I Buletin Tritonis Edisi I 2013 Web
-
Upload
muhibbuddin-danan-jaya -
Category
Documents
-
view
134 -
download
11
description
Transcript of I Buletin Tritonis Edisi I 2013 Web
Pembina & Penanggung Jawab: Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih Pimpinan Redaksi: Ir. Suprihatna Pengarah/Editor: Manerep Siregar, S.P., M.Si. Staff Redaksi: Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si., Rini Purwanti, S.Si., Veve Ivana Pramesti, S.Hut., Muhibuddin Danan Jaya, A.Md Layout : Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si Desain Cover : Muhibbuddin Danan Jaya, A.Md Sumber Gambar : Dokumentasi TNTC
Buletin Tritonis (Tanggap, Realistis, Informatif dan inspiratif) Merupakan media informasi dan komunikasi kon-servasi untuk menyebarluaskan informasi kon-servasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara umum, pengelolaan-pengelolaan sum-berdaya alam hayati dan ekosistemnya serta pengembangan kawasan konservasi Taman Na-sional Teluk Cenderawasih.
Alamat Redaksi Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih Jln. Essau Sesa-Sowi Gunung Manokwari-Papua Barat Telp : (0986)212303 Fax : (0986)214719 E-mail : [email protected]
B u l e t i n t r i t o n i s , e d i s i I A p r i l 2 0 1 3
B a l a i B e s a r T a m a n N a s i o n a l T e l u k C e n d e r a w a s i h
S u r a t d a r i R e d a k s i Di awal tahun 2013, Buletin Tritonis Edisi I Bulan April hadir dengan mengetengahkan tema Pemberdayaan Masyarakat di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Pemberdayaan berarti membuat sesuatu menjadi lebih berkarya dan berguna. Pemberdayaan masyarakat baik di dalam maupun di sekitar kawasan TNTC mempunyai tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Namun peningkatan kesejahteraan masyarakat ini harus tetap memperhatikan kelestarian alam yang ada sehingga Visi Kementerian Kehutanan ‘Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera’ bisa terwujud. Selain tema Pemberdayaan Masyarakat, Buletin Tritonis juga menyuguhkan laporan utama seperti Sosialisasi Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 50 Tahun 2012 tentang Jabatan Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) dan Angka Kreditnya. Dengan adanya peraturan yang baru ini, diharapkan kegiatan pejabat fungsional PEH yang dilaksanakan dapat terakomodir. Tim redaksi juga telah menyiapkan tulisan atupun liputan lain, seperti : liputan dari peringatan Hari Bhakti Rimbawan ke-30, liputan dari kawasan, serba-serbi dan ucapan selamat. Semoga tulisan/artikel pada edisi I bulan April ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca semua dan akhirnya tim redaksi mengucapkan selamat membaca.
Liputan Kemeriahan Peringatan Hari Bakti
Rimbawan ke-30 di Provinsi Papua Barat
Sosialisasi Permenpan Nomor 50 Tahun 2012 tentang Jabatan Fungsional PEH dan Angka Kredit-
3
Artikel Peranan Kader Konservasi Dalam
Menunjang Keberhasilan Program Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat Akudio-mi Melalui Program Ekowisata Hiu Paus (Whale Shark)
Prospek Budidaya Pembesaran Ikan Kerapu Dalam Peningkatan Kese-jahteraan Masyarakat
Peran Penyuluh Dalam Proses Pem-bentukan Kelompok Untuk Mewujudkan Pemberdayaan Masyarakat Yang Mandiri
Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment): Suatu Pandangan Umum
Meningkatkan Kegunaan Nipah, Sebagai Peluang Pemberdayaan Masyarakat
Rekam Jejak Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kawasan
Sebuah Angan Perbaikan Ekosistem Melalui Pemberdayaan Masyarakat
Mengenal Jenis Tumbuhan Pantai di Kawasan TNTC
09
Serba-serbi Kehidupan Adalah Bergerak
37
Berita Gambar 20 Kabar Kawasan Pemberdayaan Masyarakat Kam-
pung Yaur Melalui Pembuatan Rum-pon
31
Biodiversity Peranan Plankton Dalam Trophic Lev-el 35
D a f t a r I s i
S U S U N A N R E D A K S I
Kemitraan Pendampingan dan Pendidikan
Lingkungan Hidup (BBTNTC-WWF TNTC)
33
Kehutanan Provinsi Papua Barat, Ir. H. Runaweri, MM pada tanggal 5 Maret 2013 dan dilanjutkan dengan ekshibisi futsal antar pejabat struktural dari Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat, pejabat struktural Dinas Kehutanan Kabupaten Manokwari,
dan Civitas Akademika Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua melawan pejabat struk-tural dari Unit Pelaksana Teknis lingkup Kementerian Kehutanan.
Kegiatan dalam rangka memeriahkan Hari
Bhakti Rimbawan kali ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu kategori ekshibisi serta kategori pertandingan. Hal ini ada kegiatan yang bertujuan untuk meramaikan/menyemarakkan serta ada perlombaan yang dimasukkan dalam penilaian
untuk menentukan juara umum. Perlombaan yang masuk dalam kategori ekshibisi yaitu: tenis lapangan, lomba masak bapak-bapak, lomba anak-anak, serta lomba pengenalan jenis pohon. Sedangkan perlombaan yang masuk dalam kategori
pertandingan yaitu: futsal, tenis meja, bulutangkis, catur, volly dan tarik tambang.
Penanaman Pohon
Tanggal 9 Maret 2013, dilakukan aksi penanaman pohon di pesisir pantai depan markas
komando SPORC Brigadir Kasuari, Papua Barat oleh keluarga Rimbawan se Papua Barat. Kegiatan penanaman kali ini berbeda dengan kegiatan penanaman tahun sebelumnya, karena bibit yang kita tanam adalah bibit mangrove. Penanaman di
lahan pesisir pantai ini didasari oleh ancaman abrasi pantai yang kian mengkhawatirkan.
Jalan Santai dan perlombaan Anak-anak
Bertepatan dengan hari libur nasional, pada
Tanggal 12 Maret 2013 pagi dilaksanakan kegiatan jalan santai yang melibatkan Rimbawan se Papua
K embali kita, keluarga besar Rimbawan dipertemukan dengan acara akbar tahunan, acaranya Keluarga Besar Rimbawan
Nusantara. Ya, Hari Bhakti Rimbawan adalah nama lain untuk mengistilahkan perayaan Ulang
Tahunnya Kementerian Kehutanan. Tidak terasa usia kementerian kehutanan (red. dulu Departemen Kehutanan) sudah memasuki usia yang ke tiga puluh. Dengan bertambahnya usia lembaga yang kita cintai ini, menandakan semakin besar
tantangan dan amanah yang diemban oleh teman-teman Rimbawan, untuk mempertahankan kelestarian hutan yang masih tersisa tanpa mengesampingkan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Tanggung jawab rimbawan dalam pengelolaan hutan tidak hanya diemban oleh masing-masing instansi kehutanan saja, namun diperlukan adanya kesinergisan kerja antar instansi, sehingga tidak terjadi tumpang tindih kegiatan pengelolaan
kawasan hutan. Sebagai upaya mempererat kebersamaan rimbawan Papua Barat dan mengoptimalkan kinerja rimbawan dalam mengelola hutan di tanah Papua, keluarga besar rimbawan Papua Barat mengadakan beberapa
kegiatan untuk menyemarakkan Hari Bhakti Rimbawan ke-30 tahun 2013 ini. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, diharapkan jiwa korsa rimbawan semakin terpupuk dalam diri setiap rimbawan. Dalam peringatan HBR ke-30 tahun
2013 banyak kegiatan yang dilakukan oleh Rimbawan Papua Barat, antara lain penanaman pohon, jalan santai, perlombaan olah raga, lomba memasak serta perlombaan anak-anak.
Pekan HBR dimulai dengan upacara pembukaan yang dipimpin oleh Kepala Dinas
P a g e 3 E d i s i i A p r i l 2 0 1 3
K e m e r i a h a n P e r i n g a t a n H a r i B a k t i R i m b a w a n k e - 3 0 d i
P r o v i n s i p a p u a B a r a t
L I P U T A N
Sebuah wujud kebersamaan para rimbawan yang patut ditingkatkan dan dipertahankan Muhibbuddin Danan Jaya, A.Md*)
sedangkan untuk kategori pegawai dan umum, peserta diminta untuk menyebutkan nama ilmiah masing-masing spesimen yang ada.
Lomba Mewarnai dan Menggambar
Hari rabu, 13 Maret 2013 dilaksanakan lomba
mewarnai untuk anak-anak usia TK - SD Kelas 4, dan lomba menggambar untuk anak-anak kelas 5 SD - kelas 3 SMP. Kegiatan yang berlangsung di ruang kelas Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan ini dimeriahkan dengan keikutsertaan
anak-anak dari keluarga besar rimbawan lingkup Papua Barat. Kegiatan menggambar dan mewarnai ini dilakukan untuk menanamkan rasa cinta lingkungan kepada anak anak dan generasi muda sejak dini serta untuk memupuk rasa percaya diri
anak-anak untuk selalu berkarya dan menghasilkan karya terbaik.
Lomba Memasak Bapak-bapak
Lomba masak ini yang ditujukan untuk bapak-bapak rimbawan dilakukan beregu atau tim. Menu
yang ditentukan dalam lomba memasak ini adalah nasi goreng. Panitia telah menyediakan bahan-bahan sementara peserta diwajibkan untuk membawa peralatan memasak, kompor serta perlengkapan untuk menghias hasil masakan.
Kriteria penilaian dalam lomba masak yang
Barat beserta keluarga. Jalan santai yang diikuti
ribuan peserta ini dimulai dari Dinas Kehutanan Kabupaten Manokwari dan berakhir di komplek BPDAS Remu Ransiki. Peserta jalan santai sangat antusias mengikuti kegiatan jalan santai sejauh 2 km ini, meskipun sempat terjadi hujan saat
pelaksanaan kegiatan. Kegiatan jalan santai dimeriahkan dengan pembagian doorprize yang telah disediakan oleh panitia. Lebih dari 25 paket doorprize diperebutkan oleh peserta jalan santai. Usai pembagian doorprize, dilakukan kegiatan
perlombaan untuk anak anak, berupa lomba makan kerupuk dan lomba lari kelereng. Antusiasme anak-anak mampu mengalahkan hujan yang turut mewarnai pelaksanaan lomba. Lebih dari 50 anak
dari keluarga rimbawan terlibat dalam kegiatan perlombaan ini.
Pengenalan jenis Pohon
Usai perlombaan makan kerupuk dan lari kele-reng, dilaksanakan lomba pengenalan jenis pohon
yang dibagi menjadi dua kategori, yaitu kategori anak-anak SD - SMP, serta kategori pegawai dan umum. Untuk kategori anak anak SD - SMP, peserta diminta untuk menyebutkan nama lokal/nama perdagangan jenis pohon yang dijadikan spesimen,
L I P U T A N … .
P a g e 4 B u l e t i n t r i t o n i s
Lomba Pengenalan Jenis Pohon (kiri), Lom-ba makan Kerupuk (kanan)
Lomba Menggambar(kiri), Lomba Mewarnai (kanan)
Pelaksanaan Jalan Santai (atas) dan Pem-bagian Doorprize (bawah)
L I P U T A N
P a g e 5
Aliran Sungai Remu Ransiki, Balai Latihan Kehu-tanan Manokwari, Dinas Kehutanan Kabupaten Manokwari, Fakultas kehutanan Universitas Negeri Papua dan Mitra Kehutanan.
Dalam upacara Hari Bhakti Rimbawan ini,
Gubernur Papua Barat yang diwaliki oleh Asisten I Gubernur Papua Barat hadir selaku pembina upacara. Dalam Sambutan Menteri Kehutanan yang dibacakan oleh pembina upacara, menekankan peringatan Hari Bakti Rimbawan yang selalu
dilaksanakan setiap tahun hendaknya menjadi momentum yang penting dan strategis bagi upaya pembinaan rimbawan, khususnya peningkatan profesionalisme, disiplin, moral, kesejahteraan dan jiwa korsa, sehingga memiliki kesiapan dan
kesiagaan dalam menghadapi berbagai tantangan tugas.
Setelah upacara, dibacakan pengumuman pemenang perlombaan yang sudah dilaksanakan. Sebagai Juara Umum dimenangkan oleh Balai
Penelitian Kehutanan dengan perolehan mendali 3 emas, 3 Perak dan 1 perunggu, peringkat kedua dipegang oleh Balai besar TNTC dengan perolehan mendali 3 emas, 0 perak dan 1 perunggu, sedangkan peringkat ketiga dipegang oleh Sekolah
dilaksanakan tanggal 16 Maret 2013 ini antara lain: kebersihan, kerapihan, kerjasama tim, penampilan sajian serta rasa masakan.
Rangkaian pertandingan menyemarakkan HBR ke-30
Selama kurun waktu dua minggu berbagai pertandingan dilaksanakan oleh Rimbawan Papua Barat untuk menyemarakkan Hari Bhakti Rimbawan ke -30 ini, yaitu tarik tambang (putra/putri), volly (putra/putri), tenis meja (putra/putri), bulutangkis,
futsal, gapleh dan catur. Semua pertandingan itu menjadi parameter penentuan juara umum yang berhak memboyong piala bergilir Hari Bhakti Rimbawan.
Upacara Hari Bhakti Rimbawan ke -30
Sebagai Puncak pelaksanaan kegiatan Hari Bhakti Rimbawan ini dilaksanakan kegiatan Upacara Hari Bhakti Rimbawan yang diikuti oleh seluruh instansi kehutanan yang ada di Manokwari, Papua Barat, yaitu: Dinas Kehutanan Provinsi
Papua Barat, Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Balai Besar KSDA Papua Barat, Balai Penelitian kehutanan Manokwari, Balai Peman-tapan Kawasan Hutan Wilayah XVII Manokwari, Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi
Wilayah XVIII Manokwari, Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan, Balai Pengelolaan Daerah
E d i s i i A p r i l 2 0 1 3
Berbagai Pertandingan Menyambut Peringatan Hari Bakti Rimbawan ke-30
Pelaksanaan Lomba Memasak
L I P U T A N … .
P a g e 6 B u l e t i n t r i t o n i s
Menengah Kejuruan Kehutanan dengan perolehan medali 2 emas, 1 perak dan 2 perunggu.
Peringatan hari Bhakti Rimbawan di Kawasan TNTC
Masyarakat kampung Yende dan Kampung Mena
Distrik Roon, (wilayah kerja Seksi Pengelolaan Ta-man Nasional Wilayah IV Roon) tidak ketingalan pula untuk ikut menyemarakkan Hari Bhakti Rima-wan Semarak hari Bhakti Rimbawan ke-30 dengan mengadakan kegiatan Kerja Sosial membersihkan
lingkungan kampung serta halaman rumah-rumah penduduk. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama antara petugas Balai Besar TNTC,bersama dengan Siswa-siswi dan guru SMP Persiapan Distrik Roon beserta warga masyarakat sekitar.
Kegiatan Kerja Sosial dilaksanakan dengan mem-bersihkan lingkungan sekitar jalan dan halam-halaman rumah di Kampung yende dan kampung Mena. Menurut saudara La Hamid, salah satu Polisi Kehutanan BBTNTC yang bertugas di SPTN Wilayah
*)Penyuluh Kehutanan pada BBTNTC
Upacara dan Marching Band SMK Kehutanan
Penyerahan Satya Lencana dan Piagam Purna Tugas
Penyerahan Piala Bergilir dan Jamuan Kasih
IV Roon sekaligus penggagas kegiatan ini menga-takan “Kegiatan kerja sosial ini merupakan bukti bakti kami kepada masyarakat sekitar serta ber-tujuan untuk mengajak warga masyarakat untuk selalu peduli dengan kebersihan kampung mereka
dan bisa membuka mata dan pikiran masyarkat di kampung Yende dan Kampung Mena untuk meru-bah prilaku agar bisa membuang sampah pada tempatnya”.
Semoga dengan semarak Hari Bhakti Rimbawan
ke-30 tahun ini, jiwa korsa rimbawan akan selalu terpupuk sehingga masyarakat mendapatkan manfaat kehadiran para rimbawan untuk mencapai tujuan pembangunan kehutanan.
− ☼ −
Kegiatan Bersih kampung yang dilakukan pegawai BBTNTC bersama Siswa SMP Persiapan dan warga masyarakat di kampung Yende dan Kampung Mena.
Diantara 119 (seratus sembi-lan belas) jenis Jabatan Fung-sional yang ada di Indonesia hing-ga tahun 2012 sebanyak 27 (dua puluh tujuh) Jabatan Fungsional
diimplementasikan di lingkungan Kementerian Kehutanan. Kedua puluh tujuh jabatan itu adalah 3 (tiga) jenis Jabatan Fungsional Binaan Kemenhut sementara 24
(dua puluh empat) lainnya di luar binaan Kemenhut. Tiga jabatan fungsional binaan Kemenhut ada-lah jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan, Polisi Kehutanan dan
Pengendali Ekosistem Hutan.
Keputusan Menpan Nomor 54/KEP/M.PAN/7/2003 yang mengatur tentang Jabatan Fungsional pengen-
dali Ekosistem Hu-tan dan Angka Kreditnya perlu di-revisi mengingat dalam keputusan
tersebut butir-buir kegiatan masih tersekat (sangat mencerminkan tu-poksi unit kerja
eselon I Kemenhut), sebagian but i r kegiatan sudah tid-ak relevan dengan
struktur organisasi Kemenhut, serta
butir kegiatan yang ada belum sepenuhnya mengakomodir peru-bahan-perubahan ilmu penge-tahuan dan teknologi di bidang pengelolaan hutan dan peru-
bahan kebijakan pengelolaan hutan. Rangkaian revisi telah dim-ulai sejak tahun 2010 melalui adanya usulan Sekretaris Jen-deral Kemenhut agar dilakukan
proses revisi Jabatan Fungsional PEH yang menekankan pada penyempurnaan butir kegiatan. Dalam Permenpan Nomor 50 Ta-hun 2012 yang ditandatangani
tanggal 23 Agustus 2012, telah menyempurnakan butir kegiatan serta perubahan ketatalaksanaan berbasis kompetensi dan kinerja.
K egiatan Sosialisasi Per-aturan Menteri Pember-dayaan Aparatur Negara
Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Jabatan Fungsional Pengendali
Ekosistem Hutan dan Angka Kreditnya yang dilaksanakan di Balai Besar Taman Nasional Teluk Cender awas ih me rupakan kegiatan sosialisasi Permenpan
Nomor 50 Tahun 2012 untuk per-tama kalinya lingkup Kemente-rian Kehutanan di Papua Barat. Sebagai Koordinator Wilayah (Korwil), Pihak Balai Besar Taman
Nasional Teluk Cenderawasih memfasi l i tasi pelaksanaan kegiatan ini.
Kegiatan yang dilaksanakan pada hari kamis, 21 Maret 2013
ini dihadiri oleh para perwakilan Pejabat Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan dari seluruh Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan lingkup Papua Barat,
mulai dari Balai Pemantauan Pe-manfaatan Hutan Produksi Wila-yah XVIII Manokwari hingga Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua Barat yang berlokasi
di Sorong. Sosialisasi ini disam-paikan langsung oleh Ibu Rismau-li Tampubolon selaku Kepala Ba-gian Tata Usaha Kepegawaian
Biro Kepegawaian Kementerian Kehutanan.
S o s i a l i s a s i P e r m e n p a n N o m o r 5 0 T a h u n 2 0 1 2 T e n t a n g J a b a t a n
F u n g s i o n a l P E H d a n A n g k a K r e d i t n y a
L I P U T A N
E d i s i i A p r i l 2 0 1 3 P a g e 7
Mampukah kita mengimbangi Permenpan dengan meningkatkan profesionalisme? Lidia Tesa Vitasari S.,S.Si*)
Suasana Pelaksanaan Sosialisasi
P a g e 8
L I P U T A N … .
B u l e t i n t r i t o n i s
yang ideal bagi suatu unit kerja. Dengan demikian jumlah minimal pejabat fungsional PEH sesuai ting-kat jabatannya (terampil dan ahli) dalam suatu unit kerja dapat semakin mendukung upaya pencapaian kinerja unit kerja yang maksimal.
Ibu Rismauli Tampubolon mengatakan bahwa kegiatan sosialisasi ini sangat memerlukan ke-hadiran tidak hanya pejabat fungsional PEH saja, melainkan juga pejabat struktural serta pengambil kebijakan dalam suatu unit kerja. Dengan demikian
masing-masing pihak memahami tugas/kewajiban dan haknya. Para pejabat fungsional PEH mengeta-hui kewajiban serta haknya terkait pelaksanaan tu-gas pokok masing-masing. Pejabat struktural juga perlu mengetahui apa kewajiban pokok pejabat
fungsional PEH yang menjadi bawahannya serta mendukung pencapaian karier pejabat fungsional PEH. Dengan demikian setiap pihak dapat saling memanfaatkan kemampuannya untuk meningkat-kan kinerja pribadi maupun kinerja institusi.
Penyempurnaan KEPMENPAN Nomor: 54/KEP/M.PAN/7/2003 menjadi Permenpan Nomor 50 Ta-hun 2012 ini untuk meningkatkan profesionalisme kerja para pejabat fungsional PEH sehingga dike-mudian hari terjadi perubahan kearah yang lebih
baik baik karier pejabat fungsional PEH maupun pengelolaan kawasan hutan. Permenpan Nomor 50 Tahun 2012 ini mulai diberlakukan untuk penga-juan angka kredit periode tahun 2014. Dengan demikian pengajuan angka kredit periode Juli-
Desember 2013 (untuk periode kenaikan pangkat April 2014) masih mengacu pada KEPMENPAN No-mor: 54/KEP/M.PAN/7/2003.
Pertanyaan akhir yang kembali menyeruak ada-
lah mampukan kita, Pejabat Fungsional PEH, mem-berikan sumbangan yang berharga bagi institusi Kementerian Kehutanan ini secara profesional?
− ☼ −
Dalam Permenpan Nomor 50 Tahun 2012 butir kegiatan tidak lagi tersekat-sekat berdasarkan eselon I sehingga memungkinkan seluruh Pejabat Fungsional PEH untuk melaksanakan kegiatan lin-tas eselon I. Perubahan terkait ketatalaksanaan
meliputi syarat pengangkatan, diklat dan uji kompe-tensi, kewajiban pengembangan profesi, kewajiban pengumpulan angka kredit (AK), penulisan karya ilmiah, kewajiban pengajuan DUPAK, pejabat penetap AK, tim penilai AK, ketentuan alih tingkat
serta mengenai formasi PEH.
Berdasarkan penyempurnaan yang tertuang da-lam Permenpan Nomor 50 Tahun 2012, peng-angkatan pertama tidak lagi menyaratkan lulus di-klat pembentukan PEH, melainkan dengan mengi-
kuti uji kompetensi sudah dapat dingkat menjadi pejabat fungsional PEH. Hal ini untuk mengako-modir pejabat fungsional PEH yang belum menda-patkan panggilan diklat pembentukan PEH. Terkait pendidikan dan pelatihan, pejabat fungsional PEH
jika setelah 2 (dua) tahun diangkat dalam ja-batannya tidak mengikuti dan lulus diklat dasar fungsional akan diberhentikan dari jabatannya se-dangkan untuk perpindahan dari tingkat Terampil ke Ahli dapat mengikuti dan lulus diklat alih jenjang
kecuali jenjang Madya WAJIB ikut dan lulus diklat penjenjangan Madya.
Unsur pengembangan profesi, mulai diwajibkan bagi setiap pejabat fungsional PEH yang menduduki jenjang Pertama (III/b) hingga jenjang Madya (IV/c).
Selain kewajiban pengembangan profesi, pejabat fungsional PEH juga memiliki kewajiban pengum-pulan angka kredit yang berasal dari tugas pokok Pengendali Ekosistem Hutan. Dalam Permenpan
Nomor 50 Tahun 2012 telah menyempurnakan poin mengenai penyusunan karya ilmiah sehingga pembagian angka kredit antar penulis karya ilmiah semakin disesuaikan dengan proporsi masing-masing penulis.
Dalam kesempatan kali ini diberikan juga penje-lasan mengenai formasi PEH di masing-masing unit kerja. Formasi ini telah ditetapkan sesuai dengan jumlah kegiatan serta waktu pelaksanaan kegiatan
*)Calon PEH Pada BBTNTC
E d i s i i A p r i l 2 0 1 3 P a g e 9
A R T I K E L
fasilitator dan dinamisator. Ten-tunya bila kondisi masyarakat setempat memiliki tingkat kesa-daran konservasi yang rendah, kader konservasi merupakan
moda pengubah cara pandang dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam melindungi, mengawetkan dan memanfaatkan kekayaan alam
khususnya yang berada di dalam kawasan taman nasional.
Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih telah melalu-kan upaya pembinaan kader kon-servasi baik melalui pembinaan secara langsung dan pembinaan
secara tidak langsung. Secara langsung kader konservasi dibina melalui kegiatan pertemuan kader konservasi, peningkatan kemampuan, pengembangan ke-
terampilan dan pelibatan kader konsevasi dalam program kerja UPT. Sedangkan secara tidak langsung dibina dengan cara pen-gisian angket/kuesioener kader
konservasi, pendistribusian leafleat, poster, booklet dan bu-ku.
Kegiatan pembinaan kader konservasi melalui pertemuan
kader konservasi sangatlah ber-peran dalam proses pember-dayaan masyarakat. Karena da-lam pertemuan kader konservasi tersebut merupakan media untuk
saling berkomunikasi dan bertu-kar informasi serta tempat pemecahan masalah/pencarian solusi bila ada hambatan yang dialami melalui fasilitasi sehingga
terbentuklah kemandirian dalam penentuan keputusan. Dampak yang diperoleh dari rutinitas per-temuan kader konservasi ini ada-
lah kader konservasi yang ada
K ader konservasi meru-pakan moda penggerak upaya konservasi ditengah
-tengah masyarakat sehingga ke-beradaannya pun sangat dibu-
tuhkan guna kelangsungan ke-lestarian taman nasional. Sangat-lah tepat bila keberadaannya mendapatkan perhatian melalui program pembinaan kader kon-
servasi secara berkala mengingat kader konservasi memiliki pe-ranan sebagai inisiator, motivator,
Peranan Ganda Kader Konservasi Yang Besar Manfaatnya Veve Ivana Pramesti, S.Hut*)
P e r a n K a d e r K o n s e r v a s i d a l a m M e n u n j a n g
K e b e r h a s i l a n P r o g r a m P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t
Aktivitas Pengelolaan Kawasan dengan Memanfaatkan Keberadaan Masyarakat Sebagai Kader Konservasi
P a g e 1 0
A R T I K E L … .
B u l e t i n t r i t o n i s
non formal ini dalam men-ciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas karena tanpa sumberdaya manusia yang berkualitas, pengembangan ke-
mandirian masyarakat akan ter-hambat sehingga turut mening-katkan resiko kegagalan pember-dayaan masyarakat.
Wujud pendidikan non formal
ini pun dipilih kegiatan yang lebih menguntungkan dan lebih banyak memberikan manfaat kepada kader. Melalui pendidikan, kader konservasi dibekali pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang diperlukan sehingga kader kon-servasi menjadi tahu, mengerti, dapat melakukan dan mau mela-kukan sesuatu untuk peningkatan
kualitas hidup. Perubahan peri-laku ini apabila dipadukan den-gan potensi sumber daya alam yang tersedia baik dari berupa fisik maupun jasa lingkungan
akan melahirkan perilaku baru yang disebut partisipasi penge-lolaan. Partisipasi pengelolaan ini akan merangsang kader konser-vasi lebih aktif dan kreatif dalam
melaksanakan pembangunan daerahnya yang terarah dan be-rencana terutama dalam mening-katkan pendapatan serta dapat
membuka kesempatan kerja/lapangan kerja baru bagi orang di sekitarnya sehingga memperbaiki kualitas hidupnya sendiri dan orang di sekitarnya.
Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih telah mela-kukan beberapa pelatihan dan in house training sebagai bentuk pembinaan terhadap kader kon-
servasi, diantaranya pelatihan pe-mandu wisata, pembuatan pupuk bokashi, cara penanaman tanam-an berkayu, pembuatan minyak kelapa, pembuatan rumpon, per-
baikan jaring ikan, in house train-ing pengolahan hasil laut di Na-pan Yaur, Yende dan Yari-Yari. Se-lain peningkatan keterampilan, kader konservasi juga dilibatkan
dalam beberapa kegiatan Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih sebagai wujud pembinaan secara berkala. Di-harapkan setelah mendapatkan
pelatihan atau in house training, kader konservasi dapat memprak-tekannya dan menerapkan sendiri hasil pengembangan ke-terampilannya di tengah-tengah
masyarakat. Disamping itu kader konservasi diharapkan juga dapat menyebarkan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh kepada masyarakat setempat se-
cara swadaya guna meningkatkan potensi dan keterampilan masya-rakat serta partisipasi swadaya masyarakat dalam kemandirian
kehidupannya sehingga menuju kepada peningkatan kualitas hidup dan masyarakat yang swadaya.
ditengah-tengah masyarakat men-jadi mampu dan terlatih untuk berdiskusi/bermusyawarah atau-pun memfasilitasi dalam pengam-bil suatu keputusan/pencarian
solusi yang mandiri. Kader kon-servasi yang telah terlatih ini sa-ngat membantu dalam proses pemberdayaan masyarakat khu-susnya sebagai motivator dan
fasilitator dalam penentuan kepu-tusan ataupun pemecahan solusi permasalahan yang timbul. Kare-na da lam pemberdayaan masyarakat, kemandirian dalam
penentuan keputusan sangatlah penting dan masyarakat dituntut untuk bisa menentukan sendiri usaha atau langkah-langkah yang akan ditempuh untuk meme-
cahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dengan tidak menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak luar, baik pe-merintah maupun organisasi-
organisasi non-pemerintah.
Kader konservasi juga dibina melalui pengembangan keteram-pilan dan turut andil memegang peranan penting dalam pember-
dayaan masyarakat. Dalam pem-binaan ini, kader konservasi dit-ingkatkan pengetahuannya dan keahliannya di bidang penge-
lolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya melalui pen-didikan non formal seperti pelatihan atau in house training. Di sinilah peranan pendidikan
*)Calon Penyuluh Kehutanan Pada BBTNTC
E d i s i i A p r i l 2 0 1 3
A R T I K E L
P a g e 1 1
pada tahap memberdayakan masyarakat dan masih hanya sekedar wisata, bukan ekowisata. Di Filipina, walaupun kemumculan Hiu Paus berdasarkan musim, tetapi telah dikelola secara kolaboratif dan profesional oleh Pemerintah Daerah, Departemen
Pariwisata dan WWF Filipina yang tentunya setiap lembaga tersebut memiliki tanggung jawab masing-masing, misalnya: Pemerintah Daerah Donsol ber-tanggung jawab mengatur aktivitas kepariwisataan; WWF Filipina bertanggung jawab menyelenggarakan
penelitian dan mengumpulkan data-data yang dibu-tuhkan untuk kepentingan ekowisata Hiu Paus; De-partemen Pariwisata bertanggung jawab mempro-mosikan Ekowisata Hiu Paus dan menyelenggara-kan pelatihan.
Kolaborasi apik seperti tersebut diatas tentunya diupayakan untuk mendatangkan wisatawan dan menjadikan masyarakat sekitar sebagai sasaran utama pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan/aktivitas kepariwisataan. Masyarakat di-
latih oleh Departemen Pariwisata agar terampil menjadi pemandu wisata. Para pemandu Ekowisata Hiu Paus di Filipina yang disebut Butanding Interac-tion Officers (BIOs), memandu para wisatawan mu-
K ampung Akudiomi merupakan salah satu kampung yang terdapat di wilayah kerja Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I
Kwatisore. Kampung ini memiliki daya tarik yang bisa diandalkan, selain wisata budaya dan adat is-
tiadatnya, Kampung Akudiomi juga menyimpan po-tensi wisata minat khusus yang telah tersohor hing-ga mancanegara. Hiu Paus (Whale Shark) menjadi salah satu andalan Perairan Kwatisore/Akudiomi. Perairan Kwatisore/Akudiomi secara geografis ter-
letak pada 134°56’18” s/d 134°57’27” BT sampai 03°14’16” s/d 03°14’58” LS. Atraksi Hiu Paus (Whale Shark) ini dapat dinikmati dengan cara snor-keling atau diving. Kemunculan Hiu Paus di Perairan Kwatisore/Akudiomi terjadi sepanjang ta-
hun. Fenomena ini berbeda dengan kemunculan Hiu Paus di negara lain, seperti Filipina atau Austral-ia. Oleh karena itu, para peminat wisata ini tidak akan mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan Hiu Paus. Di Filipina, atraksi Hiu Paus dapat
dinikmati hanya berdasarkan musim kemuncu-lannya.
Berbeda dengan di Filipina (Donsol, Sorsogon), wisata Hiu Paus di Kwatisore belum berkembang
P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t a k u d i o m i M e l a l u i P r o g r a m
E k o w i s a t a H i u P a u s ( W h a l e S h a r k )
Sudah saatnya mengubah pengelolaan wisata
alam yang mandiri menjadi kolaborasi Erwin Kusumah Nanjaya, S.Hut*)
P a g e 1 2 B u l e t i n t r i t o n i s
kat (soft maupun hard) telah tersedia, maka eko-wisata Hiu Paus diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut termuat dalam Road Map Kementerian Ke-
hutanan RI tahun 2010-2030 yang menetapkan ke-bijakan strategis dan misi pembangunan kehutanan “Pembangunan Kehutanan Bertumpu Pada Peman-faatan Jasa Lingkungan Yang bertujuan mengem-bangkan Perlindungan Sistem Penyangga Ke-
hidupan, Pengawetan Biodiversity, dan Pember-dayaan Masyarakat”.
Sumber:
David, N. D., 2012. Donsol Whale Shark Research and Ecotourism Sustainability Program. WWF Filipina.
− ☼ −
lai dari pusat informasi hingga di lapangan (di lokasi wisata). Perahu yang digunakan oleh para wisata-wan merupakan perahu milik masyarakat. Wisata-wan diharuskan memakai perahu masyarakat untuk menikmati Hiu Paus. Para Butanding bertugas men-
cari keberadaan Hiu Paus dan mengarahkan wisata-wan mengenai cara menikmati ekowisata Hiu Paus yang benar. Para Butanding yang terlatih dan pe-rahu masyarakat yang dipakai wisatawan meru-pakan contoh nyata pemberdayaan masyarakat di
Donsol, Filipina.
Fenomena di Donsol dapat kita adopsi di Kwati-sore, namun tetap harus memperhatikan beberapa, misalnya: keberadaan bagan, kesiapan masyarakat untuk menerima tamu/wisatawan, perahu masyara-
kat yang layak untuk dipakai wisatawan, kecakapan masyarakat untuk memandu wisatawan, bahkan le-bih jauh lagi Peraturan Daerah yang mengatur eko-wisata Hiu Paus perlu dibuat. Ketika semua perang-
A R T I K E L … .
*)Calon Penyuluh Kehutanan
Pada BPTN Wilayah I Nabire
Wisatawan di Donsol menggunakan perahu masyarakat, dengan Panduan BIOs berbon-dong-bondong menikmati Ekowisata Hiu Paus
Atraksi Hiu Paus di Kwatisore
E d i s i i A p r i l 2 0 1 3 P a g e 1 3
A R T I K E L
penangkapan ikan ilegal yang merusak terumbu karang dan lingkungan laut.
Sebagai suatu alternatif produksi, usaha budidaya kerapu ternyata memberikan harapan yang cerah dan menjanjikan. Berbagai penelitian
dan percobaan budidaya kerapu sudah banyak dilakukan yang dapat mengatasi berbagai masalah dalam budidaya kerapu. Berbagai usaha komersial budidaya kerapu sudah dilakukan dan memberikan hasil yang baik. Lahan untuk pembudidayaan cukup
tersedia di berbagai wilayah Indonesia dan masih t e r b u k a r u a n g d an p e l u a n g u n t uk mengembangkannya termasuk di dalam kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih.
Usaha budidaya kerapu pada dasarnya dapat
dibagi menjadi dua kelompok yaitu pembenihan dan pembesaran. Kegiatan pembenihan adalah biasanya merupakan kegiatan produksi yang menghasilkan benih ikan sampai dengan ukuran 5 - 7 cm yang biasa disebut dengan fingerling.
Kegiatan pembesaran adalah kegiatan pemeliharaan fingerling sampai dengan kerapu tersebut berukuran ikan konsumsi.
Pembesaran jenis kerapu sampai dengan berukuran konsumsi berkisar antara 7-10 bulan,
tergantung dari jenis kerapu yang dibesarkan (untuk kerapu macan dibutuhkan waktu sekitar 7 bulan dan untuk kerapu tikus sekitar 10 bulan).
K awasan Taman Nas iona l Te luk Cenderawasih yang terbentang dari Tanjung Runaki hingga ke Sima menyimpan
keanekaragaman sumberdaya alam laut yang sangat tinggi. Berbagai jenis ikan dan terumbu
karang dapat kita temui. Pemanfaatan sumberdaya alam laut ini selama ini masih bersifat tradisional yaitu dengan memancing. Pemanfaatan ini hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tanpa ada upaya budidaya atau juga menjual hasil
tangkapan mereka. Berbagai jenis ikan yang biasanya ditangkap oleh masyarakat adalah ikan-ikan karang. Dengan potensi sumberdaya laut khususnya ikan yang masih besar maka perlu adanya pengembangan dalam pemanfaatan
sumberdaya laut untuk dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya dengan budidaya ikan kerapu.
Kerapu merupakan jenis ikan laut yang paling populer dan bernilai ekonomis tinggi di antara jenis
ikan karang di kawasan Asia-Pasifik. Permintaan ikan kerapu khususnya dalam kondisi hidup untuk tujuan ekspor seperti ke Hongkong dan Cina cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal ini mendorong perburuan kerapu di alam
(penangkapan) semakin meningkat. Namun karena sifatnya berburu maka tingkat kepastian produksi sulit diprediksi disamping itu kerap sekali terjadi perburuan yang menjurus pada usaha
P r o s p e k B u d i d a y a P e m b e s a r a n I k a n K e r a p u d a l a m P e n i n g k a t a n
K e s e j a h t e r a a n M a s y a r a k a t
Astekita A.,S.Hut.,M.Sc*) Sekarang waktunya merubah wujud pemanfaatan menjadi lebih bernilai
P a g e 1 4
A R T I K E L … .
B u l e t i n t r i t o n i s
Pembesaran kerapu biasanya dilaksanakan dengan menggunakan keramba jaring apung atau di dalam tangki pembesaran dengan sistem air mengalir.
Usaha pembesaran kerapu di lapangan (yang dilakukan masyarakat) cukup bervariasi. Ada yang membesarkan dari fingerling sampai menjadi ukuran konsumsi dan ada juga yang membesarkan dari fingerling sampai ukuran 100g/ekor (kerapu muda) dan dari kerapu muda sampai ukuran konsumsi
(sekitar 500-1200g/ekor).
Analisa usaha merupakan perhitungan keuangan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan suatu usaha. Pada analisa usaha pembesaran ikan kerapu, disini dicontohkan usaha pembesaran ikan kerapu bebek (Cromileptis altivelis) dimulai dengan menghitung biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha dan keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut. Adapun biaya-biaya yang dihitung adalah :
Bila dilihat dari perhitungan secara ekonomi, usaha budidaya pembesaran kerapu ini cukup menjanjikan. Dimana dari perhitungan B/C Ratio di peroleh nilai 1,73 yang artinya setiap biaya yang
dikeluarkan Rp. 1,- akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,73,-. Namun perlu adanya upaya untuk belajar bagaimana dapat mewujudkan usaha budidaya pembesaran ikan kerapu tersebut. Tidak akan dapat tercapai suatu tujuan bila kita mencobanya.
Sumber
http://riflovers.blogspot.com/2011/04/analisa-usaha-pembesaran-ikan-kerapu.html diakses pada tanggal 25
Maret 2013 pukul 10.00 WIT
Sudrajat, Ahmad. 2008. Budidaya 23 Komoditas laut menguntungkan. Jakarta. Penebar Swadaya.
− ☼ −
*)Penyuluh Kehutanan Pertama pada BBTNTC
No Jenis Biaya Biaya (Rp) Keterangan
Biaya Pengeluaran
1 Biaya investasi (mulai dari tahun ke-0) 40.000.000 kontruksi, peralatan yang berhubungan dengan produksi dan harus disediakan sebelum proses produksi.
2 Biaya Operasional Biaya tetap per tahun Biaya tidak tetap per tahun
39.000.000 78.000.000
- benih ikan = 1100 ekor - hasil panen = 1000 ekor
Biaya Pendapatan
1 Penjualan (sudah termasuk dikurangi pajak 10%)
202.500.000 - Pendapatan = 1000 ekor (500 kg) x Rp. 450.000,- x 1 tahun = Rp. 225.000.000,-
Keuntungan
1 Penjualan dikurangi pengeluaran(biaya operasional)
85.500.000 Rp. 202.500.000 – Rp 117.000.000
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
1 Total Penjualan : Total Biaya Operasional 1,73 Rp. 202.500.000 : Rp 117.000.000
E d i s i i A p r i l 2 0 1 3 P a g e 1 5
A R T I K E L
Relationship menyatakan bahwa terdapat 5 (lima) tahapan agar proses hubungan antar manusia dapat menuju pada tahap kebersamaan/penyatuan. Apabila kebersamaan ini diterjemahkan atau diperluas dalam arti kelompok, maka tahapan-
tahapan tersebut dapat menjadi suatu proses aktivitas tugas penyuluh dalam membentuk dan mengembangkan suatu kelompok dalam masyarakat. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
Tahap Memulai (Initiating), merupakan usaha-
usaha yang sangat awal yang dilakukan oleh penyuluh dalam menginformasikan dan memperkenalkan “apa sebenarnya kelompok itu”, “apa keuntungan dan kerugian bekerja dalam kelompok”, dan lain sebagainya. Tujuannya adalah
agar anggota-anggota masyarakat sadar (aware) dan tergugah minatnya (interest) dan terbuka wawasannya (understanding). Tahap ini sangat berkaitan dengan persepsi dan kesan terhadap informasi yang disampaikan kepada mereka
sehingga diperlukan kecermatan dan kehatian-hatian dalam mengemas dan menyampaikan infomasi.
Tahap Penjajakan (Experimenting), merupakan usaha mencari cara membangun keinginan anggota
-anggota masyarakat dengan melakukan pencarian terhadap kemiripan-kemiripan kebutuhan diantara mereka. Pada tahap ini, penyuluh diharapkan mampu menggali aspirasi masyarakat, melihat hal-hal yang dinginkan oleh masyarakat, serta
mengidentifikasi faktor pendukung maupun faktor penghambat terbentuknya suatu kelompok. Dengan
P eranan penyuluh sangat strategis dalam memfasilitasi upaya pemberdayaan masyarakat. Strategi yang digunakan dalam
pemberdayaan masyarakat antara lain melalui penguatan kelembagaan dalam rangka
memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu secara mandiri berperan serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan pembentukan kelompok-kelompok mandiri. Dengan
kegiatan itu, banyak manfaat yang akan dipetik oleh masyarakat. Pendekatan kelompok yang mandiri dianggap penting karena masyarakat dibina untuk berkelompok sehingga mereka memiliki wadah untuk berorganisasi dan bersosialisasi. Kelompok
ini nantinya akan berfungsi sebagai wahana pembelajaran, bekerja sama, dan unit produksi.
Knapp dan Vangelisti (1992) dalam Interpersonal Communication and Human
P e r a n P e n y u l u h D a l a m P r o s e s P e m b e n t u k a n
K e l o m p o k U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t
y a n g M a n d i r i
Eric Rosady, A.Md*)
Pemberdayaan masyarakat memerlukan peran serta aktif penyuluh
P a g e 1 6
sebuah kebersamaan atau kelompok kerja. Setelah kelompok terbentuk, maka dapat dilanjutkan dengan penyusunan struktur organisasi kelompok, norma kelompok, program kerja, penentuan sekretariat kelompok, sumber dana kegiatan dan
lain sebagainya demi kelancaran aktivitas kelompok dan kelangsungan hidup kelompok.
Untuk itu dalam mewujudkan masyarakat yang mandiri, peran seorang penyuluh dalam menuju masyarakat yang mandiri sangatlah penting,
mengingat keduanya memeiliki hubungan keterkaitan yang tak dapat terpisahkan dan merupakan bagian dari satu kesatuan yang telah menjadi suatu system yang solid.
− ☼ −
memperoleh informasi tersebut, maka akan diketahui apakah masyarakat merasa butuh atau tidak akan adanya kelompok.
Tahap Penggiatan (Intensifying), ditandai dengan adanya kecenderungan perubahan sikap
yang dapat diartikan bahwa sebagian besar anggota masyarakat merasakan sangat perlu dan setuju adanya wadah dalam mencapai tujuan mereka. Jika demikian, penyuluh perlu melaksanakan pendekatan secara terus menerus kepada mereka
melalui pertemuan-pertemuan baik yang dilakukan secara formal maupun informal, seperti berkunjung dari rumah ke rumah, ataupun kegiatan lainnya yang dapat memperkokoh minat serta keinginan masyarakat dalam membentuk wadah kelompok.
Pada tahap ini, informasi-informasi yang penting yang dibutuhkan masyarakat diusahakan harus selalu tersedia.
Tahap Pengintegrasian (Integrating), setelah semakin terlihat adanya perubahan yang kuat pada
sikap dan perilaku anggota-anggota masyarakat, penyuluh kiranya perlu memfasilitasi masyarakat untuk mengadakan pertemuan-pertemuan formal.
Tahap Pengikatan (Bonding). Dari pertemuan-pertemuan formal yang telah terlaksana maka akan
dihasilkan suatu kesepakatan untuk membentuk suatu kelompok. Pada tahap ini, para anggota masyarakat mengikrarkan kesepakatan dalam
A R T I K E L … .
*)Calon Polisi Kehutanan pada BPTN Wil III Ransiki
B u l e t i n t r i t o n i s
E d i s i i A p r i l 2 0 1 3 P a g e 1 7
Berdasarkan suatu sumber, penyebab masyara-kat tidak berdaya ada beberapa faktor; 1. kemiskin-an dan tidak mampu keluar darinya, 2. karena tidak ada pilihan lain, dan 3. sudah merupakan way of life sehingga sulit untuk keluar dari lingkaran kemiskin-
an. Namun demikian, pemerintah sebagai yang pa-ling bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakatnya harus membantu masyarakat keluar dari lingkaran kemiskinan. Saat ini pemerintah su-dah mulai merintis kegiatan/program untuk
masyarakat melalui pendekatan bottom-up. Teknik seperti PRA (Participatory Rural Appraisal) sudah diperkenalkan. Dalam kasus Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC), teknik PRA sudah diimple-mentasikan di beberapa kampung. Yang menjadi
pertanyaan, sudah sejauh manakah teknik tersebut membuat program/kegiatan yang disusun berha-sil?. Sebuah pertanyaan yang sulit untuk di jawab karena sampai saat ini program yang berjalan lagi-lagi seperti kegiatan amal (mirip dongeng sinter-
klas). Setelah program berjalan, namun tiada kelan-jutannya lagi.
Beberapa faktor yang menyebabkan mandeknya kegiatan pemberdayaan masyarakat di TNTC ada-lah; 1) Sifat kegiatan ini masih bersifat proyek,
artinya proses inisiasi program ke masyarakat dan evaluasi kegiatan tersebut masih lemah. Kadang kala tim datang dengan program yang sudah ada tanpa melibatkan masyarakat secara aktif. Proses evaluasi kegiatan juga sangat kurang, seperti se-
jauh mana program ini mencapai targetnya. 2) Pro-gram cenderung berasal dari atas yaitu kantor Balai Besar TNTC dengan sedikitnya keterlibatan masyarakat sejak awal program. Tim menentukan
jenis kegiatan apa yang kira-kira sesuai dengan
M enurut wikipedia Indonesia, pember-dayaan masyarakat adalah ‘proses pem-bangunan di mana masyarakat berinisi-
atif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pem-
berdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan masyara-kat" apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal
juga sebagai subyek. Disini subyek merupakan mo-tor penggerak, dan bukan penerima manfaat (beneficiaries) atau obyek saja. Pemberdayaan bisa mempunyai makna yang berbeda-beda, tergantung dari sisi dan latar belakang realitas yang dihadapi
oleh sekumpulan maupun individu. Namun yang paling dekat dengan kita, dan yang paling mudah di-pahami bahwa pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang berarti mampu atau mempunyai ke-mampuan dalam hal ekonomi, politik dan tentu saja
mampu mandiri dalam tatanan kehidupan sosial. Pemberdayaan di pedesaan dan di perkotaan pada umumnya mempunyai kesamaan, yakni peningkat-an ekonomi, pendidikan, akses sebagai warga dan hubungan-hubungan yang menghasilkan perilaku
politik. Namun beberapa konsep pemberdayaan yang telah dimutakhirkan oleh pemerintah adalah pemberdayaan melalui nilai-nilai universal kemanu-siaan yang luntur untuk di bangkitkan kembali, tu-juan dari pemberdayaan ini adalah perubahan sikap
dan perilaku menjadi lebih baik. Praktiknya tetap saja memakai konsep kesadaran dan kemauan dari dalam masyarakat itu sendiri, kemudian lebih dike-nal dengan participatory rural appraisal (PRA) (lihat
Maulana, 2008).
P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t ( C o m m u n i t y E m p o w e r m e n t ) :
S u a t u P a n d a n g a n U m u m
A R T I K E L
Di tangan kitalah, kegagalan atau keberhasilan pemberdayaan masyarakat berada Hermadi, S.Pi., M.Sc*)
A R T I K E L
P a g e 1 8 B u l e t i n t r i t o n i s
penyebab gagalnya program pemberdayaan masyarakat adalah adanya perbedaan persepsi dalam memandang masyarakat. Umumnya peme-rintah beranggapan masyarakat masih lemah/tidak mengetahui apapun sehingga ada isu ketidakseta-
raan dalam proses kegiatan. Sebagai contoh kecil saja, pemerintah biasanya duduk di depan dan da-lam posisi di atas sedangkan masyarakat berada di bawah. Secara psikologi, hal ini tentu saja sudah menggambarkan ketidak samaan level antara pe-
merintah-masyarakat. Jika belajar dari pengalaman di negara maju, ada kesamaan kedudukan diantara pihak yang terlibat sehingga tidak ada yang merasa lebih rendah atau lebih tinggi. Kesadaran masyara-kat di negara maju sudah tinggi sehingga tidak me-
rasa rendah diri ketika berhadapan dengan pihak lain yang memiliki ‘power’. Baik kekuatan politik maupun ekonomi. Mereka sudah mengetahui hak dan kewajibannya. Begitu juga dengan pihak lain, tidak menekan atau memaksakan kehendaknya
kepada masyarakat.
Memang ada perbedaan antara negara maju dan berkembang. Di negara berkembang umumnya masyarakat masih miskin baik dari segi ekonomi maupun sosial dan politik. Sedangkan di negara
maju sebaliknya. Namun demikian hendaknya pe-merintah memperlakukan masyarakat dengan prin-sip kesetaraan seperti di amanatkan dalam tata pe-merintahan yang baik (good governance). Seperti misalnya mengintegrasikan aspirasi masyarakat un-
tuk program kerja pemerintah dengan partisipasi sebenarnya (real participation) bukan hanya partisi-pasi simbolik (symbolic participation). Umumnya yang terjadi adalah dalam setiap kegiatan, masyara-
kat di undang ke suatu tempat untuk mendengar-kan apa yang disebut dengan konsultasi publik (public consultation). Padahal jika merujuk pada te-ori Arnstein (1969), konsultasi publik termasuk kat-egori symbolic participation.
Mengapa masih ada perbedaan cara pandang ini di Indonesia?. Menurut penulis, hal ini meru-pakan warisan gaya pemerintah lama yang cender-ung top-down. Seperti yang kita ketahui bersama, pemerintah kala itu komandonya sistem terpusat,
masyarakat tanpa melibatkan masyarakat secara aktif. Masyarakat cenderung menerima begitu saja program yang ada. 3) Minimnya kesiapan baik dari masyarakat maupun petugas dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat. Contohnya,
bagaimana ketersediaan pasar yang siap menerima produk dari masyarakat?
Namun demikian, masalah pendanaan memang menjadi hambatan yang besar. Dengan lokasi TNTC yang jauh, pasti memerlukan dana yang besar un-
tuk menuju ke sana. Sehingga program pember-dayaan masyarakat memang program serius yang memerlukan perhatian dari seluruh pihak termasuk pemda dan swasta. Tanggung jawab masyarakat di kawasan bukan hanya tugas Balai Besar TNTC. Jika
hanya satu institusi yang bekerja maka bisa di pasti-kan program pemberdayaan masyarakat akan me-nemui kendala.
Menurut artikel CDX and Changes (2008), untuk berhasilnya suatu program pemberdayaan masyara-
kat, setidaknya harus ada 5 (lima) dimensi:
1. Confident (meningkatkan keahlian, pengetahuan dan percaya diri masyarakat dan membangun kepercayaan bahwa masyarakat bisa membuat perubahan);
2. Inclusive (mengenali gejala diskriminasi, mem-promosikan kesempatan yang sama, membina hubungan baik antar kelompok dan menghadapi tantangan ketidakadilan dan ekslusifitas);
3. Organized (mengenali isu bersama dan per-
hatian terhadap kelompok yang bersifat terbuka, demokratis dan akuntabel);
4. Co-operative (membangun hubungan positif an-tar kelompok, mengidentifikasi isu umum, mem-
bangun dan memelihara jaringan skala nasional dan mempromosikan kerjasama);
5. Influential (mendorong dan mengajak masyara-kat untuk ambil bagian, mempengaruhi pengam-bilan keputusan, layanan dan kegiatan)
Jika dimensi di atas kurang atau bahkan tidak ada maka bisa di pastikan program pemberdayaan gagal diimplementasikan. Salah satu hal mendasar
P a g e 1 9 E d i s i i A p r i l 2 0 1 3
A R T I K E L … .
sarana untuk membantu masyarakat agar keluar dari jurang kemiskinan.
Sumber
h t t p : / / i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i /
Pemberdayaan_masyarakat
http://staff.uny.ac. id/sites/default/f i les/tmp/
PEMBERDAYAAN%20MASYARAKAT.pdf
http://www.sarjanaku.com/2011/09/pemberdayaan-
masyarakat-pengertian.html
w w w . i a c d g l o b a l . o r g / f i l e s /
what_is_community_empowerment.pdf
Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Penyadaran
Alokasi Dana Desa, Oleh: Ilham Maulana
− ☼ −
dari pusat ke daerah dan seterusnya menurut hirar-ki. Pendekatan top-down ini dipandang kurang efek-tif karena yang mengetahui permasalahan adalah masyarakat dan yang mengetahui kebutuhannya adalah masyarakat sendiri. Sehingga bisa timbul
ketidak sesuaian antara program dengan ke-butuhan masyarakat. Kemudian bagaimana cara mengatasi hal ini?.
Langkah pertama tentu saja mengubah mindset hubungan pemerintah-masyarakat. Butuh waktu
lama untuk mengubah pola pikir dari pemerintah. Masyarakat sekarang itu sudah cerdas, sehingga yang pemerintah perlukan adalah mengarahkan mereka;
Langkah kedua yaitu menghargai masyarakat
agar symbolic participation bisa beralih ke real par-ticipation. Semestinya tidak ada lagi kegiatan yang sifatnya simbolik atau dengan kata lain hanya seke-dar menghadirkan masyarakat di tiap kegiatan;
Langkah ketiga adalah mulai dari tingkat na-
sional, perbaiki sistem ekonomi yang berpihak pada rakyat kecil, dan berikan masyarakat jaminan kese-hatan dan pendidikan gratis. Hal ini tentu saja akan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan ber-fokus pada cara mereka memberdayakan dirinya
sendiri. Kesehatan dan pendidikan juga merupakan
*)PEH Pertama pada BBTNTC
B E R I T A G A M B A R
P a g e 2 0 B u l e t i n t r i t o n i s
1&2: Upacara Pembukaan Rangkaian Acara Menyambut Hari Bakti Rimbawan ke-30 di Manokwari - Papua Barat dan penyerahan Piala Bergilir Hari Bhakti Rimba-wan dari Kepala Balai Besar TNTC kepada Pembina Upacara dan Ketua panitia Pelaksana. 3&4: Jalan Santai keluarga rimbawan dalam rangka Memeriahkan Peringatan Hari Bakti Rimbawan Ke-30 di Manokwari Papua Barat. 5&6: Kegiatan Bhakti Sosial dalam Rangka HBR di SPTN Wilayah IV Roon. 7&8: Kegiatan Penanaman Mangrove di Pantai depan Markas Komando SPORC Brigadir kasuari Papua barat dalam rangka HBR ke-30. 9&10: Lomba Makan Kerupuk, Mewarnai gambar dan melukis tingkat anak dalam rangka menyemarakkan HBR ke-30 11&12: Penyerahan Satya Lencana dan Penghargaan Purna Tugas Rimbawan di Pa-pua Barat 13%14 : Kekhidmatan Upacara Peringatan Hari Bakti Rimbawan Ke-30 serta Ke-meriahan Pertunjukan Marching Band SMK Kehutanan Manokwari
P a g e 2 1 E d i s i i A p r i l 2 0 1 3
B E R I T A G A M B A R
P a g e 2 2 B u l e t i n t r i t o n i s
A R T I K E L
disebutkan di atas, nipah seharusnya bisa meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat melalui produk-produk yang bernilai jual dan laku dipasaran, namun dalam kenyataannya nipah hanya dipergunakan untuk
memproduksi minuman lokal yang biasa disebut bobo.
Bobo ini merupakan sejenis minuman beralkohol yang dapat memabukkan yang dihasilkan dari proses penyulingan nira nipah yang
dikumpulkan masyarakat Tandia dari hutan nipah. Ditengah-tengah keberadaan perda yang melarang peredaran minuman keras di Papua, kegiatan penyulingan nira nipah ini masih terus dilakukan masyarakat secara sembunyi-sembunyi. Masyarakat
tidak memiliki alternatif pengolahan nipah menjadi produk lain. Keadaan ini menciptakan tingginya peluang pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan nipah Tandia.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat tidak
terlepas dari peran pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah setempat. Beberapa contoh konkrit yang bisa dilakukan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat adalah melalui sosialisasi pemanfaatan nipah untuk produk yang
baru dan penyediaan pasar. Khusus untuk pemanfaatan nipah, masyarakat diberdayakan melalui sosialisasi/pelatihan keterampilan baru untuk mengolah nipah ini menjadi produk-produk yang legal secara hukum seperti pembuatan gula
nira (gula merah), pembuatan tepung nipah, kerajinan tangan dan berbagai produk lainnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Perkebunan Gula Indonesia
menunjukkan bahwa setiap malai nipah dapat
P emberdayaan masyarakat sebagai sebuah elemen yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan hutan, merupakan langkah
nyata yang harus dilakukan dalam upaya pelestarian hutan. Kegiatan pemberdayaan
masyarakat ini dimaksudkan agar masyarakat yang tinggal di dalam dan disekitar hutan merasakan dan mendapatkan manfaat hutan secara langsung, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup mereka, serta sekaligus dapat
menumbuhkan rasa ikut memiliki sesuai amanah Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-undang Kehutanan No. 41 Tahun 1999.
Masyarakat Desa Tandia Kabupaten Teluk Wondama, merupakan sekumpulan masyarakat
yang telah berasosiasi dengan hutan nipah (Nypa fruticans Wurmb.) sejak lama. Hasil penelitian Kuswandi (2012) menyebutkan bahwa nipah di Desa Tandia memiliki potensi sebesar 1.112 rumpun per ha dimana terdapat 1-20 pohon per
rumpun. Dengan potensi yang besar seperti
M e n i n g k a t k a n K e g u n a a n N i p a h , S e b a g a i P e l u a n g
P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t
Dokumentasi: Fredy Jontara
Potensi nipah menunggu upaya pengembangan melalui pemberdayaan masyarakat…. Fredy Jontara Hutapea, S.Hut*)
P a g e 2 3 E d i s i i A p r i l 2 0 1 3
A R T I K E L … .
Moeljopawiro, S., E. Poedjirahadjoe dan R. Pratiwi. 1996. Manfaat dan Potensi Nipah (Nypa fruticans Wurmb.) di Daerah Sungsang Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional di Yogyakarta 18-20 September
1995: 347-353. Fakultas Biologi. UGM. Yogyakarta.
Subiandono, E., N. M. Heriyanto dan E. Karlina. 2011. Potensi Nipah (Nypa fruticans (Thunb.) Wurmb.) Sebagai Sumber Pangan dari Hutan
Mangrove. Buletin Plasma Nuftah, 17(1): 54-60.
− ☼ −
menghasilkan 0,5-1,5 liter nira per hari per malai dimana cairan ini mempunyai randemen sebanyak 15% (Moeljopawiro dkk, 1996), sementara itu penelitian yang dilakukan Subiandono dkk (2011) menunjukkan bahwa dalam 1 ha tegakan nipah
dapat menghasilkan 1,89 ton buah muda semacam kolang kaling dan 3,27 ton tepung nipah. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa nipah memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan, tinggal menunggu bagaimana
metode pemberdayaan yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah.
Daftar Pustaka
Kuswandi, R. 2012. Inventarisasi Potensi dan
Sebaran Jenis Nipah di Papua. Laporan Kemajuan Hasil Penelitian Tahap II. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari.
*)Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Manokwari
P a g e 2 4 B u l e t i n t r i t o n i s
A R T I K E L
berbagai macam kegiatan penyadartahuan serta pemberdayaan masyarakat yang berada didalam kawasan. Beberapa Kegiatan pemberdayaan yang sudah dilakukan di TNTC yaitu:
Tahun 2003
Kegiatan Penyuluhan dan Penyebaran Informasi kepada masyarakat di Kampung Sima, Yende, Syabes dan Yembekiri Tahun 2006
Penyusunan Master Plan Desa Model di Kampung
Isenebuay, Distrik Rumberpon
Identifikasi pengembangan pemanfaatan potensi
Wisata Alam di Kampung Isenebuai
Pembentukan Kader Konservasi di Kampung
Isenebuai.
Pelatihan Peningkatan Keterampilan Masyarakat
melalui pelatihan diversifikasi pengolahan hasil laut (Pembuatan abon, kerupuk, bakso dan dendeng ikan) di kampung Isenebuai.
Pelatihan Peningkatan Keterampilan Masyarakat
melalui pelatihan perbaikan jaring di Kampung Isenebuai.
Pemberian Bantuan alat pengawetan hasil laut
melalui bantuan peralatan genset, freezer, refrigerator dan coolbox.
Tahun 2007
Pemberian Bantuan alat tangkap hasil laut
berupa jaring untuk kelompok marga masyarakat di kampung Isenebuai.
Upaya Peningkatan hasil tangkap melalui
pemberian bantuan jaring dan coolbox kepada
warga masyarakat di Kampung Waprak, Yari yari , Yoop, Sumbokoro, Syabes, Yende, Aisan- dami, Sima, Napan Yaur, dan kampung Teluk Umar.
Pembentukan Kader Konservasi di Kampung
Yopmeos.
Kegiatan Reboisasi Lahan melalui pemberian
bantuan Bibit Pinang di Kampung Syep, Mawi,
P emberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya memfasilitasi masyarakat agar dapat memiliki inisiatif serta
semangat untuk memajukan tingkat hidupnya serta menjadi semakin mandiri dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Sebagaimana
amanat yang termuat pada pasal 4 dan 37 undang-undang No 5 tahun 1990, tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya,
menyatakah bahwa pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Sedangkan dalam undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang
Kehutanan, dalam pasal 70 dinyatakan bahwa : 1) masyarakat turut berperan serta dalam pembangunan di bidang kehutanan; 2) Pemerintah wajib mendorong peranserta masyarakat melalui berbagai kegiatan di bidang kehutanan yang
berdaya guna dan berhasil guna.
Keberadaan taman nasional, selain untuk menjaga kelestarian dan keutuhan kawasan, pengelola kawasan taman nasional juga memiliki kewajiban untuk menjamin kesejahteraan
masyarakat yang berada di dalam dan sekitar kawasan taman nasional. Sebagaimana visi Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC), “Terwujudnya kawasan TNTC yang lestari berdasarkan kearifan lokal guna peningkatan
kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan”, maka semenjak awal ditetapkan sebagai taman nasional, Balai Besar TNTC telah melakukan upaya penyadartahuan dan pemberdayaan masyarakat yang berada di dalam dan sekitar
kawasan TNTC.
Kegiatan Pemberdayaan di TNTC dan Sasaran pelaksanaan kegiatan.
Dari data yang berhasil dihimpun oleh Balai Besar TNTC, semenjak tahun 2003 sudah dilakukan
R e k a m j e j a k P e m b e r d a y a a n m a s y a r a k a t D a l a m K a w a s a n
Menapaki Langkah - Langkah Kecil Menuju Kemandirian Muhibbuddin Danan Jaya, A.Md*)
P a g e 2 5 E d i s i i A p r i l 2 0 1 3
A R T I K E L … .
kepada masayarakat dalam kawasan TNTC
Penyuluhan kesiap-siagaan bencana kebakaran
hutan kepada generasi muda di Manokwari.
Pelatihan Pemandu Wisata
Dampak yang diharapkan dan Kendala di lapangan
Dalam kurun waktu 9 tahun ini, Balai Besar TNTC telah melakukan kegiatan penyadartahuan serta pemberdayaan masyarakat di dalam kawasan
dengan harapan masyarakat sasaran mampu mandiri dan terbebas dari himpitan permasalah ekonomi, bahkan bisa mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada kelompok lain. Namun demikian, kegiatan tersebut belum memberikan hasil secara
optimal. Beberapa kendala dalam optimalisasi hasil kerja pemberdayaan selama ini antara lain: 1). Keterbatasan akses pemasaran hasil tangkapan/produksi; 2) Mahalnya biaya transportasi; 3) Jumlah bantuan terbatas sehingga tidak bisa menjangkau
semua kelompok sasaran; 4) Belum adanya jaringan pemasaran produk ke luar daerah.
Kegiatan pemberdayaan sejatinya adalah kerja sama dan multi sektor dari hulu sampai hilir, antara pihak Balai Besar TNTC, pemerintah daerah
maupun pihak swata. Jika hanya ditangani oleh satu instansi saja, maka masih sangat jauh dari kata optimal untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sasaran. Kedepan, harapan kita
kerjasama multi sektor dalam melakukan kerja-kerja pemberdayaan masyarakat bisa terjalin secara rapi.
Daftar Pustaka
Republik Indonesia, 1990, Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam hayati dan Ekosistemnya. Jakarta, 1990.
Republik Indonesia, 1999, Undang-undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Jakarta, 1990.
Departemen Kehutanan, 2005, Pengelolaan Kolaboratif Peraturan Menteri Kehutanan No P.19/Menhut-II/2004. Departemen Kehutanan, 2005.
Soesantijo Eko Budi, Ir. M.Sc. Materi Rapat Koordinasi Pengelola Kegiatan Dekonsentrasi Penyuluhan Kehutanan Tahun 2011Bogor, 4 – 6 April 2011. Pusat Pelayanan Penyuluhan Kehutanan, 2011.
− ☼ −
dan Yekwandi.
Pelatihan Peningkatan Keterampilan Masyarakat
melalui pelatihan diversifikasi pengolahan hasil laut (Pembuatan abon, kerupuk, bakso dan
dendeng ikan) di Kampung Yende dan Syabes.
Kegiatan Budidaya Teripang melalui pembuatan
kandang teripang di kampung Aisandami. Tahun 2008
Pemberian bantuan alat tangkap hasil laut
melalui pembuatan Rumpon Kampung Napan Yaur.
Pelatihan Peningkatan Keterampilan Masyarakat
melalui pembuatan minyak kelapa di Kampung Yomakan
Pengumpulan data awal desa model di kampung
Isenebuai.
Pelatihan Interpretasi Objek Wisata Alam
terhadap masyarakat di Pulau Yoop.
Tahun 2009
Pemberian bantuan Pembuatan Rumpon di
kampung Sima, Syabes dan Yari-Yari
Kegiatan Penyuluhan kepada generasi muda dan
masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih.
Tahun 2010
Pemberian bantuan Pembuatan Rumpon di
kampung yeretuar, Menarbu dan Yomakan.
Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia
Pengurus dan Anggota SPKP Tembesiri kampung
Isenebuai.
Pembentukan dan Pembinaan kader Konservasi
di Kampung Kwatisore, Yomber dan Yende.
Penyuluhan Konservasi kepada siswa sekolah di
Kampung Yende, Aisandami, Nabire dan Manokwari.
Tahun 2011
Pembuatan Baseline data tingkat pendapatan
masyarakat di Kampung Isenebuai sebagai tindak lanjut kegiatan MDK
Pembinaan kader Konservasi di kampung
Kwatisore, Yomber dan Yende. Tahun 2012
Penyuluhan pengendalian kebakaran Hutan *)Penyuluh Kehutanan pada BBTNTC
P a g e 2 6 B u l e t i n t r i t o n i s
A R T I K E L
gas para “ujung tombak” bidang konservasi lingkup Kementerian Kehutanan, Penyuluh Kehutanan, Polisi Kehutanan dan Pengendali Ekosistem Hutan, terasa semakin berat saat harus berhadapan de-ngan masyarakat yang tidak memahami pentingnya
menjaga ekosistem. Tantangan ini juga dihadapkan pada kebutuhan masyarakat dalam pencukupan ke-butuhan ekonomi mereka yang semakin hari se-makin meningkat. Meningkatnya kebutuhan akan pangan dan papan yang seiring dengan meningkat-
nya pertumbuhan pendudukan dari tahun ke tahun secara tidak langsung juga menjadi salah satu pe-nyebab meningkatnya tekanan terhadap kawasan konservasi yang memiliki peran penting dalam men-jaga keutuhan dan kelestarian ekosistem.
Tanggung jawab yang diemban oleh para pe-mangku kawasan konservasi sangatlah berat jika dihadapkan dengan peningkatan tekanan terhadap kawasan konservasi. Perambahan serta perusakan ekosistem terjadi hampir di seluruh wilayah di Indo-
nesia. Kementerian Kehutanan merupakan salah satu instansi pemerintah yang mendapat tanggung jawab menjaga kelestarian ekosistem hutan. Angan-angan Kementerian Kehutanan yang selama ini di-gaungkan, “Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera”,
merupakan angan yang sangat tinggi namun bukan berarti mustahil untuk dicapai. Dengan adanya peran serta dan loyalitas seluruh pihak yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian ekosis-tem, angan itu pasti dapat terwujud.
Dalam rangka mewujudkan angan-angan itu, cara yang paling efisien dan efektif adalah dengan melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat tidak akan
efektif jika terus-menerus dilakukan dengan mem-berikan bantuan dana atau pun barang tanpa diikuti
M araknya aksi perambahan kawasan kon-servasi serta pengrusakan ekosistem mu-lai semakin meresahkan. Bencana-
bencana alam serta anomali cuaca mulai semakin jelas tampak dan melanda berbagai wilayah di Indo-
nesia. Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menyata-kan bahwa secara global terjadi peningkatan tren bencana alam sebesar 350% dalam waktu tiga dasawarsa terakhir. Peningkatan tersebut terutama
adalah bencana hidrometeorologi atau bencana yang dipengaruhi aspek cuaca seperti banjir, tanah longsor, puting beliung dan kekeringan. Sebanyak 80% bencana jenis ini terjadi di Indonesia.bencana akibat angin puting beliung semakin meluas dan
daerah yang sebelumnya tidak terkena, sekarang mudah terkena puting beliung.
Bencana hidrometorologi yang terjadi tak dapat terelakkan lagi. Bencana banjir bandang yang melanda Indonesia sepanjang tahun 2012 lalu se-
bagian besar disebabkan oleh kerusakan hutan aki-bat penggundulan hutan akibat pembalakan liar yang menyebabkan kurangnya daerah resapan air. Kerusakan hutan ini juga menyebabkan terjadinya kekeringan di beberapa daerah akibat degradasi
hutan di bagian hulu sungai yang menjadi area tangkapan air. Selain itu, kerusakan area tangkap-an air akibat hilangnya vegetasi yang berperan dalam menjaga kepadatan solum tanah juga me-nyebabkan peningkatan resiko erosi sehingga laju
sedimentasi sungai meningkat dan memicu terjadi-nya banjir.
Luasnya kawasan konservasi yang telah ditetap-kan oleh pemerintah bukan merupakan jaminan
akan terjaganya ekosistem. Banyak sekali peram-bahan yang terjadi dalam kawasan konservasi. Tu-
S e b u a h A n g a n P e r b a i k a n E k o s i s t e m M e l a l u i P e m b e r d a y a a n
M a s y a r a k a t
Dapatkah hal ini diterapkan dalam kawasan TNTC? Lidia Tesa Vitasari S., S.Si*)
P a g e 2 7 E d i s i i A p r i l 2 0 1 3
A R T I K E L … .
yang bibitnya telah dibeli oleh wisatawan memiliki kewajiban memantau perkembangan bibit yang di-tanam tersebut. Penentuan siapa penyedia bibit da-pat dilakukan secara bergilir sehingga tidak menim-bulkan kecemburuan antar masyarakat.
Dengan adanya upaya pemberdayaan seperti itu, dapat memberikan pelajaran kepada masyara-kat mengenai pembibitan, pemeliharaan tanaman serta secara tidak langsung berperan sebagai pe-mandu wisata (dalam hal wisata penanaman). Di
samping bermanfaat bagi masyarakat, kegiatan tersebut juga membantu upaya rehabilitasi kawa-san sehingga kondisi ekosistem yang rusak dapat pulih dan kembali mencapai keseimbangan. Dapat-kah kegiatan ini diterapkan dalam kawasan TNTC?.
Sebuah pertanyaan yang saya harap dapat memacu semangat para “ujung tombak” bidang konservasi Kementerian Kehutanan untuk dapat mendukung tercapainya angan “Hutan Lestari Masyarakat Se-jahtera”.
Referensi
Wihardandi, A. 2012. Summary of Citing Internet Sites. Kaleidoskop Bencana Lingkungan 2012: Degradasi Hutan Melaju, Banjir Menerjang M a n u s i a . ( h t t p : / /w w w . m o n g a b a y . c o . i d / 2 0 1 2 / 1 2 / 2 8 /
kales idoskop-bencana- l ingkungan-2012-degradasi-hutan-melaju-banjir-menerjang-manusia/#ixzz2O9O7Z9gu., Diakses 21 Maret 2012).
− ☼ −
dengan penyadartahuan serta perubahan perilaku masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat ti-dak hanya dapat dilaksanakan secara tersendiri melainkan dapat pula terintegrasi dengan kegiatan lain seperti pemanfaatan jasa lingkungan maupun
wisata alam.
Kegiatan terkait pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam yang semakin meningkat akhir-akhir ini di dalam kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) dapat diboncengi dengan
upaya pemberdayaan masyarakat. Menengok kegiatan adopsi pohon yang telah berhasil merelo-kasi para pekebun dari kawasan konservasi, kearif-an lokal masyarakat Jawa Barat (Ciamis) yang me-wajibkan warganya menanam pohon saat akan
melangsungkan pernikahan, kita dapat mengadopsi beberapa teknik tersebut untuk dapat diaplikasikan dalam kegiatan pengelolaan kawasan konservasi dengan melibatkan peran serta masyarakat (pemberdayaan masyarakat).
Meningkatnya kegiatan wisata alam dalam ka-wasan TNTC yang mayoritas diminati oleh para wisa-tawan yang sangat memiliki perhatian terhadap upaya konservasi, dapat dimanfaatkan untuk mela-kukan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan dalam
kawasan. Kegiatan rehabilitasi tersebut dapat dila-kukan melalui kegiatan penanaman mangrove, tanaman endemik Papua, maupun transplantasi te-rumbu karang. Para wisatawan yang berkunjung dan telah menikmati keindahan alam di kawasan
TNTC tidak akan merasa keberatan jika mereka di-minta untuk memberikan suatu bentuk kompensasi bagi pihak pengelola kawasan berupa kegiatan re-habilitasi dalam kawasan. Kegiatan rehabilitasi ini
harus melibatkan masyarakat, misalnya bibit tanaman harus berasal dari masyarakat. Untuk da-pat melibatkan masyarakat dalam penyediaan bibit tanaman, maka perlu dilakukan pelatihan pembibit-an sehingga masyarakat mampu menyediakan bibit
tanaman dari pohon plus yang telah ditetapkan me-lalui proses sertifikasi maupun bibit cabutan (klandestein). Harga bibit yang disediakan masyara-kat tersebut perlu ditetapkan standarnya sehingga seragam di seluruh kawasan TNTC. Masyarakat
*)Calon PEH pada BBTNTC
P a g e 2 8 B u l e t i n t r i t o n i s
A R T I K E L
bunga berbentuk terompet berwarna merah ungu.
2. Kacang laut (Vigna marina)
Tanaman ini termasuk dalam suku papiliona-ceae dengan cirri morfologi batangnya panjang,
beruas-ruas, bunganya berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning serta buahnya berbentuk polong kecil yang hamper silindris.
3. Canavalia maritime
Tanaman ini memiliki ciri morfologi yang meru-pakan pembeda dengan Vigna marina diantaranya bunga berwarna merah ungu, buah berbentuk po-long berbentuk gepeng dan buah lebih besar dari
Vigna marina.
4.Rumput lari-lari (Spinifex littoreus)
Termasuk suku poaceae (gramineceae), tumbuh
berumpun, bertunas di setiap buku batang, men-jalar di permukaan pasir dan warna daun hijau mu-da sampai kekuning kuningan
5. Rumput Tembaga (Ischaemum muticum)
Dapat tumbuh sampai kebelakang garis pantai, tumbuh menjalar, batang berwarna kemerah-merahan seperti warna tembaga, tangkai batang berbulir-bulir dan selalu berdiri tegak, percabangan
banyak dan hidup dalam rumpun yang cukup besar
6. Teki Laut (Cyperus maritima)
Termasuk dalam suku cyperaceae, akar berbau harum, bentuk batang bersisi tiga dan tidak ber-buku-buku
7. Keluntung laut (Euphorbia atoto)
Tumbuh di belakang garis pantai, mengandung
getah putih, tinggi tanaman bias mencapai 0,5 me-ter, memiliki banyak percabangan, daun berwarna hijau kebiru-biruan dan tebal
8. Legundi (Vitex ovata)
Termasuk dalam suku verbenaceae, bentuk
T aman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) merupakan salah satu taman nasional laut di Indonesia, bahkan merupakan taman nasio-
nal laut terluas di Indonesia dengan luasan 1.453.500 Ha. Wilayah pantai/pesisir yang ada di
kawasan taman nasional ini bervariasi substratnya mulai dari pasir putih, pasir coklat, karang dan lum-pur. Kawasan TNTC ini memiliki hutan pantai yang umumnya terdiri atas berbagai tipe ekosistem anta-ra lain ekosistem hutan pantai formasi pescaprae
dan Baringtonia
Dalam rangka pengelolaan kawasan konservasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang mempu-nyai multi fungsi ini diperlukan adanya suatu penge-tahuan tentang jenis-jenis tumbuhan pantai yang
berada di dalam kawasan TNTC yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan da-lam menentukan tindakan-tindakan silvikultur bagi pengelolaan hutan pantai dan ekosistemnya secara khusus maupun pengelolaan kawasan TNTC secara
umum.
Kawasan pantai dan hutan pantai di kawasan TNTC merupakan daerah penyangga antara ekosis-tem darat dan laut yang merupakan salah satu sumber daya alam yang berguna bagi kehidupan
masyarakat hidup di sekitar kawasan. Ekosistem pantainya merupakan ekosistem yang letaknya ber-batasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai ini dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut.
Adapun jenis-jenis tumbuhan pantai berdasar-kan formasinya dapat dibedakan sebagai berikut :
A. Formasi Pescaprae
1. Daun katang - katang (Ipomea pescaprae)
Tumbuhan ini termasuk dalam keluarga convol-vulaceae, berdaun tebal , kaku, berdiri tegak dan
M e n g e n a l J e n i s T u m b u h a n P a n t a i d i K a w a s a n T N T C
Pentingnya ekosistem pantai dalam pengelolaan
kawasan perairan Vemmy J. Wyzer, S.Hut*)
P a g e 2 9 E d i s i i A p r i l 2 0 1 3
A R T I K E L … . dan besar dengan benang sari panjang-panjang, bentuk buah persegi empat, besar dan berserabut banyak serta buah mengandung saponin yang digunakan sebagai racun ikan
2. Nyamplung, bintangur laut ( Calophyllum ino-
phyllum L.)
Termasuk suku clusiaceae dengan ciri morfologi berdaun besar, keras, licin, mengkilap dan berirat banyak, tinggi pohon mencapai 20 meter, bunga berbenntuk bunga malai, berwarna putih dan ha-
rum, buahnya bulat keras dan berdiameter ± 2,5 cm dengan permukaan licin, buah beracun, tetapi minyak buah dapat digunakan sebagai obat kulit dan bergetah kuning
3. Ketapang ( Terminalia catappa L.)
Termasuk suku combretaceae, tinggi pohon ± 35 meter, tajuk bertingkat-tingkat, bentuk daun bu-lat telur dan besar, buah berwarna kemerahan dan berbentuk panjang agak bulat
4. Kemiri cina, binong laut ( Hernandia peltata)
Tinggi pohon antara 10-20 cm, daun berbentuk perisai, bunga berbentuk malai bertangkai panjang,
berwarna putih kehijau-hijauan, buah berwarna hi-tam dan keras diselubungi pembungkus yang tebal.
5. Bintaro (Cerbera manghas L.)
Termasuk suku apocynaceae, bunga berbentuk
daun bulat telur, tumbuh merebah di atas pasir dan tumbuh tegak, bercabag-cabang, bunga berwarna ungu kebiru-biruan dan kecil-kecil ,terletak di ujung cabang, buah kecil-kecil dan berwarna hitam legam, daun tersusun rapat dan sangat halus
9. Gabusan/babakoan (Scaevola taccada Gaertn. Roxb.)
Termasuk suku godeniaceae, percabangan me-ngandung empulur lunak seperti gabus, bentuk daun bulat telur terbalik , daunnya besar-besar dan
agak tebal, bunga berwarna putih dan berurat keu-nguan, buah kecil-kecil berdiameter ± 1 cm, tum-buh di pantai berpasir dan kadang di pantai yang berbatu
10. Pandan (Pandanus tectorius Soland ex.Park)
Termasuk suku pandanaceae, akar tunjang, daun panjang-panjang dan berduri, buah majemuk berbentuk bola panjang dan warna buah kuning hingga merah jingga dapat dimakan
B. Formasi Baringtonia
Jenis tumbuh-tumbuhan yang terdapat pada for-masi Baringtonia adalah sebagai berikut :
1. Butun, Keben ( Baringtonia asiatica (L.) Kurz.)
Termasuk suku Lecythidaceae, tinggi pohon an-tara 15 – 17 meter, daun bulat telur agak tebal,
mengkilap dan besar-besar, bunga berwarna putih
*)PEH Muda pada BBTNTC
P a g e 3 0 B u l e t i n t r i t o n i s
13. Sentigi, cantigi (Pemphis acidula)
Termasuk suku sapindaceae, berdaun tunggal,
berbentuk lanset dan berlendir di bagian bawahnya, buah bersayap tipis seperti kertas dengan kulit buah tipis dan biji buah bulat berwarna hitam
14. Bidara laut (Ximenia americana ).
Termasuk suku olacaceae, berduri pada bagian batang dan ranting, berupa daun tunggal , berwarna hijau kekuning-kuningan, bunga kecil-kecil dan ter-dapat diujung ranting, ujung tajuk bunga berwarna
kuning, bentuk buah agak bulat panjang berwarna jingga dan buah asam serta beracun
Dengan adanya pengetahuan mengenai jenis-jenis tumbuhan pantai sangat diharapkan dapat membantu para petugas kehutanan di lapangan khususnya pihak Balai Besar TNTC di dalam penge-lolaan kawasan hutan pantai berdasarkan empat
strategi pokok konservasi, yaitu perlindungan pros-es ekologis dan penyangga kehidupan, pengawetan sumber daya plasma nutfah, pelestarian pemanfaa-tan jenis dan ekosistem, tata guna dan tata ruang kawasan hutan pantai.
Perlindungan kawasan pantai yang bertujuan un-tuk pelestarian kawasan konservasi sangatlah pent-ing, mengingat banyaknya kawasan pantai yang telah dikonversikan untuk penggunaan lain. Oleh
karena itu mari kita jaga kelestarian ekosistem pan-tai dengan mengetahui jenis-jenis tanaman pantai.
Daftar Pustaka
Dahuri, Rokhmin, dkk., 2008, Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, , Ja-karta ; Pradnya Paramita
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta ; Penerbit Djam-batan
Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih. 2009. Zonasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Yogya-karta: Andi Offset.
Ir. Sugiarto, MS dan Drs. Willy Ekariyono, 1995, Penghijauan Pantai, Jakarta;PT.Penebar Swadaya.
Kitamura, S. Dkk, 2003. Buku Panduan Mangrove Di Indonesia . JICA ISME. Proyek Pengembangan Mangrove Berkelanjutan Departemen Kehutanan RI dan JICA.
Nontji, A, 1999. Laut Nusantara, Djambatan, Jakarta Nyabakken, J W, 1992, Biologi Laut suatu pendekatan
ekologis, Geamedia, Jakarta Soerianegara, I Dan A. Indrawan, 1976. Ekologi Hutan
Indonesia. Fakultas Kehutanan. IPB Bogor.
terompet, warna bunga putih dengan warna ungu merah di tengah dan tinggi pohon mencapai 15 me-ter
6. Dadap laut (Erythrina orientalis ( L) Murr.)
Termasuk suku papilionaceae, batang dahan berduri, bunga berbentuk kupu-kupu dan tersusun rapat dalam tandan, berbunga pada musim kema-rau, daun bersirip dengan 3 helai anak daun, po-long panjang-panjang dan di dalamnya terdapat 12
buah biji
7. Malapari, kipahang (Pongamia pinnata (L) Pier-re.)
Termasuk suku Papilionaceae, daun bersirip dengan 5 helai anak daun dalam satu tangkai, bun-ga berwarna ungu pucat dalam tandan pendek yang terdapat di ketiak daun dan buahnya termasuk buah polong
8. Waru (Hibiscus tiliaceus L.)
Termasuk suku malvaceae, daun berbentuk jan-tung dan berbulu, bunga besar-besar dan berwarna
kuning kemerah-merahan dan kaki tajuk bunga ter-dapat bercak merah ungu
9. Jati pasir (Guettarda speciosa)
Termasuk suku rubiaceae, batang bengkok, daun berbentuk bulat telur terbalik, besar-besar dan berbulu, bunga bertajuk danberbentuk terom-pet, buah bulat,keras dan berwarna coklat
10. Mengkudu, pace (Morinda citrifolia )
Termasuk suku rubiaceae, daun besar-besar dan mengkilap, buah berbentuk bongkol,dan warna buah yang bila masak hijau kekuning-kuningan
11. Kanyere laut (Desmodium umbellatum (L.) DC)
Tinggi pohon mencapai 5 meter, ujung ranting bersegi empat atau lima, bentuk bunga kupu-kupu
berwarna putih, buah berbentuk polong kecil berisi paling banyak 6 biji, dan bentuk daun menyirip de-ngan 3 anak daun
12. Buah upas, upas biji (Sophora tomentosa L.)
Tinggi pohon antara 1-6 meter, daun menyirip dengan anak daun kecil-kecil dan berbulu halus, bunga berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning, termasuk buah polong berbentuk silindris dan biji yang sudah masak berdaya apung tinggi
A R T I K E L … .
P a g e 3 1 E d i s i i A p r i l 2 0 1 3
K A B A R K A W A S A N
sumber daya ikan dan lingkungan serta aspek sosial budaya masyarakat.
Pemasangan rumpon dapat dilakukan oleh pero-rangan maupun perusahaan yang berbadan hukum. Namun dengan tujuan pengembangan ilmu penge-
tahuan dan teknologi, maka instansi pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi juga dapat me-lakukan pemasangan rumpon. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam kegiatan pemasangan rumpon, yaitu:
Tidak mengganggu alur pelayaran;
Jika akan dipasang lebih dari 1 rumpon, maka
jarak antar rumpon tidak kurang dari 10 mil laut;
Tidak dipasang dengan cara pemasangan yang
mengakibatkan efek pagar (zig-zag).
Dalam proses pengerjaan rumpon hendaknya selalu melibatkan masyarakat, dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi tentang lokasi peletakkan rumpon yang tepat, pengerjaan rumpon akan men-dapat dukungan dari masyarakat, dan yang tidak kalah pentingnya yaitu perlunya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pembuatan serta peman-
faatan rumpon.
Kampung Yaur sebagai salah satu daerah penyangga dari kawasan Taman Nasional Teluk
R umpon adalah alat bantu pengumpul ikan berupa benda atau struktur yang diran-cang/dibuat dari bahan alami atau buatan
yang ditempatkan secara tetap/sementara pada perairan laut. Rumpon biasa juga disebut sebagai
salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang di laut (laut dangkal maupun laut dalam). Pemasangan rumpon tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul di sekitar rumpon. Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor KEP. 30/MEN/2004 tentang Pemasangan dan Pemanfaatan Rumpon, pemasangan di perairan 2 mil laut s.d 4 mil laut, diukur dari garis pantai pada titik surut terendah, pemberi izin adalah bupati/walikota, dengan masa
berlaku izin 2 tahun; untuk pemasangan di perairan di atas 4 mil laut s.d 12 mil laut, diukur dari garis pantai pada titik surut terendah, pemberi izin adalah gubernur dengan masa berlaku izin 2 tahun; untuk pemasangan di perairan diatas 12 mil laut
dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEEI), pemberi izin adalah Ditjen Perikanan Tangkap dengan masa berlaku izin 2 tahun. Namun demikan, pemberian izin pemasangan dan pemanfaatan rumpon menurut Kepmen No. KEP.30/MEN/2004 tersebut
dilakukan dengan mempertimbangkan daya dukung
P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t K a m p u n g Y a u r M e l a l u i
P e m b u a t a n R u m p o n
Rumpon sebagai sebuah wacana menekan tekanan terhadap kawasan Erwin Kusumah Nanjaya, S.Hut*)
P a g e 3 2 B u l e t i n t r i t o n i s
K A B A R K A W A S A N … .
Bujur Timur. Alasan utama pemasangan rumpon di lokasi tersebut ialah agar masyarakat lebih mudah mengawasi rumpon dari tangan yang tidak bertanggung jawab.
Biaya Pembuatan Rumpon
Pembuatan rumpon yang dimaksudkan untuk Program Pemberdayaan Masyarakat di Kampung Yaur tersebut, tidak membutuhkan biaya yang ma-hal. Walaupun demikian perlu diperhatikan kualitas material yang akan digunakan, supaya rumpon da-
pat bertahan lama dan memberikan manfaat maksi-mal bagi masyarakat. Berikut ini adalah rincian biaya pembuatan rumpon:
Dengan adanya program pemberdayaan masyarakat melalui pembuatan rumpon di Kam-pung Yaur, diharapkan masyarakat akan mendapat-kan hasil tangkapan yang lebih melimpah. Selain itu, juga diharapkan masyarakat akan lebih ramah
lingkungan dalam memanfaatkan sumber daya laut, sehingga kelestarian sumber daya laut tetap terjaga dan masyarakat juga menjadi lebih sejahtera.
Sumber
h t t p : / / T a j u d d a h m u s l i m . w o r d p r e s s . c o m / 2009/01/28/ pembentukan daerah tangkapan ikan dengan light fish dan rumpon
− ☼ −
Cenderawasih, merupakan sasaran kegiatan pembuatan rumpon dalam rangka memberdayakan masyarakat kampung, yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan. Keterlibatan masyarakat Kampung Yaur dalam pembuatan rumpon sangat penting,
karena mereka memahami kondisi di lapangan dan memiliki pengalaman melaut sehingga informasi yang mereka berikan sangat berharga bagi kesuksesan kegiatan ini.
Masyarakat Kampung Yaur sebagian besar
berprofesi sebagai nelayan, tetapi ketika mereka tidak melaut, maka hutan menjadi tujuan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya kegiatan pembuatan rumpon, masyarakat diharapkan akan mendapatkan hasil laut yang lebih
melimpah dan berkelanjutan baik untuk keperluan konsumsi pribadi maupun komersil. Selama ini mereka mengandalkan pengetahuan tradisional dalam mencari ikan; seperti memperhatikan kumpulan burung, riak air dan sebagainya. Namun
dengan adanya rumpon di sekitar Kampung Yaur, mereka dapat langsung menuju lokasi yang pasti, rumpon, untuk mencari ikan. Diharapkan dengan adanya rumpon tersebut, hasil tangkapan masyarakat terutama nelayan akan meningkat,
karena ikan akan berkumpul di sekitar rumpon.
Lokasi Penempatan Rumpon
Dari hasil diskusi dengan masyarakat, rumpon di Kampung Yaur dipasang dekat dengan Pulau Nurage, lebih tepatnya pada titik koordinat: 03º 01’
12.05’’ S Lintang Selatan dan 134º 49’ 29.66’’ T
Rumpon yang telah siap digunakan
Bahan Biaya Satuan (Rp.)
Jumlah (Rp.)
Bambu 25 Batang 50.000 1.250.000
Daun Kelapa 10 Buah 10.000 100.000
Tambang 200 Meter 10.000 2.000.000
Pasak Besi 4 Buah 100.000 400.000
Volume
Drum Plastik 4 Buah 100.000 400.000
Kain 2 Meter 20.000 40.000
Semen 1 Sak 60.000 60.000
JUMLAH 4.250.000
*)Calon Penyuluh Kehutanan
pada BPTN Wilayah I Nabire
P a g e 3 3 E d i s i i A p r i l 2 0 1 3
K E M I T R A A N
Bintang yang berada di Wasior. Dari Wasior, Kapal Gurano Bintang menuju kampung pertama, yaitu Kampung Yomakan di wilayah kerja Bidang PTN Wilayah III Ransiki. Dari Kampung Yomakan perjalanan dilanjutkan ke kampung–kampung lain
hingga kampung terakhir, yaitu Kampung Sima yang di wilayah kerja Bidang PTN Wilayah I Nabire. Kegiatan yang dilaksanakan di tiap-tiap kampung adalah Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) bagi anak usia sekolah, Outreach (Penjangkauan
masyarakat) dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat .
1. Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan Lingkungan Hidup dilaksanakan dengan sasaran anak usia sekolah dan dengan
tema mengenal alam lebih dekat. Karena di 7 (tujuh) sekolah dasar, yaitu SD YPK Yomakan, SD Inpres Isenebuai, SD Negeri Yomber, SD YPK Yende, SD Negeri Syabes, SD YPK Goni dan SD YPK Kwatiosre merupakan sekolah yang pernah
dikunjungi Tim PLH, maka siswa SD tersebut tidak melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Mereka diberi pembelajaran di luar kelas, yaitu dengan mengajak siswa ke sungai, hutan, hutan mangrove, pantai, terumbu karang dan lamun.
Pembelajaran di luar kelas ini dimaksudkan agar siswa lebih mengenal dan melakukan pengamatan
K egiatan Pendampingan dan Pendidikan Lingkungan Hidup kerjasama antara Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih
dengan WWF TNTC telah memasuki tahap IV. Pada kegiatan ini, pelayanan terhadap masyarakat dari
sebelumnya 7 (tujuh) kampung menjadi 18 (delapan belas) kampung dalam kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Ketujuh kampung yang telah mendapat pelayanan, antara lain Kampung Yomakan, Isenebuai, Yomber, Yende,
Syabes, Goni dan Kwatisore. Sedangkan kampung tambahan yang dikunjungi Tim Pendampingan tahap IV adalah Kampung Waprak, Sombokoro, Yoop, Menarbu, Aisandami, Sobey, Yeretuar, Bawehi, Napan Yaur, Yaur dan Sima.
Tim Pelaksana Pendampingan Tahap IV terdiri dari 3 (tiga) Staf Balai Besar TNTC, 3 (tiga) staf Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Teluk Wondama, 2 (dua) staf WWF TNTC dan 2 (dua) orang tenaga Medis Independen. Untuk tim dari
BBTNTC, KLH Teluk Wondama dan WWF TNTC dibagi menjadi 2 (dua) Tim, yaitu Tim Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dan Tim Outreach. Kegiatan Pendampingan Tahap IV dilaksanakan dari tanggal 17 Februari sampai dengan 7 Maret 2013.
Tim Pendampingan Tahap IV berangkat ke tempat kegiatan menggunakan Kapal Gurano
P e n d a m p i n g a n d a n P e n d i d i k a n L i n g k u n g a n H i d u p
( B B T N T C — W W F T N T C )
Belajar mengenai dan bersama dengan alam… . Rini Purwanti, S.Si*)
cara pengambilan SDA, apakah ada gangguan atau ancaman, siapa pihak yang bertanggung jawab jika ada gangguan atau ancaman serta tindakan awal apa yang perlu dilakukan untuk menangani gangguan atau ancaman yang ada.
3. Pelayanan Kesehatan
Tim Pelaksana kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dilakukan oleh tenaga medis independen dari Wasior. Pelayanan kesehatan masyarakat dilakukan dengan 2 (dua) metode yaitu
pemeriksaan kesehatan bagi masyarakat dan penyuluhan kesehatan dasar bagi kader kesehatan.
Tim Pelayanan Kesehatan terdiri dari 2 (dua) orang tenaga medis, yaitu 1 (satu) orang dokter dan 1 (satu) orang perawat. Pelaksanaan pelayanan
kesehatan berjalan dengan baik dan lancar. Sebagian besar masyarakat antusias dan memeriksakan diri ke tim medis karena sebagian besar kampung yang dikunjungi jarang ada petugas medis yang menetap. Selain pemeriksaan
kesehatan, tim medis juga memberikan penyuluhan kesehatan tingkat dasar bagi kader kesehatan yang ada di kampung.
Karena keterbatasan obat dan adanya keperluan dari tenaga medis, maka Tim Medis
hanya bisa melayani masyarakat sampai dengan tanggal 22 Februari 2013 saat berada di Kampung Syabes.
Dari kegiatan pendampingan tahap IV di 18 (delapan belas) kampung dalam kawasan TNTC
diharapkan masyarakat (anak usia sekolah dan orang dewasa) bisa lebih mengenali alam dan potensi yang ada di masing-masing kampung dan lebih menjaga atau melestarikan potensi SDA yang
ada. Karena kelestarian Sumber Daya Alam saat ini menjamin kehidupan generasi sekarang dan yang akan datang.
− ☼ −
a l a m sekitarnya s e c a r a langsung. Walaupun
m u n g k i n setiap hari para siswa s u d a h s e r i n g
m e l i h a t a l a m sekitarnya,
kemungkinan mereka tidak sadar jika alam sekitarnya adalah sumber ilmu yang penting.
Sedangkan untuk 11 (sebelas) sekolah yang belum pernah dikunjungi tim PLH, maka siswa diberi materi di dalam kelas dan diajak mengenal Kapal Gurano Bintang yang berfungsi sebagai kapal pendidikan. Kapal Gurano Bintang dilengkapi buku-
buku yang bisa dimanfaatkan oleh siswa untuk menambah ilmu dan pengetahuan mereka. Selain mengenal kapal dan kru Gurano Bintang, siswa juga mengikuti lomba menggambar dan mewarnai di atas kapal. Disela kegiatan, para siswa yang ikut
kegiatan diberi makanan tambahan berupa bubur kacang hijau. Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari para guru, siswa serta orang tua siswa.
2. Outreach (Penjangkauan masyarakat)
Kegiatan outreach merupakan kegiatan dengan
sasaran utamanya adalah warga kampung, Kegiatan outreach ini dilaksanakan dengan cara berdiskusi dan wawancara dengan warga kampung. Warga kampung yang diajak diskusi adalah warga
yang bekerja sebagai nelayan. Kegiatan outreach ini dilaksanakan di 18 (delapan belas) kampung yang dikunjungi.
Dalam diskusi dan wawancara, pertanyaan yang diajukan kepada nelayan, antara lain : potensi
Sumber Daya Alam (SDA) Hutan dan Sumber Daya Alam (SDA) Laut yang ada di sekitar kampung masing-masing. Selain potensi SDA, pertanyaan yang diajukan kepada warga adalah bagaimana
K E M I T R A A N … .
P a g e 3 4 B u l e t i n t r i t o n i s
*)PEH Pertama Pada BBTNTC
ganisme autotrof adalah mikro-plankton (fitoplankton).
Plankton, khususnya mikro-plankton menempati posisi sa-ngat penting dalam interaksi or-
ganisme antar tropik. Fitoplank-ton merupakan produsen primer yang memberikan kontribusi ter-besar terhadap produksi total dalam ekosistem perairan, se-
dangkan zooplankton merupakan konsumen pertama yang ber-peran besar dalam menjembatani transfer energi dari produsen pri-mer (fitoplankton) ke jasad hidup
yang berada pada tingkat tropik lebih tinggi (golongan ikan dan udang). Dengan demikian, keberadaan plankton sangat me-nentukan stabilitas ekosistem
perairan karena merupakan pro-dusen primer yaitu mata rantai utama dalam rantai makanan (food chain). Pada dasarnya, ran-tai makanan merupakan peng-
alihan energi sederatan organ-isme melalui proses makan dan dimakan.
Sebagai produsen primer, fito-plankton melakukan fotosintesis
mengubah karbondioksida dan air menjadi hidrat arang dan zat asam yang berguna untuk ikan dengan bantuan utama cahaya matahari. Selanjutnya fitoplank-
ton tersebut akan dimanfaatkan oleh zooplankton yang meru-pakan konsumen primer dan se-lanjutnya akan sampai pada kon-sumen sekunder dan seterusnya.
Fitoplankton sebagai produsen primer utama merupakan ma-kanan bagi konsumen primer yang berupa zooplankton seperti copepoda serta ikan-ikan herbi-
vora seperti Clupeidae. Ikan-ikan pelagis kecil ini selanjutnya di-mangsa ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang dan tongkol.
Kedudukan zooplankton bila
O rganisme di lingkungan perairan selalu bersimbio-sis dengan organisme lain
dan berinteraksi dengan lingkung-an hidupnya membentuk suatu
ekosistem. Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkung-annya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik membentuk sistem ekologi,
dimana di dalamnya terjadi aliran energi yang mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman biotik dan daur bahan. Dalam suatu ko-munitas, tidak semua komponen
dapat membuat makanannya sendiri tetapi membutuhkan or-ganisme autotrof. Organisme au-totrof melakukan pengikatan sen-yawa anorganik sederhana dan
membangun senyawa-senyawa yang kompleks menggunakan energi sinar matahari yang kemudian digunakan organisme heterotrof. Salah satu contoh or-
B I O D I V E R S I T Y
P a g e 3 5 E d i s i i A p r i l 2 0 1 3
P e r a n a n P l a n k t o n d a l a m T r o p h i c L e v e l
Pentingnya Trophic level dalam jaring makanan Topo Budi Dhanarko, S.Pi*)
B I O D I V E R S I T Y … .
*)PEH Pertama pada BPTN Wilayah II Wasior
P a g e 3 6 B u l e t i n t r i t o n i s
tensi perikanan tinggi.
Jenjang tropik (tropic level) dalam jejaring ma-kanan sangat penting karena dapat menggam-barkan interaksi atau hubungan dalam ekosistem. Tidak ada satupun komponen ekosistem yang dapat
berdiri sendiri tanpa membutuhkan komponen lain-nya. Semua komponen tersebut membentuk suatu siklus yang saling berhubungan, sehingga jika ter-jadi perubahan dalam salah satu komponennya maka ekosistem tersebut akan terganggu menjaga
kestabilannya.
Sumber
Asriyana,dkk.2012.Produktivitas Perairan. Bumi Ak-sara.Jakarta.
− ☼ −
makin dekat pantai akan semakin berkurang pe-ranannya. Di daerah pantai yang mempunyai pe-ranan di dalam rantai makanan sebagai rantai per-tama adalah rumput laut, seagrass, makroalga, mangrove, dan mikroflora bentik. Ikan sebagai pe-
makan detritus dari organisme tersebut sebagai pengganti zooplankton dalam rantai pada herbivora. Keragaman pilihan terhadap berbagai jenis ma-kanan tersebut menggambarkan suatu keterkaitan yang sangat jelas diantara masing-masing spesies
yang menempati suatu tingkatan tropik tertentu dan secara keseluruhan bersama dengan komunitas plankton membangun suatu jaring makanan, dengan kepentingan yang berbeda diantara ting-katan tropik.
Sehingga mudah dipahami bahwa pada akhirnya seluruh tingkatan tropik sangat tergantung pada rantai yang paling dasar yang berupa fitoplankton yang pada gilirannya untuk keseluruhan proses ke-hidupannya ditentukan oleh ketersediaan nutrisi.
Fluktuasi plankton di perairan akan mempengaruhi keberadaan ikan, karena plankton merupakan pangkal utama rantai makanan di perairan se-hingga pada perairan yang memiliki produksi plank-ton yang tinggi biasanya dikenal sebagai daerah po-
P a g e 3 7 E d i s i i A p r i l 2 0 1 3
S E R B A - S E R B I
tempati melakukan gerakan/berputar pada porosnya dan berputar mengelilingi matahari. Begitu juga dengan planet atau benda langit yang lain. Kita harus
selalu bersyukur karena Allah telah mengatur tata surya sedemikian rupa sehingga benda-benda tersebut berputar tanpa pernah berhenti. Kita tidak bisa
bayangkan apabila bumi ini tidak berputar walaupun hanya sedetik saja.
Air yang merupakan sumber kehidupan, jika kita perhatikan
juga melakukan gerakan ataupun digerakkan. Air yang mengalir terlihat segar dan jernih, bandingkan dengan air yang tidak mengalir, air tersebut tidak jernih,
tidak segar dan menimbulkan bau yang tidak sedap serta bisa menjadi salah satu tempat untuk berkembangnya suatu penyakit.
Hewan di dalam tubuhnya
terdapat berbagai macam aktivitas, seperti peredaran darah, selama hewan tersebut
masih hidup maka peredaran darah terus berlangsung. Selain di dalam tubuhnya, hewan juga bergerak dengan berjalan, berlari, terbang bahkan migrasi ke
tempat lain apabila sumber makanan yang dibutuhkannya sudah tidak ada atau habis. Semua aktivitas itu, dilakukan untuk mempertahankan hidup
dan keberadaannya. Apabila mereka tidak bergerak, maka mereka akan tertinggal dan akhirnya mati.
Tumbuhan juga melakukan
gerakan-gerakan atau aktivitas, seperti daun yang didalamnya terjadi proses fotosintesis, akar yang menyerap dan mengedarkan air dan mineral, serta masih
banyak proses lagi yang terjadi di dalam tumbuhan.
Apalagi kita sebagai manusia melakukan beragam gerakan atau aktivitas yang disadari
ataupun tidak. Di dalam tubuh kita dan gerakan yang di luar tubuh kita. Di dalam tubuh kita,
D alam kehidupan sehari-hari kita menyaksikan beragam akt iv i tas/
gerakan oleh makhluk hidup, baik oleh hewan, manusia maupun
tumbuhan. Sebenarnya semua benda yang ada di bumi ini melakukan pergerakan, baik itu benda mati ataupun benda hidup. Benda-benda tersebut melakukan
gerakannya dengan caranya sendiri-sendiri dari zat yang terkecil sampai yang terbesar. Misal sebuah atom (partikel kecil), di dalam atom dibagi
menjadi 3, yaitu inti atom (0, neutron), proton (+1) dan elektron (-1). Masing-masing melakukan gerakan (mengelilingi) pada lintasan masing-masing dan
apabila tidak ada gerakan/putaran, maka akan terjadi k e t i d a k s t a b i l a n b a h k a n kekacauan.
Sedangkan benda terbesar
yang melakukan gerakan adalah tata surya. Seperti yang kita ketahui bersama, bumi yang kita
K e h i d u p a n A d a l a h B e r g e r a k
Mampukah kita mengarunginya?? Rini Purwanti, S.Si*)
S E R B A - S E R B I … .
dari inti sel sampai organ tubuh melakukan aktivitasnya masing-masing. Sedangkan di luar tubuh, kita melakukan banyak aktivitas, seperti berjalan, berlari, berolahraga, bekerja, beribadah dan masih banyak lagi aktivitas yang lain.
Apabila peredaran darah dalam tubuh kita terhambat atau berhenti, maka akan mengakibatkan sakit bahkan kematian. Sedangkan apabila kita tidak bergerak tubuh kita juga bisa sakit. Jika kita tidak bergerak atau bekerja, maka
kita akan sakit, tertinggal dari orang lain, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup dan tidak bermanfaat bagi orang lain.
Dari beberapa contoh di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kita harus tetap bergerak
agar eksistensi kita tetap ada dan keberlanjutan kehidupan tetap berlangsung. Apabila kita diam tanpa melakukan gerakan atau aktivitas, sudah dapat dipastikan kita akan tertinggal dan terlindas oleh orang lain maupun perubahan zaman.
− ☼ −
P a g e 3 8 B u l e t i n t r i t o n i s
*)PEH Pertama pada BBTNTC
P a g e 3 9 E d i s i i A p r i l 2 0 1 3
P i m p i n a n d a n s e g e n a p s t a f f r e d a k s i B u l e t i n T r i t o n i s
B a l a i B e s a r T a m a n N a s i o n a l T e l u k C e n d e r a w a s i h
m e n g u c a p k a n :
U C A P A N
.
.
...Selamat Atas Kelahiran.... Aqila Mumtaza Syahida, putri pertama Bapak Muhibbuddin Danan Jaya
Ezra Putra Popang, putra kedua Bapak Yahya Rum Popang
Mikhayla Khanza Adwitiya, putri kedua Bapak Mulyadi
Follow twitter : @BalaiBesarTNTC