 95

524 Uji Signifikansi 96

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia 2

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 18

Tabel 3 Penelitian Terdahulu 30

Tabel 4 Sumber Data dan Data 38

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson 49

Tabel 6 Definisi Operasional 51

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia 55

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia 58

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA) 71

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD) 74

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia 77

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 91

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model 93

Tabel 14 Uji Multikolinearitas 95

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas 95

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia 3

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia 4

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia 5

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia 6

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional 7

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional 11

Gambar 7 Kurva Permintaan 25

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian 36

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 42

Gambar 10 Histogram Normalitas 47

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia 57

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia 59

Gamabr 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia 63

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia 64

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia 66

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia 68

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia 69

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat 78

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada 79

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan 81

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia 82

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura 83

xvi

103

104

105

101

100

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia 85

Gambar 24 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris 86

Gambar 25 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria 87

Gambar 26 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam 89

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia 90

Gambar 28 Uji Normalitas 94

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

114

120

120

121

121

122

122

123

124

125

126

127

130

132

DAFTAR LAMPIRAN

1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

2 Uji Chow

3 Uji Hausman

4 Random Effect Model

5 Normalitas

6 Multikolinearitas

7 Heteroskedastisitas

8 Hasil RCA

9 Hasil EPD

10 Hasil Indeks ISP

11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost Opportunity

13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Badan Pusat Statistik (2016) menyatakan bahwa salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara adalah dengan

mengukur Produk Domestik Bruto (PDB) Besarnya PDB salah satunya diperoleh

melalui kegiatan ekspor Nilai ekspor Indonesia selama tahun 2004-2013

berfluktuasi Penurunan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar

1497 dengan nilai ekspor mencapai US$ 116510000000 Disusul tahun 2012

dan 2013 dengan penurunan sebesar 662 dan 393 dengan masing-masing

nilai ekspor mencapai US$ 190020300000 dan US$ 182551800000

Penurunan ekspor pada tahun 2012 dan 2013 juga diperburuk dengan

meningkatnya nilai impor pada tahun yang sama yaitu mencapai US$

191689500000 dan US$ 186628700000 Hal ini mengakibatkan Indonesia

mengalami neraca perdagangan negatif sebesar -US$ 1669200000 dan -US$

4076900000

Neraca perdagangan yang negatif menunjukkan bahwa Indonesia lebih

banyak mengkonsumsi produk-produk dari luar negeri daripada menjual produk-

produknya sendiri ke luar negeri sehingga negara-negara lain relatif lebih untung

dari produk-produk yang telah diekspornya Sedangkan Indonesia merugi karena

terjadi defisit Oleh sebab itu untuk menjaga kestabilan neraca perdagangan

Indonesia perlu meningkatkan kinerja ekspornya Salah satu cara untuk

meningkatkan kinerja ekspor adalah dengan memperbanyak ekspor komoditi-

2

komoditi unggulan Salah satu komoditi unggulan ekspor Indonesia adalah lada

Lada (Piper ningrum) atau juga dikenal sebagai King of Spice (raja rempah)

merupakan komoditi rempah Indonesia yang kedudukannya cukup penting karena

merupakan komoditi ekspor terbanyak ke-enam setelah karet kelapa sawit

kakao kopi dan kelapa Lada Indonesia sudah cukup dikenal di pasar

internasional dengan nama Lampung Black Pepper yang berasal dari Provinsi

Lampung dan Muntok White Pepper yang berasal dari Provinsi Kepulauan

Bangka (Rivaie dan Pasandaran 2014 341)

Lada merupakan komoditi ekspor dengan neraca perdagangan positif Hal

ini terlihat dari besarnya nilai ekspor lada dibandingkan nilai impornya Menurut

data UN Comtrade (2016) neraca perdagangan lada Indonesia adalah sebagai

berikut

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia

Tahun Ekspor (US$) Impor (US$) Neraca (US$)

2004 56710078 3344670 53365408

2005 59210135 4026437 55183698

2006 79077213 8158312 70918901

2007 133971835 9837453 124134382

2008 186672492 12958930 173713562

2009 142126076 13660784 128465292

2010 252084684 17263407 234821277

2011 223404956 27457906 195947050

2012 435257055 29440508 405816547

2013 354712065 27510971 327201094

Sumber UN Comtrade (2016)

Indonesia memiliki neraca perdagangan lada yang positif Namun

Indonesia masih mengimpor lada dari eksportir-eksportir lada dunia lainnya

Alasan Indonesia mengimpor lada adalah dikarenakan laju produksi lada dalam

3

negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia yang menyentuh angka

rata-rata 3 per tahun (International Pepper Community 2016) Sedangkan laju

produksi lada Indonesia hanya 15 per tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan

2014 3) Namun secara keseluruhan lada merupakan komoditas ekspor yang

memiliki potensi positif karena neraca perdagangannya positif

Meskipun laju pertumbuhan produksi lada Indonesia tidak secepat

pertumbuhan permintaan lada dunia namun produktivitas lada Indonesia terus

meningkat setiap tahunnya Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

luas lahan lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 terus menurun namun

produksinya terus meningkat Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas lada

Indonesia tinggi Adapun produktivitas lada Indonesia adalah sebagaimana

Gambar 1 berikut

0

01

02

03

04

05

06

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

03820408 0403 0392

0439 04450467

0491 0494053

Tahun

(To

nH

a)

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Peningkatan produktivitas lada yang tinggi seiring dengan permintaan

lada dunia yang terus meningkat Permintaan lada dunia menurut data

International Pepper Community (2016) berfluktuasi cenderung meningkat

Permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

4

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2016)

Pertumbuhan permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 mencapai

2962 Permintaan tertinggi lada terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak

359904 ton Sedangkan permintaan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu

sebanyak 285306 ton Permintaan lada yang tinggi merupakan peluang bagi

negara-negara eksportir untuk saling bersaing meningkatkan ekspornya di pasar

internasional

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional bersaing dengan

beberapa negara seperti Brazil India Malaysia Sri Lanka Vietnam Cina

Thailand Madagaskar Ekuador dan negara-negara lainnya International Pepper

Community (2013 7) menyatakan bahwa Vietnam adalah eksportir utama lada

dunia Hal ini didasarkan pada banyaknya lada yang telah diekspor Vietnam

Adapun Kontribusi lada negara-negara eksportir di pasar internasional adalah

sebagai berikut

5

1503

922

1958

609185

4719

049007009038

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Kontribusi lada Vietnam di pasar internasional hampir mencapai 50

dari total lada dunia yaitu 4719 Kontribusi ini menjadikan Vietnam sebagai

eksportir utama lada dunia Sedangkan Indonesia berada di posisi kedua dengan

kontribusi sebesar 1958 Disusul Brazil di posisi ketiga dengan kontribusi

sebesar 1503 Berdasarkan kontribusi tersebut meskipun menjadi eksportir

kedua lada dunia Indonesia memiliki selisih ekspor yang besar dengan Vietnam

yaitu sebesar 2761 Sedangkan selisih ekspor Indonesia dengan Brazil yang

berada di posisi ketiga hanya 455 Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki kesulitan untuk mengungguli Vietnam Namun Indonesia sangat mudah

untuk diungguli oleh Brazil karena selisihnya yang sedikit Adapun kontribusi

1958 lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004 - 2013

ditunjukkan dengan berfluktuasinya ekspor lada Indonesia sebagaimana Gambar

4 berikut

6

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Ekspor tertinggi lada Indonesia terjadi pada tahun 2012 yaitu sebanyak

62608 ton Angka ini naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya yaitu

sebanyak 36487 ton Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348

pada tahun 2013 dengan total ekspor sebanyak 47908 ton Meskipun menurun

cukup jauh penurunan terbesar ekspor lada Indonesia terjadi pada tahun 2011

yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor sebanyak 36487 ton Sedangkan total

ekspor lada terkecil terjadi pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton yang juga turun

2067 dari tahun sebelumnya

Fluktuasi cenderung menurunnya ekspor lada Indonesia di pasar

internasional berbanding terbalik dengan harga lada Indonesia yang tinggi

Perkembangan harga lada Indonesia menurut International Pepper Community

(2013 54) berfluktuasi cenderung meningkat Adapun harga lada Indonesia di

pasar internasional berdasarkan harga Free on Board (FOB) adalah sebagai

berikut

7

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

20

05

2006

2007

2008

20

09

2010

2011

20

12

20

13

1487 14512029

3278 3517

2719

3677

6392 6558 6850

2317 22192924

44104972

4342

5662

88559367 9613

Tahun

(US

$T

on

)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional Sumber International Pepper Community (2013 54)

Berdasarkan Gambar 5 di atas peningkatan harga lada hitam dan putih

tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu mencapai 7384 dan 5639 Menurut

Ginting (2014) harga lada putih dan lada hitam dunia merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap volume perdagangan lada putih Indonesia terhadap lada

putih dunia Begitupun menurut Permatasari (2015) harga ekspor lada Indonesia

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor lada

Indonesia Naik dan turunnya harga lada akan mempengaruhi naik dan turunnya

volume ekspor lada

Berdasarkan keadaan permasalahan dan penelitian terdahulu yang sudah

dikemukakan maka diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui keadaan lada

Indonesia di pasar internasional Adapun yang perlu diketahui adalah bagimana

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Hasil

analisis ini diharapkan mampu menjadi informasi yang dapat berguna bagi

pemerintah dan pihak-pihak terkait

8

12 Rumusan Masalah

Lada merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia dengan

menempati urutan ke-enam komoditi ekspor terbanyak Indonesia dengan neraca

perdagangan positif Selama tahun 2004 - 2013 produktivitas lada Indonesia

meningkat Peningkatan ini seiring dengan permintaan lada dunia yang juga

meningkat sebesar 2962 Namun dalam periode yang sama volume ekspor

lada Indonesia berfluktuasi dan hanya mampu berada di posisi kedua di pasar

internasional dengan selisih ekspor yang besar dengan Vietnam yaitu 2761

Sementara dengan Brazil hanya berselisih 455 Menurut Ginting (2014) dan

Permatasari (2015) harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perdagangan lada

Berdasarkan penjabaran di atas maka diperoleh beberapa rumusan

masalah sebagai berikut

1 Bagaimana dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia

di pasar internasional

13 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah

1 Mengetahui dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

9

14 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

diantaranya

1 Mampu memberikan dan menambah pengetahuan bagi penulis mengenai

perdagangan internasional Indonesia khususnya komoditi lada di negara-

negara tujuan ekspornya

2 Sebagai bahan referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian

selanjutnya di bidang yang sama

3 Sebagai informasi bagi pemerintah tentang dayasaing lada Indonesia

sehingga dapat memperhatikan strategi dan kebijakan-kebijakan yang

berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar

internasional

15 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup lada dalam penelitian ini adalah lada dengan kode HS

1996 empat digit yaitu 0904 di UN Comtrade Selanjutnya pemilihan variabel-

variabel yang diduga berpengaruh terhadap volume ekspor lada Indonesia di

pasar internasional didasarkan pada teori Gravity Model

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Perdagangan Internasional

Tidak ada satu negara pun yang sepenuhnya dapat mengisolasikan diri

dari interaksi luar negeri Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

membuat batas-batas negara menjadi kabur Setiap negara tidak akan dapat

memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri Sekalipun dipaksakan pasti biaya yang

ditanggung akan sangat besar Melalui perdagangan dengan negara-negara lain

setiap negara bisa mencapai economies of scale dan selanjutnya dapat

menyalurkan kelebihan produksi yang tidak dapat diserap oleh konsumen dalam

negeri melalui ekspor Devisa yang diperoleh melalui ekspor dapat digunakan

untuk membiayai impor sehingga dapat memenuhi berbagai kebutuhannya tanpa

harus memproduksi seluruh yang dibutuhkan Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perdagangan internasional terjadi karena dua alasan yaitu adanya perbedaan

antara satu negara dengan negara yang lain dan tujuan untuk mencapai skala

ekonomi dalam produksi (Basri dan Munandar 2010 32)

Kegiatan perdagangan internasional terjadi karena adanya penawaran dan

permintaan suatu negara terhadap produk tertentu Secara teoritis suatu negara

(negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misal pakaian) ke negara lain

(negara B) apabila harga domestik negara A (sebelum terjadi perdagangan

internasional) relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga domestik negara B

Struktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah karena produksi

domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya sehingga di negara A

11

SB DB

SA A DA

PB

ES

X

P

B

M

PA

QB Q O O O QA

ED

telah terjadi excess supply (kelebihan produksi) Dengan demikian negara A

mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain Di sisi

lain negara B terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya lebih

besar daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang

terjadi di negara B lebih tinggi Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk

membeli pakaian dari negara lain yang relatif lebih murah Jika kemudian terjadi

konsumsi antara negara A dengan negara B maka akan terjadi perdagangan

antara keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama

(Kementerian Perdagangan 2011 7)

Negara A (ekspor) Perdagangan Internasional Negara B (impor)

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional Sumber Salvatore (1997 84)

Keterangan

PA Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan

internasional

OQA Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A tanpa

perdagangan internasional perdagangan internasional

A Kelebihan penawaran di negara A tanpa perdagangan internasional

X Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A

PB Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan

internasional

OQB Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B tanpa

perdagangan internasional

12

B Kelebihan permintaan di negara B tanpa perdagangan internasional

M Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B

P Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan

internasional

OQ Keseimbangan penawaran dan permintaan antara kedua negara

dimana jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor

(M)

Sebelum terjadi perdagangan internasional harga di negara A adalah

sebesar PA dan di negara B adalah PB Penawaran pasar internasional akan terjadi

jika harga internasional lebih tinggi dari PA sedangkan permintaan di pasar

internasional akan tinggi jika harga internasional lebih rendah dari PB Pada saat

harga internasional (P) sama dengan PA maka negara B akan terjadi excess

demand (ED) sebesar B Jika harga internasional sama dengan PB maka di negara

A akan terjadi excess supply (ES) sebesar A Dari A dan B akan terbentuk kurva

ES dan ED yang akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional

sebesar P Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan

mengekspor komoditi (pakaian) sebesar M dimana di pasar internasional sebesar

X sama dengan M yaitu Q (Kementerian Perdagangan 2011 8)

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional

221 Teori Merkantilisme

Penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara sebuah

negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan memperbanyak ekspor dan

mengurangi impor Surplus yang dihasilkan ekspor selanjutnya dibentuk dalam

aliran emas atau logam-logam mulia khususnya emas dan perak Semakin

banyak emas dan perak yang dimiliki sebuah negara maka semakin kaya dan

kuatlah negara tersebut

13

Kaum merkantilisme mengukur kekayaan dengan cadangan logam mulia

yang dimiliki Sebaliknya saat ini kekayaan sebuah negara diukur dengan

cadangan sumber daya manusia hasil produksi manusia serta kekayaan alam

yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa Semakin besar cadangan

tersebut maka semakin besar pula arus barang dan jasa untuk memenuhi

keinginan manusia dan dengan demikian akan semakin besar pula standar hidup

masyarakat negara tersebut (Salvatore 1997 23)

222 Teori Keunggulan Absolut

Adam Smith berpendapat bahwa sebuah negara akan melakukan

perdagangan secara sukarela jika keduanya memperoleh keuntungan

Perdagangan antar dua negara didasarkan pada keunggulan absolut yaitu

keunggulan negara dalam memproduksi sebuah komoditi namun kurang efisien

dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya maka negara

tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan

spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan

menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut Melalui

proses ini sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang efisien

Output kedua komoditi yang diproduksi akan meningkat Peningkatan output

akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang

melakukan perdagangan

Berbeda dengan kaum merkantilisme yang percaya bahwa sebuah negara

hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lainnya serta

menyarankan pengendalian pemerintah secara ketat pada semua aktivitas

14

ekonomi dan perdagangan Adam Smith justru percaya bahwa semua negara

dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dan dengan tegas menyarankan

untuk menjalankan kebijakan yang dinamakan laissez-faire yaitu suatu kebijakan

yang menyarankan sesedikit mungkin intervensi pemerintah terhadap

perekonomian Melalui perdagangan sumber daya manusia dapat didayagunakan

secara efisien dan dapat memaksimumkan kesejahteraan dunia Dalam laissez-

faire terdapat pengecualian yang paling penting adalah proteksi terhadap berbagai

industri penting sebagai pertahanan negara (Salvatore 1997 25)

223 Teori Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif yang digagas oleh David Ricardo

menyatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain

dalam memproduksi komoditi namun masih tetap terdapat dasar untuk

melakukan perdagangan kedua belah pihak Negara pertama harus melakukan

spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki

kerugian absolut kecil dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut

lebih besar (Salvatore 1997 27) Hukum keunggulan komparatif memiliki satu

pengecualian meskipun jarang terjadi Pengecualian terjadi jika keunggulan

absolut yang dimiliki suatu negara pada kedua komoditi sama besarnya

(Salvatore 1997 29)

Hukum keunggulan komparatif memiliki keunggulan dalam nilai uang

dengan mengabaikan pengecualian yang sudah disebutkan Meskipun salah satu

negara memiliki kerugian absolut dalam produksi kedua komoditi dibanding

negara ke-dua namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan

15

yang menguntungkan yaitu dengan melihat upah di negara ke-satu lebih rendah

dibandingkan negara ke-dua sehingga memungkinkan harga komoditi tersebut

lebih rendah pula dan harga komoditi yang memiliki keunggulan absolut di

negara ke-dua tersebut lebih rendah ketika kedua komoditi tersebut dinyatakan

dalam satuan mata uang masing-masing negara (Salvatore 1997 30)

Hukum keunggulan komparatif terkadang juga disebut hukum biaya

komparatif Menurut teori biaya komparatif biaya sebuah komoditi adalah

jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya

yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditi pertama Dalam

teori ini tidak dibuat asumsi bahwa tenaga kerja hanya satu-satunya faktor

produksi atau tenaga kerja bersifat homogen dan biaya atau harga sebuah

komoditi satu-satunya tergantung dari jumlah tenaga kerja Oleh sebab itu negara

yang memiliki biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi komoditi akan

memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut (Salvatore 1997 33)

Selain itu asumsi bahwa harga sama dengan biaya produksi maka biaya

oportunitas sama dengan harga relatif merupakan refleksi dari keunggulan

komparatif (Salvatore 1997 35)

224 Teori Heckscher-Ohlin

Intisari teorema H-O adalah sebuah negara akan mengekspor komoditi

yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah

dan murah di negara tersebut dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan

mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif

langka dan mahal di negara tersebut Model H-O juga sering disebut sebagai teori

16

kelimpahan faktor Teori tersebut menyatakan bahwa setiap negara akan

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang banyak

menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dalam jumlah banyak dan

berharga relatif murah serta mengimpor komoditi yang banyak menyerap faktor

produksi yang di negara tersebut relatif langka dan mahal (Salvatore 1997 129)

225 Teori Keunggulan Kompetitif

Tambunan (2004 107) menyatakan bahwa keunggulan kompetitif adalah

keunggulan yang harus diciptakan atau dikembangkan Inti dari paradigma

keunggulan kompetitif adalah suatu negara dalam persaingan global selain

ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif juga sangat ditentukan oleh

faktor-faktor keunggulan kompetitif yang dikembangkan Dari hasil studi Porter

menyimpulkan bahwa suatu negara berhasil dalam industri tertentu karena

lingkungan dasarnya bersifat mempunyai pandangan ke depan dinamis dan

menantang

Secara spesifik terdapat empat variabel domestik penting yang secara

individual mempengaruhi kinerja dan dayasaing global di suatu negara yaitu

kondisi faktor (factor condition) kondisi permintaan (demand condition) industri

terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting industry)

serta kondisi struktur persaingan dan strategi industri (firm strategy structure

and rivalry) Selain keempat faktor utama di atas terdapat dua faktor yang

mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan

(chance event) dan faktor pemerintah (government) Faktor-faktor ini membentuk

sistem dalam peningkatan keunggulan dayasaing yang disebut Porterrsquos Diamond

17

23 Dayasaing Global

Kotabe dan Helsen (2010 39) menyatakan bahwa konsep dayasaing

mengacu pada produktivitas Dayasaing suatu negara merupakan kapasitas

produksi dalam negeri dan luar negeri yang mengacu pada manusia alam dan

sumber daya modal Keberhasilan perdagangan internasional suatu negara dapat

dilihat dari dayasaingnya Dayasaing merupakan konsep umum yang digunakan

untuk merujuk pada komitmen persaingan pasar terhadap keberhasilan suatu

negara dalam persaingan internasional (Bustami dan Hidayat 2013 56)

Dayasaing merupakan posisi relatif suatu organisasi atau negara dibandingkan

dengan yang lain Negara memiliki peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan dayasaing dengan membuat kebijakan ekonomi atau politik yang

menguntungkan (Aprilia dkk 2015 2)

231 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Tambunan (2004 110) mendefinisikan RCA sebagai suatu persentase dari

jumlah ekspor manufaktur dari suatu negara lebih tinggi daripada pangsa dari

barang yang sama di dalam jumlah ekspor dunia maka negara tersebut memiliki

keunggulan komparatif atas produksi dan ekspor dari barang tersebut Nilai

indeks RCA lebih besar dari 1 berarti negara tersebut berdayasaing Sedangkan

jika lebih kecil dari 1 maka dayasaingnya buruk Indeks RCA bisa digunakan

untuk mengukur apakah Indonesia memproduksi dan mengekspor barang-barang

yang pasar luar negerinya sedang berkembang pesat atau sedang mengalami

stagnansi (Tambunan 2004 118)

18

232 Export Product Dynamic (EPD)

EPD merupakan indikator yang mengukur posisi pasar dari produk suatu

negara untuk tujuan pasar tertentu Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk

membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia dan

mengetahui dinamis atau tidaknya performa suatu produk Sebuah matriks EPD

terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis Daya tarik pasar

dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan

pasar tertentu dimana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan

pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan

pasar tertentu Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini

menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat

kategori yaitu Rising Star Falling Star Lost Opppotunity dan Retreat

(Kementerian Perdagangan 2011 21) Adapun matriks EPD adalah sebagai

berikut

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD

Share of Countryrsquos

Export in World Trade

Share of Countryrsquos Export in World Trade

Rising

(Dynamic)

Falling

(Stagnant)

Rising (Competitive) Rising Star Falling Star

Falling (Non-

competitive) Lost Opportunity Retreat

Sumber Estherhuizen dalam Kementerian Perdagangan (2011 21)

Posisi pasar yang ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tertinggi

pada ekspornya sebagai Rising Star yang menunjukkan bahwa negara tersebut

memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat

(fast-growing products) Lost Opportunity terkait dengan penurunan pangsa

pasar pada produk-produk yang dinamis adalah posisi yang paling tidak

19

diinginkan Falling Star juga tidak disukai meskipun masih lebih baik jika

dibandingkan dengan Lost Opportunity karena pangsa pasarnya tetap meningkat

Sementara itu Retreat biasanya tidak diinginkan tetapi pada beberapa kasus

tertentu mungkin diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk-produk yang

stagnan dan menuju produk-produk yang dinamis (Bappenas 2009)

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Nilai indeks ISP adalah

antara -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu negara cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi yang bersangkutan Jika nilainya negatif

maka suatu negara cenderung menjadi negara importir terhadap komoditi yang

bersangkutan

ISP juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan

suatu komoditi dalam perdagangan Menurut kementerian Perdagangan (2008)

tingkat pertumbuah perdagangan dibagi lima tahap yaitu

1 Tahap pengenalan

Ketika suatu industri (forerunner) di suatu negara A mengekspor produk-

produk baru dan industri pendatang belakangan (latecomer) di negara B impor

produk-produk tersebut Dalam tahap ini nilai indeks ISP dari industri latecomer

adalah -100 sampai -050

20

2 Tahap subtitusi impor

Pada tahap ini industri di negara B menunjukkan dayasaing yang sangat

rendah dikarenakan tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala

ekonomi Industri tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang

kurang bagus dan produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan

dalam negeri Adapun nilai indeks ISP pada tahap ini yaitu naik antara -051

sampai 000

3 Tahap pertumbuhan

Pada tahap ini industri di negara B melakukan produksi dalam skala besar

dan mulai meningkatkan ekspornya Di pasar domestik penawaran untuk

komoditi tersebut lebih besar daripada permintaan Tahap ini mempunyai nilai

indeks ISP antara 001 sampai 080

4 Tahap Kematangan

Pada tahap ini produk yang bersangkutan sudah memasuki tahap

standarisasi menyangkut teknologi yang dikandungnya Pada tahap ini juga

negara B merupakan negara eksportir Adapun nilai indeks ISP tahap ini berada

pada kisaran 081 sampai 100

5 Tahap kembali mengimpor

Pada tahap ini industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya

dengan industri dari negara A dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari

permintaan dalam negeri Tahap ini ditunjukkan dengan nilai indeks ISP yang

kembali menurun antara 100 sampai 000

21

24 Gravity Model

Gravity Model merupakan model perdagangan yang mengadopsi model

gravitasi Newton tentang kekuatan gaya tarik menarik dari dua buah objek yang

dipengaruhi secara langsung oleh massa dari kedua obyek tersebut dan secara

tidak langsung oleh jarak diantara dua objek tersebut Persamaan gravitasi

dinyatakan sebagai berikut

Fij = G MiMj D2ij

Dimana

Fij Kekuatan gaya tarik menarik

Mi dan Mj Massa

D2ij Jarak antara dua objek

G Konstanta gravitasi

Jan Timbergen pada tahun 1962 menggunakan analogi tersebut untuk

menganalisis perdagangan internasional Tarik menarik dalam konteks

perdagangan internasional adalah ekspor dan impor oleh negara-negara ldquoMassardquo

dari negara-negara tersebut adalah ukuran ekonomi atau Produk Domestik bruto

(PDB) yang dianggap dapat menghasilkan aliran-aliran potensi perdagangan

internasional Semakin besar PDB negara partner maka semakin besar pula

aliran perdagangan dari negara tersebut Namun jarak menjadi hambatan dalam

perdagangan internasional Jarak yang semakin jauh mengakibatkan biaya

transportasi dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pengiriman barang

menjadi besar Sehingga mengakibatkan kecilnya kemungkinan perdagangan

bilateral (Sarwoko 2009 3-4)

Dilanchiev (2012 75) menyatakan bahwa Gravity Model merupakan

salah satu model untuk memperkirakan perdagangan bilateral antar negara dan

22

potensi perdagangan suatu negara Keuntungan utama dalam menggunakan

Gravity Model adalah dapat menjelaskan pola perdagangan internasional dengan

kondisi jumlah data dan validitas latar belakang ekonomi yang sedikit seperti

Georgia Adapun model persamaan Gravity Model adalah

Trade ij = α PDBi PDBj

Distanceij

Keterangan

Trade Volume perdagangan antara negara i dan j

PDBi Pendapatan nasional negara i

PDBj Pendapatan nasional negara j

Distance Jarak bilateral kedua negara

α Konstanta

Bergstrand (1985 480) menyatakan bahwa Gravity Model banyak

dipengaruhi oleh pendapatan Oleh sebab itu harga dan nilai tukar menjadi

variabel yang memiliki efek signifikan dalam aliran perdagangan internasional

Sementara Zarzoso dan Lehman (2003 298) menggunakan Gravity Model untuk

menganalisis data panel pada tahun 1988-1996 dengan 20 sampel negara di Uni

Eropa Adapun persamaan Gravity Model yang digunakan oleh Zarzoso dan

Lehman adalah sebagai berikut

lXijt = αij + β1lYit + β2lYjt + β3lNit + β4lNjt + β5lDij + β6lIi + β7lIj + β8ydifij

+ β9IRERij + sumYhPijh + eijt

Dimana

αij konstanta

β1lYit Pendapatan eksportir

β2lYjt Pendapatan importir

β3lNit Populasi eksportir

β4lNjt Populasi importir

β5lDij Jarak

β6lIi Infrastruktur eksportir

β7lIj Infrastruktur importir

β8ydifij Pendapatan perkapita

23

β9IRERij Nilai tukar

Eijt eror

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan eksportir pendapatan

importir populasi importir jarak pendapatan perkapita nilai tukar dan

infrastruktur eksportir berpengaruh signifikan terhadap aliran dagang Uni Eropa

Sedangkan variabel infrastruktur importir tidak signifikan terhadap aliran dagang

Uni Eropa

Sedangkan Pradipta dan Firdaus (2014 140-141) menambahkan Indeks

Harga Konsumen (IHK) sebagai variabel kontrol yang digunakan dalam

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa IHK berpengaruh signifikan terhadap

ekspor buah Indonesia di pasar internasional Peningkatan IHK akan menurunkan

volume ekspor ke negara tujuan

241 Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir

yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi

yang berlokasi dalam suatu negara (Salvatore 1997 21) Sedangkan menurut

Case amp Fair (2002 23) PDB adalah nilai barang dan jasa akhir berdasarkan

harga pasar yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode

dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam perekonomian

tersebut

PDB merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan

beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB

merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

24

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara Ketiga PDB merupakan

gambaran awal tentang masalah-masalah mendasar yang dihadapi suatu

perekonomian Jika sebagian besar PDB dinikmati oleh sebagian penduduk maka

perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya

(Rahardja dan Manurung 2008 223)

242 Jarak Ekonomi

Jarak ekonomi adalah jarak antara kedua negara berdasarkan jarak

bilateral antara kota besar kedua negara Jarak ini digunakan untuk gambaran

biaya transportasi yang dibutuhkan untuk melakukan ekspor dan impor (Mayer

dan Zignago 2011 11) Li dkk (2008 8) menggunakan variabel jarak ekonomi

dalam penelitiannya yang berjudul Component Trade and Chinarsquos Global

Economic Integration sebagai gambaran biaya transportasi Cina ke negara-negara

tujuan ekspornya Adapun rumus jarak ekonomi adalah sebagai berikut

Jarak ekonomi = Jarak geografis x PDB negara tujuan ekspor

PDB seluruh negara yang dianalisis

Jarak ekonomi memiliki dua pengaruh yaitu negatif dan positif Menurut

penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009) Dilanchiev (2012)

serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak ekonomi

berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan Namun menurut Lawless

25

dan Whelan (2007) pengaruh positif jarak ekonomi terjadi di Amerika Serikat

Untuk bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan biaya transportasi maka

perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat akan menaikkan volume dan nilai

perdagangannya

243 Harga

Harga adalah jumlah yang harus ditagihkan untuk suatu produk atau jasa

(Kotler dan Keller 2009 18) Harga merupakan penentu utama pilihan pembeli

(Kotler dan Keller 2009 79) Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan

adalah harga barang itu sendiri Jika harga suatu barang semakin murah maka

permintaan terhadap barang tersebut bertambah Begitu juga sebaliknya Hal ini

sesuai dengan hukum permintaan yaitu bila harga suatu barang naik ceteris

paribus maka jumlah barang yang diminta akan berkurang Begitu juga

sebaliknya Jika harga suatu barang turun ceteris paribus maka jumlah barang

yang diminta akan bertambah (Rahardja dan Manurung 2008 24)

Harga

Qd = 100 ndash 10P

Kuantitas

Gambar 7 Kurva Permintaan Sumber Rahardja dan Manurung (2008 29)

244 Nilai Tukar Rupiah

Perdagangan internasional melibatkan beberapa negara dengan mata uang

uang yang berbeda-beda Untuk dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi maka

80 40 60

2

4

6

8

10

0

20 100

26

mata uang yang dipergunakan mempunyai harga tertentu dalam mata uang negara

lain Nilai tukar rupiah adalah harga atau berapa banyak suatu mata uang harus

dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain Bila dikatakan nilai

tukar rupiah adalah Rp 10000US$ maka untuk memperoleh satu unit US$ harus

disediakan sebanyak 10000 unit rupiah Jika harga satu unit komputer seharga

US$ 600 per unit maka rupiah yang harus disediakan adalah 6 juta unit

Sederhananya harga komputer per unit adalah Rp 6 juta (Rahardja dan

Manurung 2008 307)

Nilai tukar didasari dua konsep Pertama adalah konsep nominal

merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang

menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna

memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain Kedua adalah konsep riil yang

dipergunakan untuk mengukur dayasaing komoditi ekspor suatu negara di

pasaran internasional (Halwani 2002 186)

Mankiw (2012 193) menyatakan bahwa nilai tukar nominal (nominal

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan mata

uang suatu negara dengan mata uang negara lain Sedangkan nilai tukar riil (real

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang

dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain Secara umum

rumus nilai tukar riil adalah

Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal x Harga barang domestik

Harga barang luar negeri

Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan

tingkat harga di kedua negara Jika nilai tukar riil adalah tinggi berarti harga

27

barang-barang luar negeri relatif murah dan harga barang-barang domestik relatif

mahal Sebaliknya jika nilai tukar riil rendah berarti harga barang-barang luar

negeri relatif mahal dan harga barang-barang domestik relatif murah (Rahardja

dan Manurung 2008 308)

245 Populasi

Populasi menurut World Bank (2016) adalah seluruh penduduk yang

tinggal di sebuah negara tanpa menghiraukan status legal atau kewarganegaraan

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara

menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga relatif

rendah Misalnya walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih

rendah daripada penduduk Singapura tetapi secara absolut tingkat pengeluaran

konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura karena jumlah penduduk

Indonesia 51 kali lipat penduduk Singapura (Rahardja dan Manurung 2008 267)

Sitorus (2009 41) menyatakan bahwa pertambahan populasi pada negara

importir dapat berada pada sisi penawaran maupun permintaan Pada sisi

penawaran pertambahan populasi akan meningkatkan produksi dalam negeri

dalam hal kuantitas maupun diversifikasi produk negara importir Kondisi ini

akan mengakibatkan penurunan permintaan komoditi ekspor oleh negara

importir Pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar

28

246 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat

harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu

Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama

yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu Masing-masing harga

barang dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya Barang

dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling besar (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perhitungan IHK ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari

sekelompok tetap barang atau jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi)

atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang atau jasa kebutuhan rumah tangga

sehari-hari (Badan Pusat Statistik 2016) Adapun perhitungan inflasi dari IHK

adalah sebagai berikut

Inflasi = (IHK ndash IHK -1) x 100

IHK -1

Rahardja dan Manurung (2008 368) menyatakan bahwa dilihat dari

cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang mencerminkan tingkat inflasi

yang sebenarnya Tetapi IHK sangat berguna karena menggambarkan besarnya

kenaikan biaya hidup bagi konsumen sebab IHK memasukkan komoditas-

komoditas yang relevan (pokok) yang dikonsumsi masyarakat

Inflasi dalam tingkat tertentu dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan

penawaran agregat karena kenaikan harga akan memacu produsen untuk

meningkatkan output-nya Namun terdapat beberapa masalah sosial yang muncul

29

dari inflasi yang tinggi (ge 10 per tahun) Pertama menurunnya tingkat

kesejahteraan rakyat yang diukur dengan tingkat daya beli pendapatan Inflasi

menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah khususnya bagi masyarakat

yang berpenghasilan rendah Kedua memburuknya distribusi pendapatan Ketiga

terganggunya stabilitas ekonomi Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan

merusak perkiraan tentang masa depan para pelaku ekonomi Inflasi yang kronis

menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa akan terus naik

Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak

dari yang seharusnya Tujuannya untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi

Akibatnya permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat sedangkan bagi

produsen perkiraan akan naiknya barang dan jasa mendorong mereka untuk

menunda penjualan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar Penawaran

barang dan jasa menjadi berkurang Akibatnya kelebihan permintaan dapat

mempercepat dan memperbesar laju inflasi sehingga kondisi ekonomi akan

semakin memburuk (Rahardja dan Manurung 2008 371-372) Inflasi yang

memburuk mengakibatkan harga-harga dalam negeri meningkat dan cenderung

akan melakukan impor untuk meredakan harga dalam negeri

25 Penelitian Terdahulu

Dayasaing dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perdagangan

internasional merupakan tema penelitian yang sebelumnya telah banyak diteliti

baik di Indonesia maupun di luar negeri Terdapat tujuh penelitian terdahulu yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam pemilihan metode analisis

30

dan variabel-variabel yang dipilih Adapun penelitian terdahulu dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut

Tabel 3 Penelitian Terdahulu

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

1 Posisi

Dayasaing dan

Spesialisasi

Perdagangan

Lada Indonesia

dalam

Menghadapi

Globalisasi

(Studi Pada

Ekspor Lada

Indonesia

Tahun 2009-

2013)

(Feira Aprilia

R Zainul

Arifin dan

Sunarti 2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Indeks

Spesialisasi

Perdagangan

(ISP)

1 Lada Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif dalam

perdagangan

dunia Dibuktikan

dengan

perhitungan RCA

pada tahun 2013

RCA Indonesia

1726 berada di

atas Brazil 770

India 360 dan

Malaysia 313

namun di bawah

Vietnam 4477

2 Berdasarkan

perhitungan ISP

dapat diketahui

bahwa Indonesia

merupakan

negarara eksportir

lada dan

merupakan

negara eksportir

lada kedua

setelah Vietnam

Persamaan

Menggunakan

metode

analisis RCA

dan ISP

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis EPD

dan Gravity

Model dengan

fokus analisis

pada

dayasaing

ekspor lada di

negara tujuan

ekspor bukan

pada sesama

negara

eksportir lada

di dunia

31

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

2 Analisis

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Lada

Indonesia ke

Negara Tujuan

Ekspor (Nadia

Permatasari

2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

1 Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif yang

kuat ke negara

tujuan

2 Rising star

Singapura dan

Inggris Falling

star Australia dan

Vietnam Lost

Opportunity AS

Jerman dan India

Retreat Jepang

3 Variabel yang

berpengaruh

signifikan adalah

GDP perkapita

negara tujuan

harga ekspor lada

Indonesia

populasi dan

produksi lada

Indonesia

Variabel tidak

berpengaruh

signifikan adalah

nilai tukar rupiah

Persamaan

menggunkaan

metode analisis

RCA EPD

dan regresi

data panel

Perbedaan

Penelitian

Nadia (2015)

tidak

menggunkana

ISP konsep

dalam

penentuan

variabel bukan

berdasarkan

teori Gravity

Model jumlah

tahun dan

negara yang

diteliti lebih

sedikit dan

menggunakan

nilai ekspor

bukan volume

ekspor untuk

variabel Y

dalam analisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

volume ekspor

lada

32

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

3 Analisis Posisi

Lada Putih

Indonesia di

Pasar Lada

Putih Dunia

(Kristiawan

Hadinata

Ginting 2014)

1 Regresi

Linear

Berganda

Logaritmatik

2 Almost Ideal

Demand

System

(AIDS)

1 faktor-faktor yang

berpengaruh

terhadap volume

perdagangan lada

putih Indonesia

terhadap lada

putih dunia adalah

harga lada putih

dunia harga lada

hitam dunia dan

GDP per kapita

dunia Sedangkan

populasi tidak

berpengaruh

2 Lada putih

Indonesia

memiliki

dayasaing di pasar

lada putih dunia

yang lebih baik

dibandingkan lada

putih Vietnam

Lada putih

Indonesia juga

memiliki prospek

yang baik dilihat

dari potensi pasar

lada putih dunia

itu sendiri Pasar

lada putih dunia

masih memiliki

potensi untuk

dimasuki

walaupun terdapat

desakan lada

hitam yang dapat

diolah lebih lanjut

menjadi lada

putih

Persamaan

menganalisis

faktor-faktor

dan dayasaing

lada

Perbedaan

Penelitian ini

menggunakan

regresi data

panel

meneliti lada

secara umum

dengan kode

HS 0904 di

UN

Comtrade

dan

menambahkan

variabel IHK

jarak

ekonomi dan

kurs riil

Dayasaing

dalam

penelitian ini

juga

menggunakan

metode RCA

EPD dan ISP

33

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

4 Empirical

Analysis of

Georgian

Trade Pattern

Gravity Model

(Azer

Dilanchiev

2012)

Regresi data

panel tahun

2000 - 2011

1GDP perkapita jarak

ekonomi dan FDI

berpengaruh

terhadap

perdagangan

Georgia

2Nilai tukar populasi

Georgia dan

populasi negara lain

tidak berpengaruh

signifikan

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel

Perbedaan

Penelitian ini

tidak

menggunkana

variabel

populasi

negara

eksportir dan

variabel

dummy

namun

menambahkan

variabel IHK

5 Perdagangan

Bilateral

Antara

Indonesia

dengan

Negara-Negara

Patner Dagang

Utama dengan Menggunakan Model

Gravitasi

(Sarwoko

2009)

Regresi OLS 1Perdagangan

Indonesia secara

positif dipengaruhi

oleh ukuran-ukuran

ekonomi PDB dan

PDB perkapita

negara importir dan

secara negatif

dipengaruhi oleh

jarak geografis

antara Indonesia

dengan negara-

negara partner

dagang utama

tersebut Sedangkan

PDB serta PDB

perkapita Indonesia

tidak berpengaruh

Persamaan

Menggunakan

Gravity

Model

Perbedaan

Pelitian ini

menambahkan

variabel lain

seperti

populasi

harga indeks

harga

konsumen

dan nilai

tukar

34

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

6 Peningkatan

Ekspor CPO

dan Kakao Di

Bawah

Pengaruh

Liberalisasi

Perdagangan

(Suatu

Pendekatan

Model

Gravitasi

(Maria Sitorus

2009)

Regresi data

panel

1 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

eskpor kakao

adalah GDP dan

populasi

eksportir nilai

tukar dan jarak

Sedangkan

variabel GDP dan

Populasi importir

tidak berpengaruh

signifikan

2 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

ekspor CPO

adalah GDP

eksportir dan

importir populasi

eksportir dan

importir serta

jarak Sedangkan

variabel nilai

tukar tidak

berpengaruh

nyata

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel dan

variabel-

variabel

Gravity

Model kecuali

IHK dan

populasi

eksportir

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

analisis

dayasaing

35

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

7 Posisi

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Buah-

Buahan

Indonesia

(Amalia

Pradipta dan

Muhammad

Firdaus 2014)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

Gravity

Model

1 EPD dan RCA

menunjukkan

bahwa buah yang

memiliki

keunggulan

komparatif dan

kompetitif

tertinggi di negara

tujuan dan dunia

adalah buah

manggis mangga

dan jambu

2 Faktor yang

mempengaruhi

aliran ekspor

buah Indonesia

meliputi harga

ekspor populasi

jarak ekonomi

GDP riil dan per

kapita nilai tukar

riil Indeks harga

konsumen

Indonesia dan

variabel dummy

krisis yang terjadi

di Eropa

Persamaan

Menggunakan

metode RCA

dan EPD

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis ISP

36

26 Kerangka Pemikiran

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis Dayasaing Komoditi Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Keunggulan

Komparatif

Analisi Faktor-Faktor

yang mempengaruhi

Volume Ekspor Lada

Indonesia

Kekuatan dan Peluang Lada Indonesia

1 Produksi Produksi meningkat

meskipun lahan berkurang

2 Produktivitas Produktivitas tinggi

3 Harga meningkat Harga yang

meningkat dari tahun ke tahun

menjadi peluang bagi eksportir untuk

meningkatkan volume ekspor karena

keuntungan lebih tinggi

4 Neraca perdagangan lada positif

5 Permintaan lada dunia meningkat

Masalah yang Dihadapi

Indonesia

1 Luas lahan berkurang

2 Fluktuasi ekspor

3 Pesaing utama (Vietnam

dan Brazil)

Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per kapita

2 Jarak ekonomi

3 Harga

4 Kurs riil

5 Populasi

6 Indeks harga

konsumen

Keunggulan

Kompetitif

Hasil dan Interpretasi

Regresi Data

Panel

Gravity

Model

EPD

dan ISP

RCA

37

27 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah

1 Nilai RCA Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional lebih dari 1

artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif sehingga komoditi

tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Nilai EPD Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional berada di sumbu

positif artinya Indonesia memiliki pangsa pasar lada yang kuat

3 Nilai ISP Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional adalah antara -1

sampai +1 Jika nilanya positif artinya Indonesia cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi lada

4 Variabel rata-rata PDB per Kapita berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

5 Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

6 Variabel Harga berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

7 Variabel Kurs Riil berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

8 Variabel Populasi berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

9 Variabel Indeks Harga Konsumen berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengakses website yang berkaitan dengan

judul penelitian Website yang diakses terdiri dari website UN Comtrade UN

CTAD World Bank dan CEPII Adapun waktu penelitian ini dimulai dari bulan

April - November tahun 2016

32 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif cross-sectional

menggunakan data panel yaitu time series 2004-2013 dan cross section sembilan

belas negara yang diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 9 dan microsoft

excel Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

beberapa sumber sebagai berikut

Tabel 4 Sumber Data dan Data

No Sumber Data

1 UN Comtrade

1 Nilai ekspor lada Indonesia ke negara importir

2 Nilai ekspor lada dunia ke negara importir

3 Total nilai ekspor Indonesia ke negara importir

4 Total nilai ekspor dunia ke negara importir

5 Nilai impor lada Indonesia dari negara importir

6 Harga lada Indonesia di pasar internasional

2 UN CTAD

Nilai tukar Rupiah

3 World Bank 1 PDB per Kapita

2 Populasi negara tujuan

3 Indeks harga konsumen

4 CEPII Jarak Ekonomi

39

33 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh negara yang menjadi tujuan

ekspor lada Indonesia Tahun 2004 - 2013 yaitu sebanyak 80 negara Penentuan

sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan

metode purposive sampling yaitu sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono 2011 68) Sampel dalam penelitian ini adalah negara-negara tujuan

ekspor lada Indonesia yang melakukan impor lada dari Indonesia secara kontinu

dari tahun 2004 - 2013 yang terdiri dari Amerika Serikat Australia Belanda

Belgia Bulgaria Hongkong India Inggris Italia Jepang Jerman Kanada

Korea Selatan Malaysia Pakistan Perancis Rusia Singapura dan Vietnam

34 Metode Analisis Data

Penelitian ini dianalisis menggunakan Revealed Comparative Advantage

(RCA) untuk mengetahui dayasaing lada secara komparatif Export Product

Dynamic (EPD) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk mengetahui

dayasaing lada secara kompetitif serta data panel untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

Data panel adalah data yang berstruktur urut waktu (time series) dan data

beberapa objek pada satu waktu (cross section) Data panel memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan data time series maupun cross section yang terdiri dari

(Suliyanto 2011 229)

1 Memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi Hal ini karena data

tersebut melibatkan beberapa individu dalam beberapa waktu

40

2 Mampu memberikan data yang lebih informatif bervariasi serta memiliki

tingkat kolinearitas yang rendah Hal ini karena menggabungkan data time

series dan cross section

3 Cocok untuk studi perubahan dinamis karena data panel pada dasarnya

adalah data cross section yang diulang-ulang (series)

4 Mampu mendeteksi dan mengukur pengaruh yang tidak dapat diobservasi

dengan data time series murni atau data cross section murni

5 Mampu mempelajari model perilaku yang lebih kompleks Misalnya

fenomena perubahan teknologi

341 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Analisis RCA merupakan salah satu metode analisis untuk mengukur

kekuatan dayasaing Adapun rumus analisis RCA adalah sebagai berikut

Keterangan

RCA

Xik

Xim

Xwk

Xwm

Keunggulan komparatif Indonesia

Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai dayasaing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan yaitu

1 Jika nilai RCA gt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Jika nilai RCA lt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki dayasaing lemah

RCA = Xik Xim

X wk Xwm 31

41

n

t=1 t

n

t=1 t-1

t=1 t t=1 t-1

n n

342 Export Product Dynamic (EPD)

Salah satu indikator dayasaing lainnya adalah Export Product Dynamic

Metode ini digunakan untuk mengukur posisi pasar suatu negara di negara tujuan

ekspornya dan mengukur dinamis atau tidaknya suatu produk di pasar

menggunakan empat kuadran yang terdiri dari Rising star Falling Star Lost

Opportunity dan Retreat Adapun rumus Export Product Dynamic (EPD) adalah

sebagai berikut

Pangsa Pasar Indonesia (Sumbu X)

sum (Xi Wi) x 100 - sum (Xi Wi) x 100

T

Pangsa Pasar Produk (Sumbu Y)

sum (Xt Wt) x 100 - sum (Xt Wt) x 100

T

Keterangan

Xi Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Xt Nilai total ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wi Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wt Nilai total ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

t Tahun analisis

t-1 Tahun analisis sebelumnya

T Total tahun analisis

32

33

42

SP = (Xia ndash Mia) (Xia + Mia)

+ +

- +

- +

- -

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan metode EPD

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Indeks ISP dapat

dirumuskan sebagai berikut

Keterangan

Xia Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Mia Nilai impor lada Indonesia dari negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai indeks ISP adalah anata -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu

negara cenderung menjadi negara eksportir terhadap komoditi yang

bersangkutan Jika nilainya negatif maka maka suatu negara cenderung menjadi

negara importir terhadap komoditi yang bersangkutan

344 Regresi Data Panel

Gravity Model merupakan sebuah model untuk mengukur volume ekspor

yang dipengaruhi oleh pendapatan negara jarak dan variabel lain yang

berhubungan dengan perdagangan internasional Faktor-faktor yang digunakan

34

Lost Opportunity

Retrat Falling Star

Rising Star

43

dalam penelitian ini adalah rata-rata Produk Domestik Bruto per kapita Jarak

Ekonomi Harga lada Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen

Persamaan Gravity Model menggunakan ln (logaritma natural) agar memenuhi

uji asumsi klasik dan menghindari model dari bias Perumusan Gravity Model

dalam penelitian ini adalah

LnVEL= β0 + β1LnPDBC + β2LnJE + β3LnHRG+ β4LnKR + β5LnPOP

+ β6IHK + e

Keterangan

LnVEL Volume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional

(ton) dalam persen

LnPDBC Rata-rata PDB per Kapita

LnJE Jarak Ekonomi (KM) dalam persen

LnHRG Harga Lada (US$ per ton) dalam persen

LnKR Kurs Riil (RpUS$) dalam persen

LnPOP Populasi (jiwa) dalam persen

IHK Indeks Harga Konsumen dalam persen

β0 Konstanta

β1-β7 Koefisien Regresi

e eror

345 Uji Kesesuaian Model

Widarjono (2009 231-237) menyatakan bahwa secara umum data panel

akan menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap negara

dan setiap periode waktu Oleh karena itu pengestimasian persamaan data panel

akan sangat tergantung dari asumsi yang dibuat tentang intersep koefisien slope

dan variabel pengganggunya Dengan demikian terdapat beberapa metode yang

biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel yaitu

35

44

1 Common Effect Model (CEM)

Model CEM merupakn model dengan koefisien tetap antara waktu dan

individu Model CEM hanya mengkombinasikan data time series dan

cross section Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi

individu maupun waktu Sehingga diasumsikan bahwa perilaku data

antara individu sama dalam berbagai kurun waktu

2 Fixed Effect Model (FEM)

Model FEM merupakan model dengan slope konstan tetapi intersep

berbeda antara individu Model FEM juga menggunakan variabel dummy

untuk menangkap adanya perbedaan intersep Regresi data panel dengan

model FEM diduga mengandung masalah heteroskedastisitas Oleh sebab

itu permasalahan heteroskedastisitas dalam model ini dapat diatasi

dengan menggunakan metode GLS

3 Random Effect Model (REM)

Model REM merupakan model mempunyai variabel gangguan berbeda

antara individu tetapi tetap antara waktu Model random merupakan

model yang akan mengestimasi data panel di mana variabel gangguan

mungkin saling berhubungan antara waktu dan individu Oleh sebab itu

metode yang tepat digunakan untuk mengestimasi model REM adalah

Generalized Least Squares (GLS)

Setelah diketahui macam-macam model data panel tahap selanjutnya

adalah memilih model mana yang paling tepat untuk untuk mengestimasi model

45

data panel Adapun uji-uji yang dilakukan untuk memilih model yang tepat

adalah sebagai berikut

1 Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk mengetahui apakah FEM lebih baik

daripada CEM atau sebaliknya hal tersebut dapat dilihat dari signifikansi

FEM dan uji F statistik jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak

dan H1 diterima Begitu juga sebaliknya apabila F hitung lebih kecil dari F

tabel maka H0 diterima (Widarjono 2009 238) Berikut hipotesis uji Chow

H0 Common Effect Model

H1 Fixed Effect Model

2 Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk memilih apakah model FEM lebih baik

dari REM atau sebaliknya Uji Hausman didasarkan pada LSDV pada FEM

dan GLS pada REM Uji ini mengikuti statistika chi square dengan degree of

freedom sebanyak k (jumlah variabel independen) Jika nilai statistik

Hausman lebih besar daripada nilai kritisnya maka H0 ditolak Sebaliknya

apabila nilai statistik Hausman lebih kecil daripada nilai kritisnya maka H0

diterima (Widarjono 2009 240-241) Berikut hipotesis uji Hausman

H0 Random Effect Model

H1 Fixed Effect Model

3 Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui apakah model

REM atau CEM yang paling tepat digunakan Uji signifikansi REM ini

46

dikembangkan oleh Breusch Pagan Metode Breusch Pagan untuk uji

signifikansi REM didasarkan pada nilai residual dari metode OLS

(Widarjono 2009 239) Hipotesis yang digunakan adalah

H0 Common Effect Model

H1 Random Effect Model

Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-squares dengan degree of

freedom sebesar jumlah variabel independen Jika nilai LM statistik gt nilai

kritis statistik chi-squares maka kita menolak H0 yang artinya estimasi yang

tepat untuk model regresi data panel adalah metode REM daripada metode

CEM Sebaliknya jika nilai LM lt kecil dari nilai statistik chi-squares sebagai

nilai kritis maka hipotesis nul diterima yang artinya estimasi yang digunakan

dalam regresi data panel adalah metode CEM bukan metode REM

346 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengaanggu atau residual memiliki distribusi normal Seperti diketahui

bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel yang kecil (Ghozali 2006 147)

1 Uji Normalitas dengan Analisis Grafik

Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik merupakan

metode yang termudah Analisis grafik dilakukan dengan menggunakan

histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal

sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal

47

Jika Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti

lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal

Normal

Gambar 10 Histogram Normalitas Sumber Ghozali (2009 34)

2 Uji Normalitas dengan Jarque-Bera (JB Test)

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik Jarque-Bera (JB)

dengan nilai Chi-Square (χ2) table dengan tingkat signifikansi 5 dan df (2)

Pengambilan keputusan dalam uji JB adalah jika nilai Jarque-Bera (JB) le χ2 tabel

maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal Sedangkan jika nilai

Jarque-Bera (JB) gt χ2 tabel maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi tidak

normal (Widarjono 2009 49)

347 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghazali

2006 95-96)

Pendeteksian ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis

korelasi berpasangan yang tinggi diantara variabel-variabel independen Jika

antar variabel independen terdapat koefisien korelasi yang tinggi (di atas 085)

maka dapat disimpulkan bahwa dalam model terdapat multikolinearitas Jika

48

koefisien korelasi lebih rendah dari 085 maka model tidak mengandung

multikolinearitas (Widarjono 2009106)

2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali 2006 125) Pengujian

heteroskedastisitas bisa dilakukan dengan metode Glejser Metode ini melakukan

regresi nilai absolut residual dengan variabel independennya (Widarjono 2009

120)

3 Uji Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota

observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu Oleh karena itu data

runtut waktu diduga seringkali mengandung unsur autokorelasi Sedangkan data

cross-section diduga jarang ditemui adanya unsur autokorelasi Salah satu metode

yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah Durbin-Watson Jika nilai

d adalah 2 maka tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif (Widarjono

2009 142-145) Adapun tabel pengujian Durbin-Watson adalah sebagai berikut

49

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

Nilai statistik d Hasil

0 lt d lt dL Ada autokorelasi positif

dL le d le dU Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

dU lt d lt 4 ndash dU Tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

4 ndash dU le d le 4ndashdL Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

4 ndash dL lt d lt 4 Ada autokorelasi negatif Sumber Widarjono (2009 146)

348 Uji signifikansi

1 Uji Signifikan Simultan (F)

Uji statistik F menurut Ghazali (2006 88) pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

terikat Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut

1 Bila nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat

kepercayaan 5 yang menyatakan bahwa semua variabel independen

secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen

2 Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F tabel Bila F-

hitung gt F tabel maka H0 ditolak dan menerima H1

2 Uji Signifikan Parsial (t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut

1 Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat

kepercayaan sebesar 005 maka H0 dapat diterima dan apabila lebih dari 005

maka H0 ditolak bila nilai t lebih dari 2 (nilai absolut)

50

2 Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel Apabila

t hitung gt t tabel maka variabel independen secara parsial mempengaruhi

variabel dependen (Ghazali 2006 88 - 89)

3 Koefisien Determinan (Rsup2)

Koefisien Determinan (Rsup2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu Nilai Rsup2 yang kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

amat terbatas Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen Jika nilai Rsup2 sama dengan satu maka pendekatan tersebut terdapat

kecocokan sempurna dan jika Rsup2 sama dengan nol maka tidak ada kecocokan

pendekatan (Ghozali 2006 87)

35 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati

secara langsung (Azwar 2013 74) Terdapat enam variabel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu variabel rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi

Harga Kurs Rill Populasi dan IHK Adapun definisi operasional variabel-

variabel tersebut adalah sebagai berikut

51

Tabel 6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnVEL Volume penjualan adalah

ukuran yang menunjukkan

banyaknya atau besarnya

jumlah barang atau jasa yang

terjual (Daryanto 2011 187)

Ekspor adalah kegiatan

mengeluarkan barang dari

Daerah Pabean (Menteri

Perdagangan 2012 5)

Banyaknya jumlah lada yang di

ekspor ke negara importir pada

tahun 2004-2013

LnPDBC PDB adalah nilai barang dan

jasa akhir berdasarkan harga

pasar yang diproduksi oleh

sebuah perekonomian dalam

satu periode dengan

menggunakan faktor-faktor

produksi yang berada dalam

perekonomian tersebut (Case

dan Fair 2002 23)

Rata-rata nilai pasar semua

barang dan jasa akhir Indonesia

dan negara importir yang

dihasilkan oleh faktor-faktor

produksi pada tahun 2004-2013

yang dibagi dengan jumlah

penduduk dalam satuan Dollar

Amerika (US$) dengan rumus

Rata-Rata PDB per Kapita =

(PDB per kapita Indonesia +

PDB per kapita importir)2

LnJE Jarak ekonomi adalah jarak

antara kedua negara

berdasarkan jarak bilateral

antara kota besar kedua negara

Jarak ini digunakan untuk

gambaran biaya transportasi

yang dibutuhkan untuk

melakukan ekspor dan impor

(Mayer dan Zignago 2011

11)

Jarak antar Indonesia dengan

negara tujuan secara riil dan

ekonomi yang digunakan sebagai

proxy untuk biaya transportasi

dan komunikasi serta waktu

pengiriman yang dibutuhkan

dalam kegiatan ekspor dan impor

dalam satuan KM dengan rumus

Jarak Ekonomi = Jarakij x (PDB

importirTotal PDB seluruh

negara yang dianalisis)

LnHRG Harga adalah jumlah yang

harus ditagihkan untuk suatu

produk atau jasa (Kotler dan

Keller 2009 18)

Jumlah uang yang ditukarkan

oleh negara-negara importir

dengan lada Indonesia pada

tahun 2004 - 2013 dalam satuan

Dolar (US$Ton)

LnKR Kurs riil (real exchange rate)

adalah nilai yang digunakan

seseorang saat menukarkan

barang dan jasa dari suatu

negara dengan barang dan jasa

dari negara lain (Mankiw

2012 193)

Kurs riil antara Indonesia dengan

negara importir yang ditukarkan

pada lada Indonesia dalam

satuan RpUS$ dengan rumus

KR= Kurs nominal x (IHK

IndonesiaIHK importir)

52

Tabel 6 Definisi Operasional (Lanjutan)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnPOP Semua warga negara di suatu

negara tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali

pencari suaka (World Bank

2016)

Semua warga negara di negara

tujuan ekspor tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali pencari

suaka pada tahun 2004 - 2013

yang dihitung dalam satuan jiwa

IHK Indeks harga konsumen adalah

angka indeks yang

menunjukkan tingkat harga

barang dan jasa yang harus

dibeli konsumen dalam satu

periode tertentu (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perubahan harga dari suatu

paket barang dan jasa yang

dikonsumsi oleh rumah tangga di

negara tujuan dalam satuan ()

pada tahun 2004-2013 dengan

tahun dasar 2010=100

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia

Para ahli memperkirakan bahwa lada merupakan tanaman asli Asia

selatan khususnya India Habitat asli lada adalah hutan-hutan yang lembab dan

hangat dengan tanah datar Pada abad ke-enam SM lada dibawa masuk oleh

saudagar-saudagar Hindu dari India ke Nusantara melalui Selat Sunda Di pesisir

Selat Sunda terutama Banten dan sekitarnya tanaman lada banyak

dibudidayakan Selain di Banten lada kemudian dibudidayakan secara intensif di

Lampung Hal ini ditunjukkan oleh sebuah piagam kuno yang bernama Piagam

Bojong tahun 1500 M yang menunjukkan kejayaan Lampung sebagai produsen

lada yang diperdagangkan secara luas ke seluruh dunia (Sutarno dan Andoko

2005 4) Adapun klasifikasi lada adalah sebagai berikut

Klasifikasi Lada

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas Magnoliopsida (berkeping dua dikotil)

Sub Kelas Magnoliidae

Ordo Piperales

Famili Piperaceae (suku sirih-sirihan)

Genus Piper

Spesies Piper nigrum L

Lada pala dan cengkih merupakan rempah-rempah yang menjadi

komoditas penting dari zaman dahulu hingga sekarang Diantara rempah-rempah

54

lainnya lada mendapatkan julukan sebagai ldquoraja rempah-rempahrdquo (the king of

spice) Lada mempunyai khasiat sebagai penghangat badan sehingga

keberadaannya sangat diperlukan oleh masyarakat di negara-negara subtropis

yang suhunya relatif dingin Begitu berharganya lada dipergunakan sebagai alat

tukar seperti halnya uang di Jerman pada abad XIV Lada juga menjadi komoditi

yang mendorong beberapa negara di Eropa seperti Portugis dan Belanda berlayar

sampai ke Indonesia Belanda (VOC) berhasil menguasai perdagangan lada dunia

berkat lada yang diperoleh dari nusantara dan mengakibatkan penjajahan selama

kurang lebih 350 tahun Pada abad pertengahan tersebut Indonesia terutama

Lampung merupakan sentra produksi lada yang tidak bisa diabaikan Dari

Lampunglah Belanda memasok sebagian besar ladanya yang diperdagangkan di

pasar dunia Pada tahun 1682 Belanda berhasil memasarkan sekitar 75 ton lada

hitam asal Lampung ke pasar dunia (Sutarno dan Andoko 2005 2)

Hingga tahun 2000 Indonesia merupakan salah satu produsen lada yang

diperhitungkan di pasar dunia dengan tingkat produksi 77500 ton Namun pada

tahun-tahun selanjutnya produktivitas lada terus menurun dan pada tahun 2003

menjadi 67000 ton Pada tahun tersebut posisi Indonesia tergeser oleh Vietman

dengan produksi 85000 ton atau sekitar 26 dari total produksi lada dunia

(Sutarno dan Andoko 2005 2-3)

Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama lada

dan mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada dunia Pasokan lada

Indonesia dalam perdagangan dunia dipenuhi dari Provinsi Bangka Belitung yaitu

lada putih dengan sebutan Muntok White Pepper dan Provinsi Lampung yaitu

55

lada hitam dengan sebutan Lampung Black Pepper yang sudah dikenal sejak

sebelum Perang Dunia ke-II (Wahyu 2014)

42 Lada Indonesia

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia

Lahan merupakan unsur pokok dalam bercocok tanam yang berfungsi

sebagai media tanam tanaman untuk tumbuh Pertumbuhan luas lahan menjadi

salah satu pendorong produktivitas yang tinggi Saat ini luas lahan pertanian

semakin berkurang seiring gencarnya alih fungsi lahan menjadi lahan non

pertanian seperti pabrik perumahan perkantoran jalan dan lain sebagainya

Adapun luas lahan lada dari tahun 2004-2013 adalah sebagaimana berikut

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia

Tahun Perkebunan

Rakyat (Ha)

Perkebunan

Negara (Ha)

Perkebunan

Swasta (Ha)

Total

(Ha)

2004 201248 - 236 201484

2005 191801 - 191 191992

2006 192572 - 32 192604

2007 189050 - 4 189054

2008 183078 - 4 183082

2009 185937 - 4 185941

2010 179314 - 4 179318

2011 177486 - 4 177490

2012 177783 - 4 177787

2013 171916 - 4 171920 Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (20143)

Luas areal lahan lada di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir

didominasi oleh perkebunan rakyat Sementara perkebunan swasta hanya

berkontribusi sangat sedikit dan terus mengalami penurunan hingga pada tahun

2007-2013 hanya tersisa luas lahan seluas 4 Ha Secara keseluruhan total luas

areal lada terus mengalami penurunan Hingga pada tahun 2013 luas areal lada

56

hanya sebesar 171920 Ha Penurunan terbanyak terjadi pada tahun 2005 dengan

penurunan sebesar 471 dari tahun 2004

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) terdapat empat faktor dominan

yang menjadi penyebab penurunan areal lada yaitu pertama fluktuasi harga lada

Lada merupakan komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar

internasional berpengaruh langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika

harga lada di tingkat petani rendah banyak petani lada tidak mampu merawat

tanaman secara baik sehingga produktivitasnya menurun Bahkan sebagian

petani tidak lagi menanam lada atau mengurangi luas areal lada dengan beralih ke

usaha tani komoditas lain (Manohara et al Vietnam Pepper Association dan

Irawati dalam Daras dan Pranowo 2009 2) Kedua gangguan organisme

pengganggu tanaman Mulia et al dalam Daras dan Pranowo (2009 3)

menyatakan bahwa areal pertanaman lada yang tersebar pada lima belas

kecamatan di Pulau Bangka rusak akibat serangan hama dan penyakit dengan

intensitas serangga rendah (3-7 ) sedang (10-22 ) dan tinggi (31-35 )

Ketiga dampak penambangan timah ilegal Sejak reformasi bergulir pada tahun

19971998 Pemerintah Pusat dan Daerah sedikit melonggarkan peraturan atau

ketentuan tentang penambangan timah Kondisi ini mendorong masyarakat Babel

dan sekitarnya melakukan penambangan timah secara tradisional karena kegiatan

ini mampu memberikan pendapatan secara cepat Akibatnya sebagian petani lada

beralih ke usaha penambangan timah sehingga usaha tani lada hanya sebagai

usaha sampingan (Irawati et al dalam Daras dan Pranowo 2009 3) Keempat

pengembangan komoditas lain Selain lada terdapat komoditas lain yang

57

dikembangkan di Babel seperti karet kelapa kelapa sawit kopi kakao cengkih

jambu mete dan nilam (Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Bangka

Belitung dalam Daras dan Pranowo 2009 4) Kelapa sawit merupakan

komoditas yang memperlihatkan perkembangan luas areal tanam paling pesat

sehingga mengurangi luas areal tanam lada (Daras dan Pranowo 2009 4)

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia

Berdasarkan sejarah Indonesia pernah menguasai pasar internasional lada

hingga tahun 2003 Produksi lada yang melimpah membuat Indonesia mampu

melakukan ekspor lebih banyak Laporan statistik perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3) menunjukkan bahwa produksi lada

Indonesia terus mengalami peningkatan sebagaimana Gambar 11 berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia

Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Produksi lada Indonesia terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun

2007 yang mengalami penurunan sebesar 439 sekaligus menjadi tahun dengan

produksi paling rendah dibanding tahun-tahun lainnya Sementara produksi

paling tinggi terjadi pada tahun 2013 dengan total produksi sebanyak 91039 ton

58

Adapun secara rinci total produksi lada Indonesia adalah 77008 ton pada tahun

2004 78328 ton pada tahun 2005 77533 pada tahun 2006 74131 ton pada

tahun 2007 80420 pada tahun 2008 82834 ton pada tahun 2009 83663 pada

tahun 2010 87089 pada tahun 2011 87841 ton pada tahun 2012 dan 91039 ton

pada tahun 2013

Peningkatan produksi lada di Indonesia seharusnya dapat mendorong

ekspor lada Indonesia Namun menurut data Statistik Perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 4) terjadi penurunan ekspor yang besar

pada tahun 2011 dan 2013 Adapun hubungan antara produksi dengan ekspor lada

Indonesia adalah sebagai berikut

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia

Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Hubungan

2004 77008 34302 +

2005 78328 34556 +

2006 77533 36953 +

2007 74131 38447 +

2008 80420 52407 +

2009 82834 50642 +

2010 83663 62599 +

2011 87089 36487 -

2012 87841 62605 +

2013 91039 47908 - Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3-4)

Secara umum dalam kurun waktu 2004 - 2013 produksi lada Indonesia

memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia Artinya

produksi lada memberikan dampak yang positif karena setiap kenaikan produksi

lada di Indonesia akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia Namun

terjadi hubungan yang negatif pada tahun 2011 dan 2013 yang dapat dilihat

dengan menurunnya volume ekspor lada Indonesia pada tahun tersebut Produksi

59

lada pada tahun 2011 meningkat sebesar 41 namun terjadi penurunan ekspor

sebesar 4171 Begitupun pada tahun 2013 produksi lada meningkat sebesar

364 namun ekspor lada menurun sebesar 2348 Hal ini dikarenakan

konsumsi lada dalam negeri pada tahun tersebut mencapai 3489 dan 2835

dari total produksi

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia

Besaran harga lada merupakan salah satu faktor yang dapat memicu naik

dan turunnya penjualan lada Harga lada domestik Indonesia menurut

International Pepper Community (2013 53) menunjukkan peningkatan yang

cukup tinggi Harga rata-rata lada hitam dan putih memiliki perbedaan yang

cukup besar yaitu hampir mencapai 50 Perbedaan harga ini disebabkan oleh

proses pengolahan lada putih yang lebih rumit dibandingkan lada hitam Adapun

perkembangan rata-rata lada adalah sebagai berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Rp

Kg)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia Sumber International Pepper Community (2013 53)

Harga rata-rata lada hitam dan lada putih dalam negeri bergerak secara

beriringan secara fluktuatif namun cenderung meningkat Peningkatan harga rata-

rata lada hitam tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan peningkatan sebesar

60

751 dari tahun sebelumya yaitu dari Rp 27899Kg menjadi Rp 48850Kg dan

sempat mengalami penurunan sebesar 1884 pada tahun 2009 menjadi Rp

22142Kg dari Rp 27281Kg Adapun harga rata-rata lada hitam per kilogram

adalah Rp 9489 pada tahun 2004 Rp 10089 pada tahun 2005 Rp 15238 pada

tahun 2006 Rp 25284 pada tahun 2007 Rp 27281 pada tahun 2008 Rp 22142

pada tahun 2009 Rp 27899 pada tahun 2010 Rp 48850 pada tahun 2011 Rp

52409 pada tahun 2012 dan Rp 62430 pada tahun 2013

Sama halnya dengan lada hitam harga rata-rata lada putih mengalami

peningkatan yang tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 5291 dan menurun

pada tahun 2009 sebesar 239 Adapun harga rata-rata lada putih per kilogram

adalah Rp 18284 pada tahun 2004 Rp 18968 pada tahun 2005 Rp 24036 pada

tahun 2006 Rp 36043 pada tahun 2007 Rp 40938 pada tahun 2008 Rp 39961

pada tahun 2009 Rp 45925 pada tahun 2010 Rp 70223 pada tahun 2011 Rp

77907 pada tahun 2012 dan Rp 90083 pada tahun 2013 Tingginya harga lada

putih disebabkan adanya perbedaan proses pengolahan pada lada Proses

pembuatan lada putih lebih rumit daripada lada hitam Lada putih dipilih dari

buah yang matang kemudian direndam dalam air selama beberapa hari Dari satu

kilogram lada yang direndam hanya dapat menghasilkan lada putih paling

banyak empat ons Sedangkan proses pembuatan lada hitam lebih mudah yaitu

dengan cara mengeringkan lada hijau kemudian dibersihkan tangkainya

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) fluktuasi harga lada merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penurunan luas areal tanam lada

yang juga akan berpengaruh terhadap jumlah produksi lada Lada merupakan

61

komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar internasional berpengaruh

langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika harga lada di tingkat petani

rendah banyak petani lada tidak mampu merawat tanaman secara baik sehingga

produktivitasnya menurun Bahkan sebagian petani tidak lagi menanam lada atau

mengurangi luas areal lada dengan beralih ke usaha tani komoditas lain

Sebaliknya jika harga lada dalam negeri meningkat maka petani cenderung akan

mempertahankan lahannya untuk terus memproduksi lada karena besarnya

keuntungan yang akan didapatkan Hal ini sejalan dengan cenderung

meningkatnya produksi dalam negeri dalam kurun waktu 2004 - 2013 (Direktorat

Jenderal Perkebunan 2014 3) Namun meningkatnya harga domestik lada

berdampak kurang baik terhadap ekspor lada Hal ini terlihat dari menurunnya

ekspor lada pada tahun 2011 dan 2013 dimana pada tahun yang sama harga lada

domestik baik hitam maupun putih mengalami peningkatan yang signifikan Hal

ini menunjukkan bahwa petani cenderung menjual ladanya pada konsumen dalam

negeri dibandingkan luar negeri karena keuntungan yang didapat akan lebih besar

dengan meningkatnya harga domestik lada tersebut

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia

Perkembangan ekspor lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 fluktuatif

Sebagaimana Gambar 4 bahwa volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2012

yaitu sebanyak 62608 ton dan terendah pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton

Ekspor lada Indonesia fluktuatif dengan total eskpor terbanyak terjadi

pada tahun 2012 yaitu 62608 ton naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya

Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348 pada tahun 2013 dengan

62

total ekspor sebanyak 47908 ton Sedangkan penurunan terbesar ekspor lada

Indonesia terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor

sebanyak 36487 ton

Penurunan ekspor tertinggi pada tahun 2011 diiringi oleh peningkatan

harga domestik lada tertinggi pada tahun yang sama Pada tahun tersebut harga

lada mencapai Rp 48850Kg naik sebesar 751 untuk lada hitam dan Rp

70223Kg naik sebesar 5291 untuk lada putih Begitupun pada tahun 2013 di

mana harga domestik lada hitam mencapai Rp 62430Kg naik sebesar 1912

dan lada putih Rp 90083Kg naik sebesar 1563 (International Pepper

Community 2013 53)

43 Lada Dunia

Indonesia merupakan salah satu negara yang berkontribusi dalam

penyediaan lada dunia Selain Indonesia terdapat negara lain yang berperan aktif

dalam penyediaan lada dunia diantaranya Brazil Cina India Madagaskar

Malaysia Sri Lanka Thailand dan Vietnam Dalam kurun waktu 2004 - 2013

Vietnam dan Brazil merupakan pesaing terdekat lada Indonesia di pasar

internasional

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia

Permintaan lada dunia yang terus meningkat perlu didukung oleh luasnya

areal tanam yang besar Lahan yang luas akan mendukung produksi lada yang

tinggi Adapun ketersediaan lahan lada di dunia adalah sebagai berikut

63

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ha)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailnd

Vietnam

Lainnya

Gambar 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia Sumber International Pepper Community (2013 3)

Menurut data International Pepper Community (2013 3) India

merupakan negara dengan luas areal lahan lada terbesar hingga mencapai

253730 Ha pada tahun 2006 Meskipun juga mengalami penurunan luas lahan

pada tahun-tahun selanjutnya India masih menempati posisi pertama sebagai

negara dengan luas lahan lada terbesar di dunia dengan luas areal lahan sebesar

19700 Ha pada tahun 2013 Sedangkan Vietnam yang merupakan eksportir lada

pertama di dunia hanya memiliki luas areal lahan lada sebesar 56500 Ha pada

tahun 2013 Luas lahan ini lebih kecil dibandingkan Indonesia pada tahun yang

sama yaitu 113000 Ha Sementara Brazil yang merupakan negara ketiga

eksportir lada dunia hanya memiliki luas lahan sebesar 20000 Ha pada tahun

2013

Meskipun memiliki luas lahan yang tidak lebih luas dari Indonesia dan

India Vietnam mempunyai manajemen lahan yang baik sehingga mampu

menjadi produsen dan ekportir utama lada dunia Adapun manajemen lahan yang

dilakukan Vietnam adalah dengan cara membuat drainase yang baik saat musim

64

hujan dan membuat irigasi yang dapat meminimalisir penyebaran dan

kontaminasi penyakit Hal inilah yang menyebabkan produktivitas lada Vietnam

lebih tinggi daripada Indonesia maupun India (Ton dan Buu 2011 18)

432 Produksi Lada Dunia

Produksi lada dunia didominasi oleh negara-negara dengan luas lahan

yang luas seperti India Indonesia Brazil dan Vietnam Produksi ini merupakan

hal penting yang dapat mempengaruhi volum ekspor Adapun total produksi

produsen lada dunia dari tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

Total Produksi

(Ton

)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailand

Vietnam

Lainnya

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 5)

Areal lahan yang luas tidak secara langsung mampu mempengaruhi

produksi lada di suatu negara Hal ini terlihat dalam Gambar 14 yang

menunjukkan bahwa dalam waktu sepuluh tahun dari tahun 2004-2013 meskipun

bukan sebagai negara dengan kepemilikan lahan terluas Vietnam merupakan

negara dengan tingkat produksi paling tinggi mengalahkan India yang

merupakan negara dengan kepemilikan luas areal lahan lada paling luas Total

produksi lada Vietnam mencapai 32 dari keseluruhan total produksi lada dunia

yaitu sebanyak 1110750 ton Sementara Indonesia hanya mampu memproduksi

lada sebanyak 17 dari total produksi lada dunia dengan total produksi sebanyak

65

578000 ton Sedangkan India yang merupakan negara dengan luas areal lahan

terluas di dunia hanya mampu memproduksi lada sebesar 15 dari total produksi

lada dunia yaitu 536150 ton

Ketidak selarasan antara luas areal lahan dan total produksi di masing-

masing negara bisa jadi sebabkan oleh beberapa hal Meskipun menjadi negara

dengan luas areal tanam lada terluas produksi lada India masih berada di bawah

Vietnam dan Indonesia Menurut International Pepper Community (2016)

penurunan produksi lada di India disebabkan oleh hama dan penyakit serta

adanya tanaman yang sudah tua dan tidak produktif Begitu juga menurut Yogesh

dan Mokshapathy (2013 38) yang menyatakan bahwa penurunan produksi lada

di India dikarenakan produksi lada India yang menurun akibat penyakit dan umur

tanaman lada yang sudah tua sehingga India perlu melakukan penanaman pohon

lada baru yang berdampak pada lambatnya pertumbuhan produksi Faktor cuaca

yang tidak menentu di India juga menjadi penyebab selanjutnya penuruan

produksi lada di India yang pada akhirnya perdampak pada ekspor (Yogesh dan

Mokshapathy 201338) Faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi lada di

India menurut Ganesan dalam Soepanto (2006 57) adalah faktor kemiskinan

petani Petani dan buruh tani di India termasuk diantara orang-orang paling

miskin di dunia Upaya pemerintah India untuk membantu petani melalui subsidi

mendapat hambatan dari negara-negara maju yang menganggap hal tersebut

dapat mendistorsi perdagangan Akibatnya petani di India masih mengalami

kesulitan dan lebih memilih untuk beralih profesi bahkan dampak paling buruk

66

adalah memilih untuk bunuh diri Hal ini lah yang menyebabkan produktivitas

pertanian di India menurun salah satunya lada

433 Perkembangan Harga Lada Dunia

Pergerakan harga merupakan salah satu penentu pembelian oleh

konsumen terhadap suatu barang Perkembangan harga lada di pasar internasional

berdasarkan harga Free on Board (FOB) dari beberapa negara eksportir menjadi

salah satu acuan importir untuk melakukan pembelian Perkembangan harga lada

dari beberapa produsen lada dunia mengalami fluktuasi cenderung meningkat

setiap tahunnya sebagaimana data International Pepper Community (2013) yang

tertera pada Gambar 15 dan Gambar 16 berikut

A Harga Lada Hitam

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(US

$To

n)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Pergerakan harga lada hitam diantara negara-negara eksportir relatif

sama yaitu berfluktutaif cenderung meningkat Harga tertinggi lada hitam

dunia ditempati oleh Malaysia Sedangkan harga terendah lada hitam dunia

ditempati oleh Vietnam Adapun posisi harga lada hitam Indonesia adalah

pertengahan di antar negara-negara lainnya Harga tertinggi lada terjadi pada

67

tahun 2013 yaitu US$ 6338ton untuk Brazil US$ 6927ton untuk India

US$ 6850ton untuk Indonesia US$ 7359ton untuk Malaysia dan US$

6549ton untuk Vietnam

Produksi lada yang tinggi di Vietnam membuat harga lada Vietnam

menjadi lebih murah Sedangkan Malaysia merupakan negara dengan

produksi lada hitam terendah diantara negara-negara tersebut Oleh karenanya

harga lada hitam Malaysia menjadi lebih mahal dibanding negara-negara

lainnya Selain Vietnam harga lada hitam Brazil merupakan yang termurah

ke dua di dunia Menurut International Pepper Community (2013) produksi

lada hitam Brazil lebih sedikit dari India Namun konsumsi lada hitam di

India lebih besar daripada Brazil Oleh karenanya persediaan lada hitam

Brazil untuk ekspor lebih banyak dibandingkan India Hal ini juga yang dapat

menyebabkan harga lada hitam India merupakan harga termahal kedua

setelah Malaysia Sementara harga lada hitam Indonesia masih lebih mahal

daripada Brazil meskipun produksi lada hitam Indonesia lebih tinggi daripada

Brazil Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada hitam di Indonesia lebih

tinggi daripada Brazil sehingga persediaan lada Brazil untuk ekspor masih

lebih banyak dibandingkan Indonesia

B Harga Lada Putih

Sejalan dengan harga lada hitam perkembangan lada putih dunia dari

masing-masing eksportir berfluktuasi cenderung meningkat Untuk lada putih

Malaysia masih menjadi negara dengan harga lada putih termahal Begitupun

dengan Vietnam yang mempunyai harga lada putih paling murah

68

dibandingkan negara eksportir yang lainnya Sedangkan harga lada putih

Indonesia masih lebih tinggi dari Brazil yang merupakan pesaing terdekat

lada Indonesia Pada tahun 2013 masing-masing harga lada putih adalah US$

9716ton untuk Brazil US$ 9367ton untuk Indonesia US$ 9887ton untuk

Malaysia dan US$ 9111ton untuk Vietnam Adapun grafik perkembangan

harga lada putih dunia adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

2005

2006

20

07

2008

20

09

20

10

2011

20

12

2013

Tahun

(US

$T

on

) Brazil

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Penyebab perbedaan harga lada putih sama dengan lada hitam sebelumya

yaitu tingkat persediaan lada untuk diekspor setelah dikurangi konsumsi Menurut

International Pepper Community (2013) Indonesia merupakan produsen tertinggi

lada putih di dunia selama tahun 2004-2013 Namun harga lada putih Indonesia

tidak lebih murah dari Vietnam yang merupakan produsen kedua lada putih

dunia Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada putih Indonesia lebih tinggi dari

Vietnam Oleh karenannya Vietnam memiliki persediaan lada putih lebih banyak

dari Indonesia Begitupun dengan Malaysia yang memiliki harga lada putih

paling tinggi di dunia selama kurun waktu 2004-2013 Produksi lada putih

Malaysia lebih rendah dibandingkan Vietnam Indonesia dan Brazil Sedangkan

69

untuk Indonesia dan Brazil meskipun produksi lada putih Indonesia jauh di atas

Brazil namun harga lada putih Indonesia lebih mahal daripada Brazil Hal ini

dapat disebabkan oleh meningkatnya harga lada putih Indonesia di dalam negeri

sehingga berdampak pada tingginya harga lada putih Indonesia di pasar

internasional

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia

Ekspor lada dunia sangat berkaitan dengan jumlah produksi lada dunia

Negara yang mampu memproduksi lada lebih banyak cenderung mampu

melakukan ekspor lebih banyak juga Adapun perkembangan ekspor lada dunia

dari tahun 2004-2013 menurut data International Pepper Community (2013 7)

adalah sebagaimana grafik berikut

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ton

)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Berdasarkan Gambar 17 terlihat bahwa ekspor lada di pasar internasional

selama tahun 2004-2013 didominasi oleh lada Vietnam Sementara lada

Indonesia sendiri hanya mampu berada di posisi kedua namun dengan selisih

volume ekspor yang besar Rata-rata selisih jumlah volume ekspor Indonesia

dengan Vietnam adalah sebanyak 656954 tontahun Selisih terbesar terjadi pada

tahun 2011 sebanyak 87374 ton dan selisih terkecil terjadi pada tahun 2008

70

sebenyak 37908 ton Selanjutnya posisi ketiga ekspor lada di pasar internasional

ditempati oleh Brazil Berbeda dengan Vietnam selisih volume ekspor lada

Indonesia dengan Brazil relatif kecil Bahkan pada tahun 2005-2007 Brazil

mampu mengungguli ekspor lada Indonesia dengan total ekspor lada sebanyak

38416 ton 42187 ton dan 38665 ton Hingga kemudian Indonesia mampu

mengungguli kembali Brazil pada tahun 2008-2013 dengan selisih sebesar 15822

ton 14057 ton 31838 ton 3792 ton 33479 ton dan 17303 ton Adapun rata-

rata selisih ekspor lada Indonesia dengan Brazil adalah sebanyak 10738

tontahun Eksportir lada seanjutnya adalah India India merupakan negara

dengan luas lahan terbesar di dunia namun tidak mampu menjadi eksportir utama

dunia Menurut Yogesh dan Mokshapathy (2013 39) penyebab tidak menjadinya

India sebagai eksportir utama lada dunia disebabkan oleh rendahnya

produktivitas dan tingginya konsumsi di India Tingginya konsumsi domestik

lada India digunakan untuk kuliner ekstraksi minyak dan oleoresin industri

farmasi dan lain-lain

71

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

511 Keunggulan Komparatif

1 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang beragam di setiap

negara Keunggulan komparatif ini dapat dilihat melalui nilai RCA Adapun nilai

RCA lada Indonesia di negara-negara tujuan ekspor adalah sebagai berikut

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 21754 2175

Australia 4458 446

Belanda 16796 1680

Belgia 15061 1506

Bulgaria 22014 2201

Hongkong 19695 1970

India 7228 723

Inggris 3243 324

Italia 7142 714

Jepang 1763 176

Jerman 21839 2184

Kanada 7753 775

Korea 804 080

Malaysia 531 053

Pakistan 282 028

Perancis 24621 2462

Rusia 40220 4022

Singapura 8140 814

Vietnam 25090 2509 Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Ekspor lada Indonesia ke sembilan belas negara tujuan secara umum

memiliki dayasaing yang kuat secara komparatif karena memiliki nilai RCA lebih

72

dari 1 Namun tidak di tiga negara yaitu Korea Malaysia dan Pakistan Hal ini

dikarena nilai RCA Indonesia di tiga negara tersebut kurang dari 1 yaitu 080

053 dan 028

Tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Korea Malaysia dan Pakistan

disebabkan oleh adanya negara lain yang menjadi eksportir utama lada di negara-

negara tersebut Eksportir utama lada di Korea yang memiliki keunggulan

komparatif tinggi adalah Vietnam dengan nilai RCA sebesar 22 Sri Lanka

dengan nilai RCA sebesar 12 Malaysia dengan nilai RCA sebesar 6 Cina dengan

nilai RCA sebesar 3 dan India dengan nilai RCA sebesar 1 Begitu juga di

Pakistan eksportir utama lada Pakistan adalah Vietnam dengan nilai RCA

sebesar 179 Disusul Sri Lanka dengan nilai RCA sebesar 33 Brazil dengan nilai

RCA sebesar 7 dan India dengan nilai RCA sebesar 4 Sedangkan di Malaysia

dayasaing komparatif lada Indonesia kalah oleh India dengan nilai RCA sebesar

32 Disusul Vietnam dan Cina dengan nilai RCA sebesar 329 dan 318

Meskipun begitu secara komparatif lada Indonesia sangat berdayasaing di Rusia

dan beberapa negara lainnya

Rusia adalah peluang pasar lada tertinggi Indonesia karena memiliki rata-

rata nilai RCA tinggi yaitu 4022 Disusul Vietnam dengan nilai RCA sebesar

2509 Meskipun berstatus sebagai eksportir nomor satu lada dunia Vietnam

masih melakukan impor lada dari Indonesia dengan rata-rata nilai ekspor lada

Indonesia ke Vietnam sebesar US$ 31249188

Menurut Vietnam Pepper Association industri lada di Vietnam terus

berkembang hingga mencapai 10-20 per tahun Pertumbuhan ini menimbulkan

73

banyak resiko dari sisi teknis dan kondisi alam Selain itu harga lada dalam

negeri Vietnam juga mengalami peningkatan yang tinggi Oleh karenanya

banyak petani yang menggunakan pupuk dan pestisida yang berlebihan untuk

meningkatkan produktivitas Namun hal inilah yang menyebabkan kualitas lada

Vietnam tidak memenuhi permintaan pasar dan banyak mendapatkan peringatan

tentang residu yang dihasilkan dari Amerika dan Kanada Oleh karena hal itu

Vietnam harus melakukan impor lada berkualitas tinggi dari negara lain salah

satunya dari Indonesia (Horizon Pasific 2016)

Posisi selanjutnya adalah Perancis dengan nilai RCA sebesar 2462

Disusul Bulgaria sebesar 2201 dan Jerman sebesar 2184 Sedangkan Amerika

Serikat yang merupakan negara tujuan ekspor utama lada Indonesia hanya

menempati posisi keenam dengan nilai RCA sebesar 2175 Eksportir lada utama

dan memiliki keunggulan komparatif paling tinggi di Amerika serikat adalah

Peru dan Vietnam dengan nilai RCA sebesar 3290 dan 2254

512 Keunggulan Kompetitif

1 Export Product Dynamic (EPD)

Dayasaing lada Indonesia selanjutnya ditentukan oleh keunggulan

kompetitifnya Keunggulan kompetitif ini dapat dilihat melalui nilai EPD yang

digunakan untuk menentukan posisi pasar lada Indonesia di masing-masing

negara Berikut adalah hasil perhitungan EPD lada Indonesia di negara-negara

tujuan ekspornya

74

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD)

Negara

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor Indonesia

()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar Lada

()

Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional berada di empat posisi

yaitu Rising Star Falling Star Lost Opportunity dan Retreat Posisi Rising Star

terjadi pada perdagangan lada antara Indonesia dengan Belanda India Italia

Jepang Jerman dan Malaysia Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia

memiliki pertumbuhan pangsa ekspor lada yang bernilai posistif serta lada

merupakan komoditi yang berdayasaing dan dinamis di negara-negara tersebut

karena memiliki pertumbuhan daya tarik pasar yang positif Secara keseluruhan

posisi lada Indonesia di pasar internasional adalah sebagai berikut

75

1) Posisi Rising Star

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik

sebesar 0684 dan 0012 di Belanda Begitu pula di India pertumbuhan

pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik sebesar 0131 dan

0088 Sedangkan di Italia Jepang Jerman Malaysia dan Pakistan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia masing-masing meningkat sebesar

0126 0416 0177 dan 0605 Begitu juga pertumbuhan pangsa pasar

ladanya yang masing-masing meningkat sebesar 0015 0006 0001 dan

0207 Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa secara kompetitif

Indonesia sangat berdayasaing di negara-negara tersebut

2) Posisi Falling Star

Posisi selanjutnya adalah Falling Star yang terjadi di negara Belgia

Hongkong Korea dan Perancis Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia di

negara-negara tersebut mengalami penurunan daya tarik namun pangsa pasar

lada masih mengalami peningkatan karena perbandingan nilai ekspor lada

Indonesia mampu bersaing dengan nilai ekspor lada dunia di negara-negara

tersebut Posisi ini merupakan posisi yang masih menguntungkan bagi Indonesia

karena setidaknya Indonesia masih memiliki pangsa pangsa pasar lada di negara

tersebut

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia di Belgia meningkat sebesar

1301 Namun pangsa pasar lada menurun sebesar 0011 Pangsa pasar

ekspor Indonesia juga tumbuh sebesar 0900 di Hongkong Hanya saja

pertumbuhan pangsa pasar lada menurun sebesar 0016 Begitu juga di Korea

76

Selatan pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia meningkat sebesar 0123

Namun pertumbuhan pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0023

Sedangkan di Perancis pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia tumbuh

sebesar 0612 namun pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0001

3) Posisi Lost Opportunity

Posisi lainnya yaitu Lost Opportunity Posisi ini terjadi di Amerika

Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Pangsa pasar ini menunjukkan

bahwa terjadinya penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis

sehingga posisinya adalah yang paling tidak diinginkan karena Indonesia tidak

dapat merebut pangsa pasar lada di negara-negara tersebut meski permintaanya

mengalami peningkatan Hal ini terjadi karena lada Indonesia kurang

berdayasaing dibandingkan total lada dunia di negara-negara tersebut

Indonesia mengalami penurunan pangsa pasar ekspor sebesar 0025 di

saat permintaan lada meningkat sebesar 0014 di Amerika Serikat Begitupun

di Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Penurunan pangsa pasar ekspor di

Kanada mencapai 0140 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar

0001 Sedangkan di Pakistan penurunan pangsa pasar mencapai 0065 di

saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0155 Selanjutnya di Rusia

dan Singapura penurunan pangsa pangsa ekspor menurun sebesar 1212 dan

3724 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0014 dan 0053

Menurunnya pangsa pasar ekspor Indonesia di negara-negara tersebut

dikarenakan adanya pesaing utama Indonesia yang lebih mampu menguasai

77

pasar Adapun pesaing-pesaing Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah sebagai berikut

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia

Negara Pesaing RCA

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor ()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Lada ()

Posisi

AS Peru 3290 0240 0017 Rising Star

Vietnam 2254 1684 0082 Rising Star

Kanada Vietnam 4056 0789 0028 Rising Star

Pakistan India 415 0045 0440 Rising Star

Rusia Polandia 404 1004 0140 Rising Star

Cina 017 0177 0745 Rising Star

Singapura Vietnam 2994 2966 -0005 Falling Star

Sri Lanka 2469 0661 -0002 Falling Star

India 206 0416 0302 Rising Star Keterangan AS (Amerika Serikat)

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Amerika Serikat

Pesaing utama lada Indonesia di Amerika Serikat adalah Peru dan

Vietnam Nilai RCA kedua negara tersebut aadalah 3290 dan 2254 Nilai

tersebut lebih besar dari nilai RCA Indonesia yaitu 2175 Artinya dayasaing

lada Indonesia secara komparatif kalah dari Peru dan Vietnam Begitu juga secara

kompetitif dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut karena

kedua negara tersebut berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa

pasar ekspor mencapai 0240 untuk Peru dan 1684 untuk Vietnam Begitu

juga pertumbuhan pangsa pasar ladanya yang meningkat sebesar 0017 dan

0082

Salah satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Amerika

Serikat adalah harga Harga lada Peru dan Vietnam lebih murah dibandingkan

78

Indonesia Adapun pergerakan harga lada ketiga negara tersebut di Amerika

Serikat adalah sebagai berikut

000

100

200

300

400

500

600

700

800

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Peru

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Berdasarkan Gambar 18 harga lada Peru merupakan yang termurah

dibandingkan Vietnam dan Indonesia Hal ini menyebabkan permintaan lada Peru

lebih bayak dibandingkan Vietnam dan Indonesia yang kemudian berpengaruh

terhadap peningkatan nilai ekspor lada Peru Peningkatan ini menjadikan Peru

mampu berdayasaing kuat secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Amerika Serikat Sedangkan harga lada Vietnam dan Indonesia relatif sama

Namun harga lada Vietnam sedikit lebih murah dari Indonesia dengan rata-rata

harga sebesar US$ 308Kg Sedangkan rata-rata harga lada Indonesia adalah US$

371Kg Hal ini menyebabkan volume dan nilai ekpor lada Vietnam lebih banyak

dan menjadikan Vietnam mampu berdayasaing lebih kuat secara komparatif dan

kompetitif dibandingkan Indonesia di pasar lada Amerika Serikat

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Kanada

Pesaing utama lada Indonesia di Kanada adalah Vietnam Hal ini

ditunjukkan dengan Nilai RCA Vietnam yang lebih besar dari Indonesia yaitu

79

4056 Sedangkan nilai RCA Indonesia adalah 775 Selain nilai RCA yang lebih

besar Vietnam juga mampu berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor sebesar 0789 dan pertumbuhan pangsa pasar produk

sebesar 0028 Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Vietnam sangat

berdayasaing secara komparatif dan kompetitif di pasar lada Kanada

dibandingkan Indonesia

Dayasaing kuat lada Vietnam di Kanada dikarenakan nilai ekspor lada

Vietnam yang tinggi Tingginya nilai ekspor ini diperoleh dari banyaknanya lada

yang telah diekspor Vietnam ke Kanada Banyaknya ekspor lada Vietnam ke

Kanada bukan dikarenakan harganya yang lebih murah dari Indonesia Karena

selama tahun 2004-2013 harga lada Indonesia lebih murah dari Vietnam

sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 19 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(KgU

S$)

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Gambar 19 menunjukkan bahwa harga lada Vietnam lebih tinggi daripada

Indonesia Namun tingginya harga lada Vietnam tidak berpengaruh terhadap

permintaan lada dari Kanada Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lada yang

diekspor Vietnam ke Kanada dibandingkan Indonesia Adapun total ekspor lada

80

Vietnam dari tahun 2004-2013 adalah 6917024 ton Sedangkan total ekspor lada

Indonesia adalah 1527629 ton Banyaknya lada yang diekspor oleh Vietnam ke

Kanada dikarenakan Vietnam mampu memproduksi lada dalam jumlah yang

lebih banyak dibandingkan Indonesia Menurut data International Pepper

Community (2013 5) total produksi lada Vietnam dari tahun 2004 - 2013 adalah

1110750 ton Sedangkan dalam kurun waktu yang sama Indonesia hanya

mampu memproduksi lada sebanyak 578000 ton Oleh sebab itu meskipun

memiliki harga yang lebih mahal Vietnam lebih mampu mengekspor lada lebih

banyak daripada Indonesia Hal ini menyebabkan nilai ekspor lada yang

diperoleh Vietnam lebih tinggi dari Indonesia dan menjadikan lada Vietnam lebih

berdayasaing dari Indonesia secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Kanada

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Pakistan

Pesaing utama lada Indonesia di Pakistan adalah India Hal ini

ditunjukkan dengan nilai RCA India yang lebih besar yaitu 415 Sedangkan

Indonesia hanya memiliki nilai RCA sebesar 028 yang artinya secara komparatif

lada Indonesia tidak berdayasaing di pasar lada Pakistan Selain itu Indonesia

juga kalah berdayasaing secara kompetitif dari India Hal ini dikarenakan India

berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar

0045 dan pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0440

Kuatnya dayasaing India di Pakistan disebabkan oleh besarnya nilai

ekspor lada yang diperoleh oleh India dibandingkan Indonesia Nilai ekspor ini

berkaitan dengan permintaan lada India yang lebih banyak daripada Indonesia

81

Faktor yang menyebabkan tingginya permintaan lada India adalah harga lada

India yang lebih murah daripada harga lada Indonesia sebagaimana data UN

Comtrade (2016) adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

India

Indonesia

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan

Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Rusia

Polandia dan Cina adalah pesaing utama lada Indonesia di Rusia Secara

komparatif Indonesia mampu berdayasaing lebih kuat dibandingkan kedua negara

tersebut Hal ini dikarenakan nilai RCA Indonesia lebih tinggi yaitu 4022

Sedangkan nilai RCA Polandia adalah 404 Bahkan secara komparatif Cina tidak

memiliki dayasaing di pasar Rusia karena memiliki nilai RCA kurang dari satu

yaitu 017 Dayasaing yang kuat ini disebabkan oleh perbandingan nilai ekspor

lada Indonesia dari total ekspor Indonesia lebih besar dari perbandingan nilai

ekspor lada dunia dari total ekspor dunia ke Rusia

Meskipun secara komparatif lada Indonesia mampu berdayasaing kuat

dibandingkan Polandia dan Cina di pasar Rusia namun secara kompetitif

dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut Hal ini ditujukkan

dengan posisi Rising Star Polandia dan Cina di Rusia Pertumbuhan pangsa pasar

ekspor lada kedua negara tersebut mencapai 1004 dan 0177 Begitu juga

82

pertumbuhan pangsa pasar produk yang mencapai 0140 dan 0745 Salah

satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia adalah faktor harga Adapun

harga lada masing-masing negara tersebut adalah sebagai berikut

0

2

4

6

8

10

12

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Polandia

Cina

Indonesia

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada Cina adalah yang termurah di Rusia Rata-rata harga lada

Cina di Rusia adalah US$ 194Kg yang merupakan harga lada termurah

dibandingkan Polandia dan Indonesia Murahnya harga lada Cina menyebabkan

meningkatnya volume ekpor ladanya ke Rusia Hal ini juga menyebabkan

meningkatnya nilai ekspor lada Cina yang akhirnya berpengaruh terhadap

dayasaing Cina di Rusia Sedangkan meningkatnya dayasaing lada Polandia di

Rusia dikarenakan tingginya rata-rata harga lada Poalndia di Rusia yaitu US$

724Kg yang akhirnya juga meningkatkan nilai ekspor dan dayasaing ladanya di

Rusia

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Singapura

India Vietnam dan Sri Lanka merupakan pesaing utama lada Indonesia

di Singapura Secara komparatif dayasaing lada Indonesia kalah saing

dibandingkan Vietnam dan Sri Lanka karena nilai RCA Indonesia lebih kecil dari

83

kedua negara tersebut yaitu 814 Sedangkan nilai RCA Vietnam dan Sri Lanka

adalah 2994 dan 2469 Namun dayasaing komparatif Indonesia di Singapura

masih lebih unggul jika dibandingkan dengan India karena nilai RCA India lebih

kecil dari Indonesia yaitu 206 Meskipun begitu India merupakan negara

dengan keunggulan kompetitif paling kuat karena berada di poisi Rising Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar produk sebesar 0416

dan 0302 Sedangkan Vietnam dan Sri Lanka berada di posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2966 dan 0661 Namun

pertumbuhan pangsa pasar produknya menurun sebesar 0005 dan 0002

Posisi Falling Star Vietnam dan Sri Lanka masih lebih baik jika dibandingkan

dengan Indonesia yang berada di posisi Lost Opportunity

Harga merupakan salah satu penyebab kurang berdayasaingnya lada

Indonesia di Singapura Harga lada Indonesia merupakan yang paling mahal di

singapura Sedangkan harga lada India merupakan yang paling murah di

Singapura Adapun perkembangan harga lada Indonesia dan pesaingnya di

Singapura adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Sri Lanka

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

84

Harga lada Indonesia lebih mahal daripada Vietnam India dan Sri Lanka

Hal ini menyebabkan konsumen di Singapura lebih memilih lada dari negara lain

yang harganya lebih murah yaitu India Oleh karenanya permintaan lada India

meningkat dan meningkatkan nilai ekspor ladanya yang kemudian menjadikan

India sebagai negara dengan dayasaing yang kuat di Singapura

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa salah satu penyebab

tidak berdayasaingnnya lada Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah harga yang tinggi dan persediaan lada untuk

diekspor Oleh sebab itu Indonesia harus meningkatkan produksi ladanya

sehingga jumlah lada untuk diekspor juga meningkat dan dapat menurunkan

harga Sebagaimana teori economic of scale Krugman (2008) yang menyatakan

bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya produksi akan semakin

rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh terhadap harga yang lebih

murah

4 Posisi Retreat

Retreat adalah posisi yang kurang baik karena ekspor lada Indonesia

sudah tidak diinginkan lagi di negara-negara tersebut Posisi ini terjadi di

Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Penyebab tidak berdayasaingnya lada

Indonesia di Australia adalah karena India Vietnam dan Spanyol mampu

menguasai pasar lada di Australia yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang lebih

tinggi dari Indonesia yaitu 32 112 dan 961

Selain itu ketiga negara tersebut juga mampu berdayasaing secara

kompetitif dengan berada pada posisi Rising Star dan Falling Star India dan

85

Spanyol berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor

sebesar 0067 dan 0353 serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0043 dan 0071 Sedangkan Vietnam berada pada posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2329 namun pertumbuhan

pangsa pasar produkuknya menurun sebesar 0014 Penyebab tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Australia adalah faktor harga yang lebih mahal

dibandingkan negara lainnya sebagaimana Gambar 23 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Vietnam

Spanyol

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Gambar 23 menunjukkan bahwa harga lada Indonesia cenderung

meningkat dan lebih mahal dibanding India Vietnam dan Spanyol Rata-rata

harga lada Indonesia adalah US$ 437Kg Sementaar rata-rata harga India

Vietnam dan Spanyol adalah US$ 267Kg US$ 388Kg dan US$ 288Kg

Lada Indonesia juga tidak berdayasaing sama sekali di Inggris Hal ini

dikarenakan pasar lada negara tersebut dikuasai oleh Vietnam dan India Nilai

RCA kedua negara tersbeut adalah 4947 dan 1796 Nilai tersebut menunjukkan

bahwa Vietnam dan India berdayasaing kuat secara komparatif Selain itu secara

86

kompetitif kedua negara tersebut juga berada di posisi yang lebih baik dari

Indonesia yaitu Rising Star Vietnam dan India mengalami peningkatan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 2624 dan 0555 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0037 dan 009 Kuatnya

dayasaing lada Vietnam dan India disebabkan oleh harga ladanya yang lebih

murah dibandingkan Indonesia sebagaimana Gambar 24 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

Vietnam

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 24 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada India merupakan yang termurah dibandingkan negara lainnya

Harga rata-rata lada India selama tahun 2004-2013 adalah US$ 24Kg Murahnya

harga lada India membuat volume ekspor lada India meningkat dan menghasilkan

nilai rata-rata ekspor lada yang tinggi yaitu US$ 13190004 Sehingga India

mampu menjadi salah satu negara yang menguasai pasar lada di Inggris Begitu

pula dengan Vietnam yang memiliki harga lada yang bersaing dengan Indonesia

Rata-rata harga lada Vietnam adalah US$ 42Kg Dengan harga tersebut

Vietnam mampu meningkatkan volume ekspor dan mendapatkan rata-rata nilai

87

ekspor lada sebesar US$ 12335811 sehingga mampu menjadi negara yang

menguasai pasar lada di Inggris seperti India

Sama halnya dengan Australia dan Inggris pasar lada Indonesia di

Bulgaria harus bersaing dengan Vietnam Spanyol dan Cina Secara komparatif

Vietnam merupakan negara pesaing terberat Indonesia karena nilai RCA Vietnam

jauh lebih besar dari Indonesia yaitu 35178 Sementara nilai RCA Indonesia di

Bulgaria adalah 2201 Sedangkan nilai RCA Spanyol dan Cina adalah 565 dan

282 Namun secara kompetitif Indonesia tidak mampu berdayasaing dengan

ketiga negara tersebut karena Indonesia berada di posisi Retreat Sedangkan

Vietnam Spanyol dan Cina berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor lada sebesar 0255 0870 dan 1933 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0007 0366 dan 0188 Tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Bulgaria disebabkan oleh harga yang tinggi

sebagaimana Gambar 25 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Spanyol

Cina

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 25 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

88

Besarnya nilai RCA Vietnam di Bulgaria menunjukkan bahwa lada

merupakan salah satu komoditi unggulan Vietnam untuk diekspor ke Bulgaria

Vietnam juga merupakan market leader lada di Bulgaria karena mampu

menguasai 39 lada di Bulgaria Sehinggga meskipun harga lada Vietnam terus

naik total volume ekspor lada Vietnam tetap menjadi yang terbanyak yaitu

405402 Ton serta menghasilkan rata-rata nilai ekspor paling besar yaitu US$

1555314 Sedangkan secara kompetitif stabilnya harga lada Cina dan Spanyol

di Bulgaria berpengaruh pada meningkatnya volume ekspor lada kedua negara

tersebut Sehingga nilai ekspor kedua negara tersebut lebih besar dibandingkan

Indonesia yaitu US$ 591459 untuk Cina dan US$ 430878 Sedangkan harga

lada Indonesia yang berfluktuasi dan cenderung lebih mahal dari Cina dan

Spanyol berpengaruh pada penurunan volume dan nilai ekspor lada Indonesia

Rata-rata nilai ekspor lada Indonesia adalah US$ 141231 lebih kecil dari Cina

dan Spanyol Hal inilah yang menyebabkan lada Indonesia tidak dapat

berdayasaing di Bulgaria

Selanjutnya lada Indonesia juga tidak berdayasaing di Vietnam

Meskipun berstatus negara eksportir lada nomor satu dunia Vietnam masih

melakukan impor lada dari beberapa negara seperti India dan Brazil yang menjadi

eksportir utama lada di sana Dayasaing lada Indonesia di Vietnam secara

komparatif masih lebih unggul dibandingkan India dan Brazil Karena Indonesia

memiliki nilai RCA yang lebih besar yaitu 2509 Sementara nilai RCA India dan

Brazil adalah 716 dan 750 Namun secara kompetitif kedua negara tersebut

mampu berdayasaing kuat dibandingkan Indonesia karena berada pada posisi

89

Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 3047 untuk

India dan 0347 untuk Brazil serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0217 untuk India dan 0065 untuk Brazil

Harga lada India adalah yang termurah diantara ketiga negara tersebut

Sedangkan harga lada Indonesia dan Brazil saling bersaing Adapun pergerakan

harga negara-negara tersebut di Vietnam adalah sebagi berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Brazil

Indonesia

Gambar 26 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Murahnya harga lada India di Vietnam menyebabkan permintaan lada

India menjadi meningkat di Vietnam Permintaan yang meningkat menyebakan

volume dan nilai ekspor lada meningkat Hal inilah yang menyebabkan India

secara kompetitif berdayasaing kuat di Vietnam Sedangkan harga lada Brazil dan

Indonesia saling bersaing di Vietnam Namun secara keseluruhan selama tahun

2004 - 2013 harga lada Brazil cenderung lebih murah Oleh karenanya lada

Brazil lebih mampu berdayasaing dibandingkan Indonesia di Vietnam Adapun

secara keseluruhan gambaran dayasaing lada Indonesia secara kompetitif di

negera-negara tujuan selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

90

-3

-2

-1

0

1

2

3

-3 -2 -1 0 1 2 3

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Kurang berdayasaingnya lada Indonesia di beberapa negara khususnya di

Rusia dan Vietnam yang memiliki keunggulan komparatif tinggi dibanding

negara lainnya namun masuk ke dalam posisi Lost Opportunity dan Retreat

menunjukkan bahwa Indonesia perlu meningkatkan produksi ladanya sehingga

harganya menjadi lebih murah sebagaimana teori economic of scale Krugman

(2008) yang menyatakan bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya

produksi akan semakin rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh

terhadap harga yang lebih murah

Sedangkan posisi perdagangan lada di Australia Bulgaria Inggris dan

Vietnam yang masuk ke dalam posisi Retreat menunjukkan bahwa Indonesia

perlu mencari alternatif negara lain sebagai negara tujuan ekspornya atau

memaksimalkan ekspor ke negara importir yang sudah menjadi partner dagang

lada Indonesia dengan harga yang lebih murah dan stabil Dengan begitu volume

dan nilai ekspor lada Indonesia akan lebih meningkat dan berdayasaing

Rising Star Lost Opportunity

Amerika Serikat Kanada

Pakistan Rusia dan

Singapura

Belanda India Italia

Jepang dan Jerman

Australia Bulgaria

Inggris dan Vietnam

Belgia Hongkong

Perancis Korea dan

Malaysia

Falling Star Retreat

91

2 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Keunggulan kompetitif lainnya dapat dilihat melalui nilai ISP Nilai ISP

berfungsi untuk mengetahui apakah Indonesia layak menjadi eksportir lada atau

tidak di negara tujuan ekspornya Berikut adalah hasil perhitungan ISP lada

Indonesia

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 9985 0999

Australia 9536 0954

Belanda 9963 0996

Belgia 10000 1000

Bulgaria 10000 1000

Hongkong 8320 0832

India 3327 0333

Inggris 10000 1000

Italia 9978 0998

Jepang 9965 0997

Jerman 9868 0987

Kanada 10000 1000

Korea 7662 0766

Malaysia 1938 0194

Pakistan 9653 0965

Perancis 9988 0999

Rusia 10000 1000

Singapura 9891 0989

Vietnam 8994 0899

Sumber UN Comtrade (Diolah)

Ekspor lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004-2013

secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata ISP positif antara 0 hingga 1 Nilai

positif ini menunjukkan bahwa Indonesia cenderung untuk menjadi eksportir lada

di negara-negara tujuan ekspornya Diantara kesembilan belas negara tersebut

92

Malaysia dan India menjadi negara dengan nilai ISP terendah Hal ini

dikarenakan Indonesia juga melakukan impor lada dalam jumlah yang cukup

besar dari Malaysia dan India Impor lada dari kedua negara tersebut dikarenakan

laju produksi lada dalam negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia

yang menyentuh angka rata-rata 3 per tahun Sedangkan laju produksi lada

Indonesia hanya 15 per tahun Oleh sebab itu Indonesia harus lebih berupaya

untuk mengekspor lada lebih banyak ke dua negara tersebut untuk terus

meningkatkan neraca perdagangan dan dayasaing secara kompetitifnya di

Malaysia dan India

Secara keseluruhan sebagian besar lada Indonesia sudah masuk pada

tahap pertumbuhan perdagangan yang matang karena memiliki nilai ISP antara

081 sampai 100 Nilai ini menunjukkan standarisasi teknologi yang digunkaan

Artinya Indonesia memiliki kualitas lada yang baik karena sudah menggunakan

teknologi yang terstandarisasi Sedangkan di Korea India dan Malaysia

pertumbuhan perdagangan lada Indonesia baru memasuki tahap pertumbuhan

Hal ini ditunjukkan dengan nilai ISP antara 001 sampai 080 Artinya Indonesia

mulai memproduksi lada dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional pada tahun 2004-

2013 berdasarkan teori Gravity Model diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu Produk Domestik Bruto per Kapita (LnPDBC) dan Jarak Ekonomi (LnJE)

93

Serta faktor-faktor lain yang terdiri dari Harga (LnHRG) Kurs Riil (LnKR)

Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga Konsumen (IHK)

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel

Hasil uji Chow menunjukkan F-statistik lebih besar dari F-tabel dengan

taraf nyata lima persen (3534 gt 167) dan nilai probabilitas lebih kecil dari taraf

nyata lima persen (000 lt 005) Dengan demikian model yang terpilih adah

Fixed Effect Model Selanjutnya hasil uji Hausman menunjukkan nilai

probabilitas lebih besar dari taraf nyata lima persen (0408 gt 005) dan nilai chi-

square statistik lebih kecil dari nilai chi square tabel (614 lt 1259) Dengan

demikian maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random

Effect Model Hasil estimasi Random Effect Model adalah sebagaimana Tabel 13

berikut

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model

Variabel Dependen LnVEL

Variabel Koefisien Prob

LnPDBC 1746167 00057

LnJE -0875098 00185

LnHRG -0369590 00493

LnKR 0470691 02770

LnPOP 1494300 00020

IHK 0003891 06231

C -3370401 00024

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Sum squared resid 7836682

Prob(F-statistic) 0000024 Durbin-Watson stat 1281398

Keterangan Signifikan terhadap taraf nyata 5 ()

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di

negara tujuan ekspor adalah PDB perkapita (LnPDBC) Jarak Ekonomi (LnJE)

94

Harga (Ln HRG) Kurs Riil (LnKR) Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga

Konsumen (IHK) Persamaan hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah

LnVEL = -3370401 + 1746167 LnPDBC - 0875098 LnJE - 0369590 LnHRG +

0470691 LnKR + 1494300 LnPOP + 0003891 IHK

Keterangan

LnVEL Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional (persen)

LnPDBC Rata-rata PDB per kapita (persen)

LnJE Jarak ekonomi (persen)

LnHRG Harga lada (persen)

LnKR Kurs riil (persen)

LnPOP Populasi (persen)

IHK Indeks Harga Konsumen (persen)

522 Uji Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

Gambar 28 Uji Normalitas

Sumber Output Eviews

Berdasarkan Gambar 28 nilai stattistik Jarque-Bera lebih kecil dari nilai

chi-square (0659385 lt 59915) Sebaliknya nilai probabilitas lebih besar dari

taraf nyata lima persen (0719145 gt 005) Hasil ini menunjukkan bahwa nilai

residual terdistribusi dengan normal

95

523 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Tabel 14 Uji Multikolinearitas

LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

LnPDBC 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

LnJE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

LnHRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

LnKR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

LnPOP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000 Sumber Output Eviews

Berdasarkan correlation matrix nilai korelasi seluruh variabel bebas

kurang dari 085 Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara variabel

bebas Widarjono (2009 229) menyatakan bahwa data panel dapat mengatasai

masalah multikolinearitas sehingga permasalahan multikolinearitas dapat diatasi

2 Uji Heteroskedastisitas

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas

Metode Glejser

Variabel Koefisien Prob

C 4930401 04847

LnPDBC -0085616 08301

LnJE 0042988 08378

LnHRG -0206352 01878

LnKR -0300695 04211

LnPOP -0006353 09816

IHK 0013324 00302

Sumber Output Eviews

Berdasarkan tabel di atas seluruh nilai probabilitas variabel independen

lebih dari taraf nyata lima persen kecuali variabel IHK Nilai probabilitas IHK

lebih kecil dari taraf nayata lima persen (00302 lt 005) Namun Widarjono

(2009 130) menyatakan bahwa masalah heteroskedastisitas bisa diatasi dengan

96

Generalized Least Squares (GLS) Karena yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Random Effect Model yang sudah menggunakan pembobotan GLS maka

permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi

3 Uji Autokorelasi

Nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini adalah 1281398 Jika

mengikuti uji Durbin Watson penelitian ini mengandung masalah autokorelasi

karena 18280 gt 1281398 lt 2172 Namun permasalahan autokorelasi dapat

diatasi karena Random Effect Model telah menggunakan pembobotan

Generalized Least Squares (GLS) sehingga model telah terbebas dari masalah

autokorelasi (Widarjono 2009 151)

524 Uji Signifikansi

1 Uji F

Berdasarkan estimasi Random Effect Model nilai probabilitas F-statistik

lebih kecil dari taraf nyata lima persen (0000024 lt 005) Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yang terdiri dari rata-rata PDB per Kapita Jarak

Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap Volume Ekspor Lada Indonesia

2 Uji t

Signifikansi variabel ditunjukkan oleh nilai t-hitung yang lebih besar dari

t-tabel dan nilai probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen Nilai t-

tabel dalam penelitian ini adalah 1653 yang diperoleh dari df 183 (190-7)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model terdapat empat variabel signifikan

yaitu rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi

97

Nilai t-hitung dan probabilitas variabel rata-rata PDB per Kapita adalah

2797 gt 1653 dan 00057 lt 005 variabel Jarak Ekonomi adalah 2376 gt 1653

dan 00185 lt 005 variabel Harga adalah 1979 gt 1653 dan 00493 lt 005 serta

variabel Populasi adalah 3129 gt 1653 dan 00020 lt 005 Artinya variabel rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi berpengaruh signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Sedangkan nilai t-

hitung dan probabilitas variabel Kurs Riil adalah 1090 lt 1653 dan 0277 gt 005

serta variabel IHK adalah 0492 lt 1653 dan 06231 gt 005 Artinya variabel Kurs

Riil dan IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

3 Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model diperoleh nilai R Square

sebesar 0155065 Nilai ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK

mampu menjelaskan variabel dependen Volume Ekspor Lada sebesar 1551

sedangkan sisanya sebesar 8449 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam model persamaan penelitian ini

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per Kapita

Variabel rata-rata PDB per Kapita memiliki nilai probabilitas dan

koefisien sebesar 00057 dan 1746167 Artinya rata-rata PDB per kapita

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume ekspor lada Dengan

98

asumsi variabel lain konstan peningkatan satu persen rata-rata PDB per kapita

akan meningkatkan 1746167 persen volume ekspor lada Indonesia PDB

merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan beberapa hal

penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB merupakan

gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara (Rahardja dan Manurung

2008 223)

Pengaruh positif dan signifikan rata-rata PDB per kapita terhadap volume

ekspor lada sejalan dengan penelitian Dilanchiev (2012) yang menyatakan bahwa

rata-rata PDB per kapita antara Goergia dan negara tujuan ekspornya

berpengaruh positif terhadap volume perdagangan Georgia Pradipta dan Firdaus

(2014) juga menyatakan bahwa PDB per kapita suatu negara menggambarkan

kemampuan secara keseluruhan negara tersebut Semakin tinggi pendapatan

secara keseluruhan suatu negara maka semakin tinggi kemampuan negara

tersebut untuk melakukan ekspor dan impor Pada komoditi lada Ginting (2014)

menyatakan bahwa PDB per kapita berpengaruh terhadap perdagangan lada putih

dunia Begitu juga Permatasari (2015) menyatakan bahwa semakin besar GDP

per kapita riil suatu negara menunjukkan bahwa tingkat pendapatan negara

tersebut semakin besar yang akan mengakibatkan konsumsi yang semakin

99

meningkat Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan PDB per

kapita riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor lada

Amerika Serikat merupakan importir terbesar lada Indonesia Adapun

total ekspor lada Indonesia ke Amerikas Serikat selama kurun waktu 2004-2013

adalah sebanyak 185480 ton Dengan rata-rata PDB perkapita antara Indonesia

dan Amerika Serikat sebesar US$ 25139tahun telah meningkatkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia sebanyak 18548 tontahun Artinya rata-rata PDB

perkapita berpengaruh positif terhadap perdagangan lada Indonesia

2 Jarak Ekonomi

Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Nilai probabilitas dan koefisien jarak ekonomi adalah 00185 dan

-0875098 Dengan asumsi varaiabel lain konstan peningkatan satu persen Jarak

Ekonomi akan menurunkan 0875098 persen volume ekspor lada Indonesia Hasil

ini sesuai dengan penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009)

Dilanchiev (2012) serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak

ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan

Semakin jauh jarak ekonomi Indonesia dengan negara importir akan

menyebabkan semakin tinggi biaya transportasi yang dikeluarkan bagi kedua

negara Hal ini menyebabkan harga lada semakin mahal seiring dengan adanya

peningkatan biaya produksi yang diakibatkan semakin tingginya biaya

transportasi yang dibayarkan Kondisi ini akan menyebabkan turunnya daya beli

negara importir yang berdampak pada turunnya jumlah permintaan ekspor lada

100

Indonesia Adapun rata-rata jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara

importir lada Indonesia adalah sebagai berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000A

S

Aust

ralia

Be

land

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

Ind

ia

Ing

gri

s

Italia

Jepang

Jerm

an

Ka

nad

a

Ko

rsel

Mala

ysia

Pa

kist

an

Pera

nci

s

Ru

sia

Sin

gap

ura

Vie

tnam

(KM

)

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Sumber CEPII dan World Bank (2016) (Diolah)

Gambar 29 menujukkan bahwa jarak ekonomi terjauh Indonesia adalah

Amerika Serikat dengan rata-rata jarak ekonomi sebesar 585551 KM

Sedangkan jarak ekonomi terdekat Indonesia adalah Singapura dengan rata-rata

jarak ekonomi sebesar 523 KM Meskipun Amerika Serikat merupakan importir

terbesar lada Indonesia namun volume ekspor lada ke Amerika Serikat hanya

tiga kali volume ekspor lada ke Singapura Rata-rata volume ekspor lada

Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun sedangkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Singapura adalah 5902 tontahun Hal ini

menunjukkan bahwa semakin jauh jarak ekonomi akan menurunkan volume

ekspor Sebaliknya semakin dekat jarak ekonomi akan meningkatkan volume

ekspor

101

3 Harga

Variabel Harga memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar 00493

dan -0369590 Variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Artinya kenaikan satu persen harga akan menurunkan volume

ekspor sebesar 0369590 persen Hasil ini sesuai dengan hukum permintaan yaitu

semakin murah harga suatu barang maka permintaan akan bertambah

Sebaliknya semakin mahal harga suatu barang maka permintaan akan menurun

dengan asumsi ceteris paribus (Rahardja dan Manurung 2008 24) Selain itu

hasil negatif dan signifikannya harga terhadap volume ekspor lada juga sejalan

dengan hasil penelitian Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa

meningkatnya harga ekspor mangga berpengaruh terhadap penurunan volume

eskpor mangga Begitu juga hasil penelitian Ginting (2014) yang menyatakan

bahwa kenaikan dan penurunan harga lada hitam dan putih dunia berpengaruh

terhadap kenaikan dan penurunan volume ekspor lada putih Adapun rata-rata

harga lada Indonesia di negara-negara importir adalah sebagi berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

AS

Aust

ralia

Bela

nda

Be

lgia

Bulg

aria

Ho

ng

kon

g

India

Inggris

Ita

lia

Jep

an

g

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysi

a

Paki

stan

Pera

nci

s

Rusi

a

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(US

$T

on

)

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

102

Gambar 30 menunjukkan bahwa rata-rata harga lada tertinggi adalah di

Jepang yaitu US$ 4974Ton Tingginya harga lada di Jepang menyebabkan

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang lebih kecil daripada ke Amerika Serikat

yang mempunyai rata-rata harga lebih murah yaitu US$ 3710Ton Rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang adalah 1448 tontahun sedangkan rata-

rata volume ekspor lada Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun

4 Populasi

Nilai probabilitas dan koefisien varibel Populasi adalah signifikan positif

yaitu 00020 dan 1494300 Artinya kenaikan satu persen populasi negara

importir akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia ke negara importir

sebesar 1494300 persen Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Sitorus

(2009) dan Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa populasi negara

importir berpengaruh positif signifikan terhadap volume ekspor

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi

secara menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga

relatif rendah (Rahardja dan Manurung 2008 267) Sitorus (2009 41) juga

menyatakan bahwa pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar Oleh sebab itu meningkatnya

populasi negara importir akan meningkatkan kebutuhan dan konsumsinya

Terlebih jika produksi dalam negeri negara importir tidak mencukupi maka

ekspor merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan penduduknya

103

Pertumbuhan penduduk dunia dalam kurun waktu 2004-2013 terus

mengalami peningkatan Hal ini juga terjadi pada negara-negara importir lada

Indonesia yang selanjutnya berpengaruh terhadap banyaknya volume impor lada

dari Indonesia Adapun populasi negara importir adalah sebagai berikut

0

200000000

400000000

600000000

800000000

1000000000

1200000000

1400000000

AS

Au

str

alia

Be

lan

da

Be

lgia

Bu

lga

ria

Ho

ng

ko

ng

Ind

ia

Ing

gris

Ita

lia

Je

pa

ng

Jerm

an

Ka

na

da

Ko

rse

l

Ma

laysia

Pakis

tan

Pe

ran

cis

Rusia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

(Jiw

a)

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

India merupakan negara dengan jumlah terbanyak kedua di dunia setelah

Cina Dalam perdagangan lada Indonesia India menempati urutan pertama

dengan rata-rata jumlah penduduk sebanyak 1204529087 jiwa Disusul

Amerika serikat dengan jumlah penduduk sebanyak 305039425 jiwa Dengan

banyaknya jumlah penduduk di kedua negara tersebut Indonesia mengekspor

rata-rata lada sebanyak 4676 tontahun ke India dan 18548 tontahun ke

Amerika Serikat India mengimpor lada lebih sedikit dari Amerika Serikat karena

India merupakan salah satu negara produsen lada terbanyak ketiga di dunia

sehingga India mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan penduduknya

sendiri

104

5 Kurs Riil

Variabel Kurs Riil memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar

02770 dan 0470691 Artinya kurs riil tidak berpengaruh signifikan terhadap

volume ekspor lada Adapun kurs riil Indonesia dengan negara-negara importir

adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

AS

Austr

alia

Bela

nda

Belg

ia

Bulg

aria

Hongkong

India

Inggris

Italia

Jepang

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysia

Pakis

tan

Pera

ncis

Rusia

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(Rp

US

$)

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Berdasarkan Gambar 32 kurs riil Indonesia dengan negara-negara

importir murah dan relatif stabil sehingga tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia Pengaruh signifikan nilai tukar riil

terhadap ekspor terjadi saat rupiah terdepresiasi Hal ini akan menyebabkan harga

barang-barang ekspor menjadi lebih murah dan meningkatkan volume ekspor

6 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Selanjutnya yang tidak berpengaruh signifikan adalah variabel IHK Nilai

probabilitas dan koefisien sebesar 06231 dan 0003891 yang berarti variabel

105

IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada Hal ini

dikarenakan IHK negara importir tidak mengalami peningkatan yang signifikan

Adapun IHK negara importir selama tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

75

80

85

90

95

100

105

AS

Aust

ralia

Bela

nd

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

India

Inggris

Italia

Jep

an

g

Jerm

an

Ka

na

da

Kors

el

Ma

lays

ia

Paki

sta

n

Pe

ran

cis

Ru

sia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

IHK

(

)

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Rata-rata IHK negara importir kurang dari seratus persen kecuali Jepang

yaitu 100475 Artinya harga dalam negeri negara importir relatif stabil

Sehingga daya beli konsumen dalam negeri negara importir menjadi stabil dan

tidak berpengaruh terhadap permitaan lada Indonesia

106

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian dengan judul

ldquoAnalisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasionalrdquo selama tahun 2004-2013 dapat

disimpulkan beberapa hal berikut

1 Lada Indonesia secara komparatif telah berdayasaing kuat di Rusia

Vietnam Perancis Jerman Hongkong Amerika Serikat Bulgaria

Belanda Belgia India Singapura Kanada Italia Australia Inggris dan

Jepang Namun tidak berdayasaing di Korea Malaysia dan Pakistan

Selanjutnya secara kompetitif lada Indonesia berada pada posisi Rising

Star di Belanda India Italia Jepang dan Jerman Posisi Falling Star di

Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia Posisi Lost

Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura

Serta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Selain

itu Indonesia juga sudah layak menjadi eksportir lada dunia dengan

tingkat pertumbuhan tahap pertumbuhan dan kematangan

2 Faktor-faktor yang berpengruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapita jarak

ekonomi harga dan populasi Sedangkan kurs riil dan IHK tidak

berpengaruh signifikan

107

62 Saran

Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa saran untuk meningkatkan

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional diantaranya adalah meningkatkan

produktivitas lada nasional Produktivitas lada yang tinggi akan menambah

persediaan lada nasional Sehingga selain konsumsi dalam negeri terpenuhi

persediaan untuk ekspor juga menjadi lebih banyak Selain itu produktivitas lada

yang tinggi akan membuat harga lada Indonesia menjadi lebih murah karena

terjadi economic of scale

Selanjutnya yaitu meninggalkan negara-negara yang berada pada posisi

retreat dan mencari negara tujuan ekspor lada lain Dengan begitu Indonesia

diharapkan mampu membuka peluang untuk menjadi eksportir utama lada di

negara-negara lainnya Sehingga nilai ekspor lada Indonesia akan meningkat dan

memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia

Jarak ekonomi merupakan hambatan yang berpengaruh nyata terhadap

volume ekspor lada Oleh sebab itu maka pemerintah perlu meningkatkan

efisiensi sarana transportasi Dengan sarana transportasi yang lebih efisien maka

biaya yang dikeluarkan untuk proses distribusi lada akan lebih murah Sehingga

harga lada juga akan menjadi lebih murah

Selain jarak ekonomi populasi adalah salah satu faktor yang berpengaruh

nyata dan cukup besar terhadap volume ekspor lada Oleh sebab itu Indonesia

harus meningkatkan volume ekspor ladanya ke negara-negara yang berpopulasi

tinggi Hal ini dikarenakan populasi yang tinggi diindikasikan memiliki tingkat

konsumsi yang tinggi pula

108

Terakhir yaitu menambahkan variabel-variabel lain untuk penelitian-

penelitian lada selanjutnya Adapun variabel-variabel yang dipilih adalah

variabel-variabel yang berkaitan dan diduga berpengaruh terhadap perdagangan

internasional Sehingga mampu memberikan informasi yang lebih banyak lagi

bagi pihak-pihak yang berkepentingan

109

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Feira dkk 2015 Posisi Dayasaing Dan Spesialisasi Perdagangan Lada

Indonesia Dalam Menghadapi Globalisasi (Studi Pada Ekspor Lada

Indonesia Tahun 2009-2013 Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 27(2) 1-7

Azwar Saifuddin 2013 Metode Penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik 2016 Ekspor dan Impor Diakses dari

httpswwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid1002 pada tanggal 16 Mei

2016

2016 Produk Domestik Bruto (Lapangan Usaha)

Diakses dari

httpswwwbpsgoidSubjekviewid11subjekViewTab1|accordion-

daftar-subjek2 pada tanggal 16 Mei 2016

Bappenas 2009 Trade and Investment in Indonesia A Note on Competitiveness

and Future challenge Jakarta Bappenas

Basri Munandar dan Munandar Haris 2010 Dasar-Dasar Ekonomi

Internasional Jakarta Prenada Media Group

Bergstrand Jeffrey H 1985 The Gravity Equation in International Trade Some

Microeconomic Foundations and Empirical Evidance JSTOR 67(3) 474-

481

Bustami Budi Ramanda dan Hidayat Paidi 2013 Analisis Dayasaing Produk

Ekspor Provinsi Sumatera Utara Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1(2) 56-

71

Case Karl E dan Fair Ray C 2002 Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro Jakarta

PT Prenhallindo

CEPII 2016 GeoDist Diakses dari

httpwwwcepiifrCEPIIenbdd_modelepresentationaspid=6 pada

tanggal 16 Mei 2016

Daras Usma dan Pranowo D 2009 Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung

dan Alternatif Pemulihannya Jurnal Litbang Pertanian 28(1) 1-6

Daryanto 2011 Sari Kuliah Manajemen Pemasaran Bandung PT Sarana

Tutorial Nurani Sejahtera

110

Dilanchiev Azer 2012 Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern Gravity

Model Jurnal of Social Sciences 1(1) 75-78

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 Statistik

Perkebunan Indonesia Komoditas Lada Ditjen Perkebunan Jakarta

Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian

Ginting Kristiawan Hadinata 2014 Analisis Posisi Lada Putih Indonesia di

Pasar Lada Putih Dunia Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor

Ghozali Imam 2006 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

2009 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Edisi Keempat Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

Halwani R Hendra 2002 Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi

Jakarta Ghalia Indonesia

Horizon Pacific 2016 Vietnam Has To Import High Quality Pepper for Export

Diakses dari httpbvtvhpcomenagricultural-newsvietnam-has-to-

import-high-quality-pepper-for-exporthtml pada tanggal 1 November

2016

International Pepper Community 2013 Pepper Statictical Yearbook 2013

International Pepper Community Jakarta IPC

2016 Statistik Jakarta IPC

Kementerian Perdagangan 2008 ISP (Index Spesialisasi Perdagangan) Diakses

dari httpwwwkemendaggoidaddonisp pada tanggal 12 Desember

2016

2011 Kajian Kebijakan Pengembangan Diversifikasi

Pasar dan Produk Ekspor Jakarta Pusat Kebijakan Perdagangan luar

Negeri Badan pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Kotabe Masaaki dan Helsen Kristian 2010 Global Marketing Management (5th

Edition) United Satates of America Wiley

Kotler Philip dan Keller Kevin Lane 2009 Manajemen Pemasaran Edisi Ke

Dua Belas Jakarta PT Indeks

Krugman Paul 2008 Trade and Geography-Economies of Scale Differentiated

Products and Transport Cost The Prize in Economic Sciences 2008 The

111

Royal Swedish Academy of Sciences KUNGL

VETENSKAPSAKADEMIEN

Lawless Martina dan Whelan Karl 2007 Anote on Trade Costs and Distance

Working Paprer Series Universuty College Dublin

Li Kunwang Song Ligang dan Xingjun Zhao 2008 Component Trade and

Chinas Global Economic Integration World Institute for Development

Economics Research 101(2) 1-25

Mankiw N Gregory Euston Quah dan Peter Wilson 2012 Pengantar Ekonomi

Makro Jakarta Salemba Empat

Mayer Thierry dan Soledad Zignago 2011 Notes on CEPIIrsquoS distance

measures The GeoDist database CEPII WP 25(1) 1-47

Menteri Perdagangan Republik Indonesia 2012 Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 13M-DAGPER32012

Jakarta Kementerian Perdagangan

Permatasari Nadia 2015 Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ekspor Lada Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Skripsi

S1 Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Pradipta Amalia dan Firdaus Muhammad 2014 Posisi Dayasaing dan Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia Jurnal

Manajemen amp Agribisnis 11(2) 129-143

Rahardja Prathama dan Manurung Mandala 2008 Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikroekonomi amp Makroekonomi) Jakarta Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonommi Universitas Indonesia

Rivaie Arivin dan Pasandaran Effendi 2014 Dukungan Teknologi dan

Kelembagaan untuk Memperkuat Dayasaing Komoditas Lada Diakses

dari

httpwwwlitbangpertaniangoidbukumemperkuat_dayasaing_produk_

peBAB-III-12pdf pada tanggal 19 Mei 2016

Salvatore Dominick 1997 Ekonomi Internasional Jakarta Erlangga

Sarwoko 2009 Perdagangan Bilateral antara Indonesia dengan Negara-Negara

Patner Dagang Utama dengan Menggunakan Model Gravitasi Jurnal

Ilmiah MTG 2(1) 1-12

112

Sitorus Maria 2009 Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao Di Bawah Pengaruh

Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi) Skripsi

S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Soepanto Achmad 2006 Petani dan Kemiskinan di India dan Negara Lainnya

Artikel Pangan 46(15) 56-62

Sugiyono 2011 Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RampD Bandung

Alfabeta

Suliyanto 2011 Ekonometrika Terapan Teori amp Aplikasi dengan SPSS

Yogyakarta CV ANDI OFFSET

Sutarno dan Agus Andoko 2015 Budidaya Lada Si Raja Rempah-Rempah

Tangerang AgroMedia Pustaka

Tambunan Tulus TH 2004 Globalisasi dan Perdagangan Internasional

Bogor Ghalia Indonesia

Ton Nguyen tang dan Buu Bui chi 2011 How to Prevent The Most Serious

Diseases of Black Paper (Piper Ningrum L) A Case Study of Vietnam

Vietnam IAS

UN Comtrade 2016 International Trade in Goods based on UN

Comtrade data Diakses dari httpcomtradeunorglabsBIS-

trade-in-goodsreporter=826ampyear=2014ampflow=2 pada tanggal

16 Mei 2016

UN CTAD 2016 Currency Exchange Rates Annual 1970-2015 Diakses dari

httpunctadstatunctadorgwdsTableViewertableViewaspxReportId=

117 pada 16 Agustus 2016

Wahyu Kukuh 2014 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia Diakses dari

httpcybexpertaniangoidmateripenyuluhandetail9004sejarah-

tanaman-lada-di-indonesia pada tanggal 3 September 2016

Widarjono Agus 2009 Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga

Yogyakarta EKONISIA

World Bank 2016 Data Indicators Diakses dari

httpdataworldbankorgindicator pada tanggal 16 Mei 2016

Yogesh MS dan Mokshapathy S 2013 Production and Export Performance of

Black Paper International Jurnal of Humanities and social science

invention 2(4) 36-44

113

Zarzoso Inmaculada Martinez dan Lehmann Felicitas Nowak 2003 Augmented

Gravity Model An Empirical Application To Mercosur-Europen Union

Trade Flows Journal of Applied Economics 6(2) 291-316

114

Lampiran 1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 AS 9374 9977 8715 7325 8767 19495 86622

2005 AS 9489 10034 8724 7229 8915 19504 89561

2006 AS 9633 10086 8725 7518 8949 19514 92450

2007 AS 9744 10125 8679 8070 8981 19523 95087

2008 AS 10143 10138 8643 8088 9095 19533 98737

2009 AS 10119 10112 8678 7846 9215 19542 98386

2010 AS 10131 10156 8655 8238 9115 19550 100000

2011 AS 9635 10193 8613 8615 9100 19558 103157

2012 AS 10040 10224 8643 8830 9190 19565 105292

2013 AS 9592 10245 8668 8885 9346 19573 106834

2004 Australia 6112 9667 4600 7302 8796 16818 84125

2005 Australia 6533 9777 4667 7391 8951 16831 86370

2006 Australia 5903 9844 4686 7776 8982 16846 89426

2007 Australia 5613 9972 4729 8224 9019 16852 91512

2008 Australia 6218 10162 4888 8354 9129 16872 95495

2009 Australia 6305 10021 4815 8034 9227 16892 97233

2010 Australia 6835 10221 4964 8367 9115 16908 100000

2011 Australia 6009 10402 5082 8751 9099 16922 103304

2012 Australia 5975 10482 5173 9027 9191 16939 105125

2013 Australia 5386 10481 5184 9009 9337 16956 107700

2004 Belanda 7316 9931 5463 7550 8716 16606 91093

2005 Belanda 7573 9972 5450 7608 8881 16608 92618

2006 Belanda 7379 10044 5463 7772 8935 16609 93699

2007 Belanda 7932 10187 5517 8321 8979 16612 95212

2008 Belanda 7877 10294 5573 8398 9107 16616 97579

2009 Belanda 7483 10207 5542 8275 9211 16621 98741

2010 Belanda 7847 10194 5456 8475 9115 16626 100000

2011 Belanda 7262 10261 5445 8927 9108 16631 102341

2012 Belanda 7587 10188 5359 9046 9194 16634 104854

2013 Belanda 7891 10223 5395 9054 9340 16637 107483

115

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Belgia 5347 9818 4908 7690 8751 16159 87958

2005 Belgia 5631 9858 4896 7643 8906 16165 90407

2006 Belgia 5018 9914 4897 8006 8953 16171 92026

2007 Belgia 5542 10049 4948 8220 8995 16179 93703

2008 Belgia 5682 10138 4989 8423 9104 16187 97910

2009 Belgia 5313 10068 4978 8161 9220 16195 97858

2010 Belgia 5517 10076 4915 8325 9115 16204 100000

2011 Belgia 4906 10153 4923 8736 9097 16218 103532

2012 Belgia 5413 10095 4856 8944 9178 16225 106472

2013 Belgia 6126 10132 4896 9088 9338 16230 107658

2004 Bulgaria 3525 7720 2106 6918 8991 15867 69237

2005 Bulgaria 2708 7847 2184 7661 9123 15862 72726

2006 Bulgaria 4064 8014 2269 6787 9118 15857 78007

2007 Bulgaria 3219 8268 2445 8139 9098 15836 84561

2008 Bulgaria 3911 8462 2591 7979 9134 15829 95003

2009 Bulgaria 4567 8436 2594 7647 9223 15823 97619

2010 Bulgaria 4754 8505 2497 7904 9115 15816 100000

2011 Bulgaria 4365 8648 2550 7797 9090 15810 104220

2012 Bulgaria 3985 8616 2479 8512 9171 15804 107299

2013 Bulgaria 3466 8638 2510 7919 9332 15799 108254

2004 Hongkong 5333 9476 2839 7305 8742 15730 88753

2005 Hongkong 5236 9544 2854 6925 8916 15734 89487

2006 Hongkong 4626 9610 2863 7614 8961 15741 91320

2007 Hongkong 5062 9694 2862 8255 9001 15749 93154

2008 Hongkong 4967 9732 2845 8303 9111 15755 97188

2009 Hongkong 5029 9710 2877 8064 9221 15758 97800

2010 Hongkong 4937 9789 2882 8386 9115 15765 100000

2011 Hongkong 4738 9873 2887 8767 9080 15772 105257

2012 Hongkong 5085 9914 2933 8991 9150 15783 109535

2013 Hongkong 4963 9952 2975 9027 9278 15788 114303

116

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 India 7997 6797 4659 7046 9083 20842 63147

2005 India 7786 6904 4748 7072 9223 20858 65828

2006 India 8219 7093 4822 7321 9229 20873 69874

2007 India 8178 7283 4998 7864 9227 20889 74325

2008 India 8709 7375 4933 8058 9299 20903 80532

2009 India 9036 7435 5099 7656 9312 20917 89292

2010 India 8607 7722 5262 8052 9115 20931 100000

2011 India 8388 7844 5245 8567 9046 20944 108858

2012 India 8707 7853 5240 8823 9067 20957 118995

2013 India 8229 7841 5255 8756 9134 20970 131975

2004 Inggris 5883 9890 6762 7702 8779 17910 85594

2005 Inggris 5375 9936 6758 7690 8940 17917 87348

2006 Inggris 4796 10002 6770 7695 8982 17924 89386

2007 Inggris 3401 10132 6817 8438 9019 17932 91461

2008 Inggris 4990 10072 6703 8093 9136 17940 94766

2009 Inggris 4331 9889 6571 8296 9231 17947 96819

2010 Inggris 4094 9938 6548 8570 9115 17955 100000

2011 Inggris 2459 10014 6547 8540 9087 17963 104484

2012 Inggris 5386 10021 6550 8825 9169 17970 107432

2013 Inggris 4487 10042 6575 9140 9315 17976 110177

2004 Italia 3401 9690 6440 7437 8737 17871 89201

2005 Italia 5088 9718 6415 6761 8899 17875 90984

2006 Italia 4663 9770 6407 7972 8944 17878 92867

2007 Italia 3401 9892 6442 7818 8986 17883 94559

2008 Italia 4956 9971 6471 8231 9105 17890 97750

2009 Italia 5308 9884 6437 8123 9214 17895 98483

2010 Italia 5760 9878 6349 8218 9115 17898 100000

2011 Italia 5209 9952 6340 8498 9104 17899 102741

2012 Italia 6091 9866 6236 8850 9184 17902 105866

2013 Italia 5084 9878 6257 9004 9343 17914 107158

117

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Jepang 7082 9841 6704 7842 8616 18666 100692

2005 Jepang 7233 9827 6630 7708 8801 18666 100417

2006 Jepang 7254 9789 6527 7697 8863 18666 100658

2007 Jepang 7292 9795 6436 8324 8923 18668 100717

2008 Jepang 7554 9904 6491 8447 9062 18668 102100

2009 Jepang 7220 9942 6585 8266 9191 18668 100725

2010 Jepang 7297 10045 6612 8497 9115 18668 100000

2011 Jepang 7213 10124 6606 8982 9134 18666 99717

2012 Jepang 7199 10135 6604 9078 9244 18664 99683

2013 Jepang 7361 9957 6404 9045 9411 18662 100042

2004 Jerman 7549 9779 6902 7640 8717 18229 91049

2005 Jerman 7364 9797 6861 7573 8883 18228 92458

2006 Jerman 7632 9853 6854 7860 8933 18227 93916

2007 Jerman 7822 9991 6899 8342 8970 18225 96075

2008 Jerman 7757 10083 6933 8335 9097 18224 98600

2009 Jerman 7646 9999 6896 8274 9209 18221 98908

2010 Jerman 7713 10019 6835 8560 9115 18220 100000

2011 Jerman 7186 10118 6853 9004 9111 18220 102075

2012 Jerman 7725 10080 6783 8971 9201 18203 104125

2013 Jerman 7671 10111 6833 9033 9356 18224 105692

2004 Kanada 4623 9715 6192 7335 8730 17281 89861

2005 Kanada 3930 9838 6270 7491 8890 17291 91850

2006 Kanada 4557 9952 6332 7476 8935 17299 93689

2007 Kanada 5509 10052 6350 8161 8974 17309 95693

2008 Kanada 5555 10102 6353 8316 9103 17319 97961

2009 Kanada 5621 9977 6287 7930 9216 17331 98254

2010 Kanada 5106 10138 6389 8177 9115 17342 100000

2011 Kanada 4829 10235 6415 8685 9103 17352 102912

2012 Kanada 5090 10243 6424 8879 9197 17364 104472

2013 Kanada 3817 10238 6425 8796 9359 17375 105452

118

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 KorSel 4673 9052 4822 6878 8799 17688 83830

2005 KorSel 5456 9206 4927 6738 8954 17690 86139

2006 KorSel 3022 9328 4991 7649 8997 17694 88070

2007 KorSel 6080 9432 5005 7866 9032 17699 90302

2008 KorSel 6001 9334 4838 8167 9139 17706 94523

2009 KorSel 6174 9240 4789 7981 9228 17711 97129

2010 KorSel 6226 9444 4922 8398 9115 17716 100000

2011 KorSel 5660 9540 4938 8897 9092 17723 104000

2012 KorSel 5580 9552 4945 8850 9180 17728 106280

2013 KorSel 4805 9603 5004 8994 9338 17732 107670

2004 Malaysia 3991 8019 1651 7391 8784 17048 85175

2005 Malaysia 4488 8136 1735 7163 8936 17066 87697

2006 Malaysia 6006 8267 1805 7663 8966 17084 90863

2007 Malaysia 6425 8423 1889 8235 9006 17101 92705

2008 Malaysia 6079 8581 2012 8426 9105 17119 97749

2009 Malaysia 6420 8474 1936 8181 9215 17136 98319

2010 Malaysia 7311 8716 2107 8104 9115 17152 100000

2011 Malaysia 6870 8859 2185 8844 9100 17168 103200

2012 Malaysia 6836 8891 2229 9050 9193 17184 104908

2013 Malaysia 6553 8896 2250 9115 9343 17199 107117

2004 Pakistan 3508 6804 2856 6668 9302 18828 50720

2005 Pakistan 4538 6896 2912 6567 9397 18848 55317

2006 Pakistan 4776 7118 3082 6883 9386 18869 59699

2007 Pakistan 5656 7249 3097 7436 9373 18889 64235

2008 Pakistan 5542 7381 3153 7525 9341 18910 77266

2009 Pakistan 4654 7400 3198 7253 9329 18931 87811

2010 Pakistan 5227 7642 3191 7528 9115 18952 100000

2011 Pakistan 4333 7799 3300 8257 9019 18973 111917

2012 Pakistan 4641 7817 3339 8531 9036 18994 122756

2013 Pakistan 4936 7805 3362 7644 9133 19015 132195

119

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Perancis 4750 9771 6667 7166 8716 17954 91166

2005 Perancis 4628 9802 6648 7407 8880 17961 92748

2006 Perancis 5893 9856 6646 7994 8929 17968 94310

2007 Perancis 5547 9986 6692 8482 8974 17975 95713

2008 Perancis 6881 10077 6732 8356 9099 17980 98407

2009 Perancis 6200 9996 6707 8345 9214 17985 98493

2010 Perancis 6727 9995 6628 8373 9115 17990 100000

2011 Perancis 6403 10074 6629 8882 9110 17995 102117

2012 Perancis 6312 10011 6553 8943 9201 18000 104115

2013 Perancis 6888 10048 6594 8971 9363 18005 105014

2004 Rusia 6762 7873 5102 7127 9230 18786 54527

2005 Rusia 6998 8100 5303 7095 9292 18782 61443

2006 Rusia 5878 8356 5506 7434 9265 18779 67395

2007 Rusia 6120 8609 5689 8005 9239 18777 73454

2008 Rusia 6303 8840 5881 8007 9259 18777 83820

2009 Rusia 6994 8597 5631 7847 9265 18777 93602

2010 Rusia 7581 8839 5791 8182 9115 18777 100000

2011 Rusia 5323 9097 6000 8613 9050 18778 108428

2012 Rusia 7414 9151 6056 8758 9111 18780 113934

2013 Rusia 6330 9168 6077 8762 9216 18782 121655

2004 Singapura 9148 9566 1307 7612 8755 15243 87641

2005 Singapura 9221 9653 1361 7679 8932 15266 88014

2006 Singapura 9121 9775 1454 7802 8988 15297 88912

2007 Singapura 8540 9930 1561 8281 9027 15339 90775

2008 Singapura 8408 9950 1574 8316 9116 15392 96693

2009 Singapura 7928 9924 1631 8168 9226 15422 97276

2010 Singapura 8448 10121 1777 8458 9115 15440 100000

2011 Singapura 8288 10253 1851 8704 9080 15461 105253

2012 Singapura 8132 10278 1890 8855 9146 15486 110019

2013 Singapura 8692 10296 1922 8949 9293 15502 112636

2004 Vietnam 5937 6778 1258 7736 9215 18215 55343

2005 Vietnam 5799 6889 1356 7075 9317 18227 59926

2006 Vietnam 7098 7085 1441 7770 9311 18238 64352

2007 Vietnam 7699 7237 1505 8059 9291 18249 69695

2008 Vietnam 8356 7418 1699 8200 9236 18260 85806

2009 Vietnam 8536 7466 1823 7895 9283 18270 91860

2010 Vietnam 9549 7709 1852 8269 9115 18281 100000

2011 Vietnam 8468 7861 1930 8811 8960 18291 118677

2012 Vietnam 9754 7911 2059 8718 8983 18302 129470

2013 Vietnam 9394 7926 2148 8807 9090 18313 138005

120

Lampiran 2 Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests

Equation MFE

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic df Prob

Cross-section F 35344282 (18165) 00000

Cross-section Chi-square 300230681 18 00000

Lampiran 3 Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation MRE

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq Statistic Chi-Sq df Prob

Cross-section random 6135526 6 04082

121

Lampiran 4 Random Effect Model

Dependent Variable VEL

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2240

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

PDB 1746167 0624211 2797399 00057

JE -0875098 0368245 -2376400 00185

HRG -0369590 0186750 -1979056 00493

KR 0470691 0431727 1090252 02770

POP 1494300 0477598 3128784 00020

IHK 0003891 0007904 0492247 06231

C -3370401 1093813 -3081331 00024

Effects Specification

SD Rho

Cross-section random 1406328 08221

Idiosyncratic random 0654154 01779

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Mean dependent var 0925488

Adjusted R-squared 0127363 SD dependent var 0700525

SE of regression 0654396 Sum squared resid 7836682

F-statistic 5597464 Durbin-Watson stat 1281398

Prob(F-statistic) 0000024

Lampiran 5 Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

122

Lampiran 6 Multikolinearitas

PDB JE HRG KR POP IHK

PDB 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

JE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

HRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

KR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

POP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000

Lampiran 7 Heteroskedastisitas

Dependent Variable RESABS

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2241

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

C 4930401 7042199 0700122 04847

PDB -0085616 0398468 -0214862 08301

JE 0042988 0209647 0205052 08378

HRG -0206352 0156089 -1322014 01878

KR -0300695 0372917 -0806332 04211

POP -0006353 0274805 -0023117 09816

IHK 0013324 0006101 2183942 00302

123

Lampiran 8 Hasil RCA

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 1361 1282 1635 2501 2944 2460 2858 1526 3246 1941 21754 2175

Australia 411 572 335 306 528 408 835 354 438 272 4458 446

Belanda 1003 1219 1025 2719 2199 1427 2040 1024 1723 2417 16796 1680

Belgia 988 1265 800 1222 1647 962 1380 823 1669 4305 15061 1506

Bulgaria 951 1218 2756 2278 865 3504 4003 2079 3257 1103 22014 2201

Hongkong 1185 1061 976 2617 2310 1995 2245 1361 3045 2899 19695 1970

India 446 377 631 717 1240 970 756 644 939 508 7228 723

Inggris 869 490 252 111 345 162 151 024 544 294 3243 324

Italia 156 443 829 143 719 835 1101 450 1703 764 7142 714

Jepang 150 143 126 157 239 155 168 169 215 243 1763 176

Jerman 1877 1356 2080 2560 2892 1960 2383 1698 2374 2657 21839 2184

Kanada 445 256 362 1547 1430 1180 740 588 961 244 7753 775

KorSel 010 022 005 125 140 140 145 074 071 072 804 080

Malaysia 005 005 030 049 041 034 060 072 098 135 531 053

Pakistan 008 038 036 051 032 030 033 013 022 019 282 028

Perancis 282 354 1772 1704 4756 2210 3133 2650 2886 4875 24621 2462

Rusia 5821 3967 1540 3056 4117 4924 7174 824 6709 2087 40220 4022

Singapura 1249 1336 1047 824 725 508 838 528 496 588 8140 814

Vietnam 2751 2511 1874 1388 2519 2359 3096 2020 3049 3523 25090 2509

124

Lampiran 9 Hasil EPD

Negara X () Y () Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea Selatan 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat

125

Lampiran 10 Hasil Indeks ISP

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 0999 0997 1000 1000 0999 0998 0998 0999 0998 0997 9985 0999

Australia 0951 0994 0880 0984 0981 0965 0981 0942 0943 0915 9536 0954

Belanda 1000 1000 0999 0999 0999 0995 0993 0992 0993 0993 9963 0996

Belgia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Bulgaria 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Hongkong 0741 0720 0848 0936 0550 0997 1000 0530 0999 0999 8320 0832

India 0387 0330 0185 0183 0422 0446 0336 0390 0506 0145 3327 0333

Inggris 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Italia 1000 1000 1000 0979 0999 1000 1000 1000 1000 1000 9978 0998

Jepang 0998 1000 0999 0999 1000 1000 1000 0988 0982 1000 9965 0997

Jerman 0998 0997 0995 0987 0976 0991 0982 0976 0986 0981 9868 0987

Kanada 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

KorSel 0439 0723 0080 0977 0948 0976 0910 0849 0876 0884 7662 0766

Malaysia 0213 -0460 0212 0619 0338 0185 0255 0033 0043 0501 1938 0194

Pakistan 1000 1000 0653 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 9653 0965

Perancis 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 0998 0991 0999 9988 0999

Rusia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Singapura 0991 0984 0987 0999 0989 0959 0989 1000 0995 0999 9891 0989

Vietnam 0642 0911 0981 0990 0997 0842 0952 0772 0941 0965 8994 0899

126

Lampiran 11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

1 Pesaing di Korea

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Malaysia Cina India

2004 7 1 3 5 0

2005 22 1 4 4 0

2006 31 39 6 3 1

2007 27 25 5 3 2

2008 26 15 6 3 1

2009 24 7 5 3 0

2010 22 12 7 3 0

2011 16 8 6 3 5

2012 19 7 6 2 1

2013 25 2 9 1 1

Rata-Rata 22 12 6 3 1

2 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Brazil India

2004 351 0 3 2

2005 388 8 0 1

2006 323 9 2 0

2007 217 38 1 2

2008 67 9 1 11

2009 167 30 7 1

2010 59 26 6 7

2011 77 1 18 9

2012 64 45 10 8

2013 78 170 18 0

Rata-Rata 179 33 7 4

127

3 Malaysia

Tahun RCA

India Vietnam Cina

2004 30 4 7

2005 29 4 6

2006 42 5 4

2007 51 2 2

2008 25 3 3

2009 21 4 2

2010 32 3 2

2011 32 2 2

2012 36 2 1

2013 23 3 1

Rata-Rata 32 329 318

Lampiran 12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost

Opportunity

1 Pesaing di Amerika Serikat

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Peru Vietnam Peru Vietnam

2004 3029 3638 0426 0007 0457 0003

2005 4499 3433 0726 0007 -0004 0002

2006 4304 2518 -0130 -0001 -0191 0007

2007 3908 1100 -0203 -0002 -0524 0011

2008 4726 1822 0230 -0001 0520 0006

2009 3542 1625 -0304 0002 0163 0018

2010 2487 1749 -0275 0003 0120 0001

2011 2487 2552 -0087 -0004 0755 0004

2012 2220 1891 -0061 0001 -0360 0011

2013 1693 2215 -0081 0005 0748 0020

Rata-

Rata 3290 2254 0240 0017 1684 0082

128

2 Pesaing di Kanada

Tahun RCA

EPD

X Y

()

Vietnam Vietnam

2004 4943 -0032 0003

2005 6182 0231 0002

2006 4667 -0122 0001

2007 2499 -0247 0002

2008 2776 0105 0002

2009 3611 0264 0003

2010 3149 -0071 0001

2011 4053 0258 0002

2012 4846 0350 0003

2013 3830 0063 0009

Rata-

Rata 4056 0798 0028

3 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

EPD

X Y

()

India India

2004 206 0640 0159

2005 052 -0511 -0028

2006 014 -0082 0222

2007 244 1394 0084

2008 1133 5315 -0002

2009 053 -6476 -0024

2010 747 5203 0163

2011 910 -0910 -0232

2012 779 -0807 -0018

2013 012 -3721 0118

Rata-

Rata 415 0045 0440

129

4 Pesaing di Rusia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Polandia Cina Polandia Cina

2004 376 008 0656 0082 -0071 0091

2005 448 001 0341 0031 -0056 0143

2006 348 001 -0386 -0021 -0008 -0064

2007 439 016 0237 -0006 0200 0284

2008 519 016 0373 0028 -0018 -0101

2009 390 029 -0404 -0001 0129 -0070

2010 383 015 -0068 -0012 -0108 0251

2011 394 026 -0023 -0014 0130 -0039

2012 331 037 -0081 0029 0184 0100

2013 415 021 0359 0023 -0204 0151

Rata-

Rata 404 017 1004 0140 0177 0745

5 Pesaing di Singapura

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Sri

Lanka

India Vietnam Sri Lanka India

2004 1805 002 101 0589 0017 0000 0001 0148 0096

2005 958 027 118 -0791 0013 0001 -0001 0151 0093

2006 2467 221 137 1029 -0032 0007 -0001 0045 -0014

2007 2022 1966 456 -0058 0017 0066 0000 0924 -0026

2008 2556 002 259 0645 0003 -0074 -0001 -0455 0053

2009 3348 248 249 0667 -0006 0011 0001 -0075 -0016

2010 1848 613 236 -1873 -0018 0035 0003 0011 0024

2011 3765 062 200 1164 -0012 -0037 0006 0200 0165

2012 6148 858 189 2027 0005 0020 -0010 -0216 -0084

2013 5023 20694 114 -0433 0009 0632 0000 -0317 0011

Rata-

Rata 2994 2469 206 2966 -0005 0661 -0002 0416 0302

130

Lampiran 13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

1 Pesaing di Australia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() India Vietnam Spanyol India Vietnam Spanyol

2004 2923 881 765 0234 -0002 0106 0015 -0057 0015

2005 2790 420 1154 0118 0007 -0661 0055 0230 -0013

2006 4343 357 995 1033 -0003 0030 0052 -0208 -0007

2007 5156 317 682 0763 0003 -0229 -0035 -0091 0022

2008 3717 721 1115 -1005 0002 0970 -0014 0313 -0010

2009 3359 1111 1036 0436 0021 0051 -0084 -0138 -0007

2010 2467 1075 1375 -0956 -0003 -0171 -0010 0338 0004

2011 3339 1827 934 0938 0003 0555 -0034 -0238 0015

2012 2300 2124 797 -0613 0018 0787 0020 0064 0025

2013 1607 2390 754 -0880 -0004 0891 0021 0138 0026

Rata-

Rata 32 1122 961 0067 0043 2329 -0014 0353 0071

2 Pesaing di Bulgaria

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Spanyol Cina Vietnam Spanyol Cina

2004 66607 330 000 -0529 -0001 0444 -0033 0000 0081

2005 75167 763 000 1252 0001 0660 -0022 0000 0013

2006 25653 1183 042 -2783 0003 0390 -0027 0346 0541

2007 18728 1189 291 0111 0004 -0100 -0009 0598 -0496

2008 21814 620 385 2344 0009 -0746 0002 0378 0019

2009 14271 503 640 -2201 -0003 0392 0109 0489 -0060

2010 21838 474 388 0571 -0004 -0113 -0009 -0739 -0007

2011 40094 177 310 0220 -0006 -0130 0321 -0031 0059

2012 32244 230 248 0302 0003 0033 -0114 -0188 0009

2013 35369 179 518 0969 0002 0040 0148 1080 0029

Rata-

Rata 35178 565 282 0255 0007 0870 0366 1933 0188

131

3 Pesaing di Inggris

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Vietnam India Vietnam India

2004 2582 2162 0413 0003 0321 0004

2005 3584 2051 0188 -0001 0508 0029

2006 4787 2008 0294 0001 -0108 -0003

2007 4587 2190 0014 0001 0224 0002

2008 5680 2143 0282 0000 -0116 -0003

2009 4542 1550 -0164 0002 -0137 0029

2010 6570 1610 0754 0003 -0171 -0015

2011 6474 1467 0411 0007 0153 0021

2012 5749 1627 0253 0009 -0005 -0014

2013 4915 1147 0177 0011 -0114 0041

Rata-

Rata 4947 1796 2624 0037 0555 0090

4 Pesaing di Vietnam

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

India Brazil India Brazil

2004 037 000 0066 0014 0000 0002

2005 005 000 -0056 0007 0000 0005

2006 537 299 1108 0021 0092 0013

2007 1844 480 2732 0001 0083 0006

2008 776 1370 -1972 0033 0437 0008

2009 714 2330 -0041 0015 0515 0004

2010 510 968 -0463 0012 -0639 0002

2011 701 1494 0723 0030 0536 0018

2012 1240 104 1512 -0008 -0955 -0003

2013 798 456 -0562 0091 0279 0011

Rata-

Rata 716 750 3047 0217 0347 0065

132

Lampiran 14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

1 Algeria

2 Afghanistan

3 Argentina

4 Australia

5 Austria

6 Bahrain

7 Bangladesh

8 Belgia

9 Bulgaria

10 Canada

11 Cina

12 Columbia

13 Cook Isds

14 Cote drsquolvoire

15 Croatia

16 Denmark

17 Benin

18 Elsavador

19 Finland

20 France

21 Frm Sudan

22 Germany

23 Greece

24 Hongkong

25 Hungary

26 Ireland

27 Italy

28 Japan

29 Jordan

30 Dem Peoplersquos Rep Of Korea

31 Rep Of Korea

32 Malaysia

33 Other Asia nes

34 Nepal

35 Netherland

36 Nigeria

37 Pakistan

38 Philippine

39 Poland

40 Portugal

41 Timor Leste

42 Russia Federation

43 Senegal

44 India

45 Singapore

46 Sri Lanka

47 Vietnam

48 Turkey

49 Ukraine

50 United Kingdom

51 United State of Amerika

52 Dominica

53 Saudi Arabia

54 Sweden

55 Egypt

56 Myanmar

57 Domonica Rep

58 Rumania

59 Haiti

60 Kuwait

61 Marocco

62 Thailand

63 Jamaica

64 Mexico

65 Israel

66 Lithuaria

67 Mauritius

68 Togo

69 Venezuela

70 Yemen

71 Lebanon

72 Latvia

73 Mauritania

74 Slovenia

75 South Africa

76 Spain

77 Switzerland

78 Syiria

79 Uni Emirat Arab

80 Tunisia

133

Page 10: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

x

penulis dan pembaca Akhirnya hanya kepada Allah semua hal diserahkan

Semoga amal baik kita diterima oleh Allah SWT Aamiin Yaa Rabbal lsquoAalamiin

Wassalamursquoalaikum WrWb

Jakarta 6 Januari 2017

Dewi Susilawati

xvii

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP iv

RINGKASAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 8

13 Tujuan Penelitian 8

14 Manfaat Penelitian 9

15 Ruang Lingkup Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

21 Perdagangan Internasional 10

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional 12

221 Teori Merkantilisme 12

222 Teori Keunggulan Absolut 13

223 Teori Keunggulan Komparatif 14

224 Teori Heckscher Ohlin 15

225 Teori Keunggulan Kompetitif 16

23 Dayasaing Global 17

231 Revealed Comparative Advantage (RCA) 17

232 Export Product Dynamic (EPD) 18

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 19

24 Gravity Model 21

241 Produk Domestik Bruto (PDB) 23

xii

242 Jarak Ekonomi 24

243 Harga 25

244 Nilai Tukar Rupiah 25

245 Populasi 27

246 Indeks Harga Konsumen 28

25 Penelitian Terdahulu 29

26 Kerangka Pemikiran 36

27 Hipotesis 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38

31 Lokasi dan Waktu Penelitian 38

32 Jenis dan Sumber Data 38

33 Populasi dan Sampel 39

34 Metode Analisis Data 39

341 Revealed Comparative Advantage (RCA) 40

342 Export Product Dynamic (EPD) 41

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 42

344 Regresi Data Panel 42

345 Uji Kesesuaian Model 43

346 Uji Normalitas 46

347 Uji Asumsi Klasik 47

348 Uji Signifikansi 49

35 Definisi Operasional 50

BAB IV GAMBARAN UMUM 53

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia 53

42 Lada Indonesia 55

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia 55

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia 57

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia 59

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia 61

43 Lada Dunia 62

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia 62

432 Perkembangan Produksi Lada Dunia 64

433 Perkembangan Harga Lada Dunia 66

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia 69

xiii

106

107

109

106

114

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 71

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif 71

511 Keunggulan Komparatif 71

512 Keunggulan Kompetitif 73

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 92

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel 93

522 Uji Normalitas 94

523 Uji Asumsi Klasik 95

524 Uji Signifikansi 96

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia 2

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 18

Tabel 3 Penelitian Terdahulu 30

Tabel 4 Sumber Data dan Data 38

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson 49

Tabel 6 Definisi Operasional 51

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia 55

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia 58

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA) 71

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD) 74

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia 77

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 91

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model 93

Tabel 14 Uji Multikolinearitas 95

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas 95

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia 3

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia 4

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia 5

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia 6

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional 7

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional 11

Gambar 7 Kurva Permintaan 25

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian 36

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan Metode EPD 42

Gambar 10 Histogram Normalitas 47

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia 57

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia 59

Gamabr 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia 63

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia 64

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia 66

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia 68

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia 69

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat 78

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada 79

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan 81

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia 82

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura 83

xvi

103

104

105

101

100

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia 85

Gambar 24 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris 86

Gambar 25 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria 87

Gambar 26 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam 89

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia 90

Gambar 28 Uji Normalitas 94

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

114

120

120

121

121

122

122

123

124

125

126

127

130

132

DAFTAR LAMPIRAN

1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

2 Uji Chow

3 Uji Hausman

4 Random Effect Model

5 Normalitas

6 Multikolinearitas

7 Heteroskedastisitas

8 Hasil RCA

9 Hasil EPD

10 Hasil Indeks ISP

11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost Opportunity

13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Badan Pusat Statistik (2016) menyatakan bahwa salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara adalah dengan

mengukur Produk Domestik Bruto (PDB) Besarnya PDB salah satunya diperoleh

melalui kegiatan ekspor Nilai ekspor Indonesia selama tahun 2004-2013

berfluktuasi Penurunan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar

1497 dengan nilai ekspor mencapai US$ 116510000000 Disusul tahun 2012

dan 2013 dengan penurunan sebesar 662 dan 393 dengan masing-masing

nilai ekspor mencapai US$ 190020300000 dan US$ 182551800000

Penurunan ekspor pada tahun 2012 dan 2013 juga diperburuk dengan

meningkatnya nilai impor pada tahun yang sama yaitu mencapai US$

191689500000 dan US$ 186628700000 Hal ini mengakibatkan Indonesia

mengalami neraca perdagangan negatif sebesar -US$ 1669200000 dan -US$

4076900000

Neraca perdagangan yang negatif menunjukkan bahwa Indonesia lebih

banyak mengkonsumsi produk-produk dari luar negeri daripada menjual produk-

produknya sendiri ke luar negeri sehingga negara-negara lain relatif lebih untung

dari produk-produk yang telah diekspornya Sedangkan Indonesia merugi karena

terjadi defisit Oleh sebab itu untuk menjaga kestabilan neraca perdagangan

Indonesia perlu meningkatkan kinerja ekspornya Salah satu cara untuk

meningkatkan kinerja ekspor adalah dengan memperbanyak ekspor komoditi-

2

komoditi unggulan Salah satu komoditi unggulan ekspor Indonesia adalah lada

Lada (Piper ningrum) atau juga dikenal sebagai King of Spice (raja rempah)

merupakan komoditi rempah Indonesia yang kedudukannya cukup penting karena

merupakan komoditi ekspor terbanyak ke-enam setelah karet kelapa sawit

kakao kopi dan kelapa Lada Indonesia sudah cukup dikenal di pasar

internasional dengan nama Lampung Black Pepper yang berasal dari Provinsi

Lampung dan Muntok White Pepper yang berasal dari Provinsi Kepulauan

Bangka (Rivaie dan Pasandaran 2014 341)

Lada merupakan komoditi ekspor dengan neraca perdagangan positif Hal

ini terlihat dari besarnya nilai ekspor lada dibandingkan nilai impornya Menurut

data UN Comtrade (2016) neraca perdagangan lada Indonesia adalah sebagai

berikut

Tabel 1 Neraca Perdagangan Lada Indonesia

Tahun Ekspor (US$) Impor (US$) Neraca (US$)

2004 56710078 3344670 53365408

2005 59210135 4026437 55183698

2006 79077213 8158312 70918901

2007 133971835 9837453 124134382

2008 186672492 12958930 173713562

2009 142126076 13660784 128465292

2010 252084684 17263407 234821277

2011 223404956 27457906 195947050

2012 435257055 29440508 405816547

2013 354712065 27510971 327201094

Sumber UN Comtrade (2016)

Indonesia memiliki neraca perdagangan lada yang positif Namun

Indonesia masih mengimpor lada dari eksportir-eksportir lada dunia lainnya

Alasan Indonesia mengimpor lada adalah dikarenakan laju produksi lada dalam

3

negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia yang menyentuh angka

rata-rata 3 per tahun (International Pepper Community 2016) Sedangkan laju

produksi lada Indonesia hanya 15 per tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan

2014 3) Namun secara keseluruhan lada merupakan komoditas ekspor yang

memiliki potensi positif karena neraca perdagangannya positif

Meskipun laju pertumbuhan produksi lada Indonesia tidak secepat

pertumbuhan permintaan lada dunia namun produktivitas lada Indonesia terus

meningkat setiap tahunnya Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

luas lahan lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 terus menurun namun

produksinya terus meningkat Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas lada

Indonesia tinggi Adapun produktivitas lada Indonesia adalah sebagaimana

Gambar 1 berikut

0

01

02

03

04

05

06

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

03820408 0403 0392

0439 04450467

0491 0494053

Tahun

(To

nH

a)

Gambar 1 Produktivitas Lada Indonesia Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Peningkatan produktivitas lada yang tinggi seiring dengan permintaan

lada dunia yang terus meningkat Permintaan lada dunia menurut data

International Pepper Community (2016) berfluktuasi cenderung meningkat

Permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

4

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 2 Permintaan Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2016)

Pertumbuhan permintaan lada dunia selama tahun 2004 - 2013 mencapai

2962 Permintaan tertinggi lada terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak

359904 ton Sedangkan permintaan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu

sebanyak 285306 ton Permintaan lada yang tinggi merupakan peluang bagi

negara-negara eksportir untuk saling bersaing meningkatkan ekspornya di pasar

internasional

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional bersaing dengan

beberapa negara seperti Brazil India Malaysia Sri Lanka Vietnam Cina

Thailand Madagaskar Ekuador dan negara-negara lainnya International Pepper

Community (2013 7) menyatakan bahwa Vietnam adalah eksportir utama lada

dunia Hal ini didasarkan pada banyaknya lada yang telah diekspor Vietnam

Adapun Kontribusi lada negara-negara eksportir di pasar internasional adalah

sebagai berikut

5

1503

922

1958

609185

4719

049007009038

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 3 Kontribusi Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Kontribusi lada Vietnam di pasar internasional hampir mencapai 50

dari total lada dunia yaitu 4719 Kontribusi ini menjadikan Vietnam sebagai

eksportir utama lada dunia Sedangkan Indonesia berada di posisi kedua dengan

kontribusi sebesar 1958 Disusul Brazil di posisi ketiga dengan kontribusi

sebesar 1503 Berdasarkan kontribusi tersebut meskipun menjadi eksportir

kedua lada dunia Indonesia memiliki selisih ekspor yang besar dengan Vietnam

yaitu sebesar 2761 Sedangkan selisih ekspor Indonesia dengan Brazil yang

berada di posisi ketiga hanya 455 Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki kesulitan untuk mengungguli Vietnam Namun Indonesia sangat mudah

untuk diungguli oleh Brazil karena selisihnya yang sedikit Adapun kontribusi

1958 lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004 - 2013

ditunjukkan dengan berfluktuasinya ekspor lada Indonesia sebagaimana Gambar

4 berikut

6

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 4 Ekspor Lada Indonesia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Ekspor tertinggi lada Indonesia terjadi pada tahun 2012 yaitu sebanyak

62608 ton Angka ini naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya yaitu

sebanyak 36487 ton Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348

pada tahun 2013 dengan total ekspor sebanyak 47908 ton Meskipun menurun

cukup jauh penurunan terbesar ekspor lada Indonesia terjadi pada tahun 2011

yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor sebanyak 36487 ton Sedangkan total

ekspor lada terkecil terjadi pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton yang juga turun

2067 dari tahun sebelumnya

Fluktuasi cenderung menurunnya ekspor lada Indonesia di pasar

internasional berbanding terbalik dengan harga lada Indonesia yang tinggi

Perkembangan harga lada Indonesia menurut International Pepper Community

(2013 54) berfluktuasi cenderung meningkat Adapun harga lada Indonesia di

pasar internasional berdasarkan harga Free on Board (FOB) adalah sebagai

berikut

7

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

20

05

2006

2007

2008

20

09

2010

2011

20

12

20

13

1487 14512029

3278 3517

2719

3677

6392 6558 6850

2317 22192924

44104972

4342

5662

88559367 9613

Tahun

(US

$T

on

)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 5 Harga Lada Indonesia di Pasar Internasional Sumber International Pepper Community (2013 54)

Berdasarkan Gambar 5 di atas peningkatan harga lada hitam dan putih

tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu mencapai 7384 dan 5639 Menurut

Ginting (2014) harga lada putih dan lada hitam dunia merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap volume perdagangan lada putih Indonesia terhadap lada

putih dunia Begitupun menurut Permatasari (2015) harga ekspor lada Indonesia

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor lada

Indonesia Naik dan turunnya harga lada akan mempengaruhi naik dan turunnya

volume ekspor lada

Berdasarkan keadaan permasalahan dan penelitian terdahulu yang sudah

dikemukakan maka diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui keadaan lada

Indonesia di pasar internasional Adapun yang perlu diketahui adalah bagimana

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Hasil

analisis ini diharapkan mampu menjadi informasi yang dapat berguna bagi

pemerintah dan pihak-pihak terkait

8

12 Rumusan Masalah

Lada merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia dengan

menempati urutan ke-enam komoditi ekspor terbanyak Indonesia dengan neraca

perdagangan positif Selama tahun 2004 - 2013 produktivitas lada Indonesia

meningkat Peningkatan ini seiring dengan permintaan lada dunia yang juga

meningkat sebesar 2962 Namun dalam periode yang sama volume ekspor

lada Indonesia berfluktuasi dan hanya mampu berada di posisi kedua di pasar

internasional dengan selisih ekspor yang besar dengan Vietnam yaitu 2761

Sementara dengan Brazil hanya berselisih 455 Menurut Ginting (2014) dan

Permatasari (2015) harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perdagangan lada

Berdasarkan penjabaran di atas maka diperoleh beberapa rumusan

masalah sebagai berikut

1 Bagaimana dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia

di pasar internasional

13 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah

1 Mengetahui dayasaing lada Indonesia secara komparatif dan kompetitif di

pasar internasional

2 Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

9

14 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

diantaranya

1 Mampu memberikan dan menambah pengetahuan bagi penulis mengenai

perdagangan internasional Indonesia khususnya komoditi lada di negara-

negara tujuan ekspornya

2 Sebagai bahan referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian

selanjutnya di bidang yang sama

3 Sebagai informasi bagi pemerintah tentang dayasaing lada Indonesia

sehingga dapat memperhatikan strategi dan kebijakan-kebijakan yang

berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar

internasional

15 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup lada dalam penelitian ini adalah lada dengan kode HS

1996 empat digit yaitu 0904 di UN Comtrade Selanjutnya pemilihan variabel-

variabel yang diduga berpengaruh terhadap volume ekspor lada Indonesia di

pasar internasional didasarkan pada teori Gravity Model

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Perdagangan Internasional

Tidak ada satu negara pun yang sepenuhnya dapat mengisolasikan diri

dari interaksi luar negeri Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

membuat batas-batas negara menjadi kabur Setiap negara tidak akan dapat

memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri Sekalipun dipaksakan pasti biaya yang

ditanggung akan sangat besar Melalui perdagangan dengan negara-negara lain

setiap negara bisa mencapai economies of scale dan selanjutnya dapat

menyalurkan kelebihan produksi yang tidak dapat diserap oleh konsumen dalam

negeri melalui ekspor Devisa yang diperoleh melalui ekspor dapat digunakan

untuk membiayai impor sehingga dapat memenuhi berbagai kebutuhannya tanpa

harus memproduksi seluruh yang dibutuhkan Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perdagangan internasional terjadi karena dua alasan yaitu adanya perbedaan

antara satu negara dengan negara yang lain dan tujuan untuk mencapai skala

ekonomi dalam produksi (Basri dan Munandar 2010 32)

Kegiatan perdagangan internasional terjadi karena adanya penawaran dan

permintaan suatu negara terhadap produk tertentu Secara teoritis suatu negara

(negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misal pakaian) ke negara lain

(negara B) apabila harga domestik negara A (sebelum terjadi perdagangan

internasional) relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga domestik negara B

Struktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah karena produksi

domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya sehingga di negara A

11

SB DB

SA A DA

PB

ES

X

P

B

M

PA

QB Q O O O QA

ED

telah terjadi excess supply (kelebihan produksi) Dengan demikian negara A

mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain Di sisi

lain negara B terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya lebih

besar daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang

terjadi di negara B lebih tinggi Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk

membeli pakaian dari negara lain yang relatif lebih murah Jika kemudian terjadi

konsumsi antara negara A dengan negara B maka akan terjadi perdagangan

antara keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama

(Kementerian Perdagangan 2011 7)

Negara A (ekspor) Perdagangan Internasional Negara B (impor)

Gambar 6 Kurva Perdagangan Internasional Sumber Salvatore (1997 84)

Keterangan

PA Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan

internasional

OQA Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A tanpa

perdagangan internasional perdagangan internasional

A Kelebihan penawaran di negara A tanpa perdagangan internasional

X Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A

PB Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan

internasional

OQB Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B tanpa

perdagangan internasional

12

B Kelebihan permintaan di negara B tanpa perdagangan internasional

M Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B

P Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan

internasional

OQ Keseimbangan penawaran dan permintaan antara kedua negara

dimana jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor

(M)

Sebelum terjadi perdagangan internasional harga di negara A adalah

sebesar PA dan di negara B adalah PB Penawaran pasar internasional akan terjadi

jika harga internasional lebih tinggi dari PA sedangkan permintaan di pasar

internasional akan tinggi jika harga internasional lebih rendah dari PB Pada saat

harga internasional (P) sama dengan PA maka negara B akan terjadi excess

demand (ED) sebesar B Jika harga internasional sama dengan PB maka di negara

A akan terjadi excess supply (ES) sebesar A Dari A dan B akan terbentuk kurva

ES dan ED yang akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional

sebesar P Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan

mengekspor komoditi (pakaian) sebesar M dimana di pasar internasional sebesar

X sama dengan M yaitu Q (Kementerian Perdagangan 2011 8)

22 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional

221 Teori Merkantilisme

Penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara sebuah

negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan memperbanyak ekspor dan

mengurangi impor Surplus yang dihasilkan ekspor selanjutnya dibentuk dalam

aliran emas atau logam-logam mulia khususnya emas dan perak Semakin

banyak emas dan perak yang dimiliki sebuah negara maka semakin kaya dan

kuatlah negara tersebut

13

Kaum merkantilisme mengukur kekayaan dengan cadangan logam mulia

yang dimiliki Sebaliknya saat ini kekayaan sebuah negara diukur dengan

cadangan sumber daya manusia hasil produksi manusia serta kekayaan alam

yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa Semakin besar cadangan

tersebut maka semakin besar pula arus barang dan jasa untuk memenuhi

keinginan manusia dan dengan demikian akan semakin besar pula standar hidup

masyarakat negara tersebut (Salvatore 1997 23)

222 Teori Keunggulan Absolut

Adam Smith berpendapat bahwa sebuah negara akan melakukan

perdagangan secara sukarela jika keduanya memperoleh keuntungan

Perdagangan antar dua negara didasarkan pada keunggulan absolut yaitu

keunggulan negara dalam memproduksi sebuah komoditi namun kurang efisien

dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya maka negara

tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan

spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan

menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut Melalui

proses ini sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang efisien

Output kedua komoditi yang diproduksi akan meningkat Peningkatan output

akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang

melakukan perdagangan

Berbeda dengan kaum merkantilisme yang percaya bahwa sebuah negara

hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lainnya serta

menyarankan pengendalian pemerintah secara ketat pada semua aktivitas

14

ekonomi dan perdagangan Adam Smith justru percaya bahwa semua negara

dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dan dengan tegas menyarankan

untuk menjalankan kebijakan yang dinamakan laissez-faire yaitu suatu kebijakan

yang menyarankan sesedikit mungkin intervensi pemerintah terhadap

perekonomian Melalui perdagangan sumber daya manusia dapat didayagunakan

secara efisien dan dapat memaksimumkan kesejahteraan dunia Dalam laissez-

faire terdapat pengecualian yang paling penting adalah proteksi terhadap berbagai

industri penting sebagai pertahanan negara (Salvatore 1997 25)

223 Teori Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif yang digagas oleh David Ricardo

menyatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain

dalam memproduksi komoditi namun masih tetap terdapat dasar untuk

melakukan perdagangan kedua belah pihak Negara pertama harus melakukan

spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki

kerugian absolut kecil dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut

lebih besar (Salvatore 1997 27) Hukum keunggulan komparatif memiliki satu

pengecualian meskipun jarang terjadi Pengecualian terjadi jika keunggulan

absolut yang dimiliki suatu negara pada kedua komoditi sama besarnya

(Salvatore 1997 29)

Hukum keunggulan komparatif memiliki keunggulan dalam nilai uang

dengan mengabaikan pengecualian yang sudah disebutkan Meskipun salah satu

negara memiliki kerugian absolut dalam produksi kedua komoditi dibanding

negara ke-dua namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan

15

yang menguntungkan yaitu dengan melihat upah di negara ke-satu lebih rendah

dibandingkan negara ke-dua sehingga memungkinkan harga komoditi tersebut

lebih rendah pula dan harga komoditi yang memiliki keunggulan absolut di

negara ke-dua tersebut lebih rendah ketika kedua komoditi tersebut dinyatakan

dalam satuan mata uang masing-masing negara (Salvatore 1997 30)

Hukum keunggulan komparatif terkadang juga disebut hukum biaya

komparatif Menurut teori biaya komparatif biaya sebuah komoditi adalah

jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya

yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditi pertama Dalam

teori ini tidak dibuat asumsi bahwa tenaga kerja hanya satu-satunya faktor

produksi atau tenaga kerja bersifat homogen dan biaya atau harga sebuah

komoditi satu-satunya tergantung dari jumlah tenaga kerja Oleh sebab itu negara

yang memiliki biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi komoditi akan

memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut (Salvatore 1997 33)

Selain itu asumsi bahwa harga sama dengan biaya produksi maka biaya

oportunitas sama dengan harga relatif merupakan refleksi dari keunggulan

komparatif (Salvatore 1997 35)

224 Teori Heckscher-Ohlin

Intisari teorema H-O adalah sebuah negara akan mengekspor komoditi

yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah

dan murah di negara tersebut dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan

mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif

langka dan mahal di negara tersebut Model H-O juga sering disebut sebagai teori

16

kelimpahan faktor Teori tersebut menyatakan bahwa setiap negara akan

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang banyak

menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dalam jumlah banyak dan

berharga relatif murah serta mengimpor komoditi yang banyak menyerap faktor

produksi yang di negara tersebut relatif langka dan mahal (Salvatore 1997 129)

225 Teori Keunggulan Kompetitif

Tambunan (2004 107) menyatakan bahwa keunggulan kompetitif adalah

keunggulan yang harus diciptakan atau dikembangkan Inti dari paradigma

keunggulan kompetitif adalah suatu negara dalam persaingan global selain

ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif juga sangat ditentukan oleh

faktor-faktor keunggulan kompetitif yang dikembangkan Dari hasil studi Porter

menyimpulkan bahwa suatu negara berhasil dalam industri tertentu karena

lingkungan dasarnya bersifat mempunyai pandangan ke depan dinamis dan

menantang

Secara spesifik terdapat empat variabel domestik penting yang secara

individual mempengaruhi kinerja dan dayasaing global di suatu negara yaitu

kondisi faktor (factor condition) kondisi permintaan (demand condition) industri

terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting industry)

serta kondisi struktur persaingan dan strategi industri (firm strategy structure

and rivalry) Selain keempat faktor utama di atas terdapat dua faktor yang

mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan

(chance event) dan faktor pemerintah (government) Faktor-faktor ini membentuk

sistem dalam peningkatan keunggulan dayasaing yang disebut Porterrsquos Diamond

17

23 Dayasaing Global

Kotabe dan Helsen (2010 39) menyatakan bahwa konsep dayasaing

mengacu pada produktivitas Dayasaing suatu negara merupakan kapasitas

produksi dalam negeri dan luar negeri yang mengacu pada manusia alam dan

sumber daya modal Keberhasilan perdagangan internasional suatu negara dapat

dilihat dari dayasaingnya Dayasaing merupakan konsep umum yang digunakan

untuk merujuk pada komitmen persaingan pasar terhadap keberhasilan suatu

negara dalam persaingan internasional (Bustami dan Hidayat 2013 56)

Dayasaing merupakan posisi relatif suatu organisasi atau negara dibandingkan

dengan yang lain Negara memiliki peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan dayasaing dengan membuat kebijakan ekonomi atau politik yang

menguntungkan (Aprilia dkk 2015 2)

231 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Tambunan (2004 110) mendefinisikan RCA sebagai suatu persentase dari

jumlah ekspor manufaktur dari suatu negara lebih tinggi daripada pangsa dari

barang yang sama di dalam jumlah ekspor dunia maka negara tersebut memiliki

keunggulan komparatif atas produksi dan ekspor dari barang tersebut Nilai

indeks RCA lebih besar dari 1 berarti negara tersebut berdayasaing Sedangkan

jika lebih kecil dari 1 maka dayasaingnya buruk Indeks RCA bisa digunakan

untuk mengukur apakah Indonesia memproduksi dan mengekspor barang-barang

yang pasar luar negerinya sedang berkembang pesat atau sedang mengalami

stagnansi (Tambunan 2004 118)

18

232 Export Product Dynamic (EPD)

EPD merupakan indikator yang mengukur posisi pasar dari produk suatu

negara untuk tujuan pasar tertentu Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk

membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia dan

mengetahui dinamis atau tidaknya performa suatu produk Sebuah matriks EPD

terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis Daya tarik pasar

dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan

pasar tertentu dimana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan

pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan

pasar tertentu Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini

menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat

kategori yaitu Rising Star Falling Star Lost Opppotunity dan Retreat

(Kementerian Perdagangan 2011 21) Adapun matriks EPD adalah sebagai

berikut

Tabel 2 Matriks Posisi Dayasaing dengan Metode EPD

Share of Countryrsquos

Export in World Trade

Share of Countryrsquos Export in World Trade

Rising

(Dynamic)

Falling

(Stagnant)

Rising (Competitive) Rising Star Falling Star

Falling (Non-

competitive) Lost Opportunity Retreat

Sumber Estherhuizen dalam Kementerian Perdagangan (2011 21)

Posisi pasar yang ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tertinggi

pada ekspornya sebagai Rising Star yang menunjukkan bahwa negara tersebut

memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat

(fast-growing products) Lost Opportunity terkait dengan penurunan pangsa

pasar pada produk-produk yang dinamis adalah posisi yang paling tidak

19

diinginkan Falling Star juga tidak disukai meskipun masih lebih baik jika

dibandingkan dengan Lost Opportunity karena pangsa pasarnya tetap meningkat

Sementara itu Retreat biasanya tidak diinginkan tetapi pada beberapa kasus

tertentu mungkin diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk-produk yang

stagnan dan menuju produk-produk yang dinamis (Bappenas 2009)

233 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Nilai indeks ISP adalah

antara -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu negara cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi yang bersangkutan Jika nilainya negatif

maka suatu negara cenderung menjadi negara importir terhadap komoditi yang

bersangkutan

ISP juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan

suatu komoditi dalam perdagangan Menurut kementerian Perdagangan (2008)

tingkat pertumbuah perdagangan dibagi lima tahap yaitu

1 Tahap pengenalan

Ketika suatu industri (forerunner) di suatu negara A mengekspor produk-

produk baru dan industri pendatang belakangan (latecomer) di negara B impor

produk-produk tersebut Dalam tahap ini nilai indeks ISP dari industri latecomer

adalah -100 sampai -050

20

2 Tahap subtitusi impor

Pada tahap ini industri di negara B menunjukkan dayasaing yang sangat

rendah dikarenakan tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala

ekonomi Industri tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang

kurang bagus dan produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan

dalam negeri Adapun nilai indeks ISP pada tahap ini yaitu naik antara -051

sampai 000

3 Tahap pertumbuhan

Pada tahap ini industri di negara B melakukan produksi dalam skala besar

dan mulai meningkatkan ekspornya Di pasar domestik penawaran untuk

komoditi tersebut lebih besar daripada permintaan Tahap ini mempunyai nilai

indeks ISP antara 001 sampai 080

4 Tahap Kematangan

Pada tahap ini produk yang bersangkutan sudah memasuki tahap

standarisasi menyangkut teknologi yang dikandungnya Pada tahap ini juga

negara B merupakan negara eksportir Adapun nilai indeks ISP tahap ini berada

pada kisaran 081 sampai 100

5 Tahap kembali mengimpor

Pada tahap ini industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya

dengan industri dari negara A dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari

permintaan dalam negeri Tahap ini ditunjukkan dengan nilai indeks ISP yang

kembali menurun antara 100 sampai 000

21

24 Gravity Model

Gravity Model merupakan model perdagangan yang mengadopsi model

gravitasi Newton tentang kekuatan gaya tarik menarik dari dua buah objek yang

dipengaruhi secara langsung oleh massa dari kedua obyek tersebut dan secara

tidak langsung oleh jarak diantara dua objek tersebut Persamaan gravitasi

dinyatakan sebagai berikut

Fij = G MiMj D2ij

Dimana

Fij Kekuatan gaya tarik menarik

Mi dan Mj Massa

D2ij Jarak antara dua objek

G Konstanta gravitasi

Jan Timbergen pada tahun 1962 menggunakan analogi tersebut untuk

menganalisis perdagangan internasional Tarik menarik dalam konteks

perdagangan internasional adalah ekspor dan impor oleh negara-negara ldquoMassardquo

dari negara-negara tersebut adalah ukuran ekonomi atau Produk Domestik bruto

(PDB) yang dianggap dapat menghasilkan aliran-aliran potensi perdagangan

internasional Semakin besar PDB negara partner maka semakin besar pula

aliran perdagangan dari negara tersebut Namun jarak menjadi hambatan dalam

perdagangan internasional Jarak yang semakin jauh mengakibatkan biaya

transportasi dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pengiriman barang

menjadi besar Sehingga mengakibatkan kecilnya kemungkinan perdagangan

bilateral (Sarwoko 2009 3-4)

Dilanchiev (2012 75) menyatakan bahwa Gravity Model merupakan

salah satu model untuk memperkirakan perdagangan bilateral antar negara dan

22

potensi perdagangan suatu negara Keuntungan utama dalam menggunakan

Gravity Model adalah dapat menjelaskan pola perdagangan internasional dengan

kondisi jumlah data dan validitas latar belakang ekonomi yang sedikit seperti

Georgia Adapun model persamaan Gravity Model adalah

Trade ij = α PDBi PDBj

Distanceij

Keterangan

Trade Volume perdagangan antara negara i dan j

PDBi Pendapatan nasional negara i

PDBj Pendapatan nasional negara j

Distance Jarak bilateral kedua negara

α Konstanta

Bergstrand (1985 480) menyatakan bahwa Gravity Model banyak

dipengaruhi oleh pendapatan Oleh sebab itu harga dan nilai tukar menjadi

variabel yang memiliki efek signifikan dalam aliran perdagangan internasional

Sementara Zarzoso dan Lehman (2003 298) menggunakan Gravity Model untuk

menganalisis data panel pada tahun 1988-1996 dengan 20 sampel negara di Uni

Eropa Adapun persamaan Gravity Model yang digunakan oleh Zarzoso dan

Lehman adalah sebagai berikut

lXijt = αij + β1lYit + β2lYjt + β3lNit + β4lNjt + β5lDij + β6lIi + β7lIj + β8ydifij

+ β9IRERij + sumYhPijh + eijt

Dimana

αij konstanta

β1lYit Pendapatan eksportir

β2lYjt Pendapatan importir

β3lNit Populasi eksportir

β4lNjt Populasi importir

β5lDij Jarak

β6lIi Infrastruktur eksportir

β7lIj Infrastruktur importir

β8ydifij Pendapatan perkapita

23

β9IRERij Nilai tukar

Eijt eror

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan eksportir pendapatan

importir populasi importir jarak pendapatan perkapita nilai tukar dan

infrastruktur eksportir berpengaruh signifikan terhadap aliran dagang Uni Eropa

Sedangkan variabel infrastruktur importir tidak signifikan terhadap aliran dagang

Uni Eropa

Sedangkan Pradipta dan Firdaus (2014 140-141) menambahkan Indeks

Harga Konsumen (IHK) sebagai variabel kontrol yang digunakan dalam

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa IHK berpengaruh signifikan terhadap

ekspor buah Indonesia di pasar internasional Peningkatan IHK akan menurunkan

volume ekspor ke negara tujuan

241 Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir

yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi

yang berlokasi dalam suatu negara (Salvatore 1997 21) Sedangkan menurut

Case amp Fair (2002 23) PDB adalah nilai barang dan jasa akhir berdasarkan

harga pasar yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode

dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam perekonomian

tersebut

PDB merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan

beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB

merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

24

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara Ketiga PDB merupakan

gambaran awal tentang masalah-masalah mendasar yang dihadapi suatu

perekonomian Jika sebagian besar PDB dinikmati oleh sebagian penduduk maka

perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya

(Rahardja dan Manurung 2008 223)

242 Jarak Ekonomi

Jarak ekonomi adalah jarak antara kedua negara berdasarkan jarak

bilateral antara kota besar kedua negara Jarak ini digunakan untuk gambaran

biaya transportasi yang dibutuhkan untuk melakukan ekspor dan impor (Mayer

dan Zignago 2011 11) Li dkk (2008 8) menggunakan variabel jarak ekonomi

dalam penelitiannya yang berjudul Component Trade and Chinarsquos Global

Economic Integration sebagai gambaran biaya transportasi Cina ke negara-negara

tujuan ekspornya Adapun rumus jarak ekonomi adalah sebagai berikut

Jarak ekonomi = Jarak geografis x PDB negara tujuan ekspor

PDB seluruh negara yang dianalisis

Jarak ekonomi memiliki dua pengaruh yaitu negatif dan positif Menurut

penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009) Dilanchiev (2012)

serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak ekonomi

berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan Namun menurut Lawless

25

dan Whelan (2007) pengaruh positif jarak ekonomi terjadi di Amerika Serikat

Untuk bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan biaya transportasi maka

perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat akan menaikkan volume dan nilai

perdagangannya

243 Harga

Harga adalah jumlah yang harus ditagihkan untuk suatu produk atau jasa

(Kotler dan Keller 2009 18) Harga merupakan penentu utama pilihan pembeli

(Kotler dan Keller 2009 79) Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan

adalah harga barang itu sendiri Jika harga suatu barang semakin murah maka

permintaan terhadap barang tersebut bertambah Begitu juga sebaliknya Hal ini

sesuai dengan hukum permintaan yaitu bila harga suatu barang naik ceteris

paribus maka jumlah barang yang diminta akan berkurang Begitu juga

sebaliknya Jika harga suatu barang turun ceteris paribus maka jumlah barang

yang diminta akan bertambah (Rahardja dan Manurung 2008 24)

Harga

Qd = 100 ndash 10P

Kuantitas

Gambar 7 Kurva Permintaan Sumber Rahardja dan Manurung (2008 29)

244 Nilai Tukar Rupiah

Perdagangan internasional melibatkan beberapa negara dengan mata uang

uang yang berbeda-beda Untuk dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi maka

80 40 60

2

4

6

8

10

0

20 100

26

mata uang yang dipergunakan mempunyai harga tertentu dalam mata uang negara

lain Nilai tukar rupiah adalah harga atau berapa banyak suatu mata uang harus

dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain Bila dikatakan nilai

tukar rupiah adalah Rp 10000US$ maka untuk memperoleh satu unit US$ harus

disediakan sebanyak 10000 unit rupiah Jika harga satu unit komputer seharga

US$ 600 per unit maka rupiah yang harus disediakan adalah 6 juta unit

Sederhananya harga komputer per unit adalah Rp 6 juta (Rahardja dan

Manurung 2008 307)

Nilai tukar didasari dua konsep Pertama adalah konsep nominal

merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang

menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna

memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain Kedua adalah konsep riil yang

dipergunakan untuk mengukur dayasaing komoditi ekspor suatu negara di

pasaran internasional (Halwani 2002 186)

Mankiw (2012 193) menyatakan bahwa nilai tukar nominal (nominal

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan mata

uang suatu negara dengan mata uang negara lain Sedangkan nilai tukar riil (real

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang

dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain Secara umum

rumus nilai tukar riil adalah

Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal x Harga barang domestik

Harga barang luar negeri

Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan

tingkat harga di kedua negara Jika nilai tukar riil adalah tinggi berarti harga

27

barang-barang luar negeri relatif murah dan harga barang-barang domestik relatif

mahal Sebaliknya jika nilai tukar riil rendah berarti harga barang-barang luar

negeri relatif mahal dan harga barang-barang domestik relatif murah (Rahardja

dan Manurung 2008 308)

245 Populasi

Populasi menurut World Bank (2016) adalah seluruh penduduk yang

tinggal di sebuah negara tanpa menghiraukan status legal atau kewarganegaraan

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara

menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga relatif

rendah Misalnya walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih

rendah daripada penduduk Singapura tetapi secara absolut tingkat pengeluaran

konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura karena jumlah penduduk

Indonesia 51 kali lipat penduduk Singapura (Rahardja dan Manurung 2008 267)

Sitorus (2009 41) menyatakan bahwa pertambahan populasi pada negara

importir dapat berada pada sisi penawaran maupun permintaan Pada sisi

penawaran pertambahan populasi akan meningkatkan produksi dalam negeri

dalam hal kuantitas maupun diversifikasi produk negara importir Kondisi ini

akan mengakibatkan penurunan permintaan komoditi ekspor oleh negara

importir Pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar

28

246 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat

harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu

Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama

yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu Masing-masing harga

barang dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya Barang

dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling besar (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perhitungan IHK ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari

sekelompok tetap barang atau jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi)

atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang atau jasa kebutuhan rumah tangga

sehari-hari (Badan Pusat Statistik 2016) Adapun perhitungan inflasi dari IHK

adalah sebagai berikut

Inflasi = (IHK ndash IHK -1) x 100

IHK -1

Rahardja dan Manurung (2008 368) menyatakan bahwa dilihat dari

cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang mencerminkan tingkat inflasi

yang sebenarnya Tetapi IHK sangat berguna karena menggambarkan besarnya

kenaikan biaya hidup bagi konsumen sebab IHK memasukkan komoditas-

komoditas yang relevan (pokok) yang dikonsumsi masyarakat

Inflasi dalam tingkat tertentu dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan

penawaran agregat karena kenaikan harga akan memacu produsen untuk

meningkatkan output-nya Namun terdapat beberapa masalah sosial yang muncul

29

dari inflasi yang tinggi (ge 10 per tahun) Pertama menurunnya tingkat

kesejahteraan rakyat yang diukur dengan tingkat daya beli pendapatan Inflasi

menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah khususnya bagi masyarakat

yang berpenghasilan rendah Kedua memburuknya distribusi pendapatan Ketiga

terganggunya stabilitas ekonomi Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan

merusak perkiraan tentang masa depan para pelaku ekonomi Inflasi yang kronis

menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa akan terus naik

Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak

dari yang seharusnya Tujuannya untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi

Akibatnya permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat sedangkan bagi

produsen perkiraan akan naiknya barang dan jasa mendorong mereka untuk

menunda penjualan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar Penawaran

barang dan jasa menjadi berkurang Akibatnya kelebihan permintaan dapat

mempercepat dan memperbesar laju inflasi sehingga kondisi ekonomi akan

semakin memburuk (Rahardja dan Manurung 2008 371-372) Inflasi yang

memburuk mengakibatkan harga-harga dalam negeri meningkat dan cenderung

akan melakukan impor untuk meredakan harga dalam negeri

25 Penelitian Terdahulu

Dayasaing dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perdagangan

internasional merupakan tema penelitian yang sebelumnya telah banyak diteliti

baik di Indonesia maupun di luar negeri Terdapat tujuh penelitian terdahulu yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam pemilihan metode analisis

30

dan variabel-variabel yang dipilih Adapun penelitian terdahulu dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut

Tabel 3 Penelitian Terdahulu

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

1 Posisi

Dayasaing dan

Spesialisasi

Perdagangan

Lada Indonesia

dalam

Menghadapi

Globalisasi

(Studi Pada

Ekspor Lada

Indonesia

Tahun 2009-

2013)

(Feira Aprilia

R Zainul

Arifin dan

Sunarti 2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Indeks

Spesialisasi

Perdagangan

(ISP)

1 Lada Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif dalam

perdagangan

dunia Dibuktikan

dengan

perhitungan RCA

pada tahun 2013

RCA Indonesia

1726 berada di

atas Brazil 770

India 360 dan

Malaysia 313

namun di bawah

Vietnam 4477

2 Berdasarkan

perhitungan ISP

dapat diketahui

bahwa Indonesia

merupakan

negarara eksportir

lada dan

merupakan

negara eksportir

lada kedua

setelah Vietnam

Persamaan

Menggunakan

metode

analisis RCA

dan ISP

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis EPD

dan Gravity

Model dengan

fokus analisis

pada

dayasaing

ekspor lada di

negara tujuan

ekspor bukan

pada sesama

negara

eksportir lada

di dunia

31

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

2 Analisis

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Lada

Indonesia ke

Negara Tujuan

Ekspor (Nadia

Permatasari

2015)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

1 Indonesia

memiliki

keunggulan

komparatif yang

kuat ke negara

tujuan

2 Rising star

Singapura dan

Inggris Falling

star Australia dan

Vietnam Lost

Opportunity AS

Jerman dan India

Retreat Jepang

3 Variabel yang

berpengaruh

signifikan adalah

GDP perkapita

negara tujuan

harga ekspor lada

Indonesia

populasi dan

produksi lada

Indonesia

Variabel tidak

berpengaruh

signifikan adalah

nilai tukar rupiah

Persamaan

menggunkaan

metode analisis

RCA EPD

dan regresi

data panel

Perbedaan

Penelitian

Nadia (2015)

tidak

menggunkana

ISP konsep

dalam

penentuan

variabel bukan

berdasarkan

teori Gravity

Model jumlah

tahun dan

negara yang

diteliti lebih

sedikit dan

menggunakan

nilai ekspor

bukan volume

ekspor untuk

variabel Y

dalam analisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

volume ekspor

lada

32

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

3 Analisis Posisi

Lada Putih

Indonesia di

Pasar Lada

Putih Dunia

(Kristiawan

Hadinata

Ginting 2014)

1 Regresi

Linear

Berganda

Logaritmatik

2 Almost Ideal

Demand

System

(AIDS)

1 faktor-faktor yang

berpengaruh

terhadap volume

perdagangan lada

putih Indonesia

terhadap lada

putih dunia adalah

harga lada putih

dunia harga lada

hitam dunia dan

GDP per kapita

dunia Sedangkan

populasi tidak

berpengaruh

2 Lada putih

Indonesia

memiliki

dayasaing di pasar

lada putih dunia

yang lebih baik

dibandingkan lada

putih Vietnam

Lada putih

Indonesia juga

memiliki prospek

yang baik dilihat

dari potensi pasar

lada putih dunia

itu sendiri Pasar

lada putih dunia

masih memiliki

potensi untuk

dimasuki

walaupun terdapat

desakan lada

hitam yang dapat

diolah lebih lanjut

menjadi lada

putih

Persamaan

menganalisis

faktor-faktor

dan dayasaing

lada

Perbedaan

Penelitian ini

menggunakan

regresi data

panel

meneliti lada

secara umum

dengan kode

HS 0904 di

UN

Comtrade

dan

menambahkan

variabel IHK

jarak

ekonomi dan

kurs riil

Dayasaing

dalam

penelitian ini

juga

menggunakan

metode RCA

EPD dan ISP

33

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

4 Empirical

Analysis of

Georgian

Trade Pattern

Gravity Model

(Azer

Dilanchiev

2012)

Regresi data

panel tahun

2000 - 2011

1GDP perkapita jarak

ekonomi dan FDI

berpengaruh

terhadap

perdagangan

Georgia

2Nilai tukar populasi

Georgia dan

populasi negara lain

tidak berpengaruh

signifikan

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel

Perbedaan

Penelitian ini

tidak

menggunkana

variabel

populasi

negara

eksportir dan

variabel

dummy

namun

menambahkan

variabel IHK

5 Perdagangan

Bilateral

Antara

Indonesia

dengan

Negara-Negara

Patner Dagang

Utama dengan Menggunakan Model

Gravitasi

(Sarwoko

2009)

Regresi OLS 1Perdagangan

Indonesia secara

positif dipengaruhi

oleh ukuran-ukuran

ekonomi PDB dan

PDB perkapita

negara importir dan

secara negatif

dipengaruhi oleh

jarak geografis

antara Indonesia

dengan negara-

negara partner

dagang utama

tersebut Sedangkan

PDB serta PDB

perkapita Indonesia

tidak berpengaruh

Persamaan

Menggunakan

Gravity

Model

Perbedaan

Pelitian ini

menambahkan

variabel lain

seperti

populasi

harga indeks

harga

konsumen

dan nilai

tukar

34

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

6 Peningkatan

Ekspor CPO

dan Kakao Di

Bawah

Pengaruh

Liberalisasi

Perdagangan

(Suatu

Pendekatan

Model

Gravitasi

(Maria Sitorus

2009)

Regresi data

panel

1 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

eskpor kakao

adalah GDP dan

populasi

eksportir nilai

tukar dan jarak

Sedangkan

variabel GDP dan

Populasi importir

tidak berpengaruh

signifikan

2 Variabel yang

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

ekspor CPO

adalah GDP

eksportir dan

importir populasi

eksportir dan

importir serta

jarak Sedangkan

variabel nilai

tukar tidak

berpengaruh

nyata

Persamaan

Menggunakan

regresi data

panel dan

variabel-

variabel

Gravity

Model kecuali

IHK dan

populasi

eksportir

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

analisis

dayasaing

35

Tabel 3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

Persamaan

dan

Perbedaan

7 Posisi

Dayasaing dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Ekspor Buah-

Buahan

Indonesia

(Amalia

Pradipta dan

Muhammad

Firdaus 2014)

1 Revealed

Comparative

Advantage

(RCA)

2 Export

Product

Dynamic

(EPD)

3 Regresi data

panel

Gravity

Model

1 EPD dan RCA

menunjukkan

bahwa buah yang

memiliki

keunggulan

komparatif dan

kompetitif

tertinggi di negara

tujuan dan dunia

adalah buah

manggis mangga

dan jambu

2 Faktor yang

mempengaruhi

aliran ekspor

buah Indonesia

meliputi harga

ekspor populasi

jarak ekonomi

GDP riil dan per

kapita nilai tukar

riil Indeks harga

konsumen

Indonesia dan

variabel dummy

krisis yang terjadi

di Eropa

Persamaan

Menggunakan

metode RCA

dan EPD

Perbedaan

Penelitian ini

menambahkan

metode

analisis ISP

36

26 Kerangka Pemikiran

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis Dayasaing Komoditi Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Keunggulan

Komparatif

Analisi Faktor-Faktor

yang mempengaruhi

Volume Ekspor Lada

Indonesia

Kekuatan dan Peluang Lada Indonesia

1 Produksi Produksi meningkat

meskipun lahan berkurang

2 Produktivitas Produktivitas tinggi

3 Harga meningkat Harga yang

meningkat dari tahun ke tahun

menjadi peluang bagi eksportir untuk

meningkatkan volume ekspor karena

keuntungan lebih tinggi

4 Neraca perdagangan lada positif

5 Permintaan lada dunia meningkat

Masalah yang Dihadapi

Indonesia

1 Luas lahan berkurang

2 Fluktuasi ekspor

3 Pesaing utama (Vietnam

dan Brazil)

Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per kapita

2 Jarak ekonomi

3 Harga

4 Kurs riil

5 Populasi

6 Indeks harga

konsumen

Keunggulan

Kompetitif

Hasil dan Interpretasi

Regresi Data

Panel

Gravity

Model

EPD

dan ISP

RCA

37

27 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah

1 Nilai RCA Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional lebih dari 1

artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif sehingga komoditi

tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Nilai EPD Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional berada di sumbu

positif artinya Indonesia memiliki pangsa pasar lada yang kuat

3 Nilai ISP Ekspor Lada Indonesia ke pasar internasional adalah antara -1

sampai +1 Jika nilanya positif artinya Indonesia cenderung menjadi

Negara eksportir terhadap komoditi lada

4 Variabel rata-rata PDB per Kapita berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

5 Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

6 Variabel Harga berpengaruh negatif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

7 Variabel Kurs Riil berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

8 Variabel Populasi berpengaruh positif terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

9 Variabel Indeks Harga Konsumen berpengaruh positif terhadap volume

ekspor lada Indonesia di pasar internasional

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengakses website yang berkaitan dengan

judul penelitian Website yang diakses terdiri dari website UN Comtrade UN

CTAD World Bank dan CEPII Adapun waktu penelitian ini dimulai dari bulan

April - November tahun 2016

32 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif cross-sectional

menggunakan data panel yaitu time series 2004-2013 dan cross section sembilan

belas negara yang diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 9 dan microsoft

excel Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

beberapa sumber sebagai berikut

Tabel 4 Sumber Data dan Data

No Sumber Data

1 UN Comtrade

1 Nilai ekspor lada Indonesia ke negara importir

2 Nilai ekspor lada dunia ke negara importir

3 Total nilai ekspor Indonesia ke negara importir

4 Total nilai ekspor dunia ke negara importir

5 Nilai impor lada Indonesia dari negara importir

6 Harga lada Indonesia di pasar internasional

2 UN CTAD

Nilai tukar Rupiah

3 World Bank 1 PDB per Kapita

2 Populasi negara tujuan

3 Indeks harga konsumen

4 CEPII Jarak Ekonomi

39

33 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh negara yang menjadi tujuan

ekspor lada Indonesia Tahun 2004 - 2013 yaitu sebanyak 80 negara Penentuan

sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan

metode purposive sampling yaitu sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono 2011 68) Sampel dalam penelitian ini adalah negara-negara tujuan

ekspor lada Indonesia yang melakukan impor lada dari Indonesia secara kontinu

dari tahun 2004 - 2013 yang terdiri dari Amerika Serikat Australia Belanda

Belgia Bulgaria Hongkong India Inggris Italia Jepang Jerman Kanada

Korea Selatan Malaysia Pakistan Perancis Rusia Singapura dan Vietnam

34 Metode Analisis Data

Penelitian ini dianalisis menggunakan Revealed Comparative Advantage

(RCA) untuk mengetahui dayasaing lada secara komparatif Export Product

Dynamic (EPD) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk mengetahui

dayasaing lada secara kompetitif serta data panel untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional

Data panel adalah data yang berstruktur urut waktu (time series) dan data

beberapa objek pada satu waktu (cross section) Data panel memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan data time series maupun cross section yang terdiri dari

(Suliyanto 2011 229)

1 Memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi Hal ini karena data

tersebut melibatkan beberapa individu dalam beberapa waktu

40

2 Mampu memberikan data yang lebih informatif bervariasi serta memiliki

tingkat kolinearitas yang rendah Hal ini karena menggabungkan data time

series dan cross section

3 Cocok untuk studi perubahan dinamis karena data panel pada dasarnya

adalah data cross section yang diulang-ulang (series)

4 Mampu mendeteksi dan mengukur pengaruh yang tidak dapat diobservasi

dengan data time series murni atau data cross section murni

5 Mampu mempelajari model perilaku yang lebih kompleks Misalnya

fenomena perubahan teknologi

341 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Analisis RCA merupakan salah satu metode analisis untuk mengukur

kekuatan dayasaing Adapun rumus analisis RCA adalah sebagai berikut

Keterangan

RCA

Xik

Xim

Xwk

Xwm

Keunggulan komparatif Indonesia

Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai dayasaing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan yaitu

1 Jika nilai RCA gt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki dayasaing kuat

2 Jika nilai RCA lt 1 berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki dayasaing lemah

RCA = Xik Xim

X wk Xwm 31

41

n

t=1 t

n

t=1 t-1

t=1 t t=1 t-1

n n

342 Export Product Dynamic (EPD)

Salah satu indikator dayasaing lainnya adalah Export Product Dynamic

Metode ini digunakan untuk mengukur posisi pasar suatu negara di negara tujuan

ekspornya dan mengukur dinamis atau tidaknya suatu produk di pasar

menggunakan empat kuadran yang terdiri dari Rising star Falling Star Lost

Opportunity dan Retreat Adapun rumus Export Product Dynamic (EPD) adalah

sebagai berikut

Pangsa Pasar Indonesia (Sumbu X)

sum (Xi Wi) x 100 - sum (Xi Wi) x 100

T

Pangsa Pasar Produk (Sumbu Y)

sum (Xt Wt) x 100 - sum (Xt Wt) x 100

T

Keterangan

Xi Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Xt Nilai total ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wi Nilai ekspor lada dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Wt Nilai total ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

t Tahun analisis

t-1 Tahun analisis sebelumnya

T Total tahun analisis

32

33

42

SP = (Xia ndash Mia) (Xia + Mia)

+ +

- +

- +

- -

Gambar 9 Kuadran Posisi Dayasaing dengan metode EPD

343 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Selain RCA dan EPD dayasaing bisa diukur dengan menggunakan

metode analisis ISP Indeks ISP berfungsi untuk mengetahui apakah suatu negara

lebih cenderung menjadi negara eksportir atau importir Indeks ISP dapat

dirumuskan sebagai berikut

Keterangan

Xia Nilai ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2004 - 2013

Mia Nilai impor lada Indonesia dari negara tujuan tahun 2004 - 2013

Nilai indeks ISP adalah anata -1 dan +1 Jika nilainya positif maka suatu

negara cenderung menjadi negara eksportir terhadap komoditi yang

bersangkutan Jika nilainya negatif maka maka suatu negara cenderung menjadi

negara importir terhadap komoditi yang bersangkutan

344 Regresi Data Panel

Gravity Model merupakan sebuah model untuk mengukur volume ekspor

yang dipengaruhi oleh pendapatan negara jarak dan variabel lain yang

berhubungan dengan perdagangan internasional Faktor-faktor yang digunakan

34

Lost Opportunity

Retrat Falling Star

Rising Star

43

dalam penelitian ini adalah rata-rata Produk Domestik Bruto per kapita Jarak

Ekonomi Harga lada Kurs Riil Populasi dan Indeks Harga Konsumen

Persamaan Gravity Model menggunakan ln (logaritma natural) agar memenuhi

uji asumsi klasik dan menghindari model dari bias Perumusan Gravity Model

dalam penelitian ini adalah

LnVEL= β0 + β1LnPDBC + β2LnJE + β3LnHRG+ β4LnKR + β5LnPOP

+ β6IHK + e

Keterangan

LnVEL Volume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional

(ton) dalam persen

LnPDBC Rata-rata PDB per Kapita

LnJE Jarak Ekonomi (KM) dalam persen

LnHRG Harga Lada (US$ per ton) dalam persen

LnKR Kurs Riil (RpUS$) dalam persen

LnPOP Populasi (jiwa) dalam persen

IHK Indeks Harga Konsumen dalam persen

β0 Konstanta

β1-β7 Koefisien Regresi

e eror

345 Uji Kesesuaian Model

Widarjono (2009 231-237) menyatakan bahwa secara umum data panel

akan menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap negara

dan setiap periode waktu Oleh karena itu pengestimasian persamaan data panel

akan sangat tergantung dari asumsi yang dibuat tentang intersep koefisien slope

dan variabel pengganggunya Dengan demikian terdapat beberapa metode yang

biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel yaitu

35

44

1 Common Effect Model (CEM)

Model CEM merupakn model dengan koefisien tetap antara waktu dan

individu Model CEM hanya mengkombinasikan data time series dan

cross section Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi

individu maupun waktu Sehingga diasumsikan bahwa perilaku data

antara individu sama dalam berbagai kurun waktu

2 Fixed Effect Model (FEM)

Model FEM merupakan model dengan slope konstan tetapi intersep

berbeda antara individu Model FEM juga menggunakan variabel dummy

untuk menangkap adanya perbedaan intersep Regresi data panel dengan

model FEM diduga mengandung masalah heteroskedastisitas Oleh sebab

itu permasalahan heteroskedastisitas dalam model ini dapat diatasi

dengan menggunakan metode GLS

3 Random Effect Model (REM)

Model REM merupakan model mempunyai variabel gangguan berbeda

antara individu tetapi tetap antara waktu Model random merupakan

model yang akan mengestimasi data panel di mana variabel gangguan

mungkin saling berhubungan antara waktu dan individu Oleh sebab itu

metode yang tepat digunakan untuk mengestimasi model REM adalah

Generalized Least Squares (GLS)

Setelah diketahui macam-macam model data panel tahap selanjutnya

adalah memilih model mana yang paling tepat untuk untuk mengestimasi model

45

data panel Adapun uji-uji yang dilakukan untuk memilih model yang tepat

adalah sebagai berikut

1 Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk mengetahui apakah FEM lebih baik

daripada CEM atau sebaliknya hal tersebut dapat dilihat dari signifikansi

FEM dan uji F statistik jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak

dan H1 diterima Begitu juga sebaliknya apabila F hitung lebih kecil dari F

tabel maka H0 diterima (Widarjono 2009 238) Berikut hipotesis uji Chow

H0 Common Effect Model

H1 Fixed Effect Model

2 Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk memilih apakah model FEM lebih baik

dari REM atau sebaliknya Uji Hausman didasarkan pada LSDV pada FEM

dan GLS pada REM Uji ini mengikuti statistika chi square dengan degree of

freedom sebanyak k (jumlah variabel independen) Jika nilai statistik

Hausman lebih besar daripada nilai kritisnya maka H0 ditolak Sebaliknya

apabila nilai statistik Hausman lebih kecil daripada nilai kritisnya maka H0

diterima (Widarjono 2009 240-241) Berikut hipotesis uji Hausman

H0 Random Effect Model

H1 Fixed Effect Model

3 Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui apakah model

REM atau CEM yang paling tepat digunakan Uji signifikansi REM ini

46

dikembangkan oleh Breusch Pagan Metode Breusch Pagan untuk uji

signifikansi REM didasarkan pada nilai residual dari metode OLS

(Widarjono 2009 239) Hipotesis yang digunakan adalah

H0 Common Effect Model

H1 Random Effect Model

Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-squares dengan degree of

freedom sebesar jumlah variabel independen Jika nilai LM statistik gt nilai

kritis statistik chi-squares maka kita menolak H0 yang artinya estimasi yang

tepat untuk model regresi data panel adalah metode REM daripada metode

CEM Sebaliknya jika nilai LM lt kecil dari nilai statistik chi-squares sebagai

nilai kritis maka hipotesis nul diterima yang artinya estimasi yang digunakan

dalam regresi data panel adalah metode CEM bukan metode REM

346 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengaanggu atau residual memiliki distribusi normal Seperti diketahui

bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel yang kecil (Ghozali 2006 147)

1 Uji Normalitas dengan Analisis Grafik

Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik merupakan

metode yang termudah Analisis grafik dilakukan dengan menggunakan

histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal

sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal

47

Jika Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti

lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal

Normal

Gambar 10 Histogram Normalitas Sumber Ghozali (2009 34)

2 Uji Normalitas dengan Jarque-Bera (JB Test)

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik Jarque-Bera (JB)

dengan nilai Chi-Square (χ2) table dengan tingkat signifikansi 5 dan df (2)

Pengambilan keputusan dalam uji JB adalah jika nilai Jarque-Bera (JB) le χ2 tabel

maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal Sedangkan jika nilai

Jarque-Bera (JB) gt χ2 tabel maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi tidak

normal (Widarjono 2009 49)

347 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghazali

2006 95-96)

Pendeteksian ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis

korelasi berpasangan yang tinggi diantara variabel-variabel independen Jika

antar variabel independen terdapat koefisien korelasi yang tinggi (di atas 085)

maka dapat disimpulkan bahwa dalam model terdapat multikolinearitas Jika

48

koefisien korelasi lebih rendah dari 085 maka model tidak mengandung

multikolinearitas (Widarjono 2009106)

2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali 2006 125) Pengujian

heteroskedastisitas bisa dilakukan dengan metode Glejser Metode ini melakukan

regresi nilai absolut residual dengan variabel independennya (Widarjono 2009

120)

3 Uji Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota

observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu Oleh karena itu data

runtut waktu diduga seringkali mengandung unsur autokorelasi Sedangkan data

cross-section diduga jarang ditemui adanya unsur autokorelasi Salah satu metode

yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah Durbin-Watson Jika nilai

d adalah 2 maka tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif (Widarjono

2009 142-145) Adapun tabel pengujian Durbin-Watson adalah sebagai berikut

49

Tabel 5 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

Nilai statistik d Hasil

0 lt d lt dL Ada autokorelasi positif

dL le d le dU Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

dU lt d lt 4 ndash dU Tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

4 ndash dU le d le 4ndashdL Daerah keragu-raguan tidak ada keputusan

4 ndash dL lt d lt 4 Ada autokorelasi negatif Sumber Widarjono (2009 146)

348 Uji signifikansi

1 Uji Signifikan Simultan (F)

Uji statistik F menurut Ghazali (2006 88) pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

terikat Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut

1 Bila nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat

kepercayaan 5 yang menyatakan bahwa semua variabel independen

secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen

2 Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F tabel Bila F-

hitung gt F tabel maka H0 ditolak dan menerima H1

2 Uji Signifikan Parsial (t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut

1 Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat

kepercayaan sebesar 005 maka H0 dapat diterima dan apabila lebih dari 005

maka H0 ditolak bila nilai t lebih dari 2 (nilai absolut)

50

2 Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel Apabila

t hitung gt t tabel maka variabel independen secara parsial mempengaruhi

variabel dependen (Ghazali 2006 88 - 89)

3 Koefisien Determinan (Rsup2)

Koefisien Determinan (Rsup2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu Nilai Rsup2 yang kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

amat terbatas Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen Jika nilai Rsup2 sama dengan satu maka pendekatan tersebut terdapat

kecocokan sempurna dan jika Rsup2 sama dengan nol maka tidak ada kecocokan

pendekatan (Ghozali 2006 87)

35 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati

secara langsung (Azwar 2013 74) Terdapat enam variabel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu variabel rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi

Harga Kurs Rill Populasi dan IHK Adapun definisi operasional variabel-

variabel tersebut adalah sebagai berikut

51

Tabel 6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnVEL Volume penjualan adalah

ukuran yang menunjukkan

banyaknya atau besarnya

jumlah barang atau jasa yang

terjual (Daryanto 2011 187)

Ekspor adalah kegiatan

mengeluarkan barang dari

Daerah Pabean (Menteri

Perdagangan 2012 5)

Banyaknya jumlah lada yang di

ekspor ke negara importir pada

tahun 2004-2013

LnPDBC PDB adalah nilai barang dan

jasa akhir berdasarkan harga

pasar yang diproduksi oleh

sebuah perekonomian dalam

satu periode dengan

menggunakan faktor-faktor

produksi yang berada dalam

perekonomian tersebut (Case

dan Fair 2002 23)

Rata-rata nilai pasar semua

barang dan jasa akhir Indonesia

dan negara importir yang

dihasilkan oleh faktor-faktor

produksi pada tahun 2004-2013

yang dibagi dengan jumlah

penduduk dalam satuan Dollar

Amerika (US$) dengan rumus

Rata-Rata PDB per Kapita =

(PDB per kapita Indonesia +

PDB per kapita importir)2

LnJE Jarak ekonomi adalah jarak

antara kedua negara

berdasarkan jarak bilateral

antara kota besar kedua negara

Jarak ini digunakan untuk

gambaran biaya transportasi

yang dibutuhkan untuk

melakukan ekspor dan impor

(Mayer dan Zignago 2011

11)

Jarak antar Indonesia dengan

negara tujuan secara riil dan

ekonomi yang digunakan sebagai

proxy untuk biaya transportasi

dan komunikasi serta waktu

pengiriman yang dibutuhkan

dalam kegiatan ekspor dan impor

dalam satuan KM dengan rumus

Jarak Ekonomi = Jarakij x (PDB

importirTotal PDB seluruh

negara yang dianalisis)

LnHRG Harga adalah jumlah yang

harus ditagihkan untuk suatu

produk atau jasa (Kotler dan

Keller 2009 18)

Jumlah uang yang ditukarkan

oleh negara-negara importir

dengan lada Indonesia pada

tahun 2004 - 2013 dalam satuan

Dolar (US$Ton)

LnKR Kurs riil (real exchange rate)

adalah nilai yang digunakan

seseorang saat menukarkan

barang dan jasa dari suatu

negara dengan barang dan jasa

dari negara lain (Mankiw

2012 193)

Kurs riil antara Indonesia dengan

negara importir yang ditukarkan

pada lada Indonesia dalam

satuan RpUS$ dengan rumus

KR= Kurs nominal x (IHK

IndonesiaIHK importir)

52

Tabel 6 Definisi Operasional (Lanjutan)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional

LnPOP Semua warga negara di suatu

negara tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali

pencari suaka (World Bank

2016)

Semua warga negara di negara

tujuan ekspor tanpa memandang

status hukum atau

kewarganegaraan kecuali pencari

suaka pada tahun 2004 - 2013

yang dihitung dalam satuan jiwa

IHK Indeks harga konsumen adalah

angka indeks yang

menunjukkan tingkat harga

barang dan jasa yang harus

dibeli konsumen dalam satu

periode tertentu (Rahardja dan

Manurung 2008 367)

Perubahan harga dari suatu

paket barang dan jasa yang

dikonsumsi oleh rumah tangga di

negara tujuan dalam satuan ()

pada tahun 2004-2013 dengan

tahun dasar 2010=100

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM

41 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia

Para ahli memperkirakan bahwa lada merupakan tanaman asli Asia

selatan khususnya India Habitat asli lada adalah hutan-hutan yang lembab dan

hangat dengan tanah datar Pada abad ke-enam SM lada dibawa masuk oleh

saudagar-saudagar Hindu dari India ke Nusantara melalui Selat Sunda Di pesisir

Selat Sunda terutama Banten dan sekitarnya tanaman lada banyak

dibudidayakan Selain di Banten lada kemudian dibudidayakan secara intensif di

Lampung Hal ini ditunjukkan oleh sebuah piagam kuno yang bernama Piagam

Bojong tahun 1500 M yang menunjukkan kejayaan Lampung sebagai produsen

lada yang diperdagangkan secara luas ke seluruh dunia (Sutarno dan Andoko

2005 4) Adapun klasifikasi lada adalah sebagai berikut

Klasifikasi Lada

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas Magnoliopsida (berkeping dua dikotil)

Sub Kelas Magnoliidae

Ordo Piperales

Famili Piperaceae (suku sirih-sirihan)

Genus Piper

Spesies Piper nigrum L

Lada pala dan cengkih merupakan rempah-rempah yang menjadi

komoditas penting dari zaman dahulu hingga sekarang Diantara rempah-rempah

54

lainnya lada mendapatkan julukan sebagai ldquoraja rempah-rempahrdquo (the king of

spice) Lada mempunyai khasiat sebagai penghangat badan sehingga

keberadaannya sangat diperlukan oleh masyarakat di negara-negara subtropis

yang suhunya relatif dingin Begitu berharganya lada dipergunakan sebagai alat

tukar seperti halnya uang di Jerman pada abad XIV Lada juga menjadi komoditi

yang mendorong beberapa negara di Eropa seperti Portugis dan Belanda berlayar

sampai ke Indonesia Belanda (VOC) berhasil menguasai perdagangan lada dunia

berkat lada yang diperoleh dari nusantara dan mengakibatkan penjajahan selama

kurang lebih 350 tahun Pada abad pertengahan tersebut Indonesia terutama

Lampung merupakan sentra produksi lada yang tidak bisa diabaikan Dari

Lampunglah Belanda memasok sebagian besar ladanya yang diperdagangkan di

pasar dunia Pada tahun 1682 Belanda berhasil memasarkan sekitar 75 ton lada

hitam asal Lampung ke pasar dunia (Sutarno dan Andoko 2005 2)

Hingga tahun 2000 Indonesia merupakan salah satu produsen lada yang

diperhitungkan di pasar dunia dengan tingkat produksi 77500 ton Namun pada

tahun-tahun selanjutnya produktivitas lada terus menurun dan pada tahun 2003

menjadi 67000 ton Pada tahun tersebut posisi Indonesia tergeser oleh Vietman

dengan produksi 85000 ton atau sekitar 26 dari total produksi lada dunia

(Sutarno dan Andoko 2005 2-3)

Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama lada

dan mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada dunia Pasokan lada

Indonesia dalam perdagangan dunia dipenuhi dari Provinsi Bangka Belitung yaitu

lada putih dengan sebutan Muntok White Pepper dan Provinsi Lampung yaitu

55

lada hitam dengan sebutan Lampung Black Pepper yang sudah dikenal sejak

sebelum Perang Dunia ke-II (Wahyu 2014)

42 Lada Indonesia

421 Perkembangan Luas Areal Lada di Indonesia

Lahan merupakan unsur pokok dalam bercocok tanam yang berfungsi

sebagai media tanam tanaman untuk tumbuh Pertumbuhan luas lahan menjadi

salah satu pendorong produktivitas yang tinggi Saat ini luas lahan pertanian

semakin berkurang seiring gencarnya alih fungsi lahan menjadi lahan non

pertanian seperti pabrik perumahan perkantoran jalan dan lain sebagainya

Adapun luas lahan lada dari tahun 2004-2013 adalah sebagaimana berikut

Tabel 7 Luas Areal Lada Indonesia

Tahun Perkebunan

Rakyat (Ha)

Perkebunan

Negara (Ha)

Perkebunan

Swasta (Ha)

Total

(Ha)

2004 201248 - 236 201484

2005 191801 - 191 191992

2006 192572 - 32 192604

2007 189050 - 4 189054

2008 183078 - 4 183082

2009 185937 - 4 185941

2010 179314 - 4 179318

2011 177486 - 4 177490

2012 177783 - 4 177787

2013 171916 - 4 171920 Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (20143)

Luas areal lahan lada di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir

didominasi oleh perkebunan rakyat Sementara perkebunan swasta hanya

berkontribusi sangat sedikit dan terus mengalami penurunan hingga pada tahun

2007-2013 hanya tersisa luas lahan seluas 4 Ha Secara keseluruhan total luas

areal lada terus mengalami penurunan Hingga pada tahun 2013 luas areal lada

56

hanya sebesar 171920 Ha Penurunan terbanyak terjadi pada tahun 2005 dengan

penurunan sebesar 471 dari tahun 2004

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) terdapat empat faktor dominan

yang menjadi penyebab penurunan areal lada yaitu pertama fluktuasi harga lada

Lada merupakan komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar

internasional berpengaruh langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika

harga lada di tingkat petani rendah banyak petani lada tidak mampu merawat

tanaman secara baik sehingga produktivitasnya menurun Bahkan sebagian

petani tidak lagi menanam lada atau mengurangi luas areal lada dengan beralih ke

usaha tani komoditas lain (Manohara et al Vietnam Pepper Association dan

Irawati dalam Daras dan Pranowo 2009 2) Kedua gangguan organisme

pengganggu tanaman Mulia et al dalam Daras dan Pranowo (2009 3)

menyatakan bahwa areal pertanaman lada yang tersebar pada lima belas

kecamatan di Pulau Bangka rusak akibat serangan hama dan penyakit dengan

intensitas serangga rendah (3-7 ) sedang (10-22 ) dan tinggi (31-35 )

Ketiga dampak penambangan timah ilegal Sejak reformasi bergulir pada tahun

19971998 Pemerintah Pusat dan Daerah sedikit melonggarkan peraturan atau

ketentuan tentang penambangan timah Kondisi ini mendorong masyarakat Babel

dan sekitarnya melakukan penambangan timah secara tradisional karena kegiatan

ini mampu memberikan pendapatan secara cepat Akibatnya sebagian petani lada

beralih ke usaha penambangan timah sehingga usaha tani lada hanya sebagai

usaha sampingan (Irawati et al dalam Daras dan Pranowo 2009 3) Keempat

pengembangan komoditas lain Selain lada terdapat komoditas lain yang

57

dikembangkan di Babel seperti karet kelapa kelapa sawit kopi kakao cengkih

jambu mete dan nilam (Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Bangka

Belitung dalam Daras dan Pranowo 2009 4) Kelapa sawit merupakan

komoditas yang memperlihatkan perkembangan luas areal tanam paling pesat

sehingga mengurangi luas areal tanam lada (Daras dan Pranowo 2009 4)

422 Perkembangan Produksi Lada Indonesia

Berdasarkan sejarah Indonesia pernah menguasai pasar internasional lada

hingga tahun 2003 Produksi lada yang melimpah membuat Indonesia mampu

melakukan ekspor lebih banyak Laporan statistik perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3) menunjukkan bahwa produksi lada

Indonesia terus mengalami peningkatan sebagaimana Gambar 11 berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(Ton

)

Gambar 11 Produksi Lada Indonesia

Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3)

Produksi lada Indonesia terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun

2007 yang mengalami penurunan sebesar 439 sekaligus menjadi tahun dengan

produksi paling rendah dibanding tahun-tahun lainnya Sementara produksi

paling tinggi terjadi pada tahun 2013 dengan total produksi sebanyak 91039 ton

58

Adapun secara rinci total produksi lada Indonesia adalah 77008 ton pada tahun

2004 78328 ton pada tahun 2005 77533 pada tahun 2006 74131 ton pada

tahun 2007 80420 pada tahun 2008 82834 ton pada tahun 2009 83663 pada

tahun 2010 87089 pada tahun 2011 87841 ton pada tahun 2012 dan 91039 ton

pada tahun 2013

Peningkatan produksi lada di Indonesia seharusnya dapat mendorong

ekspor lada Indonesia Namun menurut data Statistik Perkebunan Indonesia

Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 4) terjadi penurunan ekspor yang besar

pada tahun 2011 dan 2013 Adapun hubungan antara produksi dengan ekspor lada

Indonesia adalah sebagai berikut

Tabel 8 Produksi dan Ekspor Lada Indonesia

Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Hubungan

2004 77008 34302 +

2005 78328 34556 +

2006 77533 36953 +

2007 74131 38447 +

2008 80420 52407 +

2009 82834 50642 +

2010 83663 62599 +

2011 87089 36487 -

2012 87841 62605 +

2013 91039 47908 - Sumber Direktorat Jenderal Perkebunan (2014 3-4)

Secara umum dalam kurun waktu 2004 - 2013 produksi lada Indonesia

memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor lada Indonesia Artinya

produksi lada memberikan dampak yang positif karena setiap kenaikan produksi

lada di Indonesia akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia Namun

terjadi hubungan yang negatif pada tahun 2011 dan 2013 yang dapat dilihat

dengan menurunnya volume ekspor lada Indonesia pada tahun tersebut Produksi

59

lada pada tahun 2011 meningkat sebesar 41 namun terjadi penurunan ekspor

sebesar 4171 Begitupun pada tahun 2013 produksi lada meningkat sebesar

364 namun ekspor lada menurun sebesar 2348 Hal ini dikarenakan

konsumsi lada dalam negeri pada tahun tersebut mencapai 3489 dan 2835

dari total produksi

423 Perkembangan Harga Lada Domestik Indonesia

Besaran harga lada merupakan salah satu faktor yang dapat memicu naik

dan turunnya penjualan lada Harga lada domestik Indonesia menurut

International Pepper Community (2013 53) menunjukkan peningkatan yang

cukup tinggi Harga rata-rata lada hitam dan putih memiliki perbedaan yang

cukup besar yaitu hampir mencapai 50 Perbedaan harga ini disebabkan oleh

proses pengolahan lada putih yang lebih rumit dibandingkan lada hitam Adapun

perkembangan rata-rata lada adalah sebagai berikut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Rp

Kg)

Lada Hitam

Lada Putih

Gambar 12 Harga Lada Domestik Indonesia Sumber International Pepper Community (2013 53)

Harga rata-rata lada hitam dan lada putih dalam negeri bergerak secara

beriringan secara fluktuatif namun cenderung meningkat Peningkatan harga rata-

rata lada hitam tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan peningkatan sebesar

60

751 dari tahun sebelumya yaitu dari Rp 27899Kg menjadi Rp 48850Kg dan

sempat mengalami penurunan sebesar 1884 pada tahun 2009 menjadi Rp

22142Kg dari Rp 27281Kg Adapun harga rata-rata lada hitam per kilogram

adalah Rp 9489 pada tahun 2004 Rp 10089 pada tahun 2005 Rp 15238 pada

tahun 2006 Rp 25284 pada tahun 2007 Rp 27281 pada tahun 2008 Rp 22142

pada tahun 2009 Rp 27899 pada tahun 2010 Rp 48850 pada tahun 2011 Rp

52409 pada tahun 2012 dan Rp 62430 pada tahun 2013

Sama halnya dengan lada hitam harga rata-rata lada putih mengalami

peningkatan yang tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 5291 dan menurun

pada tahun 2009 sebesar 239 Adapun harga rata-rata lada putih per kilogram

adalah Rp 18284 pada tahun 2004 Rp 18968 pada tahun 2005 Rp 24036 pada

tahun 2006 Rp 36043 pada tahun 2007 Rp 40938 pada tahun 2008 Rp 39961

pada tahun 2009 Rp 45925 pada tahun 2010 Rp 70223 pada tahun 2011 Rp

77907 pada tahun 2012 dan Rp 90083 pada tahun 2013 Tingginya harga lada

putih disebabkan adanya perbedaan proses pengolahan pada lada Proses

pembuatan lada putih lebih rumit daripada lada hitam Lada putih dipilih dari

buah yang matang kemudian direndam dalam air selama beberapa hari Dari satu

kilogram lada yang direndam hanya dapat menghasilkan lada putih paling

banyak empat ons Sedangkan proses pembuatan lada hitam lebih mudah yaitu

dengan cara mengeringkan lada hijau kemudian dibersihkan tangkainya

Menurut Daras dan Pranowo (2009 2) fluktuasi harga lada merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penurunan luas areal tanam lada

yang juga akan berpengaruh terhadap jumlah produksi lada Lada merupakan

61

komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar internasional berpengaruh

langsung terhadap harga lada dalam negeri Ketika harga lada di tingkat petani

rendah banyak petani lada tidak mampu merawat tanaman secara baik sehingga

produktivitasnya menurun Bahkan sebagian petani tidak lagi menanam lada atau

mengurangi luas areal lada dengan beralih ke usaha tani komoditas lain

Sebaliknya jika harga lada dalam negeri meningkat maka petani cenderung akan

mempertahankan lahannya untuk terus memproduksi lada karena besarnya

keuntungan yang akan didapatkan Hal ini sejalan dengan cenderung

meningkatnya produksi dalam negeri dalam kurun waktu 2004 - 2013 (Direktorat

Jenderal Perkebunan 2014 3) Namun meningkatnya harga domestik lada

berdampak kurang baik terhadap ekspor lada Hal ini terlihat dari menurunnya

ekspor lada pada tahun 2011 dan 2013 dimana pada tahun yang sama harga lada

domestik baik hitam maupun putih mengalami peningkatan yang signifikan Hal

ini menunjukkan bahwa petani cenderung menjual ladanya pada konsumen dalam

negeri dibandingkan luar negeri karena keuntungan yang didapat akan lebih besar

dengan meningkatnya harga domestik lada tersebut

424 Perkembangan Ekspor Lada Indonesia

Perkembangan ekspor lada Indonesia selama tahun 2004 - 2013 fluktuatif

Sebagaimana Gambar 4 bahwa volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2012

yaitu sebanyak 62608 ton dan terendah pada tahun 2005 sebanyak 35055 ton

Ekspor lada Indonesia fluktuatif dengan total eskpor terbanyak terjadi

pada tahun 2012 yaitu 62608 ton naik sebesar 7159 dari tahun sebelumnya

Namun ekspor lada kembali menurun sebesar 2348 pada tahun 2013 dengan

62

total ekspor sebanyak 47908 ton Sedangkan penurunan terbesar ekspor lada

Indonesia terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 4171 dengan total ekspor

sebanyak 36487 ton

Penurunan ekspor tertinggi pada tahun 2011 diiringi oleh peningkatan

harga domestik lada tertinggi pada tahun yang sama Pada tahun tersebut harga

lada mencapai Rp 48850Kg naik sebesar 751 untuk lada hitam dan Rp

70223Kg naik sebesar 5291 untuk lada putih Begitupun pada tahun 2013 di

mana harga domestik lada hitam mencapai Rp 62430Kg naik sebesar 1912

dan lada putih Rp 90083Kg naik sebesar 1563 (International Pepper

Community 2013 53)

43 Lada Dunia

Indonesia merupakan salah satu negara yang berkontribusi dalam

penyediaan lada dunia Selain Indonesia terdapat negara lain yang berperan aktif

dalam penyediaan lada dunia diantaranya Brazil Cina India Madagaskar

Malaysia Sri Lanka Thailand dan Vietnam Dalam kurun waktu 2004 - 2013

Vietnam dan Brazil merupakan pesaing terdekat lada Indonesia di pasar

internasional

431 Perkembangan Luas Areal Lada Dunia

Permintaan lada dunia yang terus meningkat perlu didukung oleh luasnya

areal tanam yang besar Lahan yang luas akan mendukung produksi lada yang

tinggi Adapun ketersediaan lahan lada di dunia adalah sebagai berikut

63

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ha)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailnd

Vietnam

Lainnya

Gambar 13 Luas Areal Lahan Lada Dunia Sumber International Pepper Community (2013 3)

Menurut data International Pepper Community (2013 3) India

merupakan negara dengan luas areal lahan lada terbesar hingga mencapai

253730 Ha pada tahun 2006 Meskipun juga mengalami penurunan luas lahan

pada tahun-tahun selanjutnya India masih menempati posisi pertama sebagai

negara dengan luas lahan lada terbesar di dunia dengan luas areal lahan sebesar

19700 Ha pada tahun 2013 Sedangkan Vietnam yang merupakan eksportir lada

pertama di dunia hanya memiliki luas areal lahan lada sebesar 56500 Ha pada

tahun 2013 Luas lahan ini lebih kecil dibandingkan Indonesia pada tahun yang

sama yaitu 113000 Ha Sementara Brazil yang merupakan negara ketiga

eksportir lada dunia hanya memiliki luas lahan sebesar 20000 Ha pada tahun

2013

Meskipun memiliki luas lahan yang tidak lebih luas dari Indonesia dan

India Vietnam mempunyai manajemen lahan yang baik sehingga mampu

menjadi produsen dan ekportir utama lada dunia Adapun manajemen lahan yang

dilakukan Vietnam adalah dengan cara membuat drainase yang baik saat musim

64

hujan dan membuat irigasi yang dapat meminimalisir penyebaran dan

kontaminasi penyakit Hal inilah yang menyebabkan produktivitas lada Vietnam

lebih tinggi daripada Indonesia maupun India (Ton dan Buu 2011 18)

432 Produksi Lada Dunia

Produksi lada dunia didominasi oleh negara-negara dengan luas lahan

yang luas seperti India Indonesia Brazil dan Vietnam Produksi ini merupakan

hal penting yang dapat mempengaruhi volum ekspor Adapun total produksi

produsen lada dunia dari tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

Total Produksi

(Ton

)

Brazil

Cina

India

Indonesia

Madagaskar

Malaysia

Thailand

Vietnam

Lainnya

Gambar 14 Total Produksi Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 5)

Areal lahan yang luas tidak secara langsung mampu mempengaruhi

produksi lada di suatu negara Hal ini terlihat dalam Gambar 14 yang

menunjukkan bahwa dalam waktu sepuluh tahun dari tahun 2004-2013 meskipun

bukan sebagai negara dengan kepemilikan lahan terluas Vietnam merupakan

negara dengan tingkat produksi paling tinggi mengalahkan India yang

merupakan negara dengan kepemilikan luas areal lahan lada paling luas Total

produksi lada Vietnam mencapai 32 dari keseluruhan total produksi lada dunia

yaitu sebanyak 1110750 ton Sementara Indonesia hanya mampu memproduksi

lada sebanyak 17 dari total produksi lada dunia dengan total produksi sebanyak

65

578000 ton Sedangkan India yang merupakan negara dengan luas areal lahan

terluas di dunia hanya mampu memproduksi lada sebesar 15 dari total produksi

lada dunia yaitu 536150 ton

Ketidak selarasan antara luas areal lahan dan total produksi di masing-

masing negara bisa jadi sebabkan oleh beberapa hal Meskipun menjadi negara

dengan luas areal tanam lada terluas produksi lada India masih berada di bawah

Vietnam dan Indonesia Menurut International Pepper Community (2016)

penurunan produksi lada di India disebabkan oleh hama dan penyakit serta

adanya tanaman yang sudah tua dan tidak produktif Begitu juga menurut Yogesh

dan Mokshapathy (2013 38) yang menyatakan bahwa penurunan produksi lada

di India dikarenakan produksi lada India yang menurun akibat penyakit dan umur

tanaman lada yang sudah tua sehingga India perlu melakukan penanaman pohon

lada baru yang berdampak pada lambatnya pertumbuhan produksi Faktor cuaca

yang tidak menentu di India juga menjadi penyebab selanjutnya penuruan

produksi lada di India yang pada akhirnya perdampak pada ekspor (Yogesh dan

Mokshapathy 201338) Faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi lada di

India menurut Ganesan dalam Soepanto (2006 57) adalah faktor kemiskinan

petani Petani dan buruh tani di India termasuk diantara orang-orang paling

miskin di dunia Upaya pemerintah India untuk membantu petani melalui subsidi

mendapat hambatan dari negara-negara maju yang menganggap hal tersebut

dapat mendistorsi perdagangan Akibatnya petani di India masih mengalami

kesulitan dan lebih memilih untuk beralih profesi bahkan dampak paling buruk

66

adalah memilih untuk bunuh diri Hal ini lah yang menyebabkan produktivitas

pertanian di India menurun salah satunya lada

433 Perkembangan Harga Lada Dunia

Pergerakan harga merupakan salah satu penentu pembelian oleh

konsumen terhadap suatu barang Perkembangan harga lada di pasar internasional

berdasarkan harga Free on Board (FOB) dari beberapa negara eksportir menjadi

salah satu acuan importir untuk melakukan pembelian Perkembangan harga lada

dari beberapa produsen lada dunia mengalami fluktuasi cenderung meningkat

setiap tahunnya sebagaimana data International Pepper Community (2013) yang

tertera pada Gambar 15 dan Gambar 16 berikut

A Harga Lada Hitam

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(US

$To

n)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 15 Harga Lada Hitam Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Pergerakan harga lada hitam diantara negara-negara eksportir relatif

sama yaitu berfluktutaif cenderung meningkat Harga tertinggi lada hitam

dunia ditempati oleh Malaysia Sedangkan harga terendah lada hitam dunia

ditempati oleh Vietnam Adapun posisi harga lada hitam Indonesia adalah

pertengahan di antar negara-negara lainnya Harga tertinggi lada terjadi pada

67

tahun 2013 yaitu US$ 6338ton untuk Brazil US$ 6927ton untuk India

US$ 6850ton untuk Indonesia US$ 7359ton untuk Malaysia dan US$

6549ton untuk Vietnam

Produksi lada yang tinggi di Vietnam membuat harga lada Vietnam

menjadi lebih murah Sedangkan Malaysia merupakan negara dengan

produksi lada hitam terendah diantara negara-negara tersebut Oleh karenanya

harga lada hitam Malaysia menjadi lebih mahal dibanding negara-negara

lainnya Selain Vietnam harga lada hitam Brazil merupakan yang termurah

ke dua di dunia Menurut International Pepper Community (2013) produksi

lada hitam Brazil lebih sedikit dari India Namun konsumsi lada hitam di

India lebih besar daripada Brazil Oleh karenanya persediaan lada hitam

Brazil untuk ekspor lebih banyak dibandingkan India Hal ini juga yang dapat

menyebabkan harga lada hitam India merupakan harga termahal kedua

setelah Malaysia Sementara harga lada hitam Indonesia masih lebih mahal

daripada Brazil meskipun produksi lada hitam Indonesia lebih tinggi daripada

Brazil Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada hitam di Indonesia lebih

tinggi daripada Brazil sehingga persediaan lada Brazil untuk ekspor masih

lebih banyak dibandingkan Indonesia

B Harga Lada Putih

Sejalan dengan harga lada hitam perkembangan lada putih dunia dari

masing-masing eksportir berfluktuasi cenderung meningkat Untuk lada putih

Malaysia masih menjadi negara dengan harga lada putih termahal Begitupun

dengan Vietnam yang mempunyai harga lada putih paling murah

68

dibandingkan negara eksportir yang lainnya Sedangkan harga lada putih

Indonesia masih lebih tinggi dari Brazil yang merupakan pesaing terdekat

lada Indonesia Pada tahun 2013 masing-masing harga lada putih adalah US$

9716ton untuk Brazil US$ 9367ton untuk Indonesia US$ 9887ton untuk

Malaysia dan US$ 9111ton untuk Vietnam Adapun grafik perkembangan

harga lada putih dunia adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20

04

2005

2006

20

07

2008

20

09

20

10

2011

20

12

2013

Tahun

(US

$T

on

) Brazil

Indonesia

Malaysia

Vietnam

Gambar 16 Harga Lada Putih Dunia

Sumber International Pepper Community (2013)

Penyebab perbedaan harga lada putih sama dengan lada hitam sebelumya

yaitu tingkat persediaan lada untuk diekspor setelah dikurangi konsumsi Menurut

International Pepper Community (2013) Indonesia merupakan produsen tertinggi

lada putih di dunia selama tahun 2004-2013 Namun harga lada putih Indonesia

tidak lebih murah dari Vietnam yang merupakan produsen kedua lada putih

dunia Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi lada putih Indonesia lebih tinggi dari

Vietnam Oleh karenannya Vietnam memiliki persediaan lada putih lebih banyak

dari Indonesia Begitupun dengan Malaysia yang memiliki harga lada putih

paling tinggi di dunia selama kurun waktu 2004-2013 Produksi lada putih

Malaysia lebih rendah dibandingkan Vietnam Indonesia dan Brazil Sedangkan

69

untuk Indonesia dan Brazil meskipun produksi lada putih Indonesia jauh di atas

Brazil namun harga lada putih Indonesia lebih mahal daripada Brazil Hal ini

dapat disebabkan oleh meningkatnya harga lada putih Indonesia di dalam negeri

sehingga berdampak pada tingginya harga lada putih Indonesia di pasar

internasional

434 Perkembangan Ekspor Lada Dunia

Ekspor lada dunia sangat berkaitan dengan jumlah produksi lada dunia

Negara yang mampu memproduksi lada lebih banyak cenderung mampu

melakukan ekspor lebih banyak juga Adapun perkembangan ekspor lada dunia

dari tahun 2004-2013 menurut data International Pepper Community (2013 7)

adalah sebagaimana grafik berikut

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

(Ton

)

Brazil

India

Indonesia

Malaysia

Sri Lanka

Vietnam

Cina

Thailand

Madagaskar

Lainnya

Gambar 17 Ekspor Lada Dunia

Sumber International Pepper Community (2013 7)

Berdasarkan Gambar 17 terlihat bahwa ekspor lada di pasar internasional

selama tahun 2004-2013 didominasi oleh lada Vietnam Sementara lada

Indonesia sendiri hanya mampu berada di posisi kedua namun dengan selisih

volume ekspor yang besar Rata-rata selisih jumlah volume ekspor Indonesia

dengan Vietnam adalah sebanyak 656954 tontahun Selisih terbesar terjadi pada

tahun 2011 sebanyak 87374 ton dan selisih terkecil terjadi pada tahun 2008

70

sebenyak 37908 ton Selanjutnya posisi ketiga ekspor lada di pasar internasional

ditempati oleh Brazil Berbeda dengan Vietnam selisih volume ekspor lada

Indonesia dengan Brazil relatif kecil Bahkan pada tahun 2005-2007 Brazil

mampu mengungguli ekspor lada Indonesia dengan total ekspor lada sebanyak

38416 ton 42187 ton dan 38665 ton Hingga kemudian Indonesia mampu

mengungguli kembali Brazil pada tahun 2008-2013 dengan selisih sebesar 15822

ton 14057 ton 31838 ton 3792 ton 33479 ton dan 17303 ton Adapun rata-

rata selisih ekspor lada Indonesia dengan Brazil adalah sebanyak 10738

tontahun Eksportir lada seanjutnya adalah India India merupakan negara

dengan luas lahan terbesar di dunia namun tidak mampu menjadi eksportir utama

dunia Menurut Yogesh dan Mokshapathy (2013 39) penyebab tidak menjadinya

India sebagai eksportir utama lada dunia disebabkan oleh rendahnya

produktivitas dan tingginya konsumsi di India Tingginya konsumsi domestik

lada India digunakan untuk kuliner ekstraksi minyak dan oleoresin industri

farmasi dan lain-lain

71

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Analisis Dayasaing Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

511 Keunggulan Komparatif

1 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang beragam di setiap

negara Keunggulan komparatif ini dapat dilihat melalui nilai RCA Adapun nilai

RCA lada Indonesia di negara-negara tujuan ekspor adalah sebagai berikut

Tabel 9 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 21754 2175

Australia 4458 446

Belanda 16796 1680

Belgia 15061 1506

Bulgaria 22014 2201

Hongkong 19695 1970

India 7228 723

Inggris 3243 324

Italia 7142 714

Jepang 1763 176

Jerman 21839 2184

Kanada 7753 775

Korea 804 080

Malaysia 531 053

Pakistan 282 028

Perancis 24621 2462

Rusia 40220 4022

Singapura 8140 814

Vietnam 25090 2509 Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Ekspor lada Indonesia ke sembilan belas negara tujuan secara umum

memiliki dayasaing yang kuat secara komparatif karena memiliki nilai RCA lebih

72

dari 1 Namun tidak di tiga negara yaitu Korea Malaysia dan Pakistan Hal ini

dikarena nilai RCA Indonesia di tiga negara tersebut kurang dari 1 yaitu 080

053 dan 028

Tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Korea Malaysia dan Pakistan

disebabkan oleh adanya negara lain yang menjadi eksportir utama lada di negara-

negara tersebut Eksportir utama lada di Korea yang memiliki keunggulan

komparatif tinggi adalah Vietnam dengan nilai RCA sebesar 22 Sri Lanka

dengan nilai RCA sebesar 12 Malaysia dengan nilai RCA sebesar 6 Cina dengan

nilai RCA sebesar 3 dan India dengan nilai RCA sebesar 1 Begitu juga di

Pakistan eksportir utama lada Pakistan adalah Vietnam dengan nilai RCA

sebesar 179 Disusul Sri Lanka dengan nilai RCA sebesar 33 Brazil dengan nilai

RCA sebesar 7 dan India dengan nilai RCA sebesar 4 Sedangkan di Malaysia

dayasaing komparatif lada Indonesia kalah oleh India dengan nilai RCA sebesar

32 Disusul Vietnam dan Cina dengan nilai RCA sebesar 329 dan 318

Meskipun begitu secara komparatif lada Indonesia sangat berdayasaing di Rusia

dan beberapa negara lainnya

Rusia adalah peluang pasar lada tertinggi Indonesia karena memiliki rata-

rata nilai RCA tinggi yaitu 4022 Disusul Vietnam dengan nilai RCA sebesar

2509 Meskipun berstatus sebagai eksportir nomor satu lada dunia Vietnam

masih melakukan impor lada dari Indonesia dengan rata-rata nilai ekspor lada

Indonesia ke Vietnam sebesar US$ 31249188

Menurut Vietnam Pepper Association industri lada di Vietnam terus

berkembang hingga mencapai 10-20 per tahun Pertumbuhan ini menimbulkan

73

banyak resiko dari sisi teknis dan kondisi alam Selain itu harga lada dalam

negeri Vietnam juga mengalami peningkatan yang tinggi Oleh karenanya

banyak petani yang menggunakan pupuk dan pestisida yang berlebihan untuk

meningkatkan produktivitas Namun hal inilah yang menyebabkan kualitas lada

Vietnam tidak memenuhi permintaan pasar dan banyak mendapatkan peringatan

tentang residu yang dihasilkan dari Amerika dan Kanada Oleh karena hal itu

Vietnam harus melakukan impor lada berkualitas tinggi dari negara lain salah

satunya dari Indonesia (Horizon Pasific 2016)

Posisi selanjutnya adalah Perancis dengan nilai RCA sebesar 2462

Disusul Bulgaria sebesar 2201 dan Jerman sebesar 2184 Sedangkan Amerika

Serikat yang merupakan negara tujuan ekspor utama lada Indonesia hanya

menempati posisi keenam dengan nilai RCA sebesar 2175 Eksportir lada utama

dan memiliki keunggulan komparatif paling tinggi di Amerika serikat adalah

Peru dan Vietnam dengan nilai RCA sebesar 3290 dan 2254

512 Keunggulan Kompetitif

1 Export Product Dynamic (EPD)

Dayasaing lada Indonesia selanjutnya ditentukan oleh keunggulan

kompetitifnya Keunggulan kompetitif ini dapat dilihat melalui nilai EPD yang

digunakan untuk menentukan posisi pasar lada Indonesia di masing-masing

negara Berikut adalah hasil perhitungan EPD lada Indonesia di negara-negara

tujuan ekspornya

74

Tabel 10 Hasil Export Product Dynamic (EPD)

Negara

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor Indonesia

()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar Lada

()

Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Perdagangan lada Indonesia di pasar internasional berada di empat posisi

yaitu Rising Star Falling Star Lost Opportunity dan Retreat Posisi Rising Star

terjadi pada perdagangan lada antara Indonesia dengan Belanda India Italia

Jepang Jerman dan Malaysia Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia

memiliki pertumbuhan pangsa ekspor lada yang bernilai posistif serta lada

merupakan komoditi yang berdayasaing dan dinamis di negara-negara tersebut

karena memiliki pertumbuhan daya tarik pasar yang positif Secara keseluruhan

posisi lada Indonesia di pasar internasional adalah sebagai berikut

75

1) Posisi Rising Star

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik

sebesar 0684 dan 0012 di Belanda Begitu pula di India pertumbuhan

pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar lada Indonesia naik sebesar 0131 dan

0088 Sedangkan di Italia Jepang Jerman Malaysia dan Pakistan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia masing-masing meningkat sebesar

0126 0416 0177 dan 0605 Begitu juga pertumbuhan pangsa pasar

ladanya yang masing-masing meningkat sebesar 0015 0006 0001 dan

0207 Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa secara kompetitif

Indonesia sangat berdayasaing di negara-negara tersebut

2) Posisi Falling Star

Posisi selanjutnya adalah Falling Star yang terjadi di negara Belgia

Hongkong Korea dan Perancis Posisi ini menunjukkan bahwa lada Indonesia di

negara-negara tersebut mengalami penurunan daya tarik namun pangsa pasar

lada masih mengalami peningkatan karena perbandingan nilai ekspor lada

Indonesia mampu bersaing dengan nilai ekspor lada dunia di negara-negara

tersebut Posisi ini merupakan posisi yang masih menguntungkan bagi Indonesia

karena setidaknya Indonesia masih memiliki pangsa pangsa pasar lada di negara

tersebut

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia di Belgia meningkat sebesar

1301 Namun pangsa pasar lada menurun sebesar 0011 Pangsa pasar

ekspor Indonesia juga tumbuh sebesar 0900 di Hongkong Hanya saja

pertumbuhan pangsa pasar lada menurun sebesar 0016 Begitu juga di Korea

76

Selatan pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia meningkat sebesar 0123

Namun pertumbuhan pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0023

Sedangkan di Perancis pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia tumbuh

sebesar 0612 namun pangsa pasar ladanya menurun sebesar 0001

3) Posisi Lost Opportunity

Posisi lainnya yaitu Lost Opportunity Posisi ini terjadi di Amerika

Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Pangsa pasar ini menunjukkan

bahwa terjadinya penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis

sehingga posisinya adalah yang paling tidak diinginkan karena Indonesia tidak

dapat merebut pangsa pasar lada di negara-negara tersebut meski permintaanya

mengalami peningkatan Hal ini terjadi karena lada Indonesia kurang

berdayasaing dibandingkan total lada dunia di negara-negara tersebut

Indonesia mengalami penurunan pangsa pasar ekspor sebesar 0025 di

saat permintaan lada meningkat sebesar 0014 di Amerika Serikat Begitupun

di Kanada Pakistan Rusia dan Singapura Penurunan pangsa pasar ekspor di

Kanada mencapai 0140 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar

0001 Sedangkan di Pakistan penurunan pangsa pasar mencapai 0065 di

saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0155 Selanjutnya di Rusia

dan Singapura penurunan pangsa pangsa ekspor menurun sebesar 1212 dan

3724 di saat permintaan terhadap lada meningkat sebesar 0014 dan 0053

Menurunnya pangsa pasar ekspor Indonesia di negara-negara tersebut

dikarenakan adanya pesaing utama Indonesia yang lebih mampu menguasai

77

pasar Adapun pesaing-pesaing Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah sebagai berikut

Tabel 11 Pesaing Lada Indonesia

Negara Pesaing RCA

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Ekspor ()

Pertumbuhan

Pangsa Pasar

Lada ()

Posisi

AS Peru 3290 0240 0017 Rising Star

Vietnam 2254 1684 0082 Rising Star

Kanada Vietnam 4056 0789 0028 Rising Star

Pakistan India 415 0045 0440 Rising Star

Rusia Polandia 404 1004 0140 Rising Star

Cina 017 0177 0745 Rising Star

Singapura Vietnam 2994 2966 -0005 Falling Star

Sri Lanka 2469 0661 -0002 Falling Star

India 206 0416 0302 Rising Star Keterangan AS (Amerika Serikat)

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Amerika Serikat

Pesaing utama lada Indonesia di Amerika Serikat adalah Peru dan

Vietnam Nilai RCA kedua negara tersebut aadalah 3290 dan 2254 Nilai

tersebut lebih besar dari nilai RCA Indonesia yaitu 2175 Artinya dayasaing

lada Indonesia secara komparatif kalah dari Peru dan Vietnam Begitu juga secara

kompetitif dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut karena

kedua negara tersebut berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa

pasar ekspor mencapai 0240 untuk Peru dan 1684 untuk Vietnam Begitu

juga pertumbuhan pangsa pasar ladanya yang meningkat sebesar 0017 dan

0082

Salah satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia di Amerika

Serikat adalah harga Harga lada Peru dan Vietnam lebih murah dibandingkan

78

Indonesia Adapun pergerakan harga lada ketiga negara tersebut di Amerika

Serikat adalah sebagai berikut

000

100

200

300

400

500

600

700

800

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Peru

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 18 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Amerika Serikat Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Berdasarkan Gambar 18 harga lada Peru merupakan yang termurah

dibandingkan Vietnam dan Indonesia Hal ini menyebabkan permintaan lada Peru

lebih bayak dibandingkan Vietnam dan Indonesia yang kemudian berpengaruh

terhadap peningkatan nilai ekspor lada Peru Peningkatan ini menjadikan Peru

mampu berdayasaing kuat secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Amerika Serikat Sedangkan harga lada Vietnam dan Indonesia relatif sama

Namun harga lada Vietnam sedikit lebih murah dari Indonesia dengan rata-rata

harga sebesar US$ 308Kg Sedangkan rata-rata harga lada Indonesia adalah US$

371Kg Hal ini menyebabkan volume dan nilai ekpor lada Vietnam lebih banyak

dan menjadikan Vietnam mampu berdayasaing lebih kuat secara komparatif dan

kompetitif dibandingkan Indonesia di pasar lada Amerika Serikat

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Kanada

Pesaing utama lada Indonesia di Kanada adalah Vietnam Hal ini

ditunjukkan dengan Nilai RCA Vietnam yang lebih besar dari Indonesia yaitu

79

4056 Sedangkan nilai RCA Indonesia adalah 775 Selain nilai RCA yang lebih

besar Vietnam juga mampu berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor sebesar 0789 dan pertumbuhan pangsa pasar produk

sebesar 0028 Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Vietnam sangat

berdayasaing secara komparatif dan kompetitif di pasar lada Kanada

dibandingkan Indonesia

Dayasaing kuat lada Vietnam di Kanada dikarenakan nilai ekspor lada

Vietnam yang tinggi Tingginya nilai ekspor ini diperoleh dari banyaknanya lada

yang telah diekspor Vietnam ke Kanada Banyaknya ekspor lada Vietnam ke

Kanada bukan dikarenakan harganya yang lebih murah dari Indonesia Karena

selama tahun 2004-2013 harga lada Indonesia lebih murah dari Vietnam

sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 19 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(KgU

S$)

Vietnam

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 19 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Kanada Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Gambar 19 menunjukkan bahwa harga lada Vietnam lebih tinggi daripada

Indonesia Namun tingginya harga lada Vietnam tidak berpengaruh terhadap

permintaan lada dari Kanada Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lada yang

diekspor Vietnam ke Kanada dibandingkan Indonesia Adapun total ekspor lada

80

Vietnam dari tahun 2004-2013 adalah 6917024 ton Sedangkan total ekspor lada

Indonesia adalah 1527629 ton Banyaknya lada yang diekspor oleh Vietnam ke

Kanada dikarenakan Vietnam mampu memproduksi lada dalam jumlah yang

lebih banyak dibandingkan Indonesia Menurut data International Pepper

Community (2013 5) total produksi lada Vietnam dari tahun 2004 - 2013 adalah

1110750 ton Sedangkan dalam kurun waktu yang sama Indonesia hanya

mampu memproduksi lada sebanyak 578000 ton Oleh sebab itu meskipun

memiliki harga yang lebih mahal Vietnam lebih mampu mengekspor lada lebih

banyak daripada Indonesia Hal ini menyebabkan nilai ekspor lada yang

diperoleh Vietnam lebih tinggi dari Indonesia dan menjadikan lada Vietnam lebih

berdayasaing dari Indonesia secara komparatif dan kompetitif di pasar lada

Kanada

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Pakistan

Pesaing utama lada Indonesia di Pakistan adalah India Hal ini

ditunjukkan dengan nilai RCA India yang lebih besar yaitu 415 Sedangkan

Indonesia hanya memiliki nilai RCA sebesar 028 yang artinya secara komparatif

lada Indonesia tidak berdayasaing di pasar lada Pakistan Selain itu Indonesia

juga kalah berdayasaing secara kompetitif dari India Hal ini dikarenakan India

berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar

0045 dan pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0440

Kuatnya dayasaing India di Pakistan disebabkan oleh besarnya nilai

ekspor lada yang diperoleh oleh India dibandingkan Indonesia Nilai ekspor ini

berkaitan dengan permintaan lada India yang lebih banyak daripada Indonesia

81

Faktor yang menyebabkan tingginya permintaan lada India adalah harga lada

India yang lebih murah daripada harga lada Indonesia sebagaimana data UN

Comtrade (2016) adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

India

Indonesia

Gambar 20 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Pakistan

Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Rusia

Polandia dan Cina adalah pesaing utama lada Indonesia di Rusia Secara

komparatif Indonesia mampu berdayasaing lebih kuat dibandingkan kedua negara

tersebut Hal ini dikarenakan nilai RCA Indonesia lebih tinggi yaitu 4022

Sedangkan nilai RCA Polandia adalah 404 Bahkan secara komparatif Cina tidak

memiliki dayasaing di pasar Rusia karena memiliki nilai RCA kurang dari satu

yaitu 017 Dayasaing yang kuat ini disebabkan oleh perbandingan nilai ekspor

lada Indonesia dari total ekspor Indonesia lebih besar dari perbandingan nilai

ekspor lada dunia dari total ekspor dunia ke Rusia

Meskipun secara komparatif lada Indonesia mampu berdayasaing kuat

dibandingkan Polandia dan Cina di pasar Rusia namun secara kompetitif

dayasaing lada Indonesia kalah dari kedua negara tersebut Hal ini ditujukkan

dengan posisi Rising Star Polandia dan Cina di Rusia Pertumbuhan pangsa pasar

ekspor lada kedua negara tersebut mencapai 1004 dan 0177 Begitu juga

82

pertumbuhan pangsa pasar produk yang mencapai 0140 dan 0745 Salah

satu penyebab tidak berdayasaingnya lada Indonesia adalah faktor harga Adapun

harga lada masing-masing negara tersebut adalah sebagai berikut

0

2

4

6

8

10

12

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Polandia

Cina

Indonesia

Gambar 21 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Rusia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada Cina adalah yang termurah di Rusia Rata-rata harga lada

Cina di Rusia adalah US$ 194Kg yang merupakan harga lada termurah

dibandingkan Polandia dan Indonesia Murahnya harga lada Cina menyebabkan

meningkatnya volume ekpor ladanya ke Rusia Hal ini juga menyebabkan

meningkatnya nilai ekspor lada Cina yang akhirnya berpengaruh terhadap

dayasaing Cina di Rusia Sedangkan meningkatnya dayasaing lada Polandia di

Rusia dikarenakan tingginya rata-rata harga lada Poalndia di Rusia yaitu US$

724Kg yang akhirnya juga meningkatkan nilai ekspor dan dayasaing ladanya di

Rusia

Pesaing Ekspor Lada Indonesia di Singapura

India Vietnam dan Sri Lanka merupakan pesaing utama lada Indonesia

di Singapura Secara komparatif dayasaing lada Indonesia kalah saing

dibandingkan Vietnam dan Sri Lanka karena nilai RCA Indonesia lebih kecil dari

83

kedua negara tersebut yaitu 814 Sedangkan nilai RCA Vietnam dan Sri Lanka

adalah 2994 dan 2469 Namun dayasaing komparatif Indonesia di Singapura

masih lebih unggul jika dibandingkan dengan India karena nilai RCA India lebih

kecil dari Indonesia yaitu 206 Meskipun begitu India merupakan negara

dengan keunggulan kompetitif paling kuat karena berada di poisi Rising Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar produk sebesar 0416

dan 0302 Sedangkan Vietnam dan Sri Lanka berada di posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2966 dan 0661 Namun

pertumbuhan pangsa pasar produknya menurun sebesar 0005 dan 0002

Posisi Falling Star Vietnam dan Sri Lanka masih lebih baik jika dibandingkan

dengan Indonesia yang berada di posisi Lost Opportunity

Harga merupakan salah satu penyebab kurang berdayasaingnya lada

Indonesia di Singapura Harga lada Indonesia merupakan yang paling mahal di

singapura Sedangkan harga lada India merupakan yang paling murah di

Singapura Adapun perkembangan harga lada Indonesia dan pesaingnya di

Singapura adalah sebagai berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Sri Lanka

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 22 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Singapura Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

84

Harga lada Indonesia lebih mahal daripada Vietnam India dan Sri Lanka

Hal ini menyebabkan konsumen di Singapura lebih memilih lada dari negara lain

yang harganya lebih murah yaitu India Oleh karenanya permintaan lada India

meningkat dan meningkatkan nilai ekspor ladanya yang kemudian menjadikan

India sebagai negara dengan dayasaing yang kuat di Singapura

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa salah satu penyebab

tidak berdayasaingnnya lada Indonesia di Amerika Serikat Kanada Pakistan

Rusia dan Singapura adalah harga yang tinggi dan persediaan lada untuk

diekspor Oleh sebab itu Indonesia harus meningkatkan produksi ladanya

sehingga jumlah lada untuk diekspor juga meningkat dan dapat menurunkan

harga Sebagaimana teori economic of scale Krugman (2008) yang menyatakan

bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya produksi akan semakin

rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh terhadap harga yang lebih

murah

4 Posisi Retreat

Retreat adalah posisi yang kurang baik karena ekspor lada Indonesia

sudah tidak diinginkan lagi di negara-negara tersebut Posisi ini terjadi di

Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Penyebab tidak berdayasaingnya lada

Indonesia di Australia adalah karena India Vietnam dan Spanyol mampu

menguasai pasar lada di Australia yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang lebih

tinggi dari Indonesia yaitu 32 112 dan 961

Selain itu ketiga negara tersebut juga mampu berdayasaing secara

kompetitif dengan berada pada posisi Rising Star dan Falling Star India dan

85

Spanyol berada pada posisi Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor

sebesar 0067 dan 0353 serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0043 dan 0071 Sedangkan Vietnam berada pada posisi Falling Star

dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2329 namun pertumbuhan

pangsa pasar produkuknya menurun sebesar 0014 Penyebab tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Australia adalah faktor harga yang lebih mahal

dibandingkan negara lainnya sebagaimana Gambar 23 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Vietnam

Spanyol

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 23 Harga Ekspor Lada Indonesia dan Pesaing di Australia Sumber UNComtrade (2016) (Diolah)

Gambar 23 menunjukkan bahwa harga lada Indonesia cenderung

meningkat dan lebih mahal dibanding India Vietnam dan Spanyol Rata-rata

harga lada Indonesia adalah US$ 437Kg Sementaar rata-rata harga India

Vietnam dan Spanyol adalah US$ 267Kg US$ 388Kg dan US$ 288Kg

Lada Indonesia juga tidak berdayasaing sama sekali di Inggris Hal ini

dikarenakan pasar lada negara tersebut dikuasai oleh Vietnam dan India Nilai

RCA kedua negara tersbeut adalah 4947 dan 1796 Nilai tersebut menunjukkan

bahwa Vietnam dan India berdayasaing kuat secara komparatif Selain itu secara

86

kompetitif kedua negara tersebut juga berada di posisi yang lebih baik dari

Indonesia yaitu Rising Star Vietnam dan India mengalami peningkatan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 2624 dan 0555 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0037 dan 009 Kuatnya

dayasaing lada Vietnam dan India disebabkan oleh harga ladanya yang lebih

murah dibandingkan Indonesia sebagaimana Gambar 24 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g)

Vietnam

India

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 24 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Inggris Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Harga lada India merupakan yang termurah dibandingkan negara lainnya

Harga rata-rata lada India selama tahun 2004-2013 adalah US$ 24Kg Murahnya

harga lada India membuat volume ekspor lada India meningkat dan menghasilkan

nilai rata-rata ekspor lada yang tinggi yaitu US$ 13190004 Sehingga India

mampu menjadi salah satu negara yang menguasai pasar lada di Inggris Begitu

pula dengan Vietnam yang memiliki harga lada yang bersaing dengan Indonesia

Rata-rata harga lada Vietnam adalah US$ 42Kg Dengan harga tersebut

Vietnam mampu meningkatkan volume ekspor dan mendapatkan rata-rata nilai

87

ekspor lada sebesar US$ 12335811 sehingga mampu menjadi negara yang

menguasai pasar lada di Inggris seperti India

Sama halnya dengan Australia dan Inggris pasar lada Indonesia di

Bulgaria harus bersaing dengan Vietnam Spanyol dan Cina Secara komparatif

Vietnam merupakan negara pesaing terberat Indonesia karena nilai RCA Vietnam

jauh lebih besar dari Indonesia yaitu 35178 Sementara nilai RCA Indonesia di

Bulgaria adalah 2201 Sedangkan nilai RCA Spanyol dan Cina adalah 565 dan

282 Namun secara kompetitif Indonesia tidak mampu berdayasaing dengan

ketiga negara tersebut karena Indonesia berada di posisi Retreat Sedangkan

Vietnam Spanyol dan Cina berada di posisi Rising Star dengan pertumbuhan

pangsa pasar ekspor lada sebesar 0255 0870 dan 1933 serta

pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 0007 0366 dan 0188 Tidak

berdayasaingnya lada Indonesia di Bulgaria disebabkan oleh harga yang tinggi

sebagaimana Gambar 25 berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) Vietnam

Spanyol

Cina

Indonesia

Keterangan Data volume ekspor lada Vietnam tidak tersedia pada tahun 2012

Gambar 25 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Bulgaria Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

88

Besarnya nilai RCA Vietnam di Bulgaria menunjukkan bahwa lada

merupakan salah satu komoditi unggulan Vietnam untuk diekspor ke Bulgaria

Vietnam juga merupakan market leader lada di Bulgaria karena mampu

menguasai 39 lada di Bulgaria Sehinggga meskipun harga lada Vietnam terus

naik total volume ekspor lada Vietnam tetap menjadi yang terbanyak yaitu

405402 Ton serta menghasilkan rata-rata nilai ekspor paling besar yaitu US$

1555314 Sedangkan secara kompetitif stabilnya harga lada Cina dan Spanyol

di Bulgaria berpengaruh pada meningkatnya volume ekspor lada kedua negara

tersebut Sehingga nilai ekspor kedua negara tersebut lebih besar dibandingkan

Indonesia yaitu US$ 591459 untuk Cina dan US$ 430878 Sedangkan harga

lada Indonesia yang berfluktuasi dan cenderung lebih mahal dari Cina dan

Spanyol berpengaruh pada penurunan volume dan nilai ekspor lada Indonesia

Rata-rata nilai ekspor lada Indonesia adalah US$ 141231 lebih kecil dari Cina

dan Spanyol Hal inilah yang menyebabkan lada Indonesia tidak dapat

berdayasaing di Bulgaria

Selanjutnya lada Indonesia juga tidak berdayasaing di Vietnam

Meskipun berstatus negara eksportir lada nomor satu dunia Vietnam masih

melakukan impor lada dari beberapa negara seperti India dan Brazil yang menjadi

eksportir utama lada di sana Dayasaing lada Indonesia di Vietnam secara

komparatif masih lebih unggul dibandingkan India dan Brazil Karena Indonesia

memiliki nilai RCA yang lebih besar yaitu 2509 Sementara nilai RCA India dan

Brazil adalah 716 dan 750 Namun secara kompetitif kedua negara tersebut

mampu berdayasaing kuat dibandingkan Indonesia karena berada pada posisi

89

Rising Star dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor lada sebesar 3047 untuk

India dan 0347 untuk Brazil serta pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar

0217 untuk India dan 0065 untuk Brazil

Harga lada India adalah yang termurah diantara ketiga negara tersebut

Sedangkan harga lada Indonesia dan Brazil saling bersaing Adapun pergerakan

harga negara-negara tersebut di Vietnam adalah sebagi berikut

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

(US

$K

g) India

Brazil

Indonesia

Gambar 26 Harga Lada Indonesia dan Pesaing di Vietnam

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Murahnya harga lada India di Vietnam menyebabkan permintaan lada

India menjadi meningkat di Vietnam Permintaan yang meningkat menyebakan

volume dan nilai ekspor lada meningkat Hal inilah yang menyebabkan India

secara kompetitif berdayasaing kuat di Vietnam Sedangkan harga lada Brazil dan

Indonesia saling bersaing di Vietnam Namun secara keseluruhan selama tahun

2004 - 2013 harga lada Brazil cenderung lebih murah Oleh karenanya lada

Brazil lebih mampu berdayasaing dibandingkan Indonesia di Vietnam Adapun

secara keseluruhan gambaran dayasaing lada Indonesia secara kompetitif di

negera-negara tujuan selama tahun 2004 - 2013 adalah sebagai berikut

90

-3

-2

-1

0

1

2

3

-3 -2 -1 0 1 2 3

Gambar 27 Matriks EPD Lada Indonesia Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

Kurang berdayasaingnya lada Indonesia di beberapa negara khususnya di

Rusia dan Vietnam yang memiliki keunggulan komparatif tinggi dibanding

negara lainnya namun masuk ke dalam posisi Lost Opportunity dan Retreat

menunjukkan bahwa Indonesia perlu meningkatkan produksi ladanya sehingga

harganya menjadi lebih murah sebagaimana teori economic of scale Krugman

(2008) yang menyatakan bahwa semakin banyak barang diproduksi maka biaya

produksi akan semakin rendah Biaya produksi yang rendah akan berpengaruh

terhadap harga yang lebih murah

Sedangkan posisi perdagangan lada di Australia Bulgaria Inggris dan

Vietnam yang masuk ke dalam posisi Retreat menunjukkan bahwa Indonesia

perlu mencari alternatif negara lain sebagai negara tujuan ekspornya atau

memaksimalkan ekspor ke negara importir yang sudah menjadi partner dagang

lada Indonesia dengan harga yang lebih murah dan stabil Dengan begitu volume

dan nilai ekspor lada Indonesia akan lebih meningkat dan berdayasaing

Rising Star Lost Opportunity

Amerika Serikat Kanada

Pakistan Rusia dan

Singapura

Belanda India Italia

Jepang dan Jerman

Australia Bulgaria

Inggris dan Vietnam

Belgia Hongkong

Perancis Korea dan

Malaysia

Falling Star Retreat

91

2 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Keunggulan kompetitif lainnya dapat dilihat melalui nilai ISP Nilai ISP

berfungsi untuk mengetahui apakah Indonesia layak menjadi eksportir lada atau

tidak di negara tujuan ekspornya Berikut adalah hasil perhitungan ISP lada

Indonesia

Tabel 12 Hasil Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Negara Total Rata-Rata

Amerika Serikat 9985 0999

Australia 9536 0954

Belanda 9963 0996

Belgia 10000 1000

Bulgaria 10000 1000

Hongkong 8320 0832

India 3327 0333

Inggris 10000 1000

Italia 9978 0998

Jepang 9965 0997

Jerman 9868 0987

Kanada 10000 1000

Korea 7662 0766

Malaysia 1938 0194

Pakistan 9653 0965

Perancis 9988 0999

Rusia 10000 1000

Singapura 9891 0989

Vietnam 8994 0899

Sumber UN Comtrade (Diolah)

Ekspor lada Indonesia di pasar internasional selama tahun 2004-2013

secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata ISP positif antara 0 hingga 1 Nilai

positif ini menunjukkan bahwa Indonesia cenderung untuk menjadi eksportir lada

di negara-negara tujuan ekspornya Diantara kesembilan belas negara tersebut

92

Malaysia dan India menjadi negara dengan nilai ISP terendah Hal ini

dikarenakan Indonesia juga melakukan impor lada dalam jumlah yang cukup

besar dari Malaysia dan India Impor lada dari kedua negara tersebut dikarenakan

laju produksi lada dalam negeri tidak sepesat pertumbuhan permintaan lada dunia

yang menyentuh angka rata-rata 3 per tahun Sedangkan laju produksi lada

Indonesia hanya 15 per tahun Oleh sebab itu Indonesia harus lebih berupaya

untuk mengekspor lada lebih banyak ke dua negara tersebut untuk terus

meningkatkan neraca perdagangan dan dayasaing secara kompetitifnya di

Malaysia dan India

Secara keseluruhan sebagian besar lada Indonesia sudah masuk pada

tahap pertumbuhan perdagangan yang matang karena memiliki nilai ISP antara

081 sampai 100 Nilai ini menunjukkan standarisasi teknologi yang digunkaan

Artinya Indonesia memiliki kualitas lada yang baik karena sudah menggunakan

teknologi yang terstandarisasi Sedangkan di Korea India dan Malaysia

pertumbuhan perdagangan lada Indonesia baru memasuki tahap pertumbuhan

Hal ini ditunjukkan dengan nilai ISP antara 001 sampai 080 Artinya Indonesia

mulai memproduksi lada dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya

52 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional pada tahun 2004-

2013 berdasarkan teori Gravity Model diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu Produk Domestik Bruto per Kapita (LnPDBC) dan Jarak Ekonomi (LnJE)

93

Serta faktor-faktor lain yang terdiri dari Harga (LnHRG) Kurs Riil (LnKR)

Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga Konsumen (IHK)

521 Pemilihan Model Regresi Data Panel

Hasil uji Chow menunjukkan F-statistik lebih besar dari F-tabel dengan

taraf nyata lima persen (3534 gt 167) dan nilai probabilitas lebih kecil dari taraf

nyata lima persen (000 lt 005) Dengan demikian model yang terpilih adah

Fixed Effect Model Selanjutnya hasil uji Hausman menunjukkan nilai

probabilitas lebih besar dari taraf nyata lima persen (0408 gt 005) dan nilai chi-

square statistik lebih kecil dari nilai chi square tabel (614 lt 1259) Dengan

demikian maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random

Effect Model Hasil estimasi Random Effect Model adalah sebagaimana Tabel 13

berikut

Tabel 13 Hasil Estimasi Random Effect Model

Variabel Dependen LnVEL

Variabel Koefisien Prob

LnPDBC 1746167 00057

LnJE -0875098 00185

LnHRG -0369590 00493

LnKR 0470691 02770

LnPOP 1494300 00020

IHK 0003891 06231

C -3370401 00024

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Sum squared resid 7836682

Prob(F-statistic) 0000024 Durbin-Watson stat 1281398

Keterangan Signifikan terhadap taraf nyata 5 ()

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor lada Indonesia di

negara tujuan ekspor adalah PDB perkapita (LnPDBC) Jarak Ekonomi (LnJE)

94

Harga (Ln HRG) Kurs Riil (LnKR) Populasi (LnPOP) dan Indeks Harga

Konsumen (IHK) Persamaan hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional adalah

LnVEL = -3370401 + 1746167 LnPDBC - 0875098 LnJE - 0369590 LnHRG +

0470691 LnKR + 1494300 LnPOP + 0003891 IHK

Keterangan

LnVEL Volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional (persen)

LnPDBC Rata-rata PDB per kapita (persen)

LnJE Jarak ekonomi (persen)

LnHRG Harga lada (persen)

LnKR Kurs riil (persen)

LnPOP Populasi (persen)

IHK Indeks Harga Konsumen (persen)

522 Uji Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

Gambar 28 Uji Normalitas

Sumber Output Eviews

Berdasarkan Gambar 28 nilai stattistik Jarque-Bera lebih kecil dari nilai

chi-square (0659385 lt 59915) Sebaliknya nilai probabilitas lebih besar dari

taraf nyata lima persen (0719145 gt 005) Hasil ini menunjukkan bahwa nilai

residual terdistribusi dengan normal

95

523 Uji Asumsi Klasik

1 Uji Multikolinearitas

Tabel 14 Uji Multikolinearitas

LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

LnPDBC 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

LnJE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

LnHRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

LnKR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

LnPOP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000 Sumber Output Eviews

Berdasarkan correlation matrix nilai korelasi seluruh variabel bebas

kurang dari 085 Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara variabel

bebas Widarjono (2009 229) menyatakan bahwa data panel dapat mengatasai

masalah multikolinearitas sehingga permasalahan multikolinearitas dapat diatasi

2 Uji Heteroskedastisitas

Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas

Metode Glejser

Variabel Koefisien Prob

C 4930401 04847

LnPDBC -0085616 08301

LnJE 0042988 08378

LnHRG -0206352 01878

LnKR -0300695 04211

LnPOP -0006353 09816

IHK 0013324 00302

Sumber Output Eviews

Berdasarkan tabel di atas seluruh nilai probabilitas variabel independen

lebih dari taraf nyata lima persen kecuali variabel IHK Nilai probabilitas IHK

lebih kecil dari taraf nayata lima persen (00302 lt 005) Namun Widarjono

(2009 130) menyatakan bahwa masalah heteroskedastisitas bisa diatasi dengan

96

Generalized Least Squares (GLS) Karena yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Random Effect Model yang sudah menggunakan pembobotan GLS maka

permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi

3 Uji Autokorelasi

Nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini adalah 1281398 Jika

mengikuti uji Durbin Watson penelitian ini mengandung masalah autokorelasi

karena 18280 gt 1281398 lt 2172 Namun permasalahan autokorelasi dapat

diatasi karena Random Effect Model telah menggunakan pembobotan

Generalized Least Squares (GLS) sehingga model telah terbebas dari masalah

autokorelasi (Widarjono 2009 151)

524 Uji Signifikansi

1 Uji F

Berdasarkan estimasi Random Effect Model nilai probabilitas F-statistik

lebih kecil dari taraf nyata lima persen (0000024 lt 005) Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yang terdiri dari rata-rata PDB per Kapita Jarak

Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap Volume Ekspor Lada Indonesia

2 Uji t

Signifikansi variabel ditunjukkan oleh nilai t-hitung yang lebih besar dari

t-tabel dan nilai probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen Nilai t-

tabel dalam penelitian ini adalah 1653 yang diperoleh dari df 183 (190-7)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model terdapat empat variabel signifikan

yaitu rata-rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi

97

Nilai t-hitung dan probabilitas variabel rata-rata PDB per Kapita adalah

2797 gt 1653 dan 00057 lt 005 variabel Jarak Ekonomi adalah 2376 gt 1653

dan 00185 lt 005 variabel Harga adalah 1979 gt 1653 dan 00493 lt 005 serta

variabel Populasi adalah 3129 gt 1653 dan 00020 lt 005 Artinya variabel rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga dan Populasi berpengaruh signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia di pasar internasional Sedangkan nilai t-

hitung dan probabilitas variabel Kurs Riil adalah 1090 lt 1653 dan 0277 gt 005

serta variabel IHK adalah 0492 lt 1653 dan 06231 gt 005 Artinya variabel Kurs

Riil dan IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional

3 Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan estimasi Random Effect Model diperoleh nilai R Square

sebesar 0155065 Nilai ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu rata-

rata PDB per Kapita Jarak Ekonomi Harga Kurs Riil Populasi dan IHK

mampu menjelaskan variabel dependen Volume Ekspor Lada sebesar 1551

sedangkan sisanya sebesar 8449 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam model persamaan penelitian ini

53 Interpretasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasional

1 PDB per Kapita

Variabel rata-rata PDB per Kapita memiliki nilai probabilitas dan

koefisien sebesar 00057 dan 1746167 Artinya rata-rata PDB per kapita

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume ekspor lada Dengan

98

asumsi variabel lain konstan peningkatan satu persen rata-rata PDB per kapita

akan meningkatkan 1746167 persen volume ekspor lada Indonesia PDB

merupakan salah satu indikator penting karena dapat menunjukkan beberapa hal

penting dalam sebuah perekonomian Pertama besarnya PDB merupakan

gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

perekonomian (tenaga kerja barang modal uang dan kemampuan

kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Secara umum

semakin besar PDB maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya

ekonominya Kedua besarnya PDB merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara (Rahardja dan Manurung

2008 223)

Pengaruh positif dan signifikan rata-rata PDB per kapita terhadap volume

ekspor lada sejalan dengan penelitian Dilanchiev (2012) yang menyatakan bahwa

rata-rata PDB per kapita antara Goergia dan negara tujuan ekspornya

berpengaruh positif terhadap volume perdagangan Georgia Pradipta dan Firdaus

(2014) juga menyatakan bahwa PDB per kapita suatu negara menggambarkan

kemampuan secara keseluruhan negara tersebut Semakin tinggi pendapatan

secara keseluruhan suatu negara maka semakin tinggi kemampuan negara

tersebut untuk melakukan ekspor dan impor Pada komoditi lada Ginting (2014)

menyatakan bahwa PDB per kapita berpengaruh terhadap perdagangan lada putih

dunia Begitu juga Permatasari (2015) menyatakan bahwa semakin besar GDP

per kapita riil suatu negara menunjukkan bahwa tingkat pendapatan negara

tersebut semakin besar yang akan mengakibatkan konsumsi yang semakin

99

meningkat Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan PDB per

kapita riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor lada

Amerika Serikat merupakan importir terbesar lada Indonesia Adapun

total ekspor lada Indonesia ke Amerikas Serikat selama kurun waktu 2004-2013

adalah sebanyak 185480 ton Dengan rata-rata PDB perkapita antara Indonesia

dan Amerika Serikat sebesar US$ 25139tahun telah meningkatkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia sebanyak 18548 tontahun Artinya rata-rata PDB

perkapita berpengaruh positif terhadap perdagangan lada Indonesia

2 Jarak Ekonomi

Variabel Jarak Ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Nilai probabilitas dan koefisien jarak ekonomi adalah 00185 dan

-0875098 Dengan asumsi varaiabel lain konstan peningkatan satu persen Jarak

Ekonomi akan menurunkan 0875098 persen volume ekspor lada Indonesia Hasil

ini sesuai dengan penelitian Li dkk (2008) Sarwoko (2009) Sitorus (2009)

Dilanchiev (2012) serta Pradipta dan Firdaus (2014) menyimpulkan bahwa jarak

ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap perdagangan

Semakin jauh jarak ekonomi Indonesia dengan negara importir akan

menyebabkan semakin tinggi biaya transportasi yang dikeluarkan bagi kedua

negara Hal ini menyebabkan harga lada semakin mahal seiring dengan adanya

peningkatan biaya produksi yang diakibatkan semakin tingginya biaya

transportasi yang dibayarkan Kondisi ini akan menyebabkan turunnya daya beli

negara importir yang berdampak pada turunnya jumlah permintaan ekspor lada

100

Indonesia Adapun rata-rata jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara

importir lada Indonesia adalah sebagai berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000A

S

Aust

ralia

Be

land

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

Ind

ia

Ing

gri

s

Italia

Jepang

Jerm

an

Ka

nad

a

Ko

rsel

Mala

ysia

Pa

kist

an

Pera

nci

s

Ru

sia

Sin

gap

ura

Vie

tnam

(KM

)

Gambar 29 Rata-Rata Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Importir

Sumber CEPII dan World Bank (2016) (Diolah)

Gambar 29 menujukkan bahwa jarak ekonomi terjauh Indonesia adalah

Amerika Serikat dengan rata-rata jarak ekonomi sebesar 585551 KM

Sedangkan jarak ekonomi terdekat Indonesia adalah Singapura dengan rata-rata

jarak ekonomi sebesar 523 KM Meskipun Amerika Serikat merupakan importir

terbesar lada Indonesia namun volume ekspor lada ke Amerika Serikat hanya

tiga kali volume ekspor lada ke Singapura Rata-rata volume ekspor lada

Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun sedangkan rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Singapura adalah 5902 tontahun Hal ini

menunjukkan bahwa semakin jauh jarak ekonomi akan menurunkan volume

ekspor Sebaliknya semakin dekat jarak ekonomi akan meningkatkan volume

ekspor

101

3 Harga

Variabel Harga memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar 00493

dan -0369590 Variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap volume

ekspor lada Artinya kenaikan satu persen harga akan menurunkan volume

ekspor sebesar 0369590 persen Hasil ini sesuai dengan hukum permintaan yaitu

semakin murah harga suatu barang maka permintaan akan bertambah

Sebaliknya semakin mahal harga suatu barang maka permintaan akan menurun

dengan asumsi ceteris paribus (Rahardja dan Manurung 2008 24) Selain itu

hasil negatif dan signifikannya harga terhadap volume ekspor lada juga sejalan

dengan hasil penelitian Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa

meningkatnya harga ekspor mangga berpengaruh terhadap penurunan volume

eskpor mangga Begitu juga hasil penelitian Ginting (2014) yang menyatakan

bahwa kenaikan dan penurunan harga lada hitam dan putih dunia berpengaruh

terhadap kenaikan dan penurunan volume ekspor lada putih Adapun rata-rata

harga lada Indonesia di negara-negara importir adalah sebagi berikut

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

AS

Aust

ralia

Bela

nda

Be

lgia

Bulg

aria

Ho

ng

kon

g

India

Inggris

Ita

lia

Jep

an

g

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysi

a

Paki

stan

Pera

nci

s

Rusi

a

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(US

$T

on

)

Gambar 30 Rata-Rata Harga Lada Indonesia di Negara Importir

Sumber UN Comtrade (2016) (Diolah)

102

Gambar 30 menunjukkan bahwa rata-rata harga lada tertinggi adalah di

Jepang yaitu US$ 4974Ton Tingginya harga lada di Jepang menyebabkan

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang lebih kecil daripada ke Amerika Serikat

yang mempunyai rata-rata harga lebih murah yaitu US$ 3710Ton Rata-rata

volume ekspor lada Indonesia ke Jepang adalah 1448 tontahun sedangkan rata-

rata volume ekspor lada Indonesia ke Amerika Serikat adalah 18548 tontahun

4 Populasi

Nilai probabilitas dan koefisien varibel Populasi adalah signifikan positif

yaitu 00020 dan 1494300 Artinya kenaikan satu persen populasi negara

importir akan meningkatkan volume ekspor lada Indonesia ke negara importir

sebesar 1494300 persen Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Sitorus

(2009) dan Pradipta dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa populasi negara

importir berpengaruh positif signifikan terhadap volume ekspor

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi

secara menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga

relatif rendah (Rahardja dan Manurung 2008 267) Sitorus (2009 41) juga

menyatakan bahwa pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatan

permintaan komoditi ekspor dari negara importir Maka jumlah komoditi yang

diperdagangkan antar kedua negara semakin besar Oleh sebab itu meningkatnya

populasi negara importir akan meningkatkan kebutuhan dan konsumsinya

Terlebih jika produksi dalam negeri negara importir tidak mencukupi maka

ekspor merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan penduduknya

103

Pertumbuhan penduduk dunia dalam kurun waktu 2004-2013 terus

mengalami peningkatan Hal ini juga terjadi pada negara-negara importir lada

Indonesia yang selanjutnya berpengaruh terhadap banyaknya volume impor lada

dari Indonesia Adapun populasi negara importir adalah sebagai berikut

0

200000000

400000000

600000000

800000000

1000000000

1200000000

1400000000

AS

Au

str

alia

Be

lan

da

Be

lgia

Bu

lga

ria

Ho

ng

ko

ng

Ind

ia

Ing

gris

Ita

lia

Je

pa

ng

Jerm

an

Ka

na

da

Ko

rse

l

Ma

laysia

Pakis

tan

Pe

ran

cis

Rusia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

(Jiw

a)

Gambar 31 Rata-Rata Populasi Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

India merupakan negara dengan jumlah terbanyak kedua di dunia setelah

Cina Dalam perdagangan lada Indonesia India menempati urutan pertama

dengan rata-rata jumlah penduduk sebanyak 1204529087 jiwa Disusul

Amerika serikat dengan jumlah penduduk sebanyak 305039425 jiwa Dengan

banyaknya jumlah penduduk di kedua negara tersebut Indonesia mengekspor

rata-rata lada sebanyak 4676 tontahun ke India dan 18548 tontahun ke

Amerika Serikat India mengimpor lada lebih sedikit dari Amerika Serikat karena

India merupakan salah satu negara produsen lada terbanyak ketiga di dunia

sehingga India mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan penduduknya

sendiri

104

5 Kurs Riil

Variabel Kurs Riil memiliki nilai probabilitas dan koefisien sebesar

02770 dan 0470691 Artinya kurs riil tidak berpengaruh signifikan terhadap

volume ekspor lada Adapun kurs riil Indonesia dengan negara-negara importir

adalah sebagai berikut

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

AS

Austr

alia

Bela

nda

Belg

ia

Bulg

aria

Hongkong

India

Inggris

Italia

Jepang

Jerm

an

Kanada

Kors

el

Mala

ysia

Pakis

tan

Pera

ncis

Rusia

Sin

gapu

ra

Vie

tnam

(Rp

US

$)

Gambar 32 Rata-Rata Kurs Riil Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Berdasarkan Gambar 32 kurs riil Indonesia dengan negara-negara

importir murah dan relatif stabil sehingga tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap volume ekspor lada Indonesia Pengaruh signifikan nilai tukar riil

terhadap ekspor terjadi saat rupiah terdepresiasi Hal ini akan menyebabkan harga

barang-barang ekspor menjadi lebih murah dan meningkatkan volume ekspor

6 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Selanjutnya yang tidak berpengaruh signifikan adalah variabel IHK Nilai

probabilitas dan koefisien sebesar 06231 dan 0003891 yang berarti variabel

105

IHK tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor lada Hal ini

dikarenakan IHK negara importir tidak mengalami peningkatan yang signifikan

Adapun IHK negara importir selama tahun 2004-2013 adalah sebagai berikut

75

80

85

90

95

100

105

AS

Aust

ralia

Bela

nd

a

Belg

ia

Bulg

aria

Hongko

ng

India

Inggris

Italia

Jep

an

g

Jerm

an

Ka

na

da

Kors

el

Ma

lays

ia

Paki

sta

n

Pe

ran

cis

Ru

sia

Sin

ga

pu

ra

Vie

tna

m

IHK

(

)

Gambar 33 Rata-Rata IHK Negara Importir

Sumber World Bank (2016)

Rata-rata IHK negara importir kurang dari seratus persen kecuali Jepang

yaitu 100475 Artinya harga dalam negeri negara importir relatif stabil

Sehingga daya beli konsumen dalam negeri negara importir menjadi stabil dan

tidak berpengaruh terhadap permitaan lada Indonesia

106

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian dengan judul

ldquoAnalisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Lada Indonesia di Pasar Internasionalrdquo selama tahun 2004-2013 dapat

disimpulkan beberapa hal berikut

1 Lada Indonesia secara komparatif telah berdayasaing kuat di Rusia

Vietnam Perancis Jerman Hongkong Amerika Serikat Bulgaria

Belanda Belgia India Singapura Kanada Italia Australia Inggris dan

Jepang Namun tidak berdayasaing di Korea Malaysia dan Pakistan

Selanjutnya secara kompetitif lada Indonesia berada pada posisi Rising

Star di Belanda India Italia Jepang dan Jerman Posisi Falling Star di

Belgia Hongkong Perancis Korea dan Malaysia Posisi Lost

Opportunity di Amerika Serikat Kanada Pakistan Rusia dan Singapura

Serta posisi Retreat di Australia Bulgaria Inggris dan Vietnam Selain

itu Indonesia juga sudah layak menjadi eksportir lada dunia dengan

tingkat pertumbuhan tahap pertumbuhan dan kematangan

2 Faktor-faktor yang berpengruh signifikan terhadap volume ekspor lada

Indonesia di pasar internasional adalah rata-rata PDB per kapita jarak

ekonomi harga dan populasi Sedangkan kurs riil dan IHK tidak

berpengaruh signifikan

107

62 Saran

Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa saran untuk meningkatkan

dayasaing lada Indonesia di pasar internasional diantaranya adalah meningkatkan

produktivitas lada nasional Produktivitas lada yang tinggi akan menambah

persediaan lada nasional Sehingga selain konsumsi dalam negeri terpenuhi

persediaan untuk ekspor juga menjadi lebih banyak Selain itu produktivitas lada

yang tinggi akan membuat harga lada Indonesia menjadi lebih murah karena

terjadi economic of scale

Selanjutnya yaitu meninggalkan negara-negara yang berada pada posisi

retreat dan mencari negara tujuan ekspor lada lain Dengan begitu Indonesia

diharapkan mampu membuka peluang untuk menjadi eksportir utama lada di

negara-negara lainnya Sehingga nilai ekspor lada Indonesia akan meningkat dan

memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia

Jarak ekonomi merupakan hambatan yang berpengaruh nyata terhadap

volume ekspor lada Oleh sebab itu maka pemerintah perlu meningkatkan

efisiensi sarana transportasi Dengan sarana transportasi yang lebih efisien maka

biaya yang dikeluarkan untuk proses distribusi lada akan lebih murah Sehingga

harga lada juga akan menjadi lebih murah

Selain jarak ekonomi populasi adalah salah satu faktor yang berpengaruh

nyata dan cukup besar terhadap volume ekspor lada Oleh sebab itu Indonesia

harus meningkatkan volume ekspor ladanya ke negara-negara yang berpopulasi

tinggi Hal ini dikarenakan populasi yang tinggi diindikasikan memiliki tingkat

konsumsi yang tinggi pula

108

Terakhir yaitu menambahkan variabel-variabel lain untuk penelitian-

penelitian lada selanjutnya Adapun variabel-variabel yang dipilih adalah

variabel-variabel yang berkaitan dan diduga berpengaruh terhadap perdagangan

internasional Sehingga mampu memberikan informasi yang lebih banyak lagi

bagi pihak-pihak yang berkepentingan

109

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Feira dkk 2015 Posisi Dayasaing Dan Spesialisasi Perdagangan Lada

Indonesia Dalam Menghadapi Globalisasi (Studi Pada Ekspor Lada

Indonesia Tahun 2009-2013 Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 27(2) 1-7

Azwar Saifuddin 2013 Metode Penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik 2016 Ekspor dan Impor Diakses dari

httpswwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid1002 pada tanggal 16 Mei

2016

2016 Produk Domestik Bruto (Lapangan Usaha)

Diakses dari

httpswwwbpsgoidSubjekviewid11subjekViewTab1|accordion-

daftar-subjek2 pada tanggal 16 Mei 2016

Bappenas 2009 Trade and Investment in Indonesia A Note on Competitiveness

and Future challenge Jakarta Bappenas

Basri Munandar dan Munandar Haris 2010 Dasar-Dasar Ekonomi

Internasional Jakarta Prenada Media Group

Bergstrand Jeffrey H 1985 The Gravity Equation in International Trade Some

Microeconomic Foundations and Empirical Evidance JSTOR 67(3) 474-

481

Bustami Budi Ramanda dan Hidayat Paidi 2013 Analisis Dayasaing Produk

Ekspor Provinsi Sumatera Utara Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1(2) 56-

71

Case Karl E dan Fair Ray C 2002 Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro Jakarta

PT Prenhallindo

CEPII 2016 GeoDist Diakses dari

httpwwwcepiifrCEPIIenbdd_modelepresentationaspid=6 pada

tanggal 16 Mei 2016

Daras Usma dan Pranowo D 2009 Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung

dan Alternatif Pemulihannya Jurnal Litbang Pertanian 28(1) 1-6

Daryanto 2011 Sari Kuliah Manajemen Pemasaran Bandung PT Sarana

Tutorial Nurani Sejahtera

110

Dilanchiev Azer 2012 Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern Gravity

Model Jurnal of Social Sciences 1(1) 75-78

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 Statistik

Perkebunan Indonesia Komoditas Lada Ditjen Perkebunan Jakarta

Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian

Ginting Kristiawan Hadinata 2014 Analisis Posisi Lada Putih Indonesia di

Pasar Lada Putih Dunia Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor

Ghozali Imam 2006 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

2009 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

Edisi Keempat Semarang Badan penerbit Universitas Diponegoro

Halwani R Hendra 2002 Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi

Jakarta Ghalia Indonesia

Horizon Pacific 2016 Vietnam Has To Import High Quality Pepper for Export

Diakses dari httpbvtvhpcomenagricultural-newsvietnam-has-to-

import-high-quality-pepper-for-exporthtml pada tanggal 1 November

2016

International Pepper Community 2013 Pepper Statictical Yearbook 2013

International Pepper Community Jakarta IPC

2016 Statistik Jakarta IPC

Kementerian Perdagangan 2008 ISP (Index Spesialisasi Perdagangan) Diakses

dari httpwwwkemendaggoidaddonisp pada tanggal 12 Desember

2016

2011 Kajian Kebijakan Pengembangan Diversifikasi

Pasar dan Produk Ekspor Jakarta Pusat Kebijakan Perdagangan luar

Negeri Badan pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Kotabe Masaaki dan Helsen Kristian 2010 Global Marketing Management (5th

Edition) United Satates of America Wiley

Kotler Philip dan Keller Kevin Lane 2009 Manajemen Pemasaran Edisi Ke

Dua Belas Jakarta PT Indeks

Krugman Paul 2008 Trade and Geography-Economies of Scale Differentiated

Products and Transport Cost The Prize in Economic Sciences 2008 The

111

Royal Swedish Academy of Sciences KUNGL

VETENSKAPSAKADEMIEN

Lawless Martina dan Whelan Karl 2007 Anote on Trade Costs and Distance

Working Paprer Series Universuty College Dublin

Li Kunwang Song Ligang dan Xingjun Zhao 2008 Component Trade and

Chinas Global Economic Integration World Institute for Development

Economics Research 101(2) 1-25

Mankiw N Gregory Euston Quah dan Peter Wilson 2012 Pengantar Ekonomi

Makro Jakarta Salemba Empat

Mayer Thierry dan Soledad Zignago 2011 Notes on CEPIIrsquoS distance

measures The GeoDist database CEPII WP 25(1) 1-47

Menteri Perdagangan Republik Indonesia 2012 Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 13M-DAGPER32012

Jakarta Kementerian Perdagangan

Permatasari Nadia 2015 Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ekspor Lada Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Skripsi

S1 Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Pradipta Amalia dan Firdaus Muhammad 2014 Posisi Dayasaing dan Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia Jurnal

Manajemen amp Agribisnis 11(2) 129-143

Rahardja Prathama dan Manurung Mandala 2008 Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikroekonomi amp Makroekonomi) Jakarta Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonommi Universitas Indonesia

Rivaie Arivin dan Pasandaran Effendi 2014 Dukungan Teknologi dan

Kelembagaan untuk Memperkuat Dayasaing Komoditas Lada Diakses

dari

httpwwwlitbangpertaniangoidbukumemperkuat_dayasaing_produk_

peBAB-III-12pdf pada tanggal 19 Mei 2016

Salvatore Dominick 1997 Ekonomi Internasional Jakarta Erlangga

Sarwoko 2009 Perdagangan Bilateral antara Indonesia dengan Negara-Negara

Patner Dagang Utama dengan Menggunakan Model Gravitasi Jurnal

Ilmiah MTG 2(1) 1-12

112

Sitorus Maria 2009 Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao Di Bawah Pengaruh

Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi) Skripsi

S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Soepanto Achmad 2006 Petani dan Kemiskinan di India dan Negara Lainnya

Artikel Pangan 46(15) 56-62

Sugiyono 2011 Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RampD Bandung

Alfabeta

Suliyanto 2011 Ekonometrika Terapan Teori amp Aplikasi dengan SPSS

Yogyakarta CV ANDI OFFSET

Sutarno dan Agus Andoko 2015 Budidaya Lada Si Raja Rempah-Rempah

Tangerang AgroMedia Pustaka

Tambunan Tulus TH 2004 Globalisasi dan Perdagangan Internasional

Bogor Ghalia Indonesia

Ton Nguyen tang dan Buu Bui chi 2011 How to Prevent The Most Serious

Diseases of Black Paper (Piper Ningrum L) A Case Study of Vietnam

Vietnam IAS

UN Comtrade 2016 International Trade in Goods based on UN

Comtrade data Diakses dari httpcomtradeunorglabsBIS-

trade-in-goodsreporter=826ampyear=2014ampflow=2 pada tanggal

16 Mei 2016

UN CTAD 2016 Currency Exchange Rates Annual 1970-2015 Diakses dari

httpunctadstatunctadorgwdsTableViewertableViewaspxReportId=

117 pada 16 Agustus 2016

Wahyu Kukuh 2014 Sejarah Tanaman Lada di Indonesia Diakses dari

httpcybexpertaniangoidmateripenyuluhandetail9004sejarah-

tanaman-lada-di-indonesia pada tanggal 3 September 2016

Widarjono Agus 2009 Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga

Yogyakarta EKONISIA

World Bank 2016 Data Indicators Diakses dari

httpdataworldbankorgindicator pada tanggal 16 Mei 2016

Yogesh MS dan Mokshapathy S 2013 Production and Export Performance of

Black Paper International Jurnal of Humanities and social science

invention 2(4) 36-44

113

Zarzoso Inmaculada Martinez dan Lehmann Felicitas Nowak 2003 Augmented

Gravity Model An Empirical Application To Mercosur-Europen Union

Trade Flows Journal of Applied Economics 6(2) 291-316

114

Lampiran 1 Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 AS 9374 9977 8715 7325 8767 19495 86622

2005 AS 9489 10034 8724 7229 8915 19504 89561

2006 AS 9633 10086 8725 7518 8949 19514 92450

2007 AS 9744 10125 8679 8070 8981 19523 95087

2008 AS 10143 10138 8643 8088 9095 19533 98737

2009 AS 10119 10112 8678 7846 9215 19542 98386

2010 AS 10131 10156 8655 8238 9115 19550 100000

2011 AS 9635 10193 8613 8615 9100 19558 103157

2012 AS 10040 10224 8643 8830 9190 19565 105292

2013 AS 9592 10245 8668 8885 9346 19573 106834

2004 Australia 6112 9667 4600 7302 8796 16818 84125

2005 Australia 6533 9777 4667 7391 8951 16831 86370

2006 Australia 5903 9844 4686 7776 8982 16846 89426

2007 Australia 5613 9972 4729 8224 9019 16852 91512

2008 Australia 6218 10162 4888 8354 9129 16872 95495

2009 Australia 6305 10021 4815 8034 9227 16892 97233

2010 Australia 6835 10221 4964 8367 9115 16908 100000

2011 Australia 6009 10402 5082 8751 9099 16922 103304

2012 Australia 5975 10482 5173 9027 9191 16939 105125

2013 Australia 5386 10481 5184 9009 9337 16956 107700

2004 Belanda 7316 9931 5463 7550 8716 16606 91093

2005 Belanda 7573 9972 5450 7608 8881 16608 92618

2006 Belanda 7379 10044 5463 7772 8935 16609 93699

2007 Belanda 7932 10187 5517 8321 8979 16612 95212

2008 Belanda 7877 10294 5573 8398 9107 16616 97579

2009 Belanda 7483 10207 5542 8275 9211 16621 98741

2010 Belanda 7847 10194 5456 8475 9115 16626 100000

2011 Belanda 7262 10261 5445 8927 9108 16631 102341

2012 Belanda 7587 10188 5359 9046 9194 16634 104854

2013 Belanda 7891 10223 5395 9054 9340 16637 107483

115

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Belgia 5347 9818 4908 7690 8751 16159 87958

2005 Belgia 5631 9858 4896 7643 8906 16165 90407

2006 Belgia 5018 9914 4897 8006 8953 16171 92026

2007 Belgia 5542 10049 4948 8220 8995 16179 93703

2008 Belgia 5682 10138 4989 8423 9104 16187 97910

2009 Belgia 5313 10068 4978 8161 9220 16195 97858

2010 Belgia 5517 10076 4915 8325 9115 16204 100000

2011 Belgia 4906 10153 4923 8736 9097 16218 103532

2012 Belgia 5413 10095 4856 8944 9178 16225 106472

2013 Belgia 6126 10132 4896 9088 9338 16230 107658

2004 Bulgaria 3525 7720 2106 6918 8991 15867 69237

2005 Bulgaria 2708 7847 2184 7661 9123 15862 72726

2006 Bulgaria 4064 8014 2269 6787 9118 15857 78007

2007 Bulgaria 3219 8268 2445 8139 9098 15836 84561

2008 Bulgaria 3911 8462 2591 7979 9134 15829 95003

2009 Bulgaria 4567 8436 2594 7647 9223 15823 97619

2010 Bulgaria 4754 8505 2497 7904 9115 15816 100000

2011 Bulgaria 4365 8648 2550 7797 9090 15810 104220

2012 Bulgaria 3985 8616 2479 8512 9171 15804 107299

2013 Bulgaria 3466 8638 2510 7919 9332 15799 108254

2004 Hongkong 5333 9476 2839 7305 8742 15730 88753

2005 Hongkong 5236 9544 2854 6925 8916 15734 89487

2006 Hongkong 4626 9610 2863 7614 8961 15741 91320

2007 Hongkong 5062 9694 2862 8255 9001 15749 93154

2008 Hongkong 4967 9732 2845 8303 9111 15755 97188

2009 Hongkong 5029 9710 2877 8064 9221 15758 97800

2010 Hongkong 4937 9789 2882 8386 9115 15765 100000

2011 Hongkong 4738 9873 2887 8767 9080 15772 105257

2012 Hongkong 5085 9914 2933 8991 9150 15783 109535

2013 Hongkong 4963 9952 2975 9027 9278 15788 114303

116

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 India 7997 6797 4659 7046 9083 20842 63147

2005 India 7786 6904 4748 7072 9223 20858 65828

2006 India 8219 7093 4822 7321 9229 20873 69874

2007 India 8178 7283 4998 7864 9227 20889 74325

2008 India 8709 7375 4933 8058 9299 20903 80532

2009 India 9036 7435 5099 7656 9312 20917 89292

2010 India 8607 7722 5262 8052 9115 20931 100000

2011 India 8388 7844 5245 8567 9046 20944 108858

2012 India 8707 7853 5240 8823 9067 20957 118995

2013 India 8229 7841 5255 8756 9134 20970 131975

2004 Inggris 5883 9890 6762 7702 8779 17910 85594

2005 Inggris 5375 9936 6758 7690 8940 17917 87348

2006 Inggris 4796 10002 6770 7695 8982 17924 89386

2007 Inggris 3401 10132 6817 8438 9019 17932 91461

2008 Inggris 4990 10072 6703 8093 9136 17940 94766

2009 Inggris 4331 9889 6571 8296 9231 17947 96819

2010 Inggris 4094 9938 6548 8570 9115 17955 100000

2011 Inggris 2459 10014 6547 8540 9087 17963 104484

2012 Inggris 5386 10021 6550 8825 9169 17970 107432

2013 Inggris 4487 10042 6575 9140 9315 17976 110177

2004 Italia 3401 9690 6440 7437 8737 17871 89201

2005 Italia 5088 9718 6415 6761 8899 17875 90984

2006 Italia 4663 9770 6407 7972 8944 17878 92867

2007 Italia 3401 9892 6442 7818 8986 17883 94559

2008 Italia 4956 9971 6471 8231 9105 17890 97750

2009 Italia 5308 9884 6437 8123 9214 17895 98483

2010 Italia 5760 9878 6349 8218 9115 17898 100000

2011 Italia 5209 9952 6340 8498 9104 17899 102741

2012 Italia 6091 9866 6236 8850 9184 17902 105866

2013 Italia 5084 9878 6257 9004 9343 17914 107158

117

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Jepang 7082 9841 6704 7842 8616 18666 100692

2005 Jepang 7233 9827 6630 7708 8801 18666 100417

2006 Jepang 7254 9789 6527 7697 8863 18666 100658

2007 Jepang 7292 9795 6436 8324 8923 18668 100717

2008 Jepang 7554 9904 6491 8447 9062 18668 102100

2009 Jepang 7220 9942 6585 8266 9191 18668 100725

2010 Jepang 7297 10045 6612 8497 9115 18668 100000

2011 Jepang 7213 10124 6606 8982 9134 18666 99717

2012 Jepang 7199 10135 6604 9078 9244 18664 99683

2013 Jepang 7361 9957 6404 9045 9411 18662 100042

2004 Jerman 7549 9779 6902 7640 8717 18229 91049

2005 Jerman 7364 9797 6861 7573 8883 18228 92458

2006 Jerman 7632 9853 6854 7860 8933 18227 93916

2007 Jerman 7822 9991 6899 8342 8970 18225 96075

2008 Jerman 7757 10083 6933 8335 9097 18224 98600

2009 Jerman 7646 9999 6896 8274 9209 18221 98908

2010 Jerman 7713 10019 6835 8560 9115 18220 100000

2011 Jerman 7186 10118 6853 9004 9111 18220 102075

2012 Jerman 7725 10080 6783 8971 9201 18203 104125

2013 Jerman 7671 10111 6833 9033 9356 18224 105692

2004 Kanada 4623 9715 6192 7335 8730 17281 89861

2005 Kanada 3930 9838 6270 7491 8890 17291 91850

2006 Kanada 4557 9952 6332 7476 8935 17299 93689

2007 Kanada 5509 10052 6350 8161 8974 17309 95693

2008 Kanada 5555 10102 6353 8316 9103 17319 97961

2009 Kanada 5621 9977 6287 7930 9216 17331 98254

2010 Kanada 5106 10138 6389 8177 9115 17342 100000

2011 Kanada 4829 10235 6415 8685 9103 17352 102912

2012 Kanada 5090 10243 6424 8879 9197 17364 104472

2013 Kanada 3817 10238 6425 8796 9359 17375 105452

118

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 KorSel 4673 9052 4822 6878 8799 17688 83830

2005 KorSel 5456 9206 4927 6738 8954 17690 86139

2006 KorSel 3022 9328 4991 7649 8997 17694 88070

2007 KorSel 6080 9432 5005 7866 9032 17699 90302

2008 KorSel 6001 9334 4838 8167 9139 17706 94523

2009 KorSel 6174 9240 4789 7981 9228 17711 97129

2010 KorSel 6226 9444 4922 8398 9115 17716 100000

2011 KorSel 5660 9540 4938 8897 9092 17723 104000

2012 KorSel 5580 9552 4945 8850 9180 17728 106280

2013 KorSel 4805 9603 5004 8994 9338 17732 107670

2004 Malaysia 3991 8019 1651 7391 8784 17048 85175

2005 Malaysia 4488 8136 1735 7163 8936 17066 87697

2006 Malaysia 6006 8267 1805 7663 8966 17084 90863

2007 Malaysia 6425 8423 1889 8235 9006 17101 92705

2008 Malaysia 6079 8581 2012 8426 9105 17119 97749

2009 Malaysia 6420 8474 1936 8181 9215 17136 98319

2010 Malaysia 7311 8716 2107 8104 9115 17152 100000

2011 Malaysia 6870 8859 2185 8844 9100 17168 103200

2012 Malaysia 6836 8891 2229 9050 9193 17184 104908

2013 Malaysia 6553 8896 2250 9115 9343 17199 107117

2004 Pakistan 3508 6804 2856 6668 9302 18828 50720

2005 Pakistan 4538 6896 2912 6567 9397 18848 55317

2006 Pakistan 4776 7118 3082 6883 9386 18869 59699

2007 Pakistan 5656 7249 3097 7436 9373 18889 64235

2008 Pakistan 5542 7381 3153 7525 9341 18910 77266

2009 Pakistan 4654 7400 3198 7253 9329 18931 87811

2010 Pakistan 5227 7642 3191 7528 9115 18952 100000

2011 Pakistan 4333 7799 3300 8257 9019 18973 111917

2012 Pakistan 4641 7817 3339 8531 9036 18994 122756

2013 Pakistan 4936 7805 3362 7644 9133 19015 132195

119

Tahun Negara LnVEL LnPDBC LnJE LnHRG LnKR LnPOP IHK

2004 Perancis 4750 9771 6667 7166 8716 17954 91166

2005 Perancis 4628 9802 6648 7407 8880 17961 92748

2006 Perancis 5893 9856 6646 7994 8929 17968 94310

2007 Perancis 5547 9986 6692 8482 8974 17975 95713

2008 Perancis 6881 10077 6732 8356 9099 17980 98407

2009 Perancis 6200 9996 6707 8345 9214 17985 98493

2010 Perancis 6727 9995 6628 8373 9115 17990 100000

2011 Perancis 6403 10074 6629 8882 9110 17995 102117

2012 Perancis 6312 10011 6553 8943 9201 18000 104115

2013 Perancis 6888 10048 6594 8971 9363 18005 105014

2004 Rusia 6762 7873 5102 7127 9230 18786 54527

2005 Rusia 6998 8100 5303 7095 9292 18782 61443

2006 Rusia 5878 8356 5506 7434 9265 18779 67395

2007 Rusia 6120 8609 5689 8005 9239 18777 73454

2008 Rusia 6303 8840 5881 8007 9259 18777 83820

2009 Rusia 6994 8597 5631 7847 9265 18777 93602

2010 Rusia 7581 8839 5791 8182 9115 18777 100000

2011 Rusia 5323 9097 6000 8613 9050 18778 108428

2012 Rusia 7414 9151 6056 8758 9111 18780 113934

2013 Rusia 6330 9168 6077 8762 9216 18782 121655

2004 Singapura 9148 9566 1307 7612 8755 15243 87641

2005 Singapura 9221 9653 1361 7679 8932 15266 88014

2006 Singapura 9121 9775 1454 7802 8988 15297 88912

2007 Singapura 8540 9930 1561 8281 9027 15339 90775

2008 Singapura 8408 9950 1574 8316 9116 15392 96693

2009 Singapura 7928 9924 1631 8168 9226 15422 97276

2010 Singapura 8448 10121 1777 8458 9115 15440 100000

2011 Singapura 8288 10253 1851 8704 9080 15461 105253

2012 Singapura 8132 10278 1890 8855 9146 15486 110019

2013 Singapura 8692 10296 1922 8949 9293 15502 112636

2004 Vietnam 5937 6778 1258 7736 9215 18215 55343

2005 Vietnam 5799 6889 1356 7075 9317 18227 59926

2006 Vietnam 7098 7085 1441 7770 9311 18238 64352

2007 Vietnam 7699 7237 1505 8059 9291 18249 69695

2008 Vietnam 8356 7418 1699 8200 9236 18260 85806

2009 Vietnam 8536 7466 1823 7895 9283 18270 91860

2010 Vietnam 9549 7709 1852 8269 9115 18281 100000

2011 Vietnam 8468 7861 1930 8811 8960 18291 118677

2012 Vietnam 9754 7911 2059 8718 8983 18302 129470

2013 Vietnam 9394 7926 2148 8807 9090 18313 138005

120

Lampiran 2 Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests

Equation MFE

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic df Prob

Cross-section F 35344282 (18165) 00000

Cross-section Chi-square 300230681 18 00000

Lampiran 3 Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation MRE

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq Statistic Chi-Sq df Prob

Cross-section random 6135526 6 04082

121

Lampiran 4 Random Effect Model

Dependent Variable VEL

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2240

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

PDB 1746167 0624211 2797399 00057

JE -0875098 0368245 -2376400 00185

HRG -0369590 0186750 -1979056 00493

KR 0470691 0431727 1090252 02770

POP 1494300 0477598 3128784 00020

IHK 0003891 0007904 0492247 06231

C -3370401 1093813 -3081331 00024

Effects Specification

SD Rho

Cross-section random 1406328 08221

Idiosyncratic random 0654154 01779

Weighted Statistics

R-squared 0155065 Mean dependent var 0925488

Adjusted R-squared 0127363 SD dependent var 0700525

SE of regression 0654396 Sum squared resid 7836682

F-statistic 5597464 Durbin-Watson stat 1281398

Prob(F-statistic) 0000024

Lampiran 5 Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series Standardized Residuals

Sample 2004 2013

Observations 190

Mean -235e-15

Median -0093432

Maximum 2866453

Minimum -3962897

Std Dev 1389609

Skewness 0055127

Kurtosis 2733289

Jarque-Bera 0659385

Probability 0719145

122

Lampiran 6 Multikolinearitas

PDB JE HRG KR POP IHK

PDB 1000000 0548162 0436609 -0247243 -0384574 0437233

JE 0548162 1000000 0143459 -0131590 0480635 0154575

HRG 0436609 0143459 1000000 0364406 -0089362 0726566

KR -0247243 -0131590 0364406 1000000 0155826 -0007057

POP -0384574 0480635 -0089362 0155826 1000000 -0095581

IHK 0437233 0154575 0726566 -0007057 -0095581 1000000

Lampiran 7 Heteroskedastisitas

Dependent Variable RESABS

Method Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date 121216 Time 2241

Sample 2004 2013

Periods included 10

Cross-sections included 19

Total panel (balanced) observations 190

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std Error t-Statistic Prob

C 4930401 7042199 0700122 04847

PDB -0085616 0398468 -0214862 08301

JE 0042988 0209647 0205052 08378

HRG -0206352 0156089 -1322014 01878

KR -0300695 0372917 -0806332 04211

POP -0006353 0274805 -0023117 09816

IHK 0013324 0006101 2183942 00302

123

Lampiran 8 Hasil RCA

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 1361 1282 1635 2501 2944 2460 2858 1526 3246 1941 21754 2175

Australia 411 572 335 306 528 408 835 354 438 272 4458 446

Belanda 1003 1219 1025 2719 2199 1427 2040 1024 1723 2417 16796 1680

Belgia 988 1265 800 1222 1647 962 1380 823 1669 4305 15061 1506

Bulgaria 951 1218 2756 2278 865 3504 4003 2079 3257 1103 22014 2201

Hongkong 1185 1061 976 2617 2310 1995 2245 1361 3045 2899 19695 1970

India 446 377 631 717 1240 970 756 644 939 508 7228 723

Inggris 869 490 252 111 345 162 151 024 544 294 3243 324

Italia 156 443 829 143 719 835 1101 450 1703 764 7142 714

Jepang 150 143 126 157 239 155 168 169 215 243 1763 176

Jerman 1877 1356 2080 2560 2892 1960 2383 1698 2374 2657 21839 2184

Kanada 445 256 362 1547 1430 1180 740 588 961 244 7753 775

KorSel 010 022 005 125 140 140 145 074 071 072 804 080

Malaysia 005 005 030 049 041 034 060 072 098 135 531 053

Pakistan 008 038 036 051 032 030 033 013 022 019 282 028

Perancis 282 354 1772 1704 4756 2210 3133 2650 2886 4875 24621 2462

Rusia 5821 3967 1540 3056 4117 4924 7174 824 6709 2087 40220 4022

Singapura 1249 1336 1047 824 725 508 838 528 496 588 8140 814

Vietnam 2751 2511 1874 1388 2519 2359 3096 2020 3049 3523 25090 2509

124

Lampiran 9 Hasil EPD

Negara X () Y () Posisi

Amerika Serikat -0025 0014 Lost Opportunity

Australia -0098 -0019 Retreat

Belanda 0684 0012 Rising Star

Belgia 1301 -0011 Falling Star

Bulgaria -1403 -0100 Retreat

Hongkong 0900 -0016 Falling Star

India 0131 0088 Rising Star

Inggris -0226 -0004 Retreat

Italia 0126 0015 Rising Star

Jepang 0416 0006 Rising Star

Jerman 0177 0001 Rising Star

Kanada -0140 0001 Lost Opportunity

Korea Selatan 0123 -0023 Falling Star

Malaysia 0605 0207 Rising Star

Pakistan -0065 0155 Lost Opportunity

Perancis 0612 -0001 Falling Star

Rusia -1212 0014 Lost Opportunity

Singapura -3724 0053 Lost Opportunity

Vietnam -1197 -0051 Retreat

125

Lampiran 10 Hasil Indeks ISP

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Rata-

Rata

AS 0999 0997 1000 1000 0999 0998 0998 0999 0998 0997 9985 0999

Australia 0951 0994 0880 0984 0981 0965 0981 0942 0943 0915 9536 0954

Belanda 1000 1000 0999 0999 0999 0995 0993 0992 0993 0993 9963 0996

Belgia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Bulgaria 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Hongkong 0741 0720 0848 0936 0550 0997 1000 0530 0999 0999 8320 0832

India 0387 0330 0185 0183 0422 0446 0336 0390 0506 0145 3327 0333

Inggris 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Italia 1000 1000 1000 0979 0999 1000 1000 1000 1000 1000 9978 0998

Jepang 0998 1000 0999 0999 1000 1000 1000 0988 0982 1000 9965 0997

Jerman 0998 0997 0995 0987 0976 0991 0982 0976 0986 0981 9868 0987

Kanada 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

KorSel 0439 0723 0080 0977 0948 0976 0910 0849 0876 0884 7662 0766

Malaysia 0213 -0460 0212 0619 0338 0185 0255 0033 0043 0501 1938 0194

Pakistan 1000 1000 0653 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 9653 0965

Perancis 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 0998 0991 0999 9988 0999

Rusia 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 10000 1000

Singapura 0991 0984 0987 0999 0989 0959 0989 1000 0995 0999 9891 0989

Vietnam 0642 0911 0981 0990 0997 0842 0952 0772 0941 0965 8994 0899

126

Lampiran 11 Pesaing Indonesia dengan Nilai RCA Tinggi

1 Pesaing di Korea

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Malaysia Cina India

2004 7 1 3 5 0

2005 22 1 4 4 0

2006 31 39 6 3 1

2007 27 25 5 3 2

2008 26 15 6 3 1

2009 24 7 5 3 0

2010 22 12 7 3 0

2011 16 8 6 3 5

2012 19 7 6 2 1

2013 25 2 9 1 1

Rata-Rata 22 12 6 3 1

2 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

Vietnam Sri Lanka Brazil India

2004 351 0 3 2

2005 388 8 0 1

2006 323 9 2 0

2007 217 38 1 2

2008 67 9 1 11

2009 167 30 7 1

2010 59 26 6 7

2011 77 1 18 9

2012 64 45 10 8

2013 78 170 18 0

Rata-Rata 179 33 7 4

127

3 Malaysia

Tahun RCA

India Vietnam Cina

2004 30 4 7

2005 29 4 6

2006 42 5 4

2007 51 2 2

2008 25 3 3

2009 21 4 2

2010 32 3 2

2011 32 2 2

2012 36 2 1

2013 23 3 1

Rata-Rata 32 329 318

Lampiran 12 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Lost

Opportunity

1 Pesaing di Amerika Serikat

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Peru Vietnam Peru Vietnam

2004 3029 3638 0426 0007 0457 0003

2005 4499 3433 0726 0007 -0004 0002

2006 4304 2518 -0130 -0001 -0191 0007

2007 3908 1100 -0203 -0002 -0524 0011

2008 4726 1822 0230 -0001 0520 0006

2009 3542 1625 -0304 0002 0163 0018

2010 2487 1749 -0275 0003 0120 0001

2011 2487 2552 -0087 -0004 0755 0004

2012 2220 1891 -0061 0001 -0360 0011

2013 1693 2215 -0081 0005 0748 0020

Rata-

Rata 3290 2254 0240 0017 1684 0082

128

2 Pesaing di Kanada

Tahun RCA

EPD

X Y

()

Vietnam Vietnam

2004 4943 -0032 0003

2005 6182 0231 0002

2006 4667 -0122 0001

2007 2499 -0247 0002

2008 2776 0105 0002

2009 3611 0264 0003

2010 3149 -0071 0001

2011 4053 0258 0002

2012 4846 0350 0003

2013 3830 0063 0009

Rata-

Rata 4056 0798 0028

3 Pesaing di Pakistan

Tahun RCA

EPD

X Y

()

India India

2004 206 0640 0159

2005 052 -0511 -0028

2006 014 -0082 0222

2007 244 1394 0084

2008 1133 5315 -0002

2009 053 -6476 -0024

2010 747 5203 0163

2011 910 -0910 -0232

2012 779 -0807 -0018

2013 012 -3721 0118

Rata-

Rata 415 0045 0440

129

4 Pesaing di Rusia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Polandia Cina Polandia Cina

2004 376 008 0656 0082 -0071 0091

2005 448 001 0341 0031 -0056 0143

2006 348 001 -0386 -0021 -0008 -0064

2007 439 016 0237 -0006 0200 0284

2008 519 016 0373 0028 -0018 -0101

2009 390 029 -0404 -0001 0129 -0070

2010 383 015 -0068 -0012 -0108 0251

2011 394 026 -0023 -0014 0130 -0039

2012 331 037 -0081 0029 0184 0100

2013 415 021 0359 0023 -0204 0151

Rata-

Rata 404 017 1004 0140 0177 0745

5 Pesaing di Singapura

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Sri

Lanka

India Vietnam Sri Lanka India

2004 1805 002 101 0589 0017 0000 0001 0148 0096

2005 958 027 118 -0791 0013 0001 -0001 0151 0093

2006 2467 221 137 1029 -0032 0007 -0001 0045 -0014

2007 2022 1966 456 -0058 0017 0066 0000 0924 -0026

2008 2556 002 259 0645 0003 -0074 -0001 -0455 0053

2009 3348 248 249 0667 -0006 0011 0001 -0075 -0016

2010 1848 613 236 -1873 -0018 0035 0003 0011 0024

2011 3765 062 200 1164 -0012 -0037 0006 0200 0165

2012 6148 858 189 2027 0005 0020 -0010 -0216 -0084

2013 5023 20694 114 -0433 0009 0632 0000 -0317 0011

Rata-

Rata 2994 2469 206 2966 -0005 0661 -0002 0416 0302

130

Lampiran 13 Pesaing Indonesia di Negara-Negara dengan Posisi Retreat

1 Pesaing di Australia

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() India Vietnam Spanyol India Vietnam Spanyol

2004 2923 881 765 0234 -0002 0106 0015 -0057 0015

2005 2790 420 1154 0118 0007 -0661 0055 0230 -0013

2006 4343 357 995 1033 -0003 0030 0052 -0208 -0007

2007 5156 317 682 0763 0003 -0229 -0035 -0091 0022

2008 3717 721 1115 -1005 0002 0970 -0014 0313 -0010

2009 3359 1111 1036 0436 0021 0051 -0084 -0138 -0007

2010 2467 1075 1375 -0956 -0003 -0171 -0010 0338 0004

2011 3339 1827 934 0938 0003 0555 -0034 -0238 0015

2012 2300 2124 797 -0613 0018 0787 0020 0064 0025

2013 1607 2390 754 -0880 -0004 0891 0021 0138 0026

Rata-

Rata 32 1122 961 0067 0043 2329 -0014 0353 0071

2 Pesaing di Bulgaria

Tahun RCA

EPD

X Y X Y X Y

() Vietnam Spanyol Cina Vietnam Spanyol Cina

2004 66607 330 000 -0529 -0001 0444 -0033 0000 0081

2005 75167 763 000 1252 0001 0660 -0022 0000 0013

2006 25653 1183 042 -2783 0003 0390 -0027 0346 0541

2007 18728 1189 291 0111 0004 -0100 -0009 0598 -0496

2008 21814 620 385 2344 0009 -0746 0002 0378 0019

2009 14271 503 640 -2201 -0003 0392 0109 0489 -0060

2010 21838 474 388 0571 -0004 -0113 -0009 -0739 -0007

2011 40094 177 310 0220 -0006 -0130 0321 -0031 0059

2012 32244 230 248 0302 0003 0033 -0114 -0188 0009

2013 35369 179 518 0969 0002 0040 0148 1080 0029

Rata-

Rata 35178 565 282 0255 0007 0870 0366 1933 0188

131

3 Pesaing di Inggris

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

Vietnam India Vietnam India

2004 2582 2162 0413 0003 0321 0004

2005 3584 2051 0188 -0001 0508 0029

2006 4787 2008 0294 0001 -0108 -0003

2007 4587 2190 0014 0001 0224 0002

2008 5680 2143 0282 0000 -0116 -0003

2009 4542 1550 -0164 0002 -0137 0029

2010 6570 1610 0754 0003 -0171 -0015

2011 6474 1467 0411 0007 0153 0021

2012 5749 1627 0253 0009 -0005 -0014

2013 4915 1147 0177 0011 -0114 0041

Rata-

Rata 4947 1796 2624 0037 0555 0090

4 Pesaing di Vietnam

Tahun RCA

EPD

X Y X Y

()

India Brazil India Brazil

2004 037 000 0066 0014 0000 0002

2005 005 000 -0056 0007 0000 0005

2006 537 299 1108 0021 0092 0013

2007 1844 480 2732 0001 0083 0006

2008 776 1370 -1972 0033 0437 0008

2009 714 2330 -0041 0015 0515 0004

2010 510 968 -0463 0012 -0639 0002

2011 701 1494 0723 0030 0536 0018

2012 1240 104 1512 -0008 -0955 -0003

2013 798 456 -0562 0091 0279 0011

Rata-

Rata 716 750 3047 0217 0347 0065

132

Lampiran 14 Populasi (Negara Tujuan Ekspor Lada Indonesia Tahun 2004-2013)

1 Algeria

2 Afghanistan

3 Argentina

4 Australia

5 Austria

6 Bahrain

7 Bangladesh

8 Belgia

9 Bulgaria

10 Canada

11 Cina

12 Columbia

13 Cook Isds

14 Cote drsquolvoire

15 Croatia

16 Denmark

17 Benin

18 Elsavador

19 Finland

20 France

21 Frm Sudan

22 Germany

23 Greece

24 Hongkong

25 Hungary

26 Ireland

27 Italy

28 Japan

29 Jordan

30 Dem Peoplersquos Rep Of Korea

31 Rep Of Korea

32 Malaysia

33 Other Asia nes

34 Nepal

35 Netherland

36 Nigeria

37 Pakistan

38 Philippine

39 Poland

40 Portugal

41 Timor Leste

42 Russia Federation

43 Senegal

44 India

45 Singapore

46 Sri Lanka

47 Vietnam

48 Turkey

49 Ukraine

50 United Kingdom

51 United State of Amerika

52 Dominica

53 Saudi Arabia

54 Sweden

55 Egypt

56 Myanmar

57 Domonica Rep

58 Rumania

59 Haiti

60 Kuwait

61 Marocco

62 Thailand

63 Jamaica

64 Mexico

65 Israel

66 Lithuaria

67 Mauritius

68 Togo

69 Venezuela

70 Yemen

71 Lebanon

72 Latvia

73 Mauritania

74 Slovenia

75 South Africa

76 Spain

77 Switzerland

78 Syiria

79 Uni Emirat Arab

80 Tunisia

133

Page 11: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 12: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 13: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 14: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 15: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 16: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 17: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 18: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 19: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 20: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 21: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 22: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 23: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 24: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 25: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 26: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 27: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 28: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 29: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 30: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 31: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 32: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 33: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 34: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 35: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 36: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 37: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 38: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 39: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 40: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 41: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 42: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 43: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 44: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 45: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 46: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 47: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 48: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 49: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 50: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 51: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 52: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 53: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 54: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 55: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 56: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 57: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 58: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 59: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 60: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 61: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 62: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 63: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 64: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 65: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 66: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 67: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 68: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 69: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 70: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 71: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 72: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 73: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 74: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 75: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 76: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 77: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 78: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 79: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 80: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 81: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 82: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 83: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 84: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 85: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 86: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 87: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 88: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 89: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 90: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 91: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 92: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 93: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 94: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 95: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 96: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 97: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 98: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 99: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 100: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 101: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 102: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 103: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 104: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 105: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 106: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 107: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 108: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 109: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 110: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 111: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 112: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 113: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 114: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 115: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 116: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 117: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 118: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 119: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 120: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 121: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 122: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 123: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 124: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 125: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 126: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 127: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 128: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 129: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 130: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 131: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 132: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 133: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 134: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 135: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 136: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 137: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 138: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 139: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 140: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 141: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 142: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 143: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 144: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 145: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 146: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 147: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 148: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 149: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 150: repository.uinjkt.ac.id · 2020. 9. 23. · KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan