2. Laporan Praktikum Bioteknologi Kel. 5
description
Transcript of 2. Laporan Praktikum Bioteknologi Kel. 5
LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI
Polymerase Chain Reaction, Purifikasi Hasil PCR,
dan SDS PAGE
Disusun oleh:
Kelompok 5
BayuHandika / 1206257595
FitriRahma Sari / 1206211165
FikryDwiAnjani / 1206211083
Rr. AprillaWulansari / 1206247032
Shinta Marlin / 1206240000
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015
PENDAHULUAN
Bioteknologi telah banyak dimanfaatkan dalam mempertahankan kelangsungan
hidup manusia. Melalui bioteknologi telah diperoleh berbagai macam bahan makanan,
seperti tempe, keju dan yogurt. Seiring dengan kemajuan teknologi, semakin berkembang
pula berbagai macam produk bioteknologi, tidak hanya dalam bidang pangan, tetapi juga
dalam bidang farmasi dan kesehatan.
Penerapan bioteknologi di bidang kesehatan banyak sekali jumlahnya, beberapa
contoh diantaranya adalah enzim rekombinase hasil rekayasa genetik yang
menghilangkan DNA HIV dari sel induk, untuk terapi gen, mengatasi sel tumor, produksi
interferon, produksi vitamin dan asam amino, serta produksi protein darah.
Mengingat begitu besar manfaat bioteknologi dalam meningkatkan kesejahteraan
hidup manusia, maka diharapkan bidang bioteknologi dapat semakin berkembang dan
membawa dampak positif bagi kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, penting untuk
kita mempelajari bioteknologi sehingga ilmu bioteknologi dapat semakin berkembang.
Pada percobaan kali ini, praktikan akan melakukan teknikn Polymerase Chain
Reaction yang bertujuan untuk mengamplifikasi fragmen DNA, proses PCR merupakan
proses siklus yang berulang meliputi denaturasi, annealing, dan elongasi oleh enzim
DNA polimerase. Setiap urutan basa nukleotida yang diamplifikasi akan menjadi dua kali
jumlahnya. Pada setiap n siklus diperoleh 2n kali banyaknya DNA target. Selain
melakukan praktikum teknik PCR, praktikan juga melakukan purifikasi hasil PCR yang
bertujuan untuk memperoleh DNA hasil PCR (DNA) amplikon yang murni.
POLYMERASE CHAIN REACTION
I. Tujuan
Polymerase Chain Reaction adalah teknik molekuler yang dilakukan bertujuan untuk
mengamplifikasi fragmen DNA dengan menggunakan suatu pasangan primer yang
dirancang dengan khas
II. Alat dan Bahan
Alat:
- Mesin Thermal Cycler
- Sentrifuge mikro
- Mixer (vortex)
Bahan:
- DNA template (DNA Genomik dalam 25μl TE)
- Pasangan primer oligonukleotida (primer 16s rDNA)
- Enzim DNA Taq polymerase
- Nukleotida bebas (dNTPs = dATP, dCTP, dGTP, dTTP)
- Larutan dapar yang sudah mengandung Mg2+
III. Cara Kerja
1. Buat PCR master mix dengan volume akhir 25 mL dan kompisisi sebagai
berikut:
- Dapar 2.5μL
- Enzim DNA Taq polymerase 1 μl
- dNTP 0,5 μL
- Primer forward
- Primer reverse
- ddH2O 18 μl
Jika contoh yang akan diamplifikasi lebih dari satu, maka masing-masing jumlah
komponen tersebut dikalikan dengan jumlah contoh ditambah satu (n+1),
kemudian campur di dalam satu tabung mikro 1,5 ml (pembuatan master mix).
Jika volume akhir 50 μl, maka jumlah masing-masing komponen harus
disesuaikan.
2. Campurkan 1 μl hasil ekstraksi DNA kedalam master mix yang telah dialiquot
dalam tabung PCR 0,2 atau 0,5μl, kemudian dicampur dengan mixer (vortex).
3. Campuran disentrifugasi singkat (Spindown) dengan sentrifuge mikro, kemudian
siap ditempatkan pada mesin PCR.
4. Mesin PCR diatur sesuai kondisi yang sudah dirancang sebelumnya. Suhu
denaturasi, annealing, elongasi, dan terminasi maupun jumlah siklus diatur
sedemikian rupa sehingga tahapan dalam PCR adalah sebagai berikut*:
- Pre-denaturasi : 94oC; 5 menit
- Denaturasi : 94oC; 30 detik
- Annealing : 55oC; 30 detik
- Extension : 72oC; 1 menit
- Jumlah siklus : n = 25-30 (b-c-d)
- Post-extension : 72oC; 20 menit
- Hold : 16oC
*Kondisi PCR ini adalah untuk metode PCR konvensional. Kondisi dapat
dimodifikasi untuk metode-metode PCR lainnya sesuai kebutuhan.
5. Langkah selanjutnya adalah visualisasi hasil PCR dan purifikasi dengan
elektroforesis agarosa gel mini atau secara kuantitatif dengan spektrofotometer
nanodrop.
IV. Teori Dasar
Polymerase Chain Reaction adalah suatu teknik sintesis dan amplifikasi DNA
secara in Vitro yang pertama kali dikembangkan oleh Karry Mullis pada tahun 1985.
Tujuan dari PCR adalah untuk mengamplifikasi segmen DNA dalam jumlah jutaan
kali dalam waktu yang relatif singkat. Komponen yang diperlukan pada proses PCR
adalah template DNA (DNA Genomik dalam 25μl TE) ; sepasang primer, yaitu suatu
oligonukleotida pendek yang mempunyai urutan nukleotida yang komplementer
dengan urutan nukleotida DNA template (Pasangan primer oligonukleotida (primer
16s rDNA)); dNTPs atau Deoxynucleotide triphosphates; buffer PCR; magnesium
klorida (MgCl2) dan enzim Taq polimerase DNA.
Proses PCR terdiri dari beberapa tahap yaitu: (1) pra-denaturasi DNA template;
(2) denaturasi DNA template; (3) penempelan primer pada templat(annealing); (4)
pemanjangan primer (extension) dan (5) pemantapan (postextension). Tahap (2)
sampai dengan (4) merupakan tahapan berulang (siklus),di mana pada setiap siklus
terjadi duplikasi jumlah DNA.
Pada setiap siklus terjadi duplikasi jumlah target DNA untai ganda. Untai ganda
DNA template (unamplified DNA) dipisahkan dengan denaturasi termal dan
kemudian didinginkan hingga mencapai suhu tertentu untuk memberi waktu pada
primer menempel (anneal primers) pada daerah tertentu dari target DNA. Polimerase
DNA digunakan untuk memperpanjang primer (extend primers) dengan adanya
dNTPs (dATP, dCTP, dGTP dan dTTP) dan buffer yang sesuai.
Fungsi DNA templat di dalam proses PCR adalah sebagai cetakan untuk
pembentukan molekul DNA baru yang sama. Templat DNA ini dapat berupa DNA
kromosom, DNA plasmid yang mengandung fragmen DNA yang dituju.
Keberhasilan suatu proses PCR sangat tergantung dari primer yang digunakan, hal
yang diperlu diperhatikan dalam perancangan primer. Pertama panjang primer
berkisar 18-30 basa. Apabila panjang primer kurang dari 18 basa akan menjadikan
spesifitas primer rendah dan untuk panjang primer yang lebih dari 30 basa tidak akan
meningkatkan spesifisitas primer secara bermakna. Kedua, kandungan (G+C)) (%
jumlah G dan C) sebaiknya sama atau lebih besar dari kandungan (G+C) DNA
target. Sebab primer dengan % (G+C) rendah diperkirakan tidak akan mampu
berkompetisi untuk menempel secara efektif pada tempat yang dituju dengan
demikian akan menurunkan efisiensi proses PCR. Ketiga, melting temperatur (Tm)
primer akan mempengaruhi dalam pemilihan suhu annealing proses PCR. Keempat,
interaksi primer-primer seperti self-homology dan cross-homology harus dihindari.
Kelima Buffer PCR dan MgCl2 berfungsi menjamin pH medium saat berlangsugnya
proses PCr. Mg2+ merupakan kofaktor yang berfungsi meningkatkan aktivitas DNA
polimerase. Keenam, Enzim taq polymerase DNA diperlukan untuk tahan elongasi
atau ekstensi DNA. Enzim ini diisolasi dari bakteri termofilik yaitu Thermus
aquaticus. Penggunaan taq polymerase dalam konsentrasi yang terlalu besar akan
mengakibatkan munculnya background produk non-spesifik. Sebaliknya, bila
konsentrasi taq polymerase terlalu rendah, maka proses amplifikasi tidak
berlangsung secara efisien, dan produk amplifikasi yang diperoleh akan mempunyai
konsentrasi yang relatif rendah
V. Daftar Pustaka
Handoyo, Darmo., Ari Rudiretna. (2001). Prinsip Umum dan Pelaksanaan
Polymerase Chain Reaction (PCR). Surabya: universitas Surabaya.
Malik, Amarila. (2015). Protokol Kerja (1) Ekstraksi DNA dan PCR Dasar. Depok:
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
PURIFIKASI HASIL PCR
I. Tujuan
Purifikasi hasil PCR adalah teknik yang bertujuan untuk memperoleh DNA hasil
PCR (DNA amplikon) yang murni.
II. Alat dan Bahan
Alat:
- Sentrifuge mikro
- Tabung mikro 1,5 ml baru dan steril
- Tabung penampung 2 ml, tersedia di dalam kit
- Pisau silet atau cutter yang baru dan steril
Bahan:
- Gel/PCR DNA Fragments Extraction Kit:
Dapar DF
Wash buffer + Etanol 95%
Kolom DF
- ddH2O
III. Cara Kerja
1. Sebanyak 20 μl DNA hasil amplifikasi PCR dan 5 μl loading buffer
dielektroforesis di gel agarosa 1%.
2. Potong pita yang diinginkan dengan menggunakan pisau silet atau cutter yang
baru dan steril. Irisan gel dipindahkan ke dalam tabung mikro 1,5 ml baru dan
steril.
3. Tambahkan 300 μl dapar DF, vortex, dan inkubasi pada 55-60oC selama 10-15
menit hingga irisan gel terlarut sempurna. Selama inkubasi tabung mikro
dibolak-balik setiap 2-3 menit. Kemudian campuran tersebut didiamkan dingin
pada suhu kamar.
4. Pipet campuran tersebut dan masukkan ke dalam kolom DF yang terpasang pada
tabung penampung. Sentrifugasi pada kecepatan maksimum (13.000 rpm)
selama 30 detik. Cairan yang tertampung dibuang dan kolom DF ditempatkan
kembali pada tabung penampung.
5. Tambahkan 600 μl dapar pencuci (wash buffer) yang telah ditambah etanol dan
sentrifugasi kembali pada kecepatan maksimum selama 30 detik. Cairan yang
terkumpul dibuang kembali dan kolom DF ditempatkan kembali dalam tabung
penampung, sentrifugasi pada kecepatan maksimum selama 3 menit sampai
membran kolom mengering.
6. Pindahkan kolom DF yang telah kering ke dalam tabung mikro 1,5 ml yang baru
dan steril. Kemudian tambahkan 25 μl akuabides steril (ddH2O) ke dalam bagian
tengah dari membran kolom DF agar pengendapan pada dinding kolom dapat
dihindari. Biarkan akuabides terserap selama 2 menit kemudian sentrifugasi
pada kecepatan maksimum selama 1 menit untuk mendapatkan DNA murni.
7. Simpan DNA pada suhu -20oC.
8. Untuk mengamati DNA hasil purifikasi secara visual, DNA dianalisis kembali
dengan elektroforesis agarosa gel mini. Jika informasi sequence DNA amplikon
diperlukan, maka dapat dilakukan sequencing DNA.
IV. Teori Dasar
Purifikasi hasil PCR dilakukan untuk memastikan bahwa DNA yang diperoleh
murni dari berbagai pengotor. DNA yang tidak murni sering menyebabkan masalah
reproduksibilitas. Purifikasi DNA hasil PCR (DNA amplikon) ini dimaksudkan
untuk memperoleh DNA yang murni dari sisa primer pendek, nukleotida (sisa
dNTPs), enzim-enzim, garam-garam, pewarna (ethidium bromida), dan gel agarosa
dengan menggunakan membran kolom dan sentrifugasi.
Setelah dilakukan PCR, purifikasi amplikon DNA dapat dilakukan dengan
metode Gel/PCR DNA Fragments Extraction Kit menggunakan protokol seperti yang
telah dijelaskan di atas. Namun, dapat juga dilakukan purifikasi fragmen DNA
dengan protokol QIA Quick Purification Kits (QIAGEN). Prinsipnya hampir sama
dengan metode Gel/PCR DNA Fragments Extraction Kit hanya saja bahan dan alat
yang digunakan berbeda. Genom DNA hasil ekstraksi diambil sebanyak 100 µl
dimasukkan ke dalam eppendrof tube ditambah 500 µl binding buffer (PBI). Dengan
finger vortex, larutan akan tercampur dan di-flushing, selanjutnya dibiarkan selama 5
menit pada suhu ruang. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam column QIA quick
purification dan disentrifugasi selama 1 menit dengan kecepatan 13.000 rpm.
Larutan yang terfilter dibuang dan ke dalam kolom ditambahkan larutan wash buffer
(PE) sebanyak 750 µl, selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm.
Larutan yang terfilter dibuang dan disentrifugasi kembali dengan waktu dan
kecepatan yang sama. Angkat column yang berisi filter QIA quick dan dimasukkan
ke dalam eppendorf tube yang telah steril. Tahap selanjutnya menambahkan elution
buffer (EB) sebanyak 30 µl yang diteteskan pada bagian tengah filter column dan
disentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm selama 1 menit. Larutan yang telah
terfilter merupakan DNA murni hasil purifikasi.
DNA murni yang diperoleh tersebut dapat diamati hasil purifikasinya secara
visual dengan dianalisis kembali pada elektroforesis agarosa gel mini. Pengamatan
tersebut merupakan pengamatan kualitatif karena dengan elektroforesis agarosa gel
mini dapat dibandingkan antara hasil elektroforesis DNA amplikon murni dengan
penanda ukuran molekul. Apabila DNA tersebut murni akan diperoleh bercak
tunggal (1 band) yang menandakan tidak ada komponen atau genom lain. Jika
informasi sekuens DNA amplikon tersebut diperlukan, dapat dilakukan proses
sekuensing DNA.
Untuk memperoleh data purifikasi DNA secara kuantitatif dapat digunakan
spektrofotometer nanodrop. Nanodrop merupakan cara analisis asam nukleat, DNA,
RNA, atau protein yang dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif.
Penggunaan Nanodrop ini lebih praktis dibandingkan dengan alat analisis
spektrofotometer UV-Vis sederhana. Alat Nanodrop ini menggunakan sistem retensi
sampel yang menggunakan 0,5-2,0 µl sampel tanpa harus menggunakan kuvet atau
kapiler. Dengan menggunakan fiber optik dan tekanan permukaan, sampel
ditempatkan dalam tempat di antara dua permukaan optikal yang menerjemahkan
panjang jalur secara vertikal. Salah satu contoh alat Nanodrop ini adalah
spektrofotometer Nanodrop ND-1000. Spektrofotometer Nanodrop ND-1000
memiliki kemampuan untuk mengukur sampel yang terkonsentrasi tanpa
pengenceran (konsentrasi 75 kali lebih tinggi dari sampel yang diukur dengan
spektrofotometer kuvet standar).
V. Daftar Pustaka
Invitrogen. http:// www.lifetechnologies.com /id/en/home/references/an-introduction-
to-cloning-a-researchers-guide-to-cloning-dna/purifying-your-pcr-
product.html
Malik, Amarila. (2015). Protokol Kerja (1) Ekstraksi DNA dan PCR Dasar. Depok:
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Qiagen. https://www.qiagen.com/id/products/catalog/sample-technologies/dna-
sample-technologies/dna-cleanup/qiaquick-pcr-purification-kit
SDS PAGE (Sodium Dodecyl Sulphate-Polycrylamine Gel Electrophoresis)
I. Tujuan
SDS PAGE digunakan untuk memisahkan protein dengan cara elektroforesis
discontinous polyacrylamide gel yang terdiri dari stacking gel dan resolving/
separating gel.
Bahan
Stacking gel:
3,05 ml ddH2O
1,25 ml 4X 0,5 M TrisHCl pH 6,8
0,67 ml Akrilamid 30%
25 µl APS10%
5 µl TEMED
Resolving gel:
ddH2O
4X 1,5 M TrisHCl pH 8,8
Akrilamid 30%
APS 10%
TEMED
30% acrylamide solution:
30 gr acrylamide: bis-acrylamide (29:1)
Dilarutkan dalam 100 ml aquabidest
1,5 M TrisHCl buffer (4X) pH 8,8:
18,17 gram Tris base
4,0 ml 10% SDS, atur pH hingga 8,8 dengan HCl
Dilarutkan dalam 100 ml Aquabidest
0,5 Tris-HCl buffer (4X) pH 6,8:
6,06 gram Tris base
4,0 ml 10% SDS, atur pH hingga 6,8 dengan HCl
Dilarutkan dalam 100 ml Aquabidest
(4X) Tris-Glycine Reservoir Buffer:
12 gram Tris base
57,6 gram Glycine
Dilarutkan dalam 100 ml Aquabidest
(5X) Sample buffer:
3,9 ml Aquabidest
1,0 ml 0,5 M Tris-HCl, pH 6,8
0,8 ml Glycerol
1,6 ml 10% SDS
0,4 ml 2-mercaptoethanol
0,4 ml 1% bromophenolblue
10% SDS
50 gram SDS ad dengan aquabidest hingga 500 ml, aduk hingga homogen.
10% APS
Larutkan 0,1 ml APS dalam 1 ml aquabidest, dibuat fresh.
Running buffer
370 ml Aquabidest
125ml (4X) reservoir buffer
5 ml 10% SDS
Staining/destaining solution
400 ml Methanol
100 ml Asamasetatglasial
500ml Aquabidest
1 gram Coomassie Brilliant Blue (untuk staining solution)
II. Cara Kerja
1. Persiapan Gel
a. Gel yang telah memadat siap digunakan untuk elektroforesis. Pasang gel
pada alat, dan keluarkan sisir dari gel.
b. Gel yang telah siap tetapi tidak segera digunakan untuk elektroforesis
dapat disimpan direndam dalam buffer (running buffer) atau aquadest.
c. Gel tidak boleh disimpan terlalu lama.
2. Persiapan Sampel
a. Sampel protein didenaturasi dengan menambahkan sampel buffer, lalu
dipanaskan dengan menggunakan thermoblock, pada suhu 85°C selama 5
menit.
3. Elektroforesis
a. Setelah protein marker (5-8 µl) dan sampel (10-15 µl) dimasukkan ke
dalam sumuran (well), alat elektroforesis di set (semakin kecil arus,
pemisahan akan semakin baik, namun waktu akan semakin lama). Untuk
running 1 gel biasanya diperlukan waktu ±120 menit dan ±180 menit
untuk 2 gel.
b. Elektroforesis dihentikan ketika semua sampel dan protein maker
mencapai dasar resolving gel.
4. Staining Gel
a. Gel hasil elektroforesis digunakan untuk mengetahui ukuran protein serta
menganalisa bentuk pita proteinnya.
b. Gel yang telah selesai dielektroforesis difiksasi dengan merendam gel
hasil elektroforesis di dalam larutan fiksasi (10% asam asetat; 25%
isopropanol; 65% aquadest) selama 15 menit. Larutan fiksasi kemudian
dibuang lalu potongan gel ini direndam didalam larutan staining Coomasie
Brilliant Blue.
c. Setelah gel direndam, wadah yang berisi gel kemudian digoyangkan
perlahan dan dibiarkan selama satu malam dalam temperature kamar.
5. Destaining Gel
a. Gel kemudian dibilas beberapa kali dengan menggunakan aquadest steril
atau direndam dalam wadah plastic berisi aquadest. Gel kemudian
disimpan didalam wadah plastic dalam keadaan terendam oleh air. Hasil
staining tersebut kemudian dibandingkan dengan penanda protein untuk
mengetahui perkiraan ukuran protein yang berhasil diperoleh.
III. Teori Dasar
Elektroforesis merupakan suatu migrasi molekul bermuatan di dalam
suatu media yang bermuatan listrik, dimana kecepatan migrasinya tergantung
pada muatan, ukuran, dan bentuk dari setiap molekul yang terlibat.
Saat arus listrik diberikan, molekul bermigrasi melalui nedia, molekul
yang lebih kecil akan mengalami migrasi yang lebih cepat daripada yang besar.
PAGE digunakan untuk memisahkan protein dengan cara elektroforesis
discontinous polyacrylamide gel yang terdiri dari stacking gel dan resolving/
separating gel serta menggunakan Sodium Dodecyl Sulphate (SDS) untuk
mendenaturasi protein. Stacking gel berfungsi untuk mengumpulkan protein
yang telah diload menjadi pita atau band yang tajam sebelum gel terpisah pada
resolving gel. Resolving gel berfungsi memisahkan protein berdasarkan ukuran
molekul.
Pemilihan penggunaan poliakrilamida didasarkan pada poliakrilamida
tidak bereaksi dengan sampel dan tidak membentuk matriks dengan sampel
sehingga tidak menghambat pergerakan sampel yang memungkinkan
pemisahan protein secara sempurna. Komponen penyusun gel poliakrilamida
dalah akrilamida, bis akrilamida, ammonium persulfate dan TEMED.
Akrilamida merupakan senyawa karsinogenik. Ammonium persulfate
berfungsi sebagai inisiator yang mengaktifkan akrilamida agar bereaksi dengan
molekul akrilamida lainnya membentuk polimer yang panjang. TEMED
berfungsi sebagai katalisator reaksi polimerisasi akrilamid menjadi gel
poliakrilamid sehingga dapat digunakan dalam pemisahan protein