2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

40

description

Buletin Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Transcript of 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

Page 1: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim
Page 2: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

Pembina & Penanggung Jawab: Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Pengarah/Editor: Manerep Siregar, S.P., M.Si

Pimpinan Redaksi: Astriet Y. Manangkoda, S.IK

Staff Redaksi: Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si., Rini Purwanti, S.Si., Muhibuddin Danan Jaya, A.Md

Layout : Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si

Desain Cover : Muhibbuddin Danan Jaya, A.Md

Sumber Gambar : Dokumentasi ©TNTC

Buletin Tritonis (Tanggap, Realistis, Informatif

dan inspiratif)

Merupakan media informasi dan komunikasi konservasi untuk menyebarluaskan informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara umum, pengelolaan-pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta pengembangan kawasan konservasi Taman Nasion-al Teluk Cenderawasih.

Alamat Redaksi Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih Jln. Essau Sesa-Sowi Gunung Manokwari-Papua Barat Telp : (0986)212303 Fax : (0986)214719 E-mail : [email protected]

B u l e t i n t r i t o n i s ,

B a l a i B e s a r T a m a n N a s i o n a l

T e l u k C e n d e r a w a s i h

S u r a t d a r i R e d a k s i

Dalam melakukan pengelolaan kawasan konservasi, perlu

adanya upaya serius dan didukung dengan kegiatan sosial-

isasi kepada stakeholder terkait, sehingga bisa meminimalisir

miss komunikasi dan miss persepsi tentang pengelolaan ka-

wasan TNTC antara pihak pengelola kawasan dengan stake-

holder terkait sebagaimana yang dilakukan pada bulan Juni

yang lalu di Swissbel Hotel Manokwari.

Pada bulan Agustus, Bangsa Indonesia merayakan HUT Ke-

merdekaan RI yang ke-66. Semoga dengan semangat para

pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa,

kita bisa meneladaninya. Semangat para pahlawan ini bisa

kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya da-

lam menunaikan tugas baik di kantor maupun di lapangan.

Pada bulan Agustus umat muslim merayakan Hari Raya Idul

Fitri 1433 H setelah menunaikan Ibadah puasa di bulan Ram-

adhan selama satu bulan penuh. Di tengah menunaikan iba-

dah puasa, kita dituntut untuk tetap semangat dalam

melaksanakan tugas yang diemban.

Dengan semangat kemerdekaan dan ramadhan yang selaras

dengan semangat rimbawan, kita bertekad untuk

mewujudkan visi Kementerian Kehutanan, yaitu Hutan Lestari

untuk Kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan men-

dorong kita untuk tetap maju dalam menatap masa depan

bangsa.

Semoga sajian pada Edisi II Buletin Tritonis ini, berkaitan hasil

hutan bukan kayu ini bisa bermanfaat bagi sidang pembaca

semua.

Liputan

Ekspedisi Gurano Bintang

Upaya Peningkatan Ketrampilan

Masyarakat Kawasan TNTC Melalui

Training Pengelolaan Hasil Laut di

Kampung Napan Yaur

Sosialisasi Pengelolaan Taman Na-

sional Teluk Cenderawasih di Papua

Barat

03

Artikel

Potensi Pohon Mangrove Sebagai

Bahan Pangan dan Obat Alternatif

Bambu sebagai Alternatif Produksi

Hasil Hutan Provinsi Papua Barat

Sutera Sebagai Produk Hasil Budi-

daya yang Cukup Menjanjikan

Sukun Sebagai Bahan Pangan Alter-

natif

Sagu yang Mulai Terlupakan

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Untuk Kesejahteraan Masyarakat

Berkeadilan

Pinang Penyambung Kata

10

Serba-serbi

Akal, hati dan Kesombongan Manusia 37

Berita Gambar 20 Kabar Kawasan

Inventarisasi & Identifikasi Jenis

Mangrove di Kampung Yopanggar

Monitoring Habitat Peneluran Penyu

di Pulau Wairundi

29

Biodiversity

Keanekaragaman Jenis Tanaman

Obat di Kampung Iseri, Pulau Rren,

Distrik Yembeki

35

D a f t a r I s i

S U S U N A N R E D A K S I

P a g e 2

Page 3: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

Institute San Diego California, Brent S. Stewart,

Ph.D., J.D. dan konsultasi publik dengan mengambil

tempat di Aula Fakultas Peternakan, Perikanan, dan

ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua (UNIPA).

Diskripsi Hiu Paus

Ikan Whale Shark (Rhincodon typus) atau yang

lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai

Hiu Paus ini merupakan ikan terbesar di dunia.

Masyarakat lokal juga memberikan nama Gurano

Babintang atau Gurano Bintang, karena tipe corak

ikan ini seperti bintang-bintang di langit. Hiu Paus

memiliki masa kematangan seksual pada saat su-

dah mencapai panjang 7 – 10 meter, atau saat

usianya mencapai umur 30 tahun. Whale Shark

merupakan tipe ikan penjelajah dengan wilayah

jelajah bisa lintas benua. Ikan ini biasa dijumpai di

Kenya, Seychelles, Chagos Bank, Maldives, Lak-

shadweep, Donsol Philina, Ningaloo Reef, West Aus-

tralia, dan di perairan Papua.

Makanan Gurano Bintang berupa ikan-ikan kecil

yang berkelompok, plankton maupun telur ikan.

Kecilnya ukuran makanan Hiu Paus ini berbanding

terbalik dengan ukuran tubuhnya yang sangat be-

sar. Cara makan biota laut ini dengan cara menyar-

ing makanan dari air / filter feeder.

Ancaman Gurano Bintang

Dalam kuliah umum Mr. Brent juga memaparkan

bahwa ancaman yang dihadapi oleh Hiu Paus cukup

serius, seperti halnya hiu-hiu lainnya. Ancaman per-

buruan Hiu Paus ini sangat besar, karena maraknya

kegiatan perburuan sirip hiu oleh nelayan-nelayan.

G urano Bintang atau Hiu Paus merupakan

ikan terbesar yang bisa kita temui di lautan.

Hiu Paus atau yang memiliki nama latin

Rhincodon typus ini merupakan tipe ikan yang biasa

bermigrasi dapat kita temui di perairan tropis dan

subtropis hangat, dengan suhu air laut antara 180 -

300C. Di Wilayah perairan Indonesia, Hiu paus ini

dapat kita temui di perairan Sabang, Situbondo,

Bali, Nusa Tenggara, Alor, Flores, Sulawesi Utara,

Maluku dan perairan Papua. Berdasarkan informasi

yang penulis peroleh, untuk wilayah Situbondo ke-

hadiran Gurano Bintang bersifat musiman, se-

dangkan di Perairan Kwatisore, Nabire, Papua, te-

patnya di dalam kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih (TNTC) keberadaan Gurano Bintang

ini dapat kita jumpai setiap hari di bagan ikan miliki

nelayan.

Sebagai tindak lanjut kegiatan pemantauan Hiu

Paus di Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang

sudah dilakukan sejak tahun 2010 kerjasama anta-

ra WWF Indonesia dengan Balai Besar Taman Na-

sional Teluk Cenderawasih, pada tanggal 9 – 16

Juni 2012 dilakukan kegiatan Ekpedisi Gurano Bin-

tang di Perairan Kwatisore, Taman Nasional Teluk

Cenderawsaih. Kegiatan ekpedisi ini merupakan

kerjasama antara Pemerintah Daerah Teluk Wonda-

ma, Pemerintah Daerah Nabire, Universitas Negeri

Papua, Balai Besar Taman Nasional Teluk

Cenderawasih, Coservation International dan WWF

Indonesia. Dan pada tanggal 18 Juni 2012 dilanjut-

kan dengan Kuliah Umum Hiu Paus oleh seorang

ahli Whale Shark dari Hubbs-Sea World Research

P a g e 3 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2

E k s p e d i s i G u r a n o B i n t a n gE k s p e d i s i G u r a n o B i n t a n gE k s p e d i s i G u r a n o B i n t a n g

L I P U T A N

Sebuah upaya pemantauan sang

raksasa penghuni lautan… . Muhibuddin Danan Jaya, A.Md*)

Page 4: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

Paus dilakukan dengan mengambil foto pada sisi

kiri Hiu Paus, tepatnya diatas sirip samping. Cara

menbedakkan antar aindividu hiu paus satu dengan

yang lain dengan melihat pola totol putihnya.

Potensi dan Peluang dan tantangan keberadaan

Gurano Bintang di TNTC

Di beberapa negara, seperti Australia dan Filiphi-

na, keberadaan Hiu Paus secara musiman bisa

menarik kehadiran wisatawan baik domestik mau-

pun maupun wisatawan Internasional. Seperti hal-

nya di Australia, untuk menikmati Hiu paus harus

menggunakan helicopter terlebih dahulu, guna men-

cari posisi keberadaan Hiu Paus, setelah diketahui

posisi koordinat Hiu Paus, kapal yang membawa

wisatawan baru menuju ke titik koordinat yang su-

dah ada, atau Hiu Paus digiring menuju posisi

wisatawan berada. Sedangkan di perairan Kwa-

tisore, keberadaan Hiu Paus yang bisa kita temui

setiap hari, menjadi potensi wisata yang sangat luar

biasa dan menajadi daya tarik tersendiri, karena di

wilayah lain Hiu Paus ini hanya dapat ditemui

musiman.

Keberadaan Hiu Paus di perairan Kwatisore ini

menjadi peluang peningkatan pendapatan masyara-

kat yang berada di sekitar kampung Kwatisore. De-

ngan keberadaan wisatawan yang datang, masyara-

kat bisa menjual jasa yang bisa dinikmati oleh wisa-

tawan. Beberapa jasa yang bisa dijual oleh

masyarakat kepada wisatawan antara lain atraksi

budaya, upacara adat penyambutan tamu maupun

olahan makanan khas masyarakat.

Dengan dilakukan kegiatan ekspedisi Gurano

Bintang ini diharapkan keberadaan Hiu Paus ini

bisa selalu terpantau dan kelestarian di lautan ini

bisa terus terjaga. Supaya bisa selalu dinikmati oleh

anak cucu kita kelak. Selain itu harapannya Hiu

paus akan menjadi ―icon‖ baru sekaligus potensi

Objek Daya Tarik Wisata Alam (OTDWA) baru eco-

tourism campaign yang menjadikan Teluk

Cenderawasih menjadi tujuan wisata utama dengan

minat khusus.

Maraknya perburuan sirip hiu ini disebabkan karena

permintaan yang tinggi terhadap sirip hiu, untuk

bahan baku pembuatan soup sirip hiu yang terkenal

dengan kelezatan rasanya. Funsi sirip hiu paus ini

untuk membantu bermanufer dalam air. Jika Hiu

diambil siripnya, maka tidak bisa hidup lagi.

Ancaman lainnya, beberapa ikan ini sering dite-

mukan terdampar di wilayah pesisir pantai saat me-

lakukan migrasi. Jika tidak segera tertolong, bisa di-

pastikan ikan ini akan mengalami kematian. Be-

berapa bulan yang lalu di temukan dua ikan terdam-

par di pesisir pantai selatan Jawa, tepatnya di wila-

yah bantul, daerah istimewa Jogjakarta. Bahkan

pada tahun 2011 ditemukan Hiu Paus terdampar di

pantai pangandaran, oleh masyarakat ikannya

dipotong dan dagingnya dikonsumsi. Kejadian ikan

terdampar di wilayah pesisir pantai ini salah satu

penyebabnya terjebak di wilayah perairan dangkal

di pesisir pantai pada saat ikan mencari makan

berupa telur-telur ikan hasil pemijahan pada saat

ikan mengalami musim kawin.

Mr Brent memaparkan kegiatan yang dilakukan

selama kegiatan ekspedisi, dari 30 Hiu Paus yang di

tagging, 29 Ikan berkelamin jantan, sedangkan

yang betina hanya ditemui satu ikan saja. Yang jadi

tandatanya besar disini, ikan hiu yang betina di-

mana keberadaannya? Hal ini akan menjadi men-

jadi ancaman serius akan masa depan ikan hiu

paus jika jumlah populasi Hiu paus betina yang

mampu bereproduksi sangat sedikit serta masih

maraknya kegiatan perburuan hiu paus.

Identifikasi Hiu paus

Hiu Paus ini memiliki keunikan yang khas dari

corak tubuhnya. Kulit Hiu Paus memiliki ketebalan

2 mm berwarna abu-abu ini memiliki corak totol-

totol warna putih. Totol-totol pada hiu paus ini men-

jadi semamcam sidik jari pada jari manusia, se-

hingga untuk membedakan individu satu dengan

yang lainnya dapat dilihat dari tipe totol yang di-

milikinya. Salah satu metode pemantauan dan iden-

tifikasi Hiu Paus dikenal dengan istilah Photo ID.

Metode ini meruapkan metode yang paling men-

dasar dan tidak bersifat invasif. Pemantauan Hiu

P a g e 4 B u l e t i n t r i t o n i s

L I P U T A N … .

*)Penyuluh Kehutanan Pelaksana pada BBTNTC

Page 5: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

mampu meningkatkan pendapatan mereka. Dari

keterampilan yang diperoleh, diharapkan

masyarakat mampu mengembangkan dan

menjadikannya sebagai alternatif pendapatan sehar

-hari, disamping sebagai nelayan.

Diharapkan dengan adanya kegiatan Training

Pengelolaan Hasil Laut di Kampung Napan Yaur,

masyarakat kampung Napan Yaur lebih memahami

bentuk lain dari pemanfaatan hasil laut selain

dikonsumsi secara langsung dan selanjutnya

mampu meningkatkan penghasilan mereka dengan

cara menjual hasil laut yang telah diolah.

Peserta kegiatan Training Pengolahan Hasil Laut

di Kampung Napan Yaur ini adalah ibu-ibu, karena

diharapkan keterampilan ini akan lebih mudah

dipraktekan, mengingat ibu-ibu lebih sering berada

di dapur dan diharapkan akan lebih fokus dalam

mempraktekan keterampilan yang didapat.

Diharapkan kemampuan untuk mengolah hasil ikan

tangkapan dapat lebih bervariasi dan memberikan

alternatif penghasilan. Pada umumnya ibu-ibu di

kampung ini sehari-hari hanya membantu suami

mereka yang merupakan nelayan, terkadang

mereka ikut suami mereka ke kota untuk menjual

hasil tangkapan.

W ilayah Kampung Napan Yaur yang terletak

di Kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih, tepatnya pada Seksi

Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II

Yeretuar, Bidang Pengelolaan Taman Nasional

(BPTN) Wilayah I Nabire, memiliki kawasan yang

cukup baik dilihat dari segi keaktifan

masyarakatnya. Masyarakat kampung Napan Yaur

sangat antusias dalam upaya pengelolaan Taman

Nasional Teluk Cenderawasih. Selain itu di

kampung ini juga terdapat Pondok kerja SPTN

Wilayah II Yeretuar dan Field Station WWF.

Masyarakat Napan Yaur sebagian besar memiliki

pekerjaan sebagai nelayan. Ikan yang didapatkan

hanya dimanfaatkan untuk konsumsi sehari-hari.

Padahal seharusnya masyarakat mampu

memperoleh keuntungan dari mengolah lebih lanjut

hasil ikan yang didapat. Masyarakat dapat menjual

hasil tangkapan tersebut yang sebelumnya diolah

terlebih dahulu menjadi berbagai macam produk

ikan yang baru sebelum dijual. Hal ini tentunya akan

menambah nilai jual dari ikan tersebut serta

meningkatkan pendapatan masyarakat.

Peningkatan kapasitas masyarakat Napan Yaur

dalam hal pengolahan hasil laut, diharapkan

U p a y a P e n i n g k a t a n K e t r a m p i l a n

M a s y a r a k a t K a w a s a n T N T C M e l a l u i

T r a i n i n g P e n g e l o l a a n H a s i l l a u t

d i K a m p u n g N a p a n Y a u r

L I P U T A N

Sebuah upaya peningkatan kapasitas

masyarakat sekitar kawasan konservasi Widia Nur Ulfah, S.Pi*)

P a g e 5 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2

Page 6: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

kampung, seperti bumbu dan rempah-rempah agak

sulit diperoleh, kondisi cuaca pada saat pelatihan

pembuatan kerupuk ikan tidak mendukung

dikarenakan mendung dan sedikit gerimis, ada

beberapa masyarakat yang tidak berada di

kampung dikarenakan melakukan perjalanan ke

kota sehingga target peserta yang diharapkan

terpenuhi, mengalami sedikit kendala dalam proses

penyebaran informasi, bahan untuk pelabelan

produk tidak tersedia di kampung dikarenakan

tidak adanya sumber listrik serta peralatan cetak

lainnya, sehingga perlu ke kota untuk membuat

label produk tersebut.

Namun dari beberapa kendala tersebut diatas,

dapat dilihat antusiasme warga masyarakat

kampung Napan Yaur dalam kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh Balai Besar Taman Nasional

Teluk Cenderawasih selaku pengelola kawasan

taman nasional. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

kesadaran masyarakat kampung Napan Yaur sudah

tinggi, sehingga perlu adanya pembinaan seperti

kegiatan training pengolahan hasil laut ini, guna

membantu masyarakat setempat memperoleh

penghasilan lain selain dari penjualan ikan hasil

tangkapan secara langsung.

Kegiatan ini diharapkan memberikan dampak

positif terhadap pertumbuhan perekonomian

kampung, dimana masyarakat yang sudah memiliki

kemampuan untuk mengolah hasil ikan tangkapan

dalam berbagai produk, mampu menjual hasil

Saat dilakukan training ini peserta terlihat

sangat antusias dalam mengikuti seluruh materi

yang diajarkan oleh penyampai materi. Adapun

materi yang disampaikan kepada peserta training

adalah pembuatan kerupuk ikan, pembuatan

pindang ikan serta pembuatan abon ikan. dari hasil

observasi panitia kegiatan ternyata ada peserta

yang baru pertama kali mengetahui abon ikan, oleh

karena itu kegiatan peningkatan kapasitas

masyarakat seperti ini sangatlah membantu dalam

membuka wawasan serta keterampilan bagi

masyarakat. Secara umum, peserta bisa dikatakan

mudah memahami materi yang diberikan.

Kegiatan training pengolahan hasil laut ini

dilaksanakan sebagai salah satu tugas dari Balai

Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih selaku

pengelola kawasan taman nasional, dimana tugas

tersebut adalah meningkatkan kapasitas sumber

daya masyarakat yang tinggal di dalam kawasan

konservasi, sehingga secara tidak langsung akan

mengurangi tekanan dan gangguan di dalam

kawasan oleh karena pemanfaatan yang dilakukan

oleh masyarakat di dalam kawasan. Sehingga

diperoleh kondisi kawasan yang tidak tereksploitasi

secara berlebihan dan tetap terjaganya ekosistem

kawasan.

Saat kegiatan dilaksanakan, ada beberapa

kendala yang dihadapi oleh panitia pelaksana

kegiatan yaitu lokasi kampung yang jauh dari kota

sehingga bahan-bahan sebagian tidak ada di

L I P U T A N … .

Suasana Praktek Pengolahan Hasil Laut

P a g e 6 B u l e t i n t r i t o n i s

Page 7: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

L I P U T A N … .

semangat dan kreativitas masyarakat yang tinggal

disekitar kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih. Kegiatan serupa diharapkan dapat

dilaksanakan di tempat lain dan materi yang

diberikan juga bisa lebih beragam. Diharapkan

masyarakat kampung Napan Yaur dapat diarahkan

untuk menanam sendiri tanaman bumbu untuk

memasak, sehingga memudahkan masyarakat

dalam mendapatkan bumbu masakan. Kegiatan ini

diharapkan bisa berlanjut menjadi skala usaha dan

masyarakat bisa mendapatkan pendapatan dari

usaha tersebut.

− ☼ −

olahan tersebut sehingga memberikan kontribusi

dalam pertambahan pendapatan masyarakat

kampung. Diharapkan kedepan kegiatan-kegiatan

yang bersifat peningkatan kapasitas masyarakat

atau pemberdayaan masyarakat lebih ditingkatkan,

dikarenakan masyarakat adalah ujung tombak

pengelolaan keamanan kawasan sehingga perlu

mendapatkan perhatian yang lebih dari pengelola

kawasan yaitu Balai Besar Taman Nasional Teluk

Cenderawasih.

Kegiatan semacam ini dirasa mampu

meningkatkan wawasan serta mendorong

*)Calon PEH pada Balai Besar TNTC

P a g e 7 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2

*)Calon PEH pada Balai Besar TNTC

Page 8: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

L I P U T A N

Kegiatan Sosialisasi Pengel-

olaan kawasan Taman Nasional

Teluk Cenderawasih dilaksanakan

di Hotel Swiss Bell Manokwari

pada tanggal 21 Juni 2012.

Kegiatan ini mengundang per-

wakilan dari seluruh elemen

masyarakat baik jajaran Muspida

Papua Barat yaitu Bappeda

Provinsi Papua Barat, Bappedalda

Provinsi Papua Barat, Kantor Im-

igrasi Manokwari, Stasiun Karanti-

na Ikan Pengendalian Mutu dan

Hasil Perikanan kelas II Sorong,

Stasiun Karantina Pertanian

Manokwari, Kepala SKPD lingkup

Provinsi Papua Barat dan Kabu-

paten Manokwari, Dinas Pari-

wisata Provinsi Papua, Kelompok

Pecinta Alam Pelita, WWF Indone-

sia, Fakultas Peternakan, Peri-

kanan dan Ilmu Kelautan UNIPA

serta para pengusaha yang berge-

rak dibidang usaha Pariwisata

Alam dan Jasa Perhotelan di ling-

kup Provinsi Papua dan Papua

Barat. Instansi lain yang turut

diundang dalam kegiatan ini

terkait hal perlindungan kawasan

antara lain dari Kesatuan Militer

yaitu Kodim 1703, Manokwari

dan TNI AL Fasharkan serta

Kepolisian Resort Manokwari.

Maksud dari dilaksanakan

kegiatan ini adalah sebagai wa-

dah untuk melakukan koordinasi

dengan berbagai instansi terkait,

dengan harapan memperoleh

Taman Nasional Teluk

Cenderawasih (TNTC) memiliki

kawasan laut yang lebih luas un-

tuk dikelola dibandingkan dengan

kawasan daratannya. Hal ini men-

imbulkan beberapa kendala yang

menghambat jalannya proses

pengelolaan kawasan secara gar-

is besar, contohnya dengan

terbatasnya personil Polisi Kehu-

tanan sebagai petugas perlin-

dungan dan pengawasan kawa-

san dimana kawasan perairan

yang lebih luas dan tidak

dilengkapi dengan perlengkapan

maupun sarana perlindungan

hutan/kawasan TNTC yang me-

madai, dengan demikian dapat

dibayangkan banyaknya pelang-

garan yang akan terjadi di dalam

kawasan. Salah satu upaya tindak

lanjut dari permasalahan tersebut

diatas diantaranya adalah dengan

melakukan kegiatan Sosialisasi

Pengelolaan Kawasan TNTC.

S o s i a l i s a s i P e n g e l o l a a n

T a m a n N a s i o n a l T e l u k

C e n d e r a w a s i h d i P a p u a B a r a t

Pembukaan Acara Sosialisasi

P a g e 8 B u l e t i n t r i t o n i s

Sosialisasi pengelolaan demi pengelolaan yang

lebih terintegrasi dan sinergi… . Kurnianingsih, A.Md*)

Page 9: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

*)Calon Polhut pada BBTNTC

L I P U T A N … .

rah Bidang Pengelolaan Wilayah I

Nabire, wisata Whale Shark. Me-

dia Trans TV pernah meliput

keberadaan Hiu Paus tersebut

dan ditayangkan dalam media

elektronik (Televisi).

Setelah dilakukan pemaparan

dari beberapa pemateri, dibuka

forum Tanya jawab. Dalam sesi ini

terdapat beberapa pertanyaan

dan tanggapan dari peserta so-

sialisasi pengelolaan TNTC. Be-

berapa pertanyaan yang disam-

paikan oleh peserta kegiatan so-

sialisasi pengelolaan TNTC sepu-

tar pengelolaan kawasan antara

lain mengenai dampak langsung

yang dapat dirasakan oleh

masyarakat lokal dengan

keberadaan Taman Nasional Te-

luk Cenderawasih. Ada juga per-

tanyaan mengenai bagaimana

pengelolaan sampah sebagai aki-

bat dari pembuangan kapal-kapal

yang beraktifitas di dalam kawa-

san khususnya bagi keindahan

alam dan kenyamanan masyara-

kat lokal, serta kegiatan pem-

berdayaan masyarakat lokal dan

bagaimana penanganan potensi

wisata dengan adanya Hiu Paus.

Selain pertanyaan-pertanyaan

bersifat membangun yang disam-

paikan oleh para peserta dalam

kegiatan sosialisasi ini, terdapat

juga beberapa masukan dari pe-

serta masukan bagi pengelolaan

TNTC. Beberapa masukan terse-

but antara lain mengenai pengel-

olaan ekowisata yang saat ini

sedang ramai diperbincangkan

yaitu wisata bersama Hiu Paus

(Whale Shark). Dalam hal ini

pengelolaan wisata hiu paus

sebaiknya dapat berjalan seiring

dengan kegiatan pemberdayaan

masyarakat lokal, dengan

demikian dapat meningkatkan

pendapatan bagi masyarakat ter-

sebut dan menimbulkan rasa

kepemilikan yang tinggi sehingga

meningkatkan kesadaran untuk

memelihara daerahnya secara

baik dan bijaksana.

Dengan dilaksanakannya

kegiatan Sosialisasi Pengelolaan

Kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih di Papua Barat ini,

peserta mengetahui dengan jelas

program kerja BBTNTC serta

pihak BBTNTC mendapatkan ma-

sukan untuk meningkatkan upaya

pengelolaan kawasan TNTC ke

arah yang lebih baik serta

mensinergikan program kerjanya

dengan program kerja para Stake-

holders yang memiliki kepent-

ingan dengan kawasan TNTC.

− ☼ −

kesamaan persepsi mengenai

pegelolaan TNTC secara jelas dan

menyeluruh antara seluruh

pemangku kepentingan yang

langsung dan tidak langsung terli-

bat dalam pengelolaan kawasan,

sehingga diperoleh arah ke-

bijakan pengelolaan kedepan

yang lebih baik dan terintegrasi

serta terkoordinasi dengan baik

oleh masing-masing institusi yang

terlibat di dalamnya.

Tujuan dilaksanakannya

kegiatan ini antara lain mem-

berikan penjelasan megenai

rencana pengelolaan taman na-

sional kepada para stakeholders,

mendapatkan masukan berupa

saran yang membangun dari para

stakeholders untuk pengelolaan

yang lebih baik.

Materi yang diberikan dalam

kegiatan sosialisasi Pengelolaan

Taman Nasional Teluk

Cenderawasih antara lain

mengenai Kementerian Kehu-

tanan, Pengelolaan TNTC dan

rencana kerja jangka pendek dan

jangka panjang, Perlindungan dan

pengamanan kawasan, permasa-

lahan yang dihadapi dan

bagaimana cara penanganani

masalah tersebut, potensi kawa-

san dan pemaparan Program

WWF dalam mendukung optimal-

isasi Pengelilaan TNTC. Adapun

potensi TNTC yang sedang

berkembang pesat saat ini adalah

bidang wisata. Khususnya di dae-

P a g e 9 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2

Suasana Penyampaian Materi dan Diskusi

Page 10: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

A R T I K E L

butkan bahwa keunggulan HHBK dibandingkan den-

gan hasil kayu adalah :

Pemanfaatan HHBK tidak menimbulkan keru-

sakan yang besar terhadap hutan dibandingkan

dengan pemanfaatan kayu. Karena pemanenannya

tidak dilakukan dengan menebang pohon, tetapi

dengan penyadapan, pemetikan, pemangkasan, pe-

mungutan, perabutan dll

Beberapa HHBK memiliki nilai ekonomi yang be-

sar per satuan volume (contohnya, nilai jual gaharu

per kg ataupun per cm3 sangat besar). Peman-

faatan HHBK dilakukan oleh masyarakat secara

luas dan membutuhkan modal kecil sampai mene-

ngah. Dengan demikian pemanfaatannya dapat me-

ningkatkan kesejahteraan masyarakat dan usaha

pemanfaatannya dapat dilakukan oleh banyak ka-

langan masyarakat. Teknologi yang digunakan un-

tuk memanfaatkan dan mengolah HHBK adalah

teknologi sederhana sampai menengah.

Bagian yang dimanfaatkan adalah daun, kulit,

getah, bunga, biji, kayu, batang, buah dan akar

cabutan. Dengan demikian pemanfaatan HHBK ti-

S ejauh ini kebanyakan hasil hutan yang di-

manfaatkan adalah kayu. Bahkan sering kita

mendengar berita hutan di berbagai daerah

di Indonesia mengalami degradasi. Isu global warm-

ing menjadi berita terpanas beberapa tahun tera-

khir. Itu adalah salah satu dampak buruk dari pem-

anfaatan hutan (kayu) yang tidak bertanggung ja-

wab. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menga-

tasinya. Dari mulai menanam pohon yang pro-

gramnya juga menjadi salah satu program primado-

na di Kementerian Kehutanan, hingga REDD

(Reducing Emission from Deforestation and Forest

Degradation) dimana banyak negara maju dan

berkembang yang terlibat di dalamnya. Selain itu

juga kini banyak terdengar pemanfaatan Hasil Hu-

tan Bukan Kayu (HHBK) yang tentunya mengurangi

dampak buruk dari pemanfaatan kayu hutan serta

pada beberapa contoh, juga bisa dimanfaatkan un-

tuk bahan pangan alternatif.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dalam peman-

faatannya memiliki keunggulan dibanding hasil

kayu, sehingga HHBK memiliki prospek yang besar

dalam pengembangannya. Sudarmalik et.al. menye-

P o t e n s i P o h o n M a n g r o v e S e b a g a i

B a h a n P a n g a n d a n O b a t A l t e r n a t i f

Sebuah potensi yang perlu dioptimalkan

diversifikasi pemanfaatan …. Widia Nur Ulfah, S.Pi*)

B u l e t i n t r i t o n i s P a g e 1 0

Page 11: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

P a g e 1 1 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2

A R T I K E L … .

Tak dapat dipungkiri bahwa ketahanan pangan

merupakan salah satu isu global yang juga tengah

melanda masyarakat Indonesia. Betapa tidak, sering

kita lihat pada berita di televisi di daerah A,

masyarakatnya memakan nasi ―aking‖ atau nasi

basi yang dikeringkan kemudian ditanak kembali.

Sebetulnya jika kita mau lebih ―kreatif‖, masih ada

sumber pangan lainnya yang masih layak. Bagi se-

bagian besar penduduk yang tinggal di pesisir, ma-

sih banyak bahan-bahan di sekitar lingkungannya

yang bisa dijadikan alternatif bahan pangan, salah

satunya adalah buah mangrove.

Mangrove merupakan vegetasi yang hidup di

daerah pasang surut, berfungsi sebagai penyangga,

fungsi sosial, fungsi ekonomi, fungsi farmasi dan

juga buahnya dapat dijadikan makanan serta mi-

numan segar. Sejauh ini kita mengenal mangrove

berfungsi sebagai penahan arus dan mengurangi

dampak buruk tsunami, namun ternyata pada salah

satu bagian pohon mangrove juga memiliki fungsi

yang tak kalah hebatnya. Fungsi inilah yang mungkin

bagi sebagian orang, masih asing. Bagian ini adalah

buah mangrove.

Buah mangrove ternyata telah diuji kandungan

gizinya sehingga bisa dikatakan layak untuk dikon-

sumsi. Masyarakat pada beberapa daerah telah me-

manfaatkan buah mangrove untuk diolah menjadi

dodol, kue, krupuk, jus, dan bahkan kosmetik. Pe-

manfaatan buah mangrove ini tentunya bisa melatih

dak menimbulkan kerusakan ekosistem hutan.

Walaupun HHBK memiliki keunggulan diban-

dingkan dengan hasil kayu, tetapi pemanfaatan

HHBK belum dilaksanakan secara optimal. Be-

berapa permasalahan yang terkait dengan peman-

faatan HHBK adalah :

1. Belum ada data tentang potensi, sebaran dan

pemanfaatan HHBK baik yang sudah diketahui

maupun yang belum diketahui manfaatnya. Hal

tersebut menyebabkan perencanaan pemanfaa-

tan HHBK tidak dapat dilakukan.

2. Pemanfaatan HHBK hanya terfokus pada HHBK

yang memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga me-

ngancam kelimpahan populasi HHBK.

3. Budidaya HHBK belum seluruhnya diketahui se-

cara pasti. Karena selama ini pemanfaatan

HHBK berasal dari hutan alam dan upaya untuk

melakukan budidaya belum dilakukan. Sehingga

perlu dilakukan upaya mendapatkan teknologi

budidaya HHBK. Pemanfaatan HHBK hanya dil-

akukan secara tradisional. Karena sifatnya tradi-

sional maka kualitas produk masih rendah.

4. Tata niaga HHBK masih banyak yang tersembunyi

dan ketiadaan akses informasi pasar sehingga

tidak memberikan margin pemasaran yang besar

pada petani/pengambil HHBK. Untuk itu perlu

dilakukan analisis pemasaran untuk memberikan

margin pemasaran yang besar bagi petani.

5. Pemerintah kurang memberikan kebijakan yang

bersifat insentif baik pada aspek pemanfaatan

HHBK maupun pengembangannya.

Sementara itu permasalahan yang terkait de-

ngan produk HHBK yang saat ini mendesak untuk

diperhatikan secara serius adalah terjadinya penu-

runan potensi sebagai akibat adanya pemanfaatan

dan belum dikuasainya teknologi budidaya yang te-

pat. Hal ini menyebabkan rendahnya kemampuan

produk HHBK (seperti madu, gaharu, damar, rotan,

jernang, getah merah dll) untuk mensupply kebutuh-

an masyarakat, baik permintaan dari dalam maupun

luar negeri.

Sumber: http://kesematblog.com.

Page 12: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

mengolah bagian pohon mangrove tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://kesematblog.com. Potensi Buah Mangrove

Sebagai Alternatif Sumber Pangan [13 April

2012 15.28 WIT]

http://mbahsangkil.com. Hutan-mangrove-dan-

pemanfaatanya [10 Mei 2012 10.00 WIT]

Purnobasuki, Hery. Potensi Mangrove Sebagai

Tanaman Obat. Universitas Airlangga. Sura-

baya. http://www.irwantoshut.com [10 Mei

2012 12.00 WIT]

Sudarmalik, Y. Rochmayanto, Purnomo. Peranan

Beberapa Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di

Riau dan Sumatera Barat. Prosiding Seminar

Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 199-219

Wibowo, Cahyo, Cecep Kusmana, Ani Suryani, Yekti

Hartati, Poppy Oktadiyani. Pemanfaatan Pohon

Mangrove Api-api (Avicennia spp.) sebagai Ba-

han Pangan dan Obat. Prosiding Seminar Hasil-

Hasil Penelitian IPB 2009. Bogor.

− ☼ −

A R T I K E L … .

P a g e 1 2 B u l e t i n t r i t o n i s

kreatifitas masyarakat dalam mengolahnya. Dari be-

berapa jenis tanaman mangrove, Avicennia spp.

atau disebut juga api-api misalnya sejak beberapa

abad yang lalu dimanfaatkan secara tradisional

oleh masyarakat pesisir di Indonesia sebagai pakan

ternak (daun), sayuran dan makanan (biji/buah),

obat-obatan (getah untuk mencagah kehamilan,

salep dari biji untuk obat cacar/penyembuh luka),

dan abu kayu untuk sabun cuci. Wibowo dkk (2009)

dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa

daun dari Avicennia spp. memiliki kadar protein,

serat dan karbohidrat yang cukup tinggi, sehingga

jenis ini bisa dijadikan alternatif bahan pangan. Pa-

da hasil penelitian yang sama juga menyimpulkan

bahwa senyawa aktif pada berbagai jaringan tana-

man api-api, yaitu alkaloid, flavonid, tannin dan sap-

onin merupakan senyawa potensial yang dapat di-

manfaatkan sebagai bahan baku industri obat-

obatan.

Biji tanaman mangrove juga dilaporkan sesuai

untuk bahan pakan ternak. Untuk kepentingan anal-

gesik (pembiusan), senyawa dari Acanthus illici-

folius, Avicennia marina, dan Excoecarcia agallho-

cha mempunyai khasiat bius namun efektivitasnya

masih sedikit di bawah khasiat morfin. Buah dari

Sonneratia juga dapat diolah menjadi sirup, dodol,

krupuk, jenang bahkan klepon. Khasiatnya sendiri

salah satunya adalah mengandung yodium alami.

Bruguiera gymnorrhiza atau biasa disebut Lindur

dikonsumsi dengan cara mencampurkannya de-

ngan nasi

Selain beberapa produk hasil olahan dari man-

grove diatas, masih banyak lagi manfaat yang bisa

diambil dari tanaman mangrove. Tentunya ek-

splorasi kandungan kimia mangrove sangatlah

penting dilakukan, sehingga selanjutnya informasi

tersebut dapat dimanfaatkan untuk memajukan

ilmu medis ataupun ilmu-ilmu lainnya yang secara

langsung maupun tidak langsung dapat bermanfaat

bagi manusia. Dukungan berbagai pihak termasuk

pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) tentunya sangat diperlukan, mengingat masih

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara

*)Calon PEH pada Balai Besar TNTC

Page 13: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

P a g e 1 3 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2

A R T I K E L

minyak-minyakan, getah), produk berkekuatan (ex:

rotan, bambu) sampai dengan produk budidaya (ex:

lebah madu, sutera alam).

Salah satu jenis dari hasil hutan non kayu ada-

lah bambu. Bambu yang memiliki nama ilmiah Bam-

bosa sp. dan merupakan famili Graminaceae me-

mang sudah lama dikenal oleh masyarakat kita dan

sudah memiliki hubungan keterikatan yang begitu

kuat. Klasifikasi ilmiah bambu dijelaskan sebagai

berikut:

Dari kurang lebih 1.000 spesies bambu dalam

80 genera, sekitar 200 species dari 20 genera

ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield dan Widjaja,

1995), sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar

60 jenis. Di Indonesia, bambu ditemukan di dataran

rendah sampai pegunungan dengan ketinggian

sekitar 300 m dpl. Pada umumnya ditemukan di

tempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari

genangan air.

Kingdom : Plantae

Ordo : Poales

Family : Graminaceae

Genus : Bambuseae

Species : Bambosa sp.

S Salah satu penyokong ekonomi dan pem-

bangunan Indonesia berasal dari sumber

daya hutan. Potensi dan kuantitasnya yang

berlimpah menjadikan hutan sebagai areal ek-

sploitasi tiada henti. Sampai sekarang, banyak

masyarakat yang menganggap bahwa hasil hutan

hanyalah kayu, padahal ada banyak manfaat dan

produk yang bisa diambil dari sana. Namun seiring

dengan perkembangan zaman serta meningkatnya

jumlah manusia, kebutuhan akan kayu semakin

tidak terkendali. Ketimpangan yang semakin jauh

antara suplay dan demand kayu mengakibatkan

dampak negatif bagi kelangsungan hutan di dunia.

Berbagai cara ditempuh agar mampu mengeluarkan

kayu dari hutan baik legal maupun illegal. Oleh

karena itu manusia mulai berfikir kembali untuk

mencari alternatif pengganti dari kebutuhan kayu

yang semakin tinggi. Hasil hutan non kayu

merupakan solusi yang efektif. Namun pada

kenyataannya hasil ini masih dianggap sebagai

hasil sampingan dari hutan. Padahal bila kita mau

melihat potensi dan kuantitasnya, hasil hutan non

kayu tidak kalah dengan produk kayu. Bahkan hasil

hutan non kayu tidak hanya terdiri atas satu jenis

saja (tidak seperti kayu). Tumbuhan ekstraktif (ex:

B a m b u S e b a g a i A l t e r n a t i f P r o d u k s i

H a s i l H u t a n P r o v i n s i P a p u a B a r a t

Bambu dengan potensinya mampu

meningkatkan perekonomian masyarakat…. Imam Setyo Hartanto, S.Hut*)

Page 14: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

P a g e 1 4 B u l e t i n t r i t o n i s

A R T I K E L … .

Industri kerajinan bambu selama ini banyak

berkutat di Pulau Jawa sedangkan di Papua,

kerajinan ini masih sangat jarang ditemui, padahal

Provinsi Papua Barat memiliki potensi tanaman

bambu yang cukup banyak dan bervariasi.

Walaupun belum banyak penelitian mengenai

bambu di Papua Barat, namun secara kasat mata

dapat kita lihat banyaknya jumlah dan jenis bambu

sepanjang jalan trans Papua. Menurut penelitian

dari Susanto Iwan dkk. (2000) dijelaskan bahwa

sepanjang daerah Amban Pantai-Kabupaten

Manokwari saja ada 6 (enam) jenis tanaman bambu

antara lain: Schizotacchyum brachycladum Kurz.,

Schizotacchyum zollingeri Steeud. Bambosa

forbessii dan Phyllostacchys aurea. Ekspansi

industri di Provinsi Papua Barat bisa menjadi salah

satu alternatif solusi dalam peningkatan produk

bambu dalam negeri. Dengan kegiatan

pengembangan skill dan kewirausahaan produk,

diharapkan pulau Papua bisa menjadi salah satu

supliyer produk kerajinan bambu dalam negeri.

Selain itu bambu seharusnya bisa menjadi alternatif

kerajinan masyarakat asli Papua. Ukir-ukiran khas

Papua bisa menggunakan bahan dasar bambu

sebagai alternatif bahan dasar selain kayu. Bambu

juga bisa dijadikan pengganti bahan konstruksi

perumahan.

Tentu saja hal ini tidaklah mudah, sebab

masyarakat asli pun belum banyak menggarap dan

memanfaatkan jenis tanaman ini. Namun hal

pertama yang seyogyanya dilakukan adalah

membangun jiwa kewirausahaan masyarakat Papua

Barat sebab dengan potensi sumber daya alam

(termasuk bambu) yang melimpah maka sungguh

sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan

seoptimal mungkin. Langkah selanjutnya yang perlu

dilakukan adalah mengenalkan jenis tanaman

bambu kepada masyarakat Papua. Tidak sekedar

aspek ekonomi, akan tetapi juga perlu dijelaskan

benefit secara ekologi dan lingkungan. Bambu juga

diketahui mampu melakukan laju fotosintesis 35%

lebih cepat dibandingkan dengan jenis pohon

lainnya. Sehingga kandungan oksigen (O2) yang

dihasilkan tanaman bambu lebih banyak dan lebih

cepat dari tanaman yang lain. Selain itu, daya serap

air tanaman bambu yang mencapai 90% sangat

berperan dalam sistem hidrologi dan mencegah

erosi.

Bambu merupakan salah satu tanaman yang

memiliki kemampuan bertahan yang tinggi. Selain

bisa bertahan dalam suhu yang tinggi dan ekstrim,

bambu juga diketahui termasuk ke dalam jenis

tanaman yang cepat tumbuh. Tinggi tanaman bam-

bu berkisar antara 15-20 meter dan tinggi maksi-

mal dapat dicapai pada usia 5-6 tahun. Pertum-

buhan tinggi bambu muda antara 10-30 cm per hari

bahkan bambu Tulda bisa mencapai 70 cm per hari.

Pertumbuhan batang bambu dalam rumpun antara

5-20 batang per tahun (Asep, 2012). Bambu bisa

digunakan sebagai dinding rumah, tiang penyangga

bahkan atap. Namun belum banyak orang yang

mampu mengolah bambu lebih lanjut.

Produk bambu dari hasil industri kecil yang beru-

pa bahan kerajinan dapat memberi sokongan signif-

ikan terhadap kehidupan ekonomi masyarakat. An-

yaman, pernak-pernik, mainan anak-anak merupa-

kan produk kerajinan bambu yang sering kita temui.

Sebagai bahan kerajinan, bambu sama dengan

kayu karena merupakan bahan mentah yang peka

terhadap pengaruh luar baik yang bersifat fisis,

kimiawi, maupun biologis. Bahan pengawet dan

pemantap dan perekat sering digunakan dalam

pembuatan barang kerajinan kayu dan bambu.

Pada dasarnya pangsa pasar industri kerajinan

bambu ini cukup luas (termasuk di luar negeri),

namun akibat jumlah industri, SDM dan modal yang

terbatas, kita belum bisa melakukan ekspansi di

luar negeri.

Page 15: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

*)PEH Ahli pada BPTN Wilayah IIII Ransiki

Saat masyarakat mulai mengenal, menyukai dan

mengembangkan tanaman ini, maka akan sangat

mungkin Provinsi Papua Barat bisa menjadi

kawasan industri kerajinan bambu alternatif. Selain

bisa meningkatkan produk pasar kerajinan bambu

nasional, hal ini juga akan berimbas pada

peningkatan ekonomi masyarakat Papua sendiri.

Harapannya dengan memperbanyak diversifikasi

industri dan produk bambu maka kita akan bisa

menguasai pangsa pasar duni yang selama ini

didominasi oleh negara Cina.

Daftar Pustaka

Nia K., Asep, 2012. Bambu Alternatif Restorasi

Merapi. Buletin Konservasi Alam I:22-24.

Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan

dan Hutan Lindung-Kementerian Kehu-

tanan. Jakarta.

Tim Penyusun. 2000. Buletin Penelitian Botani

―Beccariana‖ Vol 2 Nomor 1, Mei 2000:

Jenis-jenis Bambu di Daerah Amban Pantai

Kabupaten Manokwari. Herbarium

Manokwariense, Pusat Penelitian Keane-

karagaman Hayati UNIPA. Manokwari.

P a g e 1 5 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2

A R T I K E L … .

Page 16: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

A R T I K E L

dari China dengan ciri-ciri:

kokonnya berbentuk bulat dan

berwarna putih kekuningan.

jenis Eropa, berasal dari Eropa

dengan ciri-ciri: kokonnya

berwarna besar,berwarna putih

jenis tropik,ulat sutera dari

daerah tropik denbgan ciri-ciri:

kokon kecil dan berwarna

beraneka ragam.

2. Menurut banyaknya menurunkan

generasi

jenis monovoltine, yaitu ulat

sutera yang kupunya mengalami

penggenerasian (menghasilkan

telur dan menetas menjadi ulat

sutera) sekali dalam setahun.

jenis bivoltine, yaitu jenis yang

mengalami penggenerasian 2 kali

dalam setahun.

jenis poly atau multivoltine, yaitu

jenis yang mengalami

penggenerasian lebih dari 2 kali

dalam satu tahun.

Ulat sutera sendiri dipelihara

dengan daun murbei sebagai

sumber makanannya. Tanaman

murbei dalam bentuk kebun

sebaiknya ditanam di daerah

dengan ketinggian diatas 400m

dari permukaan laut, bersuhu

antara 200C -280C dengan kondisi

tanah yang subur dan cukup

persediaan air. Jenis tanaman

murbei yang sudah dibudidayakan

antara lain Morus alba, Morus

multicaulis, Morus nigra, morus

katayana, Morus echinose, Morus

chahulu, dan Morus kumpei.

Ketersediaan daun murbei harus

cukup secara kontinyu,hal ini untuk

memberikan jaminan bagi

pemeliharaan ulat sutera, biasanya

pembudidaya ulat sutera sekaligus

menanam murbei agar dapat

memberikan ketersediaan pakan

bagi ulat sutera yang dipelihara.

Potensi daun murbei yang

memadai (maksimal) apabila

hasilnya antara 25-35 ton/ha,

termasuk cukup apabila antara 15-

25 ton/ha dan kurang (minimal)

apabila hasilnya kurang dari 15

ton/ha.

Pemeliharaan ulat sutera

Ulat sutera akan mengalami

perubahan kondisi dalam 5 stadia,

S utera merupakan produk

Hasil Hutan Bukan Kayu

(HHBK) yang berasal dari

kegiatan usaha atau budidaya

(pemeliharaan) hewan khususnya

serangga. Usaha ini dapat

dilakukan dengan skala industri

yang dapat menyerap banyak

tenaga kerja. Sutera alam

dihasilkan dari usaha persuteraan

alam yaitu dengan memelihara ulat

sutera dengan memberi makan

daun murbei(Morus sp), sehingga

diperoleh kokon sebagai sumber

serat atau benang sutera.

Ulat sutera alam ( Bombyx mori

L) yang dipelihara di negara kita

berasal dari Jepang, China,dan

beberapa negara asia tengah. Jenis

-jenis ulat sutera yang sudah

dikenal antara lain :

1. Menurut asalnya

Jenis Jepang,berasal dari Jepang

dengan ciri-ciri antara lain: kupu-

kupunya mampu bertelur banyak,

kokonnya berlekuk dan berwarna

putih.

jenis China,ulat sutera berasal

S u t e r a S e b a g a i P r o d u k H a s i l

B u d i d a y a y a n g C u k u p M e n j a n j i k a n

Doc: Agung Rizal

Topo Budi Dhanarko, S.Pi*) Sebuah potensi yang patut ditengok … .

P a g e 1 6 B u l e t i n t r i t o n i s

Page 17: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

A R T I K E L … .

2. Pengeringan kokon

Pengeringan kokon bertujuan

untuk mematikan pupa,

mengeringkan serat-serat kokon

basah menjadi kering dan serat-

serat tersebut agar terhindar dari

parasit(maggot)

3. Perebusan kokon

Perebusan kokon dalam air

panas suhu 60-1000C dilakukan

pada awal sebelum pemintalan,

dimaksudkan untuk melarutkan zat

serisin yang berada pada bagian

luar serat kokon. Bagian ini kurang

lebih sebanyak 25% dari jumlah

serat kokon. Bagian dalam serat

kokon yang merupakan serat yang

akan diambil dan dipintal tersusun

atas zat fibroin yaitu bagian inti

serat kokon dan merupakan

sumber serat penyusun benang

sutera alam yang akan dihasilkan.

Pengambilan filamen dan

pemintalannya

Pengambilan filamen(ujung

serat) dilakukan dengan bantuan

sikat dari sabut tempurung kelapa

atau sabut ijuk diputar-putar dan

dikenakan pada masing-masing

kokon yang direbus. Satu benang

sutera standar dapat diperoleh

dengan memintal 10-20 buah serat

kokon. Selama proses pemintalan,

jika ada serat kokon yang putus

harus dilakukan penyambungan.

Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi produk benang

sutera :

1. Kualitas kokon;

2. Bentuk,berat,dan ukuran kokon;

3. Panjang serat, reelability dan

daya gulung;

4. Daya tarik dan kelenturan;

5. Jenis alat pintal;

6. Ketrampilan sumber daya

manusia dan manajemen usaha.

yaitu stadia ulat kecil (1, 2, 3) dan

stadia ulat besar (4 dan 5).

Pemeliharaan stadia ulat kecil

dilakukan dalam ruangan semi

laboratorium. Pada ruangan ini

harus bebas dari hama penyakit

yang memungkinkan akan

mematikan ulat-ulat kecil, suhu dan

kelembaban udaranya dikontrol

serta kebutuhan cahaya (lampu

dan sinar matahari) tertentu. Pem-

berian makannya berupa pucuk

daun murbei yang dirajang

diberikan sesuai jadwal.

Pemeliharaan ulat besar

dilakukan dalam barak-barak

pemeliharaan, yaitu ruangan

terlindung yang cukup ventilasi

udaranya dan memungkinkan

adanya pengaturan kebutuhan

cahaya seperlunya. Pengokonan

biasanya dibantu pekerja dengan

menempatkan tiap-tiap ulat sutera

pada satu kotak yang tersedia pada

sasak tetapi dapat pula dibiarkan

mencari tempat pengokonannya

sendiri. Pada kotak ini kemudian

dihasilkan kokon yang dipanen.

Dalam satu kg kokon biasa

terdapat 700-750 buah kokon dan

jika dipintal biasanya menghasilkan

benang seberat 0,1—0,15 kg saja.

Pemintalan benang sutera

Kegiatan pemintalan benang

sutera terlebih dahulu diawali

dengan seleksi kokon, pengeringan,

perebusan dan pemintalan.

1. Seleksi kokon

Kokon yang hendak direbus

terlebih dahulu diseleksi dengan

memperhatikan kondisi kokon yaitu

bersih, besar, putih, dan tidak cacat

serta dibersihkan dari bulu-bulu

luar yang ada.

Kegunaan benang sutera

sendiri adalah sebagai bahan dasar

bagi kain tenun sutera dan

menghasilkan berbagai ragam

ketebalan dan kualitasnya. Kain

sutera dapat dijadikan pakaian

sehari-hari, selendang, batik, pita,

dasi, tas, dan lain-lain.

Dengan melihat produk yang

dihasilkan maka usaha persuteraan

alam hendaknya dikembangkan

dengan menambah areal budidaya

dengan didukung peningkatan

kualitas produksinya dan strategi

pemasaran produk sehingga akan

menghasilkan daya saing baik

ditingkat dalam maupun luar

negeri.

Daftar Pustaka

Kasmudjo,2011.Hasil Hutan Non

kayu. Suatu Pengantar.

Cakrawala Media. Yogyakarta.

− ☼ −

*)Calon PEH pada BPTN

Wilayah II Wasior

Kokon siap pintal

Doc: Agung Rizal

P a g e 1 7 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2

Page 18: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

A R T I K E L

bahwa ternyata bangsa ini belum memiliki skema

yang jelas terkait ketahanan pangan. Produksi ba-

han pangan sampai dengan saat ini belum memiliki

tujuan yang jelas. Pemetaan kebutuhan pasar, ru-

mah tangga dan bahan cadangan belum terpetakan

dengan baik. Jalur distribusi bahan pangan juga

masih semrawut sehingga mudah dimainkan di

pasaran. Lebih ironis lagi adalah para petani kita se-

lalu menjadi korban dengan harga beli bahan pa-

ngan yang relative sangat murah.

Masyarakat kita juga dinilai sangat primordial

terhadap bahan pangan tertentu yaitu beras dan

kedelai. Ketergantungan terhadap kedua bahan

pangan ini menyebabkan mindset bahwa ―kalo ti-

dak makan nasi (beras) berarti belum makan nama-

nya…‖ atau ―kalo tidak ada tempe, berarti belum

ada lauk…‖. Hal-hal seperti inilah yang perlu kita

benahi.

Masyarakat kita perlu disadartahukan bahwa

yang namanya pangan tidak sekedar dua produk

tadi. Sumber karbohidrat tidak hanya didapat dari

beras dan sumber protein tidak sekedar berasal

dari tempe. Mencari bahan pangan alternatif men-

jadi salah satu solusi dalam mengatasi krisis pa-

ngan bahan ini.

Pendahuluan

S ungguh sebuah ironi, bangsa Indonesia yang

memiliki kekayaan alam yang begitu melim-

pah dan luas geografis yang sangat besar

ternyata beberapa tahun terakhir mengalami krisis

pangan. Bangsa yang dulu telah dikenal luas

dengan swasembada pangannya pada dekade 80-

90 an sekarang tengah mengalami keterpurukan di

bidang pangan. Jagung, gula, buah bahkan beras

pun harus kita impor setiap tahunnya guna memen-

uhi kebutuhan masyarakat kita. Berita paling santer

saat ini adalah krisis kedelai yang terjadi di pasar.

Impor kedelai kita yang sangat besar menyebabkan

kita tidak siap menghadapi kelangkaan pasar saat

negara pengekspor (ex: Amerika Serikat dan Brazil)

mengalami penurunan produksi atau bahkan gagal

panen. Hal ini menyebabkan harga kedelai di pasa-

ran meroket tajam, bahkan beberapa pengrajin ta-

hu-tempe terpaksa gulung tikar karena tidak mam-

pu menanggung cost yang dikeluarkan untuk bahan

baku tersebut. Inilah kenyataan pahit yang harus

diterima bangsa Indonesia.

Diversifikasi Produk Pangan

Kondisi di atas telah menyadarkan banyak pihak

S u k u n S e b a g a i B a h a n P a n g a n

A l t e r n a t i f

Diversifikasi bahan pangan menjadi

sebuah alternatif mengatasi krisis

pangan… . Imam Setyo Hartanto, S.Hut*)

P a g e 1 8 B u l e t i n t r i t o n i s

Page 19: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

A R T I K E L … .

sukun tumbuh optimal pada ketinggian 0 m – 400

m dpl, dengan tanah alluvial yang kaya humus. Cu-

rah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman

sukun adalah 1500 mm – 2500 mm/th dengan

kelembaban 70% - 90%. Tanaman sukun tumbuh

baik di tempat yang lembab panas, dengan temper-

atur antara 15 - 38°C.

Tanaman sukun mulai berbuah pada umur 4 ta-

hun, tetapi pada lingkungan yang sesuai seringkali

berbuah pada umur 3 tahun. Satu batang pohon su-

kun dapat menghasilkan 50 – 100 buah setiap

panen atau 100 kg – 150 kg (rata-rata berat buah

berkisar 1,5 kg- 2 kg). Buah sukun berbentuk lon-

jong, berkulit hijau dan kekuning-kuningan, dengan

daging buah putih krem, karbohidrat tinggi dan

setelah masak bertekstur padat, lunak dengan rasa

gurih manis. Sukun juga dikenal sebagai tanaman

serbaguna sebab selain buahnya digunakan seba-

gai bahan makanan berkarbohidrat tinggi, setiap

bagian tanaman sukun juga memiliki manfaat yang

beragam. Kayu tanaman sukun bisa digunakan se-

bagai bahan bangunan, meubel dan peralatan ru-

mah tangga lainnya, serat kayu ranting dan tanam-

an sukun muda bisa digunakan sebagai bahan ma-

terial serta pakaian bahkan getah, daun dan bun-

ganya dapat digunakan sebagai bahan obat.

Menurut Maruhum (1991) dalam Setiadi (2006),

pada daerah tertentu sukun dapat digunakan seba-

gai alternatif pangan dimana pada bulan Januari-

Pebruari dan September-Oktober sering terjadi

musim panceklik padi. Selain itu mengingat vitamin

yang terkandung di dalamnya, buah sukun sangat

cocok sebagai makanan pengganti, selain ubi jalar,

singkong, maupun talas. Dalam setiap 100 gram

buah sukun terkandung air (65 gr – 85 gr), protein

(1,2 gr – 1,4 gr), lemak (0,2 gr – 0, 5 gr) serta kar-

bohidrat (21,5 gr – 31,7 gr) dan juga terdapat kan-

dungan kalsium (18 mg – 32 mg), phosphor (52 mg

– 88 mg), zat besi (0,4 mg – 1,5 mg) dan vitamin A

(26-40 IU) (FAO, 1972).

Diversifikasi Lahan Pangan

Selain itu kita juga bisa melakukan diversifikasi

lahan pangan. Jika pemerintah Indonesia jeli maka

ada banyak sekali lahan yang bisa digunakan untuk

produksi pertanian. Lahan kosong, lahan tidur, la-

han tidak produktif dan berbagai jenis lahan lainnya

masih memiliki potensi besar untuk dapat ditanami

jenis produk pertanian. Ribuan bahkan jutaan lahan

tak bertuan dapat dipakai untuk ditanami tanaman

pangan.

Pengembangan produk pertanian yang berkutat

di Pulau Jawa perlu dicarikan alternatif lain, antara

lain: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

Pun tidak melulu dengan jenis produk pertanian

yang sama. Sebagai contoh Papua dijadikan sentra

produksi sagu di Indonesia yang didukung oleh fasi-

litas (sarana-prasarana), pemasaran dan adver-

tising. Pulau Sumatera bisa dijadikan sentra beras

kedua setelah Jawa atau pengembangan jenis pro-

duk lainnya seperti kedelai dan kacang-kacangan.

Namun ini semua tidak akan berhasil tanpa

dukungan dari semua pihak (pemerintah, industri

dan masyarakat).

Tanaman Sukun Sebagai Pengganti Beras

Seperti yang sudah diuraikan di awal bahwa

masyarakat kita masih cenderung primordial terha-

dap bahan makanan terutama beras sebagai sum-

ber karbohidrat utama. Padahal banyak sekali jenis

tanaman lain yang bisa dikembangkan sebagai ba-

han pangan alternatif.

Tidak perlu jauh mencari ke dalam hutan atau

daerah terpencil, di sekitar pekarangan rumah kita

banyak dijumpai tanaman pangan yang bisa tum-

buh secara alami. Salah satu tanaman pekarangan

yang sudah dikenal luas oleh masyarakat kita ada-

lah sukun. Sukun yang dikenal dengan beberapa

nama ilmiah, yaitu: Artocarpus communis Forst,

Artocarpus incisa Linn, atau Artocarpus altilis.

Sukun masuk kedalam jenis tanaman dari family

Moraceae.

Sukun dapat tumbuh hampir disemua tipe lahan

dan jenis tanah di Indonesia mulai dari tepi pantai

sampai ketinggian 700 m dpl. Namun secara umum

P a g e 1 9 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2

Page 20: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

B E R I T A G A M B A R

P a g e 2 0 B u l e t i n t r i t o n i s

Page 21: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

P a g e 2 1 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2

B E R I T A G A M B A R

Page 22: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

han pangan alternatif, industri perlu mendukung

sarana-prasarana pengembangan produk olahan

sukun dan masyarakat pun perlu melakukan diver-

sifikasi produk makanan melalui tanaman sukun,

bahkan jika perlu membudidayakan sukun di seki-

tar pekarangannya. Jika ini bisa berjalan simultan

dan kontinu dapat dipastikan bahwa swasembada

bahan pangan negara kita akan bisa diwujudkan.

Daftar Pustaka

Irwanto. 2006. Pengembangan Tanaman Sukun.

http://www.irwantoshut.com, diunduh pada 19

Juli 2012.

Setiadi, Dedi., dkk. 2006. Sukun Komoditi Pangan

Alternatif Hutan Kemasyarakatan. Pusat Lit-

bang Hutan Tanaman

− ☼ −

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai gizi

tepung sukun tidak kalah dengan bahan pangan

lainnya bahkan cenderung lebih unggul. Tanaman

sukun mampu berbuah secara kontinu dan tidak

terpengaruh oleh curah hujan. Selain relatif cepat

dalam menghasilkan buah, tanaman sukun juga

mudah dibudidayakan. Oleh karena itu sukun mem-

punyai prospek yang sangat baik sebagai bahan

pangan pengganti beras.

Di samping itu produk hasil olahan langsung dari

buah sukun segar juga sangat beragam di masyara-

kat kita misalnya keripik sukun, apem sukun, bolu

cup sukun, getuk sukun, kroket sukun, prol sukun

dan sebagainya. Bahkan beberapa penelitian maha-

siswa terbaru telah mampu menciptakan nasi ber-

bahan dasar sukun yang cepat masak dengan for-

mulasi nasi 50% tepung sukun dan 50% tepung

beras. Tentu hal ini menjadi arah positif bagi

pengembangan jenis tanaman sukun.

Penutup

Selama ini tanaman sukun belum banyak dikem-

bangkan apalagi dijadikan produk pangan utama

oleh pemerintah. Bahkan kecenderungannya

tanaman sukun semakin tersingkirkan sehingga

kuantitas (jumlahnya) semakin tahun semakin tu-

run. Padahal dengan nilai gizi yang begitu tinggi

maka tanaman ini patut dijadikan produk utama

pengganti beras.

Adalah tugas seluruh elemen bangsa menjadi-

kan bahan pangan ini kuat sehingga kita tidak perlu

lagi krisis pangan. Pemerintah bertugas mengem-

bangkan dan mempromosikan sukun sebagai ba-

A R T I K E L … .

*)PEH Ahli pada BPTN Wilayah III Ransiki

Jenis Bahan Pangan

Energi (kal)

Protein (gr)

Lemak (gr)

Karbohid-rat (gr)

Tepung Sukun 302 3,6 0,8 78,9

Buah Sukun Tua

108 1,3 0,3 28,2

Beras 360 6,8 0,7 78,9

Jagung 129 4,1 1,3 30,3

Ubi Kayu 146 1,2 0,3 34,7

Ubi Jalar 123 1,8 0,7 27,9

Kentang 83 2,0 0,1 19,1

P a g e 2 2 B u l e t i n t r i t o n i s

Page 23: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

A R T I K E L

S a g u y a n g M u l a i T e r l u p a k a n

dengan baik pada kelembaban udara nisbi berkisar

40% - 90% sedangkan suhu optimal untuk per-

tumbuhan sagu berkisar antara 24,50 °C – 29 °C.

Sagu merupakan salah satu sumber karbohidrat

potensial disamping beras, khususnya bagi masyara-

kat kawasan timur Indonesia seperti Papua dan Malu-

ku sagu merupakan salah satu makanan pokok. Di

dunia sendiri ada tujuh spesies sagu, yaitu: (a) Metrox-

ylon sagu Rottb. (b) Metroxylon rumphii Mart. (c)

Metroylon micracanthum Mart. (d) Metroxylon longispi-

num Mart. (e) Metroxylon sylvestre Mart. (f) Metroxylon

filarae (g) Metroxylon elatum

Ditinjau dari segi taksonominya, sagu merupakan

salah satu tanaman dari suku Arecacea. Adapun con-

toh klasifikasi taksonomi salah satu spesies sagu ada-

lah sebagai berikut:

S iapa yang mau dengan papeda dan ikan kuah

kuning hangat?? Jawabanya pasti semua orang

berkata maauuuu…karena rasanya memang

yummmiii broo..Ya itulah sebait cerita bila kita sedang

berada di lapangan. Kadangkala, banyak diantara kita

yang senang makan papeda tetapi tidak mengenal

secara mendalam asal usulnya. Papeda adalah ma-

kanan sejenis bubur khas dari wilayah Indonesia timur

yang terbuat dari tepung sagu.

Sagu merupakan salah satu hasil hutan non kayu

yang potensial. Penyebarannya meliputi wilayah Asia

Tenggara, Melanesia, Mikronesia dan Polinesia. Di

Indonesia sendiri daerah penyebaran sagu cukup luas,

mulai dari Sumatera, Kepulauan Riau, Nias,

Kalimantan, Sulawesi, Banten, Maluku dan Papua.

Akan tetapi daerah penghasil sagu yang utama adalah

Papua, Maluku (terutama Seram dan Halmahera),

Sulawesi, Kalimantan (terutama Kalimantan Barat)

dan Sumatera (terutama Riau). Penyebaran tanaman

sagu hanya terbatas di wilayah tropis karena berkaitan

dengan syarat tumbuh sagu yang hanya sesuai dengan

land system di daerah tropis. Sagu dapat tumbuh

sampai pada ketinggian 700 m dpl akan tetapi

produksi sagu terbaik ditemukan sampai ketinggian

400 m dpl. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan

Ferguson, tipe iklim A dan B sangat sesuai untuk

pertumbuhan sagu dengan rata-rata curah hujan

tahunan 2500 - 4000 mm/tahun. Sagu dapat tumbuh

Sebuah potensi yang perlu dioptimalkan

diversifikasi pemanfaatanya …. Veve Ivana Pramesti,S.Hut*)

P a g e 2 3 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Trachedobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Sub Kelas : Arecidae

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Metroxylon

Spesies : Metroxylon sagu Rttb.

Page 24: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

A R T I K E L … .

Selain diambil patinya, sagu dapat dimanfaatkan

sebagai: (a) Pelepahnya dipakai sebagai dinding atau

pagar rumah; (b) Daunnya digunakan untuk atap; (c)

Kulit atau batangnya dapat dijadikan sebagai kayu

bakar; (d) Ampas sagu dapat dijadikan sebagai ma-

kanan ternak; (e) Serat sagu dapat dibuat hardboard

atau bricket bangunan bila dicampur dengan semen;

(f) Apabila rantai glukosa dalam pati dipotong menjadi

3-5 rantai glukosa (modifief starch) dapat dipakai un-

tuk menguatkan daya adesif dari proses pewarnaan

kain pada industri tekstil dan; (g) Tepung sagu dapat

diolah menjadi berbagai jenis makanan.

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional

BPS dan Deptan, konsumsi sagu masyarkat di Indone-

sia tahun 1999-2004 mencapai 0,5 kg/kapita/tahun

sedangkan pada tahun 2009-2010 konsumsi sagu

menurun menjadi sekitar 0,41 kg/kapita/tahun serta

pada tahun 2011 menurun lagi menjadi 0,3 kg/

kapita/tahun. Menurunya konsumsi sagu ini tentunya

sangat tidak mendukung program diversifikasi pangan

khususnya dalam hal sagu sebagai alternatif subtitut

tepung lainya.

Saat ini masyarakat dalam kawasan TNTC baru

sebatas memanfaatkan tepung sagu untuk bahan

baku makanan tradisional seperti papeda dan bagea.

Padahal tepung sagu dapat dijadikan alternatif pangan

dimasa mendatang karena dapat berfungsi sebagai

subtitut dari penggunaan tepung lain seperti gandum

dan beras yang selama ini disuplai dari luar negeri

(impor). Mengingat begitu besar potensi peran sagu di

masa mendatang, maka sudah selayaknya bila kita

peduli terhadap sagu yang pada saat ini mulai dilupa-

kan dan bahkan ditinggalkan karena dianggap bernilai

ekonomi rendah. Eat sagoo everyday dimulai dari

sekarang. − ☼ −

Secara morfologis, tanaman sagu memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

Bunga dan Biji

Sagu termasuk tanaman monokarpic, yaitu tanam-

an yang setelah sekali berbunga mati. Bunganya

berwarna merah dan berpasangan tersusun secara

spiral. Sepasang berisi 1 bunga jantan dan 1 bunga

hermaprodit dan biasanya sebagian besar bunga

jantan gugur sebelum mencapai antesis. Biji bunga

(buah pelok) membulat-merapat turun sampai

mengerucut sungsang tertutup dengan sisik, ber-

bentuk ketupat, kuning kehijauan, berubah menjadi

warna kuning jerami atau sesudah buah jatuh bagian

dalamnya terdapat lapisan bunga karang berwarna

putih. Bentuk biji setengah membulat dengan selaput

biji berwarna merah tua.

Daun

Bentuk daun menyirip dengan warna daun hijau

muda sampai hijau tua. Tangkai daun kokoh melebar

pada pangkalnya menuju pelepah daun yang melekat

pada batang. Pelepah dan tangkai daun berduri.

Akar dan Batang

Akar sagu termasuk tipe serabut yang cukup keras

seperti nipah. Sagu mempunyai akar nafas. Batang

sagu bisa mencapai diameter hingga 60 cm dengan

tinggi mencapai 25 m. Batangnya merupakan tempat

penimbunan utama pati yang dihasilkan melalui pros-

es fotosintesa. Batang sagu terbentuk setelah russet

berakhir yaitu setelah berumur sekitar 45 bulan dan

kemudian membesar serta memanjang dalam kurun

waktu sekitar 54 bulan. Batang tanaman sagu mem-

iliki kulit luar yang keras (lapisan epidermal) dan em-

pulur tempat menyimpan pati.

Masyarakat di kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih menyebut proses pembuatan tepung

sagu sebagai tokok sagu. Proses tokok sagu yang bi-

asa dilakukan oleh ibu-2 relatif sederhana, yakni se-

bagai berikut: (1) Batang sagu dibelah dan dikupas

untuk membuang kulit luar yang keras; (2) Batang

sagu dicincang menjadi bagian-bagian kecil yang halus

sehingga terbentuk bubur sagu; (3) Bubur sagu terse-

but disaring berulang kali hingga airnya menjadi jernih;

(4) Pati yang diperoleh diendapkan dan dibuang air

sisa endapanya dan; (5) Pati hasil endapan dijemur

sampai menjadi tepung sagu kering.

Aktivitas masyarakat dalam mengolah sagu

(menyaring sagu)

*)Calon Penyuluh Kehutanan pada BBTNTC

P a g e 2 4 B u l e t i n t r i t o n i s

Page 25: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

A R T I K E L

mendorong pengembangan HHBK. Ini adalah kebi-

jakan pertama yang mengidentifikasi 558 jenis

HHBK (494 jenis HHBK nabati dan 64 jenis HHBK

hewani) yang menjadi urusan atau kewenangan ke-

hutanan, dan yang menyebutkan bahwa HHBK bu-

kan hanya berasal dari hasil pemungutan namun

juga dapat berasal dari hasil budidaya. Dengan

adanya kebijakan ini maka terbuka kesempatan un-

tuk membangun hutan tanaman HHBK.

b. Permenhut P.36/Menhut-II/2008

Permenhut P.36/Menhut-II/2008 memberi ke-

sempatan yang luas kepada perorangan, koperasi

dan perusahaan untuk berpartisipasi dalam

pengembangan HHBK, baik di hutan alam

(IUPHHBK-HA) maupun di hutan tanaman (IUPHHBK

-HT). Luas areal IUPHHBK yang dapat dikelola ada-

lah maksimum 10 hektar untuk perorangan, 30

hektar untuk koperasi dan belum ditetapkan luas-

nya untuk perusahaan. Dengan adanya kebijakan

ini maka tersedia landasan untuk membangun hu-

tan tanaman HHBK.

c. Permenhut P.21/Menhut-II/2009

Kebijakan ini menjelaskan kriteria, indikator dan

standar yang digunakan untuk mengukur dan me-

netapkan HHBK unggulan, yaitu HHBK yang mem-

punyai manfaat sosial tinggi dan mampu meng-

gerakkan perekonomian daerah. Kriteria yang

digunakan adalah (a) ekonomi, (b) biofisik dan ling-

kungan, (c) kelembagaan, (d) sosial, dan (e)

teknologi.

d. Perpres No. 36 tahun 2010

Memuat tentang daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan

persyaratan di Bidang Penanaman Modal ada 11

Pendahuluan

Dari perspektif pelaksanaan prioritas pembangunan

bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup,

pembangunan kehutanan ditujukan guna memberi-

kan dampak pada dalam pemanfaatan sumberdaya

hutan untuk pembangunan ekonomi, serta pening-

katan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup,

yang secara bersamaan akan memberikan kontri-

busi pada upaya peningkatan kesejahteraan rakyat

dan peningkatan kualitas lingkungan hidup. Ber-

dasarkan arah kebijakan dan strategi pemba-

ngunan nasional tersebut ditetapkan visi pemba-

ngunan kehutanan dalam Renstra Kementerian Ke-

hutanan Tahun 2010-2014, yaitu ―Hutan Lestari

Untuk Kesejahteraan Masyarakat Yang Berkeadil-

an‖. Guna mewujudkan visi tersebut ditetapkan be-

berapa misi Kementerian Kehutanan, dengan arah

kebijakan prioritas pembangunan salah satunya

yang disebutkan dalam Pasal 2 ayat 5 Permenhut

RI. No. P.10/Menhut-II/2011, yaitu revitalisasi pe-

manfaatan hutan dan industri kehutanan termasuk

komoditas hasil hutan bukan kayu (HHBK).

Kebijakan Pengembangan HHBK

Fungsi strategis HHBK sebagai sarana untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menun-

jang keberhasilan pengelolaan hutan dan pemba-

ngunan daerah semakin mendapat perhatian dari

Pemerintah. Hal ini ditunjukkan oleh keluarnya

berbagai kebijakan yang terkait dengan HHBK.

Secara ringkas, isi kebijakan yang mendukung

pengembangan HHBK tersebut adalah sebagai beri-

kut:

a. Permenhut P.35/Menhut-II/2007

Kebijakan ini memberi landasan dan sekaligus

H a s i l H u t a n B u k a n K a y u ( H H B K ) U n t u k

K e s e j a h t e r a a n M a s y a r a k a t

B e r k e a d i l a n

Eric Rosady, A.Md*)

Budidaya tanaman HHBK dapat menjadi sarana meningkatkan kesejahteraan masyarakat….

P a g e 2 5 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2

Page 26: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

A R T I K E L … .

lalui kemitraan dengan perusahaan pengelola dan

pemegang ijin pemanfaatan hutan produksi. Terkait

dengan kegiatan konservasi sumberdaya alam telah

dilakukan pengembangan desa konservasi seba-

nyak 132 unit. Sedangkan guna untuk memberikan

akses masyarakat terhadap usaha ekonomi di-

bidang kehutanan termasuk aspek permodalannya,

pada Kementerian Kehutanan telah dibentuk Ba-

dan Layanan Umum (BLU) yang akan memberikan

fasilitasi kelembagaan serta permodalan kepada

masyarakat dalam pengembangan hutan tanaman

industri (HTI) dan hutan tanaman rakyat (HTR).

Daftar Pustaka

Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2007.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/

Menhut-II/2007 tanggal 28 Agustus 2007 ten-

tang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta.

Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2008.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/

Menhut-II/2008 Tentang Izin Usaha Peman-

faatan Hasil Hutan Bukan Kayu Dalam Hutan

Alam (IUPHHBK-HA) / Dalam Hutan Tanaman

(IUPHHBKHT). Jakarta.

Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2009.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.21/

Menhut-II/2009 Tentang Kriteria dan Indikator

Penetapan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Ung-

gulan. Jakarta.

Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2010.

PERMENHUT RI NO. 8/2010 TENTANG

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KEMENHUT

TAHUN 2010-2014. Jakarta.

Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2011.

PERMENHUT RI. No. P.10/Menhut-II/2011.

Tentang 6 (ENAM) KEBIJAKAN PRIORITAS

BIDANG KEHUTANAN DALAM PROGRAM

PEMBANGUNAN NASIONAL KABINET

INDONESIA BERSATU II. Jakarta.

Puspitojati T. 2011. Persoalan definisi hutan dan

hasil hutan dalam hubungannya d e n g a n

pengembangan HHBK melalui hutan tanaman.

Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 8

(3):210 – 227.

− ☼ −

jenis komoditas HHBK.

Upaya dalam Pengembangan HHBK

Budidaya tanaman HHBK dapat menjadi sarana

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Budidaya

intensif menghasilkan HHBK yang tinggi, meningkat-

kan dan menyamakan kualitas HHBK, memu-

dahkan pengaturan volume dan waktu produksi,

serta memberi kesempatan kerja secara berkelan-

jutan di pedesaan. Selain itu, budidaya HHBK juga

dapat menurunkan tekanan terhadap pemungutan

HHBK komersial yang berlebihan sehingga ke-

lestarian hutan alam lebih mudah diwujudkan

(Puspitojati 2011). Mengingat potensi penting

HHBK sebagai sarana meningkatkan kesejahteraan

masyarakat maka Kementerian Kehutanan melun-

curkan kebijakan yang mendorong pengembangan

HHBK, yaitu melalui usaha pemanfaatan HHBK di

hutan alam dan usaha pemanfaatan HHBK di hutan

tanaman. Pengembangan HHBK di hutan alam sulit

diimplementasikan karena sistem silvikultur peman-

faatan HHBK di hutan alam serta informasi tentang

jenis, potensi dan penyebarannya belum tersedia

atau tersedia secara terbatas. Selain itu, hutan

alam umumnya memiliki beragam jenis HHBK yang

potensi setiap jenisnya rendah. Dalam kondisi

demikian, hanya beberapa jenis HHBK dengan po-

tensi besar yang dapat dikembangkan.

Hal-hal lain yang terkait dengan kegiatan

pengembangan HHBK untuk kesejahteraan

masyrakat, antara lain dibentuknya sentra HHBK

sebanyak 10 unit, dalam hal ini ouput yang

dihasilkan sudah dilakukan fasilitasi pembentukan

dan berfungsinya sentra HHBK unggulan di 30 ka-

bupaten. Penetapan HHBK unggulan sebanyak 6

jenis, fasilitasi produksi HHBK sebanyak 10 unit,

penguatan kelembagaan petani HHBK, dan

pengembangan kemitraan industri dan petani

HHBK, serta mendorong pengembangan industri

pengolahan HHBK. Kegiatan pengembangan eko-

nomi masyarakat yang terkait dengan kegiatan

usaha pemanfaatan hutan produksi telah dilakukan

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

serta kegiatan bina desa hutan yang dilakukan me-*)Calon Polhut pada Seksi PTN Wilayah IV Roon

P a g e 2 6 B u l e t i n t r i t o n i s

Page 27: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

P a g e 2 7 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2

A R T I K E L

pai 18 m, bahkan ada yang mencapai 30 m dengan

lingkaran batang 44-80 cm. Pada batang pinang ter-

dapat bekas pelepah daun yang dapat dipakai un-

tuk menduga umur tanaman. Jumlah bekas daun

baru mencapai 13-14 helai per meter, dan umur

tanaman pinang diperkirakan bias mencapai 60-

100 tahun.

c. Bunga

Tanaman pinang mulai berbunga pada umur 4-6

tahun setelah penanaman. Bunganya berbentuk

rangkaian (inflorencentina), berupa tandan yang ter-

letak di bawah pelepah daun. Setiap tandan bunga

ditutupi oleh seludang (spatha) yang panjang rata-

rata 75 cm dan lebar 45,9 cm.

d. Buah dan biji

Buahnya berwarna hijau ketika masih muda dan

berubah menjadi jingga atau merah kekuningan

setelah masak. Buahnya berbiji satu dan mempu-

nyai kulit buah yang banyak sekali mengandung

serat. Dalam biji pinang mengandung senyawa poly-

phenol, flavonoid, tanin, alkaloid dan mineral. Buah

pinang merupakan tipe buah batu karena keras.

Buah berbentuk bulat telur dan panjang buah seki-

tar 3-7 cm dengan diameter buah antara 4-5 cm

serta biji 1,9 cm. Buah pinang terdiri atas 3 lapisan

yaitu lapisan luar (epicarp) yang tipis, lapisan te-

ngah (mesocarp) berupa serabut dan lapisan dalam

(endocarp) berupa biji.

Buah pinang oleh masyarakat papua biasanya

dimanfaatkan untuk makan pinang bersama sirih,

kapur dan rokok (kakes). Di tanah Papua, khusus-

P inang….kata yang satu ini pasti sudah tidak

asing lagi ditelinga kita. Pinang adalah

tanaman sejenis palem yang merupakan ha-

sil hutan non kayu dari suku Arecacea yang serba-

guna. Tanaman Pinang dapat dimanfaatkan mulai

dari daun, buah dan batangnya. Tumbuhan ini ter-

sebar mulai dari wilayah Afrika bagian timur, Asia

hingga Kepulauan Pasifik. Adapun klasifikasi takso-

nomi pinang adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Sub Kelas : Arecidae

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Areca

Spesies : Areca catechu L.

Pinang memiliki ciri-ciri morfologi yang unik, yakni:

a. Akar

Tanaman pinang yang baru tumbuh tunasnya

berakar tunggang, namun dalam perkembangnya

akan tumbuh akar-akar yang lain sehingga mem-

bentuk akar serabut. Banyaknya akar serabut ter-

gantung paada kesuburan tanah, iklim dan kesu-

buran tanaman.

b. Batang

Batang pinang berbentuk bulat dan tumbuh lu-

rus, tidak bercabang dengan ketinggian bisa menca-

P i n a n g P e n y a m b u n g K a t aP i n a n g P e n y a m b u n g K a t aP i n a n g P e n y a m b u n g K a t a

Sebuah potensi yang penting sebagai

bahan kontak… . Veve Ivana Pramesti, S.Hut*)

Page 28: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

☼ −

nya Manokwari kita akan dengan mudah mendapati

orang makan pinang. Kakes pada mulanya dilaku-

kan hanya pada waktu upacara adat, syukuran dan

untuk menghormati datangnya tamu. Akan tetapi

seiring perkembangan jaman, kakes dilakukan se-

tiap hari dan sudah merupakan kebiasaan sehari-

hari sehingga akar budaya setempat khususnya

dalam hal komunikasi.

Peranan pinang dalam bidang komunikasi sa-

ngat penting khususnya bagi rekan-rekan di lapang-

an yang akan melakukan penyuluhan ataupun so-

sialisasi kepada masyarakat di kawasan Taman

Nasional Teluk Cenderawasih. Penyuluhan meru-

pakan proses mengubah perilaku sasaran suluh

agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan pe-

rubahan sikap dan perilaku sehingga tujuan penyu-

luhan dapat tercapai. Demi tercapainya perubahan

sikap dan perilaku sasaran suluh maka dalam pros-

es penyuluhan tersebut dapat dilakukan pem-

bujukan. Dalam pembujukan tersebut diperlukan

kondisi komunikasi yang mendukung. Oleh karena

itu dimanfaatkan aktivitas kakes sebagai sarana

pembujukan (alat kontak komunikasi) agar sasaran

suluh tanpa sadar dan tanpa paksaan mau mengi-

kuti ajakan dari penyuluh. Selain digunakan untuk

kakes, tanaman pinang juga dimanfaatkan untuk

obat cacingan, menguatkan gigi dan gusi, mereda-

kan batuk berdahak, mengobati sakit pinggang dan

difteri.

A R T I K E L … .

P a g e 2 8 B u l e t i n t r i t o n i s

Pinang kering

*)Calon Penyuluh Kehutanan pada BBTNTC

Page 29: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

K A B A R K A W A S A N

mangrove (Dahuri et al, 2001).

Hutan mangrove merupakan salah satu tipe

ekosistem yang juga terdapat dalam kawasan

Taman Nasional Teluk Cenderawasih diantara tipe

ekosistem lainnya yang merupakan penyumbang

keanekaragaman hayati dan ekosistem. Salah satu

lokasi hutan mangrove di Taman Nasional Teluk

Cenderawasih ini terdapat di sekitar Kampung

Yopanggar yang secara adminsitratif terletak di

Distrik Teluk Duairi, Kabupaten Teluk Wondama .

Hutan mangrove tersebut berada ± 1 Km dari

Kampung Yopanggar yang juga termasuk dalam

wilayah kerja Bidang Pengelolaan Taman Nasioanl

Wilayah II Wasior, Seksi PTN Wilayah III Aisandami.

Masyarakat disekitar Kampung Yopanggar sering

memanfatkan keberadaan hutan mangrove

tersebut, baik sebagai tempat untuk mencari kayu

bakar, memasang jerat untuk menangkap satwa liar

seperti babi hutan maupun aktifitas-aktifitas lain

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Keanekaragaman jenis mangrove di sekitar

Kampung Yopanggar tersebut telah teridentifikasi

melalui kegiatan inventariasi dan identifikasi

magrove yang dilaksanakan bulan Juni 2012.

Kegiatan inventarisasi menggunakan metode garis

berpetak dengan mengamati dan mendata jumlah

H utan mangrove mempunyai karateristik

yang unik dengan berbagai sistem

perakaran maupun fungsi ekologi yang

dikandungnya. Hutan mangrove merupakan

komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi

oleh beberapa species pohon mangrove yang

mampu tumbuh dan berkembang pada daerah

pasang surut pantai berlumpur (Bengen 2000).

Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada

daerah intertidal yang cukup mendapatkan

genangan air laut secara berkala dan aliran air

tawar, dan terlindung dari gelombang besar dan

arus pasang surut yang kuat. Oleh karenanya

mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai teluk

yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai

yang terlindung.

Mangrove tumbuh optimal diwilayah pesisir yang

memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran

airnya banyak mengandung lumpur. Sedangkan

diwilayah pesisir yang tidak terdapat muara sungai,

hutan mangrove pertumbuhannya tidak optimal.

Mangrove tidak dapat atau sulit tumbuh di wilayah

pesisir yang terjal dan berombak besar dengan arus

pasang surut kuat, karena kondisi ini tidak

memungkinkan terjadi pengendapan lumpur,

substrat yang diperlukan untuk pertumbuhan

I n v e n t a r i s a s i & I d e n t i f i k a s i J e n i s

M a n g r o v e d i K a m p u n g Y o p a n g g a r

P a g e 2 9 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2

Sebuah potensi yang memerlukan campur

tangan kita untuk menjaga kelestariannya… . Moh. Tasdiq*)

Page 30: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

K A B A R K A W A S A N … .

Berdasarkan analisis kenanekaragaman jenis

pada tingkat semai, diketahui bahwa indeks

keanekaragaman jenis mencapai 2,205. hal ini

berarti keanekaragaman jenis ekosistem mangrove

pada tingkat pertumbuhan semai di lokasi ini

adalah sedang.

Pengamatan pada vegetasi mangrove tingkat

pertumbuhan belta, diperoleh data sebagai berikut:

Dari gambar 2 tadi dapat diamati bahwa

terdapat 3 jenis yang mendominasi enam jalur

pengamatan, yaitu Avicennia marina, Rhizophora

apiculata dan Nypa Fruticans.

Tabel 2. Analisa vegetasi mangrove tingkat belta

Seperti pada tingkat pertumbuhan semai, indeks

keanekaragaman jenis untuk tingkat pertum-

buhan belta termasuk dalam kategori sedang,

dengan nilai 2,318.

Pada mangrove dengan tingkat pertumbuhan

pohon, diketahui bahwa jenis mangrove yang men-

dominasi di setiap jalur secara berturut-turut ada-

lah Rhizophora apiculata, Avicenia marina, Brugui-

era cylindrical dan Ceriops tagal (Gambar 3).

semai pada ukuran petak (A) 2 x 2 m, tingkat belta

pada ukuran petak (B) 5 x 5 m, dan tingkat pohon

pada ukuran petak (C) 10 x 10 m.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil kegiatan tersebut telah teridentifikasi

sebanyak 6 (enam) jenis mangrove yang tergolong

dalam 6 (enam) genus dan 4 (empat) famili.

Keenam jenis mangrove tersebut adalah: Avicenia

marina, Bruguiera cylindrica, Ceriops tagal,

Lumnitzera racemosa, Nypa fruticans, Rhizophora

apiculata.

Dari hasil inventarisasi dan identifikasi pada 6

(enam) jalur pengamatan hasilnya dapat dilihat

pada gambar 1 diatas bahwa pada tingkat semai

jenis-jenis yang mendominasi 3 besar adalah

dimulai dari Rhizophora apiculata, Avicennia marina

dan Bruguiera cylindrica.

Berdasarkan struktur jenis pada semai, gam-

baran mengenai analisa vegetasi semai dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Analisa vegetasi mangrove tingkat semai

P a g e 3 0 B u l e t i n t r i t o n i s

Nama Jenis K KR (%) F FR (%) INP

(%)

Avicenia marina 2.604,17 26,60 0,33 29,63 56,23

Bruguiera cylindrical 2.291,67 23,40 0,33 29,63 53,03

Ceriops tagal 1.458,33 14,89 0,08 7,41 22,30

Lumnitzera race-

mosa

208,33 2,13 0,04 3,70 5,83

Nypa fruticans 312,50 3,19 0,04 3,70 6,90

Rhizophora apiculata 2.916,67 29,79 0,29 25,93 55,71

JUMLAH 9.791,67 100 1,13 100 200

Gambar 1. Struktur jenis mangrove tingkat

Gambar 2. Struktur jenis mangrove tingkat bel-

Nama Jenis K KR (%) F FR (%) INP

(%)

Avicenia marina 250,00 34,88 0,46 39,29 74,17

Bruguiera cylindrical 66,67 9,30 0,13 10,71 20,02

Ceriops tagal 66,67 9,30 0,17 14,29 23,59

Lumnitzera racemosa 33,33 4,65 0,08 7,14 11,79

Nypa fruticans 150,00 20,93 0,08 7,14 28,07

Rhizophora apiculata 150,00 20,93 0,25 21,43 42,36

JUMLAH 716,67 100 1,17 100 200

Page 31: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

P a g e 3 1 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2

K A B A R K A W A S A N … .

Penutup

Keanekargaman jenis vegetasi hutan mangrove

di Kampung Yopanggar ini perlu terus dijaga dan

dilestarikan keberadaannya, tentu saja dengan

melibatkan semua pihak baik itu masyarakat

setempat dan tentu saja pihak Balai Besar Taman

Nasional Teluk Cenderawasih. Semua itu bertujuan

guna menjaga dan mencegah terjadinya kerusakan

ekosistem hutan mangrove demi kelangsungan

kehidupan flora dan fauna disekitarnya serta

masyarakat lokal yang tinggal di pesisir pantai.

− ☼ −

Hasil analisan vegetasi mangrove pada tingkat

pertumbuhan tingkat pohon adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Analisa vegetasi mangrove tingkat pohon

Indeks keanekaragaman jenis untuk tingkat per-

tumbuhan tingkat pohon bernilai 1,723 yang berarti

keanekaragaman jenis mangrove pada tingkat

pohon di sekitar Kampung Yopanggar termasuk

sedang.

Gambar 3. Struktur jenis mangrove tingkat pohon

Nama Jenis LBD (m) K KR (%) F FR (%) D DR (%) INP(%)

Avicenia marina 2,346 50,0 35,29 0,42 34,48 9,77 62,52 132,29

Bruguiera cylindrical 0,338 16,67 11,76 0,17 13,79 1,41 9,01 34,57

Ceriops tagal 0,115 12,5 8,82 0,13 10,34 0,48 3,07 22,24

Rhizophora apiculata 0,953 62,5 44,12 0,50 41,38 3,97 25,41 110,9

JUMLAH 3,752 141,67 100 1,208 100 15,63 100 300

*)PEH pada BBTNTC

Page 32: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

M o n i t o r i n g H a b i t a t P e n e l u r a n

P e n y u d i P u l a u W a i r u n d i

K A B A R K A W A S A N

Pulau Wairundi merupakan

salah satu pulau yang terdapat

dalam kawasan Taman Nasional

Teluk Cederawasih dan ditetap-

kan sebagai salah satu zona inti.

Pulau Wairundi menjadi salah

satu tempat pendaratan dan

peneluran penyu di kawasan

TNTC. Namun di sisi lain Pulau

Wairundi merupakan salah satu

pulau yang sangat strategis bagi

jalur pelayaran dan transit para

nelayan dan masyarakat di seki-

tar pulau tersebut. Keberadaan

para nelayan merupakan salah

satu ancaman dari keberadaan

dan kelangsungan hidup penyu

dan telurnya di Pulau Wairundi.

M aksud dar i keg iat an

Monitoring Habitat Penyudi Pulau

Wairundi adalah untuk memonitor

perkembangan dan kondisi

habitat penyu di Pulau Wairundi

sedangkan tujuannya adalah

untuk mengetahui jenis, individu,

sebaran dan kondisi habitat di

Pulau Wairundi, sehingga

diperoleh data dan informasi yang

akurat dalam mendukung

pengelolaan konservasi wilayah

secara berkelanjutan.

Kegiatan Monitoring Habitat

Penyu di Pulau Wairundi dil-

aksanakan mulai tanggal 26

Maret s/d 1 April 2011 di Pulau

Wairundi pada kawasan BPTN

Wilayah III Ransiki. Kegiatan in-

ventarisasi habitat ini dilakukan

dengan melakukan pengamatan

(survey) dengan membuat jalur

transek sepanjang pantai di Pulau

Wairundi. Sedangkan inventar-

isasi dan identifikasi individu

penyu ini dilakukan pengamatan

sepanjang pesisir pantai Pulau

Wairundi pada setiap individu

yang naik ke pantai. Khusus un-

tuk pengidentifikasiannya dilihat

berdasarkan buku/kunci identifi-

kasi yang ada.

HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

Kondisi Biogeofisik Sarang Penyu

Dari hasil pengamatan dan

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara

kepulauan terbesar di dunia yang

terdiri dari 17.508 pulau dengan

garis pantai sepanjang 81.000

km dari luas laut sekitar 3,1 juta

km2 (0,3 juta km2 perairan terri-

torial dari 2,8 juta km2 perairan

nusantara) atau 62% dari luas

territorial. Kondisi ini merupakan

habitat yang sesuai bagi penyu

untuk singgah dan bereproduksi

di pantai kepulauan Indonesia.

Kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih juga merupakan

salah satu habitat peneluran dan

perkembangbiakan penyu. Dari 6

(enam) jenis penyu yang ada di

Indonesia, 4 (empat) jenis dian-

taranya mendarat dan bertelur di

dalam kawasan TNTC antara lain

Penyu Hijau (Chelonia mydas),

Penyu Sisik (Eretmochelys imbri-

c a t a ) , P e n y u B e l i m b i n g

(Dermochelys coriacea) dan

Penyu Lekang (Lepidochelys oliva-

ceae).

Pengukuran bagian tubuh penyu oleh Tim

Imam Setyo Hartanto, S.Hut*)

Sebuah habitat reptil yang mulai

terancam dan memerlukan perhatian… .

P a g e 3 2 B u l e t i n t r i t o n i s

Page 33: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

K A B A R K A W A S A N … .

menggunakan thermometer

menunjukkan bahwa pada pagi

menjelang siang suhu sarang

mencapai 32,4°C dan malam

hari mencapai 27°C.

Identifikasi Individu Penyu

Tim Monitoring berhasil

mendapati satu ekor penyu yang

mendarat di Pulau Wairundi un-

tuk melakukan aktivitas bertelur.

Hasil identifikasi menunjukkan

bahwa jenis penyu yang bertelur

di Pulau Wairundi tersebut adalah

Penyu Hijau (Chelonia mydas).

Hal ini didasarkan pada ciri-ciri

yang didapatkan antara lain:

Bentuk karapas/tempurung

membulat dan menyerupai

bentuk hati

Karapas melebar berwarna

hijau s/d kehitaman

Waktu bertelur pada malam

hari

Lama aktivitas bertelur ± 2-3

jam .

Selain itu ciri lain Penyu Hijau

dapat dilihat dari jejak/tracknya.

Penyu hijau memiliki lebar jejak ±

100 cm dimana bentuk pintasan

dan pola diagonalnya berpola

simetris yang dibuat oleh tungkai

depannya. Berikut jenis track

yang dimiliki oleh beberapa jenis

penyu.

Penyu hijau tersebut memiiki

ukuran karapas dengan panjang

83 cm dan lebar 78 cm. Ukuran

kepalanya memiliki panjang 18

cm dan lebar 12 cm.

Dari hasil pemetaan sebaran

sarang didapatkan hasil bahwa

titik peneluran penyu tidak terse-

bar merata di Pulau Wairundi

melainkan hanya di bagian Barat

Daya sampai Utara pulau ini.

Hal ini terjadi karena bagian

Timur Laut s/d Timur Pulau

Wairundi di halangi oleh batuan

cadas dan karang sebelum air

laut menuju pantai. Sedangkan

bagian Tenggara s/d Selatan pu-

lau dihalangi oleh sampah dan

pengambilan data dilapangan

menunjukkan bahwa ada 35

buah titik peneluran yang berhasil

ditemukan di sepanjang pantai

Pulau Wairundi dengan rerata

jumlah sarang dalam satu titik

peneluran adalah 2 buah sarang.

Titik peneluran penyu tersebut

tersebar sepanjang pesisir pantai

Pulau Wairundi mulai dari koordi-

nat 01°48'20,6" LS 134°

25'19,4" BT sampai dengan 01°

48'35,9" LS 134°25'18,8" BT.

Hasil Pengamatan menunjuk-

kan bahwa rerata ukuran sarang

penyu bagian dalam adalah ber-

diameter 33 cm dan bagian per-

mukaan berdiameter 64 cm. Se-

dangkan rerata kedalaman sa-

rang adalah 0,55 meter. Kondisi

sarang yang berada di pesisir

pantai juga akan terkait dengan

pasang surut air laut. Hasil pen-

gukuran menunjukkan bahwa

rerata jarak sarang ke laut saat

pasang adalah 3,25 meter dan

saat surut adalah 25,75 meter.

Kondisi biogeofisik sarang

penyu di Pulau Wairundi menun-

jukkan bahwa pantai tempat

penyu bertelur berupa pasir putih

yang halus sehingga memu-

dahkan penyu mendarat dan ber-

sarang. Hasil pengukuran suhu

Pencatatan titik koordinat

sarang penyu oleh tim

Bentuk fisik penyu hijau

(atas) dan jejak penyu (kiri)

yang ditemukan di Pulau

Wairundi

Contoh jejak beberapa jenis penyu.

(a)penyu sisik; (b)penyu belimbing; dan (c)penyu hijau

a b c

P a g e 3 3 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2

Page 34: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

dilakukan penelitian yang kontinu

dan berkesinambungan guna

mengetahui perkembangan dan

persebaran populasi penyu yang

ada di sana.

Daftar Pustaka

Broward County Florida, 2001,

Sea Turtle Conservation Pro-

gram , Florida, http://

w w w . c o . b r o w a r d , f l . u s /

bri006000.htm.

Caribbean Conservation Corpora-

tion, 1996, Sea Turtles: Spe-

cies Information – Scientific

Clasification, Gainesville,

http://www.cccturtle.org/

species_class.htm.

Peraturan Pemerintah No 7 Ta-

hun 1999 tentang Pengawe-

tan Jenis Tumbuhan dan

Satwa.

Prihanta, Wahyu. 2007. Laporan

P e n e l i t i a n P e n e l i t i a n

Pengembangan Iptek: Prob-

lematika Kegiatan Konserva-

si Penyu Di Taman Nasional

Meru Betiri. Universitas Mu-

hammadiyah Malang. Ma-

lang.

Yustina, Suwondo, Arnentis, dan

Yuspen Hendri., 2004.

Analisis Distribusi Sarang

Penyu Hijau (Chelonia

mydas) di Pulau Jemur Riau.

L a b o r a t o r i u m Z o o l og i

Ju rusan PMIPA FKI P -

Universitas Riau, Pekanbaru.

− ☼ −

berbagai kayu gelondongan serta pohon tumbang akibat abrasi.

Menurut Anonim (1997) dalam Yustina, dkk (2004), bahwa kehadiran

penyu di pantai untuk membuat sarang dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu pantai landai dan kekuatan gelombang yang membantu

penyu untuk mendarat dipantai, selain itu rintangan berupa tebing

batu-batu cadas dan ganguan lainnya sangat mempengaruhi

kehadiran penyu di pantai. Berdasarakan hal tersebut jelaslah bahwa

halangan/rintangan alami ikut berpengaruh terhadap aktivitas penyu

dalam memilih/membuat sarang.

PENUTUP

Sebagai penutup ada beberapa hal yang bisa menjadi perhatian

kita bersama demi keberadaan dan keberlangsungan penyu di Pulau

Wairundi. Status kawasan di sekitar Pulau Wairundi sebagai zona inti

Taman Nasional Teluk Cenderawasih perlu terus dipertahankan demi

mendukung terjaga dan terpeliharanya habitat penyu yang ada di

sana. Adanya sampah, baik organik maupun non organik yang

tersebar di sepanjang pesisir pantai serta kondisi abrasi Pulau

Wairundi yang cukup mengkhawatirkan menyebabkan kegiatan

pembinaan habitat menjadi urgent untuk dilakukan. Terakhir, perlu

K A B A R K A W A S A N … .

Peta Sebaran Habitat Sarang Penyu di Pulau Wairundi

*)Calon PEH pada BPTN

Wilayah III Ransiki

Halangan Alami Lokasi Peneluran Penyu di Pulau Wairundi

P a g e 3 4 B u l e t i n t r i t o n i s

Page 35: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

P a g e 3 5 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2

K e a n e k a r a g a m a n J e n i s T a n a m a n O b a t

d i K a m p u n g I s e r e n , D i s t r i k R u m b e r p o n

B I O D I V E R S I T Y

Alam pun menyediakan obat-obatan… . Sanny Sutanto, S.Si*)

P apua merupakan pulau kedua terbesar di

dunia setelah Greenland. Pulau Papua

menjadi habitat dari berbagai jenis hewan

dengan beragam bentuk, mulai dari bentuk-

bentuk primitive sampai eksotik. Selain itu pulau

Papua juga merupakan habitat dari kebanyakan

berbagai jenis tumbuhan. Hal ini merupakan hal

yang menakjubkan bagi para peneliti dikarenakan

spesies hewan dan tumbuhan tersebut merupa-

kan endemic papua yang tidak ditemukan di dae-

rah lain (Muller, 2005).

Pengobatan tradisional merupakan salah satu

peran aktif masyarakat dalam pelayanan dibidang

kesehatan. Metode penggunaan obat tradisional

ini dilakukan dengan cara memanfaatkan tum-

buhan yang berada di alam untuk mengobati pe-

nyakit. Pola pengobatan tradisional ini dilakukan

oleh masyarakat kampung Iseren, yang berlokasi

di dalam kawasan Taman Nasional Teluk Cende-

rawasih, tepatnya di wilayah Seksi Pengelolaan

Taman nasional Wilayah V Rumberpon. .

Pola pengobatan masyarakat kampung Iseren

telah berjalan cukup lama, dan berjalan turun te-

murun diwariskan dari generasi yang tua ke gen-

erasi berikutnya. Terdapat beberapa jenis tanam-

an obat yang terdapat di kampung Iseren, yang

digunakan sebagai bahan pengobatan sehari-hari.

Dari hasil pengamatan, masyarakat kampung

Iseren memanfaatkan lima bagian tumbuhan

yang digunakan sebagai obat, yaitu bagian daun,

kulit batang, batang, bunga dan umbi. Dalam

pemanfaatan tanaman obat, terkadang masyara-

kat mengkombinasikan antara jenis tanaman

yang satu dengan tanaman yang lain. Dari hasil

pengamatan, bagian tanaman yang paling banyak

dimanfaatkan adalah kulit batang dikarenakan

pada kulit batang banyak terkandung minyak

Page 36: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

B I O D I V E R S I T Y … .

*)Calon PEH pada BBTNTC

P a g e 3 6 B u l e t i n t r i t o n i s

No Nama Indonesia Nama Lokal (Wamesa)

Nama Ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/Manfaat

1. Sawi oumes Nasturtium mon-tanum

Daun Obat sakit perut, asma, rheumatic

2. Melinjo Ijebouw Gnetum gnemon Kulit batang Obat sakit kepala

3. Benalu Idaumouv Loranthus sp. Daun Obat tumor dan kanker

4. Tali Susu Hajakkatu-mouv

Meremia peltata Batang Obat luka

5. Gembili Honmay Discorea acule-atum

Umbi Obat batuk dan sesak nafas

6. NN Sakotbo Smilax sp. Daun Obat luka dan rheumatic

7. Kayu Susu Jakala Alstonia scholaris Kulit batang Obat batuk dan TBC

8. NN Arecesrum Amommum acu-leatum

Umbi Obat sesak nafas, flu dan TBC

9. Keben Subuko Barringtonia asi-atica

Kulit batang Obat memar

10. Kayu Besi Pantai Sikabai Pongamia pinna-ta

Kulit batang Obat panas dalam dan ses-ak nafas

11. Matoa Kotei Pometia pinnata Kulit batang Obat malaria

12. Buah Roda Bekbera Hura crepitans Daun Obat demam, rheumatic, asma, malaria

13. Gayam Uboi Inocarpus fagiferus

Kulit batang Obat malaria

14. NN Bonei Cola nitida Kulit batang Obat malaria, sesak nafas, sakit perut

15. NN Afka Garcinia sp. Kulit batang Obat malaria dan sesak nafas

16. NN Bubka Palaquium gutta Kulit batang Obat malaria, sakit kepala, memperkuat kandungan

17. NN Tokui Rhammus fran-gula

Kulit batang Obat malaria

18. Rambutan Mayanggua Nephelium lap-paceum

Kulit batang Obat malaria dan sakit kepala

19. Bintagur Sekahokoho Callophylum in-ophyllum

Kulit batang dan daun

Obat sakit mata merah, sesak nafas

20. Tali Kuning Ajakkeyoho Arcangelisia flava Batang pohon Obat sakit malaria

21. Kumis Kucing NN Orthosiphon stamineus

Daun dan bunga

Obat infeksi saluran kemih

22. Sirih Hutan Remakakumi Piper sp. Daun Obat luka, bengkak,memar

23. Buah Tinta Opraka Premma corym-bosa

Daun Obat penawar bias ikan pari dan ikan bias

atsiri, getah yang mengandung senyawa Tanin dan Kristal serta senyawa-senyawa esensial lainnya yang

bermanfaat sebagai obat.

Berikut ini adalah beberapa jenis tanaman yang dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman obat:

Page 37: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

yang lain, maka ia bertindak

seakan dia yang paling pintar,

paling ahli, paling baik dan lain-

lain. Padahal manusia di dunia ini

dalam keadaan yang sama,

karena lahir dalam keadaan yang

sama, hidup di dunia yang sama

dan sama-sama mati di dunia

yang sama. Di dunia ini, kita

hanya berusaha sebaik mungkin

untuk menu ju keh idupan

selanjutnya (akhirat). Baru di

akhirat inilah kita baru tahu,

orang yang baik dan orang yang

tidak baik. Maka kita harus lebih

hati-hati dalam melakukan

tindakan dan ucapan yang bisa

merugikan atau menyakiti orang

lain. Dan yang terpenting dari

segala pikiran dan tindakan kita

adalah kita selalu memperbaiki

niat (hati), karena niat (hati)

mudah berubah setiap saat.

Manusia seringkali merasa

sombong karena kekayaannya,

kelebihan fisiknya ataupun

kepintarannya. Sombong dalam

Islam meliputi 2 hal, yaitu

merendahkan orang lain dan

menolak kebenaran. Kekayaan,

k e l eb i h a n f i s i k a t a u p u n

kepintaran kita apabila Allah

kehendaki bisa hilang dalam

waktu sekejap saja. Kita mungkin

sering dipuji oleh orang lain, itu

sebenarnya bukan karena

kelebihan-kelebihan yang kita

punyai tetapi karena Allah

menutupi keburukan-keburukan

(aib) kita dihadapan manusia lain.

Apabila keburukan (aib) kita

dibuka oleh Allah, maka orang

lain pun akan merasa jijik dengan

diri kita. Namun seringkali kita

l upa, dan menampakkan

kesombongan kita. Padahal

kalau kita renungkan, manusia

tidak bisa hidup sendiri dengan

kesombong annya. Apapun

kebutuhan manusia, manusia

tidak bisa memenuhi sendiri,

seperti baju yang dipakai. Ia tidak

P a g e 3 7 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2

A k a l , H a t i d a n K e s o m b o n g a n

M a n u s i a

S E R B A - S E R B I

K ita sebagai manusia yang

diciptakan oleh Tuhan

Y a n g M a h a E s a

mempunyai kelebihan-kelebihan,

dibanding makhluk ciptaan Tuhan

lainnya. Salah satu kelebihan kita

sebagai makhluk Tuhan adalah

kita diberi akal dan hati

(perasaan). Akal dan hati

manusia dalam kehidupan di

dunia ini, bisa mengakibatkan 2

(dua) hal, yaitu kebaikan dan

keburukan. Akal dan hati jika

diberi masukan (input) yang baik

(positif), maka pikiran dan

tindakan juga akan baik (positif)

dan sebaliknya. Kebaikan yang

kita lakukan untuk orang lain,

pada hakikatnya akan kembali

pada diri kita sendiri. Sedangkan

keburukan yang kita lakukan

untuk orang lain juga akan

berakibat atau kembali kepada

kita. Tetapi kadang-kadang

manusia merasa memil ik i

pemikiran yang lebih dibanding

Kita semua terlahir laksana kertas putih...dan

segala coretan di atasnya berada pada tangan

kita sendiri… . Rini Purwanti., S.Si*)

Page 38: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

S E R B A - S E R B I … .

menghilangkan kebaikan-kebaikan yang telah kita

lakukan. Bagaimana mungkin kita bisa berbuat dan

bertindak sombong, kita ini tidak lebih dari orang

lain dan tidak mampu memenuhi segala kebutuhan

kita sendiri. Tidak ada orang kaya kalau tidak ada

orang miskin. Tidak ada orang pandai kalau tidak

ada orang tidak pandai. Tidak ada orang yang tinggi

kalau tidak ada orang yang pendek, tidak ada

pemimpin jika tidak ada yang dipimpin dan

sebagainya. Kita patut mencontoh ilmu padi,

semakin berisi semakin merunduk (rendah hati).

Mudah-mudahan kita bisa menjadi orang yang

selalu berusaha dan senantiasa belajar dari

lingkungan dan pengalaman yang dilihat, didengar

dan dibaca.

Semoga tulisan ini bisa terus mengingatkan

penulis untuk selalu mohon ampun pada Allah dan

memperbaiki diri atas kesalahan dan kesombongan

yang telah dilakukan, serta semoga bermanfaat

bagi pembaca pada umumnya. (dari berbagai

sumber)

− ☼ −

bisa membuat jarum, benang, mesin jahit, kain

maupun menjahit sendiri. Begitu juga dalam hal

memenuhi kebutuhan pangannya, ia tidak bisa

memenuhi lauk-pauk, nasi, buah dan minumannya

sendiri. Ia tetap memerlukan bantuan orang lain,

misalnya : tukang jahit, tukang pembuat benang,

tukang pembuat kain, petani, tukang buah, tukang

buat alat rumah tangga dll.

Apa yang bisa kita sombongkan? Kita dalam

kehidupan ini sebenarnya ‗membawa kotoran‘

setiap saat, baik berupa kotoran fisik maupun

kotoran batin (kesalahan dan kealpaan).

Seperti uraian di atas, kita sebenarnya malu

akan keterbatasan dan kelemahan kita, yang

ternyata kita tidak bisa berbuat apapun tanpa

bantuan orang lain. Kesombongan kita tidak ada

g unanya, karena kesombong an akan

P a g e 3 8 B u l e t i n t r i t o n i s

*)Calon PEH pada Balai Besar TNTC

Page 39: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim

P a g e 3 9 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2

P i m p i n a n d a n s e g e n a p s t a f f r e d a k s i

B u l e t i n T r i t o n i s B a l a i B e s a r T a m a n

N a s i o n a l T e l u k C e n d e r a w a s i h

m e n g u c a p k a n :

U C A P A N

Selamat atas kelahiran : Alif Danadyaksa Aristo (8 Juni 2012 ) Putra Pertama Bp. Astekita Ardiaristo, S.Hut, M.Sc

Daniel Haryo Dewanto (13 Juni 2012) Putra Pertama Bp. Topo Budi Dhanarko, S.Pi

Nararya Dhaniswara (30 Agustus 2012) Putra ketiga Bp. Seha Rizqon, Spt & Ibu Ida Subegti

Semoga menjadi anak yang berbakti pada orang tua dan berguna bagi bangsa dan negara.

Selamat menjalankan tugas di tempat yg baru: Ondelinus Tewa , Polhut Pelaksana , ke Balai TN. Lorentz

Ferry Fedrik , PEH Pelaksanan, ke Balai TN. Sebangau

Semoga dapat mengabdikan diri dengan baik di tempat kerja baru.

Selamat Datang di TN. Teluk Cenderawasih: Soleman Kapitarauw , Polhut Pelaksana pemula Balai TN. Danau Sentarum ke BBTNTC

Selamat datang dan selamat bekerja sama dalam keluarga besar Balai Besar TNTC.

Selamat Menempuh Hidup baru…Selamat Menempuh Hidup baru…Selamat Menempuh Hidup baru…

Page 40: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2012 Minim