Laporan Praktikum Metil Ester Kel 2

28
LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN PROSES PEMBUATAN METIL ESTER Disusun oleh: Adi Agustiansyah 061440411694 Gede Marawijaya 06144041702 Muhammad Roby juliansyah 061440411707 Nila Wulandari 061440411708 Putu Injario 061440411712 YunitaTri Andani 061440411 Candra Purna 061440411 JURUSAN TEKNIK KIMIA

description

laporan metil ester

Transcript of Laporan Praktikum Metil Ester Kel 2

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN PROSESPEMBUATAN METIL ESTER

Disusun oleh:Adi Agustiansyah 061440411694Gede Marawijaya06144041702Muhammad Roby juliansyah061440411707Nila Wulandari 061440411708Putu Injario 061440411712YunitaTri Andani 061440411Candra Purna 061440411

JURUSAN TEKNIK KIMIAPROGRAM STUDI S1 TERAPAN TEKNIK ENERGI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA2014/2015PEMBUATAN METIL ESTER

I. TUJUAN PERCOBAANMahasiswa dapat memahami pembuatan metil ester.

II. ALAT DAN BAHAN Bahan yang digunakan: Minyak jelantah atau minyak kelapa curah NaOH pa Metanol pa Etanol pencuci NaOH 0.1N Indikator phenolphtalein (pp) Alat yang digunakan: Gelas Piala 600 mL Gelas Ukur 50 mL Labu Pemisah Viscometer Neraca Analitik Stopwatch Gelas Ukur 500 mL Buret Hot Plate 250 mL Piknometer Pipet Ukur 10 mL Thermometer Labu Erlenmeyer 500 mL Pipet Tetes Statif Dan Klem

III. DASAR TEORIBahan bakar nabati (BBN)-bioetanol dan biodiesel merupakan dua kandidat kuat pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin Otto dan diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan dan implementasi dua macam bahan tersebut, bukan hanya untuk menanggulangi krisis energi namun juga sebagai salah satu solusi kebangkitan ekonomi masyarakat.Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati, baik minyak yang belum digunakan maupun minyak bekas dari penggorengan dan melalui proses transesterifikasi.Biodiesel digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk motor diesel, dan apat diaplikasikan baik dalam bentuk 100% (B100) atau campuran dengan minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu (BBX), seperti 10% biodiesel dicampur dengan 90% solar yang dikenal dengan nama B10, (Erliza, dkk, 2007:8).Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki beberapa kelebihan, diantaranya sumber minyak nabati mudah diperoleh, proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati mudah dan cepat, serta tingkat konversi minyak nabati menjadi biodiesel yang tinggi (95%). Minyak nabati memiliki komposisi asam lemak berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya. Zat-zat penyusun utama minyak-lemak (nabati maupun hewani) adalah trigliserida, yaitu triester gliserol dengan asam-asam lemak (C8 C24). Komposisi asam lemak dalam minyak nabati menentukan sifat fisik kimia minyak, (Erliza, dkk, 2007: 11).Minyak jelantah adalah minyak goreng yang telah digunakan untuk menggoreng. Dengan meningkatkan produksi dan konsumsi minyak goreng, ketersediaan minyak jelantah kian hari kian melimpah, (Erliza, dkk, 2007: 25). Penggunaan minyak goreng secara berulang akan mengakibatkan terjadinya reaksi oksidasi pada minyak karena adanya kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak. Akibat pemanasan yang berulang-ulang serta reaksi oksidasi yang terjadi di dalam minyak, minyak jelantah dapat mengandung senyawa-senyawa radikal seperti hidroperoksida dan peroksida. Senyawa-senyawa radikal tersebut bersifat karsinogenik, oleh karena itu pemakaian minyak goreng yang berkelanjutan dapat mengganggu kesehatan manusia.Bila tak digunakan kembali, minyak jelantah biasanya dibuang begitu saja ke saluran pembuangan. Limbah yang terbuang ke pipa pembuangan dapat menyumbat pipa pembuangan karena pada suhu rendah minyak maupun lemak akan membeku dan mengganggu jalannya air pada saluran pembuangan. Minyak ataupun lemak yang mencemari perairan juga dapat mengganggu ekosistem perairan karena dapat menghalangi masuknya sinar matahari yang sangat dibutuhkan oleh biota perairan. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk memanfaatkan limbah minyak goreng bekas, salah satunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak diesel/solar. Biodiesel dapat digunakan baik secara murni maupun dicampur dengan petrodiesel tanpa terjadi perubahan pada mesin diesel. Bila dibandingkan dengan bahan bakar diesel tradisional (berasal dari fosil), biodiesel lebih ramah lingkungan karena emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan petrodiesel, bebas sulfur, bilangan asap (smoke number) rendah, angka setana (cetane number) berkisar antara 57-62, sehingga efisiensi pembakaran lebih baik. Selain itu, sifat biodiesel yang dapat terurai (biodegradable), memiliki sifat pelumasan yang baik pada piston, serta merupakan sumber energi yang terbaharui (renewable energy) memberikan keuntungan yang lebih dari penggunaan biodiesel (Oberlin Sidjabat 2003: 2).Beberapa peneliti menyatakan bahwa viskositas minyak nabati lebih tinggi dibandingkan minyak solar, hal tersebut menyebabkan minyak nabati tidak cocok bila digunakan langsung pada mesin diesel. Untuk itu agar viskositas minyak nabati sama dengan viskositas minyak solar, maka harus dilakukan pengubahan minyak nabati menjadi senyawa monoalkil ester melalui proses transesterifikasi.Transesterifikasi merupakan reaksi organik dimana suatu senyawa ester diubah menjadi senyawa ester lain melalui pertukaran gugus alcohol dari ester dengan gugus alkil dari senyawa alkohol lain. Sedikit berbeda dengan reaksi hidrolisis, pada reaksi transesterifikasi pereaksi yang digunakan bukan air melainkan alkohol. Metanol lebih umum digunakan untuk proses transesterifikasi karena harganya yang lebih murah dibandingkan alkohol lain. Namun penggunaan alkohol lain seperti etanol dapat menghasilkan hasil yang serupa (Fitria Yulistika 2006: 20).Pembuatan biodiesel dari minyak tanaman memiliki kasus yang berbedabeda sesuai dengan kandungan FFA. Pada kasus minyak tanaman dengan kandungan asam lemak bebas tinggi dilakukan dua jenis proses, yaitu esterifikasi dan transesterifikasi, sedangkan untuk minyak tanaman yang kandungan asam lemak rendah dilakukan proses transesterifikasi. Proses esterifikasi dan transesterifikasi bertujuan untuk mengubah asam lemak bebas dan trigliserida dalam minyak menjadi metil ester (biodiesel) dan gliserol.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transesterifikasi:1. SuhuKecepata reaksi secara kuat dipengaruhi oleh temperatur reaksi. Pada umumnya reaksi ini dapat dijalankan pada suhu mendekati titik didih metanol (65oC) pada tekanan atmosfer. Kecepatan reaksi akan meningkat sejalan dengan kenaikan temperatur. Semakin tinggi temperatur berarti semakin banyak yang dapat digunakan oleh reaktan untuk mencapai energi aktivasi.2. Waktu reaksiSemakin lama waktu reaksi maka semakin banyak produk yang dihasilkan karena ini akan memberikan kesempatan reaktan untuk bertumbukan satu sama lain. Namun setelah kesetimbangan tercapai tambahan waktu retensi tidak akan mempengarhi reaksi. Penilitian yang menggunakan lama reaksi 3 jam (Azis, 2005).3. KatalisKatalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi reaksi, namun tidak menggeser letak kesetimbangan. Tanpa katalis reaksi transesterifikasi baru dapat berjalan pada suhu sekitar 250oC. Penambahan katalis bertujuan untuk mempercepat dan menurunkan kondisi operasi. Katalis yang dapat digunakan adalah katalis asam, katalis basa, ataupun penukar ion. Dengan katalis basa dapat berjalan pada suhu kamar.4. PengadukanPada reaksi transesterifikasi reaktan-reaktan awalnya membentuk sistem cairan dua fase. Reaksi dikendalikan oleh difusi diantara fase-fase yang berlangsung lambat. Sering dengan terbentukanya metil ester ia bertindak sebagai pelarut tunggal yang dipakai bersama oleh reaktan-reaktan dan sistim dengan fase tunggalpun terbentuk. Dampak pengadukan ini sangat signifikan selama reaksi. Setelah sistim tunggal terbentuk makan pengadukan menjadi tidak lagi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap reaksi. Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan campuran reaksi yang bagus. Pengadukan yang tepat akan mengurangi hambatan antara massa. Pengadukan transesterifikasi 150rpm.5. Perbandingan reaktanVariabel penting lain yang mempengaruhi hasil ester adalah rasio molar atara alkohol dan minyak nabati. Stoikiometri reaksi transesterifikasi memerlukan 1mol minyak trigliserida memerlukan 6mol metanol menggunakan rasio molar alkohol:minyak = 1:6. Terlalu banyak alkohol yang dipakai menyebabkan biodiesel mempunyai viskositas yang rendah dibandingkan viskositas solar juga akan menurunkan titik nyala (flash point). Hal ini disebabkan karena pengaruh sifat-sifat alkohol yang mudah terbakar. Perbandingan alkohol:minyak = 1:2,2 (etanol:minyak).

MetanolMetanol dalam keadaan atmosfer berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bauk yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). ,etanol banyak digunakan sebagai pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan aditid bagi etanol industri.Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses tersebut adalah upa metanol (dalam jumlah kecil) diudara. Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi dan oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dalam air. Reaksi kimia metanol yang terbakar diudara dan membentuk karbon dioksida dan air:2CH3OH + 3O2 2CO2 + 4H2OApi dari metanol tidak berwarna, metanol sering digunakan sebagai bhan aditif bagi pembuatn alkohol untuk penggunaan industri karena sifatnya yang beracun.

IV. PROSEDUR KERJA1. Menimbang 1gr NaOH yang telah dilarutkan dengan 41ml metanol pa. Mengaduk dengan stirrer hingga semua NaOH larut semua. Menempatkan pada piala gelas 250ml.2. Memanaskan 200 ml minyak jelantah di atas hotplate dan mengaduknya menggunakan stirrer kira-kira 750-1500 rpm hingga mencapai suhu 45-550C.3. Menambahkan larutan natrium metoksida yang telah dibuat pada langkah 1 kedalam minyak jelantah yang telah dipanaskan dan mempertahankan suhu pengadukanya pada 550C. Melakukan penambahan larutanh ini sedikit demi sedikit. Menghitung waktu pengadukan hingga 45 menit, setelah semua natriummetoksida bercampur semua.4. Memindahkan metil ester kedalam corong pisah dan mendiamkanya hingga terbentuk lapisan selama kurangn lebih 10 menit, lalu mengeluarkan lapisan bawahnya.5. Memasukkan metil ester kedalam gelas kimia dan melakukan pemurnian dengan memanaskan aquadest sebanyak 50% volume metil ester hingga suhu 600C, menuangkan metil ester kedalam aquadest dan mengaduknya perlahan selama 10 menit.6. Memindahkan metil esterdan aquadest kedalam corong pisah dan membiarkanya sampai terbentuk dua lapisan, kemudian lapisan bawahnnya dikeluarkan. Menghiung volume metil ester yang diperoleh.

Prosedur analisa pengujian densitasPengujian density1. Menimbang piknometer yang telah di bersihkan dalam keadaan belum ada isi sebagai a gram2. Mengisi piknometer dengan sampel dan menimbangnya sebagai b gram3. Membersihkan piknometer yg telah digunakan dengan sabun dan alkohol4. Menghitung besar densitas yang diperoleh.

Pengujian viskositas1. Membersihkan gelas ukur 250 mL dan mengeringkanya dengan tissue.2. Memasukkan sampel keadalam geals ukur tersebut sampai volume gelas ukur, lalu memasukkan viscometer ostwald kedalam gelas ukur berisi sampel. Secara otomasis membaca viskositas yang tertera dalam alat tersebut.Pengujian asam lemak bebas (ALB)1. Menimbang 2- 5 gram metil ester, menambahkan larutan metanol 95% sebanyak 50 ml dan 3 tetes indikator pp.2. Melaukakan titrasi menggunakan larutan NaOH 0.1 N sampai berwana merah muda.3. Mencatat banyaknya volume NaOH yang terpakai.Keterangan :M = Berat molekul asam lemak (gr/mol)T = Normalitas NaOHm = Berat molekul asam lemakY = Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi (mL)

Pembuatan Larutan1. NaOH 0.1 N 500 mL (sebanyak 2 gram NaOH dilarutkan dalam 500ml aquadest)2. Metanol 95 % netral (memasukkan metanol (95% sebannyak yang diperlukan kedalam erlenmeyer, menambhkan 3 tetes indikator PP lalu titrasi dengan NaOH 0.1 N sampai terbentuk warna merah muda)3. Indikator pp (melarurkan 0.5 gram fenolftalein dalam 100 ml etanol).

V. DATA PENGAMATANNo.Perlakuan Pengamatan

1.Menghaluskan NaOH sebanyak 1 gramSerbuk putih,higrokopis,berbau

2.NaOH+41 Methanol dipanaskan NaOH larut dalam Methanol, larutan berwarna putih kemerahan volatite dan berbau

3.Minyak goreng (60oC) + natrium metoksida dan tetap dilakukan pemanasan selama 1 jam dengan suhu tetapNatrium metoksida membentuk gelembung didalam minyak. Saat 45 menit pengadukan, larutan membentuk dua lapisan bagian atas terdapat gumpalan lemak berwarna putih kekuningan sedangkan bagian bawah berwarna kuning kecoklatan dan masih terdapat gelembung namun lama kelamaan bagian bawah tidak terdapat lagi gelembung melainkan bagian atas berbentuk gelembung saat terakhir,larutan telah membentuk lapisan

4.Gumpalan lemak pada bagian atas diambil,karena dapat menyumbat corong pisahTerdapat dua lapisan,bagian bawah berwarna kuning kecoklatan,bagian atas berwarna kuning

5.Mengeluarkan bagian bawah dari corong pisah Terdapat satu warna larutan yaitu metal ester

6.Metil ester + Aquadest dipanaskan pada suhu 60% selama 10 menit setelah itu memasukan ke dalam corong pisahTerdapat dua lapisan,lapisan atas berupa metil ester berwarna kuning,sedangkan lapisan bawah berupa yield berupa putih keruh

7.Metil ester dengan yield dipisahkan Didapatkan volume yield lebih sedikit dibandingkan volume metil ester yaitu 75 ml dan volume metil ester yaitu 135 ml

VI. DATA PERHITUNGANMetil Ester Komponen minyak : Trigliserida Gliserida Gliserol Asam Lemak Bebas (ALB)

Berat NaOH = 1 gram Volume Metanol = 41 ml Volume Minyak = 200 ml Volume Metil Ester = 135 ml

Literatur Trigliserida (C57H106O6) Trigliserida = 0,915 gr/ml BM Trigliserida = 831,6 gr/mol % Trigliserida = 96% Metanol ( CH3OH) BM Metanol = 32,04 gr/mol Metanol = 0,7916 gr/ml

Berdasarkan TeoriVolume Trigliserida = % Trigliserida x Volume Minyak = 96% x 200 ml = 192 ml Mol Metanol n = == 1,013 molMassa = Trigliserida x Volume Minyak= 0,915 gr/ml x 192 ml =175,68 gr mol Trigliserida = = = 0,2062 molReaksi :C57H106O6 + 3 CH3OH 3C19H37O2 + C3H3(OH)3Mula-mula : 0,2062 mol 1,013 mol - -Bereaksi : 0,2062 mol 0,6186 mol 0,6186 mol 0,2062 mol Sisa : -0,3944 mol 0,6186 mol 0,2062 mol BM : 851,6 gr/mol 32,04 gr/mol 285,2 gr/mol 92 gr/mol Massa : - 12,63 gr 176,42 gr 18,97 gr

Tabel Neraca Massa Teori SenyawaBMInputOutput

MolMassaMolMassa

C57H106O6851,6 gr/mol0,2062 mol175,59 gr--

CH3OH32,04 gr/mol1,013 mol32,45 gr0,3944 mol12,63 gr

C19H37O2285,2 gr/mol--0,6186 mol176,42 gr

C3H3(OH)392 gr/mol--0,2062 mol18,91gr

Jumlah1,2192 mol208,04 gr1,2192 mol208 gr

% Konversi = = = 50,73

% Yield = = = 84,79

Berdasarkan PraktikumMassa Metil ester = metil ester x Volume metil ester = 0,8848 gr/ml x 135 ml = 119,448 gr

Mol Metil ester = = = 0,418 molMassa Trigliserida = Trigliserida x Volume Minyak= 0,915 gr/ml x 192 ml = 175,68 gr

Mol Trigliserida = = = 0,2062 mol

Reaksi :C57H106O6 + 3 CH3OH 3C19H37O2 + C3H3(OH)3Mula-mula : 0,2062 mol 1,013 mol - -Bereaksi : 0,1393 mol 0,418 mol 0,418 mol 0,1393 mol Sisa : 0,0669 mol0,595 mol 0,418mol 0,1393 mol BM : 851,6 gr/mol 32,04 gr/mol 285,2 gr/mol 92 gr/mol Massa : 56,97 gr19,03 gr 119,21 gr 12,81 gr

Tabel Neraca Massa Teori SenyawaBMInputOutput

MolMassaMolMassa

C57H106O6851,6 gr/mol0,2062 mol175,59 gr--

CH3OH32,04 gr/mol1,013 mol32,45 gr0,595 mol14,03 gr

C19H37O2285,2 gr/mol--0,418 mol119,21 gr

C3H3(OH)392 gr/mol--0,1393 mol16,81gr

Jumlah1,2192 mol208,04 gr1,1523 mol150,05 gr

% Konversi = = = 34,2

% Yield = = = 52,3

% Kesalahan Konversi = x 100= x 100= 32,58

% Kesalahan Konversi = x 100= x 100= 32,42

VII. ANALISA DATAPada Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan metil ester dimana metil ester ini merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari asam lemak dengan metanol. Disini minyak yang digunakan adalah minyak baru bukan minyak jelantah. Pada saat pembuatan metil ester. Suhu serta pengadukan yang konstan sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya percobaan. Disini setelah natrium hidroksida dimasukkan kedalam minyak yang telah dipanaskan terbentuk lapisan pada larutan.Pencampuran ini dilakukan selama 45 menit dengan suhu mencapai 55oC dengan kecepatan berkisar 75-150 rpm. Kemudian setelah lapisan bawah dibuang,metil ester yang telah didapat ditambahkan aquadest yang bersuhu 60oC sehingga membentuk dua lapisan yaitu lapisan atas berupa metil ester berwarna kuning dan bagian bawah berupa yield berwarna putih kekuningan.Pada saat pengadukan digunakan stirer berfungsi mengaduk bagian dasar cairan saja,sehingga pencampuran terjadi secara tidak sempurna dan terdapat dua lapisan yang terpisah. Semakin banyak CPO yang terkandung dalam minyak,maka semakin banyak pula lemak yang didapat. Lemak tersebut berwarna coklat dan bergumpal. Sedangkan metil ester yang didapat adalah berwarna kuning. Jika larutan berwarna putih seperti susu kedelai itu berarti terjadi kesalahan pada saat pengadukan,yaitu pengadukannya terjadi secara sempurna sehingga larutan yang diinginkan tidak terpenuhi.

VIII. PERTANYAAN1. Tulis teori (pustaka) yang terkait dengan pembuatan metil ester!2. Buat tabel pengamatan setiap tahapan percobaan!3. Tuliskan mekanisme percobaan ini!4. Terangkan prinsip reaksi transesterifikasi!5. Mengapa dilakukan pada 75-150rpm? Apa yang terjadi jika pengadukan lebih dari 150rpm?6. Mengapa harus dilakukan pemurnian dengan air panas?7. Apa kegunaan metil ester?8. Tuliskan beberapa parameter fisika kimia biodiesel!9. Dengan krisis energi yang sekarang ini, apa saja yang dapat dibuat biodiesel? Jelaskan!JAWABAN1. TERLAMPIR2. TERLAMPIR3. Reaksi yang terjadi

4. Prinsip transesterifikasi adalah mengeluarkan gliserin dari minyak jelantah dan mereaksikannya (ALBnya) dengan alkohol (metanol).5. Karena 75-150rpm merupakan standar dalam pengadukan maka apabila pengadukan melebihi 150rpm akan menyebabkan reaksi semakin cepat dan konstanta reaksi semakin besar.6. Karena didalam metil ester yang telah dibuat pasti masih ada H2O-nya sehingga air panas dapat mengikat kadar air dan jika air panas dibuang diharapkan tidak ada H2O lagi yang tersisa di dalam metil ester.7. Keunggulan metil ester:a. Sebagai bahan bakar diesel pengganti solar yang lebih murahb. Bahan bakar mesin dieselc. Senyawa metil ester dapat digunakan sebagai zat tambahan pada suatu formula kosmetika salah satu contohnya capiyus triglycende/8. Parameter fisika kimia biodiesel, yaitu:a. Kekentalan (St)/viskositasb. Kadar air c. Densitas d. Kadar ALB9. Biodiesel untuk membantu mengurangi krisis energi:a. Kemirib. Minyak jelantahc. Biji jarakd. Bioetanol yang dibuat dari bahan-bahan bergula seperti singkong, tetes tebu, ubi jalare. Minyak nabati seperti jarak pagar, kapukf. Biogas yang memanfaatkan sampah dan kotoran hewan

IX. KESIMPULANDari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:1. Metil ester adalah monoalkil ester dari asam-asam lemak rantai panjang yang terkandung dalam minyak nabati atau lemak hewani untuk digunakan sebagai alternatif yang tepat untuk bahan baka mesin diesel.2. Transesterifikasi (alkoholisis) adalah tahap konversi dari trugliserida menjadi alkil ester melalui reaksi dengan alkohol dengan produk samping gliserol.3. Esterifikasi adalah tahap koncersi dari asam lemak bebas menjadi ester dan juga tahap yang mereaksikan lemak dengan alkohol, misalnya metanol dan etanol..4. Dari hasil percobaan, data yang didapatkan:Berdasarkan Teori : % Konversi = 50,73% Yield = 84,79Berdasarkan Praktikum :% Konversi = 34,2% Yield = 52,3% Kesalahan Konversi = 32,58% Kesalahan Konversi = 32,425. Proses pengadukan dan temperatur mempengaruhi hasil penyaringan. Pengadukan menggunakan stirrer lebih baik daripada pengadukan biasa dikarenakan konstan, pengadukan manual dapat menyebabkan bersatunya larutan dan terjadinya penyabunan(emulsi) akibat terlalu lambat atau terlalu cepat dengan pengadukan yang tidak konstan.

DAFTAR PUSTAKAJobsheet Satuan Proses, Pembuatan Metil Ester; 2012-2013. Politeknik Negeri Sriwijaya.www.google.com/pembuatan-metil-ester/

GAMBAR ALATKaca ArlojiSpatula Termometer Labu PiknometerPipet TetesBola Karet/Hisap Pipet Ukur Mortar/Penumbuk Porselen

Gelas UkurStopwatch Hot Plate Gelas Kimia Viskometer HopplerBola BebanCorong Pisah StirrerStatif dan KlemNeraca Analitis