2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

40

description

Majalah 4 bulanan berita dan Informasi tentang Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Papua

Transcript of 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

Page 1: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small
Page 2: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

Pembina & Penanggung Jawab: Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Pimpinan Redaksi: Ir. Suprihatna

Pengarah/Editor: Manerep Siregar, S.P., M.Si.

Staff Redaksi: Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si., Rini Purwanti, S.Si.,

Veve Ivana Pramesti, S.Hut., Muhibuddin Danan Jaya, A.Md

Layout : Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si

Desain Cover : Muhibbuddin Danan Jaya, A.Md

Sumber Gambar : Dokumentasi BBTNTC

Buletin Tritonis (Tanggap, Realistis, Informatif

dan inspiratif)

Merupakan media informasi dan komunikasi kon-servasi untuk menyebarluaskan informasi kon-servasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara umum, pengelolaan-pengelolaan sum-berdaya alam hayati dan ekosistemnya serta pengembangan kawasan konservasi Taman Na-

Alamat Redaksi Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih Jln. Essau Sesa-Sowi Gunung Manokwari-Papua Barat Telp : (0986)212303 Fax : (0986)214719 E-mail : [email protected] Website: telukcenderawasih-nationalpark.org

B u l e t i n t r i t o n i s , e d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3

B a l a i B e s a r T a m a n N a s i o n a l

T e l u k C e n d e r a w a s i h

S e k a p u r S i r i h Seiring upaya peningkatan pengelolaan kawasan konservasi

menggunakan pola pengelolaan berbasis resort, menggugah

pihak Balai Besar TNTC untuk turut melaksanakannya.

Kegiatan Inhouse Training Resort Base Management diusung

sebagai salah satu liputan dalam edisi II ini. Dengan tema

utama Keanekaragaman Hayati Dalam Kawasan TNTC,

berbagai artikel mengenai flora dan fauna dalam kawasan

mencoba dikupas dalam masing-masing artikel. Ketimun laut,

terumbu karang, lumba-lumba, serta kima melengkapi isi bul-

letin ini.

Penyusunan Buletin Tritonis edisi II ini menjadi salah satu

bentuk penyebaran informasi kepada publik mengenai be-

berapa kegiatan yang dilaksanakan pihak Balai Besar TNTC

serta mengupas beberapa potensi yang terdapat dalam kawa-

san yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi ini.

Semoga tulisan/artikel pada edisi II bulan Agustus ini dapat

bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca. Akhirnya

segenap Tim Redaksi Buletin Tritonis mengucapkan selamat

Liputan

Inhouse Training Resort Base Mana-

gement di BBTNTC

Inhouse Training Pengelolaan Data-

base dan Penyusunan Laporan

3

Serba-serbi Kisah Penyu dan Kepiting

37

Berita Gambar 20 Kabar Kawasan Speed Gorano Riwayatmu Kini 30

Biodiversity Sang Penerbang yang Mulai Menying-

kir 35

D a f t a r I s i

S U S U N A N R E D A K S I

Kemitraan Sinergitas Pengembangan Pariwisata

Alam Taman Nasional Teluk

Cenderawasih

32

Artikel

Keanekaragaman Hayati Fauna

Penghuni Ujung Timur Indonesia

Mengenal Si Ketimun Laut

Penetapan Spesies Prioritas Kawa-

san TNTC Sebagai Upaya Men-

dukung IKU Ditjen PHKA

Sekilas Tentang Terumbu Karang di

Kawasan TNTC

Lumba-Lumba, Spesies Prioritas di

Taman Nasional Teluk

Cenderawasih

Pemberdayaan Masyarakat Akudio-

mi Melalui Program Ekowisata Hiu

Paus (Whale Shark) (Bagian II. Pem-

belajaran Dari Filipina)

Raksasa Lembut Penyelamat Lau-

tan yang Terancam Punah

Pola Mobilitas Whale Shark Sebagai

Salah Satu Konsep Konservasi Bio-

diversitas Lintas Negara

Jangan Biarkan Karangku Memutih

dan Hancur

09

Page 3: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

Kegiatan Inhouse Training RBM di BBTNTC yang

dilaksanakan selama tiga hari di kantor BBTNTC

dan diikuti sebanyak 25 pegawai dari Bidang

Pengelolaan Wilayah Taman Nasional maupun

Seksi Pengelolaan Wialayah Taman Nasional

lingkup BBTNTC ini dilaksanakan dengan metode

ceramah, diskusi dan praktek. Kegiatan In House

Training RBM dibuka secara resmi oleh Bapak

Kepala Balai Besar TNTC, Ir. Ben G Saroy, M.Si. Da-

lam sambutannya beliau menekankan bahwa RBM

sebenarnya secara praktek sudah lama dilakukan

namun sekarang lebih disempurnakan pelaksanaan

kegiatannya dengan sistem informasi manajemen.

Lebih lanjut Kepala BBTNTC menyampaikan bahwa

RBM membutuhkan data yang asli/faktual tentang

persoalan kawasan konservasi sehingga dapat

mendukung administrasi yang baik. Harapannya

dari sistem ini dapat memunculkan potensi Balai

Besar TNTC di tingkat nasional. Kegiatan SIM-RBM

merupakan kegiatan yang telah dilaksanaan oleh

beberapa UPT Taman Nasional di Indonesia, se-

S aat ini di Balai Besar Taman Nasional Teluk

Cenderawasih (BBTNTC) belum dibentuk

resort-resort pengelolaan sehingga

pelaksanaan tugas-tugas pengelolaan di lapangan

terkait dengan bidang perlindungan/pengamanan,

pelestarian/pengawetan dan pemanfaatan yang

lestari atau yang biasa disebut dengan 3P belum

dapat berjalan optimal. Adanya resort pengelolaan

di kawasan taman nasional dapat mengoptimalkan

pelaksanaan tugas-tugas pengelolaan di lapangan

sehingga inilah yang merupakan cikal bakal atau

lebih dikenal sebagai sistem Pengelolaan Berbasis

Resort. Sebelum berjalannya resort pengelolaan di

BBTNTC perlu adanya pemahaman dan kesamaan

pandangan mengenai pengelolaan berbasis resort

ini sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan

efektif dan optimal. Mengacu pada kondisi di atas,

Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

menyelenggarakan kegiatan Inhouse Training

Resort Base Management pada tanggal 10–12 Juni

2013.

P a g e 3 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3

I n h o u s e T r a i n i n g R e s o r t B a s e

M a n a g e m e n t d i B B T N T C

L I P U T A N

Sebuah awal perubahan ke arah yang lebih baik

dalam pengelolaan kawasan konservasi… . Hermadi, S.Pi., MT., M.Sc*)

Page 4: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yaitu

Bapak Ardi Andono. Beliau telah lama berpe-

ngalaman mengelola kawasan berbasis resort di TN

Gunung Gede Pangrango. Selanjutnya beliau

menyampaikan bahwa sebenarnya tally sheet dari

KKBHL tidak terlalu dipakai di kawasannya karena

BBTNGGP telah mengembangkan sendiri tallysheet

berbasiskan web. Selanjutnya beliau menyam-

paikan bahwa pengelolaan berbasis resort telah

ada di TNGGP sejak tahun 1997-an. Namun pada

saat itu tidak menggunakan istilah RBM, sehingga

bisa dikatakan RBM merupakan produk lama

dengan kemasan baru. Lebih lanjut beliau menyam-

paikan bahwa RBM telah berkembang namun be-

lum optimal dalam pelaksanaannya. Solusi yang be-

liau sampaikan adalah perlu upaya untuk mening-

katkan kualitas SDM tentang pengelolaan berbasis

resort. Dalam penerapan RBM di TNGGP perlu

adanya tahapan, yang pertama pra-kondisi dan beri-

kutnya adalah tahap implementasi. Dalam tahap

pra-kondisi, bisa dimulai dengan pembentukan Tim

Kerja RBM tingkat UPT. Kemudian menyusun

rencana pengelolaan berbasis resort minimal sela-

ma 1 tahun serta membangun sistim informasi.

Materi di lanjutkan dari BBKSDA NTT yaitu

saudara Juna Mardani dan saudara Isai Yusidarta

yang berbagi pengalaman pengelolaan kawasan

berbasis resort di wilayah kerja KSDA NTT. Mereka

menyampaikan materi tentang bagaimana mengel-

ola informasi di lapangan ke dalam tally sheet. Da-

lam slide presentasi tersebut diperlihatkan bebera-

pa tally sheet yang digunakan BBKSDA NTT. Mereka

berkesimpulan bahwa tally sheet adalah salah satu

metoda untuk memperoleh data yang berbentuk

daftar yang berisi pernyataan dan pertanyaan yang

ingin diselidiki dengan memberi tanda/keterangan

sederhana. Alat ini berupa lembar pencatatan data

secara mudah dan sederhana, sehingga

menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin

terjadi dalam pengumpulan data. Sedangkan tujuan

dari tally sheet itu sendiri adalah menyusun data

secara sistematis, sehingga data itu dapat di-

pergunakan dengan mudah, memisahkan antara

opini dan fakta, dan memudahkan proses pengum-

dangkan untuk UPT BBTNTC baru pertama kali di-

laksanakan. Pada kesempatan yang sama Bapak

Kepala Balai Basar memberikan arahannya kepada

semua peserta agar mengikuti kegiatan ini dengan

baik karena akan berdampak positif baik bagi

pribadi maupun bagi organisasi BBTNTC.

Selanjutnya kegiatan dilanjutkan pemaparan

tentang filosofi RBM yang di sampaikan oleh Kepala

BBKSDA Papua, Ir. MG Nababan. Dalam

presentasinya beliau menegaskan pentingnya

kinerja seorang staf di lapangan. Dari pengalaman

di TN Karimun Jawa, Bapak Ir. MG Nababan

mengharapkan hal ini dapat menginspirasi rekan-

rekan di BBTNTC untuk dapat menerapkan konsep

RBM di kawasan ini.

Materi selanjutnya disampaikan oleh Kepala

Bidang Teknis Konservasi BBTNTC, Bapak Ir.

Suprihatna tentang „Motivasi dan Etos Kerja‟. Beliau

menyampaikan definisi motivasi yaitu „alasan‟ dari

dalam untuk melakukan kegiatan. Seseorang

dikatakan memiliki motivasi tinggi jika orang

tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk

mencapai apa yang diinginkannya dengan

mengerjakan pekerjaannya yang sekarang.

Sedangkan „etos‟ berasal dari bahasa Yunani; akar

katanya adalah ethikos, yang berarti moral atau

menunjukkan karakter moral. Dalam bahasa Yunani

kuno dan modern, etos punya arti sebagai

keberadaan diri, jiwa, dan pikiran yang membentuk

seseorang. Sehingga etos kerja dapat diartikan

moral atau karakter moral atau keberadaan diri,

jiwa, dan pikiran seseorang dalam melakukan suatu

pekerjaan. Selanjutnya beliau menyampaikan hal-

hal yang dapat mengganggu kelangsungan

organisasi salah satunya adalah penyalahgunaan

wewenang. Penyalahgunaan wewenang

mengindikasikan bahwa organisasi sudah tidak

sehat lagi. Beliau berkesimpulan motivasi dan etos

kerja yang tinggi dapat menunjang organisasi dan

sebaliknya.

Pelaksanaan kegiatan ini di isi oleh pemaparan

pengalaman dari berbagai narasumber. Salah

satunya pemateri dari Kepala Seksi P3 Balai Besar

LIPUTAN….

P a g e 4 B u l e t i n t r i t o n i s

Page 5: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

LIPUTAN….

P a g e 5

menjadi mendukung dan intensif.

Menjelang siang, kegiatan ini dilengkapi dengan

rumusan hasil kegiatan In House Training RBM. Inti

dari rumusan ini adalah unsur pimpinan BBTNTC

dan segenap staff BBTNTC berkomitmen untuk

mendukung dan membantu terlaksananya

pengelolaan TNTC berbasis resort sesuai dengan

tugas pokok dan fungsinya. Sedangkan sapras dan

pendukungnya hanya merupakan faktor penunjang

keberhasilan RBM. Kesuksesan RBM itu sendiri

terletak pada sumber daya manusianya yang mau

dan mampu membangun sistem informasi pada

tingkat lapangan/resort. Kemudian acara ini ditutup

secara resmi oleh Kepala BBTNTC. Dalam pesannya

beliau menyampaikan pembentukan resort sedang

dalam proses dan diharapkan personil yang ada di

l a p a n g a n b e r s u n g g u h - s u n g g u h u n t u k

melaksanakan konsep RBM ini karena BBTNTC

diberi batas waktu hingga Agustus atau September

tahun ini untuk segera menerapkan RBM.

− ☼ −

pulan data terutama untuk mengetahui bagaimana

sesuatu masalah sering terjadi. Setiap kawasan

memiliki karakternya masing-masing sehingga tally

sheet yang dibutuhkan juga berbeda sesuai dengan

tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh

semua pihak.

Sementara itu wakil dari Direktorat KKBHL yaitu

Bapak Achmad Munawir berkesempatan menyam-

paikan materi „Pengelolaan TN yang efektif melalui

RBM. Dalam pengantarnya beliau menggambarkan

kondisi pengelolaan kawasan konservasi saat ini

yaitu perencanaan kawasan konservasi cenderung

top-down belum mengakomodasi pendekatan

bottom-up. Begitu juga dengan fenomena masih

banyaknya petugas tidak hadir di lapangan yang

menyebabkan kawasan seperti „tidak bertuan‟. Pa-

da beberapa pengelola kawasan kegiatan hanya

berorientasi pada output proyek, sehingga ketika

selesai kegiatan, selesai pula tanggungjawab. Be-

liau juga menyoroti masalah integrasi dengan

sektor/pihak lain yang masih lemah sehingga

kelembagaan pengelola kawasan belum berjalan

efektif. Di tingkat tapak, belum optimalnya sistem

informasi yang mantap sehingga pada tingkat balai,

perencanaan dan kebijakan belum didasarkan

atas data yang lengkap, akurat, dan times series.

Sehingga dibutuhkan suatu sistem yang mampu

mendekatkan fungsi-fungsi pengelolaan ke tingkat

tapak. Salah satu solusi yaitu melalui Sistem

Pengelolaan Berbasis Resort (Resort Based Mana-

gement/RBM). RBM itu sendiri merupakan sistem

pengelolaan yang menjadikan resort sebagai unit

pengelolaan terkecil dan ujung tombak di tingkat

lapangan atau dengan kata lain sistem yang

dibangun untuk meningkatkan kehadiran staf di

lapangan dan penguasaan staf terhadap potensi,

masalah, tantangan, dan solusi. Pada kesempatan

yang sama, beliau juga menyajikan gambaran be-

berapa kawasan konservasi yang telah menerapkan

RBM dengan berbagai tingkatan. Sayangnya kawa-

san TNTC masih kurang mendukung pada tahap pra

-kondisi dan kurang intensif pada tahap implemen-

tasi. Sehingga semua peserta sepakat untuk mem-

bantu BBTNTC dalam meningkatkan status „kurang‟

E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3

*)PEH Pertama pada BBTNTC

Page 6: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

I n h o u s e T r a i n i n g P e n g e l o l a a n

D a t a b a s e K a w a s a n d a n

P e n y u s u n a n L a p o r a n

L I P U T A N

P a g e 6 B u l e t i n t r i t o n i s

Batabase yang selalu terbarui dan terkelola dengan

baik, menjadi awal pengelolaan yang terarah… . Veve Ivana Pramesti,S.Hut*)

Nasional Teluk Cenderawasih yang merupakan sa-

lah satu unit pelaksana teknis Kementerian Kehu-

tanan, maka di selenggarakanlah In House Training

Pengelolaan Data Base Kawasan dan Penyusunan

Laporan. Kegiatan ini diselenggarakan dengan

tujuan agar pegawai Balai Besar Taman Nasional

Teluk Cenderawasih mampu mengembangkan

keahliannya dalam menghimpun, mengolah dan

menyajikan data serta informasi potensi Taman na-

sional secara baik dan akurat.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini dilakukan

dengan tiga metode yaitu ceramah, diskusi dan

praktek. Sedangkan materi-materi kelas dan prak-

tek yang disampaikan dalam kegiatan ini adalah

materi penyusunan laporan yang baik, sharing pe-

ngalaman tim resort base management Taman Na-

sional Ujung Kulon dan aplikasi sistem informasi

manajemen resort based management.

K etersediaan data base kawasan dan

keapikan serta keakuratan pelaporan aktivi-

tas kegiatan yang berhubungan dengan ka-

wasan konservasi merupakan salah satu unsur

yang penting bagi manajemen suatu konservasi. Da-

lam konteks ini dianggap unsur yang penting karena

menyangkut perananya sebagai dasar dalam

pengambilan kebijakan pengelolaan suatu kawasan

konservasi ataupun sebagai sumber informasi ter-

lengkap dan terbaru ke publik maupun ke atasan

langsungnya akan suatu kondisi kawasan konserva-

si. Mengingat begitu penting perananya, sudah se-

layaknya menjadi suatu keharusan bagi Balai Besar

Taman Nasional Teluk Cenderawasih sebagai

pengelola kawasan konservasi untuk memiliki data-

base kawasan yang berkualitas.

Guna mendukung tupoksi pengelolaan kawasan

konservasi yang di emban oleh Balai Besar Taman

Page 7: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

LIPUTAN….

E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3 P a g e 7

umum wilayah (untuk kegiatan di lapangan) yang

memuat letak geografis, potensi sosial ekonomi dan

budaya, kondisi biofisik kawasan, jenis tumbuhan

yang dominan dan jenis satwa yang ada, metode

pelaksanaan kegiatan, hasil dan pembahasan. Da-

lam penyajian hasil haruslah memahami tentang

suatu jenis atau kondisi habitat yang sedang diteliti

dan dalam pembahasan harus ada data series pem-

bandingnya. Setelah hasil dan pembahasan diikuti

oleh penutup, daftar pustaka dan lampiran.

Sharing Pengalaman Tim Resort Base Management

Sebelum melangkah ke materi dan praktek apli-

kasi sistem informasi manajemen resort based

management, terlebih dahulu dilakukan sharing

pengalaman tim resort base management Taman

Nasional Ujung Kulon (TNUK) dengan peserta in

house training pengelolaan data base kawasan dan

penyusunan laporan. Dalam sharing ini dikemukan

bahwa di Taman Nasional Ujung Kulon mulai di ben-

tuk tim kerja RBM mulai tahun 2012. Pada tahun

2012 TNUK memiliki 13 resort dengan pembagian

grid wilayah survei resort seluas 1 km2 guna mem-

permudah petugas menentukan lokasi kegiatan.

Sistem kerja tim resort base management adalah

dengan membentuk flying tim yang bertujuan untuk

menjemput permasalahan yang ada di lapangan

dan melakukan pendampingan serta fasilitasi

implementasi resort base management di tingkat

resort. Tim ini terdiri dari para petugas-petugas yang

antusias dan semangat untuk mengawal

pelaksanaan resort base management di TNUK.

Disamping itu, juga dilakukan pertemuan dua

mingguan tim resort base management balai sejak

bulan Juni 2012 untuk melakukan percepatan

implementasi resort base management. Pada resort

di TNUK telah dilengkapi dengan sarpras kantor re-

sort, netbook, GPS, kamera dan personal use untuk

petugas resort. Di tahun 2013 ini direncanakan re-

sort yang jumlahnya 13 akan ditambah 2 resort lagi

menjadi 15 resort.

Penyusunan Laporan yang Baik

Dalam pemaparan materi penyusunan laporan

yang baik yang disampaikan oleh Kepala Balai Be-

sar Taman Nasional Teluk Cenderawasih, dijelaskan

bahwa laporan merupakan pelaporan segala sesu-

atu tentang keadaan sesuai tanggung jawab yang

didasarkan pada informasi fakta dan data yang ada

di lapangan.Tujuan pembuatan laporan adalah se-

bagai berikut:

Mengatasi suatu masalah;

Mengetahui perkembangan kondisi atau alat

pengukur kemajuan;

Alat pengawasan/perbaikan kedepan;

Alat penemuan metode-metode yang baru.

Laporan yang baik haruslah sistematis dan

sesuai dengan metode yang disepakati secara

umum dan disertai peta sesuai standar. Bahasa da-

lam laporan juga harus sesuai dengan kelompok

pembaca yang mengaksesnya, apakah kelompok

orang tua, anak sekolah ataupun mahasiswa. Isi

dan substansi laporan hendaknya memuat cover,

lembar pengesahan, tim penyusun,kata pengantar,

daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, daftar lam-

piran, latar belakang, maksud dan tujuan, kondisi

Suasana saat penyampaian materi Penyusunan

Laporan yang Baik

Page 8: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 8

LIPUTAN….

B u l e t i n t r i t o n i s

Aplikasi Sistem Informasi Mana-

jemen Resort Base Manage-

ment (RBM)

Materi dan praktek aplikasi

sistem informasi manajemen

RBM disampaikan oleh pengajar

dari Taman Nasional Ujung Ku-

lon, yaitu Firmanto Noviar Su-

wanda, S.Hut. Pada sesi ini pe-

serta dilatih menginstal dan

mengoperasikan SIM RBM.

Sebelum mengoperasikan SIM

RBM, peserta disegarkan kem-

bali tentang isian dalam register

maupun tally sheet RBM yang

telah diambil dari lapangan.

Selanjutnya peserta dilatih

menginput data register, foto,

video dan koordinat pengambi-

lan data ke dalam aplikasi RBM.

Selama proses penginputan

banyak peserta yang mengalami

kesulitan, termasuk penulis

sendiri. Akan tetapi berkat

ketelatenan pengajar akhirnya

peserta menjadi lebih paham dan terampil dalam

mengoperasikan aplikasi sistem informasi mana-

jemen RBM.

Semoga dengan terasahnya kemampuan peser-

ta in house training dalam mengambil, mengolah,

menginput dan menyajikan data kawasan konserva-

si dapat mengoptimalkan pengelolaan dan sistem

data base di Taman Nasional Teluk Cenderawasih

sehingga dapat menyajikan informasi yang terpe-

rinci dan ter-update kepada pengguna data kawa-

san Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

− ☼ −

*)Calon Penyuluh Kehutanan pada BBTNTC

Suasana saat Praktik Istalasi Aplikasi SIM RBM

Page 9: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3 P a g e 9

A R T I K E L

termasuk memprihatinkan dan

terancam punah, hal ini diakibat

kegiatan perburuan yang tidak

terkendali yang terjadi selama ini.

Keanekaragaman hayati di

wilayah perairan di Pulau Papua

juga sangat kaya, dimana sudah

ditemukan lebih dari 150 jenis

ikan karang serta 2.250 jenis

ikan laut. Dari data yang

diperoleh ini sangat kami yakini

masih belum lengkap dan

diperkirakan akan ditemukan lagi

spesies baru, mengingat masih

banyak daerah yang belum

dilakukan ekplorasi secara

optimal.

Sedangkan potensi Fauna

yang berada di wilayah provinsi

Papua Barat hingga tahun 2011

yang terekam dalam laporan

statistik Balai Besar Konservasi

Sumber Daya Alam Papua Barat

tercatat lebih dari 120 jenis

burung. Diperkirakan dari burung

tersebut, banyak diantaranya

berupa jenis-jenis khas yang

terbatas pada pegunungan yang

tinggi. Fauna burung ini

termasukdiantarannya 23 jenis

merpati, 20 jenis kakatua dan

nuri, 18 jenis burung penghisap

madu (honeyeater) dan 8 jenis

burung dewata. Diantara jenis-

jenis burung dewata termasuk

Burung Terompet(Rhonygammus

keraudrenii keraudrenii). Burung

Dewata (Diphyllodes magnificus

magnificus), yang mempunyai

subjenis yang khas Papua Barat,

Burung Dewata (Seleucides

melanoleucamelanoleuca), dan

Burung Dewata Kecil (Paradiseae

minor minor). Sedangkan

mamalia dapat dijumpai dalam

kawasan Papua Barat antara lain

4 jenisTikus, 3 Bandikut, 3

Kuskus, 2 Oposum, Oposum

Layang danKuskus Ekor Kait

Dataran Rendah, serta Walabi

Hutan dan 2 jenis Kangguru

Pohon.

Kekayaan Alam Teluk

Cenderwasih

Penetapan kawasan Teluk

Cenderawasih sebagai taman

nasional tidak terlepas dari

potensi serta kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya. Terlebih

lagi secara geografis kawasan

Teluk Cenderawasih sebagai

daerah pertemuan dua lempeng,

yaitu lempeng benua Australia

dan lempeng Samudra Pasifik

maka besar kemungkinannya

potesi keragaman flora dan fauna

yang terkandung di dalamnya

sangat tinggi baik kekayaan yang

terdapat di hutan dataran rendah,

dipesisir pantai maupun didalam

lautan.

Dari hasil survei The Nature

Conservation (TNC), World Wide

Fund for Nature (WWF)-

Indonesia, Conservation nternatio

nal Indonesia (CI- Indonesia) dan

TNTC bulan Februari 2006

Setidaknya tercatat ± 460 jenis

karang, yang terdiri dari 67 genus

dan sub genus, 260 jenis karang

Scleractinia yang tersebar pada

tepi pulau yang berada di dalam

kawasan TNTC. Potensi Ikan yang

terkandung dalam TNTC juga

cukup tinggi, sebagaimana hasil

survey Balai Besar TNTC,

ondisi geografis di pulau

Papua terkenal dengan

keunikannya berupa

bentangan alam yang

terdiri dari lembah dan gunung.

Kondisi bentangan alam ini

menciptakan hutan pegunungan

yang cukup rapat dan tidak

mudah untuk di masuki, sehingga

masih banyak terdapat daerah

yang terisolir dan belum pernah di

jamah oleh manusia. Kondisi

bentang alam di Papua ini

menyimpan beragam kekayaan

alam yang sangat lengkap dan

bahkan beberapa spesies yang

berada di dalamnya merupakan

spesies endemik asli Papua.

Keanekaragaman Hayati Fauna

yang terkadung di Tanah Papua

Berdasarkan hasil penelitain

Conservation International (CI)

dalam anonim (2012) di dalam

Pulau Papua tercatat terdapat

lebih dari 600 jenis burung,

termasuk 25 jenis burung

cenderawasih, tiga jenis kasuari

dan kira-kira dua lusin beo,

merpati, burung pemangsa dan

raja udang. Sedangkan jenis

mamalia yang terdapat di Tanah

papua yaitu Codot, kangguru

pohon, possum dan tikus. Ada

pula hewan amfibi yang

mencakup lebih dari 150 jenis

katak, yang sebagian besar masih

belum dikenal. Sedangkan reptilia

terdiri dari dua jenis buaya, 61

jenis ular, 141 jenis kadal dan 11

jenis biawak. Namun

disayangkan, keberadaan hewan

Mamalia di Pulau Papua

Saatnya Kita Tentukan Langkah Nyata…. Muhibbuddin Danan Jaya*)

KEANEKARAGAMAN HAYATI FAUNA PENGHUNI

UJUNG TIMUR INDONESIA

Page 10: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 1 0

ARTIKEL….

B u l e t i n t r i t o n i s

(Eretmocheyles imbricata).

Perairan Kawasan TNTC juga

menjadi daerah jelajah Paus

Sperma atau yang lebih dikenal

sebagai paus kepala kotak

(Physeter macrocephalus) serta

mejadi daerah jelajah dan jalur

pergerakan beberapa jenis penyu.

Bahkan didalam kawasan TNTC

ini terdapat pulau yang menjadi

salah satu tempat peneluran

penyu Hijau (Chelonia mydas).

Saat kita berlayar di dalam

kawasan TNTC, sering dijumpai

lumba-lumba (Delphinidae sp)

yang biasa ditemui dalam

kelompok besar sedang bermain

di lautan setiap pagi atau sore

hari. Di dalam kawasan TNTC

semenjak tahun 2009 sering

dijumpa Hiu paus (Rhincodon

typus) ataulebih dikenal oleh

masyarakat sebagai ikan Gorano

Babintang, karena motif yang ada

di dalam tubuh ikan Hiu ini

seperti bintang-bintang. Dengan

adanya keberadaan Ikan Hiu

Paus ini, semakin lengkap

keanekaragaman fauna yang

dapat kita jumpia didalam

kawasan TNTC.

Benteng Terakhir Menjaga

Kelayaan Potensi Alam yang ada

Hutan di pulau Papua

merupakan pertahanan akhir

sebagai penyedia pasokan O2

bagi kehidupan yang ada diatas

bumi ini. Terumbu karang di

wilayah Papua juga termasuk

kedalam wilayah coral triagle di

dunia ini, karena kekayaan jenis

karang yang terdapat di

dalamnya. Mempertahankan

hutan dan kelestarian terumbu

karang yang ada di tanah Papua

ini, maka kita mempertahankan

kehidupan serta kekayaan alam

yang ada di muka bumi ini.

Keberadaan Hutan yang

menjadi tempat tubuh dan

berlindung serta penyedia

makanan berbagaimacam jenis

satwa, serta menciptakan iklim

mikro yang nyaman untuk

ditinggali.Sedangkan keberadaan

terumbu karang di pesisir pantai

menjadi tempat mencari makan,

berlindung serta memijah

berbagai jenis ikan yang ada di

dalam lautan.

Kekayaan alam ini harus kita

jaga untuk mempertahankan

keanekaragaman hayati yang

dimiliki oleh Tanah Papua ini. Jika

bukan Kita, siapa lagi yang akan

menjaganya?.

− ☼ −

Universitas Negeri Papua dan CI-

Indonesia tahun 2008, dalam

kawasan TNTC terdapat

sedikitnya 836 jenis ikan yang

terdiri dari jenis ikan muara, ikan

mangrove, ikan karang dan ikan

pelagis serta 201 spesies

moluska. Untuk keragaman flora-

fauna daratan terdapat 17 jenis

vegetasi mangrove, 9 jenis

vegetasi hutan pantai, 35 jenis

vegetasi hutan daratan, 7 jenis

lamun, 184 jenis burung, 14 jenis

mamalia dan 17 jenis reptilia

antara lain Penyu, Biawak dan

Ular.

Berdasarkan laporan Statistik

Balai Besar Taman Nasional Teluk

Cenderawasih tahun 2012, di

dalam kawasan TNTC terdapat

beberapa satwa yang dilindungi

oleh undang undang di negara

keatuan Republik Indonesia,

antara lain: 4 jenis Mamalia laut,

21 jenis Aves, 5 reptil, 10 jenis

Molusca, satu jenis Crustaceae,

dan satu jenis Colenterates serta

dua jenis Penyu, yaitu Penyu hijau

(Chelonia mydas)dan Penyu sisik

*) Penyuluh Kehutanan Pelaksana Pada BBTNTC

Sumber bacaan:

Laporan Statistik Balai Besar KSDA Papua Barat 2011

Laporan Statistik Balai Besar TNTC 2012

Anonim, 2012, Buku Ekologi Papua Versi Indonesia Diluncurkan,http://goo.gl/CKKNBdiakses 18 Juni 2013.http://

www.conservation.org/global/indonesia/fmg/articles/pages/Buku-Ekologi-Papua Diluncurkan.aspx 2012 Juni 05,

diakses tanggal 18 Juni 2013

Page 11: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3

A R T I K E L

P a g e 1 1

sehingga perlu menggunakan mikroskop. Diantara

empat famili teripang, hanya famili Holothuriidae

yang dapat dimakan dan bernilai ekonomis.

Teripang memiliki tubuh yang lunak dan elastis

dengan bentuk bervariasi, seperti membulat,

silindris, segi empat, atau bulat memanjang seperti

ular. Mulut terletak di ujung anterior, sedang anus

diujung posterior. Panjang tubuh bervariasi menurut

jenis dan umur, berkisar antara 3 cm sampai 150

cm, misalnya jenis Holothuria atra dapat mencapai

panjang 60 cm dan berat 2 kg, jenis Actinopyga

mauritidna mencapai panjang 30 cm dengan berat

2,8 kg, jenis Thelenota ananas mencapai panjang

100 cm dan berat 6 kg, sedangkan teripang putih

atau teripang pasir (Holothuria scarba) panjangnya

antara 25-35 cm dengan berat antara 0,25-0,35 kg.

Bentuk tubuh teripang merupakan ciri

taksonomiknya pada tingkat Bangsa (ordo) dan

suku (family), khususnya untuk Suku-suku dari

Bangsa Aspidochirotida .

Gerakan teripang sangat lambat sehingga

T aman Nasional Teluk Cenderawasih memiliki

keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi.

Salah satu fauna yang bisa ditemukan di

dalam kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih adalah teripang atau dalam bahasa

Inggris disebut Sea Cucumber (ketimun laut). Dari

hasil inventarisasi teripang di perairan Kampung

Isenebuai pada bulan Juli 2012 diketemukan 10

jenis spesies Teripang (BPTN Wil. III, 2012). Tubuh

teripang lunak, berdaging dan bentuknya silindris

memanjang seperti buah ketimun. Itulah sebabnya

hewan ini dinamakan ketimun laut.

Teripang adalah salah satu anggota hewan

berkulit duri (Enchinodermata) namun demikian

tidak semua jenis teripang mempunyai duri pada

kulitnya. Ada beberapa jenis teripang yang tidak

berduri. Duri-duri pada teripang tersebut

sebenarnya merupakan rangka atau skelet yang

tersusun dari zat kapur dan terdapat di dalam

kulitnya. Rangka dari zat kapur itu tidak dapat

dilihat dengan mata biasa karena sangat kecil

M e n g e n a l S i K e t i m u n L a u t

Astekita Ardiaristo,

S.Hut.,M.Sc*) Timun mas laut dari Teluk Cenderawasih

Page 12: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 1 2 B u l e t i n t r i t o n i s

bagian tubuh teripang dan fungsinya adalah

sebagai berikut :

Tentakel : berfungsi sebagai alat gerak ,merasa,

memeriksa dan alat penagkap mangsa.

Stomach/perut : sebagai alat pencernaan.

Gonad : kelenjar kelamin yang berfungsi sebagai

penghasil hormon kelamin.

Saluran kelamin : Berfungsi sebagai saluran

menuju gonad.

Madreporit : Lempeng tali lapisan pada ujung

saluran air.

Esofagus : saluran di belakang rongga mulut

berfungsi menghubungkan rngga mulut dan

lambung.

Dorsal mesentery : berfungsi sebagai

pembungkus usus dan menggantungnya ke

dinding tubuh pinggang.

Anus : mengeluarkan sisa metabolisme pada

teripang.

Cloaca : sebagai alat pencernaan.

Intestin : sebagai alat pencernaan yang letaknya

di antara pilorus hingga usus.

Daftar Pustaka

BPTN Wil. III. 2012. Laporan Inventarisasi Teripang

di BPTN Wilayah III Ransiki. (tidak

dipublikasikan). Manokwari

Darsono, Prapto. 1998. Pengenalan Secara Umum

Tentang Teripang (Holothlrians). Jurnal Oseana

Volume XXIII, Nomor 1. LIPI; Jakarta

Satrio, Argo. 2010. Laporan Klasifikasi dan Struktur

anatomi Molusca. (Diakses dari http://

asatrio.blogspot.com/2009/11/laporan-

prakikum-biologi-klasifikasi.html pada tanggal

27-Juni-2013)

Widodo, Ahmad, 2012, Budidaya Teripang. Pustaka

Baru Press; Yogyakarta

− ☼ −

hampir seluruh hidupnya berada di dasar laut.

Teripang bergerak dengan kaki tabung (podia) yaitu

bagian dari sistem saluran air ambulakral yang

bekerja secara hidrolik. Fungsi utama sistem

saluran air adalah mengatur tekanan hidrolik ini

sehingga kaki tabung dapat bekerja/digerakkan.

Pusat sistem saluran air tersebut adalah saluran

cincin (water ring canal) yang terletak di sekeliling

faring. Saluran cincin bercabang ke lima saluran

radial, yang masing-masing dihubungkan dengan

kaki tabung melalui cabang-cabang saluran lateral.

Fungsi utama kaki tabung adalah sebagai organ

pergerakan, namun sebagian termodifikasi sebagai

organ peraba. Kaki tabung yang berfungsi sebagai

alat gerak beradadisisi ventral tubuh dan disebut

'pedisel'. Kaki tabung untuk peraba berada disisi

dorsal tubuh dan disebut 'papila'. Beberapa jenis

teripang, dari Bangsa Apodida, kaki tabungnya

tereduksi atau hilang sama sekali. Pergerakkan

teripang dari bangsa ini dilakukan dengan kontraksi

peristaltik tubuh, yang dibantu oleh sifat kulitnya

yang Iengket.

Di daerah sekeliling mulut, kaki tabung

termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk

mengumpulkan makanan. Pada kelompok teripang

dikenal dua cara makan yaitu menangkap

plankton dengan tentakel (pada Dendrochirotida)

dan dengan menelan pasir kemudian mengambil

detritus yang terkandung (pada Aspidochirotida).

Pasir tersebut kemudian akan dikeluarkan

kembali melalui anus.

Bagian-bagian tubuh teripang termasuk organ

dalamnya tidak begitu rumit. Secara garis besar,

ARTIKEL….

*)Penyuluh Kehutanan Pertama Pada BBTNTC

Page 13: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3 P a g e 1 3

A R T I K E L

2014, maka perlu dilakukan pemantauan perkem-

bangan populasinya.

Status keberadaan kelima jenis biota prioritas

kawasan TNTC cukup penting dan terancam punah

di dunia. Kelima jenis yang menjadi prioritas kawa-

san TNTC tersebut telah tercantum dalam CITES

(2013), suatu perjanjian negara-negara dalam

mengatur perdagangan flora fauna yang terancam

punah di dunia sebagai spesies yang dilindungi.

Selain itu, beberapa waktu lalu tepatnya tanggal 20

Mei 2013, Kementerian Kelautan dan Perikanan

telah menetapkan Hiu Paus (Rhyncodon typus) se-

bagai jenis ikan yang dilindungi. Hal tersebut tercan-

tum dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Peri-

kanan Nomor 18/Kepmen-KP/2013 tentang

Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Hiu

Paus (Rhyncodon typus). Selain itu Lembaga Ilmu

Pengetahuan (LIPI) juga telah memberikan rek-

omendasi perlindungan penuh ikan Hiu Paus

(Rhincodon typus) melalui surat Nomor. 2425/

IPH.1/KS.02/X/2012 tanggal 12 Oktober 2012,

perihal Perlindungan Ikan Hiu Paus.

Hingga saat ini upaya yang mendukung pening-

kataan populasi spesies prioritas terancam punah

sebesar 3% sesuai IKU Direktorat Jenderal PHKA

adalah dengan dilaksanakannya jumlah kegiatan

inventarisasi dan identifikasi maupun monitoring

spesies prioritas pada Taman Nasional Teluk

Cenderawsih telah dilaksanakan. Namun belum

banyak kegiatan yang menunjukkan komitmen Balai

Besar TNTC untuk meningkatkan populasi sebanyak

3%. Namun, kegiatan yang ada masih lebih kepada

inventarisasi dan identifikasi spesies dan dilakukan

di lokasi yang berbeda sehingga belum bisa secara

berkelanjutan melihat grafik perkembangan spesies

P eningkatan populasi spesies prioritas teran-

cam punah sebesar 3% merupakan salah

satu Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat

Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

(PHKA) tahun 2010-2014. Dalam rangka pen-

capaian IKU tersebut, Direktorat Jenderal PHKA

menetapkan 14 (empat belas) spesies prioritas ter-

ancam punah. Hal tersebut tertuang dalam Surat

Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan

dan Konservasi Alam Nomor: 132/IV-KKH/2011

tanggal 8 Juli 2011, yaitu: Harimau sumatera

(Panthera trigis sumatrae), Gajah sumatera

(Elephas maximus sumatranus), Orang utan Kali-

mantan (Pongo pygmaeus pygmaeus), Badak jawa

(Rhinoceros sondaicus), Maleo (Macrocephalon

maleo), Bekantan (Nasalis lavartus), Owa jawa

(Hylobates moloch), Elang jawa (Spizaetus bartelsi),

Babirusa (Babyrousa babyrousa), Anoa (Bubalus

quarlesi dan Bubalus depressicornis), Jalak bali

(Leucopsar rothschildi), Komodo (Varanus komo-

doensis), Banteng (Bos javanicusa), dan Kakatua

kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea).

Sementara itu, Balai Besar Taman Nasional Te-

luk Cenderawasih menetapkan dari 5 (lima) biota

prioritas kawasan TNTC yaitu hiu paus (Rhyncodon

typus), duyung (Dugong dugon), Kima (Tridacna

gigas, Tridacna maxima, Hippopus hippopus, Tridac-

na squamosa), Penyu (Chelonia mydas , Eretmo-

chelys imbricata), lumba-lumba. Meskipun kelima

biota prioritas kawasan TNTC belum menjadi salah

satu spesies terancam punah yang tercantum da-

lam IKU Direktorat Jenderal PHKA, namun karena

kelima jenis tersebut telah menjadi spesies prioritas

dalam pengelolaan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih sesuai Rencana Strategis Balai Besar

Taman Nasional Teluk Cenderawasih Tahun 2010-

P e n e t a p a n S p e s i e s P r i o r i t a s

K a w a s a n T N T C S e b a g a i U p a y a

M e n d u k u n g I K U D i t j e n P H K A

Widia Nur Ulfah, S.Pi*) Biota prioritas yang harus kita jaga

Page 14: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 1 4

ARTIKEL… .

B u l e t i n t r i t o n i s

dimaksud . Selain itu bisa juga disebabkan spesies prioritas kawasan TNTC yang seluruhnya merupakan

biota perairan myang memiliki ruaya yang luas sehingga sulit dimonitor. Belum adanya upaya penangkaran

spesies prioritas yang ada di kawasan TNTC juga menjadi penyebab tidak bisa dilaksanakannya pening-

katan spesies prioritas seperti tercantum dalam IKU Direktorat Jenderal PHKA.

Beberapa kegiatan pendukung IKU Direktorat Jenderal PHKA yang dilakukan di TNTC diantaranya ada-

lah pada tahun 2011 telah terlaksananya kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi Jenis Kima di Pulau Auri,

Pulau Wairundi dan Pulau Nutabari serta Survei Habitat dan Populasi Hiu Paus di Bidang PTN Wilayah I

Nabire. Kemudian tahun 2012 telah dilaksanakan kegiatan Inventarisasi Populasi Dugong dugon di Sobey,

Inventarisasi Habitat Penyu di Pulau Anggromeos dan Wairundi, Monitoring Populasi Whale Shark di Kwa-

tisore. Sedangkan pada tahun 2013 ini beberapa kegiatan yang mendukung peningkatan spesies teran-

cam punah prioritas kawasan diantaranya Inventarisasi Habitat Whale Shark, Inventarisasi Jenis dan Seba-

ran Lumba-lumba, Inventarisasi Populasi Dugong, Inventarisasi Jenis dan Populasi Penyu, Monitoring Jenis

dan Populasi Kima serta Pembuatan Demplot Penetasan Penyu. Diharapkan dari data kegiatan-kegiatan

tersebut dapat menjadi dasar kegiatan yang mendukung peningkatan populasi spesies terancam punah

dan atau prioritas di wilayah Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih guna peningkatan populasi

spesies terancam punah kawasan pada tahun-tahun selanjutnya.

Daftar Pustaka

http://www.cites.org [27 Juni 2013, 10.00 WIT]

Kementerian Kehutanan. 2012. Statistik Kehutanan Indonesia Tahun 2011. Kementerian Kehutanan. Ja-

karta

Prabowo. 2013. KKP Tetapkan Hiu Paus (Rhincodon typus) Sebagai Ikan yang Dilindungi [http://

kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/en/beritabaru/153-kkp-tetapkan-hiu-pausrhincodon-typus-sebagai-

ikan-yang-dilindungi diakses tanggal 28 Juni 2013, 11.50 WIT]

− ☼ −

*)PEH Pertama pada BBTNTC

Page 15: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3 P a g e 1 5

A R T I K E L

terumbu karang dangkal (Shallow Water Reef).

Terdapat ± 460 jenis karang, yang terdiri dari 67

genus dan sub genus 260 jenis karang Scleractinia

yang tersebar pada tepi pulau, baik pulau besar

maupun kecil (Survei The National Conservation,

Conservation International, dan TNTC 2006).

Ekosistem terumbu karang di kawasan TNTC

pada umumnya tersebar dalam 2 zona, yaitu zona

rataan terumbu karang (Reef Flat) dan zona lereng

terumbu karang (Reef Slope). Zona rataan Reef Flat

berada dekat garis pantai (daerah intertidal) hanya

didominasi oleh substrat pasir dan lamun, dengan

beberapa jenis karang dari marga Porites, Acropora,

Poccilopora, dan Favites. Zona rataan terumbu

karang pada beberapa pulau memiliki beberapa ciri

khas antara lain dijumpai adanyanya koloni blue

coral (Heliopora coenelea), karang lunak (soft coral)

dari jenis Sacroplyton sp,. Jenis kerang hitam

Gorginians (Anthipathes sp.). Sedangkan reef slope

di kawasan TNTC, yaitu reef slope yang landai dan

reef slope yang berbentuk tubir (drop off). Jenis-

jenis karang yang dapat dijumpai pada zona reef

slope antara lain Leptoseris spp., Montipora spp.,

Oxypora spp., Pacyseris spp., dan Hicedium

clepantatus serta H. poritestrus.

Potensi karang Taman Nasional Teluk Cen-

derawasih tercatat 150 jenis dari 15 famili, dan ter-

sebar di tepian 18 pulau besar dan kecil.

Persentase penutupan karang berbeda pada setiap

T aman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC)

merupakan perwakilan ekosistem berbagai

macam keanekaragaman hayati di Papua

dan merupakan taman nasional perairan laut ter-

luas di Indonesia. Kawasan TNTC memiliki luas

1.453.500 hektar berdasarkan SK Menhut Nomor

8009/Menhut-II/2002, terluas di Indonesia. Terdiri

dari daratan dan pesisir pantai (0,9%), daratan pu-

lau-pulau (3,8%), terumbu karang (5,5%), dan

perairan lautan (89,8%). Wilayahnya sebagian besar

perairan, terbagi 6 zona, yakni zona inti, zona perlin-

dungan bahari, zona pariwisata, zona umum dan zo-

na khusus. TNTC terbagi dalam 5 tipe ekosistem,

antara lain ekosistem hutan tropis daratan/pulau,

ekosistem hutan pantai, ekosistem hutan ma-

ngrove, ekosistem padang lamun, dan ekosistem

terumbu karang. Posisi TNTC yang terletak di tepi

samudra Pasifik dan merupakan daerah pertemuan

antara lempeng Benua Australia dan lempeng Sa-

mudra Pasifik yang secara Geografis terletak pada

koordinat 134° 06‟ - 135° 10’ BT dan 01° 43’ - 03°

22‟ LS, menyebabkan kawasan konservasi ini kaya

akan potensi sumber daya alam khususnya sumber

daya alam peraian (BBTNTC, 2009).

Topografi kawasan TNTC di bawah laut memiliki

4 bentuk pertumbuhan utama terumbu karang,

yaitu terumbu karang tepi pantai (Frigging Reef),

terumbu karang potongan (Patch Reef), terumbu

karang penghalang (Barier Reef), tridacna atol, dan

S e k i l a s T e n t a n g T e r u m b u

k a r a n g d i K a w a s a n T N T C

Eric Rosady, A.Md*)

Potensi Teluk Cenderawasih yang besar

manfaatnya….

Page 16: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 1 6

alam hayati, TNTC tidak terlepas dari bidikan

masyarakat untuk mengambil dan memperoleh

manfaat ekonomi dari keberadaan kekayaan yang

ada didalamnya. Menurut peraturan, sebenarnya

pengambilan dan pemanfaatan sumber daya alam

di dalam kawasan TNTC sepanjang sesuai dengan

peraturan dan pembagian zonasi kawasan. Namun

yang terjadi adalah kegiatan ilegal seperti ilegal

fishing yang dapat mengancam kelestarian sumber

daya keanekaragaman hayati dalam kawasan, apa-

lagi beberapa pelaku menggunakan teknik dan

peralatan yang merusak lingkungan.

Nelayan di dalam kawasan terutama nelayan

dari luar biasa memakai bahan peledak (bom) dan

masyarakat setempat menggunakan bahan

beracun tradisional seperti tuba dalam menangkap

ikan. Penggunaan bahan peledak dan bahan

beracun dapat memusnahkan organisme dan

merusak lingkungan. Penggunaan bahan peledak

dalam penangkapan ikan menimbulkan efek negatif

yang sangat besar. Selain rusaknya terumbu karang

yang ada di sekitar lokasi peledakan, hal itu juga

dapat menyebabkan kematian organisme lain yang

bukan merupakan target. Kegiatan lain yang juga

mengancam antara lain, penggunaan kompresor,

pengumpulan hasil laut yang tidak memenuhi

standar aturan yang berlaku, melanggar zona yang

sebenarnya terlarang melakukan kegiatan pe-

nangkapan, pengoperasian alat tangkap di luar

standar, tidak ada izin penangkapan, dan duplikasi

izin penangkapan.

Daftar Pustaka: [BBTNTC] Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Pemda Kab Nabire, Pemda Kab. Teluk Wondama, WWF, Yalhimo. 2009. Buku Data dan Analisa Zonasi Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Manokwari: Balai Besar TNTC. [BBTNTC]. 2009. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Teluk Cendrawasih (2010-2029). Manokwari: Balai Besar TNTC. http://coremap.or.id http://bacalah-saja.blogspot.com/2010/ http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/taman-nasional-

laut-teluk-cenderawasih-tntc/

lokasi, hal ini dipengaruhi oleh tingkat interaksi

masyarakat dalam pemanfaatan SDA. Berdasarkan

pengamatan yang dilakukan oleh TNTC bersama

WWF hingga tahun 2008, diketahui bahwa

persentase penutupan karang hidup pada beberapa

stasiun pengamatan rata-rata berkisar 26,45%

hingga 78%. Tempat dengan persentase penutupan

karang hidup tinggi seperti di Selat Numamuram

78%, Pasir Panjang (bagian belakang) 54%, dan

Pulau Kabuai 53%.

Luas penutupan karang hidup berpengaruh

terhadap nilai serapan karbon dunia. Dalam

menghitung nilai serapan karbon, menurut Odum

dan Odum (1955) dalam Nybakken, (1988), mem-

perkirakan produktivitas primer terumbu karang

1500-3500 gr C/m2/tahun. Adapun secara

ekonomi nilai 1 ton karbon menurut ITTO & Frim

(1994) dalam Kim (2001), adalah sebesar US$10,

sedangkan menurut Soemarwoto (2001), nilai 1 ton

karbon berkisar antara US$ 1- US$28. Diasumsikan

harga US$ 10 per ton dan nilai produktivitas primer

terumbu karang sebesar 2500 gr/m2/tahun. Ber-

dasarkan hal tersebut di atas, dengan memper-

hatikan luas penutupan terumbu karang di dalam

kawasan TNTC kurang lebih 80.000 ha, maka :

80.000 ha x 10.000 m2/ha x 2500 gr/m2/tahun x

1/1.000.000 ton/gr = 2.000.000 ton/tahun

Nilai karbon US$ 10 per ton (asumsi US$ 1 = Rp

10.000)

Berdasarkan perhitungan tersebut maka nilai se-

rapan karbon TNTC senilai :

2.000.000 x 10 x 10.000 = Rp 200.000.000.000

per tahun

Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa TNTC

memberikan nilai manfaat yang tinggi bagi masyara-

kat di tingkat lokal maupun global. Masyarakat di

sekitar kawasan TNTC masih menggantungkan

hidupnya di sektor perikanan. Nilai serapan karbon

memiliki sumbangsih sebesar 30,06%, nilai ini ber-

dasarkan persepsi masyarakat dunia. Namun,

sebagai kawasan yang kaya akan sumber daya

ARTIKEL… .

*)Calon Polisi Kehutanan pada SPTN Wil V Rumberpon

B u l e t i n t r i t o n i s

Page 17: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3 P a g e 1 7

bagai salah satu daya tarik wisata andalan selain

whale shark / Hiu Paus di TN Teluk Cenderawasih.

Distribusi/Sebaran lumba-lumba di TN. Teluk

Cenderawasih

Hewan yang termasuk dalam ordo Cetacea ini

tersebar luas di seluruh dunia dan distribusinya ber-

gantung pada migrasi musiman yang dilakukan.

Rute migrasi yang ditempuh akan mudah diprediksi

dan akan melintas dalam kelompok dan jumlah

yang sama dari tahun ke tahun. Seringkali rute

migrasi yang dilalui oleh hewan ini berdekatan

dengan daratan sehingga dapat dilakukan penga-

matan dan estimasi jumlah kelompok yang ber-

migrasi. Berikut merupakan peta perjumpaan lumba

–lumba di kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih selama tahun 2012 ;

Sampai dengan saat ini, belum ada penelitian

lebih lanjut baik inventarisasi maupun identifikasi

mengenai ordo Cetacea khususnya untuk jenis lum-

ba–lumba di kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih, sehingga informasi mengenai hewan

ini masing sangat minim. Selama ini yang dilakukan

adalah sebatas mencatat perjumpaan lumba – lum-

ba secara insidentil dan tidak secara time series,

baik jumlah individu, titik koordinat perjumpaan dan

arah migrasi. Sedangkan untuk identifikasi jenis

lumba-lumba secara spesifik masih sulit untuk di-

lakukan karena hanya melakukan pengamatan

singkat secara visual dari atas kapal. Berdasarkan

peta sebaran tersebut dapat diketahui bahwa

jumlah perjumpaan terbanyak dari spesies lumba-

lumba terjadi di sekitar perairan Windesi, Pulau

Roswar dan sekitar Tanjung Mangguar. Lumba-

lumba yang dijumpai sering kali berkelompok

S alah satu rencana strategis Kementerian

Kehutanan adalah meningkatkan populasi

spesies terancam punah yang ditetapkan

berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlin-

dungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor SK.

132/IV-KKH/2011 tentang Penetapan Empat Belas

Spesies Terancam Punah yang dijadikan Spesies

Prioritas Utama untuk Peningkatan Populasi 3% pa-

da tahun 2010-2014. Peningkatan spesies prioritas

utama dan monitoring populasinya dilakukan pada

wilayah UPT Taman Nasional dan KSDA.

Sedangkan, upaya peningkatan populasi spesies

terancam punah lainnya tetap dilaksanakan sesuai

kapasitas dan skala prioritas yang ditetapkan oleh

masing-masing UPT lainnya. Oleh karena itu, untuk

mendukung rencana strategis Kementerian

Kehutanan dan memperhatikan hasil Rumusan

Rapat Koordinasi Konservasi Keanekaragaman

Hayati (Rakor KKH) di Bandung pada tanggal 19-21

Juni 2011 maka Balai Besar Taman Nasional Teluk

Cenderawasih menetapkan 5 (lima) Spesies fauna

sebagai prioritas dalam pengelolaannya. Adapun

kelima spesies tersebut adalah: 1) Jenis Penyu

(Penyu belimbing, penyu hijau, penyu sisik dan

penyu lekang); 2) Duyung (Dugong dugon); 3)Lumba

-lumba (semua jenis dari famili Dolphinidae); 4)

Kima (Tridacna spp.) 5) Hiu Paus (Ryncodon typus).

Lumba-lumba merupakan salah satu mamalia

laut yang kerap kali di jumpai di perairan Taman Na-

sional Teluk Cenderawasih. Hewan ini pun bahkan

dijadikan sebagai salah satu fauna yang diletakkan

dalam logo Taman Nasional Teluk Cenderawasih

bersama hewan lainnya yaitu kima (Tridacna spp.).

Keberadaan populasinya yang masih cukup banyak

dan mudah dijumpai menjadikan spesies ini se-

L u m b a - L u m b a , S p e s i e s

P r i o r i t a s d i T a m a n N a s i o n a l

T e l u k C e n d e r a w a s i h

A R T I K E L

Si Penolong Manusia dari Tanah Papua…. Esie Mega Wangi, S.Si*)

Page 18: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

ARTIKEL… .

P a g e 1 8 B u l e t i n t r i t o n i s

nangkapan berlebih atas sumberdaya perairan. Na-

mun dengan masih banyak ditemukannya spesies

ini melakukan migrasi di kawasan Taman Nasional

Teluk Cenderawasih yang menandakan bahwa

produktivitas perairan Teluk Cenderawasih yang

masih tinggi. Berdasarkan hasil wawancara

mengenai Sosial Ekonomi (Sosek) masyarakat ne-

layan di 18 (delapan belas) kampung yang berada

di TNTC bulan Februari 2013 yang lalu, lumba-

lumba bukanlah jenis ikan tangkapan yang biasa

mereka konsumsi atau perjual belikan. Rata-rata

para nelayan akan membiarkan mereka melintas

dalam jumlah kawanan yang cukup banyak dan

tidak menangkapnya.

Melalui anggaran DIPA Balai Besar Taman Na-

sional Teluk Cenderawasih Tahun 2013, rencana-

nya akan dilakukan program kegiatan identifikasi

dan inventarisasi populasi lumba-lumba di Taman

Nasional Teluk Cenderawasih. Kegiatan ini merupa-

dengan jumlah berkisar antara 11-26 individu. Un-

tuk menentukan jumlah mamalia laut dengan tepat

sangatlah sulit, karena hewan tersebut menghabis-

kan lebih banyak waktu hidupnya di dalam air, se-

hingga diperlukan metode estimasi yang tepat un-

tuk melakukan perhitungan jumlah mamalia laut

tersebut (Hammond et al, 2002). Setidaknya ada

beberapa poin penting dalam melakukan penga-

matan atau identifikasi cetacean diantaranya dititik

beratkan pada: 1.) ukuran tubuh; 2.) bentuk, warna,

posisi dan tinggi sirip dorsal (dorsal fin); 3.) bentuk

tubuh dan bentuk kepala; 4.) warna dan tanda pada

tubuh; 5.) bentuk dan tanda pada ekor (fluk); 6.)

tingkah laku pada permukaan air; 7.) Habitat; dan

8.) geografis lokasi.

Lumba-lumba merupakan biota yang sangat

rentan terhadap berbagai dampak lingkungan se-

perti kerusakan habitat, gangguan suara bawah per-

mukaan, jaring perangkap, polusi laut dan pe-

Peta Sebaran Perjumpaan Lumba-lumba di Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Tahun 2012 (WWF-TNTC)

Page 19: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 1 9 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3

ARTIKEL… .

kan salah satu upaya konservasi dari Balai Besar

Taman Nasional Teluk Cenderawasih terhadap jenis

lumba-lumba di Taman Nasional Teluk

Cenderawasih. Melaui kegiatan ini diharapkan

didapatkan data dan informasi mengenai berapa

banyak populasi serta jenis lumba-lumba apa saja

yang mempunyai habitat atau rute migrasi yang

melewati perairan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih serta yang terpenting adalah

melindungi keberadaan dari spesies eksotis ter-

sebut dari ancaman kepunahan.

Daftar Pustaka:

Anshori, Fajar, 2006, Skripsi Inventarisasi dan In-

dentifikasi Cetavea di Taman Nasional Ko-

modo.

Laporan Kegiatan Pendampingan Pengambilan Da-

ta Sosek di 18 kampung TNTC, 2013

Laporan Perjumpaan Lumba-Lumba di TNTC, WWF-

TNTC-2012

− ☼ −

*)Calon PEH pada BBTNTC

Page 20: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

B E R I T A G A M B A R

P a g e 2 0 B u l e t i n t r i t o n i s

1 & 2 Pembukaan Sinergitas Pengembangan Pariwisata Alam Taman Nasional Teluk Cenderawasih di Nabire Oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Nabire; 3 & 4 Penyambutan Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih; 5 & 6 Praktek Lapang Kegiatan In House Training Resort Based Management; 7 & 8 Pembinaan DUPAK POLHUT dan PEH di Bidang PTN Wilayah III Ransiki; 9 & 10 Angota SPORC Sedang Melakukan Patroli Rutin di Pegunungan Arfak Distrik Tanah Rubuh Manokwari; 11 & 12 Evakuasi Speed Boat Gorano yang mengalami kebocoran.

Page 21: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 2 1 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3

B E R I T A G A M B A R

Page 22: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 2 2 B u l e t i n t r i t o n i s

A R T I K E L

tras. Hiu Paus di Kwatisore memang bermunculan

sepanjang tahun tanpa mengenal musim, karena

berlimpahnya pakan (ikan puri) di bagan-bagan

yang tersebar di Perairan Kwatisore, tetapi di Don-

sol Hiu Paus muncul berdasarkan musim. Bagan-

bagan yang mengambil banyak ikan puri, menjadi

daya tarik utama bagi Hiu Paus. Spesies ini akan

mengitari bagan pada pagi hari, dengan harapan

para nelayan bagan melemparkan ikan-ikan puri

kepada mereka. Fenomena seperti ini juga di-

manfaatkan oleh para operator wisata. Mereka

membawa para wisatawan ke bagan untuk melihat

Hiu Paus yang berenang mengitari bagan. Para ne-

layan bagan melemparkan ikan puri untuk disantap

Hiu Paus dan memancing spesies ini muncul ke per-

mukaan. Wisatawan mulai menikmati kemunculan

Hiu Paus tersebut dengan cara bersnorkel dan me-

nyelam. Sebagian dari mereka ada juga yang hanya

menikmati kemunculan Hiu Paus dengan cara

mengambil gambar dari atas bagan. Untuk atraksi

ini, para nelayan bagan akan mendapat bayaran

dengan jumlah yang telah disepakati antara pe-

bagan dengan operator wisata.

Berbeda dengan di Kwatisore, di Filipina

kemunculan Hiu Paus sangat tergantung musim.

Tidak seperti di Indonesia, Hiu Paus di Filipina me-

manfaatkan plankton untuk pakannya. Dari fenome-

na ini maka terlihat jelas, kemunculan Hiu Paus di

Filipina tidak semudah kemunculan Hiu Paus di

Kwatisore. Namun demikian karena di Filipina tidak

ditemui bagan yang menyediakan tangkapan ikan

puri bagi pakan Hiu Paus, maka Hiu Paus di Filipina

masih murni perilakunya (tidak mendapat perla-

kukan pemberian pakan/mencari pakan sendiri).

P ada ulasan artikel terdahulu penulis me-

maparkan sekilas mengenai pengelolaan

Ekowisata Hiu Paus di Donsol, Filipina yang

mereka sebut Tripartite Ecotourism Development.

Pengelolaan Ekowisata Hiu Paus secara kolaboratif

tersebut merupakan hasil kerjasama antara WWF

Filipina, Departemen Pariwisata dan Pemerintah

Daerah Donsol. Upaya pemberdayaan yang di-

lakukan tidak hanya mengangkat masyarakat lokal

yang memiliki perahu untuk disewakan, atau pun

BIOs yang menjual jasa panduannya, tetapi juga

menggerakkan sektor-sektor bisnis lain, seperti;

restoran, hotel, travel agent, resort, transportasi,

bahkan usaha toko souvenir dan rental masker/

snorkel pun ikut terangkat secara ekonomi. Hal ter-

sebut menjadikan ekonomi lokal semakin

menggeliat, bahkan berkontribusi pada perekonomi-

an nasional Filipina.

Padahal sebelum tercipta success story seperti

tersebut diatas, dulu di Filipina marak perburuan

Hiu Paus. Dimulai pada pertengahan tahun 1990-

an permintaan daging dan sirip Hiu Paus meningkat

di pasar internasional. Dari tahun 1990-1997, seki-

tar 450 – 799 Hiu Paus dieksploitasi dari 4 tempat

pengambilan utama di Laut Bohol, yang diperuntuk-

kan bagi pemenuhan pasar Taiwan. 5 provinsi di Fi-

lipina berlomba-lomba ikut ambil bagian dalam per-

buruan tersebut. Namun akhirnya pada tahun 1998

dibuatlah area perlindungan Hiu Paus (Whale Shark

Sanctuary). Berawal dari area perlindungan Hiu

Paus inilah suatu program penelitian dan ekowisata

Hiu Paus berkelanjutan dimulai, tepatnya di Donsol.

Jika kita perbandingkan antara Donsol dan Kwa-

tisore, ada perbedaan mendasar yang sangat kon-

P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t

A k u d i o m i M e l a l u i P r o g r a m

E k o w i s a t a H i u P a u s ( W h a l e S h a r k )

( B a g i a n I I . P e m b e l a j a r a n d a r i

F i l i p i n a )

Siapkah kita belajar dari Negara

Tetangga? Erwin K. Nanjaya, S.Hut*)

Page 23: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 2 3 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3

ARTIKEL… .

yang dapat memberdayakan masyarakat, tentunya

masih sangat diperlukan kerja keras dan kerjasama

dari para pihak yang memiliki kepentingan di kawa-

san. Kolaborasi dan sinergis seperti yang dipraktek-

kan Filipina selayaknya bisa menjadi acuan kita.

Daftar Pustaka

David, N. D., 2012. Donsol Whale Shark Research

and Ecotourism Sustainability Program. WWF

Filipina.

Saroy, B. G., 2013. Pengembangan Pariwisata di

Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

“Presentasi Workshop Ekowisata Hiu Paus”

− ☼ −

Oleh karena itu pengembangan ekowisata Hiu Paus

merupakan salah satu opsi menarik bagi pem-

bangunan ekowisata, khususnya di Donsol.

Selama ini yang mendapat keuntungan finansial

dari atraksi Hiu Paus di Kwatisore ialah para opera-

tor wisata, sedangkan masyarakat sebagai pemilik

hak ulayat sementara ini belum merasakan

manfaat finansial. Sebenarnya banyak celah yang

bisa dijadikan sumber pendapatan bagi masyarakat

dari kegiatan wisata (belum ekowisata) Hiu paus di

Kwatisore. Jika mencontoh model di Filipina yang

mengharuskan setiap kapal turis/liveaboard sing-

gah di kampung, kemudian trip para turis selanjut-

nya diharuskan dengan menggunakan perahu

masyarakat yang disewakan, tentunya akan menda-

tang pendapatan bagi pemilik perahu. Selain itu

masyarakat juga dipersiapkan untuk dapat meneri-

ma wisatawan yang datang ke kampung dengan

cara menyiapkan upacara adat, menu khas setem-

pat dan keunikan seni-budaya yang dapat diper-

tontonkan sehingga mendatangkan penghasilan

bagi mereka. Penjualan souvenir akan menambah

pundi-pundi rupiah masyarakat. Namun yang ter-

penting dari semua itu, masyarakat harus dilatih

agar dapat memandu wisatawan untuk menikmati

atraksi Hiu Paus yang menjadi tujuan utama

wisatawan datang ke Kwatisore. Kemampuan me-

nyelam dan berbahasa Inggris dari para pemandu

akan sangat dibutuhkan bagi terselenggaranya sua-

tu trip yang mengesankan.

Sebenarnya pilihan kita antara ekowisata dan

wisata. Pasar ekowisata tersedia, begitu pun

dengan pasar wisata. Di Filipina para masyarakat

yang memberi pakan Hiu paus, mendapat hujatan

dari turis yang melihat. Namun sebaliknya di tempat

kita, ketika bagan akan dikeluarkan dari kawasan,

seorang koresponden dari TV Jerman ikut meng-

ingatkan jika ketiadaan bagan di kawasan akan

menjadikan Hiu Paus juga turut menjauh dan pada

akhirnya tidak ditemui lagi. Bagi kita sebagai

pengelola kawasan konservasi, sangatlah jelas bah-

wa pembagunan pariwisata telah bergeser paradig-

manya dari wisata rekreasi menjadi wisata “ back to

nature”. Untuk mewujudkan Ekowisata Hiu Paus

*) Penyuluh Kehutanan Pertama

pada BPTN Wilayah I Nabire

Page 24: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 2 4 B u l e t i n t r i t o n i s

A R T I K E L

terumbu karang yang telah hancur. Jadi dengan

sendirinya akan memperbaiki ekosistem dan mem-

percantik kondisi dasar laut. Sama seperti halnya

terumbu karang dan bunga karang lainnya, Kima

dapat menjadi ‘rumah’ bagi ikan.

Dengan masa pertumbuhan Kima sangat lam-

ban, belum lagi untuk dapat hidup sejak dari sel te-

lur hingga memiliki cangkang (Kima muda), Kima

sangat rentan terhadap predator. Dari jutaan sel te-

lur yang dihasilkan Kima dewasa, yang dapat hidup

hingga memiliki cangkang hanya puluhan ekor saja.

Sebagian besar sel telur tersebut menjadi santapan

ikan. Setelah memiliki cangkang, Kima masih men-

jadi makanan empuk bagi kepiting, ikan karang dan

gurita. Selain itu, sel telur Kima yang jumlahnya

jutaan ekor sekali bertelur, menjadi ‘santapan lezat’

bagi ikan, sehingga Kima juga diberi label sebagai

‘pabrik makanan gratis’ di lautan. Kelebihan

lainnya, daging Kima dikenal berprotein tinggi, se-

hingga menjadi menu khusus dan mahal pada

restoran terkenal di dunia. Warna daging Kima

hidup pun sangat mempesona, sehingga menjadi

buruan untuk menghuni aquarium pribadi para pe-

sohor dan menjadi koleksi andalan pada wahana di

jaringan usaha Underwater Seaworld. Namun kare-

na kelebihannya itu, Kima pun diburu dan dieks-

ploitasi berlebihan. Akibatnya, Kima diambang ke-

punahan, bahkan disebagian besar negara berlaut

hangat begitupun di Indonesia, beberapa spesies

Kima terutama Tridacna gigas dan T. derasa, telah

menghilang dari lautan.

Untuk menyelamatkan Kima dari kepunahan

telah banyak dilakukan dengan sistem hatchery

(penangkaran di bak khusus). Cara lain yang paling

tepat adalah dengan mengumpulkan, lalu menge-

lompokkan kembali Kima-Kima tersebut berdasar-

J enis moluska yang dijumpai dalam kawasan

tercatat sejumlah ± 201 jenis (WWF, 1997 ;

BBTNTC, 1998). Kelompok Gastropoda yang

sering dijumpai, Jenis moluska antara lain keong

cowries (Cypraea spp.), keong strombidae (Lambis

spp.), keong kerucut (Conus spp.), triton terompet

(Charonia tritonis), dan kelompok katup ganda yang

berasal dari famili Tridacnidae. Dari jenisnya di

dunia, Kima (Tridacnidae) memiliki sembilan spe-

sies, yaitu Tridacna Gigas, T. Derasa, T. Squamosa,

T. Maxima, T. Crocea, T. Tevoroa, T. Rosewate,

Hippopus hippopus dan Hippopus Porcellanus. Spe-

sies ini dibedakan berdasarkan cangkangnya; ber-

sisik, lunak, tebal, tipis, besar, dan kecil.

Kima raksasa (Tridacna / Giant Clam) adalah

kerang terbesar (kerang raksasa) dari seluruh jenis

kerang-kerangan. Biota laut ini hidup dikawasan

terumbu karang dan pasir di laut hangat, hingga

kedalaman 20 meter. Ukuran besarnya dapat men-

capai 1,5 meter dengan berat sekitar 250 kg. Na-

mun untuk mencapai ukuran tersebut, Kima me-

merlukan masa pertumbuhan hingga ratusan tahun.

Fungsi Kima pada kehidupan ekosistem dilautan

sangat luar biasa, yang pada akhirnya untuk

kepentingan kehidupan di muka bumi. Dengan sis-

tem filter yang dimilikinya, maka setiap ekor Kima

mampu membersihkan puluhan ton air laut setiap

hari. Dari hasil pembersihannya tersebut kemudian

menjadi penolong untuk pertumbuhan dan

pewarnaan terumbu karang, ikan dan aneka biota

laut lainnya. Sebagian besar Kima, utamanya jenis

Kima sisik, dapat hidup dengan baik pada terumbu

karang yang sudah mati atau hancur, maka Kima

tidak hanya dapat menjadi penyejuk mata karena

aneka warna yang dipertontonkannya, tetapi juga

menjadi rehabilator bagi kawasan yang memiliki

R a k s a s a L e m b u t P e n y e l a m a t

L a u t a n y a n g t e r a n c a m P u n a h

Ukuran, keindahan warna dan kandungan

kimianya membuatnya terancam... Fauzi D. Anggraini, S.Si*)

Page 25: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 2 5 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3

ARTIKEL… .

biota laut, nantinya akan tercipta kawa-

san ekosistem biota laut yang terpadu.

Kima dan kerang-kerangan lainnya,

tumbuhan laut, terumbu karang, aneka

bintang laut, teripang, ikan hias, ka-

rang/batu hias, dan lobster, berkem-

bang biak secara alami didalamnya,

jadi dengan sendirinya tempat ini akan

menjadi laboratorium alam di bawah

laut sebagai pusat konservasi dan re-

habilitasi aneka biota laut, obyek

wisata selam, sekaligus sebagai tempat

pendidikan dan penelitian. Sebagai la-

boratorium alam bawah laut di laut le-

pas, maka secara ekonomi akan mem-

berikan dampak positif bagi masyarakat setempat,

utamanya dalam mendorong peningkatan pendapa-

tan akan berpengaruh baik pada perputaran

ekonomi masyarakat secara makro. Dampak ini

sekaligus menjadi bukti akan terciptanya kondisi

saling mendukung antara alam dan kehidupan

manusia, dimana akan memberikan kesadaran be-

tapa pentingnya menjaga dan memelihara alam,

khususnya laut beserta biotanya.

Daftar Pustaka: Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih,

Pemda Kab Nabire, Pemda Kab. Teluk Wondama,

WWF, Yalhimo. 2009. Buku Data dan Analisa Zonasi Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Manokwari: Balai Besar TNTC.

http://www.lenterapapuabarat.com http://www.konservasi-laut.net http://www.indonesiamedia.com/ http://gis.wwf.or.id/wwf/index.php/taman-nasional-

teluk-cendrawasih/

− ☼ −

kan jenisnya di kawasan habitat asli Kima. Sebab

dengan mengumpulkan Kima-Kima tersebut, ketika

terjadi pemijahan maka Kima yang dapat selamat

dari predator diharapkan akan lebih banyak,

dibandingkan jika dibiarkan bertebaran dan

melakukan pemijahan sendiri-sendiri. Selain itu,

keselamatan Kima dari eksploitas manusia akan

lebih terjamin. Pengumpulan aneka spesies Kima,

mulai dari ukuran 20 cm hingga Kima raksasa yang

berukuran minimal 100 cm, serta aneka jenis biota

laut lainnya dilakukan dengan mengambil potensi

alam tersebut dari berbagai rab di pulau-pulau.

Pada konservasi aneka biota laut, utamanya Ki-

ma dilakukan dengan menyelam dan

mengangkutnya, kemudian menempatkan dan

menata serta memelihara secara alami pada kawa-

san Tubir (tebing laut) dan reef sepanjang enam

kilometer. Untuk menentukan lokasi konservasi,

sebelumnya harus dilakukan survei dan

penyelaman untuk mencari kawasan yang da-

hulunya menjadi habitat asli aneka biota laut yang

memiliki Reef dekat daratan (sekitar 10 menit dari

bibir pantai) yang dahulunya menjadi habitat asli Ki-

ma. Selain itu, di kawasan ini masih memiliki beba-

tuan yang relatif masih terjaga dan masyarakatnya

masih dapat diajak untuk turut berperan dalam

menjaga dan melestarikan alam, khususnya laut.

Dengan adanya taman laut sebagai pusat kon-

servasi dan rehabilitasi Kima dan aneka spesies

*)Tenaga Kontrak (Sekretaris) pada BBTNTC

Page 26: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 2 6 B u l e t i n t r i t o n i s

A R T I K E L

kesadaran dan kesefahaman dari pengelola kon-

servasi atau institusi konservasi (Pemerintah atau

NGOs) dari negara-negara yang peduli terhadap

spesies tersebut. Kesadaran dan kesefahaman ter-

sebut sangat dibutuhkan untuk menjaga dan me-

lestarikan spesies yang menjadi ikon di kawasan.

Jangan sampai Hiu Paus di Indonesia (TNTC) dilin-

dungi, namun ketika Hiu Paus tersebut bergerak

keluar kawasan konservasi (TNTC), pihak yang tid-

ak bertanggung jawab memburunya untuk kepent-

ingan komersil. Sebenarnya bukan hanya perburuan

yang menjadi ancaman bagi Hiu Paus ketika keluar

kawasan, tetapi juga baling-baling kapal, atau

bahkan kapal itu sendiri dapat menjadi ancaman.

Alat pancing nelayan juga berkontribusi ancaman

yang tidak jarang intensitasnya.

Secara alamiah Hiu Paus bergerak dari suatu

tempat ke tempatnya disinyalir untuk mencari pa-

kan. Di Kwatisore ketersediaan pakan bagi Hiu Paus

masih cukup melimpah, walaupun berdasarkan

informasi dari para nelayan pakan bagi species ini

sudah mulai berkurang. Hiu Paus berdatangan dan

menetap berlama-lama di Kwatisore dan sekitarnya

tidak lain karena melimpahnya ikan puri. Di sisi lain

para pebagan juga memanfaatkan ikan puri terse-

but untuk tujuan komersil. Oleh karena itu diper-

lukan suatu kajian mengenai eksistensi bagan di

kawasan yang meliputi pengaturan jarak bagan,

jumlah bagan, bahkan jika diperlukan moratorium

beberapa saat untuk memberi kesempatan kepada

ikan puri berkembang biak. Kajian tersebut

mengarah pada bahasan mengenai bagan tersebut

merupakan “ simbiosis” atau “ persaingan” bagi Hiu

Paus.

Upaya menjaga dan melestarikan Hiu Paus di

TNTC tidak berhenti sampai disitu, diperlukan

K eanekaragaman hayati sebagai suatu kon-

sep universal dalam perspektif konservasi

telah menjadi salah satu tujuan utama da-

lam Millenium Development Goals (MGDs) dan

menjadi fondasi bagi beberapa point MDGs lainnya.

Konsep konservasi biodiversity tidak mengenal ba-

tas-batas adminstrasi negara. Makhluk hidup seper-

ti burung tidak mengenal teori negara seperti yang

dikenal manusia. Sebagai contoh, burung Blackbur-

nian webler dan Scarlet tanager di benua Amerika

(Amerika Utara) akan bermigrasi ke hutan-hutan

tropis selama musim dingin. Hutan-hutan tropis

tersebut tentunya tidak berada di bunua Amerika,

tetapi di negara seperti Brasil, Venezuela Peru dan

5 negara lainnya yang dibentengi oleh hutan tropis

tersebut.

Di Taman Nasional Teluk Cenderawasih juga

terdapat hewan yang memiliki mobilitas yang jau-

hnya hingga ribuan kilometer. Seperti halnya kedua

burung tersebut diatas, Hiu Paus (Whale Shark)

juga bermigrasi sangat jauh hingga lintas negara.

Dari pantauan satelit, Hiu Paus yang di Tagging di

Nabire terdeteksi pergerakannya hingga ke Perairan

Filipina, kemudian kembali lagi ke Nabire (di Kwa-

tisore). Dari rentang waktu 15 November 2011 – 7

Maret 2013, Hiu Paus yang di Tangging bergerak

dari Perairan Kwatisore, Napan Yaur, hampir se-

luruh kawasan Teluk Cenderawasih, Perairan

Yapen, Perairan Biak kemudian terus menjauh

menuju Samudera Pasifik hingga Perairan Filipina

dan akhirnya kembali lagi ke Perairan Kwatisore.

Informasi mobilitas seperti ini akan sangat berguna

bagi suatu negara yang sedang giat melakukan kon-

servasi suatu species. Namun karena mobilitas dari

species tersebut terpantau memiliki “ home range”

yang sangat luas/jauh, maka diperlukan suatu

Conservation Knows No Boundaries… . Erwin Kusumah Nanjaya, S.Hut*)

P o l a M o b i l i t a s W h a l e S h a r k

S e b a g a i S a l a h S a t u K o n s e p

K o n s e r v a s i B i o d i v e r s i t a s L i n t a s

N e g a r a

Page 27: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 2 7 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3

ARTIKEL… .

Daftar Pustaka

Stewart, B. S., 2012. Scientific Research for Conser-

vation and Ecotourism Management of Whale

Shark. “Presentasi Lokakarya Pemantauan &

Pengelolaan Hiu Paus”. Nabire.

Utama, I. M. S., dkk., 2011. Konservasi Keane-

karagaman Hayati dengan Kearifan Lokal.

Kerjasama USAID-Texas A&M Univ., Univ. Uda-

yana. Denpasar.

− ☼ −

kesadaran dan tanggung jawab bersama dari para

pihak. Pembangunan yang lestari memerlukan

keanekaragaman budaya dan keanekaragaman

hayati sebagai komponen yang sama penting dan

utama. Oleh karena itu melindungi keane-

karagaman hayati harus seiring dengan menghargai

dan mengakui hak dan peran serta masyarakat lo-

kal sebagai agen utama yang menjaga dan mem-

bentuk keanekaragaman hayati.

*)Penyuluh Kehutanan Pertama

pada BPTN Wilayah I Nabire

Page 28: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 2 8 B u l e t i n t r i t o n i s

A R T I K E L

laut yang menggantungkan hidupnya pada terumbu

karang sebagai tempat berlindung dari predator

maupun tempat mereka mencari makan. Oleh kare-

na itu, terumbu karang sangat berperan penting

bagi kelangsungan kehidupan biota laut. Meskipun

demikian banyak masyarakat yang belum mengerti

mengenai pentingnya terumbu karang bagi ke-

hidupan, padahal mereka merasakan secara lang-

sung dan nyata dalam kehidupan sehari-hari,

bahkan banyak nelayan menggantungkan hidupnya

pada terumbu karang. Mereka tidak perlu meman-

cing ikan terlalu jauh karena banyak ikan yang

hidup di sekitar terumbu karang. Terumbu karang

yang sehat menghasilkan 3-10 ton ikan per kilome-

ter persegi per tahun.

Keindahan terumbu karang juga sangat potensi-

al untuk dijadikan wisata bahari. Masyarakat di

sekitar terumbu karang dapat memanfaatkan hal ini

dengan mendirikan pusat-pusat penyelaman,

restoran maupun penginapan. Dengan

menyediakan jasa sarana dan prasarana

S iapa bilang wisata bahari di Papua yang

terindah hanya ada di Raja Ampat? mungkin

bagi sebagian orang akan mengatakan ya,

akan tetapi bagi para penjelajah wisata bahari akan

merasa kurang lengkap jika ke Papua belum

berkunjung ke Taman Nasional teluk Cenderawasih.

Bagi wisatawan mancanegara, Taman Nasional Te-

luk Cenderawasih sudah tidak asing lagi di benak

mereka apalagi kalau bukan karena keindahan

dunia bawah laut dan biota laut yang beraneka

ragam. Taman Nasional Teluk Cenderawasih meru-

pakan taman nasional laut terluas di Indonesia

dengan luas wilayah 1.453.500 Ha yang terdapat di

dua provinsi yaitu Papua dan Papua Barat. Dengan

luasnya kawasan perairan yang mencapai ± 89%

banyak terdapat berbagai jenis terumbu karang

yang merupakan tempat hidup berbagai jenis biota

laut mulai dari ikan, udang, siput, penyu, dan lain-

lain.

Terumbu karang merupakan rumah/tempat

hidup bagi sebagian biota laut, banyak binatang

J a n g a n B i a r k a n K a r a n g k u

M e m u t i h d a n H a n c u r

Bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang

melestarikan alamnya…. Wahyu Alit Santoso*)

Page 29: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 2 9 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3

ARTIKEL… .

mengandung bahan kimia.

5. Terumbu karang merupakan tujuan wisata yang

sangat diminati. lalu lintas kapal di perairan,

membuang jangkar pada pesisir pantai secara

tidak sengaja akan merusak terumbu karang

yang berada di bawahnya.

6. Penambangan pasir atau bebatuan di laut dan

pembangunan pemukiman di pesisir turut

merusak kehidupan terumbu karang. Limbah

dan polusi dari aktifitas masyarakat di pesisir

secara tidak langsung berimbas pada kehidupan

terumbu karang. Selain itu, sangat banyak yang

mengambilan karang untuk bahan bangunan

dan hiasan akuarium.

7. dan yang lebih parahnya lagi masih banyak yang

menangkap ikan di laut dengan menggunakan

bom dan racun sianida. Ini sangat mematikan

terumbu karang dan ekosistem yang ada.

8. Selain karena kegiatan manusia, kerusakan

terumbu karang juga berasal dari sesama

mahluk hidup di laut. Siput drupella salah satu

predator bagi terumbu karang.

Oleh karena itu sebelum terlambat marilah kita

menjaga dan menyadari akan pentingnya terumbu

karang bagi kehidupan kita, jangan samapai terum-

bu karang ini memutih dan hancur karena ulah ta-

ngan-tangan yang tidak bertanggung jawab dan

hanya mementingkan diri sendiri. Sekali lagi saya

menghimbau marilah kita menjaga terumbu karang

sebelum semuanya hanya tinggal kenangan dan

cerita untuk anak cucu kita.

Daftar Pustaka

Anonim. 2009. Rencana Pengelolaan Taman

Nasional Teluk Cenderawasih, Departemen

Kehutanan, BBTNTC Manokwari.

Juliana, W. 2013. Penyebab Rusaknya Terumbu Ka-

rang di Perairan Indonesia. (http://goo.gl/

h3prj diakses tanggal 19 Juni 2013).

− ☼ −

pariwisata, tingkat kesejahteraan masyarakat

sekitar kawasan akan bertambah. Lihat saja di

daearh Raja Ampat, daerah tersebut begitu terkenal

dan dikunjungi para wisatawan karena terumbu ka-

rangnya yang indah.

Namun yang menjadi keprihatinan penulis,

terdapat berapa terumbu karang didalam kawsan

TNTC mengalami kerusakan. Rusaknya terumbu ka-

rang dalam kawasan TNTC dikarenakan kurangnya

pedulianya masyarakat akan pentingnya terumbu

karang bagi kehidupan manusia, padahal dari tahun

ke tahun kerusakan terubu karang di Indonesia se-

makin meningkat hingga mencapai 30% lebih, tidak

menutup kemungkinan hal ini akan terus ber-

tambah jika masyarakat belum juga sadar akan hal

ini. Kerusakan terumbu karang banyak disebabkan

oleh tangan-tangan manusia diantaranya adalah :

1. Terumbu karang yang hidup di dasar laut meru-

pakan sebuah pemandangan yang cukup indah.

Banyak wisatawan melakukan penyelaman ha-

nya untuk melihatnya. Sayangnya, tidak sedikit

dari mereka menyentuh dan menginjak terumbu

karang saat berenang menikmati karang,

bahkan ada yang membawa pulang terumbu ka-

rang hidup sebagai sovenir. . Padahal, satu sen-

tuhan saja dapat membunuh terumbu karang.

2. Membuang sampah ke laut dan pantai yang

dapat mencemari air laut. Banyak masyarakat

yang membuang samapah anorganik ke laut dan

pantai yg tidak mereka sadari bahwa hal ini

akan membunuh ekosistem terumbu karang.

3. Mungkin tidak banyak yang sadar, penggunaan

pupuk dan pestisida buatan pada lahan per-

tanian turut merusak terumbu karang di lautan.

Karena meskipun jarak pertanian dan bibir pan-

tai sangat jauh, residu kimia dari pupuk dan pes-

tisida buatan pada akhirnya akan terbuang ke

laut melalui air hujan yang jatuh di lahan per-

tanian.

4. Boros menggunakan air, karena semakin banyak

air yang digunakan semakin banyak pula limbah

air yang dihasilkan dan akhirnya mengalir ke

laut. Limbah air tersebut biasanya sudah *)Polhut Pelaksana Pada SPTN III Aisandami

Page 30: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 3 0 B u l e t i n t r i t o n i s

K A B A R K A W A S A N

mengarahkan speed menuju daratan terdekat

sebagai upaya penyelamatan awal. Speed dibawa

menuju pantai di pesisir Kampung Angresi

Manokwari. Masing-masing penumpang langsung

menggunakan pelampung yang tersedia di dalam

speed sebagai upaya antisipasi jika speed tenggelam

saat perjalanan menuju daratan. Dibantu oleh

ombak air pasang turun air laut, speed terdorong

menuju daratan sehingga bisa bersandar di atas

bebatuan dan pasir di Pantai Angrresi.

Penyebab masuknya air laut kedalam Speed

Speed Gorano merupakan speed pengadaan

Kementerian Kehutanan yang langsung dikirim dari

pusat. Speed ini langsung dikirim dari Jakarta

dengan dikendarai melalui lautan Nusantara dari

pantai Ancol Jakarta menuju Manokwari. Setelah

berlayar melalui lautan Nusantara selama 6 hari,

akhirnya speed merapat di dermaga depan markas

komando SPORC Brigadir Kasuari Manokwari.

Sesampainya di Manokwari, diketahui sirip salah

satu mesin megalami patah saat perjalanan, serta

bagian dudukan mesin goyang sehingga saat speed

digunakan untuk mengarungi lautan, bagian mesin

akan goyang. Mengingat kondisi ini, speed masuk

dalam bengkel perbaikan untuk memperbaiki

dudukan mesin. Dan setelah kondisi speed dirasa

Air masuk.....air masuk......”itulah teriakan di pagi hari

yang memecah keheningan”.

Tanggal 17 Juni 2013 Pukul 08.43 WIT kondisi

lautan di Manokwari cukup tenang, dimana Speed

Gorano keluar dari dermaga masyarakat di Sowi IV

untuk melakukan perjalanan menuju Wasior. Saat

speed mulai meninggalkan dermaga, rombongan

pegawai Balai Besar Taman Nasional Teluk

Cendewawasih yang menaiki Speed Gorano

sebanyak 10 orang ini sudah merasakan jalannya

speed tidak seimbang, dimana badan speed agak

condong ke kiri. Dan perjalanan belum genap 10

menit, ada salah satu penumpang yang melihat ada

genangan air di bagian depan speed, tepatnya di

depan bawah kendali kemudi. Pada awalnya

dianggap genangan air yang berasal dari kamar

mandi speed akibat keran air kamar mandi lupa

dimatikan, mengingat speed milik Balai Besar Taman

Nasional Teluk Cenderawasih sebelumnya memiliki

kamar mandi yang terletak di bagian depan kemudi.

Namun setelah disadari posisi kamar mandi Speed

Gorano berada di bagian belakang, baru diketahui

speed mengalami kebocoran sehingga air masuk

kedalam lambung speed.

Menyadari ada yang tidak beres pada speed,

Jurumudi, Bapak Yahuda J.J. Satia langsung

Akhir Sebuah Perjalanan…. Muhibbuddin Danan Jaya *)

S P E E D G O R A N O , R I W A Y A T M U K I N I

Page 31: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 3 1 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3

KABAR KAWASAN… .

speed untuk diamankan di kantor Balai Besar

Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Sedangkan

mesin dan peralatan navigasi serta kelengkapan

lainnya masih bisa dimanfaatkan dan saat ini masih

tersimpan di kantor Balai Besar Taman nasional

Teluk Cnederawasih.

Belajar dari pengalaman ini, keselamatan dan

keamanan transportasi, terutama transportasi laut

harus menjadi prioritas utama karena kondisi laut

sangat fluktuatif dimana sering dialami dalam

melakukan perjalanan sering bertemu dengan

kondisi laut yang tidak bersahabat, gelombang

tinggi dan ombak besar. Perjalanan di laut

mengutamakan aspek keselamatan. Dengan

kejadian pecahnya Speed Gorano ini bisa menjadi

pembelajaran akan pentingnya ketersediaan sarana

transportasi laut yang nyaman dan aman, sehingga

pegawai dalam melaksanakan dan mengemban

tugas negara menjaga kelestarian Taman Nasional

Teluk Cederawasih ini lebih tenang dan optimal.

Keselamatan penumpang serta kenyamanan

merupakan prioritas utama dalam melakukan

perjalanan laut.

− ☼ −

normal, baru dapat digunakan untuk melakukan

aktifitas di lapangan lagi. Dan tercatat sudah lebih

dari lima kali digunakan untuk mengarungi lautan di

dalam kawasan Teluk Cenderawasih Speed Gorano

tidak mengalami kendala yang berarti, kecuali

mengalami permasalahan kecil pada bagian mesin.

Perjalanan ke Wasior kali ini sedianya merupakan

perjalanan untuk melakukan servis ringan terhadap

mesin Speed Gorano sekaligus ada pelatihan bagi

teknisi speed yang diadakan oleh WWF Teluk

Cenderawasih. Namun karena ada kendala pecah

body, maka perjalanan tertahan di Pantai Angresi.

Setelah speed bersandar dan terduduk di atas

batuan pesisir pantai, baru dapat diketahui

penyebab masuknya air kedalam lambung speed.

Terjadi pecah memanjang dibagian depan bagian

bawah sebelah kiri sepanjang 50-an centimeter

pada Speed Gorano sehingga air cukup cepat

masuk kedalam lambung speed.

Evakuasi Body Speed

Untuk menghidarkan kerusakan body speed yang

lebih parah lagi akibat hempasan air laut dan

kerasnya ombak di Pantai Angresi, maka

diputuskan untuk menarik speed kearah daratan,

sehingga terbebas dari pengaruh pasang surut air

laut. Pada awalnya dilakukan upaya menarik body

speed menggunakan tenaga manusia. Body Speed

Gorano Bintang ditarik oleh 20 an orang dewasa,

namun usaha ini dirasa tidak memberikan efek

yang berarti. Speed tidak bisa bergerak secara

signifikan. Speed mau bergerak pada saat

mendapat bantuan dorongan ombak air laut Speed

Gorano baru bisa geser sedikit demi sedikit.

Bertepatan di sekitar tempat pendaratan speed

terdapat aktifitas penambangan pasir pantai yang

menggunakanalat berat (eksavator), maka kami

meminta bantuan kepada operator eksavator untuk

membantu memindahkan speed menuju daratan.

Proses evakuasi Speed menggunakan eksavator

tidak kurang dari 3 jam ini akhirnya dapat menarik

speed menuju daratan yang terbebas dari pengaruh

pasang surut air laut.

Setelah body speed berada di daratan, mesin dan

beberapa peralatan navigasi dilepas dari body

*)Penyuluh Kehutanan Pelaksana pada BBTNTC

Page 32: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 3 2 B u l e t i n t r i t o n i s

K E M I T R A A N

wisatawan mancanegara maupun nusantara se-

hingga perlu dilakukan pengembangan pariwisata

alam di kawasan TN Teluk Cenderawasih. Berdasar-

kan data Balai Besar TN Teluk Cenderawasih, kun-

jungan wisata ke kawasan ini meningkat tajam dari

tahun 2010 hingga 2012 sehingga diperlukan

pengembangan pariwisata yan dilakukan dalam

wujud pengelolaan secara terpadu bersama

pemerintah (pusat dan daerah), swasta, LSM dan

masyarakat lokal.

Dari data kunjungan wisatawan Balai Besar TN

Teluk Cenderawasih, kunjungan wisata tahun 2011-

2012 di dominasi oleh wisatawan mancanegara.

Akan tetapi dalam pengelolaan wisata, TN Teluk

Cenderawasih juga mengalami kendala, dian-

taranya program pengembangan wisata alam di ka-

wasan TN Teluk Cenderawasih yan belum sinegis

dengan para pihak terkait, SDM pariwisata masaih

terbatas, sarana prasarana wisata masih terbatas,

jaringan komunikai dalam kawasan terbatas, pem-

berdayaan masyarakat dalam kawasan masih

lemah, pengembangan potensi, promosi dan

pencitraan TN Teluk Cenderawasih masih lemah

dan belum adanya pemegang IPPA di kawasan TN

Teluk Cenderawasih.

Dalam kebijakan dan program pengembangan

pariwisata alam di TN Teluk Cenderawasih mengacu

pada visi dan misi Balai Besar TN Teluk

Cenderawasih. Strategi pengembangan yang di-

lakukan oleh TN Teluk Cenderawasih antaranya

pemantapan perencanaan ruang dan pengelolaan

pengunjung, pengembangan produk paraiwisata

alam, peningkatan kemitraan pengembangan pari-

wisata alam, peningkatan program kesadaran kon-

servasi dan pemantapan kelembagaan. Sedangkan

program pengembangan pariwisata alam yang akan

dan sedang diterapkan antara lain pengelolaan

ODTW, peningkatan promosi dan publikasi, pening-

K awasan Taman Nas iona l T e luk

Cenderawasih mempunyai potensi pari-

wisata alam yang sangat tinggi untuk dikem-

bangkan sebagai obyek dan daya tarik wisata alam.

Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di kawa-

san Taman Nasional Teluk Cenderawasih antara

lain adalah wisata bahari berupa diving (menyelam),

snorkling, fotografi bawah air, wisata pantai, wisata

whale shark dan fishing (memancing). Selain itu

penduduk asli dengan sejarah, budaya adat-

istiadatnya dan tradisi yang masih kuat merupakan

aset pariwisata yang dapat dikembangkan.

Guna sinkronisasi kebijakan dan program dari

para pihak yang berkepentingan di kawasan Taman

Nasional Teluk Cenderawasih khususnya dalam

pengembanan pariwisata alam maka dilakukan

Sinergisitas Pengembangan Pariwisata Wisata

Alam Taman Nasional Teluk Cenderawasih di Nabi-

re. Kegiatan ini merupakan langkah pendekatan da-

lam membangun persamaan presepsi bersama

dengan para pemangku kepentingan dalam kawa-

san sehingga dapat menemukan kesatuan pan-

dangan dan kebijakan dalam pengelolaan pari-

wisata alam di kawasan Taman Nasional Teluk Cen-

derawasih. Kegiatan ini dihadiri oleh peserta dari

berbagai elemen, baik pegawai pemerintahan, pers,

masyarakat, tokoh adat maupun tokoh pemuda di

kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Da-

lam kegiatan ini dipaparkan empat materi, dimana

setiap akhir sesi materi diakhiri dengan diskusi ber-

sama peserta sinergitas.

Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Pariwisata

Alam Di Kawasa Taman Nasional Teluk

Cenderawasih

Materi ini disampaikan oleh Kepala Balai Besar

Taman Nasional Teluk. Dalam materi ini memuat

tentang Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang

menjadi salah satu daerah tujuan wisata baik oleh

Sebuah langkah menyamakan tujuan Veve Ivana Pramesti, S.Hut*)

S i n e r g i t a s P e n g e m b a n g a n

P a r i w i s a t a A l a m T a m a n

n a s i o n a l T e l u k C e n d e r a w a s i h

Page 33: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 3 3 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3

KEMITRAAN… . ambil diantaranya adalah penyusunan rencana in-

duk dan rencana detail pembangunan DPD dan

KSPD, regulasi pembangunan DPD dan KSPD di-

lakukan melalui monitoring dan pengawasan,

mengembangkan daya tarik wisata baru di DP yang

belum berkembang, memperkuat upaya penge-

lolaan potensi kepariwisataan dan lingkungan da-

lam mendukung upaya perintisan.

Kebijakan Pembangunan Pemerintah Kabupaten

Nabire Dalam Pengembangan Pariwisata

Pada sesi selanjutnya, dipaparkan materi ke-

bijakan pembangunan Pemerintah Kabupaten Nabi-

re dalam pengembangan pariwisata yang disam-

paikan oleh Kepala Bidang Pengendalian dan

Pelaporan BAPPEDA Kabupaten Nabire. Dalam

pemaparan materinya dijelaskan guna mewujudkan

visi Kabupaten Nabire, PEMDA Nabire menetapkan

prioritas kebijakan, yaitu Peningkatan aksesibilitas

daerah, pengembangan, pembinaan dan pemben-

tukan sumber daya manusia (SDM) Nabire yang kre-

atif, sehat, produktif dan inovatif, Pemberdayaan

potensi sumber daya alam, Pengembangan kapasi-

tas dan kapabilitas kelembagaan serta Peningkatan

komunikasi sosial antar segenap komponen

masyarakat dan aparat.

Sedangkan bidang pembangunan daerah Kabu-

paten Nabire dititik beratkan pada Bidang Sosial

Budaya dan Kehidupan Beragama, Bidang Ekonomi,

Bidang Sarana dan Prasarana, Bidang Hukum dan

Aparatur, Bidang Pengembangan Wilayah dan Tata

Ruang dan Bidang Sumber Daya Alam dan Ling-

kungan Hidup yang berkaitan erat dengan pari-

wisata alam dan konservasi. Dari bidang sumber

daya alam dan lingkungan hidup ini dilakukan pro-

gram penguatan budaya lokal dan destinasi wila-

yah. Program ini dijalankan oleh Disbudpora Kabu-

paten Nabire. Perwujudan dari program ini adalah

kegiatan pengembangan kawasan pariwisata,

pengembangan kemitraan dan pengembangan

pemasaran pariwisata.

Peranan Kali Lemon Dive Resort Dalam Mendukung

Pengembangan Pariwisata Alam Di Kawasan Ta-

man Nasional Teluk Cenderawasih

Kali Lemon Dive Resort memiliki beberapa pro-

gram wisata, diantaranya adalah Diving/snorkling

katan sarana dan prasarana wisata, peningkatan

SDM, penyusunan rencana pengembangan pari-

wisata alam secara teradu dan pengelolaan secara

kolaboratif.

Kebijakan Dan Strategi Dinas Kebudayaan Pemuda

Olahraga Dan Pariwisata Dalam Mendukung

Pengembangan Pariwisata Di TN Teluk

Cenderawasih

Keberadaan pariwisata memiliki peran dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah,

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membu-

ka lapangan kerja, melestarikan alam, lingkungan

dan sumber daya, mengangkat citra daerah dan

memperkuat kearifan lokal. Untuk mewujudkan

peranan dari bidang pariwisata, Kabupaten Nabire

melakukan beberapa upaya yaitu pembangunan De-

wan Pariwisata Daerah (DPD), pembangunan daya

tarik wisata, pembangunan aksesibilitas pariwisata,

pembangunan prasarana dan fasilitas, pem-

berdayaan masyarakat, pengembangan promosi

wisata, mendorong tumbuh dan berkembangnya in-

dustri pariwisata, pengembangan pemasaran

wisata dan penguatan kelembagaan.

Dari masing-masing upaya tersebut, diambil

langkah kebijakan dan strateginya. Seperti upaya

pembangunan DPD, Pemerintah Kabupaten Nabire

menetapkan kebijakan pembuatan RIPDA, penetap-

an perda dan keputusan Bupati dan perintisan

pengembangan daya tarik wisata. Strategi yang di-

lakukan untuk memuluskan kebijakan yang telah di-

Page 34: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

Berkelanjutan di kawasan TN Teluk

Cenderawasih dalam wilayah Kabupaten Teluk

Wondama Provinsi Papua Barat;

4. Pengembangan dan peningkatan kapasitas sum-

ber daya manusia dalam mendukung pem-

bangunan berkelanjutan di dalam dan di sekitar

kawasan TN Teluk Cenderawasih dalam wilayah

Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Bar-

at;

5. Pengembangan kerjasama para pihak dalam

penggalangan sumber daya (manusia, sarana

prasarana dan pendanaan) untuk mendukung

efektifitas pengelolaan TN Teluk Cenderawasih

di wilayah Kabupaten Nabire Provinsi Papua.

Disampaikan pula bahwa potensi yang ada di Ta-

man Nasional Teluk Cenderawasih lebih baik dari

Australia, India, Philipina (Hiu Paus muncul karena

keberadaan bagan). Di samping itu TN Teluk

Cenderawasih juga memiliki potensi jenis ikan men-

capai lebih dari 900 spesies, endemisitasnya lebih

tinggi dari Raja Ampat, memiliki terumbu Karang

lebih dari 500 karang, terdapat 22 lokasi

penyelaman, memiliki budaya lebih beragam, ada-

nya live a board yang berkunjung, telah dikenal di

mancanegara dan telah terdokumentasi serta ter-

publikasi cukup baik. Oleh karenanya pengelola-

annya hendaknya berkolaborasi demi mendukung

kelestarian kawasan. Dalam kolaborasi ini dibutuh-

kan kerjasama antar Pemerintah (Nabire-Wondama-

Manokwari), pelaku kepariwisataan (tour operator,

hotel, lokal komunitas, gereja) dan pengamanan,

dibutuhkan penguatan kapasitas Pemerintah

(regulasi, aturan main, peraturan), dibutuhkan pe-

nguatan kapasitas masyarakat lokal (inisiatif lokal

dari kampung-kampung), dibutuhkan pendidikan

untuk masyarakat dan anak-anak (integrasi pen-

didikan lingkungan hidup) dan dibutuhkan lebih dari

sekadar komitmen, tapi juga kerja keras dan berge-

rak secara bersama.

− ☼ −

dengan Whale Shark/Hiu Paus, Night bagan tour

( fishing process), House of reef diving, Paradise

bird watching, Village tour, Papua cultural dan sport

fishing (C&R). Banyak media dan turis mancanegara

yang berkunjung ke Kali Lemon Dive Resort. Be-

berapa media yang pernah berkunjung diantaranya

Trans 7, kompas TV, Trans TV, MNC TV dan CTV Ja-

pan. Selain bergerak dalam bidang wisata, Kali

Lemon Resort juga melakukan upaya konservasi

dan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan

dengan WWF, pembinaan kader konservasi kam-

pung Kwatisore, kemitraan dengan balai TN Teluk

Cenderawasih, pembinaan bagan dan pendele-

gasian kursus-kursus maupun pembinaan kader

konservasi.

Selain upaya konservasi dan pemberdayaan

masyarakat, adanya Kali Lemon Dive Resort juga

berfungsi sebagai pencipta lapangan tenaga kerja,

memperkenal kan wilayah TN Teluk Cenderawasih

sebagai daerah wisata yang patut dikunjungi, mem-

bantu mencari potensi-potensi yang masih

tersembunyi, turut dalam pelestarian ekosistem,

dan sebagai wadah pendukung pariwisata dan kon-

servasi.

Peranan WWF Indonesia Dalam Mendukung

Pengembangan Wisata Alam Di Kawasan Taman

Nasional Teluk Cenderawasih

Selanjutnya materi terakhir ini di sampaikan

oleh Project Leader WWF-TNTC. Pada materi ini di-

jelaskan bahwa ruang lingkup kerjasama WWF

dengan Balai Besar TN Teluk Cenderawasih dian-

taranya adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kesadartahuan dan partisipasi

masyarakat dan para pihak melalui kegiatan

penyuluhan, sosialisasi dan pengembangan pen-

didikan lingkungan di dalam dan di sekitar kawa-

san TN Teluk Cenderawasih dalam wilayah Kabu-

paten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat;

2. Pengawasan dan Perlindungan Kawasan TN Te-

luk Cenderawasih dalam wilayah Kabupaten Te-

luk Wondama Provinsi Papua Barat;

3. Pengembangan dan Pengelolaan Pariwisata

Alam Berbasis Masyarakat dan Jasa Lingkungan

KEMITRAAN… .

P a g e 3 4 B u l e t i n t r i t o n i s

*)Calon Penyuluh Kehutanan Pada BBTNTC

Page 35: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

B I O D I V E R S I T Y

P a g e 3 5 B u l e t i n t r i t o n i s

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Columbiformes

Family : Columbidae

Genus : Caloenas

Spesies : Caloenas nicobarica,

memiliki ukuran tubuh berkisar antara 32-25cm

dengan berat antara 460-525 g (jantan dan 490-

600 g (betina). Kekhasan yang dimiliki oleh burung

ini adalah bulu-bulu leher yang tebal dan lebih pan-

jang dan ekor yang pendek dan berwarna putih,

warna yang sangat kontras sekali berbeda dengan

bulu tubuhnya. Paruh yang berwarna hitam dengan

sera yang besar, serta kaki keungu-unguan dengan

cakar kuning atau kekuning-kuningan membuatnya

tampak sangat gagah.

Nama yang diberikan kepada jenis burung ini

turut mengabadikan nama tempat ia ditemukan

yaitu Kepulauan Andaman dan Nicobar. Junai Mas

atau juga dikenal dengan Nicobar Pigeon dikategori-

kan nyaris terancam keberadaannya mengingat

jumlahnya yang menurun di seluruh area perseba-

rannya. Penurunnya populasi ini disebabkan oleh

penangkapan untuk dikonsumsi dan untuk binatang

peliharaan serta kerusakan habitat dan predasi

oleh mamalia. Area persebaran burung ini antara

lain: Pulau Andaman dan Nicobar, Kepulauan Mer-

gui (Myeik Kyunzu), Myanmar, pulau-pulau di barat

daya semenanjung Thailand, pulau-pulau di sekelil-

ing semenanjung Malaysia, pulau-pulau di selatan

Kamboja dan Vietnam, pulau-pulau di sekeliling

Sumatera, Wallacea dan Papua (Irian Jaya), Timor-

Leste, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon

dan Palau.

Jenis burung ini sangar menyukai pulau-pulau

kecil yang tidak banyak gangguan dan terpencil dan

jarang dijumpai dalam koloni yang besar. Buah-

P apua, sebuah wilayah yang sangat terkenal

dengan tingginya keanekaragaman flora dan

fauna. Tak hanya satu flora maupun fauna

yang menjadi spesies endemic di pulau ini. Sebuah

pulau utama yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil,

dengan medan yang cukup berliku, mulai dari

lebatnya hutan, curamnya tebing-tebing, tingginya

gunung serta perairan yang juga menjadi aset uta-

ma sebuah pulau/kepulauan, Tanah Papua.

Burung Cendrawasih, adalah jenis yang paling

tersohor dari daerah ini. Keindahan warna bulu ser-

ta penampilannya menjadikannya sebuah buruan

yang menjanjikan. Tak hanya jenis burung ini saja

yang ada di Tanah Papua, Junai Mas atau yang

memiliki nama latin Caloenas nicobarica juga terke-

nal terdapat di sana. Namanya terkadang membuat

kita tertipu alan warna bulu burung yang satu ini.

Bukan warna emas, kuning atau yang semacamnya

yang dia miliki, melainkan warna bulu yang gelap

dengan perubahan warna kehijau-hijauan atau biru-

lah yang dia miliki.

Burung yang memiliki taksonomi

Kingdom : Animalia

S a n g P e n e r b a n g y a n g M u l a i

M e n y i n g k i r

Pulau terpencil yang menjadi rumahnya pun

kini menjadi ancaman bagi hidupnya… . Lidia Tesa Vitasari S, S.Si*)

Page 36: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

BIODIVERSITY….

*)Calon PEH Pada BBTNTC

P a g e 3 6 B u l e t i n t r i t o n i s

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak

yang melakukan penelitian terkait burung ini di Pu-

lau Kumbur sekitar tahun 1989, sarang Junai Mas

sangat padat di pulau ini. Namun demikian,

kegiatan survey populasi yang dilakukan di tahun

2013 ini di Pulau Kumbur tidak dapat menemukan

burung ini. Tingginya gangguan manusia di dalam

pulau yang termasuk dalam zona inti kawasan TNTC

ini dimungkinkan menjadi salah satu penyebab

menurunnya populasi Junai Mas serta perginya

Junai Mas dari Pulau Kumbur karena mungkin

mereka melihat pulau tersebut sudah tidak sesuai

lagi untuk dijadikan habitat persarangan. Zona inti

yang seharusnya menjadi daerah yang sangat dilin-

dungi dari gangguan manusia, saat ini telah men-

galami kerusakan akibat ulah manusia. Perlin-

dungan yang seharusnya kita lakukan untuk menja-

ga keutuhan ekosistem, pada akhirnya tidak dapat

terwujud dan berakibat pada hilangnya spesies

yang dilindungi.

Pustaka Acuan

Del Hoyo, J., Elliot, A., & Sargatal, J. (eds.). 1997.

Handbook of the Birds of the World, Vol. 4.

Sandgrouse to cuckoos (hlm:179). Barcelona:

Lynx Edicions.

Beehler, Bruce M., Pratt, Thane K., Zimmerman,

Dale A. 2001. Burung-Burung di Kawasan

Papua. Puslitbang Biologi – LIPI. Bogor.

Birdlife International. 2000. Threatened Birds Of

The World. (http://www.birdlife.org/datazone/

speciesfactsheet.php?id=2604, diakses tang-

gal 21 Juni 2013).

Departemen Kehutanan. 2009. Rencana Pengel-

olaan Taman Nasional (RPTN) Teluk

Cenderawasih. Departemen Kehutanan.

Manokwari.

Ngamel, Markus Decky. 1998. Studi Habitat dan

Populasi Burung Mas (Caloenas nicobarica) di

Pulau Nutabari Pada Kawasan Taman Nasion-

al Laut Teluk Cenderawasih. Fakultas Per-

tanian Universitas Cenderawasih. Manokwari.

− ☼ −

buahan dan biji-bijian menjadi makanannya. Burung

ini memiliki otot dinding tembolok yang tebal

dengan pelat yang keras sehingga memungkinkann-

ya untukmenggerus biji yang berukuran besar.

Mereka makan di permukaan tanah, biasanya

sendirian atau berpasang-pasangan, aktif pada saat

subuh dan menjelang malam (petang). Junai Mas

bersarang di pulau-pulau kecil, mengembara ke

pulau-pulau yang lebih besar dan pesisir daratan

utama yang berhutan untuk mencari makan.

Junai Mas memiliki kebiasaan breeding secara

berkoloni di ketinggian 0-2 m di atas tanah (pada

koloni yang tidak terganggu) hingga 12 m di bawah

kanopi (pada lokasi yang terganggu). Sarang terbuat

dari tumpukan ranting-ranting kecil yang tidak tera-

tur. Burung ini memiliki perbedaan waktu breeding

pada masing-masing wilayah, sebagaimana yang

tercatat dalam buku Handbook of the Birds of the

World:

Kepulauan Bismarck : Bulan Juni

Andaman dan Nicobar : Januari – Maret

P. Palawan : Bulan November

Pulau Sekitar Papua : Oktober – Maret

Sumbawa : Bulan Mei

Kepulauan Lingga (sekitar Sumatera) : perten-

gahan Maret

Betina menghasilkan satu butir telur berwarna

putih, anakan menetas dalam kondisi tanpa bulu,

yang kemudian mulai tumbuh dalam waktu sampai

satu bulan.

Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC)

yang merupakan sebuah kawasan konservasi

perairan memiliki beberapa pulau yang menjadi

habitat Junai Mas. Menurut Rencana Pengelolaan

Taman Nasional Teluk Cenderawasih periode 2010-

2029, disebutkan bahwa burung Junai Mas

(Caloenas nicobarica), dara laut (Ducula sp.), camar

laut (Sterna sp.) memiliki daerah sarang di Pulau

Kumbur, Pulau Kuwom dan Pulau Matas. Berdasar-

kan hasil Skripsi tahun 1997, jenis ini juga dijumpai

di Pulau Nutabari. Dalam skripsi tersebut disam-

paikan jumlah sarang yang dijumpai sebanyak 108

buah pada 55 pohon inang yang menyebar pada

bagian tajuk, batang dan akar.

Page 37: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 3 7 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3

S E R B A - S E R B I

elang serta tikus juga dapat

dijumpai di pulau ini. Kuatnya

arus yang menghatam pulau ini

mengakibatkan abrasi yang

cukup luas sehingga daratan pu-

lau ini semakin berkurang dan se-

makin lama akan mengubahnya

menjadi pulau pasir yang akan

tenggelam saat pasang dan mun-

cul saat surut. Arus juga memba-

wa banyak sampah ke pulau yang

masuk dalam zona inti Taman Na-

sional Teluk Cenderawasih ini.

Usai melakukan pengamatan

terhadap kondisi Pulau Matas, ka-

mi menemukan 2 sarang telur

penyu sisik. Di dalam sarang itu

ditemukan masing-masing 187

butir dan 167 butir telur penyu.

Dari semua telur itu, didapati 20

butir telur yang rusak. Telur yang

masih baik kami masukkan da-

lam ember dan kami relokasikan

ke Yende.

Dari kejadian ini, ada hal yang

ingin saya sampaikan mengenai

Upeti dan Jasa yang dilakukan Si

Penyu (Si Pen) dan Si Kepiting (Si

Kep). Penyu yang akan bertelur

bergerak ke tepian pantai ber-

pasir dan akan mulai membuat

lubang setelah mendapatkan lo-

kasi yang sesuai dan terhindar

dari dampak air pasang. Dari

sekian banyak telur yang dilepas-

kan ke dalam sarang, ada satu

butir telur yang benuknya ber-

beda karena berbentuk agak lon-

jong. Telur inilah yang menjadi

Upeti untuk Si Kep. Bagaimana

cara mereka berkomunikasi sam-

pai terjadi proses saling memban-

tu dalam hal Upeti dan Jasa??

Ternyata alam telah mengatur

semuanya. Jadi, ketika Si Pen me-

nutup sarangnya dan kembali ke

laut, ternyata Si Kep mulai

mengawasi sarang itu. Sarang

sedalam kira-kira 50-60 cm itu di-

gali oleh Si Kep selama beberapa

lama sampai ia menjumpai telur

yang menjadi Upeti untuknya dan

ia meninggalkan telur yang

lainnya. Saat telur lain yang

masih tersisa dalam sarang mulai

menetas, anak penyu, tukik, pun

mulai berusaha keluar dari sa-

rang dan bernafas dari lubang

yang merupakan hasil galian Si

Kep. Dan dengan nalurinya serta

kepekaannya terhadap cahaya,

tukik-tukik itu pun mulai bergerak

ke arah laut. Begitulah cerita

bagaimana jasa Si Kep dalam

membuat ventilasi udara dan

jalan bagi tukik-tukik menuju ke

kehidupan baru mereka dibalas

oleh Upeti Si Pen.

Begitulah kisah bagaimana Si

Pen dan Si Kep mampu hidup

berdampingan dengan saling

menghargai dan saling memberi

yang terbaik melalui Upeti dan

Jasa. Sebagai manusia, makhluk

ciptaan yang paling mulia, su-

dahkah kita memberikan Upeti

P enyu merupakan reptil

yang hidup di laut yang

keberadaannya telah lama

terancam, baik dari alam maupun

aktivitas manusia. Secara inter-

nasional, penyu masuk dalam red

list di IUCN dan Appendix I CITES

yang menyatakan bahwa

keberadaannya di alam telah ter-

ancam punah, sehingga segala

bentuk pemanfaatan dan

peredarannya harus mendapat

perhatian secara serius. Se-

dangkan kepiting yang dimaksud

disini adalah jenis kepiting yang

hidup di tepian pantai berpasir

putih. Kepiting ini berwarna putih

bening dan suka menggali lubang

pada pasir. Jenis kepiting ini tidak

dikonsumsi manusia.

Pulau Matas merupakan salah

satu pulau di Kepulauan Auri yang

masuk wilayah kerja SPTN IV

Roon, BPTN II Wasior, BBTNTC.

Daratan pulau ini ditumbuhi be-

berapa jenis pohon antara lain:

cemara pantai, ketapang, pandan

pantai serta rumput-rumputan.

Satwa seperti burung junai emas,

K i s a h P e n y u d a n K e p i t i n g

Kita berhak memanfaatkan tetapi jangan

melupakan kewajiban menjaga kelestariannya… Frans Kusi Sineri, S.E*)

Page 38: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

S E R B A - SERBI….

untuk alam yang telah memberikan Jasanya lewat

sumber daya alam serta oksigen yang kita hirup

hingga saat ini??

Mengutip dari kitab suci, “Bawalah kepada

Kaisar apa yang menjadi hak Kaisar dan kepada

Allah apa yang menjadi hak Allah,” maka disamping

kita memanfaatkan apa yang alam berikan, kita ju-

ga memiliki kewajiban untuk menjaga agar alam

tetap lestari supaya kehidupan kita selalu diberkati

dalam kelimpahan dari hari ke hari.

− ☼ −

P a g e 3 8 B u l e t i n t r i t o n i s

*)Kepala Seksi PTN Wilayah VI Windesi

Page 39: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small

P a g e 3 9 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3

P i m p i n a n d a n s e g e n a p s t a f f r e d a k s i

B u l e t i n T r i t o n i s

B a l a i B e s a r T a m a n N a s i o n a l T e l u k

C e n d e r a w a s i h m e n g u c a p k a n :

U C A P A N

In memorian Alm. Korneles Edward Sawaki

Engkau adalah seorang rimbawan sejati yang dengan segenap jiwa raga mencurahkan tenaga

dan pikiran untuk menjaga keamanan kawasan Teluk Cenderawasih. Selamat jalan Bapak,

semoga amal ibadahmu diterima di sisi Tuhan YME dan keluarga yang ditinggalkan diberi

ketabahan.

Jasa dan karya mu akan selalu terlukis di hati kami.

Selamat Jalan dan Selamat Datang

Selamat jalan Bapak Muhamad Wahyudi, SP., M.Sc untuk melanjutkan tugas sebagai Kepala

Bidang PTN Wilayah I Mataso pada Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun.

Selamat datang dan selamat bergabung Bapak Heru Rudiharto, S.Si, MP selaku

Kepala Bagian Tata Usaha di keluarga besar Balai Besar Taman Nasional Teluk

Cenderawasih. Semoga dapat terus menyumbangkan karyanya dimasa yang akan

datang.

Page 40: 2. Buletin Tritonis Edisi II Agustus 2013 Small